Pencarian

From Darkest Side 1

From The Darkest Side Karya Santhy Agatha Bagian 1


situs baca secara online ini dibuat oleh Saiful .... admin http://cerita-
silat.mywapblog.com Pedang Sakti Cersil Istana Pendekar Dewa Naga Raja Iblis
Racun Ceritasilat.... thank.
http://mylemaribuku.blogspot.com
http://mylemaribuku.blogspot.com
FROM THE DARKEST SIDE SANTHY AGATHA Penerbit Saira Publisher FROM THE DARKEST SIDE Oleh: (Santhy Agatha) Copyright ? Januari 2013 by (Santhy Agatha)
http://mylemaribuku.blogspot.com
Penerbit (Saira Publisher) (www.anakcantikspot.blogspot.com)
(demondevile@gmail.com) Editor Meyrizal & Mendy Jane
Desain Sampul: (Picture by Google design Saira Production)
Diterbitkan melalui: www.nulisbuku.com http://mylemaribuku.blogspot.com
Dari Penulis genre pada From The Darkest Side cukup berbeda dengan tiga
kisah sebelumnya, ada thriller yang terselip di dalamnya :)
mungkin akan sedikit membuat kalian mengernyitkan dahi pada
awalnya karena suasana gelap misterius yang dibangun sejak
awal. Tetapi setelah terbiasa, kuharap kalian akan bisa
menyukaitokoh utama kita yang mempunyai rahasia kelam dan
kerumitan tersendiri, cukup menarik untuk dibedah :)
Saya suka dengan kisah cinta segitiga, apalagi cinta segitiga
yang rumit. Sebuah tantangan tersendiri ketika membuat kisah
ini, dan berusaha menuangkan pertentangan batin tokoh-tokoh
utamanya... kalian akan tahu betapa rumitnya ini setelah
membaca beberapa bab awal ;)
Semoga kalian menyukai kisah romantis yang berbeda ini,
semoga kalian bisa menikmatinya, dan semoga kalian bisa juga
jatuh cinta dengan tokoh-tokohnya :)
Salam hangat dan peluk erat,
Santhy Agatha http://mylemaribuku.blogspot.com
http://mylemaribuku.blogspot.com
Darren Leonidas Kami ini dua yang menjadi satu. Satu yang terdiri dari dua. Aku tak tega
membiarkanmu mencintaiku, karena dengan begitu, kau harus bisa mencintai sisi jahatku. Dan
sisi jahatku ini, sangat sulit untuk dicintai"Bukankah cinta juga sama" Aku selalu
berpikir bahwa cinta hanyalah bentuk puitis dari
obsesi dan keinginan untuk memiliki satu sama lain.
-Lucas Leonidas- BAB 1 http://mylemaribuku.blogspot.com
Tidak ada yang bisa menggambarkan perasaan Sharin sekarang selain rasa takut dan
kegugupan yang menyesakkan dada.
Ketika mobil mereka memasuki pintu gerbang yang megah itu, rasa gugup dan
takutnya makin memuncak. Ibunya, yang menyetir di sebelahnya tampak tenang dan bahagia,
tentu saja, kemewahan ini akan menjadi kehidupan barunya, hal yang diimpi-impikannya
sejak dulu. Lagipula ibunya tidak perlu mencemaskan penampilannya, ia selalu terlihat
cantik, muda dan wangi, tidak pernah berubah sampai sekarang.
Ibunya melahirkan Sharin saat berusia sangat muda, 16 tahun. Dan sekarang di
usia Sharin yang sudah 20 tahun, selisih usia itu sama sekali tidak kelihatan, mereka
terlihat seumuran. Apalagi Sharin selalu mengenakan pakaian konservativ yang cenderung kusam tapi
nyaman digunakan, sedangkan ibunya memilih berpakaian seksi dan penuh gaya.
Yah, penampilannya sekarang tidak bisa dibilang baik, Sharin menarik napas
sambil mengamati dirinya sendiri. Dia tadi berdiri lama di depan lemari pakaiannya
mencoba menemukan gaunnya yang terbaik, tetapi ternyata dia tidak punya gaun satupun
yang baik. Gajinya sebagai staff administrasi biasa di sebuah biro wisata sama sekali tidak
memungkinkannya membeli banyak pakaian. Dan ibunya sama sekali tidak bisa
diharapkan, Cathy, ibunya melahirkannya karena kesalahan remaja masa lalu, jadi dia tidak
punya ayah yang mengakuinya. Cathy lalu meninggalkannya begitu saja, menitipkannya ke kedua orang tuanya,
lalu pergi merantau ke luar kota untuk melupakan masa lalu dan melanjutkan sekolah. Sejak
saat itu Sharin dan Cathy hanya bertemu saat Cathy pulang liburan ke rumah, Sharin tidak
pernah menganggap Cathy sebagai ibunya, selain karena Cathy tidak mau dipanggil ibu,
bagi Sharin orang tua sejatinya adalah kakek dan neneknya yang mengasuhnya dengan
penuh kasih sayang sejak ia lahir sampai dia beranjak dewasa.
Lalu setelah dua tahun lalu, kakeknya meninggal dunia, disusul neneknya setahun
kemudian, Sharin tetap tidak menggantungkan diri kepada ibunya, toh Cathy juga tidak
peduli. Sharin menghidupi dirinya sendiri dan sama sekali tidak ingin terlibat dalam
kehidupan ibunya yang saat itu sudah menjadi aktris ternama.
Sampai suatu ketika Cathy menghubunginya, mengatakan bahwa dia akan menikah
dengan salah satu konglomerat paling kaya dan paling ternama, seorang lelaki berusia 4
tahun lebih muda darinya, dan mengundang Sharin untuk turut serta dalam persiapan acara
pernikahannya. http://mylemaribuku.blogspot.com
"Bagaimanapun juga, meski kau adalah sebuah kesalahan akibat kebodohanku di masa
lalu, kau adalah anakku," gumam Cathy dengan logat seksinya sambil mengoleskan lipstik
pada bibirnya yang indah pada pertemuan makan siang mereka setelah dua tahun lamanya
tidak berjumpa. "Lagipula, aku terlanjur menceritakan tentangmu pada Darren, tidak sengaja
tentunya, tapi siapa yang bisa membohongi Darren" Dia tahu segalanya...," Cathy tersenyum
menerawang seperti orang dimabuk kepayang, "Dan Darren ingin melihatmu."
Jadi karena calon suaminya yang kaya itu ingin melihatku" Bukan karena dia ingin
bersamaku di saat-saat bahagianya" Sharin menyimpulkan dalam hati, dan seberkas
rasa nyeri mengalir di dadanya.
Memang dia sudah terlatih untuk tidak mengharapkan apapun dari Cathy, wanita itu
terlalu egois untuk memikirkan siapapun selain dirinya sendiri. Tetapi kadangkala ada
sedikit rasa di hatinya, yang ingin dicintai sebagai seorang anak.
Dan disinilah dia, datang dengan ibunya, yang begitu cantik dengan gaun sutra
keemasan seperti sampanye, rambut tatanan salon, kulit selembut satin dan aroma minyak
wangi mahal. Sedangkan dia hanya memakai sweater cokelat jeleknya serta rok selutut
yang membuatnya seperti kutu buku yang tidak menarik, belum lagi rambutnya hanya
dikuncir kuda, tanpa riasan. Calon suami Cathy pasti akan kecewa berat jika mengharapkan aku secantik Cathy,
desah Sharin dalam hati. Mungkin aku lebih mirip ayah, gumamnya menghibur diri, meski dia juga tidak tahu
siapa ayahnya dan bagaimana wajahnya, Cathy tetap menyimpan rahasia itu sampai
sekarang seolah itu aib masa lalu yang tidak boleh dibuka. Kakek neneknya juga tidak
pernah membicarakannya. Lagipula, Sharin tidak berani bertanya lagi sejak insiden pada saat dia berumur
sepuluh tahun dan mulai bertanya pada neneknya siapa ayahnya. Waktu itu neneknya
langsung masuk ke kamar dan menangis, sedang kakeknya hanya mengelus kepalanya dengan
wajah muram. Kesedihan yang menggantung setelah insiden itu begitu menyesakkan
dada sampai berhari-hari. Dan pada saat itulah Sharin belajar untuk tidak pernah
bertanya lagi. Rupanya calon suami ibunya ini sangat kaya, jarak pintu gerbang menuju rumah
utama lumayan jauh dengan taman dan pepohonan yang indah di kiri kanan jalan. Ketika
ahkirnya mobil mereka berhenti, Sharin sempat ternganga, melihat rumah marmer putih
bergaya gothic dan renaissance yang megah di depannya.
http://mylemaribuku.blogspot.com
Cathy rupanya sangat bersemangat karena dia segera melompat keluar dari mobil
begitu mobil itu berhenti dan mau tak mau Sharin segera mengikutinya.
Sepertinya mereka sudah ditunggu, atau ada kamera pengawas di depan pintu"
Sharin mengedarkan pandangannya ke atas dengan curiga, karena begitu mereka sampai di
pintu dibawah kanopi dan pilar marmer yang indah, pintu itu langsung terbuka tanpa
diketuk, dan seorang pelayan pria setengah baya dengan penampilan yang sangat rapi sudah
berdiri disana. "Miss Cathy?" tanya pelayan itu dengan muka ekspresi sedatar batu hingga Sharin
bertanya-tanya apakah itu ekspresi asli atau hasil latihan bertahun-tahun.
Cathy mengangguk penuh percaya diri. Pelayan itu melihat ke belakang, ke arah
Sharin dan mengangkat alisnya, tapi tidak berkata apa-apa. Mungkin dia mengira aku pembantu
Cathy, desah Sharin dalam hati. "Saya Thomas, kepala pelayan disini. Tuan Darren sudah menunggu di ruang utama,
mari saya antar," gumam pelayan itu sopan sambil membalikkan tubuh dan membiarkan
Cathy dan Sharin mengikutinya. Sepanjang lorong itu Sharin terlalu sibuk terkagum-kagum dengan kemewahan
interior dan perabot rumah mewah ini. Ya, Cathy pasti akan sangat bahagia di sini, dia selalu ingin menjadi nyonya
rumah yang kaya raya, impiannya sebentar lagi terwujud. Dan sudah pasti Sharin tidak masuk
ke dalam daftar impiannya itu. Sharin tahu dia hanya dibutuhkan karena calon suami Cathy
yang kaya raya itu ingin mengenalnya, setelah itu Sharin akan kembali ke kehidupan
lamanya, dilupakan oleh ibunya. Toh dia memang tak ingin terlibat.
Kenapa" Karena meskipun mewah dan mengagumkan, rumah ini terasa dingin dan kaku,
begitu menekan jiwa. Berbeda dengan rumah neneknya yang diwariskan padanya,
rumah itu kecil tapi hangat dan penuh ketentraman. Seberat apapun pekerjaannya, Sharin
selalu merasa segala kelelahannya hilang ketika pulang ke rumah itu. Karena itulah
meskipun kagum, Sharin sama sekali tidak tertarik untuk tinggal di rumah seperti ini.
Thomas membuka sebuah pintu yang sangat besar dan mempersilahkan mereka masuk.
Cathy langsung melangkah masuk dengan bersemangat. "Darling," serunya mesra lalu
menghambur ke pelukan pria bersetelan resmi yang berdiri ditengah ruangan.
Pria itu membalas pelukan
Cathy, tapi matanya menatap tajam ke arah Sharin.
http://mylemaribuku.blogspot.com
Dan Sharin ternganga melihat sosok calon suami Cathy untuk pertama kalinya,
semula dia pikir laki-laki itu adalah lelaki botak berjenggot yang gendut, tidak tampan
tetapi sangat kaya. Tetapi lelaki yang berdiri di depannya ini sama sekali tidak gendut, dia
tinggi atletis bahkan sepertinya tidak ada lemak berlebih di tubuhnya, dan jas yang pastinya
dijahit khusus itu menempel pas dan indah di tubuhnya yang berotot tetapi ramping itu.
Hey.. Lagipula dia mengharapkan apa" Lelaki ini baru 32 tahun!
Matanya cokelat gelap begitu juga dengan rambutnya yang cokelat dengan sedikit
warna keemasan. Tentu saja begitu, dari literatur bisnis yang memuat tentang jajaran
pengusahapengusaha sukses, Darren Leonidas selalu dibahas, pengusaha berusia 32
tahun, setengah Yunani yang sangat menarik. Tapi mereka tidak memasang fotonya di literatur itu,
jadi Sharin tidak pernah bisa membayangkannya.
Lelaki ini tidak bisa dibilang tampan, sosoknya terlalu keras untuk digambarkan
dengan kata "tampan", tetapi ada kharisma tersendiri yang membuat semua orang pasti akan
menoleh dua kali ketika berpapasan dengannya.
Lelaki itu melepaskan Cathy yang menggelendot dengan mesra di pelukannya, lalu
melangkah mendekati Sharin. "Dan ini pasti Sharin," bahkan aksen suaranya begitu
mempesona, Sharin menyadari dia ternganga ketika Darren mengulurkan tangan untuk
bersalaman, dengan gugup disambutnya jabatan itu, tangan lelaki itu ramping,
tapi menggenggam tangannya dengan mantap. "Iya, ini Sharin, putri kecilku," Cathy
berkata seolah olah mereka ibu dan anak yang sangat akrab. "Dan Sharin, perkenalkan ini
calon

From The Darkest Side Karya Santhy Agatha di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ayah tirimu." Sharin menganggukkan kepalanya, sedikit gugup ketika menyadari Darren menatapnya
dengan sangat tajam, sangat meneliti, sampai dia salah tingkah, adakah yang
salah dengan rambutnya" Bajunya" Ataukah Darren sedang mencari kemiripannya dengan ibunya dan
tidak berhasil menemukannya"
"Hmmm karena umurku hampir 32 tahun, kurasa aku pantas-pantas saja mempunyai
putri seumuranmu, tapi kau boleh memanggilku dengan Darren saja."
Tentu saja, lelaki dengan vitalitas semacam ini dia pasti malu dipanggil "papa"
oleh gadis berusia 20 tahun seperti dirinya.
"Nah karena kalian sudah berkenalan" Bolehkah aku memintamu menemaniku
berkeliling rumah ini" Kita akan tinggal disini setelah menikah bukan" Dan wow, rumah ini
indah sekali Darren." Lelaki itu menatap Cathy tanpa ekspresi. "Tentu saja sayang," gumamnya, lalu
mengamit lengan Cathy, Darren mengatakan
sayang tapi tampak begitu dingin.
http://mylemaribuku.blogspot.com
Tiba-tiba Sharin merasa sedikit antipati kepada Darren, dia terlalu dingin dan
tak berperasaan seperti suasana di rumah megah ini.
Cathy menoleh pada Sharin, "kau ingin ikut Sharinku?" suaranya begitu penuh
kasih tapi matanya memperingatkan, dan Sharin mengerti isyarat itu, ibunya ingin berduaan
dengan kekasihnya dan tak ingin Sharin mengganggu.
Lagipula Sharin juga tidak tertarik melihat-lihat isi rumah ini.
"Tidak, terima kasih, kalau boleh saya ingin menunggu disini saja," Sharin tadi
mengamati ruangan dan menemukan rak buku yang penuh di dinding, rasanya lebih menarik
duduk dan membaca, sepertinya koleksi buku di rak itu sangat menarik, kalau dia diijinkan,
dia ingin membacanya. "Tapi kau akan tinggal disini juga, jadi sebaiknya kau ikut agar lebih mengenal
rumah ini," sahut Darren tajam. Kata-kata itu membuat Cathy dan Sharin sama-sama terkejut, rupanya Darren sudah
menarik kesimpulan yang salah selama ini tentang hubungan Cathy dan Sharin.
Cathy dengan muka pucat segera menyahut, suaranya sedikit melengking karena
gugup. "Darling, kau salah, Sharin tidak akan tinggal dengan kita setelah kita menikah
nanti." "Kenapa tidak?" lelaki itu mengernyitkan kening, tampak tidak senang. "Dia
putrimu bukan?" "Iya...tapi...tapi..." suara Cathy hilang karena kebingungan, "Tapi Sharin lebih
suka hidup mandiri, dia sudah punya pekerjaan tetap kau tahu, dan dia merasa nyaman tinggal
dirumah warisan orang tuaku, bukan begitu Sharin?"?" sekali lagi Cathy menatapnya dengan
tatapan memperingatkan. "Tentu saja," jawab Sharin cepat-cepat, selain karena dia tidak ingin tinggal di
rumah ini, dia tak mau Cathy marah padanya karena mengacaukan seluruh rencana masa depannya.
Darren menatap Sharin dan Cathy dengan tajam dan penuh perhitungan, lalu
bergumam. "Well kita bahas pengaturan itu nanti," kata-katanya menunjukkan masalah itu
sama sekali belum selesai. Yah, rupanya selain dingin dan kaku, lelaki ini juga arogan.
"Baiklah Sharin, kalau kau ingin tetap disini, aku akan meminta pelayan
mengantarkan segelas cokelat panas dan kue untukmu, kau boleh membaca atau melihat televisi
untuk mengisi waktumu," matanya
menunjukkan ke arah televisi plasma yang menempel di dinding
http://mylemaribuku.blogspot.com
yang sama sekali tidak Sharin perhatikan karena perhatiannya terpusat pada rak
buku yang penuh itu. Sharin menatap Darren dengan gugup. "Kalau boleh... Kalau boleh saya ingin
membaca buku-buku di rak itu," pintanya pelan.
Cathy tertawa cekikikan seperti anak kecil, "Membaca?" gumamnya dalam tawa,
"Begitu banyak hiburan di rumah ini dan kau memilih membaca?" nada mencemooh terdengar
jelas di suaranya hingga pipi Sharin memerah.
Tapi Darren hanya berdiri di situ dan menatapnya datar.
"Setidaknya putrimu memilih hiburan yang paling bermutu di antara semuanya,"
katakatanya diucapkan dengan nada biasa-biasa saja, tetapi arti yang tersirat di
dalamnya membuat tawa Cathy terhenti dan wajahnya merona malu, dalam rasa malunya itu,
Cathy melirik Sharin dengan jengkel.
"Silahkan, baca saja semua buku yang kau inginkan," senyum tipis muncul di bibir
Darren, lalu menggandeng Cathy, membawanya pergi ke luar ruangan.
Sharin merasa sangat lega ketika ditinggalkan sendirian, dengan penuh rasa
tertarik, ditelusurinya buku-buku di rak raksasa itu. Kebanyakan buku berbahasa asing, dan
merupakan versi asli, setelah meninggalkan buku-buku literatur bisnis, Sharin
tertarik ke sederetan buku sastra lama... Diambilnya salah satu buku, dan tersenyum.
Well kapan lagi dia bisa membaca buku-buku versi asli ini dengan gratis" Karena
sudah pasti dia tidak akan mampu membelinya...
*** Ketika dia masuk, didapatinya pemandangan indah terpampang jelas di depannya.
Sharin, gadis itu tertidur di kursi santai dengan sebuah buku terbuka di
pangkuannya, sebelah lengannya lunglai di sandaran kursi dan kepalanya miring setengah
tertunduk. Dia tidak dapat menahan keinginan untuk mengawasi lebih dekat. Dengan langkah
pelan tak bersuara, seperti singa mengintai mangsa, didekatinya gadis itu. Dia berusaha
sedekat mungkin, karena hasratnya mendorongnya untuk lebih mendekati gadis itu.
Ah, betapa cantiknya, wajahnya polos tanpa polesan apapun, tapi kulitnya begitu
lembut, seperti bayi dengan semu kemerahan yang membuatnya tergoda untuk menyentuhnya,
menyusurkan jemarinya di semu kemerah-merahan itu. Dan bibirnya, astaga bibir
itu, begitu ranum, basah bagai kelopak mawar yang baru mekar, tanpa polesan lipstik
sedikitpun, tetapi tetap begitu indah.
Matanya menyusuri seluruh keindahan di depannya.Sudah berapa
http://mylemaribuku.blogspot.com
lama dia menunggu saat-saat ini" Menunggu saat-saat gadis ini berada begitu
dekat dengannya" Ya, gadis ini membuatnya terbangun setelah ditidurkan dengan paksa sekian lama.
Ahkirnya dia tidak dapat menahan godaan, dibungkukkannya tubuhnya melingkupi
gadis itu, kemudian bibirnya menyentuh bibir lembut gadis itu dengan halus tapi penuh
hasrat. "Kau milikku Sharin, ingat itu."
*** "Kau milikku Sharin, ingat itu."
Bisikan itu begitu lembut sekaligus tegas, seperti dibawa oleh tiupan angin ke
telinganya. Sharin tergeragap, mengerjapkan matanya dan langsung terduduk tegak. Matanya
memandang sekeliling dengan bingung. Dia masih sendirian di ruangan ini.
Tapi tadi jelas-jelas ada yang berbisik di telinganya, dan kata-katanya itu
masih terngiang jelas. Apakah dia bermimpi "
Sharin mengernyit. Lalu menyentuh bibirnya. Terasa hangat... Seperti ada yang
menyentuhnya sebelumnya. Jantung Sharin berdetak cepat. Apakah mimpi bisa terasa sejelas itu" Suara
bisikan itu begitu nyata. Sentuhan di bibirnya pun masih terasa hangat.
Tapi... Tidak mungkin kan ada orang masuk ke mari dan menciumnya begitu saja"
Dengan putus asa Sharin menatap buku di pangkuannya. Sebuah novel sastra romantis karya
pengarang Rusia... Ah, aku pasti terbawa alur novel ini, gumam Sharin dalam hati, menarik napas
lega. Sekali lagi dia memandang sekeliling, ruangan masih sepi. Tadi dia pasti tertidur cukup
lama. Tapi Cathy dan Darren belum juga kembali.
Sharin mengangkat bahunya. Well mereka kan pasangan kekasih yang akan menikah,
pasti akan lupa waktu jika sedang berduaan.
Dengan pelan Sharin berdiri, berusaha melemaskan tangan dan kakinya yang kaku.
Lalu dia berjalan mengitari ruangan
yang luas itu. http://mylemaribuku.blogspot.com
Ruangan ini didesain untuk bersantai. Meskipun di sudut sana terdapat meja kerja
yang sangat besar, tapi di sisi lain benar-benar penuh dengan perabotan dan fasilitas
yang menunjang kenyamanan. Dengan tertarik, Sharin mendekat ke arah meja kerja Darren. Ada sebuah bingkai
foto yang di letakkan terbalik begitu saja. Sengaja" Atau memang terjatuh" Sharin
mengambil bingkai foto itu dan menegakkannya lagi, matanya mengamati bingkai foto di dalam sana,
foto keluarga. Sepertinya itu gambar kedua orangtua Darren dan dua orang anak laki-
laki berusia sepuluh tahunan, yang berambut cokelat itu pasti Darren dan...kakak laki-
lakinya" Sharin mengernyit. Tapi kenapa kedua orang tua Darren asli indonesia" Dan kakak
lakilakinya juga terlihat seperti orang indonesia asli. Sedangkan jelas-jelas
ada darah asing yang mengalir di tubuh lelaki itu, bahkan majalah-majalah bisnis itupun
menyebutnya setengah Yunani. "Itu orang tua angkat dan kakak angkatku, mereka yang mengasuhku ketika kedua
orangtuaku tewas karena kecelakaan pesawat."
Suara yang muncul tiba-tiba di belakangnya itu membuat Sharin terlonjak kaget,
membalikkan badan, dan langsung menabrak tubuh kokoh yang berdiri di
belakangnya. Darren langsung memegang kedua pundak Sharin, menjaganya agar tidak terjatuh.
"Maaf aku mengejutkanmu," gumamnya datar.
Sharin mengangguk, mundur menjauh, melepaskan diri dari pegangan Darren.
"Maaf... Saya... Saya lancang, saya melihat foto ini dan tertarik..."
Darren mengangkat bahu. "Tidak apa-apa, mereka adalah orang tua dan saudara yang
kusayangi. Meskipun aku tetap menggunakan nama asli keluargaku, mereka sudah
seperti orang tua kandung bagiku."
Sharin tersenyum getir, setidaknya Darren lebih bahagia darinya. Lelaki itu
kehilangan kedua orang tuanya tetapi tetap merasakan kasih sayang dari orang tua barunya.
Sedangkan dia" Ibunya masih hidup, tetapi sang ibu sama sekali tidak mau repot-
repot mengurusi kehidupannya. Omong-omong tentang ibunya... Dimana Cathy" Sharin mengedarkan pandangan ke
balik punggung Darren tetapi Darren memang datang sendirian.
"Cathy menunggu di ruang makan, aku memanggilmu untuk makan siang bersama,"
gumam Darren, menyadari kebingungan Sharin, lalu membalikkan tubuh, "Ayo, kita ke
ruang makan." http://mylemaribuku.blogspot.com
Mau tak mau Sharin mengikuti Darren melangkah ke ruang makan, lelaki itu lalu
melambatkan langkahnya sehingga bisa berjalan berjejeran dengan Sharin.
"Senang tadi?" "Apa?" Sharin terlalu kaget mendengar pertanyaan Darren yang tiba-tiba sehingga
tidak mencerna kata-kata lelaki itu.
Darren tersenyum tipis. "Di antara buku-buku itu..."
"Oh iya," jawab Sharin buru-buru, "Saya menemukan banyak buku-buku edisi asli
yang sekarang sudah sulit ditemukan... Tadi saya terlalu asyik membaca dan bahkan
sempat ketiduran," pipi Sharin merona.
Darren menoleh dan menatap Sharin. "Tapi tidak ada sesuatu yang aneh terjadi
padamu kan?" Sharin termangu, pertanyaan macam apa itu" Yang aneh malahan pertanyaan yang
diajukan Darren padanya ini.
"Aneh ?" ulangnya bingung.
Darren mengalihkan tatapannya.
"Sudahlah, lupakan," lelaki itu lalu melangkah mendahului Sharin. Meninggalkan
Sharin termangu kebingungan. Aneh" Apa maksud Darren"
*** Tengah malam dan ruangan itu gelap gulita. Darren memasuki ruang kerjanya dan
menghempaskan jasnya di kursi dengan jengkel. Rencananya berhasil tentu saja.
Dia sudah berhasil membujuk Cathy dan Sharin menginap di rumahnya selama ahkir pekan ini.
Yang tidak diduganya adalah sikap pantang menyerah Cathy. Begitu Sharin
berpamitan untuk tidur di kamarnya, Cathy langsung berusaha mati-matian untuk merayunya,
perempuan itu terang-terangan menunjukkan kalau dia tidak keberatan tidur
bersama Darren sebelum pernikahan mereka.
Tentu saja rayuannya tidak berhasil.Darren menggunakan alasan kelelahan untuk
mengusir

From The Darkest Side Karya Santhy Agatha di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cathy agar kembali ke kamarnya sendiri. Dia memang lelah, tapi seandainya dia
tidak lelahpun, dia tidak pernah
berminat tidur dengan Cathy.
http://mylemaribuku.blogspot.com
Bukan Cathy yang diinginkannya...
"Sampai kapan kau tahan dengan wanita murahan itu?" suara itu terdengar begitu
sinis penuh ejekan, dan Darren langsung berhadapan dengan sosok di kegelapan yang
menatapnya. "Bukan urusanmu," balas Darren dingin, "Lagipula, bukan saatnya membahas tentang
Cathy, aku meminta penjelasanmu tentang apa yang kau lakukan pada Sharin tadi
siang." Sosok di kegelapan itu tertawa mengejek, sengaja membuat Darren marah.
"Kau tidak bisa menyalahkanku, aku sudah menanti begitu lama untuk melihatnya,"
sanggahnya tidak peduli. "Kau tidak cuma melihatnya, kau menciumnya," geram Darren marah, "Kau benar-
benar tidak punya otak ya?"
"Aku memang tidak punya otak. Kau selalu bilang aku lebih mirip binatang," sosok
di kegelapan itu mengacuhkan kemarahan Darren, "Aku menginginkan Sharin, jadi aku
akan memilikinya, sesederhana itu."
"Kau harus menunggu sampai rencanaku membuahkan hasil!" sela Darren tak sabar.
Lagi, sebuah tawa mengejek menggema di ruangan yang gelap pekat itu. "Kau bilang
itu rencana" Merayu ibu gadis itu untuk kau nikahi" Kau bilang itu rencana" Kau tahu
tidak, aku harus menahan jijik ketika melihat kau harus mencium perempuan murahan itu,
berpura-pura menikmati mencumbunya," sosok di kegelapan itu menyeringai marah, "Cathy adalah
perempuan murahan yang menjijikkan, membayangkan dia ada di rumah ini membuatku
muak." "Kau harus tahan. Rencanaku ini sudah berhasil menggiring Sharin masuk ke rumah
ini." "Lalu bagaimana kau menyingkirkan Cathy" Kau harus segera melakukan sesuatu
Darren sebelum aku mulai kehilangan kesabaran, cara Cathy meremehkan dan menghina
Sharin secara tersirat seharian tadi benar-benar mengusik kemarahanku, dan kau tahu kan
bagaimana kalau aku marah?" sosok di kegelapan itu mulai terlihat mengancam.
Darren mengernyitkan kening. "Tak akan kuizinkan kau bertindak semaumu sendiri"
"Kalau begitu sebaiknya rencanamu segera membuahkan hasil! Kau tahu sendiri kan
akibatnya kalau aku sampai turun tangan" Aku tidak suka ada yang menyakiti
gadisku, aku akan melakukan apapun untuk membalaskannya."
http://mylemaribuku.blogspot.com
"Sharin bukan gadismu."
"Dia akan menjadi gadisku, milikku. Aku sudah mengatakan janji itu. Sharin
adalah milikku," sosok di kegelapan itu berucap penuh keyakinan.
Darren menggeram marah. "Kau harus menunggu. Aku tidak mau kau berbuat seperti
siang tadi, mendatangi Sharin dan menciumnya, menciumnya!! Apa kau sadar semuanya akan
berantakan kalau saat itu Sharin terbangun?""
Sosok di kegelapan itu terkekeh. "Aku hanya mengucapkan selamat datang."
"Kalau begitu jangan sampai kau ulangi lagi. Biarkan aku menangani semuanya
dulu. Setiap kau ikut campur hasilnya malah berantakan karena kau mahluk kejam yang tidak
pernah memakai perasaan. Aku tidak mau terpaksa menyembunyikan kejahatanmu lagi,
mengerti?" Jadi tahan dirimu," geram Darren mengancam.
Sosok di kegelapan itu mengangkat bahu. "Baik. Aku akan kembali ke tempatku,
duduk di kegelapan dan mengamati semuanya dalam diam. Tapi kesabaranku ada batasnya
Darren, kau tahu itu kan" Kau pasti tahu apa yang akan terjadi kalau aku kehilangan
kesabaran." Darren mengernyit mendengar kekejaman yang tidak disembunyikan itu, lalu
memegang pangkal hidungnya yang terasa nyeri.
Ini harus segera di selesaikan. Segera! Sebelum dia, mahluk kejam itu, turun
tangan dan mengacaukan semuanya... *** BAB 2 http://mylemaribuku.blogspot.com
Meskipun sudah berjanji pada Darren untuk menahan diri, dia tetap saja
mendatangi Sharin di kamarnya. Darren bisa marah, nanti. Tapi dia tidak peduli. Bagaimana mungkin dia tahan
berdiam diri begitu saja saat gadis yang sudah ditunggu-tunggunya sekian lama sekarang ada di
rumah yang sama dengannya"
Dia berdiri di sudut ranjang, mengamati Sharin yang tertidur pulas seperti bayi.
Sejenak kemarahan menyelimuti hatinya.
Sampai kapan dia hanya bisa melihat Sharin di saat gadis itu sedang tertidur"
Darren harus cepat. Mereka sudah sepakat tentang Sharin, padahal jarang sekali
mereka berdua sepakat. Dia dan Darren bertolak belakang dalam segala hal.
Darren cenderung baik hati dan menggunakan cara-cara pintar untuk meraih
tujuannya, sedangkan dia selalu menggunakan cara-cara licik. Licik, bukan pintar - untuk
mendapatkan apapun yang dia inginkan. Dan seperti yang Darren katakan tadi, dia sangat
kejam. Tapi Sharin adalah gadis yang sudah menyentuh perasaannya. Mungkin gadis itu
sudah melupakannya, bahkan mungkin gadis itu tidak menyadarinya, tapi kejadian dua
belas tahun lalu itu tidak akan pernah dilupakannya, pertemuan pertamanya dengan Sharin
sekaligus hari di mana dia memutuskan akan memiliki Sharin.
Darren harus memaklumi ketidaksabarannya, dia sudah menunggu selama dua belas
tahun. Menunggu dan menunggu sampai Sharin siap menjadi miliknya. Dan sekarang gadis
itu ada di depan matanya. Dia mendekat, tangannya menyentuh pipi Sharin lembut. Sharin bergeming, masih
pulas, tidak menyadari ada sosok yang mengamatinya lekat di tepi ranjangnya.
"Kau milikku Sharin, jangan lupakan itu."
*** Sharin bermimpi. Dia ada di sebuah taman hiburan yang sangat ramai. Penuh dengan
pedagang dan para orangtua yang menggandeng anak-anak mereka. Suara musik dari
berbagai stan permainan dan suara-suara manusia terdengar bercampur menjadi
satu, riuh rendah di telinganya. http://mylemaribuku.blogspot.com
"Sharin, jangan kesitu," suara neneknya terdengar memperingatkan.
Sharin mengernyit. Neneknya masih hidup" Dia menolehkan kepalanya dan mendapati
neneknya berdiri di belakangnya, neneknya benar-benar masih hidup. Hidup dan
tampak lebih muda. Dengan bingung Sharin mengamati sekeliling, dan menyadari kalau bukan dia yang
dipanggil neneknya, di sana berdiri seorang anak, mungkin delapan tahun, kurus dan agak
canggung, itu adalah dirinya yang masih berumur delapan tahun!
"Jangan bermain terlalu jauh Sharin, nenek tidak mau kamu tersesat, di sini
sangat ramai," sang nenek menggandeng tangan Sharin kecil, lalu membawanya ke sebuah kursi
kosong yang terletak di pinggir taman.
"Duduk di sini dulu, nenek akan membelikanmu es krim," kata sang nenek sambil
menunjuk stan es krim dengan antrian pembeli yang panjang, yang terletak kurang dari
seratus meter dari tempat mereka, "Jangan kemana-mana dan jangan berbicara dengan orang asing,
kalau ada apa-apa teriak saja, nenek pasti akan mendengarnya."
Sharin kecil mengangguk tapi matanya memandang sekeliling dengan penuh semangat.
Sharin tetap mengamati dari kejauhan, kenangan ini masih terpatri samar-samar di
benaknya, kenangan saat pertama kali dia di ajak ke taman hiburan.
Tiba-tiba Sharin kecil melangkah turun dari kursi, dan mulai berjalan menjauh.
Sharin langsung panic. Hey... Kembalilah, kau bisa tersesat !
Dengan gugup Sharin menoleh ke arah sang nenek yang sedang antri di stan es
krim, dia ingin berteriak tapi entah kenapa suaranya tidak keluar, setelah beberapa kali
usaha yang sia-sia, ahkirnya Sharin memutuskan untuk mengikuti Sharin kecil.
Sharin kecil terus berjalan sambil mengamati sekelilingnya dengan penuh rasa
tertarik, tidak menyadari bahwa dia makin tersesat menembus keramaian. Dengan susah payah Sharin
berusaha mengikuti sampai kemudian mereka berdua sampai di pinggiran taman,
berlokasi di bagian belakang stan yang sepi.
Sharin pucat pasi ketika sadar, pemandangan yang ada di depan mereka sungguh
mengejutkan, di sana ada sosok lelaki tinggi dengan pakaian rapi, sedikit acak-
acakan karena baru saja berkelahi,
rambutnya yang sedikit lebih panjang daripada seharusnya
http://mylemaribuku.blogspot.com
menutupi sisi wajahnya, lelaki itu berdarah di bahunya, darahnya merembes
menembus kemeja putihnya. Tangan lelaki itu memegang pisau yang penuh darah... Dan di
depannya, di depannya tergeletak sosok lelaki lain besar dan berpakaian kusam, dengan
perut terluka parah oleh tusukan pisau, sosok itu tidak bergerak. Mati.
Lelaki tampan itu menoleh dan melihat Sharin kecil sedang terpaku menatapnya.
Seperti neneknya tadi, lelaki itu sepertinya juga tidak menyadari kehadiran Sharin, dan
entah bagaimana Sharin seolah-olah terpaku, hanya bisa melihat, tidak bisa berbuat
apa-apa. "Well, halo nak," sapa lelaki itu sambil tersenyum mempesona, "Apakah kau
tersesat?" tanpa peduli lelaki itu melipat pisau penuh darah di tangannya dan memasukkannya
ke saku. Sharin kecil mengerutkan keningnya, "Aku bersama
membunuhnya?" tanyanya dengan suara kekanak-kanakan.
nenek tadi... Apakah kau Lelaki itu melirik mayat di kakinya, lalu mengangkat bahunya tak peduli. "Dia
pantas mati, dia tadi berusaha merampokku dengan pisau, jadi aku membunuhnya dengan pisaunya
sendiri, manusia seperti itu tidak pantas hidup."
Sharin kecil menatap lelaki itu tanpa takut. "Kau tidak lapor polisi?" tanyanya
polos. Lelaki itu langsung tertawa. "Polisi" Apa yang bisa dilakukan polisi di sini"
Aku sudah cukup beruntung tidak ada yang melihat kejadian ini, sampai kau datang," ekspresinya
berubah kejam. Lalu lelaki itu mendekati Sharin kecil.
Lari!! Ayo lari!! Sharin berusaha berteriak, memperingatkan Sharin kecil, tetapi suaranya tidak
bisa keluar, kakinya seolah-olah terpaku.
Lelaki itu lalu berjongkok di depan Sharin kecil. "Aku minta maaf kau berada di
tempat yang salah nak, tapi sepertinya aku harus menyingkirkanmu juga."
Sharin kecil sama sekali tidak memperhatikan ucapan laki-laki itu tatapannya
terarah pada darah di bahunya. "Kau terluka," gumam Sharin kecil.
"Apa?" lelaki itu mengerutkan keningnya, lalu melirik ke bahunya yang penuh
darah, "Oh... Ini hanya luka kecil, akan kututup dengan jaket," sambungnya sambil melirik
jaket cokelatnya yang tergeletak di tanah.
Tanpa di duga Sharin kecil mengeluarkan plester luka yang selalu dibawa-bawanya
dari sakunya. http://mylemaribuku.blogspot.com
"Bisa diobati dengan ini" Nenek selalu menutup lukaku yang berdarah dengan ini."
Lelaki itu tertegun, lalu tertawa terbahak-bahak.
"Tentu saja bisa, terima kasih," sambil masih tersenyum dia mengambil handyplast
itu dari tangan Sharin dan memasukkannya ke saku, "Siapa namamu nak?"
"Sharin," jawab Sharin polos.
Dengan pelan lelaki itu berdiri, mengambil jaketnya dari tanah dan memakainya,
lalu mengulurkan tangannya kepada Sharin kecil.
"Sharin...dan kau bilang sedang bersama nenekmu tadi" Sungguh suatu kebetulan
karena aku kemari untuk melihatmu," lelaki itu mengamati Sharin dengan teliti, tampak
puas dengan apa yang ditemukannya, "...hmm...sepertinya kau tersesat, ayo, aku akan
mengantarkanmu ke bagian informasi supaya nenekmu bisa menemukanmu."
Sharin menarik napas lega karena lelaki itu sepertinya sudah mengurungkan
niatnya untuk menyingkirkan Sharin kecil seperti yang dikatakannya tadi.
Tangan Sharin kecil menerima uluran lelaki itu, dan mereka bergandengan menuju
ke area yang lebih ramai. Buru-buru Sharin mengikuti mereka berdua.
Mereka sampai ke bagian informasi dan lelaki itu menyerahkan Sharin kecil ke
petugas yang berjaga di sana, sebelum pergi dia berjongkok lagi di depan Sharin kecil.
"Kau tidak akan mengatakan apapun yang kau lihat tadi kepada orang lain kan?" tanyanya
sambil tersenyum. Sharin kecil menganggukkan kepalanya.
Lelaki itu memajukan kelingkingnya. "Janji?"


From The Darkest Side Karya Santhy Agatha di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sharin kecil tersenyum, senyum polos anak-anak dan menautkan kelingkingnya di
jari lelaki itu. "Janji." Dengan senyumnya yang sedikit berbahaya, lelaki itu berdiri dan melambaikan
tangan. "Kalau begitu selamat tinggal Sharin. Tapi aku janji kita akan bertemu lagi, dan
saat kita bertemu, kau akan menjadi milikku, jangan lupakan itu," gumamnya sambil
melangkah menjauh. Tiba-tiba lelaki itu berhenti dan memutar tubuhnya, berhadapan langsung dengan
Sharin. http://mylemaribuku.blogspot.com
Sharin langsung pucat pasi, lelaki tampan itu menatap langsung ke arahnya!
Apakah dia menyadari kehadirannya ?""
Tatapan mata Sharin menelusuri lelaki itu. Kali ini wajah lelaki itu benar-benar
jelas. Dan sebuah kesadaran menyentaknya, rambut cokelat dengan sulur keemasan
itu... Mata cokelat itu... Semuanya tampak lebih muda, tetapi Sharin mengenalinya.
"Darren....?" gumamnya ragu.
Lelaki itu tersenyum, senyum puas yang sedikit keji, senyum yang tidak mungkin
ditampilkan Darren yang begitu dingin. "Bukan sayang, panggil aku Lucas."
**** Sharin tersentak dan membuka matanya. Keringat dingin mengalir di dahinya, dan
dia mengedarkan pandangan ke sekeliling. Sejenak kehilangan orientasi karena dia
tidak mengenali kamar ini. Tapi lalu dia sadar, ini di kamar tamu rumah Darren, calon ayah tirinya.
Dengan gugup Sharin mengusap keringat di dahinya, mimpi itu... Mimpi itu terasa
begitu nyata sekaligus aneh, tapi Sharin tidak tahu apakah itu kenangan masa kecilnya
atau cuma mimpi... Sharin duduk di tepi ranjang lalu menuang air ke gelas dari teko yang terletak
di meja samping ranjang. Setelah meminum seteguk air dia memejamkan mata.
Perasaannya tidak enak. Seperti ada yang terus menerus mengawasinya di
kegelapan, menunggu sesuatu terjadi. Tetapi sesuatu apa"
Dengan putus asa Sharin mengeryit, mengingat mimpi anehnya tadi. Benar-benar
mimpi yang aneh... Setelah mengedarkan pandangan ke sekeliling dan yakin bahwa dia sendirian di
kamar ini, Sharin membaringkan tubuhnya dan mencoba memejamkan matanya.
Itu pasti cuma mimpi aneh karena dia tidak terbiasa tidur di kamar yang bukan
kamarnya sendiri. Itu cuma mimpi. Tapi kata-kata itu tetap terngiang-ngiang di benaknya.
"Kau milikku Sharin, jangan lupakan itu..."
**** http://mylemaribuku.blogspot.com
Sharin terbangun di dini hari yang temaram, masih fajar dan sinar matahari sudah
mulai menembus jendela-jendela yang ditutup oleh gorden putih yang indah.
Hey... Kamar ini indah sekali...
Sharin baru menyadarinya sekarang, kemarin ia terlalu lelah sehingga tidak
sempat melihat ke sekeliling. Kamar ini bernuansa putih gading, semua ornamen dari karpet bulu yang tebal,
gorden dan tempat tidur semuanya bernuansa putih. Bahkan dinding-dinding dan kusen jendela
serta atapnya semuanya berwarna putih.
Tiba-tiba pintu kamarnya diketuk.
"Masuk," tanya Sharin sambil mengernyitkan kening, siapa gerangan yang mengetuk
pintu sepagi ini" Ternyata yang masuk adalah seorang pelayan, masih muda seumurnya dan kelihatan
agak gugup. "Nona Sharin, saya eh diperintahkan untuk melayani anda,"
Sharin mengernyit" Melayaninya" Seumur-umur dia tidak pernah dilayani oleh
siapapun, apalagi oleh pelayan. Konsep ini terasa sangat baru baginya.
"Tidak usah... Saya bisa semuanya sendiri," Sharin mengedarkan pandangannya ke
sekeliling, mencari-cari tasnya. Untung saja dia membawa pakaian ganti, Cathy
sudah mengingatkannya akan kemungkinan mereka menginap di ahkir pekan ini.
Tapi di mana tasnya itu "
Pelayan wanita itu seolah-olah tidak peduli dengan perkataan Sharin, dia
melangkah menuju lemari pakaian indah yang juga berwarna putih.
"Saya akan menyiapkan perlengkapan mandi nona, dan ini... Semua pakaian nona
sudah disiapkan disini," dia lalu membuka lemari itu.
Sharin ternganga. Didalam lemari itu terdapat banyak gaun dan pakaian, mungkin puluhan dan
semuanya digantung dengan rapi dibalik plastik pembungkus yang masih baru. Tidak mungkin
kan pakaian itu untuknya" Pelayan
itu pasti salah. http://mylemaribuku.blogspot.com
"Ti...tidak mungkin pakaian-pakaian ini untukku. Kamu pasti salah..." Sharin
berusaha mengatasi rasa gugupnya, "Mungkin...mungkin ini untuk ibuku?"
Dengan tegas pelayan itu menggeleng. "Saya mendapat instruksi langsung oleh
kepala pelayan. Mari, saya akan menyiapkan air dan peralatan mandi Anda."
Sharin sebenarnya ingin membantah. Tidak mungkin kan Darren menyiapkan pakaian
baru sebegitu banyak untuknya?" Dia kan hanya akan tinggal disini selama ahkir pekan,
apakah Darren tetap berpendapat Sharin akan tinggal bersama mereka setelah
pernikahannya dengan Cathy" Tapi, meskipun Darren berpendapat begitu, lelaki itu kan tetap
saja tidak perlu menyiapkan baju sebanyak itu"
Pelayan itu pasti salah, Sharin memutuskan. Semua baju itu pasti untuk Cathy.
Sharin mengernyit ketika membayangkan kemarahan Cathy atas kesalahan ini. Ibunya itu
sangat posesif. Egois dan posesif, dan Cathy pasti tidak akan suka kalau Sharin memakai
salah satu baju yang disiapkan untuknya.
"Aku... Aku ingin memakai bajuku sendiri, kau tahu tidak dimana tas pakaianku
yang berwarna cokelat" Sepertinya kemarin aku meletakkannya di atas meja."
Pelayan itu menggeleng. "Tidak ada tas disini," jawabnya datar lalu meninggalkan Sharin untuk masuk ke
kamar mandi dan menyiapkan air mandi untuknya.
Sharin termangu, matanya masih mencari-cari dan dia masih belum putus asa
mencari sampai pelayan itu muncul lagi dari kamar mandi.
"Mari, airnya sudah siap, saya akan merapikan tempat tidur dan menyiapkan
pakaian nona." Mau tak mau, meski dengan dahi berkerut Sharin melangkah masuk ke kamar mandi.
Dia tidak terbiasa dilayani, dan tidak suka di layani.
Seperti jaman feodal saja, gerutunya dalam hati.
Tapi apapun keberatan yang ada di dalam hatinya itu langsung hilang melihat
keindahan kamar mandi di depannya. Kamar mandi itu dipenuhi kaca, di dinding dan di atap, dengan bingkai-bingkai
putih di sekelilingnya, kaca itu beruap karena air panas dari bath-tub yang penuh busa
dan menguarkan aroma wangi campuran mawar dengan susu.
http://mylemaribuku.blogspot.com
Tiba-tiba saja mandi terasa sangat menggoda bagi Sharin.
Pelan-pelan dia mencelupkan tangannya ke air hangat dalam bath tub itu,
hangatnya pas, pelayan tadi benar-benar mempersiapkannya dengan baik.
Sharin lalu berendam dan memejamkan matanya. Rasanya nikmat sekali, seperti
ototototnya yang kaku dilemaskan pelan-pelan.
Rasanya sangat nyaman hingga Sharin hampir tertidur. Perasaannya damai hingga
makin lama Sharin makin tenggelam dalam alam mimpi.
"Jangan tertidur disini, dari yang kudengar, banyak orang mati tenggelam karena
tertidur di bath-tub." Suara itu begitu mengejutkan Sharin dari tidur-tidur ayamnya, dia terlonjak
kaget dan begitu menyadari siapa yang berdiri sambil bersandar santai di kusen pintu penghubung
kamar mandi wajahnya langsung merah padam.
Secepat kilat Sharin menenggelamkan tubuhnya sampai ke leher, menyembunyikannya
di balik busa. Darren, yang bersandar di pintu tampak tidak terpengaruh dengan rasa malu
Sharin, lelaki itu malah menyeringai dalam senyuman sedikit mengejek.
*** "Aku bertanya-tanya kenapa kau tidak segera keluar dan sarapan, pelayan itu
bilang kau sedang mandi dan dia tidak berani mengganggumu."
Rona merah di wajah Sharin mulai menyebar ke seluruh tubuhnya, dia malu sekali!!
Tapi kenapa lelaki ini seolah-olah tidak peduli" Tidak sopan bukan masuk ke kamar
mandi di mana ada perempuan sedang mandi"
Tapi sepertinya Darren tidak peduli dengan etika ataupun kesopanan, mata tajam
Darren menelusuri wajah dan leher Sharin yang merona, ada api memancar di sana, dan
ekpresinya berubah, sedikit liar tapi menakutkan. Bukan seperti ekspresi yang
akan muncul di wajah lelaki sedingin Darren, pikir Sharin tiba-tiba, ini terasa sangat aneh
karena ketika menatap mata Darren, ada nyala api yang sedikit menakutkan di dalam mata
kecokelatan itu. "Aku sudah menyelamatkan nyawamu tadi, kalau terlambat kau mungkin sudah mati
tenggelam di kamar mandi,
tidakkah kau ingin mengucapkan terima kasih?"
http://mylemaribuku.blogspot.com
Suara itu setengah berbisik, diucapkan dengan nada malas, tapi bulu kuduk Sharin
langsung berdiri. Dia menatap Darren dan menyadari lelaki itu masih berdiri di sana, menunggu
"Te....Terima kasih," gumamnya pelan entah kenapa meskipun tidak yakin kenapa
harus berterima kasih dia merasa terdorong untuk melakukannya. Lelaki ini begitu
mengintimidasi dan sepertinya kalau keinginannya tidak dituruti dia akan melakukan sesuatu yang
tak terduga. Senyum yang muncul pelan-pelan di bibir lelaki itu malah membuat Sharin sedikit
takut dan gelisah. Hey... Apakah ini orang yang sama dengan calon ayah tirinya yang
berkenalan dengannya kemarin" Kenapa auranya begitu berbeda "
"Bagus," gumam Darren lambat-lambat, lalu melangkah mundur, "Cepat selesaikan
mandimu, aku menunggu di ruang makan, oh ya, bajumu sudah kusiapkan di ranjang,
kupilihkan sendiri dari lemari."
Darren menyiapkan bajunya" Sharin mengernyit dan bertanya-tanya. Jadi memang
pakaian-pakaian itu disiapkan untuknya" Tapi kenapa" Lagipula kenapa Darren
menyiapkan bajunya" Dia menoleh untuk bertanya, Tapi sosok Darren sudah lenyap.
Dengan gugup Sharin menyelesaikan mandinya dan melangkah keluar dari kamar
mandi. Pelayan wanita itu masih di sana, tapi tampak lebih pucat, "Kau tidak apa-apa?"
Sharin tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya.
Pelayan itu mengangguk sedikit gemetar.
"Tuan Darren memarahi keteledoran saya karena tidak menengok anda di kamar
mandi, Tuan Darren sangat menakutkan kalau marah," suara wanita pelayan itu berbisik
ketakutan. Sekali lagi Sharin mengernyit. Menakutkan kalau marah" Dalam majalah-majalah
bisnis dan gosip mengenai Darren yang dibacanya karena ingin tahu, calon ayah tirinya itu
dikenal sangat pandai mengendalikan emosi, malah ada yang menyebutnya tak punya emosi.
Apakah selama ini Darren menyembunyikan sifat aslinya"
"Baju anda sudah disiapkan, nona."
Sharin menoleh ke ranjang,
tempat bajunya di hamparkan dan sekali lagi terperangah.
http://mylemaribuku.blogspot.com
Indah sekali... Itulah yang terpikir pertama kali olehnya ketika melihat gaun itu. Gaun itu
panjang dibawah lutut, berpotongan sederhana tetapi sangat indah. Warnanya ungu muda, dan
bahannya dari sutera yang sangat halus, berdesir setiap kali kain itu digerakkan.
Masih termangu, Sharin membiarkan pelayan itu membantunya mengenakan pakaiannya,
lalu membiarkan lagi dirinya dibimbing untuk duduk di depan meja rias.
Seperti sudah biasa melakukannya, pelayan itu langsung menyisir rambut panjang
Sharin yang terurai. Sementara Sharin menatap bayangan dirinya di cermin.
Betapa sebuah gaun bisa mengubah penampilan seseorang ! Yang terpantul di sana
bukanlah Sharin yang kuno dan berpenampilan seperti kutu buku. Bayangan yang


From The Darkest Side Karya Santhy Agatha di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

muncul di cermin di depannya itu adalah bayangan perempuan muda yang cantik, dengan pipi
kemerahan dan rambut panjang tergerai sampai bahu,
"Rambut anda indah sekali," gumam pelayan itu sambil terus menyisir.
Sharin tergeragap. Menyadari bahwa dari tadi dia melamun sambil menatap
bayangannya sendiri. "Oh iya, aku harus mengikat rambutku," matanya mencari-cari, ahkirnya menyadari
bahwa ikat rambutnya sama raib nya dengan tas pakaiannya.
"Anda tidak boleh mengikat rambut lagi, begitu perintah Tuan Darren kepada saya
tadi." Hah" Kali ini Sharin tidak bisa menahan gumaman kagetnya. Tetapi pelayan wanita itu
tidak bereaksi apa-apa, setelah selesai membereskan semuanya, dia berpamitan dan
melangkah keluar dari kamar. Meninggalkan Sharin sendirian di kamar ini.
Sejenak Sharin termangu, lalu teringat pesan Darren tadi. Sarapan. Tadi Darren
bilang begitu kan" Mungkin Darren dan ibunya sudah menunggu di sana.
Dengan bergegas, Sharin melangkah ke ruang makan.
http://mylemaribuku.blogspot.com
*** BAB 3 http://mylemaribuku.blogspot.com
Lelaki itu menatap Thomas lalu mengalihkan pandangan ke api yang menyala,
membakar tumpukan dedaunan kering yang sudah dikumpulkan oleh tukang kebun,
Di balik tumpukan daun-daun itu, ada tas cokelat Sharin yang berisi pakaiannya,
dan tentu saja ikat rambutnya. "Jangan sampai ada yang tersisa, pastikan itu," gumamnya tegas.
Thomas menganggukkan kepalanya. "Baik Tuan Lucas."
Lelaki itu mengernyit mendengar panggilan itu, lalu tertawa terbahak-bahak.
"Betapa aku merindukan panggilan itu. Dan hanya kau, Thomas, pelayanku yang
setia yang berani memanggilku seperti itu."
"Saya selalu setia kepada anda berdua," jawab Thomas, suaranya masih datar.
Lucas tersenyum lambat-lambat, kebiasaannya, kalau dia ingin memerangkap
seseorang. "Benarkah" Mungkin kau memang setia pada Darren... Tapi padaku?" dengan pelan
Lucas beranjak tepat di hadapan Thomas yang mulai kehilangan topeng datarnya, pelayan
tua itu mulai kelihatan gelisah. "Saya setia kepada anda berdua, saya pastikan itu," jawab Thomas cepat-cepat.
"Kau memang harus setia kepadaku," gumam Lucas dengan nada malasnya yang biasa,
"Karena kalau tidak... Aku akan marah. Dan kalau aku marah... Ah tidak perlu
kujelaskan, kau sudah tahu bukan?" Lucas tersenyum sangat manis.
Wajah Thomas pucat pasi, keringat dingin mulai mengalir di pelipisnya. Dia tidak
suka kalau harus terpaksa mendampingi dan berbicara dengan tuannya yang satu ini. Rasanya
seperti berhadapan dengan serigala buas, yang memutuskan untuk bermain-main dulu sebelum
memangsa korbannya. Ah... Kenapa Tuan Darren tidak muncul-muncul"
"Saya bersumpah tidak akan berkhianat," gumam Thomas ahkirnya.
Lucas terkekeh. "Ya... Ya... Karena kalau tidak, aku akan pastikan tidak akan
ada yang selamat dari kecelakaan yang kedua kalinya," Lucas menoleh, senyumnya hilang dan
menatap Thomas tajam, "Kecelakaan yang pertama itu hanyalah peringatan. Menunjukkan
http://mylemaribuku.blogspot.com
apa yang bisa kulakukan kepada keluargamu kalau kau sampai berani berulah lagi,
tapi aku tidak akan main-main pada kecelakaan yang kedua, kau tentunya mengerti kan?"
Thomas mengernyit, lalu cepat-cepat menganggukkan kepalanya. Anak gadisnya dan
menantunya mengalami kecelakaan parah di jalan pulang menuju rumah mereka tiga
tahun lalu, sebuah mobil dengan sengaja menabrakkan diri ke mobil mereka. Pengemudi
mobil itu mati seketika, tetapi anak dan menantunya bisa diselamatkan meskipun terluka
parah, dan semua itu terjadi setelah Thomas mencoba mengingatkan Kakek Sharin bahwa ada
bahaya yang mengintai cucu mereka.
Senyum Lucas muncul lagi melihat kernyitan Thomas, dia lalu menatap Thomas
ramah. "Bukankah kau seharusnya berterimakasih padaku karena kebaikan hatiku?" gumamnya
ramah. Thomas segera menganggukkan kepalanya, takut kalau dia tidak segera menjawab,
tuannya yang menakutkan ini akan marah. "Te...Terimakasih Tuan Lucas."
Lucas terkekeh mendengarnya, tampak puas.
"Dan kudengar anak gadismu baru saja melahirkan seorang bayi laki-laki ya" Cucu
pertamamu?" Thomas langsung pucat pasi begitu Lucas mengucapkan hal itu di depannya. Tidak
mungkin kan tuannya ini tega menyakiti bayi kecil yang tidak berdaya" Tapi Thomas
kemudian menatap mata yang bersinar keji itu dan menyadari kalau Lucas pasti mampu.
Lelaki ini tidak punya setitikpun belas kasihan di hatinya.
"Saya bersumpah akan setia kepada anda Tuan Lucas, tapi saya mohon, jangan
sakiti cucu saya. Dia masih kecil..."
"Hei... Kau menghinaku," Lucas terkekeh, " Aku sedang berpikir untuk mengirimkan
kartu ucapan dan hadiah untuk anak dan cucumu, lagipula kau tidak berpikir aku tega
menyakiti anak kecil bukan?" Thomas menatap Lucas dan bulu kuduknya berdiri. Lucas mampu, dan dengan
katakatanya yang tersirat itu, Lucas memastikan kalau Thomas tahu bahwa Lucas
mampu menyakiti anak kecil yang paling tidak berdosa sekalipun.
"Bagus," Lucas tampak puas dengan sikap diam Thomas, "Aku ingin kau setia
kepadaku, bukan kepada Darren," Lucas merenung lalu menatap tas pakaian Sharin yang
terbakar habis, "Menjijikkan sekali pakaian itu, pakaian murah yang membuat kecantikan
gadisku lenyap," tiba-tiba Lucas menoleh kepada Thomas, "Kau juga berpendapat begitu
bukan?" Thomas langsung mengangguk.
"Ibunya, perempuan murahan itu memperlakukan anaknya
http://mylemaribuku.blogspot.com
dengan sangat buruk, ibu paling pendengki yang pernah aku tahu, dan
menurutku...," api di
mata Lucas menyala, "Ibu semacam itu sebaiknya tidak ada di dunia ini."
Thomas makin pucat ketika melihat api di mata itu. Itu api yang sama yang muncul
ketika Tuan Lucas memerintahkan untuk melenyapkan orang-orang yang tidak di
inginkannya. Thomas berdoa, untuk Cathy. Apapun yang direncanakan Tuan Lucas padanya, Thomas
berharap agar Tuan Darren bisa membujuk Tuan Lucas untuk membatalkannya. Kalau
itu tidak berhasil, yah... Semoga Tuhan melindungi Cathy.
*** Ruang makan itu kosong. Sarapan hangat sudah disiapkan di meja, dan belum
tersentuh sekalipun. Sharin mengernyit, tadi Darren mengatakan akan menunggunya sarapan, tapi kenapa
ruangan ini kosong" Lagipula di mana ibunya"
"Kau cantik sekali."
Sekali lagi, suara itu mengejutkan Sharin hingga Sharin langsung memutar
badannya, dia berhadapan dengan Darren yang baru memasuki ruangan.
Darren berhenti dan menatap lekat-lekat ke arah Sharin, dari ujung kepala sampai
ujung kakinya. "Ah, maaf, sekali lagi aku mengejutkanmu," Darren tersenyum, "Baju itu cocok
untukmu," sambungnya. Sharin menundukkan kepalanya. "Te...Terimakasih," gumamnya pelan lalu menengok
ke arah pintu. Tidak ada tanda-tanda kehadiran Cathy di sana.
"Cathy tidak pernah sarapan, dia terbiasa bangun siang, kesibukannya sebagai
artis sudah mengubah pola tidurnya," gumam Darren tenang. Lalu mendahului Sharin ke meja
makan, "Duduklah, kita sarapan, banyak yang ingin kutanyakan kepadamu."
Dengan patuh Sharin duduk, aura lelaki ini berubah. Kali ini aura berwibawa dan
penuh kharisma, bukan aura menakutkan seperti tadi pagi.
Mereka menyantap sarapan dalam diam sampai Darren membuka percakapan. "Selama
ini kau dirawat oleh kakek dan nenekmu?"
Sharin mengerjap mendengar
pertanyaan itu, "Iya... Cathy terlalu muda ketika melahirkan
http://mylemaribuku.blogspot.com
saya. Jadi kakek dan nenek saya mengambil alih tugas untuk membesarkan saya,"
Sharin tersenyum, membayangkan kakek neneknya, "Saya tidak menyesalinya, mereka
pengganti orangtua yang terbaik."
Darren ikut tersenyum lembut melihat ekspresi Sharin. "Kau pasti sangat
menyayangi mereka." Sharin mengangguk. "Tentu saja,"
"Kenapa kau memanggil ibumu dengan Cathy" Kenapa bukan "ibu atau mama?", Darren
bertanya dengan cepat, membuat tangan Sharin yang sedang mengarahkan sendok ke
mulutnya membeku, pengalihan topik pembicaraan secara mendadak itu sejenak
membuat Sharin terpaku bingung, tetapi dia segera menemukan jawaban.
"Ah... Mungkin karena saya kurang begitu dekat dengannya. Anda tahu, kami jarang
bertemu, dan usia kami cukup dekat hingga rasanya aneh kalau saya memanggilnya
ibu," Sharin berbohong, dan entah kenapa dia merasa kalau Darren tahu bahwa Sharin
berbohong. "Anak baik," gumam Darren sambil menyesap kopinya, tapi matanya menatap lekat ke
arah Sharin, "Kau melindungi ibumu meskipun ibumu sama sekali tidak peduli padamu.
Aku tahu kalau Cathy tidak mau dipanggil ibu olehmu, dia tak mau terdengar begitu tua
karena ada gadis seumurmu memanggilnya dengan sebutan ibu," Darren langsung melemparkan
kebenaran telak itu ke hadapan Sharin. Membuat gadis itu tidak mampu berkata
apa-apa. "Katakan," sambung Darren sambil meletakkan cangkir kopinya, "Apakah kau
menyayangi ibumu?" Sharin langsung mengangguk. "Tentu saja, meskipun kami tidak terlalu akrab. Dia
tetap ibu saya." Wajah Darren tampak datar mendengar jawaban itu, "Lalu, kalau misalnya terjadi
sesuatu pada ibumu, akankah kau merasa sedih?"
Sharin mengernyit. Sekali lagi laki-laki di depannya ini melemparkan pertanyaan
yang begitu aneh. "Tentu saja," jawabnya langsung.
Darren terdiam, tampak berpikir, lalu menarik napas. "Apapun yang terjadi nanti,
kau harus tahu bahwa kesedihanmu adalah hal terahkir yang kuinginkan," gumamnya pelan.
Lalu melanjutkan menyantap sarapannya dalam keheningan.
http://mylemaribuku.blogspot.com
Sementara itu di ujung meja yang satunya Sharin sibuk berpikir, menelaah
semuanya, pertanyaan-pertanyaan Darren benar-benar membuatnya kebingungan, dan kalimat
terahkir Darren tadi... Apa maksudnya"
*** Cathy terbangun hampir menjelang siang, dia segera mandi dan berdandan secantik
mungkin. Hatinya berbunga-bunga. Matanya memandang sekeliling kamarnya, kamar
ini mewah, bukan yang terbaik memang, Cathy mendengus, tapi kemudian segera
tersenyum lagi. Sebentar lagi. Dia hanya harus bersabar sebentar lagi, lalu dia akan menempati
kamar terbaik di rumah ini: kamar Darren.
Seulas senyum puas tersungging di bibirnya, membayangkan masa depannya nanti.
Hidupnya akan dipenuhi kemewahan, dan suaminya nanti... Cathy menyeringai di
cermin, suaminya adalah lelaki yang akan membuat wanita-wanita lain mati karena cemburu
pada keberuntungannya. Darren adalah calon suami paling potensial untuknya, dia melihat lelaki itu
dalam acara amal yang kebetulan mengundang Cathy sebagai artis pengisi acara di sana. Saat
melihat Darren pertama kalinya, Cathy langsung terpesona dan memutuskan untuk mencoba
merayu. Ternyata perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan, Darren juga tertarik
kepadanya, dan tiga bulan setelah mereka menjalin hubungan, lelaki itu melamarnya. Tentu saja
Cathy tidak menolak. Hanya wanita bodoh yang akan menolak lamaran lelaki seperti Darren.
Well... Cuma ada satu permasalahan, Darren selalu menolak tidur dengannya,
padahal Cathy sudah jelas-jelas memberikan isyarat bersedia lebih dari sekedar bercumbu
secara panas. Lagipula, bagi Cathy, jika mereka tidur bersama, ikatan mereka bisa lebih
kuat. Cathy perlu memastikan bahwa Darren tidak akan meninggalkannya sampai ikatan
mereka

From The Darkest Side Karya Santhy Agatha di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sah dalam pernikahan nanti. Tapi Darren benar-benar tak tergoyahkan, lelaki itu
hanya mencumbu Cathy dengan keahliannya yang membuat Cathy hampir gila, tetapi selalu
mundur ketika hampir melewati batas.
Malam ini aku harus berhasil mengajaknya tidur denganku.
Cathy bukan orang suci, dan dia tidak pernah berpura-pura sebagai orang suci.
Reputasinya sebagai aktris sudah penuh dengan berbagai skandal dan gosip
perselingkuhan, tujuh tahun tahun sejak kebodohannya yang melahirkan seorang
anak yang sama sekali tidak diinginkannya,
dia menikah lagi dengan seorang pejabat kaya yang
http://mylemaribuku.blogspot.com
kemudian diceraikannya setelah dua tahun pernikahan. Perceraian yang
menghebohkan karena marak dengan spekulasi perselingkuhan dan tuduhan- tuduhan lainnya. Cathy
mengerucutkan bibirnya yang indah, waktu itu dia memang selingkuh. Yah suaminya
waktu itu sudah tua sedangkan dia masih muda dan cantik, jadi wajar-wajar saja kan
kalau dia selingkuh" Setelah perceraiannya itu, dia hidup dengan bebas dan bahagia, sampai dia
bertemu Darren, pria yang akan mewujudkan seluruh impiannya untuk menjadi ratu yang akan
membuat iri semua orang. Setelah mengenakan gaun merahnya yang paling sexy, Cathy melangkah keluar kamar
dan melalui lorong yang sepi untuk mencari Darren.
Darren pasti akan terpesona dengan kecantikanku.
Senyum Cathy makin membuncah penuh percaya diri. Dengan langkahnya yang gemulai
dia melewati lorong demi lorong rumah mewah itu menuju ruang kerja Darren.
"....harus menyiapkan yang terbaik untuk nona Sharin."
Langkah Cathy langsung terhenti mendengar suara itu.
"Itu Instruksi langsung dari Tuan Darren, semua harus yang terbaik untuk nona
Sharin. Apakah kiriman sepatu-sepatu dan perhiasan yang di pesan kemarin sudah datang?"
Suara itu... Cathy mengernyit, itu suara Thomas, kepala pelayan di rumah ini.
Tapi apa Cathy tidak salah dengar" Yang terbaik untuk Sharin" Sharin?"" Apa jangan-jangan
kepala pelayan ini tertukar nama antara dia dengan Sharin"
Huh! Kalau begitu kepala pelayan bodoh ini harus menerima ganjarannya. Dia akan
melaporkan hal ini pada Darren dan memastikan Thomas dipecat! Enak saja menyebut
dirinya dengan nama Sharin.
Dan apa yang dia dengar tadi" Sepatu-sepatu dan perhiasan" Cathy langsung
tersenyum lebar, lupa akan rencananya untuk mengadukan Thomas kepdada Darren, calon
suaminya pasti berniat untuk memberinya kejutan!! Ah!Darren memang benar-benar
mencintainya. Dengan senyum lebar, otak Cathy berputar... Dia punya rencana. Dia harus membuat
Darren lebih mencintainya lagi sehingga tidak bisa hidup tanpanya, malam nanti,
dia akan menyusup ke kamar Darren dengan gaun malam sexy dan menyerahkan dirinya. Darren
pasti tidak akan menolak lagi. Tidak pernah ada yang menolak pesona Cathy
sebelumnya. http://mylemaribuku.blogspot.com
**** Cathy mematut dirinya di cermin terahkir kali sebelum melangkah keluar kamar,
mau tak mau dia mengagumi kecantikannya sendiri, rambutnya yang diwarnai kemerahan oleh
salon ternama tergerai panjang dan berkilauan indah, kulitnya yang sangat halus bagai
suterahasil perawatan salon ternama - tampak bercahaya dan lembut.
Wajahnya sangat cantik, semua orang mengakuinya. Di usianya yang ke 36, Cathy
telah mencapai puncak sebagai wanita matang dan percaya diri. Dia sudah berpengalaman
menaklukkan hati lelaki, dan malam ini dia bertekad menaklukkan Darren.
Setelah mengenakan jubah kamar tipisnya, pelengkap gaun tidurnya yang sexy,
Cathy melangkah keluar kamar diam-diam. Saat itu tengah malam, lorong itu bercahaya
temaram, dan dengan senyum sensual, membayangkan apa yang akan terjadi nanti, Cathy
melangkah menuju kamar Darren. Diketuknya kamar itu pelan, tidak ada jawaban. Dengan ragu Cathy memegang handle
pintu dan mencoba membukanya. Tidak dikunci.
Apakah Darren masih di ruang kerjanya"
Pikiran itu membuat Cathy tersenyum. Kalau begitu kejutannya akan berjalan
sempurna. Dia akan berbaring di ranjang dengan pose sexy, dan ketika Darren memasuki kamar
lalu melihatnya, pasti akan senang sekali.
Cathy masuk ke dalam kamar Darren, lalu menutup pintu di belakangnya. Kamar itu
gelap dan temaram, Cathy mengernyit menyadari bahwa ini pertama kalinya dia masuk ke
kamar calon suaminya itu. Diedarkannya pandangannya ke sekeliling ruangan.Kamar ini luas, mewah dan indah.
Tetapi terlalu 'laki-laki., Cathy mencibir, begitu mereka menikah nanti, hal pertama yang harus dilakukannya
adalah mendekor ulang kamar ini. Karpet Persia mahal warna emas akan dipasangnya di
lantai untuk menggantikan karbet bulu warna abu-abu yang sekarang di injaknya. Dia
pasti akan mendekor ulang kamar ini hingga tampak seperti kamar raja dan ratu.
Dengan puas Cathy melangkah mengelilingi ruangan, memikirkan perubahan-perubahan
apa yang akan dilakukannya. Sampai ketika dia melangkah ke meja kayu di samping
ranjang Darren. Langkahnya terhenti.
Tumpukan album foto"http://mylemaribuku.blogspot.com
Tertarik, Cathy membuka album foto yang sangat tebal itu. Ada kira-kira delapan
album foto di sana, dengan sampul kulit yang sangat tebal dan berukuran besar.
Dan foto-foto yang ada di dalam album itu membuat Cathy ternganga.
Album foto itu penuh dengan gambar-gambar Sharin! Ada Sharin yang sedang
berjalan di trotoar sambil membawa keranjang belanjaan, Sharin yang sedang duduk dan minum
teh di sebuah rumah makan, Sharin yang sedang menyapu di depan rumah, Sharin yang
sedang bercakap-cakap dengan seorang ibu setengah baya di tepi ranjang...
Cathy membuka semua album foto ituan kedelapan-delapannya, dan wajahnya langsung
pucat pasi. Delapan album foto itu, semuanya berisi foto Sharin sejak dia masih kanak-kanak
sampai sekarang!!!!! Ada apa ini" Kenapa Darren punya album foto seperti ini?" Tangan Cathy mulai
gemetaran. Dan tiba-tiba saja suara itu terdengar dari belakangnya. "Ada yang bilang, kalau
kau lancang memasuki territorial terlarang seseorang karena rasa ingin tahu yang
berlebihan, maka keingintahuanmu itu bisa membunuhmu."
Suara itu begitu dingin, berbisik seperti dihembuskan angin, tapi seperti petir
di telinga Cathy, dia begitu terperanjat hingga menjatuhkan salah satu album foto itu ke
lantai dengan suara berdebum keras. Darren ada di sana, muncul begitu saja dari kegelapan, matanya menatap Cathy
lalu beralih ke album foto yang tergeletak di lantai, wajahnya tampak tidak senang.
"Sebelum kita berbicara," suaranya lembut mengalir, "Maukah kau ambil album foto
di lantai itu dan meletakkannya kembali di meja, sayang?"
Menakutkan..... Itulah pikiran pertama yang terlintas di pikiran Cathy ketika mendengarkan suara
Darren. Suara itu biasa saja, diucapkan dengan sangat sangat lembut, tetapi entah kenapa
terasa menakutkan... Darren bilang apa tadi" Ah ya! Album foto...
Dengan sedikit gemetar, Cathy mengambil album foto itu dan meletakkannya kembali di
http://mylemaribuku.blogspot.com
meja. Darren tersenyum puas melihatnya, dan tersenyum.
"Darren... Apa maksud semua ini?" Kenapa kau..."
"Stttt...," masih tetap tersenyum Darren meletakkan telunjuk di bibirnya
sendiri, memintanya untuk berhenti bersuara, "Saat aku bilang kita akan berbicara, berarti aku yang
akan berbicara, bukan kau sayang."
Bibir Cathy gemetar, gelisah dan bulu kuduknya tetap merinding. Kenapa Darren
terasa berbeda" Padahal di matanya penampilan Darren tampak sama, begitu tampan, tetapi
lelaki ini terlalu penuh senyum, senyum yang aneh... Sedikit keji, dan auranya
begitu berbeda. "Bertanya-tanya ya Cathy sayang?" Darren terkekeh pelan.
Cathy menggeleng, lalu mengangguk, kebingungan, membelalakkan matanya dan
mencoba membuka mulut untuk bersuara.
"Sttttt...," Darren meletakkan telunjuk di bibirnya lagi, "Kita tidak mau
membangunkan seisi rumah kan" Ini sudah tengah malam," suara Darren berbisik, matanya penuh canda,
seperti anak kecil yang mengajak temannya berkompromi melakukan suatu kenakalan rahasia.
Mau tak mau Cathy menahan suaranya, menunggu. Suasananya begitu menekan,
menakutkan, sementara Darren terus berdiri di situ menatapnya dengan senyum
manisnya yang terlalu manis. "Sebenarnya ini di luar rencana... Aku tidak ingin melakukan semua secepat ini,"
lelaki itu melirik ke album foto di meja kayu itu, "Darren akan marah, tapi seperti
kubilang tadi, ketika rasa ingin tahumu membawamu memasuki territorial terlarang... Kau... bisa...
terbunuh," kata-kata terahkir itu diucapkan dengan penuh penekanan.
Cathy mengernyit, Darren akan marah" Apa maksudnya" Bukankah lelaki yang sedang
berbicara dengannya ini adalah Darren" Apa maksud kata-kata Darren tadi?" Cathy
mencoba mencerna, tetapi otaknya yang gelisah tidak bisa diajak berpikir.
"Kita harus memikirkan sesuatu, jalan keluar dari permasalahan ini," Darren
bersedekap. Pura-pura serius, "Kita bisa memakai pisau... Tapi darahnya terlalu banyak, dan
aku sedang tidak ingin repot-repot membersihkan darah yang berceceran... Lagipula aku
harus menggali lubang untuk mengubur mayat di belakang... Hmmm... Tidak, pisau terlalu
merepotkan... Harus memakai cara lain," dahi Darren berkerut seolah berpikir,
"Harus dibuat seperti kecelakaan...,"
tiba-tiba Darren menatap tajam ke arah Cathy sambil
http://mylemaribuku.blogspot.com
tersenyum, lalu melangkah maju mendekati Cathy.
Otomatis Cathy melangkah mundur, tapi terhenti karena menabrak meja di
belakangnya. "Bagaimana Cathy" Aku mendapat ide bagus... Kecelakaan dengan tersetrum di dalam
bath-tub sepertinya menyenangkan, tidak ada darah, paling cuma sedikit
kesakitan.... Tapi aku harus merelakan bath-tub di salah satu kamarku tidak dipakai selamanya,"
dahi Darren berkerut seperti tidak senang - karena bath-tub nya tidak akan bisa dipakai
selamanya" lalu dia tersenyum lebar seperti mendapatkan ide cemerlang, "Ah... Ya...
Aku tahu, jatuh dari tangga.... Rasa sakitnya sedikit, paling hanya kesakitan ketika tangan atau
kaki patah... Dan ketika kepala menyentuh lantai dengan keras... Tidak ada kesakitan lagi
karena nyawa langsung melayang, kita harus berharap nyawa langsung melayang
karena kalau tidak kesakitannya akan tidak tertahankan. Hmm... Banyak darah mungkin, tapi
aku bisa mengatasinya..."
"Darren... Kau sedang bicara apa?" suara Cathy terdengar berbisik, sedikit
tercekik di tenggorokan karena ngeri. Kata-kata Darren yang panjang dan lebar itu begitu
mengerikan, dan tidak ada korelasinya dengan apa yang seharusnya mereka bicarakan!!!
Darren menatap langsung ke mata Cathy, makin mendekat, senyum tidak pernah
hilang dari bibirnya. "Membicarakan apa katamu" Cathy, kau ini bodoh atau apa?" Lelaki itu
menggelenggelengkan kepalanya, berpura-pura kebingungan, "Aku maklum, semua
artis biasanya bodoh." Darren sudah berdiri satu langkah tepat di depan Cathy, tangannya terulur meraih
pipi Cathy dan mengusapnya lembut. "Ah... Cathy sayang, tentu saja aku sedang
membicarakan cara kematianmu."
Wajah Cathy pucat pasi, shock...
"Apa?" "Hmmm," Darren menggeleng-gelengkan kepalanya dengan dahi berkerut seperti
sedang memarahi anak kecil, "Kau sudah mendengarnya dengan jelas tadi, aku tidak mau
mengulang lagi, sayang."
"Darren," Cathy mulai merengek, kalau saat ini Darren sedang bercanda, maka
candanya sudah keterlaluan, jantung Cathy seperti mau meledak karena ketakutan.
"Darren," lelaki itu menirukan rengekan Cathy dengan nada mengejek, "Panggil
saja nama itu terus, tidak akan berhasil, kau sedang tidak beruntung sayang, karena
sekarang kau harus berhadapan denganku,"
gumam Darren misterius. http://mylemaribuku.blogspot.com
Entah karena tatapan Darren yang keji, entah karena nada suara Darren, detik


From The Darkest Side Karya Santhy Agatha di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itulah Cathy sadar kalau Darren tidak main-main, lelaki ini benar-benar akan membunuhnya!!!
Cathy berusaha melangkah dan berlari, tapi dengan mudah Darren menahannya, tiba-
tiba Cathy menyadari ada sesuatu yang berkilat di tangan kiri Darren, itu... Sebuah
pisau! "Well yah... Ini memang pisau, kalau kau bertanya-tanya," Darren mengangkat pisau
yang kelihatan sangat tajam itu kedepan wajah Cathy, membuat Cathy memejamkan matanya
dengan ngeri, "Kalau kau mencoba mengusik kemarahanku, aku terpaksa menggunakan
pisau ini... Bukan masalah karena pada ahkirnya kau akan mati juga... Tapi kau
tahu tidak," senyum Darren tampak lambat-lambat dan puas, "Tertusuk dengan pisau rasanya
sangat menyakitkan...," mata Darren berkilat-kilat senang, "Pada awalnya, ketika
perutmu tertusuk oleh pisau ini, tidak akan terasa sakit.. Tapi ketika aku mencabutnya, mungkin
sambil membawa sebagian organ dalammu keluar... Sakitnya tidak tertahankan... Tapi
tentu saja aku tidak akan berhenti di situ, aku akan menghujamkan lagi, mencabutnya lagi...
Terus menghujamkan dan mencabut pisau itu berkali kali...dan ketika aku selesai,
percayalah... kau akan lebih memilih jatuh dari tangga."
Seluruh tubuh Cathy gemetar oleh rasa ngeri mendengar penjelasan gila Darren
itu. "Kau tidak akan berani melakukannya!!! Polisi...polisi akan..."
"Oh, apa aku lupa bilang soal mengubur mayat di kebun belakangku yang begitu
luas?" Wajah Cathy pucat pasi. "Kalau aku menghilang begitu saja, polisi akan
mencariku!!!" Cathy mencoba mengancam. "Aku punya banyak koneksi untuk mencegah hal-hal semacam itu terjadi, sedikit
uang di sana sini, dan kau akan berahkir dengan cerita, "Artis Catherine Soraya kabur
keluar negeri setelah meninggalkan calon suaminya yang kaya raya sebelum pernikahan mereka,
dan membawa kabur koleksi perhiasan yang tak ternilai harganya dari rumah calon
suaminya itu," Darren mengernyit, "Meskipun kalau memang harus terjadi seperti itu,
nantinya akan sedikit merepotkanku... Oleh karena itu demi kebaikan kita, sebaiknya kita lebih
memilih "tangga." Senyum mempesona Darren muncul lagi, "Bukankah kau harus berterima
kasih karena aku begitu baik hati?"
Wajah Cathy pucat pasi, "Berterimakasih?" Apa maksud Darren" Pria ini tersenyum
begitu manis tapi tatapannya begitu keji seperti orang gila, dan Cathy yakin Darren
tidak segansegan melakukan apapun tadi itu yang dideskripsikannya dengan begitu
mengerikan. "Darren," air mata mulai muncul di sudut mata Cathy mengalir melewati pipinya,
"Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi
kau menakutiku... Ada apa ini sebenarnya?"?"
http://mylemaribuku.blogspot.com
Dengan santai, Darren mengambil dasinya, lalu mengikatnya di bibir Cathy yang
lunglai pasrah dibungkam mulutnya. Bagaimana mungkin dia berani memberontak kalau pisau
tajam yang berkilauan itu teracung-acung di mukanya"
Darren mengamati hasil ikatanya, tersenyum puas melihat Cathy tidak bisa
berbicara, kelihatan senang melihat air mata mengalir di pipi Cathy.
"Hmmm... Karena kau tidak mau berterima kasih, lebih baik aku mengikat mulutmu,
dengan begitu kau tidak perlu berbicara, aku muak mendengar suaramu, kau tahu itu"
Aksen mendesahmu yang dibuat-buat itu menjijikkan di telingaku, kau pikir kau seksi
sekali ya?" Darren mencibir, dan berbisik di telinga Cathy, "Lagipula aku tidak suka kau
memanggilku dengan nama Darren... Kau bisa memanggilku dengan nama Lucas, sayang...," lelaki
dengan lembut mengusap air mata yang mengalir di pipi Cathy, mata Cathy
membelalak, bingung dengan perkataan Darren barusan, "Aahh kasihan... Kau ketakutan sekali ya,
sayang" Aku tak bermaksud membuatmu begitu ketakutan... Tapi kau tahu aku memang
terlalu banyak bicara kalau sedang senang, maafkan aku ya?" dengan lembut Darren
mengecup dahi Cathy, lalu mendorong Cathy pelan-pelan keluar ruangan,
menempelkan pisau yang dingin dan keras itu di pinggangnya.
Mereka melewati lorong-lorong remang-remang itu, dan Cathy berdoa sepenuh hati,
mengedarkan pandangannya ke sekeliling dengan gelisah dan ketakutan.
Kumohon!! Siapa Saja!! Selamatkan aku!!!
Tapi doanya sia-sia, rumah itu begitu sepi dan senyap. Sampai mereka berdua
berdiri di ujung tangga yang mengarah turun ke pintu utama di bawah.
"Ada kata terahkir?" Darren terkekeh, "Aaah, aku lupa, mulutmu diikat ya?"
dengan lembut Darren melepas ikatan di mulut Cathy.
Saat ikatan di mulutnya terlepas, Cathy bertekad untuk berteriak sekeras-
kerasnya, membangunkan seisi rumah ini, meminta pertolongan.
Tetapi dia baru membuka mulutnya ketika merasakan tubuhnya melayang ke bawah.
Darren sudah mendorongny !!!!
Tubuhnya terlempar ke bawah melayang-layang sebentar, lalu terjatuh dengan
keras. Bunyi tulang-tulang patah berderak terdengar di telinganya disertai rasa sakit yang
amat sangat. Bau anyir darah mulai tercium... Terasa hangat dan nyeri menyebar tanpa henti dari
belakang kepalanya. Tapi tidak seperti katahttp://mylemaribuku.blogspot.com
Darren sebelumnya, rasa sakit itu tidak langsung lenyap, Cathy
masih sadar! Dan rasa sakit yang menyerangnya sangat luar biasa sungguh tak
tertahankan lagi... Cathy masih bisa mendengar langkah kaki Darren yang menuruni
tangga pelan-pelan lalu membungkuk di atasnya.
"Ah... Masih hidup?" Darren tersenyum, mengamati posisi Cathy yang terlentang
dengan aneh, tangan dan kakinya tertekuk dengan posisi berlawanan, patah dengan tulang
mencuat di kedua sisi. Dan darah segar mengalir dari bagian belakang kepalanya, mulai
menggenang membasahi rambutnya, "Cathy yang malang, sungguh tidak beruntung,
kasihan sekali...," Darren menggeleng-gelengkan kepalanya pura-pura iba, lalu
sekali lagi terkekeh sambil mengamati Cathy penuh rasa humor.
Cathy mencoba bicara, tapi hanya suara erangan yang terdengar dari
tenggorokannya, dia terbatuk dan seketika itu juga darah segar menyembur dari mulutnya, menyembur
tanpa henti, menyakitkan sekali... Sampai kemudian telinganya mulai berdenging, Cathy
mencoba menatap Darren, mempertahankan kesadarannya, lelaki itu masih berdiri di sana,
tersenyum manis, mengucapkan "adios" -selamat tinggal- dengan lembut... Tetapi
kemudian kegelapan itu mulai melingkupinya, menariknya ke dalam pusaran tak
tertahankan... Dan benar kata Darren tadi, semuanya hilang... Semuanya lenyap...
*** BAB 4 http://mylemaribuku.blogspot.com
Pagi itu diawali dengan teriakan histeris seorang pelayan, dan kemudian semuanya
berjalan dengan begitu membingungkan bagi Sharin.
Dia terbangun karena teriakan itu, dan langsung keluar kamar, mencoba mencari
tahu apa yang terjadi. Di pintu, dia berpapasan dengan Darren yang sepertinya terbangun
juga oleh jeritan itu, bersama-sama dengan beberapa pelayan lain mereka melangkah ke arah
jeritan dan keributan yang mulai terdengar,
"Apa-apaan ini?" Darren melangkah di depan Sharin, jelas sekali jengkel dengan
keributan yang mengganggu tidurnya. Lalu di ujung tangga langkahnya mendadak terhenti
hingga Sharin menabrak punggungnya, "Oh Tuhan! Tidak..." Darren berusaha mencegah Sharin
menengok, "Jangan lihat."
Tapi Sharin sudah terlanjur melihat, ........di bawah sana, di ujung paling bawah
tangga, ibunya terlentang dengan posisi aneh. Tangan dan kakinya patah, mencuat ke arah
yang berlawanan, darah menggenang di belakang kepalanya, di mulutnya, di wajahnya, di
dagunya hingga membasahi gaun tidur putihnya..... dan matanya melotot.... Penuh
dengan ketakutan... Tubuh Sharin langsung lunglai, hingga Darren harus menopangnya.
"Telepon polisi." Sharin lamat-lamat mendengar suara Darren memberi perintah
kepada beberapa pelayan yang mulai berkerumun, "Panggil dokter!!", perintah Darren
lagi... lalu kemudian kesadaran Sharin menghilang.
*** Sharin terbangun di kamarnya, dengan dokter membungkuk di atasnya, memeriksanya,
tampak lega ketika melihat dia sadar,
"Dia sudah sadar Tuan Darren".
Lalu Darren mendekat, tampak pucat dan cemas,
"Kau tidak apa-apa?" kecemasan tampak jelas di matanya, emosi pertama yang
dilihat Sharin dari Darren sejak perkenalan pertama mereka.
"Cathy...." suara Sharinhttp://mylemaribuku.blogspot.com
menghilang. Darren menggenggam kedua tangan Sharin, tampak sedih, "Aku menyesal Sharin, aku
sangat sangat menyesal..... Aku tidak tahu kenapa semua ini bisa terjadi, polisi
ada di bawah... dan menurut mereka Cathy terpeleset di tangga, mungkin dia mengantuk.....
aku.....", suara Darren tampak tertelan, "Aku.... menyesal Sharin,"
Sharin mengamati kesedihan di mata Darren dan air mata mengalir di matanya.
Ibunya telah tiada. Seberapapun buruknya hubungan mereka berdua, Cathy tetap
ibunya, dan Sharin masih selalu menyimpan harapan kalau suatu saat nanti ibunya akan
mencintainya. Sekarang Cathy telah tiada, dan harapan Sharin seolah-olah
dipadamkan dengan kejam. Tangis Sharin muncul, semula hanya isakan pelan, tapi makin lama makin keras tak
tertahankan, dan Darren langsung memeluknya menenangkannya. Mereka berdua
berpelukan dalam kesedihan
*** Darren melangkah memasuki kamarnya, letih. Sharin sudah tidur, dokter terpaksa
memberikan obat penenang karena Sharin tidak henti-hentinya menangis.
Polisi sudah membawa jenazah Cathy ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih
lanjut. Para pelayan langsung bergerak cepat dengan instruksi Thomas, karpet yang penuh darah
langsung diganti dan disimpan bersama barang-barang lain yang diminta, untuk
diserahkan kepada pihak kepolisian. Selain itu semuanya di bersihkan, barang-barang Cathy
yang masih tersimpan di kamarnya dibereskan dan dikemas dalam satu kotak. Dalam
sekejap rumah itu sudah tampak seperti semula, seolah-olah tidak ada yang mati beberapa
saat lalu di sana. Sedikit masalah dengan wartawan, Darren mengernyit. Mereka langsung
berbondongbondong mencoba mencari berita, seperti semut merubungi gula. Tapi
pengamanan rumahnya yang ketat menyebabkan wartawan-wartawan itu hanya tertahan sampai
pintu gerbang. Darren hanya mengizinkan wartawan yang memperoleh kualifikasi dari
kepolisian untuk meliput TKP. Sekarang Darren berdiri di depan cermin mengamati wajahnya dengan tajam.
Sosok di cermin itu tersenyum kejam, sedikit mengejek, sosok Lucas,
"Bravo.... Akting yang sangat
hebat Darren." gumamnya lambat-lambat penuh tawa.
http://mylemaribuku.blogspot.com
"Brengsek!!" Darren memaki, tidak bisa menahan kemarahannya.
Lucas terkekeh, tidak mau repot-repot menyembunyikan kepuasannya, "Jangan marah
padaku, bukankah aku menolongmu" Kau kan tahu sendiri, kemarin Cathy melihat
album foto yang penuh berisi foto-foto Sharin sejak dia berusia delapan tahun sampai
sekarang" "Kau tidak perlu membunuhnya! " desis Darren geram.
Lucas mengangkat bahu, "Lalu apa yang harus kita lakukan untuk membungkam
mulutnya" Kalau dia mencari tahu sedikit lebih dalam lagi, dia akan menemukan semuanya.....
maksudku, semuanya Darren... Termasuk apa yang kita lakukan pada kakek dan nenek
Sharin, dan kau pikir apa yang akan terjadi kalau Sharin sampai tahu" Aku
melepaskanmu dari kesulitan dengan mengambil jalan termudah, kau harusnya berterimakasih
padaku." gumam Lucas sombong. Darren menatap geram pada bayangan di depannya, "Ralat kata-katamu!! Kau bilang
'Apa yang kita lakukan pada kakek dan nenek Sharin" , Kau yang melakukannya!! Kau
dengan kegilaanmu yang tak berperikemanusiaan, dan jangan bertingkah seolah-olah kau
menyelamatkanku!! Kau hanya mencoba menyelamatkan dirimu sendiri!"
Senyum Lucas tak pudar juga meski dibentak seperti itu, malah semakin lebar,
"Menyelamatkan kita berdua, ingat itu Darren, kita berdua", gumamnya puas,
membuat Darren kehabisan kata-kata. "Aku tidak berniat melakukan itu kepada kakek
Sharin, tetapi dia mulai menyadari tentang kita dan hendak membawa Sharin menjauh. Jadi aku
harus menyingkirkannya.. mengenai nenek Sharin.. dia terlalu ingin tahu, seperti
Cathy, mengorekngorek informasi mengenai kematian suaminya. Aku harus bertindak.
Memangnya kau punya cara lain?" Darren terdiam mendengar pertanyaan Lucas, membuat tawa Lucas makin keras.
"Lihat kan" kau tidak bisa membantah... seharusnya kau berterimakasih padaku," Lucas
terdiam

From The Darkest Side Karya Santhy Agatha di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menunggu. Tapi Darren tak bergeming sehingga Lucas terkekeh lagi, "Ah, percuma
mengharapkan terimakasih darimu," tatapan Lucas berubah tajam ketika dia mulai berpikir,
"Sekarang tanpa adanya Cathy, segalanya akan lebih mudah untuk mendapatkan gadisku."
"Dia bukan gadismu!", potong Darren marah.
Lucas menatap Darren penuh perhitungan, lalu tersenyum, "Cemburu Darren" Kau
juga menginginkannya kan" http://mylemaribuku.blogspot.com
Aku tahu itu, tak ada yang bisa kau sembunyikan dariku, aku bisa
merasakannya, perasaan ingin memiliki ketika kau menatap Sharin dari kejauhan.....
" tawa Lucas membahana di ruangan itu. "Kita lihat saja nanti, akan jatuh cinta kepada
siapa Sharin, kepadamu dengan kekakuanmu yang membosankan itu, atau kepadaku dengan
segala pesonaku." Ucapan itu bagai sebuah janji, menggema dari sudut yang gelap, janji yang
menakutkan..... *** Ketika Sharin terbangun, rasanya masih seperti mimpi, dia mandi, berpakaian dan
berjalan seperti robot, mengernyit ketika menyadari bahwa tasnya memang benar-benar tidak
ada. Dia harus pergi dari rumah ini.. segera. Selain karena dia sudah tidak
sepantasnya berada di rumah ini lagi, kenangan itu.... Kenangan akan tubuh Cathy yang tergeletak di
bawah tangga dengan mata menyiratkan ketakutan yang amat sangat itu.....
Sharin menggeleng-gelengkan kepalanya, mencoba menghilangkan pikirannya yang
mulai melantur jauh. Suara gaduh di luar membuatnya tertarik, dia melangkah ke pintu
dan mengintip, para pelayan tampak sibuk kesana kemari.
"Kau sudah bisa bangun rupanya."
Suara itu membuat Sharin terlonjak kaget, dia menoleh, dan di sana, sambil
bersandar di dinding lorong, dengan pakaiannya yang hitam-hitam, Darren berdiri dengan
menatapnya geli. Sharin menghembuskan nafas panjang, ah astaga, sepertinya laki-laki ini memang
sangat suka membuatnya terkejut.
"Oh... iya... saya..."
"Hari ini pemakaman Cathy, karena wartawan ada banyak sekali di sana, aku
sarankan kau tidak usah hadir, semua sudah diurus," sela Darren seolah tak tertarik dengan
kata-kata Sharin. Sharin menelan ludah, kenapa lelaki ini tampak begitu dingin" Bukankah Cathy
adalah calon isterinya" Setidaknya bukankah seharusnya ada setitik perasaan sedih yang
tersirat di sana" "Saya eh... sedang berpikir untuk segera pergi dari rumah ini." guman Sharin
lemah, entah kenapa kehadiran Darren yang hanya berdiri di sana terasa begitu mengintimidasi.
"Kenapa?" alis Darren tampak
mengernyit. http://mylemaribuku.blogspot.com
"Karena saya sudah tidak sepantasnya tinggal disini, lagipula, saya memang tidak
berencana pergi terlalu lama...."
"Tidak." Suara Darren berubah, kelam dan gelap. Ekspresi wajahnya pun berubah,
seolaholah orang lain yang berdiri di situ.
"Apa?" Sharin mengamati wajah Darren, tiba-tiba merasa takut entah kenapa.
"Kau tidak boleh pergi dari rumah ini." Lelaki itu melangkah maju dengan
pandangan mengancam. Sharin melangkah mundur dengan gerakan refleks, "Kenapa?"
"Karena...." Lelaki itu mengerutkan keningnya, tampak berpikir, "Para wartawan
masih berkeliaran mengawasi rumah ini, mereka akan memangsamu seperti piranha
mengerubuti mangsanya kalau mereka tahu tentangmu."
"Tetapi... mereka tidak tahu tentang saya, saya akan menyelinap diam-diam di
malam hari, mereka mungkin akan mengira saya salah satu pelayan di rumah ini."
"Jangan merendahkan dirimu." Darren mengerutkan keningnya, tak suka ketika
Sharin menyamakan dirinya sebagai pelayan, "Ibumu sudah tidak ada, jadi tidak akan ada
yang bisa merendahkan dirimu lagi. Aku sudah memastikannya."
Sharin menatap Darren, dan mengerutkan keningnya lagi. Lelaki itu tampak
berbeda, dia tampak menakutkan. Dan dia mirip dengan laki-laki dalam mimpinya.... laki-laki
yang mengatakan bahwa namanya adalah Lucas...
Tiba-tiba perasaan takut menyelimuti Sharin, dan Darren tampaknya mengetahuinya,
entah kenapa lelaki itu tampaknya bisa mengendus ketakutan dalam diri Sharin.
"Kenapa Sharin?" ada senyum di situ, senyum yang lembut, tetapi tampak
menakutkan, "Kenapa wajahmu pucat" Kau teringat sesuatu?" Lelaki itu melangkah maju, mulai
mendekat "Tidak... tidak. Saya hanya sedikit pusing." Itu memang benar. Semua hal ini
membuat kepalanya pusing. "Karena itulah kau tidak boleh pergi dari rumah ini dulu. Aku tidak akan
mengizinkanmu." Darren berhenti mendekati
Sharin, untuk kemudian melangkah mundur, "Istirahatlah."
http://mylemaribuku.blogspot.com
Dan dengan tenang, lelaki itu melangkah pergi. Meninggalkan aura ketakutan
memancar di belakangnya. *** "Kau harus menyebarkan kabar itu kepada para wartawan." Darren berbicara dengan
dingin kepada seseorang di seberang telepon. "Hembuskan kabar bahwa Cathy
memiliki anak gelap." "Apakah anda ingin semua wartawan berbondong-bondong datang ke rumah ini?". Itu
suara Ronald, salah satu anak buah kepercayaan Darren yang sangat setia.
"Ya. Buatlah kekacauan. Aku akan memastikan Sharin tahu tentang itu semua."
"Saya akan menyebarkannya. Para wartawan akan berpesta pora."
"Bagus." Daren tersenyum. "Lakukan dengan baik."
Telepon ditutup, dan Darren menghela napas. Dia harus mempertahankan Sharin dulu
di rumah ini. Setidaknya sampai dia bisa mengambil hati Sharin. Sampai Sharin
tertarik kepadanya dan tidak mau pergi dengan kemauannya sendiri.
Tetapi hal itu tampaknya tidak mudah. Ketika Lucas muncul dan menguasainya,
Sharin tampak ketakutan, Darren memperhatikan ketika Sharin melangkah mundur dengan
refleks untuk melindungi dirinya dari aura mengancam Lucas.
Dia menatap ke arah cermin dan melihat bayangannya. Bayangannya yang dalam
benaknya kini tampak tersenyum mengejek dan jahat, senyuman Lucas.
"Dia tidak menyukaimu. Kalau kau tidak mau membuatnya kabur dan lari ketakutan,
kau harus menyingkir." Lucas tersenyum sinis, "Dan kau pikir dia lebih menyukaimu?"
"Dia lebih tenang kalau aku yang ada di depannya." Darren menatap Lucas tajam,
"Aku sedang berusaha membuatnya bertahan di tempat ini. Jangan mengacaukannya!"
Lucas terkekeh mendengar perkataan Darren, "Aku tidak janji." Lalu bayangan
lelaki itu menghilang dalam kegelapan, dan Darren menatap kembali wajahnya sendiri di
cermin. Menghembuskan napasnya dengan kesal. http://mylemaribuku.blogspot.com
*** Darren tidak memiliki Lucas di dalam dirinya sejak lahir. Dulu dia anak yang
normal dan biasa-biasa saja. Kemudian ketika usianya enam tahun, di saat kedua orang tua
kandungnya masih hidup, Darren mulai merasakannya. Ada sesuatu yang gelap dan
menakutkan tumbuh di dalam dirinya. Sesuatu yang kejam dan mengerikan.
Dia pernah tersadar ketika memegang seekor kelinci yang telah dimutilasi dengan
kejam. Kelinci itu masih utuh, tetapi tangan dan kakinya dipotong, dan mata serta organ
dalam tubuhnya dikeluarkan, berceceran di tanah. Darren yang masih berumur tujuh tahun
tersentak dan membuang kelinci itu ke tanah, berlari ketakutan.
Rupanya itulah saat pertama Lucas bisa muncul dan menguasai tubuhnya.
Kejadian-kejadian lain tak kalah mengerikannya. Lucas selalu membawa aura
kemarahan dan kebencian. Dan selalu muncul di saat-saat yang tidak terduga.
Di masa sekolah dasarnya, Darren selalu di skors di sekolah untuk hal-hal kejam
yang dia tidak tahu, memukul teman sekelasnya dengan penggaris logam, menggores pipi
teman perempuannya dengan pisau cutter, membunuh anjing peliharaan penjaga sekolah
yang selalu mengonggonginya... dan semua hal itu, bahkan Darren tidak merasa pernah
melakukannya. Darren kebingungan, merasa difitnah dan diperlakukan kejam oleh orang-orang di
sekelilingnya, semua orang takut kepadanya. Bahkan mama kandungnya sendiri mulai
takut kepadanya dan menjauhinya, bersikap gugup kalau Darren ada di dekatnya. Begitu
juga ayahnya, yang memang sejak semula bersikap dingin dan menjauh. Meskipun ada
perubahan besar dalam diri ayahnya, ayahnya sangat kejam dan tegas, dan tidak
segansegan memukul Darren kalau Darren melakukan sesuatu yang menurutnya salah
dan tidak sesuai dengan standarnya, tetapi sepertinya ayahnya sudah berhenti memukulinya.
Pertama kali Lucas berkomunikasi padanya adalah suatu malam di usianya yang ke
sepuluh. Darren melihat bayangan di depannya bisa membalas perkataannya. Dan
memperkenalkan diri. "Aku Lucas." Katanya waktu itu. "Bisa dikatakan kita berbagi rumah yang sama."
Lalu semuanya jelas bagi Darren, Lucaslah yang melakukan semua kekejaman itu.
Lucas adalah sisi lain dirinya, alter egonya yang sangat kejam dan tidak
berperikemanusiaan. Lelaki itulah yang dirasakannya
menyelinap bagai bayangan gelap dan menakutkan
http://mylemaribuku.blogspot.com
bertahun lalu, seakan menunggu saat untuk meledak dan menguasainya.
Darren tidak mau Lucas lepas dan tak terkendali, lalu merusak hidupnya. Darren
lalu dengan sekuat tenaga berusaha menekan Lucas dalam-dalam, mengendalikannya,
membuatnya tertidur jauh di dalam dirinya. Sampai kemudian kedua orang tuanya
tewas dalam kecelakaan pesawat itu dan Darren diambil oleh keluarga angkatnya, sebagai
wali Darren. Sampai dia berusia 21 tahun dan boleh menerima warisan keluarga secara
hukum, yang ditunjuk oleh ayah Darren, mereka adalah sahabat Ayah Darren. Dan mereka
memberikan suasana keluarga yang hangat dan menyenangkan bagi Darren, jauh dari
suasana dingin dan kaku yang ada di rumah Darren sebelumnya.
Bahkan Lucaspun sepertinya menyadari kebaikan keluarga angkat itu, karena dia
jarang memberontak muncul dan mengganggu. Semua tampak berjalan lancar, sampai entah
kenapa Darren lengah dan Lucas berhasil menguasai tubuhnya. Lalu menciptakan
sebuah kejadian yang membuat mereka sama-sama terobsesi kepada Sharin.
Obsesi itu yang membuat Lucas semakin lama semakin kuat dan bisa muncul kapanpun
sesuai kemauannya sendiri. Keinginan Lucas memiliki Sharin begitu kuat sehingga
Darren sendiri tidak mampu membuatnya tertidur lama-lama
*** Lucas memasuki kamar Sharin, dengan langkah tenang dan tidak terlihat, seperti
yang biasanya dilakukannya kalau dia menyelinap ke kamar perempuan itu.
Sharin tertidur dengan lelap, mungkin obat penenang dari dokter itu membuatnya
tenggelam dalam mimpi yang dalam. Bagus. Itu berarti Lucas bisa leluasa.
Lelaki itu duduk di pinggiran ranjang dan menyentuhkan jemarinya menelusuri pipi
Sharin. Benarkah perempuan ini takut kepadanya" Kenapa Sharin takut kepadanya" Dalam
benak Lucas. Sharin adalah perempuan satu-satunya yang melihatnya apa adanya. Mata
polos itu dulu pernah menatapnya, menatapnya dengan perhatian ketika dia telah membunuh
orang dengan mengerikan. Bahkan Sharin waktu itu menawarkan plester untuk lukanya. Lucas saat itu sudah
siap membunuh Sharin. Baginya tidak masalah membunuh anak kecil, apalagi anak kecil
yang merupakan saksi mata. Tetapi dia mengurungkan niatnya karena anak kecil itu
menawarkannya plester untuk menyembuhkan lukanya. Sebuah tindakan yang konyol...
tetapi menyentuh hati Lucas yang gelap. Dan di hari itu, Lucas menyadari bahwa
dia harus bisa memiliki Sharin. Apapun akan dilakukannya untuk memiliki Sharin. Gadis itu
memberikannya kekuatan. Semakin lama semakin kuat. Hingga mungkin dia bisa
menyingkirkan Darren dari
tubuh ini, dan menguasainya sepenuhnya.
http://mylemaribuku.blogspot.com
Lucas menunduk dan mengecup bibir Sharin yang sedang tertidur pulas. Bersyukur
atas obat penenang yang diberikan oleh dokter itu sehingga Sharin tidak akan sadar
kalau dia bertindak sedikit lebih jauh. Jemarinya membuka kancing kemeja Sharin, menyentuh
buah dadanya, dan meremasnya lembut. Gairahnya naik, seperti biasanya. Kalau
berhubungan dengan perempuan, Lucas hanya mengetahui satu hal : nafsu. Dia tidak pernah tahu
cara lain untuk menggambarkan perasaannya kepada perempuan.


From The Darkest Side Karya Santhy Agatha di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bibirnya turun ke leher Sharin, meresapi harumnya perempuan itu yang menggoda
seluruh saraf tubuhnya. Dan Lucas mengecupnya, mencecap setiap rasanya. Ketika bibirnya
sampai ke bagian paling atas payudara Sharin yang ranum dan menggoda, Lucas
mengecup lebih dalam, melumat kulit halus itu, sehingga meninggalkan tanda
kemerahan di sana, membuat Sharin sedikit menggeliat dan mengerutkan kening dalam tidur
pulasnya. Dia menegakkan tubuh dan tersenyum puas melihat hasilnya. Ini sama seperti
seorang pejantan yang memberi tanda kepada betinanya.
Dengan tenang dia mengancingkan kembali piyama Sharin, dan merapikan kembali
selimutnya. Dalam senyuman dia mengecup bibir Sharin untuk terakhir kalinya,
sebelum meninggalkan gadis itu terbaring lelap di ranjang.
Sekarang belum saatnya memiliki Sharin. Nanti, kalau waktunya sudah tepat. Lucas
akan mengambil Sharin, menundukkannya, menguasainya dan mempermainkannya sesukanya,
sampai dia bosan. *** Ketika Sharin terbangun keesokan harinya, hujan turun dengan derasnya di pagi
hari yang muram itu. Menghantamkan air ke jendela kaca kamarnya, membuat suasana makin
gelap dan murung. Sharin melangkah turun dari ranjang. Pelayan biasanya sudah datang
dan menyiapkan peralatan mandinya, tetapi kali ini tidak ada yang datang. Sharin
berpikir mungkin Darren memerintahkan mereka untuk tidak mengganggu tidurnya.
Dengan gontai, masih setengah mengantuk Sharin melangkah ke dalam kamar
mandinya. Dia melepaskan piyamanya dan berdiri telanjang di bawah pancuran air hangat. Dia
sedang tidak ingin berlama-lama di kamar mandi, karena itu dia sama sekali tidak
melirik ke arah bathtub. Selesai mandi dan merasa segar akibat siraman air hangat ke tubuhnya,
Sharin berdiri di depan cermin dan mengambil sikat gigi dari tepi wastafel. Dia mulai
menyikat giginya dan tertegun. Sharin tertegun melihat bayangan yang terpantul di kaca kamar mandinya. Di
bagian atas payudaranya, ada tanda merah yang sekarang sudah sedikit membiru. Dengan bingung
digosoknya tanda itu, http://mylemaribuku.blogspot.com
tidak sakit. Apakah bekas gigitan serangga" Kenapa tidak terasa
gatal dan sakit" Lama Sharin mengerutkan keningnya sambil memandang tanda itu. Tetapi kemudian
dia menarik napas dan melanjutkan menggosok giginya. Mungkin memang hanya ruam di
kulitnya yang sekarang sudah sembuh. Pikirnya dalam hati.
*** Darren memintanya datang ke ruang keluarga setelah sarapan, jadi Sharin
menurutinya meski sedikit enggan, berduaan dengan lelaki itu terasa sedikit
mengintimidasinya. Tetapi
tentu saja Sharin tidak bisa menolaknya.
"Kemarilah." Lelaki itu duduk di sofa dan menepuk tempat di sebelahnya dengan
ramah, membuat Sharin mau tak mau mengambil tempat duduk di sebelah Darren.
DI depan mereka ada sebuah televisi besar yang dinyalakan. Menayangkan berita
gosip. "Lihatlah berita itu." gumam Darren datar.
Sharin melihat berita itu dan mengernyit. Para wartawan sedang berdiri di depan
tempat yang dia kenal. Tempat itu... tempat itu adalah rumahnya! Rumah tempat
tinggalnya dengan kakek dan neneknya. Kenapa para wartawan berdiri di depan rumahnya?"
"Mereka entah darimana mendapatkan kabar bahwa Cathy mempunyai seorang putri
yang dirahasiakan." Darren bergumam sambil mengamati berita di televisi itu, "Dan
sekarang mereka menyerbu ke rumahmu, mencari tahu. Untung saja rumah itu kosong karena
kau ada di sini, kalau tidak mereka akan menyerbumu."
Sharin masih tertegun. Tiba-tiba merasa takut, para wartawan itu sama persis
seperti yang dikatakan Darren, mereka seperti piranha yang kelaparan, berusaha mengerubuti
dan mengejar mangsa mereka. Hidupnya dulu tenang, dan Sharin nyaman berada di
dalamnya, kenapa hidupnya bisa berubah seperti ini"
Darren menoleh menatap Sharin yang masih terdiam, "Mereka juga berusaha
mengejarku, tetapi mereka tidak bisa menembus pagar rumahku. Kalau kau mengintip jauh ke
luar sana, kau pasti bisa melihat beberapa mobil parkir di sana, mengintip dan berusaha
mendapatkan informasi sekecil apapun." Darren menarik napas panjang, "Mereka tidak tahu kau
ada di rumah ini, jadi kau bisa berlindung di rumah ini. Untuk sementara, sampai para
wartawan itu tenang." Sharin menghela napashttp://mylemaribuku.blogspot.com
panjang. Dia sungguh-sungguh ingin pergi. Perasaannya tidak enak
dan dia merasa tidak pantas berada di rumah ini. Darren bukan siapa-siapanya,
dan tinggal di sini terasa mengganggu pikirannya. Tetapi kalau situasinya berubah seperti
ini, dia tidak bisa bisa menolak bantuan Darren bukan"
Sharin menghela napas panjang lagi, berusaha mencari cara untuk menghindar,
ditatapnya Darren dengan ragu, "Mungkin saya bisa mencari teman yang bersedia menampung saya untuk sementara
waktu?" Darren terkekeh, "Aku yakin teman-temanmu tidak mempunyai pagar yang kokoh dan
tak tertembus seperti pagarku. Apakah kau ingin mengganggu kehidupan mereka dengan
serbuan wartawan itu" Wartawan itu tak akan berhenti Sharin, kau adalah berita
panas yang mereka kejar, dan mereka tidak akan berhenti sampai mereka mendapatkanmu."
Sharin mengernyitkan dahinya, "Tetapi .. saya merasa tidak pantas tinggal di
rumah ini. Saya bukan siapa-siapa anda dan..."
"Anggaplah aku temanmu, oke" Rumah ini besar dan bisa menampungmu. Kau akan aman
di sini. Tidak ada yang tahu kau di sini. Aku tidak merasa direpotkan olehmu,
dan kau bebas pergi setelah keadaan aman." Darren tersenyum lembut, "Aku akan menjagamu
Sharin." Dan entah kenapa Sharin menyadari ada kejujuran yang tulus di balik kata-kata
Darren itu. *** Tetapi Darren yang sekarang makan malam dengan Sharin sangat berbeda. Lelaki itu
berubah, menyebarkan aura ketakutan yang sama seperti yang dirasakan Sharin
beberapa waktu yang lalu. Lelaki itu diam sepanjang makan malam yang hening. Hanya
melirik Sharin dengan tatapan tajam yang sedikit menakutkan beberapa kali. Membuat Sharin
merasa tidak nyaman. Darren tidak berusaha memulai percakapan, karena itu Sharin juga diam saja.
Membiarkan para pelayan melayani mereka dari sajian pembuka, sajian utama dan kemudian
sajian penutup. Ketika sajian penutup sudah selesai dihidangkan, Sharin menatap Darren
yang mulai menuangkan anggur ke gelasnya dengan gugup,
"Saya rasa... saya akan kembali ke kamar dan beristirahat."
Lelaki itu diam saja, menyesap anggurnya dan menatap Sharin dari atas gelasnya.
Semakin lama aura lelaki itu terasa
semakin menyesakkan dadanya.
http://mylemaribuku.blogspot.com
Sharin meletakkan serbetnya dengan hati-hati, lalu menganggukkan kepalanya
kepada Darren dan dengan langkah cepat melangkah keluar dari ruang makan itu, berusaha
secepat mungkin keluar dari sana, membebaskan diri dari suasana yang menyesakkan
dadanya. Dia sudah membuka pintu ruang makan itu sedikit, ketika tangan Darren yang
ramping dan kuat terulur begitu saja di belakangnya. Telapak tangannya mendorong pintu itu
supaya menutup lagi. Darren sudah berdiri di belakang Sharin, begitu dekat hingga napasnya berembus
hangat di puncak kepala Sharin dan dadanya hampir menyentuh punggung Sharin. Sharin
berdiri dengan gugup menghadap pintu, masih membelakangi Darren, jantungnya berdebar
entah kenapa. Lalu lelaki itu menundukkan kepalanya, berbisik dengan hembusan lembut di
telinga Sharin, membuat bulu kuduk Sharin berdiri.
"Kenapa kau begitu buru-buru berpamitan Sharin" Apakah kau takut kepadaku?"
*** http://mylemaribuku.blogspot.com
BAB 5 http://mylemaribuku.blogspot.com
Debar di jantung Sharin makin kencang. Perasaan ini sama seperti perasaan seekor
tikus yang terperangkap dalam cengkeraman kucing besar. Kucing itu tidak ingin
memakannya dulu, dia lebih memilih bermain-main dengan korbannya, membuatnya kaku
ketakutan, sebelum menelannya bulat-bulat.
"Ti...tidak, saya hanya sedikit lelah.."
"Kau sudah tidur seharian ini, tidak mungkin kau lelah." Darren masih berbisik
pelan di telinga Sharin. Lalu tanpa disangka-sangka, lelaki itu menunduk makin dalam,
jemarinya menyingkap leher gaun Sharin sehingga menampakkan pundaknya yang rapuh. Dengan
gerakan sensual yang mengancam, lelaki itu mengecup pundak Sharin, ringan
bagaikan kupu-kupu, tapi membuat Sharin gemetaran, "Kau bisa menemaniku bercakap-cakap
malam ini. Aku kesepian." Apakah lelaki ini mabuk" Sharin bertanya-tanya. Tubuhnya gemetar ketakutan.
Ingin melepaskan diri, tetapi terhimpit oleh Darren di pintu. Dia takut lelaki ini
berbuat kasar kepadanya, karena sepertinya lelaki ini dalam suasana hati yang buruk.
"Lepaskan saya Darren." Suara Sharin pelan, dan gemetar, tetapi dia berusaha
terdengar tegas. Darren terkekeh pelan di belakang Sharin. Tetapi lelaki itu melangkah mundur
satu langkah dan melepaskan Sharin. Membuat Sharin langsung menghembuskan napas lega
merasakan tubuh Darren menjauh. "Selamat beristirahat Sharin..."
Sharin tidak sempat mendengarkan lagi. Dia langsung membuka pintu ruang makan
itu dan setengah berlari ke kamarnya. Dengan tergesa dikuncinya pintu kamarnya, lalu
bersandar di pintu itu dengan ketakutan. Aura lelaki itu berbeda, ada nuansa kejam di
sama. Darren yang di ruang makan tadi mirip sekali dengan Darren dalam mimpi Sharin beberapa
waktu lalu.... Lelaki yang mengatakan bahwa namanya adalah 'Lucas'...
Sharin memandang ke sekeliling ruangan. Setelah memastikan bahwa pintunya
terkunci rapat, dia melangkah ke ranjang dan duduk di sana dengan gelisah. Ini tidak bisa
dilanjutkan. Dia tidak bisa tinggal di rumah ini. Ada sesuatu yang gelap dan
misterius yang menghantui rumah ini. Membuatnya merasa diawasi, merasa tidak tenang setiap
saat. Sharin harus keluar darihttp://mylemaribuku.blogspot.com
rumah ini, dia mungkin bisa menemukan teman di daerah terpencil
yang bisa menampungnya, jauh dari jangkauan para wartawan. Ya, sebesar apapun
resikonya, Sharin merasa dia harus segera pergi dari rumah ini.
*** Ketukan di pintu kamarnya membuat Sharin terbangun dari tidur lelapnya. Dia
membuka matanya dan mengerjap merasakan terpaan sinar matahari menyilaukannya. Astaga..
sudah jam berapa ini"
Sepertinya karena semalam dia lama tidak bisa tidur, dia bangun kesiangan.
Dengan gugup dia duduk di ranjangnya. Ketukan itu terdengar lagi, membuat Sharin waspada. Dia
memang sengaja mengunci pintunya, hanya sekedar berjaga-jaga atas ketakutan yang
tidak bisa dijelaskannya. "Siapa?" "Ini Thomas." Suara Thomas sang kepala pelayan terdengar di luar, "Tuan Darren
meminta saya memastikan anda baik-baik saja, karena anda tidak turun untuk sarapan."
"Saya.. saya baik-baik saja." Sharin merapikan rambutnya dan memastikan
piyamanya rapi, lalu melangkah turun dari ranjang dan membuka kunci pintu. Thomas tampak
berdiri di sana dengan ekspresi datarnya.
"Saya bangun kesiangan, mungkin karena pengaruh obat dari dokter, maafkan saya
tidak turun untuk makan malam." Sharin tersenyum meminta maaf kepada Thomas.
Ada seulas senyum kecil yang muncul di wajah Thomas yang datar. Tetapi hanya
sekerjapan mata dan menghilang, hingga Sharin sendiri tidak yakin dengan
penglihatannya. "Tidak apa-apa Nona Sharin. Saya senang anda baik-baik saja. Oh ya, kalau anda
sudah siap, Tuan Darren ingin bertemu di ruang kerjanya." Thomas sedikit membungkukkan
badannya, "Kalau begitu saya permisi dulu."
Sharin termangu. Kenapa Darren ingin bertemu dengannya" Dibayangkannya suasana


From The Darkest Side Karya Santhy Agatha di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

makan malam kemarin yang menakutkan, membuatnya merasa enggan.
Sementara itu, langkah Thomas tampak meragu, kemudian dia berhenti melangkah dan
berputar, menatap ke arah Sharin yang masih berdiri di ambang pintu, "Anda
mengunci pintu kamar anda." Thomas menatap Sharin dengan tatapan tajam.
"Eh... iya.." Sharin mengalihkan pandangannya gugup, tidak tahan dipandang
setajam itu, benaknya berputar mencari
alasan, "Saya terbiasa mengunci pintu kamar di rumah,
http://mylemaribuku.blogspot.com
maafkan saya membawa kebiasaan itu di sini."
"Tidak apa-apa." Thomas menggelengkan kepalanya. "Saya harap anda melakukannya
terus." "Melakukan apa?" Sharin menatap Thomas dengan bingung.
"Mengunci pintu kamar anda setiap malam." Thomas berucap misterius, lalu
membalikkan tubuhnya dan melangkah meninggalkan Sharin yang masih terpaku bingung di ambang
pintu, memikirkan arti dari kata-kata Thomas. Lelaki itu menyuruhnya mengunci pintu
kamar setiap malam. Seakan-akan ada bahaya yang mengintainya kalau dia tidak mengunci pintu
kamar. Tiba-tiba Sharin merasakan bulu kuduknya berdiri.
Ada bahaya apa yang mengintainya di rumah ini"
*** "Maafkan aku memanggilmu kemari." Lelaki itu sedang menghadap berkas-berkas yang
tampaknya rumit di meja kerjanya. Ketika dia melihat Sharin melirik berkas-
berkas itu, Darren tersenyum, "Oh... aku sedang memeriksa beberapa pekerjaan, kau tahu
wartawanwartawan di depan itu membuatku tidak bisa keluar rumah, jadi aku
melakukan pekerjaanku dari dalam rumah. Untunglah teknologi sudah cukup maju sekarang ini, jadi
perusahaanku tetap aman dan terkendali. Duduklah Sharin, aku ingin membicarakan sesuatu."
Sharin mengikuti permintaan Darren dan duduk di kursi di depan meja kerja
Darren, mengamati ketika lelaki itu merenung dengan kedua tangan ditumpangkan di dagu.
Lalu lelaki itu menghela napas,
"Mungkin apa yang akan kukatakan ini akan sangat mengejutkanmu." Tatapannya
berubah lembut, penuh permintaan maaf, "Sebelumnya aku minta maaf atas tingkahku saat
makan malam kemarin, aku tahu itu keterlaluan dan tidak dapat dimaafkan. Tetapi semoga
kau mengerti, mungkin malam itu aku sedang mabuk, aku bahkan tidak begitu ingat apa
yang kulakukan dan kukatakan, tapi aku tahu itu buruk, dan aku menyesal."
Ini Darren yang biasa. Sharin menyimpulkan dalam hatinya, lelaki ini kembali
menjadi Darren yang berwibawa dengan auranya yang tulus. Tidak menakutkan seperti semalam,
3 Kehidupan 3 Dunia 1 Wiro Sableng 133 Lorong Kematian Rahasia Ciok Kwan Im 4
^