Pencarian

Si Pemaki Tuhan 1

Si Pemaki Tuhan Karya Karl May Bagian 1


Si Pemaki Tuhan - Karl May download dan baca secara online di http://cerita-
silat.mywapblog.com Pedang Sakti Cersil Istana Pendekar Dewa Naga Raja Iblis
Racun Ceritasilat.... thank.
Si Pemaki Tuhan By Karl May Episode 1 Saya dan Winnetou sedang berada di lingkungan suku Navajo, yang juga mengakuinya
sebagai pemimpin mereka, karena suku Navajo sebetulnya termasuk dalam suku
Apache. Mereka sedang berkemah di Aqua Grande dan selanjutnya bermaksud pergi ke
Colorado, tetapi mereka tidak akan berangkat sebelum bertemu dengan beberapa
pemburu kulit putih yang hendak ikut mereka.
Sementara kami menantikan kedatangan mereka, penjaga Indian kami membawa dua
orang Indian asing, yang mereka tangkap karena mereka berada di daerah
perkemahan dengan sikap yang mencurigakan. Mereka segera ditanyai, tetapi tetap
membisu seribu bahasa. Mereka tidak mau mengucapkan sepatah katapun; wajah
mereka tidak dicat dan karena mereka juga tidak memakai tanda apapun yang
menunjukkan asal kesukuan mereka, sukarlah untuk menentukan termasuk suku mana
mereka itu. Kami tahu bahwa akhir-akhir ini orang-orang Utah bersikap bermusuhan dengan suku
Navajo, karena itu saya berkata kepada Winnetou:
"Saya kira mereka itu orang Utah, sebab suku ini telah mundur ke selatan dan
rupa-rupanya mereka bermaksud menyerang suku Navajo. Mungkin mereka
diperintahkan maju lebih dulu untuk mencari tahu tempat perkemahan suku Navajo."
Tentang suku-suku yang berdiam lebih ke atas Winnetou lebih mengetahui daripada
saya, diapun menjawab: "Mereka ini orang Pa-Ute. Tetapi saudara saya benar bahwa dia menganggap orang-
orang ini mata-mata."
"Mungkinkah orang-orang Pa-Ute menggabungkan diri dengan orang Utah?"
"Winnetou tidak ragu-ragu sedikitpun tentang hal itu, sebab kalau tidak, kedua
prajurit ini tidak akan bertahan begini keras untuk memberi beberapa keterangan
pada kita." "Kalau begitu sekarang kita harus waspada! Di daerah seperti ini dapat kita
perkirakan bahwa perintis-perintis hanya berada dalam jarak tiga hari perjalanan
dari kawan-kawan mereka. Jadi kita dapat menghitung berapa dekatnya musuh kita!"
"Uf! Kita akan mencari mereka!"
"Siapa yang akan melakukannya?"
"Anda dan saya."
"Selain itu tidak ada lagi?" "Empat mata yang baik dapat melihat lebih banyak
daripada seratus yang jelek dan semakin banyak yang kita ikutkan, semakin mudah
kita diketahui." "Itu benar, tetapi mungkin kita pada suatu waktu perlu mengirimkan seorang
kurir." "Mari kita bawa seorang Navajo, lebih dari itu, tidak. Howgh!"
Ucapannya yang terakhir itu bertujuan menekankan kata-katanya dan berarti
sebagai: sekian, saya telah berbicara; maka saya tidak berusaha lagi mengajukan
usul-usul kepadanya. Episode 2 Bagian suku Navajo yang bersama kami, kecuali orang tua, wanita dan anak-anak,
kira-kira berjumlah tiga ratus orang berada dibawah pimpinan Nitsas Kar (Panah
Besar), seorang pejuang yang sangat cakap. Jadi jumlah mereka cukup banyak untuk
mengalahkan serangan dari musuh yang tidak akan menyerbu dengan pasukan yang
besar. Bagaimanapun juga kami bersikap hati-hati dengan mengutus seorang kurir
ke bagian suku yang lain, untuk memberitahukan mereka atas bahaya yang akan
terjadi. Setelah berunding sebentar dengan Nitsas Kar, keinginan Winnetou dikabulkan.
Winnetou, saya, serta seorang pejuang muda tetapi cakap, pergi untuk mencari
tempat kediaman musuh, dan orang-orang Navajo dengan pos penjagaan yang
diperkuat dua kali lipat tinggal berkemah di tempat ini menantikan kami kembali
ataupun menantikan kurir kami.
Hari masih pagi, jadi seluruh hari masih tersedia bagi kami. Kami mengetahui
bahwa pada umumnya orang Utah berdiam di sebelah selatan dari suatu daerah yang
senama, sedang suku Pa-Ute kira-kira dapat dicari di perbatasan negara bagian
Utah, Colorado, Arizona dan New Mexico. Namun petunjuk-petunjuk ini tidak selalu
pasti demikian, lebih-lebih karena sekarang kami tahu bahwa jika orang kulit
merah berniat mengadakan serangan, mereka tentu telah meninggalkan daerah
tersebut. Jadi harus kemanakah kami" Demikian pemburu-pemburu prairi yang tidak
berpengalaman akan menanyakan dirinya sendiri; sedang kami mempunyai satu jalan
keluar yang dapat kami tempuh yaitu jejak kedua perintis yang kami temui, segera
setelah kami meninggalkan daerah perkemahan.
Kami berada di salah satu daerah Arizona yang paling gersang, di daerah ini
hujan hanya terkadang saja turun, sungai-sungai yang sedikit jumlahnya mempunyai
dasar berupa jurang yang sangat dalam. Induk sungai, yaitu sungai Colorado,
mengalir di antara dua pegunungan batu yang di sana-sini hampir dua ribu meter
tingginya, menjulang dengan tegak ke atas. Di atasnya, terbentuk suatu dataran
tinggi yang gundul dan jarang ditumbuhi tanaman, terbentang dalam terik sinar
matahari serta angin kencang menghembus di atasnya.
Hanya kadang-kadang dapat ditemui kubangan air, ke dalam mana kita harus
menempuh jalan yang jauh menurun dahulu dan disini tumbuh dengan lebat rumput
yang hijau serta semak-semak dan pohon-pohon yang menyedapkan pandangan mata,
karena hal ini sangat jarang dijumpai. Dimana sungai-sungai kecil mengalir
searah, tumbuhlah hutan-hutan, di antara mana terbentang prairi-prairi yang
menghijau. Di tempat yang demikianlah sekarang ini kami berada dan tidaklah
dibutuhkan ketajaman pandangan yang teliti untuk mengetahui jejak kedua perintis
yang telah tertangkap itu.
Oleh karena mereka ditangkap pada waktu baru datang, jejak-jejak mereka masih
sedemikian nyatanya, rumput-rumput yang terinjak telapak kaki kuda belum berdiri
kembali, sehingga kami dapat melarikan kuda kami dengan terus dapat melihat
jejak-jejak itu. Perintis-perintis tersebut rupanya berkuda terus sepanjang
malam, sebab kami tidak menemui tempat dimana mungkin mereka berkemah. Sampailah
kami kemudian di daerah yang berbatu-batu. Sekarang kami terpaksa berkuda lebih
perlahan, karena kami harus mengamati lebih teliti. Sebaliknya, dalam kegelapan
mereka tidak dapat berhati-hati sehingga kami dapat menemukan tanda-tanda yang
nyata dari arah mana mereka datang.
Episode 3 Baru menjelang malam, tibalah kami di suatu kolam dimana kemarin mereka
berhenti. Disini kami menemukan jimat dan tanda kesukuan mereka yang
disembunyikan, sehingga kami mengetahui bahwa mereka suku Pa-Ute dan sedang
dalam perjalanan berperang. Semalam mereka beristirahat di sini dan pagi hari
berikutnya meneruskan perjalanan.
Sayang sekali bahwa mulai dari sini jejak-jejak itu tidak dapat terlihat lagi,
tetapi kami tidak khawatirkan hal ini, sebab kami hanya harus mengikuti arah
yang menuju ke Rio San Juan, dan pastilah mereka berada disana. Jadi kami
berkuda kearah timur laut. Mula-mula melewati prairi dimana rumputnya makin
menjadi jarang lalu melalui dataran yang berbukit batu licin dan gundul,
bagaikan dinding layaknya.
Menjelang senja, kami lihat di cakrawala tiga buah bintik yang datang mendekat.
Karena tidak ada perlindungan dan kami tidak tahu apakah kami akan berpapasan
dengan orang kulit putih ataukah dengan kulit merah, maka kamipun turun, kuda-
kuda kami paksakan untuk berlutut dan kami sendiri duduk di atas batu-batu di
samping mereka; dengan begini kami tidak akan segera terlihat.
Bintik tersebut menjadi lebih besar, semakin mereka mendekat dan sekarang
tampaklah bahwa mereka itu tiga orang berkuda. Winnetou meletakkan tangannya di
atas matanya, mengamati dengan seksama kemudian berseru:
"Uf! Dick Hammerdull, Piet Holbers dan seorang kulit putih lagi yang tidak saya
kenal!" Hammerdull dan Holbers adalah pemburu-pemburu yang kami nantikan. Sayapun
mengenali mereka sekarang dan bangkit. Karena Winnetou serta orang Navajo kami
mengikuti saya, maka kami terlihat oleh mereka sekarang, dan mereka lalu
menghentikan kuda-kudanya. Kami perintahkan kuda kami berdiri, kami tunggangi
dan berkuda menuju mereka. Hammerdull dan Holbers sekarang mengenali kami juga
dan melarikan kuda mereka untuk mendapatkan kami dan berteriak keras-keras.
Perlu diceritakan bahwa mereka itu adalah tipe-tipe orang yang jarang dapat
dijumpai di Far West. Hammerdull seorang yang pendek, yang di daerah Barat ini
hanya sedikit jumlahnya, gemuk dan berwajah licin tercoret-coret dengan parutan
serta bekas luka. Akal dan ketabahannya besar dan setiap orang menyenanginya,
kendatipun saya pikir dia sering tidak berpikir panjang. Dia suka mengucapkan
kata-kata yang unik, yaitu: "....... atau tidak, itu sama saja."
Sedangkan Piet Holbers adalah seorang yang amat tinggi dan amat kurus. Mukanya
yang kurus, dapat saya katakan hampir dikelilingi oleh jenggot yang lebat, namun
sebenarnya tidak demikian, karena jenggotnya itu hanya terdiri dari seratus
rambut yang jarang-jarang, yang tumbuh berserakan pada kedua belah pipinya, pada
dagu dan bibir atasnya, seakan-akan tikus telah mengerat sembilan puluh persen
jenggotnya. Piet sangat pendiam dan selalu berpikiran dalam, seorang lelaki yang
dapat bekerja dan hanya berbicara bila dia ditanyai.
Pengendara ketiga tidak kami kenal, hampir-hampir dia lebih tinggi dan lebih
kurus daripada Piet Holbers sehingga dapat mengejutkan orang. Dalam pandangan
pertama itu saya rasakan bahwa saya tidak dapat bergaul dengan dia. Mukanya
mempunyai bentuk yang kasar dan pandangan matanya menantang serta kurang ajar.
Episode 4 Sementara kami mendekati, Dick Hammerdull berseru, "Winnetou, Old Shatterhand!
Dapatkah engkau melihat mereka, old coon?"
Coon adalah singkatan dari Raccoon, sejenis beruang yang hidup di Amerika Utara,
sebutan yang diberikan kepada kawannya yang paling akrab. Dia ini menjawab
dengat sikapnya yang sangat tenang, "Dick, jika kau kira saya melihat mereka,
maka demikianlah adanya."
Mereka menjabat tangan saya, mengguncang-guncangnya dengan keras, sedang
Hammerdull berseru, "Akhirnya, akhirnya kami menemukan Anda!"
"Akhirnya?" tanya saya. "Bukankah engkau tidak mengharapkan ketemu kami pada
saat ini, sebab kita berjanji akan berjumpa di Aqua Grande yang masih tiga hari
perjalanan dari sini. Jadi kau sangat mengharapkan kami?"
"Tentu saja, tak terkira besarnya keinginan kami itu."
"Mengapa" Dimana yang lainnya?"
"Itulah sebabnya. Karena itulah kami sangat mengharapkan Anda. Karena itu kami
pacu kuda kami hingga setengah mati. Kami harus segera pergi ke Aqua Grande
untuk mengambil orang Navajo sebanyak-banyaknya."
"Untuk apa?" "Untuk menyerang suku Pa-Ute yang telah menangkap teman-teman kami. Marilah
Tuan-Tuan, nanti kita terlambat!"
Dia mau menarik kami kembali, tetapi saya meraih tali kekangnya dan berkata,
"Jangan begitu tergesa-gesa, Dick! Sebelumnya kami harus tahu apa yang terjadi.
Maka turunlah dan ceritakan semuanya pada kami."
"Turun" Sama sekali tidak! Saya dapat menceritakannya sambil berkuda!"
"Saya mau mendengarnya dengan tenang, dalam hal begini engkau cukup mengenal
saya. Karena terburu-buru semuanya mudah menjadi kacau-balau, semuanya yang akan
dikerjakan harus dipertimbangkan lebih dulu."
"Tetapi jika tidak ada waktu untuk mempertimbangkannya?"
"Kukatakan padamu, kami mempunyai cukup waktu! Bagaimanapun juga engkau harus
memberi tahu pada kami dulu, siapa orang yang bersamamu itu."
Winnetou telah turun, saya mengikutinya dan duduk disampingnya, maka yang tiga
lainnya tidak dapat berbuat lain.
"Yah, Piet Holbers, old coon, kalau begitu kita terpaksa membuang waktu yang
berharga ini," gumam Hammerdull dengan sedih, "Bagimana pendapatmu?"
"Jika Old Shatterhand dan Winnetou merasakan demikian lebih baik, maka begitulah
adanya." jawab Piet kawannya.
"Lebih baik atau tidak, itu sama saja; sekarang kita harus bertindak secepat-
cepatnya. Tetapi jika mereka berkehendak begitu, maka kita harus menuruti saja."
Episode 5 Merekapun duduklah di tanah di samping kami. Si orang asing mengulurkan
tangannya kepada saya, seakan-akan kami telah berkenalan bertahun-tahun, tetapi
saya hanya menjabatnya sebentar saja, karena bukanlah kebiasaan kami menjabat
tangan seseorang yang belum pernah kami lihat. Ketika dia juga mengulurkan
tangannya kepada Winnetou, Winnetou berlaku seakan-akan dia tidak melihatnya.
Jadi orang Apache ini, seperti juga saya, tidak banyak menaruh simpati pada
pandangan pertama terhadap orang ini.
"Anda mau mengetahui siapa gentleman ini?" tanya Hammerdull. "Dia bernama Mr.
Fletcher, sudah hampir tiga puluh tahun di daerah Barat dan bersama keempat
orang temannya telah menggabungkan diri dengan kami untuk belajar mengenal
Winnetou dan Old Shatterhand."
"Ya, Tuan-Tuan, apa yang dikatakan oleh Mr. Hammerdull itu benar," seling
Fletcher dengan nada suara menekan.
"Telah tiga puluh tahun lamanya saya mengembara di Far West dan saya berusaha
untuk menunjukkan pada orang-orang kulit merah yang keparat........ bahwa di atas
bumi kami.....ini, mereka harus berkawan dengan setan-setan saja. Gerombolan
anjing-anjing........ini akan dikalahkan oleh...... dan karena saya harap Anda juga
sependapat dengan saya, Anda akan mengakui bahwa makhluk-makhluk .......ini, oleh
setan akan ditumbuk sampai menjadi bubur!"
Terus terang saya terkejut atas perkataan-perkataan itu. Ucapan-ucapan demikian
belum pernah saya dengar, apa lagi untuk menulisnya; saya tidak sanggup. Tiap
tanda titik-titik yang saya tulis di atas, adalah suatu makian. Lagipula dia
memandang kepada kami seakan-akan dia mengharapkan bahwa kami akan bergembira
padanya. Sebaliknyalah, saya merasakan seolah-olah mendapat pukulan berkali-kali
di kepala saya. Tidak pernah saya tahan mendengarkan makian-makian yang demikian
dan kerap kali hukumannya akan lebih cepat menimpanya dari pada yang disangka.
Sekarang saya tahu dengan pasti siapa dia ini, lebih baik daripada yang dapat
diperkenalkan Dick Hammerdull kepada saya. Sering kali saya mendengar orang-
orang membicarakan tentang dia, yang dikenal oleh setiap orang pada makiannya
yang keras itu. Ya, dia adalah seorang pemburu dari prairi, tetapi dari golongan
yang rendah. Dia dapat melakukan setiap perbuatan yang jahat. Tali gantungan
telah berkali-kali melambai-lambai di atas kepalanya dan kebenciannya terhadap
bangsa Indian jauh melebihi yang lain-lain.
Orang-orang bercerita tentang petualangan-petualangannya yang menegakkan bulu
roma. Tambahan pula, dalam setiap ucapannya dia selalu memaki-maki, sehingga
orang-orang yang paling kasarpun tidak sudi bergaul dengan dia. Hingga sekarang
masih merupakan misteri bahwa dia dapat lolos dari segala hukuman dan dendam
kesumat orang-orang Indian. Kiranya setiap orang yang mengenalnya setuju, bahwa
dia harus ditumpas bagaikan seekor binatang buas. Karena badannya yang begitu
kurus dan kebiasaannya yang kotor untuk memaki pada setiap kalimat yang
diucapkannya, orang-orang menyebutnya Old Cursing Dry (si Ceking Tukang Maki).
Tetapi sudah diketahui bahwa barang siapa yang berani menyebutnya begitu,
berarti mempertaruhkan hidupnya.
"Well, apakah mungkin kalian bisu, Tuan-Tuan?" tanyanya, ketika dia tidak
mendapat jawaban,"Saya sangka Anda berdua dapat berbicara."
Episode 6 Winnetou memandangnya dengan rambut matanya tertutup. Bila dia mau berbicara
tentulah dia akan mengucapkannya dengan pisaunya. Karena itu saya yang bertugas
menjawabnya dan berkata, "Katakan kepada saya bila saya keliru, saya kira engkau
ini Old Cursing Dry!"
Tadi dia duduk, sekarang dia melompat, menghunus pisaunya, seraya berteriak,
"Siapa......... apa......... siapa saya ini" Bagaimana engkau menyebut saya" Akan saya
tikamkan.......... ini kedalam tubuhmu" Saya pasti akan berbuat begitu kalau engkau
tidak segera meminta maaf."
"Tutup mulutmu!" sahut saya, sembari saya keluarkan pistol dan mengarahkan
padanya. "Pada gerakan yang sedikit saja dengan pisaumu itu, peluru saya akan bersarang
pada kepalamu! Old Shatterhand bukanlah orang yang mudah dibiarkan ditikam
seperti sangkamu. Lihatlah pula Winnetou juga telah membidikkan pistolnya
padamu. Engkau disini berada dengan orang-orang yang berani mengambil tindakan
segera, jari-jari saya siap pada pelatuk, maka katakanlah dengan singkat dan
jelas apakah engkau Old Cursing Dry, atau bukan!"
Matanya berkilau-kilau kemarahan , tetapi dia insyaf bahwa jika berani melawan
kami sampailah ajalnya. Maka diapun menyarungkan pisaunya, duduk dan berkata
agak tenang, "Saya bernama Fletcher, bagaimana ........... dan bajingan-bajingan lain
memanggil saya, saya dan Anda tidak usah memperdulikannya."
"Aha! Bagi kami bukanlah sesuatu yang tidak harus diperhatikan dengan siapa kami
bergaul. Dick Hammerdull, sudah tahukah engkau bahwa orang ini Old Cursing Dry?"
"Tidak." jawab Dick dengan malu.
"Sudah berapa lama dia bersama engkau?"
"Seminggu kira-kira. Bukankah begitu Piet Holbers, old coon?"


Si Pemaki Tuhan Karya Karl May di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dick, jika kiramu sudah sekian lamanya, maka akan demikianlah adanya," jawab
Holbers. "Betul atau tidak, itu sama saja. Tetapi sudah tepat seminggu, tidak lebih dan
tidak kurang." "Kalau demikian tentu kamu tahu bahwa dia suka mencaci-maki."
"Memaki" Ya, saya pernah berharap bahwa dia akan berbicara dengan cara lain.
Tetapi bahwa dia Old Cursing Dry, itu saya tidak tahu."
"Kalau begitu saya tidak akan berbicara lagi tentang dia , tetapi andaikan
engkau tahu dan engkau membawanya kemari, maka saya akan menyambutmu dengan cara
yang lain. Dimana kami berada, percakapan harus berlangsung dengan sopan, kami
tidak menerima maki-makian dan siapa yang tidak setuju, boleh pergi. Dan
sekarang ini sampai sekian! Kita harus membicarakan hal-hal yang lebih penting.
Kami nantikan engkau dengan delapan orang lagi, apakah mereka ini juga jatuh
kedalam tangan orang-orang Pa-Ute?"
"Ya." "Kapan?" "Kemarin malam."
"Dimana?" "Di Rio San Juan."
"Dengan cara bagaimana?"
"Dengan cara bagaimana, itu sama saja, saya bahkan tidak tahu."
"Saya tidak mengerti. Engkau seharusnya kan tahu apa yang telah terjadi."
"Itu benar, kalau kami juga melihatnya, Mr. Shatterhand."
"Begitu, jadi kamu tidak berada disana?"
"Tidak. Kami sedang pergi untuk mencari daging, dan karena kami tidak segera
menemukan binatang liar, kami pergi agak jauh dari tempat perkemahan. Ketika
kami kembali hari sudah gelap dan kami pasti masuk kedalam pelukan orang Pa-Ute,
bilamana Mr. Fletcher tidak menyongsong kami dan memberi tahukan kepada kami."
"Selanjutnya" Apakah kamu berkuda?"
"Ya, sebab kami berburu binatang antilope."
"Apakah Fletcher juga berkuda?"
"Tentu saja! Ketika kami telah bertemu dia, kami sembunyikan kuda-kuda kami,
kami merunduk ketempat perkemahan , yang sudah diduduki oleh orang Pa-Ute. Kami
berhasil masuk sedemikian dekatnya sehingga kami dapat melihat kedelapan kawan
kami. Mereka diikat diantara orang-orang kulit merah."
"Tidak adakah seorangpun yang mati?"
"Tidak, yang luka sajapun tidak ada."
"Hmm, aneh. Jadi kamu tidak mendengar tembakan-tembakan?"
"Tidak, kami terlalu jauh dari tempat perkemahan."
"Tidak adakah tanda-tanda bahwa telah terjadi perkelahian?"
"Dua orang Indian tergeletak mati dekat api."
"Itu lebih aneh lagi. Apakah kamu mendengarkan apa yang mereka perbincangkan?"
"Mendengarkan atau tidak, itu sama saja, tidak sepatah katapun yang diucapkan.
Lagi pula kami telah berani sedemikian jauhnya, jadi kami harus berusaha
menyelamatkan diri. Karena itu kami cari kembali kuda-kuda kami dan pergi
berkuda." "Kemana?" "Tentu kemari, sebab bagi kami tidak ada jalan lain lagi daripada mendapatkan
Anda, kemudian dengan bantuan orang Navajo berusaha melepaskan mereka yang
ditangkap. Karena itulah saya menyarankan untuk segera pergi ke Aqua Grande."
"Sabar," seling saya, "Kita belum sampai sejauh itu. Kita harus mempertimbangkan
semuanya dulu sebelum mengambil keputusan. Coba ceritakan dulu, siapa yang
membunuh kedua Indian itu. Mungkin engkau tahu Mr. Fletcher?"
"Jangan membawa-bawa saya," jawabnya dengan kasar. "Perduli apa saya dengan
bajingan-bajingan merah itu!"
"Engkau juga tidak memperdulikan orang-orang kulit putih yang ditahan?"
"Kalau anak dan saudara sepupu saya tidak bersama mereka, saya tidak perduli
jika mereka mau terjun ke neraka."
"Coba dengarkan, engkau harus berbicara dengan cara yang lain. Jika tidak, kami
akan mengusirmu dan engkau harus berusaha sendiri bagaimana cara melepaskan
sanak keluargamu! Kami bersedia menolongmu, tetapi kami minta agar engkau
mengatakan yang sebenarnya. Jadi engkau tidak tahu bagaimana sampai orang-orang
Indian itu tewas?" "Tidak." "Kalau demikian, ceritakan bagaimana penyergapan itu terjadi."
"Itupun saya tidak dapat menceritakan padamu, sebab saya tidak ada disitu."
Episode 7 "Jadi engkau juga tidak berada ditempat perkemahan" Jadi dimana?"
"Mencari daging."
"Jadi engkau turut berburu dengan Dick dan Piet?"
"Tidak, mereka pergi terlalu lama, karena itu saya juga pergi. Ketika pada malam
hari yang remang-remang saya kembali, saya dengar pekik peperangan orang kulit
merah di perkemahan yang telah diserang. Saya tidak dapat berbuat lain selain
menyusul dan memberitahu Mr. Hammerdull dan Mr. Holbers. Inilah segalanya yang
saya ketahui tentang peristiwa yang ...........itu."
"Berapa kira-kira kekuatan orang Pa-Ute itu?"
"Kira-kira tiga ratus orang. Jika kita dapat memperoleh orang Navajo setengah
dari jumlah itu, saya yakin bajingan-bajingan ..........ini, dapat kita pisahkan jiwa
dengan tubuhnya, sehingga......."
"Diam!" si Apache, yang hingga saat ini berdiam diri, memotong perkataannya ,
"Engkau yang membunuh kedua Pa-Ute itu!"
"Tidak, bukan saya!"
"Engkau berdusta. Engkaulah pembunuhnya!"
Kedua orang itu saling berpandangan dalam-dalam. Raut muka Winnetou yang
bagaikan tembaga, dingin kelihatannya dan penuh kebanggaan seperti seorang raja;
sedang dalam muka Fletcher terbayang hawa nafsu yang tidak dapat dikekang. Dia
tidak tahan memandang wajah orang Apache itu lebih dari beberapa detik saja, dan
terpaksa menundukkan pandangan mata seraya mengangkat tangannya seperti orang
bersumpah serta berseru: "Semoga saya menjadi buta dan hancur luluh, jika saya
pembunuhnya! Cukup sekian, jangan mengganggu saya lagi dengan setan-setan merah
kamu yang.............."
Perasaan dingin mengalir ke sekujur tubuh saya. Saya juga menganggap dialah
pembunuhnya, tetapi saya tidak mengucapkannya. Mulut saya tinggal terkatup,
tetapi Winnetou bangkit dan berseru seperti seorang nabi: "Orang bermuka pucat
yang menghujat Tuhan ini, pada waktu pertemuan yang pertama tadi telah memaki-
maki seluruh bangsa kulit merah, jadi juga memaki-maki saudara saya dan saya
sendiri. Winnetou diam saja, sebab dia maklum bahwa Manitou yang Baik akan dapat
mengubah sumpah-sumpah yang jahat dengan berkatnya. Sekarang si Tukang Maki ini
telah menghujat sendiri Manitou yang Baik dan membangkitkan dendam padanya. Dia
bertaruh dengan Yang Maha Kuasa dengan penglihatan matanya dan kehancuran
anggota tubuhnya. Manitou yang Agung sama-sama tahu dengan Winnetou dan Old
Shatterhand, bahwa Fletcher-lah pembunuhnya. Menurut waktunya Dia akan
mengadilinya. Howgh!"
Setelah berkata begitu Winnetou duduk pula dan tidak seorangpun di antara kami
segera setelah itu yang bisa bercakap sesuatu. Tetapi Fletcher melompat dan
mengulangi lagi maki-makiannya, yang membuat saya marah. Saya menantang dia, dan
saya acungkan tinju saya kepadanya serta berkata: "Tutup mulutmu segera, kalau
tidak nanti saya pukul . Engkau seperti binatang, yang kematiannya merupakan
berkat bagi orang lain! Saya juga tidak mau mengurusi engkau. Apa saja yang akan
terjadi, engkau tidak perlu mengharapkan pertolongan kami."
Episode 8 Dia menundukkan kepalanya, tetapi masih dengan suara yang agak lantang berseru,
"Biarkan saja saya sendiri! Saya juga tidak butuh kalian, saya hanya berusaha
mencari bantuan bagi orang-orang yang ditangkap. Jadi beginilah pertolongan yang
dapat diharapkan dari orang-orang prairi yang begitu termasyhur seperti kalian
ini, terima kasih!" "Engkau tidak perlu berterima kasih, sebab engkau tidak dapat menuntut apa-apa
dari kami. Tentang para tawanan itu, kami akan berbuat untuk mereka sedapat
kami. Bila mereka dapat diselamatkan, mereka akan diselamatkan."
"Kalau demikian kita harus bergegas," pinta Dick Hammerdull.
"Tentu Anda mengerti bahwa kami harus berusaha jangan sampai kehilangan
semenitpun, Mr. Shatterhand. Tidakkah kiramu juga begitu, Piet Holbers, old
coon?" "Hmm!" gerendeng yang ditanya, "Kalau saya tidak keliru, tidak ada lain yang
kita dapat kerjakan lebih baik daripada menyerahkan semuanya pada Old
Shatterhand dan Winnetou. Mereka ini lebih bijaksana daripada engkau, Dick yang
budiman, saya lebih baik diam saja."
"Kalau begitu lebih baik jika tadi engkau tidak mengatakan apa-apa! Seekor coon
yang tua seperti engkau ini, sebenarnya janganlah pernah membuka mulutnya."
"Well, jika pendapatmu demikian, mulai sekarang engkau jangan menanyakan apa-apa
lagi kepada saya, maka saya tidak punya alasan lagi untuk berbicara."
Tentu sekali ini semuanya hanya sendau gurau biasa. Sebab kedua sahabat tersebut
tidak pernah bertengkar dengan serius. Sekarang Hammerdull harus menerangkan
kepada kami tempat perkemahan mereka dengan setepat-tepatnya. Ini dilakukannya
seraya menambahkan, "Mungkin kita tidak akan menemukan orang-orang Indian itu di
sana, saya kira mereka itu mengikuti kami dan hendak mengejar kami, karena itu
lebih baik kalau kita sekarang berangkat secepat-cepatnya.
"Engkau keliru, Dick," jawab saya. "Kamu tidak dikejar. Andaikan orang Pa-Ute
tahu bahwa kamu bertiga telah lolos, maka sudah lama mereka sampai disini .
Mereka betul-betul mengira bahwa mereka telah menangkap semua orang kulit putih
dari perkemahanmu." "Tetapi jejak-jejak kami! Karena itu mereka akan dapat mengetahui bahwa kami
sedang berburu, jadi pada waktu penyergapan kami tidak ada disitu?"
"Penyergapan tersebut berlangsung kemarin malam setelah hari gelap, dan tadi
pagi jejakmu sudah demikian kaburnya sehingga mereka tidak dapat mengetahui lagi
apakah jejak-jejak tersebut terjadi sebelum ataukah sesudah penyergapan atas
perkemahan kamu. Dan kawan-kawan kamu yang mengharapkan bantuan dari kamu
tentunya akan berhati-hati untuk tidak mengkhianati, jika mereka ditanyai.
Selain itu orang Pa-Ute ini sedang berperang, jadi mereka tidak dapat mengangkut
kedua mayat tersebut. Mereka akan mengubur kedua orang tersebut disana.
Kendatipun mereka terpaksa memperpendek upacara-upacara yang biasanya diadakan
untuk itu, mereka tidak dapat selesai juga sebelumnya besok sore, jadi mereka
belum dapat berangkat. Lagi pula mereka tidak akan bergegas-gegas, karena harus
menantikan kembalinya kedua orang perintis mereka, yang tidak mereka ketahui
bahwa orang-orang tersebut telah jatuh ke tangan orang Navajo. Jadi engkau
lihat, kita mempunyai cukup waktu."
"Mempunyai waktu atau tidak, itu sama saja, saya terpaksa mengikuti kemauan
Anda, sebab Anda sungguh-sungguh lebih bijaksana daripada Piet Holbers, si old
coon itu! Demikianlah katanya sendiri tadi."
"Baiklah, saya tidak mau membantah engkau, Dick." Holbers menambahi dengan
melucu. "Diamlah saja! Engkau kan berkata, bahwa engkau tidak mau berbicara lagi. Jadi
apa yang akan kita kerjakan, Mr. Shatterhand?"
"Winnetoulah yang akan menentukannya. Saya telah memberi penjelasan kepada kamu,
selanjutnya dia yang akan memimpin kita."
Winnetou dan saya saling mengenal yang jarang ada dua orang yang begitu. Pada
saat-saat belum ada keputusan yang harus ditentukan, kerap kali seakan-akan kami
berdua merupakan satu jiwa dan mempunyai satu pikiran saja. Apa yang diucapkan
salah seorang dari kami itu telah dipikirkan oleh yang lainnya dengan diam-diam
lebih dulu. Demikianlah juga pada saat ini. Si Apache memandang saya dalam-dalam
dan ketika saya mengedip, dia berpaling pada si Navajo yang ikut dengan kami dan
hingga sekarang masih merupakan seorang pendengar yang pendiam. Bila dua orang
kepala suku berbicara, seorang prajurit biasa tak akan berani menyelingi mereka.
Episode 9 "Apakah saudara saya yang muda tahu tentang ca"on (jurang pegunungan yang curam)
yang gelap di sungai San Juan?" tanya Winnetou padanya.
Yang ditanyai mengangguk dengan diam dan ramah. Maka si kepala suku melanjutkan,
"Pada kedua sisi ca"on itu ada jalan-jalan sempit yang menuju ke bawah, yang
hanya diketahui oleh pejuang-pejuang Navajo. Nitsas Kar, kepala suku pemberani
harus membawa pejuangnya ke ca"on ini. Sebagian hingga ke bawah, sebagian
lainnya tetap di atas, tetapi sedemikian rupa agar mereka tidak dapat dilihat.
Kita harus berusaha memikat orang Pa-Ute untuk pergi ke ca"on itu. Baru setelah
mereka masuk ke dalamnya, yang berada di atas boleh muncul. Maka orang Pa-Ute
itu terjepit dari kedua belah jurusan dan terpaksa harus menyerah, jika mereka
tidak mau, ditembak mati sampai prajurit terakhir, sebab mereka berada di antara
dua dinding yang tinggi dan licin dari ca"on itu, dimana mereka tidak dapat
bersembunyi. Sedangkan orang Navajo aman dari peluru mereka serta dapat
bersembunyi di balik bukit batu yang terdapat di atas dan di bawah jurang
tersebut. Apakah saudara saya mengerti?"
Sekali lagi suatu anggukan dengan membisu.
"Kalau demikian, pasanglah segera pelana pada kudamu dan berangkatlah!"
Beberapa saat kemudian si Navajo melarikan kudanya tanpa mengucapkan apa-apa.
Kamipun naik ke kuda dan pergi ke San Juan. Winnetou dan saya mengenal baik
tepi-tepinya. Seumpama kami tidak mengetahuinya, maka Hammerdull dan Holbers
penunjuk jalan yang dapat dipercaya. Tidak sepatah katapun dari pembicaraan kami
yang tidak terdengar oleh Fletcher, tetapi kami tidak mengajaknya untuk turut
serta, bahkan kami bersikap seakan-akan dia tidak ada. Namun ketika kami telah
mulai berjalan, perlahan-lahan dia mengikuti kami dari belakang. Kami lebih
senang bila dia tinggal saja.
Seperti saya, Winnetou juga yakin sepenuhnya bahwa orang Pa-Ute masih berada di
tempat dimana mereka menyergap orang kulit putih. Kendati demikian kami berhati-
hati juga untuk tidak langsung pergi ke sana. Mereka bermaksud untuk berperang
dengan orang Navajo, arah dari mana kami datang dan tidaklah tidak mungkin
mereka akan berangkat lebih dulu daripada waktu yang kami perkirakan, ataupun
sekali lagi mengirimkan perintis yang mungkin dapat melihat kami. Jadi kami
bergerak lebih ke kanan artinya ke sebelah timur dan ketika pada hari berikutnya
menjelang pagi kami sampai di sekitar daerah perkemahan, kami masih berkuda
sedikit terus lagi, kemudian baru membelok ke kiri untuk mendekati tempat
tersebut dari sebelah timur, daripada dari arah barat.
Kami yakin bahwa orang-orang Indian ini tidak mengharapkan musuh mereka datang
dari arah ini. Meskipun demikian kami harus waspada juga, karena ada sedemikian
banyaknya orang yang membutuhkan makanan, jadi mungkin ada beberapa orang dari
mereka yang sedang berburu dan berkeliaran di dekat disini.
Kami tiba di sungai pada tempat yang lebih ke hulu dan berkemah di tempat
terbuka, yang dikelilingi semak-semak yang rimbun. Sekarang masalahnya adalah
mengetahui bagaimana keadaan orang Pa-Ute itu bersama tahanannya, namun hal ini
tidak mudah. Saya mengajukan diri untuk melaksanakan tugas tersebut, tetapi
karena Winnetou berkeras hati untuk melakukannya sendiri, saya terpaksa
mengikuti kemauannya. Ketika dia telah pergi, untuk menjaga keamanan kami
sendiri, pertama-tama kami berusaha menghapus jejak yang mungkin kami buat di
daerah ini. Episode 10 Setelah itu kami perlu mengurusi Old Cursing Dry ini. Memang saya sudah tidak
mau berbicara lagi dengan dia, tetapi niat ini terpaksa diingkari saja, karena
lebih baik bagi keamanan kami sendiri. Sampai di sini dia mengikuti kami terus.
Seperti juga yang kami lakukan, dia mengikat kudanya dan kemudian berbaring di
atas rumput beberapa jauhnya dari kami. Tak seorangpun dari kami yang berbicara
dengan dia dan nampaklah dia sangat mendongkol pada kami semuanya dan tentu saja
memikirkan untuk membalas dendam. Kalau anak dan sepupunya tidak turut
tertangkap, pastilah dia sudah berbuat jahat dengan memberitahukan tentang kami
kepada orang Pa-Ute. Kami tidak dapat mempercayainya, siapa tahu maksud jahat apa yang ada berkecamuk
dalam pikirannya" Karena itu saya kira lebih baik saya memutuskan untuk
berbicara dengan dia, sebab setidaknya kata-kata saya akan dapat lebih
mengesankan daripada percakapan Dick Hammerdull dan Piet Holbers. Maka saya
pergi kepadanya serta bertanya, "Sejak kemarin Anda telah mengikuti kami Mr.
Fletcher, tanpa kami minta ini pada Anda. Rupanya Anda juga mau mengikuti kami
terus, bukankan demikian?"
"Persetan, Anda tidak perlu mengurusinya!" jawabnya.
"Saya kira ini besar artinya bagi kami, maka saya minta kepada Anda, Sir,
berbicaralah dengan nada yang lain. Saya tidak biasa mendengarkan perkataan-
perkataan yang kasar, atau saya akan menjawab dengan cara yang sama! Engkau
lihat dan dengar bahwa kami tidak sudi bersama Anda lagi dan setelah sekarang
Anda mengikuti sampai disini, kami hanya mengijinkannya selama Anda tidak
merugikan kami." "Merugikan?" cetusnya. "Dirimu tidak perlu dibikin rusak lagi!"
Belum selesai dia mengucapkan ini, saya merenggut sebatang ranting yang cukup
gemuk dari pohon yang tumbuh dekat saya, saya bersihkan daunnya dan mencambuknya
keras-keras ke mukanya. "Beginilah barang siapa tidak mau mendengarkan, harus merasakannya. Akan saya


Si Pemaki Tuhan Karya Karl May di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ajari engkau untuk menjadi orang yang sopan."
Dia memekik kemarahan, melompat serta mencabut pistolnya, tetapi belum sempat
dia mengarahkannya kepada saya, saya pukul lengannya sehingga dia harus
menurunkannya, kemudian saya tinju pelipisnya sehingga dia jatuh ke tanah bagai
sepotong balok. Dalam sekejap mata Hammerdull yang gemuk berdiri di samping saya dan sementara
mukanya berseri-seri kegirangan, berseru, "High day! Baru sekarang lagi kami
dapat melihat pukulanmu yang begitu masyhur itu. Begitulah Sir, orang itu patut
menerimanya! Kita ikat dia saja, supaya jangan berbuat gila kalau nanti sudah
sadar ya?" "Ya, Dick yang baik, ikatkan saja beberapa lembar sabuk pada tangan serta
kakinya." "Ayolah kemari, Piet Holbers, old coon! Akan kita hiasi Old Cursing Dry ini
dengan pita-pita yang indah."
Piet datang dengan tertawa terbahak-bahak dan dengan caranya yang lucu menjawab,
"Kalau kiramu perlu, maka saya akan menolongmu, Dick yang budiman."
"Perlu atau tidak perlu, itu sama saja, lebih baik kita kerjakan."
Mereka tidak hanya mengikat tangan dan kakinya saja, tetapi juga mengikat dia
dengan seutas tali yang kokoh pada sebatang pohon, sehingga tidak mungkin dia
akan berguling dengan diam-diam. Ketika mereka telah selesai mengerjakan itu,
Dick mengusap-usap tangannya yang gemuk dan berkata dengan penuh kepuasan,
"Bersama Anda kami selalu mengalami kehidupan yang lain, Sir. Sudah sebulan kami
berkelana, tanpa ada sesuatu yang istimewa terjadi. Tetapi baru saja kami
bertemu, kami telah mengalami petualangan-petualangan."
"Dan penyergapan kemarin dulu itu" Bukankah itu juga satu petualangan?" tanya
saya. "Bagi kami tidak, sebab kami tidak ada di sana. Dalam seminggu bersama Anda
lebih banyak yang dialami daripada setahun di antara kami sendiri, itu sudah
dimaklumi oleh semua orang. Sekarang kita telah mengikat Fletcher tua ini, jadi
dapat memikirkan hal-hal lain. Bagaimana pendapatmu kalau sekarang kita
mempersiapkan hidangan ikan?"
"Kamu mempunyai kail?"
"Bukan main, Dick Hammerdull dan Piet Holbers tidak mempunyai kail" Yang harus
ditanyakan adalah apakah di Rio (sungai) San Juan ada ikan" Ataukah barangkali
kita mau menangkap ikan buntek dan menggorengnya?"
"Hmm, kalau kau kira mereka segemuk engkau Dick Hammerdull, maka saya tidak
keberatan, tetapi saya lebih suka ikan lain, sebab itulah makanan yang paling
saya sukai. Lagi pula hari ini saya tidak suka makan ikan buntek."
Kata-katanya ini merupakan percakapan yang panjang, yang sangat jarang diucapkan
oleh Piet Holbers, karena yang dibicarakan tadi adalah makanan yang paling
disukainya. Berdasarkan pengalaman bergaul dengan mereka, saya yakin bahwa
mereka akan dapat menangkap ikan banyak dan dengan demikian pergilah mereka ke
tepi sungai membawa kail. Di sana mereka bersembunyi sedapat-dapatnya, supaya
tidak akan dapat terlihat oleh orang Pa-Ute yang kebetulan sedang berkeliaran di
daerah itu; sedang saya berbaring di atas rumput serta menutup mata, kendatipun
saya tidak merasa lelah. Memang saya juga tidak bermaksud untuk tidur. Jika
seorang pemburu prairi berbaring, meskipun dia tidak tidur, haruslah dia menutup
matanya, supaya dia dapat mendengar lebih baik.
Belum satu jam lamanya, para pengail telah kembali. Mereka dapat menangkap
sedemikian banyaknya, sehingga cukup untuk makan sore dan makan malam sekaligus.
Sayang sekali kami tidak dapat menyalakan api sebelum Winnetou kembali, sebab
kami belum tahu apakah kami dapat melakukan ini tanpa mungkin akan diketahui.
Hidung orang Indian dapat membaui asap api dari tempat yang jauh, tetapi bau
ikan atau panggangan daging binatang liar dapat diciumnya dari tempat yang lebih
jauh lagi. Episode 11 Waktu berlalu terus. Haripun menjadi sore dan pada kedua sahabat saya timbul
kekhawatiran mengenai Winnetou. Saya memperingatkan mereka tentang jarak yang
jauh dari sini hingga ke perkemahan dan kesukaran bergerak tanpa dapat dilihat
pada siang hari. Old Cursing Dry sudah lama siuman kembali, tetapi dia
memejamkan matanya terus dan tidak bergerak.
Akhirnya kami dengar bunyi berisik lemah disemak-semak dan Winnetou datang. Raut
mukanya kaku seperti biasanya, tetapi saya kenal dia lebih baik daripada orang-
orang lain, dan saya tahu bahwa dia membawa berita baik. Ini diumumkannya kepada
kami dengan caranya yang unik, sebab tanpa berkata apa-apa mengumpulkan rumput
dan alang-alang kering dalam satu onggokan yang kecil, mengeluarkan batu apinya
dari dalam saku dan menyalakan api.
Dick Hammerdull bergirang hati, sambil menyinggung Piet Holbers dengan sikunya,
berkatalah dia, "Well, tampaknya semuanya beres dan kita dapat memanggang ikan
kita dengan tenteram, bagaimana pendapatmu Piet Holbers, old coon?"
"Kalau kiramu bahwa saya bergembira untuk makan enak, maka engkau tidak salah
sangka, old Dick," demikian jawabnya.
Ikan tersebut dibagi dua, untuk makan sore dan makan malam, kemudian masing-
masing menerima bagiannya. Fletcher juga mendapat bagiannya sebanyak yang
lainnya dan ketika jatahnya sudah dipanggang, Dick dengan tertawa-tawa menyuapi
dia bagaikan memberi makan anak kecil. Winnetou juga melihat bahwa dia diikat,
tetapi bukanlah kebiasaannya untuk menanyakan alasan.
Sayapun tidak menanyakan padanya tentang tugas merintis yang telah
dikerjakannya, sebab saya tahu dia akan mulai melaporkannya sesuai kemauannya;
tapi kedua teman yang lain lebih tidak sabar daripada saya. Baru saja Dick
mencaplok makanan yang tersisa, diusapnya mulutnya dengan lengan bajunya,
langsung berkata, "Nah, sekarang kita kenyang, maka kita dapat memikirkan
tentang orang Pa-Ute. Saya harap mereka belum pergi."
Ketika Winnetou tidak langsung membalasnya, dilanjutkannya, "Atau mungkin saya
khilaf dan mereka telah pergi?"
Pada raut muka Winnetou yang gagah terbayanglah senyuman yang lemah dan dia
menjawab dengan ramah, "Embun jatuh pada waktunya dan begitu pula matahari
bersinar pada waktunya sendiri. Mengapa saudara kulit putih saya tidak menunggu
sampai waktu saya untuk berbicara tiba?"
"Sangat sederhana, karena saya ingin tahu," jawab Dick sejujur-jujurnya.
"Seorang wanita tua boleh suka ingin tahu, tetapi tidak seorang laki-laki,
apalagi kalau dia seorang prajurit seperti Dick Hammerdull. Tetapi saya akan
menceritakan apa yang ingin diketahui oleh saudara saya. Orang Pa- Ute masih
ada." "Dimana?" "Di perkemahan yang mereka serang kemarin. Winnetou telah menghitung semuanya.
Ada dua ratus dan enam kali sepuluh. Pemimpin mereka adalah Pats Avat (Moccasin
Besar) kepala suku Pa-Ute."
"Dan orang-orang yang ditangkap?"
"Mereka diikat, tetapi mereka baik-baik. Malam ini kita akan membebaskan
mereka." "Membebaskan?" tanya Dick dengan girang. "Saya kira lebih baik menunggu dulu
sampai orang Pa-Ute jatuh ke tangan orang Navajo. Maka dengan demikian teman-
teman kita dengan sendirinya akan memperoleh kemerdekaannya."
"Menurut pendapat Winnetou, saudara kulit putih saya keliru dalam hal ini. Bila
kita menjepit suku Pa-Ute di dalam ca"on, padahal mereka masih menahan tawanan
mereka, tentu mereka akan mengajukan permintaan mereka dan mengancam kita dengan
membunuh orang-orang kulit putih tersebut. Sedang jika mereka ini telah
dibebaskan, maka musuh kita tersebut terpaksa harus menerima segala syarat yang
kita ajukan." Episode 12 "Bagus pendapat begitu. Saya juga lebih setuju kalau malam ini kita sudah bisa
membebaskan kawan-kawan kita, sebab ini akan menggembirakan kita. Tetapi
bagaimana kita akan melakukannya?"
"Saudara saya akan mendengarnya bila waktunya tiba. Winnetou telah mendengarkan
dengan diam-diam, dan dari pembicaraan orang Pa-Ute, dia dapat mengetahui
mengapa mereka belum pergi dan bagaimana terjadinya penyergapan itu. Salah
seorang dari kedua orang yang terbunuh itu adalah putera kepala suku, yang
penguburannya tidak mungkin akan terjadi sebelum besok, karena kuburannya harus
terbuat dari batu-batu. Sang kepala suku sangat berduka atas kematian puteranya
dan sangatlah mungkin dia akan membunuh para tawanan, supaya roh mereka itu
dapat mengabdi kepada roh puteranya di padang perburuan abadi."
"All devils! Itu akan sangat mengerikan."
"Ini tidak lain dari pembalasan dendam yang mereka tiru dari orang kulit putih.
Lagi pula hukuman itu adalah adil, karena ini akan menjadi hukuman si
pembunuhnya --yang mempunyai anak dan saudara sepupu di antara mereka-- berlipat
ganda." "Jadi betul Old Cursing Dry?"
"Ya, dialah pembunuhnya."
Fletcher berbaring cukup dekat dengan kami, sehingga dapat mendengarnya dengan
jelas. Sedari waktu makan sore dia telah membuka matanya. Diapun berseru, "Bukan
saya, bukan saya, saya tidak tahu apa-apa! Bajingan-bajingan..........ini adalah.......
yang paling curang. Saya bersumpah atas............bahwa saya mengatakan yang
sesungguhnya!" Pembelaan ini berisi lagi tiga makian, yang tidaklah mungkin untuk
ditulis.Winnetou berlaku seakan-akan tidak mendengarnya serta melanjutkan,
"Orang Pa-Ute sebenarnya tidak bermaksud berkemah, melainkan berjalan lebih
jauh. Sebenarnya mereka sama sekali tidak melihat orang kulit putih itu, jika
pembunuhan tersebut tidak terjadi. Putera kepala suku berkuda bersama dua orang
prajurit di muka pasukan mereka agak lebih dulu. Sekonyong-konyong meletuslah
dua tembakan berturut-turut dan terpelantinglah dia mati dari kudanya dan
disampingnya salah seorang pejuang. Kedua-duanya terkena kepala mereka."
"Dapatkah itu membuktikan, bahwa sayalah yang melakukannya?" geram Fletcher
dengan marah. Winnetou berpaling kepada Dick dan Piet, "Jika orang ini masih berani berteriak
begitu keras, saudara-saudara saya boleh memasukkan sumbat ke dalam mulutnya dan
mengikatnya hingga bengkok, kemudian kita gantung dia didalam sungai, sehingga
dia harus mati terbenam dengan perlahan-lahan, dan mengerikan."
Kemudian dia berbicara dalam nada yang biasa serta melanjutkan, "Penunggang kuda
yang tidak terkena, mengendalikan kudanya ke arah dari mana tembakan-tembakan
itu berasal dan telah melihat seorang penunggang kuda melarikan diri. Karena
waktu itu belum gelap benar, dia dapat mengenal baik si penunggang beserta
kudanya. Orang itu memakai topi jerami dan saputangan, seperti yang sering
digunakan oleh vaquero-vaquero (gembala sapi Mexiko) dan cowboy. Kudanya
berwarna hitam, dengan plek berwarna terang pada pangkal pahanya sebelah kanan.
Tentu saudara-saudara saya mengetahui siapa yang memakai topi dan saputangan
yang demikian itu serta mempunyai kuda hitam dengan plek yang terang begitu.
Winnetou mendengarnya dengan jelas bagaimana seorang Pa-Ute menceritakan itu ke
temannya." Tentu saja yang dimaksud semuanya ini adalah Fletcher. Sekali lagi dia berani
juga mengingkarinya serta berteriak keras-keras, "Omong kosong, omong kosong
semuanya. Apa yang dikatakan orang merah.........begitu. Tidak ada......... artinya. Saya
bersumpah atas.......... Bahwa saya sama sekali tidak bersalah, seperti............."
Episode 13 Begitulah lagi ucapan-ucapannya, yang sebenarnya dapat menyebabkan saya memukul
dia hingga setengah mati. Si Apache melanjutkan dengan tenang, "Masih ingatkah
saudara-saudara saya kata-kata biadab yang diucapkan orang yang berbaring
disitu, kemarin ketika dia melihat kami untuk pertama kalinya, terhadap pada
orang Indian" Dia mengatakannya, sedang dia sendiri melihat bahwa saya seorang
kulit merah. Sebanyak yang dikatakannya, sebanyak itulah juga penuntutan
terhadapnya. Tidak ada orang lain kecuali dialah pembunuhnya. Kendatipun dia
bersumpah bahwa bukanlah dia yang melakukannya."
Old Cursing Dry-pun agak menegakkan dirinya serta berteriak, "Saya ulangi lagi
sumpah itu atas nama semua....... Semoga saya menjadi buta dan remuk redam, jika
saya pembunuhnya! Jika kamu begitu bodoh untuk................."
Dia tidak sempat melanjutkan kalimatnya. Sebab saya sudah berlutut disampingnya.
Sementara itu saya cekik lehernya dengan tangan kanan, saya merobek bajunya
sepotong dengan tangan kiri dan membuat gumpalan bola. Dia menggagap-gagap, lalu
saya masukkan sumbat itu di antara gigi-giginya, sedang Dick Hammerdull
mengambil sepotong kain lagi yang kami ikatkan pada mulutnya supaya dia tidak
dapat mengeluarkan sumbat itu dengan lidahnya. Sekarang bebaslah kami dari
mendengar makian-makiannya dan kembalilah kami ke tempat kami.
Kami lalu duduk bersama-sama, masing-masing tahu bagaimana perasaan yang lainnya
serta berfikir, tetapi tidak seorangpun yang mengatakannya. Sampah masyarakat
seperti itu lebih rendah lagi daripada binatang. Adakah orang yang sungguh-
sungguh dapat diumpamakan begitu" Hingga pada waktu itu saya akan menyangkalnya,
sekarang saya terpaksa mengakui bahwa mereka sungguh-sungguh ada. Apa yang harus
kita lakukan pada orang ini" Melepaskan dia, dia, orang yang bukan manusia lagi"
Tidak! Menyerahkan dia kepada orang Pa-Ute" Ya, itulah ganjarannya, sebab dialah
pembunuhnya dan hanya dengan matinya dia tidak akan berdaya lagi.
Winnetou meletakkan tangannya di atas lengan saya dan berkata, seolah-olah dia
membaca pikiran saya, "Saudaraku janganlah terlalu lama memikirkan tentang hal
ini! Jika baginya adalah menyedihkan untuk melihat orang yang tidak berharga ini
dimusnahkan, maka kepala suku Apache akan bertindak sendiri sebagai hakim. Old
Cursing Dry akan diserahkan kepada orang Pa-Ute. Saya telah berkata. Howgh!
"Apakah Anda menyangka saya berkecil hati?"
"Tidak, tetapi Anda terlalu menaruh belas kasihan."
"Ya, memang saya menaruh kasihan pada orang ini, bukan pada tubuhnya, tetapi
pada jiwanya. Tidakkah Anda mau memberikan kesempatan supaya dia menyesal
sedikit?" "Apa artinya penyesalan baginya" Apa Anda kira sanggup membuka hatinya untuk
soal-soal demikian" Tidak! Hanya Manitou yang Agung yang berkuasa melakukannya.
Anda mengajar saya untuk percaya kepadaNya tetapi sekarang Anda sendiri tidak
mau berbuat begitu. Janganlah khawatir! Kehidupan duniawi pembunuh itu tidak
dapat ditawar lagi melawan hukum prairi. Tentang jiwanya, Manitou-lah yang akan
mengaturnya. Mulai saat ini dia bukan lagi seorang pengikut yang kita senangi,
melainkan seorang tawanan, yang akan kita serahkan kepada orang Pa-Ute. Karena
itu dia tidak diperbolehkan mendengarkan apa yang kita bicarakan selanjutnya."
Setelah berkata begitu, dia berpikir sebentar dan kemudian melanjutkan dengan
nada suara yang tertekan, "Winnetou sekarang akan memberitahukan kepada Anda,
bagaimana caranya untuk membebaskan delapan tawanan itu. Dick Hammerdull dan
Piet Holbers tahu tentang tempat perkemahan orang Pa-Ute yang hendak saya
selidiki. Disana ada satu semenanjung kecil yang dihubungkan oleh tanah yang
sempit dengan tepi sungai. Ke semenanjung inilah orang tahanan tersebut dibawa,
sebab di sana mereka lebih mudah diawasi dan tidak mungkin melarikan diri."
"Saya tahu semenanjung itu," angguk Hammerdull. "Waktu itu kami bermaksud
berkemah di sana, tetapi tidak jadi, karena banyak lalat kuda. Tetapi
semenanjung tersebut dipenuhi dengan semak-semak."
"Bagus, hal itu akan memudahkan usaha kita untuk membebaskan mereka. Kedelapan
orang itu tentunya diikat dan bagi mereka tidaklah terpikirkan untuk melarikan
diri melalui sungai. Karena itu seorang penjaga saja sudah cukup, dan dia dapat
ditempatkan pada jalan masuk dari tepi sungai ke semenanjung itu. Lagi pula
biarpun mereka sangat berhati-hati dengan menempatkan dua atau tiga orang
penjaga, maka ini tidaklah sangat menyukarkan, sebab mereka ini dalam beberapa
menit saja dapat kita buat tidak berdaya."
Episode 14 "Ya, saya yakin kita dapat menyingkirkan dengan cepat tiga orang penjaga ataupun
lebih, secepat itu pula kita akan melepaskan tali-tali para tawanan, tetapi
bagaimana selanjutnya" Di tepi sungai tersebut berkemah lebih dari dua ratus
lima puluh Indian, yang tentunya akan melihat kita."
"Kita tidak akan melewati mereka, melainkan melarikan diri melalui air."
"Hmm, hmm, itu mudah dikatakan. Saya yakin kawan-kawan kita itu pandai berenang,
tetapi mereka tidak akan dapat mudah menggerakkan lengan serta kaki mereka,
karena lamanya mereka diikat. Juga tidak dapat dicegah, bahwa seorang lebih
cepat berenangnya daripada yang lain, sehingga mereka harus saling menunggu.
Dengan demikian banyaklah waktu yang terbuang dan kita memberi kesempatan kepada
orang Indian untuk menangkap mereka kembali."
"Saudara saya kulit putih tidak memperhatikan sungguh-sungguh perkataan saya.
Saya tidak berkata menyeberang di dalam air, tetapi melarikan diri melalui air.
Kita akan membuat sebuah rakit. Jika sampai terpaksa ada yang harus masuk dalam
air, maka mereka itu hanyalah dua di antara kita, yaitu Old Shatterhand dan
saya." "Begitu, sebuah rakit. Tetapi rakit yang dapat mengangkut delapan orang tentulah
akan sangat besar sehingga orang Indian akan dapat melihat meskipun malam nanti
sangat gelap, karena bulan sudah tua. Bukankah begitu pendapatmu, Piet Holbers,
old coon?" "Bahwa bulan tua memang betul, old Dick," terdengar jawabnya, "Tetapi Winnetou
tahu apa yang dikehendakinya."
"Apakah dia tahu atau tidak, itu sama saja, tetapi saya juga yakin bahwa dia
memang benar. Bagaimana pendapatmu Mr. Shatterhand?"


Si Pemaki Tuhan Karya Karl May di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Karena pertanyaan itu ditujukan kepada saya, sayapun menjawab, "Saya dapat
menerka maksud saudara kulit merah kita. Memang rakit tersebut akan terlihat,
bahkan biarpun orang Pa-Ute tinggal di perkemahan, mereka akan melihatnya juga,
karena itu saya duga Winnetou bermaksud membujuk mereka untuk pergi."
"Saudara kulit putih saya telah menerka maksud saya," angguk si Apache. "Orang
Pa-Ute harus pergi dari perkemahan mereka."
"Tetapi bagaimana kita dapat menyebabkan mereka berbuat demikian?" tanya Dick
Hammerdull. " Dengan kebakaran!"
"Baik, tetapi apa yang harus kita bakar" Kita kan tidak akan membakar hutan"
Kita akan berdosa karena disini hanya tumbuh sedikit hutan."
"Bagi kepala suku Apache hutan itu suci, hutan tidak boleh dimusnahkan. Kita
harus membakar sesuatu yang lain, yang juga dianggap suci oleh orang Pa-Ute,
karena jika tidak ada alasan yang penting , mereka tidak akan sebodoh itu untuk
meninggalkan tempat perkemahan."
"Kalau demikian saya ingin sekali tahu apa yang hendak dibakar Winnetou!"
"Bangunan kuburan yang baru."
"Hebat! Pikiran tersebut dapat berharga sepuluh ribu dolar. Tetapi bangunan itu
tidak akan terbakar, sebab terbuat dari batu."
"Tidaklah juga perlu bahwa bangunan itu harus terbakar. Kita membuat onggokan
besar tumpukan kayu dan rumput kering di atas kuburan tersebut. Bila onggokan
tersebut terbakar semua orang kulit merah akan sangat terkejut dan akan berlari
kesana untuk memadamkannya."
"Kalau begitu kita harus menantikan dulu sampai mereka selesai membangun.
Kemudian itu masih juga berbahaya untuk mendekatinya, karena mungkin mereka akan
menempatkan penjaga."
"Saudara saya Hammerdull harus ingat pada kebiasaan bangsa merah. Segera setelah
kuburan itu selesai , mereka akan membaringkan mayat putera kepala suku di
dalamnya dan tidak seorangpun kecuali ayahnya akan tinggal disana. Mereka harus
meninggalkan dia sendiri disana, supaya dia dapat mempersembahkan nyanyian
kematian, yang hanya boleh didengarkan oleh jiwa yang sudah meninggal. Jadi kita
hanya harus berurusan dengan dia saja."
"Haruskah dia dibunuh?"
"Tidak. Old Shatterhand dan Winnetou tidak akan membunuh manusia, jika mereka
sendiri tidak memaksa kami untuk melakukannya. Dia akan menerima tinju saudara
saya Shatterhand supaya dia berdiam diri selama tidak diperkenankan berbicara,
selain dari itu dia tidak boleh dirugikan."
"Tetapi kita tidak dapat sekaligus berada di kuburan tersebut dan di rakit!
Orang kulit merah tentu akan sudah memadamkan api tersebut sebelumnya kita
selesai, maka timbul pertanyaan apakah rencana kita ini akan berhasil."
"Dick Hammerdull tidak perlu khawatir. Kita akan bagi dalam dua regu serta
menghitung waktunya setepat mungkin agar harapan untuk berhasil sangatlah besar.
Marilah kita bekerja membuat rakit itu, sebab sudah harus selesai sebelum
malam." "Pastikah bahwa kita tidak akan terlihat?"
"Winnetou tahu dengan pasti bahwa orang Pa-Ute tidak akan datang ke daerah ini."
"Apakah mereka datang atau tidak, itu sama saja. Tetapi bagaimanapun juga adalah
lebih baik jika mereka tidak tahu keberadaan kita di sini serta apa maksud kita.
Bukankah juga demikian pendapatmu, Piet Holbers, old coon?"
"Kalau kiramu itu lebih baik, Dick yang budiman, saya tidak menyangkalnya,"
jawab Piet dengan caranya yang kaku.
Sekarang kami memotong pohon-pohon yang kurus; pekerjaan ini tidak dapat lancar,
karena kami tidak mempunyai kapak. Ranting-ranting yang segar yang mudah
dibengkokkan untuk mengikat batang-batang pohon cukup banyak dan dalam waktu dua
jam kami telah selesai membuat rakit. Rakit tersebut mempunyai dua kemudi,
sebuah di muka dan satunya di belakang. Selain itu juga disediakan empat buah
pendayung untuk dipergunakan jika kami harus bergegas-gegas. Kami juga
mengumpulkan empat onggokan besar kayu dan rumput serta membawanya ke atas rakit
itu. Episode 15 Ketika kami telah selesai, kami harus menyembunyikan kuda kami. Seperti telah
dituturkan, kami berada di hulu dari perkemahan orang Pa-Ute, jadi kami harus
berlayar dengan rakit itu ke hilir dan para tawananpun akan dapat turun ke darat
di hilir jika rencana kami berhasil, namun harus di bagian tepi yang lain supaya
orang yang mengejar kami terpaksa harus menyeberang dahulu sebelum mereka dapat
mengikuti kami. Karena itu kami perlu menyembunyikan kuda kami dahulu pada
tempat yang sesuai untuk itu di sebelah hilir. Old Cursing Dry tentu harus ikut
juga. Maka kamipun membawa kuda kami ke tepi sungai yang lain dan mengikat
Fletcher di atas pelananya. Piet Holbers harus menjaga rakit kami. Sedang
lainnya berkuda ke hilir, tetapi tidak terlalu dekat dengan tepi sungai supaya
tidak ada kemungkinan akan dapat dilihat.
Kami melarikan kuda kami dan setelah setengah jam kami telah sampai sejauh
kurang lebih setengah mil Inggris lewat perkemahan orang Pa-Ute. Di situ ada
jurang yang sempit, dimana tumbuh pohon-pohon dan kami tambatkan kuda kami. Old
Cursing Dry kami angkat pada sebatang pohon. Dia sangat marah dan menyepak-
nyepak kami pada waktu kami sibuk mengikatnya. Andaikan mulutnya tidak disumbat,
maka pastilah kami dihujani dengan makiannya.
Kami terpaksa meninggalkan dia di situ seorang diri tanpa penjaga dan kami harus
berjalan kaki kembali dari mana kami tadi datang berkuda. Baru saja kami
berjalan, malampun tiba, tetapi kami sampai juga ke Piet Holbers dengan selamat.
Kami naiki rakit, melepaskannya dan memulai perjalanan yang tidak dapat
dikatakan tidak berbahaya. Saya berdiri pada kemudi di belakang, Winnetou dimuka
dan dengan perlahan-lahan dia membisikkan perintahnya pada saya. Malam demikian
gelapnya, sehingga seorang yang bukan pemburu prairi yang berpengalaman tidak
akan dapat melihat apa-apa. Sedang saya dapat melihat pohon-pohon di tepi
sungai, apalagi Winnetou yang dapat melihat lebih tajam lagi daripada saya. Dick
dan Piet duduk di tengah rakit dan mempercayakan seluruhnya pada kami berdua.
Suku Pa-Ute berkemah di tepi kiri sungai, karena itu kami harus berlayar sebisa-
bisanya pada tepi kanan. Arus air agak deras maka kamipun dapat maju dengan
pesat. Ketika sangka Winnetou kami telah cukup dekat dengan tempat perkemahan,
kami menepi ke sebelah kiri dimana rakit tersebut dapat disembunyikan dengan
aman di bawah ranting-ranting pohon yang menggantung kebawah. Saya katakan pada
tepi kiri, kendatipun nanti kami bermaksud melarikan diri melalui tepi kanan,
tetapi kami harus turun dulu ke sini untuk mengadakan persiapan seperlunya.
Pertama Winnetou merunduk pergi untuk menyelidiki daerah ini. Setelah kira-kira
dua jam kembalilah dia dan melaporkan bahwa menurut pendapatnya semuanya dalam
keadaan yang memuaskan. Bangunan kuburan akan selesai kurang lebih menjelang
tengah malam, maka setelah itu si kepala suku akan pergi kesana. Bangunan
tersebut berdiri dalam hutan, sekiar tiga ratus langkah jauhnya dari tempat
perkemahan. Si Apache pemberani ini telah menyusup hampir sampai ke dekat
semenanjung untuk mengetahui ke arah mana dia harus mengemudikan rakitnya nanti.
Hingga tengah malam kami berbaring dengan diam di bawah semak-semak yang lebat.
Kemudian Winnetou berbisik kepada saya, "Saudara saya boleh mengeluarkan sumbu
dari sabuk pelurunya."
Jadi pekerjaan kami akan segera dimulai. Setiap pemburu prairi yang baik selalu
membawa segulungan sumbu, sebab dia sering membutuhkannya. Maka sayapun memotong
secukupnya dan mengantonginya dalam saku untuk dapat dipergunakan segera.
Setelah itu kami semuanya turun dari rakit ke tepi sungai serta membawa onggokan
ranting dan rumput tersebut. Winnetou berjalan dimuka. Kami berjalan dengan arah
menyerong terus ke dalam hutan. Si Apache memilih berjalan di antara pohon-pohon
yang tidak tumbuh terlalu berdekatan dan tidak lama kamipun melihat di sebelah
kanan kami cahaya api perkemahan dan di sebelah kiri cahaya yang lebih kecil,
yang menyala di bangunan kuburan.
Episode 16 Ketika kami lebih mendekat, terlihat Pats Avat, kepala suku Pa-Ute, sendirian
berada di samping mayat puteranya. Lebih dekat lagi, terdengar dia menyanyikan
lagu kematian. Kamipun meletakkan onggokan yang kami bawa ke tanah. Dick dan
Piet mendapat perintah untuk tinggal disini, saya merunduk bersama Winnetou
hingga hampir di belakang punggung kepala suku dan sekonyong-konyong Winnetou
berdiri dihadapannya. Pats Avat menengadah, ketika dia mengenali Winnetou, cepat
dia bangkit dan terkejut, "Uf! Winnetou, kepala suku Apache."
Winnetou mengangkat tangannya dan menunjuk pada saya serta menjawab, "Ya, inilah
saya. Dan di sana berdiri sahabat serta saudara kulit putih saya, Old
Shatterhand." Si Pa-Ute berbalik serta memandang saya dengan mata terbelalak. Dia sudah
membuka mulutnya untuk minta tolong, tetapi pada waktu itu juga dia mendapat
pukulan dari saya pada kepalanya yang mengakibatkan dia jatuh pingsan. Sekarang
Dick dan Piet menggendong onggokan ranting yang besar itu dan bersama-sama kami
menumpuknya di atas bangunan kuburan. Kami membakarnya, dan melarikan diri
sedemikian cepatnya sehingga hanya dalam beberapa menit kemudian kami sudah
berada di rakit lagi. Kami lepaskan dan mengapungkannya ke hilir, dengan
mengusahakan agar tetap berada di tepi.
Terlihat keadaan menjadi terang; kamipun telah dapat melihat api perkemahan dan
dalam cahayanya dapat terlihat semenanjung itu dihadapan kami. Tiba-tiba
tercetus suatu nyala api, yang tentunya menarik perhatian orang Pa-Ute. Kami
dengar teriakan-teriakan dan tampak banyak orang berlarian menuju ke bangunan
kuburan. "Berhasil!" kata Winnetou. "Siapkan senjata terhadap perlawanan yang mungkin
timbul dan pisau untuk memotong tali para tawanan."
Dari dalam hutan terdengarlah teriakan yang nyaring, "Neave - akve, neave- akve,
-- kepala suku tewas, kepala suku tewas!"
Mereka semuanya yang masih tinggal di belakang melompat dan berlari ke dalam
hutan. Kamipun dapat melihat dengan jelas bahwa juga dua orang Indian dari
semenanjung pergi ke seberang serta berlari ke dalam hutan.
"Ayo dayung ke semenanjung!" perintah saya. "Holbers harus mengemudikannya."
Rakit kami berlayar secepat perahu. Ketika telah menubruk tanah, Winnetou,
Hammerdull dan saya melompat turun. Masih ada seorang penjaga yang tinggal
disitu, tapi dia menghadapkan punggungnya pada kami dan memandang ke hutan.
Ketika dia mendengar suara ribut yang tidak dapat kami cegah, berbaliklah dia.
Dengan segera dia melihat kami, berteriak minta tolong serta menyiapkan
senapannya. Saya lompati dia, saya rampas senapannya, tetapi tidak dapat
mencegahnya meletus. Saat berikutnya saya pukul dia demikian kerasnya dengan
pangkal senapannya sehingga jatuh pingsan. Kemudian saya berlari dengan pisau
dalam genggaman, menuju orang tawanan. Beberapa menit kemudian mereka telah
lepas bebas dan aman di dalam rakit. Kami mengikuti mereka cepat-cepat,
berdayung dan pertama-tama mengemudikan rakit ke seberang.
Segalanya berlangsung lebih cepat daripada yang kami harapkan, meskipun demikian
kami harus pergi secepat mungkin , sebab letusan dan teriakan kaum Indian telah
terdengar dan orang kulit merah berlari kembali untuk melihat apa yang terjadi.
Mereka melihat kami sebab kami justru sedang melalui tempat yang terang disinari
cahaya api. Merekapun menjerit-jerit dengan marah. Suara Winnetou yang lantang
terdengar di atas segala jeritan itu, "Pats Avat, kepala suku Pa-Ute tidak mati,
dia akan bangun kembali, sebab Old Shatterhand hanya memukul dia pingsan, dan
disini Winnetou kepala suku Apache. Kami telah membebaskan tawanan kulit putih
dan seribu orang Pa-Ute pun tidak akan sanggup merampasnya kembali dari kami.
Howgh!" Mendengar kata-kata itu jeritan mereka bertambah keras dan tembakan-tembakan
meletuslah, tetapi tidak ada yang mengenai sasarannya, karena kami telah berada
dalam kegelapan pula. Masih lama lagi kami dengar suara-suara musuh kami yang
seperti orang gila berlari-lari kian kemari di tepi sungai, tanpa harapan akan
dapat menyusul kami. Episode 17 Orang-orang yang telah dibebaskan, bahkan telah diselamatkan dari kematian,
telah mengetahui siapa kami dari kata-kata si Apache. Mereka bermaksud
berteriak-teriak karena kegirangan dan terima kasih, tetapi Winnetou mencegahnya
dengan berkata, "Diam! Kita belum aman. Dan apakah semuanya patut bergembira
terlepas dari orang Pa-Ute" Segera kalian akan diajukan di depan suatu
pengadilan dan siapa tahu bagaimana akhirnya. Howgh!"
Seperti tadi, Winnetou berdiri di kemudi depan dan mengemudikan rakit kami ke
tepi kanan, sebab kami telah tiba di dekat mana kami meninggalkan Fletcher dan
kuda kami. Kedelapan orang yang telah dibebaskan mengira segera turun disini,
tetapi Winnetou berseru kepada mereka, "Tinggallah disini, kita akan berlayar
terus." "Kalau begitu kenapa engkau merapat disini, jika kami tidak boleh mendarat?"
tanya salah seorang dari mereka dengan nada yang kurang ajar.
"Karena kuda kami berada disini."
"Dan kami tidak punya seekorpun! Apakah engkau tidak mempunyai waktu ataukah
tidak sudi melepaskan kuda kami" Kami juga tidak punya senjata. Apa yang harus
kami lakukan di Far West sini tanpa bedil dan pisau" Itu kan dapat kamu pikirkan
sebelumnya?" Hening sebentar, kemudian Winnetou bertanya, "Apakah nama orang muda berkulit
putih yang baru berbicara itu barangkali Fletcher?"
Saya kenal baik nada suaranya dalam mengajukan pertanyaan ini. Demikianlah
selalu suaranya jika dia berbicara pada seorang yang hina dan harus mengekang
kemarahannya. "Ya" jawab yang ditanya.
"Jadi dia putera dari orang kulit putih lain itu, yang disebut Old Cursing Dry?"
"Bangsat! Siapa yang mengijinkan engkau mengucapkan nama itu?"
"Winnetou mengijinkannya sendiri dan dia ingin berhadapan dengan orang yang
berani melarangnya."
"Aku lah! Nama itu adalah nama ejekan yang tidak mau saya dengar! Dimana ayah
saya" Dia sedang pergi ketika kami disergap, jadi dia tidak turut tertangkap.
Saya harap bahwa engkau, Tuan-Tuan, tidak menculik kami dari sini dan
meninggalkan ayah saya. Jika demikian halnya saya akan me...... engkau, dan saya
bersumpah atas nama......"
"Diam!" potong Winnetou, "Jangan bersumpah dan jangan memaki, kami tidak
mengijinkan! Si Fletcher tua dalam keadaan baik dan besok engkau akan dapat
bertemu. Secepat ini mengembalikan kuda serta senjata kamu adalah perbuatan
gila! Winnetou-lah yang akan memberitahukan pada kamu apa yang harus dikerjakan.
Orang Pa-Ute akan mengejar kita dan kita jebak mereka masuk ke dalam perangkap,
dimana tidak seorangpun dari mereka yang dapat keluar. Mereka harus menyerahkan
semuanya kembali apa yang telah dirampas dari kalian. Prajurit Navajo telah
bersiap-siap untuk menangkap mereka. Siapa yang tidak mempunyai kuda harus
tinggal di atas rakit sampai di tempat tujuan. Mulai dari sini sungai ini
membelok kearah tempat yang disebut oleh orang Indian Sitsu To (air kuning).
Masih ingatkah saudara saya Shatterhand tempat itu?"
"Ya." jawab saya, "jika berkuda dari sini kita akan sampai menjelang pagi."
"Betul. Kita yang berlayar dengan rakit akan sampai di sana agak lebih lambat.
Saudara saya Shatterhand mempunyai empat ekor kuda. Dia boleh turun bersama
Hammerdull, Holbers dan salah seorang temannya serta berkuda ke Sitsu To untuk
menantikan kami disana. Apa yang akan kita lakukan nanti dapatlah dipikirkan
belakangan." Kami telah membebaskan delapan orang tawanan, empat orang sahabat Dick dan Piet
serta empat orang lagi kawan Fletcher tua. Winnetou menunjuk orang dari kelompok
pertama untuk ikut dengan saya dan bukanlah orang dari kelompok kedua. Sedangkan
Fletcher adalah tawanan kami. Hammerdull memilih salah seorang kawannya dan kami
pun turun ke darat, sementara rakit itu berlayar terus. Winnetou memberanikan
diri berlayar bersama empat orang manusia sejenis Fletcher muda itu. Mendengar
tuntutannya yang tidak tahu malu dan caranya berbicara, maka nyatalah bahwa buah
itu jatuh tidak jauh dari pohonnya.
Episode 18 Kami berempat meninggalkan tepi sungai. Meskipun gelap, kami segera menemukan
kembali jurang dimana kami mengikatkan kuda kami. Di sini tidak ada sesuatu yang
terjadi. Kendatipun tampak oleh saya bahwa Old Cursing Dry telah berusaha
sekuatnya untuk menarik-narik ikatannya tetapi upayanya untuk lepas sama sekali
tidak membuahkan hasil. Sekarang dia dinaikkan ke atas kudanya dan diikat erat-
erat. Kawan Hammerdull sangat heran melihat perlakuan kami terhadap Fletcher,
tetapi dengan beberapa kata penjelasan dia telah mengerti; setelah itu, kami
menunggangi kuda kami dan berkuda ke suatu dataran terbuka, untuk selanjutnya
memotong jalan sungai San Juan yang membelok.
Saya berkuda di depan dengan tetap menuntun kuda Fletcher pada tali kekangnya
dan tidak memperhatikan apa yang diperbincangkan oleh ketiga orang di belakang.
Ketika fajar mulai menyingsing kami lihat di kejauhan sungai yang menghijau dan
sampai di sungai itu kami turun untuk menantikan kedatangan Winnetou. Tentu saja
Fletcher diikat lagi pada sebatang pohon. Selama perjalanan sumbat mulutnya
tetap tidak dilepaskan. Sekarang saya mengeluarkannya karena belas kasihan.
Tetapi baru saja lidahnya bebas, dia langsung menghujani kami dengan makian dan
kutukan, yang hanya dapat kami hentikan dengan ancaman untuk segera menyumbat
lagi dan menghajar dia dengan pukulan-pukulan istimewa.
Untuk menghemat, kemarin kami tidak memasak ikan kami yang sebagian, karena itu


Si Pemaki Tuhan Karya Karl May di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sekarang kami menyalakan api dan menyiapkan makan pagi, juga Fletcher menerima
bagiannya. Sementara makan, Hammerdull tidak dapat menahan lagi pertanyaan-
pertanyaan yang sejak kemarin bergantung di bibirnya, tetapi saya memberi tanda
untuk diam, karena Fletcher tidak boleh mendengarnya. Ketika dia telah selesai
makan, sumbat dimasukkan lagi ke dalam mulutnya dan kami bawa dia ke atas
kudanya seberapa jauh dan di sana dia diikat lagi. Maka sekarang si gemuk tidak
sanggup menahan keinginannya serta bertanya, "Mengapa orang tua itu tidak boleh
tinggal disini Mr. Shatterhand" Mengapa engkau membawanya kembali ke semak-semak
sana?" "Karena anaknya. Jika dia turun disini, tidak boleh melihatnya, sebab dia akan
berontak pada kita; namun dia akan tenang saja selama tidak tahu apa yang kita
rencanakan pada ayahnya."
"Well, itu bijaksana, tetapi masih beratus-ratus pertanyaan yang ............... "
"Yang sebaiknya engkau simpan dulu." Saya potong kalimatnya. "Ambillah kail-
kailmu dan cobalah barangkali di sini juga ada ikan.
Kalau Winnetou kembali bersama rombongannya, mereka tentunya lapar. Sementara
ini saya beritahu engkau, orang Pa-Ute pasti akan mengejar kita baik di darat
maupun di sungai. Karena dalam gelap malam mereka tidak dapat melihat jejak
kita, maka mereka terpaksa menunggu sampai pagi dan dalam waktu itu mereka
membuat rakit. Sementara itu orang yang meninggal juga harus dikuburkan, jadi
dapat kau kira-kira berapa jauhnya mereka itu."
"Mereka tidak akan mudah menyusulnya!"
"Tidak, tetapi untuk mengganggu mereka akan kita biarkan mereka mendekati kita
sedekat mungkin, maka mungkin mereka lengah dan mengikuti kita kedalam ca"on."
"Apakah orang Navajo sudah ada di sana?"
"Sekarang ini belum, tetapi kita sendiri juga baru akan sampai di sana malam
ini, dimana Nitsas Kar juga akan tiba bersama pasukannya. Itulah yang pertama-
tama harus kita ketahui."
"Tetapi tentang ini tidak Anda bicarakan dengan Winnetou. Mungkin dia punya
rencana lain." "Tidak. Saya kenal dia dan dia kenal saya. Coba sekarang kita cari makanan
dulu." Sekali lagi Hammerdull dan Holbers sangat bergembira, kail mereka memberi hasil
baik dan mereka baru berhenti ketika dari kejauhan kami melihat rakit kami
datang. Ikanpun segera dipanggang di atas api agar mereka yang lapar tidak usah
menunggu terlalu lama. Winnetou berdiri pada kemudi dengan kepala tegak sambil
memandang ke sekelilingnya. Ketika dia tidak melihat si Fletcher tua, dia
mengangguk kepada saya dengan puas seraya merapatkan rakit ke tepi, kemudian
ditambatkan. Bau ikan panggang menarik seluruh perhatian kedelapan orang
tersebut, dan dalam beberapa menit saja mereka telah duduk di sekeliling api
sambil ber-kecap-kecap. Dalam pagi yang terang begini dapat saya lihat wajah mereka lebih jelas. Keempat
orang yang tergabung dengan Old Cursing Dry tidak memiliki muka yang bisa
dipercaya dan cara mereka berbicara sama sekali tidak sopan.
Winnetou menarik saya ke samping untuk membicarakan hal yang penting. Sementara
Fletcher muda berteriak kepada kami, "Apa yang kamu kerjakan di sana" Apakah
kamu mempunyai maksud jahat, sehingga kami tidak boleh mendengarkan apa yang kau
bicarakan?" Dick Hammerdull menjawab, "Rupa-rupanya engkau tidak tahu Mr. Fletcher, dengan
siapa engkau berbicara. Old Shatterhand dan Winnetou tidak biasa ditegur dengan
cara yang demikian."
"Jadi karena itu saya harus menutup mulut saya?"
"Harus atau tidak, itu sama saja; tetapi sekali waktu engkau dapat menerima
pukulan yang mencelakakan pada mulutmu!"
"Saya ingin melihat siapa yang berani berbuat begitu. Bahwa kamu telah
membebaskan kami, tidak berarti apa-apa, sebab itu kewajiban................ kamu, dan
kami sama sekali tidak perlu berterima kasih karenanya. Sekarang saya ingin tahu
dimana.............. saya."
Episode 19 Kata yang digunakan untuk menyebut "ayah" terlalulah kurang ajar. Dick menjawab,
"Jika yang engkau maksudkan ayahmu dengan kata yang bagus itu tadi, maka saya
bersedia memberitahukan padamu bahwa dia sekarang sedang pergi ke orang Navajo,
bukankah begitu, Piet Holbers, old coon?"
"Ya, Dick yang baik." jawabnya, "Jika dia tidak di belakang kami, maka dia
berada di muka." "Yah, kalau begitu saya puas." Fletcher muda menjawab, " Kita harap orang Pa-Ute itu akan masuk perangkap
maka mereka akan ......"
Kata-katanya ini diikuti dengan kutukan-kutukan yang tidak mungkin dituturkan
disini, dan dia telah merencanakan macam-macam kejadian yang menyatakan dengan
jelas bahwa kedua Fletcher itu telah biasa menganggap setiap Indian sebagai
mahluk yang harus dimusnahkan. Sudah berapa pembunuhankah yang telah mereka
lakukan" Karena kami bermaksud memperpendek jarak antara kami dan pengejar kami, maka
kami tinggal dengan seenaknya empat jam lamanya di Sitsu To, kemudian Winnetou
berlayar lagi bersama ketujuh orang tadi. Kami yang masih tinggal mengusahakan
supaya jika orang Pa-Ute datang, dapat segera melihat bahwa rakit kami telah
merapat di sini dan juga bahwa kami para penunggang kuda telah berhenti di sini.
Setelah itu kami meninggalkan pula tempat tersebut, setelah lebih dulu
mengeluarkan Old Cursing Dry dari tempat persembunyiannya.
Di tengah perjalanan kami keluarkan sumbat dari mulutnya dan meskipun dia tidak
berani memaki-maki kami, namun kami harus tahan juga mendengarkan sumpah-
serapahnya yang tidak henti-hentinya, yang belum pernah saya dengar sebelumnya.
Dia bersumpah sekeras-kerasnya, terutama bahwa bukan dialah pembunuh orang Pa-
Ute itu. Jalan kami kerap menyisir tepi sungai, sekali-sekali saja lebih jauh dan baru di
sore hari kami dapat terus mengikuti tepi sungai. Di belakang kami dataran yang
berbatu-batu, di kiri sungai dan di depan kami menjulanglah bukit-bukit batu.
Dinding-dindingnya tegak ke atas dan di antara mana Rio San Juan menghilang.
Inilah ca"on yang mana kami hendak menangkap orang Pa-Ute. Sekarang
pertanyaannya apakah mereka akan masuk ke dalam. Untuk menggerakkan mereka ke
dalam, saya sependapat dengan Winnetou untuk menunggu disini, hingga mereka
dapat melihat kami. Diapun hendak berbuat begitu dengan rakitnya. Belum
seperempat jam berlalu, kami melihat seorang pengendara kuda datang ke sungai.
Dia seorang Navajo yang melaporkan kepada kami bahwa pasukannya telah datang dan
siap mengambil tempat seperti yang telah diperintahkan Winnetou. Kemudian dia
pergi lagi untuk memberitahu Nitsa Kar bahwa dia telah bertemu kami.
Beberapa saat kemudian kami lihat rakit kami datang. Saya beri tanda seperti
yang telah kami janjikan pada Winnetou, setelah mana dia merapat untuk menunggu
juga, seperti kami di sini. Arah sungai tersebut lurus ke hulu, jadi Winnetou
juga dapat melihat, seperti kami, orang yang mengejar kami. Baru saja Dick
Hammerdull melontarkan pertanyaan apakah orang Pa-Ute sungguh-sungguh akan
mengejar kami, Piet Holbers menunjuk ke kejauhan serta berkata, "Cobalah lihat
di belakangmu, old Dick dan engkau akan melihat bahwa Mr. Shatterhand seperti
pada lazimnya selalu berpendapat benar."
Ya, mereka datang! Sepasukan besar orang berkuda, mungkin sebanyak dua ratus
orang. Kami masih tetap berdiri. Ketika kami sudah terlihat, mereka berhenti.
Kemudian mata kami tertuju pada sungai, sebab di sana kami lihat empat atau lima
buah rakit. Winnetou juga melihat mereka dan mendayung ke tengah untuk
menampakkan dirinya. Mereka itupun segera menambah kecepatannya dan penunggang-
penunggang kuda di belakang kami juga bergerak maju; tampaknya rencana kami akan
berhasil. Episode 20 Kami berkuda maju sedemikian rupa sehingga kami tetap sejajar dengan Winnetou.
Dengan sekali-sekali menengok ke belakang, dapatlah kami melihat beberapa saat
kemudian bahwa para penunggang kuda tersebut sudah sampai di tempat dimana kami
tadi berhenti dan dari situ juga dapat melihat rakit-rakit mereka serta rakit
Winnetou. Kami tidak dapat mendengar mereka, tetapi melihat mereka mengacung-
acungkan tangan menandakan bahwa mereka bersorak-sorak gembira. Mereka kemudian
melarikan kudanya, kami melakukan hal yang sama. Di sini sungai melalui aliran
yang sempit, sehingga kecepatan air bertambah deras, yang membuat Winnetou dapat
mengikuti kami. Bukit-bukit batu muncul makin tinggi dan letaknya demikian berdekatan, sehingga
tepi-tepi sungai tersebut hanya berjarak lima meter, bahkan di sana-sini masih
lebih sempit lagi. Inilah jalan masuk ke ca"on. Karena ketajaman penglihatan,
saya yakin bahwa bagian orang Navajo yang pertama telah menduduki pos mereka.
Segera kami berkuda amat cepat, kemudian lewat di antara dinding bukit batu yang
bagaikan setinggi langit di tepi air, melalui belahan dan gumpalan batu dalam
setengah kegelapan, hingga tiba-tiba menjadi terang kembali karena dinding alam
tersebut telah dilampaui. Sampailah kami di bukit-bukit batu yang berlapis-lapis
dan di belakangnya tampak orang Navajo.
Kami turun untuk menuntun kuda kami di bagian yang berbahaya ini. Sang Kepala
Suku sendiri menyambut kami dan si Fletcher tua saya serahkan padanya, dengan
permintaan untuk menjaga dia sebaik-baiknya.
Segera setelah itu, Winnetou menabrakkan rakitnya pada dinding bukit yang curam
dan datang bersama rombongannya. Semuanya berlangsung lebih cepat lagi daripada
yang dapat saya kisahkan, dan sekarang nampak juga oleh kami munculnya rakit
serta pengendara kuda Pa-Ute di daerah yang sempit itu. Rupanya memang demikian
bentuk canon ini. Mereka masuk perangkap. Saya membidik mereka dengan senapan
pembunuh beruang dan menembak jatuh dua ekor kuda. Tembakan-tembakan tersebut
menggelegar di antara dinding bukit batu bagaikan tembakan meriam.
Orang Navajo muncul dari persembunyiannya dan mengacungkan senapan-senapan
mereka. Ketika penunggang2 kuda Pa-Ute melihat ini, mereka membelokkan kuda
mereka serta memberi tanda kepada kawan-kawan mereka yang berada di rakit untuk
mendarat, yang tidak dapat mereka lakukan dengan mudah. Meletuskan kemudian
tembakan-tembakan dari kedua belah pihak yang tidak merugikan kami. Musuh kami
dapat mengetahui bahwa mereka tidak dapat menyerang maju dan mereka berbalik
kembali. Ketika mereka telah menghilang, rakit-rakit mereka yang kosong terapung-apung
melewati kami. Kami tidak perlu menunggu lama, karena orang Pa-Ute kembali lagi.
Pada waktu mereka mundur, mereka telah berhadapan dengan bagian kami yang lain,
dan terpaksa harus menyadari bahwa mereka berada dalam kekuasaan kami. Kami
menduduki daerah di mana kami dapat menyebar, sehingga setiap orang dari kami
dapat menembak. Sedang mereka telah masuk ke dalam jalan yang begitu sempit,
sehingga hanya yang paling muka sajalah yang dapat mempergunakan senapan mereka
jika tidak mau saling melukai sesamanya. Apakah mereka akan membiarkan diri
mereka terjepit dalam daerah yang sempit lagi berbahaya ini" Tentu ini suatu
perbuatan yang gila. Jadi kamipun yakin, bahwa kami tidak perlu menantikan
keputusan mereka lebih lama lagi.
Nyatanya memang demikian, sebab beberapa saat kemudian datanglah salah seorang
dari mereka menuju kami dengan mengacungkan selembar kain putih dalam tangannya,
sebagai tanda mau berunding. Kami membiarkan dia datang dengan tenang dan dia
berkata kepada kami, bahwa kepala sukunya ingin berbicara dengan pemimpin kami.
Apa yang kami harapkan terjadilah. Kepala Suku Pa-Ute mempercayai kata-kata kami
dan datang mendapatkan kami. Perundingan itu berjalan dengan perlahan-lahan
menurut tatacara Indian; sehingga sampai menjelang malam dan perlu dinyalakan
api unggun. Kepala Suku Navajo menginginkan damai dan lima puluh bedil, orang
Pa-Ute mau berdamai tetapi tidak mau memberikan bedil, karena sudah ada dua
orang pejuang dari mereka yang terbunuh.
Sekarang Winnetou turut campur dalam perkara tersebut dan menurut usulnya Pats
Avat akan memberikan senapan-senapannya sedang dia akan menerima orang yang
membunuh puteranya. Perjanjian ini dikuatkan dengan menghisap pipa perdamaian.
Dan si Pa-Ute pun kembalilah ke pasukannya untuk menceritakan hasilnya pada
mereka. Selanjutnya seorang pembawa berita dikirim ke bagian yang lain dan tidak
lama antaranya semua orang Navajo berkumpul di tepi sungai. Di sana perkemahan
didirikan dan orang Pa-Ute juga berkemah disekitar situ.
Sukar sekali bagi Pats Avat dari siapa-siapa dia harus mengambil bedilnya dan
hampir tengah malam barulah dia dapat menyerahkannya. Kemudian datanglah mereka
untuk mengambil si pembunuh. Dengan sendirinya mereka juga harus menyerahkan
kembali segala-galanya yang mereka rampas dari kedelapan orang yang mereka
tangkap. Bersama mereka datanglah juga orang Pa-Ute, yang dahulu berkuda di
depan dengan kedua orang yang terbunuh dan telah melihat si pembunuh yang
melarikan diri. Tentu saja sebelum Old Cursing Dry diserahkan, harus dijelaskan
apa alasan-alasannya. Karena itu dibentuklah sebuah juri, terdiri dari kedua
kepala suku, Winnetou, Dick Hammerdull dan saya.
Episode 21 Fletcher selama ini disingkirkan, hingga anaknya sampai sekarang ini belum
pernah melihat dia. Sekarang setelah dia dibawa ke api perkemahan dengan
terikat, anaknyapun melihat si ayah dan dengan menggagap-gagap kemarahan
menuntut kami untuk segera melepaskan ayahnya. Terjadilah suatu pergumulan yang
lebih baik tidak saya ceritakan, dengan kesudahan si Fletcher junior diikat
juga. Setelah itu, disekeliling kami terbentuklah suatu lingkaran dari orang yang
hendak mendengarkan sidang. Sebelum pemeriksaan dimulai, menurut hukum prairi,
ikatan-ikatan hendaknya dilepaskan karena dia tidak mungkin melarikan diri.
Saksi segera mengenalnya, bahwa dialah yang melarikan diri, dan pada waktu
ditunjukkan kuda Fletcher, dia menerangkan dengan pasti bahwa inilah binatang
yang dengan mana si pembunuh melarikan diri. Bukti-bukti tersebut sudah cukup.
Ketika Fletcher diberi kesempatan untuk membela dirinya, yang dapat diucapkannya
tidak lain adalah makian-makian serta sumpah-serapah yang berakhir dengan
menyatakan bahwa dia akan menjadi buta dan remuk redam jika dialah pembunuhnya.
Kami terpaksa membiarkan dia berbicara, tetapi perkataannya sungguh-sungguh
tidak patut didengarkan. Apalagi wajahnya! Lebih mirip binatang yang marah
daripada wajah orang! Pats Avat, ayah dari putera yang terbunuh, duduk berhadapan dengan saya.
Senapannya terletak di sampingnya. Sebilah pisau, sebuah tomahawk dan sepucuk
pistol tua berlaras dua terselip dalam sabuknya, yang mana juga bergantung
kantung mesiu dari kulit. Mungkin hanya untuk berbuat sesuatu atau untuk
menyembunyikan kedongkolannya, dia mengeluarkan pistolnya dan mengisinya, saya
tidak memperhatikan karena perhatian saya tertuju pada Old Cursing Dry.
Winnetou mengulangi lagi tuduhan-tuduhannya, tidak ada sesuatu yang dapat
dibela, jadi kamipun harus menjatuhkan keputusan. Ketika semuanya menyatakan
"bersalah" si Apache berdiri dan berseru, "Menurut hukum prairi telah terbukti
bahwa Old Cursing Dry yang membunuh prajurit Pa-Ute. Dan karena kami telah
berjanji untuk menyerahkan pembunuh ini kepada orang Pa-Ute, maka mulai saat ini
dia berada dalam tangan Kepala Suku Pa-Ute, yang boleh memperlakukan dia
sekehendaknya. Howgh!"
Pats Avat juga bangkit. Dengan pistolnya dalam tangan kiri, dengan tangan
kanannya dia menunjuk pada si pembunuh seraya berseru, "Jadi binatang buas ini
mulai sekarang adalah milik saya. Segera dia akan diikat pada tiang dan disiksa
sedemikian rupa sehingga dia akan berteriak-teriak kesakitan tiga hari tiga
malam lamanya, dengan tidak dapat mati, sebab dia bukan hanya melakukan kedua
pembunuhan itu, tetapi selain itu telah membunuh juga banyak orang kulit merah.
Howgh!" Beberapa saat lamanya Fletcher berdiri tegak dengan kaku.
"Saya harus mati" Pada tiang penyiksaan" Meskipun telah saya katakan bahwa saya
bukanlah pembunuhnya" Anjing merah yang ......... Jika saya tidak dapat diselamatkan,
maka kamu akan terjun juga ke dalam neraka. Lihat!"
Dia merenggut pistol dari tangan kepala suku, membidik kepadanya dan menembak.
Pada saat berikutnya dia menekan senjata tersebut pada pelipisnya sendiri dan
menembak sekali lagi. Kedua tembakan tersebut berbunyi berurutan. Kami hampir
tidak dapat melihat bahwa kepala suku mengelak ke samping pada tembakan yang
pertama dan pada tembakan yang kedua meraih pistolnya.
Kami semuanya bangkit dan mengira bahwa kedua orang itu jatuh mati, tetapi si
kepala suku bangkit dengan tidak terluka sedikitpun serta berkata dengan
menghina, "Dia tidak mengenai saya, sebab saya menepis tangannya ke samping dan
dalam pistol itu belum ada pelurunya, baru mesiu. Cobalah lihat anjing bermuka
pucat itu! Apa yang terjadi dengan dia?"
Ya, apa yang terjadi dengan Fletcher" Dia telah menjatuhkan pistol itu dan
menekan kedua tangannya kuat-kuat pada matanya, kemudian dia melepaskan
tangannya, mengangkat kepalanya seakan-akan dia hendak memandang ke angkasa,
menjerit sangat memilukan dan menjatuhkan dirinya ke tanah, seraya menggeram dan
menggaruk-garuk tanah. "Uf, uf, uf!" cetus Winnetou, "Dia minta jadi buta jika dia bersalah, dan
sekarang dia menembak sendiri matanya dengan mesiu. Menurut hukum prairi dia
telah diadili, tetapi Manitou yang Agung telah menghukumnya lebih keras lagi.
Winnetou, pemimpin orang Apache telah melihat dan mengalami banyak peristiwa
yang tidak dilihat orang lain, tetapi dia menggigil melihat ini. Howgh!
Episode 22 Dia menggigil seperti kedinginan dan berbalik untuk pergi. Seperti yang
dikatakan, Fletcher bermaksud menembak pelipisnya, tetapi karena Pats Avat pada


Si Pemaki Tuhan Karya Karl May di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

saat tersebut menepis pistol itu, tembakan meletus mengarah kedua buah matanya.
Saya merasakan seperti Winnetou, menggigil dan pergi menjauh sampai saya tidak
dapat mendengar rintihan-rintihannya lagi. Setelah beberapa lama saya kembali
pula, dia telah dibawa orang Pa-Ute, sedang kepala suku mereka tidak memikirkan
lagi untuk mengikatnya pada tiang penyiksaan malam ini juga.
Kendatipun kami semuanya ingin tidur, saya tidak dapat tertidur juga, berbolak-
balik dari sisi yang satu ke sisi yang lain dan terus menerus terdengar dalam
telinga saya kata-kata Winnetou, "Tetapi Manitou yang Agung telah menghukumnya
lebih keras lagi". Dan ketika pada akhirnya saya tertidur juga, dalam mimpi seakan-akan saya
mendengar tembakan berkali-kali. Tetapi apakah ini sungguh suatu impian" Ataukah
saya terjaga" Betul-betul telah terjadi tembakan-tembakan dan saya mendengar
orang berlarian kesana-kemari. Ketika saya bangun, saya lihat perkemahan dalam
keadaan hiruk pikuk dan atas pertanyaan saya mereka menceritakan bahwa Old
Cursing Dry telah melarikan diri.
Mungkinkah itu" Dia, yang buta, melarikan diri" Hampir-hampir saya tidak dapat
mempercayainya! Ataukah dia sebenarnya tidak buta sama sekali" Dick Hammerdull
berlari-lari mendapatkan saya, dari kejauhan dia telah berteriak, "Sudahkah Anda
ketahui bahwa si Fletcher tua telah hilang, Sir?"
"Saya telah mendengarnya, tetapi saya hampir tidak dapat mempercayainya!"
"Apakah Anda percaya atau tidak, itu sama saja, tetapi begitulah yang sebenarnya
Mr. Shatterhand." "Apakah dia tidak diikat?"
"Tentu saja dia diikat."
"Jadi apakah orang Pa-Ute tidak menjaganya cukup kuat?"
"Saya kira cukup kuat. Tetapi karena dia buta dan lagi juga terikat, mereka
pikir tentu dia tidak akan dapat lari."
"Jadi bagaimana terjadinya" Tentu harus ada orang yang menolong dia."
"Ya, tentu saja orang yang menolong dia, anaknya, dan dia ini juga telah lari.
Salah seorang penjaga yang paling luar telah melihat dua orang menunggangi
seekor kuda." "Jadi kedua Fletcher itu tidak sempat mengambil seekor kuda lagi" Apakah anaknya
tidak diikat?" "Diikat apa tidak, itu sama saja, tetapi mereka telah melepaskan talinya, sebab
dia memintanya dan berjanji untuk berlaku tenang. Mereka kira tidak perlu curiga
padanya, karena ayahnya berada pada suku Pa-Ute."
"Betapa tidak berhati-hatinya mereka ini. Ke arah mana lari mereka"
"Ke selatan. Penjaga yang harus mereka lalui telah memergoki mereka dan ketika
mereka tidak menjawab, dia menembak dua kali ke arah mereka. Dia mempunyai bedil
berlaras dua, sebab dia salah seorang kawan saya."
"Mari ikut! Saya mau ke tempat dimana dia berdiri. Meskipun gelap, mungkin kita
masih dapat menemukan jejaknya."
Kami pergi. Banyak orang lain mengikuti kami tetapi begitu hingga jauh ke depan,
kami dengar perintah Winnetou yang melarang orang lebih maju ke muka lagi,
karena dengan demikian menyebabkan jejak pelarian akan rusak. Orang mematuhinya,
sedang saya berjalan terus, berkatalah dia, "Tentunya saudara saya telah
mendengar apa yang terjadi. Kita harus...... "
Episode 23 Dia berhenti dan mendengarkan. Dengan jelas kami mendengar derap kuda yang
dengan perlahan-lahan datang mendekat. Kami mendekatinya dengan jari-jari siap
pada pelatuk pistol kami. Sikap hati-hati kami ini ternyata tidak ada
manfaatnya, karena tidak ada orang di atas kuda itu. Kuda tersebut adalah kuda
yang ditunggangi Fletcher muda. Ketika kami membawanya ke api perkemahan yang
telah dinyalakan lagi, tampak oleh kami bahwa seluruh bagian belakang kuda
berdarah, tetapi kuda itu sendiri tidak terluka. Jadi tentunya salah seorang
penunggang kuda terkena peluru si penjaga. Kuda itu kemudian melempar kedua
penunggangnya dan kembali kemari.
Sekarang kami dapat memastikan untuk menemukan kedua orang pelarian itu dan
menunggu sampai pagi hari tiba. Pada waktu fajar baru saja menyingsing, kami
mulai mencari. Kami tidak perlu pergi jauh-jauh. Dari tempat dimana kedua
Fletcher tersebut terlihat untuk terakhir kalinya, jejaknya tak sampai seribu
langkah. Di tempat itu menggeletaklah mayat anaknya, sudah kaku sama sekali.
Pelurunya telah memasuki punggungnya, jadi hanya beberapa menit saja dia dapat
bertahan di atas kuda. Sedang binatang tersebut masih lari dengan Fletcher tua
lebih jauh lagi. Karena buta, dia telah salah mengendalikan, yaitu ke pinggir
bukit batu, yang kira-kira tiga puluh meter dalamnya turun ke sungai.
Di sini si kuda tidak mau meneruskan lagi dan melemparkan penunggangnya. Ketika
dari pinggiran kami memandang kebawah, kami lihat dia menggeletak. Dia masih
hidup sebab kami lihat dia bergerak dan terdengar rintihan yang sayup-sayup.
Saya tidak pernah pening, tetapi sekarang kepala saya pusing mengingat bahwa
penghujatannya yang kedua terhadap Tuhan sekarang juga terpenuhi. "Semoga saya
menjadi buta dan remuk redam!" katanya, dan sekarang dia menggeletak jauh
dibawah sana! Kami turun dari sebelah lain yang tidak berbahaya. Ketika kami sampai di
tempatnya, dia masih menggeletak di tempat yang sama, meratap-ratap dan dengan
mata tertutup. Saya berlutut disampingnya serta bertanya, "Mr. Fletcher, engkau
dengar saya?" Perlahan-lahan dia membukakan kelopak matanya dan memandang ke arah saya dengan
mata yang berkaca-kaca, tetapi saya tidak memperoleh jawaban. Saya mengulangi
pertanyaan saya, tetapi sekali lagi tanpa hasil. Kepalanya tidak memperlihatkan
luka yang berat, tetapi kedua belah tangan dan kakinya telah patah.
"Remuk redam, seperti yang dikehendakinya!" bisik Winnetou pada saya.
Tentunya tubuh bagian dalamnya juga cedera, karena ketika kami berusaha
mengangkatnya, menjeritlah dia tak henti-hentinya. Karena kesakitan yang sangat
itu rupa-rupanya dia dapat sadarkan diri pula, sebab ketika saya menanyakan lagi
kepadanya apakah dia mendengar saya, dia berhenti menggeram dan menjawab, "Siapa
itu"...... siapa engkau?"
"Old Shatterhand dan Winnetou."
"Dimana anak saya ?"
"Dia telah meninggal."
"Mati ditembak?"
"Ya." "Ma.....ti di.......tem......bak!" gagapnya, "Itu....salah....saya."
"Ya, semuanya salahmu; salahmu bahwa engkau harus meninggal dengan mengerikan
begitu dan juga salahmu bahwa anakmu meninggal dengan menyedihkan!"
Dia mengeluh dalam-dalam dan memejamkan matanya. Begitulah dia berbaring tak
bergerak beberapa saat yang lama. "Engkau masih terjaga?" tanya saya padanya,
"Engkau dengar saya?"
"Ya, " keluhnya.
"Hanya beberapa menit saja engkau dapat hidup, ingat pada dosa-dosamu dan pada
pengadilan yang kekal! Tetapi ingatlah juga pada cinta kasih Tuhan yang tak ada
batasnya." "Cinta....kasih......Tuhan!" terdengar perlahan-lahan.
"Katakanlah sekarang kebenarannya! Engkaulah yang membunuh kedua Pa-Ute itu?"
"Ya," dia mengaku.
"Engkau menyesal atas pembunuhan ini dan atas semua yang lainnya yang dahulu kau
lakukan?" "Menyesal.....menyesal! Doakanlah untuk saya..... 'Bapa Kami'."
"Dengarkan dahulu apa yang saya katakan padamu! Jika engkau menyesal, engkau
dapat meninggal dengan tenteram, dengan keyakinan bahwa Tuhan Yang Maha Pengasih
adalah hakim yang penuh rahmat. Marilah sekarang kita berdoa."
Dia berusaha melipat tangannya, dan tidak berhasil. Saya menolongnya dan
kemudian dengan keras-keras saya berdoa 'Bapa Kami' dan banyak lagi, yang
tercetus dari hati saya. Pada mukanya perlahan-lahan terbayang ketenteraman,
suatu gerakan kepalanya seakan-akan dia hendak tidur, setelah itu selesailah
semuanya, Old Cursing Dry meninggal.
Winnetou mengajak saya untuk berdiri, "Sekarang saudara saya Scharlieh masih
mendapatkan harapannya juga." ujarnya. "Jiwa orang ini telah kembali kepada
Manitou yang Agung. Tubuhnya boleh beristirahat bersama tubuh anaknya dalam
tanah, hingga pada hari kiamat, jiwanya akan kembali pula ke dalamnya. Howgh!"
T A M A T Catatan "Si Pemaki Tuhan" berjudul asli "Old Cursing Dry" (Si Ceking Pemaki) dan ditulis
pertama kali di suatu majalah. Ketika diterbitkan dalam bentuk buku diberi judul
baru "Gott L"sst Sich Nicht Spotten " (Tuhan Tidak Memperkenankan Memaki) dan
digabungkan bersama dengan cerita-cerita lainnya dalam sebuah buku yang berjudul
"Auf fremden Pfaden" (Di Pelosok Negeri Asing) (1897).
Bloon Cari Jodoh 19 Pendekar Naga Putih 65 Beruang Gunung Es Perjodohan Busur Kumala 6
^