Pencarian

Garis Darah 6

Garis Darah Blood Line Karya Sidney Sheldon Bagian 6


"Si sinting itu tak bisa mengerti bahasanya sendiri, pikir Max.
Dia mengeluarkan kartu pengenalnya, dan menyerahkannya kepada sersan itu. Bintara itu membacanya dengan teliti dua kali, mendongak untuk mengamati Max, dan kemudian membaca sekali lagi. Suht untuk dipercaya bahwa lelaki yang berdiri di hadapannya adalah seorang detektif.
Dengan enggan dia menyerahkan kartu pengenal itu
kepada Max. "Apa yang bisa saya bantu?"
"Saya sedang menyelidiki kecelakaan pendakian yang terjadi di sini dua bulan yang lalu. Nama korban Sam Roffe."
Sersan itu mengangguk."Ya, saya ingat."
"Saya mencari seseorang yang bisa memberi keterangan tentang apa yang terjadi."
"Kalau begitu, Anda sebaiknya menghubungi organisasi penyelamatan gunung, Societe Chamoniarde de Secours en Montagne. Anda akan menemukannya di Place du Mont
Blanc. Nomor teleponnya lima-tiga-satu-enam-delapan-sembilan. Atau mungkin bisa
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
diperoleh beberapa keterangan di klinik. Yakni di Rue du Valais.
Nomor telepon klinik ialah lima-tiga-kosong-satu-delapan-dua. Mari, biar saya tuliskan untuk Anda." Dia meraih pena.
'Tidak usah," kata Max. "Societe Chamoniarde de Secours en
Montagne, Place du Mont Blanc, lima-tiga-satu-enam-delapan-sembilan. Atau klinik di Rue du Valais, lima-tiga-kosong-satu-delapan-dua."
Lama setelah Max menghilang lewat pintu, sersan itu masih tetap bengong.
Petugas di Societe Chamoniarde de Secours, seorang pemuda bertampang atletis, berkulit gelap, duduk di belakang meja kayu cemara yang berantakan. Dia
mendongak ketika Max melangkah masuk, dan langsung berharap dalam hati bahwa tamu bertampang aneh itu tidak berniat mendaki gunung.
"Bisa saya membantu Anda?"
"Detektif Max Hornung." Dia menunjukkan tanda
pengenalnya. "Apa yang bisa saya lakukan untuk Anda, Detektif
Hornung?" "Saya sedang menyelidiki kematian seseorang bernama Sam Roffe," ujar Max.
Lelaki di belakang meja itu menarik napas panjang. "Ah, ya. Saya sangat menyukai Mr. Roffe. Kecelakaan yang menyedihkan."
"Anda melihat kejadian itu?"
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Dia menggelengkan kepala. "Tidak. Saya membawa regu penyelamat ke atas begitu kami menerima isyarat bahaya, tetapi tidak ada yang bisa kami lakukan. Tubuh Mr. Roffe jatuh ke celah yang dalam. Tak mungkin bisa diketemukan."
"Bagaimana kejadiannya?"
"Ada empat orang pendaki dalam kelompok itu.
Penunjuk jalan dan Mr. Roffe paling akhir. Sejauh yang saya ketahui, mereka melewati lapisan yang tertutup es. Mr.
Roffe tergelincir dan jatuh."
"Bukankah dia memakai alat pengaman?"
"Memang. Tetapi talinya putus."
"Seringkah hal seperti itu terjadi?"
"Hanya sekali." Dia tersenyum atas lelucon kecilnya, kemudian melihat pandangan si detektif, lalu segera menambahkan, "Para pendaki yang sudah berpengalaman selalu meneliti seluruh perlengkapan mereka, tetapi kecelakaan bisa saja terjadi."
Max terpaku sejenak, memeras pikirannya. "Saya ingin bicara dengan si penunjuk jalan."
"Penunjuk jalan langganan Mr. Roff e tidak ikut mendaki pada hari itu."
Max mengedip-ngedipkan mata. "Oh, kenapa tidak?"
"Seingat saya, dia sakit. Dia digantikan penunjuk jalan lain."
"Anda tahu namanya?"
"Kalau Anda mau menunggu sebentar, saya bisa
mencarikannya." Lelaki itu menghilang ke ruang dalam.
Beberapa menit kemudian dia kembali membawa secarik
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
kertas di tangannya. "Penunjuk jalan itu bernama Hans Bergmann."
"Di mana saya bisa menemuinya?"
"Dia bukan dari sini." Pemuda itu meneliti kertas catatan tersebut. "Dia berasal dari desa Lesgets, sekitar enam puluh kilometer dari sini."
Sebelum meninggalkan Chamonix, Max mampir di meja
resepsionis hotel Kleine Scheidegg dan berbicara kepada petugas. "Apakah Anda sedang bertugas ketika Mr. Roffe menginap di sini?"
"Ya," sahut petugas itu. "Kecelakaan itu mengerikan, sangat mengerikan."
"Mr. Roffe sendirian di sini?"
Si petugas menggelengkan kepalanya. "Tidak Dia
bersama seorang kawannya."
Max memandang keheranan. "Seorang kawan?"
"Ya. Mr. Roffe memesan kamar untuk mereka berdua."
"Bisa Anda berikan nama kawannya itu?"
"Tentu," sahut si petugas. Dia menarik sebuah buku dari bawah meja dan mulai membuka-buka halaman. Dia
berhenti pada sebuah halaman lalu menggeser jarinya ke bawah, dan berkata, "Nah, ini dia. ."
-odwo- Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Max hampir menghabiskan waktu tiga jam naik
Volkswagen, mobil sewaan paling murah yang berhasil dicarinya, ke Lesgets, dan hampir saja melewatinya.
Tempat kecil itu bahkan bukan desa, hanya terdiri dari beberapa toko, pesanggrahan Alpen kecil, dan toko serba ada dengan pompa bensin di depannya.
Max memarkir di depan pesanggrahan dan melangkah
masuk. Ada sekitar enam orang lelaki duduk bercakap-cakap di depan perapian terbuka. Pembicaraan mereka berhenti ketika Max masuk.
"Permisi," dia berkata. "Saya mencari Mr. Hans
Bergmann." "Siapa?" "Hans Bergmann. Penunjuk jalan untuk para pendaki
gunung. Dia berasal dari desa ini."
Seorang lelaki tua, dengan wajah mirip peta cuaca
karena dimakan usia, meludah ke tempat perapian dan berkata, "Anda dibohongi, Bung. Saya lahir di Lesgets. Saya tidak pernah mendengar tentang orang bernama Hans
Bergmann." BAB 34 ITU adalah hari pertama Elizabeth pergi ke kantor sejak kematian Kate Erling seminggu yang lalu. Dia memasuki lobi lantai dasar dengan gelisah, membalas salam penjaga pintu dan para petugas keamanan secara otomatis. Di ujung lobi dia melihat beberapa tukang mengganti pesawat lift
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
yang hancur. Elizabeth terpikir akan Kate Erling, dan dia bisa membayangkan perasaan ngeri yang menguasai
perempuan itu ketika meluncuri kedua belas tingkat yang tak kunjung berakhir, menuju ajalnya. Dia tahu bahwa dirinya tak akan bisa menggunakan pesawat lift itu lagi.
Ketika dia melangkah ke ruang kerjanya, surat-surat yang ditujukan kepadanya sudah dibuka oleh Henriette, sekretaris kedua, dan diletakkan rapi di mejanya. Elizabeth segera menghadapi surat-surat itu, memaraf sejumlah memo, menulis pertanyaan-pertanyaan pada yang lain, atau memberi tanda untuk berbagai kepala departemen. Pada dasar tumpukan ada sampul besar tertutup, bertanda
"Elizabeth Roffe-Pribadi." Elizabeth mengambil pembuka surat dan menyobek bagian atas sampul. Dia merogoh isinya dan mengeluarkan sebuah foto berukuran 20 x 25.
Sebuah foto jarak dekat dari seorang anak penderita mongoloid, dengan mata menonjol keluar dari kepala yang luar biasa besar. Foto itu disertai secarik kertas bertuliskan pensil berwarna: INI JOHN, ANAK SAYA YANG GANTENG.
OBAT-OBATAN ANDA MEMBUATNYA BEGINI. SAYA AKAN
MEMBUNUH ANDA." Elizabeth meletakkan foto dan kertas catatan itu, dan menyadari bahwa tangannya gemetar. Henriette masuk dengan setumpukan kertas.
"Ini perlu ditandatangani, Miss-" Dia melihat roman muka Elizabeth. "Ada yang tidak beres?"
Elizabeth berkata, "Tolong - minta kepada Mr. Williams untuk datang ke sini." Matanya kembali menatap foto di mejanya.
Roffe and Sons tak mungkin bertanggung jawab atas
sesuatu yang begitu mengerikan.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
"Itu kesalahan kita," kata Rhys. "Suatu pengapalan obat-obatan telah mengalami kesalahan label. Kita berhasil menarik sebagian besar darinya, tetapi-" Dia mengangkat tangannya secara ekspresif.
"Kapan kesalahan itu terjadi?"
"Hampir empat tahun yang lalu."
"Berapa orang yang menjadi korban?"
"Sekitar seratus." Dia melihat roman muka Elizabeth dan segera menambahkan, "Mereka sudah menerima ganti rugi.
Tidak semua separah ini, Liz. Begini, kita di sini amat sangat hati-hati. Kita mengambil setiap langkah pengamainan yang mungkin, tetapi namanya juga manusia. kesalahan ada kalanya terjadi juga."
Elizabeth duduk menatap foto anak yang bersangkutan.
"Sangat mengerikan."
"Mereka seharusnya tidak memperlihatkan surat itu
kepadamu." Rhys menyapukan tangannya ke rambut
hitamnya yang lebat, dan berkata "Saat ini sebetulnya kurang tepat untuk mengemukakannya, tetapi kita
menghadapi beberapa masalah yang lebih penting lagi."
Elizabeth berpikir apa gerangan soal yang lebih penting itu. "Ya?"
FDA baru saja mengeluarkan keputusan menentang
semprotan aerosol buatan kita. Mereka akan mengeluarkan larangan penuh terhadap aerosol dalam waktu dua tahun."
"Bagaimana dampak larangan itu?"
"Akan merupakain pukulan yang tidak tang- gung-tanggung. Itu berarti kita harus menutup sekitar
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
enam pabrik di seluruh dunia dan kehilangan salah satu divisi yang paling menguntungkan."
Elizabeth terpikir akain Emil Joeppli dan percobaan kultur yang sedang dikerjakannya, tetapi dia tak
mengatakan sepatah pun. "Apa lagi?"
"Kau sudah melihat koran-koran pagi?"
"Belum. "Istri salah seorang menteri Belgia, Mine van den Logh, minum Benexan."
"Itu salah satu obat-obatan kita?"
"Ya. Obat antihistamin. Bahan itu terlarang bagi
penderita tekanan darah tinggi. Label kita sudah memberi peringatan jelas. Dia tidak mengindahkan."
Elizabeth merasakan tubuhnya mulai tegang. "Apa yang terjadi padanya?"
Rhys berkata, "Dia dalam keadaan koma. Dia mungkin tidak akan selamat. Berita-berita surat kabar menyebutkan bahwa obat itu produk kita. Pembatalan pesanan mengalir dari seluruh dunia. FDA memberitahu kita akan memulai suatu penyelidikan, tetapi hal itu akan makan waktu paling sedikit satu tahun. Sampai mereka selesai, kita tetap bisa menjual obat itu."
Elizabeth berkata, "Kuminta obat itu ditarik dari
peredaran." "Tidak ada alasan untuk mengarnbil tindakan itu.
Bagaimanapun, obat itu sangat manjur untuk-"
"Apakah ada orang lain yang menjadi korban?"
"Ratusan ribu orang tertolong oleh obat itu."
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Nada suara Rhys terdengar dingin. "Obat ini salah satu produk kita yang paling berkhasiat-"
"Kau belum menjawab pertanyaanku-"
"Beberapa kasus perkecualian memang ada, menurut
perkiraanku. Tetapi-"
"Aku mau bahan itu ditarik dari pasaran. Sekarang-"
Rhys duduk di sana, berusaha menahan kemarahannya, kemudian berkata, "Baik. Kau mau tahu besarnya kerugian yang akan menimpa perusahaan?"
"Tidak," kata Elizabeth.
Rhys mengangguk. "Kau baru mendengar berita yang
baik. Berita yang buruk ialah bahwa pihak bank
menginginkan pertemuan denganmu. Sekarang. Mereka
bermaksud menarik pinjaman mereka."
Elizabeth duduk seorang diri di ruang kerjanya,
memikirkan si anak mongoloid, dan wanita yang terbaring dalam keadaan tak sadar karena obat yang dijual Roffe and Sons. Elizabeth menyadari bahwa tragedi semacam itu juga menimpa perusahaan obat-obatan lain. Di surat-surat kabar hampir setiap hari ada cerita tentang kasus serupa, tetapi semuanya tidak menyentuh sedalam ini pada
Elizabeth. Dia merasa bertanggung jawab. Dia bertekad untuk berbicara dengan para kepala departemen yang menangani perangkat pengaman, mencari kemungkinan
untuk meningkatkan langkah-langkah pengamanan itu.
Ini anak saya john yang ganteng.
Mme. van den Logh dalam keadaan koma. Dia mungkin tidak akan selamat.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Pihak bank menginginkan pertemuan denganmu. Sekarang. Mereka memutuskan untuk menarik pinjaman mereka.
Dia merasa seperti tercekik, seolah-olah semua mulai mencengkeramnya seketika. Untuk pertama kali terpikir oleh Elizabeth apakah dia mampu mengatasi. Beban ini terlalu berat, dan semua menumpuk terlalu cepat. Dia memutar kursinya, untuk menatap gambar Samuel tua
yang tergantung di dinding. Dia tampak begitu cakap, begitu mantap. Tetapi Elizabeth tahu tentang keragu--
raguan dan ketidakpastian lelaki tua itu, dan keputusasaannya. Kendati demikian dia berhasil mengatasinya. Dia pun akan mengatasinya sekarang. Dia seorang Roffe.
Tampak olehnya bahwa gambar itu miring. Muingkin
akibat benturan pesawat lift. Elizabeth bangkit untuk menegakkan gambar itu. Ketika dia memiringkan gambar tersebut, paku gantungannya lepas, dan gambar itu
terempas ke lantai. Elizabeth malah tidak memperhatikannya. Dia menatap tempat bekas gambar itu tergantung. Di dinding itu ternyata tertempel sebuah mikrofon kecil.
Hari pukul empat pagi, dan Emil Joeppli sedang bekerja sampai larut lagi. Hal itu sudah menjadi kebiasaan belakangan
ini. Meskipun Elizabeth Roffe tidak memberikan batas waktu yang nyata, Joeppli tahu betapa penting arti proyek ini untuk perusahaan, dan dia bergiat untuk menyelesaikannya secepat mungkin. Dia mendengar desas-desus mencemaskan tentang Roffe and Sons
belakangan ini. Dia ingin melakukan segala yang bisa dilakukannya untuk membantu perusahaan. Perusahaan
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
telah berbuat banyak baginya. Dia mendapat gaji yang lumayan dan kebebasan penuh. Dia menyukai Sam Roffe, dan dia menyukai anak gadisnya pula. Elizabeth Roffe tak akan pernah tahu, tapi jam-jam larut ini merupakan hadiah Joeppli untuknya. Dia membungkuk di atas meja kecilnya, memeriksa hasil-hasil percobaan terakhir. Ternyata lebih baik daripada dugaannya semula. Dia duduk di sana, memusatkan
segenap pikirannya, sama sekali tidak menggubris bau busuk dari hewan-hewan yang terkurung dalam laboratorium atau kelembapan ruangan yang
memualkan atau kelarutan malam. Pintu terbuka, dan petugas keamanan yang berdinas, Sepp Nolan, melangkah masuk. Nolan membenci giliran tugas ini. Ada sesuatu yang mengerikan pada laboratorium percobaan yang terpencil ini di malam hari. Bau hewan-hewan dalam kandang
membuatnya mual. Nolan bertanya-tanya apakah semua hewan yaing telah mereka bunuh di sini mempunyai jiwa dan kembali bergentayangan di-lorong-lorong ini" Aku mestinya minta tunjangan keseraman, dia berpikir. Semua orang di kompleks bangunan ini sudah pulang. Kecuali ilmuwan sinting yang satu ini, dengan kandang-kandang penuh kelinci dan kucing dan tupai.
"Masih berapa lama lagi, Dok?" tanya Nolan.
Joeppli mendoingak, baru menyadari kehadiran Nolan."Apa?" "Kalau Anda masih agak lama di sini, muingkin bisa saya ambilkan roti atau makanan lain. Saya mau pergi ke kantin sebentar untuk makan sedikit."
Joeppli berkata, "Tolong, kopi saja." Dia kembali
menekuni catatannya. Nolan berkata, "Saya akan mengunci pintu luar kalau meninggalkan bangunan. Saya akan segera kembali."
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Joeppli sudah tidak mendengarnya.
Sepuluh menit kemudian pintu laboratorium terbuka, dan sebuah suara berkata, "Kau lembur, Emil."
Emil mendongak, keheranan. Ketika tampak olehnya
siapa yang datang, dia bangkit, agak kebingungan, dan berkata, "Ya, sir." Dia merasa tersanjung bahwa lelaki ini mampir untuk menjenguknya.
"Proyek Awet Muda. Sangat rahasia, bukan?"
Emil ragu-ragu. Miss Roffe berpesan tidak seorang pun boleh tahu tentang proyek ini. Tetapi, tentu saja, pesan itu tidak berlaku
bagi tamunya. Lelaki inilah
yang memasukkan dirinya ke perusahaan ini. Maka Emil Joeppli tersenyum dan berkata, "Ya, sir. Sangat rahasia."
"Baik. Biar saja tetap begitu. Bagaimana perkembangannya?" "Bagus, sir." Tamu itu berjalan ke salah satu kandang kelinci. Emil Joeppli mengikutinya. "Ada yang perlu saya jelaskan, sir?"


Garis Darah Blood Line Karya Sidney Sheldon di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lelaki itu tersenyum. "Tidak. Aku cukup terbiasa, Emil."
Pada waktu membalik, tamu itu menyenggol piring
kosong tempat makanan hewan yang terletak di langkan, dan piring itu jatuh ke lantai. "Maaf."
"Tidak apa-apa, sir. Biar saya ambil." Emil Joeppli membungkuk untuk memungut, dan bagian belakang
kepalanya terasa seperti meledak dalam cahaya merah. Hal terakhir yang tampak olehnya ialah lantai ruangan yang menimpanya.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Dering telepon yang tak putus-putus membangunkan
Elizabeth. Dia duduk di tempat tidurnya, masih diliputi kantuk berat, dan melirik jam digital di meja kecil di samping tempat tidur. Pukul lima pagi. Dia mengangkat telepon dari gagangnya. Suara penuh kecemasan berkata,
"Miss Roffe" Ini petugas keamanan di pabrik. Ada ledakan di salah satu laboratorium. Hancur sama sekali."
Seketika itu juga dia terbangun. "Ada yang terluka?"
"Ya, ma"am. Salah seorang ilmuwan mati terbakar."
Dia tidak perlu memberitahukan nama ilnuwan itu
kepada Elizabeth. BAB 35 DETEKTIF Max Hornung sedang berpikir. Kantor
detektif itu bising dengan ketukan mesin ketik, suara-suara meninggi
dalam perdebatan seru, telepon yang berdering-dering, tetapi Hornung tidak melihat maupun mendengar semua itu. Pikirannya terpusat seperti sebuah komputer. Dia berpikir tentang anggaran dasar Roffe and Sons, sebagaimana yang didirikan Samuel tua, mempertahankan pengendalian perusahaan dalam keluarga.
Cerdik, pikir Max. Dan berbahaya. Hal itu mengingatkannya pada tontin, rencana asuransi Italia yang diusulkan ahli bank Lorenzo Tonti, pada tahun 1695. Setiap anggota tontin menanam sejumlah uang yang sama besar, dan
waktu seorang anggota meninggal, para ahli waris
mewarisi sahamnya. Hal itu menumbuhkan motif kuat
untuk menyingkirkan anggota-anggota yang lain. Seperti Roffe and Sons. Godaan yang terlalu besar untuk
membiarkan orang mewarisi saham bernilai jutaan, lalu
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
menegaskan kepadanya bahwa dia tidak bisa menjual
saham itu, kecuali kalau semua setuju.
Max menemukan bahwa Sam Roffe tidak setuju. Dia
mati. Elizabeth Roffe juga tidak setuji Dia nyaris menemui ajalnya dua kali. Terlali banyak kecelakaan. Detektif Max Hornung tidak percaya pada kecelakaan. Dia pergi menemu Inspektur Kepala Schmied.
Inspektur kepala itu mendengarkan laporar Max
Hornung tentang kecelakaan pendakian Sam Roffe dan menggeram, "Jadi ada kekeliruan tentang nama penunjuk jalan. Hal itu belum merupakan alasan untuk suatu kasus pembunuhan, Hornung. Tidak di departemenku. Belum
cukup." Detektif kecil itu berkata sabar, "Saya kira alasannya lebih dari itu. Roffe and Sons sedang menghadapi masalah intern yang besar. Muingkin ada orang yang mengira bahwa dengan melenyapkan Sam Roffe masalah itu akan terpecahkan."
Inspektur Kepala Schmied bersandar ke kursinya dan mengamati Detektif Hornung. Dia yakin teori-teori itu kosoing belaka. Tetapi gagasan bisa bebas dari Detektif Max Hornung untuk sementara waktu, menggembirakan hati Inspektur Kepala Schmied. Ketidakhadiran detektif itu akan meningkatkan gairah kerja seluruh departemen. Dan ada hal lain yang perlu dipertimbangkan. Orang-orang yang ingin diselidiki Max Hornung Tidak lain dari keluarga Roffe yang
jaya. Dalam keadaan biasa, Schmied akan memerintahkan Max Hornung untuk tidak mencoba-coba mendekati mereka. Kalau mereka merasa terganggu oleh tindakan Detektif Hornung - dan hal itu pasti - mereka mempunyai cukup kekuasaan untuk menendangnya dari
kesatuan kepolisian. Dan tak seorang pun bisa Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
menyalahkan inspektur Kepala Schmied. Bukankah detektif kecil itu memang didesakkan masuk kesatuannya" Maka dia berkata kepada Max Hornung, "Kasus ini milikmu.
Curahkan segenap waktumu."
"Terima kasih," sahut Max bahagia.
Selagi menyusuri lorong menuju ruang kerjanya, Max berpapasan dengan petugas pemeriksa mayat, "Hornung!
Bisa kupinjam ingatanmu sebentar?"
Max berkedip-kedip. "Apa?"
"Patroli sungai baru saja mengangkat seorang gadis dari sungai. Kau mau melihatnya sebentar?"
Max menelan ludah dan berkata, "Baik, kalau kau minta begitu."
Ini bukan tugas yang disenangi Max, tetapi dia merasa berkewajiban.
Gadis itu terbaring dalam laci logam di ruang mayat yang beku. Dia berambut pirang dan berumur akhir masa
remaja, atau awal dua puluhan. Tubuhnya melembung, dan telanjang, kecuali sehelai pita merah yang terikat di sekeliling lehernya.
"Ada tanda-tanda hubungan seks sebelum kematian. Dia dicekik dan kemudian diceburkan ke sungai," kata petugas itu. "Tidak ada air dalam paru-parunya. Kita tidak bisa mendapat sidik jarinya. Pernah melihat gadis ini?"
Detektif Hornung menatap wajah gadis itu dan berkata,
"Tidak." Dia pergi untuk mengejar bus ke bandar udara.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
BAB 36 KETIKA mendarat di bandar udara Costa Smeralda di
Sardinia, Detektif Max Hornung menyewa mobil termurah yang ada, Fiat 500, dan mengendarainya ke Olbia. Berbeda dengan daerah Sardinia lainnya, Olbia ialah kota industri, dan di daerah pinggirannya malang-melintang pabrik-pabrik serta penggilingan, dan tempat bangkai mobil yang dulu indah dan mewah, tetapi sekarang hanya berupa besi tua. Setiap kota di dunia punya tempat bangkai mobil, pikir Max. Monumen kebudayaan.
Max mencapai pusat kota dan menuju ke depan sebuah bangunan dengan tulisan yang menyatakan: "QUESTURA DI SASSARI COMMIS SARIATO DI POLIZIA OLBIA." Begitu Max melangkah masuk, dia merasakan kesamaan identitas yang akrab, menyatu. Dia menunjukkan kartu pengenainya
kepada sersan jaga, dan beberapa menit kemudian diantar masuk ke ruang keria kepala polisi, Luigi Ferraro. Ferraro bangkit, secercah senyum di wajahnya. Namun senyum itu lenyap ketika dia melihat tamunya. Ada sesuatu pada Max yang tidak pas dengan sebutan "detektif".
"Boleh saya melihat kartu identitas Anda?" tanya Kepala Polisi Ferraro sopan.
"Tentu," sahut Max. Dia mengeluarkan kartu pengenainya dan Kepala Polisi Ferraro memeriksa kartu itu bolak-balik dengan teliti, kemudian mengembalikannya.
Dia segera menyimpulkan bahwa di Swiss rupanya sangat sulit mencari tenaga detektif. Dia duduk di belakang mejanya dan berkata, "Apa yang bisa saya lakukan untuk Anda?"
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Max mulai menjelaskan, dalam bahasa Italia yang fasih.
Namun kesulitannya ialah Kepala Polisi Luigi tidak segera bisa menangkap bahasa apa yang diucapkannya. Ketika polisi itu akhirnya menyadari bahwa bahasa itu seharusnya bahasa Italia, dia mengangkat tangan dengan ngeri, dan berkata, "Basta! Apakah Anda bisa bahasa Inggris?"
"Tentu," sahut Max.
"Kalau begitu saya mohon, mari kita berbahasa Inggris saja."
Ketika Max selesai berbicara, Kepala Polisi Ferraro berkata, "Anda keliru, signore. Percayalah, Anda hanya membuang-buang
waktu. Ahli mesin saya sudah memeriksa Jeep itu. Setiap orang sependapat bahwa
kejadian itu merupakan kecelakaan."
Max mengangguk, tak bergeming. "Saya belum
melihatnya." Kepala Polisi Ferraro berkata, "Baiklah. Kendaraan itu ada di bengkel umum sekarang, siap untuk dijual. Saya akan minta salah seorang anak buah saya untuk mengantarkan Anda ke sana. Apakah Anda ingin melihat tempat
kecelakaan?" Max berkedip dan berkata, "Untuk apa?"
Detektif Bruno Campagna terpilih sebagai pengantar Max. "Kami sudah menyelidikinya. Ternyata suatu
kecelakaan," kata Campagna.
"Tidak," sahut Max.
Jeep itu terletak di sudut bengkel, bagian depannya masih ringsek dan berlumuran getah hijau yang sudah kering.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
"Saya belum sempat membereskannya," ahli mesin itu menjelaskan.
Max berjalan mengitari Jeep itu, memeriksanya.
"Bagaimana remnya diutak-atik?" dia bertanya.
Ahli mesin itu berkata, "Gesu! Anda juga?" Suatu nada kekesalan menjalari suaranya. "Saya sudah menjadi ahli mesin selama dua puluh lima tahun, signore. Saya
memeriksa jeep ini sendiri. Kali terakhir ada orang yang menyentuh rem adalah ketika kendaraan ini keluar dari pabrik."
"Ada yang mengutak-atik," kata Max.
"Bagaimana caranya?" Ahli mesin itu terbata-bata.
"Saya belum tahu, tetapi akan tahu," Max meyakinkannya dengan mantap. Dia melihat Jeep itu sekali lagi, kemudian berbalik dan melangkah keluar bengkel.
-odwo- Kepala Polisi Luigi Ferraro memandang Detektif Bruno Campagna
dan menuntut, "Apa yang kaulakukan terhadapnya?" "Saya tidak melakukan apa-apa. Saya mengantarnya ke bengkel, di mana dia membuat dirinya tampak konyol di depan ahli mesin, kemudian dia bilang ingin jalan-jalan sendirian."
"Tidak masuk akal!"
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Max berdiri di pantai, menerawang perairan Tirenia yang bagaikan zamrud, tanpa melihat sesuatu. Dia sedang memusatkan
pikirannya, benaknya sibuk menata kepingan-kepingan. Seperti mengerjakan jigsaw puzzle raksasa. Setiap keping biasanya akan cocok tapi asal kita tahu menempatkannya. Jeep itu bagian kecil tetapi penting dari puzzle tersebut. Remnya sudah diperiksa oleh ahli mesin. Max tidak punya alasan untuk meragukan kejujuran atau kecakapan mereka. Karena itu dia menerima
kenyataan bahwa rem itu tidak diutak-atik. Karena
Ellizabeth telah mengendarai jeep itu dan seseorang menginginkan kematiannya, dia juga menerima kenyataan bahwa mereka telah mengutak-atiknya. Tak ada cara bahwa hal itu bisa dilakukan. Namun, seseorang telah melakukannya. Max berhadapan dengan seorang yang
cerdik. Hal itu membuat soal ini lebih menarik.
Max melangkah ke pantai yang berpasir itu, duduk di sebuah batu besar, menutup matanya dan mulai
memusatkan pikiran lagi, memindahkan, menganalis,
menata bagian-bagian puzzle itu.
Dua puluh menit kemudian, keping terakhir masuk ke tempatnya. Mata Max membuka dan dia berpikir kagum, Bravo! Aku harus menemui orang yang memikirkan hal ini.
Setelah itu, Detektif Max Hornung masih berhenti di dua tempat, yang pertama agak di luar Olbia, dan kedua di pegunungan. Dia mengejar pesawat sore kembali ke Zurich.
Kelas ekonomi. BAB 37 Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
KEPALA satuan keamanan Roffe and Sons berkata
kepada Elizabeth, "Semuanya berlangsung terlalu cepat, Miss Roffe. Tidak ada yang bisa kami perbuat. Pada saat perangkat penangkal kebakaran dikerahkan, seluruh
laboratorium sudah lenyap."
Mereka menemukan sisa-sisa tubuh Emil Joeppli yang hangus. Tak ada cara untuk mengetahui apakah formulanya telah disingkirkan dari laboratorium sebelum ledakan.
Elizabeth bertanya, "Gedung Pengembangan ini dijaga selama dua puluh empat jam, bukan?"
"Benar, ma"am. Kami-"
"Sudah berapa lama Anda mengepalai departemen
keamanan kita?" "Lima tahun. Saya-"
"Anda dipecat."
Dia bermaksud mengatakan sesuatu sebagai protes,
kemudian mengubah pikirannya. "Baik, ma'am."
"Ada berapa orang dalam staf Anda?"
"Enam puluh lima."
Enam putuh lima! Dan mereka tak mampu menyelamatkan Emil Joeppli. "Saya memberi mereka waktu dua puluh empat jam," kata Elizabeth. "Saya mau mereka semua keluar dari sini."
Lelaki itu memandang sejenak kepadanya.
"Miss Roffe, menurut Anda, apakah Anda adil?"
Dia terpikir akan Emil Joeppli, dan formula yang tak ternilai yang telah dicuri, dan tentang mikrofon kecil yang
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
ditanam di ruang kerjanya, yang telah dihancurkannya dengan tumit sepatunya.
"Keluar!" kata Elizabeth.
Pagi itu dia mengisi setiap menit, mencoba untuk
menghapuskan bayangan tubuh Emil Joeppli yang hangus dan laboratoriumnya yang penuh dengan hewan-hewan
terbakar. Dia mencoba untuk tidak memikirkan kerugian yang menimpa perusahaan akibat hilangnya formula itu.
Ada kemungkinan perusahaan pesaing akan me- matenkannya dan tidak ada yang bisa dilakukan Elizabeth.
Sebuah rimba. Bila para pesaing melihat dirimu lemah, mereka bergerak untuk membunuh. Tetapi bukan seorang pesaing yang melakukan hal ini. Ini seorang kawan.
Seorang kawan maut Elizabeth mengatur agar satuan keamanan profesional segera mengambil alih tugas. Dia akan merasa lebih aman dengan orang-orang asing di sekitarnya.
Dia menelepon Hospital Internationale di Brussel untuk menanyakan kondisi Mme. van den Logh, istri menteri Belgia. Mereka melaporkan bahwa wanita itu masih dalam keadaan tak sadar. Mereka tidak tahu apakah dia bisa selamat.
Elizabeth sedang memikirkan Emil Joeppli dan si anak mongoloid dan istri menteri itu ketika Rhys masuk. Lelaki itu memandang wajahnya dan berkata lembut, "Seburuk itukah keadaannya?"
Dia mengangguk, merasa sangat sedih.
Rhys menghampiri dan mengamatinya. Elizabeth
tampak lelah, terkuras. Lelaki itu bertanya dalam hati sampai berapa lama gadis itu bisa bertahan. Dia menggamit tangannya dan bertanya ramah, "Ada yang bisa kubantu?"
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Segalanya, pikir Elizabeth. Dia sangat membutuhkan Rhys. Dia membutuhkan kekuatannya dan bantuannya dan cintanya. Mata mereka bertemu dan dia siap untuk
merebahkan diri dalam pelukannya, untuk menceritakan kepadanya semua yang telah terjadi, yang sedang terjadi.
Rhys berkata, "Tidak ada perkembangan baru dengan
Mme. van den Logh?" Dan saat itu pun berlalu.
"Tidak," kata Elizabeth.
Dia bertanya, "Kau sudah menerima telepon tentang
cerita dalam Wall Street Journal?"
"Cerita apa?" "Kau belum melihatnya?"
"Belum. Rhys minta dibawakan harian itu dari ruang kerjanya.
Tulisan itu merinci segala kesulitan mutakhir dari Roffe and Sons, tetapi pokok cerita ialah bahwa perusahaan tersebut membutuhkan seorang yang berpengalaman
untuk mengelolanya. Elizabeth meletakkan koran itu.
"Sampai berapa jauh hal ini akan merugikan perusahaan?"
Rhys mengangkat bahu. "Kerugian itu sudah terjadi.
Mereka hanya melaporkan. Kita mulai kehilangan banyak pasar. Kita-"
Pesawat interkom mendengung. Elizabeth menekan
tombol. "Ya?" "Herr Julius Badrutt ada di saluran dua, Miss Roffe.
Katanya sangat mendesak."
Elizabeth mendongak kepada Rhys. Dia telah menunda-nunda pertemuan dengan kalangan bank.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
"Sambungkan." Dia mengangkat pesawat telepon "Selamat pagi, Herr Badrutt."
"Selamat pagi." Suara lelaki itu terdengar kering dan rapuh lewat telepon. "Anda ada waktu sore ini?"
"Yah, saya-" "Bagus. Pukul empat bisa?"
Elizabeth ragu-ragu. "Baik. Pukul empat."
Terdengar suara gemerisik lewat telepon dan Elizabeth tahu Herr Badrutt sedang melicinkan tenggorokannya.
"Saya sangat prihatin tentang Mr. Joeppli," dia berkata.
Nama Joeppli tidak disebut-sebut dalam berita-berita tentang ledakan itu di surat kabar.
Perlahan-lahan Elizabeth meletakkan gagang telepon, dan mendapatkan Rhys mengamatinya.
"Ikan hiu sudah mencium darah," kata Rhys.
Selewat tengah hari terisi dengan dering telepon. Alec menelepon. "Elizabeth, kau sudah baca cerita di surat kabar pagi ini?"
"Ya," kata Elizabeth. "The Wall Street lournal terlalu membesar-besarkan."
Diam sejenak, kemudian Alec berkata, "Aku tidak bicara tentang The Wall Street Journal. Financial Times memuat berita utama tentang Roffe and Sons. Sama sekali tidak baik. Teleponku tidak berhenti berdering. Kita menerima pembatalan besar-besaran. Apa yang akan kita lakukan?"
"Aku akan menghubungimu, Alec," Elizabeth berjanji.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Ivo menelepon. "Carissima, aku minta kau bersiap menerima suatu kejutan."
Aku siap, pikir Elizabeth kecut. "Apa?"
Ivo mengatakan, "Seorang menteri Italia ditahan
beberapa jam yang lalu karena menerima suap."
Elizabeth mendadak bisa merasa apa yang akan
didengamya. "Teruskan."
Ada nada minta maaf dalam suara Ivo. "Bukan salah
kita," kata Ivo. "Dia mulai menjadi tamak dan agak ceroboh.
Mereka menangkapnya di bandar udara, ketika berusaha menyelundupkan uang ke luar Italia. Mereka telah melacak bahwa uang itu berasal dari kita."
Meskipun siap mendengar berita itu, Elizabeth tetap merasa terkejut dan tidak percaya. "Kenapa kita
menyuapnya?" Ivo berkata seenaknya, "Supaya kita bisa menjalankan bisnis di Italia. Ini memang gaya hidup di sini. Kejahatan kita bukannya menyuap menteri itu, cara - tetapi karena ketahuan."
Dia bersandar

Garis Darah Blood Line Karya Sidney Sheldon di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ke kursinya, kepalanya mulai berdenyut-denyut. "Lalu bagaimana sekarang?"
"Aku menyarankan agar kita secepat mungkin menemui para pengacara perusahaan," kata Ivo. "Jangan khawatir. Di Italia hanya orang miskin yang masuk penjara."
Charles menelepon dari Paris, suaranya penuh
kecemasan. Pers Prancis penuh tentang Roffe & Sons.
Charles mendesak Elizabeth untuk menjual perusahaan selagi masih memiliki reputasi.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
"Para pelanggan kita mulai kehilangan kepercayaan,"
kata Charles. "Tanpa itu, tidak ada perusahaan."
Elizabeth berpikir tentang telepon-telepon itu, para bankir, saudara-saudara sepupunya, kalangan pers. Terlalu banyak yang terjadi dalam waktu terlalu cepat. Seseorang membuat hal itu terjadi. Dia harus menemukan orangnya.
Namanya masih tercantum dalam catatan telepon
pribadi Elizabeth. Maria. Martinelli. Nama itu membawa kembali kenangan jauh di masa lalu tentang seorang gadis Italia berkaki jenjang, kawan sekelas Elizabeth di Swiss.
Mereka terkadang bersurat-suratan. Maria menjadi seorang model, dan menulis kepada Elizabeth bahwa dia bertunangan dan akan menikah dengan seorang penerbit surat kabar di Milan. Dalam waktu lima belas menit Elizabeth berhasil menghubungi Maria. Setelah saling bertukar kabar, Elizabeth berkata dalam telepon, "Kau masih tetap
bertunangan dengan penerbit surat kabar itu?"
"Tentu. Begitu Tony berhasil membereskan perceraiannya, kami akan menikah."
"Aku ingin minta bantuanmu, Maria."
"Katakan." Tak sampai satu jam kemudian Maria Martinel i
menelepon kembali. "Aku mendapat keterangan yang
kauinginkan itu. Bankir yang tertangkap ketika berusaha menyelundupkan uang keluar Italia memang dijebak.
Menurut Tony, ada orang yang memberitahu polisi
perbatasan." "Dia bisa mencari keterangan siapa orang itu?"
'Ivo Palazzi." Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Detektif Max Hornung memperoleh penemuan yang
menarik. Dia mendapatkan bahwa ledakan di Roffe and Sons itu bukan hanya disengaja, tetapi juga disebabkan oleh suatu bahan peledak, Rylar X, yang khusus dibuat untuk kalangan militer, dan tidak bisa diperoleh orang lain. Yang mengusik Max ialah bahwa Rylar X dibuat di salah satu pabrik Roffe and Sons. Max hanya butuh menelepon satu kali untuk mengetahui pabrik yang mana.
Pabrik di luar Paris. Tepat pukul empat sore, Herr julius Badrutt
mengempaskan tubuh cekingnya di sebuah kursi dan
berkata tanpa basa-basi, "Meskipun kami ingin membantu Anda sedapat mungkin, Miss Roffe, saya khawatir
pertanggungjawaban kami terhadap para pemegang saham harus lebih kami utamakan."
Pernyataan seperti inilah, pikir Elizabeth, yang
dikemukakan para bankir kepada para janda dan anak yatim-piatu pada saat menyita jaminan mereka. Tetapi kali ini dia siap menghadapi Herr Badrutt.
". .Karena itu dewan direksi menugaskan saya untuk memberitahu Anda, bahwa bank kami akan segera menarik pinjaman Roffe and Sons."
"Bukankah saya sudah diberitahu, bahwa saya mendapat waktu sembilan puluh hari?" tanya Elizabeth.
"Sayang sekali, kami merasa keadaan makin memburuk.
Saya pun harus memberitahu Anda bahwa bank-bank lain yang terlibat hubungan kerja dengan Anda, juga mengambil keputusan serupa.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Kalau kalangan bank menolak untuk membantunya, tak akan ada jalan untuk mempertahankan perusahaan sebagai perusahaan keluarga.
"Saya minta maaf terpaksa menyampaikan berita buruk ini, Miss Roffe, tetapi saya merasa sebaiknya saya sampaikan secara pribadi."
"Anda tentu tahu, bahwa Roffe and Sons masih tetap merupakan perusahaan yang kuat dan sehat."
Herr Julius Badrutt menganggukkan kepalanya sekali.
"Tentu saja. Ini perusahaan besar."
"Meskipun demikian, Anda tidak bersedia memberi
waktu lebih longgar kepada kami."
Herr Badrutt memandang kepadanya sejenak, kemudian berkata, "Pihak bank berpendapat bahwa masalah-masalah Anda masih bisa, diatasi, Miss Roffe. Tetapi. ." Dia ragu-ragu.
"Tetapi menurut Anda tidak ada orang yang bisa
mengelolanya?" "Saya khawatir begitulah sebenarnya." Dia beranjak untuk bangkit.
"Bagaimana kalau orang lain yang menjadi presiden
direktur Roffe and Sons?" tanya Elizabeth.
Julius Badrutt menggelengkan kepala. "Kami telah
membicarakan kemungkinan itu. Kami merasa tidak ada anggota dewan direksi perusahaan Anda sekarang ini yang memiliki kecakapan menyeluruh untuk mengatasi-"
Elizabeth berkata, "Saya terpikir akan Rhys Williams."
BAB 38 Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
CONSTABLE Thomas Hiller dari Polisi Bahari Divisi Thames sedang tidak keruan. Dia ngantuk, lapar, berahi dan basah; dan dia tak bisa menentukan mana yang paling menjengkelkan.
Dia mengantuk karena tunangannya, Flo, membuatnya
tak tidur semalaman, bertengkar;
dia lapar karena ketika perempuan itu selesai
berteriak-teriak kepadanya, dia sudah terlambat untuk tugas, dan tidak punya waktu untuk makan sesuap pun; dia berahi karena perempuan itu melarangnya menyentuh
dirinya; dan dia basah karena kapal polisi yang berukuran sembilan meter yang dijalankannya ini dibangun untuk dinas,
bukan kenyamanan, dan tiupan angin menyemburkan hujan ke ruang kemudi kecil tempatnya berdiri. Pada hari-hari seperti ini, tak banyak yang bisa dilihat dan lebih tak banyak lagi yang bisa dikerjakan. Divisi Thames meliputi daerah perairan sungai seluas lima puluh empat mil dari Dartford Creek ke Staines Bridge, dan biasanya Constable Hiller menyukai tugas patroli. Tetapi lain halnya kalau keadaannya sedang begini. Keparat semua perempuan! Dia terpikir akan Flo di ranjang, telanjang bagaikan merpati tanpa bulu, putingnya yang besar
naik-turun ketika berteriak-teriak kepadanya. Dia melirik arlojinya. Setengah jam lagi dan pelayaran menjengkelkan ini akan berakhir. Kapal sudah berputar dan kembali menuju Dermaga Waterloo. Satu-satunya masalah yang dihadapinya sekarang ialah memutuskan apa yang akan dilakukannya pertama kali: tidur, makan, atau naik ke ranjang bersama Flo. Mungkin tiga-tiganya sekaligus, dia berpikir. Dia menggosok-gosok matanya untuk mengusir
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
kantuknya, dan kembali memandang sungai yang
berlumpur dan melimpah oleh hujan.
Benda itu muncul entah dari mana. Tampaknya seperti seekor ikan putih besar mengapung dengan perut ke atas, dan pikiran Constable Hiller yang pertama ialah: Kalau kita mengangkatnya ke kapal, seluruh kapal pasti akan bau anyir. Benda itu berada sekitar sembilan meter dari sisi kanan kapal, dan kapal sudah bergerak menjauhinya. Kalau dia membuka mulut, ikan keparat itu akan menghambat waktu bebas tugasnya. Mereka terpaksa harus berhenti dan menguasainya, dan mengangkatnya naik ke kapal atau menariknya. Apa pun yang akan mereka lakukan, pasti akan menghambat dirinya ke tempat Flo. Yah, dia tak perlu melaporkan. Bagaimana kalau dia tidak melihatnya tadi"
Bagaimana kalau" Mereka bergerak semakin menjauh.
Constable Hiller berteriak, "Sersan, ada seekor ikan mengapung dua puluh derajat di sisi kanan. Tampaknya seperti hiu besar."
Mesin disel yang berkekuatan seratus daya kuda itu tiba-tiba berubah irama, dan kapal mulai melambat. Sersan Gaskins melangkah ke samping. "Di mana?" dia bertanya.
Sosok yang samar-samar itu tak tampak sekarang,
tertimbun tirai hujan. "Tadi ada di sana."
Sersan Gaskins ragu-ragu. Dia juga ingin segera pulang.
Hatinya terdorong untuk tidak menggubris ikan keparat itu.
"Apakah demikian besar sehingga mengancam pelayaran?" dia bertanya.
Constable Hiller bergulat dengan dirinya sendiri, dan kalah. "Ya," dia berkata.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Dengan demikian, kapal patroli itu berputar dan
perlahan-lahan menuju ke tempat benda tadi terlihat.
Tiba-tiba benda itu tampak lagi, nyaris di bawah haluan kapal, dan mereka berdua berdiri di sana, menatap benda tersebut. Ternyata tubuh seorang perempuan muda
berambut pirang. Dia telanjang, kecuali sehelai pita merah yang terikat di sekeliling lehernya yang bengkak.
BAB 39 PADA saat Constable Hiller dan Sersan Gaskins mengangkat tubuh gadis yang terbunuh itu dari Thames, sepuluh mil di sisi lain dari London, Detektif Max Hornung melangkah ke lobi gedung New Scotland Yard yang berbatu pualam abu-abu dan putih. Berjalan lewat jenjang-jenjang depannya saja sudah menumbuhkan perasaan bangga pada detektif itu. Mereka semua merupakan bagian dari
persaudaraan yang besar. Dia senang alamat kawat Yard adalah BORCOL. Max sangat menyukai orang Inggris.
Satu-satunya masalah baginya ialah soal kemampuan
mereka berkomunikasi dengannya. Orang-orang inggris begitu aneh mengucapkan bahasa nasional mereka.
Polisi yang duduk di belakang meja resepsionis
menanyakan, "Bisa saya bantu, Pak?"
Max menoleh. "Saya ada janji dengan Inspektur
Davidson." "Nama, Pak?" Max mengatakan, dengan perlahan-lahan dan jelas,
"Inspektur Davidson."
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Pengawal itu memandang dengan penuh minat
kepadanya, "Nama Anda Inspektur Davidson?"
"Nama saya bukan Inspektur Davidson. Nama saya Max Hornung."
Polisi di belakang meja itu berkata dengan nada minta maaf, "Maafkan saya, Pak, tetapi bisakah Anda berbahasa Inggris?"
Lima menit kemudian Max duduk di ruang kerja
Inspektur Davidson, seorang lelaki setengah baya bertubuh tinggi-besar, dengan wajah kemerah-merahan dan gigi kuning yang tidak teratur. Roman muka khas orang Inggris, pikir Max dengan hati gembira.
"Di telepon Anda mengatakan, bahwa Anda berminat
mencari keterangan tentang Sir Alec Nichols, sebagai suatu kemungkinan terdakwa dalam suatu kasus pembunuhan."
"Dia satu di antara setengah lusin."
Inspektur Davidson memandang terbelalak kepadanya.
"Kukunya asin?"
Max menarik napas panjang. Dia mengulangi kata-kata yang baru saja diucapkannya, dengan perlahan-lahan dan cermat.
"Oh." Inspektur itu berpikir sejenak. "Begini saja. Saya akan mengirim Anda ke C-Empat, Departernen Pencatatan Kriminal. Kalau mereka tidak mempunyai catatan, kita akan mencoba C-Sebelas dan C-Tiga Belas-Intelijen Kriminal."
Nama Sir Alec Nichols ternyata tidak tercantum dalam satu pun dari arsip-arsip di tempat itu.
Tetapi Max tahu di mana dia bisa memperoleh
keterangan yang diinginkannya.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Sebelumnya pagi itu, Max sudah menelepon sejumlah
eksekutif yang bekerja di City, pusat keuangan London.
Reaksi mereka semua sama. Ketika Max menyebutkan
namanya, mereka langsung dipenuhi keragu-raguan
bercampur kecemasan. Setiap orang yang berurusan
dengan City mempunyai sesuatu yang harus disembunyikan, dan reputasi Max Hornung sebagai
malaikat penuntut dalam bidang keuangan dikenal secara internasional. Begitu Max memberitahu bahwa dia mencari keterangan tentang orang lain, mereka berlomba-lomba untuk bekerja sama dengannya.
Max melewatkan dua hari untuk mengunjungi bank-bank dan perusahaan keuangan, lembaga-lembaga kredit, dan kantor-kantor statistik yang penting. Dia tidak berminat untuk menemui para pejabat di tempat-tempat itu:
dia berminat untuk berbicara dengan komputer-komputer mereka.
Max sangat genius dalam menggunakan komputer. Dia
bisa duduk di depan papan kontrol dan memainkan mesin itu seperti pemain musik ulung. Bahasa apa pun yang digunakan komputer itu bukan soal baginya, karena Max menguasai semua bahasa mereka. Dia bisa bicara kepada komputer digital dan komputer bahasa tingkat-rendah dan tingkat-tinggi. Dia tidak mengalami kesulitan dengan FORTRAN dan FORTRAN IV, raksasa IBM 370 dan PDP 10
dan 11 dan ALCOL 68. Dia sudah biasa dengan COBOL, yang diprogram untuk bisnis, dan BASIC, yang digunakan kalangan kepolisian, dan APL yang berkecepatan tinggi, yang hanya berbicara dalam bagan dan grafik. Max berbicara kepada LISP dan APT, dan PL-1. Dia menjalin percakapan dalam kode biner, dan
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
menanyai unit aritmatika dan unit CPV, dan alat pencetak yang berkecepatan tinggi menjawab semua pertanyaan itu dengan kecepatan rata-rata seribu seratus baris semenit.
Komputer-komputer raksasa itu menelan informasi seperti pompa yang tak kunjung kenyang sepanjang hayat mereka, menyimpan, menganalis, mengingat informasi. Sekarang mereka memuntahkannya ke telinga Max, membisikkan
rahasia mereka kepadanya dalam keterpencilan ruangan bawah tanah yang ber-AC.
Tak ada yang keramat, tak ada yang aman. Rahasia
pribadi dalam kehidupan sekarang hanya angan-angan belaka, suatu mitos. Setiap warga kota bisa disingkap.
Rahasianya yang paling dalam bisa ditelanjangi, menunggu untuk dibaca. Orang akan tercatat jika memiliki nomor jaminan Sosial, polis asuransi, SIM atau rekening bank.
Mereka masuk daftar jika mereka membayar pajak atau mohon jaminan pengangguran atau dana kesejahteraan.
Nama-nama mereka tersimpan di komputer kalau mereka dijamin suatu rencana kesehatan, menjaminkan rumah, memiliki mobil atau sepeda, atau tabungan maupun
rekening koran. Para komputer itu tahu nama-nama mereka kalau mereka pernah dirawat di rumah sakit, atau menjalani dinas militer, memiliki izin berburu atau memancing, mengajukan permintaan paspor, atau telepon, atau listrik, atau kalau mereka menikah atau bercerai atau dilahirkan.
Asal orang tahu di mana mencarinya, dan asal sabar, semua fakta itu tersedia.
Max Hornung dan komputer-komputer itu sangat akrab.
Peralatan canggih itu tidak menertawai logat bicara Max yang aneh, atau tampangnya, atau sikap, atau cara
berpakaiannya. Bagi para komputer Max seorang raksasa.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Mereka menghargai kecerdasannya, mengaguminya, me-
nyukainya. Dengan senang hati mereka membeberkan
rahasia mereka kepadanya, saling menggunjing tentang berbagai ketololan yang dilakukan orang dengan diri mereka sendiri. Seperti kawan-kawan lama yang sedang ngobrol.
"Mari kita bicara tentang Sir Alec Nichols," kata Max.
Komputer-komputer itu pun mulai. Mereka memberi
Max suatu sketsa matematis tentang Sir Alec, digambar dalam digit dan kode biner dan bagan. Dalam waktu dua jam Max mendapatkan gambar gabungan tentang lelaki itu, sebuah kotak identitas keuangan.
Salinan-salinan tanda terima bank dan cek yang ditunda dan berbagai tagihan dibeberkan di hadapannya. Butir teka-teki pertama yang memikat mata Max ialah
serangkaian cek berjumlah besar, semua dikeluarkan kepada "Pembawa", dan diuangkan oleh Sir Alec Nichols. Ke mana perginya uang itu" Max mencari-cari apakah jumlah itu dilaporkan sebagai pengeluaran bisnis atau pribadi, atau sebagai usaha pengurangan pajak. Tidak ada. Dia kembali lagi pada daftar pembelanjaan: cek ke White's Club, tagihan daging dari pasar, belum dibayar. . gaun malam dari John Bates. . Guinea.. rekening dokter gigi, belum dibayar . . dari Annabelle. . mantel Saint Laurent di Paris . . tagihan dari White Elephant, belum dibayar . .
tagihan pajak kekayaan. . John Wyndharn, penata rambut, belum dibayar. . empat gaun dari Yves Saint Laurent, Rive Cauche. . gaji-gaji pembantu rumah tangga. .
Max mengajukan pertanyaan kepada komputer di Pusat Perizinan Kendaraan.
Benar. Sir Alec memiliki sebuah Bentley dan sebuah Morris.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Ada sesuatu yang kurang. Tidak ada disebut-sebut
tentang tagihan bengkel. Max minta para komputer untuk mencari dalam memori mereka. Selama tujuh tahun tidak ada tagihan bengkel.
Ada yang kami lupakan" tanya para komputer.
Tidak, sahut Max, kalian tidak lupa.
Sir Alec tidak pernah memasukkan mobil ke bengkel. Dia memperbaiki sendiri mobilnya. Seseorang yang terampil soal mesin tidak akan sulit untuk menyebabkan kecelakaan pesawat lift, atau Jeep. Max Hornung menyimak segala isyarat yang dikerhpkan kawan-kawannya di hadapannya, dengan
semangat bagaikan seorang Egiptolog menerjemahkan seperangkat huruf-huruf hieroglif yang baru diternukan. Dia menemukan kejanggalan lain. Sir Alec mengeluarkan uang lebih banyak daripada penghasilannya.
Sebuah benang lepas yang lain.
Kawan-kawan Max di City memiliki hubungan di banyak tempat. Dalam dua hari, Max tahu bahwa Sir Alec telah meminjam uang dari Tod Michaels, pemilik sebuah kelab di Soho.
Max kembali pada komputer kepolisian dan mengajukan pertanyaan. Mereka mendengar, dan mereka menjawab. Ya, kami menemukan Tod Michaels untuk Anda. Pernah dituntut untuk sejum lah tindak kejahatan, tetapi tidak pernah ditahan. Didakwa terlibat dalam pemerasan, obat bius, pelacuran, dan usaha lintah darat.
Max pergi ke Soho dan mengajukan lebih banyak
pertanyaan lagi. Dia mendapatkan bahwa bukan Sir Alec, tetapi istrinya yang berjudi.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Ketika selesai, Max tidak ragu-ragu sedikit pun bahwa Sir Alec Nichols diperas. Banyak tagihan yang belum terbayar. Orang itu sangat membutuhkan uang. Dia
memiliki saham bernilai jutaan, asal bisa menjualnya. Sam Roffe menghalanginya, dan sekarang, Elizabeth Roffe.
Sir Alec Nichols mempunyai alasan untuk membunuh.
Max mengecek tentang Rhys Williams. Mesin-mesin itu berusaha, tetapi keterangan yang keluar ternyata tidak mendalam.
Komputer-komputer itu memberitahu Max bahwa Rhys
Williams adalah laki-laki, lahir di Wales, umur tiga puluh empat tahun, tidak menikah. Seorang eksekutif pada Roffe and Sons. Gaji delapan puluh ribu dolar setahun, ditambah bonus. Memiliki rekening tabungan di London dengan saldo dua puluh lima ribu pound, rekening koran dengan saldo rata-rata delapan ratus pound. Kotak deposit di Zurich, isinya tidak diketahui. Rekening untuk segala pengeluaran besar dan kartu-kartu kredit. Sebagian besar barang yang dibeli adalah untuk wanita. Rhys Williams tidak punya catatan tindak kejahatan. Dia bekerja di Roffe and Sons selama sembilan tahun.
Tidak cukup, pikir Max. Sama sekali tidak cukup.
Sepertinya Rhys Williams bersembunyl di belakang
komputer-komputer itu. Max teringat betapa tertutup lelaki itu ketika Max menanyai Elizabeth pada waktu pemakaman Kate Erling. Siapa yang ingin dilindunginya" Elizabeth Roffe" Atau dirinya sendiri"
Pada pukul enam sore Max memesan tempat di Alitalia untuk penerbangan kelas ekonomi ke Roma.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
BAB 40 SELAMA hampir sepuluh tahun, dengan sangat hati-hati dan cerdik, Ivo Palazzi membangun kehidupan ganda yang rumit, yang tidak tertembus oleh kawan-kawan dekatnya sekalipun.
Max Hornung bersama kawan-kawan komputernya di
Roma, hanya butuh waktu kurang dari dua hari. Max
berunding dengan komputer di Gedung Anagrafe, di mana data statistik penting dan administrasi kota tersimpan, dan mengunjungi komputer di SID, dan menghubungi
komputer-komputer bank. Mereka semua menyambut Max dengan baik.
Ceritakan padaku tentang Ivo Palazzi, kata Max.
Dengan senang hati, jawab mereka.
Percakapan pun mulai. Tagihan dari Amici. . tagihan salon kecantikan dari Sergio di Via Condoitti. . satu setel pakaian biru dari Angelo.. kembang dari Carducci. . dua pakaian malam dari Irene Calitzine. . sepatu dari Gucci. . sebuah dompet Pucci. .
rekening listrik, air, gas..
Max terus membaca hasil cetakan komputer, memeriksa, mengkaji, mengendus. Dia mencium suatu kesalahan. Di sana tercantum biaya pendidikan untuk enam orang anak.
Apa kau tidak membuat kesalahan" tanya Max.
Maaf. Kesalahan apa"
Komputer-komputer di Anagrafe memberitahu bahwa Ivo Palazzi terdaftar sebagai ayah dari tiga orang anak. Kau mencatat biaya pendidikan untuk enam anak"
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Memang. Kau menunjukkan bahwa alamat Ivo Palazzi ialah Olgiatta"
Benar. Tetapi dia membayar sewa sebuah apartemen di Via Montemignaio"
Ya. Apakah ada dua Ivo Palazzi"
Tidak. Satu orang. Dua keluarga. Tiga orang anak gadis dari istrinya. Tiga orang anak lelaki dari Donatella Spolini.
Sebelum selesai, Max sudah tahu selera gundik Ivo, umurnya, nama penata rambutnya, dan nama-nama anak Ivo yang tidak sah. Dia tahu Simonetta berambut pirang, dan Donatella berambut hitam. Dia tahu ukuran pakaian, dan
pakaian dalam, dan sepatu mereka, serta harga-harganya. Di antara pengeluaran-pengeluaran itu ada sejumlah barang yang menarik mata Max. jumlahnya hanya kecil, tetapi mencolok seperti lampu merah. Ada tanda
pembayaran untuk mesin bubut, ketam, dan gergaji. Ivo Palazzi senang melakukan pekerjaan tangan. Max terpikir akan kenyataan bahwa seorang arsitek mestinya tahu--
menahu tentang pesawat lift.


Garis Darah Blood Line Karya Sidney Sheldon di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ivo Palazzi mengajukan pinjaman bank yang cukup besar baru-baru ini, cerita para komputer itu kepada Max.
Apa permintaan itu diterima"
Tidak. Pihak bank minta tanda tangan istrinya juga. Dia kemudian menarik permintaan itu.
Terima kasih. Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Max naik bus ke pusat Polizia Scientifica di EUR, di mana komputer raksasa mereka disimpan di ruangan bundar besar.
Apakah Ivo Palazzi mempunyai catatan tindak kejahatan"
tanya Max. Benar. Ivo Palazzi ditahan karena perkelahian pada umur dua puluh tiga tahun. Korbannya masuk rumah sakit. Palazzi masuk tahanan selama dua bulan.
Ada hal lain" Ivo Palazzi memelihara seorang gundik di Via
Montemignaio. Terima kasih. Aku tahu. Ada beberapa laporan polisi tentang keluhan para tetangga.
Apa jenis keluhan itu"
Mengganggu ketenteraman. Bertengkar, berteriak-teriak.
Pada suatu malam, perempuan itu membanting semua piring. Apakah itu penting"
Sangat, kata Max. Terima kasih.
Jadi Ivo Palazzi cepat naik darah. Dan Donatella Spolini juga cepat naik darah. Adakah sesuatu yang terjadi antara perempuan itu dan Ivo" Apakah dia mengancam untuk
membuka rahasia lelaki itu" Itukah sebabnya Ivo ke bank untuk minta pinjaman besar-besaran" Sampai seberapa jauh seorang lelaki seperti Ivo Palazzi akan berusaha untuk melindungi perkawinannya, keluarganya, gaya hidupnya"
Masih ada satu catatan terakhir yang menarik perhatian detektif kecil itu. Pembayaran besar telah diserahkan kepada Ivo Palazzi oleh seksi keuangan dari polisi
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
keamanan Italia. Suatu hadiah, komisi dari uang yang ditemukan pada bankir yang dilaporkan Ivo. Kalau Ivo Palazzi begitu membutuhkan uang, apa lagi yang akan dilakukannya untuk memenuhi kebutuhan itu"
Max minta diri dari komputer-komputemya dan
mengejar penerbangan sore ke Paris dengan Air France.
BAB 41 ONGKOS taksi dari Bandara Charles, de Gaulle ke daerah Notre Dame tujuh puluh frank, belum termasuk persen.
Ongkos bus kota Nomor 351 ke daerah yang sama, hanya tujuh setengah frank, tidak perlu persen. Detektif Max Hornung memilih bus. Dia memesan tempat di Hotel
Meuble yang tidak mahal dan mulai menelepon.
Dia berbicara dengan orang-orang yang memegang
rahasia penduduk Prancis. Orang-orang Prancis biasanya lebih curiga daripada orang-orang Swiss, tetapi mereka dengan senang hati bersedia bekerja sama dengan Max Hornung. Ada dua alasan. Pertama karena Max Hornung memang pakar di bidangnya, sangat dikagumi, dan
merupakan suatu kehormatan untuk bekerja sama dengan orang seperti itu. Kedua ialah karena mereka takut kepadanya. Tidak ada yang bisa dirahasiakan dari Max.
Lelaki kecil dengan wajah dan logat aneh itu bisa
menelanjangi setiap orang. "Tentu," mereka katakan kepada Max. "Silakan datang menggunakan komputer kami.
Asal semua tetap dipakai secara rahasia, tentu saja."
"Tentu." Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Max singgah di Inspecteurs des Finances, Credit
Lyonnais, dan Assurance Nationale, dan ngobrol dengan komputer-komputer
pajak. Dia mengunjungi komputer-komputer di gendannerie di Rosny-sous-Bois dan milik Polisi Prefecture di Ile de la Cite.
Mereka mulai dengan obrolan ringan antar kawan lama.
Siapa Charles dan Helene Roffe-Martel" tanya Max.
Charles dan Helene Roffe-Martel, tempat tinggal Rue Francois Premier 5, Vesinet, menikah 24 Mei 1970, di Mairie di Neuilly, tidak punya anak, Helene tiga kali bercerai, nama gadis Roffe, rekening bank di Credit Lyonnais di Avenue Montaigne atas nama Helene Roffe-Martel, saldo rata-rata lebih dari dua puluh ribu frank.
Pengeluaran" Dengan senang hati. Tagihan dari Librairie Marceau untuk buku.. rekening dokter gigi untuk perawatan pangkal saluran untuk Charles Martel.. rekening rumah sakit untuk Charles Martel. . rekening dokter untuk Charles Martel.
Kau punya hasil diagnosa"
Kau bisa menunggu" Aku harus bicara dengan komputer lain.
Ya, baik. Max menunggu. Mesin yang berisi laporan dokter mulai berbicara.
Saya mendapat diagnosa itu.
Silakan. Suatu kondisi ketegangan. Ada yang lain"
Beberapa luka memar di paha dan pantat. Ada
penjelasan" Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Tidak ada. Teruskan. Tagihan untuk sepasang sepatu pria dari Pinet" topi dari Rose Valois.. makan malam dari Fauchon. . salon kecantikan Carita. . Maxim, makan malam untuk delapan orang..
barang-barang perak dari Christofle. . pakaian pria dari Sulka. . Max menghentikan komputer. Ada sesuatu yang mengusiknya. Sesuatu tentang tagihan-tagihan itu. Dia menyadari apa tepatnya hal itu. Setiap pembayaran
ditandatangani oleh Helene. Roffe-Martel. Pembayaran pakaian pria, tagihan-tagihan restoran - semua rekening adalah atas namanya. Menarik. Lalu menyusul benang lepas yang pertama. Sebuah perusahaan bernama Belle Paix membeli cap pajak tanah. Salah seorang pemilik Belle Paix bernama Charles Dessain. Nomor jaminan Sosial Charles, Dessain sama dengan nomor Charles Martel. Sesuatu yang disembunyikan. Ceritakan tentang Belle Paix, kata Max.
Belle Paix dimiliki oleh Rene Duchamps dan Charles Dessain, yang juga dikenal sebagai Charles Martel. Apa usaha Belle Paix" Perusahaan itu memiliki kebun anggur.
Berapa besar modal awal perusahaan itu" Empat juta frank.
Dari mana Charles Martel mendapat uang untuk modal itu"
Dari Chez ma Tante. Rumah bibimu" Maaf. Istilah prokem Prancis. Yang benar ialah Credit Municipal.
Apakah kebun anggur itu menguntungkan"
Tidak. Gagal. Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Max butuh lebih banyak lagi. Dia terus berbicara kepada kawan-kawannya,
mengorek, membujuk, memaksa. Komputer asuransilah yang kemudian mengaku kepada
Max, bahwa ada arsip peringatan tentang kemungkinan penggelapan asuransi. Max merasa ada getaran menyenangkan dalam dirinya.
Ceritakan padaku tentang hal itu, dia berkata.
Dan mereka pun ngobrol, seperti dua wanita bergunjing tanpa ujung pangkal sambil mencuci pakaian.
Ketika selesai, Max pergi menemui seorang ahli permata bernama Pierre Richaud.
Dalam tiga putuh menit Max tahu dengan tepat jumlah harga perhiasan Helene Roffe-Martel yang dipalsukan.
Tepat dua juta frank, jumlah yang ditanam Charles Martel dil kebun anggur. Jadi Charles Dessain-Martel begitu putus asa sehingga berani mencuri perhiasan istrinya.
Tindakan putus asa apa lagi yang akan dilakukannya"
Ada satu masukan lain yang menarik perhatian Max.
Kelihatannya sepele, tetapi Max secara sistematis
menyimpan dalam benaknya. Tagihan untuk sepasang
sepatu naik gunung. Max berhenti sejenak, karena mendaki gunung tidak sesuai dengan gambarannya tentang Charles Martel-Dessain, seorang lelaki yang begitu dikuasai istrinya sehingga
tidak memiliki keuangan sendiri, tidak mempunyai rekening bank atas namanya, dan terpaksa mencuri untuk melakukan investasi.
Tidak, Max tidak bisa membayangkan Charles Martel
menantang gunung. Max kembali kepada komputer-komputernya lagi.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Tagihan yang kautunjukkan kemarin, dari Toko Olahraga Timwear. Aku ingin mendapat perincian barangnya.
Tentu. Catatan itu menyala di hadapannya. Itu dia, tagihan untuk sepatu. Ukuran 36A. Ukuran wanita. Pendaki gunung itu ternyata Helene Roffe-Martel.
Sam Roffe tewas di sebuah gunung.
BAB 42 RUE ARMENGAUD adalah sebuah jalan tenang di Paris
diapit deretan rumah tinggal bertingkat satu dan dua, masing-masing dengan atap miring bertalang. Menjulang di atas, daerah perumahan itu adalah Nomor 26, markas besar Interpol,
pusat penyimpanan informasi kejahatan internasional, sebuah bangunan bertingkat delapan dengan struktur modern dari kaca, baja, dan batu.
Detektif Max Hornung sedang berbicara kepada
komputer di ruang bawah tanah yang besar dan ber-AC
ketika seorang staf melangkah masuk dan berkata, "Mereka sedang memutar film cekikan di atas. Mau lihat?"
Max mendongak dan berkata, "Saya tidak tahu. Film
cekikan itu apa?" "Ayo lihat." Dua lusin pria dan wanita duduk di ruang pemutaran film di lantai tiga bangunan itu. Ada anggota-anggota staf Interpol, para inspektur polisi dari Surete, detektif berpakaian preman, dan sejumlah polisi berseragam.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Rene Almedin, asisten sekretaris Interpol sedang
berbicara, berdiri di depan ruangan di sebelah layar putih.
Max masuk dan menemukan tempat duduk di barisan
belakang. Rene Almedin berkata, ". .dalam beberapa tahun terakhir kita mendengar desas-desus makin santer tentang
film-cekikan, film-film cabul di mana pada akhir adegan seks korban dibunuh di depan kamera. Selama ini tidak ada bukti bahwa film-film seperti itu benar-benar ada.
Alasannya, tentu saja, jelas. Film-film ini tidak dibuat untuk umum. Semuanya dibuat untuk diputar secara khusus bagi orang-orang kaya yang mencari kesenangan dengan
cara-cara tak wajar dan keji." Rene Almedin dengan hati-hati mencopot kacamatanya. "Sebagaimana saya
katakan, semua itu hanya desas-desus dan dugaan. Namun, sekarang tidak demikian lagi. Sebentar lagi Anda akan menyaksikan
film-cekikan sungguhan." Terdengar kegaduhan penuh harapan dari hadirin. "Dua hari yang lalu, seorang pejalan kaki yang membawa tas kerja, menjadi korban kecelakaan tabrak-lari di Passy. Orang itu
meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit. Identitasnya belum diketahui. Surete menemukan gulungan film ini dalam tasnya dan menyerahkannya ke laboratorium, yang kemudian memprosesnya." Dia memberi isyarat dan
lampu-lampu mulai dipadamkan. Film pun mulai.
Gadis berambut pirang itu tidak lebih dari delapan belas tahun. Terasa ada suatu ketidakwajaran menyaksikan wajah remaja dan tubuh baru mekar itu melakukan
berbagai adegan seks dengan lelaki besar-kekar tak berbulu yang seranjang dengannya. Kamera bergerak
mendekat meng-dose-up adegan lelaki itu menindih tubuh si gadis, kemudian mundur untuk menangkap wajahnya.
Max Hornung belum pernah melihat wajah gadis itu. Tetapi
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
dia melihat sesuatu yang lain, yang sudah pernah
dikenalnya. Matanya terpaku pada pita yang dikenakan gadis itu di lehemya. Hal itu membangkitkan suatu ingatan.
Sebuah pita merah. Di mana" Perlahan-lahan, gadis di layar itu mendekati saat puncak, dan ketika dia mulai mencapai puncak, jari-jari lelaki itu menggerayangi tenggorokan si gadis dan mencekiknya. Pandangan di wajah gadis itu berubah dari kenikmatan ke ketakutan. Dia melawan keras untuk melepaskan diri, tetapi tangan lelaki itu menekan lebih keras, sampai gadis itu tewas pada akhir puncak kenikmatan. Kamera bergerak untuk menangkap wajah si gadis dari jarak dekat. Film berakhir. Lampu-lampu dalam ruangan tiba-tiba menyala. Max teringat.
Gadis yang diangkat dari sungai di Zurich.
Di markas besar Interpol di Paris, jawaban dari
kawat-kawat mendesak mulai berdatangan dari seluruh Eropa. Enam pembunuhan serupa terjadi di Zurich, London, Roma, Portugal, Hamburg, dan Paris.
Reme Almedin berkata kepada Max, "Uraiannya tepat
sama. Para korban semua berambut pirang, wanita, muda; mereka dicekik selama hubungan seks dan tubuh mereka telanjang kecuali sehelai pita merah di leher. Kita berhadapan dengan pembunuh massal. Seseorang yang
memililki paspor, dan cukup kaya untuk bepergian jauh dengan biaya sendiri atau dibiayai."
Seorang lelaki dalam pakaian preman masuk ke ruang kerja dan berkata, "Kita mujur. Bahan baku fihn tersebut dibuat oleh sebuah pabrik kecil di Brussel. Jenis yang satu ini kebetulan mempunyai masalah keseimbangan warna, sehingga mudah bagi mereka untuk mengidentifikasi. Kita
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
akan mendapat daftar pelanggan kepada siapa mereka menjual bahan film itu."
Max berkata, "Saya ingin melihat daftar itu kalau Anda menerimanya."
"Tentu," kata Rene Almedin. Dia meneliti detektif kecil itu. Dia belum pernah melihat seorang detektif seperti Max Hornung. Namun demikian, Max Hornung-lah yang
menghubungkan semua kasus pencekikan ini.
"Kami berutang budi pada Anda," kata Almedin.
Max Hornung memandang kepadanya dan berkedip-kedip. "Untuk apa?" dia bertanya.
BAB 43 ALEC NICHOLS sebenarnya tidak ingin menghadiri
jamuan malam itu, tetapi dia tidak menghendaki Elizabeth pergi sendiri. Mereka berdua dijadwalkan untuk memberi sambutan. Jamuan itu diselenggarakan di Glasgow, kota yang dibenci Alec. Sebuah mobil berada di luar hotel, menunggu untuk membawa mereka ke bandara segera
setelah mereka merasa pantas untuk minta diri. Dia sudah menyampaikan sambutannya tetapi pikirannya melayang ke soal lain. Dia tegang dan gelisah, dan perutnya mual.
Seorang tolol telah menghidangkan haggis, makanan khas Skotlandia. Alec nyaris tidak menyentuh hidangan itu.
Elizabeth duduk di sebelahnya. "Kau baik-baik saja, Alec?"
"Tidak apa-apa." Dia menepuk-nepuk tangan Elizabeth untuk meyakinkannya.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Sambutan-sambutan hampir berakhir ketika seorang
pelayan menghampiri Alec dan berbisik, "Maaf, sir. Ada interlokal untuk Anda. Anda bisa menerimanya di kantor."
Alec mengikuti pelayan itu keluar dari ruang makan yang besar menuju kantor kecil di belakang meja
resepsionis. Dia mengangkat pesawat telepon. "Halo."
Suara Swinton mengatakan, "Ini peringatan terakhir untuk Anda." Kemudian hubungan diputus.
BAB 44 KOTA terakhir dalam agenda Detektif Max Hornung ialah Berlin.
Kawan-kawannya, para komputer, menunggunya. Max
berbicara kepada komputer Nixdorf yang eksklusif, yang hanya bisa dijangkau dengan sebuah kartu khusus. Dia berbicara kepada komputer-komputer besar di Allianz dan Schuffa, dan perangkat di Bundeskrimalamt di Wiesbaden, pusat penyimpanan segala tindak kejahatan di Jerman.
Apa yang bisa kami lakukan untuk Anda" tanya mereka.
Ceritakan tentang Walther Gassner.
Dan mereka pun bercerita kepadanya. Ketika mereka
selesai menceritakan rahasia mereka kepada Max Hornung, kehidupan Walther Gassner terbeber di depan Max dalam lambang-lambang matematika yang indah. Max bisa
melihat lelaki itu sejelas memandang potret orang tersebut.
Dia tahu selera Walther dalam hal pakaian, anggur, makanan, hotel. Seorang pelatih ski yang tampan, yang
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
hidup dari kemurahan hati banyak wanita, dan menikahi seorang ahli waris yang jauh lebih tua daripadanya.
Ada satu hal yang membuat Max ingin tahu: cek kepada Dr. Heissen, sebesar dua ratus mark. Pada cek itu tertulis:
"Untuk konsultasi." Konsultasi apa" Cek itu diuangkan di Dresdner Bank di Dusseldorf. Lima belas menit kemudian Max berbicara kepada manajer cabang bank itu. Ya, tentu saja manajer cabang kenal Dr. Heissen. Dia bukan nasabah sembarangan.
Dia dokter apa" Seorang dokter jiwa. Ketika meletakkan telepon, Max bersandar ke kursinya, matanya terpejam, berpikir. Sebuah benang lepas. Dia mengangkat telepon dan minta sambungan kepada Dr.
Heissen di Dusseldorf. Seorang resepsionis yang suka ikut campur mengatakan kepada Max bahwa dokter tidak bisa diganggu. Ketika Max mendesak, Dr. Heissen datang ke telepon dan dengan kasar memberitahu bahwa dia tidak pernah menyingkap satu keterangan pun tentang pasien-pasiennya, dan jelas sekali tidak pernah terpikir olehnya untuk membicarakan
soal-soal seperti itu lewat telepon. Dia memutus hubungan telepon dengan si detektif.
Max kembali kepada para komputer. Ceritakan padaku tentang Dr. Heissen, dia berkata.
Tiga jam kemudian Max menelepon Dr. Heissen lagi.
"Saya sudah bilang," gertak dokter itu, "jika Anda menginginkan keterangan tentang salah Seorang pasien saya, Anda harus datang ke kantor saya dengan surat perintah dari pengadilan."
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
"Sulit sekali bagi saya untuk datang ke Dusseldorf sekarang," detektif itu menjelaskan.
"Itu masalah Anda. Ada hal lain" Saya sibuk sekali."
"Saya tahu Anda sibuk. Saya mempunyai laporan pajak penghasilan Anda selama lima tahun terakhir di depan saya."
"Lalu?" Max berkata, "Dokter, saya tidak ingin membuat
kesulitan bagi Anda. Tetapi Anda secara tidak sah telah menyembunyikan dua puluh lima persen dari penghasilan Anda. Kalau Anda suka, saya bisa mengajukan arsip Anda kepada para pejabat pajak pendapatan Jerman dan
memberitahu mereka ke mana harus mencari bukti. Mereka bisa mulai dengan kotak deposit pengaman Anda di Munchen, atau rekening bank Anda di Basel."
Beberapa saat kemudian suara dokter itu bertanya,
"Anda tadi bilang, Anda siapa?"
"Detektif Max Hornung dari Polisi Kriminal Swiss."
Diam lagi. Dokter itu berkata sopan, "Dan apa yang ingin Anda ketahui?"
Max menceritakan kepadanya.
Sekali Dr. Heissen mulai berbicara, dia tidak bisa dihentikan. Ya, tentu saja dia ingat Walther Gassner. Orang itu menerobos masuk tanpa perjanjian lebih dulu dan mendesak untuk bertemu dengannya. Dia menolak untuk memberi namanya. Dia mengajukan dalih, ingin membicarakan masalah seorang kawan.
"Tentu saja, hal itu membuat saya segera waspada,"
ungkap Dr. Heissen kepada Max. "Itu sindrom klasik dari
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
orang-orang yang tidak mau, atau takut, menghadapi masalah mereka."
"Apa masalah itu?"
"Dia mengatakan bahwa kawannya seorang schizophrenic dan bernaluri membunuh, dan mungkin akan membunuh
orang kalau tidak bisa dicegah. Dia menanyakan apakah ada semacam tindakan yang bisa
membantu. Dia bilang, dia tidak sampai hati membiarkan kawannya disekap di rumah sakit jiwa."
"Apa yang Anda katakan kepadanya?"
"Saya mengatakan bahwa pertama-tama, tentu saja, saya harus memeriksa kawannya itu, bahwa beberapa jenis penyakit jiwa bisa ditolong dengan obat-obatan modern, dan tindakan psikiatri dan terapi lain, dan jenis-jenis lain tidak mungkin disembuhkan. Saya juga menyebutkan
dalam kasus seperti yang diuraikannya, rasanya diperlukan tindakan jangka panjang."
"Apa yang kemudian terjadi?" tanya Max.
'Tidak ada apa-apa. Hanya itu saja. Saya tidak pernah melihat orang itu lagi. Saya sebenarnya ingin sekali menolongnya. Dia tampak sangat kebingungan dan putus asa. Kedatangannya kepada saya jelas suatu jeritan minta tolong. Tidak berbeda dengan seorang pembunuh yang menulis di dinding apartemen korbannya, 'Hentikan saya sebelum saya membunuh lagi!"'
Ada satu hal yang membingungkan Max.
"Dokter, Anda mengatakan dia tidak mau memberikan
namanya, namun dia memberi Anda cek dan menandatanganinya." Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Dr. Heissen menjelaskan. "Dia lupa membawa uang
sepeser pun. Dia sangat kesal akan hal itu. Akhirnya dia terpaksa menulis cek. Dari situlah saya bisa mengetahui namanya. Ada yang ingin Anda ketahui lagi, sir?"
"Tidak!"

Garis Darah Blood Line Karya Sidney Sheldon di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ada sesuatu yang mengusik Max, sebuah benang lepas yang
melambai-lambai dengan menggoda di luar jangkauan. Nanti pasti akan sampai kepadanya - sementara itu, dia sudah selesai dengan para komputer. Sisanya terpulang kepadanya.
Ketika Max kembali ke Zurich keesokan paginya, dia menemukan teletipe dari interpol di mejanya. Daftar pelanggan yang membeli bahan baku yang digunakan
untuk membuat film cekikan.
Ada delapan nama dalam daftar itu.
Di antaranya Roffe and Sons.
Inspektur Kepala Schmied mendengarkan Detektif
Hornung menyampaikan laporannya. Tidak pelak lagi.
Detektif kecil yang beruntung itu lagi-lagi memperoleh kasus kakap.
"Jadi, satu di antara lima orang," kata Max.
"Mereka mempunyai alasan, dan memiliki kesempatan.
Mereka berada di Zurich untuk pertemuan dewan direksi pada hari pesawat lift itu celaka. Salah seorang dari mereka bisa berada di Sardinia pada saat kecelakaan jeep."
Inspektur Kepala Schmied mengerutkan dahi. "Kau
mengatakan ada lima orang tersangka. Di samping
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Elizabeth Roffe hanya ada empat anggota dewan direksi.
Siapa tersangka yang seorang lagi?"
Max berkedip dan berkata sabar. "Orang yang berada di Chamonix bersama Sam Roffe, ketika dia tewas. Rhys Williams."
BAB 45 MRS. RHYS WILLIAMS. Elizabeth tak bisa mempercayai hal itu. Seluruhnya seperti mengandung sekelumit ketidaknyataan. Sesuatu dari impian nikmat masa remaja. Elizabeth teringat bagaimana dia menulis berulang-ulang dalam buku
catatannya, Mrs. Rhys Williams, Mrs. Rhys Williams. Kini dia melirik sekilas cincin kawin di jarinya.
Rhys berkata, "Apa yang membuatmu menyeringai?"
Lelaki itu duduk di kursi nyaman di hadapannya dalam Boeing 707-320 yang mewah. Mereka berada tiga puluh lima ribu kaki di atas Samudera Atlantik, makan kaviar Iran dan minum Don Perignon yang didinginkan. Adegan itu tepat seperti dalam La Dolce Vita, sehingga Elizabeth tertawa keras.
Rhys tersenyum. "Karena sesuatu yang kukatakan?"
Elizabeth menggelengkan kepalanya. Dia memandangnya dan heran melihat betapa menarik lelaki itu. Suaminya. "Aku sekadar bahagia."
Rhys tak akan tahu betapa bahagia dirinya.
Bagaimana mungkin dia memberitahu betapa besar arti perkawinan ini baginya" Rhys tak akan mengerti, karena
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
baginya bukanlah perkawinan, tetapi kesepakatan bisnis.
Namun dia mencintai Rhys. Elizabeth merasa bahwa
selama ini dia selalu mencintainya. Dia ingin melewatkan sisa hidupnya bersamanya, memiliki anak-anaknya,
menjadi miliknya, memiliki lelaki itu. Elizabeth menatap Rhys lagi dan berpikir kecut, Tetapi pertama-tama aku harus memecahkan satu masalah kecil. Aku harus menemukan cara untuk membuatnya jatuh cinta padaku.
Elizabeth meminang Rhys pada hari pertemuannya
dengan Julius Badrutt. Setelah bankir itu pergi, Elizabeth dengan cermat menyikat rambutnya, melangkah ke ruang kerja Rhys, menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Rhys
- maukah kau mengawini aku?"
Dia menyaksikan pandangan keheranan di wajah lelaki itu, dan sebelum yang bersangkutan sempat bicara, dia segera melanjutkan sambil berusaha untuk terdengar efisien dan lugas. "Pokoknya hanya sekadar pengaturan bisnis. Pihak bank bersedia memperpanjang utang-utang kita, kalau kau menjadi presiden direktur Roffe and Sons.
Satu-satunya jalan yang mungkin bagimu ?" dan dengan terkejut Elizabeth menyadari bahwa suaranya gemetar-
"ialah mengawini seorang anggota keluarga, dan aku - aku rupanya satu-satunya yang memungkinkan peluang itu."
Dia merasa wajahnya merah padam. Dia tak mampu
memandang lelaki itu. "Tentu saja, tak akan merupakan perkawinan sungguhan," kata Elizabeth, "dalam arti bahwa " mksudku -
kau tetap bebas untuk pergi dan datang sesukamu."
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Lelaki itu hanya menatapnya, sama sekali tidak
membantunya. Elizabeth berharap dia mau mengatakan sesuatu. Apa saja.
"Rhys -" "Maaf. Kau membuatku terperangah." Dia tersenyum.
"Tidak setiap hari seorang lelaki dilamar oleh seorang gadis cantik."
Dia tersenyum, berusaha menghindar dari persoalan ini tanpa menyinggung perasaannya. Maaf, Elizabeth, tetapi-
"Baik. Kita bersepakat," kata Rhys.
Dan Elizabeth tiba-tiba merasa seperti ada beban berat yang terangkat dari dirinya. Dia tidak menyadari sampai saat itu, betapa penting artinya soal tersebut. Kini dia punya waktu untuk menemukan orang-orang yang menjadi lawan. Bersama-sama, dia dan Rhys akan dapat menghentikan segala malapetaka yang terjadi selama ini. Ada satu hal yang harus dijelaskannya kepada lelaki itu.
"Kau akan memimpin perusahaan," dia berkata, "tetapi saham- saham tetap di tanganku."
Rhys mengerutkan dahi. "Kalau aku memimpin
perusahaan-" "Memang," sahut Elizabeth meyakinkan.
"Tetapi saham-saham itu -"
"Tetap atas namaku. Aku ingin memastikan bahwa
saham-saham itu tidak bisa dijual."
"Aku mengerti."
Elizabeth bisa merasakan ketidaksetujuannya. Dia ingin menceritakan kepadanya tentang keputusan yang telah dicapainya. Bahwa perusahaan bisa dijual kepada umum,
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
bahwa para anggota dewan direksi bisa menjual
saham-saham mereka. Dengan Rhys sebagai pemimpin perusahaan, Elizabeth tak perlu khawatir orang-orang luar akan masuk, dan mengambil alih perusahaan. Rhys akan cukup kuat untuk mengendalian mereka. Tetapi Elizabeth tak dapat
membiarkan hal itu terjadi sebelum menemukan siapa yang berusaha menghancurkan perusahaan. Dia sebenarnya
ingin menceritakan soal-soal itu kepada Rhys, tetapi saat ini bukan waktunya. Dengan demikian dia hanya berkata,
"Di luar itu kau memiliki kekuasaan penuh."
Rhys berdiri di sana, mengamatinya lama sekali tanpa berkata sepatah pun. Ketika akhirnya berbicara, dia berkata, "Kapan kau ingin menikah?"
"Secepat mungkin."
Kecuali Anna dan Walther yang sakit di rumah, mereka semua datang ke Zurich untuk menghadiri perkawinan itu.
Alec dan Vivian, Helene dan Charles, Simonetta dan Ivo.
Mereka tampak bergembira demi Elizabeth, dan kegembiraan mereka membuatnya merasa sebagai penipu.
Dia tidak melangsungkan pernikahan, dia menjalin ikatan bisnis.
Alec memeluknya dan berkata, "Kau tahu, aku
mengharapkan segala keindahan di dunia ini bagimu."
"Aku tahu, Alec. Terima kasih."
Ivo tak bisa membendung kegembiraannya.
"Carissima, tanti auguri e figli maschi. 'Mendapatkan kekayaan adalah impian seorang pengemis, tetapi
mendapat cinta adalah impian para raja.?"
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Elizabeth tersenyum. "Siapa yang bilang begitu?"
"Aku," ujar Ivo. "Aku harap Rhys menyadari betapa
beruntung dirinya sebagai lelaki."
"Aku mengingatkannya terus-menerus," sahut Elizabeth ringan.
Helene menarik Elizabeth ke samping. "Kau banyak
membuat kejutan, ma chere. Aku tidak pernah mengira kau dan Rhys tertarik satu sama lain."
"Hal itu terjadi dengan tiba-tiba."
Helene mengamatinya dengan pandangan tajam dan
dingin. "Ya. Aku yakin pasti begitu." Dan dia pun melangkah pergi.
Setelah upacara, ada resepsi perkawinan di Baur-au-Lac.
Di atas permukaan perayaan itu semarak dan meriah, tetapi Elizabeth merasakan ketegangan yang terpendam. Ada suatu niat jahat di ruangan, suatu kutukan, tetapi dia tak bisa mengatakan dari siapa asalnya. Dia hanya tahu bahwa ada seseorang di dalam ruangan yang membencinya. Dia bisa merasakannya, jauh di dalam lubuk hatinya. Namun, ketika
memandang sekeliling dia hanya melihat wajah-wajah ramah penuh senyum. Charles, yang
mengangkat gelas dalam suatu toast baginya. . Elizabeth telah menerima laporan tentang ledakan laboratorium itu.
Bahan peledak itu dibuat oleh pabrik Anda di luar Paris.
Ivo, wajahnya menyeringai bahagia. . Bankir yang tertangkap ketika berusaha menyelundupkan uang ke luar Italia itu memang dijebak. Ses eorang memberitahu polisi perbatasan. Ivo Palazzi.
Alec" Walther" Siapa" Elizabeth bertanya-tanya.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Keesokan paginya diselenggarakan pertemuan dewan
direksi dan Rhys Williams secara bulat terpilih sebagai presiden direktur dan chief executive Roffe and Sons.
Charles mengajukan pertanyaan yang ada di benak setiap orang. "Setelah kau memimpin perusahaan, apakah kita bisa menjual saham kita?"
Elizabeth bisa merasakan ketegangan yang mendadak
memenuhi ruangan. "Saham-saham masih tetap di tangan Elizabeth," Rhys menjelaskan kepada mereka. "Itu menjadi keputusannya."
Setiap kepala berpaling kepada Elizabeth.
"Kita tidak akan menjual," dia mengumumkan.
Ketika Elizabeth dan Rhys sendirian, dia berkata,
"Bagaimana kalau kita berbulan madu ke Rio?"
Elizabeth memandang kepadanya, dan hatinya pun
melambung. Rhys menambahkan datar, "Manajer kita di sana mengancam untuk keluar. Kita tidak bisa kehilangan dia. Aku memang sudah merencanakan akan terbang ke sana besok, untuk membereskan soal itu. Rasanya janggal kalau aku pergi tanpa membawa pengantinku."
Elizabeth mengangguk dan berkata, "Ya, tentu saja."
Jangan konyol, dia berkata pada dirinya sendiri. Ini gagasanmu sendiri. Suatu kesepakatan, bukan perkawinan.
Kau tidak berhak mengharapkan sesuatu dari Rhys. Kendati begitu, suara kecil, jauh di lubuk hatinya, mengatakan, Siapa tahu apa yang bisa terjadi". .
Ketika mereka turun dari pesawat di bandara Galeao, udara hangat, dan Elizabeth menyadari bahwa di Rio sedang musim panas. Sebuah Mercedes 600 menunggu
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
mereka. Si pengemudi seorang lelaki kurus, berkulit hitam, umur akhir dua puluhan. Ketika mereka masuk ke mobil, Rhys menanyai si pengemudi, "Di mana Luis?"
"Luis sakit, Mr. Williams. Saya akan mengantar Anda dan Mrs. Williams."
"Katakan pada Luis, aku mengharapkan dia cepat
sembuh." Pengemudi itu memperhatikan mereka dari cermin di
depan dan berkata, "Akan saya sampaikan."
Setengah jam kemudian mereka meluncur sepanjang
tempat pesiar, melewati jalan raya sepanjang Pantai Copacabana yang berubin warna-warni. Mereka berhenti di depan Hotel Princessa Sugarloaf yang modern dan sejenak kemudian, barang bawaan mereka sudah diurus. Mereka diantar ke ruang VIP besar, terdiri atas empat kamar tidur, kamar duduk yang indah, dapur, dan serambi besar yang memandang ke teluk. Ruangan itu semarak dengan
bunga-bunga dalam jambangan perak, sampanye, wiski, dan coklat berkotak-kotak. Manajer hotel sendiri yang mengantar mereka ke ruangan.
"Kalau ada yang Anda butuhkan -apa pun- saya pribadi menyediakan diri dua puluh empat jam sehari." Lalu dia keluar sambil membungkuk.
"Mereka ramah sekali," kata Elizabeth.
Rhys tertawa dan menjawab, "Harus. Hotel ini milikmu."
Elizabeth tersipu-sipu. "Oh. Aku -aku tidak tahu."
"Lapar?" "Aku - Tidak, terima kasih," jawab Elizabeth.
"Anggur?" Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
"Ya, terima kasih."
Suaranya terdengar kaku dan tak wajar di telinganya sendiri. Dia tidak yakin bagaimana mesti bersikap, atau apa yang diharapkannya dari Rhys. Lelaki itu mendadak bagai orang asing, dan dia sangat menyadari bahwa mereka hanya berdua saja di ruang bulan madu hotel, bahwa hari sudah mulai malam, dan saat tidur akan segera tiba.
Dia mengamati Rhys yang dengan cekatan membuka
sebotol sampanye. Segala tindakannya begitu lancar, dengan kemantapan seorang lelaki yang benar-benar tahu apa yang diinginkannya, dan bagaimana mendapatkannya.
Apa yang diinginkan lelaki itu"
Rhys membawa segelas sampanye kepada Elizabeth dan mengangkat gelasnya dalam suatu toast. "Untuk awal,"
katanya. "Untuk awal," Elizabeth menirukan Dan akhir yang bahagia, dia cepat-cepat menambahkandalam hati.
Mereka minum. Kita seharusnya membanting gelas-gelas kita di
perapian, pikir Elizabeth, sebagai perayaan. Dia meneguk sisa sampanyenya.
Mereka berada di Rio, berbulan madu, dan dia
menginginkan Rhys. Tidak hanya sekarang, tetapi untuk selamanya.
Telepon berdering. Rhys mengangkatnya dan berbicara singkat dalam pesawat. Ketika selesai, dia meletakkan gagang telepon dan berkata kepada Elizabeth, "Sudah malam. Kenapa kau tidak bersiap untuk pergi tidur?"
Elizabeth merasa bahwa kata "tidur" menggantung berat di udara.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
"Baik," katanya lemah. Dia membalik dan menuju kamar tidur di mana pelayan meletakkan barang-barang mereka.
Ada tempat tidur ganda besar di tengah kamar itu. Seorang pelayan wanita telah membuka koper-koper mereka, dan menyiapkan tempat tidur. Di satu sisi terletak baju tidur sutera Elizabeth, dan di sisi lain sepasang piyama pria warna biru. Dia ragu-ragu sejenak, kemudian mulai
menanggalkan pakaiannya. Dalam keadaan telanjang, dia melangkah ke kamar ganti yang berkaca besar, dan dengan cermat membersihkan tata riasnya. Dia melilitkan handuk Turki di kepalanya, masuk ke kamar mandi lalu mandi, menyabuni tubuhnya perlahan-lahan, dan merasakan air sabun yang hangat itu mengalir di sela payudara dan turun ke perut dan pahanya, seperti jari-jari basah yang hangat.
Selama itu dia berusaha untuk tidak berpikir tentang Rhys, tetapi dia hanya bisa memikirkan hal itu saja. Dia berpikir tentang lengan lelaki itu mendekap dirinya, dan tubuhnya pada dirinya. Apakah dia mengawini Rhys untuk membantu
menyelamatkan perusahaan, ataukah menggunakan perusahaan sebagai alasan karena memang menginginkan lelaki itu" Dia tidak tahu lagi. Keinginannya berganti menjadi satu kebutuhan yang membara. Rasanya, tanpa sadar gadis umur lima belas tahun dulu telah menunggu lelaki itu selama bertahun-tahun, dan kebutuhan itu berubah menjadi suatu kelaparan. Dia melangkah keluar dari pancuran, mengeringkan dirinya dengan handuk
lembut yang dihangatkan, mengenakan baju tidur
suteranya, membiarkan rambutnya lepas tergerai lalu naik ke tempat tidur. Dia berbaring menunggu, memikirkan tentang apa yang akan terjadi, bertanya-tanya seperti apa lelaki itu nanti, dan dia merasa hatinya mulai berdebar lebih keras. Dia mendengar suara dan mendongak. Rhys berdiri di ambang pintu. Dia berpakaian lengkap.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
"Aku mau pergi sekarang," dia berkata.
Elizabeth segera duduk. "Ke - kau mau pergi ke mana?"
"Ada urusan yang perlu kubereskan." Dan dia pun pergi.
Elizabeth terbaring tak bisa tidur sepanjang malam, berballk dan berguling, penuh gejolak perasaan. Dia menegaskan diri sendiri bahwa dia patut bersyukur Rhys menepati kesepakatan mereka, merasa konyol akan apa yang diharapkannya, kesal pada lelaki itu karena
mengacuhkannya. Hari sudah subuh ketika Elizabeth mendengar Rhys
kembali. Langkah-langkah kakinya menuju kamar tidur, dan Elizabeth memejamkan mata, pura-pura tidur. Dia bisa mendengar napas Rhys ketika menghampiri tempat tidur.
Dia berdiri di sana, menatapnya lama sekali. Kemudian dia membalik dan melangkah ke kamar yang lain.
Beberapa menit kemudian Elizabeth pun tertidur.
Hampir menjelang siang hari mereka sarapan di
serambi. Rhys ceria dan banyak bicara, menceritakan bagaimana suasana kota itu pada waktu karnaval. Tetapi dia tampaknya tidak merasa perlu menjelaskan di mana dia melewatkan malam itu, dan Elizabeth tidak menanyakan.
Seorang pelayan menerima pesanan sarapan mereka. Elizabeth melihat bahwa kemudian pelayan lam yang
menghidangkan. Dia tak memikirkan hal itu lagi, tidak pula tentang para pelayan
wanita yang terus-menerus keluar-masuk ruangan. Elizabeth dan Rhys berada di pabrik Roffe and Sons di pinggiran Rio, duduk di ruang kerja manajer pabrik, Senor
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Tumas, seorang lelaki setengah baya, berwajah seperti kodok dan berkeringat deras.
Manajer itu berbicara kepada Rhys. "Anda harus
mengerti masalahnya. Roffe and Sons lebih berarti
daripada hidup saya sendiri. Sudah seperti keluarga saya.
Jika saya meninggalkan tempat ini, akan seperti
meninggalkan rumah sendiri. Sebagian dari hati saya akan terkoyak-koyak. Saya sebenamya ingin tetap di sini, melebihi apa pun di dunia." Dia berhenti untuk menyeka keningnya. 'Tetapi saya mendapat tawaran lebih baik dari perusahaan lain, dan saya mempunyai istri, anak-anak, dan ibu mertua yang harus saya pikirkan. Anda mengerti?"
Rhys bersandar di kursinya, kakinya terjulur santai di hadapannya. "Tentu, Roberto. Saya tahu betapa besar arti perusahaan
ini bagimu. Kau sudah melewatkan bertahun-tahun di sini. Tapi memang, seorang lelaki harus memikirkan keluarganya."
'Terima kasih," sahut Roberto lega. "Saya tahu, saya bisa mengandalkan Anda, Rhys."
"Bagaimana tentang kontrakmu dengan kami?"
Tumas mengangkat bahu. "Secarik kertas. Kita bisa
merobek-robeknya, bukan" Apa arti sebuah kontrak kalau seorang lelaki tidak bahagia di hatinya?"
Rhys mengangguk. "Itulah sebabnya kami jauh-jauh
terbang kemari, Roberto - untuk membuatmu bahagia."
Tumas menarik napas. "Ah, seandainya hal itu tidak terlambat. Tetapi saya sudah setuju untuk bekerja di perusahaan lain."
"Apa mereka tahu bahwa kau akan masuk penjara?"
tanya Rhys acuh tak acuh.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Tumas memandang terbelalak kepadanya. "Penjara?"
Rhys berkata, "Pemerintah Amerika Serikat memerintahkan kepada setiap perusahaan yang melakukan kegiatan di luar negeri, untuk menyerahkan daftar segala penyuapan yang mereka bayarkan selama sepuluh tahun terakhir. Celakanya, kau terlibat banyak sekali dalam soal itu, Roberto. Kau telah melanggar beberapa undang-undang di sini. Kami memang merencanakan untuk melindungimu -
sebagai anggota keluarga yang setia - tetapi kalau kau tidak bersama kami lagi, tidak ada alasan bagi kami, bukan?"
Segala kecerahan lenyap dari wajah Roberto.
'Tetapi - tetapi itu kan saya lakukan untuk kepentingan perusahaan," dia menyatakan keberatannya. "Saya hanya mengikuti perintah."
Rhys mengangguk simpatik. "Tentu. Kau bisa menjelaskan hal itu kepada pemerintah di depan
pengadilan." Dia bangkit berdiri dan berkata kepada Elizabeth, "Ayo, kita kembali."
"Tunggu sebentar," teriak Roberto. "Anda tidak bisa melangkah begitu saja, dan meninggalkan saya seperti ini."
Rhys berkata, "Saya kira kau agak kalut. Kaulah yang berniat pergi."
Tumas menyeka alisnya lagi, bibirnya gemetar tak
terkendali. Dia melangkah ke jendela dan memandang ke luar. Keheningan yang berat menggantung dalam ruangan.
Akhirnya, tanpa membalik, dia berkata, "Kalau saya tetap bersama perusahaan - apakah saya akan dilindungi?"
"Selamanya," Rhys meyakinkannya.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Mereka berada dalam Mercedes, sopir yang kurus hitam itu memegang kemudi, meluncur kembali ke kota. "Kau memeras orang itu," Elizabeth menyatakan.
Rhys mengangguk. "Kita tidak bisa kehilangan orang itu.
Dia berniat pindah ke perusahaan saingan. Dia tahu terlalu banyak tentang usaha kita. Dia akan menjual semua rahasia kita."


Garis Darah Blood Line Karya Sidney Sheldon di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Elizabeth memandang Rhys dan berpikir, begitu banyak yang harus kupelajari tentang dia.
-odwo- Malam itu mereka pergi ke Mirander untuk makan
malam, dan Rhys sangat menawan, ramah, tetapi
memasang jarak. Elizabeth merasa lelaki itu seolah-oIah bersembunyi di balik kata-kata, menebarkan tirai asap lisan untuk menutupi perasaannya. Sudah lewat tengah malam ketika mereka selesai makan malam. Elizabeth ingin berduaan bersama Rhys. Dia berharap mereka akan
kembali ke hotel. Tetapi sebaliknya lelaki itu berkata, "Aku akan menunjukkan sebagian kehidupan malam di Rio
kepadamu." Mereka mengunjungi kelab-kelab malam, dan setiap
orang tampaknya mengenal Rhys. Ke mana pun mereka
pergi, dia menjadi pusat perhatian, memikat setiap orang.
Mereka diundang bergabung dengan para pasangan di
berbagai meja, dan berbagai kelompok orang bergabung di meja mereka. Elizabeth dan Rhys tak sempat berduaan sejenak pun. Rasanya hal itu memang disengaja, bahwa Rhys dengan sadar memasang tembok orang-orang di
antara mereka. Mereka pernah berkawan, dan sekarang
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
mereka adalah apa" Elizabeth hanya tahu bahwa ada
penghalang yang tak tampak di antara mereka. Apa yang ditakutkan lelaki itu, dan kenapa"
Di kelab malam keempat, di mana mereka duduk semeja dengan enam orang kawan Rhys, Elizabeth memutuskan bahwa dirinya sudah merasa lebih dari cukup. Dia
memotong pembicaraan antara Rhys dan seorang gadis Spanyol yang rupawan. "Saya belum sempat berdansa
dengan suami saya. Anda tentu mau memaafkan kami."
Rhys mernandang kepadanya dengan kejutan mendadak, kemudian bangkit berdiri. "Aku khawatir telah membiarkan pengantinku terlantar," katanya ringan
kepada yang lain-lain. Dia menggamit lengan Elizabeth dan membimbingnya ke lantai dansa. Elizabeth mengekang dirinya kaku, dan Rhys memandang wajahnya dan berkata,
"Kau marah." Dia benar, tetapi kemarahan itu lebih ditujukan pada dirinya sendiri. Dia telah menetapkan aturan main, dan sekarang kesal karena Rhys tidak mau melanggar aturan itu. Tetapi, tentu saja masalahnya lebih dari itu. Dia sama sekali tak bisa menduga perasaan Rhys. Apakah lelaki itu menaati kesepakatan karena masalah harga diri, atau karena memang tidak tertarik kepadanya" Dia harus tahu.
Rhys berkata, "Maaf tentang orang-orang ini, Liz, tetapi mereka terlibat dalam urusan perusahaan, dan dengan satu dan lain cara mereka bisa membantu kita."
Jadi dia menyadari perasaannya. Dia bisa merasakan dekapan lengan lelaki itu, tubuhnya lekat pada dirinya. Dia berpikir, Tepat rasanya. Segalanya tentang Rhys tepat baginya. Mereka cocok dan serasi. Dia tahu hal itu. Tetapi tahukah lelaki itu betapa dia mendambakannya" Harga diri Elizabeth tak membiarkan dirinya mengatakan hal itu
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
kepada Rhys. Namun demikian, lelaki itu pasti merasakan sesuatu. Elizabeth memejamkan matanya dan merap
atkan diri kepadanya. Waktu serasa berhenti dan tak ada orang lain kecuali mereka berdua, dan musik yang lembut, dan kegaiban saat itu. Dia bisa berdansa selama-lamanya dalam dekapan Rhys. Dia melemaskan diri dan menyerah
sepenuhnya kepada lelaki itu, dan mulai merasakan
kekerasan tubuh lelaki itu menekan pahanya. Dia membuka mata dan memandang Rhys. Ada sesuatu di mata lelaki itu, yang belum pernah dilihatnya sebelum ini. Suatu dorongan, suatu keinginan, yang merupakan pantulan dari hatinya sendiri.
Ketika berbicara, suara lelaki itu parau. Dia berkata,
"Ayo kita kembali ke hotel."
Dan Elizabeth tak mampu berkata-kata.
Ketika Rhys membantunya mengenakan mantelnya,
jari-jemarinya membakar kulit Elizabeth. Mereka duduk berjauhan di bagian belakang limusin, takut untuk saling menyentuh. Elizabeth merasa seperti menyala-nyala.
Rasanya begitu lama untuk mencapai ruang VIP mereka.
Dia tak tahu apakah dia mampu menunggu lebih lama lagi.
Begitu pintu menutup, mereka menghambur dalam
kelaparan liar indah yang merayapi mereka berdua.
Elizabeth berada dalam dekapannya, dan ada keganasan pada Rhys yang belum pernah diketahuinya. Dia
mengangkatnya dan memondongnya ke kamar tidur.
Mereka tidak bisa cukup cepat menanggalkan pakaian.
Kami seperti anak-anak yang bergairah, pikir Elizabeth, dan dia bertanya-tanya kenapa Rhys bertahan sampai
sekarang" Tetapi hal itu tak menjadi masalah sekarang. Tak ada yang penting, kecuali ketelanjangan mereka dan kenyamanan merasakan tubuh lelaki itu pada tubuhnya. Di
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
ranjang, mereka saling berpelukan. . Lalu semua mulai bergerak lebih cepat dan makin cepat, berputar lepas dari kendali, sampai akhirnya mencapai ledakan kenikmatan, dan alam kembali tenang serta damai lagi.
Mereka terbaring di sana, saling memeluk erat, dan Elizabeth berpikir dengan penuh kebahagiaan, Mrs. Rhys Williams.
BAB 46 "MAAF, Mrs. Williams," kata Henriette di interkom,"
Detektif Hornung ingin menemui Anda. Katanya sangat penting."
Elizabeth menoleh untuk memandang penuh tanda
tanya kepada Rhys. Mereka baru saja tiba di Zurich dari Rio malam hari sebelumnya, dan baru beberapa menit berada di kantor. Rhys mengangkat bahu. "Katakan padanya untuk membiarkan orang itu masuk. Mari kita dengar apa yang menurutnya begitu penting."
Beberapa menit kemudian, ketiganya duduk di ruang
kerja Elizabeth. "Untuk apa Anda ingin menemui saya?"
tanya Elizabeth. Max Hornung tidak biasa berbasa-basi. Dia berkata,
"Seseorang berusaha membunuh Anda." Ketika dia melihat Elizabeth pucat pasi, Max menyesal setulus hati, sambil bertanya-tanya dalam hati apakah dia seharusnya
mengungkapkan keterangan itu dengan cara yang lebih bijaksana.
Rhys Williams berkata, "Masya Allah, apa yang Anda bicarakan?"
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Max melanjutkan dengan tetap mengarahkan pembicaraan kepada Elizabeth. "Sudah ada dua kali
percobaan pembunuhan terhadap Anda. Mungkin akan ada lagi."
Elizabeth terbata-bata, "Saya - Anda pasti keliru."
Pendekar Patung Emas 4 Venus Karya Phoebe Ramalan Malapetaka 2
^