Pencarian

Rencana Paling Sempurna 1

Rencana Paling Sempurna The Best Laid Plans Karya Shidney Sheldon Bagian 1


Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karya : Shidney Sheldon Ebook oleh : Dewi KZ http://kangzusi.com/ atau http:// http://dewikz.byethost22.com/
THE BEST LAID PLANS by Sidney Sheldon Copyright ? 1997 by The Sidney Sheldon Family
Limited Partnership Ali rights reserved. RENCANA PALING SEMPURNA Alih bahasa: Hendarto Setiadi
GM 402 98.870 Hak cipta terjemahan Indonesia:
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Jl. Palmerah Selatan 24"26, Jakarta 10270
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Diterbitkan pertama kali oleh
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama,
anggota IKAPI, Jakarta, Februari 1998 Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
BUKU INI DIPERSEMBAHKAN UNTUK ANDA
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
1 KALIMAT pertama dalam buku harian Leslie Stewart berbunyi:
Dear Diary: Tadi pagi aku bertemu dengan pria yang akan menikah
denganku. Pernyataan singkat yang penuh harapan itu tak sedikit pun menyiratkan
rangkaian peristiwa dramatis yang terjadi kemudian.
Hari itu termasuk hari langka penuh kebetulan ketika segala sesuatu
berjalan lancar, ketika kegagalan takkan berani menampakkan diri. Leslie
Stewart sebenarnya tidak berminat pada ilmu nujum, tapi pagi itu, waktu
sedang membolak-balik halaman Lexington Herald-Leader, perhatiannya
beralih pada horoskop di kolom astrologi asuhan Zoltaire:
LEO (23 JULI SAMPAI DENGAN 22 AGUSTUS). BULAN BARU MENERANGI
KEHIDUPAN ASMARA ANDA. ANDA BERADA DALAM SIKLUS LUNAR
TINGGI, DAN HARUS MEMBERI PERHATIAN PADA SUATU KEJADIAN BARU
YANG MENGGAIRAHKAN DALAM HIDUP ANDA. BINTANG YANG COCOK
UNTUK ANDA ADALAH VIRGO. HARI INI AKAN ANDA KENANG SELAMANYA
SEBAGAI TANGGAL MERAH. BERSIAP-SIAPLAH UNTUK MENIKMATINYA.
Bersiap-siap untuk menikmati apa" pikir Leslie sambil tersenyum masam.
Hari ini tidak berbeda dari hari-hari lain. Astrologi hanya omong kosong,
sekadar pelipur lara bagi mereka yang mudah terombang-ambing.
Leslie Stewart bekerja sebagai eksekutif humas dan periklanan pada
perusahaan Bailey & Tomkins di Lexington, Kentucky. Ada tiga rapat yang di-
jadwalkan untuk sore itu, yang pertama dengan para eksekutif Kentucky
Fertilizer Company. Mereka menyukai kampanye iklan baru yang dirancang
Leslie, terutama bagian awalnya: "Jika Anda ingin mencium harum mawar...."
Rapat kedua adalah dengan para wakil Breeders Stud Farm, dan yang ketiga
dengan orang-orang dari Lexington Coal Company. Inikah yang disebut hari
yang patut dikenang"
Usia Leslie Stewart menjelang tiga puluh. Potongan tubuhnya langsing dan
menggairahkan. Penampilannya memikat dan berkesan eksotis: mata
berwarna kelabu, tulang pipi menonjol, serta rambut panjang dan lembut
berwarna pirang kecokelatan, yang ditata secara sederhana namun anggun.
Salah satu temannya pernah berkata padanya, "Jika kau cantik dan punya
otak, kau bisa menguasai dunia."
Leslie Stewart berparas ayu dan ber-IQ 170, sedangkan selebihnya telah
diatur alam. Namun ia merasakan kecantikannya sebagai beban. Kaum pria
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berlomba-lomba mengajaknya berkencan atau melamarnya, tapi hanya
sedikit dari mereka yang berusaha mengenalnya secara sungguh-sungguh.
Selain dua sekretaris yang bekerja di Bailey & Tomkins, Leslie satu-satunya
wanita di perusahaan itu. Pegawai prianya berjumlah lima belas orang.
Dalam waktu kurang dari seminggu, Leslie sudah tahu bahwa ia lebih cerdas
daripada semuanya. Tapi kenyataan tersebut sengaja tidak diungkapkannya
secara terbuka. Awalnya, kedua pemilik perusahaan tersebut, yaitu Jim Bailey, pria
menyenangkan berusia empat puluhan yang mempunyai masalah dengan
berat badannya, serta Al Tomkins, penderita anoreksia yang tidak bisa diam
dan sepuluh tahun lebih muda daripada Bailey, sama-sama berusaha
memboyong Leslie ke tempat tidur.
Leslie mengakhiri usaha mereka dengan cara yang sederhana namun
ampuh. "Kalau aku ditanya sekali lagi, aku minta berhenti."
Keduanya langsung mundur. Mereka tidak berani mengambil risiko, sebab
Leslie merupakan pegawai yang terlalu berharga.
Setelah bekerja seminggu, waktu rehat kopi, Leslie menceritakan lelucon
kepada rekan-rekannya. "Tiga pria bertemu jin wanita, dan masing-masing diberi kesempatan untuk
mengajukan satu permintaan. Pria pertama berkata, 'Aku ingin menjadi 25
persen lebih pintar.' Si jin berkedip, dan serta-merta pria itu berkata, 'Hei,
rasanya aku sudah bertambah pintar.'
"Pria kedua berkata, 'Aku ingin menjadi lima puluh persen lebih pintar.' Si
jin berkedip, dan serta-merta pria itu berseru, 'Luar biasa! Rasanya aku
sekarang mengetahui hal-hal yang tidak kuketahui sebelumnya.'
"Lalu giliran pria ketiga. Ia berkata, 'Aku ingin menjadi seratus persen lebih
pintar.' "Si jin pun kembali berkedip, dan seketika pria itu berubah menjadi
wanita." Leslie menatap para pria yang duduk semeja dengannya. Semuanya
membalas tatapannya tanpa tersenyum.
Satu"kosong. Tanggal merah yang dijanjikan ahli nujum di koran dimulai pukul sebelas
pagi itu. Jim Bailey masuk ke ruang kerja Leslie yang sempit dan penuh
sesak. "Kita punya klien baru," Bailey memberitahunya. "Dan kuminta kau yang
menanganinya." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Leslie sudah memegang lebih banyak account daripada siapa pun di kantor
itu, tapi ia tidak mau memprotes.
"Oke," ia berkata. "Apa nama perusahaannya?"
"Bukan apa. tapi siapa. Kau tentu sudah pernah mendengar nama Oliver
Russel , kan?" Semua orang pernah mendengar nama Oliver Russel . Ia pengacara
setempat yang mencalonkan diri sebagai gubernur. Wajahnya terpampang
pada bil board yang tersebar di mana-mana. Ia berusia 35 tahun, memiliki
catatan profesional yang gemilang, dan dianggap sebagai bujangan paling
menawan di seluruh Kentucky. Ia tampil pada acara-acara perbincangan di
semua stasiun TV utama di Lexington"WDKY. WTVQ, WKYT"dan juga
sering menjadi tamu pada radio-radio setempat yang paling populer, WKQQ
dan WLRO. Russel berwajah tampan. Rambutnya hitam, matanya berwarna
gelap, potongan tubuhnya atletis, dan senyumnya penuh kehangatan. Konon
ia sudah berkencan dengan sebagian besar wanita di Lexington.
"Ya, aku tahu siapa dia. Apa yang harus kita kerjakan untuk Mr. Russel ?"
"Kita akan membantunya meraih jabatan gubernur Kentucky. Dia sedang
menuju kemari." Oliver Russel tiba beberapa menit kemudian. Ia bahkan lebih menawan
lagi daripada foto-fotonya.
Ia tersenyum hangat ketika diperkenalkan pada Leslie. "Saya sudah
mendengar banyak tentang Anda. Saya senang sekali Anda yang akan me-
nangani kampanye saya."
Oliver Russel ternyata sama sekali bukan seperti yang dibayangkan Leslie.
Ia memancarkan ketulusan yang membuat orang tak berdaya. Sejenak Leslie
gelagapan. "Saya... terima kasih. Silakan duduk."
Oliver Russel menarik kursi.
"Sebaiknya kita mulai dari awal saja," Leslie mengusulkan. "Kenapa Anda
mencalonkan diri sebagai gubernur?"
"Sederhana sekali. Kentucky merupakan negara bagian yang indah. Kita
tahu itu, sebab kita tinggal di sini, dan kita bisa menikmati keajaibannya"
tapi bagi sebagian besar orang Amerika, kita hanya sekelompok orang udik.
Saya ingin mengubah citra itu. Kentucky lebih kaya daripada gabungan
sepuluh negara bagian lain sekalipun. Sejarah Amerika Serikat berawal di
sini. Kita memiliki salah satu gedung dewan legislatif tertua di Amerika. Dua
presiden negeri ini kelahiran Kentucky. Belum lagi Daniel Boone dan Kit
Carson dan Hakim Roy Bean. Kita mempunyai alam paling menakjubkan di
dunia "gua, sungai, padang bluegrass" semuanya. Inilah yang ingin saya
beberkan pada seluruh dunia."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pria itu berbicara dengan keyakinan yang mendalam, dan Leslie langsung
tertarik padanya. Ia teringat kolom astrologi tadi pagi. Bulan baru menerangi
kehidupan asmara Anda. Hari ini akan Anda kenang selamanya sebagai
tanggal merah. Bersiap-siaplah untuk menikmatinya.
Oliver Russel sedang berkata, "Kampanye ini takkan berhasil, kecuali jika
Anda meyakini semuanya ini dengan sepenuh hati, seperti saya."
"Oh, tentu," Leslie menyahut cepat-cepat. Terlalu cepat" "Saya kira saya
akan menikmati kerja sama ini." Ia terdiam sejenak. "Bolehkah saya
menanyakan sesuatu?"
"Tentu." "Apa bintang Anda?"
"Virgo." Setelah Oliver Russel pergi, Leslie segera menuju ke ruang kerja Jim
Bailey. "Aku suka dia," ia berkata. "Dia tulus. Dan benar-benar peduli. Dia pantas menjadi gubernur."
Jim menatapnya sambil mengerutkan kening. "Tugas ini tak semudah yang
kaubayangkan." Leslie membalas tatapannya dengan heran. "Oh" Kenapa?"
Bailey mengangkat bahu. "Entahlah. Ada sesuatu yang membuatku
bingung. Kau sempat melihat Russel pada semua bil board dan di TV?"
"Ya." "Nah, itu sudah berhenti."
"Aku tak mengerti. Kenapa?"
"Sebabnya tak jelas. Tapi belakangan ini banyak selentingan aneh. Antara
lain bahwa seseorang yang semula mendukung Russel dan membiayai
kampanyenya tiba-tiba menarik diri, entah kenapa."
"Di tengah-tengah kampanye yang berjalan begitu lancar" Itu tidak masuk
akal, Jim." "Aku tahu." "Kenapa dia mendatangi kita?"
"Dia benar-benar menginginkan ini. Kelihatannya dia ambisius. Dan dia
merasa sanggup mengubah keadaan. Dia ingin agar kita menyusun
kampanye yang tidak makan banyak biaya. Dia tak mampu membeli waktu
siaran atau memasang iklan baru. Yang bisa kita lakukan untuk dia cuma
mencari kesempatan wawancara, mengatur artikel di koran, hal-hal seperti
itulah." Ia menggeleng. "Gubernur Addison tetap mengeluarkan uang banyak
untuk berkampanye. Akibatnya, posisi Russel dalam jajak pendapat turun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terus selama dua minggu terakhir. Sayang sekali. Dia pengacara hebat.
Sering memberi konsultasi gratis. Seharusnya dia mampu menjadi gubernur
yang baik." Malam itu Leslie menorehkan catatan pertama dalam buku hariannya yang
baru. Dear Diary: Tadi pagi aku bertemu dengan pria yang akan menikah
denganku. Leslie Stewart mengalami masa kanak-kanak yang menyenangkan. Sejak
kecil ia luar biasa cerdas. Ayahnya dosen bahasa Inggris di Lexington Com-
munity Col ege, dan ibunya mengurus rumah tangga mereka. Ayah Leslie pria
yang tampan. Ia seorang intelektual yang berasal dari kalangan atas. Ia
sangat memperhatikan keluarga, dan selalu mengajak mereka berlibur
bersama. Leslie merupakan kebanggaan ayahnya. "Kau anak Daddy,"
ayahnya sering berkata. Ayahnya tak bosan-bosannya menyinggung soal
kecantikannya, dan setiap kali memuji nilai sekolahnya, perilakunya, teman-
temannya. Di mata ayahnya, Leslie tidak mungkin berbuat salah. Untuk ulang
tahunnya yang kesembilan, Leslie mendapat gaun beludru cokelat yang indah
sekali, dengan ujung lengan berhiaskan renda. Ia sering diminta memakai
gaun itu, dan ayahnya selalu memamerkannya ketika teman-temannya ber-
tamu. "Dia cantik sekali, ya?" ayahnya selalu berkata.
Leslie memujanya. Suatu pagi, kira-kira setahun kemudian, kehidupan Leslie yang serba ndah
mendadak hancur, dalam sekejap saja. Ibunya berlinangan air mata ketika
menyuruh Leslie duduk. "Sayang, ayahmu... ayahmu meninggalkan kita."
Mula-mula Leslie tidak mengerti. "Kapan Daddy pulang?"
"Dia takkan pulang."
Dan setiap kata terasa bagaikan tikaman belati.
Daddy pergi gara-gara Mom. pikir Leslie. la kasihan pada ibunya, sebab
sekarang bakal terjadi perceraian dan perebutan atas hak asuh. Leslie yakin
ia takkan ditinggalkan oleh ayahnya. Itu tidak mungkin. Daddy akan
menjemputku, ia berkata dalam hati.
Namun minggu demi minggu berlalu, dan ayahnya belum muncul juga.
Daddy pasti dilarang datang ke sini, Leslie menyimpulkan. Mom mau
membalas dendam. Dari bibinya yang sudah berumurlah Leslie akhirnya mengetahui keadaan
sesungguhnya. Takkan ada perebutan hak asuh. Ayah Leslie jatuh cinta pada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
janda yang mengajar di universitas, dan kemudian pindah ke rumah wanita
itu di Limestone Street. Suatu hari, ketika mereka sedang berbelanja, ibu Leslie menunjukkan
rumah tersebut. "Di situlah mereka tinggal," katanya getir.
Leslie memutuskan mengunjungi ayahnya. Kalau Daddy melihatku,
pikirnya, dia pasti mau pulang.
Suatu hari Jumat, seusai sekolah, Leslie mendatangi rumah di Limestone
Street itu dan menekan bel. Seorang gadis sebaya Leslie membuka pintu. Ia
mengenakan gaun beludru cokelat dengan ujung lengan berhiaskan renda.
Leslie menatapnya sambil membelalakkan mata.
Gadis cilik itu membalas tatapannya sambil mengerutkan kening. "Kau
siapa?" Leslie langsung kabur. Sepanjang tahun berikutnya, Leslie mendampingi ibunya yang semakin
menutup diri. Semangat hidup ibunya telah padam. Semula Leslie
menganggap ungkapan "meninggal karena patah hati" tidak lebih daripada
serangkaian kata tak bermakna, tapi akhirnya ia berubah pikiran. Tanpa
dapat berbuat apa-apa ia menyaksikan ibunya semakin layu dan akhirnya
meninggal. Setiap kali ditanya tentang penyebab kematian ibunya. Leslie
selalu menjawab, "Mom meninggal karena patah hati."
Dan Leslie pun bertekad bahwa takkan ada pria yang bisa
memperlakukannya seperti itu.
Setelah kematian ibunya, Leslie pindah ke rumah bibinya. Ia masuk Bryan
Station High School, dan beberapa tahun kemudian lulus dari University of
Kentucky dengan predikat summa cum laude. Pada tahun terakhirnya di
col ege, ia terpilih sebagai ratu kecantikan, dan menolak berbagai tawaran
untuk dijadikan foto model.
Dua kali Leslie menjalin hubungan asmara, pertama dengan sesama
mahasiswa yang merupakan bintang tim footbal , kemudian dengan dosen
mata kuliah ekonomi. Tapi keduanya tidak bertahan lama. Ia segera bosan,
karena pasangannya tidak mampu mengimbangi kecerdasannya.
Beberapa saat sebelum Leslie lulus, bibinya meninggal. Leslie
menyelesaikan kuliahnya, lalu melamar pekerjaan di perusahaan periklanan
dan humas Bailey & Tomkins. Perusahaan tersebut berkantor di Vine Street,
di bangunan batu bata berbentuk U dengan atap tembaga dan air mancur di
halaman. Jim Bailey, yang merupakan mitra senior, membaca surat lamaran Leslie


Rencana Paling Sempurna The Best Laid Plans Karya Shidney Sheldon di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sambil mengangguk-angguk. "Cukup mengesankan. Kau beruntung. Kami
memang membutuhkan sekretaris."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sekretaris" Sebenarnya saya..."
"Ya?" "Tidak apa-apa."
Sebagai sekretaris, Leslie antara lain bertugas membuat notulen semua
rapat. Tapi sambil mencatat, ia terus memutar otak dan memikirkan cara
untuk menyempurnakan kampanye iklan yang sedang dibahas. Suatu pagi.
salah satu account executive berkata, "Aku sudah mendapatkan logo yang
cocok sekali untuk account Rancho Beef Chili. Pada labelnya, kita perlihatkan
gambar koboi yang sedang menjerat sapi. Ini mengisyaratkan daging segar,
dan..." Ide buruk, pikir Leslie. Serta-merta semua peserta rapat menoleh padanya,
dan Leslie pun baru sadar bahwa ia telah bicara keras-keras.
"Tolong jelaskan maksudmu, Nona!"
"Saya..." Leslie tersipu-sipu. Tapi semua orang menunggu penjelasannya.
Ia menarik napas dalam-dalam. "Kalau orang makan daging, mereka tak
ingin di ngatkan bahwa mereka sedang menyantap binatang yang sudah
mati." Ruang rapat langsung hening. Jim Bailey berdeham. "Barangkali ada
baiknya kalau urusan logo ini kita pertimbangkan lagi."
Minggu berikutnya, dalam rapat untuk menyusun strategi pemasaran
sabun kecantikan baru, salah satu executive berkata, "Kita akan
menampilkan sejumlah pemenang kontes kecantikan."
"Maaf," Leslie langsung angkat bicara, "saya rasa cara itu sudah pernah
digunakan. Kenapa kita tak menampilkan pramugari cantik dari seluruh
dunia, untuk memperlihatkan sabun kecantikan kita universal?"
Dalam rapat-rapat selanjutnya, Leslie semakin sering dimintai pendapat.
Setahun kemudian ia menduduki posisi junior copywriter, dan dua tahun
setelah itu ia diangkat sebagai account executive yang menangani periklanan
dan humas. *** Oliver Russel adalah tantangan berat pertama yang dihadapi Leslie selama
bekerja di Bailey & Tomkins. Dua minggu setelah Oliver Russel mendatangi
mereka, Bailey mengusulkan kepada Leslie untuk melepaskan account
tersebut, sebab Russel tidak sanggup membayar biaya yang lazim mereka
peroleh. Tapi Leslie membujuk atasannya untuk mempertahankan account
itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Anggap saja cuma-cuma," ia berkata.
Bailey mengamatinya sejenak. "Oke."
Leslie dan Oliver Russel duduk di bangku di Triangle Park. Udara musim
gugur terasa dingin, dan angin berembus pelan dari arah danau. "Aku benci
politik," ujar Oliver Russel .
Leslie langsung menoleh dan menatapnya dengan heran. "Kalau begitu
kenapa kau...?" "Karena aku ingin membuat perubahan, Leslie. Dunia politik dewasa ini
telah diambil alih para pelobi dan perusahaan-perusahaan besar. Mereka
membantu orang-orang yang keliru meraih kekuasaan, selanjutnya
menggunakan orang-orang itu sebagai boneka. Banyak hal yang ingin
kulakukan." Suaranya berapi-api. "Tokoh-tokoh yang menjalankan negeri ini
telah menjadi semacam kelompok eksklusif. Mereka menempatkan
kepentingan pribadi di atas kepentingan rakyat. Ini tak benar, dan aku akan
berusaha memperbaikinya." Leslie menyimak setiap ucapan yang keluar dari
mulut Oliver, dan dalam hati berkata, Dia pasti sanggup. Pria itu memiliki
pesona yang luar biasa. Belum pernah Leslie mengalami perasaan seperti
sekarang terhadap pria. Namun ia tidak bisa menduga bagaimana perasaan
Oliver terhadap dirinya. Brengsek, sikapnya selalu begitu sopan. Leslie
merasa bahwa setiap beberapa menit ada saja orang yang menghampiri
mereka untuk bersalaman dengan Oliver. Para wanita secara terang-terangan
memelototi Leslie. Kemungkinan besar mereka semua sudah pernah
berkencan dengannya, Leslie berkata dalam hati. Kemungkinan besar mereka
semua sudah pernah naik ke ranjang dengannya. Hmm, itu bukan urusanku.
Leslie sempat mendengar desas-desus bahwa hubungan Russel dengan
putri seorang senator kandas baru-baru ini. Ia pun bertanya-tanya apa yang
terjadi. Tapi itu juga bukan urusanku.
Tak seorang pun dapat menyangkal bahwa kampanye Oliver berjalan
buruk. Tanpa uang untuk membayar stafnya, dan tanpa iklan TV. radio,
maupun koran, ia tidak mungkin bersaing dengan Gubernur Cary Addison,
yang seakan-akan tampil di mana-mana. Leslie mengatur kunjungan Oliver
ke berbagai piknik perusahaan, ke pabrik-pabrik, dan ke lusinan kegiatan
sosial, namun ia sadar bahwa semuanya itu tidak banyak artinya. Ia mulai
frustrasi. "Sudah lihat hasil jajak pendapat terakhir?" Jim Bailey bertanya pada
Leslie. "Kelihatannya jagoanmu semakin tenggelam."
Belum tentu, pikir Leslie.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Leslie dan Oliver bersantap malam di Cheznous. Mereka sudah semakin
akrab. "Kelihatannya ini tak berhasil, ya?" Oliver bertanya dengan nada
pasrah. "Masih banyak waktu," sahut Leslie menenangkannya. "Kalau para pemilih
sudah lebih mengenalmu..."
Oliver menggeleng. "Aku juga membaca hasil jajak pendapat. Tapi aku
tetap menghargai segala sesuatu yang telah kaulakukan untukku. Usahamu
benar-benar luar biasa."
Leslie menatapnya sambil membisu. Dalam hati ia berkata, Dia pria paling
menyenangkan yang pernah kutemui, dan aku tak bisa menolongnya.
Rasanya ia ingin memeluk Oliver dan menghiburnya. Menghiburnya" Yang
benar saja! Ketika mereka bersiap-siap pulang, sepasang pria dan wanita beserta dua
gadis cilik menghampiri meja mereka.
"Oliver! Apa kabar?" Pria itu berusia empat puluhan. Ia tampan, dan
memakai tutup mata hitam yang membuatnya kelihatan seperti bajak laut
yang ramah. Oliver berdiri dan bersalaman dengannya. "Halo, Peter. Perkenalkan, ini
Leslie Stewart. Leslie. Peter Tager."
"Halo, Leslie." Tager mengangguk ke arah keluarganya. "Ini istriku, Betsy,
ini Elizabeth, dan ini Rebecca." Nada suaranya penuh kebanggaan.
Peter Tager berpaling kembali kepada Oliver. "Aku benar-benar menyesali
kejadian itu. Wah, sayang sekali. Sebenarnya aku tak ingin melakukannya,
tapi tak ada pilihan lain."
"Aku mengerti, Peter."
"Kalau saja ada yang bisa kulakukan waktu itu..."
"Sudahlah, aku tak apa-apa."
"Semoga kau berhasil."
Dalam perjalanan pulang, Leslie bertanya, "Ada apa sebenarnya?"
Oliver hendak menjawab, tapi kemudian berubah pikiran. "Tak ada apa-
apa." Leslie tinggal di apartemen satu kamar yang rapi di kawasan Brandywine di
Lexington. Ketika mereka mendekati apartemen itu, Oliver berkata ragu-ragu,
"Leslie, aku tahu kantormu tak mendapat keuntungan dari kampanyeku, tapi
terus terang, kurasa kau hanya membuang-buang waktu. Mungkin lebih baik
kalau aku mundur saja."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan," sahut Leslie. Ia sendiri kaget mendengar nada suaranya yang
begitu tegas. "Kau tak boleh mundur. Kita akan mencari jalan supaya kau
bisa berhasil." Oliver menoleh kepadanya. "Kau benar-benar peduli, ya?"
Mungkinkah pertanyaan ini punya arti lain" "Ya, aku benar-benar peduli."
Mereka tiba di apartemennya, dan Leslie menarik napas dalam-dalam.
"Mau masuk sebentar?"
Oliver mengamati wajahnya. "Ya."
Sesudah itu, Leslie tidak tahu siapa yang mulai lebih dulu. Ia hanya ingat
bahwa mereka saling membuka pakaian, dan tahu-tahu mereka sudah
berpelukan dan bercinta dengan menggebu-gebu. Leslie tidak sadar akan
keadaan di sekelilingnya, tapi akhirnya ia merasakan tubuhnya seakan-akan
meleleh dengan irama yang kian memuncak dan tak mengenal waktu. Belum
pernah ia dilanda perasaan seindah ini.
Mereka bersama-sama sepanjang malam dalam suasana yang penuh
keajaiban. Oliver tak terpuaskan, menuntut sekaligus memberi, dan seolah-
olah tak kenal lelah. Ia bagaikan binatang buas. Dan Leslie berkata dalam
hati, Oh, ya Tuhan, aku juga.
Pagi pun tiba, sambil menikmati sarapan jus jeruk, telur orak-arik, roti
panggang, dan bacon, Leslie berkata, "Jumat besok ada piknik di Green River
Lake, Oliver. Yang diundang cukup banyak. Akan kuatur supaya kau bisa
berpidato di sana. Lalu kita pasang iklan di radio agar semua orang tahu kau
akan hadir. Setelah itu..."
"Leslie," Oliver menyela, "sisa dana kampanyeku tak cukup."
"Oh, jangan kuatir soal itu," sahut Leslie ringan. "Biar kantor saja yang membayarnya."
Ia tahu kantornya takkan mau mengeluarkan Liang untuk kampanye Oliver
Russel . Ia bermaksud membayarnya dari kantong sendiri. Ia akan mem-
beritahu Jim Bailey bahwa uang itu disumbangkan oleh pendukung Russel .
Dan ia tidak bohong. Aku mau melakukan apa pun untuk membantunya, katanya dalam hati.
Piknik di Green River Lake dihadiri oleh dua ratus orang, dan Oliver
membuktikan diri sebagai orator ulung.
"Setengah penduduk negeri ini tidak, menggunakan hak pilih mereka." ia
berkata. "Tingkat partisipasi di Amerika Serikat paling rendah di antara
negara-negara industri"kurang dari lima puluh persen. Jika Anda ingin agar
keadaan berubah, Anda mempunyai tanggung jawab untuk membuka jalan
bagi perubahan. Ini bukan sekadar tanggung jawab, melainkan hak istimewa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pemilihan umum sudah di ambang pintu. Apakah Anda akan memilih saya
atau lawan saya. yang penting jangan sia-siakan hak Anda. Datanglah ke
tempat pemungutan suara."
Tepuk tangan membahana. Leslie menyusun jadwal yang padat untuk Oliver. Laki-laki itu menghadiri
pembukaan klinik anak-anak sebagai tamu kehormatan, meresmikan jembat-
an, berbicara di hadapan berbagai perkumpulan wanita dan serikat pekerja,
tampil di acara-acara amal, serta mengunjungi sejumlah panti werda. Jika
sedang tidak berkampanye, ia dan Leslie selalu mencuri-curi waktu untuk
berduaan saja. Mereka naik kereta kuda di Triangle Park, menghabiskan
Sabtu sore di Antique Market, dan makan malam di A la Lucie. Oliver
memberi Leslie bunga pada Groundhog Day dan pada peringatan Battle of
Bul Run. Ia juga meninggalkan pesan-pesan romantis pada mesin penerima
telepon Leslie, "Sayang... di mana kau" Aku rindu, rindu, rindu."
"Aku tergila-gila pada mesin penerima teleponmu. Suaranya begitu seksi."
"Seharusnya orang dilarang sebahagia aku. Aku cinta padamu."
Leslie tidak peduli ke mana ia dan Oliver pergi: yang penting mereka bisa
bersama-sama. Salah satu kegiatan paling mendebarkan yang mereka lakukan adalah
berperahu di Russel Fork River pada suatu hari Minggu. Mula-mula sungai itu
masih mengalir tenang, tapi tak lama kemudian mereka memasuki celah
sempit di antara dua bukit, dan petualangan sesungguhnya pun dimulai.
Arusnya semakin deras, airnya menderu-deru. Mereka terbanting-banting,
terhadang jeram demi jeram. Setiap kali mereka serasa terjun bebas: satu
selengah meter... dua meter... tiga meter... sambung-menyambung.
Perjalanan mereka makan waktu tiga setengah jam, dan ketika turun dari
perahu karet, keduanya basah kuyup dan bersyukur masih hidup. Api asmara
mereka semakin berkobar. Mereka hercinta di pondok peristirahatan, di
bangku belakang mobil, di tengah hutan.
Suatu malam di awal musim gugur, Oliver menyiapkan makan malam di
rumahnya yang asri di Versail es, kota kecil di dekat Lexington. Ia memasak
steak yang telah direndam dalam saus kecap, bawang putih, dan rempah-
rempah, kemudian menghidangkannya dengan kentang panggang, salad,
dan sebotol anggur merah.
"Kau benar-benar hebat, Sayang," Leslie memuji sambil menyandarkan
kepala ke pundak Oliver. "Bukan hanya untuk urusan memasak, tapi dalam
segala hal." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih, Manis." Oliver teringat sesuatu. "Aku punya kejutan
untukmu, dan aku ingin kau mencobanya." Ia masuk ke kamar tidur, lalu
keluar lagi sambil membawa botol kecil berisi cairan bening.
"Ini dia," katanya.
"Apa itu?" "Kau tahu Ecstasy?"
"Tahu" Itulah yang sedang kualami sekarang!"
"Maksudku, obat yang dinamakan Ecstasy. Ini Ecstasy cair. Kata orang, ini
obat perangsang yang ampuh."
Leslie mengerutkan kening. "Sayang... kau tak membutuhkannya. Kita tak
membutuhkannya. Mungkin saja berbahaya." Ia terdiam sejenak. "Kau sudah
sering memakainya?" Oliver tertawa. "Terus terang, belum. Hei, jangan cemberut begitu. Ini
pemberian temanku. Dia menyuruhku mencobanya. Ini baru pertama kali."
"Lebih baik jangan," ujar Leslie. "Lebih baik obat itu kaubuang saja."
"Kau benar. Biar kubuang saja." Oliver masuk ke kamar mandi, dan sesaat
kemudian Leslie mendengar bunyi toilet diguyur. Oliver muncul kembali.
"Beres." Ia tersenyum lebar. "Siapa yang butuh Ecstasy dalam botol" Aku
punya kemasan yang lebih hebat."
Dan langsung saja ia memeluk Leslie.
Kebahagiaan yang kini dirasakan Leslie jauh melampaui kebahagiaan yang
tergambar dalam kisah-kisah asmara maupun lagu-lagu cinta. Dulu ia
meremehkan lirik romantis sebagai omong kosong sentimental, sebagai
impian muluk semata-mata. Sekarang ia telah berubah pikiran. Dunia tiba-
tiba terkesan lebih cerah, lebih indah. Segala sesuatu seakan-akan mendapat
sentuhan keajaiban, dan keajaiban itu adalah Oliver Russel .
Suatu Sabtu pagi, Oliver dan Leslie berjalan-jalan di Breaks Interstate Park
sambil mengagumi pemandangan menakjubkan di sekeliling mereka.
"Aku belum pernah menempuh jalur ini," ujar Leslie.
"Kau pasti akan menikmatinya."
Mereka mendekati tikungan tajam. Ketika mereka melewatinya. Leslie
mendadak berhenti. Ia terhengong-bengong. Di tengah jalan setapak
terdapat papan penunjuk dengan tulisan tangan berbunyi: LESLIE, MAUKAH
KAU MENIKAH DENGANKU"
Jantung Leslie mulai berdegup kencang. Ia berpaling pada Oliver, namun
tak sanggup berkata apa-apa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Oliver mendekapnya. "Maukah kau?"
Bagaimana mungkin aku begitu beruntung" Leslie bertanya-tanya. Ia
memeluk Oliver erat-erat dan berbisik, "Ya, Sayang. Tentu saja aku mau."
"Sayangnya aku tak bisa berjanji kau akan menikah dengan gubernur, tapi
aku pengacara yang lumayan hebat."
Leslie bersandar pada Oliver dan berbisik, "Itu sudah cukup untukku."
Beberapa malam kemudian. Leslie sedang bersiap-siap menemui Oliver di
restoran ketika Oliver menelepon.
"Sayang, aku menyesal sekali, tapi aku punya kabar buruk. Aku harus
menghadiri pertemuan malam ini, dan aku terpaksa membatalkan acara kita.
Maukah kau memaafkanku?"
Leslie tersenyum dan menjawab lembut, "Kau sudah kumaafkan."
Keesokan harinya, Leslie membeli harian State Journal. Judul utamanya
berbunyi: MAYAT WANITA DITEMUKAN DI KENTUCKY RIVER.
Selanjutnya dilaporkan: "Tadi pagi mayat wanita berusia dua puluhan
ditemukan polisi dalam keadaan tanpa busana di Kentucky River sekitar lima
belas kilometer sebelah timur Lexington. Penyebab kematiannya kini masih
diselidiki...." Leslie merinding ketika membaca artikel tersebut. Kasihan, dia masih
begitu muda. Apakah dia punya kekasih" Atau suami" Aku harus bersyukur,
karena aku masih hidup dan begitu bahagia dan dicintai.
Sepertinya seluruh Lexington asyik membahas pernikahan yang sudah di


Rencana Paling Sempurna The Best Laid Plans Karya Shidney Sheldon di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ambang pintu. Lexington kota kecil, dan Oliver Russel tokoh populer. Mereka
pasangan serasi. Oliver gagah dan tampan, Leslie cantik dan menawan.
Berita itu menyebar cepat.
"Moga-moga dia sadar betapa beruntungnya dia," Jim Bailey berkomentar
tentang Oliver. Leslie tersenyum. "Kami sama-sama beruntung."
"Kalian akan menikah tamasya?"
"Tidak. Oliver menginginkan upacara formal. Kami akan menikah di Calvary
Chapel." "Kapan tanggal berbahagia itu?"
"Enam minggu dari sekarang."
Beberapa hari kemudian, salah satu artikel di halaman pertama State
Journal berisi laporan sebagai berikut: "Autopsi terhadap wanita muda yang
ditemukan tewas di Kentucky Kiver menunjukkan bahwa korban meninggal
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akibat kelebihan dosis obat terlarang yang dikenal sebagai Ecstasy cair.
Korban di dentifikasi sebagai Lisa Burnette, sekretaris bidang hukum...."
Ecstasy cair. Leslie teringat malam di rumah Oliver. Dan dalam hati ia
berkata. Untung saja Oliver membuang botol itu.
Minggu-minggu berikutnya diwarnai hiruk-piruk persiapan pernikahan
mereka. Begitu banyak yang dikerjakan. Undangan harus dikirim kepada dua
ratus orang. Leslie memilih gadis pengiring dan sekaligus menentukan
pakaiannya: gaun balerina dengan sepatu dan sarung tangan yang serasi.
Untuk dirinya sendiri, Leslie membeli di Fayette Mali di Nicholasvil e Road.
Pilihannya jatuh pada gaun panjang menyentuh lantai dengan rok me-
ngembang dan kerudung panjang, sepatu yang serasi dengan gaun itu, serta
sarung tangan panjang. Oliver memesan tuksedo hitam dengan celana bermotif garis, rompi abu-
abu, kemeja putih, dan dasi bergaris. Sebagai pendamping ia memilih salah
satu pengacara dari kantornya.
"Semuanya sudah siap," Oliver berkata kepada Leslie. "Aku juga sudah
mengatur resepsi sehabis upacara. Hampir semuanya bisa datang."
"Aku sudah tak sabar, sayangku," sahut Leslie.
Malam Jumat, seminggu sebelum pernikahan mereka, Oliver datang ke
apartemen Leslie. "Aku ada urusan mendadak, Leslie. Salah satu klienku mengalami masalah.
Aku harus terbang ke Paris untuk meluruskannya."
"Ke Paris" Sampai kapan?"
"Sekitar dua atau tiga hari, paling lama empat hari. Jangan kuatir."
"Suruh si pilot berhati-hati."
"Tentu." Setelah Oliver pergi, Leslie meraih koran yang tergeletak di atas meja dan
membuka kolom horoskop Zoltaire.
LEO (23 JULI SAMPAI DENGAN 22 AGUSTUS). INI BUKAN HARI YANG BAIK
UNTUK BERUBAH RENCANA. RISIKO YANG ANDA AMBIL MUNGKIN
MEMBAWA MASALAH SERIUS. Leslie langsung waswas. Sekali lagi ia membaca horoskop itu. Hampir saja
ia menelepon Oliver dan memintanya membatalkan keberangkatannya. rapi
itu tidak masuk akal, pikirnya. Ini hanya ramalan konyol.
Sampai hari Senin, Leslie belum juga mendapat kabar dari Oliver. Ia
menghubungi kantor Oliver, lapi staf kantornya pun tidak mempunyai
informasi yang dapat disampaikan. Hari Selasa tetap belum ada kabar. Leslie
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mulai panik. Sekitar pukul empat pagi hari Rabu ia dibangunkan dering
telepon. Ia langsung duduk di tempat tidur. Pasti Oliver! Akhirnya, katanya
dalam hati. Ia tahu seharusnya ia marah karena Oliver tidak
menghubunginya lebih cepat, tapi itu sudah tak penting.
Ia mengangkat gagang telepon. "Oliver..."
Sebuah suara pria berkata, "Ini Leslie Stewart?"
Leslie langsung merinding. "S-siapa ini?"
"Al Towers, Associated Press. Kami punya berita yang siap diturunkan, Miss
Stewart, dan kami ingin mengetahui reaksi Anda."
Pasti ada sesuatu. Oliver meninggal. "
"Miss Stewart?"
"Ya." Suaranya seakan-akan tersangkut di tenggorokan.
"Apakah kami bisa mendapatkan komentar Anda?"
"Komentar?" "Tentang pernikahan Oliver Russel dengan putri Senator Todd Davis di
Paris." Sejenak kamar tidurnya serasa berputar-putar.
"Anda dan Mr. Russel bertunangan, bukan" Kalau kami bisa mendapatkan
komentar Anda..." Leslie termangu-mangu, bagaikan patung.
"Miss Stewart?"
la tersentak kaget. "Ya. S-saya ucapkan selamat kepada kedua mempelai."
Ia meletakkan gagang telepon. Ini semua hanya mimpi buruk. Beberapa
menit lagi ia akan terbangun dan menyadari bahwa ia hanya bermimpi.
Tapi ini bukan mimpi. Sekali lagi ia dicampakkan. "Ayahmu takkan
kembali." Ia masuk ke kamar mandi dan menatap wajahnya yang pucat di
cermin. "Kami punya berita yang siap diturunkan." Oliver menikah dengan
wanita lain. Kenapa" Apa salahku" Apa yang kulakukan sehingga Oliver
begitu kecewa padaku" Tapi dalam lubuk hatinya ia yakin bahwa ia tidak
bersalah. Oliver telah pergi. Leslie tidak tahu bagaimana ia bisa menghadapi
masa depan. Ketika Leslie tiba di kantor pagi itu, semua orang berusaha keras untuk
tidak menoleh padanya. Ia masuk ke ruang kerja Jim Bailey.
Bailey menatap wajah Leslie yang pucat pasi, lalu berkata, "Seharusnya
kau jangan masuk hari ini. Leslie. Lebih baik kau pulang saja dan..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Leslie menarik napas dalam-dalam. "Tidak perlu, terima kasih. Aku tak apa-
apa." Siaran berita TV dan radio serta liputan koran-koran sore diwarnai detail-
detail pernikahan yang berlangsung di Paris itu. Senator Todd Davis tak pelak
lagi salah satu warga Kentucky yang paling berpengaruh, dan kabar tentang
pernikahan putrinya dengan pria yang sebenarnya sudah bertunangan
dengan wanita lain merupakan berita besar.
Pesawat telepon di ruang kerja Leslie berdering tanpa henti.
"Saya dari Courier-Journal, Miss Stewart. Apakah Anda bersedia
memberikan komentar tentang pernikahan itu?"
"Ya. Yang paling penting bagi saya hanya kebahagiaan Oliver Russel ."
"Tapi Anda dan Mr. Russel sudah berencana..."
"Pernikahan kami akan merupakan kesalahan. Putri Senator Davis lebih
dulu hadir dalam hidupnya. Tampaknya Oliver Russel memang belum bisa
melupakannya. Saya mengucapkan selamat kepada mereka berdua."
"Ini harian State Journal di Frankfurt..."
Dan begitu seterusnya. Leslie mendapat kesan bahwa setengah warga Lexington merasa kasihan,
sementara setengahnya lagi justru mensyukuri kejadian yang menimpanya.
Ke mana pun ia pergi, ia selalu disambut bisik-bisik dan percakapan yang
terhenti di tengah jalan. Namun ia telah bertekad untuk tidak menunjukkan
perasaannya. "Bagaimana mungkin kau menerima perlakuan seperti...?"
"Kalau kita sungguh-sungguh mencintai seseorang," kata Leslie tegas, "kita
menginginkan dia berbahagia. Oliver Russel manusia paling baik yang
pernah kukenal. Aku berharap keduanya berbahagia."
Leslie mengirim ucapan minta maaf kepada semua orang yang sempat
diundang, dan mengembalikan semua hadiah yang telanjur diterimanya.
Leslie masih mengharapkan kabar dari Oliver, meskipun dengan perasaan
yang bercampur baur. Namun ketika Oliver benar-benar menelepon, Leslie
tetap tidak siap. Ia terkejut mendengar suara yang begitu akrab di
telinganya. "Leslie... aku tak tahu harus berkata apa."
"Jadi berita itu benar?"
"Ya." "Berarti tak ada lagi yang perlu dikatakan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku hanya ingin menjelaskan duduk perkara sebenarnya. Sebelum kita
bertemu, Jan dan aku sudah hampir bertunangan Dan ketika aku melihatnya
lagi... aku... aku sadar aku masih mencintainya."
"Aku mengerti, Oliver. Goodbye."
Lima menit kemudian, Leslie dihubungi oleh sekretarisnya. "Ada telepon
untuk Anda di saluran satu, Miss Stewart."
"Aku tak mau bicara dengan..."
"Dari Senator Davis."
Ayah sang mempelai wanita. Ada apa dia meneleponku" Leslie bertanya-
tanya. Ia mengangkat gagang telepon.
Sebuah suara berat berkata, "Miss Stewart?"
Mendengar logatnya, orang itu berasal dari kawasan selatan Amerika
Serikat. "Ya." "Ini Todd Davis. Saya rasa Anda dan saya perlu bicara."
Leslie terdiam sejenak. "Senator, saya tidak bisa membayangkan apa..."
"Saya akan menjemput Anda sejam lagi." Sambungan telepon terputus.
Tepat sejam kemudian, sebuah limusin berhenti di muka gedung
perkantoran tempat Leslie bekerja. Seorang pengemudi berseragam
membukakan pintu mobil untuk Leslie. Senator Davis duduk di bangku
belakang. Penampilannya berwibawa, dengan rambut putih yang tebal dan
kumis rapi. Wajahnya keningratan. Di tengah musim gugur pun ia tetap
memakai setelan putih dan topi putih bertepi lebar yang telah menjadi ciri
khasnya. Ia sosok klasik dari abad yang telah berlalu, gentleman zaman
dulu dari daerah selatan.
Ketika Leslie naik ke mobil, Senator Davis berkata, "Anda menawan sekali."
"Terima kasih," sahut Leslie kaku.
Mereka mulai meluncur. "Bukan hanya dalam arti fisik, Miss Stewart. Saya
mendengar bagaimana Anda menangani masalah yang patut disesalkan ini.
Saya yakin ini sangat berat bagi Anda." Suaranya meninggi. "Apakah di
zaman sekarang moral sudah tak ada artinya" Terus terang, saya sangat
kecewa pada Oliver karena perlakuannya terhadap Anda. Dan saya juga
marah sekali pada Jan karena menikah dengan Oliver. Secara tak langsung,
saya merasa bersalah, karena Jan putri saya. Mereka pantas hidup bersama-
sama." Suaranya bergetar karena emosi.
Beberapa saat mereka sama-sama membisu. Ketika Leslie akhirnya angkat
bicara, ia berkata, "Saya kenal Oliver. Saya yakin dia tak bermaksud
menyakiti saya. Kejadian ini... terjadi begitu saja. Saya hanya menginginkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang terbaik untuknya. Oliver pantas berbahagia, dan saya takkan berbuat
apa pun untuk menghalanginya."
"Anda sangat murah hati." Senator Davis mengamatinya sejenak. "Anda
wanita muda yang luar biasa."
Limusin yang membawa mereka berhenti. Leslie memandang ke luar
jendela. Mereka telah tiba di Paris Pike, di Kentucky Horse Center. Di
Lexington dan sekelilingnya terdapat sekitar seratus peternakan kuda, dan
salah satu yang paling besar milik Senator Davis. Sejauh mata memandang
tampak pagar kayu yang dicat putih, lapangan rumput yang dibatasi pagar,
serta hamparan bluegrass Kentucky.
Leslie dan Senator Davis turun dari mobil dan menghampiri pagar yang
mengelilingi lintasan pacuan kuda. Mereka berdiri di dekat pagar sambil
menonton hewan-hewan indah itu berlatih.
Senator Davis berpaling kepada Leslie. "Saya orang sederhana," katanya
pelan. "Oh, saya tahu Anda tentu tak sependapat, tapi begitulah kenyata-
annya. Saya lahir di sini, dan saya betah melewatkan sisa hidup saya di sini.
Di seluruh dunia tidak ada tempat seperti ini. Silakan memandang berkeliling,
Miss Stewart. Bukankah ini seperti di surga" Salahkah saya kalau saya
enggan meninggalkan semuanya ini" Mark Twain pernah mengatakan ingin
berada di Kentucky saat kiamat tiba, karena Kentucky selalu tertinggal dua
puluh tahun. Saya terpaksa menghabiskan setengah hidup saya di
Washington, dan saya betul-betul merasa tersiksa."
"Kalau begitu, kenapa Anda melakukannya?"
"Karena saya merasa berkewajiban. Rakyat kita mendudukkan saya di
Senat, dan sebelum mereka berhenti mendukung saya, saya akan berada di
sana dan mencoba berbuat sebaik mungkin." Sekonyong-konyong ia
mengalihkan pembicaraan. "Saya ingin Anda tahu bahwa saya kagum
terhadap sikap Anda. Seandainya Anda bersikap lain, saya kira urusan ini bisa
berkembang menjadi skandal vang menghebohkan. Tapi dengan keadaan
seperti sekarang, hmm... saya ingin berbuat sesuatu sebagai ungkapan rasa
terima kasih saya." Leslie menatapnya tanpa berkata apa-apa.
"Saya pikir Anda mungkin ingin menyendiri beberapa waktu, berkunjung ke
luar negeri, misalnya, atau berjalan-jalan. Tentu saja, saya yang akan
menanggung semua..."
"Jangan." "Saya hanya..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya tahu. Saya belum pernah bertemu putri Anda, Senator Davis, tapi
kalau Oliver mencintainya, dia pasti wanita istimewa. Saya berharap mereka
akan bahagia bersama-sama."
Senator Davis tampak rikuh ketika melanjutkan, "Ada satu hal yang perlu
Anda ketahui. Mereka akan pulang kemari untuk menikah lagi. Di Paris,
mereka menikah di catatan sipil, tapi Jan menginginkan upacara gereja di
sini." Kata-kata itu tak ubahnya tikaman tepat ke jantung. "Hmm, begitu.
Baiklah. Mereka tak perlu kuatir."
"Terima kasih."
Pernikahan itu berlangsung dua minggu kemudian, di Calvary Chapel
tempat Leslie dan Oliver seharusnya menikah. Gereja itu dipadati undangan.
Oliver Russel , Jan, dan Senator Davis berdiri di hadapan pendeta di depan
altar. Jan Davis cantik dan berambut cokelat, dengan bentuk tubuh yang
mengagumkan dan penampilan ningrat.
Sang pendeta telah mendekati akhir upacara "Tuhan berfirman agar pria
dan wanita disatukan dalam ikatan perkawinan yang suci, dan saat kalian
menempuh hidup bersama-sama..."
Pintu gereja membuka, dan Leslie Stewart melangkah masuk. Sejenak ia
berhenti di depan pintu sambil mendengarkan ucapan sang pendeta. Ke-
mudian ia menuju ke baris paling belakang, namun tetap berdiri.
Sang pendeta berkata, "Jika ada yang mengetahui adanya halangan bagi
pasangan ini untuk disatukan dalam ikatan perkawinan suci, harap
mengatakannya sekarang atau..." Ia menoleh dan melihat Leslie. "...diam
selama-lamanya." Nyaris tanpa sadar semua orang menoleh kepada Leslie. Para tamu mulai
berbisik-bisik. Orang-orang menduga bahwa mereka akan menyaksikan
adegan dramatis, dan suasana di dalam gereja mendadak legang.
Si pendeta menunggu sejenak, lalu berdeham dengan gugup. "Kalau
begitu, berdasarkan wewenang yang dilimpahkan kepada saya, saya
menyatakan kalian resmi sebagai suami-istri." Suaranya jelas-jelas bernada
lega. "Mempelai pria dipersilakan mencium mempelai wanita."
Ketika sang pendeta menoleh lagi, Leslie sudah menghilang.
Catatan penutup dalam buku harian Leslie Stewart berbunyi:
Dear Diary: Upacara pernikahan mereka sungguh indah. Istri Oliver cantik
sekali. Ia memakai gaun pengantin beludru putih dengan hiasan renda. Oliver
kelihatan lebih tampan dari biasanya. Sepertinya dia sangat bahagia.
Syukurlah. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebab aku takkan diam sebelum berhasil membuatnya menyesal pernah
dilahirkan. 2 SENATOR TODD DAVIS-lah yang mengupayakan agar Oliver Russel rujuk
dengan Jan. Todd Davis hidup menduda. Ia kaya raya, memiliki perkebunan
tembakau, tambang batu bara, ladang minyak di Oklahoma dan Alaska, serta
peternakan kuda pacuan kelas dunia. Sebagai pemimpin mayoritas di Senat,
ia salah satu orang paling berkuasa di Washington, dan sudah lima kali
terpilih. Ia menganut falsafah hidup sederhana: Jangan lupakan budi baik,


Rencana Paling Sempurna The Best Laid Plans Karya Shidney Sheldon di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jangan pernah memaafkan aib. Ia membanggakan diri sebagai orang yang
jeli memilih calon juara, baik di arena pacuan maupun di panggung politik,
dan sejak awal ia telah menilai Oliver Russel sebagai pendatang baru
berpotensi besar. Kemungkinan bahwa Oliver akan menikah dengan putrinya
merupakan nilai tambah yang tak terduga, sampai Jan secara gegabah
memutuskan hubungan mereka. Dan ketika Senator Davis mendengar kabar
mengenai rencana pernikahan antara Oliver Russel dan Leslie Stewart, ia
langsung resah. Sangat resah.
Senator Davis pertama kali bertemu Oliver Russel ketika Oliver menangani
urusan hukum untuknya. Senator Davis terkesan. Oliver cerdas, tampan, dan
pandai berbicara. Selain itu, ia memiliki pesona yang membuat orang tertarik
padanya. Sang senator mulai mengundang Oliver bersantap siang secara
berkala. Oliver tidak sadar bahwa dirinya sedang diamati secara cermat.
Sebulan setelah berkenalan dengan Oliver, Senator Davis memanggil Peter
Tager. "Rasanya kita sudah menemukan gubernur berikutnya."
Tager pria tekun yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang religius.
Ayahnya guru sejarah, ibunya ibu rumah tangga, dan mereka rajin pergi ke
gereja. Ketika berusia sebelas tahun, Peter Tager bepergian naik mobil
bersama kedua orangtua dan adik laki-lakinya. Mereka mengalami
kecelakaan maut akibat kerusakan rem, dan satu-satunya yang selamat
adalah Peter, yang kehilangan sebelah mata.
Peter yakin bahwa ia dilindungi Tuhan agar dapat menyebarkan firman-
Nya. Peter lebih paham soal dinamika politik daripada siapa pun yang pernah
ditemui Senator Davis. Tager tahu persis di mana para pemilih berada, dan
bagaimana cara merangkul mereka. Ia dianugerahi indra keenam tentang
apa yang hendak didengar masyarakat dan apa yang telah dianggap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjemukan. Tapi yang lebih penting lagi bagi Senator Davis adalah bahwa
Peter Tager merupakan orang yang dapat dipercaya, orang yang memiliki
integritas. Ia disukai orang. Tutup mata hitam yang dikenakannya justru
membuat penampilannya semakin gagah. Tager menganggap keluarganya
lebih penting dari apa pun di dunia. Belum pernah Senator Davis bertemu
orang yang begitu membanggakan istri dan anak-anaknya.
Sebelum berkenalan dengan Senator Davis, Peter Tager sempat
mempertimbangkan untuk menjadi pendeta.
"Begitu banyak orang yang membutuhkan uluran tangan, Senator. Aku
ingin menolong mereka sebisa mungkin."
Tapi Senator Davis berhasil membuatnya berubah pikiran. "Bayangkan
betapa banyak orang yang bisa kautolong jika kau bekerja untukku di Senat
Amerika Serikat." Pilihannya tidak keliru. Tager tahu cara membereskan
masalah. "Orang yang kuinginkan sebagai gubernur adalah Oliver Russel ."
"Pengacara itu?"
"Ya. Dia punya bakat alam. Dengan dukungan kita, dia tak mungkin gagal."
"Kedengarannya menarik, Senator."
Dan mereka pun mulai membahas gagasan tersebut.
Senator Davis mengajak Jan berbicara mengenai Oliver Russel . "Anak itu
punya masa depan yang gemilang, Sayang."
"Tapi masa lalunya juga ramai, Ayah. Dia serigala paling buas di
Lexington." "Wah, Sayang, jangan percaya gosip. Ayah mengundang Oliver makan
malam di sini Jumat besok."
Acara makan malam berjalan lancar. Oliver tampil menawan, dan Jan pun
mulai tertarik padanya. Senator Davis terus memperhatikan mereka. Ia
sengaja mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang memberi kesempatan
pada Oliver untuk menampakkan sisi terbaiknya.
Saat berpamitan, Oliver diajak Jan menghadiri suatu acara makan malam
pada hari Sabtu. Mulai malam itu, keduanya tidak lagi berkencan dengan orang lain.
"Mereka akan segera menikah," Senator Davis meramalkan kepada Peter
Tager. "Sudah waktunya kampanye Oliver mulai bergulir."
Oliver diminta datang ke kantor Senator Davis.
"Aku ingin menanyakan sesuatu," ujar sang senator. "Kau berminat
menjadi gubernur Kentucky?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Oliver tampak terkejut. "Aku... aku belum pernah berpikir ke arah sana."
"Hmm, aku dan Peter Tager sudah memikirkannya. Masih ada waktu satu
tahun sampai pemilihan gubernur berikut. Berarti waktu kita lebih dari cukup
untuk memperkenalkanmu pada masyarakat. Dengan dukungan kami. kau
tak mungkin gagal." Dan Oliver tahu itu benar. Senator Davis orang yang sangat berkuasa. Ia
mengendalikan mesin politik yang sanggup menciptakan mitos atau meng-
hancurkan siapa pun yang menghalanginya.
"Kau harus memberikan komitmen penuh," sang senator mewanti-wanti.
"Tentu saja." "Aku punya kabar yang lebih baik lagi untukmu, Nak. Menurutku ini baru
langkah pertama. Jadilah gubernur selama satu atau dua periode, dan
kujamin Kau akan pindah ke Gedung Putih."
Oliver menelan ludah. "Kau... Kau serius?"
"Aku tak pernah bercanda mengenai hal-hal seperti ini. Kau tentu paham,
sekarang zaman televisi. Kau memiliki sesuatu yang tak bisa dibeli dengan
uang, yaitu karisma. Kau mampu membuat orang terpikat. Kau sungguh-
sungguh senang bergaul, dan itu kelihatan. Kau mempunyai kelebihan yang
sama seperti Jack Kennedy."
"Aku... aku tak tahu harus berkata apa, Todd."
"Memang tak perlu. Besok aku harus kembali ke Washington, tapi setelah
aku pulang, kita akan mulai bekerja."
Beberapa minggu kemudian, kampanye untuk jabatan gubernur pun
dimulai. Bil board dengan wajah Oliver bermunculan di seluruh Kentucky. Ia
tampil di televisi serta di rapat-rapat umum dan seminar-seminar politik.
Peter Tager mengadakan jajak pendapat rahasia yang memperlihatkan
bahwa popularilas Oliver meningkat dari minggu ke minggu. "Posisinya naik
lima poin lagi," ia melaporkan kepada Senator Davis. "Dia cuma tertinggal
sepuluh poin dari Gubernur Addison, dan waktu kita masih banyak. Dalam
beberapa minggu dia akan bisa unggul."
Senator Davis mengangguk. "Oliver akan menang. Itu sudah pasti."
Todd Davis dan Jan sarapan bersama. "Bagaimana" Dia sudah melamar?"
Jan tersenyum. "Dia belum bertanya langsung, tapi gelagatnya sudah
kelihatan." "Gelagat saja belum cukup. Dad ingin kalian menikah sebelum dia menjadi
gubernur. Segala sesuatu akan lebih mudah kalau sang gubernur sudah
beristri." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jan memeluk ayahnya. "Aku bersyukur sekali Ayah membawanya ke dalam
hidupku. Aku tergila-gila padanya."
Sang senator berseri-seri. "Asal kau bahagia, aku pun bahagia."
Semuanya berjalan lancar.
Keesokan malamnya, ketika Senator Davis tiba di rumah, Jan sedang
berkemas. Wajahnya berlinangan air mata.
Senator Davis menatapnya dengan waswas. "Ada apa. Sayang?"
"Aku mau pergi dari sini. Sampai mati aku tak mau melihat Oliver lagi!"
"Wah, nanti dulu! Apa maksudmu?"
Jan berpaling pada ayahnya. "Oliver." Nada suaranya getir. "Dia menginap
di motel bersama sahabat karibku. Perempuan jalang itu langsung
meneleponku untuk menceritakan betapa hebatnya Oliver di tempat tidur."
Sang senator terpana. "Barangkali temanmu itu cuma..."
"Aku sudah menelepon Oliver tadi. Dia... dia tak bisa menyangkal. Aku tak
bisa tinggal di sini. Aku akan ke Paris."
"Kau yakin kau..."
"Ya, aku yakin."
Dan keesokan paginya Jan telah pergi.
Senator Davis memanggil Oliver. "Aku kecewa sekali. Nak."
Oliver menarik napas dalam-dalam. "Aku sungguh menyesal, Todd. Aku...
aku khilaf. Semalam aku minum beberapa gelas dan wanita ini terus merayu
dan... ehm, aku sulit menolaknya."
"Aku mengerti." kata sang senator penuh simpati, bagaimanapun kau laki-
laki, kan?" Oliver tersenyum lega. "Begitulah. Tapi kujamin hal ini takkan terulang
lagi...." "Sayang sekali. Seharusnya kau bisa menduduki jabatan gubernur."
Oliver langsung pucat pasi. "Apa... apa maksudmu. Todd?"
"Begini, Oliver, dalam keadaan seperti sekarang, rasanya kurang pantas
kalau aku terus mendukungmu kan" Maksudku, mengingat perasaan Jan
dan..." "Apa hubungan jabatan gubernur dengan Jan?"
"Aku sudah sempat bercerita pada banyak orang ada kemungkinan
gubernur berikut menantuku. Tapi berhubung kau takkan jadi menantuku,
hmm, kelihatannya aku terpaksa menyusun rencana baru. kan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Todd, kau tak bisa..."
Senyum di wajah Senator Davis langsung lenyap. "Jangan lancang, Oliver.
Aku bisa mengangkatmu dan aku bisa menghancurkanmu!" Ia kembali ter-
senyum. "Jangan salah paham. Aku tidak mendendam padamu. Silakan cari
jalan sendiri. Semoga kau berhasil."
Sejenak Oliver duduk termangu-mangu. "Baiklah." Ia bangkit dari kursinya.
"Aku... aku menyesali semua ini."
"Aku juga. Oliver. Aku juga."
Setelah Oliver pergi, sang senator memanggil Peter Tager. "Kampanyenya
harus dihentikan." "Dihentikan" Kenapa" Kita sudah pasti menang. Hasil jajak pendapat
terakhir..." "Pokoknya, kerjakan saja. Batalkan semua penampilan Oliver. Dia sudah
tak masuk hitungan."
Dua minggu kemudian, berbagai jajak pendapat mulai memperlihatkan
penurunan popularitas Oliver Russel . Semua bil board-nya menghilang, dan
iklan-iklannya di TV dan radio dibatalkan.
"Gubernur Addison semakin melaju. Kita harus bergerak cepat kalau kita
masih mau mencari calon baru," ujar Peter Tager.
Senator Davis tampak termenung. "Masih ada waktu. Kita tunggu saja
perkembangan selanjutnya."
Beberapa hari setelah kejadian itulah Oliver Russel mendatangi kantor
Bailey & Tomkins untuk meminta mereka menangani kampanyenya. Jim
Bailey memperkenalkannya kepada Leslie Stewart. dan Oliver langsung
terpesona. Leslie bukan saja cantik, tapi juga cerdas dan penuh simpati dan
percaya padanya. Dari waktu ke waktu Oliver sempat merasakan keangkuhan
pada diri Jan, namun selama ini ia mengabaikannya. Leslie sama sekali
berbeda. Ia hangat dan berperasaan halus, sehingga tidaklah mengherankan
bahwa Oliver jatuh cinta padanya. Kadang-kadang Oliver memikirkan segala
sesuatu yang seharusnya dapat diraihnya, "...ini baru langkah pertama.
Jadilah gubernur selama satu atau dua periode, dan kujamin kau akan pindah
ke Gedung Putih." Persetan. Aku bisa bahagia tanpa semuanya itu. Oliver berusaha
meyakinkan diri. Namun sesekali ia tetap membayangkan segala kebaikan
yang seharusnya bisa diperolehnya.
Ketika tanggal pernikahan Oliver semakin dekat. Senator Davis memanggil
Tager. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Peter, kita ada masalah. Kita tak bisa membiarkan Oliver Russel menyia-
nyiakan kariernya dengan menikahi wanita itu."
Peter Tager mengerutkan kening. "Kelihatannya kita tak bisa berbuat apa-
apa. Senator. Tanggal pernikahan mereka sudah ditetapkan."
Senator Davis merenung sejenak. "Tapi lomba belum dimulai, kan?"
Ia menelepon putrinya di Paris. "Jan, aku punya berita buruk buatmu.
Oliver akan menikah."
Jan terdiam lama. "Aku... aku sudah dengar beritanya."
"Sayangnya, dia tak mencintai wanita ini. Aku sempat bicara dengan
Oliver. Katanya dia mau menikah untuk melupakanmu. Sebenarnya dia masih
mencintaimu." "Dia bilang begitu?"
"Ya. Seharusnya Oliver jangan mengambil tindakan nekat seperti itu. Tapi
secara tak langsung, kau memaksanya berbuat demikian. Dia betul-betul
hancur waktu kau meninggalkannya."
"Ayah, aku... aku tak tahu."
"Belum pernah aku melihat laki-laki yang begitu merana."
"Aku jadi serbasalah."
"Kau masih mencintainya?"
"Sampai kapan pun aku akan tetap mencintai Oliver. Aku telah membuat
kesalahan besar." "Hmm, mungkin belum terlambat."
"Tapi dia sudah mau menikah."
"Sayang, sebaiknya kita tunggu saja bagaimana perkembangan
selanjutnya. Siapa tahu Oliver akan sadar."
Setelah Senator Davis meletakkan pesawat telepon, Peter Tager berkata,
"Apa rencanamu, Senator?"
"Rencanaku?" Senator Davis berpura-pura heran. "Aku tak punya rencana
apa-apa. Aku hanya ingin mengembalikan keadaan seperti seharusnya. Rasa-
nya aku perlu bicara dengan Oliver."
Sore itu, Oliver Russel menghadap Senator Russel .
"Apa kabar, Oliver" Terima kasih kau meluangkan waktu untuk datang
kemari. Kau tampak sehat."
"Terima kasih. Todd. Kau juga."
"Begitulah. Umur boleh bertambah, tapi penampilan harus tetap dijaga."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau ingin bertemu aku, Todd?"
"Ya, Oliver. Duduklah."
Oliver menarik kursi. "Aku ingin minta bantuanmu untuk mengatasi masalah hukum di Paris.
Salah satu perusahaanku di sana mengalami kesulitan. Dalam waktu dekat
akan ada rapat pemegang saham, dan aku ingin kau menghadirinya."
"Dengan senang hati. Kapan rapat itu" Aku akan memeriksa jadwalku
dan..." "Kelihatannya kau harus berangkat sore ini."
Oliver menatapnya. "Sore ini?"
"Ini memang mendadak sekali. Aku sendiri baru saja diberitahu. Pesawatku
sudah menunggu di bandara. Bagaimana, kau bisa" Ini sangat penting
buatku." Oliver berpikir sejenak. "Aku akan mengusahakannya"
"Terima kasih, Oliver. Kau memang bisa diandalkan." la mencondongkan
badan ke depan. "Aku mengikuti perkembangan kampanyemu, dan terus
terang aku prihatin. Kau sudah melihat hasil jajak pendapat terakhir?" Ia
menghela napas. "Tampaknya kau tertinggal jauh."
"Aku tahu." "Aku tak bermaksud mengungkit masa lalu, tapi..." Ia terdiam. "Tapi...?"
"Seharusnya kau bisa berhasil sebagai gubernur. Seharusnya kau bisa
meraih masa depan gemilang. Kau akan memiliki uang... dan kekuasaan. Ada
yang perlu kauketahui tentang uang dan kekuasaan, Oliver. Uang tidak peduli
siapa pemiliknya. Gelandangan pun bisa kaya mendadak karena menang
lotre, orang tolol bisa kaya raya karena mendapat warisan, kau bahkan bisa
mendapat uang banyak dengan merampok bank. Tapi kekuasaan"itu ber-
beda sama sekali. Jika kau menggenggam kekuasaan, dunia menjadi
milikmu. Sebagai gubernur, kau mampu mempengaruhi hidup semua orang
yang tinggal di Kentucky. Kau bisa memperjuangkan undang-undang yang
membantu orang banyak, dan sebaliknya memveto undang-undang yang
merugikan mereka. Aku pernah berjanji suatu hari kau bisa jadi Presiden
Amerika Serikat. Aku bersungguh-sungguh. Kau sebenarnya berpeluang jadi
orang nomor satu di negeri kita. Dan bayangkan kekuasaan yang akan
kaumiliki, Oliver, sebagai orang terpenting di dunia, sebagai orang yang
memerintah negara paling berkuasa di dunia. Bukankah itu cita-cita yang
patut dikejar" Coba pikirkan itu." Ia mengulangi pelan-pelan, "Orang paling


Rencana Paling Sempurna The Best Laid Plans Karya Shidney Sheldon di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berkuasa di dunia." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Oliver mendengarkannya sambil bertanya-tanya ke mana arah
pembicaraan mereka. Seakan hendak menjawab pertanyaan dalam benak Oliver, sang senator
berkata. "Dan kau menyia-nyiakan semuanya, hanya karena seorang
perempuan. Terus terang, kupikir kau lebih cerdas dari itu, Nak."
Oliver menunggu. Senator Davis melanjutkan, "Tadi pagi aku bicara dengan Jan. Dia di Paris,
di Hotel Ritz. Waktu kuberitahu kau akan menikah"hmm, dia langsung
terisak-isak." "Aku... aku menyesal, Todd. Sungguh."
Sang senator menghela napas. "Sayang sekali kalian berdua tak bisa
rujuk." "Todd, aku akan menikah minggu depan."
"Aku tahu. Dan aku takkan menghalangimu. Kau boleh menganggapku
orangtua sentimental, tapi bagiku perkawinan adalah hal paling suci di dunia.
Terimalah restuku, Oliver."
"Terima kasih."
Senator Davis menatap jam tangannya. "Hmm, kau tentu ingin pulang dulu
untuk berkemas. Semua informasi latar belakang dan detail-detail pertemuan
akan kukirim melalui faks ke Paris."
Oliver bangkit. "Baiklah. Dan jangan kuatir. Aku akan membereskan semua
masalah di sana." "Tentu. O ya, kau sudah kupesankan kamar di Hotel Ritz."
Selama penerbangan ke Paris dengan pesawat pribadi mewah milik
Senator Davis, Oliver merenungkan percakapannya dengan sang senator.
"Seharusnya kau bisa berhasil sebagai gubernur. Seharusnya kau bisa meraih
masa depan yang gemilang... Ada yang perlu kauketahui tentang uang dan
kekuasaan, Oliver... Jika kau mempunyai kekuasaan, dunia menjadi milikmu.
Sebagai gubernur, kau mampu mempengaruhi hidup semua orang vang
tinggal di Kentucky. Kau bisa meloloskan undang-undang yang membantu
orang banyak, dan sebaliknya memveto undang-undang yang merugikan
mereka." Tapi aku tak butuh kekuasaan seperti itu. Oliver meyakinkan diri. Aku akan
menikah dengan wanita idamanku. Kami akan bahagia bersama. Sangat
bahagia. Ketika Oliver tiba di pangkalan TransAir ExecuJet di Le Bourget Airport di
Paris, sudah ada limusin yang menunggunya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ke mana, Mr. Russel ?" tanya si pengemudi.
"Omong-omong, kau sudah kupesankan kamar di Hotel Ritz" Jan tinggal di
Hotel Ritz. Sebenarnya lebih baik, pikir Oliver, kalau aku menginap di hotel lain"Hotel
Plaza Athenee atau Hotel Meurice.
Si pengemudi masih menunggu jawaban.
"Ke Hotel Ritz," ujar Oliver. Ia ingin minta maaf pada Jan.
la menelepon Jan dari lobi hotel. "Ini Oliver. Aku di Paris."
"Aku tahu," sahut Jan. "Ayah meneleponku."
"Aku ada di bawah. Aku ingin bicara sebentar kalau..."
"Naiklah." Oliver masih bingung harus berkata apa ketika ia menuju ke suite Jan.
Jan menunggunya di pintu. Sejenak ia menatap Oliver sambil tersenyum,
lalu segera mendekapnya erat-erat. "Aku diberitahu Ayah kau akan kemari.
Aku senang sekali!" Oliver semakin bingung. Ia ingin memberitahukan tentang Leslie, tapi ia
harus mencari kata-kata yang tepat. Aku sungguh menyesal kita terpaksa
berpisah... Aku tak pernah bermaksud menyakitimu... Aku jatuh cinta pada
orang lain... tapi aku akan selalu...
"Ada... ada yang perlu kuberitahukan padamu," kata Oliver kikuk.
"Sebenarnya..." Namun ketika menatap Jan, ia teringat ucapan Senator
Davis. "Aku pernah berjanji suatu hari kau bisa jadi Presiden Amerika Serikat.
Aku bersungguh-sungguh... Dan bayangkan kekuasaan yang akan kaumiliki,
Oliver, sebagai orang terpenting di dunia, sebagai orang yang memerintah
negara paling berkuasa di dunia. Bukankah itu cita-cita yang patut dikejar?"
"Ya, Sayang?" Dan kata demi kata pun meluncur begitu saja dari mulut Oliver. "Aku telah
melakukan kesalahan besar, Jan. Aku bodoh sekali. Aku cinta padamu. Aku
ingin menikah denganmu."
"Oliver!" "Maukah kau menikah denganku?" Tak ada sebersit pun keraguan.
"Ya. Oh. ya, sayangku!"
Oliver langsung membopongnya ke kamar tidur. Dalam sekejap saja
mereka sudah terbaring di ranjang, telanjang, dan Jan berkata, "Kau tak tahu
betapa aku merindukanmu, Sayang."
"Aku... aku khilaf..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jan merapatkan tubuhnya ke tubuh Oliver. "Oh! Aku hampir lupa
bagaimana rasanya." "Kita memang ditakdirkan untuk selalu bersama." Oliver duduk tegak.
"Ayo, kita beritahu ayahmu."
Jan menatapnya dengan heran. "Sekarang?"
"Ya." Dan aku harus memberitahu Leslie.
Lima belas menit kemudian Jan sudah berbicara dengan ayahnya. "Oliver
dan aku akan menikah."
"Wah, ini kejutan yang menyenangkan, Jan. Aku gembira sekali. Omong-
omong, Wali Kota Paris teman lamaku. Dia menunggu teleponmu. Dia akani
menikahkan kalian di sana. Biar aku yang mengatur semuanya."
"Tapi..." "Mana Oliver?" "Sebentar, Ayah." Jan menyerahkan gagang lelepon kepada Oliver. "Ayah
mau bicara denganmu."
Oliver menempelkan gagang telepon ke telinga. "Todd?"
"Nak, kau membuatku sangat bahagia. Kau mengambil keputusan yang
tepat." "Terima kasih. Aku juga merasa begitu."
"Aku sedang mengatur agar kau dan Jan dinikahkan di Paris. Dan setelah
pulang nanti, kalian akan menikah lagi di gereja. Di Calvary Chapel."
Oliver mengerutkan kening. "Calvary Chapel" Aku... kurasa itu bukan ide
baik, Todd. Di gereja itulah aku dan Leslie... Kenapa kita tidak...?"
Nada suara Senator Davis mendadak dingin. "Kau telah mempermalukan
putriku, Oliver, dan kau tentu ingin memperbaiki kesalahanmu, kan?"
Oliver terdiam lama. "Ya, Todd. Tentu saja."
"Terima kasih, Oliver. Sampai ketemu beberapa hari lagi. Banyak yang
perlu kita bicarakan tentang... gubernur..."
Upacara pernikahan di Paris berlangsung singkat di ruang kerja wali kota.
Setelah selesai, Jan menatap Oliver dan berkata, "Ayah menyiapkan upacara
pernikahan gereja di Calvary Chapel untuk kita."
Oliver ragu-ragu. Ia membayangkan bagaimana perasaan Leslie nanti.
Namun ia sudah melangkah terlalu jauh untuk mundur lagi. "Terserah Todd
saja." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Oliver tidak bisa menyingkirkan Leslie dari pikirnya. Leslie tidak melakukan
apa pun yang layak dibalas dengan cara seperti ini. Aku harus meneleponnya
dan menjelaskan semuanya. Tapi setiap kali Oliver meraih gagang telepon, ia
berkata dalam hati: Mana mungkin aku menjelaskan urusan ini" Apa yang
bisa kukatakan padanya" Ia tidak sanggup menjawab pertanyaan-pertanyaan
itu. Ketika akhirnya ia memberanikan diri untuk menelepon, pers ternyata
sudah lebih dulu menghubungi Leslie, dan Oliver pun semakin merasa
bersalah. Sehari setelah Oliver dan Jan pulang ke Lexington, kampanye pemilihan
Oliver langsung menggebu-gebu lagi. Peter Tager telah mengatur segalanya.
Oliver kembali muncul di TV, radio, dan koran. Ia berbicara di hadapan
massa di Kentucky Kingdom Thril Park dan memimpin rapat umum di Toyota
Motor Plant di Georgetown. Ia berpidato di mal di Lancaster. Dan itu baru
permulaan. Peter Tager telah mengatur tur keliling Kentucky untuk Oliver. Mereka
menempuh perjalanan naik bus kampanye dari Georgetown sampai Stanford
dan mampir di Frankfort... Versail es... Winchester... Louisvil e. Oliver
berpidato di Kentucky Fairground dan di Exposition Centre. Sebagai
penghormatan terhadap Oliver, pihak penyelenggara menghidangkan burgoo,
masakan khas Kentucky yang dimasak dalam kuali besar dengan bahan
daging ayam, daging anak lembu, daging sapi, daging domba, daging babi,
serta berbagai sayuran segar.
*** Peringkat Oliver terus meningkat. Satu-satunya interrupsi dalam kampanye
adalah pernikahannya. Oliver sempat melihat Leslie di bagian belakang
gereja, dan ia agak khawatir. Ia membicarakannya dengan Peter Tager.
"Leslie takkan melakukan sesuatu untuk menjegalku, kan?"
"Tentu saja tidak. Dan kalaupun dia mau, apa yang bisa dilakukannya"
Lupakan saja dia." Oliver tahu Tager benar. Semuanya berjalan lancar. Tak ada alasan untuk
khawatir. Tak ada yang mampu menghentikannya sekarang. Tak ada.
Pada malam perhitungan suara, Leslie Stewart duduk seorang diri di depan
pesawat TV di apartemennya sambil menyaksikan tayangan ulang. Ke-
unggulan Oliver terus bertambah dari satu daerah pemilihan ke daerah
pemilihan berikutnya. Akhirnya, lima menit sebelum tengah malam, Gubernur
Addison tampil di TV untuk secara resmi mengakui kekalahannya. Leslie
mematikan TV. Ia bangkit dan menarik napas dalam-dalam.
Weep no more, my lady, Oh, weep no more today! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
We wil sing one song for the old Kentucky home,
For the old Kentucky home far away.
Waktunya telah tiba. 3 SEJAK pagi Senator Davis sudah sibuk. Ia terbang dari ibukota ke Louisvil e
untuk menghadiri lelang kuda pacu. "Yang perlu dijaga adalah kemurnian
garis darah," ia berkata kepada Peter Tager, ketika mereka menyaksikan
kuda-kuda gagah digiring keluar-masuk arena yang besar. "Itu yang paling
penting, Peter." Seekor kuda betina sedang dibawa ke tengah ring. "Itu Sail Away," ujar
Senator Davis. "Kuda itu harus jadi milikku."
Para calon pembeli berlomba-lomba mengajukan harga tertinggi, tapi
sepuluh menit kemudian Sail Away telah menjadi milik Senator Davis.
Telepon genggamnya berdering. Peter Tager menyahut, "Ya?" Sejenak ia
mendengarkan si penelepon, lalu berpaling kepada sang senator. "Kau ingin
berbicara dengan Leslie Stewart?"
Senator Davis mengerutkan kening. Ia diam sebentar, kemudian
mengambil telepon genggamnya dari tangan Tager. "Miss Stewart?"
"Maaf kalau saya mengganggu Anda, Senator Davis, tapi saya ingin tanya
apakah saya bisa menemui Anda" Saya perlu bantuan Anda."
"Hmmm, nanti malam saya sudah kembali ke Washington, jadi..."
"Saya bisa datang ke tempat Anda. Ini benar-benar penting."
Senator Davis diam sejenak. "Hmm, kalau memang begitu penting, tentu
saja saya bisa meluangkan waktu untuk Anda. Sebentar lagi saya akan
berangkat ke peternakan saya. Anda mau menemui saya di sana?"
"Ya, kalau Anda tak keberatan."
"Saya tunggu Anda sejam lagi."
"Terima kasih."
Davis menekan tombol END dan berpaling kepada Tager. "Ternyata aku
keliru tentang dia. Kupikir dia lebih cerdik dari ini. Seharusnya dia minta uang
sebelum Jan dan Oliver menikah." Ia termenung sejenak, tapi tiba-tiba
mengembangkan senyum. "Persetan."
"Ada apa, Senator?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku baru sadar kenapa dia mendadak mau bertemu aku. Kelihatannya
Miss Stewart memerlukan tunjangan finansial karena mengandung bayi
Oliver. Ini tipuan paling kuno di dunia."
Sejam kemudian, mobil Leslie memasuki gerbang Dutch Hil , peternakan
milik Senator Davis. Ia disambut penjaga di depan bangunan utama. "Miss
Siewart?" "Ya." "Senator Davis sudah menunggu Anda. Silakan ikut saya."
Penjaga itu mengajak Leslie menyusuri lorong lebar yang menuju ke ruang
perpustakaan besar penuh buku. Senator Davis tengah membaca di meja. Ia
menoleh dan bangkit ketika Leslie masuk.
"Apa kabar" Silakan duduk."
Leslie menarik kursi. Senator Davis memperlihatkan buku yang sedang dibacanya. "Ini buku
bagus. Nama setiap pemenang Kentucky Derby tercatat di sini, mulai dari
yang pertama sampai yang terakhir. Anda tahu siapa pemenang Kentucky
Derby yang pertama?"
"Tidak." "Aristides, tahun 1875. Tapi saya yakin tujuan Anda kemari bukan untuk
membahas kuda." Ia meletakkan bukunya. "Anda bilang perlu bantuan saya."
Dalam hati ia membayangkan kata-kata yang akan dipilih Leslie. Saya baru
tahu bahwa saya mengandung bayi Oliver, dan saya tak tahu harus
bagaimana... Saya tak mau membuat skandal, tapi... Saya bersedia
membesarkan anak ini, tapi sava tak punya cukup uang...
"Apakah Anda mengenal Henry Chambers?" tanya Leslie.
Senator Davis berkedip. Pertanyaan itu sama sekali di luar dugaannya.
"Apakah saya... Henry" Ya. saya-kenal dia. Kenapa?"
"Saya akan berterima kasih sekali jika Anda bisa memperkenalkan saya
pada Mr. Chambers." Senator Davis menatap Leslie dengan pandangan menduga-duga. "Jadi ini
bantuan yang Anda maksud" Anda ingin berkenalan dengan Henry
Chambers?" "Ya." "Sayangnya dia sudah tak di sini, Miss Stewart. Sekarang dia tinggal di
Phoenix, Arizona." "Saya tahu. Besok pagi saya akan terbang ke Phoenix. Saya pikir lebih
enak kalau saya punya kenalan di sana."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Senator Davis mengamati Leslie. Nalurinya mengatakan bahwa ada
sesuatu yang tidak diketahuinya.
Pertanyaannya yang berikut disusunnya dengan hati-hati. "Apa yang Anda
ketahui tentang Henry Chambers?"
"Saya tak tahu apa-apa tentang Mr. Chambers, kecuali dia berasal dari
Kentucky." Senator Davis termangu-mangu. Dia cantik sekali, pikirnya. Kali ini Henry
berutang padaku. "Saya akan menelepon sebentar."
Lima menit kemudian, ia sudah berbicara dengan Henry Chambers.
"Henry, ini Todd. Kau pasti kesal kalau kuberitahu aku membeli Sail Away
tadi pagi. Aku tahu kau telah lama mengincar kuda itu." Ia mendengarkan
lawan bicaranya, lalu tertawa. "Oh, tentu. Omong-omong, aku dengar kau
cerai lagi. Sayang sekali. aku suka Jessica."
Leslie mendengarkan percakapan yang berlangsung beberapa menit.
Kemudian Senator Davis berkata, "Henry, kau beruntung. Ada temanku yang
akan tiba di Phoenix besok, tapi dia tak kenal satu orang pun di sana. Aku
akan lebih tenang kalau kau bisa menjaganya... Ya. wanita... Seperti apa
tampangnya?" Ia menatap Leslie dan tersenyum. "Lumayan juga. Tapi
jangan macam-macam."
Ia kembali mendengarkan lawan bicaranya, kemudian berpaling kepada
Leslie. "Jam berapa pesawat Anda tiba?"
"Pukul 14.50. Penerbangan Delta 159." Sang senator mengulangi informasi
itu. "Namanya Leslie Stewart. Kau akan berterima kasih padaku. Oke, Henry,
sampai ketemu." Ia meletakkan pesawat telepon.
"Terima kasih," ujar Leslie. "Ada lagi yang bisa saya lakukan untuk Anda?"


Rencana Paling Sempurna The Best Laid Plans Karya Shidney Sheldon di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak ada. Anda sudah cukup banyak membantu." Kenapa" Kenapa Leslie
Stewart mau berkenalan dengan Henry Chambers"
Bencana dengan Oliver Russel ternyata seratus kali lebih parah daripada
yang dibayangkan Leslie. Rasanya seperti mimpi buruk tanpa akhir. Ke mana
pun Leslie pergi, orang-orang langsung mulai berbisik-bisik:
"Dia orangnya. Bisa dibilang dia ditinggal di depan altar..."
"Kartu undanganku akan kusimpan sebaga kenang-kenangan..."
"Aku penasaran apakah dia masih menyimpan gaun pengantinnya...?"
Segala gosip itu semakin melukai hati Leslie. Ia nyaris tidak tahan karena
dipermalukan terus. Ia takkan pernah lagi bisa mempercayai pria. Sampai
kapan pun. Sat u-satunya pelipur lara adalah keyakinannya bahwa suatu hari
ia akan membalas perbuatan Oliver Russel yang tak termaafkan. Namun ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
belum tahu bagaimana caranya. Berkat dukungan Senator Davis, Oliver
mempunyai kekuasaan dan uang. Kalau begitu, aku harus mencari jalan
untuk mendapatkan kekuasaan yang lebih besar dan uang yang lebih banyak
daripada dia, pikir Leslie.
Pelantikan Oliver berlangsung di pekarangan kediaman Gubernur di
Frankfort, di dekat jam bunga yang indah.
Jan berdiri di samping Oliver. Dengan bangga ia menyaksikan suaminya
yang tampan disumpah ihagai gubernur Kentucky.
Asal Oliver tidak membuat kesalahan fatal, takkan ada yang bisa
menghalangi langkahnya ke Gedung Putih, demikian dijelaskan Senator Davis
kepada putrinya. Dan Jan bertekad memastikan takkan ada satu kesalahan
pun. Seusai acara pelantikan, Oliver dan ayah mertuanya duduk di ruang
perpustakaan di Executive Manson, bangunan indah yang meniru Petit
Trianon, vila Marie Antoinette di dekat istana Versail es.
Senator Todd Davis mengamati ruangan mewah itu sambil mengangguk-
angguk. "Kau akan berhasil di sini, Nak. Aku yakin kau akan berhasil."
"Aku berutang budi padamu, Todd," ujar Oliver. "Aku takkan pernah
melupakannya." Senator Davis melambaikan tangan untuk menampik ucapan itu. "Jangan
pikirkan soal itu, Oliver. Kau di sini karena memang pantas berada di sini. Oh,
mungkin aku memang membantu sedikit. Tapi ini baru permulaan. Aku sudah
lama berkecimpung di dunia politik, Nak, dan selama itu ada beberapa hal
yang kupelajari." la menatap Oliver seakan-akan menunggu tanggapan, dan dengan patuh
Oliver bertanya, "Apa itu, Todd?"
"Begini, kebanyakan orang menganut pandangan keliru. Yang penting
bukan siapa yang kita kenal," Senator Davis menjelaskan, "tapi apa yang
kita ketahui tentang orang-orang itu. Semua orang punya rahasia.
Bongkarlah rahasia itu, dan kau akan terkejut betapa mudahnya mereka
mengulurkan tangan kalau kita perlu sesuatu. Aku kenal anggota Kongres di
Washington yang pernah menghuni rumah sakit jiwa selama setahun. Salah
satu wakil rakyat dari utara pernah masuk sekolah anak nakal karena kasus
pencurian. Nah, kau bisa membayangkan apa yang akan terjadi seandainya
rahasia mereka diketahui umum. Inilah pelumas untuk mesin politik kita."
Sang senator membuka tas kerja kulit yaruj mahal. Ia mengeluarkan
setumpuk kertas dan menyerahkan semuanya kepada Oliver. "Catatan ini
mencakup semua orang yang akan berurusan denganmu di Kentucky.
Mereka pria dan wanita vang menggenggam kekuasaan besar, tapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semuanya punya titik lemah." Ia tersenyum lebar. "Wali kota kita, misalnya.
Dia banci." Oliver mengamati catatan itu dengan mata terbelalak.
"Simpanlah catatan ini baik-baik. Nilainya setara emas murni."
"Jangan kuatir, Todd. Aku akan hati-hati."
"Dan satu hal lagi, Nak jangan terlalu menekan seseorang jika kau
memerlukan sesuatu. Orang itu tak perlu hancur, cukup dibengkokkan
sedikit." Ia mengamati Oliver. "Bagaimana urusan rumah tangga kalian?"
"Oh, baik sekali," sahut Oliver cepat-cepat. Dan memang ada benarnya.
Pernikahannya dengan Jan merupakan langkah guna mencapai sasaran yang
lebih tinggi lagi, dan Oliver bertekad menghindari guncangan apa pun. Ia
takkan pernah lupa betapa mahal harga yang nyaris harus dibayarnya.
"Bagus. Kebahagiaan Jan sangat berarti bagiku." Kalimat itu merupakan
peringatan. "Bagiku juga," ujar Oliver.
"Omong-omong, bagaimana pendapatmu tentang Peter Tager?"
Oliver menjawab penuh semangat, "Dia luar biasa. Tanpa bantuan Peter,
aku takkan berada di sini sekarang."
Senator Davis mengangguk. "Syukurlah kalau begitu. Peter memang yang
terbaik. Aku akan meminjamkannya padamu, Oliver. Dia bisa melicinkan
banyak jalan untukmu."
Oliver tersenyum lebar. "Ya, dia pasti sangat berguna di sini."
Senator Davis bangkit. "Nah, aku harus kembali ke Washington. Jangan
segan-segan menghubungi aku kalau kau membutuhkan sesuatu."
"Terima kasih, Todd."
Hari Minggu setelah pertemuannya dengan Senator Davis, Oliver berusaha
mencari Peter Tager. "Mr. Tager ke gereja, Sir."
"Oh, ya. Saya lupa. Kalau begitu besok saja."
Peter Tager sangat religius. Setiap Minggu ia pergi ke gereja bersama
keluarganya, dan tiga kali seminggu ia menghadiri acara doa bersama selama
dua jam. Oliver sedikit iri padanya. Dari semua orang yang kukenal,
kelihatannya dia satu-satunya yang benar-benar bahagia, katanya dalam
hati. Senin pagi Tager masuk ke ruang kerja Oliver "Kau mencariku, Oliver?"
"Aku mau minta tolong. Untuk urusan pribadi".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Peter mengangguk. "Aku perlu apartemen."
Tager memandang berkeliling sambil berlagak heran. "Tempat ini masih
kurang luas untukmu?"
"Bukan begitu." Oliver memfokuskan pandangannya ke mata Tager yang
sehat. "Kadang-kadang aku ada pertemuan pribadi malam hari. Pertemuan
yang tak boleh diketahui orang lain. Kau mengerti maksudku, kan?"
Tager tampak rikuh. "Ehm... ya."
"Tapi jangan di tengah kota. Bagaimana, bisa kaucarikan untukku?"
Peter Tager mengangguk dengan berat hati.
Sejam kemudian, Tager menelepon Senator Davis ili Washington.
"Oliver minta aku mencarikan apartemen untuknya, Sir. Di tempat sepi."
"Oh ya" Hmm, dia mulai belajar, Peter. Dia mulai belajar. Kerjakan saja.
Tapi pastikan Jan takkan pernah tahu." Senator Davis merenung sejenak.
"Carikan apartemen di kawasan Indian Hil s. Apartemen dengan pintu
pribadi." "Tapi tak sepantasnya dia..."
"Peter... kerjakan saja."
4 PEMECAHAN masalah Leslie didapatkannya dari dua artikel terpisah dalam
Lexington Herald-Leader. Artikel pertama merupakan ulasan panjang yang
memuji-muji Gubernur Oliver Russel . Kalimat terakhirnya berbunyi: "Semua
orang di Kentucky yang mengenal Oliver Russel takkan heran kalau ia kelak
menjadi Presiden Amerika Serikat."
Artikel di halaman berikutnya berbunyi: "Henry Chambers, mantan warga
Lexington dan pemilik kuda Lightning, pemenang Kentucky Derby lima tahun
lalu, telah bercerai dari istri ketiganya, Jessica. Chambers. yang kini
bermukim di Phoenix, dikenal sebagai pemilik dan penerbit harian Phoenix
Star." Kekuatan pers. Itulah kekuasaan sesungguhnya Katharine Graham berhasil
menjatuhkan seorang presiden melalui Washington Post yang dimilikinya Dan
saat itulah suatu ide mulai tumbuh dalam benak Leslie.
*** Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Selama dua hari berikutnya Leslie sibuk mencari informasi mengenai Henry
Chambers. Sebagian hesar didapatkannya melalui Internet. Chambers adalah
dermawan berusia 55 tahun yang menjadi kaya raya setelah mewarisi bisnis
tembakau. Tapi bukan uangnya yang menarik perhatian Leslie.
Ia tertarik pada Chambers karena pria itu memiliki surat kabar dan baru
saja bercerai. Leslie Stewart telah memikirkan berbagai macam cara untuk berkenalan
dengan Henry Chambers. Kemungkinan demi kemungkinan dikajinya dengan
cermat, sebelum akhirnya ditinggalkan. Ide yang hendak ia wujudkan
memang menuntut perencanaan matang. Dan tiba-tiba ia teringat pada
Senator Davis. Davis dan Chambers mempunyai latar belakang yang sama,
dan mereka bergaul di lingkungan vang sama pula. Tentunya mereka saling
mengenal. Dari dasar itulah Leslie memutuskan untuk menelepon sang
senator. Leslie tiba di Sky Harbor Airport di Phoenix. Ia sudah hendak keluar dari
gedung terminal, namun sekonyong-konyong membelok ke kios majalah. Ia
membeli harian Phoenix Star dan memeriksa dari halaman depan sampai
halaman belakang. Ternyata tidak ada. Kemudian ia membeli Arizona
Republic dan setelah itu Phoenix Gazette, dan akhirnya ia menemukan apa
yang dicarinya, kolom astrologi asuhan Zoltaire. Aku bukannya percaya
astrologi. Aku terlalu pintar untuk tertipu omong kosong itu. Tapi...
LEO (23 JULI SAMPAI DENGAN 22 AGUSTUS). JUPITER BERGABUNG
DENGAN MATAHARI ANDA. RENCANA ROMANTIS YANG DISUSUN SEKARANG
AKAN TERLAKSANA. BANYAK HARAPAN UNTUK MASA DEPAN. BERTINDAK-
LAH HATI-HATI. Leslie ditunggu sopir dan limusin di depan gedung terminal. "Miss
Stewart?" "Ya." "Mr. Chambers kirim salam. Saya diminta mengantar Anda ke hotel."
"Mr. Chambers baik sekali." Leslie kecewa. Semula ia berharap Chambers
sendiri yang akan menjemputnya.
"Mr. Chambers menanyakan apakah Anda punya waktu untuk
menemaninya bersantap malam nanti." Nah, begitu lebih baik. Jauh lebih
baik. "Dengan senang hati."
Pukul delapan malam itu, Leslie makan bersama Henry Chambers.
Chambers berpenampilan menyenangkan, dengan wajah ningrat, rambut
cokelat yang mulai beruban, dan pembawaan yang memikat.
Ia terang-terangan mengagumi Leslie. "Ternyata Todd memang benar. Aku
harus berterima kasih padanya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Leslie tersenyum. "Terima kasih."
"Kenapa kau memutuskan pindah ke Phoenix, Leslie?"
Coba kalau dia tahu alasanku sebenarnya. "Begitu banyak orang yang
memuji-muji Phoenix, jadi saya pikir mungkin saya akan senang tinggal di
sini." "Kota ini memang luar biasa. Kau pasti akan betah. Arizona mempunyai
segala sesuatu"Grand Canyon, gurun, pegunungan. Kau bisa menemukan
npa saja yang kauinginkan." Memang sudah kutemukan, pikir Leslie. "Kau
perlu tempat tinggal. Aku yakin aku bisa membantu mencarikannya
untukmu." Leslie sadar bahwa uang simpanannya hanya cukup untuk tiga bulan. Tapi
ternyata ia membutuhkan tidak lebih dari dua bulan untuk melaksanakan
rencananya. Semua toko buku dipenuhi buku petunjuk bagi wanita tentang cara
memikat pria. Berbagai pendekatan psikologi populer ditawarkan, mulai dari
'Teori jual mahal" sampai "Menggaet pria di tempat tidur". Leslie mengabaikan
semuanya. Ia mempunyai pendekatan sendiri: Ia menggoda Henry
Chambers. Bukan secara fisik, melainkan secara mental. Henry belum pernah
bertemu wanita seperti Leslie. Ia pengikut aliran lama yang percaya bahwa
wanita pirang yang cantik pastilah bodoh. Tak pernah terpikir olehnya bahwa
selama ini ia hanya tertarik pada wanita cantik yang tidak terlalu pintar.
Leslie seakan-akan membuka cakrawala baru baginya. Wanita itu cerdas dan
berpengetahuan luas. Mereka membahas filsafat, agama, dan sejarah. Henry sempat
berkomentar kepada salah seorang temannya, "Aku yakin dia membaca
setumpuk buku tiap malam, supaya tak kehabisan bahan pembicaraan."
Henry Chambers menikmati kehadiran Leslie. Ia memamerkannya kepada
teman-temannya dan mengaraknya bagaikan piala. Leslie diajaknya ke Care-
free Wine and Fine Art Festival serta ke Actors Theater. Mereka menonton
tim basket Phoenix Suns bertanding di America West Arena. Mereka
mengunjungi Lyon Gal ery di Scottsdale, Symphony Hal , dan kota kecil
Chandler untuk menyaksikan Doo-dah Parade. Suatu malam, mereka
bertandang ke stadion hoki es untuk melihat pertandingan tim Phoenix
Roadrunners. Seusai pertandingan, Henry berkata, "Aku sangat menyukaimu, Leslie.
Kurasa kita benar-benar cocok. Aku ingin sekali bermesraan denganmu."
Leslie meraih tangan Henry dan menyahut lembut, "Aku juga menyukaimu,
Henry, tapi jawabannya tidak."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Keesokan harinya mereka ada janji makan siang Henry menelepon Leslie.
"Bagaimana kalau kau menjemputku di kantor Star" Aku ingin mengajakmu
berkeliling." Dengan senang hati," sahut Leslie. Justru itulah yang ditunggu-tunggunya.
Di Phoenix ada dua harian lain, yaitu Arizona Republic dan Phoenix Gazette.
Koran milik Henry, Star, satu-satunya yang merugi.
Kantor dan percetakan Phoenix Star ternyata lebih kecil daripada yang
dibayangkan Leslie. Henry mengajaknya berkeliling, dan sambil mengamati
semuanya, Leslie berkata dalam hati, Ini tak cukup untuk menjatuhkan
gubernur atau presiden. Namun sebagai batu loncatan, harian itu sudah
memadai. Leslie tertarik pada segala sesuatu yang dilihatnya, la terus bertanya
kepada Henry, dan setiap kali Henry berpaling kepada redaktur
pelaksananya, Lyle Bannister. Leslie agak heran karena pengetahuan Henry
mengenai bisnis koran ternyata sangat terbatas, la lebih heran lagi melihat
sikap Henry yang terkesan tidak peduli. Sikap itu semakin mengukuhkan
tekadnya untuk belajar sebanyak mungkin.
Leslie Stewart dan Henry Chambers semakin dekat. Suatu malam mereka
bersantap di Borgata, restoran bersuasana pedesaan Itali zaman dulu yang
terkenal akan masakannya yang lezat. Mereka menikmati sup krim lobster,
daging anak lembu dengan sauce bearnaise, salad asparagus, serta souffle
Grand Marmer. Henry Chambers begitu memikat, dan malam itu terasa
sangat menyenangkan. "Aku mencintai Phoenix," kata Henry. "Rasanya sulit dipercaya, lima puluh
tahun lalu penduduknya baru 65.000 orang. Sekarang ada lebih dari sejuta."
Leslie ingin menanyakan sesuatu. "Apa yang mendorongmu meninggalkan
Kentucky dan pindah kemari, Henry?"
Henry mengangkat bahu. "Sebenarnya itu bukan keputusanku sendiri. Aku
punya masalah dengan paru-paru. Para dokter tak tahu berapa lama lagi aku
bisa bertahan. Tapi mereka bilang iklim Arizona paling baik buatku. Jadi
kuputuskan menghabiskan sisa hidupku"apa pun artinya"di tempat ini." Ia
menatap Leslie sambil tersenyum. "Dan sekarang kita sama-sama di sini." Ia
meraih tangan Leslie. "Dokter-dokterku yang dulu pasti tercengang kalau
melihati kondisiku sekarang. Tapi... kau tak menganggapku terlalu tua
untukmu, kan?" tanyanya waswas.
Leslie tersenyum. "Malah terlalu muda. Jauh terlalu muda."
Henry menatapnya agak lama. "Aku serius. Maukah kau menikah
denganku?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sejenak Leslie memejamkan mata. Tanda kayu bertulisan tangan di jalan
setapak di Breaks Inter state Park kembali terbayang-bayang: LESLIE
MAUKAH KAU MENIKAH DENGANKU" ..."Sayangnya aku tak bisa berjanji kau
akan menikahi dengan gubernur, tapi aku pengacara yang lumayan hebat."
Leslie membuka mata dan menatap Henry. "Ya, aku mau menikah
denganmu." Dua minggu kemudian mereka telah menjadi suami-istri.


Rencana Paling Sempurna The Best Laid Plans Karya Shidney Sheldon di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ketika pengumuman mengenai pernikahan mereka dimuat di Lexington
Herald-Leader, Senator Davis mengamatinya sambil termenung-menung.
"Maaf kalau saya mengganggu Anda, Senator Davis, tapi kami ingin tanya
apakah saya bisa menemui Anda" Saya perlu bantuan Anda... Apakah Anda
mengenal Henry Chambers" ...Saya akan berterima kasih sekali jika Anda
bisa memperkenalkan saya pada Henry Chambers."
Kalau hanya itu yang di nginkannya, takkan ada masalah.
Kalau hanya itu yang di nginkannya.
Leslie dan Henry berbulan madu di Paris, dan ke mana pun mereka pergi,
Leslie selalu bertanya-tanya apakah Oliver dan Jan mengunjungi tempat yang
sama, menyusuri jalan yang sama, makan di restoran yang sama, berbelanja
di toko yang sama. Ia membayangkan mereka berduaan, di tempat tidur. Ia
membayangkan bagaimana Jan mendengar dusta yang sama seperti yang
dulu didengarnya. Dusta yang kini harus ditebus Oliver dengan harga mahal.
Henry sungguh-sungguh mencintai Leslie dan berusaha sekuat tenaga
membuatnya bahagia. Seandainya keadaan berbeda, Leslie mungkin jatuh
cinta padanya, namun sesuatu dalam lubuk hatinya telah padam. Aku takkan
pernah lagi bisa mempercayai laki-laki mana pun.
Beberapa hari setelah mereka pulang ke Phoenix, Leslie mengejutkan
Henry dengan berkata, "Henry, aku ingin bekerja di koranmu."
Henry tertawa. "Kenapa?"
"Kurasa bakal menarik. Aku pernah menjadi eksekutif di perusahaan
periklanan. Mungkin aku bisa membantu dengan urusan itu."
Henry memprotes, tapi akhirnya menyerah.
Henry memperhatikan Leslie setiap hari membaca Lexington Herald-
Leader. "Takut ketinggalan berita dari kampung halaman?" godanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Begitulah." Leslie tersenyum. Ia membaca setiap kata yang ditulis
mengenai Oliver. Ia menginginkan Oliver bahagia dan sukses. Semakin tinggi
dia terbang... Ketika diberitahu Leslie bahwa korannya merugi terus, Henry tertawa.
"Sayang, itu tak ada artinya. Aku mendapat uang dari tempat-tempat yang
namanya belum pernah kaudengar. Sudahlah, tak usah dihiraukan. Itu tak
penting." Namun Leslie tidak sependapat. Ia menganggap itu penting sekali. Ia
semakin melibatkan diri dalam pengelolaan surat kabar itu, dan akhirnya
menarik kesimpulan bahwa alasan utama di balik kerugian yang diderita
adalah serikat-serikat pekerja. Mesin-mesin cetak milik Phoenix Star sudah
terlalu tua, tapi gabungan serikat pekerja menentang pemasangan peralatan
baru, karena beranggapan langkah tersebut akan menyebabkan anggota
mereka kehilangan tempat mencari nafkah. Mereka sedang merundingkan
kontrak baru dengan manajemen Star.
Ketika Leslie membahas situasi itu dengan Henry, Henry berkata, "Untuk
apa kau repot memikirkan hal-hal seperti itu" Lebih baik kita bersenang-
senang saja." "Aku sedang bersenang-senang," Leslie menegaskan.
Leslie memanggil Craig McAl ister, pengacara Star.
"Bagaimana perkembangannya, Craig?"
"Terus terang, Mrs. Chambers, situasinya kurang menguntungkan."
"Kita masih bernegosiasi, bukan?"
"Ya, tapi perundingannya berjalan alot sekali. Pemimpin serikat operator
mesin cetak, Joe Riley, henar-benar keras kepala. Dia tak mau mundur
sedikit pun. Kontrak mereka berakhir sepuluh hari lagi, dan Riley mengancam
mereka akan mogok kalau belum ada kesepakatan baru sampai saat ltu."
"Kau percaya dia?"
"Ya. Saya sebetulnya tak mau mengalah pada serikat pekerja, tapi tanpa
mereka koran kita tak mungkin terbit. Posisi mereka lebih kuat. Sudah cukup
banyak penerbitan yang terpaksa ditutup karena menolak tuntutan serikat
pekerja." "Apa saja tuntutan mereka?"
"Seperti biasa. Pengurangan jam kerja, kenaikan upah, perlindungan
terhadap otomatisasi di masa mendatang..."
"Kita diperas, Craig. Aku tak suka itu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ini bukan masalah emosional, Mrs. Chambers. Kita harus memikirkan
kepentingan yang lebih luas."
"Jadi, menurutmu kita harus memenuhi tuntutan mereka?"
"Kelihatannya tak ada pilihan lain."
"Hmm, mungkin ada baiknya aku bicara langsung dengan Joe Riley."
Pertemuan mereka ditetapkan pukul dua, dan Leslie agak terlambat
kembali ke kantor setelah makan siang di luar. Riley sudah menunggunya di
ruang resepsionis. Ia sedang mengobrol dengan sekretaris Leslie, Amy,
wanita muda yang cantik dan berambut gelap.
Joe Riley pria keturunan Irlandia bertampang keras. Usianya empat
puluhan. Sudah lebih dari lima belas tahun ia bekerja sebagai orang
percetakan. Tiga tahun lalu ia diangkat sebagai ketua serikat operator mesin
cetak, dan sejak itu ia telah membangun reputasi sebagai juru runding paling
ulet di bidangnya. Sejenak Leslie memperhatikannya bersenda gurau dengan
Amy. Riley sedang berkata, "...dan kemudian orang itu berbalik dan bilang,
'Bicara sih gampang, tapi bagaimana aku bisa pulang"'"
Amy tertawa. "Dari mana kau mendapat semua leluconmu, Joe?"
"Dari teman-teman. Bagaimana kalau kita makan malam di luar nanti,
Sayang?" "Dengan senang hati."
Riley menoleh dan melihat Leslie. "Sore, Mrs. Chambers."
"Selamat sore, Mr. Riley. Silakan masuk."
Riley dan Leslie duduk di ruang rapat redaksi. "Kopi?" Leslie menawarkan.
"Tidak, terima kasih."
"Atau barangkali sesuatu yang lebih keras?"
Riley tersenyum masam. "Peraturan perusahaan melarang konsumsi
alkohol selama jam kerja. Anda tahu itu, Mrs. Chambers."
Leslie menarik napas dalam-dalam. "Saya mengundang Anda kemari,
karena saya dengar Anda termasuk orang berpikiran terbuka."
"Saya selalu mencoba bersikap begitu," sahut Riley.
"Pertama-tama, saya ingin menegaskan bahwa saya bersimpati pada
serikat pekerja. Saya berpendapat anak buah Anda memang berhak
mendapatkan sesuatu, tapi tuntutan Anda tidak masuk akal. Beberapa
kebiasaan anak buah Anda menyebabkan kerugian jutaan dolar setiap
tahunnya." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Barangkali Anda bisa memperjelas maksud Anda.'
"Dengan senang hati. Mereka bekerja sesedikit mungkin pada jam kerja
biasa, tapi berlomba-lomba untuk masuk shift lembur. Bahkan ada yang
bekerja tiga shift berturut-turut, sepanjang akhir pekan. Kalau tak salah,
istilah mereka adalah 'kerja rodi'. Ini tak bisa dibiarkan berlanjut. Kita juga
kehilangan uang akibat peralatan yang sudah ketinggalan zaman. Seandainya
kita menggunakan mesin cetak modern..."
"Tidak bisa! Peralatan baru yang hendak Anda pasang akan membuat anak
buah saya kehilangan pekerjaan, dan saya tak rela anak buah saya dikorban-
kan demi apa yang disebut modernisasi. Mesin-mesin sialan itu tak butuh
makan, lain halnya dengan anak buah saya." Riley bangkit dari kursinya.
"Kontrak kami berakhir minggu depan. Kalau tuntutan kami tak dipenuhi,
kami akan mogok." Malam itu, ketika Leslie bercerita tentang pertemuannya dengan Riley,
Henry berkata, "Kenapa kau mau terlibat dalam urusan itu" Serikat pekerja
adalah sesuatu yang mau tak mau harus kita terima. Dengarkan aku. Sayang.
Kau masih baru di bisnis ini, dan kau wanita. Ini urusan pria. Sebaiknya!
kau..." Ia terdiam. Napasnya terengah-engah.
"Kau baik-baik saja?"
Henry mengangguk. "Aku habis dari dokter tadi. Dia bilang aku perlu
tabung oksigen." "Nanti akan kuurus," ujar Leslie. "Aku juga akan mencarikan juru rawat,
jadi kalau aku tak di sini..." .
"Jangan! Aku tak butuh juru rawat. Aku... aku hanya agak lelah."
"Ayo, Henry. Lebih baik kau berbaring saja."
Tiga hari kemudian, ketika Leslie memanggil para anggota dewan pimpinan
untuk rapat darurat, Henry berkata, "Kau saja yang pergi, Sayang. Aku
tunggu di sini." Tabung oksigen yang disiapkan Leslie memang membantu,
tapi Henry merasa lemah dan tertekan.
Leslie menelepon dokter pribadi Henry. "Berat badannya susut dan dia
selalu kesakitan. Apakah tak ada yang bisa Anda lakukan?"
"Mrs. Chambers, kami sudah mencoba segala cara. Usahakan agar suami
Anda banyak beristirahat dan tetap minum obat."
Leslie duduk sambil memperhatikan Henry terbatuk-batuk di tempat tidur.
"Sori aku tak bisa ikut rapat," kata Henry. "Tolong tangani mereka. Aku toh
tak bisa melakukan apa-apa."
Leslie hanya tersenyum. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
5 PARA anggota dewan duduk di meja besal di ruang rapat. Mereka
menunggu Leslie sambil menghirup kopi dan makan bagel dengan keju oles.
Ketika tiba, Leslie berkata, "Maaf aku terlambat. Henry kirim salam."
Keadaan telah berubah sejak rapat dewan pertama yang di kuti Leslie.
Waktu itu ia tidak dipandang sebelah mata. Namun berangsur-angsur, seiring
dengan bertambahnya pengetahuan Leslie mengenai bisnis koran, ia mulai
bisa memberikan saran-saran berharga, dan lambat laun ia pun berhasil
mendapatkan rasa hormat para anggota dewan.. Kini, menjelang pembukaan
rapat, Leslie berpaling kepada Amy, yang sedang menuangkan kopi. "Amy
kuminta kau mengikuti rapat ini."
Amy menatapnya dengan heran. "Rasanya kemampuan steno saya tak
memadai, Mrs. Chambers. Cynthia lebih cocok..."
"Kau tak perlu membuat notulen. Kau cukup mencacat semua resolusi
yang dikeluarkan nanti."
"Baik, Mrs. Chambers." Amy meraih buku catatan dan pena, lalu duduk di
kursi di samping pintu. Leslie berpaling kepada para anggota dewan, "Kita ada masalah. Kontrak
para operator mesin cetak sudah hampir habis. Perundingan dengan mereka
sudah berjalan tiga bulan, tapi sampai sekarang kita belum mencapai
kesepakatan. Kita harus mengambil keputusan, secepatnya. Kalian sudah
melihat laporan yang kukirimkan. Sekarang aku ingin mendengar pendapat
kalian." la menatap Gene Osborne, salah satu mitra di kantor pengacara setempat.
"Menurutku, Leslie, sekarang saja mereka sudah memperoleh terlalu
banyak. Kalau hari ini kita mengalah, besok mereka akan menuntut lebih ba-
nyak lagi." Leslie mengangguk dan menatap Aaron Drexel, pemilik toko serbaada
setempat. "Aaron?"
"Jalan pikiranku sama dengan Gene. Kita terlalu memanjakan mereka.
Kalau kita memberikan sesuatu, seharusnya kita mendapat imbalan yang se-
banding. Biarkan saja mereka mogok. Mereka sendiri yang akan rugi."
Komentar para anggota dewan yang lain juga bernada sama.
Leslie berkata, "Aku tak sependapat."
Mereka menatapnya dengan heran.
"Kukira lebih baik kalau tuntutan serikat pekerja kita penuhi saja."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Itu tidak masuk akal."
"Lama-lama koran ini menjadi milik mereka."
"Ini preseden buruk."
"Kita tak boleh menyerah."
Leslie membiarkan mereka bicara. Setelah suasana kembali tenang, ia
berkata, "Aku sempat bertemu Joe Riley. Dia benar-benar memperjuangkan
kesejahteraan anak buahnya."
Amy mengikuti diskusi itu sambil terbengong-bengong.
Salah satu anggota dewan berkata, "Aku terkejut kau berpihak pada Riley,
Leslie." "Aku tak berpihak pada siapa pun. Aku hanya beranggapan kita perlu
berkompromi. Lagi pula, keputusannya bukan di tanganku. Sebaiknya kita
adakan pemungutan suara." Ia menoleh kepada Amy. "Inilah yang perlu
kaucatat." "Baik, Mrs. Chambers."
Leslie berpaling kembali kepada para anggota dewan. "Semua yang
menolak tuntutan serikat pekerja, silakan angkat tangan." Sebelas orang
mengangkat tangan. "Harap dicatat bahwa aku memberikan suara setuju dan
yang lainnya tidak menyetujui tuntutan serikat pekerja."
Amy mencatat semuanya sambil mengerutkan kening.
Leslie berkata, "Kurasa cukup sekian untuk hari ini." Ia bangkit. "Kalau tak
ada urusan lain..." Yang lain ikut berdiri. "Terima kasih atas kedatangan kalian semua." Ia memperhatikan mereka
pergi, kemudian menghampiri Amy. "Tolong diketik rapi."
"Segera, Mrs. Chambers." Leslie menuju ke ruang kerjanya.
Tak lama kemudian pesawat teleponnya berdering.
"Mr. Riley di saluran satu," ujar Amy.
Leslie mengangkat gagang telepon. "Halo?"
"Joe Riley. Saya hanya ingin mengucapkan terima kasih atas usaha Anda
tadi." Leslie berkata, "Saya tidak mengerti..."
"Rapat dewan. Saya mendapat kabar tentang apa yang terjadi."
Leslie menyahut, "Nanti dulu, Mr. Riley. Rapat i u tertutup bagi orang luar."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Joe Riley terkekeh-kekeh. "Saya banyak teman di kalangan bawah. Tapi
yang jelas, saya menghargai usaha Anda. Sayang sekali tak berhasil."
Keduanya terdiam sebentar. Kemudian Leslie berkata, "Mr. Riley...
bagaimana kalau saya punya cara untuk mensukseskan perjuangan serikat
pekerja?" "Maksud Anda?" "Saya punya ide. Tapi saya enggan membahasnya melalui telepon. Apakah
kita bisa bertemu... secara diam-diam?"
Hening sejenak. "Tentu. Tapi di mana?"
"Di suatu tempat di mana takkan ada yang mengenali kita."
"Bagaimana kalau di Golden Cup saja?"
"Baik. Sejam lagi saya akan berada di sana."
"Sampai nanti."
*** Golden Cup adalah kafe di kawasan kumuh Phoenix, daerah yang menurut
polisi sebaiknya dihindari oleh kaum wisatawan. Joe Riley sudah duduk dil
salah satu meja pojok ketika Leslie masuk. Ia berdiri waktu Leslie
menghampirinya. "Terima kasih Anda mau menemui saya," ujar Leslie. Mereka duduk.
"Saya kemari karena Anda bilang ada jalan untuk mendapatkan kontrak
saya." "Memang ada. Menurut saya, para anggota dewan bersikap bodoh dan
berpandangan sempit. Saya sudah berusaha meyakinkan mereka, tapi
argumen saya tak dihiraukan."
Riley mengangguk. "Saya tahu. Anda menyarankan agar mereka
menyetujui kontrak kami yang baru."
"Betul. Mereka tak menyadari peranan para pekerja percetakan untuk
koran kita." Riley menatapnya sambil mengerutkan kening "Anda kalah dalam
pemungutan suara. Jadi bagaimana...?"
"Saran saya ditolak karena serikat pekerja Anda pun dianggap sepi. Kalau
Anda ingin mencegah pemogokan yang berlarut-larut, yang mungkin akan
berakibat fatal bagi koran kita, Anda harus menunjukkan bahwa Anda tidak
main-main." "Apa maksud Anda?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Leslie tampak gugup ketika melanjutkan, "Apa yang akan saya katakan
bersifat sangat rahasia, tapi itu satu-satunya cara agar tuntutan Anda


Rencana Paling Sempurna The Best Laid Plans Karya Shidney Sheldon di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dipenuhi. Masalahnya sederhana. Para anggota dewan yakin Anda hanya
menggertak. Mereka tak percaya Anda serius. Anda harus membuktikan
sebaliknya. Kontrak Anda berakhir Jumat besok, tepat tengah malam."
"Betul..." "Mereka yakin para pekerja akan meninggalkan percetakan dengan
tenang." Leslie mencondongkan badan ke depan. "Jangan!" Riley
mendengarkannya tanpa berkedip. "Tunjukkan bahwa koran ini tak bisa
berjalan tanpa anak buah Anda. Jangan diam saja. Anda harus bertindak."
Riley membelalakkan mata.
"Tak perlu tindakan yang ekstrem," Leslie segera menambahkan. "Anda
cukup memotong beberapa kabel, atau menyabot satu atau dua mesin cetak.
Para anggota dewan harus dibuat sadar bahwa mereka membutuhkan Anda
untuk mengoperasikan mesin-mesin itu. Semua kerusakan bisa diperbaiki
dalam waktu satu atau dua hari, tapi Anda sudah berhasil membuat mereka
gemetaran. Mereka akan tahu siapa yang mereka hadapi."
Jloe Riley mengamati wajah Leslie. "Anda wanita yang luar biasa."
"Tidak juga. Situasi ini sudah saya pertimbangkan masak-masak, dan
ternyata pilihan saya hanyalah Anda bisa membuat kerusakan kecil yang
mudah diatasi, dan memaksa dewan pimpinan untuk memenuhi tuntutan
Anda, atau Anda keluar diam-diam dan mengadakan pemogokan
berkepanjangan, yang mungkin berarti kematian bagi Phoenix Star. Saya
hanya ingin menjaga kelangsungan hidup koran ini."
Perlahan-lahan Riley mengembangkan senyum "Mari saya traktir Anda
minum kopi, Mrs. Chambers."
"Kita mogok!" Malam Sabtu, satu menit lewat tengah malam, di bawah komando Joe
Riley, para operator mesin cetak mulai beraksi. Mereka mengotak-atik
beberapaa mesin, membalikkan meja-meja yang penuh peralatan, dan
membakar dua mesin cetak. Seorang penjaga yang berusaha menghentikan
mereka dihajar sampai babak belur. Para pekerja terbawa suasana yang
panas, dan tingkah mereka menjadi-jadi.
"Biar tahu rasa mereka! Kita tak terima diperlakukan semena-mena!" seru
salah satu dari mereka. "Tak ada koran tanpa kita!"
"Kitalah Star!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka bersorak-sorai. Keadaan semakin tidak terkendali. Ruang
percetakan porak-poranda.
Di tengah hiruk-piruk itu, sejumlah lampu sorot tiba-tiba menyala di
keempat sudut ruangan. Para pekerja langsung terdiam. Semuanya
memandang berkeliling sambil gelagapan. Di dekat pintu ternyata ada
beberapa kamera televisi yang merekam perusakan yang sedang
berlangsung. Kejadian tersebut juga diliput oleh sekelompok wartawan dari
Arizona Republic, Phoenix Gazette, dan berbagail jaringan berita. Selain itu
hadir paling tidak selusin petugas polisi dan pemadam kebakaran.
Joe Riley membelalakkan mata. Bagaimana mungkin mereka begitu cepat
sampai di sini" Ketika para polisi mulai bergerak maju dan para petugas
pemadam kebakaran mulai menyemprotkan air, Riley mendadak sadar, dan
ia serasa terkena tendangan di perut. Ia dijebak Leslie Chambers! Kalau
berita mengenai kerusakan akibat ulah serikat pekerjanya tersiar ke
masyarakat, takkan ada yang bersimpati kepada mereka. Opini masyarakat
pasti akan berbalik. Dari awal perempuan jalang itu memang mau
menjebakku.... Tlak sampai sejam kemudian hasil liputan para wartawan TV sudah
ditayangkan, dan stasiun-stasiun radio pun berlomba-lomba melaporkan
kerusuhan yang terjadi. Jaringan berita di Seantero dunia menurunkan berita
tersebut, dan semuanya menggambarkan para perusuh sebagai orang yang
tidak tahu terima kasih. Kejadian tersebut merupakan kemenangan humas
bagi harian Phoenix Star.
Leslie telah melakukan persiapan matang. Sebelumnya, ia diam-diam
mengirim beberapa eksekutif Star ke Kansas untuk belajar mengoperasikan
mesin-mesin cetak raksasa, dan kemudian melatih karyawan-karyawan yang
bukan anggota serikat pekerja. Setelah insiden sabotase itu, dua serikat
pekerja lain yang juga mogok, yaitu para pekerja distribusi dan para pekerja
grafika, mencapai kata sepakat dengan manajemen Star. Setelah serikat-
serikat pekerja berhasil ditundukkan, dan penghalang bagi modernisasi
teknologi percetakan pun tersingkir, laba yang diraih segera mulai meningkat.
Dalam semalam, tingkat produksi melonjak dua puluh persen.
Pagi hari sesudah pemogokan. Amy dipecat.
Suatu Jumat sore, dua tahun setelah pernikahan mereka, Henry
mengeluhkan gangguan di daerah perutnya. Keesokan paginya ia terserang
rasa sakit di dada, dan Leslie memanggil ambulans untuk membawanya ke
rumah sakit. Hari Minggu, Henry Chambers meninggal.
Seluruh kekayaannya diwariskannya kepada Leslie.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hari Senin seusai pemakaman, Craig McAl isten datang menemui Leslie.
"Saya ingin membahas beberapa masalah hukum, tapi kalau waktunya
kurang tepat..." "Silakan," jawab Leslie. "Aku tak apa-apa."
Pengaruh kematian Henry terhadap diri Leslie ternyata lebih besar daripada
yang diperkirakan Leslie sendiri. Henry pria yang baik hati, dan Leslie telah
memanfaatkannya dalam rangka membalas dendam kepada Oliver. Dan
entah bagaimana, dalam pikiran Leslie, kematian Henry menjadi satu alasan
lagi untuk menghancurkan Oliver.
"Apa yang ingin Anda lakukan dengan harian Star?" McAl ister bertanya.
"Tentunya waktu Anda terlalu berharga untuk mengurus koran kecil."
"Justru itu rencanaku. Kita akan berekspansi."
*** Leslie memesan edisi terbaru Managing Editor, majalah dagang yang
mencantumkan nama dan alamat broker surat kabar di seluruh Amerika
Serikat. Leslie memilih Dirks, Van Essen and Associates di Santa Fe, New
Mexico. "Ini Mrs. Henry Chambers. Saya berminat membeli koran lain, dan saya
ingin mendapatkan informasi mengenai surat kabar apa saja yang hendak
dijual...." Ternyata harian Sun di Hammond, Oregon.
"Kuminta kau ke sana untuk mempelajarinya," Leslie berkata kepada
McAl ister. Dua hari kemudian McAl ister menelepon Leslie. "Sebaiknya Anda lupakan
saja soal Sun, Mrs. Chambers."
"Ada masalah apa?"
"Masalahnya sederhana. Di Hammond ada dua harian. Oplah Sun 15.000
eksemplar. Koran yang satu lagi, Hammond Chronicle, beroplah 28.000
eksemplar, hampir dua kali lipat. Dan pemilik Sun minta lima juta dolar.
Permintaannya tak masuk akal."
Leslie merenung sejenak. "Tunggu aku di sana," katanya. "Aku segera
berangkat." Selama dua hari berikut, Leslie mempelajari seluk-beluk harian itu dan
memeriksa pembukuannya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sun tak mungkin bersaing dengan Chronicle" McAl ister berusaha
meyakinkannya. "Chronicle tumbuh terus, sedangkan tiras Sun justru
menurun selama lima tahun terakhir."
"Aku tahu," sahut Leslie. "Aku akan membelinya."
McAl ister menatapnya dengan heran. "Anda akan apa?"
"Aku akan membelinya."
Semua detail jual-beli berhasil dirampungkan dalam tiga hari. Pemilik Sun
gembira sekali karena bisa melepaskan koran itu. "Wanita itu termakan
omonganku," ia berkoar. "Dia membayar lima juta penuh."
Walt Meriwether, pemilik Hammond Chronicle, mengunjungi Leslie.
"Kabarnya Anda pesaing saya yang baru," katanya riang.
Leslie mengangguk. "Begitulah."
"Kalau Anda nanti mengalami kesulitan di sini barangkali Anda berminat
menjual harian Sun Anda pada saya."
Leslie tersenyum. "Kalau semuanya berjalan lancar, mungkin Anda
berminat menjual harian Chronicle pada saya."
Meriwether tertawa. "Tentu. Semoga berhasil, Mrs. Chambers."
Ketika kembali ke kantor Chronicle, Meriwether berkata penuh keyakinan,
"Enam bulan lagi Sun akan jatuh ke tangan kita."
Leslie pulang ke Phoenix dan berbicara dengan Lyle Bannister, redaktur
pelaksana Star. "Kau ikut aku ke Hammond, Oregon. Kuminta kau memupuk
koran di sana sampai mampu berdiri sendiri."
"Saya sempat bicara dengan Mr. McAl ister," ujar Bannister. "Koran itu
takkan sanggup berdiri sendiri. Dia meramalkan usaha ini bakal berakhir
dengan bencana." Leslie menatapnya sejenak. "Buktikan bahwa dia keliru."
Di Oregon, Leslie mengadakan rapat staf Sun.
"Mulai sekarang, sepak terjang kita akan sedikit berbeda," ia memberitahu
mereka. "Hammond mempunyai dua surat kabar, dan kita akan memiliki
kedua-duanya." Derek Zornes, redaktur pelaksana Sun, berkata, "Maaf, Mrs. Chambers,
tapi saya mendapat kesan Anda belum memahami situasi kita. Sirkulasi kita
jauh di bawah Chronicle, dan setiap bulan masih iuran terus. Kita takkan
sanggup mengejarnya."
"Kita bukan saja akan mengejarnya," jawab Leslie yakin, "kita akan
membuat Chronicle gulung likar."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kaum pria di ruangan itu berpandangan dan semuanya berpikiran sama:
Dalam bisnis surat kabar tidak ada tempat bagi wanita dan para amatir.
"Apa rencana Anda?" tanya Zornes sopan.
"Kau pernah menyaksikan adu banteng?" Leslie balik bertanya.
Zornes berkedip. "Adu banteng" Belum..."
"Nah, saat bantengnya menyerbu ke arena, sang matador tak langsung
membunuhnya. Dia membuat banteng itu mengucurkan darah dulu, sampai
lawannya cukup lemah untuk dihabisi."
Zornes berusaha menahan tawa. "Dan kita akani membuat Chronicle
mengucurkan darah?" "Persis." "Bagaimana caranya?"
"Mulai Senin besok, harga jual Sun kita turunkan dari 25 sen menjadi 20
sen. Tarif pemasangan iklan kita potong tiga puluh persen. Minggu depan,
kita adakan kontes di mana para pembaca kita bisa memenangkan
perjalanan gratis ke seluruh dunia. Kontes itu akan segera kita umumkan."
Ketika para karyawan berkumpul seusai rapat, mereka sepakat bahwa
koran mereka telah dibeli oleh wanita yang tidak waras.
Pertarungan pun dimulai, tapi ternyata justru Sun yang mengucurkan
darah. McAl ister bertanya pada Leslie, "Anda sadar betapa besar kerugian Sun
sampai saat ini?" "Aku tahu persis seberapa besar kerugiannya," sahut Leslie.
"Berapa lama lagi Anda akan meneruskan usaha ini?"
"Sampai kita menang," jawab Leslie. "Jangan kuatir. Kita pasti akan
menang." Tapi sesungguhnya Leslie pun cemas. Kerugian yang dialaminya
membengkak dari minggu ke minggu. Sirkulasi Sun terus menyusut, dan
tanggapan para pemasang iklan terhadap pemotongan tarif juga kurang
menggembirakan. "Tampaknya teori Anda tak berhasil," kata McAl ister. "Sudah waktunya kita
menyerah. Saya rasa Anda bisa saja terus menyuntikkan dana baru, tapi apa
gunanya?" Minggu berikutnya, tiras Sun tidak lagi menunjukkan penurunan.
Harian itu membutuhkan waktu delapan minggu untuk meningkatkan
sirkulasinya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pengurangan harga jual Sun serta pemotongan hrif pemasangan iklan
memang menarik, tapi faktor utama di balik kebangkitan Sun adalah kontes
yang diselenggarakan Leslie. Kontes itu berlangsung selama dua belas
minggu. dan para peserta harus mengikutinya setiap minggu. Hadiah yang
disediakan mencakup pelayaran naik kapal pesiar ke pulau-pulau tropis, serta
perjalanan ke London, Paris, dan Rio. Penyerahan hadiah disertai foto para
pemenang di halaman pertama, dan tiras Sun pun meledak.
"Anda benar-benar berjudi," Craig McAl ister menggerutu, "tapi ternyata
Anda berhasil." "Aku tidak berjudi," sahut Leslie. "Orang takkan menolak sesuatu yang
dapat mereka peroleh secara cuma-cuma."
Walt Meriwether marah besar ketika menerima laporan tiras terakhir.
Untuk pertama kali sejak bertahun-tahun, Sun berhasil mengungguli
Chronicle. "Oke," Meriwether menggeram. "Kita juga bisa ikut dalam
permainan konyol ini. Kita juga akan memotong tarif iklan dan membuat
kontes serupa". Namun usahanya terlambat. Sebelas bulan setelah Leslie membeli harian
Sun, Walt Meriwether datang menemuinya.
"Saya akan keluar dari bisnis surat kabar," katanya ketus. "Anda berminat
membeli Chronicle?" "Ya." Segera setelah kontrak pengambilalihan Chronicle ditandatangani, Leslie
mengadakan rapat staf. "Mulai Senin," ia berkata, "kita menaikkan harga jual Sun, melipatduakan
tarif iklan, dan menghentikan kontes."
Sebulan kemudian, Leslie berkata kepada Craig McAl ister, "Harian Evening
Standard di Detroit hendak dijual. Salah satu asetnya adalah stasiun televisi.
Ada baiknya kalau kita mengajukan penawaran."
McAl ister langsung memprotes, "Mrs. Chambers, kita tak tahu apa-apa
mengenai televisi, dan...
"Kalau begitu, sudah waktunya kita belajar bukan?"
Kerajaan bisnis yang dibutuhkan Leslie mulai terbentuk.
6 HARI demi hari Oliver larut dalam kesibukan, dan ia menikmati setiap
menitnya. Ada kesepakatan politik yang perlu dibuat, undang-undang yang
harus diajukan, alokasi anggaran yang perlu disetujui, belum lagi berbagai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pertemuan, pidato, dan wawancara pers. Harian State Journal di Frankfort,
Herald-Leader di Lexington, dan Louisvil e Courier-Journal memuji-muji sepak
terjang Oliver. Ia membangun reputasi sebagai gubernur yang tegas dan
lugas. Oliver terbawa ke dalam pergaulan orang-orang superkaya, Tapi ia
sadar bahwa pernikahannya dengan putri Senator Todd Davis berperan besar
dalam hal ini. Oliver betah tinggal di Frankfort. Kota tersebut merupakan kota bersejarah
di lembah sungai yang indah di kawasan bluegrass Kentucky yang terkenal.
Sesekali ia membayangkan bagaimana rasanya tinggal di Washington, D.C.
Hari berganti minggu, dan minggu berganti bulan, oliver memasuki tahun
terakhir masa jabatannya.
Oliver telah menunjuk Peter Tager sebagai sekretaris persnya. Tager selalu
berterus terang kepada pers, dan dengan nilai-nilai tradisional yang dianut-
nya dan sering dibicarakannya, ia menambah bobot dan wibawa partai. Peter
Tager dan tatap matanya yang hitam menjadi hampir sama terkenalnya de-
ngan Oliver sendiri. Paling tidak sebulan sekali Todd Davis meluangkan waktu untuk terbang ke
Frankfort guna menemui Oliver.
Ia berkata kepada Peter Tager, "Kalau kuda pacu sudah mulai berlari, kita
harus menjaga agar dia tak kehilangan irama langkahnya."
Suatu malam yang dingin di bulan Oktober, Oliver ditemani Senator Davis
di ruang kerjanya. Sebelumnya mereka dan Jan bersantap malam di
Gabriel's, lalu kembali ke kediaman gubernur. Jan lalu meninggalkan mereka,
agar keduanya lebih leluasa berbicara.
"Jan kelihatan bahagia sekali, Oliver. Aku senang melihatnya begitu."
Sang Penebus 8 Pendekar Bayangan Sukma 1 Pedang Pusaka Dewa Matahari Batu Pembalik Waktu 2
^