Pencarian

The Last Empress 1

The Last Empress Karya Anchee Min Bagian 1


The Last Empress - Anchee Min
The Last Empress - Anchee Min
Bidadari Pendekar Naga Sakti THE LAST EMPRESS
The Last Empress - Anchee Min
Anchee Min KISAH PEREMPUAN PALING BERKUASA DI CINA PADA ABAD KE20
The Last Empress Diterjemahkan dari The Last Empress Karya Anchee Min, Terbitan
Bloomsburry, London, 2007 Copyright First published in Great Britain in 2007
Indonesian Translation Copyright Penerjemah: Nuraini Mastura Penyunting: Suhindrati
A. Shinta Penyelaras aksara: Ifah Nurjany Desain sampul: Windu Tampan Penerbit
Hikmah (PT Mizan Publika) Anggota IKAPI Jln. Puri Mutiara Raya DewiKZ No. 72
Cilandak Barat, Jakarta Selatan 12430 Telp. 021-75915762, Fax. 021-75915759 E-mail:
hikmahku@cbn.net.id http://www.mizan.com ISBN: 979-979-114-197-1 Cetakan I, Juni
2009 Cetakan II, Juli 2009 Cetakan III, Oktober 2009 Cetakan IV, Februari 2009
Didistribusikan oleh Mizan Media Utama (MMU) An. Cinambo (Cisaranten Wetan) No.
146 Ujungberung, Bandung 40294 Telp.: (022) 7815500 (hunting) Faks.: (022) 7902288
E-mail: mizanmu@bdg.contrin.net.id JAKARTA: (021) 7661724, 7661725, MAKASSAR:
(0411) 871369, SURABAYA: (031) 60050079, (031) 9291857, MEDAN: (061) 820469
Terima Kasih Anton Mueller Untuk pekerjaan suntingannya yang luar biasa Sanda
Dijkstra untuk kehadirannya selalu Catatan Penulis Seluruh karakter dalam buku ini
didasarkan atas kenyataan. Saya berusaha keras untuk menjaga kemurnian
peristiwa-peristiwa yang tertulis dalam buku sesuai dengan rekaman sejarah yang ada.
Saya menerjemahkan atau menyalin dekrit, maklumat, dan artikel koran dari dokumen
asli. Saat menemukan perbedaan penafsiran, saya mendasarkan penilaian saya pada
hasil penelitian dan menggunakan perspektif menyeluruh. Hubunganku dengan Tzu Hsi
berawal pada 1902 dan terus berlanjut hingga kematiannya. Aku menyimpan catatan
personal tentang hubungan rahasiaku dengan sang Maharani, juga menyimpan catatan
dan pesan yang ditulis Yang Mulia pribadi kepadaku, tetapi sialnya aku kehilangan
semua manuskrip dan kertas-kertas tersebut. SIR EDMUND BACKHOUSE, coauthor
buku China Under the Empress Dowager (1910) dan Annals and Memoirs of the Court
of Peking (1914) Pada 1974, (dengan) mempermalukan Oxford dan mengagetkan para
ilmuwan Cina di seluruh dunia, diketahui bahwa Backhouse adalah seorang penipu...
Kebohongannya memang terbongkar, tetapi bahan-bahan palsunya masih tetap saja
digunakan oleh para ilmuwan. STERLING SEAGRAVE, Dragon Lady. The Life and
Legend of the Last Empress of China (1992) Salah satu orang bijak Cina meramalkan
bahwa "Cina akan dihancurkan oleh seorang perempuan " Ramalan ini tengah menuju
kenyataan. DR. GEORGE ERNEST MORRTSON, Koresponden Times London untuk
Cina, 18921912 Tzu Hsi sudah membuktikan bahwa dia bijak dan (berpandangan)
ekonomis. Kepribadiannya tanpa cela. CHARLES DENBY, Wakil Amerika untuk Cina,
1898 Dia (Tzu Hsi) adalah biangnya kejahatan dan intrik. Naskah Cina (dicetak pada
19491991) Daftar Isi THE LAST EMPRESS THE LAST EMPRESS Catatan Penulis
Catatan Penulis Daftar Isi Daftar Isi Awal Mula Awal Mula 1 1 2 2 3 3 4
The Last Empress - Anchee Min
4 5 5 6 6 7 7 8 8 9 9 10 10 11 11 12 12 13 13 14 14 15 15 16 16 17 17 18 18
19 19 20 20 21 21 22 22 23 23 24 24 25 25 26 26 27 27 28 28 29 29 30 30 31
31 32 32 33 33 34 34 35 35 36 36 37 37 38 38 39 39
The Last Empress - Anchee Min
40 40 41 41 42 42 43 43 45 45 46 46 47 47 Lembar Akhir Lembar Akhir Tentang
Penulis Tentang Penulis Awal Mula PADA 1852, SEORANG gadis berusia tujuh belas
tahun dari keluarga terpandang tetapi miskin dari klan Yehonala tiba di Peking sebagai
The Last Empress - Anchee Min
salah seorang selir bagi Kaisar Muda, Hsien Feng. Tzu Hsi, dikenal sebagai Anggrek
saat kecil, hanyalah satu dari ratusan selir yang satu-satunya impian dalam hidup
mereka adalah memberikan keturunan laki-laki bagi Kaisar. Saat itu bukanlah waktu
yang baik untuk memasuki Kota Terlarang, kompleks teramat luas yang dipenuhi istana
dan taman, dijalankan oleh ribuan kasim dan dikelilingi oleh tembok di pusat Kota
Peking. Dinasti Ch'ing mulai kehilangan denyut nadinya. Balairung Istana sudah menjadi
tempat yang picik dan sangat tertutup. Beberapa dekade sebelumnya, Cina kalah dalam
Perang Opium pertama. Dan semenjak itu, ia belum juga berusaha memperkuat
pertahanannya atau memperbaiki hubungan diplomatiknya dengan bangsa-bangsa lain.
Di dalam tembok Kota Terlarang, sedikit salah langkah sering kali berakibat maut.
Sebagai seorang dari ratusan wanita yang menuntut perhatian penuh dari sang Kaisar,
Angrek mengetahui bahwa dia harus mengambil kendali hidupnya sendiri. Setelah
menahabiskan waktunya untuk berusaha mempelajari seni memuaskan pria, dia
mengorbankan segalanya dengan menyuap jalannya untuk memasuki kamar tidur
Kerajaan dan merayu Kaisar. Hsien Feng adalah lelaki bermasalah, tetapi ada saat-saat
ketika cintadewi-kz di antara mereka begitu menggebu dan murni, dan tak lama, dia
mendapatkan keberuntungan untuk memberinya satu-satunya keturunan laki-laki dan
pewaris takhta. Dengan pangkat meningkat menjadi seorang Maharani, Anggrek tetap
harus berjuang untuk mempertahankan posisinya ketika Kaisar mengambil kekasih--
kekasih baru. Haknya untuk membesarkan anaknya sendiri, yang berada di bawah
kendali Pemaisuri Nuharoo, istri pertama Kaisar, selalu menjadi permasalahan.
Penyerangan oleh Inggris, Prancis, dan Rusia pada 1860, disusul dengan pendudukan
Peking, memaksa Dewan Istana Cina bergerak menuju pengasingan di Jehol, di luar
Tembok Besar. Di sana, berita memalukan tentang prasyarat berat untuk perdamaian
membawa akibat semakin memburuknya kesehatan Kaisar. Dengan wafatnya Hsien
Feng, muncul kudeta dalam Istana, yang berhasil dipadamkan dengan bantuan Anggrek
beserta saudara iparnya, Pangeran Kung, dan jenderal Yung Lu. Si tampan Yung Lu
menyalakan kembali percik asmara pada diri Anggrek yang saat itu masih sangat muda.
Namun dengan kedudukan barunya, hanya terdapat sedikit kesempatan bagi Anggrek
untuk memiliki kehidupan pribadi. Sebagai WaliPermaisuri Nuharoomatang, Permaisuri
Anggrek mengawali masa kekuasaannya yang panjang dan penuh kegentingan, yang
akan berlanjut hingga abad berikutnya. 1 MATA IBU TERTUTUP saat meninggalnya.
Namun sejenak kemudian, dia membuka dan tetap seperti itu. "Yang Mulia, tolong
pegang kedua kelopak matanya dan usahakan sebisa mungkin untuk menutupnya,"
suruh Tabib Sun Pao-tien. Jemariku bergetar saat berusaha melakukannya. Saudariku,
Rong, mengatakan bahwa Ibu bermaksud menutup matanya. Ibu telah menanti
kedatanganku terlalu lama. Ibu tidak ingin mengganggu jalannya audiensiku. "Usahakan
tidak membebani orang lain," adalah filosofi Ibu. Dia pasti akan teramat kecewa jika
mengetahui dirinya membutuhkan bantuan orang lain untuk mengatupkan kedua
matanya sendiri. Aku berharap bisa mengabaikan larangan Nuharoo dan membawa
anakku serta untuk menyampaikan salam perpisahan pada Ibuku. "Mestinya kenyataan
Tung Chih merupakan Kaisar Cina tidak jadi masalah," aku seharusnya membantahnya.
"Toh, dia adalah cucu ibuku sebelum menjadi Kaisar." Aku beralih pada abangku, Kuei
Hsiang, dan bertanya apakah Ibu meninggalkan suatu pesan untukku. berdiri di sisi
pembaringan lbu. Air mataku menggenang'.
The Last Empress - Anchee Min
untuk Ibu"diskusikan nanti.untuk menjangkaumu begitu kau angkat kaki dari tempat ini.
Aku ingin tahu apa niatanmu. Ibu berhak mendapatkan penghormatan yang sama
seperti yang diberikan pada Ibu Suri Jin. tak mungkin. Rong, jutaan pasang mata
The Last Empress - Anchee Min
menatap kita. Kita harus memberikan contoh.Cina!mengerti. Kau adalah anak yang
jahat, egois, dan tak berperasaan!bisakah aku meminta perhatian Anda untuk
berkonsentrasi pada jari-jari Anda" Mata Ibu Anda akan terus membuka jika Anda
berhenti menekan.tekan. Sudah hampir selesai. Jangan bergerak.Saudariku membantu
menahan lenganku. Wajah Ibu sekarang tampak tenang dan begitu jauh. Aku tidak bisa
percaya dia sudah meninggal, jemariku mengelus kulit lembutnya yang masih terasa
hangat. Aku rindu menyentuhnya. Semenjak aku memasuki Kota Terlarang, lbu
diharuskan berlutut saat menyapaku tiap kali datang berkunjung. Dia memaksa untuk
mematuhi tata cara yang ada. selaku Permaisuri Cina,Kami jarang sekali memiliki waktu
berdua. Para kasim dan dayang terus-terusan mengelilingiku. Aku ragu Ibu bisa
mendengarku dari tempat duduknya, sepuluh kaki jauhnya dari tempatku. Namun,
tampaknya itu tidak mengganggunya. Dia berpura-pura dapat mendengarkan. Dia akan
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang belum kuutarakan. Tabib Sun Pao-tien. Kedua
mata Ibu tetap terpejam. Kerutan di wajahnya tampak menghilang dan air mukanya
terlihat tenang. Aku adalah gunung yang tertinggal di belakang. Suara Ibu kembali
terngiang di telingaku: Bagai sungai yang menyanyi Begitulah engkau keluar, mengalir
lepas Bahagiaku menyaksikanmu pergi Kenangan tentang kita Begitu penuh dan indah.
Aku harus tegar demi anakku. Meski Tung Chih, yang saat itu berusia tujuh tahun, telah
jadi Kaisar selama dua tahun sejak naik takhta pada 1861, rezimnya sangat kacau.
Kekuatan asing terus merambah Cina, terutama di bandarbandar pelabuhan; di wilayah
sendiri, pemberontakan petani yang disebut Taiping telah menyebar di daerah
pedalaman dan telah menguasai provinsi demi provinsi. Aku berusaha keras mencari
cara untuk mendidik Tung Chih sebaik mungkin. Namun, dia tampak sangat terpukul
oleh kepergian ayahnya secara mendadak. Aku hanya bisa berharap dapat
membesarkannya sebagaimana kedua orangtuaku tdah membesarkanku. berujar. Aku
memercayainya saat dia mengatakan bahwa tak ada sedikit pun penyesalan dalam
hidupnya. Dia telah meraih impiannya: kedua putrinya menikahi keluarga Kerajaan dan
putranya menjabat sebagai salah seorang menteri Kerajaan berpangkat tinggi. jembel
pada 1852 lalu,di Kanal Besar, ketika para penandu menelantarkan peti mati Ayah
kalian.Panas teriknya hari itu dan bau busuk yang menyebar dari mayat ayahku juga
terus menghantuiku. Raut muka Ibu saat dengan terpaksa menjual perhiasan
terakhirnya, jepit rambut giok yang merupakan hadiah pernikahan dari Ayah, adalah raut
tersedih yang pernah kulihat. Sebagai istri pertama Kaisar Hsien Feng, Permaisuri
Nuharoo menghadiri penguburan ibuku. Aku berjalan di belakangnya, berhati-hati untuk
tak menginjak ekor jubahnya yang panjang. Nyanyian para biksu Tibet, juga para
pendeta Tao dan Buddha, mengikuti kami. Sambil beriringan memasuki Kota Terlarang,
kami terus-menerus berhenti untuk melakukan ritual demi ritual saat melewati
gerbang-gerbang dan tembok-tembok. Berdiri di samping Nuharoo, aku kagum pada
hubungan kami yang akhirnya terjalin cukup harmonis. Perbedaan di antara kami sudah
amat jelas, semenjak kali pertamanya kami memasuki Kota Terlarang sebagai gadis
muda. Diabegitu anggun, percaya diri, dan dari keturunan ningrattelah terpilih sebagai
Istri Pertama Kaisar, sang Maharani; aku sendiribangsa sendiri tetapi tak jelaskeempat.
Perbedaan antara kami tumbuh jadi konflik saat aku menemukan jalan memasuki hati
Kaisar Hsien Feng dan melahirkan putraku, satu-satunya keturunan laki-laki dan pewaris
takhta. Kenaikan peringkatku hanya semakin memperburuk masalah. Namun, di balik
kekacauan penyerbuan bangsa asing, mangkatnya suami kami pada masa pengasingan
di tanah perburuan lama di Jehol, dan
The Last Empress - Anchee Min
krisis kudeta, kami dipaksa menemukan jalan untuk menjalin kerja sama.
The Last Empress - Anchee Min
Bertahun-tahun kemudian semenjak itu semua, hubunganku dengan Nuharoo sangat
sesuai dengan ungkapan, bertahan, amatlah penting bagi kami berdua untuk saling
menjaga satu sama lain. Terkadang hal ini tampak sangat mustahil, terutama mengingat
Tung Chih. Status Nuharoo sebagai istri pertama memberikan wewenang baginya untuk
menentukan cara asuhan dan pendidikannya, hal yang sangat menyayat hatiku.
Perselisihan kami tentang cara terbaik membesarkan Tung Chih memang berakhir sejak
dia menaiki takhta, tetapi kegetiran hatiku menyaksikan betapa anak itu sangat tak
matang terus berlanjut menjadi duri bagi hubungan kami berdua. Nuharoo mencari
ketenangan dengan menjadi penganut Buddha taat, sementara ketidaktenanganku terus
mengikutiku seperti bayangan. Jiwaku selalu mendantarkan kemauanku. Aku membaca
buku kiriman Nuharoo untukku, Adab yang Pantas bagi Janda Kekaisaran, tetapi buku
itu sama sekali tak bisa menenangkan batinku. Bagaimanapun, aku berasal dari Wuhu,
ditumbuhi rumput lebatorang lain, meski seumur hidup aku berusaha. Ibu mengajariku
saat aku masih kecil. lembut akan diukir menjadi patung-patung Buddha dan dewa-dewi.
Bongkahan yang keras akan dijadikan papan peti mati.Aku memiliki meja gambar di
ruanganku, dengan tinta, cat campuran baru, kuas, dan kertas nasi. Tiap kali usai
audiensi, aku datang ke sini untuk bekerja. Lukisan-lukisanku adalah untuk
anakkudijadikan sebagai hadiah atas namanya. Lukisan ini berperan sebagai duta
bangsa dan bicara atas nama Kaisar setiap kali situasi jadi begitu memalukan. Cina
dipaksa untuk mengemis-ngemis agar tenggat pembayaran atas biaya disebut sebagai
kompensasi perang yang dipaksakan pada kami oleh kekuatan asing, diperpanjang.
Lukisan-lukisan ini juga membantu meringankan penolakan terhadap kebijakan pajak
tanah anakku. Para gubernur dari berbagai wilayah sudah mengirimkan pesan bahwa
rakyat mereka amat miskin dan tak sanggup lagi membayarnya. kosong,anakku. oleh
kekuatan asing agar armada mereka tidak memasuki perairan kita, Saudara iparku,
Pangeran Kung, mengeluhkan bahwa Biro Urusan Luar Negeri sudah kehabisan ruang
untuk menyimpan surat-surat tagihan dari para penagih utang. untuk memasuki perairan
kita, Adalah ide kasimku, An-te-hai, untuk menggunakan lukisan-lukisanku sebagai
hadiah untuk menangguhkan waktu, menghemat uang, dan meminta pemahaman.
An-te-hai sudah melayaniku sejak hari pertamaku di Kota Terlarang, ketika sebagai
bocah laki-laki usia tiga belas tahun, dengan sembunyi-sembunyi dia membawakanku
minuman untuk tenggorokanku yang kering. Itu merupakan tindakan berani, dan
semenjak saat itu, dia mendapatkan kesetiaan dan kepercayaanku. Idenya akan
lukisan-lukisan ini sangat cerdas, dan aku tak dapat melukis lebih cepat lagi. Kukirimkan
satu lukisan sebagai hadiah ulang tahun untuk Jenderal Tseng Kuo-fan, panglima
perang terhebat di Cina, yang mendominasi kekuatan militer negara. Aku ingin agar
Jenderal tahu bahwa aku menghargainya, meski baru-baru ini aku menurunkan
pangkatnya atas nama anakku, di bawah tekanan golongan konservatif Istana yang
pro-Manchu, yang menyebut diri mereka Topi-Besi. Topi - Besi tak dapat menerima
kenyataan bahwa bangsa Cina Han, melalui perjuangan keras mereka, telah mulai
menduduki puncak-puncak kekuasaan. Aku ingin Jenderal Tseng tahu bahwa aku tak
memiliki niat buruk padanya, dan bahwa aku menyadari bahwa aku sudah bertindak tak
adil terhadapnya. tanpamu,Aku selalu berpikir apa yang menahan Jenderal Tseng
Kuo-fan dari mengobarkan pemberontakan. Kudeta tentu tak akan sulitselalu berpikir
bahwa ini semua hanyalah masalah waktu saja. berkata satu hari, dan putraku akan
kehabisan peruntungannya. Kutandatangani namaku dalam tulisan kaligrafi indah. Di
atasnya kutandai dengan stempel pribadiku bertinta merah. Aku punya berbagai stempel
batu dari berbagai jenis ukuran dan bentuk. Selain stempel khusus yang diberikan
padaku oleh suamiku, stempel lainnya menunjukkan gdarku: yang Suciadalah yang
paling sering kugunakan. Stempel-stempel ini bernilai tinggi bagi para kolektor. Untuk
The Last Empress - Anchee Min
menjadikan hasil pekerjaan seninya lebih mudah terjual di kemudian hari, akan
kutinggalkan namaku, kecuali jika diminta sebaliknya. Kemarin An-te-hai melaporkan
bahwa nilai-nilai lukisanku naik. Berita ini membuatku sedikit gembira. Meski begitu, aku
lebih senang menghabiskan waktu bersama Tung Chih daripada merasa terpaksa
melukis. Setiap orang yang melihat lukisanku dapat melihat kekurangannya. Sapuan
kuasku menunjukkan keamatiran, atau kurangnya bakat. Penguasaan tintaku
menunjukkan bahwa aku hanya pemula. Sifat dari lukisan kertas nasi
The Last Empress - Anchee Min
tidak mengizinkan adanya kesalahan, yang berarti aku harus menghabiskan waktu
berjam-jam untuk satu lukisan, bekerja hingga larut malam, dan satu saja sapuan salah
akan merusak semuanya. Setelah berbulan-bulan bekerja sendiri, aku akhirnya
mempekerjakan guru seni yang tugasnya adalah menutupi kekuranganku.
Pemandangan alam dan bunga-bunga adalah objek lukisku. Aku juga melukis
burung-burung, biasanya berpasangan. Aku akan menempatkannya di tengah-tengah
lukisan. Burung-burung itu akan bertengger di dahan yang sama atau beda, seolah
sedang mengobrol. Dalam komposisi tegak, satu burung akan bertengger di pucuk
dahan dan menatap ke bawah, dan burung lainnya akan bertengger di dahan bawah
mendongak ke atas. Aku menghabiskan banyak waktu mengerjai bulubulunya. Merah
jambu, oranye, dan hijau limun adalah warna-warna bulu burung kesukaanku.
Warna-warna itu memberi kesan hangat dan ceria. An-te-hai menyarankan agar aku
melukis bunga-bunga peoni, teratai, dan krisan. Dia bilang aku sangat pandai melukis
bunga-bunga seperti itu. Tetapi aku tahu maksudnya adalah lukisan-lukisan macam itu
lebih mudah dijual. Trik yang kupelajari dari guru seniku adalah bahwa stempel bisa
digunakan untuk menutupi kekurangan yang ada. Karena aku punya kekurangan hampir
di semua tempat, aku membubuhi cap stempel hampir di mana-mana untuk tiap lukisan.
Saat aku merasa tak puas dan ingin memulai semuanya dari awal, An-te-hai
mengingatkanku bahwa jumlah yang dihasilkan mestinya menjadi target utamaku. Dia
membantu membuat cap-cap stempel itu jadi lebih menarik. Saat aku merasa sudah tak
dapat menyelamatkan hasil karyaku, guru seniku akan mengambil alih. Guruku biasanya
menghabiskan waktu memperbaiki latar belakangnya. Dia akan tambahkan dedaunan
dan ranting-ranting untuk menutupi bagian yang buruk dan akan menambahkan aksen
ke gambar burung dan bungaku. Orang akan berpikir bahwa sapuan lukis guruku yang
mengagumkan akan menjadikan karyaku tampak sungguh memalukan, tetapi dia
menerapkan keterampilannya hanya untuk menyelamatkan karya lukisku yang terburuk.
Sungguh mengesankan melihatnya berusaha keras menyamai sapuan-sapuan
amatirku. Pikiranku sering kali berkelana pada putraku saat aku tengah melukis. Pada
malam hari, jadi sulit memusatkan pikiran. Aku akan membayangkan wajah Tung Chih
selagi dia tertidur di ranjangnya dan memikirkan apa yang dia impikan. Saat aku tak lagi
bisa menahan diri untuk menghabiskan waktu bersamanya, aku akan taruh kuasku dan
berlari ke istana Tung Chih, empat pekarangan jauhnya dari tempatku. Tak sabar
menanti An-te-hai menyalakan lampion, aku akan berlari dalam kegelapan, menabrak
dan membentur tembok serta gerbang lengkung sampai tiba di sisi tempat tidur putraku.
Di samping putraku yang tertidur, aku akan memeriksa napasnya dan membelai-belai
kepalanya dengan jemari tanganku yang ternoda bekas tinta. Saat salah seorang
pelayan menyalakan lilin, aku meraih satu dan membawanya dekat ke wajah anakku.
Mataku akan menelusuri kening indahnya, kelopak matanya, hidung, dan bibirnya. Aku
akan membungkuk dan mengecupnya. Mataku akan basah saat kulihat kemiripannya
dengan ayahnya. Aku akan teringat ketika Kaisar Hsien Feng dan aku sedang jatuh


The Last Empress Karya Anchee Min di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

cinta. Kenangan kesukaanku adalah saat aku terus menggodanya dengan memaksakan
The Last Empress - Anchee Min
dirinya mengingat namaku. Aku tak akan meninggalkan Tung Chih, hingga An-te-hai
menemukanku. Rombongan panjang kasim akan mengekor di belakangnya, tiap mereka
menjinjing lampion merah besar. An-te-hai. membubuhi stempel itu sendiri.menjawab
lembut, kemudian dia akan mengantarku balik ke istanaku. 2 BUKANNYA
MEMBACAKAN BUKU untuk Tung Chih di bawah naungan teduh pekaranganku, aku
malah menandatangani dekrit mengumumkan penjatuhan hukuman mati bagi dua tokoh
penting. Saat itu 31 Agustus 1863. Aku sangat menyesali momen itu karena aku tak
dapat menyingkirkan dari pikiranku akan arti tanda tanganku itu terhadap kduarga
mereka. Terhukum pertama adalah Ho Kui-ching, Gubernur Provinsi Chekiang. Ho
adalah teman lama suamiku. Kali pertama aku bertemu dengannya saat dia masih
pemuda belia. Dia baru saja menjuarai peringkat pertama ujian pegawai kekaisaran. Aku
menghadiri upacara itu bersama suamiku, yang menganugerahinya dengan gelar
Jinshih, Pemuda dengan Prestasi Agung. Dalam ingatanku, Ho adalah pemuda yang
rendah hati. Dia memiliki mata yang menjorok ke dalam dan gigi tonggos. Suamiku
sangat terkesan dengan wawasan filsafat dan sejarahnya yang luas, dan dia
mengangkat Ho sebagai Wali Kota dari Kota Selatan yang penting di Hangchow, dan
beberapa tahun kemudian, sebagai Gubernur Chekiang. Saat dia berusia lima puluh, dia
menjadi Gubernur Senior yang menanggungjawabi seluruh provinsi Selatan Cina. Ho
juga dianugerahi kekuasaan militer. Dia adalah Pemegang Komando Tertinggi Kerajaan
di Selatan Cina. Catatan Ho menunjukkan bahwa dia dituntut karena mengabaikan
tugasnya, mengakibatkan hilangnya beberapa
The Last Empress - Anchee Min
provinsi selama pemberontakan Taiping terus berlanjut. Dia telah memerintahkan
kepada anak buahnya untuk menembaki penduduk setempat saat berusaha meloloskan
diri. Aku menolak permintaannya untuk mempertimbangkan-ulang kasusnya. Dia
tampak tak menunjukkan rasa bersalah atau penyesalannya atas kematian dan
penderitaan ribuan keluarga yang ditelantarinya. Ho dan kawan-kawannya di Dewan
Istana mengabaikan fakta bahwa suamiku sendiri secara pribadi telah menginstruksikan
pemenggalan kepalanya sebelum wafatnya. Oposisi kuat yang kutemui di kemudian hari
membuatku menyadari kelemahanku. Aku menganggap tuntutan Ho sebagai tantangan
langsung terhadap kemampuan putraku sebagai penguasa Cina. Pangeran Kung adalah
salah seorang dari sedikit orang yang berdiri di sisiku, meski dia terus-menerus
mengingatkanku bahwa aku tak mendapatkan dukungan dari mayoritas Dewan Istana.
Aku tak mengira bahwa ketidaksetujuanku dengan pihak Istana akan berubah menjadi
krisis yang mengancam kelangsungan pemerintahan putraku dan diriku sendiri. Aku
menyadari bahwa perilaku Ho mencerminkan tindakan para Gubenur dari kebanyakan
provinsi. Aku merasa hanya akan mengakibatkan malapetaka tak berkesudahan jika aku
gagat menindaklanjuti kasus ini dengan pemberlakuan hukuman. Selang beberapa
minggu, aku menerima petisi yang memintaku mempertimbangkan-ulang kasus
tersebut. Ditandatangani oleh tujuh belas menteri berkedudukan tinggi, para gubernur
dan jenderal, petisi itu mengklaim bahwa Ho tak bersalah dan memohon Paduka Tung
Chih Yang Mulia untuk membatalkan dakwaan. Aku meminta Pangeran Kung untuk
membantuku menyelidiki latar belakang setiap penandatangan petisi. Informasi yang
segera dibawakan oleh Pangeran Kung menunjukkan bahwa tanpa terkecuali, semua
penandatangan petisi merupakan orang-orang yang dipromosikan secara pribadi atau
direkomendasikan menduduki jabatannya oleh Gubernur Ho sendiri. Tarik-ulur
perdebatan terus berlangsung selagi aku dan Tung Chih menghadiri audiensi. Anakku
kelelahan, dan dia bergerak-gerak gelisah di kursi singgasana besarnya. Aku duduk di
belakangnya, agak ke kiri, dan harus terus mengingatkan dirinya untuk duduk tegak.
The Last Empress - Anchee Min
Untuk mempertahankan agar Tung Chih melakukan kontak mata dengan lebih dari
seratus menteri di lantai depan dirinya, kursi singgasananya ditempatkan di atas
panggung. Dia dapat menatap semua orang, dan sebaliknya, dirinya dapat dilihat oleh
setiap orang. Menjaga citra sebagai Putra Surga sesuai dengan yang diharapkan para
pengikutnya bukanlah hal mudah. Aku berusaha memperecpat proses audiensi agar
anakku dapat keluar dan bermain. Hal ini adalah siksaan bagi bocah tujuh tahun,
meskipun dia adalah Putra Surga. Pendapat mayoritas menyatakan bahwa kelalaian Ho
bukanlah hal besarGubernur. Menteri Pendapatan di Provinsi Jiangsu bicara sebagai
saksi: dan membantu menjaga wilayahku. Mestinya dia tak dianggap sebagai pembelot,
tetapi justru pahlawan.Tung Chih tampak kebingungan dan memohon untuk pergi. Aku
mengizinkan anakku pergi dan melanjutkannya sendiri. Aku tetap teguh pada
pendirianku, terutama saat mengetahui bahwa Ho telah berusaha untuk menghancurkan
bukti-bukti yang ada dan mengusik para saksi. Pangeran Kung mengundurkan diri dari
proses pengadilan Ho, setelah berhari-hari perdebatan tak kunjung usai. Dia mundur
dengan mengatakan bahwa dirinya memilih meninggalkan saja masalah ini di tanganku.
Aku terus berjuang melawan Dewan Istana yang kini menuntut adanya Aku merasa
seolah tengah memainkan satu permainan yang aturannya sendiri tak kumengerti. Dan
tak ada waktu untuk mempelajarinya. Atas nama putraku, kupanggil Jenderal Tseng
Kuo-fan, yang kini menjadi pengganti sementara Gubemur Ho. Aku memberitahukannya
bahwa aku tengah bersusah payah mencari satu orang yang hanya akan
mengungkapkan kejujuran. Aku menugasinya untuk memimpin penyelidikan yang baru.
Kujelaskan pada Tung Chih bahwa aku dan ayahnya selalu memegang kepercayaan
besar pada integritas Jenderal Tseng. Sebagai upaya menjaga minat anakku, aku
menceritakan padanya kisah pertemuan pertama Tseng dengan Kaisar Hsien Feng, dan
bagaimana Panglima Perang itu terkejut saat Kaisar memintanya untuk menjelaskan
mengapa dirinya diberi gelar KepalaTung Chih senang mendengarkan kisah-kisah
penyerangan Tseng, dan bertanya apakah Jenderal itu seorang Manchu. kesempatan
itu untuk menekankan inti pendapatku. kaum Han.untukku,asal ras dia.Aku bangga
padanya dan berujar, jadi seorang Kaisar.Dewan Istana menerima penunjukanku atas
Tseng Kuo-fan, yang membuatku jadi berpikir bahwa seseorang dari mereka pasti
meyakini Tseng orang yang korup. Aku mensyaratkan agar temuan Tseng akan jadi
bagian dari catatan publik.
The Last Empress - Anchee Min
Selang sebulan, Tseng menyampaikan temuannya di depan kehadiran Dewan Istana,
yang membuatku puas: Meskipun tak tersisa dokumen-dokumen kertas yang bisa
didapatkan para penyidikku, oleh karena Wisma Gubernur telah dibakar habis oleh para
pemberontak Taiping, fakta tetap menunjukkan bahwa Gubernur Ho Kui-ching gagal
dalam tugasnya menjaga provinsinya. Pemenggalan kepala bukanlah pemberlakuan
hukuman yang tak pantas, mengingat itulah hukum pemerintahan kerajaan. Masalah
bahwa benar tidaknya dia telah dibujuk oleh anak buahnya untuk meninggalkan wilayah,
menurut pendapatku, tidaklah relevan dalam kasus ini. Balairung menjadi hening usai
Tseng Kuo-fan mengutarakan pernyataannya. Dan aku tahu aku telah menang. Aku
menyesalkan fakta bahwa akulah yang harus menyampaikan kata-kata terakhir sebelum
eksekusi dijalankan. Aku mungkin bukanlah seorang penganut Buddha sejati seperti
Nuharoo, tetapi aku meyakini ajaran Buddha yang menyatakan bahwa mengurangi satu
kebajikan dari seseorangsedahsyat itu akan cukup mengacaukan keseimbangan diri
seseorang dan mengurangi umurnya. Sayangnya, aku tak mampu menghindari
tanggung jawab untuk menjatuhkan hukuman tersebut. Orang kedua yang harus
menjalani proses eksekusi adalah Jenderal Sheng Pao, yang bukan saja salah seorang
The Last Empress - Anchee Min
kawanku, melainkan juga seseorang yang sudah memberikan sumbangsih besar bagi
Dinasti. Aku tak bisa tidur memikirkan kasusnya, meski aku tak pernah meragukan
tindakan yang akhirnya kuambil. Pepohonan di luar jenddaku bergoyang kencang
teramuk badai yang datang tiba-tiba, seperti lengan-lengan telanjang terangkat ke sana
kemari memohon pertolongan. Ranting-ranting pepohonan yang basah oleh hujan dan
terpukul angin kencang akhirnya patah dan jatuh menimpa genteng kuning istanaku.
Pohon magnolia besar di pekarangan mulai menguneup lebih awal tahun ini, dan badai
ini tentu akan merusaknya, menghancurkannya sebelum sempat mekar. Saat itu tengah
malam, dan Sheng Pao masih berkutat di pikiranku saat aku menatap tetes air hujan
memukulmukul kaca jendelaku. Mustahil aku bisa menyiapkan diriku sendiri. Benakku
tak bisa membekap suara batinku: Anggrek, tanpa Sheng Pao kau takkan bertahan
hidup. Sheng Pao adalah seorang Pemegang Panji Manchu yang tak kenal takut,
prajurit yang penuh keberanian, yang tumbuh besar diimpit kemiskinan dan yang
akhirnya berhasil menemukan jalannya sendiri menuju kesuksesan. Dia telah menjadi
Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Kerajaan di Utara selama bertahun-tahun, dan
memiliki pengaruh yang sangat besar di Istana. Dia ditakuti oleh musuh-musuhnya,
hingga namanya saja bisa membuat pemberontak Taiping gemetar ketakutan. Sang
Jenderal sangat menyayangi pasukannya dan membenci peperangan karena dia tahu
kerugiannya. Dengan memilih bernegosiasi dengan para pemimpin pemberontakan, dia
telah berhasil mengambil kembali berbagai provinsi tanpa harus mengerahkan kekuatan
bersenjata. Sheng Pao memihakku dalam tindakanku menentang mantan Penasihat
Agung Su Shun pada 1861. Kudeta yang dilancarkan setelah kematian suamiku
merupakan momen yang sangat penting bagiku, dan Sheng Pao adalah satu-- satunya
orang dari kekuatan militer yang datang membantuku. Masalah yang muncul dari Sheng
Pao tiba setelah kembalinya kami dari Jehol, tanah perburuan Kerajaan, menuju Peking
dengan mayat suamiku, Kaisar Hsien Feng. Sebagai penghargaan atas jasanya, aku
telah menaikkan jabatan sang Jenderal, menganugerahinya kekuasaan dan kekayaan
yang tak tertandingi. Akan tetapi, tak lama semenjak itu, keluhan mengenai
penyalahgunaan kekuasaan oleh Sheng Pao datang dari berbagai pelosok negeri.
Awalnya, surat-surat keluhan yang tiba dialamatkan pada Biro Peperangan. Namun, tak
ada satu orang pun yang berani menantang Sheng Pao secara pribadi. Pangeran Kung
mengabaikan keluhan-keluhan yang datang, dan berharap Sheng Pao akan
mengendalikan dirinya sendiri. Itu harapan yang percuma. Bahkan, dia menyarankan
agar aku juga berpura-pura tak tahu akan kasus ini, mengingat jasa-jasa Sheng Pao
yang demikian besar. Aku berusaha keras untuk menahan diri, tetapi akhirnya kasus ini
sampai pada titik yang wewenang putraku sebagai pemimpin dipertanyakan. Aku pergi
menemui Pangeran Kung dan memintanya untuk menuntut keadilan pada Sheng Pao.
Para penyidik Pangeran Kung menemukan fakta bahwa sang Jenderal telah
melambungkan angka-angka kerugian untuk memperoleh kompensasi berlebih. Dia juga
memalsukan berita-berita kemenangan untuk memperoleh promosi jabatan bagi para
perwiranya. Sheng Pao menuntut agar Dewan Istana mengabulkan semua
permohonannya. Menaikkan pajak lokal demi kepentingan pribadi sudah menjadi
kebiasaannya. Dan sudah diketahui umum bahwa dia suka menghabiskan waktunya
bermabukmabukan dan bersenang-senang dengan para pelacur. Beberapa gubernur
lain sudah mulai mengikuti jejak yang dicontohkan Sheng Pao. Sebagian dari mereka
mulai berhenti membayar pajak kerajaan. Para tentara disuruh mengabdikan diri mereka
pada Gubernur setempat daripada Kaisar Tung Chih. Slogan cibiran telah menjadi
populer di jalan-jalan Kota Peking: bukanlah Tung Chih, melainkan Sheng
Pao.Kemewahan acara pernikahan Sheng Pao menjadi buah bibir terkini dan kenyataan
bahwa pengantinnya adalah mantan istri dari pemimpin pemberontakan Taiping
The Last Empress - Anchee Min
The Last Empress - Anchee Min
terkenal. Tak lama setelah fajar, matahari muncul dari balik awan, tetapi hujan belum
juga reda. Kabut timbul di pekarangan, merayapi pepohonan layaknya asap putih. Aku
sedang duduk di kursiku, sudah berpakaian lengkap, ketika kasimku An-te-hai masuk,
dan dengan nada riang, dia mengumumkan, Napasku tertahan saat melihatnya. Tampak
tinggi dan kuat dalam balutan seragam Pemegang Panjinya, Yung Lu memasuki
ruangan. Aku berusaha bangkit untuk menyambutnya, tetapi kedua tungkaiku terasa
lemah. Maka aku memilih tetap duduk. Ebook by : Hendri Kho by Dewi KZ An-te-hai
muncul di antara kami dengan membawa matras beledu warna kuning. PeIan-pelan, dia
meletakkan matras itu beberapa meter jauhnya dari bangkuku. Ini adalah bagian dari
ritual yang harus dilakukan bagi siapa pun yang datang menhadap Janda Kekaisaran
pada tahun kedua setelah masa berkabungnya. Etika ini terasa janggal, mengingat
Yung Lu dan aku telah bertemu muka sering kali di berbagai audiensi yang diadakan,
meski pada saat itu pun kami dipaksa bersikap layaknya orang asing. Maksud dari ritual
ini adalah untuk mengingatkan kami akan jarak yang terbentang antara kaum lelaki
Kerajaan dan wanitanya. Saat ini, para kasim, pelayan, dan dayangku berdiri
memunggungi tembok dengan lengan terlipat di dada. Mereka semua menatap
An-te-hai selagi dia mempertunjukkan keahliannya. Selama bertahun-tahun, dia telah
menjadi seorang maestro ilusi. Dengan Yung Lu dan diriku sebagai aktornya, dia
mempertontonkan pengalih sandiwara yang begitu cerdas. Yung Lu menjatuhkan
dirinya ke atas matras dan menempelkan keningnya perlahan ke permukaan lantai dan
memohonkan keselamatan untukku. Aku berucap, Saat Yung Lu berdiri, An-te-hai
perlahan-lahan menarik matras itu, mengumpulkan semua perhatian pada dirinya selagi
Yung Lu dan aku bertukar pandang. Teh disajikan saat kami berdua duduk layaknya dua
jambangan. Kami mulai berbincang mengenai akibat dari eksekusi Gubernur Ho, dan
bertukar pikiran akan penundaan kasus Sheng Pao. Yung Lu meyakinkan diriku bahwa
keputusan yang kuambil sudah tepat. Pikiranku terbang selagi duduk di samping
kekasihku. Aku tak bisa melupakan peristiwa yang terjadi empat tahun sebelumnya, saat
kami berbagi satu-satunya pengalaman berdua kami di dalam makam Kaisar Hsien
Feng. Aku ingin sekali mengetahui apakah Yung Lu mengingat kejadian itu sejelas
ingatan dalam benakku. Aku tak bisa menemukan jawabannya dalam sorot matanya.
Beberapa hari sebelumnya, saat dia sedang duduk di tengah audiensi dan menatap
tepat di kedua mataku, aku mempertanyakan apakah pernah ada hasrat cinta di antara
kami berdua. Sebagai janda dari Kaisar Hsien Feng, aku sudah tak punya masa depan
dengan lelaki mana pun. Namun, hatiku menolak untuk menetap dalam makamnya.
Jabatan Yung Lu sebagai Pemimpin Pemegang Panji terus menuntutnya untuk pergi
jauh dari ibu kota. Dengan atau tanpa pasukannya, dia berpindah-pindah ke mana pun
dibutuhkan, memastikan bala tentara Cina memenuhi tugasnya terhadap Kekaisaran.
Sebagai lelaki yang penuh tindakan, itu adalah kehidupan yang paling sesuai bagi
dirinya; dia adalah tentara yang lebih menyenangi ditemani oleh rekan sesama
tentaranya ketimbang kehadiran para menteri Istana. Kepergian Yung Lu yang sering,
membuat kerinduanku lebih mudah untuk dijalani. Hanya saat kepulangannya sajalah
aku akan kembali menyadari dalamnya perasaan cintaku padanya. Dengan tiba-tiba, dia
akan hadir di hadapanku, melaporkan masalah-masalah genting yang dihadapi atau
menawarkan nasihat pada saat-saat kritis. Dia mungkin akan tinggal di ibu kota selama
beberapa minggu atau bulan, dan selama waktu itu akan menghadiri audiensi-audiensi
yang diadakan dengan patuh. Hanya pada saat-saat itulah aku benar-benar
bersemangat menjalani audiensi harianku. Di luar audiensi, Yung Lu menghindariku. Itu
adalah caranya untuk melindungiku dari gunjingan dan gosip. Kapan saja aku
The Last Empress - Anchee Min
memintanya untuk bertemu muka denganku secara. pribadi, dia akan menolaknya.
Namun, aku tetap saja mengirimkan An-te-hai. Aku ingin Yung Lu mengetahui bahwa
kasim bisa saja mengantarkannya melalui pintu belakang balairung menuju ruanganku.
Meski Yung Lu telah meyakinkanku akan ketepatan keputusanku terkait masalah Sheng
Pao, aku tetap saja khawatir. Memang benar, bukti-bukti yang ada memberatkan dirinya,
tetapi sang Jenderal memiliki banyak sekutu di Istana, dan salah seorang di antaranya
adalah Pangeran Kung, yang kusadari tengah menjaga jarak. Ketika Sheng Pao
akhirnya digiring ke Peking, saudara iparku tiba-tiba muncul kembali di hadapanku,
menyarankan agar Sheng Pao dikirimkan ke tempat pengasingan ketimbang
dieksekusi mati. Aku kembali mengingatkan Kung bahwa perintah asli agar Sheng Pao
dieksekusi dikeluarkan oleh Kaisar Hsien Feng sendiri. Pangeran Kung bergeming. Dia
menganggap keteguhanku sebagai bentuk pernyataan perang. Aku merasa lemah dan
takut saat petisi untuk membebaskan Sheng Pao tiba dari ujung belahan Cina. Untuk
kesekian kalinya, Yung Lu datang untuk menguatkanku dan menyokong pendirianku.
Dia memberiku keberanian dan
The Last Empress - Anchee Min
ketenangan untuk berpikir jernih. Hanya sedikit orang yang mengetahui bahwa Yung Lu
memiliki alasannya sendiri untuk melihat Sheng Pao menuju kematiannya: Yung Lu
merasa terpukul ketika Sheng Pao membantai para prajurit yang terluka. Bagi Yung Lu,
itu merupakan masalah prinsip. Strategiku sungguh sederhana: Aku meyakinkan anak
buah Sheng Pao bahwa aku takkan memenggal kepala Sheng Pao jika mayoritas dari
mereka yakin bahwa dirinya pantas hidup. Aku juga mengubah peraturan agar
orang-orang dari klan yang sama dengan Sheng Pao tidak akan menerima hukuman
yang sama dengan pemimpin mereka. Merasa jera, mereka kini dapat memilih berdasar
hati nurani mereka sendiri, dan dengan jujur, mereka menyatakan menginginkan
kematian Sheng Pao. Sheng Pao digiring menuju Balairung Hukuman, di mana dia
diantar menuju kematiannya secara cepat. Rasa haru dan kegagalan menyapu diriku.
Selama berhari-hari aku mengalami mimpi yang sama: Ayahku berdiri di atas sebuah
kursi di ujung lorong gelap dikelilingi oleh tembok-- tembok tinggi. Berbalut piama katun
abu-abunya, dia mencoba memasang paku ke tembok. Dia tampak sangat kurus,
kulitnya menggantung dari tulangnya. Kursi tempatnya berdiri bergoyang, dan satu dari
kaki bangkunya hilang. Aku memanggilnya dan dia menoleh, tampak angkuh. Tangan
kirinya berusaha menjangkauku, dan dia membuka telapak tangannya. Genggamannya
penuh dengan paku karatan. Aku tak berani menafsirkan mimpiku karena dalam mitologi
Cina, paku karatan menyimbolkan keputusasaan dan penyesalan. Aku tak mampu
mewujudkan tindakanku, tanpa dukungan dari Yung Lu. Perasaanku padanya tumbuh
semakin dalam, tetapi kisah cinta kami secara fisik hanya akan terwujud dalam alam
mimpi. Setiap harinya, aku merasakan kekosongan sosok pria dalam hidupku. Namun,
aku lebih mengkhawatirkan hal ini terhadap perkembangan putraku. Hampir sepuluh
tahun sebelumnya, aku telah kehilangan seorang suami, tetapi anakku telah kehilangan
seorang Ayah. Dalam benakku, itu menjadi tragedi dua kali lipat untuknya. Itu artinya
Tung Chih harus segera bertanggung jawab penuh dari posisinya, dan secara langsung
kehilangan masa kanak-kanaknya. Hari-hari keriangan masa kecil tanpa adanya beban
kekhawatiran tak akan pernah dirasakannya. Kini, meskipun masih kecil, aku sudah
dapat menangkap kegelisahan dari dirinya, yang terkadang akan meledak dalam
amarahnya yang tak terkendali. Tung Chih memerlukan sosok lelaki untuk
membimbingnya. Itu adalah bagian kedua dari tragedi ini. Dia tidak saja diburu untuk


The Last Empress Karya Anchee Min di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

segera mengemban peran yang amat berat sebelum waktunya, tetapi dia juga tidak
memiliki satu sosok pun yang bisa dijadikan panutan bagi pembentukan karakter dan
The Last Empress - Anchee Min
perilakunya. Di dalam istana yang dipenuhi oleh ketegangan politik hanya ada sedikit
figur Ayah yang tidak menyimpan agenda tersendiri dalam diri mereka. Yung Lu dan
Pangeran Kung adalah dua lelaki yang kuharapkan bisa mengisi peran ini. Namun,
konflik tentang Sheng Pao telah membuatnya jadi sulit. Yung Lu tengah menikmati
popularitas yang begitu besar, sebelum dia memutuskan untuk berada di pihakku. Kini,
pengaruh dirinya dipertanyakan. Dan kini aku mulai merasakan betapa marahnya
Pangeran Kung padaku atas tindakanku mengakhiri hidup dari sekutu lamanya. 3
MESKI PERTIKAIAN dengan Gubernur Ho Kui-ching dan Jenderal Sheng Pao sudah
dapat kuperkirakan, tak pernah terlintas dalam benak ku suatu saat akan berselisih
dengan saudara iparku sendiri, Pangeran Kung. Sejarah kami berdua sudah terjalin
demikian lama, hingga kekusutan dalam hubungan kami bukanlah sesuatu yang
kuduga. Semenjak krisis yang membuntuti wafatnya suamiku di Jehol, kami telah
menjadi sekutu yang penting bagi satu sama lain, bahkan sekutu yang mutlak ada. Kung
tetap bertahan di garis belakang Peking selagi Dewan Istana pergi menghindari
penyerbuan tentara pihak asing dan mempunyai tugas berat untuk bernegosiasi dengan
penyerbu asing. Ketika Penasihat Agung Su Shun berniat merebut kekuasaan dari
istana pengasingan di luar Tembok Besar, Kung masih berada di Kota Peking dan
dengan leluasa mengatur skema untuk melawan kudeta. Tak ada yang dapat
menandingi jasa hebatnya saat menyelamatkan Nuharoo, diriku sendiri, dan Tung Chih
muda. Dan kami pun bertemankepedulian besar padanya dan yakin aku memahami
motivasinya. Dia memiliki bakat luar biasa dan, seperti yang selama ini selalu kupikirkan,
lebih cakap dari saudaranya yang terpilih menduduki singgasana. Lebih berkepala
dingin dan lebih disiplin dibanding Hsien Feng, Pangeran Kung bisa tampak amat dingin,
tetapi setidaknya dia tidak membiarkan kebencian menguasai dirinya. Untuk sikapnya
ini, aku menaruh hormat padanya, begitu pula dengan kalangan Istana. Aku selalu
merasa bahwa dia selalu mendahulukan kepentingan Cina di atas tujuan pribadi.
Walaupun demikian, saat ini adalah masa yang sulit. Konflik mengelilingi kami, datang
dari dalam maupun luar, dan ketegangan yang ada berarah pada terciptanya atmosfer
beracun yang memicu pertikaian sengit antargolongan di Istana. Sebuah fakta
tersingkap perlahan, tetapi akhirnya tampak jelas bahwa Pangeran Kung sering kali
mengadakan urusan-urusan penting Istana di balik sepengetahuan kami. Hal ini sama
persis seperti yang The Last Empress - Anchee Min
terjadi di Jehol ketika Su Shun memaksakan agar Nuharoo dan diriku tidak perlu
repot-repot mengurusi tetek-bengek pekerjaan Istana, yang lebih baik diserahkan pada
kaum lelaki. Dalam banyak cara, Pangeran Kung menegaskan keinginannya pada
Nuharoo dan diriku untuk menjalin hubungan layaknya saudara ipar, bukannya sebagai
rekan politik. tahuan kami akan kekuatan asing mungkin kurang,dihapuskan begitu
saja.Tanpa merasa perlu untuk menghadapi kami, Pangeran Kung tetap saja tak
melibatkan kami. Aku berusaha menarik Nuharoo untuk turut protes bersamaku, tetapi
dia tidak berbagi kecemasan yang sama. Dia menyarankan agar aku memaafkan
Pangeran Kung dan melupakan saja masalah itu. kewajiban keluarga kita,Tanpa adanya
laporan-laporan harian yang dihadirkan untukku, aku tak punya ide sedikit pun akan apa
yang sesungguhnya tengah terjadi. Aku merasa buta dan tuli ketika diminta untuk
mengambil keputusan saat audiensi. Pangeran Kung membuat bangsa asing
memercayai bahwa Permaisuri Nuharoo dan aku hanyalah pemimpin boneka. Bukannya
menujukan proposal-proposal mereka kepada Tung Chih, kekuatan asing itu justru
mengalamatkannya pada Pangeran Kung. Tung Chih sudah hampir menginjak usia dua
belas, saat situasi dengan Kung makin tak terkendali. Hanya selang beberapa tahun
The Last Empress - Anchee Min
kemudian, dia akan menjalani perannya secara penuh selaku Kaisarbaginya untuk
dijalankan. Pada audiensi-audiensi yang diadakan, dia tak tahu akan konflik yang
tengah terjadi, tetapi dia dapat merasakan kegelisahanku. Ketegangan hubungan di
antara kami yang kian menguat hanya membuatnya semakin bersemangat untuk
menghindar dari tugas-tugasnya. Sementara Tung Chih duduk sembari
mengetuk-ngetukkan kakinya atau menatap kosong ke kejauhan hingga waktu audiensi
berakhir, aku hanya dapat menatap para menteri, bangsawan, dan rakyat yang tengah
berkumpul di depan dan merasakan bahwa aku telah gagal mendidik anakku. Aku sadar
jika aku tidak berhasil meyakinkan Nuharoo akan kerugiannya sendiri, dia tak akan
memberikan dukungannya. Putraku hanya akan menjadi Kaisar sebatas nama,
sementara pamannyalah yang akan memegang seluruh kekuasaannya. Alasan
mengapa eksekusi Gubernur Ho dan Jenderal Sheng Pao menemui banyak
perlawanan, adalah karena keduanya merupakan kawan Pangeran Kung. Karena
desakankulah, eksekusi tersebut akhirnya berhasil dijalankan, tetapi kini kusadari
betapa mahalnya darahTanpa persiapan dan sering kali tak tahu apa yang mesti
diucapkan, Nuharoo dan aku mengizinkan Pangeran Kung untuk mengadakan audiensi
seolah-olah kami berdua tidak ada. Ketiadaan rasa hormat sangat terasa, hingga tak
lama, Dewan Istana juga merasa bebas untuk mengacuhkan kami secara
terang-terangan. Yung Lu cemas jika kekuatan tentara akan segera menyusul. Aku
menyadari bahwa aku harus berdiri tegak demi diriku sendiri dan Tung Chih, dan itu
harus dilakukan sesegera mungkin. Ketika seorang perwira berpangkat rendah dari kota
di Utara mengirimkan surat mengeluhkan Pangeran Kung, aku merasakan bahwa
momen itu telah tiba. Selama dua jam, aku telah menyusun sebuah dekrit
mengungkapkan kasus yang memberatkan Pangeran Kung. Kutulis dengan saksama
dan hanya mengacu pada faktafakta, menghindari sebisa mungkin untuk memasukkan
hal-hal tak penting berkaitan dengan karakter saudara iparku. Kemudian kulakukan
satu hal tersulit: kupanggil putraku dan berusaha menjelaskan padanya akan apa yang
akan kami lakukan. Wajah Tung Chih tampak kosong dan kedua matanya melotot. Dia
terlihat sangat muda, sangat lemah, bahkan di balik jubah sutra megahnya yang
berhiaskan simbol-simbol kerajaan. Aku tak bermaksud menakut-nakutinya, dan
kesedihan segera melanda jiwaku. Bagaimanapun, aku harus membuatnya paham.
Kemudian, atas nama putraku, kupanggil Pangeran Kung. Keheningan melanda para
hadirin audiensi yang kaget sewaktu Tung Chih membacakan dekrit yang kutulis dan
kutaruh dalam genggamannya. Tampaknya kalangan Istana begitu terkejut, hingga tak
ada seorang pun yang menantang dakwaan tersebut. Malam sebelumnya, aku telah
berhasil membujuk Nuharoo untuk memihakku, meski dia tak hadir saat pembacaan
dakwaan. Dalam dekrit, kucantumkan beberapa butir peraturan yang telah Pangeran
Kung langgar. Argumentasiku kuat, demikian juga dengan bukti-bukti yang kupaparkan.
Saudara iparku tak memiliki pilihan lain selain mengakui bahwa dia telah melakukan
kesalahan. Aku telah merendahkan Pangeran Kung dengan melucutinya dari semua
jabatan dan gelar yang disandangnya. Malam itu juga aku meminta Yung Lu untuk
berbicara secara pribadi dengannya. Yung Lu membuat Kung memahami bahwa
bersatu denganku merupakan satu-satunya pilihan yang dimilikinya. permohonan maaf
kepada publik,namaku, jabatan dan gelarmu. Tindakanku dipuji oleh musuh-musuh
Pangeran Kung The Last Empress - Anchee Min
sebagai untuk tak mengembalikan posisinya. Orang-orang ini jelas tak memahami apa
yang kuharapkan dari Pangeran Kung. Mereka tidak mengerti bahwa menghukumnya
hanya merupakan satu-satunya jalan untuk mengakurkan hubungan kami kembali. Agar
The Last Empress - Anchee Min
diperlakukan sebagai rekannya yang setara, hanya itu yang kupinta. Untuk mengakhiri
rumor yang menyebutkan bahwa aku dan Pangeran Kung sebagai musuh bebuyutan,
kukeluarkan dekrit baru, menganugerahkan izin bagi Pangeran Kung untuk mewujudkan
hal yang selalu dia impikan: membuka sebuah akademi bergengsi, Sekolah Sains dan
Matematika Kerajaan. Tung Chih mengeluh tentang sakit perutnya dan diizinkan untuk
tak menghadiri audiensi pagi. Kukirim An-te-hai untuk memeriksa kondisinya pada sore
hari. Tahun ini, putraku akan menginjak usia tiga belas, dan dia telah menjabat sebagai
Kaisar selama tujuh tahun. Aku bisa mengerti mengapa dia membenci tugas-tugasnya
dan akan berusaha melarikan diri kapan pun memungkinkan. Namun tetap saja, aku
sungguh kecewa. Pikiranku masih berkelana memikirkan Tung Chih, selagi duduk di
kursi singgasana dan menyimak Yung Lu yang sedang membacakan surat-surat Tseng
Kuo-fan mengenai penggantian Gubenur Ho dan Sheng Pao, yang prosesnya belum
juga usai. Aku harus memaksakan diri untuk berkonsentrasi. Kupakukan mataku ke arah
pintu dan berharap mendengarkan pengumuman akan kedatangan putraku. Akhirnya
dia tiba. Lima puluh orang hadirin audiensi menjatuhkan diri dan berlutut
menyambutnya. Tung Chih segera melenggang menuju kursi singgasananya dan tak
menyempatkan diri untuk mengangguk pada kerumunan hadirin. Putraku yang tampan
telah bercukur untuk kali pertama. Akhir-akhir ini, dia tumbuh tinggi dengan begitu
cepatnya. Kilauan matanya dan suara lembutnya mengingatkan diriku akan ayahnya. Di
depan khalayak, dia tampak percaya diri. Namun, aku tahu kegelisahan terus
menghantuinya. Aku sering kali meninggalkan Tung Chih sendiri, karena itulah yang
mereka perintahkan padaku. Nuharoo sudah menekankan bahwa menjadi tugasnyalah
untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan Tung Chih. kesempatan untuk tumbuh dewasa
sesuai dengan keinginannya sendiri.Kalangan kerajaan mengalami kesulitan untuk
mengendalikan kebandelan Tung Chih. Pada akhirnya putra Pangeran Kung, Tsai-chen,
dibawa masuk Istana untuk menjadi teman belajar Tung Chih. Meski tak diberi tahu
sebelumnya akan keputusan itu, aku sangat terkesan dengan kesopanan Tsai-chen dan
merasa lega melihat kedua anak itu segera menjalin pertemanan. Tsai-chen dua tahun
lebih tua daripada Tung Chih, dan pengalamannya di dunia luar membuat Kaisar Muda
terkesan, yang dilarang untuk menjejakkan kakinya keluar dari gerbang Kerajaan. Dia
akan melakukan apa pun demi mendengarkan cerita-cerita dari mulut Tsai-chen. Kedua
anak itu juga berbagi minat yang sama pada opera Cina. Tak seperti Tung Chih,
Tsai-chen adalah pemuda yang kuat dan gagah. Menunggangi kuda adalah
kegemarannya. Aku berharap di bawah pengaruh temannya, putraku bisa mengikuti
tradisi para Pemegang Panji, praktik lama dari tentara Manchu yang telah menaklukkan
bangsa Cina Han dua abad sebelumnya. Lukisan-lukisan keluarga kami
menggambarkan kaisar-kaisar Manchu turut berperan serta dalam peristiwa-peristiwa
sepanjang tahun: pertandingan bela diri, pacuan kuda, perburuan musim gugur. Selama
enam generasi, para Kaisar bangsa Manchu meneruskan tradisi-tradisi ini, hingga saat
masa suamiku, Kaisar Hsien Feng. Impianku akan jadi kenyataan jika melihat Tung Chih
menunggangi kudanya suatu hari nanti. berdiri di hadapanku. mendadak itu. untuk
memimpin tentara pribadi.dari Kerajaan,tidak hanya berharap untuk menghindari pajak,
tetapi juga menginginkan mengalirnya dana tambahan dari Kerajaan.pandanganku. itu
sejak lama.Chih, Yang Mulia. Aku menatap Yung Lu dan mengerti. Kuo-fan"menuju
medan tempur. secara lebih serius jika mereka tahu mereka berhubungan langsung
dengan Yang Mulia.keuntungan dari kemenangan yang Anda terima baru-baru ini di
pengadilan.banyak darah,menyerahkan sebutan 'Pemenggal-Kepalanya' padaku, jika
The Last Empress - Anchee Min
itu yang kaumaksudkan dengan kemenangan baru-baru ini. Saran itu sama sekali tak
The Last Empress - Anchee Min
menarik minatku.dan emosi mulai mencekik kerongkonganku. disukai. Bukan
ditakuti.Yung Lu menggeleng. Mulia adalah satu-satunya orang yang ditakuti oleh para
Panglima itu sekarang ini.Chih, Yang Mulia.Aku menatapnya dan mengangguk. Tung
Chih,cemas, dan mulai berbicara cepat. perlindunganmu di sini ' Yung Lu menjelaskan
bahwa dia sudah menyiapkan semuanya, dan bahwa aku akan aman. Aku tak sanggup
mengucapkan kata-kata perpisahan. Tanpa menoleh padaku, dia memohon maaf dan
segera beranjak pergi. 4 SAAT ITU MUSIM SEMI pada 1868, dan hujan merendam
tanah. Bunga tulip biru yang tumbuh di tamanku membusuk. Usiaku tiga puluh empat
tahun. Malam-- malamku dipenuhi oleh bunyi nyanyian jangkrik. Bau dupa memenuhi
Kuil Istana, tempat tinggal para selir senior. Sangat aneh bahwa aku belum juga
mengingat semua nama mereka. Kunjungan-kunjungan yang dilakukan semata
seremonial di dalam Kota Terlarang ini. Para wanita menghabiskan waktu mereka
mengukir labu, membiakkan ulat sutra, dan menyulam. Gambar-gambar anak kecil
muncul di hasil sulaman tangan mereka, dan aku terus mendapatkan pakaian yang
dibuat untuk putraku oleh para wanita ini. Istri-istri muda suamiku, Putri Mei dan Putri
Hui, pernah disebutkan terkena jampi-jampi rahasia. Mereka berbicara seperti orang
mati, dan meyakini bahwa kepala mereka terbenam air hujan sepanjang musim. Untuk
membuktikan perkataannya, mereka mencopot hiasan kepala mereka dan
menunjukkan pada kasim betapa air telah merembes masuk ke dalam akar-akar rambut
mereka. Putri Mei dikatakan begitu terpesona oleh gambaran kematian. Dia memesan
seprai tempat tidur baru dari kain sutra putih dan menghabiskan waktu mencucinya
sendiri. terbungkus kain ini saat aku mati,dramatis. Dia melatih kasim-kasimnya untuk
membungkus tubuhnya dengan kain itu. Aku menghabiskan makan malam sendirian
usai audiensi hari itu. Aku sudah tak lagi menaruh perhatian pada parade hidangan
mewah dan langsung menyantap dari empat mangkok yang disediakan An-te-hai di
hadapanku. Biasanya makanan yang terhidang adalah sayur-mayur, kacang-kacangan,
ayam saus kecap, dan ikan kukus. Sering kali aku akan berjalan-jalan usai makan
malam, tetapi kali ini aku langsung pergi tidur. Kuberitahukan An-te-hai untuk
membangunkanku dalam waktu satu jam karena masih ada tugas-tugas penting yang
perlu kukerjakan. Cahaya bulan saat itu sangat terang dan aku bisa membaca tulisan
kaligrafi dari puisi abad kesebelas yang tercetak di dinding: Seberapa banyak dera banjir
dan badai dapat dilalui oleh semi Sebelum ia harus kembali menuju asalnya" Orang
akan takut Kembang semi akan gugur terlalu dini. Ia telah menjatuhkan Kelopaknya
Tak terhitung. Aroma rerumputan menyebar Sejauh hamparan cakrawala. Keheningan
dedaunan semi hanya tertinggal sementara. Sarang labalaba bertahan Namun semi itu
sendiri tak akan tinggal. Bayang-bayang Yung Lu melintas di benakku dan aku
memikirkan di mana dia kini berada dan apakah dia aman. dimulai.pribadi Yang Mulia
sudah menjadi bahan pembicaraan di kedai-kedai teh seantero Peking.Aku tak ingin
terusik oleh berita itu. Lu, Yang Mulia.Hatiku bergetar, tetapi aku tak bisa mengatakan
bahwa aku tak pernah mengantisipasinya. yang membangkitkan gosip ini.Sang kasim
berjalan mundur ke arah pintu. malam, Tuan Putri. bahwa anakku dalangnya"di balik
gosip yang beredar, tetapi dia juga tidak berusaha meredakannya.Rasa takut tiba-tiba
menyergapku. The Last Empress - Anchee Min
tertidur. Lebih dari satu kaii, Baginda Kaisar bersumpah akan memerintahkan
pembunuhanku.seorang anak kecil.sendiri, Yang Mulia. Tetapi jika melihat sorot
matanya, aku tahu bahwa dia bersungguh-sungguh. Aku takut padanya.Dia sudah mulai
melakukan hal-hal yang biasa dilakukan lelaki dewasa. Kasimku memohon padaku
untuk diperbolehkan tutup mulut sebelum dia memperoleh informasi lebih lanjut. Tanpa
The Last Empress - Anchee Min
menunggu lebih lama, dia pergi. Sepanjang malam aku memikirkan putraku. Aku mulai
mencurigai bahwa Pangeran Kung telah memanipulasi Tung Chih untuk membalasku.
Berita yang datang menyebutkan bahwa usai Kung meminta maaf atas perilakunya, dia
mengakhiri persahabatannya dengan Yung Lu. Mereka berdua telah berselisih pendapat
tentang kasus jenderal Sheng Pao. Aku tahu Tung Chih masih dicekam kebingungan
dan amarah karena perlakuanku terhadap pamannya. Pangeran Kung adalah sosok
terdekat seorang Ayah yang bisa dia dapatkan, dan dia menyesali dirinya sendiri ketika
harus membacakan dekrit keputusan itu di depan pamannya dan seluruh Dewan Istana.
Tung Chih mungkin belum terlalu memahami maksud di balik kata-kata yang dibacanya,
tetapi dia tidak dapat melupakan sorot mata pamannya yang penuh rasa malu saat dia
segera mengalihkan mukanya. Aku tahu anakku menyalahkan diriku atas hal ini dan
akan banyak lagi hal lainnya. Tung Chih menghabiskan lebih banyak waktu bersama
putra Kung, Tsai-chen. Aku lega mengetahui mereka bisa membebaskan diri dari
tekanan-tekanan Kerajaan dengan keberadaan satu sama lain, betapapun singkatnya.
Dalam bayanganku, aku ikut serta dalam perjalanan mereka menyusuri taman-taman
dan pekarangan istana yang lebih jauh. Semangatku naik saat melihat kepulangan
mereka, dengan wajah tampak kemerah-merahan. Aku merasakan sikap kemandirian
yang lebih besar mulai tumbuh pada diri anakku. Namun, aku mulai berpikir apakah itu
sesungguhnya perasaan kemandirian yang nyata ataukah hanya usahanya menghindar
dari diriku, ibunya, yang dia hubungkan dengan kewajiban-kewajiban audiensi yang
melelahkanyang tak dia inginkan. Aku tak tahu bagaimana caranya untuk mengakhiri
rasa marahnya kecuali dengan meninggalkannya sendiri, dan berharap masa ini akan
lewat dengan sendirinya. Semakin lama, kami hanya berkesempatan untuk bertatap
muka pada saat audiensi, yang hanya menambah rasa sepiku dan menjadikan
malam-malamku terasa semakin panjang. Pikiranku semakin sering melayang kembali
pada selir-selir lama dan para janda di Kuil Istana, memikirkan apakah takdir mereka
sebenarnya lebih sulit dijalani daripada hidupku ini. Demi melindungiku, Yung Lu
berpindah ke sudut terjauh dari kerajaan. Aku sudah menjadi bahan cemoohan dan
kesalahpahaman semenjak hari pertama aku melahirkan Tung Chih, jadi aku sudah
terbiasa. Aku tak berharap rumor dan mimpi-mimpi buruk itu akan berhenti hingga saat
Tung Chih telah menjalani upacara resmi kenaikan takhta. Satu-satunya impian sejatiku
hanyalah untuk mewujudkan kehidupanku sendiri, satu kemungkinan yang kutakuti
makin tampak mustahil. Demi masa depan putraku, aku tak bisa berhenti dari
tugas-tugasku sebagai Wali. Namun untuk terus tinggal, sama artinya dengan
menceburkan diri dalam konflik-konflik yang penyelesaiannya tak pernah ada. Aku
penasaran kehidupan seperti apakah yang dijalani Yung Lu di medan tempur. Aku
sudah berkehendak untuk menghentikan diriku dari memimpikan kehidupan kami
sebagai sepasang kekasih, tetapi perasaanku terus saja mengkhianatiku.
Ketidakhadirannya menjadikan proses audiensi makin terasa berat. Mengetahui diriku
tak akan pernah bisa berada dalam pelukan Yung Lu, aku sangat mencemburui mereka
yang bibirnya bisa menyebutkan namanya. Dia adalah bujangan paling tenar di seantero
Cina, dan setiap gerak-geriknya selalu diamati. Aku bisa bayangkan ambang pintu
rumahnya pasti sudah hampir ambruk saking seringnya digedor oleh para mak
comblang. Untuk menghindari rasa frustrasi, aku berusaha menyibukkan diri dan terus
memelihara persahabatan. Aku menghubungi Jenderal Tseng Kuo-fan untuk
mendukung strateginya menggagalkan pemberontakan petani Taiping. Atas nama
anakku, aku mengucapkan selamat atas setiap kemenangannya. Kemarin aku


The Last Empress Karya Anchee Min di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menghadirkan satu audiensi bagi seorang pemuda penuh bakat, murid sekaligus rekan
Tseng Kuofan, Li Hung-chang. Li adalah pemuda Cina berbadan tinggi dan tampan. Aku
tak pernah mendengar Tseng Kuofan memuji seseorang sebelumnya sebagaimana dia
The Last Empress - Anchee Min
memuji Li Hung-chang, dengan menyebutnya Terkalahkan
The Last Empress - Anchee Min
bertanya apakah dia berasal dari Anhwei, provinsi asalku. Betapa gembiranya aku
mengetahui itu memang daerah asalnya. Berbicara dengan dialek provinsinya, dia
mengatakan padaku bahwa asalnya dari Hefei, tempat yang dekat dari Wuhu, kota
kelahiranku. Dalam perbincangan kami, kuketahui bahwa dia adalah seorang yang
sukses dari usahanya sendiri, sama seperti gurunya, Tseng. Aku mengundang Li
Hung-chang menghadiri opera Cina di teaterku. Tujuan utamaku sesungguhnya adalah
untuk mencari tahu lebih dalam mengenai dirinya. Li memiliki latar belakang sebagai
ilmuwan, tetapi dia merintis awal kariernya sebagai tentara sebelum kemudian menjadi
jenderal. Sebagai pebisnis ulung, dia sudah menjadi salah seorang terkaya di negara.
Dia memberi tahuku bahwa bidang terbaru yang kini digelutinya adalah diplomasi. Aku
bertanya apa yang sebelumnya dia lakukan sebelum memasuki Kota Terlarang. Dia
menjawab bahwa dia tengah membangun satu rel kereta yang suatu saat akan
membentang di sepenjuru Cina. Aku berjanji akan hadir pada acara peresmian jalur
relnya; sebagai gantinya, aku bertanya apakah dia bisa memperpanjang jalurnya hingga
ke Kota Terlarang. Dia jadi begitu bersemangat dan berjanji akan membangunkan
untukku sebuah stasiun. Jalinan pertemananku dengan orang-orang dari luar lingkar
Istana meresahkan Pangeran Kung. Jarak di antara kami kembali melebar. Kami berdua
tahu bahwa pertentangan di antara kami bukan disebabkan karena menjalin hubungan
dengan sekutu yang memiliki banyak potensisama dengankuAku tak bermaksud
menjadi rival seseorang, terutama rival bagi Pangeran Kung. Meski bingung dan merasa
tertekan, kusadari bahwa perbedaan di antara kami sudah sangat mendasar dan
mustahil untuk disatukan. Aku bisa pahami kekhawatiran Pangeran Kung, tetapi aku tak
bisa membiarkan dirinya memimpin negara dengan caranya. Pangeran Kung bukan
lagi sosok berpikiran terbuka dan berhati-luas sebagaimana yang kukenal pada kali
pertama bertemu dengannya. Pada masa lalu, dia telah menunjuk orang-orang untuk
menduduki satu jabatan berdasarkan kemampuannya dan menjadi seorang pendukung
terkuat terhadap upaya untuk menyertakan orang-orang dari kaum Cina lebih banyak
lagi. Dia mempromosikan tidak saja orang-orang Cina Han, tetapi para pegawai asing,
seperti Robert Hart yang berkebangsaan Inggris, yang selama bertahun-tahun telah
bertanggung jawab terhadap layanan bea cukai. Namun, ketika kaum Cina Han mengisi
mayoritas kursi di pemerintahan, Pangeran Kung mulai resah dan pandangannya pun
berubah. Koneksiku dengan orang-orang seperti Tseng Kuo-fan dan Li Hung-chang
hanya memperburuk masalah. Pangeran Kung dan aku juga berbeda pandangan terkait
Tung Chih. Aku tak tahu bagaimana Pangeran Kung membesarkan anaknya, tetapi
kusadarijelasaku berharap Pangeran Kung bisa lebih tegas agar Tung Chih dapat
mengambil manfaat dari memiliki sosok pengganti ayahnya. Namun di sisi lain, aku ingin
Pangeran berhenti meremehkan anakku di hadapan Dewan Istana, kakak ipar,
Cina.Pangeran Kung mengajukan proposal resmi agar Dewan Istana membatasi
kekuasaanku. lelaki-wanitamemaatahkan gerakan itu, tetapi jadi semakin sulit untuk
mengisi jabatan dengan orang-orang dari non-Manchu. Sikap anti-Han Pangeran Kung
mulai mendapatkan pengaruh negatif. Para menteri Cina Han memahami kesulitanku
dan berusaha membantuku sebisa mungkin, termasuk menelan hinaan dari rekan-rekan
Manchu mereka. Tak adanya rasa hormat yang kusaksikan setiap harinya benar-benar
meremukkan hatiku. Saat Pangeran Kung mendesak kepada para audiensi agar aku
segera mempekerjakan kembali orang-orang Manchu yang dulu telah gagal dalam
tugasnya, aku pergi meninggalkan audiensi. kembang api rusak yang tak bisa
meledak!yang diingat oleh orang-orang. Dan sekarang perkataan itu digunakan untuk
The Last Empress - Anchee Min
melawan anakku. Konsekuensinya harus kutanggung: aku kehilangan kasih sayang
anakku. korban!Aku berdoa pada Langit untuk menganugerahiku kekuatan karena aku
yakin akan apa yang kulakukan. Aku ingin menyadarkan Pangeran Kung bahwa dia tak
akan pernah bisa menghentikanku. Aku selalu mengatakan pada diriku sendiri bahwa
tak ada yang perlu kutakutkan. Aku telah memimpin negeri ini tanpa dirinya dan akan
terus melanjutkannya sebagaimana seharusnya.5 MASA PEMERINTAHAN PUTRAKu
disebut sebagai Kebangkitan Tung Chih yang Agung Tung Chih yang patut
mendapatkan pujian. Jenderal Tseng Kuo-fan adalah orang yang membawakan
keagungan itu. Dia telah berperang melawan kekuatan pemberontak Taiping sejak
1864. Pada 1868, dia berhasil menumpas sebagian besar dari kekuatan musuh. Karena
Tseng merupakan pilihanku, kalangan dalam Istana menyebutku Merasa berterima
kasih pada Jenderal Tseng, aku
The Last Empress - Anchee Min
memberikannya promosi. Betapa terkejutnya aku ketika dia menolaknya. menjelaskan
dalam suratnya padaku. kasih. Namun, yang tak kuinginkan adalah ketika dilihat
rekan-rekanku sebagai simbol kekuasaan. Aku cemas jika kenaikan peringkatku akan
mengenyangkan orang-orang yang haus kekuasaan di pemerintahan. Aku ingin agar
semua Jenderal di sekelilingku merasa setingkat dan nyaman. Aku ingin agar prajuritku
menganggapku sebagai salah seorang dari mereka, berjuang demi satu tujuan, bukan
untuk kekuasaan atau mendapatkan hak istimewa.Dalam jawabanku, kutulis: diinginkan
oleh Nuharoo dan aku, adalah melihat terwujudnya ketertiban dan kedamaian, dan
tujuan ini tak akan tercapai tanpa peranmu sebagai pemimpin. Sampai kauterima
promosi ini, kami tak akan bisa merasa tenang.Dengan enggan, Tseng Kuo-fan akhirnya
menerimanya. Sebagai Gubernur Senior yang bertanggung jawab atas provinsi Jiangsu,
Jianghsi, dan Anhwei, Tseng Kuo-fan menjadi orang Cina Han pertama yang memiliki
pangkat sejajar dengan Yung Lu dan Pangeran Kung. Tseng bekerja tak kenal letih,
tetapi tetap bersikap terlalu hati-hati. Dia menjaga jarak dengan pusat kekuasaan.
Kecurigaannya merupakan hal yang wajar. Dalam berbagai kejadian sepanjang sejarah
Cina, seberapa pun besarnya kekuatan seorang Jenderal atas penghargaan yang
diterimanya, akan muncul banyak orang yang ingin menghabisinya. Kasus seperti ini
sangat umum terjadi ketika Penguasa cemas melihat sang jenderal telah memiliki
kekuasaan melebihi mereka. Tung Chih mulai terpengaruh oleh sikap pamannya,
Pangeran Kung, terhadap kaum Han. Aku memohon pada mereka berdua untuk melihat
dari perspektif berbeda dan membantuku untuk memperoleh kepercayaan Tseng Kuo
fan kembali. Aku berpikir jika Tseng dapat menciptakan stabilitas, anakkulah yang akan
memperoleh manfaatnya. Atas nama Tung Chih, aku membiarkan Tseng Kuofan tahu
bahwa aku akan menjamin keselamatannya. Saat Tseng mengemukakan keraguannya,
aku berusaha meyakinkannyaaku berjanji takkan mundur dari kekuasaan hingga putraku
cukup matang untuk memangku takhta. Kuyakinkan Tseng bahwa akan aman baginya
untuk mengambil tindakan apa pun yang dirasanya tepat. Dengan dorongan dariku,
sang Jenderal mulai merencanakan peperangan dengan cakupan yang lebih luas dan
dengan target yang lebih ambisius. Mengumpulkan kekuatan tentaranya dari Utara, dia
bergerak perlahan menuju Selatan sampai dia memusatkan markas di dekat Anking,
sebuah kota yang penting secara strategis di Anhwei. Tseng Kuo-fan kemudian
memerintahkan saudaranya, Tseng Kuo-quan, untuk menempatkan pasukannya di luar
Ibu Kota Taiping di Nanking. An-te-hai membuatkanku peta untuk membantuku
memvisualisasikan pergerakan Tseng. Peta itu tampak bagai lukisan indah. An-te-hai
menaruh bendera-bendera kecil berwarna-warni di atasnya. Kulihat Tseng mengirim
Jenderal Manchu Chou Tsung-tang ke Selatan untuk mengepung Kota. Hangchow di
The Last Empress - Anchee Min
Provinsi Chekiang. Jenderal Peng Yu-lin ditugaskan untuk memblokade tepi Sungai
Yangtze. Li Hung-chang, orang kepercayaan Tseng Kuo-fan, diberikan tugas memblokir
jalur pelarian diri musuh dekat Soochow. Bendera-bendera di peta berubah warna tiap
harinya. Sebelum memasuki Tahun Baru 1869, Tseng meluncurkan serangan utama,
membungkus Taiping seperti kue pastel. Untuk mengamankan posisinya, dia menarik
kekuatan pasukan dari Utara Yangtze. Sebagai penutupan akhir, dia bekerja sama
dengan Yung Lu. Tentara di bawah komando Yung Lu datang dari belakang untuk
memotong garis persediaan Taiping. membusungkan dadanya dan meniru pose Tseng.
sudah jatuh!Kupindahkan bendera-bendera kecil itu layaknya pion-- pion di atas papan
catur. Ini jadi satu kesenangan buatku. Dengan melihat pergerakan Tseng Kuo-fan, aku
bisa mengikuti jalan pikirannya dan kagum atas kecemerlangan otaknya. Berhari-hari
aku duduk di depan peta, melahap makananku di sana sembari terus menyimak
berita-berita peperangan. Dari laporan terbaru, kuketahui bahwa pemberontak Taiping
telah menarik mundur kekuatan terakhirnya dari Hangchow. Secara strategi, itu adalah
kesalahan fatal. Li Hung-chang segera menangkap sisa-sisa pasukan di Soochow.
Rekan Li, Jenderal Chou Tsung-tang masuk dan mengambil alih Hangchow. Para
pemberontak kehilangan basis mereka. Dengan seluruh kekuatan kerajaan mengepung
mereka, Tseng Kuo-fan mengambil alih. Tung Chih gembira, sementara aku dan
Nuharoo menangis terharu saat laporan atas kemenangan akhir itu mencapai Kota
Terlarang. Kami menaiki tandu dan pergi ke Altar Surgawi untuk memberitahukan berita
gembira ini pada arwah Hsien Feng. Sekali lagi atas nama Tung Chih, kukeluarkan
dekrit penghargaan atas jasa Tseng Kuo-fan dan rekan-rekannya sesama Jenderal.
Beberapa hari kemudian, kuterima laporan terperinci dari Tseng, mengonfirmasi
kemenangan yang diraih. Kemudian Yung Lu kembali ke ibu kota. Kami berbagi
kegembiraan dalam sikap kaku kami. Dengan kehadiran dayang-dayang dan An-te-hai
menatap kami, Yung Lu memberitahukan perannya dalam peperangan dan memuji
kepemimpinan Jenderal Tseng. Menunjukkan
The Last Empress - Anchee Min
kekhawatirannya, dia memberi tahuku bahwa Tseng akhirakhir ini telah kehilangan
sebagian besar penglihatannya disebabkan infeksi mata serius. Penanganan yang
terlambat makin memperburuk kondisinya. Kupanggil Tseng Kuo-fan untuk menghadiri
audiensi pribadi bersamaku segera setelah dia kembali ke Peking. Berbalut jubah
longgar sutranya dan topi dengan ekor burung meraknya, jenderal Cina itu bersimpuh ke
depan kakiku. Keningnya tetap menempel di atas lantai untuk menunjukkan rasa terima
kasihnya. Selagi dia menungguku untuk berucap membungkuk ke arahnya. Kuabaikan
etika; rasanya itulah hal yang sepantasnya kulakukan. ucapku dengan air mata
menggenang. kau kembali dengan selamat.' Dia bangkit dan pergi duduk ke kursi yang
disediakan An-te-hai. Aku terkejut melihat dirinya tampak tak sebugar yang kuingat
hanya selang beberapa tahun sebelumnya. Jubah megahnya tak dapat
menyembunyikan keringkihannya. Kulitnya tampak kering terbakar dan alis matanya
yang lebat memutih bagai bola-bola salju. Usianya sekitar enam puluh tahun, tetapi
gundukan kecil di punggungnya membuatnya tampak sepuluh tahun lebih tua. Setelah
teh disuguhkan, kuajak dia mengikutiku ke ruang tamu, yang di sana dia bisa duduk
lebih nyaman. Dia tak mau beranjak sebelum kukatakan padanya bahwa diriku letih
duduk seharian di atas kursi yang ukirannya membuat punggungku sakit. Aku
tersenyum sambil mengatakan bahwa furnitur indah di balairung hanya bagus
digunakan untuk pertunjukan. Kutunjukkan jarak yang terbentang di antara kami. tak
sopan bagimu untuk mengeraskan suaramu. Di sisi lain, aku tak mau tak bisa
mendengarkanmu.Tseng mengangguk dan bergerak untuk duduk di dekatku, di sisi kiri
The Last Empress - Anchee Min
bawahku. Dia tak tahu sebelumnya bahwa aku harus memaksa untuk bisa mengadakan
pertemuan ini. Para klan Manchu dan Pangeran Kung mengabaikan permintaanku untuk
mengadakan audiensi pribadi demi menghormati Tseng. Kutekankan bahwa tanpa jasa
Tseng Kuo-fan, Dinasti Manchu sudah akan berakhir. Nuharoo menolak memihakku
saat aku mendatanginya untuk meminta dukungan. Sama seperti yang lain, dia
mengabaikan jasa Tseng Kuo-fan begitu saja. Pada akhirnya, aku berhasil
membujuknya untuk mendukung undanganku, tetapi beberapa jam sebelum pertemuan
dilangsungkan, dia sekali lagi mengubah pikirannya. Aku benar-benar marah. Nuharoo
akhirnya menyerah. Namun sembari mendesah, dia berujar, darah ningrat mengalir
dalam tubuhmu.Memang benar, aku tak memiliki darah ningrat setetes pun. Namun,
itulah sebabnya yang membuatku merasa senasib dengan Tseng Kuo-fan.
Memperlakukannya dengan penuh rasa hormat, sama artinya dengan menghormati
diriku sendiri. Negosiasiku dengan Klan Kerajaan berakhir dengan kompromi: Aku
diizinkan bertemu dengan Tseng selama lima belas menit. benar"kananku sudah
hampir buta. Tetapi mata kiriku masih bisa melihat cahaya. Saat-saat tertentu, aku
masih bisa lihat bayangan kabur.Apa tubuhmu masih cukup kuat" Bayangan untuk
segera mengakhiri pertemuan itu membuatku kehilangan kata-kata. telah bekerja keras
demi Kerajaan.Yang Mulia.Aku berharap bisa mengundangnya lagi suatu saat nanti,
tetapi aku takut kelak tak dapat memenuhi janjiku. Kami duduk dalam hening.
Sebagaimana yang dituntut oleh etika, Tseng menjaga kepalanya tetap rendah.
Tatapannya dipakukan pada satu titik di permukaan lantai. Jepitan besi dari seragam
jubahnya menimbulkan bunyi dentingan tiap kali dia mengubah posisi. Dia tampak
mencari-mencari posisi tepatku. Aku yakin dia tak mampu melihatku, meski dengan
kedua mata terbuka lebar. Mencoba meraih cangkir tehnya, tangannya meraba-raba
udara. Ketika An-te-hai menating roti manis isi biji wijen, siku tangannya hampir
menumpahkan bakinya. bertemu"antara kami. tahun lalu... pada audiensi dengan Yang
Mulia Kaisar Hsien Feng.Kukeraskan suaraku sedikit hingga yakin bahwa dia dapat
mendengarku. badan besar. Alis matamu yang menyambung membuatku mengira kau
sedang marah. The Last Empress - Anchee Min
tak sabaran. Aku ingin sekali bisa memenuhi harapan Yang Mulia padaku.banyak, jauh
dari yang diperkirakan orang sebelumnya. Suamiku pasti akan bangga. Aku sudah
mengunjungi altarnya untuk melaporkan berita yang kaubawakan untuknya.Tseng
menundukkan wajahnya dan mulai menangis. Sejenak kemudian, dia mendongakkan
kepalanya dan menatap ke arahku, berusaha melihat. Akan tetapi, cahaya di ruangan
duduk ini terlalu remang-remang, dan dia kembali menundukkan pandangannya.
An-te-hai kembali masuk dan mengingatkan pada kami bahwa waktu kami sudah habis.
Tseng menyiapkan diri untuk pamit. Selagi minum, kulihat gunung-gunung perak dan
ombak lautan tersulam di jubahnya. mengunjungimu"Tseng Kuo-fan. Aku berharap bisa
berjumpa denganmu lagi. Tak lama dari sekarang, kuharap.mungkin Aku tak pernah
menemuinya lagi. Tseng Kuo-fan meninggal kurang dari empat tahun kemudian. Pada
1873. Menengok kembali ke belakang, aku merasa puas telah memberi penghargaan
pada lelaki itu secara pribadi. Tseng telah membuka mataku kepada dunia yang luas di
luar tembok Kota Terlarang. Dia tidak saja membuatku mengerti bagaimana
bangsa-bangsa Barat mengambil manfaat dari Revolusi Industri dan menjadi makmur,
tetapi menunjukkan bahwa bangsa Cina juga memiliki kesempatan untuk meraih
kebesarannya. Pesan Tseng Kuo-fan kali terakhirnya pada Kerajaan adalah untuk
membangun angkatan laut yang kuat. Prestasinya yang begitu luar biasa,
kemenangannya menumpas pemberontakan Taiping, menerbitkan rasa percaya diri
The Last Empress - Anchee Min
padaku untuk mewujudkan mimpi itu. 6 SEMENJAK KECIL, Tung Chih telah diajari
untuk menganggapku sebagai bawahannya ketimbang sebagai ibunya. Dan kini pada
usianya yang ketiga belas, aku harus berhati-hati atas ucapanku padanya. Seperti
mengendalikan layang-layang di bawah embusan angin yang berubah-ubah, aku
berusaha menahan genggamanku pada seutas benang tipis. Aku belajar untuk
menahan diri ketika embusan angin mengencang. Suatu pagi tak lama setelah
pertemuan terakhirku dengan Jenderal Tseng, An-te-hai meminta waktuku sebentar.
Kasim itu ingin menyampaikan satu hal penting padaku dan dia meminta
pengampunanku sebelum mulai bicara. Aku berkata tetap berlutut. Ketika kusuruh
dirinya untuk mendekat, dia menyeret lututnya mendekatiku dan berhenti di tempat aku
bisa mendengarkan bisikannya. parah,Aku bangkit. jubahku hingga aku kembali duduk.
bordil lokal.Selama sesaat, aku tak sanggup mencerna maksud perkataannya. selama
beberapa malam,aku mengikutinya. Maafkan aku tak bisa menyampaikan informasi ini
lebih cepat.tak perluberapa lama dia biasa mengunjungi rumah pelacuran"tanyaku,
berusaha tetap tenang. lenganku. dia menghindari tempat-tempat yang biasa didatangi
anggota Kerajaan.didatangi rakyat jelata"Aku tak bisa menenangkan pikiranku. tangis
An-te-hai. menunjuk ke arah pintu. dari anakku. Itu tugasku.atas lantai. besinya ketika
dingin. Tolonglah, Tuan Putri, pikirkanlah kembali.takut padaku"Seharusnya aku
dengarkan An-te-hai, dan menunggu. Jika saja aku bisa mengendalikan emosiku, sebaik
yang biasanya kulakukan di hadapan Dewan Istana, An-te-hai tak
The Last Empress - Anchee Min
akan menanggung akibatnya. Aku tak akan kehilangan putraku dan An-te-hai. Berdiri di
depanku, Tung Chih tampak seperti baru keluar dari kolam air. Keringat membanjiri
keningnya. Sambil menggenggam saputangan, dia terus-terusan me nyeka muka dan
lehernya. Wajahnya dipenuhi bisul, dan jerawat menandai garis rahangnya. Tadinya
kukira kondisi kulitnya disebabkan oleh usianya yang makin dewasa, bahwa elemen
dalam tubuhnya sedang tak seimbang. Ketika kutanyakan tentang rumah pelacuran, dia
tidak mengakuinya. Baru ketika kupanggil An-te-hai-lah, Tung Chih akhirnya mengakui
semua perbuatannya. Aku tanyakan apakah dia sudah menemui Tabib Sun Pao-tien.
Tung Chih menjawab bahwa dia merasa tak perlu menemuinya karena dia tak merasa
sakit. Putraku menatap An-te-hai dengan menyipitkan mata. Keadaan menjadi kacau
saat Tabib Sun Pao-tien tiba. Semakin Tung Chih berusaha berbohong, semakin sang
Tabib mencurigainya. Akan makan waktu berhari-hari sebelum Sun Pao-tien
memberitakan penemuannya, yarig kutahu akan menghancurkanku. Kukirim An-te-hai
ke istana Tung Chih. Kubatalkan audiensi hari itu, dan memeriksa barang-barang milik
anakku. Selain opium, kutemukan buku-buku cabul. Kupanggil Tsai-chen, putra
Pangeran Kung yang berusia lima belas tahun, teman terdekat Tung Chih. Kutekan dan
kubujuk Tsai-chen sampai dia mengakui bahwa dialah yang meminjamkan buku-buku itu
dan dialah yang membawa Tung Chih ke rumah bordil. Tanpa menunjukkan rasa
bersalah, Tsai-chen menjelaskan bahwa rumah bordil ibarat Pangeran Kung sama
terkejutnya dengan diriku, yang membuatku menyadari bahwa situasinya lebih buruk
daripada yang kubayangkan. Ketika kularang Tsai-chen menemui anakku lagi, Tung
Chih semakin kesal. anakku. Kemudian kuperintahkan An-te-hai mengunci pintu agar
Tung Chih tak bisa keluar. menendang An-te-hai dan kasim-kasim lainnya. Ular
berbisa!Awalnya Tung Chih tak menunjukkan minat untuk memilih pendampingnya.
Walau demikian, Nuharoo tetap bersikeras untuk menjalankannya. Ketika kupanggil


The Last Empress Karya Anchee Min di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tung Chih untuk menetapkan tanggal pemilihan para gadis, dia malah ingin membahas
perihal hai dan hukuman yang tepat baginya. Tak kuacuhkan anakku dan berkata, pada
kita berdua mestinya tak mengganggu tugas-tugasmu.Kusodorkan laporan Kerajaan ke
The Last Empress - Anchee Min
hadapannya. tadi pagi. Aku ingin kau memeriksanya.ucap Tung Chih sembari
membolak-balik kertas dokumen secara sekilas. menarik hati para bandit dan
gelandangan dengan menawarkan makanan. dan tempat tinggal gratis, dan. mereka
telah membantu para kriminal. Masalahnya bukan agama, sebagaimana yang mereka
sebutkan. tetap terdengar tenang, tetapi tak bisa. para pelacur di seluruh kota lebih
penting"lagi yang bisa kuperbuat" Ayahlah yang menanda tanganinya! Kau mencoba
mengatakan bahwa aku tengah meruntuhkan dinasti, padahal bukan aku. Bangsa asing
sudah memasuki Cina jauh sebelum aku dilahirkan. Lihat ini: Para misionaris menuntut
uang ganti sewa atas penggunaan kuil-kuil Cina selama tiga ratus tahun ke belakang
yang dulunya mereka nyatakan sebagai properti milik Gereja. Apa itu masuk akal"Aku
tak mampu berkata apa pun. sebagai lelaki dan wanita yang baik,hanya aturan moral
mereka sajalah yang cacat. Aku setuju dengan Pangeran Kung bahwa ajaran Kristen
menaruh penekanan terlampau besar pada belas kasih dan mengabaikan nilai keadilan.
Akan tetapi, ini bukan masalahku, dan kau tak seharusnya menjadikannya
begitu.mereka ke Cina. Dan itu jadi masalah yang mesti kau tangani, anakku. aku harus
pergi.mengerti untuk tahu apa yang mesti kaulakukan.dokumen-dokumen kerajaan
sebagai buku pelajaranku. Aku selalu dianggap lemah sejak kecil. Kaulah yang
bijaksana ... Sang Buddha Tua yang serba tahu segalanya: Aku tak kirimkan mata-mata
untuk memeriksa kamarmu dan mengosongkan lemarimu. Tetapi itu tak berarti bahwa
aku bodoh dan tak tahu apa-apa. Aku sayang padamu Ibu, tetapiPada masa-masa
terkelam dalam hidupku, aku akan pergi pada An-te-hai dan memintanya untuk
The Last Empress - Anchee Min
menenangkanku. Perbuatanku sungguh memalukan. Tak bisa dibayangkan bagi setiap
wanita memikirkan tubuhnya disentuh oleh seorang kasim, makhluk dari dunia hitam.
Tetapi aku merasakan diriku sama rendahnya dengan kasim. Malam itu, suara An-te-hai
menenangkanku. Dia membantuku membebaskan diri dari kenyataan. Aku dibawa ke
bagian dunia lain untuk menikmati petualangan asing. Kegembiraan akan memenuhi air
muka An-te-hai selagi dia meniup lilin dan mendatangi pembaringanku untuk berbaring
di sisiku. seperti diriku, dia orang yang sangat malang. Dilahirkan pada 1371 dan
dikastrasi pada umur sepuluh tahun. Untungnya, majikan yang dia layani adalah
seorang Pangeran yang berlaku baik padanya. Sebagai balasannya, dia memberikan
jasa luar biasa dan membantu Pangeran menjadi Kaisar dari Dinasti MingBunyi dari
burung hantu di luar jadi hening dan awan-- awan yang memantulkan sinar rembulan
tampak tak bergerak di luar jendela. Kaubisa temukan namanya di semua buku tentang
pelayaran, tetapi tak ada satu pun yang mengungkapkan identitas sebenarnya sebagai
kasim. Tak ada seorang pun yang tahu bahwa penderitaan yang demikian pedihlah,
yang telah menempanya menjadi orang hebat. Kemampuannya menghadapi
penderitaan hanya bisa dimengerti olehku, sesama rekan kasimnya.tanyaku. nama
kasim milik Kerajaan, sebuah buku yang tak ada seorang pun tertarik untuk
membacanya.Pada diri Cheng Ho, An-te-hai menemukan mimpi yang dapat diraih.
Cheng Ho memimpin tujuh ekspedisi bahari ke pelabuhan-pelabuhan di seluruh Asia
Tenggara dan Laut Hindia.berkelana jauh hingga ke Laut Merah dan Afrika Timur,
menemukan lebih dari tiga puluh negeri dalam tujuh ekspedisinya. Kastrasi
menjadikannya lelaki yang rusak, tetapi tak pernah memadamkan ambisinya.Dalam
kegelapan malam, An-te-hai berjalan menuju jendela dalam jubah sutra putihnya.
Menghadap terang bulan, dia mengumumkan, hari ulang tahun.diriku sendiri, yang tahu
kapan persisnya aku lahir. Hari ulang tahunku yang baru adalah 11 Juli. Itu akan jadi
hari peringatan dan perayaan ekspedisi laut pertama Cheng Ho, yang berangkat pada
11 Juli 1405.Dalam mimpiku malam tadi, An-te-hai berubah menjadi Cheng Ho. Dia
The Last Empress - Anchee Min
berpakaian dalam jubah istana Ming yang megah dan berlayar ke tengah laut lepas,
menuju cakrawala jauh. Kekaisaran Cina.Namun, dia tengah terlelap dalam tidurnya.
Aku duduk dan menyalakan lilin. Aku menatap kasimku yang sedang tertidur, dan
tiba-tiba merasa remuk saat pikiranku kembali ke Tung Chih. Aku ingin sekali pergi
menemui anakku dan merangkulnya. enam kapal besar" Krunya hampir mencapai tiga
puluh ribu! Mereka punya satu kapal untuk mengangkut kuda-kuda, dan satu lagi
mengangkut hanya air minum!7 NUHAROO MEMANGGILKU pada hari peringatan
delapan tahun kematian suami kami. Setelah bertukar salam, dia memberitahukan
niatnya untuk mengganti semua nama istana di Kota Terlarang. Dia memulainya dari
istananya sendiri. Bukannya Istana Kedamaian dan Panjang Umur, nama barunya
menjadi Istana Meditasi dan Perubahan. Nuharoo mengatakan bahwa guru fengshuinya
menyarankan agar nama-nama istana yang ditinggali para wanita sebaiknya diganti
sekali dalam sepuluh tahun untuk membuat arwah-arwah yang ingin menghantui istana
lama mereka jadi bingung. Aku tak suka dengan ide itu, tetapi Nuharoo bukan tipe orang
yang mau mengalah. Masalahnya adalah, jika kami mengubah nama istana,
nama-nama yang turut menyertainya juga terpaksa diubahjalan setapaknya, tempat
tinggal pelayannya. Namun, dia terus saja melanjutkan rencananya. Kini, gerbang
Nuharoo beralih nama menjadi Gerbang Renungan yang sebelumnya bernama Gerbang
Angin yang Tenang. Tamannya sekarang berganti nama dari Keajaiban Alam Liar
menjadi Kebangkitan Semi. Jalan setapaknya beralih nama dari Jalur Sinar Rembulan
jadi Jalur Pikiran jernih. Menurutku, nama-nama yang baru tidak semenarik yang lama.
Nama lama untuk kolam Nuharoo adalah Riak Semi terdengar lebih bagus daripada
nama barunya, Tetes Kebijakan Zen [Ajaran Buddha yang merupakan perpaduan dari
bentuk Mahayana Buddha yang berkembang di India dengan filsafat Taoisme dari Cina.
Zen menekankan renungan dan meditasi pribadi, daripada pembelajaran doktrin dan
kitab]. Aku juga lebih suka Istana Penghimpunan daripada Istana Kehampaan Besar.
Selama berbulan-bulan, Nuharoo menghabiskan waktunya memilih nama-nama itu.
Lebih dari seratus papan dan plang nama diturunkan, dan plang dengan
The Last Empress - Anchee Min
nama-nama baru dibuat dan dipasang. Serbuk-serbuk gergaji memenuhi udara saat
tukang kayu menghaluskan papan nama. Noda-noda cat dan tinta tampak di
mana-mana selagi Nuharoo menyuruh pelukis kaligrafi, yang gaya lukisnya tampak
kurang sempurna di matanya, untuk mengulang karyanya. Aku bertanya pada Nuharoo
apakah pihak Istana telah menyetujui nama-nama baru ini. Dia menggeleng. butuh
waktu lama untuk menjelaskan urgensi hal ini pada Dewan Istana, dan mereka tak akan
menyukainya karena biaya yang harus dikeluarkan. Lebih baik aku tak merepotkan
mereka.Dia mulai menyebutkan istana dengan nama-nama baru, seorang diri. Hal itu
menimbulkan banyak kebingungan. Tak ada orang dalam departemen-departemen
Kerajaan, yang biasa menerima perintah hanya dari Dewan Istana, diberi tahu. Tukang
kebun menemui kesulitan besar mencari tahu di mana mereka seharusnya bekerja.
Para pemikul tandu pergi ke tempat yang salah untuk mengantar-jemput
penumpangnya, dan Departemen Persediaan membuat kekacauan dengan mengirim
barang ke alamat yang salah. Nuharoo mengatakan bahwa dia telah membuat nama
baru yang mengesankan untuk Istanaku. dengan 'Istana Tiada Bingung'"Namanya
selama ini adalah Istana Musim Semi nan Panjang. memanggilku dengan gelar resmiku.
terbaikku. Kau harus menyukainya! Keinginanku adalah nama-nama baru ini akan
menginspirasimu untuk mundur dari kesibukan duniamu, dan menemukan kesenangan
yang lebih menenangkan.mulai hari esok, jika saja aku bisa melupakan ancaman
penggulingan kekuasaan. ucap Nuharoo, menepuk kedua pipinya dengan saputangan
The Last Empress - Anchee Min
sutranya. harus diawasi.Sungguh mengejutkanku mengetahui bahwa dia tidak
sungguh-sungguh saat menyuruhku untuk menyerahkan urusan pemerintahan pada
para lelaki. Yang membuatku tak pernah habis pikir adalah melihat bagaimana dirinya
bisa mencapai kekuasaan dengan menampakkan diri seolah tidak ingin berurusan
sedikit pun dengannya. Aku merasa lega mengetahui bahwa sebagian besar istana
yang namanya diubah adalah area tinggal bagian dalam yang ditempati para selir.
Karena tak ada catatan resmi tentang perubahan ini, semua orang kecuali Nuharoo,
terus menyebut gedung-gedung ini dengan nama lama mereka. Agar Nuharoo tak
tersinggung, kata dilekatkan pada semua nama. Sebagai contoh, istanaku disebut
Istana Musim Semi nan Panjang nan Lama. Pada akhirnya, Nuharoo sendiri merasa
lelah atas permainan ini. Dia akhirnya mengakui bahwa nama-nama baru itu
membingungkan. Kasim rumahnya begitu kebingungan hingga mereka kehilangan arah
sendiri saat berusaha menjalankan perintah. Nuharoo bermaksud mengirim kue
biji-teratai padaku, tetapi kiriman itu berakhir di meja penjaga gerbang. Dengan
demikian, semuanya diubah kembali seperti semula, dan nama-nama baru itu segera
terlupakan. An-te-hai mengirim Li Lien-ying, yang sekarang merupakan murid
kepercayaannya, untuk memijat kepalaku. Dengan pijatan yang lembut, aku merasa
ketegangan tubuhku larut seperti lumpur dalam air. Aku memandang bayanganku di
cermin dan menyadari bahwa keriput sudah merayapi kening mulusku. Kedua mataku
memiliki kantong di bawahnya. Meski kecantikan wajahku tetap terpelihara, pancaran
masa muda wajahku telah hilang. Tak kuberi tahukan An-te-hai mengenai percakapanku
dengan Tung Chih, tetapi sepertinya dia merasakannya. Dia mengirim Li Lien-ying untuk
menjagaku pada malam hari dan memindahkan matras tidurnya ke luar kamar tidurku.
Beberapa tahun kemudian, aku akan mengetahui bahwa kasimku telah mendapatkan
ancaman dari putraku. An-tehai diancam agar tak turut campur kalau tak ingin
dihilangkanagar tak ada kasim yang menjadi akrab denganku, An-te-hai menggilir tugas
pelayan kamarku. Butuh waktu cukup lama untukku menyadari maksudnya. Di antara
semua pelayanku, aku menyukai Li Lienying, yang telah melayaniku semenjak dirinya
masih bocah kecil. Perangainya ramah dan memiliki kecakapan seperti An-te-hai, meski
aku tak dapat berbincang leluasa dengannya sebagaimana dengan An-te-hai. Sebagai
orang yang mahir melayani orang lain, Li Lien-ying adalah seorang yang terampil
dengan tangannya, sementara An-te-hai adalah seorang seniman. Sebagai contoh,
An-te-hai telah merancang berbagai cara untuk membawa Yung Lu memasuki
pekarangan dalamku sekali waktu. Dia mengatur perbaikan jembatan dan genteng di
sekitar istanaku sehingga pekerja dari luar harus dibawa masuk, yang akan dikawal oleh
para pengawal kerajaan. An-te-hai meyakini rencananya akan memberi Yung Lu
kesempatan untuk mengawasi. Rencana itu belum berhasil, tetapi An-te-hai terus
berupaya mewujudkannya. Li Lien-ying adalah kasim yang jauh lebih populer daripada
An-te-hai. Dia memiliki kepandaian untuk menjalin
The Last Empress - Anchee Min
pertemanan, kemampuan yang tak dimiliki oleh Ante- hai. Para pelayan tak pernah tahu
kapan An-te-hai akan muncul menginspeksi pekerjaan mereka. Dan jika An-tehai
merasa tak puas, dia akan mencak-mencak, berusaha Rumor mulai berembus di
kalangan para pelayan bahwa posisi An-te-hai sebagai kepala kasim akan segera
digantikan oleh Li Lien-ying. An-te-hai terbakar rasa cemburu dan menduga Li telah
merebut perhatianku. Suatu hari, An-te-hai menemukan satu alasan untuk
menginterogasi Li. Saat Li protes, An-te-hai menyalahkan sikapnya yang dianggap tak
sopan dan memerintahkan hukum cambuk padanya. Untuk menunjukkan keadilan, aku
juga memerintahkan hukum cambuk pada An-te-hai, menahan makanannya selama tiga
The Last Empress - Anchee Min
hari, dan menempatkannya di ruang para kasim. Seminggu kemudian, aku pergi
mengunjunginya. Dia sedang duduk di ruangan sempitnya, memeriksa luka-lukanya.
Ketika kutanyakan apa saja yang telah dia lakukan selama masa hukumannya,
An-te-hai menunjukkan padaku sesuatu yang dia buat dari sisa-sisa kayu dan bahan
kain. Aku terkejut akan apa yang kulihat. kecil!satu armada Cheng Ho. Kapal itu tak
lebih besar dari lengan An-te-hai, tetapi memiliki detail yang rumit, dengan layar,
tiang-tiang kapal, dan peti muatan yang sangat kecil. melihat situs makam Cheng Ho di
Nanking,pada arwahnya agar menerimaku sebagai murid dari jauh.Akhir musim panas
1869 sangat panas dan lembap. Aku harus mengganti pakaian dalamanku dua kali
sehari. Jika aku tidak menggantinya, keringat akan melunturkan tinta celupnya ke jubah
resmi kerajaanku. Karena Kota Terlarang hanya memiliki sedikit pohon, panas yang
menerpa makin tak tertahan. Terpaan sinar terik matahari memanggang jalur setapak
dari bebatuan. Setiap kali para kasim menuangkan air ke permukaan tanah, kami dapat
mendengar bunyi desisan dan melihat uap air berwarna putih membubung ke udara.
Dewan Istana berusaha memendekkan waktu audiensi. Bongkahan es didatangkan, dan
para tukang kayu membuat bangku-bangku pengganti untuk menaruh bongkah es itu.
Tamu yang dipanggil menghadap, yang mengenakan jubah resmi kerajaan yang tebal,
akan menduduki tepat di atas es. Tengah hari, tumpahan air akan menggenang di
bawah kursi. Hal itu membuatnya tampak seolah menteri-menteri itu mengompol.
Nuharoo mengenakan pakaian warna hijau-lumutnya ketika dia memasuki Balairung
Pemeliharaan Jiwa sewaktu masa reses audiensi. Para kasim mulai membuat kipas dari
kayu untuk mendatangkan angin. Nuharoo kesal karena kipas-kipas itu membuat
bunyi-bunyi berisik, seperti suara jendela dan pintu terbanting. Nuharoo duduk dengan
anggunnya di kursi di depanku. Kami saling menatap pakaian, riasan wajah, dan tatanan
rambut satu sama lain saat bertukar sapa. Aku benci mengenakan riasan wajah pada
musim panas dan mengenakannya hanya tipis-tipis saja. Kuhirup teh dan berusaha
menampilkan diri tertarik. Saat ini, aku sudah cukup kenal dengan Nuharoo hingga
dapat memperkirakan bahwa undangan yang datang dari dirinya tak akan ada
hubungannya dengan urusan penting negara. Pada masa lalu, Aku telah berusaha
keras untuk mengajarkan sedikit padanya akan urusan-urusan Istana. Namun, dia akan
segera mengalihkan topik atau langsung mengabaikanku. sampaikan singkat
saja.menghirup tehnya. orang yang telah mati akan senang mendengarkan orang hidup
menangis pada hari arwah mereka kembali pulang. Bagaimana kita bisa tahu jika suami
kita tidak menginginkan hal yang sama"Aku tak tahu maksud dari perkataannya, maka
aku hanya menggumamkan masalah tumpukan kertas dokumen kerajaan yang tengah
menggunung di atas mejaku. kita tak bisa membuat bayangan Surga untuk menyambut
arwah-arwah"pelayan dalam kostum Dewi Bulan dan menempatkan mereka secara
acak di atas kapal yang dihias di Sungai Kun Ming. Para kasim bisa bersembunyi di
balik bukit dan di belakang paviliun, serta memainkan suling dan kecapi. Tidakkah Hsien
Feng akan menyenanginya"mengerucut. hatimu yang masam. Omong-omong, aku
sudah mulai memerintahkan dilangsungkannya pesta ini. Baik Dewan Istana punya
uangnya atau tidak, Menteri Pendapatan akan bertanggung jawab untuk membayar
perayaan mengenang kematian Kaisar. Ini hanya hal kecil.Di tengah audiensi, aku
menyempatkan waktu mengurusi hal-hal yang dianggap oleh Pangeran Kung tak
penting. Sebagai contoh, sebuah artikel merebut perhatianku. Artikel ini diterbitkan
dalam Berita Terkini Istana, harian yang dibaca oleh sebagian besar pejabat
pemerintah. Harian itu mencetak ulang esai pemenang pertama ujian pegawai kerajaan
tahunan, berjudul Penulisnya memuji anakku habis-habisan. Pilihan judulnya saja
mengejutkan. Tulisan ini mengungkapkan padaku bahwa sesuatu yang tak sehat tengah
berkembang di jantung pemerintahan sendiri.
The Last Empress - Anchee Min
The Last Empress - Anchee Min
Aku meminta diberikan daftar pemenang ujian dari para juri. Ketika daftar tersebut
kuterima, kulingkari nama penulis itu dengan kuas tinta merah. Aku mencoretnya dari
peringkat pertama dan mengirimkan kembali daftar itu, Bukannya aku tak menyukai
pujian, melainkan aku bisa membedakan antara pujian yang pantas diterima dan pujian
yang ditujukan untuk menjilat. Sayangnya, orangorang cenderung menerima berita yang
disampaikan dari surat kabar begitu saja. Yang kucemaskan adalah jika aku gagal
menghentikan kecenderungan memuji ini, rezim anakku pada akhirnya nanti, akan
kehilangan kritik yang berharga. yang terjadi pada mereka" gerakannya masih penuh
gaya dan sikapnya tampak anggun, An-te-hai tampak gugup dan mata besarnya sudah
kehilangan cahayanya. untuk menemukan rumah yang lebih ramah.An-te-hai diam. Lalu
dia membungkuk. mereka pergi, Tuan Putri.kerajaan sama besarnya dengan kuil!
Seberapa besar yang mereka butuhkan" Jika kaupikir mereka butuh ruangan lagi, minta
saja pada tukang kayu untuk meluaskannya. Kau bahkan bisa menjadikannya dua
tingkat, kalau kau mau. Buat jadi dua puluh sangkar, empat puluh sangkar, seratus
sangkar!jumlah sangkarnya itu sendiri.Kasim itu menundukkan kepalanya. Setelah
sejenak, dia bergumam, kacau. menganggap kegagalan sebagai kebahagiaan dan
keagungan dalam hidupmu, Tuan Putri. Hal baiknya adalah, merpati tak sama seperti
beo. Merpati bisa terbang bebas, sementara beo dirantai. Beo dipaksa untuk melayani,
untuk menyenangkan orang dengan menirukan suara-suara manusia. Tuan Putri, kita
juga telah kehilangan beo kita.diajarinya. Ia telah bicara dengan bahasanya sendiri dan
oleh karena itu, mesti dihukum. Kasim yang telah melatihnya telah berusaha sebisa
mungkin. Dia telah mencoba berbagai trik yang dikenal berhasil pada masa lalu,
termasuk melaparkan diri. Namun, Konfusius keras kepala dan tak mau mengucapkan
satu patah kata pun. Ia mati kemarin.pandai itu, yang merupakan hadiah dari suamiku
untukku. mengatakan bahwa manusia dilahirkan jahat.menatap langit. menghilang di
balik awan. Aku tak menyesal telah membantu mereka membebaskan diri, Tuan Putri.
Aku sesungguhnya merasa senang dengan apa yang telah kulakukan.kaki-kaki merpati
itu" Apa kaubiarkan mereka membawa musik bersama mereka" Mereka akan
diberikan makanan di bawah atap mana pun jika membawa musik.Tidakkah mereka
berhak atas kebebasan"Pikiranku disibukkan oleh Tung Chih. Tiap menitnya aku ingin
tahu di mana dia berada, apa yang sedang dia lakukan, dan apakah Tabib Sun Pao-tien
berhasil mengobatinya. Kuperintahkan menu makanan Tung Chih diantarkan padaku
karena aku tak yakin dia diberi makanan yang menyehatkan. Kukirim kasim-kasim
mengikuti temannya Tsai-chen untuk memastikan bahwa kedua anak itu tetap tak
berhubungan. Aku merasa resah dan merasa terperangkap dalam kekuatan misterius
yang mengatakan bahwa anakku tengah dalam bahaya. Baik Tung Chih maupun Tabib
Sun Pao-tien menghindariku. Tung Chih bahkan menyibukkan diri dengan mengurusi
dokumen-dokumen kerajaan agar aku meninggalkannya sendiri. Namun, kecemasanku
tak juga hilang. Rasa itu bahkan berubah jadi ketakutan. Dalam mimpi-mimpi burukku,
Tung Chih meminta pertolonganku dan aku tak mampu meraihnya. Sebagai usaha
untuk mengalihkan pikiran, aku memerintahkan pertunjukan opera pon-pon dan
mengundang kalangan dalam Istana untuk bergabung denganku. Semua orang
terkejut karena opera pon-pon dianggap sebagai hiburan orang-orang kelas-bawah. Aku
sudah pernah

The Last Empress Karya Anchee Min di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

The Last Empress - Anchee Min
melihat pertunjukan opera semacam itu di desa saat aku masih kecil. Setelah ayahku
diturunkan pangkatnya, ibuku memanggil pertunjukan untuk menceriakan suasana
The Last Empress - Anchee Min
hatinya. Aku ingat betapa aku sangat menikmatinya. Setelah tiba di Peking, aku ingin
sekali menontonnya lagi, tetapi aku diberitahukan bahwa pertunjukan rendahan
semacam itu dilarang di istana. Anggota grup opera itu tak banyak, hanya dua wanita
dan tiga pria, dan memiliki kostum lama dan properti yang menyedihkan. Mereka
menemui kesulitan melewati gerbang karena pengawalnya tak memercayai bahwa aku
telah memanggil mereka. Bahkan, Li Lien-ying tak bisa meyakinkan para pengawal, dan
rombongan itu akhirnya baru diizinkan masuk setelah. An-te-hai muncul. Sebelum
pertunjukan, aku menyambut kepala rombongan secara pribadi. Dia seorang pria
bertubuh kerempeng dengan mata rabun. Kuduga jubah yang dia kenakan adalah yang
terbaik dimilikinya, tetapi itu pun dipenuhi dengan tambalan. Aku menyampaikan rasa
terima kasihku atas kedatangannya dan menyuruh. para pelayan dapur untuk memberi
mereka makan sebelum memulai pertunjukan. Panggungnya sederhana. Tirai merah
polos jadi latar belakangnya. Kepala grup duduk di atas bangku. Dia menyetem
erhu-nya [Alat musik dengan dua senar yang dikenal sejak abad ke-14 dan menjadi alat
musik yang populer digunakan pada opera-opera Cina pada abad ke-19.], instrumen
dengan dua senar, dan mulai memainkannya. Dia membuat suara yang
mengingatkanku pada suara kain disobek. Musik itu terdengar seperti tangis kesedihan,
tetapi anehnya ia terdengar lembut di telingaku. Ketika sandiwara telah dimulai, aku
melihat sekeliling dan menyadari hanya aku sendiri yang tinggal di kursi penonton selain
An-te-hai dan Li Lien-ying. Semua orang diam-diam beranjak pergi. Alunan lagunya
terdengar tak sama seperti ingatanku. Nadanya terdengar seperti suara angin bertiup
tinggi ke angkasa. Jagat raya serasa disesaki oleh suara-suara kain sobek.
Kubayangkan mungkin seperti inilah suara arwah-arwah yang dikejar akan terdengar.
Dalam benakku bisa kulihat lapangan bebatuan dan hutanhutan cemara perlahan-lahan
tertutupi pasir. Musik itu perlahan menghilang. Ketua grup merendahkan kepalanya ke
atas dada seolah-olah tertidur. Panggung pertunjukan hening. Kubayangkan Gerbang
Surgawi membuka dan menutup dalam kegelapan. Dua wanita dan seorang pria
memasuki panggung. Mereka mengenakan blus biru besar. Masing-masing mereka
membawa tongkat bambu dan genta Cina dari tembaga. Mereka mengelilingi ketua grup
dan memukuli lonceng mereka sesuai dengan irama erhu-nya. Seolah baru saja
terbangun, lelaki itu mulai menyanyi. Lehernya memanjang seperti burung kalkun dan
nada suaranya memekakkan telinga, seperti capung berderak di tengah musim panas
yang paling menyengat: Ada lobster tua Yang hidup dalam lubang di bawah batu
raksasa. Ia keluar untuk melihat dunia Dan ia pun kembali. Kuangkat batu untuk
menyapanya. Semenjak aku melihatnya Lobster itu menetap dalam lubangnya. Hari
demi hari, Tahun demi tahun, Perlahan Terbungkus kegelapan dan genangan air,
MakhIuk yang penuh keyakinan Tentunya lobster ini. Ia mendengar suara bumi Dan
menyaksikan perubahannya. Jamur di punggungnya mulai tumbuh Menjadi rumput nan
indah. Memukul gentanya mengikuti alunan lagu, tiga orang lainnya bergabung
menyanyi: Oh lobster, Tak kuketahui apa pun tentangmu. Dari mana asalmu" Di mana
keluargamu" Apa yang membuatmu pindah dan bersembunyi dalam lubang ini" Aku
ingin anakku bisa tinggal untuk menyaksikan seluruh pertunjukannya. 8 AKU MEMULAI
MEMBAcA Kisah Kehidupan Tiga Dinasti, sejarah Kaisar Cina pada masa setelah
Dinasti Han, mencakup empat ratus tahun. Buku enam jilid itu setebal dan seberat batu
bata. Buku ini hanya berisi catatan-catatan kemenangan, satu kemenangan mengikuti
yang lainnya seolah tiada akhir. Aku berharap bisa mengetahui keinginan para
karakternya, tidak hanya petualangan militernya. Aku ingin tahu mengapa orang-orang
ini berperang, bagaimana setiap pahlawannya dibesarkan, dan peran apakah yang
dimainkan ibunya. Usai menuntaskan jilid pertama, kusimpulkan buku ini tak akan bisa
memberi apa yang kucari. Aku bisa saja menyebut nama-nama dari semua karakter
The Last Empress - Anchee Min
yang ada, tetapi aku tetap tak mengerti diri mereka sebenarnya. Puisi dan syair
mengenai peperangan terkenal mereka sangat indah, tetapi aku tak dapat menangkap
arti peperangan itu bagi mereka. Sangat tak masuk akal bagiku mengetahui orang-orang
akan berperang tanpa adanya alasan. Pada akhirnya, aku menenangkan diriku dengan
berpikir bahwa aku akan amanbisa membedakan antara orang-orang baik dan jahat.
Pada masa lima puluh tahunku berkuasa di balik singgasana,
The Last Empress - Anchee Min
akan kuketahui bahwa bukan itulah masalahnya. Sering kali rencana-rencana terburuk
ditampilkan oleh orang-orang terbaikku, dan dengan niatan paling baik sekalipun. Aku
belajar untuk lebih memercayai naluriku daripada penilaianku. Perspektif dan
pengalamanku yang kurasa kurang membuatku jadi lebih awas dan berhati-hati. Sekali
waktu, rasa ketidakamananku akan membuatku meragukan naluriku sendiri, yang
mengakibatkan keputusan- keputusan yang kelak kusesali. Sebagai contoh, kutahan
persetujuanku ketika Pangeran Kung menyarankan agar kami menggunakan guru
Inggris untuk mengajari Tung Chih tentang masalah dunia. Dewan Istana juga tak
menyetujui ide itu. Aku setuju dengan para Penasihat Agung bahwa Tung Chih berada
dalam usia yang rentan dan masih bisa dengan mudahnya dimanipulasi dan
dipengaruhi. diderita bangsa Cina,bahwa bangsa Inggris bertanggung jawab atas
kejatuhan dinasti kita belum juga tertanam kuat dalam benak Tung Chih.Tung Chih
dididik oleh Inggris sama artinya dengan pengkhianatan terhadap para leluhur
kita.Kenangan akan kematian suamiku masih kuat dalam ingatan. Bau asap dari
terbakarnya rumah kamiAgung Bundar, Yuan Ming Yuandapat kubayangkan putraku
berbicara dalam bahasa Inggris dan berkawan dengan musuh-musuh ayahnya. Setelah
malam-malam kulalui tanpa tidur, aku telah memutuskan. Kutolak proposal Pangeran
Kung dan mengatakan padanya bahwa harus memahami dirinya sendiri terlebih dulu.
Akan kuhabiskan sisa hidupku menyesali keputusanku kelak. Jika Tung Chih telah
belajar berkomunikasi dengan orang-orang Inggris, atau pergi atau menuntut ilmu di
luar, dia mungkin bisa menjadi kaisar yang berbeda. Dia mungkin akan terinspirasi oleh
pencapaian mereka dan menyaksikan kepemimpinan mereka. Dia mungkin akan
mengembangkan Cina yang lebih berpandangan ke depan, atau setidaknya tertarik
untuk mencobanya. Sore itu tak berawan ketika Nuharoo mengumumkan bahwa semua
telah siap untuk pemilihan final calon mempelai bagi Tung Chih. Kuikuti saja
kemauannya karena kupikir itulah yang seharusnya. Untuk memastikan dukungan dari
Nuharoo di Istana, aku perlu menjaga hubungan baik dengannya. Aku merasa tak siap
menyaksikan Tung Chih menikah; aku belum bisa menerima kenyataan bahwa dia telah
menjadi lelaki dewasa. Rasanya baru kemarin dia masih bayi yang kutimang-timang.
Tak pernah kurasakan perih yang begitu menghunjam, mengingat masa-masa
kebersamaan dengan anakku pada saat kecilnya yang terampas. Karena peraturan
yang ditetapkan oleh Nuharoo dan juga jadwal Istanaku, aku nyaris tak pernah hadir
dalam masa kanak-kanak Tung Chih. Meski aku menyimpan bekas goresan di bingkai
pintu yang menandai tinggi badan anakku yang terus tumbuh seiring tahun, aku tahu
sebagian kegemaran atau pikirannya, tetapi dia sangat membenci liarapan yang kumiliki
atas dirinya. Dia kesal jika aku bertanya padanya, bahkan salam yang kusampaikan tiap
paginya membuat wajahnya merengut. Dia mengatakan pada semua orang bahwa
Nuharoo lebih menyenangkan. Kenyataan bahwa aku dan dia saling bersaing untuk
merebut kasih sayangnya makin memperburuk masalah. Bisa dimengerti mengapa
Tung Chih tidak menaruh hormat padaku; aku sangat membutuhkan cintanya. Namun
semakin aku memohon, semakin dia tak ingin bersamaku. Kini, tiba-tiba, dia sudah
tumbuh dewasa. Masaku untuk bisa berdekatan dengan dirinya telah habis. Dengan
The Last Empress - Anchee Min
senyum terkulum di wajahnya, Tung Chih memasuki balairung utama berpakaian serba
emas. Tak seperti ayahnya dulu, dia akan turut berpartisipasi dalam pemilihan. Ribuan
gadis cantik dari seluruh penjuru Cina dibawa memasuki gerbang Kota Terlarang untuk
berjalan di hadapan Kaisar. dia bangun sebelum para kasim,tahuku. Aku tak yakin apa
harus menganggapnya sebagai berita baik. Kunjungannya ke rumah bordil
menghantuiku. Dengan bantuan Tabib Sun Pao-tien, penyakit Tung Chih tampak sudah
terkendali. Namun, tak ada yang bisa memastikan bahwa penyakit itu tak akan kambuh
lagi. Tung Chih akan diberi kewenangan lebih besar untuk melakukan apa yang dia
inginkan dalam kehidupan pribadinya kini, setelah dia secara resmi naik takhta. Baginya,
pernikahan sama dengan kebebasan. ujar Nuharoo. tentang prestasi akademisnya"Aku
sangsi guru-guru Tung Chih mengatakan yang sebenarnya mengenai kemajuan
akademisnya. Nuharoo akan segera memecat seorang guru jika dia berani melaporkan
nilai buruknya. Aku berusaha menguji kejujuran guruguru itu terhadap prestasi Tung
Chih sebenarnya, dengan mengusulkan agar Tung Chih mengikuti ujian pegawai
kerajaan. Ketika guru utama menjadi panik dan menghindari pembahasan topik itu, aku
tahu kebenarannya. matang,Aku merasa hanya itu satu-satunya pilihan yang masuk
The Last Empress - Anchee Min
Misteri Rumah Berdarah 4 Rahasia Chimneys The Secret Of Chimneys Karya Agatha Christie Dendam Pendekar Gila 1
^