Pencarian

Bidadari Untuk Ikhwan 3

Bidadari Untuk Ikhwan Karya Fajar Agustanto Bagian 3


Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net ghibah, bahwa si Ikhwan sedang berdua-duaan dengan akhwat, didalam angkot. Dan
yang ironisnya lagi, bahwa si Akhwat adalah kader bawahan si Ikhwan. Hanya sayang si
Ikhwan tidak mengetahui si Akhwat adalah kader bawahannya, karena si Ikhwan tidak
pernah memandang Akhwat di organisasinya dengan tatapan langsung! Setelah muncul
ghibah itu, kabarnya si Akhwat sudah tidak pernah terlihat lagi diorganisasi! Kata
beberapa sumber, bahwa si Akhwat malu dan futur akibat dari ghibah itu." Sejenak aku
menatap Samsul dengan senyum. "menurut antum, siapa yang salah?" tanyaku.
"Apakah itu benar, pernah terjadi?" balik tanya Samsul
"Iya memang pernah! Dan yang terkena itu adalah Senior ana. Sebelum antum masuk
kuliah!" "Ana bingung, Akh! Entahlah, siapa yang salah?" ucap Samsul, serba salah.
"Tidak ada yang salah! Yang salah, adalah yang percaya."
"Maksud, antum?"
"Iya, yang salah adalah yang percaya dengan cerita itu. Karena pada dasarnya, semua itu
adalah ujian. Baik yang melihat si Ikhwan dan si Akhwat pada saat di angkot, maupun
juga si Ikhwan dan si Akhwat. Karena pada dasarnya, ujian bagi yang melihat si Ikhwan
dan si Akhwat itu, adalah ujian bagi lisannya. Dan ujian bagi si Ikhwan dan Akhwat itu,
adalah ujian kekuatan keimanan mereka berdua. Saat dilanda dengan peristiwa seperti itu.
Jika mereka kuat menahan ujian itu, maka mereka akan mendapatkan peringkat yang baik
di hadapan Allah swt. Tetapi jika mereka tidak kuat, maka akan menjadi kerugian bagi
mereka!" "Lalu bagaimana dengan kasus ana?" ucap Samsul bingung.
"Ya.., sama! Jika antum dan si Akhwat kuat dengan ujian itu. Dan antum memang nggak
ada maksud apapun selain menolong akhwat pada saat itu. Maka Insya Allah, akan
ditutupi oleh Allah dengan sendirinya."
"Lalu sikap ana gimana, pada ikhwan dan akhwat yang sudah mempercayai ghibah itu?"
"Antum tinggal, diam saja! Nggak usah memperbesar masalah. Kalau mereka bertanya,
katakan yang sebenarnya! Kalau mereka nggak nanya, dan ngomong dibelakang. Ya
sudah, dosa ditanggung mereka. Toh kita sudah diingatkan Allah, untuk selalu
menerapkan rasa ingin tahu kita dengan bertabayyun."
"Iya, ana akan menerapkan taujih antum!" ucap Samsul, terlihat sangat lega.
"Akh, apakah hina seorang Ikhwan yang menolong Akhwat" Padahal kita selalu
diajarkan untuk menolong. Apalagi pada saudara seiman kita sendiri. Ya, memang pada
dasarnya kita tidak diperbolehkan berkhalwat, atau bahkan bersentuhan dengan yang
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net bukan muhrim. Tetapi secara garis besar, jika masih ada bentuk pertolongan yang lebih
baik. Maka cara itulah yang harus dipergunakan. Tetapi manakala memang tidak bisa.
Ya.., dengan terpaksa kita tetap harus menolong. Meskipun kata saudara-saudara kita, itu
dilarang atau tidak syar"I. Kalau memang tidak ada pertolongan lain, maka ana yakin.
Bahwa itu juga termasuk rhukso."
Tak lama Samsul merobek-robek kertas yang berada digenggamannya. Kertas
yang menuliskan semua isi hatinya. Yang bertuliskan.
"Aku bingung, aku benar-benar bingung. Sungguh aku benar-benar bingung.
Hanya kata bingung yang dapat aku berikan. Ya Allah sungguh aku benar-benar bingung.
Sungguh tidak aku sangat bingung, mungkin aku sudah gila. Sangat-sangat gila. Semua
otakku berpatri pada kegilaan. Sehingga semuanya menjadi gila. Bingung dengan
kegilaan yang mendalam. Ya Allah apakah engkau memberikan aku rasa gila ini begitu
dalam" Sungguh aku tak kuasa mendapatkan rasa gila ini.
Ya Allah maafkan semua salahku. Jadikan aku begitu kuat. Kuat sehingga aku
bisa mengalahkan hati dan nafsuku. Sekuat aku bisa menghabisi musuh-musuhMu. Ya
Allah berikan aku kekuatan. Kekuatan yang mampu menahan rasa maluku kepada
hamba-hambaMu yang tahu dengan kejelekanku. Sekuat-kuatnya ya Allah. Aku
maluuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu sungguh aku sangat malu ya Allah.
Aku bingung, gila dan malu. Semua ada pada diriku. Aku terkucil, aku benar-benar
terkucil. Menjadi orang buangan yang tidak dihargai makhlukMu. Ya Allah apakah aku
harus berhenti dari jalanMu.
Ya Allah apakah aku harus keluar dari jalanMu, ataukah aku harus mencari jalan
lain yang menuju kepadaMu. Yang orang-orangnya tidak suka mencemooh, yang orangorangnya tidak merasa paling tinggi, yang orang-orangnya tidak merasa paling sholih,
apalagi yang orangnya suka memerintah seenaknya sendiri. Ya Allah jangan kumpulkan
aku dengan orang yang sukanya membicarakan kejelekanku. Jangan dekatkan aku
dengan mereka. Jangan biarkan aku berdekatan dengan manusia-manusia yang telah
menafikkan kebenaranmu. Yang selalu membicarakan kebenaranMu tetapi mereka
sendiri yang mengacuhkannya. Yang begitu senang membicarakan kejelekan saudaranya.
Ya Allah kumpulkan aku dengan hamba-hambaMu yang sukanya mengingatkan
aku dengan kelembutan bahasa mereka, kesantunan perilaku mereka, dan selalu
menjadikan aku teduh dalam naunganMu. Ya Allah temukan aku kepada mereka.
Sungguh sampai saat ini aku belum menemukannya, yang aku temui hanyalah orangorang yang sukanya membicarakan kebenaranMu tetapi tidak melakukan kebenaran itu.
Yang sukanya hanya mengingatkan orang lain tetapi diri mereka selalu lupa dan selalu
alpa. Ya Allah berikan aku kesabaran, kesabaran yang selalu dapat membimbing dari
jalanMu kejalanMu. Ya Allah aku dulu begitu senang denganMu, tetapi aku sekarang
malah menjauhiMu. Aku dulu adalah orang yang brutal, tetapi santun dihadapanMu. Aku
dulu adalah orang yang na?f, tetapi patuh dengan aturanMu, aku dulu adalah orang-orang
yang keji, tetapi aku sangat menyayangiMu. Ya Allah kata meraka aku berada pada
jalanMu, tetapi sungguh ya Allah aku tidak merasakan berjalan dengan orang-orang yang
selalu mengikutiMu, Kenapa ya Allah" Orang yang aku anggap sangat dewasa. Ternyata
hanya seorang yang menyakitkan hati. Orang yang aku anggap pembela, ternyata hanya
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net bisa menjadikan keluasan dalam berpikir saja. Sungguh ya Allah, aku ingin kembali
kepadaMu. Ini doaku ya Allah. Panggil aku. Berikan aku kenikmatan seperti dulu lagi.
Kenikmatan yang salalu mengingatMu. Berjalan pada kewajibanMu. Senang dengan
sunnah-sunnah RasulMu. Tidak terlepas dari kebaikan yang Engkau anggap baik. Ya
Allah aku mohonn pertolonganMu. Sungguh ya Allah tolong aku.
Tolooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo
ooooooooooooooooooooooong aku ya Allah. Aku sangat miskin. Aku sangat dholim, aku
sangat pusing. Berontak pikiranku ya Allah. Sungguh. Aku sangat benci semua ini.
Tetapi aku mohon ya Allah, jangan memberikan pikiran kepadaku untuk membenciMu.
Aku membenci semua ini. Tetapi aku mohon lagi ya Allah, berikan aku kesenangan
untuk selalu menyembahmu LAGI. Aku futuuuuuuuuuuuurr. Aku gillllllllllaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa. Sangat gilaaaaaaaaaaaaaaaa. Aku ingin menangis ya
Allah. Tetapi aku malu. Sangat malu. Aku malu selalu menangis dihadapanmu. Dengan
dosa-dosa yang selalu aku perbuat. Memang ya Allah aku adalah makhluk yang selalu
berbuat salah dan dosa. Tetapi apakah aku harus selalu berdosa.
Yaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa Allah. Aku memang orang bodoh, goblok dan brengsek. Entah
kata-kata buruk apa lagi yang harus dituju padaku. Ya Allah aku muak, sungguh ya
Allah. Aku muak dengan semua ini. Tapi ya Allah jangan buat aku muak kepadaMu.
Jangan berikan perasaan kepadaku rasa muak "
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net JILID 11 "Post-post!" ucap seseorang diteras depan rumah.
"Iya..!" sahutku sambil dengan cepat mendatangi Pak post.
"Khalid Hendriansyah?"
"Iya, saya pak!"
"Tolong tanda-tangani disini!" ucap Pak post, sembari menunjukkan kertas yang akan
aku tandatangan. "Terima kasih Pak!" kataku.
Pak post hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya dan berlalu dari hadapanku.
Surat yang sudah lama aku tunggu-tunggu. Yang akan memberikan sebuah
keputusan yang akan menapak masa depanku. Menepak keinginanku dalam menggapai
bidadari surga. Menapaki jalan-jalan surga yang Insya Allah aku lewati dengan bidadari
Allah. Menapaki kehidupanku selanjutnya. Kehidupan dengan seorang bidadari. Bidadari
yang sudah lama aku rindu dan impikan.
Aku duduk dalam sofa tua yang penuh dengan luka-luka perang. Sehingga harus
ditambal, untuk menutupi luka-lukanya. Sofa butut. Kubuka perlahan-lahan, sebuah surat
kiriman keluargaku yang ada di kampung. Saat aku buka, ternyata ada beberapa lembar
surat yang telah dituliskan, selain ucapan pembuka. Tertulis dipojok kiri a
tas setiap suratnya. Bapak, Ibu, dan Nurul. Hem, serpertinya aku harus mendapatkan banyak
masukan dari keluargaku nich. Atau bahkan kritikan pedas dari Bapakku, hem! Pikirku.
Surat pertama, dari Bapak.
Untuk Khalid, Anakku Le, Bapak kaget saat menerima surat kamu. Bapak jadi teringat masa-masa kecil
kamu dahulu. Masa, saat kamu masih ingusan. Bapak juga teringat, saat Bapak
memarahi kamu karena mencuri mangganya Bude Narsih. Apalagi Bapak masih ingat,
saat kamu mandi d kali. Bapak menghajar kamu habis-habisan. Bapak sangat khawatir
Le, pada saat itu. Bapak merasa, bahwa kamu belum dapat melindungi diri kamu sendiri.
Le, Bapak nggak melarang kamu menikah. Kamu memang sudah besar. Sudah tidak akan
mencuri mangga lagi, apalagi mencuri harta orang lain. Kecuali, mencuri hati seorang
gadis yang akan kamu jadikan Istri! Bapak yakin, kamu sudah dapat menentukan
kebenaran dan kesalahan. Bapak sangat percaya, kepada kamu. Bapak tidak akan
mengatur kamu. Karena Bapak yakin kamu bisa mengatur diri kamu sendiri, dan bisa
mengatur istri kamu. Bapak sangat yakin. Apalagi saat kamu pulang dari kota. Bapak
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net sangat merindukan kamu. Merindukan tilawah kamu, merindukan shalat berjamaah di
masjid, rindu saat kamu menjadi imam shalat. Ilmu agamamu sekarang lebih tinggi dari
Bapak. Bapak yakin, kamu bisa mendidik istri kamu. Bapak juga yakin, pilihan calon
istrimu. Meskipun didesa, banyak para pemudanya menikah muda. Dikarenakan sudah
melakukan hubungan diluar batas. Tapi Bapak yakin, kamu bukan seperti pemudapemuda itu. Kamu adalah anak Bapak. Yang sudah Bapak ajari tentang keImanan,
tentang keTauhidan, tentang keEsaan. Bapak percaya kamu, Le. Lanjutkan pernikahan
kamu, masalah kamu lulus kuliah atau belum, nggak masalah bagi Bapak. Apalagi
tentang kamu sudah kerja apa belum, itu pun bukan soal bagi Bapak. Setelah kamu
menikah, dan tidak punya pekerjaan. Kamu bisa pulang, sawah kita masih menunggumu,
anak-anak didesa ini masih butuh seorang ustad. Teruslah Le. Bapak merestuimu.
Hem, Bapak! Sungguh aku tak akan pernah mengecewakan beliau. Doakan terus
Pak! Doakan Khalid. Agar menjadi seorang pemuda yang Bapak harapkan. Ucapku
dalam hati. Setetes air mata kenangan jatuh diatas surat yang ditulis Bapak. Aku bahagia
berasama Bapak!. Aku tersenyum dengan surat yang ditulis oleh Bapakku. Sungguh, aku teringat
betul masa lalu itu. Masa kecilku. Saat-saat aku melakukan sesuatu yang seperti biasa
dilakukan anak-anak pada umumnya didesaku. Tetapi aku benar-benar merasakan benar.
Memang didikan Bapak telah tertanam pada diriku. Tidak akan pernah aku lupakan.
"Dalam sebuah perjalan, menyusuri pantai utara
berkereta ditengah malam, Surabaya Jakarta.
Ku teringat masa indah. Dimasa-masa kecilku
Kenangan bersama ayah. Dikampung halaman.
Sungguh indah, terlalu manis untuk dilupakan
Sungguh mesra, meski beriring ketegangan".
Ayah terima kasih, ananda haturkan kepadamu
Yang telah mendidik dan membesarkanku bersama ibu.
Ayah engkaulah guruku yang terbaik sepanjang usiamu
Yang telah membimbing masa kecilku
Meniti jalan Tuhanku Allah semoga engkau berkenan membalas segala kebaikannya
Menerimanya dan meridhoinya d hadiratmu"
Tak terasa Nasyid Suara Persaudaraan melantun di bibir ini.
Surat kedua, dari Ibu. Untuk Khalid Anakku Khalid, apa kabarmu nak dikota" Kamu baik-baik saja kan, nak" Kamu nggak
kenapa-napakan" Ibu kaget, saat Bapak memberitahu Ibu. Kalau kamu ingin menikah.
Memangnya kamu sudah punya calon istri" Ibu dan Bapak sudah sepakat. Kalau
merestuimu dalam menikah nanti. Tapi Ibu masih sangsi. Apakah benar, kamu nggak
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net ngapa-ngapain anak gadis orangkan" Ibu kaget, ujug-ujug. Kamu langsung ingin nikah.
Meski Bapak meyakinkan kamu nggak akan melakukan perbuatan yang dilarang agama.
Tapi, sebagai seorang Ibu. Ibu nggak mau, kamu melakukan hal-hal yang diluar agama.
Ingat khalid, kamu masih punya Ibu dan adikmu Nurul. Tapi, Ibu akan berdoa agar kamu
baik-baik saja. Khalid, Ibu sangat menyayangi kamu. Jangan kecewakan Ibu ya nak. Dan
jikalau kamu menikah nanti. Bapak dan Ibu serta keluarga disini hanya bisa memberikan
restu dari sini. Kami tidak dapat berangkat kekota, ingat Nak. Biaya perjalanan kekota
mahal. Kami hanya akan mengirim sedikit uang, untuk biaya pernikahanmu nanti. Jika
kamu benar-benar menikah dikota. Sudah ya Nak, jaga kesehatan. Jangan terlalu banyak
keluar malam. Jangan terlalu kecape"an. Ibu disini menyayangimu.
Shubhanallah, sungguh Ibu sangat memperhatikan aku. Ya seperti itulah ibuku.
Seorang wanita yang benar-benar sangat menjaga anak-anaknya. Aku tersenyum dengan
surat Ibu. Bersalaman dengan seorang wanitapun aku belum pernah. Apalagi saat
bertaaruf dengan ukhti Fara. Keringat dingin meluncur dengan derasnya, meskipun
keringat itu nggak aku undang untuk datang. Bagaimana aku mau menyakiti seorang
wanita. Tapi sungguh, aku betul-betul akan selalu teringat pesan ibu.
Surat ketiga, dari adikku. Nurul
Buat mas Khalid Yang tercinta Apa kabar mas" Hehee" Nurul kaget! Tapi tenang Mas. Nurul kagetnya nggak
langsung kebentur atap kok. Paling-paling cuman melotot aja. Tapi mata Nurul nggak
sampai keluar kok. Bener. Nich buktinya, masih bisa buat nulis. Hehe"! Mas Khalid,
emang sudah ada calonnya" Mas, kan dalam Islam nggak boleh pacaran! Ingat loh mas,
pacaran itu haram. Mas, pacaran itu banyak mudharatnya. Dosanya juga banyak,
apalagi kan itu mendekati zina. Nurul yakin mas Khalid lebih mengetahuinya. Makanya
Mas, cepat selesain kuliahnya. Lalu pulang. Biar disana nggak ketemu sama cewek yang
pake" pakaian tetapi seperti nggak berpakain. Dikota, kan banyak cewek-cewek
berpakain seksi plus. Taukan maksudnya hehee"! Mas Khalid, kalau nanti pulang. Biar
Nurul kenalkan sama salah seorang ustadzah Nurul. Namanya mbak Nadia. Orangnya
cantik banget loh mas. Apalagi Nurul seneng dengan jilbabnya. Ituloh mas, jilbab yang
gedhe! Yang biasanya disebut jilbabers. Nurul sering ngobrol sama mbak Nadia. Mbak
Nadia itu seumuran mas Khalid. Baru lulus dari kuliahan. Mbak Nadia itu,
keponakannya pak Suroso. Ituloh mas, yang punya peternakan sapi perah. Katanya sich,
mbak Nadia itu tinggal disini disuruh sama pak Suroso. Untuk ngajar ngaji anak-anak
desa sini. Mas pulang aja, nanti tak kenalin sama mbak Nadia. Orangnya cantik loh mas,
bener. Nurul nggak bo"ong. Kalau ada mas Khalid, pasti mbak Nadia nggak akan di
goda sama remaja-remaja desa sini. Biasalah mas, anak-anak desa pada nggak tahan
pengen berkicau kalau nemuin yang bening-bening kayak mbak Nadia and yang pasti
Nurul juga hehe"! Udah Mas nggak usah nikah sama gadis kota. Nikah aja sama mbak
Nadia Hehe..! Tapi kalau mas Khalid dikota nemuin gadis yang kayak mbak Nadia sich,
Nurul nggak papa! Tapi kalau mas Khalid dikota nemuin cewek-cewek yang pakaiannya
ketat-ketat and lalu dijadiin istri mas Khalid. Huh" tujuh turunan Nurul nggak akan
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net nerima tuh cewek. Wes, udah duluh ya mas Khalid. Nurul belum mandi nich, biasalah
mau berangkat sekolah. Udah Wassalam.
Nurul, adikku satu-satunya. Alhamdulillah, sekarang sudah ada akhwat yang
membimbing dia. Hem, sekarang Nurul bisa juga menceramahin aku. Alhamdulillah
semua sudah berubah. Nadia, seorang akhwat yang mau mengajar didesaku. Aku jadi
teringat dengan salah satu teman akhwat. Namanya hampir sama, Nandia. Dia termasuk
salah satu temannya ukhti Farah. Nandia memang baru lulus kemarin. Dan rencananya
ingin sekali mengajar anak-anak dipedesaan. Apakah mungkin Nadia adalah Nandia.
Hem..! entahlah yang penting di desaku ada seorang akhwat yang sudah siap berdakwah
disana. Pikirku. Kalaulah Nurul melihat ukhti Farah. Pasti dia akan menyatakan setuju,
meski nggak aku menanyakan hal itu padanya.
Surat sudah selesai aku baca. Semua pada dasarnya menyetujui rencanaku
meskipun ada riak-riak sedikit ketidakpercayaan keluargaku. Tapi aku yakin, jika mereka
melihat ukhti Farah. Keluargaku akan setuju. Bahkan akan sangat bersyukur. Aku
letakkan surat di meja kayuku. Tak terasa adzan ashar telah mengumandang.
*** "Gimana, akh Khalid?" tanya ustad Fadlan.
"Ana, sudah memikirkannya Ustad!"


Bidadari Untuk Ikhwan Karya Fajar Agustanto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Lalu, kapan antum siap mengkhitbah?"
"Tafadhol, semua terserah antum. Keluarga ana sudah merestui rencana ana!"
"Baik, kalau begitu secepatnya! Besok, kita datang kerumah Zahra. Ana sebagai saksi
antum! Gimana siap?"
"Tapi ustad! Ana belum ada persiapan apapun!" ucapku galau.
"Persiapan apa" Antum mau bersiap apa lagi?" tanya ustad Fadlan bingung.
"Ana harus mengumpulkan uang dulu, untuk biaya pernikahan! Dan beberapa hal yang
memang perlu ana persiapkan." Ucapku bingung.
"Antum, sudah nggak usah memikirkan itu semua! Yang penting ruhiyah antum sudah
siap. Maka kesiapan yang lain-lain, akan menjadi tanggungan yang sudah siap." ucap
ustad Fadlan dengan senyum.
Aku hanya bisa mengangguk. Pasrah.
*** Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Senja sore ini, memerah. Awan bergumpal lebat. Bagaikan sekelompok bantalbantal putih. Bersih, mengagumkan hati. Mengagumkan karena Allah menciptakannya
untuk memang benar-benar dinikmati. Hingga di resapi makna yang terdalam pada semua
ciptaanNya. Pada semua hal yang telah diciptakanNya. Sungguh benar-benar
mengangumkan. Keelokan yang tak akan pernah dapat diciptakan insan manapun.
Nikmat benar memandang keindahan sore hari. Tetapi, tidak dapat dipungkiri
lagi. Bahwa jantung ini masih tetap berdegup kencang. Berdegup kencang bagaikan
sebuah letupan kereta batu bara yang melaju perlahan-lahan. Melaju pada saat berjalan di
medan perang. Perang yang tak teralakan antara kegalauan dengan keyakinan. Perang
melawan segala kesenangan dengan kebingungan. Apalagi ketakkaburan, seorang hamba
yang akan menyunting wanita yang sangat mulia dari pandanganku. Wanita yang benarbenar berada dalam mimpi indahku. Wanita yang akan selalu menyertaiku dalam segala
bentuk kegiatanku, dakwahku. Apalagi mengiringi aku memasuki Jannah Ilahi hingga
dia menjadi seorang bidadari. Sungguh, ini menjadi kenyataan. Manakalah sebuah
kenyataan itu telah menggapaiku. Tetapi benar-benar aku gugup sekali untuk meraih
kenyataan-kenyataan itu. Hingga saat ini. Aku masih merenungi semuanya. Merenung dalam kegalauan
seorang ikhwan. Kegalauan seorang laki-laki yang akan mendapatkan keberuntungan
yang besar. Keberuntungan yang akan mengantarkan menuju keberuntungankeberuntungan yang lainnya. Amien.
"Akh, antum ngelamun apaan?" tanya Deni. Sambil menepuk pundakku.
"Eh, antum Akh!" ucapku kaget. "antum sudah kembali ya" Hem, sudah diajarin
mengucap salam. Kok nggak mengucap salam!" lanjutku.
"Ye" antum itu gimana sich Akh! Ana dari tadi mengucap salam, tapi antum diam aja
nggak jawab salam ana!" ucap Deni kesal.
"Ha".! Sudah yah" Oh, Walaikumsalam!"
"Nah, gitu dong! Jawab kalau ada orang salam"
"Afwan, tadi nggak dengar!" ucapku sambil senyum. "Eh iya, ngomong-ngomong antum
kok cepat banget" Emang istri antum dimana" Ditinggal didesa yach!" godaku.
"Hem, Akh. Yang menikah itu kakak ana! Bukan ana." Ucap Deni. Setelah sambil
cengengesan. "Yang seharusnya itu, ana yang nanya! Antum dah siap-siap menikah
nggak?" lanjutnya. "Sudah dong! Ana dah siap menikah."
"Bener, Akh?" Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Iya benar, ana dah siap menikah. Bahkan sejak jadi janin, ana sudah disiapkan oleh
Allah untuk menikah!" gurauku.
"Yee, kalau itu sich ana juga dari dulu! Ana mau masuk dulu, Akh! Dari tadi ana belum
tidur sama sekali. Ngantuk nich!" ucap Deni sambil akan beranjak menuju kamarnya.
"Iya tafadhol! Kalau nggak ngantukan, bukan Akhi Deni namanya" gurauku.
"Seepp!" sahut Deni. Sambil berlalu dariku.
Aku melanjutkan merenungi kegalauan hati ini. Kegalauan, yang entah aku
sendiri tidak mengerti. Kenapa aku harus bimbang. Kenapa aku harus galau, entahlah.
Besok, adalah waktu yang terpenting dari hal yang terpenting pada berbagai kehidupanku
selama ini. Aku seorang anak orang desa. Yang tidak mempunyai kekayaan yang
seberapa. Kecuali hanya sepetak beberapa sawah. Kini akan menikahi seorang gadis.
Anak konglomerat muslim. Seorang gadis yang sangat mulia dimata orang yang
memandangnya. Seorang wanita yang begitu mempesona jika orang memandangnya.
Bukan hanya wajahnya yang terlihat cantik. Tetapi akhlaq dan akhidahnya juga terpancar
dari rona-rona wajahnya. Tidak akan pernah ada orang akan menolaknya, jika diberikan
seorang bidadari seperti dia. Tetapi aku, aku seorang yang rendah. Seorang laki-laki yang
tidak mempunyai apa-apa untuk dibanggakan. Apalagi untuk diberikan. Sungguh sangat
menggelikan. Bahkan membingungkan memang.
Besok. Hari yang akan mengubah seluruh hidupku. Mengubah segala sesuatu
yang ada padaku. Besok. Mengubah kehidupanku menjadi semakin berwarna. Semakin
menunjukkan kebesaran Allah kepada hambanya. Kini aku harus lebih memperdalam
akhidahku. Memperdalam ruhiyah, juga tak kalah pentingnya. Apalagi aku juga harus
memperdalam membaca buku-buku tentang pernikahan. Pokoknya semuanya harus
diperdalam. Biar nanti saat aku sudah beristrikan bidadari. Tidak malu-maluin.
Senja yang merona itu, kini semakin lama semakin menghilang. Keindahan senja
itu menjadi berangsur-angsur berganti kehitaman. Hitamnya malam yang pekat dengan
kehidupan lain. Kehidupan para makhluk hidup malam. Kehidupan para pemiliki malam.
Kehidupan yang akan membangunkan mereka untuk keluar dalam balutan bingkaian
malam. Kini keindahan senja telah hilang. Berganti keindahan malam yang bertaburkan
bintang. Bertaburkan lampu-lampu yang mempesona. Bertaburkan keceriaan para
makhluk malam. Apalagi bertaburkan para pedagang asongan. Makhluk pemilik malam.
*** Sholat Isya" sudah aku laksanakan. Tilawah sudah aku lakukan. Sebuah
kewajiban yang selalu memberikan kenikmatan kepadaku. Semua sudah aku lakukan.
Termasuk membaca al ma"tsurat. Dzikir pagi petang. Kini saatnya aku menambah
khasanah keilmuanku. Ilmu yang akan membibingku dalam semua kehidupanku. Dalam
berbagai hal yang akan membimbingku pada sebuah jalan yang haq. Yang akan
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net menjadikanku seorang yang benar-benar dapat melukan segala sesuatunya dengan
berlandaskan kebenaran. Tetapi bukan prasangka kebenaran.
Buku Kado pernikahan untuk istriku karangan Mohammad Fauzil Adhim.
Terpampang jelas dihapanku. Hem, semua sangat cepat. Bagaikan angin topan yang
meniupkan kekuatannya. Dulu aku sering mengejek seniorku saat mereka membaca
karangan sang maestro pernikahan. Mohammad Fauzil Adhim. Tetapi kini, aku tidak
memungkiri kehebatan seorang Mohammad Fauzil Adhim. Dalam memberikan solusisolusi sebuah pernikahan. Memang benar-benar membuatku lebih tahu segalanya.
Malam terus begerak. Dalam bingkaian dingin yang menyeruak. Sungguh tiada
bosan aku membaca buku karangan Mohammad Fauzil Adhim. Tetapi aku tetap harus
menjaga tubuhku. Aku tidak boleh beralarut-larut untuk saat ini. Karena besok adalah
hari penting yang akan mengubah hidupku. Mengubah seluruh dimensi kelajanganku.
Malam bertaburan bintang.
Malam, aku datang esok Kan meraih bintangmu Ku jadikan sebagai bintang yang tertinggi
Tinggi lebih dari penempatanmu. Malam.
Karena aku akan meninggikan bintangmu
Atas nama Ilahi Untukmu bintangku. Farah Zahrani. Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net JILID 12 Pagi, hembusan anginmu terasa. Desah embunmu, membuatku merasakan
kedinginanmu. Entahlah, pagi ini aku benar-benar merasakan hal-hal yang tidak
biasanya. Aku benar-benar gugup pagi ini. Sejenak aku membaca ayat-ayat suci yang
selalu menenangkan jiwaku. Menentramkan kegundahan hati ini. Benar-benar obat yang
sangat ampuh untuk menyembuhkan segala macam penyakit. Al Qur"an.
Sesaat wekker bututku berbunyi. Pukul 7 pagi. Ini saatnya aku berangkat. Degup
jantungku mengiringi setiap langkah kakiku. Saat-saat yang sangat berharga buatku.
Langkahku tegap mantap, diiring dengan jantung yang berdegup kencang. Diiringi
dengan rasa hati yang benar-benar tak karuan. Sungguh aku benar-benar gugup.
Untuk saat ini kebiasaanku tidak boleh aku lakukan. Berjalan kaki. Tidak enak
rasanya jika tercium aroma yang menyegarkan suasana. Yang membuat suasana jadi
segar. Dirasakan oleh mertua dan calon istriku. Tapi aku yakin. Jika seseorang mencium
bau badanku pasti mereka tidak akan pernah tertidur lagi. Sungguh benar-benar obat
penghilang ngantuk yang efisien.
Tetap sama. Perjalanan dengan angkot sama seperti aku berjalan dengan kaki.
Apalagi seperti bersafari di mobil yang pengap dan panas. Tetapi semilir angir dari kaca
jendela angkot membuatku merasakan kenikmatan udara yang diberikan Allah. Sebuah
kebenaran yang nyata. Manakalah kita merasakan kesusahan, lalu Allah mengentas kita
dari kesusahan itu. Sehinga merasakan kenikmatan yang benar-benar diberikan oleh
Allah untuk kita. Kenikmatan yang tidak akan pernah terpungkiri oleh akal dan jiwa ini.
Angkot terus melaju, melaju dengan kecepatan layaknya kura-kura yang sedang berjalan.
Tetapi aku menikmatinya. Aku nggak boleh kelewatan lagi. Kalau kayak yang kemarin
bisa-bisa jalan lagi. "Jl. Teungku Umar Pak!" teriakku.
Angkot berhenti. Tepat didepan jalan masuk rumah ustad Fadlan. Aku turun sambil
membayar ongkos angkot. Kini tinggal beberapa meter saja, aku sudah berada di rumah
ustad Fadlan. Dengan langkah pasti dan galau di hati. Aku berjalan menuju rumah ustad
Fadlan. Kini aku sudah berada didepan rumah ustad Fadlan. Bingung juga saat akan
mengetuk pintu. Tapi aku harus berani. Berani untuk menerima bidadari yang telah
diberikan kepadaku. "Assalamualaikum" salamku
"Walaikumsalam" Jawab ustad Fadlan didalam rumanya. Ustad Fadlan tersenyum,
sambil mempersilahkan masuk.
"Gimana ustad" Jadi?" tanyaku bingung.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Loh, ya jadi kan! Istri ana sekarang sudah berada dirumah Zahra. Dan mereka
menunggu kita disana! Kita berangkat sekarang, Akh!" ajak ustad Fadlan. Bersemangat.
Aku hanya menganggukan kepala. Kami berangkat bersama, menaiki motor milik ustad
Fadlan. *** Ustad Fadlan berhenti didepan sebuah rumah yang sangat besar. Rumah-rumah yang
berada di perumahan elit dan eksklusif. Jantungku berdetak semakin kencang.
"Akh, kita turun disini!" ucap ustad Fadlan. Mengagetkanku.
Aku mengangguk sambil senyum yang aku paksakan.
Kami berdua memasuki gerbang pelataran rumah. Entahlah, ini sebuah rumah
atau istana. Aku belum pernah masuk kedalam rumah seperti ini. Kecuali hanya bisa
melihat gerbangnya saja didepan. Masya Allah, sangat besar sekali rumah ini. Pelataran
yang luas. Ditumbuh-tumbuhi tanaman-tanaman yang berkelas. Ya Allah, aku kecil
disini. Aku sangat rendah ya Allah. Aku benar-benar merasa rendah ya Allah.
"Khalid!" ucap ustad Fadlan.
"Iya, Ustad!" "Antum, jangan mempunyai sifat minder disini. Kita semua manusia. Dihadapan Allah
kita semua sama. Tiada yang dapat diunggul-unggulkan selain keimanan kita. Khalid,
antum jangan pernah menjadikan diri antum terkucil dari keduniawiaan ini. Kuatkan hati,
bahwa antum pun bisa mendapatkan semua ini. Dan tentunya, untuk kemajuan dakwah
ini." Seru ustad Fadlan.
Ucapan ustad Fadlan benar-benar menusuk hati. Membangkitkan semangat kembali.
Semangat yang tadi hampir-hampir rapuh ditelan keraguan atas kemiskinanku.
Tibalah kami memasuki bagian dalam rumah besar ini. Aku benar-benar
menguatkan diri. Mencoba kembali kepada tujuan awalku. Menikah untuk kemajuan
dakwah dan keimananku nanti. Bukan yang lainnya. Kami berjalan pada sebuah ruangan
yang sangat besar, dihiasi dengan berbagai lukisan ayat-ayat suci dan kaligrafi-kaligrafi
indah. Dulu aku hanya melihatnya di desktop computer. Tetapi sekarang aku melihat
dengan jelas. Lukisan-lukisan kaligrafi indah itu.
"Assalamualaikum, wahai saudaraku!" ucap ustad Fadlan. Kepada seorang berjenggot,
berperawakan besar. Orang itu tersenyum. "Walaikumsalam, wahai saudaraku Fadlan." sambil memeluk erat
ustad Fadlan. Dan langsung menyalamiku. "apakah dia?" ucapnya.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Ustad Fadlan hanya tersenyum sambil mengangguk.
Langsung saja Bapak itu memelukku. Erat sekali. Bagaikan seorang Bapak yang
memeluk anaknya. Sungguh aku menemukan kegembiraan yang mendalam dalam hati.
"Khalid, ini adalah Ustad Hanafi! Calon ayah antum." Ustad Fadlan memperkenalkanku
dengan Bapak itu. Ustad Hanafi hanya tersenyum. Subhanallah, sungguh aku benar-benar beruntung. Aku
mendapatkan seorang Bapak yang begitu sangat berkharisma. Wajahnya begitu cerah,
tatapan matanya tajam tapi begitu mempesona, di keningnya terlihat sekali. Kehitamhitaman, bekas sujud yang membekas. Sungguh aku sangat beruntung sekali. Allahu
Akbar. "Assalamalaikum, Ustad!" ucapku.
"Walaikumsalam, anakku!" jawab Ustad Hanafi. "Antum tidak usah formal-formal
begitu anakku. Biasa aja!" lanjut ustad Hanafi.
"Bagaimana, saudaraku?" tanya Ustad Fadlan. yang aku tidak mengerti maksudnya.
"Bagaimana apanya, saudaraku" Ana rasa semua sudah jelas! Ana saat melihat Khalid,
untuk yang pertama kali ini. Sudah langsung merestuinya! Jadi langsung saja, menikah
sekarang!" kata Ustad Hanafi. Dengan senyuman yang begitu berkharisma.
Aku benar-benar kaget. Rencananya hanya mengkhitbah. Tapi aku langsung menikah
sekarang. Apa benar". Ustad Fadlan hanya tersenyum. Entah bagaimana raut mukaku
saat ini. Aku kaget sekali dengan rencananya yang serba mendadak. Serba cepat.
"Ana menyerahkan semua kepada antum, saudaraku!" Jawab Ustad Fadlan.
"Baik kalau begitu! Sekarang kita langsung menikahkan mereka berdua. Pendapat antum
bagaimana Khalid?" tanya ustad Hanafi.
"Apa semua sudah dipersiapkan ustad?" tanyaku bingung.
Ustad Hanafi tersenyum. "Anakku, semua sudah dipersiapkan! Antum tidak usah repotrepot mempersiapkan apapun! Bagaimana antum siap, menikah sekarang" Untuk masalah
walimatul bisa bulan besok!"
Aku hanya menunduk dan tersenyum. Senyum yang aku paksakan. Senyum yang
kebingungan. Tidak seperti pernikahan yang biasa dilakukan didesaku. Sungguh baru kali
ini aku mengetahui kemudahan pernikahan. Yang sangat mudah.
"Zahra, Anakku." Panggil ustad Hanafi.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Iya, Abi!" jawabnya
Subhanallah suaranya masih sangat merdu. Sungguh menggetarkan jantung ini. mana
mungkin aku tidak menerima seorang bidadari yang satu ini.
"Bagaimana" Sudah siap!" tanya ustad Hanafi.
"Sudah, Abi! Ana sudah siap." Jawabnya.
"Assalamualaikum! Maaf saya terlambat!" ucap seseorang yang berseragam.
"Walaikumsalam! Anda datang pada waktu yang tepat." Ucap Ustad Hanafi. "Khalid, ini
adalah petugas dari KUA. Yang akan mengurus pernikahan kalian sekarang juga
termasuk sekaligus dari penghulu kalian!" jelas ustad Hanafi.
"Baik. Kalau semua sudah siap!" ucap penghulu itu. "saya harap untuk pengantin wanita
dan prianya duduk didepan saya. Untuk saksi dari laki-laki, silakan duduk disebelah kiri
saya. Dan untuk wali dari perempuan, silakan duduk disebelah kanan saya."
Masya Allah. Jantungku berdetak kencang. Tidak pernah aku duduk bersebelahan persis
seperti ini, dengan seorang akhwat. Apalagi dengan seorang akhwat yang aku kagumi.
Semua ini terasa mimpi. Mimpi yang benar-benar terjadi. Farah Zahrani akan menjadi
pendamping hidupku. "Baik, tirukan kata-kata saya!" ucap penghulu itu. "Dengan ini, saya Khalid
Hendriansyah, menikahi Farah Zahrani binti Hanafi Iqbal dengan mas kawin seperangkat
alat sholat dan buku skripsi."
Sambil bersalaman dengan ustad Hanafi. Aku melafalkan ucapan sakral itu. "Dengan ini,
saya Khalid Hendriansyah, menikahi Farah Zahrani binti Hanafi Iqbal"." Entah kenapa
mulutku kaku. Aku gugup. "Baik kita ulangi sekali lagi." Ucap Penghulu itu. "Dengan ini, saya Khalid
Hendriansyah, menikahi Farah Zahrani binti Hanafi Iqbal dengan mas kawin seperangkat
alat sholat dan buku skripsi."
"Dengan ini, saya Khalid Hendriansyah, menikahi Farah Zahrani binti Hanafi Iqbahl
dengan mas kawin"." Aku benar-benar gugup. Aku tidak dapat melafalkannya dengan
lancar. Suasana menjadi agak hening. Serasa aku benar-benar menjadi orang yang tidak
dapat melakukan sesuatu yang mudah. Sungguh aku sangat gugup sekali.
"Hem"! Alhamdulillah" sela ustad Fadlan. Mengagetkan. "Alhamdulillah, dengan
begini kita tahu. Bahwa Khalid memang belum pernah menikah!"
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Semua yang ada diruangan ini tertawa. Aku malu sekali.
"Khalid, tenanglah. Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu!" ucap Ustad Hanafi.
Dengan kekharismatikannya.
"Bagaimana" Mau diulang?" ucap penghulu itu.


Bidadari Untuk Ikhwan Karya Fajar Agustanto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Aku hanya mengangguk. "Bismillah" ucapku lirih.
"Baik, kita ulang." Ucap Penghulu itu lagi. "Dengan ini, saya Khalid Hendriansyah,
menikahi Farah Zahrani binti Hanafi Iqbal dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan
buku skripsi." "Dengan ini, saya Khalid Hendriansyah, menikahi Farah Zahrani binti Hanafi Iqbal
dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan buku skripsi." Ucapku lancar.
Alhamdulillah. Selanjutnya Penghulu itu mempersilahkan ustad Hanafi untuk mengikuti kata-katanya.
"Untuk wali pengantin wanita, tolong tirukan saya. Saya terima nikahnya anak saya yang
bernama Farah Zahrani dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan buku skripsi."
Seketika itu pandangan ustad Hanafi kepadaku terlihat sangat serius. Ustad Hanafi
memegang tanganku erat. Seraya mengatakan Aku serahkan anakku, untuk berjuang
bersamamu. Jagalah ia, jangan kau sakiti dia.
"Saya resmikan pernikahan pasangan pengantin ini."
Ya Allah, ucapan penghulu benar-benar membuatku melambung. Aku kini sudah
mempunyai seorang istri. Seorang yang akan menemaniku sepanjang waktu. Setiap saat
akan ada yang membelaiku. Menjadikan aku raja. Dan aku akan menjadikan dia ratu. Ya
Allah sungguh kenikmatan yang begitu indah.
Tetes air mata mengalir lirih dalam pelupukku. Keindahan ini harus aku lewati tanpa
disaksikan oleh kedua orang tuaku. Kebahagianku, adalah kebahagiaan kedua Bapak dan
Ibuku. Kini aku berbahagia, tanpa disaksikan oleh kebahagianku. Bapak dan Ibu.
"Anakku, sekarang engkau resmi menjadi suami dari anakku. Apakah yang engkau
risaukan sekarang!" tanya ustad Hanafi kepadaku.
"Ustad, sungguh ana sangat berbahagia sekali menikahi seorang bidadari. Tidak pernah
terlintas sedikitpun rasa kecewa. Tetapi Ustad, sayangnya kebahagiaan ana tidak dapat
dirasakan oleh kedua orang tua ana yang berada didesa."
"Anakku, janganlah kamu memanggilku dengan sebutan Ustad! Aku lebih senang jika
engkau memanggil Abi! Anakku, kebahagian anak adalah kebahagian orang tua. Abi
yakin, orang tua antum disana sangat berbahagia. Meskipun tidak menyaksikan
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net kebahagiaanmu, tapi Abi yakin. Mereka sekarang juga merasakan kebahagiaan itu." Jelas
ustad Hanafi. Ya memang benar apa yang dikatakan ustad Hanafi.
*** "Akhi!" panggil Farah istriku dengan lembut.
Entah bulukkudukku merinding. Bagaikan bertemu dengan hantu. Tetapi hantu yang
sangat cantik. "Iya Istriku!" jawabku.
"Apa boleh, ana memanggil antum Kanda!" ucap Fara Istriku, dengan terlihat malu-malu.
"Tafadhol! Anti mau panggil ana apa aja. Ana senang kok. Selama yang memanggil
adalah anti!" rayuku.
Farah terlihat sangat malu. Pipinya memerah, dari warna putih kulitnya. Sungguh
mempesona. Entah apa yang harus aku lakukan. Kami hanya duduk berdua. Disebuah
kamar besar berinterior mewah.
"Dinda! Apakah anti senang menikah dengan ana?" entahlah aku merasa sangat bodoh
didekatnya. Sebuah pertanyaan yang tidak layak untuk dijawab pikirku sendiri.
Farah hanya tersenyum. Lalu memegang tanganku. Diciumlah tangan kananku, lalu
disentuhkan dipipinya dan dibelai-belaikan sendiri. Sungguh jawaban yang efektif. Tidak
menggunakan suara. Tetapi langsung pada tindakan.
"Dinda. Ana mau tanya!" kataku. Membuka pembicaraan yang monoton.
"Apa itu, Kanda?"
"Dinda. Ana bingung dengan pernikahan kita" Sangat cepat. Ana kaget!" ucapku
bingung. Farah tersenyum. "Kanda, mungkin antum ingat bahwa menyegerakan pernikahan itu
adalah hal yang terbaik. Tetapi memang bukan terburu-buru. Apakah antum ingat. Bahwa
dalam hadist. Rasulullah bersabda. "Jika datang kepada kalian orang yang kalian ridhai
agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika kalian tidak melakukannya, maka akan
menjadi fitnah di bumi dan kerusakan yang besar." Ana dan Ustad Fadlan, meyakinkan
Abi. Bahwa antum adalah seorang yang benar-benar dapat dipercaya. Dan sesungguhnya
ana sudah lama mencintai antum. Tapi ana ingin menutupi semuanya. Ana malu terhadap
Allah. Karena ana mencintai ikhwan yang seharusnya tidak berada di hati ana. Tetapi kini
kanda sudah menjadi suami ana" jelas Farah sambil menyandarkan kepalanya didadaku.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Jantungku, tetap berdetak tidak beraturan. Keringat dingin terus mengalir,
meskipun didalam kamar ini air conditioner kurasakan sangat dingin.
"Dinda ana juga sangat mencintai antum. Alhamdulillah, Allah benar-benar mengabulkan
doa ana untuk memiliki salah satu bidadari-Nya." Kataku dengan membelai kepala istriku
yang masih terbalut jilbabnya.
"Kanda, ana sangat mencintai antum" ucap Farah dengan manja.
"Ana juga mencinta anti, sayang!"
Entah rasa berani dari mana yang aku dapatkan. Seketika itu, aku langsung
memeluk tubuh Istriku. Farah. Dan seketika itu, Istriku mematikan lampu kamar.
*** Aku terbangun dari tidurku. Saat aku merasakan belaian lembut diwajahku.
"Kanda. Bangun!" ucapnya lembut dan lirih.
Aku membuka mata dengan senyuman. Seketika itu, aku merasakan ciuman
hangat dikeningku. Aku masih tersenyum. Dan menikmati kemesraan belaian istriku.
"Kanda, sayang. Bangun. Sudah Shubuh! Kanda mandi dulu ya!" Ucapnya lembut.
Ucapannya begitu mesra. Aku tidak tahan untuk berlama-lama dalam buaian
mimpi yang tidak pasti. Aku harus bangun. Aku harus merasakan seluruh kemesraan
yang diberikan istriku kepadaku. Aku benar-benar menikmatinya.
"Mandi, ya sayang! Kalau mandi berdua, gimana?" godaku.
"Ih, sudah berani nakal ya sekarang!" ucap istriku. Sambil mencubit hidungku. Lalu
menarikku dari kasur. Sholat shubuh aku jalani dimasjid kompleks perumahan elit itu. Dengan berjalan
kaki berempat, bersama keluarga baruku. Abi, Umi, Istriku. Ada kesan yang mendalam
saat kami berjalan bersama. Meskipun dinginnya pagi menusuk kulit. Tetapi aku
merasakan kehangatan yang luar biasa berjalan dengan keluarga ini. sangat
menentramkan hati. Masjid kompleks perumahan elit itu, begitu asri. Interiornya memang
terlihat sangat bagus. Mengesankan sekali. Hanya sayang. Jamaah sholat shubuhnya bisa
dihitung dengan jari. Seperti biasa. Ada sebuah ungkapan yang terpatri dibenakku.
Ketakutan-ketakutan besar orang-orang Yahudi adalah. Manakalah mereka melihat
penuhnya jamaah pada setiap masjid. Pada waktu sholat shubuh.
Selesai sholat shubuh kami berjalan-jalan di taman kompleks. Sangat
menyenangkan. Karena aku bisa berjalan mesra dengan istriku. Tak lupa disertai cubitanFajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net cubitan mesra diantara kami berdua. Mungkin itu yang membuat iri beberapa burung
pipit yang melihat kami berdua. Beriak dan berarak kicau meraka. Sangat menambah
kemesran kami berdua. Sepertinya burung-burung itu, mengelu-elukan kami
berdua.Tetapi aku tetap harus bisa menjaga image dihadapan mertuaku. Sebenarnya sich,
biar nggak malu. Belum pernah aku sebahagia ini.
"Dinda. Kanda balik dulu kekontrakan yach! Ana mau mengambil beberapa barangbarang ana yang ada disana!" kataku mesra.
"Dinda, Ikut!" ucapnya manja.
"Dinda, sayang. Jangan dulu! Setelah walimatul. Baru anti bisa ana ajak kemana-mana.
Biar nggak terjadi fitnah maksud ana!"
"Tapi, Dinda pengen disamping Kanda terus!" rayunya manja. Sambil memegang lengan
kananku. "Sayang. Kanda nggak lama kok! Nanti juga balik lagi." Kataku sembari membelai mesra
pipinya yang lembut. "Iya udah, tapi Kanda. Ana yang ngantar Kanda ya! Ana nggak mau, Kanda berjalan
kaki!" "Hem" sayang. Berjalan kaki itu kan kebiasaan Kanda! Ana nggak, ujug-ujug setelah
menikah dengan anti langsung lupa dengan kebiasaan" Ucapku dengan senyum.
"Tapi, Kanda. Ana nggak mau, melihat Kanda capek!" ucapnya manja.
"Insya Allah, Kanda nggak akan capek-capek banget kok! Paling-paling kalau capek, kan
ada Dinda yang mijitin!"
Farah tersenyum simpul sambil memelukku. "Ya, udah! Kanda kan nggak punya HP.
Ana beliin nih buat Kanda!" sembari menunjukkan Siemens yang terbaru. "Kanda nggak
boleh menolak. Karena ini adalah pemberian istri, Kanda!"
Aku tersenyum. Memang tidak ada gunanya juga menolak. Karena toh, semua
milik istriku adalah milikku juga. Semua milikku adalah milik istriku juga. Setelah itu
aku langsung berangkat ke kontrakanku.
*** "Assalamualaikum!" ucapku saat melihat Deni dan Samsul akan berangkat kuliah.
"Walaikumsalam!" jawab mereka hampir bersamaan.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Akh, antum itu kemana aja sich! Seharian kok nggak pulang-pulang." Sergah Samsul
yang kelihatan agak bingung.
"Iya nich. Antum itu kemana aja" Tuh tadi malam, ada akhwat yang telphone-telphone
jam 12 malam sampai jam 3 pagi. Nyariin antum terus! Antum ada apa akh" Akhwat itu
terdengar sangat bingung sekali!" sahut Deni.
"Iya nich afwan. Ana ada acara yang sangat mendadak. Jadi nggak sempat memberitahu
kalian! Emang siapa akhwat itu?" tanyaku penasaran.
"Hem" ada apa nich" Khitbah yach" Wah kok nggak ngajak-ngajak!" sahut Samsul.
"Hem" antum itu, mau tahu aja!" jawabku sekenanya. Padahal benar.
"Ana nggak tahu siapa nama akhwat itu. Dia nggak bilang! Hanya saja diterdengar sangat
bingung sekali." Kata Deni serius.
"Hem" ya semoga saja nggak ada apa-apa!" jawabku.
Serempak keduanya mengucapkan "Amien!"
Tluutt"tlluutt... HPku berbunyi.
Tak ayal Deni dan Samsul berteriak kegirangan. "Wah" sudah punya HP nich! Siemens
yang terbaru lagi. Waduh seru nich! Dapat dari mana akh! Boleh pinjam dong!".
Aku hanya nyengir sambil mengatakan "Udah-udah sana" kuliah menunggu!"
Aku melihat Hpku. Ternyata SMS. Tertanda Dinda sayang. Tertulis Kanda, ana kangen.
Kanda kangen nggak sama Dinda".
Heheh" baru ditinggal 1 jam aja sudah kelimpungan gitu. Padahal aku aja, juga sangat
kangen sekali hhee" Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net JILID 13 "Assalamualaikum?" Yanto dan Heri mengucap salam hampir bersamaan.
"Walaikumsalam?" jawabku. Sambil membereskan barang-barang yang akan aku bawa
kerumah baruku. "Wah, mau pindahan ya Akh?" tanya Yanto. Heran.
"Nggak cuma mau melakukan kegiatan observasi aja kok! Paling ya sebulan." Jawabku.
Aku nggak boong kok, aku kan bener-bener mau observasi istriku." Gumamku dalam
hati. "Apa yang antum bawa itu Akh?" lanjutku.
"Hem, afwan ya Akh! Entah ini berita buruk apa baik buat antum." Raut muka Yanto
terlihat agak sedih. "Emang itu kertas apa, Akh!" Tanyaku penasaran.
"Ini adalah Undangan pernikahan! Undangan pernikahannya, Ukhti Farah. Antum
keduluan orang Akh." Sela Heri. Sambil tersenyum.
"Yee?" sergahku. "emang ukhti Farah nikah sama Ikhwan mana" Pasti beruntung
sekali Ikhwan itu." Tanyaku. Seperti penasaran.
"Nggak jelas, entah ukhti Farah menikah dengan Ikhwan mana. Tapi yang jelas memang
sangatlah beruntung Ikhwan itu." Ucap Yanto. Dengan senyum.
"Ana rasa memang benar kata Antum. Dan pastilah Ikhwan ini, bukan Ikhwan
sebarangan. Dia pasti seorang ikhwan yang benar-benar hebat!" jawabku serius.
Alhamdulillah, semua sudah direncanakan oleh Allah. Dan juga oleh mertua dan
ustadku. Sungguh, aku kini hanya seperti anak kecil. Yang serba mempunyai apa-apa.
Alhamdulillah, karena teman-teman masih belum tahu. Siapa yang akan menjadi
pendamping hidup ukhti Farah. Sungguh memang Ikhwan yang beruntung. Pikirku.
"Hem, ya pasti lah!" Jawab Yanto dan Heri bersamaan.
"Ok! Aku mau berangkat dulu. Kalau ada apa-apa, telphone di HPku aja yach." Aku
beranjak sambil mengambil tasku. Tas yang terisi baju-baju dan segala keperluan seharihariku.
"Wah, keren nich! Antum punya HP sendiri sekarang. Nomornya berapa?" tanya Deni
sambil mengambil HPnya untuk memasukkan nomor HPku.
"Antum tanya Akh. Samsul atau Akh. Deni! Mereka sudah tahu nomor ana. Ana keburuburu nich, Afwan. Dah dulu yach! Assalamualaikum." Ucapku sambil melangkahkan
kaki. Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net *** "Kanda" lama banget sich!" sergah istriku. Sambil berlari memelukku.
"Kanda kan nggak lama-lama banget, sayang." Jawabku. Sambil senyum, tak lupa untuk
mencubit sayang hidung istriku.
"Wah" yang pengantin baru. Mesra banget!" Ummi. Ibu mertuaku. Mengagetkan kami
berdua. Aku tersenyum malu. "Ummi" jangan gitu dong! Kan Farah jadi malu." Ujar Istriku manja, sambil memeluk
Ummi. Ummi tersenyum hanya tersenyum. "Khalid, antum udah makan siang?"
Aku hanya tersenyum sambil menganggukan kepala. Waduh malu juga nich kalau
ngomong belum! "Kanda, gimana sich! Ana kan nunggu Kanda. Kok malah makan diluar! Kanda kan udah
punya rumah. Kalau mau makan ya dirumah. Nggak boleh diluar. Kalau makan diluar itu,
ajak-ajak dinda. Huh!" ucap Istriku panjang lebar.
"hehe" ana baru tahu kalau dinda cerewet!" ucapku sambil senyum. Tak lupa membelai
pipi istriku. "Khalid, antum belum tahu! Kalau Farah anaknya cerewet banget?" Kata Ummi sambil
tersenyum. "Ummi" buka rahasia aja!" Istriku sambil memeluk Ummi dari belakang. "Kalau gitu
kanda tetap harus makan dirumah! Dinda udah siapin semuanya dimeja makan!"
"Hem" disiapin apa disuapin." Kataku sambil tersenyum.
"Maunya?"" goda istriku.
Aku hanya tersenyum. Istriku, mengajakku menuju ruang makan. Hem lumayan, dari tadi pagi nggak
makan. Keroncongan juga nich.
Disela-sela makan. Farah, istriku. Menatapku. Entah kenapa, terlihat tatapannya begitu
aneh. Tatapan-tatapan sendu. Tak seberapa lama.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Kanda. Apakah Kanda mencintai Dinda?" entah kenapa istriku menanyakan hal itu.
Aku terdiam. Aku tatap wajah istriku dalam-dalam. Dinda ana nggak akan mau
meninggalkan anti. Ana sayang anti. Gumamku dalam hati.
"Kanda" jawab dong!" istriku kesal. Karena aku diam saja.
Kembali aku tersenyum. Berusaha memberikan senyuman yang termanis. "Dinda.
Kenapa anti menanyakan itu! Padahal, nyata-nyata Allah telah memberikan bidadari
tercantik didunia ini kepada ana. Ana tidak akan pernah, tidak mencintai anti! Sungguh
Allah telah memberikan rasa cinta yang teramat dalam kepada ana, untuk mencintai
anti!" "Tapi, Kanda. Kenapa Kanda, masih malu-malu terhadap ana. Dan juga, kenapa Kanda
tidak menjadikan rumah ini adalah rumah Kanda juga" Ana tadi melihat raut muka
Kanda. Kanda malu untuk mengatakan, sesuatu. Kanda malu untuk makan bersama
dirumah ini!" ucapnya serius.
"Afwan Dinda. Ana memang malu tadi! Ana belum memberikan nafkah sama sekali
kepada anti!" Aku tertunduk lesu. Dengan masih memegang sendok dan garpu.
"Ana ikhlas. Antum memang belum dapat memberikan nafkah kepada ana saat ini!
Tetapi ana merasa antum telah memberikan nafkah batin ana dengan sangat berlebih."
Istriku, menarik nafas dalam-dalam. "Kanda. Ana sayang sekali terhadap Kanda! Ana
sudah tidak butuh lagi materi. Insya Allah, ana sudah sangat berlebih untuk materi.
Meskipun kanda hanya memberikan ana uang seribu rupiah saja. Ana rasa, Kanda telah
memberikan nafkah materi yang sudah berlebih kepada ana."
Aku menggangguk. "Hem" kalau limar ratus rupiah gimana?" godaku.
"Yee" nawar!" seketika itu wajah istriku berubah menjadi ceria. Tak seberapa lama, dia
menundukkan kepala. "Kanda. Ana nggak mau antum seperti tadi! Kanda harus ingat,
semua yang ada disini adalah keluarga Kanda! Kita bukan orang lain."
"Insya Allah. Iya Dinda! Ana juga merasa bahwa ana berada dirumah sendiri. Ana
merasakan kehangatan keluarga, dirumah Dinda." Aku tersenyum. "Ini Dinda yang
masak yach?" selaku.
"Yee" kok mengalihkan perhatian sich!" ucap istriku. Seperti sewot. Tetapi semakin
cantik saat seperti itu. "Iya ini ana yang masak! Khusus special buat antum!" jawabnya
kalem. Sambil senyum simpul.
"Hem, pantes!" "Pantes" kenapa" Ada yang salah" Nggak enak yach!" istriku terlihat kaget dan agak
bingung. Terlihat, takut kalau masakannya tidak enak.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Hem" enak sich! Lebih enak lagi, kalau Dinda belajar memasak lagi! Hehe?"


Bidadari Untuk Ikhwan Karya Fajar Agustanto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jawabku. Sambil memelukku, istriku berkata. "Afwan ya Kanda, kalau masakan ana nggak enak.
Ana memang baru belajar memasak!"
"Nah. kalau begini masakan anti lebih enak lagi."
"Yee" maunya!" Sambil melepaskan pelukannya. Lalu berganti dengan mencubitku.
Selesai makan. Kami berdua menuju ruang tamu. Membicarakan konsep-konsep
pernikahan kita. Beberapa hal yang memang dan harus dipersiapkan untuk pernikahan.
Hal-hal yang terkecil pun semua masuk hitungan. Seperti halnya musik dalam
pernikahan. Kami tidak ingin nanti pernikahan kami diisi dengan nyanyian-nyanyian
yang biasa digunakan oleh pekerja-pekerja soundsystem. Minimal nasyid pernikahan. Ya
kalau boleh sich nasyid haroki. Biar lebih seru maksudnya. Tapi sayang usulku langsung
ditolak oleh istriku. "Nanti bukan dikira nikahan. Malah dikira mau demonstrasi! Atau
yang lebih parah. Dikira ngomporin orang untuk berjihad." itu katanya.
Dalam hal acara pesta pernikahan. Kami pun sudah sepakat untuk mengadakan
dirumah. Sebenarnya sich bukan kesepakatanku. Hanya saja itu sudah tersebar
diundangan. Tetapi, untuk metode atau cara pernikahan. Masih tetap diberikan
keleluasaan kami berdua untuk mengurusinya. Tak lupa kami juga akan memakai hijab.
Untuk membatasi antara ikhwan dan akhwat maksudnya. Masalah hijab. Aku jadi
teringat taujih ustad Ahmad Jalalludin. Tentang ikhtilat atau hijab. Taujih ustad Ahmad
Jalalludin membuatku tahu akan semua itu. Dan sangat masuk akal sekali. Hanya saja,
masih banyak ikhwan dan akhwat yang masih belum mendengarkan taujih itu.
Ternyata memang benar. Mempunyai istri itu sangat menyenangkan. Teman
hidup yang begitu memperhatikan. Tidak salah, beberapa ikhwan yang menikah
mengatakan seperti itu. *** Pesta pernikahan kami tidak begitu meriah. Tapi bagi kami berdua, pesta
pernikahan ini sangat mengesankan. Dipadukan dengan walimah. Dan tanpa ada lagulagu yang membuat orang menjadi lupa diri. Atau bisa dikatakan tidak syar"i. Aku
beberapa kali menemui teman-teman ikhwanku. Dan istriku, Farah. Menemui temanteman akhwatnya.
Aku baru saja menemui Prof. Susilo. Baru tahu kalau Abi adalah teman dekat Prof.
Susilo. "Aku tidak menduga skripsi kamu cepat selesai, Khalid! Dan aku tidak menduga,
kalau bisa menjadi sebuah mas kawin" ucap Prof. Susilo. Yang beberapa orang
tersenyum. Termasuk Abi. Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Terlihat sekumpulan Ikhwan memakai baju koko berseragam. Melayangkan
senyum. Sekumpulan ikhwan itu membuatku jadi malu sendiri. Yanto, Deni, Heri dan
Samsul. "Assalamualaikum" serempak ucap mereka berbarengan.
"Walikumsalam" ucapku sambil tersenyum.
Yanto dan Samsul terlihat cengengesan.
"hehe" ternyata Ikhwan yang terbaik itu adalah antum sendiri ya!" ucap Deni.
Aku hanya tersenyum. "Hem. Katanya observasi Akh!" kata Yanto.
"Iya! Ana observasi istri sendiri!" ucapku. Disambut gelak tawa teman-temanku yang
lain. " Hari ini walimahan. Sungguh menyenangkan. Mengabarkan kepada khalayak. Bahwa aku
dan Farah Zahrani. Menjadi sepasang suami istri. Sepasang mujahid dan mujahidah yang
sedang dilanda cinta. Yang akan maju dalam arena jihad. Dimedan yang akan semakin
terjal. Jihad yang sesungguhnya. Menurutku.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net JILID 14 Malam yang indah. Aku dan istriku berjalan beriringan. Sedari kampus, aku
langsung berjalan-jalan dikeremangan malam. Indah. Bintang-bintang menaburkan segala
cahanya untuk menyemarakkan perjalanan kami berdua. Bulan bersinar dengan
keremangan cahanya. Sungguh indah. Atau mungkin sebenarnya ini biasa. Hanya saja
karena aku tidak pernah menikmati suasana seperti ini. Atau karena pada saat itu aku
tidak mempunyai seorang pendamping disisiku. Semua keindahan ini memang benarbenar menjadikan kita benar-benar bersyukur. Sungguh, nikmat mana yang akan kamu
dustakan. Sudah delapan bulan aku menikahi seorang bidadari. Hidupku benar-benar
menjadi sangat berarti. Aku benar-benar merasakan kasih sayang seorang bidadari.
perangai yang lembut, tutur kata yang menyejukkan hati, sifat pengayom. Membuat aku
benar-benar menikahi seorang bidadari surga. Tak lupa wajah yang cantik. Meskipun itu
bukan prioritas. Kami berdua selalu melalui hari-hari dengan indah. Hari-hari penuh
ibadah. Tetap. Kami berjalan pada setiap relung-relung malam. Cahaya lampu tetap
menyinari. Meskipun jalan-jalan yang kami lalui. Sepi. Hanya beberapa lalu-lalang mobil
dan motor sesekali. Indah. Benar-benar indah. Serasa kamilah yang memiliki dunia.
Setiap langkah kami berjalan. Menyusuri trotoar disamping jalan yang beraspal. Ku
hentikan langkahku sejenak. Seketika istriku pun berhenti. Aku memandangi dengan
lembut wajah istriku. Sungguh nan elok wajah yang berseri dibalut dengan jilbab yang
menutupi tubuhnya. Sungguh sangat cantik. Tubuh yang indah itu, bagaikan terbalut
dengan prisai yang tidak akan pernah bisa tertembus dengan apapun. Meskipun dengan
pedang dan peluru sekalipun.
"Ada apa, sayang"!" tanya istriku. Dengan membelai lembut pipiku.
Aku hanya diam dan tersenyum. Istriku semakin membalai lembut pipiku. Sangat mesra.
"Ayo dong sayang! Ada apa sich" Kenapa kanda menatap dinda seperti itu?" serunya
memohon jawaban. "Nggak ada apa-apa kok! Ana hanya beruntung mempunyai istri, dinda?"
"Nggak! Bukan antum yang beruntung, kanda! Tetapi ana. Ana sudah sangat lama sekali
memandam rasa simpati yang membuahkan cinta. Yang sangat lama. Ana sangat
mencintai kanda!" istriku, memelukku dengan erat. Butiran air mengalir dimatanya.
Aku mengusap pipi istriku dengan lembut. "Dinda, sayang. Ana juga sangat mencintai
anti dari dulu!" Aku tersenyum. "Sayang, sudah yach! Nggak enak kalau dilihat orang!"
lanjutku. Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Seketika itu istriku melepaskan pelukannya. Dia menoleh kekiri dan kekanan. Terlihat
malu jika kami berdua dilihat oleh orang. Tetapi suasana saat itu memang sepi. Setelah
itu istriku tersenyum. Senyuman yang menandakan, bahwa dia sudah terlihat berlebihan.
Aku pun tersenyum. Senyuman sayang, yang kutujukan untuknya.
Bulan tetap bersinar, redup cahanya. Sehingga bintang-bintang pun tetap
menemani sang bulan. Untuk menambah keindahan. Sejenak aku memandangi bulan.
Tidak lupa menyapa bintang-bintang. Hanya ingin mengatakan wahai bulan dan bintang,
lihatlah. Aku disisi sang bidadari.
"Hem". Ternyata kita bertemu disini. Khalid!" ucap seseorang. Berada dikeremangan
malam. Istriku tersentak. Kaget.
Entah siapa mereka. Terlihat jumlah mereka sekitar enam orang. Aku tidak bisa melihat
jelas. Malam benar-benar telah menutupi mereka. Cahaya lampu jalan, pun. Tidak begitu
jelas menyinari mereka. Apalagi rembulan dan bintang-bintang. Cahaya mereka terlalu
redup untuk memberikan terang.
"Aku sudah lama mencarimu. Khalid!" ucap sosok tak dikenal itu.
Aku seperti mengenal suara itu.
Dia mendekatiku. Cahaya lampu jalan tepat berada diatasnya. Tatapannya sangat tajam.
Tertuju kepadaku. Matanya bagaikan menyimpan dendam yang sangat dalam. Wajahnya
bengis. Efendi! Benarkah dia Efendi" Sebuah pertanyaan berlabu dibenakku. Manakalah seorang
murtadin tepat dihadapannku. Aku pun dengan cepat memegang tangan istriku. Isyarat
agar dia berada dibelakangku.
"Dinda. Nanti dinda harus lari! Ana akan hadapi mereka." Bisikku lirih.
Istriku menggelengkan kepalanya. "Kanda. Ana nggak akan meninggalkan kanda
sekarang!" bisiknya lirih.
"Harus. Anti harus meninggalkan ana nanti! Ini permintaan ana." Bisikku lirih sambil
mencengkeram tangan istriku.
Istriku tetap menggelengkan kepalanya. Dia menatapku khawatir.
"HAI! Khalid. Kamu sembunyikan dimana gadis itu?" Bentak Efendi.
Entah aku bingung. Siapa yang di maksud Efendi. Aku tidak pernah melakukan apa-apa
terhadap dia. apalagi menyembunyikan seorang gadis. "Apa maksudmu, Efendi!"
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Hah"! Berlagak, nggak tahu lagi." Bentak Efendi. "Kepung, mereka! Jangan lupa,
ambil gadisnya! Hahaa?" perintahnya dengan bengis.
Seketika itu pun aku langsung bersiap siaga. Ini saatnya aku menguji beladiriku. Sudah
empat tahun ikut Tapak Suci. Baru kali ini aku bisa melawan penjahat sesungguhnya.
Gumamku dalam hati. Secara langsung aku pun menyerang orang yang berada
dibelakang istriku. Perkelahian pun tak terelakkan. Pukulan anak buah Efendi, beberapa kali. Aku
patahkan. Dan dengan cepat, aku pun membalasnya. Celah sudah terbuka. Aku harus
memerintahkan istriku lari. Karena betapapun, aku akan sulit mengalahkan enam orang.
"Sayang"! Lari".. cepat!" teriakku keras.
Anak buah Efendi terlihat akan memegang lengan kiri istriku. Aku pun langsung
memberikan ikan terbang (tendangan kedepan) "Bukk?" Dia langsung terjungkal.
Alhamdulillah. Ucapku dalam hati. Istriku sudah bisa berlari menjauh. Aku tidak akan
pernah menyerah dengan begundal-begundal bengis kafir itu. Ragaku bagaikan terbakar.
Bara api sudah berkobar. Ruhul jadid pun telah mengembang. Darah Khalid bin Walid
pun telah mengalir. Allahu Akbar. Dengan sangat kesiagaan penuh pun aku menghajar
mereka. Pukulan katak mengenai muka Efendi. Dua orang disamping kiriku, terkena
sambaran harimauku (tendangan menyamping). Beberapa ada yang dibelakangku.
Dengan sangat keras pun aku langsung berbalik dan langsung menghantamkan katak
kembar (dua pukulan berbarengan) kepada mereka.
Tenagaku bagaikan terkuras habis untuk menghadapi enam orang sekaligus.
Beberapa pukulan mereka telah mengenaiku. Sakit memang. Tetapi rasa sakit itu sudah
tidak dapat aku rasakan lagi. Ini adalah jihadku. Jika Allah mentakdirkan aku syahid.
Maka ya Allah hambamu datang. Dengan berlari maju, layaknya Jet Lee menghajar
musuh-musuhnya. Pukulan dan tendanganku beberapa kali mengenai mereka. Dan
beberapa kali bisa ditangkis oleh mereka. Terlihat sekali, Efendi dan kawan-kawannya
sangat kewalahan menghadapiku.
"Huh" bagaimana" Jangan pernah remehkan tentara-tentara Allah. Jangan kalian
anggap, mujahid-mujahid Allah adalah orang yang lemah! Karena orang-orang kafir
seperti kalian, tidak akan bisa menghadapi tentara Allah." Kataku. Bernada mengejek.
Darah mengalir pelan dihidungku. Terlihat pula kepala, dan hidung Efendi pun berdarah.
Beberapa wajah dari kawan-kawan Efendi, terlihat lebam. Ada juga yang meringis
kesakitan, karena aku telah mematahkan tangan atau hidungnya. Kami berhenti sejenak
untuk mengatur nafas. Sungguh pertarungan yang sangat tidak seimbang. Meskipun
tenagaku bagaikan terkuras habis. Tapi aku pun melihat hal yang serupa dialami Efendi
dan kawan-kawannya. Aku tidak akan pernah menyerah menghadapi mereka. Khalid bin
Walid saja bisa menghabisi puluhan orang pada saat berperang. Masa, hanya enam orang
aku harus kalah. Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Aku menatap tajam kepada mereka. Sedikit demi sedikit, aku sudah bisa
menguasai nafasku. Tidak ngos-ngosan seperti tadi. Terlihat Efendi mengeluarkan
goloknya. Dia tersenyum bengis kepadaku. Seperti akan mencincang diriku. Tidak
semudah itu. Seketika itu pun, Efendi dan kawan-kawannya menyerangku bersamaan. Spontan
aku langsung menghindaar dari beberapa serangan mereka. Beberapa kali, golok Efendi
menyerangku. Tetapi dengan cepat pun aku bisa menangkis serangannya. Dengan cepat
aku pun langsung menghajar kawannya yang lain. Terlihat dari belakang Efendi
menyerangku. Secepat itu pun aku langsung berbalik menangkis serangannya.
Secepatnya aku bisa merebut golok yang berada ditangannya. Tetapi, terasa ada benda
tajam yang menusuk punggungku. Rasanya sangat nyeri. Aku pun berbalik, langsung
melayangkan golok kearah kawan Efendi yang menusukku dari belakang "Sree".t!"
Kesalahanku adalah, hanya memperhatikan Efendi. Aku tidak memperhatikan kawankawannya kalau mereka membawa pisau.
Kawan Efendi terkena sabetan golok yang kurebut dari Efendi. Beberapa saat
mereka memandangiku. Dan akhirnya mengalihkan pandangan kesalah satu kawan
Efendi yang terkena sabetanku.
"Sudah, mundur!" bentak Efendi. Terlihat ketakutan.
Entahlah dia, ketakutan karena telah menusukku. Atau ketakutan karena aku masih bisa
bertahan, dan membawa golok pula. Mereka langsung lari, sambil membopong temannya
yang terluka. Tak lama mereka menghilang dari keremangan malam. Kini aku sendiri,
merasakan nyeri yang teramat dalam. Tetapi aku tetap bersyukur. Istriku tidak dapat
mereka lukai. Kepalaku terasa ngilu, pening sekali. Mataku menatap kabur dalam cahaya lampu
malam. Tubuhku terasa sangat lemas sekali. Seketika itu pun, mataku hanya bisa melihat
gelap. Sangat gelap sekali.
*** "Sayang, bangun!" ucap lirih istriku.
Sedikit demi sedikit aku membuka mata ini. Terasa sangat berat sekali.
Istriku tersenyum lembut. Dan mengusap rambutku dengan tangannya yang halus. Jemari
lentiknya membelai mesra keningku. "Kanda, tidak apa-apa kan!" tanyanya.
Aku hanya mengangguk dan tersenyum. Aku ingin sekali bertanya kepadanya. Bertanya
tentang keadaannya. Tetapi mulutku terasa sangat berat. Aku tidak bisa mengucapkan
sepakatah-kata pun. Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Istriku terlihat mengerti apa yang ingin aku tanyakan. "Alhamdulillah, dinda nggak apaapa kok! Kanda istirahat aja."
Aku tersenyum. Jawaban keprasahan dan kesyukuran. Alhamdulillah.
"Kanda, ana akan mempunyai adik loh!" ucap istriku. Sambil tersenyum mesra, dan
terlihat gembira. Aku gembira. Tapi, entah apa maksudnya. Adik yang dimaksud itu. Apa istriku
mengandung. Atau Ummi yang mengandung.
"Sudah ya, kanda! Dinda pergi sebentar." Ucapnya dengan tersenyum. Lambat laun
meninggalkan aku. Aku ingin memanggilnya. Tapi mulutku keluh, tak bisa berkata apapun. Aku ingin
mengatakan Jangan tinggalkan aku. Tapi dia tetap beranjak dan tersenyum kepadaku.
Tak lama cahaya putih menyinari tubuhnya. Cahaya yang sangat kemilau dari tubuhnya.
Sangat indah sekali. Tapi aku tetap ingin memanggilnya. JANGAN TINGGALKAN AKU,
DINDA! Ucapku keras dalam hati. Tapi, istriku menghilang seketika. Bersama cahaya
putih indah yang berkilau. Aku tergagap. Seketika itu, aku langsung membuka mataku.
Kini, aku hanya melihat Abi dan Ummi. Yang menemaniku dengan terlihat sangat cemas.
Cahaya lampu dan beberapa orang berpakaian serba putih.
"Khalid, anakku! Engkau sudah sadar!" ucap Ummi terlihat gembira. Butiran air
mengalir dari mata Ummi. Aku tersenyum lemas. Aku mencoba untuk bangun. Tapi "Ah?" sakit sekali tubuhku.
"Khalid, tetaplah berbaring. Tubuhmu masih belum cukup kuat. Kamu harus memulihkan
tenagamu dulu!" Abi memperingatkanku.
Aku hanya mengangguk. "Farah?" satu kata terucap dalam mulutku.
Abi dan Ummi saling menatap. Tersibak, wajah-wajah yang sangat mengkhawatirkan.
Wajah yang nampak hanya kesedihan, ketidakpastian.
"Antum istirahat saja dulu! Tidak usah mengkhawatirkan istrimu." Ucap Abi.
Bagaimana aku tidak mengkhawatirkan istriku. Dia adalah orang yang paling
menyayangiku. Istriku adalah seorang bidadari yang akan sulit aku dapatkan didunia ini.
Bagaimana aku tidak mengkhawatirkannya. Dia adalah tulang rusukku yang hilang. Dia
adalah belahan jiwaku yang telah satu. Bagaimana aku tidak mengkhawatirkannya.
Hatiku tidak menerima semua ini.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Khalid. Antum, sudah jangan memikirkan Farah dahulu!" ucap Ummi.
Tapi bagaimana aku tidak mengkhawatirkan istriku. Sedangkan Ummi dan Abi terlihat
sangat khawatir. "Abi, Ummi. Tolong jelaskan ada apa ini! Dimana Farah sekarang?" Aku benar-benar
bingung dengan semua ini.
Abi mendekatiku. Memegang lengan kananku. "Khalid, antum ditemukan oleh salah satu
binaan antum sendiri. Punggung antum tertusuk. Dan setelah itu antum, tidak sadarkan
diri selama empat hari. Selama itu, Zahra juga menghilang. Kami beberapa kali
menghubungi HPnya. Tetapi tidak pernah aktif. Kami sudah mencarinya, bahkan
melaporkan kepolisi. Tetapi sampai sekarang Zahra belum ditemukan."
"HAH".!" Tubuhku terasa sangat lemas sekali. Semua ini memang salahku, kenapa aku
menyuruhnya lari dari perlindunganku. Benar, semua ini salahku. Pasti, Efendi dan
kawan-kawannya yang telah menculiknya.
Abi terlihat mengerti apa yang aku risaukan, betapa besar penyesalanku. "Khalid, ini
bukan salah antum! Ini takdir, semua ini hanya takdir. Sudah digariskan oleh Allah."
Aku tetap merasakan perih yang mendalam, dihati ini. Entahlah, kepalaku terasa berat
sekali. Aku merasakan rasa pusing yang teramat sangat. Menyerangku tiada habisnya.
Dan, terlihatlah kegelapan itu kembali.
*** "Khalid. Sebenarnya aku sudah beberapa kali menghubungimu. Tetapi kamu, tidak
pernah ada dikontrakanmu. Aku juga sering mencari dikampus. Kamu, tidak pernah
datang kekampus. Aku tahu kabar kamu, dari teman-teman LDK. Kamu dirawat disini."


Bidadari Untuk Ikhwan Karya Fajar Agustanto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ujar Hendra. Yang terlihat mencemaskanku.
"Iya, terima kasih Hen! Sebenarnya, kamu ingin bicara tentang apa" Skripsi kamu" Atau
apa Hen!" jawabku. "Khalid. Aku ingin mengatakan kepada kamu! Bahwa Nova menghilang. Dan, orang
yang dicurigai telah menculik Nova. Adalah kamu! Sejak saat itu, anak buah Papanya
Nova. Sibuk mencarimu! Makanya aku ingin memperingatkan kamu, agar kamu berhatihati, terhadap mereka." Jelas Hendra.
"Oh" jadi itu! Pantas Efendi bertanya seperti itu. Tapi aku pernah ditelphone oleh Nova
malam-malam. Dan dia terlihat khawatir sekali. Nova memberi tahukan rencana papanya
untuk mencelakaiku. Dan juga, Nova bilang. Kemungkinan dia tidak akan bertemu aku
lagi. Tapi anehnya, aku juga pernah ditelphone oleh seorang wanita malam-malam.
Diantara jam dua belas malam sampai jam tiga pagi. Tapi yang menerima telephone
teman-temanku. Saat itu, aku tidak berada dikontrakan.!" Jelasku juga, panjang lebar.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Meskipun Hendra memeluk agama Kristen. Tetapi aku percaya Hendra tidak akan
mencelakaiku. Karena aku tahu sifat Hendra. Dan Hendra, termasuk sahabat dekatku.
Walaupun kami berbeda keyakinan.
"Jadi, sekarang gimana?" tanya Hendra bingung.
"Entahlah! Aku juga bingung Hen. Istriku, hilang. Entah kemana dia! Aku sangat
mengkhawatirkan dia."
"Kamu sabar aja, Lid! Seperti kata kamu. Tuhan itu memberikan cobaan, sesuai dengan
kemampuan hambanya. Aku yakin, kamu dicoba oleh Tuhan. Karena kamu mampu!"
"Insya Allah!" Tak lama muncul beberapa orang memasuki kamar rawatku. Terlihat bang Jamal dan
kawan-kawannya. "Assalamualaikum!" salam bang Jamal.
"Walaikumsalam!" jawabku, sambil tersenyum.
"Bagaimana kabar kamu Khalid!" tanya bang Jamal
"Alhamdulillah sudah agak mendingan, bang! Kabar bang Jamal sendiri gimana?"
tanyaku balik. "Alhamdulillah! Baik-baik saja." Jawab Bang Jamal. "Khalid, kita masih mencari
Efendi! Kalau Efendi sudah kami temukan. Lihat saja nanti." Ucap bang Jamal dengan
menghantamkan tangan kanannya ditelapak tangan kirinya.
Aku tersenyum. "Bang Jamal tidak usah melakukan apapun, terhadap Efendi! Jika
memang bang Jamal sudah menemukan Efendi, bang Jamal tinggal serahkan saja ke
polisi." "Tidak, Khalid! Kami tidak akan melepaskan Efendi. Dia telah menghinaku. Dengan
mengeroyokmu, dia telah menantang perang." Ucap bang Jamal berapi-api. Terlihat
kemarahan yang begitu besar.
"Iya, Bang! Tetapi alangkah damainya jika mengikuti aturan Negara ini. Aku nggak ingin
bang Jamal ada apa-apa nantinya."
"Khalid. Meskipun aku dipenjara karena membunuh Efendi. Aku rela. Tapi aku tidak
akan pernah rela. Seorang saudaraku dizhalimi! Aku akan merasa terhormat jika, aku
masuk penjara karena membela hak saudaraku yang telah dizhalimi."
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Bang Jamal, aku takut jika yang terjadi balas-membalas masalah ini. Maka akan terjadi
isu sara yang akan membuat kacau daerah kita! Walau kita memang benar, tetapi tetap
kita tidak boleh membenarkan kekerasan yang sama dengan mereka. Tapi kita tetap
berjaga-jaga!" "Tapi, Khalid. Ini kan juga termasuk jihad!" sergah bang Jamal. Serius.
"Iya bang, ini termasuk jihad! Tetapi Bang, sesungguhnya jihad pun banyak macamnya.
Dan seandainya bang Jamal melakukan sesuatu hal, yang bersifat kekerasan. Maka
bertambah sulitlah pemecahan permasalahan. Yang ada malah berlanjut kepada
kerusuhan. Ini sudah menyangkut sara bang! Abang bisa mencari Efendi. Tetapi jangan
menyakitinya. Bawah dia ke kantor polisi!" ucapku memang agak keras.
Bang Jamal terlihat berfikir kembali. "Baik Khalid, aku akan menurut kepadamu! Tetapi
tetap aku nggak akan pernah terima, kamu dizhalimi!"
"Iya bang, terima kasih!"
"Khalid. Aku ingin bertanya!"
"Iya, apa bang."
"Kamu ternyata pintar beladiri yach!" ucap bang Jamal heran.
"Tidak, bang. Aku hanya bisa sedikit-sedikit!" ucapku merendah.
"hehe.. sedikit-sedikit, kok bisa melawan enam orang!"
Aku hanya tersenyum. "Aku benar-benar tidak menyangka. Kalau kamu benar-benar pintar beladiri! Aku kira,
para ustad seperti kamu. Bisanya cuma bisa berdakwah saja!"
"Bang, jangan melebih-lebihkan! Aku hanya bisa sedikit-sedikit kok. Dan sebenarnya,
beladiri itu pun dakwah loh Bang. Rasulullah, adalah orang yang paling pintar
beladirinya. Masa, umatnya tidak bisa beladiri. Seharusnya para dai dan ustad itu, malah
harus dibekali dengan ilmu beladiri juga!" ucapku serius. "Ya. Jaga-jaga saja, kalau ada
preman yang menguji ustad itu!" sindirku.
"Hehe" iya! Seperti kamu dulu." Ucap bang Jamal. Sambil tersenyum lebar.
"Oh, iya! Kenalkan temanku Hendra." Ucapku sambil menunjuk Hendra.
Setelah bang Jamal bersalaman dengan Hendra. Mereka berdua berpamitan
kepadaku. Setelah semuanya pergi. Aku kini sendiri. Kembali teringat seorang yang aku
cinta. Istriku. Yaa Allah, wahai penggenggam ruh. Penggenggam segala apa yang ada
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net didunia. Lindungilah bidadariku. Lindungilah hambamu, lindungilah mujahidahmu. Yaa
Allah, pertemukan aku dengannya kembali. Berikanlah kebahagianku yang lalu. Bahagia
dengan bidadari yang engkau beri. Yaa Allah sesungguhnya, hanya engkah yang dapat
memberikan kebahagiaan. Tapi yaa Allah, aku meminta-Mu. Untuk mengembalikan
bidadari-Mu kepadaku. Engkau yang memberi, Engkau pula yang mengakhiri. Maka
janganlah Engkau akhiri pemeberian-Mu kepadaku.
*** "Gimana Akh! Enak nggak dirawat disini?" tanya Samsul disela-sela berjalan dikoridorkoridor rumah sakit. Mengantarku pulang.
"Ya, enak juga. Banyak yang dapat ana ambil hikmahnya!"
"Ada, perawat yang akhwat nggak akh!" ucap Deni sambil nyengir.
"Huu" maunya!" ucap kawan-kawanku serempak. Bagaikan paduan suara.
"Banyak, akh! Semua perawat disini rata-rata akhwat." Jawabku sekenanya. "Nah itu dia!
Perawat akhwat!" lanjutku, sambil menunjuk seorang perawat yang memakai baju putih
rok pendek dan bertopi kecil putih.
Seketika itu teman-temanku tertawa. Perawat yang aku tunjuk itu melihat kami. Terlihat
salah tingkah sikapnya. Itulah, kata akhwat sudah menjadi hegomoni seorang yang berjilbab besar. Padahal,
akhwat atau pun ikhwan. Hanyalah kata bahasa arab biasa. Yang berarti wanita atau
pria. Jika kata-kata ikhwan dan akhwat itu terus bermakna aktivis dakwah. Janganjangan malah kata-kata itulah yang membuat dakwah tidak berjalan dengan lancar.
Jangan-jangan, kata itulah yang telah mempersulit dakwah. Jangan-jangan, kata itulah
yang membuat dikotomi sesama umat Islam. Jangan-jangan, sudah terjadi pembedaan.
Jangan-jangan, akan mudah mengakibatkan perpecahan umat. Jangan"..
"Akh, itu! Keluarga antum sudah datang." Ucap Samsul, mengagetkanku.
Abi dan Ummi. Terlihat menjemputku. Mercades hitam, tetap setia mengantar Abi dan
Ummi. Dalam perjalanan pulang. Aku terus mengingat istriku. Disetiap laju mobil ini,
aku masih teringat dengan jelas kenangan bersamanya. Bidadariku. Bayang-bayang
istriku terus terpusat dalam relung benakku. Sudah satu bulan aku dirawat dirumah sakit.
Tetapi tetap, istriku masih belum ditemukan.
*** Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Hari demi hari, aku lalui. Sebongkah harapan yang sia-sia. Sudah empat bulan,
istriku tidak ditemukan. Efendi pun, belum ada kabar ditangkap oleh aparat atau oleh
bang Jamal dan kawan-kawannya. Hati ini bagai tersayat belati yang tajam. Dimana
cinta, saat-saat hidup hambar tanpanya. Aku ingin dia kembali.
Setiap detik dakwahku, kini kujalani tanpa seorang bidadari. Aku kini kembali
sendiri. Menapaki dakwah-dakwah yang terus berjalan sesuai dengan waktu yang telah
digariskan. Aku tetap harus bangkit. Meskipun bidadariku tak kunjung datang. Entahlah
dimana dia. Yang terpenting, semoga Farah tetap dilindungi Allah swt.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net JILID 15 Tak terasa, sudah enam bulan aku sendiri. Tetapi tetap, aku harus berkreasi. Di
pagi yang cerah ini. Aku nikmati segalanya. Kehangatan cahaya mentari, burung-burung
yang berikicauan. Kini aku sudah tidak berada dikontrakan lagi. Rumah Farah kini aku
tinggali sendiri. Abi dan Ummi sedang memperdalam ilmu agama di Mesir.
Koran adalah sarapan pertamaku, disamping juga teh hangat dan gorengan
dimeja. "Seorang tewas, tertembak dibagian kepalanya." Tertulis kecil dibarisan bagian
kriminal. Foto mayat itu terpampang jelas. Lelaki tambun bertato. Berwajah garang dan
bengis penuh kebencian. Apakah benar ini Efendi" Gumamku dalam hati. Aku tak
percaya apakah itu benar-benar terjadi. Apakah itu benar-benar Efendi. Efendi telah mati
tertembak. Tepat dikepalanya. Aku benar-benar kaget. Seorang yang aku cari-cari, kini
telah tertembak mati. "Tluutt".Tluttt".." Bunyi HPku. Tertulis di LCD "Bang Jamal"
"Hallo" Assalamualaikum!" jawabku.
"Walaikumsalam"! Gimana kabar kamu Khalid?" ucap bang Jamal diujung sana.
"Alhamdulillah baik-baik saja Bang! Bang Jamal sendiri?"
"Aku juga baik-baik saja! Sudah lihat koran hari ini?" tanya bang Jamal. Terlihat
gembira. "Sudah bang! Efendikan?" ucapku memastikan.
"Iya benar!" "Siapa bang yang melakukan?" tanyaku penasaran.
"Yang penting aku sudah berjanji kepada kamu, Khalid! Untuk tidak membunuh Efendi.
Tapi Insya Allah ada banyak tentara Allah yang siap menghabisi murtadin yang sudah
nyata-nyata menyatakan perang terhadap umat Islam" kilah bang Jamal.
"Iya, pasti banyak tentara-tentara Allah!" ucapku pasrah.
"Kamu tenang aja, Khalid! Teman-teman Efendi sudah akan dihabisi juga. Beberapa
orang telah kami bawa ke Polisi. Yang lain, yang melawan. Kami habisi." Bang Jamal
pasti. "Bang, saya ingatkan. Hati-hati, Islam juga melarang umat Islam membunuh seorang
yang sudah menyerah. Atau bahkan menyiksa tawanan perang. Islam tidak membenarkan
hal itu! Karena Rasulullah sudah berpesan untuk tidak pernah membunuh musuh yang
sudah menyatakan dirinya menyerah."
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Iya, Khalid! Kami akan menuruti apa kata kamu. Kami akan kasihkan kepolisi
langsung! Ok, aku hanya mengabari itu aja kok. Tidak akan pernah aku rela, saudaraku
dizhalimi! Meskipun dia lari keujung dunia sekalipun. Aku akan mencarinya!"
"Iya, bang! Tetap semangat. Dan tetap istiqomah!" ucapku.
"Ok! Baik-baik ya, Khalid! Assalamualaikum..!" seketika itu, bang Jamal langsung
mematikan hpnya. "Walaikumsalam!" Jawabku pelan.
Kini Efendi sudah pergi. Dijemput oleh malaikat Izra"il. Semoga dia masih
mendapatkan pengampunan. Tapi, meskipun Efendi telah mati. Istriku belum kembali.
Atau mungkin tak akan pernah kembali! Semoga dia tetap mengingatku.
"Ting"Tung" bunyi bel rumah. Membuatku tersentak dari lamunan. Segera aku beranjak
untuk membukakan pintu. Hem, paling-paling Samsul. Dia ingin memberitahukan tentang Efendi. Basi! Pikirku.
"Assalamualaikum" ucap Samsul. Saat aku baru setengah membuka pagar.
"Walaikumsalam! Masuk akh." Ucapku.
"Nggak, ana sebentar aja kok! Ana hanya mau"
"Mau memberitahu apa ana sudah baca berita koran hari ini!" selaku.
"hehe" iya!" jawabnya cengengesan.
"Udah..!" jawabku. Sambil menganggukkan kepala.
"Oh"! Lalu gimana?" tanya Samsul penasaran.
"gimana apanya?" ucapku balik.
"ya itu! Anak buahnya sudah ketangkap belum?"
"Kelihatannya sudah! Bang Jamal, sudah menemukan mereka!"
"Oh! Bagus lah" ucapnya singkat.
"Nggak mau masuk beneran?" tanyaku penasaran.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Nggak, Akh! Ana cuma, mau mengajak antum. Di LDK ada dauroh, tapi sayang ada
satu murabbi yang berhalangan hadir! Antum siap gantiin?" ucap Samsul, terlihat serius.
Sayang juga kalau aku melepaskan amanah yang besar ini. "Ok, ana bisa!" jawabku
sambil menganggukkan kepala. "kapan, waktunya?"
"Ya hari ini. kira-kira setengah jam lagi!" jawabnya. Terlihat pasrah. Takut kalau aku
nggak siap dengan materinya.
"Ok. Sekarang! Ayo berangkat!" ucapku. Sambil langsung menutup dan mengunci pagar
rumah. "Alhamdulillah"!" Samsul terlihat sangat senang dengan jawabanku.
*** "LDK, merupakan lembaga yang representative dalam mewujudkan cita-cita berdakwah
dalam kampus. Di LDK, anggota-anggotanya tidak harus sudah mengerti tentang ajaranajaran Islam. Tetapi yang terpenting anggota-anggota LDK, siap dan mau untuk belajar
serta mengamalkan ilmunya. Baik ilmu agama dan ilmu umum, untuk diterapkan dan
diajarkan serta diamalkann kepada masyarakat. Jadi dakwah kita ini, tidak harus
dimonopoli oleh segelintir orang. Tetapi, malah lebih bagus bila banyak orang-orang
yang terlibat aktif dalam dakwah kita! Baik, ada yang bertanya?" ucapku. Setelah
panjang lebar memberikan materi keLDK an.
Terlihat salah satu mahasiswa yang mengangkat tangannya.
"Iya! Silakan." Jawabku.
"Assalamualaikum"! Saya ingin menanyakan tentang rutinitas LDK di kampus ini. Dan
setelah saya menjadi anggota LDK, keuntungan apa yang bisa saya dapatkan" Itu saja
terima kasih" "Hem" terima kasih atas pertanyaannya! Rutinitas kegiatan LDK dikampus ini, sangat
beragam. Mulia dari sholat berjama"ah, kajian rutin, riyadho atau olah raga, rihla atau
rekreasi rohani dan pelatihan-pelatihan. Sebenarnya kalau di jelaskan kegiatannya, sangat
banyak sekali. Yang terpenting, kegiatan-kegiatan tersebut adalah upaya untuk
memberikan Tarbiyah kepada kita. Semua itu untuk dapat meningkatkan tingkat
pemahaman dalam pengetahuan agama kita. Jadi, kegiatan-kegiatan kita. Tidak hanya
melakukan pengajian semata. Tetapi juga pelatihan-pelatihan. Dengan begitu kita dapat
meningkatkan intelektualitas kita dibidang lainnya. Karena dakwah itu sangat penting.
Dan berdakwah itu banyak sarananya. Maka kita harus memakai sarana yang dapat kita
pakai untuk dapat meningkatkan dakwah itu sendiri! Keuntungan yang akan anda
dapatkan, pastilah sangat banyak. Saya tidak bisa menyebutkan keuntungan itu sekarang.
Karena keuntungan yang didapatkan, adalah terletak dari segi apa yang anda inginkan!"
jelasku. Panjang lebar. Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Peserta-peserta LDK itu memang terlihat sangat bersemangat memperhatikan apa yang
disampaikan oleh pembicara. Sejak awal, hingga akhir. Mereka sangat menyimak, materi
yang telah diberikan kepada mereka. Beberapa ada yang tidak fokus memperhatikan
materi. Ngantuk, melihat-melihat sekeliling atau berbicara dengan temannya tanpa
memperhatikan pembicara. Tetapi itu pun, tidak berlangsung lama. Karena panitia
langsung tahu apa tindakan selanjutnya jika acara terlihat membosankan. Dengan
menciptakan beberapa permainan yang dapat merangsang otak kanan untuk kembali
aktif. Sehingga acaranya bisa benar-benar membuat pengalaman baru buat mereka.
Beberapa akhwat, teman-teman istriku. Bertanya tentang kondisiku,
perkembangan pencarian istriku, memberikan support untuk selalu sabar dan
blaa".bla" Itu membuatku teringat kembali. Teringat bidadariku lagi. Teringat masa-masa
kasih dan sayangku berpacu dan beradu dengan kesetiaan sang bidadari. Apalagi teringat
senyum sang bidadari. Sungguh benar-benar menjadi penghangat kalbu dalam segala
kondisi. Apalagi menjadi penyembuh dalam segala hal penyakit yang aku alami. Tapi
entah dimana bidadariku. Kini dia telah berlari dalam keremangan malam, yang akhirnya
tak kembali. Bidadariku berlari dan terus berlari dalam keremangan malam. Keremangan
saat aku melihat terakhir kali bersamanya. Memegang erat tangannya. Merasakan
ketakutanku teramat dalam, jika istriku tertanggakap oleh Efendi. Semua sudah berakhir.
Beberapa ikhwan lebih banyak memberikan dukungan moral. Dukungan moral
untuk mencari pengganti bidadariku. "Untuk saat ini, ana belum bisa dan belum siap
mencari penggantinya!" itulah jawaban yang selalu aku lontarkan kepada para ikhwan.
Ikhwan-ikhwan yang belum mengetahui rasa sebuah cinta didalam hati. Cinta yang
dianugerahkan Allah untuk makhluk-Nya, yang kini entah dimana. Lama aku berada
disini, membuat keteringatanku muncul kembali. Menghiasi rongga fikir yang hampir
terselubungi oleh kegelapan.
Lelah, aku sudah lelah berbincang tentang semua ini. Aku ingin kembali. Kembali
berada pada bayang-bayang istriku lagi. Kembali pulang dan menikmati indahnya
kemesraan dalam kenangan.
***

Bidadari Untuk Ikhwan Karya Fajar Agustanto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Aku masuk kedalam rumah besar itu. Rumah yang terisi dengan kenangan indah.
Tetapi sekarang, suram semuanya. Keindahan yang aku inginkan hanya menjadi impian
dan kenangan. Kerinduan yang teramat dalam, selalu keluar dalam ingatan. Setiap kali
aku memandang segala yang berada dirumah besar ini.
"krucukk".krucukk.."
Hem, kelihatannya perut ini sudah mulai berdendang. Mengeluarkan nasyid yang
berpadu dalam alunan melodi yang tak beraturan.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Segera saja aku menuju ruang makan. Ruang yang setiap makan siang,
dihidangkan dengan kelezatan masakan bi Iyem. Seorang karyawan yang bertugas
memasak. Biasanya disebut pembantu. Tetapi kalau dirumah ini disebut, karyawan.
Terlihat masakan yang sangat lezat. Ayam goreng yang dibumbui dengan aneka
rasa. Entah apa nama bumbu itu. Yang penting terlihat lezat sekali. Apalagi aroma
makanannya sangat menyengat sekali dihidung. Hem. Sungguh nikmat sekali. Apalagi
ada sambal terasinya, dan lalapan. Oh itu ada sayur asam, dan ikan pindangnya juga.
Enak sekali. Ini waktunya untuknya untuk makan enak. Memang seharusnya, yang
berhak makan enak dan banyak gizinya. Itu adalah para da"I dan para ustad. Karena
sangat butuh banyak tenaga dalam berdakwah. Pikirku sambil mencium aroma makan
yang tersedia dimeja makan.
Tanpa komando lagi. Setelah berdoa. Aku langsung menyantap makananmakanan itu dengan lahap. Dengan penuh kenikmatan. Benar-benar tidak salah
memperkerjakan bi Iyem. Entah kenapa perut terasa sangat lapar. Wah, ini pasti ujian
kenikmatan dari Allah. Gumamku dalam hati.
Terdengar suara bi Iyem keluar dari dapur. Sudah biasa, bi Iyem pasti menawarkan aku
minuman. "Enak nggak, Kanda!"
"HA...." Seketika itu juga aku terdiam. Saat menyantap makanan dengan lahapnya. Aku
terperana. Suara itu. Suara bidadariku. Apakah benar aku tidak bermimpi. Apa benar ia
telah kembali. "Jawab dong Kanda! Enak nggak masakan Dinda!" ucapnya dengan penuh kemanjaan.
Ya Allah benarkah ia! Apa benar dia bidadariku" Apakah dia benar-benar Engkau
kembalikan kepadaku" Seketika itupun, aku balikkan badanku kebelakang.
Dia tersenyum, wajahnya seperti yang dulu. Sangat cantik. Terlihat binar matanya,
menandakan kerinduan yang teramat dalam. Butiran air keluar dari pelupuk matanya.
Apakah aku tidak bermimpi" Ya Allah apakah Engkau benar-benar memberikan mimpi
yang teramat indah ini" Jika benar ini mimpi, jangan bangunkan aku ya Allah.
"Kanda, kok diem aja sich" Dinda kangen!" ucapnya dengan penuh manja.
"A..pa benar". A..pa benar. Apakah ana tidak bermimpi!" ucapku terbata-bata.
Serta mertapun istriku langsung memelukku. "Kanda, afwan. Ana meninggalkan kanda!
Ana sangat mencintai kanda! Ana benar-benar telah membuat kanda tersiksa! Maaf kan
dinda, Kanda!" ucap istriku dengan tangisan kebahagiaan.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Dinda, ana kangen sekali! Ana benar-benar sangat lemah, saat dinda tidak berada disisi"
"Iya, afwan kanda! Ana, sangat menyesal"
Sejenak aku tatap wajah istriku. Benar-benar sangat cantik.
"Dinda! Apakah dinda tidak apa-apa?" tanyaku penasaran.
Istriku menggelengkan kepalanya. "Alhamdulillah ana baik-baik saja!"
"Anti selama ini dimana" Apakah anti benar-benar telah diculik oleh Efendi?"
Istriku tersenyum, lalu menggelengkan kepala lagi. "tidak kanda! Ceritanya panjang.
Nanti saja ceritanya. Ana mau memperkenalkan seseorang!"
"Siapa, dinda?" tanyaku penasaran.
"Ukhti, mari masuk saja!" panggil istriku.
Tak lama, datang seorang wanita. berjilbab besar menutupi auratnya. Terlihat dia
menundukkan wajahnya. Tetapi sebenarnya aku pun tidak begitu memperhatikannya.
Biasa, jaga image didepan istri.
"Kanda, kenalkan. Ukhti Nova!" ucap istriku.
Saat terdengar namanya. Aku langsung menatapnya dengan tajam. Aku merasa sangat
kenal dengan ukhti itu. Aku merasa pernah melihat dia sebelumnya. Seperti, seorang
akhwat yang aku lihat dipengajian kampung binaanku. Desa kumuh itu. Aku ingat, benarbenar wajahnya mirip sekali. Tetapi aku juga, merasa bahwa dia adalah Nova. Gadis
Kristen itu. Apakah benar dia" tanyaku dalam hati.
"Assalamualaikum"!" ucap Ukhti Nova.
"W..alaikumsalam!" aku benar-benar tergagap untuk menjawab salamnya.
"kenapa, suamiku!" ucap istriku manja. Seperti cemburu.
"Ah, tidak. Ana hanya teringat seorang teman saja!" jawabku sekenanya.
"Teman, apa teman!" goda istriku. Sambil mencubit pinggangku.
"Iya teman!" ucapku sambil tersenyum. Sakit.
Nova hanya tersenyum. *** Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Malam telah menghanyutkan kami berdua. Aku dan istriku. Sudah sangat lama
aku tidak merasakan kehangatan belaian kasih sayang istriku. Ini benar-benar kenikmatan
yang telah diberikan Allah kepadaku. Setelah ujian yang sangat berat aku lalui. Karena
sesungguhnya sesudah kesulitan pasti ada kemudahan. Sungguh besar nikmat Allah.
"Kanda. Kanda kangen nggak sama dinda?" ucap istriku dengan manja.
"Dinda, ana begitu benar-benar tersiksa saat anti menghilang! Ana benar-benar tidak
bersemangat sekali" "Iya, dinda tahu!"
"Ha! Dinda tahu?" ucapku penasaran.
"Selama ini, dinda hanya pergi sebentar. Saat kanda menghadapi Efendi dan kawankawannya. Ana benar-benar takut. Saat itu ana mencemaskan kanda. Tapi setelah ana
lari. Ana malah teringat dengan ukhti Nova. Sebenarnya ana sudah lama membina ukhti
Nova. Hanya saja, ana masih merahasiakannya. Ukhti Nova lari dari rumah itu pun atas
usul ana. Sekarang ukhti Nova tidak mempunyai siapa-siapa lagi. Ana takut jika nanti
ukhti Nova pulang. Malah tambah parah keadaannya."
"Hem jadi akhirnya, anti rela mengorbankan ana!" ujarku dengan memalingkan muka.
"Kanda. Bukan begitu maksud ana!" ucapnya dengan membelai pipiku. "Ana rasa, kalau
kanda lebih mampu menghadapi musibah daripada ukhti Nova."
"Hem, lalu selama ini anti ada dimana?"
"Ana berada dirumah kita yang kedua! Selama ini ana terus memantau kanda. Kanda
kemana, dimana, sama siapa. Ana mengetahui segalanya. Apalagi saat kanda berada
dirumah sakit. Ana tetap memantau kanda." Ucap istriku serius.
"Wah dinda, berbakat juga jadi spionase yach!"
Istriku tertawa kecil. "Ana hanya menjaga suami aja kok, kanda! Oh, ya. Ana baru tahu,
kalau kanda benar-benar pintar beladiri! Kanda, kok tidak pernah cerita kalau kanda bisa
beladiri?" "Siapa dulu, kanda!" ucapku sambil menepuk dada.
"Iya, siapa dulu. Suami dinda!" sahut istriku, dengan berasandar didadaku. "Kanda,
sayang. Dinda ingin meminta tolong! Bisa nggak?"
"Apa, sayang!" Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Boleh nggak ukhti Nova tinggal disini!" tanya istriku dengan sangat menjaga
ucapannya. "Loh itu kan terserah anti, ini kan rumah anti!"
"Kanda, sayang! Ini rumah kita, bukan hanya rumah ana" ucap istriku bernada kesal.
"afwan sayang, iya-iya. Ini rumah kita!" jawabku, sambil membelai mesra rambut istriku.
Senyumnya kembali merekah. Sambil kembali bersandar didadaku. "Kanda, apa boleh
ukhti Nova tinggal disini?" tanya istriku lagi.
"Iya boleh dong, dinda!"
"Maksud ana, boleh nggak ukhti Nova tinggal di rumah ini!" tanya istriku sekali lagi.
"Iya sayang, boleh!" jawabku mempertegas.
"bukan itu, maksud ana!" ucap istriku terlihat kesal karena ketidaktahuanku. Setelah
mendesah, istriku mengatakan "maksuda ana, kanda mau nggak menjadi suami ukhti
Nova!" "Ha"!" seketika itu pun aku terperanga. Aku tidak percaya dengan ucapan istriku.
Entahlah pikiran apa yang terlintas dibenak istriku.
"Kanda! Mau nggak?" ucapnya, seraya menggoyang-goyangkan tubuhku. Dengan tetap
bersifat manjanya. "Apa maksud anti?" tanyaku heran.
"Tidak ada maksud apapun! Ana hanya ingin kanda menikahi ukhti Nova. Itu aja!"
jawabnya polos. "Sayang-sayang, anti nggak apa-apa kan?" tanyaku penasaran. Dengan memperhatikan
wajah istriku, sambil memegangi kepalanya.
"KANDA! Ana nggak kenapa-napa." Ucapnya sedikit keras.
Aku terdiam sesaat sambil melihat tajam kearah istriku.
Sesaat istriku menarik nafas panjang. Dengan sedikit mendesah istriku mengatakan.
"Kanda, ana hanya ingin menjadi muslimah yang baik! Muslimah yang menyayangi
saudara sendiri! Ana nggak ingin menjadi akhwat yang egois. Ana ingin membagi
kebahagiaan yang ana miliki bersama kanda. Dengan membaginya kepada akhwat lain!
Kanda, sungguh ana tidak kenapa-napa. Ana tidak punya penyakit yang kronis apalagi
bosan terhadap kanda. Sehingga dengan mudah ana mau melepaskan kanda. Kanda, ana
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net memang sangat menyayangi kanda. Ana sangat bahagia bersama kanda. Tetapi, saat-saat
kebahagian yang kita pupuk bersama. Ada segolongan akhwat, yang tidak merasakan
kebahagiaan kita. Mungkin ini berat bagi ana. Dan memang itu sangat berat bagi ana.
Untuk mengikhlaskan kanda membagi rasa kasih sayang, yang kanda punyai. Kanda,
sesungguhnya semua ini ana lakukan, karena ana sayang terhadap saudara ana yang lain.
Ana ingin akhwat lain, juga merasakan kebahagiaan kita. Kanda, sesungguhnya poligami
itu juga termasuk rahmat dari Allah, dan merupakan sebuah langkah dakwah. Dan apakah
kanda lupa, bahwa surga adalah jaminan bagi wanita yang mengikhlaskan suaminya
untuk menikah lagi!" Istriku tertunduk. Terlihat jelas, butiran-butiran intan yang berada
dimatanya berjatuhan. Aku tertunduk lesuh. Amanah yang diembankan istriku, terlalu berat. "Sayang, ana takut.
Ana takut, jika ana tidak bisa berlaku adil!"
Istriku memelukku erat. "Kanda, ana yakin antum bisa berlaku adil. Sesungguhnya,
penilaian adil dan tidaknya. Hanya ana yang bisa merasakannya. Saat bersama kanda, ana
semakin yakin. Bahwa kanda bisa berlaku adil. Ya, meskipun kanda tidak dapat berlaku
adil masalah hati. Tetapi yang penting adil dalam pandangan syari"at sudah kanda jalani.
Ana sangat ikhlas." "Sayang, ini sangat berat!"
"Kanda, ana akan membantu mengingatkan kanda. Jika suatu saat kanda akan berbelok
arah jalan. Ana siap menjadi jaminan."
"Hem..!" desahku. Aku benar-benar bingung. Semula, sebelum nikah. Aku merasa
mudah untuk berpoligami. Tetapi saat sudah menikah dan mendapatkan Farah Zahrani.
Aku merasa cukup, untuk hanya memeliki satu istri.
"Mau, ya! Jika memang kanda menyayangi dinda. Ana mohon, kanda bersedia!" paksa
istriku. Jemari-jemarinya memegang erat jemariku. Layaknya menguatkan aku untuk
mau menerima permintaannya. Permintaan yang sangat berat sekali.
Aku hanya menganggukkan kepala, tanda menyetujuinya.
keterpaksaan. Tetapi tetap aku harus bisa, berlaku adil.
Meskipun dengan Istriku tersenyum. Meskipun jelas dimatanya, terlihat gejolak yang sangat besar
dihatinya. "Terima kasih kanda, sayangku!"
"Lalu kata Abi dan Ummi nanti?" tanyaku bingung. Benar-benar masalah yang sulit,
kata-kata apa nanti yang terucap dari mertuaku. Mungkin, "sudah dikasih harta, istri
yang sholeh dan cantik. Masih saja belum cukup!" pikirku.
"Abi sudah mengatakan, "Terserah jalan yang kau pilih, jika itu baik menurutmu maka
lakukanlah." Dan Ummi mengakatan "Alhamdulillah, anakku sudah dewasa. Dan
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net sekarang menjadi wanita yang hebat!" itulah ucapan beliau berdua" ucapnya dengan
senyum. "Ha" Anti sudah mengatakannya! Berarti selama ini Abi dan Ummi tahu keberadaan,
dinda?" tanyaku semakin bingung.
"Iya! Abi dan Ummi sudah tahu lama keberadaan ana. Saat hari kelima, kanda dirawat
dirumah sakit. Ana langsung menghubungi Abi dan Ummi untuk tidak khawatir tentang
keberadaan ana. Dan tetap, keberadaan ana tidak boleh diberitahukan kepada siapapun.
Termasuk, kanda!" jelas istriku.
*** Pernikahan keduaku sudah terlaksana. Wali dari istriku yang kedua, Maria Nova.
Adalah petugas dari KUA. Pernikahan keduaku berjalan baik, beberapa teman-temanku
datang memberi selamat. "Wah, ditinggal istri, malah dapat dua istri!" bisik Samsul.
Beberapa teman-teman Nova dari UK3 (Unit Kegiatan Kerohanian Kristen Katolik) juga
hadir, memberikan selamat. Termasuk Hendra. Rasa kekeluargaan masih tetap berjalan
baik, meskipun keyakinan kami sangat berbeda. Tetapi tetap, dalam koridor hubungan
sesama masyarakat. Istri pertamaku, Farah Zahrani. Terlihat wajahnya sangat gembira,
meskipun matanya menyiratkan sebuah kegundahaan. Kegundahan seorang wanita,
seperti kegundahan kecemburuan ibunda Aisyah.
Satu bulan setelah aku menikah. Aku pulang kedesa, dengan membawa kedua
bidadariku. Dua sayap, yang akan senantiasa memberikan jalan kesejukan. Yang akan
mengajakku terbang, kedalam singgasana Ilahi. Tetapi, tetap. Kedua sayapku merupakan
amanah yang sangat besar, diembankan oleh Allah kepadaku. Jika aku tidak dapat
berlaku adil. Maka, nerakalah tempat bagi manusia yang tidak bisa berlaku adil.
Bapak dan Ibu sempat kaget, saat aku memberitahukan tentang kedua istriku.
Tetapi setelah itu, Bapak dan Ibuku menjadi orang tua yang sangat berbangga sekali. Saat
melihat bagaimana sifat akhlak kedua istriku. Apalagi, hanya aku didesa yang masih
muda tetapi sudah mempunyai dua istri. Selain pak Haji Ridwan yang beristri dua juga.
Tetapi itu semua bukan karenaku, karena Allah yang telah membimbing mereka kedalam
jalan-Nya. Nurul, terlihat sangat gembira. Karena, selama ini yang diidam-idamkannya
telah terwujud. Yaitu, mempunyai kakak perempuan. Bahkan, lebih baik daripada apa
yang diimpikannya. Dan ternyata benar. Nadia, ustadzah Nurul. Adalah teman istriku Farah Zahrani.
Yang bernama Nandia. Sempat aku dan kedua istriku, bersilahturahmi dipengajian yang
dibina oleh Nandia. Tetapi tak lama, aku dan istri-istriku bergegas pulang. Karena masih
banyak amanah yang belum sempat dikerjakan. Dalam perjalanan pulang, akupun
mengatakan kepada istri-istriku "bagaimana, bidadari-bidadariku! Siap untuk menambah
saudara lagi nggak!"
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Ih.. maunya! Dua belum cukup yach." Serempak jawaban tanpa komando. Dan beberapa
cubitan pun, mendarat dipinggangku.
"Aduh". , Sakit sayang!"
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net BIOGRAFI Penulis mempunyai nama pena Blackrock1, nama pena ini diambil berdasarkan
kebiasaan pada saat Blackrock1 sebagai nama Chatter si penulis dahulu. Blackrock1
merupakan sebuah nama yang berarti "Batu Hitam" dengan maksud sebagai penafsiran
bahwa Batu Hitam atau Blackrock ini merupakan Hajjar Aswad yang ada di Mekkah,
yaitu sebagai batu pemersatu umat Muslim sedunia. Dan angka satu diambil karena
berdasarkan penafsiran bahwa agama yang haq di dunia ini hanya "1" yaitu ISLAM.
Karya Blackrock1 di terbitkan di Deteksi Jawa Pos dan majalah Khazanah sebagian besar
untuk kalangan sendiri termasuk dimedia kampus. Berikut biografi lengkap tentang
Blackrock1 : Nama Pena Nama Alamat No Telp Agama Jenis Kelamin Motto : : : : : : : Email : Tokoh Idola Blackrock1 / Jaisy01 Fajar Agustanto Jl. Kepodang 56 Larangan Candi Sidoarjo JATIM 61271
081330261804 Islam Laki " laki

Bidadari Untuk Ikhwan Karya Fajar Agustanto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Semangatku adalah jihadku dan jihadku adalah gerakku,
gerakku adalah kekuatanku, kekuatanku adalah Allahu
Akbar. Fajar212000@yahoo.com : - Pengalaman Org - Muhammad Saw, Hasan Al Banna, Nashurudin Al bani, Yusuf
Qaradhawi Kh. Ahmad Dahlan, Muhammad Natsir, Buya Hamka.
: Tapak Suci Putra Muhammadiyah (Pencak Silat) 1998 - 2003
Sekretaris PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) Komisariat
Ubhara Surya 2002 - 2003 Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net - Sekretaris DPM (Dewan Perwakilan Mahasiswa) Fakultas Hukum
Ubhara Surya 2002 " 2003
Anggota KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia)
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Ketua FMM (Forum Mahasiswa Muslim) Ubhara Surya 2003 " 2004
Menristek BEM Ubhara Surya 2003-2004
Sekretaris UKKMI (Unit Kerohanian Keagamaan Mahasiswa Islam)
Ubhara Surya 2003 " 2004
Kabid Pengkaderan Organisasi DPM (Dewan Perwakilan Mahasiswa)
Fakultas Hukum Ubhara Surya 2003-2004
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Kisah Membunuh Naga 26 Pendekar Pulau Neraka 30 Dewi Asmara Darah Darah Dan Cinta Di Kota Medang 7
^