Pencarian

Rembulan Tenggelam Di 6

Rembulan Tenggelam Di Wajahmu Karya Tere Liye Bagian 6


terwujud, Gigi Kelinci. Usianya sekarang 42. Ray tersenyum dpis, menyentuh dinding-dinding
kaca yang dingin. Dari sini gedu
ng lantai 60 itu terlihat rendah. Apalagi
tower air (yang baru terlihat setelah menggunakan teropong).
Seharusnya setelah mewujudkan mimpi ini dia merasa lega. Merasa
cukup. Bisa memutuskan kembali ke kota lamanya, mungkin
menghabiskan waktu dengan dnggal di tepi pantai itu. Memandang
matahari terbit. Menunggu.... Mengenang masa lalunya yang indah
bersama Gigi Kelinci. Menunggu hingga langit berbaik-hati menjemput. Tapi sekarang" Dia
justru semakin buas mencengkeramkan taring bisnis ke tempat lain.
Mengambil alih lapangan minyak raksasa di belahan benua seberang.
Tempat yang sama-sekali belum pernah dilihatnya. Tempat bersalju itu.
Dia sungguh tidak tahu kemana semua ini akan berakhir. Pintu ruangan
diketuk pelan. Ray menoleh. Pintu ruangan dibuka.
"Ah, ini dia seseorang yang tidak pernah merasa perlu menghadiri
peresmian proyeknya sendiri!" Koh Cheu me makai tongkat melangkah
mendekat, terkekeh. Ray ikut tertawa, menyambutnya. Kejutan yang men yenangkan. Ray
menelan ludah. Ternyata Koh Cheu tidak sendirian. Ada Anggrek Putih
Dari Timur di belakang nya.... Benar-benar kejutan!
Ray memeluk Koh Cheu. Mengulurkan tangan kaku ke Vin.
Gadis itu malah memeluknya. Malu-malu.
"Bukan main, Ray! Aku tidak pernah menyangka sa-lah-satu 'buruh
kasarku' dulu bisa sehebat ini.... luar biasa. Dewa bumi benar-benar
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
sedang berbaik-hati padamu," Koh Cheu menatap jendela kaca raksasa
ruangan kerja lantai 101.
Vin berdiri dengan muka merah di sebelah Ray. Melirik"Aku dengar kau berinvestasi di ladang minyak bersalju itu?" Koh Cheu
mengusap rambutnya yang sempurna putih.
Ray mengangguk. "Anak muda seperti kalian memang hebat.... Tidak mengenal rasa takut
akan resiko. Bahkan ketakutan terbesar kalian justru perasaan takut itu
sendiri, bukan?" Koh Cheu terkekeh.
Ray ikut tertawa. Mengajak taipan itu berkeliling. Melihat seluruh
ruangan. Melihat keramaian di bawah. Kesibukan di bawah tidak mereda
hingga tengah malam nanti. Ada tiga panggung pertunjukan yang
disiapkan divisi pemasarannya, dan stasiun teve nasional me-relay acaraacara tersebut.
Ray memang tidak akan pernah mengajak Koh Cheu bergabung dalam
konsorsium miliknya. Taipan itu terlalu baik. Dia tidak akan pernah bisa
duduk satu meja, menggunakan tatapan mengendalikan, lantas perlahan
setelah kepentingannya tercapai menendangnya jauh-jauh. Koh Cheu dan
istrinya amat baik, terutama dengan istrinya. Itulah kenapa sepanjang
proyek yang dikerjakan, Ray tidak pernah mengajaknya. Koh Cheu juga
paham siruasi itu. Tahu Ray sungkan. Kabar burung yang didengarnya
bukan omong-kosong, meskipun dia percaya Ray hanya menyingkirkan
taipan-taipan yang selama ini memang terkenal licik, suka berkhianat.
"Lukisan yang hebat, Ray-" Koh Cheu menatap satu-satunya lukisan yang
tergantung di dinding ruangan kerja lantai 101.
Ray mengangguk, tertawa, "Dan mahal.... Teramat mahal! Aku tidak
pernah menyangka sebuah lukisan bisa amat berharga."
"Ini rembulan yang indah-" Vin menatapnya lamat-lamat.
Ya! Itu lukisan rembulan yang indah. Sakral. Misterius.
Itu juga yang membuat Ray ringan-tangan membayarnya dalam
pelelangan meski tidak tahu sedikit pun siapa pelukis yang telah
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
membuat master-piece tersebut. Memperlakukannya istimewa di ruang
kerjanya. Mereka kemudian beranjak memutari ruangan menuju dinding
seberangnya setelah mematut-matut lukisan tersebut. Menatap sisi lain
Ibukota. Diam sejenak. Sibuk menyimak. "Aku langsung pulang nand sore, Ray-" Koh Cheu memecah keheningan
bunyi tongkat. "Tiup salam buat Encik!" Ray hangat menyentuh bahu Koh Cheu.
Koh Cheu mengangguk, "Vin akan tinggal-"
Ray mendadak menghentikan langkah kakinya.
"Ya! Vin akan unggal, Ray! Itu kalau kau berkenan..."
Ray menelan ludah. Apa maksudnya" Menatap wajah gadis di sebelahnya
yang menunduk, bersemu merah.
Koh Cheu tertawa kecil, "Ia bosan dengan bisnis kecil di kota timur.... Ia
bilang ingin belajar bisnis yang jauh lebih menantang. Jauh lebih,
bagaimana kalian menyebutnya, Vin" Ah-ya jauh lebih gila.... Aku punya
banyak kenalan di Ibukota, Ray, tapi urusan mempercayakan cucuku
satu-satunya, tidak ada pilihan selain kau.... I.agipula Vin
memang ingin belajar langsung dengan kau...Apa yang
kau bilang kemarin di rumah, Vin" Ah-ya ingin belajar menatap dengan
tatapan tajam itu!" Ray menelan ludah ke sekian kalinya. Gadis itu tertunduk malu.
"Itu kalau Abang Ray tidak keberatan...." Vin berkata pelan.
Ray mengusap rambut. Apa yang harus dia bilang" Dia sungguh senang
saat pertama kali melihat Vin datang bersama Koh Cheu tadi. Sudah
lama dia tidak menemukan kesenangan dalam kebersamaan seperti ini.
Seadanya. Melupakan segala intonasi, raut muka dan tatapan itu.
Tetapi" Vin akan tinggal di Ibukota" Belajar darinya" Bukankah itu
berarti mereka akan sering bertemu"
Ray menggigit bibir. "Bagaimana?" Koh Cheu menyentuh lengan Ray.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Ray mengangguk patah-patah. Anggrek Putih Dari Timur itu sudah
berteriak senang. Memeluknya malah. Ray bersemu merah. Mukanya
kebas. Koh Cheu terkekeh, meneruskan langkah memutari ruangan
dengan tongkat. *** "Sayang, sayang sekali.... Gadis malang.... Bunga anggrek yang mekar di
waktu yang salah dan tempat yang salah...." Orang dengan wajah
menyenangkan itu menghela nafas prihadn.
Pasien berumur enam puluh tahun yang berdiri di sebelahnya tertunduk.
Menatap ramai jalanan. Mobil-mobil terlihat bagai semut dari ketinggian
ini. Senja di Ibukota. Lagi-lagi Jingga membasuh kota. Mencelup pucukpucuk gedung, atap-atap rumah, menara BTS, tiang-tiang kapal di
kejauhan pelabuhan, gumpalan awan putih....
Pasien itu baru beberapa menit lalu terlemparkan dari duduk tersungkur
di sebelah pusara istrinya. Tersedot kembali dalam kumparan cahaya.
Warna-warni, jutaan. Silau. Memedihkan. Ketika matanya nyaman untuk
kembali dibuka, pasien itu sudah berdiri di ruang kerjanya yang luas.
Lantai 101. Kapan terakhir kali dia duduk di ruang kerja ini" Enam bulan
yang lalu, sebelum akhirnya terkapar di rumah sakit. Ah, ada banyak
kenangan di ruangan ini. Pasien itu mengenangnya satu-persatu. Mengenang tahun-tahun berlalu
setelah kematian istrinya. Masa-masa sendiri. Kenangan yang akhirnya
terpotong kalimat orang di sebelahnya tadi. Mengangkat kepala,
menoleh ke orang dengan wajah menyenangkan itu.
"Gadis yang malang, bukan" Waktu yang salah karena kau sedang sesak
dipenuhi pertanyaan betapa hampa dan kosongnya kehidupanmu....
Tempat yang salah karena di kepalamu tidak ada lagi tempat yang
tersisa untuk gadis lain selain istrimu.... Hidup hanya sekali, mati sekali,
maka menikah juga hanya sekali, jatuh cinta hanya sekali...Sayang,
bunga anggrek itu harus layu dari batangnya. Ah, urusan ini kenapa pula
jadi rumit begini, Ray...." Orang dengan wajah menyenangkan itu tertawa
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
getir. Mengangkat kedua tangan macam pujangga yang hendak membaca
syair cinta, puis patah hati.
Pasien itu menunduk lagi. Menggigit bibir.
Ya! Waktu yang salah. Tempat yang salah.
"Ray, kita sudah tiba di pertanyaan keempat.... Kau sudah
menyebutkannya dalam kenangan itu berkali-kali.
Lima pertanyaan. Lima jawaban. Ini yang keempat.... Bagaimana kau
merangkaikan pertanyaan keempat itu dalam sebuah kalimat" Ah-ya....
Ternyata setelah sejauh ini semuanya tetap terasa kosong, terasa
hampa... Semua yang kau miliki tidak pernah memberikan kebahagiaan
seperti yang pernah kau dapatkan enam tahun bersama istrimu, padahal
kau memiliki segalanya, memiliki banyak...." Orang itu menghela nafas.
Diam sejenak. Udara dingin mengalir dari celah AC. Membuat nyaman
ruangan tertinggi di Ibukota itu. Langit terlihat cokelat.
"Ray, hampir setiap orang memiliki pertanyaan ini.... Persis seperti anak
kecil yang iri dengan mainan baru milik temannya, dan mereka mulai
berseru-seru: Aku mau mainan itu! Aku mainan itu! Ah, sama saja dengan
orang dewasa yang berseru: Aku pikir kehidupan mereka lebih indah...
Aku pikir semua kekayaan itu akan memberikan perasaan damai,
tenteram... Aku pikir aku akan pernah merasa cukup dengan semua ini....
Aku pikir-!" Orang dengan wajah menyenangkan itu menggeleng pelan,
seperti sedang tersenyum kepada anak yang bandelnya minta ampun
dibelikan sesuatu. Seolah-olah yang dimau anak itu benar-benar akan
membuat hati anak itu senang, lega.
"Aku tidak akan menjawab pertanyaan keempatmu sekarang, Ray.
Sebentar lagi.... Banyak potongan yang belum lengkap....Jadi, maukah kau
mengenang beberapa kejadian lagi untukku" Terutama kenangan dengan
Anggrek Putih Dari Timur?" Orang itu tersenyum, mengedipkan mata.
Mencoba tersenyum lebih riang.
Ada yang berubah dari ruang kerja Ray enam bulan terakhir. Sekarang,
ruangan itu dipenuhi bunga. Anggrek putih. Vin yang melakukannya, Vin
yang muda, bersemangat, cerdas, berpendidikan dan periang. Gadis itu
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
menjadi partner kerja baru Ray. Tepatnya belajar. Ada banyak yang
dipelajari gadis itu, dan ia amat sibuk, karena sepanjang hari selain
mengurus beberapa 'taring' bisnis yang diserahkan Ray, ia juga
menyempatkan mengurus ruang kerja Ray seperti sekarang.
Jo hanya mendekap mulut menahan tawa saat pertama kali masuk ruang
kerja Ray. Menatap Ray ingin tahu. Ray menunjuk Vin yang kebetulan
ada dalam ruangan. Jo menyeringai jahil, seperti malam-malam di atap
lantai 18 itu. Ray menatap jo sebel, meski tersipu. Kemudian 'mengusir'
Jo jauh-jauh. Ray tidak tahu apa yang sesungguhnya dia rasakan dari kehadiran Vin.
Menyenangkan. Ya! Itu tak bisa dibantah. Kehadiran Vin memberikan
kesenangan baru. Vin teman bercakap yang berbeda. Jo memang sering
menemaninya, tapi kehadiran Vin beda. Gadis itu tidak banyak
menertawakan seperu Jo, dan tidak diam kalau Ray lagi malas
berbincang. Gadis itu retap berceloteh apa saja. Bergurau. Membuatnya
tertawa. Melupakan sejenak rasa kosong dan hampa.
Enam bulan berlalu bagai lift yang berdesing naik.
"Ayo, buruan Abang Ray! Nanti terlambat!" Vin berteriak macam anak
kecil. Kepalanya terselip di pintu ruangan. Tertawa.
Ray ikut tertawa. Melipat berkas-berkas di atas meja. Berkas laporan
dari ladang minyak bersalju-nya. Laporan itu 'kusut'. Insinyur-nya di
sana menemukan ada yang tidak beres dengan investasi tersebut.
Sesuatu yang bisa kecil, bisa juga super-serius. Bisnis minyak bagai
pedang bermata dua. Vin berlari-lari kecil masuk ke dalam ruangan. Hari ini dia mengenakan
baju hijau dengan syal pudh di leher. Ray menelan ludah. Itu baju
kesukaan Gigi Kelinci-nya dulu....
jahil Vin mematikan lampu. Tertawa.
"Sebentar-" Ray tertawa, pura-pura sebel. Buru-buru menyambar
potongan koran tua yang menguning di atas meja. Tadi dikeluarkan dari
sakunya. Vin sudah berlari-lari lagi menuju pintu ruangan.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Ray melangkah, menyusul. Malam ini dia berjanji menemani Vin ke Taman
Hiburan- milik imperium bisnisnya. Baru diresmikan dua bulan lalu, dan
sepanjang dua bulan terakhir juga setiap hari Vin membujuknya.
Merajuk setiap kali Ray menolak.
Lift berdesing meluncur dari lantai 101. Gadis itu jahil berdiri di
belakang Ray. Meletakkan kedua tangannya di pinggir-pinggir telinga
Ray. Seperti tanduk-tandukan. Ray tertawa menatap ulahnya dari
cermin di pintu lift. Gadis itu tertawa riang.
Mobil yang dikemudikan Ray meluncur menuju Taman Hiburan. Dari
kejauhan kemilau cahaya lampunya sudah mengundang, bagai lampu
ribuan watt yang mengundang laron-laron mendekat. Menurut berita,
taman hiburan itu menjadi favorit baru penduduk Ibukota menghabiskan
malam-malam bersama keluarga.
Vin menyeret Ray di sepanjang jalan. Tertawa. Bergurau. Ray menelan
ludah. Sekali-dua mengangguk ke staf dan pengunjung Taman Hiburan
yang mengenalinya. Menganggukkan kepala. Sudah lama sekali dia tidak
bercengkerama berdua bersama seseorang. Rasanya ganjil. Ini mungkin
terlihat menyenangkan, memutus malam-malam bertanyanya. Tetapi
seperdnya tidak lebih. Tidak kurang.
Tujuan Vin malam itu hanya satu. Bianglala raksasa. Ke sanalah Vin
menarik lengan Ray. Gadis itu membeli topi badut berbentuk kerucut,
tertawa memaksa Ray memakainya. Mereka berdua naik ke 'gerbong'
bianglala. Petugas berseragam yang berjaga di bianglala terpaku ke-dka
Ray menegurnya, "Bagaimana istrimu" Sudah pulang dari rumah sakit,
bukan?" Petugas itu menelan ludah. Bagaimana super-boss-nya tahu"
Amat terharu. Menyeka ujung-ujung matanya.
Malam cerah. Langit tak tersaput awan. Rembulan bundar menghias
angkasa. Bintang-gemintang membentuk ribuan formasi. Memesona
seperu biasanya. Bianglala mulai bergerak"Bagaimana Abang Ray tahu?"
"Tahu apa?" Ray menoleh, menatap wajah berbinar-binar Vin di
sebelahnya. Ray baru saja beberapa detik menatap rembulan. Terasa
berbeda menatapnya dari bianglala yang terus bergerak.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Soal istri penjaga tadi-"
"Oo- Itu Jo. Sengaja aku minta progress-nya tadi sore.... Pelajaran
untuk Vin yang ke-berapa" 78" Ya, 78.... Detail seperti itu penting....
Catat! Vin bisa membuat orang lain bekerja 24 jam tanpa henti hanya
dengan hal-hal sepele seperti itu," Ray tertawa.
Gadis itu mengangguk. Melirik wajah Ray. Tersipu. Apakah ia berani
mengatakannya malam ini" Apakah ia pantas" Gadis itu menggigit bibir.
Mencatat hal lain di hatinya....
Ray kembali sibuk menatap rembulan.
"Kenapa Abang Ray suka memandang rembulan?"
"Bukankah Vin sudah tahu jawabannya dari Kak Fitri?" Ray tertawa,
tidak sensitif. Gadis itu sungguh sedang kehabisan ide bicara, makanya
meluncur begitu saja pertanyaan itu.
Vin menyeringai mendengar jawaban Ray. Pipinya merona malu.
Senyap. Bianglala menanjak, naik ke ketinggian maksimum.
"Apakah Bang Ray selalu mengenangnya?"
"Siapa?" "Kak Fitri-" Ray mengangguk. "Tidak bisa melupakannya?"
"Bagaimana aku bisa?" Ray tertawa. Vin menelan ludah.


Rembulan Tenggelam Di Wajahmu Karya Tere Liye di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak pernah suka dengan gadis lain?"
Ray menggeleng. Kepalanya tidak menoleh.
Vin menatap separuh wajah Ray lamat-lamat.
"Abang Ray tahu, aku tidak pernah tahu bagaimana
rasanya memiliki ayah...Memiliki kakak lelaki...Aku
hanya tahu merasakan memiliki kakek..."
Ray menoleh, menatap bingung wajah Vin yang ganjil.
"Aku tidak tahu bagaimana rasanya tenteram memiliki mereka.... Merasa
terlindungi.... Merasa senang...." Vin tersenyum, menyeka sudut-sudut
matanya. Lihatlah, lelaki di sebelahnya sama sekali tidak bergeming
dengan 'kalimat-kalimat pengantar itu', Ia tidak akan pernah memiliki
kesempatan. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Tetapi Abang Ray memberikan semua itu.... Saat pertama kali bertemu
lagi di pemakaman.... Selama setahun terakhir berhubungan dengan
surat...Enam bulan di sini.... Terima kasih telah menjadi 'teman' buat Vin!" Kalimat itu
membelok di ujungnya. Ia tidak akan pernah bisa mengatakannya. Buat apa" Hanya akan
menyakiti perasaan. T-e-m-a-n. Itu ide yang baik. Semoga waktu
berbaik hati padanya. Bukankah waktu bisa mengubah hati"
Ray mengangguk, mendekap bahu gadis itu. ***
Enam bulan berlalu lagi. Gadis itu tetap periang seperti semula. Tetap
'belajar' banyak. Berusaha menyembunyikan perasaan, meskipun pelanpelan semua orang tahu urusan ini. Koh Cheu dan istrinya sejak awal
malah sudah paham mengapa Vin sampai hati pergi meninggalkan mereka
berdua di kota timur. Mereka pernah merasakan perasaan itu waktu
masih muda. Jadi dengan berat-had membiarkan cucu kesayangan
mereka pergi. Jo juga tahu perasaan Vin, urusan ini jo ahlinya-meski Jo tetap
membujang hingga dedk ini. Ray" Ray pada satu duk, beberapa minggu
setelah kebersamaan di bianglala itu menyadarinya. Sebenar-benarnya
tahu. Tetapi anggrek itu mekar di waktu yang salah dan tempat yang
salah. Apakah rasa kosong, rasa hampa ini karena istrinya pergi" Ya....
Apakah dengan adanya gadis lain yang 'menemani' maka sepi itu akan
terusir" Tidak. Ray menggigit bibir, masalahnya tidak sesederhana itu.
Celakanya, Ray sekarang bukan hanya sesak oleh malam-malam penuh
pertanyaan tentang hampa dan kosong hidupnya. Ray seminggu terakhir
benar-benar sesak oleh fakta baru yang dikirimkan bagai kilat dari
ladang minyak bersalju-nya.
NOL BESAR. Eskplorasi awal yang menyebutkan ladang minyak itu
memiliki miliaran barel minyak mentah ternyata tipuan. Konspirasi
tingkat tinggi berbagai pusat riset dan perguruan tinggi ternama dunia.
Berita pertama yang menyebutkan cadangan minyak itu omong-kosong
tiba dua bulan lalu. Ray mengirimkan tim ekspedisi ke sana secepatnya.
Memeriksa ulang. Sejak seminggu lalu,
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
lewat sambungan langsung internasional tim yang dikirimkan mulai
mengkonfirmasi hasil temuan sedap area ladang. Negatif. Cadangan
minyak yang ada tidak cukup ekonomis untuk digarap.
Malam ini seluruh potongan berita lengkap.
Setelah tujuh belas kali putaran yang mengagumkan.
Setelah sempurna menebak semua 'mata dadu' itu.
Akhirnya Ray kalah. Dengan taruhan yang luar-biasa besar. Sungguh
kalah telak. Dua-pertiga kekayaan Ray dibenamkan ke investasi itu.
Belum lagi dana pinjaman dari konsorsium Mister Liem.
Vin yang tahu kabar itu bergegas menuju lantai 101. Menemukan Ray
yang duduk di keramik ruangan. Duduk memeluk lutut. Krei jendela kaca
raksasa terbuka sepenuhnya. Memperlihatkan siluet rembulan bundar.
Awan kelabu menggantung. Membuat senyap pemandangan dari bingkai
kaca. "Apa yang terjadi?" Vin bertanya pelan. Berdiri di belakang Ray.
"Buruk. Buruk sekali," Ray tidak menoleh.
"Seburuk apakah?"
"Tidak ada lagi yang tersisa."
Vin menelan ludah, "Negosiasi ulang dengan konsorsium...?"
"Tidak ada... Mister Liem tidak memberikan kesempatan. Kalau
eksplorasi itu gagal dalam waktu enam bulan seluruh anggota konsorsium
mengundurkan diri. Meminta seluruh dana yang mereka tanamkan
dikembalikan.... Itu berarti seluruh kekayaan perusahaan akan
berpindah tangan-" Vin beranjak duduk di sebelah Ray. Menatap wajah
itu. "Apakah tidak ada cara lain?"
"Semuanya sudah terlanjur.... Transaksi pengambilalihan ladang minyak
itu sudah dibayarkan. Tidak ada lagi yang bisa dilakukan.... Aku terlalu
percaya dengan naluriku..."
"Mungkin masih bisa mencari pinjaman lain?"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"KE SIAPA" Tidak ada investor yang terlalu bodoh memberikan
pinjaman untuk investasi yang jelas-jelas nol besar hasilnya.... Tidak ada
minyak di sana walau hanya untuk memenuhi satu mobil tanki.... Tidak
ada! Semuanya omong-kosong!"
Senyap. Terdiam. "Kakek-Kakek Cheu bisa memberikan bantuan, aku akan
menghubunginya!" Vin berseru riang, loncat bangkit.
"JANGAN LAKUKAN!" Ray seketika membentak. Vin menoleh. Kaget
dengan teriakan Ray barusan. "Ke-na-pa?" Vin menelan ludah, gagap
melihat muka Ray. "Aku tidak ingin melibatkannya.... Lagipula meskipun seluruh kekayaan
Koh Cheu digunakan belum tentu bisa menutup seluruh hutang...." Ray
mengusap wajah, menurunkan tensi suara.
Masalahnya bukan itu. Sungguh bukan itu. Ray benar-benar tidak ingin
berhutang-budi kepada Koh Cheu. Dari dulu dia selalu menghindari
melibatkan Koh Cheu dalam bisnisnya. Apalagi sekarang dengan Vin di
antara mereka berdua. Dia tidak akan pernah meminta bantuan Koh
Cheu. "Aku...Apa salahnya memberitaku Kakek" Hanya
memberitahu...." Vin menelan ludah, takut-takut melangkah mendekad
meja. Ray masih duduk. Memegang kepalanya.
Vin menyentuh gagang telepon.
"Bukankah sudah kukatakan jangan lakukan-" Ray mendesis.
Gagang telepon itu terjatuh.
Ray bangkit dari duduknya, "Kau tahu, aku memulai semua ini dari nol,
jadi apa salahnya kalau semua kembali nol.... Kosong! Hampa! Bukan
masalah besar bagiku...."
Malam itu setelah sejenak terduduk melihat rembulan di angkasa,
setelah mendengar berita kekalahannya, Ray berpikir amat sederhana.
Bukankah hidupnya selama ini terasa hampa" Kosong" Semua ini tidak
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
pernah memberikan janji-janji yang dibayangkannya! Dulu dia sepi,
sendiri. Sekarang, dia juga sepi, sendiri. Sama saja.
"Maukah kau meninggalkan aku sendirian?" Ray berkata pelan.
Gadis itu beringsut mundur. Ya Tuhan, padahal ia ingin sekali memeluk
lelaki di hadapannya. Mengatakan semuanya akan baik-baik saja.
Mengatakan dia masih memiliki teman untuk melewatinya.
Ia benar-benar tidak akan pernah punya kesempatan.
*** Tetapi Vin nekad melakukannya.
Menjelang tengah-malam, setelah menangis memikirkan banyak hal, ia
memutuskan menelepon Kakek Cheu. Mengatakan apa yang terjadi.
Telepon itu efektif sekali. Esok paginya, taipan itu segera berangkat ke
Ibukota dengan pesawat pertama dari kota timur.
Ray sedang bersama petinggi perusahaannya saat Koh Cheu tiba. Koh
Cheu langsung masuk ke ruang kerja lantai 101. Meeting itu bubar.
Menyisakan Vin. Ray beranjak dari duduknya, menyambut Koh Cheu di
pintu ruangan. Memeluknya kaku.
Senyap. Mereka duduk berhadap-hadapan. Ray menatap tajam Vin yang
tertunduk. Koh Cheu sebaliknya menatap tajam Ray.
"Aku mengerd kalau kau tidak mau melibatkanku dalam bisnis hebatmu,
Ray.... Karena kau berbaik hati dengan taipan-tua ini.... Tetapi aku
sungguh tidak mengerti kalau kau sampai tidak meneleponku untuk
'meminta bantuan-" "Kami bisa mengatasinya." Ray memotong.
"Omong-kosong! Kau baru meeting apa, coba" Rencana likuidasi
perusahaan, bukan" Atau rencana obral perusahaan?" Koh Cheu
terkekeh getir, mengusap rambut berubannya.
"Aku sudah bilang Vin agar tidak menelepon-" Ray menelan ludah.
Menatap datar Koh Cheu di depannya.
"Dia tidak menelepon pun aku pasti tahu. Kau terkenal... Berita ini tentu
menyenangkan banyak pihak.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Masyarakat yang ingin tahu, pesaing-pesaing bisnismu yang bersiap
berpesta di atas remah-remah perusahaanmu.... Tidak akan ada lagi yang
bersisa..." "Itu bukan masalah!" Ray mengangkat bahunya.
"Ray, itu masalah besar. Kau mungkin bisa memulainya lagi, tapi kau
sudah kehilangan waktumu. Bisnis barumu tidak akan lebih seperti
kontraktor rumah rendahan.... Kecuali kau mengijinkanku membantumu-"
"Aku tidak butuh pertolongan-"
"ANAK MUDA! KAU SUNGGUH KERAS KEPALA.... Saat kau masih
merangkak di bawah ketiak Ibumu, saat kau masih belajar berjalan, aku
sudah membakar ratusan rumah untuk membangun imperium bisnisku....
Saat kau masih belajar membuka mulut, aku sudah menancapkan taringtaring bisnisku- Kau butuh pertolongan!" Koh Cheu mendesis.
Meletakkan tongkatnya di atas meja.
Menatap tajamRay terdiam. Seketika. Menelan ludah. Bukan mendengar tawaran
pertolongan itu. Bukan melihat ekspresi muka Koh Cheu. Tetapi kalimat
Koh Cheu barusan. Membakar" Apa maksudnya"
Apa maksud kalimat itu"
*** "Kau tidak pernah tahu apa maksudnya, bukan?" Orang dengan wajah
menyenangkan itu menepuk pundak pasien di sebelahnya.
Pasien itu menatap lamat-lamat ke depan. Mengusap mukanya.
Percakapan dengan Koh Cheu beberapa tahun silam itu terlihat begitu
nyata. Wajah Vin yang tertunduk. Ya! Dia benar-benar tidak tahu apa
maksud kalimat itu. Pasien itu mengangguk pelan. Langit semakin Jingga.
Kaki langit terlihat indah dari lantai 101 ini.
"Kenapa Koh Cheu sampai mengatakan kalimat itu" Ketahuilah Ray,
karena Koh Cheu, taipan kaya yang kau kenal amat baik dengan pekerjapekerjanya dulu.... Yang amat baik dengan keluargamu.... Dia-lah yang
menyuruh Plee dan partner kerjanya membakar komplek perumahan
orang-tuamu...." Pasien itu seketika ternganga, sungguh tidak percaya.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Ya! Koh Cheu-lah yang membangun pusat perbelanjaan di atas puingpuing rumah orang tuamu, di atas tumpukan tulang-belulang orangtuamu...Dia selalu dihalang-halangi mendapatkan lahan itu, maka malam
itu, saat malam karnaval hari raya, dia menyuruh Plee membakarnya. ...
Tanpa ampun." Orang dengan wajah menyenangkan itu tersenyum getir.
"Tidak mungkin-" Suara pasien terdengar bergetar.
Ya Tuhan! Bagaimana mungkin Koh Cheu yang melakukannya" Bagaimana
mungkin" Bukankah Koh Cheu berbeda dengan taipan lainnya. Bukankah
Koh Cheu baik kepadanya" Amat berbeda"Itulah kenyataannya. Tapi fakta ini belum utuh, belum lengkap. Kau
harus tahu bagian lainnya, agar bisa menilai dengan lebih baik.... Seiring
waktu, Koh Cheu bertongkat yang kau kenal sekarang memang amat
berbeda dengan Koh Cheu saat seumuran kau....
"Dia awalnya tidak berbeda dengan taipan lain. Licik. Berbahaya.
Menghalalkan segala cara.... Dia membangun imperium bisnisnya di atas
tangis-darah orang lain. Memeras keringat pekerjanya. Menipu rekanrekan bisnisnya. Bergelimang uang dari bisnis tidak terpuji...
"Hingga kebakaran malam itu.... Hati itu memang sudah lama membatu....
Saat mengetahui puluhan orang hangus terpanggang, istri Koh Cheu
memutuskan pergi meninggalkannya.... Ia sudah tak tahan lagi. Sudah
lama muak. Setiap malam gambar potongan tulang-belulang gosong itu
dipertontonkan berita-berita, istrinya yang membenci pekerjaan
suaminya memutuskan menjauh.... Mengancam tidak akan kembali kalau
Koh Cheu tidak berjanji berubah...
"Koh Cheu terpaksa berjanji di depan istrinya- Tetapi Koh Cheu
memberikan janji palsu, dia tetap sama bejatnya. Menyuap pejabat
pemerintahan, menyelundupkan barang-barang ilegal, merusak harga
pasaran...Tidak peduli sedikit pun dengan orang lain. Istrinya lelah mengancam.... Lelah
menasehati.... "Hingga kecelakaan pesawat terbang itu terjadi. Kau tentu tahu
kecelakaan pesawat terbang yang menewaskan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
anak dan menantu mereka. Menyisakan Anggrek Pudh Dari Timur
sendirian.... Saat itulah Koh Cheu menyadari balasan penguasa bumi....
Saat itulah dia menyadari kalau hidup ini adil.... Ah, sayang, penyesalan
tidak pernah bisa mengembalikan anaknya. Maka sedap kali melihat Vin,
rasa sesal itu menghujam kuat-kuat...."
Ray masih berusaha mengatur nafasnya. Koh Cheu pelakunya" Sungguh
lelah dia menduga-duga siapa otak skenario kebakaran disengaja itu. Dia
tidak pernah menemukan fakta kalau pusat perbelanjaan itu pernah
dimiliki Koh Cheu. Dia tidak tahu"Pagi itu, saat dia datang berusaha membantumu, kau salah kira Ray!
Sungguh keliru.... Kau menduga dia
melakukan itu demi Vin...Tidak. Bukan itu...Kenapa
dia ringan had 'memberikan' seluruh kekayaannya, kekayaan
yang dia kumpulkan selama 60 tahun...Kenapa dia ringantangan menggadaikan seluruh miliknya untuk menalangi seluruh pinjaman
konsorsium yang kau lakukan.... Sungguh bukan karena Vin!
"Tetapi karena dia ingin menebus masa lalu yang menyakitkan itu- Kau
tahu kenapa istri Koh Cheu amat dekat dengan istrimu" Karena istri Koh
Cheu tidak sengaja menemukan potongan koran milikmu di rumah tepi
pantai. Istrimu bilang itu bukan apa-apa, hanya kertas biasa,
menyimpannya lagi tanpa sempat melihat. Tapi istri Koh Cheu yang
dihantui masa lalu bisa merangkaikan penjelasan.... Dan rasa bersalah itu
semakin menohok saat mereka akhirnya tahu waktu Plee dieksekusi dulu
istrimu hadir di sana....
"Sempurna bukan" Melihat keluarga kau yang begitu bahagia, keluarga
yang bangkit dari abu-abu sisa pembakaran mereka, Koh Cheu dan
istrinya merasa amat bersalah.... Apalagi mengingat balasan yang harus
mereka terima: kehilangan anak tunggal dan menantu mereka....
Menyisakan Vin yang sama seperu kalian berdua! Pagi itu ketika Koh
Cheu datang menawarkan bantuan.... Sungguh dia melakukannya bukan
karena Vin!" Orang dengan wajah menyenangkan itu mengusap wajahnya, menjulurkan
kakinya di atas keramik lantai 101. Menatap bingkai raksasa jendela
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
kaca yang melukis rembulan dan bintang-gemintang di luarnya. Menatap
redupPasien di sebelahnya mengusap rambut. Tertunduk. Ya Tuhan, dia tidak
pernah tahu semua fakta itu. Koh Cheu melakukannya demi semua itu"
Demi kebakaran disengaja itu" Begitu banyak masa lalu miliknya yang
ternyata bersinggungan dengan kejadian menyakitkan itu. Dia sungguh
tidak tahu"Baiklah, setelah hampir seluruh potongan ini kau kenang, aku akan
kembali menjawab pertanyaan besarmu.... Pertanyaan keempat kau, Ray!


Rembulan Tenggelam Di Wajahmu Karya Tere Liye di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ternyata setelah sejauh ini semuanya tetap terasa kosong, terasa
hampa.... Semua yang kau miliki tidak pernah memberikan kebahagiaan
seperti yang kau dapatkan enam tahun bersama istrimu, padahal
sekarang kau memiliki segalanya, mempunyai banyak....
"Kenapa" Karena kau sudah terjebak dalam siklus mengerikan itu! Kau
terjebak keinginan-keinginan dunia. Kau mencintai dunia lebih dari
segalanya, persis seperti sekerumunan orang-orang lainnya yang amat
keterlaluan mencintainya...Lazimnya para pencinta dunia, maka
sungguh dia tidak akan pernah terpuaskan oleh yang bisa disediakan
dunia.... Kau pikir setelah mendirikan gedung tertinggi maka kau akan
merasa lelah, merasa cukup, merasa puas.... Kau tidak akan pernah
menemukan apa yang kau cari setelah gedung itu berdiri, juga gedung
berikutnya, gedung berikutnya....
"Kau pikir dengan menambah lagi imperium bisnismu, membuatnya besarmenggurita kau akan menemukannya.... Kosong. Kau hanya menemukan
kosong. Hampa.... Kau mirip sekali seperti anak kecil yang sudah memiliki
mainan, saat melihat anak lain mendapatkan mainan yang baru, kau juga
menginginkannya.... Kau mirip sekali dengan kelakuan hampir seluruh
orang yang pernah terlahir di muka bumi ini....
'Tidak pernah merasa cukup atas apa-apa yang dimiliki.... Susah payah
mendapatkan pekerjaan yang diinginkan, tapi setelah bekerja, setelah
melihat ada pekerjaan orang lain yang lebih baik, dia amat bernafsu
untuk mendapatkannya. ... Setelah mendapatkannya, melihat pekerjaan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
orang lain berikutnya yang seperanya terlihat amat menyenangkan
dibandingkan miliknya, dia bernafsu sekali lagi untuk mendapatkannya
juga.... Begitu seterusnya, terjebak dalam siklus mengerikan tersebut....
"Ray, kau mungkin sedikit berbeda karena kau melakukan itu untuk
menjawab semua perasaan kosong setelah istrimu pergi.... Tapi apapun
latar-belakangnya, orang-orang yang amat keterlaluan mencintai dunia
tetap tidak akan pernah menemukan jawaban dari dunia- Dari hartabenda dunia.... Termasuk dengan menikahi Vin misalnya. Kau tidak akan
mendapatkan pengganti istrimu. Vin bukan jawaban atas siklus
mengerikan itu...." Orang dengan wajah menyenangkan itu terdiam
sejenak. Menghela nafas prihatin.
Pasien itu terrunduk dalam. Dia mengangguk, tergugu tentang perasaan
kosong itu. Perasaan hampa. Ya! Dia merasa dengan semua kesibukan ini,
dengan semua kekuasaan yang dimilikinya, dia bisa mendapatkan ganti
kesenangan dari perginya si Gigi Kelinci. Tidak. Tidak pernah. Tidak juga
dari kebersamaan dengan Vin.
"Baiklah, Ray.... Untuk memudahkan menjelaskan urusan ini maukah kau
membayangkan sebuah kejadian sederhana yang amat menarik.... Ada
dua pemahat hebat yang diundang berlomba.... Mereka lantas
dimasukkan ke dalam ruangan besar dengan tembok-tembok batu. Persis
di tengah ruangan dibentangkan tirai kain.... Sempurna membatasi,
sehingga yang satu tidak bisa melihat yang lain. Mereka diberikan waktu
untuk membuat pahatan yang paling indah yang bisa mereka lakukan di
tembok batu masing-masing...
"Kau tahu apa yang terjadi" Pemahat pertama, memutuskan
menggunakan seluruh pahat, alat-alat, dan berbagai peralatan lainnya
yang bisa dipergunakan untuk membuat pahatan indah di tembok
batunya. Dia juga menggunakan cat-cat warna, hiasan-hiasan, dan
segalanya. Orang itu terus memahat berhari-hari, tidak mengenal lelah,
konsentrasi hingga akhirnya menghasilkan sebuah pahatan yang luar bisa
indah.... Siapapun yang melihatnya sungguh tak akan bisa membantah
betapa indah pahatan itu....
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Tirai kemudian dibuka, tercenganglah pemahat pertama.... Persis di
hadapannya, pemahat kedua ternyata juga berhasil memahat dinding
baru tidak kalah hebatnya. Berkilau lebih indah malah.... Berdesir si
pemahat pertama. Berseru, dia akan menambah elok pahatannya!
Berikan dia waktu! Dia akan mengalahkan pemahat pertama! Maka urai
ditutup lagi. Tanpa henti pemahat pertama mempercantik dinding
bagiannya, berhari-hari, berminggu-minggu. Hingga dia merasa
saingannya tidak akan bisa membuat yang lebih indah dibandingkan
miliknya.... "Tirai dibuka...Apa yang dilihat pemahat pertama"
Sungguh dia terkesiap. Ternganga. Dinding di seberangnya lagi-lagi lebih
elok memesona. Dia berdesir tidak puas. Berteriak meminta waktu
tambahan lagi.... Tahukah kau, Ray.... Pemahat kedua sesungguhnya tidak
melakukan apapun terhadap dinding temboknya.... Pemahat kedua hanya
menghaluskan dinding itu secemerlang mungkin, membuat kaca itu
berkilau bagai cermin. Hanya itu.... Sehingga setiap kali tirai dibuka, dia
sempurna hanya memantulkan hasil pahatan pemahat pertama dengan
lebih indah, karena kemilau dari cermin tersebut....
"Ray, itulah beda antara orang-orang yang keterlaluan
mencintai dunia dengan orang-orang yang bijak menyikapi hidupnya....
Orang-orang yang terus merasa hidupnya kurang persis seperu pemahat
pertama, tidak akan pernah
merasa puas...Tapi orang-orang bijak, orang-orang yang
berhasil menghaluskan hatinya secemerlang mungkin, membuat hadnya
bagai cermin, maka dia bisa merasakan kebahagian melebihi orang
terkaya sekali pun"Kau terbuai oleh tuah milikmu.... Ya kau amat bertuah sejak perjudian
dadu dalam tabung itu.... Dalam kasus ladang minyak itu, kau juga
bertuah, kau gagal karena ada yang mengkhianatimu.... Sayang, kau tidak
pernah berkesempatan menjadi orang-orang bijak! Tidak pernah
berkesempatan merasa cukup! Kau terus terjebak oleh imperium
bisnismu yang semakin menggurita setelah diselamatkan Koh Cheu....
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Padahal tahukah kau, ada satu orang yang hatinya amat berkilau oleh
perasaan cukup. Amat cemerlang oleh perasaan cukup.... Dan orang itu
amat dekat dalam kehidupanmu...."
Ray menoleh, menatap tidak percaya.... Bagaimana mungkin ada orang
yang bisa melakukan hal seperti itu. Membuat hatinya selalu cemerlang
bagai cermin, tidak hampa, tidak kosong.
"Orang itu adalah istrimu, Ray.... Istrimu! Gigi kelin-ci-mu! Ah,
kenyataan ini amat menyakitkan memang.... Kau bukannya belajar
dengannya tentang itu, kau malah menjadikan istrimu sebagai alasan
mengejar jawaban-jawaban semu itu.... Jawaban atas pertanyaan
keempatmu...." Ray menggigit bibir, tertunduk dalam. Bukankah istrinya pernah
berkata: "Aku baik-baik saja, ceroboh. Aku senang mendengarnya...
Amat senang. Tapi aku tidak membutuhkan itu, sayang. Rumah besar,
mobil, berlian. Bagiku kau ikhlas dengan semua yang kulakukan untukmu...
Ridha atas perlakuanku padamu... Itu sudah cukup!"Bagaimana mungkin
dia tidak pernah menyadarinya.
Awan kelabu yang radi menutupi rembulan di bingkai raksasa jendela
kaca perlahan pergi. Menyisakan siluet indah-memesona. Orang dengan
wajah menyenangkan itu menatap redup ke atas, bersenandung pelan.
Lagu Plee dulu! Ray tertunduk semakin dalamEnam Tahun Penghabisan
KOH Cheu ringan-hati memutuskan melego seluruh kekayaannya untuk
menyelamatkan Ray, menutupi seluruh pinjaman konsorsium itu, dan
sebagai gantinya mendapatkan separuh kepemilikan imperium bisnis Ray
yang sama sekali tidak ada harga bukunya lagi.
Hanya orang bodoh yang melakukan itu. Tapi Koh Cheu tidak peduli, dia
menanda-tangani kesepakatan dengan Mister Chan, kepala konsorsium
pendanaan proyek ladang minyak Ray hari itu juga. Mengalihkan seluruh
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
kekayaan imperium bisnisnya dalam sekejap. Taipan dari timur itu
kehilangan segalanyaRay mengantar Koh Cheu dan Vin ke bandara malam harinya. Anggrek
Putih dari Timur dengan mata sembab memutuskan ikut pulang.
Mengakhiri masa-masa 'belajar' bersama Ray. Sepanjang hari Vin tak
kuasa bersitatap dengan Ray. Merasa melakukan kesalahan dengan meminta Kakek Cheu
menyelamatkan lelaki yang dicintainya, dan yang menyedihkan Vin (juga
Ray) sepanjang tahun hingga ajal menjemputnya sungguh merasa Kakek
Cheu melakukannya hanya karena ia-karena perasaan cinta yang tidak
pernah terwujud itu. "Aku tidak melakukannya karena Vin, Ray! Meskipun aku tahu, gadis itu
amat mencintaimu...." Koh Cheu terkekeh memeluk Ray, saat berpisah di
pintu keberangkatan, "Aku melakukannya demi kau, Ray! Aku percaya
padamu, mungkin usiaku tidak cukup panjang untuk melihatnya, tapi kau
pasti bisa! Kau akan mengambil seluruh kekayaanku yang digadaikan hari
ini.... Mengambil dengan bunga-bunganya! KEMBALI-LAH! Jalankan
bisnismu dengan seluruh kemampuan yang kau miliki. HAJAR mereka
semua...Ray, kau memiliki bakat besar-"
Koh Cheu dan Anggrek Putih dari Timur melangkah di lorong-lorong
bandara yang senyap. Ray membalik badannya. Lemah keluar dari lobby
keberangkatan. Dia bahkan tidak sempat berjabat-tangan dengan Vin.
Gadis itu melangkah masuk lebih dulu. Dengan muka tertundukMalam itu hingga subuh, Ray duduk memandang rembulan dari bingkai
raksasa jendela kaca ruangan lantai 101. Semua ini omong-kosong. Lelah
sekali dia mencari jawaban atas kosong hatinya, hampa perasaannya.
Semua kekayaan ini tidak ada gunanya. Baiklah! Karena jelas tidak ada
gunanya, maka Ray memutuskan untuk benar-benar mematungkan diri
dalam pekerjaan. Bukan lagi batu. Tapi
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
patung. Besok pagi, saat cahaya matahari menjejak lantai tertinggi
miliknya, saat itulah dia akan kembali dengan semangat baru. Dia masih
menyandang status pemilik gedung tertinggi, bukan"
Lupakan pertanyaan-pertanyaan omong-kosong ini. Lupakan semuanya.
Koh Cheu benar, dia bisa mengambil kembali semua kekayaannya yang
telah tergadaikan. Dia bisa mengambilnya. Lunas dengan bungabunganya. Maka malam itu saat Ray melintasi koridor gedung, saat itulah
Jo melihat betapa 'mengerikan' wajah dingin Ray. Patung pualam yang
mencengkeram dalam wujud manusia.
Ray mengkonsolidasi ulang seluruh bisnis yang dimiliknya, mengadakan
pembaruan di semua unit. Melakukan penghematan besar-besaran.
Potong sana, pangkas sini. Perusahaannya harus bergerak seramping
mungkin. Lincah. Dan waktu melesat bagai batu jatuh dari lantai 101Empat tahun berlalu tanpa terasa. Sayang, sejauh itu tidak ada
kemajuan berarti dari imperium bisnis Ray. Empat tahun terbuang
percuma, hanya sibuk melakukan rekayasa keuangan, menutup pinjaman
lama di luarpinjaman konsorsium Mister Liem dengan pinjaman-pinjaman
baru. Kendali Ray dari lantai 101 tersendat-sendat. Perusahaan tidak
bisa bergerak selincah yang diharapkannya. Celakanya, satu-persatu
relasi bisnisnya malah pergi. Meninggalkan Ray berkubang dengan
masalah, sendirian. Tuah itu seolah-olah pergi menjauh darinya.
Beban keuangan dari kekeliruan investasi yang ditanamkan di ladang
minyak bersalju itu terus menggerogoti
neraca perusahaan. Proyek-proyek yang diharapkan dapat
mengembalikan kejayaannya, sebaliknya perlahan mulai luntur. Pusat
perbelanjaan-nya mulai sepi. Gedung-gedung perkantoran miliknya
ditinggalkan. Apartemen-apartemen yang dibangunnya tidak laku. Hanya
tingkat sewaan gedung 101-nya yang bisa mencegah kerugian lebih besar
lagi. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Malam-malam berlalu menyesakkan. Ray memandang rembulan dari
bingkai jendela kaca raksasa dengan tatapan kosong. Semua ini entah
kapan berakhir" Jo masih setia menemani. Tanpa Vin, yang dulu berkalikali menjadi bahan godaan Jo, kebersamaan mereka hanya diisi oleh
senyap. Tidak banyak percakapan. Ray mulai jarang bertanya progress
ke Jo- banyak pekerja yang terpaksa dirumahkan.
Empat tahun berlalu, telepon dari kota timur datang. Kabar buruk
berikutnya melesat. Koh Cheu meninggal.
Ray segera terbang menuju kota tepi pantai itu. Empat tahun ini Ray
tidak pernah menghubungi Koh Cheu, karena dia bertekad tidak akan
pernah kembali sebelum semua kekayaan yang digadaikan terbayarkan.
Sayang, Koh Cheu memiliki firasat tajam. Koh Cheu benar, dia tidak
akan pernah sempat melihat imperium bisnis miliknya kembali. Dia pergi
lebih cepatMalam itu juga Ray menuju rumah duka. Mencegat taksi dari bandara
yang dulu dibangunnya. Taksi itu meluncur membelah kota. Ray yang
penat tidak sempat memandang keluar jendela menyimak bertahuntahun meninggalkan kota itu ada banyak sekali yang berubah. Ray
terlanjur lelah memikirkan banyak hal.
Tetapi mendadak dia mengenali arah laju taksi.
"BERHENTI!" Ray mendesis.
Sopir taksi terkejut. Mengerem laju mobil secepat yang bisa dilakukan.
Membuat kendaraan di belakang mereka ikut menahan laju. Menyumpahnyumpah menekan klakson. Terkutuk. Ray tidak akan pernah bisa
melewati jalan itu. Tidak akan. Menyuruh sopir taksi memutar. Dia tidak
ingin di malam yang menyedihkan ini dia melewati panti itu. Membuatnya
mengenang masa-masa enam belas tahun itu. Tidak akanIstri Koh Cheu menyambut di rumah duka dengan muka sembab.
Membimbing Ray menuju peti mati suaminya. Istri Koh Cheu sengaja
menunggu Ray sebelum prosesi kremasi dimulai. Anggrek Putih dari
Timur berdiri di sebelah, menunduk sepanjang prosesi pembakaran.
"Kokoh punya pesan untukmu-"
Ray menggigit bibir, mendekap istri Koh Cheu erat.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Kokoh bilang, dia tidak memiliki anak lelaki untuk mewarisi separuh
saham miliknya di perusahaanmu, dia
juga tidak punya kerabat dekat yang bisa dipercaya...
Vin sebelum Kokoh pergi juga mengatakan tidak menginginkannya. Koh
Cheu bilang, kepemilikan saham itu diserahkan lagi kepada-mu...."
Ray menelan ludah. Ini semua menyedihkan. Diserahkan lagi" Separuh
kepemilikan saham itu tidak berguna. Tidak ada harganya. Nilai aset
miliknya sama dengan nilai hutangnya. Ray tidak mampu mendengarkan
kalimat-kalimat seterusnya. Kesedihan menggantung di matanya. Semua
ini menyedihkan. Lihatlah. Taipan yang dulu amat disegani. Taipan
terbesar di ujung Umur pulau, malam ini dibakar dalam prosesi yang
amat sederhana. Tidak ada kerabat-kerabatnya yang dulu selalu hadir di
pesta-pesta Koh Cheu, tidak ada relasi bisnisnya yang dulu selalu
terlihat begitu ramah dan akrab.
Ray menggigit bibir, malam itu dia mengikrarkan kembali untuk
'membenci' mereka semua. Juga membenci dirinya, karena dialah yang
menyebabkan semua ini terjadi. Dia akan membalasnyaSuara api gemeretuk terdengar membakar peti kayu.
Koh Cheu tenggelam dalam kobaran api.
Anggrek Putih dari Timur tertunduk dalam, tidak kuasa menatap peti itu
terbakar. Tangannya mencari pegangan. Ray mendekapnya. Bertiga
berdiri di depan tungku. Panas menguar dari dalamnya.
Malam itu, sungguh tidak ada yang peduli dengan Koh Cheu. Taipan yang
dilahirkan miskin, dan mati juga 'miskin'.
*** "Apa yang akan kau lakukan?" Ray bertanya pelan.
Pantai itu senyap. Pagi menyemburat Jingga. Lautan terlihat Jingga.
Buih ombak terlihat Jingga. Burung camar melenguh. Terbang
bergerombol. Angin lembut menelu-suk sela-sela kuping.
Anggrek Putih dari Timur yang berdiri di sebelahnya tertunduk diam.
Mereka sepagi ini melarung abu Koh Cheu. Istri Koh Cheu pulang lebih
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
dulu. Vin tetap berdiri memandang buih ombak yang menggulung abujenasah kakeknya.
"Apa yang akan kau lakukan?" Ray bertanya lagi.
"Aku tidak tahu," Vin menjawab pelan.
Gadis itu tidak terlihat muda lagi. Tidak segar. Tidak periang. Semua
kesedihan ini membuatnya terlihat tua lebih cepat. Usianya baru
menjejak tiga puluhan, seharusnya terlihat seperti wanita karir yang


Rembulan Tenggelam Di Wajahmu Karya Tere Liye di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

matang oleh pengalaman. Sebaliknya, Vin terlihat sendu.
Senyap. Terdiam. "Apa kau baik-baik saja?" Ray bertanya pelan.
Vin mengangguk. Ada banyak yang tidak baik-baik saja di hadnya
sekarang. Tetapi mengangguk sudah menjadi kebiasaan baru baginya
bertahun-tahun terakhir. Merawat Kakek Cheu yang renta. Menuruti
apa mau Kakek Cheu. Tidak membantah. Kakek Cheu yang hanya bisa
duduk di rumah besar mereka. Bersandarkan kursi rotan, memegang
tongkat. Kehilangan seluruh kendali bisnis.
"Maafkan aku," Ray mendesah pelan, suara itu hampir tidak terdengar
di tengah debur ombak dan lenguhan burung camar.
"Tidak ada yang perlu dimaafkan," Vin mengusap sudut-sudut matanya.
Menunduk lemah. Semuanya sudah berlalu. Dalam urusan ini, kalau ada
yang harus disalahkan, maka itu adalah dirinya sendiri. Dia-lah yang
meminta Kakek Cheu menyelamatkan pria di depannya.
Senyap. Tidak ada percakapan berikutnya.
Ray kembali ke Ibukota sore itu juga. Naik pesawat penerbangan
terakhir. Ray tidak sempat berkunjung ke pusara istrinya. Lebih
tepatnya tidak menyempatkan diri. Buat apa" Yang mati sudah pergi.
Tidak perlu disesali. Saatnya untuk be kerja. Menyaksikan kesedihan
yang mengungkung prosesi kremasi Koh Cheu membuat Ray memendam
dendam kesumat. Dia akan mengambil kembali semua kekayaan yang
tergadaikan itu, apapun caranya.
Dan Ray sungguh tidak pernah kalah dalam perjudian selama ini. Itu
takdir langit yang tidak pernah disadarinya. Juga dalam urusan ladang
minyak bersalju itu. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Enam bulan berlalu sejak kematian Koh Cheu. Enam bulan berlalu yang
lebih banyak dihabiskan Ray berkutat mencari modal. Mencari investor
baru. Saat semua pintu benar-benar tertutup untuknya, tak peduli
seberapa hebat Ray menggunakan kemampuan mengendalikannya. Saat
seolah-olah tidak ada lagi jalan keluarnya. Saat itulah kabar baik
melesat dari ladang minyak bersaljunya.
Benar-benar tuah yang mengerikan.
Di sana memang tidak pernah ada minyak ber-miliar barel seperti yang
dilaporkan dalam report konspirasi pusat riset prestisius dan
universitas ternama dulu. Tetapi di sana bersemayam jutaan ton emas
murni. Terkubur dalam. Gempa terakhir yang menghantam ladang minyak
itu membuatnya merekah, terangkat. Gempa yang awalnya semakin
membuat Ray menggigit bibir. Dia sudah mengirimkan tim ekspedisi
untuk melakukan penilaian dari sisa-sisa nilai tanah setelah gempa.
Gempa itu menghancurkan segala fasilitas di ladang minyak bersalju
tersebut. Ray memutuskan melegonya.
Tetapi kabar baik itu melesat tak tertahankan.
Tim ekspedisi Ray yang dikirimkan terakhir kali sebelum menjual tanah
sia-sia itu mengirimkannya. Berita yang bagai kilat menyambar,
menghentakkan seluruh relasi bisnis Ray. Juga seluruh pesaing dan
pengkhianat-pengkhianat-nya selama ini.
Hari-hari keberuntungan Ray kembali. Kembali berkali-kali lipat.
Tambang emas itu bahkan memberikan jalan bagi Ray untuk menguasai
bisnis tambang-tambang lainnya. Entah itu di tempat yang bersalju atau
tidak. Dari lantai 101 gedung tertinggi, imperium-meng-gurita bisnis Ray
menggelinding lagi bagai bola salju. Dan benar-benar bagai bola salju
yang menggilas apa saja yang dilewatinya, kembalinya Ray benar-benar
menghabisi seluruh taipan yang dulu pergi meninggalkannya. Satupersatu perusahaan mereka diluluh-lantakkan. Sukarela atau dengan
paksaan. Ray licin bagai belut. Licik bagai serigala berbulu domba.
Melancarkan aksi tipu-tipu maut yang dulu bahkan tidak pernah
dilakukannya. Taipan-taipan itu hanya punya dua pilihan, menyingkir atau
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
runduk. Terhinakan atau mendapatkan porsi yang telah ditentukan
sekehendak-hati Ray. Tahun-tahun berlalu amat cepat. Tidak terasa. Bagai kedip mata...
Ada banyak yang berubah. Ada juga yang tidak berubah.
Kebiasaan Ray memandang rembulan dari jendela kaca raksasa lantai 101
tidak berubah. Tapi pertanyaan yang menyesakkan kepala sudah lama
tidak Ray pedulikan. Pelan tapi pasti, dia mulai mengembalikan kekayaan
yang tergadaikan. Menggandakannya berkali-lipat. Kepala Ray sekarang
benar-benar kosong. Dia tahu semua ini membuatnya hampa. Tidak
membuatnya sesenang saat masih tinggal di lereng pebukitan itu. Peduli
apa" Dia juga tidak pernah tahu di mana garis akhir semua ini. Peduli
apa" Ray memutuskan untuk menjalaninya bagai air.
Air bah yang menakutkan. Usia Ray 50 tahun, ketika dia berhasil
mengambil-alih secara paksa raksasa keuangan milik Mister Liem.
Melalui serangkaian permainan keuangan canggih, memanfaatkan isu
politik tingkat-tinggi, desas-desus yang membuat panik, hingga rush
besar-besaran di bank swasta itu. Saat mulut Mister Liem mulai
kemasukan air bah yang telah mencapai lehernya, Ray datang
menenggelamkannya. Tuah Ray sungguh tidak pernah pergi darinya. Akhirnya dia tahu, Mister
Liem-lah otak konspirasi penipuan ladang minyak itu. Membujuknya
untuk memanfaatkan konsorsium pendanaan yang dimiliki banknya. Maka
nama Mister Liem, ketika Ray kembali, menjadi musuh besar di urutan
teratas. Jangan tanya relasi-relasi bisnis Koh Cheu yang dulu tidak
menghadiri prosesi kremasi itu. Jauh-jauh hari sudah dihabisi.
Malam-malam menatap rembulan, hambar, kosongRay malah sering menyuruh jo pergi. Dia ingin sendiri.
Dulu saat tubuh kecilnya terhinakan, terlantar di bawah selasar atap
panti, dia juga sendiri. Dulu saat dirinya duduk di atap gendng Rumah
Singgah, dia juga sendiri. Duduk menjuntai di atas tower air itu juga
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
sendiri. Lantai 18 konstruksi. Tempat-tempat lain. Sekarang saat semua
yang diinginkannya sudah dimiliki, dia tetap merasa sendiri. Hidup
benar-benar lelucon yang bebatUsia Ray 52 tahun, ketika telepon kedua dari kota tepi pantai ujung
timur pulau melesat. Istri Koh Cheu meninggal dunia.
Ray langsung terbang dengan pesawat maskapai miliknya. Mengemudikan
sendiri mobil dari bandara. Jalanan senyap. Lampu-lampu kota terlihat
indah. Menawan. Sepi. Menjelang malam. Hanya ada satu-dua pedagang
keliling dengan gerobaknya mencoba mencari peruntungan. Mobil Ray
melaju membelah kota. Tiba di perempatan itu, Ray mendadak terhenti. Terkutuk. Buru-buru
membanting stirnya. Nyaris menyenggol penjual makanan di perempatan.
Ray menyeringai dingin, mengambil jalan memutar. Dia tidak akan pernah
bisa melalui jalan itu. Dia tidak ingin melihat walau sejengkal bagian dari
panti terkutuk itu. Mobil terus melesat menuju rumah duka.
Tidak ada prosesi pembakaran mayat yang sederhana. Ray sudah
mengembalikan kekayaan Koh Cheu lengkap
dengan bunga-bunganya. Mengembalikan nama baik dan harga diri
keluarga itu. Berlipat-ganda. Tetapi itu semua tetap tidak bisa mengusir
kesedihan jauh-jauh.... Ray mendekap erat bahu Vin saat tungku
bergemeletuk mulai membakar peti mau istri Koh Cheu.
Aula besar rumah duka itu dipadati pengunjung. Pengunjung yang
menangis terisak. Ray memandang wajah-wajah itu dengan ekspresi
muka merendahkan. Jijik sekali berada di antara mereka. Penipu.
Hipokrit. Tidak ada bedanya dengan penjaga panti dulu.
Ray memutuskan hanya dia dan Vin yang membawa abu istri Koh Cheu ke
tepi pantai. Mengusir kerabat yang mendekat.
*** Sore yang indah. Pantai itu ramai oleh pengunjung. Pasangan muda-mudi.
Keluarga-keluarga muda dengan balita mereka. Orang-orang tua. Juga
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
pengunjung yang sendirian, berharap mendapatkan pasangan justru dari
kunjungannya tersebut. Langit menyemburat merah. Awan putih tipis terlihat ikut merah. Laut
beriak kecil. Buih ombak menjejak pasir. Pelan. Berdebur. Burung camar
melenguh dari kejauhan, beranjak pulang. Gumpalan awan putih tipis
mengambang. Terlihat kemerah-merahanRay berdiri takjim, membiarkan Vin menaburkan abu istri Koh Cheu.
Membiarkan Vin yang kemudian berdiri tergugu di tepi pantai. Ombak
membasuh ujung-ujung celana. Ray menatap cakrawala di kejauhan.
Semua ini terasa berlalu dengan cepat. Teramat cepat. Seperti baru kemarin, dia
menemani Vin menaburkan abu Koh Cheu. Seperti baru kemarin, dia
menemani istrinya berlarian di sepanjang pantai ini. Saling kejar. Saling
menggelitiki. Tertawa. Ray mengusap muka. Malam ini, mungkin dia akan mampir sebentar ke
pusara istrinya sebelum pulang.
Vin beringsut mundur. Air laut meninggi. Pasang. Senja semakin
memerah. Ray mendekap lembut bahu Vin. Tersenyum getir. Lihatlah,
wajah gadis di sebelahnya terlihat lelah. Padahal bukankah tahun-tahun
terakhir semua yang hilang telah kembali. Semua kekayaan itu berlipat...
Anggrek Putih dari Timur tidak akan pernah merasakan kebahagiaan
dari itu semua. "Maukah kau ikut kembali ke Ibukota?" Ray bertanya.
Vin menyibak rambut panjangnya yang mengganggu sudut-sudut mata.
Menghela nafas pelan. Menggeleng.
"Aku ingin menghabiskan waktuku di tempat yang setidaknya aku pernah
merasa senang...." Vin berkata lirih, tertunduk.
Ray mengangguk, mendekap bahunya.
"Tidak masalah kalau kau enggan.... Kalau kau ingin nanti, kau selalu bisa
datang. Aku akan mengirimkan jemputan...."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Vin mengangguk. Matanya semakin redup- Saat pantai sempurna gelap,
Ray mengantar Vin ke rumahnya. Berpelukan kaku. Lantas memacu
mobilnya ke pemakaman istrinya.
Sudah lama dia tidak berkunjung.
Entahlah apakah pusara itu sama bersih dan rapinya seperti dulu. Malam
gelap. Ray tersuruk-suruk kesulitan mencari. lampu belasan watt di sisisisi perkuburan tidak terlalu memadai. Setelah bolak-balik sekian lama
Ray baru berhasil menemukannya.
Duduk bersimpuh di sebelah pusara itu.
Kunang-kunang terbang memenuhi langit-langit perkuburan. Menari
mempesona. Suara burung hantu terdengar dari kejauhan, meningkahi
berisik jangkrik berderik.
Ray tidak bercakap-cakap. Dia hanya rindu.
Rindu semuanya. Rindu wajah tersenyum istrinya. Wajah cemberut
istrinya. Wajah mengantuk. Wajah lelah. Wajah pucat. Ray menghela
nafas. Membelai nisan. Merasakan gurat nama yang terpahat. Hampir
dua puluh tahun seluruh kenangan bersama istrinya terkubur di sini. Dua
puluh tahun yang hampa. Kosong. Dua puluh tahun yang melelahkan.
Naik-turun nasibnya. Naik-turun imperium bisnisnya. Kesedihan.
Kemalangan. Kebangkitan. SendiriDua puluh tahun yang saat dia duduk dan mengenang kembali semuanya
seperti terasa baru terjadi kemarin sore...Bukankah terasa seperti
kemarin sore dia menemani
istrinya menghadiri Lomba Busana Oriental itu" Melihat kanak-kanak
yang menggemaskan. Bukankah baru kemarin sore dia menatap wajah
riang Gigi Kelinci-nya. Tertawa-tawa menghindari tangan yang
mengancam, bertanya siapa nama anak perempuan mereka" Ray menatap dua pusara di dekat
makam istrinya. Nisan itu tidak bertulis-kan nama. Tidak bertuliskan
tanggal. Hanya sepotong nisan.
Malam semakin matang. Rembulan menyabit tak kuasa menerangi langit
sendirian. Awan hitam mengepungnya. Sebelum hujan turun, Ray
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
beringsut kembali ke mobilnya. Kembali ke bandara. Besok ada banyak
hal yang harus dikerjakan. Imperium bisnisnya harus diurus.
Patung pualam suci itu menatap lengang jalanan- ***
Dua tahun berlalu bagai data binary yang dilemparkan dalam sistem
komunikasi satelit. Melesat jutaan byte seper-sekian detik. Itulah
bisnis terbaru Ray. Sistem informasi. Naluri bisnisnya terasah tajam
sekali. Sebelum yang lain memasang aba-aba, Ray sudah melesat ratusan
meter di depan mereka. Berlari sambil merobohkan palang-palang yang
bisa mengganggu, merintangi pesaingnya. Membuat laju mereka yang
menyusul terhambat. Dua tahun berlalu, telepon duka cita melesat lagi dari kota tepi pantai.
Anggrek Putih dari Timur dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi krids.
Sekarat. Ray yang malam itu menerima sendiri telepon tersebut
memutuskan berangkat detik itu juga.
Dua tahun ini, Vin tidak pernah menghubunginya. Tidak pernah ada
rencana kunjungan-kunjungan yang pernah mereka bicarakan dulu. Vin
memutuskan mengubur semua harapan. Sendiri di rumah besar Koh
Cheu, berteman kamar-kamar kosong membuatnya jatuh sakit. Benarlah,
terkadang kesunyian bisa membunuh.
Pesawat Ray mendarat di bandara dua jam kemudian. Dia mengendarai
sendiri mobilnya. Sejak Ray bisa mengemudi dua puluh tahun silam, Ray
tidak pernah memerlukan sopir.
Telepon itu bilang, Vin ingin bertemu dengannya sebelum ia pergi
selamanya. Ray mengigit bibir, menekan pedal gas kencang-kencang.
Mobil itu melesat membelah jalanan kota yang lengang. Gadis yang
malang, Ray mengusap wajahnya. Umurnya sekarang 54 tahun, apalagi
yang diharapkan Vin darinya" Anggrek Putih dari Timur itu benar-benar
menyia-nyiakan masa-mudanya-.
Di perempatan itu, Ray terhend mendadak. Terkutuk. Membanting
stirnya, saru mobil lainnya yang melesat tidak kalah cepat dari sisi Ray
ikut membandng stir. Menyumpah-nyumpah. Berdecit. Hanya sesenti
lagi, tabrakan itu terhindarkan.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Ray mengambil jalan memutar. Dia tidak akan pernah bisa melewad
jalanan itu. Tidak akan bisa menatap walau sejengkal bangunan panti
terkutuk itu. Tiba di rumah sakit lima belas menit kemudian. Berlari-lari sepanjang
lorong. Bergegas masuk ruangan VVIP. Melihat tubuh Vin yang terkulai.
Tubuh itu kurus. Matanya cekung. Mukanya kuyu:
Vin setengah-sadar setengah-tidak kedka Ray menggenggam jemarinya.
Ray berbisik di telinganya. Kepala lemah Vin memaksakan berputar,
mencari suara yang amat dikenalnya...Matanya menatap remang-remang.
Mencoba mengenali wajah Ray. Tidak bisa. Vin bahkan tidak bisa lagi
menggambarkan dengan utuh wajah orang yang selama ini dicintainya.
Kesadarannya semakin berkurang....
Ray benar-benar datang 'tepat-waktu'.
Beberapa menit setelah percakapan tanpa kata-kata itu terjadi,
Anggrek Putih dari Timur pelan menutup mata. Pergi! Selamanya! Ray
tertunduk. Wajah Ray yang sebenarnya masih terbilang gagah untuk
lelaki separuh baya terlihat mendung. Rambutnya mulai beruban.
Tubuhnya masih gempal dan kekar, tapi sekarang terkulai di pinggir
ranjang. Menatap wajah 'damai' Vin dengan had terluka.
Sekarang dia benar-benar sendiri.
Sepanjang kremasi, Ray kasar mengusir semua undangan di aula rumah
duka. Memutuskan membawa sendiri abu Vin ke tepi pantai. Tanpa perlu
menebarkannya terlebih dahulu, Ray melemparkan kendi itu jauh-jauh.
Seperti dia yang ingin lari jauh-jauh dari kehidupan kosongnya... ***
Dan entah apa muasalnya. Enam tahun terakhir, persis sejak kepulangan
dari prosesi kremasi Anggrek Pudh dari Timur, ketika imperium


Rembulan Tenggelam Di Wajahmu Karya Tere Liye di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bisnisnya menggurita tak terka-takan, Ray mulai jatuh sakit-sakitan.
Sempurna laiknya rumus matematika. Sakit berkepanjangan. Hilang satu
muncul dua. Hilang dua muncul tiga. Sudah macam deret ukur.
Pengulangan-pengulangan. Menggerogoti bukan hanya fisik, tapi
sekaligus mental psikis-nya.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Tak pernah terbayangkan, di penghujung tahun keenam saat berbagai
penyakit tersebut benar-benar mengungkung badannya, Ray yang
kenyang dengan pahit-getir-nya kehidupan, tumbuh dengan bekas luka
dan lebam kerasnya jalanan, besar dengan pecut bilah rotan dan pecut
bilah kenyataan, akhirnya mendesah tertahan menatap rembulan,
bertanya mengapa Tuhan tidak menjemputnya saja langsung. .. Mengapa
dia harus mengalami semua sakit ini...
Apakah langit tidak kunjung puas melemparkannya dalam kegedran
hidup" Apakah semua sesak pertanyaannya selama ini belum cukup"
Enam tahun yang berlalu menyedihkanPersis satu bulan sepulang dari kremasi Vin, kedka kakinya menuruni
anak tangga pertama pesawat yang baru membawanya kembali dari
kunjungan ke tambang emas bersalju itu, tubuh gempal dan kekar Ray
jatuh terjerembab. Bagai pohon yang pangkal batangnya dimakan
ngengat, akar-akarnya dikunyah ulat, tubuh Ray jatuh terguling. Jo yang
menjemputnya berteriak kalap. Bagai seekor elang Jo melompat,
menyambar tubuh itu, berseru-seru memanggil.
Muka Ray pucat. Tubuhnya dingin. Ujung-ujung bibirnya membiru. Dalam
hitungan detik, Ray sudah tidak sadarkan diri. Rusuhlah bandara
Ibukota. Tubuh Ray dilarikan secepat teknologi saat itu bisa
membawanya ke rumah sakit. Helikopter darurat dikirimkan. Jo
gemetar memeluk tubuh Mas Rae-nya sepanjang penerbangan. Berbisik
tentang janji-janji yang belum terwujud, berbisik tentang
pekerjaan-pekerjaan yang belum terselesaikan.
Ray terkena serangan jantung. Ringan saja. Tapi dua kali lagi seperu itu,
nyawanya tidak akan tertolong. Dokter Rumah Sakit menyarankan agar
Ray lebih banyak berolahraga. Ray yang sudah siuman, duduk
bersandarkan bantal-bantal hanya tersenyum tipis. Sejak Plee
menyuruhnya lari setiap pagi dua bulan sebelum mengeksekusi pencurian
di lantai 60 itu, kehidupan Ray tidak bedanya dengan atlit. Bukan
olahraga terencana, tapi naik turun ratusan anak tangga berbagai
proyek konstruksi miliknya lebih dari latihan beban yang memadai.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Jo menemani Ray selama menginap di rumah sakit.
"Aku baik-baik saja, Jo! Kau tak perlu sepanjang hari menemaniku!" Ray
gaya menunjukkan lengannya yang berotot.
"Aku takut, Mas Rae-"Jo menelan ludah.
"Takut apa?" Ray tertawa.
"Takut Mas Rae pergi...." Jo nyengir.
Ray melambaikan tangannya. Menyuruh jo membuka tirai jendela lebarlebar. Dari lantai enam rumah sakit itu, melalui jendela kaca besarnya,
rembulan bundar di atas terlihat indah. Bintang-gemintang bertaburan.
Malam itu Ray justru berpikir, seandainya dia tidak terselamatkan,
mungkin dia saat ini sedang bahagia bersama Gigi Kelincinya. Terbang di
gumpalan awan-awan... Kurang tiga hari dari batas minimum istirahatnya di rumah sakit, Ray
bandel memutuskan pulang. Bosan. Ada banyak pekerjaan menunggunya.
Dokter tidak bisa mencegahnya. Menyeringai tipis, berpesan sekali lagi
agar dia banyak berolahraga. Ray tertawa melepas baju,
memperlihatkan tubuhnya yang gempal dan kekar.
Kehidupan itu seperanya akan berjalan normal, hanya serangan jantung
ringan, tidak ada yang perlu dicemaskan. Ray kembali tenggelam di lantai
101. Menanda-tangani pengambil-alihan satu tambang di pulau seberang
sebulan terakhir. Mengawasi belasan proyek propertinya. Mengunjungi
tiga pekerjanya yang baru mendapatkan permata hati dalam keluarga
mereka. Kunjungan yang selalu mengesankan. Yang selalu mengundang
isak-tangis haru dari buruh-buruhnya. Jo menjadi saksi itu semuaSatu bulan yang berjalan normal, hingga malam itu, saat Ray baru satu
langkah keluar dari pintu rumah bedeng salah satu pekerjanya, perutnya
terasa sakit sekali, bagai ada palu yang menghantamnya kuat-kuat. Ray
terjerembab. Berusaha mencari pegangan tangan. Jo melompat
memegang tubuh Mas Ray-nya. Muka itu meringis menahan sakit tak
terkirakan. Muka itu bergetar. Teramat sakit. Ray terduduk. Satusatunya ginjal yang tersisa setelah delapan tusukan tiga pisau belati
dulu, malam itu meradang-
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Dia bergegas dibawa kembali ke rumah sakit. Ruangan yang sama.
Jendela yang sama. Dokter yang sama. Tetapi sekarang mengeluhkan
kadar gula Ray yang terlalu tinggi. Menyesalkan Ray selama ini tidak
berpantang makan. Ray meringis mendengarnya. Apa pula maksudnya"
Dia berbeda dengan taipan-taipan itu. Ray justru membenci menu
makanan mewah. Dia dibesarkan dengan makan dijatah
selama enam belas tahun, dia mengerti betul hidup bukan semata urusan
perut. Hanya puding pisang Gigi Kelincinya yang termasuk makanan
istimewa. Itu pun terlalu manisTidak ada operasi. Belum. Ginjal sebelah kanan Ray bisa kembali normal
setelah terapi pengobatan dua ming-gu. Kali ini dokter bersikeras Ray
tidak ke mana-mana. Tetap di tempat tidurnya. Maka selama dua minggu
itu Ray mengendalikan imperium bisnisnya dari ruang rawat inap Rumah
Sakit. Jo menemaninya. Tidak lelah meski hanya menghabiskan waktu
duduk diam di sebelah ranjang Ray.
Enam bulan berlalu sejak kepulangannya dari prosesi kremasi Vin. Dia
sudah kembali ke ruangan lantai 101. Tenggelam dalam rutinitas yang
sama. Memimpin rapat tahunan seluruh unit bisnis di ruang kerjanya.
Menandatangani lebih banyak berkas. Melakukan lebih banyak
kesepakatan. Ray tidak terlalu memikirkan kalau dia baru saja dua kali
masuk rumah sakit enam bulan terakhir. Dia merasa sehat. Fisiknya
kuat. Tubuhnya gagah dan kekar. Dan yang lebih penting, otaknya masih
secerdas dulu. Naluri bisnisnya masih terlatih tak kurang satu apapun.
Hingga penghujung tahun pertama dari kepulangan itu. Setelah enam
bulan berlalu lagi lancar tanpa gangguan, Ray jatuh sakit untuk ketiga
kalinya. Kali ini dia roboh di ruang kerja lantai 101. Senja di Ibukota.
Semua terlihat jingga. Ray sedang menatap pucuk-pucuk tiang kapal
kargo dari kejauhan. Tiang-tiang yang mengepul mengeluarkan
asap cokelat. Tersenyum, dalam waktu dekat, separuh dari kapal-kapal
itu akan berbendera imperium bisnisnya. Saat Ray sedang takjim bagai
pertapa, saat tangannya tidak sengaja menyentuh potongan koran butut
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
yang selalu dibawanya dalam saku celana, saat itulah perutnya melilit
tak tertahankan. Bagai ada ribuan anak panah menghujam. Tubuhnya seketika terhuyung.
Megap-megap. Ray merangkak mendekati meja kerja. Mengangkat
telepon, memanggil staf yang berjaga di luar. Rusuh sepanjang sore di
lantai 101. Jo yang datang beberapa detik kemudian membopong tubuh
Ray, membawanya ke rumah sakit.
Kali ini benar-benar serius. Ginjal Ray tidak terselamatkan. Nyawanya
terancam. Ruangan yang sama. Jendela yang sama. Dokternya yang
sekarang berbeda. Tiga dokter dari negara leluhur Koh Cheu
didatangkan, sekalian paket cangkok ginjalnya. Tidak ada masalah
dengan operasi besar tersebut. Berbeda dengan waktu Ray demam
menggigil selama seminggu setelah mengakui dia-lah yang merusak
tasbih Arab milik penjaga panti dulu. Waktu itu, entah karena penjaga
panti memang tidak punya uang atau karena penjaga panti
membiarkannya, Ray hanya bisa terbaring lemah tanpa pertolongan.
Sekarang semuanya mungkin.
Sekarang, langit adalah batasnya.
Yang jadi masalah bagi Ray, dia harus beristirahat penuh selama dua
bulan. Ruangan rawat inap terpaksa dipindahkan ke rumahnya. Tetapi itu
tetap tidak cukup. Dia terus ditunggui perawat di dalam kamar. Tanpa
jeda 24 jam. Bosan. Ray bosan dengan waktu-waktu berlalu. Bosan
karena perawat itu mencegahnya berjalan-jalan di luar menatap
rembulan. Maka senang sekali saat dia akhirnya diizinkan kembali
bekerja di ruangan lantai 101-nya. Jo membuat pesta kecil
menyambutnya, tertawa lebar.
Tetapi entah apa maksud semua ini. Baru seminggu Ray menjejakkan
kakinya di lantai gedung tertinggi miliknya, baru seminggu dia
merasakan kehidupan normalnya, di pagi hari ketujuh, saat hendak
bangkit mengambil air minum di kulkas, kakinya mendadak tak bisa
digerakkan. Sempurna mati rasa. Gugup. Ray menggigit bibir berusaha
menggerakkan kakinya dengan seluruh tenaga. Tetap tidak bisa. Ray
mencengkeram pahanya. Memaksa. Tetap bergeming.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Pagi itu, amat menyedihkan menyaksikan Ray yang mendadak takut
dengan banyak kemungkinan. Ray yang. mengusap keringat di dahi.
Gemetar menyambar gagang telepon. Berbisik lemah. Tubuhnya
digendong Jo menuju rumah sakit secepat mungkin.
Kaki itu lumpuh. Lumpuh begitu saja. Menurut penjelasan resmi dokter,
penyebabnya komplikasi kadar gula. Ray menggigit bibir. Apapun itu
penyebabnya, semua ini menyakitkan. Malam itu persis satu setengah
tahun sejak kepulangannya dari prosesi kremasi Vin. Malam itu Ray
mulai sesak memikirkan sebuah pertanyaan besar. Ya Tuhan, apa maksud
semua sakit ini" Bukankah semuanya terlihat seperu lelucon"
Dari jendela besar ruang rawat inap di Rumah Sakit,
saat menatap rembulan bundar di atas sana, saat menyimak bintanggemintang tumpah, Ray mulai mendendang resah, Bagaimana mungkin dia
terkena sakit jantung" Jauh panggang dari api. Tubuhnya atletis dan
sehat. Apalagi penyalur kadar gula dan komplikasinya ini" Sungguh tidak
masuk di akal. Apa sebenarnya maksud takdir langit" Ray kelu,
tertunduk menatap kakinya yang bagai seonggok daging tak berguna.
*** Enam bulan berlalu menyakitkan.
Setelah berbagai operasi, berbagai pendekatan kedokteran tercanggih
yang pernah ada, malam-malam yang panjang, malam-malam yang sesak,
kaki itu tertolong. Tertolong" Tidak juga. Ray harus menerima
kenyataan: tongkat. Kaki kanannya sudah bisa digerakkan, tapi tidak
akan pernah mampu lagi menopang tubuhnya. Tertolong" Karena kaki itu
tidak perlu diamputasi. Gerak hidupnya mulai terhambat.
Dia bisa kembali ke ruangan kerja lantai 101, tapi Ray kehilangan nyaris
separuh semangat hidupnya. Semua ini benar-benar omong-kosong. Ray
mulai kembali mengutuk langit. Lihatlah! Kehidupannya hampa. Kosong....
Saat dia memutuskan untuk tidak peduli lagi soal itu. Memutuskan untuk
menjadi patung pualam, kenapa masih tega menganggunya dekat
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
berbagai sakit ini" Tidak masalah kalau langit seperti biasa enggan
menjawab pertanyaan tentang betapa hambar hidupnya setelah
kepergian semua orang-orang yang dicintainya, tidak masalah. Tetapi
kenapa harus ditambah dengan beban penyakit yang menderanya bertubi-tubi"
Satu tahun berlalu penuh dengan pertanyaan itu. Ray tidak selincah dulu
lagi. Berbagai proyek propertinya lebih banyak diurus orang-orang
kepercayaannya. Juga tambang-tambang, entah di tanah bersalju atau
tidak. Ray lebih banyak menghabiskan waktu di ruang kerja lantai 101.
Menerima progress dari Jo. Memimpin rapat evaluasi.
Sayang, urusan sakit itu tidak pernah usai. Ray seolah-olah benar, langit
memang tega dengan segala takdirnya. Persis di penghujung tahun
ketiga setelah kepulangan dari prosesi kremasi Vin, Ray jatuh
terjerembab untuk kesekian kalinya. Sekali lagi di ruangan kerja lantai
101. Pegangan tangan di tongkat melemah. Tongkat itu terpelanting
bersamaan dengan tubuh Ray yang jatuh menghujam keramik lantai.
Tubuh itu tidak sadarkan diri. Hampir dua jam tergeletak di bawah
cahaya rembulan yang menerobos bingkai jendela raksasa. Hingga Jo
menemukannya. Jo yang seperti biasa ingin menemani Mas Rae-nya
melihat rembulan. Jo yang gemetar merengkuh tubuh dingin itu.
Teramat dingin. Serangan jantung kedua. Komplikasi kadar gula yang semakin parah.
Ditambah penyakit baru, radang teng-gorokan akut. Tiga serbuan yang
hebat. Tubuh yang masih terlihat gempal dan kekar itu terbaring tidak
berdaya di rumah sakit. Menyakitkan melihatnya. Selang infus dan tiga
belalai lainnya menghujam ke tubuh Ray. Satu minggu masa-masa kritis
terasa berlalu amat lambat.
Jo berkali-kali mendesah ke langit-langit ruangan. Menangis tersedu
meminta agar Tuhan berbaik hati kepada Mas Rae-nya. Mendesis pelan
tentang jangan biarkan orang sebaik Ray harus pergi begitu cepat....
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Masih banyak pekerjaan yang belum diselesaikan.... Masih banyak mimpimimpi yang belum terwujud....
Seminggu Ray tak sadarkan diri. Empat dokter spesialis terkenal
Ibukota melakukan operasi by-pass jantung. Saat Ray akhirnya
sadarkan diri, kondisinya sudah jauh membaik. Jo menyeka pipinya,
tersenyum lebar amat senang. Menyentuh lembut bahu Ray.
"Aku takut sekali, Mas Rae-"
"Ergh...." Ray hendak mengatakan sesuatu.
Setelah matanya kembali menatap normal, bisa mengenali seisi ruangan.
Setelah kepalanya bisa berpikir normal, bisa mengingat semua hal. Dia
hendak bicara, menenangkan kecemasan Jo. Tapi entah mengapa hanya
erangan yang keluar dari mulutnya.
"Aku takut Mas Ray tidak bangun lagi-" Jo menyeringai, tersenyum
senang sekali lagi melihat wajah Ray yang mulai segar.
"Ergh..." Ray mengerang.
"Mas Ray mau minum?"
"Ergh...." Apa maksud semua ini" Apa maksudnya" Ray terkesiap oleh sebuah
kesadaran. Ketakutan itu langsung menyergap dirinya. Menyumbat
seluruh pori-porinya. Membuatnya menggigil. Jo menatap bingung. Tidak
mengerti apa yang terjadi. Gemetar berdiri. Berusaha memanggil dokter. Ray
berjuang habis-habisan mengeluarkan suaranya. Jangan-jangan..
..Jangan-jangan akan seperti kaki sebelah kanannya.
Malam itu awan kelabu yang menutupi rembulan menyisakan sendu bagi
setiap orang yang menatapnya. Menatapnya dari ruangan rawat inap
rumah sakit itu. Ray tidak bisa bicara lagi. Radang tenggorokan akut itu
mengambil pita suaranya. Malam-malam berikutnya. Malam-malam panjang menyakitkan. Malammalam sesak. Kepala Ray buncah oleh pertanyaan besar itu. Apa masih
kurang semua masa lalunya yang menyakitkan" Apa masih kurang masa-
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
masa kehilangan Gigi Kelinci-nya" Apa masih kurang" Erangan lemah
terdengar memilukanGadis Kecil yang Memeluk Beruang Madu
RAY keluar dari rumah sakit dua bulan kemudian.
Cangkok jantungnya berjalan lancar. Komplikasi kadar gula setidaknya
sejauh ini bisa dikurangi pengaruh negatif-nya. Tubuhnya berangsurangsur pulih. Tidak banyak yang berubah dari fisiknya. Meski berbagai
penyakit itu mendera, meski dirawat lama, Ray masih terlihat gempal
dan kekar- untuk orang seumurannya.
Hanya kakinya yang mesti ditopang tongkat. Hanya mulutnya yang tidak
bisa bersuara lagi. Hanya"
Ray akhirnya keras kepala memutuskan untuk berkomentar 'hanya' di
malam-malam sesak penuh pertanyaan itu. Saat memandang rembulan,
Ray memutuskan untuk melawan takdir itu. Bukan dalam bentuk
pengingkaran, kutukan, dan sebagainya. Tapi persis seperti yang
dilakukannya dulu kepada penjaga panti ketika mengakui urusan tasbih
tersebut. Pengakuan. Ray memutuskan menerima. Berkali-kali bilang


Rembulan Tenggelam Di Wajahmu Karya Tere Liye di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hanya. Baiklah, dia akan melihat sejauh mana penyakit-penyakit ini akan
menggerogoti hidupnya. Sejauh mana langit tega melakukannya.
Tetapi Ray keliru. Dia tidak setangguh yang dibayangkannya. Penerimaan
itu tidak sekuat yang dibayangkannya. Dia pikir dia bisa mengolok-olok
langit dengan penerimaan itu. Belum. Bukan ditahun keempat atau kelima
semenjak kepulangannya dari prosesi kremasi Vin, tapi di tahun keenam.
Ray akhirnya mengeluh kalah, mendesah lemah, mengapa Tuhan tidak
mengakhiri saja semuanya dengan cepat, kenapa harus dengan semua
penyakit yang mengambil satu-persatu kemampuan fisiknya,
menghambat kesibukannya....
Tahun keempat entah mengapa sebenarnya, semua penyakit itu seperti
menjauh. Ray kembali tenggelam di ruangan kerja lantai 101 meski
dengan segala keterbatasan. Jo sekarang 24 jam penuh menemani.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Berjaga siaga. Cemas kalau-kalau Mas Ray-nya semaput tanpa diketahui.
Dulu beruntung masih terselamatkan, kalau tubuh dingin tergeletak
disiram cahaya rembulan itu ditemukan terlambat, mungkin ceritanya
akan lain. Tahun keempat yang penuh kesepakatan hebat.
Imperium bisnis Ray menggurita tak-terkatakan. Tumbuh empat kali
lipat dibandingkan rata-rata konglomerasi lainnya. Tuah mata dadu
dalam tabung tetap mengungkungnya, meski dengan segala penyakit
mendera. Tatapan matanya masih efekdf mengendalikan orang lain.
Suaranya memang hilang, tetapi wajah dingin itu tetap tidak berubah.
Patung Pualam Suci. Sayang, di tahun kelima, akhirnya hidup Ray benar-benar diisi hanya
oleh dua ruangan. Ruangan rawat-inap rumah sakit, ruang kerja lantai
101. Seperti rumus matematika. Seperti deret ukur. Dua bulan sehat (di
ruang kerja lantai 101), satu minggu terbaring di rumah sakit, dua bulan
sehat, dua minggu terbaring di rumah sakit, dan seterusnya.... Hingga
jadi terbalik menjadi satu minggu sehat, dua minggu terbaring di rumah
sakit. Komplikasi kadar gula itu tidak tertahankan. Mengundang banyak
penyakit. Menggerogoti fisik Ray. Tubuh itu terkulai lemah. Mukanya
pucat. Matanya redup. Tapi itu tidak terlalu serius.... Ada yang lebih
serius: penyakit itu perlahan mulai menggerogoti mental. Ray yang
dibesarkan pahit-getir kehidupan, tusuk-lebam luka kerasnya jalanan,
tangis-darah sakitnya kehilangan, pecut bilah rotan maupun pecut bilah
kenyataan, terjerembab dalam kepenatan hati.
Enam bulan sebelum tubuhnya benar-benar terjengkang tidak berdaya,
enam bulan sebelum tubuhnya benar-benar tidak bisa bangun lagi dari
ranjang rumah sakit, malam itu, Ray menatap kosong untuk terakhir
kalinya rembulan bundar di balik bingkai jendela kaca raksasa lantai 101.
Rembulan yang indah. Memesona. Ray menggigit bibirnya. Mata redupnya
mengukir wajah Gigi Kelinci-nya di separuh wajah rembulan. Wajahnya
yang duhai tersenyum amat manisnya. Memandang amat mesranya...Ray
tertunduk dalam. Menangis. Tangisan tanpa suara. Tanpa air mata.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Semua kenangan itu kembali, menusuk. Dulu! Dia sendiri. Sepi. Masamasa menyakitkan. Sekarang! Dia sendiri. Sepi. Juga masa-masa
menyakitkan. Enam tahun yang menyedihkan. Masa sakit-sakitan. Ray mendadak
teramat rindu dengan Gigi Kelinci-nya. Ya Tuhan, andaikata ini memang
penghujung hidupnya, kenapa Kau tidak menyelesaikannya dengan cepat.
Apa perlunya semua sakit ini" Baiklah. Ray mendesah pelan, dia sungguh
sudah lelah. Dia lelah....
Biarkanlah malam ini dia memandang rembulan dengan perasaan lama itu,
perasaan damai... tenteram... Merasa berterima-kasih.... Merasa
berterima-kasih telah diberikan sepotong kesenangan hidup, yang
meskipun sebenci apapun, sejengkel apapun atas keputusan Tuhan, dia
tetap menyadari masih ada sepotong kehidupan yang indah, menatap
rembulan.... Besok paginya, tubuh tua Ray benar-benar jatuh terjengkang.
Dan tidak bangun-bangun lagi selama enam bulan.
Dua belas dokter yang bersiaga penuh. Dua belas lagi malah baru akan
datang minggu depan dari Singapura dan Perancis.
Bukan main! Benar-benar rim medis yang hebat. Bagaimana tidak"
Semua berkependngan menyelamatkan nyawa orang tua itu. Pria pemilik
kongsi bisnis terbesar yang pernah ada. Pria pemilik imperium bisnis
yang meng-gurita. Yang sayangnya, sekarang terbaring tak berdaya
dibelit infus dan banyak selang.
Pemilik kongsi bisnis yang sedang sekarat***
Berpilin. Terlemparkan. Silau. Memedihkan mata.
Dan saat semuanya terasa nyaman lagi, saat pasien berumur enam puluh
tahun itu membuka matanya, dia sudah duduk di pinggir-pinggir ranjang.
Di ruangan yang sama. Rumah sakit yang sama. Jendela yang sama.
Rembulan indah bersinar di balik bingkainya. Orang dengan wajah
menyenangkan itu duduk di sebelahnya. Tersenyum"Perjalanan yang hebat, Ray! Bukan main. Enam puluh tahun yang luarbiasa..."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Pasien itu mengusap wajahnya. Diam.
"Kita sudah tiba di pertanyaan terakhirmu.... Pertanyaan kelima. Kenapa
kau harus mengalami sakit berkepanjangan selama enam tahun" Seperti
empat pertanyaan sebelumnya, aku juga akan menjawabnya, tentu saja,"
Orang itu tertawa kecil. Pasien itu mengusap rambut berubannya. Diam menunggu"Sejatinya pertanyaan itu sebenarnya tentang definisi ukuran-ukuran.
Apakah yang disebut dengan kejadian
menyakitkan" Apakah yang disebut dengan kejadian menyenangkan"
Sejatinya pertanyaan itu tentang perbandingan.... Ray, tahukah kau
bedanya antara enam tahun terakhir di panti, enam tahun bersama
istrimu, dan enam tahun selama kau sakit-sakitan?"
Pasien itu tidak menjawab. Bergeming.
"Tidak ada! Sama sekali tidak ada bedanya.... Malam ini, saat kita
mengenang kembali semua kejadian itu, bukankah semuanya terasa sama
saja. Seperti berlalu dalam sekejap. Seperti terjadi baru sedetik yang
lalu. Ah, apalah yang disebut dengan kejadian menyakitkan" Kau
kehilangan istrimu, itu menyakitkan" Kau sakit-sakitan, itu
menyakitkan" Kau memiliki segalanya, mempunyai banyak, itu
menyenangkan" Kau menghabiskan waktu indah enam tahun bersama
istrimu, itu menyenangkan"
"Ray, itu semua hanya perbandingan...Otak manusia,
sejak berabad-abad lalu sudah terlatih menyimpan banyak perbandingan
berdasarkan versi mereka sendiri, menerjemahkan nilai seratus itu
bagus, nilai lima puluh itu jelek. Wajah seperti ini itu cantik, wajah
seperti ini itu jelek. Hidup
seperti ini itu kaya, hidup seperti ini itu miskin...Otak
manusia yang keterlaluan pintarnya mengumpulkan semua kejadiankejadian itu dalam sebuah buku besar. Yang disebut perbandingan.
"Buku besar itu selalu diserahterimakan kepada generasi penerusnya,
selalu diperbaharui sesuai kebutuhan zaman. Yang sayangnya dalam
banyak hal, lama-lama perbandingan itu menjadi amat
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
menyedihkan...Mempunyai harta benda i tu baik, miskin-papa itu jelek....
Benar-benar ukuran-ukuran yang tidak hakiki.... Bagaimana mungkin
posisinya tetap lebih baik kalau harta-benda itu didapatkan dengan
cara-cara yang tidak baik" Bagaimana tetap lebih jelek kalau kemiskinan
itu memberikan ketenangan hidup" Ah-" Orang dengan wajah
menyenangkan menunduk prihatin.
"Ray, apa bedanya dari dga masa enam tahun-enam tahun milikmu
tersebut" Tidak ada. Itu semua hanya perbandingan...Apakah kau masih
bisa merasakan pecut bilah rotan itu" Masih bisa merasakan kecupan mesra istrimu" Sakitnya
ketika ginjalmu meradang" Mungkin masih.... Tapi semua sudah selesai,
bukan" Apapun bentuk kejadian, semua pasd terlampui, diberangus oleh
waktu, dimakan oleh detik-detik kehidupan. Menyisakan kenangan.
Hanya itu! "Bukankah lebih banyak cerita yang bisa kau kenang dari enam tahun
kejadian menyakitkan di panti dibandingkan enam tahun saat kau
memiliki segalanya" Lebih banyak halaman yang tertulis untuk masamasa itu, dibandingkan halaman untuk enam tahuh terakhir?"
"Baiklah, aku tidak akan berpanjang lebar... Kau terlihat enggan sekali
mendengarnya, Ray... Ya, penjelasan ini dalam banyak kasus memang
menyebalkan. Tetapi sebelum aku menjawab langsung pertanyaan
kelima-mu, bisakah kau pahamkan satu hal saja" Bisa?"
Pasien itu tidak mengangguk, tidak juga menggeleng. Diam.
"Ray, dalam perbandingan-perbandingan seperti itu, ketika buku-besar
itu semakin lama semakin keliru.... Ketahuilah, ketika kau merasa
hidupmu menyakitkan dan merasa cukup dengan semua penderitaan
maka kau harus melihat ke atas, pasti ada yang lebih menyakitkan darimu.... Ketika kau merasa hidupmu menyenangkan dan selalu merasa
kurang dengan semua kesenangan yang datang maka kau harus melihat
ke bawah, pasti ada yang lebih tidak beruntung darimu...
"Nah, mari kita sejenak kembali ke panti terkutuk itu.... Mari Ray, kau
akan menyaksikan dengan matamu sendiri.... Kau akan melihat sendiri,
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
kau pikir hidupmu amat menyakitkan, bukan" Kau membenci orang-orang
yang membakar rumah orang-tuamu, kau amat membenci orang-orang
yang merenggut janji kebahagiaan masa kanak-kanakmu, sekarang kita
lihat, apakah kau akan tetap merasa paling layak dikasihani" Paling layak
mengutuk Tuhan" Perbandingan-perbandingan'. IKUT DENGANKU,
RAY!" Orang dengan wajah menyenangkan itu, untuk pertama kalinya
menatap dingin. Menusuk. Membuat jantung pasien di sebelahnya berdetak lebih kencang.
Berdesir mengerikan... Pergi kemana" *** Berpilin. Terlemparkan. Silau. Memedihkan mata. Saat semuanya
kembali nyaman untuk dilihat....
Hujan deras langsung membuncah tubuh. Membuat kuyup. Petir
menyambar membuat akar serabut di langit kelam. Guntur menggelegar
membuat ciut nyali yang mendengar.
Malam karnaval hari raya yang tergangguPerempatan jalan itu. Di depan panti terkutuk itu. Di bawah pohon
jambu biji itu. Di ayunan dari ban besar mobil Fuso yang berderit.
Duduk gadis kecil berkepang dua. Memeluk boneka beruang madu. Gadis
kecil yang berurai air-mata.
Menatap sendu tanah-Mu, ya Allah! Menatap sendu tetes-tetes hujanMu, ya Allah! Menatap sendu langit-Mu, ya Allah! Mencari muka-Mu yang
katanya ada di mana-mana.
Bertanya tanpa suaraBertanya tentang ayah-bunda-nya....
"Ray, nama gadis itu Putri. Umurnya enam tahun- Malam ini. MALAM
INI! Pertanyaannya menggentarkan langit Tuhan. Malam ini tatapan
matanya membuat segenap malaikat bergegas bertanya. Lihatlah, dari
tubuh gadis kecil itu kalau kau bisa melihatnya, sungguh menyemburat
cahaya menyilaukan mata, menerabas langit gelap, menghujam ke atas
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
bagai mercu suar tak terkatakan.... Membuat terang semesta alam.
Membuat malaikat tak-henti bertasbih memuji kebesaran Tuhan..."
Orang dengan wajah menyenangkan itu menggigit bibir, bergetar oleh kalimatnya sendiri.
Pasien di sebelahnya semakin berdesir.... Apa maksudnya"
"Ray, gadis itu yatim piatu sejak kecil.... Tidak pernah melihat wajah
ayah-bunda yang selalu dirindukannya, tidak pernah mendengar suara
yang selalu ingin didengarnya. Bagaimanalah dia akan sempat"
BAGAIMANALAH, YA TUHAN" Seluruh janji kehidupannya
terenggutkan malam itu.... Dalam satu tepukan....
"Dan tahukah kau, Ray" Siapa yang tega melakukannya" SIAPA?" Suara
itu mendesis. Ray mulai gemetar. Entah mengapa dia merasakan ada sesuatu yang
amat keliru dengan jalan hidupnya.
"Kau ingat malam saat bergegas menuju rumah sakit" Bergegas menemui
Vin yang sekarat" Enam tahun silam.... Malam itu kau membandng kemudi
stir di perempatan ini.... Malam itu kau menyumpahi mengapa berkali-kali
kau hampir saja melewati panti terkutuk ini.... Malam itu kau terpaksa
memutar, meneruskan perjalanan"Malam itu yang kau tahu, kau hampir bertabrakan dengan mobil yang
melaju tidak kalah kencangnya di sisi yang lain...Malam itu yang kau
tahu, kau nyaris bertabrakan.... Tapi tahukah kau, Ray! TAHUKAH KAU!
Malam itu kau merenggut janji kehidupan anak kecil ini.... Kau
merampasnya! Kau SUNGGUH MERAMPASNYA!
"Mobil yang hampir menabrakmu dari sisi lain itu membanting stir
secepat yang bisa dilakukan, terus melaju melewati panti yang berkalikali kau sebut terkutuk ini, mobil itu oleng, tidak terkendali dua puluh
meter berikutnya, lantas menghantam jeruji besi yang menyeruak dari
tepi jalan... Kau sudah melesat pergi, tidak tahu, kau
mengambil jalan yang lain.... Kau tidak tahu"Bagian depan mobil itu remuk, dua orang di dalamnya terjepit, sepasang
suami-istri yang sama seperti kau sedang bergegas menuju rumahsakit.... Kau tidak sakit berkepanjangan selama enam tahun karena
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
menyebabkan kematian sepasang suami-istri itu Ray, tidak! Tetapi kau
sakit berkepanjangan enam tahun oleh sesuatu yang lebih
menyakitkan.... LIHATLAH, RAY! Mayat perempuan muda itu buncit.
Perutnya besar. Ia sedang mengandung...
"ANGKAT KEPALAMU, RAY! Lihat gadis kecil di ayunan! Nama anak
kecil ini Putri. Ia lahir berdarah-darah sehari kemudian setelah
kecelakaan itu dari rahim Ibunya yang sudah menjadi bangkai....
Kelahiran yang menyedihkan- Dokter berkutat mengambil bayi prematur
itu.... "Ya Tuhan, kenapa Kau tidak membuatnya sekalian meninggal saja di
dalam perut Ibunya.... Kenapa gadis kecil itu harus terselamatkan dari
bangkai Ibunya.... Kenapa Kau membuat gadis kecil itu harus menjalani
masa kanak-kanaknya dengan sesak bertanya.... Membuat kota ini selalu
terbungkus hujan setiap kali ia menangis...." Orang dengan wajah
menyenangkan itu tergugu.
Petir menyambar sekali lagi. Guntur menggelegar.
Langit semakin buas menurunkan amarahnya.
Orang dengan wajah menyenangkan itu terisak lemah.
Apalagi Ray.... Jatuh tersungkur bagai sehelai kapas....
Epilog 4 Berpilin. Terlemparkan. Silau. Memedihkan mata.
Kembali di ruangan rumah sakit.
"Itulah jawaban atas lima pertanyaanmu, Ray" Orang dengan wajah
menyenangkan itu berkata lemah, cahaya mukanya redup oleh sisa-sisa
kesedihan. "Tentang Natan. Nama anak perempuanmu. Dan berbagai bagian yang
tidak terjelaskan, semoga langit ber-baik hati memberitahu. Kalau pun
tidak, begitulah kehidupan. Ada yang kita tahu. Ada pula yang tidak kita
tahu. ... Yakinlah, dengan ketidak-tahuan itu bukan berarti Tuhan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
berbuat jahat kepada kita. Mungkin saja Tuhan sengaja melindungi kita
dari tahu itu sendiri...."
Pasien itu masih tersungkur menangis. Penuh penyesalan"Anak itu akan mendapatkan jawaban atas lima pertanyaannya. Aku
tidak tahu bagaimana, kapan, dan oleh siapa. Tetapi aku bisa lega
meninggalkannya, dengan hadnya yang baik, ia akan menjalani kehidupan
ini dengan baik...Anak itu sungguh berbeda dengan kau Ray, ya
Tuhan, anak itu di tengah sesaknya malam ini bahkan masih sempat
menyesali telah membuat jengkel penjaga panti dengan pertanyaanpertanyaannya....
Pasien itu menyeka ujung hidungnya yang tersumbat.


Rembulan Tenggelam Di Wajahmu Karya Tere Liye di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Terakhir, sebelum aku pergi, sesuai janji aku akan memberitahu kenapa
kau sampai mendapatkan kesempatan hebat ini, Ray. Kenapa kau sampai
mendapatkan kesempatan perjalanan mengenang masa lalu...Kenapa, Ray"
Karena rembulan... " Orang dengan wajah menyenangkan itu kembali
tersenyum ramah. 'Setiap kali kau memandangnya, kau selalu berterima-kasih kepada
Tuhan.... Setiap kali kau menyimaknya, kau selalu merasa kuasa Tuhan
menjejak setiap pojok bumi di mana cahaya rembulan menyentuhnya....
Kau memiliki cara berinteraksi yang luar biasa dengan kuasa langit,
Ray.... Kau memang mengutuk, membantah, berprasangka buruk kepada
langit, tetapi kau jujur.... Kau tidak pernah menipu saat memandang
rembulan.... Kau tidak pernah munafik. Apa adanya...
"Kau selalu merasa andaikata semua kehidupan ini menyakitkan, maka di
luar sana pasti masih ada sepotong bagian yang menyenangkan....
Kemudian kau akan membenak, pasti ada sesuatu yang jauh lebih indah
dari menatap rembulan langit...Kau tidak tahu apa itu, karena ilmu-mu
terbatas, pengetahuanmu terbatas.... Kau hanya yakin, bila tidak di
kehidupan ini suatu saat nanti pasti akan ada yang lebih memesona
dibandingkan menatap sepotong rembulan yang sedang bersinar indah....
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Kau benar, Ray! Ada satu janji Tuhan. Janji Tuhan yang sungguh
hebat.... Yang nilainya beribu kali tak terhingga dibandingkan menatap
rembulan ciptaan-Nya.... Tahukah kau" Itulah janji menatap wajahNya.... Menatap wajah Allah! Tanpa tabir, tanpa pembatas.... Saat itu
terjadi maka sungguh seluruh rembulan di semesta alam akan
tenggelam. Sungguh seluruh pesona dunia akan layu.... Janji yang
sungguh hebat.... "Selamat tinggal, Ray. Kau hanya punya waktu lima hari untuk
memperbaiki segalanya. Kau akan kembali sehat. Menyiapkan bekal
perjalanan jauh. Aku sudah menjawab seluruh pertanyaanmu.... Lima
pertanyaan. lima jawaban.. .. K-e-m-b-a-l-i-l-a-h!"
TAMAT Edit & Convert: inzomnia
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia Perang Melawan Helmacron 2 Fear Street - Sagas Vi Putri Putri Kesunyian Daughters Of Silence Pengelana Rimba Persilatan 6
^