Pencarian

Rembulan Tenggelam Di 5

Rembulan Tenggelam Di Wajahmu Karya Tere Liye Bagian 5


Istrinya tertawa kecil, membantu melepaskan dasi.
Ray menatap wajah mengantuk itu.... Dia seminggu lalu berkali-kali bilang
tidak usah sedap malam menung guinya pulang, tapi istrinya santai
berkata, "Aku kan harus memeriksa kau sedap pulang, ceroboh! Siapa
tahu ada bekas-bekas gincu, catatan nomor telepon, sisa-sisa
pengkhiana tan-" Tertawa.
"Kau sudah makan malam?" Istrinya bertanya mesra.
Ray menggeleng. Sebenarnya sudah! Tapi seminggu lalu, saat malammalam pulang, ditanya hal serupa dan dia mengangguk, istrinya
menunduk kecewa. Ray merasa amat bersalah. Makanya sejak malam itu,
sekenyang apapun dia pulang dari lokasi konstruksi bandara, Ray
memaksakan diri makan malam bersama istrinya.
Malam ini mereka boleh dibilang makan tengah-malam.
Semur jamur itu dingin...
"Aku panaskan dulu, ya-" Istrinya nyengir.
Ray menelan ludah, tersenyum. Menatap perut buncit istrinya.
*** Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Kaki langit menyemburat merah. Buih ombak terlihat ikut kemerahmerahan. Awan dpis menggantung meme-nuhi ufuk timur. Pagi yang
indah. Udara dingin menyergap. Menyenangkan.
Matahari terbit dari bingkai cakrawalaRay mendekap istrinya dari belakang. Berdiri berdua
di atas teras lantai dua. Kebersamaan yang hangat....' "Bagaimana kursus
bahasanya?" Istrinya menoleh
bertanya. "Baik.... Sepertinya harus ditambah bahasa Perancis,
yang..." "Perancis?" "Ada wakil khusus dari pengawas bandara seminggu terakhir.
Standarisasi Internasional.... Orangnya hanya mengerti bahasa itu.
Repot, kerjanya marah-marah melulu. Teriak sana teriak sini, membuat
yang ikut meeting pusing.... Tahu, dia marah atau sedang bernyanyi
rock..." Ray tertawa.
Istrinya ikut tertawa. Setidaknya kebersamaan indah setiap pagi ini tidak pernah terganggu
oleh kesibukan pekerjaan Ray. Mereka selalu berdiri berduaan di teras
selepas subuh, menyambut matahari terbit setiap hari. Sekali-dua,
warga komplek yang lari-pagi melambaikan tangan. Menegur. Mereka
membalas melambai. "Maafkan aku sering pulang terlambat, Yang"
Istrinya tersenyum, menggeleng. Tidak masalah.
Ray mengelus perut istrinya yang buncit.
"Kalau anak ini perempuan, ia akan secantik ibunya, tapi semoga giginya
tidak seperti milik ibunya-" Ray berbisik, tertawa.
Istrinya mencubit lengan Ray.
"Kau sudah menyiapkan nama untuknya?"
Istrinya mengangguk, tersipu. Beberapa minggu lalu mereka sepakat,
istrinya yang akan memberikan nama bayi mereka.
"Sudah dapat semalam saat menunggu kau pulang," "Boleh aku tahu!"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Istrinya menggeleng kencang-kencang. Tertawa- "Rahasia, ceroboh
nggak boleh tahu-" "Ayolah-" Ray menggelitiki istrinya. Istrinya
menggeliat, melepaskan pelukan, menghindar, "Biar jadi kejutan! Kalau
dikasih tahu nggak surprise!" "Gigi kelinci, kasih-tahu-atau-?" Ray
melotot, Istrinya tertawa, berlari, menyeringai di pojok teras.
Semburat merah semakin terang. Dua remaja tang gung tetangga
sebelah rumah masuk ke halaman, menghentikan Ray. Melambaikan
tangan ke atas. Istrinya meng angguk kecil. Bisnis Puding Pisang itu
belakangan maju sekali. Istrinya mengajak beberapa anak tetangga.
Kamar tengah lantai satu disulap menjadi dapur tambahan.
Urusan nama itu terlupakan. Ray mengalah tidak ber tanya lagi.
"Minggu depan counter yang di Pusat Perbelanjaan dibuka, kau harus
datang, ceroboh." Istrinya yang masih tertawa 'takut-takut' mendekat,
berdiri di sebelah Ray. "Aku akan datang.... Nanti kalau ada meeting mendadak dengan si
Perancis itu, aku akan kabur seperti insinyur dari Australia.... Tapi kau
jangan terlalu lelah, Yang. Bayi kita.... Semua persiapan bisa diurus
anak-anak, kan?" Istrinya tersenyum, mengangguk.
Matahari semakin tinggi. Ray mengeluarkan jam gantungnya. Mendesah
pelan, "Aku malas sekali harus berangkat kerja hari ini..."
Istrinya tertawa menimpali, 'Tapi akujustru malas sekali kalau harus
melihat kau sepanjang hari di rumah, pasti banyak barang yang rusak... "
Itu kalimat 'standar' penutup kebersamaan pagi mereka.
Setengah jam kemudian, setelah memeluk, mencium perut istrinya,
mobil hitam metalik Ray meluncur dari halaman rumah. Sibuk
melambaikan tangan dengan ekspresi muka seperu tidak akan bertemu
berpuluh-puluh tahun lagi. Ah***
Celaka! Entah apa rencana langit. Entah apa maksud semua takdir ini.
Urusan nama dan pembukaan counter Puding Pisang beberapa hari
kemudian benar-benar hancur berantakan. Berubah berbalik arah
menjadi menyakitkan. Sungguh menyakitkan-
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Ray malam itu lagi-lagi pulang terlambat.
Pukul 00.15, lewat tengah malam". Menyumpahi si Perancis yang
ngototnya minta ampun membahas pelebaran setengah meter runaway
bandara. Ngoceh tentang antisipasi perubahan regulasi lima puluh tahun
lagi. Membuat meeting berlarut-larut. Insinyur-insinyur yang lain tak
kalah gusarnya. Anggota konsorsium dari Australia sekali lagi tega
pulang lebih awal, berseru sebel, "Frankly, we have another business,
France!" Ray sengaja mematikan mobil di jalanan. Sudah terlalu larut. Kali ini dia
benar-benar tidak ingin membangunkan istrinya. Melepas sepatu di
halaman. Berjinjit. Mengeluarkan kunci. Perlahan membuka pintu depan.
Sukses. Istrinya tidak terbangun. Tidak menyambut di bawah bingkai
pintu. Melangkah masuk. Tetapi, hei! istrinya tidak ada di kursi depan.
Tidak tertidur di saru Rajutannya berserakan. Mungkin istrinya terlalu
lelah, me mutuskan tidur di kamar. Ray tersenyum, meraih rajutan kaos
kaki bayi yang jatuh di bawah kursi.
Baru setengah jadi, bentuknya lucu, ada motif kelinci di sana....
Ray merapikan rajutan itu di atas meja. Melepas dasi Melangkah menaiki
anak tangga. Tetapi istrinya tidak ada di kamar tidur mereka.
Ray menelan ludah. Di mana"
Membuka pintu kamar mandi. Kosong. Dan seketika ada sesuatu yang
berdesir. Benar-benar membuat Ray cemas. Ada yang tidak beres. Di
mana istrinya" Bergegas memeriksa seluruh lantai dua. Teras depan.
Kosong. Berlari ke lantai bawah. Dapur. Kosong.
Dan kaki Ray lemas seketika. Ray berteriak parau.
Bagai seekor elang dia melompat.
Lihatlah! Tubuh istrinya tergeletak di kamar mandi lantai bawah.
Tergeletak... Darah memenuhi lantai. Daster panjangnya kuyup. Ya
Tuhan! Ray panik sekedka. Wajah istrinya pucat-membiru. Ray gemetar
merengkuh istrinya. Dingin. Tubuh istrinya dingin.
Ray mendadak mendesis takut. Teramat takut! Berlari tersuruk-suruk
melewad ruang tengah menggendong istrinya. Menendang pintu depan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
rumah (tidak merasa perlu menutupnya lagi). Bergegas memasukkan
tubuh istrinya ke jok depan. Lantas kesetanan memacu mobilnya menuju
rumah sakit. Secepat mobil itu bisa melesatRay gentar sekali memikirkan banyak hal. Satu saja dari pikiran itu
cukup sudah membuat hadnya ciut. "Bertahanlah, Yang... Aku mohon,
bertahanlah!"Ray berbisik senyap, gemetar memegang kendali sdr.
Mobil berdecit di kelokan depan. Terus meluncur membelah jalanan
kota. Entah sejak kapan tubuh istrinya jatuh pingsan di
kamar mandi. Kalau dia bisa pulang lebih cepat...Kalau
dia bisa menemani istrinya.... Mungkin tidak akan separah ini.... Ray
menggigit bibir, mobil menerabas palang parkiran rumah sakit. Patah
dua. Mental. Rusuh lima menit kemudian di Instalasi Gawat Darurat. Dokter jaga
terbirit-birit masuk ruang operasi. Perawat yang tadi setengahmengantuk langsung siaga 100 watt. Petugas parkiran ikut rusuh
bertanya siapa pemilik mobil yang berani-beraninya menerabas masuk.
Tapi lebih rusuh lagi had Ray. Dia tepekur di kursi panjang lorong depan
instalasi. Buncah dengan ketakutan-ketakutan.
Apa maksud semua ini.... Aku mohon.... Sudah lama sekali pertanyaanpertanyaan itu pergi, enyah dari penatnya malam-malam panjang dulu.
Sudah lama sekali kepalanya tenteram, tidak mengutuk langit.....Tapi
demi melihat istrinya yang terkulai tak berdaya dari balik jendela kaca Ray
tersungkur dengan pertanyaan-pertanyaan itu lagi, "Apakah Kau lega
sekali lagi merenggut kebahagiaan itu. Kebahagiaan yang melingkupi
hatinya" Kebahagiaan istrinya! Setelah bertahun-tahun menjalani pahitgetir itu" Apakah kau selalu mengambil kebahagiaan dari orang-orang
baik?" Ray menghabiskan berjam-jam penuh tanya di lorong instalasi.
Semburat merah memenuhi kaki cakrawala. Matahari terbit sekali lagi
di ufuk langit. Indah. Entah apakah dia masih bisa menikmati
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
pemandangan itu bersamanya.... Ray tergugu. Mengusap wajahnya yang
kebas. Tetapi hari itu, Tuhan berbaik hati. Istrinya tertolong.
Lima belas menit berlalu sejak matahari mulai mendaki tinggi. Ray
tertunduk dalam memandang wajah istrinya yang tertidur. Muka itu
pucat. Tapi terlihat tenteram. Ray mengusap lesung pipit itu, mengusap
ujung hidungnya yang kecil tapi mancung, mengusap dahinya.... Ah, entah
apa yang akan dikatakannya pertama kali saat istrinya siuman nanti,
entah bagaimana dia akan menyampaikan berita menyakitkan itu. Ray
menggigit bibir, apakah ini masih bisa disebut kebaikan langit" Bayi
mereka tidak terselamatkan.
....Terisak. Pelan. "Harusnya aku menurutimu,Yang...." Berusaha menyeka ujung-ujung mata
dengan piyama rumah sakit, "Tidak terlalu sibuk-"
Ray menggigit bibir. Hadnya terluka menatap kesedihan di wajah pucat
itu. Membantu menyeka ujung-ujung mata istrinya.
"Akulah yang keliru.... Seharusnya akulah yang tidak pulang larut
sepanjang bulan ini. Membuatmu menunggu bermalam-malam. Kurang
tidur. Lelah...." Ray berbisik, menggenggam lembut jari-jemari istrinya.
Terdiam. Ruang rawat inap itu hening.
"Tadi bayinya sudah dikuburkan.... Perempuan-" Ray menelan ludah.
Hening. Mencoba tersenyum.
Istrinya terisak, mengeluh panjang mendengar berita itu, "Aku.... Aku
sudah menyiapkan nama yang indah buat-nya...
Senyap.... Menurut keterangan resmi dokter, istrinya keguguran karena rahimnya
tidak cukup kuat untuk mengandung. Apalagi dengan kesibukan
menyiapkan counter puding pisang di pusat perbelanjaan. Belum lagi
ditambah memaksakan diri menunggui Ray pulang sampai larut malam.
Kabar itu hanya menambah kesedihan....
Sebulan berlalu, kesedihan itu masih menyisakan jejak.
Ada banyak yang terlanjur disiapkan untuk menyambut bayi mereka.
Rajutan itu terpaksa disimpan. Mainan bayi yang sudah dibeli jauh-jauh
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
hari dimasukkan kembali ke dalam kardus. Tempat tidur bayi
disembunyikan dalam gudang.
Ray sekarang bisa pulang lebih cepat. Setelah bertengkar hebat dengan
si Perancis dan didukung kompak oleh insinyur lainnya, mereka
bersepakat tidak boleh lagi ada meeting yang berlarut-larut- apalagi
untuk urusan sepele. Mekanisme eskalasi masalah diubah. Dibuat
menjadi unit-kerja kecil-kecil. Hanya masalah penting dan mendesak
yang dibawa ke rapat besar. Si Perancis itu mangkel tidak bisa banyak
cakap lagi. Istrinya dari luar terlihat sudah riang. Sudah banyak tertawa
menanggapi gurauan Ray sepanjang hari. Tapi Ray tahu persis, kesedihan
itu masih menggantung di matanya. Kesedihan itu masih membekas.
Malam-malam dia sering melihat istrinya memandangi rajutan pakaian
bayi di ruang depan. Dan dia bingung harus melakukan apa. Belakangan
tanpa sepengetahuan Ray, istrinya kembali sering mengunjungi bangsal
anak-anak itu. Bercengkerama. Kunjungan itu berbahaya, istrinya
memang mendapatkan kesenangan, tapi saat kembali, rasa sedih itu
menggantung lebih besar. Membuat helaan nafas semakin berat.
Enam bulan berlalu dari keguguranMalam datang menjelang. Rembulan bundar menghias angkasa. Bintanggemintang tumpah membentuk ribuan formasi indah. Angin malam
berhembus lembut. Menelisik anak-anak rambut. Sela-sela kuping.
Bernyanyi. Ombak bergulung membuncah pantai. Terdengar nya-manberirama. Menyenangkan.
Ray berjalan bersisian bersama istrinya menjejak pasir lembut.
Menikmati malam. Berdua. Mendekap bahunya mesra.
"Kau tahu, aku paling suka menyaksikan rembulan seperd ini sejak
kecil,_yang.... Entahlah, aku tidak mengerti apa yang terjadi setiap aku
melihat rembulan. Tapi aku selalu merasakan tenteram menatapnya....
Damai!" Ray berkata pelan, mendongak.
Mereka berdiri, diam sejenak.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Dulu waktu di Rumah Singgah itu, si kembar Oude dan Ouda suka sekali
berteriak, 'Malam purnama! Tolong! lolong! Selamatkan diri kalian"
Berlari-lari pura-pura berlindung..." Ray tertawa.
Istrinya ikut mendongak, tersenyum lemah.
"Rembulan ini selalu membuatku sejenak bisa melupakan banyak
masalah.... Semakin sesak apa yang kupikirkan, maka semakin sering aku
duduk menatapnya, mengadu.... Kau tahu.... Dua tahun terakhir
bersamamu, aku tidak pernah merasa perlu menatap rembulan lagi...."
Ray berbisik pelan, tersenyum.
Istrinya menoleh, menatap lamat-lamat wajah berbinar Ray.
Ray mencium kening istrinya, "Kau masih sedih.
Yang?" Senyap. Istrinya menghela nafas. Tertunduk.
"Aku tahu kau masih sedih.... Kalau aku boleh ikut merasakannya apa
yang sesungguhnya menganggu perasaanmu?"
Ray menatap lembut. Istrinya justru terisak pelan, menatap balik Ray dengan mata indahnya,
yang sekarang berdenting membentuk pelangi- "Aku.... Aku hanya ingin
mengandung anak-anakmu...Melahirkan anak-anak kita. Membesarkannya
menjadi anak-anak yang baik, anak-anak yang lebih beruntung dari kita.
Tapi dia pagi' begitu saja.... Diambil begitu saja.... Bagaimana aku bisa
menghilangkan perasaan sedih itu begitu saja...."
Ray mendekap istrinya lebih erat.
"Aku menginginkan kau bahagia melihat anak-anak
kita...Kau bahagia melihat mereka tumbuh besar- Kau
ikhlas dengan semua apa yang kulakukan untukmu - Kau menerima apaadanya yang kulakukan untukmu, ridha.... Aku takut kepergian anak itu
membuat kau sedih.... Membuat kau sedih... "
Ray mendekap istrinya lebih erat lagi.
Lihatlah! Dia benar-benar lelaki paling beruntung. Malam ini, saat dia
bertanya apa yang membuat istrinya sedih berkepanjangan, istrinya
justru mencemaskan dirinya. Mengatakan kalimat itu....
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Ray Mencium kening istrinya. Berterima-kasih- ***
PINDAH! Ray memutuskan pindah. Mereka membeli rumah besar di
lereng pebukitan kota. Terlalu banyak kenangan yang 'menganggu' di


Rembulan Tenggelam Di Wajahmu Karya Tere Liye di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

rumah lama. Suasana baru akan membawa kenangan-kenangan baru.
Membuai ma sa-masa menyakitkan itu terlupakan...
"Tempatnya sejuk, baik untuk kesehatanmu, Gigi Kelinci! Dan kita tidak
perlu lantai dua untuk memandang hamparan cahaya kota di malam hari.
Kau tidak perlu naik-turun.... Rumahnya lebih besar, lebih indah...." Ray
tersenyum, membujuk istrinya pindah.
Istrinya menurut, hanya berbisik, "Aku tidak memerlukan rumah yang
lebih besar, yang lebih indah, Ceroboh.... Semua ini sudah lebih dari
cukup. Sepanjang kau ridha padaku...." Ray tertawa. Membuka mulut,
menggerakkan bibir bersiap menirukan kalimat yang sering diucapkan
istrinya. Istrinya tertawa malu, mencubit lengan Ray.
Tiga tahun berlalu sejak mereka pindah!
Melesat bagai pesawat lepas landas di bandara. Wushh....
Bisnis Puding Pisang itu tumbuh cepat. Sudah ada empat counter di
seluruh kota, dan rencana ekspansi ke kota lain dalam waktu dekat.
Pekerjaan Ray berjalan lancar. Bandara Internasional Kota sejak dua
tahun terakhir memasuki tahap pengerjaan fisik. Urusan ini Ray ahlinya,
pekerjaan konstruksi berjalan jauh lebih cepat dibandingkan masa-masa
perencanaan dulu. Lagipula kursus bahasa asingnya berjalan baik. Si
Perancis itu bisa diatasi, yang baru disadari selama ini mereka seringkali
bertengkar hanya gara-gara tidak mengerd satu-sama-lain. Dengan
bahasa yang sama, masalah mereka sederhana.
Tiga tahun berlalu tanpa terasa. Tanpa terasa" Tidak juga, dga tahun
menunggu, istrinya sekali-dua mulai berbisik cemas tentang janganjangan ia tidak bisa hamil lagi.
Dan Ray juga akhirnya ikut-ikutan cemas. Khawatir kesempatan itu tidak
akan datang lagi. Was-was.... Beruntung saat mereka mulai menyiapkan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
banyak terapi, penantian itu berakhir. Pagi itu istrinya mendadak mualmual.
Kegembiraan melingkupi rumah besar lereng pebu-kitan. Istrinya
kembali hamil. Kali ini Ray jauh lebih siap, belajar dari pengalaman. Mereka rajin
berkonsultasi. Memastikan istrinya tidak terlalu sibuk. Ray juga
mengurangi separuh aktivitasnya di lokasi konstruksi. Berangkat lebih
siang, pulang lebih awal. Bisnis Puding Pisang diserahkan sepenuhnya ke
anak tetangga mereka. Istrinya hanya sibuk mengawasi. Dan Ray sibuk
mengawasi istrinya. Ray punya waktu banyak menemani istrinya merajut pakaian-pakaian
bayi. Menemaninya berjalan-jalan di sepanjang jalan setapak lereng
bukit. Berbelanja keperluan bayi di Pusat Perbelanjaan. Duduk-duduk di
halaman menyaksikan indahnya hamparan cahaya kota di malam hari.
Tiduran beralaskan tikar di halaman rumah menyaksikan rembulan dan
bintang-gemintang. Perut istrinya semakin buncit. Sudah menjelang tujuh bulan, dan Ray
semakin ke sini, semakin banyak 'melayani' istrinya. Urusan dapur
sepenuhnya diambil alih"Nyonya! Aku mohon, Nyonya duduk saja di sana.... Oke, biar aku yang
mengantarkan makanan!" Ray berkata riang, terampil mengiris wortel di
tatakan. Dia sudah tamat kursus memasak"Aku bantu, ya!"
"Ups! Nyonya jangan bandel.... Duduk di tempat! Atau nand aku ikat! Ini
masakan hebat.... Semua kelinci pasti suka!" Ray tertawa, mengacungkan
wortel yang belum dipotong.
Istrinya ikut tertawa. Menyeringai. Bukan apa-apa, kalau Ray tidak
ditemani, rasa masakannya antah-berantah, hasil kursus Ray nol besar.
Istrinya beranjak bangkit, menarik kursi, duduk dekat Ray. Mengawasi
racikanPagi ini hari Minggu, Ray riang menyiapkan sarapan. Hari yang
menyenangkan. Dua hari lagi hari raya kurban. Ada banyak kabar
gembira minggu-minggu terakhir ini. Pertama, kandungan istrinya sehat.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Sepanjang istrinya rajin minum obat penguat rahim, tidak terlampau
lelah, tidur cukup, dan berbagai daftar tidak lainnya dalam checklist
saran dokter, bayi mereka aman.
Kedua, konstruksi Bandara Internasional Kota sudah mencapai 90
persen selesai, semuanya sesuai jadwal, sesuai anggaran. Ray
mendapatkan pujian dari anggota konsorsium. Kalau semuanya lancar,
dua bulan lagi presiden dan petinggi negara dari Ibukota yang akan
meresmikannya langsung. Itu berarti Ray dan istrinya ikut berdiri di
antara rombongan hebat tersebutHari ini mereka berencana pergi ke salah satu pusat perbelanjaan. Ada
acara penting. Cucu pemilik gedung yang berumur sembilan tahun
mengikuti Lomba Busana Oriental. Tahun baru Cina datang bersamaan
dengan tahun baru Hijriyah. Istri Ray mengenal baik cucu pemilik
gedung dari jadwal kunjungan rutin ke bangsal anak-anak di Rumah
Sakit. Keluarga pemilik gedung itu juga mengenal baik Ray dan istrinya.
Enam tahun berkeluarga, Ray membina hubungan silaturahmi yang baik
ke semua pihak di seluruh kota. Termasuk keluarga-keluarga pekerja
kasarnya. Setengah jam setelah sarapan yang dipenuhi olok-olok masakan, Ray
riang mengeluarkan mobil dari garasi. Memanaskan mesinnya.
Bersenandung. "Kau tidak berganti pakaian, Yang?" Kepala istrinya keluar dari bingkai
jendela. "Sudah rapi, kan?" Ray nyengir, mengangkat bahu.
"Dasar ceroboh, kau tidak ingin terlihat aneh, bukan" Semua orang
pasti memakai baju Cina! Masuk. Biar aku yang menggantinya!"
"Baik, Nyonya Kelinci!" Ray menyeringai, menurut.
Mobil mereka menuruni jalanan bukit setengah jam kemudian. Mengganti
baju paling lama hanya butuh waktu lima menit, tapi Ray banyak
bandelnya, mengeluh disuruh memakai baju berwarna serba merah.
Apalagi saat istrinya memasangkan topi dengan kuncir.
"Aduh, kan jadi mirip vampire kalau begini...."
"Memang! Vampire jelek!" Istrinya menatap galak.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Ray tertawa. Mana ada istrinya itu menakutkan kalau lagi melotot. Yang
ada malah lucu dan ehem, menggemas-kan. Lihatlah, dengan pakaian
seperti puteri kerajaan Dinasti Cina begini, istrinya terlihat anggun
sekali. Baju panjang berjuntai dan berenda berwarna merah. Rambut
disanggul, dipasangkan topi berumbai. Ray gemas menjawil rambut
panjang istrinya, berusaha mencium lehernya.
Dia dicubit sebagai balasannya.
Istrinya benar, saat mereka dba di tempat acara, seluruh ruangan
dipenuhi pengunjung dengan baju oriental. Pemilik gedung yang 100
persen keturunan Cina itu mendekat, menyambut. Tertawa melihat Ray.
Ray apalagi, ter-rawa lebih lebar melihatnya. lihatlah, Koh Cheu, begitu
Ray (disuruh) memanggilnya, mengenakan selempang segala. Lengkap
dengan pedang kebesaran. Umurnya berhilang enam puluh tahun, mana
cocok dengan gaya Panglima Perang seperu ini.
Ray mengenal baik keluarga Koh Cheu, sebaik keluarga itu mengenal Ray
dan istrinya. Istri Koh Cheu sering berkunjung ke rumah lereng
perbukitan. Jadi saat beberapa menit Ray sibuk berdiskusi dengan Koh
Cheu tentang pekerjaan ("Besok kau harus memastikan bagian runaway
dua, Ray! Juga gudang kargo!'), istrinya asyik berbincang dengan istri
Koh Cheu, bertanya tentang kehamilan.
Terpotong, "Aduh, Koh jangan bicara pekerjaan, sekarang!" Istri pemilik
gedung itu protes. Menyikut suaminya. Tertawa.
Keluarga taipan itu mengambil tempat duduk. Ray dan istrinya
mengikuti. Pusat Perbelanjaan ini milik Koh Cheu. Acara lomba busana
oriental yang diikuti cucunya diselenggarakan manajemen gedung.
Jurinya juga kerabat Koh Cheu. Ray nyengir menyadarinya. Jadi buat
apa coba cucu Koh Cheu repot-repot ikut lomba" Pasti menang, bukan"
Tetapi acara lomba busana oriental anak-anak itu menyenangkan,
terutama bagi istrinya. Lagu Cina daratan beberapa menit kemudian
memenuhi langit-langit ruangan, Lomba segera dimulai. Dan peserta
lomba yang terdiri dari anak-anak umur empat hingga dua belas tahun
keluar satu-persatu, berlenggak-lenggok di atas panggung.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Ray melirik istrinya, terlihat sekali betapa berbinar-binar istrinya
melihat anak-anak kecil yang menggemaskan tersebut berlalu-lalang.
Ray mendekap istrinya. Menggenggam tangannya lembut.
Ada anak berumur empat tahun, gaunnya indah. Berjuntai bak burung
merak. Wajahnya imut. Sayang si anak tidak bergeming di atas
panggung. Hanya berdiri seperti hendak upacara bendera. Bingung
menatap keramaian. Tertawa. Pengunjung tertawa, "Ayo, sayang, jalan...
" Istri Ray berbisik dari tempat duduknya. Ray menoleh. Menyimak
wajah riang istrinyaPembawa acara memberikan contoh gerakan, si anak polosnya meniru.
Padahal pembawa acara jahil bergaya aneh-aneh. Tertawa. Ruangan
semakin ramai. Istri Ray mendekap mulut menahan tawa.
Di nomor urut kesekian, seorang anak lelaki berumur lima tahun keluar
mengenakan topi kerajaan. Gaya sekali memainkan pedang bohongan di
tangan. Anak itu sigap dengan gerakan menyabetnya. "Aduh, manisnya-"
Istri Ray berseru pelan. Ray mengangguk. Sayang, anak itu terja-tuh
saat hendak turun panggung, "Dia mirip sekali denganmu, ceroboh!' Istri
Ray menahan tawa. Ray ikut tertawa,
Ada peserta yang pakaiannya kedodoran. Ampun, benar-benar merosot
menyisakan celana dalam. Dan anak itu pede-nya masih berlenggaklenggok. Penonton menahan tawa. Pembawa acara buru-buru membantu
memasangkan kembali pakaiannya. Dan kesalahan teknis di atas
panggung itu terjadi berkali-kali. Ada anak yang membawa kipas
berukuran besar. Hendak membukanya. Pose! Sayang, kipasnya macet.
Anak itu bingung, menangis. Penonton tertawa. Dan tak terhitung
peserta yang jatuh menginjak pakaian mereka sendiri.
Peserta terakhir, benar-benar memesona. Cucu pemilik gedung. Gadis
kecil berumur sembilan tahun. Mengenakan pakaian yang indah. Bergaya
sesuai umurnya. Malu-malu. Tersipu. Cantik dengan wajah orientalnya.
Penonton bertepuk-tangan memberikan tepuk-tangan. Istri Ray
berbisik, "Anak itu cantik sekali-"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Ray merengkuh bahu istrinya, berbisik, "Anak kita akan jauh lebih
cantik, sayang-" Istrinya menoleh, tersenyum, mengangguk.
Tiga jam berlalu. Lomba Busana Oriental itu usai. Acara yang
menyenangkan. Sayang, cucu pemilik gedung tidak menang. Ray
mengusap wajahnya, dia salah mengira- ***
Celaka! Kesenangan tadi siang ternyata mahal sekali. Entah apa rencana
langit. Entah apa maksud semua ini.
Malam itu, saat Ray dan istrinya duduk di halaman rumah riang
memandang hamparan kota yang memesona. Saat Ray menggelitiki
istrinya sambil berseru mengancam.
"Gigi Kelinci! Ayo, kasih tahu! Siapa namanya?"
Saat istrinya menghindar, "Nggak mau! Itu kan kejutan!"
Saat itulah, langkah kaki istrinya mendadak terhenti.
Bagai pasak yang dihujamkan.
Bagai seekor burung terkena panah pemburu.
Istrinya mengkerut. Jatuh terduduk. Wajahnya meringis. Mulutnya
mendesah tertahan. Seluruh tubuhnya mengeras seketika. Dan mata
hitam-bulat indahnya terpejam menahan sakit.
Ray meloncat bagai seekor elang. Berseru panik.
"Ada apa, Yang" Apanya yang sakit" jangan bercanda, Yang-"
Darah! Darah berceceran membasahi daster istrinya, Apa maksud
semua ini" Gemetar Ray membantu istrinya duduk di halaman rumput.
Lantas berlari kesetanan mengeluarkan mobil dari garasi. Menggendong
istrinya patah-patah. Gemetar meletakkan tubuh istrinya di jok depan.
Melesat menuruni pebukitan.
"P-e-r-i-h..." Istrinya mendesah tertahan.
"Sabar yang, sabar.... Bertahanlah, aku mohon-"
Mobil Ray memecah keramaian kota. Pukul 21.05, jalanan ramai oleh
pasangan muda-mudi, keluarga, dan orang-orang yang sendirian
menghabiskan malam minggu, Mobil itu dua kali menerabas lampu merah.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Dua kali meng ambil jalur berlawanan. Berkali-kali menyalip mobil
lainnya. Menerabas masuk papan pengatur parkiran rumah sakit. Patah dua.
Mental. Ray berteriak-teriak di depan Instalasi Gawat Darurat, memanggil
perawat yang berjaga. Dia membopong istrinya, memaksakan diri
berlari. Tangannya basah oleh darah. Kemejanya juga basah. Perawatperawat bergegas menyiapkan kereta dorong. Dokter jaga, yang
menangani konsultasi Ray selama ini dan juga operasi keguguran tiga
tahun silam bergegas menyambut. Memberi perintah ini-itu, mencoba
menguasai keadaan. Istrinya dibawa masuk ke ruangan kaca....
Ray berdiri termangu, menatap kosong istrinya yang tergeletak tak
berdaya di dalam ruangan. Ya Tuhan, apa maksud semua ini" LAGI"
Kenapa Kau lakukan sekali lagi" bukankah dia sudah menyiapkan
semuanya. Berhati-hati. Kenapa Kau lega melakukannya sekali lagi"
Setengah jam berlalu, dokter itu keluar dari ruangan.
Ray gemetar menunggu"Kami harus mengoperasi bayi-nya, Ray!"
"Apakah bayinya selamat?" Ray mencicit.
"Kami belum tahu, tetapi tenanglah! Kondisi istrimu jauh lebih baik
dibandingkan tiga tahun silam. Pendarahannya tidak parah. Kita
berharap operasi akan menyelamatkan kedua-duanya...Istrimu sadar,
kondisinya sejauh ini baik-terkendali. Kau mau bicara sebentar" Lima menit. Kami harus
menyiapkan operasi...."
Ray tidak perlu mendengar kalimat itu dua kali, dia bergegas masuk ke
dalam ruangan kaca. Menggigit bibir. Melangkah pelan, mendekat.
Istrinya menatap lemah, mencoba tersenyum.
"Apa kata dokter?" Istrinya bertanya amat pelan.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"B-a-i-k.... Kau akan baik-baik saja, Yang. Mereka sedang menyiapkan
operasi.... Bayi kita akan selamat!" Ray berbisik, mengelus lembut dahi
istrinya. Wajah itu tcr lihat amat lemah. Pucat.
Diam. Senyap. Istrinya entah mengapa mendadak menangis. "Kau jangan menangis.
Yang. Semua pasd baik-baik saja!"
"Aku takut-" 'Tidak ada yang perlu ditakutkan.... "Aku takut-"
"Ada aku,yang.... Aku kan terbiasa mengusir orang-orang yang
membuatmu takut!" Ray tertawa getir, mencoba bercanda.
Keliru! Ray benar-benar keliru. Urusan malam ini tidak pernah
sesederhana yang Ray bayangkan. Untuk seseorang_ yang akan pergi.
Terkadang pertanda itu datang seketika, Itulah yang dilihat istrinya
beberapa dedk lalu. Saat pertama kali menatap suaminya mendekat.
"Jangan menangis yang, aku mohon.... Kalau kau menangis aku jadi ingin
menangis-" Ray pura-pura meng usap ujung matanya.
Istrinya tersenyum lemah, "Apakah aku terlihat cantik"'
Senyap. Ray menelan ludah. Pertanyaan jenis apa ini" Dalam situasi
seperti ini" Ray pelan mengangguk, mengusap ujung-ujung mata itu.
"Seperti apa cantiknya aku?"
Ray menggigit bibir. Aduh, bagaimanalah dia menjelaskannya. Ray
tersenyum malu.... Cantik sekali, sampai dia dulu (dan sekarang)
kehilangan kata-kata untuk menugaskannya. lihatlah, muka pucat ini saja
masih terlihat anggun-memesona.
"S-e-p-e-r-t-i a-p-a?"
Ray mengusap rambut. Kemudian pelan mengangkat kedua belah telapak
tangannya. Mengacungkan sepuluh
lari.

Rembulan Tenggelam Di Wajahmu Karya Tere Liye di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Istrinya tersenyum lemah. Hening.
"Kau tahu, Ceroboh, aku ingin selalu terlihat cantik di matamu.... Aku
ingin selalu terlihat cantik...." Istrinya terisak lagi. Ray menelan ludah,
mengusap pipi berlesung pipit itu.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Aku ingin kau selalu merasa senang kepadaku...
Merasa ihklas...." Istrinya tersengal pelan, "Aku bahagia sekali dengan
semua kehidupan kita.... Semua janji-janji
manis yang kau berikan...Anak-anak kita, membesarkan
anak-anak kita yang jauh lebih beruntung.... Anak-anak yang akan
memiliki orang-tua" Istrinya semakin tersengal"Kita akan membesarkannya, Yang-" Ray berbisik. Istrinya tersenyum
amat lemah.... "Saatnya, Ray!" Dokter kembali full-pasukan. Full peralatan.
Ray tersenyum menatap istrinya. Mengecup dahinya. Berbisik. Kemudian
pelan melangkah keluar dari ruangan. Saat keluar itulah dia menyadari
sesuatu. Ada yang keliru. Semua ini ada yang salah. Ray tidak tahu apa
itu. Tetapi ada yang tidak beres.
*** Takdir itu apa" Adakah yang berbaik had bisa men jelaskannya kepada
Ray malam itu" Ketentuan langit itu apa" Adakah yang bisa membantu
menjelaskannya kepada Ray malam itu.
Lima menit operasi berjalan, semuanya benar-benar memburuk.
Pendarahan. Istrinya pendarahan lagi. Dan kali ini parah. Pontangpanting suster menyiapkan kantong-kantong darah.
Lima belas menit operasi berlalu darah di kantong-kantong persediaan
rumah sakit habis. Bagai ember bocor darah mengalir keluar dari rahim
istrinya. Ray menggigit bibir masuk ke dalam ruangan kaca. Hanya dia
yang memiliki darah AB rhesus negatif. Ray tergugu menatap wajah
istrinya yang pucat-pasi tertidur oleh obat bius. Tidak ada waktu untuk
mengambil darah Ray, lantas dipindahkan ke istrinya. Dokter bergegas
menyambungkan tangan me reka berdua. Lengannya tertancap belalai,
menyambung ke lengan istrinya. Darah segar itu mengalir...
Biarlah darahnya habis dipindahkan, asal istrinya sela mat. Biar, asal
bayinya selamat.... Ray menggigit bibir, Biarlah habis...
Lima menit berlalu. Bayi itu tidak terselamatkan. Ray tersungkur di
samping istrinya. Dokter menelan ludah. Perawat-perawat menyeka
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
ujung mata. Lima menit berlalu lagi, sebelum darah Ray benar-benar
habis, dokter berhasil menahan pendarahan.
Sobekan di perut untuk mengeluarkan bayi berusia tujuh bulan itu
kembali dijahit. Luka-luka terhend mengucurkan darah. Operasi itu
selesai. Istrinya masih terkulai pingsan. Ray tergugu di sebelah istrinya.
Menangis tanpa air mata. "Sebaiknya kau menunggu di ruang jaga, Ray!"
Ray menggeleng. Tidak. Dia tidak akan pergi kema-na-mana. Dia ingin
istrinya melihat wajahnya saat pertama kali nanti siuman. Semua ini
menyedihkan. Semua ini amat menyakitkan. Dia ingin menggenggam
tangan istrinya, mendekap istrinya saat istrinya tahu untuk pertama
kalinya kalau mereka baru saja kehilangan permata mereka, lagi. Dokter
menghela nafas. MembiarkanWaktu berjalan lambat. Enam jam berlalu. Pukul 04.15.
Sebentar lagi azan subuh berkumandang.
Ray yang setengah terkantuk tetap memaksakan diri berjaga.
Jemari istrinya bergetar pelan. Ray terbangun. Jemari itu bergetar
lagi. Ray menelan ludah. Mata istrinya pelan membuka. Kesadaran itu
kembali. Perlahan. Mata istrinya lamat menatap sekitar. Masih bayangbayang. Remang. Mencari. Melihat Ray di sebelahnya. Terhenti. Pelanpelan terang. Menatap suaminya amat redup, tersengal bernafas.
"A-n-a-k k-i-t-a?" Bertanya pelan, antara terdengar dan tidak.
"Ia baik-baik saja. Yang," Ray menggigit bibir. "L-e-l-a-k-i-p-e-r-e-m-pu-a-n?" Memaksakan bertanya.
"Perempuan." Ray menunduk. Dia tidak tahu, belum bertanya"Apakah ia cantik?"
"Candk sekali, tanpa gigi kelinci-"
Istrinya berusaha tersenyum.
Senyap. Ray mengelus lembut jemari istrinya. Nanti-nanti setelah
kondisi istrinya lebih sehat dia bisa menjelaskan semua.
Sayang, ternyata sungguh tak ada lagi nanti-nanti itu..
Entah apa sebabnya, mendadak istrinya menangis, terisak dalam. Amat
memilukan menatap wajah lembut itu menangis. Mengiris hati siapa saja
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
yang melihatnya. Kesedihan memancar bagai mata air yang direkahkan.
Wajah itu amat sendu"Jangan menangis. Yang.... Kumohon.... Semuanya akan baik-baik saja!"
Ray menelan ludah, bingung.
Kenapa istrinya menangis"
"Apakah kau ridha kepadaku?" Istrinya bertanya ter-sengal. Di selasela tangisnya....
Ray menelan ludah. Apa maksud pertanyaan ini.
Apa maksud pertanyaan ini" Bagaimana mungkin dalam situasi seperti ini
istrinya bertanya kalimat itu" Bukankah kata dokter semuanya akan
baik-baik saja" "Jangan menangis...." Ray membujuk.
"Apakah kau ridha padaku...." Istrinya bertanya lagi, mata itu semakin
redup, nafasnya semakin tidak terkendali.
Ya Tuhan! Mendadak Ray ditanamkan kesadaran itu. Kesadaran yang
membuatnya tergugu seketika. Ini kalimat terakhir!Jemari Ray seketika
gemetar menggenggam jemari istrinya....
"Jangan.... Kumohon jangan pergi!" Ray berseru panik.
Azan subuh dari mesjid dekat rumah sakit terdengar.
"Apakah kau ridha padaku. Yang" Istrinya bersuara lemah, semakin sulit
dengan pertanyaannya, nafasnya sudah satu-dua.
"KUMOHON! JANGAN PERGI!" Ray menekan bel di sebelah ranjang.
Panik! Berusaha memanggil dokter, perawat. Siapa saja datanglah
segera! "JANGAN PERGI!!" Ray gemetar merengkuh rubuh itu.
"A-p-a-k-a-h?" Istrinya menatap lemah, menunggu.
Tidak akan ada lagi harapan itu. Benar-benar tidak akan ada lagi.... Ray
terpana! Menggigit bibirnya. Mata isunya menunggu...
Ray m-e-n-g-a-n-g-g-u-k pelan. Sungguh!
Ya Tuhan, dia sungguh ridha dengan apa yang dilaku kan istrinya selama
ini. Sungguh ikhlas atas semua perlakuan istrinya....
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Anggukan itu 'mahal' sekali harganya.
Anggukan itu mengantar semuanya.
Mata indah istrinya pelan menutup. PergiSelamanyaApakah Kau Ridha Padaku
ESOK sore, sehari menjelang hari raya, istrinya dimakamkan. Bersisian
dengan dua permata mereka, yang tanpa nisan.
Hujan gerimis membasuh kota. Payung-payung hitam terkembang. Bunga
kamboja berguguran. Kumbang hitam berterbangan, menari duka.
Berdesing. Suara jangkrik meningkahinya. Perkuburan kota terlihat
sendu. Prosesi pemakaman itu sudah usai lima belas menit lalu. Undangan
mulai beranjak pergi. Mobil-mobil perlahan meninggalkan jalanan.
Menyisakan asap putih knalpot yang mengambang di udara. Senyap.
Perkuburan kota semakin sepi. Satu-persatu pelayat, teman dekat,
relasi bisnis, pekerja, dan tetangga beranjak pulang. Memeluk Ray.
Memegang bahunya. Berbisik ikut berduka-cita. Sayang, telinga Ray
sudah kebas sejak semalam, dia sudah tidak bisa mendengarkan lagi.
Tangan-tangannya juga sudah kaku sejak terakhir kali melepaskan
pelukan ke tubuh membeku itu, tangan-tangan itu sudah tidak bisa
merasakan lagi. Matanya tumpul, dipenuhi rona kepiluan....
Jo yang terakhir pergi. Sore semakin matang. Semburat merah
memenuhi pemakaman yang letaknya hanya sepelemparan batu dari
pantai. Matahari beranjak tenggelam. Jo hendak menyentuh bahu Mas
Rae-nya, tapi Jo terlalu gentar. Kesedihan yang menguar dari wajah itu
bahkan cukup untuk membuat siapa saja yang melihatnya tertunduk
dalam. Jo menelan ludah, beringsut mundur.
Meninggalkan Ray sendiri. Berteman gerimis yang tak kunjung
menderas, atau mereda. Berteman debur ombak yang ditingkahi derik
jangkring dan desing kumbang.
Duduk. Ray menatap kosong pusara istrinya. Lututnya kotor. Terbenam
di lumpur. Kemejanya lembab. Tidak. Ray tidak terisak. Sejak semalam
dia menangis, tapi dia menangis tanpa suara. Tangisan itu mendera hari,
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
bukan mata. Umurnya 34 tahun sekarang. Melewati enam tahun
bersamanya. Enam tahun yang indah....
Si Gigi Kelinci! Wajahnya yang sendu di gerbong kereta terlukis di
pelupuk. Bangau-bangau putih berterbangan. Hamparan sawah
menguning. Tatapan pertama mereka. Wajah yang tak peduli itu, sama
sekali merasa tidak perlu menoleh, Ray tersenyum getir... Wajahnya
yang riang di bangsal anak-anak rumah sakit. Dia mencengkeram ujung
ujung kaca, untuk mendapatkan perhatiannya. Wajah itu membalut'
tangannya dengan lembut. Ray seperu bisa melihat lagi bedak pipi
kirinya yang tak rata. Giginya yang lucu bagai gigi kelinci terlihat saat
pertama kali ia membuka mulutnya.
"Kenapa kau sering sekali terluka di pintu yang sama?" Apa yang dia
bilang waktu itu" "Aku merasa tempatku di situ, tetapi hatiku tidak
sedang di situ... " Ray tersenyum semakin getir....
Gadis itu memanggilnya Si Ceroboh.
Dia memanggilnya Si Gigi Kelinci.
Wajahnya yang lelap, wajahnya yang tertawa riang bercanda. Saling
menggelitiki.... Wajahnya yang lelah menunggu bermalam-malam.
Tertidur di atas kursi depan bersama rajutan-rajutan.... Ray tertunduk.
Hatinya benar-benar bagai digores seribu sembilu. Semua kenangan ini
menyakitkan. Ray gemetar mencengkeram tanah merah di depannya. Apa maksud
semua ini! Kenapa Kau TEGA" Kau renggut bayi kami tiga tahun silam...
Dan sekarang Kau renggut istri
dan bayiku sekaligus...Apakah Kau SENANG melihat hambaMu tersungkur seperti ini" PUAS"
Ray meratap. Mulai mengutuk langit.
Ray tersungkur sendirian- ***
Tidak. Di pemakaman itu Ray sungguh tidak pernah sendirian. Di
pemakaman itu sesungguhnya ada EMPAT orang!
Ray yang tersungkur mencengkeram tanah merah. Pasien berumur enam
puluh tahun yang sekarang tersungkur mencengkeram tanah merah di
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
seberangnya. Orang dengan wajah menyenangkan itu. Orang dengan
wajah menyenangkan itu. Empat orang!
"Ray, kau lihat.... Malam itu, saat karnaval malam takbir, saat seluruh isi
dunia bergembira menyambut hari raya, saat kau tersungkur di sebelah
pusara istrimu, aku juga ada di sana.... Lihatlah! Aku menemanimu....
Sayang, kau tidak bisa melihatku waktu itu!" Orang dengan wajah
menyenangkan itu menyentuh lembut bahu pasien berumur enam puluh
tahun di sebelahnya. Senyap. Gerimis membasuh perkuburan. Malam perlahan datang.
Menggantikan semburat merah di cakrawala barat. Gelap. Kunangkunang, satu-dua mulai berter-bangan. Menarikan formasi indah.
"Ah, urusan ini memang menyedihkan. Amat menyakitkan.... Kau layak
bertanya, bagaimana mungkin langit begitu tega mengambil semuanya.
Serentak dalam satu tepukan.... Hanya menyisakan kau yang jatuh
tersungkur, sendiri.... Hanya mengembalikan kenangan-kenangan pahit
masa lalu itu. Menusuk-nusuk hati...." Orang dengan wajah menyenangkan
itu tengadah menatap langit, tetes air hujan membasahi wajahnya.
Tersenyum getir"Inilah pertanyaan ketigamu, bukan" Kenapa langit tega sekali
mengambil istrimu.... Kenapa takdir menyakitkan itu harus terjadi"
Seekor kunang-kunang, berani, terbang melintas di atas pusara istrinya.
Berdenging. Cahayanya berpendar memesona. Menerangi wajah pemuda
berusia 34 tahun, wajah pasien itu, dan dua wajah menyenangkan itu.
Berhadap-hadapan. Sayang, tidak ada yang berminat memperhatikan
sedikit pun. "Ray, pertanyaan ini sulit dijawab.... Sulit sekali dijelaskan kalau kau
memaksa memahaminya dari sisi yang seperti orang lain mencoba
memahaminya selama ini.... Tetapi itu akan menjadi sederhana kalau kau
mau melihatnya dari sisi yang berbeda.... Sisi yang seringkali kita
lupakan... "Kau tahu, hampir semua orang pernah kehilangan sesuatu yang
berharga miliknya, amat berharga malah.... Ada yang kehilangan
sebagian tubuh mereka, cacat, kehilangan pekerjaan, kehilangan anak,
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
orang-tua, benda-benda berharga, kekasih, kesempatan, kepercayaan,
nama baik, dan sebagainya...Kau kehilangan istri yang amat kau cintai...
dalam ukuran tertentu, kehilangan yang kau alami mungkin jauh lebih
menyakitkan- Tetapi kita tidak sedang membicarakan ukuran relatif
lebih atau kurang. Semua kehilangan itu menyakitkan....
"Apapun bentuk kehilangan itu, ketahuilah, cara terbaik untuk
memahaminya adalah selalu dari sisi yang pergi! Bukan dari sisi yang
ditinggalkan... Dalam kasusmu, penjelasan ini akan teramat rumit kalau
kau memaksakan diri memahaminya dari sisi kau sendiri, yang
ditinggalkan... Kau harus memahaminya dari sisi istrimu, yang pergi...
"Kalau kau memaksakan diri memahaminya dari sisimu, maka kau akan
mengutuk Tuhan, hanya mengemba likan kenangan masa-masa gelap itu....
Bertanya apakah belum cukup semua penderitaan yang kau alami!
Bertanya mengapa Tuhan tega mengambil kebahagiaan orang-orang baik,
dan sebaliknya memudahkan jalan bagi orang-orang jahat.... Kau tidak
akan pernah menemukan jawabannya, karena kau dari sisi yang
ditinggalkan.... Bukankah itu yang terjadi bertahun-tahun kemudian" Kau
tidak pernah bisa berdamai dengan kepergian istrimu...."
Dua orang dengan wajah menyenangkan itu menghela nafas prihatin.
Senyap. Pemuda umur 34 tahun dan pasien berumur enam puluhan itu
masih tersungkur di samping pusara.
"Ketahuilah Ray, bagi istrimu, sejak pernikahan kalian tujuan hidupnya
menjadi amat sederhana.... Kau sering mendengar istrimu berkata,
'Bagiku kau ihklas dengan semua yang kulakukan untukmu... Ridha atas
perlakuanku padamu.... Itu sudah cukup' Nah, itulah tujuan hidup baru
istrimu. Amat s-e-d-e-r-h-a-n-a....
"Kau tahu, istrimu benar-benar ingin menjadi yang baik bagimu, menjadi
ibu yang baik bagi anak-anakmu.... ia tidak pandai ilmu agama, ia baru
belajar itu se mua saat kalian menikah.... Tapi dia paham sebuah kali mat
yang indah, nasehat pernikahan kalian yang disam paikan penghulu: Istri
yang ketika meninggal dan suaminya ridha padanya, maka pintu-pintu
surga dibukakan lebar-lebar baginya....
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Hanya itu yang dipahami istrimu. Tapi ia sungguh-sungguh
melaksanakannya- ia mengubur semua masa lalunya yang kelam.
Menguburnya dalam-dalam. Ia ingin kau ihklas atas semua yang ia
lakukan, ia ingin kau menerima ia apa-adanya...Ia melayanimu sepenuh
had, menunggumu pulang malam-malam dengan riang, memaksakan diri
tetap terjaga saat kau pulang, memanaskan makan malam, memasangkan
dasi, melepaskan dasi, menyiapkan air hangat. Ia ingin kau ridha atas
semua perlakuannya... "Kenapa Tuhan selalu mengambil sesuatu yang menyenangkan dari
hamba-Nya, Kenapa Tuhan melemparkan kau lagi ke dalam kesedihan
itu" Malam itu, Ray.... Tuhan sungguh tidak sedang menghukummu,
malam itu saat rembulan gompal bersinar terang nan elok, saat bin-tanggemintang tumpah-ruah di angkasa menjelang subuh,
saat malam takbir hari raya...Malam itu. Tuhan sedang
tidak mengujimu! Tuhan justru sedang mengirimkan seribu malaikat
untuk menjemput istrimu. Sama seperti Diar.... Istrimu, anak manusia
yang gelap masa lalunya, menyakitkan masa kecilnya, subuh itu
menjemput takdir terbaiknya...Takdir langit yang hebat.... Kau ingat
saat dia akan

Rembulan Tenggelam Di Wajahmu Karya Tere Liye di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

meninggal?" Pasien itu mengangkat kepalanya, menatap kosong. Orang dengan wajah
menyenangkan itu tersenyum, "Istrimu berkata 'Kau tahu... Aku ingin
selalu terlihat cantik di matamu. ..Aku ingin selalu terlihat cantik...' Ah,
hanya wanita mulia-lah yang bisa mengatakan kalimat sehebat itu, Ray.
Dan sungguh sudah mulialah istrimu.... Istrimu bertanya di penghujung
hidupnya, 'Apakah kau ridha"' Dan kau mengangguk.... Ray, maka malam
itu seribu malaikat bertasbih turun mengungkung kota.... Malaikat yang
satu sayapnya saja mampu menutupi seluruh cahaya rembulan dan
bintang-gemintang.... Istrimu men jemput penghujung yang baik.... Inilah
jawaban mengapa istrimu harus pergi.... Kau harus melihatnya dari sisi
istrimu yang pergi, bukan dari sisimu yang ditinggalkan...'' Pasien itu
menunduk dalam. Menyeka matanya. Senyap.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Ray, istrimu telah mendapatkan tujuan hidupnya.... Dan kejadian itu
bagi kau dari sisi yang ditinggalkan, hanya memiliki satu penjelasan,
orang-orang dalam hidup seharusnya memiliki tujuan. Yang dengan
menyelesaikan tujuan itu maka dia akan tersenyum saat maut
menjemput.... "Kenapa Tuhan selalu mengambil sesuatu yang menyenangkan dari
hambanya, apa semua kesedihan ini kurang menyakitkan" Ray, orangorang yang memiliki tujuan hidup, maka dia tidak akan pernah bertanya
soal ini.... Baginya semua kesedihan yang dialaminya adalah tempaan,
harga tujuan tersebut.... Semua orang bisa mendefinisikan tujuan
hidupnya, istrimu ingin ridhamu, seorang ayah ingin anaknya berhasil,
menjadi dokter, insinyur, itu semua tujuan hidup! Tidak peduli sekecil
apapun itu, yang pendng mereka bersungguh-sungguh melakukannya...
Membuatnya nyata...Ada banyak orang yang tidak memiliki tujuan
hidup, hanya terjebak dalam rutinitas harian.... Berangkat pagi, pulang
sore. "Tidak! Tidak ada yang salah dengan rutinitas, langit bahkan mencintai
rutinitas, langit menciptakan hidup dengan rutinitas, tapi kau
seharusnya memiliki kesenangan menjalani rutinitas itu, bisa saja kau
mempunyai tujuan hidup menjadi pekerja kantoran selamanya, tapi
untuk menjadi sungguh-sungguh sebuah tujuan hidup, maka kau harus
menjalaninya dengan senang, dengan riang, dengan sepenuh hati....
Seperti istrimu yang sepenuh hati melayani-mu.... Tersenyum riang,
padahal sedang demam. Selalu memeluk padahal hatinya sedang cemburu
karena kau pulang terlalu larut. Tetap melayanimu makan malam, padahal
kau terlihat enggan menyentuh makanan....
"Seseorang yang memiliki tujuan hidup, maka baginya tidak akan ada
pertanyaan tentang kenapa Tuhan selalu mengambil sesuatu yang
menyenangkan darinya, kenapa dia harus dilemparkan lagi ke kesedihan...
Baginya semua proses yang dialami, menyakitkan atau menyenangkan
semuanya untuk menjemput tujuan itu... Dan dia bertekad menjemput
akhir sambil tersenyum! Seperti istrimu... Ia meninggal dengan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
penghujung yang baik.... Ray, hanya ini satu-satunya penjelasan bagimu,
dari sisi yang ditinggalkan." Orang dengan wajah menyenangkan itu
menghela nafas pelan. Terdiam.
Pasien di sebelahnya menyeka pipi.
"Kau lihat, aku malam itu ada di sebelahmu.... Sayang, aku tidak bisa
mengajakmu bicara, tidak bisa menyampaikan penjelasan ini.... Hanya
menatap prihatin atas segala takdir hidup yang menyakitkan ini.... Tapi
tahukah kau" Kenapa aku mengunjungimu malam itu" Karena bayi-bayi
kalian.... Dua bayi perempuanmu. Dua bayi yang menjemput surga. Itulah
kenapa aku datang, meskipun aku tidak bisa menjelaskan banyak hal...."
Karnaval malam takbir mulai memenuhi jalanan. Gerimis sudah terhend
sejak lima menit lalu. Digantikan kemeriahan. Suara beduk dipukul
bertalu-talu memenuhi langit-langit kota. Suara klakson menambah
ramai. Galon-galon air yang didendang"Sebelum kita menuju pertanyaan keempatmu, ada sebuah rahasia kecil
yang harus kau ketahui. Rahasia kecil milik istrimu.... Aku akan
memberitahukannya, karena ini terkait dengan dua pertanyaanmu
sebelumnya. Agar kau semakin mengerti, bahwa tidak ada yang sia-sia
dalam hidup dan tidak ada yang tidak adil dalam hidup...
"Ray, siapa nama istrimu?" Orang dengan wajah menyenangkan itu
menyentuh lembut bahu pasien itu.
Pasien itu menoleh. Menyeka matanya. Apa"
"Siapa nama istrimu, Ray?"
"Fitri-" "Kau tahu kenapa istrimu bernama Fitri?"
Ray menggeleng. Bagaimana dia akan tahu"
"Karena istrimu lahir persis di Hari Kemenangan. hari Raya.... Kau ingat
pertama kali kalian bertemu" Di gerbong makan sehari setelah eksekusi
Plee.... Kau tahu, kenapa kalian bisa bertemu di sana" Karena istrimu
adalah bayi yatim rekan kerja Plee saat mengeksekusi kebakaran di
komplek rumah orang-tuamu.... Ya! Gadis sendu-mis-terius yang kau
kenali itu adalah anak satu-satunya dari partner kerja Plee yang
tertembus bilah bambu...."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Pasien itu menatap orang di sebelahnya, ternganga"Malam itu dia hadir di eksekusi hukuman gantung Plee, sebagai satusatunya kerabat Plee.... Dia akhirnya mendapatkan penjelasan tentang
masa lalunya dari Plee.... Mengetahui kalau ibunya berdarah-darah
melahirkan sendirian, lelah menunggui suaminya yang tidak pernah
pulang-pulang. ... Mengetahui ibunya meninggal enam bulan kemudian
karena tidak kuat menanggung beban...
"Membuat ia terdampar di panti yang buruk. Sama seperamu, itu
pertanyaan pertama dan kedua dalam hidupnya. ... Istrimu memang tidak
pernah tahu kalau kau korban kebakaran itu, karena kau tidak pernah
menceritakannya. Ia pernah menemukan potongan koran milikmu, tapi
dia tidak membacanya.... Ia amat menghargai barang-barang pribadi
milikmu. Ia juga tahu kau terlibat dengan Plee, tapi ia memutuskan
untuk tidak bertanya banyak"Kau kemudian menjawab tiga pertanyaan besar miliknya. Dua saat
bersamamu. Satu yang terakhir saat ia meninggal.... Kau menjadi jalan
bagi istrimu menjemput penghujung yang baik....
"Ray, yakinlah, istrimu benar-benar mendapatkan penghujung yang
baik..." Orang dengan wajah menyenangkan itu merengkuh bahu pasien di
sebelahnya. Tersenyum getirSenyap. Terdiam. Uhu burung hantu memenuhi pe-kuburan. Karnaval
malam hari raya di jalanan kota semakin ramai. Rembulan gompal
menghias angkasa. Bintang-gemintang tumpah.
Semua ini seharusnya memang selalu dipahami dari sisi yang pergi!
Pasien itu lemah memeluk pusara istrinya. Dia mungkin tidak akan
pernah tahu nama yang akan diberikan istrinya untuk kedua anak
mereka. Gedung Tertinggi PESAWAT komersil penerbangan perdana dari Bandara Internasional
Kota melesat mulus ke angkasa. Bandara ramai oleh suara tepuk-tangan.
Presiden, tersenyum sum-ringah ikut bertepuk tangan. Juga rombongan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
'pembantu-pembantu'-nya. Peresmian bandara berjalan sukses. Bandara
itu terlihat elegan dan modern. Berkilat dengan tiang-tiang dan atap
aluminium. Sempurna sudah menjadi poros perkembangan ekonomi
bagian timur. Ray tidak berada di bawah tenda-tenda raksasa. Ray tidak berdiri
berjejer di sebelah presiden dan anggota konsorsium meskipun dia lebih
dari layak mendapatkannya. Ray sedang duduk takjim menatap dari balik
jendela kaca, berada di dalam pesawat komersil perdana yang melesat
menuju Ibukota itu. P-e-r-g-i!
Mata Ray redup memandang kota dari ketinggian.
Di sana.... Di tepi pantai, di pemakaman yang dipenuhi pohon kamboja, di
sana terbaring istrinya tercinta, si Gigi Kelinci. Di sana terkubur
seluruh kenangan indah bersamanya. Terkubur selamanya.
Hari ini Ray memutuskan pergi. Pergi menjauh. Dia tak kuasa berada di
rumah lereng pebukitan. Sedap kali berada di sana, semua kenangan itu
kembali mengungkung kepala. Jangankan menatap rajutan pakaianpakaian bayi itu, hanya menatap halaman rumah, Ray seolah-olah bisa
melihat mereka berdua saling menggelitiki. TertawaHari ini dia memutuskan pergi. Ke Ibukota. Delapan tahun sejak
pertemuan pertama mereka di gerbong makan kereta. Hamparan
persawahan, burung bangau putih....
Ray menjual rumah itu. Menjual kepemilikan empat counter Puding
Pisang milik istrinya. Ray sempurna ingin melupakan semua kenangan
yang menyesakkan, maka seluruh uang penjualan harta milik istrinya
disumbangkan ke bangsal anak-anak rumah sakit. Tempat terbaik untuk
menyimpan kenangan istrinya.
Ray pelan mengusap dahi....
Hari ini dia pergi. Entah kapan akan kembali. ***
Pesawat milik maskapai penerbangan nasional itu mendarat di bandara
Ibukota dua jam kemudian. Ray melangkah pelan sepanjanggarbarata.
Dia tidak membawa bagasi satu koper pun. Dan dia tidak punya tujuan.
Malai n ini, mungkin dia akan menginap di rumah relasi bisnis, anggota
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
konsorsium pembangunan bandara yang tinggal di Ibukota. Tadi mereka
sudah berpesan, memeluknya prihatin.
Ray mencegat taksi biru di lobi kedatangan. Menyebutkan tempat. Taksi
itu melesat. Sopirnya tidak banyak cakap. Dan itu kabar baik bagi Ray
yang tak ingin diganggu. Dia duduk diam-termenung. Menatap menaramenara Ibukota. Gedung-gedung pencakar langit. Pusat pemerintahan,
bisnis, dan peradaban yang maju pesat. Bukan main. Delapan tahun
berlalu. Semua berubah mencengangkan.
Tapi KRL itu masih menderu di batang-batang baja rel-nya. Masih padat
seperti dulu. Malah tambah semakin tidak manusiawi. Yang berbeda
hanya gerbongnya sekarang terlihat lebih keren, satu-dua terlihat
tertutup, ber-AC, kereta bekas dari negara jauh. Ray menatap lamatlamat. Berarti di gerbong itu tidak boleh ada pedagang keliling, tukang
jual koran,pengamen. Apakah dia masih bisa memetik gitar"
Ray menghentikan taksi di depan sebuah pertokoan.
"Buat hadiah, Pak?" Sopir taksi bertanya pendek.
"Bukan!" Ray menjawab tidak kalah pendeknya.
Sejak hari itu, disadari atau tidak, ada satu hal yang benar-benar
berubah dalam hidup Ray. Sejak hari itu dia menggunakan seluruh
kemampuan yang pernah dipelajarinya dari Plee-dengan kapasitas dan
pengaruh yang berkali-kali lipat. Kata Plee dulu, gunakan naluri. Eksekusi
semua apa yang menurut kalian menyenangkan. Ray baru saja berpikir
tentang gitarnya dulu. Maka dia turun beberapa detik ke pertokoan.
Menjinjing gitar baru ke dalam taksi.
Taksi biru itu melesat lagi. Menuju pemberhendan pertama.
Rumah Singgah. Sayang, tidak ada yang tersisa di sana. Jangankan
orang, rumah-rumah sudah tak bersisa. Tempat itu jadi lahan kosong
belasan hektar. Ray bertanya ke kerumunan pekerja. Mereka sedang
mengerjakan proyek properti prestisius di selatan Ibukota. Ray menelan
ludah. Satu untuk kehilangan jejak anak-anak Rumah Singgah. Dua untuk
kata prestisius itu" Dia tahu persis seluk-beluk bisnis konstruksi. Dan
dia mengenal betul kawasan itu. Nalurinya terasah, hanya membutuhkan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
waktu sejenak untuk menyimpulkan: investor lokasi konstruksi ini bodohi
Tempat ini tidak cocok untuk komplek perkantoran.
Taksi biru itu melesat lagi. Pemberhentian berikutnya.
Meski baru saja menemukan lokasi Rumah Singgah sudah rata dengan
tanah, Ray sedikit pun tidak cemas apakah pemberhentian mereka
berikutnya masih ada atau tidak. Benar-benar hebat. Naluri itu bagai
menyatu dalam aliran darahnya, saat buhul-buhulnya dilepas, Ray
menyeringai amat yakin, tower air itu pasti masih ada.
Menyandangkan gitar di bahu. Taksi biru itu melesat pergi.
Kampung di pinggir bantaran kali tidak berubah sedikit pun. Rumah
besar tempat Plee dulu mengontrak masih berdiri. Sedikit pudarpemiliknya mungkin malas merenovasi. Tower air itu masih gagah berdiri.
Konstruksi tower cukup baik untuk menopang gentong raksasa belasan
tahun lagi. Di perkampungan ini yang berbeda hanyalah bau. Bantaran
kali semakin bau. Ray mendesis pelan, tidak peduli, dulu pun dia sudah
terbiasaMelangkah mendekad tower air. Senja datang menjelang. Gesit
menaikinya. Sore ini dia akan menghabiskan waktu sejenak dengan
duduk-duduk di atas tower air. Nand malam baru beranjak menuju
rumah relasi bisnisnya itu.
Semburat merah memenuhi langit Ibukota. Ray tersenyum. Dia
mengenalinya. Burung layang-layang terbang dengan formasi sama,
menggoda pasangan. Kaca gedung-gedung pencakar langit terlihat
Jingga. Jalanan macet. Mobil berderet-deret. Wajah-wajah lelah pulang
kerja. Wajah-wajah bergegas. Tempat ini masih sehebat dulu.
Ray mengeluarkan gitarnya. Duduk menjuntai. Memetik sembarang lagu.
Dulu dia sendiri.... Delapan tahun berlalu. Dia kembali sendiri.... Hidup
benar-benar lelucon. Jemarinya lincah memainkan irama panjang dalam nada tinggi, membetot
senar-senar, perikan itu bertenaga, dia masih jago....
"HEI! APAKAH KAU PENGAMEN YANG DULU?"
*** Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Ray mengenali ibu-ibu yang memanggilnya dari bawah. Berteriak. Ibu-ibu
itu pemilik kamar petak pengap sewaannya dulu.
Ray 'berbaik hati' turun. Tidak mungkin dia berharap ibu-ibu gendutkeriting itu yang naik. Meski dia malas untuk berbincang dengannya,
teringat dulu sering diteriaki, dimaki-maki untuk membayar uang sewa.
Delapan tahun berlalu, apa salahnya saling menegur, melupakan masamasa lama.
"Apa kabar?" Ray tersenyum.
Ibu-ibu itu melotot, menyapu bersih seluruh penampilan Ray, dari ujung
kepala hingga ujung kaki.
"Kau mengamen dengan baju ini?"
Ray mengangkat bahu, tersenyum (senyum mengendalikan).
"Kalau begitu, kau pasti pengamen terkeren yang pernah ada!" Ibu-ibu
itu nyengir, tersenyum lebih ramah (tanpa disadarinya).
Ray tertawa (tawa mengendalikan).
"Kau berubah.sekali.... Kemana saja" Ibu sampai kang-en!" Malah terlalu
ramah sekarang (tanpa disadarinya).
"Tidak kemana-mana...." Ray menjawab pendek.
Ibu-ibu itu menelan ludah. Merasa tidak enak dengan intonasi kalimat
Ray, merasa bersalah. Canggung. Merasa risih dengan masa lalu itu.
Masa lalu" Ah-ya"Maaf tadi meneriakimu, aku hampir tidak mengenali. Aku lama sekali
menunggu kapan kau mungkin sekali dua mampir ke bantaran kali ini....
Lama sekali menyimpan surat itu.... Sebentar, sebentar.... Aku ambilkan!"
Ibu-ibu itu bergegas. Ray menyeringai. Melipat dahi. Surat" lama menyimpan" Untuk siapa"
Ray melangkah mengikuti. Inilah yang
tidak diketahui Ray. Ketika amplop kuning lusuh itu diberikan kepadanya,
seketika Ray berdesir. Hatinya mendadak bisa menduga-duga. Plee. Ini
pasti ada kaitannya.... Amplop itu sudah terbuka. Ray menatap ibu-ibu itu.
"Eh, maaf, dari dulunya memang sudah terbuka-"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Ray menatap tajam"Eh, maaf, tidak sengaja sempat membacanya....
Ray menyeringai, ibu-ibu itu mengkerut.
Ray membuka amplop tersebut. Benar. Itu dari Plee! Pesan yang tertulis
di kertas lusuh itu tidak panjang: "Di mana tempat bermula. Di situ
tempat berakhir. Disimpan seribu rembulan. Kau anak berbakat, Ray.
Aku yakin kau bisa mengubah 'seribu rembulan' menjadi energi hebat
tak terkirakan. Gunakan sebaik-baiknya."
Ray melipat surat itu. Tanpa merasa perlu berterima kasih, beranjak
keluar dari halaman rumah. Ibu-ibu itu terdiam. Masih kebas dengan
perasaan bersalahnya (tanpa izin membaca surat yang tidak pernah
dimengerti apa maksudnya). Ray menatap langit Jingga. Dia tahu persis


Rembulan Tenggelam Di Wajahmu Karya Tere Liye di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

apa maksud surat itu. A-p-a-k-a-h..."
Kembali menaiki tower air. Kembali menatap langit senja Ibukota.
Burung-burung layang. Jalanan macet. Orang-orang bergegas. Ray
memainkan gitarnya. Melantunkan lagu favorit Plee dulu. Berpikir, malam
ini dia mungkin tidak akan bermalam di rumah relasi bisnisnya. ***
Bukan besok, tapi dua bulan kemudian Ray baru menghubungi relasi
bisnisnya di Ibukota. Orang itu selama ini menangani bagian pemasaran
proyek konstruksi gedung 18 lantai dan pembangunan Bandara
Internasional Kota. Dan Ray tidak menginap. Pertemuan itu diadakan di
bekas lokasi Rumah Singgah. Ray menawarinya bergabung. Menggarap
proyek yang akan mereka ambil alih. Tidak ada pembangunan komplek
perkantoran. Yang ada pembangunan apartemen yang nyaman. Ray
mengambil alih pro yek tersebut.
Malam beranjak matang saat dua bulan lalu Ray memutuskan sudah
saatnya mengambil seribu rembulanku. Dia tersenyum menatap langit
yang bersih tidak tersaput awan. Bundar menghias angkasa. Bintanggemintang membentuk ribuan formasi memesona. Ray tahu persis apa
maksud tulisan Plee dalam kertas lusuh menguning itu.
Maka setelah meletakkan gitar, Ray memanjat gentong raksasa
berwarna merah muda di sebelahnya. Membuka tutupnya. Sudah
bertahun-tahun tidak dibuka, tutup gen tong sedikit macet. Ray
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
menggeram, mengeluarkan seluruh tenaga dari tubuhnya yang gempal
dan kekar. Tutup gentong berderit mulai berputar.
Saat Ray melemparkan tutup itu sembarang, saat ca haya rembulan
menyelusup masuk ke dalam gentong, saat kepala Ray masuk ke leher
gentong, di dalam beningnya air, berlian itu berkilau amat indah.
Tenggelam hampir separuh oleh lumut dasar gentong. Dia menelan ludah.
Apa yang dulu Plee bilang" Terkadang tempat teraman adalah tempat
yang menurutmu paling berbahaya, sebaliknya terkadang tempat paling
berbahaya adalah tempat yang kau kira paling aman. Ray melompat
masuk ke dalam gentong raksasa. Mengambil nafas banyak-banyak,
lantas meluncur ke dasarnya. Dalam air itu berbilang dga meter. Bagai
induk bebek kaki Ray mengayuh, tubuhnya mendekati berlian. Tangannya
menggapai. Lumut-lumut tersibak membuat keruh.
Tidak ada yang pernah menguras gentong ini. Tidak ada selama delapan
tahun terakhir. Dan Berlian Seribu Karat sempurna tersembunyi di
dalamnya. Plee sebelum memasukkan mobil ke dalam garasi di subuh
yang mencekam itu, sadar dia harus segera menyembunyikan berban itu.
Tidak mungkin di dalam rumah, petugas bisa saja menemukannya. Tower
air itu pilihan terbaiknya.
Ray melompat naik ke leher gentong. Menuruni sisi luar. Menutup mulut
gentong kembali. Perlahan mengeluarkan berlian itu dari saku. Dia tidak
pernah berpikir di mana berlian itu selama ini. Dia dulu berpikir mungkin
sudah hilang entah di mana. Berita-berita menyebutkan berlian itu tidak
pernah ditemukan. Dan Plee tidak pernah membuka mulut, hanya bilang
berlian itu terjatuh di lantai 60-yang membuat kontroversi itu semakin
rumit. Dengan berlian ini, berapa kata Plee waktu itu harganya" Ratusan
milliar" Dengan berlian ini, Ray bisa membuatnya menjadi seribu
rembulan tak terkirakan. Malam itu juga, Ray bergegas menuju
penginapan terdekat. Ada banyak hal yang harus dilakukan besok. Ada
banyak hal yang ingin direncanakanya besok.... Kesedihan ini harus dilalui
dengan banyak aktivitas. Rumah di atas lereng perbukitan itu sudah
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
jauh tertinggal ratusan kilometer. Kenangan itu sudah terkubur
bersama wajah cantik istrinya.
Gigi Kelinci, ada banyak mimpi yang bisa aku wujudkan untukmu!
Gedung tertinggiPertemuan dengan relasi bisnis Ibukota itu menghadirkan Jo! Jo dan
puluhan mantan pekerja lamanya. Ray membutuhkan kepala mandor. Jo
pilihan terbaik. Anal itu tidak secerdas dirinya, tetapi Ray
membutuhkan semua orang yang bisa dipercayainya. 'Kenapa aku
menginginkan kau yang mengeksekusi-nya Ray" Ya, kau berbakat itu
salah satu alasannya, tapi di atas segalanya, yang terpenting adalah kau
bisa kupercaya!'Itu kata Plee dulu.
Pengambilalihan proyek itu berjalan lancar. Relasi bisnis Ibukota yang
termangu tidak mengerd dari mana Ray mendapatkan modal besar untuk
melakukannya hanya mengangguk menurut. Bergabung. Tidak ada yang
bisa menolak intonasi, gesture, dan tatapan mata Ray yang
mencengkeram mengendalikan.
Maka dimulailah proyek pembangunan apartemen itu. Proyek
perkantoran itu sudah terlanjur separuh jalan, Ray dengan bakat besar
rekayasa sipil memilih memanfaatkan yang sudah ada. Memodifikasi
dengan baik. Dia tahu, lokasi Rumah Singgah persis berada di sepotong
kawasan Ibukota yang rindang. Itulah yang bisa dijual dari lokasi
tersebut. Tempat tinggal yang nyaman.
Tidak ada yang melebihi Ray dalam urusan menjadi kepala mandor. Dan
sekarang tidak ada yang melebihi Ray dalam urusan menjadi pemilik
gedung. Ray memutuskan tinggal bersama pekerjanya. Dia memodifikasi
lantai dua menjadi kamar-kamar petak. Sama seperti di lokasi
konstruksi lainnya, tapi jelas berbeda dalamnya. Ray tahu persis
mengurus pekerja. Semakin baik motivasi mereka, maka semakin baik
produktivitas dan kualitas kerja mereka. Di setiap bedeng disediakan
kasur dan perlengkapan memadai kamar lainnya. Tidak mewah. Tapi
cukup. Dan hebatnya Ray tinggal bersama mereka. Lagi-lagi membuat
terperangah relasi bisnis Ibukota-nya. Ray berkata dengan tatapan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
mata tajam, tersinggung atas kalimat keberatannya, "Aku ingin seluruh
unit apartemen ini terjual sebelum topping.... Kau urus saja soal itu!
Urusan konstruksi serahkan padaku!" Relasi bisnis-nya menelan ludah,
mengangguk. Tidak berkomentar lagi soal layak-tidak-layak, Ia-zimtidak-lazim.
Ray mengawasi proses konstruksi apartemen sama banyaknya dengan
menghabiskan malam-malam bersama buruh-buruh. Malam itu, kali
pertama Jo dan pekerja yang didatangkan dari kota lamanya tahu kalau
pemilik gedung mereka amat pandai memetik gitar. Gerakan tangan yang
lincah, berdengking-dengking. Ray masih seburuk dulu menyanyi,
suaranya tidak pernah tertolong. Tapi Ray mengerti bagaimana membuat
sebuah lagu terdengar menyentuh. Malam itu, saat dia kembali menjadi
'pengamen KRL' yang pandai memainkan lagu-lagu sendu, beberapa
karyawannya mengusap sudut-sudut mata. TerharuAh, dulu pun dengan tampang kusut, mulut berkumur-kumur dia bisa
membuat orang lain larut-bersedih, apalagi sekarang saat dia menyadari
memiliki kemampuan mengendalikan orang lain. Pedkan gitar Ray
memenuhi langit-langit senyap lokasi konstruksi. Bahkan setelah pekerja
itu ddur. Bahkan setelah keheningan malam mengisi sudut-sudut bedeng.
Bahkan setelah buruh-buruh itu ter-lelap dalam buaian mimpi. Ray masih
memetik gitarnya. Mencangkung di lantai 24, lantai tertinggi konstruksi apartemen. Di
atas palang besi yang menjulur. Sisa tiang penyangga bangunan.
Rembulan menyabit di angkasa. Langit tertutup awan kelabu. Membuat
semuanya terlihat sendu. Hamparan ge-meriap Ibukota terlihat
sepanjang mata memandang. Jutaan kerlip lampu-lampu. Jalanan yang
lengang. Sudah larut. Menjelang pagi malah.
Ray bergetar membisikkan lirik lagu kesukaan Gigi Kelinci-nya. Pedkan
gitarnya terdengar patah-patah. Kenangan itu memang sudah terkubur.
Pemakaman dipenuhi pohon kamboja di tepi pantai itu juga sudah
tertinggal ratusan kilometer. Hari-harinya juga dipenuhi oleh berbagai
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
kesibukan. Tetapi malam-malam sepi seperti ini. Malam-malam sendiri
seperti ini.... Angin malam yang bertiup pelan justru menikam perasaan.
Senyap. Ray menghentikan petikan gitar. Wajah istrinya mengukir di
pelupuk mata. "Mas Rae-" Seseorang menegur.
"Duduk Jo!" Ray berkata pelan, tanpa menoleh.
Setahun berlalu sejak pengambil-alihan proyek bekas Rumah Singgah.
Sepanjang tahun itu pula kebiasaan lama Ray duduk di lantai tertinggi
konstruksi gedung kembali.Jo terbiasa menemaninya. Meski tidak biasa
seperti malam ini, sudah terlalu larut.
"Kau tidak bisa tidur?" Ray menoleh. Jo duduk di tubir gedung. Selalu
tidak berani duduk di palang baja itu.
"Aku tidak bisa tidur, suara gitar Mas Ray mengganggu-" Jo
menyeringai lebar. Ray tertawa. Hening sejenak.
"Apa Mas Ray tidak ingin menikah lagi?" Jo berkata pelan, menelan
ludah, sembarang mengambil topik pembicaraan.
Jo amat dekat dengan Ray. Tahu semua urusan Ray, termasuk tentang
istrinya. Jo mengerti dalam banyak hal dia tidak sepantasnya
mencampuri urusan Ray, si pemilik gedung. Dia tidak layak. Beda kelas.
Tetapi Jo teman yang baik.
Ray menghela nafas. Memeluk gitarnya. "Maaf, Mas Ray-" Jo mengusap
kening. Merasa bersalah. "Tidak masalah- Kau benar, seharusnya urusan ini sudah lama dilupakan.
Lazimnya orang-orang akan menemukan pasangan baru. Menemukan
gadis lain.... Ah-tapi bagiku tidak, Jo.... Hidup hanya sekali, mati sekali,
maka jatuh cinta juga hanya sekali, menikah juga sekali.... Ia sudah pergi
membawa sepotong hatiku- Mengubur seluruh perasaan itu-"
Jo menelan ludah. Senyap.
"Apa yang aku bilang saat kau dulu melihatnya melalui teropong itu" Ahya, nenek-nenek-" Ray terrawa getir. Jo menggaruk rambutnya, ikut
tertawa. Terdiam. Senyap lagi.
"Kau sudah memastikan pekerja tambahan?"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Sudah Mas Ray, tapi baru lima puluh orang, lima puluh orang lagi baru
tiba sebulan lagi. Mereka masih bekerja di proyek lain...."
Ray mengangguk. Pekerja tambahan. Proyek tambahan. Mungkin dengan
semakin sibuk, semakin mem-batukan diri dalam pekerjaan, semua
kenangan lama ini akan terusir dengan sendirinya. Kembali menatap
rembulan menyabit, kalau istrinya masih ada dan berdiri di tepi pantai
itu, maka malam ini mereka melihat rembulan yang sama.
Indah, damai, menenteramkan....
*** Dan Ray benar-benar membatukan dirinya dalam pekerjaan. Dengan
sistem dan pendekatan baru, konstruksi apartemen itu selesai lebih
cepat enam bulan dari jadwal biasanya. Anggaran bisa dihemat
seperempatnya. Kualitas bangunan nomor satu.
Proyek itu sukses besar, penjualan seluruh unitnya tercapai jauh hari
sebelum topping. Peresmiannya setahun kemudian mengundang decakkagum. Tetapi Ray tidak menghadiri peresmiannya. Dia sudah sibuk
mengurus pro-yek properti lainnya. Bukan hanya satu, saat terakhir Ray
bicara dengan Jo di lantai tertinggi proyek apartemen tersebut, Ray
sudah memulai tiga proyek properti ambisius lainnya.
Sejak memutuskan untuk membatukan dirinya, dia selalu merasa haus
dengan kesibukan. Ray memiliki kemampuan besar untuk membuat orang
setia hingga mati kepadanya. Dengan kemampuan itu dengan mudah Ray
bisa meninggalkan banyak proyek di tangan orang-orang kepercayaan,
sementara dia satu-persatu memulai proyek besar lainnya.
Proyek apartemen itu diselesaikan oleh kepala mandor lain. Hanya jo
yang selalu menyertai Ray kemana dia pergi. Dua tahun terakhir
tercatat Ray sudah membangun pusat perbelanjaan tujuh lantai di dua
perempatan terkenal, tiga gedung perkantoran puluhan lantai di utara
Ibukota, dan tiga pemukiman elite di ujung selatan kota.
Reputasinya mulai terbentuk. Reputasi yang hebat. Untuk proyek
properti kelas menengah, tidak ada pemilik modal dan rekanan yang
tidak mengenal Ray. Pemuda usia 37 tahun, dengan tatapan mata tajam,
ekspresi muka 'menyenangkan', dan intonasi suara 'lembut'. Pemuda
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
yang amat berani berhitung resiko. Memutuskan segala sesuatu hanya
sekejap setelah memikirkannya. Pemuda yang berhasil menjual 180
rumah mewah bahkan sebelum rumah-rumah itu mulai dibangun. Yang
berhasil menyingkirkan seorang jenderal 'pemilik lahan sengketa' di
perempatan terkenal itu. Inilah yang 'mengerikan' dari sosok Ray yang baru. Dia benar-benar
membarukan dirinya. Ray memang tahu batas-batas baik dan buruk
dalam bisnis. Apalagi kenangan masa lalunya tentang kebakaran
disengaja itu. Dia sejauh ini bisa mencegah dirinya untuk menghalalkan
segala cara mengorbankan orang-orang kecil. Tetapi Ray tidak peduli
kalau itu harus mengorbankan taipan-taipan kaya. Ray licin bagai belut.
Licik bagai musang. Dalam berbagai pertemuan bisnis, bertemu dengan
pemuda itu bisa amat berbahaya, tak pandai mengendalikannya, maka
bagai ulat berbisa pemuda itu menggigit dari balik selimut. Meng-ambilalih semuanya.
*** Ruangan kerja lantai 58 itu senyap sejenak...
"Aku tahu siapa kau-" Taipan berumur tujuh puluh tahun pemilik bank
swasta terbesar di Ibukota menatap dingin. Bersandar di kursinya yang
nyaman. "Kalau begitu urusan ini bisa lebih lancar," Ray tersenyum sopan.
Menatap 'menghargai'. "Proposalmu luar biasa, Ray! Tapi hanya orang bodoh yang mau
mendanainya...."Taipan itu meletakkan berkas di atas meja.
"Well, aku yakin kau tidak bodoh.... Tetapi bukankah kau berkali-kali
bilang, dalam bisnis lebih baik menjadi bodoh daripada terlalu pintar....
Saking pintarnya sehingga kalian tidak pernah berani mengambil
keputusan beresiko...."
Taipan itu mengusap kepalanya yang botak, tertawa terkekeh.
"Aku tahu siapa kau, Ray! Reputasimu dalam bisnis properti tidak
terkatakan.... Sembilan proyek dalam lima
tahun. Semuanya sempurna. Sukses besar...Luar-biasa!
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Tapi mendanai pembangunan gedung tertinggi itu mimpi siang-bolong
pemain industri properti di negeri ini berpuluh-puluh tahun silam. Mimpi
yang tidak pernah terwujud. Mimpi yang berlebihan...." Taipan itu
meraih cerutu Kuba di atas meja berplitur.
"Aku tidak merokok-" Ray tersenyum, menatap tajam.
"Maaf?" Taipan itu mengangkat mukanya, menatap wajah tersenyum
Ray, sedikit bingung. "Aku tidak merokok, jadi sebaiknya kau tidak merokok dalam ruangan
ini!" Ray tersenyum, matanya semakin tajam.
Taipan itu terperangah sepersekian detik. Kabar burung itu benar. Demi
dewa bumi, pemuda ini benar-benar "mengerikan". Ini ruang kerjanya.
Lantai tertinggi gedung miliknya. Gedung kantor pusat bank swasta
terbesar di Ibukota. Bagaimana mungkin pemuda ini berani melarangnya
merokok. Taipan itu menelan ludah. Tidak. Dia waktu membangun
imperium perusahaan keuangan miliknya, tidak pernah memiliki
kemampuan mengendalikan diri se-mencengkeram ini.... Padahal waktu
itu reputasinya sudah amat menakutkan.
Pemuda ini, pemuda yang sekarang tersenyum takjim menatapnya.
Memintanya untuk tidak merokok. Melakukannya berkali-kali lebih
mencengkeram. Taipan itu mengusap keringat di dahi. Meletakkan
cerutu kuba itu. Mengangkat bahu.
"Aku tidak pernah bisa berhenti merokok, padahal kau tahu dengan usia
sepertiku kenikmatan cerutu ini mengundang maut." Basa-basi kalah.
Taipan itu meletakkan cerutu di atas meja, menurut.
Ray tersenyum penuh 'penghargaan'. Wajahnya seolah-olah
'bersepakat' dengan kalimat taipan di hadapannya barusan.
"Baiklah, aku tidak bisa memutuskan sekarang, Ray! Izinkan aku
mempelajari proposalmu selama seminggu. Semoga kau mendapatkan


Rembulan Tenggelam Di Wajahmu Karya Tere Liye di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kabar baiknya-" Taipan itu berkata senormal mungkin. Menelan ludah.
Dia harus mengakhiri pertemuan ini.
"Baik." Ray mengangguk. Menangkupkan kedua belah telapak tangannya
takjim. Berdiri. Mengulurkan tangan. Bersalaman.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Melangkah keluar ruangan. Taipan berumur tujuh puluh tahun itu
berdiri, melangkah menjajari, hendak mengantar hingga pintu.
Mendadak Ray menghentikan langkah. Berputar. Lantas bergegas
mendekati jendela kaca ruangan kerja taipan itu. Taipan itu menoleh
tidak mengerti. Hei! Apa yang hendak dilakukan pemuda ini dalam
ruangannya.... Ray sudah berdiri di belakang kursinya.
"Berapa ketinggian lantai 58 ini, Mister Liem?" Ray bertanya datar.
Matanya menatap amat "mempesona"
"Eh.... Ergh, mungkin dua ratus meter lebih!"Taipan itu pelan mendekat,
bingung dengan apa yang akan dilakukan Ray.
Tangan Ray cekatan menyingkirkan krei. Membuka engsel jendela kaca
tersebut. Angin kencang menderu langsung menerpa seluruh ruangan,
membuat rambut gondrong Ray berkibar-kibar.
"Kau tadi bertanya, seberapa yakin aku dengan keberhasilan proyek ini"
Kau tadi bertanya seberapa bodoh aku sehingga berani-beraninya
memulai proyek gedung tertinggi ini" Baiklah Mister Liem, aku akan
katakan seberapa yakin dan bodohnya aku. Hanya sekali aku katakan-"
Ray mendesis, kalimatnya terdengar 'menusuk'.
Taipan itu berdesir"Kalau satu tahun sejak kau menandatangani kesepakatan pinjaman dana
ini proyek ini tidak memenuhi harapan seperti dalam proposal yang
kuberikan padamu.... Maka persis satu tahun dari sekarang. Di jam yang
sama, menit yang sama, detik yang sama, aku akan meloncat dari jendela
ini! Kau dengar itu Mister Liem, aku akan melompat dari jendela ruangan
kerja milikmu yang amat mewah ini...." Ray tersenyum 'mencengkeram'
Taipan itu berusaha mencari pegangan di ujung mejanya.
*** Esok harinya. Bandara Ibukota.
"Aku membutuhkan semua orang-orang kita yang
terbaik, Jo... Kau kumpulkan malam ini juga...Ambil
dari berbagai proyek yang sedang berjalan.... Kontak dan rencanakan
pertemuan dengan relasi bisnis dua hari ke depan.... Bilang ke bagian
pemasaran, mulai bekerja ma lam ini juga. Mengerti-"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Mengerti Mas Ray!" Jo mengangguk. Terbirit-bim mengikuti.
"Lusa pagi-pagi aku sudah kembali dari Sydney. Frankly, semoga anggota
konsorsium dari Australia itu tidak banyak mau, ah-sepertinya tidak...."
Ray tertawa kecil, mengusap ujung-ujung kemeja rapinya, "Ini akan jadi
pro yek yang paling ambisius, Jo! Aku mempertaruhkan semuanya dalam
satu keranjang...." Jo mengangguk. Entah dia mengerti atau tidakMereka hampir tiba di pintu check-in keberangkatan luar negeri.
Ray menghentikan langkahnya. Tersenyum,
"Bagaimana rencana menikahmu?"
Jo yang dari tadi berusaha mengimbangi langkah kaki hampir menubruk
Ray. Gelagapan berhenti, mengusap wajahnya, kebas demi mendengar
pertanyaan itu. "Pernikahan" Ergh, urung, Mas Rae...."
Ray melipat keningnya. Meminta penjelasan.
"Aku tidak bisa memberikan banyak waktu baginya.... Ergh, Mas Ray
tahu sendiri, kalau aku harus memilih
antara menemani Mas Ray atau menemaninya, maka aku akan memilih
Mas Ray..-."Jo tertawa kecil, nyengir.
Ray menatap datar. Tersenyum. Menyentuh bahu Jo penuh penghargaan.
Lantas melangkah menuju meja check-in. Kemampuan mengendalikan itu
dalam beberapa kasus memang mengerikan. Bagi jo, mati-pun dia
bersedia demi Ray. Sosok yang amat diseganinya, amat dihormatinya.
Bayangkan, Mas Ray-nya memiliki seluruh gedung-gedung yang
dibangunnya, tapi semalam, Mas Ray-nya masih menyempatkan diri
memetik gitar bersama pekerjanya....
Ray melangkah di sepanjang garbarata pesawat.
Kosong. Garbarata ini kosong. Ray melangkah takjim. Kepalanya
membenak. Ah, sudah lama sekali dia tidak membenak, sudah hampir
empat tahun.... Usianya sekarang 37. Ray ingat sekali, terakhir kali
membenak sepuluh tahun silam, saat melangkah bersama dengannya.
Saat mengantarnya pulang dari bangsal anak-anak rumah sakit, saat
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
itulah dia mengatakan impian itu, "Aku bercita-cita ingin membangun
gedung tertinggi..." Gadis itu hanya mengangguk. Mengiyakan.
Kalau ia masih ada, Gigi Kelinci-nya bisa melihat mimpi itu semakin dekat
menjadi nyata.... Anggrek Putih dari Timur RAY tidak perlu loncat dari lantai 58 itu setahun kemudian.
Mister Liem, taipan pemilik bank swasta terbesar Ibukota malah ringantangan mengambil inisiatif menggalang konsorsium investor tambahan
dari negara tetangga. Taipan itu memutuskan untuk berpikir pendek
lazimnya dalam sebuah 'perang', apa salahnya sukarela menggabungkan
diri dengan gurita baru. Adalah bodoh menghindarinya. Lebih baik
bergabung, menyatukan kekuatan. Lupakan kabar-burung mengerikan
itu. Anak ini bisa dipercaya sepanjang dia bisa mengendalikan ekor
(modaI)-nya. Ray mengawasi langsung proyek pembangunan gedung tertinggi
tersebut. Alat-alat besar sejak seminggu selepas pulangnya Ray dari
Australia mulai menggerus bakal pondasi, menguruk ribuan kubik tanah.
Potongan baja super-raksasa ditanamkan. Ratusan pekerja memenuhi
setiap jengkalnya. Beratus ribu kubik material ditumpahkan. Alat angkut
berat berlalu-lalang bagai kerumunan semut. Belalai raksasa bagai
tangan-tangan menjulang ke atas langit. Bergerak. Mengangkut bahanbahan. Areal seluas sepuluh hektar itu segera menjadi 'pertunjukan'
hebat yang belum pernah ada dalam industri properti Ibukota.
Media massa ramai meliput. Berlomba mempubli-kasikan. Yang secara
tidak langsung meringankan beban pekerjaan divisi pemasaran bisnis
Ray. Wajah Ray menghias berbagai media massa. Pengusaha muda paling
mencuat sepuluh tahun terakhir. Pengusaha yang memiliki insting
setajam matanya. Pengusaha yang menanggapi dingin semua
publisitasnya. Ray memutuskan 'bersembunyi'. Membiarkan 'letnanletnan' bisnisnya yang mengurus wartawan-wartawan itu.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Sam tahun berlalu, konstruksi lantai demi lantai mulai terlihat. Bagai
tunas pohon yang bermekaran di musim penghujan. Merambat terus naik
hingga ke ketinggian lantai 101. Benar-benar menjulang. Menakjubkan
memandangnya. ... Sejauh ini proses konstruksi berjalan lancar.
Entahlah, Ray tidak tahu persis berapa banyak batu-bata, kubik pasir,
batangan baja yang dibutuhkan untuk membangun gedung itu. Ah-waktu
dulu dia bilang ke Gigi Kelincinya, dia juga ngarang jumlah material
gedung berlantai 18 itu. Satu tahun berlalu dengan cepat. Seperti batu yang jatuh...
Ray punya tempat hebat yang tidak pernah dimilikinya selama ini untuk
melanjutkan kebiasaan lamanya. Menatap
rembulan. Di lantai 101 ini. Di atas hamparannya, menatap rembulan amat
menakjubkan. Begitu dekat. Rembulan terlihat lebih besar. Hamparan
kota yang berkilat dan berkemilau terlihat begitu memesona. Duduk di
palang baja yang terjulur membuat damai, tenteram.... Ray masih sering
menggurat wajah Gigi Kelinci-nya di separuh wajah rembulan, tapi semua
itu tidak semenusuk seperti tahun-tahun sebelumnya. Dia tetap belum
bisa berdamai dengan takdir langit itu, tapi sedikit demi sedikit Ray
sudah bisa menerimanya. Sama seperti dulu, meski hatinya mangkel minta ampun, meski hatinya
mengutuk langit berkali-kali, Ray tetap terpesona menatap rembulan di
langit. Merasa damai dengan sepotong ciptaan Tuhan yang seolah-olah
digantungkan begitu saja itu.... Malam-malam sepi di selasar atap
tempias Panti. Badannya setengah basah setengah kering.... Malammalam sendiri di atap genting Rumah Singgah. Malam-malam senyap di
atas tower air. Di lantai 18 konstruksi gedung. Malam-malam itu meski
amat bencinya dia dengan keputusan Tuhan, amat mangkelnya dengan
segala takdir, sepotong rembulan di atas selalu membuatnya
'berterima-kasih'. Mungkin itulah gunanya Tuhan mencipta-kan
rembulan terlihat indah dari bumi...
"Boleh gabung, Mas Ray?" Seseorang menegur.
"Duduk, Jo!" Ray menoleh, tersenyum.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Palang baja itu sengaja dibuat oleh Jo waktu tim kerjanya tiba di lantai
101. Dibuat dengan pegangan. Maka sejak setahun terakhir Jo bisa
bergabung bersama kepala mandor-nya yang dari dulu terkenal nekad
duduk menjuntai begitu saja.
"Progress-" Jo mulai melapor. Kalimat pendek-pendek. Kalau Ray bertanya progress,
berarti itu tentang kabar pekerja-pekerja mereka. Siapa saja yang
istrinya baru melahirkan. Siapa saja yang sakit dan dirawat. Siapa saja
yang mendapatkan kabar baik. Kabar buruk. Dan sebagainya.
Jo ingat sekali, tukang aduk semen lantai dua, salah satu dari ratusan
pekerja gedung 101 lantai, menangis tergugu di rumah kontrakannya
dekat bantaran kali saat malam-malam Ray sendiri yang datang
mengantarkan kotak hadiah. Pekerja itu berlutut mencium lutut Ray.
Gemetar menggendong bayi perempuannya yang baru lahir, bergetar
haru menunjukkannya, lantas berkata serak, "Kalau Bapak berkenan...
Bolehkah kunamakan Fitri... "
Itulah yang dinamakan sebenar-benarnya pemilik gedung.
Senyap. Jo menyelesaikan laporan progress versi-nya. Laporan itu di
luar mekanisme evaluasi bulanan "letnan-letnan" bisnis Ray. Meski
dipercaya Ray. Jo tidak memiliki kedudukan manajerial. Lagi pula Jo
tidak menginginkannya. Jo hanya mengurus pekerja-pekerja itu.
Berdua terdiam sejenak. Ray menatap rembulan yang pelan tertutup
awan. Senyap. Kosong. Dari seluruh perjalanan bisnisnya yang hebat sepuluh tahun terakhir
ada yang mulai tidak Ray mengerti belakangan.... Kalau semua kenangan
itu tidak terlalu mengganggunya, kenapa hidupnya terasa semakin
kosong" Kenapa kesehariannya terasa semakin hambar" Dia memang
menikmati kebersamaan bersama pekerja-pekerjanya. Menikmati
mengamati pembangunan berbagai proyek. Bahkan dia menikmati satupersatu menyingkirkan musuh-musuh bisnisnya. Tetapi setiap kali
kesendirian ini datang, setiap kali malam tiba, setiap kali itu pula semua
terasa kosong. Benar-benar kosong.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Bukankah waktu masih jadi anak-jalanan dulu, saat menatap orang-orang
yang lebih beruntung berlalu-lalang di terminal yang pengap, menatap
pusat perbelanjaan yang mewah dan wangi, dia sering berpikir: alangkah
menyenangkan menjadi mereka.
Sekarang dia memiliki banyak. Semua yang bahkan tidak pernah berani
diimpikannya ketika masih mengamen di KRL terbeli, seperti senar gitar
yang menimbun Ibukota.... Tetapi mengapa setelah tiba di sini, semuanya
terasa kosong.... Ray mengusap wajah. Dulu dia pikir kesibukankesibukan ini akan membuatnya terhenti pada satu titik. Merasa cukup.
Lelah. Lantas dengan lega berdiri memandang kembali semuanya. Senang
dengan yang telah dikerjakannya. Tapi semakin jauh, dia tidak pernah
merasa cukup. Celaka, dia bahkan tidak pernah merasa lelah. Saat dia berdiri
memandang kembali semuanya, justru dia semakin merasa tidak senang
dengan apa yang dikerjakannya.
Kurang. Terasa kurang. Terus mencari. Berusaha mengisi hambarJo yang duduk di sebelah ikut menatap rembulan.... Sebaliknya berpikir
tentang betapa beruntung hidupnya. Pekerja rendahan yang menjadi
kaki-tangan super-boss. Bukan itu, itu sih biasa saja. Yang benar-benar
beruntung, lihatlah! bukankah, boss-nya amat patut dibanggakan. Semua
pekerja konstruksi gedung ini bahkan rela bekerja 24 jam tanpa henti
kalau bos memerintahkan demikian....
"Besok aku akan kembali ke kota lama kita, Jo-" Ray memecah sepi, baru
saja memikirkan ide itu. Mungkin dengan kembali ke sana, berkunjung ke
pusara istrinya, dia bisa menemukan penjelasan atas semua perasaan
hampa ini. Sempurna delapan tahun. Rindu. Mungkin pusara istrinya
menyimpan jawaban"P-u-l-a-n-g" Mendadak, Mas Ray?"
"Tidak. Koh Cheu berulang tahun.... Dia sejak sepuluh tahun lalu
mendesakku hadir. Dia bilang kangen, taipan tua itu ada-ada saja-" Ray
tersenyum kecil, undangan Koh Cheu bisa menjadi alasan lain
kepulangannya besok. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Jo mengangguk pelan. Menatap Mas Ray-nya prihatin.
Rembulan masih menggantung indah.
*** Perjalanan pulang. Pemakaman itu masih seperti dulu. Hanya pohon kambojanya yang
bertambah tinggi. Bunganya merekah mengundang kumbang. Wangi.
Semerbak. Satu-dua karena tangkainya terlampau kering, berguguran.
Menimpa pundak Ray. Angin pantai bertiup lembut. Debur ombak
terdengar berirama, menyenangkan. Siang yang sejuk. Langit tertutup
bongkahan awan. "Apa kabarmu, Yang-" Ray menyapa, duduk di sebelah pusara istrinya.
Lututnya terbenam di tanah merah yang bersih. Entah siapa yang
melakukannya, kuburan istrinya terawat. Sepanjang perjalanan menuju
perkuburan Ray berpikir akan menemukan nisan berlumut. Bersih.
Pusara istrinya bahkan bersih dari rumput teki.
"Maafkan aku, Yang.... Aku lama tidak kembali.... Bukan. Bukan karena
aku tak rindu padamu...." Ray terdiam, menggigit bibir.
"Aku rindu sekali.... Kau tahu, bahkan aku sekarang saking rindunya bisa
melihat wajahmu yang cantik...." Ray tersenyum getir, mengusap sudutsudut matanya. Terdiam sejenak.
"Kau dulu bertanya seberapa cantik dirimu" Ah- Lihat.... Lihatlah,
yang.... Rambut panjangmu hitam-le-gam, matamu hitam-bundar,
hidungmu mancung-kecil, lesung pipitmu, aku suka semua bagian dari
wajahmu.... Apalagi, apalagi gigi kelincimu...." Ray tertunduk, sesak
sejenak. Angin pantai membelai rambut. Menelisik sela-sela telinga.
"Aku mendirikan gedung yang indah buatmu, Yang.... Ratusan lantainya,
tempat yang hebat untuk memandang rembulan.... Ya, memandang
rembulan.... Ah, kalau kau masih bersamaku, aku tidak pernah merasa
perlu memandang rembulan dan bintang-gemintang itu. Kau tahu, aku sudah
begitu jauh berlari.... Sendiri.... Mewujudkan mimpi-mimpi kita.... Tetapi
setelah sekian lama, semua terasa semakin kosong, Yang...."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Seekor capung hinggap di atas nisan istrinya.
"Yang, aku memiliki banyak, tapi semuanya terasa
sedikit. Aku memiliki semua, tapi merasa papa...Tidak
ada satu pun yang membuatku senang. Tidak ada.... Aku rindu kau,
teramat rindu...." Ray menggigit bibir, diam. Tangannya meremas gumpalan tanah di pusara
istrinya. Sepasang burung gereja, berani, terbang rendah. Hinggap di
dahan-dahan pohon kamboja. Riuh-bercengkerama. Ray menatapnya.
Tersenyum getir. Bahkan burung-burung itu merasa lebih bahagia.
Sedangkan hidupnya" Semakin jauh dia berlari, semakin tidak mengerti
apa yang sesungguhnya dikejar. Semakin banyak dia mencari tahu,
semakin banyak potongan hidup yang tidak dia ketahui. Bahkan nama dua
anak perempuan mereka....
Ya, dua pusara tanpa nisan di sebelah kuburan istrinya...
Terdengar suara dedaunan terinjak. Getas. Patah. Ray menoleh. Seorang
gadis mendekat. "Abang Ray" Abang Ray, kan?" Ray melipat dahinya***
Nama gadis itu panjang, dan Ray tidak mahir menyebutkan dalam bahasa


Rembulan Tenggelam Di Wajahmu Karya Tere Liye di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

aslinya. Kurang lebih kalau diterjemahkan berard Anggrek Putih Dari
Timur, Ia cucu Koh Cheu yang dulu Ray dan istrinya tonton dalam Lomba
Busana Oriental. Setelah dewasa, wajahnya sama sekali tidak terkesan
Cina. Gadis itu candk. Umurnya berbilang dua-puluh per tengahan.
Gadis itulah yang berbaik had merawat pusara istrinya. Ray baru
menyadari kalau istrinya amat dekat dengan anak-anak di bangsal rumah
sakit. Terutama dengan cucu taipan ini. "Vin dga kali masuk rumah sakit,
lamaaa-lamaaa lagi. Kak Fitri baik, bawa balon-balon terbang, anak-anak
dulu selalu suka lihat Kak Fitri datang, meski paling tidak suka lihat
Abang Ray datang-" Tertawa.
Ray ikut tertawa. Menatap gadis itu yang riang bercerita.
"Kakek Cheu selalu bertanya kabar, Bang Ray-" "Aku akan datang nanti
malam-" "Sungguh?"
Ray mengangguk. Gadis itu tertawa semakin riang.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Mereka berpisah setengah jam kemudian. Setelah mengenang masamasa itu, sebenarnya mereka lebih banyak bicara tentang kebersamaan
gadis itu dan istrinya. Ray meluncur menuju rumah yang pernah dia
tinggali bersama istrinya. Memutuskan melakukan napak-tilas. Rumah
tepi pantai itu sudah direnovasi pemilik barunya. Ray hanya berdiri
menatap dari jalanan. Enggan mendekat. Beberapa tetangga lama
mengenali. Agak sungkan menegur. Bagaimana tak" Ray terkenal sekali
sekarang. Pemilik bisnis gurita raksasa. Takut-takut menyapa, Ray
mengangguk. Tidak banyak bicara. Kepalanya sedang dipenuhi banyak
kenangan. Dia menunggu senja dba di tepi pantai. Berjalan setengah jam di pasir
yang lembut. Memandang kaki langit yang merah. Ombak bergulung
membasahi tumit. Dulu, amat menyenangkan berjalan bersisian
bersamanya. Berkejaran....
Selepas gelap, Ray menuju rumah di lereng pebukitan. Rumah itu kosong.
Terlantar. Mungkin pembelinya enggan meninggalinya. Atau mereka
hanya datang setiap akhir pekan, plesir. Ray beberapa menit memandang
hamparan kota yang bercahaya dari halaman rumput. Lebih banyak
kenangan yang kembali. Memenuhi tepi-tepi otaknya yang mampu
merekam bagai selembar foto. Ray menghela nafas, kenangan itu
kembali, semua percakapan itu kembali, tapi dia tetap belum menemukan
jawaban mengapa hidupnya terasa hampa, kosongPukul 20.00, beranjak menuruni lereng pebukitan. Pesta ulang tahun
sekaligus tahun emas pernikahan Koh Cheu sudah dimulai satu jam yang
lalu. Ray sengaja datang terlambat. Dia tidak ingin terlampau menarik
perhatian. Lagipula, berkunjung ke sana hanya alasan kedua datang ke
kota ini. Mobil yang dikemudikan Ray membelah jalan-jalan kota. Ramai, kota
lebih hidup dibandingkan delapan tahun silam. Ray tenggelam menyimak
siluet lampu-lampu sepanjang trotoar. Tiba di perempatan itu, Ray
mendadak membanting stirnya. Terkutuk! Ray menelan ludah, buru-buru
memutar. Dia lupa, kalau melewati jalan itu maka dia akan melewati panti
itu. Hampir saja mobilnya yang buru-buru berbelok menabrak
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
kerumunan orang di perempatan. Ray tidak akan pernah bisa kembali ke
sana. Tidak akan! Meski hanya melewatinya. Dari seluruh masa lalu
menyebalkan itu, tempat itu akan selalu dihindarinya.
Lima belas menit berlalu, dia melangkah memasuki ruang acara yang
besar dan mewah. Ramai. Undangan memenuhi setiap jengkal ruangan.
Ray mengusap rambut- "Dasar ceroboh, apakah kau ingin terlihat aneh?"
Ya! Malam ini dia terlihat aneh. Dia datang dengan pakaian berbeda.
Kemeja lengan panjang digulung, kancing atasnya dibuka, celana dan
sepatu lapangan. Terkesan gagah dan , matang. Tetapi berbeda. Ray
menelan ludah, menatap gemerlap warna merah di sekitarnya. Pakaian
oriental. "Ah-ini dia.....Tamu kehormatan kita malam ini,
RAY!" Koh Cheu menyambutnya, terkekeh, memeluk.
Bisik-bisik menyebar bagai desis ular. Semua orang di ruangan pesta
mengenal reputasi pemuda yang sedang dipeluk Koh Cheu. Setidaknya
pernah membaca, mendengar, menonton. Ray jarang tampil di acara
umum. Peresmian proyeknya sendiri saja dia tidak pernah datang. Matamata ingin tahu sontak menoleh. Ray mendesis, kelakuan mereka tak ada
bedanya dengan tukang asongan, penjual koran, sopir, dan kondektur
yang melongokkan kepala saat dia berjudi di lepau terminal dulu.
"Apa kabarmu" Ah, haha, tentu saja baik.... Tidak peduli tahun kelinci,
babi, naga, ayam, keberuntungan kau selalu menjulang, Ray. Penguasa
bumi sungguh member-kahimu...." Koh Cheu terkekeh, menepuk-nepuk
pundaknya. Ray tersenyum hangat. Balas menepuk bahu Koh Cheu.
"Bagaimana mungkin kau tidak sekali pun mengajakku dalam konsorsium
pembangunan gedung 101 lantai itu, Ray?"
Ray menatap datar Koh Cheu. Menggeleng.
Koh Cheu terkekeh. Menggangguk. Taipan itu sama seperu pengusaha
besar lainnya juga mendengar kabar burung itu. Pemuda di hadapannya
terkenal suka menyingkirkan anggota konsorsium. Bahkan mengambilalih bisnis-bisnis mereka. Pemuda ini membenci semua taipan. Ah, itu
bisa dimengerti, tidak semua taipan itu jujur, Koh Cheu menghela nafas
pelan. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Kita sepatutnya tidak membicarakan pekerjaan, bukan" Nand istriku
terlanjur protes-" Koh Cheu terkekeh.
Yang disebut-sebut sudah melangkah mendekat. Tersenyum lebar. Ray
ikut tersenyum. Memeluknya. Dulu istrinya amat dekat dengan istri Koh
Cheu. Apa salahnya dia menyambut hangat.
"Tadi Vin bilang ketemu kau di pemakaman,"
Ray mengangguk. "Kau tahu menu istimewa kita malam ini?" Ray menggeleng.
"Puding Pisang." Istri Koh Cheu tertawa.
Ray menelan ludah. Puding Pisang"
"Vin, mana Vin-" Memanggil ke dalam keramaian,
Gadis itu mendekat. Dengan pakaian yang.... berbeda. Vin tidak
mengenakan gaun oriental. Tertawa lebar menyambut Ray. Ray kaku
berjabat-tangan, menatap pakaian Vin, berusaha merangkaikan
penjelasan. Entah apa maksud baju yang dikenakan Vin.
"Vin yang mengambil alih puding pisang Fitri, Ray.... Sekarang sudah ada
berapa counter, Vin" Dua puluh" Eh, 22 termasuk yang di Singapura.
Kau coba puding pisangnya, deh. Vin sempurna mewarisi kepandaian
istrimu.... Makan malam ini ia yang menyiapkan, semua-" Istri Koh Cheu
tertawa. Membimbing Ray menuju kue ulang tahun yang besar.
Ray mengusap rambut. Malam itu, sempurna dia menghabiskan waktu di
tengah keramaian, sesuatu yang dihindarinya selama ini. Berdiri di
sebelah Koh Cheu saat meniup lilin. Menerima potongan kue kedua
setelah istri Koh Cheu. Taipan itu tertawa lebar berbincang dengannya
tentang banyak hal. Proyek-proyek. Bertanya kabar relasi bisnis lama.
Meniupkan salam untuk Mister Liem.
Beberapa saat kemudian musik dalam ruangan melantunkan lagu dansa
ber-aransemen oriental. Ray masih bercakap datar dengan Koh Cheu
ketika Vin mendekat, "Abang Ray mau berdansa denganku?"
Ray menoleh, menatap gadis itu lamat-lamat. Menggeleng-
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Ayolah, Ray! Vin sepanjang hari membicarakanmu, bagaimana mungkin
kau sekarang menolak ajakan dansanya?" Istri Koh Cheu tertawa. Muka
gadis itu memerah. Muka Ray mendadak kebas. Istri Koh Cheu menarik tangan suaminya.
Melambaikan tangan, mereka turun melantai lebih dulu. Meninggalkan
Ray dan Vin berdiri saling berhadap-hadapan. Kaku"Aku sudah lama tidak melakukannya-" Ray mengusap rambut.
Tersenyum dpis. Ya! Terakhir dia berdansa delapan tahun silam,
bersama istrinya di hamparan rumput rumah lereng pebukitan.
"Kalau Abang Ray enggan tidak apa-apa-" Gadis itu tersenyum.
Menunduk. Hendak beringsut mundur.
Ray menelan ludah. Menatap wajah kecewa itu. Apa salahnya" Gadis ini
pasti sengaja memakai pakaian yang berbeda untuk membuat
kehadirannya lebih nyaman. Apapun tujuannya, gadis ini sudah berbuat
baik. Baiklah. Lima menit.
Ray menjulurkan tangan- ***
Esok siang, Ray kembali ke Ibukota. Diantar Vin.
Dia lagi-lagi tidak bisa menolaknya. Cucu satu-satunya taipan terbesar
kawasan timur itu tersenyum menyerahkan kotak makanan. Puding
pisang. Ray menatapnya datar. Menerimanya. Bukankah selama ini dia
berpergian tidak pernah membawa bagasi"
Vin memeluknya, melepas di pintu keberangkatan.
Ray tersenyum kaku. Semalam mereka berdansa lebih dari lima menit.
Gadis itu menyenangkan. Tertawa riang saat Ray menginjak kakinya.
Bercerita banyak potongan kejadian lama. Ray benar-benar lupa.
Kembali ingat setelah Vin menceritakannya.
Tentu saja istrinya amat dekat dengan gadis ini.
Vin sama seperu istrinya, sama seperu dirinya, yarim-piatu sejak kecil.
Taipan Koh Cheu hanya punya satu anak lelaki yang menikah dengan putri
salah-satu rekan bisnisnya. Sayang, Ayah dan Ibu Vin meninggal dalam
kecelakaan pesawat terbang. Menyisakan Vin kecil yang sakit-sakitan di
bangsal anak-anak rumah sakit.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Itulah yang menjelaskan mengapa istri Koh Cheu amat dekat dengan
istrinya. Juga menjelaskan mengapa Koh-Cheu mengambil-alih maskapai
penerbangan itu. Bedanya, Vin tidak hams tinggal di panti yang buruk.
Gadis ini memiliki kakek-nenek, yang beruntungnya memiliki bisnis
menggurita. Ray membuka tutup kotak. Wangi Puding Pisang menguar, menyergap
hidung. Ray tersenyum. Mengambil sepotong. Semalam dia sama sekali
tidak menyentuh makanan apapun. Sepanjang di kota itu dia merasa
tidak lapar. Ray mengernyitkan mata, giginya nyilu. Puding itu terlalu
manis. Jo menjemput di bandara. Tertawa senang saat Ray menyerahkan kotak
puding. Melaporkan banyak hal. Progress dua hari terakhir. Semua
beres, Jo nyengir sambil mengunyah oleh-oleh dari Vin, "Wuih, Mas Ray,
rasa pudingnya sama persis dengan masakan Ibu dulu, loh! Manis dan
legit!" Ray menyeringai tipis*** Setahun berlalu. Liputan proyek pembangunan gedung 101 lantai itu
semakin ramai. Tidak hanya media massa Ibukota, reputasi konsorsium
bisnis Ray mulai merambah ke negara-negara tetangga. Konstruksi
gedung 90 persen selesai.
hanya berbilang tiga bulan lagi peresmiannya. Divisi pemasaran Ray
sibuk merencanakan acara pembukaan selubung gedung yang
spektakuler. Akan ada enam pesawat tempur meljntas persis di atas
menara saat peresmian. Juga 101 penerjun payung yang membentuk
formasi hebat di angkasa. Di antara semua persiapan itu, Ray setahun
terakhir justru sudah sibuk dengan proyek lainnya.
Dia membenamkan dua pertiga kekayaannya di salah satu ladang minyak
potensial. Bisnis baru. Ray tidak pernah mengerti tentang bisnis minyak.
Tapi dia pembelajar yang baik. Pengamat yang cakap. Imperium
bisnisnya tidak akan pernah masuk daftar 100 perusahaan terbesar di
dunia kalau hanya berkutat di bisnis properti.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Kesibukannya semakin bertambah. Waktu tidurnya semakin berkurang.
Tapi ada yang berubah dari perangai Ray setahun terakhir. Kirimankiriman itu. Surat-surat itu. Entah apa yang dipikirkan Ray, entah apa
pula yang direncanakan langit, setiap kali menerima kiriman-kiriman
tersebut, Ray merasa bisa tersenyum. Senyum senang. Bukan senyum
'mengendalikan' yang direncanakan.
Kiriman-kiriman puding pisang dari Vin. Surat-surat dari Vin. Gadis itu
rajin dua minggu sekali mengirimkannya. Menyertakan sehelai surat di
dalam kotaknya. Selembar" Itu bulan-bulan pertama, semakin lama
surat itu semakin panjang, semakin tebal. Dan Ray mulai merasa nyaman
dengan 'perhatian' itu. Awal-awalnya Vin hanya menulis tentang Kak Fitri yang dikenalnya.
Menulis tentang masa kecil dulu bersama istrinya. Bagaimana gadis itu
melihat keluarga mereka ("Vin Iri melihat kebahagiaan Abang Ray dan
Kak Fitri....") Semakin ke sini, Vin lebih banyak menulis tentang dirinya.
Bercerita tentang bisnis kue itu. Bercerita tentang bisnis Koh Cheu.
Bercerita tentang angan-angannya.
Ray tidak bisa menjelaskan kesenangan apa yang sesungguhnya dia dapat
dari membaca surat-surat itu, mencicipi puding pisang itu. Tetapi
belakangan dia malah menunggu surat-surat itu. Bertanya ke staf yang
menunggui ruang kerjanya apakah paket itu sudah datang. Kirimankiriman ini membuat hidupnya yang setahun terakhir bak roda mesin
mekanis berputar kaku mulai mendapatkan selingan menyenangkan. Ray
tidak pernah membalas surat-surat itu sekali pun. Tidak pernah pula
menghubungi gadis itu. Tetapi surat-surat itu seperti menjadi sebuah percakapan....
Tiga bulan berlalu. Peresmian Gedung 101. Bukan main. Tidak pernah
penduduk Ibukota mendapatkan pertunjukan se-spektakuler itu.
Formasi pesawat tempur, ratusan penerjun payung, ribuan balon-balon.
Dan pembukaan selubung raksasa dengan roket terbang. Presiden dan
pejabat negara datang meresmikan. Juga puluhan tamu dari negara
sahabat anggota konsorsium. Maka untuk kali kedua, Presiden tidak
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
menemukan siapa yang 'bertanggung-jawab' atas pembangunan proyekproyek yang pernah diresmikannya.
Ray tidak hadir di acara tersebut. Ray memang berada di lokasi gedung,
tapi tidak di bawah tenda-tenda raksasa itu. Ray berdiri di ruang
kerjanya. Lantai 101. Sendirian. Menatap hamparan Ibukota yang terik.
Persis tengah hari. Mendesah pelan, mengusap wajah, mimpi itu sudah
Panji Tengkorak Darah 2 Dewa Arak 58 Mayat Hidup Kelana Buana 13
^