Pencarian

Imajinatta 4

Imajinatta Karya Mia Arsjad Bagian 4


nyebrang jembatan San Francisco namanya. Kebayang nggak siiih, gimana asyiknya proses
syuting nanti?" Kenzi menatap Natta jail. "Kebayang banget. Pasti kamu keganjenan berat deh."
?Anjungpaput "Biarin! Kamu berdoa dong, Viiin, supaya kita masuk tiga besar. Selangkah lagi niiih."
Tiba-tiba Kenzi memegang bahu Natta dan menghadapkan Natta padanya. "Perhatiin muka
aku..." Natta mengernyit bingung. "Ngapain kamu" Belajar hipnotis" Sori ya, dompetku nggak ada
isinya." Kenzi geleng-geleng. "Liat baik-baik... muka aku pucet gini, mata berkantong, bibir kering...
ini semua gara-gara aku berdoa habis-habisan tiap hari sampe malem buat kemenangan
naskah kita." Natta melongo. Lalu cengengesan. "Itu sih kamunya aja kekurangan vitamin! Panas dalem!"
Tapi Kenzi memang kelihatan pucet dan kuyu banget hari ini. Kayak mayat hidup aja.
Palingan juga begadang nonton bola. Sok berdua habis-habisan tiap malam segala.
"Tapi bener lho aku doain," kata Kenzi lagi, berusaha meyaki
nkan. "Iya, iya, percaya. Eh, Ken, kamu asisten sutradaranya lho!"
Mata Kenzi berubah sayu. Oh iya ya, Kenzi nggak mungkin bisa terlibat kegiatan syuting
kayak gitu. Nggak kebayang gimana hebohnya kalo beneran pas lagi syuting para penculik
atau penembak jitu berseliweran mengincar Kenzi. Bisa-bisa itu lebih seru daripada film yang
mereka bikin. "Tapi aku bakal ikut ngawasin kok. Dari sana," Kenzi menunjuk langit.
Dari langit" Kok" Memangnya Kenzi mau mening"
"Woi! Kok mukanya jadi sedih gitu" Hahaha! Pasti kamu sangka aku bakal jadi roh yang
melayang-layang nontonin kamu syuting dari awan, ya" Ngekhayalnya kejauhan tuh.
Maksudku, aku bakal sewa helikopter buat muter-muter di atas sana biar aman."
?Anjungpaput Natta menaiDitn alis. "Itu lebih mengkhayal lagi."
Kenzi terkekeh-kekeh geli. Dia seneng banget godain Natta. Habis reaksinya itu lho... suka
berlebihan. "Suatu saat kalo novel aku terbit dan jadi bestseller, baru deh terbukti kalo
khayalan itu sangat berguna."
"Lho, ini aja udah bukti, tau. Naskah kamu masuk lima besar."
"Naskah kamu," ralat Kenzi.
"Ya tapi kan aslinya naskah kamu. Aku cuma dua puluh persennya aja. Bisa dibilang bagianbagian nggak penting." Natta setengah mengeluh. "Tapi... tapi aku seneng banget lho kamu
bikinin naskah," kata Natta buru-buru, takut Kenzi tersinggung.
Kenzi menepuk-nepuk bahu Natta. "Natta, aku kan udah bilang, naskah ini untuk kamu.
Nanti suatu saat kalo aku bikin naskah yang bener-bener pake namaku dan berhasil terbit...
itu baru punyaku. Kebayang nggak sih aku jadi penulis tenar" Bukuku dipajang di rak-rak
toko buku." Natta cekikikan lalu mencibir. "Alaaah... ntar gimana kalo jumpa fans" Kamu kan nggak bisa
ke mana-mana." "Tenang... kita pake 3G dong. Hehehe... ato aku titip pidato buat fans-fansku sama titip cap
tanda tangan. Yang jumpa fans kamu aja. Hehehehe..."
Ih! Dasar manusia aneh. "Eh, Nat, fotoin aku dong."
?Anjungpaput "Idih! Narsis! Ngapain difoto-foto segala" Buat apaan" Mo ikutan pemilihan model?" ledek
Natta bertubi-tubi. Abis ganjen banget. Mentang-mentang HP-nya berkamera dengan resolusi
canggih, pake minta difotoin segala.
"Yeee... foto aku lagi naik kuda. Buat kenang-kenangan. Kalo cuma duduk diem doang difoto
beberapa detik nggak bakal kambuh deh alergiku. Mau, ya" Kan orang-orang nggak tau ini.
Disangkain aku naek kuda beneran. Hehehehe..."
Gengsi laki-laki! Pake pamer segala sih" Kalo alergi ya alergi aja, sungut Natta dalam hati.
Tapi dia nurut juga disuruh Kenzi menuju pinggir jalan tempat kuda-kuda diparkir.
Klik! Klik! Klik! "Udah" Begitu doang" Yakin nggak mo nyoba seputeran?"
Kenzi mengangguk. "Aku nggak mo ambil risiko muka bengep, gatel sekujur badan, bentolbentol... sesek napas cuma gara-gara nekat bela-belain satu puteran. Yang penting udah ada
foto." Kenzi turun dari kudanya. "Nih, Mang, makasih ya."
Si Mang kuda menerima uang Kenzi dengan muka berbinar-binar. Ya iya lah, cuma diem
doang, difoto beberapa detik, tapi dibayar satu puteran. Lumayan kan, uang diem.
"Mana, liat fotonya."
Natta menyodorkan HP Kenzi. "Tuh. hasil foto fotografer profesional."
"Wuih, aku gagah juga ya duduk di atas kuda."
?Anjungpaput "Ya gagah kalo diem. Kalo jalan alergiii... gatel-gatelll... mana ada pangeran lagi nolongin
putri terus... "Aduh, Putri, kita parkir dulu ya, badanku gatel-gatel pengin digaruk!"
Hahahahaha tuh penjahat bakal keburu pada nyusul."
Kenzi manyun. "Ngeledeeeek aja bisanya."
Kadang-kadang Natta merasa Kenzi jauh lebih ngerti dia daripada sahabat-sahabat ceweknya.
Apa itu perasaan Natta aja, ya" Yang jelas Natta makin senang dapat sahabat kayak Kenzi.
+++ _Dua Puluh Lima_ "IHHHHHHHHHHHHH!!!" Natta, Inna, Dara, dan Kinkin kor terpekik histeris sambil
lompat-lompat kelinci kegirangan.
Tiga naskah terpilih! 1. Tentangmu, Kaya -> ANatta Zahrantiara, 2A
2. Cinta di Belokan -> Fauzia Irva Lestari, 3C
3. Oke, Bos -> Ahmad Dodot, 2E
Tuh! Liat! Liat! Naskah Natta (dan Kenzi) ada di urutan pertama naskah yang terpilih untuk
Festival Film Indie Pelajar!!! Artinya... lima ratus ribu! Jadi sutradara! Ngarahin Ditto!!!
Dan... yah, piagam. "Kereeen... nggak nyangka, nggak nyangka... kereeen." Kinkin bolak-balik bilang begitu.
Kayaknya dia bingung mo ngomong apa lagi.
?Anjungpaput "Pokoknya jangan sampe plagiat deh. Selamat lho! Asyik nih!" cetus Dara dengan kalimatkalimat khasnya yang menusuk hati yang denger.
Inna merangkul Natta. "Jangan lupa lho, japrem, japrem"jatah preman."
Natta masih berdiri mematung menatap nama dan judul naskahnya terpampang di mading.
OMG!!! Dream comes true! Berarti naskah itu betul-betul bakal jadi film indie! Dan Ditto
udah mengiyakan bakal mau jadi pemerannya. Terima kasih, Tuhaaan... kebahagiaan datang
bertubi-tubi. Telapak tangan Inna bergoyang ke kanan-kiri di depan hidung Natta. "Bangun! Bangun!!!
Ayo ke ruang OSIS!" Natta masih deg-degan nggak percaya. Kalo semua betul-betul lancar sesuai rencana. Semua
terjadi sesuai dengan yang Natta inginkan!
Ruang OSIS agak penuh hari ini. Kayaknya lagi pada sibuk. Natta harus lapor ke mana nih"
"Natta! Wah, selamat ya, selamat! Bener kan, naskah kamu emang bagus."
Ditto! Natta tersenyum malu-malu membalas uluran tangan Ditto. "Makasih."
"Oh ya, kamu tinggal ke Sashi tuh, tanda tangan-tanda tangan gitu deh. Nanti proses
selanjutnya Sashi bakal kontak kamu. kami lagi usaha rental perlengkapan syuting. Kamu
udah pikirin lokasi dan semuanya, kan?"
Natta nyengir. "Ehehehe... udah." Padahal BELUM! Boro-boro, dia belum mikirin sampe
situ. Ah, ntar aja tanya Kenzi.
?Anjungpaput "Aku seneng banget bakal meranin tokoh di naskah kamu. Biarpun kepribadiannya nggak
aku banget, aku profesional kok. Aktingku bakal habis-habisan." Nada suara Ditto
kedengaran bangga dan pede.
Natta tersenyum senang. "Wah, kamu beneran mau ya jadi pemeran di naskahku?"
Alis Ditto terangkat berkata plis-deh-ya-beneran-lah. "Mana mungkin aku nggak mau
meranin peran unik dan aneh kayak gitu?"
Unik dan aneh" Natta agak setuju dengan kata "unik". Natta tau betul Kenzi mengambil
karakter dasar tokoh dari mereka berdua. Dan mereka unik. Kenzi unik. Bukan aneh.
"Natta?" tegur Ditto membuyarkan lamunan Natta.
"Eh... ya?" "Nanti kita obrolin lebih lanjut ya. Aku siap banget buat syuting."
Natta tersenyum lagi. Kayaknya Ditto semangat banget. Memang sih Natta sering dengar
Ditto pengin banget eksis di dunia entertainment. Kalo berkat film Natta dia jadi terkenal, dia
pasti makin berterima kasih dan hubungan mereka makin klop aja. Hihihi sip nih! Sip, sip!
*** Tut... tuuuut... Lama banget. Natta menekan ulang angka-angka di HP-nya.
Tuuut... tuuut... tuuut...
?Anjungpaput Ugh! Kenzi ke mana sih" Sekali lagi dia menekan nomor HP Kenzi dengan nggak sabar.
Akhirnya setelah sekitar dua puluh kali diangkat...
"Halo?" Suara Kenzi terdengar parau dan serak. Ni makhluk pasti baru bangun tidur.
"Tidur melulu! Lama banget sih ngangkat teleponnya!" Baru bilang halo aja udah kena
berondong peluru Natta. "Ada kabar nih! Kabar penting abad ini, tau."
Kenzi malah batuk-batuk. Nyawanya pasti belum ngumpul nih. Masih ngantuk dan nggak
fokus. Huh, payah! "Uhuk... uhuk... ehem... kabar apa?" tanyanya lemas.
UGHHH! "Alviiin... semangat dikit dooong, jangan tidur melulu. Bangun! Bangun!"
"UHUK UHUK UHUK! Iya, iya, ada apa, Nat?"
"Naskah kita terpilih!"
Kenzi berdeham-deham dulu. "Oh, ya" Selamat ya!" katanya antusias.
"Selamat buat kamu!" balas Natta.
"Jadi dong ya syutingnya."
?Anjungpaput Biarpun Kenzi nggak bisa lihat, Natta nyengir sendiri. "Jadi dooong... malah Ditto udah
confirm dia bener-bener oke jadi pemerannya. Dia semangat banget, malah. Alviiin... aku
seneng bangeeet..." Di seberang sana Kenzi terdengar cekikikan. Dia geli banget ngebayangin gimana muka hepi
tambal mupengnya Natta sekarang. Cewek tukang mengkhayal ini pasti udah nggak tahan
pengin buru-buru latihan dan syuting.
"Eh, Ken, besok ketemuan yuk" Aku mo konsultasi sama kamu soal setting, dan laen-laen
deh. Mau, ya?" ajak Natta penuh harap.
"Hmm... gimana ya?"
"Ahhhh, Kenzi... Ayo dong. Aku butuh saran-saran niiih... ya, Ken?" bujuk Natta. Merengek
sih tepatnya. "Oke, oke, besok kita ketemuan, ya" Besok kita makan-makan. Aku yang bawa makanannya.
NgeNantaaiiin." "Kamu yang bawa makanannya" Yakin?"
Kenzi terbatuk-batuk lagi. Kenapa sih cowok suka batuk-batuk kalo bangun tidur" Semuanya
deh. Kak Nanta, Ayah, sepupunya, eh ini Kenzi juga. "Iya... aku mo bawain kamu makanan
favoritku. Mau nggak?"
"Ya mau dong," jawab Natta semangat. Cuma monyet cacat otak yang nolak gratisan.
Hehehe... "Ya udah. Ketemu besok, ya?"
"Oke. Bye, Ken..."
?Anjungpaput "Dah, Natta... Eh, NAT!"
"Iya" Kenapa lagi?"
"Kamu pasti dateng, kan" Ntar aku dateng bawa-bawa makanan kamunya nggak dateng,
lagi." Natta mendengus kecil. "Ya dateng laaah, kan aku yang ngajak. Jangan-jangan kamu yang
nggak dateng, lagi."
Kenzi berdeham. "Ya dateng laaah, kan aku seksi konsumsinya."
Natta ngakak. "Ya udah. Besok, ya?"
"Oke..." "Dah, Ken..." "Eh, NAT!?" "Apaan lagi?" Kenzi terdiam sejenak. "Nggak. Besok, ya?"
"Oke." ?Anjungpaput "Dah..." Klik. +++ _Dua Puluh Enam_ KOSONG. Bangku taman itu masih kosong. Tumben Kenzi telat. Biasanya Natta datang agak cepat pun
Kenzi selalu datang duluan. Pasti gara-gara beli makanan favoritnya itu dulu. Mana jalanan
macet. Tapi... dia kan tinggal deket sini. Apa dia nyuruh sopirnya, ya" Atau jangan-jangan itu
masakan rumah dan sekarang belum mateng"! Tau ah! Natta duduk di kursi kesayangannya.
"Haaaaahhhh..." tak terasa impian itu makin dekat aja. Hari-harinya bareng Ditto bakal
segera datang. Satu jam. Natta menekan nomor HP Kenzi. Nggak aktif. Huh! Di mana sih dia"
Dua jam. Masih nggak aktif. Pip pip... SMS! Pasti Kenzi nih! Alasannya apa nih, sampe bikin Natta ngendon dua jam
kayak gini"! Hi Natta, ?Anjungpaput Kpn kt mulai bhs script"
Kt perlu lat lho. Pemerannya udh dpt semua"
- DITTO - Wah Ditto SMS! Harusnya Natta bisa jingkrak-jingkrak sambil goyang patah-patah saking
senangnya. Tapi... mikirin Kenzi yang telat kebangetan kayak gini suasana hatinya jadi
sedikit jelek. Tega banget sih Kenzi biarin dia nunggu selama ini! Nggak menghubungi dan
nggak bisa dihubungi, lagi!
Tiga jam. Wah, keterlaluan nih! Ke mana sih dia" Jam segini kan biasanya jam mereka pulang. Ini
Kenzi datang juga belum. Kalo nggak bisa dateng bilang kek dari kemaren. Apa Natta pulang
aja ya sekarang" Tuuut... tuuut... Tetap nggak diangkat sampe akhirnya dibilang nggak aktif. Oke, Natta pulang aja. Kalopun
lima hari lagi mungkin Kenzi nongol, paling nggak dia ngerti Natta udah nunggu kelamaan.
Eh, tapi, jangan-jangan... terjadi apa-apa sama Kenzi"!
Dengan panik Natta menekan sekali lagi nomor telepon Kenzi. Sama aja. Nada tunggu yang
lama sampe akhirnya terdengar suara mbak-mbak bahwa "Nomor yang Anda tuju sedang
tidak aktif atau berada di luar jangkauan". Duuuh... Kenzi ke mana sih" Ada apa sih" Natta
yakin kalo nggak ada apa-apa nggak mungkin Kenzi menghilang kayak gini. Dia bukan tipe
orang kayak gitu. ?Anjungpaput Natta jadi teringat cerita Kenzi tentang keadaan keluarganya. Kalo ternyata bener-bener
Kenzi tadi nekat pergi beli makanan entah ke mana, mungkin orang-orang yang mengincar
dia liat. Jangan-jangan dia diculik"! Ya ampun, Kenzi! Kenapa nekat banget sih"!
Apa tadi malam Kenzi punya feeling ya kalo hari ini bakal terjadi sesuatu" Natta jadi teringat
obrolannya di telepon tadi malam. Kenapa Kenzi kayaknya susaaah banget mau nutup
telepon" Kenapa Kenzi manggil Natta dan nggak jelas mau ngomong apa" Apa itu tandatanda ya" Natta harus melakukan sesuatu. Dia udah janji. Dia janji kalo Kenzi tiba-tiba
menghilang dia bakal nyari.
*** Inna, Dara, dan Kinkin menatap Natta, menunggu sahabat mereka itu memberitahu mereka
kenapa mendadak mereka disuruh ngumpul di atap rumah Inna. Jelas aja Inna yang lagi
santai-santai nonton DVD drama Korea-nya terkaget-kaget. Rapat mendadak nih" Rapat
mendadak kok di rumah orang"
"Kalian ada yang punya kenalan detektif nggak?"
Inna, Dara, dan Kinkin saling pandang lalu menggeleng bareng-bareng.
"Kalo penculik?"
Kali ini saling pandang sambil melotot lalu menggeleng kencang-kencang ditambah, "Ya
nggak lah! Gila lo, ya?" dari Inna.
Dengan putus asa Natta menggaruk-garuk kepalanya yang nggak gatel. "Kalo sodara ato
kenalan, ato siapa kek, yang punya pengalaman diculik?"
"Lo kenapa sih, Nat?" Kinkin memekik bingung. "Amit-amit tau nggak kalo punya kenalan
ato sodara yang diculik!"
?Anjungpaput "Lo nggak niat bikin buku detektif, kan?" selidik Dara mengintip dari balik bukunya.
Natta menggeleng. "Bukan... gue rasa... Kenzi diculik."
"KENZI?" seru tiga temannya kompak.
Natta mengangguk. "Bukannya Kenzi..." Inna bergantian menatap Dara, lalu Kinkin, lalu Natta. Lalu mereka
semua memandang Natta dengan tatapan aneh yang sama sambil mengangguk-angguk.
"Gue bohong... maaf ya." Akhirnya Natta bercerita soal Kenzi. Kecuali tentang letak
tamannya sih. Itu nggak akan pernah dia bocorin. Dia nggak rela ketenangannya terganggu
kalo sampe tiga temannya yang heboh ini tau tempat rahasianya.
Inna cuma bisa geleng-geleng. Dara nggak bisa berhenti menaik-turunkan alis sampe
mukanya aneh. Kinkin monyong-monyong sendiri. Ekspresi mereka betul-betul nggak jelas!
"Nat, lo yakin dia bukan cuma khayalan doang?" Kinkin menatap Natta dengan tatapan


Imajinatta Karya Mia Arsjad di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

prihatin dan simpati. "Gila! Ya yakin lah! Gimana mungkin dia bantuin gue bikin naskah" Dia minjemin gue
laptop, De." Nggak mungkin kan makhluk khayalan punya laptop"!
Kinkin mengangkat bahu. "Siapa tau aja, Nat. Lo ngekhayalnya terlalu heboh sampe-sampe
lo bisa ngebayangin dengan nyata wujud laptop. Padahal di rumah lo nulis lagi apa yang lo
inget di kepala. Bisa aja, kan?"
?Anjungpaput Natta menutup mukanya putus asa. "Arrrgghhhhh! Gue emang pengkhayal, tapi gue nggak
gila sampe berhalusinasi seedan itu, kali."
Inna malah mendukung Kinkin. "Bisa aja, lagi, Nat."
"Aduuuh... beneran. Kalian nih ya. Kenzi itu nyata. Dia punya HP. Gue sering teleponteleponan kok."
"Huhuhu... tuh kan ada afair," gumam Dara sumpah mati sangat nggak tepat waktu dan bikin
orang pengin nyumpel mulutnya pake handuk bekas.
"Lo yakin banget dia diculik. Kali aja dia ke mana, gitu. Nganterin mamanya... terus HP-nya
ketinggalan" Hayo." Satu alasan yang sangat masuk akal dari Inna.
Tapi... "Kalian nggak kenal Kenzi sih. Dia nggak mungkin nggak ngabarin gue dan ngebiarin
gue nunggu nggak jelas kayak tadi. Tadi gue udah bilang alesan dia pindah ke Bandung, kan"
Makanya gue khawatir banget."
Kinkin mengetuk-ngetuk bibirnya dengan telunjuk. "Terus gimana dong?"
"Ya makanya itu, gue juga bingung. Tapi yang jelas gue harus cari tau. Gue udah pernah
janji, kalo dia menghilang tiba-tiba gue bakal cari dia. Gue udah ngerasa hari itu dia aneh
banget ngomong kayak gitu. Mana tadi malem dia juga aneh. Dia itu sobat gue. Sama kayak
kalian." "Sobat apa sobaaat?" lagi-lagi Dara nyeletuk.
"Kalo dia orang biasa-biasa kayak kita, dia menghilang gini doang gue nggak bakalan panik.
Tapi habis denger cerita dia waktu itu..."
?Anjungpaput Inna membuang napas berat. "Ya sih. Tapi lo yakin itu ceritanya beneran?"
Natta mengangkat bahu. "Tau deh. Tapi kayaknya dia nggak bohong. Kalo nggak juga,
ngapain dia nyiksa diri sendiri nggak bisa pergi ke mana-mana selain lingkungan taman dan
rumahnya" Dari cara dia ngomong, dia serius. Lagian masa iya bohong sih" Apa untungnya
coba?" "Ya cari simpati lo lah."
Natta terdiam. Nggak mungkin Kenzi bohong sama dia. Kalaupun dia bohong, Natta harus
buktiin sendiri. Sesuai janjinya, kalo Kenzi menghilang tiba-tiba Natta akan cari dia. "Gue
nggak punya pikiran jelek tentang dia. Apalagi setelah apa yang dia lakuin buat gue. Dia
nggak mungkin bikin naskah itu main-main, kan" Untuk saat ini, gue percaya sama cerita
dia." Dara menutup bukunya. "Coba ntar malem lo telepon dia lagi. Jangan buru-buru mutusin
sekarang. Kemungkinan HP ketinggalan, nggak aktif, lupa dikeluarin dari tas bisa aja, kan"
Dia manusia, kan" Jadi bisa aja lupa."
"Ato HP-nya ilang" Bisa juga lho, Nat. Apalagi mungkin nomor HP lo cuma ada di situ. Ya
gimana dia mo nelepon lo kalo nomornya aja dia nggak hafal?" Kinkin memberi alternatif
lain buat dipertimbangkan. Dan mungkin banget kejadiannya kayak gitu.
"Iya sih. Tapi tetep aja gue nggak yakin. Kenzi itu... ya udah, ntar malem gue coba telepon
dia lagi. Tapi nanti kalian mau kan bantuin gue nyari dia?"
Inna mengangguk. Dara mengangguk. Kinkin juga mengangguk. Mana mungkin juga bilang nggak mau" Di mana dong semangat
rasa kesetiakawanan, ya, nggak" Ya, nggak"
?Anjungpaput *** Tuuut... tuuuuut... "Nona" Veronica menjawab.
Tuuuut... tuuuut... "Nona" Veronica lagi...
Sampe berpuluh-puluh kali tetep aja sama. Mungkin teman-temannya susah percaya Kenzi
nggak mungkin menghilang tanpa kabar kalo nggak ada apa-apa. Setelah beberapa lama
Natta kenal Kenzi, Natta yakin Kenzi nggak mungkin kayak gitu.
Hari ini Natta nggak bisa tidur tenang. Tadinya dia setengah mati semangat membahas
tentang naskahnya. Tapi sekarang dia malah kebingungan sendiri. Nggak kebayang kalo
Kenzi betul-betul diculik. Kalaupun misalnya Kenzi memutuskan untuk nggak temenan sama
Natta lagi dan berniat menghindar, Natta cuma minta dikasih tau Kenzi baik-baik aja.
+++ _Dua Puluh Tujuh_ GRUDUK... gruduk... gruduk... Kursi di depan lapangan basket yang Natta dan Ditto duduki
bergoyang-goyang, efek kaki Natta yang goyang-goyang heboh nggak sabar.
"Kalo pemeran ceweknya gimana" Kamu udah punya calon?" tanya Ditto.
?Anjungpaput Natta malah celingukan. "Nat?" "Ha?" "Untuk pemeran cewek, udah ada calon?"
"Oh, udah ada sih... beberapa..." Celingak-celinguk lagi. "Tapi masih belum fix. Gampang
deh... eh, nanti. Yang penting kamu dulu. Hehehe... iya kan" Yang udah fix." Natta menebar
pandangan cewek-ini-pantas-ditaksir. Tapi terus celingukan lagi. Belum lagi kakinya nggak
bisa berhenti goyang-goyang bikin semua kursi ikutan bergetar kayak alat pembakar lemak di
mal-mal. Dan kayaknya Ditto ngeh. "Ngng... kamu ada keperluan laen, ya?"
Natta menggigit-gigit bibirnya gelisah.
"Nggak papa kok kalo kamu ada perlu. Kita bisa obrolin ini lagi nanti."
Boleh juga tuh. Sekarang urgent soalnya. Sebetulnya kalo lagi nggak ada hal "mendesak"
alias misi penting, Natta pasti seneng banget karena di tengah jam pelajaran olahraga yang
panjang dan kosong alias lagi nggak ada guru ini dia disamperin Ditto dan diajak ngobrol
berduaan kayak gini. Tapi ada hal lebih penting dan mungkin menyangkut hidup seseorang
yang harus Natta lakukan mumpung jam kosong begini.
?Anjungpaput "Ung... iya nih, Dit, aku pengin pipis banget. Pasti lama deh. WC kan ngantre banget. Kita
ngobrol-ngobrol lagi nanti, ya" Masih banyak banget lho yang aku pengin diskusiin sama
kamu." Ditto mengangguk. "Oke. Cepet deh ke WC. Jangan nahan pipis. Nggak bagus buat
kesehatan." "Hehehe... iya. Dah, Ditto." Natta langsung melesat pergi.
*** Muka Kinkin pucat ketakutan. "Yakin nih" Gue nggak ikut, ya?"
Natta kontan cermberut. "Ih! Lo kok gitu sih, De" Udah deeeh... santai aja. Kita nggak
pernah bolos ini. Sekali-sekali nggak papa, kali. Kenakalan masa remaja itu bumbu, tau. Asal
jangan narkoba aja. Itu baru goblok!"
Inna melirik Kinkin. "Tau lo, De. Lagi jam kosong ini."
Kinkin mikir dengan muka ditekuk seribu. "Ya, tapi SMA 333 itu kan jauhnya amit-amit.
Emangnya kita sempet balik lagi ke sekolah tepat waktu?"
"Ah, hen lo!" celetuk Dara nggak ngerti maksudnya apa. "Ayam betina!"
Ohhhh! Inna menyikut Dara geli. "Lo kalo bikin istilah kreatif dikit dong. Pake hen lah dibawa-bawa.
Modifikasi dari kata chicken maksud looo?"
Dara mengediDitn bahu. "Ya, pokoknya pengecut. Kalo kebanyakan mikir bisa nggak jadi
nih." Nah, kok jadi doi yang napsu pengin bolos"
?Anjungpaput Natta menggenggam bahu Kinkin. "Ayo dong, De. Demi sahabat lo ini."
Kinkin mendengus. "Iya, iya, iya. Tapi kalo ada apa-apa lo pada tanggung jawab, ya?"
Nggak ada yang ngangguk. Tapi Kinkin anggap aja jawabannya iya.
"Ayo," instruksi Natta. "Si Irsyad udah ready belum?"
Irsyad adalah peran kunci dalam aksi bolos massal ini. Oh ya, informasi singkat, Irsyad ini
naksir berat sama Dara. Jadi dia mau-mau aja ngelakuin apa pun yang diminta Dara.
Termasuk jadi figuran pengalih perhatian satpam kayak sekarang ini.
"Aduuuh, Paaak... tolongin Pak, Neng Yuyun sama Neti Koneti berantem rebutan bakso.
Jambak-jambakan, Paaak..."
Tampang siaga Pak Satpam langsung berubah jadi tampang siap bertugas. "Wah, gawat itu.
Bisa bahaya itu. Akibatnya bisa kacau itu. Di mana kejadiannya, Irsyad?"
"Itu. Eh, anu, di kantin lah, Pak! Kan saya udah bilang rebutan bakso. Gara-gara pada nggak
mo ngantre tuh, Pak. Ayo, Pak, cepetan, sebelum mereka siram-siraman pake kuah bakso.
Mang Uyung bisa bangkrut. Kuahnya Mang Uyung kan asli kaldu sapi gitu. Banyak lemaklemaknya. Makanya enak gitu. Bayangin, Pak, kalo udah pake sambel... aduh... rasanya..."
"IRSYAD!!!!" pekikan maut Inna dari jarak jauh bikin Irsyad tersadar dan kembali ke misi.
Selesai misi udah jelas dia bakal makan bakso.
"Ayo, Pak!" ?Anjungpaput Pak Satpam mengangguk heroik. "Ayo!" Lalu mereka berdua berjalan cepat menuju kantin.
Di balik punggungnya, Irsyad mengacungkan dua jempol tanda "misi tercapai"aman!"
"Buruan, buruan..." Natta memberi kode supaya mereka bergerak menuju gerbang yang lepas
dari pengawasan. Mirip penjahat kelas teri Medan Natta, Inna, Dara, dan Kinkin berbaris sambil celingakcelinguk.
*** Kinkin duduk di halte bus sambil manyun. Merasa tertipu. Ternyata rencananya adalah
menunggu anak-anak SMA 333 bubaran sekolah. Artinya mereka nggak mungkin balik lagi
ke sekolah tepat waktu. Alias bolos total! Malah tas mereka juga ternyata udah dititipin ke
Irsyad buat dibawain pulang dan dibawa ke sekolah lagi besok pagi. Irsyad yang kesengsem
akut sama Dara ya mau-mau aja dapet tambahan empat tas buat dibawa pulang.
"Jangan manyun dong, De," bujuk Natta nggak enak. Kinkin emang kayaknya berani,
padahal pengecutnya parah deh.
"Tau ah. Jadi kita nongkrong di sini sampe bubaran sekolah?"
Natta mengangguk. "Paling juga sebentar lagi laaah. Kalo kita datengnya telat, ntar kita telat.
Gimana kalo Kenzi-nya udah keburu lewat. Ya, nggak?"
Sruuuuut! Bukannya menjawab, Kinkin menyeruput teh botolnya dengan murka. Kalo bisa
dia pengin kunyah sekalian sedotannya sampe habis!
Inna mulai menebar pandangan. Kali-kali ada cowok Ditep lewat. Dara sih jangan ditanya.
Udah bertapa aja di balik buku tebalnya yang seperti biasa jelas bukan sahabat orang awam.
Level kutu buku kelas berat. Kutu buku bangkotan yang udah merajai kutu-kutu lain di
wilayah kekuasaannya. ?Anjungpaput Teeeeeetttt! "Eh, bubaran, bubaran!" Natta bangkit dari kursi halte semangat. "Pokoknya bagi tugas ya.
Nanya-nanya." Tak lama siswa-siswi SMA 333 berbondong-bondong ke luar. Sekarang mereka harus pilihpilih, mana kira-kira yang bertampang kelas 3 buat ditanya.
"Eh, maaf, maaf..." Natta berlari-lari kecil menyetop cowok tinggi berkacamata berambut
jabrik yang pantas jadi anak kelas 3. "Kelas 3, ya?"
Cowok itu menatap Natta penuh selidik. "Iya... kenapa" Situ siapa ya?"
"Anu, Kang, mo tanya... kenal sama yang namanya Kenzi, nggak" Kelas 3 juga di sini."
"Kenzi" Belum pernah denger. Kelas 3 apa?"
Waduh! "Engg... anu... nggak tau, Kang."
"Waaah susah dong. Di sini kelas 3-nya ada dua belas kelas lho. Nama lengkapnya?"
Natta menggeleng. "Nggak tau juga."
"Sori deh, saya nggak tau," katanya sekalian pamit.
?Anjungpaput Duuuhhh... mana Natta tau kelasnya" Nama lengkapnya juga Natta nggak pernah nanya tuh.
Nah, cewek itu mungkin kenal. "Kelas 3, ya?"
"Bukan. Kelas 1," jawab si cewek bingung.
"Oh, ya udah. Makasih." Tampangnya tua banget. Yang itu, kali... Natta mengincar cowok
gemuk berambut keriting yang asyik mengunyah sate sosis yang belepotan saus. "Eh, anu,
kelas 3, ya?" "Nyam... nyam... iya... Ada apa ya" Nyam... nyam..."
"Maaf, Kang, kenal yang namanya Kenzi nggak" Ciri-cirinya bla... bla... bla..."
Sambil terus mengunyah, si Gendut kelihatan mikir. Nggak tau mikir nggak tau lagi
menikmati setiap kunyahan sosisnya. Tampangnya merem-melek begitu. "Kayaknya nggak
kenal. Emang ada ya yang namanya Kenzi di sini?" Nah lho!
"Aduh, Nattaaaa... gue nyeraaaaah. Nggak ada yang kenaaal!" keluh Kinkin yang sempet
disinisin cewek-cewek gaul gara-gara nanya cowok yang kayaknya cowok terpopuler di
sekolah ini. Dara manggut-manggut. "Nol. Nihil. Zero. Kosong."
Inna menyeka keringatnya. "Mana cowok Ditepnya dikit, lagi. Pada ke mana ya?"
Natta menghela napas. "Kita masuk, yuk?"
Inna melotot. "Ngapain" Lo mo ngubek-ngubek WC" Lo pikir dia ngumpet di WC ya" Males
ah!" ?Anjungpaput "Nggak lah! Kita ke kantor guru. Mending nanya yang jelas aja deh."
Kinkin menatap Natta ragu. "Yakin lo?"
Natta mengangguk. "Iya. Udah kagok sampe sini. Sekalian ajalah. Yuk."
Inna, Dara, dan Kinkin nurut. Emang iya juga sih. Udah melalui perjuangan panjang masa
nggak ada hasilnya" *** Hidung ibu berambut konde dan alis dilukis dengan poni setinggi pohon jambu itu
bergoyang-goyang ke kanan-kiri sambil serius membaca file di komputernya.
"Gimana, Bu?" tanya Natta ragu.
Si Ibu menyelidik sekali lagi tulisan-tulisan di layar komputernya. "Ndak ada. Seingat saya
juga memang ndak ada tuh murid di sini yang bernama Alpin," katanya dengan logat Jawa
medok. "Kamu yakin temenmu Alpin itu sekolah di sini?"
"Iya, Bu. Katanya begitu."
"Dia pacar kamu ato gimana toh" Jangan-jangan kamu ini dibohongin. Hati-hati lho, Nduk...
laki-laki itu jangan terlalu dipercaya." Lho, kok jadi nasihat percintaan gini.
Inna menatap si Ibu. "Beneran nggak ada, Bu?"
?Anjungpaput Si Ibu mengklik-klik mouse-nya entah ngapain. "Ya bener toh. Lha wong saya ini sudah kerja
di sini lima belas tahun. Tua-tua begini saya ini inget lho satu-satu tampangnya siswa-siswi di
sini. Ya namanya juga. Ndak ada itu yang namanya Alpin."
Raut Natta berubah sedih. Artinya Kenzi memang bukan siswa sini. Ada perasaan kecewa
saat tahu Kenzi bohong. Tapi Natta tetap yakin kalau Kenzi bohong, dia pasti punya alasan
kuat. Rasanya Natta kehilangan semangat. Setelah meninggalkan SMA 333, mereka berempat
langsung menuju warung terdekat dan pesan minuman. Tapi dia cuma menggigit-gigit
sedotan jus jambunya tanpa diminum.
"Udahlah, Nat, sekarang terbukti kan dia nggak ada di sekolah ini" Entah kenapa dia pake
acara bohong sama lo. Yang penting lo udah buktiin omongan lo, kalo lo bakal nyari dia
waktu dia menghilang. Sekarang lupain aja dia," dengan sabar Inna menasihati Natta.
Natta mendesah pelan. "Gue penginnya sampe ketemu, Vi. Gue..." habis itu Natta nggak bisa
ngomong apa-apa lagi. Meskipun nggak ada yang ngomong, Natta tahu Inna, Dara, dan
Kinkin sekarang makin yakin kalo Kenzi cuma khayalannya doang.
"Gue bilang sih lo jangan sampe buyar deh konsentrasinya. Bentar lagi bukannya rangkaian
proses pembuatan film indie bakal dimulai?" saran Dara. "Ini impian lo banget, kan" Ditto
udah nempel gitu lo malah mikirin cowok laen."
"Bukan mikirin cowok laen. Lagian, kalaupun gue mikirin Kenzi, bukan dalam artian kayak
gitu... Gue care sama dia karena dia sahabat gue juga."
Semuanya diam. Sama sekali nggak ada solusi. Mau kasih saran gimana" Buat mereka Kenzi
sangat mungkin cuma teman khayalan Natta. Habis gimana" Sampe detik ini toh mereka
nggak pernah sekali pun berkomunikasi apalagi ketemu sama cowok bernama Kenzi itu.
Nggak ada yang tahu apa cowok itu betul-betul nyata atau imajinasi Natta yang kelewat
hidup, kan" +++ ?Anjungpaput _Dua Puluh Delapan_ DAG dug dag dug... Makin lama ritme jantung Natta makin cepat. Gimana nggak" Hari ini
dia asli janjian sama Ditto. Bukan ketemu nggak sengaja di kursi di pinggir lapangan
olahraga, bukan papasan di koridor sekolah, bukan... udah deh! Pokoknya ini asli janjian!
Dan gilanya lagi, Ditto yang NGAJAK! Bukannya Natta berharap ketinggian bakal ditembak
Ditto hari ini, tapi diajak janjian aja udah kemajuan pesat!!!
Natta duduk gelisah di kursi taman di depan kantin. Hari ini sengaja nggak jajan apa pun juga
untuk menghindari benda-benda asing nyelip di gigi sejenis toge soto, urat bakso, atau cabe
bakwan. Wiiih... nggak banget yeee. Jadi Natta dengan manisnya cuma membeli sekotak jus.
Kalo dia cuma menggigiti sedotan, dijamin nggak bakal ada yang nyelip deh.
"Hei, udah lama, ya?" Ditto ganteng buangeeet! Pake jaket cokelat di luar seragam
sekolahnya. Jam tangannya aja bikin dia gagah. Itu tuh, jam karet merek terkenal keluaran
terbaru. Warna putihnya pas banget buat Ditto.
"Nggak kok, nggak, baru lima belas menitan gitu deh."
Ditto duduk di samping Natta, bikin Natta makin salting. Kalo efek salting adalah kentutkentut, pasti sekarang udara di sekeliling mereka udah bau, ribut, dan berasap karena Natta
pasti kentut gila-gilaan saking saltingnya. Untung aja efeknya cuma deg-degan sama dengkul
lemes. "Mau jus" Belum diminum kok." Padahal bohong. Natta udah minum sedikit. Tapi kan kalo
Ditto mau berarti mereka... hihihi... ciuman nggak langsung!
"Nggak usah. Makasih. Tadi si Oik bawa jus mangga bikinan tantenya gitu. Bawanya segelas
gede, lagi. Kenyang deh."
Huh! Oik lagi, Oik lagi! Ini kan waktunya Natta. Lagian cari perhatian banget sih si Oik ini.
Pake bawa-bawa jus mangga buatan tantenya segala ke sekolah. Niat amat!


Imajinatta Karya Mia Arsjad di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

?Anjungpaput "Jadi... ada apa, Dit" Mo ngomongin soal pendalaman karakter kamu, ya" Aku juga udah
dipanggil Sashi, kita bakalmulai proses syutingnya kira-kira seminggu lagi. Peralatannya
udah di-order semua kok. Krunya juga lagi ditatar gitu. Pokoknya aku tinggal ngurusin
naskah dan cerita deh. Termasuk tokoh-tokohnya, pasti," kata Natta semangat.
Ditto mamerin senyum mautnya. Uhhh, bikin hati Natta meleleeh... "Bukan. Bukan itu, Nat.
Itu lho, soal pemeran utama cewek. Yang aku tanya waktu itu. Inget, kan?"
Natta mengangguk. Natta sih belum memutuskan siapa yang bakal dia pilih. Kayaknya dia
perlu casting deh. "Emang kenapa?"
"Aku ada calon yang aku yakin pasti bagus banget buat maen di naskah kamu."
Natta menaiDitn alisnya penuh tanda tanya. "Oh ya" Siapa?"
"Oik." "OIK?" Ditto mengangguk. "Iya. Oik itu jago akting lho. Dia malah pernah jadi figuran salah satu
sinetron remaja. Dia juga suka banget sama karakter di naskah kamu."
Suka" Nggak salah" Kayaknya sikap Oik waktu itu nggak sedikitpun menunjuDitn tandatanda suka. "Oh ya" Tapi..."
"Percaya deh sama aku. Filmnya bakal bagus kalo Oik maen juga. Dia nggak canggung lagi
di depan kamera. Dia juga aktif di teater kok kayak aku. Kamu mau filmnya jadi bagus, kan"
Ato kamu nggak percaya ya ama rekomendasi aku?"
?Anjungpaput Natta buru-buru menggeleng. "Bukan... bukan... aku percaya kok. Aku percaya. Oke, kita
coba Oik." Terpaksaaa... terpaksaaa... daripada Ditto tersinggung"!
Ditto tersenyum lebar. "Nahhh... gitu dong. Terus, kapan kami mulai dapet naskah finalnya
nih" Pemeran-pemeran laennya"yang figuran gitu, udah ada semua?"
Natta mengangguk sebelum Ditto meluncurkan rekomendasi-rekomendasi lain. "Untuk peran
temen-temennya Inta, aku mo pake temen-temen segengku. Mereka kan muka sadis semua.
Pas deh." Ditto mengangguk-angguk. "Oke. Bagus. Kalo kurang orang tinggal bilang aja sama aku.
Biar nanti aku rekomendasiin yang lain."
Natta tersenyum garing. "Oh ya, dikit lagi juga naskah finalnya jadi kok. Aku kan cuma
dikasih waktu seminggu sama panitia."
"Oke kalo gitu. Aku masih ada kerjaan nih di ruang OSIS. Kamu mo ke mana lagi?"
"Aku... eh... paling ke kantin."
"Ya udah. Ntar kita ngobrol lagi, ya?" Ditto beranjak. Lalu melambai ke arah lapangan. "Aku
duluan ya." Ternyata ada Oik di sana, menunggu sambil senyam-senyum genit. "Sekalian aku
mau ngasih tau Oik kalo dia kamu pilih jadi pemeran utama ceweknya."
Natta yang pilih" Busyet deh... kalimatnya agak salah deh kayaknya. Tapi ya sudahlah. "Oke,
Dit. Sampe ketemu." *** ?Anjungpaput Natta duduk di bangku taman rahasianya. Ini "harinya" Kenzi. Dia pasti datang, yakin Natta
dalam hati. Kalo dia nongol, Natta udah niat mo heboh ngamuk-ngamuk karena dia
menghilang tanpa sebab. Ingkar janji nggak bilang-bilang, bikin Natta jamuran nunggu di
taman dan dicap sinting sama teman-teman segengnya. Ya dong, apa coba maksudnya
mereka ngotot Kenzi cuma teman khayalan kalo bukan nganggep Natta agak-agak sinting"!
Setengah jam... Empat puluh lima menit...
Satu setengah jam... Tiba-tiba ada yang menepuk bahu Natta.
Nah! Ini dia! Natta berdiri cepat dan berbalik dengan tampang garang, mata melotot, sambil
merepet. "Dasar lelaki pembohong! Tega banget sih kamu bikin aku jamuran! Ditumbuhin
jamur kuping, jamur merang, jamur bera"Hah" Kamu siapa?" Siapa cowok cengengesan
berambut gimbal yang berdiri di depan Natta yang pastinya pemilik tangan yang menepuk
pundak Natta tadi" "Hehehehe..." bukannya menjawab, laki-laki ini malah tambah cengengesan.
"Neng! Neng! Sini, Neng! Buruan!" Abang-abang tukang rujak berteriak-teriak panik ke arah
Natta sambil melambai-lambai heboh menyuruh Natta pergi dari situ. Kenapa sih" "Neng!!!
Nu gelo! Nu gelo! Buru, Neng... lumpat! Kadieu!!!" sambung si abang stres sendiri.
NU GELO?"" Orang gila! Nggak waras!!! OMG! Ya iya lah, Natta o"ooon...!!! Liat dong!
Perhatiin!!! Gimbal, bau, cengengesan!
"AAAAAA!!!" pekik Natta panik sambil ngibrit dari situ. Sementara si abang tukang rujak
terus melambai-lambai memberi semangat pada Natta yang tunggang-langgang ketakutan.
Gila apa! Ini baru beneran ditegur orang gila! Kayaknya ini karma gara-gara dia dulu
nyangka Kenzi orang gila. Kejadian deh sekarang. Hiiii!
?Anjungpaput Si abang tukang rujak cuma bisa geleng-geleng waktu Natta sampai dengan napas ngosngosan, hidung kembang-kempis, dan keringat dingin mengucur heboh di jidat. "Duuuhh...
harusnya kasih tau saya sebelum dia nyolek saya doooong...! Kirain temen saya."
Tukang rujak melongo. "Hah" Neng teh punya temen orang gila?"
"Yeeee, bukan! Tapi saya kira yang nepuk pundak saya tadi temen saya. Temen saya mah
warasss... tapi mana saya tau yang nepuk saya tadi orang gila."
"Si Neng ini gimana. Dia itu orang gila yang suka keliaran di sini."
Natta manyun. "Ya mana saya tau, Maaaaaang... emang saya pemerhati orang gila" Beli
mangga dong! Yang dingin." Huh! Sial! Udah seneng-seneng kirain Kenzi yang dateng, tautau orgil! Untung ada si tukang rujak. Kalo nggak...
Natta nggak bisa berhenti mikirin Kenzi. Ke mana sih dia" Natta yakin banget Kenzi bukan
tipe orang yang menghilang tiba-tiba kayak gini. Kata-kata Kenzi waktu itu yang Natta kira
cuma bercanda sekarang terus terngiang-ngiang di telinga Natta... "Kalo aku menghilang
tiba-tiba, kamu bakal nyariin aku nggak?" Dan Natta bilang iya. Dia betul-betul pengin dan
merasa harus mencari tahu di mana Kenzi. Tapi ke mana"!
+++ _Dua Puluh Sembilan_ PIPI Irva naik-turun kembung-kempis saking tembemnya waktu dia ngunyah bakpao isi
daging cincang ukuran jumbo sejumbo pipinya. Waktu itu Irva SMS Natta ngajak ketemuan.
Maksudnya sesama pemilik naskah yang terpilih pengin ngajak berdiskusi.
?Anjungpaput "Bakpao?" Irva sok-sok nawarin. Padahal kalo Natta bilang mau pasti nggak dikasih. Save
the best for last gituuuuu!
Natta menggeleng. Segitu hobinya sama bakpao. Irva ngaku udah nyobain semua rasa
bakpao. Dari manis, asin, pedes, sampe pahit-pahit gimanaaa gitu. Mungkin bakpao gagal.
Irva menelan potongan bakpao terakhirnya dengan muka lega. Kalo Natta mau potongan
terakhirnya bisa-bisa dia penasaran tujuh musim duren sama gigitan terakhirnya yang
diembat Natta. "Naskah kamu udah sampe mana, Nat?"
Natta menggigit-gigit sedotan teh botolnya. "Ummm... sampeee... lumayan lah. Sebenernya
sih udah 99 persen jadi. Siap buat dipake latihan sama pemeran-pemerannya."
"Sembilan puluh sembilan persen" Satu persen lagi?"
Sekilas Natta menerawang. "Iya, satu persen lagi... cuma belum sreg aja. Belum yakin."
Irva menaiDitn alisnya. "Sama karya sendiri kok nggak yakin."
Ups! Natta cuma nyengir garing. "Punya lo?"
"Makanya itu... aku pengin minta pendapat sama kamu. Bertukar pikiran gituu."
Natta mengangguk-angguk sok ahli. "Boleh aja, boleh aja. Kebetulan gue juga pengin sih
denger pendapat sesama penulis. Festival film indie pelajar kan event gede banget."
Gantian Irva yang ngangguk-ngangguk setuju. "Pemerannya udah dapet semua" Aku udah
baca ringkasan naskah kamu. Bagus deh."
?Anjungpaput "Pemerannya sih udah dapet."
Mata Irva membulat semangat. "Oh ya" Siapa pemeran utamanya" Asyik banget tuh dapet
peran itu. Siapa" Siapa?"
"Pemeran utamanya Ditto sama... Oik." Natta menyebut nama Oik malas. "Selebihnya sih
temen-temen gue aja."
Mata Irva makin membelalak. "Ditto" Serius, Ditto" Ditto... yang karateka itu, kan?"
Wah, bangga nih, bangga. Kayaknya Irva takjub banget Ditto bakal meranin tokoh utama di
film Natta. Dengan semangat Natta mengangguk. "Ya Ditto mana lagi" Ya dia lah, Va."
"Gilaaa... bisa samaan gitu."
"Mak...maksudnya?"
"Ya, Ditto juga meranin peran utamaku sama Oik. Dia nawarin diri. Dia bilang dia suka
banget naskah aku. Katanya itu naskah paling keren yang pernah dia baca. Terus dia malah
bantuin aku cari pemeran utama ceweknya. Ya Oik itu. Kalo kamu, kapan kamu nawarin
peran ini ke Ditto" Setelah ato sebelum dia nawarin diri ke aku ya kira-kira?" repet Irva.
Natta tercekat kaget. "Gue nggak naw?" Natta nggak melanjutkan kalimatnya. "Wah nggak
tau ya, Va, mungkin setelah, kali," jawab Natta asem. Jadi Ditto juga meranin tokoh
utamanya Irva" "Kok bisa sih dia nawarin diri, Va" Lo nyuruh dia baca naskah lo?" Suara
Natta susah untuk nggak kedengaran sarkastis.
Nah lho, Irva-nya malah senyam-senyum jijay. "Masa harus aku ceritain?"
Natta mendelik. "Emang rahasia?"
?Anjungpaput "Ummm... gitu dehhhh..." pipi gembul Irva bersemu merah, bikin Natta makin penasaran aja.
"Cerita dong," todong Natta rada maksa.
"Tadinya aku nggak kenal, lagi, sama Ditto. Cuma tau aja. Cowok macem Ditto kan level
gaulnya beda. Tapi dia tenar banget gitu, kan. Ehhh, ternyata lomba naskah membawa
berkah, ya" Dia kan OSIS, dia baca naskah aku, terus tertarik dan mutusin untuk nemuin aku,
penulisnya. Dia muji naskah aku. terusss... aduh jadi malu nihhh... dia bilang dia nggak
nyangka aku manis banget. Terus dia nyesel baru kenal aku sekarang. Gitu deeehhhh...
kayaknya Ditto naksir aku."
"Pfrtttt!" Teh botol Natta muncrat.
Irva menyipit dengan muka tersinggung. "Kok kamu gitu" Nggak pantes ya, aku ditaksir
Ditto?" Ya ampun... ya ampun... "Bukan, bukan, gue cuma kaget aja." Dan memang kaget berat!
"Nggak... nggak... nyangka ya Ditto orangnya, uhm... blakblakan?" Nggak tau deh Natta
harus ngomong apa. Ini betul-betul bikin shock.
Semu merah di pipi tembem Irva makin jadi. Cewek ndut ini ternyata ge-er berat. Merahnya
udah sama kayak cap aksara Cina yang suka nemplok di atas permukaan gendut bakpao.
"Aku tuh sebenernya nggak pernah sedikit pun tertarik buat naksir Ditto lho. Aduh, jadi
curhat..." Natta tersenyum kecut. Gue juga nggak pengin dicurhatin. Cuma interogasi aja, gumam Natta
dalam hati. ?Anjungpaput "Tapi Ditto itu bisa banget ngambil hati aku. Ternyata dia manis banget. Ngomongnya
lembut... Aku yang tadinya nggak suka sama anak-anak gaul macam mereka langsung luluh
lho, Nat. Emang sih dia nggak bilang naksir. Cuma keliatan lah dari sikapnya, kentara banget.
Perhatian abis. Udah berapa kali kami ketemuan terus berdua. Bahas naskah sih, tapi
sikapnya itu lhooo... gentle bangeeeeett. Terus, Nat..."
Natta saking shocknya udah nggak tau lagi Irva ngomong apa ngember soal Ditto. Bukan
salah Irva sih, dia kan lugu banget. Tapi apa iya Ditto segitunya"
"...tapi yang paling baik ya, Nat... NAT! NAT!"
"Ha" Apa" Iya, gue denger! Apa yang paling baik?"
"Dia bantuin aku bujukin Oik buat jadi pemeran utama ceweknya. Oik kan katanya udah
sering meranin sinetron gitu, udah sibuk. Tapi Ditto bujukin dia sampe mau. So sweet, ya...?"
Natta meringis. SO SWEET APANYA"!
*** Baru kali ini Natta pengin nangis gara-gara cowok! Bukan... bukan... Natta udah nangis,
malah. Tinggal ngedip doang, bendungan air mata yang menggenang di pelupuk mata bakal
terjun bebas nih! Tahan... tahan... Natta berjalan makin cepat menuju bangku kesayangannya
di bawah kerimbunan pohon-pohon besar di taman ini. Bangku favoritnya dan Kenzi.
Natta mengempaskan badannya di bangku taman. Begitu pantatnya menyentuh permukaan
kursi, bendungan air matanya langsung jebol. Natta kecewa. KECEWA BERAT! Nggak
nyangka Ditto juga menawarkan diri jadi pemeran utama di film Irva. Semanis apa sih dia
sama Irva sampe Irva kege-eran berat begitu"! Ughhh... Natta pengin curhaaaat! Kalo cerita
sama Inna, Dara, atau Kinkin nggak enak. Mereka pasti malah semangat bikin Natta
menyerah begitu aja, karena poin minus Ditto tambah satu lagi. Padahal bisa aja kan Irva-nya
aja yang kege-eran. Natta pengin ngomong sama Kenzi!
Natta merogoh HP-nya dari dalam tas. Menekan nomor Kenzi.
?Anjungpaput Tuuut... tuuuuuuut... Nada sambung! Tapi nggak ada yang ngangkat.
Sekali lagi. Tuuut... tuuuut... Nggak ada yang ngangkat. Kenzi... kamu ke mana sihhh...?""
Tuuuuuut... tuuuuuut... Masih belum ada yang ngang"
"Halo?" HAH" Ini mimpi" Telepon Kenzi ada yang ngangkat" "Ha"halo?"
"Ya?" suara lembut cewek itu menjawab lagi.
Apa Natta salah sambung" "Anu... Mbak, maaf, apa ini... ini nomor HP-nya Kenzi...?" tanya
Natta ragu-ragu. "Iya, betul." Suara cewek itu kedengaran agak serak.
?Anjungpaput BETUL"! Siapa dia"
"Maaf... ini siapa ya?" tanya cewek itu.
Lah kok kebalik" Harusnya Natta yang nanya dia siapa. Kok ngangkat HP-nya Kenzi" "Aku
Natta... temen... temen deketnya Kenzi. Maaf, Mbak ini... siapa?"
Hening sejenak. Kemudian, "Natta, apa kita bisa ketemu?"
Temuin dia" Memangnya dia siapa"
*** Semilir wangi parfum mahal lewat di hidung Natta waktu perempuan cantik dan mungil yang
kira-kira berumur 25 tahun itu duduk di depan Natta. Natta setuju menemui perempuan yang
menjawab telepon Natta tadi siang. Tadinya dia mengusulkan besok aja, tapi Natta betulbetul penasaran. Akhirnya mereka sepakat ketemu di Yoghurt Cisangkuy sore ini. "Udah
pesen?" suaranya lebih bening daripada di telepon tadi siang.
Natta mengangguk. "Aku Ify." Tangan yang terlihat banget terawat dan halus terulur. Natta sampe minder. Mana
dia belum gunting kuku. "Natta." Ify tersenyum manis. "Aku kakaknya Kenzi."
?Anjungpaput Natta melongo semelongo-melongonya. "Kakak... kakaknya Kenzi?"
Ify mengangguk. Matanya yang menatap teduh Natta bilang Kenzi-udah-cerita-semuatentang-Natta.
Jantung Natta mendadak deg-degan. Tadinya dia cuma iseng menekan nomor telepon Kenzi.
Dia sudah 99 persen putus asa bakal ketemu Kenzi lagi. "Kak Ify... Kenzi... Kenzi ke mana,
Kak" Apa yang terjadi sama Kenzi" Kenapa dia menghilang tiba-tiba kayak gini"! Kak, apa
penjahat-penjahat itu berhasil... berhasil menculik Kenzi, Kak"!"
Mata Ify membulat. "Di"diculik?"
Natta mengangguk cepat. "Iya, Kak. Kenzi udah cerita semuanya. Katanya dia ke Bandung
karena... bla... bla... bla..."
Ify menutup mulutnya dengan telapak tangan. Ekspresi matanya jadi lucu. Terus cekikikan
geli, terus tiba-tiba... menangis sesenggukan. Nah lho" "Kenzi... Kenzi..." katanya parau
sambil geleng-geleng pelan lalu tersenyum sambil nangis.
Mendadak Natta berleleran air mata. "Kak Ify... sebenernya apa yang terjadi sih?"
_Tiga Puluh_ KALI ini Natta nangis betulan. Menatap ranjang kosong di kamar VIP rumah sakit besar di
dekat taman rahasianya dan Kenzi. Ranjang kosong yang ternyata jadi tempat tidur Kenzi
selama beberapa bulan cowok itu di Bandung. Kamar dingin dan bau obat yang ternyata
tempat tinggal Kenzi selama di Bandung. Kenzi bukan seperti yang diceritakannya waktu itu.
?Anjungpaput Sekarang Natta tahu kenapa Kenzi nggak bisa jauh-jauh dari taman rahasianya. Sekarang
Natta tahu kenapa waktu menemani Natta datang ke rumah sakit ini pas Nanta sakit dia
nggak mau masuk dan cuma mengantarnya sampe gerbang sambil celingak-celinguk.
Sekarang Natta tau yang dia liat waktu di kantin rumah sakit memang benar-benar Kenzi dan
bukan salah liat seperti kata Kenzi.
Karena Kenzi pasien rumah sakit ini. Ada yang salah dengan jantungnya. Penyakit bawaan
lahir yang Natta bahkan nggak bisa nyebut nama ilmiahnya karena baru sekali ini dia dengar.
Penyakit yang semakin berkembang mengikuti umur Kenzi. Dia nggak pernah tinggal di
Jakarta. Rumahnya di Bandung, tapi sejak beberapa bulan yang lalu dokter memutuskan dia
harus tinggal di rumah sakit karena harus selalu dalam pengawasan penuh untuk diobservasi.
Dia nggak pernah sekolah karena sejak kecil dia belajar di rumah. Papa-mamanya takut
terjadi apa-apa di sekolah. Jantung Kenzi bisa berhenti kapan aja. Dan sekarang Natta juga
tau kenapa Kenzi kelihatan kayak habis lari dari Bogor waktu beliin dia air mineral yang
mestinya cuma deket. Untung dia nggak mati mendadak di situ. Natta bergidik
membayangkan apa yang sebenarnya mungkin terjadi waktu itu.
"Cuma sama aku Kenzi cerita kalo dia sering pergi diam-diam ke taman itu pada hari-hari
tertentu. Pergi setelah diperiksa dokter dan balik lagi sebelum pemeriksaan dokter yang
kedua. Dia juga cerita dia punya teman baru di taman itu"kamu."
Natta mengusap air matanya.
"Beberapa kali dia sempat drop karena kecapekan. Waktu itu kamu nelepon, aku yang
angkat. Kenzi lagi di ruang periksa sama dokter. Terus Kenzi cerita sambil geli. Katanya
kamu panik nyangka HP-nya dicopet atau hilang. Dia panik karena kamu nggak percaya
waktu dibilang salah sambung."
Hah" Jadi waktu itu penyakit Kenzi lagi kumat" Kondisinya lagi drop" Bisa-bisanya dia
waktu itu menggoda Natta sambil ketawa-ketawa. "Apa Kenzi nggak bakal balik lagi ke sini,
Kak?" "Nggak tau, Nat. Kondisi kesehatan Kenzi makin memburuk. Nggak ada perkembangan
berarti dari penyakitnya. Kebetulan dokter yang menangani Kenzi bersahabat dekat dengan
dokter Kenzi sekarang di Australia. Dia merekomendasikan Kenzi buat dirawat di sana.


Imajinatta Karya Mia Arsjad di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Biayanya juga jadi lebih ringan, karena Kenzi menerima tawaran rumah sakit di sana."
"Tawaran?" Ify mengangguk. "Iya, bersedia jadi percobaan pengembangan obat untuk penyakitnya."
?Anjungpaput Alis Natta berkerut. Mukanya panik. "Jadi kelinci percobaan maksudnya?"
Ify tersenyum tipis. "Itu bahasa kasarnya kali ya" Bukan kelinci percobaan, Natta. Kenzi
bersedia menerima metode-metode pengobatan baru dicobakan ke dia. Toh sama aja, andai
kata dia nggak setuju menjalani eksperimen pun dia tetap harus menjalani macam-macam tes
dan pengobatan. Makanya Kenzi nerima tawaran ini, katanya demi menemukan obat untuk
jenis penyakitnya. Supaya orang-orang yang menderita penyakit yang sama kayak dia bisa
diobati. Kenzi itu betul-betul anak baik."
Natta menarik napas panjang. Kalo aja Kenzi bisa diberi gelar pahlawan, Natta rasa dia
pantas menerimanya. Mengorbankan diri buat jadi kelinci percobaan demi masa depan orang
lain. "Ini." Dari dalam tasnya Ify mengeluarkan bungkusan kado kecil.
"Apa ini?" "Titipan dari Kenzi. Selalu aku bawa ke mana-mana, siapa tau aku ketemu kamu. Maaf ya,
baru sekarang aku angkat telepon dari kamu. Terus terang, aku sempet punya pikiran jelek.
Sempet nyalahin kamu bikin kondisi Kenzi memburuk. Maksudnya, karena dia sering keluar,
buat pergi ke taman itu, jadi aku..."
Natta mengembuskan napas pelan. "Aku ngerti, Kak. aku ngerti kok. Maafin aku, Kak... kalo
aja aku tau..." Natta menatap kado kecil di tangannya.
Jemari mulus Ify meremas bahu Natta pelan. "Kita pulang ya sekarang" Kalo ada apa-apa,
kamu boleh kok nelepon aku. Ke nomor Kenzi aja. Nomor ini bakal terus aku aktifin kok."
Natta tersenyum getir. "Makasih, Kak... anu... salam... salam buat Kenzi, kalo... Kakak..."
?Anjungpaput Ify mengangguk sambil tersenyum lembut. "Pasti aku sampein. Aku seneng Kenzi punya
sahabat sebaik dan semanis kamu."
*** "Ehem... uhuk... uhuk... Natta... hai."
Air mata Natta bercucuran begitu rekaman video Kenzi di keping DVD mulai muncul di
layar komputer Natta. Kenzi kelihatan duduk di ranjang rumah sakit dengan baju pasien
warna hijau muda khas rumah sakit. Ada slang infus menempel di punggung tangannya.
Kenzi kelihatan pucat dan... kurusan. Kepala Natta mulai agak-agak pusing karena
kebanyakan nangis. "Hehehe... pasti kamu panik, ya" Pasti marah, ya" Uhuk! Maafin aku ya, Nat, aku
menghilang begitu aja nggak bilang-bilang kamu. Ehm... serius deh, Nat, aku bener-bener
minta maaf... kamu pasti nungguin aku, ya" Maaf lagi ya, Nat, aku nggak dateng. Uhuk...
uhuk... Eh, tunggu Nat... ada yang dateng!" Klik! Tiba-tiba gelap. Kenzi matiin lampu
kamarnya. Mungkin rekaman ini dia bikin diem-diem tengah malam. Dasar Kenzi.
Betul aja, ada suara pintu dibuka. Diam sebentar. Terus ditutup lagi.
Pyar! Terang lagi. Ada Kenzi lagi celingak-celinguk. "Ihihih... huk... uhuk! Dasar suster
tukang ngintip!"Eh, eng, secara... kamu udah nonton DVD ini, berarti... kamu udah tau yang
sebenernya ya, Nat" Maaf lagi ya, aku bohong sama kamu. Jadi anak konglomerat terus
dikejer-kejer mafia itu sih impianku doang. Hehehehe... biar kayak film action..."
Natta meringis geli sambil menangis.
?Anjungpaput "...aku juga nggak pengin kamu tau aku sakit. Alasannya standar sih, aku nggak mau
dikasihanin. Uhuk... uhuk... cukup orang-orang yang deket aja... hhh... hhh... aduh sesek.
Sori... sori... hhh... hhh... bentar, bentar..." Kenzi duduk bersandar lalu kelihatan susah payah
mengatur napasnya yang mulai ngos-ngosan. "Uhuk! Parah nih. Kirain Dokter Wawan
bohong aku nggak boleh...hh... ngomong banyak-banyak. Pokoknya aku cuma bosen, cape,
semua orang kalo ada di deket aku bawaannya khawatiiir melulu. Hhh... hhh... panik, cemas,
biarpun pada ketawa aku yakin mereka pura-pura. Mata nggak bisa bohong. Hhh... hhh...
bentar." Kenzi menyeruput air mineral di meja kecil di samping ranjangnya.
Natta mengusap air matanya yang mulai heboh berleleran. Nggak nyangka kalo sobatnya
yang riang gembira dan konyol dan selalu bikin Natta ketawa itu sakit separah ini.
"Aku seneng banget bisa temenan sama kamu. Hhh...hh... apalagi bisa bantuin kamu bikin
naskah sampe berhasil menang. Akhirnya aku bisa... bisa, ngelakuin sesuatu buat orang lain.
Misinya misi percintaan, lagi... hehehehe..."
Natta manyun sendiri. Bisa-bisanya sih dia ngeledek!
Di layar komputer Kenzi mengusap rambutnya. Matanya kelihatan cekung dan capek. "Uh...
nggak ada cara laen gitu ya selain infus" Cape aku, Nat, ditusuk-tusuk. Tapi hehehe... nggak
deng, aku udah ikhlas kok," Kenzi mengacungkan dua jarinya, "...suer deh!"
Natta cekikikan sendiri. Tau-tau Kenzi diam. Dia cuma menatap kamera sambil diam.
"Kenapa diem, Ken?" tanya Natta pelan. Padahal nggak mungkin Kenzi bisa denger.
Lalu tiba-tiba Kenzi menarik napas dalam-dalam. "Besok aku berangkat ke Australia.
Katanya itu yang terbaik buat aku. Aku pikir juga gitu. Harusnya aku nepatin janji ketemu
kamu, ya" Tapi waktu itu aku lagi drop... tiba-tiba drop. Baru hari ini aku keluar dari ruang
isolasi. Badan juga lemes semua, Nat. Padahal aku pengin banget ketemu kamu dulu. Tapi...
dipikir-pikir aku juga nggak mungkin sanggup ketemu kamu dulu. Hhh... hhh..."
?Anjungpaput Kenapa" tanya Natta dalam hati.
"...aku nggak akan tahan karena aku nggak tau gimana... hh... hh... gimana reaksi kamu. Bisa
aja kamu marah. Dan kalo kamu marah... aku nggak mau kehilangan sahabat. Sahabatku satusatunya. Aku nggak mau pergi ninggalin kenangan nggak enak... hh... hhh... ah, pokoknya
intinya aku nggak siap sama reaksi kamu. Jadi mungkin bagus juga kita nggak ketemu. Kalo
kamu hh... hh... nonton DVD ini dan marah-marah... histeris, maki-maki aku, menggila
sampe nyekek anak kucing... hihi... hh... toh aku nggak tau ini. Hehehhe..."
DASAR KENZI!!! Natta nggak tahan untuk nggak cekikikan geli.
"Selamat ya, Nat... naskah kita menang. Kalo hhh... hh... kamu jadian sama Ditto aku ikut
seneng. Misi berhasil. Hehehehe... jangan lupa ya, kamu pernah punya sahabat aneh kayak
aku. Nggak usah berusaha hubungin aku ya, Nat" Please... semua pesen kamu sampein aja ke
Ify. Aku nggak mau kamu kontak aku pas keadaan aku bener-bener parah. Hhh... hhh... aku
janji, kalo udah baikan... aku pasti hubungin kamu. Kamu nikmatin aja tuh kemenangan
kamu... hehehe. Kalo sembuh... aku pasti nulis lagi. Rahasia ya, Nat... aku pengin bisa
nerbitin novel." Natta menatap layar komputer nanar.
"Udah ya, Nat... aku nggak sanggup... hh... hhh... ngomong lebih banyak lagi. Yang pasti...
hhh... hhh... friends forever ya, doain aku... semoga nanti aku bisa ngobrol sama kamu lagi.
Nulis sama kamu lagi... di taman rahasia kita. Oh iya, hhh... hhh... aku doain film indie-nya
juga menang. Jangan lupa kirimin DVD-nya, ya" Lewat Ify. Dah, Nat... yang penting aku
udah buktiin sama diriku sendiri"saksinya kamu, bahwa semua orang bisa berkarya dan
menghasilkan sesuatu... asal ada semangat dan kemauan biarpun sakit kayak aku. Iya, kan"
When there"s a will there"s a way. Ya, kan" See you, Nat... tunggu kabar dari aku ya...
sekarang saatnya aku berjuang buat hidupku sendiri."
Habis. Natta melongo di depan komputer dengan mata berkaca-kaca.
Besok ada hal penting yang harus dia lakukan!
+++ ?Anjungpaput _Tiga Puluh Satu_ Tuk... tuk... tuk... Natta mengetuk-ngetuDitn ranting ke batang pohon besar di taman
sekolahnya. Bikin semut-semut yang lagi asyik baris-berbaris terpaksa ngepot-ngepot ngeles
kanan-kiri karena di tengah jalan ada ranting yang menghantam-hantam jalanannya dan bisa
mengakibatkan mati gepeng kalo sial kena gebuk. Dengan nggak sabar Natta melirik jam
tangannya. "Mana sih" Lama banget!" dumel Natta kesal.
"Hei." Tau-tau ada yang menepuk punggungnya.
Natta menoleh sangar. "Lama banget sih! Aku udah sampe kenal sama semua ulet keket yang
nempel di pohon ini."
Ditto tersenyum manis. "Sori deeeh..."
Nggak mempan! kata Natta dalam hati.
"Ada apa sih" Kayaknya urgent banget. Kita harus udah mulai latihan?"
Alis Natta berkerut. "Bukan. Ada yang mau aku tanyain sama kamu."
Ditto duduk di kursi taman. "Oh ya" Apa tuh" Duduk dong... nggak enak banget ngobrol
sambil berdiri gini. Kayak orang musuhan."
"Nggak, berdiri aja."
Ditto mengangkat kedua telapak tangannya tanda terserah-lo. "Emangnya ada apa?"
?Anjungpaput "Kamu juga nawarin diri jadi pemeran utamanya Irva?"
Ditto mengusap-usap dagunya. "Oh... itu. Iya. Kenapa?" katanya tanpa dosa.
"Aku kira kamu bilang naskahku bagus."
"Emang bagus. Aku nggak bohong."
Natta manyun. "Ya tapi kenapa kamu jadi pemeran utamanya Irva juga" Terus apa
istimewanya naskahku?"
Ditto garuk-garuk kepala. "Naskah Irva juga bagus sih... naskah kalian berdua bagus."
"Ya, tapi masa film wakil sekolah kita pemerannya kamu sama Oik semua" Jangan-jangan
kamu juga nawarin diri ke naskah terpilih satu lagi?"
Mata Ditto membulat tolol. "Kok kamu tau" Iya sih, tapi belum ada jawaban. Cuma nggak
papa juga sih, naskah yang itu nggak terlalu bagus. Aktingnya nggak bakal terasah."
Natta terbelalak. Gila ni orang! "Kamu serakah banget sih"! Proses pembuatannya kan pasti
barengan. Gimana hasilnya mo bagus kalo kamu nggak fokus! Latihan pasti nggak maksimal,
udah gitu, apa istimewanya kalo semua isinya kamu"! Nggak variatif dong! Nanti apa
bedanya filmku sama Irva"!"
"Duhhh, yang menang kan bisa salah satu. Kamu harus ngerti dong. Ini kan demi karierku
dan Oik..." ?Anjungpaput "APA"! Demi karier kamu dan... Maksud kamu?"
Ditto mengangguk. "Aku sama Oik emang lagi berjuang banget masuk dunia entertainment.
Kebetulan banget ada festival film indie pelajar ini, jadi kita berdua bisa tampil habishabisan. Tau sendiri dong, pas acaranya pasti banyak sutradara dan produser yang hadir, kan"
Belum lagi pencari bakat... itu yang kami berdua tunggu. Kalo kami tampil di beberapa film,
mereka bisa liat kami bisa meranin berbagai macam karakter. Kami makasih banget sama
kalian lho, para penulis naskah dan sutradara."
WHAT"! Ini beneran Ditto" Kok kayak gini sih"! Cowok norak yang haus popularitas. Mimpi
jadi artis! IHHHH! Males, amat! "Sori, Dit, kamu batal jadi pemeran utama filmku. Oik
juga." Ditto melongo bego. "Maksud kamu"! Batal gimana?"
Ternyata Ditto nggak cuma narsis tapi blo"on juga. Nggak ngerti bahasa Indonesia apa"
"Maksudnya ya itu. Batal. Nggak jadi. Gue nggak jadi make lo sebagai pemeran utama di
film gue." Natta ilfil berat dan jijay banget beraku-kamu sama Ditto. Ketauan belangnya! Ih!
"Lho... lho... Kok... kok gitu sih" Kenapa" Kenapa?" Ditto mendadak panik.
"Ya iya lah. Gue nggak mau naskah gue dimainin sama orang yang cuma manfaatin film gue
buat cari popularitas sendiri. Harusnya lo tau kan nggak mungkin bisa ngerjain dua proyek
yang sama dalam waktu barengan. Lo tuh nggak ngehargain gue dan Irva, ya" Oik sama aja
kayak lo!" Natta sukses berat bikin Ditto kelabakan. Kayaknya di kepalanya bayangan kesuksesan jadi
artis runtuh niban jidatnya. Masa belum kerja udah dipecat" "Tapi... tapi..."
Dengan tampang nyebelin Natta mengangkat bahu. "Ya udah. Lo fokus aja sama filmnya
Irva. Dia seneng banget tuh "ditaksir" sama lo. Sukses buat karier lo. Dah..." dengan puas
Natta melenggang pergi. "NATTA, TUNGGU!" teriak Ditto.
?Anjungpaput Tanpa menoleh Natta mengangkat sebelah tangannya. "Daaaah!"
*** "Natta!" Panggilan cempreng itu langsung membuat Natta berhenti. Ternyata Irva, berlari-lari kecil
sambil tetap setia menenteng kantong kertas berisi bakpao makanan kesukaannya sepanjang
masa. "Kenapa, Va?" Glek. Irva menelan potongan bakpao yang tadi kayaknya dia gigit pas berlari-lari kecil. "Aku
cuma mo ngasih tau aja, kamu kalo mau mulai latihan, syuting, ato apa sama Ditto dan Oik
bebas, Nat. Nggak usah mikirin bakal bentrok sama aku."
Alis Natta berkerut. Wajah Irva berubah agak muram. "Aku nggak jadi pake mereka."
"Lho, kenapa?" "Aku kecewa aja sama Ditto. Dia sengaja bikin aku ge-er supaya aku langsung nge-iya-in
begitu dia nawarin diri buat jadi pemeran di filmku. Sampe-sampe aku bisa juga langsung
setuju waktu dia ngusulin Oik." Irva keliatan kesel banget.
?Anjungpaput Kasian Irva, dia pasti kecewa berat. Padahal dia udah ge-er berat cowok beken kayak Ditto
bisa "naksir" dia. Tapi dalam hati Natta nggak bisa nggak ketawa senang dan bersorak-sorak
heboh ngebayangin gimana kelabakannya Ditto dan Oik sekarang. Dipecat dua kali dalam
satu hari. "Kok kamu bisa ngomong gitu, Va?"
"Nilam yang kasih tau."
"Nilam kasih tau apa?"
Irva menarik napas panjang lalu mengembuskannya pelan-pelan sambil manyun. "Nilam kan
anggota OSIS juga, dia kasih tau aku kalo Ditto sama Oik baru aja jadian beberapa hari lalu.
Udah gitu heboh mesra-mesraan, lagi. Ya itu hak mereka sih. Cuma aku kecewa aja, tega
banget dia pake acara bikin ge-er aku. Yah, pokoknya aku sebel sama caranya Ditto. Ternyata
mereka berdua emang lagi cari popularitas. Film-film kita jadi batu loncatannya. Itu kata
Nilam juga. Si Oik cerita. Dia nggak tau Nilam temen aku."
Gue udah tau semuanya, gumam Natta dalam hati. Ternyata Ditto bener-bener dibikin kena
batunya sama Tuhan. Lagian dipikir-pikir Ditto dan Oik agak-agak blo"on deh. Tadi juga si
Ditto malah ngaku dengan lempengnya. Nggak berusaha bikin alasan apa kek, apa kek, biar
Natta nggak mecat dia. Belum jadi artis udah sok artis. Eh, Oik ternyata sama blo"onnya.
Malah cerita-cerita ke Nilam tentang kelicikannya sendiri. Bego.
"Eh, tapi, Nat, jangan gara-gara aku ngomong gini terus kamu..."
Natta menepuk bahu Irva pelan. "Gue udah duluan ngebatalin mereka. Gue juga nggak mau
karya gue yang penginnya dihargain malah cuma dijadiin batu loncatan kayak gitu. Gue
malah denger dari mulut Ditto sendiri."
Senyum lebar langsung nangkring di bibir Irva. "Hihihi... syukurin. Biar tau rasa mereka.
Tega banget mainin perasaan aku sama naskah kamu, Nat."
Natta tersenyum tipis. Bukan cuma naskah. Perasaan gue juga. Lo aja yang nggak tau, kata
Natta dalam hati. +++ ?Anjungpaput _Tiga Puluh Dua_ "Eh... Pak Sutradara, saya juga bisa lho akting orang gila... nih gini nih... Hahahaha!
Hihihi!" Ditto cengengesan sambil garuk-garuk kepala. "Akting histeris juga bisa.
HIIIIIIIIIIIIHHH!" Ditto memekik histeris bikin si Pak Sutradara dan teman-temannya
kaget. "Stop! Stop! Saya kan udah bilang, akting kamu belum cukup bagus. Saya nggak perlu peran
orang gila, ato orang histeris... silakan... nanti dikabarin," kata Pak Sutradara judes.
Ditto melotot panik. "Akting saya kurang mantap, Pak" Saya anggota teater lho, Pak..."
"Silakan keluar, Mas... Selanjutnya."
"Pak, Pak, akting joget juga bisa nih, Pak, akting joget..."
NATTA cekikikan sendiri. Akhir-akhir ini dia jadi jarang berkhayal. Geli juga ngebayangin
mungkin aja sekarang Ditto lagi mati-matian ikut casting. Sejak mendengar pengakuan Ditto
waktu itu, perasaan Natta berbalik 180 derajat. Ilfil berat sama cowok itu. Nyesel banget
waktunya selama ini dia pake buat mikirin cowok macam Ditto.
"Eh, gue cabut dulu ya... Janjiannya dua jam-an lagi nih. Takut macet."
Kinkin mengangguk. "Lo yakin tau jalan?"
Nattamengangkat bahu. "Yah naek taksi ini. Sopir taksir pasti tau, kan?"
?Anjungpaput "Ya udah ati-ati. Eh, Nat...!"
"Ha?" "Sori ya, gue nggak bisa nganterin. Habis bokap gue nih. Ada acara segala."
Natta memasuDitn HP-nya ke tas. "Nggak papa, lagi, De. Gue udah bisa nginep di rumah lo
aja udah syukur. Kalo nggak gue nginep di mana lagi" Gue kan nggak punya sodara di
Jakarta." "Kalo nggak ada acara pasti gue anter deh." Kinkin kelihatan khawatir. Kepikiran gimana
kalo Natta ilang di tengah hiruk pikuk Jakarta edan ini.
Natta nyengir lebar. "Lo kayak nenek-nenek aja sih. Khawatiran banget."
Kinkin melotot protes. "Yeeee... orang khawatir malah dikatain nenek-nenek!"
Natta ngakak dan buru-buru keluar karena taksi yang dipesan udah heboh berteriak-teriak
dengan klakson sembernya.
*** Yang namanya Mbak Dharma orangnya mungil ternyata. Rambutnya pendek. Natta baru tahu
karena selama ini kan Natta baru pernah kontak lewat telepon.
"Halo," sapa Mbak Dharma sambil menyalami Natta.
Natta tersenyum lebar. "Halo, Mbak."
?Anjungpaput "Gimana, nyasar?"
Natta nyengir. "Nggak sih. Sopir taksinya udah pada tau kantor sini."
"Aku khawatir lho, takut kamu nyasar. Oke, kita langsung aja, ya?"
"Oke, Mbak," kata Natta setuju.
"Padahal kamu nggak perlu dateng juga nggak papa lho. Kamu tinggal kirim balik lewat pos
ke sini. Asal udah ditandatanganin," suara Mbak Dharma itu ceria banget. Orangnya baik.
Bikin deg-degan Natta hilang lenyap tak bersisa deh pokoknya.
"Iya, Mbak. Tapi aku pengin banget dateng langsung. Kebetulan kan aku lagi ada acara di


Imajinatta Karya Mia Arsjad di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sini. Nggak nyangka lho, Mbak, aku bisa ada di sini."
Mata Mbak Dharma menyipit lucu waktu dia tersenyum lebar. "Jadi ini karya kolaborasi,
ya?" tanyanya waktu melihat nama Kenzi dan Natta sebagai pengarangnya.
Natta nyengir. "Iya dan nggak. Sebetulnya porsi Kenzi lebih banyak. Tapi aku juga banyak
sih. Hehehehe..." "Terus kalo pembaca yang pengin e-mail, ngasih tanggapan, ato apa gimana?" tanya Mbak
Dharma. "Pake alamat e-mail-ku aja. Sebisa mungkin aku jawab dulu mewakili Kenzi. Aku juga bakal
coba untuk sampein ke Kenzi. Tapi aku pengin banget profil Kenzi dan keadaan Kenzi
sekarang ditulis, supaya orang-orang tau kenapa cuma aku yang bales kalo ada e-mail ato apa
pun buat Kenzi sebagai salah satu penulisnya."
?Anjungpaput "Kesannya kok kamu kayak pemeran pembantu gitu?"
"Memang. Sahabat yang pengin banget membantu mewujudkan cita-cita sahabatnya yang
lagi berjuang buat hidupnya."
Senyum lembut menghiasi bibir Mbak Dharma. "Kamu Inta, dia Kaya?"
Ha" "Mungkin. Cuma bedanya, aku sama Kenzi nggak pacaran. Terus aku nggak mau
ending-nya kayak gitu. Aku yakin Kenzi bisa sembuh dan nikmatin kesuksesan hasil
karyanya dan bikin karya-karya selanjutnya."
"Oke, jadi siap tanda tangan, ya" Habis itu kita masuk proses edit, via e-mail aja." Mbak
Dharma menyodorkan lembaran kontrak penerbitan.
Dengan agak gemetar Natta menandatangani kontrak penerbitan itu. Kayak mimpi rasanya
duduk di ruang tamu perusahaan penerbitan sebesar GPU dan menandatangani kontrak
penerbitan. Biarpun nama yang tertera nama berdua, sebetulnya ini kan karya Kenzi, bukan
betul-betul karyanya sendiri. Natta jadi bertekad bakal bikin naskahnya sendiri buat
diterbitkan. Natta mengembuskan napas lega. Membayangkan gimana gembiranya Kenzi
begitu menerima cetakan novelnya yang pertama nanti.
*** Kinkinr Kenzi, Karena aku belum secanggih kamu, aku nggak bisa bikin rekaman DVD kayak kamu waktu
itu. Jadi cara kuno aja deh, lewat surat, hehehe.
?Anjungpaput Kenzi, film indie kita gagal tampil di Festival Film Indie Pelajar. Aku didiskualifikasi karena
aku ngaku naskah itu bukan murni buatanku, tapi buatan kamu. Sementara salah satu
syaratnya adalah harus karya asli, dan harus sekolah di sekolahku. Jadi naskah kita nggak
bisa ikut. Tapi nggak masalah. Aku nggak kecewa. Aku malah seneng nggak jadi ikut. Aku malu kalo
inget alasanku ikut lomba naskah itu. Cuma gara-gara pengin deket Ditto. Ihhhhh!!! Jijay.
Dangkal dan amat-amat-sangat nggak penting. Ditto ternyata mengecewakan. Kalo kamu
sembuh dan nelepon aku, aku bakal ceritain semuanya. Pokoknya intinya nih, Ditto payah.
Dan dia nggak pantes jadi pemeran di naskah yang kamu bikin sepenuh hati ini.
Nah, bersama surat ini, aku kirimin kejutan buat kamu.
Kamu seneng kan, Ken"! Sekarang kamu (kita! Hehehe) bener-bener jadi penulis. Makanya
cepet pulang. Sebentar lagi kamu harus siap bagi-bagi tanda tangan ke fans-fans kamu lho.
Dan me-release novel selanjutnya yang betul-betul "novelmu".
Kenzi, cepat sembuh ya. Aku nunggu janji kamu buat nelepon aku. Aku pengin sahabatku yang aneh nemenin aku lagi
mengkhayal di taman rahasia kita.
Oh ya, Kenzi, boleh nggak aku bilang aku seneng kamu udah cerita semuanya ke aku" Itu
berarti kamu percaya dan jujur sama aku tentang semuanya. Aku nggak marah kok. Soalnya
berarti sekarang kamu udah nganggep aku bener-bener sahabat kamu. Sahabat kan selalu
ada di waktu susah dan senang, bukan cuma senang aja...
Aku selalu kirim doa buat kamu, Ken.
Best friends forever, ?Anjungpaput NATTA Natta melipat surat yang akan dia kirim buat Kenzi bersama cetakan novelnya nanti. Natta
baru tahu melakukan sesuatu yang sangat berarti buat orang lain rasanya sangat
menyenangkan. Padahal Natta belum tentu bisa lihat langsung reaksi Kenzi. Tapi
membayangkan Kenzi bakal seneng aja rasanya udah bikin Natta berbunga-bunga. Habis ini
kayaknya dia pengin melakukan sesuatu buat Inna, Kinkin, Dara, dan orang-orang lain. Natta
suka perasaan ini. Perasaan lega, senang, sekaligus puas yang campur aduk yang cuma dia
sendiri dan Tuhan yang tau.
+++ _Tiga Puluh Tiga_ NATTA menatap takjub tumpukan novel Tentangmu, Kaya di atas mejanya. Sementara
teman-teman sekolahnya mulai dari kelas satu sampai kelas tiga yang notabene pembaca
novel itu berkumpul di sekeliling Natta. Udah kayak artis aja.
"Aku suka banget ceritanya... romantis," kata cewek berbuntut kuda dan berkawat gigi sambil
memeluk novelnya. Natta meringis. "Ayo dong, Teh Natta, tanda tananin," sambung cewek berambut pendek dengan poni rata
kayak dipotong pake batok kelapa itu. Model rambut batok deh pokoknya. Dari kursinya
Natta melihat Inna, Dara, dan Kinkin baru masuk kelas, habis dari kantin. Natta lagi malas
jajan hari ini. Tadi pagi Ibu masak mie goreng enak banget. Sejak keluarga mereka harmonis
lagi, hobi masak Ibu makin menggila. Natta, Nanta, dan Ayah nggak pernah kelaparan.
"Tenang... tenang semua... kasih ruang... kasih ruang..." Inna yang berkacamata hitam,
berjas, dan rambut pendek digerai menghalau para fans yang terlalu dekat dibantu Kinkin
dan Dara yang bergaya sama. Sejak resmi jadi bodyguard Natta, mereka langsung berubah
penampilan ala Man in Black.
"Natta... Natta, foto bareng dooooong..."
?Anjungpaput "Tenang... tenang... jangan desak-desakan."
"Natta, tanda tangan doong!"
"Natta, I love youuuuuu..."
"NAT!" suara Inna membuyarkan lamunan Natta yang lagi mimpi berasa artis dikerubungin
orang begini. "Ada apa nih?"
"Teh Inna, bujukin dong Teh Natta buat tanda tangan novelnya..." si buntut kuda membujuk
Inna. Inna melirik Natta dengan tatapan tanda-tangan-aja-kenapa-sih"-Lo-kan-sekarang-terkenalsecara-nama-lo-juga-nampang-di-cover-depan-novel-itu.
"Vi, gue nggak bisa. Ini kan punya Kenzi juga. Yang berhak tanda tangan kan berdua."
Inna memutar bola matanya. Cape deeeh... Inna, Dara, dan Kinkin masih punya pikiran kalo
yang namanya Kenzi itu nggak benar-benar ada. "Ya tapi Kenzi-nya kan nggak ada?" desis
Inna. Dara dan Kinkin mengangguk bareng.
"Udah, tanda tangan aja. Kasian, kan..." tambah Kinkin.
?Anjungpaput Dara mengintip dari balik bukunya. Kali ini Dara bereksperimen baca buku tentang mistik
yang bikin dia meringis, bergidik, dan suka menjerit-jerit ketakutan sendiri. Malah kemarin
tiba-tiba dia melempar dompet uang kecilnya yang berbentuk muka monyet. Karena menurut
buku itu, setan bisa merasuki benda apa pun yang berbentuk makhluk hidup. Dan Dara
ketakutan setengah mati kalo dompet muka monyetnya yang matanya tinggal sebelah itu
kerasukan. Bodoh banget. "Tau. Lo nggak tau sih artinya penulis buat pembaca," kata Dara sok bijak.
"Gimana ya... kalian kan tau penulis buku itu bukan aku sendiri, tapi Kenzi yang punya ide.
Harusnya Kenzi yang paling berhak ngasih tanda tangan di novel itu," kata Natta pada para
"fans" itu. Kali ini cewek berambut bob yang kulitnya putiiih banget, angkat suara. "Tapi kan kalo
bukan karena lo, Nat, novel ini nggak bakalan terbit. Ayo dong, Nat, masa kita satu sekolah
sama salah satu penulis novel ini, tapi minta tanda tangan aja nggak bisa?"
Natta terdiam. "Iya, Teh, kalo nanti Kenzi itu nongol di sini, kami juga mau minta tanda tangan sama dia
kok. Kami pengin dua-duanya. Teh Natta sama Kenzi."
"Udah, Nat, tanda tangan aja kenapa sih" Lo kan mewakili Kenzi juga," bisik Kinkin.
"Oke." Dengan perasaan campur aduk, akhirnya Natta tanda tangan juga. Perasaannya kacau,
antara perasaan nggak enak sama Kenzi tapi juga senang karena ternyata orang-orang
menganggap perannya juga penting.
Natta tersenyum sekilas. Kenzi memang sudah melakukan sesuatu buat Natta. Berkat
naskahnya, berkat novelnya, Natta yang tadinya cuma cewek dari kalangan biasa-
biasa aja alias nggak populer, mendadak jadi tenar, banyak yang kenal, dan banyak teman, pastinya.
Kenzi bikin hidup Natta berubah jadi makin ceria dan rame. Bisa dibilang Kenzi mewujudkan
salah satu impian Natta buat jadi "seseorang".
?Anjungpaput *** Natta duduk di bangku kesayangannya di taman rahasianya. Sore ini agak dingin. Natta
mengeluarkan novel Tentangmu, Kaya dari dalam tasnya. Sejak terbit Natta belum pernah
sekali pun membaca hasil akhir naskah Kenzi yang sudah berbentuk novel ini. Hari ini, entah
kenapa, Natta pengin banget baca novel itu. Di sini.
Natta tersenyum sendiri melihat foto Kenzi yang nampang di halaman depan. Permintaan
khusus dari Natta sebelum novel itu terbit. Lalu halaman demi halaman dibaca Natta. Bikin
Natta tersenyum sendiri, terharu sendiri. Membaca novel ini bikin Natta merasa Kenzi begitu
dekat. Kenzi ngakak melihat karakter Kaya di novel buatan mereka. "Ternyata aku narsis juga,
ya?" Natta mencibir. "Emang kamu narsis! Lebih narsis daripada ratu narsis sejagat Nantaa."
Alis Kenzi mengerut. "Emang ada?"
"Ya nggak ada laaaaaaah!"
Lalu mereka sibuk membaca kalimat selanjutnya dengan serius.
"Ini adegannya nggak banget niiih!" Kenzi sok protes.
"Bawel ya, siapa suruh nggak ikut proses edit." Natta cemberut.
"Kan sakittt..." jawab Kenzi pake suara manja dibuat-buat yang nyebelin.
?Anjungpaput Natta tertawa lebar. Seneng banget duduk di bangku kesayangan mereka bersama Kenzi.
Natta menutup novel di pangkuannya. Dulu dia sayang banget sama bangku ini karena bisa
duduk tenang sendirian di sini. Tapi sekarang... Natta kayaknya lebih senang kalo bisa duduk
berdua sama sahabatnya dan teman ngobrolnya, Kenzi. Gimana keadaan dia sekarang"
Kenapa nggak ada kabar bahkan sejak surat dan novel itu Natta kirim" Apa keadaannya
makin parah" Kenapa Ify juga nggak ngasih kabar apa pun"
+++ _Tiga Puluh Empat_ "INNA, Dara, Kinkin, ini yang namanya Kenzi... Ken, ini sahabat-sahabatku..."
Kelihatan banget Inna, Dara, dan Kinkin nggak bisa nyembunyiin kekagetan mereka waktu
bertemu langsung dengan cowok bernama Kenzi yang sampe beberapa jam yang lalu masih
mereka anggap nggak ada. "Halo..." suara Kenzi serak. Tangannya yang kurus menyalami Inna, Dara, dan Kinkin satu
per satu. Kenzi duduk di gazebo antik di taman rumahnya.
Nggak ada kabar berita sebelumnya, tau-tau Natta ditelepon Ify, yang ngabarin Kenzi sudah
pulang. Bukan ke rumah sakit, tapi pulang ke rumahnya sendiri. Rumah Kenzi rumah tua
berhalaman luas dan rimbun di daerah Sukajadi. Entah kenapa, begitu dikasih tau bisa
ketemu Kenzi, Natta langsung terlintas untuk mengajak sahabat-sahabatnya bertemu Kenzi.
Kalo ada yang sadar, tampang kaget Natta sama banget kayak Inna, Dara, dan Kinkin waktu
melihat Kenzi. Nggak pernah kebayang dia bakal ketemu lagi sama Kenzi. Padahal ditelepon
aja, denger suara Kenzi, Natta pasti udah seneng banget.
Kenzi kurus banget. Tapi dia kelihatan seneng. Mungkin karena dia ada di rumah lagi.
"Ayo dong, masuk dulu, ada roti bakar lho," panggil Ify dari teras.
?Anjungpaput Inna memandang Kinkin dan Dara. "Eng... kita masuk yuk, roti bakar kedengerannya enak
tuh. Anu, Ken, kita nyicipin roti bakar Kak Ify dulu, ya?"
"Iya, silakan. Ayo dicicipin, bikinan Ify enak banget lho. Ngangenin banget selama aku di
Australia tuh." "Kita duluan ya, Nat..."
Natta mengangguk. Lalu mereka bertiga berlari menuju rumah, menyongsong roti bakar yang katanya enak itu.
Meninggalkan Natta dan Kenzi supaya punya waktu berdua.
"Makasih ya, Nat..." ujar Kenzi pelan dengan suara seraknya.
Natta duduk di samping Kenzi. "Kamu apa kabar sih, Ken" Kok tau-tau pulang" Kamu udah
sembuh, ya" Kamu kan janji kalo kamu udah baikan, kamu yang bakal hubungin aku. Kok
malah Ify?" Kenzi tersenyum tipis. "Aku kan mau nepatin janjiku. Kalo aku baikan, aku bakal telepon
kamu langsung." Natta menatap Kenzi bingung. "Maksud kamu" Kamu belum baikan" Kalo belum baikan
kenapa kamu pulang?"
"Kondisiku masih gitu-gitu aja. Malah makin menurun. Mungkin karena ini penyakit bawaan
lahir, jadi lebih susah, kali. Aku nggak ngerti. Yang jelas aku minta semua jujur aja sama
kondisiku. Jadi aku selalu tau dan siap. Aku pulang karena aku lagi pengin istirahat aja.
Capek sama pengobatan-pengobatan itu. Intinya pengobatan-pengobatan itu sampe saat ini
cuma bisa memperpanjang kerja jantungku. Menambah sedikit waktuku. Tapi belum
nyembuhin. Aku juga belum tau bakal balik lagi atau nggak. Mungkin aku lebih milih habisin
waktuku di sini aja. Di tanah airku sendiri. Sama keluarga dan temen-temenku..."
?Anjungpaput Natta mencengkeram tangan Kenzi. "Kok ngomongnya gitu sih"!"
Pelan Kenzi menepuk pundak Natta pelan. "Nat, kita kan nggak pernah tau apa yang bakal
terjadi nanti. Kalo ada kemungkinan terburuk, aku pengin ada di deket orang-orang yang
sayang sama aku." Natta menghela napas. "Tapi bukan berarti kamu putus asa, kan?"
Kenzi menggeleng. "Aku nggak putus asa. Aku masih mau menjalani semua pengobatan.
Tapi di sini aja." "Ken, aku nggak mau jadi temen kamu waktu kamu udah baikan doang. Aku mau jadi
sahabat kamu gimana pun keadaan kamu. Boleh?"
Mata Kenzi bersinar senang. "Kamu mau?"
"Kenzi, aku pengin jadi sahabat beneran. Bukan cuma kayak kemaren. Aku nggak tau apaapa soal kamu. Cuma kenal sebatas obrolan kita di taman itu. Aku pengin jadi sahabat kamu
di dunia nyata. Yang ada setiap kamu butuh. Aku bersyukur sama hobiku yang suka
berimajinasi sendiri, karena kalo bukan karena itu, aku nggak akan ketemu kamu di taman
itu." "Idih! Kamu romantis juga ya!" Kenzi cekikikan geli liat Natta ngomong serius kayak gitu.
Nyiiit! Dengan keki Natta mencubit lengan Kenzi. "Ngeledek, lagi. Jangan mentang-mentang
baru pulang dari rumah sakit aku nggak berani marah, ya?"
Kenzi malah ngakak biarpun ala kakek penjaga gua pake acara batuk-batuk.
?Anjungpaput "Ken, aku serius, aku bakalan support kamu terus. Inget lho, kamu sekarang penulis terkenal.
Banyak yang pengin ketemu langsung sama kamu."
"Perlu ke salon nggak, ya" Keriting bulu mata gitu?"
"Alviiiin!" "Iya, iya, ampun! Aku tau, Nat. Makanya aku makasih banget sama kamu. Kamu udah bantu
wujudin cita-citaku."
"Kamu udah siap bikin karya-karya selanjutnya?" tantang Natta.
Kenzi mengangguk. "Pasti dengan semua sisa tenagaku yang tersisa."
Natta mencibir. "Alah! Kayak jagoan neon aja!?"
Tiba-tiba Kenzi menatap Natta serius. "Nat, kamu bener mau terus jadi sahabatku" Nemenin
aku dalam keadaan kayak gini?"
Natta mengangguk. "Ya iya lah. Apa sih yang bikin kamu mikir kalo orang sehat punya
pikiran picik dan nggak mo temenan sama orang yang lagi sakit?"
Kenzi terdiam. Malu sendiri. Iya juga, kenapa dia berpikiran sepicik itu kalo orang sehat akan
selalu merasa kerepotan dan nggak mau berteman sama orang yang sakit kayak dia, ya"
"Aku bakal selalu jadi sahabat kamu, Ken. Dalam keadaan apa pun. Apa kamu nggak sadar,
kamu juga udah mengubah hidup aku?"
?Anjungpaput "Aku" Mengubah hidup kamu?"
Natta mengangguk. "Nggak sadar, kan" Kamu udah berbuat sesuatu buat orang laen. Aku.
Juga buat pembaca kamu, yang suka sama karya kamu."
Kali ini Kenzi menggenggam tangan Natta. "Makasih lagi, Nat."
Natta mengangguk. +++ _Tiga Puluh Lima_ GILA! yang datang banyak juga. Hari ini ada acara Kompas Gramedia Fair di Sabuga. Salah
satu kalender acaranya pemunculan perdana Kenzi di depan para pembacanya. Dan ternyata...
banyak banget pembaca yang pengin ketemu Kenzi. Penasaran kayak apa sih Kenzi yang
menulis cerita romantis itu"
Natta yang mendampingi Kenzi menyikut lengan Kenzi pelan. "Alviiin... yang dateng banyak
bangeeet. Fans kamu banyak juga, ya?"
"Nat, aku grogi."
"Santai aja. Pokoknya kalo kamu merasa nggak enak, kasih tau aku, ya?"
Sesi tanya-jawab berlangsung seru. Ada yang nanya idenya dari mana sampe nanya Kenzi
udah punya pacar atau belum. Kenzi kelihatan enjoy banget. Akhirnya dia bisa menikmati
kesuksesannya. ?Anjungpaput "Yaaa... sekarang masuk sesi tanda tangan. Silakan ngantre yaaa..." kata Mbak Kena, MC
acaranya. Langsung aja para pembaca yang sebagian besar remaja putri antre sambil menenteng


Imajinatta Karya Mia Arsjad di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

novelnya masing-masing. Banyak banget yang langsung kesengsem begitu tau yang namanya
Kenzi itu aslinya lebih ganteng daripada fotonya. Dan lebih kurus.
"Tehh... tanda tangan doong..."
Natta menatap gadis berseragam sambil sumringah. "Oke"makasih ya..."
"Gini kali ya rasanya jadi artis?" bisik Kenzi.
Natta tersenyum senang. Semangat menandatangani satu demi satu novel yang disodorkan ke
depannya. Biarpun pengap dan tangannya mulai pegal, Natta tetap semangat saking
senangnya. "Nggak kebayang ya, Ken, kita bisa kayak gini?" Natta melirik Kenzi.
Tangan Kenzi kelihatan gemetar sambil menandatangani halaman novelnya. Keringat
mengucur di dahinya. "Ken" Kamu nggak papa" Aku bilang panitia kita udahan aja, ya?"
Kenzi menggeleng. "Jangan... kasian yang masih ngantre. Aku masih kuat. Hhh... hh..."
Natta menatap Kenzi khawatir. "Kamu yakin?"
Kenzi mengangguk. ?Anjungpaput Natta nggak percaya. Dia nggak bisa berhenti menatap Kenzi sampe buku terakhir mereka
tanda tangani. Dan Kenzi... pingsan!
"MBAK! TOLONG! AMBULANS! AMBULANS!" teriak Natta histeris.
*** Kenzi tergeletak lemah di atas ranjang rumah sakit. Slang oksigen menempel di hidungnya
sementara infus menancap di tangannya. Kenzi drop lagi. Akhir-akhir ini kondisi Kenzi
sering mendadak drop. Natta udah kasih saran buat Kenzi untuk nggak usah ikut sesi tanda
tangan sebelum hadir di acara itu. Karena pasti capek banget. Tapi Kenzi ngotot.
Natta menatap Kenzi nanar. Lututnya tadi mendadak lemas melihat Kenzi pingsan. Paniknya
tingkat tinggi. Ify dan orangtua Kenzi sudah pergi ke ruangan Dokter Bian. Tapi Natta
rasanya nggak bisa beranjak.
"Natta..." Dokter Bian menepuk pundak Natta pelan. "Kamu keluar dulu ya" Tenang aja,
kondisinya udah mulai baik. Jantungnya udah mulai stabil lagi. Tapi dia perlu diisolasi dulu.
Nggak papa, ya?" Pelan Natta mengangguk. "Tapi kalo cuma liat dari jendela boleh kan, Dok?"
Dokter Bian mengangguk. "Boleh. Ayo..."
Natta melangkah keluar ruangan. Dia belum tenang kalo belum melihat Kenzi sadar. Berdiri
di depan kaca jendela menunggu Kenzi bangun adalah satu-satunya yang bisa Natta lakukan
sekarang. Menatap Kenzi... ?Anjungpaput Melihat sahabatnya yang semakin lama semakin buruk kondisinya.
Memandangi sahabatnya yang... bangun! Kenzi bangun! Natta melihat tangan Kenzi
terangkat melambai lemah ke arahnya. Matanya menatap Natta biarpun terhalang slang
oksigen yang menempel di hidungnya.
Natta tersenyum lebar. Menempelkan telapak tangannya di kaca jendela. Secepat kilat Natta
celingak-celinguk, lalu buru-buru membuka pintu dan melongoDitn kepalanya ke dalam
kamar. "Kenzi! Kamu bikin panik orang aja! Jangan maen pingsan kayak gitu dong."
Kenzi nyengir sambil mengacungkan kedua jarinya.
"Awas ya! Pokoknya kalo kamu kayak gini lagi aku selalu nunggu di depan jendela sampe
kamu bangun." Kenzi mengangguk pelan. "Lho, Mbak ngapain" Nggak boleh masuk lho."
Waks! Ketangkep basah suster. Natta meringis karena ketauan melongok ke kamar isolasi
Kenzi. "Nggak, Sus..."
"Ayo keluar. Pasien harus istirahat."
"Hehhe iya, Sus. Ken, inget ya! Pokoknya awas kalo bikin orang panik lagi!"
?Anjungpaput Lagi-lagi Kenzi mengacungkan jarinya tanda peace.
"Bentar, Sus." Natta melongok lagi. Lalu berkata lembut, "Inget ya, Ken, aku bakal selalu
ada buat dukung kamu. Jangan nyerah."
Kenzi mengangguk pelan. "Ayo." Dengan sadis si suster menyeret Natta. Sambil diseret-seret Natta mengacungkan
tanda peace begitu melewati jendela. Aku janji, Kenzi, aku bakal jadi sahabat kamu terus apa
pun yang kamu hadapi di depan. "Berjuang ya, Ken!!!!" teriak Natta keras.
"Aduuuh... jangan teriak-teriak. Ini rumah sakit."
"Yang bilang rumah cokelat siapa?" jawab Natta tengil. Biarpun nggak liat, Natta tau Kenzi
pasti lagi cekikikan geli melihat dia diseret-seret suster. Habis cekikikan, dia harus istirahat,
supaya besok bisa ngobrol lagi sama Natta. "Oh iya, Sus, bilangin Kenzi ya, besok Natta
datang lagi." *** Kenzi memejamkan matanya. Istirahat. Belum pernah dia se-enjoy ini menikmati hidup.
Punya sahabat ternyata bisa bikin hati jadi tenang dan semangat. Kenzi betul-betul bersyukur
atas hidupnya. Biarpun sakit, dia punya keluarga yang baik, sahabat yang lucu, dan karya
yang membanggakan. Kenzi sadar sekarang, bahwa setiap manusia tidak akan pernah tahu
apakah masih ada hari esok. Makanya, sejak beberapa waktu lalu Kenzi bertekad untuk selalu
melakukan semua yang terbaik hari ini. Tak berhenti berdoa semoga Tuhan masih
memberinya waktu buat bangun besok. Bertemu orangtuanya, kakaknya, juga Natta
sahabatnya yang pasti bikin hari-harinya jadi lebih berwarna.
?Anjungpaput +++ Pedang Golok Yang Menggetarkan 24 Pendekar Naga Putih 56 Pembunuh Bayaran Harimau Mendekam Naga Sembunyi 8
^