Pencarian

Belahan Jiwa 2

Belahan Jiwa Karya K Y Bagian 2


"Jangan Bim, besok pagi aku naik apa" Rute angkotnya ribet!"
"Aku jemput kamu besok pagi.End of discussion! One-two-go!"
Aku berlari kencang di sela air hujan, Bimo mengimbangi langkahku dan telapak tangannya
memastikan tissue di kepalaku tidak jatuh.
Tiba-tiba hujan bertambah deras!
Tissue di kepalaku basah dan hancur, menjadi serpihan di antara rambut panjangku.
Ketika kami mencapai basement gedung parkir, aku dan Bimo sudah basah kuyup! Hanya
tinggal beberapa mobil saja di gedung parkir itu, mobil Bimo diparkir di posisi sudut gelap
basement dua. Aku menggigil oleh hembusan udara dan dinginnya air hujan.
Bimo merengkuh pundakku, menyalurkan hangat tubuhnya...
Aku berdiri dekat mobil sedan Bimo, menunggu pintu mobil dibuka. Tapi Bimo malah
menghampiriku, tangannya terjulur ke kepalaku.
"Tissuenya berantakan di rambut kamu Li, sini bersihin dulu!"
Bimo berdiri di depanku dengan baju yang basah kuyup sama seperti kondisiku. Tetesan air
dari rambut gondrongnya mengalir di sepanjang wajah dan lehernya, mengalir seksi,
memantulkan keremangan cahaya yang mengintip dari arah luar...
Baju atasanku yang berbahan kain sifon putih menempel ketat di kulitku, memperlihatkan
bayangan bra dan lekuk dadaku. Air yang mengucur di antara belahan dadaku memberiku
sensasi aneh, menggelitik, memancing syaraf bibirku untuk membuka, menunggu...
Bimo menatapku dengan pandangan aneh, ke arah dadaku. Dia menelan ludah sekali.
Ketegangan seksual sangat terasa di antara kami berdua...dunia berhenti berputar, mataku
hanya melihat pupil matanya yang hitam, siluet tubuhnya yang menjulang tinggi...
Badannya mendekat lagi, nafas hangatnya berhembus lirih di kepalaku.
Dengan telaten Bimo mengambil satu persatu serpihan tissue itu, badannya menjadi semakin
rapat ke badanku ketika dia berusaha meraih tissue di belakang kepalaku.
Dadanya begitu menggodaku, terbuka lebar untuk kupeluk, untuk kuciumi, untuk kujadikan
sandaran kepala yang mulai terasa di awang-awang...
Kulit dadanya dan kulit dadaku menempel tanpa bisa dicegah lagi! Menimbulkan arus
tegangan tinggi bagi kami berdua! Aku terpana oleh sosok kekarnya dan kelembutannya...
Bimo mematung, terdiam, memindahkan tangannya ke pundakku tiba-tiba.
Bimo memajukan lagi badannya hingga tidak hanya bagian dada yang menempel, bagian
pinggulnya pun sudah melekat di tubuh bawahku.
Nafas Bimo menjadi berat seketika. Nafasku tidak kalah menderu ketika Bimo meletakkan
kedua tangannya di rahangku, menengadahkan wajahku...Matanya kelam menatapku,
menilaiku, menjajaki isi hatiku....lidahku kelu untuk berkata apa-apa"aku hanya memejamkan
mataku memberi tanda hijau...bibirku sudah terbuka gemetar, berharap sentuhannya,
kelembutannya, kehangatannya.....dan kurasakan Bimo mulai mendekatkan wajahnya!
Ketika bibirnya menyentuh bibirku, aku merasa lemas...lutuku goyah! Aku cepat-cepat
memegang pinggangnya! Bimo mengecup bibirku perlahan, membuka mulutku dengan
lidahnya, pertama perlahan... lalu berpagutan dengan panas! Tangannya menguasai kepalaku,
membelai di antara helai-helai rambut basahku, mencengkeram, menekan, membelai syaraf
utama belakang leherku...
Pinggul Bimo menekan perutku kencang! Aku merasakan ada sesuatu yang mengeras di
pangkal paha Bimo. Aku melirik ke bawah, celana denim lusuhnya yang basah tampak
menggelembung! Aku melenguh, sudah lama sekali sejak sentuhan terakhir Benny...aku bahkan sudah lupa
betapa indahnya sentuhan seorang laki-laki...dan betapa aku membutuhkan rasa ini seperti
aku membutuhkan oksigen memenuhi paru-paruku...
"Liana...Liana..." Bimo menggumam serak penuh nafsu, tangannya menjelajah dadaku,
meremas, mengelus, menjangkau rok ketatku. Aku merengkuh lehernya, berpegangan,
mengangkat sebelah kakiku dan meletakkannya di pinggangnya.
Tangannya merayap aktif mengelus pahaku, menarik rokku ke atas pinggang, menyelipkan
tangannya ke balik celana dalamku, mengelus-elus pantatku dengan penuh gairah. Dia
menempelkan pangkal pahanya ke pangkalku, menggesek-gesekkan keras hingga terasa
menyentuh intiku yang tegang!
"Bimo...aku..." aku tidak bisa menyelesaikan kalimatku, mataku sudah gelap oleh arus yang
mengarah cepat menuju selangkangan. Tanganku bergerak liar memegang kejantanannya
dari luar. Naluri alamku menuntun tanganku ke kancing celananya, hasratku sudah
menguasaiku penuh" Bibirnya kembali menempel di mulutku yang megap-megap.
Bimo makin menekan pinggulnya ke pusatku, menggoyangkannya dengan intens! Tekstur
celana denimnya yang kasar dan menggelembung, memberiku sentuhan yang pas seperti
seharusnya... Aku mengaku takluk oleh keahliannya membuatku terangsang seperti ini.
Tekanan terakhir dihantamnya kuat-kuat berbarengan dengan jempolnya yang tiba-tiba
menyelinap ke balik cd-ku dan menyentuh langsung intiku yang sudah membengkak hebat!
Aku terkulai mencapai klimaksku dalam lima detik!
Aku ingin menjerit, menggeram, tapi mulutnya sudah menutup mulutku. Bimo tidak mau ada
yang mendengarkan keributan yang kami perbuat di sini.
Aku terkulai, menyandarkan kepalaku di dadanya, kedua tangannya memelukku,
menenggelamkanku dalam badannya yang besar. Menggoyangkan badanku perlahan "
menumpukan pipinya di ubun-ubunku.
Nafasnya masih menderu di tengah suara terengah dari mulutku...
Bimo membuka pintu mobil belakang, dan menidurkanku yang lemah lunglai di kursi.
Dengan cepat dia membuka ikat pinggangnya dan menurunkan resleting celananya.
Batangnya kecoklatan, besar dan panjang terlihat perkasa. Bimo menurunkan celana
dalamku, menaikkan rokku penuh ke atas, dan dia langsung memposisikan dirinya di
dalamku... Kejantanannya membuatku merasa penuh! Gesekan dan putarannya sangat terasa di bagian
dalam dan menyentuh intiku juga! Aku mendesah, Bimo sedang berusaha membuatku
mencapai puncak lagi!. Aku menggoyangkan pinggulku mencari iramanya. Sebentar saja aku
sudah mendapatkan yang kedua! Lengan kekarnya menjadi pelampiasan cengkeraman gigiku!.
Bimo merubah iramanya, dia mencari kenikmatannya sendiri. Wajahnya menengadah seksi,
memejamkan matanya dan tiba-tiba dia keluarkan kejantanannya, meletakkannya di
tumpukan rokku di perut, menumpahkan semua cairannya di sana. Mulutnya mendesis puas!
Tercium olehku aroma cairannya, baru kali ini aku melihat benih seorang laki-laki...
"Belum saatnya aku membuat kamu hamil Liana?" Bimo berkata perlahan dengan kepala
masih menengadah dan mata tertutup, menikmati denyutnya.
Aku memaksakan diri tersenyum di antara gempuran kenikmatan.
Bimo duduk di dekat kakiku, tangannya mengelus-elus perut"dan pangkalku yang sudah
memakai celana dalam. Aku mencoba membersihkan cairan kentalnya dari rokku.
Bimo merapikan celananya sendiri, lalu merapikan rokku. Menarik aku keluar dan
mendudukkanku di kursi depan. Mengulum bibirku sekali lagi, lalu mengantarku pulang.
Sepanjang perjalanan pulang aku memejamkan mata, antara rasa kantuk yang meregang
kuat, rasa letih, rasa bingung akan kejadian yang baru saja aku alami.
Bimo juga terdiam sepanjang perjalanan, hanya sesekali tangannya mengelus pipi dan
lenganku. ### Sikap Bimo berubah sejak saat itu. Dia lebih banyak diam, namun matanya selalu tertuju
kepadaku. Kalau aku pergoki dia menatapku, daguku aku letakkan di telapak tanganku, menatap dia
balik dengan senyuman nakal di bibirku.
Dan dalam beberapa detik, dia akan melengos menahan senyumnya juga. Wajahnya
memerah. Setiap kali ada kesempatan berdua, entah di pantry atau di TP tangga darurat, Bimo akan
mendekatkan badannya ke badanku, lalu dia akan menyudutkanku ke dinding, mengungkungku
dengan kedua lengannya dan mengulum bibirku dengan panas!
Ellen kebetulan lewat di depanku ketika aku memulai aksi menggoda Bimo, dia menghentikan
langkahnya antara aku dan Bimo, bolak balik bergantian melihat aku dan Bimo. Sebuah
seringai jahil muncul di wajahnya.
"Ada sesuatu di antara kalian berdua...Iya...aku yakin itu"ada sesuatu diantara kalian
berdua..." Ellen meletakkan tangannya di pinggang dan mengetuk-ketukkan sepatunya ke
lantai. "Berisik!" kataku sambil tersenyum malu.
"Kerja! Balik kerja! Tuh dicari Pak Imam! Gosip melulu!" Bimo pura pura marah. Melemparkan
bola kertas ke arah Ellen yang cekikikan.
Aku berhenti menggoda Bimo. Beberapa hal harus aku selesaikan hari ini. Besok sore aku
berangkat ke Thailand. Aku satukan semua konsentrasiku agar pekerjaan selesai semua, tidak ada yangpending.
Jam menunjukkan angka 7, malam. Aku mengerak-gerakkan tanganku yang pegal. Ruangan
sudah kosong, tinggal aku dan Bimo sebagai juru kunci hari ini.
Bimo menghampiriku, menarik kursi duduk di sebelahku.
"Besok jangan lupa bawa obat-obatan Liana, di sana memang ada dijual obat, tapi untuk
jaga-jaga lebih baik kamu bawa obat sendiri."
"Iya Bim." Bimo menggenggam tanganku dan sedetik kemudian bibirnya sudah menempel di bibirku.
"Aku akan merindukan kamu Liana..." Bimo menarik badanku ke pangkuannya, dan memelukku
erat. Matanya menatapku lembut, mendesiskan kata kata yang membuatku tidak percaya...
"Aku mencintai kamu Liana, aku nggak tahu mulai kapan perasaan ini ada, tiba-tiba saja aku
sudah jatuh cinta?" Aku terdiam. "Bilang kalau kamu juga mencintaiku Liana..." Bimo terdengar memohon.
"Aku butuh waktu Bimo"aku punya pengalaman pahit di masa lalu, mengenai hubungan
cinta...Maafkan aku Bimo, kita jalani saja dulu seperti ini..."
Bimo hanya mengangguk, tidak melepaskan pelukannya
"Aku akan anter kamu ke bandara besok, Liana...Kamu nggak usah khawatir tentang keluarga
kamu, aku akan mengunjungi rumahmu sesekali" Bimo menenangkan pikiranku.
Aku mengangguk berterimakasih pada Bimo. Sosok pria yang bisa diandalkan...
Mama sempat kaget begitu tahu aku mendapat tugas ke luar negeri, tapi mama ternyata
mendukung karierku. Aku menyerahkan tanggung jawab kepada Rudy, adikku untuk menjaga
rumah, mama, dan Mega. ### Di terminal bandara internasional, jam penerbanganku sejam lagi 12.55 WIB, GA868. Bimo
memelukku lagi erat, tanpa ragu mengecup bibirku di tengah kerumunan orang yang akan
mengantri pintu masuk, sebagai ucapan selamat jalan.
"Aku selalu menunggu kamu Liana?" Bimo berbisik mesra. Aku mencium pipinya sekilas, ada
perasaan damai mengetahui perasaan terdalamnya.
Aku bergegas menarik 2 koper besarku.
Jakarta " Bangkok hanya akan ditempuh 3 ? jam. Bimo sengaja meminta Ellen mengatur
penerbangan langsung ke Bangkok, tanpa transit, memakai maskapai besar, kelas eksekutif!
Perbedaan biaya tiket ditanggung oleh Bimo. Aku baru tahu pengaturan ini pada saat Ellen
menyerahkan tiketku pagi tadi.
Aku tersenyum senang, menghampiri Bimo tadi pagi, memegang jemarinya dengan sepenuh
hatiku. Aku tidak menyangka dia akan begitu perhatian kepadaku. Bimo membalas meremas
tanganku hangat. Akomodasi bagi karyawan di tabloid ini terbagi 2, yaitu pengaturan akomodasi untuk jajaran
skala manajer dan skala staf.
Staf hanya mendapat jatah penerbangan kecil, harga tiket semurah-murahnya, ibarat kata
" kata Ellen waktu itu " kalau bisa dapat tiket dengan harga dua puluh ribu rupiah ke
Bangkok, walaupun duduk gelar tikar di lantai pesawat dan pilotnya punya katarak parah,
staf harus dibeliin tiket itu...Aku ngakak mendengar cerita Ellen.
Kalau staf bisa jalan kaki, yahh jalan kaki aja! tambahnya lagi.
Sedangkan jajaran manajer, seperti Bimo, berhak untuk memakai maskapai besar tapi "
tetap ada tapinya " tempat duduknya yang kelas ekonomi biasa, walaupun tempat duduknya
akan menyiksa penumpang yang memiliki tungkai kaki panjang seperti Bimo, karena jarak
antarkursinya sangat dekat. Boro-boro mau selonjor, mau gerak aja susah! Ellen
menghiperbolakan cerita ini kepadaku.
Jam 16.28, tanpa perbedaan waktu, pesawat yang aku tumpangi tiba di Bandara
Suvarnabhumi International, sebuah bandar udara baru sebenarnya, sangat besar dan
terlihat "sibuk" dengan bangunan 4 lantainya. Nama Suvarnabhumi yang dalam bahasa
Sansekerta berarti Golden Land atau Tanah Emas, sesuai dengan penampilannya yang megah
dan terang benderang! Otakku membandingkan dengan bandara kita yang sudah uzur...
Aku mengikuti petunjuk tempat pengambilan barang, dari lantai 2 khusus kedatangan, aku
bertanya ke seorang petugas bandara, mencari pintu di mana seseorang bisa menjemput
dengan kendaraan pribadi.
Setelah jelas, aku bergegas. Di pintu keluar aku mulai mencari-cari...nah itu dia, selembar
kertas bertuliskan LIANA SISWOYO tertangkap mataku. Aku bergegas menghampiri
seorang laki-laki setengah baya yang memegang kertas itu.
"Are you Li"a"na?" laki-laki itu menyapaku dengan wajah tersenyum dan tangan
disodorkannya untuk berjabat tangan.
"Yes I am Liana, are you mister Hieu?" Aku menjabat tangan keriputnya erat.
"Yes, Hieu, freelance photographer for Wisata since that magazine established 7 years
ago." Hieu memperkenalkan dirinya, secara lengkap!
"Nice to meet you Hieu."
"Nice to meet you too Li"a"na" Hieu mengambil 1 koperku. Aku tersenyum berterima kasih.
Pasti ini kerjaan si Ellen, mengajari Hieu memanggilku Li-a-na. Dia pernah tertawa cekikikan
menceritakan jika nama Indonesia jika diucapkan oleh mulut orang asing akan terdengar
lucu. Tapi lebih baik lah, daripada dipanggil "layene", alaEnglish pronunciation.
"How long we have to drive from here to"ng"Suk Sawat road?" Aku bertanya pada Hieu
berapa lama perjalanan dari bandara ini ke jalan Suk Sawat, apartemen tempat aku tinggal
selama di Thailand. "It"s less than one hour I think, if no traffic jam..." Hieu mengatakan kalau jalanan tidak
macet, perjalanan hanya butuh waktu sejam kurang. "But how if we have dinner first" It"s
almost six now, I will take you home after that"
Aku terdiam, mempertimbangkan ajakannya untuk makan malam dulu sebelum dia
mengantarku ke apartemen.
"I think that will be okay Hieu...moreover, I am starving now, I jumped my lunch!" aku
akhirnya menyetujui ajakannya, setelah kurasakan gemuruh cacing kelaparan dalam perutku
karena aku tidak sempat makan siang tadi.
"What kind of food you like, I mean something like seafood or beef or noodle" But every
place have the rice here, don"t worry." Hieu menanyakan makanan apa yang aku mau.
"Something with rice maybe, ng...chicken curry?" Aku ingat Bimo pernah bilang chicken
curry di Thailand mirip dengan masakan kare Indonesia.
"Ok let"s get it!"
Setelah 40 menit berkendara, Hieu menghentikan mobilnya di suatu tempat makan
sederhana. Beberapa orang tampak menikmati makanan masing-masing. Lagu tradisional
Thailand terdengar menggelitik telingaku karena syair dan irama yang unik, yang belum
pernah kudengar sebelumnya.
Meja dan kursi terbuat dari logam stainless, mengkilap disinari cahaya neon yang terang di
tempat makan itu. Mataku jelalatan memperhatikan suasana tempat makan ini yang mirip sebuah depot atau
kantin di Indonesia. Berbagai macam masakan matang disajikan dalam wadah plastik berbentuk kotak. Aku
berdiri dan memperhatikan masakan-masakan yang ada di sana.
Hmm...kuliner Thailand akan menjadi pemanis artikelku nanti....pikirku dalam hati.
"Hieu, do you have picture for some Thailand traditional food?" Aku menanyakan apakah
Hieu memiliki foto-foto makanan tradisional Thailand.
Hieu menghampiriku. "Yes, I have some?"
Lalu Hieu menunjuk satu persatu makanan yang dilihatnya, menyebutkan namanya dalam
bahasa ibunya. "Gad pad grapao, it"s chicken fillet with garlic, chilli and basil."
"Tom kha gai, it"s spicy and sour soup, made of coconut milk, with chicken."
"Pad prik, it"s pan fried spicy beef."
"Pad pak ruam, pan fried mixed vegetable."
"Gai yang, rosted chicken."
Aku mencermati setiap masakan itu, bercita-cita akan mencoba semua masakan khas
Thailand ini. "This place serve various culiner that actually not from this district only. Some of them
are from another district"s food styles."
Aku mengangguk mengerti penjelasan Hieu tentang masakan yang disajikan di tempat makan
ini ternyata bukan hanya khas daerah sini saja, tapi masakan khas daerah lainpun mereka
jual. Beberapa masakan bisa dipesan dan harus dimasak dadakan seperti Khao Pad (nasi goreng),
Pad Thai (kwetiau goreng).
Dekat etalase menyimpan masakan itu digantung beberapa plastik, ketika dilihat dari dekat
ternyata kelihatan seperti krupuk berwarna oranye, bundar kecil-kecil seperti krupuk nasi
uduk yang mama jual dulu.
"Can I try this?" aku bertanya pada Hieu apakah aku bisa mencoba makanan itu.
Hieu mengangguk. Aku ambil satu dan kurobek kemasan plastiknya.
Begitu kumasukkan krupuk itu ke dalam mulut " yang ternyata memang krupuk " krupuknya
langsung meleleh dalam mulutku! Benar-benar meleleh dalam arti harafiah! Aku tidak perlu
mengunyah dengan keras. Rasanya asin manis gurih.
Aku putuskan mengambil 5 bungkus lagi untuk camilan di apartemen.
"Wow, seems you like it very much Li-a-na. It"s made of"ng"manthe"ng"what we call" Ah,
sweet potato. I think you have the similar one in your country?" Hieu menjelaskan bahan
krupuk itu dibuat dari ubi jalar.
"Yes, we call it "krupuk"...but mostly they were made of fish or shrimp?" aku mengiyakan


Belahan Jiwa Karya K Y di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bahwa di Indonesia ada yang sama tapi kebanyakan terbuat dari ikan atau udang.
Seorang pelayan mendatangi kami, dan memberi salam dan menanyakan apa yang akan kami
pesan. "Sa wad dee krub...khun torng kan a rai?"
"Sa wad dee krub, rea txngkar khaw kab kaeng kahn ki leae sub lae sa too kai."
Hieu memesan nasi dan kare ayam untukku dan sop ayam rebus buat dirinya sendiri.
"How about the drink Li-a-na?" Hieu menanyakan minuman yang aku mau.
"I prefer water Hieu."
"Hex txngkar na dum laea cha sahrab taw chan...." Hieu memesan air putih untukku dan teh
untuk dirinya. "Yang oen eek mai?" pelayan menanyakan apa ada yang lain yang mau dipesan.
"Mai, khorb kun, chan im laew?" Hieu mengucapkan terima kasih dan memberitahu
pesanannya cukup itu saja.
Makanan dan minuman datang tak lama kemudian. Bimo benar, aromanya mirip kare ala
Indonesia. Aku merasa terhibur, paling tidak aku bisa makan makanan yang mirip makanan
Indonesia bila suatu hari aku homesick.
Aku makan dengan lahap. "You know my email address right Li-a-na" I wish to have your planning, how you want to
make your article. I will come to your place if necessary, then we can discuss it together."
Hieu menanyakan program rencana kerjaku selama di Bangkok ini.
"Yes, I will send to you tomorrow Hieu, and of course I need to have your idea or
suggestion." Aku berjanji pada Hieu untuk mengirimkan rencanaku padanya besok. Hari ini
aku harus tidur lebih awal agar besok aku dalam kondisi fit.
"Listen Li-a-na, take your time here okay" I will not be always around you, you may have
your privacy here. I have taken many pictures of all great places, you can use one of them
for your articles. If you do not like any of them, just let me know and I will go to the
object with you to take new ones"
Aku merasa bersyukur bahwa Hieu adalah orang yang penuh pengertian, ternyata dia sudah
memotret banyak sekali obyek wisata. Aku tinggal memilih salah satu dari foto-fotonya
untuk artikelku, kecuali aku tidak menyukai foto dia, dia akan memfoto ulang sesuai dengan
permintaanku. "That"s great Hieu?"thank you!"
Aku buru-buru menghabiskan makananku, Hieu membayar semua makanan dan menolak keras
uangku walaupun aku sudah bilang bahwa kantor yang akan menanggung semua akomodasiku.
Tiga puluh menit dari tempat makan itu, aku tiba di apartemen. Sebenarnya mirip rusun "
rumah susun, gedung 6 lantai. Kamarku berada di lantai 3. Menurut Hieu, di lantai 6 ada
kolam renang khusus penghuni apartemen dan di lantai 5 ada jasa laundry.
Setelah berbasa-basi sebentar di depan pintu apartemenku, Hieu pamit pulang.
"My regards to your wife and sons Hieu!" Aku menitip salam untuk istri dan anak-anaknya.
"Sure, thanks Li-a-na. Good night!" Hieu menghilang di balik pintu lift.
Bab 10: Membuka Mata Pagi jam 8 aku terbangun. Setelah mandi, aku turun ke lobi apartemen. Kemarin malam aku
sempat melihat minimarket di sana. Aku butuh sesuatu untuk mengganjal perutku.
Seorang gadis menjaga tempat itu. Aku mengambil 5 botol besar air minum mineral dan 3
bungkus roti isi coklat. Begitu tahu aku bukan penduduk lokal, dia menunjukkan jumlah uang Bath yang harus aku
bayarkan memakai kalkulator.
Aku tersenyum dan melunasi semuanya lalu kembali ke kamarku.
Ruang apartemenku lumayan besar, terdapat 1 kamar tidur yang nyaman dengan tempat
tidur dobel. Ada jendela kaca besar, dari sisi ini hanya terlihat rimbun pepohonan,
mayoritas pohon kelapa yang terlihat jelas. Satu ruang tamu kecil dengan satu set televisi
dan satu set sofa untuk tamu.
Ada pintu kaca menuju balkon kecil, dari sisi yang ini terlihat pemandangan kota Bangkok
dari jarak jauh. Kulewatkan waktu berdiam diri di balkon itu semalam, menikmati titik-titik lampu yang
bertebaran indah di sisi lain seberang sungai yang membelah ibukota negara Gajah Putih ini.
Di sebelah ruang tamu ada pantry yang memiliki meja kursi untuk makan dan sarana dapur
basah untuk memasak. Sambil mengunyah roti aku mulai membuka laptopku yang kuletakkan di meja pantry.
Pertama, baca email. Ada yang baru masuk dari alamat email pribadi Bimo!
AKU BARU SAMPAI DI KANTOR LIANA. TAPI HARI INI NGGAK SEMENARIK HARIHARI KEMARIN KARENA NGGAK ADA KAMU...
BELUM SEHARI BERJAUHAN AKU SUDAH KANGEN KAMU...
Aku klik 'reply' SURUH ELLEN DUDUK DI KURSIKU, DIJAMIN HARI MU AKAN MENARIK!
PS. BELUM KEMANA-MANA TAPI SUDAH MERASAKAN HAWA EKSOTIK DISINI.
SEMOGA BISA BERTEMU SESEORANG YANG MACHO DAN SEKSI...
Ting! Email balasan masuk dari Bimo.
IYA MENARIK, MENARIK BECAK! %$#!@##!!!!!!!!
PS. BEGITU KAMU KETEMU SI PSIKO MACHO ITU, SIAPKAN BATU NISANNYA
KARENA AKU AKAN MENCINCANG TUBUHNYA JADI MAKANAN IKAN!
Aku tertawa membaca balasan Bimo.
Ting! Email masuk lagi dari Bimo.
AKU JAMIN NGGAK ADA YANG BISA MENANDINGI KEMACHOAN DAN
KESEKSIANKU LIANA. KAMU SUDAH MEMBUKTIKANNYA SENDIRI.
KEMARIN HANYA SEBAGIAN KECIL SAJA DARI KEMAMPUANKU XXX.
Aku mulai mengejang sendiri membaca kata-katanya yang mulai 'miring', aku membalas
emailnya agar dia makin gerah.
ADA BAGIAN DIRIKU YANG MENDADAK BASAH...AKU HARUS CARI
PELAMPIASAN...MUNGKIN DI BAWAH ADA YANG BISA MEMBANTUKU"
Ting! Dari Bimo. HARI MINGGU INI, JAM 9 PAGI, BUKA WEBCAM KAMU...AKU INGIN LIHAT
KAMU...POLOS... Aku tersenyum sendiri dan tidak menulis jawaban apapun ke Bimo. Tapi aku sudah tidak
sabar menunggu hari Minggu.
Aku mulai berkonsentrasi pada pekerjaanku, melupakan Bimo yang saat ini mungkin sedang
'kepanasan'. Mengingat tempat wisata di Thailand sangat banyak, aku ingin membuat artikelnya
berurutan berdasarkan jenis wisatanya. Kalau hari ini tentang pantai, maka besoknya
tentang yang bukan pantai, seperti istana atau kuil..
Dan akan diselingi artikel ringan tentang makanan dan kebiasaan masayarakat Thailand juga,
aku bisa mengadakan sedikit observasi di sekitar apartemen.
Aku mengirimkan email ke Hieu, menuliskan tempat yang akan aku kunjungi. Dia akan
menemaniku ke tempat itu jika aku rasa perlu saja. Aku benar-benar ingin merasakan
menjadi turis tanpa penerjemah!
Aku membuat rangkuman beberapa tempat wisata yang ada di Thailand sebagai catatanku.
Khaosan Road Pusat para wisatawan memperoleh paket wisata murah, dari penjualan tiket hingga
penginapan murah meriah. Kawasan ini adalah tujuan pertama yang akan disinggahi
olehbackpackers. Thailand Grand Palace Komplek istana kerajaan, yang sudah tidak dihuni lagi " tetapi beberapa acara besar masih
memakainya, menjadi objek wisata yang sangat terkenal.
(Berbagai bangunan menarik ada dalam kompleks ini, diantaranya Wat Phra Kaew " Kuil
Emerald Buddha, Royal Reception Hall)
Wat Pho Kuil dengan patung Buddha berbaring yang terbesar.
Vimanmek Mansion Museum Nasional, dibangun dengan menggunakan kayu jati terbesar di dunia. Memajang
banyak barang-barang koleksi para Raja.
Madame Tussaud Museum lilin, menampilkan patung-patung tokoh terkenal dunia, termasuk Proklamator RI,
Soekarno. Chatuchak Weekend Market Pasar besar dan luas, yang hanya buka Sabtu-Minggu, menjual berbagai macam barang,
termasuk menjual souvenir khas Thailand.
Chao Praya River Sungai yang membelah kota Bangkok. Tersedia feri hingga cruise untuk berlayar
mengarungi sungai. Aku teringat penjelasan Hieu, bahwa posisi apartemen yang aku tempati berseberangan
dengan pusat kota Bangkok. Jadi setiap kali aku mau ke pusat kotanya, pasti aku akan
melalui jembatan Rama 8 Bridge yang melintang di atas sungai Chao Praya ini.
Jim Thompson House Rumah peninggalan pria Amerika yang berjasa mengenalkan sutra Thailand kepada dunia. Dia
raib seperti ditelan bumi ketika sedang ke Malaysia, tidak ada yang mengetahui kemana
perginya sampai saat ini. Dalam rumahnya banyak barang-barang berkualitas tinggi yang
layak ditonton. Yaowarat Kawasan China Town terkenal di Thailand.
Siam Niramit Teater terbesar di dunia yang menampilkan sejarah dan budaya Thailand.
Siam Park City Tempat wahana permainan. Apakah perlu mengunjungi tempat ini" Hmmm disinggung sekilas saja....pikirku.
The Rose Garden Tempat bagus untuk piknik yang memiliki atraksi gajah, rumah tradisional Thailand,
pemintalan sutra... The Ancient City Museum outdoor terbesar, banyak replika gedung, monumen, kuil, yang terkenal ada di sini.
The Floating Market Pasar terapung, para penjual menggunakan perahu kecil untuk menjajakan komoditi mereka.
Ayudthaya Ibukota Thailand tahun 1350.
Bang Pain Summer palace Istana raja dekat Ayudthaya.
Chiang Mai Mawar dari Utara, bersebelahan dengan Chiang Rai, banyak atraksi dan kegiatan menarik di
kota yang terkenal karena keramahan dan kecantikannya.
Tambahan: Phuket" Pattaya" (Dan beberapa kuil lainnya seperti Wat Arun, Wat Mahathat, Wat Suthat, Wat Traimit,
Wat Benjamabophit) Hmmmm"beberapa tempat sudah pernah aku bikin artikel sebelumnya. Lebih baik
belakangan aja"termasuk Phuket dan Pattaya yang sudah banyak diketahui orang, mungkin
perlu menggali sisi lainnya...Aku beri tanda silang dan catatan kecil di daftar yang kubuat di
agendaku, sebagai pengingat.
Ting! Email dari Hieu. OK LIANA. JUST LET ME KNOW WHEN YOU WILL NEED MY ASSIST AND SENDING
YOU ZIP FILES OF MY PICTURES COLLECTION. I NAMED EACH FILE WITH THE
PLACE'S NAME. ENJOY THE DAY! PS. MY WIFE CAN NOT WAIT WHEN YOU WILL COME TO OUR HOUSE.
Aku buka file-file yang dikirim oleh Hieu dan mengakui dalam hati hasil jepretan dia
memang bagus. Mungkin hanya perlu beberapa foto tambahan.
Aku langsung menulis jawaban email ke dia, mengucapkan terima kasih dan janji pasti akan
mengunjungi rumah Hieu suatu hari nanti.
Ting! Email dari Pak Imam.
LIANA, PAK GIRING PANJI MENANYAKAN APAKAH KAMU MERASA NYAMAN
DENGAN TEMPAT YANG KAMU PAKAI SEKARANG. BELIAU MEMINTA SAYA UNTUK
MEMINDAHKAN KAMU KE TEMPAT LAIN KALAU KAMU MERASA TIDAK BETAH DI
SANA. SAYA TUNGGU BALASAN KAMU.
Si Panji dari Gua Hantu! Perhatian juga dia, mentang-mentang ini proyek dia sendiri...
PAGI PAK IMAM, APARTEMENNYA CUKUP NYAMAN. TOLONG SAMPAIKAN RASA
TERIMA KASIH SAYA KE PAK GIRING PANJI. TERIMA KASIH.
Jam 1 siang perutku sudah keroncongan lagi. Aku turun ke bawah.
Apartemen yang aku tinggali ini tepat berada di pinggir jalan raya yang cukup besar dan
banyak kendaraan yang lalu-lalang. Di seberang apartemen berjajar beberapa toko.
Sekitar 20 meter dari apartemen ada jembatan penyeberangan. Di ujung jembatan sana
terlihat ada minimarket Seven Eleven, posisinya pas di sudut. Di sebelahnya ada jalan yang
lebih kecil, namun aku lihat banyak sekali orang hilir mudik.
Di trotoar depan apartemen ada dua gerobak dorong yang menjual makanan. Ada beberapa
meja kursi plastik tersedia di sana. Tapi sayangnya tidak ada yang bisa bahasa Inggris.
Dengan berbekal buku saku "percakapan sehari-hari bahasa Thailand" aku mencoba
berkomunikasi dengan mereka.
Ada tulisan memakai abjad Thai saja di kaca gerobak itu, tidak ada abjad latinnya sama
sekali. Dengan memakai bahasa Tarzan, aku menunjuk-nunjuk makanan yang mereka sajikan
untuk pembeli lain. Akhirnya salah satu dari mereka terlihat agak mengerti.
"Ahhh kway teow rua." dia menunjuk makanan yang terlihat seperti kwetiau siram.
"Khao mun gai." dia menunjuk ke sebuah piring yang berisi nasi dan potongan ayam.
Aku tersenyum dan mengangguk-angguk ke arah mereka.
Aku buka buku sakuku. "Noeng?" aku menjulurkan jari telunjukku mengisyaratkan angka 1 dan kemudian menunjuk
ke makanan kwetiau kuah tadi. Si penjual berseri-seri mengerti dan terlihat senang aku
berusaha berbicara dalam bahasa mereka.
Lalu untuk minumannya, aku menunjuk es jeruk yang ada di meja tamu yang lain.
Sembari menunggu makanan datang, aku cek di buku saku, apa sebenarnya nama makanan
yang aku pesan, sesuai dengan bahan-bahan yang digunakan. Aku tersenyum puas dan
menuliskan ke agendaku. Ternyata namanya 'Kway Teow Rua' dan yang satu lagi 'Khao Mun
Gai', Kwetiau kuah dan Nasi berbumbu bawang putih dan sari ayam. Dan es jeruk adalah
'Yen Si Sm' . Di atas meja tersedia 'Nam Prik' sambal cabe, cuka dan tempat sendok, garpu dan sumpit.
"Khorb khun." kataku sambil tersenyum ketika si penjual meletakkan pesananku di meja.
Senyumnya semakin lebar ketika aku berterima kasih dalam bahasa Thai.
Sebelum makan, aku ambil beberapa foto dengan kamera digitalku dan mencatat informasi
di agenda. Apapun harus aku dokumentasi, siapa tahu bisa menjadi selingan.
Aku mulai menikmati makananku, hmmm"rasanya seperti kuah Tom Yam yang dicemplungin
kwetiau rebus....Aku kembali mencatat kesan-kesanku terhadap makanan yang ada di
hadapanku. Aku tidak mau membuat Pak Imam menyesal telah mengirimku kesini, tekadku dalam hati.
### Pagi berikutnya aku bangun jam 8. Setelah mandi, aku mulai buka email.
Dari Bimo lagi, aku tersenyum.
HARI INI HARI KAMIS LIANA.
Aku jawab, AKU TIDAK AKAN PERNAH LUPA. AKU SUDAH POLOS DARI KEMARIN, RANJANG
BESAR JADI TERASA DINGIN......
Aku terkikik sendiri, dijamin Bimo akan seperti cacing kepanasan lagi.
Ting! dari Bimo BENAR-BENAR ANAK NAKAL! KEMARIN AKU SUDAH CUKUP MENDERITA MENIDURKAN ADIK KESAYANGANKU
DENGAN SUSAH PAYAH! HARI INI KAMU MEMBUAT DIA TERBANGUN LAGI!
Aku ngakak baca emailnya.
Sebelum ada email masuk lagi, aku cepat-cepat ambil tasku dan turun ke bawah. Cari
sarapan sekalian melakukan rencana hari ini, observasi makanan untuk sarapan khas
Thailand. Aku berjalan lambat, menikmati suasana negara orang lain. Cuaca agak mir
ip seperti di Indonesia, sedikit lebih terasa sejuk. Aku bersyukur mengunjungi negara ini pada saat
musim semi, kalau musim hujan ataupun musim dingin, mungkin aku akan jarang bisa berjalan
keluar seperti ini. Aku mengarahkan kakiku ke jembatan penyeberangan yang kemarin aku lihat.
Aku tersenyum dan membungkukkan tubuhku ketika melewati penjual makanan yang aku
datangi kemarin. Di dekat jembatan ada seorang wanita tampak menjaga satu meja kecil.
Di atas meja tertata bungkusan-bungkusan berbentuk segi empat, pembungkusnya semacam
daun yang lebar. Aku buka buku panduanku dan menanyakan apa yang dia jual. Dia tersenyum waktu tahu aku
bukan warga lokal. Ibu itu membuka salah satu bungkusan itu, menyuruhku mencicipinya. Mungkin sebenarnya
dia berusaha memberitahuku nama makanan ini, tetapi aku benar-benar tidak bisa mengerti
omongannya dan bahasa tangannya.
Ah! Ternyata nasi ketan yang dibumbui, tetapi tidak padat, mirip bacang tapi tidak ada
rasa kecap manisnya. Di dalamnya ada daging, sesuatu seperti kacang tolo, dan jamur. Aku
beli dua bungkus, termasuk bungkusan yang sudah kubuka.
Tidak lupa aku foto bungkusan makanan itu dan ibu itu yang mengoceh dengan ramainya
begitu tahu aku mengambil fotonya!
Setelah berpamitan aku naik ke jembatan penyeberangan itu.


Belahan Jiwa Karya K Y di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ternyata di sepanjang jalan kecil samping Seven Eleven berjajar penjual makanan!
Di sebelah kiri, ada 6 orang wanita setengah baya, duduk jongkok di kursi kecil, di depan
mereka ada alat panggang dan meja pendek. Ternyata mereka menjual ayam yang ditusuk
seperti sate tapi berikut tulangnya! Aroma ayam panggang menyeruak.
Aku ke penjual yang paling pinggir, tempatnya lebih luas, tidak akan kesenggol motor lewat.
Aku mulai mengambil foto beberapa sudut suasana.
Berjejer di meja dia " semua ditusuk dengan tusukan sate " kepala ayam berikut lehernya,
sayap atas, sayap bawah, dan ceker.
Semua terlihat menggiurkan, berwarna coklat mengkilat dengan beberapa bagian yang
terlihat kehitaman sisa panggangan!
Si wanita penjual itu mengoceh dan tertawa, bolak-balik memandang aku. Aku hanya
tersenyum. "Filipin hah?" dia bertanya sesuatu yang bagiku terdengar seperti bertanya apakah aku
berasal dari Filipina. Aku menggelengkan kepala, meletakkan tanganku di dada dan berkata "Indonesia?"
"Hooooo Indonesia! Indonesia!" wanita itu kembali berteriak heboh kepada temantemannya.
Lalu dengankepodia menunjuk-nunjuk dagangannya dan berkali-kali mengacungkan jempolnya
seperti hendak meyakinkan aku untuk membeli dan dijamin rasanya enak.
Aku berjongkok dan menimbang yang mana yang akan aku beli.
Aku menyisihkan 5 kepala ayam! Sudah terbayang di pikiranku lezatnya kepala ayam,
dimakan pelan-pelan sambil nonton tivi. Cepat-cepat penjual itu memasukkan semua ke
plastik, dan berkata dengan nada bertanya kepadaku :
"Dog" Dog" Hah guk guk guk dog kaing kaing dog" dog?"?" dia menirukan gaya anjing dengan
dua tangannya di tekuk ke depan. Semua orang sekitar dia tertawa melihat tingkahnya. Aku
bengong tidak mengerti maksudnya.
Tiba-tiba ada sebuah suara berat dari belakangku.
"She is thinking that you buy that chicken's head just for your dog's food!"
Aku menoleh ke arahnya, seorang pria berkulit putih, jangkung, berjaket kulit coklat gelap
di atas motor Kawasaki merah.
"I beg your pardon?" aku meminta dia mengulangi kata-katanya lagi.
"That lady is thinking, that you buy those five chicken's head to feed your dog?" pria itu
mengulangi kata-katanya perlahan.
Aku menepuk jidatku!Sialan!pikirku.
Buat ngasi makan anjing" Aku anjingnya dong?"
Bisa-bisanya si ibu itu menyangka aku beli kepala ayam itu buat makan
anjingku...sedihnya"padahal aku yang akan makan...hiks!Aku ngedumel dalam hati.
Pria itu tertawa. "Don't be sad, they are thinking like that because you are too beautiful to eat chicken's
head...That's what they are talking about you just now."
Oke, kalimat dia kali ini menormalkan susana hatiku. Pengakuan para penjual bahwa aku
terlihat terlalu cantik untuk dipercayai sebagai pemakan kepala ayam...cukup menghibur.
Aku tersenyum. Lalu si ibu penjual itu menunjuk ke arah toples di mejanya, sesuatu bening merah, cair...oooo
saus ayamnya ternyata. Ketika kucicipi, sausnya manis dan agak pedas.
Dia lalu mengeluarkan kalkulatornya dan mengetik jumlah uang yang harus kubayar.
Sebelum aku sempat mengeluarkan uang, pria itu sudah membayarnya!
"Thank you?" kataku sopan.
"You are welcome. My name is Somchair. S-O-M-C-H-A-I-R. You can call me Som." pria itu
menjabat tanganku dan menyebutkan namanya.
"Nice to meet you Som, I am Liana" aku tersenyum padanya dan melangkah pergi.
"Wait! Where do you stay?" Som menanyakan di mana aku tinggal.
"That apartment, across this street!" aku berteriak padanya sembari berlalu.
"Tomorrow! Same time, here! I will be waiting for you!" sayup aku dengar dia meneriakkan
akan menunggu aku di tempat ini lagi, besok pagi, jam yang sama. Aku melambaikan tanganku
dari jauh. Som hanya diam menatapku.
Bab 11: Love In Bangkok Pagi berikutnya aku bangun seperti biasa. Mengemas beberapa baju kotor untuk di laundry.
Tidak ada tujuan lain sementara, aku harus kembali ke jalan kecil samping Seven Eleven.
Masih banyak objek yang bisa kujadikan materi artikel di sana.
Kali ini pilihanku Bubur Nasi, nama lokalnya 'Jok'...bubur nya sendiri sama seperti bubur
ayam di Indonesia, hanya lebih cair, dan yang spesial adalah setelah mereka meletakkan
bubur yang sangat panas ke mangkok, mereka memecahkan sebutir telur bebek ke bubur
itu. Telur itu akan menjadi setengah matang karena panas dari bubur. Aku sangat menyukai
bubur ini! Sehabis mencatat beberapa hal dan mengambil gambar di tempat bubur, aku kembali ke
Seven Eleven, aku memerlukan beberapa barang pribadi.
Bayangan motor merah tertangkap oleh mataku. Tiba-tiba aku baru teringat janji Som. Jam
tanganku sudah menunjukkan sejam lebih dari waktu yang kemarin.
Dari jauh sudah terlihat Som tersenyum dan melambaikan tangannya. Aku membalas
senyumannya. "Hi Liana, Good Morning!" sapa Som.
"Hi! Morning Som" ng"I am sorry, really forget about our appointment..." aku meminta
maaf karena lupa akan janji pertemuan ini.
"It's okay Liana. Luckily one of those women told me that she saw you around, so I decided
to wait for you here?"
Aku tersenyum, ternyata kedatanganku masih menjadi perhatian para ibu penjual yang kepo
kemarin. Som mengajakku duduk di bangku yang ada di sebelah Seven Eleven.
Dengan cepat kami terlibat obrolan seru. Som adalah seorangagency managersebuah
asuransi besar. Dia 29 tahun, 3 tahun lebih tua dariku. Aku mengakui cara berbicara dia dan
cara dia menatap lawan bicaranya bisa memberi efek hipnotis. Bahasa tubuhnya membuat
lawan bicaranya tunduk dan nyaman.
Dan...aroma tubuhnya mengingatkanku pada Benny...Green Tea...
Ketika dia minta persetujuanku untuk pertemuan berikutnya, aku tidak kuasa menolak.
### Dua hari kemarin aku habiskan waktu dengan mengunjungi tempat wisata yang pertama dan
menulis kisahku dalam artikel yang panjang, lengkap dengan foto-fotonya. Dengan berbekal
tekad, mau bertanya, peta dan buku panduan bahasa, aku ternyata bisa ke tempat itu,
sendirian! Ketika kukirim artikelku ke Bimo, aku langsung dapat jawaban email dia:
14 JAM LAGI, POLOS... Aku nyengir, bukannya mengomentari artikelku...Aku membalas dia:
SEDANG MENCOBA LINGERIE BARU...WARNA MERAH...SAYANG WEBCAM BELUM
NYALA... Tidak sampai semenit jawaban Bimo datang:
OH LIANA...DI MANA LIDAHKU HARUS BERMAIN"
Ouch! Jawaban Bimo nakal sekali!
DARI ATAS SAMPAI BAWAH"BERHENTILAH DI TENGAH YANG BASAH, TEMPAT ITU
MENUNGGU LIDAHMU YANG KASAR...
Aku tertawa sendiri membayangkan ekspresi Bimo!
WTF LIANA! AKU AKAN ROBEK LINGERIE KAMU! AKU AKAN MAINKAN LIDAHKU DI
SETIAP SENTI BADAN MULUSMU!
Ada yang menggelenyar menggelitik dalam perutku membaca kata-kata kasarnya. Ada rasa
rindu yang mulai menggoda...
### Minggu pagi, aku pakai lingerie baruku yang kubeli pada saat liputan hari Jumat kemarin.
Lalu aku lapis lagi dengan baju kemeja panjang dan celana panjangku. Kubiarkan rambutku
terurai. Aku mulai menyalakan webcamku dan dari playlist aku pilih lagu Roberto Carlos, Esse Cara
Sou Eu, lagu yang sering didendangkan oleh Bimo. Aku tarik kursi dan duduk di depannya.
Bimo sudah standbye, wajahnya kusut pada awalnya, namun dengan cepat mulai terlihat
segar, hangat dan penuh senyuman...Apalagi telinganya menangkap irama lagu favoritnya
mengalun merdu. "Bimo?" panggilku. Ada perasaan bahagia bisa melihat wajahnya lagi. Aku sudah tidak sabar
mau tahu permainan apa yang Bimo sedang lakukan sekarang.
"Liana...aku kangen kamu..." mata Bimo bersinar dan terlihat rasa cinta terpancar kuat.
"Bukannya aku bilang kamu harus polos Liana?" Tiba-tiba nada suaranya berubah serak,
matanya menyala, sangar, bergairah, panas! Matanya menyorot tajam menatapku!
Aku tersenyum menggoda, mengerlingkan mataku, memainkan jemariku di atas kancing
bajuku. "Kenapa kamu masih memakai baju Liana?"
Aku mempermainkan ujung rambutku dengan genit dan menatap Bimo dengan gairah.
"Seharusnya"..." pancingku.
"Berdiri..." Aku berdiri mematuhi perintahnya.
"Berputar, bentangkan tanganmu..."
Aku berputar perlahan sambil menengadah dan membentangkan lebar tanganku.
"Tatap aku Liana?"
Aku mendekati kamera dan menatapnya penuh rasa rindu!
"Buka kancing celanamu..."
Aku membuka kancing celana panjangku, menggigit bibir bawahku berkali-kali.
"Turunkan celanamu Liana..." desis Bimo lagi. Badan Bimo bersandar di kursinya, kepalanya
dimiringkan seolah menikmati sebuah pertunjukan.
Aku menurunkan celanaku lebih pelan lagi dan dengan gaya panas!
"Dan buka kancing bajumu Liana?"
Aku melanjutkan gerakan tanganku membuka semua kancing baju kemejaku, melepaskannya
dengan gaya seerotis mungkin dan melemparnya asal ke ranjang di belakangku!
Kulit putih mulusku terlihat kontras dengan lingerie warna merah ini! Pupil mata Bimo
membesar, jakunnya terlihat naik turun.
Aku mengangkat kaki kiriku dan menopangnya di ujung kursi hingga pangkal pahaku terbuka
lebar...Bimo menjilati bibir bawahnya...
"Dekatkan dirimu ke kamera Liana, aku ingin menyentuhmu..." perintah Bimo terdengar
semakin serak. Aku mendekati kamera. Dari ujung mataku kulihat Bimo mengarahkan tangannya seakan
hendak benar-benar meraih tubuhku"
"Buka semua penutup itu Liana?" desisnya"
Aku mendekati kamera, mencondongkan dadaku di sana,
"Harus ada yang bersedia membukakan untukku..."
"Shit! You really drive me on, baby!" Bimo menatap serakah...menelan ludahnya berkali-kali!
"Mundur Liana, dan pejamkan matamu..."
Aku mengikuti perintahnya.
"Belai leher kamu dan dada kamu Liana, bayangkan aku yang melakukannya?"
Aku menutup mataku, mengelus leherku dengan jemariku, lalu turun membelai kedua bukitku
bergantian. "Rasakan putingmu Liana, sudah mengeras"'
Jemariku menyentuh puncakku yang sudah tegang, aku mengangguk tidak sadar.
Erangan dari mulutku mulai terdengar. Kepalaku bergerak lunglai merasakan gairah yang
semakin besar merasakan seakan tangan Bimo yang bekerja. Alunan romantis lagu Roberto
membuatku makin terhanyut...
"Elus perutmu Liana..."
Aku menurunkan tanganku, seluruh rambut di tubuhku terasa berdiri karena rangsangan.
Pangkalku sudah terasa lembab...
"Selipkan jarimu ke dalam celana dalammu! Sentuh cairan yang keluar dari lubangmu?"
Aku memasukkan tangan kananku, merasakan cairan kental hangat di lubangku.
"Keluarkan jarimu Liana, aku ingin melihat jarimu yang basah..."
Aku mengikuti suaranya, perintahnya yang erotis membuat libidoku semakin naik tinggi!
"Sekarang duduk di tepi ranjang Liana. Menghadap ke arahku, tekuk tungkaimu di tepi
ranjang..." Aku meringsut ke tepi ranjang, kutekuk kedua lututku, kupandangi Bimo yang masih
memiringkan kepalanya dan jakunnya terlihat naik turun.
"Buka lebar sayang..."
Aku buka kedua tungkaiku lebar-lebar, hingga Bimo bisa melihat pangkalku yang hanya
tertutup selembar kain segitiga mungil, membuat sebagian pubisku terlihat.
Mata Bimo memancarkan panas api tepat di pusatku. Reflek kugerak-gerakkan pinggulku
perlahan. "Selipkan lagi jarimu ke dalam celana dalammu, usap intimu dengan jari tengahmu perlahan
Liana..." Aku masukkan tangan kananku ke balik segitiga lingerieku, tangan kiriku mengusap putingku
yang menyembul keluar dari tempatnya!
"Gerakkan jarimu perlahan, buat lingkaran besar disana?"
Aku mengerang keenakan begitu membuat gerakan itu...
"Buat lingkaran kecil dan percepat gerakannya Liana?"
Aku melakukan instruksinya. Eranganku semakin liar, kedua kakiku membuka lebar, pinggulku
kuputar penuh kenikmatan!
"Masukkan dua jari ke dalam lubangmu... arahkan jempolmu ke intimu..."
Aku memasukkan jari telunjuk dan jari tengah ke lubangku dengan sekali dorong. Jempolku
sudah menyentuh intiku. Aku menjerit lirih, mataku menatap Bimo yang memandangku tidak
berkedip. "Gerakkan keluar masuk jarimu...rasakan aku yang di dalam kamu Liana.
Dorong...tekan...putar.. Lebih cepat Liana...lebih cepat!...Lebih cepat!!"
Aku memejamkan mata dan menjerit meregang penuh kenikmatan begitu kalimat terakhir
Bimo terucap... "Bimo!!!" Aku terkulai dengan nafas tersengal-sengal. Denyutanku terasa sangat kuat! Aku buka
mataku, menatap Bimo yang tepekur memandangku. Matanya sudah penuh dengan birahi!
Aku menggeliatkan badan dengan gerakan erotis di ranjang. Tersenyum mengundang ke
arahnya. Bimo tampak meraih rokok dan menyalakannya dengan tidak sabar...dihisap dan
dihembuskannya dengan cepat, berkali-kali!
Sesekali dia menjambak rambutnya sendiri.
Aku akhirnya tertawa melihatnya stres oleh gairahnya sendiri.
Bimo mematikan rokoknya dengan kesal, mendekati kamera, mata tajamnya membuatku
semakin merindukannya...Aku rindu aroma kopinya, bahkan aku ingin mengendus bau asap
rokoknya ... "Aku juga kangen kamu Bimo?" aku mengakui perasaanku padanya.
Bimo tersenyum, tampak lega dan puas.
"Pakai baju kamu Liana, kamu bisa masuk angin kalau begitu terus. Sekarang Liana!" Bimo
memerintahku dengan nada tegas.
Aku bangkit, memungut celana panjangku dengan menunggingkan pantatku pas ke arah
kamera. "Shit! Liana! Kamu benar-benar membuatku gila!" terdengar Bimo mendesis keras.
Aku menertawakan Bimo lagi sambil memakai pakaianku.
Berjam-jam berikutnya kami ngobrol tanpa henti. Aku menceritakan kegiatanku di sini "
tanpa menyinggung Som. Bimo menceritakan hari-harinya di kantor. Kami berdua memutuskan pembicaraan setelah
berkali-kali aku menguap ngantuk.
"Aku cinta kamu Liana..." Bimo memandang mesra. Aku hanya membalas dengan senyuman.
"Sabar ya Bimo"masih enam bulan lagi..." Aku menggodanya dan kumatikan webcamku tanpa
menunggu Bimo, yang kuyakin dia akan merasa sakit kepala seharian ini...
Aku tertidur pulas, bermimpi indah tentang cinta, hasrat, Bimo...dan Som.
### Seven Eleven menjadi tempat pertemuan rutinku dengan Som, dua bulan ini. Entah
bagaimana dia bisa membuatku merasa nyaman. Mungkin karena mengingatkanku akan
Benny" Karena aroma green tea-nya" Karena kelembutannya" Karena cara dia memberiku
perhatian" Karena keromantisannya"
Aku harus mengakui bahwa cinta pertamaku pada Benny memang sangat susah untuk
dilupakan...Cinta pertama walaupun menyakitkan, akan tetap memiliki tempat tersendiri di
hatiku.... Berbincang-bincang dengan Som membuatku lupa waktu, aku terbuai oleh 'hipnotisnya'.
Matanya menatapku penuh arti, terkadang bisa membuatku salah tingkah.
Keromantisannya semakin tampak, ketika dia tidak segan-segan membersihkan bibirku dari
remah makanan dengan jemarinya, menata rambutku yang tertiup angin, membelikanku
secangkir susu hangat ketika aku terlihat bete.
Membelikanku sandwich yang dihangatkan memakai microwave di Seven Eleven begitu tahu
aku menyukai roti berlapis daging.
Bimo tidak seperti Som, dan Som tidak seperti Bimo. Tapi mereka berdua sama-sama bisa
membuatku tersanjung, menjadi wanita seutuhnya, menjadi wanita yang sempurna...
"Are you married?" tanya Som suatu hari ketika mengantarku sampai depan pintu
apartemenku. "Divorced." jawabku singkat.
"Oh, sorry, but I am happy to hear that..." Som tersenyum lebar.
"Dating with someone now?" Som menanyakan apakah aku sedang berhubungan dengan
seseorang. "Yes. His name is Bimo." aku mengaku jujur. Walaupun aku belum menerima pernyataan cinta
Bimo, tapi secara de facto aku adalah perempuannya.
"Not married yet"right?" Som meyakinkan dirinya bahwa aku belum menikah lagi.
"Not yet." aku menjawab singkat.
Som mencondongkan tubuhnya, mendekatkan mulutnya ke telingaku berbisik pelan"
"So there is always a chance. I will make you forget about him, Liana...never love anybody
else...but me?"

Belahan Jiwa Karya K Y di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Aku merinding mendengar keromantisannya...secara tidak langsung dia menyatakan cintanya
padaku...Dadaku berdegup kencang...tangannya meraih daguku, mencium bibirku dengan
penuh kelembutan, lidahnya meraih semua yang ada di mulutku"
Oh my...aku meleleh, melingkarkan tanganku di lehernya, menyambut ciumannya
mesra"merasakan lagi kehadiran Benny dalam dekapanku...
Som menempelkan dahinya ke dahiku, tangannya mengelus perlahan leher dan punggungku.
Dengan gerakan pelan, bibirnya mengecup cuping telingaku, memainkan lidahnya di sana, lalu
menghisap leherku lembut... Aku terangsang oleh gayanya...nafas kami berdua sudah
berat...aroma green teanya membuatku terlena...seperti masa lalu...
"I am falling in love with you Liana, please be my love..."
Aku terdiam, tidak tahu apa yang aku harus jawab, sama seperti saat Bimo menyatakan
cintanya padaku. "I knew you have same feeling with me"You are my destiny Liana..."
Som mengecup bibirku sekali lagi, menghisap bibirku dengan penuh perasaan, lalu berlalu
pergi meninggalkan aku bingung sendirian di depan pintu apartemenku...
### Setelah kukirim artikel ke-14 dalam dua bulan ini ke Bimo, aku bergegas berdandan. Som
akan menjemputku. Sore ini dia mengajakku ke pusat perbelanjaan terdekat, sekitar empat km dari
apartemenku. Dengan senang hati aku mengikutinya. Som masih membawa Kawasaki merahnya. Aku
menaiki step belakang motornya, duduk membonceng dengan mengangkat rok panjangku.
Baju atasanku yang tanpa lengan terbungkus oleh jaket coklat gelap milik Som. Karena
menurutnya, bajuku terlalu terbuka dan hanya dia yang boleh melihatnya suatu hari
nanti...Oh Som" Ketika motor mulai berjalan, sentakan gasnya dan model jok tempat duduknya membuat
badanku condong ke depan. Seluruh dadaku menempel di punggung belakangnya. Aku
merasakan lagi rasa nyaman itu. Rasa hangat yang membuatku merasa dimanjakan. Aku
baringkan kepalaku di punggung belakangnya, mengendus bau tubuhnya yang semakin akrab
di hidungku.Mengingatkanku rasa nyaman yang kudapat pada diri Benny...
Tiba-tiba tangan kiriku yang kubiarkan menggantung, ditarik perlahan oleh tangan kirinya
dan dilingkarkan di pinggangnya. Ketika motor berhenti di lampu merah, tangan kanannya
meraih tangan kananku dan meletakkannya di pinggangnya juga.
Jantungku mulai berdetak kencang. Sensasi berada di negeri asing, bersama seseorang yang
baru dikenal, membuatku merasakan 'tantangan'. Suatu hal baru, yang membuat darahku
mengalir lebih cepat. Kami hanya melihat-lihat di dalam pusat perbelajaan,sama saja dengan di Indonesia, pikirku.
Selama itu tangan Som tidak pernah mangkir dari tanganku atau bahuku...
Ada rasa mengalir hangat, aku tidak ingin hari ini berakhir...
Aku rasa Som juga berpikiran sama, karena dia mengendarai motornya sangat pelan!
Aku menumpukan badanku ke punggungnya, menyesap hangatnya...Tanganku di pinggangnya,
sesekali mengelus dadanya...Tangan kiri Som memegang dan mengelus lututku mesra...
Som mengantarku hingga ke depan pintu apartemen.
"Liana, do you have any planning tomorrow?" Som menanyakan apakah aku punya suatu
rencana untuk esok hari. "No, why?" tanyaku.
"Actually I want to take you to Chiang Mai tomorrow, Liana. We will leave at Seven in the
morning"please?" Som mengajakku ke Chiang Mai!
Aku pikir Chiang Mai memang belum aku kunjungi, mungkin aku bisa sekalian buat liputan.
"Why not" I will be ready at 7 then?" jawabku menyetujui.
"We will need 10-11 hours to go there Liana, by car. We will spend 4 nights in a nice hotel
there...Sleep well honey"I love you..." Som mencium bibirku penuh kelembutan sebelum dia
pergi... Buru-buru aku persiapkan baju dan peralatan yang aku harus bawa. Cukup banyak, Som
bilang 4 malam menginap di Chiang Mai. Karena Chiang Mai termasuk dataran tinggi, udara
disana lebih dingin daripada di Bangkok sini.
Sebelum tidur, aku tulis email ke Rista, sahabatku yang ada di Bali. Walaupun kami
berjauhan, kami selalu saling memberi kabar, saling bercerita...Aku sudah sangat terbuka
padanya, apapun, termasuk hubunganku dengan Bimo dan Som.
Membuka email dari Pak Imam, beliau selalu mengirimkan email pujian setiap kali aku
mengirimkan artikel. Aku merasa senang, kerja kerasku tidak sia-sia.
Terakhir, membalas email Bimo yang setiap hari berisi pernyataan rindunya kepadaku...
Aku tersenyum dan menjawab emailnya: ditto
Jawaban yang paling dibenci Bimo, tapi aku suka melihat Bimo yang uring-uringan atau kesal
karena sesuatu hal kecil...Bimo-ku.....
### Som membawa mobil DMax Facelift Isuzu, dia menyimpan semua barang bawaan kami di bak
terbuka bagian belakang mobil, lalu menutupinya dengan terpal tebal.
Dia membukakan pintu mobil depan untukku. Aku merasa tersanjung dengan sikapnya.
Sepanjang perjalanan kami mengobrol banyak hal. Som, anak bungsu dari 4 bersaudara.
Orangtuanya memiliki usaha beberapa minimarket di Bangkok. Semua kakak-kakanya sudah
menikah, kecuali Som. Menurut Som, keluarganya sudah mendesak dia untuk menentukan
gadis pilihannya. "I said to my parents that I am going to bring home a beautiful Indonesian girl next week"
What do you think Liana?" Pandangan mata Som lurus fokus ke jalan raya, namun tangan
kirinya mengusap pipiku lembut.
Aku tersipu, tidak menyangka Som akan seserius ini, berjanji pada orang tuanya akan
membawaku menghadap mereka minggu depan.
"Let see later Som, you don't even know me yet?" aku mencoba mengelak, mengingat masa
perkenalan kami yang masih baru.
"I know you Liana, I love you...and I believe you are trying to love me..." Aku tersipu
mendengar ucapan cinta dan rayuannya.
Tiba-tiba Som menghentikan mobil, aku kaget, menegakkan tubuhku melihat ke arah depan.
Ternyata tidak ada apa-apa, Som meraih kepalaku dari samping, melumat bibirku seperti
orang yang kehausan bertemu dengan segelas air segar.
Aku belit lidahnya dengan lidahku dan dia membalas menghisap keras bibirku!
Aku melenguh,gaya Som membuatku kembali ke masa lalu...
Som melanjutkan perjalanannya. Aku terkaget-kaget dengan spontanitas keromantisannya
yang mampu membuatku melambung tinggi.
Selama perjalanan 10 jam bersama dia, aku hitung 12 kali dia sengaja berhenti hanya untuk
menciumku. Dia bilang ciumanku membuatnya lebih bersemangat...aku tersenyum memandang
wajah tampannya. Setelah hampir 12 jam di dalam mobil, kami tiba di Chiang Mai. Aku terkesan begitu tahu
dia membawaku ke hotel berbintang lima, dan dia sudah booking hanya 1 kamar. Aku
mengakui kecerdikannya, walaupun satu kamar, ternyata memakai dua single bed! Aku yakin
Som sedang menjajaki pendapatku tentang 'tidur bersama'.
Makan malam kami lakukan di kamar, karena aku merasa sangat capek. Bahkan aku tidak
membuka emailku hari ini.
"Do you want me to sleep with you Liana?" Som bertanya apakah aku mau dia tidur di
sampingku ketika aku dengan lunglai menyusupkan badanku ke balik selimut.
"Not tonight Som"I need time for my self?" Aku menolaknya, aku merasa kecapekan dan
tidak ingin tidurku menjadi gelisah karena Som sangat mengingatkanku pada masa lalu,pada
Benny-ku... Som tersenyum penuh pengertian, dia duduk di samping badanku, mengusap dahiku perlahan.
Masih kurasakan ciumannya di dahiku sebelum aku tertidur pulas.
### Pagi harinya aku terbangun dengan badan segar. Som sudah duduk manis di sebelahku, dia
sudah mandi dan rapi. Wangi green tea segarnya membuatku terlena, aku tersenyum
padanya. "Morning honey?" Som menyapa dan langsung mencium bibirku, dia tidak perduli aku belum
gosok gigi bahkan aku belum duduk.
"Morning Som" aku menyapa balik.
"How long you have been sitting down here Som?" Aku bertanya sudah berapa lama dia
duduk di kasurku dan memperhatikanku yang sedang tidur.
"Almost one hour, I like watching while you are sleeping baby. You are so beautiful..." Aku
tersanjung lagi mendengar dia hampir satu jam hanya memperhatikan aku yang sedang
tidur.Seperti Benny... Kuregangkan otot-ototku hingga aku merasa rileks. Melompat bangun, aku langsung mandi.
Kukenakan celana jeans dan blouse putih, sepatu santai warna khaki.
"Do you mind if I check my email first?" Aku bertanya apakah dia keberatan apabila aku
cek emailku sebelum berangkat.
"Of course no Liana, take your time and we will leave whenever you are ready." Som
memaklumiku. Aku tersenyum padanya, mulai membuka emailku di meja. Aku berusaha duduk di posisi agar
Som tidak bisa melihat layar laptopku.
Email pertama. Bimo! Baru masuk setengah jam yang lalu.
KAMU TIDAK MEMBERI KABAR APAPUN DARI KEMARIN LIANA. KAMU BAIK-BAIK
SAJA SAYANG" Cepat-cepat aku menjawab bahwa aku baik-baik saja, hanya merasa capek setelah meliput
beberapa tempat. Aku merasa sedikit mengkhianati Bimo. Otakku berdalih bahwa selama aku tidak melakukan
hubungan seks dengan Som, maka semuanya sah-sah saja sebagai teman.
Email dari Ellen tentang apartemenku yang sudah dibayar dimuka untuk 3 bulan ke depan.
Dari Rudy, adikku yang memberi kabar, betapa mama merindukan aku. Aku membalas bahwa
aku merindukan mereka semua juga.
Dari Rista yang menanyakan kabar terbaruku karna dia merasa sudah 4 hari aku tidak
cerita apa-apa ke dia. Cepat-cepat aku tulis balasan bahwa aku akan bercerita panjang lebar
minggu depan. Dia langsung merespon emailku:
AKU TAHU SESUATU SEDANG TERJADI DI SEBERANG SANA! THE WILD LIANA
COME" Aku nyengir aja baca kalimat dia. Rista sudah sangat paham tentang aku.
Ada copy carbon email Bimo ke stafnya, tentang artikelku yang terakhir tentang Pattaya.
Dan sedikit menyinggung tentang Pat Pong Street yang menampilkan 'debus porno' ala
cewek telanjang seksi Thailand.
TIARA, KAMU LIHAT LAGI HASIL KAMU, TIDAK ADA YANG NAMANYA TIGER SHOW,
YANG BENAR THAI GIRL SHOW. GOT IT"
Bimo-ku....aku kangen kamu Bimo...
Aku tersenyum membaca email ini, aku masih ingat pertunjukan Thai Girl show itu.
Pertunjukan selama sekitar satu jam, menyajikan beberapa cewek bugil yang bisa melakukan
hampir segala sesuatunya menggunakan alat kelaminnya!
Dibuka oleh seorang cewek yang memasukkan spidol ke dalam lubang kemaluannya, lalu
menuliskan WELCOME TO THAILAND. Aku sempat bingung waktu itu, aku harus kagum
atau malu atau risi atau merasa aneh" Lalu ada yang bisa buka botol, meniup balon, merokok,
main dart, main pingpong, mengeluarkan benda tajam seperti silet...semua dilakukan
memakai lubang para cewek itu! Phiuh"
Ting! Dari Bimo lagi. KAMU DI MANA SEKARANG SAYANG" CAN WE DO WEBCAM GAME AGAIN" I MISS
YOU LIKE HELL LIANA! Aku tidak menjawab email Bimo. Aku tutup aplikasi emailku.
"Finish the job dear?" Som menghampiriku. Aku berdiri, dan pada saat itu Som menggiring
badanku ke dinding belakang, mengepung diriku dengan kedua lengannya. Tersenyum lembut,
green tea menyeruak, aku menutup mata, menahan debaran aneh di hatiku...
Som mengunci mulutku dengan bibirnya. Aku pegang kepalanya dan kujambak rambutnya
dengan rasa sayang...Aku merindukanmu Benny...
Bibir Som semakin turun ke leherku, kurasakan lembut dan basah bibirnya di kulit leherku.
Aku mendesah. Detik berikutnya mulut Som menghisap leherku dengan keras! Aku
mengerang. Som memandangku puas, dia meninggalkan jejak bekas ciuman berwarna merah
di leher seakan memberi tanda kekuasaannya akan diriku.
Som mengatur nafasnya cepat, merapikan rambut dan bajuku. Aku mengagumiself control"
kontrol dirinya yang sangat tinggi, dia bisa menghentikan hasrat menggebunya secara tibatiba.
Kami keluar kamar bergandengan tangan...
Chiang Mai, sebuah kota lama yang ditata dengan tetap mempertahankan bangunan lama dan
mengutamakan kenyamanan wisatawan. Cuaca hari ini cukup hangat, namun Som keukeuh
menyuruhku mengenakan sweaterku. Aku tidak menolaknya, toh di mobilnya yang dingin aku
juga akan memakainya nanti.
Tas besarku kusandang di bahu, laptop, kamera, agenda, dan tetek bengek peralatan komplit
kubawa. Aku sudah bilang ke Som bahwa aku akan menulis kisah perjalananku ini. Lagu lama
Firehouse " Love of a Lifetime menggema indah dari audio mobil Som.
Tujuan pertama kami Wat Phratap Doi Suthep, sekitar setengah jam perjalanan. Sepanjang
jalan aku bisa menikmati pemandangan bangunan-bangunan indah. Sekali dua kali aku
meminta Som berhenti agar aku bisa mengambil beberapa foto.
Di pintu masuk kawasan ini, banyak pedagang makanan, yang terlihat begitu menggiurkan.
Som menawariku, tapi aku menolak, mengingat sarapan yang kami dapatkan tadi pagi benarbenar membuat perutku kenyang!
Salah satu wanita penjual makanan menyapa Som.
"Sawaddi ka?" "Sawaddikrab.." Som membalas sopan.
Penjual itu menunjuk ke arah dagangannya, Som terlihat menolak dengan halus.
"Phrya khang khu mi khwam swyngam mak. Phm kha his han khu mi dek hlay ni nakht..." ujar
wanita itu. "Khorb khun"Phrrya khang chan pen indoniseiy." Som terdengar mengucapkan sesuatu juga.
Tiba-tiba Som mengambil banyak sekali makanan dari wanita penjual itu dan membayarnya.
Aku bingung melihat tingkahnya.
Dengan pandangan mataku aku menuntut penjelasannya.
Som memeluk bahuku. Aku menyandarkan kepalaku ke pundaknya, memeluk pinggangnya
erat" "That woman said that you are very beautiful girl and she prayed for me that we will have
many children later! I told her you are from Indonesia. I was so happy, so I bought many
food from her?" Som menjelaskan padaku percakapannya.
Aku tertawa lepas. Som menggandengku mesra.
Memasuki pintu masuk kawasan, terlihat dua patung naga yang besar, panjang, dan berliukliuk! Kedua naga ini mengapit undakan tangga yang lumayan tinggi menuju wat " kuil. Ekor
naga yang meliuk-liuk itu ternyata berakhir pas di depan pintu masuk kuil. Di sekitar dua
patung naga penjaga ini pepohonan rimbun menutup tanah dengan rapat.
Di bagian dalam kuil juga ternyata sudah banyak turis dan penduduk lokal yang sedang
beribadah. Kuil ini menyimpan relik suci sang Buddha. Som tampak mengatupkan kedua
telapak tangannya dan membuat gerakan menyembah ke arah kuil.
Di sekitar kuil banyak pohon nangka dan banyak sekali lonceng yang berjajar di sana!
Sebuah gong besar menarik perhatianku. Som menjelaskan menurut hikayat cerita turun
temurun, apabila kita membunyikan lonceng atau gong itu, maka suaranya akan terdengar
oleh Buddha dan kita akan diberi rezeki.
Som mengajakku makan siang setelah kami puas melihat-lihat diwatini.
Keluar dari kawasan, Som membawaku ke Chiang Mai Zoo. Kebun binatang yang memiliki
keistimewaan tersendiri karena adanya hewan Panda. Beberapa kali Som berkata bahwa dia
ingin membawa anak-anak kami ke sini suatu hari nanti. Aku tersipu, memandang wajah
tampannya. Sebelum pulang kami mampir ke Chiang Mai Bazzar, namun kami hanya sebentar di sana.
Sebelum terlalu larut malam kami sudah kembali ke hotel, Som berdalih tidak mau aku
terlalu capek hari itu. Aku tertawa mendengar alasannya itu. Som malah mengejarku
berputar dan melompati kasur kami!
Som memintaroom serviceuntuk makan malam kami.
Dengan kekenyangan aku membaringkan badanku di kasur. Meregangkan badanku yang
terasa agak penat. Tiba-tiba Som melompat dan menindih tubuhku.
Aku membeku.Seperti Benny dulu"sering tiba-tiba menindihku...
Som menatapku penuh tanya.
"Liana...honey?"
Panggilannya menyadarkanku, mengembalikan kesadaranku segera. Aku tersenyum
membuatnya tenang. Aku renggut leher Som mendekati wajahku, aku mencium bibirnya lembut...Som membalas
ciumanku, penuh gairah! Dia menggerakkan pinggulnya di atasku, mendorong-dorongkan bagiannya yang terasa keras
menekan pahaku. Tangannya membelai leher bawahku, menyusuri perbatasan bahu dan dadaku. Dengan sekali
sentakan dia merenggut ke bawah, baju atas longgarku.
Wajahnya menegang melihat payudaraku yang tertutup bra. Jarinya menelusuri lagi tali
bra-ku, menariknya ke samping, memelorotkan bra-ku hingga ke perut! Aku bertelanjang
dada di depan Som. Som menelan ludah berkali-kali, lalu menundukkan wajahnya ke antara gundukanku, menciumi
lereng bukit putihku, menaikinya dengan ujung lidahnya, lalu menghisap ujungnya dengan
bibir dan giginya... Aku mengerang mendapat perlakuan Som yang membuatku terangsang! Aroma green teanya
menemaniku naik... Aku membalas dengan menggigit pundak dia dengan kuat. Som mengeraskan ototnya di area
gigitanku...membiarkan pundaknya menjadi pelampiasanku.
Som kembali menciumi bibirku, tanganku bergerak ke arah pangkal Som, mencari... meremas
... ada yang keras di sana...seharusnya tidak keras...Bukan Benny! Benny-ku tidak bisa...
Aku membeku lagi, kembali ke titik nol. Som merasakan perubahan tubuhku.
Dia memandang mataku dalam.
"Honey...my darling...what happen?" Som duduk dan menarik tubuh atasku.
Aku merasa ada yang sakit di hatiku"Mengapa aku harus teringat Benny pada saat bersama


Belahan Jiwa Karya K Y di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Som" "Nothing Som, just give me more time...the past hurt me so bad..." aku berkata lirih kepada
Som untuk memberiku waktu karena masa lalu yang begitu menyakitkan...
Som tersenyum mengerti, masih memelukku, masih menciumi rambutku, masih
beraromagreen tea, dia seperti Benny...
Ketika aku tergugu menangis di dada Som, dia mengelus punggungku, menenangkanku,dia
masih seperti Benny... "You will forget it my love"you will forget it...trust me Liana"Let me stay beside you..."
Som mengecup wajahku, mengeringkan setiap aliran air mata dengan bibirnya.
Ketika aku merasa tenang, aku tertidur dalam dekapannya...bermimpi tentang sesosok pria
dengan senyum yang tulus, matanya yang lembut...wangi green teanya yang abadi dalam
hatiku. Hari berikutnya, Som membiarkanku pulas tertidur sampai siang. Begitu terbangun,
berbagai makanan tertata rapi di meja lengkap dengan buah-buahan dan berikat-ikat bunga
segar berwarna-warni di tata berjejer mengitari meja! Benar-benar membuatku ceria!
"Oh Som, this...this"I like this Som!" Aku melompat dan memeluknya. Som menangkap
tubuhku, mengangkat tubuhku berputar-putar. Kami tertawa bersama. Tanpa mandi, aku
duduk manis menikmati makanan khas Chiang Mai yang lezat!
Tak lupa aku menayakan nama-nama makanan itu dan kuambil gambarnya untuk keperluan
artikel nantinya. Sebelum berangkat lagi, aku buka email.
Bimo memberondongiku dengan belasan emailnya. Aku tersenyum dalam hati, gemas
memikirkan tingkahnya saat ini. Rentetan emailnya menunjukkan betapa bingung dan geram
dan gemasnya Bimo padaku. Aku benar-benar tidak sabar ingin melihat wajahnya...
LIANA! KAMU BELUM MENJAWAB EMAILKU KEMARIN!
LIANA! JAWAB!! LIANA...PLEASE...SAYANG...JANGAN DICUEKIN...
LIANA....AKU HARUS NGOMONG APA LAGI..."
LIANA... LIANA, ADIKKU MENCARIMU...KANGEN....
Di email ini aku tidak tahan ngakak, membuat Som memandangku takjub...
LIANA...HANDPHONE KAMU NGGAK AKTIF!
Reflek aku pegang tasku tapi baru kuingat aku memang meninggalkan handphoneku di
apartemen. LIANA!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Email terakhirnya semenit yang lalu. Ha ha ha ha ha, Bimo pasti ada di TP, menghabiskan
banyak rokok di sana. Aku klik 'reply' di email terakhirnya.
MAAF BIMO, AKU DI CHIANG MAI BEBERAPA HARI, HABIS INI KE CHIANG RAI.
KAMU BAIK-BAIK SAJA SAYANG"
PS. TOLONG SAMPAIKAN KE ADIKMU, ADIKKU JUGA NGGAK BISA TIDUR, SELALU
GELISAH (GELI GELI BASAH) MERINDUKAN ADIKMU SELALU...
Tidak sampai 3 menit balasannya tiba.
KAMU PIKIR AKU BAIK-BAIK SAJA?"?"
DAMN IT LIANA! SHIT! I AM GOING TO F*** YOU TILL YOU DROP! JUST WAIT N SEE!
MISS YOU SO MUCH BABE... Oh Bimo... Aku tutup laptopku, merapikan semua bawaan, menghampiri Som yang tertidur di
sofa,mungkin kelamaan menungguku...Aku cium bibirnya untuk membangunkan.
Som membuka matanya dan tersenyum.
Hari ini Som mengajakku ke Doi Ithanon National Park, wilayah gunung tertinggi di
Thailand, bagian dari pegunungan Himalaya. Pada musim dingin gunung ini akan tertutup salju
yang putih, seakan menyelimuti puncak gunung itu.
Di kawasan ini Som mengajakku ke air terjun Mae Ya, di tempat ini kami berdua seperti
anak kecil, bermain air, berbasah-basahan...Som naik ke batu yang paling tinggi, dan
berteriak kencang : "I love you Lianaaaaaaaa", beberapa orang melihat kami sambil
tersenyum. Aku tertawa melihatnya.
Kami mengunjungi juga tempat budidaya bunga Carnation dan Chrysanthemum yang disebut
Doi Ithanon Royal Project. Melihat hamparan bunga warna-warni, hawa dingin yang
menyegarkan, laki-laki tampan yang mencintaiku sepenuh hati, membuat hatiku ikut
berbunga...Aku takjub melihat 'permadani' bunga di sana...
Sebenarnya ada tempat untuk menyaksikan matahari terbit, Sunrise Viewpoint, tapi kami
tidak mampir. Karena selain memang sudah tidak mungkin menyaksikan sunrise pada siang
bolong, tapi kami terhimpit waktu juga.
Bo Sang Village tujuan berikutnya adalah pusat kerajinan payung yang dihias indah. Aku
membeli beberapa souvenir untuk kenang-kenangan. Beberapa pengunjung membayar para
pengrajin untuk melukis di atas tas atau celana denim mereka!
Sepanjang perjalanan hari ini tangan Som tidak pernah melepaskan genggamannya di
jemariku. Sesekali dia mencium jari-jariku, menunjukkan rasa cintanya yang hangat...
Pas kembali ke hotel, kami bisa menikmati Kantoke Dinner, makan malam bersama di mana
semua hidangannya adalah hidangan khas Chiang Mai. Aku terpesona dengan tarian khas
Chiang Mai dengan penari yang cantik dan gerakan mereka yang indah gemulai.
Malam ini kami tidur berdua di kasurku, Som hanya memelukku sepanjang malam...Benny
hadir di mimpiku... Hari keempat, Som khusus mengajakku ikut tracking bersama gajah. Melintasi hutan dan
sungai, pemandu menjelaskan wilayah-wilayah suku gunung yang kami lewati, suku Karen,
Hmong, Lahu, Lisu, Akha, Yao...
Pulang acara tracking, Som membiarkanku memanjakan diri dengan Spa ala Chiang Mai di
Hotel. Rasa letih, pegal, terhapus seketika. Badanku menjadi segar kembali.
Malam ini kami makan di salah satu caf? yang banyak berjejeran di tepi sungai yang
bernama Ping. Aku termenung, apa yang Bimo makan malam ini"
### Hari ini aku sengaja bangun lebih pagi dari biasanya, aku harus mengirim dua atau tiga
artikel dulu ke Bimo. Som meninggalkanku sendiri di kamar, dia memilih menghabiskan waktu
untuk tidur dan nonton tivi disampingku.
Hari ini agak sepi email, hanya dari Rista yang bercerita tentang kedua anak kembarnya
yang sedang sakit panas. Aku jawab email dia penuh empati, aku masih ingat betapa
menggemaskannya si kembar itu!
Aku merasa kangen ingin bertemu Rista, ingin curhat...
Tidak ada email dari Bimo, tumben...
Aku ketik email buat Ellen, menanyakan apakah Bimo masuk kantor hari ini.
Ellen langsung menjawab. CIEEEE..KANGEN NI YEEEE Hah"! Gitu doang" Dasar Ellen.
Ting! Email dari Bimo! KATA ELLEN CALON ISTRIKU MENCARIKU KALANG KABUT HARI INI. KENAPA
SAYANG" Aku merengut diam-diam, kalau satu hari saja aku tidak mendengar kabar dari Bimo, aku
akan gelisah sepanjang hari...tidak tahukah dia perasaanku" Aku menghela nafas
panjang"mulai membalas.
IYA! AKU PANIK MENCARIMU!! JANGAN PERNAH BUAT AKU KHAWATIR BIMO...
AKU AKAN MATI KALAU ADA APA-APA SAMA KAMU...
Ting! Dari Bimo. LIANA, MAAFKAN AKU SAYANG...AKU HARUS CEPAT MENYELESAIKAN
PEKERJAANKU DALAM MINGGU INI. AKU ADA ACARA PENTING MINGGU DEPAN.
AKU NGGAK AKAN PERNAH MEMBUAT KAMU KHAWATIR LIANA...AKU
MENCINTAIMU...SELALU... Aku mulai tersenyum. Ting! dari Ellen. KAMU NGOMONG APA SIH SAMA BIMO TADI" TIBA-TIBA AJA DIA BERTERIAKTERIAK , LONCAT-LONCAT KEGIRANGAN KAYAK ANAK KECIL DAPAT MAINAN BARU!
Senyumku semakin melebar.
Aku balas Ellen. GAK NGOMONG APA-APA, COBA PEGANG DAHINYA, PANAS GA" SIAPA TAHU BIMO
KEJANG ATAU DIA KESURUPAN"
Aku yakin seratus persen Ellen akan ngoceh untuk sepuluh menit ke depan...
Menjelang sore pekerjaanku baru selesai. Aku menggoyang-goyangkan leher dan tanganku
yang berasa pegal. Som melihatku, menghampiriku, mengecup dalam leher dan bahuku dan
mulai memijat bagian yang terasa kaku.
"We will go to Chiang Rai tomorrow Liana." Som mengingatkanku akan rencana dia. Akhirnya
rencana kami untuk hanya empat hari di sini gagal. Som memutuskan akan pulang setelah
semua tempat sudah aku kunjungi, agar aku memiliki bahan menulis lebih banyak lagi.
"It's about 3 hours driving from here. Do you want us to move to Chiang Rai hotel?"
Som memberitahuku bahwa perjalanan ke Chiang Rai akan makan waktu sekitar 3 jam. Aku
mempertimbangkan tawaran dia apakah aku mau pindah hotel ke Chiang Rai saja.
"I think I like this place Som. I prefer to stay here." aku tidak mau pindah hotel lagi
karena merasa ribet harus check-out, check-in lagi.
Som mengangguk menyetujui pendapatku.
### Pagi jam tujuh kami sudah berangkat, tiba di Chiang Rai sekitar jam sepuluh. Som langsung
membawaku ke Hot Spring, sumber air panas.
Sebenarnya hanya sumber air panas biasa, tetapi di sekitar sumber air itu sudah ditata
dengan rapi. Dan dengan banyaknya warung yang menyediakan kopi, yang konon terenak di
seluruh Thailand, membuat tempat ini dilirik oleh wisatawan.
Aku mencoba menyesap kopi itu, namun bagiku yang bukan penggemar kopi, kopi adalah kopi.
Aku tidak bisa membedakannya dengan kopi yang pernah kuminum sebelumnya.
Kami hanya sebentar di sini, jadi kami langsung ke White Temple. Sebuah kuil yang seluruh
bagiannya diberi warna putih. Detail ukiran yang ada di kuil itu sangat menarik hatiku. Rumit
namun indah. Kakiku terasa begitu dingin bertelanjang kaki memasuki kuil indah ini.
"Too bad that we are not allowed to take a picture here..." Aku mendesah agak menyesal
karena ada larangan mengambil foto di kuil ini.
Som memakai kembali sepatunya di luar kuil dan mengambilkan sepatuku. Aku tersenyum
melihat perhatiannya. Tempat selanjutnya adalah Golden Triangle, ini adalah suatu daerah yang menjadi
perbatasan 3 negara, Laos, Thailand, dan Birma. Ketiga negara ini disatukan oleh Sungai
Mekong. Som mengajakku menyusuri sungai ini dengan perahu kecil.
Yang menarik perhatianku ketika berada di perbatasan Laos, penjual souvenir disana
menjual barang yang bagiku aneh luar biasa! Minuman khas Laos, yang dibuat dari campuran
ular kobra, kalajengking, dan binatang berbisa lainnya. Som mencoba meminumnya, namun
baru sedikit dia sudah menjulurkan lidahnya!
Aku mengernyit geli, ketika Som menyodorkannya kepadaku untuk dicoba. Aku merasa
langsung mual begitu mencium baunya!
Dari tempat ini kami berdua langsung pulang ke Hotel " tidur.
Besok paginya, tanpa rasa lelah, Som kembali membawaku ke Chiang Rai. Dia membawaku ke
tempat suku Karen. "You will like to see them Liana." Som nyengir.
Som benar, wanita suku Karen ini...hmmm"unik! Leher mereka panjang seperti jerapah
karena sejak kecil para wanita suku ini memakai kalung yang ditumpuk tumpuk ke atas
sehingga leher mereka memanjang ke atas.
Berkat bantuan Som sebagai penerjemahku, aku bisa mewawancarai seorang wanita Karen.
Bagaimana dia menjalani kehidupan sehari-harinya dengan leher seperti itu.
Hmmm ini akan menjadi artikel menarik dengan narasumber yang asli...pikirku sambil
mengambil beberapa gambar wanita Karen yang sedang memasak di luar rumah tradisional
mereka . Dari tempat ini aku langsung mengajak Som pulang ke hotel.
Kami tidur lebih awal malam ini. Besok subuh kami akan kembali ke Bangkok.
Aku merasa puas sekali berlibur ke Chiang Mai dan Chiang Rai bersama Som. Walaupun aku
dan Som tidak pernahmaking love. Namun Som masih sangat perhatian kepadaku, dia benarbenar penuh pengertian!
Jadi paling tidak dia telah membuktikan kepadaku bahwa dia mendekatiku bukan karena
masalah seks, tetapi murni karena perasaan cintanya kepadaku.
Tiba di Bangkok sekitar pukul 7 malam, Som langsung membawaku ke restoran terapung di
Sungai Chao Phraya, disebut terapung karena restoran ini menggunakan sebuah kapal!
Som mengapit lenganku dengan bangga, seorang pelayan menyematkan bunga kecil di baju
Som dan di bajuku. Som membaca tiketnya sekali lagi di situ tertera nama kapal dan nomor
tempat duduk untuk Som dan aku.
Nama kapal tempat kami makan malam ini bernama Chao Phraya Princess 2. Kapal ini akan
berlayar selama 2 jam, kemudian kembali ke dermaga.
Tempat makan kami ada di dek atas. Beberapa puluh pasang meja kursi tertata rapi. Semua
meja dihias mewah, dengan lilin indah berwarna merah menyala di tengah meja.
Som menarik salah satu kursi untukku. Som duduk di depanku.
Live music menggema membawakan lagu-lagu slow sebagai pengiring makan malam yang
bersuasana romantis"
Tiba-tiba ada satu kejutan yang membuatku terperangah, sang pembawa acara berbicara
dalam bahasa Inggris dan menunjuk kepada Som dan aku. Dia mengatakan bahwa lagu
selanjutnya adalah lagu dari Indonesia yang dipersembahkan penuh cinta oleh Somchair
untuk Liana! Oh My God!! Aku terbelalak kaget, aku menutup mulutku dengan jemariku, menatap Som tidak percaya.
Som tersenyum lembut... "Sumpah aku mencintaimu Liana..." Som berkata dalam bahasa Indonesia!
Aku merasa hampir pingsan mendengar kalimat yang ditujukan untukku itu...
Som menatapku penuh cinta, menusuk tajam dalam benakku...
Beberapa pasangan turun ke lantai dansa dengan diiringi lagu yang romantis dari Seventeen
ini. Sesungguhnya dan akulah pemilik hatimu
Kau kan rasa cinta yang terdalam
Bersamaku kamu bisa bahagia selamanya
Sepantasnya dirimu seutuhnya untukku
Sempurnamu bila bersamaku
Dan denganku kita kan bahagia, selamanya
Sumpah ku mencintaimu Sungguh ku gila karnamu Sumpah satu hatiku untukmu
Tak ada yang lain Mati rasa ku tanpamu Henti nafasku karnamu Sumpah mati aku cinta Suatu perasaan hangat menyentuh lubuk hatiku yang terdalam...tidak terasa air mataku
menetes. Som menatap wajahku, mengeringkan air mataku dengan ujung jarinya, lalu dia
meraih tanganku, mengajakku berdiri, dan tiba-tiba mengecup bibirku dengan mesra dan
dalam, di tengah-tengah restoran yang seluruh isinya sudah terisi penuh pengunjung...!
Beberapa pasangan berdiri, memberi kami berduastanding applause...
Aku memeluk tubuhnya erat, air mataku membasahi dada hangatnya...
Oh Som...Aku tersanjung dengan cara-caramu memikat hatiku...apalagi yang membuatku
ragu" Bab 12: Persimpangan Sejak 'insiden kecil' aku kesal karena Bimo tidak mengirim kabar kepadaku, setiap pagi
emailnya selalu hadir menyapaku.
Laptop baru kunyalakan siang ini. Sisa-sisa rasa capek dan pegal sehabis berlibur bersama
Som rasanya baru lunas setelah tidur panjangku dari semalam.
Saat ini aku merasa bugar kembali.
Aku buka aplikasi emailku. Dari Rista, dari Mega, dari Pak Imam, newletters, sebuah
penawaran. Sudah. Dari Bimo" Kok tidak ada"
Aku buat email ke Ellen lagi.
BIASA NYAH, MAAP, NUMPANG NANYA, ABANG BIMO MASUK NGGAK HARI INI"
Ting! balasan dari Ellen.
LHO" MASA' KAMU NGGAK TAHU NA" BIMO CUTI 4 HARI, KATANYA DIA ADA
ACARA DI KAMPUNGNYA SANA. MAKANYA KEMARIN-KEMARIN DIA KERJA KAYAK
ORANG KESURUPAN. TIAP MALEM LEMBUR BUAT NYELESAIN KERJAANNYA.
Apa?"" Kok Bimo nggak cerita sih" Aku membatin agak kesal.
Aku dial nomor handphone Bimo. Nggak aktif! Pantesan dia waktu itu sempat bilang dia ada
sesuatu yang penting minggu depan, yah semacam kalimat itu...
Ada apaan sih" Apa Bimo dipaksa kawin di kampungnya"
Atau" Ya ampun, semoga bukan berita duka dari sana...
Aku mengelus dada...dan mengetuk meja pantryku tiga kali.
Dua jam kemudian aku coba telpon Bimo lagi. Masih belum aktif!
Aku mulai gelisah. Bimo memang bukan tipe orang yang gampang bercerita kepada orang lain. Di kantor dia
tidak punya teman dekat...OYA! kalau Bimo cuti kan harus dapat persetujuan Pak Imam! Aha
tanya Pak Imam aja! Tapi...nggak etis lah...masa ke bos nanya 'Bimo ambil cuti buat apa ya pak' doang...
Bolak-balik aku cek email lagi. Belum ada email masuk.


Belahan Jiwa Karya K Y di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Aku menghentakkan kakiku kesal, aku ke kamar. Tiba-tiba aku ingat cucian dari laundry
sejak sebelum aku ke Chiang Mai belum diantar juga...Aku keluar kamar lagi, ke arah
pesawat telepon khusus internal apartemen. Aku cari ekstension laundry...
Ting Tong! Itu dia si laundry, buru-buru aku ke pintu depan.
Aku sudah menyiapkan senyumku dan ucapan terima kasih. Aku buka pintu depan...
Ternyata bukan laundry yang datang, tapi seorang laki-laki tinggi, berkulit coklat, memakai
celana denim dan kaos putih, rambut ikal panjang " diikat ke belakang " sangat macho,
gayanya seksi...mirip... "BIMO!!!" Aku melompat dan menjerit-jerit meneriakkan namanya begitu sadar laki-laki yang berdiri
di depanku adalah Bimo! Laki-laki yang membuat aku uring-uringan hari ini!
Bimo masuk ke dalam, menutup pintu, meletakkan tas ranselnya asal di lantai, meraih
pinggangku mendekat ke arahnya. Menatapku penuh cinta dan melumat bibirku panas! Aku
tak mau kalah! dengan serakah aku kulum semua bagian mulutnya, menghisap, menjilat,
menggigit! Bimo mengangkat badanku, menempelkan punggungku ke dinding, tangannya
menjadi sibuk mengelus, meraba, meremas dari leher hingga pahaku! Aku melenguh kencang.
Bimo melepaskan ciumannya setelah dia kehabisan nafas. Kami berpandangan lama. Dada
Bimo naik turun terengah.
Tangannya meraih wajahku, menyusuri dahi hingga daguku.
Aku letakkan tanganku di dadanya, meraba tubuh yang selama ini aku rindukan, aku
rebahkan kepalaku di dadanya, mengendus aroma kopi dan rokok dari tubuhnya. Aku
lingkarkan tanganku ke punggung lebarnya...erat...
Bimo memelukku mesra, menghirup ubun-ubunku, mengecap dahiku.
"Aku kangen banget sama kamu Liana"banget..." suara Bimo baru terdengar, serak.
"Aku juga kangen kamu Bimo..." aku berbisik lirih.
"Aku cinta kamu Liana..." Bimo memandangku mesra.
Inikah waktunya"Aku membatin.
"Aku juga mencintai kamu Bimo..." akhirnya aku menerima cinta Bimo.
Bimo tersenyum lebar, memandangku lekat seakan tidak percaya.
"Katakan sekali lagi Liana, katakan..." Bimo memelas.
"AKU MENCINTAI KAMU BIMO SETYADI..." aku mengulang kata-kataku dengan jelas.
Aku memutuskan untuk menerima cinta Bimo, setelah merasakan betapa selama empat bulan
berjauhan dengan Bimo membuatku merasa sangat kehilangan sosoknya, aku membutuhkan
dia seperti aku membutuhkan udara untuk bernafas...
Bimo menciumku lagi dengan penuh nafsu, aku merangkul lehernya, memagut bibirnya,
mengulum lidahnya yang bergerak liar! Tangannya mencoba membuka kancing kemejaku, tapi
karena tertutup nafsu, jari-jari tangannya terasa susah dikoordinasi! Merasa tidak sabar,
kedua tangan Bimo ahirnya memegang kedua bagian kerah bawahku dan dengan sekali
sentak semua kancing bajuku terlepas dan merobek kain bajuku!
Dengan bernafsu Bimo melepaskan baju dari badanku, sementara mulutnya masih
menciumiku. Tanganku tetap merangkul lehernya menjaga keseimbangan badanku yang
digempur oleh Bimo. Bimo melepaskan ciumannya dan terengah-engah. Dipandanginya wajahku lalu turun ke
dadaku yang hanya menggunakan bra. Dadaku juga naik turun seirama nafasnya.
"Kamu, gadis liarku...aku akan buat kamu kehabisan tenaga!" Bimo mendesis, matanya
menjadi panas, mengirimkan hawa nafsunya ke dalam otakku yang mulai buntu oleh gairahku!
Kata-kata erotisnya sampai di telingaku bagaikan bensin yang menyirami api! Aku
menggerakkan kedua pahaku, merasakan gelenyar berputar di daerah sana. Berputar dan
menunggu" Bimo menjalankan jarinya di daerah payudaraku, menelusuri pinggiran braku"perlahan"membuatku merasa penasaran. Matanya naik turun dengan liar, jakunnya
menahan nafsu yang menggoda!
Jempol Bimo menarik kedua tali bra-ku, menurunkannya bersamaan, lalu membuka kaitan
bra-ku dengan cepat. Kedua bukitku membusung tegak menantang Bimo. Puncaknya yang
kemerahan sudah mengeras menunggu giliran mendapatkan kehangatan mulutnya!
Dengan sekali rengkuh, kedua telapak tangan Bimo meremas keduanya! Mulutnya mengecup
ujung merahku bergantian, lalu menggigit dan menghisap dengan serakah. Aku semakin
menggelinjang! Tanganku menempel erat di tembok yang menopangku.
Aku merengek, bagian tubuhku yang lain sudah tidak sabar menunggu Bimo...
Bimo kini menghisap puncak merahku, sembari tangannya membuka celanaku. Aku melenguh,
menjambak rambutnya yang terikat, perlahan"dalam hitungan detik aku sudah telanjang
bulat di depan Bimo! Bimo mundur selangkah, menatap keseluruhan tubuh mulusku, matanya
makin menyala panas! Aku menggerakkan pahaku lagi yang sudah terasa sangat basah! Bimo mendekatiku dan
mencumbuku lagi. Tangannya mengelus dadaku, lalu turun ke arah perutku, pinggulku lalu
berhenti lama di rimbunan pubisku. Jarinya membelai pubisku dan membuka celah di
dalamnya dengan kedua jarinya! Jari tengahnya menyentuh ujung intiku sekilas. Aku
menjerit! Merengek-rengek meminta pada Bimo!
Jari-jarinya masih bergerilya di pangkalku, mendekati liangku, merasakan basahku, dan
tiba"tiba kedua jarinya di dorongkannya masuk ke liangku! Aku menjerit, membuka lebar
kedua kakiku, Bimo memaju mundurkan jarinya di dalam liangku, dan jempolnya mulai
mengusap intiku. Aku semakin tidak tahan lagi! Bimo memutar dan memutar jempolnya di
intiku hingga arus naiknya semakin lama semakin dekat kurasakan! Lalu semburan dari dalam
diriku menembak kencang diiringi erangan kepuasan dari mulutku!
Aku terkulai, Bimo memondongku ke kamar, membaringkanku dengan lembut ke atas
kasurku. Bimo membuka semua pakaian yang dikenakannya cepat-cepat hingga telanjang bulat. Aku
melirik ke pangkalnya yang perkasa dan dalam kondisi yang sangat siap, berurat tebal,
membuatku menelan ludah. Bimo menaikiku, wajahnya menatap ku penuh hasrat, menciumi bibirku, lalu menciumi
leherku. Kejantaannya masih menggantung siap, dan setiap kali menyentuh tubuhku, aku
melenguh! Mulutnya bermain di perut mulusku, mengecup dan merasakan setiap senti dengan bibirnya.
Ketika bibirnya semakin mendekati pangkalku, gelenyar itu hadir lagi! Bimo membuka
tungkai kakiku lebar, menyibak kerimbunanku untuk menemukan intiku yang mengkilat
basah! Perlahan Bimo menyentuhkan ujung lidahnya ke ujung intiku yang membuatku menjerit dan
mengangkat pinggulku tinggi, mengejar lidahnya!
Bimo membuka lebih lebar lagi, mencari liangku lalu mengecap sariku disana, menyucukkan
lidahnya kuat-kuat di liangku!.
Aku memohon lagi pada Bimo...tiba-tiba lidah kasarnya menjilati intiku...berirama"
lagi"lagi...lagi...dan "bergulung-gulung kenikmatan kedua datang bak air bah dalam diriku,
aku lingkarkan kakiku ke sekitar kepala Bimo! Aku terpejam dan diam menikmati setiap
denyutanku... Bimo menaikkan badannya lagi, mencium bibirku sekilas, aroma diriku melekat kuat
dimulutnya"lalu mulai memposisikan dirinya sejajar denganku. Aku lirik kejantanannya yang
ujungnya mulai meneteskan cairan...aku merasa ada yang menggelitik lagi...
Kaki Bimo membuka kakiku lebar-lebar, dan dengan sekali dorong dia menancapkannya dalam
diriku! Aku melenguh, memegang sprei kasur erat-erat.
Bimo memutar pinggulnya perlahan, matanya menatap mataku, menunggu agar aku naik
lagi...diameter Bimo benar-benar sanggup menyentuh inti bagian dalamku. Gesekan
memutarnya teratur, menyentuh pasti titik itu, membuatku mulai merasa naik lagi, pinggulku
mengikuti iramanya...mencari....dan ketika Bimo memutar makin cepat, aku sudah hampir
mendapatkannya lagi! "Bimo!" aku tarik pinggulnya agar makin menempel.
Bimo sangat mengetahui kalau aku sudah hampir 'sampai'.
Bimo menatapku tajam sambil merubah gerakannya pinggulnya. Tusukan-tusukannya
sekarang begitu dalam... "Katakan kamu milikku seorang Liana! Katakan hanya aku yang bisa memuaskanmu!" Bimo
mendesis dan mendorongkan pinggulnya semakin kuat!
"Aku"milikmu Bimo...hanya"kamu...yang...bisa membuat aku...puas..!" aku mengikuti katakatanya dengan terengah oleh rasa nikmat yang bertubi-tubi.
Bimo menusukku dengan sangat dalam, pas ketika klimaks ketigaku datang!
Pada saat itu juga Bimo menyemburkan cairannya dalam diriku! Kami berdua mengerang puas
bersamaan! Bimo ambruk bermandi keringat di atas badanku...
Aku memeluk tubuhnya yang basah, mencium aroma kopi di kepalanya...
Aku tersenyum bahagia, Bimo benar-benar jantan, dia menepati kata-kata nya untuk
membuatku kehabisan tenaga!
Bimo tidak mau mengeluarkan bagian tubuhnya dari dalam diriku, kami tertidur berdua
dalam posisi miring saling berhadap-hadapan"
### Aku terbangun lebih dulu dari Bimo. Posisi tubuhnya masih sama seperti awal.Tapi dia sudah
terlepas dari diriku. Aku pandangi wajah Bimo-ku, aku cium ujung rambut di dahinya, aroma rokok kental
terendus di hidungku. Aku tersenyum, membayangkan Bimo yang bolak-balik merokok di
ruang smoking area bandara, karena tidak sabar ingin cepat sampai.
Rasa hangat menjalar di hatiku setiap kali menatap sosok Bimo.
Aku tidak tahan, aku cium bibirnya perlahan...tapi sentuhan kecilku membuat Bimo-ku
terjaga, dia mengerjabkan matanya sekali, lalu tersenyum padaku, menarik tubuhku
mendekat ke tubuhnya, lalu dia tertidur lagi...
Aku memaklumi Bimo yang tertidur lagi, tenaganya pasti terkuras habis setelah perjalanan
panjang dari Indonesia ke Thailand. Lalu tanpa jeda memberiku 3 kali, aku ulangi, 3 kali
kenikmatan medley! Aku selusupkan kepalaku ke dalam dadanya, mendengarkan detak jantung nya yang
teratur...Aku puas. Dan laki-laki perkasa ini adalah milikku seorang!
Bimo menggeliat lagi, membuka matanya lebar-lebar. Aku tersenyum, kukecup kelopak
matanya...kutelusuri bibir hitamnya yang seksi....kurengkuh rahangnya yang kokoh.....
"Aku cinta kamu, Bimo..." bisikku...
Mata Bimo menyala...memandangku penuh gelora...tangannya mulai bergerilya di tubuhku
yang masih telanjang dibalik selimutku. Ketika sesuatu dari pangkal Bimo seakan bergerak
diantara kedua pahaku, aku tahu aku akan mendapatkan lagi kepuasan itu darinya!
Oh Bimo...apalagi yang membuatku ragu"
Bab 13: Mencari Arah Hari ini aku bangun siang, kemarin dan semalam Bimo benar-benar ruarrr biasa! Menguras
seluruh tenagaku hingga tak tersisa! Aku melirik ke samping, Bimo ternyata sudah terlebih
dulu bangun. Aku berjinjit perlahan, membungkus tubuh telanjangku dengan selimut,
mengintip dari pinggir pintu kamar yang terbuka.
Bimo sudah mandi, menyiapkan makanan di meja pantry, roti, selai, potongan daging, keju,
mentega, dua cangkir susu coklat panas tertata rapi!
Bimo tampak santai sekali hari ini, celana canvas pendek warna krem dan kaos basket tanpa
lengannya membuat penampilannya segar"Rambut ikal gondrongnya setengah
basah...meninggalkan titik air di leher coklatnya...
Aku mengendap menghampiri dia dari belakang dan langsung memeluknya dengan satu
tanganku, tanganku yang lain memastikan selimut penutupku tidak akan jatuh merosot.
Bimo tersenyum, tidak kaget, membelai tanganku dan menarik tubuhku kencang ke dalam
pelukannya. Bimo mencium bibirku mesra, kedua tanganku dipegangnya paksa, hingga selimutku jatuh ke
lantai, menampakkan seluruh tubuh bugilku!
"Bimo!" aku menjerit minta tanganku dilepaskan. Bimo malah menarik pinggangku,
menempelkan badanku erat di badannya"Tangannya sudah sibuk mengelus tubuhku dari
tengkuk hingga paha telanjangku.
"Permohonanku dikabulkan, semalam aku memohon agar ini semua bukanlah mimpi Liana, aku
memohon agar ketika aku terbangun, kamu masih ada di sisiku..." Bimo berbisik mesra...
Aku menengadah, melihat wajahnya yang penuh cinta, kuberikan Bimo kecupan dalam
sebelum aku berlari ke kamar mandi...
### Aku sedang membereskan barang-barangku ke dalam tas ransel kecilku ketika kudengar bel
pintu berbunyi. "Bimo, itu mungkin orang laundry, tolong bukakan dulu." aku berteriak kepada Bimo.
Bimo langsung ke pintu dan membuka pintu.
Seorang laki-laki. Begitu aku keluar kamar, aku terperanjat!
Bimo dan Som bertemu! Mereka saling berhadapan, saling menatap dengan mata saling
menilai dingin, masing-masing mengepalkan tangan...Hawa panas langsung terpancar dari
mereka berdua. Insting hewani penjantan mereka sedang bekerja!
Aku ternganga dan merinding, melihat mereka berdua yang terlihat seperti dua ekor
harimau yang memperebutkan betinanya!
Aku mendekati mereka, Bimo menangkap lenganku cepat, menghentak badanku ke belakang
tubuhnya. Seakan ingin menunjukkan kepada lawannya itu bahwa wanita yang sedang berdiri
di belakang adalah perempuannya!
Aku mulai panik! Mataku bertemu dengan mata Som sedetik.
Aku merasa sangat tegang, bibirku bergetar ingin menangis melihat mereka berdua...
Tiba-tiba Som tersenyum kepada Bimo.
"Hai, I am Som, from the laundry upstair. I just want to ask miss Liana whether she needs
our service today." Aku menatap Som kaget! Som sedang menghindari konflik dan menghindarkanku dari masalah dengan Bimo! Aku
pernah menunjukkan foto Bimo pada awal-awal perkenalanku dengan Som, dia menyadari
laki-laki yang membuka pintu apartemen adalah Bimo, kekasihku...rivalnya!
Aku tidak sanggup berkata apapun.
"No, thank you. She will not need any services " forever. Thank you for the offering." Bimo
mengangguk dan memberi senyum sekedarnya sebelum dia menutup pintu apartemenku...
Aku merasa lunglai tapi tanganku yang gemetar tetap dalam genggaman Bimo. Dia menarikku
ke kamar. Kami berdua terdiam, duduk berhadapan di kasur.
Mata Bimo bersinar tajam menembus mataku, garis mulutnya rata, tak ada senyuman
sedikitpun. Aku gelisah, belum pernah melihat Bimo seperti ini.
"Siapa dia?" tanyanya langsung.
Aku bingung. "Dia..." aku ragu.
"Jangan bilang dia hanya tukang laundry Liana. Kamu pikir aku bisa dibohongi begitu saja?"
Matanya melihat kamu seakan mau makan kamu mentah-mentah!" Bimo mulai berteriak
kesal. Aku memainkan tanganku gugup. Aku memang tidak pernah berbohong ke Bimo...sekarang
aku benar-benar tidak tahu harus ngomong apa...
"Kamu ke Chiang Mai sama siapa?"" DIA?"?" Bimo berteriak lebih kencang. Wajah Bimo
merah padam, urat darah di pelipisnya menebal, tangannya terkepal keras di atas pahanya.
Aku terhenyak, kaget oleh emosinya!
Tidak ada jalan lain kecuali menceritakan yang sebenarnya...
Aku yakin wajahku pias saat ini.
"Namanya Somchair. Aku bertemu dia di minimarket seberang. Dia memang mengantar aku
ke Chiang Mai...Dia pernah bilang mencintai aku...tapi aku sudah bilang kalau aku sudah
memiliki kamu Bimo..." aku berusaha tenang, namun air mataku keluar juga.
"Kalian tidur dalam satu kamar di sana?"" Bimo bertanya kesal.
Aku terisak. "Iya...tapi kami pakai ranjang terpisah..." aku menjawab lemah.
"Kalian sudah tidur bersama?"" Bimo bertanya dengan nada kering.
"Tidak. Aku bersumpah Bimo, aku hanya melakukan itu sama kamu...nggak pernah sama yang
lain..." Aku menatap mata Bimo untuk meyakinkan.
Bimo mengetatkan rahangnya, matanya sudah merah...Dia langsung berdiri keluar kamar,
mengambil rokoknya di meja, lalu keluar apartemen sambil membanting pintu!
Aku langsung merasa lemas, tangisanku makin mengencang...ini adalah pertengkaran
pertamaku dengan Bimo. Aku tidak menyesali kemarahannya, karena aku menyadari, aku
yang telah terlena untuk membuat kesalahan besar ini, bermain api...
Penyesalan memang selalu datang terlambat!
Lewat tengah hari Bimo belum pulang. Aku sudah tidak menangis lagi. Kedua mataku bengkak
merah. Lewat jam 3 sore, Bimo belum pulang juga, aku menangis lagi. Bimo sudah menghukumku
dengan pas. Jam 4 sore aku tertidur di meja pantry...air mataku masih menggenang di mataku ketika aku
sudah pulas tertidur dalam kelelahan hati...
Aku terbangun ketika kurasakan ada yang menggoyangkan badanku...Aku merasa
melayang...aku membuka mataku pelan...aku sedang digendong...Bimo!
Hatiku mengkerut tiba-tiba...
Bimo menidurkan badanku di kasur dengan lembut. Mataku dan mata Bimo bertemu. Aku
tidak melihat sedikitpun kemarahan tertinggal di mata Bimo. Yang kulihat hanya rasa
cintanya... Bimo duduk di kasur di sampingku. Mengelus dahiku dengan tangannya...Aku memejamkan
mata, menikmati sentuhan sayang kekasihku...
"Maafkan aku tadi emosi Liana...aku terlalu cemburu...Seharusnya aku percaya kepadamu..."
Bimo berbisik, diciuminya jemariku...
Aku langsung memeluk lehernya, terisak lagi di dadanya, terisak dalam kelegaan bahwa lakilakiku sudah kembali!
"Aku minta maaf Bimo, aku nggak pakai otakku. Aku nggak mikirin bagaimana perasaan
kamu...maafkan aku?" aku mencium dadanya dalam"menghafal aroma tubuhnya...
Bimo memelukku erat, menciumi seluruh kepalaku!
###

Belahan Jiwa Karya K Y di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ada satu hal yang Bimo belum pernah bercerita kepadaku, bahwa dia pernah tinggal di
Bangkok selama dua tahun! Aku pikir hanya beberapa hari saja untuk suatu liputan.
Bimo bahkan masih bisa mengerti beberapa kalimat dan tulisan bahasa Thai!
Ketika Bimo keluar apartemen dalam kemarahan, ternyata dia ke rumah teman lamanya di
Bangkok, sekalian mendinginkan hati dan kepalanya...
Saat ini aku dan Bimo berada di dalam angkutan umum, namanya Tuk-Tuk. Sebuah truk
berukuran besar yang dialihfungsikan menjadi angkutan umum. Tempat duduknya sepanjang
sisi bak terbukanya. Bimo mengajakku ke sebuah tempat.
Mobil berhenti, Bimo turun terlebih dahulu. Lalu menahan tanganku agar aku tidak
kehilangan keseimbangan pas turun dari injakan truk yang lumayan tinggi.
"Kemana kita Bim?" tanyaku.
"Lihat aja nanti." Bimo tersenyum, menarik tanganku untuk mengikuti langkahnya.
Bimo membawaku ke sebuah pasar tradisional!
Aku menatap Bimo yang mengelap keringat di dahinya dengan punggung tangannya. Bimo
mengikat rambut gondrongnya asal, beberapa helai rambutnya berkibaran, jambang kumis
dan janggutnya mulai terlihat tumbuh.
Aku memeluk lengan Bimo, menyandarkan kepalaku di lengan atasnya.Laki-lakiku memang
tampan dan terlihat sangat macho!
"Banyak hal menarik di sini Liana. Lihat yang ini!" Bimo menunjuk sebuah meja, dari
tempatku berdiri, aku melihat tumpukan sesuatu berwarna coklat dan hitam, dalam wadah
besar. Aku mengikuti langkah Bimo.
Ternyata yang kulihat bertumpuk-tumpuk tadi adalah hewan-hewan kecil yang sudah
digoreng! Aku bergidik! Bimo tertawa, dia mendekati seorang penjual, mengambil sebuah-seekor-sebiji-whateverlah
" belalang! Bimo memasukkan 'itu' ke mulutnya! Mengunyah pelan dan menyisakan sebatangsetangkai-sepotong-hihhh kaki belalang dan menyodorkannya padaku!
Aku melompat menghindar, Bimo tertawa. Aku cemberut, tanganku memberi kode agar Bimo
membuang 'itu' dulu! Aku merengut menghampiri Bimo yang akhirnya memakan kaki belalang itu dengan sadis!
"Kamu bisa tulis artikel tentang ini. Ambil saja beberapa foto." Bimo mengajariku.
Aku bidik dengan kameraku tumpukan itu satu persatu. Gorengan belalang, kalajengking,
kumbang, jangkrik, ulat sutra, lebah, larva bambu!
Aku lihat Bimo mengambil kalajengking, diam-diam aku jepret Bimo berkali-kali, dari
pertama dia mengambil kalajengking itu hingga kalajengking itu lenyap ditelannya!
Bimo mungkin akan marah dan memintaku menghapus gambarnya dari artikelku, tapi aku
yakin seribu persen, Pak Imam akan memintaku mempertahankan gambar itu! Siapa yang
tidak akan tergoda untuk membeli tabloid Wisata kalau cover depannya mempertontonkan
seorang cowok macho tampan berasal dari Indonesia berani makan gorengan Kalajengking"
Aku tersenyum sendiri membayangkan kehebohan yang akan terjadi di kantor!
"Senyum-senyum sendirian di tengah-tengah pasar, dikira orgil baru tahu rasa?" Bimo
menghampiriku. Mencium pipiku yang berkeringat.
Aku tersenyum lebar, lebar sekali! Bimo menatapku bingung.
Dari pasar tradisional, Bimo mengajakku ke sebuah restoran, restoran vegetarian ternyata.
"Sawaddi khrab?" Bimo menyapa penjaga restoran.
"Sawaddi khrab?" sahut penjaga itu.
"Chan thngkar ca sa ng sux slad dakml thud." Bimo mengatakan sesuatu kepada penjaga itu.
Belum sepuluh menit, seorang pelayan menghampiri mejaku, meletakkan sepiring...BUNGA!
DIGORENG! BUNGA GORENG! Aku menatap Bimo. Bimo terkekeh. Mengambil sekumtum dan mengunyahnya!
Dalam hati aku mengakui 'nyali' Bimo yang besar, sisi yang belum pernah aku lihat selama
ini. "Ini salad bunga goreng. Bunga segar digoreng dicampur dengan jagung manis, wortel,
bawang merah, selada?"
Aku ikut mencoba makanan itu. Aneh, jadi ingat Suzanna yang suka makan melati...
Setelah jepret sana jepret sini kami pulang ke apartemen. Masih memakai Tuk-Tuk untuk
pulang, Bimo turun di sebuah jalan.
"Kita jalan kaki sebentar...Kamu capek sayang?" tanya Bimo melihat aku sibuk mengelap
keringat di wajahku. Aku menggelengkan kepala, mengipasi leherku dengan tangan sembari mengangkat rambut
panjangku dengan tangan satu lagi.
"Kamu nggak bawa karet rambut?" tanya Bimo.
"Lupa." jawabku singkat, menghemat energi.
Tiba-tiba Bimo menghentikan langkahnya, membuka ikatan rambut dia sendiri, membalik
tubuhku hingga membelakanginya. Dengan cekatan Bimo mengepang rambutku menjadi satu
dan mengikatnya dengan karet rambutnya!
Bimo terlihat tidak perduli dengan pandangan aneh warga sekitar yang lewat melintasi kami
berdua. "Nah, lebih adem kan?" kata Bimo.
Aku mengangguk. Tidak sampai lima menit, kami sampai ke sebuah rumah " warung lebih
tepatnya. Beberapa orang duduk dan terlihat sedang makan.
Bimo mencarikanku meja kosong lalu dia ke tempat penjualnya, terlihat memesan sesuatu.
Aku memandang kagum laki-lakiku...tampan...pintar...penuh tanggung jawab...sangat
mencintaiku...dan begitu perkasa di ranjang! Wajahku terasa panas begitu mengingat Bimo
sangat mampu memuaskanku berkali-kali...Sebersit ingatan melintas di kepalaku...aku harus
bicara pada Bimo... Bimo kembali ke meja dengan membawa 2 botol minuman seperti teh dengan perasa buah.
"Bim...ng"waktu kita begituan...kamu nggak pakai pengaman?"
Bimo menggelengkan kepalanya cuek.
"Kalau aku sampai hamil bagaimana" Aku juga nggak pernah minum pil KB, Bim..." aku
mendesaknya. "Itu yang aku harapkan Liana"aku ingin kamu menjadi ibu dari anak-anakku..." Bimo
mengambil rokoknya dari saku. Menyelipkan sebatang ke bibirnya, namun begitu dia melihat
wajahku lagi, dia membatalkan niat merokoknya.
Aku tersipu mendengar kata-katanya...
"Kalau kamu hamil, aku akan berhenti merokok Liana..." Sambung Bimo sembari menyimpan
kembali rokoknya ke kantong celananya.
Seorang pelayan datang membawa pesanan Bimo.
Sepiring makanan seperti mangga yang diserut, dengan sedikit kuah yang terlihat seperti
kuah asinan bogor. "Ini namanya 'Som Tum' atau orang banyak juga menyebutnya Papaya Pokpok, Papaya Salad
kata bule...cobalah!" Bimo menjelaskan.
Aku mengambil sesendok. Hmmmm ternyata benar, mirip asinan. Yang diris panjang tipis ini
ternyata pepaya yang masih muda.
Tiba-tiba mataku melihat sesuatu diantara potongan pepaya itu...hah?" seperti kaki
kepiting! Aku melirik Bimo.
Bimo terkekeh. "Memang makanan ini dicampur semacam kepiting kecil, dalam keadaan mentah dihancurkan
ke dalam Som Tum ini..." jelasnya.
Aku melongo. Mentah?" Oh....
Piring kedua berisi seperti gorengan bakwan"atau dadar telor...
"Ini bayam, diiris tipis, digoreng pake telor, dimakan sambel terasi ini..." Bimo memberi
contoh, mengambil satu gorengan itu, dicolek ke sambel, lalu langsung dimasukkannya ke
mulut. Aku mengikuti Bimo...dan rasanya memang seperti dadar telor dan sambel terasi biasa...aku
tersenyum, aku suka rasanya! Seperti di rumah...
### Tiba di apartemen badanku sudah merasa sangat capek. Bimo menghampiriku yang sedang
duduk di sofa ruang tamu. Meletakkan bantal sofa di ujung, menuntun kepalaku berbaring di
sana. Lalu dia mengangkat kedua kakiku lurus setelah melepaskan sepatuku.
Perlahan Bimo memijat kakiku...
Aku tersenyum, memandang penuh terima kasih kepadanya...
"Merasa lebih enak?" tanya Bimo, sambil menekan ujung-ujung jari kakiku dengan jari
tangannya. Aku mengangguk sambil memejamkan mataku. Aku merasa agak segar.
"Mau yang lebih enak?" Bimo bertanya lagi dengan nada 'miring'
Aku membuka mataku, melihat mata Bimo sudah menyala panas! Bibirnya menyunggingkan
senyum mesum! Oh laki-lakiku... Aku langsung mendekap Bimo, duduk mengangkang di pangkuannya...
"Mandiin aku Bimo..." aku merayunya, aku gigit cuping telinganya, aku jilat seluruh
permukaan telinganya"
Bimo memejamkan matanya. Lalu berdiri dengan aku masih di pelukannya! Aku dibawanya ke
kamar mandi! Satu persatu Bimo melepas semua bajuku dan bajunya hingga kami berdua telanjang polos.
Kejantanan Bimo sudah sedemikian siapnya...aku menatap malu...
Bimo mengambil shower, mengatur suhu agar h
angat, membasahi sekujur tubuhku dan
tubuhnya dengan air. Bimo mengambil sabun cair, menaruh beberapa di telapak tangannya,
menggosoknya hingga berbusa dan mulai menyabuni seluruh bagian tubuhku! Telapak
tangannya yang kasar, memberiku sensasi nyaman, ketika bertemu dengan kulitku.
Tangannya memutar dengan perlahan ketika sampai ke daerah dadaku...matanya sudah
membara! Aku sudah merasakan pangkalku mengejang...
Bimo menyelipkan tangan kirinya ke dalam diriku, seakan hendak memastikan aku sudah siap
menyambut dirinya" "Letakkan tanganmu di dinding ini Liana, mundurkan pantatmu, menungging..." Bimo
memerintahku dengan suara serak.
Aku menempelkan kedua telapak tanganku ke tembok kamar mandi, membungkuk dan
memundurkan pantatku ke arah Bimo. Kubuka kakiku agak lebar.
Bimo mendekatiku, nafasnya keras menderu. Dia mengelus bukit pantatku perlahan, naik ke
arah punggung atasku. Aku mengerang...
Tangan Bimo meraih dadaku yang menggantung, memilin kedua puncakku dengan kedua
jarinya. Pinggulnya menempel di pantatku, aku merasakan kejantanannya di sana! Aku menggerakkan
pinggulku pelan, memberi isyarat agar Bimo segera melakukannya!
Bimo menggeram! Memegang pantatku dengan kedua tangannya dan menyodokkan batangnya
ke dalam diriku sekaligus! Dia melakukan gerakan maju mundur dengan perlahan, aku
merasakan rasa nikmat yang sangat. Aku mendesah, ketika tangan kanan Bimo menemukan
intiku, aku menjerit! Aku memutar pinggulku dan mendorongkannya penuh ke arah Bimo. Bimo semakin
mempercepat sodokannya! "Bimo!" aku memanggil namanya kencang ketika aku mendapatkan kepuasanku!
Bimo menepuk pantatku dan semakin mendesakkan dirinya! Dalam beberapa detik Bimo
menyusulku, mengeluarkan cairannya di dalam!
Bimo mencium punggung belakangku, menarik tubuhku berdiri, mendekapku erat...
### Aku membaringkan kepalaku di paha Bimo. Bimo membelai rambutku yang masih setengah
kering. Aku tersenyum, jariku memainkan rambut pendek yang tumbuh di betis Bimo.
"Liana, aku sudah mengganti tanggal kepulanganku ke Indonesia. Aku akan pulang 3 hari lagi,
bersama kamu?" Aku mendongak, memandang tak percaya pada Bimo. Aku duduk di depannya, membelalakkan
mataku. "Sudah cukup artikelmu Liana"Besok minta Ellen membelikan tiket untukmu, pakai
penerbangan yang sama seperti aku. Aku sudah bicarakan ini dengan Pak Imam." ujar Bimo
tegas. Oh Bimo-ku! Aku yakin dia hanya mau memastikan aku tidak akan pernah berhubungan
dengan Som lagi... Aku ingin membantah, tapi melihat matanya yang tajam, aku membatalkan niatku.
"Iya Bimo..." Aku menuruti kemauannya, bagaimanapun Bimo sudah menjadi bagian dalam
kehidupanku. Apapun yang dia rencanakan, aku yakin itu yang terbaik bagi kami berdua.
Bimo memandangku, merengkuh kedua tanganku dalam genggamannya.
"MAUKAH KAMU MENIKAH DENGANKU LIANA?"
Aku terkejut! Hanya memandang Bimo tidak percaya! Bimo melamarku! M-E-L-A-M-A-RKU!!!
Aku menatap matanya...penuh cinta, harapan, gelora...aku mengangguk perlahan...dengan
menahan malu yang tiba-tiba menjalar di mukaku.
"Aku mau Bimo, aku mencintaimu?" bisikku pelan...
Bimo tersenyum lebar. "Aku akan mengaturnya cepat Liana"Aku sangat mencintaimu..." Bimo mencium
tanganku...mencium bibirku dengan penuh kemesraan...
Bimo-kah belahan jiwaku"
### "Bimo, aku mau minta ijinmu..." aku mendekati Bimo yang sedang merokok di balkon.
"Kenapa Liana?" tanyanya.
"Ijinkan aku menemui Som untuk terakhir kalinya, hanya untuk berpamitan...Aku harus
mengakui sedikit banyak dia sudah membantuku selama aku di sini Bim..."
Bimo mengerling tajam " masih mencemburui Som.
"Tentu saja kamu harus mendampingi aku Bim, aku nggak akan ketemu sendirian kok?"
lanjutku buru-buru. "Kapan?" "Nanti sore"di Seven Eleven seberang sana."
Bimo hanya diam, tapi aku tahu dari bahasa tubuhnya dia mau.
Jam empat sore aku sudah melihat Som. Wajahnya kuyu, sangat berbeda dengan yang
terakhir aku lihat di apartemenku.
Bimo menggenggam tanganku erat.
"Bimo, satu menit, kasih aku sedikitprivacy...please..." kataku. Bimo melepaskan
genggamannya. Aku menghampiri Som yang sedang berdiri dengan kedua tangan tersembunyi di kantong
celananya. Som menyambutku, tersenyum tulus...seperti Benny"
"Liana..." Som tercekat.
"Som...I am sorry"to make you upset...I will go back to Indonesia tomorrow with Bimo...I
just want to say thank you for everything..." Aku tergagap memberitahu Som tentang
kepulanganku ke Indonesia besok. Aku merasa sedih melihat Som yang biasanya penuh
percaya diri, kini terlihat tidak bersemangat.
"Liana...any..." Som menghela nafas panjang. "Never mind..." desahnya pelan. Som
membatalkan " apapun " yang barusan hendak diucapkannya.
"I pray for your happiness Liana...you know my feeling about you..." Som berusaha
tersenyum. Aku mengangguk dan memberinya senyuman terakhirku.
"Goodbye Som.."
"Goodbye Liana?"
Aku bergegas menghampiri Bimo, aku mengerjapkan mataku, agar air mataku tidak
terjatuh... "Sudah?" Bimo bertanya. Aku mengangguk.
"Tunggu di sini, aku mau ngomong sesuatu sama dia." Bimo bergegas mendekati Som. Aku
terperanjat kaget. Tampak Bimo menatap wajah Som, berkata dengan tenang kepada Som.
"Just keep that thing inside your pocket for other girl. Stay away from Liana. She is mine."
Wajah Som memerah, jari tangannya yang sedari tadi di dalam kantong sibuk memutarmutar cincin berlian untuk melamar Liana, tiba-tiba berhenti.
Som bingung bagaimana Bimo bisa tahu yang dia pegang di dalam kantongnya adalah untuk
Liana" Bimo membalikkan badan menjauhi Som, dan tersenyum puas kepadaku!
Laki-lakiku... Bab 14: Riak Aku dan Bimo berjalan bersisian, keluar dari pintu kedatangan bandara Soekarno Hatta.
Ketika berangkat, aku hanya membawa dua koper, sekarang aku membawa tiga koper!
Koper ketiga berisi oleh-oleh untuk mama, adikku, tetangga terdekat, dan teman sekantor!
Plus buat Rista yang aku akan kirim pakai jasa ekspedisi nanti.
Bimo membantuku membawa dua koper besarku berikut ransel dia sendiri.
Bimo langsung mendekati taksi biru, mengatakan alamat apartemennya. Sopir taksi
membuka bagasi belakang lalu memasukkan semua barang di sana.
Dia menuntunku untuk masuk terlebih dahulu ke dalam taksi, baru dia menyusul duduk di
sebelahku. Ada perasaan lega di hatiku sudah ada di tanah air sendiri!
Ellen sempat menawariku mobil kantor untuk menjemput dan mengantarku ke rumah, tetapi
Bimo tidak mau. "Nggak usah pakai mobil kantor Liana. Dari bandara kita naik taksi, ke apartemenku dulu.
Dari sana aku antar kamu ke rumah, naik mobil" kata Bimo waktu itu.
Aku menyandarkan kepalaku di bahu Bimo. Memejamkan mataku, mengingat sekilas kejadian
selama di Thailand. Walaupun hanya 4 bulan, namun sudah meninggalkan kesan yang sangat
mendalam bagiku. Bimo meremas tanganku dan mencium kepalaku.
Aku menengadah dan tersenyum padanya.
Apartemen Bimo di daerah barat lumayan besar " dengan 2 kamar tidur, terlalu besar untuk
ukuran seorang bujangan seperti dia.
Aku menghempaskan tubuhku ke sofa di ruang tamunya.


Belahan Jiwa Karya K Y di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sofanya nyaman sekali, meja kacanya menarik perhatianku. Kaki mejanya berbentuk patung
2 ekor kura-kura hijau yang sedang membuka kerang raksasa berwarna oranye. Aku seperti
membaca fable. Melihat patung kerang itu aku teringat teka-teki joke yang di ceritakan oleh seorang anak
kecil. Aku tersenyum mengingat joke cerdas itu.
Kid A: Mention an animal name that never share the foods with their friends.
Kid B: Shellfish. ... Apartemen Bimo bernuansa hitam " abu tua " abu muda, dengan sedikit aksen warna merah
dan hijau di beberapa furniturnya.
Aku merasa nyaman melihat tempat ini.
"Liana! Ngapain?" Bimo memanggilku. Aku bergegas ke kamarnya.
"Aku mau mandi dulu sayang. Kamu mau?" tawarnya. Aku menggeleng.
Bimo masuk ke kamar mandi yang ada di dalam kamarnya. Aku duduk di kasur Bimo,double
bed, sekilas bayangan erotis melintas"aku merasa jengah sendiri.
Aku buka ransel Bimo, memilah baju kotor dan bersihnya.
Baju kotornya aku masukkan ke keranjang yang ada di depan kamar mandi. Baju bersihnya
aku rapikan lagi satu persatu, aku letakkan tumpukan baju itu di atas kasur.
Peralatan pribadi Bimo, sisir, alat cukur,after shave foam, hair gel, dan parfum - aku jejer
rapi di atas meja riasnya yang hampir kosong! Hanya ada botol besar minyak kayu putih,
isinya tinggal setengah. Aku ambil botol parfum Bimo, kubuka tutup parfumnya dan mengendus. Aroma kopi yang
sangat akrab di hidungku...Aroma laki-lakiku...Aku tersenyum, aromanya saja sudah mampu
membuatku bergidik... Sebelah meja rias, ada lemari besar 4 pintu. Aku buka satu persatu dan tercengang melihat
isinya! 2 lemari berisi penuh dengan baju dia, 2 yang lainnya kosong melompong!
Sisi depan tempat tidur ada 1 setmini home theatre. Ada 2 kotak khusus penyimpanan
koleksi cd-nya. Koleksi filmnya tentang perang kolosal, misteri, tidak ada yang drama. Kotak
yang satunya kosong. Koleksi lagunya membuatku hanya bisa ngomong 'Bimo banget!'.
Berderet album-album lama Van Halen, Sepultura, Queen, Bon Jovi, Gun's n Roses,
Aerosmith, Avenged Sevelfold, The Black Keys, Shinedown, Volbeat...dan Roberto
Carlos...'webcam game' soundtrack...
Di sisi kanan kiri ranjang adanakas" lemari kecil, keliatannya Bimo selalu memakai sisi
sebelah kiri. Aku mendekat. Ada fotoku dipajang di sana! Aku sedang bertopang dagu di
meja kantor! Ternyata Bimo diam-diam pernah mengambil fotoku, aku tersenyum senang.
Beberapa buku ditumpuk di dekat lampu baca. 'Sun Tzu: War and Management, The
Winning Formula, Building High Performance Team, Novel Mossad, Bag of Bone, dan sebuah
kamus Inggris yang sudah kumel dan lecek! Sebuah headset tergeletak di dekat bantalnya.
Dekat nakas sisi Bimo ada meja sederhana dan sebuah kursi, tempat Bimo bekerja dengan
laptopnya...di kolong meja ada 4 barbel kecil.
Aku duduk di ranjangnya, kudekap bantalnya. Aroma Bimo menempel di sana, membuatku
bahagia... Di sisi ranjang yang kanan hanya ada lampu baca, tapi sudah disediakan bantal di kasur sisi
itu. Aku melirik ke kamar mandi, Bimo belum selesai. Kesempatan! Aku melepas sepatuku, duduk
di sisi kanan kasur Bimo, aku tepuk-tepuk bantalnya yang masih menggelembung, terlihat
baru. Aku rebahkan kepalaku di sana. Aku memejamkan mataku, mengendus aroma Bimo di
kamar ini, menikmati bunyi air dari shower, tanganku membelai permukaan seprai warna
hijau tua, aku merasa damai...
"Kamu berbaring di sisi yang benar Liana"kamu sangat sesuai berada di sana..." aku
membuka mataku, terkejut. Bimo tersenyum melihatku, dia hanya memakai handuk kecil
menutupi pinggang bawahnya. Rambutnya basah, segar. Tubuh rampingnya mengeluarkan
aroma yang membuatku merasa jengah karena ada bagian tubuhku yang tiba-tiba bereaksi...
Aku menyandarkan punggungku ke sandaran ranjang, memperhatikan gerak-gerik Bimo. Dia
membuka pintu lemari, mengambil celana dalam, celana panjang, dan kaos polo-nya.
Dengan tidak merasa canggung, Bimo membuka handuk penutupnya. Mataku seperti tertarik
oleh magnet kuat, aku menatap bagian pangkalnya " jalang! Ada yang mendesir di dalam
perutku, bergerak liar, mencari-cari...aku menelan ludah, membelokkan badanku dan
Api Di Puncak Merapi 3 Pendekar Naga Putih 74 Misteri Di Bukit Ular Emas Perjodohan Busur Kumala 3
^