Pencarian

Ketika Elang Mencintai Dara 1

Ketika Elang Mencintai Dara Karya Putu Kurniawati Bagian 1


BAB 1 Dara. Begitu orangtuaku memberi nama. Pas aku masuk SD, nama itu jadi mengganggu banget.
Soalnya temanku yang iseng bilang bahwa namaku kayak nama burung. Sampai sekarang, di
saat aku sudah kelas X, nama itu masih mengganggu.
Waktu MOS kemaren, aku mesti bikin name tag, dan nama panggilan mesti dicantumkan di
name tag itu. Nggak mungkin aku pakai nama Dara. Aku masih punya nama belakang, Dara
Aurelia Hadikusuma. Jadi aku pakai nama Aurel.
"Aurel !"! Nama lo kebagusan! Ganti aja!" dia lalu membuka dan membaca namaku keras2
dengan nada jahat. "DARA Aurelia Hadikusuma!" terus dia bilang. "Gimana kalo lo pake nama
BURUNG DARA" Kayaknya lebih cocok. Besok name tag lo diganti pake nama itu, oke"
Jangan lupa, tulisanya mesti gede2!"
Jahat, kan" Keadaanku sekarang kontras banget sama Elang, anak kelas XII yang baru pindah ke SMA
Republik (sekolahku) seminggu yang lalu. Cowok itu keren, tinggi, atletis, jago basket, dan
kabarnya pinter banget dikelas. Apalagi dia punya mata berwarna cokelat yang siap menyihir
siapa saja yang melihatnya. DIa kelas XII.
Aku mempunyai kakak bernama Adzy dia kelas XII juga.
Aku punya satu kelebihan. Badanku jangkung. Terakhir aku ukur tinggi badanku 174 cm. Nggak
beda jauhlah sama Elang yang kira2 tingginya 180 cm.
Saking kerenya Elang, Sasha (cewek kelas X paling popular di sekolah) ikut-ikutan masuk bursa
persaingan. Shasa selalu bilang. "Gue cantik, gue smart, dan gue popular." Sombong banget, kan"
Aku punya masalah yang lebih penting. Pak Bambang (guru fisika yang paling nyebelin di
sekolah) bilang kalo kemampuan aku dalam hitung-menghitung masih lemah. Aku dikasih PR
tambahan, sepuluh nomor lebih banyak dibandingkan teman-temanku. Dan dia bicara dengan
suara menggelegar. "Dara, khusus untuk kamu, kerjakan sepuluh nomor lagi pada halaman dua
puluh tiga. Kamu masih perlu banyak latihan!"
Padahal banyak anak lain yang nggak bisa jawab pertanyaan Pak Bambang. So, kenapa mesti
aku" Siang ini aku mau ngerjain soal-soal itu di kantin, sambil nungguin Adzy ikut pembinaan
olimpiade sains. Tapi aku juga cukup jago matematika kok.
Lala, sahabatku, hari ini harus pulang lebih cepat karena BAB berlebihan. Jadi hari ini dia nggak
bisa nemenin aku ngerjain soal-soal fisika nyebelin itu.
Hmm"soal pertama"ketemu jawabanya. Next, soal kedua. Susah amat sih"
"Nggak bisa jawab, ya?"
Deg. Jantungku berdegup cepat.
Aduw" mampus! Malu banget nih. ELANG. Dia masih berdiri di belakangku.
"Nggak bisa jawab soal, ya?" Tanya Elang lagi dengan nada meremehkan. "Cob gue liat." Elang
lalu mengambil buku fisikaku. "Yang nomor dua, ya?"
Aku nggak menyahut. Males.
"Hmm" ini gampang banget! Masa sih lo nggak bisa jawab?" Elang ngoceh lagi dengan nada
menyebalkan. Gampang banget" Sok banget sih"
"Makanya, kalo guru lagi ngejelasin, diperhatiin dong! Jangan bengong aja, fokus ke pelajaran."
Oh, man. Dia berani menasihati aku.
"Heh! Sombong banget sih lo" Gue emang nggak sepinter elo, tapi lo nggak bisa seenak"y gitu
dong sok2 nasihatin gue! Dari mana lo tau gue bengong di kelas" Lo liat aja ya, gue bakal
ngerjain soal2 ini. Kakak gue, Adzy, cowok paling jenius di SMA Republik bakal ngajarin gue!
Gue pasti bisa jawab soalnya dan lebih pinter dari lo!" kataku berapi-rapi.
Alis Elang mengernyit. Kemudian dia mendekatkan wajahnya ke mukaku. Duh! Tiba2 aja aku
merasa deg2an. Mata"y menatapku tajam banget. Sepertinya wajahku memerah.
"Lo bilang kakak lo orang paling jenius di sekolah ini?" Tanya Elang.
"Iya!" jawabku galak. "Emangnya kenapa" Lo nggak usah sok2 baca PR gue deh. Bukan urusan
lo!" "Oke." Katanya. Kemudian dia pergi.
Fuh. Akhirnya" *** "Adzy!!! Gara2 lo nih! Gue malu banget! Sebeeel?" aku nyubitin dan mukulin Adzy begitu dia
datang nyamperin aku. "Lo kenapa?" Tanya Adzy dengan muka ditekuk.
"Gue malu." Jawabku pendek.
"Lo yang malu kok jadi salah gue?" ujar Adzy. "Lo malu kenapa" Mana PR lo, udah kelar?"
Aku memandang Adzy dengan sebal.
"Itu dia! Gue nggak bisa ngerjain PR. Gue kepergok pas gue nggak bisa ngerjain soal nomor dua.
Gue malu dan itu gara2 lo!"
Adzy mengerutkan kening. "Gara2 gue" Apa hubunganya sama gue?"
"Lo gimana sih" Kalo lo nggak ikutan pembinaan olimpiade, gue nggak akan ngerjain PR di sini
dan nggak akan kepergok sama orang! Gue malu banget! Kalo kita langsung pulang, kan gue
nggak perlu malu!" Adzy terlihat menahan tawa. "Derita lo." Gumamnya.
"Apa" Derita gue" Ini semua gara2 lo!" bentakku seraya memukuli pundak Adzy.
Adzy berkelit, sebelum aku memukulinya lebih keras lagi.
"Weits, sabar dulu, Neng! Emang siapa sih yang mergokin lo sampe2 lo malu banget" Tumben
banget lo punya kemaluan yang begitu besar."
"Sialan lo! Elang yang mergokin gue, gimana gue nggak malu?"
Adzy tertawa keras sampe2 kacamata minusnya hampir lepas.
"Ngapain lo ketawa" Ini nggak lucu, tau!" bentakku.
Aku memukulnya sekali lagi.
"Ampu, ampun, Ra!" katanya. "Jadi lo malu kepergok nggak bisa ngerjain soal sama Elang"
Oke, oke. Gue bakal ngajarin lo di rumah. Besok lo boleh pamer ke dia, kalo lo bisa ngerjain
semua soal yang di kasih Pak Bambang. Jadi lo nggak usah khawatir."
"Lo emang selalu bisa! Yes!" seruku senang.
"Eh, gue udah tau sifat lo. Kalo lo dibikin malu, lo pasti pengin ngebuktiin kalo lo nggak malumaluin, kan" Tapi lo selalu ngerepotin gue. Makanya jadi orang tuh pinter kayak gue."
"Tapi lo bener mau ngajarin gue, kan?"
"Bener. Tapi ada satu syarat."
"Apa?" "Lo mau kan, ngenalin gue ke temen lo yang manis itu?"
Aku mengerutkan kening. "Lo kok diem sih" Lo mau, kan?" desak Adzy.
"Abis aneh" Temen gue yang mana?" tanyaku penasaran.
"Itu" yang cantik, imut-imut" rambutnya sebahu, sering dengerin MP3 di iPodnya" terus
suka maen basket juga. Siapa tuh namanya?"
Buset dah" Cantik, imut-imut, rambut sebahu, sering dengerin MP3 di iPod, suka maen
basket" Siapa lagi kalo bukan"
LALA. BAB 2 Adzy jadi semangat ngajarin aku fisika setelah aku berjanji bakal ngenalin dia ke Lala. Lala juga
jago fisika seperti Adzy.
Sore tadi sepulang sekolah, aku udah SMS Lala. Aku minta dia datang ke rumah malam ini. Dan
dia balas SMSku dengan kata2. "Sejak kapan lo jadi makcomblang?" tapi akhirnya dia
mengiyakan tawaranku. Nggak rugi kan, kenalan sama cowok paling pintar di sekolah"
And now" Tepat jam delapan malam, Lala datang ke rumah.
"Lo keliatan bersemangat." Ujarku.
"Of course! Mana kakak lo?" Tanya Lala.
"Apaan sih lo" Jaim dikit kenapa" Adzy masih di kamar. Bentar lagi juga keluar. Lo tunggu di
sini aja, jangan ke mana2. Gue mau ambil minum dulu, oke?"
"Oke!" Aku beranjak ke dapur. Adzy lumayan keren kok. Aku pernah mergokin Sasha diam-diam
memperhatikan Adzy. Tapi tau nggak, apa yang aku lihat setelah nganterin minuman ke ruang tamu" Lala udah
kelihatan akrab banget sama Adzy. Mereka nggak sadar aku datang bawa minuman!
Aku dikacangin. Makasih banget. *** Tadi pagi Adzy jemput Lala di rumahnya untuk berangkat ke sekolah bareng. Dan obrolannya
masih seputar astronomi. Aku cuma bisa menjadi pendengar yang baik dan nggak bisa ikut
berpartisipasi dalam obrolan ilmiah mereka.
Lala baru ngomong sama aku pas kami jalan berbarengan ke kelas.
"Kok diem aja sih, Ra?" Tanya Lala.
"Baru nyadar lo kalo ada gue di deket lo?" tanyaku sebal. "Jahat banget sih lo, ngacangin gue
dari kemaren. Rugi deh gue, ngenalin lo ke Adzy."
"Yah, jangan marah dong! Sori-sory. Gue janji deh, gue nggak bakal ngacangin lo lagi. Suer
samber geledek!" Lala membentuk jarinya menjadi symbol peace.
"Yakin lo" Oh ya, satu lagi. Obrolan lo mungkin bisa diganti dengan topik yang lebih up to
date." "Topik yang lebih up to date" Oh, mungkin topik tentang cincin yang mengitari Planet Saturnus
tadi emang udah nggak up to date lagi, tapi masih menarik. Hmm" demi lo gue bakal ngobrolin
topik yang lebih baru lagi. Gimana kalo tentang kloning manusia?"
What" Kloning" "Lala, maksud gue bukan itu!" kataku jutek seraya mendahuluinya.
Pasti tampang Lala lagi bingung-bingung.
Sampai jam istirahat aku masih jutekin Lala. Aku ke kantin sendirian.
Entah kenapa aku merasa ada yang ngikutin aku dari belakang. Sepintas aku melihat sosok Elang
ketika menoleh belakang. Tapi nggak mungkin dia ngikutin aku.
Aku berjalan cuek, berusaha mengabaikan perasaanku. Tiba-tiba ada yang menarik tanganku,
cowok dengan rambut landak dan tampang sengak. Dia langsung membawaku ke belakang ruang
kelas XII yang lagi sepi. Anehnya aku nggak melawan.
"Lo temannya Lala, kan?" Tanya cowok itu galak. Tatapan matanya lebih seram dari tatapan
Elang. "Iya, emang kenapa?" aku balik nanya.
Orang itu adalah Cakra. Preman paling ditakuti di sekolah. Cowok dengan tampang sengak,
rambut jabrik kayak landak, banyak piercing di telinga, satu tindikan di bibir dan tatapan mata
yang seram. "Pake balik nanya, lagi! Gue mau minta tolong sama lo." Kata Cakra dengan tampang galaknya.
"Minta tolong apaan?"
"Kasih tau Lala, gue mau ngomong sama dia!"
"Lo apanya Lala?" tanyaku heran setengah takut.
"Lo nanya gue apanya Lala" Jadi selama ini lo nggak tau gue apanya Lala?" bentak Cakra.
"Kenapa lo diem aja" Eh, gue kasih tau ya, gue ini mantannya Lala! Gue mantan temen lo itu!"
What" Mataku membelalak. Shock berat.
"Kenapa" Lo kaget?" bentak Cakra lagi.
"Lo" mantannya Lala" Kok" bisa?" tanyaku terbata-bata.
"Jadi lo nggak percaya, hah" Jadi menurut lo gue nggak pantes pacaran sama Lala" Gue aneh
gitu?" "Ya!" Ups! Ya Tuhan, tadi aku ngomong apaan"
"Lo berani sama gue, hah"!" bentaknya.
"Gue kasih tau elo, selama ini nggak pernah ada yang berani ngebantah gue! Gue murid yang
paling berkuasa di sekolah ini! Dan elo, lo mesti tunduk sama gue kalo nggak mau berurusan
sama gue! Ngerti lo?"
Apa" Aku paling nggak suka sama orang sok kayak gini.
"Kenapa lo diem aja" Takut?"
"Siapa yang takut"! Gue kasih tau ke elo ya, lo tuh jadi orang jangan sok! Apalagi lo lagi minta
tolong sama gue! Seharusnya lo baek2in gue! Bukannya ngebentak-bentak gue seenaknya!"
Sambil mencaci maki Cakra, aku memukul-mukul badannya.
"Nih, rasain! Pukulan gue mantep, kan" Lo nggak bisa seenaknya sama gue!" kataku lagi dengan
penuh emosi. "Kenapa jadi lo sekarang yang diem, hah" Ayo ngomel lagi! Bentak lagi! Dasar lo nggak ada
sopan-sopannya!" kataku lebih kencang.
"Udah cukup!!!" bentak Cakra. "Berani lo, sama gue?" wajah Cakra tambah menyeramkan.
"Abisnya" lo minta tolong sama gue, tapi elonya nggak sopan." Kataku setengah ketakutan.
Aku melihat tangan Cakra mulai terangkat. Kayak orang mau nampar. Aku memejamkan mata.
Bersiap-siap menerima tamparan cowok menyeramkan itu. Tapi tiba-tiba"
"Hahahahahahahha?"
Terdengar suara tawa yang begitu keras.
Kubuka mataku. Aku melihat wajah Cakra sudah semerah tomat. Aku menoleh ke arah asal
suara. Oh, God" Elang. Ngapain dia ketawa ngakak kayak gitu"
"Heh! Anak baru! Ngapain lo ketawa?" Tanya Cakra kasar.
Elang masih tertawa. "Lucu!" serunya.
"Apanya yang lucu"!" Tanya Cakra emosi.
"Elo yang lucu! Masa sama cewek aja harus maen tangan" Lo kalah argumen sama dia, malu2in
banget. Sampe-sampe harus maen tangan. Yang paling lucu itu?" Elang melanjutkan tawanya
sejenak. "Lo diomelin, terus dipukulin sama cewek itu. Dan lo nggak ngelawan. Wah, kacau,
man! Hahaha?" Cakra mendekati Elang. Tanganku refleks menarik tangan Cakra. Aku nggak suka melihat
pertengkaran. "Ngapain lo narik-narik tangan gue?" Cakra membentak lagi. "Gue mau ngasih dia pelajaran!"
"Nggak boleh! Nggak boleh ada yang pukul2an!" kataku.
Tanpa babibu kepalan tangannya menghajar wajah Elang. Aku ngeri melihatnya. Elang juga
membalas menghajar wajah Cakra.
"Udah dong! Nggak usah pake berantem segala!" teriakku.
Tapi mereka nggak mau berhenti.
Aku menarik tangan Cakra dari belakang.
"Heh! Apa2an lo" Ini urusan gue sama dia!" kata Cakra.
Tapi aku nggak melepaskan tangannya.
"Dia nggak mau kita berantem!" kata Elang keras.
"Bodo amat!" Cakra menari tangannya kembali dan bersiap-siap menghajar Elang. Aku
mengikutinya, mendekat dan mencoba menghalanginya.
Elang siap menghajar Cakra. Sekali lagi, aku refleks mendekati Cakra dan berusaha melerai
keduanya. Namun" BUG!!! Aku merasa kepalaku pusing. Kemudian semuanya menjadi gelap gulita"
*** "Ra! Lo nggak apa2?"
Ketika berhasil membuka mata, aku melihat wajah Lala panik memandangku. Aku mendapati
Elang dengan raut muka bersalah berdiri di sebelah Lala. Aku sedang terbaring di ruang UKS.
Aku kemudian merasakan nyeri yang amat sangat di tulang pipiku.
"Auw!" aku mengaduh kesakitan.
"Aduh, Ra! Jangan di pegang-pegang dulu!" kata Lala. Aku masih belum mengerti kenapa
tulang pipiku terasa sakit sekali.
"Gue minta maaf." Kata Elang kemudian.
"Minta maaf?" tanyaku heran.
"Lo nggak tau, Ta?" Tanya Lala. Aku menggeleng pelan. "Elang tadi nggak sengaja ngebogem
elo." Spontan aku bangkit dari pembaringanku.
"Jadi elo?" tanyaku sambil memandang Elang dengan galak.
"Iya, gue. Gue yang mukul lo sampe pingsan. Tapi gue bener2 nggak sengaja. Sumpah!" kata
Elang dengan tampang memelas. "Maafin, gue, ya?"
"Heh! Gue kan udah kasih tau elo supaya jangan berantem sama Cakra. Jadinya sekarang kayak
gini deh. Gue jadi korban! Padahal niat gue baik buat melerai kalian berdua. Gue"adaw!" aku
meringis kesakitan. Tiba-tiba rasa sakit di tulang pipiku semakin parah.
"Lo nggak apa2?" Tanya Elang panik.
"Nggak usah urusin gue!" kataku sambil menahan sakit.
"Udah2! Elang kan udah minta maaf. Dia nggak sengaja. Lo sebaiknya jangan ngomong dulu,
Ra. Kasian lo kesakitan begitu." Kata Lala. "Lo pergi aja deh, Lang. Tunggu sampe Dara
tenang." Elang kemudian beranjak pergi.
Lala kemudian memandangku dengan tatapan serius.
"Sekarang, lo ceritain ke gue, kenapa semua ini bisa terjadi?" tanyanya.
"Oke." Kataku seraya menarik napas dalam2. "Tadi gue ketemu Cakra dan gue kaget banget. Dia
bilang dia mau ngomong sama lo. Gue tanya kenapa, katanya lo mantannya. Jelas gue nggak
percaya. Terus gue berantem sama dia dan Elang dateng nyari masalah. Terus Cakra marah dan
berantem sama Elang, and finally, gue jadi korban tak bersalah." Kataku.
"Lo nggak bilang ke Cakra kalau gue suka sama Adzy, kan?" Tanya Lala.
"Nggak. Emang kenapa" Cakra bukan siapa2 lo, kan?"
Lala terdiam. "La, lo nggak ada hubungan apa2 sama Cakra, kan?" tanyaku sekali lagi.
"Sekarang sih nggak." Jawab Lala pelan.
"Tapi dulu?""
Lala diam lagi. "La, jangan bilang kalo dulu lo pernah pacaran sama Cakra." Kataku serius.
Lala juga masih menatapku serius dan berkata. "Menurut lo?"
Oh" ada kejutan yang lebih mengagetkan dari ini.
BAB 3 MENGEJUTKAN. Lala juga mengakui ternyata dia pernah pacaran sama Cakra. Dulu waktu mereka masih SMP.
Cakra udah bandel dari kecil, karena kurang mendapat perhatian dari kedua orangtuanya yang


Ketika Elang Mencintai Dara Karya Putu Kurniawati di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kerja di luar negeri. Lala bilang mereka jadian sekitar satu tahun sebelum akhirnya Lala
memutuskan hubungan secara sepihak.
So, kayaknya besok aku mesti berhadapan dengan Cakra lagi. Lala nggak mau ngomong lagi
sama Cakra. Lala melas2 sama aku. "Ra, plis" gue bener-bener nggak mau ketemu dan
ngomong sama Cakra lagi. Gue udah males. Lo bilang ke dia, ya" Plis, Ra?" dan Adzy
mendukungnya. Aku sebel, kenapa Adzy tahu lebih dulu masa lalu Lala" Adzy juga bilang ini semua salahku
karena terlalu memaksakan diri untuk melerai pertengkaran itu.
Mending aku menggunakan energiku buat ngerjain PR tambahan (lagi) dari Pak Bambang.
Heran, kenapa guru itu nggak berhenti menyiksaku"
*** Tadi pas berangkat sekolah, Adzy menjemput Lala lagi.
Sementara pipiku yang kena bogem itu masih lebam, membiru, dan itu sama sekali nggak keren.
Sesuai dugaanku, pas istirahat Cakra lagi-lagi menarik tanganku dan mengajakku ke taman
belakang. "Gimana" Lo udah ngomong sama Lala?" Tanya Cakra.
"Udah." Jawabku pendek.
"Terus gimana?" kali ini Cakra lebih antusias. Menurutku Cakra cukup manis kalo nggak galak.
"Tapi lo jangan kecewa dan lo nggak boleh marah2 sama gue." Kataku.
"Oke." "Dan lo nggak boleh nyuruh-nyuruh gue lagi. Gue nggak mau berurusan sama lo." Kataku lagi.
"Aduh, lo banyak maunya, ya" Oke deh! Gue nggak akan berurusan juga sama lo!" kata Cakra
nggak sabar. "Lala bilang dia nggak mau lagi ketemu sama lo dan dia nggak mau ngomong lagi sama lo."
Kataku pelan. "Apa" Dia nggak mau ngomong sama gue lagi" Yang bener lo"!"
"Beneran. Kemaren gue udah bujuk-bujuk dia kok, buat ketemu sama lo, tapi dianya nggak mau.
Mau gimana lagi dong?" aku berusaha memasang tampang minta dikasihani.
Cakra terdiam sejenak. Dia tampak cool kalo lagi menunduk.
"Jadi Lala bener-bener nggak mau?" Tanya Cakra putus asa.
"Iya" Tapi lo nggak kenapa-kenapa, kan" Maksud gue" lo nggak akan marah-marah sama
gue, kan?" "Ngapain jug ague marah-marah sama lo?" kata Cakra lemah.
Hah, aku lega. "Lo lagi megang buku apa?" Tanya Cakra tiba-tiba.
Ups! Tadi aku bawa buku PR fisika terus, buat nutupin pipiku yang lebam.
"Ng" ini buku PR fisika gue." Jawabku ragu-ragu.
"Ngapain lo bawa-bawa buku PR fisika" Mau jadi anak teladan, ke mana2 bawa PR?" Cakra
kemudian tertawa kecil. "Nggak kok. Gue bawa buku soalnya?"
"Soalnya kenapa" Kalo bukan mau jadi anak teladan, terus apa dong" Atau jangan2?"
Cakra kemudian memperhatikan pipiku yang lebam.
"Pipi lo nggak parah, kan?"
"Kok diem" Pipi lo nggak begitu parah, kan?" Cakra bertanya lagi. Dia menyentuh pipiku yang
lebam dengan lembut. Aku jadi deg-degan.
"Gue" gue nggak kenapa2." Jawabku grogi.
"Biasanya seminggu juga ilang, lo nggak usah khawatir muka lo jadi jelek. Terus bukunya buat
nutupin muka, gitu?" Cakra terus bertanya.
Aku mengangguk pelan. Cakra tertawa kecil. "Kenapa ketawa?" tanyaku.
"Lucu aja. Gue belum pernah salah sasaran ngebogem orang. Apalagi yang kena cewek. Oh ya,
coba gue liat buku PR lo."
Cakra lalu menyambar buku PR fisikaku.
"Kenapa PR lo banyak banget?" Tanya Cakra.
"Nggak tahu tuh. Pak Bambang selalu ngasih gue PR lebih banyak daripada temen-temen gue.
Katanya kemampuan gue masih kurang. Padahal masih banyak yang lebih goblok dibandingkan
gue. Untung gue punya kakak kayak Adzy, yang jago banget fisika. Jadi dia bisa bantuin gue
ngerjain PR." Kataku.
"Jadi Adzy kakak lo" Pantes muka kalian mirip." Ujar Cakra. "Kemaren lo nggak belajar sama
Adzy, ya?" "Iya, kok tau?" tanyaku sedikit kaget.
"Banyak soal yang belum lo kerjain. Sebenarnya lo nggak bego, cuma lo belum paham aja. Gue
liat sih, rumus-rumus yang lo pake udah bener. Tapi kebanyakan macet di tengah jalan, alias
nggak ketemu jawaban." Kata Cakra.
"Emang lo bisa ngerjain PR gue?" tanyaku ragu-ragu.
"Jadi lo meragukan kemampuan gue?" Tanya Cakra mulai galak lagi.
"Ng" nggak sih. Cuma?"
"Lo tunggu di sini." Potong Cakra. Dia lalu masuk ke kelasnya dan nggak lama kemudian keluar
lagi. Ternyata dia ngambil pensil.
"Lo liat ya, caranya itu begini." Kata Cakra seraya mencorat-coret buku PR ku.
Aku tunggu saja. "Lo liat jawabannya. Kalo perlu suruh Adzy yang periksa." Kata Cakra.
Oh, god" dia ngerjain PR ku. Bahkan dia jawab PR ku dengan cara yang lebih detail daripada
yang biasa dicontohin Adzy.
"Begitu caranya ngerjain soal. Pelan-pelan aja. Nggak usah buru2, supaya lo lebih ngerti." Kata
Cakra. "Lo bisa ngerjain ini semua?" gumamku kaget.
"Lo masih nggak percaya" Ya udah, kasih Adzy yang periksa deh kalo gitu! Mungkin lo bisa
lebih percaya. Menurut gue, Pak Bambang ngasih lo soal-soal itu supaya lo bisa mengimbangi
kemampuan Adzy. Mungkin dia belum nemuin penerus jago fisika di sekolah ini."
"Oh ya, nama lo siapa?" Tanya Cakra.
"Dara." Jawabku pelan. Dia kemudian mengangguk pelan dan berlalu begitu saja.
Lala, kenapa lo nggak bilang kalo Cakra ternyata pintar, pengertian, dan nggak suka menghina
kekurangan orang lain"
*** Gara-gara kejadian di sekolah tadi, aku jadi kebayang-bayang terus sama Cakra. Aku harus
menelepon Lala. Tapi aku belum naksir Cakra lho. Aku baru terkesima.
"Halo, Lala! Gue mau cerita!" kataku bersemangat.
"Cerita apaan" Oh ya, gimana tadi sama Cakra?" Tanya Lala.
"Cakra keliatan kecewa sih, lo nggak mau ketemu sama dia lagi. Tapi gue mau protes sama lo!"
"Hah" Protes" Protes apaan" Cakra ngebentak-bentak lo" Itukan di luar kemampuan gue. Jangan
protes ke gue dong kalo dia bentak-bentak lo. Tapi makasih ya, lo berani ngadepin Ckara."
"Bukan itu, La!"
"Lho, terus apa?"
"Kenapa lo nggak bilang kalo Cakra ternyata pinter, pengertian, dan nggak suka menghina
kekurangan orang lain?"
"Hah" Emang Cakra kayak gitu?"
"Aduh, lo nggak usah pura-pura deh! Kenapa lo nggak bilang?"
"Emangnya penting?"
"Ng" Ya pentinglah! Ternyata masih ada preman yang kayak gitu."
"Dara, gue saranin ke elo, lo jangan sampai jatuh cinta sama dia, ya! Dia emang pinter bikin
cewek-cewek deg-degan. Meskipun sebenarnya dia nggak keren-keren banget."
"Apa lo bilang" Gue" Jatuh cinta" Sama Cakta" Ya nggaklah. Tapi dia keren kok, La. Dia bisa
ngerjain PR fisika gue. Padahal pertanyaannya susah banget!"
"Itu nggak keren, Ra. Itu pinter namanya. Ya wajarlah dia bisa ngerjain PR lo. Dia nggak jauh
beda sama Adzy. Sengak-sengak gitu dia juga pernah juara olimpiade fisika waktu SMP."
"Apa" Juara olimpiade" Keren banget?"
"Lo beneren suka ya, sama dia?"
"Gue Cuma kagum. Suka sih nggak."
"Ra, gue serius. Lo jangan sampe jatuh cinta sama dia. Dia emang bisa bikin cewek deg-degan,
luluh, atau apalah namanya. Tapi di dekat dia, lo nggak akan merasa aman."
"Lala, lo apa-apaan sih" Terserah gue dong mau suka sama siapa!"
"Tuh, kan! Lo beneran suka sama Cakra!"
"Lo cemburu?" "Apa" Cemburu" Gue udah nggak ada rasa sama dia. Lo kan tau sendiri gue sekarang lagi dekat
sama siapa." "Ya udah, lo nggak usah sewot gitu dong. Gue Cuma kagum kok. Nggak lebih."
"Tapi kagum lama-lama bisa jadi cinta."
"Lala, udah deh! Jangan gitu dong, La. Ya udah deh, gue ngantuk. Nggak usah ngomongin Cakra
lagi. Puas?" "Yah, elonya marah."
"Gue nggak marah. Gue ngantuk. Bye?"
Lala nyebelin banget sih.
Dan aku nggak suka Lala bilang Cakra nggak keren-keren banget.
*** Ding dong" Aku membuka mata. Bunyi bel rumah bikin aku terbangun dari tidur siang.
Nggak lama kemudian, kudengar suara Mama. "Dara! Ada yang nyariin kamu!" suara Mama
lumayan kencang. Bergegas aku mencuci muka dan merapikan rambutku yang tampak
berantakan. Kembali kudengar suara Mama. "Buruan dong, Ra! Ada teman kamu nyariin."
"Siapa sih, Ma" Lala, ya?" tanyaku sambil menyisir rambutku yang panjang.
"Bukan. Cowok, Mama lupa nanya namanya." sahut Mama.
Hah" Cowok" Siapa sih" Aku keluar kamar.
"Ra, pipi kamu nggak di obatin dulu" Kan nggak enak ketemu cowok pipinya lebam begitu."
Kata Mama. Hah" Sejak kapan Mama memperhatikan aku kalo mau ketemu sama cowok"
"Mama apa-apaan sih" Emang siapa sih yang datang?" tanyaku.
"Cowok. Cakep banget." Jawab Mama sambil menyentuh pelan pipiku yang lebam. "Duh, coba
kamu lebih hati-hati, Ra. Nggak usah sok2 melerai orang berantem. Salah-salah jadi korban kan,
kena bogem kesasar."
"Aku nggak sok, Mama. Aku nggak suka aja liat orang berantem." Tanpa menunggu mama lagi,
aku bergegas ke ruang tamu.
Setelah sampai di ruang tamu, aku melihat orang itu. Dia datang pada saat yang nggak
diharapkan. "Ngapain lo kesini?" aku memekik.
Aku melihat Elang hanya tersenyum kecil.
BAB 4 Oh God" Elang datang ke rumahku khusus untuk minta maaf.
Sekarang dia lagi asyik maen PlayStation di ruang keluarga sama Adzy. Dia kelihatan akrab
banget sama Adzy. Pantas reaksi Adzy biasa-biasa saja begitu tahu kalo yangn nonjok aku itu
Elang. Dia yang ngasih tahu Elang alamat rumah kami.
Aku menyesal memaafkan Elang begitu cepat. Aku menyesal menatap matanya yang begitu
memesona sampai-sampai aku luluh.
Tadi Elang bilang. "Gue bener-bener minta maaf. Gue sebenarnya pengin banget mukulin Cakra.
Gue nggak suka dia memperlakukan cewek dengan kasar. Tapi lo tiba-tiba datang dan" pukulan
gue nggak sengaja kena lo, Ra. Lo mau kan maafin gue?"
"Oke, gue maafin lo." Kataku tadi. "Tapi dengan syarat, lo nggak boleh ngeledekin gue lagi,
jangan ganggu gue, dan jangan sering-sering nongol di depan gue."
Aku masih dengar suara ribut-ribut Adzy sama Elang. Di dalam kamar aku mencoba fokus. Aku
buka buku PR ku. Pelan-pelan aku mulai mempelajari coretan2 itu. Dan akhirnya aku tersenyum.
Ternyata nggak terlalu sulit.
*** Percaya atau nggak, semua jawaban PR ku benar! Ya ampun" aku ngerjain sendiri lho. Aku
nggak minta diajarin Adzy.
Pak Bambang ngasih aku nilai plus. Bahkan beliau memujiku. Katanya perkembanganku sangat
pesat. Itu kabar baik. Kabar buruknya, Pak Bambang ngasih aku PR lagi. But it"s okay, mungkin aku bisa minta
diajarin Cakra lagi. "Ra, lo sekarang pinter ya. Nggak sia-sia Adzy ngajarin lo." Kata Lala takjub.
"Adzy" Dia nggak ngajarin gue untuk soal-soal yang tadi. Gue ngerjain soal2 itu sendiri."
Kataku. Lala mengerutkan kening. "Lo nggak percaya?" tanyaku.
"Bukannya nggak percaya. Gue pikir Adzy bantuin lo ngerjain PR." Ujar Lala.
Hah. Lagi-lagi ini anak bikin kesal.
"Lo bisa nggak sih, bikin gue nggak bete sekali aja?" tanyaku jutek.
"Aduh, lo jangan marah, Ra. Gue nggak bermaksud bikin lo bete. Gue cuma penasaran, lo
belajar sama siapa kalo bukan sama Adzy. Atau" lo belajar sama Cakra?" mata Lala
membelalak menatapku. "Kalo iya kenapa" Kemaren kan gue udah bilang sama lo, dia ngerjain PR gue. Tapi sisa soal
yang lainnya gue kerjain sendiri. Itu berkat cara-cara yang dicontohin Cakra." Kataku. "Udah
gue bilang kan, La. Cakra itu sosok yang mengagumkan."
"Lo cuma sebatas kagum, kan?" Lala memandangku serius.
"Kenapa sih, lo kayaknya khawatir banget kalo gue sampe suka sama Cakra" Suka-suka gue
dong, La!" "Oke-oke. Gue nggak bahas Cakra lagi. Gue dengar dari Adzy, kemaren Elang ke rumah lo ya,
minta maaf?" "Hah, sekalinya lo ganti topik, malah ngomongin masalah yang nggak lebih menarik. Iya, dia
kemaren ke rumah gue, khusus untuk minta maaf. Abis itu dia maen PS sama Adzy."
"Terus lo maafin?"
"Ya gue maafin. Biar cepet selesai urusannya. Biar gue nggak di cari-cari lagi. Udah ah,, gue ada
urusan penting. Lo bukannya mau ke perpus sama Adzy" Gue cabut dulu ya?"
"Tapi, Ra?" Tanpa menunggu reaksi Lala, aku bergegas pergi. Aku mau ketemu Cakra.
Aku mencari Cakra di belakang ruang kelas XII.
Cakra nggak ada di halaman belakng ruang kelas XII. Mungkin aku tunggu saja.
Jam istirahat hampir berakhir. Entah kenapa aku masih menunggu Cakra.
Aku memutuskan kembali ke kelas.
"Dara!" Aku menoleh ke arah sumber suara. Aku melihat Cakra.
"Ngapain lo di sini?" Tanya Cakra seraya mendekat.
"Ng" Gue mau nanya PR." Jawabku. "Sama lo."
"Hah" PR lagi" Dari Pak Bambang?"
Aku mengangguk pelan. Aku melihat Cakra tersenyum tipis.
"PR yang kemaren udah di kasih liat ke Adzy?" Tanya Cakra.
"Belum. Males gue. By the way, makasih ya. Berkat bantuan lo, gue bisa ngerjain PR fisika dari
Pak Bambang. Tapi udah di periksa Pak Bambang, jawaban gue bener semua kataya." kataku
bersemangat. Cakra tertawa kecil. "Kenapa ketawa?" tanyaku.
"Tumben gue ngeliat cewek kayak lo." Jawab Cakra.
Apakah ini pertanda baik"
"Jadi sekarang lo mau nanya PR fisika ke gue lagi?" Tanya Cakra. "Oke. Gue anggap ini
tantangan dari lo. Kalau gue bisa jawab PR lo dengan benar, gue mau lo bantu gue sekali lagi.
Kalo ternyata jawaban gue salah, lo boleh minta apa aja dari gue. Gimana?"
Aku suka cowok yang suka tantangan.
"Oke!" kataku bersemangat.
"Mana PRnya?" Cakra meminta buku PR ku.
"Jam istirahat kan udah abis, lo mau ngerjain PR gue sekarang?" tanyaku.
"Bolos satu pelajaran nggak apa-apa, kan" Mumpung gue lagi bersemangat." Sahut Cakra sambil
mencorat-coret buku PR ku. "Yah, ini mah gampang, Ra. Sama aja kayak yang kemaren."
Aku memperhatikan tampang serius Cakra. Kenapa orang sepintar dia harus jadi preman"
"Cakra, gue boleh nanya nggak?" tanyaku.
"Boleh." Jawab Cakra.
"Lo kan pinter banget. Kenapa lo mesti jadi" anak nakal?"
Cakra menoleh ke arahku. "Ngapain lo nanya itu?"
"Lo jangan marah dulu. Maksud gue" jarang cowok kayak lo, bahasa kerennya bad boy kayak
lo, ternyata punya otak yang cerdas. Kenapa nggak lo manfaatin kepinteran lo itu untuk
berprestasi?" "Gue bosen." Jawab Cakra.
"Bosen" Bosen kenapa?"
"Bosen aja. Gue nggak suka menonjol. Gue minta tolong sama lo, jangan ungkit-ungkit masalah
ini lagi. Gue juga bosen di tanyain melulu, sama guru-guru yang ngarep banget gue jadi anak
baik-baik dan punya reputasi bagus, kayak kakak lo."
Aku tercengang mendengar pengakuan Cakra.
"Nah, satu nomor udah selesai. Sini gue ajarin." Kata Cakra.
Cepat banget dia ngerjainnya. Lebih cepat daripada Adzy.
"Eh, ngapain bengong" Sini gue kasih tau." Kata Cakra lagi. Tiba-tiba saja tangannya merangkul
pundakku. "Sini deketan dikit, biar jelas."
Aku deg-degan. Tanpa aku sadari, akhirnya aku bisa mengerjakan semua soal dengan tuntas.
"Cakra, makasih ya udah bantu gue lagi. Ngomong-ngomong kalo jawaban PR ini bener semua,
lo mau minta tolong apa?" tanyaku.
"Gue minta tolong sama lo, tolong bujuk Lala sekali lagi supaya dia mau ngomong sama gue."
Jawab Cakra.

Ketika Elang Mencintai Dara Karya Putu Kurniawati di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiba-tiba saja hatiku mencelos.
"Lo mau kan, Ra?" Tanya Cakra.
Ya, Tuhan" Aku dilema.
"Dara, lo mau, kan?" Tanya Cakra sekali lagi. "Gue tau ini berat buat lo, ngebujuk Lala emang
susah banget?" "Ah, nggak kok. Gue bakal bantu lo, tenang aja." Potongku.
"Wah, makasih banget, Ra! Kalo lo butuh sesuatu atau ada yang berani gangguin lo, bilang sama
gue. Oke?" Nih cowok bener-bener macho!
"Oke deh." Sahutku.
Hari ini hari yang benar-benar berkesan buat aku.
*** "Ke mana aja lo, pas pelajaran bahasa Indonesia?" Tanya Lala dengan tatapan serius.
"Bikin PR fisika." Jawabku pendek.
"Bikin PR fisika" Bikin PR fisika sampai bolos pelajaran?" Tanya Lala seraya membelalakkan
mata. "Iya, emang kenapa" Gue bolos bukan buat males-malesan, kan" Gue bolos sambil ngerjain PR."
Jawabku santai. "Tapi kan nggak harus bolos, Ra! Lo gimana sih, kan pulang sekolah bisa. Atau jangan-jangan
lo?" "Gue ngerjain PR sama Cakra. Puas lo?"
"Tuh kan! Lo jadi bolos gara-gara Cakra. Dia bisa ngasih pengaruh buruk ke elo. Sekarang lo di
ajarin bolos satu pelajaran, besok lo di ajarin bolos seharian."
"Lala! Ini bukan gara-gara Cakra. Gue yang minta dia ngajarin gue ngerjain PR. Gue juga yang
pengin bolos. Lo jangan negative thinking terus dong sama dia!"
"Gue nggak percaya. Pasti dia yang ngajakin lo bolos. Dia mau bantuin lo karena ada maunya,
kan" Bener, kan?"
"Lo kenapa sih, La" Lo berpikiran jelek terus! Dia nggak sejelek yang lo pikirin selama ini, La!"
"Nggak sejelek yang gue pikir" Ra, gue kenal dia udah lama banget, bahkan gue sempat pacaran
sama dia satu tahun. Apakah waktu selama itu belum cukup buat gue untuk mengenal dia" Gue
tau banget Cakra! Lo jangan terpesona sama kelakuannya!"
"Tapi dia baik sama gue!"
"Itu karena lo baru kenal sama dia!"
"Nggak! Dia tulus baik sama gue! Dia nggak seburuk yang lo pikir!"
"Dara, dengerin gue. Plis! Lo mesti hati-hati?"
"Ada apa sih ribut-ribut?" tiba2 Adzy datang.
"Lala nih, nyebelin!" sahutku jutek.
"Lho, gue cuma ngasih tau!" balas Lala.
"Tapi lo rese, La! Minggir lo, gue mau masuk mobil!"
Lala menyingkir dengan tampang nggak keruan.
"Udah-udah" Nggak usah berantem. Ayo, La! Masuk." Kata Adzy pada Lala.
Di dalam mobil kami tidak saling bicara.
Pas akhirnya Lala udah sampai di rumahnya, Adzy baru mau ngomong.
"Tadi lo sama Lala ngeributin apa sih?" Tanya Adzy.
"Urusan cewek." Jawabku. "Tolong, Zy. Gue lagi nggak pengin cerita sama lo."
"Berarti suatu saat nanti lo bakal cerita sama gue?" Tanya Adzy lagi. "Lo nggak akan bisa
nutupin masalah lo dari gue, Ra. Pasti masalah kalian serius, sampe nggak ngomong gitu."
"Dibilang serius, nggak serius-serius amat. Ini urusan pribadi gue, Zy. Tolong jangan nanyananya."
"Ya udah. Gue Tanya Lala aja."
"Jangan." Aku memekik. "Lo nggak boleh nanya Lala. Kalo Lala cerita ke lo, lo juga nggak
boleh lebih membela dia. Gue adik lo, sudah seharusnya lo membela gue!"
"Adikku yang manis, sekarang masalahnya, lo nggak mau cerita ke gue. Gimana gue bisa
ngebelain elo?" "Gue nggak suka Lala mulai ngatur-ngatur gue, ngelarang-ngelarang gue. Padahal gue berhak
kan, menentukan pilihan gue" Gue cuma bisa kasih tau itu ke elo." Jawabku sebal. "Kalo Lala
yang cerita ke elo, pasti dia bakalan ngomporin elo, biar ikutan ngelarang gue."
Adzy tersenyum tipis. "Lala bukannya ngatur, Ra. Perhatiannya ke elo itu besar banget. Itu artinya dia nggak pengin lo
kenapa-kenapa. Dia khawatir sama lo. Dan lo harus tau, Lala bukan tipe orang yang suka ngadu.
Gue yakin dia nggak akan certain masalah lo ke gue. Dia pasti nggak pengin kita berantem juga."
"Tuh, kan. Lo ngebelain dia."
"Gue bukan ngebelain Lala. Lala emang gitu kok. Masa lo temennya nggak tau" Emangnya dia
ngelarang lo apaan sih?"
"Lo nggak boleh tau. Cukup gue sama Lala yang tau." Jawabku jutek.
"Oke. Kalo lo pengin cuma lo sama Lala yang tau, nggak apa-apa. Gue yakin Lala bisa jadi
temen yang baik buat lo."
"Kapan sih lo berhenti muji-muji Lala" Lo ngomong begitu karena lo suka sama Lala, kan?"
Aku mulai kesal. "Kok lo ngomong gitu sih" Lo kan tau, gue selalu memikirkan segala sesuatunya dengan logika."
Kata Adzy. "Berarti lo suka sama Lala pake logika" Nggak pake perasaan" Gitu?"
"Bukannya gitu, Ra. Masalah lo kan?"
"Masalah gue itu menyangkut perasaan! Bukan logika!"
Akun nggak sadar udah berteriak. Baru kali ini aku berteriak ke Adzy. Aku melihat tampang
Adzy berubah dingin. Dia marah.
Adzy nggak suka di bentak.
Dan dia udah mulai tersinggung.
Aku dan Adzy nggak bicara sampai kami tiba di rumah.
Aku terdiam di kamar selama sepuluh menit.
Aku mendengar suara Papa memanggil Adzy. Kamarku bersebelahan dengan kamar Adzy. Pasti
Papa berada di depan pintu kamar Adzy.
"Adzy! Kamu nggak makan siang?" Tanya Papa.
Tidak lama kemudian, Papa bicara lagi.
"Dara! Ayo makan siang! Tumben lho, Papa nggak ngantor supaya bisa ngumpul sama kalian!"
Nggak lama kemudian aku keluar kamar. Aku keluar bersamaan dengan Adzy.
"Nah, gitu dong! Ayo makan. Mama masak enak hari ini. Jadi kalian harus makan. Papa juga
mau cerita tentang proyek Papa di Hawaii. Papa mau bikin resor bintang lima di sana." Kata
Papa bersemangat. Di meja makan, aku dan Adzy masih saling diam.
Selesai makan siang, aku dan Adzy kembali ke kamar.
Di kamar, aku mengambil buku PR ku. Aku memeriksa satu demi satu jawabanku. Aku akan
merekayasa jawabanku. Aku akan mengubah salah satu atau lebih jawaban PR ku, supaya Cakra nggak meminta
bantuanku untuk membujuk Lala.
Selesai mengurusi PR ku, aku berpikir untuk minta maaf pada Adzy. Aku mengetuk pintu
kamar"y. "Siapa?" Tanya Adzy malas.
"Gue, Dara." Aku menunggu Adzy membukakan pintu kamarnya.
Dan setelah beberapa detik, akhirnya pintu kamar Adzy terbuka.
"Kenapa?" Tanya Adzy malas. "Nanya PR?"
"Bukan. Gue mau minta maaf." Jawabku. "Gue mau minta maaf udah ngebentak lo tadi."
"Oh" itu. Nggak apa-apa." Kata Adzy malas.
"Beneran nggak apa-apa?" tanyaku.
Adzy kemudian masuk ke kamarnya. Aku mengikutinya dari belakang.
"Zy, dengerin gue dong. Sebentar aja. Gue tadi nggak bermaksud ngebentak lo. Gue tadi emosi
banget, soalnya masalah gue menyangkut perasaan. Beneran lo nggak apa-apa?" tanyaku.
"Sebenarnya sih apa-apa." Jawab Adzy. "Gue cuma penasaran, kenapa lo sampe emosional gitu.
Berarti masalah lo lebih besar daripada yang gue bayangkan."
"Kalo dibilang besar sih nggak besar-besar amat. Gue sensitif aja soalnya?"
"Menyangkut perasaan?" potong Adzy. "Gue juga salah. Selalu menilai sesuatu dengan logika.
Padahal nggak semua masalah bisa diselesaikan secara logika. Tapi gue mau koreksi ucapan lo.
Gue suka sama Lala bukan berdasarkan logika, tapi karena gue emang sayang sama dia. Perasaan
gue ke Lala nggak bisa di analisis dengan logika matematika. Tapi gue nggak pernah tau apa
alasan gue bisa suka sama Lala. Itu bukan logika, kan?"
"Iya, gue tau lo sayang sama dia."
"Apa lo juga lagi sayang sama seseorang?"
Deg. Jantungku berdegup cepat.
"Kenapa diem" Berarti bener dong?" Tanya Adzy lagi. "Oke. Gue nggak akan nanya lo suka
sama siapa. Tapi lo mesti baikan sama Lala juga. Gue males ngeliat orang ribut."
"Kalo yang itu gue belum bisa." Kataku pelan. "Gue perlu waktu. Lala juga perlu waktu buat
memahami gue." "Jangan bilang kalian rebutan cowok." Ujar Adzy.
"Eh, nggak kok! Lala kan sukanya sama lo. Dia cuma nggak sependapat aja sama pilihan gue."
"Baguslah kalo begitu." Adzy memejamkan mataya. "Gue ngantuk. Lo udah selesai?"
"Tapi lo udah maafin gue, kan?"
"Udah. Lo gue maafin."
Aku tersenyum. BAB 5 Yeah. Pelajaran fisika. Sudah tiga hari aku dan Lala saling diam. Ini rekor terlama kami
berantem dan nggak saling ngomong.
Sesuai rencana, Pak Bambang memeriksa PRku dan mengoreksi jawabanku yang salah. Dia
bilang aku sudah cukup mengerti, cuma ada beberapa jawaban yang salah hitung. Bukan salah
hitung, tapi sengaja ku salahkan.
Begitu bel istirahat berbunyi, aku segera berlari ke luar kelas. Aku nggak sabar menemui Cakra.
Pas sampai di halaman belakang ruang kelas XII yang sepi, aku sudah melihat Cakra duduk di
situ bersama teman-temannyay. Tapi begitu melihat aku datang, dia langsung memerintahkan
teman-temannya untuk cabut.
"Gimana, Ra" Jawabannya bener semua, kan?" Tanya Cakra bersemangat.
"Ada beberapa yang salah hitung." Jawabku.
"Hah" Salah hitung" Nggak mungkin. Udah gue periksa kok. Lo bohong, ya?"
"Nggak. Gue nggak bohong. Lo meriksanya nggak bener sih. Cara-caraya sih kata Pak Bambang
udah bener. Tapi ngitungnya yang nggak hati-hati. Salah gue juga sih, nggak meriksa PR gue
lagi. Berarti sekarang gue yang menang dong!"
Cakra tertunduk lesu. "Lo kelihatan senang banget." Katanya.
"Seneng" Eh, PR gue salah masa gue seneng sih." Kataku mengelak. "Gue terhibur aja. Soalnya
biarpun PR gue salah, yang penting gue menang taruhan dan gue berhak minta apa aja dari lo."
"Ya udah, lo minta apa?"
"Gue minta lo jangan mikirin Lala lagi. Dia udah nggak ada rasa lagi sama lo."
"Maksud lo apa?" Tanya Cakra kaget.
"Gini. Biar gue jelasin. Tapi lo yang sabar, jangan emosi dulu. Lo mungkin nggak tau kalo
Lala?" "Lala kenapa?" potong Cakra nggak sabar.
"Lala suka sama kakak gue. Mereka sekarang lagi tahap pedekate dan sebentar lagi jadian.
Mereka kelihatan seneng banget. Kalo lo minta gue untuk ngebujuk Lala lagi, itu sama artinya
gue mengusik hubungan mereka. Jadi tolong, jauhi Lala."
Cakra kelihatan kaget banget. Dia terdiam lama.
"Jadi Lala sekarang lagi deket sama kakak lo?" Tanya Cakra.
"Iya. Jadi sekarang lo ngerti kan posisi gue" Masih banyak cewek lain yang bisa lo sayangin."
Kataku. "Cewek seperti lo?"
Aku merasa wajahku tiba-tiba memanas.
"Ng" maksud lo apa?" tanyaku kaget.
Cakra tersenyum tipis. "Kok muka lo jadi merah gitu" Gue becanda kok. Nggak serius." Kata Cakra santai.
Fuh" lega" "Ya udah. Gue mau cabut dulu. Kalo ada PR lagi, lo bisa tanya ke gue. Atau kalo mau lebih
gampang, lo simpen nomor handphone gue dan lo bisa tanya gue kapan aja lo mau." Kata Cakra
lagi. Cakra lalu menyebutkan nomor HPnya dan aku cepet-cepet nge-save nomor itu di HP ku.
"Bentar lagi masuk kelas. Lo cepetan balik gih." Kata Cakra lagi sebelum beranjak pergi.
*** Sejak kejadian yang mengesankan itu, aku rutin belajar dan ngerjain PR sama Cakra. Aku rutin
SMS dan nelepon dia. Kami ngobrolin hal-hal yang lebih umum. Masalah hobi, film favorit, sampai makanan favorit.
Dan satu hal yang sama-sama kami sukai, nonton konser musik. Suatu saat nanti Cakra janji
bakal ngajakin aku nonton konser.
Kayaknya aku udah deket sama Cakra.
Minggu berikutnya, kami mulai belajar di luar. Aku sama Cakra belajar di kafe favorit kami.
Aku selalu have fun ketika Cakra ngajarin aku soal-soal yang nggak bisa aku kerjain.
"Dara, lo sebenarnya bisa. Cuma otak lo masih males." Katanya.
Dia lalu memegang tanganku dan membantuku menggerakkan pensil yang aku pegang.
"Gini lho caranya. Pelan-pelan aja, tapi pasti." Kataya lagi. "Pertama lo pake rumus kelajuan
rata-rata, tinggal masukin angkanya, terus hitung deh. Next, hitung kecepatan rata-ratanya. Lo
udah tau, kan" Gampang kok. Lo bisa hitung pake rumus Phytagoras. Soalnya titik P, Q, dan R
membentuk segi tiga siku-siku. Ngerti, kan?"
Aku biasanya hanya diam dan takjub. Kenapa kalo dia yang ngajarin, aku gampang banget
ngertinya" Di samping itu, aku juga pengin banget jalan bareng Cakra bukan hanya untuk belajar dan
ngerjain PR. Aku pengin kami keluar khusus untuk refreshing dan senang-senang. Aku merasa
nyaman. Dia cowok yang pengertian banget.
Hari ini pun aku satu mobil sama Lala. Adzy selalu rutin jemput dia. Dan sepertinya mereka
udah jadian. "Oh ya, hari ini ulangan fisika, ya?" Tanya Adzy. "Kalian udah belajar?"
"Udah." Jawab Lala.
"Gue juga udah." Jawabku. Aku udah mengulang pelajaran berkali-kali sama Cakra. Nilai
ulangan kali ini penting banget.
"Beneran lo udah belajar, Ra" Gue liat lo kemaren malah maen keluar." Kata Adzy.
"Siapa bilang gue maen" Gue belajar kok." Elakku.
Kemaren aku belajar sama Cakra di kafe punya temannya.
"Jelas-jelas gue liat lo keluyuran. Dari kemaren-kemaren juga lo keluar terus." Kata Adzy sambil
fokus menyetir mobilnya. Biarin aja Adzy mengira aku keluyuran. Yang penting nilaiku bagus.
"Lo juga udah nggak pernah nanya PR atau minta diajarin lagi sama gue." Sambung Adzy.
"Gue udah mandiri." Kataku cuek.
"Mandiri" Gue kuatir sama lo, Ra. Lo lebih banyak keluyuran daripada belajar di rumah. Mama
juga kuatir sama lo. Kalo sampai tau, Papa pasti bakalan marah."
Sepertinya aku harus lebih sering baca buku di rumah supaya Mama nggak curiga.
"Lo nggak usah khawatir. Gue baik-baik aja." Kataku. "Gue selalu belajar di kamar. Mungkin lo
nggak tau." "Yah, mudah-mudahan bener begitu." Kata Adzy.
Sebelum Pak Bambang masuk kelas, aku mendapat SMS dari Cakra. Isinya. "Good luck, semoga
berhasil." Aku hanya tersenyum membaca SMS Cakra.
Soal demi soal aku kerjakan dengan lancar.
Pas jam istirahat berbunyi, aku kembali berjalan cepat menuju halaman belakang ruang kelas
XII. Tapi tiba-iba aku melihat penampakan Elang. Dia tersenyum ke arahku.
"Hai, Ra!" sapanya.
Dia menyapaku. Tumben. "Hai." Balasku.
"Lo mau ke mana?" Tanya Elang.
"Ke kantin." Jawabku bohong.
"Sama dong. Bareng yuk. Kita makan sama-sama, gimana?"
"Nggak ah. Gue nggak mau." Tolakku.
"Lho, kok nggak mau" Gue traktir kalo gitu. Gimana?"
"Kok diem" Nggak mau, ya" Ya udah, nggak apa-apa. Oh ya, Adzy bilang lo ada ulangan, ya"
Gimana, bisa jawab nggak?"
"Bisa dong. Gue kan sekarang udah pinter. Sekarang lo nggak bisa ngeledekin gue lagi." Kataku
juetk. Elang tertawa kecil. "Lo inget kejadian dulu itu, ya" Waktu lo nggak bisa jawab soal itu" Aduh, sori banget. Waktu
itu gue emang keterlaluan, Ra. Tapi sekarang udah nggak kok."
"Baguslah kalo gitu. Tolong dicatat, sekarang gue udah pinter!"
"Iya-iya. Lo kan sekarang udah rajin belajarnya, bagus itu."
"Eh, dari mana lo tau gue sekarang rajin belajar?"
"Weits! Jangan galak-galak gitu dong! Emang kenapa sih" Gue kan cuma menarik kesimpulan.
Kalo lo sekarang udah pinter, itu artinya lo udah rajin belajarnya. Gitu doang kok galak."
"Btw, jadi ke kantin nggak nih" Yuk buruan! Ntar rame lo, males ngantre." Ajak Elang.
"Nggak! Gue nggak mau ke kantin sama lo. Ntar gue abis di cincang sama cewek-cewek tolol
yang suka sama lo." Kataku.
"Heh, lo ngomong apa sih" Cewek-cewek tolol" Ah, udahlah. Ayo ikut gue!" Elang lalu menarik
tanganku. "Eh, apa-apaan nih" Gue nggak mau!" teriakku.
"Gue mau ngajak lo ke kantin! Makan!" balas Elang berteriak.
Dia terus menyeretku. "Elang! Lepasin gue!" teriakku lagi.
Dia terus menyeretku. Aku mencoba mengempaskan tangan Elang. Aku berhasil membebaskan
diri. Aku lalu berlari sekencang-kencangnya. Dia mengejarku.
"Ra! Tunggu!" teriak Elang.


Ketika Elang Mencintai Dara Karya Putu Kurniawati di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bagus! Teriak yang kenceng. Biar semua fans lo denger kalo lo lagi ngejar-ngejar gue."
Elang masih mengejarku. Ketika aku semakin dekat dengan halaman belakang ruang kelas XII, aku menoleh ke belakang.
Elang menghilang. Aku melihat Cakra sedang merokok. Wajahnya terlihat begitu pucat.
"Cakra, lo kenapa?" tanyaku.
Cakra hanya menatapku tajam.
Aku perhatikan matanya sedikit memerah.
"Cakra, lo sakit, ya?" tanyaku lagi.
"Gue nggak apa-apa." Jawab Cakra. Kemudian dia berlalu begitu saja.
"Cakra! Lo mau ke mana?" tanyaku setengah berteriak.
"Bukan urusan lo! Masuk kelas sana!" sahut Cakra tanpa menoleh ke arahku.
*** Sehari setelah kejadian aneh itu, Cakra SMS aku. Dia bilang dia baik-baik saja. Dia juga minta
maaf karena mengabaikan aku waktu itu
Hari ini hasil ulangan dibagikan.
Aku mendengar anak-anak pada memuji Lala.
"La, pasti lo deh yang dapet nilai paling tertinggi! Gue yakin banget, secara lo tuh pinter banget,
La!" Nggak lama kemudian, Pak Bambang muncul dengan membawa setumpuk kertas.
"Anak-anak, hari ini Bapak akan membagikan hasil ulangan kalian. Hasilnya cukup
memuaskan." Kata Pak Bambang. "Sebagian besar dari kalian sudah dapat mencapai nilai di atas
tujuh puluh. Tapi ada yang mengejutkan. Kalau biasanya yang mendapatkan nilai seratus hanya
satu orang." Mata Pak Bambang tertuju pada Lala. "Kali ini yang mendapatkan nilai seratus ada
dua orang!" Siapakah yang mendapatkan nilai seratus" Apakah aku"
"Baiklah. Bapak akan bacakan. Yang mendapat nilai seratus pertama adalah Febiola Kirana!"
Lala maju ke depan kelas untuk mengambil kertas ulangannya.
"Yang kedua, yang mendapatkan nilai seratu adalah" ini mengejutkan. Kemajuannya benarbenar pesat. Dia adalah" Dara Aurelia Hadikusuma! Bagus!"
Mataku terbelalak kaget. "Dara, ayo ambil kertas ulanganmu! Tidak sia-sia Bapak menggembleng kamu, ternyata kamu
bisa secerdas kakamu. Bapak akan persiapkan kamu untuk mengikuti pembinaan olimpiade
fisika!" Apa" Olimpiade fisika"
Aku mengambil kertas ulanganku dengan langkah gontai.
Aku nggak pengin ikut-ikutan pembinaan olimpiade fisika!
Ketika bel istirahat berbunyi, Lala mendekatiku.
"Jujur sama gue, Ra. Lo nyontek, ya?" Tanya Lala.
Sadis. "Maksud lo apa, La" Gue nyontek" Lo jangan sembarangan ngomong, ya! Gue nggak nyontek.
Lagian yang dapet nilai seratus cuma gue sama lo, sama siapa gue nyontek" Nggak mungkin
sama lo, kan?" kataku berapi-rapi.
"Tapi Adzy bilang, lo sering keluyuran. Kenapa lo bisa dapat nilai seratus" Apalagi Adzy bilang
lo kemaren pergi lagi. Lo sama sekali nggak belajar. Lo bisa jelasin itu ke gue?" Tanya Lala
ngotot. "Gue belajar. Gue nggak perlu pamer ke lo kalo gue belajar."
"Gue khawatir sama lo, Ra. Lo jujur sama gue deh. Ada yang lo sembunyiin kan dari gue?"
Tanya Lala. "Apa yang gue sembunyiin dari lo" Udahlah, lo nggak usah sok khawatir sama gue. Gue nggak
apa-apa!" "Ra! Jangan bilang lo pergi sama Cakra!"
Aku kaget. "Ra, udah gue bilang lo jangan bergaul sama Cakra. Dia nggak baik buat lo. Plis, kali ini lo harus
percaya sama gue. Gue lebih lama kenal dia dan gue lebih tau dia daripada lo!"
"Lo nggak tau apa-apa!" aku memekik.
"Gue tau Cakra! Dan dia nggak baik buat lo!" pekik Lala.
"Jangan urusin gue!" teriakku.
Aku kemudian berlari menjauhi Lala. Wajahku memerah. Mataku berair. Aku berlari tanpa arah.
BAB 6 BRAAAKKK!!! Aku bertabrakan dengan seseorang. Dan sekarang aku jatuh terduduk di lantai.
Aku malu. "Dara" Lo nggak apa2?" Aku mendengar suara Elang. Aku mengangkat kepalaku sedikit.
Yeah" Elang. Dia mengulurkan tangannya untuk membantuku berdiri. Aku meraih uluran
tangannya. "Lo nggak apa2?" Tanya Elang lagi.
"Nggak apa2." Jawabku dengan suara agak serak.
"Lo nangis?" Tanya Elang sekali lagi. Aku menunduk. Tiba-tiba saja kepalanya melongok,
menatapku dari bawah wajahku. "Kenapa nangis" Sakit, ya" Aduh, sori ya, Ra. Gue nggak
sengaja. Gue kaget liat lo lari kenceng banget." Kata Elang.
"Yang mana yang sakit, Ra" Yang mana?"
"Bukan salah lo." Kataku. "Nggak ada yang sakit."
"Bukan salah gue" Terus kenapa lo nangis?" Tanya Elang lagi. Duh, nih anak cerewet banget.
"Bukan urusan lo." Kataku.
"Kok gitu sih" Nggak apa-apa, kali, lo cerita ke gue. Siapa tau gue bisa ngasih solusi buat lo."
"Gue nggak mau cerita sama lo."
"Beneran nggak mau cerita sama gue" Ya udah. Gue nggak maksa. Lo kayaknya butuh waktu
untuk menenangkan diri. Gue kasih saran ke lo, kalo ada masalah, sebaiknya lo cerita ke orang
terdekat lo. Orang yang bisa lo percaya. Jangan dipendam." Aku terpana. Elang ternyata bisa
sebijak itu. "Sepertinya lo pengin sendirian. Gue cabut dulu ya. Kalo lo butuh gue, SMS aja atau
telepon. Nomor gue ada di Adzy kok. Oke?" Elang berlalu. Aku masih heran kenapa dia begitu
perhatian sama aku. Aku segera berlari ke toilet.
*** Di mobil aku dan Lala masih saling diam.
"Oh iya. Tadi ulangan fisika dibagiin, kan" Gimana hasilnya" Nilai kalian berapa nih" Lo pasti
dapat seratus kan, La?" Tanya Adzy. Lala tersenyum tipis.
"Nilai lo berapa, Ra?" Tanya Adzy.
Aku ragu-ragu menjawab. Tiba-tiba Lala menyahut. "Dia dapet seratus juga." Katanya.
"Oh ya" Beneran, Ra" Lo dapet seratus" Wah, hebat juga lo! Sering keluyuran tapi dapet nilai
seratus." Kata Adzy.
"Gue nggak keluyuran." Jawabku.
"Oke, gue bosen denger lo ngebantah. Tapi lo kapan belajarnya, Neng?" Tanya Adzy.
"Di rumah. Pas lo lagi tidur. Jadi lo nggak pernah tau." Aku nggak yakin Adzy percaya
sepenuhnya sama ucapanku.
Setelah tiba di rumah, Adzy meminta kertas ulanganku yang baru saja dibagikan. "Mana ulangan
lo, Ra" Gue pengin liat nilai seratus." Kata Adzy.
Aku merogoh tasku dan mengeluarkan kertas ulanganku. Kuberikan pada Adzy. Keningnya
sedikit berkerut. Setelah beberapa menit dia mengembalikan kertas ulanganku.
"Lo belajar cara itu dari mana, Ra?" Tanya Adzy.
"Gue cuma perhatiin cara Pak Bambang ngajar kok." Kataku.
"Berarti seharusnya cara Lala menjawab soal sama persis kayak punya lo dong?" Adzy seperti"y
masih ingin menyelidiku. "Mana gue tau. Tapi seharusnya sih begitu." Kataku cuek.
"Pak Bambang nggak pernah jawab soal dengan cara nyeleneh kayak gini. Lala juga. Lo belajar
dari mana?" "Maksud lo apa, Zy" Ngatain jawaban gue nyeleneh. Tapi kan cara gue bener dan jawabannya
ketemu." "Maksud gue, lo nemuin jawabannya dengan cara yang berbeda, cara yang nggak lazim
digunakan, tapi dibenarkan secara fisika dan hasilnya sama seperti cara biasanya. Lala itu tipe
orang yang apa-apa ikutin cara buku, begitu juga Pak Bambang. Nah, cara lo ini beda. Kayaknya
gue pernah liat tipe-tipe yang beginian. Seinget gue kayak caranya?"
"Gue nemuin cara kayak gitu secara nggak sengaja." Potongku.
"Elang kalo jawab soal matematika juga kayak begini nih. Tapi kalo fisika yang nyeleneh itu?"
"Gue! Gue emang nyeleneh." Potongku lagi. "Sementara lo berpikir, gue ganti baju dulu."
"Eh, tunggu! Gue mau nanya sesuatu sama lo." Adzy memandangku serius. "Lo beneran belajar
pas gue lagi tidur?" Aku mengangguk mantap. "Kemajuan lo pesat banget. Kirain ada orang lain
yang ngajarin lo dan pastinya orang itu lebih pinter daripada gue. Biasanya kan lo nanya-nanya
sama gue. Tapi kalo ternyata lo belajar sendiri, mungkin lo emang punya bakat jenius juga kayak
gue. Gue nggak heran sih, kita kan sodara." Adzy lalu masuk ke kamar"y. Tiba-tiba HP ku
berbunyi. Ada SMS masuk. Ternyata dari Cakra. Cepat- cepat aku membaca SMSnya.
Ra, bsok nton konser yuk. Lo suka dngr musik underground gk" Kbtulan yg maen kbnyakan
band- band metal, rock, n punk gtu. Lo mau"
Aku langsung me-replay. Oke. Jm brp siE?" ktmUan ny dmN?"
Cakra reply. Jm 7 mlm. Di central parkir. Tp kita ktmu di kafenya Dicky dulu. Oke"
Yes! Akhirnya aku bisa pergi juga sama Cakra.
*** Pukul tujuh malam. Aku melihat Cakra duduk di salah satu sudut kafe. Aku setengah berlari
menuju tempat Cakra. "Hai, Ra! Gimana ulangan lo" Dapet seratus?" Tanya Cakra. "Pastinya!
Gue dapet seratus dan itu semua berkat lo. Makasih banyak, ya." Kataku. Cakra tersenyum.
"Tumben ada yang bilang makasih ke gue." Ujarnya. "Biasanya gue dapet caci maki, brengsek
lah, kurang ajar lah." Cakra tertawa kecil.
BAB 7 Elang hanya mengantarku sampai teras rumah. Setelah itu dia pamit pulang.
"Gue pulang dulu, ya. Salam buat Adzy." Katanya.
Kemudian dia berjalan menuju mobilnya. Sebelum dia masuk ke mobilnya, aku memanggilnya.
"Elang." Kataku memanggil.
Elang menoleh ke belakang, melihatku.
"Makasih ya." Kataku.
Elang tersenyum. Aku masuk ke dalam rumah. Aku melihat Adzy berdiri di dekat jendela. Di sebelah Adzy ada
Lala juga. "Ra, jadi lo pergi sama Elang?" Tanya Adzy setengah kaget.
"Jadi lo ngintipin gue?" tanyaku sinis.
"Bukannya ngintip. Gue cuma penasaran. Tadi lo pergi sendiri, eh pas balik sama Elang." Ujar
Adzy. "Ke mana aja lo?"
"Nggak penting." Sahutku.
Aku beranjak ke kamarku. Di kamar aku hanya berbaring di tempat tidurku. Aku masih terngiang-ngiang kata2 yang
dilontarkan Elang tadi. Aku merasa kali ini Elang benar. Tapi, kenapa harus Elang yang selalu
ada di saat aku merasa tertekan, butuh pertolongan, dan perlindungan"
Elang cowok baik. Meski aku belum juga bisa mengerti, kenapa dia seolah-olah selalu mengikuti
dan mungkin saja mengawasi aku.
"Ra, lo di dalem?"
Itu suara Lala. Dia ada di balik pintu kamarku.
Ada angin apa Lala tiba2 nyariin aku"
"Ra, gue cuma mau ngomong sebentar sama lo. Sumpah, kali ini gue nggak akan bikin ribut
sama lo." Katanya lagi.
"Mau ngomong apa?" tanyaku agak penasaran.
"Bukain dulu pintunya." sahut Lala.
Lala tersenyum ketika aku membukakan pintu kamar. Lala mengikutiku masuk kamar dan
menutup pintu. "Lo mau ngomong apa?" tanyaku malas2an.
Lala duduk di tepi tempat tidur.
"Gue mau minta maaf sama lo." Jawab Lala.
Spontan aku kaget. "Lo nggak usah kaget gitu, Ra." Kata Lala. "Gue bener2 minta maaf sama lo. Gue baru sadar,
gue udah bikin lo merasa diatur dan diremehkan. Itu gue lakuin karena gue peduli sama lo. Tapi
gue akui, tindakan gue terlalu over. Sampai2 lo tersinggung. Maafin gue, ya?"
"Iya, gue maafin lo. Tapi lo nggak bakal ngerecokin gue lagi kan, soal Cakra?"
"Gue nggak akan ngerecokin lo, tapi gue mau ngasih saran. Elang jauh lebih baik daripada
Cakra." Ujar Lala. Mataku kembali melotot. "Jangen kaget lagi, Ra. Gue Cuma pengin buka mata lo lebar2. Lihat perbedaan antara Cakra
sama Elang. Gue punya feeling, setelah lo jalan sama Elang tadi, kayaknya ada sesuatu yang
berubah pada diri lo sekarang. Dan gue harap yang berubah dari lo itu adalah pandangan lo yang
selama ini masih keliru. Tapi jangan salah paham dulu, gue nggak mau ngelarang atau ngatur2 lo
lagi soal Cakra. Gue Cuma pengin lo menilai." Kata Lala tenang.
"Menilai?" tanyaku bingung.
"Iya, menilai. Lo kan udah pinter. Bisa menilai mana yang buruk buat lo, dan mana yang baik
buat lo." Aku terdiam. Aku belum bisa melihat mana yang lebih baik untukku.
"Oke, kasih gue waktu untuk menilai." Kataku. "Tapi kalo misalnya pilihan gue tetep jatuh sama
Cakra, lo nggak akan protes, kan?"
Lala tersenyum. "Lo bebas menjatuhkan pilihan ke siapa pun selama itu yang terbaik buat lo." Katanya.
Wait" kenapa aku jadi seolah-olah milih antara Cakra sama Elang"
"Tunggu, La. Kenapa gue jadi milih antara Cakra sama Elang" Kenapa lo pake bilang kalo Elang
lebih baik daripada Cakra" Lo pengin gue suka sama Elang" Helooow" Gue belum minta sama
Elang, Ra. Dan lo pikir secara logis deh, nggak mungkin cowok sepopuler Elang suka sama
gue." Kataku nyerocos.
Lala tertawa kecil. "So, lo pikir Cakra juga suka sama lo?"
Deg. Jantungku berdegup kencang.
"Kenapa, Ra" Bingung" Udah gue bilang, Elang lebih baik. Dari tingkah lakunya selama ini,
masa lo nggak menangkap tanda2 dia naksir lo sih" Atau elo"y yang kelewat bego sampe2 nggak
nyadar ada pangeran secakep Elang perhatian banget sama lo?"
Lala kemudian menatapku serius.
"Elang udah ngelakuin banyak hal buat lo." Lanjutnya.
Elang" Naksir" Perhatian" Sama aku" Aku pikir dia melakukan itu karena aku adik teman
baik"y. "Oke. Mungkin lo lagi bingung. Gue tinggal dulu, ya, udah malem." Kata Lala seraya bangkit
berdiri. Hari ini banyak sesuatu yang mengejutkan yang cukup membuatku bingung.
*** Hubunganku dengan Lala hari ini membaik.
Pas pelajaran Bahasa Inggris tadi aku sempat melihat Cakra melintas di depan kelasku.
Aku harus bicara sama Cakra. Menanyakan keadaannya.
Lala nggak memperhatikan aku keluar kelas. Dia pasti akan memanfaatkan waktu istirahat untuk
ke perpustakaan. Dia juga masuk daftar siswa binaan Pak Bambang yang bakal ikut olimpiade
fisika. Saat aku menyusuri koridor sekolah, aku berpapasan dengan Pak Bambang. Di belakangnya ada
Adzy yang sepertinya bakal siap2 ikut pembinaan olimpiade lagi.
Aku berjalan dengan sangat hati2 sambil menunduk.
"Dara!" aku mendengar suara Adzy setengah berteriak. "Lo ngapain jalan nunduk gitu" Ada
yang jatuh?" Buset dah. "Dara, kamu tidak ke perpustakaan" Hari ini ada pembinaan olimpiade fisika, kamu harus ikut."
Kata Pak Bambang kemudian.
"Saya mau cari bolpoin saya yang jatuh dulu, Pak." Kataku, seraya buru2 berjalan sambil
menunduk lagi. Setelah memastikan Pak Bambang dan Adzy berjalan lagi menuju perpustakaan, aku berjalan
cepat menuju tempat aku bisa menemui Cakra.
Di halaman belakang kelas XII itu aku melihat Cakra sedang duduk sambil merokok..
"Cakra." Sapaku.
Cakra menoleh ke arahku. Dia tampak begitu berantakan.
"Lo baik2 aja?" tanyaku.
"Gue baik2 aja." Jawab Cakra datar. "Seharusnya gue yang nanya ke lo, lo sendiri gimana"
Elang udah becus ngejagain lo?"
"Kok lo nanyanya gitu sih?" tanyaku kaget. "Gue baik2 aja. Dia udah ngejaga gue. Dan gue
bersyukur ada dia kemarin."
Cakra tersenyum tipis. "Baguslah kalo gitu." Ujarnya. "Sekarang lo mau ngapain ke sini" Cuma mau nanya keadaan
gue, atau mau nanya PR lagi?"
"Gue nggak ada PR. Gue cuma mau tau keadaan lo." Kataku agak kesal.
"Lo udah liat, kan" Gue baik2 aja."
"Tapi yang gue liat, lo lagi nggak baik. Lo?"
"Udahlah, lo nggak usah perhatiin gue." Potong Cakra. "Kalo ada PR lagi, gue masih siap bantu
lo." "Gue kan udah bilang, gue nggak ada PR dan gue nggak mau nanya PR." Kataku kesal.
"Awalnya gue pengin urusan lo sama gue cuma sebatas ngerjain PR dari Pak Bambang yang
jumlahnya seabrek itu dan ngajarin lo setiap kali ada ulangan. Tapi kayaknya hubungan kita
makin meluas." Kata Cakra.
"Maksud lo?" "Gue nggak pengin lo ngurusin keadaan gue."
"Tapi gue kan temen lo?"
"Oh" jadi bener dugaan gue. Guru privat lo Cakra?" tiba2 aku mendengar suara Adzy.
Aku melihat Adzy berdiri tegak memandangku dengan tatapan mengancam.
Dia pasti menguntit aku. "Adzy?" aku memekik kaget.
"Kenapa" Kaget" Siapa lagi yang ngajarin lo dengan cara2 nyeleneh, tanpa aturan, dan bikin lo


Ketika Elang Mencintai Dara Karya Putu Kurniawati di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

masuk daftar siswa yang bakal ikut olimpiade fisika, kalau bukan cowok ini?" Tanya Adzy
dingin. Aku baru kali ini melihat tampang Adzy seperti itu.
"Kalo lo nggak berkenan gue jadi guru privat adik lo, gue bersedia mundur." Kata Cakra enteng.
"Gue males berurusan sama lo, Zy. Terlalu banyak yang lo ambil dari gue."
Apa maksud perkataan Cakra itu"
"Gue nggak merasa ngambil apa2 dari lo." Kata Adzy tegas. "Tapi baguslah, lo bersedia mundur.
Karena gue bisa ngajarin adik gue sendiri. Dan gue minta sama lo, jangan deketin adik gue."
"Adzy!" aku memekik kaget. "Lo nggak bisa kayak gitu. Gue masih mau temenan sama Cakra!"
Adzy menarik tanganku dan membawaku menjauh dari Cakra.
"Adzy!" aku setengah berteriak. Kulihat Cakra sedikit terkesima melihat Adzy kasar padaku.
Adzy terus menarik tanganku sampai di sudut koridor sekolah. Di situ dia berhenti dan
menatapku dengan galak. Aku merasa begitu takut membalas tatapannya.
"Gue kasih tau elo, jangan deket2 Cakra lagi! Dia bukan cowok yang baik buat lo!" kata"y.
"Tapi?" "Nggak ada tapi2! Kali ini lo harus denger apa kata gue!"
"Lo ngomong gitu karena lo nggak suka sama Cakra, kan" Karena Cakra pernah nyakitin Lala,
kan" Tapi dia nggak nyakitin gue, Zy! Dia baik sama gue!" kataku memberanikan diri.
"Dia baik karena ada maunya!" Adzy berkata keras. Wajah"y memerah. Dia membentakku.
Sebelumnya dia nggak pernah membentakku.
Tanpa kusadari aku mulai meneteskan air mata.
"Adzy! Dara!" Kemudian kudengar suara Elang. Dia berseru seraya mendekatiku dan Adzy. Begitu melihatku
menangis, tanpa basa-basi dia mengajakku menjauh dari Adzy. Aku merasa Elang menjadi
penyelamatku. Hari ini aku benar2 kecewa pada Adzy.
Kenapa harus Elang yang menyelamatkanku"
Elang menghapus air mata yang mengalir di pipiku. Kami berada di depan ruang kelas XII yang
sudah sepi karena sudah jam bubaran sekolah.
"Adzy lagi marah sama lo?" Tanya Elang.
Aku hanya mengangguk pelan.
"Adzy marah karena dia sayang sama lo, Ra. Dia khawatir sama lo." Elang berusaha menghibur.
"Tapi nggak gini caranya, Lang." kataku. "Dia nggak berhak ngelarang gue tanpa alasan yang
jelas untuk ketemu Cakra. Kenapa semua orang berpikiran buruk sama Cakra?"
Aku menangis semakin tersedu-sedu.
"Adzy khawatir lo deket sama Cakra." Kata Elang. "Adzy nggak mungkin ngelarang lo tanpa
alasan, pasti ada suatu hal yang mungkin lo belum tau dan Adzy belum mau bilang ke lo."
"Apa lagi, Lang" Apa lagi yang harus dia bilang?" tanyaku kesal.
Elang kelihatan bingung. "Kayaknya lo butuh waktu untuk menenangkan diri deh, Ra. Lo mau ke mana" Biar gue anter.
Sebaiknya lo jangan ketemu Adzy dulu. Biar kalian sama2 cooling down dulu." Kata Elang
akhirnya. "Gue mau ketemu Lala." Kataku pendek.
"Oke. Tapi Lala lagi pembinaan olimpiade fisika. Kita tunggu aja ya, sambil mendinginkan
kepala dulu." Elang kemudian mengajakku ke kantin sekolah. Melihat aku diam, Elang juga terdiam. Sampai
akhirnya dia membeli minuman untuk kami berdua. Dia memberiku cokelat dingin.
"Minum dulu gih, cokelat bakalan bikin lo lebih tenang." Katanya.
Aku meneguk cokelat dingin itu.
"Gimana" Enak, kan?" Tanya Elang.
"Lumayan." Jawabku pelan.
Aku masih heran kenapa Elang sebegitu perhatiannya sama aku.
"Lala selesai jam berapa, La?" Tanya Elang lagi.
Aku melirik jam tanganku.
"Sekitar setengah jam lagi. Eh, Elang, gue boleh nanya sesuatu nggak sama lo?"
"Tanya apa?" "Kenapa sih lo selalu muncul di saat gue ada masalah?"
Elang terdiam cukup lama.
Aku merasa ada sesuatu yang lain. Tapi aku juga nggak berani terlalu ge-er.
"Ng" kebetulan aja." Sahut Elang.
"Kebetulan" Lo nggak sekadar muncul aja, Lang. Tapi lo juga perhatian ke gue, bahkan kemarin
lo berusaha melindungi gue. Apa karena gue adik Adzy?"
"Yah, itu salah satu alasan." Jawab Elang pendek.
"Cuma karena gue adik Adzy?" tanyaku lagi.
Elang menatapku tajam. "Kenapa lo jadi cerewet gini sih?" tanyanya.
"Yah" Gue pengin nanya aja. Abisnya lo selalu muncul di saat gue lagi kesulitan atau ada
masalah. Aneh aja." Kataku.
"Apanya yang aneh?" Tanya Elang.
"Ya lo aneh aja, ada di deket gue terus." Jawabku agak ketus.
"Jadi menurut lo ada alasan lain?" kali ini tampang Elang tampak kayak orang menyelidik.
Aku jadi salah tingkah. "Ya siapa tau."
Elang tersenyum tipis. "Jangan ge-er lo." Katanya kemudian.
"Siapa yang ge-er" Gue kan cuma nanya." Kataku berkelit.
"Kemampuan menganalisis lo rendah banget sih." Ujar Elang.
Nyebelin banget. "Lo tuh kenapa sih, Lang" Gue kan lagi sedih. Masa lo mau ngeledekin gue lagi" Lo kan udah
janji nggak bakal ngeledekin gue lagi sejak lo ngebogem gue sampai pipi gue biru2!" kataku
berapi-rapi. "Oke2" Maaf" Gue kelepasan." Kata Elang sambil nyengir.
Aku mendengus. Setelah itu kami terdiam lagi. Elang sibuk main game di HPnya.
Seorang cewek mendekat ke arah Elang. Dia mengenakan baju cheerleaders sekolah.
SASHA. Dia sekarang duduk di sebelah Elang.
"Hai, Lang! Lagi ngapain?" Tanya Sasha kecentilan. Dia melirikku selama beberapa detik.
Sepertinya dia nggak suka aku di dekat Elang.
"Lang, kok diem aja sih" Kamu lagi ngapain?" Tanya Sasha lagi.
"Lo nggak liat gue lagi ngapain?" ujar Elang ketus.
"Lang, aku ada PR matematika nih. Ajarin dong" Aku nggak ngerti." Kata Sasha seraya lebih
mendekatkan dirinya ke Elang.
Elang spontan menggeser badannya menjauh dari Sasha. "Lo tanya Dara aja." Kata Elang
pendek. Spontan mataku melotot. Sasha memandangku dengan tatapan nista.
"Dia?" Tanya Sasha seraya menatapku.
But it"s okay. Lo boleh melecehkan gue. Tapi lo harus nyadar lo lebih bego daripada gue!
Batinku. "Iya, Dara." Sahut Elang. "Dia adiknya Adzy. Nggak kalah pinter kok dari kakaknya."
Aku senang Elang memujiku.
"Ih wow!! Adiknya Adzy, ya" Kok gue nggak tau ya" Hmm" keliatannya lo kurang populer
dibanding kakak lo, ya?" ujar Sasha dengan mimik menyebalkan.
Elang menghentikan permainannya.
"Lo berisik juga, ya?" Tanya Elang sebal. "Dara nggak perlu pamer kalo dia pinter. Itu mending
dibandingin elo, populer tapi otak lo nggak ada isinya."
Hahahahaha" Aku tertawa dalam hati. Elang ada di pihakku.
Aku melihat tampang Sasha kayak anak kecil yang nggak dibeliin permen sama ortunya. Lala
datang dengan tampang setengah kaget.
"Ngapain lo ngeliatin gue kayak gitu?" Tanya Sasha jutek ke Lala.
"Abisnya tampang lo aneh gitu." Jawab Lala polos.
"Aneh" Eh, lo tuh yang aneh! Cewek aneh!" balas Sasha.
"Sebaiknya lo ngaca, liat tampang lo sekarang!" Lala nggak mau kalah.
"Kurang ajar lo! Berani lo sama gue" Awas ya, gue dan tim cheerleaders nggak akan ngedukung
tim basket putri!" "Oh, silakan! Gue nggak butuh cheerleaders idiot kayak lo!"
"Apa lo bilang?" wajah Sasha memerah.
"Udah2! Nggak usah ribut!" Elang berusaha melerai. "Sha, lo pergi aja deh. Lo biang keributan
di sini." "Tapi, Lang?" "Pergi kata gue!" Elang berusaha tegas.
Dengan berat hati Sasha beranjak pergi.
"Dasar cewek aneh!" Lala mendengus.
"Biarin aja." Kata Elang. "Lo temenin Dara dulu gih."
"Lo kenapa, Ra?" Tanya Lala. "Lo abis nangis" Mata lo sembap gitu."
"Adzy, La?" kataku terbata-bata.
"Hmm" gini aja deh. Mungkin lo nggak bebas curhat kalo masih ada gue di sini." Kata Elang.
"Gue tunggu di mobil, oke?"
Elang kemudian beranjak pergi, spontan air mataku jatuh. Lala tanpa ragu2 memelukku.
"Tenang, Ra." Katanya.
BAB 8 Lala mendengar ceritaku setengah nggak percaya.
"Gimana perasaan lo sekarang?" Tanya Elang.
Cowok itu mengantarku pulang.
"Gue masih kepikiran." Jawabku.
"Udahlah, kebenaran pasti akan terungkap." Kata Elang.
"Maksud lo?" tanyaku. Dia membalas ekspresiku yang bingung dengan tatapan"y yang tajam.
Kemudian aku merasa pipiku memerah.
Elang menatapku terus. "Lo nggak ngerti?" tanyanya kemudian.
Aku mengangguk pelan. "Suatu saat nanti lo bakalan tau yang benar kayak apa." Kata Elang. "Masa gitu aja nggak ngerti.
Muka lo merah tuh!" Aduh" aku nggak boleh ketahuan kalo aku lagi grogi plus malu2 kucing dilihatin Elang kayak
gitu. Kini pandangannya fokus ke jalan.
Aku sampai rumah dengan perasaan yang nggak menentu. Aku melihat mobil Adzy terparkir di
garasi. Dia sudah pulang.
"Lo nggak usah khawatir, Ra. Nggak usah takut. Adzy kan kakak lo, nggak mungkin dia
nyelakain lo." Elang menenangkanku. "Atau perlu gue anter lo masuk rumah?"
"Nggak usah." Kataku cepat.
"Beneran?" Tanya Elang.
Aku sebenarnya ragu. Elang langsung keluar mobil lalu menarik tanganku keluar dari mobil.
"Ayo, gue temenin masuk rumah." Katanya.
Aku mengikuti ajakannya. Tanpa mengetuk pintu dulu, Elang membuka pintu ruang tamu. Lagaknya seperti tuan rumah.
Aku sempat membayangkan Adzy akan mengamuk begitu aku masuk. Tapi ternyata di dalam
rumah aku tidak melihat siapa pun.
"Rumah lo sepi, ya." Kata Elang. "Lo tau bokap-nyokap lo ke mana?"
"Papa paling masih di kantor." Sahutku. "Kalo Mama gue nggak tau. Biasanya jam segini Mama
nonton acara gossip di TV. Tapi kayaknya lagi nggak ada."
"Lo mau gue temenin dulu?" tanyanya kemudian. "Sambil nunggu nyokap lo pulang."
Hah" Nemenin aku" Lagi"
"Dara" Lo nggak apa2?" Elang mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajahku.
"Eh, gue nggak apa2." Sahutku cepat.
"Gue barusan nanya?"
"Nggak usah. Lo nggak usah nemenin gue." Potongku cepat.
Tiba2 saja Elang memandangku dengan tatapannya yang keren itu.
Sebentar lagi dia bakalan tahu isi pikiranku.
"Lo jangan mikir gue terlalu perhatian sama lo ya." Katanya.
Tuh kan! "Dara, gue khawatir aja kalo terjadi apa2 sama lo, soalnya orangtua lo lagi nggak ada di rumah.
Entar kalo Adzy marah2 lagi sama lo gimana" Kan jadi ribut." Ujar Elang.
"Ng" gue nggak apa2 kok?" kataku. "Lo pulang aja, istirahat. Makasih banget udah bantu
gue." Elang menghela napas panjang.
Suara derap langkah dari tangga.
Adzy. Dia kelihatan terburu-buru. Dengan cepat dia keluar rumah.
"Hey, sob! Mau ke mana lo?" Tanya Elang setengah berteriak. "Buru2 amat!"
Adzy hanya melambaikan tangan.
"Menurut lo Adzy aneh nggak?" Tanya Elang.
"Banget." Sahutku.
Elang kemudian bergegas keluar.
"Eh, lo mau ke mana?" tanyaku spontan.
"Mau ngikutin Adzy." Jawab Elang.
"Elang, gue ikut!" kataku spontan.
Aku kembali masuk ke mobil Elang.
Elang langsung tancap gas.
Elang sepertinya agak berhati-hati menguntit Adzy.
"Duh" Adzy mau ke mana ya?" gumamku.
Elang nggak menanggapi. Nggak lama kemudian Adzy sepertinya mengurangi kecepatan. Elang
tiba2 menghentikan laju mobilnya, kemudian memarkirkannya di pinggir jalan dekat penjual
bubur ayam. "Kok berhenti sih?" kataku nyerocos.
"Kalo kita ikutan terus ntar ketahuan, bego." Kata Elang.
Di saat2 kayak gini dia masih bisa bilang aku bego"
"Yuk, jalan?" ajaknya kemudian.
"Jalan?" aku memekik.
"Dara, kalo mau ikutan Adzy, sekarang kita harus jalan kaki." Kata Elang berusaha sabar. "Kalo
lo tetep naik mobil, kita bakal kelihatan mencolok. Lo udah ngerti" Adzy kayaknya udah
berhenti tuh." Elang menunjuk ke suatu tempat. Kayak"y tempat itu lapangan basket.
"Ayo cepet turun." Ajak Elang.
Aku mengikuti Elang yang berjalan agak cepat.
"Lang, bisa pelan2 nggak sih?" gerutuku sedikit sebal.
"Nggak bisa." Kata Elang pendek. Dia kemudian meraih tangaku dan menuntunku agar
mengikutinya. Aku dan Elang sampai di parkiran lapangan basket.A"Kok berhenti sih?" kataku nyerocos.
"Kalo kita ikutan terus ntar ketahuan, bego." Kata Elang.
Di saat2 kayak gini dia masih bisa bilang aku bego"
"Yuk, jalan?" ajaknya kemudian.
"Jalan?" aku memekik.
"Dara, kalo mau ikutan Adzy, sekarang kita harus jalan kaki." Kata Elang berusaha sabar. "Kalo
lo tetep naik mo bil, kita bakal kelihatan mencolok. Lo udah ngerti" Adzy kayaknya udah
berhenti tuh." Elang menunjuk ke suatu tempat. Kayaknya tempat itu lapangan basket.
"Ayo cepet turun." Ajak Elang.
Aku mengikuti Elang yang berjalan agak cepat.
"Lang, bisa pelan2 nggak sih?" gerutuku sedikit sebal.
"Nggak bisa." Kata Elang pendek. Dia kemudian meraih tangaku dan menuntunku agar
mengikutinya. Aku dan Elang sampai di parkiran lapangan basket. Adzy saat ini sedang berdiri di tengah
lapangan. Sepertinya dia sedang menunggu seseorang.
"Adzy ngapain ya?" gumamku.
Elang nggak menyahut. Elang menarik tanganku dan memaksaku bergeser agak mepet ke mobil.
"Ada yang dating." Bisik Elang sambil menunjuk ke arah orang yang datang.
"Cakra?" aku langsung memekik kaget.
Elang langsung mendekap mulutku.
"Jangan berisik." Katanya. "Kalo terpesona sama Cakra jangan lebay gitu."
Kalau saja dia nggak membekap mulutku, aku ingin berkata. "Gue nggak lagi terpesona. Gue
kaget, bego!" Kami sama2 mengintip dari balik mobil. Dengan kesal aku meronta-ronta agar Elang
melepaskan tangannya. Akhirnya mulutku bebas. "Sekarang lo jangan berisik lagi, kita dengerin pembicaraan mereka." Bisik Elang.
"Kenapa" Lo mau ngajakin gue berantem?" aku mendengar Cakra berkata begitu. Senyum sinis
terukir di wajah"y. Adzy membalas senyum Cakra dengan sinis juga.
"Gue cuma mau ngasih tau lo sekali lagi, jangan coba2 deketin adik gue lagi!" kata Adzy.
"Deketin adik lo" Apa nggak salah" Eh, man! Gue nggak pernah deketin adik lo!" kata Cakra
setengah berteriak. "Terus apa namanya kalo lo nggak deketin adik gue?" balas Adzy setengah berteriak. "Lo pasti
nyari2 kesempatan! Lo ajarin Dara bikin PR, terus lo cari2 perhatian dia dan akhirnya lo deket
sama dia! Itu apa namaya?"
Cakra tersenyum tipis. "Adzy, lo tau nggak, adik lo tuh yang deketin gue." Katanya.
Aku nggak percaya Cakra bisa ngomong kayak gitu. Aku kan malu.
"Yang dibilang Cakra itu bener?" Tanya Elang tiba2.
"Nggak! Nggak bener!" jawabku cepat2.
Kami kemudian kembali menguping.


Ketika Elang Mencintai Dara Karya Putu Kurniawati di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Nggak mungkin." Teriak Adzy. "Kalo lo nggak cari perhatian dia, dia nggak akan deket2 sama
lo! Lo pasti punya maksud! Lo cuma mau manfaatin adik gue aja, kan" Jawab!"
"Nah, sekarang lo udah ngerti. Ya! Gue emang punya maksud!"
Aku menahan napas dengan geram.
"Kenapa lo lakuin ini semua?"
"Karena lo udah ngerampas semua milik gue!"
Aku tercengang. "Lo udah ambil semuanya, Zy!" Cakra berteriak.
Adzy terdiam. "Lo punya semua yang mestinya bisa jadi punya gue! Lo selalu menjadi nomor satu! Lo selalu
dapet pujian! Semua orang memuja lo, lo punya semuanya! Lo populer! Lo juara olimpiade
fisika! Dan lo juga ambil Lala dari gue!" teraik Cakra. "Udah puas lo?"
"Tapi gue nggak ngerampas itu dari lo!" Adzy balas berteriak.
"Lo ambil semuanya dari gue! Seharusya gue yang jadi juara! Tapi sejak lo hadir di kehidupan
gue, semuanya hilang dari tangan gue!"
"Lo salah!" "Nggak! Lo tau kenapa gue deketin adik lo" Gue pengin lo tau gimana rasanya kehilangan!
Nggak dianggep!" Tanpa sadar aku menggeram. Spontan Elang memegang bahuku.
"Nggak. Gue nggak salah paham. Lo tau gimana rasanya dicemoh, diremehkan, nggak
dianggep?" "Itu karena diri lo sendiri. Lo iri sama gue. Lo sendiri yang bikin orang2 sebel sama lo dengan
tingkah lo yang slengean!" sahut Adzy emosi.
"Ya! Gue iri sama lo! Lo hebat, Zy! Gue salut!" Cakra lalu tertawa terbahak-bahak sambil
bertepuk tangan. "Gue sekarang prihatin sama lo. Lo emang menyedihkan!" kata Adzy.
"Ya, gue emang menyedihkan. Gue kalah!" Cakra lalu berlutut.
Tiba2 saja aku bangkit berdiri.
"Ra, lo mau ngapain?" Tanya Elang terdengar panik.
Aku berjalan cepat ke arah Cakra.
"Brengsek lo ya!" bentakku ke Cakra.
Cakra juga kaget melihatku muncul.
"Udah puas lo?" bentakku lagi.
Cakra hanya diam memandangku.
"Ra! Udah, Ra! Lo nggak usah marah2 gitu!" tiba2 Elang menarik lenganku.
"Asal lo tau, lo tuh cowok paling brengsek yang pernah gue kenal! Gue benci sama lo! Gue
benci!" teriakku seraya meronta karena Elang belum juga berhenti berusaha menarikku pergi.
"Lepasin gue, Lang! Gue belum puas marah2!"
Istana Yang Suram 19 Kisah Sepasang Rajawali Karya Kho Ping Hoo Tembang Tantangan 3
^