Pencarian

Kupu Kupu Salju 2

Kupu Kupu Salju Karya Felice Cahyadi Bagian 2


"Ya." Juno mendekati Alice. "Perlu di antar?"
"Ah" nggak usah." Alice merapikan beberapa buku dan alat tulis di dalam pelukannya.
"Sekarang bokap gue memperkejakan sopir untuk antar jemput gue mengingat kakak gue
akan kembali ke Amerika sebentar lagi."
"Oh, begitu?" Juno menanggapi datar.
Alice tersenyum. "Oke, gue pulang dulu. Sopirnya udah datang" Ouch!" pensil dan
bolpoin Alice terjatuh ketika ia mencoba memasukkannya ke dalam tas.
Juno membantu Alice memungut pensil dan bolpoin. Pensilnya rusak.
"Rusak?" Juno bertanya.
Alice nyengir. "Iya. Nggak papa. Besok baru beli baru!" ujarnya.
Juno membuka tas sekolahnya dan mengeluarkan pensil mekanik warna merah. "Pakai
dulu aja." Katanya sambil menyodorkan pensilnya kepada Alice.
"Eh, nggak papa nih?" cewek itu tampak ragu.
"Iya." Juno mengangguk.
Akhirnya Alice mengambil pensil itu.
"Non Alice, sopirnya sudah menunggu di depan." Kata pembantu keluarga Wirjadinata.
"Oke, gue pulang duluan, ya!" Alice berkata.
Juno tersenyum. Kemudian ia membayangkan ekspresi Alice yang cemberut tadi. Juno
tertawa pelan. "Oppa, wasseyo"! (kakak, sudah datang"!)" Janice tiba-tiba keluar dari ruang belajarnya.
"Wae misonyaguyo" Kippaeujyo" (Kenapa tesenyum sendiri" Lagi senang, ya")" kata
Janice ceria. Juno melenyapkan tawanya seketika. "Ah anni" (Ah nggak")" Juno memasukkan
tangannya ke saku celana. "Bab meogeosseo" (Sudah makan")"
Janice berjalan mendekati Juno. "Ajikyo" Opparang bab meoggo shipeoyo" (Belum"
Aku ingin makan bersama kakak")" Janice merentangkan kedua tangannya. Cowok itu
pun berjongkok dan memeluk adiknya.
"Geurae" (Baiklah")" cowok itu melepaskan pelukannya. "Oppa ke kamar dulu untuk
taruh tas-tas berat ini."
Ia mengecup pipi Janice. "Setelah itu kita makan malam, ya?"
Janice mengangguk, kemudian berkata lagi. "Oppa, Alice onnie neun ippeujyo!" (Kakak,
kak Alice itu cantik, ya!")"
"Mwo" (Apa")" Juno mengerutkan kening. "Aniya. (Nggak.)" sahutnya cemberut. "Wae
geureohke mudnyagu"! (Kenapa bertanya seperti itu"!)"
Tapi Janice hanya cekikikan melihat ekspresi lucu kakak tersayangnya.
*** SCS, KEESOKANNYA" Bel waktu makan siang berbunyi.
"Lice, ngisi perut yuk!" Ivanna melirik Alice yang duduk di sebelahnya. "Sudah lapar
banget nih!" Alice mengangguk. "Sebentar, lagi nanggung!" cewek itu menyelesaikan mencatat materi
pelajaran. "Oke, gue tungguin. Cepetan!" Ivanna mengeluarkan HP dari saku rok.
Suara Sevanya Latif terdengar. "Wien, lo di panggil Mr. Darwis disuruh bawa laporan
keuangan kelas." Kata gadis itu kepada Wienda yang duduk satu bangku di depan Alice.
"Alice?" Seva memanggil lembut namun menusuk. "Gue kepingin bicara?" desisnya
tajam. Alice mengerutkan kening.
"Di koridor aja!" Seva mendesis lagi.
Sepertinya ada yang nggak beres, Ivanna membatin ikut berdiri.
"Ada apa?" Alice bertanya.
Seva tersenyum sinis. "Jawab aja pertanyaan gue dengan jujur." Alis"y yang tipis
terangkat sebelah. "Dari siapa lo dapatkan pensil merah itu?"
Oh my" Ini petaka. Bodoh banget sih gue mau nerima pesil itu kemarin!
"Hmm, papa gue yang beliin." Alice menjawab cuek. "Memangnya kenapa?"
Seva menjiltai bibir sekilas. "Jujur aja deh, Alice!" ia mendesis lagi.
"Lo berharap gue jawab apa sih?" Alice menatap Seva lurus.
Tawa sinis Seva terdengar. "Gue udah tahu lo ngajar Janice di rumah Juno. Dan itu
artinya, lo punya banyak waktu untuk ketemu Juno." Cewek itu melotot. "Kenapa lo
ngerayu dia supaya memberikan pensil itu ke lo?"
Ngerayu" Ia mendengus kecil. "Jangan sembarangan, Seva!"
"Benar, kan" Pensil itu bukan dari bokap lo." Tantangnya. "Kebohongan lo menandakan
lo menyembunyikan sesuatu dari gue. Apa mau lo, Lice" Jangan ganggu gue sama Juno!
Jangan pernah!" "Gue nggak pernah ganggu kalian." Alice berkata tegas. "Maaf kalau udah bikin lo
jealous!" "Apa kata lo" Cewek sial!" Seva mengayunkan tangan, hendak menampar Alice. Sok
manis di depan, tapi perayu di belakang!
"Ada apa ini?" tangan seorang cowok menahan pergelangan tangan Seva.
Alice menarik napas. "Nggak papa, Mickey?" katanya pelan.
Mickey menatap Alice was-was. "Seva, ada apa?" ia melepaskan tangan Seva.
"Nothing." Seva mengatupkan rahang. "Jaga cewek lo baik-baik!" geramnya sebelum
melangkah cepat meninggalkan mereka.
Ivanna mengigit bibir bawahnya. Ia berpikir keras.
Kenapa jadi begini" Permainan apa yang sedang di lakukan Alice sebenarnya"
*** THE BIG EAST CAF?, SEPULANG SEKOLAH"
"Seva nyerang lo lagi sepanjang sisa jam sekolah?" Mickey bertanya.
Alice menggeleng. "Nggak." Ujarnya.
Mickey tersenyum. "Jangan khawatir." Alice mengaduk kopi susunya. "Gue bisa jaga diri."
Mickey masih tersenyum. "Memangnya apa sih yang di permasalahkan Seva?" cowok itu
bertanya. "Kalau gue boleh tau?"
Alice menggigit bibir. "Seva" dia curiga. Curiga gue merayu Juno." Cewek itu berkata.
"Dia tahu gue ngajar Janice. Padahal, nggak berarti gue merayu Juno, kan?"
Perlahan-lahan senyum Mickey lenyap.
"Gue jarang ketemu Juno, meskipun seminggu dua kali gue ke rumahnya." Alice
mengangkat bahu. "Sebagai teman dekat Juno, lo pasti tahu cowok itu lebih sering pulang
malam sama kayak lo. Ya, kan?" Alice tersenyum.
Mickey mengangguk diam. "Tapi Seva mengira yang nggak-nggak." Alice meneruskan. "Ah" sudahlah. Mungkin
hari ini Seva lagi bad mood aja, jadinya berpikir macam-macam."
"Ya." Kata Mickey. "Tapi" kalau ada siapa pun Seva maupun orang lain yang
menyerang lo atau pun bikin lo nggak nyaman, lo bisa cerita ke gue." Cowok itu berkata
lembut tapi tegas. "Gue nggak mau sesuatu yang buruk terjadi sama lo."
Alice tersenyum. "Ehm, gue punya sesuatu buat lo." Mickey meraih tas sekolahnya.
Ah, baru aja mikirin segala kebaikannya, ternyata siang ini Mickey menyiapkan kejutan
untuk gue lagi. Mickey, you"re too nice"
"Lagu yang gue ciptakan untuk lo." Mickey menyerahkan sebuah CD pada Alice. "Sudah
pernah gue cerita, kan?"
Alice tak mampu berkata-kata. Mickey benar-benar menciptakan lagu untuk Alice dengan
keahliannya bermain piano, dan benar-benar merekamnya agar ia bisa mendengarkannya.
"Gue nggak tahu harus bilang apa, Mickey." Alice meraih CD yang di berikan Mickey.
"Gue" gue bersyukur banget bisa bertemu dan mengenal lo?" ucapnya tulus.
Mickey memandang Alice dengan alis terangkat. "Semoga lo suka lagunya." ucap cowok
itu. "Selain itu gue juga memasukkan lagu-lagu lain. Ada beberapa lagu Brian McKnight
yang gue mainkan juga."
"Ah, lo hebat banget." Alice kagum. "Gue pasti suka semuanya." Alice merasa terlalu
senang menemukan sosok Mickey dalam hidupnya sampai kepingin nangis rasanya. Jika
ada pertanyaan "Siapakah orang yang paling kamu inginkan untuk bahagia?" Alice akan
menjawab "Mickey" meskipun ia tahu cowok itu selalu berbahagia, selalu tersenyum.
Kupu-Kupu Salju (Bab 14) Mbak Ratni mengetuk pintu kamar Alice. "Non, ada tamu nyari Non Alice?"
"Siapa, Mbak" Cewek atau cowok?" Alice mengalihkan wajah dari layar komputernya.
"Cowok." Mbak Ratni menyahut. "Katanya sih namanya Juno."
"Juno?" seru Alice nggak percaya.
Juno" Ke rumah gue" Pasti Mbak Ratni ngaco deh!
Namun ketika ia turun dan mendapati Juno duduk di sofa ruang tamu.
"Juno?" Alice ...menyapa. "Ada apa?" Alice duduk di hadapan Juno.
Juno menatap Alice. "Lo nggak tahu tujuan gue kemari?" ia bertanya.
Cewek itu menggeleng. Dengan santai Juno melepas topi Von Dutch hitam yang di pakainya. "Gue mau ngambil
tas sepatu gue." Katanya. "Masih ingat tas itu, nggak?" cowok itu tersenyum sedikit.
"Owww?" Alice melongo. "Masih kok." Jawab Alice cepat. "Sebentar, gue ambil."
Ketika kembali ke ruang tamu, nggak hanya tas sepatu Juno saja yang di bawanya.
"Pensil lo ini juga gue kembaliin."
"Kenapa?" cowok itu menggigit bibir. Jangan2 Sevanya"
"Nggak papa, gue udah beli pensil baru." Alice duduk. "Lagian, lo juga pasti perlu pensil
itu kan, untuk sekolah." Cewek itu tersenyum kecil.
"Ya udah." Juno menggumam.
"Juno?" "Ya?" cowok itu menyahut cuek.
Alice menipiskan bibir. "Kenapa waktu itu lo bilang tas itu bukan punya lo?"
Juno menghela napas. "Yah, gue nggak mau Seva mikir macam-macam."
"Oh?" Alice mengangguk lemah. Udah ketebak. Karena Seva"
"Oke." Juno mengangguk. "Gue cabut dulu." Ia berdiri.
Alice menengadah, memandang Juno. Secepat itu dia mau pergi"
Juno berpikir" Apa ini" Kenapa hari ini gue aneh banget" Tadi gue cuma kepingin ketemu Alice tapi
sayangnya ia nggak ada jadwal mengajar Janice jadi gue memutuskan ke rumahnya
dengan alasan mau mengambil tas sepatu. Tapi sekarang, setelah bertemu dan mendapat
tas sepatu itu, gue malah" belum kepingin beranjak.
"Ada apa, Juno?" Alice bertanya. "Kok lo bengong?"
Juno berdecak keras. "Siapa yang bengong?" sangkanya judes. "Ehm, lo keberatan nggak
nemenin gue?" tanyanya datar.
"Hah?" Alice membulatkan mata. "Nemenin ke mana" Ngapain?"
Juno memutar otak. Pikir, Juno! Ia seketika mendapat ide cemerlang.
"Belanja?" Juno mengangkat bahu. "Bahan-bahan untuk masakan Italia."
"Hah?" Alice semakin bingung. Cowok ini ngomong apa sih"
Juno menatap Alice dengan ekspresi bosan. "Nyokap minta gue belanja untuk keperluan
masak. Besok relasi bisnisnya dari kota Turin mau datang, dan Nyokap kepingin
menjamu mereka di rumah."
"Begitu?" Alice mengernyitkan kening.
Alice setuju menemani Juno belanja.
Mereka masuk ke Nissan Juno yang di parkir di depan rumah, sama sekali tidak
menyadari bahwa" Beberapa meter dari sana seseorang mengawasi mereka memasuki mobil dan memulai
kegiatan menguntitnya malam ini.
*** DI SEBUAH HYPERMARET, JAKARTA SELATAN"
Orang itu selalu menjaga jarak aman.
Juno mendorong troli dengan santai, sedangkan Alice kelihatannya membawa catatan
daftar barang yang perlu di beli. Melihat Alice dan Juno tertawa-tawa sembari menunggu
petugas menimbang kerang yang mereka beli, orang itu mengeluarkan kamera dari
sakunya. Tak sampai semenit, Olympus mungil itu telah mengabadikan beberapa momen
yang terlihat "akrab" dan "hangat" di antara Alice dan Juno.
Juno menyentuh kepala Alice lembut, di konter sayuran. Foto terakhir itulah yang paling
di sukai orang itu. Ia puas.
*** KAMAR ALICE, 23.01" "Masuk aja, Bet!" seru Alice dari kamar, menanggapi ketukan pintu dan suara Obet yang
memanggilnya. Sosok jangkung Obet masuk. "Apa kabar, adik manisku?" cowok itu menggombal.
Alice menutup legenda sekolahnya. "Ada apa?"
Obet menggeleng. "Kangen aja. Udah lama nggak ngobrol sama lo." Katanya ringan.
Bibir Alice mengerucut. "Siapa suruh keluyuran terus" Jadinya jarang ketemu sama gue,
kan!" "Hahaha!" Obet tertawa lepas. "Nggak kebalik tuh" Since that gorgeous Mickey tries to
get you, pastinyq kalian sering keluar bareng, kan?"
Alice menyikut pinggang Obet. "He doesn"t try to get me." Katanya sambil tersipu.
"Oh, yeah" Dan untuk apa CD berisi alunan piano itu" Bukankah khusus di buat Mickey
untuk lo?" Obet mengedip jail, lalu mencubit pipi Alice dengan gemas. "Scuci,
Signorina"(Maaf, nona") Gue nemu CD itu tersimpan di laci paling rahasia di kamar
ini." Ia setengah berbisik.
"Stop it, Obet! I"m not an elementary school girl?" Alice menyingkirkan tangan
kakaknya. "Lo tega banget sih menggeledah kamar gue! Dan soal Mickey" kayaknya
dia bukan buaya darat kayak lo bilang."
Obet memejamkan mata sejenak. "Mungkin aja dia udah berubah sekarang." Cowok itu
tersenyum. "Memangnya, bagaimana perasaan lo terhadap dia?"
Alice menarik napas. "Entah, gue" senang bareng sama dia. He"s really fun to be
with?" mata Alice menerawang. "Gue" kepingin dia bahagia seperti dia selalu bikin
gue dan orang lain di sekitarnya bahagia."
"Itu artinya lo jatuh cinta sama dia?" Obet mengernyit.
Alice tidak menyahut. Obet berdiri. "Sebaiknya lo pelajari dulu perasaan lo sendiri?" katanya kemudian
mengacak rambut adiknya. "Gue mau online dulu, ada janji sama teman di Tokyo."
Alice mengangguk pelan. "Night, Bro?" ujarnya pelan.
*** Sebaiknya lo pelajari dulu perasaan lo sendiri?"
Apanya yang harus gue pelajari" Perasaan gue"
Seumur hidup Alice baru satu kali menentukan seseorang sebagai pangeran di hatinya.
Dan itu terjadi sudah lama sekali. Namun sejujurnya Alice masih mengharapkan orang itu
kembali memasuki kehidupannya (tapi lupakan sejenak tentang cinta pertama Alice itu,
karena mengharapkannya kembali sama saja dengan mencari jarum dalam tumpukan
jerami). Jatuh cinta" Apakah itu sama dengan perasaan gue terhadap Mickey, perasaan bahwa gue selalu
kepingin dia mendapat yang terbaik" Selalu bahagia, tetap bahagia. Gue nggak kepingin
senyuman itu hilang dari dunia ini. Senyuman hangat yang menenteramkan itu"
Atau" Apakah itu seperti perasaan gue ke Juno" Perasaan seolah-olah gue selalu merasa ada
jutaan kupu-kupu kecil dalam perut gue berlompatan, beterbangan" Jantung gue berdegup
cepat dan tentu saja itu bikin gugup.
Alice menutupi wajahnya di dalam tumpukan bantal dan boneka.
Jatuh cinta" bolehkah aku jatuh cinta"
Alice berbalik dan menatap langit-langit kamarnya, teringat cinta pertamanya.
*** KAMAR JUNO, 23.25 Di depan layar notebook, wajah Juno tanpa ekspresi.
Sosok cewek bernama Alice.
Rambut panjangnya yang lembut. Wajah oval dengan kulit seputih salju. Sepasang mata
kecokelatan jernih. Senyumnya" mencerminkan betapa polos dirinya.
Juno menghembuskan napas. Ia merasa tolol banget hari ini.
Ada apa sebenarnya" Belum cukup anehkah gue yang nggak bisa mengingat masa lalu,
sehingga perlu di tambah dengan gue yang tiba-tiba punya keinginan untuk menemui
seorang cewek yang biasanya paling enggan gue temui" Bahkan gue mulai merasa "bisa"
berteman dengannya. Sebuah suara muncul dari komputernya. Ternyata Mickey mengirimkan Juno sebuah
nudge (Fitur pada MSN messenger, fungsi"y seperti BUZZ! Pada Yahoo! Messenger).
.:Michael-C:. : dari mana aj lo" Dr td gw telp ga diangkat =(
Juno membasahi bibir. Ia memang tidak membawa HP saat pergi tadi.
Gue nggak mungkin bicara jujur, bilang gue ke rumah Alice lalu menculik cewek itu
untuk nemenin gue belanja. Ah! Kenapa Mickey mesti mempertanyakan hal ini"!
-u-know-who- : hmm" tadi nemenin sepupu ke undangan di Mulia" hp ketinggalan :D
lagian bentar doank koq" buktinya skrg dah nangkring d kamar.
Juno merasa napasnya sesak. Ia tidak suka berbohong seperti ini kepada sahabatnya
sendiri-apalagi Mickey kayaknya percaya aja dengan kebohongan Juno.
Hingga satu setengah jam berikut"y ketika Juno, Mickey, dan Xian tengah bermain Point
Blank bersama, Juno masih merasakan butir-butir perasaan bersalah terhadap Mickey.
Sori, Mickey" Nggak akan terulang lagi. Sahabat nggak berbohong, kan
Kupu-Kupu Salju (Bab 15) BEBERAPA HARI KEMUDIAN, SELASA MALAM"
Malam ini Mickey mengantar Alice pulang setelah dinner di kafe.
"Bagaimana kabar Obet?" Mickey bertanya sambil memotong steak.
Alice menyuap sepotong kecil steak. "Baik." Jawabnya. "Baru kemarin balik ke AS."
"Oh?" Mickey mengangguk.
Sedikit mengangkat wajah, Mickey memperhatikan Alice yang malam ini kelihatan cute.
Mickey sendiri malam itu tampak semakin tampan.


Kupu Kupu Salju Karya Felice Cahyadi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sudah dua bulan ia dekat dengan Alice yang berarti sudah selama itu ia menyukai dan
mendekati gadis itu. Ia bahkan semakin menyukai Alice, juga semakin ingin memiliki
cewek itu. Bahkan karena Alice, Mickey tak lagi menanggapi cewek-cewek yang
mendekatinya. Malam ini adalah finalnya.
Sebenarnya Mickey telah menyiapkan sesuatu yang special.
Tolol, pikir Mickey. Sudah puluhan kali ia melakukan hal semacam ini. Tapi kali ini ia
merasa takut gagal. "Oh, ya?" Alice menatap Mickey. "Lagu-lagu yang lo ciptakan semuanya bagus!"
cewek itu tersenyum. "Trims." Mickey tersenyum. "Senang lo suka."
Alice menyingkirkan piringnya. "Kok malam ini lo makan lama banget?" cewek itu
menatap Mickey curiga. "Ada apa?" godanya.
Mickey menyipitkan mata dengan ekspresi jenaka. "Lo selalu mengganggu pikiran gue."
Katanya santai, terkesan bercanda.
"Maaf." Akhirnya Alice menyahut sambil menghindari tatapan Mickey.
"Nggak masalah." Mickey menggeser piringnya. "Oh ya, bagaimana kalau sepotong
strawberry cheese cake untuk pencuci mulut?" ia menawari Alice.
"Oke!" ia mengangguk.
Alice tahu Mickey memandangnya dengan tatapan berbeda.
Tapi ada yang berbeda dengan cake Alice.
GIRLFRIEND" Itu kata yang tertulis di atas permukaan cake Alice.
Alice menatap Mickey. Cowok itu hanya tersenyum lembut sambil balas memandang.
"Alice." Mickey bicara setelah berdeham pelan. "Gue menunggu jawaban." Cowok itu
menatap Alice lurus. Alice hanya tersenyum dan tidak menjawab.
"Ehm." Alice menggigit bibir. "Selama ini lo udah jadi orang yang terbaik untuk gue.
Dalam waktu singkat lo telah menjadi sosok yang sangat penting untuk gue. Seperti yang
pernah gue katakana, Mickey?" Alice menarik napas. "Gue sangat bersyukur mengenal
lo dalam hidup gue. Tapi?"
Mickey memejamkan mata selama dua detik. Malam ini bukan malam keberuntungan
gue, rupanya" "Tapi apa?" Mickey bertanya lembut. "Lo belum siap memasuki relationship yang?"
"Iya." Alice mengangguk. "Makasih" lo bisa ngerti gue?" bibirnya tersenyum kecil.
Tentu saja gue bisa mengerti dia"
Mickey menunduk. Kemudian ia meraih lembut tangan Alice. "It"s okay?" ujarnya
setengah berbisik. "Gue selalu akan ngerti lo. Dan kalo lo belum siap, gue bisa
menunggu." Alice mengerjapkan mata. Kenapa" Kenapa ada orang yang begitu sempurna seperti
Mickey" Ia nggak hanya sebatas apa yang pernah gue kira, karena ternyata ia memiliki
hati yang sangat besar"
"Mickey." Alice menggeleng pelan. "Sepertinya ada yang salah. Gue nggak pantas untuk
lo?" "Sssh!" Mickey mempererat genggamannya. "Jangan ngomong yang aneh-aneh seperti
itu." Matanya menatap teduh. "I love you?" bisiknya tulus. "Lo percaya sama gue,
kan?" suara lembut Mickey masih berbisik.
Dengan senyum dan wajahnya yang tampak bahagia seperti biasa (tak ada ekspresi
terluka di sana meskipun hati Mickey terasa pilu dan nyeri karena ia belum pernah
"ditolak" seperti ini). "Ayo makan cakenya!" serunya ringan.
Kini Mickey melirik Alice di samping kirinya. Gadis ini tertidur, larut dalam kenyamanan
mobil Mickey. Mickey mengulurkan tangan, mengusap kepala Alice pelan. Lalu ia mendekatkan
kepalanya, mengecup ringan rambut Alice. Wangi.
Malam ini gue gagal. Tapi lain kali nggak akan lagi. Apa sebenarnya yang bikin lo
menolak gue" Apakah yang selama ini gue lakukan belum meyakinkan lo tentang
perasaan gue" Tentang semuanya"
Kenapa lo menolak gue malam ini"
Mickey menghela napas. Kemudian dengan lembut membangunkan Alice.
*** Selama hidupnya, baru kali ini Alice menetapkan seorang cowok sebagai pangerannya.
Pertama kali Alice masuk SD, kakak-kakak kelasnya tentunya cowok selalu
mengganggunya . Mereka mengejeknya dengan sebutan mayat hidup lantaran kulitnya
sangat putih. Puncaknya ketika anak-anak cowok itu memaksa Alice membagi coklatnya.
Akhirnya ia membiarkan anak-anak itu merampas cokelatnya. Alice terisak.
Seorang anak cowok mendekat.
"Kalian memang jahat!" seru cowok itu. "Benar-benar payah, tujuh cowok mengeroyok
satu cewek!" "Apa urusanmu?" salah satu anak nakal itu berbicara.
"Kembalikan cokelatnya!" si cowok itu memerintah. "Cepat!"
Mereka berkelahi. Guru pun keluar dan membubarkan perkelahian. Si anak itu di antar ke UKS.
"Terima kasih sudah menolongku." Alice duduk di samping anak itu. "Maaf sudah
membuatmu terluka." "Tidak apa-apa." Anak cowok itu menjawab.
Alice menyodorkan semua cokelatnya. "Semuanya buat kamu."
Anak itu menggeleng. "Nggak, kamu kan suka banget cokelat itu?"
Senyum Alice mengembang. "Ya udah, kita bagi dua aja, ya." Putusnya.
Anak itu ternyata bernama Remy dan selalu menjaga Alice. Setiap hari mereka selalu
bersama-sama. Suatu saat, Remy menyerahkan buku harian pada Alice. Buku itu terkunci dan Remy
tidak memberikan kuncinya.
"Besok ulang tahunmu, kan?" Remy bertanya.
Alice mengangguk. "Sebagai hadiah ulang tahun, aku akan memberikan kunci buku harian ini."
Alice melebarkan matanya. "Jadi aku akan dapat kuncinya besok?"
"Iya." Remy tertawa. "Karena kamu ulang tahun dan aku harus memberimu kado."
"Bersabarlah sampai besok." Remy mengingatkan.
"Oke!" Alice tertawa renyah.
Namun keesokannya, Remy tidak muncul.
Alice memberanikan diri menemui guru kelas Remy dan bertanya mengapa anak laki-laki
itu tidak muncul di sekolah kemarin.
"Remy" Oh, dia pindah keluar kota sejak kemarin.
*** Di mana Remy" Apakah dia masih hidup" Apakah dia masih ingat padaku" Apakah dia
masih menyayangiku sampai sekarang"
Apakah Remy tahu aku masih menunggunya"
Apakah baik jika aku menerima cinta orang lain padahal aku masih menanti Remy
kembali" Aku tahu dia akan kembali. Aku yakin"
Alice masih menyimpan buku harian pemberian Alice.
Masih haruskah aku menginginkan Remy sekarang"
Remy kamu di mana" Apakah kamu keberatan bila kupu-kupu saljumu terbang ke hati lain"
Setetes air mata membasahi pipi putih Alice. Dalam benaknya terdengar lagi ucapan
Remy" "Aku sayang Alice. Kamu lucu, cantik, ceria, dan seputih salju" Alice adalah" kupukupu saljuku!"
Kupu-Kupu Salju (Bab 16) Mickey mengemudikan BMW 320i sparkling graphite miliknya menuju Warung
Bandung. Di tempat itu seseorang sedang menunggunya.
"Cepat katakan apa mau lo, waktu gue nggak banyak." Mickey berkata angkuh.
Kiev Wardjono menengadah. "Duduk dulu, Mickey Mouse. Jangan buru-buru."
Mickey menghela napas. Orang satu ini memang rajanya bertele-tele.
"Pesan makanan dulu. Gue yang traktir!"
"Jangan banyak omong, Kiev!" Mickey menggeram pelan. "Cepat ke inti persoalan."
Kiev mengangkat alis. "Tenang! Sedikit waktu yang lo korbankan untuk makan bareng
gue akan mendapat imbalan layak." Gumamnya mantap. "Lo bakal suka melihat apa yang
gue bawa untuk lo." "Sebelum gue mulai, perlu gue tekankan bahwa kita berhadapan di sini sebagai?" Kiev
menarik napas. "Teman." Senyumnya mengembang.
"Teman?" Mickey mendengus. "Kenapa harus munafik begitu" Jelas-jelas lo bukan
teman gue." "Lantas, siapa teman lo?" Kiev menantang balik.
Mickey menatap Kiev dengan masa bodoh. Ia mengeluarkan sebatang Mild Seven dari
kotak dan menyalakannya. "Lo bilang pangeran-pangeran brengsek itu teman lo?" kata Kiev. "Well, lo memang
salah satu dari mereka?" Kiev menggeleng pelan. "Tapi sore ini gue akan bikin lo
sadar." Mickey meniup asap rokok dengan jemu. "Gue udah bilang waktu gue nggak banyak."
Kiev mendengus keras. "Oke." Ia menatap Mickey lurus. "Sekarang mata lo bisa melek
dan bisa lihat kalau selama ini lo sudah memilih orang yang salah sebagai teman lo!"
"Hmm?" Mickey menyahut cuek.
"Jujur, gue memang muak dengan kalian berlima sejak kalian menginjak gedung SCS."
Kiev mengeluarkan rokoknya. "Dan kebencian gue berlipat ganda setelah kalian sukses
membuat gue di keluarin dari sekolah bangsat itu!"
Tahun lalu Kiev dan beberapa anggota gengnya berkelahi dengan kelima pangeran SCS
di The Nine Ballz. Perkelahian itu adalah lanjutan perkelahian pertama mereka yang
terjadi akibat Kiev mencari gara2 ingin membuktikan dirinya penguasa sekolah.
Pertarungan berlangsung panas dan keesokannya semua siswa SCS yang berpartisipasi
dalam perkelahian di giring ke kantor kepala sekolah.
Hingga beberapa minggu kemudian, Juno mendapat bocoran bahwa Kiev mengedarkan
narkoba pada beberapa teman sekelas. Mereka berlima mengatur siasat sehingga
informasi tersebut sampai ke telinga kepala sekolah. Beliau menggeledah Kiev. Barang
bukti ditemukan: di tas sekolah Kiev terdapat shabu-shabu. Ia pun dikeluarkan dari SCS.
Mickey tertawa sinis. "Ngapain ngomongin masa lalu" Lo nggak punya kerjaan yang
lebih penting?" Kiev tersenyum. "Dengar, Mickey. Ketika resmi dikeluarkan dari SCS, gue bersumpah
bakal balas dendam pada kalian, terutama Wirjadinata belagu itu. Tapi gue ngerti, dari
kelima pangeran ada satu yang masih "waras" dan "normal"."
Mickey menghembuskan asap lagi.
"Dan orang itu adalah lo!"
Alis Mickey mengerut. "Gue?"
Kiev mengeluarkan amplop cokelat dari ranselnya. "Gue yakin setelah melihat ini, lo
bakalan mikir normal. Dan tentu saja, barang lo ini akan membisikkan." Kiev
menyipitkan mata penuh arti. "Siapa teman lo dan siapa musuh lo."
Mickey menerima amplop itu. Dan kenapa bajingan satu ini begitu bersemangat"
Mickey menarik keluar beberapa lembar foto dari amplop itu. Ia tak sanggup berkatakata.
Kiev memang membuat Mickey tidak menyesal telah datang menemuinya.
*** DUA JAM KEMUDIAN, DI APARTEMEN MICKEY"
Sunyi senyap" Mickey termenung sendirian di apartemennya, yang ditinggali berdua sang ayah.
Mickey membawa pulang foto-foto sialan itu.
Persahabat" Pengkhianatan"
Kedua kata itu membuatnya makin pening dan terluka.
Pengkhianatan" kesedihan" kehancuran"
Orangtua Mickey bercerai ketika ia masih berusia dua belas tahun. Ia mempunyai adik
laki-laki yang lima tahun lebih muda darinya.
Perceraian berlanjut dengan keberangkatan Mickey bersama ibu dan adiknya ke Amerika.
Menjelang masuk SMA, Mickey merasa perlu membina hubungan baik dengan ayahnya.
Di sekolah, Mickey mendapatkan sahabat-sahabat yang semakin melengkapi hidupnya.
Ia menganggap keempat sahabatnya sebagai saudaranya sendiri.
Paling nggak, sampai siang tadi.
"Kapan foto-foto ini diambil?" Mickey menatap Kiev sambil berusaha menenangkan diri.
Kiev mengucapkan tanggal dan waktu"y. "Gue sendiri yang mengambil gambarnya." ia
menambahkan bangga. Gue ingat betul malam itu. Juno bilang ia pergi ke Mulia bareng sepupunya.
Hati Mickey sesak. Juno berbohong padanya.
Bukankah kebohongan berarti menutupi sesuatu"
Kebohongan memang berarti menutupi sesuatu"
Mickey masih tidak percaya sahabatnya bisa mengkhianatinya.
Kalaupun Alice menyukai Juno" kalaupun cewek itu nolak gue karena Juno, semuanya
salah Juno" Sahabat nggak berbohong, kan"
Perasaan sedih tak lagi mendominasi Mickey. Kini ia lebih merasa marah ketimbang
sedih. Dengan jelas Mickey masih ingat tawaran Kiev tadi.
Dengan gerak lambat ia meraih HPnya dan menghubungi Kiev.
Kupu-Kupu Salju (Bab 17) uno terbangun dengan napas agak terengah. Ia melirik jam digital di samping tempat
tidurnya. 02.52 AM. Ia baru saja mimpi aneh. Ia bermimpi ada wanita meronta sekuat tenaga namun tetap tak mampu melawan
kekuatan dua orang asing yang melawannya.
Wanita itu sempat memberontak dan berteriak. "Kembalikan! Kembalikan dia!"
Siapa dia" Ini bukan pertama kali gue mimpi kayak tadi" Wanita itu sudah pernah hadir dalam
mimpi gue sebelumnya. HP Juno berbunyi. Mickey yang menelepon Juno.
"Ya?" Suara Mickey kedengaran pelan dan gugup. "Juno?" cowok itu tersengal sedikit. "Ke
sini, tolong gue!" "Mickey?" Juno memanggil. "Bicara yang jelas!"
Mickey berdeham pelan di seberang. "Juno, tolong gue! Gawat!" sahabat Juno itu masih
bicara pelan. "Ada apa?" Juno mengernyitkan dahi.
"Kiev?" kata Mickey. "Dia menjebak gue. Dia minta gue menemuinya, ternyata gue
dikepung habis-habisan." Mickey menarik napas. "Juno, gue benar-benar butuh lo. Kroni
Kiev banyak banget?"
Kiev! Juno sudah tahu bajingan itu suatu ketika bakal membalas dendam.
"Lo di mana?" Juno berusaha tenang.
Mickey mendesah pelan. "Di tempat yang sama waktu Kiev menantang kita, tahun lalu."
"Pabrik bekas punya bokapnya?" Tanya Juno.
"Betul." "Gue segera ke sana." Juno memutuskan. "Jangan khawatir, Mickey."
"Oke." Mickey masih terdengar panik. "Juno?"
"Apa lagi?" Mickey berdeham pelan sekali. "Jangan ajak Nero dan yang lain. Cukup kita berdua yang
mengurus Kiev. Oke?"
"Ah, begitu" Tapi lo bilang Kiev bawa banyak orang."
Mickey menghela napas. "Kita bisa mengatasi mereka. Gue" gue cuma nggak kepingin
melibatkan semuanya. Urusan dengan Kiev ini sebaiknya cepat dituntaskan aja."
Juno mengangguk mantap. "Oke kalau begitu." Ia mengatupkan bibir. "Gue berangkat
sekarang." *** Ketika Juno tiba di area yang dimaksudkan Mickey jantungnya berdegup kencang.
"Halo, jagoan!" Kiev menyapa lantang.
Juno mengabaikannya. "Bagus banget lo datang ke sini!" Kiev bergumam sambil maju. Ada lima cowok
berbadan besar di belakang Kiev.
"Mana Mickey?" Juno bertanya santai.
Tawa Kiev meledak. "Siapa yang lo cari?" ejeknya. "Dengar, Juno" inilah saatnya gue
melihat lo terkapar nggak berdaya!"
Kelima orang itu menyerang Juno dengan ganas.
Pada menit-menit awal Juno masih bisa bertahan dan membalas sedikit serangan mereka
yang bertubi-tubi. Tapi lama-kelamaan ia mulai sempoyongan.
Perutnya baru saja ditendang hingga ia memuntahkan darah.
Juno merintih pelan. Ia hanya berpikir apakah Mickey baik-baik saja"
Juno berusaha mengumpulkan kesadarannya. Dan ketika ia seperti mendengar suara yang
sangat dikenalnya. Mickey"! Apakah Mickey baik-baik saja"
Juno berusaha melihat lebih jelas.
Mickey" kayaknya baik-baik saja"
"Lo sudah mengerti arti pengkhianatan, Juno?" kata Mickey dalam.
Juno nggak sanggup menjawab.


Kupu Kupu Salju Karya Felice Cahyadi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tadinya gue menganggap lo sahabat." Mickey masih menatap Juno. "Tetapi semua ini
menunjukkan siapa lo sebenarnya." Kemudian Mickey menyodorkan beberapa lembar
foto yang menjadi biang keladi semua kejadian ini.
Juno langsung mengerti. Ia mencerna segalanya dalam diam.
Mickey menghela napas panjang lalu berdiri.
Kupu-Kupu Salju (Bab 18) DI GAZEBO SCS, SEBELUM BEL MASUK KELAS"
Sudah tiga menit Alice menunggu kemunculan Mickey di gazebo sekolah pagi ini.
"Terlambat tiga menit!" Alice berseru pura2 cemberut.
Mickey tersenyum lalu duduk di samping Alice.
"Gue bikin untuk lo." Alice mengangkat kotak tiramisu ke Mickey. "Semoga lo suka!"
"Gue senang dapat kejutan dari lo pagi-pagi begini." Ujar Mickey pelan.
Alice tertawa renyah. "Benar" Bagus deh kalau begitu. Selama ini cuma lo yang selalu
bikin gue senang. Gue kepingin bisa bikin lo senang juga."
Cowok itu menatap Alice teduh. "Melihat lo tersenyum atau tertawa sudah bikin gue
senang." "Gue kepingin bisa berbuat lebih." Alice menyahut pelan.
Mickey menunduk sejenak. Ia nggak bisa berhenti memikirkan Juno.
Seharusnya gue nggak berbuat seperti itu" Seharusnya gue nggak boleh mencelakai
Juno" Apapun yang terjadi, mestinya gue selesaikan dengan jalan benar! Bukan seperti
itu. Juno sahabat gue sendiri"
"Mikirin apa?" Alice bertanya.
Mickey hanya menatap Alice sekilas. "Nggak ada apa-apa." Katanya singkat. "Apa gue
kelihatan nggak baik-baik saja?" cowok itu berusaha bergurau.
"Sejujurnya, lo kelihatan agak berbeda dari biasanya." Alice menjawab.
Mickey menggeleng pelan. "Mickey, lo keberatan untuk cerita?" Alice memelankan suara.
"Gue benar-benar nggak apa-apa kok. Don"t worry."
"Kenapa lo bohong?" Alice kelihatan kecewa. "Lo nggak percaya sama gue" Gue belum
bisa jadi tempat lo berbagi cerita, ya?" suara cewek itu memelas.
Mickey tertawa getir. "Alice, jangan ngomong begitu." Cowok itu membasahi bibirnya.
"Gue kepingin bisa selalu berbagi sama lo, tapi?"
"Tapi apa?" "Kali ini gue benar-benar nggak apa-apa." Mickey tersenyum lebar. "Bahkan gue senang
karena lo ngasih tiramisu ini buat gue, jadi pagi ini gue merasa spesial?"
Alice merasa Mickey menutupi sesuatu. "Mickey, kalau lo butuh teman untuk berbagi
cerita baik yang bagus atau buruk lo bisa andalkan gue." Cewek itu tersenyum.
"Alice?" Mickey memanggil pelan.
"Hmm?" "Would it kill you to be my girlfriend?" Mickey bertanya santai.
Alice tersenyum kecil. "Lo masih kepingin gue jadi cewek lo?"
"Kenapa lo mempertanyakan itu" Apa lo pikir gue cuma main-main malam itu, waktu gue
minta lo jadi cewek gue?" Mickey menatap lurus ke depan. "Gue sama sekali nggak
bercanda." Ia menambahkan pelan.
"Sori." Alice menipiskan bibirnya. "Gue nggak berpikir begitu kok." Cewek itu melirik
Mickey sekilas. "Dan gue merasa salah kalau gue setuju jadi cewek lo padahal gue masih
menunggu orang lain untuk kembali."
Mickey menoleh kearah Alice.
"Pastinya gue akan mengecewakan lo, kan?" Alice menundukkan wajah.
"Lo nunggu siapa?" Mickey bertanya singkat.
Alice kemudian menceritakan kisah masa kecilnya dengan Remy. "Dia cinta pertama gue,
sekaligus orang yang amat sangat gue sayang. Kini, meskipun sudah bertahun-tahun dia
meninggalkan gue, gue masih kepingin dia kembali."
Jadi itu alasannya" Karena cinta pertama"y inikah Alice menolak gue" Bukan karena
Juno" Ah" entahlah!
"Bagaimana kalau dia sudah melupakan lo?" Tanya Mickey. "Bisa aja dia sudah punya
pacar sekarang dan cuma menganggap lo bagian kecil masa lalunya."
Alice tertawa hambar. "Nggak papa. Hanya dengan ketemu dia dan mendapatkan kunci
buku itu, gue udah senang." Jawab gadis itu. "Memang, cerita kami hanya masa lalu dan
sangat mungkin Remy sudah melupakan semuanya." Alice menarik napas. "Tapi gue
masih kepingin mengenangnya dan meminta kunci itu. Gue kepingin melihat dia baikbaik saja. Dan nggak mau terpisah lagi darinya."
Mickey menggigit bibir. "Gue harap lo akan menemukan dia." Cowok itu tersenyum
tulus. "Supaya lo bahagia."
Alice merasa hatinya mencelos. "Mickey?"
"Bisakah lo sebutkan ciri-cirinya" Barangkali kalau suatu hari kelak gue menemukan
dia." Mickey melebarkan mata sipitnya dengan jenaka. "Gue akan langsung
menghiasinya dengan pita dan mengantarnya ke depan rumah lo."
Alice tertawa kecil. "Mickey?" cewek itu nggak mampu berkata-kata.
"Hmm?" "Gue benar-benar nggak pantas untuk lo."
Mickey menyentuh kepala Alice lembut. "Jangan ngomong begitu lagi, ya"!" katanya
sambil membelai kepala Alice. "Apa pun yang lo harapkan dalam hidup ini, gue akan
selalu jadi orang pertama yang mendukung lo?"
Alice mengerjapkan mata. "Makasih buat tiramisunya." Mickey bangkit dari duduk. "Gue ke kelas duluan, ya.
Sebenarnya, pagi ini jadwal piket gue." Cowok itu nyengir lucu.
Alice mengamati sosok Mickey yang menjauh.
Ia tahu ia menyayangi Mickey dan ingin cowok itu bahagia. Alice hanya tidak tahu apa
yang harus ia lakukan. Air mata Alice mulai mengalir dari kedua mata jernihnya, membasahi pipi putihnya yang
halus. Kenapa sih kayaknya gue selalu bikin Mickey sedih" Cuma bisa bikin dia sedih"
Kupu-Kupu Salju (Bab 19) Keempat pangeran SCS mengunjungi Juno di rumahnya sepulang sekolah.
Nero, Xian, dan Maxx sangat khawatir ketika tahu Juno tidak dapat masuk sekolah
lantaran terluka parah akibat perkelahian sengit dengan Kiev.
"Kenapa Juno nggak menghubungi kita?" Nero protes. Saat itu jam makan siang dan
mereka sedang nongkrong di pelataran parkir sekolah.
Mickey berusaha menenangkan diri. "Mungkin Juno nggak kepingin melibatkan kita
semua." "Payah!" Nero mengembuskan asap rokoknya. "Memangnya dia anggap kita semua ini
anak kemarin sore?" "Sudahlah, guys." Xian menggigit bibir. "Sepulang sekolah nanti kita jenguk Juno. Dan
jangan dipermasalahkan lagi soal dia nggak ngajak kita membantai Kiev, oke?" cowok itu
mengangkat alis. Nero memandang cuek kea rah Xian. "Kalau saja kita semua ada di sana, Juno nggak
mungkin sampai kayak gini, kan?"
Dengan tatapan polos Maxx menanyakan kabar terakhir Juno.
"Juno masih bisa berjalan, meskipun tertatih-tatih. Wajahnya juga bisa pulih, meskipun
sekarang lebam." Jawab Nero. "Tapi yang nggak bisa pulih itu harga diri kita di depan
Kiev brengsek itu. Kita semua sudah tercoreng!"
"Itu nggak penting, Nero." Maxx melirik Nero sepintas. "Lagi pula kita sudah berjanji
pada pihak sekolah untuk nggak berkelahi, kan?"
Xian mengangguk setuju. Nero menggeleng. "Jadi nggak ada yang punya niat untuk membalas perbuatan Kiev
terhadap Juno?" katanya tegas. "Mickey, menurut lo gimana?" Nero mengalihkan
pandanganya pada Mickey. "Hmm?" Mickey menghindari tatapan Nero. "Entah" gue?"
"Ada apa, Mickey?" Nero menyinggul Mickey dengan sikunya. "Biasanya lo selalu
bersemangat soal beginian" Tapi siang ini kok lo lebih banyak diam, heh?"
Mickey berdeham beberapa kali. "Gue nggak bisa mikir. Gue" mengkhawatirkan Juno."
Sahut Mickey mengambang. *** SORENYA, DI AREA KOLAM RENANG RUMAH JUNO"
Juno baru saja pulang dari rumah sakit.
Juno hanya bisa menunduk dan menerima hukuman. Ia tidak diperbolehkan keluar rumah
selama seminggu, termasuk ke sekolah.
Meskipun sudah tahu dirinya di jebak sahabatnya sendiri, Juno tidak menceritakan hal itu
kepada siapapun. Ia merasa Mickey punya alasan untuk berbuat begitu terhadapnya.
"Muka lo nggak ganteng lagi." Nero meninju lengan Juno.
"Trims." Juno tertawa kaku.
"Untung nggak ada tulang yang retak." Xian berkata sambil melahap kimbap.
Juno masih beruntung karena hidung kebanggaannya tidak sampai patah karena
dihantam. "Kita harus membunuh Kiev setelah lo sembuh." Gumam Nero.
"Jangan." Sergah Juno. "Kita mengalah untuk menang." Imbuhnya.
Tawa Nero berderai renyah. "Tapi dia sudah bikin bibir lo sobek begitu." Ujarnya.
"Mickey! Kok lo diam aja" Ayo makan kimbapnya!" seru Xian pada Mickey.
Mickey seolah tersadar dari lamunan. "Ah, gue nggak lapar." Sahutnya singkat.
Juno menatap Mickey, namun Mickey buru-buru berpaling.
Mickey merasa seperti pengkhianat yang memakai topeng.
Pengkhianat sejati" Apalagi setelah melihat sikap Juno yang sama sekali tidak memusuhi"y.
Gue nggak layak berada disini. Maafkan gue, Juno"
"Guys?" Mickey berdiri dari duduknya. "Gue cabut duluan, ya!"
"Eh?" Maxx menengadah. "Kok cepat banget?"
"Gue ada janji." Mickey menyahut. "Nemenin bokap gue. Ada undangan pesta."
"Pestanya jam berapa?" Juno bertanya santai. "Jangan buru2. Gue akan suruh Martha
bikin naengmyon kesukaan lo! Cuaca hari ini cukup panas, bakal asyik banget kalau kita
makan naengmyon. Gimana" Ide bagus, kan?"
Mickey menghela napas. Kenapa ia nggak membenci gue"
"Makasih, nggak usah repot-repot." Mickey mencoba tersenyum. "Gue buru-buru
banget." Mickey beranjak dan meninggalkan gazebo. Nero melirik Juno penuh arti. "Menurut lo,
Mickey baik-baik aja?" tanyanya sedikit berbisik.
Juno mengulaskan senyum. "Hmm, gue rasa nggak ada masalah."
"Tapi dia kelihatannya beda." Nero mengambil sepotong kimbap.
"Mungkin lagi ada problem pribadi. Semoga saja dia bisa menyelesaikannya dengan
baik." Kupu-Kupu Salju (Bab 20) DUA HARI KEMUDIAN" Berada di rumah untuk waktu lama pasti sangat membosankan untuk pribadi yang easy
going kayak Juno. Juno sudah bosan banget. Sore ini, persis seperti sehari yang lalu, Juno duduk di belakang rumahnya.
"Juno!" sebuah suara memanggil.
Alice berlari kecil menghampiri Juno.
"Kata Martha, lo lagi sakit dan butuh teman." Alice duduk di samping Juno. "Jadi gue
kemari, mumpung masih ada waktu sebelum mulai mengajar."
Juno tersenyum tipis. "Apa yang terjadi?" Alice mendekat. "Lo berantem, ya" Siapa yang melakukan ini."
Juno lagi-lagi hanya tersenyum tipis melihat sikap Alice yang ingin tahu.
"Hari ini ngajar Janice?" Juno mengubah topik pembicaraan.
"Ya." Alice mengangguk sekali. "Tapi kenapa lo mengalihkan pembicaraan" Lo belum
jawab pertanyaan gue!"
Juno tertawa pelan. "Lo nggak perlu tahu." Katanya. "Yang pasti, gue jadi di hukum
bokap. Nggak boleh keluar rumah seminggu."
"Begitu?" Alice mengangkat alis. "Semua orang menutupi sesuatu dari gue. Padahal gue
cuma kepingin jadi teman berbagi." Cewek itu menghela napas.
"Nah, kenapa nggak lo aja yang cerita dan jadiin gue teman berbagi yang bisa
meringankan beban lo?" tantang Juno.
"Memangnya lo berminat mendengarkan masalah orang?"
Juno mengangkat alis sedikit. "Kenapa nggak?"
Alice tersenyum lebar. "Tapi gue nggak tahu harus cerita apa."
"Bagaimana kalau tentang?" Juno pura-pura berpikir. "Hubungan lo dengan Mickey?"
"Kenapa lo nanya?"
"Memangnya nggak boleh?" Juno merespons dengan tatapan polos.
Alice menghela napas ingkat. "Bukan"y begitu." Lalu cewek itu menunduk. "Sebenarnya,
gue selalu khawatir."
"Khawatir?" Juno bertanya.
"Ya, khawatir gue nggak bisa bikin Micky senang." Alice memandang Juno. "Mickey
selalu membuat orang-orang di sekitarnya senang, kan" Begitu juga gue. Dia selalu bikin
gue bahagia dan merasa nyaman." Alice menipiskan bibirnya. "Dan itu membuat gue
khawatir bahwa gue cuma bisa menyusahkannya dan nggak pernah bisa buat dia
bahagia." Juno memandang Alice teduh sambil tersenyum kecil. "Lo pasti bisa." Gumamnya.
"Malahan, mungkin lo termasuk salah satu orang yang paling bisa membuat dia senang."
Sepasang mata cokelat Alice hanya menatap kosong.
"Kalau lo kepingin membahagiakan Mickey, turuti saja apa yang ingin dilakukan hati lo."
Juno tersenyum lembut. "Ditambah dengan ketulusan, pasti dia bisa merasakan niat lo
dan merasa bahagia."
Alice membalas senyuman Juno. "Akan gue ingat itu!" ucapnya. "Pengertian yang
sederhana, namun sering kali luput dari pemikiran gue."
"Semoga berguna untuk lo?"
"Makasih ya!" Alice menyenggol lengan Juno dengan bahunya.
"Ouch!!!" terika Juno sambil meringis.
Alice langsung panik. "Apa gue nyentuh luka lo terlalu keras?" cewek itu terlihat merasa
bersalah. "Sori. Sori banget!"
Juno menahan senyum melihat wajah Alice.
"Nggak papa kok." Ujarnya santai. "Cuma kesenggol sedikit." Cowok itu tertawa.
Tawa Alice ikut berderai. Alice senang bisa ngobrol dengan Juno.
"Juno?" Alice berhenti tertawa.
"Hmm?" "Sejujurnya." Alice menarik napas. "Lo kelihatan tampan sore ini."
Juno menatap Alice sambil pura-pura sewot. Ia yakin cewek ini mengejek wajahnya yang
bonyok. "Jangan ngambek! Gue nggak bohong kok." Alice menjelaskan. "Waktu lo ketawa tadi,
lo terlihat lebih tampan" meskipun wajah lo lagi nggak oke."
Mendengarnya Juno tersipu. "Masa sih?" tanya"y dengan nada malas. "Lo aja yang jarang
liat gue ketawa!" "Mungkin saja." Alice menyahut cuek. Cewek itu mengeluarkan HPnya dari saku
seragam. "Boleh gue foto" Dengan syarat lo harus ketawa yang bagus kayak tadi!"
"Apaan sih!" Juno menghindar.
"Ah, pelit!" seru Alice. "Paling nggak, biarkan gue mempunyai foto teman baru gue. Lo
nggak tahu ya, gue senang banget bisa temenan sama lo?"
"Teman?" suara Juno nyaris berbisik.
Alice mengangguk. "Pertama kali kenal lo, lo orang yang paling mengerikan. Tapi
sekarang, gue mendapati lo cukup bijak dan menyenangkan untuk dijadikan teman."
Katanya sambil tersenyum lebar. "Bagaimana" Now we"re friends?"
Juno menghela napas. Kenapa cewek ini begitu jujur"
Juno memutuskan untuk tertawa dan mengangguk. "We"re friends! Tapi ngambil fotonya
bareng aja, ya!" *** KAMAR ALICE, 23.07" Seharusnya Alice sudah tidur malam ini. Tapi matanya masih nyalang.
Alice meraih HP yang ia letakkan di meja mungil di samping tempat tidur.
Dalam foto itu wajah Juno tertawa lepas. Sedangkan wajah Alice terlihat lucu dengan pipi
digembungkan dan tangan kanan membentuk symbol V. Mereka berangkulan.
Foto yang lucu" Alice memilih foto itu sebagai wallpaper HPnya saat ini.
Teman" Senyuman terukir di wajah Alice.
Suatu saat nanti aku kepingin menjadi lebih dari sekadar teman bagi Juno"
Kupu-Kupu Salju (Bab 21) KEESOKANNYA" SCS, JAM PULANG SEKOLAH
Alice menyusuri pelataran sekolah. Alice harus pulang naik taksi.
Sore ini Alice keluar sedikit terlambat karena tadi ia ke perpustakaan dulu.
"Alice!" seorang cewek memanggilnya.
Alice menghampiri Seva. "Ada apa?" Alice bertanya singkat.
Seva menipiskan bibir. "Gue mau lihat HP lo!" tukas Seva tajam.
"HP?" Alice mengangkat dagu. "Untuk apa?"
Seva tersenyum sinis. "Pasti lo punya kejutan untuk gue di sana, kan?"
Alice segera menyadari arah pembicaraan Sevanya. Astaga! Ingatan Alice melayang pada
kejadian di kelasnya saat makan siang tadi"
Wienda yang duduk di depan Alice cekikikan sambil menutup mulut. "Trus kata David,
gue imut!" serunya tertahan.
Alice, Ivanna, dan Freddie mendengarkan cerita Wienda dengan saksama.
"Dan semalam David nelepon gue. Dia ngajak gue nonton sepulang sekolah nanti!"
Wienda memutar bola matanya. "Gue nggak percaya! Dia ngajak gue nonton! Kencan!"


Kupu Kupu Salju Karya Felice Cahyadi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ah, begitu?" Ivanna ikutan semangat. "Dan apa jawaban lo?"
Wienda tersenyum penuh misteri. "Gue belum ngasih keputusan. Semalam gue bilang
akan SMS dia, jadi nonton atau nggak!"
"Halah!" Freddie menyibakkan tangannya dengan gemas. "Lo sok jual mahal, tahu!"
serunya. "Dan sekarang waktunya mengirim SMS ke doi!" Wienda mengedip centil lalu merogoh
tasnya mencari HP. Namun berikutnya dia berteriak histeris. "Ah, gawat! Gue nggak
bawa HP!!!" "Capek deh!" Freddie melengos sebal.
Kelihatannya Wienda kepingin menangis. "Nggak mungkin banget gue ke kelasnya
sekarang! Gue nggak mau cari gara-gara sama cewek-cewek senior di kelasnya yang
terkenal fanatik sama David!"
Ivanna mengernyit. "Sayang banget, gue juga nggak bawa HP. So, nggak bisa minjemin
lo?" ujarnya seraya angkat bahu.
Mendengar itu Wienda makin lemas. Alice langsung tersenyum dan menyodorkan HP"y.
"Makasih, Alice!" Wienda berseru. "Lo dewi penolong gue yang tercantik!!!"
Wienda pasti memberitahu Seva soal foto itu. "Nggak ada apa-apa di HP gue. Dan yang
jelas nggak ada urusannya sama lo."
Seva merta-merta menahan bahu Alice. "Jangan kabur, Alice!!!" bentaknya kasar.
"Apa-apaan sih lo"!" Alice mendorong Seva kuat. "Lo mau HP gue"!" Alice merogoh
saku seragamnya dan menarik HPnya. "Ini yang lo incar?"
Seva langsung menyambar HP mungil itu. Dan ketika melihatnya, mata Seva membulat
dan mulutnya sedikit menganga. Alice bahkan lebih dulu menjenguk Juno ketimbang
dirinya. "Puas?" Alice bertanya tajam. "Kembalikan HP gue sekarang. Gue mau pulang!"
tegasnya. "Seharusnya gue yang bertanya begitu!" kata Seva. "Apa lo sudah puas bikin gue sakit
hati?" "Kembalikan!" Alice menerjang Seva.
Seva berkelit. "Apa lo sudah puas bikin gue sakit hati?"?" ia mengulangi pertanyaannya.
Ia membanting HP Alice, kemudian menginjak-injaknya.
Alice terkesiap. "Kenapa?" Alice berbisik. "Kenapa?"
Seva menatap Alice dengan mata basah. "Gue nggak percaya ada cewek kayak lo!"
gumamnya. "Dia hidup mati gue! Dan lo merampasnya! Dasar serigala berbulu domba!"
Alice menggeleng. "Kami cuma berteman." Sahut"y lirih.
Seva tertawa pedih. "Teman?" ulangnya sinis. "Nggak, Alice. Gue nggak sebodoh itu
untuk percaya omongan lo."
"Terserah!" Alice menarik napas panjang.
Dengan cepat Alice memungut sisa-sisa HPnya. "Gue nggak peduli lo percaya atau
nggak, tapi gue cuma ngasih tahu, hubungan gue dengan Juno nggak seperti yang lo
kira." Katanya datar.
Detik berikutnya Alice berlari kecil meninggal Sevanya.
Ia kepingin menangis. Ia kepingin bertemu seseorang yang bisa membuatnya merasa
lebih baik" "Alice?" sebuah tangan menariknya lembut.
Alice melihat Mickey berdiri di depannya. "Ada apa?" cowok itu mengusap rambut Alice
lembut. "Mickey?" Alice terengah. "Seva?" tangannya yang memegang HP gemetar.
"Apa yang terjadi?"
Alice menggeleng lemah. Matanya berkaca-kaca.
Mickey menyadari keadaan Alice. Mickey memeluk Alice kuat namun lembut dan
mengusap pundaknya pelan untuk menenangkannya.
Alice mempererat pelukannya, seakan tidak ingin Mickey beranjak menjauh dan
meninggalkannya. Cowok itu melonggarkan pelukannya. "Gue ke dalam sebentar, ada urusan." Lalu ia
mengeluarkan kunci mobil dari ranselnya. "Lo tunggu di mobil, oke?" Ia menyerahkan
kunci mobilnya ke Alice. Setelah itu Mickey berlari ke arah gedung sekolah, mencari Seva.
*** "Kenapa lo lakukan itu?" Mickey menghampiri Seva.
Seva menyeka air matanya. "Oh, geez" Look who"s talking?" ia berkata sinis. "Kenapa
lo masih belain dia" Dia nggak menyambut perasaan lo! Bukannya dia udah bikin lo
sedih?" Mickey mematung sejenak mendengar pertanyaan Seva. "Nasib percintaan gue sama
sekali bukan urusan lo. Tapi kalau lo bikin Alice sedih, itu urusan gue." Sahut Mickey
kalem. "Sok pahlawan." Desis Seva. "Apa pikir lo dengan bersikap begini, Alice bakal jatuh
cinta sama lo" Itu yang lo harapkan?"
"Gue nggak peduli! Dan sekali lagi gue bilang, itu bukan urusan lo." Mickey menatap
lekat-lekat kedua mata Seva. "Jangan sakiti Alice lagi. Oke?" cowok itu berpesan.
Ekspresi Seva agak melunak. "Kenapa harus gue yang disalahin" Udah jelas dia yang
nyakitin gue duluan. Apakah hubungannya dengan Juno nggak mengganggu lo,
seandainay lo berada di posisi gue?"
Mickey mengangkat bahu. "Mereka manusia." Jawab Mickey. "Ketika seseorang telah
menentukan pilihan, nggak ada yang bisa berbuat apa-apa, kan?" ujar cowok itu.
"Sekalipun itu berarti Juno mencintai Alice ataupun sebaliknya. Itu pilihan mereka, dan
gue nggak bisa berbuat apa-apa, kan?"
Seva terisak pelan. "Gue duluan." Pamit Mickey.
"Mickey, tunggu!" Seva menahan lengan seragam Mickey. "Andaikan gue bisa berpikir
kayak lo" Sehebat lo, Mickey."
Mickey membalas memandang Seva.
"Seva." Mickey menipiskan bibir. "Mencintai nggak selalu harus memliki, kan?" gumam
cowok itu sambil tersenyum lirih. "Lebih baik lagi kalau lo bisa jadi orang yang selalu
ada untuk orang yang lo cintai. Lebih baik kalau lo bisa menjadi orang yang paling ia
percaya." Seva menunduk. "Begitu, kan?" kata Mickey. "Semoga lo bisa berpikir lebih jernih."
Kupu-Kupu Salju (Bab 22) PADA WAKTU YANG SAMA, DI RUMAH JUNO"
"Ah, selamat sore, Mr. Beast?" Juno bergumam pelan, mengejek penampilan wajahnya
sendiri di depan cermin. Juno meninggalkan cermin dan berjalan tanpa tujuan di rumahnya yang luas.
Main internet" membosankan. Bermain piano dengan kondisi begini" Nggak banget.
Masak di dapur" ya Tuhan! Buat apa Martha ada di rumah ini kalau gue masak sendiri"
Gudang. Juno membuka pintu gudang tanpa tujuan jelas.
Nggak satu pun barang-barang di sini pernah gue lihat sebelumnya.
Senyum getir terulas di wajah Juno.
Seoul-Perth-Jakarta"
Juno mengerutkan dahi. Apa yang bisa gue kenang mengenai kehidupan gue"
Seoul" Musim gugur yang selalu menyenangkan"
Pulau Jeju" Merayakan tahun baru di Seongsan Sunrise Peak sekeluarga"
Mysterious road" Juno mengela napas panjang. Namun kemudian menangkap bayangan sebuah peti harta
karun lainnya. Di sisi depannya tertulis "Josh".
Punya papa" Sebuah buku harian berukuran sedang.
Juno menarik buku harian itu.
Untuk Joseph" Dengan cinta, Danissa Alis Juno mengerut. Siapakah dia" Ia menemukan foto lain. Ada seorang bayi laki2 mungil. Di bawah foto dengan tulisan
tangan rapi tertulis: "Konstantinus Jeremiah Wirjadinata, dua bulan?"
Jantung Juno berdegup kencang.
*** Juno duduk sambil menghadap meja belajarnya di kamar tidurnya. Di hadapannya
tergeletak buku harian misterius yang baru saja ditemukannya di gudang.
Secara acak Juno membuka halaman buku harian itu, membaca ulang cerita yang tertuang
di sana. 21 Juli 1996 Dear Joseph Kini Jeremiah sudah berusia enam tahun. Setiap ia tertawa aku selalu teringat kepadamu,
karena tawa kalian sangat mirip. Oh ya, Jeremiah merindukanmu. Ia bertanya mengapa
kamu tidak pernah datang lagi ke rumah. Aku hanya bisa memeluknya dan berkata kamu
sibuk sekali" Love, Danis 15 September 1996 Dear Joseph" Jeremiah untuk kesekian kali menanyakanmu.
Joseph, keberatankah kamu mengunjungi kami"
Love, Danis Juno menghembuskan napas berat.
24 Juli 1998 Dear Joseph" Tebak apa yang terjadi! Jeremiah membuatku pusing, hahaha"
Kemarin ia pulang dengan wajah penuh luka karena berkelahi di sekolah. Aku sungguh
khawatir, Josh. Katanya Jeremiah berkelahi untuk menolong seorang gadis kecil dari
gempuran anak-anak badung yang ingin merampas cokelat.
Ternyata" Jeremiah kecil kita anak pemberani. Kamu senang mendengarnya, Josh"
Kuharap begitu" Love, Danis 27 Juli 1998 Dear Joseph" Kurasa Jeremiah kesayangan kita sedang jatuh cinta. Ia ingin melakukan hal yang sama
seperti yang kulakukan untukmu, yakni menulis buku harian seperti ini.
Ia akan menulisnya untuk gadis cilik yang ia tolong.
Jadi aku memberinya buku harian baru, persis buku ini. Dengan gambar kupu-kupu
cantik" Josh, bolehkah aku memohon kepada Tuhan agar aku bisa memilikimu lagi" Dosakah aku
jika melakukannya" Love, Danis 1 Agustus 1998 Dear Joseph" Jeremiah bertanya, apa yang seharusnya ia tuliskan pada buku harian itu" Jadi ku jawab,
tulislah apa saja yang ingin kamu ceritakan padanya.
Aku mengusulkan agar sehari sebelum ulang tahun gadis itu, Jeremiah sebaiknya
memberikan buku hariannya tanpa menyerahkan kuncinya.
Jeremiah setuju dan ia bilang besok ia akan menanyakan kapan hari ulang tahun gadis
kesayangannya itu" Ah, Josh, Jeremiah memberitahuku gadis itu bagaikan kupu-kupu
salju karena begitu lincah, cantik, dan seputih salju.
Love, Danis 3 Desember 1998 Dear Joseph" Besok aku akan pergi ke Bali. Beberapa teman mengajakku jalan-jalan.
Kami akan menempuh perjalanan darat. Aku sih setuju saja"
Sedih juga meninggalkan Jeremiah dan Mama di rumah.
Doakan aku bersenang-senang di Bali, ya!
Bali, here I come!!! Love, Danis Juno menutup buku harian itu. Tidak ada lagi tertulis selepas tanggal 3 Desember 1998.
Ia memejamkan mata dan menarik kesimpulan dari keseluruhan cerita yang ia baca.
Nanti malam gue harus bicara dengan Papa mengenai hal ini"
Kupu-Kupu Salju (Bab 23) RUMAH ALICE, 20.46" Perlahan Alice membuka mata.
Sepulang sekolah tadi ia diantar pulang Mickey.
Ternyata hari sudah malam. Alice bangkit dari tempat tidur dan keluar dari kamar. Di
meja ruang tamu ia melihat sebuah kotak.
Alice menghampiri kotak itu. "Mbak Ratni!" Alice berseru memanggil pembantunya.
"Ada apa, Non?" Mbak Ratni tersenyum.
"Ini punya siapa, Mbak?"
Mbak Ratni menjawab. "Ah, itu. Tadi sore ada teman Non datang, dan saya bilang Non
lagi tidur. Jadi dia titip kotak itu untuk Non."
"Oh, begitu?" Alice membolak-balik kotak itu. "Makasih ya, Mbak."
Mbak Ratni mengangguk. "Oh ya, Non, kalau mau makan malam, sup buntutnya sudah
saya hangatkan." Ujar"y.
Alice tersenyum lebar. "Oke, nanti aku makan. Makasih, Mbak."
Alice duduk di sofa dan membuka kotak itu.
Melihat isinya, Alice hanya bisa terkesiap. Di kotak itu tertempel kartu kecil berbentuk
kepala Mickey Mouse yang sedang tersenyum. Di atas kartu kecil itu ada tulisan :
"Jangan sedih, ya" Gue selalu ada untuk lo?"
Gadis itu masih memandang dengan tak percaya kotak iPhone baru di pangkuannya.
*** Alice segera menelepon Mickey untuk mengatakan ia akan mengganti uang HP yang
diberikan Mickey untuknya.
Mickey tak mengangkat telepon.
Apakah Mickey malas menerima teleponku"
Apakah sesuatu yang buruk terjadi padanya"
Ah, membayangkannya saja sudah membuat mata Alice berkaca-kaca.
Semoga kali ini gue beruntung" Alice berdoa dalam hati sambil mencoba menghubungi
HP Mickey lagi. Tersambung, batin Alice sambil berdoa.
"Halo?" suara cewek menyapa Alice di seberang.
Jantung Alice seakan berhenti. "Halo?" katanya berharap suara Mickey yang akan
merespons. "Ya, halo?" suara cewek itu lagi. "Bisa kubantu?"
Alice menahan napas. Dengan cepat ia menjauhkan gagang telepon dan menutupnya.
Jantungnya berdegap cepat.
Kenapa" Kenapa suara perempuan"
Apakah" Mickey sedang berkencan"
Apakah Mickey sedang berkencan sekarang" Kenapa ia membiarkan cewek itu menerima
teleponku" Aku bukan siapa-siapa. Aku kan bukan ceweknya. Tapi kenapa aku khawatir" Dan aku
tidak rela mendengar suara perempuan itu" membayangkan"y diberi hak untuk
"menguasai" HP Mickey" benar-benar tidak rela.
*** KEMANG FOOD FEST, PADA WAKTU YANG SAMA"
Mickey menatap tajam wajah cantik di hadapannya. Tammie Aprillia Robinson.
"Kenapa lo lakukan itu?" Tanya cowok itu.
Tammie tersenyum lembut. "Hanya itu cara untuk tahu apakah dia suka sama lo atau
nggak." katanya mantap.
Mickey tertawa singkat. "Dia nggak bakal peduli."
"Siapa bilang?" sergah Tammie. "Kadang cewek memang perlu dipancing saraf
cemburunya untuk menyadari perasaannya sendiri, dan itu mudah saja. Kalau dia
cemburu, berarti memang suka."
"Sudahlah." Mickey mengibaskan tangan. "Gue udah cukup senang dengan keadaan gue
sekarang." Tammie mengangkat alis. "Ya, lo memang sudah cukup senang. Tapi lo belum senang,
kan?" Mickey tertawa kecil. "Lo masih ngerti gue, ya?"
"Tentu saja." Tammie mengedipkan mata. "Lo cowok yang paling gampang dimengerti
dibandingkan sederet cowok yang pernah jalan sama gue." Katanya. "Habis lo masih
kecil dan nggak punya tendensi aneh2 dalam hidup ini."
Mickey diam saja. "Tapi, Mickey" yang paling penting." Tammie menatapnya lurus. "Lo cowok yang
paling fun yang pernah gue temui. I really like you?" cewek itu berhenti sejenak.
"Sungguh beruntung gadis kecil bernama Alice itu, ya?"


Kupu Kupu Salju Karya Felice Cahyadi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mickey tersipu. "Gue masih nggak percaya bulan depan lo bakalan menjadi seorang istri." Mickey
mengaduk minumannya. Tammie tertawa. "I"m not as young as you are, kid! Sudah sepantasnya gue menikah."
Katanya. "Meskipun agak tegang buat gue untuk memulai kehidupan pernikahan" gue
merasa sreg dengan keputusan ini." Sambung perempuan itu.
*** KAMAR ALICE, 22.55 PM"
Alice ingin tidur lelap dan tidak berpikir aneh-aneh tentang pemilik suara yang
menyapanya di HP Mickey. Tapi mencoba tidur sangat sulit, apalagi tadi sore Alice sudah tidur lama.
Ia meraba kalung yang melingkari lehernya. Suatu momen melintasi benaknya"
Suasana ramai festival sekolah" Aneka stan dalam bazar SCS" Mickey" Tenda
ramalan" Kalung ini" Mickey"
Alice menarik napas. Alice menarik laci meja mungil di samping tempat tidurnya, lalu mengeluarkan foto yang
ia bingkai dengan pigura keperakan. Menatap foto itu, senyum Alice mengembang tipis
bersamaan dengan air mata yang mulai membasahi mata cokelatnya dan mengaburkan
pandangannya. Itu foto Mickey bersamanya saat festival sekolah. Berpose sambil membulatkan mata dan
memajukan bibir. Alice tersenyum melihat wajah Mickey yang lucu.
Senyuman Mickey yang selalu membuatnya merasa damai" Tawa mickey yang
membuat dunianya cerah" Kehadiran Mickey yang senantiasa menghangatkan hariharinya"
Mickey selalu ada untuknya dan datang tepat waktu"
Air mata Alice mengalir turun. Malam ini ia tersadar, ia mencintai Mickey.
Kupu-Kupu Salju (Bab 24) RUANG KERJA JOSEPH WIRJADINATA, 23.05"
Walaupun sudah berusia 42 tahun, Joseph Wirjadinata masih tegap dan bugar. Sorot
matanya yang kuat dan tajam tidak berbeda jauh dengan putranya, Juno.
"Ada apa?" lelaki itu menengadah ketika mendapati putranya memasuki ruang kerjanya
sesuatu yang jarang dilakukan Juno.
Juno mengangkat bahu sedikit. "Hanya kepingin ngobrol." Cowok itu menyahut pelan.
"Kamu menikmati masa hukumanmu?" Joseph bertanya santai.
Juno meringis. "Bosan banget." Gumamnya tanpa ekspresi.
"Papa tahu itu." Joseph menatap wajah putranya. "Dan itu artinya kamu harus paham,
bahwa Papa tidak main-main melarang kamu berkelahi. Sudah Papa katakan berulang
kali, perbuatan macam itu merusak nama keluarga kita dan namamu sendiri, tentu saja."
Juno mengangguk. "Papa sangat mencintai Mama?" pancingnya.
Joseph tersenyum. "Tidak perlu dipertanyakan, Juno. Kamu sudah bisa menjawabnya,
kan?" "Waktu umurku tak lebih dari sebelas tahun, ketika masih tinggal di Seoul dulu?" Juno
melirik ayahnya sekilas. "Aku sering menemukan Mama menangis sendirian, diamdiam."
Perlahan ekspresi Joseph berubah.
Juno melanjutkan. "Kupikir akulah penyebabnya, karena semua sanak sudara
menyebutku anak paling nakal. Apakah menurut Papa akulah penyebab Mama sering
menangis?" "Juno, Papa tidak tahu." Joseph berkata. "Kadang ibumu sangat emosional dan sulit
ditebak." "Begitu?" Juno mengatupkan bibir. "Papa tidak pernah tahu kesedihan apa yang
dipendam Mama, hingga ia sering menangis?"
Mata Joseph mengerjap beberapa kali, kemudian ia berkata. "Juno, kehidupan pernikahan
sangat rumit, dan tidak mungkin kamu tidak menemukan atau membuat masalah di
dalamnya." suaranya sedikit tertahan, "Kelak kamu akan mengerti sendiri."
Sepertinya Papa menghindar. "Bolehkah aku bertanya sesuatu yang" lebih pribadi?"
Alis Joseph terangkat. "Tentu saja." Sahut Joseph pasrah.
"Selain Mama, apakah pernah ada wanita lain di hati Papa?" Juno bertanya hati2.
"Tentu saja ada." Pria itu berusaha tertawa. "Tetapi semua itu terjadi sebelum Papa
menikah. Itu hal yang lumrah dialami setiap manusia, kan?"
Papa berbohong! Setelah menikah pun Papa masih berhubungan dengan wanita bernama
Danissa itu! Terungkap dari tanggal-tanggal yang jelas tertera di buku hariannya"
Joseph menyadari ekspresi aneh pada raut wajah putranya.
"Jadi" Papa tidak pernah membohongi Mama" Tidak pernah ada perselingkuhan?"
Joseph menggeleng lemah. Juno tertawa getir. "Mengapa Papa berbohong?" bisiknya. "Aku tahu semuanya. Dan
sekarang aku minta Papa menjelaskan dengan jujur." Juno menyodorkan buku harian
kupu-kupu itu. Mata Joseph membesar dan rahangnya mengeras.
"Maaf karena aku lancang memeriksa peti di gudang." Juno menatap buku harian itu.
"Tapi aku benar-benar ingin mendengar semua dari Papa sendiri."
Helaan napas panjang terdengar. "Buku harian ini?" lelaki itu menghela napas lagi.
"Milik Danissa, mantan kekasih Papa." Kedua mata Joseph menerawang.
"Dan Papa masih berhubungan dengannya bahkan setelah menikahi Mama?"
"Ya." Joseph tertahan. "Berat sekali meninggalkannya. Papa" sangat mencintainya."
Juno menatap tajam. "Tapi itu bukan berarti Papa boleh memiliki anak dengan Danissa
itu. Papa telah mengkhianati pernikahan Papa sendiri dan melukai perasaan Mama!" Juno
berseru pelan. "Aku baru tahu Papa dan Mama menikah karena dijodohkan." Juno
menggeleng. "Tapi tetap saja tidak ada alasan yang menghalalkan Papa melakukan semua
itu, kan?" Joseph balas memandang putranya. "Kamu takkan bisa mengerti, Nak. Situasinya begitu
rumit saat itu." "Membaca buku ini seperti menemukan sisi lain Papa. Sisi lain yang sangat berbeda
dengan Papa yang selalu kukenal selama ini. Papa pria yang selalu penuh pertimbangan
dan tegas dalam mengambil keputusan. Dan Papa juga sangat menjaga nama baik
keluarga, tentu saja. Kenapa bisa melakukan ini" Apakah saat itu Papa tidak berpikir ini
bisa merugikan semua pihak" Termasuk Papa, Mama, wanita bernama Danissa dan
anaknya. Serta seluruh keluarga ini" Tidakkah Papa berpikir hal itu sangat bisa merusak
nama baik Wirjadinata?" Juno tidak bisa menahan diri.
"Juno!" Joseph bangkit dari duduknya. "Kamu sedang bicara dengan ayahmu. Kamu
tahu, perkataanmu terdengar seolah kamu sedang menggurui ayahmu."
Juno mengatupkan bibir. "Jauh sebelum detik ini kakekmu sudah nyaris membunuh Papa perihal yang satu ini."
Joseph menandaskan. "Dan sekarang Papa meyakinkan kamu, semuanya sudah usai.
Silakan keluar, kembali ke kamarmu, dan jangan bawa masalah ini lagi ke permukaan!"
suara Joseph tegas. "Apa maksud Papa dengan "sudah usai?""
"Keluar!" Joseph memerintahkan dengan datar.
Juno berdiri, tapi tidak beranjak.
"Mengapa Papa bisa bilang semuanya sudah usai?"
Joseph mulai emosi. "Kalau kamu sudah membaca buku harian itu, kamu pasti menyadari
bahwa terakhir kali Danis menulis adalah tanggal 3 Desember, sehari sebelum ia pergi ke
Bali." Pria itu menatap Juno dalam. "Danis meninggal dalam perjalan ke Bali.
Kecelakaan mobil." Suara Joseph bergetar.
Hati Juno langsung mencelos.
"Apakah salah jika Papa katakan semuanya sudah usai?" Joseph berusaha menenangkan
diri. "Sekarang jangan bicara lagi. Keluarlah dan berhenti berkutat dalam hal yang sudah
berlalu. Apalagi ini bukan urusanmu."
Juno merasa agak kesal. "Bukan urusanku" Tentu saja ini urusanku!" tandas Juno. "Aku
punya saudara tiri bernama Jeremiah di luar sana, yang tidak jelas keberadaannya. Ibunya
sudah meninggal sementara ayahnya tidak peduli padanya!"
"Demi Tuhan, Juno." Joseph seperti nyaris menampar putranya. "Dia baik-baik saja
dan Papa peduli dengannya. Sangat peduli! Tahu apa kamu"!" bentaknya. "Keluar dari sini!
Keluarlah!" pria itu menunjuk pintu.
"Tidak." Juno menyahut singkat. "Katakan, di mana anak itu sekarang?"
Joseph menarik napas dan melangkah ke sudut ruang kerja.
"Bukankah Papa selalu mengajari aku untuk menjadi lelaki yang bertanggung jawab?"
suara Juno sedikit melunak. "Namun kenyataan ini sudah membuatku kecewa." Cowok
itu perlahan mendekati ayahnya.
"Jangan terus mendesak Papa." Joseph memandang putranay. "Keluarlah!"
"Di mana Jeremiah?" Juno benar-benar mengabaikan pertanyaan Joseph. "Di mana dia?"
suara Juno terdengar dingin.
"God!" Joseph bergerak seakan kepalanya nyaris pecah.
"Di mana"!" Juno mengeraskan suaranya. "Katakan, Pa! Kenapa berat sekali
mengatakannya?" Joseph terperangah. "Hentikan!!!" perintahnya. "Kamu memaksa Papa." Suara Joseph
berkata lunak. "Di mana anak itu?" Juno agak tersengal.
"Konstantinus Jeremiah Wirjadinata?" Joseph menarik napas. "Dia sedang berdiri di
hadapan Papa sekarang."
*** BALKON KAMAR TIDUR JUNO, 01.27 DINI HARI"
Bernapas pun rasanya berat bagi Juno.
"Seharusnya ini tidak pernah boleh sampai ke telingamu. Kakekmu akan membunuh Papa
karena telah melakukannya. Bisakah kamu merahasiakannya dari beliau?"
Juno hanya terkulai lemas dan tak mampu menjawab. Hatinya ingin berteriak. "Siapa gue
ini" Siapa gue ini?" Kini cerita ayahnya bagaikan film di alam pikiran Juno.
James Wirjadinata adik kandung Joseph diminta ayahnya untuk mendatangi sebuah
rumah di Malang, sehari setelah kematian Danis. Ia akan membawa pergi keponakannya
dari rumah itu, menujun kediaman keluarganya di Jakarta.
Wanita itu mengusir James dan beberapa anak buah yang ingin mengambil Juno. Namun,
wanita tua itu tak dapat berbuat apa-apa selain berteriak agar mereka mengembalikan
cucunya. Juno langsung teringat mimpinya.
Penjelasan Joseph selanjutnya semakin membuat kepala Juno berdenyut-denyut.
"Kamu selalu mencoba melarikan diri dari kami semua?"
"Kamu mengalami kecelakaan di Jakarta ketika berusaha untuk melarikan diri?"
Juno syok, masih tak mampu mengucapkan sepatah kata pun. Namun ia tahu mengapa ia
selalu merasa ada yang hilang dari kehidupannya. Ternyata dulu ia hilang ingatan saat
kecelakaan itu terjadi. Sang ayah melanjutkan cerita.
"Identitas baru diciptakan?"
"Teresa yang ketika itu sedang di Seoul bersedia menerima dan merawatmu. Begitu pula
keluarganya." "Meski kadang ia merasa sedih setiap kali menyadarimu adalah buah pengkhianatan Papa
terhadap dirinya." Jadi itulah penyebabnya, pikir Juno pahit.
Siapa gue ini, sebenarnya"
Sekarang gue merasa punya dua kehidupan yang sangat berbeda. Jeremiah dan Juno. Papa
tadi pesan untuk melupakan Jeremiah. Gue harus terus melangkah jauh.
"Jeremiah sudah berakhir dan kini Juno yang berada di hadapan Papa. Juno yang bertugas
sebagai penerus kejayaan keluarga Wirjadinata." Begitu kata Papa sambil memeluk gue
erat tadi. Gue juga menginginkan hal yang sama.
Ah, sial" gue nangis lagi.
Perlukah gue minta maaf juga pada gadis "kupu-kupu salju" itu" Gue akan merasa sangat
bersalah kalau sampai saat ini gadis itu masih mencari gue.
Mungkin kalau ada bintang jatuh, gue akan meminta agar bisa bertemu si kupu-kupu salju
itu. Kupu-Kupu Salju (Bab 25) SABTU, 09.02" Mickey sedang menunggu Juno di gazebo belakang rumah sahabatnya itu.
Mickey ingin meminta maaf atas kesalahannya tempo hari.
"Hai." Sapa Juno.
"Juno." Mickey berdiri dan berusaha tersenyum. "Bagaimana keadaan lo?"
"Lumayan." Juno menyahut.
Mickey memandang Juno dan berkata. "Sebenarnya kedatangan gue kemari untuk minta
maaf." "Minta maaf?" "Ya." Mickey mengatupkan bibir. "Benar-benar tolol, kalau dipikir lagi. Keputusan yang
idiot untuk menjebak lo dan membantu Kiev."
Juno tertawa seadanya. "Sudahlah, Mickey." Ujarnya. "Gue sudah melupakan"y kok. Dan
kalau gue renungkan lagi, bukan cuma lo yang salah. Kalau gue nggak bohong sama lo,
nggak akan kejadian juga. Betul, kan?"
"Juno, pokoknya yang penting gue minta maaf atas kesalahan gue." Mickey tampak
benar-benar bersalah. "I really have no idea about what the hell was on my mind that
day?" ucapnya. "Gue juga takut kejadian ini akan merusak persahabatan kita berlima."
"Hei?" Juno menepuk bahu Mickey. "Jangan dibesar-besarkan begitu. Kita melakukan
kesalahan dan itu sudah lewat. Itu bisa jadi pelajaran."
Mickey tersenyum lalu mengangguk. "Jadi, bagaimana kabar lo?"
Juno termenung cukup lama.
"Nyokap lo bukan ibu kandung lo"!"!" Mickey setengah berseru ketika Juno
menyampaikan inti ceritanya.
"Ini rahasia, Mickey?" Juno berbisik. "Jadi bersikaplah seperti orang yang lagi
ngomongin rahasia!" Mereka pindah ke kamar Juno.
Mickey menerima buku harian Danissa yang disodorkan Juno padanya. "Di buku ini"
hanya di buku ini gue bisa melihat wajah ibu kandung gue dan mengetahui secuil masa
lalu yang sama sekali nggak gue ingat."
Mickey membuka buku itu dari belakang dan membacanya. "Tragis banget, Juno."
Mickey duduk di sofa mungil di sudut kamar Juno. "Kupu-kupu salju?" Rasanya ia
familier dengan sebutan itu.
"Ya, itu sebutan gue maksud gue, Jeremiah untuk cewek yang di sukainya di SD dulu."
Juno menyahut. "Bahkan Jeremiah menulis buku harian yang sama untuk cewek itu."
Mata Mickey membesar dan ia meneruskan mencari petunjuk selanjutnya"
Tiba-tiba saja semua terbaca jelas dalam benak Mickey.
Buku harian" kunci" berkelahi" cokelat" gadis kecil" Kota Malang" Kupu-kupu
salju" Jeremiah" Jeremiah" Remy"
Mickey merasa hatinya mencelos. Pikirannya lebih dari sekadar galau.
"Ada apa?" Juno menyadari perubahan sikap Mickey.
"Kupu-kupu salju ini" gue tahu siapa dia."
*** SENIN PAGI DI PERPUSTAKAAN SCS"
Alice melihat sosok cowok yang sangat dikenalnya sedang duduk dan membaca buku.
"Juno!" cewek itu berseru tertahan. Alice duduk disamping Juno. "Lo udah masuk lagi!"
Juno tersenyum sambil menoleh sebentar ke arah Alice. "Muka gue masih hancur, ya?"
candanya. "Lagi sibuk?" Alice membuka buku matematika yang diharapkannya bisa membantu"y
menyelesaikan tugas. "Nggak juga." Juno menyandarkan punggung. Cowok itu memandang Alice lekat
dengan cara yang tak pernah ia lakukan sebelumnya.
Mata Alice membulat. "Ada apa sih?" cewek itu bertanya.
"Lo kelihatan nggak seceria biasanya." cowok itu menjawab.
"Hmm?" Alice membalik halaman bukunya. "Lagi ada sedikit masalah."
"Ada yang bisa gue bantu?" pandangan Juno menuju Alice.
Alice menggigit bibir. "Sebenarnya ada sesuatu yang kepingin gue tanya sama lo."
Cewek itu menarik napas. "Mickey sudah punya pacar, ya?" ia bertanya dengan bisikan.
Alis Juno bertaut mendengar pertanyaan Alice. "Nggak ada tuh." Sahutnya. "Kenapa lo
berpikir begitu?" "Gue kira ia punya pacar baru." Alice mengangkat bahu. Lalu gadis itu menceritakan
insiden HP Mickey yang dijawab suara perempuan. "Gue kira ia lagi kencan saat itu."
Alice menjatuhkan kepalanay ke atas buku Matematika tebal di depannya.
Juno setengah mengatupkan mulut, menahan tawa.
"Kok lo malah ketawa sih?"Alice menyikut Juno pelan.
Juno berdecak sambil agak membungkuk. "Menertawakan teman yang lagi cemburu itu
asyik, tahu!" Juno memasang wajah polos. "Lo sendiri yang bilang sekarang kita teman!"
"Cemburu?" Alice mengerutkan dahi.
"Kelihatan jelas di muka lo." Juno menegakkan tubuh. "Lo khawatir Mickey benar-benar
punya pacar, kan?" Alice menyikut Juno. "Mungkin aja." Jawabnya.
Tawa Juno berhenti. "Gue dengar Mickey udah pernah nembak lo?" katanya sambil
melirik Alice. "Tapi lo nolak. Dan sekarang lo takut dia pacaran sama cewek lain. Dasar
aneh!" "Gue punya alasan untuk itu." Suara Alice pelan.
Juno mengangguk. "Gue tahu kok." Ucap"y. "Lo masih menunggu seseorang dari masa
lalu lo, kan?" Mendengar ucapannya sendiri, jantung Juno berdegup lebih kencang.
"Ya, tapi sekarang gue menyesalinya." Alice menggeleng. "Gue terlambat menyadari
bahwa perasaan gue untuk Remy dan Mickey adalah dua hal yang sangat berbeda"
Mereka sama-sama berarti bagi gue, dalam posisi berbeda."


Kupu Kupu Salju Karya Felice Cahyadi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Senyuman Juno terkembang saat nama Remy disebut.
"Sekarang gue takut semuanya sudah terlambat." Alice melanjutkan. "Gue sangat nggak
kepingin kehilangan Mickey?"
Juno menepuk bahu Alice lembut. "Boleh nggak gue tahu, apa yang bakal lo lakukan kalo
lo ketemu cowok bernama Remy itu?"
"Remy sahabat terbaik yang pernah gue miliki." Alice berkata. "Gue kepingin dia tetap
jadi sahabat gue seperti dulu ia bagaikan kakak yang selalu melindungi dan menjaga
gue." Juno terharu mendengar ny. Ia sudah bertekad untuk tidak membiarkan Alice mengetahui
apa yang terjaadi pada Remynya, bahwa sosok itu telah lenyap dan berganti menjadi
Juno. Cowok itu menarik napas dan menghadap Aice. "Alice, dengerin gue?" ujarnya lembut.
"Semuanya belum terlambat." Juno menatapnya mantap. "Bagaimana kalau gue
mengambil alih posisi Remy dalam hidup lo" Gue akan jadi sahabat terbaik lo,
melindungi dan menjaga lo?" kemudian terulas di wajah Juno senyuman yang belum
pernah dilihat Alice. "Alice, lo dengerin gue nggak sih?" Juno mengibaskan tangannya di depan Alice.
"Juno?" panggilnya. "Sejujurnya, sejak pertama kali lo menyelamatkan gue di depan
BookField waktu itu." Alice menipiskan bibir. "Lo sudah memukau gue dan
meninggalkan kesan yang dalam."
"Benarkah?" wajah Juno bersemu kemerahan.
Alice mengangguk. "Itu sebabnya gue punya keinginan, agar suatu saat gue bisa jadi
orang yang dekat dengan lo. Menjadi sahabat lo." Kata cewek itu. "Sekarang lo
menawarkan diri menjadi Remy untuk gue, itu hal yang sangat indah."
Juno tersenyum dalam hati. I was Remy, pikirnya.
"Satu lagi." Alice menambahkan. "Senyuman lo yang tadi memang mirip Remy."
Ungkapnya jujur. "Masa sih?" Juno menatap Alice sok cuek. "Well, karena lo sudah mendapatkan Remy
yang baru ini." Cowok itu menunjuk dirinya. "Maka nggak ada masalah lagi, kan" Lo
sekarang bisa membuka buku harian itu, kemudian melanjutkan hidup lo dengan hati
ringan. Dan, mengenai Mickey, lo harus terus terang padanya mengenai perasaan lo."
Alice menatap Juno kagum. "Tentu saja." Sahut Alice. "Gue akan memberitahu Mickey
apa yang gue rasakan. Gue nggak kepingin kehilangan dia dan nggak kepingin terlambat
mengakuinya." Kupu-Kupu Salju (Bab 26) TOKYO-JEPANG, MENJELANG AKHIR OKTOBER"
Sekolah sedang libur seminggu dan kelima pangeran SCS tidak melewatkan kesempatan
untuk berlibur ke Jepang.
Saat ini mereka sedang berada di Fuji-Q High Land.
Mickey duduk sendiri di meja area Fuji-Q. Ia sedang menunggu keempat temannya
bermain Eejanaika. Bunyi nyaring namun lembut mengagetkan Mickey. Cowok itu menoleh dan mendapati
kalungnya lepas dan jatuh.
Senyum Mickey terulas lembut mengingat ramalan itu.
Alice menunggunya suatu sore di depan ruang musik. Cewek itu menunggunya selesai
ekskul dan tentu saja itu mengagetkan Mickey. Namun yang lebih mngagetkan lagi,
cewek itu membawa sekotak tiramisu yang ukurannya tiga kali lebih besar daripada yang
pertama kali ia berikan pada Mickey. Dan pada permukaan tiramisu itu tertulis sebuah
kata, "BOYFRIEND?"
Sejak itu Alice resmi jadi miliknya, hingga kini.
Mickey memainkan kalungnya dengan pikiran mengembara. Begitu banyak kejadian dan
ia bersyukur semua berakhir dengan manis.
Seva meminta maaf kepada Alice setelah menemui Mickey di apartemen cowok itu.
Merasa dendamnya pada Juno sudah terbalaskan, Kiev tak pernah mengganggu mereka
berlima lagi. What I want is really what I have got.
Mickey menyimpan kalungnya yang putus itu kesaku jaket Puma abu-abunya.
Sambil tertawa Mickey berdiri dan menyongsong keempat sahabatnya, meskipun
kelihatannya mereka belum berhasil mengumpulkan kesadaran penuh setelah naik
Eajanaika. Jodoh Rajawali 7 Pedang Pembunuh Naga Penggali Makam Karya Tan Tjeng Hun Para Ksatria Penjaga Majapahit 11
^