Pencarian

Dating With Dark 4

Dating With The Dark Karya Shanty Agatha Bagian 4


Andrea terkesiap, mengerang dan mengangkat pahanya tanpa sadar melingkari pinggul Christopher, membuat lelaki itu leluasa menenggelamkan dirinya di sana.
Sejenak Christopher terdiam, menikmati kehangatan basah tubuh Andrea yang melingkupinya, memberikan kesempatan bagi Andrea untuk beradaptasi dengan tubuhnya, lalu lelaki itu menundukkan kepalanya dan matanya bersinar lembut ketika menemukan bagaimana mata Andrea bersinar takjub dan bingung. Mata Andrea yang besar menatap Christopher setengah panik, setengah terhipnotis.
Christopher lalu menundukkan kepalanya, mendekatkan bibirnya untuk mengecup kedua kelopak mata Andrea sehingga mata itu tertutup,
"Nikmati saja sayang." Desis Christopher parau, lalu menggerakkan pinggulnya pelan, merasakan gairah yang luar biasa membakarnya atas sensasi yang membakarnya itu. Dia lalu menggerakkan tubuhnya lagi, menggoda Andrea, membuat jantung Andrea berdegup kencang dan nafasnya semakin cepat.
Tubuh dua anak manusia itu menyatu dalam gerakan-gerakan yang sudah ditakdirkan sejak manusia diciptakan di bumi ini. Gerakan penuh gairah, penyatuan diri untuk mencapai orgasme yang luar biasa.
Christopher mempercepat gerakan tubuhnya, merasakan kenikmatan itu datang dan membuat tubuhnya gemetar. Oh Ya Ampun, Andrea benar-benar luar biasa, perempuan itu membuatnya melayang. Christopher menatap Andrea, dan membuat perempuan itu membuka matanya,
"Tatap aku sayang, tatap aku dan lihatlah betapa kau memberikan kepuasan kepadaku." Christopher mengernyit menahan dorongan kenikmatan yang berdentam-dentam di kepalanya, "Tatap aku Andrea..." Lalu Christopher mengerang dalam, mencapai orgasmenya yang sangat luar biasa.
Andrea mencoba mengikuti instruksi Christopher untuk menatapnya, tetapi ketika Christopher dihantam oleh kenikmatannya sendiri, Andreapun ikut larut ke dalam orgasmenya yang luar biasa. Pelepasan itu terasa nikmat, membuat Andrea melayang dan memejamkan matanya, hanyut dalam ledakan orgasme Christopher yang terasa panas dan hangat, menyembur jauh di dalam tubuhnya.
Kemudian mereka terdiam, dengan tubuh Christopher masih menindih tubuhnya dan tungkai Andrea yang melingkari pinggul Christopher, napas mereka terengah-engah dan debaran jantung mereka masih berkejaran
*** Eric menyetir mobilnya kebingungan dan menghela napas panjang berkali-kali, ketika berada di lampu merah, dia berhenti dan menoleh, menatap Katrin yang berkali-kali mencuri pandang ke arahnya,
"Ada yang aneh, aku tahu, sepertinya ada yang disembunyikan di balik sikap ramahnya itu."
"Mungkin kau yang terlalu curiga Eric." Perempuan itu menatap rekan agen sekaligus atasannya itu dengan tatapan mata penuh arti, "Dia hanyalah seorang lelaki tua yang genit."
Eric menelaah semuanya. Lalu sekali lagi menghela napas panjang, mungkin memang dia yang terlalu curiga, mungkin dorongan Eric untuk bisa menemukan Andrea, membuatnya memaksakan seluruh petunjuk yang ada.
"Kau benar Katrin, maafkan aku...misi ini terlalu mempengaruhi emosiku."
Katrin menatap Eric penuh pengertian, "Aku mengerti Eric." Dan ketika memalingkan mukanya jauh dari pandangan Eric, Katrin tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Kini semuanya beres, Eric tak akan pernah bisa menemukan Andrea. Dan ketika Eric bisa menerima kenyataan bahwa antara dia dan Andrea sudah tidak ada harapan, maka akan muncul kesempatan bagi Katrin untuk menyusup ke dalam hati Eric. Katrin bisa bersabar sampai saat itu tiba.
*** Sharon marah luar biasa, dia datang ke rumah tempat Christopher menyekap Andrea, hanya untuk menemukan Mr. Demiris yang ada di sana. Lelaki tua itu menatap Sharon seolah Sharon adalah anak kecil yang bodoh,
"Christopher tidak ingin kau tahu apapun tentang rencanamu selanjutnya nak, dia sudah mencampakkanmu."
Sharon mendengus marah, menatap Mr. Demiris dengan panuh tuduhan, "Christopher tidak mungkin melakukannya!"
Demiris menghela napas panjang dan mengibaskan tangannya,
"Pergilah Sharon dan lakukan hal-hal yang mungkin lebih berguna daripada mengejar-ngejar Christopher, kau seharusnya sadar bahwa kau tidak akan mendapatkannya." Demiris melemparkan pandangan jijik ke arah Sharon, lalu berdiri dan meninggalkan Sharon sendirian di ruang tamu itu, lelaki itu melangkah menaiki tanggal diikuti oleh Calista, yang sekarang sudah tidak berpakaian seksi lagi. Perempuan itu adalah salah satu pengawal Demiris yang membantu sandiwaranya untuk mengusir Eric beserta kecurigaannya dari rumah ini.
Sementara itu Sharon memandang sekeliling dengan geram bercampur kemarahan, dia tidak akan membiarkan Christopher lepas darinya, dia tidak akan menyerah! Apapun akan dilakukannya untuk mendapatkan Christopher kembali dalam jangkauannya. Christopher miliknya! Sharon tidak akan membiarkan siapapun merenggutnya darinya.
*** Andrea merasakan perasaan yang samar di tubuhnya, perasaan samar yang familiar sekaligus asing...rasa yang memenuhi pangkal pahanya...
Dia terkesiap dan langsung terduduk dari ranjangnya, tetapi usahanya tertahan oleh sebuah lengan yang melingkupi pinggangnya. Andrea menatap lengan itu, lalu menatap lelaki pemilik lengan itu dan terkesiap.
Astaga...ya ampun...Andrea berusaha mengumpulkan ingatannya, suatu hal yang sangat sulit dilakukannya ketika baru terbangun dari tidurnya.
Lelaki ini semalam telah berhasil merayunya, membuat Andrea menyerahkan dirinya! Tubuh Andrea gemetaran, merasa malu dan menyesal kepada dirinya sendiri, dia benar-benar seperti perempuan murahan, larut ke dalam rayuan lelaki ini dan menyerahkan tubuhnya!
Andrea bukan perempuan seperti itu! Dia perempuan baik-baik yang selalu ingin menjaga tubuhnya untuk suaminya nanti...dan sekarang, Christopher Agnelli telah merenggut semuanya!
Dengan kasar, terdorong oleh kemarahan dan kekecewaannya kepada dirinya sendiri, Andrea mendorong lengan Christopher yang masih melingkari tubuhnya dengan posesif, membuat lelaki yang masih terlelap dalam tidurnya itu menggeliat, merasa diusik dari kelelapannya.
Christopher membuka matanya, mengernyit sebentar karena sinar matahari sore sudah menembus tirai kamar itu, membuat matanya harus beradaptasi. Dia kemudian menolehkan kepalanya dan melihat Andrea sudah terduduk, dengan tatapan membara marah kepadanya.
Perempuan kecilnya ini siap meledak rupanya. Christopher tersenyum dan melemparkan tatapan mata menggoda, menelusuri tubuh Andrea,
"Selamat pagi Andrea. Setelah sekian lama, akhirnya aku menemukan pemandangan yang sangat indah ketika aku bangun tidur."
Andrea mengikuti arah pandangan Christopher dan memekik ketika menyadari bahwa dadanya telanjang, bebas terbuka di bawah tatapan mata Christopher. Dengan panik, dia meraih selimut yang bergumpal acak-acakan di sekitar pinggulnya dan menaikkannya ke dadanya, usahanya itu malah membuat selimut yang sama yang ternyata juga menutupi bagian pinggang ke bawah Chrsitopher tertarik dan membuka.
Andrea mengerang malu dan memalingkan muka, memejamkan mata dan merasakan tubuhnya merona dari ujung kepala ke ujung kakinya ketika menyadari bahwa meskipun sekilas tadi, dia telah melihat betapa kejantanan Christopher telah sangat bergairah dan keras, begitu siap...
Andrea mendengar Christopher terkekeh, menertawakan tingkah konyol Andrea, lelaki itu lalu berdiri, tidak mempedulikan ketelanjangannya, dan seolah makin geli melihat Andrea memalingkan muka sambil memejamkan matanya, tidak mau melihat,
"Kenapa harus malu sayang"" Christopher yang berdiri di pinggir ranjang membungkuk dan meraih dagu Andrea yang terduduk di tengah ranjang sambil memeluk selimutnya di dadanya, " Apakah kau tidak ingat betapa semalam kau sangat menikmati memandang, menelusuri dan mencecap seluruh tubuhku""
Wajah Christopher yang begitu dekat membuat Andrea membuka matanya dan langsung berhadapan dengan mata cokelat gelap yang indah itu. Andrea merasa amat sangat malu, dan dia semakin terkesiap ketika melihat bekas-bekas merah di pundak dan dada Christopher, lelaki itu mengikuti arah pandangan Andrea dan tertawa.
"Ya, sayang kau yang meninggalkan bekas-bekas ini di tubuhku. Andrea yang suci ternyata tak sesuci yang dikira, kalau saja kau mampu mengingat betapa bergairahnya kau dibawah tubuhku...kau pasti akan mengakui bahwa jauh di dalam sana, kau sangat menginginkanku untuk memuaskanmu." Christopher memaksakan Andrea mendekat dengan mencengkeram dagunya lembut, lalu lelaki itu mengecup bibir Andrea dengan menggoda.
"Kau milikku Andrea, dan akan selalu menjadi milikku, ingat itu." Dan kemudian sambil meraih celananya yang terlempar di lantai, beberapa meter dari ranjang, Christopher berjalan ke arah pintu, berhenti sejenak untuk memakai celananya, lalu tanpa menoleh lagi membuka pintu kamar, dan melangkah keluar serta menguncinya dari luar, mengurung Andrea kembali di dalam kamar.
Andrea tidak berani melihat Christopher sama sekali. Padahal tadi dia sudah bersiap untuk marah besar kepada lelaki itu, kalau perlu dia ingin menampar, memukul atau bahkan mencakar wajah yang sempurna itu sebagai pelampiasan kemarahannya karena telah diperdaya dengan rayuan lelaki itu. Tetapi sayangnya, ketika Christopher membuka matanya, lelaki itu langsung memancarkan nuansa arogan yang membuat siapapun lawannya tak berdaya, begitupun Andrea.
Kemudian kalimat Christopher terngiang di kepalanya,
Andrea yang suci ternyata tak sesuci yang dikira...
Andrea mengintip ke bawah selimutnya dan mengernyit. Tidak ada darah di sana, bukankah ini saat pertamanya" Bukankah sebagian besar perempuan mengeluarkan darah di malam pertama"
Tetapi memang Andrea pernah membaca sebuah artikel yang mengatakan bahwa tidak semua malam pertama harus berdarah, kar
ena perempuan memiliki selaput dara yang berbeda-beda, ada yang elastis, ada yang tidak, ada yang pembuluh darahnya banyak ada yang tidak. Bahkan kadangkala proses penetrasi bisa saja tidak merobek selaput dara sepenuhnya. Di artikel itu dikatakan bahwa mengukur kesucian dengan darah di malam pertama adalah hal yang picik dan kuno.
Tetapi...bagaimanapun juga, bukankah meskipun jika tidak ada darah, setidaknya akan terasa sakit ketika tubuh seorang lelaki memasukinya pertama kalinya" Andrea mencoba menelaah tubuhnya dan tidak merasakan sesuatupun, semua terasa nyaman dan baik-baik saja...Ingatan erotis semalam membuatnya menggelenyar ketika mengenang betapa mudahnya tubuh Christopher meluncur masuk ke dalam tubuhnya, meski tahap pertama agak susah, tetapi kemudian lelaki itu bisa memasukinya dengan begitu dalam dan nikmat, tanpa ada rasa sakit sedikitpun.
Andrea memegang keningnya yang terasa pening, antara bingung dan putus asa. Ya ampun, apakah dia sebenarnya bukanlah perempuan suci pada saat kemarin Christopher membuatnya terpedaya" Kalau begitu" Sebelumnya Andrea pernah bercinta" Ataukah memang Christopher terlalu ahli dalam mencumbunya sehingga Andrea benar-benar siap dan tidak merasakan sakit sama sekali"
*** Eric tengah duduk di tengah kamarnya, merenung. Andrea. Nama itu berkutat terus menerus di dalam benaknya, membuatnya hampir gila memikirkan tentang Andrea.
Perasaan yang paling menyakitkan adalah ketika menyadari bahwa dia tidak berdaya untuk menemukan perempuan yang dicintainya. Dia mengangkat teleponnya dan menghubungi atasannya.
"Aku tidak bisa menemukannya."
Atasannya terdiam sedikit lama sebelum bersuara, "Kau sudah berusaha, team kita akan terus mencari." Lelaki itu berdehem, "Aku hanya berharap ketika ingatan Andrea kembali, dia sedang bersama kita, bukan sedang bersama "Sang Pembunuh" itu."
Eric mengernyitkan keningnya, "Apakah bagimu yang penting hanya ingatan Andrea" Kenapa tidak memikirkan keselamatan Andrea""
"Ingat Eric, jangan terbawa emosi dalam melaksanakan tugas ini, kau tentu ingat misi utama kita adalah menjaga Andrea sampai ingatannya kembali. Kita mencemaskan bahwa dia mengetahui sesuatu tentang hasil penelitian ayahnya yang mungkin membahayakan pertahanan dan keamanan negara kita. Sampai dengan saat ini kita belum pasti, karena itulah kita harus menjaga Andrea sampai ingatannya kembali dan kita bisa memastikan." Atasan Eric menghela napas panjang, "Hanya yang tidak terduga, "Sang Pembunuh" ini kembali dan mengejar Andrea."
"Dan Andrea bisa saja sudah dibunuh olehnya." Eric mengerang parau. Bagaimana mungkin atasannya menyuruhnya untuk tidak melibatkan perasaanya dalam hal ini" Bagaimana mungkin dia bisa melakukannya"
"Aku masih berharap dia hidup dan baik-baik saja. Ingat berkas-berkas yang kutunjukkan kepadamu itu" Sebuah catatan harian dari mendiang ayah Andrea yang selama ini kita rahasiakan" Kalau memang yang tertulis di sana benar, mungkin saja "Sang Pembunuh" tidak membawa Andrea untuk dibunuh."
Hati Eric semakin terasa sakit ketika mengingat terntang berkas yang ditunjukkan oleh atasannya dulu itu, berkas yang membuatnya mengambil keputusan impulsif menjauhi Andrea dan menyuruh perempuan itu menjauhinya dengan kasar pula. Sejak kelakuannya itu, dia tahu bahwa perasaan Andrea sudah tidak sama lagi kepadanya, Andrea kecewa dan kehilangan kepercayaan kepadanya. Eric mengerang merasa bodoh karena perasaan cemburunya malahan menghancurkan semuanya.
"Aku juga berharap begitu." Jawab Eric, meskipun hal itu terasa bagai buah simalakama bagi dirinya. Kalau "Sang Pembunuh" itu tidak mengambil Andrea untuk dibunuh...berarti dia akan mengambil Andrea untuk dimiliki...
*** Sharon menatap ponsel di tangannya dan mengernyit dia sudah mencoba menghubungi nomor Christopher sejak tadi tapi nomornya tidak dapat dihubungi.Sejak pulang dari tempat Crhristopher dan menemukan bahwa Mr. Demirislah yang ada di sana, dan Christopher telah membawa pergi Andrea ke sebuah tempat yang tidak dia tahu, hati Sharon terasa bergemuruh. Apalagi ketika dia melongok ke meja kerja Andrea yang selalu koso
ng, membuatnya merasa semakin terbakar.
Kemana Christopher membawa Andrea" Apakah dia membawa perempuan itu ke tempat eksotis di Italia" Tempat kelahirannya" Sharon menggeram, seharusnya dia yang ada dibawa ke sana, menikmati percintaannya dengan Christopher. Seharusnya dia menyingkirkan Andrea dari awal, bukannya ikut membantu rencana Christopher untuk mendapatkan Andrea. Sekarang Christopher meninggalkannya begitu saja, menyakiti hatinya.
Benak Sharon berputar, mencari cara untuk menemukan kemana Christopher membawa Andrea, dia akan mencarinya di perusahaan ini, perusahaan tempat dirinya disusupkan untuk bekerja dan menyamar serta mendekati Andrea dan menjadi sahabatnya.
Sharon tahu pasti bahwa Christopher memiliki orang dalam di perusahaan ini, hanya saja dia tidak tahu siapa...tetapi Sharon sudah menduganya, orang itu mungkin saja adalah Romeo Marcuss. Sharon melangkah menelusuri tempat Romeo Marcuss berkantor sementara, matanya melirik dengan tatatapan penuh arti
Sebenarnya dia sudah selangkah lebih maju, didorong oleh kecurigaannya, Sharon sudah memasang penyadap di dalam ruangan kantor Romeo itu, tersembunyi dengan rapi di bawah meja Romeo... penyadap itu bisa menangkap percakapan apapun di dalam ruangan itu dengan jelas. Sekarang yang bisa Sharon lakukan hanyalah menunggu. Kalau dugaannya benar bahwa Romeo ada hubungannya dengan Christopher, dia pasti akan menemukan petunjuk keberadaan lelaki pujaannya itu.
*** "Kemana tante Elena, paman" Kenapa beliau tidak ikut kemari"" Romeo duduk di sofa menghadap paman Rafael, sahabat ayahnya yang berkunjung ke kantor ditengah kunjungan liburannya bersama isterinya.
Rafael tersenyum, menatap anak sulung dari Damian sahabatnya yang tanpa terasa telah tumbuh menjadi lelaki dewasa yang tampan seperti ayahnya, hanya saja ketampanan Romeo lebih mencolok dibandingkan ayahnya, dengan wajah seperti visualisasi malaikat pada jaman Renaissance,
"Dia masih lelah setelah perjalanan. Mungkin nanti malam kita bisa makan malam bersama." Rafael menyebut nama hotelnya, meminta Romeo berkunjung setelah makan malam. "Elena membutuhkan liburan ini, tempat ini tenang, dan kau tahu, setelah kejadian itu Elena tidak pernah sama lagi."
Romeo menatap wajah Rafael yang sedih dan menganggukkan kepalanya. Dia tiba-tiba merasa sedih dan iba sekaligus. Kemudian dia menghela napas dan berusaha mencairkan suasana yang tiba-tiba terasa muram, "Ide bagus, aku sedikit bosan menghabiskan malamku di kota ini, tidak banyak hiburan yang bisa didapat. Tetapi hal ini ada baiknya juga karena aku bisa memperoleh masa tenangku." Romeo mengedipkan matanya penuh arti kepada Rafael, membuat Rafael tergelak. Lelaki ini kelakuannya mirip dengan ayahnya di masa muda, pemain wanita. Tetapi Rafael tahu pria-pria seperti itu pada akhirnya akan berlabuh ketika menemukan wanita yang tepat.
"Kau bisa meminjam pulau pribadiku itu semaumu kalau kau menginginkan masa tenang.. Oh ya apakah tamumu sudah nyaman di sana" Kemarin kepala pelayanku di sana memberitahu bahwa tamumu sedikit membuat kehebohan karena dia datang dengan membawa pengawal-pengawal yang berjaga di sekeliling rumah." Rafael menatap Romeo dengan pandangan mata menyelidik, "Kau tidak sedang berurusan dengan mafia atau sejenisnya bukan" Karena ayahmu akan membunuhku kalau sampai aku meminjamkan pulauku untuk teman mafiamu."
Romeo tergelak, "Tenang saja paman Rafael, aku tidak sedang berurusan dengan mafia kok, aku sedang berurusan dengan sahabatku, yang sedang berusaha mendapatkan keinginannya"
Di luar, di ruangan lain, di mejanya sendiri, Sharon mendengarkan seluruh percakapan yang terdengar jelas dari alat penyadapnya melalui earphone khusus di telinganya, dan tidak bisa menahankan seringainya. Dia sungguh beruntung.
Dengan tergesa Sharon menyalakan komputernya, ini tengah hari, dan kebanyakan pegawai sedang keluar untuk makan siang sehingga suasana kantor sedikit lengang, Sharon mencari dimesin pencarian dan memasukkan nama Rafael Alexander. Lelaki itu cukup terkenal, jadi tidak menutup kemungkinan Sharon bisa menemukan dimana pulau yang dimiliki oleh
Rafael itu. Gotcha! Sharon hampir tidak bisa menyembunyikan seringainya ketika sebuah cuplikan berita memuat tentang profil Rafael Alexander, lelaki ini memiliki sebuah pulau kecil pribadi yang lokasinya dekat dengan pulau dewata, dan bisa diakses dengan perahu boat.
Dengan cepat Sharon langsung membuat panggilan ke agen perjalanan, "Halo saya ingin memesan tiket ke pulau dewata, malam ini juga."
Setelah mengurus semuanya, Sharon teringat pada Eric. Dia tidak mungkin datang ke sana sendirian dan mencoba merenggut Christopher, yang ada lelaki itu mungkin akan mengusirnya atau malah membunuhnya. Sharon membutuhkan bantuan untuk memisahkan Andrea dari Christopher...
Dengan tergesa Sharon langsung memencet nomor ponsel Eric yang tentu saja diketahuinya,
"Halo"" Suara Eric menyahut di sana, lelaki itu melihat nomor Sharon dan mengernyitkan keningnya. Mereka dulu memang rekan sekerja dan saling bertukar telepon, tetapi tidak pernah sekalipun Sharon meneleponnya sebelumnya.
"Eric" Ini Sharon." Suara Sharon terdengar setengah berbisik, "Kau ingat pertemuan terakhir kita kemarin dimana aku mencurigai bahwa Andrea bukannya pergi untuk tugas bisnis seperti yang dikatakan oleh atasan Andrea" Kurasa dugaanku bahwa Andrea sedang berkencan dengan lelaki eksotisnya betul, barusan tanpa sengaja aku mendengar percakapan Romeo Marcuss...
*** Sementara itu, di ruangannya, sepulangnya Rafael dari sana, Romeo langsung menelepon Christopher,
"Halo." Jawaban Christopher di seberang sana terdengar galak, sepertinya laki-laki itu sedang gusar.
"Hei...hei...ini aku jangan marah padaku, ada apa Christopher"" Romeo langsung menyahut dengan geli.
Sementara itu Christopher tercenung, dia benar-benar harus menjaga emosinya kalau berdekatan dengan Andrea, tetapi perempuan itu...Oh Astaga, bahkan kenikmatan itu masih berdenyar di seluruh tubuh Christopher, kenikmatan ketika tubuhnya menyatu dengan tubuh Andrea, ketika dia membawa Andrea mencapai puncak kenikmatan bersamanya...Penantiannya yang begitu lama telah terpuaskan seketika, tetapi kenapa Andrea bahkan tidak mampu menerimanya"
"Christopher"" Romeo bergumam lagi ketika tidak menemukan jawaban dari Christopher, membuat lelaki itu mengerjap, kembali dari alam lamunannya.
"Ya Romeo, ada apa""
"Paman Rafael tadi kemari, dia bilang kau membuat kehebohan di sana karena membawa begitu banyak pengawal." Romeo terkekeh, "Aku harap kau tidak terlalu mencolok di sana, paman Rafael bahkan mengira aku sedang berurusan dengan mafia. Kau harus berhati-hati dengan penduduk di sana, bagaimanapun juga sekali waktu beberapa penduduk ada yang pergi dan pulang dari pulau dewata untuk mengambil beberapa pasokan bahan pangan, kalau kau terlalu mencolok, mungkin saja para penduduk itu akan membicarakanmu dengan orang-orang di pulau dewata dan kau bisa ketahuan."
Christopher mengernyitkan keningnya, "Jadi aku harus bagaimana""
"Yah, mungkin kau bisa sembunyikan pengawal-pengawalmu itu, dan bertingkahlah seperti pengunjung pulau biasa yang datang berkunjung untuk berlibur."
Christopher tampak memikirkan usulan Romeo itu, dia lalu menghela napas dan menganggukkan kepalanya,
"Aku akan mengurangi beberapa pengawalku dan menyuruh mereka semua kembali pada Demiris, kau benar, seharusnya aku tidak berlebihan dalam penjagaan dan membuat diriku mencolok, lagipula pulau ini adalah pulau terpencil, jadi kecil kemungkinan ada yang bisa masuk tanpa ketahuan."
Setelah menutup pembicaraan, Christopher memanggil Richard yang segera datang menghadapnya,
"Instruksikan para pengawal untuk pulang ke Demiris, tinggalkan dua atau tiga pengawal terbaik saja di sini."
Richard mengerutkan keningnya, tidak setuju, "Maksud anda" Anda akan melonggarkan pengamanan di sekitar pulau ini""
Christopher menganggukkan kepalanya,
"Kita terlalu mencolok dengan semua pengawal-pengawal itu, Richard, sebagian penduduk bahkan sudah menggosipkannya hingga sampai ke telinga Rafael Alexander. Aku pikir kita cukup dengan beberapa pengawal saja, toh ini pulau terpencil dan kecil kemungkinan akan ada orang yang tahu kita di sini."
Richard terp ekur, dan meskipun masih memendam rasa tidak setuju, dia menganggukkan kepalanya dengan patuh,
"Baik. Akan saya instruksikan kepada semuanya."
*** Begitu menerima informasi dari Sharon, Eric langsung berkemas, dia memutuskan tidak akan memberitahu atasannya dan berangkat sendiri menjalankan misi menyelamatkan Andrea.Atasannya pasti akan menyuruhnya duduk dan mengadakan meeting dengan semua agennya untuk mengatur strategi, lagipula atasannya tampaknya tidak begitu peduli dengan keselamatan Andrea, yang dipedulikannya adalah informasi penting yang mungkin ada di ingatan Andrea yang hilang yang tidak boleh sampai bocor ke orang lain, apalagi ke tangan "Sang Pembunuh."
Mungkin malahan atasannya itu akan lega kalau Andrea terbunuh, jadi semua informasi rahasia yang mungkin ada akan lenyap selamanya bersama lenyapnya Andrea.
Eric menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir pikiran negatif itu. Dia harus bertindak sendiri sekarang, dengan cepat dan rahasia. Setidaknya kalau informasi dari Sharon salah, dia tidak akan menuai kecaman dari atasannya, sama seperti ketika dia memimpin pengawasan dan penyerbuan ke rumah Mr. Demiris yang ternyata membuatnya tampak bodoh dan memiliki kecurigaan yang tidak beralasan.
Akan sama kalau Eric menginformasikan tentang pulau yang dimiliki oleh Rafael Alexander ini kepada atasannya, atasannya hanya akan menyuruhnya untuk bertindak tidak gegabah dan menyelidiki semuanya dulu pelan-pelan.Eric tidak mau menunggu. Dia punya firasat dan kali ini dia yakin, firasatnya pasti benar.
Dating With The Dark Bab 13
"Anda harus turun nona Andrea. Tuan Christopher ingin menemui anda untuk makan malam di bawah." Richard memasuki kamar dan setengah membungkukkan tubuhnya dengan formal kepada Andrea.
Andrea melemparkan tatapan gusar kepada lelaki itu, jadi karena itulah tiba-tiba saja tadi pelayan-pelayan datang dan membawakannya gaun cantik berwarna biru muda yang lumayan formal ini. Andrea terpaksa memakainya karena tidak ada gaun lain yang disediakan untuknya di ruangan ini.
"Aku tidak mau turun." Gumam Andrea keras kepala, tidak mau begitu saja membiarkan lelaki itu mendapatkan keinginannya.
Richard menatap Andrea penuh spekulasi lalu mulai mengeluarkan pancingannya,
"Anda benar-benar tidak ingin keluar" Mungkin ini satu-satunya kesempatan anda untuk keluar dari kamar ini, apakah anda tidak merasa bosan" Dan saya juga cemas, kalau anda menolak ajakan makan malam tuan Christopher, beliau akan memutuskan untuk mengurung anda terus-terusan di kamar ini dan anda tidak punya kesempatan untuk keluar lagi."
Lelaki tua ini ada benarnya juga. Andrea tercenung, dia bosan berada di dalam kamar terus-terusnan, ketika menyekapnya, Christopher benar-benar kejam dan membiarkan Andrea benar-benar selalu berada di dalam kamar. Dan mungkin saja dengan keluar dari kamar ini, Andrea bisa mempelajari dimana sebenarnya dia berada.. Dia mendengar suara onbak, mereka berada di tepi laut. Hanya itu informasi yang Andrea punya.
Makan malam dengan Christopher mungkin tidak akan merugikannya, hanya akan sedikit menginjak harga dirinya.
Andrea menghela napas panjang dan menganggukkan kepalanya, "Baiklah, aku akan pergi makan malam sesuai kemauan Tuanmu."
*** Christopher tampak dingin dan formal duduk di kepala meja dan membisu, lelaki itu memakai pakaian hitam-hitam, tampak seperti pangeran kegelapan yang sedang muram.
"Duduk dan makanlah." Christopher melambaikan jemarinya dan pelayan yang siap sedia di situ langsung menarikkan kursi untuk Andrea,
Andrea duduk dan beberapa pelayan dari dapur langsung datang membawa nampan, mangkuk mungil di depannya dibalikkan dan pelayan itu menuangkan sup berwarna jingga ke sana.
"Itu sup lobster, kuharap kau menyukainya." Christopher sedikit tersenyum tipis, lalu menyantap sup itu dalam keheningan. Mau tak mau Andrea mengambil sendok dan mencicipi sup itu, menyadari bahwa sup itu sangat enak dan perutnya berbunyi...dia rupanya sangat lapar.
Dengan malu dia melirik ke arah Christopher, bertanya-tanya apakah lelaki itu mendengar suara perutnya tadi. Tetapi Christopher memasan
g wajah datar dan menyantap supnya seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Andrea menghela napas panjang dan melanjutkan menikmati sup-nya, beberapa kali dia mencuri pandang ke arah Christopher dan pipinya memerah. Lelaki ini sudah menidurinya, astaga...Andrea mengernyit dan tidak bisa menahan diri untuk mengutuki dirinya yang lemah karena begitu mudahnya larut dalam rayuan Christopher. Tetapi Lelaki itu adalah lelaki yang sangat ahli, dan Andrea hanyalah seorang perempuan yang tidak berpengalaman,
Andrea memutuskan dengan penuh tekad bahwa dia tidak akan jatuh lagi dalam pesona dan rayuan Christopher. Cukup sekali lelaki itu memperdayanya, mulai sekarang Andrea akan menguatkan diri. Christopher hanya bermimpi kalau mengira dia bisa memiliki Andrea lagi sesuai kemauannya.
"Ada yang ingin kukatakan kepadamu." Tiba-tiba Christopher bergumam, menatap Andrea dalam, mereka sudah menyelesaikan menyantap sup itu, dan para pelayan mengambil mangkuk-mangkuk kotor mereka. Sekarang adalah jeda sebelum hidangan utama datang. "Andrea, mungkin kau merasa bingung selama ini...tetapi aku memang menyimpan rahasia tentangmu, rahasia yang kupikir akan kusimpan dan menunggu sampai kau mengingatnya sendiri. Tetapi semalam kau membiarkanku bercinta dengamu..." Christopher menatap Andrea dengan begitu intens, membuat pipi Andrea memerah, "Dan kupikir, aku tidak bisa menunggu lebih lama untuk mengungkapkan..."
"Kau bisa mengungkapkan apapun itu di penjara."
Sebuah suara lantang tiba-tiba terdengar dari arah pintu, membuat Andrea dan Christopher menoleh bersamaan,
Andrea benar-benar terperanjat. Itu Eric. Lelaki itu berdiri, mengenakan pakaian hitam-hitam dan menodongkan pistol ke arah Christopher. Eric! Apakah Eric datang untuk menyelamatkannya"
*** "Eric!" Andrea terkesiap seketika berdiri dari tempatnya duduk, menutup mulutnya karena kaget. Bagaimana Eric bisa sampai ke sini" Apakah memang benar Eric sedang mengusahakan segala cara untuk menolongnya" Dan tubuh lelaki itu basah kuyup, air tampak menetes-netes dari tubuhnya. Apa yang dilakukan Eric" Apakah lelaki itu habis berenang di laut"
Christopher sendiri dalam sekerjap mata tampak terkejut melihat Eric tiba-tiba muncul di sana, tetapi kemudian topeng ekspresi datarnya muncul dan menutupi semuanya, lelaki itu bahkan tersenyum sambil menatap Eric,
"Well...ternyata aku memang meremehkanmu, kau tidak sebodoh yang aku kira."
Eric menatap Christopher dengan marah dan waspada. Lelaki ini adalah "Sang Pembunuh". Tentu saja, penampilannya sangat gelap dan ada aura pekat yang melingkupinya, Eric cuma tidak menyangka bahwa "Sang Pembunuh" setampan ini. Dia pada mulanya berpikir bahwa "Sang Pembunuh" berwajah sangar, penuh tato atau apapun itu yang menunjukkan bahwa dia lelaki kasar dan jahat. Tetapi yang berdiri di depannya adalah sosok lelaki elegan dengan ketampanan bangsawan yang khas dan pakaian rapi dan mahal. Eric melirik ke arah Andrea, tiba-tiba merasa ragu. Kalau "Sang Pembunuh" memang menginginkan Andrea, akankah Andrea menerimanya secara sukarela" Benak Eric dipenuhi perasaan cemburu.
Tiba-tiba saja Christopher berdiri dan melangkah mendekat, membuat Eric semakin waspada dan mengacungkan pistolnya,
"Jangan mendekat! Atau aku akan menembakmu."
"Atas dasar apa kau menembakku" Kau akan dituntut karena menembak warga negara asing yang tidak bersalah."
Eric mengernyitkan keningnya,
"kau adalah "Sang Pembunuh", itu sudah cukup menjadi alasan untukku."
"Oh ya"" Christopher tersenyum mencemooh, "Apakah kau punya buktinya""
Eric terpekur. Lelaki ini sangat licin. Pasti dia masuk ke negara ini sebagai pengusaha. Dan ya. Memang Eric sama sekali tidak punya bukti bahwa lelaki di depannya ini adalah "Sang Pembunuh", dia menelan ludahnya, dan menatap Andrea sekilas lalu melemparkan tatapan menantang kepada Christopher,
"Kau menculik Andrea dengan paksa."
"Aku tidak memaksanya. Andrea milikku, dan aku berhak mengambil apa yang menjadi milikku, kau tentu sudah tahu itu." Tatapan mata Christopher tajam dan penuh arti, membuat napas Eric tersengal karena emosi, "Lagipula, semalam kami sudah
saling memiliki, malam yang sangat indah dan memuaskan, benar begitu kan Andrea"" Christopher melirik penuh arti ke arah Andrea, sengaja membuat suaranya sensual hingga membuat Andrea benar-benar merona.
Semula Eric tidak percaya akan kata-kata Christopher yang sepertinya sengaja digunakan untuk memprovokasinya, tetapi kemudian lelaki itu melihat ekspresi Andrea yang merah padam dan tidak mampu membantah. Darah Eric bergolak, dia marah luar biasa, kurang ajar! Lelaki itu telah menyentuh Andrea-nya!
"Akan kubunuh kau!" Eric menarik pelatuknya dan sedetik kemudian dengan kecepatan yang luar biasa, Christopher tiba-tiba sudah meloncat dan menerjang Eric. Lalu Christopher berhasil merenggut pistol itu dari tangan Eric sebelum lelaki itu sempat menembakkannya, dan melemparkannya jauh di luar jangkauan. Dua lelaki itu bergulat dengan kerasnya. Yang satu menghajar yang lain bergantian.
Sementara Andrea hanya berdiri kaku shock dan tidak bisa bergerak melihat perkelahian yang brutal dan panas itu.
Tetapi rupanya, keahlian bela diri Christopher dengan tangan kosong memang lebih unggul. Dia mencekal lengan Eric dari belakang, wajah Eric sudah lebam-lebam dan bibirnya berdarah, sementara rambut Christopher yang biasanya rapi, berantakan dengan sedikit darah di ujung bibirnya.
Andrea menatap ke arah dua laki-laki itu dan membelalakkan mata. Tangan Christopher dengan sangat ahli, memposisikan gerakan berbahaya, mencengkeram leher Eric, tatapan matanya begitu kejam hingga matanya nyaris hitam. Lelaki itu memegang leher Eric yang tak berdaya dengan ahli, dia bisa mematahkan leher Eric dalam sekejap dan mencabut nyawanya, sedikit saja gerakan dari Eric, maka nyawanya akan melayang.
"Berani-beraninya kau kemari dan mencoba mengambil perempuanku!" Christopher mendesis marah, "Ucapkan doa terakhirmu karena aku akan membunuhmu."
Eric memejamkan matanya, tahu bahwa kematian sudah begitu dekat dengannya.
Tetapi kemudian terdengar suara tembakan yang begitu kencang. Dan kemudian Eric terlepas dari cengkeraman Christopher.
Eric membuka matanya, bingung, dan kemudian membelalakkan matanya kaget. Andrea sedang memegang pistolnya yang tadi terlempar, perempuan itu terengah-engah, tatapan matanya ketakutan di cekam teror, dan ketika Eric menoleh ke belakang, dia melihat Christopher terhuyung ke belakang sambil memegang dadanya.
Dadanya itu bersimbah darah, membuat wajah Christopher pucat pasi. Lelaki itu bahkan tidak mempedulikan Eric, dia menatap Andrea, yang masih menodongkan pistol di tangannya, dan ekspresi wajahnya begitu sedih, sedih luar biasa, hingga membuat siapapun yang melihatnya akan merasa seperti diremas jantungnya.
"Kau...menembakku Andrea" Sayangku"..." Kemudian tubuh Christopher rubuh di lantai tak sadarkan diri.
Andrea masih terpana akan apa yang dilakukannya, matanya nanar menatap tubuh Christopher yang tergeletak tengkurap di lantai. Tiba-tiba saja air matanya mengalir. Kenapa dia menangis" Andrea mengusap air matanya, bingung. Tadi dia melihat Eric hampir di bunuh dan dengan impulsif dia langsung mengambil pistol yang tergeletak di lantai itu dan menembakkannya ke arah Christopher...dia sudah membunuh Christopher"
Eric mendengar suara berderap menuju ruang makan itu, para pengawal Christopher sudah berdatangan, mereka pasti tadi diperintahkan untuk menjauh dan menjaga privasi makan malam Christopher dan Andrea, tetapi sekarang mereka pasti sadar ada yang tidak beres ketika mendengar suara ledakan pistol di udara.Eric harus membawa Andrea pergi dari sini secepat mungkin sebelum para pengawal Christopher datang!
Dengan sigap, Eric menarik lengan Andrea yang masih terpaku, dia mengambil pistol di genggaman tangan Andrea dan kemudian mencekal lengan Andrea, setengah menyeret perempuan itu,
"Ayo! Kita harus pergi dari sini!"
Andrea mau tak mau mengikuti langkah Eric, kepalanya masih menoleh ke belakang, ke sosok lelaki berpakaian hitam-hitam yang terbaring tertelungkup tak berdaya.
Apakah Christopher mati..."
Angin laut yang dingin menerpa wajah Andrea, ketika Eric menyeretnya sambil berlari kencang. Para pengawal
Christopher tentunya sekarang sudah tahu bahwa ada penyusup dan Andrea melarikan diri. Mereka sedang dikejar!
Eric membawa Andrea melewati semak-semak tinggi di bagian ujung pantai berbatu karang, yang jarang dilewati. Sebelum ke pulau ini, Eric telah mempelajari strukturnya dan tahu bahwa bagian di lokasi yang berbatu ini kemungkinan besar akan lepas dari pengawasan karena strukturnya tidak memungkinkan untuk melabuhkan perahu boat.
Tetapi Eric tidak habis akal, dia menambatkan jangkar kecil untuk boatnya yang ditinggalkannya sedikit ke tengah laut, di sudut yang gelap. Lalu dia berenang menuju pulau naik diam-diam ke daratan dalam kegelapan. Cara itu rupanya berhasil membuatnya sampai ke pulau tanpa ketahuan oleh siapapun bahkan hingga lolos bisa memasuki rumah. Sebenarnya Eric sendiri tidak menyangka dia bisa memasuki pulau itu semudah ini. Tetapi entah kenapa, penjagaan di pulau itu cukup sepi, hanya ada satu atau dia orang di depan. Rupanya lokasi pulau yang cukup terpencil membuat "Sang Pembunuh" lengah dan mengendorkan penjagaannya.
Eric menatap ke arah langit yang gelap pekat, dia beruntung karena hari ini tepat saat malam tidak berbulan, sehingga kesempatan Eric untuk tidak ketahuan sangat besar.
Mereka berdua berdiri di tepi pantai, Eric menatap Andrea dalam-dalam dengan penuh tekad. Perempuan itu menangis, apakah dia menangisi Christopher"
"Tahan napasmu. Kita akan berenang." Sebelum Andrea sempat menjawab, Eric menarik perempuan itu masuk ke air laut, dia berenang di belakang Andrea, menghela perempuan itu ke arah perahu boat yang sudah menunggu, lalu menaiki perahu boat itu dan mengangkat Andrea dari lautan naik bersamanya.
Eric memejamkan matanya dan menghela napas panjang. Dia melirik ke arah pulau, ada cahaya senter begitu banyak yang di pancarkan dari sana. Para pengawal Christopher sedang mencari mereka ke seluruh bagian pulau. Eric harus membawa Andrea pergi dari sini sebelum mereka menyadari keberadaannya dan Andrea.
Eric menyalakan mesin perahu boatnya, suara mesinnya tertelan oleh deburan ombak yang kencang. Dia melajukan perahunya memutar arah, menjauhi pulau itu.
Lelaki itu melirik Andrea yang meringkuk di sudut perahu dan kemudian mengernyitkan keningnya. Dia lalu meraih ponselnya dan menelepon atasannya,
"Aku sudah menyelamatkan Andrea. Dia ada bersamaku sekarang." Gumamnya cepat.
Atasannya tampak terkesiap di seberang sana,
"Apa" Bagaimana bisa" Kapan" Eric! Kau tidak bergerak sendiri tanpa koordinasi bukan"!"
"Itu tidak penting." Eric mengeraskan suaranya, berusaha mengalahkan suara deburan ombak dan perahu boat yang memenuhi udara. Dia melirik dengan cemas ke belakang, ada nyala lampu berkelap-kelip yang mendekat di kejauhan. Sepertinya ada beberapa perahu boat yang mengejar mereka, jantungnya berdebar, dia harus cepat dan hati-hati, sekarang Andrea sudah bersamanya, Eric akan berusaha sekuat tenaga supaya mereka tidak bisa mengejarnya, "Aku akan mendarat di pulau dewata sebentar lagi, siapkan pesawat untuk membawa kami pulang di landasan yang biasa."
Tanpa menunggu jawaban atasannya, Eric menutup telepon lalu melajukan perahu boatnya sekencang mungkin.
*** Sharon terlambat datang, dia menyaksikan detik terakhir itu, detik dimana Andrea yang bodoh itu mengacungkan pistolnya ke arah dada Christopher dan menembaknya. Sharon begitu marah ketika melihat tubuh Christopher rubuh di lantai.
Kekasihnya...lelaki pujaannya, dan perempuan bodoh itu menembaknya begitu saja!
Ketika para pengawal Christopher datang, Sharon menyembunyikan dirinya di kegelapan, dia tidak boleh ketahuan berada di sini. Tadi dia datang ke pulau ini menumpang perahu salah satu penduduk yang tidak tahu apa-apa dan mengatakan bahwa dia adalah tamu dan kekasih dari Christopher. Penduduk itu biasanya mengambil bahan makanan ke seberang setiap harinya, dan dia percaya akan perkataan Sharon mengingat betapa 'wah' nya penampilan Sharon waktu itu.
Sharon melihat Richard memeriksa Christopher, wajahnya tampak muram, lelaki tua itu lalu memberi isyarat kepada para pengawal untuk mengangkat tubuh Christopher yang lunglai
. Bekas ceceran darah tertinggal di lantai tempat Christopher terbaring, membuat dada Sharon sakit. Dia bahkan tidak bisa menyentuh dan memeluk kekasihnya itu di saat seperti ini.
Air mata mengalir di mata Sharon, air mata kemarahan, kesedihan yang bercampur dendam membara. Dia akan menemukan cara untuk keluar dari pulau ini segera, dan dia akan mengejar Andrea.
Andrea harus menerima pembalasan setimpal karena telah menembak Christopher. Sharon akan membunuh Andrea!
*** "Kau tidak apa-apa"" Eric membungkus tubuh basah Andrea dengan selimut, dia membawa Andrea ke rumahnya. Tubuh Andrea masih gemetar dengan tatapan mata kosong, perempuan itu shock.
Setelah mendarat di pulau dewata, Eric membawa Andrea ke landasan milik pemerintah, sebuah tempat rahasia yang digunakan untuk keperluan darurat jika misi mereka mengharuskan mereka melarikan diri dengan cepat. Atasannya ternyata menanggapi dengan cepat laporan Eric, karena sebuah pesarat pribadi berlogo pemerintah sudah menunggu mereka di landasan. Eric membawa Andrea menaiki pesawat itu, dan mereka langsung di bawa pulang. Sepanjang perjalanan, atasannya menelepon, meminta Eric mempertimbangkan untuk membawa Andrea ke lokasi perlindungan yang tersedia, tetapi Eric bersikeras untuk membawa Andrea ke rumahnya. Rumahnya adalah tempat yang paling aman karena Eric paling mengenal seluk beluk rumahnya, juga setiap titik dalam pengamanannya. Lagipula Eric tidak mau menyembunyikan Andrea. Kalau memang Christopher mengejar dan ingin mengambil Andrea, maka mereka harus berhadapan secara jantan. Kalau tidak, dia akan terpaksa membawa Andrea terus menerus dalam pelarian.
Atasannya akhirnya menyetujui kekeras kepalaan Eric, dengan berat hati tentunya, dia lalu mengatakan akan mengirim agen-agennya untuk menyusul dan menjaga rumah Eric.
Mereka menempuh perjalanan kembali ke kota ini dalam kebisuan. Sekarang sudah hampir satu jam sudah berlalu setelah mereka pulang, dan kondisi Andrea masih tetap seperti itu. Eric sendiri telah menghubungi anak buahnya, dan mereka telah menerima instruksi dari atasan langsung Eric untuk segera datang ke rumah Eric dan melakukan penjagaan ketat. Saat ini mereka semua sedang dalam perjalanan.
Andrea menatap ke arah Eric, berusaha memfokuskan pandangannya, tetapi air mata malahan mengalir deras dari matanya, bibirnya bergetar,
"Aku...aku membunuhnya..."
Eric menghela napas panjang, memeluk Andrea dengan lembut,
"Kau menyelamatkan nyawaku sayang, terima kasih ya."
Tubuh Andrea lunglai dalam pelukan Eric, membiarkan lelaki itu membelai rambutnya. Andrea sendiri merasa begitu bingung akan perasaan yang berkecamuk di benaknya, masih teringat jelas ekspresi wajah Christopher tadi sebelum dia rubuh ke lantai. Kesedihannya itu...seakan-akan merenggut jiwa Andrea membuatnya ingin menangis meraung-raung tetapi tidak tahu kenapa...
Ponsel Eric tiba-tiba berbunyi, Eric mengerutkan keningnya dan mengangkatnya,
"Sharon." Sapanya ketika mengetahui siapa yang meneleponnya.
Eric tidak tahu kalau Sharon sekarang sudah sampai di bandara kota ini, dan sedang menunggu taxi untuk menuju ke tempat tinggal Eric.
"Eric." Sharon membuat suara secemas mungkin, "Aku mendengar dari pak Jimmy atasanku bahwa Romeo sedang bergegas ke pulau Rafael Alexander, ada tamunya yang tertembak, aku cemas sekali Eric, kau kan tahu aku menduga bahwa Andrea ada di pulau itu.. aku cemas kalau Andrea yang tertembak." Sharon mengarang dan berakting dengan lancarnya, bagaimanapun juga, itu adalah keahliannya, bahkan supaya lebih meyakinkan, perempuan itu mulai terisak-isak, membuat Eric di seberang kehabisan kata-kata.
Eric mengerutkan keningnya lagi dan berpikir, Sharon setahunya adalah sahabat Andrea yang paling dekat, dan tentu saja perempuan itu sangat mencemaskan Andrea. Eric tidak tega mendengar perempuan itu menangis terisak-isak, mungkin tidak masalah kalau dia memberitahukan keberadaan Andrea di rumahnya, dia bisa meredakan kecemasan Sharon dan mungkin kehadiran Sharon bisa menenangkan Andrea.
"Sharon...aku tidak bisa menjelaskan semuanya secara terperinci...tetapi Andrea...Andrea
sekarang berada di sini di rumahku, bersamaku."
"Benarkah"" Sharon terpekik, "Biarkan aku bicara dengannya Eric, biarkan aku tahu dia baik-baik saja."
"Andrea sedang tidak bisa bicara." Eric melirik ke arah Andrea yang masih meringkuk dan terisak-isak di sofa, "Mungkin kau bisa ke rumahku saja"" Eric memberitahukan alamat rumahnya kepada Sharon.
Gotcha! Sharon menyeringai lebar. Jantungnya berdegup penuh antisipasi ketika taxinya datang, Sharon memberikan alamat rumah Eric kepada supir, dan dia duduk dengan tidak sabar menunggu taxi sampai ke tujuan.
Tunggulah Andrea, dewi pembalasan akan datang dan membunuhmu!
*** Eric menuangkan secangkir kopi kental hitam dari mesin pembuat kopinya. Aroma harum langsung menguar ke udara, memenuhi ruangan. Dia melirik ke arah Andrea, perempuan itu tadi menangis histeris, kondisinya sangat kebingungan sehingga Eric berpikir dia harus membawa Andrea ke psikiater, kejadian tadi mungkin terlalu mengguncang jiwanya.
Suara mobil terdengar di depan rumahnya, membuat Eric segera mengintip ke luar dengan waspada, dia mendesah ketika melihat Sharon yang turun dari taxi itu,
Sebelum Sharon mengetuk pintu, Eric sudah membuka pintunya dan menyambut Sharon.
"Di mana Andrea"" Sharon melongok ke dalam berusaha mencari, Eric memiringkan tubuhnya, membiarkan Sharon masuk,
"Di Sofa, dia tertidur setelah menangis lama."
Sharon menatap Eric dengan bingung,
"Sebenarnya apa yang terjadi Eric""
"Aku tidak bisa menjelaskannya kepadamu sekarang." Eric bergumam tegas, "Aku hanya berharap kau bisa menghibur Andrea."
"Tentu saja." Sharon tersenyum, matanya melirik ke arah Andrea yang tidur meringkuk di sofa, dia mengguncang bahu Andrea lembut,
"Andrea..."" Sharon berbisik, memanggil nama Andrea. Tubuh Andrea terguncang dan dia menolehkan kepalanya, matanya mengerjap, seolah tidak yakin.
"Sharon"" bisiknya lemah, mengusap matanya
"Ini aku Andrea, kau baik-baik saja""
Andrea langsung menangis lagi ketika melihat wajah sahabatnya itu, dia langsung memeluk Sharon,
"Aku membunuh Christopher...aku..." suara Andrea tenggelam di dalam tangis sementara Sharon memeluknya mencoba menghibur Andrea yang histeris.
Sementara itu Eric menatap mereka berdua dan mengangkat bahunya,
"Aku akan membuatkan kopi..." gumamnya membalikkan tubuh ke arah dapur.
Baru beberapa langkah, tiba-tiba saja Eric tertegun oleh rasa nyeri dan panas yang menembus punggungnya, dia menoleh dan terkejut mendapati Sharon berdiri di belakangnya dengan senyum bengis, tangan Sharon memegang pisau, dan pisau itu sekarang menancap di punggungnya, berlumuran darah. Darahnya!
Eric hendak membuka mulutnya ketika pandangan matanya mulai berkunang-kunang, masih di dengarnya suara tawa terkikik Sharon.
"Rasakan itu dasar agen bodoh! Berani-beraninya kau menggangu Christopher, kekasihku!!"
Christopher adalah kekasih Sharon"
Eric mengernyit ketika merasakan kesadarannya makin tenggelam akibat rasa sakit yang amat sangat di punggungnya, dia tersengal, berusaha mencari pegangan tapi terlambat! Tubuhnya rubuh di karpet, penuh darah. Sharon membungkuk dan mencabut pisau itu dari punggung Eric, dan mengacung-acungkan pisau yang penuh darah itu kepada Andrea
Andrea yang menatap seluruh adegan itu dari sofa memekik kaget, dia terpaku di tempat duduknya, matanya membelalak menatap Sharon yang memegang pisau berlumuran darah, dan kemudian berpaling ke tubuh Eric yang sekarang terkulai di karpet.
"Sharon"" Andrea menatap Sharon dan kemudian baru menyadari perbedaan yang ditemukannya di dalam penampilan Sharon itu. Sharon berpenampilan lebih mencolok dan menggoda...benarkah ini Sharon yang sama"
Sharon sendiri menatap Andrea dan tersenyum keji,
"Aku akan membunuhmu Andrea..."
"Sharon"" Andrea bergumam gugup, beringsut dari kursinya ketakutan ketika Sharon melangkah semakin mendekat. "Sharon" Ada apa"'
"Ada apa"" Sharon mulai tertawa, "Seharusnya kau sadar Andrea, bahwa aku tidak pernah benar-benar menjadi temanmu. Aku mau mendekatimu atas perintah Christopher."
Apa"" Andrea berteriak dalam hati, kesadarannya kembali ketika menerima tatapan membunu
h dari Sharon. Jadi selama ini Sharon hanya menyamar" Apakah Christopher yang mengirim Sharon kemari untuk membunuhnya"
"Kau perempuan yang tidak tahu terima kasih, Christopher begitu baik, begitu tampan dan dia harus terikat padamu, perempuan lemah yang sama sekali tidak berharga."
"Terikat padaku"" Andrea sama sekali tidak mengerti maksud perkataan Sharon, apakah Sharon mengira Andrea mengikat Christopher karena dia adalah satu-satunya korban yang gagal dibunuh oleh Christopher"
"Kau masih tidak ingat ya." Sharon tertawa cekikikan, tawa yang aneh karena matanya bersinar kejam, "Betapa menyedihkannya kau Andrea, aku berani bertaruh bahwa kau akan menyesal setengah mati kalau kau ingat. Dasar perempuan bodoh, demi membela lelaki yang tak berguna itu kau malahan menembak suamimu sendiri!"
Menembak suaminya" Tetapi Andrea menembak Christopher...apa maksud Sharon dengan suaminya"
"Ya Perempuan bodoh. Itulah kenapa Christopher tidak bisa melepaskanmu, itulah kenapa Christopher begitu terikat kepadamu. Kau adalah isterinya! Isteri yang tidak tahu terima kasih karena melupakan suaminya begitu saja! Kau tak pantas untuk Christopher, aku akan membunuhmu!"
Dengan gerakan cepat, Sharon menyerbu Andrea, dengan pisau berdarah masih teracung di tangannya. Andrea melompat menghindar, melompati sofa itu sehingga sofa itu jatuh terguling bersamanya, menimpa kepalanya dalam benturan yang cukup keras.
Kepala Andrea berputar-putar benaknya melayang. Isteri Christopher..." Dia isteri Christopher" Bagaimana bisa" Kenangannya kembali kepada makan malam mereka dahulu, ketika melihat cincin emas yang melingkar di jari Christopher...
"Apakah...apakah kau sudah menikah"" Andrea akhirnya menyuarakan pertanyaan di benaknya, matanya melirik sekilas lagi ke arah cincin di jemari Christopher.
Christopher mengikuti arah pandangan Andrea ke cincinnya dan tersenyum miris,
"Maksudmu cincin ini"" Christopher menatap Andrea dalam-dalam, "Dulu aku pernah menikah."
Dulu aku pernah menikah...apakah maksud Christoper, dia menikah dengan Andrea" Tetapi kapan" Bagaimana bisa" Kenapa Andrea sama sekali tidak mengingatnya"
Tiba-tiba Andrea merasa cairan panas mengalir dari dahinya ke matanya, dia mengambil cairan itu dengan jemarinya dan menatapnya. Cairan itu berwarna merah, itu darah...kepalanya berdarah! Menyadari itu Andrea merasa pandangannya mulai berkunang-kunang, kesadarannya semakin lama semakin hilang...
Sementara itu Sharon berdiri dengan napas terengah, menatap Andrea yang terkulai dengan sebagian tubuh tertindih sofa yang terbalik,


Dating With The Dark Karya Shanty Agatha di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ini adalah pembunuhan yang mudah. Seharusnya Sharon melakukannya dari dulu, mengusir pengganggu ini, melenyapkan Andrea dari muka bumi ini, Selamanya!
Tangannya teracung mengambil ancang-ancang untuk menancapkan pisaunya sedalam mungkin ke punggung Andrea yang tak berdaya...
Lalu suara tembakan itu terdengar, langsung menembus punggung Sharon tepat masuk ke jantungnya, hingga tubuh perempuan itu tersentak, dia menoleh ke belakang dan membelalakkan matanya kaget, tidak menyangka bahwa dirinya akan tertembak
Katrin berdiri di sana, dengan beberapa agen. Dialah yang menembak Sharon.
"Ka..." Sharon mengenai Katrin sebagai salah satu anak buah Christopher yang disusupkan ke kantor pemerintah tempat Eric berada, dia hendak menyebut nama Katrin, tetapi lidahnya kelu, sekujur tubuhnya kaku dan mati rasa, kesadarannya makin lama-makin hilang.
"Semua sudah selesai, Sharon." Katrin bergumam, menatap dingin tubuh Sharon yang langsung tumbang dan kehilangan nyawa.
Beberapa agen langsung memeriksa Sharon, memastikan bahwa dia benar-benar mati. Sementara itu Katrin langsung berlari ke arah Eric yang terkulai bersimbah darah di karpet, dia memeriksa nadinya dan memejamkan matanya penuh syukur, Eric masih hidup, Syukurlah...untunglah Katrin datang tepat waktu. Richard meneleponnya tadi, menginformasikan bahwa Andrea dibawa kabur, Christopher tertembak, dan para pengawal kehilangan jejak di pulau dewata. Beberapa saat setelahnya, atasannya menelepon meminta mereka semua bersiap ke rumah Eric untuk melakukan penjagaan karen
a Eric sudah mendapatkan Andrea. Katrin langsung menghubungi Richard untuk melaporkan perkembangan terbaru itu, lalu dia bergerak dengan beberapa agen, mendatangi rumah Eric untuk melaksanakan tugas, meskipun dia membawa misi pribadinya: Andrea tidak boleh bersama Eric, demi kebaikannya, Andrea harus kembali kepada Christopher.
Sayangnya Katrin melupakan Sharon, wanita psyco yang sudah menjadi rahasia umum begitu tergila-gila kepada Christopher. Katrin tidak menyangka Sharon akan senekat itu mengejar Andrea, dan melukai Eric.
Katrin menatap ke arah Eric. Darah Eric sangat banyak, nyawa Eric masih terancam karena dia kehilangan banyak darah. Katrin memandang paramedis yang menyusul di belakangnya dan memandang dengan cemas ketika mereka memeriksa Eric, kemudian mengangkut tubuh Eric untuk dibawa ke ambulans,
Katrin menolehkan kepalanya menatap Andrea yang juga pingsan dan sedang diperiksa oleh paramedis.
Dia menghela napas panjang. Andrea harus baik-baik saja, karena dia adalah isteri dari tuan Christopher, tuan besarnya.
*** Christopher yang baru saja sadarkan diri, duduk di atas ranjang putih itu, menatap tajam ke arah Richard yang sedang menerima telepon dari Katrin. Richard tampak bercakap-cakap dengan serius, kemudian dia menutup teleponnya dan menatap majikannya,
"Semuanya beres."
Christopher memejamkan matanya, merasakan kelegaan yang amat sangat membanjiri tubuhnya.
Semalaman dia tidak sadarkan diri karena pistol yang menembus dadanya. Peluru itu hanya beberapa inci dari bagian vital tubuhnya, meleset sedikit saja dan mungkin Christopher tidak akan bisa diselamatkan, sekarang peluru itu sudah dikeluarkan.
Andrea menembaknya untuk menyelamatkan Eric. Jantung Christopher terasa berdenyut rasa sedih bercampur cemburu menggelegak dalam jiwanya. Andrea...isterinya yang telah melukapannya sejak kecelakaan itu.
Tidakkah dia tahu betapa Christopher mencintainya" Betapa Christopher rela melakukan segalanya demi perempuan itu"
Dating With The Dark Bab 14
[Satu tahun sebelum kecelakaan Andrea dan ayahnya]
"Kenalkan ini Christopher, dia akan mengawal ayah." Profesor Adam, ayah Andrea membawa lelaki tampan itu ke ruang tamu tempat Andrea sedang duduk dan membaca novel kesukaannya. Andrea terkesiap ketika melihat tamu yang dibawa ayahnya itu. Astaga! Lelaki itu sangat tampan, bagaikan ciptaan dewa, dengan mata gelap dan pekat serta garis wajah yang kuat, bagaikan dewa Yunani...
Lelaki itu mengulurkan tangannya dan Andrea langsung membalasnya dengan gugup, menciptakan senyum tipis di bibir lelaki itu,
"Saya Christopher. Atasan ayah anda yang juga atasan saya, menugaskan saya untuk menjaga profesor Adam."
"Kenapa harus dijaga, ayah"" Andrea menoleh ke arah ayahnya sambil mengernyitkan keningnya, bingung.
Profesor Adam melemparkan tatapan bingung ke arah Christopher, tetapi lelaki itu malahan memasang wajah datar, tidak mau membantu, membuat profesor Adam sibuk sendiri memikirkan alasannya,
"Ayah sedang menangani proyek penting dan rahasia, sayang."
"Proyek rahasia"" Andrea masih mengerutkan keningnya, ayahnya adalah profesor di bidang matematika yang sangat ahli. Tetapi apakah ada sesuatu yang berhubungan dengan matematika yang bisa dianggap penting, rahasia dan membahayakan"
Christopher menatap Andrea yang tampak bingung, lelaki itu lalu memasang senyumnya yang paling manis,
"Apakah kau mau membantuku Andrea" Aku agak kesulitan mengucapkan beberapa patah kata bahasa di sini, mungkin kau bisa mengajariku."
Lelaki ini memang bukan orang sini, dan logatnya terdengar sangat aneh. Dilihat dari mukanya yang klasik dan rambutnya yang kecoklatan Andrea menebak kalau lelaki ini adalah orang eropa. Wajahnya terlalu klasik untuk menjadi orang Amerika.
Christopher mengangkat alisnya dan melihat Andrea yang sedang mengawasinya,
"Italia." Gumamnya santai, seolah mampu membaca pikiran Andrea dan seketika itu juga membuat pipi Andrea memerah karena tertebak apa yang sedang dipikirkan oleh benaknya.
Ah, orang Italia. Pantas saja. Andrea menahan senyum,
"Aku akan membantumu." Jawabnya ramah, senyumnya begitu ceria
membuat Christopher yang muram mau tak mau ikut tersenyum lebar.
Profesor Adam melihat perubahan ekspresi Christopher yang menjadi hangat itu, dia melirik Andrea, puterinya yang sangat cantik dan bercahaya, yah siapapun orangnya biasanya mereka akan mudah luluh kalau sudah mengenal Andrea. Lelaki itupun dalam hatinya tersenyum, Andrea, anugerah terbesar dalam hidupnya. Dia sangat beruntung bisa memiliki putri seperti Andrea.
*** Ketika mereka sedang berdua di ruang kerjanya, suasana berubah menjadi sangat serius. Profesor Adam duduk di sana, menatap dalam-dalam ke arah Christopher yang diam dan tenang, sungguh susah membaca ekspresi lelaki ini. Lelaki ini tiba-tiba dikirimkan oleh organisasi tempatnya menerima pekerjaan khusus, katanya untuk menjaganya, karena misinya berbahaya dan melibatkan perubahan dunia, tetapi Profesor Adam bukan orang bodoh, dia tahu ada sesuatu yang aneh, yang direncanakan oleh orang-orang penting dalam organisasi berbahaya tempat dia bekerja sekarang.
Profesor Adam mendesah dan menghela napas panjang, dia sebenarnya tahu bahwa menerima pekerjaan dari organisasi ini cukup berbahaya, misi organisasi itu bukanlah misi biasa, melainkan rencana menggulingkan kekuasaan di sebuah negara. Tetapi Profesor Adam terjepit, dia terlilit hutang yang luar biasa besar, sebagai lelaki dia memang sangat jenius dan sempurna di bidang akademis, tetapi kejeniusannya itu membawa kelemahan pada dirinya, dia kecanduan berjudi. Berjudi membuat otaknya berputar, memikirkan rasio demi rasio matematika dalam memperhitungkan kemenangannya, sayangnya, kepandaian analisa dan matematikanya tidak selalu membawanya kepada kemenangan. Dua bulan yang lalu, dia kalah berjudi dalam jumlah yang sangat besar. Begitu besarnya sampai jika seluruh hartanya dijual, tidak akan mencukupi untuk membayar hutang judinya.
Profesor Adam putus asa, sampai akhirnya dia menghubungi organisasi itu, organisasi yang pernah menawarkan sejumlah uang yang cukup besar baginya, asalkan dia mau melakukan penelitian penting demi mencapai tujuan mereka. Deal kerjasama itu membereskan masalah hutang judinya, tetapi sekarang dia terikat perjanjian kerja dengan organisasi yang sangat berbahaya. Apakah pekerjaan ini akan membahayakan Andrea juga" Jantung Profesor Adam berdebar, Andrea puteri kesayangannya, dia harus menjaga Andrea sebaik-baiknya.
"Puterimu sangat cantik dan baik hati." Christopher bergumam, dari tadi matanya menelusuri seluruh bagian ruangan itu, seperti kebiasaannya, memperhatikan sampai detail yang sekecil-kecilnya.
Profesor Adam menatap lelaki di depannya itu, sikap Christopher tampak tenang, tetapi Profesor Adam tahu, ada yang begitu kelam tersembunyi di sana. Lelaki ini berbahaya.
"Aku sangat menyayanginya." Dia lalu menghela napas panjang, memaksa Christopher memalingkan wajah kepadanya, "Apakah kau dikirim untuk membunuhku""
Ekspresi Christopher tidak terbaca, dia hanya menatap Profesor Adam dengan mata cokelatnya yang dalam,
"Kau seharusnya tahu, ketika kau mengikat perjanjian dengan organisasi itu, sama saja menyerahkan nyawa."
Jawaban tidak langsung. Tetapi Profesor Adam mengerti apa maksudnya. Dia telah menjual nyawanya kepada organisasi ini. segera setelah penelitiannya selesai, mungkin saja lelaki di depannya ini akan mencabut nyawanya.
"Apakah kau juga akan membunuh Andrea""
Ada kilat di mata Christopher, tetapi dengan cepat lelaki itu menghapusnya, senyumnya adalah senyum muram yang menakutkan,
"Kita lihat saja nanti."
"Apakah kau bagian dari organisasi itu"" Profesor Adam tidak mau menyerah meskipun Christopher sudah memberi isyarat tidak mau bercakap-cakap lagi.
Christopher menggelengkan kepalanya pelan, "Bukan. Aku hanya disewa untuk melaksanakan tugas." Matanya menyala, "Harga sewaku sangat tinggi, dan aku hanya mau menerima pekerjaan khusus."
Profesor Adam menelan ludahnya, dia berdehem untuk mencairkan suasana menakutkan kental yang melingkupi mereka.
"Kau akan tinggal di sini""
Christopher tersenyum, "Mungkin saja. Ini adalah tempat terbaik di mana aku bisa mengawasimu." Mata lelaki itu menatap ke luar, m
enerawang dan entah kenapa Profesor Adam tahu, Christopher sedang memikirkan Andrea.
*** "Hai." Andrea menoleh dan tersenyum lebar ketika mendapati Christopher sedang berdiri di ambang pintu dapur, bersandar di sana dan mengawasinya. Rambut lelaki itu basah sehabis mandi, "Bagaimana istirahatmu" Kuharap menyenangkan setelah melalui perjalanan panjang dari Italia""
Christopher melangkah memasuki dapur, dan duduk di atas kursi dapur, "Aku naik pesawat jet." Gumamnya singkat. Lalu menuangkan kopi kental dan hitam dari mesin pembuat kopi ke mug putih yang sudah tersedia di sana. Lelaki itu meneguk kopi harum yang masih panas itu dan kemudian mengangkat alisnya melihat Andrea yang sibuk dengan sesuatu di atas kompor, "Kau memasak""
Andrea terkekeh, "Ya. Aku memasak. Jangan menertawakanku ya, rumah ini sangat jarang kedatangan tamu, apalagi tamu menginap. Jadi untuk saat istimewa ini aku akan mempraktekkan keahlianku memasak."
"Aku bukan tamu istimewa." Christopher mengerutkan keningnya.
Tetapi rupanya Andrea tidak mau di bantah, "Kau adalah tamu pertama yang menginap di sini setelah &" dahinya mengerut, berpikir, "Bahkan aku tidak ingat lagi kapan terakhir ada tamu yang menginap di rumah ini." Andrea tertawa, suara tawanya begitu renyah, ceria, dan mau tak mau mempengaruhi suasana hati Christopher yang biasanya muram lelaki itu tersenyum tipis,
"Jadi kau masak apa""
Andrea mengedipkan sebelah matanya, "Rahasia." Gumamnya ceria.
*** Christopher ternyata seorang penyendiri. Andrea mengamati dalam diam. Sudah hampir satu bulan lelaki itu tinggal bersama mereka. Dia memang sepertinya melaksanakan tugasnya untuk mengawal ayah Andrea, karena lelaki itu hampir setiap saat berada di dekat ayah Andrea, bahkan di saat ayah Andrea keluar, lelaki itu ada di sisinya.
Tetapi kadangkala, Andrea merasa bahwa Christopher bukanlah pengawal biasa. Lelaki itu kadang terdengar menelepon dengan bahasa italia atau bahasa inggris kepada seseorang yang sepertinya anak buahnya. Andrea tidak mengerti bahasa italia, tetapi dia mengerti bahasa inggris, dan kadang kala dia mendengar Christopher membahas tentang perkebunan dan perusahaannya.
Dari apa yang berhasil Andrea dengar, lelaki ini memiliki berhektar-hektar perkebunan yang sangat luar di Italia sana, itu berarti lelaki ini lelaki kaya.
Kalau begitu, apa yang dilakukan Christopher di sini dan mengerjakan pekerjaan sebagai pengawal"
"Jangan melamun." Suara itu tiba-tiba terdengar di belakangnya, membuat Andrea melonjak kaget.
Dia menoleh dan mendapati Christopher di sana, menatapnya dalam senyum misterius, dekat sekali di belakangnya. Andrea membalikkan tubuhnya mendadak dan menabrak Christopher, membuatnya terhuyung, untunglah Christopher memegang kedua pundaknya untuk menyeimbangkannya. Jemari Christopher terasa kuat dan panas, di kulitnya, tiba-tiba saja membuat Andrea meremang,
"Hat-hati." Christstopher berbisik pelan, dengan tatapan intens dan aneh yang tidak dimengerti oleh Andrea,
"Terima kasih." Tiba-tiba saja Andrea merasa canggung, "Aku eh...aku akan kembali ke kamar."
Dengan langkah tergesa, Andrea menuju kamarnya, diiringi oleh tatapan tajam Christopher yang berdiri diam menatapnya sampai hilang dari pandangan.
*** Christopher duduk di kamarnya. Kamar ini berada tepat di seberang kamar Andrea, matanya mengawasi seluruh isi kamar. Yah, lumayanlah untuk rumah seorang profesor. Dia sebenarnya tidak terbiasa tinggal di kamar biasa seperti ini, apalagi di dalam sebuah rumah milik orang biasa. Kamar yang disiapkan bagi Christopher biasanya kamar terbaik di hotel berbintang lima.
Tetapi saat ini Christopher sedang menjalankan tugasnya. Yah. Orang seharusnya takut padanya, dia adalah seorang pembunuh bayaran yang sangat berbahaya, terkenal di dunia gelap sana sebagai pembunuh yang tak pernah gagal. Sebenarnya Christopher tidak pernah menganggap pembunuh menjadi kariernya, dulu hidupnya keras, karena dia adalah anak yang berasal dari panti asuhan dengan nama Christopher Gilardino, nama yang diberikan oleh ibu panti asuhannya karena mereka bahkan tidak tahu namanya ketika bayiny
a ditemukan menangis di depan pintu panti, hampir membiru karena udara luar yang dingin. Ketika remaja, Christopher meninggalkan panti asuhan, melarikan diri untuk hidup mandiri, tetapi kemudian dia terjebak di dunia gelap yang kelam, yang memberlakukan hukum rimba. Siapa yang paling kuat dia yang berkuasa.
Christopher dulu lemah, tetapi dia mempunyai semangat hidup yang kuat. Pada usia 13 tahun, dia diselamatkan dari rehabilitasi remaja oleh seorang lelaki penguasa yang sangat kejam, seorang lelaki yang sudah melihat potensinya dari kemampuan berkelahi alaminya- Lelaki itu adalah Demiris Paredesh. Demiris adalah seorang pengusaha setengah Yunani dan setengah amerika latin, yang sangat sukes dan menguasai dunia bisnis di Italia pada masa itu, kekuasaannya menyeluruh, sampai menjangkau ke dunia gelap yang pekat dan kejam. Demiris menyelamatkannya ketika dia hampir mati, menjadi bulan-bulanan setiap hari, dihajar oleh kelompok remaja yang menguasai fasilitas rehabilitasi remaja itu, dia dibenci lebih karena sosoknya yang luar biasa tampan dan sikap angkuhnya yang mendorongnya tidak mau tunduk kepada pemimpin di dalam rehabilitasi itu, ketika Demiris melihatnya dan menyadari potensinya, lelaki itu mengatur dengan segala koneksinya untuk mengeluarkan Christopher dari pusat rehabilitasi itu.
Christopher dididik oleh Demiris dengan sedemikian kerasnya sampai hampir menyerah dan ingin mati saja ketika dia menjalani malam-malam penuh darah dan olah fisik yang mengerikan. Pada awalnya dia dijadikan pengawal kelas rendahan di dalam kekuasaan Demiris, sebagai tameng awal kalau terjadi baku tembak atau serangan dari musuh-musuh Demiris, kemudian karena kemampuannya bertahan, Christopher terus dan terus naik hingga akhirnya menjadi orang kepercayaan Demiris Paredesh. Sampai kemudian di suatu titik, Christopher bisa menjadi teman dan sahabat yang sangat dipercayai oleh Demiris. Ada ikatan pertemanan yang janggal tetapi kuat di antara mereka berdua, Christopher tidak akan mengkhianati Demiris, begitu juga sebaliknya.
Ketika itu Christopher baru tujuh belas tahun, tetapi pelatihan dan hidupnya yang keras itu telah membentuknya menjadi seperti sekarang, seorang pembunuh tangguh yang menakutkan bagi siapapun yang mengenalnya.Seorang pembunuh misterius yang selalu dikenal dengan nama "Sang Pembunuh"
"Sang Pembunuh" sangat ditakuti karena tidak pernah gagal dalam menjalankan misinya, sesulit apapun itu. Semua orang pasti mati kalau dia dikatakan menjadi incaran"Sang Pembunuh". Meskipun begitu hampir tidak pernah ada orang yang mengetahui identitas sebenarnya, Christopher tidak pernah menemui kliennya hingga tidak ada yang pernah tahu wajah aslinya. Dalam menutupi penyamarannya, dia tetap bertugas sebagai pengawal dan orang kepercayaan Demiris, salah satu orang yang tahu identitas asli "Sang Pembunuh".
Dan tak disangkanya kemudian, seorang lelaki mencarinya, lelaki itu seorang pengacara yang mengatakan bahwa dia adalah pewaris darah Agnelli yang hilang. Christopher ternyata adalah anak haram yang dibuang oleh ibunya, seorang pelayan yang dihamili oleh penerus utama keluarga Agnelli yang berkuasa. Ayahnya, sang penerus keluarga laki-laki terakhir itu ternyata menderita sakit beberapa lama, yang menyebabkan dirinya impoten dan tentu saja tidak bisa menghasilkan keturunan. Hanya Christopherlah satu-satunya harapannya untuk meneruskan nama besarnya. Ayahnya kemudian menyewa detektif swasta untuk melacak Christopher dari panti asuhannya. Tentu saja dia tidak menyangka bahwa anak lelaki satu-satunya, yang dia hasilkan dari kesalahannya di masa muda, tumbuh menjadi seorang lelaki yang bergelut di dunia hitam.
Setelah hasil tes DNA dipastikan, sang ayah memohon kepada Christopher untuk meninggalkan dunia gelap yang selama ini menjadi bagian hidupnya, dan masuk ke dalam keluarga Agnelli, menjalankan semua usaha di keluarga mereka, dan Christopher menuruti permintaan ayah kandungnya itu. Bukan karena dia menyayangi ayah kandungnya - keberadaan ayahnya yang muncul tiba-tiba ketika dia sudah dewasa malahan memunculkan rasa pahit di hatinya, mengin
gatkannya betapa ibu kandungnya sendiri dulu membuangnya karena tidak mampu menanggung akibat affairnya dengan tuan muda keluarga Agnelli. Dari penyelidikannya, Christopher tahu bahwa ibunya bunuh diri, setelah melahirkannya, dia diusir dengan kejam karena dianggap merayu anak kesayangan keluarga Agnelli - Christopher mundur dari dunia gelap lebih karena ingin beristirahat. Tangannya berlumuran darah, dan nama keluarga Agnelli memberinya kesempatan untuk melarikan diri dan hidup normal seperti biasa.
Pada akhirnya, dia menerima warisan nama dari ayahnya yang meninggal tak lama kemudian karena penyakitnya, berikut juga warisan seluruh hartanya. Christopher benar-benar meninggalkan dunia hitam itu, membuang nama lamanya, dan menggantinya dengan Christopher Agnelli yang berkuasa, sang putera mahkota keluarga Agnelli yang sempat hilang begitu lama. Dan dia memastikan, tidak akan ada orang yang bisa menghubungkan Christopher Agnelli yang kaya dan berkuasa, dengan "Sang Pembunuh", hanya Demiris dan orang kepercayaannya seperti Richard yang tahu tentang rahasia masa lalunya.
Tetapi rupanya masa tenangnya tidak berlangsung lama, Demiris, salah satu sahabatnya, di mana Christopher pernah berhutang nyawanya di masa lalu, ketika dia masih muda dan bodoh, meminta tolong padanya.
Entah kenapa Demiris terlah terlibat hubungan rahasia dengan sebuah organisasi ekstreem yang merencanakan sebuah kudeta terselubung. Lelaki itu meminta tolong kepadanya untuk menjalankan sebuah pekerjaan kecil, menyangkut perjanjian kerjasamanya dengan organisasi itu. Kalau Christopher mau membunuh salah satu incaran organisasi itu pada waktunya, maka ketika seluruh rencana organisasi itu berhasil dan mereka bisa menguasai negara itu dengan kudeta, maka Demiris akan dengan mudah memuluskan jalan untuk memperoleh jalan untuk perizinan tambang minyak buminya di sana.
Semula Christopher menolaknya, apalagi pekerjaan ini termasuk pekerjaan yang sangat remeh, bisa dilakukan oleh siapapun dengan level lebih rendah dari dirinya. Lagipula pekerjaan ini akan memaksanya meninggalkan masa pensiunnya dari dunia kegelapan yang tenang, berkutat lagi dengan darah. Tetapi Demris memaksa, mengatakan bahwa hubungannya dengan organisasi ini adalah hubungan rahasia, yang tidak boleh diketahui siapapun selain orang yang dipercaya oleh Demiris. Demiris bersikeras tidak mau memakai orang lain selain Christopher, karena tidak ada orang yang lebih dipercayainya selain Christopher, tidak peduli seberapa remeh dan mudahnya pekerjaan ini.
Tugas ini sama sekali tidak ada untungnya baginya, dari segi material maupun kepuasan. Dia sudah tidak butuh uang, dan hasratnya membunuh sudah hilang. Tetapi dia punya hutang kepada Demiris, hutang pertemanan kepada mentor sekaligus sahabatnya itu, hutang yang harus dibayar.
Maka berangkatlah Christopher ke sebuah negara tropis kecil yang dilalui garis khatulistiwa itu, menjalankan tugas untuk membunuh korbannya, yang seharusnya mencoreng harga dirinya, karena kapasitas korban ini sangatlah mudah, seharusnya dilakukan bukan oleh pembunuh sekelas dirinya.
Christopher mengira ini semua akan berjalan mudah. Nyatanya tidak. Yang pertama, penampilannya sangat mencolok dan berbeda di negara ini, membuatnya harus sangat berhati-hati. Dia pada akhirnya memilih menghilangkan penyamaran, karena penyamaran tidak bisa dipakai di negara ini. Secara langsung dia menemui Profesor Adam, dan mengatakan tujuannya untuk mengawal lelaki itu atas suruhan organisasi tempat lelaki itu mengadakan perjanjian kerja.
Tentu saja Christopher tidak pernah mengatakan secara langsung, bahwa sebenarnya dia menerima order untuk membunuh Sang Profesor dan puteri tunggalnya, segera setelah lelaki itu menyerahkan hasil penelitiannya yang sangat rahasia kepada organisasi itu.
Andrea. Christopher mengernyit. Ketika pertama kali melihat Andrea, dan senyumannya yang begitu ceria, dada Christopher terasa ditonjok, sebuah perasaan yang tidak pernah dirasakannya sebelumnya. Ada kemarahan luar biasa dari dadanya, mengutuki kenapa gadis seceria dengan senyuman seindah itu harus segera b
erakhir nyawanya karena kebodohan ayahnya. Dan Christopher pula yang harus mencabut nyawanya! Kadang dia merasa jengkel melihat sang Profesor yang dengan bodohnya mempertaruhkan nyawanya, menjalin kerjasama dengan organisasi yang dia tahu sangat kejam dan berbahaya, serta melibatkan Andrea yang tidak tahu apa-apa.
Mungkin sang profesor mempunyai alasannya sendiri. Apapun itu...Jauh di dasar hati Christopher, dia mencemaskan Andrea.
Andrea...Perempuan itu selalu ada di benaknya, bahkan menghantui saat tidurnya, tubuhnya mungil dan menggairahkan, membuat Christopher merasakan gairahnya naik setiap melihatnya...ya Andrea dengan senyum cerianya telah menarik perhatian Christopher, menumbuhkan suatu rasa yang tidak pernah diberikan Christopher kepada perempuan manapun.
*** Sekali lagi tampaknya ada kesibukan di dapur, membuat Christopher mengerutkan keningnya. Dia sudah hampir dua bulan tinggal di rumah mungil ini dan merasakan perasaan yang aneh, seakan dia berada di rumahnya sendiri, dan seakan Andrea memang seharusnya berada dimanapun dia berada.
Christopher selalu menahan diri, meskipun kadangkala dia menatap Andrea dan merasakan gairahnya tiba-tiba naik. Kadang dia bergegas mandi air dingin untuk meredakan gairahnya, tersenyum masam dan berharap ini hanyalah salah satu efek selibatnya selama beberapa lama tanpa perempuan. Christopher semula berpikir dia akan merasakan gairah ini pada wanita manapun yang cocok dengan kriterianya. Tetapi ternyata tidak, banyak wanita cantik yang terntu saja bersedia memuaskan hasratnya, tetapi dia hanya ingin Andrea, dia tidak mau yang lainnya.
Dengan langkah tenang dan memasang ekspresi datar, Christopher melangkah memasuki dapur,
"Ada apa ini"" dilihatnya Andrea sedang mengiris sepotong besar kue bolu lemon berbentuk lingkaran dan meletakkannya diwadah kotak-kotak. Di kotak yang lain ada nasi, mie goreng, ayam panggang yang tampak lezat dan berkilauan karena sausnya, dan juga beberapa botol jus jeruk,
"Kita akan piknik." Andrea tersenyum lebar. "Hari ini cuacanya cerah sekali dan ayah setuju untuk piknik di tengah kebun teh di pegunungan, kau pasti suka Christopher, mungkin selama ini kau kepanasan di sini, tapi aku jamin di kebun teh nanti, kau akan kedinginan."
Christopher hanya terdiam, mengamati Andrea yang tampak ceria, bersenandung sambil mengatur bekal-bekal pikniknya ke dalam tas berbentuk keranjang besar yang telah di siapkannya.
Piknik di ruangan terbuka, berbahaya. Apalagi Christopher mulai menemukan petunjuk bahwa beberapa agen pemerintah yang khusus melakukan maintenance terhadap hubungan luar negeri secara rahasia, mulai mengendus perjanjian kerjasama antara profesor Adam dengan organisasi asing tersebut. Tetapi sekali lagi Christopher melirik ke arah Andrea dan merasa tidak tega harus mengatakan bahwa seharusnya mereka tidak pergi piknik.
Yah...Christopher hanya harus mencoba tampil tidak mencolok, meskipun rasanya sulit mengingat penampilannya yang amat berbeda.
Dia melangkah keluar dapur, dan berpapasan dengan profesor Adam, mereka bertatapan penuh makna,
"Kenapa kau menyetujui kegiatan piknik di luar itu"" Tatapan Christopher tampak mencela, "Kau tahu bukan bahwa itu berbahaya""
Profesor Adam tampak menyesal, "Aku tahu ini berbahaya, tetapi Andrea menginginkannya dan dia tampak sangat bahagia dengan rencana itu hingga aku tidak tega untuk mencegahnya."
Christopher mengamati profesor Adam dan kemudian tersenyum pahit. Lelaki ini sama sepertinya, bersedia melakukan apapun demi mendapatkan senyum ceria Andrea.
*** Mereka memilih tempat berumput rendah di tengah kebun teh yang terbuka untuk umum, udara sejuk dan berangin, membuat Christopher meragukan acara makan siang di alam terbuka seperti ini. Dia melirik ke arah Andrea yang hanya mengenakan sweater tipis dan mengerutkan keningnya,
Tetapi bagaimanapun juga acara piknik ini sepadan, Andrea begitu ceria hingga matanya berbinar-binar dan pipinya bersemu kemerahan, tampak amat sangat cantik,
Meskipun udara dingin dan berangin, membuat rambut mereka berantakan, tetapi mau tidak mau Christopher menyukai aca
ra ini, makanannya sangat lezat, dibuat sendiri oleh tangan mungil Andrea yang terampil.
"Ayo kita ke sungai, di belakang kebun teh ini ada sungai kecil yang mengalir, airnya bening sekali dan sedingin es." Andrea beranjak dengan bersemangat ketika mereka menyelesaikan makannya.
Christopher melirik ke arah profesor Adam, lelaki tua itu tampak mengantuk dan menggelengkan kepalanya,
"Kalian saja yang ke sana, medan untuk pergi ke sungai itu terlalu berat untukku karena harus menuruni bukit yang licin. Mungkin aku akan menikmati udara dan tidur dulu."
Andrea mengalihkan tatapannya ke arah Christopher,
"Apakah kau mau menemaniku""
Christopher masih menatap profesor Adam, sambil mengernyitkan keningnya,
"Anda tidak apa-apa sendirian di sini profesor"" Sebenarnya Christopher ragu. Bagaimana kalau lelaki tua ini melarikan diri" Tetapi kemudian dia menghapus kemungkinan itu dari benaknya. Dia memegang Andrea, dan dia tahu profesor Adam tidak akan pernah meninggalkan Andrea, lelaki itu terlalu mencintai puterinya.
"Aku akan baik-baik saja di sini." Profesor Adam melemparkan tatapan penuh makna, tampaknya mengerti apa yang sedang berputar di benak Christopher.
Chistopher akhirnya mengikuti ajakan Andrea menuruni bukit itu, menuju sungai yang katanya sangat indah.
*** Andrea berdebar, tentu saja, dibalik sikap cerianya sebernarnya Andrea merasa gugup kalau berada di dekat Christopher, lelaki itu memang jarang tersenyum dan selalu memasang ekspresi datar, tetapi kalau dia tersenyum meskipun hanyalah senyuman tipis ketampanannya makin luar biasa.
Yah, meskipun lelaki ini pada dasarnya luar biasa tampan, dengan wajah klasik ala bangsawan romawi jaman dahulu, dan mata cokelat gelap yang dalam.
Andrea melirik ke arah Christopher yang berjalan dengan tenang di sisinya dan berusaha menetralkan detak jantungnya.
"Dingin"" Christopher sepertinya mengamati Andrea, membuat Andrea mendongakkan kepala malu.
"Tidak kok, aku senang begini." Gumam Andrea dalam senyum. Dan kemudian tanpa disangkanya, lelaki itu melepaskan jaket warna cokelat gelapnya dan meletakkannya di bahu Andrea.
"Eh...tapi kau yang akan kedinginan." Gumam Andrea protes.
Christopher tersenyum dan menggelengkan kepalanya, "Tentu saja tidak, aku laki-laki aku yang lebih kuat."
Dada Andrea dipenuhi oleh perasaan asing yang belum pernah dirasakannya sebelumnya, dia menatap Christopher malu-malu dan tersenyum,
"Terima kasih ya."
Christopher menganggukkan kepalanya lalu jemari kuatnya menggandeng Andrea menuju sungai.
Mereka sampai di tepian tebing yang tidak terlalu dalam, dan sungai itu ada di bawah, tampak bergemericik dengan aliran bening yang menyegarkan.
Christopher mengerutkan keningnya, menuruni lembah menuju sungai tidak akan menyulitkannya, tetapi tanah yang landai itu licin dan basah dengan lumpur di ujungnya, dia meragukan kalau Andrea bisa melaluinya, diliriknya Andrea yang mengenakan kemeja putih, celana pendek selutut warna hitam dan sandal datar...perempuan ini akan mengotori kemejanya yang putih bersih, gumamnya dalam hati.
"Kau bisa menuruninya"" Christopher mengangkat alisnya dan menatap Andrea yang tampaknya sangat bersemangat.
Andrea menganggukkan kepalanya, "Aku biasanya menuruninya sendiri, meskipun beberapa kali aku terpeleset dan berguling-guling di lumpur yang empuk itu." Gumamnya lucu, membuat Christopher tidak bisa menahan diri untuk terkekeh,
"Well kalau begitu mari kita coba." Jemarinya menggandeng jemari mungil Andrea, mengajaknya menuruni tanah yang landai itu dengan hati-hati.
Mereka bergerak pelan, menyadari betapa licinnya tanah itu di bawah alas kaki mereka, hingga kesalahan sedikit saja bisa membuat mereka tergelincir ke bawah. Andrea tanpa sadar mencengkeram erat-erat jemari Christopher...Tetapi tiba-tiba saja kakinya terantuk batu yang entah kenapa menyembul di balik lumpur, langkahnya terhuyung dan kemudian jatuh kehilangan keseimbangannya, membawa Christopher bersamanya.
Dengan cepat tubuh mereka berguling, dan baru berhenti setelah mencapai ujung lembah di tepi sungai. Tubuh dan pakaian mereka belepotan lumpur yang
basah, bahkan ada beberapa di rambut dan wajah mereka.
Christopher yang bangun duluan duduk di atas lumpur dan mencoba membersihkan pakaian dan rambutnya, sebuah usaha yang sia-sia mengingat lumpur itu begitu banyaknya.
Sementara itu Andrea masih terengah karena berguling tadi, tetapi kemudian ketika melihat keadaan Christopher yang belepotan lumpur, dia tidak bisa menahan diri untuk tertawa. Bagaimana tidak" Sungguh pemandangan yang langka menemukan Christopher yang selalu tampil sempurna sekarang benar-benar dilumuri lumpur kecokelatan.
Tawanya membuat Christopher menoleh dan menatapnya dengan tatapan memperingatkan,
"Kenapa kau tertawa""
Tentu saja tatapan memperingatkan itu tidak mempan untuk Andrea, dia terlalu geli hingga tawanya makin keras, lalu tawa itu menular, membuat Christopher tersenyum dan senyumnya melebar menjadi kekehan pelan, dia mengangkat alis dan memandang dirinya sendiri,
"Aku tidak membawa baju ganti." Gumamnya sambil melempar tatapan menuduh ke arah Andrea. Matanya menatap ke arah keindahan di depannya, Andrea yang cantik dan tertawa lepas, meskipun belepotan lumpur, tiba-tiba dada Christopher terasa hangat dan dia tidak bisa menahan diri.
Diraihnya Andrea ke dalam pelukannya dan diciumnya lembut. Semula Andrea terkesiap, matanya membelalak, tetapi Christopher sangat ahli, tahu bahwa Andrea tidak berpengalaman, di kecupnya bibir Andrea berkali kali dan kemudian dengan tanpa kentara dipagutnya lembut, seperti seorang kekasih yang mencoba meyakinkan pasangannya bahwa dia tidak akan menyakitinya.
Kemudian Christopher merasakan penyerahan diri Andrea dari matanya yang terpejam dan tubuhnya yang lunglai pasrah dalam pelukan Christopher, lelaki itu mengerang dengan perasaan memiliki dan memperdalam ciumannya, dengan lumatan penuh gairah yang tidak tertahankan lagi, dilumatnya bibir Andrea, dirasakannya kemanisan yang luar biasa dari bibir itu, dan kemudian lidahnya menelusup, menjelajahi seluruh bibir Andrea dan mengenalinya, dengan lembut tentu saja karena Christopher tidak mau Andrea lari ketakutan akibat gairahnya yang bergejolak.
Lama kemudian, ketika Christopher merasakan Andrea megap-megap akibat ciumannya yang terlalu dalam, dia melepaskan bibirnya. Kepala mereka masih beradu begitu dekat, napas mereka masih hangat dan menyatu, Christopher bisa melihat betapa bibir Andrea sedikit bengkak akibat ciumannya yang kuat. Lalu mata cokelat dalamnya menatap ke arah mata Andrea yang berkabut, membuat pipi Andrea bersemu kemerahan,
"Aku tidak akan minta maaf karena menciummu." Suara Christopher datar dan serak, "Karena aku sudah ingin melakukannya sejak lama."
Semu kemerahan di pipi Andrea makin nyata, jantungnya berdebar dengan kencangnya, oh Astaga! Christopher menciumnya! Lelaki itu menciumnya! Apakah itu hanyalah ungkapan gairah terpendamnya ataukah Christopher benar-benar tertarik kepadanya"
Mata Andrea mencoba menyelami mata cokelat Christopher yang dalam dan dia tidak menemukan jawabannya, tetapi kemudian bibir Christopher tersenyum tipis, lelaki itu tiba-tiba mengecup ujung hidung Andrea dengan sayang,
"Kuharap kau tidak marah padaku."
Andrea tidak marah, bagaimana mungkin dia bisa marah" Perasaannya campur aduk dan tak bisa dijelaskan dengan kata-kata, tetapi Andrea tahu pasti, marah' bukanlah salah satu di antaranya.
*** Sementara itu dari atas tebing, tanpa diketahui oleh dua sosok manusia yang berpelukan itu, profesor Adam berdiri mengamati dengan bingung campur lega. Bingung karena rasa bersalahnya menyeruak, membiarkan Andrea jatuh begitu saja dalam pesona Christopher tanpa peringatan, tetapi sekaligus lega, lega karena Christopher tertarik kepada Andrea, kalau perasaan itu bisa tumbuh lebih dalam, itu mungkin bisa menyelamatkan nyawa Andrea, Christopher sudah pasti tidak akan membunuh perempuan yang dicintainya bukan"
Profesor Adam rela melakukan apapun. Apapun, bahkan dengan taruhan nyawanya, asalkan Andrea bisa selamat.
*** Hubungan mereka berdua berubah sejak ciuman di tepi sungai itu, Andrea tidak menahan-nahan lagi rasa tertariknya yang bertumbuh dengan pesat kepad
a Christopher, begitupun sebaliknya, lelaki itu tidak bisa lagi menahan dirinya untuk menunjukkan rasa sayangnya kepada Andrea.
Mereka selalu menghabiskan waktu bersama, dan sangat menikmatinya. Kadang mereka hanya berdiam di rumah, tidak kemana-mana, duduk membaca dengan secangkir kopi panas di meja. Setelah lama, Christopher akan menarik Andrea ke dalam pelukannya dan menciuminya, lalu mereka akan bercumbu.
Tetapi rupanya Christopher masih menahan diri untuk melakukan sesuatu yang lebih. Andrea adalah perempuan polos yang belum berpengalaman, dan Christopher tidak mampu merusak kepolosan itu hanya karena ingin melampiaskan gairahnya.
Dia sudah memikirkannya sejak lama. Mereka memang baru bertemu sebentar, tetapi dorongan gairah mereka dan keterikatan di antara mereka begitu kuatnya, membuat Christopher yakin bahwa Andrea adalah tempatnya berlabuh,
Kemudian di suatu malam, ketika Andrea pulang dia menemukan ruangan begitu gelap dan pekat, dahinya mengernyit. Apakah mati lampu" Tetapi lampu jalanan menyala terang di sekeliling kompleks, berarti tidak mungkin mati lampu. Lagipula kenapa rumah begitu senyap, dimana Christopher dan ayahnya"
Andrea masuk ke ruang tengah, ruangan dengan karpet tebal dan sofa empuk, tempat dia sering menghabiskan waktu bersama Christopher, ruangan itu temaram, oleh cahaya lilin. Andrea melangkah semakin masuk ke tengah ruangan dan mendapati, pemandangan yang sangat indah dan mencengangkan.
Sembilan buah lilin biru yang diatur dengan posisi setengah melingkar, begitu indahnya menguarkan cahaya keemasan dengan nuansa biru, menimbulkan bayangan bergerak di seluruh ruangan yang temaram, membuat Andrea tersenyum.
"Kau menyukainya"" suara Christopher tiba-tiba terdengar dekat di belakangnya, membuat Andrea terlonjak kaget, dia menoleh dan mendongakkan kepalnya, menatap Christopher yang menatapnya lembut, cahaya lilin telah menciptakan siluet di sana, hingga membuat Christopher kelihatan misterius.
Andrea tersenyum, "Ini bagus sekali."
Christopher lalu menghela Andrea mendekati lilin-lilin itu, "Aku sebenarnya ingin membeli bunga mawar, sembilan tangkai bunga mawar untukmu, yang artinya saling mencintai selamanya'. Tetapi kemudian aku melihat lilin biru ini, sangat indah, aku membayangkannya menyala di kegelapan, menyambutmu pulang, rasanya akan lebih romantis daripada ketika aku memberimu sembilan tangkai mawar merah." Ekspresi Christopher berubah serius, "Aku baru sebentar mengenalmu, tetapi aku tahu bahwa kau berbeda Andrea, kau memiliki hatiku begitu saja tanpa aku menyadarinya."
Andrea merasakan dadanya sesak. Terharu sekaligus bahagia, air mata menggenang di sudut matanya, membuatnya tidak bisa berkata-kata. Kalimat Christopher itu &.lelaki itu memang selalu bersikap lembut dan penuh sayang kepada Andrea, tetapi belum pernah satu ungkapan cintapun terungkap, apakah ini...apakah ini adalah pernyataan cinta Christopher"
Lalu tiba-tiba saja, sebuah kotak beludru terbuka, dengan cincin emas yang berhiaskan berlian putih berkilauan di dalamnya ada di tangan Christopher,
Andrea menatap cincin itu, terpukau oleh keindahannya. Kemudian dia mengalihkan tatapan mata terkejut ke arah Christopher, ekspresi lelaki itu mengungkapkan maksudnya dan jantung Andrea berdebar kencang.
Apakah Christopher... "Andrea, maukah kau menjadi isteriku""
Ucapan lamaran itu terucap dari bibir Christopher yang tipis dan indah, dengan suara serak dan penuh perasaan, membuat air mata Andrea membanjir. Dia menganggukkan kepalanya, tanpa pertimbangan apa-apa lagi. Yang penting adalah Christopher mencintainya, dan dia mencintai laki-laki itu. Perasaan mereka begitu dalamnya, dan mereka harus bersama.
"Ya Christopher, aku mau...aku mau &"
*** "Aku akan membawa Andrea ke Italia untuk menikah." Christopher bergumam pada tengah malam, setelah yakin bahwa Andrea terlelap dan tak akan bangun, dia menemui profesor Adam yang masih mengerjakan penelitiannya di ruang kerjanya
Profesor Adam yang tadi setuju untuk sembunyi sementara di ruang kerjanya sementara Christopher melamar Andrea, menganggukkan kepalanya dengan serius
, "Itu bagus." Lelaki tua itu lalu menghela napas panjang, "Kurasa kau tahu kenapa aku menyetujui pernikahan ini."
Christopher menganggukkan kepalanya, "Aku akan melindungi Andrea dengan nyawaku sendiri."
Wajah Profesor Adam tampak sedih, menyadari kalau Christopher tidak mau membunuhnya, organisasi itu pasti akan mengirimkan orang lain untuk menghabisinya. Tetapi setidaknya Andrea tidak terlibat, setidaknya Andrea berada di tangan orang yang paling kuat untuk melindunginya, itu sudah cukup untuknya.
"Terima kasih Christopher, aku bersyukur Andrea akan menikah dengan seseorang sepertimu." Profesor Adam mengucap restunya dengan lemah, merasakan sedikit pedih di dadanya karena Andrea, puterinya satu-satunya sebentar lagi akan dijauhkan dari dirinya.
*** Kemudian Christopher menelepon Demiris dan menceritakan semuanya, membuat lelaki itu tercengang.
"Maksudmu...kau akan membatalkan semua tugas itu karena kau jatuh cinta dengan anak perempuan si profesor""
"Kau sudah mendengar sendiri tadi." Jawab Christopher tenang.
Demiris tampak kehabisan kata-kata, lalu lelaki itu mendesah, masih tampak kaget,
"Apakah kau yakin, Christopher" Kau tidak pernah gagal dalam tugasmu sebelumnya...Apalagi profesor dan puterinya ini adalah tugas yang sangat mudah...reputasi "Sang Pembunuh" akan tercoreng kalau itu terjadi."
"Aku tidak peduli dengan reputasi "Sang Pembunuh", dia sudah lama mati, kau tahu aku sudah membuatnya pensiun sejak lama, dan menjalani hidupku sebagai Christopher Agnelli Hanya karenamulah aku mau membangunkan lagi "Sang Pembunuh", tetapi sayangnya aku tidak bisa melakukannya, Demiris. Aku mencintai Andrea dan aku akan menjaganya."
"Bagaimana dengan sang profesor""
Christopher menghela napas panjang, "Aku sudah menawarkan untuk membawanya ke italia untuk melindunginya, tetapi dia menolak. Dia ternyata mengidap kanker hati, umurnya sudah tidak lama lagi, jadi dia pasrah menunggu apapun yang akan dilakukan oleh organisasi itu kepadanya, lagipula dia berpikir kalau dia ikut ke italia, dia akan membawakan bahaya terus menerus kepada Andrea."
Demiris tercenung, lalu menghela napas panjang, "Oke, mau bagaimana lagi. Kau sepertinya benar-benar serius dengan perempuan yang satu ini. Aku akan menginformasikan bahwa aku gagal melakukan yang mereka minta kepada organisasi itu, dan bersiap untuk kehilangan kesempatan besar membangun kilang minyakku di negara itu." Suaranya tampak mencela tapi tidak marah, malahan Christopher mendengar senyum di dalam suaranya, "Sebaiknya cepat kau bawa gadis itu pergi, Christopher, penelitian sang profesor sangat penting dan rahasia dan begitu aku menginformasikan kepada organisasi itu bahwa kau sudah melepaskan tugasmu, mereka akan berusaha mengirimkan pembunuh lain tanpa melalui aku, yang mungkin lebih kasar dan menggunakan cara rendahan daripada dirimu."
*** "Kenapa ayah tidak bisa ikut ke Italia untuk menghadiri pernikahan kami"" Andrea masih saja mengerutkan keningnya rupanya hal itu masih mengganjal di benaknya meskipun mereka telah melalui adu argumentasi dan penjelasan-penjelasan yang panjang sehingga menemukan kompromi, koper-koper sudah di packing rapi, dan mereka sedang menunggu taxi untuk mengantar ke bandara.
Profesor Adam tersenyum lembut, mengecup dahi puterinya itu dan menggelengkan kepalanya, dengan sabar mengulang kembali alasan yang selalu didengungkannya kepada Andrea,
"Kau tahu ayah tidak bisa, ada pekerjaan yang mengharuskan ayah tetap tinggal. Toh kau bisa mengunjungi ayah nanti kalau sudah menikah." Profesor Adam mengernyit dalam hatinya, memandang wajah Andrea dalam-dalam, puteri kesayangannya yang mungkin tidak akan bisa dilihatnya lagi.
Ada alasan lain lagi yang tidak diberitahukannya kepada Andrea, kondisi kesehatannya benar-benar sudah buruk sekarang, mungkin karena gaya hidupnya yang tidak sehat, membuat tubuhnya yang sudah menua tumbang oleh berbagai penyakit, terakhir dia meriksakan diri, dokter sudah mendiagnosis dirinya mengidap kanker hati. Yah, bagaimanapun juga umur manusia ada batasnya, setidaknya dia bisa meninggal dengan pengetahuan bahwa Andrea
di jaga di tangan yang tepat.
Sebenarnya butuh waktu lama bagi Christopher untuk meyakinkan Andrea supaya mau meninggalkan ayahnya di sini untuk menikah di Italia. Andrea bersikeras mengajak ayahnya, bahkan dia meminta supaya mereka menikah di negara ini saja sehingga tidak perlu meninggalkan porfesor Adam. Ketika Christopher menyerah dengan kekeraskepalaan Andrea, profesor Adam turun tangan, dengan kasih sayang seorang ayah, dia menerangkan bahwa ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkannya di sini, bahwa dia terlalu tua dan lelah untuk menempuh perjalanan jauh, bahwa dia akan baik-baik saja di sini selama Andrea berangkat ke Italia untuk menikah dan berbulan madu.
Profesor Adam menekankan bahwa setelah bulan madu mereka, Andrea dan Christopher bisa pulang lagi kemari - itu mungkin merupakan kebohongan putihnya pada Andrea karena jauh di dalam hatinya, profesor Adam tahu bahwa Christopher mungkin tidak akan membawa Andrea pulang lagi, demi keselamatan Andrea. Pada akhirnya Andrea mau mengerti semua penjelasan profesor Adam dan mau berangkat ke Italia bersama Christopher meninggalkan ayahnya di sini.
Taxi mereka datang, dan Christopher yang sejak tadi membisu, menyalami profesor Adam dengan ekspresi datar,
"Semoga kau baik-baik saja profesor." Gumamnya tenang, penuh makna.
Profesor Adam tersenyum, lalu tanpa di duha memeluk Christopher dengan cepat lalu menepuk bahunya,
"Jaga Andrea baik-baik." Pesannya.
Andrea menangis, memeluk ayahnya dan mencium ke dua pipinya, "Ayah jaga diri ya, segera setelah menikah, aku akan pulang lagi bersama Christopher." Bisiknya dengan berurai air mata, tidak menyadari bahwa Profesor Adam melempar pandangan ke arah Christopher, pandangan penuh pengetahuan bahwa mungkin saja Andrea tidak akan pernah kembali ke negara ini.
*** Setelah menempuh perjalanan panjang, mereka mendarat di bandar udara internasional, mereka melanjutkan perjalanan menuju ke Tuscany, kawasan yang terkenal dengan perkebunan anggur dan zaitun. Meskipun lelah, Andrea sangat menikmati perjalanan itu dan merasa sayang jika sampai tertidur, dia sangat menyukai tempat, pemandangan, suasana, dan keindahan kota-kota kuno dan ladang bunga matahari damai dan tak berujung di pedesaan.
Christopher menjelaskan bahwa mereka sekarang berada di daerah antara Florence dan Siena yang juga mencakup wilayah anggur Chianti dan juga San Gimignano, di mana Christopher sendiri memiliki perkebunan anggur yang cukup luas di sana.
Mereka harus menempuh sekitar 80 kilometer lagi menuju ke kota Lucca, sebuah kota yang berada di atas sebuah dataran tinggi dengan pegunungan Alpen menjulang di atasnya.
Selama beberapa jam kemudian, Andrea akhirnya tertidur, dan baru terbangun ketika Christopher menyentuh bahunya dengan lembut, dia tertidur pulas di pangkuan Christopher,
"Kita sudah sampai di kotaku." Gumam Christopher serak, menatap Andrea dengan tatapan mata dalam dan bergairah.
Andrea terpesona. Kota ini hampir seperti bayangannya ketika melihat acara-acara yang membahas wisata Italia di televisi, kota ini terkenal oleh dinding yang dulunya merupakan benteng pertahanan, peninggalan dari arsitektur kuno yang megah, dan juga peninggalan bangunan bersejarah lainnya.
Tempat tinggal Christopher sendiri merupakan sebuah kastil yang indah bercat putih bersih, menjulang di tengah dataran rumput dan warna oranye pepohonan menjelang musim gugur.
Mereka turun dari mobil dan beberapa pelayan pria langsung datang dan mengangkut barang-barang mereka.
Richard sang pelayan utama berdiri menyambut di depan, menatap Andrea dengan senyum hangatnya,
"Selamat datang tuan Christopher, selamat datang nona Andrea." Lelaki itu membungkukkan badannya dengan hormat.
Christopher menganggukkan kepalanya dan tersenyum tipis,
"Apakah persiapan pernikahan sudah siap""
"Semua sudah disiapkan tuan, berkas-berkasnya sudah diletakkan di meja anda oleh pengacara anda, besok dijadwalkan pernikahan jam sepuluh di sini."
Christopher menoleh, menatap ke arah Andrea dan tersenyum meminta maaf,
"Maafkan aku atas pernikahan yang tergesa-gesa ini. Tetapi aku sungguh ing
in menikahimu, dan tidak ingin diperlambat oleh urusan persiapan pesta dan yang lainnya. Kita bisa menikah dulu, diam-diam, rahasia. Dan kemudian menikmati bulan madu kita dalam ketenangan, setelah waktunya tepat, baru kita umumkan pernikahan ini dan kemudian merancang pesta yang sangat besar untuk merayakannya dan mengundang semua orang yang perlu diundang."
Andrea tersenyum, melemparkan tatapan mata memuja kepada Christopher,
"Aku tidak peduli dengan pesta. Aku ingin segera menjadi milikmu, Christopher."
*** Dan begitulah, dalam upacara pernikahan yang sederhana, mereka terikat sebagai suami isteri, hanya disaksikan oleh Demiris, pengacara dan beberapa orang kepercayaan Christopher, lelaki itu melingkarkan cincin tanda kepemilikannya di jemari Andrea, dan kemudian mengecup pengantinnya.
Meskipun sederhana dan tidak dirayakan dalam keramaian, Andrea sangat bahagia, dia tampak begitu cantik dan berbinar-binar sehingga Demiris pun menyenggol Christopher sambil mengamati Andrea,
"Tak heran kau begitu terpesona kepadanya, dia begitu cantik, dan kecantikannya seperti dewi italia yang luar biasa." Demiris menatap Andrea dan mengerutkan keningnya, "Dia tidak seperti penduduk lokal negara itu pada umumnya, tidakkah kau memperhatikan rambutnya, tekstur wajahnya dan warna kulitnya yang keemasan seperti zaitun murni itu" Aku merasa dia lebih mirip perempuan spanyol dengan rambut hitam yang tebal dan bentuk tubuh yang mungil tetapi sintal itu." Demiris sendiri berdarah Yunani setengah amerika latin, nama Demiris berasal dari ibunya yang Yunani asli, sedangkan nama Paredesh berasal dari ayahnya seorang pengusaha Amerika latin yang jatuh cinta dan menikahi ibunya dalam kunjungan bisnisnya ke Yunani.
Christopher mengamati Andrea dengan tatapan mata puas, mengagumi kecantikan isterinya, miliknya. Lalu dia melemparkan tatapan mata mencela kepada Demiris,
"Kau berani-beraninya mengomentari bentuk tubuh isteriku""
Demiris tertawa, "Hei, aku memuji isterimu. Dia memang luar biasa cantiknya, apakah ibunya atau ayahnya mungkin keturunan spanyol""
Christopher mengernyitkan keningnya. Tidak. Dia melihat sendiri foto Profesor Adam dan mendiang isterinya. Tidak ada sedikitpun terlihat ada darah asing mengalir di tubuh mereka. Tetapi kata-kata Demiris ada benarnya juga, Christopher selama ini tidak pernah memikirkannya, tetapi jika dilihat dengan benar, Andrea benar-benar tampak berbeda dari kedua orang tuanya. Dia akan menyelidikinya nanti.
Nanti. Karena sekarang, waktunya dia memiliki isterinya.
Pesta sudah hampir usai, dan Christopher merangkulkan lengannya di pinggang isterinya, dengan bergairah dan penuh makna, hingga Andrea tersenyum malu-malu, lalu mengikuti Christopher dihela menuju kamar besar mereka yang telah disiapkan, meninggalkan para tamu di belakang mereka.
Kamar itu besar dan indah, cahayanya temaram, dan Andrea melihat satu-satunya cahaya itu berasal dari sembilan lilin biru yang diatur setengah melingkar dengan indahnya di sana. Matanya menoleh ke arah Christopher dan tersenyum haru, teringat akan kenangan indah ketika Christopher melamarnya dalam buaian cahaya temaram dari sembilan lilin biru yang indah itu.
"Christopher." Andrea mendesah ketika lengan Christopher melingkari pinggangnya dari belakang, lelaki itu menundukkan kepalanya dan mengecup sisi leher Andrea, membuatnya menggelenyar,
5 Jagoan 5 Raja 4 Dragon Keeper Karya Colore Wilkinson Si Rajawali Sakti 6
^