Mockingjay 3
Mockingjay Buku Terakhir Trilogi The Hunger Games Karya Suzanne Collins Bagian 3
Setelah menaruh seragam Mockingjay, aku langsung ke kamar tidur tanpa makan. Meskipun begitu, Prim harus mengguncang-guncang tubuhku agar bangun keesokan paginya. Setelah sarapan, aku mengabaikan jadwalku dan tidur sebentar di lemari persediaan. Saat aku bangun, merangkak keluar dari antara kotak-kotak kapur dan pensil, ternyata sudah waktunya makan malam lagi. Aku mendapat porsi sup kacang polong ekstrabesar, lalu aku berjalan kembali ke kompartemen E saat Boggs mencegatku.
Ada pertemuan di Ruang Komando. Abaikan jadwalmu saat ini, katanya.
Sudah kuabaikan, kataku.
Apakah kau mengikuti jadwalmu hari ini" tanyanya jengkel.
Siapa yang tahu" Kan kondisi mentalku kacau. Kuangkat pergelangan tanganku untuk menunjukkan gelang rumah sakitku dan baru kusadari bahwa gelang itu sudah tak ada. Lihat, kan" Aku bahkan tak ingat kapan mereka mencopot gelangku. Kenapa mereka ingin aku ke Ruang Komando" Aku ketinggalan sesuatu"
Kurasa Cressida ingin menunjukkanmu propo-propo dari Dua Belas. Tapi kurasa kau akan melihatnya nanti saat sudah disiarkan, katanya.
Itu yang kuperlukan, jadwalnya. Kapan propo-propo itu disiarkan, kataku. Dia memandangku tajam, tapi tak berkomentar lebih jauh.
Orang-orang sudah berkumpul di Ruang Komando, tapi mereka menyisakan tempat duduk untukku di antara Finnick dan Plutarch. Layar-layar sudah memenuhi meja, memperlihatkan siaran biasa dari Capitol.
Apa yang terjadi" Bukankah kita akan melihat propo Dua Belas" tanyaku.
Oh, tidak, jawab Plutarch. Maksudku, mungkin. Aku tidak tahu rekaman mana yang rencananya akan digunakan Beetee.
Beetee pikir dia sudah menemukan cara untuk meretas siaran televisi nasional, kata Finnick. Jadi propo-propo kita akan disiarkan di Capitol juga. Dia menyiapkannya di Pertahanan Khusus sekarang. Ada program siaran langsung malam ini, Snow akan tampil atau semacam itulah. Kupikir sudah dimulai.
Lambang Capitol muncul, diiringi lagu kebangsaan. Kemudian aku menatap langsung ke mata ular Presiden Snow ketika dia memberi salam pada negara. Sepertinya dia berada di balik barikade di podiumnya, tapi mawar
putih di kerah jasnya disorot dengan jelas. Kamera mundur dan memperlihatkan Peeta di satu sisi yang jauh di depan peta yang memproyeksikan seantero Panem. Dia duduk di kursi yang lebih tinggi, sepatunya dipasangi gelang logam. Kaki palsunya mengetuk-ngetuk dalam irama aneh tak beraturan. Titik-titik keringat muncul menembus lapisan bedak di bagian atas bibirnya dan di dahi. Tapi tatapan matanya marah namun tak fokus yang paling membuatku takut.
Dia memburuk, bisikku. Finnick menggenggam tanganku, memberikan pegangan, dan aku berusaha bertahan.
Peeta mulai bicara dengan nada frustrasi tentang perlunya gencatan senjata. Dia menekankan kerusakan yang terjadi pada sejumlah infrastruktur utama di berbagai distrik, dan ketika dia bicara, beberapa bagian di peta menyala, menunjukkan gambar-gambar kehancuran. Bendungan yang rusak di 7. Kereta yang tergelincir dengan limbah beracun tumpah dari gerbong-gerbongnya. Lumbung yang runtuh setelah terbakar. Semua ini disebutkannya sebagai perbuatan pemberontak.
Dor! Tanpa peringatan, mendadak aku muncul di televisi, berdiri di depan puing-puing toko roti.
Plutarch bangkit berdiri. Dia berhasil! Beetee menyusup masuk!
Ruangan itu mendengungkan reaksi ketika Peeta muncul lagi, tampak teralih perhatiannya. Dia sudah melihatku di layar. Dia berusaha melanjutkan pidatonya dengan menceritakan pengeboman pabrik pemurnian air, ketika video Finnick bicara tentang Rue menggantikannya. Kemudian semuanya pecah menjadi perang tanding siaran ketika para pakar teknologi Capitol berusaha menghalau serangan Beetee. Tapi mereka tidak siap, sementara Beetee tampaknya sudah mengantisipasi bahwa dia takkan bisa terus mengendalikan siaran, menyerang dengan potongan-potongan video berdurasi lima sampai sepuluh detik. Kami menonton siaran resmi pemerintah mulai kacau ketika dihantam dengan tayangan-tayangan propo pilihan.
Plutarch dilanda kegembiraan dan hampir semuanya menyoraki Beetee, tapi Finnick tetap tak bergerak dan tak bicara di sebelahku. Mataku bertemu dengan tatapan Haymitch yang berada di seberang ruangan dan melihat kengerian yang kurasakan terpantul di sana. Kami menyadari bahwa seiring dengan setiap sorakan, Peeta makin jauh terlepas dari genggaman kami.
Lambang Capitol kembali muncul, diiringi nada datar dari audio. Keadaan ini berlangsung selama sekitar dua puluh detik sebelum Snow dan Peeta muncul kembali. Set panggung tampak berantakan. Kami bisa mendengar percakapan panik dari booth mereka. Snow bergerak maju, mengatakan bahwa sudah jelas para pemberontak kini berusaha mengacaukan penyebaran informasi yang mereka anggap merugikan mereka, tapi kebenaran dan keadilan akan menunjukkan kuasanya. Siaran penuh akan dilanjutkan saat keamanan sudah stabil. Dia bertanya pada Peeta, apakah setelah melihat demo malam ini dia punya kata-kata perpisahan untuk Katniss Everdeen.
Mendengar namaku disebut, wajah Peeta berubah keras. Katniss... menurutmu bagaimana semua ini akan berakhir" Apa yang akan tersisa" Tak ada seorang pun yang aman. Tidak juga di Capitol. Tidak di distrik-distrik. Dan kau... di Tiga Belas... Peeta menghirup napas dalam-dalam, seakan berusaha mendapat udara, tatapannya terlihat sinting. Tewas besok pagi!
Di luar kamera, Snow memberi perintah. Akhiri! Beetee menambah kekacauan dengan memasukkan gambar diamku yang berdiri di depan rumah sakit dengan interval tiga detik. Tapi antara gambar-gambar itu, kami bisa melihat aksi sungguhan yang sedang terjadi di set. Peeta masih berusaha bicara. Kamera terdorong jatuh dan merekam lantai ubin putih. Bot-bot yang bergerak cepat. Hantaman yang tak bisa dipisahkan dari jerit kesakitan Peeta.
Dan darahnya yang tepercik ke lantai.
BAGIAN II SERANGAN BAB SEPULUH JERITAN itu mulai mengalir dari punggung bawah lalu naik menyusuri tubuhku hingga akhirnya tersangkut di tenggorokanku. Aku sebisu Avox, tersedak kesedihanku sendiri. Bahkan jika aku bisa melepaskan otot di leherku, membiarkan bunyinya merobek udara, apakah akan ada yang memperhatikannya" Ruangan ini hiruk-pikuk. Berbagai pertanyaan dan tuntutan bergema ketika mereka berusaha
memecahkan arti kata-kata Peeta. Dan kau... di Tiga Belas... tewas besok pagi! Namun tak ada seorang pun yang bertanya tentang si pembawa pesan, yang darahnya digantikan gambar statik.
Ada suara yang meminta perhatian yang lain. Diam! Semua mata tertuju pada Haymitch. Itu bukan misteri besar! Anak itu memberitahu kita bahwa kita bakal diserang. Di sini. Di Tiga Belas.
Bagaimana dia bisa mendapatkan informasi itu"
Kenapa kita harus mempercayainya"
Bagaimana kau tahu" Haymitch mengerang kesal. Mereka memukulinya sampai berdarah sementara kita bicara di sini. Apa lagi yang kaubutuhkan" Katniss, bantu aku sekarang!
Aku harus memaksa diriku agar bisa bicara. Haymitch benar. Aku tak tahu dari mana Peeta mendapat informasi itu. Atau apakah benar atau tidak. Tapi dia memercayainya. Dan mereka... Aku tidak bisa mengucapkannya dengan lantang apa yang dilakukan Snow padanya.
Kau tidak kenal dia, kata Haymitch pada Coin. Kami kenal. Suruh orang-orangmu bersiap-siap.
Presiden sepertinya tidak cemas, hanya sedikit bingung dengan kejadian yang berlangsung ini. Dia menimbang setiap kata, mengetuk-ngetukkan satu jarinya pelan di ujung papan kendali di hadapannya. Ketika Coin bicara, dia berbicara pada Haymitch dengan nada datar. Tentu saja, kami sudah siap dengan skenario macam itu. Meskipun selama berpuluh-puluh tahun asumsi kami terbukti bahwa serangan langsung ke Tiga Belas akan kontraproduktif untuk tujuan Capitol. Rudal-rudal nuklir akan melepaskan radiasi ke atmosfer, menghasilkan dampak tak terkira untuk lingkungan. Bahkan pengeboman rutin bisa merusak kamp militer kami, yang kita tahu ingin mereka kuasai. Dan, tentu saja, mereka mengundang serangan balasan. Dapat dibayangkan bahwa mengingat persekutuan kita saat ini dengan para pemberontak, semua ini dianggap sebagai risiko-risiko yang bisa diterima.
Menurutmu begitu" tanya Haymitch. Pernyataan itu dibayangi ketulusan yang berlebihan, tapi ironi yang tersamar sering kali dihambur-hamburkan di 13.
Ya. Bagaimanapun, kita sudah lewat waktu untuk latihan keamanan Tingkat Lima, kata Coin. Mari kita mulai dengan penguncian. Coin mengetik dengan cepat, mengautorisasi keputusannya. Saat dia mengangkat kepalanya, latihan dimulai.
Ada dua kali latihan keamanan tingkat rendah sejak aku tiba di 13. Aku tidak terlalu ingat latihan pertama. Aku masih di unit perawatan intensif di rumah sakit dan seingatku pasien-pasien dibebaskan dari latihan, karena berbagai kerumitan ketika harus mengeluarkan kami untuk latihan lebih besar daripada manfaatnya. Samar-samar aku menyadari suara mekanis yang memerintahkan semua orang untuk berkumpul di zona kuning. Pada latihan kedua, latihan Tingkat Dua tujuannya adalah untuk menghadapi krisis-krisis minor seperti karantina sementara ketika penduduk diperiksa apakah mereka tertular wabah flu kami seharusnya kembali ke barak tempat tinggal kami. Aku tetap tinggal di belakang pipa di dalam ruang cuci, mengabaikan bunyi bip yang terus-menerus berdengung dari sistem audio, dan aku memperlihatkan laba-laba membangun sarangnya. Tak ada satu pun pengalaman yang sudah kulalui yang menyiapkanku mendengar sirene tanpa kata yang memekakkan telinga dan menyisipkan ketakutan yang sekarang merasuk di 13. Tak ada seorang pun yang bisa mengabaikan bunyi ini, yang sepertinya dirancang untuk membuat seluruh penduduk merasa panik. Tapi ini Distrik 13 dan hal semacam itu tidak terjadi.
Boggs mengarahkan aku dan Finnick keluar dari Ruang Komando, berjalan di sepanjang koridor menuju ambang pintu, dan ke arah tangga yang lebar. Aliran manusia dari berbagai jurusan bertemu membentuk sungai yang mengalir ke bawah. Tak ada seorang pun yang menjerit atau mencoba saling dorong. Bahkan anak-anak pun tak ada yang melawan. Kami turun, serombongan demi serombongan, tanpa bicara, karena tak ada satu kata pun yang bisa terdengar dalam bunyi keras melengking ini. Aku mencari ibuku dan Prim, tapi tak mungkin melihat siapa pun kecuali orang-orang yang ada di sekelilingku. Mereka bekerja di rumah sakit malam ini, jadi tak mungkin mereka melewatkan latihan ini.
Telingaku berdenging dan mataku terasa berat. Kami berada jauh di dalam tambang batu bara. Satu-satunya keuntungan berada semakin jauh di dalam perut bumi, semakin berkurang lengkingan sirene yang terdengar. Seakan mereka ingin mengusir kami dari permukaan, yang kurasa memang itulah tujuannya. Kelompok-kelompok manusia ini mulai memisahkan diri menuju pintu-pintu yang bertanda khusus namun Boggs masih terus membimbingku turun, sampai tangga akhirnya berada di ujung gua raksasa. Aku beranjak berjalan lurus tapi Boggs menghentikanku, menunjukkan padaku bahwa aku harus melambaikan jadwalku di depan alat pemindai agar keberadaanku bisa diketahui. Tak diragukan lagi informasi tersebut akan dicatat oleh komputer entah di mana untuk memastikan tak ada seorang pun yang menghilang.
Tempat ini sepertinya tidak jelas apakah buatan alam atau karya manusia. Beberapa bidang dindingnya terbuat dari batu, sementara tiang-tiang baja dan beton memperkuat bidang dinding yang lain. Tempat-tempat tidur dipampatkan ke dinding-dinding batu. Ada dapur, beberapa kamar mandi, dan pos P3K. Tempat ini dirancang untuk jadi tempat tinggal sementara.
Lambang-lambang berwarna putih dengan huruf-huruf dan angka-angka ditempatkan berjarak di sekeliling gua. Ketika Boggs memberitahu aku dan Finnick untuk melapor ke area yang sama dengan barak tempat tinggal kami dalam hal ini aku harus melapor ke E untuk kompartemen E Plutarch berjalan menghampiriku. Ah, kau di sini rupanya, katanya. Berbagai kejadian yang terjadi beberapa saat lalu sepertinya tidak berpengaruh pada suasana hati Plutarch. Dia masih riang gembira karena keberhasilan Beetee melakukan Serangan Siaran. Matanya tertuju pada hutan, bukan pada pepohonannya. Bukan pada hukuman terhadap Peeta atau pengeboman pada 13 yang tak terelakkan. Katniss, ini jelas saat yang buruk untukmu, dengan kemunduran yang terjadi pada Peeta, tapi kau perlu menyadari bahwa orang lain akan memperhatikanmu.
Apa" kataku. Aku tak percaya dia baru saja merendahkan kondisi Peeta yang gawat dengan menyebutnya sebagai kemunduran.
Orang-orang lain di bunker, mereka akan mengambil keputusan dalam bertindak darimu. Jika kau tenang dan berani, yang lain juga akan mencobanya. Kalau kau panik, kepanikanmu akan menyebar seperti kebakaran hutan, Plutarch menjelaskan. Aku cuma memandanginya. Api itu mudah tersulut, katanya, ia meneruskan, seakan aku ini lambat mencerna perkataannya.
Kenapa tidak sekalian aku pura-pura sedang di depan kamera, Plutarch" tanyaku.
Ya! Sempurna. Orang selalu lebih berani dengan adanya penonton, kata Plutarch. Lihat saja keberanian yang ditunjukkan Peeta!
Aku berusaha keras tidak menamparnya.
Aku harus kembali ke Coin sebelum penguncian. Kauteruskan kerjamu yang bagus itu! katanya, lalu berjalan pergi.
Aku menyeberangi ruangan menuju huruf E besar yang terpampang di dinding. Ruangan kami luasnya tiga setengah kali tiga setengah meter, berlantai batu dengan garis-garis yang dilukiskan di sana. Di dinding terpasang dua ranjang salah satu dari kami akan tidur di lantai dan di lantai ada kotak untuk tempat penyimpanan. Ada selembar kertas putih yang dilaminating bertuliskan PROTOKOL BUNKER. Tatapanku tak bisa lepas dari dua titik hitam di lembaran tersebut. Selama sesaat, pemandangan itu dikaburkan dengan tetesan darah yang tak bisa kuenyahkan dari pandanganku. Perlahan-lahan, kata-kata yang tertera di sana mulai bisa kubaca. Bagian pertama berjudul Saat Kedatangan.
1. Pastikan semua orang yang ada di Kompartemen-mu lengkap di sini.
Ibuku dan Prim belum tiba, tapi aku salah satu dari rombongan pertama yang tiba di bunker. Mereka berdua mungkin membantu memindahkan pasien-pasien rumah sakit.
2. Pergi ke Pos Persediaan dan ambil satu kantong persediaan untuk masing-masing orang yang ada di Kompartemen. Siapkan Area Tempat Tinggal. Kembalikan kantong-(kantong).
Mataku memandang sekeliling gua sampai aku menemukan letak Pos Persediaan, sebuah ruangan yang menjorok ke dalam dengan meja konter di depannya. Orang-orang menunggu di belakangnya, tapi belum tampak terlalu banyak kegiatan di sana. Aku berja
lan ke sana, memberikan huruf kompartemen kami, dan meminta tiga kantong. Seorang pria memeriksa selembar kertas, menarik kantong-kantong tertentu dari rak, dan menaruhnya di meja. Setelah memanggul satu kantong di punggungku dan menjinjing dua kantong lagi dengan kedua tanganku, aku berbalik dan melihat sekelompok orang sudah mengantre dengan cepat di belakangku. Permisi, kataku sambil membawa barang-barangku melewati orang-orang itu. Apakah ini cuma waktunya yang kebetulan" Atau apakah Plutarch betul" Apakah orang-orang ini meniru tindakanku"
Kembali ke tempatku, kubuka satu kantong dan di dalamnya kulihat matras tipis, perlengkapan tidur, dua pasang pakaian berwarna abu-abu, sikap gigi, sisir, dan senter. Setelah memeriksa isi kantong-kantong lain, aku menemukan satu-satunya perbedaan yang terlihat jelas adalah isi kantong ini berisi pakaian abu-abu dan putih. Pakaian berwarna putih untuk ibuku dan Prim, untuk berjaga-jaga jika mereka diperlukan untuk tugas medis. Setelah aku menata tempat tidur, menyimpan pakaian, dan mengembalikan kantong-kantong itu, aku tidak punya kegiatan selain membaca peraturan terakhir.
3. Menunggu instuksi lebih lanjut.
Aku duduk bersila di lantai untuk menunggu. Arus manusia mulai mengisi ruangan, mengambil kantong-kantong persediaan. Tidak lama kemudian tempat ini pun penuh. Aku penasaran apakah ibuku dan Prim akan tinggal di tempat mereka menaruh pasien. Tapi kurasa tidak. Nama mereka terdaftar di sini. Aku sudah mulai gelisah ketika kulihat ibuku muncul. Aku mencari ke belakang dan cuma melihat lautan manusia yang tak kukenal. Di mana Prim" tanyaku.
Bukannya dia ada di sini" jawabnya. Dia harusnya sudah turun kemari dari rumah sakit. Dia pergi sepuluh menit sebelum aku pergi. Di mana dia" Ke mana dia pergi"
Kupejamkan mataku rapat-rapat selama beberapa saat, mengikuti jejaknya sebagaimana aku melacak binatang buruan. Melihatnya bereaksi mendengar sirene, bergegas membantu pasien, mengangguk ketika mereka mengarahkannya untuk turun ke bunker, lalu dia ragu-ragu di tangga. Sejenak tampak bingung. Tapi kenapa"
Mataku langsung terbuka. Kucing! Dia mencarinya!
Oh, tidak, kata ibuku. Kami sama-sama tahu bahwa aku benar. Kami bergerak mendorong arus manusia yang masuk, berusaha keluar dari bunker, jauh di depan, aku bisa melihat mereka bersiap-siap menutup pintu logam yang tebal. Perlahan-lahan memutar roda besi pada setiap sisi ke dalam. Entah bagaimana aku tahu sekalinya pintu itu tertutup, tak ada apa pun di dunia ini yang bisa meyakinkan para tentara ini untuk membukanya. Mungkin bahkan itu di luar kendali mereka. Tanpa pandang bulu aku segera mendorong orang-orang untuk minggir sambil aku berteriak pada para tentara itu untuk menunggu. Ruang antara pintu itu menyempit hingga semeter, tiga puluh sentimeter, hingga tinggal beberapa inci yang tersisa ketika aku menyelipkan tanganku di celah pintu.
Buka pintu! Biarkan aku keluar! teriakku.
Kekuatiran terlukis di wajah para tentara ketika mereka memutar roda pintu agar makin membuka. Tak cukup celah untuk aku lewat, tapi cukup untuk mencegah jemariku remuk. Aku mengambil kesempatan untuk menyelipkan bahuku di celah pintu. Prim! aku berteriak ke arah tangga. Ibuku memohon pada para penjaga ketika aku berusaha menyelipkan tubuhku keluar. Prim!
Lalu aku mendengarnya. Bunyi samar langkah-langkah kaki di tangga. Kami datang! aku mendengar suara adikku.
Tahan pintunya! Suara Gale.
Mereka datang! aku memberitahu pada penjaga dan mereka membuka pintu hingga celahnya berjarak semeter. Tapi aku tak berani bergerak takut mereka akan mengunci kami di luar sampai Prim muncul, kedua pipinya merah karena habis berlari, memeluk Buttercup. Kutarik dia masuk dan Gale ikut di belakangnya, memutar tas besar menyamping agar bisa masuk ke bunker. Pintu-pintu menutup dengan bunyi keras dan mantap.
Apa yang kaupikirkan" Kuguncang-guncang tubuh Prim dengan marah lalu kupeluk dia, membuat Buttercup terjepit di antara kami.
Prim sudah siap memberi penjelasan. Aku tak bisa meninggalkannya, Katniss. Tidak untuk kedua kalinya. Kau harus melihatn
ya mondar-mandir di kamar dan melolong. Dia kembali untuk melindungi kita.
Oke. Oke. Kuambil napas beberapa kali untuk menenangkan diri, melangkah mundur, dan kuangkat Buttercup dengan menjepit tengkuknya. Seharusnya kau kutenggelamkan saat aku punya kesempatan. Kedua telinganya merapat dan dia mengeluarkan cakarnya. Aku mendesis padanya sebelum Buttercup mendesis padaku, yang sepertinya membuat dia sedikit kesal, karena dia menganggap desisan adalah cara pribadinya untuk menghinaku. Sebagai balasannya, dia mengeong pasrah sehingga membuat adikku langsung membelanya.
Oh, Katniss, jangan menggodanya, kata Prim, dan mengambil Buttercup kembali ke pelukannya. Dia sudah terlalu gelisah.
Pemikiran bahwa aku sudah melukai perasaan kucing kecil yang kasar malah membuatku terpancing menggodanya. Tapi Prim tampak sungguh-sungguh mencemaskannya. Aku membayangkan bulu Buttercup jadi bahan sepasang sarung tangan, bayangan yang membantuku menghadapi kucing itu selama bertahun-tahun. Oke, maaf. Tempat kita di bawah huruf E besar di dinding. Lebih baik kita menaruhnya sebelum dia gelisah lagi, Prim bergegas lagi dan aku berhadapan dengan Gale. Dia memegangi kotak persediaan medis dari dapur kami di 12. Tempat terakhir kami ngobrol, berciuman, berjauhan, entahlah. Tas berburuku tersampir di bahunya.
Jika Peeta benar, tempat ini tak punya kesempatan melawan, katanya.
Peeta. Darah seperti tetesan air hujan di jendela. Seperti lumpur basah di sepatu bot.
Terima kasih untuk... segalanya. Aku mengambil barang kami. Apa yang kaulakukan di kamar kami"
Hanya memeriksa ulang, katanya. Kami ada di Empat-Puluh-Tujuh jika kau membutuhkanku.
Hampir semua orang kembali ke tempat mereka ketika pintu ditutup, jadi aku menyeberang menuju rumah baru kami dengan paling tidak lima ratus pasang mata mengawasiku. Aku berusaha tampil ekstratenang untuk menggantikan kepanikanku menyeruduk orang banyak tadi. Seolah-olah ketenanganku bisa menipu banyak orang. Cuma sampai di situ saja kemampuanku menjadi panutan. Oh, lagi pula siapa yang peduli" Mereka juga sudah menganggapku sinting. Seorang pria, yang seingatku kudorong sampai jatuh ke lantai, menoleh bertatapan dengan mataku sambil mengelus sikunya dengan kesal. Aku nyaris mendesis padanya.
Prim menaruh Buttercup di ranjang bawah, terbungkus selimut hingga hanya wajahnya yang kelihatan. Dia suka diperlakukan seperti ini saat ada petir, satu-satunya hal yang membuatnya takut. Ibuku menaruh kotaknya dengan hati-hati di tempat penyimpanan. Aku berjongkok, dengan punggung menempel pada dinding, melihat apa yang berhasil diselamatkan Gale dari tas berburuku. Buku tanaman, jaket berburuku, foto pernikahan orangtuaku, dan barang-barang pribadi dari laciku. Pin mockingjay-ku sekarang hidup di pakaian Cinna, tapi ada bandul emas dan parasut perak dengan alat sadap dan mutiara Peeta. Aku menggelungkan mutiara ke tepian parasut, menaruhnya ke pojok di dalam tas berburuku, seakan mutiara itu adalah hidup Peeta dan tak ada seorang pun yang bisa merenggut nyawanya selama aku bisa menjaganya.
Bunyi sirene yang samar itu terputus mendadak. Suara Coin terdengar melalui sistem audio distrik, berterima kasih pada kami semua atas kegiatan evakuasi yang patut dicontoh. Dia menekankan bahwa ini bukan latihan, karena Peeta Mellark, pemenang dari Distrik 12 mungkin sudah menyatakan di televisi bahwa akan ada serangan di 13 malam ini.
Pada saat itulah bom pertama menghantam kami. Benturan yang awalnya dirasakan diikuti ledakan yang bergaung di bagian dalam tubuhku, mengguncang isi perutku, ke sumsum tulangku, dan akar-akar gigiku. Kami semua bakal mati, pikirku. Aku langsung mendongak, mengira bakal melihat retakan besar di langit-langit, dan batu-batu besar berjatuhan menimpa kami, tapi bunker ini hanya bergetar sedikit. Lampu padam dan aku merasa kehilangan orientasi karena kegelapan total. Suara-suara manusia yang tak berbicara pekikan-pekikan spontan, napas-napas memburu, rengekan bayi, satu tawa yang terdengar sedikit gila bergelora dalam udara yang berat. Kemudian terdengar dengungan generator, cahaya lampu
remang-remang menggantikan cahaya benderang yang biasanya ada di 13. Suasananya mirip dengan rumah-rumah kami di 12, ketika lilin-lilin dan api memberikan cahaya temaram pada malam musim dingin.
Aku mendekati Prim dalam cahaya remang ini, menangkupkan tanganku di kakinya, dan menarik tubuhku ke atasnya. Suaranya tetap tenang ketika dia membujuk Buttercup. Tidak apa-apa, Sayang, tidak apa-apa. Kita akan baik-baik saja di sini.
Ibuku memeluk kami berdua. Aku membiarkan diriku jadi anak-anak lagi selama sesaat dan menyandarkan kepalaku di bahu ibuku. Ini tidak seperti bom di Delapan, kataku.
Mungkin rudal bunker, kata Prim, menjaga suaranya tetap tenang demi kucingnya. Kami mempelajarinya pada saat orientasi warga baru. Rudal-rudal itu dirancang menembus ke dalam tanah sebelum meledak. Karena tak ada gunanya mengebom permukaan Tiga Belas.
Nuklir" tanyaku, dan rasa dingin menjalar di sekujur tubuhku.
Belum tentu, kata Prim. Ada bom yang memang kekuatannya besar. Tapi... kurasa bisa jadi juga nuklir.
Kegelapan ini membuatku sulit melihat pintu-pintu logam berat di ujung bunker. Apakah pintu itu bisa melindungi kami dari serangan nuklir" Bahkan jika pintu itu seratus persen efektif tahan terhadap radiasi, yang kemungkinan besar tidak bisa, apakah kami bisa meninggalkan tempat ini" Memikirkan bahwa aku harus menghabiskan sisa hidupku di ruang batu ini membuatku ngeri. Aku ingin berlari menerjang pintu dan menuntut dibebaskan menuju apa pun yang ada di atas sana. Tapi tak ada gunanya. Mereka takkan pernah mengizinkanku keluar, dan aku mungkin bisa memulai kekalapan yang membuat manusia saling menginjak.
Kita amat jauh di dalam tanah, aku yakin kita aman, kata ibuku menghiburku. Apakah dia memikirkan ayahku meledak berkeping-keping di dalam tambang" Waktunya mepet sekali tadi. Untunglah Peeta memiliki alat yang diperlukan untuk memberi peringatan pada kita.
Alat yang diperlukan. Istilah umum yang entah bagaimana memberikan segala yang diperlukannya untuk membunyikan alarm. Pengetahuan, kesempatan, keberanian. Dan sesuatu yang tak bisa kujelaskan. Sepertinya dalam benak Peeta ada semacam pertarungan, yang mendesaknya untuk menyampaikan pesan itu. Kenapa" Bakat terbesarnya adalah memanipulasi kata-kata. Apakah kesulitannya timbul karena dia disiksa" Atau yang lain lagi" Dia jadi gila, misalnya"
Suara Coin, yang terdengar lebih muram, terdengar di dalam bunker, volume suaranya berkeredap dengan cahaya lampu. Ternyata informasi dari Peeta Mellark benar dan kita berutang amat besar padanya. Alat-alat sensor menunjukkan rudal pertama bukanlah nuklir, tapi bom yang sangat kuat. Kita masih menanti bom selanjutnya. Selama serangan terjadi, semua penduduk harus tinggal di area mereka kecuali mendapat perintah lain.
Seorang tentara memberitahu ibuku bahwa dia diperlukan di pos P3K. Dia tampak enggan meninggalkan kami meskipun kami hanya berjarak tiga puluh meter jauhnya.
Kami akan baik-baik saja, sungguh, kataku padanya. Memangnya ada yang bisa melewati dia" Aku menunjuk Buttercup, yang memberikan desisan setengah hati, sehingga kami semua bisa sedikit tertawa. Bahkan aku pun merasa kasihan padanya. Setelah ibuku pergi, aku menyarankan pada adikku, Kenapa kau tidak naik saja ke ranjang dengannya, Prim"
Aku tahu ini konyol... tapi aku takut ranjangnya jatuh menimpa kita saat serangan, katanya.
Jika ranjangnya roboh, seluruh bunker ini pasti akan ambruk menimpa kami, tapi kuputuskan logika semacam ini takkan membantunya. Sebagai gantinya, aku membersihkan kotak penyimpanan dan membuat tempat tidur untuk Buttercup. Lalu aku memasang matras di depannya agar bisa kubagi menjadi tempat tidur berdua dengan adikku.
Kami mendapat kesempatan untuk menggunakan kamar mandi dan menyikat gigi secara bergiliran dalam kelompok-kelompok kecil, tapi kegiatan mandi dibatalkan untuk hari ini. Aku bergelung dengan Prim di matras, memakai selimut dobel karena gua ini memancarkan rasa dingin yang lembab. Buttercup, tetap tampak menderita meskipun Prim terus-menerus memperhatikannya, bergerak-gerak di kotaknya dan mengembuskan napas kuc
ingnya di wajahku. Walaupun kondisinya tidak menyenangkan, aku senang punya waktu bersama adikku. Kesibukanku sejak aku tiba di sini tidak, sejak Hunger Games pertama sebenarnya membuatku kurang memperhatikannya. Aku tidak menjaganya sebagaimana yang harusnya kulakukan, seperti yang dulu kulakukan. Selain itu, Gale-lah yang memeriksa kompartemen kami, bukan aku. Dan itu sesuatu yang harus kutebus.
Aku sadar bahwa aku tak pernah bertanya padanya tentang bagaimana dia mengatasi shock yang ditimbulkan karena datang kemari. Apakah kau menyukai Tiga Belas, Prim" tanyaku.
Sekarang" tanyanya. Kami berdua tertawa. Kadang-kadang aku sangat rindu rumah. Tapi lalu aku ingat tak ada yang tersisa di sana yang bisa kurindukan. Aku merasa lebih aman di sini. Kami tidak harus menguatirkanmu. Yah, yang pasti tidak dengan kekuatiran yang sama. Prim terdiam sejenak, lalu senyum terlintas di bibirnya. Kurasa mereka akan melatihku menjadi dokter.
Itu pertama kali aku mendengarnya. Ya, tentu saja. Mereka bodoh jika tidak melakukannya.
Mereka sudah mengawasiku ketika aku membantu di rumah sakit. Aku sudah mengambil kursus-kursus medis. Cuma hal-hal pemula. Aku sudah tahu banyak sejak di rumah. Tapi, tetap saja masih banyak yang harus dipelajari, kata Prim.
Bagus sekali, kataku. Prim jadi dokter. Dia bahkan tak bisa memimpikannya di 12. Sesuatu yang kecil dan tenang, seperti korek api yang tersulut, menyalakan cahaya dalam diriku. Inilah jenis masa depan yang bisa dihasilkan dari pemberontakan.
Bagaimana denganmu, Katniss" Bagaimana kau menghadapinya" Ujung jari Prim bergerak mengelus bagian di antara kedua mata Buttercup. Dan jangan bilang kau baik-baik saja.
Memang benar. Apa pun kebalikan dari baik-baik saja, di situlah kondisiku sekarang. Jadi aku bercerita padanya tentang Peeta, keadaannya yang memburuk di layar televisi, dan bagaimana mereka pasti membunuhnya saat ini. Buttercup harus bisa sendirian saat ini karena Prim mengalihkan perhatian sepenuhnya padaku. Dia menarikku mendekat, jemarinya menyisir rambut di belakang telingaku. Aku berhenti bicara karena sesungguhnya tak ada lagi yang bisa kubicarakan dan ada rasa sakit yang menusuk di tempat jantungku berada. Mungkin aku mengalami serangan jantung, tapi aku tak merasa patut menyebutnya.
Katniss, kurasa Presiden Snow takkan membunuh Peeta, katanya. Tentu saja, dia mengatakan hal ini; dia pikir apa yang dikatakannya akan membuatku tenang. Tapi kalimat selanjutnya dari Prim mengejutkanku. Jika dia membunuhnya, dia tak punya lagi orang yang kauinginkan. Dia takkan punya cara untuk menyakitimu.
Mendadak, aku teringat pada gadis lain, seseorang yang sudah melihat segala kekejian yang ditawarkan Capitol. Johanna Mason, peserta dari Distrik 7 di arena terakhir. Aku berusaha mencegahnya masuk ke hutan, di sana ada burung-burung jabberjay yang bisa meniru suara orang-orang yang kita sayangi dalam keadaan tersiksa, tapi dia menepis peringatanku dan berkata, Mereka tak bisa menyakitiku. Aku tidak seperti kalian. Tak ada seorang pun yang tersisa yang kucintai.
Saat itulah aku tahu Prim benar, Snow tak bisa menghabisi Peeta, terutama sekarang. Ketika Mockingjay menimbulkan banyak malapetaka. Dia sudah membunuh Cinna. Menghancurkan rumahku. Keluargaku, Gale, bahkan Haymitch tak terjangkau olehnya. Peeta satu-satunya yang dia miliki.
Jadi menurutmu apa yang akan mereka lakukan terhadapnya" tanyaku.
Prim terdengar seperti orang yang berusia seribu tahun ketika dia bicara.
Apa pun yang diperlukan untuk menghancurkanmu.
BAB SEBELAS APA yang akan menghancurkanku"
Ini pertanyaan yang menggerogotiku selama tiga hari berikutnya ketika kami menunggu untuk dilepaskan dari penjara yang mengamankan kami. Apa yang akan menghancurkanku hingga berkeping-keping hingga aku tak lagi bisa bangkit, tak lagi berguna" Aku tak memberitahu siapa pun tentang kegundahan hatiku ini, tapi hal ini terus menggerogoti hari-hariku dan merayap ke dalam mimpi-mimpi burukku.
Empat rudal bunker jatuh selama masa perlindungan ini, semuanya berkekuatan besar, sangat merusak, tapi serangan itu tak mendesak.
Bom-bom itu dijatuhkan dalam interval waktu yang panjang sehingga ketika kami mengira serangan berakhir, ledakan lain mengirimkan gelombang kejut hingga ke ulu hatimu. Rasanya bom ini lebih dirancang untuk membuat kami tetap terkunci dalam bunker daripada membinasakan 13. Melumpuhkan distrik. Membuat penduduknya sibuk agar bisa menjadikan tempat ini berfungsi lagi. Tapi menghancurkannya" Tidak, Coin benar tentang hal itu. Kau tak mau menghancurkan apa pun yang ingin kauperoleh di masa depan. Aku berasumsi bahwa yang mereka inginkan dalam jangka pendek adalah menghentikan Serangan-Serangan Siaran dan menjauhkanku dari televisi di Panem.
Kami tak mendapat informasi tentang apa yang terjadi selanjutnya. Layar-layar televisi kami tak pernah menyala, dan kami hanya memperoleh berita audio sesekali dari Coin tentang jenis bom-bom yang dijatuhkan. Jelas, perang masih berkobar, tapi soal keadaannya, kami sama sekali tak tahu apa-apa.
Di dalam bunker, kerja sama adalah perintah setiap harinya. Kami menaati jadwal yang ketat untuk makan dan mandi, olahraga dan tidur. Kami diberi sedikit waktu untuk bersosialisasi untuk menghilangkan kebosanan. Ruangan kami jadi sangat populer karena banyak anak-anak dan orang dewasa yang terpesona pada Buttercup. Kucing itu menjadi selebriti dengan permainannya pada malam hari yang disebut Kucing Gila. Aku menciptakan permainan ini tanpa sengaja beberapa tahun lalu, ketika rumah kami mati lampu pada musim dingin. Yang perlu dilakukan hanyalah menggoyangkan cahaya senter ke lantai, dan Buttercup akan berusaha menangkapnya. Aku menganggapnya terlalu konyol untuk kunikmati karena menurutku permainan ini membuatnya tampak bodoh. Tapi herannya, semua orang di sini menganggapnya pintar dan menyenangkan. Aku bahkan meminta baterai tambahan suatu pemborosan untuk digunakan dalam permainan ini. Penduduk di 13 teramat butuh hiburan.
Pada malam ketiga, saat kami bermain, pertanyaan yang menggangguku terjawab sudah. Kucing Gila jadi metafora situasiku. Aku Buttercup. Peeta, benda yang amat kuinginkan, adalah cahayanya. Selama Buttercup merasa dia punya kesempatan, menangkap cahaya yang selalu bergerak kabur dengan cakarnya, dia siap berperang. (Itulah keadaanku sejak aku meninggalkan arena, dengan Peeta dalam keadaan hidup.) Saat lampu padam, selama beberapa saat Buttercup tampak gelisah dan bingung, tapi dia kemudian pulih lalu melakukan kegiatan-kegiatan lain. (Itulah yang akan terjadi jika Peeta tewas.) Tapi satu hal yang membuat Buttercup bersemangat adalah ketika aku menyalakan senter tapi membuatnya tanpa harapan untuk bisa menjangkau cahaya tersebut, jauh tinggi di dinding, tak bisa dicapai dengan lompatannya. Dia belari di bawah dinding, melolong, dan tak bisa ditenangkan atau dialihkan perhatiannya. Dia tak berguna sampai aku memadamkan senter. (Itulah yang berusaha dilakukan Snow padaku sekarang, hanya saja aku tak tahu jenis permainan apa yang dilakukannya.)
Mungkin kesadaran macam inilah yang diperlukan Snow. Sudah buruk bagiku memikirkan bahwa Peeta jadi miliknya sekarang dan disiksa untuk mendapat informasi tentang pemberontak. Tapi memikirkan bahwa dia sengaja disiksa untuk membuatku tak berdaya tak mampu kutanggung rasanya. Saat menyadari semua inilah pertahananku mulai hancur.
Setelah Kucing Gila, kami diarahkan ke tempat tidur. Lampu hidup dan mati tak menentu; kadang-kadang lampu menyala terang benderang, kadang-kadang kami harus menyipitkan mata untuk bisa melihat dalam keremangan. Pada jam tidur mereka memadamkan lampu hingga nyaris gelap total dan menyalakan lampu-lampu jaga di masing-masing tempat tidur. Prim, yang memutuskan bahwa dinding ini akan bertahan, bergelung bersama Buttercup di ranjang bagian bawah. Ibuku mengambil ranjang atas. Aku menawarkan diri untuk tidur di ranjang tapi mereka membuatku tidur di matras di lantai karena aku sering bergerak-gerak saat tidur.
Aku tidak bergerak-gerak sekarang, semua ototku kaku karena tegang berusaha menguatkan diri. Rasa sakit di hatiku kembali lagi, dan dari sana kubayangkan ada retakan kecil yang menyebar ke seluruh tubuhku. Menembus d
adaku, turun ke kedua lengan dan kakiku, lalu wajahku, menyisakan retakan di sepanjang jalur yang dilewatinya. Satu hantaman lagi dari rudal bunker dan aku bisa pecah jadi serpihan tajam berkeping-keping.
Ketika kebanyakan orang yang resah gelisah sudah tidur, dengan hati-hati aku melepas selimutku dan berjingkat-jingkat berjalan di gua sampai aku menemukan Finnick, merasa bahwa entah karena alasan apa dia akan mengerti. Dia duduk di bawah lampu jaga di ruangannya, menjalin talinya, bahkan tak berpura-pura tidur. Ketika aku berbisik padanya tentang rencana Snow untuk menghancurkanku, aku tersadar. Strategi ini bukan berita baru buat Finnick. Inilah yang menghancurkannya.
Ini yang mereka lakukan padamu dengan Annie, kan"
Yah, yang jelas mereka tidak menangkapnya karena mereka pikir dia bisa menjadi sumber informasi, katanya. Mereka tahu aku tak pernah mengambil risiko dengan memberitahunya apa pun. Demi keamanannya sendiri.
Oh, Finnick. Aku minta maaf, kataku.
Tidak, aku yang minta maaf. Karena tidak memperingatkanmu, Finnick memberitahuku.
Tiba-tiba, sebuah kenangan muncul. Aku terikat di ranjang, kalap karena marah dan sedih sehabis diselamatkan. Finnick berusaha menenangkanku tentang Peeta. Mereka pasti segera tahu dia tidak tahu apa-apa. Dan mereka tidak akan membunuhnya jika mereka pikir mereka bisa memanfaatkannya untuk mendapatkanmu.
Kau sudah memperingatkanku kok. Di pesawat ringan. Hanya saja ketika kau bilang mereka akan memanfaatkan Peeta untuk mendapatkanku, kupikir maksudmu adalah menjadikannya sebagai umpan. Entah bagaimana memancingku untuk datang ke Capitol, kataku.
Seharusnya aku tidak bicara seperti itu. Sudah terlambat untuk membantumu. Karena aku tidak memperingatkanmu sebelum Quarter Quell, seharusnya aku tidak membocorkan cara kerja Snow. Finnick menarik ujung talinya, dan ikatan yang rumit langsung menjadi tali yang lurus lagi. Aku cuma tidak mengerti ketika aku bertemu denganmu. Setelah Hunger Games pertamamu kupikir semua urusan asmara itu cuma akting bagimu. Kami berharap kau meneruskan strategi itu. Tapi baru pada saat Peeta menghantam medan gaya dan nyaris tewas aku... Finnick tampak ragu-ragu.
Kupikirkan kembali kejadian di arena. Bagaimana aku menangis ketika Finnick menghidupkan Peeta kembali. Wajah bingung Finnick. Caranya menerima keanehan tingkah lakuku, menyalahkannya pada kehamilan pura-puraku. Kau apa"
Aku salah menilaimu. Kau memang mencintainya. Aku tidak tahu dengan cara apa kau mencintainya. Mungkin kau sendiri tidak tahu. Tapi siapa pun yang memperhatikanmu bisa melihat betapa kau amat menyayanginya. kata Finnick lembut.
Siapa pun" Pada kunjungan Snow sebelum Tur Kemenangan, dia menantangku untuk menghapus keraguan apa pun tentang cintaku pada Peeta. Yakinkan aku, kata Snow. Sepertinya, di bawah langit merah jambu yang panas dan Peeta berada di alam hidup dan mati, akhirnya aku melakukannya. Dan setelah melakukannya, aku memberinya senjata yang dia perlukan untuk menghancurkanku.
Aku dan Finnick duduk lama dalam keheningan, memperhatikan ikatan terbentuk dan menghilang, sebelum aku bisa bertanya, Bagaimana kau bisa bertahan"
Finnick memandangku tak percaya. Aku tak bisa, Katniss. Jelas, aku tidak bisa. Aku menyeret diriku keluar dari mimpi buruk setiap pagi dan ternyata pada saat bangun pun aku tidak menemukan kelegaan. Ada sesuatu di ekspresi wajahku yang menghentikan Finnick. Lebih baik tidak menyerah. Butuh kekuatan sepuluh kali lipat untuk bisa menguatkan diri dibandingkan untuk gagal.
Yah, Finnick pasti tahu benar. Aku mengambil napas dalam-dalam, memaksa diriku kembali utuh.
Semakin kau bisa mengalihkan perhatianmu, semakin baik, katanya. Besok pagi-pagi sekali, kita cari tali untukmu. Untuk malam ini, ambil taliku.
Malam itu kuhabiskan di matras dengan membuat ikatan tanpa henti, mengangkatnya di depan Buttercup untuk dia periksa. Jika ada tali yang tampak mencurigakan, dia akan menariknya dari udara dan mengigitinya beberapa kali untuk memastikan tali itu sudah mati. Ketika pagi tiba, jari-jariku sakit, tapi aku masih bertahan.
Setelah mel ewati 24 jam dengan tenang, Coin akhirnya mengumumkan bahwa kami boleh meninggalkan bunker. Kamar-kamar lama kami pasti sudah hancur kena bom. Semua orang harus mengikuti dengan tepat arahan menuju tempat tinggal yang baru. Kami membersihkan tempat tinggal kami, sebagaimana yang diperintahkan, lalu berbaris patuh menuju pintu.
Belum sampai separuh jalan, Boggs muncul dan menarikku dari barisan. Dia memberi kode pada Gale dan Finnick untuk bergabung bersama kami. Orang-orang minggir dan membiarkan kami lewat. Beberapa orang bahkan tersenyum padaku, sejak permainan Kucing Gila aku jadi lebih disukai. Keluar dari pintu, menaiki tangga, menyusuri lorong menuju salah satu elevator yang bisa bergerak ke banyak arah, hingga akhirnya kami tiba di Pertahanan Khusus. Tak ada yang rusak di jalan yang kami lewati, tapi kami berada jauh di dalam tanah.
Boggs mengantar kami menuju ruangan yang amat mirip dengan Ruang Komando. Coin, Plutarch, Haymitch, Cressida, dan semua orang yang ada di ruangan tersebut tampak kelelahan. Seseorang akhirnya menyeduh kopi meskipun aku yakin kopi dianggap sebagai perangsang energi dan Plutarch menangkupkan kedua tangannya ke sekeliling cangkir seakan cangkirnya bisa diambil kapan saja.
Tak ada basa-basi. Kami butuh kalian berempat bersiap-siap dan berada di atas tanah, kata sang presiden. Kalian punya dua jam untuk mengambil gambar yang menunjukkan kerusakan yang terjadi akibat pengeboman, menegaskan bahwa unit militer Tiga Belas tidak hanya berfungsi tapi juga berkuasa, dan yang terpenting Mockingjay masih hidup. Ada pertanyaan"
Bolehkah kami minum kopi" tanya Finnick. Cangkir-cangkir yang masih mengepulkan asap disodorkan ke arah kami. Aku memandang jijik kepada cairan hitam berkilau itu, tak pernah aku bisa menikmatinya, tapi aku berpikir kopi bisa membuatku tetap bangun. Finnick menuangkan sedikit krim ke dalam cangkirku dan mengambil mangkuk gula. Mau gula" tanyanya dengan suara merayunya yang dulu. Seperti itulah cara kami bertemu. Dikelilingi kuda-kuda dan kereta-kereta, kami sudah memakai kostum dan didandani untuk memuaskan penonton, sebelum kami menjadi sekutu. Sebelum aku tahu apa yang membuatnya terpancing. Kenangan itu membuatku tersenyum. Ini, rasanya lebih enak, katanya dengan suara biasa, sambil mencemplungkan tiga potong gula ke cangkirku.
Ketika aku naik untuk memakai pakaian Mockingjay, aku sempat menangkap lirikan Gale yang memandangku dan Finnick dengan tatapan tidak senang. Apa lagi sekarang" Apakah dia pikir ada apa-apa di antara kami" Mungkin dia melihatku ke tempat Finnick tadi malam. Aku melewati ruang keluarga Hawthorne. Kurasa itu yang membuatnya salah paham. Aku mencari Finnick untuk minta ditemani olehnya, bukan mencari Gale. Baiklah. Jemari perih kena tali, mataku nyaris tidak bisa terbuka, dan kru kamera menungguku untuk melakukan sesuatu yang brilian. Dan Snow menahan Peeta. Gale boleh berpikir sesuka hatinya.
Di Ruang Tata Ulang yang baru dalam Pertahanan Khusus ini, tim persiapanku memakaikan baju Mockingjay, mengatur rambutku, dan memoles wajahku dengan makeup bahkan sebelum kopiku dingin. Dalam sepuluh menit, para pemain dan kru propo berikutnya berjalan memutar menuju dunia luar. Kuhirup kopiku sepanjang perjalanan, dan kudapati bahwa krim dan gula memang membuatnya makin enak. Saat minumanku sampai ke ampas yang ada di bagian bawah cangkir, aku merasakan sedikit semangat yang mengalir di dalam nadiku.
Setelah menaiki anak tangga terakhir, Boggs memukul pengungkit yang menbuka pintu jebak. Udara segar mengalir masuk. Kuhirup dalam-dalam udara itu dan untuk pertama kalinya kubiarkan diriku merasakan betapa bencinya aku pada bunker. Kami masuk ke dalam hutan, dan ketika tanganku menyentuh daun-daun yang ada di atas kepala kami. Sebagian daun mulai berubah warna. Tanggal berapa sekarang" tanyaku tidak pada siapa-siapa. Boggs memberitahuku bahwa minggu depan sudah masuk bulan September.
September. Itu artinya Snow sudah menahan Peeta selama lima, mungkin enam minggu. Kuperhatikan dengan saksama daun di telapak tanganku dan kulihat tanganku mulai gemetar. Ak
u tak bisa memaksa diriku untuk berhenti gemetar. Aku menyalahkan kopi yang kuminum sebagai penyebabnya dan berusaha memusatkan perhatian untuk memperlambat napasku, yang terlalu cepat untuk gerakan langkahku saat ini.
Puing-puing mulai mengotori tanah di hutan. Kami menemukan kawah bom pertama, lebarnya sekitar tiga puluh meter dan aku tidak tahu seberapa dalamnya. Sangat dalam pastinya. Boggs mengatakan siapa pun yang berada dalam sepuluh tingkat pertama pasti tewas. Kami menyusuri lubang besar itu, lalu melanjutkan perjalanan.
Bisakah kalian membangunnya lagi" tanya Gale.
Tidak dalam waktu dekat. Bom itu tidak menimbulkan banyak kerugian. Hanya beberapa generator cadangan dan peternakan ayam, kata Boggs. Akan kita tutup saja lubang itu.
Pohon-pohon menghilang ketika kami memasuki wilayah di dalam pagar. Kawah-kawah bom diisi dengan campuran reruntuhan puing lama dan baru. Sebelum pengeboman, sangat sedikit bangunan di atas tanah di 13. Beberapa pos jaga. Area latihan. Tempatnya sekitar tiga meter di bagian paling atas gedung kami tempat jendela Buttercup melongok keluar dengan beberapa meter bangunan besi di atasnya. Terlihat bahwa serangan paling ringan pun takkan bisa ditahan oleh bangunan itu.
Berapa lama selisih waktu sejak anak itu memberi peringatan" tanya Haymitch.
Sekitar sepuluh menit sebelum sistem kami mendeteksi serangan rudal, kata Boggs.
Tapi peringatan itu membantu, kan" tanyaku. Aku takkan sanggup mendengarnya jika dia menjawab tidak.
Tentu saja, sahut Boggs. Evakuasi penduduk sipil sudah selesai. Setiap detik sangat berarti ketika kau diserang. Sepuluh menit berarti banyak nyawa yang berhasil diselamatkan.
Prim, pikirku. Dan Gale. Mereka ada di bunker hanya beberapa menit sebelum rudal pertama menghantam kami. Peeta mungkin sudah menyelamatkan mereka. Tambahkan itu pada daftar utangku yang tak pernah habis pada Peeta.
Cressida punya ide untuk merekamku di depan reruntuhan Gedung Pengadilan lama, yang sekalian jadi lelucon karena Capitol menggunakan gedung itu sebagai latar belakang siaran palsu selama bertahun-tahun, untuk menunjukkan bahwa distrik 13 tak ada lagi. Kini, dengan serangan yang baru-baru ini dilakukan, Gedung Pengadilan berada sepuluh meter jauhnya dari ujung kawah bom yang baru.
Ketika kami mendekati bagian yang dulunya adalah pintu masuk utama, Gale menunjuk sesuatu dan semua orang memperlambat langkahnya. Mulanya aku tidak tahu apa masalahnya, lalu kulihat di tanah ada taburan bunga mawar merah dan pink yang masih segar. Jangan sentuh! aku berteriak. Bunga-bunga ini ditujukan untukku!
Hidungku mencium bau yang memuakkan, dan jantungku mulai berdebar keras. Jadi aku tidak cuma membayangkannya. Bunga mawar di meja riasku. Di depanku ada kiriman kedua dari Snow. Bunga-bunga mawar indah bertangkai panjang berwarna merah dan pink, jenis bunga yang menghiasi panggung tempat aku dan Peeta melakukan wawancara setelah kemenangan kami. Bunga-bunga itu tidak untuk satu orang, tapi untuk sepasang kekasih.
Aku memberi penjelasan sebaik mungkin pada yang lain. Setelah diperiksa, bunga-bunga itu tampaknya tidak berbahaya, cuma bunga-bunga yang merupakan hasil rekayasa genetika. Dua lusin bunga mawar. Agak layu. Kemungkinan besar ditaruh setelah pengeboman terakhir. Kru dengan pakaian khusus mengambil bunga-bunga itu dan membawanya pergi. Aku yakin mereka takkan menemukan keanehan di bunga-bunga tersebut. Snow tahu benar apa yang dilakukannya terhadapku. Seperti ketika dia menghajar Cinna sampai babak belur sementara aku hanya bisa memandanginya dari tabung peserta. Sengaja dirancang untuk membuatku tak berdaya.
Seperti saat itu, aku berusaha mengerahkan tenaga dan melawan. Tapi karena Cressida sudah menyuruh Castor dan Pollux, aku merasa kegelisahanku makin bertambah. Aku sangat lelah, sangat tegang, dan tak bisa memikirkan hal lain selain Peeta sejak aku melihat bunga mawar itu. Kopi adalah kesalahan besar. Aku butuh pemicu lagi. Tubuhku sudah gemetar hebat dan napasku pun tersengal-sengal. Setelah berhari-hari di bunker, aku menyipitkan mata ke arah mana pun aku memandang, dan
cahaya rasanya menyakitkan. Bahkan dalam udara sejuk saat ini, keringat menetes membasahi wajahku.
Jadi, apa tepatnya yang kaubutuhkan dariku" tanyaku.
Hanya beberapa kalimat singkat yang menunjukkan kau masih hidup dan masih berjuang, kata Cressida.
Baiklah. Aku mengambil posisi lalu memandang titik merah di kamera. Memandanginya. Terus memandanginya. Maaf, aku tidak punya kata-kata.
Cressida menghampiriku. Kau baik-baik saja" Aku mengangguk. Dia mengambil kain dari sakunya dan menepuk-nepuk pelan keringat di wajahku. Bagaimana jika kita lakukan tanya-jawab"
Yeah. Kurasa, itu bisa membantu. Kusilangkan kedua tanganku di depan dada untuk menyembunyikan gemetarku. Aku menoleh memandang Finnick, yang mengangkat dua jempolnya padaku. Tapi dia juga tampak gemetar.
Cressida kembali ke posisinya sekarang. Jadi, Katniss. Kau selamat dari pengeboman di Tiga Belas. Bagaimana kau membandingkannya dengan apa yang kaualami di Delapan"
Kami berada jauh di dalam tanah kali ini, jadi tak ada bahaya yang nyata. Tiga Belas masih hidup dan baik, demikian juga aku... Suaraku mendadak terpotong hingga terdengar seperti mencicit.
Coba ucapkan kalimat itu lagi, kata Cressida. Tiga Belas hidup dan baik, demikian juga aku.
Aku mengambil napas dalam-dalam, berusaha memaksa udara masuk ke dalam diafragmaku. Tiga Belas hidup dan... Tidak, kedengarannya salah.
Berani sumpah aku masih bisa mencium bau bunga mawarnya.
Katniss, hanya satu kalimat ini dan kau selesai untuk hari ini. Aku janji, kata Cressida. Tiga Belas hidup dan baik, demikian juga aku.
Aku menggoyang-goyangkan kedua tanganku supaya bisa lebih santai. Memukul-mukulkan tinjuku ke pahaku. Lalu aku berdiri dengan kedua tangan di samping tubuhku. Ludah mengisi mulutku dalam tingkat yang tak masuk akal dan aku merasakan muntah mendesak pangkal leherku. Aku menelan ludah dengan susah payah dan membuka mulut agar aku bisa mengucapkan kalimat bodoh itu lalu kembali bersembunyi di hutan dan pada saat itulah aku mulai menangis.
Tidak mungkin menjadi Mockingjay. Tidak mungkin aku mengucapkan satu kalimat singkat ini. Karena sekarang aku tahu segala yang kukatakan akan dilampiaskan langsung ke Peeta. Mengakibatkan dirinya disiksa. Tapi tidak mengantarnya menuju kematian, mereka tidak sampai semurah hati itu. Snow akan memastikan bahwa hidup Peeta jauh lebih buruk daripada kematian.
Cut, aku mendengar suara pelan Cressida.
Ada apa dengannya" bisik Plutarch.
Dia sudah tahu bagaimana cara Snow memanfaatkan Peeta, kata Finnick.
Terdengar semacam desah penyesalan dari orang-orang yang membentuk setengah lingkaran di depanku. Karena aku mengetahuinya sekarang. Karena tak mungkin aku bisa tak mengetahuinya lagi sejak saat ini. Karena, di balik kerugian militer karena kehilangan Mockingjay, aku tak pernah bisa utuh lagi.
Beberapa pasang tangan memelukku. Tapi akhirnya, satu-satunya orang yang kuinginkan untuk menghiburku adalah Haymitch, karena dia juga menyayangi Peeta. Aku mengulurkan tanganku padanya dan mengucapkan sesuatu seperti namanya dan Haymitch ada di sana, memelukku dan mengusap-usap punggungku. Tidak apa-apa. Tidak apa-apa, sweetheart. Dia mendudukkanku di patahan pilar marmer dan terus merangkulku sementara aku terisak.
Aku tak bisa melakukan ini lagi, kataku.
Aku tahu, katanya. Yang terpikir olehku adalah apa yang akan dilakukannya pada Peeta karena akulah Mockingjay! kataku.
Aku tahu. Haymitch mempererat rangkulannya.
Kaulihat, kan" Bagaimana anehnya dia" Apa yang mereka lakukan padanya" Aku berusaha mengambil napas di antara isakanku, tapi aku berhasil mengucapkan satu kalimat terakhir. Ini salahku! Kemudian aku berubah jadi histeris dan ada jarum di lenganku, lalu dunia pun lenyap.
Apa pun yang mereka suntikkan ke tubuhku pasti kuat sekali dosisnya karena butuh waktu sehari penuh hingga aku sadarkan diri. Tapi tidurku tidaklah tenang. Aku merasa keluar dari dunia yang gelap dengan tempat-tempat berhantu yang kulalui seorang diri. Haymitch duduk di kursi samping tempat tidurku, kulitnya kusam, matanya merah. Aku teringat Peeta dan tubuhku pu
n mulai gemetar. Haymitch mengulurkan tangannya dan meremas bahuku. Sudah, tidak apa-apa. Kita akan berusaha mengeluarkan Peeta.
Apa" Kalian itu tidak masuk akal.
Plutarch mengirim tim penyelamat. Dia masih punya orang-orang di dalam. Menurutnya, kita bisa menyelamatkan Peeta hidup-hidup, kata Haymitch.
Kenapa kita tidak melakukannya sebelum ini" kataku.
Karena mahal. Tapi semua orang sependapat bahwa ini hal benar yang harus dilakukan. Ini pilihan yang sama yang kami buat di arena. Melakukan apa pun yang diperlukan untuk membuatmu terus melanjutkan perjuangan. Kami tidak bisa kehilangan Mockingjay sekarang. Dan kau tidak bisa tampil kecuali kau tahu Snow tak bisa melampiaskannya pada Peeta. Haymitch menyodorkan cangkir. Ini, minumlah.
Perlahan-lahan aku bangun dan menyesap air minum. Apa maksudmu mahal tadi"
Dia mengangkat bahu. Penyamaran-penyamaran akan terbongkar. Ada orang-orang yang mungkin bisa tewas. Tapi ingatlah mereka juga bisa mati setiap hari. Dan tidak hanya Peeta; kita juga akan membebaskan Annie untuk Finnick.
Di mana Finnick" Di balik layar pemisah itu, tidur dalam keadaan terbius. Dia jadi kacau setelah kami membuatmu pingsan, kata Haymitch. Aku tersenyum sedikit, tidak merasa selemah tadi. Yeah, suntikannya benar-benar ampuh. Kalian berdua kacau otaknya dan Boggs mengatur misi penyelamatan Peeta. Secara resmi kita hanya bisa memutar ulang tayangan yang kita miliki.
Baguslah jika Boggs yang memimpin, kataku.
Oh, dia memang hebat. Tugas ini terbatas untuk sukarelawan saja, tapi dia pura-pura tidak memperhatikan tanganku yang melambai-lambai di udara, kata Haymitch. Paham, kan" Dia sudah menunjukkan penilaian yang baik.
Ada sesuatu yang salah. Haymitch berusaha terlalu keras untuk menghiburku. Ini benar-benar bukan gayanya. Jadi, siapa lagi yang mengajukan diri jadi sukarelawan"
Kurasa semuanya ada tujuh orang, katanya menghindar.
Perasaanku mulai tidak enak. Siapa lagi, Haymitch" aku berkeras.
Haymitch akhirnya tidak lagi berpura-pura manis. Kau tahu siapa lagi, Katniss. Kau tahu siapa yang mengajukan diri pertama kali.
Tentu saja aku tahu. Gale. BAB DUA BELAS HARI ini mungkin aku kehilangan mereka berdua.
Aku berusaha membayangkan dunia tanpa suara Gale dan Peeta. Tangan-tangan yang tak bergerak. Mata yang tak berkedip. Aku berdiri di samping jasad mereka, melihatnya untuk terakhir kali, meninggalkan ruang tempat mereka berbaring. Tapi ketika aku membuka pintu untuk melangkah menuju dunia, hanya ada kekosongan yang mahaluas. Di masa depanku hanya ada ketiadaan yang berwarna pucat.
Kau ingin aku membiusmu sampai semua ini berakhir" tanya Haymitch. Dia tidak bergurau. Pria ini menghabiskan hampir seluruh masa dewasanya dengan botol minuman, berusaha membius dirinya dari kejahatan-kejahatan Capitol. Anak lelaki enam belas tahun yang memenangkan Quarter Quell kedua pasti memiliki orang-orang yang disayanginya keluarga, teman-teman, mungkin kekasih yang membuatnya mati-matian berjuang demi alasannya pulang. Di mana mereka sekarang" Mengapa pada saat aku dan Peeta dipercayakan ke dalam asuhannya, tak ada seorang pun dalam hidupnya" Apa yang Snow lakukan pada mereka"
Tidak, kataku. Aku ingin pergi ke Capitol. Aku ingin jadi bagian misi penyelamatan.
Mereka sudah pergi, kata Haymitch.
Sudah berapa lama mereka pergi" Aku bisa menyusul. Aku bisa... Apa" Apa yang bisa kulakukan"
Haymitch menggeleng. Takkan bisa. Kau terlalu berharga dan terlalu rapuh. Bahkan ada pembicaraan untuk mengirimmu ke distrik lain untuk mengalihkan perhatian Capitol sementara operasi penyelamatan dilakukan. Tapi tak seorang pun beranggapan kau bisa menanganinya.
Kumohon, Haymitch! aku memohon sekarang. Aku harus melakukan sesuatu. Aku tak bisa duduk di sini menunggu kabar apakah mereka tewas. Pasti ada yang bisa kulakukan!
Baiklah. Aku akan bicara dengan Plutarch. Kau jangan ke mana-mana. Tapi aku tak bisa diam. Langkah-langkah kaki Haymitch masih bergema di koridor ketika aku berusaha masuk melewati celah tirai pemisah dan melihat Finnick sedang berbaring tengkurap, kedua tangannya
terbelit di dalam sarung bantal. Meskipun tindakanku pengecut bahkan termasuk kejam dengan membangunkannya dari bayang-bayang tanah impian yang penuh obat bius memabukkan ke alam nyata, namun aku tetap melakukannya karena aku tak tahan menghadapinya seorang diri.
Ketika aku menjelaskan keadaan kami, secara misterius kegelisahannya menyurut. Tidakkah kau mengerti, Katniss, ini akan menentukan banyak hal. Entah bagaimana caranya. Saat hari ini berakhir, mereka akan tewas atau bersama kita. Ini lebih dari yang bisa kita bayangkan!
Ya, itu pandangan yang optimis dari situasi kami. Namun ada perasaan yang menenangkan ketika memikirkan bahwa siksaan ini akan segera berakhir.
Tirai disibakkan dan ada Haymitch di sana. Dia punya pekerjaan untuk kami. Jika kami cukup kuat melakukannya. Mereka masih membutuhkan rekaman gambar setelah pengeboman 13. Jika kita bisa mendapatkannya dalam beberapa jam ke depan, Beetee bisa menyiarkannya ketika kita bersiap melakukan penyelamatan, mungkin bisa mengalihkan perhatian Capitol ke tempat lain.
Ya, pengalih perhatian, kata Finnick. Semacam umpan.
Yang kami perlukan adalah sesuatu yang amat mengguncang hingga Presiden Snow pun tak lepas dari hantamannya. Punya sesuatu yang seperti itu" tanya Haymitch.
Adanya pekerjaan yang bisa membantu misi ini langsung membuat perhatianku fokus. Seraya menghabiskan sarapan dan bersiap-siap, aku berusaha memikirkan apa yang bisa kukatakan. Presiden Snow pasti penasaran bagaimana lantai yang berciprat darah dan bunga mawarnya mempengaruhiku. Jika dia ingin jiwaku patah, maka dia akan melihatku utuh sempurna. Tapi kurasa aku takkan bisa membuatnya yakin dengan meneriakkan beberapa patah kata perlawanan di depan kamera. Selain itu, takkan bisa mengulur waktu untuk tim penyelamat. Ledakan kemarahan pendek umurnya. Cerita-ceritalah yang berumur panjang.
Aku tak tahu apakah usahaku akan berhasil, tapi ketika kru televisi berkumpul di atas tanah, aku bertanya pada Cressida apakah dia bisa memulainya dengan bertanya padaku tentang Peeta. Aku duduk di patahan pilar marmer tempat aku tak sadarkan diri, menunggu lampu merah di kamera dan pertanyaan Cressida.
Bagaimana kau bisa bertemu Peeta" tanyanya.
Lalu aku melakukan hal yang diinginkan Haymitch sejak wawancara pertamaku. Aku membuka diri. Pertama kali aku bertemu Peeta, umurku sebelas tahun, dan aku nyaris tewas. Aku bercerita tentang hari mengerikan ketika aku berusaha menjual pakaian bayi di bawah hujan, bagaimana ibu Peeta mengejarku dari pintu toko roti, dan bagaimana Peeta rela dipukuli agar bisa memberiku roti yang menyelamatkan hidup kami. Kami tak pernah bicara. Pertama kalinya aku bicara dengan Peeta adalah di kereta dalam perjalanan menuju Hunger Games.
Tapi dia sudah jatuh cinta padamu, kata Cressida.
Kurasa begitu. Aku tersenyum simpul.
Bagaimana keadaanmu dengan perpisahan ini" tanyanya.
Tidak baik. Aku tahu Snow bisa membunuhnya kapan saja. Terutama sejak dia memberi peringatan bom pada Tiga Belas. Hidup seperti ini amat menderita, kataku. Tapi karena apa yang mereka lakukan padanya, aku tak sungkan lagi. Aku akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk menghancurkan Capitol. Akhirnya aku bebas. Aku mendongak memandang langit dan melihat sekawanan elang terbang melintas. Presiden Snow pernah mengaku padaku bahwa Capitol itu rapuh. Pada saat itu, aku tak tahu apa maksudnya. Sulit bagiku untuk melihat dengan jelas karena aku sangat takut. Sekarang, aku tidak takut lagi. Capitol rapuh karena menggantungkan segalanya pada distrik-distrik. Makanan, energi, bahkan para Penjaga Perdamaian yang mengawasi kita. Jika kita menyatakan kemerdekaan kita, Capitol akan hancur. Presiden Snow, berkat dirimu, secara resmi aku menyatakan diri merdeka hari ini.
Kurasa sudah cukup, dan menurutku cukup memukau. Semua orang suka cerita roti itu. Tapi pesanku untuk Presiden Snow membuat roda di dalam otak Plutarch berputar. Dia bergegas menghubungi Finnick dan Haymitch dan mereka berbicara singkat dalam suasana tegang, dan aku bisa melihat Haymitch tidak terlihat senang karenanya. Plutarch sepertiny
a menang dan pada akhir percakapan, Finnick yang berwajah pucat mengangguk setuju.
Ketika Finnick bergerak mengambil tempat dudukku di depan kamera, Haymitch memberitahunya, Kau tidak harus melakukannya.
Ya, harus. Jika ini bisa membantunya. Finnick menggulung tali di tangannya membentuk bola. Aku siap.
Aku tak bisa mengira-ngira apa yang bakal terjadi. Kisah cinta tentang Annie" Peristiwa penyiksaan di Distrik 4" Tapi Finnick Odair mengambil kisah yang amat berbeda dari perkiraanku.
Presiden Snow dulu... menjualku... tubuhku, tepatnya. Finnick mulai bicara dengan nada datar dan asing. Aku bukanlah satu-satunya. Jika ada pemenang yang dianggap menarik, Presiden memberi mereka sebagai bayaran atau mengizinkan orang-orang membeli mereka dengan harga yang tinggi. Jika kau menolaknya, dia akan membunuh orang yang kausayangi. Jadi kau melakukannya.
Jelas sudah. Parade kekasih Finnick di Capitol. Mereka tak pernah jadi kekasih sungguhannya. Hanya orang-orang seperti mantan Pemimpin Penjaga Perdamaian kami, Cray, yang membeli gadis-gadis putus asa untuk dipakai dan dibuang begitu saja karena dia mampu. Aku ingin menyela rekaman itu dan memohon maaf pada Finnick atas segala pikiran salahku terhadapnya. Tapi kami punya pekerjaan yang harus dilakukan, dan kurasa peran Finnick akan jauh lebih efektif daripada peranku.
Aku bukan satu-satunya, tapi aku yang paling populer, kata Finnick. Mungkin aku yang paling tak berdaya karena orang-orang yang kusayangi amat tidak berdaya. Untuk membuat mereka merasa lebih baik, para pembeliku biasanya memberiku uang atau perhiasan, tapi aku menemukan bentuk pembayaran yang jauh lebih berharga.
Rahasia-rahasia, pikirku. Finnick memberitahuku bahwa kekasih-kekasihnya membayar dia dengan rahasia, hanya saja dulu kupikir semua itu adalah pilihan hidupnya.
Rahasia-rahasia, katanya, mengaungkan isi pikiranku. Dan sekarang harusnya kau ingin tetap menonton tayangan ini, Presiden Snow, karena amat banyak rahasia tentang dirimu. Tapi mari kita mulai dengan rahasia-rahasia yang lain.
Finnick mulai menganyam rangkaian cerita yang amat terperinci, yang tak bisa diragukan keautentikannya. Kisah-kisah tentang kegemaran seksual yang aneh, pengkhianatan hati, ketamakan tanpa batas, dan permainan kekuasaan penuh darah. Rahasia-rahasia yang dibisikkan dalam keadaan mabuk di atas bantal pada tengah malam buta. Finnick adalah orang yang dibeli dan dijual. Budak distrik. Jelas dia pria yang tampan, tapi kenyataannya, dia tidak berbahaya. Siapa yang akan diberitahunya" Dan siapa yang akan percaya jika dia bicara" Tapi beberapa rahasia terlalu nikmat untuk tidak dibagi. Aku tidak mengenali nama-nama yang disebut Finnick sepertinya mereka penduduk terkemuka dari Capitol tapi aku tahu, dari mendengarkan obrolan tim persiapanku, cerita paling sepele pun akan mendapat perhatian. Jika potongan rambut yang jelek bisa menghasilkan gosip selama berjam-jam, apa yang akan dihasilkan dari inses, saling jegal, dan pembakaran yang disengaja" Bahkan ketika gelombang keterkejutan dan tuduhan membanjiri Capitol, orang-orang di sana, sama sepertiku, menantikan bocoran tentang sang presiden.
Dan sekarang, yang sudah dinanti tentang Presiden Conolanus Snow, kata Finnick. Yang dalam usia muda sudah memegang tampuk kekuasaan. Yang cerdas hingga bisa tetap mempertahankannya. Coba tanyakan pada dirimu sendiri, bagaimana dia melakukannya" Satu kata. Cuma itu yang perlu kauketahui. Racun, Finnick menceritakan kembali tentang masa kenaikan jenjang politik Snow, yang sama sekali tak kuketahui ceritanya, lalu terus naik menjadi presiden, menyebutkan satu demi satu kasus kematian misterius lawan-lawan politik Snow, atau bahkan yang lebih naas, sekutu-sekutunya yang memiliki potensi untuk menjadi ancaman. Orang-orang tewas saat pesta atau mati perlahan-lahan, yang sakit tanpa bisa dijelaskan hingga menghilang dalam waktu beberapa bulan. Salahkan kerang yang tak segar lagi, virus tak dikenal, atau kerusakan aorta yang tak diketahui. Snow juga minum dari cangkir beracun untuk menghindar kecurigaan. Tapi obat penawar racunnya tida
k selalu bekerja. Mereka bilang itu sebabnya dia memakai bunga mawar berbau busuk. Mereka bilang bunga itu untuk menutupi bau darah dari luka di mulutnya yang tak pernah bisa sembuh. Mereka bilang, mereka bilang, mereka bilang... Snow punya daftar dan tak seorang pun tahu siapa yang selanjutnya akan jadi korban.
Racun. Senjata sempurna untuk seekor ular.
Karena pendapatku tentang Capitol dan presidennya yang mulia sudah sangat rendah, maka tuduhan-tuduhan Finnick tidak membuatku kaget. Cerita Finnick lebih berpengaruh pada para pemberontak asal Capitol seperti kru-ku dan Fulvia bahkan Plutarch sesekali bereaksi terkejut, mungkin bertanya-tanya bagaimana hal-hal kecil yang spesifik itu tidak diperhatikannya. Ketika Finnick selesai, kamera terus merekamnya sampai akhirnya Finnick yang bilang. Cut.
Kru film segera ke dalam untuk mengedit materi rekaman, dan Plutarch mengajak Finnick masuk untuk mengobrol, mungkin ingin mendengar apakah dia masih punya cerita lain. Aku ditinggal berdua dengan Haymitch di reruntuhan gedung, bertanya-tanya apakah nasib Finnick suatu hari akan menimpaku. Kenapa tidak" Snow pasti bisa mendapatkan harga yang benar-benar bagus untuk gadis terbakar.
Apakah ini juga terjadi padamu" aku bertanya pada Haymitch.
Mockingjay Buku Terakhir Trilogi The Hunger Games Karya Suzanne Collins di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tidak. Ibuku dan adik lelakiku. Kekasihku. Mereka tewas dua minggu setelah aku dimahkotai sebagai pemenang. Karena tindakan yang kulakukan pada medan gaya itu, jawabnya. Snow tak punya siapa-siapa untuk mengancamku.
Aku heran kenapa dia tidak membunuhmu. kataku.
Oh, tidak. Aku dijadikan contoh. Jadi tokoh panutan untuk anak-anak muda seperti Finnick, Johanna, dan Cashmere. Contoh tentang apa yang bisa terjadi pada pemenang yang menimbulkan masalah, kata Haymitch. Tapi dia tahu dia tidak punya siapa-siapa yang bisa dia manfaatkan terhadapku.
Sampai Peeta dan aku muncul, ujarku perlahan. Aku tidak mendapat jawaban dari Haymitch, bahkan sedikit gerakan bahunya pun aku tidak dapat.
Setelah tugas kami selesai, tak ada yang bisa dilakukan oleh Finnick dan aku kecuali menunggu. Kami berusaha mengisi menit-menit yang bergerak lambat di ruang Pertahanan Khusus. Membuat simpul. Mendorong makan siang kami mengelilingi mangkuk-mangkuk kami. Meledakkan benda-benda di tempat latihan menembak. Karena takut terdeteksi, tidak ada komunikasi dari tim penyelamat. Pada pukul 15.00, pada jam yang ditetapkan, kami berdiri tegang dan tanpa suara di bagian belakang dalam ruangan yang penuh layar monitor dan komputer dan mengamati Beetee beserta timnya berusaha membajak gelombang siaran. Kegugupannya digantikan tekad yang tak pernah kulihat sebelumnya. Banyak wawancaraku yang dipotong, cukup untuk menunjukkan bahwa aku hidup dan masih melawan. Kisah Finnick yang cabul dan mengerikan tentang Capitol-lah yang jadi sorotan utama. Apakah Beetee makin mahir" Atau apakah lawan-lawannya di Capitol terpukau hingga ingin ikut mendengarkan Finnick" Selama enam puluh menit selanjutnya, siaran Capitol berganti-ganti antara siaran berita siang standar, Finnick, dan usaha untuk menyensornya. Tapi tim teknologi pemberontak berhasil mengatasinya bahkan menghalau sensornya, dan memegang kendali hampir sepanjang serangan terhadap Snow.
Lepaskan! kata Beetee, mengangkat kedua tangannya, mengembalikan siaran ke tangan Capitol. Dia mengelap wajahnya dengan kain. Jika mereka belum keluar sampai sekarang, mereka pasti tewas. Beetee memutar kursi rodanya agar berhadapan denganku dan Finnick dan melihat reaksi kami terhadap kata-katanya. Tapi itu rencana yang bagus. Plutarch sudah menunjukkannya padamu"
Tentu saja tidak. Beetee membawa kami menuju ruangan lain dan menunjukkan pada kami bagaimana tim penolong, dengan bantuan para pemberontak yang ada di dalam Capitol, akan berusaha telah berusaha membebaskan para pemenang dari penjara bawah tanah. Sepertinya rencana tersebut berisi gas bius dalam setiap ventilasi, pemadaman listrik, bom yang meledak di gedung pemerintahan tidak jauh dari penjara, dan mengacaukan siaran televisi. Beetee senang karena kami menganggap rencana itu sulit kami pahami, karena dengan begitu musuh-
musuh kami juga bakal bingung.
Seperti jebakan listrikmu di arena" tanyaku.
Tepat sekali. Dan lihat kan betapa bagus hasilnya" tanya Beetee.
Ehh... tidak juga, pikirku.
Aku dan Finnick berusaha menempatkan diri kami di Ruang Komando, di sini kami akan menerima kabar pertama tentang tim penyelamat, tapi ruang gerak kami dibatasi karena sedang berlangsung urusan perang yang serius. Kami menolak meninggalkan Pertahanan Khusus dan akhirnya kami menunggu kabar di ruang burung kolibri.
Membuat simpul. Membuat simpul. Tak bicara. Membuat simpul. Tik-tok. Ini jam. Jangan pikirkan Gale. Jangan pikirkan Peeta. Membuat simpul. Kami tidak mau makan malam. Jemari kami lecet dan berdarah. Finnick akhirnya menyerah, lalu membungkuk seperti yang dilakukannya di arena ketika jabberjay menyerang. Aku menyempurnakan jerat miniaturku. Lirik dari lagu Pohong Gantung terngiang-ngiang dalam benakku. Gale dan Peeta. Peeta dan Gale.
Apakah kau jatuh cinta pada pandangan pertama pada Annie. Finnick" tanyaku.
Tidak. Ada jeda panjang sebelum dia menambahkan, Dia perlahan-lahan merasukiku.
Aku menelaah hatiku, tapi saat ini satu-satunya orang yang kurasakan merasukiku adalah Snow.
Pasti sudah tengah malam, pasti hari sudah berganti ketika Haymitch membuka pintu. Mereka kembali. Kita diharapkan datang ke rumah sakit. Mulutku terbuka dibanjiri pertanyaan yang dipotong Haymitch dengan. Cuma itu yang kutahu.
Aku ingin lari, tapi Finnick bertingkah aneh, seolah-olah dia kehilangan kemampuan untuk bergerak, jadi aku menarik tangannya dan menuntunnya seperti anak kecil. Kami melewati Pertahanan Khusus, menuju elevator yang bisa ke beberapa arah, dan menuju bangsal rumah sakit. Tempat itu kacau, dengan dokter-dokter yang meneriakkan perintah dan mereka yang terluka didorong di atas ranjang menyusuri lorong rumah sakit.
Kami terpaksa menepi karena ada usungan lewat membawa wanita muda berkepala gundul yang tak sadarkan diri. Kulitnya lebam dan memar serta mengucurkan nanah. Johanna Mason. Orang yang tahu rahasia-rahasia pemberontak. Paling tidak rahasia tentang aku. Dan inilah ganjaran yang diterimanya.
Melalui ambang pintu, sekilas aku sempat melihat Gale, telanjang dada, keringat mengalir di wajahnya ketika dokter mengeluarkan sesuatu di bawah tulang belikatnya dengan penjepit. Terluka, tapi sehat. Kupanggil namanya, aku hendak berjalan ke arah Gale sampai seorang perawat mendorongku menjauh dan menutup pintunya.
Finnick! Terdengar suara antara pekikan dan seruan gembira. Gadis muda yang cantik dan entah bagaimana basah kuyup rambut berwarna gelap yang kusut, mata hijau laut lari ke arah kami hanya dengan memakai seprai. Finnick! Dan tiba-tiba, seakan dunia ini milik mereka berdua, mereka menghambur berpelukan. Mereka bertabrakan, berpagutan, kehilangan keseimbangan, dan membentur dinding, lalu tak bergerak lagi. Tubuh mereka melekat jadi satu. Tak terpisahkan lagi.
Aku dihantam rasa cemburu. Bukan cemburu pada Finnick atau Annie, tapi pada keyakinan mereka. Tak ada seorang pun yang melihat mereka yang bisa meragukan cinta mereka.
Boggs, tampak dalam kondisi buruk tapi tak terluka; mencari Haymitch dan aku. Kami berhasil mengeluarkan mereka berempat. Kecuali Enobaria. Tapi karena dia dari Dua, kami juga tak yakin dia ditahan. Peeta berada di ujung lorong. Efek gas bius baru saja habis. Kau harus ada di sana ketika dia bangun.
Peeta. Hidup dan sehat mungkin tidak sehat, tapi hidup dan ada di sini. Jauh dari Snow. Aman. Di sini. Bersamaku. Dalam hitungan menit aku bisa menyentuhnya. Melihat senyumnya. Mendengar tawanya.
Haymitch menyeringai kepadaku, Ayolah, katanya.
Aku pusing karena gamang. Apa yang akan kukatakan" Oh, siapa yang peduli pada apa yang kukatakan" Peeta akan girang tak peduli apa pun yang kulakukan. Dia mungkin akan menciumku. Aku bertanya-tanya apakah ciumannya akan terasa seperti ciuman-ciuman terakhirnya di pantai ketika kami berada di arena, ciuman-ciuman yang tak berani kupikirkan sampai saat ini.
Peeta sudah bangun, duduk di tepi ranjang, tampak bingung ketika dokter memastikan keadaannya, menyenter matanya, mem
eriksa nadinya. Aku kecewa karena bukan wajahku yang pertama kali dilihatnya ketika terbangun, tapi dia melihatku sekarang. Raut wajahnya menunjukkan ketidakpercayaan dan ada semacam ketegangan yang tak bisa kupahami. Hasrat" Putus asa" Yang pasti keduanya, tapi Peeta mendorong dokter-dokter ke samping, melompat berdiri, dan bergerak menghampiriku. Aku berlari menyambutnya, kedua lenganku terentang untuk memeluknya. Kedua tangan Peeta terulur ke arahku, kupikir mungkin ingin membelai wajahku.
Bibirku baru saja menyebut namanya ketika jemari Peeta mencengkeram leherku kuat-kuat.
BAB TIGA BELAS BAN leher yang dingin mencekik leherku dan membuatku mengigil tak terkendali. Paling tidak aku tak lagi berada dalam tabung yang klaustrofobik, sementara mesin-mesin berbunyi dan berdesir di sekitarku, mendengarkan suara yang entah dari mana memberitahuku untuk tidak bergerak sementara aku meyakinkan diriku bahwa aku masih bernapas. Meskipun saat ini mereka sudah meyakinkanku bahwa takkan ada kerusakan permanen pada diriku, aku masih megap-megap mencari udara.
Berbagai kekuatiran utama tim medis kerusakan urat saraf tulang belakang, pipa pernafasan, nadi, dan pembuluh darah sudah dibereskan. Memar, suara serak, sakit tenggorokan, batuk kecil yang aneh tak perlu dicemaskan lagi. Semuanya akan baik-baik saja. Mockingjay takkan kehilangan suaranya. Aku ingin bertanya di mana dokter yang menentukan apakah aku gila atau tidak. Namun aku tidak bisa bicara sekarang. Aku bahkan tidak bisa berterima kasih pada Boggs ketika dia datang untuk memeriksaku. Dia menjengukku dan mengatakan bahwa dia pernah melihat luka-luka yang lebih parah yang dialami para prajurit ketika mereka diajari untuk menahan cekikan pada saat latihan.
Boggs-lah yang menghajar Peeta hingga pingsan dengan sekali pukul sebelum terjadi kerusakan permanen pada diriku. Aku yakin Haymitch juga bakal menolongku jika dia tidak terlanjur kaget. Situasi ketika aku dan Haymitch sama-sama dalam keadaan lengah adalah kejadian yang langka. Tapi kami disibukkan dengan hasrat menyelamatkan Peeta, dan amat tersiksa dengan keberadaannya di tangan Capitol, sehingga kelegangan karena melihatnya kembali membutakan kami. Jika aku dan Peeta bertemu berduaan saja, dia pasti sudah membunuhku. Karena dia sudah gila.
Tidak, tidak gila, aku mengingatkan diriku sendiri. Dibajak. Itulah kata yang kudengar dalam obrolan Plutarch dan Haymitch ketika aku didorong di brankar melewati mereka di lorong. Dibajak. Aku tak tahu apa artinya.
Prim, yang muncul tidak lama setelah serangan dan tetap berada di dekatku sejak itu, menambah satu selimut lagi menutupi tubuhku. Kurasa mereka akan melepaskan ban leher itu tak lama lagi, Katniss. Kau takkan merasa kedinginan lagi nanti. Ibuku, yang turut membantu operasi yang rumit itu, belum diberitahu tentang serangan yang dilakukan Peeta. Prim mengambil satu tanganku, dan menggenggamnya kuat-kuat. Dia meremas lembut tanganku hingga membuka dan darah mulai mengalir hingga ke ujung jemariku lagi. Prim sedang menggenggam kepalan tanganku yang satunya lagi ketika dokter-dokter datang, melepaskan ban leherku, dan menyuntikkan sesuatu padaku untuk menghilangkan rasa sakit dan pembengkakan. Aku berbaring, seperti yang diperintahkan, dengan kepala tak bergerak, agar tidak menambah luka-luka di leherku.
Plutarch, Haymitch, dan Beetee menunggu di selasar sebelum para dokter memberi mereka izin untuk melihatku. Aku tak tahu apakah mereka sudah memberitahu Gale, tapi karena dia tak ada di sini, aku berasumsi bahwa mereka belum memberitahunya. Plutarch menyuruh para dokter keluar dan berusaha menyuruh Prim keluar juga, tapi adikku bilang, Tidak. Jika kau memaksaku keluar, aku akan langsung ke ruang operasi dan memberitahu ibuku semua yang terjadi. Dan kuperingatkan ya, ibuku sudah tidak suka Juri Pertarungan menentukan apa yang harus dilakukan Katniss dalam hidupnya. Apalagi kau tidak menjaganya dengan baik.
Plutarch tampak tersinggung, tapi Haymitch tergelak. Biarkan saja, Plutarch, katanya. Prim tetap berada di sini.
Begini, Katniss, kondisi Peeta sangat mengejutkan bagi
kita semua, kata Plutarch. Kami lihat kondisinya memburuk dalam dua wawancara terakhir. Jelas, dia sudah disiksa, dan kami menilai kondisi psikologisnya berdasarkan hal tersebut. Saat ini kami yakin yang terjadi padanya lebih dari sekadar siksaan. Capitol menjadikan Peeta kelinci percobaan untuk teknik yang tak lazim, yang dikenal sebagai pembajakan. Beetee"
Maafkan aku, kata Beetee, tapi aku tak bisa memberitahumu semuanya secara terperinci, Katniss. Capitol amat merahasiakan bentuk siksaan semacam ini, dan aku yakin hasilnya tidak pernah sama. Cuma itu yang kami ketahui. Ini adalah bentuk ketakutan pada pengkondisian. Istilah pembajakan berasal dari bahasa inggris kuno yang berarti "menangkap" atau lebih tepatnya, "merampas". Kami percaya istilah itu sengaja dipilih karena tekniknya menggunakan bisa tawon penjejak. Tidak seperti kebanyakan dari kami, kau sempat disengat tawon pada Hunger Games, dan kau punya pengalaman langsung dengan efek dari bisa itu.
Teror. Halusinasi. Bayangan-bayangan mimpi buruk tentang kehilangan orang yang kucintai. Karena bisa itu menjadikan bagian otak yang menampung ketakutan sebagai sasarannya.
Aku yakin kau ingat betapa menakutkannya semua itu. Apakah kau menderita kekacauan mental setelah disengat" tanya Beetee. Apakah rasanya kau tidak bisa menilai mana yang benar dan mana yang salah" Banyak orang yang disengat dan selamat menceritakan terjadinya kondisi semacam itu.
Ya. Pertemuan dengan Peeta itu. Bahkan setelah kepalaku jernih, aku masih tak yakin apakah dia menyelamatkanku dengan berbicara pada Cato atau aku cuma membayangkannya.
Mengingatnya jadi lebih sulit karena ingatan bisa diubah. Beetee mengetuk-ngetuk dahinya. Ingatan dibawa masuk ke bagian depan otakmu, diubah, dan disimpan lagi dalam bentuk yang sudah direvisi. Sekarang bayangkan aku memintamu untuk mengingat sesuatu entah itu dengan sugesti verbal atau membuatmu menonton rekaman peristiwa dan ketika pengalaman itu diingatkan kembali, aku menyuntikmu dengan bisa tawon penjejak. Tidak perlu dalam dosis yang bisa membuatmu pingsan selama tiga hari. Namun cukup untuk memasukkan ketakutan dan keraguan dalam ingatan. Dan itulah yang disimpan otakmu dalam tempat penyimpanan jangka panjang.
Aku mulai merasa mual. Prim menanyakan pertanyaan yang terlintas dalam benakku. Itukah yang mereka lakukan pada Peeta" Mengambil kenangan-kenangannya tentang Katniss dan mengubahnya hingga jadi menyeramkan"
Beetee mengangguk. Begitu menyeramkan sehingga Peeta menganggap Katniss mengancam keselamatannya. Sehingga dia berusaha membunuh Katniss. Ya, itu teori kami saat ini.
Aku menutup wajahku dengan kedua tanganku karena ini tidak terjadi. Ini tidak mungkin terjadi. Bagaimana bisa ada orang yang membuat Peeta lupa bahwa dia mencintaiku... tak ada seorang pun yang bisa melakukannya.
Tapi kau bisa membalikkan ingatannya, kan" tanya Prim.
Hm... sangat sedikit data tentang itu, kata Plutarch. Bahkan sebenarnya tidak ada. Jika cuci otak dengan pembajakan itu pernah dicoba, kita tak punya akses untuk melihat catatan-catatan tersebut.
Yah, tapi kau akan mencobanya, kan" Prim berkeras. Kau takkan menguncinya dalam sel kedap suara dan meninggalkannya menderita sendirian"
Tentu, kita akan berusaha, Prim, kata Beetee. Hanya saja, kita tak tahu sampai kapan usaha kita akan berhasil. Jika memang bisa berhasil. Tebakanku adalah peristiwa-peristiwa menakutkan itu yang paling susah dihilangkan. Peristiwa menakutkan itu biasanya yang paling kita ingat.
Selain ingatannya tentang Katniss, kita belum tahu ingatan apa lagi yang sudah dirusak, kata Plutarch. Kita menyusun tim yang terdiri atas pakar militer dan kesehatan jiwa untuk membuat serangan balasan. Secara pribadi. Aku merasa optimis dia akan pulih sepenuhnya.
Sungguh" tanya Prim tajam. Bagaimana menurutmu, Haymitch"
Aku menggerakkan tanganku sedikit supaya aku bisa melihat ekspresi Haymitch di antara celah. Dia tampak lelah dan putus asa ketika mengakui, Menurutku Peeta mungkin akan bisa lebih baik. Tapi... kurasa dia takkan pernah sama lagi seperti dulu. Kukatupkan
kedua tanganku, menutupi celah, menutup diriku dari mereka semua.
Paling tidak dia masih hidup, kata Plutarch, sepertinya dia sudah kehilangan kesabarannya pada kami. Snow mengeksekusi penata gaya Peeta dan tim persiapannya, yang akan ditayangkan langsung di televisi malam ini. Kami tak tahu apa yang terjadi pada Effie Trinket. Peeta sakit, tapi dia ada di sini. Bersama kita. Dan itu jelas kemajuan dibandingkan apa yang terjadi dua belas jam lalu. Coba ingatkan diri kalian seperti itu, ya"
Usaha Plutarch untuk menghiburku dibumbui dengan berita tentang kemungkinan empat atau lima orang tewas terbunuh sepertinya jadi bumerang. Tim persiapan Peeta. Effie. Niatku untuk menahan air mata membuat leherku berdenyut sampai aku megap-megap berusaha mengambil napas. Pada akhirnya, mereka tak punya pilihan selain membiusku.
Saat aku sadar, aku bertanya-tanya apakah ini satu-satunya cara aku bisa tidur sekarang, dengan obat-obatan yang disuntikkan ke lenganku. Aku senang aku tak perlu bicara selama beberapa hari berikutnya, karena tak ada yang ingin kukatakan. Atau kulakukan. Kenyataannya, aku pasien idaman, keletihanku dianggap sebagai kepasrahan, kepatuhan pada perintah dokter. Aku tak merasa ingin menangis lagi. Sesungguhnya, aku hanya bisa memikirkan satu hal: bayangan wajah Snow diiringi bisikan di kepalaku. Aku akan membunuhmu.
Ibuku dan Prim bergantian merawatku, membujukku untuk memakan makanan halus. Secara berkala orang-orang datang untuk memberitahukan kemajuan kondisi Peeta. Bisa tawon penjejak dalam jumlah besar perlahan-lahan dikeluarkan dari tubuhnya. Dia dirawat hanya oleh orang asing, penduduk asli Distrik 13 tak ada seorang pun dari kampung halamannya atau dari Capitol yang diizinkan untuk melihatnya untuk menghindari pemicu ingatan yang berbahaya. Tim spesialis bekerja lembur merancang strategi untuk memulihkannya.
Gale tidak seharusnya menjengukku, karena dia harus istirahat di tempat tidur karena luka di bahunya. Tapi pada malam ketiga, setelah aku diberi obat dan lampu diremangkan pada jam tidur, diam-diam dia menyelinap masuk ke kamarku. Gale tidak bicara, hanya mengelus memar di leherku dengan sentuhan selembut kepakan sayap nyengat, mencium bagian di antara kedua mataku, lalu menghilang.
Keesokan paginya, aku boleh meninggalkan rumah sakit dengan perintah untuk bergerak perlahan dan berbicara seperlunya saja. Aku tidak dicap dengan jadwal, jadi aku berjalan-jalan tak tentu arah sampai Prim diizinkan pergi dari tugas rumah sakit, lalu dia mengantarku ke kompartemen keluarga kami yang baru. 2212. Ruangannya sama persis dengan yang sebelumnya, tapi tanpa jendela.
Saat ini Buttercup mendapat makanan setiap hari dan bak pasir yang ditaruh di bawah bak cuci di kamar mandi. Ketika Prim menemaniku di tempat tidur, Buttercup naik ke bantalku, bersaing mendapat perhatian Prim. Adikku menimangnya tapi tetap memusatkan perhatiannya padaku. Katniss, aku tahu semua urusan dengan Peeta ini buruk buatmu. Tapi ingatlah, Snow sudah mengerjainya selama berminggu-minggu, dan kita baru merawatnya selama beberapa hari. Ada kemungkinan bahwa Peeta yang lama, yang mencintaimu, masih ada di dalam sana. Berusaha kembali padamu. Jangan menyerah terhadapnya.
Aku memandang adik perempuanku dan berpikir bagaimana dia mewarisi kualitas-kualitas terbaik dari keluarga kami: tangan penyembuh ibuku, kepala dingin ayahku, dan perjuanganku. Masih ada lagi sesuatu di sana, sesuatu yang sepenuhnya milik Prim. Kemampuan untuk melihat kekacauan hidup yang membingungkan dan melihatnya sebagaimana adanya. Mungkinkah dia benar" Bahwa Peeta bisa kembali padaku"
Aku harus kembali ke rumah sakit, kata Prim, menaruh Buttercup di ranjang di sampingku. Kalian saling menemani, oke"
Buttercup melompat dari ranjang dan mengikutinya sampai ke pintu, lalu memprotes keras ketika dia ditinggalkan. Kami bisa saling mematung jika disuruh saling menemani. Setelah mungkin tiga puluh detik, aku tahu aku tak sanggup terkurung dalam sel bawah tanah, dan kutinggalkan Buttercup dengan mainannya sendiri. Aku tersesat beberapa kali, tapi akhirnya aku berhasil tiba
di Pertahanan Khusus. Semua orang yang kulewati memandangi memar di leherku, dan aku tak bisa menahan diri untuk tidak merasa tidak enak hingga kutarik kerahku naik sampai ke telinga.
Pasti Gale sudah keluar dari rumah sakit juga karena aku melihatnya berada di salah satu ruangan riset bersama Beetee. Mereka tampak tekun, kepala mereka menunduk memandang gambar, sambil mengukur. Beberapa versi gambar tersebut mengotori meja dan lantai. Ada juga yang dipaku di dinding gabus, dan di beberapa layar komputer ada semacam rancangan-rancangan yang berbeda. Pada salah satu gambar yang tampak masih sketsa kasar, aku mengenali jerat buatan Gale. Apa ini" tanyaku dengan suara serak, mengalihkan perhatian mereka dari lembaran yang sedang mereka lihat.
Ah, Katniss, kami ketahuan olehmu, kata Beetee dengan riang.
Apakah ini rahasia" Aku tahu Gale sering berada di sini, bekerja bersama Beetee, tapi kupikir mereka bermain-main dengan busur, panah, dan senjata api.
Tidak juga. Tapi aku agak merasa bersalah. Karena terlalu sering mencuri Gale darimu, Beetee mengaku.
Karena aku lebih banyak menghabiskan waktuku di Distrik 13 dalam kondisi setengah sadar, cemas, marah, didandani, atau diopname di rumah sakit, aku tidak bisa bilang bahwa ketidakhadiran Gale membuatku terganggu. Keadaan di antara kami juga tidak terlalu harmonis. Tapi kubiarkan Beetee berpikir bahwa dia berutang padaku. Kuharap kau menghabiskan waktunya untuk hal yang berguna.
Kemari dan lihatlah, kata Beetee, melambaikan tangannya agar mendekati layar komputer.
Ternyata inilah yang mereka lakukan. Mengambil gagasan-gagasan dasar di balik perangkap buatan Gale dan menetapkannya ke dalam senjata untuk membunuh manusia. Bom, kebanyakan. Tidak terlalu berpusat pada mekanismenya tapi lebih ke psikologisnya. Membuat jebakan di suatu area menghasilkan sesuatu yang penting untuk kelangsungan hidup. Air atau persediaan makanan. Menakuti mangsa agar makin banyak yang kabur menuju maut. Membahayakan keturunan agar bisa menjerat sasaran yang diinginkan, yaitu orangtuanya. Menggiring korban ke tempat perlindungan yang tampaknya aman di sana ajal menunggu mereka. Di suatu titik, Gale dan Beetee meninggalkan alam liar dan memusatkan perhatian lebih pada dorongan hati manusia. Seperti belas kasihan. Bom meledak. Ada jeda waktu agar orang-orang sempat bergegas membantu mereka yang terluka. Kemudian bom kedua, yang lebih kuat daya ledaknya, akan membunuh para penolong juga.
Yang itu sepertinya kelewat batas, kataku. Jadi apa pun dihalalkan" Mereka berdua memandangku Beetee dengan tatapan ragu, Gale dengan tatapan bermusuhan. Kurasa tak ada buku peraturan yang menyatakan apa yang bisa atau tidak bisa dilakukan terhadap manusia lain.
Tentu saja ada. Aku dan Beetee mengikuti buku peraturan yang sama yang digunakan Presiden Snow ketika dia membajak Peeta, kata Gale.
Kejam, tapi lugas. Aku pergi tanpa berkomentar lebih lanjut. Aku merasa jika aku tidak segera keluar, aku bakal meledak mengamuk, tapi aku masih berada di Pertahanan Khusus ketika aku dicegat oleh Haymitch. Ayo, katanya. Kami membutuhkanmu di rumah sakit.
Untuk apa" tanyaku.
Mereka akan mencoba sesuatu pada Peeta, jawabnya. Mengirim orang yang paling netral dari Dua Belas yang bisa ditemukan di sini untuk menemuinya. Mencari seseorang yang punya kenangan masa kecil dengan Peeta, tapi orang itu tidak dekat denganmu. Mereka sedang menyaring orang-orang sekarang.
Aku tahu ini akan jadi tugas yang sulit, karena semua orang yang punya kenangan masa kecil bersama Peeta kemungkinan besar berasal dari kota, dan nyaris tak ada seorang pun dari kota yang lolos dari api. Tapi ketika kami tiba di kamar rumah sakit yang sudah diubah menjadi ruang kerja bagi tim pemulihan Peeta, dia duduk di sana sedang ngobrol bersama Plutarch. Delly Cartwright. Seperti biasa, Delly tersenyum padaku seakan aku sahabat terbaiknya di dunia ini. Dia tersenyum seperti ini pada semua orang. Katniss! serunya.
Hai, Delly, sapaku. Kudengar dia dan adik laki-lakinya selamat. Orangtuanya, yang punya toko sepatu di kota, tak seberuntung mer
eka. Delly tampak lebih tua, dengan pakaian lusuh Distrik 13 yang tak membuat pemakainya terlihat cantik. Rambut pirangnya dikepang sederhana, bukannya dikeriting. Dia terlihat lebih kurus dibandingkan dengan Delly yang kuingat, tapi dia adalah salah satu dari beberapa anak di Distrik 12 yang punya berat badan lebih. Tidak diragukan lagi, makanan di sini, stres, duka karena kehilangan orangtua juga menjadi penyebab berat badannya turun. Bagaimana keadaanmu" tanyaku.
Oh, terjadi banyak perubahan dalam sekejap. Matanya berkaca-kaca. Tapi semua orang sungguh-sungguh baik di Tiga Belas ini. Bagaimana menurutmu"
Delly benar-benar tulus. Dia benar-benar menyukai manusia. Semua manusia, tidak hanya segelintir orang yang dikenalnya.
Mereka berusaha untuk membuat kita merasa betah, kataku. Kurasa itu pernyataan yang adil tanpa berlebihan. Apakah kau orang yang dipilih untuk bertemu Peeta"
Kurasa begitu. Peeta yang malang. Kau juga. Aku takkan pernah bisa memahami Capitol, katanya.
Mungkin lebih baik kau tidak paham, kataku.
Delly sudah lama mengenal Peeta, kata Plutarch.
Oh, ya! Wajah Delly langsung ceria. Kami bermain bersama sejak masih anak-anak. Aku sering bilang ke orang-orang bahwa dia saudara lelakiku.
Bagaimana menurutmu" Haymitch bertanya padaku. Apakah ada yang mungkin bisa membangkitkan kenangannya terhadapmu"
Kami di kelas yang sama. Tapi tak sering bersama-sama. kataku.
Katniss selalu hebat, aku tak pernah bermimpi dia akan mengenaliku, kata Delly. Bagaimana dia bisa berburu dan pergi ke Hob dan segalanya. Semua orang mengaguminya.
Aku dan Haymitch memandangi wajahnya dengan saksama untuk memastikan apakah dia bercanda. Mendengarkan Delly menggambarkan diriku, aku nyaris tidak punya teman karena aku membuat orang terintimidasi, karena aku orang yang luar biasa. Tidak benar. Aku nyaris tidak punya teman karena aku tidak ramah. Serahkan pada Delly untuk memutarbalikkan diriku menjadi sosok yang hebat.
Delly selalu berpikir tentang yang terbaik dari semua orang, aku menjelaskan. Kurasa Peeta tak punya kenangan buruk berkaitan dengannya. Kemudian aku teringat. Tunggu. Di Capitol. Saat aku berbohong ketika kubilang aku mengenali gadis Avox itu. Peeta melindungiku dan bilang dia mirip seperti Delly.
Aku ingat, kata Haymitch, Tapi aku tidak tahu, itu tidak benar. Delly tidak benar-benar berada di sana. Kurasa pernyataan itu tidak bisa mengalahkan kenangan masa kecil selama bertahun-tahun.
Terutama jika kenangan itu berkaitan dengan sahabat yang menyenangkan seperti Delly, kata Plutarch. Mari kita coba.
Plutarch. Haymitch, dan aku masuk ke ruang observasi di sebelah ruang Peeta ditahan. Ruangan itu dipenuhi sepuluh orang dari tim pemulihannya yang bersenjatakan bolpoin dan clipboard. Kaca satu sisi dan sistem audio membuat kami bisa mengawasi Peeta diam-diam. Dia berbaring di ranjang, kedua lengannya terikat. Dia tidak melawan ikatan itu, tapi tangannya terus-menerus bergerak gelisah. Ekspresi wajahnya tampak lebih cerah dibanding ketika dia berusaha mencekikku, tapi masih bukan ekspresi Peeta yang biasa.
Ketika pintu perlahan-lahan dibuka, matanya membelalak waspada, lalu terlihat bingung. Delly ragu-ragu berjalan melintasi ruangan, tapi saat berada di dekat Peeta dia otomatis tersenyum. Peeta" Ini Delly. Dari distrik.
Delly" Sebagian awan mulai menjauh. Delly. Ini kau.
Ya! Delly menjawabnya dengan kelegaan yang terdengar jelas. Bagaimana perasaanmu"
Buruk. Di mana kita" Apa yang terjadi" tanya Peeta.
Ini dia, kata Haymitch. Sudah kuberitahu Delly untuk tidak menyinggung tentang Katniss atau Capitol, kata Plutarch. Coba lihat seberapa banyak kisah tentang distrik yang bisa dia bangkitkan.
Yah... kita di Distrik Tiga Belas. Kita tinggal di sini sekarang. kata Delly.
Itu yang dikatakan orang-orang selama ini. Tapi ini tidak masuk akal. Kenapa kita tidak di distrik kita sendiri" tanya Peeta.
Delly menggigit bibirnya. Terjadi... kecelakaan. Aku juga merindukan rumah. Aku memikirkan tentang gambar-gambar yang kita buat dengan kapur di jalan beraspal. Gambarmu san
gat indah. Ingat tidak ketika kau membuat gambar-gambar binatang yang berbeda-beda"
Yeah. Babi, kucing, dan lainnya, kata Peeta. Kau bilang... ada kecelakaan"
Aku bisa melihat kilau keringat di dahi Delly ketika dia berusaha menjawab pertanyaan itu. Buruk sekali. Tak ada seorang pun... yang bisa tinggal, katanya terbata-bata.
Bertahanlah, Nak, kata Haymitch.
Tapi aku tahu kau akan suka tinggal di sini, Peeta. Orang-orang di sini sungguh baik pada kita. Selalu ada makanan, pakaian bersih, dan sekolah di sini jauh lebih menarik, kata Delly.
Kenapa keluargaku belum datang menjengukku" tanya Peeta.
Mereka tidak bisa. Delly mulai gugup lagi. Banyak orang yang tak berhasil lolos menyelamatkan diri dari Dua Belas. Jadi kita perlu memulai hidup baru di sini. Aku yakin mereka butuh tukang roti yang bagus. Kau ingat ketika ayahmu mengizinkan kita membuat adonan roti berbentuk anak perempuan dan anak lelaki"
Ada api, kata Peeta tiba-tiba.
Ya, bisik Delly. Dua Belas terbakar habis, kan" Karena dia, kata Peeta marah. Karena Katniss! Dia mulai menarik-narik tali pengikatnya.
Oh, tidak, Peeta. Itu bukan salahnya, kata Delly.
Dia bilang begitu padamu" desis Peeta padanya.
Keluarkan dia dari sana, kata Plutarch. Pintu segera terbuka dan Delly mulai mundur ke pintu perlahan-lahan.
Dia tidak perlu mengatakannya. Aku ada... Delly berusaha menjelaskan.
Karena dia bohong! Dia pembohong! Kau tidak bisa memercayai apa pun yang dikatakannya! Dia itu mutt yang diciptakan Capitol untuk melawan kita semua! pekik Peeta.
Tidak, Peeta. Dia bukan... Delly mencoba lagi.
Jangan percaya padanya, Delly, kata Peeta dengan nada panik. Aku percaya padanya, dan ternyata dia berusaha membunuhku. Dia membunuh teman-temanku. Keluargaku. Jangan dekat-dekat dia! Dia mutt!
Tangan bergerak di ambang pintu, menarik Delly keluar, lalu pintu terbanting menutup lagi. Tapi Peeta terus berteriak. Mutt! Dia mutt sialan!
Tidak hanya membenciku dan ingin membunuhku, Peeta juga percaya bahwa aku bukan lagi manusia. Aku manusia. Dicekik rasanya tidak sesakit ini.
Di sekelilingku para anggota tim pemulihan mencoret-coret kertas dengan penuh semangat, mencatat setiap katanya. Haymitch dan Plutarch menarik kedua lenganku dan mengeluarkanku dari ruangan. Mereka menyandarkanku di dinding koridor yang sunyi. Tapi aku tahu Peeta masih terus menjerit di balik pintu dan kaca pemisah.
Prim salah. Peeta tidak bisa diselamatkan. Aku tidak bisa tinggal di sini lagi, kataku dengan perasaan yang hampa. Jika kau ingin aku jadi Mockingjay, kau harus mengirimku pergi dari sini.
Kau ingin pergi ke mana" tanya Haymitch.
Capitol. Itu satu-satunya tempat yang terpikir olehku, di sana aku punya pekerjaan.
Tak bisa, kata Plutarch. Tunggu sampai semua distrik aman. Kabar baiknya, perlawanan hampir berakhir di semua distrik kecuali di Dua. Distrik itu terlalu tangguh untuk dihancurkan, seperti kacang yang keras kulitnya.
Benar juga. Pertama-tama distrik-distriknya. Selanjutnya Capitol. Kemudian aku memburu Snow.
Baik, kataku. Kirim aku ke Dua.
BAB EMPAT BELAS DISTRIK 2 adalah distrik yang besar, sebagaimana yang mungkin bisa diduga sebelumnya, terdiri atas banyak desa yang tersebar di pegunungan. Masing-masing desa awalnya berhubungan dengan pertambangan atau penggalian, walaupun sekarang, banyak desa yang digunakan sebagai tempat tinggal dan pelatihan Penjaga Perdamaian. Semua ini tidak menjadi tantangan yang berarti karena para pemberontak memiliki dukungan angkatan udara yang tak bisa ditembus, yang menjadi tempat tinggal dari jantung militer Capitol.
Kami menjuluki gunung itu Nut karena aku menyampaikan komentar Plutarch tentang kacang yang keras kulitnya pada para pemimpin pemberontak yang sudah lelah dan patah semangat di sini. Nut itu didirikan tidak lama setelah Masa Kegelapan, ketika Capitol kehilangan 13 dan mati-matian mencari markas militer bawah tanah yang kuat. Mereka memiliki beberapa sumber daya militer yang terletak di luar kota Capitol rudal-rudal nuklir, pesawat tempur, pasukan tapi sebagian besar kekuatan mereka sekarang
berada di bawah kendali musuh. Tentu saja mereka tidak bisa menjiplak 13, yang merupakan hasil kerja berabad-abad. Namun, di pertambangan-pertambangan tua di dekat Distrik 2, mereka melihat kesempatan. Dari udara, Nut tampak seperti gunung biasa dengan beberapa jalur masuk di permukaannya. Tapi di dalamnya terdapat gua-gua luas, bongkahan-bongkahan batunya sudah disingkirkan, diangkut ke permukaan, dan dibawa menuruni jalanan-jalanan sempit dan becek untuk membuat gedung-gedung di kota. Bahkan di sana ada sistem kereta api untuk mengangkut para penambang dari Nut menuju pusat kota utama di Distrik 2. Sistem transportasi itu juga sampai ke alun-alun yang dikunjungi aku dan Peeta pada Tur Kemenangan, berdiri di tangga marmer lebar di depan Gedung Pengadilan, berusaha tidak terlalu lama melihat sanak keluarga Cato dan Clove yang berduka berkumpul di bawah kami.
Distrik ini memiliki dataran yang paling ideal, meskipun rawan tanah longsor dan banjir. Tapi kelebihan-kelebihan tempat ini mengalahkan kekuatian-kekuatirannya. Ketika mereka meninggalkan pilar-pilar dan dinding-dinding batu untuk menunjang infrastruktur. Capitol memperkuat bangunan ini dan membangun gunung sebagai markas militer baru mereka. Mengisinya dengan data-data komputer dan ruang-ruang pertemuan, barak-barak militer, dan gudang-gudang senjata. Mereka memperlebar jalan masuk agar pesawat ringan bisa keluar dari hanggar, dan mereka juga memasang alat-alat peluncur rudal. Tapi secara keseluruhan, mereka tidak mengubah bagian luar gunung-gunung di sana. Kehidupan liar dan pepohonan rimbun berbatu-batu. Benteng alami untuk melindungi mereka dari musuh-musuh.
Jika diukur berdasarkan standar distrik-distrik lain, Capitol mengemong penduduk di sini. Hanya dengan melihat penampilan pemberontak Distrik 2, terlihat bahwa mereka cukup makan dan terawat dengan baik semasa kaak-kanak. Sebagian penduduk bekerja di tambang. Yang lainnya dididik untuk pekerjaan-pekerjaan lain di Nut atau disalurkan menjadi pejabat di Penjaga Perdamaian. Dilatih sejak muda dan tangguh dalam pertarungan. Hunger Games memberi kesempatan untuk mendapat kekayaan dan kemasyhura yang tak terlihat di tempat lain. Tentu saja, orang-orang di 2 menelan propaganda Capitol lebih mudah daripada kami. Mematuhi cara-cara mereka. Tapi di pengujung hari, mereka tetaplah budak. Dan jika hal itu tidak dipahami oleh para penduduk yang menjadi Penjaga Perdamaian atau yang bekerja di Nut, pemikiran tersebut dipahami oleh para pemotong batu yang menjadi tulang punggung perlawanan di sini.
Keadaan masih sama seperti ketika aku tiba di sini dua minggu lalu. Desa-desa di luar kota berada di tangan pemberontak, kota terbagi dua, dan Nut tak tersentuk seperti sebelumnya. Beberapa jalan masuk diperkuat, pusatnya terbungkus aman di gunung. Sementara semua distrik lain berhasil merebut kekuasaan dari Capitol, 2 tetap ama dalam genggaman Capitol.
Setiap hari, aku melakukan segala cara yang bisa kulakukan untuk membantu. Mengunjungi mereka yang terluka. Merekam propo-propo singkat dengan tim juru kameraku. Aku tidak diizinkan ikut dalam perang sungguhan, tapi mereka mengundangku dalam pertemuan tentang status perang, yang lebih sering mereka lakukan daripada di 13. Jauh lebih baik di sini. Lebih bebas, tak ada jadwal di lenganku, tidak terlalu sering meminta waktuku. Aku tinggal di atas tanah dalam desa-desa pemberontak atau gua-gua di sekeliling tempat ini. Demi keamanan, lokasiku sering dipindah-pindahkan. Pada siang hari, aku diberi izin untuk berburu selama aku mengajak penjaga dan tidak pergi terlalu jauh. Dalam udara pegunungan yang tipis dan dingin, aku merasakan kekuatan fisikku kembali, pikiranku mengenyahkan sisa kabut yang masih tersisa. Tapi kejernihan mental ini memberiku kesadaran yang lebih tajam tentang apa yang telah mereka lakukan terhadap Peeta.
Snow sudah mencurinya dariku, memelintirnya hingga tak bisa dikenali lagi, dan memberikannya padaku sebagai hadiah. Boogs, yang datang ke Distrik 2 ketika aku kemari, memberitahuku bahwa bahkan dengan segala perencanaan yang rapi, masih terlalu mudah bagi mereka m
enyelamatkan Peeta. Dia yakin jika 13 tidak berusaha pun, Peeta akan diserahkan padaku. Dijatuhkan di Distrik 13. Diikat dengan pita dan ditempeli namaku. Diprogram untuk membunuhku.
Sekarang, setelah Peeta dirusak musuh, baru aku bisa sepenuhnya menghargai Peeta yang asli. Jauh lebih menghargainya daripada jika dia tewas. Kebaikannya, keteguhannya, kehangatan yang mengandung panas tak terduga di baliknya. Selain Prim, ibuku, dan Gale, berapa banyak orang di dunia ini yang mencintaiku tanpa syarat" Kupikirkan tentang diriku, jawabannya mungkin tak ada orang lagi yang mencintaiku seperti itu. Kadang-kadang ketika aku sendirian, kuambil mutiara dari kantongku dan berusaha mengingat anak lelaki dengan roti itu, dua lengan kuat yang mengenyagkan mimpi-mimpi burukku di kereta, ciuman-ciuman di arena pertarungan. Membuatku mengingat segala hal yang hilang dalam genggamanku. Tapi apa gunanya" Semuanya musnah. Dia sudah musnah. Apa pun yang ada di antara kami sudah musnah. Yang tersisa adalah janjiku untuk membunuh Snow. Kuucapkan kalimat ini dalam hati sepuluh kali dalam sehari.
Di 13, rehabilitasi terhadap Peeta berlanjut. Walaupun aku tidak bertanya, Plutarch memberitahuku perkembangan tentang Peeta lewat telepon seperti Kabar baik, Katniss! Kurasa kami hampir berhasil meyakinkannya bahwa kau bukan mutt! Atau Hari ini dia mau makan puding!
Ketika Haymitch bicara setelahnya, dia menakui bahwa keadaan Peeta tidak lebih baik. Satu-satunya sinar harapa muncul dari adikku. Prim punya ide untuk membajaknya kembali, Haymitch memberitahuku. Membawa lagi memberinya obat penenang dosis tinggi, seperti morfin. Kami baru mencobanya dengan satu kenangan. Rekaman kalian berdua di gua, sewaktu kau menceritakan padanya kisah ketika Prim mendapatkan kambingnya.
Ada kemajuan" tanyaku.
Yah, jika kebingungan luar biasa bisa dianggap kemajuan dibandingkan ketakutan yang luar biasa, jawabannya adalah ya, kata Haymitch. Tapi aku tidak yakin. Dia kehilangan kemampuan bicara selama beberapa jam. Dia seperti tak sadarkan diri. Ketika sadar kembali, yang dia tanyakan adalah kambingnya.
Yang benar saja, kataku.
Bagaimana keadaan di sana" tanyanya.
Tak ada kemajuan, kataku.
Kami mengirim tim untuk membantu di gunung. Beetee dan beberapa orang lagi, katanya. Kau tahu, mereka yang punya otak.
Ketika mereka memilih orang-orang yang dianggap cerdas, aku tidak kaget melihat nama Gale dalam daftar itu. Kupikir Beetee membawanya bukan karena keahlian Gale dalam bidang teknologi, tapi dia berharap entah bagaimana Gale punya cara untuk menjerat gunung. Awalnya, Gale diajukan untuk menemaniku ke Distrik 2, tapi aku tahu itu akan membuatnya meninggalkan pekerjaannya bersama Beetee. Kubilang padanya untuk tinggal dan berada di tempat dia paling dibutuhkan. Aku tidak memberitahu Gale bahwa kehadirannya akan membuatku makin berduka memikirka Peeta.
Gale menemukanku ketika mereka tiba terlambat pada suatu sore. Aku duduk di atas batang kayu di ujung desa tempat tinggalku, mencabuti bulu ituk. Kurang-lebih selusin ituk menumpuk di kakiku. Itik-itik ssyang tak terhitung banyaknya bermigrasi melewati tempat ini sejak aku tiba, dan bisa dibilang aku tinggal mencomot buruan-buruan itu. Tanpa bicara, Gale duduk di sampingku dan mulai mencabuti bulu-bulu dari kulit itik. Kami sudah selesai setengahnya ketika dia berkata, Apakah kita akan makan dagingnya nanti"
Yeah. Sebagian besar akan masuk dapur kamp, tapi mereka mengharapkanku memberi dua ekor ke pemilik rumah tempat tinggalku malam ini, kataku. Karena telah menampungku.
Bukankah kehormatan telah menampungmu cukup untuk membayarnya" tanya Gale.
Itu menurutmu, sahutku. Tapi kabar burung yang beredar mengatakan mockingjay berbahaya untuk kesehatanmu.
Kami mencabuti bulu itik tanpa bicara setelahnya. Lalu dia berkata, Aku melihat Peeta kemarin. Di balik kaca.
Apa yang kau pikirkan" tanyaku.
Sesuatu yang egois, kata Gale.
Bahwa kau tak perlu cemburu lagi padanya" Jemariku menarik keras, dan bulu-bulu unggas beterbangan di sekeliling kami.
Tidak. Justru kebalikannya. Gale mengambil
bulu itik yang menempel di rambutku. Kupikir... Aku takkan pernah bisa bersaing dengan itu. Tak peduli betapapun sakitnya aku. Gale memutar bulu itik di antara ibu jari dan telunjuknya. Aku takkan pernah punya kesempatan jika keadaannya tidak membaik. Kau takkan pernah bisa melepasnya. Kau selalu merasa bersalah jika bersamaku.
Sama seperti aku merasa bersalah menciumnya karena kau, kataku.
Gale memandangku lekat-lekat. Jika kuanggap itu benar, aku bisa menerima nyaris semua sisanya.
Itu benar, aku mengaku. Tapi apa yang kaubilang tentang Peeta juga benar.
Gale mendesah putus asa. Namun, setelah kami menarih itik-itik itu di kamp dan mengajukan diri untuk mencari kayu bakar untuk api pada malam hari, aku berada dalam pelukan Gale. Bibirnya menyentuh lembut memar di leherku, terus bergerak ke bibirku. Apa pun yang kurasakan terhadap Peeta, inilah yang kuterima jauh di dalam lubuk hatiku bahwa dia takkan pernah kembali padaku. Atau aku takkan pernah kembali padanya. Aku akan tinggal di Distrik 2 sampai distrik ini jatuh ke tangan pemberontak, pergi ke Capitol, dan membunuh Snow, lalu aku mati setelahnya. Kemudian Peeta akan mati dalam kedaan gila dan membenciku. Jadi dalam cahaya yang semakin samar, aku memejamkan mataku dan mencium Gale untuk menggantikan segala ciuman yang selama ini kutahan, karena sekaran tak ada artinya lagi, dan karena aku amat kesepian hingga aku tak tahan lagi.
Sentuha, rasa, dan kehangatan Gale mengingatkanku bahwa paling tidak tubuhku masih hidup, dan selama sesaat perasaan itu terasa nyaman. Aku mengosongkan pikiranku dan membiarkan segala sensasi itu mengaliri kulitku, dengan senang hati membiarkan diriku hanyut. Ketika Gale sedikit menjauh, aku bergerak maju untuk menutup celah di antara kami, tapi aku merasakan tangannya di bawah daguku, Katniss, ujarnya. Saat kubuka mataku, dunia seakan terbelah. Ini bukan hutan kami, gunung kami, atau cara kami. Secara otomatis tanganku menyentuh luka di pelipis kiriku, yang kuhubungkan dengan kebingunganku. Sekarang cium aku. Dalam keadaan bingung, dan tak berani berkedip, aku berdiri sementara dia memajukan tubuhnya dan menempelkan bibirnya di bibirku sejenak. Gale memandang wajahku lekat-lekat. Apa yang kau pikirkan"
Aku tak tahu, aku balas berbisik.
Kalau begitu rasanya seperti mencium orang mabuk. Ciuman tadi tidak dihitung. Katanya sambil berusaha bercanda. Gale meraup setumpuk ranting kering dan menaruhnya di kedua tanganku yang kosong, mengembalikan kesadaranku.
Manusia Harimau Jatuh Cinta 5 Misteri Lukisan Tengkorak Seri 4 Opas Karya Wen Rui An Pendekar Remaja 14
Setelah menaruh seragam Mockingjay, aku langsung ke kamar tidur tanpa makan. Meskipun begitu, Prim harus mengguncang-guncang tubuhku agar bangun keesokan paginya. Setelah sarapan, aku mengabaikan jadwalku dan tidur sebentar di lemari persediaan. Saat aku bangun, merangkak keluar dari antara kotak-kotak kapur dan pensil, ternyata sudah waktunya makan malam lagi. Aku mendapat porsi sup kacang polong ekstrabesar, lalu aku berjalan kembali ke kompartemen E saat Boggs mencegatku.
Ada pertemuan di Ruang Komando. Abaikan jadwalmu saat ini, katanya.
Sudah kuabaikan, kataku.
Apakah kau mengikuti jadwalmu hari ini" tanyanya jengkel.
Siapa yang tahu" Kan kondisi mentalku kacau. Kuangkat pergelangan tanganku untuk menunjukkan gelang rumah sakitku dan baru kusadari bahwa gelang itu sudah tak ada. Lihat, kan" Aku bahkan tak ingat kapan mereka mencopot gelangku. Kenapa mereka ingin aku ke Ruang Komando" Aku ketinggalan sesuatu"
Kurasa Cressida ingin menunjukkanmu propo-propo dari Dua Belas. Tapi kurasa kau akan melihatnya nanti saat sudah disiarkan, katanya.
Itu yang kuperlukan, jadwalnya. Kapan propo-propo itu disiarkan, kataku. Dia memandangku tajam, tapi tak berkomentar lebih jauh.
Orang-orang sudah berkumpul di Ruang Komando, tapi mereka menyisakan tempat duduk untukku di antara Finnick dan Plutarch. Layar-layar sudah memenuhi meja, memperlihatkan siaran biasa dari Capitol.
Apa yang terjadi" Bukankah kita akan melihat propo Dua Belas" tanyaku.
Oh, tidak, jawab Plutarch. Maksudku, mungkin. Aku tidak tahu rekaman mana yang rencananya akan digunakan Beetee.
Beetee pikir dia sudah menemukan cara untuk meretas siaran televisi nasional, kata Finnick. Jadi propo-propo kita akan disiarkan di Capitol juga. Dia menyiapkannya di Pertahanan Khusus sekarang. Ada program siaran langsung malam ini, Snow akan tampil atau semacam itulah. Kupikir sudah dimulai.
Lambang Capitol muncul, diiringi lagu kebangsaan. Kemudian aku menatap langsung ke mata ular Presiden Snow ketika dia memberi salam pada negara. Sepertinya dia berada di balik barikade di podiumnya, tapi mawar
putih di kerah jasnya disorot dengan jelas. Kamera mundur dan memperlihatkan Peeta di satu sisi yang jauh di depan peta yang memproyeksikan seantero Panem. Dia duduk di kursi yang lebih tinggi, sepatunya dipasangi gelang logam. Kaki palsunya mengetuk-ngetuk dalam irama aneh tak beraturan. Titik-titik keringat muncul menembus lapisan bedak di bagian atas bibirnya dan di dahi. Tapi tatapan matanya marah namun tak fokus yang paling membuatku takut.
Dia memburuk, bisikku. Finnick menggenggam tanganku, memberikan pegangan, dan aku berusaha bertahan.
Peeta mulai bicara dengan nada frustrasi tentang perlunya gencatan senjata. Dia menekankan kerusakan yang terjadi pada sejumlah infrastruktur utama di berbagai distrik, dan ketika dia bicara, beberapa bagian di peta menyala, menunjukkan gambar-gambar kehancuran. Bendungan yang rusak di 7. Kereta yang tergelincir dengan limbah beracun tumpah dari gerbong-gerbongnya. Lumbung yang runtuh setelah terbakar. Semua ini disebutkannya sebagai perbuatan pemberontak.
Dor! Tanpa peringatan, mendadak aku muncul di televisi, berdiri di depan puing-puing toko roti.
Plutarch bangkit berdiri. Dia berhasil! Beetee menyusup masuk!
Ruangan itu mendengungkan reaksi ketika Peeta muncul lagi, tampak teralih perhatiannya. Dia sudah melihatku di layar. Dia berusaha melanjutkan pidatonya dengan menceritakan pengeboman pabrik pemurnian air, ketika video Finnick bicara tentang Rue menggantikannya. Kemudian semuanya pecah menjadi perang tanding siaran ketika para pakar teknologi Capitol berusaha menghalau serangan Beetee. Tapi mereka tidak siap, sementara Beetee tampaknya sudah mengantisipasi bahwa dia takkan bisa terus mengendalikan siaran, menyerang dengan potongan-potongan video berdurasi lima sampai sepuluh detik. Kami menonton siaran resmi pemerintah mulai kacau ketika dihantam dengan tayangan-tayangan propo pilihan.
Plutarch dilanda kegembiraan dan hampir semuanya menyoraki Beetee, tapi Finnick tetap tak bergerak dan tak bicara di sebelahku. Mataku bertemu dengan tatapan Haymitch yang berada di seberang ruangan dan melihat kengerian yang kurasakan terpantul di sana. Kami menyadari bahwa seiring dengan setiap sorakan, Peeta makin jauh terlepas dari genggaman kami.
Lambang Capitol kembali muncul, diiringi nada datar dari audio. Keadaan ini berlangsung selama sekitar dua puluh detik sebelum Snow dan Peeta muncul kembali. Set panggung tampak berantakan. Kami bisa mendengar percakapan panik dari booth mereka. Snow bergerak maju, mengatakan bahwa sudah jelas para pemberontak kini berusaha mengacaukan penyebaran informasi yang mereka anggap merugikan mereka, tapi kebenaran dan keadilan akan menunjukkan kuasanya. Siaran penuh akan dilanjutkan saat keamanan sudah stabil. Dia bertanya pada Peeta, apakah setelah melihat demo malam ini dia punya kata-kata perpisahan untuk Katniss Everdeen.
Mendengar namaku disebut, wajah Peeta berubah keras. Katniss... menurutmu bagaimana semua ini akan berakhir" Apa yang akan tersisa" Tak ada seorang pun yang aman. Tidak juga di Capitol. Tidak di distrik-distrik. Dan kau... di Tiga Belas... Peeta menghirup napas dalam-dalam, seakan berusaha mendapat udara, tatapannya terlihat sinting. Tewas besok pagi!
Di luar kamera, Snow memberi perintah. Akhiri! Beetee menambah kekacauan dengan memasukkan gambar diamku yang berdiri di depan rumah sakit dengan interval tiga detik. Tapi antara gambar-gambar itu, kami bisa melihat aksi sungguhan yang sedang terjadi di set. Peeta masih berusaha bicara. Kamera terdorong jatuh dan merekam lantai ubin putih. Bot-bot yang bergerak cepat. Hantaman yang tak bisa dipisahkan dari jerit kesakitan Peeta.
Dan darahnya yang tepercik ke lantai.
BAGIAN II SERANGAN BAB SEPULUH JERITAN itu mulai mengalir dari punggung bawah lalu naik menyusuri tubuhku hingga akhirnya tersangkut di tenggorokanku. Aku sebisu Avox, tersedak kesedihanku sendiri. Bahkan jika aku bisa melepaskan otot di leherku, membiarkan bunyinya merobek udara, apakah akan ada yang memperhatikannya" Ruangan ini hiruk-pikuk. Berbagai pertanyaan dan tuntutan bergema ketika mereka berusaha
memecahkan arti kata-kata Peeta. Dan kau... di Tiga Belas... tewas besok pagi! Namun tak ada seorang pun yang bertanya tentang si pembawa pesan, yang darahnya digantikan gambar statik.
Ada suara yang meminta perhatian yang lain. Diam! Semua mata tertuju pada Haymitch. Itu bukan misteri besar! Anak itu memberitahu kita bahwa kita bakal diserang. Di sini. Di Tiga Belas.
Bagaimana dia bisa mendapatkan informasi itu"
Kenapa kita harus mempercayainya"
Bagaimana kau tahu" Haymitch mengerang kesal. Mereka memukulinya sampai berdarah sementara kita bicara di sini. Apa lagi yang kaubutuhkan" Katniss, bantu aku sekarang!
Aku harus memaksa diriku agar bisa bicara. Haymitch benar. Aku tak tahu dari mana Peeta mendapat informasi itu. Atau apakah benar atau tidak. Tapi dia memercayainya. Dan mereka... Aku tidak bisa mengucapkannya dengan lantang apa yang dilakukan Snow padanya.
Kau tidak kenal dia, kata Haymitch pada Coin. Kami kenal. Suruh orang-orangmu bersiap-siap.
Presiden sepertinya tidak cemas, hanya sedikit bingung dengan kejadian yang berlangsung ini. Dia menimbang setiap kata, mengetuk-ngetukkan satu jarinya pelan di ujung papan kendali di hadapannya. Ketika Coin bicara, dia berbicara pada Haymitch dengan nada datar. Tentu saja, kami sudah siap dengan skenario macam itu. Meskipun selama berpuluh-puluh tahun asumsi kami terbukti bahwa serangan langsung ke Tiga Belas akan kontraproduktif untuk tujuan Capitol. Rudal-rudal nuklir akan melepaskan radiasi ke atmosfer, menghasilkan dampak tak terkira untuk lingkungan. Bahkan pengeboman rutin bisa merusak kamp militer kami, yang kita tahu ingin mereka kuasai. Dan, tentu saja, mereka mengundang serangan balasan. Dapat dibayangkan bahwa mengingat persekutuan kita saat ini dengan para pemberontak, semua ini dianggap sebagai risiko-risiko yang bisa diterima.
Menurutmu begitu" tanya Haymitch. Pernyataan itu dibayangi ketulusan yang berlebihan, tapi ironi yang tersamar sering kali dihambur-hamburkan di 13.
Ya. Bagaimanapun, kita sudah lewat waktu untuk latihan keamanan Tingkat Lima, kata Coin. Mari kita mulai dengan penguncian. Coin mengetik dengan cepat, mengautorisasi keputusannya. Saat dia mengangkat kepalanya, latihan dimulai.
Ada dua kali latihan keamanan tingkat rendah sejak aku tiba di 13. Aku tidak terlalu ingat latihan pertama. Aku masih di unit perawatan intensif di rumah sakit dan seingatku pasien-pasien dibebaskan dari latihan, karena berbagai kerumitan ketika harus mengeluarkan kami untuk latihan lebih besar daripada manfaatnya. Samar-samar aku menyadari suara mekanis yang memerintahkan semua orang untuk berkumpul di zona kuning. Pada latihan kedua, latihan Tingkat Dua tujuannya adalah untuk menghadapi krisis-krisis minor seperti karantina sementara ketika penduduk diperiksa apakah mereka tertular wabah flu kami seharusnya kembali ke barak tempat tinggal kami. Aku tetap tinggal di belakang pipa di dalam ruang cuci, mengabaikan bunyi bip yang terus-menerus berdengung dari sistem audio, dan aku memperlihatkan laba-laba membangun sarangnya. Tak ada satu pun pengalaman yang sudah kulalui yang menyiapkanku mendengar sirene tanpa kata yang memekakkan telinga dan menyisipkan ketakutan yang sekarang merasuk di 13. Tak ada seorang pun yang bisa mengabaikan bunyi ini, yang sepertinya dirancang untuk membuat seluruh penduduk merasa panik. Tapi ini Distrik 13 dan hal semacam itu tidak terjadi.
Boggs mengarahkan aku dan Finnick keluar dari Ruang Komando, berjalan di sepanjang koridor menuju ambang pintu, dan ke arah tangga yang lebar. Aliran manusia dari berbagai jurusan bertemu membentuk sungai yang mengalir ke bawah. Tak ada seorang pun yang menjerit atau mencoba saling dorong. Bahkan anak-anak pun tak ada yang melawan. Kami turun, serombongan demi serombongan, tanpa bicara, karena tak ada satu kata pun yang bisa terdengar dalam bunyi keras melengking ini. Aku mencari ibuku dan Prim, tapi tak mungkin melihat siapa pun kecuali orang-orang yang ada di sekelilingku. Mereka bekerja di rumah sakit malam ini, jadi tak mungkin mereka melewatkan latihan ini.
Telingaku berdenging dan mataku terasa berat. Kami berada jauh di dalam tambang batu bara. Satu-satunya keuntungan berada semakin jauh di dalam perut bumi, semakin berkurang lengkingan sirene yang terdengar. Seakan mereka ingin mengusir kami dari permukaan, yang kurasa memang itulah tujuannya. Kelompok-kelompok manusia ini mulai memisahkan diri menuju pintu-pintu yang bertanda khusus namun Boggs masih terus membimbingku turun, sampai tangga akhirnya berada di ujung gua raksasa. Aku beranjak berjalan lurus tapi Boggs menghentikanku, menunjukkan padaku bahwa aku harus melambaikan jadwalku di depan alat pemindai agar keberadaanku bisa diketahui. Tak diragukan lagi informasi tersebut akan dicatat oleh komputer entah di mana untuk memastikan tak ada seorang pun yang menghilang.
Tempat ini sepertinya tidak jelas apakah buatan alam atau karya manusia. Beberapa bidang dindingnya terbuat dari batu, sementara tiang-tiang baja dan beton memperkuat bidang dinding yang lain. Tempat-tempat tidur dipampatkan ke dinding-dinding batu. Ada dapur, beberapa kamar mandi, dan pos P3K. Tempat ini dirancang untuk jadi tempat tinggal sementara.
Lambang-lambang berwarna putih dengan huruf-huruf dan angka-angka ditempatkan berjarak di sekeliling gua. Ketika Boggs memberitahu aku dan Finnick untuk melapor ke area yang sama dengan barak tempat tinggal kami dalam hal ini aku harus melapor ke E untuk kompartemen E Plutarch berjalan menghampiriku. Ah, kau di sini rupanya, katanya. Berbagai kejadian yang terjadi beberapa saat lalu sepertinya tidak berpengaruh pada suasana hati Plutarch. Dia masih riang gembira karena keberhasilan Beetee melakukan Serangan Siaran. Matanya tertuju pada hutan, bukan pada pepohonannya. Bukan pada hukuman terhadap Peeta atau pengeboman pada 13 yang tak terelakkan. Katniss, ini jelas saat yang buruk untukmu, dengan kemunduran yang terjadi pada Peeta, tapi kau perlu menyadari bahwa orang lain akan memperhatikanmu.
Apa" kataku. Aku tak percaya dia baru saja merendahkan kondisi Peeta yang gawat dengan menyebutnya sebagai kemunduran.
Orang-orang lain di bunker, mereka akan mengambil keputusan dalam bertindak darimu. Jika kau tenang dan berani, yang lain juga akan mencobanya. Kalau kau panik, kepanikanmu akan menyebar seperti kebakaran hutan, Plutarch menjelaskan. Aku cuma memandanginya. Api itu mudah tersulut, katanya, ia meneruskan, seakan aku ini lambat mencerna perkataannya.
Kenapa tidak sekalian aku pura-pura sedang di depan kamera, Plutarch" tanyaku.
Ya! Sempurna. Orang selalu lebih berani dengan adanya penonton, kata Plutarch. Lihat saja keberanian yang ditunjukkan Peeta!
Aku berusaha keras tidak menamparnya.
Aku harus kembali ke Coin sebelum penguncian. Kauteruskan kerjamu yang bagus itu! katanya, lalu berjalan pergi.
Aku menyeberangi ruangan menuju huruf E besar yang terpampang di dinding. Ruangan kami luasnya tiga setengah kali tiga setengah meter, berlantai batu dengan garis-garis yang dilukiskan di sana. Di dinding terpasang dua ranjang salah satu dari kami akan tidur di lantai dan di lantai ada kotak untuk tempat penyimpanan. Ada selembar kertas putih yang dilaminating bertuliskan PROTOKOL BUNKER. Tatapanku tak bisa lepas dari dua titik hitam di lembaran tersebut. Selama sesaat, pemandangan itu dikaburkan dengan tetesan darah yang tak bisa kuenyahkan dari pandanganku. Perlahan-lahan, kata-kata yang tertera di sana mulai bisa kubaca. Bagian pertama berjudul Saat Kedatangan.
1. Pastikan semua orang yang ada di Kompartemen-mu lengkap di sini.
Ibuku dan Prim belum tiba, tapi aku salah satu dari rombongan pertama yang tiba di bunker. Mereka berdua mungkin membantu memindahkan pasien-pasien rumah sakit.
2. Pergi ke Pos Persediaan dan ambil satu kantong persediaan untuk masing-masing orang yang ada di Kompartemen. Siapkan Area Tempat Tinggal. Kembalikan kantong-(kantong).
Mataku memandang sekeliling gua sampai aku menemukan letak Pos Persediaan, sebuah ruangan yang menjorok ke dalam dengan meja konter di depannya. Orang-orang menunggu di belakangnya, tapi belum tampak terlalu banyak kegiatan di sana. Aku berja
lan ke sana, memberikan huruf kompartemen kami, dan meminta tiga kantong. Seorang pria memeriksa selembar kertas, menarik kantong-kantong tertentu dari rak, dan menaruhnya di meja. Setelah memanggul satu kantong di punggungku dan menjinjing dua kantong lagi dengan kedua tanganku, aku berbalik dan melihat sekelompok orang sudah mengantre dengan cepat di belakangku. Permisi, kataku sambil membawa barang-barangku melewati orang-orang itu. Apakah ini cuma waktunya yang kebetulan" Atau apakah Plutarch betul" Apakah orang-orang ini meniru tindakanku"
Kembali ke tempatku, kubuka satu kantong dan di dalamnya kulihat matras tipis, perlengkapan tidur, dua pasang pakaian berwarna abu-abu, sikap gigi, sisir, dan senter. Setelah memeriksa isi kantong-kantong lain, aku menemukan satu-satunya perbedaan yang terlihat jelas adalah isi kantong ini berisi pakaian abu-abu dan putih. Pakaian berwarna putih untuk ibuku dan Prim, untuk berjaga-jaga jika mereka diperlukan untuk tugas medis. Setelah aku menata tempat tidur, menyimpan pakaian, dan mengembalikan kantong-kantong itu, aku tidak punya kegiatan selain membaca peraturan terakhir.
3. Menunggu instuksi lebih lanjut.
Aku duduk bersila di lantai untuk menunggu. Arus manusia mulai mengisi ruangan, mengambil kantong-kantong persediaan. Tidak lama kemudian tempat ini pun penuh. Aku penasaran apakah ibuku dan Prim akan tinggal di tempat mereka menaruh pasien. Tapi kurasa tidak. Nama mereka terdaftar di sini. Aku sudah mulai gelisah ketika kulihat ibuku muncul. Aku mencari ke belakang dan cuma melihat lautan manusia yang tak kukenal. Di mana Prim" tanyaku.
Bukannya dia ada di sini" jawabnya. Dia harusnya sudah turun kemari dari rumah sakit. Dia pergi sepuluh menit sebelum aku pergi. Di mana dia" Ke mana dia pergi"
Kupejamkan mataku rapat-rapat selama beberapa saat, mengikuti jejaknya sebagaimana aku melacak binatang buruan. Melihatnya bereaksi mendengar sirene, bergegas membantu pasien, mengangguk ketika mereka mengarahkannya untuk turun ke bunker, lalu dia ragu-ragu di tangga. Sejenak tampak bingung. Tapi kenapa"
Mataku langsung terbuka. Kucing! Dia mencarinya!
Oh, tidak, kata ibuku. Kami sama-sama tahu bahwa aku benar. Kami bergerak mendorong arus manusia yang masuk, berusaha keluar dari bunker, jauh di depan, aku bisa melihat mereka bersiap-siap menutup pintu logam yang tebal. Perlahan-lahan memutar roda besi pada setiap sisi ke dalam. Entah bagaimana aku tahu sekalinya pintu itu tertutup, tak ada apa pun di dunia ini yang bisa meyakinkan para tentara ini untuk membukanya. Mungkin bahkan itu di luar kendali mereka. Tanpa pandang bulu aku segera mendorong orang-orang untuk minggir sambil aku berteriak pada para tentara itu untuk menunggu. Ruang antara pintu itu menyempit hingga semeter, tiga puluh sentimeter, hingga tinggal beberapa inci yang tersisa ketika aku menyelipkan tanganku di celah pintu.
Buka pintu! Biarkan aku keluar! teriakku.
Kekuatiran terlukis di wajah para tentara ketika mereka memutar roda pintu agar makin membuka. Tak cukup celah untuk aku lewat, tapi cukup untuk mencegah jemariku remuk. Aku mengambil kesempatan untuk menyelipkan bahuku di celah pintu. Prim! aku berteriak ke arah tangga. Ibuku memohon pada para penjaga ketika aku berusaha menyelipkan tubuhku keluar. Prim!
Lalu aku mendengarnya. Bunyi samar langkah-langkah kaki di tangga. Kami datang! aku mendengar suara adikku.
Tahan pintunya! Suara Gale.
Mereka datang! aku memberitahu pada penjaga dan mereka membuka pintu hingga celahnya berjarak semeter. Tapi aku tak berani bergerak takut mereka akan mengunci kami di luar sampai Prim muncul, kedua pipinya merah karena habis berlari, memeluk Buttercup. Kutarik dia masuk dan Gale ikut di belakangnya, memutar tas besar menyamping agar bisa masuk ke bunker. Pintu-pintu menutup dengan bunyi keras dan mantap.
Apa yang kaupikirkan" Kuguncang-guncang tubuh Prim dengan marah lalu kupeluk dia, membuat Buttercup terjepit di antara kami.
Prim sudah siap memberi penjelasan. Aku tak bisa meninggalkannya, Katniss. Tidak untuk kedua kalinya. Kau harus melihatn
ya mondar-mandir di kamar dan melolong. Dia kembali untuk melindungi kita.
Oke. Oke. Kuambil napas beberapa kali untuk menenangkan diri, melangkah mundur, dan kuangkat Buttercup dengan menjepit tengkuknya. Seharusnya kau kutenggelamkan saat aku punya kesempatan. Kedua telinganya merapat dan dia mengeluarkan cakarnya. Aku mendesis padanya sebelum Buttercup mendesis padaku, yang sepertinya membuat dia sedikit kesal, karena dia menganggap desisan adalah cara pribadinya untuk menghinaku. Sebagai balasannya, dia mengeong pasrah sehingga membuat adikku langsung membelanya.
Oh, Katniss, jangan menggodanya, kata Prim, dan mengambil Buttercup kembali ke pelukannya. Dia sudah terlalu gelisah.
Pemikiran bahwa aku sudah melukai perasaan kucing kecil yang kasar malah membuatku terpancing menggodanya. Tapi Prim tampak sungguh-sungguh mencemaskannya. Aku membayangkan bulu Buttercup jadi bahan sepasang sarung tangan, bayangan yang membantuku menghadapi kucing itu selama bertahun-tahun. Oke, maaf. Tempat kita di bawah huruf E besar di dinding. Lebih baik kita menaruhnya sebelum dia gelisah lagi, Prim bergegas lagi dan aku berhadapan dengan Gale. Dia memegangi kotak persediaan medis dari dapur kami di 12. Tempat terakhir kami ngobrol, berciuman, berjauhan, entahlah. Tas berburuku tersampir di bahunya.
Jika Peeta benar, tempat ini tak punya kesempatan melawan, katanya.
Peeta. Darah seperti tetesan air hujan di jendela. Seperti lumpur basah di sepatu bot.
Terima kasih untuk... segalanya. Aku mengambil barang kami. Apa yang kaulakukan di kamar kami"
Hanya memeriksa ulang, katanya. Kami ada di Empat-Puluh-Tujuh jika kau membutuhkanku.
Hampir semua orang kembali ke tempat mereka ketika pintu ditutup, jadi aku menyeberang menuju rumah baru kami dengan paling tidak lima ratus pasang mata mengawasiku. Aku berusaha tampil ekstratenang untuk menggantikan kepanikanku menyeruduk orang banyak tadi. Seolah-olah ketenanganku bisa menipu banyak orang. Cuma sampai di situ saja kemampuanku menjadi panutan. Oh, lagi pula siapa yang peduli" Mereka juga sudah menganggapku sinting. Seorang pria, yang seingatku kudorong sampai jatuh ke lantai, menoleh bertatapan dengan mataku sambil mengelus sikunya dengan kesal. Aku nyaris mendesis padanya.
Prim menaruh Buttercup di ranjang bawah, terbungkus selimut hingga hanya wajahnya yang kelihatan. Dia suka diperlakukan seperti ini saat ada petir, satu-satunya hal yang membuatnya takut. Ibuku menaruh kotaknya dengan hati-hati di tempat penyimpanan. Aku berjongkok, dengan punggung menempel pada dinding, melihat apa yang berhasil diselamatkan Gale dari tas berburuku. Buku tanaman, jaket berburuku, foto pernikahan orangtuaku, dan barang-barang pribadi dari laciku. Pin mockingjay-ku sekarang hidup di pakaian Cinna, tapi ada bandul emas dan parasut perak dengan alat sadap dan mutiara Peeta. Aku menggelungkan mutiara ke tepian parasut, menaruhnya ke pojok di dalam tas berburuku, seakan mutiara itu adalah hidup Peeta dan tak ada seorang pun yang bisa merenggut nyawanya selama aku bisa menjaganya.
Bunyi sirene yang samar itu terputus mendadak. Suara Coin terdengar melalui sistem audio distrik, berterima kasih pada kami semua atas kegiatan evakuasi yang patut dicontoh. Dia menekankan bahwa ini bukan latihan, karena Peeta Mellark, pemenang dari Distrik 12 mungkin sudah menyatakan di televisi bahwa akan ada serangan di 13 malam ini.
Pada saat itulah bom pertama menghantam kami. Benturan yang awalnya dirasakan diikuti ledakan yang bergaung di bagian dalam tubuhku, mengguncang isi perutku, ke sumsum tulangku, dan akar-akar gigiku. Kami semua bakal mati, pikirku. Aku langsung mendongak, mengira bakal melihat retakan besar di langit-langit, dan batu-batu besar berjatuhan menimpa kami, tapi bunker ini hanya bergetar sedikit. Lampu padam dan aku merasa kehilangan orientasi karena kegelapan total. Suara-suara manusia yang tak berbicara pekikan-pekikan spontan, napas-napas memburu, rengekan bayi, satu tawa yang terdengar sedikit gila bergelora dalam udara yang berat. Kemudian terdengar dengungan generator, cahaya lampu
remang-remang menggantikan cahaya benderang yang biasanya ada di 13. Suasananya mirip dengan rumah-rumah kami di 12, ketika lilin-lilin dan api memberikan cahaya temaram pada malam musim dingin.
Aku mendekati Prim dalam cahaya remang ini, menangkupkan tanganku di kakinya, dan menarik tubuhku ke atasnya. Suaranya tetap tenang ketika dia membujuk Buttercup. Tidak apa-apa, Sayang, tidak apa-apa. Kita akan baik-baik saja di sini.
Ibuku memeluk kami berdua. Aku membiarkan diriku jadi anak-anak lagi selama sesaat dan menyandarkan kepalaku di bahu ibuku. Ini tidak seperti bom di Delapan, kataku.
Mungkin rudal bunker, kata Prim, menjaga suaranya tetap tenang demi kucingnya. Kami mempelajarinya pada saat orientasi warga baru. Rudal-rudal itu dirancang menembus ke dalam tanah sebelum meledak. Karena tak ada gunanya mengebom permukaan Tiga Belas.
Nuklir" tanyaku, dan rasa dingin menjalar di sekujur tubuhku.
Belum tentu, kata Prim. Ada bom yang memang kekuatannya besar. Tapi... kurasa bisa jadi juga nuklir.
Kegelapan ini membuatku sulit melihat pintu-pintu logam berat di ujung bunker. Apakah pintu itu bisa melindungi kami dari serangan nuklir" Bahkan jika pintu itu seratus persen efektif tahan terhadap radiasi, yang kemungkinan besar tidak bisa, apakah kami bisa meninggalkan tempat ini" Memikirkan bahwa aku harus menghabiskan sisa hidupku di ruang batu ini membuatku ngeri. Aku ingin berlari menerjang pintu dan menuntut dibebaskan menuju apa pun yang ada di atas sana. Tapi tak ada gunanya. Mereka takkan pernah mengizinkanku keluar, dan aku mungkin bisa memulai kekalapan yang membuat manusia saling menginjak.
Kita amat jauh di dalam tanah, aku yakin kita aman, kata ibuku menghiburku. Apakah dia memikirkan ayahku meledak berkeping-keping di dalam tambang" Waktunya mepet sekali tadi. Untunglah Peeta memiliki alat yang diperlukan untuk memberi peringatan pada kita.
Alat yang diperlukan. Istilah umum yang entah bagaimana memberikan segala yang diperlukannya untuk membunyikan alarm. Pengetahuan, kesempatan, keberanian. Dan sesuatu yang tak bisa kujelaskan. Sepertinya dalam benak Peeta ada semacam pertarungan, yang mendesaknya untuk menyampaikan pesan itu. Kenapa" Bakat terbesarnya adalah memanipulasi kata-kata. Apakah kesulitannya timbul karena dia disiksa" Atau yang lain lagi" Dia jadi gila, misalnya"
Suara Coin, yang terdengar lebih muram, terdengar di dalam bunker, volume suaranya berkeredap dengan cahaya lampu. Ternyata informasi dari Peeta Mellark benar dan kita berutang amat besar padanya. Alat-alat sensor menunjukkan rudal pertama bukanlah nuklir, tapi bom yang sangat kuat. Kita masih menanti bom selanjutnya. Selama serangan terjadi, semua penduduk harus tinggal di area mereka kecuali mendapat perintah lain.
Seorang tentara memberitahu ibuku bahwa dia diperlukan di pos P3K. Dia tampak enggan meninggalkan kami meskipun kami hanya berjarak tiga puluh meter jauhnya.
Kami akan baik-baik saja, sungguh, kataku padanya. Memangnya ada yang bisa melewati dia" Aku menunjuk Buttercup, yang memberikan desisan setengah hati, sehingga kami semua bisa sedikit tertawa. Bahkan aku pun merasa kasihan padanya. Setelah ibuku pergi, aku menyarankan pada adikku, Kenapa kau tidak naik saja ke ranjang dengannya, Prim"
Aku tahu ini konyol... tapi aku takut ranjangnya jatuh menimpa kita saat serangan, katanya.
Jika ranjangnya roboh, seluruh bunker ini pasti akan ambruk menimpa kami, tapi kuputuskan logika semacam ini takkan membantunya. Sebagai gantinya, aku membersihkan kotak penyimpanan dan membuat tempat tidur untuk Buttercup. Lalu aku memasang matras di depannya agar bisa kubagi menjadi tempat tidur berdua dengan adikku.
Kami mendapat kesempatan untuk menggunakan kamar mandi dan menyikat gigi secara bergiliran dalam kelompok-kelompok kecil, tapi kegiatan mandi dibatalkan untuk hari ini. Aku bergelung dengan Prim di matras, memakai selimut dobel karena gua ini memancarkan rasa dingin yang lembab. Buttercup, tetap tampak menderita meskipun Prim terus-menerus memperhatikannya, bergerak-gerak di kotaknya dan mengembuskan napas kuc
ingnya di wajahku. Walaupun kondisinya tidak menyenangkan, aku senang punya waktu bersama adikku. Kesibukanku sejak aku tiba di sini tidak, sejak Hunger Games pertama sebenarnya membuatku kurang memperhatikannya. Aku tidak menjaganya sebagaimana yang harusnya kulakukan, seperti yang dulu kulakukan. Selain itu, Gale-lah yang memeriksa kompartemen kami, bukan aku. Dan itu sesuatu yang harus kutebus.
Aku sadar bahwa aku tak pernah bertanya padanya tentang bagaimana dia mengatasi shock yang ditimbulkan karena datang kemari. Apakah kau menyukai Tiga Belas, Prim" tanyaku.
Sekarang" tanyanya. Kami berdua tertawa. Kadang-kadang aku sangat rindu rumah. Tapi lalu aku ingat tak ada yang tersisa di sana yang bisa kurindukan. Aku merasa lebih aman di sini. Kami tidak harus menguatirkanmu. Yah, yang pasti tidak dengan kekuatiran yang sama. Prim terdiam sejenak, lalu senyum terlintas di bibirnya. Kurasa mereka akan melatihku menjadi dokter.
Itu pertama kali aku mendengarnya. Ya, tentu saja. Mereka bodoh jika tidak melakukannya.
Mereka sudah mengawasiku ketika aku membantu di rumah sakit. Aku sudah mengambil kursus-kursus medis. Cuma hal-hal pemula. Aku sudah tahu banyak sejak di rumah. Tapi, tetap saja masih banyak yang harus dipelajari, kata Prim.
Bagus sekali, kataku. Prim jadi dokter. Dia bahkan tak bisa memimpikannya di 12. Sesuatu yang kecil dan tenang, seperti korek api yang tersulut, menyalakan cahaya dalam diriku. Inilah jenis masa depan yang bisa dihasilkan dari pemberontakan.
Bagaimana denganmu, Katniss" Bagaimana kau menghadapinya" Ujung jari Prim bergerak mengelus bagian di antara kedua mata Buttercup. Dan jangan bilang kau baik-baik saja.
Memang benar. Apa pun kebalikan dari baik-baik saja, di situlah kondisiku sekarang. Jadi aku bercerita padanya tentang Peeta, keadaannya yang memburuk di layar televisi, dan bagaimana mereka pasti membunuhnya saat ini. Buttercup harus bisa sendirian saat ini karena Prim mengalihkan perhatian sepenuhnya padaku. Dia menarikku mendekat, jemarinya menyisir rambut di belakang telingaku. Aku berhenti bicara karena sesungguhnya tak ada lagi yang bisa kubicarakan dan ada rasa sakit yang menusuk di tempat jantungku berada. Mungkin aku mengalami serangan jantung, tapi aku tak merasa patut menyebutnya.
Katniss, kurasa Presiden Snow takkan membunuh Peeta, katanya. Tentu saja, dia mengatakan hal ini; dia pikir apa yang dikatakannya akan membuatku tenang. Tapi kalimat selanjutnya dari Prim mengejutkanku. Jika dia membunuhnya, dia tak punya lagi orang yang kauinginkan. Dia takkan punya cara untuk menyakitimu.
Mendadak, aku teringat pada gadis lain, seseorang yang sudah melihat segala kekejian yang ditawarkan Capitol. Johanna Mason, peserta dari Distrik 7 di arena terakhir. Aku berusaha mencegahnya masuk ke hutan, di sana ada burung-burung jabberjay yang bisa meniru suara orang-orang yang kita sayangi dalam keadaan tersiksa, tapi dia menepis peringatanku dan berkata, Mereka tak bisa menyakitiku. Aku tidak seperti kalian. Tak ada seorang pun yang tersisa yang kucintai.
Saat itulah aku tahu Prim benar, Snow tak bisa menghabisi Peeta, terutama sekarang. Ketika Mockingjay menimbulkan banyak malapetaka. Dia sudah membunuh Cinna. Menghancurkan rumahku. Keluargaku, Gale, bahkan Haymitch tak terjangkau olehnya. Peeta satu-satunya yang dia miliki.
Jadi menurutmu apa yang akan mereka lakukan terhadapnya" tanyaku.
Prim terdengar seperti orang yang berusia seribu tahun ketika dia bicara.
Apa pun yang diperlukan untuk menghancurkanmu.
BAB SEBELAS APA yang akan menghancurkanku"
Ini pertanyaan yang menggerogotiku selama tiga hari berikutnya ketika kami menunggu untuk dilepaskan dari penjara yang mengamankan kami. Apa yang akan menghancurkanku hingga berkeping-keping hingga aku tak lagi bisa bangkit, tak lagi berguna" Aku tak memberitahu siapa pun tentang kegundahan hatiku ini, tapi hal ini terus menggerogoti hari-hariku dan merayap ke dalam mimpi-mimpi burukku.
Empat rudal bunker jatuh selama masa perlindungan ini, semuanya berkekuatan besar, sangat merusak, tapi serangan itu tak mendesak.
Bom-bom itu dijatuhkan dalam interval waktu yang panjang sehingga ketika kami mengira serangan berakhir, ledakan lain mengirimkan gelombang kejut hingga ke ulu hatimu. Rasanya bom ini lebih dirancang untuk membuat kami tetap terkunci dalam bunker daripada membinasakan 13. Melumpuhkan distrik. Membuat penduduknya sibuk agar bisa menjadikan tempat ini berfungsi lagi. Tapi menghancurkannya" Tidak, Coin benar tentang hal itu. Kau tak mau menghancurkan apa pun yang ingin kauperoleh di masa depan. Aku berasumsi bahwa yang mereka inginkan dalam jangka pendek adalah menghentikan Serangan-Serangan Siaran dan menjauhkanku dari televisi di Panem.
Kami tak mendapat informasi tentang apa yang terjadi selanjutnya. Layar-layar televisi kami tak pernah menyala, dan kami hanya memperoleh berita audio sesekali dari Coin tentang jenis bom-bom yang dijatuhkan. Jelas, perang masih berkobar, tapi soal keadaannya, kami sama sekali tak tahu apa-apa.
Di dalam bunker, kerja sama adalah perintah setiap harinya. Kami menaati jadwal yang ketat untuk makan dan mandi, olahraga dan tidur. Kami diberi sedikit waktu untuk bersosialisasi untuk menghilangkan kebosanan. Ruangan kami jadi sangat populer karena banyak anak-anak dan orang dewasa yang terpesona pada Buttercup. Kucing itu menjadi selebriti dengan permainannya pada malam hari yang disebut Kucing Gila. Aku menciptakan permainan ini tanpa sengaja beberapa tahun lalu, ketika rumah kami mati lampu pada musim dingin. Yang perlu dilakukan hanyalah menggoyangkan cahaya senter ke lantai, dan Buttercup akan berusaha menangkapnya. Aku menganggapnya terlalu konyol untuk kunikmati karena menurutku permainan ini membuatnya tampak bodoh. Tapi herannya, semua orang di sini menganggapnya pintar dan menyenangkan. Aku bahkan meminta baterai tambahan suatu pemborosan untuk digunakan dalam permainan ini. Penduduk di 13 teramat butuh hiburan.
Pada malam ketiga, saat kami bermain, pertanyaan yang menggangguku terjawab sudah. Kucing Gila jadi metafora situasiku. Aku Buttercup. Peeta, benda yang amat kuinginkan, adalah cahayanya. Selama Buttercup merasa dia punya kesempatan, menangkap cahaya yang selalu bergerak kabur dengan cakarnya, dia siap berperang. (Itulah keadaanku sejak aku meninggalkan arena, dengan Peeta dalam keadaan hidup.) Saat lampu padam, selama beberapa saat Buttercup tampak gelisah dan bingung, tapi dia kemudian pulih lalu melakukan kegiatan-kegiatan lain. (Itulah yang akan terjadi jika Peeta tewas.) Tapi satu hal yang membuat Buttercup bersemangat adalah ketika aku menyalakan senter tapi membuatnya tanpa harapan untuk bisa menjangkau cahaya tersebut, jauh tinggi di dinding, tak bisa dicapai dengan lompatannya. Dia belari di bawah dinding, melolong, dan tak bisa ditenangkan atau dialihkan perhatiannya. Dia tak berguna sampai aku memadamkan senter. (Itulah yang berusaha dilakukan Snow padaku sekarang, hanya saja aku tak tahu jenis permainan apa yang dilakukannya.)
Mungkin kesadaran macam inilah yang diperlukan Snow. Sudah buruk bagiku memikirkan bahwa Peeta jadi miliknya sekarang dan disiksa untuk mendapat informasi tentang pemberontak. Tapi memikirkan bahwa dia sengaja disiksa untuk membuatku tak berdaya tak mampu kutanggung rasanya. Saat menyadari semua inilah pertahananku mulai hancur.
Setelah Kucing Gila, kami diarahkan ke tempat tidur. Lampu hidup dan mati tak menentu; kadang-kadang lampu menyala terang benderang, kadang-kadang kami harus menyipitkan mata untuk bisa melihat dalam keremangan. Pada jam tidur mereka memadamkan lampu hingga nyaris gelap total dan menyalakan lampu-lampu jaga di masing-masing tempat tidur. Prim, yang memutuskan bahwa dinding ini akan bertahan, bergelung bersama Buttercup di ranjang bagian bawah. Ibuku mengambil ranjang atas. Aku menawarkan diri untuk tidur di ranjang tapi mereka membuatku tidur di matras di lantai karena aku sering bergerak-gerak saat tidur.
Aku tidak bergerak-gerak sekarang, semua ototku kaku karena tegang berusaha menguatkan diri. Rasa sakit di hatiku kembali lagi, dan dari sana kubayangkan ada retakan kecil yang menyebar ke seluruh tubuhku. Menembus d
adaku, turun ke kedua lengan dan kakiku, lalu wajahku, menyisakan retakan di sepanjang jalur yang dilewatinya. Satu hantaman lagi dari rudal bunker dan aku bisa pecah jadi serpihan tajam berkeping-keping.
Ketika kebanyakan orang yang resah gelisah sudah tidur, dengan hati-hati aku melepas selimutku dan berjingkat-jingkat berjalan di gua sampai aku menemukan Finnick, merasa bahwa entah karena alasan apa dia akan mengerti. Dia duduk di bawah lampu jaga di ruangannya, menjalin talinya, bahkan tak berpura-pura tidur. Ketika aku berbisik padanya tentang rencana Snow untuk menghancurkanku, aku tersadar. Strategi ini bukan berita baru buat Finnick. Inilah yang menghancurkannya.
Ini yang mereka lakukan padamu dengan Annie, kan"
Yah, yang jelas mereka tidak menangkapnya karena mereka pikir dia bisa menjadi sumber informasi, katanya. Mereka tahu aku tak pernah mengambil risiko dengan memberitahunya apa pun. Demi keamanannya sendiri.
Oh, Finnick. Aku minta maaf, kataku.
Tidak, aku yang minta maaf. Karena tidak memperingatkanmu, Finnick memberitahuku.
Tiba-tiba, sebuah kenangan muncul. Aku terikat di ranjang, kalap karena marah dan sedih sehabis diselamatkan. Finnick berusaha menenangkanku tentang Peeta. Mereka pasti segera tahu dia tidak tahu apa-apa. Dan mereka tidak akan membunuhnya jika mereka pikir mereka bisa memanfaatkannya untuk mendapatkanmu.
Kau sudah memperingatkanku kok. Di pesawat ringan. Hanya saja ketika kau bilang mereka akan memanfaatkan Peeta untuk mendapatkanku, kupikir maksudmu adalah menjadikannya sebagai umpan. Entah bagaimana memancingku untuk datang ke Capitol, kataku.
Seharusnya aku tidak bicara seperti itu. Sudah terlambat untuk membantumu. Karena aku tidak memperingatkanmu sebelum Quarter Quell, seharusnya aku tidak membocorkan cara kerja Snow. Finnick menarik ujung talinya, dan ikatan yang rumit langsung menjadi tali yang lurus lagi. Aku cuma tidak mengerti ketika aku bertemu denganmu. Setelah Hunger Games pertamamu kupikir semua urusan asmara itu cuma akting bagimu. Kami berharap kau meneruskan strategi itu. Tapi baru pada saat Peeta menghantam medan gaya dan nyaris tewas aku... Finnick tampak ragu-ragu.
Kupikirkan kembali kejadian di arena. Bagaimana aku menangis ketika Finnick menghidupkan Peeta kembali. Wajah bingung Finnick. Caranya menerima keanehan tingkah lakuku, menyalahkannya pada kehamilan pura-puraku. Kau apa"
Aku salah menilaimu. Kau memang mencintainya. Aku tidak tahu dengan cara apa kau mencintainya. Mungkin kau sendiri tidak tahu. Tapi siapa pun yang memperhatikanmu bisa melihat betapa kau amat menyayanginya. kata Finnick lembut.
Siapa pun" Pada kunjungan Snow sebelum Tur Kemenangan, dia menantangku untuk menghapus keraguan apa pun tentang cintaku pada Peeta. Yakinkan aku, kata Snow. Sepertinya, di bawah langit merah jambu yang panas dan Peeta berada di alam hidup dan mati, akhirnya aku melakukannya. Dan setelah melakukannya, aku memberinya senjata yang dia perlukan untuk menghancurkanku.
Aku dan Finnick duduk lama dalam keheningan, memperhatikan ikatan terbentuk dan menghilang, sebelum aku bisa bertanya, Bagaimana kau bisa bertahan"
Finnick memandangku tak percaya. Aku tak bisa, Katniss. Jelas, aku tidak bisa. Aku menyeret diriku keluar dari mimpi buruk setiap pagi dan ternyata pada saat bangun pun aku tidak menemukan kelegaan. Ada sesuatu di ekspresi wajahku yang menghentikan Finnick. Lebih baik tidak menyerah. Butuh kekuatan sepuluh kali lipat untuk bisa menguatkan diri dibandingkan untuk gagal.
Yah, Finnick pasti tahu benar. Aku mengambil napas dalam-dalam, memaksa diriku kembali utuh.
Semakin kau bisa mengalihkan perhatianmu, semakin baik, katanya. Besok pagi-pagi sekali, kita cari tali untukmu. Untuk malam ini, ambil taliku.
Malam itu kuhabiskan di matras dengan membuat ikatan tanpa henti, mengangkatnya di depan Buttercup untuk dia periksa. Jika ada tali yang tampak mencurigakan, dia akan menariknya dari udara dan mengigitinya beberapa kali untuk memastikan tali itu sudah mati. Ketika pagi tiba, jari-jariku sakit, tapi aku masih bertahan.
Setelah mel ewati 24 jam dengan tenang, Coin akhirnya mengumumkan bahwa kami boleh meninggalkan bunker. Kamar-kamar lama kami pasti sudah hancur kena bom. Semua orang harus mengikuti dengan tepat arahan menuju tempat tinggal yang baru. Kami membersihkan tempat tinggal kami, sebagaimana yang diperintahkan, lalu berbaris patuh menuju pintu.
Belum sampai separuh jalan, Boggs muncul dan menarikku dari barisan. Dia memberi kode pada Gale dan Finnick untuk bergabung bersama kami. Orang-orang minggir dan membiarkan kami lewat. Beberapa orang bahkan tersenyum padaku, sejak permainan Kucing Gila aku jadi lebih disukai. Keluar dari pintu, menaiki tangga, menyusuri lorong menuju salah satu elevator yang bisa bergerak ke banyak arah, hingga akhirnya kami tiba di Pertahanan Khusus. Tak ada yang rusak di jalan yang kami lewati, tapi kami berada jauh di dalam tanah.
Boggs mengantar kami menuju ruangan yang amat mirip dengan Ruang Komando. Coin, Plutarch, Haymitch, Cressida, dan semua orang yang ada di ruangan tersebut tampak kelelahan. Seseorang akhirnya menyeduh kopi meskipun aku yakin kopi dianggap sebagai perangsang energi dan Plutarch menangkupkan kedua tangannya ke sekeliling cangkir seakan cangkirnya bisa diambil kapan saja.
Tak ada basa-basi. Kami butuh kalian berempat bersiap-siap dan berada di atas tanah, kata sang presiden. Kalian punya dua jam untuk mengambil gambar yang menunjukkan kerusakan yang terjadi akibat pengeboman, menegaskan bahwa unit militer Tiga Belas tidak hanya berfungsi tapi juga berkuasa, dan yang terpenting Mockingjay masih hidup. Ada pertanyaan"
Bolehkah kami minum kopi" tanya Finnick. Cangkir-cangkir yang masih mengepulkan asap disodorkan ke arah kami. Aku memandang jijik kepada cairan hitam berkilau itu, tak pernah aku bisa menikmatinya, tapi aku berpikir kopi bisa membuatku tetap bangun. Finnick menuangkan sedikit krim ke dalam cangkirku dan mengambil mangkuk gula. Mau gula" tanyanya dengan suara merayunya yang dulu. Seperti itulah cara kami bertemu. Dikelilingi kuda-kuda dan kereta-kereta, kami sudah memakai kostum dan didandani untuk memuaskan penonton, sebelum kami menjadi sekutu. Sebelum aku tahu apa yang membuatnya terpancing. Kenangan itu membuatku tersenyum. Ini, rasanya lebih enak, katanya dengan suara biasa, sambil mencemplungkan tiga potong gula ke cangkirku.
Ketika aku naik untuk memakai pakaian Mockingjay, aku sempat menangkap lirikan Gale yang memandangku dan Finnick dengan tatapan tidak senang. Apa lagi sekarang" Apakah dia pikir ada apa-apa di antara kami" Mungkin dia melihatku ke tempat Finnick tadi malam. Aku melewati ruang keluarga Hawthorne. Kurasa itu yang membuatnya salah paham. Aku mencari Finnick untuk minta ditemani olehnya, bukan mencari Gale. Baiklah. Jemari perih kena tali, mataku nyaris tidak bisa terbuka, dan kru kamera menungguku untuk melakukan sesuatu yang brilian. Dan Snow menahan Peeta. Gale boleh berpikir sesuka hatinya.
Di Ruang Tata Ulang yang baru dalam Pertahanan Khusus ini, tim persiapanku memakaikan baju Mockingjay, mengatur rambutku, dan memoles wajahku dengan makeup bahkan sebelum kopiku dingin. Dalam sepuluh menit, para pemain dan kru propo berikutnya berjalan memutar menuju dunia luar. Kuhirup kopiku sepanjang perjalanan, dan kudapati bahwa krim dan gula memang membuatnya makin enak. Saat minumanku sampai ke ampas yang ada di bagian bawah cangkir, aku merasakan sedikit semangat yang mengalir di dalam nadiku.
Setelah menaiki anak tangga terakhir, Boggs memukul pengungkit yang menbuka pintu jebak. Udara segar mengalir masuk. Kuhirup dalam-dalam udara itu dan untuk pertama kalinya kubiarkan diriku merasakan betapa bencinya aku pada bunker. Kami masuk ke dalam hutan, dan ketika tanganku menyentuh daun-daun yang ada di atas kepala kami. Sebagian daun mulai berubah warna. Tanggal berapa sekarang" tanyaku tidak pada siapa-siapa. Boggs memberitahuku bahwa minggu depan sudah masuk bulan September.
September. Itu artinya Snow sudah menahan Peeta selama lima, mungkin enam minggu. Kuperhatikan dengan saksama daun di telapak tanganku dan kulihat tanganku mulai gemetar. Ak
u tak bisa memaksa diriku untuk berhenti gemetar. Aku menyalahkan kopi yang kuminum sebagai penyebabnya dan berusaha memusatkan perhatian untuk memperlambat napasku, yang terlalu cepat untuk gerakan langkahku saat ini.
Puing-puing mulai mengotori tanah di hutan. Kami menemukan kawah bom pertama, lebarnya sekitar tiga puluh meter dan aku tidak tahu seberapa dalamnya. Sangat dalam pastinya. Boggs mengatakan siapa pun yang berada dalam sepuluh tingkat pertama pasti tewas. Kami menyusuri lubang besar itu, lalu melanjutkan perjalanan.
Bisakah kalian membangunnya lagi" tanya Gale.
Tidak dalam waktu dekat. Bom itu tidak menimbulkan banyak kerugian. Hanya beberapa generator cadangan dan peternakan ayam, kata Boggs. Akan kita tutup saja lubang itu.
Pohon-pohon menghilang ketika kami memasuki wilayah di dalam pagar. Kawah-kawah bom diisi dengan campuran reruntuhan puing lama dan baru. Sebelum pengeboman, sangat sedikit bangunan di atas tanah di 13. Beberapa pos jaga. Area latihan. Tempatnya sekitar tiga meter di bagian paling atas gedung kami tempat jendela Buttercup melongok keluar dengan beberapa meter bangunan besi di atasnya. Terlihat bahwa serangan paling ringan pun takkan bisa ditahan oleh bangunan itu.
Berapa lama selisih waktu sejak anak itu memberi peringatan" tanya Haymitch.
Sekitar sepuluh menit sebelum sistem kami mendeteksi serangan rudal, kata Boggs.
Tapi peringatan itu membantu, kan" tanyaku. Aku takkan sanggup mendengarnya jika dia menjawab tidak.
Tentu saja, sahut Boggs. Evakuasi penduduk sipil sudah selesai. Setiap detik sangat berarti ketika kau diserang. Sepuluh menit berarti banyak nyawa yang berhasil diselamatkan.
Prim, pikirku. Dan Gale. Mereka ada di bunker hanya beberapa menit sebelum rudal pertama menghantam kami. Peeta mungkin sudah menyelamatkan mereka. Tambahkan itu pada daftar utangku yang tak pernah habis pada Peeta.
Cressida punya ide untuk merekamku di depan reruntuhan Gedung Pengadilan lama, yang sekalian jadi lelucon karena Capitol menggunakan gedung itu sebagai latar belakang siaran palsu selama bertahun-tahun, untuk menunjukkan bahwa distrik 13 tak ada lagi. Kini, dengan serangan yang baru-baru ini dilakukan, Gedung Pengadilan berada sepuluh meter jauhnya dari ujung kawah bom yang baru.
Ketika kami mendekati bagian yang dulunya adalah pintu masuk utama, Gale menunjuk sesuatu dan semua orang memperlambat langkahnya. Mulanya aku tidak tahu apa masalahnya, lalu kulihat di tanah ada taburan bunga mawar merah dan pink yang masih segar. Jangan sentuh! aku berteriak. Bunga-bunga ini ditujukan untukku!
Hidungku mencium bau yang memuakkan, dan jantungku mulai berdebar keras. Jadi aku tidak cuma membayangkannya. Bunga mawar di meja riasku. Di depanku ada kiriman kedua dari Snow. Bunga-bunga mawar indah bertangkai panjang berwarna merah dan pink, jenis bunga yang menghiasi panggung tempat aku dan Peeta melakukan wawancara setelah kemenangan kami. Bunga-bunga itu tidak untuk satu orang, tapi untuk sepasang kekasih.
Aku memberi penjelasan sebaik mungkin pada yang lain. Setelah diperiksa, bunga-bunga itu tampaknya tidak berbahaya, cuma bunga-bunga yang merupakan hasil rekayasa genetika. Dua lusin bunga mawar. Agak layu. Kemungkinan besar ditaruh setelah pengeboman terakhir. Kru dengan pakaian khusus mengambil bunga-bunga itu dan membawanya pergi. Aku yakin mereka takkan menemukan keanehan di bunga-bunga tersebut. Snow tahu benar apa yang dilakukannya terhadapku. Seperti ketika dia menghajar Cinna sampai babak belur sementara aku hanya bisa memandanginya dari tabung peserta. Sengaja dirancang untuk membuatku tak berdaya.
Seperti saat itu, aku berusaha mengerahkan tenaga dan melawan. Tapi karena Cressida sudah menyuruh Castor dan Pollux, aku merasa kegelisahanku makin bertambah. Aku sangat lelah, sangat tegang, dan tak bisa memikirkan hal lain selain Peeta sejak aku melihat bunga mawar itu. Kopi adalah kesalahan besar. Aku butuh pemicu lagi. Tubuhku sudah gemetar hebat dan napasku pun tersengal-sengal. Setelah berhari-hari di bunker, aku menyipitkan mata ke arah mana pun aku memandang, dan
cahaya rasanya menyakitkan. Bahkan dalam udara sejuk saat ini, keringat menetes membasahi wajahku.
Jadi, apa tepatnya yang kaubutuhkan dariku" tanyaku.
Hanya beberapa kalimat singkat yang menunjukkan kau masih hidup dan masih berjuang, kata Cressida.
Baiklah. Aku mengambil posisi lalu memandang titik merah di kamera. Memandanginya. Terus memandanginya. Maaf, aku tidak punya kata-kata.
Cressida menghampiriku. Kau baik-baik saja" Aku mengangguk. Dia mengambil kain dari sakunya dan menepuk-nepuk pelan keringat di wajahku. Bagaimana jika kita lakukan tanya-jawab"
Yeah. Kurasa, itu bisa membantu. Kusilangkan kedua tanganku di depan dada untuk menyembunyikan gemetarku. Aku menoleh memandang Finnick, yang mengangkat dua jempolnya padaku. Tapi dia juga tampak gemetar.
Cressida kembali ke posisinya sekarang. Jadi, Katniss. Kau selamat dari pengeboman di Tiga Belas. Bagaimana kau membandingkannya dengan apa yang kaualami di Delapan"
Kami berada jauh di dalam tanah kali ini, jadi tak ada bahaya yang nyata. Tiga Belas masih hidup dan baik, demikian juga aku... Suaraku mendadak terpotong hingga terdengar seperti mencicit.
Coba ucapkan kalimat itu lagi, kata Cressida. Tiga Belas hidup dan baik, demikian juga aku.
Aku mengambil napas dalam-dalam, berusaha memaksa udara masuk ke dalam diafragmaku. Tiga Belas hidup dan... Tidak, kedengarannya salah.
Berani sumpah aku masih bisa mencium bau bunga mawarnya.
Katniss, hanya satu kalimat ini dan kau selesai untuk hari ini. Aku janji, kata Cressida. Tiga Belas hidup dan baik, demikian juga aku.
Aku menggoyang-goyangkan kedua tanganku supaya bisa lebih santai. Memukul-mukulkan tinjuku ke pahaku. Lalu aku berdiri dengan kedua tangan di samping tubuhku. Ludah mengisi mulutku dalam tingkat yang tak masuk akal dan aku merasakan muntah mendesak pangkal leherku. Aku menelan ludah dengan susah payah dan membuka mulut agar aku bisa mengucapkan kalimat bodoh itu lalu kembali bersembunyi di hutan dan pada saat itulah aku mulai menangis.
Tidak mungkin menjadi Mockingjay. Tidak mungkin aku mengucapkan satu kalimat singkat ini. Karena sekarang aku tahu segala yang kukatakan akan dilampiaskan langsung ke Peeta. Mengakibatkan dirinya disiksa. Tapi tidak mengantarnya menuju kematian, mereka tidak sampai semurah hati itu. Snow akan memastikan bahwa hidup Peeta jauh lebih buruk daripada kematian.
Cut, aku mendengar suara pelan Cressida.
Ada apa dengannya" bisik Plutarch.
Dia sudah tahu bagaimana cara Snow memanfaatkan Peeta, kata Finnick.
Terdengar semacam desah penyesalan dari orang-orang yang membentuk setengah lingkaran di depanku. Karena aku mengetahuinya sekarang. Karena tak mungkin aku bisa tak mengetahuinya lagi sejak saat ini. Karena, di balik kerugian militer karena kehilangan Mockingjay, aku tak pernah bisa utuh lagi.
Beberapa pasang tangan memelukku. Tapi akhirnya, satu-satunya orang yang kuinginkan untuk menghiburku adalah Haymitch, karena dia juga menyayangi Peeta. Aku mengulurkan tanganku padanya dan mengucapkan sesuatu seperti namanya dan Haymitch ada di sana, memelukku dan mengusap-usap punggungku. Tidak apa-apa. Tidak apa-apa, sweetheart. Dia mendudukkanku di patahan pilar marmer dan terus merangkulku sementara aku terisak.
Aku tak bisa melakukan ini lagi, kataku.
Aku tahu, katanya. Yang terpikir olehku adalah apa yang akan dilakukannya pada Peeta karena akulah Mockingjay! kataku.
Aku tahu. Haymitch mempererat rangkulannya.
Kaulihat, kan" Bagaimana anehnya dia" Apa yang mereka lakukan padanya" Aku berusaha mengambil napas di antara isakanku, tapi aku berhasil mengucapkan satu kalimat terakhir. Ini salahku! Kemudian aku berubah jadi histeris dan ada jarum di lenganku, lalu dunia pun lenyap.
Apa pun yang mereka suntikkan ke tubuhku pasti kuat sekali dosisnya karena butuh waktu sehari penuh hingga aku sadarkan diri. Tapi tidurku tidaklah tenang. Aku merasa keluar dari dunia yang gelap dengan tempat-tempat berhantu yang kulalui seorang diri. Haymitch duduk di kursi samping tempat tidurku, kulitnya kusam, matanya merah. Aku teringat Peeta dan tubuhku pu
n mulai gemetar. Haymitch mengulurkan tangannya dan meremas bahuku. Sudah, tidak apa-apa. Kita akan berusaha mengeluarkan Peeta.
Apa" Kalian itu tidak masuk akal.
Plutarch mengirim tim penyelamat. Dia masih punya orang-orang di dalam. Menurutnya, kita bisa menyelamatkan Peeta hidup-hidup, kata Haymitch.
Kenapa kita tidak melakukannya sebelum ini" kataku.
Karena mahal. Tapi semua orang sependapat bahwa ini hal benar yang harus dilakukan. Ini pilihan yang sama yang kami buat di arena. Melakukan apa pun yang diperlukan untuk membuatmu terus melanjutkan perjuangan. Kami tidak bisa kehilangan Mockingjay sekarang. Dan kau tidak bisa tampil kecuali kau tahu Snow tak bisa melampiaskannya pada Peeta. Haymitch menyodorkan cangkir. Ini, minumlah.
Perlahan-lahan aku bangun dan menyesap air minum. Apa maksudmu mahal tadi"
Dia mengangkat bahu. Penyamaran-penyamaran akan terbongkar. Ada orang-orang yang mungkin bisa tewas. Tapi ingatlah mereka juga bisa mati setiap hari. Dan tidak hanya Peeta; kita juga akan membebaskan Annie untuk Finnick.
Di mana Finnick" Di balik layar pemisah itu, tidur dalam keadaan terbius. Dia jadi kacau setelah kami membuatmu pingsan, kata Haymitch. Aku tersenyum sedikit, tidak merasa selemah tadi. Yeah, suntikannya benar-benar ampuh. Kalian berdua kacau otaknya dan Boggs mengatur misi penyelamatan Peeta. Secara resmi kita hanya bisa memutar ulang tayangan yang kita miliki.
Baguslah jika Boggs yang memimpin, kataku.
Oh, dia memang hebat. Tugas ini terbatas untuk sukarelawan saja, tapi dia pura-pura tidak memperhatikan tanganku yang melambai-lambai di udara, kata Haymitch. Paham, kan" Dia sudah menunjukkan penilaian yang baik.
Ada sesuatu yang salah. Haymitch berusaha terlalu keras untuk menghiburku. Ini benar-benar bukan gayanya. Jadi, siapa lagi yang mengajukan diri jadi sukarelawan"
Kurasa semuanya ada tujuh orang, katanya menghindar.
Perasaanku mulai tidak enak. Siapa lagi, Haymitch" aku berkeras.
Haymitch akhirnya tidak lagi berpura-pura manis. Kau tahu siapa lagi, Katniss. Kau tahu siapa yang mengajukan diri pertama kali.
Tentu saja aku tahu. Gale. BAB DUA BELAS HARI ini mungkin aku kehilangan mereka berdua.
Aku berusaha membayangkan dunia tanpa suara Gale dan Peeta. Tangan-tangan yang tak bergerak. Mata yang tak berkedip. Aku berdiri di samping jasad mereka, melihatnya untuk terakhir kali, meninggalkan ruang tempat mereka berbaring. Tapi ketika aku membuka pintu untuk melangkah menuju dunia, hanya ada kekosongan yang mahaluas. Di masa depanku hanya ada ketiadaan yang berwarna pucat.
Kau ingin aku membiusmu sampai semua ini berakhir" tanya Haymitch. Dia tidak bergurau. Pria ini menghabiskan hampir seluruh masa dewasanya dengan botol minuman, berusaha membius dirinya dari kejahatan-kejahatan Capitol. Anak lelaki enam belas tahun yang memenangkan Quarter Quell kedua pasti memiliki orang-orang yang disayanginya keluarga, teman-teman, mungkin kekasih yang membuatnya mati-matian berjuang demi alasannya pulang. Di mana mereka sekarang" Mengapa pada saat aku dan Peeta dipercayakan ke dalam asuhannya, tak ada seorang pun dalam hidupnya" Apa yang Snow lakukan pada mereka"
Tidak, kataku. Aku ingin pergi ke Capitol. Aku ingin jadi bagian misi penyelamatan.
Mereka sudah pergi, kata Haymitch.
Sudah berapa lama mereka pergi" Aku bisa menyusul. Aku bisa... Apa" Apa yang bisa kulakukan"
Haymitch menggeleng. Takkan bisa. Kau terlalu berharga dan terlalu rapuh. Bahkan ada pembicaraan untuk mengirimmu ke distrik lain untuk mengalihkan perhatian Capitol sementara operasi penyelamatan dilakukan. Tapi tak seorang pun beranggapan kau bisa menanganinya.
Kumohon, Haymitch! aku memohon sekarang. Aku harus melakukan sesuatu. Aku tak bisa duduk di sini menunggu kabar apakah mereka tewas. Pasti ada yang bisa kulakukan!
Baiklah. Aku akan bicara dengan Plutarch. Kau jangan ke mana-mana. Tapi aku tak bisa diam. Langkah-langkah kaki Haymitch masih bergema di koridor ketika aku berusaha masuk melewati celah tirai pemisah dan melihat Finnick sedang berbaring tengkurap, kedua tangannya
terbelit di dalam sarung bantal. Meskipun tindakanku pengecut bahkan termasuk kejam dengan membangunkannya dari bayang-bayang tanah impian yang penuh obat bius memabukkan ke alam nyata, namun aku tetap melakukannya karena aku tak tahan menghadapinya seorang diri.
Ketika aku menjelaskan keadaan kami, secara misterius kegelisahannya menyurut. Tidakkah kau mengerti, Katniss, ini akan menentukan banyak hal. Entah bagaimana caranya. Saat hari ini berakhir, mereka akan tewas atau bersama kita. Ini lebih dari yang bisa kita bayangkan!
Ya, itu pandangan yang optimis dari situasi kami. Namun ada perasaan yang menenangkan ketika memikirkan bahwa siksaan ini akan segera berakhir.
Tirai disibakkan dan ada Haymitch di sana. Dia punya pekerjaan untuk kami. Jika kami cukup kuat melakukannya. Mereka masih membutuhkan rekaman gambar setelah pengeboman 13. Jika kita bisa mendapatkannya dalam beberapa jam ke depan, Beetee bisa menyiarkannya ketika kita bersiap melakukan penyelamatan, mungkin bisa mengalihkan perhatian Capitol ke tempat lain.
Ya, pengalih perhatian, kata Finnick. Semacam umpan.
Yang kami perlukan adalah sesuatu yang amat mengguncang hingga Presiden Snow pun tak lepas dari hantamannya. Punya sesuatu yang seperti itu" tanya Haymitch.
Adanya pekerjaan yang bisa membantu misi ini langsung membuat perhatianku fokus. Seraya menghabiskan sarapan dan bersiap-siap, aku berusaha memikirkan apa yang bisa kukatakan. Presiden Snow pasti penasaran bagaimana lantai yang berciprat darah dan bunga mawarnya mempengaruhiku. Jika dia ingin jiwaku patah, maka dia akan melihatku utuh sempurna. Tapi kurasa aku takkan bisa membuatnya yakin dengan meneriakkan beberapa patah kata perlawanan di depan kamera. Selain itu, takkan bisa mengulur waktu untuk tim penyelamat. Ledakan kemarahan pendek umurnya. Cerita-ceritalah yang berumur panjang.
Aku tak tahu apakah usahaku akan berhasil, tapi ketika kru televisi berkumpul di atas tanah, aku bertanya pada Cressida apakah dia bisa memulainya dengan bertanya padaku tentang Peeta. Aku duduk di patahan pilar marmer tempat aku tak sadarkan diri, menunggu lampu merah di kamera dan pertanyaan Cressida.
Bagaimana kau bisa bertemu Peeta" tanyanya.
Lalu aku melakukan hal yang diinginkan Haymitch sejak wawancara pertamaku. Aku membuka diri. Pertama kali aku bertemu Peeta, umurku sebelas tahun, dan aku nyaris tewas. Aku bercerita tentang hari mengerikan ketika aku berusaha menjual pakaian bayi di bawah hujan, bagaimana ibu Peeta mengejarku dari pintu toko roti, dan bagaimana Peeta rela dipukuli agar bisa memberiku roti yang menyelamatkan hidup kami. Kami tak pernah bicara. Pertama kalinya aku bicara dengan Peeta adalah di kereta dalam perjalanan menuju Hunger Games.
Tapi dia sudah jatuh cinta padamu, kata Cressida.
Kurasa begitu. Aku tersenyum simpul.
Bagaimana keadaanmu dengan perpisahan ini" tanyanya.
Tidak baik. Aku tahu Snow bisa membunuhnya kapan saja. Terutama sejak dia memberi peringatan bom pada Tiga Belas. Hidup seperti ini amat menderita, kataku. Tapi karena apa yang mereka lakukan padanya, aku tak sungkan lagi. Aku akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk menghancurkan Capitol. Akhirnya aku bebas. Aku mendongak memandang langit dan melihat sekawanan elang terbang melintas. Presiden Snow pernah mengaku padaku bahwa Capitol itu rapuh. Pada saat itu, aku tak tahu apa maksudnya. Sulit bagiku untuk melihat dengan jelas karena aku sangat takut. Sekarang, aku tidak takut lagi. Capitol rapuh karena menggantungkan segalanya pada distrik-distrik. Makanan, energi, bahkan para Penjaga Perdamaian yang mengawasi kita. Jika kita menyatakan kemerdekaan kita, Capitol akan hancur. Presiden Snow, berkat dirimu, secara resmi aku menyatakan diri merdeka hari ini.
Kurasa sudah cukup, dan menurutku cukup memukau. Semua orang suka cerita roti itu. Tapi pesanku untuk Presiden Snow membuat roda di dalam otak Plutarch berputar. Dia bergegas menghubungi Finnick dan Haymitch dan mereka berbicara singkat dalam suasana tegang, dan aku bisa melihat Haymitch tidak terlihat senang karenanya. Plutarch sepertiny
a menang dan pada akhir percakapan, Finnick yang berwajah pucat mengangguk setuju.
Ketika Finnick bergerak mengambil tempat dudukku di depan kamera, Haymitch memberitahunya, Kau tidak harus melakukannya.
Ya, harus. Jika ini bisa membantunya. Finnick menggulung tali di tangannya membentuk bola. Aku siap.
Aku tak bisa mengira-ngira apa yang bakal terjadi. Kisah cinta tentang Annie" Peristiwa penyiksaan di Distrik 4" Tapi Finnick Odair mengambil kisah yang amat berbeda dari perkiraanku.
Presiden Snow dulu... menjualku... tubuhku, tepatnya. Finnick mulai bicara dengan nada datar dan asing. Aku bukanlah satu-satunya. Jika ada pemenang yang dianggap menarik, Presiden memberi mereka sebagai bayaran atau mengizinkan orang-orang membeli mereka dengan harga yang tinggi. Jika kau menolaknya, dia akan membunuh orang yang kausayangi. Jadi kau melakukannya.
Jelas sudah. Parade kekasih Finnick di Capitol. Mereka tak pernah jadi kekasih sungguhannya. Hanya orang-orang seperti mantan Pemimpin Penjaga Perdamaian kami, Cray, yang membeli gadis-gadis putus asa untuk dipakai dan dibuang begitu saja karena dia mampu. Aku ingin menyela rekaman itu dan memohon maaf pada Finnick atas segala pikiran salahku terhadapnya. Tapi kami punya pekerjaan yang harus dilakukan, dan kurasa peran Finnick akan jauh lebih efektif daripada peranku.
Aku bukan satu-satunya, tapi aku yang paling populer, kata Finnick. Mungkin aku yang paling tak berdaya karena orang-orang yang kusayangi amat tidak berdaya. Untuk membuat mereka merasa lebih baik, para pembeliku biasanya memberiku uang atau perhiasan, tapi aku menemukan bentuk pembayaran yang jauh lebih berharga.
Rahasia-rahasia, pikirku. Finnick memberitahuku bahwa kekasih-kekasihnya membayar dia dengan rahasia, hanya saja dulu kupikir semua itu adalah pilihan hidupnya.
Rahasia-rahasia, katanya, mengaungkan isi pikiranku. Dan sekarang harusnya kau ingin tetap menonton tayangan ini, Presiden Snow, karena amat banyak rahasia tentang dirimu. Tapi mari kita mulai dengan rahasia-rahasia yang lain.
Finnick mulai menganyam rangkaian cerita yang amat terperinci, yang tak bisa diragukan keautentikannya. Kisah-kisah tentang kegemaran seksual yang aneh, pengkhianatan hati, ketamakan tanpa batas, dan permainan kekuasaan penuh darah. Rahasia-rahasia yang dibisikkan dalam keadaan mabuk di atas bantal pada tengah malam buta. Finnick adalah orang yang dibeli dan dijual. Budak distrik. Jelas dia pria yang tampan, tapi kenyataannya, dia tidak berbahaya. Siapa yang akan diberitahunya" Dan siapa yang akan percaya jika dia bicara" Tapi beberapa rahasia terlalu nikmat untuk tidak dibagi. Aku tidak mengenali nama-nama yang disebut Finnick sepertinya mereka penduduk terkemuka dari Capitol tapi aku tahu, dari mendengarkan obrolan tim persiapanku, cerita paling sepele pun akan mendapat perhatian. Jika potongan rambut yang jelek bisa menghasilkan gosip selama berjam-jam, apa yang akan dihasilkan dari inses, saling jegal, dan pembakaran yang disengaja" Bahkan ketika gelombang keterkejutan dan tuduhan membanjiri Capitol, orang-orang di sana, sama sepertiku, menantikan bocoran tentang sang presiden.
Dan sekarang, yang sudah dinanti tentang Presiden Conolanus Snow, kata Finnick. Yang dalam usia muda sudah memegang tampuk kekuasaan. Yang cerdas hingga bisa tetap mempertahankannya. Coba tanyakan pada dirimu sendiri, bagaimana dia melakukannya" Satu kata. Cuma itu yang perlu kauketahui. Racun, Finnick menceritakan kembali tentang masa kenaikan jenjang politik Snow, yang sama sekali tak kuketahui ceritanya, lalu terus naik menjadi presiden, menyebutkan satu demi satu kasus kematian misterius lawan-lawan politik Snow, atau bahkan yang lebih naas, sekutu-sekutunya yang memiliki potensi untuk menjadi ancaman. Orang-orang tewas saat pesta atau mati perlahan-lahan, yang sakit tanpa bisa dijelaskan hingga menghilang dalam waktu beberapa bulan. Salahkan kerang yang tak segar lagi, virus tak dikenal, atau kerusakan aorta yang tak diketahui. Snow juga minum dari cangkir beracun untuk menghindar kecurigaan. Tapi obat penawar racunnya tida
k selalu bekerja. Mereka bilang itu sebabnya dia memakai bunga mawar berbau busuk. Mereka bilang bunga itu untuk menutupi bau darah dari luka di mulutnya yang tak pernah bisa sembuh. Mereka bilang, mereka bilang, mereka bilang... Snow punya daftar dan tak seorang pun tahu siapa yang selanjutnya akan jadi korban.
Racun. Senjata sempurna untuk seekor ular.
Karena pendapatku tentang Capitol dan presidennya yang mulia sudah sangat rendah, maka tuduhan-tuduhan Finnick tidak membuatku kaget. Cerita Finnick lebih berpengaruh pada para pemberontak asal Capitol seperti kru-ku dan Fulvia bahkan Plutarch sesekali bereaksi terkejut, mungkin bertanya-tanya bagaimana hal-hal kecil yang spesifik itu tidak diperhatikannya. Ketika Finnick selesai, kamera terus merekamnya sampai akhirnya Finnick yang bilang. Cut.
Kru film segera ke dalam untuk mengedit materi rekaman, dan Plutarch mengajak Finnick masuk untuk mengobrol, mungkin ingin mendengar apakah dia masih punya cerita lain. Aku ditinggal berdua dengan Haymitch di reruntuhan gedung, bertanya-tanya apakah nasib Finnick suatu hari akan menimpaku. Kenapa tidak" Snow pasti bisa mendapatkan harga yang benar-benar bagus untuk gadis terbakar.
Apakah ini juga terjadi padamu" aku bertanya pada Haymitch.
Mockingjay Buku Terakhir Trilogi The Hunger Games Karya Suzanne Collins di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tidak. Ibuku dan adik lelakiku. Kekasihku. Mereka tewas dua minggu setelah aku dimahkotai sebagai pemenang. Karena tindakan yang kulakukan pada medan gaya itu, jawabnya. Snow tak punya siapa-siapa untuk mengancamku.
Aku heran kenapa dia tidak membunuhmu. kataku.
Oh, tidak. Aku dijadikan contoh. Jadi tokoh panutan untuk anak-anak muda seperti Finnick, Johanna, dan Cashmere. Contoh tentang apa yang bisa terjadi pada pemenang yang menimbulkan masalah, kata Haymitch. Tapi dia tahu dia tidak punya siapa-siapa yang bisa dia manfaatkan terhadapku.
Sampai Peeta dan aku muncul, ujarku perlahan. Aku tidak mendapat jawaban dari Haymitch, bahkan sedikit gerakan bahunya pun aku tidak dapat.
Setelah tugas kami selesai, tak ada yang bisa dilakukan oleh Finnick dan aku kecuali menunggu. Kami berusaha mengisi menit-menit yang bergerak lambat di ruang Pertahanan Khusus. Membuat simpul. Mendorong makan siang kami mengelilingi mangkuk-mangkuk kami. Meledakkan benda-benda di tempat latihan menembak. Karena takut terdeteksi, tidak ada komunikasi dari tim penyelamat. Pada pukul 15.00, pada jam yang ditetapkan, kami berdiri tegang dan tanpa suara di bagian belakang dalam ruangan yang penuh layar monitor dan komputer dan mengamati Beetee beserta timnya berusaha membajak gelombang siaran. Kegugupannya digantikan tekad yang tak pernah kulihat sebelumnya. Banyak wawancaraku yang dipotong, cukup untuk menunjukkan bahwa aku hidup dan masih melawan. Kisah Finnick yang cabul dan mengerikan tentang Capitol-lah yang jadi sorotan utama. Apakah Beetee makin mahir" Atau apakah lawan-lawannya di Capitol terpukau hingga ingin ikut mendengarkan Finnick" Selama enam puluh menit selanjutnya, siaran Capitol berganti-ganti antara siaran berita siang standar, Finnick, dan usaha untuk menyensornya. Tapi tim teknologi pemberontak berhasil mengatasinya bahkan menghalau sensornya, dan memegang kendali hampir sepanjang serangan terhadap Snow.
Lepaskan! kata Beetee, mengangkat kedua tangannya, mengembalikan siaran ke tangan Capitol. Dia mengelap wajahnya dengan kain. Jika mereka belum keluar sampai sekarang, mereka pasti tewas. Beetee memutar kursi rodanya agar berhadapan denganku dan Finnick dan melihat reaksi kami terhadap kata-katanya. Tapi itu rencana yang bagus. Plutarch sudah menunjukkannya padamu"
Tentu saja tidak. Beetee membawa kami menuju ruangan lain dan menunjukkan pada kami bagaimana tim penolong, dengan bantuan para pemberontak yang ada di dalam Capitol, akan berusaha telah berusaha membebaskan para pemenang dari penjara bawah tanah. Sepertinya rencana tersebut berisi gas bius dalam setiap ventilasi, pemadaman listrik, bom yang meledak di gedung pemerintahan tidak jauh dari penjara, dan mengacaukan siaran televisi. Beetee senang karena kami menganggap rencana itu sulit kami pahami, karena dengan begitu musuh-
musuh kami juga bakal bingung.
Seperti jebakan listrikmu di arena" tanyaku.
Tepat sekali. Dan lihat kan betapa bagus hasilnya" tanya Beetee.
Ehh... tidak juga, pikirku.
Aku dan Finnick berusaha menempatkan diri kami di Ruang Komando, di sini kami akan menerima kabar pertama tentang tim penyelamat, tapi ruang gerak kami dibatasi karena sedang berlangsung urusan perang yang serius. Kami menolak meninggalkan Pertahanan Khusus dan akhirnya kami menunggu kabar di ruang burung kolibri.
Membuat simpul. Membuat simpul. Tak bicara. Membuat simpul. Tik-tok. Ini jam. Jangan pikirkan Gale. Jangan pikirkan Peeta. Membuat simpul. Kami tidak mau makan malam. Jemari kami lecet dan berdarah. Finnick akhirnya menyerah, lalu membungkuk seperti yang dilakukannya di arena ketika jabberjay menyerang. Aku menyempurnakan jerat miniaturku. Lirik dari lagu Pohong Gantung terngiang-ngiang dalam benakku. Gale dan Peeta. Peeta dan Gale.
Apakah kau jatuh cinta pada pandangan pertama pada Annie. Finnick" tanyaku.
Tidak. Ada jeda panjang sebelum dia menambahkan, Dia perlahan-lahan merasukiku.
Aku menelaah hatiku, tapi saat ini satu-satunya orang yang kurasakan merasukiku adalah Snow.
Pasti sudah tengah malam, pasti hari sudah berganti ketika Haymitch membuka pintu. Mereka kembali. Kita diharapkan datang ke rumah sakit. Mulutku terbuka dibanjiri pertanyaan yang dipotong Haymitch dengan. Cuma itu yang kutahu.
Aku ingin lari, tapi Finnick bertingkah aneh, seolah-olah dia kehilangan kemampuan untuk bergerak, jadi aku menarik tangannya dan menuntunnya seperti anak kecil. Kami melewati Pertahanan Khusus, menuju elevator yang bisa ke beberapa arah, dan menuju bangsal rumah sakit. Tempat itu kacau, dengan dokter-dokter yang meneriakkan perintah dan mereka yang terluka didorong di atas ranjang menyusuri lorong rumah sakit.
Kami terpaksa menepi karena ada usungan lewat membawa wanita muda berkepala gundul yang tak sadarkan diri. Kulitnya lebam dan memar serta mengucurkan nanah. Johanna Mason. Orang yang tahu rahasia-rahasia pemberontak. Paling tidak rahasia tentang aku. Dan inilah ganjaran yang diterimanya.
Melalui ambang pintu, sekilas aku sempat melihat Gale, telanjang dada, keringat mengalir di wajahnya ketika dokter mengeluarkan sesuatu di bawah tulang belikatnya dengan penjepit. Terluka, tapi sehat. Kupanggil namanya, aku hendak berjalan ke arah Gale sampai seorang perawat mendorongku menjauh dan menutup pintunya.
Finnick! Terdengar suara antara pekikan dan seruan gembira. Gadis muda yang cantik dan entah bagaimana basah kuyup rambut berwarna gelap yang kusut, mata hijau laut lari ke arah kami hanya dengan memakai seprai. Finnick! Dan tiba-tiba, seakan dunia ini milik mereka berdua, mereka menghambur berpelukan. Mereka bertabrakan, berpagutan, kehilangan keseimbangan, dan membentur dinding, lalu tak bergerak lagi. Tubuh mereka melekat jadi satu. Tak terpisahkan lagi.
Aku dihantam rasa cemburu. Bukan cemburu pada Finnick atau Annie, tapi pada keyakinan mereka. Tak ada seorang pun yang melihat mereka yang bisa meragukan cinta mereka.
Boggs, tampak dalam kondisi buruk tapi tak terluka; mencari Haymitch dan aku. Kami berhasil mengeluarkan mereka berempat. Kecuali Enobaria. Tapi karena dia dari Dua, kami juga tak yakin dia ditahan. Peeta berada di ujung lorong. Efek gas bius baru saja habis. Kau harus ada di sana ketika dia bangun.
Peeta. Hidup dan sehat mungkin tidak sehat, tapi hidup dan ada di sini. Jauh dari Snow. Aman. Di sini. Bersamaku. Dalam hitungan menit aku bisa menyentuhnya. Melihat senyumnya. Mendengar tawanya.
Haymitch menyeringai kepadaku, Ayolah, katanya.
Aku pusing karena gamang. Apa yang akan kukatakan" Oh, siapa yang peduli pada apa yang kukatakan" Peeta akan girang tak peduli apa pun yang kulakukan. Dia mungkin akan menciumku. Aku bertanya-tanya apakah ciumannya akan terasa seperti ciuman-ciuman terakhirnya di pantai ketika kami berada di arena, ciuman-ciuman yang tak berani kupikirkan sampai saat ini.
Peeta sudah bangun, duduk di tepi ranjang, tampak bingung ketika dokter memastikan keadaannya, menyenter matanya, mem
eriksa nadinya. Aku kecewa karena bukan wajahku yang pertama kali dilihatnya ketika terbangun, tapi dia melihatku sekarang. Raut wajahnya menunjukkan ketidakpercayaan dan ada semacam ketegangan yang tak bisa kupahami. Hasrat" Putus asa" Yang pasti keduanya, tapi Peeta mendorong dokter-dokter ke samping, melompat berdiri, dan bergerak menghampiriku. Aku berlari menyambutnya, kedua lenganku terentang untuk memeluknya. Kedua tangan Peeta terulur ke arahku, kupikir mungkin ingin membelai wajahku.
Bibirku baru saja menyebut namanya ketika jemari Peeta mencengkeram leherku kuat-kuat.
BAB TIGA BELAS BAN leher yang dingin mencekik leherku dan membuatku mengigil tak terkendali. Paling tidak aku tak lagi berada dalam tabung yang klaustrofobik, sementara mesin-mesin berbunyi dan berdesir di sekitarku, mendengarkan suara yang entah dari mana memberitahuku untuk tidak bergerak sementara aku meyakinkan diriku bahwa aku masih bernapas. Meskipun saat ini mereka sudah meyakinkanku bahwa takkan ada kerusakan permanen pada diriku, aku masih megap-megap mencari udara.
Berbagai kekuatiran utama tim medis kerusakan urat saraf tulang belakang, pipa pernafasan, nadi, dan pembuluh darah sudah dibereskan. Memar, suara serak, sakit tenggorokan, batuk kecil yang aneh tak perlu dicemaskan lagi. Semuanya akan baik-baik saja. Mockingjay takkan kehilangan suaranya. Aku ingin bertanya di mana dokter yang menentukan apakah aku gila atau tidak. Namun aku tidak bisa bicara sekarang. Aku bahkan tidak bisa berterima kasih pada Boggs ketika dia datang untuk memeriksaku. Dia menjengukku dan mengatakan bahwa dia pernah melihat luka-luka yang lebih parah yang dialami para prajurit ketika mereka diajari untuk menahan cekikan pada saat latihan.
Boggs-lah yang menghajar Peeta hingga pingsan dengan sekali pukul sebelum terjadi kerusakan permanen pada diriku. Aku yakin Haymitch juga bakal menolongku jika dia tidak terlanjur kaget. Situasi ketika aku dan Haymitch sama-sama dalam keadaan lengah adalah kejadian yang langka. Tapi kami disibukkan dengan hasrat menyelamatkan Peeta, dan amat tersiksa dengan keberadaannya di tangan Capitol, sehingga kelegangan karena melihatnya kembali membutakan kami. Jika aku dan Peeta bertemu berduaan saja, dia pasti sudah membunuhku. Karena dia sudah gila.
Tidak, tidak gila, aku mengingatkan diriku sendiri. Dibajak. Itulah kata yang kudengar dalam obrolan Plutarch dan Haymitch ketika aku didorong di brankar melewati mereka di lorong. Dibajak. Aku tak tahu apa artinya.
Prim, yang muncul tidak lama setelah serangan dan tetap berada di dekatku sejak itu, menambah satu selimut lagi menutupi tubuhku. Kurasa mereka akan melepaskan ban leher itu tak lama lagi, Katniss. Kau takkan merasa kedinginan lagi nanti. Ibuku, yang turut membantu operasi yang rumit itu, belum diberitahu tentang serangan yang dilakukan Peeta. Prim mengambil satu tanganku, dan menggenggamnya kuat-kuat. Dia meremas lembut tanganku hingga membuka dan darah mulai mengalir hingga ke ujung jemariku lagi. Prim sedang menggenggam kepalan tanganku yang satunya lagi ketika dokter-dokter datang, melepaskan ban leherku, dan menyuntikkan sesuatu padaku untuk menghilangkan rasa sakit dan pembengkakan. Aku berbaring, seperti yang diperintahkan, dengan kepala tak bergerak, agar tidak menambah luka-luka di leherku.
Plutarch, Haymitch, dan Beetee menunggu di selasar sebelum para dokter memberi mereka izin untuk melihatku. Aku tak tahu apakah mereka sudah memberitahu Gale, tapi karena dia tak ada di sini, aku berasumsi bahwa mereka belum memberitahunya. Plutarch menyuruh para dokter keluar dan berusaha menyuruh Prim keluar juga, tapi adikku bilang, Tidak. Jika kau memaksaku keluar, aku akan langsung ke ruang operasi dan memberitahu ibuku semua yang terjadi. Dan kuperingatkan ya, ibuku sudah tidak suka Juri Pertarungan menentukan apa yang harus dilakukan Katniss dalam hidupnya. Apalagi kau tidak menjaganya dengan baik.
Plutarch tampak tersinggung, tapi Haymitch tergelak. Biarkan saja, Plutarch, katanya. Prim tetap berada di sini.
Begini, Katniss, kondisi Peeta sangat mengejutkan bagi
kita semua, kata Plutarch. Kami lihat kondisinya memburuk dalam dua wawancara terakhir. Jelas, dia sudah disiksa, dan kami menilai kondisi psikologisnya berdasarkan hal tersebut. Saat ini kami yakin yang terjadi padanya lebih dari sekadar siksaan. Capitol menjadikan Peeta kelinci percobaan untuk teknik yang tak lazim, yang dikenal sebagai pembajakan. Beetee"
Maafkan aku, kata Beetee, tapi aku tak bisa memberitahumu semuanya secara terperinci, Katniss. Capitol amat merahasiakan bentuk siksaan semacam ini, dan aku yakin hasilnya tidak pernah sama. Cuma itu yang kami ketahui. Ini adalah bentuk ketakutan pada pengkondisian. Istilah pembajakan berasal dari bahasa inggris kuno yang berarti "menangkap" atau lebih tepatnya, "merampas". Kami percaya istilah itu sengaja dipilih karena tekniknya menggunakan bisa tawon penjejak. Tidak seperti kebanyakan dari kami, kau sempat disengat tawon pada Hunger Games, dan kau punya pengalaman langsung dengan efek dari bisa itu.
Teror. Halusinasi. Bayangan-bayangan mimpi buruk tentang kehilangan orang yang kucintai. Karena bisa itu menjadikan bagian otak yang menampung ketakutan sebagai sasarannya.
Aku yakin kau ingat betapa menakutkannya semua itu. Apakah kau menderita kekacauan mental setelah disengat" tanya Beetee. Apakah rasanya kau tidak bisa menilai mana yang benar dan mana yang salah" Banyak orang yang disengat dan selamat menceritakan terjadinya kondisi semacam itu.
Ya. Pertemuan dengan Peeta itu. Bahkan setelah kepalaku jernih, aku masih tak yakin apakah dia menyelamatkanku dengan berbicara pada Cato atau aku cuma membayangkannya.
Mengingatnya jadi lebih sulit karena ingatan bisa diubah. Beetee mengetuk-ngetuk dahinya. Ingatan dibawa masuk ke bagian depan otakmu, diubah, dan disimpan lagi dalam bentuk yang sudah direvisi. Sekarang bayangkan aku memintamu untuk mengingat sesuatu entah itu dengan sugesti verbal atau membuatmu menonton rekaman peristiwa dan ketika pengalaman itu diingatkan kembali, aku menyuntikmu dengan bisa tawon penjejak. Tidak perlu dalam dosis yang bisa membuatmu pingsan selama tiga hari. Namun cukup untuk memasukkan ketakutan dan keraguan dalam ingatan. Dan itulah yang disimpan otakmu dalam tempat penyimpanan jangka panjang.
Aku mulai merasa mual. Prim menanyakan pertanyaan yang terlintas dalam benakku. Itukah yang mereka lakukan pada Peeta" Mengambil kenangan-kenangannya tentang Katniss dan mengubahnya hingga jadi menyeramkan"
Beetee mengangguk. Begitu menyeramkan sehingga Peeta menganggap Katniss mengancam keselamatannya. Sehingga dia berusaha membunuh Katniss. Ya, itu teori kami saat ini.
Aku menutup wajahku dengan kedua tanganku karena ini tidak terjadi. Ini tidak mungkin terjadi. Bagaimana bisa ada orang yang membuat Peeta lupa bahwa dia mencintaiku... tak ada seorang pun yang bisa melakukannya.
Tapi kau bisa membalikkan ingatannya, kan" tanya Prim.
Hm... sangat sedikit data tentang itu, kata Plutarch. Bahkan sebenarnya tidak ada. Jika cuci otak dengan pembajakan itu pernah dicoba, kita tak punya akses untuk melihat catatan-catatan tersebut.
Yah, tapi kau akan mencobanya, kan" Prim berkeras. Kau takkan menguncinya dalam sel kedap suara dan meninggalkannya menderita sendirian"
Tentu, kita akan berusaha, Prim, kata Beetee. Hanya saja, kita tak tahu sampai kapan usaha kita akan berhasil. Jika memang bisa berhasil. Tebakanku adalah peristiwa-peristiwa menakutkan itu yang paling susah dihilangkan. Peristiwa menakutkan itu biasanya yang paling kita ingat.
Selain ingatannya tentang Katniss, kita belum tahu ingatan apa lagi yang sudah dirusak, kata Plutarch. Kita menyusun tim yang terdiri atas pakar militer dan kesehatan jiwa untuk membuat serangan balasan. Secara pribadi. Aku merasa optimis dia akan pulih sepenuhnya.
Sungguh" tanya Prim tajam. Bagaimana menurutmu, Haymitch"
Aku menggerakkan tanganku sedikit supaya aku bisa melihat ekspresi Haymitch di antara celah. Dia tampak lelah dan putus asa ketika mengakui, Menurutku Peeta mungkin akan bisa lebih baik. Tapi... kurasa dia takkan pernah sama lagi seperti dulu. Kukatupkan
kedua tanganku, menutupi celah, menutup diriku dari mereka semua.
Paling tidak dia masih hidup, kata Plutarch, sepertinya dia sudah kehilangan kesabarannya pada kami. Snow mengeksekusi penata gaya Peeta dan tim persiapannya, yang akan ditayangkan langsung di televisi malam ini. Kami tak tahu apa yang terjadi pada Effie Trinket. Peeta sakit, tapi dia ada di sini. Bersama kita. Dan itu jelas kemajuan dibandingkan apa yang terjadi dua belas jam lalu. Coba ingatkan diri kalian seperti itu, ya"
Usaha Plutarch untuk menghiburku dibumbui dengan berita tentang kemungkinan empat atau lima orang tewas terbunuh sepertinya jadi bumerang. Tim persiapan Peeta. Effie. Niatku untuk menahan air mata membuat leherku berdenyut sampai aku megap-megap berusaha mengambil napas. Pada akhirnya, mereka tak punya pilihan selain membiusku.
Saat aku sadar, aku bertanya-tanya apakah ini satu-satunya cara aku bisa tidur sekarang, dengan obat-obatan yang disuntikkan ke lenganku. Aku senang aku tak perlu bicara selama beberapa hari berikutnya, karena tak ada yang ingin kukatakan. Atau kulakukan. Kenyataannya, aku pasien idaman, keletihanku dianggap sebagai kepasrahan, kepatuhan pada perintah dokter. Aku tak merasa ingin menangis lagi. Sesungguhnya, aku hanya bisa memikirkan satu hal: bayangan wajah Snow diiringi bisikan di kepalaku. Aku akan membunuhmu.
Ibuku dan Prim bergantian merawatku, membujukku untuk memakan makanan halus. Secara berkala orang-orang datang untuk memberitahukan kemajuan kondisi Peeta. Bisa tawon penjejak dalam jumlah besar perlahan-lahan dikeluarkan dari tubuhnya. Dia dirawat hanya oleh orang asing, penduduk asli Distrik 13 tak ada seorang pun dari kampung halamannya atau dari Capitol yang diizinkan untuk melihatnya untuk menghindari pemicu ingatan yang berbahaya. Tim spesialis bekerja lembur merancang strategi untuk memulihkannya.
Gale tidak seharusnya menjengukku, karena dia harus istirahat di tempat tidur karena luka di bahunya. Tapi pada malam ketiga, setelah aku diberi obat dan lampu diremangkan pada jam tidur, diam-diam dia menyelinap masuk ke kamarku. Gale tidak bicara, hanya mengelus memar di leherku dengan sentuhan selembut kepakan sayap nyengat, mencium bagian di antara kedua mataku, lalu menghilang.
Keesokan paginya, aku boleh meninggalkan rumah sakit dengan perintah untuk bergerak perlahan dan berbicara seperlunya saja. Aku tidak dicap dengan jadwal, jadi aku berjalan-jalan tak tentu arah sampai Prim diizinkan pergi dari tugas rumah sakit, lalu dia mengantarku ke kompartemen keluarga kami yang baru. 2212. Ruangannya sama persis dengan yang sebelumnya, tapi tanpa jendela.
Saat ini Buttercup mendapat makanan setiap hari dan bak pasir yang ditaruh di bawah bak cuci di kamar mandi. Ketika Prim menemaniku di tempat tidur, Buttercup naik ke bantalku, bersaing mendapat perhatian Prim. Adikku menimangnya tapi tetap memusatkan perhatiannya padaku. Katniss, aku tahu semua urusan dengan Peeta ini buruk buatmu. Tapi ingatlah, Snow sudah mengerjainya selama berminggu-minggu, dan kita baru merawatnya selama beberapa hari. Ada kemungkinan bahwa Peeta yang lama, yang mencintaimu, masih ada di dalam sana. Berusaha kembali padamu. Jangan menyerah terhadapnya.
Aku memandang adik perempuanku dan berpikir bagaimana dia mewarisi kualitas-kualitas terbaik dari keluarga kami: tangan penyembuh ibuku, kepala dingin ayahku, dan perjuanganku. Masih ada lagi sesuatu di sana, sesuatu yang sepenuhnya milik Prim. Kemampuan untuk melihat kekacauan hidup yang membingungkan dan melihatnya sebagaimana adanya. Mungkinkah dia benar" Bahwa Peeta bisa kembali padaku"
Aku harus kembali ke rumah sakit, kata Prim, menaruh Buttercup di ranjang di sampingku. Kalian saling menemani, oke"
Buttercup melompat dari ranjang dan mengikutinya sampai ke pintu, lalu memprotes keras ketika dia ditinggalkan. Kami bisa saling mematung jika disuruh saling menemani. Setelah mungkin tiga puluh detik, aku tahu aku tak sanggup terkurung dalam sel bawah tanah, dan kutinggalkan Buttercup dengan mainannya sendiri. Aku tersesat beberapa kali, tapi akhirnya aku berhasil tiba
di Pertahanan Khusus. Semua orang yang kulewati memandangi memar di leherku, dan aku tak bisa menahan diri untuk tidak merasa tidak enak hingga kutarik kerahku naik sampai ke telinga.
Pasti Gale sudah keluar dari rumah sakit juga karena aku melihatnya berada di salah satu ruangan riset bersama Beetee. Mereka tampak tekun, kepala mereka menunduk memandang gambar, sambil mengukur. Beberapa versi gambar tersebut mengotori meja dan lantai. Ada juga yang dipaku di dinding gabus, dan di beberapa layar komputer ada semacam rancangan-rancangan yang berbeda. Pada salah satu gambar yang tampak masih sketsa kasar, aku mengenali jerat buatan Gale. Apa ini" tanyaku dengan suara serak, mengalihkan perhatian mereka dari lembaran yang sedang mereka lihat.
Ah, Katniss, kami ketahuan olehmu, kata Beetee dengan riang.
Apakah ini rahasia" Aku tahu Gale sering berada di sini, bekerja bersama Beetee, tapi kupikir mereka bermain-main dengan busur, panah, dan senjata api.
Tidak juga. Tapi aku agak merasa bersalah. Karena terlalu sering mencuri Gale darimu, Beetee mengaku.
Karena aku lebih banyak menghabiskan waktuku di Distrik 13 dalam kondisi setengah sadar, cemas, marah, didandani, atau diopname di rumah sakit, aku tidak bisa bilang bahwa ketidakhadiran Gale membuatku terganggu. Keadaan di antara kami juga tidak terlalu harmonis. Tapi kubiarkan Beetee berpikir bahwa dia berutang padaku. Kuharap kau menghabiskan waktunya untuk hal yang berguna.
Kemari dan lihatlah, kata Beetee, melambaikan tangannya agar mendekati layar komputer.
Ternyata inilah yang mereka lakukan. Mengambil gagasan-gagasan dasar di balik perangkap buatan Gale dan menetapkannya ke dalam senjata untuk membunuh manusia. Bom, kebanyakan. Tidak terlalu berpusat pada mekanismenya tapi lebih ke psikologisnya. Membuat jebakan di suatu area menghasilkan sesuatu yang penting untuk kelangsungan hidup. Air atau persediaan makanan. Menakuti mangsa agar makin banyak yang kabur menuju maut. Membahayakan keturunan agar bisa menjerat sasaran yang diinginkan, yaitu orangtuanya. Menggiring korban ke tempat perlindungan yang tampaknya aman di sana ajal menunggu mereka. Di suatu titik, Gale dan Beetee meninggalkan alam liar dan memusatkan perhatian lebih pada dorongan hati manusia. Seperti belas kasihan. Bom meledak. Ada jeda waktu agar orang-orang sempat bergegas membantu mereka yang terluka. Kemudian bom kedua, yang lebih kuat daya ledaknya, akan membunuh para penolong juga.
Yang itu sepertinya kelewat batas, kataku. Jadi apa pun dihalalkan" Mereka berdua memandangku Beetee dengan tatapan ragu, Gale dengan tatapan bermusuhan. Kurasa tak ada buku peraturan yang menyatakan apa yang bisa atau tidak bisa dilakukan terhadap manusia lain.
Tentu saja ada. Aku dan Beetee mengikuti buku peraturan yang sama yang digunakan Presiden Snow ketika dia membajak Peeta, kata Gale.
Kejam, tapi lugas. Aku pergi tanpa berkomentar lebih lanjut. Aku merasa jika aku tidak segera keluar, aku bakal meledak mengamuk, tapi aku masih berada di Pertahanan Khusus ketika aku dicegat oleh Haymitch. Ayo, katanya. Kami membutuhkanmu di rumah sakit.
Untuk apa" tanyaku.
Mereka akan mencoba sesuatu pada Peeta, jawabnya. Mengirim orang yang paling netral dari Dua Belas yang bisa ditemukan di sini untuk menemuinya. Mencari seseorang yang punya kenangan masa kecil dengan Peeta, tapi orang itu tidak dekat denganmu. Mereka sedang menyaring orang-orang sekarang.
Aku tahu ini akan jadi tugas yang sulit, karena semua orang yang punya kenangan masa kecil bersama Peeta kemungkinan besar berasal dari kota, dan nyaris tak ada seorang pun dari kota yang lolos dari api. Tapi ketika kami tiba di kamar rumah sakit yang sudah diubah menjadi ruang kerja bagi tim pemulihan Peeta, dia duduk di sana sedang ngobrol bersama Plutarch. Delly Cartwright. Seperti biasa, Delly tersenyum padaku seakan aku sahabat terbaiknya di dunia ini. Dia tersenyum seperti ini pada semua orang. Katniss! serunya.
Hai, Delly, sapaku. Kudengar dia dan adik laki-lakinya selamat. Orangtuanya, yang punya toko sepatu di kota, tak seberuntung mer
eka. Delly tampak lebih tua, dengan pakaian lusuh Distrik 13 yang tak membuat pemakainya terlihat cantik. Rambut pirangnya dikepang sederhana, bukannya dikeriting. Dia terlihat lebih kurus dibandingkan dengan Delly yang kuingat, tapi dia adalah salah satu dari beberapa anak di Distrik 12 yang punya berat badan lebih. Tidak diragukan lagi, makanan di sini, stres, duka karena kehilangan orangtua juga menjadi penyebab berat badannya turun. Bagaimana keadaanmu" tanyaku.
Oh, terjadi banyak perubahan dalam sekejap. Matanya berkaca-kaca. Tapi semua orang sungguh-sungguh baik di Tiga Belas ini. Bagaimana menurutmu"
Delly benar-benar tulus. Dia benar-benar menyukai manusia. Semua manusia, tidak hanya segelintir orang yang dikenalnya.
Mereka berusaha untuk membuat kita merasa betah, kataku. Kurasa itu pernyataan yang adil tanpa berlebihan. Apakah kau orang yang dipilih untuk bertemu Peeta"
Kurasa begitu. Peeta yang malang. Kau juga. Aku takkan pernah bisa memahami Capitol, katanya.
Mungkin lebih baik kau tidak paham, kataku.
Delly sudah lama mengenal Peeta, kata Plutarch.
Oh, ya! Wajah Delly langsung ceria. Kami bermain bersama sejak masih anak-anak. Aku sering bilang ke orang-orang bahwa dia saudara lelakiku.
Bagaimana menurutmu" Haymitch bertanya padaku. Apakah ada yang mungkin bisa membangkitkan kenangannya terhadapmu"
Kami di kelas yang sama. Tapi tak sering bersama-sama. kataku.
Katniss selalu hebat, aku tak pernah bermimpi dia akan mengenaliku, kata Delly. Bagaimana dia bisa berburu dan pergi ke Hob dan segalanya. Semua orang mengaguminya.
Aku dan Haymitch memandangi wajahnya dengan saksama untuk memastikan apakah dia bercanda. Mendengarkan Delly menggambarkan diriku, aku nyaris tidak punya teman karena aku membuat orang terintimidasi, karena aku orang yang luar biasa. Tidak benar. Aku nyaris tidak punya teman karena aku tidak ramah. Serahkan pada Delly untuk memutarbalikkan diriku menjadi sosok yang hebat.
Delly selalu berpikir tentang yang terbaik dari semua orang, aku menjelaskan. Kurasa Peeta tak punya kenangan buruk berkaitan dengannya. Kemudian aku teringat. Tunggu. Di Capitol. Saat aku berbohong ketika kubilang aku mengenali gadis Avox itu. Peeta melindungiku dan bilang dia mirip seperti Delly.
Aku ingat, kata Haymitch, Tapi aku tidak tahu, itu tidak benar. Delly tidak benar-benar berada di sana. Kurasa pernyataan itu tidak bisa mengalahkan kenangan masa kecil selama bertahun-tahun.
Terutama jika kenangan itu berkaitan dengan sahabat yang menyenangkan seperti Delly, kata Plutarch. Mari kita coba.
Plutarch. Haymitch, dan aku masuk ke ruang observasi di sebelah ruang Peeta ditahan. Ruangan itu dipenuhi sepuluh orang dari tim pemulihannya yang bersenjatakan bolpoin dan clipboard. Kaca satu sisi dan sistem audio membuat kami bisa mengawasi Peeta diam-diam. Dia berbaring di ranjang, kedua lengannya terikat. Dia tidak melawan ikatan itu, tapi tangannya terus-menerus bergerak gelisah. Ekspresi wajahnya tampak lebih cerah dibanding ketika dia berusaha mencekikku, tapi masih bukan ekspresi Peeta yang biasa.
Ketika pintu perlahan-lahan dibuka, matanya membelalak waspada, lalu terlihat bingung. Delly ragu-ragu berjalan melintasi ruangan, tapi saat berada di dekat Peeta dia otomatis tersenyum. Peeta" Ini Delly. Dari distrik.
Delly" Sebagian awan mulai menjauh. Delly. Ini kau.
Ya! Delly menjawabnya dengan kelegaan yang terdengar jelas. Bagaimana perasaanmu"
Buruk. Di mana kita" Apa yang terjadi" tanya Peeta.
Ini dia, kata Haymitch. Sudah kuberitahu Delly untuk tidak menyinggung tentang Katniss atau Capitol, kata Plutarch. Coba lihat seberapa banyak kisah tentang distrik yang bisa dia bangkitkan.
Yah... kita di Distrik Tiga Belas. Kita tinggal di sini sekarang. kata Delly.
Itu yang dikatakan orang-orang selama ini. Tapi ini tidak masuk akal. Kenapa kita tidak di distrik kita sendiri" tanya Peeta.
Delly menggigit bibirnya. Terjadi... kecelakaan. Aku juga merindukan rumah. Aku memikirkan tentang gambar-gambar yang kita buat dengan kapur di jalan beraspal. Gambarmu san
gat indah. Ingat tidak ketika kau membuat gambar-gambar binatang yang berbeda-beda"
Yeah. Babi, kucing, dan lainnya, kata Peeta. Kau bilang... ada kecelakaan"
Aku bisa melihat kilau keringat di dahi Delly ketika dia berusaha menjawab pertanyaan itu. Buruk sekali. Tak ada seorang pun... yang bisa tinggal, katanya terbata-bata.
Bertahanlah, Nak, kata Haymitch.
Tapi aku tahu kau akan suka tinggal di sini, Peeta. Orang-orang di sini sungguh baik pada kita. Selalu ada makanan, pakaian bersih, dan sekolah di sini jauh lebih menarik, kata Delly.
Kenapa keluargaku belum datang menjengukku" tanya Peeta.
Mereka tidak bisa. Delly mulai gugup lagi. Banyak orang yang tak berhasil lolos menyelamatkan diri dari Dua Belas. Jadi kita perlu memulai hidup baru di sini. Aku yakin mereka butuh tukang roti yang bagus. Kau ingat ketika ayahmu mengizinkan kita membuat adonan roti berbentuk anak perempuan dan anak lelaki"
Ada api, kata Peeta tiba-tiba.
Ya, bisik Delly. Dua Belas terbakar habis, kan" Karena dia, kata Peeta marah. Karena Katniss! Dia mulai menarik-narik tali pengikatnya.
Oh, tidak, Peeta. Itu bukan salahnya, kata Delly.
Dia bilang begitu padamu" desis Peeta padanya.
Keluarkan dia dari sana, kata Plutarch. Pintu segera terbuka dan Delly mulai mundur ke pintu perlahan-lahan.
Dia tidak perlu mengatakannya. Aku ada... Delly berusaha menjelaskan.
Karena dia bohong! Dia pembohong! Kau tidak bisa memercayai apa pun yang dikatakannya! Dia itu mutt yang diciptakan Capitol untuk melawan kita semua! pekik Peeta.
Tidak, Peeta. Dia bukan... Delly mencoba lagi.
Jangan percaya padanya, Delly, kata Peeta dengan nada panik. Aku percaya padanya, dan ternyata dia berusaha membunuhku. Dia membunuh teman-temanku. Keluargaku. Jangan dekat-dekat dia! Dia mutt!
Tangan bergerak di ambang pintu, menarik Delly keluar, lalu pintu terbanting menutup lagi. Tapi Peeta terus berteriak. Mutt! Dia mutt sialan!
Tidak hanya membenciku dan ingin membunuhku, Peeta juga percaya bahwa aku bukan lagi manusia. Aku manusia. Dicekik rasanya tidak sesakit ini.
Di sekelilingku para anggota tim pemulihan mencoret-coret kertas dengan penuh semangat, mencatat setiap katanya. Haymitch dan Plutarch menarik kedua lenganku dan mengeluarkanku dari ruangan. Mereka menyandarkanku di dinding koridor yang sunyi. Tapi aku tahu Peeta masih terus menjerit di balik pintu dan kaca pemisah.
Prim salah. Peeta tidak bisa diselamatkan. Aku tidak bisa tinggal di sini lagi, kataku dengan perasaan yang hampa. Jika kau ingin aku jadi Mockingjay, kau harus mengirimku pergi dari sini.
Kau ingin pergi ke mana" tanya Haymitch.
Capitol. Itu satu-satunya tempat yang terpikir olehku, di sana aku punya pekerjaan.
Tak bisa, kata Plutarch. Tunggu sampai semua distrik aman. Kabar baiknya, perlawanan hampir berakhir di semua distrik kecuali di Dua. Distrik itu terlalu tangguh untuk dihancurkan, seperti kacang yang keras kulitnya.
Benar juga. Pertama-tama distrik-distriknya. Selanjutnya Capitol. Kemudian aku memburu Snow.
Baik, kataku. Kirim aku ke Dua.
BAB EMPAT BELAS DISTRIK 2 adalah distrik yang besar, sebagaimana yang mungkin bisa diduga sebelumnya, terdiri atas banyak desa yang tersebar di pegunungan. Masing-masing desa awalnya berhubungan dengan pertambangan atau penggalian, walaupun sekarang, banyak desa yang digunakan sebagai tempat tinggal dan pelatihan Penjaga Perdamaian. Semua ini tidak menjadi tantangan yang berarti karena para pemberontak memiliki dukungan angkatan udara yang tak bisa ditembus, yang menjadi tempat tinggal dari jantung militer Capitol.
Kami menjuluki gunung itu Nut karena aku menyampaikan komentar Plutarch tentang kacang yang keras kulitnya pada para pemimpin pemberontak yang sudah lelah dan patah semangat di sini. Nut itu didirikan tidak lama setelah Masa Kegelapan, ketika Capitol kehilangan 13 dan mati-matian mencari markas militer bawah tanah yang kuat. Mereka memiliki beberapa sumber daya militer yang terletak di luar kota Capitol rudal-rudal nuklir, pesawat tempur, pasukan tapi sebagian besar kekuatan mereka sekarang
berada di bawah kendali musuh. Tentu saja mereka tidak bisa menjiplak 13, yang merupakan hasil kerja berabad-abad. Namun, di pertambangan-pertambangan tua di dekat Distrik 2, mereka melihat kesempatan. Dari udara, Nut tampak seperti gunung biasa dengan beberapa jalur masuk di permukaannya. Tapi di dalamnya terdapat gua-gua luas, bongkahan-bongkahan batunya sudah disingkirkan, diangkut ke permukaan, dan dibawa menuruni jalanan-jalanan sempit dan becek untuk membuat gedung-gedung di kota. Bahkan di sana ada sistem kereta api untuk mengangkut para penambang dari Nut menuju pusat kota utama di Distrik 2. Sistem transportasi itu juga sampai ke alun-alun yang dikunjungi aku dan Peeta pada Tur Kemenangan, berdiri di tangga marmer lebar di depan Gedung Pengadilan, berusaha tidak terlalu lama melihat sanak keluarga Cato dan Clove yang berduka berkumpul di bawah kami.
Distrik ini memiliki dataran yang paling ideal, meskipun rawan tanah longsor dan banjir. Tapi kelebihan-kelebihan tempat ini mengalahkan kekuatian-kekuatirannya. Ketika mereka meninggalkan pilar-pilar dan dinding-dinding batu untuk menunjang infrastruktur. Capitol memperkuat bangunan ini dan membangun gunung sebagai markas militer baru mereka. Mengisinya dengan data-data komputer dan ruang-ruang pertemuan, barak-barak militer, dan gudang-gudang senjata. Mereka memperlebar jalan masuk agar pesawat ringan bisa keluar dari hanggar, dan mereka juga memasang alat-alat peluncur rudal. Tapi secara keseluruhan, mereka tidak mengubah bagian luar gunung-gunung di sana. Kehidupan liar dan pepohonan rimbun berbatu-batu. Benteng alami untuk melindungi mereka dari musuh-musuh.
Jika diukur berdasarkan standar distrik-distrik lain, Capitol mengemong penduduk di sini. Hanya dengan melihat penampilan pemberontak Distrik 2, terlihat bahwa mereka cukup makan dan terawat dengan baik semasa kaak-kanak. Sebagian penduduk bekerja di tambang. Yang lainnya dididik untuk pekerjaan-pekerjaan lain di Nut atau disalurkan menjadi pejabat di Penjaga Perdamaian. Dilatih sejak muda dan tangguh dalam pertarungan. Hunger Games memberi kesempatan untuk mendapat kekayaan dan kemasyhura yang tak terlihat di tempat lain. Tentu saja, orang-orang di 2 menelan propaganda Capitol lebih mudah daripada kami. Mematuhi cara-cara mereka. Tapi di pengujung hari, mereka tetaplah budak. Dan jika hal itu tidak dipahami oleh para penduduk yang menjadi Penjaga Perdamaian atau yang bekerja di Nut, pemikiran tersebut dipahami oleh para pemotong batu yang menjadi tulang punggung perlawanan di sini.
Keadaan masih sama seperti ketika aku tiba di sini dua minggu lalu. Desa-desa di luar kota berada di tangan pemberontak, kota terbagi dua, dan Nut tak tersentuk seperti sebelumnya. Beberapa jalan masuk diperkuat, pusatnya terbungkus aman di gunung. Sementara semua distrik lain berhasil merebut kekuasaan dari Capitol, 2 tetap ama dalam genggaman Capitol.
Setiap hari, aku melakukan segala cara yang bisa kulakukan untuk membantu. Mengunjungi mereka yang terluka. Merekam propo-propo singkat dengan tim juru kameraku. Aku tidak diizinkan ikut dalam perang sungguhan, tapi mereka mengundangku dalam pertemuan tentang status perang, yang lebih sering mereka lakukan daripada di 13. Jauh lebih baik di sini. Lebih bebas, tak ada jadwal di lenganku, tidak terlalu sering meminta waktuku. Aku tinggal di atas tanah dalam desa-desa pemberontak atau gua-gua di sekeliling tempat ini. Demi keamanan, lokasiku sering dipindah-pindahkan. Pada siang hari, aku diberi izin untuk berburu selama aku mengajak penjaga dan tidak pergi terlalu jauh. Dalam udara pegunungan yang tipis dan dingin, aku merasakan kekuatan fisikku kembali, pikiranku mengenyahkan sisa kabut yang masih tersisa. Tapi kejernihan mental ini memberiku kesadaran yang lebih tajam tentang apa yang telah mereka lakukan terhadap Peeta.
Snow sudah mencurinya dariku, memelintirnya hingga tak bisa dikenali lagi, dan memberikannya padaku sebagai hadiah. Boogs, yang datang ke Distrik 2 ketika aku kemari, memberitahuku bahwa bahkan dengan segala perencanaan yang rapi, masih terlalu mudah bagi mereka m
enyelamatkan Peeta. Dia yakin jika 13 tidak berusaha pun, Peeta akan diserahkan padaku. Dijatuhkan di Distrik 13. Diikat dengan pita dan ditempeli namaku. Diprogram untuk membunuhku.
Sekarang, setelah Peeta dirusak musuh, baru aku bisa sepenuhnya menghargai Peeta yang asli. Jauh lebih menghargainya daripada jika dia tewas. Kebaikannya, keteguhannya, kehangatan yang mengandung panas tak terduga di baliknya. Selain Prim, ibuku, dan Gale, berapa banyak orang di dunia ini yang mencintaiku tanpa syarat" Kupikirkan tentang diriku, jawabannya mungkin tak ada orang lagi yang mencintaiku seperti itu. Kadang-kadang ketika aku sendirian, kuambil mutiara dari kantongku dan berusaha mengingat anak lelaki dengan roti itu, dua lengan kuat yang mengenyagkan mimpi-mimpi burukku di kereta, ciuman-ciuman di arena pertarungan. Membuatku mengingat segala hal yang hilang dalam genggamanku. Tapi apa gunanya" Semuanya musnah. Dia sudah musnah. Apa pun yang ada di antara kami sudah musnah. Yang tersisa adalah janjiku untuk membunuh Snow. Kuucapkan kalimat ini dalam hati sepuluh kali dalam sehari.
Di 13, rehabilitasi terhadap Peeta berlanjut. Walaupun aku tidak bertanya, Plutarch memberitahuku perkembangan tentang Peeta lewat telepon seperti Kabar baik, Katniss! Kurasa kami hampir berhasil meyakinkannya bahwa kau bukan mutt! Atau Hari ini dia mau makan puding!
Ketika Haymitch bicara setelahnya, dia menakui bahwa keadaan Peeta tidak lebih baik. Satu-satunya sinar harapa muncul dari adikku. Prim punya ide untuk membajaknya kembali, Haymitch memberitahuku. Membawa lagi memberinya obat penenang dosis tinggi, seperti morfin. Kami baru mencobanya dengan satu kenangan. Rekaman kalian berdua di gua, sewaktu kau menceritakan padanya kisah ketika Prim mendapatkan kambingnya.
Ada kemajuan" tanyaku.
Yah, jika kebingungan luar biasa bisa dianggap kemajuan dibandingkan ketakutan yang luar biasa, jawabannya adalah ya, kata Haymitch. Tapi aku tidak yakin. Dia kehilangan kemampuan bicara selama beberapa jam. Dia seperti tak sadarkan diri. Ketika sadar kembali, yang dia tanyakan adalah kambingnya.
Yang benar saja, kataku.
Bagaimana keadaan di sana" tanyanya.
Tak ada kemajuan, kataku.
Kami mengirim tim untuk membantu di gunung. Beetee dan beberapa orang lagi, katanya. Kau tahu, mereka yang punya otak.
Ketika mereka memilih orang-orang yang dianggap cerdas, aku tidak kaget melihat nama Gale dalam daftar itu. Kupikir Beetee membawanya bukan karena keahlian Gale dalam bidang teknologi, tapi dia berharap entah bagaimana Gale punya cara untuk menjerat gunung. Awalnya, Gale diajukan untuk menemaniku ke Distrik 2, tapi aku tahu itu akan membuatnya meninggalkan pekerjaannya bersama Beetee. Kubilang padanya untuk tinggal dan berada di tempat dia paling dibutuhkan. Aku tidak memberitahu Gale bahwa kehadirannya akan membuatku makin berduka memikirka Peeta.
Gale menemukanku ketika mereka tiba terlambat pada suatu sore. Aku duduk di atas batang kayu di ujung desa tempat tinggalku, mencabuti bulu ituk. Kurang-lebih selusin ituk menumpuk di kakiku. Itik-itik ssyang tak terhitung banyaknya bermigrasi melewati tempat ini sejak aku tiba, dan bisa dibilang aku tinggal mencomot buruan-buruan itu. Tanpa bicara, Gale duduk di sampingku dan mulai mencabuti bulu-bulu dari kulit itik. Kami sudah selesai setengahnya ketika dia berkata, Apakah kita akan makan dagingnya nanti"
Yeah. Sebagian besar akan masuk dapur kamp, tapi mereka mengharapkanku memberi dua ekor ke pemilik rumah tempat tinggalku malam ini, kataku. Karena telah menampungku.
Bukankah kehormatan telah menampungmu cukup untuk membayarnya" tanya Gale.
Itu menurutmu, sahutku. Tapi kabar burung yang beredar mengatakan mockingjay berbahaya untuk kesehatanmu.
Kami mencabuti bulu itik tanpa bicara setelahnya. Lalu dia berkata, Aku melihat Peeta kemarin. Di balik kaca.
Apa yang kau pikirkan" tanyaku.
Sesuatu yang egois, kata Gale.
Bahwa kau tak perlu cemburu lagi padanya" Jemariku menarik keras, dan bulu-bulu unggas beterbangan di sekeliling kami.
Tidak. Justru kebalikannya. Gale mengambil
bulu itik yang menempel di rambutku. Kupikir... Aku takkan pernah bisa bersaing dengan itu. Tak peduli betapapun sakitnya aku. Gale memutar bulu itik di antara ibu jari dan telunjuknya. Aku takkan pernah punya kesempatan jika keadaannya tidak membaik. Kau takkan pernah bisa melepasnya. Kau selalu merasa bersalah jika bersamaku.
Sama seperti aku merasa bersalah menciumnya karena kau, kataku.
Gale memandangku lekat-lekat. Jika kuanggap itu benar, aku bisa menerima nyaris semua sisanya.
Itu benar, aku mengaku. Tapi apa yang kaubilang tentang Peeta juga benar.
Gale mendesah putus asa. Namun, setelah kami menarih itik-itik itu di kamp dan mengajukan diri untuk mencari kayu bakar untuk api pada malam hari, aku berada dalam pelukan Gale. Bibirnya menyentuh lembut memar di leherku, terus bergerak ke bibirku. Apa pun yang kurasakan terhadap Peeta, inilah yang kuterima jauh di dalam lubuk hatiku bahwa dia takkan pernah kembali padaku. Atau aku takkan pernah kembali padanya. Aku akan tinggal di Distrik 2 sampai distrik ini jatuh ke tangan pemberontak, pergi ke Capitol, dan membunuh Snow, lalu aku mati setelahnya. Kemudian Peeta akan mati dalam kedaan gila dan membenciku. Jadi dalam cahaya yang semakin samar, aku memejamkan mataku dan mencium Gale untuk menggantikan segala ciuman yang selama ini kutahan, karena sekaran tak ada artinya lagi, dan karena aku amat kesepian hingga aku tak tahan lagi.
Sentuha, rasa, dan kehangatan Gale mengingatkanku bahwa paling tidak tubuhku masih hidup, dan selama sesaat perasaan itu terasa nyaman. Aku mengosongkan pikiranku dan membiarkan segala sensasi itu mengaliri kulitku, dengan senang hati membiarkan diriku hanyut. Ketika Gale sedikit menjauh, aku bergerak maju untuk menutup celah di antara kami, tapi aku merasakan tangannya di bawah daguku, Katniss, ujarnya. Saat kubuka mataku, dunia seakan terbelah. Ini bukan hutan kami, gunung kami, atau cara kami. Secara otomatis tanganku menyentuh luka di pelipis kiriku, yang kuhubungkan dengan kebingunganku. Sekarang cium aku. Dalam keadaan bingung, dan tak berani berkedip, aku berdiri sementara dia memajukan tubuhnya dan menempelkan bibirnya di bibirku sejenak. Gale memandang wajahku lekat-lekat. Apa yang kau pikirkan"
Aku tak tahu, aku balas berbisik.
Kalau begitu rasanya seperti mencium orang mabuk. Ciuman tadi tidak dihitung. Katanya sambil berusaha bercanda. Gale meraup setumpuk ranting kering dan menaruhnya di kedua tanganku yang kosong, mengembalikan kesadaranku.
Manusia Harimau Jatuh Cinta 5 Misteri Lukisan Tengkorak Seri 4 Opas Karya Wen Rui An Pendekar Remaja 14