Pencarian

Kembaran Ketiga 1

Kembaran Ketiga The Third Twin Karya Ken Follett Bagian 1


KEMBARAN KETIGA KEN FOLLETT Download Ebook Jar Lainnya Di
http://mobiku.tk http://inzomnia.wapka.mobi
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta, i 997
THE THIRD TWIN by Ken Follett Copyright ` Ken Follett 1996 All rights reserved.
No pan of this publication may be reproduced, stored in or introduced into a
retrieval system, or transmitted, in any form, or by any means electron!
mechanical, photocopying, recording, or otherwise) without the prior written
permission of the publisher. Any person who does any unauthorized act in
relation to this publication may be liable to criminal prosecution and civil
claims for damages. KEMBARAN KETIGA Alih bahasa: Kathleen S.W GM. 402 97.613 Hak cipta
terjemahan Indonesia: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama II. Palmerah
Selatan 24-26, Jakarta 10270 Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama, anggota IKAPI, Jakarta, Mei 1997
Judul asli: The Third Twin ISBN 979-605-613-5
i. Judul n. Kathleen, S W
Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta
Isi di luar tanggung jawab percetakan
Teruntuk anak-anak lirihi: Jann Turner, Kim Turner, dan Adam Broer dengan
penuh sayang BAB 1 Gelombang panas menyelubungi Baltimore, bak .sehelai selimut. Daerah
pinggirannya yang hijau dipersejuk oleh ratusan ribu alat penyemprot taman,
namun para warganya yang terkemuka tinggal di dalam rumah dengan AC
dinyalakan penuh. Di North Avenue, para pelacur yang resah bernaung di
tempat-tempat teduh, bermandi keringat yang mengalir dari bawah rambut
palsu mereka, sementara anak-anak tanggung di pojok-pojok jalan
mengeluarkan obat-obat terlarang dari saku celana-celana baggy mereka.
Ketika itu menjelang akhir bulan September, namun musim gugur rupanya
masih jauh. Sebuah Datsun putih karatan, dengan satu lampu dim yang pecah dan ditempeli
cellotape. melesat melintasi sebuah daerah hunian kaum pekerja kulit putih
yang terletak di sebelah utara pusat kota. Mobil itu tidak memiliki AC, dan
pengemudinya membiarkan semua jendelanya dalam keadaan terbuka. Ia
seorang pemuda tampan berusia dua puluh dua tahun, mengenakan celana
jeans, baju kaus putih yang bersih, dan topi pet baseball merah dengan tulisan
SEKURITI dalam huruf-huruf putih di bagian depannya. Joknya yang dibungkus
plastik terasa licin di bawah pahanya, gara-gara keringatnya, tapi itu tidak
mengganggu kenyamanannya Suasana hatinya sedang bagus. Radio mobilnya
sedang menangkap siaran stasiun 92Q "Twenty jams in a row!" Di bangku
sebelahnya tergeletak sebuah map dalam keadaan terbuka. Sekali-sekali ia
melirik ke sana, menghafal sehelai halaman ketik yang memuat beberapa
istilah teknik untuk tes besok. Belajar merupakan hal mudah baginya, dan ia
akan menguasai materi itu setelah mempelajarinya selama beberapa menit.
Di sebuah lampu setopan, seorang wanita pirang dalam mobil Porsche dengan
kap terbuka menghentikan kendaraannya di sebelahnya Pemuda itu tersenyum
padanya, lalu berkata, Asyik mobilnya!" Wanita itu membuang muka tanpa
menjawab, namun ia yakin melihat seulas senyum membayang di sudut-sudut
bibirnya. Di balik kacamata hitamnya yang besar, usianya mungkin dua kali
lebih tua daripadanya, seperti kebanyakan wanita yang duduk di belakang
kemudi Porsche. Ayo balapan sampai lampu setopan berikut," lantangnya.
Wanita itu tertawa, renyah dan menggoda, kemudian memindahkan
persenelingnya dengan sebuah tangan ramping yang elegan, dan melesat dari
situ bak roket. Si pemuda angkat bahu. Ia cuma iseng.
Ia melewati kampus Jones Falls University yang teduh, sebuah perguruan tinggi
Ivy League yang lebih elite daripada universitasnya sendiri. Saat melewati pintu
gerbangnya yang mengesankan, ia melihat rombongan delapan atau sepuluh
orang cewek sedang berjoging dalam pakaian olahraga mereka: celana pendek
ketat, sepatu Nike, baju kaus dan atasan yang penuh keringat. Rupanya mereka
tim pemain hockey yang sedang melakukan pemanasan, tebaknya, dan yang
bertampang sportif di depan adalah kapten mereka, yang akan mempersiapkan
kondisi mereka untuk menghadapi musim itu.
10 Mereka -membelok masuk ke dalam kampus, dan sekonyong-konyong ia
terhanyut dala m suatu fantasi yang begitu kuat dan mendebarkan, sehingga ia
hampir tak dapat memusatkan perhatian pada kemudinya lagi. Ia
membayangkan mereka berada di dalam ruang ganti yang gemuk menyabuni
dirinya di bawah pancuran air, si rambut merah menghanduki mahkota
bernuansa perunggunya yang panjang, si gadis kulit hitam sedang mengenakan
celana dalam putihnya yang dari bahan renda, si kapten tim yang kekar
mondar-mandir telanjang sambil memamerkan otot-otot tubuhnya. Mendadak
terjadi sesuatu yang membuat mereka ketakutan. Mereka semua menjadi
panik, dengan mata melebar, menjerit-jerit dan menangis, nyaris histeris.
Mereka berlarian ke sana kemari, bertabrakan satu sama lain. Si gendut
terjerembab, kemudian tergeletak tak berdaya sambil menangis, sementara
yang lain menginjak-injak tubuhnya tanpa peduli saat mereka berusaha mati-matian bersembunyi, atau menemukan pintu keluar, atan kabur dari entah apa
yang membuat mereka begitu ketakutan.
Ia menepikan kendaraannya ke pinggir jalan, lalu mengoper persenelingnya ke
posisi netral. Irama napasnya cepat sekali, dan ia dapat merasakan deburan
jantungnya. Belum pernah fantasinya sampai sehebat ini. Tapi toh ada sesuatu
yang kurang. Apa yang membuat mereka begitu takut" Ia memutar otak untuk
mencari jawabannya, kemudian tersentak saat ia menemukannya: api. Tempat
itu terbakar, dan mereka ketakutan menghadapi jilatan apinya. Mereka batuk-batuk dan merasa sesak oleh. asapnya saat berdesak-desakan dalam keadaan
setengah telanjang dan kebingungan. Wauw," desahnya sambil menatap lurus
ke depan, membayangkan skenario itu, bak sebuah film yang sedang
diproyeksikan ke permukaan kaca depan mobil DatSun-nya.
Selang beberapa saat, ia menjadi lebih tenang. Dorongan itu masih terasa kuat,
namun sekadar berfantasi tidak lagi cukup baginya; rasanya seperti membayangkan sebotol bir saat
sedang didera rasa haus. Ia menaikkan bagian keliman baju kausnya untuk
menghapus keringat dari wajahnya Ia tahu bahwa sebaiknya ia berusaha
melupakan fantasinya itu, dan melanjutkan perjalanannya; tapi skenario itu
begitu indah. Akan berbahaya sekali tentunya. Ia bisa masuk penjara selama
bertahun-tahun kalau tertangkap basah, lapi seumur hidupnya, bahaya tidak
pernah membuatnya mengurungkan niatnya Ia berusaha menyisihkan godaan itu
dari pikirannya, walau hanya untuk sesaat. Aku kepingin," gumamnya sambil
memutar mobilnya, lalu melintasi pintu gerbang megah itu, masuk ke dalam
kawasan kampus. Ia sudah pernah ke sini. Kawasan universitas yang membentang seluas sekitar
seratus ekar itu terdiri atas lapangan rumput, taman, dan daerah berpohon-pohon rimbun. Bangunannya kebanyakan dibuat dari batu bata merah, dengan
beberapa kerangka beton-dan-kaca yang modem, semua saling dihubungkan
dengan jalur-jalur jalanan sempit yang dilengkapi deretan meteran parkir.
Tim hockey itu sudah menghilang entah ke mana, namun dengan mudah ia
menemukan gelanggang olahraganya sebuah bangunan rendah di sebelah suatu
pelintasan lari, dengan patung besar seorang pelempar cakram di luar. Ia
memarkir mobilnya di dekat sebuah meteran, namun tidak memasukkan koin ke
dalamnya; ia memang tidak pernah memasukkan uang ke dalam meteran
parkir. Si kapten tim hockey yang berotot itu sedang berdiri di tangga gedung
olahraga, mengobrol dengan seorang cowok yang mengenakan kaus oblong
sobek. Si pemuda lari menaiki tangga, tersenyum pada si kapten saat
melewatinya, lalu mendorong pintu masuk ke dalam bangunan itu.
Lobinya penuh dengan anak-anak muda dan gadis-gadis bercelana pendek dan
berikat kepala yang mondar-mandir dengan raket di tangan dan ransel
terselempang 12 di pundak. Rupanya hampir semua tim olahraga di perguruan itu latihan pada
hari Minggu. Di belakang sebuah meja di tengah lobi ada seorang petugas
sekuriti yang mengecek kartu mahasiswa yang lalu lalang, tapi pada saat itu
serombongan besar atlet lari muncul secara bersamaan dan lewat di muka si
petugas, ada yang sambil melambaikan kartu pengenal mereka, ada yang tidak.
Si petugas cuma angkat bahu, kemudian mengalihkan perhatiannya kembali ke
buku The Dead Zone yang sedang dibacanya.
Si p emuda berpaling, lalu melihat sebuah lemari kaca yang memperagakan
beberapa piala perak yang pernah dimenangkan oleh para atlet Jones Falls.
Beberapa saat kemudian, sebuah tim pemain sepak bola masuk, sepuluh laki-laki dan seorang wanita bertubuh kasar yang mengenakan sepatu sepak bola. Si
pemuda segera bergabung dengan mereka Ia melintasi lobi sebagai anggota
grup itu, lalu mengikuti mereka menelusuri sebuah tangga lebar menuju lantai
bawah. Mereka sedang berbincang-bincang mengenai permainan mereka,
tertawa puas saat menyinggung soal gol yang berhasil mereka cetak, dan agak
sengit mengenai suatu kesalahan, tapi mereka tidak memperhatikan
keberadaannya di antara mereka
Sikapnya santai, namun matanya betul-betul awas. Di kaki tangga itu terdapat
sebuah lobi kecil dengan sebuah mesin Coca Cola dan telepon umum. Ruang
ganti untuk laki-laki terletak di pojok lobi itu. Si wanita dari tim sepak bola
terus menelusuri sebuah lorong panjang, menuju ruang ganti kaum wanita,
yang sepertinya dibangun sebagai tambahan oleh seorang arsitek yang mengira
tidak akan pernah ada cukup banyak cewek di Jones Falls, di masa sekolah
campur" masih dianggap sebagai ide yang seksi.
Si pemuda meraih gagang pesawat telepon umum, lalu berpura-pura mencari
koin. Cowok-cowok mulai 13 mengalir masuk ke dalam ruang ganti laki-laki. Ia melihat si wanita membuka
sebuah pintu, Lalu menghilang di baliknya. Itu tentunya ruang ganti cewek.
Mereka semua ada di dalam sana, ujarnya pada dirinya dengan antusias;
mereka membuka pakaian, mandi dan menggosok tubuh dengan handuk-handuk
mereka. Berada begitn dekat dengan mereka membuatnya merasa panas. Ia
mengusap alisnya dengan punggung tangan. Yang perlu ia lakukan untuk
menyempurnakan fantasinya hanyalah membuat mereka semua ketakutan
setengah mati. la berusaha menenangkan diri. Ia tak ingin membuyarkannya dengan melakukan
sesuatu yang gegabah. Ia membutuhkan beberapa menit untuk menyusun
rencananya. Setelah mereka semua menghilang, ia menyelinap menyelusuri lorong itu, di
belakang si wanita. Ternyata ada tiga pintu; dua letaknya berseberangan dan satu di pojok. Pintu
sebelah kanan adalah yang diambil wanita itu. la memeriksa pintu paling pojok
dan menemukan sebuah ruangan besar penuh debu, dengan mesin-mesin
raksasa: ketel uap dan penyaring. Untuk kolam renang, tebaknya la melangkah
ke dalam, kemudian menutup pintu di belakangnya. Terdengar deru rendah
yang monoton. Ia membayangkan seorang gadis yang ketakutan, hanya
mengenakan pakaian dalam BH dan celana putih bercorak bunga tergeletak di
lantai sambil mene raw angin ya dengan mata menyiratkan ketakutan saat ia
melepaskan ikat pinggangnya, la menikmati visi itu sesaat, sambil tersenyum
pada dirinya Cewek itu cuma beberapa meter darinya Saat ini mungkin ia
sedang membayangkan acaranya malam itu; mungkin ia sudah punya pacar, dan
sedang mempertimbangkan untuk membiarkan pacarnya melakukan apa yang
ingin dilakukannya malam itu, atau mungkin ia seorang mahasiswi baru yang
kesepian dan masih sedikit malu-malu, yang tidak punya rencana apa-apa untuk malam itu selain*
menonton Columbo; atau mungkin ia akan mengerjakan tugas yang harus ia
serahkan besok, dan sudah merencanakan bergadang sepanjang malam untuk
menyelesaikannya Tapi lupakan semua itu, Sayang. Ini waktu untuk bermimpi
buruk. Ia sudah pernah melakukan hal seperti ini, meskipun tidak pernah dalam skala
sedemikian besar. Ia memang amat stika menakuti gadis-gadis, sejauh yang
diingatnya. Sewaktu di sekolah menengah, tak ada yang lebih menyenangkan
baginya selain memojokkan seorang gadis sendirian, untuk diancam sampai
menangis dan memohon kepadanya agar dikasihani. Karena itulah ia terpaksa
pindah dari sekolah yang satu ke sekolah yang lain. Kadang-kadang ia
mengencani mereka, sekadar untuk melakukan apa yang dilakukan cowok-cowok lain, dan ada yang untuk ia gandeng saat memasuki bar. Kalau
sepertinya mereka sudah mengharapkan itu, ia akan menggerogoti mereka, tapi
itu tidak seru. Semua orang memiliki kelainan, menurutnya: ada cowok yang suka mengenakan
pakaian wanita, ada yang menyuruh cewek berpakaian kuli
t menginjak-injak tubuh mereka dengan sepatu bertumit runcing. Seseorang yang ia kenal
menganggap bagian paling seksi dari seorang wanita adalah kakinya, dan ia
akan terangsang sekali saat berada di bagian sepatu wanita sebuah toserba,
mengawasi mereka memakai dan melepaskan sepatu.
Obsesinya adalah ketakutan. Yang membuatnya amat bergairah adalah wanita
yang gemetar ketakutan. Tanpa rasa takut; rangsangan itu tidak akan ada
Saat mempelajari keadaan sekelilingnya, ia melihat sebuah tangga terpancang
pada dinding, menuju ke sebuah penutup langit-langit dari besi yang disindik
dari dalam. Cepat-cepat ia menaiki tangga itu, membuka sindiknya, lalu
mendorong penutup itu. Pandangannya tertumbuk pada ban sebuah mobil
Chrysler New Yorker 15 yang terparkir di dalam sebuah garasi. Setelah berhasil mengorientasi diri, ia
menyadari ia sedang berada di bagian belakang bangunan. Ia menutup kembali
penutup langit-langit itu, lalu turun ke bawah.
Ia meninggalkan ruangan mesin kolam renang itu. Saat menelusuri lorong,
seorang wanita yang muncul dari arah berlawanan menatap curiga ke arahnya.
Untuk sesaat ia merasa gelisah; bisa saja wanita itu menanyakan apa yang
sedang ia lakukan di sekitar ruang ganti kaum cewek itu. Situasi seperti itu
tidak termasuk dalam skenarionya. Rencananya bisa berantakan. Namun mata
si cewek beralih ke topi petnya yang bertulisan SEKURITI, kemudian ke arah
lain, sambil membelok masuk ke ruang ganti.
Si pemuda menyeringai. Topi itu ia beli seharga $8.99 di sebuah toko suvenir.
Namun orang-orang sudah terbiasa melihat para petugas bercelana jeans di
konser-konser musik rock, detektif-detektif yang tampangnya seperti preman
sampai mereka menjentikkan lencana mereka, atau polisi-polisi bandara dalam
baju wol; terlalu merepotkan untuk mempertanyakan keabsahan wewenang
semua orang yang mengaku dirinya petugas sekuriti.
la mencoba pintu yang terletak di seberang ruang ganti kaum cewek itu.
Ternyata sebuah gudang kecil. Ia menyalakan lampunya sambil menutup pintu
di belakangnya. Berbagai peralatan olahraga yang sudah tidak terpakai menumpuk di rak-rak di
sekelilingnya: bola-bola besar berwarna hitam, matras-matras karet yang sudah
usang, pemukul bola. sarung tangan tinju yang sudah jamuran, kursi-kursi lipat
dari kayu yang sudah reot. Ada sebuah kuda-kuda lompat dengan bantalan yang
sudah jebol dan satu kaki patah. Udara di dalam ruangan itu terasa pengap.
Sebuah pipa besar melintang di langit-langit, dan ia memperkirakan dari situlah
ruang ganti yang terletak di seberang lorong itu mendapatkan ventilasinya.
16 Ia mengulurkan tangan ke atas untuk meraba baut yang memasak pipa itu pada
sebuah kipas, la tidak dapat membukanya dengan tangan kosong, tapi ia
mempunyai kunci pas di dalam bagasi mobil Datsun nya Kalau ia dapat
melepaskan pipanya, kipas itu akan menyedot udara dari dalam gudang ini,
bukannya dari luar gedung.
Ia bisa membuat apinya persis di bawah kipas itu. la akan mencari sekaleng
minyak untuk dituang ke dalam sebuah botol Pemer kosong, lalu dibawa ke sini
bersama korek api dan koran untuk dinyalakan, berikut kunci pas itu.
Apinya akan cepat besar dan menimbulkan asap tebal, la akan membekap
hidung dan mulutnya dengan sepotong kain basah, dan menunggu sampai
seluruh gudang itu penuh asap. Kemudian ia akan membuka pipa ventilasi. Asap
akan tersedot ke dalam saluran pipa, menuju bagian dalam ruang ganti pakaian
cewek. Pada awalnya tidak akan ada yang memperhatikan. Kemudian satu atau
dua orang akan menghirup udara sambil berkata. Ada yang merokok, ya"" la
akan membuka pintu gudang itu dan membiarkan asap mengalir ke dalam
lorong itu. Kemudian cewek-cewek itu akan menyadari ada sesuatu yang benar-benar tidak beres. Mereka akan membuka pintu ruang ganti itu, lalu mengira
seluruh gedung sedang terbakar, dan mereka akan panik.
Sesudah itu ia akan masuk ke dalam ruang ganti. Di mana-mana akan
berceceran BH-BH dan stocking, buah dada dan bokong yang terbuka. Akan ada


Kembaran Ketiga The Third Twin Karya Ken Follett di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang berhamburan keluar dari kabin-kabin mandi dalam keadaan telanjang dan
basah, sambil berusaha menggapai handuk; ada yang akan mencoba memakai
pakaian; kebanyakan akan berlarian ke sana kemari mencari pintu-dengan
pandangan setengah kabur gara-gara asap. Akan ada jeritan-jeritan, isakan,
dan teriakan-teriakan ketakutan. Ia akan terus berlagak sebagai petugas
sekuriti dengan 17 berteriak ke arah mereka, Jangan berhenti untuk berpakaian! Situasinya
gawat! Keluar! Seluruh bangunan sudah terbakar. Lari, lari!" Ia akan memukuli
bokong-bokong telanjang mereka, mendorong mereka ke sana kemari,
merenggut pakaian mereka sambil menggerayangi tubuh-tubuh mereka. Mereka
akan tahu ada yang betul-betul tidak beres, tapi kebanyakan akan terlalu panik
untuk berpikir dengan kepala dingin. Andai kata si kapten hockey masih di
sana, mungkin akan terpintas dalam dirinya untuk bertanya padanya, tapi ia
tinggal membungkamnya dengan tinjunya
Sambil menjelajah, ia akan menyeleksi korban utamanya Cewek cantik dengan
tampang tak berdaya. Ia akan meraih lengannya, sambil berkata, Ayo, lewat
sini, aku dari sekuriti." Ia akan menggiringnya menelusuri lorong, kemudian
membawanya membelok ke arah yang salah, ke ruang mesin kolam renang. Di
sana, persis pada saat cewek itu mengira dirinya sedang diselamatkan, ia akan
menempeleng wajahnya dan meninju perutnya, lalu meng paskannya ke lantai
beton yang kotor itu. Ia akan mengawasi saat cewek itu terjerembab,
berpaling, kemudian duduk tegak, menahan napas, lalu mengisak sambil
menatapnya dengan ketakutan membayang di matanya.
Sesudah itu ia akan tersenyum dan membuka ikat pinggangnya.
18 BAB 2 Mrs. Ferrami berkata, Aku mau pulang." Putrinya, Jeannie, berkata, Jangan
khawatir, kami akan mengeluarkan Mom dari sini, lebih cepat daripada yang
Mom perkirakan." Adik Jeannie, Patty, menatap kakaknya dengan pandangan yang mengatakan:
Memangnya kaupikir itu mudah"
The Belia Vista Sunset Home adalah satu-satunya rumah perawatan yang
ongkos-ongkosnya dapat ditutup dengan polis asuransi kesehatan Mom.
Suasananya bisa dibilang norak. Di dalam kamar itu terdapat dua tempat tidur
rumah sakit yang tinggi, dua lemari pakaian, sebuah sofa, dan sebuah televisi.
Dinding-dindingnya dicat warna cokelat jamur dan lantainya dari ubin plastik
berwarna krem dengan guratan-guratan oranye. Jendelanya berterali, tapi
tanpa tirai, dan menghadap ke arah sebuah pompa bensin. Ada sebuah wastafel
di pojok dan sebuah kamar mandi di ujung lorong.
Aku mau pulang," ulang Mom.
Patty berkata. Tapi Mom terus lupa ini-itu. Mom tidak bisa menjaga diri
sendiri lagi." Tentu saja bisa. Berani-beraninya kau bilang begitu padaku."
19 Jeannie menggigit bibirnya. Melihat tubuh rapuh ibunya, ia ingin menangis.
Mom memiliki garis-garis wajah yang kuat alis mata hitam, mata berwarna
gelap, hidung lurus, mulut lebar, dan dagu kuat. Pola yang sama diturunkan
kepada Jeannie dan Patty, meskipun tubuh Mom termasuk kecil, sementara
mereka sama-sama jangkung seperti Daddy. Mereka bertiga memiliki kemauan
keras seperti yang terpancar dari wajah mereka; tegar adalah kata yang biasa
dipakai untuk mendeskripsikan ketiga wanita dalam keluarga Ferrami ini.
Namun Mom tidak akan pernah setegar dulu lagi. Ia terserang penyakit
Alzheimer. Usia Mom belum enam puluh tahun. Semula Jeannie, yang berusia dua puluh
sembilan tahun, dan Patty, yang berusia dua puluh enam, berharap ia dapat
mengurus dirinya sendiri selama beberapa tahun lagi, namun harapan itu buyar
pagi ini, pada pukul lima, ketika seorang petugas kepolisian dari Washington
menelepon untuk mengabari bahwa ia telah menemukan Mom berjalan kaki
menelusuri 18th Street dalam gaun malam lusuhnya sambil menangis dan
mengatakan bahwa ia tidak ingat di mana ia tinggal.
Jeannie langsung naik mobilnya dan pergi ke Washington, yang berjarak satu
jam dari Baltimore, di pagi hari Minggu yang masih sepi itu. Ia menjemput Mom
dari sebuah rumah penampungan
membawanya pulang, dan setelah memandikan dan mendandaninya, ia
menelepon Patty. Bersama-sama mereka mengatur agar Mom bisa masuk ke
Belia Vista. Rumah perawatan itu terletak di kota Columbia, antara Washington
dan Baltimore. Bibi mereka, Bibi Rosa, menghabiskan sisa hidupnya di sini. Bibi
Rosa juga memiliki pol is asuransi yang sama seperti Mom.
Aku tidak suka tempat ini," ujar Mom. Jeannie berkata, Kami juga, tapi
untuk sementara kami cuma sanggup menempatkan Mom di sini." Semula
20 ia berniat mengatakannya dalam nada apa adanya, tapi ternyata keluarnya
menjadi agak ketus. Patty menatapnya dengan pandangan mencela, lalu berkata, Ayolah, Mom,
kita kan pernah tinggal di tempat-tempat yang lebih buruk daripada ini."
Memang benar. Setelah ayah mereka masuk penjara untuk kedua kalinya,
mereka dan Mom terpaksa tinggal di sebuah kamar dengan kompor listrik di
atas bufet dan sebuah wastafel di lorong. Itu adalah masa-masa hidup dari
jaminan sosial. Tapi Mom masih amat tegar ketika itu. Begitu Jeannie dan Patty
masuk sekolah, ia mencari seorang wanita setengah baya yang dapat dipercaya
untuk mengurus anak-anak itu begitu mereka pulang, lalu mencari pekerjaan
sebelumnya ia seorang penata rambut, dan ternyata masih cukup andal,
meskipun agak kuno. la memindahkan mereka semua ke sebuah apartemen
kecil dengan dua kamar tidur di Adams-Morgan, yang ketika itu merupakan
daerah hunian kelas pekerja baik-baik
Ia akan menyiapkan roti goreng dengan telur untuk sarapan, lalu mengirim
Jeannie dan Patty ke sekolah dalam gaun-gaun bersih. Sesudah itu ia akan
menata rambutnya dan memakai makeup di wajahnya orang harus tampil rapi
kalau bekerja di salon dan selalu meninggalkan dapur dalam keadaan bersih,
dengan sepiring kue di meja untuk anak-anaknya kalau mereka pulang. Pada
hari Minggu, mereka bertiga membersihkan apartemen itu dan mencuci semua
pakaian mereka bersama-sama. Mom dulu begitu serba bisa, begitu dapat
diandalkan, tidak pernah mengenal capek; betul-betul menyedihkan
melihatnya menjadi wanita pelupa yang terus mengeluh di tempat tidur.
Kini ia mengerutkan alisnya, seakan bingung, lalu berkata, Jeannie, kenapa
kau pakai cincin itu di hidungmu""
Jeannie menyentuh cincin perak itu sambil tersenyum
21 sendu. Mom, aku kan menindik hidungku sewaktu masih remaja. Masa Mom
sudah lupa bagaimana marahnya Mom gara-gara itu" Aku sudah khawatir Mom
bakal mengusirku." Aku lupa," ujar Mom.
Aku masih ingat," ujar Patty. Di mataku kau hebat sekali. Tapi ketika itu aku
baru berusia sebelas tahun dan kau empat belas, dan bagiku apa pun yang
kaulakukan benar-benar berani, gaya, dan hebat."
Mungkin," sahut Jeannie dalam nada tidak pasti.
Patty tertawa cekikikan. Tapi jaket oranye itu gawat sekali."
Ya, jaket itu. Mom akhirnya membakarnya setelah aku mengenakannya saat
tidur di sebuah bangunan yang sudah ditinggalkan, dan mendapat kutu."
Aku ingat itu," ujar Mom. Kutu! Anakku punya kutu!" la masih tetap merasa
sengit mengenai itu, lima belas tahun sesudahnya.
Tiba-tiba suasananya menjadi lebih enak. Kenangan-kenangan itu
mengingatkan mereka betapa akrabnya mereka dulu. Saat yang baik untuk
angkat kaki. Sebaiknya aku pergi sekarang," ujar Jeannie sambi) berdiri.
Aku juga," ujar Patty. Aku masih harus masak."
Namun tak seorang pun di antara keduanya bergerak ke arah pintu. Jeannie
merasa seakan ia menelantarkan ibunya, meninggalkannya justru pada saat ia
dibutuhkan. Tak seorang pun di sini mencintainya. Seharusnya salah seorang
anggota keluarganya yang merawatnya. Jeannie dan Patty seharusnya tinggal
bersamanya, memasak untuknya, menyeterika gaun-gaun tidurnya, dan
menyalakan TV agar ia dapat menonton acara-acara favoritnya.
Mom berkata, Kapan aku akan melihat kalian lagi""
Jeannie tampak ragu. Ia ingin mengatakan. Besok, aku akan mengantarkan
sarapan Mom dan tinggal bersama Mom sepanjang hari. Tapi itu tak mungkin;
ming-gu ini ia sibuk sekali. Rasa bersalah meliputi dirinya. Bisa-bisanya aku
begitu kejam. 22 Patty menolongnya dengan berkata, Aku akan datang besok, dan membawa
anak-anak untuk menemui Mom. Mom pasti senang."
Mom tidak berniat melepaskan Jeannie begitu saja. Kau juga akan datang,
Jeannie"" Jeannie nyaris tidak dapat menjawab. Begitu aku bisa." Dengan sedih ia
mendoyongkan tubuh ke arah tempat tidur, lalu mencium ibunya Aku
menyayangimu, Mom. Cobalah mengingat itu."
Begitu mereka berada di luar, Patty langsung mengisak.
Jeann ie juga ingin menangis, tapi ia lebih tua, dan sejak dulu ia sudah
membiasakan diri untuk mengendalikan emosinya sendiri sementara ia menjaga
Patty, la merangkul pundak adiknya saat mereka menelusuri lorong yang steril
itu. Patty bukan lemah, tapi ia lebih pasrah daripada Jeannie yang selalu
pantang menyerah dan punya kemauan sendiri. Mom sering mengritik Jeannie
dan mengatakan seharusnya ia lebih seperti Patty.
Kalau saja aku bisa mengajaknya tinggal bersamaku, tapi nyatanya tidak
bisa," ujar Patty dalam nada menye sal.
Jeannie mengangguk-Patty bersuamikan seorang tukang kayu bernama Zip.
Mereka tinggal di sebuah rumah kecil dengan dua kamar. Kamar kedua
ditempati oleh ketiga anak lelakinya. Davey berusia enam tahun, Mei empat,
dan Tom dua. Tidak ada tempat untuk seorang nenek di sana.
Jeannie tinggal sendirian. Sebagai asisten profesor di Jones Falls University, ia
mendapat tiga puluh ribu dolar setahun jauh lebih sedikit daripada suami
Patty, menurutnya dan ia baru saja menandatangani hipotek pertamanya
untuk membeli sebuah apartemen dua ruangan dan perabotan yang akan ia
lunasi secara kredit. Ruangan yang satu adalah kamar duduk dengan sebuah
23 pojok yang berfungsi sebagai dapur, yang lain adalah kamar tidur dengan
sebuah lemari pakaian dan kamar mandi kecil. Andai kata ia memberikan
tempat tidurnya kepada Mom, ia harus tidur di sofa setiap malam; dan tidak
ada seorang pun di rumah sepanjang hari untuk menjaga seorang wanita yang
menderita Alzheimer. Aku juga tidak bisa menampungnya," ujarnya
Patty memperlihatkan amarah di balik deraian air matanya. Lalu kenapa
kaukatakan padanya kita akan mengeluarkannya dari situ" Itu kan tidak
mungkin!" Mereka melangkah ke luar dalam panas terik yang menyengat. Jeannie berkata,
Besok aku akan ke bank, mencoba mendapatkan pinjaman. Kita akan
memindahkannya ke tempat yang lebih baik, dan aku akan menombok uang
asuransjnya." Tapi bagaimana caramu membayar kembali itu semua"" ujar Patty secara
praktis. Aku akan diangkat menjadi lektor, lalu menjadi profesor penuh, lalu aku akan
ditugaskan menulis sebuah buku pegangan dan disewa sebagai konsultan oleh
tiga perusahaan konglomerat internasional."
Patty tersenyum di antara deraian air matanya. Aku percaya itu, tapi
bagaimana dengan orang-orang bank itu ""
Patty memang selalu mempercayai ucapan ucapan Jeannie. Patty sendiri sama
sekali tidak ambisius. Ia termasuk dalam peringkat di bawah rata-rata di
sekolah, menikah dalam usia sembilan belas tahun, dan sejak itu tinggal di
rumah untuk membesarkan anak-anaknya tanpa rasa sesal sedikit pun. Jeannie
justru sebaliknya. Sebagai bintang kelas dan kapten dalam hampir semua nm
olahraga, ia menjadi juara tenis dan meneruskan pendidikannya ke perguruan
tinggi melalui beasiswa olahraga. Apa pun yang katanya akan ia lakukan, Patty
tak pernah meragukannya. Tapi ucapan Patty betul; pihak bank tidak akan mem
24 berikan pinjaman baru kepadanya setelah baru saja mendanai pembelian
apartemennya. Dan ia belum lama diangkat menjadi asisten profesor; baru tiga
tahun kemudian ia akan mendapat promosi lagi. Saat mereka tiba di pelataran
parkir, Jeannie berkata dalam nada putus asa, Oke, akan kujual mobilku."
Jeannie menyayangi mobilnya. Sebuah Mercedes 230C merah keluaran dua
puluh tahun yang lalu, dengan dua pintu dan jok dari bahan kulit berwarna
hitam, la membelinya delapan tahun yang lalu, dengan uang hadiah "
kemenangannya dalam the Mayfair Lites College Tennis Challenge, sebanyak
lima ribu dolar. Itu saat sebelum memiliki mobil Mercedes tua dianggap gaya.
Nilainya sekarang mungkin sudah dua kali lipat dari yang kubayar dulu,"
ujarnya. Tapi kau harus membeli mobil lain," ujar Patty, yang masih amal realistis.
Kau benar." Jeannie menghela napas. Yah, aku bisa memberikan les privat.
Memang bertentangan dengan peraturan JFU, tapi aku mungkin bisa mendapat
empat puluh dolar sejam untuk mengajar remedial statistics mahasiswa-mahasiswa kaya yang gagal ujian di universitas lain secara pribadi. Aku bisa
memperoleh tiga ratus dolar seminggu, mungkin; bebas pajak kalau aku tidak
melaporkannya" la me
natap adiknya. Kau bisa sisihkan sesuatu""
Patty mengalihkan matanya. Aku tidak tahu."
Zip kan mendapat lebih banyak daripada aku."
Dia bisa membunuhku karena mengatakan ini, tapi kukira kami, bisa
menyisihkan sekitar tujuh puluh lima sampai delapan puluh dolar seminggu,"
ujar Patty akhirnya. Aku akan mendorongnya untuk meminta kenaikan gaji.
Dia bakal merasa sungkan mengajukannya, tapi setahuku dia layak
menerimanya, dan bosnya suka padanya"
Jeannie mulai merasa lebih senang, meskipun ia tidak
25 terlalu antusias membayangkan akan menghabiskan hari-hari Minggunya dengan
mengajar para mahasiswa baru yang ketinggalan. Dengan uang ekstra sebesar
empat ratus dolar seminggu, kita dapat memperoleh kamar dengan kamar
mandi sendiri untuk Mom."
Dengan begitu, dia bisa memiliki barang-barangnya sendiri di sekitarnya,
pemak-pernik dan mungkin beberapa perabotan dari apartemennya."
Ayo kita mulai tanya sana-sini, mungkin ada yang tahu tentang tempat yang
lebih menyenangkan."
Oke." Patty tampak berpikir. Penyakit yang diderita Mom itu menurun, kan"
Aku pernah mengikuti liputannya di TV."
Jeannie mengangguk. Penyebabnya adalah kelainan suatu gen, AD3, yang
berhubungan dengan tahap paling awal penyakit Alzheimer." Lokasinya di
kromosom 14q24.3, seingat Jeannie, tapi itu toh tidak akan ada artinya bagi
Patty. - Apakah itu berarti kau dan aku nanti juga akan menderita seperti Mom""
Kemungkinan itu memang ada."
Untuk sesaat mereka sama-sama terdiam. Bayangan akan kehilangan
kemampuan untuk berpikir terang betul-betul amat tidak menyenangkan untuk
dibicarakan. Untung aku sudah mulai punya anak dalam usia amat muda," ujar Patty.
Mereka sudah cukup besar untuk mengurus diri sendiri saat itu terjadi atas
diriku." Jeannie menangkap nada sindiran itu. Sama seperti Mom, Patty beranggapan
ada sesuatu yang tidak beres jika seseorang berusia dua puluh sembilan tahun
belum juga punya anak. Jeannie berkata, Fakta bahwa mereka sudah berhasil
menemukan gennya menjanjikan pengharapan. Artinya, saat kita mencapai usia
Mom, mereka mungkin sudah dapat menyuntik kita dengan versi DNA kita
sendiri yang sudah diubah, dan tidak mengandung gen yang fatal itu lagi."
26 Mereka menyebutkan itu di TV. Teknologi rekombinasi DNA, kan""
Jeannie tersenyum. Betul."
Tuh, kan, aku nggak begitu bodoh."
Aku tidak pernah menganggap kau bodoh." t
Dengan wajah serius Patty berkata, Masalahnya, DNA membuat kita
sebagaimana adanya kita, sehingga kalau DNA-ku diubah, apakah aku akan
menjadi orang yang sama sekali berbeda""
Bukan hanya DNA-mu yang membuat kau menjadi kau, tapi juga bagaimana
caramu dibesarkan. Dan itulah yang sedang kutekuni saat ini."
Bagaimana dengan pekerjaanmu yang baru""
Seru. Ini kesempatan yang baik sekali bagiku, Patty. Ternyata banyak sekali


Kembaran Ketiga The Third Twin Karya Ken Follett di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang membaca artikel yang kutulis mengenai kriminalitas, dan apakah
kecenderungan itu terdapat di dalam gen kita." Artikel itu diterbitkan tahun
lalu, saat ia masih di University of Minnesota, memakai nama profesor
pembimbingnya di atas namanya sendiri, tapi itu adalah hasil kerjanya
I* Aku masih belum mengerti, apakah maksudmu bakat jahat itu diturunkan
atau tidak." Aku mengidentifikasi empat bakat yang diturunkan, yang cenderung mengarah
ke perilaku kriminal: sikap impulsif, tidak mengenal rasa takut, sikap agresif,
dan hiperaktif. Menurut teoriku yang hebat, cara tertentu untuk membesarkan
seorang anak dapat menetralisasi bakat-bakat ini dan mengubah mereka yang
berpotensi menjadi pelaku kriminal menjadi seorang warga negara yang baik.",
Lalu bagaimana caramu membuktikannya""
Dengan mempelajari pasangan-pasangan kembar identik yang dibesarkan
secara terpisah. Pasangan-pasangan kembar identik memiliki DNA yang sama.
Tapi kalau mereka diadopsi sewaktu dilahirkan atau dipisahkan entah dengan
alasan apa, mereka akan tumbuh
27 dewasa dengan cara berbeda. Karena itulah aku mencari pasangan-pasangan
kembar di mana yang satu adalah seorang kriminal dan yang lain normal.
Kemudian aku mempelajari cara mereka dibesarkan dan letak perbedaan cara
ojangtua mereka mendidik mereka."
Pekerjaanmu meman g penting sekali," ujar Patty.
Kukira begitu." Kita harus temukan alasan, mengapa begitu banyak orang Amerika jadi begitu
jahat belakangan ini."
Jeannie mengangguk Memang begitulah, singkatnya.
Patty melangkah ke arah mobilnya sendiri, sebuah Ford station wagon tua yang
besar; bagian belakangnya penuh dengan barang-barang anak-anak dalam
aneka warna marak: sebuah sepeda roda tiga, sebuah kereta dorong yang
dilipat, berbagai macam raket dan bola, dan sebuah truk mainan besar dengan
satu roda patah. Jeannie berkata, Cium anak-anak untukku, oke"*
Trims. Aku akan meneleponmu besok, setelah menengok Mom."
Jeannie mengeluarkan kunci mobilnya, kemudian menghampiri Patty untuk
merangkul adiknya. Aku menyayangimu. Sis," ujarnya.
Aku juga." Jeannie masuk ke dalam mobilnya, lalu melesat pergi.
la merasa tegang dan gelisah, penuh dengan berbagai perasaan yang tidak
terpecahkan mengenai Mom, Patty, dan ayahnya yang tidak ada di situ. Ia
memasuki 1-70 dan mulai menginjak gasnya, menyelip ke sana kemari di antara
kendaraan-kendaraan lain. la mempertimbangkan apa yang akan ia lakukan
selanjutnya hari itu, kemudian teringat bahwa ia ada janji main tenis pada
pukul enam, sesudah itu minum bir dan makan piza bersama serombongan
mahasiswa senior dan para akademikus muda fakultas psikologi Jones Falls.
Mula-mula terpintas dalam dirinya membatalkan acaranya malam itu. Tapi ia
tak ingin duduk sendirian di rumah
28 dengan pikiran kusutnya. Ia akan main tenis putusnya-olahraga yang rfTenuntut
banyak energi itu akan membuatnya merasa lebih nyaman. Sesudah itu ia akan
menghabiskan waktunya di Andy s Bar selama sejam atau dua jam, lalu tidur
lebih awal. Tapi kenyataannya ternyata tidak begitu.
Lawan main tenisnya adalah Jack Budgen, kepala perpustakaan universitas.
Laki-laki ini pernah main di Wimbledon dan, meskipun sekarang ia sudah botak
dan berusia lima puluh tahun, kondisinya masih fit dan ia masih menguasai sisa-sisa keterampilan lamanya Jeannie belum pernah masuk Wimbledon. Puncak
kariernya adalah dalam tim tenis USA di Olimpiade saat ia masih mahasiswi
junior. Namun ia toh lebih kuat dan cepat daripada Jack.
Mereka bermain di lapangan tenis yang dilapis tanah liat merah di kampus
Jones Falls. Mereka merupakan lawan setanding, sehingga permainan mereka
menarik perhatian sejumlah penonton. Memang tidak ada kode berpakaian,
tapi karena kebiasaan, Jeannie selalu bermain dalam celana pendek putih yang
bersih dan kaus polo putih. Rambutnya panjang dan berwarna gelap, tidak
lembut dan lurus seperti milik Patty, tapi berombak dan sulit diatur, karenanya
ia menyusupkannya ke dalam topi petnya
Pukulan serve Jeannie kuat sekali, sedangkan hantaman smash baekkand-nya
betul-betul mematikan. Tidak banyak yang dapat dilakukan Jack untuk
mengatasi serve-nya, namun setelah melewati beberapa babak awal, ia
memastikan Jeannie tidak memperoleh kesempatan untuk menggunakan smash
backhand nya la bermain dengan lihai, menghemat energinya dan membiarkan
Jeannie membuat kesalahan-kesalahan. Jeannie bermain agak terlalu agresif,
membuat kesalahan ulang saat ganti bola, dan terlalu terburu-buru lari ke arah
net. Dalam 29 situasi normal, Jeannie yakin ia dapat mengalahkan Jack, tapi hari ini
konsentrasinya sedang kacau, sehingga agak sulit baginya untuk memprakirakan
gerakan lawannya Mereka memenangkan masing-masing satu set, dan set ketiga
berakhir dengan 5-4 untuk pihak Jack. Tapi Jeannie mendapati dirinya masih
memegang bola Permainan terus berlanjut sampai pada kedudukan dua deuce, kemudian Jack
mendapat satu angka dan berada di atas angin. Jeannie memukul bola ke
dalam net. Erangan tertahan terdengar dari arah kerumunan penonton.
Bukannya memberikan pukulan serve kedua normal yang lebih pelan, ia
memperhitungkan arah angin dan memukul lagi, seakan yang ia berikan itu
sebuah serve pertama. Jack berhasil meraih bola itu dan mengembalikannya ke
posisi backhand Jeannie, yang kemudian melancarkan pukulan smash-nya
sambil lari ke arah net Namun kondisi Jack tidak seburuk yang ia coba
tampilkan. Bola itu melayang kembali dengan mantap melewati kepala
Jeannie, la lu mendarat tepat di garis belakang.
Jeannie berdiri sambil mengawasi bola itu dengan berkacak pinggang, la benar-benar marah pada dirinya. Meskipun sudah bertahun-tahun tidak pernah
bermain secara serius, ia masih memiliki semangat bertanding yang kuat, yang
membuatnya tidak mudah menerima kekalahan. Kemudian ia berusaha
menenangkan perasaannya dan menyunggingkan senyum di bibirnya. Ia
berpaling. Bagus sekali!" serunya Ia melangkah ke arah net untuk menjabat
tangan Jack, sementara tepukan riuh terdengar dari arah para penonton.
Seorang anak muda menghampirinya. Hei, permainan bagus!" ujarnya sambil
tersenyum lebar. Jeannie menatapnya sekilas. Tubuhnya besar sekali, tinggi dan atletis, dengan
rambut pirang berombak yang dipotong pendek, dan sepasang mata. biru yang
simpatik. Rupanya ia sedang berusaha menarik perhatian Jeannie.
30 Jeannie sedang tidak mood. Trims," sahutnya dalam nada pendek.
Anak muda itu tersenyum lagi. Suatu senyuman relaks dan penuh percaya diri,
yang menyatakan bahwa kebanyakan cewek akan senang kalau ia mengajak
mereka, berbicara, entah ia sedang serius atau tidak. Aku juga bisa main tenis
sedikit, dan kukira &"
Kalau kau cuma bisa main tenis sedikit, kau bukan tandinganku sahut Jeannie
sambil berlalu. Di belakangnya, Jeannie mendengar jawabannya yang bernada humor, Apakah
itu berarti tidak akan ada acara makan malam romantis yang diteruskan dengan
malam yang penuh kehangatan""
Mau tak mau Jeannie tersenyum menanggapi kegigihan anak muda itu,
walaupun tadi ia memberi tanggapan ketus. Ia berpaling, lalu berkata melalui
pundaknya, tanpa menghentikan langkah. Ya. tapi trims untuk tawaranmu."
Ia meninggalkan lapangan tenis itu dan menuju ruang ganti. Jeannie
mempertanyakan apa yang sedang dilakukan Mom pada saat itu. Tentunya ia
sudah makan malam sekitar waktu ini; sekarang pukul tujuh tiga puluh, dan
makan malam selalu diberikan awal di tempat-tempat perawatan seperti itu.
Mungkin Mom sedang nonton TV di ruang duduk. Mungkin ia akan menemukan
seorang teman yang hampir seusia dengannya dan dapat mentoleransi sifat
pelupanya dan menaruh minat pada foto cucu-cucunya. Dulu Mom punya
banyak teman rekan-rekannya di salon, para pelanggannya, tetangga dan
mereka-mereka yang sudah ia kenal selama sekitar dua puluh lima tahun tapi
tentunya tidak mudah bagi orang-orang ini untuk memelihara hubungan akrab
mereka kalau Mom setiap kali lupa siapa mereka.
Saat melewati lapangan hockey, Jeannie berpapasan dengan Lisa Hoxton. Lisa
adalah teman sejati perta
31 manya sejak ia tiba di Jones Falls sebulan yang lalu Gadis itu seorang teknisi
laboratorium di fakultas psikologi. Ia memiliki gelar kesarjanaan, namun tak
ingin menjadi seorang akademikus. Sama seperti Jeannie, ia datang dari
keluarga miskin, dan merasa sedikit terintimidasi oleh kalangan Ivy League
Jones Falls. Mereka langsung merasa cocok satu sama lain.
Barusan ada anak yang mencoba mendekati aku," ujar Jeannie sambil
tersenyum. Kayak apa tampangnya""
Seperti Brad Pitt, tapi lebih tinggi."
Kaubilang padanya bahwa kau punya teman yang lebih mendekati usianya""
ujar Lisa, yang berumur dua puluh empat tahun.
Tidak." Jeannie menoleh ke belakang, tapi anak muda itu sudah tidak tampak
lagi. Jalan terus, siapa tahu dia membuntuti kita."
Begitu mengganggunyakah dia""
Ah." Jeannie, yang tampangnya nggak enaklah yang harus kauhindari." Sudahlah!"
Kau kan bisa memberikan nomor teleponku padanya."
Seharusnya kuselipkan secarik kertas dengan nomor ukuran BH-mu di
tangannya; itu bakal ampuh sekali." Payudara Lisa memang besar.
Lisa berhenti melangkah-Untuk sesaat Jeannie mengira gurauannya sudah
keterlaluan, dan ia telah menyinggung perasaan Lisa, la mulai mencari cara
untuk meminta maaf. Kerrtudian Lisa berkata. Gila! Ukuranku 36D, untuk
keterangan lebih lanjut, hubungi nomor ini. Boleh juga."
Aku cuma iri, dari dulu aku kepingin yang besaran," ujar Jeannie, lalu mereka
sama-sama cekikikan. Benar, lho. Aku sering berdoa untuk itu. Bisa dibilang
aku 32 cewek yang paling belakangan haid ih kelasku. Benar benar memalukan.*
Kau sungguh-sungguh berdoa
. Ya Tuhan, tumbuhkanlah tetekku, sambil
berlutut di samping tempat tidurmu""
Aku berdoa kepada Perawan Maria, karena kupikir ini masalah cewek. Dan aku
nggak bilang tetekku, tentu saja"
Lalu kau bilang apa" Buah dada""
Tidak, rasanya nggak enak bilang buah dada pada Ibu Maria."
Jadi, kau pakai kata apa""
Papan." Tawa Lisa meledak. Entah dari mana aku dapat kata itu, rasanya aku pernah dengar orang
menggunakan istilah itu. Kedengarannya cukup sopan di telingaku. Aku nggak
pernah menceritakan ini kepada siapa-siapa sebelumnya."
Lisa menoleh ke belakang. Yah, aku tidak melihat ada cowok keren
membuntuti kita. Rupanya kau sudah berhasil menggusah si Brad Pitt."
Bagus kalau begitu. Dia memang tipeku, cakep, seksi, sok percaya diri, dan
benar-benar tidak dapat dipercaya"
Dari mana kau tahu dia tidak bisa dipercaya" Kau cuma bertemu dengannya
selama dua puluh detik."
Semua laki-laki tidak bisa dipercaya"
Mungkin kau benar Kau ke Andy s nanti malam""
Yeah, tapi cuma sejam atau dua jam. Aku mau mandi dulu." Baju Jeannie
basah kuyup oleh keringatnya
Aku juga." Lisa mengenakan celana pendek dan sepatu lari. Aku habis latihan
dengan tim hockey. Kenapa cuma sejam""
Ini hari yang berat untukku." Pertandingan itu telah berhasil mengalihkan
perhatian Jeannie untuk sesaat, namun kini hatinya terasa pedih kembali. Aku
terpaksa memasukkan ibuku ke rumah perawatan."
33 Oh, Jeannie, kasihan sekali."
Jeannie mengungkapkan ceritanya saat mereka memasuki gedung olahraga itu
dan menuruni tangga ke basement. Di ruang ganti, Jeannie melihat pantulan
bayangan mereka di cermin. Penampilan mereka begitu kontras, sehingga
beikesan lucu. Tinggi Lisa sedikit di bawab rata-rata, sementara Jeannie
hampir enam kaki. Lisa seorang gadis pirang dengan lekuk tubuh yang_ lembut,
sementara Jeannie lebih gelap dan berotot. Wajah Lisa manis, dengan bintik-bintik di sekitar hidung mungilnya yang lucu, dan mulutnya seperti busur. Keba
nyakan orang mendiskripsikan Jeannie sebagai gadis menarik, dan kaum lelaki
kadang-kadang mengatakan kepadanya bahwa ia cantik, tapi tidak pernah ada
yang menyebutnya manis. Saat mereka melepaskan pakaian olahraga yang penuh keringat itu, Lisa
berkata, Bagaimana dengan ayahmu" Kau nggak pernah cerita apa apa
mengenai dirinya." Jeannie menghela napas. Pertanyaan itu sangat ditakutinya sejak ia masih
kecil, tapi toh pada akhirnya selalu muncul, cepat atau lambat. Selama
bertahun-tahun ia sudah berbohong, dengan mengatakan Daddy sudah
meninggal atau menghilang atau menikah lagi dan pergi ke Saudi Arabia untuk
bekerja. Namun belakangan ia mulai mengungkapkan apa adanya. Ayahku di
dalam penjara," ujarnya
Va Tuhan. Seharusnya aku tidak bertanya"
Tak apa Dia di penjara selama hampir seluruh hidupku. Dia pencuri. Ini sudah
ketiga kalinya dia masuk."
Berapa lama masa hukumannya""
Aku nggak ingat. Itu tidak penting. Dia toh tidak bakal bisa berbuat apa-apa
begitu keluar. Dia tidak pernah peduli urusan kami, dan tidak akan pernah
peduli." Apa dia nggak pernah punya pekerjaan lain"" 34
Cuma kalau dia sudah merencanakan untuk membobol suatu tempat. Dia akan
bekerja sebagai pesuruh, tukang jaga pintu, atau petugas sekuriti selama
seminggu atau dua minggu sebelum merampok di situ."
Lisa menatapnya. Karena itukah kau begitu tertarik pada soal genetika dalam
kasus kriminalitas""
Mungkin." Mungkin juga tidak." Lisa mengibaskan tangannya Aku paling nggak demen
pada para ahli psikoanalisa amatiran."
Mereka menuju kamar mandi. Jeannie menghabiskan waktu lebih lama
daripada biasanya, untuk mencuci rambut, la amat menghargai
persahabatannya dengan Lisa. Lisa sudah setahun lebih di Jones Falls, dan ia
telah mengantar Jeannie ke mana-mana sewaktu Jeannie baru tiba di situ pada
awal semester tersebut. Jeannie merasa senang bekerja sama dengan Lisa di
laboratorium, karena temannya itu betul-betul dapat diandalkan; dan ia
senang, menghabiskan waktu bebasnya bersama Lisa, karena ia merasa dapat
mengungkapkan apa saja yang terpintas dalam pikirannya tanpa khawatir akan
dicela. Jeannie sedang mengolesi rambutnya dengan conditioner s
aat ia menangkap suara-suara aneh. Ia berhenti, lalu memasang telinga. Sepertinya jeritan-jeritan ketakutan. Bulu kuduknya berdiri, dan membuatnya menggigil. Tiba-tiba ia merasa amat tidak berdaya: tanpa busana, dalam keadaan basah, di
lantai bawah bangunan itu. Untuk sesaat ia ragu, kemudian cepat-cepat ia
membilas rambutnya sebelum keluar dari kabin mandi itu untuk melihat apa
yang tidak beres. Begitu melangkah keluar dari kabin itu, ia mencium bau sesuatu yang terbakar.
Ia tidak dapat melihat apinya, tapi ada asap tebal berwarna hitam keabuan
yang membubung ke arah langit-langit. Sepertinya keluar dari r lubang
ventilasi. II - M Ia merasa takut. Ia belum pernah menghadapi kebakaran.
Cewek-cewek yang lebih tenang segera merenggut tas-tas mereka, lalu
beranjak ke arah pintu. Yang lain mulai histeris, saling meneriaki dalam nada-nada ketakutan sambil berlarian ke sana kemari tanpa arah. Seorang petugas
sekuriti brengsek, dengan sehelai sapu tangan berbintik-bintik menutupi hidung
dan mulutnya, membuat mereka semakin ketakutan dengan bolak-balik sambil
mendorong cewek-cewek itu dan sok memberikan instruksi.
Jeannie menyadari bahwa sebaiknya ia tidak menyia-nyiakan waktunya untuk
berpakaian, tapi ia toh merasa tidak enak untuk keluar dari gedung itu dalam
keadaan telanjang. Rasa cemas mulai menggerayangi dirinya, namun ia


Kembaran Ketiga The Third Twin Karya Ken Follett di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memaksa diri untuk tetap tenang. Ia menemukan lemari locker n ya Lisa masih
belum kelihatan. Ia menyambar pakaiannya, mengenakan celana jeans dan
baju kausnya Semua itu hanya memerlukan waktu beberapa detik, tapi sementara itu
ruangan tersebut mulai ditinggalkan orang-orang dan dipenuhi asap. Ia tidak
dapat melihat lagi pintu keluarnya, dan ia mulai batuk-batuk. Ia ketakutan
membayangkan dirinya tidak dapat bernapas. Aku tahu di mana pintunya, dan
aku harus tetap tenang, ujarnya pada diri sendiri. Kunci-kunci dan uangnya ada
di dalam saku celana jcans-nyu Ia meraih raket tenisnya. Sambil menahan
napas, dengan cepat ia meninggalkan ruang ganti itu, menuju pintu keluar. ,
Lorong itu sudah penuh asap tebal, dan matanya mulai berair, sehingga ia
nyaris tak dapat melihat. Kini ia menyesal tidak keluar dalam keadaan
telanjang saja, sehingga ia dapat memperoleh beberapa detik ekstra yang
berharga. Celana jeans nya toh tidak dapat membantu penglihatan atau
pernapasannya di dalam lautan asap ini. Dan tidak menjadi masalah sebetulnya
untuk 36 ditemukan dalam keadaan telanjang pada saat kau sudah mati.
Dengan tangan bergetar ia menggerayangi dinding sebagai pegangan saat
menelusuri lorong itu, masih sambil menahan napas. Ia memperhitungkan
kemungkinan akan bertabrakan dengan salah seorang cewek, tapi rupanya
mereka semua sudah mendahuluinya. Ketika tidak ada lagi dinding untuk
digerayangi, ia tahu bahwa ia sudah berada di ruang lobi yang kecil, meskipun
ia belum bisa melihat apa-apa kacuah asap. Tangganya tentu ada di depannya
Ia menyeberangi lobi itu, lalu menabrak mesin Coca Cola Tangganya di sebelah
kiri atau sebelah kanan sekarang" Di sebelah kiri, ujarnya pada dirinya. Ia
bergerak ke arah itu, kemudian sampai di pintu ruang ganti laki-laki. la
menyadari bahwa ia telah salah memilih
la tidak dapat menahan napas lebih lama lagi. Sambil mengerang ia menghirup
udara. Kebanyakan asap yang masuk, sehingga ia terbatuk-batuk. Kembali
dengan terhuyung-huyung ia menelusuri tembok, sambil batuk, dengan lubang
pernapasan serasa terbakar, mata berair, dan hampir-hampif^tak dapat
melihat tangannya sendiri di mukanya. Saat ini ia sangat ingin menghirup udara
segar, la mengikuti tembok itu menuju mesin Coca Cola, kemudian
mengitarinya. Ia menyadari bahwa ia telah menemukan (angga setelah kakinya
terantuk pada undak-undak paling bawah, la menjatuhkan raketnya yang
kemudian menghilang dari pandangan. Raket itu amat istimewa baginya ia
berhasil memenangkan pertandingan Mayfair Lites Challenge dengannya tapi ia
meninggalkan raket itu, lalu merangkak menaiki tangga
Kabut asap itu menipis secara tiba-tiba begitu ia sampai di lobi utama yang luas
di lantai dasar, la dapat melihat pintu-pintu gedung yang terbuka. Seorang
petugas se kuriti berdiri di luar, memberikan isyarat kepadanya sambil
berteriak. Ayo!" Masih sambil terbatuk-V
batuk dan nyaris tak dapat bernapas, ia melintasi lobi itu, lalu keluar untuk
menghirup udara segar. Ia berdiri di tangga luar selama dua atau tiga menit, membungkuk sambil
menarik napas dan membatukkan asap itu keluar dari paru-parunya. Setelah
irama napasnya kembali normal, ia mendengar lengking sirene sebuah mobil
unit gawat darurat di kejauhan, la melayangkan pandang ke sekitarnya untuk
mencari Lisa, namun tidak dapat menemukannya.
Apakah Lisa masih di dalam" Dengan tubuh gemetaran, Jeannie bergerak di
antara kerumunan orang, sambil mengawasi wajah-wajah di sekitarnya. Kini,
setelah berada di luar jangkauan bahaya, terdengar banyak tawa bernada
emosi. Kebanyakan gadis-gadis itu dalam keadaan hampir tidak berbusana,
sehingga suasana menjadi sedikit intim. Mereka yang berhasil menyelamatkan
tas-tas mereka meminjami pakaian lebih kepada yang kurang beruntung.
Cewek-cewek telanjang menyambut dengan penuh rasa terima kasih baju kaus
kotor dan penuh keringat milik teman-teman mereka. Beberapa hanya
mengenakan handuk. Lisa tidak berada di antara me%ka. Dengan hati semakin resah Jeannie kembali
ke petugas sekuriti yang sedang berdiri ifi pintu. Aku khawatir temanku masih
di dalam sana," ujarnya dengan nada cemas.
Aku tidak akan menyusulnya,"# ujar laki-laki itu dengan cepat.
Hebat sekali," ucap Jeannie dalam nada sengit, la tidak tahu persis apa yang
diharapkannya dari laki-laki itu, namun ia sama sekali tak menduga akan
memperoleh jawaban seperti itu.
Sikap kurang suka membayang di wajah si petugas. Itu tugas mereka," ujarnya
sambil menunjuk ke sebuah mobil unit pemadam kebakaran yang sedang
memasuki pelintasan jalan.
Jeannie mulai mengkhawatirkan keselamatan Lisa,
38 namun ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ia mengawasi dengan sikap tak
sabar dan tak berdaya, sementara para petugas pemadam kebakaran keluar
dari kendaraan mereka, lalu mengenakan perangkat bantu pernapasan.
Gerakan mereka seakan begitu lambat, sehingga ia ingin mengguncang-guncang
tubuh mereka sambil berteriak, Cepat! Cepat!" Sebuah mobil unit kebakaran
yang lain tiba, disusul sebuah mobil polisi putih dengan garis-garis biru-dan-putih dari Departemen Kepolisian Baltimore.
Sementara para petugas-pemadam kebakaran itu menghela sebuah selang ke
dalam bangunan, seorang perwira mendekati petugas jaga ruang lobi, lalu
bertanya, Dari mana asal api""
Dari ruang ganti cewek," ujar si petugas sekuriti.
Di mana itu persisnya""
Di basement, di bagian belakang."
Ada berapa pintu keluar dari sana""
Cuma satu, melalui tangga yang menuju lobi utama, yang ini.*
Seorang petugas teknisi yang berdiri di dekat situ menyanggahnya Ada sebuah
tangga di ruang mesin kolam renang yang menuju bagian belakang gedung."
Jeannie berhasil menarik perhatian petugas pemadam kebakaran itu, lalu
berkata, Kukira temanku masih di dalam sana."
Laki-laki atau perempuan""
Perempuan, berusia dua puluh empat tahun, pendek, pirang."
Kalau dia memang di sana^jita akan menemukannya."
Untuk sesaat Jeannie merasa lebih tenang. Kemudian ia menyadari bahwa laki-laki itu tidak menjanjikan untuk menemukan Lisa dalam keadaan hidup.
Si petugas sekuriti yang ia lihat di ruang ganti tadi tidak tampak. Jeannie
berkata kepada si petugas pe
39 madam kebakaran, Masih ada seorang petugas sekuriti di sana, yang tidak
kulihat sedari tadi. Orangnya tinggi."
Si petugas jaga lobi berkata, Tidak ada petugas sekuriti lain di dalam gedung
ini." Yah, tapi dia memakai topi dengan tulisan SEKURITI di atasnya, dan dia
menyuruh orang-orang keluar dan dalam gedung."
Aku tidak peduli apa yang tertulis di topinya &"
Astaga, itu tidak perlu diperdebatkan!" bentak Jeannie. Mungkin dia cuma
hasil imajinasiku, tapi kalau tidak, nyawanya mungkin dalam bahaya!"
Seorang gadis dalam celana khaki laki-laki yang digulung berdiri rji dekat
mereka sambil ikut mendengarkan. Aku melihat orang itu. Brengsek banget,"
ujarnya. Dia menggerayangi aku."
Si petugas pemadam kebakaran berkata, Tenanglah, kami akan temukan
mereka. Terima kasih untuk keterangan Anda." Ia berlalu.
Jeannie menatap si penjaga lobi dengan pandangan sengit. Ia merasa petugas
pemadam kebakaran tadi menganggapnya histeris gara-gara ia berteriak ke
arah laki-laki itu. Ia berpaling dengan perasaan sebal. Apa yang akan ia lakukan
sekarang" Para petugas pemadam kebakaran berhamburan ke dalam gedung,
mengenakan helm dan sepatu bot. Ia masih bertelanjang kaki dan mengenakan
sehelai baju kaus. Kalau ia mencoba ikut masuk bersama mereka: mereka akan
mengusirnya keluar. Ia mengepalkan tinjunya, bingung. Putar otakmu! Di mana
lagi ia dapat menemukan Lisa"
Gedung olahraga itu. bersebelahan dengan Ruth W. Acom Psychology Building,
mengikuti nama istri salah seorang penyumbangnya, tapi lebih dikenal, bahkan
di kalangan universitas itu, sebagai Nut House. Apakah Lisa ke sana" Pintu-pintunya terkunci pada hari Minggu, tapi mungkin ia punya kunci. Mungkin ia
masuk ke sana untuk mencari jas laboratorium untuk menutupi
40 dirinya, atau sekadar duduk di belakang mejanya untuk memulihkan diri.
Jeannie memutuskan untuk mengecek Apa pun lebih baik daripada hanya
berdiri di situ tanpa melakukan apa-apa.
la segera melintasi lapangan rumput menuju pintu masuk utama Nut House,
dan mencoba mengintip k dalam melalui pintu-pintu kacanya. Tak tampak
seorang pun di lobinya. Ia mengeluarkan sebuah kartu plastik dari sakunya,
yang berfungsi sebagai kunci bila digesekkan di alat pembacanya. Pintu
terbuka. Ia segera lari menaiki tangga, sambil memanggil, Lisa! Kau di sana9 "
Ruang laboratorium itu dalam keadaan sunyi. Kursi Lisa masih terletak rapi di
belakang meja tulisnya, dan layar komputernya kosong. Jeannie mencoba
melongok ke dalam kamar kecil wanita di ujung lorong. Tidak ada siapa-siapa.
Sial!" umpatnya. Di mana sih kau""
Dengan napas terengah-engah ia lari lagi keluar. Ia memutuskan untuk
mengitari bangunan olahraga itu; siapa tahu Lisa sedang duduk-duduk di suatu
tempat untuk mengembalikan napasnya, la berlari menelusuri samping gedung,
melewati sebuah pelataran yang penuh drum-drum sampah. Di bagian belakang
terdapat sebuah tempat parkir kecil. Ia melihat sosok seseorang berlari
melintasi jalan setapak, menjauh. Postur tubuhnya lebih tinggi daripada Lisa,
dan Jeannie yakin ia seorang laki-laki. Mungkin si petugas sekuriti yang ia
anggap hilang tadi, tapi laki-laki itu menghilang di pojok Student Union
sebelum ia dapat memastikannya.
Jeannie meneruskan langkahnya. Di kejauhan tampak pelintasan*joging, yang
tampak sepi sekarang. Setelah membuat putaran penuh, akhirnya ia tiba
kembali di bagian muka bangunan olahraga itu.
Kerumunan orang sudah bertambah ramai, dan sekarang lebih banyak lagi
mobil pemadam kebakaran dan mobil polisi, namun ia belum juga melihat Lisa,
la hampir yakin bahwa temannya masih berada di dalam
gedung yang terbakar itu. Perasaan tidak enak mulai melanda dirinya. Jeannie
berusaha menyisihkannya. Kau tidak bisa membiarkan itu terjadi begitu saja!
Ia melihat si petugas pemadam kebakaran yang disapanya tadi. Ia
mencengkeram lengan laki-laki itu. Aku hampir yakin bahwa Lisa Hoxton
masih di dalam sana," ujarnya dengan cepat. Aku sudah mencarinya ke mana-mana."
Si petugas pemadam kebakaran menatapnya tajam, lalu rupanya memutuskan
bahwa ucapannya dapat diandalkan. Tanpa menjawab Jeannie, ia mendekatkan
sebuah radio walkie-talkie ke mulutnya. Perhatikan kalau ada seorang wanita
muda kulit putih yang mungkin masih berada di dalam gedung. Namanya Lisa,
aku ulangi & Lisa."
Terima kasih," ujar Jeannie.
Laki-laki itu mengangguk singkat, dan berlalu.
Jeannie merasa bersyukur petugas itu memberikan tanggapan atas ucapannya,
namun ia toh belum merasa tenang. Mungkin Lisa masih terjebak di dalam
sana, terkunci di dalam kamar kecil atau terperangkap oleh api, menjerit-jerit
sia-sia untuk minta tolong; atau mungkin ia jatuh, lalu kepalanya terbentur
sesuatu, sehingga ia pingsan, atau dalam kepungan asap, terbaring tak sadar
sementara api menjalar semakin dekat.
Jeannie teringat ucapan si teknisi gedung yang menyatakan masih ada sebuah
jalan masuk lain ke basement. Ia tidak meliha
t jalan itu saat mengitari
bangunan tersebut. Ia memutuskan untuk melihat lagi. la kembali ke bagian
belakang gedung. Ia langsung melihatnya. Pintunya ternyata terletak sejajar dengan permukaan
tanah, berdekatan dengan bangunan itu, dan tersembunyi di balik sebuah
mobiL Chrysler New Yorker berwarna keabuan. Daun pintunya yang dari baja
dalam keadaan terbuka, bersandar pada dinding bangunan. Jeannie berlutut di
dekat lubangnya yang berbentuk persegi, lalu melongok ke dalam.
42 Ada sebuah tangga ke bawah, menuju sebuah kamar kotor yang diterangi lampu
neon. Ia dapat melihat mesin-mesin dan sejumlah pipa. Ada kepulan asap di
sana, tapi tidak tebal. Rupanya tempat ini terpisah dari bagian Iain basement
itu. Namun demikian, bau asap mengingatkan dirinya tentang bagaimana ia
terbatuk-batuk dan tersedak tadi, saat menggerayang-gerayang ke sana kemari
untuk mencari tangga. Ia merasa jantungnya berdegup lebih cepat.
Ada orang di situ"" serunya.
Ia merasa mendengar sesuatu, tapi belum yakin. Ia berseru lebih keras. Halo""
Tidak ada jawaban. Ia ragu sebentar. Hal paling bijaksana yang dapat ia lakukan adalah kembali ke
bagian muka gedung untuk memanggil seorang petugas pemadam kebakaran,
tapi itu akan memakan waktu terlalu lama, terutama jika si petugas
memutuskan untuk menanyainya terlebih dahulu. Alternatifnya adalah turun
dan memeriksa sendiri. Membayangkan untuk memasuki gedung itu lagi membuat lututnya lernah
Dadanya masih sakit oleh serangan batuk yang melanda dirinya gara-gara asap
tadi. Tapi Lisa mungkin masih di bawah sana, terluka dan tidak dapat bergerak,
atau tertindih oleh balok yang rubuh, atau dalam keadaan pingsan. Ia harus
melihat. Ia mengumpulkan seluruh keberaniannya, lalu menjejakkan kakinya di tangga
itu. Lututnya terasa lemah dan ia nyaris kehilangan keseimbangan. Untuk
sesaat ia ragu. Selang beberapa saat, ia merasa dirinya lebih kuat. la mulai
melangkah turun. Kemudian ada asap yang masuk ke dalam lubang
pernapasannya, dan membuatnya terbatuk batnk. la segera naik lagi.
Setelah berhenti batuk, ia mencoba sekali lagi.
la turun satu undakan, kemudian satu lagi. Kalau asap itu membuatku batuk
lagi, aku akan langsung keluar, ujarnya pada diri sendiri. Langkah ketiga
ternyata 43 lebih mudah, dan selelah itu ia cepat-cepat turun, lalu melompat dari undak-undak terakhir ke permukaan beton.
Ia mendapati dirinya berada di sebuah ruangan besar yang penuh dengan
pompa-pompa dan alat penyaring, yang sepertinya untuk kolam renang. Bau
asapnya cukup menyengat, namun ia dapat bernapas dengan normal.
la langsung melihat Lisa, namun keadaan temannya membuatnya menahan
napas. Lisa sedang berbaring miring, meringkuk dalam posisi janin, tanpa sehelai
benang pun. Terlihat noda darah di pahanya. Dan ia sama sekali tidak bergerak.
Untuk sesaat bulu kuduk Jeannie berdiri.
Ia mencoba menguasai diri. Lisa!" serunya, la merasa suaranya berkesan
histeris, maka ia menarik napas untuk menenangkan diri. Ya Tuhan, lindungilah
dia. Ia melintasi ruangan itu sambil melangkahi pipa-pipa yang simpang siur.
lalu berlutut di dekat temannya. Lisa""
Lisa membuka matanya. Terima kasih. Tuhan." ujar Jeannie. Kukira kau mati."
Perlahan-lahan Lisa berusaha duduk. Ia menghindari tatapan Jeannie. Bibirnya
tampak memar. Di-dia & dia memerkosaku," ujarnya.
Kelegaan di hati Jeannie karena menemukan Lisa masih dalam keadaan hidup
digantikan oleh rasa cemas yang mencekam. Ya Tuhan. Di sini""
Lisa mengangguk. Dia bilang ini jalan keluarnya."
Jeannie memejamkan mata. Ia dapat merasakan kepedihan dan rasa terhina
Lisa, haknya sebagai manusia dilanggar, diremehkan dan dicemari. Air mata
mulai menggenangi matanya, tapi ia berusaha menahannya Untuk sesaat ia
merasa terlalu lemas dan mual untuk mengatakan sesuatu.
Kemudian ia berusaha mengendalikan diri. Siapa laki-laki itu""
44 Orang sekuriti." Yang mukanya ditutup sapu tangan bintik-bintik"" Dia melepaskannya." Lisa
berpaling. Dia terus menyeringai."
Cocok rupanya. Cewek dalam celana khaki tadi mengatakan bahwa seorang
petugas sekuriti menggerayangi tubuhnya. Sementara itu, petugas lobi
menyatakan b ahwa setahunya tidak ada petugas sekuriti lain di dalam
bangunan itu. Dia bukan orang sekuriti," ujar Jeannie. Ia baru saja melihat
laki-laki itu lari menjauh beberapa menit yang lalu. Gelombang rasa marah
melanda dirinya saat membayangkan laki-laki itu telah melakukan perbuatan
maksiat ini di sini, di kampus ini. di dalam bangunan olahraga ini, tempat
mereka semua biasanya merasa begitu aman untuk melepaskan pakaian dan
mandi. Tangan Jeannie bergetar. Ingin rasanya ia mengejar orang itu, lalu
mencekik lehernya. Ia mendengar suara ribut-ribut; suara orang memberikan perintah, langkah-langkah kaki berat dan air yang disemprotkan. Para petugas pemadam


Kembaran Ketiga The Third Twin Karya Ken Follett di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kebakaran sedang beroperasi dengan selang-selang mereka. Dengar, kita
sedang dalam bahaya saat ini," ujarnya cepat-cepat. Kita harus keluar dari
sini." Suara Lisa terdengar datar sekali. Aku tidak punya pakaian."
Kita bisa mati di sinil Jangan khawatir soal pakaian, semua dalam keadaan
setengah telanjang di luar sana." Jeannie melayangkan pandang ke sekitarnya,
lalu melihat pakaian dalam Lisa yang terbuat dari bahan renda berwarna merah
tergeletak di lapisan debu, di bawah sebuah tangki. Ia memungut pakaian
dalam itu. Pakailah. Kotor memang, tapi toh lebih baik daripada tidak
mengenakan apa-apa."
Lisa tetap duduk di lantai, sambil menatap dengan pandangan kosong.
Jeannie berusaha memerangi perasaan panik yang
45 mulai melanda dirinya. Apa yang bisa ia lakukan kalau Lisa bersikeras tidak mau
bergerak" Mungkin ia dapat mengangkat Lisa, tapi dapatkah ia membopongnya
naik tangga itu" Ia meninggikan suaranya. Ayo, bangun!" la meraih tangan
Lisa, lalu menariknya sampai berdiri.
Akhirnya Lisa menatapnya. Jeannie, ulahnya betul-betul menjijikkan,"
ujarnya. Jeannie merangkul Lisa, kemudian memeluknya erat. Aku betul-betul
menyesal, Lisa. Sungguh," ujarnya.
Kabut asap semakin tebal, meskipun dibatasi " oleh pintu yang berat itu.
Ketakutan menggantikan rasa prihatinnya saat itu. Kita harus keluar dari sini
apinya bakal merambat kemari. Demi Tuhan, kenakan ini!"
Akhirnya Lisa mulai bergerak, la memakai celana dalam dan BH-nya. Jeannie
meraih tangannya, menggiringnya ke tangga yang menempel pada dinding itu,
lalu menyuruhnya naik lebih dulu. Sementara Jeannie mengikutinya dari
belakang, pintu ruangan itu didobrak orang. Seorang petugas pemadam
kebakaran masuk bersama kepulan asap tebal. Air mengalir deras di sekitar
kakinya, la tampak terkejut melihat mereka. Kami tidak apa-apa, kami akan
keluar melalui jalan ini," teriak Jeannie ke arahnya. Kemudian ia naik ke atas,
menyusul Lisa. Beberapa saat kemudian, mereka sudah berada di luar, menghirup udara
bersih. Jeannie merasa lemas, tapi juga lega; ia berhasil menyelamatkan Lisa dari api.
Tapi kini Lisa membutuhkan pertolongan. Jeannie melingkarkan lengan di bahu
temannya, lalu mengajaknya ke bagian muka gedung. Di mana-mana kendaraan
urut pemadam kebakaran dan mobil-mobil polisi malang melintang. Hampir
semua wanita di dalam kerumunan itu kini sudah mengenakan sesuatu untuk
menutupi ketelanjangan mereka, dan Lisa jadi tampak mengundang perhatian
dengan pakaian dalamnya yang berwarna merah. Ada yang punya celana
46 panjang lebih atau apa saja"" tanya Jeannie dalam nada memohon saat mereka
mulai menerobos kerumunan orang. Rupanya semua sudah memberikan apa
yang bisa mereka berikan kepada yang lain. Jeannie ingin memberikan baju
kausnya pada Lisa, tapi ia sedang tidak memakai BH.
Akhirnya seorang laki-laki kulit hitam yang jangkung melepaskan kemejanya,
lalu menyerahkannya pada Lisa. Nanti tolong dikembalikan, merknya Ralph
Lauren," ujarnya. Namaku Mitchell Waterfield, Fakultas Matematika."
Aku akan ingat itu," ujar Jeannie dengan penuh rasa terima kasih.
Lisa mengenakan kemeja itu. Karena postur tubuhnya pendek, kemeja itu
mencapai lututnya. Jeannie merasa mulai dapat menguasai keadaan yang serba mengenaskan itu.
Ia menggiring Lisa ke sebuah mobil unit gawat darurat. Tiga orang polisi sedang
bersandar pada kendaraan mereka, tidak melakukan apa apa. Jeannie
menghampiri yang tertua, seorang laki-laki kulit putih yang gemuk deng
an kumis keabuan. Wanita ini bernama Lisa Hoxton. Dan dia baru saja
diperkosa." Semula ia mengira berita itu akan membuat mereka langsung bereaksi,
mengingat undakan kriminal itu merupakan pelanggaran serius, tapi ternyata
tanggapan mereka biasa-biasa saja. Mereka membutuhkan beberapa detik
untuk mencerna informasi itu, namun saat Jeannie akan membentak mereka,
yang berkumis menghela dirinya sambil berkata, Di mana terjadinya""
Di basement bangunan yang terbakar, di ruang mesin kolam renang di bagian
belakang." Salah seorang di antara mereka, seorang anak muda kulit hitam, berkata, Para
petugas pemadam kebakaran mungkin sedang membilas bukti-buktinya
sekarang. Sersan." 47 Kau benar," sahut si sersan. Sebaiknya kau ke sana. Lenny, dan amankan
lokasi tindak kejahatan itu." Lenny bergegas pergi. Si sersan berpaling ke arah
Lisa. Anda kenal laki-laki yang melakukan ini atas diri Anda, Ms. Hoxton""
tanyanya. Lisa menggeleng. Jeannie berkata, Dia seorang laki-laki kulit putih yang memakai topi pet
baseball merah dengan tulisan SEKURITI di bagian depannya. Aku melihatnya di
ruang ganti wanita begitu kebakaran itu terjadi, dan kukira aku baru saja
melihatnya lari menjauh sebelum aku menemukan Lisa."
Si sersan mengulurkan lengan ke dalam mobilnya, lalu mengeluarkan sebuah
radio telepon. Ia mengatakan sesuatu ke dalamnya, kemudian mengakhiri
percakapannya Kalau dia cukup konyol untuk terus memakai topi pet itu, ada
kemungkinan kami dapat menangkapnya," ujarnya, la mengalihkan perhatian
ke arah rekannya. McHenty, antar korban ke rumah sakit"
McHcnty adalah seorang anak muda kulit putih berkacamata, la berkata kepada
Lisa, Anda mau duduk di depan atau di belakang""
Lisa tidak menjawab, tapi tampak ragu.
Jeannie membantunya. Duduklah di depan. Kau tidak ingin tampak seperti
tersangka pelaku tindak kejahatan, bukan""
Rasa cemas membayang di wajah Lisa, dan akhirnya ia berkata, Kau tidak
ikut"" Aku akan ikut kalau kau mau aku ikut," ujar Jeannie untuk menenteramkan
hatinya. Atau aku bisa mampir sebentar di apartemenku, mengambilkan
pakaian untukmu, lalu aku akan menemuimu di rumah sakit."
Lisa menatap McHenty dengan pandangan waswas.
Jeannie berkata, Kau tidak akan apa-apa, Lisa."
McHenty membuka pintu mobilnya, lalu Lisa masuk ke dalam.
48 Rumah sakit mana"" tanya Jeannie kepadanya. Santa Teresa." McHenty
masuk ke dalam kendaraannya.
Aku akan menyusulmu di sana," seru Jeannie melalui jendela kaca, sementara
mobil itu melesat pergi. Jeannie berlari kecil ke arah pelataran parkir fakultas. Ia mulai menyesal
kenapa ia tidak ikut untuk menemani Lisa. Lisa betul-betul ketakutan dan
tampak tidak keruan saat meninggalkan tempat itu. Tentu saja ia
membutuhkan pakaian bersih, tapi yang lebih ia butuhkan saat itu mungkin
seorang teman wanita untuk mendampingi, menggenggam tangannya, serta
membesarkan hatinya. Sangat berat baginya ditinggal sendirian bersama
seorang laki-laki macho yang menyandang pistol. Saat melompat ke dalam
mobilnya, Jeannie merasa ia telah membuat kesalahan besar. Ya Tuhan, ini
benar-benar hari yang berat." ujarnya sambil meninggalkan tempat parkir itu.
Jeannie tinggal tidak jauh dari kampus. Apartemennya terletak di lantai atas
sebuah rumah kopel kecil. Jeannie memarkir mobilnya, lalu bergegas lari ke
dalam. Cepat-cepat ia mencuci tangan dan wajahnya, kemudian mengenakan pakaian
bersih. Ia berpikir sebentar untuk memutuskan pakaian mana yang cukup untuk
bangun tubuh Lisa yang pendek dan agak gemuk, la mengeluarkan sehelai baju
polo berukuran besar dan celana panjang berpinggang karet dari bahan katun.
Untuk pakaian dalamnya ternyata lebih sulit, la menemukan sebuah celana
pendek laki-laki model baggy, tapi tak satu pun BH-nya akan muat. Jadi, Usa
terpaksa tidak pakai BH. Ia memeriksa koleksi sepatunya, memasukkan
semuanya ke dalam sebuah tas kain. lalu segera lari keluar lagi.
Saat mengemudikan mobilnya ke arah rumah sakit, suasana hatinya mengalami
perubahan. Sejak peristiwa kebakaran itu terjadi, pikirannya hanya terpusat
pada apa yang hams dikerjakannya kini ia mulai merasa
49 marah. Selama ini Lis a adalah gadis berpembawaan riang dan suka bicara,
namun guncangan dan kejadian mengerikan itu telah mengubahnya jadi seperti
zombie yang takut masuk ke dalam sebuah mobil polisi sendirian.
Saat melintasi sebuah pusat perbelanjaan, Jeannie mulai memasang mata.
kalau-kalau laki-laki dalam topi pet merah itu terlihat lagi. Kalau melihatnya,
ia akan membanting kemudi ke arah trotoar untuk menabraknya. Tapi ia tidak
akan dapat mengenalinya. Tentunya laki-laki itu lelah melepaskan penutup
wajahnya, dan mungkin bahkan topinya. Apa lagi yang dikenakannya tadi" Ia
merasa tercengang menyadari bahwa ia hampir tidak dapat mengingatnya lagi.
Semacam baju kaus, ujarnya pada dirinya, dengan celana blue jeans atau
mungkin celana pendek. Biar bagaimanapun, kemungkinan besar laki-laki itu
sudah ganti pakaian sekarang, seperti halnya dirinya.
Malah orangnya bisa siapa saja yang bertubuh tinggi dan berkulit putih: anak
muda pengantar piza yang mengenakan seragam merah itu; atau si botak yang
sedang berjalan kaki ke gereja bersama istrinya, dengan buku kidung dalam
genggaman masing-masing; atan si tampan bercambang yang sedang menjinjing
kotak gitarnya; atau bahkan polisi yang sedang berbicara dengan seorang
gelandangan di luar sebuah toko minuman keras. Tidak ada yang dapat
dilakukan Jeannie saat itu untuk melampiaskan amarahnya, selain
mencengkeram kemudi mobilnya sekuat tenaga, sehingga buku-buku jarinya
memutih. Santa Teresa adalah rumah sakit pinggiran yang besar di sebelah utara, dekat
perbatasan kota. Jeannie meninggalkan mobilnya di pelataran parkir, lalu
segera menuju bagian perawatan gawat darurat. Lisa sudah berbaring di
tempat tidur, dalam pakaian rumah sakit, menerawangi kejauhan Sebuah
pesawat TV yang suaranya 50 dimatikan sedang menayangkan acara pemberian penghargaan Emmy: ratusan
selebriti Hollywood dalam pakaian malam, minum-minum sampanye sambil
saling memberikan selamat. McHenty duduk di samping tempat tidur dengan
sebuah buku notes di atas lututnya.
Jeannie menurunkan tas kainnya. Ini pakaian untukmu. Bagaimana""
Lisa tidak menjawab dan wajahnya masih tetap tanpa ekspresi, la masih
terguncang, ujar Jeannie pada dirinya. Ia sedang menekan perasaannya,
berjuang agar tetap dapat mengendalikan diri. Tapi ia toh harus menemukan
cara untuk melampiaskan amarahnya. Perluapan itu akan terjadi, cepat atau
lambat. McHenty berkata, Aku harus mendapatkan beberapa detail mengenai kasus
ini, Miss. Kalau Anda tidak berkeberatan untuk meninggalkan kami berdua
selama beberapa saat lagi""
Oh, tentu," ujar Jeannie dalam nada meminta maaf. Tapi kemudian ia
melihat wajah Lisa. Untuk sesaat ia terenyak. Beberapa menit yang lalu, ia
mengumpati dirinya karena telah meninggalkan Lisa sendirian dengan seorang
laki-laki. Kini ia hampir melakukan hal yang sama. Tapi." ujarnya, mungkin
Lisa lebih suka aku menemaninya di sini." Instingnya ternyata dikonfirmasi oleh
anggukan lemah1 Lisa. Jeannie duduk di tempat tidur itu, lalu menggenggam
tangan Lisa. McHenty tampak kesal, namun tidak membantah. Aku baru menanyakan
kepada Miss Hoxton tentang cara dia menghadapi penyerangan itu," ujarnya.
Apakah kau berteriak. Lisa""
Sekali, sewaktu dia mengempaskan tubuhku ke lantai," jawab Lisa dalam
suara rendah. Kemudian dia mengeluarkan sebilah pisau."
Suara McHenty terdengar datar, dan pandangannya terarah ke buku notesnya
saat ia berkata, Apakah kau mencoba melawannya""
51 Lisa menggeleng. Aku takut dia akan melukai aku."
Jadi, kau hampir tidak berusaha melawan setelah jeritau pertama itu""
Lisa menggeleng, lalu mulai mengisak. Jeannie meremas tangannya. Ingin
rasanya ia berkata pada McHenty, Memangnya apa yang seharusnya ia lakukan"
Namun ia menahan diri. Ia sudah berlaku kasar tadi, kepada seorang anak muda
bertampang Brad Pitt, mengeluarkan komentar yang tidak enak mengenai
payudara Lisa, dan membentak si petugas jaga lobi di gedung olahraga itu. la
menyadari bahwa ia akan menemui masalah dalam menghadapi pihak
berwenang, dan memutuskan untuk tidak memusuhi petugas kepolisian yang
sedang melakukan pekerjaannya ini.
McHenty melanjutkan. Sewaktu
akan memerkosamu, apakah dia memaksamu
untuk mengangkang""
Jeannie mengernyitkan wajahnya. Kenapa mereka tidak menugaskan seorang
polisi wanita untuk melakukan interogasi seperti itu"
Lisa berkata, Dia menempelkan ujung pisaunya di pahaku."
Apakah dia melukaimu""
Tidak." Jadi, kau membuka kakimu dengan begitu saja."
Jeannie berkata, Kalau seorang tersangka mengacungkan senjatanya ke arah
seorang polisi, biasanya kau akan menembaknya, bukan" Apakah kau akan
menyebut itu dengan begitu saja""
McHenty melontarkan tatapan marah ke arah Jeannie. Tolong jangan ikut
campur, Miss." la mengalihkan perhatiannya kembali kepada Lisa. Apakah ada
bagian tubuhmu yang terluka""
Aku sedang mengalami perdarahan, ya."
Apakah itu disebabkan oleh tindakan persetubuhan secara paksa""
Ya." 52 Di mana persisnya kau terluka""
Jeannie tidak tahan lagi. Bagaimana kalau kita biarkan para dokter yang
menentukannya""
McHenty menatapnya seakan ia orang tolol. Aku harus membuat laporan
pendahuluan." Kalau begitu, katakan saja bahwa dia mengalami luka dalam yang diakibatkan
oleh peristiwa pemerkosaan itu."
Aku yang melakukan prosedur tanya-jawab ini."
Dan aku meminta padamu untuk tidak merongrongnya. Bung," ujar Jeannie
sambil berusaha mengendalikan diri agar tidak meninggikan suaranya.
Temanku ini sedang stres dan kukira dia tidak perlu mendeskripsikan luka-luka
dalamnya kepadamu, sementara dia akan diperiksa oleh seorang dokter
sebentar lagi." McHenty tampak marah, tapi bertekad untuk meneruskan tugasnya. Tadi
kulihat kau mengenakan pakaian dalam dari bahan renda berwarna merah.
Apakah menurutmu itu sedikit banyak ada pengaruhnya atas apa yang telah
terjadi"" Lisa membuang muka, matanya penuh air mata.
Jeannie berkata, Kalau aku melaporkan bahwa mobil Mercedes merahku
dicuri, apakah kau akan menanyakan padaku apakah aku memprovokasi
terjadinya pencurian itu dengan mengemudikan sebuah mobil yang demikian
menariknya"" McHenty mengabaikan dirinya. Apa seingatmu kau sudah pemah bertemu
dengan laki-laki ini. Lisa""
Belum." Tapi kabut asap tentunya mempersulitmu untuk dapat melihat jelas. Dan dia
memakai semacam syal untuk menutupi wajahnya."
Pada awalnya aku memang tidak bisa melihat apa-apa. Tapi tidak begitu
banyak asap di tempat & dia melakukan itu. Aku melihat tampangnya." Lisa
mengangguk. Aku melihat tampangnya."
53 Jadi, kau akan mengenalinya begitu kau melihatnya* lagi""
Tubuh Lisa menggigil. Ya, tentu." Tapi kau belum pernah melihatnya
sebelumnya, misalnya di bar atau tempat lain"" Betul."
Kau suka pergi ke bar, Lisa"" Ya."
Bar untuk orang-orang single, yang semacam itukah""
Darah Jeannie mulai mendidih. Pertanyaan macam apa itu""
Pertanyaan yang biasanya diajukan oleh para pengacara," jawab McHenty.
Lisa kan tidak sedang disidang" Dia bukan si calon tersangka! Dia korbannya!"


Kembaran Ketiga The Third Twin Karya Ken Follett di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kau masih perawan, Lisa""
Jeannie berdiri. Oke, sekarang cukup. Tidak kusangka akan sampai begini. Kau
tidak berhak mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti ini."
McHenty menaikkan volume suaranya. Aku sedang menjajaki kredibilitasnya
Satu jam setelah dia menjadi korban suatu tindakan kekerasan" Lupakan itu!"
Aku cuma melakukan tugasku."
Rupanya kau tidak tahu, apa sebetulnya tugasmu. Rupanya kau memang
benar-benar tidak becus, McHenty."
Sebelum laki-laki itu dapat menjawab, seorang dokter memasuki ruangan itu
tanpa mengetuk terlebih dahulu. Ia masih muda dan tampak tegang dan
kecapekan. Tnt yang diperkosa"" tanyanya.
Ini Ms. Lisa Hoxton," ujar Jeannie dalam nada dingin. Dan ya, dia baru saja
diperkosa." Aku perlu melakukan pengambilan cairan vagina."
Pembawaannya sama sekali tidak simpatik, tapi setidaknya sekarang ada alasan
untuk meminta McHenty 54 keluar dari tempat ini. Jeannie mengalihkan pandang ke arah petugas dari
dinas kepolisian itu. Laki-laki itu tidak bergeming, seakan ia menganggap
tugasnya adalah menyelia seluruh proses itu. Jeannie berkata, Sebelum Anda
melakukan itu, Dokter, bagaimana kalau Opsir McHenty meninggalkan ruangan
ini terlebih dahulu"**
Si dokter terdiam, menoleh ke arah McHenty. Si polisi angkat bahu,
lalu keluar. Tiba-tiba dokter itu merenggut lembaran seprai yang menutupi tubuh Lisa.
**Angkat bajumu dan pentangkan kakimu, perintahnya.
Lisa mulai mengisak. Jeannie hampir tak percaya mendengar perintah si dokter. Ada apa sebetulnya
dengan orang-orang ini" Maaf, Dokter," ujarnya.
Si dokter menatapnya dengan pandangan tidak suka. Ada masalah""
Bagaimana kalau Anda lebih sopan sedikit""
Wajah si dokter memerah. Rumah sakit ini penuh dengan pasien-pasien yang
mengalami berbagai macam trauma, entah karena kecelakaan atau penyakit
serius," ujarnya. Saat ini di ruang gawat darurat ada tiga anak kecil yang baru
saja mengalami kecelakaan mobil, dan mereka semua dalam keadaan sekarat.
Dan Anda menuntutku untuk berlaku lebih sopan kepada seorang cewek yang
tidur dengan laki-laki yang salah""
Untuk sesaat Jeannie tercengang. Tidur dengan laki-laki yang salah"*
ulangnya. Lisa langsung duduk tegak. Aku mau pulang," ujarnya.
"Sepertinya itu ide yang baik," sahut Jeannie. Ia membuka tas kainnya, lalu
mulai menggelar pakaian-pakaiannya di tempat tidur.
Untuk sesaat si dokter hanya terbengong. Kemudian ia berkata dalam nada
marah, Sesukarnulah." Lalu keluar.
55 Jeannie dan Lisa saling pandang. Aku benar-benar tak percaya ini akan
terjadi," ujar Jeannie.
Untung mereka sudah pergi," ujar Lisa sambil turun dari tempat tidur.
Jeannie membantu Lisa melepaskan pakaian rumah sakit itu. Setelah Lisa
cepat-cepat mengenakan pakaian dan sepatunya, Jeannie berkata, Kuantar
kau pulang." Kau mau menginap di apartemenku " tanya Lisa. Aku tak ingin sendirian
malam ini."p> Oke, dengan senang hati."
McHenty sedang menunggu di luar. Tampangnya tidak begitu yakin lagi.
Mungkin ia sudah sadar bahwa ia kurang taktis dalam menangani situasi itu.
Masih ada beberapa hal yang perlu kutanyakan," ujarnya.
Dalam nada tenang Jeannie menjawab, Kami mau pulang," ujarnya. Lisa
masih terlalu terguncang untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu
sekarang." Tampak si polisi berubah menjadi cemai. Tapi dia tidak punya pilihan lain."
ujarnya. Dia sudah kepalang mengajukan pengaduan."
Lisa berkata, Aku tidak diperkosa. Ada kekeliruan. Aku cuma mau pulang
sekarang." Anda tahu bahwa Anda melakukan pelanggaran hukum dengan mengajukan
pengaduan palsu""
Dengan marah Jeannie berkata. Wanita itu bukan pelaku tindak kriminal dia
sudah menjadi korban suatu tindak kriminal. Kalau alasanmu menanyakan
kenapa dia menarik pengaduannya, katakan padanya bahwa alasannya adalah
karena dia mendapatkan perlakukan brutal dari Opsir McHenty dari Dinas
Kepolisian Baltimore. Sekarang aku akan mengantarnya pulang. Permisi."
Sesudah itu ia merangkul pundak Lisa dan menggiringnya melewati si polisi, ke
arah pintu keluar. Saat mereka melangkah pergi, ia mendengar laki-laki itu bergumam. Apa
salahku"" BAB 3 BERRiNGTON Jones menatap kedua sahabat lamanya. Sulit rasanya untuk
percaya," ujarnya. Kita sama-sama hampir menginjak usia enam puluh tahun,
dan tak seorang pun di antara kita bertiga pernah punya penghasilan lebih dari
beberapa ratus ribu dolar setahun. Sekarang kita ditawari masing-masing enam
puluh juta dolar tapi kita justru berdiskusi bagaimana cara menolak tawaran
itu!" Preston Barck berkata, Sejak dulu memang bukan uang yang kita kejar,
bukan"" Senator Proust berkata, Aku masih belum mengerti situasinya. Kalau
sepertiga.dari suatu perusahaan yang bernilai seratus delapan puluh juta dolar
adalah rmlikku, kenapa sampai sekarang aku masih naik mobil Crown-Victoria
berusia tiga tahun""
Ketiga lak laki itu adalah pemilik sebuah perusahaan bioteknologi pribadi yang
kecil, Genetico Inc. Preston yang mengelola bisnis itu dari hari ke hari, Jim
berke cimpung dalam politik, dan Berrington adalah seorang akademikus.
Namun proses akuisisi itu merupakan proyek utama Berrington. Dalam sebuah
pesawat menuju San Francisco, Berrington bertemu dengan Presiden
Direktur Landsmann, sebuah konglomerasi perusahaan farmasi Jerman, dan
berhasil membangkitkan minat laki-laki itu untuk mengajukan penawaran. Kini
Berrington tinggal membujuk rekan-rekannya untuk menerima penawaran itu.
Tapi pr osesnya ternyata lebih sulit daripada yang ia perhitungkan.
Mereka berada di ruang duduk sebuah rumah di Roland Park, daerah hunian
bergengsi di Baltimore. Rumah itu milik Jones Falls University untuk
dipinjamkan kepada profesor-profesor yang sedang melakukan kunjungan kerja.
Berrington, yang menduduki jabatan profesor di Berkeley, California, di
Harvard, dan di Jones Falls, menggunakan rumah itu enam minggu setahun
selama ia berada di Baltimore. Di sana-sini ada beberapa barang pribadinya:
sebuah komputer lapwp. foto mantan istrinya bersama putra mereka, dan
setumpuk buku terbitannya yang terakhir. To Inherit the Future: How Genetic
Will Transform America Untuk Mewarisi Masa Depan: Bagaimana Rekayasa
Genetika Dapat Mengubah Amerika.
Preston adalah seorang laki-laki kurus yang amat serius. Meskipun ia salah
seorang ilmuwan paling terkemuka dalam angkatannya, tampangnya lebih mirip
seorang akuntan. Klinik-klinik itu selalu menghasilkan uang," ujar Preston.
Genetico memiliki tiga klinik fertilitas yang secara khusus memperdalam proses
pembuahan in vitro proyek bayi tabung prosedur ini dimungkinkan oleh riset
yang pernah dilakukan Preston pada tahun tujuh puluhan. Fertilitas
merupakan bidang yang paling cepat berkembang dalam dunia medis di
Amerika. Genetico akan menjadi sarana Landsmann untuk terjun ke dalam
pasaran baru yang amat luas ini. Mereka ingin kita membuka lima klinik baru
setiap tahun, selama sepuluh tahun mendatang."
Jim Proust adalah seorang laki-laki botak dengan kulit kecokelatan, hidung
besar, dan kacamata tebal.
58 Garis wajahnya yang kuat tapi tidak bagus merupakan bulan-bulanan para
kartunis politik, la dan Berrington sudah berteman dan menjadi kolega selama
dua puluh lima tahun. Kenapa kita tidak pernah sampai melihat uangnya""
tanya Jim. Uang itu selalu kami habiskan untuk riset" Genetico memiliki laboratorium-laboratorium sendiri, serta membuat kontrak riset dengan fakultas-fakultas
biologi dan psikologi dari berbagai universitas. Bening ton-1 ah yang membina
hubungan perusahaan dengan dunia akademis.
Dalam nada putus asa, Berrington berkata, Aku tidak mengerti, kenapa kalian
berdua tidak bisa melihat bahwa ini merupakan kesempatan besar untuk kita."
Jim menudingkan jarinya ke arah TV. Tolong besarkan suaranya. Berry
acaramu sekarang." Acara pemberian penghargaan Emmy sudah digantikan oleh Larry King Live, dan
Berrington tampil sebagai tamu. Berrington sama sekali tidak menyukai Larry
King laki-laki itu terlalu liberal, menurut pendapatnya namun penampilan ini
merupakan kesempatan baginya untuk berbicara pada jutaan rakyat Amerika.
la menatap sosoknya di televisi, dan merasa senang. Sebetulnya postur
tubuhnya pendek, tapi kamera televisi telah membuat semua tampil sama
tinggi. Setelannya yang berwarna biru laut tampak rapi. kemeja biru langitnya
senada dengan warna matanya, dan dasinya yang berwarna merah anggur tidak
kelihatan norak di layar. Setelah menilai secara lebih kritis, ja menganggap
rambutnya yang keperakan Tedikit terlalu rapi, nyaris tidak alami; gawatnya
malah hampir seperti seorang penginjil televisi.
King, yang seperti biasa selalu mengenakan bretel, sedang cenderung bersikap
agresif. Suaranya yang datar bernada menantang. Profesor, Anda kembali
menimbulkan kehebohan dengan buku Anda yang terakhir, namun banyak yang
beranggapan bahwa motivasi Anda tidak
59 ilmiah, melainkan lebih berbau politik. Bagaimana tanggapan Anda mengenai
hal ini"** Berrington merasa berbesar hati mendengar suaranya sendiri yang berkesan
menguasai keadaan dan logis. Aku cuma ingin menyatakan bahwa keputusan-kepu-tusan politik sebaiknya mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan,
Larry. Alam, kalau dibiarkan apa adanya, mengunggulkan gen-gen yang baik
dan memusnahkan yang kurang baik. Kebijakan kesejahteraan sosial kita
bertentangan dengan seleksi alam. Karena itulah kita memiliki generasi warga
kelas dua Amerika saat ini.**
Jim mencicipi wiskinya, lalu berkata, Ungkapan yang bagus generasi warga
kelas dua Amerika. Layak dikutip.*
Dr layar TV, Larry King berkata, Kalau teori Anda diikuti, apa yang akan
terjadi pada anak-anak orang miskin" Mereka akan dibiarkan kelaparan,
bukan"" Wajah Berrington di layar tampak berubah menjadi serius. Ayahku meninggal
pada tahun 1942, ketika kapal induk Wasp ditenggelamkan oleh sebuah kapal
selam Jepang di Guadalcanal. Usiaku baru enam tahun ketika itu. Ibuku
berjuang keras untuk membesarkan dan menyekolahkan aku. Larry, aku anak
dari kalangan tidak berpunya."
Nyatanya memang bisa dibilang begitu. Ayahnya, seorang insinyur yang brilian,
telah meninggalkan ibunya dengan tunjangan kecil, sehingga ibunya tidak
terpaksa harus bekerja atau menikah lagi. Ia berhasil mengirim Berrington ke
sekolah-sekolah swasta yang mahal, dan kemudian ke Harvard tapi itu toh
merupakan perjuangan. Preston berkata, Penampilanmu bagus, Berry kecuali mungkin rambutmu
yang bergaya daerah barat" Barck, yang termuda di antara trio itu, berusia
lima puluh lima tahun, berambut hitam pendek yang menempel menutupi
tempurung kepalanya seperti topi pet.
60 Berrington menanggapinya dengan gumaman sebal. Ia juga berpendapat begitu,
tapi toh merasa tersinggung mendengarnya dari mulut orang lain. Ia
menambahkan sedikit wiski ke dalam gelasnya sendiri. Mereka sedang minum
Springbank, merk berkualitas.
Di layar, Larry King berkata, Secara falsafah, apa beda pandangan Anda
dengan mereka dari kelompok, katakanlah, Nazi"*
Berrington menekan tombol remote control-nya untuk mematikan pesawat
televisi itu. Aku sudah menggeluti masalah ini selama sepuluh tahun,"
ujarnya. Tiga buah buku dan jutaan kali muncul dalam acara bincang-bincang
semacam itu sesudahnya. Apa relevansinya" Tidak ada."
Preston berkata. Toh ada. Soal genetika dan ras kaujadikan isu. Kau terlalu
terburu-buru." Terburu-buru"" sahut Berrington kesal. Kauanggap aku terlalu terburu-buru!
Dua minggu lagi umurku enam puluh tahun. Kita akan semakin tua. Kita tidak
punya banyak waktu lagi!"
Jim berkata, Ucapannya benar, Preston. Kau masih ingat situasinya sewaktu
kita masih muda" Begitu kita membuka mata, akan tampak betapa kacaunya
Amerika ketika itu: hak asasi bagi orang-orang negro, orang-orang Meksiko
mengalir masuk, sekolah-sekolah terbaik didominasi oleh anak-anak Yahudi
yang berpandangan komunis, anak-anak kita sendiri mengisap ganja dan
mengelak wajib militer. Dan, wauw, ternyata apa yang sudah kita prakirakan
itu benar! Coba lihat apa yang terjadi kemudian! Tidak pernah terlintas dalam
bayangan kita bahwa obat-obat terlarang akan menjadi salah satu tonggak
industri paling vital di negeri ini, dan bahwa sepertiga dari jumlah bayi-bayi
akan lahir dari ibu-ibu yang dibantu program Medicaid. Dan ternyata hanya
kitalah yang memiliki keberanian untuk menghadapi masalah itu kita serta
beberapa gelintir individu yang
61 memiliki pandangan sama. Selebihnya cuma menutup mata sambil
mengharapkan yang terbaik."
Mereka masih tetap seperti dulu, ujar Berrington pada dirinya. Sejak dulu
Preston selalu amat hati-hati dan agak penakut, sedangkan Jim sedikit terlalu
percaya diri. la sudah mengenal mereka begitu lama, sehingga ia dapat
menerima ketidaksempurnaan mereka dengan dada lapang, setidaknya
begitulah biasanya. Dan ia sudah terbiasa dengan perannya sebagai si
moderator yang mengarahkan mereka sebagai penengah.
Kini ia berkata, Bagaimana posisi kita sehubungan urusan dengan pihak
Jerman, Preston""
Sudah menjelang tahap pengambilan keputusan," jawab Preston. Mereka
ingin mengumumkan akuisisi ini melalui acara jumpa pers minggu depan."
Minggu depan"" sambut Berrington dalam nada antusias. Bagus sekali!"
Preston menggeleng-gelengkan kepala. Harus kuakui, aku belum merasa
mantap." Berrington mengeluarkan suara erangan.
Preston berkata lagi, Kami sudah melewati fase yang disebut tahap akhir. Kita
harus membuka buku-buku kita di hadapan akuntan akuntan Landsmann, dan
mengungkapkan segala sesuatu yang mungkin mempengaruhi keuntungan
mereka di masa mendalang, seperti utang-piutang dan perkara-perkara hukum
yang masih dalam proses penyelesaian."
Tapi kita bersih dari itu. kan"" tanya Jim
Preston menatapnya dengan serius. Kita semua tahu bahwa perusahaan ini
mem iliki hal-hal yang sebaiknya disembunyikan."
Untuk sesaat suasana di dalam ruangan itu hening. Kemudian Jim berkata,
Gila, tapi itu kan sudah lama sekali."
Lalu" Akibat dari apa yang pernah kita lakukan dulu itu masih berkeliaran di
luar sana." 62 Tapi dari mana Landsman akan tahu mengenai itu khususnya dalam waktu
satu minggu ini""
Preston angkat bahu, seakan berkata: Siapa tahu"
Kita harus berani mengambil risiko itu," ujar Berrington dalam nada tegas.
Suntikan dana yang bakal kita peroleh dari Landsmann akan memungkinkan
kita meningkatkan program riset. Dalam beberapa tahun lagi kita akan mampu
menawarkan bayi-bayi yang sempurna, hasil rekayasa genetika, kepada
masyarakat terkemuka kulit putih Amerika yang datang ke klinik kita."
Tapi seberapa jauh relevansinya nanti"" tanya Preston. Mereka yang miskin
akan terus beranak lebih cepat daripada yang kaya."
Kau melupakan program politik yang diajukan Jim," ujar Berrington.
Jim berkata, Pemerataan pajak pendapatan sampai sepuluh persen, dan
kewajiban untuk mengambil suntikan KB bagi mereka yang memperoleh
tunjangan sosial." Bayangkan, Preston," ujar Berrington. Bayi-bayi yang sempurna untuk
kalangan kelas menengah, dan sterilisasi bagi kelompok ekonomi lemah. Kita


Kembaran Ketiga The Third Twin Karya Ken Follett di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bisa mulai memulihkan keseimbangan antarras di Amerika. Itu kan target kita
sejak dulu." Kita masih amat idealis ketika itu." ujar Preston.
Tapi apa yang telah kita lakukan itu benar!" ujar Berrington.
Memang. Tapi semakin tua, semakin sering terpintas di dalam diriku bahwa
entah dengan cara bagaimana, dunia ini akan terus bergulir, meski seandainya
aku tidak pernah mencapai apa yang kurencanakan ketika aku berusia dua
puluh lima tahun." Arah percakapan ini bisa menggagalkan seluruh transaksi. Tapi kita bisa
mencapai apa yang pernah kita rencanakan," ujar Berrington. Segala upaya
kita selama tiga puluh tahun terakhir ini akun segera membuahkan hasil. Risiko
yang kita ambil dulu. waktu bertahun
63 tahun dan uang yang kita habiskan untuk riset itu akhirnya ternyata tidak sia-sia. Jangan senewen dulu, Preston!"
Aku sama sekali tidak senewen. Aku cuma mengemukakan suatu masalah yang
praktis dan nyata," sahut Preston. Jim boleh saja mengajukan program
politiknya, tapi itu kan tidak menjamin pelaksanaannya."
Di situlah Landsmann berperan," ujar Jim. Dana yang kita dapatkan dari
penjualan saham-saham kita dalam perusahaan akan memberikan peluang
untuk mencapai sasaran paling tinggi dari yang ada."
Apa maksudmu"" tanya Preston dengan tampang tidak mengerti Namun
Berrington tahu ke mana arahnya, dan ia tersenyum.
Gedung Putih," ujar Jim. Aku akan mencalonkan diriku dalam pemilihan
presiden." d i -scan dan di-djvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.ee) oleh:
Dilarang meng-komersll-kan atau kesialan menimpa hidup anda selamanya.
64 BAB 4 Beberapa menit menjelang tengah malam, Steve Lo g an memarkir mobil
Datsun tua karatannya di Lexington Street, daerah permukiman Hollins Market,
Baltimore, sebelah barat pusat kota. la akan menghabiskan malam itu bersama
sepupunya, Ricky Menzies, yang menekuni ilmu kedokteran di University of
Maryland di Baltimore. Ricky tinggal di sebuah kamar dalam sebuah rumah tua
besar yang disewa oleh para mahasiswa.
Ricky adalah tukang hura-hura paling getol, setahu Steve. Ia suka minum-minum, dansa, dan berpesta; begitu pula teman-temannya. Steve merasa amat
antusias untuk melewatkan malam itu bersama Ricky. Tapi masalahnya, para
tukang hura-hura ini betul-betul tidak dapat diandalkan. Secara mendadak
Ricky mendapat teman kencan yang asyik dan membatalkan janjinya, sehingga
Steve* terpaksa menghabiskan malam itu sendirian.
Ia keluar dari mobilnya, menjinjing sebuah las olahraga kecil berisi pakaian
bersih untuk keesokan harinya. Udara malam itu panas. Ia mengunci mobilnya,
lalu melangkah ke arah ujung jalan. Sekelompok anak muda, empat atau lima
orang cowok dan seorang cewek, semua
65 kulit hitam, sedang kumpul-kumpul di depan sebuah toko video, sambil
merokok. Steve tidak merasa gentar, meskipun ia berkulit putih; gayanya
seakan ia memang berasal dari daerah itu, dengan mobil
nya yang sudah tua dan celana jeans-nya yang lusuh; selain itu, ia lebih tinggi beberapa inci dari yang
terbesar di antara mereka. Ketika ia lewat, salah satu di antara mereka
berkata pelan, tapi jelas, Mau cari kepulan, mau cari yang lebih keras"" Steve
menggeleng sambil terus melangkah.
Seorang wanita hitam yang sangat jangkung berjalan ke arahnya, dalam rok
amat pendek dan sepatu tumit tinggi, rambut ditata ke atas, lipstik merah
manyala, dan perona mata berwarna biru Mau tak mau Steve jadi
memandanginya. Saat mereka berpapasan, wanita itu berkata. Hai, cakep,"
dalam suara maskulin yang dalam. Steve menyadari bahwa ia seorang laki-laki,
dan tersenyum sambil terus melangkah.
Ia mendengar anak-anak muda di ujung jalan tadi menegur si banci dengan
akrab. Hei, Dorothy!"
Halo, anak-anak." Beberapa saat kemudian ia mendengar suara derit ban mobil. Ia menoleh ke
belakang-Sebuah mobil polisi putih bergaris perak dan-biru berhenti di ujung
jalan. Beberapa anak muda itu segera menghilang dalam kegelapan, sementara
yang lain tetap tinggal di situ. Dua orang petugas patroli berkulit hitam keluar,
tanpa terburu-buru. Steve memutar tubuhnya. Melihat laki-laki yang dipanggil
Dorothy, satu di antara kedua petugas itu meludah, mengenai ujung salah satu
sepatu merah Dorothy-Steve terkejut. Perbuatan itu begitu tidak beralasan dan
tidak perlu. Namun Dorothy terus melangkah. Sial," umpatnya dalam nada
rendah. Ucapan itu nyaris tidak terdengar, tapi telinga si petugas patroli rupanya tajam
sekali, la segera mencengkeram lengan Dorothy, lalu mengentakkan tubuhnya
66 pada permukaan jendela sebuah toko. Dorothy tampak kehilangan
keseimbangan dalam sepatu tumit tingginya. Jangan pernah memaki aku
dengan kata itu!" ujar si petugas.
Steve merasa geram. Memangnya apa yang ia harapkan kalau ia dengan
seenaknya meludahi orang"
Sebuah bel nyaring mulai berdering di bawah sadarnya, seakan untuk
mengingatkannya. Jangan libatkan dirimu dalam perkelahian, Steve.
Rekan si petugas berdiri sambil bersandar pada kendaraannya, mengawasi
dengan ekspresi kosong. Ada apa sih. Bung"" ujar Dorothy dalam nada merayu. Apakah aku
mengganggui" Si petugas menghantamnya di perut. Ia seorang laki-laki tinggi besar, dan
hantaman itu ia hujamkan dengan mengerahkan seluruh tenaganya. Dorothy
langsung melipat tubuhnya, dan tampak kehabisan napas.
Gila," umpat Steve sambil segera melangkah ke arah pojok jalan.
Apa yang sedang kaulakukan, Steve"
Dorothy masih membungkuk sambil tersengal-sengal. Steve berkata, Selamat
malam, Opsir." Petugas itu berpaling ke arahnya. Sana," ujarnya.
Tidak bisa," sahut Steve.
Apa kauhilang""
Aku bilang tidak bisa, Opsir. Lepaskan orang itu." Tinggalkan tempat ini,
Steve. Jangan konyol. Ayo.
Sikapnya membuat anak-anak muda yang masih berada di situ4 menjadi lebih
berani. Yeah. betul." seru seorang bocah jangkung bertubuh ceking, yang
kepalanya dicukur gundul. Kau tidak berhak mengusik Dorothy. Dia tidak
melanggar apa-apa." Si petugas menudingkan jarinya ke arah si bocah. Kau mau dibekuk dengan
tuduhan mengedarkan obat bius" Terus saja bicara begitu."
Si bocah mengalihkan pandangannya.
67 Tapi ucapannya memang benar," ujar Steve. Dorothy tidak melakukan
pelanggaran." Si petugas menghampiri Steve. Jangan apa-apakan dia, biar bagaimanapun,
jangan sentuh dia. Ingat peristiwa Tip Hendricks. Kau buta"** tantang si
petugas. Apa maksud Anda""
Rekan si petugas berseru, Hey, Lenny. Sudahlah. Ayo kita jalan. Tampangnya
agak gelisah. Lenny tidak menghiraukan panggilan itu dan berkata kepada Steve, Kau tidak
lihat" Kau satu-satunya yang berkulit putih di sini. Tempatmu bukan di sini.*
Tapi aku baru saja menyaksikan suatu pelanggaran.
Si petugas merapat. Kau mau ikut ke kantor polisi"" tantangnya. Atau kau
lebih suka segera pergi dari sini""
Steve tidak ingin ikut ke kantor polisi. Tidak akan sulit bagi mereka untuk
menyusupkan sedikit obat bius ke dalam saku-sakunya, .atau menggebukinya
Badai Di Selat Karimata 1 Dewa Arak 53 Penjarah Perawan Naga Sasra Dan Sabuk Inten 22
^