Pencarian

Misteri Penginapan Tua 1

Misteri Penginapan Tua The Pale Horse Karya Agatha Christie Bagian 1


he Pale Horse Misteri Penginapan Tua MISTERI PENGINAPAN TUA Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002
Tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal 2: 1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang
Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan
tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundangan-undangan yang berlaku.
Ketentuan Pidana: Pasal 72 1. Barangsiapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan
perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal
49 Ayat (1) dan Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masingmasing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama
7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil
pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagai dimaksud pada Ayat
(1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/
atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Agatha Christie MISTERI PENGINAPAN TUA Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Jakarta, 2012 THE PALE HORSE by Agatha Christie AGATHA CHRIsTIe" OLIVeR" he Pale Horse
Copyright ? 1938 Agatha Christie Limited.
All rights reserved. MISTERI PENGINAPAN TUA GM 402 01 12 0016 Alih bahasa: Ny. suwarni A.s.
Desain sampul: satya Utama Jadi
Hak cipta terjemahan Indonesia:
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
PT Gramedia Pustaka Utama
Jl. Palmerah Barat 29"37
Blok I Lantai 5 Jakarta 10270 Diterbitkan pertama kali oleh
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama,
anggota IKAPI, Jakarta, Juli 2003 Cetakan kedua: April 2008
Cetakan ketiga: Februari 2012
336 hlm; 18 cm IsBN: 978 - 979 - 22 - 8014 - 2
Dicetak oleh Percetakan Duta Prima, Jakarta
Isi di luar tanggung jawab percetakan
Kepada John dan Helen Mildmay White
TeRIMA KAsIH BANYAK KAReNA
TeLAH MeMBeRI sAYA KeseMPATAN
MeNYAKsIKAN KeADILAN TeRPeNUHI
KATA PENGANTAR OLEH MARK EASTERBROOK TAMPAKNYA ada dua metode, menurutku, untuk menghadapi perkara ganjil di Pale Horse. Meskipun ada
petunjuk Raja Putih, sangatlah sulit mencapai kesederhanaan. Tidak mungkin melakukan "mulai di awal,
lanjut ke akhir, lalu berhenti". Karena di mana awalnya"
Bagi sejarawan, di situlah letak kesulitannya. Di
titik mana suatu bagian tertentu dalam sejarah dimulai"
Dalam kasus ini, Anda bisa mulai pada saat ketika
Pastor Gorman pergi dari pastorannya untuk mengunjungi wanita sekarat. Atau Anda bisa mulai sebelum
itu, dengan suatu malam di Chelsea.
Mungkin karena akulah yang menulis bagian terbanyak dari kisah ini, dari situlah aku harus memulai.
7 SUSUNAN TOKOH MARK eAsTeRBROOK"Dia punya kemahiran
memadukan potongan-potongan informasi, namun ketika telah bisa melihat gambaran keseluruhannya, dia masih belum yakin.
MRs. OLIVeR"Penulis misteri yang memikat tapi
suka mencampuradukkan segala sesuatu, dia sering
tak bisa membedakan antara fakta dan iksi demi
memperoleh keuntungan dari kedua sisi itu.
PAsTOR GORMAN"sebagai penerima pengakuan
dosa dari orang-orang yang sekarat, dia tahu tentang peristiwa-peristiwa tertentu sehingga ada
orang yang tidak ingin dia hidup lebih lama untuk menceritakannya.
MRs. DAVIs"Dia menyebut dirinya sendiri Typhoid
Mary dan mencoba menyembunyikan kata hatinya sampai ketika dalam keadaan sekarat, saat
sudah tidak mampu menyelamatkan dirinya sendiri, dia berusaha menyampaikan apa yang diketa9
huinya tentang suatu kejahatan, demi menyelamatkan orang lain.
DR. JIM CORRIGAN"Dokter bedah kepolisian,
dia sedang mengikuti perkembangan kasus secara
aktif ketika melihat nama Corrigan di daftar yang
mematikan itu. DeTeKTIF INsPeKTUR LeJeUNe"Dia mempermainkan para tersangka seperti ikan di kail,
memberi mereka rasa aman yang palsu dan kebebasan sampai dia siap menggulung benang kail
dan menangkap sang pembunuh.
ZACHARIAH OsBORNe"Warga terhormat dengan
perhatian berlebihan pada kriminalisme dan
ingatan luar biasa tajam dalam hal wajah dan kejadian, dia tetap mempertahankan keyakinannya
meski sudah terbukti salah.
HeRMIA ReDCLIFFe"Wanita muda yang cerdas
dan sangat rasional, pengetahuannya tentang sihir
terbatas pada Macbeth. POPPY sTIRLING"Wanita memukau namun memusingkan, yang benaknya seperti kaleidoskop
penuh informasi yang tidak berhubungan namun
sangat penting. RHODA"Dia mengenalkan Pale Horse pada semua
orang, tanpa curiga sebenarnya tempat itu lebih
10 dari sekadar tempat menyenangkan untuk minum
teh. PeNDeTA CALeB DANe CALTHROP"Cendekiawan ramah yang sudah tua, dia bisa memahami
pengampunan dan hukuman yang sesuai tapi tidak memahami kejahatan.
GINGeR CORRIGAN"Wanita tekun berambut
merah yang mengungkapkan lebih banyak hal
daripada sekadar lukisan-lukisan kuno untuk museum-museum, dia tidak percaya pada kekuatankekuatan hitam sampai nyawanya sendiri terancam.
MRs. DANe CALTHROP"Tugas yang dibebankannya pada dirinya sendiri adalah mengatur dan
mengklasiikasikan dosa-dosa untuk suaminya"kejahatan merupakan urusannya.
KOLONeL DesPARD"Pria pintar dengan pengalaman hidup penuh petualangan, dia mengaku
bahwa memang tidak ada penjelasan rasional untuk beberapa fenomena kehidupan.
MR. VeNABLes"Pria dengan masa lalu misterius
dan mempunyai ilosoi tentang manusia super,
manusia hebat yang hidup tanpa tersentuh kode
moral yang mengikat orang-orang lain.
11 THYRZA GReY"Menurut desas-desus, dia memiliki
kekuatan gaib dan kemampuan nujum; dia
percaya bahwa melalui hasrat membunuh kita bisa
memanipulasi alam bawah sadar korban mana
pn. sYBIL sTAMFORDIs"Wanita eksotis dengan kekuatan ajaib, dia mampu memisahkan diri dari
tubuhnya ketika sedang kerasukan, mengantarnya
ke alam lain. BeLLA"Bekerja sebagai tukang masak dan memiliki
reputasi sebagai tukang sihir, ayam-ayam jantan
putih yang dipotongnya tidak selalu untuk dimasak.
C. R. BRADLeY"Pengacara yang sudah meninggalkan profesinya, dia mencari nafkah dengan
bertaruh atas kehidupan orang lain, dan selalu
jadi pihak yang menang, dalam keadaan bagaimana pun.
12 Bab 1 CERITA MARK EASTERBROOK MesIN espresso di balik pundakku mendesis bagaikan
ular marah. Bunyi yang dibuat benda itu berkesan
seram, bahkan mungkin jahanam. Mungkin, pikirku,
kebanyakan bunyi di masa modern ini punya kesan
seperti itu. Desing keras yang menakutkan dari pesawat jet ketika terbang melesat di angkasa, gemuruh
rendah kereta bawah tanah yang semakin mendekat
di terowongan; sarana transportasi berat yang menggoyangkan fondasi rumah kita... Bahkan bunyi-bunyi
kecil di rumah tangga masa kini, yang meskipun
berarti sedang berbunyi karena kita gunakan, seolah
meminta semacam kewaspadaan. Mesin pencuci
piring, lemari es, panci presto, vacuum cleaner yang
menderu. "Hati-hatilah," begitu seolah benda-benda
itu berkata. "Aku jin yang dimanfaatkan demi
kenyamananmu, tapi kalau kau kehilangan kontrol
atasku..." Dunia yang penuh bahaya"itu dia, dunia yang
berbahaya. 13 Aku mengaduk-aduk isi cangkir berbusa yang diletakkan di depanku. Baunya menyenangkan.
"Ada lagi yang mau dipesan" Sandwich pisang dengan bacon yang enak?"
Tawaran itu kombinasi yang aneh bagiku. Pisang
mengingatkanku kembali ke masa kanak-kanakku"
atau terkadang pada lamb? dengan gula dan rum.
sedangkan bacon, dalam benakku, berhubungan erat
dengan telur. Tapi kalau kau berada di Chelsea, makanlah sesuai kebiasaan di Chelsea. Aku pun memesan sandwich pisang dengan bacon yang lezat.
Meskipun aku tinggal di Chelsea"maksudnya, aku
telah menyewa lat lengkap dengan perabotan selama
tiga bulan terakhir"aku tetap merasa asing di wilayah
ini. Aku sedang menulis buku tentang berbagai aspek
arsitektur Mogul, dan untuk tujuan itu aku bisa saja
tinggal di Hampstead, Bloomsbury, streatham, atau
Chelsea. semua tempat itu akan sama saja bagiku.
Aku sama sekali tidak memerhatikan lingkungan di
sekitarku, kecuali sarana-sarana yang bermanfaat bagi
pekerjaanku. Lingkungan tempat aku tinggal pun tidak menghiraukanku sama sekali; aku hidup dalam
duniaku sendiri. Namun khusus sore ini, mendadak aku mengalami
deraan rasa muak yang sangat dikenal para penulis.
Arsitektur Mogul, kaisar-kaisar Mogul, gaya hidup
Mogul"dan semua masalah menarik yang berkaitan
dengan ini, mendadak seolah jadi abu dan debu. Apa
pentingnya semua itu" Kenapa aku ingin menulisnya"
Aku membuka berbagai halaman, mengamati yang
14 sudah kutulis. semua terlihat sama buruknya bagiku"ditulis dengan tidak becus dan benar-benar tanpa
pesona. siapa pun orangnya yang pernah berkata "sejarah itu omong kosong" (Henry Ford"), ternyata memang benar.
Aku menjauhkan naskahku dengan penuh rasa
muak, bangkit berdiri, dan melihat arloji. Waktu menunjukkan hampir pukul sebelas malam. Aku mencoba mengingat-ingat apakah aku sudah makan malam.
Kalau menilik rasa di bagian dalam tubuhku, tampaknya belum. Makan siang memang sudah, di
Athenaeum. Itu sudah lama sekali.
Aku beranjak untuk melihat ke lemari es. Ada sisa
kecil lidah yang diawetkan. Aku memandangnya dengan rasa tidak suka. Maka aku keluar ke King"s
Road dan akhirnya masuk ke bar kopi espresso dengan
lampu neon berbentuk nama Luigi menggantung di
depan jendelanya. Kini aku mengamati sandwich
bacon dengan pisang pesananku lekat-lekat, sambil
merenungi akibat-akibat mengerikan dari bunyi-bunyi
masa kini serta efek-efeknya terhadap suasana.
Kurasa semua itu punya kesamaan dengan ingatan
masa kecilku tentang pantomim. Davy Jones keluar
dari dalam petinya dengan diselubungi kepulan asap!
Dari pintu dan jendela kolong terpancar kekuatan
neraka yang jahat. Kejahatannya menantang dan
berusaha menjatuhkan Peri Intan yang baik hati atau
apalah namanya. Peri itu melambaikan tongkat ajaib
yang sama sekali tidak tampak sakti, sambil dengan
suara datar, mengucapkan kata-kata hampa penuh harapan tentang kebaikan akan menang di akhir perta15
rungan. Lalu terdengarlah "lagu penanda momen"
yang harus ada walaupun sama sekali tidak ada hubungannya dengan cerita pantomim itu.
Tiba-tiba terpikir olehku mungkin kejahatan memang lebih mengesankan daripada kebaikan. Kejahatan memang harus pamer diri! Harus mengejutkan
dan menantang! Ketidakstabilan yang menyerang kemapanan. Dan pada akhirnya, pikirku, kemapanan
yang akan selalu menang. Kemapanan bisa bertalian
menghadapi keusangan. Peri Intan yang baik hati;
suara yang datar, sajak berima, bahkan ungkapan vokal yang tidak relevan tentang "Ada jalan berkelok
menuruni bukit, ke kota dunia lama yang kucintai."
semua tampak seperti senjata lemah, tapi meskipun
begitu senjata-senjata itu pasti ampuh.
Pantomim akan selalu berakhir dengan cara yang
sama seperti biasanya. Tangga akan muncul dengan
tokoh-tokoh yang menuruninya sesuai urutan senioritas. Peri Intan yang baik hati; mempraktikkan kebajikan Kristiani tentang kerendahan hati dan tidak berupaya menjadi yang pertama (atau dalam hal ini,
yang terakhir) tapi keluar kira-kira di tengah-tengah
arak-arakan. Dia akan berdampingan dengan lawannya
yang sudah kalah. sang lawan kini muncul bukan lagi
sebagai Raja setan yang menyeringai dan mengembuskan api serta belerang. Dia kini hanyalah pria
yang mengenakan celana ketat merah.
Mesin espresso mendesis lagi di dekat telingaku.
Aku memberi isyarat untuk meminta secangkir kopi
lagi dan melihat sekelilingku. Kakak perempuanku
selalu menuduhku tidak memerhatikan, tidak melihat
16 apa yang sedang terjadi. "Kau hidup dalam duniamu
sendiri," begitu katanya menuduh. sekarang dengan
niat menggunakan indra kesadaranku, aku memerhatikan apa yang sedang terjadi. Hampir tidak mungkin
tidak membaca tentang kedai-kedai kopi di Chelsea
dan pelanggan-pelanggannya, setiap hari di surat kabar; inilah kesempatanku untuk membuat penilaianku
sendiri tentang kehidupan masa kini.
Agak gelap di kedai espresso itu, sehingga pemandangan di dalamnya kurang jelas. Para pengunjungnya
hampir semua anak muda. Kuduga merekalah yang
sering disebut sebagai generasi aneh. Gadis-gadisnya
tampak kotor, sama seperti penampilan semua gadis
zaman sekarang menurut pandanganku. Mereka juga
kelihatan berpakaian terlalu hangat.
Aku memerhatikan hal ini ketika pergi makan malam bersama beberapa teman beberapa minggu yang
lalu. Gadis yang ketika itu duduk di sampingku berusia sekitar dua puluh. Restorannya panas tapi dia
mengenakan pullover dari wol kuning, rok hitam, dan
stoking wol hitam. Keringat bercucuran terus di
wajahnya sepanjang saat makan. Dia berbau wol yang
basah karena keringat dan rambut yang tidak dicuci.
Menurut teman-temanku, dia sangat memesona. Bagiku tidak! Reaksiku satu-satunya adalah keinginan
melemparkannya ke bak mandi air panas, memberinya
sebatang sabun, dan mendesaknya agar segera mandi!
Tentu saja hal ini menunjukkan betapa aku sudah
tidak mengikuti perkembangan zaman. Mungkin karena aku sudah terlalu lama tinggal di luar negeri. De17


Misteri Penginapan Tua The Pale Horse Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ngan senang hati, aku mengingat wanita-wanita India
dengan rambut hitam mereka yang indah disanggul,
sari mereka yang berwarna cerah dan menggantung
dengan lipatan-lipatan luwes, dan ayunan tubuh mereka yang berirama ketika mereka berjalan" Aku
tersentak dari lamunan yang menyenangkan karena
suara keras yang tiba-tiba. Dua wanita muda di meja
di sampingku memulai pertengkaran. Para pemuda
yang bersama mereka mencoba menenangkan keadaan
tapi tanpa hasil. Mendadak mereka saling berteriak. satu gadis menampar wajah gadis yang lain, lalu yang kedua menyeret yang pertama dari kursinya. Mereka berkelahi seperti wanita kampungan, sambil menjerit dan
memaki-maki histeris. salah satu gadis itu berambut
merah kusut, yang lainnya berambut pirang lemas.
Apa penyebab pertengkaran, di luar caci maki, tidak jelas bagiku. Teriakan dan ejekan datang dari
meja-meja lain. "Ayo, maju! Tinju dia, Lou!"
Pemilik kedai yang berdiri di belakang bar"pria
langsing berwajah Italia dengan cambang di kedua
pipinya"yang kuduga adalah Luigi, datang menengahi
dengan suara yang berlogat London cockney asli.
"Ayolah"berhenti"berhenti"seisi jalan akan datang ke sini sebentar lagi. Polisi bakal datang. Hentikan, kataku."
Tapi si pirang lurus masih terus memegang si rambut merah dan menjambaknya dengan garang sambil
menjerit, "Kau tidak lebih daripada perempuan jalang
perampas laki-laki!"
18 "Kau yang jalang."
Luigi dan kedua pendamping pria yang merasa
malu, melerai kedua gadis itu dengan paksa. Di tangan gadis yang pirang terlihat gumpalan besar rambut merah. Dia mengacungkannya dengan penuh kemenangan, lalu menjatuhkannya ke lantai.
Pintu masuk dari jalan raya terbuka dan aparat hukum yang berpakaian biru, berdiri di ambang pintu
dan mengeluarkan kata-kata penertiban dengan gagah.
"Apa yang sedang terjadi di sini?"
Front bersama untuk menghadapi musuh pun segera terbentuk.
"Kami hanya main-main," kata salah satu dari pemuda itu.
"Benar," kata Luigi. "Cuma main-main antarteman."
Dengan kakinya, dia menyepak gumpalan rambut
dengan tangkas ke bawah meja terdekat. Para seteru
saling tersenyum dalam gencatan senjata palsu.
Polisi mengamati semua dengan curiga.
"Kami baru mau pergi," kata si pirang dengan
manis. "Ayo, Doug."
secara kebetulan beberapa orang lain juga mau pergi. Aparat hukum itu memerhatikan mereka pergi
dengan muram. Matanya memberitahukan bahwa kali
ini dia akan mengabaikan apa yang dia lihat, tapi dia
akan terus mengawasi mereka. Perlahan-lahan dia pun
pergi. Pendamping gadis berambut merah membayar pesanan mereka.
19 "Kau baik-baik saja?" kata Luigi kepada gadis yang
sedang membetulkan kerudungnya. "Tampaknya Lou
benar-benar melukaimu, menarik rambutmu sampai
ke akar-akarnya seperti itu."
"Tidak sakit kok," kata gadis itu tak acuh. Dia
melemparkan senyum kepada pemilik kedai. "Maaf
atas keributan tadi, Luigi."
Kelompok itu keluar. Bar sekarang hampir kosong.
Aku merogoh saku bajuku untuk mencari uang.
"Dia benar-benar kuat," kata Luigi mengakui sambil memerhatikan pintu tertutup. Pria itu mengambil
sikat lantai dan menyapu gumpalan rambut merah
tadi ke belakang konter. "Pasti sakit sekali," kataku.
"Kalau aku yang mengalaminya, aku pasti sudah
menjerit," aku Luigi. "Tapi Tommy memang tahan
banting." "Kau kenal baik dengannya?"
"Oh, dia datang ke sini hampir setiap malam. Namanya Tuckerton, homasina Tuckerton, kalau kau
mau tahu nama lengkapnya. Tapi dia dipanggil
Tommy Tucker di sini. Kaya raya lagi. Ayahnya mewariskan kekayaan besar untuknya, tapi apa yang dia
lakukan" Dia datang ke Chelsea, tinggal di kamar kumuh di daerah melarat di dekat Wandsworth Bridge.
Dia berkeliaran ke sana kemari bersama sekelompok
muda-mudi yang semuanya melakukan hal serupa.
Aku tidak mengerti, setengah dari anggota kelompok
itu kaya raya. Mereka mampu membeli apa saja yang
mereka inginkan; tinggal di Ritz kalau mau. Tapi
rupanya mereka justru lebih senang hidup dengan
20 gaya seperti itu. Yah"aku benar-benar tidak mengerti."
"seandainya kau jadi mereka, kau tidak akan memilih hidup seperti itu?"
"Benar, aku ini punya akal sehat!" kata Luigi. "Aku
sudah pasti akan menggunakan uangku." Aku bangkit
berdiri dan menanyakan apa penyebab pertengkaran
tadi. "Oh, Tommy merebut pacar gadis yang satunya.
Padahal dia tidak patut diperebutkan!"
"Tampaknya gadis yang satunya berpikir dia pantas
diperebutkan," kataku.
"Oh, Lou memang romantis," kata Luigi toleran.
Menurutku yang seperti itu tidak bisa disebut romantis, tapi tidak kuucapkan.
2 Kira-kira seminggu kemudian mataku tertarik membaca sebuah nama di kolom Kematian di he Times.
TUCKeRTON. Pada tanggal 2 Oktober di
Fallowield Nursing Home, Amberley, homasina
Ann, usia dua puluh tahun, putri satu-satunya mendiang homas Tuckerton, Esq., dari Carrington Park,
Amberley, Surrey. Pemakaman pribadi. Tidak menerima karangan bunga.
Tidak ada bunga bagi Tommy Tucker yang malang;
dan takkan ada lagi "gairah" kehidupan di Chelsea.
Mendadak secara sekilas, aku merasa iba kepada para
21 Tommy Tucker masa kini. Tapi walaupun begitu, aku
mengingatkan diriku sendiri; bagaimana aku bisa
yakin bahwa sudut pandangku yang benar" siapakah
aku sampai berhak menyebut kehidupannya sia-sia"
Mungkin justru hidupku, hidup terpelajar yang tenang, tenggelam dalam buku-buku, terpisah dari dunia, itulah kehidupan yang disia-siakan. Menjalani
kehidupan secara tidak langsung. Jujur sajalah, apakah
aku merasa hidupku bergairah" Gagasan itu terasa sangat asing! Tentu saja sebenarnya aku tidak mendambakan kegairahan. Tapi bila dipikir-pikir lagi, mungkinkah seharusnya aku menginginkan gairah itu" Ini
perenungan yang asing dan tidak begitu kusukai.
Aku menghilangkan Tommy Tucker dari benakku,
lalu beralih kepada kegiatan surat-menyuratku.
surat yang paling menarik perhatianku adalah surat
dari sepupuku, Rhoda Despard, yang isinya meminta
bantuan. Aku langsung menyambut permintaan itu,
karena aku memang merasa tidak ingin bekerja pagi
ini. surat Rhoda adalah alasan bagus untuk menunda
pekerjaan. Aku keluar ke King"s Road, menghentikan taksi,
dan diantarkan ke rumah temanku, Mrs. Ariadne
Oliver. Mrs. Oliver adalah penulis cerita-cerita misteri yang
kondang. Pelayannya, Milly, adalah wanita tua pemarah yang eisien. Dia selalu menjaga majikannya dari
serangan-serangan dunia luar.
Aku mengangkat alisku dengan penuh rasa ingin
tahu, mengisyaratkan pertanyaan yang tidak diucapkan. Milly mengangguk penuh semangat.
22 "sebaiknya Anda langsung naik saja, Mr. Mark,"
katanya. "Mood Mrs. Oliver sedang kacau pagi ini.
Mungkin Anda bisa membantunya menghilangkan
mood itu." Aku menaiki dua tangga, mengetuk pintu perlahan,
lalu masuk tanpa menunggu dipersilakan. Ruang kerja
Mrs. Oliver cukup luas, dinding-dindingnya dilapisi
kertas bergambarkan burung-burung eksotis yang bersarang di dedaunan tropis. Mrs. Oliver sendiri"dalam keadaan nyaris menyeberangi batas kewarasan"sedang mondar-mandir di ruangan itu, menggerutu
pada dirinya sendiri. Dia memandang sekilas tanpa
perhatian ke arahku, lalu kembali melangkah mondarmandir. Matanya, tanpa terfokus, menyapu temboktembok, melihat sekilas ke luar jendela, dan terkadang
terpejam seolah sedang kejang kesakitan.
"Tapi mengapa," tuntut Mrs. Oliver kepada alam
semesta, "mengapa si tolol itu tidak langsung saja bilang bahwa dia melihat burung kakaktua" Kenapa tidak" Tidak mungkin dia tidak melihatnya! Tapi kalau
dia menyebutnya, semua akan rusak. Pasti ada cara...
pasti ada..." Dia mengerang, menyisir rambutnya yang pendek
kelabu dengan jemarinya, lalu dengan liar mencengkeram rambutnya. Kemudian sambil menatapku dengan
mata yang tiba-tiba terfokus, dia berkata, "Halo,
Mark. Aku sedang jadi gila," dan melanjutkan omelannya.
"Lalu ada Monica. semakin aku membuatnya ramah,
semakin menjengkelkan jadinya dia... Gadis itu tolol
sekali... sombong pula! Monica... Monica" Rasanya
23 nama itu tidak tepat. Nancy" Mungkin nama itu lebih
baik" Joan" semua orang rasanya selalu bernama Joan.
Anne sama saja. susan" sudah ada susan. Lucia" Lucia"
Lucia" Rasanya aku bisa membayangkan seorang Lucia.
Berambut merah. Mengenakan sweater berleher polo...
Celana ketat hitam" stoking hitam, paling tidak."
Kilasan kegembiraan sejenak itu kembali diselubungi ingatan akan masalah burung kakaktua. Mrs.
Oliver pun kembali berjalan mondar-mandir penuh
keresahan, sambil memungut benda-benda dari atas
meja tanpa melihat, lalu meletakkannya kembali di
tempat lain. Dengan cermat dia memasukkan wadah
kacamatanya ke kotak lacquer yang sudah berisi kipas
Cina, lalu menghela napas dalam-dalam dan berkata,
"Aku senang kau yang datang."
"Terima kasih."
"Bisa saja orarig lain yang datang. Wanita bodoh
yang ingin agar aku menyelenggarakan bazar, atau
laki-laki yang datang karena kartu asuransi Milly padahal sudah Milly tolak mentah-mentah"atau tukang
ledeng (tapi tak ada keberuntungan seperti itu, kan").
Atau mungkin seseorang yang ingin wawancara"menanyakan hal-hal yang membuat malu, yang setiap
kali selalu sama. Apa yang membuat Anda pertama
kali berpikir untuk mulai menulis" sudah berapa buku yang Anda tulis" Berapa penghasilan Anda" Dan
seterusnya, dan seterusnya. Aku tidak pernah tahu
jawaban dari semua itu, dan ini membuatku kelihatan
begitu bodoh. Meskipun semua itu tidak penting karena kurasa sebentar lagi aku bakal jadi gila memikirkan masalah burung kakaktua ini."
24 "sesuatu yang tidak bisa kaumantapkan?" kataku
penuh rasa simpati. "Mungkin sebaiknya aku pergi."
"Tidak, jangan. setidaknya kau bisa jadi pengalih
perhatian." Aku menerima saja pujian yang meragukan itu.
"Kau mau rokok?" tanya Mrs. Oliver mencoba bersikap ramah. "Ada beberapa di sekitar sini. Coba lihat
di tutup mesin tik."
"Aku punya sendiri, terima kasih. Ambillah satu.
Oh, kau tidak merokok."
"Atau minum," kata Mrs. Oliver. "seandainya saja
aku biasa minum. seperti detektif-detektif Amerika
yang selalu punya bir atau wiski yang mudah ditemukan di laci mereka. Kelihatannya minuman selalu bisa
memecahkan semua masalah mereka. Tahu tidak
Mark, aku benar-benar tidak habis pikir bagaimana
dalam kehidupan nyata seseorang bisa menyembunyikan keterlibatannya dalam pembunuhan. Padahal
menurutku, tepat di saat kau melakukan pembunuhan, semua akan terlihat begitu jelas."
"Omong kosong. Kau kan sudah mengarang banyak sekali buku."
"Lima puluh lima setidaknya," kata Mrs. Oliver.
"Bagian pembunuhannya paling mudah dan sederhana. Menutupinya yang sulit. Maksudku, kenapa harus
orang lain yang melakukannya kecuali kau" Padahal
kau sudah terungkap sejak awal."
"Tidak dalam naskah yang sudah selesai," kataku.
"Ah, tapi dengan susah payah sekali," kata Mrs.
Oliver murung. "Kau boleh bilang apa saja, tapi bu25
kankah tidak wajar bahwa ada lima sampai enam
orang di tempat kejadian ketika B dibunuh. Dan mereka semua punyai motif untuk membunuh B"kecuali, tentu saja, kalau B itu memang luar biasa tidak
menyenangkan. Tapi kalau begitu, takkan ada yang
peduli apakah dia dibunuh atau tidak, juga takkan
ada yang peduli siapa yang melakukannya."
"Aku tahu masalahmu," kataku. "Tapi kalau kau
sudah berhasil mengatasi hal ini dengan gemilang
lima puluh lima kali, pasti kau akan berhasil menanganinya sekali lagi."
"Itulah yang kukatakan pada diriku sendiri," kata
Mrs. Oliver, "berulang kali. Tapi setiap kali melakukan itu, aku tidak memercayainya, lalu aku jadi sangat gelisah."
Wanita itu mencengkeram rambutnya lagi dan menariknya keras-keras.
"Jangan," teriakku. "Nanti rambutmu tercabut sampai ke akar-akarnya."
"Omong kosong," kata Mrs. Oliver. "Rambut itu
alot sekali. Meskipun memang, ketika aku sakit campak di usia empat belas tahun dengan suhu badan
sangat tinggi, rambutku rontok"di sekeliling bagian
depan. sangat memalukan. Dan perlu waktu enam
bulan sebelum rambutku tumbuh lagi dengan wajar.
sangat mengerikan untuk seorang gadis"gadis-gadis
sangat peka dengan hal-hal semacam ini. Aku baru
memikirkannya kemarin ketika menjenguk Mary
Delafontaine di rumah jompo. Rambutnya rontok
persis seperti rambutku dulu. Dia bilang dia perlu
memakai rambut palsu di bagian depan kalau dia su26
dah sembuh. Kalau umurmu sudah enam puluh, kurasa rambut tidak selalu bisa tumbuh lagi."
"Kemarin malam aku melihat seorang gadis mencabut rambut gadis lain sampai ke akarnya," kataku.
Aku menyadari adanya nada kebanggaan dalam suaraku, seperti orang yang sudah menyaksikan kehidupan
nyata. "Memangnya kau pergi ke tempat istimewa apa?"
tanya Mrs. Oliver. "Kejadiannya di kedai kopi di Chelsea."
"Oh, Chelsea!" kata Mrs. Oliver. "Tampaknya semua terjadi di sana. Para beatnik, sputnik, kaum yang
ketinggalan zaman, dan generasi beat ada di sana.
Aku tidak menulis tentang mereka karena khawatir
akan salah istilah. Kupikir lebih aman untuk bertahan
dengan apa yang kuketahui."
"seperti misalnya?"
"Orang-orang yang pesiar naik kapal, orang-orang di
hostel, apa yang terjadi di rumah-rumah sakit, di dewan
jemaah gereja"dan di penjualan karya seni, di festivalfestival musik, lalu tentang gadis-gadis di toko, panitiapanitia dan wanita pekerja harian, serta para pemuda
dan gadis yang bertualang keliling dunia demi ilmu
pengetahuan, lalu tentang pramuniaga toko?"
Mrs. Oliver berhenti, terengah-engah.
"Tampaknya cukup lengkap untuk dimanfaatkan,"
kataku. "Walaupun begitu, sekali-sekali kau boleh saja
mengajakku ke kedai kopi di Chelsea, untuk memperluas wawasanku," kata Mrs. Oliver muram.
"Kapan pun kau mau. Malam ini?"
27 "Jangan malam ini. Aku sangat sibuk menulis atau
sebenarnya justru cemas karena tidak bisa menulis. Ini
hal yang paling menjengkelkan dalam menulis"meskipun keseluruhannya memang melelahkan, kecuali momen ketika kita menemukan apa yang kita anggap akan
jadi gagasan hebat dan kita nyaris tidak bisa menunggu
untuk mulai. Katakan padaku, Mark, menurutmu
apakah mungkin membunuh seseorang melalui pengendali jarak jauh, remote control?"
"Apa maksudmu dengan pengendali jarak jauh"
Menekan tombol lalu menembakkan semacam laser


Misteri Penginapan Tua The Pale Horse Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

radioaktif yang mematikan?"
"Bukan, bukan iksi ilmiah. Maksudnya," dia berhenti sambil ragu, "sebenarnya yang kumaksud adalah
sihir hitam." "Boneka lilin yang ditusuk jarum?"
"Oh, boneka lilin sudah ketinggalan zaman," kata
Mrs. Oliver mencemooh. "Tapi hal-hal gaib memang
terjadi"di Afrika atau Hindia Barat. Banyak orang
yang berkata begitu. Bagaimana orang-orang pribumi
hanya meringkuk lalu mati. Voodoo"atau ju-ju... Yah,
kau tahulah apa maksudku."
Aku berkata bahwa sekarang ini, sebagian besar hal
semacam itu dianggap hanya akibat pengaruh kekuatan sugesti. Dukun selalu memberitahu korban bahwa
kematian sudah menantinya"lalu alam bawah sadarnya akan menuntaskan semua.
Mrs. Oliver mendengus. "seandainya ada yang memberitahuku bahwa aku
sudah divonis untuk menunggu kematian, dengan senang hati aku akan merintangi harapan mereka!"
28 Aku tertawa. "Kau punya darah orang negeri Barat yang skeptis
dan luar biasa kental di urat darahmu. Kau tidak punya kelemahan pada hal-hal seperti itu."
"Jadi menurutmu itu bisa terjadi?"
"Pengetahuanku tentang topik ini tidak begitu banyak, jadi aku tidak bisa menilai. Apa yang membuat
ide ini timbul di benakmu" Apakah mahakaryamu yang
baru akan berjudul Pembunuhan dengan Sugesti?"
"Oh, bukan. Racun tikus atau arsenik yang kuno
itu sudah cukup baik bagiku. Atau benda tumpul
yang bisa diandalkan. Bila mungkin, jangan senjata
api. senjata api terlalu rumit. Tapi kau tidak datang
ke sini untuk membahas buku-bukuku, kan?"
"sejujurnya, memang bukan"sebenarnya sepupuku
Rhoda Despard akan mengadakan pesta gereja dan?"
"Takkan pernah lagi!" kata Mrs. Oliver. "Kau tahu
apa yang terjadi terakhir kali aku terlibat" Aku mengatur permainan Perburuan Pembunuh, dan hal pertama yang terjadi adalah munculnya mayat sungguhan.
Aku masih belum bisa melupakannya!"
"Ini bukan Perburuan Pembunuh. Kau hanya perlu
duduk di tenda dan menandatangani buku-bukumu
sendiri"lima shilling untuk satu tanda tangan."
"Ya-h-h-h," kata Mrs. Oliver ragu-ragu. "Mungkin
itu boleh juga. Aku tidak harus membuka acara pesta
itu, kan" Atau mengatakan hal-hal bodoh" Atau harus
memakai topi?" Aku meyakinkannya bahwa tidak ada satu pun dari
hal tadi diharapkan darinya.
"Lagi pula, hanya satu-dua jam," kataku
29 membujuk. "setelah itu, akan ada pertandingan
cricket"tidak, kurasa tidak mungkin di musim seperti
saat ini. Mungkin anak-anak akan menari. Atau
perlombaan pakaian indah?"
Mrs. Oliver memotongku dengan jeritan keras.
"Itu dia," teriaknya. "Bola cricket! Tentu saja! Dia
melihatnya dari jendela... naik melambung di udara...
dan hal itu mengalihkan perhatiannya"karena itulah
dia tidak pernah menyebut-nyebut burung kakaktua!
Untung saja kau datang, Mark. Kau sangat hebat."
"Aku tidak mengerti?"
"Mungkin tidak, tapi aku mengerti," kata Mrs.
Oliver. "semua ini agak rumit, dan aku tidak ingin
membuang waktu dengan memberikan penjelasan.
Lalu meskipun aku senang bisa bertemu denganmu,
aku benar-benar berharap kau mau pergi saat ini juga.
segera." "Tentu. Tapi tentang pesta?"
"Akan kupikirkan. Jangan ganggu aku sekarang.
Nah, tadi aku meletakkan kacamataku di mana, ya"
Kenapa barang-barang selalu lenyap begitu saja...?"
30 Bab 2 MRs. GeRAHTY membuka pintu pastoran dengan gayanya yang menggebrak kasar seperti biasa. Tindakan
ini seolah tidak dilakukan untuk menjawab deringan
bel, tapi lebih seperti gerakan penuh kemenangan untuk mengekspresikan pernyataan: "Ketangkap basah
kau kali ini!" "Nah, kau ada perlu apa?" dia menuntut dengan sikap siap bertarung.
Ada anak lelaki di ambang pintu, anak yang tampak
sepele"tidak mudah disadari keberadaannya ataupun
diingat"anak lelaki seperti kebanyakan anak laki-laki
lainnya. Dia menyedot ingus dari hidungnya karena sedang pilek.
"Apakah ini tempatnya pastor?"
"Apakah kau ingin bertemu Pastor Gorman?"
"Dia dipanggil," kata anak laki-laki itu.
"siapa yang memanggilnya, di mana, dan untuk
apa?" 31 "Benthall street. Dua puluh tiga. Wanita itu bilang
dia sedang sekarat. Mrs. Coppins yang mengirimku. Ini
tempat Katolik, bukan" Wanita itu bilang, pendeta tidak
bisa." Mrs. Gerahty meyakinkannya atas hal penting itu,
menyuruhnya diam di tempat, lalu masuk ke pastoran.
sekitar tiga menit kemudian, pastor tua bertubuh tinggi
keluar sambil membawa tas kulit kecil.
"Aku Pastor Gorman," katanya. "Benthall street" Itu
dekat halaman stasiun kereta api, kan?"
"Benar. Tempatnya memang sangat dekat dari sana.
Mereka berangkat bersama-sama, Pastor berjalan dengan langkah bebas.
"Mrs. "Coppins, katamu" Itu namanya?"
"Dia yang punya rumah. Menyewakan kamar-kamar,
itu pekerjaannya. salah satu penyewanya yang membutuhkanmu. Namanya Davis, kukira."
"Davis. siapa, ya" Aku tidak ingat "
"Ah, dia salah satu dari kalian. Maksudku, Katolik.
Katanya tidak bisa kalau sama pendeta."
Pastor mengangguk. Dalam waktu yang sangat singkat, mereka sampai ke Benthall street. Anak laki-laki itu
menunjuk ke rumah tinggi kumuh dalam barisan rumah lain yang juga tinggi dan kumuh.
"Itu dia." "Kau tidak masuk?"
"Aku tidak tinggal di sini. Mrs. C memberiku satu
shilling untuk menyampaikan pesannya."
"Oh, begitu. siapa namamu?"
"Mike Potter." "Terima kasih, Mike."
32 "sama-sama," kata Mike, lalu dia pergi sambil bersiul-siul. Kenyataan bahwa ada seseorang yang sedang
sekarat sama sekali tidak memengaruhinya.
Pintu No. 23 dibuka dan Mrs. Coppins"wanita besar berwajah merah"berdiri di ambang pintu dan
menyambut hangat tamunya.
"Masuk, masuklah. Menurut saya keadaannya buruk.
seharusnya berada di rumah sakit, bukan di sini. saya
sudah menelepon rumah sakit, tapi di masa sekarang
ini, entah kapan salah satu dari mereka akan datang.
suami saudara perempuan saya terpaksa menunggu
enam jam ketika kakinya patah. Menurut saya ini sangat
memalukan. Layanan Kesehatan apa" Mereka merampok uang kita, tapi ketika kita butuh, di mana mereka?"
Dia berjalan di depan Pastor menaiki tangga sempit
sambil terus berbicara. "sakit apa dia?"
"sakit lu. Tampaknya sudah sembuh. Menurut saya,
dia terlalu cepat pergi keluar sebelum sembuh benar.
Pokoknya tadi malam dia pulang dan kelihatan pucat
seperti mayat. Dia terus berbaring saja. Tidak mau makan apa pun. Tidak mau diperiksa dokter. Pagi ini kulihat dia demam tinggi. Kurasa lu sudah mencapai paruparunya."
"Radang paru-paru?"
Mrs. Coppins yang sekarang terengah-engah, mengeluarkan bunyi seperti mesin uap seolah menandakan
persetujuan. Dia membuka pintu, memberi jalan kepada Pastor Gorman untuk masuk, lalu berkata dari belakang pundak Pastor, "Pastornya sudah datang untukmu.
33 Sekarang kau akan baik-baik saja!" Dia mengatakannya
dengan nada suara pura-pura gembira, lalu pergi.
Pastor Gorman maju. Kamar itu, yang dilengkapi
perabot gaya Victoria kuno, bersih dan rapi. Di tempat
tidur di dekat jendela, seorang wanita menolehkan kepala dengan lemah. Pastor bisa langsung melihat bahwa
wanita itu sakit parah. "Kau sudah datang... tidak banyak waktu lagi...," dia
berbicara dengan napas terengah-engah. "...kejahatan...
kejahatan yang begitu keji... aku harus... harus... aku tidak bisa mati seperti ini... harus mengaku"mengaku"
dosa"memilukan"memilukan..." Mata wanita itu
menerawang... setengah terpejam....
Kata-kata yang melantur meluncur keluar dari bibirnya.
Pastor Gorman mendekati tempat tidur. Dia berbicara seperti yang sudah begitu sering dilakukannya"
begitu sering. Kata-kata berwibawa"menenangkan,
kata-kata yang sesuai dengan tugas dan imannya. Kedamaian merambah kamar itu. Kepedihan hilang dari
mata yang tersiksa. Lalu ketika sang pastor menyudahi layanannya, wanita yang sedang sekarat itu berbicara lagi.
"Dihentikan... harus dihentikan... Kau akan..."
Pastor berbicara dengan kewibawaan yang meyakinkan.
"Akan kulakukan apa yang perlu dilakukan. Kau bisa
memercayaiku." Dokter dan ambulans tiba bersamaan beberapa saat
kemudian. Mrs. Coppins menyambut mereka dengan
sikap kemenangan sekaligus muram.
34 "Terlambat, seperti biasanya!" katanya. "Dia sudah
mati." 2 Pastor Gorman berjalan pulang di senja hari yang sudah mulai gelap. Malam itu kabut turun, kabut pun
semakin pekat dengan cepat. Pastor berhenti sebentar,
dia mengerutkan kening. Cerita yang begitu fantastis
dan luar biasa. seberapa banyak dari cerita itu yang
terlahir dari igauan dan pengaruh demam tinggi"
Tentu sebagian memang benar"tapi seberapa banyak"
Bagaimanapun juga sangatlah penting mencatat namanama tertentu sementara masih segar dalam ingatannya. serikat Kerja st. Francis pasti sudah berkumpul
saat dia pulang. Tiba-tiba Pastor Gorman masuk ke kafe kecil, memesan secangkir kopi dan duduk. Dia meraba-raba saku
jubahnya. Ah, Mrs. Gerahty"dia sudah memintanya
untuk memperbaiki pelapis saku itu. Dan seperti biasa,
dia belum melakukannya! Buku catatan, pensil, dan beberapa koin yang dibawa sang pastor, sudah lolos menerobos jahitan pelapis saku. Dengan susah payah, dia
berusaha mengeluarkan beberapa koin dan pensil, tapi
buku catatannya terlalu sulit diraih.
Kopi pesanannya datang. sang pastor pun bertanya
apakah dia bisa meminta secarik kertas.
"Ini cukup?" Kertas yang diangsurkan adalah kantong kertas yang
sudah sobek. Pastor Gorman mengangguk dan mengambilnya. Dia mulai menulis. Nama-nama itu"sangat
35 penting untuk tidak melupakan nama-nama itu. Namanama adalah hal yang sering dilupakannya.
Pintu kafe terbuka dan tiga pemuda berpakaian gaya
era Raja edward VII masuk dan duduk dengan suara
berisik. Pastor Gorman menyelesaikan catatannya. Dia melipat kertas tadi dan baru akan memasukkannya ke saku
jubah ketika teringat lubang pada saku itu. Lalu dia melakukan sesuatu yang sudah sering dilakukannya, mendorong kertas terlipat itu ke dalam sepatunya.
seorang pria masuk diam-diam dan duduk di pojok
yang jauh. Pastor Gorman menyesap satu-dua teguk
kopi demi kesopanan, meminta bonnya, dan membayar.
Lalu dia bangkit berdiri dan keluar.
Pria yang baru saja masuk rupanya berubah pikiran.
Dia memandang arlojinya seolah telah salah melihat
waktu, bangkit, lalu bergegas keluar.
Kabut semakin pekat dengan cepat. Pastor Gorman
mempercepat langkahnya. Dia kenal betul wilayahnya.
Dia lalu mengambil jalan pintas dengan membelok ke
jalan kecil yang menyusuri rel kereta api. Dia mungkin menyadari ada langkah-langkah kaki di belakangnya, tapi tidak menghiraukannya. Lagi pula, untuk
apa" Pentungan menghantamnya tanpa terduga. Dia
terhuyung-huyung ke depan dan terjatuh.
3 Dr. Corrigan, sambil menyiulkan lagu Father O"Flynn,
36 masuk ke ruang D.D.I dan menyapa Inspektur Detektif Divisi, Lejeune, dengan gaya ramah.
"Aku sudah mengerjakan pastormu itu," katanya.
"Dan hasilnya?"
"Kita simpan saja istilah-istilah teknis untuk petugas
koroner. Dia benar-benar dipentung dengan kuat.
Mungkin pukulan pertama sudah mematikannya, tapi
si pelaku rupanya ingin memastikan aksinya. Urusan
yang menjijikkan." "Ya," kata Lejeune.
Lejeune pria tegap, berambut gelap dan bermata kelabu. sikapnya tenang menyesatkan, tapi gerak-geriknya
terkadang secara mengejutkan memberikan gambaran
jelas dan mengungkapkan asal-usul nenek moyangnya
yang kaum Huguenot Prancis.
Dengan hati-hati dia berkata, "Mungkin lebih keji
daripada yang diperlukan untuk aksi perampokan?"
"Apakah memang perampokan?" tanya Dokter.
"Kelihatannya begitu. sakunya dibalik dan pelapis
jubahnya dikoyak." "Pastinya mereka tidak bisa mengharapkan perolehan
banyak," kata Corrigan. "Bukankah kebanyakan pastor
sangat miskin?" "Mereka memukul kepalanya berulang kali untuk
meyakinkan dia sudah mati," kata Lejeune merenung.
"Menimbulkan pertanyaan mengapa."
"Ada dua kemungkinan," kata Corrigan. "satu, dilakukan oleh penjahat muda yang berwatak kejam, suka
melakukan kekejian hanya demi kekejian itu sendiri"
banyak penjahat seperti itu berkeliaran sekarang ini, sayang sekali."
37 "Dan kemungkinan satunya?"
Dokter mengangkat bahu. "Ada yang memang menginginkan kematian Pastor
Gorman. Apakah itu mungkin?"
Lejeune menggelengkan kepala.
"sangat tidak mungkin. Dia orang yang cukup dikenal, disukai di wilayah ini. Tidak punya musuh, sejauh
yang kami tahu. Tapi perampokan tidak mungkin. Kecuali?"
"Kecuali apa?" tanya Corrigan. "Polisi punya petunjuk! Benar, kan?"
"Pastor Gorman memang membawa sesuatu yang tidak diambil. sesuatu yang secara tak terduga disimpan
di sepatunya." Corrigan bersiul. "Kedengarannya seperti kisah mata-mata."
Lejeune tersenyum. "Jauh lebih sederhana daripada itu. saku jubahnya
berlubang. sersan Pine berbicara dengan pengurus
rumah tangganya. Rupanya dia wanita yang tidak rapi. Dia tidak memperbaiki baju sang pastor seperti
yang seharusnya dia lakukan. Wanita itu mengakui
bahwa terkadang Pastor Gorman memasukkan secarik


Misteri Penginapan Tua The Pale Horse Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kertas ke sepatu supaya tidak jatuh menerobos pelapis
jubahnya." "Dan si pembunuh tidak tahu itu?"
"si pembunuh pasti tidak berpikir sampai ke sana!
Itu kalau kita menduga bahwa kertas ini adalah yang
dicarinya dan bukan uang receh yang tidak seberapa."
"Ada tulisan apa di kertas itu?"
38 Lejeune merogoh laci dan mengeluarkan secarik kertas tipis yang sudah kusut.
"Hanya daftar nama," katanya.
Corrigan mengamatinya dengan penuh rasa ingin
tahu. Ormerod sandford Parkinson Hesketh-Dubois shaw Harmondsworth Tuckerton Corrigan" Delafontaine" Alisnya naik. "Rupanya aku ada di daftar ini!"
"Apakah di antara nama-nama itu ada yang bermakna
bagimu?" tanya si inspektur.
"Tidak ada." "Dan kau belum pernah bertemu Pastor Gorman?"
"Belum pernah."
"Kalau begitu kau tidak bisa membantu kami."
"Apakah kau punya gagasan tentang arti daftar
ini"kalau ada?"
Lejeune tidak langsung menjawab.
"Ada anak laki-laki datang ke rumah Pastor Gorman
sekitar jam tujuh sore. Katanya ada wanita yang sedang
sekarat dan ingin bertemu pastor. Pastor Gorman ikut
dengannya." 39 "Ke mana" Kalau kau tahu?"
"Kami tahu. Tidak membutuhkan waktu lama untuk
melacak hal seperti itu. Benthall street dua puluh tiga.
Rumah yang dimiliki wanita bernama Coppins. Wanita
yang sakit adalah Mrs. Davis. Pastor tiba di sana jam
tujuh lewat seperempat dan mendampinginya sekitar
setengah jam. Mrs. Davis meninggal tepat sebelum ambulans datang untuk membawanya ke rumah sakit."
"Oh, begitu." "Berikutnya kami mendengar bahwa Pastor Gorman
masuk ke Tony"s Place, kafe kecil yang menyedihkan.
Cukup lumayan, tidak berbau kriminal, menyajikan
penyegar yang bermutu rendah, dan tidak banyak tamunya. Pastor Gorman memesan secangkir kopi. Lalu
rupanya dia merogoh saku tapi tidak bisa menemukan
apa yang dicarinya. Jadi dia meminta secarik kertas kepada pemilik kafe, Tony. Inilah?" dia menunjuk dengan
jarinya, "secarik kertas itu."
"Lalu?" "saat Tony membawakan kopi, si pastor sedang menulis di kertas ini. Tidak lama kemudian dia pergi, kopinya nyaris tidak diminum (aku tidak menyalahkannya
untuk itu), karena sudah menyelesaikan daftar tersebut
dan memasukkannya ke sepatunya."
"Ada orang lain di tempat itu?"
"Tiga pemuda tipe Teddy-boy"itu lho, para pemuda
yang biasa mengenakan celana ketat, jaket panjang dan
longgar, serta sepatu bersol tebal"masuk dan duduk di
satu meja. Lalu seorang pria agak tua masuk dan duduk
di meja lain. Yang terakhir pergi tanpa memesan apa
pun." 40 "Dia menguntit si pastor?"
"Mungkin saja. Tony tidak memerhatikan kapan
orang itu pergi. Dia juga tidak memerhatikan bagaimana tampangnya. Tony menggambarkannya sebagai tipe
pria yang tidak menarik perhatian. Tampak terhormat.
Tipe orang yang umum. Tingginya sedang, menurut
Tony, bermantel biru gelap"atau mungkin juga cokelat. Tidak berkulit gelap tapi juga tidak begitu putih.
Tidak ada alasan yang membuatnya terkait dengan kejadian ini. Kita tidak bisa tahu.
"Dia memang belum datang untuk bercerita bahwa
dia melihat Pastor Gorman di Tony"s Place"tapi memang masih terlalu dini untuk itu. Kami mencari siapa
pun yang melihat Pastor Gorman di antara jam 19.45
dan 20.15. Hanya dua orang yang sejauh ini memberikan respons: seorang wanita, ahli kimia pemilik toko di
dekat situ. Aku akan segera menemui mereka. Mayatnya
ditemukan jam delapan lebih seperempat oleh dua anak
laki-laki kecil di West street"kau tahu jalan itu" Boleh
dikatakan lorong kecil dengan rel kereta api membentang di salah satu sisinya. sisanya"kau sudah tahu,
kan?" Corrigan mengangguk. Dia menepuk kertas tadi.
"Bagaimana dugaanmu tentang ini?"
"Kupikir kertas itu penting," kata Lejeune.
"Wanita yang sedang sekarat itu menceritakan sesuatu kepada Pastor Gorman. Lalu dia menuliskan namanama ini di atas kertas secepat mungkin sebelum dia
lupa" Hanya saja ada satu hal yang perlu dipikirkan"
apakah dia akan tetap melakukannya, jika dia mendengar semua itu di bawah sumpah pengakuan dosa?"
41 "Tidak perlu di bawah sumpah," kata Lejeune. "Misalnya saja, nama-nama ini ada hubungannya dengan"
misalnya pemerasan?"
"Itu hanya dugaanmu, kan?"
"Aku belum punya dugaan. Ini hanya hipotesis kerja.
Orang-orang ini diperas. Wanita yang sekarat itu mungkin si pelaku pemerasan, atau dia tahu tentang pemerasan itu. Menurutku, secara garis besar wanita itu ingin
mengungkapan penyesalan, pengakuan, dan harapan
untuk memperbaiki sesuatu sebisanya. Pastor Gorman
menerima tanggung jawab itu."
"Lalu?" "sisanya hanya terkaan," kata Lejeune. "Andaikan
pemerasan ini menghasilkan banyak uang, dan ada
orang yang tidak ingin penghasilan itu hilang. seseorang
tahu bahwa Mrs. Davis sedang sekarat dan sudah memanggil pastor. Lalu hal-hal lain mengikuti."
"Aku bertanya-tanya sekarang," kata Corrigan sambil
mempelajari kertas itu. "Menurutmu mengapa ada tanda tanya di belakang dua nama terakhir?"
"Mungkin Pastor Gorman tidak yakin dia ingat kedua nama itu dengan tepat."
"Mungkin juga maksudnya Mulligan dan bukan
Corrigan," kata Dokter sependapat, sambil menyeringai.
"Itu sangat mungkin. Tapi menurutku untuk nama seperti Delafontaine hanya ada dua kemungkinan: kau
ingat atau tidak sama sekali"kalau kau tahu maksudku.
Aneh sekali bahwa tidak ada satu pun alamat di sini."
Dia kembali membaca daftar itu.
"Parkinson"banyak yang bernama Parkinson.
42 sandford, nama yang cukup biasa"Hesketh-Dubois"
wah, yang ini agak sulit. Tidak mungkin banyak yang
bernama seperti itu."
Karena dorongan yang tiba-tiba, Dr. Corrigan mencondongkan tubuh ke depan dan mengambil buku
telepon dari atas meja. "e sampai L. Coba kita lihat. Hesketh, Mrs. A... John
and Company, Tukang Ledeng... sir Isidore. Nah! Ini
dia! Hesketh-Dubois, Lady. ellesmere square, nomor
empat puluh sembilan, s.W 1. Bagaimana kalau kita
meneleponnya saja?" "Lalu kita akan bilang apa?"
"Nanti ide pasti datang," kata Doktor Corrigan enteng.
"silakan saja," kata Lejeune.
"Apa?" kata Corrigan sambil menatap lawan bicaranya.
"Kubilang, silakan saja," Lejeune berbicara enteng.
"Tak perlu kaget begitu." Lejeune pun mengangkat gagang telepon. sambungkan aku ke saluran keluar." Lalu
dia menatap Corrigan. "Nomornya?"
"Grosvenor 64578."
Lejeune mengulanginya, lalu menyerahkan gagang
telepon kepada Corrigan. "selamat bersenang-senang," kata Lejeune.
Masih sambil agak terheran-heran, Corrigan menatap
si inspektur detektif dan menunggu. Nada dering berbunyi terus sampai akhirnya ada yang mengangkat telepon. Kemudian dengan diselingi napas berat, terdengar
suara wanita berkata, "Grosvenor 64578."
"Ini rumah Lady Hesketh-Dubois?"
43 "Well"well, ya"maksudku?"
Doktor Corrigan tidak menghiraukan keraguan bicara wanita itu.
"Bisakah saya berbicara dengannya?"
"Tidak, sayangnya tidak bisa! Lady Hesketh-Dubois
sudah meninggal dunia bulan April lalu."
"Oh!" Karena merasa terperanjat, Dr. Corrigan mengabaikan kata-kata: "Boleh tahu dari siapa ini?" dan dengan perlahan meletakkan kembali gagang telepon.
Dia memandang dingin ke arah Inspektur Lejeune.
"Jadi inilah sebabnya kau begitu rela membiarkanku
menelepon." Lejeune tersenyum licik. "Kami tidak mengabaikan hal yang tampaknya cukup
jelas," tegasnya. "April lalu," kata Corrigan sambil merenung. "Lima
bulan yang lalu. Lima bulan sejak pemerasan atau apa
pun itu sudah tidak lagi mengkhawatirkannya. Dia
tidak bunuh diri atau semacanmya, kan?"
"Tidak, dia meninggal karena tumor otak."
"Jadi kita mulai lagi dari awal," kata Corrigan, sambil
kembali melihat daftar itu.
Lejeune mengeluh. "Kita tidak tahu apakah daftar itu memang ada
kaitannya," tukasnya. "Mungkin saja hanya penyerangan
biasa di malam berkabut"dan sedikit sekali harapan
untuk menemukan siapa pelakunya kecuali kalau kita
beruntung..." Dr. Corrigan berkata, "Kau keberatan kalau aku tetap
berkonsentrasi pada daftar ini?"
44 "silakan saja. Kudoakan supaya nasib baik menyertaimu."
"Itu berarti aku mungkin takkan menemukan apa
pun karena kau pun tidak! Jangan terlalu yakin. Aku
akan berkonsentrasi pada Corrigan. Mr. atau Mrs. atau
Miss Corrigan"dengan tanda tanya besar."
45 Bab 3 "WELL, begitulah, Mr. Lejeune, rasanya sudah tidak
ada lagi yang bisa kuceritakan padamu! sudah kuceritakan semua yang kutahu pada sersanmu. Aku tidak
tahu siapa Mrs. Davis, atau dari mana asalnya. Dia
sudah sekitar enam bulan di sini bersamaku. Dia
membayar uang sewa dengan teratur. Tampaknya dia
orang terhormat yang baik dan pendiam. Aku tidak
tahu apa lagi yang kauharap bisa kukatakan."
Mrs. Coppins berhenti untuk menarik napas dan
menatap Lejeune dengan ekspresi tidak suka. Lejeune
melemparkan senyuman lembut melankolis yang"dia
tahu berdasarkan pengalamannya"tidak akan pernah
tanpa hasil. "Bukan berarti aku tidak mau membantu kalau
bisa," wanita itu memperbaiki pernyataannya.
"Terima kasih. Itulah yang kami butuhkan"bantuan. Wanita biasanya tahu"mereka bisa merasakannya secara naluriah jauh lebih banyak daripada yang
bisa diketahui laki-laki."
46 Pembukaan yang baik dan ternyata berhasil.
"Ah," kata Mrs. Coppins. "seandainya Coppins
bisa mendengarmu. Dia selalu begitu angkuh dan berbicara tanpa dipikir dulu. "Kau selalu bilang bahwa
kau tahu sesuatu tapi kau tak pernah punya bukti apa
pun!" katanya selalu sambil mendengus. Padahal sembilan dari sepuluh kali, aku selalu benar."
"Karena itulah aku ingin tahu bagaimana penilaianmu tentang Mrs. Davis. Apakah dia"wanita yang tidak bahagia, menurutmu?"
"Kalau tentang itu sih, tidak"menurutku tidak.
Dia berjiwa bisnis. Penampilannya selalu begitu. sangat teratur. seolah seluruh hidupnya sudah dirancang
dan dijalankannya sesuai rancangan itu. sejauh yang
aku tahu, dia bekerja di salah satu asosiasi riset konsumen. Berkeliling dan bertanya pada orang-orang
sabun apa yang mereka gunakan, atau tepung. Berapa
yang mereka habiskan untuk anggaran mingguan dan
bagaimana pembagiannya. Tentu saja menurutku
pekerjaan semacam itu sebenarnya sama dengan memata-matai"dan bagiku tidak jelas mengapa pemerintah atau siapa pun ingin tahu hal-hal seperti itu! Pada
akhirnya yang akan kaudengar hanyalah apa yang sudah diketahui semua orang selama ini. Tapi saat ini,
hal semacam itu sedang banyak diminati. Lalu kalau
kau mau tahu, menurutku Mrs. Davis yang malang
memang cocok melakukan pekerjaan tersebut. sikapnya ramah, tidak ingin mencampuri, hanya bersikap
tegas dan seperlunya saja.
"Kau tidak tahu nama perusahaan atau asosiasi
yang mempekerjakannya?"
47 "Tidak. Aku tidak tahu."
"Apakah dia pernah menyebut anggota keluarga?"
"Tidak. Kuduga dia janda dan sudah lama sekali
kehilangan suaminya. sepertinya sang suami agak cacat, tapi dia tidak pernah banyak membicarakannya."
"Mrs. Davis tidak pernah menyebutkan daerah asalnya"dari bagian negeri mana?"
"Kurasa dia bukan orang London. Datang dari suatu tempat di Utara, sepertinya."
"Kau tidak merasakan ada sesuatu"yah, yang misterius pada dirinya?"
Lejeune merasa ragu ketika mengucapkan ini. Kalau wanita ini orang yang mudah berprasangka... Tapi
Mrs. Coppins tidak menarik keuntungan dari kesempatan yang ditawarkan kepadanya.
"Well, aku tidak bisa bilang bahwa aku pernah merasa begitu. Kalau dari apa yang dikatakannya sih,
sudah pasti tidak. satu-satunya hal yang terkadang
membuatku heran adalah kopernya. Kualitasnya bagus
tapi sudah tidak baru. Dan inisial di atasnya sudah
dicat ulang menjadi J. D. "Jessie Davis. Tapi aslinya
J dengan huruf lain, H, kukira. Tapi mungkin juga
A. Tapi walaupun begitu, saat itu aku tidak begitu
memerhatikan. Cukup mudah membeli koper bekas
pakai yang murah sekali, jadi sudah wajar bila inisialnya lalu diganti. Dia tidak punya banyak barang"hanya satu koper itu."
Lejeune sudah tahu hal itu. Barang-barang milik
wanita mati itu anehnya hanya sedikit. Dia tidak menyimpan surat-surat maupun foto. Rupanya dia tidak
48 punya kartu asuransi, buku tabungan bank, buku cek.
Pakaian-pakaiannya bermutu cukup bagus, hampir
baru. "Apakah dia kelihatan cukup bahagia?"
"Kukira begitu."
Lejeune menangkap nada agak ragu dalam suara
Mrs. Coppins. "Kau hanya menduga?"
"Well, hal seperti itu bukan hal yang sering kita
pikirkan, kan" Menurutku dia punya cukup uang,
punya pekerjaan bagus, dan cukup puas dengan kehidupannya. Dia memang bukan tipe yang suka mengumbar-umbar perasaan. Tapi tentu saja, ketika dia jatuh sakit "
"Ya" Ketika dia jatuh sakit?" kata Lejeune mendesak.
"Mula-mula dia jengkel. Ketika dia mulai sakit lu,
maksudku. Dia bilang, penyakit itu akan membuyarkan semua jadwalnya. Tak bisa menepati janji-janji
pertemuan dan sebagainya. Tapi lu tetap lu, dan penyakit itu tidak bisa diabaikan ketika kau menderitanya. Maka dia beristirahat di tempat tidur, membuat
teh di atas kompor gas untuk dirinya sendiri, dan
minum aspirin. Aku bertanya, kenapa tidak panggil
dokter saja" Tapi dia bilang tidak perlu. Tidak ada hal


Misteri Penginapan Tua The Pale Horse Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lain yang bisa dilakukan untuk menyembuhkan lu
selain tetap di tempat tidur dan menjaga badan tetap
hangat. Dia juga bilang sebaiknya aku jangan dekatdekat dengannya, nanti ketularan."
"Aku memasak sedikit untuknya ketika dia mulai
sembuh. sup panas dan roti panggang. Dan sesekali
49 puding nasi. Tentu saja lu itu membuatnya murung,
begitulah kalau sedang terkena lu"tapi tidak melebihi batas kewajaran, menurutku. setelah demam turun, depresi pun dimulai"dia juga mengalaminya
seperti orang lain. Dia duduk di sana, di dekat perapian, kuingat itu, dan dia bilang kepadaku, "Kalau
saja manusia tidak punya begini banyak waktu untuk
berpikir. Aku tidak suka punya waktu untuk berpikir.
Hal-hal begini membuatku sedih.?"
Lejeune tetap menatap Mrs. Coppins dengan penuh perhatian, wanita itu pun semakin semangat
bercerita. "Aku meminjamkannya beberapa majalah. Tapi sepertinya dia tidak bisa memusatkan perhatian untuk
membaca. Aku ingat dia pernah bilang, "Kalau sesuatu tidak berjalan seperti seharusnya, lebih baik tidak
tahu soal itu, kau setuju, kan?" Dan aku berkata, "Benar, sayang." Lalu dia bilang, "Aku tidak tahu, aku
tidak pernah yakin." Dan saat itu aku bilang, itu tidak
apa-apa. Lalu dia bilang, "semua yang kulakukan selalu jujur dan terus terang. Tidak ada hal yang perlu
membuatku merasa bersalah." Dan aku bilang "Tentu
tidak, sayang." Tapi saat itu aku bertanya-tanya dalam
hati, apakah mungkin telah terjadi suatu kecurangan
dengan laporan-laporan keuangan di perusahaan
tempatnya bekerja, dan dia mengetahui tentang
ini"tapi kemudian dia merasa bahwa itu bukan
urusannya." "Mungkin saja," Lejeune setuju.
"Yah, pokoknya, akhirnya dia sembuh"atau hampir, dan kembali bekerja. sudah kukatakan kepadanya
50 bahwa masih terlalu cepat baginya untuk bekerja lagi.
Kubilang, istirahatlah satu-dua hari lagi. Dan lihat,
benar kataku, kan" Di sore kedua dia kembali bekerja,
aku segera melihat bahwa dia terserang demam tinggi.
Hampir tidak bisa naik tangga."
"Aku bilang padanya bahwa dia perlu memanggil
dokter, tapi tidak perlu, katanya. Keadaannya semakin
parah dan parah. sepanjang hari itu, matanya berkaca-kaca, pipinya panas bagaikan api, dan tampaknya
pernapasannya sesak sekali. Di hari berikutnya, saat
senja dia bilang kepadaku"dia hampir tidak kuat
mengucapkan kata-kata itu, "Pendeta. Aku perlu pendeta. segera... atau nanti terlambat." Tapi bukan pendeta Protestan yang dia inginkan. Harus pastor Katolik Roma. Aku tidak pernah tahu bahwa dia Katolik
Roma, tidak pernah ada salib atau semacamnya di
sekitarnya." Tapi sebenarnya memang ada salib. salib itu disembunyikan di bagian bawah koper Mrs. Davis. Lejeune
tidak menyebutkannya. Dia duduk sambil mendengarkan.
"Aku melihat Mike kecil di jalan dan menyuruhnya
memanggil Pastor Gorman di st. Dominic. Lalu aku
menelepon dokter dan rumah sakit atas inisiatifku
sendiri, tanpa bilang apa pun kepadanya."
"Kau menyertai Pastor menemui Mrs. Davis ketika
dia datang?" "Ya. Lalu aku meninggalkan mereka berdua saja."
"Apakah salah satu di antara mereka mengatakan
sesuatu?" "Wah, aku tidak ingat betul. Aku sendiri sedang
51 berbicara, memberitahu bahwa Pastor sudah datang dan
sekarang dia akan baik-baik saja, untuk menghiburnya.
Tapi sekarang aku ingat, ketika menutup pintu aku mendengar Mrs. Davis mengatakan sesuatu tentang kekejian. Ya"dan sesuatu tentang kuda"balap kuda mungkin. Aku sendiri juga suka bertaruh setengah crown
sesekali, tapi yang kudengar memang banyak kecurangan yang terjadi dalam balapan kuda."
"Kekejian," kata Lejeune. Dia terpukau mendengar
kata itu. "Pemeluk agama Katolik Roma memang harus
mengaku dosa-dosa mereka sebelum mati, kan" Jadi
kurasa untuk itulah dia membutuhkan pastor."
Lejeune tidak ragu bahwa memang itulah yang terjadi, tapi daya khayalnya tergerak karena kata yang
digunakan Mrs. Davis. Kekejian...
suatu kekejian yang khusus, pikirnya, karena pastor
yang tahu tentang itu telah dikuntit dan dipentung
sampai mati. 2 Tidak ada yang bisa diperoleh dari ketiga penyewa
lain di rumah itu. Dua di antara mereka, pegawai
bank dan pria tua yang bekerja di toko sepatu, sudah
beberapa tahun tinggal di sana. Penyewa yang ketiga
adalah gadis berusia dua puluh dua yang belum lama
tiba di sana dan bekerja di department store di dekat
situ. Ketiganya nyaris tidak pernah melihat Mrs.
Davis. Wanita yang melaporkan melihat Pastor Gorman
52 di jalan sore itu ternyata tidak punya informasi yang
berguna. Dia beragama Katolik dan biasa mengikuti
misa di st. Dominic, jadi dia mengenali wajah Pastor
Gorman. Wanita itu telah melihatnya membelok dari
Benthall street dan masuk ke Tony"s Place, sekitar
jam delapan kurang sepuluh. Itu saja.
Mr. Osborne, pemilik toko kimia di pojok Barton
street, bisa memberikan informasi lebih baik. Dia
pria kecil, separo baya, berkepala bulat gundul, berwajah bulat sederhana, dan berkacamata.
"selamat malam, Inspektur Kepala. silakan masuk
ke belakang." Pria itu mengangkat penutup konter
yang bergaya kuno. Lejeune masuk melewati konter
itu dan berjalan melalui ruangan kecil tempat peracikan. Di sana ada pemuda berpakaian kerja putih sedang mengisi botol-botol obat dengan kecepatan bak
tukang sulap profesional. Mereka lalu melewati selasar
beratap lengkung dan masuk ke ruangan kecil berisi
beberapa kursi santai, meja, dan meja tulis. Mr.
Osborne menarik tirai selasar di belakangnya"dengan
gaya seolah hendak melakukan sesuatu yang harus
dirahasiakan. Dia lalu duduk di kursi, sambil memberi isyarat kepada Lejeune untuk duduk di kursi lainnya. Mr. Osborne mencondongkan tubuhnya ke depan, matanya berbinar-binar penuh semangat, dia
tampak menikmati situasi ini.
"Kebetulan aku mungkan bisa membantumu. saat
itu bukan malam yang sibuk"tidak banyak pekerjaan, cuaca kurang bagus. Istriku yang masih muda
berada di belakang konter. Kami selalu buka sampai
jam delapan di hari Kamis. Kabut semakin tebal dan
53 tidak banyak orang di luar. Aku menghampiri pintu
untuk mengamati cuaca, sambil berpikir betapa cepatnya kabut menebal. Ramalan cuaca memang sudah
menyatakan begitu. Aku berdiri di sana sebentar"tidak ada masalah di toko yang tidak bisa ditangani
istriku"hanya pesanan krim wajah, garam mandi,
dan semacamnya. "Lalu aku melihat Pastor Gorman datang berjalan
di sisi seberang jalan. Tentu saja aku mengenali wajahnya. Mengejutkan sekali, pembunuhan itu, menyerang
orang yang begitu baik seperti dia. Itu Pastor
Gorman, kataku dalam hati. Dia berjalan ke arah
West street, belokan kedua di kiri sebelum rel kereta
api, seperti yang sudah kauketahui. Tak terlalu jauh
di belakangnya ada pria lain. Tidak pernah terlintas
dalam pikiranku untuk memerhatikan atau mencurigai keadaan itu, tapi pria kedua ini memang kemudian berhenti agak mendadak"cukup mendadak,
persis ketika dia sejajar dengan pintu tokoku.
"Aku heran kenapa dia berhenti"lalu aku melihat
bahwa Pastor Gorman, sedikit di depan pria tadi, memperlambat langkahnya. Pastor Gorman tidak benarbenar berhenti, tapi dia kelihatan begitu sibuk
memikirkan sesuatu sampai hampir lupa sedang berjalan. Lalu dia mulai melangkah lagi, dan pria yang lain
itu mulai berjalan juga"agak cepat. Kukira"tanpa terlalu memikirkan masalah ini, mungkin dia orang yang
kenal Pastor Gorman dan ingin menyusulnya untuk
berbicara dengannya."
"Tapi sebenarnya bisa jadi dia sedang menguntit
Pastor?" 54 "Itulah yang kini aku yakin sedang dilakukannva
saat itu"meskipun ketika itu aku tidak punya dugaan apa-apa. Lalu ketika kabut semakin tebal, aku
nyaris langsung tidak bisa melihat keduanya lagi."
"Apakah kau bisa menggambarkan ciri-ciri orang
itu?" suara Lejeune tidak yakin. Dia sudah siap mendengar berbagai ciri yang tidak jelas seperti biasa. Tapi
ternyata Mr. Osborne tidak seperti Tony dari Tony"s
Place. "Well, ya, kurasa bisa," kata Mr. Osborne dengan
sikap puas kepada dirinya sendiri. "Dia tinggi?"
"Tinggi" seberapa tinggi?"
"Well"setidaknya antara 175 atau 180 sentimeter,
menurutku. Meskipun mungkin saja dia kelihatan lebih tinggi daripada sebenarnya karena dia kurus sekali. Bahunya turun dan jakunnya menonjol dengan
sangat jelas. Rambutnya agak panjang di bawah topi
homburg-nya"kau tahu, kan" sejenis topi pria yang
pinggirannya lebar dan ada lipatan di bagian tengah
atasnya. Hidung pria itu besar seperti paruh burung.
sangat menonjol. Tentu saja aku tidak tahu warna
matanya. seperti yang tadi sudah kujelaskan, aku hanya melihat proilnya. Mungkin dia berusia lima puluhan. Aku bisa menduga hal itu dari caranya berjalan. Cara pria muda bergerak sama sekali tidak seperti
itu." Lejeune mencatat dalam hati jarak ke seberang jalan, lalu kembali memerhatikan Mr. Osborne sambil
bertanya-tanya dalam hati. Dia sangat ingin tahu...
Penjelasan seperti yang telah diberikan si pemilik
55 toko kimia bisa berarti dua hal. Bisa jadi penjelasan
itu timbul dari daya khayal yang sangat hidup.
Lejeune sudah punya banyak contoh seperti itu, terutama dari kaum wanita. Mereka bisa membuat gambaran menarik tentang bagaimana seharusnya suatu
pembunuhan menurut mereka. Tapi gambaran menarik seperti itu biasanya mencakup beberapa detail
palsu"seperti mata yang selalu berputar-putar, alis
kumbang, rahang seperti monyet, geraman kejam.
Uraian yang diberikan oleh Mr. Osborne terdengar
seperti uraian tentang orang yang benar-benar nyata.
Kalau begitu dalam kasus ini mungkin memiliki saksi
yang hanya bisa ditemukan satu dari sejuta"pria
yang mengamati teliti dan mendetail yang mungkin
amat sangat yakin dengan apa yang sudah diihatnya.
sekali lagi Lejeune menaksir jarak antara kedua sisi
jalan yang berseberangan itu. Matanya menatap penuh perhatian dan terpaku pada si pemilik toko kimia.
Lejeune bertanya, "Menurutmu, apakah kau akan
bisa mengenali orang itu kalau melihatnya lagi?"
"Oh, ya," kata Mr. Osborne sangat yakin. "Aku
tak pernah melupakan wajah. Itu salah satu hobiku.
Aku selalu bilang kalau ada pembunuh istri yang datang ke tokoku dan membeli sebungkus arsenik, aku
pasti bisa bersaksi di bawah sumpah tentang dia di
pengadilan. Aku selalu berharap sesuatu semacam itu
akan terjadi suatu hari."
"Tapi belum terjadi sampai sekarang?"
Mr. Osborne terpaksa mengakui dengan sedih itu
belum terjadi. 56 "Dan tidak akan mungkin lagi sekarang," tambahnya sedih. "Aku akan menjual bisnisku ini. Aku sudah dapat harga bagus. Aku akan pensiun dan tinggal
di Bournemouth." "Tempatmu ini tampak cukup bagus."
"Memang berkelas," kata Mr. Osborne, ada nada
bangga dalam suaranya. "sudah hampir seratus tahun
kami mapan di sini. Kakekku dan ayahku sebelum
aku. Bisnis keluarga gaya lama yang bagus. Tapi ketika masih kanak-kanak, aku tidak menganggapnya begitu. Kaku dan kuno menurutku. seperti banyak pemuda, aku terpesona pada dunia panggung. Merasa
yakin bisa berakting. "Ayahku tidak berusaha menghentikanku. "Lihat
saja sejauh mana kau bisa berhasil, Nak," katanya.
"Kau akan mendapati kau bukan sir Henry Irving."
Dan ternyata dia benar! Dia orang yang bijak sekali,
ayahku. Aku bergabung dalam perkumpulan sandiwara selama kira-kira delapan belas bulan, lalu kembali
ke bisnis kami. "Aku bangga dengan bisnis ini. Kami selalu menawarkan barang-barang bermutu bagus. Kuno. Tapi
bermutu. Tapi di masa sekarang ini" "dia menggeleng sedih?"mengecewakan sekali bagi para ahli obat.
segala alat kecantikan itu. Kami terpaksa menyediakannya. separo laba datangnya dari barang-barang
terkutuk itu. Bedak, lipstik, dan krim wajah; sampo
rambut dan sabun busa mewah. Aku sendiri tidak
mau menyentuh barang-barang itu. Aku punya istri
yang masih muda di belakang konter untuk
mengurusi semua itu. 57 "Tidak, keadaan memang tidak seperti dulu lagi
bagi kami yang memiliki toko obat. Walaupun begitu,
aku sudah mengumpulkan cukup banyak uang dan
telah mendapatkan penawaran yang cukup bagus. Aku
juga sudah membayar uang muka untuk pondok kecil
yang nyaman di dekat Bournemouth."
Mr. Osborne menambahkan, "Pensiunlah selagi
masih mampu menikmati kehidupan. Begitu mottoku.
Aku punya banyak hobi. Kupu-kupu, misalnya. Dan
terkadang mengamati burung. Lalu berkebun"banyak
sekali buku tentang bagaimana memulai berkebun.
Lalu tamasya. Mungkin aku akan mendaftarkan diri
untuk ikut salah satu pesiar dengan kapal itu"
melihat negeri-negeri asing sebelum terlambat."
Lejeune bangkit berdiri. "Well, kuharap kau beruntung," kata si inspektur.
"Dan kalau, sebelum kau meninggalkan wilayah ini,
kau melihat pria itu?"
"Aku akan segera memberitahumu, Mr. Lejeune.
Tentu saja. Kau bisa mengandalkan aku. Dengan senang hati akan kulakukan. seperti sudah kuceritakan
kepadamu, aku sangat cermat dalam memerhatikan
wajah. Aku akan waspada terus. seperti kata orang,
qui vive, siaga dan waspada. Benar sekali. Kau bisa
mengandalkanku. Aku akan melakukannya dengan
senang hati." 58 Bab 4 CERITA MARK EASTERBROOK AKU keluar dari Old Vic dan temanku, Hermia
Redclife, berada di sampingku. Kami baru saja menonton pertunjukan Macbeth1. Hujan deras sekali. Ketika
kami berlari menyeberangi jalan ke tempat aku memarkir mobilku, Hernia berkomentar, tidak adil bahwa
setiap kali orang pergi ke Old Vic, hujan pasti turun.
"Kejadian ini memang salah satu dari berbagai hal
yang tak terjelaskan."
Aku tidak setuju dengan pendapatnya. Kukatakan
bahwa tidak seperti jam matahari, dia hanya mengingat saat-saat hujan.
"Kalau di Glyndebourne," lanjut Hermia sementara
aku menginjak kopling, "aku selalu beruntung. Aku
1 drama karya William shakespeare. Menceritakan tentang Macbeth yang
sejak mendengar ramalan dari tiga penyihir bahwa dia akan jadi raja
skotlandia, menghalalkan kejahatan untuk mewujudkan ramalan itu dan
mempertahankan kedudukannya. Lady Macbeth, istrinya, sangat berambisi
dan mungkin lebih jahat daripada Macbeth sendiri, selalu membujuk sang
suami memilih jalan pintas.
59 tidak bisa membayangkan yang lain selain kesempurnaan; musiknya"dan barisan bunga yang indah"terutama barisan bunga putih."
Untuk sejenak kami membahas Glyndebourne dan
musiknya, lalu Hermia berkomentar, "Kita takkan sarapan di Dover, kan?"


Misteri Penginapan Tua The Pale Horse Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dover" Ide yang sangat bagus. Kukira kita akan
pergi ke Fantasie. Kita perlu makan dan minum enak
setelah segala pertumpahan darah yang menakjubkan
dan kemurungan Macbeth itu. Karya shakespeare selalu membuatku rakus."
"Ya. Begitu juga karya Wagner. Sandwich ikan salem asap di Covent Garden di saat jeda pertunjukan
tidak pernah cukup untuk menghilangkan perih di
perut. Kalau tentang kenapa Dover, itu karena kau
sedang mengemudi ke arah sana."
"Jalannya memang harus memutar," jelasku.
"Tapi kau sudah kelebihan memutar. Kau sudah
jauh ke arah Dover di jalan Kent Lama (atau Baru")
tadi." Aku memerhatikan sekelilingku dan terpaksa mengakui bahwa seperti biasa, Hermia memang benar.
"Aku suka bingung di sini," kataku minta maaf.
"Memang membingungkan," kata Hermia setuju.
"Berputar-putar di stasiun Waterloo."
setelah berhasil melintasi Westminster Bridge, kami
melanjutkan percakapan, membahas produksi Macbeth
yang baru saja kami lihat. Temanku, Hermia Redclife,
adalah wanita muda berusia dua puluh delapan yang
cantik. seolah hasil cetakan patung tokoh dalam mitos,
dia mempunyai proil Yunani yang hampir tanpa cacat.
60 Rambut lebatnya yang berwarna cokelat gelap digelung
dan bertengger di tengkuknya. Kakak perempuanku
selalu menyebutnya "kekasih Mark" dengan nada suara
yang menandakan adanya tanda petik pada istilah itu,
sesuatu yang selalu menjengkelkanku.
he Fantasie menyambut kami dengan ramah dan
mempersilakan kami duduk di meja kecil dekat dinding yang dilapisi beludru merah tua. he Fantasie
memang layak populer. Letak meja-mejanya berdekatan. Ketika kami duduk, tetangga di meja sebelah
menyambut kami dengan gembira.
David Ardingly dosen sejarah di Oxford. Dia memperkenalkan pendampingnya, gadis yang sangat cantik
dengan gaya rambut modis, ubun-ubunnya dipenuhi
ujung dan potongan rambut yang mencuat ke sana
kemari dalam berbagai sudut. Tapi anehnya, gaya itu
cocok dengannya. Matanya besar berwarna biru dan
mulutnya hampir selalu setengah terbuka. seperti semua pacar David, dia sangat bodoh. David, pria
muda yang luar biasa cerdas, hanya bisa terhibur dengan gadis-gadis yang boleh dikatakan setengah waras.
"Ini gadis kesayanganku, Poppy," jelas David. "Kenalkan, Mark dan Hermia. Mereka orang-orang yang
sangat serius dan cendekiawan. Kau harus berusaha
meniru kesuksesan mereka. Kami baru saja menonton
Do It for Kicks. Pertunjukan bagus! Dugaanku kalian
pasti baru dari pertunjukan shakespeare atau penghidupan kembali Ibsen."
"Macbeth di Old Vic," kata Hermia.
"Ah, bagaimana menurutmu produksi Batterson?"
61 "Aku menyukainya," kata Hermia. "Pencahayaannya
sangat menarik. Dan belum pernah aku melihat adegan banquet dalam Macbeth yang pengaturannya begitu bagus."
"Ah, tapi bagaimana dengan para penyihirnya?"
"Mengerikan sekali!" kata Hermia. "selalu begitu,"
tambahnya. David setuju. "Unsur pantomim rupanya selalu menyelinap masuk," kata David. "Tiga penyihir itu melonjak-lonjak
ke sana kemari bertingkah laku seperti Raja Iblis yang
dibelah jadi tiga. Mau tidak mau kita jadi mengharapkan kemunculan Peri yang Baik Hati mengenakan
pakaian putih berkerlap-kerlip dan berkata dengan
suara datar: Kekejianmu tidak akan berjaya. Pada akhirnya,
Macbeth-lah yang akan berada di bawah roda."
Kami semua tertawa, tapi David, yang cepat menangkap suasana, melemparkan pandangan tajam kepadaku.
"Ada apa denganmu?" tanyanya.
"Tidak apa-apa. Hanya saja baru-baru ini aku juga
memikirkan Kejahatan dan Raja Iblis dalam pantomim. Termasuk tentang para Peri yang Baik Hati."
"Untuk apa kau melakukannya?"
"Oh, selagi menunggu di kedai kopi di Chelsea."
"Ternyata kau mengikuti perkembangan zaman
juga, ya, Mark" Bergaul dengan kelompok Chelsea.
Tempat para wanita ahli waris yang kaya raya dan
biasa berpakaian ketat menikah dengan para pria desa
62 yang belia. Mestinya Poppy juga berada di sana, bukan begitu, Manis?"
Poppy membelakkan matanya yang besar.
"Aku benci Chelsea," protesnya. "Aku jauh lebih
suka he Fantasie! Makanan di sini amat sangat lezat."
"Baguslah kalau begitu, Poppy. Lagi pula, kau tidak
cukup kaya untuk Chelsea. Ceritakan lebih banyak
tentang Macbeth, Mark, dan para penyihirnya yang
mengerikan. Aku tahu bagaimana cara menampilkan
tiga penyihir itu seandainya aku yang membuat pertunjukan tersebut."
David dulu pernah menjadi anggota Oxford
University Dramatic society yang cukup menonjol.
"Well, bagaimana caranya?"
"Aku akan menampilkan mereka sebagai orang
yang sangat biasa. Wanita-wanita tua pendiam yang
lihai. seperti para penyihir di desa."
"Tapi penyihir sudah tidak ada lagi sekarang," kata
Poppy sambil menatapnya. "Kau bilang begitu karena kau gadis London. Masih ada penyihir di setiap desa di pedalaman Inggris.
si tua Mrs. Black di pondok ketiga di lereng bukit.
semua anak laki-laki diberitahu agar tidak mengganggunya, dan sekali-sekali kita harus memberikan hadiah
telur dan kue buatan sendiri padanya. Karena," kata
David sambil menggoyangkan jari dengan mengesankan, "kalau kau membuatnya marah, sapimu akan
berhenti menghasilkan susu, panen kentangmu akan
gagal, atau si Johnnie kecil akan keseleo. Kita harus
berusaha supaya Mrs. Black tetap senang. Tidak ada
63 yang mengatakan itu dengan terus terang, tapi mereka
semua tahu!" "Kau bercanda," kata Poppy sambil merengut.
"Tidak, aku tidak bercanda. Benar, kan, Mark?"
"Pastinya semua takhayul semacam itu sudah lenyap sejalan dengan pendidikan, kan?" kata Hermia
skeptis. "Belum, di kantong-kantong pedalaman negeri ini.
Menurutmu bagaimana, Mark?"
"Menurutku kau mungkin benar," kataku perlahan.
"Walaupun aku tidak bisa tahu pasti. Aku belum pernah tinggal lama di pedalaman."
"Aku tidak mengerti bagaimana kau bisa menampilkan ketiga penyihir itu sebagai wanita-wanita tua
biasa," kata Hermia, menyinggung komentar David
yang dilontarkannya tadi. "Bukankah seharusnya ada
aura supernatural pada diri mereka?"
"Oh, tapi coba pikirkan," kata David. "Ini hampir
sama dengan kegilaan. Kalau ada orang yang meracau,
terhuyung-huyung ke sana kemari dengan jerami di
rambutnya, dan kelihatan tidak waras, itu sama sekali
tidak menakutkan! Tapi aku ingat ketika suatu kali
aku disuruh menyampaikan pesan kepada dokter di
rumah sakit jiwa, aku dipersilakan masuk ke suatu
ruangan untuk menunggu. Di sana ada wanita tua
yang sedang meneguk susu dari gelas.
"Dia mengutarakan komentar biasa tentang cuaca,
tapi tiba-tiba mencondongkan badan dan bertanya
dengan suara rendah; "Apakah anak malangmu yang
dikubur di balik perapian?" Lalu dia mengangguk dan
berkata, "Jam sepuluh lebih dua puluh tepat. Selalu di
64 saat yang sama setiap hari. Berpura-puralah tidak melihat darahnya."
"Justru cara berbicaranya yang tak acuh itulah yang
membuat darahku membeku."
"Apakah memang benar ada yang dikubur di belakang perapian?" tanya Poppy ingin tahu.
David tak mengacuhkannya dan melanjutkan,
"Lalu para cenayang. Mereka punya hal-hal yang disebut saat-saat kerasukan, ruangan-ruangan temaram,
ketukan, dan gedoran. Kemudian si medium akan
duduk tenang, merapikan rambut, pulang, lalu menyantap ikan dan keripik. Dia kembali jadi wanita
tua biasa yang pendiam dan ramah."
"Jadi bayanganmu akan penyihir," kataku, "adalah
tiga wanita skotlandia tua yang bisa melihat hal-hal
gaib"yang mempraktikkan kemahiran mereka secara
sembunyi-sembunyi, menggumamkan mantra mereka
di sekeliling tungku, membangunkan roh-roh, tapi
mereka sendiri tetap bisa menjadi trio wanita tua biasa. Ya"itu memang bisa mengesankan."
"Kalau kau bisa menemukan pemeran yang mau
memerankannya seperti itu," kata Hermia tak acuh.
"Kau benar juga," David mengakui. "sedikit saja
ada tanda kegilaan di naskah, dan si aktor langsung
bertekad melebih-lebihkannya! Begitu juga dengan
kematian tiba-tiba. Tidak ada aktor yang bisa rubuh
diam-diam, jatuh, dan mati. Dia harus lebih dulu
mengerang, terhuyung-huyung, memutar-mutar bola
mata, menarik napas dalam-dalam, mencengkeram
dada, mencengkeram kepala, dan mempertunjukkan
penampilan istimewa. Omong-omong soal pertun65
jukan, bagaimana pendapatmu tentang Macbeth
produksi Fielding" Ada banyak perbedaan pendapat di
antara para kritikus."
"Menurutku hebat," kata Hermia. "Adegan si dokter, setelah adegan jalan dalam tidurnya. "Tak bisakah
kau melayani pikiran yang sakit?" Dia menjelaskan
sesuatu yang tak pernah terpikir olehku sebelumnya"
bahwa sesungguhnya Macbeth menyuruh dokter untuk membunuh istrinya. Walaupun sebenarnya dia
sangat mencintai istrinya itu. Fielding menonjolkan
pergulatan antara ketakutan dan cinta Macbeth. Kalimat: "seharusnya kau tidak mati setelah ini," adalah
kata-kata paling tajam yang pernah kudengar."
"shakespeare bisa terkaget-kaget bila melihat cara
naskah-naskah dramanya dilakonkan di masa kini,"
kataku tak acuh. "Kurasa Burbage and Company juga sudah membenamkan sebagian besar semangat shakespeare," kata
David. Hermia bergumam, "Kekagetan yang selalu muncul
dalam diri penulis ketika mengetahui apa yang sudah
dilakukan produser terhadap karyanya."
"Bukankah karya-karya shakespeare sebenarnya ditulis oleh seseorang bernama Bacon?" tanya Poppy.
"Teori itu sudah usang saat ini," kata David ramah.
"Lagi pula, apa yang kauketahui tentang Bacon?"
"Dia menemukan bubuk mesiu," kata Poppy bangga.
David menatap kami. "Kalian bisa lihat, kan" Inilah sebabnya aku sayang
sekali pada gadis cantik ini!" katanya. "Hal-hal yang
66 dia tahu selalu begitu tak terduga. saat ini yang lebih
sesuai dengan pembicaraan kita adalah sir Francis
Bacon yang politisi dan penulis, bukan Roger Bacon
yang ilmuwan, sayangku."
"Menurutku sangat menarik," kata Hermia, "bahwa
Fielding yang memainkan peran Pembunuh Ketiga.
Apakah dia telah meniru kejadian tertentu?"
"Rasanya begitu," kata David. "Betapa mudahnya
di zaman itu," lanjutnya, "kita bisa memanggil pembunuh kapan saja kita ingin membereskan sesuatu.
Betapa menyenangkan kalau kita bisa melakukannya
di masa sekarang ini."
"Tapi hal seperti itu memang masih bisa dilakukan,
kan?" protes Hermia. "Gangster. Penjahat atau apa
pun namanya. Chicago dan semacamnya."
"Ah," kata David. "Tapi yang kumaksud bukan
gangster, juga bukan pemeras atau Crime Barons. Hanya orang-orang biasa yang ingin melenyapkan seseorang. saingan bisnis; Bibi emily yang begitu kaya
tapi sayangnya berusia panjang; suami menyebalkan
yang selalu menghalangi. Betapa mudahnya bila kita
bisa menelepon Harrods dan mengatakan, "Tolong
kirimkan dua orang pembunuh ulung, ya?""
Kami semua tertawa. "Tapi kita memang masih bisa melakukan itu dengan cara lain, kan?" kata Poppy
Kepala kami menoleh ke arahnya.
"Cara lain apa, bonekaku?" tanya David.
"Well, maksudku, orang bisa saja melakukan itu
bila mau... Orang-orang seperti kita, seperti katamu.
Hanya saja kupikir cara itu akan sangat mahal."
67 Mata Poppy melebar dan memancarkan kepolosan,
bibirnya agak terbuka. "Apa maksudmu?" tanya David ingin tahu.
Poppy kelihatan bingung. "Oh"kupikir"mungkin aku keliru. Tadi aku mau
bilang Pale Horse. Hal-hal semacam itulah."
"Pale Horse" Kuda pucat" Kuda pucat macam
apa?" Wajah Poppy memerah dan kepalanya menunduk.
"Aku bodoh sekali. Itu hanya sesuatu yang disinggung seseorang"tapi pasti aku hanya salah mengerti."
"Ini, cicipilah Coupe Nesselrode yang lezat," kata
David ramah. 2 salah satu hal paling aneh dalam hidup, seperti yang
kita semua sudah ketahui, adalah bila kita mendengar
sesuatu disebutkan, dalam waktu dua puluh empat
jam hampir selalu kita menjumpainya lagi. Aku
mengalaminya keesokan paginya.
Teleponku berdering dan aku mengangkatnya.
"Flaxman 73841."
semacam tarikan napas kaget terdengar di telepon.
Lalu terdengar suara seseorang berkata sambil terengah-engah tapi tegas, "Aku sudah memikirkannya,
aku akan datang!" Pikiranku berputar-putar liar, berusaha mencerna
kata-kata itu. "Bagus," kataku, sambil mengulur waktu. "emm"
apakah itu?" 68 "Bagaimanapun juga," kata suara itu, "petir tidak
pernah menyambar dua kali."
"Apakah kau yakin sudah memutar nomor yang
benar?" "Tentu saja. Kau Mark easterbrook, kan?"
"Ah, aku tahu!" kataku. "Mrs. Oliver, ya?"
"Oh," kata suara itu, tercengang. "Kau tidak tahu
ini aku" Tak pernah terpikir olehku. Ini tentang bazar
Rhoda itu. Aku akan datang dan menandatangani
buku-buku sesuai keinginan sepupumu."
"Kau baik sekali. Tentu saja mereka akan menyambutmu."
"Tidak akan ada pesta-pesta, kan?" tanya Mrs.
Oliver cemas. "Kau tahulah hal-hal yang semacam itu," lanjutnya
lagi. "Orang-orang mendekatiku, lalu bertanya apakah
aku sedang menulis sesuatu saat ini padahal jelas-jelas
mereka bisa melihat bahwa aku sedang minum ginger


Misteri Penginapan Tua The Pale Horse Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ale atau jus tomat dan sama sekali tidak sedang menulis.
Lalu mereka akan berkata bahwa mereka menyukai
buku-bukuku"komentar yang tentu saja menyenangkan tapi aku belum pernah menemukan jawaban yang
tepat untuk kata-kata itu. Kalau kita bilang "Aku senang
sekali", kedengarannya seperti mengatakan "senang bertemu Anda". semacam kalimat klise. Well, kalimat itu
memang klise, tentu saja. Mereka takkan mengajakku
ke Pink Horse dan minum-minum di sana, kan?"
"Pink Horse?" "Oh, Pale Horse. Pergi ke pub-pub, maksudku.
Aku canggung sekali di pub. Aku memang bisa mi69
num bir kalau diperlukan, tapi sekali mulai aku akan
sulit berhenti." "Apa sebenarnya Pale Horse yang kausebut tadi?"
"Ada pub di sana yang bernama seperti itu, ya
kan" Atau mungkin Pink Horse, ya" Atau mungkin
itu di tempat lain. Mungkin juga aku hanya mengkhayalkannya. Aku memang banyak berkhayal."
"Bagaimana kabarnya si burung kakaktua?" tanyaku.
"Burung kakaktua?" Mrs. Oliver kedengaran bingung.
"Dan bola cricket?"
"Astaga," kata Mrs. Oliver dengan penuh gengsi.
"Kurasa kau pasti sedang gila, mabuk, atau semacamnya. Pink Horse, burung kakaktua, bola cricket, dan
sebagainya." Dia memutuskan hubungan telepon.
Aku masih memikirkan penyebutan nama Pale Horse
untuk kedua kalinya ketika teleponku berdering lagi.
Kali ini ternyata dari Mr. soames White, pengacara
terhormat yang menelepon untuk mengingatkanku
bahwa menurut surat wasiat ibu baptisku, Lady
Hesketh-Dubois, aku punya hak untuk memilih tiga
dari koleksi lukisannya. "Tidak ada lukisan yang berharga sekali, tentu
saja," kata Mr. soames White dengan nada suaranya
yang melankolis dan penuh kekalahan. "Tapi setahu
saya, Anda pernah mengungkapkan minat Anda terhadap beberapa lukisan milik almarhumah."
"Ibu baptis saya punya beberapa lukisan cat air
bertema India yang sangat menarik," kataku. "saya
70 yakin Anda sudah mengirimkan surat pada saya tentang hal ini, tapi saya lupa."
"Begitulah," kata Mr. soames White. "Pengesahan
hakim sudah ada sekarang, dan para eksekutor"saya
salah satunya"sedang mengatur penjualan harta benda dari rumah Lady Hesketh-Dubois di London. sekiranya Anda bisa datang ke ellesmere square dalam
waktu dekat ini?" "saya akan pergi sekarang," kataku.
Rasanya pagi ini kurang bagus untuk bekerja.
3 sambil membawa ketiga lukisan cat air pilihanku, aku
keluar dari ellesmere square nomor empat puluh sembilan dan langsung menabrak seseorang yang sedang
menaiki tangga menuju pintu depan. Aku meminta
maaf, menerima permintaan maaf, dan baru saja akan
memanggil taksi yang lewat ketika sesuatu terlintas
dalam benakku. Aku segera membalikkan badan dengan
tajam dan bertanya, "Halo"bukankah kau Corrigan?"
"Ya"dan"ah"kau Mark easterbrook!"
Jim Corrigan dan aku sudah berteman sejak masa
kuliah di Oxford, tapi sudah sekitar lima belas tahun
lebih sejak terakhir kali kami bertemu.
"sudah kuduga aku mengenalmu, tapi untuk sejenak aku tidak yakin," kata Corrigan. "Terkadang aku
membaca artikelmu dan bila boleh kutambahkan, menikmati artikel-artikel itu."
"Bagaimana denganmu" Kau jadi mendalami riset
seperti cita-citamu?"
71 Corrigan menghela napas. "Hampir tidak. Riset itu mahal sekali"kalau kita
ingin melaksanakannya sendiri. Kecuali kalau kita bisa
menemukan jutawan yang jinak, atau semacam dana
yang mudah dicairkan."
"Cacing pita di hati, kan?"
"Ingatanmu tajam betul! Tidak, aku sudah meninggalkan cacing pita hati. sifat-sifat zat yang dikeluarkan
kelenjar-kelenjar Mandarian; itu yang sekarang menjadi pusat perhatianku. Pasti kau belum pernah dengar
tentang itu! Kelenjar-kelenjar itu berhubungan dengan
limpa kecil. Tapi tampak tidak punya fungsi sama
sekali!" Dia berbicara dengan semangat ilmuwan yang meluap-luap.
"Jadi apa teorimu tentang itu?"
"Well," kata Corrigan, suaranya terdengar seolah
sedang minta maaf. "Aku punya teori bahwa zat-zat
itu memengaruhi perilaku. Kasarnya, mungkin zat-zat
tersebut bertindak seperti minyak dalam sistem rem
mobil kita. Kalau tidak ada minyak"rem tidak bekerja. Dalam tubuh manusia, kekurangan zat ini mungkin"aku hanya bilang mungkin"bisa menjadikan
kita kriminal." Aku bersiul. "Lalu teori dosa yang timbul dari naluri dasar manusia bagaimana?"
"Ya, bagaimana?" kata Dr. Corrigan. "Para pendeta
pasti takkan suka itu, kan" Dan sayangnya lagi, aku belum berhasil menarik perhatian siapa pun pada teoriku
ini. Itulah sebabnya aku menjadi dokter bedah kepo72
lisian di divisi N.W. sangat menarik. Aku jadi bisa bertemu berbagai tipe kriminal. Tapi aku takkan membuatmu
bosan dengan pembicaraan tentang pekerjaan"kecuali
kau mau ikut dan makan siang bersamaku?"
"Dengan senang hati. Tapi bukankah kau berniat
datang ke sana?" tanyaku sambil mengangguk ke arah
rumah di belakang Corrigan.
"Tidak juga," kata Corrigan. "Bahkan tadinya aku
berniat datang tanpa diundang."
"Di sana tidak ada siapa-siapa kecuali pengurus
rumah tangga." "sudah kuduga. Tapi kalau bisa aku ingin mendapatkan beberapa informasi tentang almarhumah Lady
Hesketh-Dubois." "Aku yakin aku bisa memberimu lebih banyak informasi daripada pengurus rumah tangga. Dia ibu
baptisku." "Oh, ya" Kalau begitu aku beruntung. Di mana kita
makan siang" Ada tempat dekat Lowndes square; tidak
hebat, tapi mereka menyajikan sup seafood khusus."
Kami duduk di restoran kecil itu. sepanci sup yang
mengepul dibawa ke tempat kami oleh pemuda berwajah pucat yang mengenakan celana pelaut Prancis.
"Lezat," kataku, sambil mencicipi sup. "Nah,
Corrigan, apa yang ingin kauketahui tentang wanita
tua itu" Dan omong-omong, untuk apa?"
"Kalau soal untuk apa, ceritanya agak panjang,"
kata temanku. "Ceritakan dulu, tipe wanita tua macam apa dia?"
Aku berpikir. "Dia tipe konvensional," kataku. "Generasi era
73 Ratu Victoria. Janda mantan gubernur kepulauan
yang tidak begitu dikenal. Dia kaya raya dan menyukai kenyamanan yang diberikan kekayaan itu. sering
pergi ke luar negeri di musim dingin, seperti ke
estoril dan tempat-tempat semacam itu. Rumahnya
mengerikan sekali, penuh perabotan ala era Ratu
Victoria, juga perlengkapan makan dari perak yang
berdesain paling rumit dan buruk yang pernah kulihat
dari era yang sama. Dia tidak punya anak, tapi memelihara beberapa anjing pudel sopan yang sangat
dicintainya. Dia berpendirian keras dan penganut cara
pikir konservatif yang kukuh. Baik hati, tapi sangat
otokratis. sangat berpegang teguh pada prinsipprinsipnya. Apa lagi yang ingin kauketahui?"
"Aku tidak begitu yakin," kata Corrigan. "Menurutmu apakah ada kemungkinan dia jadi korban pemerasan?"
"Pemerasan?" tanyaku sangat tercengang. "Aku tidak bisa membayangkan sesuatu yang lebih mustahil.
Ada apa sebenarnya?"
saat itulah aku mendengar peristiwa pembunuhan
Pastor Gorman untuk pertama kalinya.
Aku meletakkan sendokku dan bertanya, "Daftar
nama itu. Kau membawanya?"
"Bukan yang asli. Tapi sudah kusalin. Ini dia."
Aku mengambil kertas yang dikeluarkan Corrigan
dari sakunya, lalu mulai mempelajarinya.
"Parkinson" Aku kenal dua Parkinson. Arthur yang
masuk Angkatan Laut. Lalu ada Henry Parkinson di
salah satu Kementerian. Ormerod"ada yang bernama
Mayor Ormerod di Blues"sandford"rektor kami
74 dulu ketika aku masih muda bernama sandford.
Harmondsworth" Tidak"Tuckerton?" aku berhenti.
"Tuckerton... bukan homasina Tuckerton, kukira?"
Corrigan memandangku dengan penuh rasa ingin
tahu. "Bisa jadi, aku tidak tahu. siapa dia dan apa yang
dilakukannya?" "Tidak ada sekarang. Kematiannya diumumkan di
surat kabar sekitar seminggu yang lalu."
"Kalau begitu itu tidak banyak membantu."
Aku meneruskan membaca. "shaw. Aku kenal dokter gigi yang bernama shaw, lalu ada Jerome shaw,
Q.C... Delafontaine"baru-baru ini aku mendengar
nama itu, tapi aku tidak ingat di mana. Corrigan.
Apakah nama ini merujuk padamu?"
"Aku benar-benar berharap bukan. Aku punya perasaan bila namamu ada di daftar itu, berarti nasib
buruk akan menimpamu."
"Mungkin. Apa yang membuatmu berpikir bahwa
pemerasan ada kaitannya dengan hal ini?"
"Itu pendapat Detektif Inspektur Lejeune, kalau
aku tidak salah ingat. Kelihatannya itu kemungkinan
yang paling besar. Tapi masih banyak kemungkinan
lain. Barangkali ini daftar penyelundup narkoba, atau
pecandu obat-obatan, atau agen rahasia"bahkan bisa
berarti apa saja. Hanya satu hal yang pasti, daftar itu
tampaknya cukup penting sampai-sampai perlu ada
pembunuhan untuk bisa mendapatkannya."
Aku bertanya dengan rasa ingin tahu, "Apakah kau
selalu menaruh perhatian yang begitu besar pada sisi
kepolisian dalam pekerjaanmu?"
75 Dia menggeleng. "Tidak juga. Perhatianku adalah pada watak kriminal. Latar belakang, pendidikan, terutama kesehatan
kelenjar"hal-hal seperti itu!"
"Kalau begitu mengapa begitu tertarik pada daftar
nama ini?" "Aku juga tidak tahu," kata Corrigan perlahan.
"Mungkin karena melihat namaku di daftar itu. Bangkitlah kaum Corrigan! satu Corrigan untuk menyelamatkan Corrigan yang lain."
"Penyelamatan" Kalau begitu kau pasti melihat daftar
ini sebagai daftar korban"bukan daftar penjahat. Tapi
bukankah masih terbuka dua kemungkinan itu?"
"Kau memang benar. Dan memang aneh bila aku
merasa seyakin ini. Mungkin hanya irasatku. Atau
mungkin ada hubungannya dengan Pastor Gorman.
Aku jarang bertemu dia, tapi dia orang baik, dihormati semua orang dan dicintai jemaatnya. Dia tipe
militan yang baik dan ulet. Aku tak bisa menghilangkan dugaan bahwa dia menganggap daftar ini sebagai
masalah hidup atau mati..."
"Apakah polisi belum menemukan titik terang?"
"Oh, sudah. Tapi ini panjang urusannya. Memeriksa ke sini, memeriksa ke sana. Memeriksa riwayat
wanita yang memanggilnya malam itu."
"siapa dia?" "Tampaknya tidak ada yang misterius pada wanita
itu. Dia janda. Terpikir oleh kami bahwa suaminya
mungkin terlibat urusan pacuan kuda, tapi rupanya
tidak begitu. Dia bekerja untuk perusahaan kecil yang
melakukan riset konsumen. Tidak ada yang mencuri76
gakan dengan itu. Perusahaan yang mempunyai nama
baik dalam skala kecil. Mereka tidak tahu banyak tentang dia. Dia berasal dari Inggris Utara"Lancashire.
satu-satunya hal aneh tentang wanita itu adalah fakta
dia hanya punya sedikit sekali barang pribadi."
Aku mengangkat bahu. "Kurasa hal itu berlaku pada lebih banyak orang
daripada yang kita bayangkan. Ini dunia yang sepi."
"Ya, seperti katamu."
"Tapi kau tetap memutuskan untuk ikut terlibat?"
"Hanya menyelidiki sedikit. Hesketh-Dubois nama
yang langka. Kukira bila aku bisa tahu lebih banyak
tentang wanita itu?" Corrigan membiarkan kalimatnya tidak selesai. "Tapi dari apa yang kauceritakan
kepadaku, kelihatannya tidak ada kemungkinan petunjuk atau jejak di sini."
"Bukan pecandu narkotika atau penyelundup narkoba," kataku meyakinkan Corrigan. "Yang pasti, bukan
agen rahasia. Ibu baptisku menjalani hidup yang jauh
dari noda sehingga tidak mungkin diperas. Aku tidak
bisa membayangkan daftar macam apa yang akan mencantumkan namanya. Dia menyimpan perhiasannya di
bank, jadi pastinya dia bukan sasaran potensial untuk
perampokan." "Adakah Hesketh-Dubois lain yang kaukenal" Anak
laki-laki keluarga itu?"
"Tidak ada anak-anak. Dia punya keponakan lakilaki dan perempuan, kukira, tapi mereka tidak menggunakan nama itu. suaminya anak tunggal."
Dengan kecut Corrigan berkata aku sudah banyak
membantunya. Dia melihat jam tangan, lalu dengan
77 riang berkata dia punya jadwal membedah seseorang.
Kami pun berpisah. Aku pulang sambil merenung, merasa tidak bisa
berkonsentrasi pada pekerjaan. Dan akhirnya, atas dorongan tertentu, aku menelpon David Ardingly.
"David" Mark di sini. Gadis yang kauajak malam
itu. Poppy. Nama lengkapnya siapa?"
"Kau mau merebut gadisku, ya?" David terdengar
geli sekali. "Kau kan punya banyak," jawabku pedas. "Pastinya
kau bisa menyisihkan satu untukku, kan?"
"Kau sendiri sudah punya yang kelas berat, kan"
Kukira kau sudah pacaran dengannya."
"Pacaran." Istilah yang menjijikkan. Tapi ketika kupikir-pikir"mendadak terkejut karena menyadari kecenderungan yang ada"istilah itu memang menggambarkan dengan tepat hubunganku dengan Hermia.
Lalu mengapa kata itu membuatku merasa tertekan"
Jauh di dalam hatiku, aku selalu merasa bahwa suatu
hari nanti aku dan Hermia akan menikah... Aku menyukai dia lebih daripada siapa pun yang kukenal.
Banyak sekali kesamaan kami...
Tanpa sebab yang jelas, aku merasa sangat ingin
menguap. Masa depan kami terhampar di depanku.
Hermia dan aku pergi ke berbagai pertunjukan penting, pagelaran hebat. Diskusi tentang seni, tentang
musik. Tak perlu diragukan lagi, Hermia pendamping
yang sempurna. Tapi agak membosankan, kata setan kecil mengejek,
yang muncul dari alam bawah sadarku. Aku terkejut.
78 "Kau tertidur?" tanya David.
"Tentu saja tidak. Terus terang, menurutku temanmu Poppy itu sangat menyegarkan."
"Istilah yang bagus. Dia memang begitu"bila dalam dosis kecil. Nama sebenarnya Pamela stirling.
Dia bekerja di salah satu toko bunga yang sok berseni
di Mayfair. Kau tahu, kan" Tiga tangkai kering, sekuntum tulip yang kelopak-kelopaknya dijepit ke belakang, lalu satu daun laurel bebercak. Harganya tiga
guinea." Dia memberikan alamatnya kepadaku.


Misteri Penginapan Tua The Pale Horse Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ajaklah dia keluar dan bersenang-senanglah," kata
David dengan gaya seperti paman yang baik hati.
"Kau akan merasa sangat rileks. Gadis itu tidak tahu
apa-apa"kepalanya benar-benar kosong. Dia akan
percaya apa pun yang kauceritakan kepadanya. Tapi
omong-omong, dia punya prinsip mulia, jadi jangan
membenamkan dirimu dalam harapan-harapan palsu."
David meletakkan teleponnya.
4 Aku memasuki gerbang Flower studios Ltd. dengan
agak ragu-ragu. Bau wangi tajam bunga gardenia
hampir membuatku pingsan. Beberapa gadis, mengenakan baju ketat berwarna hijau muda dan semua kelihatan persis seperti Poppy, sempat membuatku bingung. Tapi akhirnya, aku mengenalinya. Dia sedang
menulis alamat dengan susah payah, sambil berhenti
penuh keraguan tentang ejaan Fortescue Crescent. se79
gera sesudah dia selesai menunaikan tugasnya"setelah
selanjutnya mengatasi kesulitan yang lebih rumit dalam memberikan uang kembalian yang benar untuk
uang lima pound"aku meminta perhatiannya.
"Kita bertemu malam itu"bersama David
Ardingly," kataku mengingatkannya.
"Oh ya!" seru Poppy sependapat dengan hangat,
sekilas matanya tampak memandang ke atas kepalaku.
"Aku ingin menanyakan sesuatu." Mendadak aku
merasa tak enak. "Apakah sebaiknya aku membeli bunga dulu?"
seperti mesin otomatis yang tombolnya telah dipencet, Poppy berkata, "Kami punya mawar indah sekali,
segar dan baru datang hari ini."
"Mungkin yang kuning ini?" Ada mawar di manamana. "Berapa harganya?"
"Mulah, mulah cekali lho," kata Poppy dengan suara manja dibuat-buat. "satu tangkainya hanya lima
shilling." Aku menelan dan meminta lima tangkai.
"Dan beberapa daun yang sangat istimewa ini?"
Aku memandang ragu daun-daun istimewa yang tampaknya sudah dalam keadaan layu tingkat lanjut. Karena
itu, aku memilih pakis asparagus hijau cerah. Pilihan
yang jelas membuatku tampak rendah di mata Poppy.
"Ada sesuatu yang ingin kutanyakan kepadamu,"
kuulangi pernyataanku ketika Poppy dengan agak ceroboh mengatur pakis asparagus di sekeliling mawar-mawar tadi. "Malam itu kau menyebut sesuatu yang
bernama Pale Horse."
80 Dengan gerakan terkejut hebat, Poppy menjatuhkan
mawar-mawar dan pakis asparagus di lantai.
"Bisakah kau menceritakan lebih banyak tentang
itu?" Poppy menegakkan tubuh setelah membungkuk ke
lantai. "Apa katamu?" tanya Poppy.
"Aku bertanya tentang Pale Horse."
"Pale horse, kuda pucat" Apa maksudmu?"
"Kau menyebutnya malam itu."
"Aku yakin aku tidak pernah menyebut hal-hal
semacam itu! Aku bahkan belum pernah dengar yang
seperti itu." "seseorang menceritakannya kepadamu. siapa dia?"
Poppy menarik napas dalam-dalam dan berbicara
cepat sekali. "Aku sama sekali tidak tahu apa maksudmu! Lagi
pula seharusnya kami tidak diperbolehkan berbincangbincang dengan pelanggan." Dia membungkus rangkaian bunga pilihanku dengan asal-asalan. "semuanya
jadi tiga puluh lima shilling."
Aku memberinya dua pound. Dia mengangsurkan
enam shilling ke tanganku dan dengan cepat melayani
pelanggan lain. Aku memerhatikan bahwa tangannya agak gemetar.
Aku keluar dengan langkah perlahan. Ketika sudah
agak jauh, aku baru menyadari bahwa dia salah memberi harga (harga pakis asparagus antara enam atau
tujuh shilling). Dia juga memberiku terlalu banyak
uang kembalian. Kesalahannya dalam bidang hitungmenghitung sebelumnya malah sebaliknya.
81 Kembali aku melihat wajahnya yang cantik tapi
kosong serta matanya yang besar dan berwarna biru.
Ada sesuatu yang memancar dari dalam mata itu.
Ketakutan, kataku dalam hati. Ketakutan luar biasa. Kenapa begitu" Kenapa"
82 Bab 5 CERITA MARK EASTERBROOK "WAH, lega sekali," kata Mrs. Oliver sambil menghela
napas. "semua sudah selesai dan tidak ada hal-hal
aneh terjadi!" saat itu waktunya bersantai. Bazar Rhoda sudah
berlalu sesuai gaya bazar pada umumnya. sempat terjadi kecemasan luar biasa tentang cuaca yang di pagi
hari yang tampak berubah-ubah. Hal ini memancing
perdebatan cukup seru tentang apakah kios-kios akan
didirikan di tempat terbuka atau seluruh bazar akan
dilangsungkan di gudang besar dan tenda. Terjadi
juga beberapa pertentangan tentang peletakan peralatan minum teh, kios-kios hasil bumi, dan sebagainya.
semua itu berakhir dengan pengaturan penuh kebijaksanaan oleh Rhoda.
Anjing-anjing Rhoda yang riang tapi tidak disiplin
sempat beberapa kali lolos. Anjing-anjing itu seharusnya dikurung di rumah, karena tidak ada yang bisa
memastikan bagaimana hewan-hewan piaraan itu akan
83 bertingkah laku pada peristiwa besar ini. Keraguan itu
pun terbukti! situasi bazar juga dimeriahkan dengan kedatangan
selebriti yang ramah tapi agak nanar untuk membuka
bazar itu. Tubuhnya ditutupi bulu hewan berwarna
pucat. sang bintang membuka acara dengan gaya
menawan. Dia bahkan menambahkan beberapa patah
kata tentang keadaan menyedihkan para pengungsi"
sesuatu yang mengherankan semua orang, karena
tujuan diadakannya bazar adalah untuk memperbaiki
menara gereja. Kios minuman meraih sukses besar. Walaupun sempat ada kesulitan menyediakan uang kembalian yang
sudah lumrah terjadi. Lalu terjadi juga hiruk-pikuk di
saat minum teh karena semua pengunjung ingin masuk
ke tenda dan mengambil bagian secara serempak.
Akhirnya, datanglah malam yang sudah dinantinanti. Peragaan tarian-tarian setempat di gudang besar
masih berlangsung. Kembang api dan api unggun sudah dijadwalkan, tapi sekarang para anggota rumah
tangga sudah letih dan masuk ke rumah. Mereka lalu
menyantap hidangan dingin sekadarnya di ruang makan sambil melibatkan diri dalam percakapan tanpa
arah"setiap orang mengemukakan pikirannya sendiri
dan tidak menghiraukan pikiran orang lain. seluruh
pembicaraan memang tidak berhubungan tapi nyaman. Anjing-anjing yang sudah dilepas, menggerogoti
tulang-tulang dengan gembira di bawah meja.
"Penghasilan kita kali ini lebih banyak daripada
tahun lalu untuk program selamatkan Anak-anak,"
kata Rhoda riang gembira.
84 "Bagiku agak luar biasa," kata Miss Macalister,
guru privat anak-anak yang berasal dari skotlandia,
"bahwa Michael Brent selalu yang menemukan harta
terpendam dalam tiga tahun berturut-turut ini. Aku
jadi bertanya-tanya apakah mungkin dia mendapat
bocoran dalam permainan itu."
"Lady Brookbank memenangkan babi," kata
Rhoda. "Tapi sepertinya dia tidak menginginkannya.
Dia kelihatan sangat malu."
Kelompok acara makan malam itu terdiri atas sepupuku, Rhoda, dan suaminya, Kolonel Despard; Miss
Macalister; wanita muda berambut merah, yang dipanggil Ginger, nama yang cocok; Mrs. Oliver; dan
pendeta, Reverend Caleb Dane Calthrop; dan istrinya.
Pendeta itu cendekiawan tua yang ramah dan sangat
gemar menggunakan komentar yang relevan dari
sastra klasik. Hal ini, meski sering kali membuat
suasana terasa canggung dan menghentikan percakapan, kini sudah mulai berjalan dengan lancar.
"seperti dikatakan oleh Horace...," ungkapnya, sambil melihat ke sekeliling meja dengan berseri-seri.
Terjadilah penghentian percakapan seperti biasa,
lalu, "Kukira Mrs. Horsefall curang dalam memberikan botol sampanye," kata Ginger sambil merenung.
"Keponakannya sendiri yang memenangkannya."
Mrs. Dane Calthrop, wanita yang selalu tampak
resah dan bermata lembut, memerhatikan Mrs. Oliver
dengan cermat. Mendadak dia bertanya, "Apa yang
Anda sangka bakal terjadi di bazar tadi?"
"Well, sebenarnya, pembunuhan atau semacamnya."
85 Mrs. Dane Calthrop kelihatan tertarik.
"Tapi mengapa harus begitu?"
"Tidak ada alasannya sama sekali. Bahkan sangat
tidak mungkin. Tapi ada pembunuhan dalam bazar
yang terakhir kali kukunjungi."
"Oh, begitu. Dan hal itu sangat mengganggu
Anda?" "sangat." Pendeta beralih dari bahasa Latin ke Yunani.
setelah percakapan terhenti, Miss Macalister menyatakan keraguannya atas kejujuran dalam pengundian
angsa hidup. "Lugg tua di King"s Arms benar-benar baik, dia
mengirimi kita dua belas lusin bir untuk kios minuman," kata Despard.
"King"s Arms?" kataku tajam.
"Pub setempat di sini, sayang," kata Rhoda.
"Bukankah ada pub lain di sekitar sini" Pale
Horse"bukankah begitu katamu?" aku bertanya kepada Mrs. Oliver.
Tidak terjadi reaksi seperti yang setengah kuduga.
ekspresi wajah-wajah yang menatapku tak jelas dan
kelihatan tidak tertarik.
"Pale Horse bukan pub," kata Rhoda. "Maksudku,
setidaknya bukan lagi."
"Tempat itu dulu penginapan," kata Despard. "sebagian besar bangunannya berasal dari abad ke-16, menurutku. Tapi kini tempat itu hanya rumah tinggal biasa.
Menurutku seharusnya mereka mengganti namanya."
"Oh, jangan," seru Ginger. "Akan sangat bodoh
kalau menamainya Wayside atau Fairview. Kukira Pale
86 Horse jauh lebih menarik, lagi pula tempat itu punya
papan nama penginapan kuno yang sangat bagus.
Mereka membingkainya dan menggantungkannya di
serambi." "siapa mereka?" tanyaku.
"Rumah itu milik hyrza Grey," kata Rhoda. "Aku
tidak tahu, tapi mungkin kau melihatnya tadi. Wanita
tinggi dengan rambut pendek kelabu."
"Dia mendalami hal-hal gaib," kata Despard. "Menjalani spiritualisme, kerasukan, dan sihir. Bukan sihir
hitam, tapi hal-hal semacam itulah."
Ginger tiba-tiba tertawa berderai.
"Maaf," katanya dengan sikap minta maaf. "Aku
sedang membayangkan Miss Grey sebagai Madame de
Montespan di atas altar beludru hitam."
"Ginger!" kata Rhoda. "Jangan di depan Pendeta."
"Maaf, Mr. Dane Calthrop."
"Tidak apa-apa," kata si pendeta sambil berseri-seri.
"seperti kata orang-orang kuno?" kemudian untuk
beberapa saat dia melanjutkan berbicara dalam bahasa
Yunani. setelah suasana hening penuh hormat dan penghargaan, aku kembali menyerang.
"saya masih ingin tahu siapa "mereka". Miss Grey
dan siapa lagi?" "Oh, ada teman yang tinggal bersamanya. sybil
stamfordis. Dia bertindak sebagai cenayang, kukira.
Kau pasti telah melihatnya di sekitar sini. Dia mengenakan banyak lambang kumbang dan manik-manik"
dan terkadang dia memakai sari. Aku tidak habis pikir kenapa"dia kan belum pernah ke India?"
87 "Lalu ada Bella," kata Mrs. Dane Calthrop. "Dia
tukang masak mereka," jelasnya. "Dan dia juga penyihir. Dia datang dari desa kecil Little Dunning. Di
sana dia sudah punya nama untuk keahlian sihirnya.
Ternyata sudah ada dalam darah keluarganya. Ibunya
juga penyihir." Wanita itu berbicara dengan sikap tak acuh.
"Dari yang saya tangkap sepertinya Anda memercayai sihir, Mrs. Dane Calthrop," kataku.
"Tentu saja! Tidak ada yang misterius atau rahasia
dalam hal ini. semua itu fakta kehidupan. Aset keluarga yang bisa kauwarisi. Anak-anak diberitahu agar jangan mengganggu kucingmu, dan sekali-sekali orangorang memberimu keju atau sebotol selai buatan
sendiri." Aku memandangnya ragu. Kelihatannya dia cukup
serius. "sybil membantu kita hari ini dengan meramal,"
kata Rhoda. "Dia ada di tenda hijau. Rupanya dia
cukup jitu dalam meramal."
"Dia meramalkan hal yang sangat bagus untukku,"
kata Ginger. "Uang di tanganku. seorang asing tampan dari seberang lautan, dua suami dan enam anak.
Benar-benar murah hati."
"Aku melihat gadis keluarga Curtis keluar sambil
cekikikan," kata Rhoda. "Lalu setelah itu dia berpurapura malu kepada pacarnya dan bilang pada pemuda
itu agar jangan mengira bahwa hanya dia satu-satunya
kerikil di pantai." "Kasihan Tom," kata suami Rhoda. "Apakah dia
membalas kata-katanya?"
88 "Oh ya. "Aku tidak akan menceritakan apa yang
dijanjikan peramal kepadaku," katanya. "Mungkin kau
tidak akan terlalu suka itu, gadisku!?"
"Bagus buat Tom."
"Mrs. Parker tua agak muram," kata Ginger sambil
tertawa. ?"Ini semua konyol," begitu katanya. "Kalian
berdua tidak boleh memercayainya sedikit pun." Tapi
lalu Mrs. Cripps berkata, "sama seperti aku. Kau
sudah tahu, Lizzie, bahwa Miss stamfordis melihat
hal-hal yang tidak bisa dilihat orang lain. Miss Grey
tahu persis sampai ke tanggalnya kapan akan ada
kematian. Dia tidak pernah salah! Terkadang aku suka
merinding gara-gara ini." Lalu Mrs. Parker bilang
"Kematian"itu berbeda. Itu bakat." Dan Mrs. Cripps
bilang, "Pokoknya, aku takkan mau membuat salah
satu dari mereka bertiga marah!?"
"Kedengarannya sangat menarik. Aku jadi ingin
sekali bertemu mereka," kata Mrs. Oliver samar.
"Kami akan membawamu ke sana besok," janji
Tembang Tantangan 27 Sarang Perjudian Karya Gu Long Jaka Pesolek Penangkap Petir 1
^