Pencarian

Pendekar Lengan Buntung 3

Pendekar Lengan Buntung Seri 1 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw Bagian 3


beng Sianjin menggerakkan tubuhnya tahu-tahu Bwe Hwa sudah kehilangan orang
tua pertapa itu. Diam-diam ia kagum dan terkejut begitu mendengar nama Bu-beng Sianjin.
Tentu saja semasa ia di puncak Tiang-pek-san seringkali mendiang suhunya
menceritakan tentang orang tua sakti dari Thang-la itu. Untung saja ia tadi tidak
sembrono turun tangan. Kalau tidak. Apa artinya kepandaian silatnya kalau
dibandingkan dengan orang tua sakti dari Thang-la itu"
Bwe Hwa tak banyak berpikir lagi. Baru sekarang ia tahu bahwa gedung Nguyen
ini sedang mengalami kebakaran yang hebat. Hampir saja api itu menjalar ke ruang
dalam. Hawa panas dan asap bergulung-gulung menyerbu membuat Bwe Hwa
menjadi pengap dan sukar bernapas.
Dengan sekali menggerakkan gin-kangnya tubuh Bwe Hwa melayang lewat
jendela bulat dan di luar itu ia melihat banyak orang-orang yang tengah sibuk untuk
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 107
yoza collection memadamkan api. Tak ada orang yang memperhatikan dia lagi, karena kesibukan
memadamkan api yang semakin mengganas!
Para pekerja paksa yang terdiri dari orang-orang dusun yang miskin itu tadinya
membiarkan gedung Nguyen-loya itu termakan oleh api, dan menonton dengan
jantung berdebar, kini tidak berani lagi mencari sang dewi yang memasuki gedung
yang telah mulai diganas api itu. Para pekerja paksa orang-orang dusun itu adalah
korban-korban kekejaman dan seringkali mereka itu disiksa, dan sekarang
menyaksikan peristiwa berdarah yang mengerikan ini membuat mereka menggigil
ketakutan. Mereka memang menaruh dendam dan ingin sekali menyaksikan penyiksapenyiksa itu terbalas dan terhukum. Namun apa yang dilakukan oleh sang dewi ini
benar-benar amat menyeramkan dan sadis.
Limabelas orang tukang-tukang pukul tak berdaya dan sekarat hampir mati di
taman ini. Dan di dalam gedung yang mulai terbakar itu, mereka melihat tubuh
Nguyen-kongcu yang bernama Nguyen Ci Kiat itu menggeletak tanpa kepala dan
sebentar pula tubuh itu akan musnah dipanggang api yang sedang mengganas.
Pada saat itu terdengar suara derap kaki kuda dan datanglah serombongan
orang berkuda. Melihat pakaian mereka, terang bahwa mereka adalah perajuritperajurit dari Kotaraja, berjumlah duapuluh empat orang, dikepalai oleh seorang
setengah tua berusia tigapuluh tahun lebih.
Orang ini berpakaian bukan sebagai pakaian perajurit melainkan dilihat dari
cara ia berpakaian nampak seperti seorang ahli silat kelas tinggi. Tubuhnya yang
besar dan berotot itu menandakan bahwa orang ini ahli tenaga gwakang, sebuah
pecut kelihatan di pinggangnya terguling. Nampak kelihatan gagah sekali orang
yang menjadi pemimpin rombongan ini.
-orang yang tadinya menonton kebakaran yang sedang berlangsung itu. Sebagian orang sedang
sibuk untuk memadamkan api!
Orang setengah tua bercambuk hitam itu mengangkat tangan kanannya
memberi tanda untuk menyuruh barisannya berhenti. Dia sendiri melompat turun
dari atas kudanya dan bertanya kepada salah seorang yang menonton kebakaran
gedung Nguyen. Dalam hati orang yang ditanya itu menyumpahi, sialan mentang-mentang
kepala pengawal dari kotaraja, memanggil orang tidak ada bahasanya sekali, ha he
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 108
yoza collection ha he, sombong betul sialan lu, mentang-mentang! Hu, kalau gua punya kepandaian
silat, gua sikat luh, pikirnya.
Akan tetapi meskipun hatinya mendongkol ditanya begitu, tentu saja ia tidak
mengutarakan kemendongkolannya ini. Ia tahu siapa yang barusan turun dari kuda
itu. Makanya dengan muka ditekuk orang itu menyahut:
-loya dibakar, Nguyen-loya dan Nguyen-kongcu dibunuh, semua
Ngo-hauw disikat habis! Orang yang ditanya itu mengangguk. Pandangannya melempar ke arah
seunggukan api yang masih menjilat-jilat di atas gedung Nguyen. Orang bercambuk
itu maju dan memandang pula gedung yang tengah terbakar.
Melihat pemandangan ini alisnya berkerut, matanya yang sipit itu terbelalak
lebar dan heran menyaksikan gedung yang megah sedang diamuk oleh si jago
merah. Melihat pula para ngo-hauw (tukang pukul) menggeletak merintih berusaha
untuk merangkak bangun. Tubuh mereka babak belur basah oleh keringat saking
panasnya udara hawa di depan gedung yang terbakar.
kepada orang sebelahnya. Akan tetapi karena ia bertanya tanpa menoleh, tentu saja
orang yang di sebelahnya pun diam saja. Dikira bukan dia yang ditanya.
dan mendelik menatap orang di sebelahnya.
Melihat betapa jagoan kotaraja ini mendelik-delik keruan saja hati orang menjadi
dag dig dug jantungnya berloncat sewaktu sekali lagi orang bercambuk itu
membentaknya, -im Posat turun ke bumi menghukum orang-tahu pipinya terasa pedas
dan tubuhnya melayang jauh bergedebuk di tanah, yang becek bekas air-air untuk
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 109
yoza collection memadamkan kebakaran. Sekali orang setengah tua yang bercambuk itu meloncat
ia sudah mencengkeram tubuh yang penuh tanah becek itu.
-loya dan membakar -enghiong, aku bicara benar-benar, saya tidak bohong, dewi Kwan-im
ngamuk dan membunuh-bunuhi orang-orang, anak buah dan NguyenGoan-enghiong biar jangan disambar geledek.. . sungguh yang datang itu Kwan-im
Keruan saja orang yang dipanggil Goan-enghiong itu jadi membelalakan
matanya! Apa iya, Kwan-im Posat turun ke bumi" Apakah orang yang mengatakan
ini sudah sinting. Masa Kwan-im datang ke sini" Tak masuk diakal!
- ng tua yang berdiri tidak jauh di situ.
Orang tua itu mengangguk-anggukan kepalanya.
-enghiong, si A Miauw ini bicara tidak bohong. Semua penduduk kota
Siauw-ling ini tahu, benarlah Posat mengirimkan utusannya berupa seorang gadis
remaja cantik yang Mendengar perkataan ini tahulah orang yang dipanggil Goan-enghiong itu. Ia
seorang pengawal Kotaraja. Murid seorang sakti Bu-beng Siangjin dari pegunungan
Thang-la di bukit Harimau. Ia dijuluki si Cambuk Sakti Oey Goan.
Ia yang telah malang melintang di dunia kang-ouw dan banyak sudah
mengenal tokoh-tokoh dunia persilatan. Baru pertama kali ia mendengar sang
Kwan-im muncul di Sauw-ling membunuh Nguyen-loya dan Nguyen-kongcu dan
kaki tangannya, siapa lagi kalau yang dimaksud itu seorang gadis kang-ouw yang
tentu tidak senang kepada tindakan orang she Nguyen itu. Dan menghajarnya habishabisan.
-enghiong, bakan saja pandai silat akan tetapi sakti dan bisa
menghilang yang tengah terbakar dan nggak muncul-muncul dan barusan ada lagi orang yang
bercerita katanya sang dewi itu terbang memasuki hut
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 110
yoza collection Oey Goan melompat ke atas kudanya dan sekali mengeprakan tali kendali kuda itu
mencelat ke arah selatan diikuti oleh anak buahnya. Tujuan Oey Goan adalah
mengejar gadis yang dikatakan sang dewi yang terbang memasuki hutan di sebelah
selatan kota. Oey Goan membedal kudanya dengan amat cepat sekali dan sebentar saja
rombongan berkuda itu telah memasuki hutan. Benar saja dari kejauhan di depan
itu nampak seorang gadis berjalan perlahan-lahan. Girang sekali hati Oey Goan.
Itulah dia gadis yang disebut dewi! Dengan berseru keras ia memberi aba-aba
kepada anak buahnya untuk mengejar bayangan di depannya.
Memang gadis yang di depan itu adalah Bwe Hwa. Setelah ia memusnahkan
manusia Nguyen dan antek-anteknya, sengaja ia tidak menampakkan diri lagi dan
di dalam kesimpang siuran orang, yang berusaha hendak memadamkan api tadi, ia
berlari cepat menuju ke selatan menggunakan gin-kangnya.
Akan tetapi baru saja ia berjalan lambat-lambat sambil menikmati
pemandangan alam di hutan lebat itu, tiba-tiba telinganya yang sudah terlatih
mendengar derap kaki kuda di belakangnya. Bwe Hwa berhenti dan membalikkan
tubuhnya menanti rombongan orang berkuda itu.
Si Cambuk Sakti Oey Goan yang sampai lebih dahulu terpaku melihat dara
remaja yang cantik ini. Inikah gadis yang telah membunuh Nguyen-loya dan antekanteknya. Rasanya tak masuk di akal. Gadis yang kelihatannya begini lemah
sungguhkah ia dapat mengalahkan Nguyen-kongcu yang setahunya mempunyai
kepandaian silat lumayan. Inikah dia yang dikatakan sang dewi itu"
bertanya seraya manyapu rombongan berkuda yang mendatangi. Hem, orangorang dari kotaraja, apakah sangkut pautnya dengan Nguyen-loya"
-loya dan anaknya penuh selidik. Ditatap seperti itu Bwe Hwa tersenyum lebar. Tak salah lagi tentu orang ini kaki
tangannya. Bagus, kalau memang benar, sekalian saja dibasmi! Membasmi yang
jahat harus sampai keakar-akarnya, pikirnya.
idak tahu kau berhadapan dibiarkan di situ berteman dengan rumput-rumput hijau!
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 111
yoza collection -pengawal dari Kotaraja! Iya
Oey Goan Si Cambuk Sakti pemimpin dari barisan Kotaraja.
Benarkah kata penduduk Siauw-ling bahwa engkau yang membunuh Nguyen-loya
hakim yang akan mengadilimu! Hukum pemerintahan berlaku bagi siapa saja yang
telah mengacau dan terlebih lagi membunuh orang kepercayaan Gubernur Ie Yen.
Kau tahu Nguyen Khan itu adalah orang kepercayaan Gubernur untuk
pembangunankepercayaan setan Neraka sekalipun. Kalau ia jahat dan
memeras tenaga rakyat, tetap saja pedangku ini menghakiminya! Pedangku ini yang
semberono. Usil tangan menca
manusia pemeras rakyat, siapapun orangnya jika ia berlaku sewenang-wenang dan
membawa keinginan pribadinya sendiri mengandalkan kedudukan dan harta,
kepercayaan Gubernur Ie Yen" Hm tindakanmu ini menghancurkan rencana proyek
di Siauw-ling! Nona sebaiknya, marilah kau ikut dengan kami untuk
mempertanggung jawabkan perbuatanmu. Menyerahlah nona! Agar supaya kami
Merah muka Bwe Hwa mendengar ucapan yang tidak memandang sebelah
mata ini. Ia disuruh menyerah" Apa salahnya" Apa tindakan membunuh manusia
Nguyen itu bersalah"
Menurut pertimbangannya memang ia patut membasmi manusia-manusia
macam Nguyen yang selalu membawa kesengsaraan rakyat jelata. Menurut
pendapatnya semua manusia jahat harus dibasmi dari muka bumi ini. Itu tugas
seorang kesatria. Tugas seorang pendekar yang membela keadilan dan menentang
kejahatan. Sekarang seorang utusan dari kotaraja itu malah menyalahkan perbuatannya"
Terlalu. Beribu-ribu orang berlutut di depannya memuliakan dirinya menganggap
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 112
yoza collection utusan Kwan-im Posat, eh sekarang si cambuk sakti ini menghinanya menyuruh
berlutut. Setan! pendapatku. Persetan dengan hukum-hukum negara yang berlaku. Pokoknya aku
telah berbuat kebajikan dengan melenyapkan manusia Nguyen. Tok! Habis perkara.
Tak perduli kau ini barisan dari kotaraja atau dari Setan Neraka sekalipun, tak sudi
aku berlutut dan menyerah. Aku tak bersalah, mengapa aku mesti ditangkap seperti
orang nyol Berkata demikian Bwe Hwa meraba gagang pedangnya. Sedetik terdengar
berdesing pedang tercabut. Melintang di depan dada, tahulah Oey Goan tak mungkin
ia membujuk gadis ini dengan halus. Cara satu-satunya, menentukan di atas senjata
pula. Oey Goan melolos cambuk hitamnya. Geraknya itu dibarengi meloncat
keduapuluh tiga anak buahnya dari atas punggung kuda. Pedang dan golok
berkelebat ketika lepas dari sarungnya. Dan sebentar itu pula Bwe Hwa sudah
dikurung dengan ketat. menggunakan kekerasan kepadamu! Harap kau
tidak menganggap kami keterlaluan nona, tugas akan kami selesaikan dengan jalan
-enghiong, kita tawan saja gadis ini dan kita serahkan pada Gubernur Ie
dan mengeluarkan ruyung bajanya.
Pada saat itu berkelebat tiga bayangan orang dan terdengar salah seorang
berseru: datang orang yang berpakaian seperti seorang jenderal bertanya dengan
pandangan mata menyelidik ke arah Bwe Hwa.
Bersamaan munculnya orang tua yang berpakaian jenderal itu, di belakangnya
mendatangi pula seorang pendeta, dan seorang hweesio tua yang berusia
sedikitnya tujuhpuluhan tahun, bermuka hitam dan cacad bekas korban penyakit
cacar. Biarpun mukanya bopeng dan buruk namun mata hwesio itu membayang
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 113
yoza collection budi dan kesabaran seorang pendeta yang sudah masak jiwanya. Hwesio itu
membawa sebatang tongkat kuning, ia berdiri tegak di samping seorang tua yang
dipanggil Bong-goanswe (jenderal Bong).
-goanswe, gadis inilah yang mengacau Siauw-ling dan membunuh
Nguyen Khan dan keluarganya. Malah gedung besarnya Nguyen Khan dibakarnya
pula. Kami hendak menangkap gadis itu dan menyerahkan kepada Gubernur Ie Yen.
Harap goanswe menjadi tahu adan
Orang setengah tua iang berjuluk si Cambuk Sakti itu melapor kepada atasannya
dengan sikap menghormat sekali. Tentu saja semua perajurit, tahu siapa Bonggoanswe ini. Dia adalah bekas seorang pertapa. Sute dari Bu-beng Sianjin yang
mempunyai kepandaian lihay dan luar biasa.
Lain dengan Bu-beng Sianjin yang itu. Kalau Bu-beng Sianjin ini selalu
mengasingkan diri dan memperdalam ilmu kebathinan di puncak Thang-la, adalah
Bong Bong Sianjin ini haus akan harta dan kemuliaan, dan karena kepandaiannya
yang tinggi itu Bong Bong Sianjin berhasil mengalahkan pahlawan-pahlawan nomor
satu di istana dan oleh kaisar diangkat menjadi Jenderal sebagai kepala pengawal
Kaisar yang berkedudukan amat tinggi dan dikenal sebagai Bong-goanswe.
Dan hwesio yang bermuka buruk bopeng, yang kelihatannya seperti hwesio
alim dan suci itu adalah Hok Losu, seorang tokoh tingkat tiga dari Siauw-lim-pay,
berkepandaian amat tinggi dan lihay. Adapun orang yang berjalan di belakang dan
sekarang telah berdiri pula di samping Hok Losu, bukan orang sembarangan pula
melainkan tokoh dari Kong-thong-pay yang bernama Lek Ek Cu. Dua orang ini
adalah kawan baik orang tua Hok Losu dan karena tertarik akan kedudukan tinggi,
maka ke dua tokoh dari Siauw-lim-pay dan Kong-thong-pay ini dapat dibujuk oleh
Hok Losu untuk tinggal di istana sebagai pembantu Kaisar, Pengawal kelas tinggi.
Tiga orang tua itu memandang ke arah Bwe Hwa dengan pandangan
menyelidik. Sekali lihat saja tahulah Bong-goanswe bahwa kepandaian gadis ini
tidak di bawah dari si Cambuk Sakti Oey Goan tingkat kepandaiannya. Oleh karena
itulah ia berkata kepada Oey Goan,
-gwanswe minggir dan berkata kepada dua
-lim-pay yang bernama Hok losu itu sambil mengetuk tongkatnya di tanah. Seperti juga
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 114
yoza collection Bong-goanswe, ia juga duduk di atas batu yang menonjol di situ, diikuti oleh Leng
Ek Cu tokoh Kong-tong-pay.
Sementara itu, Oey Goan panas perutnya disindir oleh hwesio muka hitam. Ia
melirik kepada Lo-suhu itu dan kemudian menghampiri Bwe Hwa yang sudah siap
dengan pedang di tangan. Si Cambuk Sakti Oey Goan mengeluarkan cambuknya yang tadi melingkar di
pinggang. Ia tahu bahwa gadis ini tidak boleh dibuat gegabah maka ia berlaku hatihati dan tidak ingin memandang ringan lawannya. Sebentar itu pula terdengar
cambuk hitam di tangannya melecut tiga kali.
ang yang menjunjung kebenaran.
Lagi pula, aku tidak merasa bersalah, untuk apa hendak menyerah" Majulah kalian.
sambil melirik ke kanan dan ke kiri melemparkan pandang ke arah, duapuluh tiga
orang perajurit-perajurit pilihan yang sudah bersiap-siap dengan senjata di tangan.
Tinggal menanti komando saja.
Oey Goan tersinggung mendengar perkataan gadis muda ini. Tangannya
bergerak memberi aba-aba untuk mundur kepada anak buahnya. Dan ia sendiri
main keroyokan. Jangan kuatir anak buahku hanya menonton dan akulah yang
menangkapku. Majulah, keroyoklah aku, itu si tua-tua mengapa tidak maju sekalian"
Hm, baru sekarang aku tahu seorang hwesio yang seharusnya tekun dengan kitab
suci, kini berpaling menjadi lintah-lintah darat pemeras rakyat. Majulah. Hayo
tangkaplah hidup-hidup. Ini aku murid Swie It Tianglo dari Tiang-pek-san. Demi
keadilan dan kebenaran takkan mundur setapakpun.
Lancang mulut.. . berani kau membuka mulut besar di depan Losuhu dari Siauw-lim.
Apakah kau tidak kenal dengan Losuhu Hok Losu yang sakti" Keparat, mesti dihajar
otok ke tiga bagian jalan darah di tubuh si gadis.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 115
yoza collection

Pendekar Lengan Buntung Seri 1 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Terkejut juga Bwe Hwa melihat serangan cambuk yang tadinya lemas kini
menjadi kaku seperti batang tongkat kecil meluncur menghantam iga dan bagian
dadanya. Tahulah ia bahwa lawannya ini mempunyai tenaga lwekang yang tidak
boleh dipandang ringan. Dengan gerakan cepat ia miringkan kepala dan menyampok dengan pedangnya,
membelit pedangnya. Tentu saja Bwe Hwa tak ingin pedangnya menjadi sasaran
lilitan pedang. Maka dengin gerakan jurus Membabat Rumput Melempar Batu,
pedangnya ditarik dan menyabet ujung pecut yang hendak melilit itu.
Dan kaget bukan main Bwe Hwa merasa pedangnya terlempar begitu bertemu
dengan cambuk lawan. Kalau saja ia tidak kuat-kuat menggenggam pedangnya
tentu senjatanya itu, akan terlepas dari genggamannya. Tahulah ia bahwa lawannya
ini mempunyai tenaga lwekang yang cukup tinggi.
-gerakan cambuk yang bergulung-gulung seperti awan hitam yang hendak menyelubungi dirinya.
Tentu saja ia tidak tahu bahwa lawannya ini adalah murid seorang sakti pertapa
Bu-beng Sianjin yang telah menurunkan ilmu bermain cambuk yang disebut Liongkut-pian yang kadang-kadang bisa menjadi lemas dan kadang-kadang menjadi
keras seperti tongkat. Untuk berbuat itu saja orang yang memainkan harus mempunyai tenaga
lweekang yang cukup tinggi. Kalau tidak mana mampu membuat cambuk yang
demikian lemas itu menjadi keras seperti batang tongkat.
Memang Oey Goan ini sejak ia pernah dikalahkan oleh Swie It Tianglo empat
tahun yang lalu, ia semakin tekun melatih diri dengan ilmu cambuk Liong-kut-pian
di bukit Harimau atas petunjuk-petunjuk Bu-beng Siangjin. Tentu saja si Cambuk
Sakti empat tahun yang lalu jauh berbeda dengan si Cambuk Sakti sekarang.
Lingkaran-lingkaran cambuknya semakin kuat dan mantap merupakan segulungan
awan hitam yang kokoh dan sulit ditembusi oleh pedang Bwe Hwa yang merasa
kewalahan menghadapi orang yang tidak disangkanya mempunyai kepandaian
demikian hebat. Akan tetapi tentu saja Bwe Hwa tidak gampang-gampang harus menyerah.
Percuma ia hampir empat tahun itu digembleng oleh mendiang suhunya di Tiangpek-san kalau melayani Oey Goan saja ia harus gampang-gampang kalah. Ia sudah
mewarisi ilmu pedang Tiang-pek-kiam-sut dari Tiang-pek-pay dan ilmu Pek-in-kang
di tangan kiri. Pendekar Lengan Buntung - Halaman 116
yoza collection Oleh karenanya, bagi Oey Goan juga sulit untuk mengalahkan gadis ini. Pukulanpukulan tangan kiri Bwe Hwa menggetarkan cambuknya. Tentu saja bagi Bwe Hwa
juga sulit memukul lawan dengan jarak jauh begini, sebab lawannya ini berdiri
sejauh satu tombak sambil memainkan cambuknya. Hebat sekali pertempuran dua
orang ini. Pukulan Bwe Hwa dengan tangan kiri yang menggunakan hawa Pek-in-kang,
tak berani Oey Goan menerimanya secara langsung. Ia dapat melihat betapa tangan
gadis itu menjadi putih mengeluarkan uap, tanda bahwa pukulan itu mengandung
hawa im-kang yang amat hebat sekali.
Beberapa kali cambuknya terbentur membalik ke belakang apabila kesentuh
tangan kiri yang lihay dari gadis yang masih begitu muda. Ia merasa sangat
penasaran sekali, masakah ia yang telah mendapat julukan si Cambuk Sakti, kini
menghadapi gadis muda saja harus mengaku kalah" Rasa penasaran ini membuat
ia mainkan cambuknya lebih sungguh-sungguh lagi.
Kalau tadi ia menganggap ringan terhadap gadis muda itu, namun sekarang
tahulah ia bahwa kalau tidak menyerang sungguh-sungguh terhadap lawannya,
tentu dalam waktu yang singkat, ia akan dikalahkan. Dan itu membuat malu di depan
anak buahnya. Dan tentunya namanya akan jatuh merosot sebagai kepala barisan.
Cepat laksana kilat Oey Goan memutar cambuknya, digetarkan hingga ujungnya
berubah menjadi belasan batang, kesemuanya menyerang dengan totokan maut ke
arah bagian tubuh yang berbahaya.
Melihat penyerangan yang luar biasa ini, Bwe Hwa mengeluarkan suara
melengking tinggi dari kerongkongannya merupakan jeritan maut yang merampas
semangat lawan. Inilah pengerahan sin-kang yang istimewa, sebuah ilmu kesaktian
yang ia terima dari mendiang Swie It Tianglo, gurunya!
Sebuah ilmu jeritan yang dikerahkan oleh tenaga sin-kang sepenuhnya yang
dapat menggetarkan jantung lawan. Kalau saja gurunya mengeluarkan jeritan ini,
agaknya tak tahan kiranya si Cambuk Sakti menerimanya. Inilah jeritan maut.
Namun Oey Goan juga bukan orang bodoh yang baru pertama kali menghadapi
pertempuran tingkat tinggi. Ia tahu betul bahwa itulah penyerangan suara yang
dikirim melalui jeritan perampas semangat. Segera ia memusatkan hawa murni
dan mengerahkan sin-kang di perut, menjerit pula seperti gadis itu.
Sambil melengking Bwe Hwa menggerakkan pedangnya yang menerobos
masuk di antara putaran-putaran cambuk lawannya itu. Terdengar suara keras
ketika pedang di tangan Bwe Hwa menjadi patah-patah terhantam pukulan sabetan
cambuk yang terbuat dari baja dan dikerahkan oleh tenaga sin-kang yang tinggi.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 117
yoza collection Pedang Bwe Hwa patah-patah menjadi tiga potong akan tetapi dibarengi jeritan
tertahan dari si Cambuk Sakti ketika merasa tubuhnya tahu-tahu terlempar jauh
terhantam pukulan tangan kiri Bwe Hwa yang menggunakan hawa Pek-in-kang.
Hebat sekali pukulan ini, tadi selagi si Cambuk Sakti Oey Goan kegirangan melihat
pedang lawan terhantam cambuknya dan patah-patah dan dalam kelemahan inilah
sebuah pukulan tangan kiri Bwe Hwa menerobos masuk menggunakan hawa Pekin-kang.
Terkejut bukan main Oey Goan, cepat ia membanting diri ke belakang dan
miringkan tubuh menghindari pukulan dahsyat itu. Akan tetapi tetap saja pundaknya
terhantam hawa pukulan Bwe Hwa hingga tak ampun lagi bagaikan daun kering
yang tertiup angin besar, tubuh Oey Goan melayang terlempar jauh. Pundak kirinya
patah terhantam hawa pukulan yang dahsyat itu, Oey Goan meringis menahan nyeri
di pundak. Cambuknya terlepas dari pegangan tangannya entah kemana.
halus terdengar dari belakang Bwe Hwa dengan diiringi angin lembut menyambar
dari belakang. Terkejut bukan main dia, cepat ia membuang diri ke samping dan
sebuah pohon di depan hancur berantakan terhantam pukulan yang kelihatan
lembut itu. Bergidik Bwe Hwa. Begitu ia membalikkan diri dilihatnya Hok Losu yang sudah
berdiri di belakangnya dengan tubuh doyong-doyong seperti hendak jatuh!
-suh -goanswe atau yang mulanya kita kenal sebagai Bong
Bong Sianjin berdiri dan menghampiri Bwe Hwa.
Melihat orang tua yang berpakaian seperti seorang jenderal ini menghampiri
Bong Bong Sianjin tertawa lebar:
berpangkat jenderal, apa-apaan berkeliaran di hutan dengan membawa-bawa
hwesio tua renta. Hm! pantas, rupanya kau orangnya pemerintah, yaa" Tukang
peras rakyat, yaa" Bagus, coba kau lihat, jagoanmu si Cambuk Sakti sudah keok di
ng berhadapan Pendekar Lengan Buntung - Halaman 118
yoza collection Bwe Hwa menatap orang tua berpakaian jenderal ini, terkejut ia melihat tatapan
mata si jenderal yang begitu tajam menusuk. Tahulah ia lawannya kali ini adalah
seorang ahli lweekeh. Aku harus berlaku waspada, demikian pikirnya.
-san dan dalamnya laut Po-hay. Gadis
binal, bukalah lebar-lebar telingamu. Aku adalah Bong-gwanswe atau sebelumnya
Bwe Hwa membelalak memandang orang tua yang berpakaian jenderal itu.
Memandang dari bawah sampai ke atas. Memandang sepatu jenderal yang
mengkilap dan ke atas baju jenderal yang keren dan angkuh, melihat pula topi
kebesaran di atas kepala itu. Tanda pangkat bintang jasa di pundak itu. Inikah dia
Bong Bong Sianjin yang dicari-cari"
Pedang di tangan Bwe Hwa menggigil. Terangkat naik menghunus jenderal
Bong y telah menuntut balas kematian muridku di tangan gurumu. Kukira macam apa
manusia Swie It Tianglo itu, kiranya cuma cacing tanah saja yang sekali injak sudah
Sambil membentak Bwe Hwa maju menyerang, kali ini ia memperlihatkan ginkangnya. Sekali ke dua kakinya menjejak tanah, tubuhnya melayang terbang ke arah
Bong Bong Sianjin atau Bong-goanswe itu, pedangnya diputar-putar di depannya,
berubah menjadi segulung sinar perak, yang diiringi dengan serangan bentakannya
yang nyaring memaki lawannya kalang kabut.
Bong Bong Sianjin maklum akan kelihayan gadis murid mendiang Swie It
Tianglo ini, tentu saja ia tidak takut kepada gadis yang dianggapnya masih hijau itu,
boleh jadi Oey Goan kalah di tangan gadis liar itu, tetapi sekarang menghadapi Bong
Bong Sianjin, Bwe Hwa seakan-akan bertemu dengan kakek gurunya. Semakin
sengit ia memainkan jurus-jurus Tiang-pek-kiam-sut semakin cepat pula bayanganbayangan Bong Bong Sianjin berkelebat menghindarkan serangan pedang.
Seakan-akan pedangnya menghadapi bayangan sendiri, dan sukar untuk
ditembusi. Panas sekali hati gadis itu melihat kelihayan musuh besarnya itu yang
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 119
yoza collection belum membalas menyerang hanya mengelak saja. Masa ia diganda mengelak oleh
Bong Bong Sianjin keparat! bentak gadis itu dalam hati.
menghindarkan sabetan pedang si gadis, suara berdesing di dekat telinganya.
mengirim ilmu pukulan Pek-in-kang di tangan kiri, Bong Bong Sianjin tertawa
mengangkat tangannya menangkis pukulan tangan kiri lawan. Melihat bahwa orang
tua ini menangkis tangan kirinya segera Bwe Hwa mengerahkan hawa Pek-ie-jiu
dan Pek-in-kang di tangan kiri itu dan menekan tangan Bong Bong Sianjin yang
menangkis. Bwe Hwa, melainkan dia sendiri yang terlempar tinggi melayang di udara. Akan
tetapi pada saat tubuh itu melayang-layang, berkelebat sesosok tubuh lain dengan
gesitnya menyambar tubuh Bwe Hwa yang telah pingsan. Terdengar suara itu
memanggil nama si gadis dengan panggilan mesra.
-moay.. . itu dan tahu-tahu tubuh Bwe Hwa sudah berada dalam pelukannya. Ternyata yang
menolong Bwe Hwa adalah seorang pemuda berpakaian putih sederhana berusia
sekitar duapuluh tahun, wajahnya nampak agak pucat, akan tetapi sepasang mata
itu memancarkan cahaya berapi-api penuh kemarahan kepada Bong Bong Sianjin.
berpakaian putih sederhana, yang memandangnya dengan sepasang mata penuh
kemarahan. -mana tidak bertemu, kebetulan sekali Bong Bong Sianjin.
Engkaulah yang telah membunuh suhu Swie It Tianglo di puncak Tiang-pek-san
Bwe Hwa yang masih pingsan disenderkannya di batang pohon. Ia tidak kuatir akan
keselamatan gadis itu, karena ia tahu kalau gadis itu hanya pingsan saja tidak
terluka. at! Buka telingamu lebar-lebar, dengar! Aku
dan gadis tadi adalah murid-murid mendiang suhu Swie It Tianglo. Atau akan
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 120
yoza collection mewakili guruku memberi hukuman kepadamu, bersiaplah engkau untuk terima
ooOOoo Pemuda itu bukan lain adalah Liok Kong In, murid pertama dari Swie It Tianglo
yang telah meninggal di tangan Bong Bong Sianjin itu. Seperti kita ketahui di bagian
depan pada jilid pertama cerita ini, Liok Kong In yang sesungguhnya Bwe Hwa tidak
sampai hati membiarkan gadis itu turun gunung setelah terjadi tragedi di tengah
pematang sawah itu. Maka melihat gadis itu berkelebat pergi, tak lama kemudian Kong In pun
menyusul jejak gadis itu. Namun karena Bwe Hwa berlari dengan amat cepatnya
dan lagi mengambil jalan gunung yang amat sukar, maka sampai berpekan-pekan,
Kong In kehilangan jejak Bwe Hwa. Namun ia masih terus membuntuti gadis itu
dan bertanya-tanya kepada penduduk dusun yang kebetulan ditemui.
Dalam pertarungannya mengikuti Bwe Hwa itu, dalam hati Kong In selalu
bertanya-tanya dan heran mengapa Bwe Hwa sampai membuntungi lengan samsuhengnya yang bernama Sung Tiang Le. Rasanya tak masuk diakal. Mana mungkin
Tiang Le dapat dikalahkan oleh Bwe Hwa atau apakah Tiang Le sudah menjadi
demikian sinting membiarkan lengannya buntung disambar pedang Bwe Hwa, atau
apakah Tiang Le tidak melawan"
Pusing Kong In memikirkan kejadian ini. Ia tak mengerti apa gerangan yang
telah terjadi antara Bwe Hwa dan Tiang Le, sayang ia datang terlambat ke tempat
itu. Sehingga kejadian itu sudah lewat terjadi.
Dan ia tidak melihat lagi Tiang Le yang sudah buntung lengannya. Hanya ia
merasa yakin bahwa tentu Tiang Le terluka hebat, ia melihat darah menggenang
di air yang membanjir sampai ke kakinya itu. Akan tetapi Tiang Le tidak kelihatan
entah kemana. Oleh karena itulah sepanjang perjalanannya mengejar Bwe Hwa ia juga
bertanya kalau-kalau ada pemuda yang buntung lengannya. Namun orang ditanya
selalu tidak dapat memberi jawaban yang memastikan.
Pada suatu hari sampailah Kong In di Kota Siauw-ling. Dan alangkah herannya
ia melihat sebuah gedung yang besar di dalam kota itu sudah habis terbakar.
Tadinya ia tidak mengambil perduli tentang gedung yang terbakar itu, tidak heran
memang di musim kemarau yang panjang ini sering sekali terjadi kebakarankebakaran. Akan tetapi yang menarik hatinya, adalah tentang pembakaran gedung
itu. Pendekar Lengan Buntung - Halaman 121
yoza collection Ia mendengar orang-orang berbicara bahwa gedung yang megah milik
Nguyen-loya itu habis dibakar oleh dewi Kwan-im yang datang memberi hukuman
kepada Nguyen-loya, semua penghuni gedung itu didapati telah mati, Nguyen-loya
dan Nguyen-kongcu didapati sudah mati dengan kepala terpisah dari badannya.
Semua para ngo-hauw (tukang pukul) pada terluka hebat dan malah ada yang mau
di tempat itu juga. Seorang setengah tua yang memang dolan sekali bercerita mengatakan bahwa
sang dewi dilihatnya menghilang terbang ke hutan sebelah selatan kota. Tentu saja
Kong In yang tidak percaya akan berita tentang sang dewi mengejarnya ke dalam
hutan yang dikatakan orang tua itu.
Ia memang tidak percaya, masakah Kwan-im Posat demikian ganas membakar
dan membunuh" Setahunya sang Kwan-im itu adalah seorang dewi welas asih
yang pantang berbuat sekejam itu. Ia tidak percaya. Oleh sebab itulah dia mengejar
terus. Dan justru karena kedatangannya itulah yang menolong Bwe Hwa dari
cengkraman Bong Bong Sianjin.
Ia tak pernah menduga bahwa gadis itu adalah Bwe Hwa yang selama ini
tengah dicari. Dan orang yang berpakaian seperti jenderal itu, Bong Bong Sianjin!
Pembunuh gurunya! Ia harus membalas kematian suhunya!
Dengan geram ia maju. Sedikitpun ia tidak gentar kepada sang jenderal ini. Ia
percaya akan kepandaiannya!
Sementara itu Bong Bong Sianjin yang tadinya terkejutnya kini tertawa
Membasmi pohon harus keakar-akarnya, ha ha ha! Eh, orang muda murid Swie It,
dada. rang ajar di depanku.. . . he
he he. Untuk hukuman ini saja kau harus berlutut tujuhpuluh tujuh kali tujuh di
depanku, baru aku mau ampunkan engkau! Masih muda tak baik kalau dilenyapkan.. .
kalau kau mau berlutut, aku akan mengampunimu dan gadis sumoaymu itu
sudah menerjang maju, tangannya menghantam dan sinar perak pedang berkelebat
menyambar leher Bong Bong Sianjin dan tangan kirinya bergerak berbareng
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 122
yoza collection dengan mengerahkan Pek-lek-jiu yang mengeluarkan uap putih itu bergulung
menyambar dada lawan di depannya.
Bong Bong Sianjin mendengus mengejek melihat serangan pedang dan pukulan
orang muda ini. Pukulan ini pernah ia rasai kelihayannya waktu ia menanding
mendiang Swie It Tianglo setahun yang lalu, dan pedang itu berkelebat melingkar
adalah jurus-jurus dari Tiang-pek-kiam-sut.
Ia kenal sekali kelihayan pedang ini. Akan tetapi menghadapi pedang di tangan
pemuda ini, mana ia memandang sebelah mata" Jangankan orang muda ini biarpun
Swie It Tianglo yang menerjang maju, ia masih ganda tertawa!
Kong In terkejut dan girang melihat lawannya tidak menangkis tangan kirinya.
Dengan mengerahkan hawa Pek-in-kang, ia menekan dan mendorong dada
musuhnya dengan sekuat hawa saktinya, sedangkan pedangnya menusuk yang
pertama itu merupakan pancingan dan telah ditarik kembali. Seluruh perhatiannya
dicurahkan ke arah tangan kiri yang mendorong.
dup, ingin aku mencobanya dengan ilmuku yang baru! Akan tetapi sayang sekali dia sekali injak
sudah mampus dan belum sempat kukeluarkan jurusku ini. Dan sekarang kaulah
Tubuh yang miring itu, tiba-tiba bergerak dan tangannya yang panjang
mengirimkan pukulan berputar dan akhirnya bertemu dengan telapak tangan kiri
Kong In yang menyerang dengan jari terbuka pula. Hebat bukan main pukulan ini.
Angin pukulan berdesir menimbulkan suara berciutan. Memang kali ini Bong Bong
Sianjin mengerahkan tenaganya untuk pameran saja, juga dalam kegemasannya
untuk melemparkan bocah murid Swie It Tianglo.
Melihat betapa hebatnya sambaran pukulan dengan tubuh setengah miring ini,
Kong In tidak berani memandang ringan. Ia maklum betapa pukulan lawannya ini
amat dahsyat sekali dan terasa hawa panas menyambar dengan amat kuatnya.
Akan tetapi tanpa menahan pukulan dengan tangkisan, ia juga tidak akan dapat
mengukur sampai dimana kehebatan tenaga lawan. Dan lagi memang ia sudah
bersiap menyerang dengan pukulan Pek-lek-jiu di tangan kiri dan membarengi
dengan sabetan pedang menyambar pukulan tangan lawan yang berhawa panas


Pendekar Lengan Buntung Seri 1 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu. -tahu, seperti Bwe Hwa tadi tubuh Kong In terlempar keras membentur batu tangga mengeluarkan suara
keras berdebuk. Pendekar Lengan Buntung - Halaman 123
yoza collection Kong In kaget setengah mati. Pukulan apa ini" Tiba-tiba dirasakannya kepala
pening berdenyut-denyut dan tulang belakangnya sakit dan nyeri. Tahulah ia bahwa
tulang belakangnya patah terhantam batu yang selagi ia terlempar tadi.
Untung saja tadi ia mengerahkan sin-kang di dada waktu dirasakan segumpal
hawa panas menyerang dadanya. Kalau tidak cepat-cepat ia mengerahkan hawa
di perut dan terus disalurkan ke bagian dadanya, celaka, tentu dadanya sudah
remuk-remuk terhantam pukulan dari Bong Bong Sianjin.
Kong In menahan rasa nyeri di tulang belakang. Wajahnya pucat seperti kertas.
Ia memandang terbelalak kepada Bong Bong Sianjin yang tertawa mengejek. Begitu
melirik, ternyata pedangnyapun telah patah menjadi tiga potong dan masih
terpegang olehnya tinggal gagangnya saja.
manghampiri Kong In yang masih menggeletak bergerak hendak bangun.
-suheng, bagus kau sudah datang, hayo
Serangkum hawa dingin menyambar belakang Bong Bong Sianjin. Orang tua
Dan tahu-tahu bagaikan diangkat oleh tenaga yang amat luar biasa, tubuh Bwe
Hwa terlempar ke samping dan jatuh di dekat Kong In. Ternyata tadi Bwe Hwa yang
sudah siuman, melancarkan pukulan Pek-lek-jiu kepada musuhnya yang tengah
membelakanginya ini, akan tetapi siapa sangka Bong Bong Sianjin dengan sekali
mengebutkan ujung jubahnya tahu-tahu tubuhnya telah terlempar ke samping.
Kong In maklum bahwa musuh besar suhunya ini demikian lihay dan pantas
saja suhunya tidak dapat menandinginya. Tidak tahunya, lawannya ini demikian
sakti. Akan tetapi ia sudah bertekad akan menempur musuh suhunya sampai titik
darah yang terakhir, mati pun tidak mengapa.
Kong In dengan susah payah merangkak bangun, terhuyung-huyung ia berdiri.
Bwe Hwa juga berdiri di samping suhengnya dan mengepalkan ke dua tinjunya.
Selangkah Kong In maju, gemetar kakinya karena menahan rasa sakitnya yang
hebat di punggung. rwah suhu Swie It Tianglo, aku mengadu jiwa
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 124
yoza collection ya, akan tetapi.. . he he he, yang betina ini cantik dan menarik, sayang untuk dibunuh! Biar yang
Sepasang lengan jenderal Bong Bong Siangjin itu bergerak dan dari kanan kiri
menyambar angin pukulan dahsyat dari dua jurusan.
Kong In yang sudah marah menerjang maju. Dua telapak tangan terbuka
mencengkeram Bong Bong Siangjin bersamaan dengan berkelebatnya pula tubuh
Bwe Hwa mengirim pukulan-pukulan Pek-in-kang ke arah lawannya yang berputarputar itu.
Kong In terkejut sekali ketika tiba-tiba diserang oleh angin pukulan dari dua
jurusan, akan tetapi melihat betapa ke dua lengan Bong Bong Sianjin bergerak
begitu lambat dan memberi kesempatan pukulannya bersarang di dada, dengan
gemas ia mengerahkan lwekang sepenuhnya di ke dua jari tangannya dan bergerak
mencengkeram. Tentu saja perbuatan ini diikuti olen Bwe Hwa yang juga dapat melihat
lowongan yang terbuka di bawah ketiak lawannya yang terangkat itu. Dengan
bernapsu Bwe Hwa menerjang dengan kedua tangan memukul ketiak dan kedua
kakinya mengirim tendangan beruntun.
Hebat sekali serangan-serangan dari dua orang muda ini. Pakaian kebesaran
Bong Bong Sianjin nampak berkibar-kibar ketika dia mencelat menghindarkan
tendangan Bwe Hwa, akan tetapi ujung jubahnya memapaki pukulan-pukulan ke dua
orang muda itu. pukulan kedua orang muda itu tertangkap oleh ujung jubah Bong Bong Sianjin dan
sekali tangan itu bergerak melempar, bagaikan dua helai daun yang tertiup angin
terbang dengan amat cepatnya.
Tak dapat dielakkan lagi, sebuah jurang yang menganga disampingnya
menerima tubuh ke dua orang muda yang seketika itu pula sudah tidak sadarkan
diri. Terkesiap hwesio tua dari Siauw-lim ini, tadinya ia hendak bergerak menolong
tubuh yang meluncur musuk ke dalam jurang yang amat dalam itu, namun
terlambat, kedua tubuh itu sudah terlempar dengan cepatnya.
ngebaskan jubahnya. Sebetulnya tidak enak ia berbuat demikian, tidak disangkanya
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 125
yoza collection apabila pukulannya yang bernama Hui-thian-jip-te (melempar ke langit masuk
kebumi) itu demikian dahsyat. Ia tidak menduganya!!
- -thong-pay bertanya. Bong Bong Sianjin tersenyum pahit. Meloncat ke atas kudanya dan berkatalah
Dua orang muda itu sudah mampus di tanganku. Katakan saja sama Gubernur Ih
Yen, Bongik Goanbuahnya. Di hutan itu tinggal Bong Bong Sianjin dan Hok Losu dan Leng Ek Cu yang
masih berjalan perlahan-lahan.
Pada saat itu berkelebat bayangan merah, disusul suara keras dan Bong Bong
Sia itu terhantam sabetan pedang yang ampuh dan tajam di tangan seorang gadis
berpakaian serba merah dan mukanya tertutup kerudung sampai dibatas hidung.
Kerudung sutera yang menutupi muka itu berwarna hitam dan sepasang mata
gadis dari balik kerudung itu menatapnya dengan sinar mata mengancam.
dung sutera itu menerjang lagi, lebih ganas dan lebih kuat dari serangan barusan.
Kembali Bong Bong Sianjin yang masih terheran-heran akan kedatangan gadis
kerudung hitam ini menangkisnya dari samping. Ia yang telah dibikin marah oleh
serangan gadis tadi yang telah merobek jubahnya kini dengan gerakan amat cepat
telah menarik pedangnya dan menangkis serangan pedang gadis kerudung hitam
sambil menggerakkan tenaga.
-kilat kecil menerangi cuaca yang
sudah remang terang itu. Gadis kerudung hitam itu terkejut sekali melihat kehebatan
tenaga lawan. Ia mundur setindak ke belakang, membetulkan letak kuda-kudanya
yang tadi tergempur oleh tangkisan pedang lawan dan terasa nyeri nyelekit di
telapak tangan kanannya yang memegang pedang. Tahulah ia bahwa lawannya ini
tidak boleh dibuat main-main.
dengan gesit. Ujung pedangnya bergetar-getar saking kuatnya lwekang yang
disalurkan ke arah lengannya yang memegang pedang itu. Ingin ia tahu apakah
lawannya ini mau menangkis pedangnya seperti tadi. Akan tetapi, betapa tak akan
terkejutnya ia melihat betul-betul Bong Bong Sianjin mengelak sambil membabat
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 126
yoza collection dari samping, menghantam pedang lawan Sedangkan tangan kirinya bergerak
cepat mendorong ke depan.
potong dan ia sendiri terlempar jauh.
Bong Bong Sianjin tertawa lebar.
-li-pay, mengapa datang-datang menyerangku.
-tek Sianli denganku tidak ada permusuhan apa-apa. Malah
aku kenal baik dengan Pay-cu Sian-libertanya Bong Bong Sianjin menatap tajam ke arah gadis muka kerudung ini.
Tentu saja sebagai tokoh persilatan tingkat tinggi ia sudah mendengar akan
berdirinya partai Sian-li-pay yang dipimpin oleh Bu-tek Sianli yang lihay. Malah lima
tahun yang lalu pada peresmian berdirinya partai itu, ia turut hadir di pulau Bidadari
dan dapat melihat gadis-gadis cantik anak buah Sian-li-pay yang tertutup mukanya
dengan kerudung hitam. Entah apakah gadis yang datang-datang menyerangnya
inipun adalah anak buah Bu-tek Sianli, si nenek sakti yang terkenal dengan Kepalan
Tanpa Tandingan" Akan tetapi gadis yang berkerudung hitam itu rupanya sudah panas hatinya,
tak dapat dibuat sabar. Dengan suara lantang penuh kemarahan ia berkata,
kau buta tuli tidak dapat melihat dan mendengar. Mau tahu siapa aku" Aku adalah
murid kelima dari suhu Swie It Tianglo yang telah binasa di tanganmu.
Bong Sianjin! Hari ini kalau bukan kau yang mampus di ujung pedangku tentu akulah
yang menjadi may Sian Hwa yang tak tahan mengendalikan hawa marahnya, ia menerjang maju
dengan pedang pendek yang tadi terpotong menjadi tiga bagian. Ia nekad
menyerang dengan potongan pedang yang tersisa beberapa senti dari gagangnya.
Adapun Bong Bong Sianjin menjadi marah sekali. Kalau tadi ia masih berlaku
segan kepada gadis muka kerudung ini, yang disangkanya murid dari Sian-li-pay
yang terkenal itu. Tetapi sekarang setelah mendengar bahwa gadis berkerudung
hitam ini bukan anggota Sian-li-pay, malahan dia salah seorang murid dari
mendiang Swie It Tianglo.
Setelah mengetahui hal ini hatinya menjadi marah. Ia sudah dibuat mengkal
akan kemunculan dua orang muda tadi yang juga merupakan murid dari Swie It
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 127
yoza collection Tianglo, sekarang datang lagi setan betina, betul-betul sialan hari ini harus melayani
bocah-bocah dari Tiang-pek-san.
Ia mendengus dan menangkis pedangnya gadis berkerudung hitam itu, ingin
sekali ia melemparkan gadis ini seperti dua orang muda tadi ke jurang yang
menganga disampingnya, akan tetapi terdengar Hok Losu memperingatinya,
-sicu, jangan kau binasakan gadis itu, tawan dan kita serahkan ke Sian-lipay. Inilah suatu kesempatan untuk kita bersekutu dengan BuMendengar peringatan ini, tak jadi Bong Bong Sianjin mempengunakan ilmu
pukulan Hui-thian-jip-te yang telah disaksikan tadi kehebatannya, oleh sebab itu ia
merubah gerakannya dan menyimpan pedangnya, kemudian bergerak mengelak
dari tusukan pedang pendek yang dilancarkan oleh gadis berkerudung hitam,
kemudian dengan gerakan yang aneh dia menggerak-gerakkan tangan kanannya
seperti orang menulis. Tahu-tahu terdengar suara jeritan tertahan dari Sian Hwa
ketika tanpa dapat dicegah lagi kedua buah kakinya menjadi lumpuh dan
semangatnya hilang. Tadi ia seakan-akan melihat Bong Bong Sianjin ini menjadi tiga bayangan yang
menakutkan. Satu bayangan aslinya, dan satu lagi bayangan seorang makhluk yang
menyeramkan berkepala tiga bertangan enam dengan rambut panjang terurai dan
muka seperti manusia tengkorak hidup. Makhluk inilah yang melumpuhkan
semangatnya tanpa terasa pedang pendeknya, terlepas pada saat itulah totokan
lawannya terasa mengetuk pundaknya sehingga ia tak berdaya lagi.
Terasa bergidik seluruh bulu roma Sian Hwa. Ilmu sihir apakah itu" Selama ini
baru kali ini ia melihat pemandangan yang menakutkan hatinya. Itulah sebenarnya
ilmu Hek-in-hoat-sut dari Bong Bong Sianjin yang pernah diterimanya dari seorang
sakti dari India. Sebuah ilmu perampas semangat yang dikerahkan dengan ilmu
tenaga batin yang tinggi.
Melihat gadis itu menggeletak jatuh, cepat tokoh dari Kong-thong-pay mencelat
ke dekat si gadis dan mengikatnya ke dua tangan dan kaki dan ditaruhnya di
punggung kuda. untuk kita bertemu dengan Bu-tek Sianli, Bong sicu, kita antarkan sekarang juga gadis
kerudung hitam ini ke Sian-liBong Bong Sianjin tertawa lebar.
si Nenek Kepalan Sakti Tanpa Tandingan! Eeemm, akan tetapi aku harus menyelidiki
dulu bagaimana tampangnya murid Swie It Tianglo yang tersembunyi dibalik sutera
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 128
yoza collection sutera hitam itu yang menutupi muka Sian Hwa.
Terdengar jeritan tertahan Bong Bong Sianjin mencelat ke belakang. Hok Losu
dan Leng Ek Cu juga memandang kaget ke arah muka gadis itu. Muka yang tadinya
disangka berkulit halus dan cantik, kiranya bukan demikian adanya, yang dilihatnya
barusan adalah muka hitam berkisut-kisut seperti muka nenek-nenek yang sudah
berusia delapanpuluh tahun, bagian-bagian pipi dan hidung demikian rusak penuh
dengan totol-totol hitam dan berkerisut-kerisut. Hanya sepasang mata itu yang
demikian indah memandang ke tiganya dengan tatapan berapi-api!
Kalau gadis itu dapat membuka suara dan tidak tertotok seperti itu, tentu ia
akan memaki mengeluarkan sumpah yang bergetar-getar penuh kemarahan
n dan kalian bertiga! Awaslah suatu ketika kelak matamu yang kurang ajar menatap
wajahku dan yang telah berlancang membuka kerudung hitam ini, matamu itu ke
duaooOOoo Apa yang dikuatirkan oleh Kwa-sinshe (ahli pengobatan she Kwa) terbukti
bahwa seluruh muka gadis yang bernama Sian Hwa ini tidak dapat kembali seperti
asal semula. Racun hijau yang menjalar di wajahnya itu tidak dapat ditolak oleh
obat-obatan biasa saja. Dan lagi karena racun-racun itu sudah semalam menjalar ke wajahnya, sulit
bagi Kwa-sinshe untuk melenyapkan bekas-bekas hitam dan totol-totol pada wajah
itu. Hanya ia dapat memberikan pencegahan agar racun hijau yang ganas itu tidak
menjalar ke leher saja. Kalau kiranya racun hijau itu sampai menjalar ke leher dan
ke urat besar, berbahaya keselamatan gadis ini!
Betapa sedih Sian Hwa mendengar bahwa lukanya tak dapat disembuhkan
seperti sediakala. Ia menjerit kaget waktu bercermin sungai yang jernih airnya!
Hampir ia tak mengenal akan wajahnya sendiri, wajah yang kelihatan dalam
bayang-bayang air itu nampak hitam dan berkerisut-kerisut seperti pantat kuali,
lagi pula terdapat totol-totol putih dan hitam pada ke dua pipi dan hidungnya.
Habislah apa yang dibanggakan bagi seorang wanita cantik.
Kecantikannya yang sangat dibanggakan itu sekarang telah lenyap dirusak oleh
racun hijau akibat pukulan si kakek gila yang menggunakan pukulan Jin-tok-ciang!
Awaslah kakek dan nenek gila, awaslah kau Jin-tok-siang-moli, suatu ketika hendak
kubalas sakit hatiku pikirnya sambil menangis di tepi sungai yang airnya jernih itu.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 129
yoza collection Ia melirik ke arah lengan kanannya, sama seperti mukanya lengan itu juga
kehitaman penuh bintik-bintik putih. Tadinya memang dirasakan amat gatal sekali,
akan tetapi setelah Kwa-sinshe memberikan pengobatan luka yang mengandung
hawa racun hijau itu sembuh kembali, meskipun wajahnya tak dapat disembuhkan
karena hangus dan gosong!
Sin Thong yang selama ini menemani Sian Hwa dan menjadi kawan baiknya,
merasa terharu sekali melihat kejadian ini. Namun laki-laki cebol ini selalu
menghibur Sian Hwa. Kalau tidak ada Sin Thong yang banyak memberikan nasehat
tentu sejak kemarin-kemarin ini ia sudah kembali ke dalam hutan untuk menerjang
Iblis gila yang telah membuat cacad wajahnya!
-toksiang-lomo itu demikian hebat dan luar biasa. Mereka bukan tandingan kita. Kalau
kau nekad menerjang dan membalas sakit hati ini, bodoh betul kau hendak
mengantarkan nyawa saja. Suhu bilang kau bersabarlah, bukan lukamu itu tidak
dapat disembuhkan, hanya saja obat yang mujarab itu tidak ada di daratan Tiongkok
ini. Pernah suhu katakan hanya ada semacam jin-som yang bernama Pek-in-jinsom (akar obat awan putih), akan tetapi hanya tumbuh lima tahun sekali di puncak
Dengan pandangan mata basah Sian Hwa memandang lelaki cebol di depannya.
ukan" Mana bisa aku mencari buah
Pek-in-jin-som sampai di puncak Anapura, apalagi pegunungan Himalaya.. . . ah, tidak
Go Sin Thong, biarpun nampaknya masih kanak-anak karena tubuhnya yang
kecil dan pendek, namun ia adalah seorang pemuda dewasa. Dewasa dalam berpikir
dan berperasaan. Ia dapat memaklumi perasaan teman gadisnya ini.
Tentu saja, gadis manakah yang tiada merasa rendah diri setelah tahu
wajahnya ini tak sedap dipandang, begitu buruk dan menjijikan seperti wajah nenek!
Kasihan sekali kau Sian Hwa, pikirnya. Akan tetapi mulutnya berkata menghibur,
melihat dan menilai orang dengan kecantikan wajah dan pakaian. Cantik itu hanya
bersifat sementara saja, sementara ia masih mengeluarkan kembang yang harum
dan segar. Kelak jikalau ia sudah rontok dan layu, apakah ia dapat dikatakan cantik"
gapa kau merasa rendah diri dan
malu bertemu dengan manusia" Terimalah keadaan itu sebagaimana adanya.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 130
yoza collection Hilangkan rasa sifat rendah diri dan pertebal akan kepercayaan terhadap dirimu
sendiri. Karena dengan jalan itu merupakan senjata ampuh untuk maju.
ankah kau katakan masih banyak tugas-tugasmu dalam dunia ini"
Membalas kematian gurumu, mencari saudara-saudaramu yang tak tahu kemana
aku sudah mengadu nyawa dengan Jin-tok-siang-lomo, si nenek dan si kakek gila
itu. Akan tetapi Sin Thong, dengan wajahku seperti ini, ah.. . . akan menjadi bahan
Sian Hwa menarik napas panjang. Tak berani lagi ia bercermin di tepi sungai
itu. Teriris-iris rasa hatinya melihat bayangan sebuah wajah yang muncul di air
jernih itu! Mata hari sore dan angin dari seberang sungai mengusap-usap badannya yang
sedang duduk di atas sebuah batu menghadap ke depan sungai. Sin Thong berdiri
didekatnya dengan kaki terangkat ke atas batu, sambil matanya memandang air
sungai yang meriak mengalir tenang jernih. Sunyi sekali suasana di tepi sungai itu.
Matahari senja bersinar lemah di punggung bukit.
Sian Hwa menoleh memandang lelaki pendek di sampingnya. Ia tadi tengah
termenung. Sehingga teguran Sin Thong barusan sangat mengejutkan hatinya. Ia
melihat lelaki cebol temannya ini memandang jauh ke seberang sungai dengan
pandangan sayu.

Pendekar Lengan Buntung Seri 1 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

aku pagi-pagi hendak mengunjungi kota Wie An. Suhu
menyuruhku pergi ke sana mengunjungi kawan baiknya yang akan berulang tahun.
-turut segala. Ngak mau ah, kamu s aku.. . dengan mukaku seperti setan ini, siapakah yang mau menerima
Sin Thong memandang tajam. Kakinya yang terangkat naik di atas batu
Tidak Sian Hwa dengan kehadiranmu bersama-sama denganku justru itu yang
menggirangkan hatiku. Kau tahu, teman suhu bukan saja hendak merayakan ulang
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 131
yoza collection tahun, kabarnya puterinya yang cantik jelita hendak memilih jodoh dan akan
diadakan sayembara panggung terbuka bagi ahli-ahli silat untuk mencoba-coba
kepandaian puteri YokSin Thong tertawa lebar, akan tetapi cuma sebentar kemudian wajahnya
muram, tak tahu Sian Hwa hati tengah terirismanakah yang suka denganku dalam keadaan seperti ini, tubuhku pendek kecil,
akan rupa dan wajah, akan tetapi kenapa sekarang kau begitu pesimis" Kau bilang
padaku jangan rendah diri, malah pertebal kepercayaan pada diri sendiri, karena
dengan jalan itu merupakan senjata ampuh untuk mencapai cita-cita! Kau ini
bagaimana sih, pintar ngajarin orang, akan tetapi kau tidak dapat mengamalkan
Sian Hwa menyindir dan berkata sambil mengulangi kata-kata yang barusan
pernah dikatakan oleh laki-laki cebol ini. Sengaja ia merubah sebagian perkataan
Sin Thong untuk menyerangnya, ia tahu dan menyadari karena tubuhnya yang
pendek dan kecil sudah pasti teman laki-lakinya ini merasa rendah diri.
Jilid 5 ENDENGAR perkataan Sian Hwa, pemuda cebol yang bernama Go Sin
Thong itu merasa terpukul juga oleh kata-kata yang pernah dia
keluarkan untuk menasehati gadis kawannya tadi. Kini kata-kata itu
dipakai untuk menyerang dirinya!!
idak boleh Sian Hwa, akan tetapi dalam mengambil tindakan kita harus berlaku hati-hati dan tidak
semberono, sebaiknya menyelidiki dahulu keadaannya.
mendapat hadiah dan memboyong puterinya Lo Ban Theng" Eh!! kalau berhasil
kalau puterinya Yok- Pendekar Lengan Buntung - Halaman 132
yoza collection gampang, sudahlah Sian Hwa, lihat matahari sudah tenggelam,
sambil melompat turun, kemudian berjalan mengikuti Sin Thong berlari-lari di
sepanjang sungai itu. itu.. . . Aku sering disuruh suhu ke sana untuk mengambil akar obat-obatan. Tentu
saja, sebagai seorang ahli pengobatan seperti suhu, ia kenal baik dengan Yok-ong
Lo Ban Theng, malah sering pula aku bertemu dengan puterinya yang bernama Lo
Siauw Yang. Kepandaian silatnya hebat, mungkin aku sendiri tidak dapat
nomor dua bagiku Sian Hwa, yang terpenting, disamping
kecantikan itu apakah ada rasa kasih sayangnya terhadapku. Itu nomor satu. Cinta,
Mendengar itu Sian Hwa termenung, terkenang pula dia akan Tiang Le, mereka
saling menyinta. Akan tetapi kenapa dia tidak dapat memiliki Tiang Le yang sangat
dia cintai itu?" Malahan bagaimana keadaannya Tiang Le tak tahu dia.
Ingin sekali dia bertemu dengan pemuda itu, sudah lama ia merindukannya,
biar buntung ia masih mencintainya. Tapi apakah Tiang Le masih hidup, Sian Hwa
menjadi kuatir, jangan-jangan Tiang Le sudah diseret air sungai dan tenggelam,
mati?" Ahh, kalau bagitu mana dapat lagi ia bertemu dengannya!! Tidak, seandainya
Tiang Le masih hidup dan melihat wajahnya seperti ini, apakah dia masih
mencintainya" lagi, dia hanya berlari" Di sebelahnya Sin Thong! Pikirannya menerawang jauh, dan
tenggelam dalam lamunannya mengenang Tiang Le!
Demikianlah pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali Sin Thong dan Sian Hwa
meninggalkan dusun. Kwa-sinshe memberi sebuah hadiah yang dititipkan pada
muridnya untuk ulang tahun sahabatnya yang bernama Yok-ong Lo Ban Theng. Ia
sendiri tidak dapat pergi karena ia harus memeriksa seorang pasien yang katanya
kecelakaan di sungai. Oleh sebab itu karena iapun sangat repot sekali, maka muridnyalah yang
diutusnya untuk menghadiri perayaan ulang tahun sahabatnya di kota Wei An,
seratus lie kira-kira jauhnya dari dusun Sian-lian-bun ini. Ia cuma memesan kepada
muridnya: Pendekar Lengan Buntung - Halaman 133
yoza collection -ong locianpwe yang dikenal itu dan sekedar hadiah dariku, kau berikanlah ini. Ingat,
muridku! Kau harus menjaga nama baik gurumu di sana. Jangan berlaku semberono
dan kabarnya disamping perayaan se-jid (ulang tahun) itu kabarnya Yok-ong akan
mengadakan sayembara permainan silat untuk memilih jodoh puterinya. Kalau
murid) akan melaksanakan pesan suhu. Akan tetapi sebetulnya teecu
tertarik akan sayembara permainan silat itu. Apakah suhu mengijinkan untuk teecu
Kwa-sinshe menarik napas panjang. Ia menatap tajam ke arah muridnya ini.
Mata yang tua itu sebentar saja sudah dapat menangkap apa yang terkandung di
hati muridnya. Ia mengerti keadaan muridnya. Biarpun tak pernah muridnya
mengutarakan isi hati kepadanya, namun orang tua yang berpengalaman ini sudah
dapat menerka isi hati si murid.
Sejak dulupun ia sudah tahu bahwa muridnya ini tertarik dengan puteri
sahabatnya. Beberapa kali apabila Sin Thong disuruhnya ke Wei An selalu ia
bercerita tentang puteri itu.
Sekarang, puteri itu hendak dicarikan jodoh dengan seorang pemuda yang
dapat menandingi ilmu sil
-sinshe, Akan tetapi ia mengutus juga Sin Thong!
Ada setengah hari mereka berkuda melakukan perjalanan dengan amat
cepatnya, pada siang hari itu sampailah mereka di kota Wei An, sebuah kota kecil
di sebelah timur Cin-an, di lembah sungai Huang-ho. Tidak berapa jauh, kira-kira
duaratus lie di sebelah utara terdapat sebuah kota yang menjadi pusat wilayah
pemerintahan yang bernama Kotaraja, menjurus ke sebelah timur terdapat lautan
Po-hay. Tidak jauh pula dari tempat ini di sebelah selatan terdapat kota dagang An Hui.
Oleh karena kota Wei An ini begitu strategis letaknya maka tidak heran kalau kota
ini ramai sekali. Karena tempat ini merupakan pelabuhan bagi perahu-perahu yang
mengangkat barang hasil bumi yang hendak dilayarkan ke laut timur.
Sin Thong dan Sian Hwa memasuki kota Wei An. Hari telah siang ketika mereka
memasuki kota itu. Sin Thong yang pendek kecil berpakaian keren sekali. Pedang pemberian
suhunya diselipkan dibalik jubahnya yang lebar. Ia berpakaian seperti seorang
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 134
yoza collection siucay (pelajar), meskipun pemuda ini pendek dan kecil akan tetapi mempunyai
wajah yang cukup tampan. Alisnya tebal berbentuk golok, wajahnya putih halus.
Dan disebelahnya berjalan Sian Hwa menuntun kuda putih, mukanya tertutup
kerudung sutera hitam, sehingga tidak menampakkan wajahnya yang buruk
menakutkan itu. Untuk selamanya, ia selalu memakai kerudung hitam ini. Dengan
demikian orang tak tahu akan cacad wajahnya! Nampak cantik sekali gadis remaja
langsing itu dengan pedang terhias di punggung. Pakaiannya ketat mencetak tubuh
yang langsing. Sin Thong yang sering kali mengunjungi kota ini tak begitu sukar mencari
rumah Yok-ong Lo Ban Theng. Rumah besar yang kini sudah terhias dengan hiasanhiasan kertas dan lampu-lampu yang mentereng dan indah sekali.
Begitu mereka sampai di depan gedung Yok-ong, banyak sekali tamu-tamu
yang berdatangan. Suara musik terdengar sampai ke luar sini. Di depan gedung itu
terdapat sebuah panggung lui-tay (panggung khusus untuk bermain silat), akan
tetapi masih sepi di bagian sana.
Tanpa sungkan lagi Sin Thong mengajak Sian Hwa memasuki halaman rumah
keluarga Lo yang sudah terhias indah itu. Nampak seorang tinggi besar yang
berpakaian seperti seorang pembesar berdiri menyambut tamu-tamunya. Pada
saat Sin Thong berhadapan dengannya, dia menjura memberi hormat dan berkata:
-ong, siauwte Go Sin Thong menghaturkan hormat dan selamat ulang
tahun kepada Lo Yok-ong, semoga
tua itu tertawa senang melihat kedatangan anak muda yang dikenalnya ini.
-ong, suhu berhalangan datang dan mengirim salam selamat untuk
Lo Yokraja pengobatan ini.
-antaran segala!! Terima kasih.. . . terima kasih, sampaikan
salam hormatku untuk gurumu Sin Thong. Eeh, siapa nona i
tamu mengantarkan Sian Hwa ke ruangan tamu yang disediakan khusus untuk
tamu-tamu wanita. Sedangkan Sin Thong duduk di dekatnya Yok-ong Lo Ban Theng. Waktu
pandangannya terbentur dengan seorang gadis cantik, berpakaian kembangkembang merah bergaris-garis biru, hatinya Sin Thong jadi berdebar-debar.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 135
yoza collection Itulah dia puteri dari Yok-ong yang bernama Lo Siauw Yang. Cantik sekali gadis
yang berpakaian kembang-kembang merah itu.
Banyak sekali tamu-tamu yang berdatangan, di antaranya juga hadir pembesar
setempat dan tokoh-tokoh kang-ouw.
Mereka ini sengaja datang dari berbagai tempat untuk ikut memberi hormat
dan merayakan hari ulang tahun yang kelimapuluhnya Yok-ong Lo Ban Theng,
Tamu-tamu itu terdiri dari berbagai orang, misalnya seperti orang perautauan,
pertapa, pelajar, guru silat dan banyak pula yang lagaknya seperti pendekar silat
dan ada pula beberapa wanita, tetapi mereka itu adalah ahli-ahli silat terkenal.
Itu semua tidak heran, karena tokoh-tokoh kang-ouw manakah yang tidak
mengenal Yok-ong Lo Ban Theng yang namanya sudah tersohor sejak puluhan
tahun yang lalu. Orangtua she Lo ini, di samping terkenal sebagai ahli pengobatan
sehingga mendapat gelar Yok-ong (raja obat), dia juga terkenal pula sebagai
seorang pendekar tua yang terkenal kepandaian ilmu silatnya.
Pada waktu orang tua she Lo itu masih muda, entah berapa banyak kali ia
sudah malang melintang di dunia Bulim, membasmi kaum pemberontak,
menghancurkan sarang bajak laut di lautan Po-hay, dan karena sifat kependekaran
yang berjiwa satria inilah sehingga keturunan obat she Lo dikenal di daratan
Tiongkok, sampai ke dunia Barat.
Tentu saja di samping handai tolan, sanak famili, pembesar-pembesar
undangan, di antara mereka kebanyakan adalah orang kang-ouw biasa, terdapat
juga Hok-kian Sin-hauw Bi Goan, harimau sakti dari Hok-kian, Hak-san tayhiap Ong
Kwi si pendekar dari Hak-san dan Kong Jin Kek yang berjuluk orang si Dewa Arak
atau Ciu-sian. Mereka bertiga ini telah mendapat nama pula di dunia kang-ouw.
Terkenal sebagai pendekar-pendekar sejati yang membela kebenaran.
Juga disamping itu hadir juga Wakil-wakil dari cabang-cabang Siauw-lim-pay,
Bu-tong-pay, dan Hoa-san-pay. Mereka ini, para locianpwe kaum tua gagah yang
telah berusia sekitar setengah abad itu duduk di tempat kehormatan yang
disediakan oleh tuan rumah.
Akan tetapi yang menarik perhatian para tamu dan tuan rumah adalah
kedatangan Sin Thong dan Sian Hwa yang berkerudung hitam. Sebagai orang-orang
tua yang banyak malang melintang di dunia kang-ouw, mereka juga mendengar
akan perkumpulan hitam yang bernama Sian-li-pay (perkumpulan bidadari) yang
kesemuanya terdiri dari kaum wanita muda berkerudung hitam. Entah apakah gadis
yang bersama-sama laki cebol itu adalah salah seorang anggota Sian-li-pay, mau
apa dia" Demikian banyak tamu yang menaruh curiga!
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 136
yoza collection Akan tetapi, karena Sian Hwa sendiri tidak mengetahui hati mereka yang diamdiam menaruh curiga, maka iapun tidak ambil perduli dan acuh tak acuh. Meskipun
dari pandangan matanya ia dapat melihat sikap orang-orang yang tertuju
kepadanya, namun karena tidak mengerti ia tenang-tenang saja.
Duduk di bagian kaum wanita muda ia mengawasi tamu-tamu yang
berdatangan itu. Banyak juga memang tamu-tamu yang berdatangan, sehingga
taman bunga gedung keluarga raja obat Lo penuh dengan tamu-tamu yang duduk
mengelilingi meja, kurang lebih ada duaratus orang tamu yang telah berkumpul di
situ! Pada saat itu terdengar sapaan-sapaan hormat dari para penyambut tamu di
depan ketika tiga orang tua memasuki halaman taman. Yok-ong Lo Ban Theng
melirik dan terkejut ia melihat kedatangan tiga orang itu.
Satu seorang tua, akan tetapi tampak gagah dan keren berpakaian seorang
jenderal dengan tanda pangkat mentereng di pundak, tahulah Yok-ong bahwa yang
datang itu adalah Bong-goanswe, dan Hok Losu, orang tua dari Siauw-lim-pay dan
yang satunya lagi, sebaya dengan Bong-goanswe adalah Leng Ek Cu, tokoh Kongthong-pay yang telah dikenalnya.
-kiam enghiong (situa jago pedang she Lo), kenapa tidak
menyambut kedatangan kami" Mana Yok-ong Lo-kiam-enghiong.. . . ! Ha ha, selamat
ulang tahun.. . kiong-hie.. kiong-goanswe mengangkat ke dua tangannya
menjura dengan hormat ke arah tuan rumah yang datang menyambut"
Siauw-lim dan sahabat Leng Ek Cu dari Kong-ong Lo Ban Theng menyambutnya dengan hormat. Ia
tahu siapa orang-orang ini. Orang kepercayaan kaisar dari Kotaraja!
-kiam-enghiong.. . . kabarnya kau hendak mengadakan sayembara untuk
duduk. -ong Lo Ban Theng menyahut perlahan.
-lim-pay tertawa. Suara yang bebas dan besar ini menarik perhatian para tamu-tamunya. Aneh
kedengarannya, masa seorang hwesio suci berbicara sekeras itu" Akan tetapi
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 137
yoza collection tentunya mereka tidak berani menegur, karena mengenal Hok Losu, hwesio dari
Siauw-lim yang luar biasa kepandaiannya!
Sian Hwa melihat pula kedatangan jenderal Bong itu. Diam-diam ia mengagumi
akan wibawa si raja obat she Lo ini, sampai-sampai jenderal dari Kotaraja turut
datang. Hebat! Setelah semua tamu lengkap jumlahnya kecuali beberapa orang yang tidak
dapat datang Yok-ong Lo Ban Theng berdiri di tengah-tengah ruangan itu sambil
mengangkat tangan memberi hormat ke sekeliling kemudian membuat sambutan
singkat: saudara-saudara yang terhormat. Saya menghaturkan banyak terima kasih atas
kesediaan saudara-saudara yang telah meringankan kaki datang ke tempat ini guna
menghadiri dari perayaan se-jid (ulang tahun) saya yang kelimapuluh.
-saudara mendapat berkah yang berkelimpahan dari
Thian (Tuhan). Dan maafkanlah kiranya perjamuan ini kurang lengkap dan amat
sederhana sekali dan maafkan pula jika penyambutan-penyambutan kami kurang
memuaskan cuwi (saudaraKemudian pesta dimulai dengan ramai dan gembira. Hidangan-hidangan lezat
dan minuman-minuman dikeluarkan oleh para pelayan. Hingar bingar sekali
suasana di tempat ini. Tiba-tiba, di tengah-tengah pesta seorang yang duduk di bagian kaum muda
-enghioag, siaute yang muda dan bodoh ini mendengar
desas desus kabarnya pada hari se-jid Lo-enghiong akan diadakan sayembara
Semua para hadirin melirik dan memandang kagum melihat seorang pemuda
yang demikian tampan dan mantap dalam berkata-kata tadi. Orang muda itu masih
sangat muda, berusia sekitar sembilanbelas tahun. Kulit mukanya putih kemerahan
seperti wanita. Berpakaian warna biru, gerak-geriknya halus.
Pemuda tadi berkata-kata sambil memegang kipas hitam di tangannya
mengebas-ngebaskan tubuhnya yang seperti orang kepanasan. Tertarik sekali tuan
rumah melihat tamu muda yang tampan dan berani mengeluarkan pendapat tadi.
Entah siapakah orang muda itu"
Yok-ong Lo Ban Theng berdiri. Ke empat penjuru ia memberi hormat agak
membungk -tuan sekalian), benarlah seperti
kata-kata orang muda baju biru tadi. Memang di samping hari baikku ini, saja yang
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 138
yoza collection tua berkenan untuk mengadakan sayembara pertunjukan silat, sekalian untuk
mencari jodoh bagi puteriku
Orang tua itu menunjuk ke arah puterinya. Siauw Yang berdiri memberi hormat.
Mengangguk perlahan. Melihat gadis ini, banyak kaum muda tertarik akan
kecantikan puteri Lo Ban Theng ini, diam-diam mereka hendak mengikuti
sayembara ini. Siapa tahu!
-syarat untuk mengikuti sayembara adalah sebagai berikut: Seorang
pemuda, tidak lebih dari tigapuluh tahun usianya, belum mempunyai istri dan
mempunyai kepandaian silat. Bagi siapa yang berminat mengikuti sayembara ini,
sambungnya: diuji melawan tiga orang pelayanku yang bernama Sam-hauw-swat-cu-eng (tiga
harimau mustika salju). Apabila dapat mengalahkan ke tiga pembantuku itu, maka
puteriku yang bodoh berkenan mengujinya!! Nah itulah syarat-ong pinter sekali
memilih mantu, menarik sekali acara ini, sayangnya aku sudah tua dan tentunya
yang sudah tua ini. Tetapi saja persilahkan para locianpwee di sini untuk menjadi


Pendekar Lengan Buntung Seri 1 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

-san tayhiap Ong Kwie sambil melirik
ke arah kaum muda yang sudah gatal tangan hendak memamerkan kepandaiannya.
Yokdiperkenankan maju hanyalah orang muda yang tidak lebih tigapuluh tahun
ada semua tamu bahwa pertunjukan akan segera dimulai. Semua mata para tamu tertuju ke arah panggung
terbuka yang memang sejak tadi sudah disiapkan di tengah-tengah taman bunga
yang berbentuk segi empat luasnya.
Sebagai acara pembukaan, putri Yok-ong Lo Ban Theng yang bernama Lo Siauw
Yang meloncat ke atas panggung dengan gerakan ringan dan indah. Tepuk tangan
para hadirin menyambut berkelebat bayangan merah berkembang. Ternyata Siauw
Yang sudah berada di atas panggung dan dengan mengangguk tiga kali sebagai
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 139
yoza collection penghormatan untuk para tamu, kemudian dengan gerakan yang cepat dan mantap
ia sudah memainkan jurus-jurus ilmu pedang dari keturunan Yok-ong Lo Ban Theng.
Cepat sekali gerakan-gerakan gadis ini sehingga bagi para tamu yang
berkepandaian yang tidak tinggi hanya melihat sebuah bayangan merah
berkelebat-kelebat di antara gulungan sinar perak. Cuma sebentar Siauw Yang
memainkan ilmu pedangnya, hanya jurus-jurus kembangnya saja.
Kemudian ia menghentikan permainannya dan setelah memberi hormat
dengan membungkukan badan tiga kali ia mencelat ke bawah dengan gerakan ikan
lele meloncat di air, maka untuk yang terakhir nampak tiga kali bayangan merah
meletik dari atas panggung berpok-say dan tahu-tahu tubuh gadis itu telah berdiri
di samping ayahnya, Yok-ong Lo Ban Theng.
Terdengar lagi suara tamu-tamu memuji.
Hening untuk seketika. Pandangan mata tertuju ke arah panggung
mengharapkan seorang yang meloncat ke arena memamerkan kepandaiannya.
Tentu saja setelah gadis Siauw Yang memamerkan ilmu pedangnya, banyak hati
orang muda yang tadinya hendak mencoba-coba kini menjadi ciut nyalinya. Diam
menanti reaksi dari yang lain.
Ada sekitar lima menit. Tiba-tiba dari ruangan tengah mendatangi seorang lakilaki tinggi kurus berusia sekitar duapuluh lima tahun dan dengan langkah lebar ia
menghampiri lui-tay dan meloncat ke atas. Terdengar sambutan dari para tamu.
kebodohan sendiri, harap para cuwi (tuan-tuan sekalian) tidak mentertawakan
berkata demikian pemuda tinggi kurus yang
memperkenalkan diri dengan nama Ho Siang mengeluarkan sebuah suling
berwarna hitam. Suling ini panjangnya ada sekitar dua kaki.
Orang-orang yang melihat pemuda itu mengeluarkan suling hitam, ada yang
tertawa-tawa, malah ada yang mengejek. Untuk apa pemuda tinggi kurus itu
mengeluarkan suling, hendak bermain musik" Akan tetapi pandangan mereka tetap
tertuju ke atas lui-tay dan memperhatikan pemuda tinggi kurus itu.
ecil saya doyan sekali main
suling dan ini merupakan hobby saya, maka saja hendak mempertunjukkan kepada
tubuh sulingnya ke dekat bibir. Akan tetapi baru saja ia hendak meniup, terdengar
suara tertawa keras. Pemuda itu menurunkan lagi sulingnya dan menengok. Ia mengerutkan kening
begitu dilihatnya yang mentertawakannya tadi adalah seorang pemuda tampan
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 140
yoza collection berbaju biru dan memegang kipas hitam, mengibas-ngibaskan kipasnya, seperti
orang kegerahan. hitamnya. Pemuda baju biru tertawa. Bibirnya yang kecil itu menarik sekali waktu tertawa
seperti itu. Diam-diam para tamu yang melihat pemuda tampan baju biru itu tertarik
kagum. Siauw Yang berdebar-debar hatinya. Entah mengapa ia merasa kagum dan
simpati kepada pemuda tampan baju biru itu.
Si pemuda tampan baju biru berdiri. Senyumnya yang mengejek itu
-tay (panggung tempat bermain silat) bukannya
tempat memamerkan kepandaian meniup suling, mengapa kau begitu sinting untuk
tidak melarang" Lihat semua para hadirin sudah mengutuk
kesintinganmu. Masa bukan mempertunjukan ilmu silat eh, kau bermain suling di
ng itu mendelik hendak menelan pemuda tampan ini. Diam-diam ia merasa heran mana
ada pemuda demikian tampan, alisnya, matanya, bibirnya yang kecil bagus. Hemm,
sangat tampan memang! Heran sekali dia mengapa melihat pemuda tampan ini hatinya begitu gemas!
Hemm, melihat wajah tampan itu. Tak rela ia, Biasanya pemuda yang seperti ini,
tentu ceriwis dan suka godain perempuan. Merayu perempuan!
Melihat dua orang muda ini sudah saling bertengkar mulut, Yok-ong Lo Ban
tuan muda baju biru itu bahwa lui-thay disediakan untuk mereka yang mengerti
menuruni panggung. Orang-orang muda mentertawakan kesintingan pemuda kurus
itu. Pendekar Lengan Buntung - Halaman 141
yoza collection Malah pemuda baju biru berkata pe
kataku, kalau mau ngamen (mempertunjukkan) permainan suling bututmu, di pasar
saja, banyak saja yang tonton dan nasib mujur ada yang melempar uang kepadamu.
Ho Siang menoleh. Gemas sekali ia sama mulut pemuda tampan ini, kepingin
sekali ia mencubit bibir yang menggemaskan itu. Sayang di muka umum. Awas kau
nanti, kucubit bibirmu yang lemes itu! Akan tetapi ia diam saja dan duduk di tempat
semula. Sian Hwa yang duduk tidak jauh dari Sin Thong memandang dan melemparkan
pandangannya ke panggung memberi isyarat untuk pemuda itu maju ke muka.
Akan tetapi Go Sin Thong memberi isyarat pula menggelengkan kepalanya. Ia
melirik ke arah Siauw Yang.
bersambat Sin Thong menerima senyum itu. Sebetulnya ingin sekali ia mencobacoba kepandaian gadis ini, namun segan terhadap orang tuanya!
Ia masih memberikan kesempatan itu kepada tamu-tamu lain!
Baru saja tuan rumah Yok-ong Lo Ban Theng hendak membuka suara, tiba-tiba
dari luar mendatangi serombongan tamu baru yang jalan terdepan adalah seorang
kakek-kakek setengah tua bersorban merah di atas kepala, berusia kurang lebih
empatpuluh tahun. Tubuhnya tinggi tegap.
Begitu masuk ia berkata keras,
-enghiong melupakan kami,
Semua orang menengok, dan Yok-ong Lo Ban Theng memandang agak tidak
lalu membawa berempat ke ruang yang
masih kosong. Begitu orang setengah tua bersorban merah itu melihat Bong-goanswe ia
tidak ketinggalan di sini, eh, Hok Losuhu dan Leng sicu juga hadir. Wah pesta meriah
goanswe yang mulanya dikenal sebagai Bong Bong Sianjin.
- Antara para tamu yang tidak mengambil perhatian di antara atas percakapan
orang itu adalah sepasang mata di balik kerudung sutera hitam yang memandang
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 142
yoza collection terbelalak mengeluarkan sinar api. Ini tampangnya pembunuh suhu, Bong Bong
Sianjin dan itu yang bersorban merah adalah Te-thian Lomo.
Hm, kebetulan sekali, pikir Sian Hwa. Ingin sekali ia menerjang musuh besarnya
itu, akan tetapi mengingat tuan rumah yang tengah berulang tahun. Tak mau ia
membuat kacau tempat pesta orang tua she Lo itu.
Setelah menuang arak dan menawarkan makan untuk tamu-tamu barunya itu,
Yok-ong Lo Ban Theng kembali ke atas panggung dan mempersilahkan tamu
mudanya untuk memperlihatkan sedikit kepandaian.
Baru saja habis tuan rumah berbicara dan hendak melompat turun, tiba-tiba
berkelebat sesosok bayangan putih dan tahu-tahu di atas panggung itu telah berdiri
seorang pemuda yang terus menjura kepada tuan rumah sambil katanya:
YokKemudian ia melompat turun dan memberi kesempatan kepada orang yang
baru datang itu. Orang itu adalah seorang pemuda yang berusia tigapuluh tahun,
wajahnya merah seperti udang rebus, sepasang tangannya mengeluarkan otot-otot
yang kuat, dadanya bidang akan tetapi tidak dapat dikatakan tampan karena
hidungnya yang besar dan bibirnya yang tebal keras itu. Alisnya lebat keren,
rambutnya tertutup oleh topi yang terbuat dari kain putih pula, sebelum dia berkata
pemuda itu melemparkan senyum ke arah Siauw Yang yang menerimanya tanpa
memberi reaksi. menunju dengan tangan kosong. Gerakannya mantap, tenaganya mendatangkan angin
menandakan tenaga yang besar.
Dilihat dari sepintas, gerakan tangan kosong pemuda itu mirip dengan ilmu silat
cabang Go-bi-pay, hanya gerakan-gerakan kaki itu yang masih nampak kaku dan
menggunakan jurus-jurus menendang. Padahal ilmu silat Go-bi-pay tidak
dikhususkan ilmu tendangan berantai, akan tetapi pemuda baju putih ini selalu
menekankan pada gerakan menendang!
Sorak sorai tepuk tangan para hadirin menyambut pemuda itu bersilat. Akan
Yok-ong Lo Ban Theng yang bermata tajam itu dapat melihat betapa gerakangerakan pemuda Tiat Hauw itu masih mentah, meskipun kalau dilihat sepintas
cukup baik. Ia tersenyum lebar dan memberi isyarat kepada salah seorang dari
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 143
yoza collection Sam-hauw-swat-cu-eng yang bernama Lie Bun Ceng. Orang ketiga dari Harimau
Mustika Salju. Lie Bun Ceng ini terkenal ilmu silat tangan kosong yang bsrsumber dari cabang
Jiu-jit-siu dan digabung dengan ilmu silat peninggalan Yok-ong Sauw Lee, kakek
dari Yok-ong Lo Ban Theng ini yang bernama ilmu silat Swat-cu-kiam-hoat atau
ilmu pedang mustika salju yang terkenal ini.
Kemudian Lie Bun Ceng menghampiri Tiat Hauw yang digelar si Lengan Besi
sa dengan tangan kosong LoTiat Hauw sicu, majulah dan perlihatkan kepandaianmu!!
berjuluk si Lengan Besi mengirim jotosan ke arah Lie Bun Ceng dengan gerak tipu
Pay-san-to-hay (Menolak Gunung Mengeruk Laut), sebuah pukulan yang
mengeluarkan tenaga besar. Tangan yang berotot itu menyambar ke arah perut Lie
Bun Ceng. Tentu saja orang tua she Lie tidak mau perutnya menjadi sasaran jotosan
pemuda yang terkenal dengan julukan Si Lengan Besi, ia tahu kalau membiarkan
perutnya itu dijotos tangan berotot itu akan berantakan usus-ususnya, maka sebab
bergerak cepat menggunakan tipu Jiu-jit-su menangkap lengan itu, akan tetapi Tiat Hauw menarik
lengannya, dan kini berganti dangan tendangan menyusul.
Tiat Hauw berseru keras, kakinya yang besar itu berganti-ganti menendang
dengan tendangan beruntun. Melihat bahwa tendangan lawannya ini masih lemah
dan nampaknya hanya luarnya saja ganas akan tetapi lemah pertahanannya, Lie
Bun Ceng membiarkan tubuhnya terhantam kaki kiri Tiat Hauw.
Tiat Hauw girang sekali melihat lawannya tidak menangkis tendangannya ini
s Akan tetapi, terdengar Tiat Hauw menjerit kaget dan tahu-tahu kakinya dijepit
oleh sepasang tangan yang amat kuat, dan tanpa dapat dihindarkan lagi, waktu
tangan itu bergerak mengangkat tubuh Tiat Hauw terjengkang terpelanting ke
belakang dengan amat kuatnya. Tentu saja Tiat Hauw menjadi heran, gerakan apa
itu demikian kuat dan yang telah berhasil menjepit tendangannya!
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 144
yoza collection Ternyata Lie Bun Ceng dalam gebrakan ketiga itu telah menggunakan ilmu
tangkapnya yang disebut Jiu-jit-su. Memang ini khusus menangkap dan
membanting. Inilah keistimewaan Lie Bun Ceng orang tua ketiga dari tiga harimau
mustika salju. Sambil meringis karena tulang kakinya patah, Tiat Hauw menjura kepada tuan
rumah dan tanpa bilang apa-apa lagi ia berkelebat lenyap di tempat itu.
Akan tetapi bersamaan dengan perginya Lengan Besi Tiat Hauw, tiba-tiba
seorang perajurit kerajaan memasuki tempat itu dan berkata,
-enghiong, permisi kami hendak bertemu dengan Goanswe dari
Yok-ong Lo Ban Theng tersenyum ramah dan mempersilahkan perajurit itu bertemu
dengan Bong-goanswe. -goanswe bertanya keren dan mengerutkan
keningnya tidak senang. Tatapan matanya tajam memandang perajurit dari kotaraja
itu. Dia kenal dengan perajurit ini. Akan tetapi ia merasa lebih tinggi tingkatnya itu,
tidak memperlihatkan muka yang bersahabat kepada bawahannya ini.
Perajurit itu menghormat m
-ling, melaporkan kepada Goanswe bahwa Nguyen-loya
telah terbunuh oleh seorang gadis kang-ouw yang menamakan dirinya Kwan-im
Sianli. Gadis muda itu mengacau Siauw-ling dan membunuh pula Nguyen kongcu
itu melapor. Yok-ong Lo Ban Theng Bong-goanswe berdiri dan mengangkat tangannya menjura diikuti dengan Hok
-kiam-enghiong, maafkan kami tak dapat berlama disini,
terima kasih untuk hidangan dan samb
-ling, lain kali kami mampir ke sini dan ngobrol sepuaspuasnya dengan kau orang tua. Sekarang permisi dulu Lo-kiamPendekar Lengan Buntung - Halaman 145
yoza collection sambil menjura melepaskan ke tiga tamunya pergi.
ok-ong Lo Ban Theng Maka berangkatlah ke tiga orang tua itu menuju ke Siauw-ling.
Seperti telah diceritakan di bagian depan, Bong-goanswe bertemu dengan Bwe
Hwa dan Liok Kong In, dan karena hebatnya ilmu pukulannya yang disebut huithian-jip-te, Bwe Hwa dan Kong In tidak dapat menghindarkan pukulan yang
dahsyat itu dan mereka berdua terlempar ke dalam jurang yang curam dan tidak
kelihatan dasarnya. Setelah memukul kedua orang muda itu, muncullah Sian Hwa, gadis ini melihat
musuh besarnya yang bernama Bong Bong Sianjin itu meninggalkan gedung Yokong Lo Ban Theng, dengan diam-diam iapun menyelinap pergi dan mengikuti Bonggoanswe ini.
Akan tetapi sangat disayangkan dia terlambat sampai di hutan itu dan melihat
suci dan suhengnya Bwe Hwa dan Kong In terlempar ke jurang, maka dengan
kebencian yang amat hebat, Sian Hwa menerjang Bong Bong Sianjin dan karena
kepandaian musuh besarnya ini jauh di atas tingkat kepandaiannya, maka iapun
ditawan oleh ketiga orang tua aneh ini untuk dibawa ke pulau bidadari!
ooOOoo Kita kembali ke gedung Yok-ong tengah mengadakan sayembara pertunjukan
silat untuk mencari jodoh bagi puterinya yang bernama Lo Siauw Yang. Setelah Tiat
Hauw si lengan besi itu telah dibikin keok oleh Bun Ceng orang ketiga dari pembantu
Yok-ong yang berjuluk Sam-hauw-swat-cu-eng (Tiga harimau mustika salju), maka
panggung itu kembali kosong dan para tamu menanti-nanti peserta lain yang belum
menampakkan dirinya. Sebetulnya banyak sekali para pemuda yang berhasrat mengikuti sayembara
ini, akan tetapi mengingat kepandaian mereka masih jauh dan belum memenuhi
syarat, maka banyak mereka yang menarik kembali hasratnya itu dan menanti saja
dengan hati tertarik, menonton!
Yok-ong Lo Ban Theng juga kecewa melihat keadaan ini. Ternyata dari sekian
banyak pemuda yang hadir, sedikit sekali yang menaruh minat. Diam-diam ia yang
sudah menaruh simpati kepada pemuda tampan baju biru. Matanya yang tajam
dapat melihat akan isi anak muda itu. Berkali-kali ia melirik.
Dan Siauw Yang juga mengharapkan munculnya pemuda tampan ini. Ia percaya
tentu pemuda tampan ini mempunyai simpanan yang boleh juga. Kalau tidak
masakan ia berani menonjolkan diri berkali-kali malah pernah menegur pula
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 146
yoza collection seorang pemuda yang bernama Ho Siang itu yang semulanya pemuda itu hendak
memamerkan kepandaiannya meniup suling, bukan main silat!
Go Sin Thong tak sabar lagi. Ia benar tertarik sekali dengan gadis puteri Yokong ini. Beberapa kali ia melirik ke arah Siauw Yang, beberapa kali itu pula
dirasakannya dadanya berdebar aneh. Bergejolak riang dan penuh bahagia.
Melihat bahwa tidak ada lagi kaum muda yang meloncat ke panggung maka
dengan dada berdebar dan tegang, Sin Thong berdiri dan meloncat ke atas
panggung itu! Tepuk tangan menyambut munculnya seorang pemuda kecil dan
tampan itu. Yok-ong mengerutkan alisnya. Sam-hauw-swat-cu-eng memandang heran.
Ketiga orang tua pembantu Yok-ong ini mengenal siapa si cebol itu. Akan tetapi
mereka menjadi heran sekali melihat Sin Thong juga berkenan dalam pemilihan ini.
Sin Thong yang telah berada di atas panggung itu pertama-tama menjura
-ong, perkenankan siaute Walaupun hatinya tak senang dan heran, Yok-ong mengangguk. Tentu saja
orang tua ini merasa heran dan mengapa Sin Thong yang dikenalnya baik sebagai
murid sahabat baiknya Kwa Shinse bermaksud pula dalam pemilihan jodoh ini"
Tak mengerti ia, dan yang aneh, secara diam-diam hati orang tua ini tidak rela
anaknya berjodoh dengan Sin Thong, pemuda kecil pendek! Dan ia akan
mengusahakan untuk mengalahkan Sin Thong.
Sin Thong bersilat dengan tangan kosong. Gerakan-gerakannya lincah dan
mantap. Ia sengaja bersilat tidak lama karena ia pikir tidak perlu mempertunjukkan
silatnya di muka umum. Ada sekitar limabelas menit.
Ia menyudahi permainannya dan mengangguk kepada Yok-ong Lo Ban Theng.
Orang tua itu menoleh kepada pembantunya, salah seorang dari Sam-hauw-swatcu-eng yang kali ini orang pertama dari tiga harimau dari mustika salju itu yang


Pendekar Lengan Buntung Seri 1 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menghadapi pemuda cebol untuk mengujinya.
Kali ini yang naik ke atas panggung sebagai pengujinya adalah Bong Kek Cu,
terkenal dengan permainan toya besinya dari cabang Siauw-lim-pay. Bong Kek Cu
ini berusia hampir empatpuluh tahun, sebagai pembantu pertama dari Yok-ong Lo
Ban Theng, ilmu toyanya sudah dikenal. Oleh sebab itulah Yok-ong sekarang
mengajukan jagoan-jagoan yang berwatak keras dan berangasan ini!
-datang Bong Kek Cu menegur dengan perkataan yang kasar dan tanpa embel-embel sebagaimana
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 147
yoza collection orang hendak berlatih atau mengujinya. Toyanya yang besar itu sudah diputarputar mengeluarkan suara mengaung saking kerasnya toya itu menyabet angin.
Melihat bahwa pengujinya ini datang-datang membawa tongkat besi yang
disebut toya itu, Sin Thong juga tidak mau berlaku sungkan lagi dan dari balik
bajunya ia telah meloloskan pedangnya yang berbentuk melengkung seperti
samurai. Melihat pedang panjang melengkung ini diam-diam para hadirin
tersenyum geli. Pemuda cebol ini menggelikan sekali. Mana ada pedang yang bentuknya seperti
itu" Tentu saja mereka tidak tahu. Pedang yang dipegang oleh Sin Thong adalah
pedang pusaka yang disebut samurai!
Memang inilah yang diwariskan oleh suhunya Kwa-sinshe, ilmu silat yang
bersumber dari negeri Jepang ini pernah diterima oleh suhunya dari seorang bajak
laut Jepang yang pernah menguasai laut Po-hay, dan pada suatu hari bajak laut itu
sakit payah dan bertemu dengan Kwa-sinshe dan tertolong nyawanya.
Merasa bahwa bajak laut Jepang itu berhutang budi dengan orang she Kwa
maka sejak saat itu, Kwa-sinshe menjadi sahabatnya dan mendapat ilmu silat dari
Jepang yang bernama: Karate-do dan ilmu pedang yang disebut samurai!
Tak heran kalau sekarang Sin Thong mengeluarkan pedang samurai pemberian
suhunya itu. Pedang itu panjang dan melengkung. Dari sampingnya berkilat-kilat
akan ketajaman pedang samurai yang tertimpah cahaya lampu.
Thong merendah membongkokkan dirinya seperti seorang samurai Jepang yang
hendak memulai pertandingan.
Toya yang beratnya limaratus kati itu menyambar mengemplang kepala Sin
Thong. Melihat bahwa kakek Bong Kek Cu ini tidak sabaran dan datang-datang terus
mengemplang. Sin Thong mengelak dari sambaran toya di atas kepalanya dengan
menundukkan sedikit kepala. Toya lewat di atas kepalanya mengeluarkan suara
mengaung yang menggeletar.
Kaget sekali pemuda cebol itu, tahulah ia bahwa kakek Bong Kek Cu ini adalah
seorang ahli gwakang (tenaga luar). Sambil menundukkan kepala, pedang samurai
pedang samurai lewat di kaki Bong Kek Cu ketika kakek ini mencelat
menghindarkan sabetan pedang samurai.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 148
yoza collection kini berhadapan. Bong Kek Cu memegang toyanya yang besar dan berat itu dengan
ke dua tangan dimiringkan ke kiri, sedangkan sama seperti kakek itu memegang
toyanya, pemuda cebol itu memegang gagang samurainya dengan ke dua tangan
erat-erat. Inilah cara Sin Thong memegang samurainya. Matanya menatap tajam ke arah
Bong Kek Cu. Bong Kek Cu menggeser kedudukan kuda-kudanya dengan maju selangkah ke
depan, kaki kiri di belakang. Toyanya yang besar bergoyang-goyang. Sebentar kaki
miring-miring ke kanan. Tibasekali menyabet ke kiri dan walaupun lambat gerakan itu namun penuh bertenaga.
Suaranya yang besar itu mengejutkan para hadirin.
Memang sedemikianlah cara pemuda cebol ini bersilat, lalu jurus-jurus pertama
disertai jeritan yang menghentakkan lawan. Tentu saja kakek Bong Kek Cu sudah
mengenal pemuda cebol ini, tahu bahwa lawannya menggunakan jurus-jurus ilmu
silat dari Jepang. Maka begitu saja samurai menyambar ia segera meloncat
menekankan toyanya ke tanah membuat tenaga mendorong tahu-tahu tubuhnya
sudah berputaran di atas dengan toya tertekan ke bawah. Menangkis samurai Sin
Thong. tangan pemuda kecil pendek. Terkejut sekali Sin Thong ketika pedang samurainya
bertemu dengan toya, si kakek Bong Kek Cu hampir saja terlepas pedang
samurainya kalau tidak cepat-sepat ia mengerahkan tenaga pada ke dua lengannya
yang kini terasa nyeri. kiri di dorong ke depan dengan maksud memukul pemuda itu dengan jarak jauh.
Sin Thong yang tahu akan kehebatan lawan pengujinya ini tidak berani ia
beradu tenaga dengan cepat dan lincah ia sudah mengelak dari sambaran pukulan
itu! Terasa angin pukulan membuat ia terhuyung-huyung saking kerasnya pukulan
jarak jauh dari si kakek Bong Ek Cu itu.
-tiba terdengar suara dari para tamu yang duduk di
tengah. Orang-orang menoleh dan heran ia melihat yang bicara itu adalah pemuda
guji calon mantu mengapa harus mengadu kepandaian di atas tajamnya mata pedang"
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 149
yoza collection kosong atau dengan senjata suling sepertiku ini" Mengapa pula harus
mengeluarkan toya bau dan pedang bengkung pemotong babi"
Sin Thong menoleh ke arah pemuda yang bicara itu.
Bong Kek Cu juga mendelik.
menegur. Dari atas panggung itu Sin Thong memandang orang muda tinggi kurus
ini tak mengerti. bermain-main pedang seperti penjagal babi dan orang yang membawa-bawa
pentungan seperti centeng yang menggagahi dirinya sok pandai. Senjata yang baik
kurus mengacungkan suling hitamnya dan tertawa lebar.
Merah muka Bong Kek Cu disindir toyanya sebagai pentungan centeng. Berani
usulkan supaya penilaian mencari mantu ini tidak menggunakan ketajaman pedang.
Mata pedang tidak bermata, bagaimana kalau sayembara ini membawa jiwa
tengah-tengah dan begitu orang-orang menengok, mereka tersenyum melihat
ngan dengan senjata tidak adil,
sebaiknya diganti dengan ilmu silat tangan kosong saja, bagaimana LoYok-ong Lo Ban Theng tersenyum.
uda kurus itu baik sekali, sekarang biarlah
samurainya ke balik jubahnya dan menanti reaksi dari lawannya ini. Tentu saja bagi
Sin Thong ia lebih suka menghadapi lawannya ini dengan tangan kosong.
menandingi bocah cebol ini, dan setelah itu aku mengundang pemuda baju biru
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 150
yoza collection mang diundang kenapa aku tidak terima, eeeh kakek
toya centeng, beresin dulu pemuda kate itu. Kalau kau tidak mampu mengalahkan
itu, eeh bocah cebol, Akan tetapi Bong Kek Cu yang sudah dibuat jengkel oleh pemuda tampan baju
Bong Kek Cu yang telah menjadi marah sekali mengirim pukulan menyerang
dengan jari-jari tangan terbuka. Inilah cakar setan yang pernah ia warisi dari
seorang pertapa di Go-bi-pay beberapa waktu yang lalu.
Saking marahnya ia punya cakar setan itu sudah dikeluarkan tanpa
memandang lagi akan siapa yang di hadapinya. Akan tetapi biarpun serangan
dengan jari-jari tangan terbuka ini hebat, namun Sin Thong dapat mengelak dengan
serangan yang tak kalah hebatnya.
apak tangan kanan dimiringkan, sedangkan tangan kiri ditekuk segi tiga di depan dada. Inilah
serangan Karate yang hebat luar biasa.
-goyang, terhantam pukulan tangan
telapak miring dari pemuda cebol ini. Saking kerasnya telapak tangan yang
menggunakan jurus Karate itu membuat Bong Kek Cu yang memandang lawan
enteng tadi terperanjat dan terasa sakit pada jari-jari tangannya yang tadi
dipakainya mencengkeram. Bong Kek Cu meringis. akan tetapi dia tidak jadi mundur malahan memasang kuda-kudanya
dengan kakinya ditarik ke belakang dan agak ditekuk ke dalam.
Melihat ini Sin Thong juga mengambil posisi karatenya, tangan kanannya
terangkat ke atas kepala dengan jari-jari terbuka, sedangkan tangan kiri menjurus
ke depan dengan jari-jari tangan dikeraskan pula. Wajahnya dikeraskan, kakinya
terpentang lebar. Inilah jurus pembukaan karatenya!
tendangan maut ke arah lawannya. Hebat sekali tendangannya ini.
Bong Kek Cu mempergunakan gin-kangnya dan meloncat tinggi di udara hingga
tendangan maut dari Sin Thong itu lewat di sampingnya tidak mengenai
sasarannya. Pendekar Lengan Buntung - Halaman 151
yoza collection Sin Thong merasa penasaran sekali dan ketika tubuhnya melayang turun dia
menyerang lagi dengan pukulan tangan kanan dimiringkan. Tangannya bergerak
cepat dan meluncur menyabet ke arah leher lawan, kakinya menendang dengan
hebat. Bong Kek Cu terkejut sekali melihat kelihayan karatenya ini, sambil berseru
keras dia menggulingkan tubuhnya ke bawah untuk menghindari gerakan istimewa
ini. Tidak disangkanya ilmu karate yang pernah didengarnya itu demikian kuat dan
dahsyat! Setelah berdiri lagi, Bong Kek Cu lalu mengeluarkan ilmu silat Pat-kwa-cianghoat karena maklum bahwa pemuda cebol ini bukanlah seorang lemah, apalagi tadi
ia disuguhi permainan jurus-jurus karate yang mengejutkan itu. Tak berani lagi ia
main-main dengan pemuda ini, ia mainkan jurus-jurus Pat-kwa-ciang-hoat dari ilmu
silat Siauw-lim-pay. Dan Sin Thong tercengang juga menyaksikan ilmu silat tangan
kosong yang lihay ini. Beberapa kali ia beradu lengan, ia terhuyung mundur. Tahulah ia bahwa lawan
Bong Kek Cu ini mempunyai tenaga lwekang yang cukup tinggi dan menang
setingkat dari padanya. Kini ke dua orang kakek dan pemuda cebol itu bertempur dengan seru dan
hebat. Jurus-jurus karate yang dimainkan Sin Thong memang aneh dan berbahaya
sekali, ditekankan pada telapak tangan miring yang mengeluarkan tenaga pukulan
yang amat ampuh. Di antara para hadirin yang tartarik akan pertandingan ini, adalah seorang lakilaki setengah tua yang bersorban merah menatap tajam ke arah permainan Sin
Thong. Rasanya ia pernah sekali dihadapkan dengan pukulan-pukulan dengan
telapak tangan kiri miring dan kepalan yang kuat itu. Di mana" Orang bersorban itu
mengerutkan kening mengingat.
Tiba-tiba ia mencelat tinggi dan sekali tangannya bergerak mendorong Sin
Thong dan Bong Kek Cu terlempar jatuh mengeluarkan suara berdebuk yang keras.
Bong Kek Cu terkejut sekali. Sin Thong heran. Siapa orang ini"
Orang tua bersorban merah seperti suku bangsa Tibet! Yok-ong Lo Ban Theng
berdiri dari tempat duduknya melihat Te-thian Lomo datuk hitam dari barat itu telah
berdiri di panggung. Te-thian Lomo menghampiri Sin Thong dan bertanya.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 152
yoza collection -thian Lomo mengibaskan jubahnya dan
saking kuatnya angin pukulan ini sehingga tubuh Sin Thong yang pendek kecil itu
sudah terlempar tiga meter jauhnya. Merah sekali muka Sin Thong meskipun
pundaknya sakit ditampar ujung jubah tadi, ia meloncat dan mengeluarkan
samurainya. -thian Lomo (Iblis tua langit bumi) musuh besar si bajak Iaut Hiroshima, Jepang keparat itu. Tadi
-thian Lomo membentak. Orang tua bersorban ini memang adalah Te-thian Lomo, si iblis langit bumi yang
pada beberapa tahun yang lalu pernah bentrok dengan Hiroshima. Si bajak laut dari
Jepang yang pada sepuluh tahun yang lalu pernah malang melintang di laut Pohay dan pernah bertemu dengan Te-thian Lomo ini dan akhirnya karena pedang
samurai di tangan Hiroshima dan pukulan-pukulan maut karate demikian hebat,
makanya Te-thian Lomo dapat dikalahkan dan dilemparkan ke laut. Karena inilah
orang tua bersorban merah ini membenci si samurai dan si karate dari Jepang.
-kuda dan membentak mengeluarkan
suara jeritan menyerang. Akan tetapi tibaSekali berkelebat jago tua she Lo itu sudah melompat ke panggung dan berkata
Mendengar ucapan tuan rumah yang berwibawa ini, Sin Thong tak berani
membantah dan ia meloncat turun. Dan duduk di tempat semula. Begitu ia melirik
ke arah Sian Hwa. Heran ia, ke mana gadis itu"
Tentu saja Sin Thong tidak tahu bahwa Sian Hwa sudah lama meninggalkan
tempat itu dan mengejar bayangan Bong Bong Sianjin yang meninggalkan tempat
ini. Yok-ong Lo Ban Theng menjura kepada orang tua dari Tib
lo-thian Lomo membentak, mendelikkan matanya memandang tuan
- Pendekar Lengan Buntung - Halaman 153
yoza collection -sinshe, harap kau tidak membuat kacau di
sini. Ingat sobat, hari ini adalah hari baikku. siapapun tidak boleh mengacau. Aku
-tahu Te-thian Lomo sudah mengeluarkan cambuknya yang
panjang dua-tiga kali melecut-lecut di udara. Kalau begitu sebagai gantinya. biarlah
-thian Lomo, apakah kehadiranmu di sini hendak membuat kacau suasana
-ong Lo Ban Theng bertanya tajam.
-ong, kau begini tekabur dihadapanku. Hendak mengandal
apakah engkau berani lancang menyuruh mengusir pemuda cebol itu" O, ya pantes
dia itu murid kawan baikmu si raja obat she Kwa. Hem, cobalah dulu cicipi gebukan
nggung. Orang-orang menoleh. Eh pemuda baju biru lagi yang mengeluarkan seruan
Pemuda itu berdiri dan terkejutlah orang-orang yang hadir itu melihat pemuda
tampan itu dengan ringannya tahu-tahu pemuda tampan itu telah mencelat dan
-eng-hiong, biarlah untuk urusan kecil ini, siauwte yang muda membersihkan lalat-lalat hijau dari Tibet
yang nyasar ke tempat ini. Memang dalam suasana pesta ulang tahun, tidak baik
dikotori oleh lalatYok-ong Lo Ban Theng menatap tajam ke arah pemuda tampan baju biru dan
Pemuda baju biru yang tampan itu mengeluarkan kipas hitamnya, dan seperti
orang kepanasan ia mengipas-enghiong
jangan kuatir, dengan kipas hitamku ini, masakan aku tak mampu mengebut lalat
Berkata begitu ia melirik ke arah orang tua bersorban merah yang
memandangnya dengan mata mendelik. Pecutnya yang panjang itu menggeletargeletar, siap menempur pemuda itu.
Yok-ong Lo Ban Theng sambil melompat turun dan ia memberi isyarat kepada Bong
Kek Cu untuk turun. Pendekar Lengan Buntung - Halaman 154
yoza collection -thian Lomo.. . julukanmu iblis tua langit bumi ya" Hemm, kalau begitu
masih pernah apa dengan kakek penjaga kuburan di Thay-hoa-thong yang bernama
Kakek Setan Pencabut nyawa Giam-lo-
bosan hidup biarin deh tuan mudamu yang mewakili Giam-lo-ong mencabut
Pemuda tampan baju biru itu tertawa dan tiba-tiba ia menoleh kepada pemuda
oba terka, nyawa apakah yang tidak berharga dan dimusuhi oleh banyak orang" Hayo jawab,
bisa enggak engkau menerka tekamengerutkan keningnya dan tertawa terbahak-bahak.
berharga atau tidak. Tentu saja semua nyawa berharga tol
kurus Ho Siang mengejek pemuda tampan baju biru.
-benar otak udang! Masa tebakan segitu saja nggak mampu. Coba
tanyain kepada para hadirin. Nyawa apakah yang tidak berharga" Hayo siapa yang
itu mengacungkan tangannya. Si pemuda tampan baju biru tersenyum.
Orang-orang pada tertawa. Yok-ong Lo Ban Theng tersenyum. Akan tetapi siap
siaga menjaga kemungkinan Iblis tua langit bumi itu mengamuk.
Ia mengenal nama iblis tua langit bumi yang sudah kesohor namanya sebagai
datuk hitam dari selatan. Karenanya dengan tenang tuan rumah ini mengawasi
panggung dengan siap siaga. Ia sudah bersiap-siap untuk membantu kalau pemuda
tampan itu sudah bertanding dengan iblis tua langit bumi yang kesohor kejamnya!
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 155
yoza collection Sementara itu pemuda tampan baju biru mengangguk-anggukkan kepalanya
kepada kakek penonton yang menjawab tekatepat! Tapi belum seratus persen benar. Hayo yang menjawab dengan tepat dan
Melihat tingkah laku pemuda tampan baju biru yang menggemaskan ini, Telecut di udara dengan amat keras.
Pemuda baju biru kaget dan melompat mundur.
pegunun -thian Lomo iblis tua langit bumi itu tertawa bergelak-gelak
sementara cambuk hitamnya masih melingkarmatamu, bocah gila! Apakah kau tidak tahu bahwa Te-thian Lomo sudah berada di
depan matamu untu -tahu pemuda tampan baju biru ini sudah berada di depan Te-thian Lomo dengan tangan kiri memegang
pit dan tangan kanan memegang kipas hitam.
-thian Lomo yang mencari mampus di sini! Kalau begitu tak


Pendekar Lengan Buntung Seri 1 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

usah aku bersusah payah mencarimu. Hari ini murid Lu-liang Siucay dari Lu-liangSuara angin keras terdengar ketika kipas di tangan kanan pemuda tampan itu
bergerak mengebut. Bergidik Te-thian Lomo melihat hawa dingin datang
bergelombang, Dengan cepat ia mengelak dan melecutkan cambuknya tiga kali.
-lingkar menyambar-nyambar
tubuh pemuda tampan itu. Akan tetapi untuk yang kedua kalinya iblis tua ini
berteriak kagum dan terkejut begitu melihat tubuh pemuda itu berkelebat dengan
amat cepatnya merupakan bayang-bayang lincah dan gesit.
dari Lu-liang-sa mengeluarkan suara mendesing saking kuatnya gerakan pemuda itu.
Memang hebat sekali gerakan pemuda baju biru ini. Bukan saja tubuhnya
demikian lincah dan gesit laksana burung walet terbang namun setiap gerakan,
tusukan pit dan sambaran-sambaran kebutan kipas hitam di tangannya selalu
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 156
yoza collection mengeluarkan suara angin menderu. Dari sini saja sudah dapat diduga bagaimana
lihaynya pemuda tampan baju biru ini.
Akan tetapi, ia menghadapi Te-thian Lomo, iblis tua langit bumi yang sudah
terkenal di kolong langit akan segala keganasannya dan ilmu kepandaiannya yang
demikian dahsyat. Disamping permainan cambuknya yang lihay dan luar biasa itu,
sering jubahnya bergerak-gerak merupakan pukulan-pukulan yang membuat
Badai Laut Selatan 11 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiauw Dua Musuh Turunan 18
^