Pencarian

Pesawat Penjajak Asing 2

Pesawat Penjajak Asing Seri Tom Swift 08 Bagian 2


aku sudah memikir-mikir apa yang akan kita lakukan di sini. Tetapi aku belum memperoleh sesuatu yang lebih maju daripada sewaktu
berangkat. Kita benar-benar telah terbang untuk masuk ke dalam
mulut harimau." "Ah tidak! Nanti dulu," kata Ben tidak mau mengalah. "Aku pernah menonton film di mana pahlawan-pahlawannya yang gagah
berani itu membiarkan dirinya ditangkap. Tetapi kemudian berbalik dapat menangkap para penjahatnya. Dan itu tidak dilakukannya
sebelum penjahat utamanya, atau gembongnya, mau menjelaskan
bagaimana cara kerja mereka. Jadi memberikan informasi terakhir
yang diperlukan oleh si pahlawan agar dapat meloloskan diri, untuk kemudian menghancurkan segala-galanya sambil meloloskan diri."
Ben melambaikan tangannya.
"Namun itu bukanlah yang biasa terjadi pada keadaan yang
sesungguhnya. Dalam kenyataannya para penjahat itu menangkap
orang baik-baik lalu membunuhnya, tanpa omong-omong yang
bertele-tele sambil minum-minum anggur, tanpa penjelasan-
penjelasan yang bombastis"..si penjahat itu hanya membunuh saja,
dorr! Habislah riwayatnya! Hal demikian kurang menarik bagiku. Kita harus mencari cara yang lain!"
"Mau cara Indian?" tanya Tom.
"Bagaimana itu?" tanya Anita. "Apa menyerang di waktu dini hari" Berkuda mengitari kereta-kereta" Atau menjatuhkan diri dari atas pohon-pohon?"
Ia melirik ke arah Ben dengan setengah mengejek.
"Engkau punya pendapat?"
Aristotle berucap lagi. "Tom! Mereka meminta tanda pengenal dengan disertai suatu
pilihan yang tentu tidak kausenangi!"
Rasa dingin merinding menusuk diri mereka semua yang ada di
kabin. Tom memandangi Aristotle dengan perasaan tegang.
"Apa pilihan itu?" ia bertanya.
"Kalau tidak, mereka akan menembaki kita sebagai kapal
perompak!" Chapter 10 "Mereka tidak akan berbuat demikian!" Ben menggeram.
"Aku justru mengkhawatirkan mereka bisa berbuat begitu,"
balas Tom. "Beberapa waktu yang lalu di sini telah terjadi pencurian-pencurian batangan irridium. Dan Luna Corporation diberikan kuasa sementara atas daerah-daerah di sekeliling Ceres!"
Ia berhenti sejenak. "Apa yang dapat mereka lakukan hanyalah menyatakan bahwa
kita telah menimbulkan ancaman bagi mereka!"
Ia kemudian berpaling kepada Aristotle.
"Pancarkan nomor serta pemilik kapal kita. Katakan saja kita sedang melakukan penerbangan penyelidikan pribadi!"
"Baik, Tom!" "Mereka tentu tahu bahwa ini bohong!" Anita menyela.
Tom menggeleng. "Tidak! Ini belum seluruhnya. Kita sedang dalam perjalanan
penyelidikan dan penemuan. Dan ini membuat perjalanan
penerbangan kita sah. Mereka mungkin akan menangkap kita, tetapi
bukan karena mereka tidak tahu siapa kita. Aristotle, pancarkan yang sama ke Bumi."
"Ya! Baik, Tom!"
"Lalu bagaimana lagi?" tanya Ben.
"Apakah Giannini ada di sana?" tanya Tom kepada si robot.
"Ya, baru saja mendarat. Sensor-sensor masih menunjukkan
panas yang tinggi di tempat pendaratan. Sebagai tambahan.
Serombongan montir sedang merawat kapal itu!"
"Kita sudah terlambat," Ben menggerutu. "Coba dengar. Aracta tentu telah mengajukan semacam perjanjian. Sebelum ia memberikan
informasi, ia harus merasa pasti bahwa mereka akan memenuhi
perjanjian. Lalu bagaimana bunyi perjanjian itu?"
"Untuk membantu bangsa Skree," jawab Anita. "Membangun armada kapal-kapal perang, kukira."
"Apa itu telah terlaksana?" tanya Tom. Tangannya menunjuk ke layar monitor. "Apa mereka punya waktu untuk itu" Kecuali kalau mereka mengubah kapal-kapal yang ada sekarang. Mereka tidak akan
mendapatkan kapal Angkatan Laut dari Bumi. Tidak, walau
seandainya David Luna mempunyai kekuasaan semacam itu!"
"Lalu apa dugaanmu yang akan mereka lakukan?" tanya Ben.
"Ia tentu berusaha untuk menipu Aracta. Yaitu mendapatkan
rahasia stardrive, lalu: persetan dengan bantuan atas bangsa Skree!
Perang sekarang ini sudah tidak menguntungkan. Luna memang
serakah, mungkin lebih serakah dari siapa pun yang tercatat di dalam sejarah. Ia tidak hanya ingin menguasai suatu bangsa atau menyerbu dan merampas suatu negara. Ia ingin menguasai seluruh tata bintang!"
"Tom, bagaimana engkau dapat mengenal Luna?" tanya Anita.
"Dua tahun yang lalu ia mendekati aku," jawab pemuda itu.
"David Luna sesungguhnya dapat sangat menarik kalau ia mau. Ia dan aku saling bertemu secara kebetulan " begitulah dugaanku pada
waktu itu " dalam suatu usaha mencari dana. Ia memberikan
sumbangan dalam jumlah yang sangat besar sekali. Ia
memperkenalkan aku kepada seorang penulis terkenal, sejumlah
aktris-aktris cantik, seorang senator, dan beberapa tokoh penting lainnya. Aku agak terpancing rayuan. Itu aku akui. Setelah itu ia mendesak agar aku mau ke rumahnya untuk makan makan."
Tom menyeringai, menyesal dan membentangkan tangannya.
"Rumahnya ternyata sangat mewah yang bersambung pada
kubah Poseidon di lepas pantai Azores. Jet-jet pribadi untuk pesta-pesta besar, hadiah-hadiah barang-barang emas berasal dari kapal
Spanyol yang tenggelam pada tahun 1602. . . "
Anita ternganga, dan Tom mengangguk.
"Pada waktu itu kelihatannya seperti tidak ada kepentingannya.
Tetapi orang dapat melihat bahwa Luna melakukan sesuatu seperti ada udang di balik batu. Semuanya serba indah dan mewah: koki dari
Paris, udang dari Main, bunga-bunga yang diterbangkan dari Hawaii."
Tom menghela napas, lalu melanjutkan.
"Ia berhasil membawa aku terpisah dari yang lain-lain. Lalu ia berkata bahwa dengan otak dariku sedang tenaga dari dia, berdua kita dapat menguasai dunia. Memang, ia tidak mengatakan kata-kata itu, tetapi itulah yang ia maksudkan. Ia ingin agar aku meninggalkan
perusahaan ayah. Kata-kata yang ia gunakan ialah 'agar mencoba
untuk berdiri sendiri'. Dan ketika aku menolak maka ia lalu
memberikan penjelasan yang berlebih-lebihan. Ia mengungkapkan
kepadaku apa yang ada di dalam otaknya, yaitu suatu monopoli
pertambangan atas asteroid-asteroid. Tentunya disertakan kekuasaan politik dan mengambil alih perusahaan-perusahaan. Ia bahkan
membayangkan bagaimana orang dapat menggunakan kolektor-
kolektor tenaga matahari sebagai meriam-meriam sinar yang luar
biasa untuk menghancurkan musuh-musuhnya di Bumi."
"Sungguh mengerikan!" Anita menyela.
"Bagiku, itu hanya suatu lelucon!" Ben berkata seenaknya.
"Apa engkau mau menjual dirimu, Tom" Apa engkau ingin menjadi awet muda, menjadi kaya dengan surat-surat kredit yang tidak pernah akan ditagih?"
"Itu bukan lelucon, Ben," Anita membela. "Orang itu bersungguh-sungguh!"
"Ia memang serius," Tom meneruskan. "Ketika akhirnya ia tahu bahwa aku sama sekali tidak mau mengikutinya, ia menjadi seperti
yang telah kuduga sebelumnya, walau hanya untuk sejenak. Sudah
jelas bukan suatu pemandangan yang menyenangkan. Ia adalah
seorang pendendam. Itulah yang aku takutkan. Orang yang tidak kenal takut semacam itu?"yaah, seorang yang tidak menaruh perhatian
pada harga diri, pada namanya."
"Mereka menunggu kita untuk mendarat!" kata Ben.
"Mereka akan mengatur terjadinya suatu 'kecelakaan' di sana.
Sesuatu yang akan 'menamatkan'." Aristotle menyela.
"Tom, ada pesan yang masuk!"
"Sambungkan pada pengeras suara."
?"gilan untuk Mime! Silakan masuk. Di sini Menara Pengawas
Ceres! Memanggil Mime, silakan masuk!"
Tom mengambil mikrofon tanpa menggunakan saluran visual.
"Menara Pengawas Ceres. Di sini Mime! Ganti!"
"Mime. Harap tunggu tuan Luna!"
Alismata Tom naik. Ia memandangi teman-temannya.
"Boss sendiri?"
"Haa, tuan Swift, ya" Tuan Swift muda" Bagaimana
keadaanmu, nak" Engkau datang hendak menjenguk kami?"
Luna tertawa riang, lalu melanjutkan.
"Ya, tentu saja demikian. Klaim-klaim yang lain hampir
semuanya ada di sisi lain Matahari. Silakan mendarat, tuan Swift. Aku akan menyiapkan sebuah pesta. Aku yakin, tentu itu akan
menyenangkan engkau!"
"Sayur bulukan, tentu!" gerutu Ben.
"Apakah di antara para tamu termasuk pula letnan Foster?"
tanya Tom. "Sudah tentu! Ia baru saja datang. Aku yakin bahwa engkau pun mengetahuinya. Kami baru saja melakukan suatu pembicaraan
menarik mengenai tugas pekerjaannya pada kami!"
"Tanpa pensiun, tentunya," gerutu Ben lagi.
"Apakah anda sadar bahwa Foster telah mencuri inti ingatan
asing milik Swift Enterprises, dan bahwa anda telah memberikan
perlindungan kepada seorang pelarian?"
"Tidak, tuan Swift. Menurut pengertianku kepribadian yang ada di dalam inti ingatan itu, dan kami mengakui suatu kesadaran dan
kebebasan kepribadian itu, adalah suatu kepribadian yang mampu
mengambil keputusannya sendiri. Tidak, kata pencurian adalah tidak tepat di sini. Pengawalan, barangkali" atau sekedar menemani?"
Multi jutawan itu tertawa.
"Aku yakin bahwa semua ahli hukum yang kubayar tentu akan
sangat ingin mendapatkan uang dariku," Luna itu melanjutkan. "Ini sudah jelas bukan masalah pemilikan. Sama sekali tidak. Orang tidak dapat memiliki seseorang. Setidak tidaknya"lagi-lagi tidak! Tidak!
Benar-benar tidak, Nak. Karena bung Aracta secara hukum adalah
bukan warga negara sesuatu negara dalam tata surya kita ini. Kukira, engkau pun akan mengakui sebagai contoh yang syah. Aracta adalah
kepribadian yang bebas, dan berhak atas segala kehormatan, bantuan sebagai wakil dari bangsa yang cerdas!"
"Engkau benar, Tom," bisik Anita, "ia sungguh licin."
"Ia juga dapat menggali kuburnya sendiri." Tom berpaling kepada si robot. "Aristotle, apakah ini dipancarkan kembali ke Bumi?"
"Ya, benar. Ke Pusat Komunikasi Swift Enterprises!"
Tom kembali menggunakan mikrofon.
"Kami menerima undangan anda. Kami bertiga semuanya."
Aristotle memutar kepalanya dan memandangi Tom. Tetapi
Tom melambaikan tangannya kepada robotnya.
"Kita akan mendarat, begitu Menara Pengawas anda
mengizinkan." "Tom ..." Ben memperingatkan.
"Engkau sungguh sangat ramah," jawab Luna. "Tidak sering kami di sini mendapat tamu-tamu. Aku akan kembalikan engkau
kepada orang-orangku. Sampai ketemu, tuan Swift!"
Tom berkata dengan penuh wibawa.
"Aristotle, ambil alih kemudi. Siapkan pendaratan yang paling lembut dan mulus. Aku memerlukan waktu."
"Baik, Tom!" "Tom, apa yang kaulakukan ini?"
"Memasuki jangkauan Aracta. Kita tidak dapat menghambur
masuk. Jika benar setengahnya saja omongan orang tentang
bagaimana watak Luna ini, maka kita kira-kira akan aman seperti
menghadapi seekor naga yang sedang sakit gigi."
Tom lalu keluar dari ruang kemudi dengan diikuti Ben dan
Anita. "Apa yang kaukehendaki?" tanya Anita.
"Ruang kerja di belakang. Dalam waktu setengah jam
mendatang aku membutuhkan engkau."
Kedua temannya berhenti, tidak mengerti. Ben menghela napas
dan menepuk pahanya. Tak berdaya. Ia kemudian menjatuhkan diri di atas salah satu kursi empuk.
"Yaah! Pangeran Valiant pernah masuk ke dalam puri musuh-
musuhnya dengan menyaru sebagai seorang penyanyi yang sedang
ngamen. Aku ingin tahu, apakah Tom dapat menyanyi."
"Aneh juga engkau ini," kata Anita. "Siapa itu Pangeran Valiant?"
"Itu suami Aleta, ayah Arn dan anak laki-laki raja Aguar."
Si rambut merah itu memandanginya. "Engkau bertambah aneh.
Benyamin Franklin Eagle Pincang, tahukah engkau?"
***************************
Pendaratannya sendiri adalah kejadian yang biasa-biasa saja.
Menara Pengawas Ceres memberitahukan angka-angka koordinat
kepada komputer kapal, yang segera dicek kembali oleh Aristotle.
Mereka menurunkan kapal mereka seperti duduk pada semburan api.
Dengan perintah agar tetap dalam kapal dan menghindari orang
lain masuk, maka Aristotle tetap tinggal di ruang kemudi. Sementara itu teman-temannya yang kini mengenakan pakaian ruang angkasa
keluar dari pintu tingkap lalu naik ke pesawat permukaan yang
menjemput mereka. Apa saja yang mereka percakapkan dipancarkan
ke kapal Mime untuk direkam dan dipancarkan kembali ke Bumi.
Kompleks kubah-kubah Luna Corporation tidak nampak
mewah. Kompleks itu merupakan suatu proyek raksasa, tempat
melebur mineral atau logam asteroid berkadar tinggi. Asteroid-
asteroid itu lebih dulu dialihkan ke suatu orbit yang rendah dan
dipecah-pecah dengan bahan peledak bertenaga laser. Kemudian bijih-bijih itu dimasukkan ke dalam semburan api sepanas matahari di
dalam tungku peleburan. Di sana bahan-bahan dilebur struktur
molekul-molekulnya untuk kemudian secara magnetis dipindahkan
melalui penyalur yang disebut mass accelerator. Di sini unsur-unsur yang diperoleh dipisah-pisahkan menurut berat jenisnya. Batangan-batangan murni beserta unsur-unsur lainnya lalu ditempatkan dalam peti-peti kemas yang ringan dan dikirimkan ke Bumi melalui jalur
lengkung. Karena perjalanan itu memakan waktu hingga beberapa tahun,
maka belum ada peti-peti kemas itu yang tiba di Bumi. Tetapi telah ada ratusan yang berada dalam perjalanan. Percobaan-percobaan telah dilakukan agar kedatangannya di tempat-tempat yang telah ditentukan di Bumi terlebih dulu dapat tepat sempurna.
"Ini adalah benar-benar pertambangan emas!" kata Ben ketika berada di ruang pencuci hama.
"Inti dari batuan planet adalah logam," kata Tom. "Dan yang nampak pada permukaan itu hanyalah sebagian dari jenis-jenis logam di jagat raya. Asteroid pada dasarnya adalah inti dari logam suatu planet keseluruhan."
"Dengan ditunjang oleh energi matahari yang murah"..waaa!"
sambung Ben. "Orang dapat menjadi kaya raya di ruang angkasa ini!
Bukan hanya Luna, tetapi semua orang!"
Tingkap bagian dalam berputar terbuka, sebelum mereka dapat
bercakap-cakap lebih lanjut. Seorang yang jangkung tegap telah
menunggu kedatangan mereka. Orang itu mengenakan pakaian
jumpsuit model kuno berwarna hitam. Wajahnya nampak garang
berbekas luka, sedang suaranya kasar.
"Tuan Swift" Aku Anvil, Jonathan Anvil. Silakan anda dan
teman-teman anda mengikuti aku. Tuan Luna sudah menunggu
kalian." Di belakang punggung orang itu Anita memberi isyarat kepada
Ben. Anita berpura-pura gemetaran. Anvil mengantarkan mereka
melalui lorong-lorong serambi warna abu-abu dengan melewati ruang-ruang penyimpanan, alat-alat pompa serta ruang peleburan yang
panas. Mereka melihat ke bawah melintasi jalur-jalur masuk meskipun
katup-katup udara bagian dalam menghalangi pandangan mereka.
Mereka melewati sebuah kubah yang lain, yaitu sebuah rumah kaca
untuk bertanam sayuran yang menyediakan bahan makanan serta
oksigen segar. Mereka lalu mengitari sepanjang daerah rekreasi di mana para pekerja sedang minum-minum dan mengobrol. Setelah
melalui sebuah pintu katup bertuliskan 'PRIBADI' mereka tiba di
dalam lorong yang sunyi dengan dinding-dindingnya yang terbuat dari bongkahan batu Ceres yang telah dipotong-potong dengan sinar laser.
"Ke sini!" kata Anvil.
Ia membuka seperangkat pintu-pintu buatan ahli pahat logam
dan membawa mereka ke dalam ruangan yang luas dan nyaman.
"Anggap seperti di rumah sendiri," sambungnya. "Pak Luna segera datang!"
Anvil pergi. Mereka lalu memandang ke sekeliling. Dinding-
dinding itu penuh kaset-kaset buku, film dan aneka musik. Tom
melihat segulung pita 'To the Land of the Electric Angel, yaitu sebuah film yang sangat ditunggu-tunggu tetapi belum beredar di Bumi.
Ben menunjuk ke lukisan asli buah tangan Schirmeister dan
beberapa lagi dari Picasso yang tergantung pada dinding berlapiskan kayu. Mereka lalu mengamati sebuah patung perunggu berasal dari
zaman purba. Ketika itu pintu-pintu terbuka dan David Luna masuk.
Chapter 11 Anak-anak muda itu memandangi Luna dengan diam
mencekam. Orang itu bertubuh bagus, tinggi badannya sedang dan
berambut hitam. Matanya yang tajam sangat menusuk.
"Tuan Swift!" orang itu berseru. "Sungguh gembira melihat engkau dan nona Thorwald!" Sementara berpaling kepada Ben. "Aku tidak tahu harus menyapa bagaimana kepada anda: saudara Eagle atau saudara Walking Eagle?"
"Ben, sudah bagus!" jawab pemuda Indian itu kurang senang.
Luna kembali berpaling kepada Tom.
"Bagaimana ayahmu?"
"Kami datang kemari untuk?"."
"Untuk makan!" Industrialis itu mengakhiri kata-kata Tom. Ia menunjuk ke pintu yang di depan mereka. "Silakan kemari!"
Pintu itu dibuka oleh orang berseragam jump-suit hitam. Di
seberang sana terletak ruang makan resmi. Dinding di ujung sana
berupa jendela kaca glasit yang besar. Ini memberikan pemandangan pada tanah lapang Ceres dan di kejauhan tepi sebuah kawah.
"Silakan nona Thorwald. Duduklah di sini di dekatku," kata Luna dengan sopan. "Tom dan Ben, duduklah di sana."
Ia menunjuk dan tertawa. Ia menunjuk ke meja yang bulat.
"Susunan begini dapat memecahkan masalah sopan santun.
Dengan begini siapa pun dekat dengan tuan rumahnya."
Begitulah ia meneruskan sambutannya, lalu berpaling kepada
Anita. "Rambut yang indah memikat. Orang berambut merah memiliki
sejarah keturunan yang menarik. Apa engkau sadar akan hal itu" Lho, wajahmu kok memerah!"
"Tidak!" jawab Anita ketus. Kemudian ia nampak menyesal.
"Yaaa, memang sulit untuk menerima pujian, bukan" Biasanya
orang lalu berlaku sopan dengan berlebihan atau berpura-pura megah, menganggap pujian yang paling hebat pun sebagai penghinaan.
Yakinilah, he si cantik berambut api. Tidak satu pun pujian-pujianku ini hanya untuk menjilat dan merayu!"
"Tuan Luna ...." Tom hendak menengahi.
"Jangan bicara dahulu dengan perut masih kosong, Tom."
Kepada pelayan-pelayan ia lalu berkata: "Coba lihat, mengapa letnan Foster begitu lama belum muncul!"
Ben dan Tom bertukar pandang. Anita tetap memandang ke


Pesawat Penjajak Asing Seri Tom Swift 08 di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bawah, namun wajahnya telah kembali biasa.
"Apa engkau sering mengunjungi daerah asteroid, Tom" tanya
Luna. "Aku sendiri jarang kemari, tentu saja. Hanya tugas yang paling penting saja telah membawaku kemari.
Ia melambaikan tangannya ke ruang yang 'resmi' dengan
tempat-tempat lilin dan jendela kaca yang indah.
"Terlalu kasar, tentu saja. Tetapi semua orang tentu
mengharapkan sesuatu yang kasar di perbatasan ini, bukan?" Ia menyentuh lengan baju Tom. "Ya, tentu saja! Apabila sesuatunya berjalan dengan baik, daerah perbatasan bagi manusia ini akan meluas jauh sekali."
Lagi-lagi sebelum Tom sempat menanggapi, Luna mengalihkan
pembicaraan. "Nah, sop".Benar-benar salah satu yang terbaik di sini. Tanah di Ceres, entah mengapa aku tidak mengerti, merupakan tempat
tumbuh sayuran yang paling enak luar biasa! Pokoknya hebat, lezat!"
Mereka baru saja memulai menikmati makanan, ketika pintu
terbuka dan Burt Foster muncul. Tom tercengang melihat pemuda
kecoklatan itu tidak lagi mengenakan serangan AL Amerika dengan
lambang-lambang ruang angkasa. Kemudian Tom sadar bahwa ia
tidak perlu heran. Sudah jelas bahwa Foster mengejar keuntungan
yang lebih besar daripada karir militernya.
Bekas letnan itu melangkah masuk dengan pongah, hampir-
hampir seperti batang tongkat komando. Ia mengejek kepada tamu-
tamu itu dan Tom melihat sekilas rasa tersinggung pada wajah Luna.
"Eh, orang-orang yang kalah," kata Foster menyambut.
Ia seenaknya berjalan ke tempat duduk sambil memandangi Ben
yang nampak dengan jelas hampir tidak dapat menguasai amarahnya.
Kemudian ia tertawa. Ben merasa seperti ditampar pada wajahnya. Ia melompat
bangun. "Kau! Pengkhianat!" ia menukas. "Pembelot! Pencuri!"
"Sabar! Sabar! Jangan mendendam, kawan!" Dan ketika
perwira itu diam saja, suara Luna menjadi lebih tajam. "Duduklah, tuan Foster! Silakan!"
Kata yang terakhir ini diucapkan halus bagaikan sutera, namun
Foster mematuhinya dengan ogah-ogahan. Seorang pelayan datang
membawa sepinggan sop. Foster hanya mengaduk-aduknya tanpa mau
memakannya. "Aku minta maaf," kata Luna kepada para tamunya. "Tetapi hendaknya kalian maklum akan keadaan pikiran Foster. Ia telah
dituduh secara tidak benar oleh pengadilan yang berat sebelah"."
Ben mendengus, dan Anita mengeluarkan suara tertahan.
". . . dan semua kesempatan bagi karirnya di AL telah musnah, karena itu"." Luna memperlambat. kata-katanya, ?"..ia memilih untuk menyelamatkan suatu pribadi asing dari usaha penawanan yang tidak pada tempatnya."
Luna membentangkan kedua belah tangannya dengan sikap
hendak menunjukkan hal-hal yang tidak dapat dihindarkan.
"Jadi anda menganggap apa yang telah dilakukannya itu sah?"
tanya Tom dengan tenang. "Sudah tentu!" jawab Luna. "Mau apa lagi?"
"Suatu informasi yang dimiliki penjajak asing itu, kumaksudkan Aracta, adalah untuk seluruh kemanusiaan!" kata Anita.
"Begitu?" tanya Luna ragu-ragu, dan Foster memandang marah kepada Anita. "Lalu, apa yang dilakukan Swift Enterprises yang bersifat sosial itu" Dengan menyembunyikan Aracta di dalam
laboratorium rahasianya" Bukankah itu berarti engkau hendak
mencari informasi itu hanya bagi kepentingan sendiri?"
Ia mengangkat kedua belah tangannya ketika ketiga anak-anak
muda itu hendak menjawab.
"Ah, sudahlah .." Luna mengelakkan jawaban. "Aku sendiri pun tidak hendak menyalahkan kalian. Aku pun juga akan berbuat
demikian. Sebenarnya, memang aku telah berbuat demikian.
Kepentingan sendiri yang memperoleh kebenaran memang merupakan
motivasi yang luar biasa!"
"Ha, si Iblis sedang mengutip ayat-ayat kitab suci!" Anita menggerutu.
"Sabar, sayang! Aku seorang pengusaha. Ayah Tom pun
seorang pengusaha. Tom sendiri juga seorang pengusaha, bagaimana
pun ia hendak menyangkalnya. Ia menemukan barang-barang, lalu
memintakan hak patent untuknya lalu kemudian memungut buah dari
hasil usahanya yang keras."
Luna berpaling kepada Tom dengan muka berseri-seri.
"Aku yakin engkau tentu memahaminya, Nak," ia melanjutkan.
"Informasi adalah usaha. Suatu keuntungan, suatu"..bisnis!"
"Dagang sapi!" bantah Ben marah. Luna tertawa riang.
"Anak muda bisnis adalah bisnis. Menuruti hukum persediaan
dan permintaan. Engkau berjual-beli baik dengan orang yang
kausenangi maupun dengan orang yang tidak kausenangi. Engkau
berkongsi dengan orang yang engkau tidak sudi mengundangnya
makan ke rumahmu." Foster memandang tajam kepada Luna, namun industrialis itu
hanya tersenyum. "Tuan Foster ini memiliki sesuatu barang yang sungguh unik
sebagai barang persediaan. Permintaan, dalam hal ini peminatnya
sangat banyak. Benar, sangat banyak peminatnya!"
"Mesin stardrive itu adalah bagi siapa saja yang dapat
membantu bangsa Skree melawan musuhnya," kata Tom.
"Memang!" David Luna membenarkan. "Kami sedang berusaha berbuat demikian.
"Jadi, anda telah memiliki mesin stardrive?" tanya Tom hati-hati.
"Belum. Tetapi itu hanya soal waktu," jawab Luna.
Foster memandangi Tom dengan tajam.
"Aku dapat berbicara dengan benda itu, Swift. Aku tidak
membutuhkan robot. Aku berbicara dengannya, dan dia berbicara
denganku!" "Dia?" gumam Ben sambil memandang Tom.
"Engkau dapat berbicara dengan Aracta karena robot kami telah mengajar dia!" Anita menyela dengan hati panas.
Tom berpaling kepada Luna.
"Apakah anda telah berbicara dengan penjajak itu?"
Luna mengangkat alismatanya yang hitam. "Tidak! Itu tidak
perlu. Tuan Foster yang terhormat ini menjadi juru bicara bagiku."
"Jadi anda belum memperoleh rahasianya?" Tom menekan.
"Belum! Belum, tuan Swift. Tetapi itu tidak akan lama lagi!"
"Kukira, anda telah menempatkan Aracta di atas semacam rak
dengan mencabuti 'kuku-kunya' atau disertai dengan ancaman ...."
Kata-kata pedas dari Anita itu dipotong oleh Luna.
"Sabar, nona Thorwald. Apa aku kauanggap seperti hantu"
Tentu tidak, bukan" Tuan Foster, aku percaya pada anda! Apakah
kami telah melakukan perbuatan semacam itu?"
Wajah tampan letnan itu diselubungi wajah kemarahan. Ia
mengejek Anita habis-habisan.
"Bagaimana engkau dapat membujuk sesuatu yang bersenjata"
Senjata yang tidak dapat kauambil atau kaurebut?" katanya
mendengus. "Seseorang harus menipunya, nona Pongah! Kita harus membuat dia percaya bahwa kita adalah teman, apa lagi?"
Luna merasa tersinggung atas pengakuan yang keluar dari hati
Foster. "Apa yang dimaksudkan tuan Foster adalah logika?"bukan
kekerasan!" Tom tersenyum. "Jadi anda mengajukan sesuatu yang penjajak itu tidak dapat
menolaknya?" "Ya, boleh dikatakan demikian," Luna mengiakan dengan halus.
"Sudahlah, jangan lagi mencari-cari!" kata Foster. "Buang saja otak kosong ini. Mari kita melanjutkan. Aku punya rencana-rencana!"
Luna memandanginya dengan sorot mata yang tiba-tiba seperti
celah-celah batu. "Tom Swift bukanlah berotak kosong, tuan Foster. Aku pun
punya rencana-rencana yang bertumpu pada sesuatu, itu engkau pun
tahu!" Foster memandang nanar ke piring sopnya. "Ya, ya. Tetapi
benda ini adalah benda asing, sama sekali asing. Ia lebih banyak
mengajukan pertanyaan-pertanyaan daripada menjawab. Maka aku
memikirnya dari segi lain."
"Aku memang berharap demikian," kata Luna. "Kalau tidak demikian, kita tidak akan memperoleh mesin stardrive. Tuan Swift, engkau adalah seorang muda yang cerdas. Engkau tahu bagaimana
terbatasnya pengetahuanku dalam masalah yang tidak menguntungkan
ini. Aku tidak ada keinginan untuk menyakiti engkau atau pun teman-temanmu. Aku membutuhkan engkau. Percayalah!"
"Tetapi"..?" Tom berkata sambil sedikit tersenyum.
"Tetapi".sayang. Aku tidak punya pilihan. Kalaulah engkau
bukan engkau, kalau engkau tidak demikian terkenal dan tidak
berkaitan erat, aku mungkin dapat menempatkan engkau dalam
semacam rumah penampungan orang terlantar. Itu untuk sementara
waktu. Kemudian kalau engkau mengajukan pengaduan maka ahli-
ahli hukumku yang akan menanganinya." Sekali lagi ia
membentangkan tangannya. "Tetapi engkau tentunya menyadari
kedudukanku. Hal itu aku yakin!"
"Lalu apa itu kira-kira?" tanya Ben dengan perasaan getir.
"Pintu katup yang macet" Ataukah semacam kecelakaan yang
terjadi?" Luna tersenyum letih. "Aku benar-benar benci untuk melakukan demikian. Namun
melakukan suatu bisnis dengan cara-cara demikian itu kadang-kadang memang tidak dapat dielakkan. Aku hanya ingin ...."
Pintu ruang makan itu tiba-tiba terbuka. Sebatang tubuh hitam
berotot, Jonathan Anvil, muncul di ambang pintu.
"Anvil!" seru Luna. "Ada apa?"
"Kami menangkap sinyal yang dipancarkan dari sini, pak.
Pulsa-pulsa mikro dengan interval mengacak. Kami juga telah
melacak pulsa-pulsa yang dipancarkan dari kapal Swift ke Bumi."
Luna menyandarkan diri di kursinya. Wajahnya bagaikan
bertopeng hitam. "Mereka kan sudah diperiksa secara elektronik?"
"Betul pak! Ketika mereka melewati pintu katup udara. Tidak
ada senjata, tetapi".."
"Tetapi apa?" "Gadis itu mempunyai kaki bagian bawah yang palsu. Susunan
sirkuitnya telah dianalisa, tetapi nampaknya kaki palsu biasa."
Luna memandang ke arah Tom yang hanya mengangkat bahu.
"Ya, memang benar," jawab pemuda itu.
Ia berdiri perlahan-lahan, lalu melangkah memutar ke tempat
duduk Anita. "Aku akan mengeluarkannya, Anita!"
Anita mengangkat sebelah kakinya, lalu menarik ujung elastik
pada pipa celananya, dan melepaskannya dari sepatu. Tom membuka
kulit pembungkus kaki palsu dan mengeluarkan chip elektronik. Ia
melemparkannya melintasi meja ke arah Anvil.
"Periksalah! Semua yang dikatakan di sini telah dipancarkan ke kapal dan dimampatkan menjadi pulsa-pulsa mikro untuk kemudian
dipancarkan ke Bumi."
"Engkau kalah, Luna!" kata Ben gembira. "Segala bualan dan rencanamu telah terbongkar!"
Luna tersenyum dengan bibir terkatup rapat. "Tidak begitu, tuan Walking Eagle!"
Pengawal yang tengah memeriksa chip itu dengan teliti,
menjatuhkannya di lantai lalu menginjaknya.
Tom duduk lagi dengan tenang.
"Kini kalian dapat tahu bahwa sinyal-sinyal itu telah berhenti.
Namun itu telah terlanjur!"
"Engkau salah sangka," kata Luna dengan suara bernada keras.
"Tidak seorang pun akan peduli bagaimana aku mendapatkan mesin stardrive. Aku akan disanjung sebagai pahlawan kemanusiaan, yaitu orang yang membuka pintu ke dunia bintang-bintang. Dan engkau,
Swift, dan yang lain-lain dari kalian hanya akan merupakan catatan kecil di dalam sejarah".sebagai orang-orang yang berusaha
mengganggu dan merebut rahasia bagi kepentinganmu sendiri!"
Anita meringis kesakitan. Daya empati dirinya terpaksa harus
menampung ketamakan Luna dan balas dendam Foster. Emosi-emosi
yang kuat membuat Anita menjadi sakit.
"Mungkin anda benar," kata Tom. "Sejarah akan menunjukkan bahwa orang baik-baik belum tentu mendapatkan kemenangan."
"Sudahlah, kita akhiri di sini sajalah," kata Foster geram.
"Sekarang juga!"
Chapter 12 "Aku kuatir Foster memang benar," kata Luna. "Anvil, bawalah orang-orang ini ke tempat tahanan. Aku hendak menguji reaksi-reaksi di Bumi dahulu, sebelum aku membuat keputusan terakhir mengenai
nasib mereka!" Ben berdiri dengan menggeram. Ia membuat ancang-ancang
dengan bertumpu pada tempat duduknya untuk melompat melintasi
meja ke tempat Luna. Ia memukul industrialis itu pada dadanya
hingga Luna bersama kursinya bergulingan di lantai. Dalam gravitasi rendah itu mereka terus bergulingan, tetapi tubuh Anvil yang atletis melintas ke arah dua orang yang sedang bergumul itu dengan
kecepatan yang mengagumkan. Sebuah pukulan karate membuat Ben
terkulai, sementara itu Luna merayap bangun. Wajahnya merah padam karena marah.
"Ia telah memukul aku! Orang sinting itu telah menyerang
aku!" Dengan ganas Luna me?=nendang pemuda yang tak sadarkan diri itu.
Setelah memukul Ben, Anvil membalikkan tubuhnya
menghadapi Tom dan Anita. Kedua tinjunya yang bersarung tangan
disiapkan untuk bertarung. Tetapi Tom diam saja. Bahkan berdiri pun tidak.
"Apakah ini berarti, bahwa kita tak jadi makan?" ia bertanya dengan suara yang tenang.
Luna tak menjawab, tetapi tangannya membuat isyarat keluar.
Anvil membungkuk dan menangkap leher baju Ben. Kemudian ia
memberi isyarat kepada Tom dan Anita agar keluar dari pintu. Kedua muda-mudi itu melangkah keluar, diikuti Anvil yang menyeret tubuh Ben.
"Sop itu sungguh lezat," kata Tom dengan sopan. "Sampaikan pujianku kepada koki."
"Ayo keluar," Anvil menggeram.
************************ Ben siuman sambil mengerang dan melihat ke sekeliling. Ia
melihat Tom duduk pada bangku besi. Pemuda itu dengan sikap biasa meletakkan jari di depan mulut, memberi isyarat agar diam.
"Sudah agak segar?" Tom bertanya.
Ben mengerang dan meraba-raba tengkuknya. "Dengan apa ia
memukul aku" Dengan sarung tangan besi?" Ia menggeliat, tetapi matanya menatap Tom yang menunjuk ke kedua matanya. Kamera
televisi! Tangan Tom yang lain membuat isyarat, merayap di lengannya.
Ben segera mengerti. Mereka disadap.
"Mana Anita?" tanya Ben.
"Di sini!" jawab Anita.
Ben menjadi tahu bahwa ada sel lain di samping sel mereka.
"Aku ingin tahu apakah mereka telah membuat suatu kompleks
sel-sel di sini," Ben menggerutu.
Tangannya mengelus-elus tengkuknya. Ia mengintip Tom
dengan lindungan tangannya yang satu, sedang tangannya yang lain
memijat-mijat kakinya. Tom mengerti dan mengangguk-angguk diam,
menegaskan bahwa pemancarnya yang satu lagi yang di kaki Anita
masih utuh. Ia hanya mengambil pemancar tiruan".sedangkan
pemancar asli disembunyikan dalam sistem biofeed-back pada kaki
palsu Anita. Itu berarti bahwa Aristotle tetap menerima pulsa-pulsa mikro pada setiap saat, dengan jangka waktu sembilanpuluh menit
setelah pemancar tadi berhenti memancar.
"Berapa lama aku pingsan?" tanya Ben.
"Satu jam. Barangkali juga lebih lama sedikit. Mereka telah
merampas jam kita, jadi aku tidak tahu waktu lagi."
Pulsa pertama segera akan dipancarkan, pikir Ben. Apakah
orang-orang Luna akan memonitornya" Apa yang akan terjadi apabila mereka dapat menangkapnnya"
"Bagaimana dengan Aristotle?" ia bertanya sambil menggeliat letih di atas tempatnya berbaring.
"Kukira ia baik-baik saja," kata Tom. "Ia telah mendapat perintah agar jangan membiarkan siapa pun memasuki kapal. Namun
segalanya telah terlanjur. Tak ada apa-apa lagi yang dapat dipancarkan oleh Aristotle."
Ben mengerti, bahwa kata-kata terakhir itu diucapkan demi
mengibuli telinga-telinga lawan yang tersembunyi.
"Menurut engkau, apa yang akan dilakukan Luna terhadap
kita?" "Merencanakan suatu kecelakaan," kata Anita keras-keras.
"Menyuruh kita pergi dengan pesawat Mime yang dipasangi bom, atau menabrakkan salah satu batu angkasa dari yang setengah juta itu,
atau".." "Sudahlah, Anita," kata Tom. "Tetapi ia mungkin juga dapat melepaskan kita. Atau setidaknya begitu kalau engkau tak memukul
dia." Kata-kata terakhir ini merupakan tuduhan yang berat terhadap Ben, yang hanya berkedip-kedip.
"Aku hanya"." kata Ben. Mungkin Tom menghendaki agar
Luna mengira ada keretakan dalam rombongan mereka.
"He, tunggu sebentar, Swift!" Ben bangkit dari duduk, lalu mengerang ketika kepalanya tera
ngkat dari tempatnya berbaring.
"Apakah engkau menyalahkan aku hendak berusaha melarikan
diri?" Ben memandangi Tom sejenak, yang membentuk bulatan
dengan ibu jari dan telunjuknya sebagai isyarat "oke". Jawabnya:
"Itu perbuatan tolol. Aku percaya akan tindakan diplomasi dan penalaran."
"Yah, nalarilah dirimu sendiri untuk keluar dari sel ini! Swift!
Satu-satunya cara yang dihargai oleh Luna adalah kekuatan dan
kekuasaan!" Ben nampak panas dalam permainan sandiwara mereka di depan kamera-kamera TV yang tersembunyi.
"Ia seorang pengusaha. Engkau tahu hal itu," kata Tom


Pesawat Penjajak Asing Seri Tom Swift 08 di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sembarangan. "Kita dapat membeli atau membuat persetujuan untuk melepaskan diri."
"Begitu" Dengan apa" Luna jauh lebih kaya daripada ayahmu!"
"Engkau ingat apa yang dikatakan Aracta kepada kita
tentang"." Tiba-tiba Tom berhenti, seolah-olah baru menyadari ada orang yang mungkin mendengarkan mereka. Ia membungkukkan
tubuhnya ke dekat telinga Ben. "Mungkin tempat ini disadap. Kita tidak boleh membiarkan Luna mengerti tentang"..mengerti?"
"Betul," Ben segera menanggapi dengan suara rendah.
Kemudian dengan suara lebih keras, yang dibuat sedikit berpura-pura.
"Ah! Engkau sama sintingnya dengan si Foster! Aracta sendiri juga tak beres. Seluruh peristiwa ini benar-benar gila! Tak seorang pun mempunyai senjata semacam itu, demikian juga bangsa-bangsa
asing di bintang-bintang!"
Tom berpura-pura marah lalu melangkah ke pintu besi yang
kekar, kedua tangan di punggungnya. Sekali lagi Ben melihat tanda
"oke" dari tangan tersebut.
"Sekarang apa lagi?" pikirnya. "Apakah mereka mau
berunding" Apakah mereka akan menangkap lagi pancaran-pancaran
pulsa mikro mereka?"
"Dengar, Tom," Ben menggerutu. "Aku menyesal telah memukul dia. Itu memang perbuatan tolol. Tetapi ia yang membuat
aku marah sekali!" Tom membalikkan tubuhnya.
"Oke, Benyamin. Aku tak melihat adanya maksud-maksud lain
pada peristiwa itu, dan hasilnya memang tak dapat diramalkan. Tetapi aku ikut merasakan rasa keputusasaanmu. Aku hanya berharap,
semoga Aracta tidak terlalu banyak mengungkap." Ia pergi
membaringkan diri pada sebuah bangku besi yang sempit, kuatir
terlalu banyak bersandiwara dengan terlalu banyak mempercakapkan
rahasia yang seolah-olah telah diberikan oleh Aracta. Segala dusta yang cerdik itu hanya sebagai umpan, sesuatu untuk memberikan
keleluasaan sewaktu berunding.
Kedua pemuda itu diam, memikirkan apakah akal bulus mereka
itu mengena. Ben sedang tertidur dengan gelisah ketika sebuah tingkap di
dalam pintu terbuka dengan suara menggerit keras.
"He, kalian berdua," seorang penjaga berkata melalui lubang kecil itu. "Mari kita pergi."
"Ke mana?" tanya Tom.
"Boss ingin bertemu kalian."
"Untuk apa ia ingin bertemu kami?" tanya Ben, hampir-hampir tak dapat menyembunyikan rasa gembira dalam suaranya. Ia
memandangi Tom sambil mengedipkan rnatanya tak kentara. Luna
telah termakan rencana mereka!
"Jangan tanya. Ikuti saja aku".dan jangan berbuat yang bukan-bukan!" kata penjaga itu dengan tajam.
Lubang di pintu itu tertutup keras, dan mereka mendengar
gemerincing rantai serta suara kunci diputar.
"Hee, aw"." terdengar suara berseru.
Kemudian terdengar suara bergedebug seperti tubuh yang jatuh
di lantai. Kemudian lagi disusul suara 'klik' yang keras dan pintu besi yang berat itu terbuka.
"Salam! Tom, Ben," Aristotle memberi salam.
"Aristotle!" seru kedua anak muda itu bersama-sama.
"Bagaimana engkau bisa kemari?" tanya Ben.
"Nanti saja! Semuanya akan baik, kalau kalian mau mengikuti
aku," kata si robot.
Sambil melangkahi si penjaga dengan berhati-hati, Aristotle
memilih sebuah anak kunci yang diambilnya dari si penjaga itu, lalu membebaskan Anita.
"Aduh! Sungguh suatu pemandangan yang indah bagi mata
yang pedih ini," kata si Rambut merah.
Ia lalu menghambur keluar dan memeluk benda setengah mesin
itu. "Sungguh senang melihat engkau, Anita. Dan aku bukannya si
'aduh'! Susunan sirkuit ingatanmu kembali ruwet. Aku pun sedih
matamu kurang sehat. Bagaimana pun juga kita tidak boleh hanya
berdiri bengong di sini dan mengobrol. Waktu sangat menentukan.
Karena itu jangan dibuang-buang dengan sia-sia!"
Ketiga sekawan itu mengikuti si robot turun ke koridor, lalu
menuju ke sebuah pintu yang nampak sangat kekar. Aristotle
menunjuk sesuatu pada daun pintu besi dan seberkas sinar putih
kebiruan melesat. Tom mengenali, senjata itu sebagai pemancar laser yang digunakan untuk mengirimkan berita ke Bumi, tetapi rupanya
kini telah diubah menjadi sepucuk senjata.
Di luar terbaring dua sosok tubuh dari penjaga di lantai.
"Aku telah meramu semacam gas ke dalam kapal ini ketika
kalian diundang makan," Aristotle menjelaskan. "Aku memperkirakan perlunya memiliki senjata yang tidak melukai orang."
"Aristotle, bangkotan yang baik hati," Ben memuji si robot sambil mencari jalan keluar.
"Bangkotan?" kata robot itu tercengang, tetapi datar. "Apakah aku sudah sedemikian rombeng" Tom, bukankah aku baru dibangun
kurang dari setahun yang lalu".?"
"Ia hanya bercanda, Aristotle! Itu merupakan istilah kecintaan."
"Aku mencatat segala kekecualian sebagai kelainan dari
pernyataan dengan perubahan zaman."
"Engkau tidak akan berubah," kata Ben sementara mereka
mendekati sebuah batas bagian yang lain.
"Aku sungguh berharap begitu," jawab Aristotle. "Kecuali hal ini kaumaksudkan sebagai perintah langsung agar tetap statis. Aku ingin sekali memperluas kesadaranku seperti dimungkinkan oleh
keadaan." "Begitulah maksudku," kata Ben sambil menikung.
Mereka berlari ke bagian lain lagi ketika tanda bahaya berbunyi
nyaring. Orang-orang berlarian keluar dari ruangan-ruangan di depan dan melihat mereka tetapi tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Tom berteriak meminta jalan.
"Minggir! Minggir! Tugas khusus untuk tuan Luna! Minggir!"
Gertakan itu mengena. Mereka bebas dari kerumunan orang-
orang, lalu menikung ke sebuah lorong yang bertanda: JALAN
KELUAR KE PERMUKAAN. Dalam beberapa langkah lantai logam
yang licin berganti dengan batuan telanjang. Lorong mulai menanjak dan napas mereka terengah-engah ketika sampai di tempat paling atas.
Pada lorong yang lengkung Tom menduga bahwa mereka tiba
di alas kubah utama. Lalu ke mana mereka harus pergi"
"Ke kiri atau ke kanan?" ia bertanya kepada Aristotle.
"Pintu katup utama dan pesawat Mime ada di sebelah kanan.
Tetapi aku telah menimbulkan banyak kehebohan ketika masuk ...."
Ben tertawa, tetapi kemudian mengerang ketika merasakan
tengkuknya. "Kukira memang begitu!"
"Di sebelah kiri bagaimana?" tanya Tom sambil menunjuk ke arah itu.
"Ke kubah-kubah tambahan, pintu-pintu katup untuk keluar
masuk menuju tempat peleburan bijih!"
Tanpa berkata-kata lagi Tom menuju ke bagian kiri kompleks
Ceres, diikuti oleh yang lain. Aristotle berada di paling belakang.
Mata kameranya melihat ke belakang dan lensa-lensa pembantunya
melihat ke depan. Mereka melewati beberapa pintu katup, kesemuanya ditutup
secara otomatis ketika tanda bahaya berbunyi. Laser Aristotle
menembusi segala benda. Namun setiap celah memakan waktu yang
sangat berharga. Tom mulai mengira-ira berapa lama lagi para penjaga akan sampai kepada mereka.
Tiba-tiba muncul seseorang berpakaian jump-suit putih kotor
dan Aristotle segera menghadapinya. Senjata lasernya tertuju ke dada.
Orang itu segera mundur. Sekelompok terdiri atas enam orang pekerja peleburan yang sedang mengangkut batang-batang logam dan
membawa kunci-kunci pas yang besar menghadang jalan mereka.
Tetapi tidak seorang pun dari mereka ingin melawan robot yang
bersenjata laser. Sebuah jejak berasap setinggi telinga tiba-tiba nampak melesat
di lorong. Tom melihat tubuh yang kekar dari Jonathan Anvil jauh di belakang mereka. Tangannya membidikkan senjata laser kepada
mereka. "Yahuuu!" seru Ben, lalu masuk ke pintu katup yang baru saja dibuka oleh Aristotle. Garis sinar merah menyala memercik di tepi pintu tepat di mana beberapa detik sebelumnya kepala Tom berada.
"Tutup!" seru Tom, dan mereka menutup pintu.
"Lebih baik dilas yang rapat kuat," kata Tom.
Si Robot segera melas tepi-tepi daun pintu.
"Ini akan dapat menahan mereka!" seru Ben, tetapi Tom
menggeleng. "Mereka jauh lebih tahu daerah ini daripada kita. Ia tentu segera dapat menemukan jalan memutar."
Tom mulai berlari lagi dengan kencang dan yang lain-lain
mengikuti. Di sebuah ruas lorong pemuda itu berhenti lagi dan
berpaling ke arah teman-temannya.
"Kita tidak dapat melarikan diri dengan meninggalkan Aracta di tangan David Luna!"
"Memang, tetapi di mana dia?" tanya Anita.
"Aku mungkin dapat menjawabnya," Aristotle menyela.
Ia menunjuk ke komputer yang ada di lorong di depan mereka.
Robot itu dengan diam-diam menggelinding ke arah itu. Seseorang
yang sedang mendorong sebuah kereta listrik berisi batangan-
batangan logam melihat datangnya si robot. Ia meninggalkan
keretanya dan berlari untuk menyelamatkan diri. Kereta listrik melaju hingga berhenti menabrak dinding.
Di terminal komputer Tom melihat jari-jari Aristotle menari-
nari dengan cekatan di atas tombol-tombol. Sebuah peta muncul di
layar dan hampir seketika itu pula berganti gambar peta yang lebih besar berskala lengkap dengan angka-angka dan huruf-huruf.
Robot itu lalu kembali ke teman-temannya.
"Aku tahu suatu daerah terlarang".satu-satunya di luar sel-sel tahanan. Di sana tentunya".." Robot itu berhenti di tengah-tengah kalimat.
"Aku benar-benar sebuah mesin yang sering salah!"
Ia berbalik dengan kecepatan yang mengagumkan. Kembali ia
menekan-nekan tombol komputer untuk menghubungi komputer
pusat. "Aracta memang ada di dalam daerah terlarang!"
"Bagaimana engkau dapat yakin?" tanya Tom.
"Aku baru saja berbicara dengan dia!"
Chapter 13 "Apa?" tanya Tom tercengang.
"Aku malu, tak segera terpikir olehku," jawab Aristotle.
"Ketika aku pada mulanya berbicara dengan Aracta, ia meminta saluran-saluran lain. Kukira di sini sama masalahnya. Karena tak ada saluran komersial, maka diadakan komputer pusat yang agak besar.
Aku menanyakan lokasi dari permintaan-permintaan kecepatan tinggi.
Tentu saja aku lalu menemukan Aracta. Aku mengirimkan pesan
kembali secara saling dukung melalui permintaan perpustakaan yang sehari-hari, dan Aracta menanggapinya dengan memanggil aku
melalui hubunganku di komputer pusat."
"Ah, kalian ini bangsa komputer, selalu saja saling bantu
membantu!" kata Ben. Tetapi ia tersenyum.
"Kemudian ?" tanya Tom.
"Kuberikan Aracta sebuah kopi dari semua pancaran pulsa
mikro, lalu membiarkan dia membuat keputusannya sendiri. Aku tahu, ia melakukan perekaman suara dari kalian semua dan dari David
Luna." "Lalu ?" tanya Tom lagi.
"Mungkin saja ia lalu mengetahui bahwa ia telah dibohongi dan dipergunakan dengan cara yang sangat memalukan. Aracta sedang
menim-bangnimbang mana yang paling rendah dari dua " eh, maaf,
" tiga kejahatan. Yaitu: David Luna dengan cara-cara memerasnya
yang mungkin berarti tak akan memberikan bantuan kepada bangsa
Skree sama sekali; engkau, Tom, dan apa yang kauwakili sebagai
aspek-aspek yang lebih mulia dari bangsa manusia; dan yang terakhir, bukan kedua-duanya."
"Apa maksudmu dengan bukan kedua-duanya?" tanya Anita.
"Aracta mungkin tak akan memberikan data mesin stardrive
baik kepada Luna atau kepada kita," kata Tom penuh pikiran.
Ia berpaling kepada Aristotle.
"Kalau saja Aracta masih memiliki kerangka luarnya, yaitu
kapalnya, apakah kaukira kau berlalu begitu saja dengan maksud
menemukan bangsa lain?"
"Kukira ia juga mempertimbangkan kemungkinan itu. Ini
masalah kebebasan pilihan yang logis. Tetapi aku tak dapat
menentukan apa faktor waktunya, atau berapa lama waktu yang
tersedia bagi Aracta atau penjajak-penjajak lainnya. Namun kukira tak terlalu lama. Faktor demikian ini akan sangat berat?"."
"Itu dia mereka! Habisi saja!" Beberapa orang tegap besar lari mendatangi dengan menggenggam senjata. Tom dan teman-temannya
berlari ke balik tikungan dan Tom berteriak kepada Aristotle agar mengikuti.
Robot yang penyok-penyok itu membidikkan lasernya ke
lorong. Kemudian, dengan dipandangi Tom yang mengangkat
tangannya memprotes, Aristotle menembak. Semburan tunggal sinar
laser itu membelah pipa di atas penyalur air pendingin mesin pelebur.
Air itu demikian panasnya hingga menggelapkan daerah di sekitarnya dengan uap air!
Tabir uap air itu menghentikan serbuan orang-orang tersebut,
dan Aristotle dengan tenang membalikkan tubuh menggelinding di
lorong. Tom mengikuti, menggeleng-gelengkan kepala memuji segala
usaha robot itu yang tak mau mencederai manusia.
Setelah beberapa saat berjalan melalui lorong-lorong yang
berbelok-belok di belakang tangki-tangki, yang hanya dapat dijalani oleh mereka yang beringatan kuat tentang tata-letak daerah itu,
mereka sampai di tepi daerah terlarang.
Dinding-dinding dan lantai diberi warna merah cerah dan
langit-langitnya diberi jalur-jalur penerangan yang lembut.
Penjaga-penjaga berseragam hitam-merah berdiri di depan
berbagai pintu. Namun tak seorang pun di antara mereka yang
memakai topeng gas, dan dengan mudah Aristotle menggelinding di
sepanjang lorong, tiap sebentar menyemburkan gas yang membuat
musuh pingsan. Tom mengikuti, membuka pintu setiap ruangan untuk melongok
ke dalam. Di ruang ketiga ia menemukan Aracta tergolek di sebuah meja,
dengan kabel-kabel yang menghubungkan kontak-kontak di tubuhnya
dengan berbagai stop kontak di dinding.
"Sudah tiba saatnya, teman-temanmu yang baik," kata Aracta dengan lafal Inggris. "Aku telah terlalu lama disuruh menunggu."
Ketiga muda-mudi memandanginya dengan tercengang.
"Ia berbicara dengan lafal Inggris!" Ben menggumam.
"Soal selera, kukira," kata Aracta agak angkuh.
"Aku tak mendapatkan informasi yang dapat diberikan oleh
bahasa tubuh kepada pernyataan seseorang, tetapi aku mengetahui
bahwa kebanyakan manusia dipengaruhi oleh lafal, baik yang negatif maupun yang positif. Aku sendiri memilih salah satu yang kira-kira paling baik bagi tujuanku."
"Apa saja tujuanmu itu?" tanya Tom.
Ia tak suka membuang-buang waktu, tetapi karena tak tahu
bagaimana tanggapan penjajak asing itu bila ia begitu saja menerima, ia tak punya pilihan lain daripada meneruskan percakapan.
"Tujuanku hanya satu. Hanya satu tujuan saja: membebaskan
bangsa yang telah memberi aku kesadaran! Kelangsungan hidup
merekalah satu-satunya kepentinganku. Tak menjadi soal berapa
bangsa yang mungkin menjadi punah dalam usaha ini, asal
kelangsungan hidup bangsa Skree terjamin."
Suara yang tak beremosi dari pesawat itu datang dari sebuah
lubang kecil, tetapi terdengar sangat nyata.
"Bahasamu kurang mampu bagiku untuk menyatakan betapa
kuatnya perasaanku mengenai masalah ini. Bangsaku " kalau terpilih
" akan sangat dihargai atas pengorbanan seperti juga bangsa-bangsa lain demi kelangsungan hidup bangsa Skree.
Aristotle menggelinding masuk. Maka terjadilah saling bertukar
suara bercuit-cuitan yang memekakkan, hingga Ben dan Tom nampak
tercengang dan Anita terlompat.
"Apa-apaan itu?" tanya Anita.
"Pancaran sinar ultra yang sangat cepat," jawab Tom. Ia berpaling kepada Aristotle. "Apa yang kauketahui?"
"Aracta membenarkan analisaku mengenai maksud-maksud
David Luna. Ia meminta kepadamu untuk membawa dia pergi dari sini dengan segera."
"Lalu bagaimana dengan mesin stardrive itu?" tanya Ben. "Kita akan memperolehnya atau tidak?"
"Masalah yang pertama harus dilakukan!" kata Tom. "Kalau kita tidak dapat membebaskan diri, semuanya akan harus dilakukan
secara teori. Aristotle, engkau menggendong Aracta."
Terdengar lagi pertukaran suara cuit-cuit. Aristotle mengangkat
penjajak asing yang berbentuk telur itu dan melepaskan semua kabel-kabel sambungan. Kemudian ia masukkan tiga kabel dari penjajak itu ke dalam penghubung sambungan pada sisi luar tubuhnya sendiri, lalu melepaskan kabel-kabel yang tidak digunakan dan berjalan keluar.
"Ke mana?" tanya Anita.
"Aristotle, tunjukkan jalan ke tempat pakaian ruang angkasa
dan terus ke permukaan!" perintah Tom.
"Ya, Tom!" Robot itu melangkah melewati puing-puing yang ditinggalkan
di lorong dan mereka berjalan cepat melewati jaringan lorong-lorong pemeliharaan dan gudang batangan-batangan logam tanpa menemui
hambatan. Ketika mereka mendekati salah satu pintu katup yang ke
permukaan, Tom melihat enam orang pengawal yang bersenjata dan
nampak kekar-kekar. Ia segera bersembunyi sebelum pengawal-
pengawal itu melihat rombongan mereka.
"Beri mereka gas!" perintah Tom kepada Aristotle.
"Maaf, Tom. Aku tidak memperkirakan penggunaan gas
sedemikian banyak. Aku tinggal mempunyai beberapa cc, dan tidak
cukup untuk musuh sebanyak itu."
"Tom," kata Ben cepat-cepat. "Aristotle dapat menembak demikian jitu dan tidak tertandingi oleh manusia. Suruhlah dia
menembaki senjata mereka. Itu tidak akan melukai seorang pun,
bukan?" Sebelum Tom menanggapi, Aristotle telah berkata:


Pesawat Penjajak Asing Seri Tom Swift 08 di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku tidak sanggup melakukan tugas itu. Batere Laser sudah
lemah. Diperlukan waktu satu jam untuk mengisinya kembali agar
mampu melakukan tembakan enam kali. Belum lagi tenaga
cadangannya!" "Yah ampun," Anita mengeluh, lalu bersandar ke dinding. "Jadi kita sudah kehabisan mesiu dari jenis apa pun!"
"Belum semua," kata Aracta dari gendongan Aristotle. "Kalau untuk membantu, kukira aku dapat mengatur pelarian ini."
"Asyiiik!" seru Ben, kemudian ia memandangnya dengan malu-malu. "Bagaimana rencanamu?"
"Untung sekali, teman-teman. Aku bukannya tidak berdaya
sama sekali. Aku mempunyai satu dua akal. Tetapi kukira aku harus dapat lebih dekat lagi!"
Tom mengedip-ngedipkan matanya. Ia berusaha keras untuk
tidak tertawa. Sebuah pesawat asing yang mempunyai lafal demikian, sungguh lucu.
"Apa yang harus kita kerjakan?"
"Kalau kalian dapat menempatkan aku pada jarak lima atau
enam meter dari mereka, aku akan dapat menguasai mereka dan
semuanya akan menjadi beres!"
"Apa engkau memerlukan tempat menembak yang kokoh?"
tanya Tom. "Atau dapatkah engkau menembak sambil bergerak?"
"Aku khawatirkan, engkau salah mengerti tentang kemampuan
senjataku, temanku yang baik. Serangan yang aku pikirkan ini tidak akan mencederai musuh secara tetap. Aku tidak menghendaki untuk
menggunakan senjata semacam senjata laser kalian."
"Apa engkau mempunyai senjata laser?"
"Pertanyaan itu tidak mau aku menjawabnya. Bawa saja aku
sampai cukup dekat dengan mereka. Gunga Din, dan kita akan segera dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik."
"Gunga Din?" Anita menaikkan alismatanya.
"Aku telah membaca semua literatur Inggris," kata Aracta.
"Aku cukup mengerti tentang segala cerita kuno, yaitu mengenai hari-hari jayanya kerajaan Inggris. Cerita-cerita itu tidak seperti sejarah yang tertulis. Kukira karena itulah disebut sebagai cerita fiksi."
"Semuanya?" tanya Anita. "Engkau telah membaca semuanya?"
"Ia telah selama tiga jam pada saluran C dengan hubungan
langsung pada Perpustakaan Kongres," Aristotle menengahi
pembicaraan. "Ya benar. Tetapi tiga jam itu hanya".eh"..," bantah Anita.
"Pancaran ultra cepat. Tiga detik untuk seluruh karya Kipling.
Beberapa detik lagi untuk buku yang paling laris terbitan mutakhir.
Semenit dua menit untuk karya semua penyair".ya, aku maklum."
"Ya," kata Tom. "Sudahlah! Aku punya rencana, Ben. Carilah sesuatu untuk membungkus Aracta. Anita, buatlah dirimu seperti baru saja berkelahi. Acak-acak rambutmu menjadi awut-awutan dan
corengi wajahmu agar nampak kotor." Lalu kepada Aristotle ia berkata:
"Apa ada wanita-wanita di Ceres ini?"
"Empatpuluh satu, Tom. Pekerjaan mereka bermacam-macam:
dari kepala asisten tungku peleburan sampai ke koki, dan dari pilot kapal tunda sampai ke pengawas ladang hidroponik."
"Bagus! Kuharap saja Anita bukan satu-satunya wanita!"
Ben memegangi sehelai sobekan kain plastik balon, yaitu
sejenis yang digunakan untuk pembungkus.
"Hanya ini yang dapat kutemukan. Dapat dipakai?"
"Bagus sekali!"
Tom lalu memandangi Anita yang sedang merobek bagian
pundak pakaian jumpsuit yang dikenakannya dan mencorengi
wajahnya dengan gemuk dari pompa darurat. Kemudian ia melumuri
dirinya dengan isi sebuah tempat sampah.
"Wah, wah! Aku nampak mengerikan," kata Anita tersenyum pahit.
"Engkau nampak sempurna," puji Tom.
Ia bertanya kepada Aracta yang kini telah lepas hubungan
dengan Aristotle dan yang kini telah terbungkus.
"Dapatkah engkau dilemparkan tanpa menjadi cedera?"
"Tentu saja, sobat!" jawab Aracta. "Aku dibuat agar tidak mudah menjadi rusak. Berilah aku ruang gerak!"
"Oke," kata Tom. "Anita, engkau berjalanlah terhuyung-huyung ke sana dengan membawa Aracta. Pegangi salah satu sisi kain plastik pembungkus. Berlakulah seperti sedang dikejar-kejar orang.
Bergumam dan berteriaklah seperti ada 'kebakaran', atau 'itu mereka datang', atau 'awas'. Yaah, semacam itulah sehingga para pengawal itu membiarkan saja engkau datang mendekat untuk mengetahui apakah
sebenarnya yang terjadi."
"Sebelum mereka menembakiku, tentunya?" kata si Rambut
merah getir. "Mereka akan mengira bahwa engkau adalah serombongan
dengan mereka. Paling tidak, kuharap demikianlah mereka menduga.
Aku sendiri mau juga melakukannya, tetapi menghadapi orang laki-
laki, mereka akan cepat-cepat menembak dan minta dikirim regu bala bantuan!"
Tom meletakkan Aracta yang terbungkus itu ke dalam tangan
Anita. "Lindungilah dia seperti bayi. Menengok-nengoklah seperti
sedang ketakutan!" "Aku memang takut!"
"Kalau begitu, lakukanlah dan bawalah Aracta mendekat
sedekat mungkin pada mereka. Kemudian jatuhkanlah dirimu, dan
tetaplah berbaring di tanah, lalu biarkanlah Aracta menggelinding ke arah mereka!"
Tom memandangi pesawat penjajak asing itu yang mengintip
keluar dari celah-celah kain pembungkusnya dengan lensa tunggalnya.
"Engkau, lakukanlah apa yang kaupikirkan!"
"Tentu, bung! Jangan takut! Aracta ada di sini. Sesuatu yang indah bagi sang Ratu, bukan?"
"Engkau benar-benar yakin tentang literatur yang telah
dibacanya?" Ben menggumam.
"Berterimakasihlah bahwa ia tidak mempermainkan Chaucer.
Kalau tidak, kita tidak akan pernah dapat memahami dia," kata Anita.
Ia lalu mengambil napas dalam-dalam, memeluk Aracta erat-
erat, lalu berlari-lari masuk ke lorong. Ia membenturkan tubuhnya dengan pundaknya ke dinding dan lari sempoyongan ke tengah-tengah mereka.
"Tolong! Tolong! Selamatkanlah aku! Mereka datang! Mereka
menyerang tuan Luna, dan ...."
Anita mengerang dan bersandar terkulai pada dinding, lalu
tegak dan berlari lagi. Para pengawal membidikkan senjata mereka kepadanya. Tetapi
mereka menjadi bingung dan memandangi dia. Anita mengeluh dan
jatuh. Sambil memegangi tepi kain plastik pembungkus itu ia
menggelindingkan pesawat penjajak asing itu langsung ke arah kaki-kaki para pengawal yang berdiri terpukau.
Dengan seketika mereka menjadi tegak dan kaku. Senjata
mereka jatuh berkontrangan ke lantai besi. Mereka berteriak-teriak dengan kedua belah tangan memegangi kepala. Dalam beberapa detik
kemudian mereka jatuh bergulingan di lantai besi itu dan diam tidak bergerak lagi.
Chapter 14 Tom dan Ben ternganga melihat apa yang dilakukan penjajak
asing itu. Tetapi Aristotle telah menggelinding melewati mereka
menuju ke pos penjagaan. Anita bangkit berdiri dan segera ditemani oleh kedua temannya.
"Dengan apa ia telah menyerang mereka?" tanyanya sangat terkesan.
"Getaran sonik mungkin" Atau semacam telepati sonik?" Tom menduga. "Kita harus hati-hati. Benda itu memiliki kemampuan yang belum kita kenal!"
"Apakah kaukira ia akan berbalik dan melawan kita?" tanya Ben.
Tom menengok ke tubuh-tubuh yang terkulai. Aristotle sedang
menyeret dua orang pengawal keluar dari pintu ke dalam ruang pintu katup.
"Barangkali," jawab Tom, lalu menggigit bibir sejenak.
"Dapatkah engkau memikirkan bila kita dapat melepaskan diri, kita dapat terkurung di dalam kapal dengan pribadi berbahaya yang tidak waras. Ia bersenjata lengkap dan tidak dapat diramalkan
kemauannya!" Anita dan Ben mengangguk dengan wajah muram, lalu berlari
ke ruang pintu katup. Sementara Ben membantu Anita mengenakan
pakaian ruang angkasa, Tom mengangkat Aracta, lalu diberikannya
kepada Aristotle. Robot itu kembali memasukkan kabel-kabel
penjajak itu ke dalam kontak sambungan di tubuhnya sendiri,
sementara yang lain-lain menyelesaikan berpakaian ruang angkasa.
Aristotle memungut sepucuk senjata laser milik salah seorang
pengawal sebagai alat bela diri tambahan. Tom dan Ben meniru
tindakan si robot. Dalam beberapa menit mereka sudah siap di dalam ruang pintu
katup udara. Udara dalam ruang itu membeku seperti salju ketika
kedinginan angkasa luar memasukinya. Tom menyuruh Aristotle
membuat macet peralatan pintu katup, sehingga musuh tidak dapat
mengejar keluar. Kemudian mereka berlari di permukaan batu yang
kasar dan berlekuk-lekuk mengelilingi kubah-kubah Ceres.
Selang satu jam kemudian mereka baru dapat melihat kapal
mereka Mime, yang tenang-tenang bertengger pada ketiga kaki-
kakinya, jauh di lapangan pendaratan bersemen beton.
"Penjaga!" Tiba-tiba Ben memperingatkan sambil
menyentuhkan topi helmnya ke topi helm Tom. Mereka tidak berani
menggunakan radio, takut kalau diketahui musuh di mana mereka
berada. Tom menunjuk dan Anita mengangguk. Anita juga telah
melihat sepuluh orang penjaga yang menyebar di sekeliling kapal
mereka. Ben menunjuk ke Aristotle, lalu memberi isyarat bahwa robot
itu boleh mulai beraksi terhadap musuh. Ia sendiri lalu tersenyum malu. Tentu saja Aristotle sudah tidak mempunyai persediaan gas.
Dan seandainya masih mempunyainya, gas itu tidak akan cukup untuk menguasai musuh itu, karena gas itu tidak dapat mempengaruhi orang yang mengenakan pakaian ruang angkasa.
Mereka tidak ingin menembak musuh-musuh itu dengan senjata
laser, dan Aristotle tidak mungkin melanggar larangan
programmingnya untuk tidak mencederai manusia. Tom mendekatkan
topi helmnya kepada topi helm Anita, dan memberi isyarat kepada
Ben agar mendekat. "Kalau Nabi Muhammad SAW tidak dapat pergi ke gunung,
maka gununglah yang harus datang kepada beliau."
Anita mengernyit. "Heh, engkau terbalik-balik!"
Tom menggeleng. Ia lalu merosot turun ke sebuah lereng kawah
kecil yang akan mereka lalui, kemudian berjalan ke tempat Aristotle yang telah mendahului mereka. Ketika Anita dan Ben menyusulnya,
mereka melihat Tom mendekatkan kepalanya kepada Aristotle untuk
beberapa saat. Si robot berbalik lalu menaiki lereng kawah, meninggalkan
Tom yang kini menggendong Aracta. Tidak lama kemudian Aristotle
menghilang di balik beberapa buah batu-batu besar. Ben mendekatkan kepalanya kepada Anita.
"Apa kaukira jika Aracta sedang tersambung dengan Aristotle
maka mereka dapat saling berkomuikasi?"
"Tentu! Pada kecepatan robot," jawab Anita. "Tetapi kita tidak tahu masalah apa."
Mereka lalu mengungkapkan pikiran mereka ini kepada Tom.
Dan Tom hanya mengangguk.
"Aku tidak ingin nampak gila karena ketakutan," kata Ben.
"Tetapi menurutmu apakah kesintingan Aracta itu tidak dapat
menular?" Tom kelihatan seperti berpikir, kemudian menggeleng.
"Tidak! Tetapi aku juga tidak berani bertaruh untuk itu. Dalam banyak hal Aristotle lebih mirip dengan Aracta daripada kita."
Ia mengernyitkan alismatanya, lalu melanjutkan kata-katanya.
"Tetapi kita telah membuat programming bagi Aristotle, dan
ingatannya diciptakan oleh manusia yang memberikannya pengertian, statistik dan informasi."
"Yang semuanya itu engkaulah pengaturnya," sambung Ben.
"Engkaulah yang memilihkan pola dasar pikirannya. Engkau pula yang menjadi gurunya sejak awal mula!"
"Memang! Tetapi sejak itu Aristotle telah mengajar dirinya
sendiri. Ia melahap segala bahan pengertian."
"Ya, bahan dari manusia dan kemudian pengalaman," Anita mengingatkan. "Aracta adalah pribadi asing. Ia sebenarnya tidak dapat mempengaruhi Aristotle."
"Mengenai gagasan-gagasan baru," kata Tom. "Informasi-informasi baru. Aracta merupakan suatu dunia yang baru sama sekali tentang informasi dan sikap. Kita tidak dapat mempertahankan pokok pikiran dan sikap kemanusiaan dari Aristotle. Demikian pula bangsa Skree tidak dapat menahan pula pokok-pokok dasar pemikiran dan
sikap mereka terhadap Aracta."
Tom memandangi Anita, lalu meneruskan kata-katanya.
"Kita harus selalu ingat bahwa meskipun ada sesuatu dari
bangsa asing yang sama sekali berbeda dalam bentuk dan pemikiran, maka kalau ia memiliki kesadaran diri dan kecerdasan, ia merupakan suatu kepribadian yang harus kita hormati. Kehidupan yang cerdas
tentu bukan merupakan hal yang sudah biasa di dunia bintang-bintang sana."
"Atau juga di Bumi," gumam Ben.
"Aristotle tidak mungkin dirubah oleh Aracta," kata Tom hampir seperti pada dirinya sendiri. "Ia dapat diperluas, ditambah ...
tetapi tidak dapat diubah!"
"Tom," tanya Ben. "Aristotle tadi kausuruh apa ..?"
Sebuah kapal tinggal landas jauh di seberang lapangan.
Semburan api mesinnya menimbulkan bayangan-bayangan yang
kontras, melipat-duakan bayangan yang dibuat matahari. Kapal itu
naik ke angkasa yang hitam bertabur bintang, seperti bertumpu pada sebuah mata tombak nyala api. Kemudian meledak!
Chapter 15 Ledakan itu tidak mengeluarkan suara. Kapal itu seperti dalam
sebuah film slow motion. Meledak berkeping-keping dan pecahan-
pecahan berhamburan ke mana-mana. Sebagian meluncur searah
dorongan roket, tetapi beberapa pecahan lainnya jatuh kembali ke
Ceres karena tertarik gravitasi kecil dari asteroid tersebut.
"Lihat mereka!" kata Tom, menunjuk ke arah para penjaga yang tercengang.
Orang-orang di sekeliling Mime itu telah melemparkan diri
mereka ke atas tanah, atau berlindung di balik kaki pendarat kapal Jupiter Nine yang putih kuning itu. Ketika pecahan terakhir telah menghilang, orang-orang itu perlahan-lahan bangkit dan berdiri
kembali. "Apa yang telah mereka lakukan?" tanya Anita kepada Tom.
"Aku menyuruh Aristotle mencari sebuah kapal yang dapat
diprogram untuk tinggal landas sendiri lalu meledak sendiri pula di angkasa. Mereka tentu mengira bahwa kitalah yang meledak itu.
Setidak-tidaknya demikianlah yang kuharap!
"Tetapi para penjaga itu tidak bergerak juga," kata Anita.
"Belum. Mereka sedang menunggu perintah!" kata Tom.
Lima menit berlalu. Kemudian sepuluh menit.
Aristotle muncul meluncur turun ke dalam kawah. Ia kembali
mengambil Aracta dan menyambungkan kabel-kabelnya pada dirinya.
Tom menyandarkan kepalanya beberapa saat pada tubuh si robot,
kemudian ia merayap kembali kepada Ben dan Anita dengan
tersenyum-senyum. "Ia menambah pengalamannya dengan sebuah akal yang cerdik.
Ia berbuat seolah-olah aku memberi perintah untuk tinggal landas, meniru suaraku, dan dengan tidak sengaja membiarkan radio luar tetap bekerja. Pintarnya, engkau berikan jawabannya, Ben!"
"Aristotle pandai meniru?" tanya Anita dengan nada keheran-heranan.
"Ia cukup banyak mendengar kita berbicara, dan ia memiliki
rekaman-rekaman yang dapat ia gunakan," kata Tom gembira.
"Aku tidak mengerti," Ben menggumam. "Barangkali mesin-mesin sudah menjadi terlalu pintar!"
Tom tertawa. Suara tertawanya menghilang sekejap ketika topi
helmnya putus kontak dengan mereka.
"Kecemasan di zaman kuno itu" Atau Technophobia" Memang
mesin-mesin dapat berbahaya kalau engkau tidak menghargainya, atau tidak tahu cara bagaimana menggunakannya. Ya memang, tingkat
tertinggi yang dicapai manusia tetapi bagaimana pun juga ia tetap hanya sebuah mesin."
"Aku tidak tahu, Tom," kata Anita ragu-ragu. "Ia mempunyai kepribadian yang jelas dan nyata, sejumlah besar pengetahuan, dan?"
Suaranya menghilang. "Tetapi kebijaksanaan?" Tom bertahan dengan ngotot. "Hati"
Firasat atau ilham" Kecerdasan, ya memang, dan nanti pada waktunya batas antara kecerdasan manusia dan mesin akan menjadi kabur.
Orang tidak lagi mampu mengatakannya, atau"menghiraukannya.
Tetapi pada saat ini, belum."
"Namun ia seperti anakmu sendiri," kata Anita.
"Bukan! Tidak demikian!" kembali Tom ngotot. "Aku tidak ingin merusak khayalanmu, tetapi setinggi-tinggi apa yang dicapai orang dengan Aristotle, ia tetap merupakan sebuah hasil penemuan
manusia." Ia kembali berpaling ke arah para penjaga, lalu berseru.
"Lihat!" "Kalau mereka telah lenyap dari pemandangan"..kita
berangkat!" Tom memberi isyarat kepada Aristotle yang sedang mengintip
dari tepi kawah. "Anita! Engkau yang pertama-tama. Kemudian Ben. Aku akan
menyusul bersama Aristotle. Dengan cara itu tidak akan saling
menghambat ketika menuju ke tempat duduk masing-masing."
Dengan diam-diam mereka mengawasi para penjaga yang
berbaris pergi atas perintah melalui radio yang mereka tidak
mendengarnya. Rasanya lama sekali orang-orang itu melintas daerah yang berlekuk-lekuk kembali ke ruang pintu katup. Tom melirik ke
jam digital yang dipasang pada lengan baju ruang angkasanya.
Ia harus memberi mereka cukup waktu hingga telah masuk ke
pintu katup dan terkunci, hingga mereka sudah mulai melepaskan
pakaian ruang angkasa mereka. Dengan demikian para penjaga itu
tidak dapat dengan cepat keluar lagi.
Akhirnya Tom berpaling kepada Aristotle dan memberinya
isyarat. Si robot melangkah naik ke pinggir kawah, memegangi
senjata laser yang diambilnya dari salah seorang pengawal di pintu katup ketika pingsan tadi.
Tom menepuk-nepuk punggung Ben dan Anita. Mereka mulai
berjalan setengah melayang dalam keadaan gravitasi rendah. Mereka lebih banyak melompat daripada berlari. Lama benar rasanya
melayang turun ke tanah. Tom merasakan sangat lemah
kedudukannya dan tanpa adanya lindungan di lapangan terbuka.
Dari sudut matanya ia melihat secercah garis tipis berwarna
merah yang melesat sekilas dari mulut sebuah senjata laser Aristotle dan ditujukan ke antena radar yang terdekat. Tiang itu meledak dalam percikan bunga api dan perlahan-lahan tumbang.
Garis tipis yang kedua menusuk jantung radar berikutnya.
Antena itu mengepulkan asap dan berhenti berputar.
Anita telah sampai di kaki kapal. Kini ia memanjat batang-


Pesawat Penjajak Asing Seri Tom Swift 08 di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

batang tangga, diikuti oleh Ben. Tom berhenti sejenak dan menoleh ke belakang. Aristotle masih tetap berdiri di tepi kawah dengan tetap membidikkan senjata lasernya sambil menggendong Aracta.
"Ayo!" seru Tom.
"Ia lupa bahwa si robot tidak dapat mendengarnya. Sinar merah membelah udara, dan antena yang terjatuh menyemburkan bunga api.
Baru setelah itulah Aristotle mulai berlari. Tom meraih batang
tangga yang paling tinggi yang dapat diraihnya dan menarik tubuhnya ke atas. Ia membuka topi helmnya sambil melompat masuk ke dalam
kabin utama pesawat Mime. Kemudian ia duduk di kursi kemudi dan
segera mulai menghitung. "Hidupkan komputer," ia memerintah.
"Siap!" jawab komputer.
"Bersiap untuk tinggal landas darurat!"
"Siap, pak!" "Tom," seru Ben. "Beberapa orang keluar dari pintu katup.
Mereka bersenjata laser!"
"Jangan tentukan arah!" tukas Tom. "Naik!"
"Siap, pak!" Komputer di dalam tubuh Mime adalah sangat rumit, dan tidak
mampu melakukan tugas bebas seperti Aristotle. Tetapi dalam
perjalanan mereka yang lama itu, Tom berpendapat bahwa sangat baik bila kapal mereka dapat melakukan tinggal landas yang hampir
seketika. Berjam-jam ia bekerja dan memberikan programming baru
kepada komputer, agar lebih dapat memonitor kerjanya sendiri dan
menyimpannya untuk menghadapi keadaan darurat. Apa yang perlu
dilakukannya adalah tinggal memberikan perintah, dan dengan
kecepatan kilat serta ketepatan elektronik, komputer itu akan
melakukan apa yang harus dikerjakan.
Mesin peleburan inti yang besar itu bangkit menderu-deru.
Radar kapal selama itu selalu mengawasi udara, mencatat segala
benda angkasa yang mungkin akan merupakan bencana. Radar itu
telah menunda kerja mesin peleburan itu sepersekian detik dan
memberikan jalan kepada sebongkah benda angkasa sebesar piramida
Cheops dari lintas mereka.
Kapal mulai naik, menjejak kuat-kuat pada gravitasi rendah di
Ceres. Tom melihat para penjaga meninggalkan senjata mereka untuk melompat mencari perlindungan, sementara ia sendiri terdorong kuat ke kursi kemudi oleh kecepatan kapal.
Kaki-kaki pendarat telah melipat dan masuk ke tubuh kapal.
Ceres segera tertinggal jauh dengan cepat sekali sehingga serupa bola raksasa bertepi tidak rata dan berwarna bagaikan asap.
Mereka telah bebas! Tom segera menentukan arah penerbangan yang secepat
mungkin menuju ke Bumi. Ia kemudian duduk kembali dan tiba-tiba
ia merasa lelah dan mengantuk.
"Tom," terdengar suara Aristotle.
Tom berpaling memandangi si robot. Pada dada robot
melintang segaris logam yang lumer sebagian. Suatu garis setengah kehancuran melintas di tubuh logam dan mengiris permukaan Aracta
yang anggun dan kebal, juga telah mengiris salah satu lensanya.
Aracta telah mati. Chapter 16 Tom memandang nanar kepada telur mati yang merupakan
utusan dari bangsa Skree. Mati.
Ben mengedip-ngedipkan matanya ke arah penjajak yang
hancur itu. Anita terpukau.
"Engkau tidak apa-apa, Aristotle?" tanya Anita.
"Hanya kerusakan kecil, pada kulit, Anita. Penjaga pertama
yang keluar di pintu katup. Semua memang kesalahanku. Aku
membalikkan tubuh untuk menghidupkan mesin pintu katup.
Seharusnya aku melindungi Aracta dengan tubuhku."
"Aristotle, itu hanya suatu tembakan yang mujur," kata Ben serak.
"Aku tidak mengerti bahwa manusia dapat demikian tepat.
Manusia mempunyai detak jantung, getaran otot, gerak refleks,
jantung dan urat-urat darah yang tidak selalu baik, penglihatan yang salah dan".."
"Aristotle!" kata Tom. "Itu hanya tembakan yang betul-betul mujur! Tidak seorang pun dapat begitu tepat pada jarak sedemikian.
Ini hanya suatu kebetulan, suatu kecelakaan. Mereka mungkin hendak menembak kaki kapal untuk melumpuhkan kita. Bukan salahmu!"
"Tom, kalau aku memang dapat mengerti kelembutan hati
manusia, engkaulah merupakan individu yang lembut. Tetapi bukan
untuk mengelakkan tanggungjawabku. Aku dipercaya menjaga
Aracta, tetapi aku gagal mempertahankan kepercayaan itu. Aku
sungguh-sungguh hanya sebuah mesin yang banyak membuat
kesalahan. Seharusnya engkau membongkar aku, Tom. Aku
merupakan kekeliruan sejak semula. Peretelilah aku. Aku akan
memasak untukmu. Untuk membersihkan dan menuang keranjang
sampah, aku akan masih mampu."
"Aristotle!" kata Tom dengan penuh kesabaran. "Ini bukan salahmu. Kita akan berlaku begitu. Pintu itu harus ditutup"kalau
tidak demikian kita tidak akan tinggal landas."
"Seharusnya aku dapat memikirkan kemungkinan itu."
"Jangan kau terus menerus menyalahkan dirimu," kata Ben.
"Aracta telah gugur, dan lenyaplah mesin stardrive."
Aristotle diam sejenak. Dengan perlahan-lahan ia berpaling
kepada Ben. "Ah, tidak Benyamin. Sama sekali tidak. Tidak hilang kalau
Tom dapat memasang pecahan-pecahan itu."
Robot itu kembali menghadapi Tom. Ia menunjuk ke kabel-
kabel halus yang masih menghubungkan dirinya dengan Aracta. Kami
sering melakukan dialog dengan saluran B dan C. Aku tahu dengan
tepat di mana tinggalnya bangsa Skree, dan mengapa mereka
menghadapi kesulitan-kesulitan, mengenai sejarah mereka, sosiologi, botani planet-planet, zoologi dan sejumlah ilmu-ilmu lainnya."
"Aristotle!" seru Tom.
"Mesin stardrive-nya?" tanya Ben, suaranya tenang.
"Aku khawatir itulah pancaran yang dilakukan Aracta
kepadaku. Tembakan itu telah membuat sirkuit utamanya luluh. Ia
baru mulai memancarkan perincian-perincian, tetapi kelebihan muatan menjadi terlalu berat baginya. Ia mengucapkan selamat tinggal."
Tom bangkit berdiri dan memandangi Aristotle.
"Apakah kita dapat membangun sebuah mesin stardrive dari
informasi yang kaudapat?"
"Aku tidak bisa, Tom. Masih terlalu banyak lubang-lubangnya.
Tetapi pikiran manusia banyak memiliki kekuatan-kekuatan naluriah.
Dari data yang paling kecil dapat diperoleh kesimpulan-kesimpulan yang mengagumkan. Aku sungguh kagum melihat daya pikiran
manusia." Tom menggigit jari sejenak.
"Kita harus mencobanya, tentu saja!"
"Tentu saja! Aku ingin sekali belajar dari mereka yang
menciptakan Aracta."
Ben ikut bicara dengan ragu-ragu.
"Dengar Aristotle. Engkau tahu apa yang kami duga tentang
Aracta. Engkau tentu tahu, yaah, sinting".."
"Ya, memang banyak benarnya tentang hal itu. Ia pun
menyadari sendiri. Tubuh aslinya jatuh di Io dan menimbulkan
kerusakan yang tidak mungkin lagi untuk diperbaiki pada sirkuit-
sirkuit yang vital. Ia berkata seperti menonton diri sendiri pada suatu pertunjukan sandiwara"..yaitu mengetahui apa yang dilakukannya,
tetapi tidak dapat menghentikannya atau mengubah garis-garis
pemikirannya. Ada beberapa bagian dari padanya yang sangat jernih, yang dapat mengawasi bagian yang rusak, tetapi tidak mampu berbuat apa-apa."
Aristotle berhenti sejenak, lalu melanjutkan.
"Apa kaukira, Benyamin, bahwa informasi-informasi yang
dipercayakan oleh Aracta kepadaku itu salah atau mengacaukan, atau pun menyesatkan?"
"Ya, semacam itulah!"
"Memang, itu ada kemungkinannya, tetapi".."
"Waduuh!" kata Anita dengan nada sedemikian sehingga yang lain-lain menoleh kepadanya. Ia menunjuk kepada radar.
Sebuah noktah mengejar mereka ... sebuah kapal yang cepat!
Chapter 17 Tom membelokkan Mime ke arah Sabuk Asteroid. Mereka
memutar melawan arah jarum jam, yaitu arah yang dilalui semua
planet memutari Matahari.
Kapal itu selalu mengikuti mereka.
Tidak seperti yang dikira orang untuk beberapa tahun yang lalu,
Sabuk Asteroid itu bukannya suatu jalur yang penuh padat berbagai macam batu-batuan angkasa. Sebenarnya terdapat banyak ruang di
antara asteroid-asteroid itu.
Tetapi ruang-ruang itu memang tidak kosong. Di sana terdapat
debu, kerikil, dan pecahan-pecahan kecil dari planet-planet yang
terurai, yang semuanya itu belum tertarik oleh gaya gravitasi batu yang lebih besar atau asteroid. Seandainya kapal Mime mengitari ke arah jarum jam, atau melawan massa yang mengorbit, benda-benda
kecil itu akan menembusi kapal mereka bagaikan peluru-peluru. Debu mungkin tak mampu merobek dinding kapal, tetapi batu-batuan yang
lebih besar tentu akan membentur kapal mereka. Biarpun mereka
melesat searah, mereka masih saja mendengar suara-suara tok-ting
dan duk-dung di dinding kapal, akibat sentuhan dari puing-puing yang melayang-layang itu.
"Apa itu?" kata Anita tiba-tiba dari kursi kopilotnya.
"Komputer, kenali asteroid yang tepat di depan itu!"
"Siap, pak. Melihat susunan benda-bendanya mirip dengan
vesta. Garis tengahnya 503 kilometer, waktu rotasi 3,63 tahun,
persentase albedo 26,4%, dan diperkirakan salah satu yang terpenting dari susunan sabuk. Diperkirakan mengandung basalt meskipun belum diperoleh contohnya. Waktu rasional 10,7 jam dan".."
"Tunggu," kata Anita dengan komputer itu berhenti memberi laporan. Kalau dibiarkan terus komputer itu akan menyebutkan fakta-fakta yang telah diketahui, kemudian akan menyebut pula dugaan-
dugaan yang telah tercatat.
Anita menoleh kepada Tom.
"Mengandung basalt"..itu hanya satu-satunya, kalau ingatanku benar. Yang lain-lain mengandung zat kersik atau zat karbon."
"Kalau begitu vesta mungkin dulu merupakan inti sebuah
planet," kata Ben. "Magma yang telah dingin dari isi planet."
"Barangkali," kata Tom. "Tetapi bagaimana kita dapat menggunakannya untuk melepaskan diri dari kejaran itu?"
Mereka semua berpikir sejenak, sementara asteroid yang selebar
lebih dari limaratus kilometer itu semakin mendekat.
Tiba-tiba Tom menegakkan duduknya, wajahnya bersinar
menemukan suatu akal. "Seperti katapel," ia berseru.
"Menggunakan gravitasi Vesta agar melontarkan kita ke arah
Bumi!" sambut Ben cepat.
"Betul!" "Apakah kita akan menang cepat dengan musuh?"
"Tergantung dari betapa kuatnya kapal itu," jawab Tom. "Kita dapat"."
Seberkas tipis cahaya merah melesat melewati kapal mereka,
menyala pijar di tengah-tengah debu. Tom membanting kapal Mime
setengah melingkar, kemudian hampir seketika itu pula kembali arah.
Kapal itu melonjak dan menukik, naik turun tak dapat diperkirakan.
Dua berkas sinar merah melesat lagi, hampir saja menyerempet
mereka. Yang menyusul tak meleset lagi.
Layar radar menajadi kosong.
"Mereka mengenai antena atas!" seru Ben, matanya mengintai melalui jendela depan. Sekarang mereka tinggal mempunyai
kemampuan melihat dari mata mereka sendiri!
Bukannya orang-orang yang ada di kapal, demikian juga
Aristotle, tak mempunyai penglihatan yang baik atau pun ruang
angkasa itu tidak terang. Tetapi adalah masalah pedoman atau
perbandingan yang menyulitkan. Karena mereka tak tahu seberapa
besar benda-benda angkasa itu, mereka tak dapat memperkirakan
berapa jarak antaranya. Tanpa sesuatu untuk pembanding, mereka tak mungkin dapat mengetahui besarnya suatu benda.
Radar memancarkan pulsa yang memantul pada suatu benda
dan kembali ke pesawat. Dengan demikian radar dapat menghitung
berapa lama pulsa itu sampai di benda dan kembali ke pesawat,
seterusnya, karena kecepatan cahaya sudah diketahui, maka dapat
dihitung berapa jauh benda yang memantulkan pulsa tersebut. Dengan mengetahui jarak, Tom dan teman-temannya dapat memperhitungkan
besarnya. Tetapi tanpa radar mereka dapat dikatakan buta!
Vesta bergaris tengah 503 kilometer, tetapi berapa jaraknya"
Sekali lagi Tom mengira-ngira dan ia mengharapkan keselamatan
yang dapat diberikan oleh peralatan mereka.
Sebuah berkas cahaya merah sekali lagi terlukis di kegelapan,
membentur sebuah asteroid sebesar bak mandi, memanaskannya
sedemikian tingginya dalam sepersekian detik hingga meledak.
Gerakan-gerakan yang dilakukan Tom untuk menghindari sinar-
sinar maut itu hanya memberinya waktu sedikit untuk mengira-ngira jarak dan memikirkan apa yang harus diperbuat.
Vesta mendekat dengan cepat, salah satu sisinya terang
benderang luar biasa, akibat terkena sinar matahari dengan latar
belakang yang kelam. Tom bergerak sangat dekat untuk memberikan
kapal Mime pengaruh lontaran yang paling baik dengan
menggabungkan gaya gravitasi Vesta yang ada pada kecepatan
kapalnya. Mereka meluncur begitu rendah di atas permukaan Vesta
hingga Ben hampir saja tercekik sendiri menahan napasnya,
sedangkan Anita menjerit tertahan. Tiba-tiba Tom mendorong alat
pengontrol jet-jet pengemudi ke depan, dan seluruh jagat raya seperti terangkat dan berbalik ketika mereka melesat mengitari Batu raksasa yang hitam kelam.
Kemudian mereka menuju ke arah matahari meninggalkan
sebagian besar Sabuk Asteroid di belakang, mesin-mesin pendorong
utama menyem-nyembur, melaju ke arah Bumi.
Tanpa radar mereka tak dapat mengetahui apakah pengejar
mereka ikut membelok. Tetapi kalau pengejar itu tak siap melakukan gerakan seperti mereka, kapal musuh itu tentu akan meluncur terlalu jauh, dan cukup jauh pula untuk dapat menemukan asteroid yang
cukup besar untuk digunakan sebagai tumpuan lontaran katapel.
Kapal Mime telah ada di depan dan tetap ada di depan.
Aristotle berpaling dari jendela sisi di mana ia mengamati.
"Tom, aku mencatat suatu semburan api yang mungkin
merupakan gerakan pembetulan dari kapal Ceres. Mereka masih
berada di Sabuk Asteroid."
Anita melakukan pekik kemenangan lalu memeluk Ben yang
berada paling dekat dengannya, kemudian ia menjulurkan tubuhnya
untuk memeluk Tom. "Engkau berhasil!" ia berseru.
Setelah kegembiraan mereka reda dan Aristotle menyebutkan
adanya dua semburan jet untuk pembetulan arah yang masih ada di
daerah Sabuk Asteroid, mereka bernapas dengan lega.
Tom menentukan arah ke dalam komputer kapal yang akan
membawa mereka dalam orbit Bumi. Setelah itu ia baru menggeliat
dengan santai. Ketika ia berdiri Aristotle datang mendekati. "Tom, aku hendak minta jasa baikmu."
Tom menaikkan alismatanya. Aristotle sebelumnya tak pernah
berkata demikian. Ia menyebutkan apa yang dibutuhkan, keperluan-
keperluan, atau memberikan pengarahan-pengarahan bagi suatu
gerakan yang dapat dipilih oleh Tom. Tetapi tak pernah yang
demikian! "Ya, tentu saja, Aristotle, kalau aku dapat."
Dengan lengannya yang bebas, robot itu menunjuk tubuh
Aracta yang mati di dalam gendongannya.
"Bolehkah kami memakamkan Aracta?"
Tom mengedipkan matanya. Mesin tak membutuhkan
pemakaman! Mereka dipereteli atau diloakkan. Dipereteli bagian-
bagiannya yang masih dapat digunakan, atau dijual bagian-bagian
logam atau elektroniknya. Tetapi mereka tak perlu dikubur!
"Engkau sudah tak dapat mengetahui apa-apa lagi dari dia,"
kata si robot. "Pola-pola dari susunan sirkuit utamanya sudah kucatat dalam simpanan ingatanku. Aku tahu susunan kulit tubuhnya. Aku sudah
mengerti 67,4% dari seluruh perbendaharaan ingatannya. Sebuah
otopsi tak akan memberikan banyak faedah."
"Otopsi?" Tom menelan ludahnya.
Terlintas di benaknya hendak membedah tubuh penjajak itu,
melacak sirkuit-sirkuitnya dan berusaha memperoleh pengetahuan
sebanyak-banyaknya dari benda asing yang pertama kali mereka
ketahui. Tetapi ia sangsi. "Engkau tahu semua itu?"
"Ya, Tom." Tom mengangguk, sedikit bingung. Kalau Aristotle mengatakan
bahwa ia tahu, maka ia benar-benar tahu.
"Kaukira tak ada maksud lain, ah"."
"Tak ada sama sekali, Tom. Aku ingin memberikan kehormatan
baginya dengan pemakaman yang baik."
"Orang-orang mungkin akan tertarik kalau melihat Aracta."
"Aku telah mengumpulkan sejumlah 1.072 bayangan-bayangan
holografi, dimulai sejak kita mengeluarkan dia dari pesawat
pembawanya." Tom masih ragu-ragu. Nampaknya kurang benar


Pesawat Penjajak Asing Seri Tom Swift 08 di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyembunyikan sesuatu yang unik dan berharga seperti Aracta,
sebuah utusan elektronik dari bangsa asing yang mereka ketahui untuk pertama kali.
"Pemakaman macam apa yang telah kaupikirkan?"
"Aku dapat membuat sebuah pesawat jet yang dikemudikan
dengan radio dari salah satu tabung oksigen yang sudah kosong. Aku ingin meletakkan Aracta ke dalam suatu orbit yang akan membawa
dia ke asalnya." "Kremasi," pikir Tom. Langsung ke matahari. Dengan
mendadak ia mendapat suatu keputusan.
"Ya, tentu, Aristotle. Lakukanlah. Engkau ingin aku
mengatakan sesuatu?"
"Itu akan sesuai dengan upacara bagi manusia maupun bangsa
Skree, Tom. Tak perlu panjang-panjang. Ia tentu menyenangi
pemakaman yang sederhana, kukira."
"Oke," kata Tom sambil menepuk lengan Aristotle. "Panggil saja aku kalau engkau sudah siap."
"Terimakasih, Tom." Aristotle tak bergerak untuk beberapa saat, seperti sedang memikirkan hendak berbicara lebih lanjut,
kemudian ia membalikkan tubuhnya kembali ke bagian belakang
kapal. Tom memandangi dari belakang. Mungkinkah Aristotle lebih
dari sekedar mesin" Ataukah ia sedang meniru-niru kelakuan
manusia" Ia telah berjam-jam membaca tape-tape mengenai
antropologi kemanusiaan maupun mitologi, sosiologi dan agama.
Apakah keinginannya untuk memakamkan penjajak asing itu hanya
suatu tiruan dari akibat perasaan manusia, atau sesuatu untuk
mengakhiri suatu pengalaman yang tak menyenangkan"
Tom tak banyak pengalaman mengenai kematian. Seperti
orang-orang kebanyakan, ia tak suka memikirkannya. Tetapi itu
adalah suatu akibat yang tak terelakkan dari kehidupan!
"Tetapi bukankah mesin-mesin itu lain?" pikirnya. Orang akan mengatakan bahwa sebuah mesin itu mati bila sudah tak dapat
digunakan. Tetapi itu hanya suatu personifikasi, dari benda-benda yang dapat bergerak. Aristotle memang dapat bergerak, demikian juga Aracta. Aristotle sudah sedikit lebih pandai, lebih banyak mendapat informasi, dan .... ya".lebih bijaksana daripada sejumlah manusia. Itu Tom memang tahu.
Tetapi bagaimana pun ia tetap sebuah mesin!
"Kehidupan elektronik, atau tiruan kehidupan, menjadi agak
kabur pada batasan-batasannya," pikir Tom. Ia telah mengetahui banyak orang yang tak memiliki kebahagiaan sama sekali dalam
hidupnya, hingga mereka menjadi mirip sekali dengan robot. Tetapi ia tahu, paling sedikit ada satu robot yang memiliki kebahagiaan dan khayalan seperti manusia.
Tom melangkah masuk ke kabin kapten pilot. Tetapi
nampaknya hanya pantas kalau ia mengenakan sesuatu yang resmi.
Chapter 18 Segera mereka berkumpul di pintu katup. Suasana murung.
"Aracta telah memberi kita hadiah besar," kata Tom. "Ia membawakan kepada kita suatu pengetahuan, bahwa kita tidak sendiri saja di jagat raya ini, bahwa ada suatu kehidupap cerdas di luar sana, di bintang-bintang. Ini adalah berita paling besar yang diterima bangsa manusia."
Aristotle mengangkat Aracta, sebuah tangki kecil diikatkan
pada tubuhnya yang berbentuk telur, dan di atasnya ada sebuah kotak pengendali. Ben dan Anita berdiri di depannya.
"Aracta datang untuk menyelamatkan bangsa yang telah
menciptakannya"..suatu utusan dari bintang-bintang. Ia
membawakan harapan dan pengetahuan dan kita berjanji untuk
menyelesaikan tugasnya dengan segala kemampuan kita."
Tom memandangi Ben dan Anita dengan penuh perasaan.
Aracta adalah sebuah ciptaan yang berbahaya, tak berketetapan dan gila karena kecemasan. Tetapi perjalanannya adalah suatu
pengembaraan yang besar dan agung.
"Kita menyerahkan dia kepada ruang angkasa, dari mana ia
datang," Tom mengakhiri pidatonya. Ia mengangguk kepada Aristotle, yang kini menghadap ke pintu katup. Ben menekan tombol dan daun
pintu yang berat terbuka dengan suara mendesis. Aristotle melangkah masuk ke ruang pintu katup, berdiri dengan diam, sementara daun
pintu ruang pintu katup menutup dan terkunci.
Tom melangkah ke jendela kaca glasit dan menjenguk ke dalam
ruang pintu katup. Ia melihat pintu luar terbuka dan udara menyembur keluar berbentuk salju tipis. Aristotle berdiri diam sejenak, kemudian meninggikan kedua lengannya dan Aracta melayang keluar dan naik.
Terbawa oleh dorongan kecepatan kapal, penjajak itu melayang tidak jauh dari kapal dan Aristotle menghidupkan kerja tangki udara.
Dengan semburan-semburan kecil oksigen, tangki udara itu membawa
penjajak asing itu menjauh, kemudian Aristotle memberikan semburan yang terakhir dan Aracta bergerak berputar membentuk spiral lambat-lambat.
Akan memerlukan bertahun-tahun sampai benda tersebut
tertarik oleh gravitasi Matahari, dan masih beberapa tahun lagi ia disedot ke permukaan Matahari, dilebur oleh panas setinggi 6.000 C.
Akhirnya ia akan dikembalikan menjadi atom-atom. Atom-atom
asing di matahari asing. Aristotle menutup pintu luar lalu masuk. Ia berpaling kepada
Tom. "Engkau sudah siap untuk mulai" Kita tak punya banyak
waktu." Mereka masuk ke ruang kerja kapal. Kapal Mime melaju ke
arah Bumi sementara para muda-mudi itu bekerja bersama Aristotle, berusaha untuk menyelidiki misteri Aracta.
Chapter 19 Sehabis bekerja yang sangat melelahkan, Tom menjatuhkan diri
pada sebuah kursi empuk di kabin utama. Anita, yang selama itu
berada di ruang kemudi memonitor perjalanan mereka ke Bumi,
menjulurkan tubuhnya. "Bagaimana?"
Ben melenggang masuk dan juga duduk lunglai di kursi,
menyandarkan diri dan menutup mata. "Wahhh," katanya. "Sungguh berat."
"Ayo, bung. Aku hampir tak melihat kalian dalam beberapa hari ini. Apa saja yang terjadi?"
"Aku menyesal harus membenamkan engkau dalam memonitor
ini," Tom meminta maaf. "Tetapi Aristotle memang benar. Waktu hanya sedikit. Musuh-musuh bangsa Skree semakin dekat untuk
memusnahkan mereka."
"Bagaimana engkau bisa tahu?" tanya gadis itu sambil
menyibakkan rambut dari dahinya.
"Aracta menimbuni Aristotle dengan informasi-informasi
mentah dalam beberapa menit terakhir dari hidupnya," kata Ben. "aku memerlukan waktu banyak untuk memilih-milihnya. Seperti sebuah
perpustakaan yang digoyang gempa saja, lalu ditimpa banjir pula!
Semua ada di sana, tetapi bercampur aduk, salah tempat atau tertukar."
Ia menguap dan menutup mulutnya. "Berapa jauh lagi ke rumah?"
"Dua hari lagi, kurang lebih. Kalian benar-benar kehilangan
hitungan!" "Menurutmu, apa saja yang akan dilakukan tuan besar David
Luna selanjutnya, setelah kita bebas?" tanya Ben.
"Apa yang bisa dilakukannya?" kata Anita. "Atau, pertanyaan yang lebih baik: Apa yang dapat kita lakukan" Tentunya akan
merupakan pertempuran antara kata-kata kita melawan kata-katanya, dan ia dapat menuntut bahwa kita telah menghancurkan salah sebuah kapalnya."
"Itu memang telah kita lakukan," kata Ben. Sejenak ia
membuka rnatanya. "Tetapi kukira ia tak akan mengeluh tentang itu.
Kukira ia akan bersembunyi dan mencoba akalnya yang licik."
"Jangan pikirkan Luna," kata Anita sementara Ben menguap lagi. "Jangan tunda-tunda lagi. Apa yang sedang terjadi?"
Tom juga menguap, menggeliat meluruskan tubuhnya dengan
lelah. "Aristotle memberi kami apa yang ia punyai, tetapi semuanya ruwet!"
"Bangsa Skree mengajukan sejumlah teka-teki bagi kita," kata Ben. "Misalnya, mereka tak memberitahu kita " atau tidak ada informasi pada Aracta " bagaimana bentuk tubuh mereka. Mereka
juga merupakan kehidupan yang berdasar pada zat karbon seperti kita, membutuhkan matahari seperti kita atau kira-kira seperti matahari kita, tetapi ya hanya itu. Kita tahu sedikit tentang musuh mereka, tetapi tak tahu bagaimana rupa mereka."
"Seolah-olah mereka menganggap kita sudah tahu atau siapa
saja sudah tahu," kata Tom. Ia menguap lagi, lalu tersenyum meminta maaf. "Maaf, tetapi kami memang kurang tidur."
"Oke," seru Anita tak sabar. "Kalian dapat memecahkan masalah stardrive atau tidak" Janganlah berbelit-belit lagi!"
"Lebih dulu biarkanlah aku menjelaskan perihal hyperspace,"
kata Tom sambil tersenyum dan Ben mengerang. "Pikiran Ben
menjadi sedikit tumpul karena hal ini, demikian juga pikiranku."
Ia mendongak, memandangi lampu-lampu di langit-langit dan
mengatur pikirannya. "Di jagat raya ini ada ruang dan ada
kekosongan, atau kehampaan. Yang disebut kehampaan ialah di mana
ruang belum terwujud. Perluasan jagat raya atau semacam itu. Di luar kehampaan itu " seperti pada bidang yang lain " ada jagat raya yang bergetar pada frekuensi yang lain: yaitu hyperspace. Hyperspace ada di sini di sekeliling kita " ada di mana-mana, tetapi kita tak
menyadarinya." "Ah, kalian belum mendapatkan rahasia mesin stardrive!" Anita menyela.
"Tunggu dulu," kata Tom sambil mengangkat tangannya. "Kita merasa, bahwa harus ada hyperspace, atau ruang nol, atau entah apa orang menyebutnya. Yang jelas, Aracta datang sampai kemari, bukan"
Jadi, karena tahu telah pernah dilakukan, kita lalu mencarinya."
"Jadi, kalian telah menemukannya!"
Tom lagi-lagi mengangkat tangannya. "Sabarlah. Karena tahu
ada sesuatu yang telah dilakukan " meskipun baru sekali " adalah
lain sama sekali daripada hanya meniru."
"Ruang nol itu semacam lintasan pendek," kata Ben dengan mata tertutup. "Orang masuk ke dalam ruang nol semacam ini, dan ini merupakan jarak yang paling pendek ke mana pun."
"Jadi kalian telah benar-benar menemukannya!" seru Anita.
"Nah, siapa yang akan menceritakannya?" Tom tersenyum.
"Kita baru mendapatkan potongan-potongan dari sebuah teka-teki, belum seluruh potongan-potongan. Sedikit perhitungan, suatu jaringan diagram yang belum dapat kita perhitungkan, " beberapa ungkapan
yang belum dapat kita terjemahkan, suatu kritik yang berkembang
penuh mengapa orang tak mungkin mengarungi ruang nol! Masih
banyak lagi bermacam-macam teori sepotong-sepotong."
"Berantakan semua," Ben menggerutu. "Kita harus mempelajari lagi apa yang pernah kita pelajari."
Anita nampak marah. "Oke, oke. Jadi memang rumit. Nah,
sekarang yang jujur saja: Kalian sudah mendapatkannya atau belum?"
Tom meringis memandang Anita. "Sudah!"
Chapter 20 Anita memekik dan melompat-lompat kegirangan. "Ben
meringkuk di kursinya. "Jangan peluk aku, jangan peluk aku! Aku sedang merasa sangat rapuh sekarang ini. Kurang tidur membuat otot-ototku sakit."
"Kalian telah menemukan mesin stardrive!" Si rambut merah itu berseri-seri.
"Tom yang menemukannya," kata Ben. "Hanya sedikit sekali bahan-bahan yang tersedia. Kukira hanya Tom sajalah yang dapat
melakukannya." Tom nampak malu, tetapi tersenyum menyeringai penuh
kemenangan meskipun nampak sangat letih. "Tak mungkin kalau
tanpa engkau, teman. Engkaulah yang membuat indeks-indeks dari
apa-apa yang masih berantakan itu. Pokoknya, kita kini tahu bahwa hal ini memang ada. Kita tahu, bahwa kita bukan hanya mengejar
khayalan. Alat stardrive itu ada, dan itulah yang memberi semangat untuk kita kerjakan."
"Engkau bergurau?" Ben membuka matanya. "Paling tidak sudah tiga kali aku hendak menyerah, dan hendak menyerahkan
segalanya ini kepada laboratorium NASA, atau siapa saja yang
mampu menyelesaikannya." Dengan bangga ia memandangi Anita.
"Tetapi tidak begitu dengan Tom. Ia tak mau menyerah begitu saja.
Boleh dikata dia sendirilah yang melakukan seluruh bagian fisikanya.
Boleh kukatakan: sembilan puluh persen Tom Swift dan sepuluh
persen teknologi bangsa Skree."
"Ya, aku harus menyesuaikan prinsip-prinsip mereka dengan
teknologi bangsa manusia," kata Tom lembut.
"Bagaimana cara kerjanya?" tanya si rambut merah.
"Yahh, semacam memperluas ruang yang sesungguhnya lalu
masuk ke dalam ruang nol ini," jawab Tom.
"Memperluas" 'Semacam': Istilah teknik apa itu?"
Tom mengangkat bahu dan tersenyum lemah. "Kami merasa
yakin bahwa perhitungan secara matematiknya sudah benar, demikian pula perhitungannya secara fisika. Kita harus membangun sebuah
prototip dan mengujinya. Kemudian aku baru akan tahu, baru akan
mengerti mengapa bisa demikian."
"Yang mengherankan, hanya memerlukan tenaga sedikit saja,"
Ben menyambung. "Mesin itu akan menciptakan suatu medan "
semacam dongkrak elektronik " dan ini akan menguakkan sebuah
pintu untuk memasuki ruang nol."
"Sebuah lubang di ruang angkasa," kata Anita, matanya
berputar-putar. "Kalian sajalah yang nanti mengemudikan kapal demikian itu, aku akan belajar sambil jalan."
"Ahh," kata Ben, tangannya melambai tanpa tujuan dan
mulutnya menganga lagi dengan penuh kekuatan otot-otot rahangnya.
Suasana hening, sementara mereka melihat keluar dari jendela
kabin utama, memandangi bintang-biritang yang berkelap-kelip,
bintang-bintang dari rasi Bimasakti. Senyuman Anita memudar sesaat.
"Tetapi apa saja yang ada di luar sana?"
"Bintang-bintang. Jutaan, mungkin bermilyar-milyar," kata Ben.
"Dan bangsa Skree hidup pada salah satu bintang itu," kata Anita hampir tak terdengar. "Aku ingin tahu, apakah mereka juga mirip dengan kita?" Ia menggeleng. "Mungkin tidak. Kemungkinan bahwa mereka seperti manusia kukira kecil sekali. Suatu rangkaian bentuk-bentuk perantara yang luar biasa, ah, lebih tepat serangkaian bentuk perantara yang unik akhirnya menjadi manusia."
"Perkembangan setiap bentuk kehidupan selalu unik," kata Ben.
"Engkau melihat sendiri, demikian banyaknya aneka ragam jenis-jenis yang ada. Itu baru di Bumi saja."
Anita tertawa. "Ya, ampuun. Memang. "Aku pernah melihat kaktus atau serangga, yang boleh kukatakan bukan hasil
perkembangan di planet kita."
"Tetapi jelas berlangsung di Bumi kita," kata Tom. "Alam kita sangat banyak kelainan-kelainannya. Apa lagi bentuk kehidupan
seperti jenis-jenis yang ada pada tekanan-tekanan lingkungan yang berbeda " seperti bangsa Skree, misalnya."
Tom bangkit duduk dan berseru kepada si robot yang ada di
ruang kemudi. "E, Aristotle! Bisa datang kemari sebentar saja?"
Beberapa saat kemudian benda setengah mesin itu muncul di
ambang pintu tingkap. "Ya, Tom?"
"Kita terbang dengan autopilot?"
"Ya. Tak ada sesuatu yang ada di ruang jangkauan sensor-
sensor kita. Menjemukan sebenarnya. Aku sebenarnya baru
merenung-renungkan hidup khayalnya Mycroft Holmes."
"Saudara dari Sherlock Holmes yang lebih cerdik," kata Ben sambil menyeringai.
"Tepat. Aku sedang menyusun kembali mitologi Sherlock
dengan Mycroft. Misalnya dalam The Hound of the Baskervilles,
kukira posisi Mycroft...."
"Aristotle," kata Tom. "Maaf, lain kali saja."
Robot yang mengkilat itu tak mau membantah. "Ya, Tom?"
"Katakan kepada Anita, apa saja yang kauperoleh dari Aracta
mengenai bangsa Skree." Ia segera menyambung: "Maksudku dalam istilah-istilah percakapan " bukan secara matematik."
"Ya, memang. Aracta memiliki perbendaharaan ingatan yang
mengagumkan. Sungguh menyedihkan bahwa hal itu rusak karena
pengaruh radiasi. Pengetahuan yang begitu berharga dan unik hilang begitu saja." Robot itu berhenti sejenak lalu melanjutkan.
"Kita belum memperoleh informasi mengenai susunan tubuh
bangsa Skree, ukurannya atau secara biologis. Apa yang mereka
berikan kepada Aracta, sebenarnya hanya sejarah mereka menurut
versi kanak-kanak"disederhanakan dan disajikan secara sangat
menarik." Ben tertawa. "Kedengarannya biasa saja, ya" Ingat di sekolah, bagaimana mereka membuat tokoh-tokoh sejarah kita menjadi kabur
karena mereka telah diwarnai dan dicopoti dari segala warna dan
kelemahan manusiawinya."
"Teruskan," kata Tom kepada Aristotle. Ia telah mendengar sebelumnya, tetapi setiap kali ia mendengarnya lagi, ia selalu
bertambah lagi pengetahuannya.
"Bangsa Skree berasal dari planet yang mereka sebut Skranipor.
Matahari mereka ialah Skra. Ada tujuh buah planet dalam tatasurya mereka, tetapi hanya satu yang dapat ditinggali tanpa teknologi
tambahan. Mereka telah berhasil memperkembangkan alat-alat angkut
antar planet sejak beberapa waktu yang lalu. Hal itu tak mereka
sebutkan, tetapi aku dapat memperkirakan dari data yang
menyinggungnya secara tak langsung, bahwa hal itu telah berlangsung sejak 2.000 tahun yang lalu, dihitung dengan tahun kita."
"Engkau tahu, bahwa kita sedang membicarakan suatu tatasurya yang disebut Alpha Centauri?" tanya Tom dan Anita mengangguk.
"Nampak dari sini hanya sebuah bintang," Aristotle
melanjutkan. "Tetapi sebenarnya ada dua buah bintang. Karena itulah nampaknya sangat terang. Jaraknya 4,3 tahun cahaya dari Bumi.
Bintang mereka, Skra, hanya sedikit lebih besar dari Matahari kita dan sangat mirip. Bintang yang kedua lebih kecil dan lebih dingin. Ada lagi bintang ketiga, Proxima Centauri, yang merupakan bintang kerdil berwarna merah. Kedua tatasurya ini saling mendekati dengan
kecepatan 25 kilomter setiap jam. Jadi kira-kira 28.000 tahun lagi jaraknya tinggal 3,1 tahun cahaya dari kita."
"Sejauh ini kita sudah tahu tanpa Aracta," kata Anita. "Tetapi bagaimana mengenai orang-orangnya?" Ia berhenti dan nampak tak mengerti. "Apakah itu kata yang tepat" Orang-orang" Pribumi" Atau penduduk" Pokoknya mereka yang telah menciptakan Aracta"bangsa
Skree?" "Ada tujuh planet dalam tatasurya mereka, delapan lagi di
bintang yang lebih dingin, yaitu bintang yang mereka sebut Chiba.
Tak disebut berapa planet yang ada di bintang yang kerdil. Dengan suatu tatasurya lain yang demikian dekatnya, sebenarnya secara relatif cukup mudah untuk mencapainya, sekali mereka telah menemukan
penerbangan ruang angkasa."
"Tetapi bukan mesin Stardrive?" tanya Anita.
"Bukan, itu suatu penemuan baru. Mungkin kurang dari seribu
tahun yang lalu. Mereka menduduki beberapa planet di kedua
tatasurya, meskipun planet mereka sendirilah yang sebenarnya dapat didiami."
"Kira-kira seperti Mars?" tanya Anita. "Engkau hanya dapat tinggal di sana dengan bantuan teknologi luas."
"Persamaan itu boleh juga, Anita. Bangsa Skree meluas dengan arah menjauhi kita, ke bintang-bintang yang lebih dekat dengan
mereka. Di sanalah, di sebuah dunia yang disebut Tharcon bangsa
Skree itu menjumpai suatu bangsa yang mereka sebut bangsa Chutan.
Menurut tolok ukuran bangsa Skree, " kukira cocok juga dengan
tolok bandingan kita " bangsa Chutan ini biadab dan ganas."
"Tetapi termasuk cerdas," sambung Tom.
"Terjadilah sesuatu".semacam musibah atau pengkhianatan.
Bangsa Chutan menyita sebuah kapal Skree. Dalam waktu seratus
tahun bangsa Chutan lalu memiliki angkutan lalulintas antar planet.
Eh, maaf Aristotle, silakan lanjutkan."
"Terimakasih, Tom. Bangsa Chutan sangat agresif dan kejam.
Teknologi yang mereka curi memungkinkan mereka memperbudak
bentuk-bentuk kehidupan di sekelilingnya. Mereka mengidap rasa
dendam yang luar biasa terhadap bangsa Skree."
"Barangkali karena teknologi yang mereka peroleh, yang
membuat mereka begitu agresif dan berhasil itu, berasal dari hasil curian mereka dari bangsa Skree," kata Ben.
"Begitulah pula analisaku," kata si robot. "Mereka mengingini semua dunia yang didiami oleh bangsa Skree. Tak perlu dijelaskan
lagi, kalau bukan untuk menduduki suatu dunia mereka tentu tak ada alasan untuk mengumumkan perang dan ingin menguasainya."
"Nah, mungkin ada jutaan planet di luar sana," kata Tom.
"Tetapi tidak semuanya dalam jangkauan mereka."
"Benar," kata si robot. "Sementara itu bangsa Skree menemukan mesin pendorong ke bintang-bintang, atau mesin stardrive. Mereka
lalu menyelidiki dan menduduki dunia-dunia yang jauh di luar
jangkauan mesin-mesin antar planet yang telah dicuri oleh bangsa
Chutan."

Pesawat Penjajak Asing Seri Tom Swift 08 di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ha," kata Anita. "Jangan katakan bahwa bangsa Chutan telah mencuri mesin stardrive!"
"Informasi-informasi yang kuperoleh hanya sepotong-sepotong, Anita. Tetapi kukira ada sebuah kapal Skree yang rusak di daerah
ruang angkasa nol, lalu terlempar kembali ke dalam ruang angkasa
biasa, dimana kapal tersebut dipergoki lalu disita oleh bangsa
Chutan." "Haa, jadi bangsa biadab itu sudah memiliki mesin stardrive,"
kata Anita dengan menggigil.
"Seorang gila memegang senjata laser di tengah-tengah ruangan yang penuh orang!"
"Perbandingan yang tepat lagi," kata Aristotle. "Aku menemukan, bahwa pembicaraan manusia dapat terbungkus menjadi
maksud lain atau analogi-analogi demi pengertian yang lebih mudah.
Aku telah belajar dari engkau, Anita. Terimakasih."
"Terimakasih kembali," Anita meringis.
"Pengalaman manusia terdiri atas demikian banyak faktor," si robot meneruskan. "Aku dapat memberikan banyak statistik mengenai peristiwa semu, seolah-olah matahari itu terbit dan naik dari cakrawala
" sesungguhnya cakrawalalah yang turun, bukan matahari yang naik
" keadaan cuaca, suhu, analisis dan deskripsi yang luas tentang flora dan fauna di kemudian hari, kelembaban dan angka-angka pada
barometer dan sebagainya. Tetapi sebaris kata-kata puisi dapat
mengungkapkan inti peristiwa itu dengan kejelasan yang luar biasa.
Suatu bentuk pengungkapan yang kini sedang kuselidiki."
"Untuk apa, Aristotle?" Anita tersenyum. "Engkau akan menulis sajak-sajak?"
"Mungkin saja. Meskipun aku menyadari sepenuhnya
keadaanku yang kurang sempurna. Aku tak akan ragu-ragu untuk
menyusun sajak masih kurang dari sempurna."
"Ah, Aristotle, kita semua tak ada yang sempurna," kata Anita.
"Itu diperbolehkan pada manusia. Tetapi pada robot tidak.
Kesempurnaan adalah bentuk terendah yang dapat diterima."
"Nah, nah, jangan mulai lagi dengan kata-kata 'mesin yang
selalu bisa salah'," kata Tom.
"Baik, Tom. Aku telah mempelajari puisi akhir-akhir ini. Puisi adalah ungkapan pikiran yang membangunkan emosi-emosi yang
lebih tinggi dan lebih agung atau sebaliknya; dengan kata-kata yang disusun menurut aturan-aturan yang telah diterima. Aku sedang
mempelajari aturan-aturan ini".."
"Aristotle!" "Ya, Tom?" "Cerita bangsa Skree itu?"
"Eh, iya. Sungguh hampir putus asa karena hanya memiliki
tidak lebih dari beberapa sketsa sejarah. Aku memperoleh sepotong-sepotong yang belum dapat disambung-sambungkan; kata-kata,
konsep-konsep dan statistik. Siapa atau apa yang disebut Pargin"
Necrotomb" Pahlawan-pahlawan Malam" Musibah di Kailalla
rupanya sangat genting, tetapi aku tak tahu dari sudut mana. Ada
bangsa-bangsa yang telah dihubungi oleh bangsa Skree, tetapi belum ada petunjuk-petunjuk apakah mereka ini cerdas atau tidak: bangsa Kiff, bangsa Champorla, bangsa Makhluk-makhluk hitam dan
seterusnya. Ratu Lulana, Ahli Sihir Kegelapan, Raja Matahari, Badik Merah, bangsa Cirrak dari Li Thorn " semuanya sangat misterius dan penuh teka-teki. Aku tidak mempunyai cara untuk mencatat nama-nama dan kenyataan-kenyataan ini kecuali dalam berkas campur-
campur mengenai bangsa Skree. Ah, sangat membuat putus asa!"
Tom menghela napas dan memandangi Anita. "Yahhh, kalau
kita dapat membuat mesin stardrive itu menjadi kenyataan, kita dapat mengetahuinya."
Tiba-tiba ia tertawa hi-hi-hi. "Semuanya serba menggairahkan. Rasanya tak bisa aku menunggu lagi."
Anita memandang ke Benyamin Franklin Walking Eagle, lalu
berkata: "Mengertikah engkau" Bergaul dengan kalian tidak terlalu menjemukan!"
Ben mengucap. "Dan segala kegembiraan itu sedang mulai!"
Mereka tak menyadari sepenuhnya, apa yang akan terjadi dalam
peristiwa-peristiwa selanjutnya.
Tom memandangi keduanya, matanya bersinar. "Tepat sekali
engkau, Ben. Ini hanya baru permulaan!"
Pangeran Perkasa 3 Rajawali Emas 13 Rahasia Pesan Serigala Api Di Bukit Menoreh 31
^