Pencarian

Empat Pemburu Harta 2

Sherlock Holmes - Empat Pemburu Harta Bagian 2


"Aku tidak bisa menarik kesimpulan apa pun yang mencakup semua faktanya," jawabku.
"Tak lama lagi kau akan memahaminya dengan jelas," katanya. "Kupikir tidak ada lagi yang
penting di sini, tapi aku akan tetap mencari."
Ia mengeluarkan kaca pembesar dan pita pengukur, dan bergegas mengelilingi ruangan sambil
berlutut, mengukur, membandingkan, memeriksa, dengan hidungnya yang kurus mancung hanya
beberapa inci dari lantai, sementara matanya yang bulat berkilau-kilau dan cekung bagai mata burung.
Begitu sigap, tanpa suara, dan lincah gerakannya, bagai seekor anjing pelacak terlatih yang mengendus
bau, sehingga aku mau tak mau memikirkan bahwa ia akan menjadi penjahat yang luar biasa
menakutkan kalau seandainya ia mengalihkan energi dan keberaniannya untuk melawan hukum, bukan
menegakkannya. Sambil melacak, ia terus-menerus bergumam sendiri, dan akhirnya ia berseru keras
dengan gembira. "Kita jelas beruntung," katanya. "Sekarang seharusnya tidak hanyak masalah lagi. Nomor Satu
sudah sial karena menginjak creosote. Kau bisa melihat bentuk kakinya di samping tumpukan berbau
tajam ini. Tempatnya sudah retak, kaulihat, dan benda ini sudah bocor keluar."
43 "Lalu kenapa"" tanyaku.
"Kita berhasil mendapatkannya, itu saja," kata Holmes. "Ada anjing yang bisa mengikuti bau itu
hingga ke ujung dunia. Kalau anjing geladak bisa melacak bau ikan melintasi negara, berapa jauh
seekor anjing pelacak terlatih bisa mengikuti bau setajam ini" Kedengarannya sudah pasti. Jawabannya
akan memberi kita Halo! Pihak berwenang sudah datang."
Langkah-langkah berat dan keributan orang berbicara keras-keras terdengar dari lantai bawah,
dan pintu ruang depan tertutup diiringi debuman keras.
"Sebelum mereka tiba di sini," kata Holmes, "coba pegang lengan orang malang ini, juga
kakinya. Apa yang kaurasakan""
"Otot-ototnya sekeras papan," jawabku. "Benar. Otot-ototnya menegang sangat kencang, jauh
melebihi kekakuan mayat biasa. Dikombinasikan dengan kernyitan wajahnya, senyum Hippokcrates
ini, atau 'risus sardonicus,' sebagaimana istilah penulis-penulis lama, kesimpulan apa yang melintas
dalam benakmu""
"Kematian akibat alkaloid sayuran yang sangat kuat," jawabku, "bahan berbasis mirip
strychnine yang mengakibatkan tetanus."
"Itu yang melintas dalam benakku begitu melihat otot-otot wajah yang tertarik. Begitu
memasuki ruangan, aku segera mencari alat yang sudah memasukkan racun itu ke dalam sistemnya.
Sebagaimana sudah kaulihat, aku menemukan duri yang entah ditusukkan atau ditembakkan tanpa
kekuatan besar ke kulit kepala. Kaulihat bahwa bagian yang terkena mengarah ke lubang di langit-langit apabila orang ini berdiri tegak di kursinya. Sekarang periksa durinya."
Aku mengambilnya dengan hati-hati dan mengacungkannya ke dekat lentera. Duri tersebut
panjang, tajam, dan kehitaman, dengan bagian ujung mengilat, seakan ada cairan yang telah mengering
di sana. Ujungnya yang tumpul telah dihaluskan dan dibulatkan dengan sebilah pisau.
" Apa itu duri dari Inggris"" tanya Holmes. "Jelas bukan."
"Dengan semua data ini, seharusnya kau mampu menarik kesimpulan yang layak. Tapi sekarang
penegak hukum sudah datang."
Sementara ia berbicara, suara langkah-langkah terdengar semakin keras di lorong, dan seorang
44 pria pendek kekar bersetelan kelabu berderap memasuki ruangan. Wajahnya kemerahan, kasar, dengan
sepasang mata sangat kecil yang berkilau-kilau di antara kantong-kantong mata yang membengkak. Ia
segera diikuti seorang inspektur berseragam dan Thaddeus Sholto yang masih gemetaran.
"Ini dia!" seru pria bersetelan tersebut. "ini urusan yang sangat bagus! Tapi siapa semua ini"
Kenapa rumah ini seperti sudah berubah menjadi liang kelinci""
"Kurasa Anda mengenaliku, Mr. Athelney Jones," kata Holmes pelan.
"Wah, tentu saja!" katanya. "Mr. Sherlock Holmes, si teoretis. Aku ingat Anda! Aku tak pernah
lupa bagaimana Anda menguliahi kami semua mengenai sebab dan kesimpulan dan akibat dalam kasus
perhiasan Bishopgate. Memang Anda berhasil mengembalikan kami ke jejak yang benar, tapi
keberhasilan Anda lebih dikarenakan keberuntungan daripada keandalan."
"Semuanya hanya masalah logika yang sangat sederhana."
"Oh, yang benar saja! Tak perlu malu-malu. Tapi ada apa ini" Urusan yang buruk! Urusan yang
buruk! Semuanya fakta di sini tidak ada tempat untuk teori. Beruntung sekali aku sedang berada di
Norwood, menangani kasus lain! Aku sedang di kantor sewaktu pesan itu tiba. Menurut Anda, apa
penyebab kematian orang ini""
"Oh, kasus ini sulit untuk diteorikan," kata Holmes datar.
"Tidak, tidak. Sekalipun begitu, kami tak bisa mengingkari bahwa Anda terkadang berhasil.
Wah, wah! Pintu terkunci, kalau tak salah. Perhiasan senilai setengah juta hilang. Bagaimana
jendelanya"" "Terkunci, tapi ada jejak-jejak di kusennya."
"Well, well, kalau jendelanya dikunci, jejaknya pasti tidak ada hubungannya dengan masalah ini.
Itu logika biasa. Orang ini mungkin tewas karena serangan ayan, tapi perhiasannya hilang. Ha! Aku
punya teori. Gagasan-gagasan seperti ini terkadang melintas dalam benakku Silakan keluar dulu,
Sersan, dan kau juga, Mr. Sholto. Temanmu bisa tetap di sini Apa pendapat Anda, Holmes" Sholto,
sesuai pengakuannya sendiri, bersama dengan saudaranya semalam. Saudaranya tewas karena serangan
ayan, dan Sholto membawa pergi hartanya" Bagaimana""
"Maksud Anda, sesudah itu almarhum bangkit berdiri untuk mengunci pintu dari dalam."
45 "Hmmm! Itu kelemahannya. Coba kita terapkan logika dalam masalah ini. Thaddeus Sholto ini
ada bersama saudaranya, terjadi pertengkaran, itu yang kami ketahui. Saudaranya tewas dan
perhiasannya hilang. Kami juga mengetahui hal itu. Tak seorang pun melihat saudaranya sejak
Thaddeus meninggalkannya. Dia tidak tidur di ranjangnya semalam. Thaddeus jelas sedang kacau
pikirannya. Penampilannya, well, tidak menarik. Anda lihat aku mulai merajut jaring-jaringku di sekitar
Thaddeus. Jeratnya mulai merapat pada dirinya."
"Anda belum mengetahui fakta-faktanya," kata Holmes. "Potongan kayu ini, yang aku yakin
beracun, menancap di kulit kepala orang ini, dan bekasnya bisa terlihat. Kertas ini, ditulisi sebagaimana
Anda lihat, ada di meja, dan di sampingnya tergeletak alat berkepala batu yang aneh ini. Bagaimana
penyesuaian semua ini dengan teori Anda""
"Mengkonfirmasinya dalam segala hal," kata detektif gendut tersebut dengan sikap sok.
"Rumah ini penuh dengan barang-barang aneh dari India. Thaddeus yang meletakkannya di situ, dan
kalau potongan kayu ini beracun, Thaddeus mungkin sudah menggunakannya untuk membunuh. Kertas
itu hanya sulapan pengalih perhatian. Satu-satunya pertanyaan adalah, bagaimana dia meninggalkan
tempat ini" Ah, tentu saja, lubang di atap."
Dengan lincah, mengingat tubuhnya yang besar, ia menaiki tangga dan menerobos ke atas, dan
tak lama kemudian kami mendengarnya berseru bahwa ia telah menemukan pintu.
"Pintar juga dia," komentar Holmes sambil angkat bahu. "Terkadang akalnya jalan juga. Il n'y a
pas des sots si incommodes que ceux qui ont de l'esprit! Tidak ada orang bodoh yang lebih
menyulitkan daripada yang punya sedikit akal!"
"An da lihat!" seru Athelney Jones, muncul kembali menuruni tangga. "Bagaimanapun, fakta
lebih baik daripada teori. Pendapatku mengenai kasus ini sudah terkonfirmasi. Ada pintu kecil yang
menuju atap, dan agak terbuka."
"Aku yang membukanya."
"Oh, sungguh! Anda mengetahuinya kalau begitu"" Jones tampak kecewa mendengarnya. "Well,
siapa pun yang menemukannya, pintu itu jelas merupakan jalan keluar orang yang kita cari. Inspektur!"
"Ya, Sir," jawab yang dipanggil dari lorong.
46 "Suruh Mr. Sholto masuk kemari Mr. Sholto, sudah tugasku untuk memberitahumu bahwa apa
pun yang akan kaukatakan mungkin digunakan untuk memberatkan posisimu. Kau kutangkap atas
nama Ratu, dengan tuduhan membunuh saudaramu."
"Nah, lihat! Sudah kukatakan, bukan!" seru pria malang tersebut, sambil melontarkan tangan
dan memandang kami bergantian.
"Jangan khawatir, Mr. Sholto," kata Holmes. "Kurasa aku bisa membebaskan Anda dari tuduhan itu."
"Jangan berjanji terlalu berlebihan, Mr. Teoretis, jangan berjanji terlalu berlebihan!" sergah
Detektif Jones. "Anda mungkin akan mendapati masalah ini lebih sulit dari dugaan Anda."
"Bukan saja aku akan membebaskan dia, Mr. Jones, tapi aku juga akan memberikan hadiah
gratis berupa nama dan deskripsi salah satu dari kedua orang yang berada di ruangan ini semalam.
Namanya, aku yakin, adalah Jonathan Small. Dia seorang pria berpendidikan rendah, kecil, aktif,
dengan kaki kanan sudah putus dan mengenakan tunggul kayu yang telah aus sisi dalamnya. Sepatu bot
kirinya bersol kasar dan bergigi persegi, dengan pelat besi di bagian tumitnya. Dia sudah setengah
baya, dengan kulit kecokelatan terbakar matahari, dan mantan narapidana. Beberapa indikasi ini
mungkin bisa membantu Anda, ditambah fakta bahwa sebagian besar kulit telapak tangannya
terkelupas. Orang yang satu lagi..."
"Ah! Orang yang satu lagi"" tanya Athelney Jones dengan nada mencibir, tapi tetap saja
47 terkesan oleh keyakinan Holmes, sebagaimana bisa kulihat dengan mudah.
"Orang yang satu lagi menarik," kata Sherlock Holmes, sambil berputar pada tumitnya.
"Kuharap tak lama lagi aku bisa memperkenalkan mereka berdua pada Anda. Bisa kita bicara,
Watson"" Ia mengajakku ke puncak tangga.
"Kejadian yang tidak terduga ini," katanya, "telah menyebabkan kita agak melupakan tujuan
awal kita kemari." "Aku baru saja berpikir begitu," kataku, "tidak baik kalau Miss Morstan tetap berada di rumah
ini." "Benar. Kau harus mengantarnya pulang. Dia tinggal bersama Mrs. Cecil Forrester di Lower
Camberwell, tidak jauh dari sini. Akan kutunggu kau di sini, kalau kau bersedia, atau mungkin kau
sudah terlalu lelah""
"Sama sekali tidak. Kurasa aku tidak akan bisa beristirahat sampai mengetahui lebih banyak
mengenai urusan yang fantastis ini. Aku pernah melihat sisi keras kehidupan, tapi kejutan-kejutan aneh
malam ini sudah mengguncang sarafku sepenuhnya. Tapi aku ingin membongkar kasus ini bersamamu,
berhubung aku sudah terlibat sejauh ini."
"Kehadiranmu akan sangat membantuku," jawab Holmes. "Kita harus menangani sendiri kasus
ini dan membiarkan si Jones ini membangga-banggakan khayalan apa pun yang ingin diciptakannya.
Sesudah mengantar Miss Morstan, kuminta kau pergi ke Pinchin Lane No. 3, di dekat batas air di
Lambeth. Rumah ketiga di sebelah kanan merupakan rumah pembuat burung-isian, namanya Sherman.
Kau bisa melihat seekor musang yang menggigit kelinci di jendelanya. Bangunkan Sherman dan
katakan, dengan salam dariku, bahwa aku membutuhkan Toby sekarang juga. Bawa Toby kemari."
"Kurasa Toby itu seekor anjing""
"Ya, seekor anjing kampung yang aneh, dengan daya penciuman paling mengagumkan. Aku
lebih suka mendapat bantuan Toby daripada seluruh satuan detektif di London."
"Kalau begitu, akan kuambilkan," kataku. "Sekarang sudah pukul satu. Kurasa aku bisa kembali
sebelum pukul tiga, kalau bisa mendapatkan kuda yang masih segar."
48 "Dan aku," kata Holmes, "akan mencari tahu apa yang bisa kupelajari dari Mrs. Bernstone dan
dari pelayan India, yang, kata Mr. Thaddeus kepadaku, tidur di bangunan sebelah. Sesudah itu aku akan
mempelajari metode Jones yang agung dan mendengarkan kesinis
annya yang tidak terlalu halus. Wir
sind gewohnt dass die Menscben verh"hnen was sie nicht verstehen. Kita sudah biasa melihat
Manusia memandang rendah apa yang tidak bisa dipahaminya. Goethe memang lugas."
49 Bab 7 Episode Tong POLISI tadi datang membawa kereta, dan dengan menggunakan kereta inilah aku mengantar
Miss Morstan pulang ke rumahnya. Sesuai sifat mulia wanita, ia menghadapi masalah ini dengan
ekspresi tenang, selama masih ada orang lain yang lebih lemah daripada dirinya yang harus dihibur,
dan aku mendapatinya bersikap cerah dan tenang di samping pengurus rumah yang ketakutan. Tapi di
kereta ia mula-mula berubah pucat pasi, lalu terisak-isak hebat begitu menyakitkan ujian yang
dihadapinya selama petualangan di malam hari ini. Kelak ia memberitahuku bahwa sepanjang
perjalanan malam itu, ia merasa aku bersikap dingin dan menjauh. Ia tak bakal bisa menebak
kebingungan dalam diriku, atau usaha menahan diri yang mencegahku. Aku bersimpati dan jatuh cinta
kepadanya, bahkan sewaktu kami berpegangan tangan di kebun. Aku merasa bahwa pengenalan
bertahun-tahun dengan cara konvensional tidak akan bisa mengajariku betapa manis dan beraninya
wanita ini, sebagaimana pengalaman-pengalaman aneh yang kami alami sekarang. Sekalipun begitu,
ada dua pemikiran yang mencegah terlontarnya kata-kata penuh perasaan dari bibirku. Ia sedang dalam
keadaan lemah dan tak berdaya, terguncang benak dan sarafnya. Menyodorkan cinta dalam keadaannya
sekarang jelas merupakan pengambilan kesempatan dalam kesempitan. Yang lebih buruk lagi, ia kaya.
Kalau penyelidikan Holmes berhasil, ia akan menjadi jutawan. Apa adil, apa terhormat, bagi seorang
ahli bedah dengan gaji minim untuk mengambil keintiman menguntungkan yang bisa diraihnya dari
kesempatan ini" Apa tak mungkin ia akan menganggapku sekadar mengejar harta" Aku tidak berani
mengambil risiko ia jadi punya pemikiran seperti itu. Harta karun Agra ini turut campur bagaikan
sebuah penghalang yang tak tertembus di antara kami.
Hampir jam dua sewaktu kami tiba di rumah Mrs. Cecil Forrester. Para pelayan telah tidur
berjam-jam yang lalu, tapi Mrs. Forrester begitu tertarik oleh surat aneh yang diterima Miss Morstan,
sehingga ia masih terjaga menunggu kepulangan Miss Morstan. Ia sendiri yang membukakan pintu,
seorang wanita setengah baya yang anggun, dan aku sangat senang melihat betapa ia memeluk
pinggang Miss Morstan dengan lembut, dan betapa keibuan suaranya saat menyambut. Jelas Miss
Morstan lebih dari sekadar karyawan, tapi juga teman yang dihormati. Aku diperkenalkan, dan Mrs.
50 Forrester dengan tulus memintaku mampir dan menceritakan petualangan kami kepadanya. Tapi
kujelaskan akan pentingnya tugasku, dan berjanji untuk melaporkan perkembangan apa pun yang
mungkin kami raih dalam kasus ini. Saat melaju pergi aku berpaling, dan aku masih melihat keduanya
di tangga kedua sosok yang anggun dan saling memeluk tersebut, pintu yang separuh terbuka, cahaya
dari ruang dalam menerobos kaca jendela mosaik, barometernya, tangga. Pemandangan rumah Inggris
yang tenang benar-benar menenangkan di tengah-tengah urusan liar dan gelap yang tengah meliputi
kami. Dan semakin kupikirkan apa yang terjadi, semakin rumit kasusnya. Kupikirkan kembali seluruh
rangkaian kejadian luar biasa saat melaju melewati jalan-jalan yang sunyi dan diterangi lampu-lampu
gas. Masalah awal itu, paling tidak, sekarang sudah cukup jelas. Kematian Kapten Morstan, pengiriman
mutiara-mutiaranya, iklannya, suratnya kami sudah memahami seluruhnya dengan jelas. Tapi semua itu
hanya membawa kami menghadapi misteri yang jauh lebih dalam dan lebih tragis. Harta karun India,
rancangan yang ditemukan di antara barang-barang Morstan, adegan aneh saat kematian Mayor Sholto,
penemuan kembali hartanya yang segera diikuti pembunuhan terhadap penemunya, keanehan kejahatan
ini, jejak-jejak kakinya, senjata yang luar biasa, tulisan di kertas, yang sesuai dengan peta milik Kapten
Morstan ini benar-benar sebuah labirin, dan orang yang tidak sehebat temanku pasti sudah putus asa
untuk menemukan petunjuk-petunjuknya.
Pinchin Lane merupakan sederetan ruma
h bata dua tingkat yang kumuh di kawasan bawah
Lambeth. Aku harus mengetuk beberapa lama di rumah No. 3 sebelum berhasil menarik perhatian. Tapi
akhirnya tampak cahaya lilin dari balik tirai, dan seseorang memandang ke luar dari jendela atas.
"Pergi, pemabuk," katanya. "Kalau kau membuat keributan lagi, akan kubuka kandangnya, agar
kau diserang 43 ekor anjing."
"Kalau kau mau mengeluarkan satu ekor saja, aku memang datang untuk itu," kataku.
"Pergi!" teriaknya. "Aku membawa ular dalam kantong ini, dan akan kujatuhkan ke kepalamu
kalau kau tidak minggat!"
"Tapi aku mau mengambil anjing," seruku.
"Aku tidak mau berdebat!" teriak Mr. Sherman. "Sekarang mundur, kalau tidak, begitu kuhitung
'tiga' akan kujatuhkan ularnya."
51 "Mr. Sherlock Holmes..." Betapa ajaibnya kata-kata tersebut, karena jendelanya seketika
dibanting menutup, dan semenit kemudian pintunya telah terbuka lebar. Mr. Sherman seorang pria tua
yang kurus, dengan bahu bungkuk, leher kurus panjang, dan berkacamata kebiruan.
"Teman Mr. Sherlock selalu diterima," katanya. "Masuklah, Sir. Hati-hati
dengan anjingnya, dia menggigit. Ah, nakal, nakal, apa kau mau menggigit
tuan ini"" Ia mengatakan itu pada seekor anjing yang menjulurkan kepala
dan matanya yang merah ke sela-sela jeruji kandangnya. "Jangan pedulikan,
Sir, dia hanya seekor cacing yang lamban. Tidak ada taringnya, jadi
kubiarkan dia berkeliaran bebas untuk mengurangi gangguan kutu. Harap
jangan tersinggung dengan sikapku tadi, karena aku sering diganggu anak-anak kecil, dan banyak yang datang kemari hanya untuk mengetuk pintuku.
Apa yang diinginkan Mr. Sherlock Holmes, Sir""
"Dia menginginkan salah satu anjingmu."
"Ah! Pasti Toby."
"Ya, Toby namanya."
"Toby tinggal di No. 7, sebelah kiri tempat ini."
Ia melangkah maju perlahan-lahan, sambil membawa lilin di antara
berbagai jenis hewan yang dikumpulkannya. Dalam cahaya remang-remang,
aku bisa melihat ada mata-mata tengah memandang kami dari setiap sudut dan ceruk. Bahkan balok
penopang di atas kepala kami dipenuhi jajaran unggas, yang dengan malas memindahkan berat tubuh
mereka dari satu kaki ke kaki yang lain, karena tidur mereka terganggu suara-suara kami.
Toby ternyata seekor makhluk jelek berbulu panjang, dengan telinga menjuntai, campuran
spaniel dan anjing kampung, berwarna cokelat dan putih, dengan langkah sangat ceroboh dan
terhuyung-huyung. Setelah ragu-ragu sejenak, ia menerima sebongkah gula yang kudapat dari pencinta
hewan tua tersebut. Dan setelah mendapatkan kepercayaan Toby, hewan tersebut mengikutiku ke kereta
dan dengan senang hati menemaniku. Jam Istana baru berdentang tiga kali saat aku kembali ke
Pondicherry Lodge. McMurdo, si mantan petinju bayaran, telah ditangkap atas tuduhan membantu
melakukan kejahatan, dan baik ia maupun Mr. Sholto telah dibawa ke kantor polisi. Dua orang petugas
52 sekarang menjaga gerbangnya yang sempit, tapi mereka mengizinkan aku masuk membawa anjing
begitu kusebutkan nama Holmes.
Holmes tengah berdiri di tangga pintu, dengan tangan di dalam saku, mengisap pipanya.
"Ah, kau membawanya!" katanya. "Anjing yang baik! Athelney Jones sudah pergi. Di sini ada
pameran kekuasaan yang cukup besar sewaktu kau pergi. Dia bukan saja menangkap Thaddeus, tapi
juga penjaga gerbang, pengurus rumah, dan pelayan India-nya. Tempat ini kosong, hanya ada seorang
sersan di lantai atas. Tinggalkan anjingnya di sini dan ikut aku ke atas."
Kami mengikat Toby di meja ruang depan dan menaiki tangga. Kamarnya masih tetap
sebagaimana sewaktu aku pergi, hanya saja sekarang ada selimut yang menutupi si korban. Seorang
sersan polisi yang tampak bosan tengah duduk di sudut.


Sherlock Holmes - Empat Pemburu Harta di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tolong pinjami aku lenteramu, Sersan," kata temanku. "Sekarang tolong ikatkan tali ini di
leherku, sehingga menjuntai di depanku. Terima kasih. Sekarang aku harus menanggalkan sepatu bot
dan kaus kakiku. Tolong bawa turun, Watson. Aku mau memanjat sedikit. Celupkan saputanganku ke
dalam creosote itu. Cukup. Sekarang ikut aku ke atas sebentar."
Kami memanjat melewati lubang. Holmes mengarahkan lenteranya ke jejak-jejak kaki di debu
sekali lagi. "Tolong perhatikan jejak-
jejak ini dengan lebih teliti," katanya. "Apa ada hal-hal penting yang
kautemukan di sana""
"Jejak itu," kataku, "milik seorang anak atau seorang wanita yang kecil."
"Selain ukurannya. Apa ada yang lain""
"Tampaknya sama seperti jejak-jejak kaki lainnya."
"Sama sekali tidak. Lihat ini! Ini jejak kaki kanan di debu. Sekarang aku akan membuat jejak
kakiku sendiri di sampingnya. Apa perbedaan utamanya""
"Jemarimu semuanya rapat satu sama lain. Jejak yang itu masing-masing jarinya terpisah cukup
lebar." "Benar. Itu intinya. Ingat itu baik-baik. Sekarang, apa kau tidak keberatan ke pintu atap dan
53 mencium tepi bingkainya" Aku akan tetap di sini, karena aku membawa saputangan ini."
Aku melakukan permintaannya, dan seketika menyadari bau aspal yang tajam.
"Kakinya menginjak itu saat dia keluar. Kalau kau saja bisa melacaknya, kupikir Toby tidak
akan menemui kesulitan untuk itu. Sekarang turunlah ke bawah, lepaskan anjingnya, dan hati-hati
terhadap penyusup itu."
Saat aku keluar di bawah, Sherlock Holmes telah berada di atap, dan aku bisa melihatnya bagai
seekor ulat raksasa yang bercahaya, merayap perlahan-lahan di sepanjang tepi atap. Aku tak bisa
melihatnya sewaktu ia berada di balik cerobong, tapi kemudian ia muncul dan kembali menghilang di
sisi seberang. Sewaktu aku berputar, kulihat ia duduk di salah satu sudut rumah.
"Itu kau, Watson"" serunya.
"Ya." "Ini tempatnya. Benda apa yang berwarna hitam di bawah itu""
"Tong air." "Ada tutupnya""
"Ya." "Tidak terlihat ada tangga di sana""
"Tidak." "Benar-benar hebat! Ini tempat yang paling berbahaya. Kurasa aku bisa turun melalui jalur
naiknya. Pipa airnya mungkin cukup kuat. Pokoknya, ini dia."
Terdengar kaki-kaki bergeser, dan lenteranya mulai turun dengan mantap di dinding. Lalu
dengan loncatan ringan Sherlock Holmes mendarat di tongnya, dan dari sana melompat ke tanah.
"Mudah mengikutinya," katanya, sambil mengenakan kaus kaki dan sepatu botnya. "Banyak
bata yang kendur di sepanjang jalurnya, dan karena tergesa-gesa dia tanpa sengaja menjatuhkan ini. Ini
mengkonfirmasi diagnosaku, sebagaimana istilah kalian para dokter."
Benda yang diacungkan kepadaku adalah sebuah kantong kecil yang dianyam dari rerumputan
berwarna-warni, dengan beberapa butir manik-manik diikatkan di sekelilingnya. Bentuk dan ukurannya
54 sangat mirip kotak rokok. Di dalamnya terdapat setengah lusin kayu hitam, tajam di satu ujungnya dan
bulat di ujung yang lain, seperti duri yang menancap di Bartholomew Sholto.
"Ini benda-benda jahat," kata Holmes. "Hati-hati, jangan sampai tertusuk. Aku gembira
menemukannya, karena kemungkinan hanya ini miliknya. Kemungkinan kita menemukan salah
satunya menancap di kulit kita sudah berkurang. Aku sendiri lebih suka berhadapan dengan peluru
Martini. Kau siap berjalan sejauh sepuluh kilometer, Watson""
"Jelas," jawabku.
"Kakimu mampu bertahan""
"Oh, ya." "Ini dia, doggy! Toby tua yang baik! Cium, Toby, cium!" Holmes mengulurkan saputangan yang
terendam creosote ke bawah hidung anjing tersebut, sementara makhluk tersebut berdiri dengan kaki
terpentang, sambil memiringkan kepala dengan cara sangat lucu, seperti seorang pakar hidangan
mengendus anggur terkenal. Holmes lalu melemparkan saputangan tersebut, mengaitkan tali ke kalung
anjingnya, dan membawanya ke kaki tong air. Makhluk
tersebut seketika menyalak-nyalak dan, dengan hidung
menempel ke tanah dan ekor menunjuk ke atas,
mengikuti jejaknya dengan kecepatan yang
menyebabkan talinya menegang dan kami berlari-lari
sekuat tenaga. Kaki langit timur perlahan-lahan mulai terang,
dan sekarang kami bisa melihat lebih jauh dalam
keremangan yang dingin. Rumah persegi yang besar,
dengan jendela-jendelanya yang hitam dan kosong,
dindingnya yang tinggi dan telanjang, menjulang
menyedihkan dan terpencil di belakang kami. Kami
menyeberangi lahan, melewati bekas-bekas galian yang
bertebaran tidak keruan. Seluruh tempat tersebut,
dengan tumpukan tanah di sana-sini dan sesemakan
55 yang tumbuh liar, tampak mengerikan tapi sesuai dengan tragedi menyedihkan yang menyelimutinya.
Saat tiba di dindin g batas, Toby berlari-lari menyusurinya, sambil merengek-rengek penuh
semangat, di bawah bayang-bayangnya. Akhirnya ia berhenti di sebuah sudut yang terhalang sebatang
pohon beech muda. Di titik temu kedua dinding, beberapa buah batanya telah lepas, dan ceruk yang ada
aus pada bagian bawahnya, seakan-akan sering digunakan sebagai tangga. Holmes memanjat naik, dan
setelah menerima anjingnya dari tanganku, ia melepaskan anjingnya di sisi seberang.
"Ada bekas tangan si Kaki Kayu," katanya saat aku naik ke sampingnya. "Kaulihat noda darah
di semen putihnya. Benar-benar beruntung kemarin hujan tidak turun deras! Baunya akan ada di jalan,
sekalipun mereka sudah dua puluh delapan jam mendului kita."
Kuakui aku sendiri ragu-ragu sewaktu memikirkan keramaian lalu lintas yang melintasi London
sementara itu. Tapi ketakutanku menghilang tak lama kemudian. Toby tak pernah ragu-ragu atau
berputar-putar, tapi terus melaju dengan gayanya yang aneh. Jelas bau tajam creosote menebar lebih
tinggi daripada bau-bau lainnya.
"Jangan membayangkan aku mengandalkan keberhasilanku memecahkan kasus ini semata-mata
pada ketidaksengajaan salah satu dari mereka mencelupkan kakinya ke bahan kimia," kata Holmes.
"Aku punya pengetahuan untuk melacak mereka dalam beberapa cara berbeda. Tapi ini yang paling
mudah. Dan karena kita sudah mendapatkan keberuntungan ini, sangat tidak layak kalau kusia-siakan.
Tapi, dengan begini, kasus ini tidak menjadi masalah intelektual yang bagus, sebagaimana semula.
Kalau bukan gara-gara petunjuk yang mencolok ini, kita mungkin bisa mendapat nama."
"Sebenarnya kau masih bisa mendapat nama," kataku. "Percayalah padaku, Holmes, kalau
kukatakan aku kebingungan memikirkan caramu mendapatkan hasil dalam kasus ini, lebih dari
kebingunganku sewaktu menghadapi kasus pembunuhan Jefferson Hope. Situasinya tampak lebih
dalam dan lebih tidak bisa dijelaskan. Misalnya, bagaimana kau bisa menjabarkan pria berkaki kayu
dengan seyakin itu""
"Aah, sobatku! Itu sederhana sekali. Aku tak ingin bersikap dramatis. Semuanya kokoh dan bisa
dibuktikan. Dua orang perwira yang memimpin satuan pengamanan narapidana mengetahui rahasia
penting tentang keberadaan harta karun. Mereka mendapat peta dari seorang Inggris bernama Jonathan
Small. Kau tentu ingat, kita melihat nama itu di peta milik Kapten Morstan. Small menandatanganinya
56 dengan namanya sendiri dan rekan-rekannya tanda mereka berempat, sebagaimana dia menyebutnya.
Dibantu peta ini, para perwira atau salah satu di antaranya mendapatkan harta itu dan mernbawanya
kembali ke Inggris, dengan, kita anggap saja begitu, beberapa syarat yang menurutnya tidak bisa
dipenuhi. Sekarang, kenapa Jonathan Small tidak mengambil sendiri hartanya" Jawabannya jelas. Peta
itu diberi tanggal saat Morstan berhubungan cukup dekat dengan para narapidana. Jonathan Small tidak
mengambil sendiri harta itu karena dia dan rekan-rekannya adalah narapidana dan tidak bisa melarikan
diri." "Tapi ini hanya spekulasi," kataku.
"Lebih dari itu. Ini satu-satunya hipotesis yang sesuai dengan fakta-faktanya. Kita lihat
bagaimana kelanjutannya. Mayor Sholto hidup dengan damai selama beberapa tahun, berbahagia
karena memiliki hartanya. Lalu dia menerima surat dari India, yang menyebabkan dia ketakutan hebat.
Surat apa itu""
"Surat yang mengatakan bahwa orang yang telah diperdayainya telah dibebaskan."
"Atau telah melarikan diri. Itu lebih mungkin, karena dia pasti tahu berapa lama mereka
dihukum. Kalau mereka memang sudah selesai menjalani masa hukuman, surat itu tidak akan
mengejutkannya. Apa yang kemudian dia lakukan" Dia mewaspadai pria berkaki kayu pria kulit
putih, ingat, karena dia sudah keliru menyangka seorang pedagang kulit putih sebagai orang yang
ditakutinya dan menembaknya dengan pistol. Sekarang, hanya ada satu nama pria kulit putih dalam
peta itu. Yang lainnya nama orang India atau Pakistan. Tidak ada pria kulit putih lain. Oleh karena itu,
kita bisa mengatakan dengan yakin bahwa pria berkaki kayu itu identik dengan Jonathan Small. Apa
penjelasan ini ada kesalahan menurutmu""
"Tidak, penjelasanmu jelas dan singkat.
" "Well, sekarang kita pikirkan seandainya kita menjadi Jonathan Small. Kita lihat situasinya dari
sudut pandangnya. Dia datang ke Inggris dengan gagasan ganda untuk mendapatkan haknya dan
membalas dendamnya terhadap orang yang telah menipunya. Dia mencari tahu tempat tinggal Sholto,
dan sangat mungkin dia mengadakan hubungan dengan seseorang di dalam rumah. Ada pengawas
rumah, Lal Rao, yang belum kita temui. Menurut Mrs. Bernston, orang itu jauh dari baik. Tapi Small
tidak bisa mengetahui di mana hartanya disembunyikan, karena tak seorang pun yang tahu, kecuali
57 sang mayor dan seorang pelayan setia yang telah meninggal. Tiba-tiba Small mengetahui bahwa sang
mayor sedang sekarat. Karena takut harta karun itu akan hilang bersama kematiannya, Small nekat
menerobos masuk dan menuju jendela kamar tidur sang mayor. Satu-satunya penghalang hanyalah
kehadiran kedua putra sang mayor. Tapi, karena gelap mata oleh kebenciannya terhadap mayor itu, dia
masuk ke kamar tidur tersebut di malam harinya, menggeledah dokumen-dokumen pribadi sang mayor,
dengan harapan menemukan semacam memorandum yang berhubungan dengan hartanya, dan akhirnya
meninggalkan cindera mata kunjungannya dalam bentuk pesan singkat di sehelai kartu. Tidak ragu lagi
dia sudah merencanakannya, bahwa kalau dia membunuh mayor itu, dia akan meninggalkan pesan
seperti itu di mayatnya, sebagai tanda bahwa tindakannya bukanlah pembunuhan biasa, tapi merupakan
tindakan keadilan, dari sudut pandang keempat rekanan itu. Hal-hal seperti ini sudah biasa dalam
tindak kejahatan, dan biasanya memberi petunjuk berharga mengenai pelakunya. Kau mengerti semua
ini"" "Sangat jelas."
"Sekarang, apa yang bisa dilakukan Jonathan Small" Dia hanya bisa terus mengawasi dengan
diam-diam, usaha-usaha yang dilakukan untuk menemukan hartanya. Mungkin dia meninggalkan
Inggris dan sesekali kembali. Lalu ruang di langit-langit ditemukan, dan dia segera diberitahu. Sekali
lagi kita mendapat petunjuk keterlibatan orang dalam. Jonathan, dengan kaki kayunya, jelas tidak bakal
mampu mencapai kamar tidur Bartholomew Sholto. Tapi dia mengajak seorang rekan yang agak
menarik, yang mampu mengatasi kesulitan ini, tapi menginjak creosote dengan kaki telanjang. Karena
itulah Toby terlibat, juga kau, perwira dengan gaji minim dan otot kaki terluka, yang harus menempuh
sepuluh kilometer dengan susah payah."
"Tapi justru rekannya ini yang melakukan kejahatan, bukan Jonathan Small."
"Benar. Dan hal ini menimbulkan kemarahan Jonathan, kalau dilihat dari jejak-jejak bekas dia
mengentakkan kakinya sewaktu masuk ke dalam kamar. Dia tidak punya masalah dengan Bartholomew
Sholto, dan sudah puas kalau bisa sekadar mengikat dan menyumpalnya. Dia tidak ingin membunuh
mayor itu. Tapi dia tak bisa mencegah naluri buas rekannya, dan begitulah.... Jadi, Jonathan Small
meninggalkan pesannya, menurunkan kotak harta ke tanah, lalu dia sendiri turun. Itulah rangkaian
kejadian sepanjang yang bisa kuduga. Mengenai penampilannya sendiri, dia pasti sudah setengah baya
dan terbakar matahari sesudah menjalani hukuman di Kepulauan Andaman. Tingginya bisa diukur dari
58 panjang langkahnya, dan kita mengetahui bahwa dia berjanggut. Kelebatan janggutnyalah yang
menyebabkan Thaddeus Sholto sangat mengingat dirinya sewaktu melihatnya di jendela. Rasanya tidak
ada hal lain lagi." "Rekannya""
"Ah, well, tidak ada misteri besar dalam hal ini. Tapi kau akan mengetahui semuanya tidak lama
lagi. Udara pagi ini segar sekali! Lihat awan kecil itu, melayang seperti sehelai bulu merah muda
seekor flamingo raksasa. Sekarang tepi kemerahan matahari sudah mencapai tepi kota London.
Matahari menyinari banyak orang, tapi aku berani bertaruh, tak seorang pun yang tengah melakukan
tugas lebih aneh daripada apa yang kita lakukan. Betapa kecilnya kita, dengan ambisi sepele kita
dalam kehadiran kekuatan Alam! Apa kau mengenai karya-karya Jean Paul, alias J.P.F. Richter, penulis
Jerman itu"" "Ya. Aku mengenalnya melalui Carlyle Thomas Carlyle. Dia yang memperkenalkan karya-karya Jean Paul pada para pembaca Inggris."
"Itu rasanya seperti mengikuti aliran sun
gai ke danau induknya. Salah satu komentarnya sangat
menarik. Bukti utama kebesaran sejati manusia adalah persepsi akan kekecilan dirinya. Komentarnya
itu memperdebatkan kemampuan membandingkan dan menghargai, yang merupakan bukti kemuliaan.
Begitu banyak santapan bagi pikiran dalam karya Richter. Kau tidak membawa pistol, bukan""
"Hanya tongkatku."
"Ada kemungkinan kita memerlukan pistol pada saat tiba di sarang mereka. Kuserahkan
Jonathan kepadamu, tapi kalau rekannya melawan, aku akan menembaknya hingga mati."
Ia mengeluarkan revolvernya sambil bicara, dan setelah mengisikan dua butir peluru, ia
mengembalikan revolver itu ke saku kanan jasnya. Sebelumnya kami telah mengikuti Toby hingga tiba
di jalan separuh pedalaman yang diapit vila-vila, yang menuju London. Tapi sekarang kami mulai
menemui jalan-jalan lainnya, di mana para buruh dan kuli pelabuhan telah berkeliaran, dan wanita-wanita berpenampilan lusuh telah membuka jendela dan menyapu tangga depan. Di perumahan publik
beratap datar ini bisnis baru saja dimulai, dan pria-pria bertampang kasar bermunculan, sambil
menggosokkan lengan kemeja ke janggut mereka setelah mandi pagi. Anjing-anjing aneh berkeliaran
dan menatap penasaran ke arah kami saat kami melintas, tapi Toby tidak berpaling ke kanan atau ke
59 kiri. Toby terus maju, dengan hidung menempel ke tanah, dan sesekali merengek penuh semangat, yang
menyatakan jejak yang masih hangat.
Kami telah melintasi Streatham, Brixton,
Camberwell, dan sekarang tiba di Kennington Lane,
setelah melewati jalan-jalan samping di sebelah timur
Oval. Orang-orang yang kami buru tampaknya sengaja
menempuh rutenya secara zigzag, mungkin untuk
menghindari pengawasan. Mereka tidak pernah
menggunakan jalan utama apabila ada jalan samping
yang memenuhi kebutuhan mereka. Di ujung
Kennington Lane mereka berbelok ke kiri, memasuki
Bond Street dan Miles Street. Dari Miles mereka
berbelok ke Knight's Place, di mana Toby berhenti dan
mulai berlari ke sana kemari dengan satu telinga
terangkat dan yang lainnya menjuntai, gambaran seekor anjing yang tengah kebingungan. Lalu ia
berputar-putar, menengadah memandang kami dari waktu ke waktu, seakan-akan meminta pengertian
akan kebingungannya. "Ada apa dengan anjing ini"" geram Holmes. "Mereka jelas tidak menggunakan kereta atau
balon." "Mungkin mereka berdiri di sini selama beberapa saat," kataku.
"Ah! Tidak apa-apa. Dia sudah menemukan jejak lagi," kata temanku dengan nada lega.
Toby memang kembali berjalan, sebab setelah mengendus-endus beberapa saat, ia tiba-tiba
mengambil keputusan dan melesat dengan energi dan kebulatan tekad yang sebelumnya tidak ia
perlihatkan. Bau yang diikutinya rupanya jauh lebih kuat daripada sebelumnya, karena ia bahkan tak
perlu menempelkan hidungnya ke tanah, tapi menarik-narik tali pengikatnya dan mencoba berlari. Aku
bisa melihat dari kilau mata Holmes bahwa ia mengira kami hampir tiba di akhir perjalanan.
Kami sekarang berlari menyusuri Nine Elms hingga tiba di Broderick dan gudang kayu
Nelson's, tepat di samping White-Eagle Tavern. Di sini Toby dengan penuh semangat berbelok
60 melewati gerbangnya, ke tempat para pemotong kayu telah mulai bekerja. Anjing itu terus berlari
menerobos serbuk gergaji, menyusuri sebuah lorong sempit, mengitari lorong lain di antara dua
tumpukan kayu, dan akhirnya, diiringi salakan penuh kemenangan, melompat ke atas sebuah tong besar
yang masih berada di kereta dorong. Dengan lidah terjulur dan mata berkedip-kedip, Toby berdiri di
atas tong tersebut, memandang kami bergantian, meminta pujian. Tong dan roda-roda keretanya kotor
oleh cairan kehitaman, dan bau creosote sangat tebal di udara.
Sherlock Holmes dan aku saling pandang, lalu tertawa terbahak-bahak.
61 Bab 8 Gelandangan Baker Street "SEKARANG apa"" tanyaku. "Toby sudah menyerah."
"Dia bertindak menurut pengertiannya," kata Holmes sambil menurunkan anjing tersebut dari
atas tong, dan menuntunnya keluar dari gudang kayu. "Kalau kauingat betapa banyaknya creosote yang
lalu lalang di London dalam satu hari, tidak heran kalau jejak kita bersilanga
n. Sekarang cairan itu banyak digunakan, terutama untuk mengolah kayu. Toby yang malang tak bisa disalahkan."
"Kita harus ke jejak utamanya lagi, kurasa."
"Ya. Dan untungnya kita tidak terlalu jauh. Jelas yang membingungkan anjing ini di tikungan
Knight's Place adalah dua jejak yang berbeda, menuju arah yang berlawanan. Kita sudah mengikuti
jejak yang salah. Hanya perlu mengikuti jejak yang satu lagi."
Tidak ada kesulitan dalam hal ini. Setelah membawa Toby ke tempat ia melakukan kesalahan, ia
berputar-putar cukup lebar, dan akhirnya melesat ke arah baru.
"Kita harus berhati-hati sekarang, agar dia tidak membawa kita ke tempat asal tong berisi
creosote itu," kataku.
"Sudah kupikirkan. Tapi kaulihat dia terus berjalan di trotoar, sedangkan tongnya melewati
jalan. Tidak, kita sudah mengikuti jejak yang benar sekarang."
Jejaknya menuju tepi sungai, menyusuri Belmont Place dan Prince's Street. Di ujung Broad
Street jejaknya langsung menuju tepi sungai, di mana terdapat sebuah dermaga kayu kecil. Toby
membawa kami ke ujung dermaga dan melolong di sana, memandang ke arus gelap di baliknya.


Sherlock Holmes - Empat Pemburu Harta di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kita sedang sial," kata Holmes. "Mereka naik perahu di sini."
Ada beberapa perahu kecil yang ditambatkan di sungai dan di tepi dermaga. Kami mengajak
Toby berkeliling, tapi sekalipun telah mengendus-endus mati-matian, ia tidak memberikan tanda apa
pun. Di dekat dermaga pendaratan yang kasar terdapat sebuah rumah bata kecil, dengan plakat kayu
62 yang menjuntai melalui jendela kedua. "Mordecai Smith" tercetak di sana dengan huruf-huruf besar.
Dan di bawahnya, "Perahu disewakan per jam atau per hari." Tulisan kedua di atas pintu
memberitahukan bahwa mereka juga menyediakan kapal uap pernyataan yang dikonfirmasi oleh
setumpuk batu bara di atas dermaga. Sherlock Holmes perlahan-lahan memandang sekitarnya, dan
wajahnya tampak melamun. "Ini tampaknya buruk," katanya. "Orang-orang ini lebih cerdas dari dugaanku. Mereka
tampaknya sudah menutupi jejak. Aku khawatir mereka sudah merencanakan semuanya."
Ketika ia mendekati pintu rumah, pintu itu terbuka, dan seorang bocah berambut keriting,
berumur sekitar enam tahun, berlari keluar, diikuti seorang wanita gemuk pendek berwajah kemerahan
yang membawa sebuah spons besar.
"Kembali kemari, Jack," teriak wanita tersebut. "Kembali kau, berandalan kecil. Kalau sampai
ayahmu pulang dan melihatmu belum mandi, dia akan marah besar."
"Bocah kecil yang manis!" kata Holmes. "Benar-benar berandal kecil berpipi merah! Nah, Jack,
apa ada yang kauinginkan""
Anak kecil tersebut mempertimbangkannya sejenak.
"Aku ingin satu shilling" katanya.
"Tidak ada yang lebih kauinginkan lagi""
"Aku mau dua shilling" jawabnya setelah berpikir sejenak.
"Ini dia! Tangkap! Anak yang manis, Mrs. Smith!"
"Tuhan memberkati Anda, Sir, dia memang manis dan
pandai. Aku sering kali kesulitan untuk mengendalikannya,
terutama kalau suamiku pergi berhari-hari."
"Pergi"" kata Holmes dengan nada kecewa. "Sayang
sekali, karena aku ingin bertemu dengan Mr. Smith."
"Dia sudah pergi sejak kemarin pagi, Sir, dan, sejujurnya,
aku mulai khawatir dengannya. Tapi kalau ini urusan kapal, Sir,
63 mungkin aku bisa membantu."
"Aku ingin menyewa kapal uapnya."
"Wah, Sir, dia justru pergi dengan kapal uapnya. Itu yang membingungkanku, karena aku tahu
batu bara di kapal hanya cukup untuk membawanya ke Woolwich pulang-pergi. Kalau dia pergi
membawa bargas, aku tidak akan kebingungan, karena dia banyak mendapat pekerjaan hingga ke
Gravesend, dan kalau banyak dia terkadang menginap di sana. Tapi apa gunanya kapal uap tanpa batu
bara"" "Mungkin dia membelinya di tengah jalan""
"Mungkin, Sir, tapi bukan begitu kebiasaannya. Berulang kali aku mendengar dia mengeluh
mereka menjual batu bara terlalu mahal. Lagi pula, aku tidak menyukai pria berkaki kayu itu, dengan
wajah jelek dan bicaranya yang kasar. Apa yang dia inginkan, datang kemari berulang-ulang""
"Pria berkaki kayu"" kata Holmes dengan terkejut.
"Ya, Sir, seorang pria kecokelatan dengan wajah mirip monyet sudah lebih dari sekali menemui
suamiku. Dia yang membangunkan suamiku beberapa malam yang lalu, da
n yang lebih keterlaluan lagi, suamiku tahu dia akan datang, dan suamiku sudah menyiapkan kapal uapnya. Kuberitahu
sejujurnya, Sir, aku merasa tidak enak karenanya."
"Tapi, Mis. Smith yang baik," kata Holmes sambil mengangkat bahu, "Anda ketakutan tanpa
alasan. Dari mana Anda tahu kalau yang datang tengah malam itu pria berkaki kayu" Aku tidak
mengerti, dari mana Anda bisa seyakin itu."
"Suaranya, Sir. Aku mengenali suaranya yang agak berat dan tidak jelas. Dia mengetuk jendela
sekitar pukul tiga. 'Keluarlah, matey,' katanya. 'Waktunya untuk bersiap-siap.' Suamiku
membangunkan Jim anak tertuaku dan mereka pergi tanpa mengatakan apa pun padaku. Aku bisa
mendengar suara langkah kaki kayunya di bebatuan."
"Apa pria berkaki kayu ini sendirian""
"Entah, Sir. Aku tidak mendengar ada suara orang lain lagi."
"Maafkan aku, Mrs. Smith, karena aku berniat menyewa kapal uapnya, dan aku mendengar
laporan yang bagus tentang... sebentar, apa namanya""
64 "Aurora, Sir." "Ah! Dia bukan kapal tua berwarna hijau dengan garis kuning, berlunas lebar""
"Bukan. Kapal ini sama rampingnya seperti kapal-kapal lain di sungai. Suamiku baru saja
mengecatnya, hitam dengan dua garis merah."
"Trims. Kuharap Anda segera mendapat kabar dari Mr. Smith. Aku akan menyusuri sungai, dan
kalau melihat Aurora akan kuberitahu suami Anda bahwa Anda merasa khawatir. Cerobongnya hitam,
kata Anda tadi""
"Tidak, Sir. Hitam dengan garis putih."
"Ah, tentu saja. Lambungnya yang hitam. Selamat pagi, Mrs. Smith. Masih ada kapal lain di
sini, Watson. Kita ke seberang sungai dengan kapal itu saja."
"Masalah utama dengan orang-orang seperti itu," kata Holmes saat kami duduk di kapal,
"adalah jangan pernah membiarkan mereka menganggap bahwa informasi yang mereka berikan punya
arti penting bagimu. Kalau mereka sampai berpikiran begitu, mereka seketika akan menutup mulut
serapat tiram. Kalau kau mendengarkan keluhan-keluhan mereka, kemungkinan besar kau akan
mendapatkan apa yang kau butuhkan."
"Arah kita tampaknya cukup jelas," kataku.
"Kalau begitu, apa tindakanmu""
"Aku akan mencari kapal dan menyusuri sungai untuk melacak Aurora."
"Temanku yang baik, itu tugas yang kolosal. Kapal itu mungkin merapat di salah satu dermaga
antara tempat ini dengan Greenwich. Di bawah jembatan ada labirin tempat merapat sepanjang bermil-mil. Kau perlu waktu berhari-hari untuk mencarinya sendiri."
"Kalau begitu, gunakan tenaga polisi."
"Tidak. Aku mungkin akan menghubungi Athelney Jones pada saat-saat terakhir. Dia bukan
orang jahat, dan aku tidak ingin melakukan apa pun yang menyakitinya secara profesi. Tapi aku lebih
suka menangani kasus ini sendiri, apalagi kita sudah sejauh ini."
"Kalau begitu, apa kita bisa pasang iklan, meminta informasi dari orang-orang di pelabuhan""
65 "Justru lebih buruk lagi! Buruan kita akan tahu bahwa mereka tengah dikejar dengan ketat, dan
mereka akan kabur ke luar negeri. Sekarang pun mereka sangat mungkin untuk pergi, tapi selama
mereka mengira masih aman, mereka tidak akan tergesa-gesa. Energi Jones berguna bagi kita dalam hal
ini, karena pandangannya mengenai kasus ini jelas akan dimuat di koran-koran, dan para pelarian itu
akan berpikir bahwa semua orang tengah mengikuti jejak yang salah."
"Kalau begitu, apa yang akan kita lakukan"" tanyaku sewaktu kami merapat di dekat Lembaga
Pemasyarakatan Millbank. "Gunakan kereta ini, pulanglah, sarapan, dan tidurlah selama satu jam. Kemungkinan besar
nanti malam kita akan bekerja lagi. Mampir di kantor telegram, kusir! Toby tetap bersama kita, karena
mungkin dia akan berguna."
Kami berhenti di Kantor Pos Great Peter Street, dan Holmes mengirimkan telegramnya.
"Menurutmu aku mengirim telegram pada siapa"" tanyanya sewaktu kami telah melanjutkan
perjalanan. "Aku tidak tahu."
"Kau ingat satuan detektif polisi divisi Baker Street yang kupekerjakan dalam kasus Jefferson
Hope"" "Well," kataku sambil tertawa.
"Dalam keadaan seperti sekarang inilah mereka berharga. Kalau mereka gagal, aku masih
memiliki sumber daya lain, tapi aku akan mencoba dengan mereka dulu. Telegram itu untuk letnan
kecilku yang kotor, W iggins. Kurasa dia dan rekan-rekannya akan menjumpai kita sebelum kita selesai
sarapan." Sekarang antara pukul delapan dan sembilan, dan aku sadar akan reaksi kuat yang kualami
akibat serangkaian kegiatan penuh semangat semalam. Aku tertatih-tatih dan kelelahan, otakku macet
dan tubuhku kehabisan tenaga. Aku tidak memiliki antusiasme profesional seperti temanku, dan aku tak
bisa memandang masalah ini sekadar sebagai sebuah masalah intelektual yang abstrak. Sepanjang
berkaitan dengan kematian Bartholomew Sholto, aku hanya mendengar sedikit hal-hal baik tentangnya,
dan aku tidak merasakan antipati yang besar terhadap pembunuhnya. Tapi hartanya... itu soal lain. Itu,
66 atau sebagian harta itu, milik Miss Morstan. Selama ada kesempatan untuk mendapatkannya kembali,
aku akan membaktikan hidupku untuk satu tujuan itu. Memang benar, kalau harta itu kutemukan,
mungkin justru akan menjauhkan dia dariku. Sekalipun begitu, hanya cinta yang picik dan egois yang
terpengaruh oleh pemikiran seperti itu. Kalau Holmes bersemangat untuk menangkap para penjahatnya,
aku memiliki alasan sepuluh kali lebih kuat untuk menemukan hartanya.
Setelah mandi dan berganti pakaian di Baker Street, aku segar kembali scpenuhnya. Sewaktu
turun ke ruangan kami, kudapati sarapan telah dihidangkan dan Holmes tengah menuang kopi.
"Ini dia," katanya, sambil tertawa dan menunjuk Iembaran koran. "Jones yang bersemangat dan
wartawan yang tekun rupanya saling melengkapi. Tapi jangan pikirkan soal kasus itu sekarang.
Sebaiknya kauhabiskan dulu ham dan telurmu."
Kuambil koran tersebut dari tangannya dan kubaca artikel pendeknya yang berjudul "Urusan
Misterius di Upper Norwood."
Sekitar pukul dua belas semalam (menurut Standard), Mr. Bartholomew Sholto, dari
Pondicherry Lodge, Upper Norwood, ditemukan tewas di kamarnya dalam situasi yang
menunjukkan adanya permainan kotor. Sepanjang yang bisa kami ketahui, tidak ada tanda-tanda kekerasan yang nyata pada tubuh Mr. Sholto, tapi koleksi permata India yang tak
ternilai, yang diwarisi almarhum dari ayahnya, telah hilang. Orang pertama yang
menemukannya adalah Mr. Sherlock Holmes dan Dr. Watson, yang mengunjungi rumah
tersebut bersama Mr. Thaddeus Sholto, saudara almarhum. Kebetulan sekali Mr. Athelney
Jones, anggota satuan detektif polisi yang terkenal itu, berada di kantor polisi Norwood dan
tiba di lokasi kejadian dalam waktu setengah jam setelah pemberitahuan awal. Latihan dan
pengalamannya seketika mengarahkan detektif tersebut kepada penjahatnya, dengan hasil
memuaskan bahwa saudara almarhum, Thaddeus Sholto, telah ditangkap bersama dengan
pengurus rumah, Mrs. Bernstone, pelayan India bernama Lal Rao, dan seorang portir, atau
penjaga gerbang bernama McMurdo. Bisa dipastikan hahwa pencuri atau para pencuri
tersebut sangat mengenai rumahnya. karena pengetahuan teknis Mr. Jones yang terkenal dan
pengamatannya yang teliti memungkinkannya untuk membuktikan bahwa pelakunya tidak
mungkin masuk melalui pintu atau jendela tapi pasti melewati atap rumah, dan melalui pintu
kecil yang ada di sana, menuju kamar tempat mayat ditemukan. Fakta ini, yang sangat jelas
67 terlihat, membuktikan bahwa kejadian tersebut bukan sekadar pencurian yang salah
perhitungan. Kesigapan dan semangat para penegak hukum menunjukkan pentingnya
kehadiran orang yang ahli dan penuh semangat dalam kejadian semacam itu. Mau tak mau,
kita menganggap ini sebagai argumentasi terhadap mereka yang ingin melihat para detektif
kita lebih terdesentralisasi, dan dengan begitu menjadikan para detektif itu lebih dekat dan
efektif dalam menangani kasus-kasus mereka.
"Luar biasa!" kata Holmes sambil menyeringai dari balik cangkir kopinya. "Apa pendapatmu""
"Kupikir kita sendiri nyaris ditangkap karena kejahatan itu."
"Aku juga. Aku tidak berani menjamin kita akan tetap aman kalau dia tiba-tiba tercengkam
semangat seperti itu lagi."
Pada saat itu terdengar dering bel yang cukup keras, dan aku bisa mendengar suara Mrs.
Hudson, induk semang kami, melolongkan protes dan rasa jengkelnya.
"Demi Tuha n, Holmes," kataku, setengah beranjak bangkit. "Aku yakin mereka benar-benar
mengejar kita." "Tidak, tidak seburuk itu. Ini satuan tidak resmi para gelandangan Baker Street."
Sementara ia berbicara, terdengar suara halus langkah-langkah kaki telanjang menaiki tangga,
dentang suara melengking, dan selusin bocah jalanan yang kotor dan kumuh berhamburan masuk.
Walaupun masuk dengan ribut, mereka masih menunjukkan sedikit kedisiplinan, sebab mereka seketika
berbaris dan memandang kami dengan wajah-wajah penuh harap. Salah satu dari mereka, yang paling
jangkung dan paling tua, melangkah maju dengan sikap berkuasa yang terasa sangat lucu, mengingat
sosoknya yang seperti itu.
"Pesanmu diterima, Sir," katanya, "dan aku langsung mengajak mereka. Biayanya tiga shilling
dan enam pence." "Ini dia," kata Holmes sambil mengeluarkan beberapa keping koin perak. "Untuk selanjutnya,
mereka harus melapor padamu, Wiggins, dan kau melapor padaku. Aku tidak bisa menerima rumahku
diinvasi seperti ini. Tapi kurasa ada baiknya juga kalau kalian semua mendengar instruksinya. Aku
ingin tahu keberadaan kapal uap bernama Aurora, milik Mordecai Smith, hitam dengan dua garis
68 merah, cerobong hitam dengan garis putih. Kapalnya ada di sungai entah di mana. Kuminta satu orang
menjaga dermaga Mordecai Smith dari seberang Millbank untuk mengabarkan kalau kapalnya merapat.
Kalian harus membagi tugas sendiri, dan memeriksa kedua tepi sungai secara menyeluruh. Beritahu
aku begitu kalian mendapat kabar. Jelas""
"Ya, Gubernur," kata Wiggins.
"Pembayaran seperti biasa, dan satu guinea bagi
yang menemukan kapalnya. Ini uang muka hari ini.
Sekarang pergilah!" Ia memberi mereka masing-masing satu shilling,
dan mereka berhamburan menuruni tangga. Sesaat
kemudian kulihat mereka telah berlari-lari di jalan.
"Kalau kapal itu masih di sungai, mereka akan
menemukannya," kata Holmes sambil bangkit berdiri dan
menyulut pipanya. "Mereka bisa pergi ke mana pun,
melihat segalanya, mendengar semua orang. Kuharap
sebelum malam tiba mereka sudah melaporkan di mana
kapal itu. Sementara ini, kita tak bisa melakukan apa-apa,
kecuali menunggu hasilnya. Kita tak bisa melanjutkan
mengikuti jejak yang putus sebelum kita menemukan
Aurora atau Mr. Mordecai Smith."
"Toby bisa menghabiskan sampah ini. Kau mau tidur, Holmes""
"Tidak, aku tidak lelah. Aku memiliki kebiasaan yang aneh. Aku tidak pernah merasa kelelahan
karena bekerja, tapi bersantai justru menguras tenagaku. Aku akan merokok dan memikirkan kembali
bisnis aneh yang diperkenalkan klien kita ini. Kalau ada tugas yang mudah bagi manusia, maka inilah
tugas itu. Pria berkaki kayu tidaklah umum, tapi menurutku rekannya pasti sangat unik."
"Orang itu lagi!"
"Aku tak ingin membuatnya terdengar misterius bagimu. Tapi kau harus membentuk
pendapatmu sendiri. Sekarang pertimbangkan data-datanya. Jejak kaki kecil, jemarinya tidak pernah
69 terjepit sepatu bot, kaki telanjang, palu kayu berkepala batu, kelincahan tinggi, paser kecil beracun.
Apa kesimpulanmu""
"Orang pribumi!" seruku. "Mungkin salah satu orang India yang menjadi rekan Jonathan
Small." "Kemungkinannya kecil," kata Holmes. "Sewaktu melihat tanda-tanda senjata aneh tersebut,
aku cenderung berpikiran begitu, tapi karakteristik jejak kakinya yang luar biasa menyebabkan aku
mempertimbangkan kembali pendapatku. Beberapa penghuni Semenanjung India memang
berperawakan kecil, tapi tak satu pun bisa meninggalkan jejak seperti itu. Orang-orang India yang
biasa, memiliki kaki panjang dan kurus. Orang-orang Pakistan yang biasa mengenakan sandal memiliki
ibu jari kaki yang terpisah sangat jauh dengan jemari kaki lainnya, karena terbiasa menjepit sandal.
Paser-paser kecil ini juga hanya bisa ditembakkan dengan satu cara. Paser-paser ini untuk sumpitan.
Nah, kalau begitu, di mana kita bisa menemukan orang yang kita cari ini""
"Amerika Selatan," kataku.
Holmes mengulurkan tangan dan menurunkan sebuah buku rebal dari rak.
"Ini volume pertama dari kliping koran yang diterbitkan. Bisa dianggap sebagai sumber
referensi paling mutakhir. Apa yang ada di sini
" 'Kepulauan Andaman, terktak 544 kilometer di utara
Sumatra, di Teluk Bengali.' Hmm! Hmm! Apa lagi" Iklim lembap, deretan karang, ikan hiu, Port Blair,
lembaga pemasyarakatan, Pulau Rutland, perkebunan kapas Ah, ini dial 'Penduduk asli Kepulauan
Andaman mungkin merupakan ras paling pendek di bumi ini, sekalipun beberapa ahli antropologi
lebih memilih manusia semak Afrika, Indian Digger dari Amerika, dan orang-orang Terra del Fuegia.
Tinggi rata-rata penduduk asli Andaman kurang dari 120 sentimeter, sekalipun banyak orang
dewasanya yang jauh lebih pendek dari. itu. Mereka buas, pemarah, dan sulit didekati, namun mampu
membina persahabatan yang sangat erat dengan orang yang sudah mendapatkan kepercayaan
mereka.' Ingat itu, Watson. Sekarang dengarkan ini. 'Mereka memiliki tampang menakutkan, dengan
kepala besar yang aneh, mata kecil yang buas, dan ciri-ciri wajah yang tidak normal. Tapi kaki dan
tangan mereka luar biasa kecil. Begitu tertutup dan buasnya mereka, sehingga semua usaha pejabat
lnggris untuk merebut hati mereka gagal total. Mereka selalu menjadi teror bagi para awak kapal yang
karam; mereka suka menghantam kepala korban yang selamat dengan gada batu atau menyumpit
70 dengan anak panah beracun. Pembantaian-pembantaian ini terkadang diikuti dengan pesta kanibal
5 . Orang-orang yang ramah dan menyenangkan, Watson! Kalau orang ini dibiarkan sendiri, mungkin
hasilnya akan lebih buruk lagi. Kurasa Jonathan Small menyesal setengah mati telah mempekerjakan
orang ini." "Tapi bagaimana dia bisa mendapatkan teman seperti ini""
"Ah, itu tidak bisa kuketahui. Tapi, karena kita sudah memastikan bahwa Small datang dari
Andaman, tidak mengherankan kalau dia mengajak salah satu penduduk asli. Kita akan tahu pada
waktunya nanti. Watson, kau tampaknya sudah kelelahan. Berbaringlah di sofa, dan coba kulihat apa
bisa membuatmu tidur."
Ia mengambil biolanya dari sudut, dan saat aku membaringkan diri, ia mulai memainkan nada-nada lembut yang menghanyutkan nada-nadanya sendiri, tentu saja, karena ia sangat berbakat dalam
improvisasi. Samar-samar aku teringat tangannya yang kurus, wajahnya yang serius, dan tongkat
penggesek biolanya yang naik-turun. Lalu aku merasa melayang-layang dengan damai di lautan suara
yang lembut, hingga kudapati diriku di alam mimpi, dengan wajah Mary Morstan yang manis
menunduk memandangku.

Sherlock Holmes - Empat Pemburu Harta di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

5 Gambaran Holmes tentang para penduduk Kepulauan Andaman sama sekali tidak akurat, melainkan lebih merupakan
contoh tentang sudut pandang berbau rasis dan kolonial yang digunakan lnggris dalam memandang budaya-budaya non-Eropa.
71 Bab 9 Kesempatan BARU menjelang sore aku terjaga, lebih kuat dan lebih segar. Sherlock Holmes masih duduk di
tempatnya tadi, namun ia telah meletakkan biolanya dan tengah membaca buku. Ia memandang ke
arahku saat aku bergerak, dan kusadari bahwa ekspresinya muram dan cemas.
"Kau tidur nyenyak sekali," katanya. "Aku takut pembicaraan kami tadi membangunkanmu."
"Aku tidak mendengar apa-apa," kataku. "Kalau begitu, kau sudah mendapat kabar baru""
"Sialnya tidak. Kuakui, aku terkejut dan kecewa. Aku berharap sudah mendapatkan informasi
yang pasti saat ini. Wiggins baru saja menyampaikan laporannya. Katanya tidak ada jejak kapal itu. Ini
membuatku gusar, karena setiap jam yang berlalu sangat penting artinya."
"Ada yang bisa kubantu" Aku sudah segar lagi sekarang, dan siap bertualang malam lagi."
"Tidak, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Kita hanya bisa menunggu. Kalau kita pergi sendiri,
pesannya mungkin datang sewaktu kita tidak ada, dan semuanya bisa tertunda. Kau boleh berbuat
sesukamu, tapi aku harus tetap berjaga-jaga."
"Kalau begitu, aku mau pergi ke Camberwell, mengunjungi Mrs. Cecil Forrester. Dia
memintaku datang kemarin."
"Mrs. Cecil Forrester"" tanya Holmes dengan mata berbinar-binar geli.
"Well, tentu saja Miss Morstan juga. Mereka sangat ingin tahu apa yang terjadi."
"Sebaiknya jangan memberitahu terlalu banyak," kata Holmes. "Wanita tidak boleh dipercayai
sepenuhnya sebagian besar di antaranya."
Aku tidak mendebat pendapatnya yang negatif itu.
"Aku akan kembali satu-dua jam lagi," kat
aku. "Baik! Semoga beruntung! Tapi, berhubung kau akan menyeberangi sungai, ada baiknya kau
kembalikan Toby juga, karena kurasa kita tidak memerlukan tenaganya lagi sekarang."
72 Aku mengambil anjing tersebut dan mengantarnya, bersama uang sewanya, ke pemiliknya di
Pinchin Lane. Di Camberwell aku mendapati Miss Morstan agak kelelahan karena petualangan
kecilnya di malam hari, tapi sangat ingin mendengar kabar selanjutnya. Mrs. Forrester juga sangat
penasaran. Kuceritakan semua yang sudah kami lakukan, dengan menahan bagian-bagian yang
menakutkan. Karenanya, sekalipun membicarakan kematian Mr. Sholto, aku tidak mengatakan apa-apa
mengenai kondisi mayat maupun metode pembunuhannya. Tapi apa yang kuceritakan sudah cukup
untuk membuat mereka terkejut dan tercengang.
"Benar-benar hebat!" seru Mrs. Forrester. "Wanita yang terluka, harta karun senilai setengah
juta, kanibal berkulit hitam, dan penjahat berkaki kayu. Mereka menandingi naga dan bangsawan yang
jahat." "Dan dua ksatria penyelamat," tambah Miss Morstan sambil melirikku dengan cerah.
"Wah, Mary, keberuntunganmu tergantung pada keberhasilan pencarian ini. Reaksimu kurang
bersemangat. Bayangkan saja bagaimana rasanya sekaya itu dan bisa menaklukkan dunia!"
Aku agak gembira melihat Miss Morstan tidak menunjukkan tanda-tanda senang dengan
kemungkinan itu. Sebaliknya, ia agak menyentakkan kepalanya dengan sikap bangga, seakan-akan
masalah itu hanya sedikit menarik perhatiannya.
"Aku justru mengkhawatirkan Mr. Thaddeus Sholto," katanya. "Tidak ada lagi yang penting
sekarang, tapi kurasa dia sudah bersikap sangat baik dan terhormat sepanjang kasus ini. Sudah tugas
kita untuk membersihkan namanya dari tuduhan yang menakutkan dan tidak berdasar ini."
Malam telah turun sewaktu aku meninggalkan Camberwell, dan sudah cukup gelap saat aku tiba
di rumah. Buku dan pipa temanku tergeletak di samping kursinya, tapi orangnya tidak ada. Aku
mencari-cari kalau-kalau ia meninggalkan pesan, tapi tidak ada.
"Mr. Sherlock Holmes sedang keluar"" tanyaku kepada Mrs. Hudson sewaktu ia naik untuk
menurunkan tirai-tirai. "Tidak, Sir. Dia masuk ke kamarnya. Sir," katanya sambil merendahkan suaranya. "Aku
khawatir dengan kesehatannya."
"Kenapa begitu, Mrs. Hudson""
73 "Well, sikapnya aneh, Sir. Sesudah kepergian Anda, dia terus mondar-mandir, mondar-mandir,
mondar-mandir, sampai aku bosan mendengar suara langkahnya. Lalu kudengar dia berbicara dan
bergumam sendiri, dan setiap kali bel berbunyi dia muncul di puncak tangga, sambil menanyakan,
'Siapa itu, Mrs. Hudson"' Dan sekarang dia mengurung diri di kamar, tapi aku bisa mendengarnya terus
mondar-mandir seperti tadi. Kuharap dia tidak akan jatuh sakit, Sir. Kuberanikan diri memberitahukan
tentang obat-obat yang bisa menenangkan, tapi dia malah menatapku, Sir, dengan pandangan entah
bagaimana, hingga aku keluar ruangan."
"Kurasa Anda tak perlu merasa tidak enak, Mrs. Hudson," jawabku. "Aku sudah pernah
melihatnya seperti ini. Ada masalah kecil yang membebani pikirannya, sehingga dia gelisah."
Kucoba menenangkan induk semang kami, tapi aku sendiri merasa agak tidak enak sewaktu
sepanjang malam aku masih mendengar suara langkahnya dari waktu ke waktu, dan mengetahui betapa
tersiksa dirinya karena terpaksa berdiam diri.
Pada saat sarapan ia tampak lusuh dan kumuh, dengan pipi agak kemerahan.
"Kau merusak dirimu sendiri, pak tua," kataku. "Kudengar kau mondar-mandir terus sepanjang
malam." "Tidak, aku tidak bisa tidur," jawab Holmes. "Masalah ini sangat membebaniku, rasanya
keterlaluan sekali terhambat halangan sekecil ini, sementara yang lainnya telah berhasil diatasi. Aku
tahu orang-orangnya, kapalnya, semuanya, tapi aku tak bisa mendapatkan kabar. Aku sudah
mengerahkan pihak-pihak lain, dan aku juga sudah menggunakan semua cara yang bisa kugunakan.
Seluruh sungai telah digeledah di kedua sisi, tapi tidak ada berita. Mrs. Smith pun tidak mendapat
kabar dari suaminya. Tak lama lagi aku terpaksa menyimpulkan bahwa mereka sudah meninggalkan
kapal. Tapi ada beberapa hal yang meragukan kemungkinan itu."
"Atau mungkin Mrs. Smith sudah membawa kita ke jej
ak yang salah." "Tidak, kupikir kemungkinan itu tidak ada. Aku sudah bertanya-tanya, dan memang ada kapal
dengan deskripsi seperti itu."
"Apa mungkin mereka menuju hulu""
"Aku juga sudah mempertimbangkan kemungkinan itu, dan sudah ada kelompok pencari yang
74 akan menyusuri ke hulu, hingga Richmond. Kalau tidak ada berita yang kuterima hari ini, besok aku
akan mulai mencari sendiri. Mencari orang-orangnya, bukan perahunya. Tapi mestinya kita mendapat
kabar." Tapi tidak. Tak sepatah kata pun kami terima dari Wiggins atau dari pihak-pihak lainnya.
Hampir semua koran memuat tentang tragedi Norwood. Semuanya tampak memberatkan Thaddeus
Sholto yang malang. Tapi tidak ada rincian baru di sana, di mana pun, kecuali bahwa besok akan
diselenggarakan dengar pendapat. Aku berjalan kaki ke Camberwell malam itu, untuk melaporkan
kegagalan kami pada kedua wanita tersebut, dan saat kembali, kudapati Holmes melamun dan agak
muram. Ia hampir-hampir tidak menjawab pertanyaanku, dan menyibukkan diri sepanjang malam
dengan analisis kimia yang melibatkan pemanasan dan penyulingan, hingga menimbulkan bau yang
hampir-hampir mengusirku keluar dari apartemen. Hingga menjelang subuh aku masih mendengar
denting tabung-tabung uji yang memberitahukan bahwa ia masih terus melakukan percobaan berbau
busuknya. Aku terjaga saat subuh, dan terkejut mendapati ia berdiri di samping
ranjangku, mengenakan pakaian kelasi yang kasar, dengan jaket dan syal
merah melilit di lehernya.
"Aku mau menyusuri Sungai, Watson," katanya. "Aku sudah
memikirkannya baik-baik, dan aku hanya melihat satu jalan keluar dari
masalah ini. Lagi pula, ini ada gunanya dicoba."
"Kalau begitu, aku bisa ikut bersamamu"" tanyaku.
"Tidak, kau akan lebih berguna kalau tetap di sini mewakili diriku. Aku
tidak senang pergi, karena ada kemungkinan kita akan mendapat pesan hari
ini, sekalipun Wiggins tidak yakin mengenainya semalam. Kuminta kau
membuka semua surat dan telegram, dan bertindaklah sesuai pertimbanganmu
sendiri kalau ada berita apa pun yang masuk. Aku bisa mengandalkan dirimu""
"Jelas." "Sayangnya kau tidak akan bisa mengirimkan telegram padaku, karena
aku sendiri tidak tahu akan berada di mana. Tapi, kalau beruntung, aku
75 mungkin tidak pergi terlalu lama. Aku pasti akan mendapat berita sebelum kembali."
Aku tidak mendapat kabar darinya saat sarapan. Tapi, saat membuka Standard, ada
perkembangan baru dalam masalah ini.
Dalam hal tragedi Upper Norwood (tulis koran tersebut), kami memiliki alasan untuk
mempercayai bahwa masalahnya akan menjadi lebih rumit dan lebih misterius daripada yang
diperkirakan semula. Bukti baru telah menunjukkan bahwa sangat mungkin Mr. Thaddeus
Sholto tidak terlibat dalam hal ini. Ia dan pengurus rumahnya, Mrs. Bernstone, dibebaskan
kemarin malam. Tapi diyakini bahwa polisi telah memiliki petunjuk akan penjahat sebenarnya.
Dan Mr. Athelney Jones dari Scotland Yard tengah memburu penjahat tersebut, dengan seluruh
energi dan semangatnya yang terkenal itu. Penangkapan lebih lanjut diperkirakan akan terjadi
setiap saat. "Sejauh ini memuaskan," pikirku. "Pokoknya Sholto sudah amah. Aku ingin tahu tentang
petunjuk baru itu, walau sepertinya itu sudah biasa terjadi, setiap kali polisi melakukan kesalahan."
Kulemparkan koran ke meja, tapi pada saat itu pandanganku menangkap sebuah iklan di sana.
Bunyinya sebagai berikut:
HILANG Mordecai Smith, tukang perahu, dan putranya Jim, meninggalkan Dermaga Smith
sekitar pukul tiga hari Selasa pagi, dengan menggunakan kapal uap Aurora, hitam dengan dua
garis merah, cerobong hitam dengan garis putih. Siapa pun yang bisa memberikan informasi
kepada Mrs. Smith, di Dermaga Smith, atau di Baker Street No, 221B, mengenai keberadaan
Mordecai Smith dan kapal Aurora, akan mendapat lima pound.
Jelas ini perbuatan Holmes. Alamat Baker Street sudah cukup untuk membuktikannya. Aku
merasa gagasan ini sangat sederhana, karena kalau orang-orang yang kami cari itu membacanya,
mungkin mereka menganggapnya sekadar sebagai kegelisahan seorang istri yang kehilangan suami.
Hari tersebut terasa panjang. Setia
p kali terdengar ketukan di pintu atau langkah-langkah ringan
di jalan, kubayahgkan itu Holmes yang pulang ke rumah, atau jawaban untuk iklannya. Kucoba
membaca, tapi pikiranku selalu melayang ke petualangan aneh kami, dan kepada pasangan penjahat
tidak serasi yang tengah kami buru. Mungkinkah ada kesalahan yang radikal dalam akal sehat
temanku" pikirku penasaran. Apa tak mungkin ia tengah membohongi dirinya sendiri" Apa tak
76 mungkin benaknya yang penuh spekulasi sudah membangun teori liar ini dengan dasar yang salah"
Setahuku ia belum pernah melakukan kesalahan, tapi bahkan orang seperti dirinya pun bisa sesekali
tertipu. Ada kemungkinan ia melakukan kesalahan karena menyaring logikanya secara berlebihan
karena ia lebih suka pada penjelasan yang lebih tidak kentara dan aneh, sementara penjelasan yang
lebih sederhana dan umum sudah ada di tangannya. Sekalipun begitu, di sisi lain, aku sudah melihat
sendiri buktinya, dan aku sudah mendengar alasan-alasan deduksinya. Kalau kupikirkan kembali
rangkaian kejadian aneh ini, banyak di antaranya yang kelihatan tidak penting, tapi semuanya menuju
ke arah yang sama. Aku tak bisa mengingkari bahwa kalaupun penjelasan Holmes keliru, teori yang
sebenarnya pasti sama-sama outr" dan mengejutkan.
Pada pukul tiga siang itu terdengar dering bel yang nyaring, diikuti suara yang berwibawa di
ruang depan, dan yang membuatku terkejut, yang datang itu ternyata Mr. Athelney Jones sendiri. Tapi
ia sangat berbeda dari kesan seorang pakar logika yang sigap dan pandai, yang telah mengambil alih
kasus ini dengan begitu percaya diri di Upper Norwood. Ekspresinya muram dan sikapnya merendah,
bahkan seperti hendak meminta maaf.
"Selamat sore, Sir, selamat sore," katanya. "Kudengar Mr. Sherlock Holmes sedang pergi."
"Ya, dan aku tidak tahu kapan dia akan kembali. Tapi mungkin Anda bersedia menunggu.
Silakan duduk di kursi itu, dan cobalah cerutu ini."
"Terima kasih, aku tidak keberatan sama sekali," katanya, sambil mengusap wajahnya dengan
saputangan merah yang lebar.
"Anda mau wiski dan soda""
"Well, setengah gelas. Sekarang ini cuaca sangat panas, dan banyak yang harus kukhawatirkan.
Anda tahu teoriku mengenai kasus Norwood ini""
"Aku ingat Anda pernah mengatakannya."
"Well, aku terpaksa mempertimbangkannya kembali. Aku sudah yakin akan berhasil menangkap
Mr. Sholto, Sir, sewaktu dia lolos begitu saja. Dia mampu memberikan alibi yang tidak tergoyahkan.
Dari saat meninggalkan kamar saudaranya, dia selalu bersama orang lain. Jadi, tak mungkin dia yang
memanjat ke atap dan masuk melalui pintu atap. Kasus ini buntu, dan nama baikku dipertaruhkan. Aku
pasti senang sekali kalau mendapat bantuan."
77 "Kita semua terkadang memerlukan bantuan," kataku.
"Teman Anda, Mr. Sherlock Holmes, adalah orang yang luar biasa, Sir," katanya dengan suara
mirip bisikan. "Dia orang yang tak bisa dikalahkan. Aku tahu dia sudah menangani banyak kasus, tapi
aku belum pernah menemukan kasus yang tak bisa dipecahkannya. Metodenya tidak biasa, dan
mungkin dia agak terlalu cepat menyusun teori, tapi, secara keseluruhan, kupikir dia bisa menjadi
petugas polisi dengan masa depan paling cerah. Dan aku tidak peduli siapa yang mengetahui
pendapatku ini. Aku mendapat telegram darinya tadi pagi, dan kuketahui bahwa dia sudah mendapat
petunjuk mengenai masalah Sholto ini. Ini pesannya."
Ia mengeluarkan telegram dari sakunya dan memberikannya padaku. Telegram tersebut dikirim
dari Poplar pada pukul dua belas.
Pergilah ke Baker Street sekarang juga (bunyi telegram tersebut). Kalau aku belum kembali,
tunggu di sana. Aku sudah mendekati jejak kelompok Sholto. Kau boleh ikut bersama kami
nanti malam, kalau kau ingin menghadiri akhir kasus ini.
"Kedengarannya bagus. Dia jelas sudah menemukan jejak lagi," kataku.
"Ah, kalau begitu dia juga melakukan kesalahan," seru Jones dengan kepuasan yang mencolok.
"Bahkan yang terbaik di antara kita terkadang menemui kegagalan. Mungkin saja ini hanya tanda
bahaya palsu, tapi sudah tugasku sebagai penegak hukum untuk tidak membiarkan kemungkinan apa
pun berlalu begitu saja. Tapi ada orang di pintu. Mungk
in Holmes." Terdengar langkah berat menaiki tangga, diiringi napas terengah-engah seorang pria yang jelas
telah kehabisan napas. Ia berhenti satu-dua kali, seakan-akan menaiki tangga ini sudah terlalu berat
baginya, tapi akhirnya ia tiba di depan pintu kami dan melangkah masuk. Penampilannya sesuai dengan
suara yang kami dengar tadi. Ia seorang pria tua, mengenakan pakaian pelaut, dengan jaket tua yang
dikancing hingga tenggorokan. Punggungnya bungkuk, lututnya gemetar, dan napasnya menyuarakan
asma berat. Sambil bertumpu pada tongkat tebal dari kayu ek, bahunya terguncang-guncang saat ia
menghela napas. Sehelai syal warna-warni melilit di dagunya, dan aku hanya bisa melihat matanya
yang hitam dan tajam, dengan alis dan jambang ubanan dan lebat. Menurutku ia mantan kapten kapal
yang telah pensiun dan jatuh miskin.
"Ada apa, Bung"" tanyaku.
78 Ia memandang sekitarnya dengan kelambanan seorang tua.
"Apa Mr. Sherlock Holmes ada"" tanyanya.
"Tidak, tapi aku mewakilinya. Kau bisa menyampaikan pesanmu untuknya melalui aku."
"Aku harus bicara sendiri dengannya," katanya.
"Tapi sudah kukatakan aku mewakilinya. Apa ini tentang kapal Mordecai Smith""
"Ya. Aku tahu persis di mana kapal itu. Dan aku tahu di mana orang-orang yang dicarinya. Dan
aku tahu di mana hartanya. Aku tahu semuanya."
"Kalau begitu katakan, dan nanti akan kuberitahukan padanya."
"Aku harus bicara sendiri dengannya," ulang pria tersebut dengan kekeraskepalaan orang yang
sudah sangat tua. "Well, kau harus menunggunya."
"Tidak, tidak, aku tidak akan menyia-nyiakan satu
hari untuk orang lain. Kalau Mr. Holmes tidak ada di sini,
Mr. Holmes harus mencari tahu sendiri. Aku tidak peduli
dengan kalian berdua, dan aku tidak mau mengatakan
apa-apa." Ia terhuyung-huyung ke pintu, tapi Athelney Jones
berhasil menduluinya. "Tunggu dulu, teman," katanya. "Kau memiliki
informasi penting, dan kau tidak boleh pergi begitu saja.
Kami harus menahanmu, entah kau suka atau tidak,
sampai teman kita kembali."
Pria tua tersebut berusaha lari ke pintu, tapi karena
Athelney Jones menyandarkan punggungnya yang lebar
ke sana, ia menyadari bahwa tidak ada gunanya melawan.
"Benar-benar perlakuan hebat!" jeritnya, sambil
79 mengentakkan tongkatnya. "Aku datang kemari untuk menemui seorang pria terhormat, dan kalian
berdua, yang tidak pernah kutemui seumur hidup, menangkapku dan mengancamku dengan cara seperti
ini!" "Kau tidak akan mendapat kesulitan," kataku.
"Kami akan mengganti kerugian waktumu. Duduklah di sofa, dan kau tidak perlu menunggu
lama." Ia menyeberangi kamar sambil cemberut, dan duduk bertopang dagu. Jones dan aku
melanjutkan menikmat cerutu dan bercakap-cakap. Tapi, tiba-tiba, suara Holmes menyela percakapan
kami. "Kurasa aku juga mau cerutunya," katanya.
Kami berdua terlonjak di kursi masing-masing. Ternyata yang duduk di sana itu Holmes,
dengan sikap keheranan bercampur geli.
"Holmes!" seruku. "Kau di sini! Tapi di mana pak tua tadi""
"Pak tuanya di sini," katanya, sambil mengacungkan setumpuk rambut ubanan. "Ini dia
rambut palsu, jambang, alis mata,
semuanya. Kupikir samaranku cukup baik,
tapi aku tidak menduga akan berhasil
mengecoh kalian." "Ah, kau sialan!" seru Jones, sangat


Sherlock Holmes - Empat Pemburu Harta di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gembira. "Kau bisa menjadi aktor hebat.
Batukmu khas pekerja gudang, dan kakimu
yang lemah layaknya dihargai sepuluh
pound seminggu. Tapi rasanya tadi aku
mengenali binar matamu. Kau tidak bisa
meloloskan diri semudah itu dari kami,
tahu"" "Aku sudah menyamar sepanjang hari," kata
80 Holmes sambil menyulut cerutu. "Banyak penjahat mulai mengenal diriku terutama sejak teman kita
ini mulai mempublikasikan beberapa kasusku, jadi aku hanya bisa terjun ke medan pertempuran
dengan penyamaran sederhana seperti ini. Kau menerima telegramku""
"Ya, itu yang membawaku kemari."
"Bagaimana kemungkinan kasusmu""
"Semuanya buntu. Aku terpaksa membebaskan dua orang tahananku, dan tidak ada bukti yang
memberatkan dua orang tahanan lainnya."
"Tidak apa. Kami akan memberikan dua orang lagi sebagai ganti mereka. Tapi kau harus
mematuhi perintahku. Kau boleh mendapatkan pujian res
minya, tapi kau harus bertindak sesuai
perintahku. Setuju""
"Sepenuhnya, kalau kau membantuku menangkap pelakunya."
"Well, kalau begitu, pertama-tama aku ingin kapal polisi yang tercepat kapal uap ada di
Westminster Stairs pada pukul tujuh."
"Itu mudah diatur. Di sana selalu ada satu, tapi aku bisa menyeberang jalan dan menelepon
untuk memastikannya."
"Lalu kuminta ada dua orang kuat untuk berjaga-jaga kalau ada perlawanan."
"Ada sekitar dua atau tiga orang di kapal. Apa lagi""
"Sesudah menangkap orang-orangnya, kita akan mendapatkan hartanya. Kupikir temanku ini
pasti senang membawakan kotak itu ke seorang wanita muda yang berhak memiliki separuh isinya.
Biar dia yang pertama kali membukanya. Eh, Watson""
"Aku akan senang sekali."
"Prosedur yang tidak biasa," kata Jones, sambil menggeleng. "Tapi seluruh kejadian ini memang
tidak biasa, dan kurasa kita harus menerimanya. Tapi sesudahnya harta itu harus diserahkan kepada
pihak berwenang, hingga penyelidikan resmi selesai."
"Tentu saja. Itu mudah diatur. Satu hal lagi. Aku sangat ingin mengetahui beberapa rincian
kasus ini dari Jonathan Small sendiri. Kau tahu aku suka memperhatikan rincian untuk menyelesaikan
81 kasusku. Aku harus diizinkan mengadakan interogasi tidak resmi terhadapnya, entah di rumahku ini
atau di tempat lain, selama dia dikawal dengan ketat""
"Well, kau yang menguasai situasinya. Aku belum mendapatkan bukti apa pun akan keberadaan
si Jonathan Small ini. Tapi, kalau kau bisa menangkapnya, aku tidak punya alasan melarangmu
mewawancarainya." "Kalau begitu, masalah ini beres""
"Ya. Apa ada yang lain lagi""
"Hanya kalau kau harus makan malam bersama kami. Setengah jam lagi hidangannya akan siap.
Aku sudah meminta tiram dan saus, dengan beberapa pilihan anggur putih. Watson, kau belum tahu
kemampuanku sebagai pengurus rumah."
82 Bab 10 Akhir Penduduk Pulau MAKAN malam kami benar-benar meriah. Holmes bisa bercakap-cakap tanpa henti kalau
sedang ingin, dan malam itu ia banyak bicara. Ia tampaknya sangat gelisah karena kegembiraan yang
meluap-luap. Aku belum pernah melihatnya secerah itu. Ia membicarakan serangkaian subjek secara
cepat mengenai drama-drama ajaib, gerabah abad pertengahan, biola Stradivarius, Buddhisme di
Srilanka, dan mengenai kapal-kapal perang masa depan dengan ketelitian seakan-akan ia telah
mempelajari masing-masing subjek secara khusus. Selera humornya menunjukkan reaksi dari hari-hari
suramnya yang lalu. Athelney Jones ternyata bisa juga bersikap ramah kalau sedang santai, dan ia
menghadapi makan malamnya dengan sikap seorang bon vivant. Aku sendiri merasa gembira karena
kami telah mendekati akhir tugas kami, dan aku agak terpengaruh oleh keceriaan Holmes. Selama
makan malam, kami sama sekali tidak membicarakan hal yang telah membuat kami berkumpul malam
ini. Sesudah meja dibersihkan, Holmes memandang arlojinya dan mengisi tiga gelas dengan
anggur. "Sekadar demi keberuntungan," katanya, "untuk keberhasilan ekspedisi kecil kita. Dan sekarang
sudah saatnya kita berangkat. Kau punya pistol, Watson""
"Ada revolver dinasku yang lama di meja."
"Kalau begitu, sebaiknya kaubawa. Lebih baik kita bersiap sedia. Kulihat kereta sudah tiba di
depan pintu. Aku memesannya untuk pukul setengah tujuh."
Waktu menunjukkan pukul tujuh lebih sedikit sewaktu kami tiba di Dermaga Westminster dan
mendapati kapal kami telah menanti. Holmes memandangnya dengan penuh penilaian.
"Apakah ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa ini kapal polisi""
"Ya, lampu hijau di sampingnya."
"Kalau begitu, tanggalkan."
83 Setelah perubahan kecil tersebut dilaksanakan kami naik ke kapal, dan tali-tali pun dilepaskan.
Jones, Holmes, dan aku duduk di haluan. Ada satu orang yang memegang kemudi, satu menangani
mesin, dan dua inspektur polisi bertubuh kekar di depan.
"Kita ke mana"" tanya Jones.
"Ke Tower of London. Beritahu mereka untuk berhenti di seberang Jacobson's Yard."
Kapal kami jelas cepat. Kami melesat melewati jajaran panjang bargas-bargas bermuatan,
seakan akan mereka tidak bergerak. Holmes tersenyum puas sewaktu kami mendahului sebuah kapal
uap dan segera meninggalkannya
jauh di belakang. "Kita seharusnya bisa mengejar apa pun di sungai," katanya.
"Well, tidak tepat begitu. Tapi tidak banyak kapal yang bisa mengalahkan kita."
"Kita harus bisa mengejar Aurora, dan dia terkenal cepat. Akan kuceritakan apa yang terjadi,
Watson. Kau ingat betapa jengkelnya aku karena terhambat sebuah masalah kecil""
"Ya." "Well, kuistirahatkan benakku sepenuhnya dengan membenamkan diri ke sebuah analisis
kimiawi. Salah satu negarawan terbesar kita, William Ewart Gladstone, pernah menyatakan bahwa
pergantian pekerjaan merupakan istirahat terbaik. Memang begitu. Sesudah berhasil menguraikan
hidrokarbon, aku kembali memikirkan masalah Sholto, dan mempertimbangkan seluruh masalahnya
sekali lagi. Anak buahku sudah menyusuri sungai ke hulu dan ke hilir, tanpa hasil. Kapalnya tidak
terlihat di dermaga mana pun, dan juga belum kembali. Sebenarnya sulit untuk menyembunyikan jejak
mereka, sekalipun hipotesa itu tetap mungkin apabila segala yang lainnya gagal. Aku tahu si Small ini
cukup licin, tapi kurasa dia tidak mampu melakukan apa pun yang tergolong rumit. Kerumitan biasanya
merupakan produk dari pendidikan yang lebih tinggi. Lalu terlintas dalam pikiranku bahwa berhubung
dia jelas sudah berada di London selama beberapa waktu sebagaimana bukti-bukti yang kita dapatkan
bahwa dia terus-menerus mengawasi Pondicherry Lodge tak mungkin dia bisa pergi setiap saat; dia
perlu sedikit waktu, kalaupun hanya sehari, untuk membereskan segala urusannya. Itulah
kemungkinannya." "Bagiku kemungkinan itu agak lemah," kataku, "lebih mungkin kalau dia sudah mengatur
84 persiapan sebelum memulai ekspedisinya."
"Tidak, kurasa tidak begitu. Sarangnya merupakan tempat persembunyian yang berharga,
sebelum dia merasa yakin bisa melaksanakan rencananya tanpa tempat itu. Tapi pertimbangan kedua
melintas dalam pikiranku. Jonathan Small pasti merasa bahwa penampilan aneh rekannya, tak peduli
bagaimanapun dia menutupinya, akan menimbulkan gosip, dan kemungkinan akan dihubungkan
dengan tragedi Norwood ini. Dia cukup cerdas untuk memahami hal itu. Mereka telah memulai dari
markas besarnya, dalam perlindungan kegelapan, dan dia pasti ingin kembali ke sana sebelum terang
tanah. Nah, menurut Mrs. Smith, saat itu pukul tiga lewat, sewaktu mereka tiba di perahu. Cuaca pasti
sudah cukup terang, dan sekitar satu jam lagi orang-orang pasti sudah ramai. Karena itu, kupikir
mereka tidak akan pergi terlalu jauh. Mereka membayar Smith cukup besar untuk menutup mulutnya,
menyiapkan kapalnya untuk pelarian terakhir, dan bergegas ke tempat penginapan mereka dengan
membawa kotak harta itu. Selama dua malam, sewaktu mereka sempat memastikan pandangan koran-koran atas kasus itu, dan apakah ada kecurigaan apa pun, mereka akan berusaha melarikan diri dalam
kegelapan ke kapal di Gravesend atau di Downs; di sana tidak ragu lagi mereka sudah mengatur
perjalanan ke Amerika atau ke Koloni."
"Tapi kapalnya" Mereka tidak mungkin membawa kapalnya ke tempat penginapan."
"Memang benar. Kuperkirakan kapalnya pasti tidak berada terlalu jauh, sekalipun tidak terlihat.
Lalu kubayangkan diriku sendiri sebagai Small, dan kupikirkan masalah itu dari sudut pandang
seseorang dengan kapasitas seperti dirinya. Dia mungkin sudah mempertimbangkan bahwa kalau dia
memerintahkan kapalnya kembali, atau menyandarkannya ke dermaga, polisi bisa dengan mudah
mengejarnya, seandainya mereka berhasil melacak dirinya. Kalau begitu, bagaimana caranya supaya
kapal itu tetap tersembunyi, tapi bisa digunakan setiap saat dibutuhkan" Kupikirkan apa yang akan
kulakukan seandainya menjadi dirinya. Aku hanya bisa memikirkan satu cara untuk itu. Mungkin aku
akan mengirim kapal itu ke tukang kapal, dengan perintah untuk melakukan perubahan minim atasnya.
Dengan begitu kapalnya akan berada di galangan, dan tersembunyi dengan baik, sementara pada saat
yang sama aku bisa mengeluarkannya bila sewaktu-waktu memerlukannya."
"Rasanya itu cukup sederhana."
"Justru hal-hal yang sangat sederhanalah yang sering kali terlewatkan. Tapi aku memutuskan
85 untuk bertindak dengan gagasan itu. Dengan kost
um pelaut ini, aku langsung bertindak dan menanyai
semua galangan di sepanjang tepi sungai. Aku tidak mendapatkan apa-apa di lima belas galangan, tapi
di galangan keenam belas Jacobson's aku diberitahu bahwa Aurora diserahkan ke sana dua hari
yang lalu oleh seorang pria berkaki kayu, dengan perintah remeh mengenai kemudinya. 'Tidak ada
yang salah dengan kemudinya,' kata mandor galangan. 'Itu dia, dengan garis-garis merahnya.' Pada saat
itu Mordecai Smith sendiri muncul, si pemilik yang hilang. Dia sedang mabuk berat. Tentu saja aku
tidak mengenalinya, tapi dia meneriakkan namanya dan nama kapalnya. 'Kuminta kapalku siap pukul
delapan nanti malam,' katanya 'pukul delapan tepat, karena ada dua orang tuan yang tidak bersedia
menunggu.' Mereka jelas telah membayarnya cukup baik, karena dia punya banyak uang, membagi-bagikan shilling kepada para pekerja. Kuikuti dia selama beberapa waktu, tapi dia masuk ke dalam
kedai minum; jadi aku kembali ke galangan dan, kebetulan, bertemu dengan salah seorang anak buahku
di tengah jalan. Kutempatkan dia di galangan, untuk mengawasi kapal itu. Dia harus berdiri di tepi
sungai dan melambai-lambaikan saputangannya kalau mereka berlayar. Kita akan mencegatnya di
sungai, dan pasti aneh kalau kita tidak bisa mendapatkan orang, harta, dan semuanya."
"Kau sudah merencanakan semuanya dengan sangat rapi, tak peduli mereka orang yang tepat
atau bukan," kata Jones, "tapi kalau semua ini terserah padaku, aku akan menyiapkan sepasukan polisi
di Jacobson's Yard dan menangkap mereka saat tiba di sana."
"Kalau begitu caranya, kau tidak akan pernah menangkap mereka. Small ini cukup licik. Dia
pasti mengirim orang untuk memeriksa keadaan, dan kalau ada apa pun yang mencurigakan baginya,
dia akan bersembunyi seminggu lagi."
"Tapi kau bisa saja terus mengikuti Mordecai Smith, dan dengan begitu menemukan tempat
persembunyian mereka," kataku.
"Dalam hal itu, aku akan membuang-buang waktu. Kecil sekali kemungkinan Smith mengetahui
di mana mereka tinggal. Selama dia bisa membeli minuman keras dan mendapat bayaran bagus, untuk
apa dia bertanya-tanya" Mereka mengirimkan pesan tentang apa-apa yang harus dilakukannya. Tidak,
aku sudah memikirkan setiap cara yang mungkin, dan inilah yang terbaik."
Sementara percakapan berlangsung, kami telah melewati serangkaian jembatan panjang yang
Kutukan Sang Badik 3 The Thrill Of Chase Karya Lynda Chance Tujuh Pedang Tiga Ruyung 16
^