Pencarian

Kematian Bintang Sirkus 1

Sherlock Holmes - Misteri Kematian Bintang Sirkus Bagian 1


Apa yang Spesial dari serial
Buku Terbaru ini" Ilmu Menarik Kesimpulan Sherlock
Pelaiaran tentang Seni Penyamaran Khas Detektif
Cara Membuat Bahasa Slang Berima ala Cockney
Inilah kasus kriminal paling pelik yang pernah ditangani Sherlock Holmes. Bintang Sirkus Grand Barboza. Walenda Bersaudara, terjatuh dan tewas seketika saat pertunjukan di hadapan para penonton. Tali akrobat mereka putus secara misterius, memicu kecelakaan paling mengerikan sepanjang sejarah bisnis pertunjukan.
Pada saat bersamaan, di Istana Buckingham Inggris, terjadi pencurian The Stuart Chronicle, buku berumur dua ratus tahun yang bertatahkan batu-batu mulia lambang kekuasan kerajaan. Adakah hubungan antara kedua kasus tersebut"
Tak ada [alan lain. sang Master Detektif pun memanggil anak-anak tunawisma-yatim piatu yang hidup di jalanan, kelompok informan andalannya. Dimintanya mereka mencari informasi aktual mengungkap kasus besar ini.
"Kita berurusan dengan seorang laki-laki yang akan membunuh siapa pun yang menghalanginya. Kalian tidak boleh mendekatinya dalam situasi apa pun. Aku ulangi, kalian hanya mengamati, itu saja," kata Holmes kepada anak-anak itu.
Siapakah sebenarnya kelompok anak-anak itu yang menamakan diri Laskar Jalanan Baker Street" Mampukah mereka mengungkap misteri pembunuhan Walenda Bersaudara dan menemukan kembali The Stuart
mizan NOVEL MISTERI Sherlock Holmes Laskar jalanan Baker Stree
"Mereka adalah mau dan telinga Sherlock di dunia luar dalam memecahkan kAiui rumit." Publishers Weekly
MISTERI KEMATIAN BINTANG SIRKUS TRACY MACK & MICHAEL CITRIN
"Orang berkemampuan rata-rata tidak tahu apa-apa
yang lebih tinggi daripada dirinya. Tapi, orang berbakat selalu bisa menyadari suatu kegeniusan." Sherlock Holmes
Qanita membukakan jendela-jendela bagi Anda untuk . menjelajahi cakrawala baru, menemukan makna dari jcSnilcJ pengalaman hidup dank isah-kisahyangkaya inspirasi.
cjanita Sherlock HHOlmes dan laskar jalanan Raker Srreer
m,imi mmkm mimm TRACY MACK S MICHAEL C1TRIN
SHERLOCK HOLMES DAN LASKAR JALANAN BAKER STREET: Misteri Kematian Bintang Sirkus
Diterjemahkan dari Sherlock Holmes and The Ba/cer Street Irregulars
Karya Tracy Mack dan Michael Citrin Terbitan Orchard Books, New Vork, 2006
Penerjemah: Maria M. Lubis Penyunting: Andhy Romdani Proofreader: M. Eka Mustamar Ilustrasi isi: Randi Irawan, M. Esnaini Desain sampul: Dodi Rosadi
Tent Copyright " [INSERT DATE OF U.S. PUBLICATION] by Tracy Mack and Michael Citrin. All rights reserved. Published by arragement with Scholastic Inc., 557 Broadway, New Vork, NY 10012, USA
Hak terjemahan ke dalam bahasa Indonesia ada pada Penerbit Qanita
Cetakan I, Februari 2008 Diterbitkan oleh Penerbit Qanita PT Mizan Pustaka Anggota IKAPI
Jin. Cinambo No. 135 (Cisaranten Wetan)
Ujungberung, Bandung 40294
Telp. (022) 7834310 -fO Faks. (022) 7834311
e-mail: qanita@mizan.com milis: qanita@yahoogroups.com
http://www.mizan.com Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Mac h. Tracy
Site " tack Ha leel: "lslei. Vend lid" C"" Id "9 S'ikus/T'dcy Mdck, M"c(*del Cpe"eijeindt, Mdiid M. Luba; pe"yu"l""g, A"d(*y Ramddn:. Cel. i.-Si-0--q: Qdnfa, 2008.
312 n.: 2D.5cm. Judul dsl<: Steitac* Kaleel [iieguldis ISBN 978-979-3 269- 73-3
[. Judul. K. MSU D*3 Mid" Med* Uld>nd j M M U)
J I". C ""d "iba Na. 146 (Codid"le" We Id "J
U j u "g be " u "g, Bd"du>>g 40291
Telp. (022) 7S155DD (hwnj) -[D Fd*s (022) 78D22S8 e - "id "!; "n iid ""n u @ bdg .oe "l< "". "e I. "3
PeiwdKlId": JdUdHd: (021) 7661724; SuUntuk Martin Citrin, yang telah memperkenalkan sang Ahli dan metode-metodenya, dan untuk Ruby Citrin, yang telah mengisi setiap hari dengan misteri dan petualangan menakjubkan.
Pujian untuk Buku Ini "Kita telah mengetahui sepak terjang detektif terbaik London, Sherlock Holmes ... dan kita juga akrab dengan asisten andalnya, Dr. Watson ... Tahukah bila Holmes dibantu oleh informan penting, Laskar Jalanan Baker Street""
-The Washington P ost "Laskar Jalanan Baker Street adalah elemen penting keberhasilan strategi penyelidikan Sherlock Holmes. Mereka adalah mata dan telinga Sherlock di dunia-luar dalam memecahkan kasus rumit."
-Publishers Weekly "Inilah sebuah novel baru tentang petualangan misteri Sherlock Holmes yang fantastik .... Sebuah ikon baru telah muncul
-BBC "Sherlock Holmes adalah kisah fiksi detektif yang tak ada tandingannya."
-New York Times "Dalam melakukan penyelidikan, Sherlock Holmes menggunakan metode penelusuran deduktif, pengungkapan detail, dan analisis saintifik. Sungguh sempurna!"
-Crime Library "Seri pertama Sherlock Holmes dan Laskar Jalanan Baker Street adalah kisah petualangan yang mengasyikkan .... Membawa imajinasi kita jauh ke sebuah dimensi yang tak pernah kita duga."
-The Trades Book Review "Aksi detektif Holmes dalam mengungkap kasus besar sangat mengejutkan dan keandalannya tak terbantahkan lagi."
-The Baker Street Journal
"Secara menakjubkan Mack and Citrin menampilkan sebuah kasus besar London yang tak terangkat ke publik dari sudut pandang geng-tunawisma-jalanan."
-Kirkus Review "... Kita akan diajak melakukan petualangan menakjubkan untuk memecahkan sebuah misteri kriminal terbesar di London pada Era Victoria. Laskar Jalanan Baker Street ... memberikan informasi akurat bagi Sherlock Holmes dan Dr. Watson dalam mengurai kasus penting .... Buku ini sungguh memikat dan membuat pembaca terus bertanya-tanya bagaimana sebuah kasus dapat dengan mudah diselesaikan Sherlock Holmes yang dibantu Laskar Jalanan Baker Street."
-Children 's Literature "Kisah lain Holmes beserta geng anak jalanannya, memberi pembaca sebuah impresi tentang realitas Era Victoria yang penuh dengan ketidakadilan terhadap anak-anak tunawisma, perbudakan anak, kemerosotan moral, dan pembedaan kelas sosial."
School Library Journal "Pencinta cerita Sherlock Holmes akan sangat terkesan pada seri buku ini, dan menikmati sepanjang petualangan seru di dalamnya."
-Library Media Connection
"Buku ini sangat menghibur dan menegangkan, sungguh cocok buat penggemar fanatik cerita kriminal."
-Booklist Tentang Penulis Sherlock Holmes dan Laskar Jalanan Baker Street adalah kolaborasi unik dari sepasang suami istri, Tracy Dawn Mack dan Michael Peter Citrin.
Tracy Mack adalah seorang editor eksekutif di lini buku anak dan remaja pada Scholastic Press New York, dan penulis novel remaja Drawing Lessons terbitan Scholastic, 2000. Dia lulus dari University of Pennsylvania.
Sementara Michael Citrin adalah seorang asisten pengacara di Kota New York. Dia merupakan lulusan Ohio Wesleyan University dan menerima gelar hukumnya di University of Detroit.
Isi Buku Pujian untuk Buku Ini ~ 9 Tentang Penulis ~ 13 Pendahuluan ~ 21 Bab 1
Tiga Kematian Mengerikan ~ 29 Bab 2
Rapat Besar Laskar Jalanan Baker Street ~ 37 Bab 3
Pesta Perayaan di Kastel ~ SI Bab 4
Pertemuan di Baker Street 221B ~ 67 Bab 5
Laskar Jalanan Tiba di Sirkus Grand Barboza ~ 75 Bab 6
Ketika Laskar Jalanan bertemu dengan para pemain Sirkus ~ 79
Bab 7 Wiggins Menemukan Senjata Pembunuh ~ 89 Bab 8
Holmes Menguak Kejahatan ~ 103 Bab 9
Laskar Jalanan Bertemu dengan Pilar ~ 111 Bab 10
Ketika Pilar Menemui Zoloft sang Pelempar Pisau ~
115 Bab 11 Ozzie Menghadapi Indigo Jones ~ 137 Bab 12
Pilar Membuka Rahasia Kekuatannya ~ 145 Bab 13
Laskar Jalanan Kembali ke Baker Street ~ 153 Bab 14
Holmes Menceritakan Kisah The Stuart Chronicle ~
161 Bab 15 Ozzie Kembali ke Kantor Juru Duplikat Dokumen ~
169 Bab 16 Eliot Melakukan Pembedahan ~ 179
Bab 17 Kembalinya Pilar ~ 187 Bab 18 Laskar Jalanan Tiba di Dermaga ~ 193
Bab 19 Pengintaian di Dermaga ~ 201
Bab 20 Kemunculan Seorang Asing ~ 207
Bab 21 Konfrontasi ~ 213 Bab 22 Holmes dan Laskar Jalanan Memberi Informasi kepada Scotland Yard ~ 219
Bab 23 Lakar Jalanan Mendapatkan Tumpangan Pulang ~
225 Bab 24 Seorang Asing Muncul di Kantor juru Duplikat Dokumen ~ 229
Bab 25 Wiggins dan Pilar Meminta Bantuan Holmes ~ 235 Bab 26
Holmes dan Laskar Jalanan Menyelamatkan Ozzie ~
241 Bab 27 Ozzie Menceritakan Kisahnya ~ 247
Beberapa Fakta dan Hal Praktis bagi Seorang Detektif Pemula
Daftar Karakter ~ 255 Siang Berima A la Cockney
Penjelasan dan instruksi untuk menciptakan bahasa siangmu sendiri ~ 259
Glosarium Bahasa Slang ~ 263
Ilmu Menarik Kesimpulan Pikiran Sherlock Holmes saat Bekerja ~ 265
Seni Penyamaran Topi-Topi ~ 271 Misteri Lain di Dalam Buku Ini ~ 275
Para pembaca yang terhormat,
Aku diberi tahu bahwa anak-anak, dan banyak orang dewasa, bahkan orang-orang yang cerdas, untuk tidak membaca pendahuluan, karena merasa pendahuluan itu terlalu membosankan dan tidak bermanfaat. Tetapi, aku meyakinkanmu, aku bukan seseorang yang akan beromong kosong tanpa guna, dan aku memintamu untuk membiarkanku memberikan beberapa detail tentang dunia yang akan segera kau masuki.
Pendahuluan Ada beberapa informasi menarik yang perlu kau ketahui.
Pertama, kita akan melakukan perjalanan ke tahun-tahun terakhir era Victoria di Inggris, saat tradisi masih kental dan mulai ada perubahan industri dan ide-ide, suatu bagian akhir dari sebuah kerajaan. Sebelum kau menilai ini adalah pelajaran sejarah yang membosankan, bacalah sedikit lebih jauh. Karena aku akan berbagi denganmu petualangan-petualangan yang belum pernah didokumentasikan, yang melibatkan salah satu dari para pemikir cemerlang masa kini.
Jika hingga saat ini kau belum pernah mendengar seorang konsultan detektif terbaik di dunia, Mr. Sherlock Holmes, tak diragukan lagi, kau telah menghabiskan umurmu di atas sebuah batu raksasa, atau mungkin kau dibesarkan oleh serigala di alam liar. Aku membicarakan seorang pengungkap kejahatan paling cerdas dan terkenal sepanjang masa, yang menjadi cikal bakal penyelidikan modern kejahatan!
Banyak yang telah ditulis tentang Mr. Holmes. Sebenarnya, ada lima puluh enam cerita pendek
dan empat novel yang menceritakan petualangan Mr. Holmes dengan detail mencengangkan. Kisah-kisah itu direkam oleh seorang teman dan penulis biografi Holmes, Dr. John Watson. Meskipun menghibur, cerita-cerita Watson tidak sepenuhnya akurat. Mungkin aku terdengar jahat karena menuduh dan menyalahkan Watson yang tidak konsisten, yang selama ini dianggap memberikan dukungan setia pada petualangan Holmes. Tetapi, kelalaian besar ini menciptakan ketidakadilan yang serius.
Semua orang yang akrab dengan Mr. Holmes mengetahui bahwa dia tidak bekerja sendirian. Sebuah geng anak jalanan yang sangat antusias dan setia adalah bagian dari organisasinya. Mereka disebut Laskar Jalanan Baker Street, dan mereka membantu Mr. Holmes dalam banyak sekali kasus dan memberikan pelayanan spektakuler bagi Mr. Holmes untuk mengungkap kejahatan. Tetapi, Laskar Jalanan hanya sedikit sekali disebut-sebut dalam kisah yang diceritakan Watson.
Mengapa geng ini disebut Laskar Jalanan" Karena sepak terjang mereka sama seperti para prajurit yang bukan merupakan bagian dari suatu pasukan resmi negara, atau dengan kata lain; tentara bayaran. Seperti itulah anak-anak jalanan ini menganggap diri mereka, bukan merupakan kelompok resmi, hanya sekumpulan anak yang dianggap suka bergerombol.
Nah, kita tidak pernah tahu apakah Watson bermaksud mengangkat nama Holmes sendirian (dan menyebabkan namanya sendiri ikut terangkat).
Tetapi, tak peduli apa pun pendapat orang terhadap alasan-alasan kesalahan itu, hal ini adalah suatu kelalaian yang memalukan. Semua sejarah membutuhkan koreksi, dan inilah saatnya Laskar Jalanan Baker Street tampil ke permukaan.
Tidakkah kau merasa penasaran tentang geng detektif jalanan ini" Para pemimpinnya adalah: Ozzie, dengan otaknya yang cemerlang, dan Wiggins, anak jalanan cerdas yang memperdaya penjahat-penjahat paling tangguh. Rohan seorang raksasa yang lembut hati, Elliot si pengancam, si bocah lelaki kecil Alfie, dan anak-anak lain. Tidakkah kau ingin mengenal mereka" Tidakkah kau setuju bahwa sudah saatnya kau dan seluruh dunia mengetahui kebenaran"
Tentu saja. Mungkin kau akan bertanya-tanya, siapa aku, bisa-bisanya membuat pernyataan seperti itu dan mengambil tanggung jawab sebesar ini. Kita sebut saja aku sebagai seorang saksi, dan kebenaran dari apa yang kuceritakan akan terdengar jelas kepada semua orang yang bersedia mendengarnya.
Tetapi, aku tidak akan membuang wa
ktumu lebih lama lagi. Izinkan aku membagi kisahnya, dan kau akan bisa memutuskannya sendiri.
Sebelum kau membalik halaman, aku harus memperingatkan bahwa kau akan memasuki sebuah dunia penuh kematian dan bahaya, penuh kerakusan dan tipuan, serta suatu kejahatan yang lebih kuat daripada sambaran kilat. Kisah ini bukan untuk orang-orang yang berjiwa lemah. Tetapi, kuharap
kau akan cukup berani untuk tidak mundur saat ini.
Bacalah, perhatikan baik-baik, dan kau akan mampu menemukan siapa aku. Seperti yang Sherlock Holmes katakan, "Dunia ini penuh hal-hal yang jelas, yang tidak pernah diamati oleh orang-orang secara kebetulan, dan anehnya hanya sedikit orang yang mau mengamatinya."
Dengan hormat Dari London, Inggris
Wawancara Sherlock Holmes
Oleh TRACY MACK dan MICHAEL CITRIN
Sherlock Holmes: Tujuan wawancara ini adalah untuk memuaskan rasa ingin tahuku tentang serial baru, SHERLOCK HOLMES DAN LASKAR JALANAN BAKER STREET. Mengapa, tolong ceritakan, kalian memilih memusatkan perhatian kepada asisten-asisten mudaku, Laskar Jalanan"
Michael Citrin: Mr. Holmes, aku sudah menjadi penggemarmu sejak usiaku sebelas tahun. Sebenarnya, petualanganmulah yang membuatku menjadi pembaca buku. Tapi, aku selalu bertanya-tanya mengapa Laskar Jalanan hanya disinggung dalam dua cerita pendek dan dua novel dari keseluruhan kisah tentangmu. Kami ingin membuat Laskar Jalanan tampil dan lebih dikenal.
SH: Sebagai partner dalam penyelidikan, Watson sangat bisa diandalkan. Tapi, sebagai partner dalam
penulisan, aku khawatir jika gaya penulisan kami akan sangat bertentangan. Bagaimana dengan kalian berdua saat berkolaborasi"
Tracy Mack: Karena kami berdua adalah penulis, kami selalu ingin bekerja sama. Satu hal kritis yang segera kami temukan adalah bahwa kami harus merendahkan ego masing-masing untuk bisa mencurahkan seluruh kemampuan terbaik kami dalam cerita, atau setidaknya salah seorang dari kami yang mengalah, hanya bercanda, Sayang. Kami terus-menerus membolak-balik draf naskah, menulis ulang, hingga kami berdua puas. Kadang-kadang, rasanya seperti ada pihak ketiga misterius yang terlibat, menuntun kami untuk menulis.
SH: Pernyataan yang menarik, Madam, tapi kau tahu, aku hanya percaya apabila hal itu bisa dibuktikan. Ceritakan padaku, setelah beberapa tahun terakhir ini, mengapa kalian berdua memilih saat ini untuk menampilkan kembali petualanganku bersama Laskar Jalanan ke mata publik"
TM: Aku juga bekerja sebagai ...
SH: Editor, ya, terbukti dari pensil biru yang terselip di belakang telingamu.
TM: Ya, dan dalam kapasitasku sebagai editor, aku menyadari bahwa tidak ada serial misteri tradisional untuk anak-anak akhir-akhir ini. Ketika tumbuh
dewasa, aku selalu menggemari buku-buku Ensiklopedia Brown, Harriet the Spy, dan serial Nancy Drew, dan aku berkeinginan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan menarik untuk memperkaya tradisi tersebut.
SH: Aku harus mengatakan, salah satu bagian favoritku dari buku ini adalah bahwa ada materi yang nyata dan latihan penyelidikan di bagian belakang buku. Dapatkah kalian menerangkan hal ini"
MC: Yah, memang ada glosarium yang berisi kata-kata slang yang digunakan di buku ini, demikian juga dengan instruksi untuk menciptakan kata-kata berima dalam bahasa slang Cockney. Ini ditujukan untuk menolong detektif-detektif muda dalam menciptakan bahasa kode mereka sendiri. Ada juga satu bab yang berjudul "Seni Penyamaran," menerangkan tipe-tipe properti dan aksesori yang harus dimiliki seorang detektif dalam lemari kostumnya. Dan meskipun sekarang belum ada, nanti akan ada bab tentang transportasi, menerangkan berbagai cara yang digunakan detektif-detektif zaman Victoria berkeliling kota. Sayang, apa-kah aku melupakan sesuatu"
TM: Ada satu bab yang akan sangat memuaskan Mr. Holmes: "Ilmu Menarik Kesimpulan". Di sini, kami menyelipkan salah satu bagian kecil dari kisah orisinal, "The Ad-v-en-ture of the Blue Carbuncle," untuk memberi ilustrasi metodemu.
SH: Sungguh cemerlang! TM & MC: Seperti yang kau katakan: "orang berkemampuan rata-rata tidak tahu apa-apa yang lebih tinggi daripada dirinya. Tapi, orang berbaka
t selalu bisa menyadari suatu kegeniusan."
rT|a Kematian Mengerikan "Nyonya-Nyonya dan Tuan-Tuan, Nona-Nona dan Tuan-Tuan Muda, saat ini aku akan mengajak Anda semua menyaksikan atraksi akrobat tali di ketinggian yang berbahaya, pertunjukan paling menegangkan sepanjang waktu!, sekitar dua belas meter di atas kita semua
Avalon Barboza, sang manajer Sirkus Grand Barboza, berdiri dengan bangga di tengah-tengah tenda sirkus besar. Dia dan anggota sirkusnya telah berkeliling ke seluruh Inggris selama tujuh bulan terakhir ini dan saat ini sedang tampil di Taman St. John, di London. Saat itu tahun 1889, bulan September, dan hujan rintik-rintik membasahi atap tenda, menyebabkan lampu-lampu nafta, sejenis minyak yang mudah sekali menguap, meredup dan menyala kembali pada malam musim gugur yang dingin itu.
Berbusana tunik beludru hitam yang dihiasi oleh terompet-terompet kecil berwarna emas, kemeja putih berkerah rebah dan manset linen, celana menggelembung berwarna krem yang dikencangkan
di bawah lutut, dan sepatu bot Hessian hitam, Barboza mengacungkan tongkat perunggunya menunjuk sebuah tali yang terentang di dekat bagian puncak tenda. Dia mengenakan topi beludru hitam yang ditempeli tiga helai bulu merak, dan di baliknya, terlihat rambut pirang panjangnya yang ikal sempurna dengan alat pengeriting rambut, begitu pula kumis panjangnya melingkari bibir atas. Dia berbicara kepada para penontonnya dengan aksen Eropa Timur.
"... Puncak tenda kita, setinggi tiang kapal, mencapai ketinggian yang tak akan pernah dapat dicapai manusia. Bayangkan jika Anda diperintah untuk berjalan di seutas tali tipis, dipastikan Anda gamang oleh ketinggiannya!"
Ketika Barboza menunjuk, dengan gerakan cepat seperti laba-laba, dua lelaki memanjat tiang Penyangga yang berada di tengah, yang berdiri di antara dua lingkaran yang mengelilingi lantai tenda. Di sisi luar salah satu lingkaran ini, lelaki ketiga memanjat tiang lain dengan kecepatan dan keahlian yang sama. Setelah mereka mencapai puncak tiang, para lelaki itu menyeimbangkan diri di atas landasan-landasan sempit. Mereka memakai kostum putih ketat dengan hiasan logam berwarna perak yang membalut kaki mereka yang berotot, dan dari kursi yang ada jauh di bawah, mereka mirip monyet-monyet salju.
"Manusia tidak dirancang untuk bergerak pada ketinggian itu. Tapi, beberapa manusia langka ini memang diciptakan lebih sesuai dengan ketinggian
di udara daripada dengan permukaan tanah," Barboza melanjutkan. "Para lelaki ini tidak takut gravitasi; sebenarnya, pikiran mereka terbebas dari ketakutan macam apa pun. Anda semua akan menyaksikan tantangan besar yang melibatkan para lelaki ini. Tuan-Tuan dan Nyonya-Nyonya, Tuan-Tuan Muda serta Nona-Nona, aku mempersembahkan kepada Anda semua, sekelompok manusia yang terkenal di seluruh dunia, Walenda Bersaudara yang Menakjubkan!"
Tepuk tangan bergemuruh di seluruh tenda ketika Wolfgang Walenda melangkah menuju tali, memegang sebuah tongkat panjang. Dia menapaki beberapa langkah dengan percaya diri, kemudian berjalan dengan mudah ke tengah tali. Kemudian, dengan meruncingkan kakinya seperti seorang penari, dia menggeser kaki kanannya ke depan dan mencium tali, sambil bertumpu di lutut kirinya, sebelum kembali berdiri. Para penonton terkesiap, kemudian bertepuk tangan.
Dari celah di antara tempat duduk penonton, ada sosok gelap yang mengawasi dengan ketertarikan yang ganjil. Dia mondar-mandir dan menggosok-gosok kepala botaknya, menggeretakkan giginya dengan geram. Kata-kata Barboza seperti belati yang terhunjam ke jantungnya. "Kesombongan adalah kutukan yang sebenarnya," dia berbisik pada dirinya sendiri, kemudian meludahkan cairan kecokelatan dari mulutnya.
Sementara itu, Wilhelm dan Werner Walenda melangkah serempak ke arah tali dari arah berlawanan. Werner membawa sebuah kursi, yang sebelumnya dia ambil dari sebuah rak di atas landasan.
"Bukan hanya seorang pemain akrobat tali, para penonton, bukan hanya dua, bukan hanya tiga, tapi empat ... emm, sebetulnya, bukan dua, tapi tiga!" teriak Barboza.
Wilhelm dan Werner mencapai bagian tengah tali pada saat yang bersam
aan. Wilhelm memanjat bagian depan tubuh Wolfgang dan mengangkat dirinya sendiri, hingga berjongkok di bahu Wolfgang. Kemudian, dia membalikkan tubuh 180 derajat dan berdiri. Dua bersaudara itu sekarang menghadap ke arah yang sama, membentuk sebuah menara manusia. Kerumunan penonton mendengung dan bertepuk tangan keras.
Di depan mereka, Werner Walenda menyerahkan kursi kepada Wilhelm, yang meletakkan kaki belakang kursi ke bahunya dan mengencangkan kaki depan kursi di genggamannya. Werner memanjat dari punggung Wolfgang dan Wilhelm hingga dia berdiri di bahu Wilhelm, kakinya memijak dengan mantap di antara kaki kursi. Dia mengangkat lengannya tinggi-tinggi, kemudian menempelkan telapak tangannya di belakang kursi, melompatinya, kemudian mendarat dengan posisi duduk di atas kursi. Dia merentangkan lengannya lebar-lebar bagaikan sayap, dan mengangkat kakinya dalam posisi menara yang indah.
Kerumunan penonton semakin liar. Saat itu baru setengah sembilan malam, dan Walenda
Bersaudara sudah menjadi bintang malam itu.
Dari belakang tirai, satu sosok gelap yang lain mengamati dan mengutuk Walenda Bersaudara. Dia mengeluarkan sebuah botol kecil dari saku mantelnya, mengangkat kepalanya, mengangkat botol, kemudian menenggak isinya. Dia tersedak karena tertawa pahit dan, ketika dia mengawasi tali tersebut, dia bergumam kepada dirinya sendiri, "Kematian bagi kalian semua."
Angin menerpa di luar, menyebabkan lampu berkelip-kelip. Pada saat itu, kata-kata si sosok misterius seolah-olah menjadi nyata, keseimbangan Walenda Bersaudara tampaknya mulai goyah. Meskipun hanya bergerak sedikit, tali itu tampaknya akan putus.
Werner Walenda melompat dari kursi ke bahu Wilhelm, menyebabkan kursi itu terpelanting ke belakang. Seluruh dunia menyaksikan kursi jatuh itu bagaikan mainan yang berputar, hingga hancur berkeping-keping di lantai tenda.
Celoteh gugup berdengung di kursi penonton, kemudian suara keras mirip sesuatu yang terkoyak terdengar di seluruh tenda.
Walenda Bersaudara tidak memiliki waktu untuk melepaskan akrobat menara mereka hingga tali yang terentang kuat putus di bawah kaki mereka. Satu per satu tubuh mereka goyah, dengan cepat tubuh mereka menghunjam lantai sirkus, persis seperti tiga ekor bebek yang ditembak saat sedang terbang. Tubuh mereka menghantam tanah dengan mengenaskan. Darah merembes di serbuk gergaji,
membentuk suatu tanda jelas huruf M yang sedikit melengkung.
Beberapa barisan penonton berdiri dari bangku mereka, sementara seorang asing berpakaian necis meninggalkan tempat duduknya tanpa mengundang kecurigaan, sambil mengayunkan tongkatnya, dan keluar dari tenda.
Rapat Besar pkar Jalanan Baker Street
Di pusat kawasan West End yang mewah di London, di sebelah selatan arena sirkus, kira-kira dua belas jam kemudian, seorang anak lelaki berwajah bulat dan bersuara serak yang dipanggil dengan nama Wiggins berdiri tegak di Baker Street, bernyanyi dengan suara falsetto yang tinggi:
"Semoga sang Ratu dianugerahi kesehatan dan kedamaian abadi,
Terhindar dari musibah, kekayaannya berlimpah;
Ayo kita minum selagi masih bisa bernapas, Karena tidak akan ada minuman setelah nyawa lepas,
Dan dia yang menginginkan kesehatan akan menolak,
"Di antara orang-orang mati,
Di antara orang-orang mati,
Di tengah-tengah, di tengah-tengah,
Di antara orang mati, Biarkan dia berbaring ...."
Teman Wiggins, Osgood Manning, duduk di sebelahnya sedang memeluk lututnya yang kurus dan tampak mengibakan menurut pandangan orang-orang yang melintas, mengharapkan dentingan uang logam yang akan dijatuhkan. Sementara, sebuah topi bowler usang yang terbalik tampak tergeletak di tanah.
"Jika Anda semua berharap untuk mendengar sisanya dan bagian terindah dari lagu ini, Tuan-Tuan dan Nyonya-Nyonya, saya menunggu kebaikan Anda semua untuk berkontribusi sedikit lebih banyak," Wiggins berkata kepada para pejalan kaki pagi itu. "Itu ada topi. Jangan ragu-ragu untuk melemparkan uang Anda. Saya tidak akan ragu-ragu untuk memungutnya."
Pagi itu dingin dan kelabu, dengan kabut tipis yang perlahan-lahan mengembun di jalanan berbatu. Ozzie gemetaran dalam mantelnya
yang tipis dan mengulang-ulang batuknya. Karena batuk itu, kadang-kadang satu farthing atau setengah farthing dilemparkan, atau, jika mereka beruntung, setengah penny yang terlempar. Farthing dan penny adalah mata uang logam kuno Inggris, satu farthing bernilai seperempat uang penny. Penduduk kota tampaknya lebih memerhatikan asma yang diidap Ozzie daripada nyanyian Wiggins.
Anak-anak lelaki itu menempatkan diri di seberang jalan dan beberapa pintu dari Baker Street nomor 221 B, alamat seseorang yang kadang-kadang mempekerjakan mereka, konsultan detektif yang terkenal di seluruh dunia, Mr. Sherlock
Holmes. Holmes sering kali mengontrak Wiggins dan teman-teman segengnya untuk mengerjakan kasus-kasus yang paling sulit. Dia menyebut mereka Laskar Jalanan dari Baker Street, dan berkata bahwa mereka adalah "mata dan telinganya di jalanan".
Wiggins berhenti bernyanyi dan membungkuk untuk memeriksa topi bowler. Dia menghitung, seluruhnya ada tiga sen. "Kuharap Master memberi kita pekerjaan. Orang-orang di sini tidak pernah bisa menghargai seorang seniman vokal sejati." Dia menyapu rambut ikalnya yang liar dan berwarna kecokelatan dari wajahnya, dan mendongak untuk melihat jendela-jendela di lantai dua Baker Street nomor 221 B. Master adalah panggilan anak-anak itu untuk Mr. Holmes.
Ozzie mengikuti tatapan Wiggins. Karena baru bergabung menjadi anggota Laskar Jalanan Baker Street selama beberapa bulan, dia belum pernah bertemu dengan Sherlock Holmes, tetapi dia sudah pernah bekerja dalam dua kasus sebelumnya. Dia hanya tahu sedikit tentang Master itu dari Wiggins dan anak-anak lelaki lainnya. Sebagai contoh, Master diceritakan memiliki keahlian mendeteksi yang sangat tajam, sehingga nyaris tampak seperti sihir. Tetapi, sang Master hanya menggunakan fakta-fakta dalam metodenya, sesuatu yang juga sedang Ozzie pelajari. Dia ingin sekali bertemu Holmes. Mungkin saja setelah bertemu Holmes, dia akan diberi pekerjaan tetap, dengan melihat potensi di dalam diri Ozzie. Mungkin setelah itu dia akan
bisa meninggalkan pekerjaan magangnya di kantor juru duplikat dokumen, bahkan menabung cukup uang untuk mewujudkan satu hal yang sangat dia inginkan. Ozzie segera mengusir semua khayalannya itu jauh-jauh.
Menoleh kembali ke arah Wiggins, dia berkata, "Kupikir simpati orang asing akan berkurang jika kau bersikap terlalu sehat seperti itu, Teman. Bersandi-waralah sedikit!" Ozzie mulai terbatuk-batuk lagi, hingga menghasilkan satu penny utuh yang dilemparkan ke topi. Melihat koin itu, mereka tersenyum.
"Sehat" Mungkin karena aku ada di sebelahmu ..." Wiggins menepuk perutnya yang gendut.
Ozzie menatap temannya yang menyeringai penuh sukacita, mata cokelat kehijauannya bersinar bagaikan keping-keping koin di dalam topi. Ketika mereka pertama kali bertemu, Ozzie sedang berjalan tanpa tujuan di sepanjang Sungai Thames, beberapa hari setelah ibunya meninggal. Wiggins mengundangnya untuk berbagi perapian. Dia bahkan menawari Ozzie sedikit makanan, sambil berkata, "Kau lebih kurus daripada kaki kiriku, Sobat. Dan kulitmu sangat pucat, aku yakin bisa melihat pembuluh-pembuluh darahmu. Kau tahu, ada noda kebiruan di bawah matamu""
Ozzie sering terkenang akan hal itu hingga dia merasa malu karena sisa-sisa tangisannya, bahkan tanpa penampilan seperti itu pun, kulitnya yang pucat dan hampir transparan masih saja membuat matanya tampak lebam, terutama jika dia sedang merasakan hal buruk atau kurang tidur. Ibunya
pernah memberi tahu bahwa noda kebiruan itu hanya pantulan dari mata biru safir-nya yang dalam. "Kau setampan Sir Henry Irving, Sayangku, dengan pembawaan seorang aktor panggung yang berwibawa," kalimat ini sering diucapkan ibu Ozzie.
"Apakah aku sekurus itu"" Ozzie bertanya kepada Wiggins, sembari meng-ingat kembali kenangan bersama ibunya. "Kupikir aku bisa menyantap sedikit makananmu." Kemudian, atas kebaikan Wiggins yang tak berpamrih, dan dihangatkan oleh perapian, Ozzie menyantap sepiring bubur gandum. Dia lantas menyerocos sendiri menceritakan kematian ibunya.
Wiggins tidak berkata apa-apa, tetapi dia memberi Ozzie cangkir penuh teh panas.
Ta k lama kemudian, Ozzie bergabung dengan Laskar Jalanan. Tidak semua anak lelaki senang menerimanya, hampir semua merasa kesal, Ozzie menyadari, karena itu artinya makanan harus dibagi-bagi untuk lebih banyak mulut. Tetapi Wiggins bersikeras, dan saat beberapa anak lelaki mengerang, dia berkata tegas, "Sobat kita ini membutuhkan tempat. Dia baru saja kehilangan ibunya. Beberapa di antara kalian mungkin sudah tidak memedulikan kematian orangtua kalian, tapi beberapa di antara kalian pasti paham betul bagaimana rasanya hidup tanpa orangtua, jadi kalian harus kasihan kepadanya."
Wiggins terdiam ketika beberapa anak lelaki mengangguk diam-diam karena mengerti.
Sebenarnya, Ozzie tidak ingin dikasihani.
Tetapi, dia senang karena memiliki tempat untuk dituju selain kantor juru duplikat dokumen, dan dengan memiliki beberapa teman, dia berpikir mungkin akan menyenangkan juga. Ozzie tidak pernah memiliki banyak teman, hal ini disebabkan dia tidak mampu menyamai mereka dalam melakukan permainan yang membutuhkan terlalu banyak usaha fisik, paru-parunya sudah lemah sejak dia masih bayi.
"Selain itu," Wiggins melanjutkan, "teman kita ini pintar, dan kalian bisa melihat bahwa dia tidak terlalu banyak makan."
Ozzie bisa melihat wajah anak-anak lelaki itu tak lagi tegang. Seorang anak lelaki terkecil, Alfie, bahkan berlari mendekatinya, sambil berkata, "Aku ikut bersedih mendengar kematian ibumu. Ibuku adalah seorang perempuan cantik sebelum meninggal karena batuk-sesak."
Ozzie terkesan akan keterbukaan Alfie dan menepuk kepala anak kecil itu dengan canggung.
"Kalau begitu kita putuskan saja. Kita sekarang memiliki seorang anggota baru geng," Wiggins mengumumkan, dan semua anak memukulkan kepalan tangan kanan mereka ke dada dua kali untuk menunjukkan persetujuan.
Setelah itu, Wiggins menyuruh mereka duduk melingkar dan menceritakan kisah mereka.
"Aku akan mulai, Teman-Teman," Wiggins menawarkan diri. "Aku tidak pernah mengenal orang-tuaku, Oz. Aku adalah anak yang kalian sebut sebagai anak pungut, dibesarkan oleh orang asing
rena aku tidak tahu pasti kapan tanggal kelahiranku. Lalu, aku sendirian mengais-ngais makanan dan menemukan tempat yang hangat untuk tidur. Pipa pembuangan bawah tanah nyaman juga buatku. Namun, aku tidak dapat mengingat lebih banyak masa kecilku, kecuali mandi air dingin di Sungai Thames dan rasa lapar yang membuat perutku perih." Wajah Wiggins menjadi suram ketika matanya menerawang jauh. Dia menggelengkan kepala. "Tapi, itu adalah masa lalu, karena sekarang aku memiliki geng dan ruangan yang menyenangkan ini." Dia menyapukan tangannya berkeliling ruangan.
Setelah terdiam sesaat, dia menunjuk anak lelaki berikutnya.
Ketika Ozzie mendengarkan Rohan, Elliot, Alfie, Simpson, Fletcher, Barnaby, James, Pete, dan Shem menceritakan kisah mereka, dia mengetahui bahwa beberapa di antara mereka lari dari panti asuhan, sementara beberapa yang lain kehilangan keluarga mereka baru-baru ini, karena wabah penyakit atau kebakaran, kecelakaan di pabrik atau kelaparan.
Wiggins melihat wajah Ozzie merona karena rasa empati. Dia pernah melihat pemandangan seperti ini di wajah anak-anak saat mereka pertama kali bergabung dengan geng ini. Dan Wiggins segera tahu jika Ozzie sudah merasakan ikatan.


Sherlock Holmes - Misteri Kematian Bintang Sirkus di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bagaimana denganmu, Sobat" Apa yang terjadi dengan Damu"" Elliot bertanya. Dia menyebut "ayah" dengan istilah "Da".
Ozzie hanya menatap kosong, seluruh pertanyaan tentang ayahnya berputar-putar, membuat kepalanya terasa berat dan bebal.
Wiggins menatapnya dengan maklum, "Tidak apa-apa, Sobat. Sekarang kau berada di antara teman-teman."
Tetapi, masih saja, Ozzie tidak bisa menemukan jawaban yang tepat. Apa yang telah terjadi pada ayahnya"
Syukurlah, meskipun Elliot terus mendesak, Wiggins akhirnya berkata, "Kau belum bisa berpikir jernih. Kau bisa menceritakannya di lain waktu."
Ozzie mengangguk, berharap pertanyaan itu akan terlupakan.
"Yah, aku bocah yang sedang tumbuh, dan aku membutuhkan makanan," sekarang Wiggins berkata. Saat mendengar makanan disebut-sebut, musang peliharaan Wiggins, Shirley, mengeluarkan kepalanya dari dalam saku kemeja
Wiggins. Wiggins menggaruk-garuk dagunya. "Aye, Shirley, kau tidak perlu mencarikan mangsamu untuk sarapanku pagi ini."
"Benar-benar bukan ide bagus," Ozzie berkomentar. Terakhir kalinya Wiggins memanggang salah satu tangkapan Shirley dan menyajikannya kepada anak-anak.
Wiggins bisa melihat wajah Ozzie berubah menjadi sedikit hijau. "Maaf, Sobat, aku tidak bermaksud mengingatkanmu tentang tikus panggang itu. Tapi benar-benaR banyak sekali mun ..."
Ozzie melambaikan tangan agar Wiggins menjauh. Saat dia merasa mual karena sesuatu, dia bisa terus merasakannya selama berjam-jam. Dan mendengar kata muntah pun sudah cukup untuk membuat perut Ozzie bergolak.
Ketika dua anak lelaki itu berbincang, sebuah kereta mewah yang ditarik empat ekor kuda berderap di jalan dan berhenti di depan gedung 221 B. Wiggins memasukkan keping-keping koin ke saku, Ozzie mengenakan topi bowler-nya, dan anak-anak lelaki itu berlari untuk melihat siapa yang ada di dalam.
Sais kereta itu mengenakan sehelai mantel mewah dengan rambut putih sebahu. Di sampingnya ada pelayan laki-laki, berpakaian sama, duduk dengan postur tubuh tegak dan kaku. Ketika dia melompat turun untuk membuka pintu, dua lelaki keluar dari kereta. Yang seorang sudah setengah baya dan berjanggut, dengan tubuh kekar yang atletis. Sementara, yang lain masih cukup muda, dengan rambut licin tersisir ke belakang dan wajah berbentuk kotak. Keduanya berpakaian necis dengan topi tinggi dari sutra, kemeja berkerah runcing berwarna putih, dan jas wol berpotongan elegan. Mereka memasuki pintu flat 221 B dengan terburu-buru.
"Andai kita tahu apa yang sedang terjadi di sana," Wiggins berkata. "Kuharap itu berarti ada pekerjaan untuk kita."
Ozzie memerhatikan puncak pintu kereta. Alisnya berkerut, kebiasaan yang sering terjadi ketika dia berusaha menyatukan fakta-fakta. "Aku yakin, kita baru saja melihat Pangeran Wales."
Wiggins bersiul panjang. "Baiklah, kalau begitu, mungkin akan ada harta karun yang ada di hadapan kita, Sobat!"
"Jika tebakanku benar, mereka tidak hanya berkonsultasi dengan Master pada hari ini saja," kata Ozzie. "Mereka pasti akan datang berkali-kali. Dan jika Master membutuhkan pencarian atau pengintaian, kita bisa melakukannya dengan baik."
Anak-anak lelaki itu menatap kembali jendela-jendela ruang kerja tempat Holmes sedang bertemu dengan para tamunya. Saat ini dan beberapa hari ke depan, mereka akan bisa melihat sosok tinggi kurus Holmes yang melintas di kerai jendela.
"Menurutmu, pangeran itu menginginkan apa dari Master"" Wiggins bertanya.
"Pasti suatu masalah yang rumit," sahut Ozzie, "karena sang Pangeran datang sendirian, tidak ada iring-iringan."
"Mungkin seseorang telah mencuri batu permata yang ada di mahkotanya dan kita semua harus mencarinya," Wiggins mendongak menatap sais."Apakah kau akan memberi sekeping guinea untukku, Tulang Belikat"" dia berkata, melingkarkan lengannya di bahu Ozzie. Guinea adalah salah satu mata uang Inggris kuno yang lain. Sais kereta itu tidak memedulikan Wiggins dan terus berbicara kepada si pelayan di sampingnya.
Ozzie tertawa. "Selalu membicarakan kalah
dan menang." Wiggins menyeringai dan menonjok pundak Ozzie. "Sekarang kau sudah mulai terdengar seperti salah satu anggota Laskar Jalanan, seperti kau terlahir tepat di bawah Bow Bells."
Kedua anak lelaki itu mulai bergulat. Meskipun Ozzie bertubuh kurus, dia hampir sekepala lebih tinggi daripada Wiggins dan memiliki kemampuan memengaruhi orang lain. Saat Ozzie tidak sengaja menyodokkan lututnya dengan keras ke saku kemeja Wiggins, Shirley menguik dan berlari kabur. Keduanya berhenti bergulat dan mengejar Shirley sepanjang jalan. Tepat sebelum belokan jalan, Wiggins melompat dan menangkapnya. Ozzie membungkuk, terengah-engah karena kelelahan.
Wiggins memasukkan Shirley kembali ke dalam sakunya. "Maafkan aku karena remasan itu, Gadisku." Kemudian, sambil menoleh ke arah Ozzie, dia bertanya, "Kau baik-baik saja, Sobat""
Ozzie mengangguk, tetapi dia masih terus membungkuk dengan tangan di kedua lututnya. Ada suara seperti siulan pelan saat dia berusaha bernapas.
Wiggins meletakkan sebela
h tangan di punggung Ozzie. "Kau mau aku mengambilkan minyak hati ikan kod""
Ozzie menggelengkan kepala. "Aku baik-baik saja," dia berkata, dan berdiri sedikit lebih tegak.
"Hei Oz, lihat ke sana," Wiggins menunjuk ke arah kereta pangeran. Sang Pangeran, asistennya, Sherlock Holmes, dan Dr. Watson sudah keluar dari
gedung 221 B dan memasuki kereta. Pelayan menutup pintu belakang kereta dan segera melompat naik saat saisnya melecutkan tali kekang.
Sesaat kemudian, kereta sang Pangeran ber-keretak melewati anak-anak itu.
"Kau siap untuk jadi penumpang gelap, Sobat""
Ozzie menyeringai. "Aku memikirkan hal yang sama. Seharusnya aku kembali ke kantor atau Crumbly akan memukulku dengan keras, tapi tampaknya tindakan yang akan kita lakukan sepadan dengan sebuah pukulan." Sambil memerhatikan jalan, Ozzie melihat sebuah kereta yang ditarik dua ekor kuda menuju ke arah yang sama seperti kereta kerajaan itu. Dia mengangguk ke arahnya. "Kereta kita sudah tiba!"
Wiggins menjerit girang saat anak-anak lelaki itu melompat ke belakang kereta dan menyusuri Baker Street untuk mengejar sang Pangeran. Koin yang mereka kumpulkan berkerincing di saku Wiggins bagaikan sebuah lagu.
t a Perayaan diKastel Ketika Ozzie dan Wiggins kembali empat puluh lima menit kemudian ke gudang pabrik yang terbengkalai di pinggiran Baker Street, yang dijuluki "Kastel" oleh Laskar Jalanan, anak-anak lain sudah menunggu mereka.
Seperti biasa, Ozzie dan Wiggins memasuki tempat persembunyian itu melalui sebuah pintu kecil di lantai gang di sisi bangunan (pintu-pintu depan pabrik itu sudah lama dikunci). Mereka berjalan menuju area ruang kerja utama dengan Wiggins yang menyiulkan nada ceria.
Rohan menyapa kedatangan mereka dari posisinya di sebuah kursi kereta besar tapi usang yang terletak di atas balok-balok kayu, di bagian depan ruangan. Dia adalah seorang anak pendiam dengan rambut hitam dan mata gelap yang lembut. Dia mewarisi tinggi kakeknya yang menjulang dan temperamen tenang ibunya, dan, sepertinya segala ucapannya mirip dengan ayahnya, "kepercayaan diri keluarga Punjabi," begitulah orang menyebutnya, sebuah kenangan yang kadang-kadang membuat
Rohan malu. Dia tahu, ayahnya berharap suatu hari nanti, bisa melihatnya magang sebagai pengacara, tidak mengumpulkan sisa-sisa makanan atau mengemis uang koin, atau menghabiskan siang yang panas sambil berkecipak di dalam air mancur Lapangan Trafalgar bersama gengnya. Tetapi, impian itu telah musnah ditelan lautan setahun yang lalu, bersama ayah Rohan dan perahu memancingnya.
Setidaknya, Rohan merasa berguna bagi Laskar Jalanan. Wiggins memercayakan kepadanya untuk memastikan geng tidak terlibat terlalu banyak masalah jika Wiggins sedang pergi. Sangat penting bagi mereka untuk tidak menyebabkan suatu kericuhan selama jam kerja, agar tidak menimbulkan kecurigaan dari para petugas. Tidak ada seorang anak pun yang ingin berakhir di penjara.
"Semuanya lancar, Punjabi"" Wiggins bertanya. Dia membawa sekantong kecil kentang yang telah dibelinya bersama Ozzie dengan uang koin yang mereka kumpulkan sebelumnya.
Rohan mengangguk dan bergerak ke arah anak-anak, yang sedang membidik kelereng atau mengukir kayu.
Melihat kantong Wiggins, Alfie berlari menyambut mereka. "Apa yang kalian bawa itu"" Dia adalah anak terkecil di geng itu, dengan rambut berwarna perak nyaris putih seperti sayap angsa dan mata berwarna madu segar. Telinganya menyerupai dua biskuit besar yang ditempelkan di kedua sisi kepalanya, kondisi yang menyebabkan dia mendapatkan
banyak sekali julukan. "Batu, Elf," sahut Wiggins. "Untuk membangun rumah."
"Ayolah, aku tahu kalian membawa makanan di dalamnya," Alfie memprotes.
Mereka berjalan melintasi tengah ruangan tempat sebuah lubang perapian batu menyala-nyala. Beberapa anak lelaki menghangatkan diri dengan mengukir kayu di dekat perapian. Yang lain berkumpul di balkon tingkat dua yang terentang mengelilingi ruangan berbentuk kotak tersebut.
Di sekeliling anak-anak, tersebar di sana-sini di seluruh penjuru ruang kerja, beragam benda temuan atau curian: setumpuk selimut wol menyedihkan yang berlubang-lubang dan sud
ah bernoda, beberapa bantal tipis, beberapa tumpuk kartu, sebuah peluru meriam, sebuah peti dengan tutup yang hilang, pemukul bola kriket yang telah patah separuh, ladam-ladam kuda, sebuah tengkorak manusia, buku-buku dan majalah-majalah tanpa sampul, teko teh rompal, kaleng-kaleng susu yang sudah kosong, sebuah jangkar, sehelai buntut tikus, tumpukan batu bara, sepasang borgol berkarat, tali, dan sekaleng pelumas. Di dinding yang paling dekat dengan kursi kereta tergantung sebuah gambar Yang Mulia Ratu Victoria yang sudah pudar, dan di sampingnya, catatan tugas masing-masing anggota untuk setiap hari Minggu. Melihat kondisi ruangan itu yang sangat berantakan, Wiggins bersikeras bahwa mereka harus merapikan tempat itu. Sebagai pimpinan geng, dia merasa harus menetapkan
standar-standar tertentu.
"Ambil tongkat kalian, Teman-Teman, kita akan sarapan dan ada sesuatu yang harus kuceritakan," Wiggins berseru, sambil membuka kantong itu. "Bintang-bintang untuk kehormatan dan kegembiraanku," dia mengungkapkan suatu ungkapan, menandakan kebahagiaannya akan perbekalan yang dia bawa.
Lebih banyak anak lelaki, seluruhnya berjumlah sembilan orang, bergabung membentuk lingkaran di sekitar lubang perapian. Ozzie dan Wiggins membagi kentang itu satu butir untuk tiap anak. Rohan memasukkan lebih banyak kayu ke dalam api, dan api berkobar semakin besar. Anak-anak menarik tongkat-memasak mereka masing-masing. Beberapa diukir dengan pola-pola, yang lain memiliki pegangan yang dibungkus dengan kain terpal atau lapisan kulit. Tongkat Wiggins merupakan tongkat penusuk perapian berwarna keemasan, sementara milik Ozzie adalah sebuah kawat bengkok tebal dengan pegangan kayu mungil.
Anak-anak itu menusuk kentang masing-masing dan memasukkannya ke dalam perapian, tetapi Wiggins tahu bahwa lebih baik mengumumkan hal penting itu setelah semua tenang dan memasak dengan riang. Saat aroma kentang panggang memenuhi gudang pabrik itu, dia memulai ceritanya. "Pagi ini, ketika kalian semua masih berleha-leha dengan memikirkan cokelat dan kasur berbulu, aku dan sobatku Osgood keluar untuk mengais-ngais uang koin," Wiggins mengangkat tusuk kentangnya
dan memeriksanya sebelum memasukkannya kembali ke dalam perapian.
"Dan tebak siapa yang datang ke flat Master" Tak lain dan tak bukan, dia adalah Pangeran Wales, dengan penampilan necis!" Wiggins berhasil menarik perhatian anak-anak.
Karena Ozzie telah mengetahui apa yang terjadi, dia hanya setengah mendengarkan. Setengah pikirannya yang lain mulai mengembara, seperti yang sering dia alami, memikirkan subjek yang sama. Mungkin ayahnya bekerja di pemerintahan, dia berkhayal, mungkin ayahnya mengenal sang Pangeran.
Wiggins meneruskan, "Jadi, mereka semua masuk ke dalam kereta Pangeran dan aku serta Oz diam-diam membuntuti mereka dengan menumpang kereta demi kereta, bergelantungan dari satu gerobak ke kereta kencana, selincah ... eh ... eh ... gagak. Kami memang harus melakukan perjalanan diam-diam dalam jarak jauh, tapi kami beruntung dan gesit. Kereta Pangeran ditarik oleh kuda keturunan berkualitas tinggi, dan kami mengikuti tepat di belakang mereka, menuju Istana Buckingham."
"Kalian bertemu Ratu"" Alfie berseru, menyemburkan kentang setengah matang dari dalam mulutnya.
"Nyaris. Kami mengikuti hingga ke gerbang dan melihat mereka masuk."
Atau mungkin, Ozzie berpikir, Ayah adalah seorang tentara yang menjaga istana.
"Segera setelah kereta itu melewati gerbang,
Master melompat keluar dan mulai berjalan ke sisi kanan istana bersama Pangeran, Watson, dan seorang asisten yang mengikuti. Master dan yang lain menatap ke jendela, tidak menunjuk, hanya memandang seperti biasa. Kemudian, hal berikutnya adalah seperti yang kita tahu, Master memeriksa tanah, berjalan perlahan seolah dia menderita kekakuan leher."
Wiggins berhenti bicara dan meniup kentangnya agar mendingin. Dia mencoba memotong sebagian kecil, tetapi masih terlalu panas.
Anak-anak lelaki itu mulai berteriak.
"Ayolah, Wiggins!"
"Ceritakan kisahnya!"
"Teruskan, apa yang terjadi!"
Wiggins mendongak. "Ah, baiklah, mereka lalu masuk ke dalam istana. Kami menung
gu sebentar, dan saat mereka tidak juga keluar, kami pergi."
"Itu saja"" tanya Elliot. Dia adalah seorang anak lelaki montok dengan kulit pucat yang cocok dengan warna langit London yang suram. Setumpuk rambut merahnya, matanya yang biru pudar, dan bibir tebal yang mencebik ke bawah, tidak menampakkan akar leluhurnya, orang-orang Irlandia. "Itu saja dan tak ada yang terjadi" Payah sekali."
Anak-anak lelaki lain tertawa. "Artinya, Master sedang menangani sebuah kasus besar dan dia akan segera membutuhkan kita," Ozzie berkata, mengamati uap yang mengepul dari kentangnya. Dia mencoba untuk bersikap baik terhadap Elliot. Elliot kehilangan seluruh
keluarganya karena api melalap habis gubuk mereka, dan dia telah mencoba menyelamatkan adik bayinya, namun tak berhasil. Tetapi, karakter Elliot yang mengibakan hanya sedikit menarik simpati.
"Artinya, kita akan bekerja untuk keluarga kerajaan, Stitch," Wiggins menambahkan.
Elliot berasal dari sebuah keluarga penjahit di Dingle, di pantai barat Irlandia, dan dia memiliki keahlian untuk menjahit apa pun, pakaian untuk anggota geng, sepatu kulit moccasin yang tersebar di toko-toko, bahkan luka kecil, sehingga dia mendapatkan julukan Stitch. Selain keahliannya itu, dia juga memiliki bekas luka di tulang pipi sebelah kiri, yang dia akui sebagai akibat mengalahkan enam perusuh di Surrey. Dia berkata, dia juga menjahit luka itu sendiri.
Ketika anak-anak itu selesai memasak kentang, mereka pindah ke sebuah ruangan berbentuk persegi panjang di sisi lubang perapian, dibatasi oleh goresan tanah oleh sebatang tongkat. Persegi panjang itu terbagi dalam enam persegi panjang yang lebih kecil.
Anak-anak lelaki itu membuat diri mereka nyaman, dan Alfie memeriksa posisinya di lantai. "Kalian makan di ruangan yang mana lagi""
"Ruang cuci," sahut Fletcher.
"Dasar idiot, itu ruang tamu," kata Shem.
Ozzie menelan kentang di mulutnya. "Yang makan di ruang cuci itu para pelayan. Dan ruang tamu adalah tempat untuk bermain kartu, merokok, dan menonton hiburan. Orang-orang pada umumnya
makan di dapur atau di ruang makan. Alfie, sepertinya kau sedang makan di toilet."
Anak-anak lelaki lain tertawa. "Elf ada di WC!"
Dengan cepat Alfie melompat keluar dari kamar mandi menuju ruang makan. "Kalian bisa menggodaku sesuka hati, tapi aku tahu bagaimana caranya makan seperti pria terhormat." Alfie melambaikan keping terakhir kentangnya di udara, membusungkan dada, dan mengangguk ke arah gambar Ratu di dinding.
Anak-anak lain tertawa lagi, tetapi beberapa di antara mereka bergeser ke arah ruang makan, saling menyikut agar mendapatkan tempat.
Sementara itu, Ozzie memanjat ke atas kursi kereta dan merogoh-rogoh laci depan hingga dia mengeluarkan sebotol minyak hati ikan kodnya. Dia mengangkatnya ke arah cahaya dan menyadari bahwa botol itu nyaris kosong. 'Seharusnya kau minum satu sendok setiap pagi,1 ibunya biasa berkata. Itu bagus untuk paru-parumu. Ozzie menelan seteguk dan mengerenyit. Dia bertanya-tanya, apakah ayahnya juga menderita asma. Ibu selalu berkata bahwa dia akan menceritakan lebih banyak tentang Ayah saat Ozzie lebih besar. Nah, sekarang dia hampir dua belas tahun, tetapi sudah terlambat. Bagaimana mungkin dia bisa menemukan ayahnya"
Di samping biaya yang dimiliki Ozzie untuk mencari ayahnya sangatlah sedikit, dia juga hanya mengetahui satu petunjuk samar untuk mulai menyelidikinya. Dan dia tidak bisa menghabiskan waktu hanya untuk dirinya sendiri. Dia beruntung
jika bisa mencuri waktu beberapa jam setiap hari bersama gengnya.
"Ceritakan lagi, seperti apa istananya"" Ozzie mendengar Alfie bertanya, tetapi pikirannya mulai melayang ke masa lalunya lagi. Ozzie tahu, ibunya benar-benar bertujuan baik karena telah menyuruhnya magang sebagai seorang juru duplikat dokumen. Sebelum kematiannya, ibu Ozzie membayar bosnya, Crumbly, dengan sedikit uang yang dia miliki, untuk mengurus dan melatih Ozzie. Ozzie mengingat dengan jelas pertemuan di kantor Crumbly saat semua diputuskan. Kala itu, Jullia Manning mengenakan gaun terbaiknya, tergantung longgar di tubuhnya yang kurus. Crumbly sedikit heran melihat penampila
n Mrs. Manning, namun dia masih memberi tanggapan dengan baik.
"Meskipun aku pengusaha kecil-kecilan, Mrs. Manning, aku memiliki reputasi di kalanganku. Kami, para juru duplikat dokumen Oxford, telah dikenal luas ke seluruh penjuru negeri akan pelayanan menduplikasi surat-surat. Karena aku tidak memiliki anak sendiri, aku tidak memiliki ahli waris yang akan meneruskan usahaku. Anda tak akan pernah tahu seberapa pesat anak Anda akan maju," dia berkata, memperlihatkan gigi-giginya yang rusak dan menunjuk udara dengan jari-jarinya yang gemuk.
Ibu Ozzie tidak cukup sehat untuk mencari tahu reputasi Crumbly yang sebenarnya. Malahan, dia terbatuk-batuk keras dan menutup mulutnya dengan sehelai saputangan, lalu meminta Ozzie untuk meninggalkan ruangan itu agar dia dan juru
duplikat dokumen itu dapat berbicara berdua saja. Ozzie tidak pernah mengetahui apa yang mereka diskusikan, tetapi berminggu-minggu kemudian, setelah ibunya wafat, Crumbly muncul di flat gelap mereka membawa sebuah kontrak yang telah ditandatangani Mrs. Manning, dan membawa Ozzie dari situ.
Bukannya mendapat perawatan, Ozzie justru mendapatkan sebuah karung jerami yang di bawahnya terdapat kantong-kantong berisi kentang untuk tidur, semangkuk bubur gandum hambar setiap malam, dan bentakan serta pemukulan yang tidak layak diterima oleh pemagang yang paling bandel sekalipun.
Kenangan minggu-minggu pertama Ozzie bersama Crumbly masih terasa membekas di hatinya. Crumbly menyuruhnya membersihkan kotoran dari langit-langit dan toilet dengan tangan telanjang. Ketika usahanya sedang sepi, Crumbly selalu mabuk, dan dia memperlakukan Ozzie lebih kejam. Sebagai tambahan, setelah memukul Ozzie tanpa alasan, dia mengurung Ozzie di dalam gudang penyimpanan dan sering kali terlupa bahwa Ozzie ada di dalam. Hingga dua hari berlalu, Crumbly baru menyadari bahwa dia telah mengurung Ozzie, lalu membuka gudang itu.
Akan tetapi, ketika Crumbly mengetahui bahwa Ozzie memiliki bakat luar biasa dalam hal menduplikasi dokumen, dia bersikap agak longgar dan mengizinkannya pergi untuk periode singkat jika tidak ada pekerjaan atau tugas-tugas lain. Tentu
saja, setelah dia memberi penegasan bahwa Ozzie akan diburu seperti binatang jika dia kabur.
Itulah saat perjalanan pertamanya keluar dan bertemu Wiggins.
Of "Istana itu sangat besar, Sobat," Wiggins menjawab pertanyaan Alfie. "Dengan gerbang-gerbang raksasa dan prajurit penjaga berseragam. Seluruh tempat itu tampak berkilauan dengan kekayaan. Jika Master nanti memanggil kita, siapa tahu, mungkin kita bisa diundang ke dalam." Wiggins berdiri dan berlatih bagaimana dia akan membungkuk kepada sang Ratu.
Ozzie tidak bisa menahan senyum karena melihat tingkah temannya. Dia sangat menyukai semangat dan keceriaan Wiggins saat melakukan segala sesuatu. Bahkan, ketika anak-anak itu kedinginan, bosan, dan kelaparan, Wiggins selalu meyakinkan mereka bahwa segalanya akan berubah ke arah yang lebih baik. Ozzie berharap, dia memiliki setengah saja optimisme Wiggins.
Dari dalam saku mantelnya, Ozzie menarik sepucuk surat yang mungkin bisa memberi petunjuk di mana dia menemukan posisi ayahnya. Dalam tiga bulan terakhir, Ozzie telah mengeposkan surat serupa sebanyak lima kali kepada Nenek Agatha, saudara perempuan mendiang kakeknya, berharap perempuan tua itu mengingat dirinya dan mengirimkan sedikit informasi tentang keberadaan ayahnya. Tetapi, Ozzie bahkan tidak yakin di daerah
mana Nenek Agatha tinggal, atau, apakah dia masih hidup atau tidak. Lima kali surat itu dikembalikan.
Ozzie memasukkan surat itu dengan rapi ke sebuah amplop baru dan menuliskan alamat lain, kali ini ke Wroxton. Kemudian, dia menyelipkan surat itu kembali ke saku mantelnya untuk diposkan nanti.
Ozzie memanjat bangku sais kereta tanpa memedulikan anak-anak lain mengambil sebuah duplikat usang Beeton's Christmas Annual, Kisah-Kisah Natal Tahunan Beeton. Secercah kerinduan menusuk dadanya ketika dia mengingat pelajaran membacanya bersama Kakek, saat mereka mengembara bersama ke dunia Raja Arthur, Odysseus, dan Aristoteles. Ozzie bisa membayangkan anggukan Kakek yang penuh dukunga
n mendidik saat Ozzie membutuhkan waktu lebih lama untuk mengeja sebuah kata sulit seperti problematika dengan benar.
"Teruskan dan bacakan kami cerita, Oz," kata Wiggins dengan spontan, mendukung Ozzie untuk mengingat-ingat kembali masa lalunya.
Ozzie menganggukkan kepala ke arah Wiggins dan membuka-buka majalah untuk mencari sebuah cerita berjudul "A Study in Scarlet". Itu adalah kisah pembunuhan seorang Amerika bernama Enoch Drebber dan merupakan cerita pertama yang ditulis Watson tentang Sherlock Holmes.
"Yeah, bacalah bagian tentang kita," Alfie berkata, "saat Master berkata, kita akan pergi ke mana pun, melihat apa pun, mencuri dengar dari siapa pun. Dan bagaimana kita lebih baik daripada
Scotland Yard konyol itu."
"Kuharap Master akan mencari kita segera. Aku lebih memilih bekerja menjadi pembantu Master daripada berisiko ditangkap karena mengemis." Wiggins membelah sebutir kentang matang dan memakan sebagian. Kemudian, dia memberikan separuh-nya kepada Shirley.
Anak-anak lain terdiam mendengar kata penjara disebut-sebut. Beberapa di antara mereka pernah mengalami masuk institusi draconian. Draconian adalah suatu hukum yang diciptakan di Athena, satu saja kesalahan kecil, hukumannya akan sangat berat. Institusi draconian ini adalah tempat anak-anak (dan orang dewasa) bekerja seperti budak, sering kali hingga ajal tiba, tanpa imbalan, hanya mendapatkan sedikit makanan, dan akomodasi ala kadarnya seperti penjara yang memuat narapidana. Anak-anak penghuni draconian cukup beruntung jika bisa keluar hidup-hidup, kecuali Alistair, yang tertangkap ketika sedang mencuri sebongkah roti dan hingga sekarang masih dikurung.
Elliot memecahkan kesunyian. "Tidak, Ozzie, bacakan bagian tentang Wiggins."
Anak-anak lain mulai berseru serempak, "Wiggins, Wiggins, Wiggins
Sesaat, Wiggins tampak kesal, kemudian dia tertawa juga. Elliot menyebutkan bagian kisah saat Watson pertama kali bertemu dengan Wiggins. "Ayolah, Oz. Tidak apa-apa."
Dengan ragu, Ozzie mulai membaca: "'Sang
juru bicara ... Wiggins muda, menunjukkan keberadaannya yang tidak penting dan menyebalkan.111
"Si konyol Watson itu belum pernah memecahkan satu kasus sendirian," Alfie memprotes.
"Itulah misterinya. Mengapa Master mau menjadikannya sebagai partner," Rohan menyetujui.
"Pekerjaan detektif yang kita lakukan membuat penampilan Watson terlihat buruk. Itulah sebabnya dia tidak menulis lebih banyak tentang kita dalam cerita-ceritanya," kata Wiggins.
"Selain itu, dia sedikit iri karena Master membutuhkan kita. Sejauh yang kuketahui, Master bahkan tidak mengajak Watson memecahkan kasus-kasus besar karena dia tidak dapat menyimpan rahasia," Ozzie beralasan. Dia kembali menatap majalah dan baru saja akan mulai membaca lagi lanjutan kisah itu. Tiba-tiba, ada ketukan di pintu. Laskar Jalanan mematung, dan Ozzie meletakkan majalahnya.
Ketukan itu terdengar lagi, diikuti oleh bisikan tajam.
"Wiggins, bukalah!"
Mereka semua mengenali suara Billy.
Wiggins pergi ke pintu dan membiarkan pembawa pesan Sherlock Holmes itu masuk.
"Mr. Holmes ingin bertemu denganmu saat ini juga," Billy memberi tahu Wiggins dengan nada penting. Dia mengenakan topi biru penjaga pintu dan, ketika dia berbicara, jari-jarinya memainkan kancing tembaga di mantel wol birunya.
"Dia siap untuk mengajak kami menemui Ratu
sekarang, betul, kan"" tanya Wiggins, matanya berbinar di bawah cahaya lampu.
Billy menggelengkan kepala. "Aku tak tahu bagaimana kau mengetahui hal itu, tapi ini adalah persoalan lain."
Wiggins menoleh ke arah Ozzie. "Ini adalah kesempatanmu bertemu dengannya, Sobat."
"Jika aku tidak kembali ke kantor, kau tahu Crumbly akan mengirim polisi untuk menangkapku. Temui aku nanti."
Wiggins mengangguk dan, bersama setengah lusin anggota Laskar Jalanan lainnya, mengikuti Billy keluar dari pintu.
"Aku membayangkan, Mr. Holmes akan menemuiku di dalam istana kerajaan," Wiggins terkagum-kagum.
"Ya," sahut Billy, "tapi lucunya, sekarang dia tidak di istana, tetapi di tempat sirkus."
Pertemuan ker Street 221B
Meskipun saat itu masih pagi, langit sudah menggelap dengan kabut tebalnya yang mulai meneteskan
air hujan. Laskar Jalanan meninggalkan gudang pabrik itu sambil berlari, dengan Billy yang selalu berusaha tetap dekat dengan mereka. Jalanan menguarkan aroma busuk yang menusuk hidung dari air pipa-pipa pembuangan yang bocor bercampur debu dan kotoran kuda.
Ketika Wiggins berbelok ke Baker Street, dia menabrak seorang petugas polisi dan membuat polisi itu jatuh terjerembap ke dalam selokan. Wiggins berhenti. "Maaf, Sir, aku ..."
Polisi itu mengangkat wajahnya dari lumpur dan menatap marah.
Sebelum dia bisa berdiri lagi, Wiggins berteriak, "Aku terpaksa bergerak ke sisi, kejarlah matahari!" Kemudian, dia menghilang ke arah Baker Street, beberapa langkah di belakang anak-anak lain.
Dengan lolongan serempak, mereka berlari cepat di jalanan, menyelinap di antara kerumunan
manusia, gerobak-gerobak, dan kereta-kereta. Polisi yang terjatuh mulai berlari mengejar, meniup peluit yang tersumpal lumpur. Laskar Jalanan langsung berlari ke arah flat nomor 221 B dan, tanpa menekan bel, mendorong pintu depan hingga terbuka dan langsung menaiki tangga. Berdesak-desakan, mereka masuk ke ruang tamu.
Watson, yang terkejut karena keributan itu, menumpahkan secangkir teh ke pangkuannya. "Ohhhh!" dia mengeluh.
Di seberang ruangan, Holmes duduk dengan tenang di kursi empuknya, menyedot pipa tanah liatnya. Sikapnya sangat santai hingga oleh anak-anak, dia terlihat seperti dalam keadaan terhipnotis. "Kupikir kita sepakat, Wiggins, bahwa hanya kau yang muncul jika kubutuhkan," Holmes berkata, memerhatikan kelompok itu, sebutir keringat mengalir di wajahnya. Kemudian, mengalihkan perhatiannya kepada Watson sesaat, dia melanjutkan, "Apakah kau baik-baik saja, Temanku" Pasti begitu; kau sangat bersemangat sehingga menumpahkan secangkir teh sepagi ini."
Watson mengelap celananya yang basah dengan sehelai kain lap dan bergumam bahwa dia baik-baik saja.
Holmes kembali menatap Laskar Jalanan. "Dari suara sepatu bot polisi yang terdengar di tangga flatku, kusimpulkan bahwa kalian, Anak-Anak, sedang berhadapan dengan penegak hukum. Silakan masuk, Petugas Grey."
Si petugas polisi yang berlumuran lumpur memasuki ruangan, dengan napas berat, helm tingginya miring di atas matanya. "Jangan khawatir ... Mr. Holmes ... aku akan mengeluarkan mereka semua dari sini dan langsung menggiring mereka ke penjara, gerombolan kecil pencuri ini."
Pengurus rumah Mr. Holmes, Mrs. Hudson, muncul dari balik si petugas dan tanpa suara memerhatikan anak-anak dengan sikap kurang bersahabat.
"Bawa anak-anak gelandangan ini keluar dari sini!" Watson berteriak, melompat naik ke atas kursinya dan meletakkan kain lap basah di meja dengan jijik.
"Tuan-Tuan, tolonglah, anak-anak ini, meskipun berandalan, adalah bagian dari organisasiku. Petugas Grey, sudah pasti Anda tidak menuduh mereka terlibat suatu kejahatan, iya, kan" Tampaknya dari seragam Anda yang berlumpur, Anda mengalami kecelakaan hanya karena kesialan belaka. Siapa di antara kalian yang menabrak petugas ini" Mengakulah."
Wiggins mengangkat tangannya.
"Tentu saja, Wiggins, seperti biasa, pimpinan gerombolan Laskar Jalanan."
Wiggins tersipu. Beberapa anak lain mulai terkekeh.
"Cukup, cukup," Holmes berkata. "Petugas Grey, aku minta maaf atas seluruh insiden ini. Aku memanggil anak-anak ini, dan mereka sedang merespons panggilanku saat kecelakaan itu terjadi. Sebagai ungkapan rasa penyesalan kami kepada
Anda, bolehkah aku menawarkan bantuan pengurus rumah tanggaku, Mrs. Hudson" Aku yakin dia akan dengan senang hati membantu membersihkan seragam Anda. Aku membayangkan, dia juga akan menyediakan makan siang lebih awal. Mrs. Hudson, silakan persiapkan segala sesuatunya."
Mrs. Hudson menatap Holmes dengan bingung. "Mr. Holmes, tentu. Ikuti aku, Petugas." Dia melambai ke arah Grey, yang mendorong helmnya ke belakang lagi, melirik anak-anak itu dengan pandangan remeh, kemudian berjalan keluar.
"Baiklah. Sekarang, semuanya, perhatikan."
Laskar Jalanan berbaris, berdiri dengan sikap siap sedia dan dagu terangkat. Holmes berjalan di depan barisan tersebut, memeriksa mereka.
"Masih menangkap tikus, Wiggins."
"Jika urusan untuk Anda sed
ang lesu, Sir." "Kukira tadi aku melihat musangmu berjalan di bawah mantelmu."
"Dan kau, Bocah Mungil, berjalan-jalan di lumpur bisa berbahaya, saat air surut pun tetap berbahaya. Berhati-hatilah jika berjalan di Sungai Thames." Holmes menunjuk ke lingkaran lumpur di pergelangan kaki Alfie.
Mata Alfie melebar, kemudian berkedip-kedip tak terkendali ketika dia menyembur. "Eeeyyyy-yaaaa."
Holmes meneruskan inspeksinya ke barisan anak-anak itu dan berhenti di depan Rohan. "Aku tak yakin pernah melihatmu sebelum ini, Nak. Bengali""
"East End," Rohan menjawab.
"Generasi pertama, kalau begitu," Holmes melanjutkan.
"Ya, Sir. Mum dan Dad lahir di Calcutta, tapi mereka sudah meninggal sekarang." Rohan menjawab dengan kalimat panjang. Dia tidak tahu mengapa, tetapi sesuatu tentang Master membuatnya ingin berbicara.
Holmes mengangguk sambil mengingat-ingat tanpa suara, kemudian menatap Elliot. "Dan kau pasti penjahit yang selalu mengerjakan jahitan anak-anak ini."
"Bagaimana Anda bisa tahu itu"" Elliot bertanya.
"Kapalan di ibu jari dan telunjuk tangan kananmu, serta keriput di matamu karena menyipitkan mata adalah karakteristik seorang penjahit. Dan juga pakaianmu yang berwarna-warni." Holmes mengangguk ke arah mantel dan celana Elliot yang terlihat amat bagus, terbuat dari kain perca segi-empat yang dijahit satu sama lain. "Dan tentu saja, sese-orang telah menjahit moccasin-moccasin ini, tampaknya dari kulit yang sama." Holmes mengangguk dengan sikap acuh ke kaki anak-anak. Kemudian, dia melanjutkan berbicara. "Jadi, Watson, bagaimana menurutmu tentang pasukan ini""
Watson mengangkat alisnya, memelintir kumisnya, dan berkata dengan ekspresi mirip orang kesakitan. "Dengan pasukan seperti ini, kita pasukan Inggris yang gagah merebut tanah jajahannya."
"Aku tak setuju," Holmes berkata dengan cepat, berbalik kembali ke arah anak-anak. Dia bertepuk tangan dua kali dengan keras. "Sekarang, kita bahas pekerjaannya. Hari ini, tugas kalian, aku yakin, akan lebih daripada sekadar menyenangkan untuk kalian. Kalian ditugaskan untuk melakukan pengamatan di sirkus. Kalian harus menggunakan mata kalian, dan juga telinga kalian."
Holmes mengambil surat kabar dari kursi empuknya. "'Tadi malam, sekitar pukul delapan tiga puluh malam, tim akrobat tali yang terkenal di seluruh dunia, Walenda Bersaudara yang Mengagumkan, tewas saat tampil di tenda utama Sirkus Grand Barboza. Insiden ini sebenarnya sedang diselidiki oleh polisi, tetapi kematian tiga orang ini betul-betul tragis, salah satu kecelakaan paling mengerikan dalam sejarah bisnis pertunjukkandisebabkan oleh tali yang tiba-tiba terputus,'" Holmes membaca. "Aku yakin, ada suatu motiF terencana di balik semua ini."
Holmes menyerahkan surat kabar itu kepada Wiggins dan mulai berjalan mondar-mandir. "Kalian akan melakukan survei di Sirkus Grand Barboza, membaur dengan para pemain sirkus, dan mencari tahu apa pendapat mereka tentang Walenda Bersaudara yang nahas. Amati dan camkan. Kita tidak mempunyai banyak waktu."
Suasana tiba-tiba riuh di flat itu ketika Laskar Jalanan membicarakan tugas mereka.
"Sirkus itu berada jauh dari tempat ini. Aku harus mengatur transportasi untuk kalian. Usahakan agar tidak membuat masalah sekecil apa pun dan pelajari apa yang bisa kalian lihat. Sewaktu-waktu, aku akan muncul bersama Watson. Aku tidak ingin kalian ketahuan jika kalian adalah agen-agenku. Hanya Wiggins yang boleh berkomunikasi denganku di lapangan. Sekarang, apabila aku tidak salah dengar, ada suara kereta yang berhenti di bawah jendela kita."
Anak-anak itu berlari ke jendela untuk melihatnya.
"Gaji kalian yang biasanya, sebesar satu shilling per hari ditambah pengeluaran lain, masih berlaku. Ini adalah bayaran hari ini dan sedikit tambahan di muka untuk kebutuhan kalian. Ingat, ini adalah pekerjaan." Holmes memenuhi tangan Wiggins dengan uang logam dan melambai kepadanya untuk membagikan koin itu kepada anggota Laskar
Jalanan. "Akan ada tambahan satu guinea untuk satu orang yang memberi tahu aku perkembangan terbesar."
Anak-anak itu bersorak ketika mereka melangkah keluar apartemen dan menuruni tangga.
Di ruang depan, Alfie mengecup pipi Mrs. Hudson yang tampak khawatir. "Aku akan jadi bocah kaya!" dia berteriak sebelum mengikuti yang lain keluar menyapa kembali udara pagi yang terasa lembap, dengan semburat redup sinar matahari yang mema-nggil-manggilnya, bagaikan menjanjikan sesuatu.
& gjjkar Jalanan y^Tiba di Sirkus Grand Barboza
"Jangan menatapku terus-terusan, dasar makhluk kecil dekil!" sais kereta itu menoleh ke belakang, ke arah Elliot. Elliot tersenyum pahit, hingga membuat sais kereta itu membenamkan kantong kulit berisi uang receh yang tergantung di tengkuknya ke dalam kemejanya. "Mengapa lelaki terhormat itu menyewa kereta ini untuk mengantar bocah-bocah seperti kalian ... aku pasti sudah gila karena membawa kalian semua."
"Dia telah membayarmu, jadi jangan pernah mengeluh," Elliot berkata sambil tertawa.
"Betul," Alfie menambahkan.
"Baiklah, kalau begitu, semua, turun! Kalian semua sombong, tapi tak sepadan dengan yang kalian miliki. Aku tidak membutuhkan omong kosong dari segerombolan pencuri." Sais itu menghentikan kereta. "Sekarang!"
Anak-anak bergegas turun, lalu si sais memutar kereta dan berlalu meninggalkan mereka.
"Pekerjaan bagus, Elliot, kau benar-benar membuatnya kesal," kata Barnaby.
"Sekarang, kita harus berjalan seperti orang-orang biasa," kata Pete.
Wiggins dan Rohan bertatapan seraya menunjukkan kekesalan mereka, ketika anak-anak itu meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki di jalanan berlumpur.
Sekitar setengah jam kemudian, Sirkus Grand Barboza sudah tampak dari kejauhan seperti sebuah kota perkemahan kecil. Tenda utamanya, terbuat dari kain kanvas kelabu, dikelilingi oleh sekitar dua lusin tenda yang lebih kecil dan beragam stan, kereta, serta karavan. Pada siang hari, sirkus itu tampak kosong, tidak seperti pada malam hari yang penuh dengan aneka lampu, hingga membuat anak-anak merasa nyaman saat mendekatinya.
Asal mula sirkus itu tidak begitu jelas. Beberapa orang berkata bahwa mereka datang dari Hongaria atau Rumania, atau mungkin dari Skot-landia. Para pemain sirkus dan pekerjanya datang dari seluruh penjuru dunia, memberikan aura asing bagi Grand Barboza.
"Sekarang, ingat Teman-Teman, kita melakukan tugas Mr. Holmes, dan tidak boleh ada tingkah laku konyol. Kita adalah penyidik." Wiggins menatap Elliot dan Alfie lebih lama.
"Aku benar-benar bekerja," Alfie berkata, lalu mulai berjalan terseok-seok.
Elliot membalas tatapan tajam Wiggins.
"Jadi, bagaimana rencananya"" Rohan bertanya, menatap ke tenda utama.
Wiggins meregangkan tengkuknya, kemudian
menggaruk punggung Shirley. Dia memikirkan fakta bahwa Holmes menganggapnya sebagai pemimpin Laskar Jalanan. Memang benar dia menjaga anak-anak ini, dan mereka mendengar kata-katanya (dia paling lama berada di jalanan). Tetapi, ketika mereka mulai bekerja untuk Holmes, sebenarnya sejak Ozzie bergabung dengan geng itu, Wiggins mengandalkan Ozzie dalam urusan demikian. Cobalah untuk berpikir seperti Oz, dia berkata pada dirinya sendiri.
Anak-anak mendongak menatap spanduk-spanduk yang mengumumkan beragam atraksi. Anak-anak tidak dapat membaca tulisan pada spanduk-spanduk itu, tetapi gambar-gambarnya sudah memberi tahu apa yang ingin mereka ketahui: Seorang lelaki perkasa dengan otot bisep, yang menyerupai sebuah barbel, sedang membengkokkan tongkat besi di atas kepalanya, dan seorang perempuan bermata gelap yang memakai turban merah menatap ke sebuah bola kristal. Ada seorang lelaki yang ditembakkan dari sebuah meriam, seorang pria superjangkung, seorang perem-puan seukuran boneka, gajah-gajah, artis-artis trapEze, seseorang berjanggut yang mengenakan gaun, seorang lelaki pelempar pisau, badut-badut, dan seorang lelaki dengan kepala yang berada di dalam mulut singa.
Wiggins mendapatkan ide. "Baiklah, Teman-Teman, pilihlah pemain sirkus masing-masing dan berbincanglah dengan mereka. Kita harus mengorek apa yang mereka ketahui tentang Walenda Bersaudara. Waktu bergulir begitu cepat."
Ketika Laskar Jalanan Ttcmu dengan Pemain Sirkus
Kandang singa, sebuah kerangkeng besar yang berada di atas sebuah kereta beroda empat, menjulang tinggi sekitar
satu setengah meter di udara, tepat di garis pandang Elliot. Elliot berjalan ke arah kucing-kucing raksasa itu yang terbaring malas hanya beberapa sentimeter dari jeruji. Jika saja singa-singa itu milikku, aku bisa mendapatkan segalanya. Orang-orang akan melihatku dan singa-singaku, dan akan sangat takut sehingga mau melakukan apa pun yang kuperintahkan.
"Mm-ma-afkan aku, bo-cah c-ci-cilik, jangan terlalu dekat dengan je-je-ru-ji." Seorang lelaki kecil berwajah pucat yang mengenakan pakaian kerja sirkus muncul tepat dari bawah kereta.
"Hanya melihat-lihat," Elliot berkata cepat.
"Me-mel-lihat-lihat boleh saj-saja jika waj-wajah-mu ti-tid-tidak mau dicak-cakar."
Elliot melangkah mundur. "Bukankah mereka ter-la-tih""
Lelaki itu tertawa. "Kau bisa mel-melatihhh merreka, tapi mereka tetap saja ses-seekor sisinga."
"Pernahkah mereka melukai Anda""
"Tidaaak, tapi aku meng-horr-hormati mereka, dan mer-reka mengenalku."
Elliot terdiam dan menatap si pelatih singa. "Apakah Anda tahu sesuatu tentang para pemain akrobat tali itu""
"Hanya saj-saja mer-reka tidak hat-hati-hati, dan me-reka sud-sudah meng-menghabiskan banyak waktu deng-dengan orang as-asing, yang sel-sela-lu mem-memmm-bawa kesialan."
"Apa maksud Anda""
Si pelatih memerhatikan Elliot dengan saksama sebelum berjalan ke belakang kereta. "J-j-ja-ngan ter-lalu dek-dek-dekat dengan jer-jerrrru-ji."
Rohan mencari-cari si lelaki perkasa tanpa hasil. Karena dia juga tinggi dan kuat, anak-anak lain mengira dia ingin mewawancarai lelaki itu. Aku lebih daripada sekadar ukuran raksasa, dia berpikir, lalu berbelok ke sebuah tenda kecil tanpa sadar.
"Siapa kau"" dua suara bertanya serempak. Rohan mendongak dan melihat dua wajah, yang bagaikan cermin, menatap ke arahnya. Wajah mereka lonjong, dengan kulit terang, dan mata seperti buah almond. Wajah-wajah cantik dan identik, kecuali make-up yang mereka pakai. Salah seorang dari mereka tampak lebih putih daripada yang lain, dengan bibir berwarna hitam dan alis
hitam yang melengkung ke atas dengan sudut tajam. Seorang lagi memiliki bibir berwarna merah muda dan bulu mata melengkung lembut berwarna kecokelatan. Mereka duduk berdekatan di sebuah bangku dengan punggung menghadap Rohan, sedang mengoleskan make-up.
"Bicaralah, apa maksud kedatanganmu"" dua perempuan itu berbicara serempak.
"Maafkan aku," Rohan berkata. "Aku masuk ke sini karena tersesat
"Kau tidak boleh gegabah masuk ke kamar orang lain seperti itu," kata si perempuan berbibir hitam.
"Dia sudah minta maaf," kata yang lain.
Dua perempuan itu bangkit dari bangku dan berbalik. Rohan mematung. Di hadapannya, ada wajah dua perempuan cantik di atas leher jenjang yang melekat ke satu tubuh, mengenakan jubah. Rohan menghitung: dua lengan, dua kaki, dan dua kepala.
"Jangan menatap seperti itu, tidak sopan," kata kepala sebelah kanan, yang berbibir hitam.
"Jangan terlalu keras, dia manis, dan sangat tampan," kata kepala sebelah kiri.
"Kau menggelikan. Dia adalah bocah India yang lusuh."
"Aku Angelina," kata si kepala kiri, "dan ini saudaraku, Balina, yang bertemperamen keras. Mereka menyebut kami kembar Jekyll dan Hyde."
"Aku Rohan," Rohan memperkenalkan diri.
"Sekarang, karena kita sudah berkenalan, kau
bisa meneruskan langkahmu." Balina berusaha berbalik, tetapi Angelina masih menatap Rohan, yang membuat sepasang kembar siam itu kehilangan keseimbangan. Rohan melangkah maju untuk membantu mereka.
"Terima kasih, tapi kami tidak apa-apa," Angelina tersenyum.
"Jangan sentuh kami!" Balina membentak.
"Aku harus pergi." Rohan bergerak menuju pintu keluar.
"Sirkus ini baru akan dibuka beberapa jam lagi. Apa yang akan kau lakukan"" tanya Angelina.
"Seharusnya dia tidak di sini. Aku akan memanggil salah seorang pekerja untuk mengusirnya," Balina mengancam.
"Balina, bersikap-baiklah. Dia hanya seorang anak lelaki. Apakah kau membutuhkan bantuan kami""
Rohan berpikir sesaat. "Tidak, Nona. Aku hanya melihat-lihat sirkus. Sungguh menyedihkan mendengar berita tentang Walenda Bersaudara. Aku selalu ingin menonton penampilan mereka."
"Kecelakaan itu sangat mengerikan," kata Angelina.
"Kecelakaan, n ah!" Balina memutar matanya. "Itu bukan kecelakaan. Seorang pemabuk iri berada di belakang kejadian itu."
"Diamlah, Balina! Jangan ganggu anak ini dengan gosip semacam itu." Angelina menoleh kembali ke arah Rohan dan tersenyum. "Datang dan kunjungilah kami di pertunjukan kecil nanti. Kami senang jika bisa bertemu denganmu lagi."
Of Di aula tambahan menuju tenda utama, Wiggins berdiri di sebelah meriam besar, bertanya-tanya apakah seharusnya dia mencari informasi dari pemain sirkus yang lain atau tidak.
"Kataku tadi, berapa lama kau telah menjadi manusia meriam"" Wiggins berteriak. "Aku tidak meriang!"
Kepala lelaki yang sedang dia ajak berbicara nyaris gundul, kecuali segumpal rambut keriting di atas kedua telinganya. Dia mengenakan celana hitam ketat dengan suspender yang menahan celana itu di bahunya, tetapi tidak mengenakan kemeja, dan dia lumayan pendek dan gempal.
"Meriaaammm!!!" Wiggins mengeja dengan
jelas. "Oh, aku mengerti," lelaki itu balas berteriak. "Aku telah melakukannya selama empat tahun! Namaku Clarence!"
Clarence melambai ke para lelaki di ujung lain meriam, dan mereka segera mengerek moncong meriam itu ke bawah.
"Apakah Anda takut""


Sherlock Holmes - Misteri Kematian Bintang Sirkus di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Berambut"" teriak Clarence. "Itu adalah pertanyaan pribadi. Tapi memang, aku dulu berambut, hingga api membakarnya sampai musnah."
Wiggins bertanya-tanya, bagaimana mungkin seorang lelaki konyol di depannya itu mampu menampilkan sebuah aksi yang membutuhkan keberanian besar. "Apakah Anda berteman dengan Walenda Bersaudara"" "Apa""
"Pemain akrobat tali!"
"Sebenarnya, aku juga ikut prihatin mendengar apa yang terjadi dengan mereka! Kadang-kadang, aku bertanya-tanya apakah aku harus mencari pekerjaan yang lebih aman dibandingkan di sini! Badut-badut itu benar-benar mendapatkan pekerjaan yang menjanjikan! Hanya memakai make-up, celana gombrang, sedikit menari di sana-sini, dan semua orang bahagia! Bagiku, selalu terdengar 'lebih tinggi, Clarence, lebih cepat, Clarence, lebih jauh, Clarence!' Tidak ada orang yang puas!" Manusia meriam menerawang. "Permisi, Nak, aku harus memeriksa bagian dalam dinding meriam kalau-kalau ada permukaan yang kasar. Hampir melukai kulit perutku bulan lalu!" Clarence memasukkan kepalanya ke dalam moncong meriam, dan berkata, "Mulus, mulus, ah, ya."
Ketika Alfie berjalan-jalan di arena, dia nyaris tidak dapat memercayai bahwa perempuan gemuk dan ramah yang baru saja berbicara dengannya memiliki janggut. Bagaimanapun, dia tetap terlihat cantik, dengan kemolekan yang ganjil. Alfie ingin terus tinggal dan berbicara dengannya, tetapi perempuan itu tidak tahu apa-apa soal Walenda Bersaudara.
Merasa kedinginan, Alfie berjalan menuju api
unggun yang berkobar di lapangan terbuka, tepat di dekat beberapa tenda yang lebih kecil.
Empat lelaki dan dua perempuan duduk mengelilingi api. Semua, kecuali satu orang, duduk di sebuah peti, membungkuk ke arah api. Lelaki itu berperawakan tinggi, dengan janggut hitam yang runcing, dan kepalanya nyaris botak. Dari sikap tubuhnya, tampaknya dia sedang berdebat dengan beberapa orang yang duduk. Alfie merundukkan tubuh dan merayap mendekat hingga dia bisa mendengar pembicaraan kelompok itu, menyelinap di belakang tumpukan kotak.
Lelaki yang berdiri itu menggosok-gosok kepala botaknya dan berkata, "Itu adalah kesempatan yang sangat besar, menurutku. Kita bisa melakukan keduanya, kalian tahu, kita bisa. Barboza sudah bertanya."
Salah seorang lelaki yang duduk berkata, "Demi Tuhan, Indigo, tubuh-tubuh jiwa malang itu belum mendingin. Kita tidak bisa menerimanya."
Salah satu perempuan berkata bahwa dia setuju.
"Aku benar-benar menghormati yang sudah meninggal, tapi kita harus memikirkan apa yang terbaik bagi kita dan sirkus ini. Barboza membutuhkan pemain akrobat tali, dan masuk akal jika kita menggantikannya. Sebelum aku bermain trapeze, aku dilatih untuk berjalan di atas tali. Aku bisa melakukannya, dan kebanyakan di antara kalian juga bisa. Barboza berkata, dia bahkan akan membayar kita untuk melakukan aksi ganda itu,
dengan bayaran berlipat untuk pekerjaan satu malam. Kita bisa menyebut diri kita 'Keluarga Terbang Jones, Kel
uarga Bangsawan Penguasa Ketinggian.'" Lelaki yang berdiri menggerakkan tangan di depan matanya seperti mengatakan bahwa dia telah memiliki bayangan tentang spanduk baru mereka.
"Indigo, kau gila," kata salah seorang lelaki. "Aku tak begitu paham; tapi aku sendiri menyukai gagasan mengenai gaji dua kali lipat," kata yang lain. "Barboza akhirnya akan mencari pemain pengganti akrobat tadi, jadi kita bisa mengambil pekerjaan itu dan meraup sebanyak mungkin keuntungan selama kita bisa. Aku mendukungmu, Indigo."
Berbagai pendapat bermunculan, sebagian setuju, sebagian tidak. Namun tampaknya si lelaki yang berdiri, Indigo Jones, merasa puas karena keluarganya mulai mengerti alasan dia mengajukan ini.
Dia mengangkat tangannya agar keluarganya diam. "Aku selalu menjunjung tinggi martabat klan kita. Kita pernah kehilangan kesempatan pada masa lalu. Kali ini, aku telah menciptakan kesempatan ini bagi kita, dan kita harus menjalaninya. Jika tidak, semua pengorbananku sia-sia belaka."
Indigo mengangkat kedua tangannya dengan sikap menenangkan ke arah orang-orang itu. "Semoga tidak akan jatuh korban lagi akibat ketakutan kita sendiri."
Alfie berusaha mencerna kata-kata lelaki ini, Indigo Jones, yang berbicara dengan sikap aneh.
Tetapi, kedengarannya dia baru saja mengakui telah melakukan kejahatan! Dengan perasaan penuh sukacita, seperti mendapatkan hadiah satu guinea yang akan dibelikannya butterscotch, Alfie segera berlari mencari temannya yang lain.
jggins Ivfenemukan Senjata Pembunuh
Pada jarak yang tak terlalu jauh dengan anak-anak, berada di antara beragam penampil sirkus, Holmes dan Watson sedang berbicara dengan manajer sirkus, Mr. Barboza, di depan tenda utama sirkus. Inspektur Polisi Lestrade dari Scotland Yard pun berdiri di dekat mereka.
Kumis pirang Barboza yang panjang serta rambut pirangnya yang ikal tampak sudah berantakan, dan kostumnya kusut, bagaikan dia mengenakannya sambil tidur.
"Mr. Holmes, apakah para pemain sirkusku itu adalah korban suatu kejahatan"" Dia mengucapkan huruf r dengan geraman di belakang kerongkongannya.
"Mr. Barboza, aku membutuhkan lebih banyak data sebelum bisa mengambil kesimpulan. Apakah benar Tempat Kejadian Perkara jatuhnya Walenda Bersaudara belum diganggu-gugat""
"Tidak sama sekali, Sir. Inspektur Lestrade sudah memeriksanya. Hanya jenazah-jenazah Walenda Bersaudara saja yang dipindahkan. Apakah kami
masih boleh menampilkan pertunjukan malam ini"" Barboza bertanya, sedikit penasaran.
"Aku rasa tidak ada alasan kuat tentang perlunya penundaan setelah Mr. Holmes menyelesaikan penyelidikannya," jawab Lestrade langsung. "Kami melihat hal ini hanyalah sebuah kecelakaan tanpa disengaja, disebabkan oleh tali yang rapuh. Mr. HolmeS hanya ingin membuktikan kebenaran teori-teorinya berkaitan insiden ini. Kami hanya memberikan pengamanan profesional, tidak lebih."
"Aku menghargai pengawalan tersebut, Inspektur. Ayo kita meneruskan pemeriksaan ke dalam tenda besar, Tuan-Tuan," Holmes berkata dengan bersemangat, melangkah mantap ke tenda utama.
Ozzie yang dari tadi menguping percakapan mereka, akhirnya merangkak keluar dari tempat persembunyiannya di bawah sebuah kereta, dan membayangi langkah Holmes. Hari ini Ozzie sangat beruntung. Bosnya, Crumbly, sedang tertidur pulas di flatnya, di lantai atas kantor, setelah semalam menghamburkan banyak uang shillingnya di pub. Ozzie mengetahui hal ini dari Frankie, juru duplikat utama.
Sebelumnya, setelah duduk di meja dan men-duplikat kertas-kertas selama hampir satu jam, Ozzie lalu mengangguk ke arah Frankie dan menyelinap keluar. Frankie hanya membalas anggukannya sekilas, menandakan bahwa dia akan
menutupi kepergian Ozzie jika Crumbly tiba-tiba sadar dari mabuknya.
Ketika Ozzie kembali ke pabrik kereta, ternyata tidak ada satu orang pun di sana. Akan tetapi, Wiggins telah menjatuhkan surat kabar yang menceritakan kisah Walenda Bersaudara, yang telah dilingkari Holmes dengan arang hitam. Ozzie langsung melompat ke belakang sebuah kereta yang mengarah ke utara, menuju Taman St. John.
Sekarang, ketika dia menyelinap diam-diam di sepanjang batas perkemahan, m
encari akses tersembunyi untuk masuk, dia merasakan suatu sensasi yang ganjil, seperti ada seseorang yang mengawasinya. Saat berbalik, dari sudut matanya dia melihat sesosok manusia-berjubah kabur.
Lantai tenda utama terdiri dari dua lingkaran besar, dikelilingi oleh bangku-bangku untuk penonton. Tiga tiang penyangga berdiri di bagian tengah tenda. Tali akrobat yang sebelumnya terentang di antara dua tiang, sekarang tergantung dalam dua bagian, dan masing-masing terjulur ke lantai dari atas tiang penyangga. Tiga titik cokelat di serbuk gergaji, membentuk huruf M tak beraturan, adalah satu-satunya hal yang menandakan peristiwa yang terjadi semalam sebelumnya.
Ozzie berusaha merangkak ke bawah tenda, di belakang bagian sebaris bangku. Dia mengamati dari kejauhan ketika Holmes memanjat pijakan kaki di
salah satu tiang, sekitar enam meter di udara, dan menarik kaca pembesarnya untuk memeriksa ujung tali. Setelah selesai, Holmes menuruni tiang, memanjat tiang yang lain, dan memeriksa ujung tali satunya.
Di sisi seberang tenda, Wiggins muncul dari tenda tambahan. Ozzie melihatnya berjalan ke arah Holmes. Dengan cepat, Ozzie menghadangnya sebelum Wiggins bisa menghampiri Holmes, dan menariknya ke belakang deretan bangku.
"Bagaimana kau bisa menemukan kami secepat ini"" tanya Wiggins.
"Aku menumpang satu-dua kereta. Apa yang terjadi""
Wiggins menerangkan tugasnya dan apa yang telah diketahui oleh anak-anak lain tentang kematian Walenda Bersaudara.
"Bagaimana dengan sang Pangeran" Apakah Master mengatakan sesuatu tentang peristiwa di Istana Buckhingham""
Wiggins menggelengkan kepala.
"Hmm," Ozzie berkata pelan. Meskipun dia tidak menyalahkan Wiggins karena tidak bertanya kepada Master tentang sang Pangeran, dia merasa penasaran, mengapa Holmes akan melibatkan dirinya sendiri dalam kasus kematian penampil sirkus, sehari setelah dia berkonsultasi dengan keluarga Kerajaan.
Melalui celah di antara deretan bangku, Ozzie dan Wiggins mengamati Holmes menuruni tiang.
"Lihatlah dia. Dia sama bersemangatnya dengan Alfie ketika mendapatkan sesuap penuh permen toffee," kata Ozzie.
Seperti seekor anjing bloodhound besar, Holmes sekarang merangkak dengan kedua kaki dan tangannya, bergeser di atas permukaan serbuk gergaji di lantai tenda. Dia mulai dari tepian terluar lingkaran, dan merangkak semakin ke dalam dengan gerakan spiral.
"Wiggins, sesuatu sedang terjadi." Wiggins mengangguk setuju. "Aku akan mencari tahu apa yang sedang terjadi."
"Bagus. Kalau begitu, temui aku di luar."
Ketika Ozzie mondar-mandir di luar tenda utama sambil menanti Wiggins, perasaan ganjil menyerangnya kembali. Dia memandang berkeliling, kemudian, ketika menyusuri koridor tenda-tenda dan deretan-deretan kursi, dia melihat sesosok kecil bertudung kepala menghadap ke arahnya. Berdasarkan instingnya, Ozzie tahu dia sedang diawasi. Mungkin orang ini menyembunyikan sesuatu, dia menduga.
Ozzie berjalan mengitari sebuah tenda yang lebih kecil, berencana untuk memutar ke belakang, mencari tahu siapa pun itu, dan berniat mengejutkannya. Tetapi, setelah berjalan sedikit, Ozzie kehilangan arah dan melangkah tepat di hadapan sosok bertudung kepala itu, yang memekik dan berlari.
Ozzie mengejarnya, berlari mengitari tenda-tenda yang lebih kecil, dan mengikuti orang itu masuk ke sebuah pintu. Dia berhenti berlari karena dihadang seorang perempuan, dengan mata gelap yang tajam.
"Siapa kamu, berani-beraninya masuk tanpa izin, ke dalam tenda Madam Estrella"" Sang peramal merentangkan lengannya dan menatap Ozzie dengan sangat tajam sehingga Ozzie merasa bagaikan terhipnotis.
"Bicaralah sekarang!"
Ozzie mulai terbatuk-batuk. Sebelum dia bisa mengatur napas, seseorang berbicara.
"Semua salahku, Mama. Dia mengikutiku." Di belakang Madam Estrella, sosok bertudung kepala itu menjatuhkan jubahnya, menampakkan wajah seorang gadis kecil seumur Ozzie. Kulitnya berwarna zaitun, dengan mata besar yang berwarna seperti anggur dikupas dan rambut panjang yang lurus. Sehelai syal sutra warna-warni membingkai keningnya, dan saat dia membuka rompi luarnya, Ozzie menyadari bahwa tepiannya terbuat dari b
eludru ungu. Gadis kecil itu terbungkus dari bahu hingga pergelangan kaki dengan pakaian berbahan dasar sutra. Ornamen-ornamen dengan batu-batu hiasan bergantung di telinganya.
"Pilar, terangkan padaku," Madam Estrella menuntut, matanya masih berfokus ke arah Ozzie.
"Baiklah, Mama, ada sekelompok anak lelaki berjalan-jalan di sekeliling arena sirkus, mengajukan banyak pertanyaan tentang Walenda Bersaudara.
Kupikir, dia adalah salah seorang dari mereka. Jadi, aku mengikutinya, dan yah, dia mengikutiku." Dia berbicara dengan suatu aksen bahasa Inggris, tetapi aura asing bahasa ibunya terselip di kata-kata tertentu.
"Seorang penyelidik," Madam Estrella berkata kepada Ozzie, menahan senyumnya. "Apakah kau bersama Scot-land Yard"" Dia adalah seorang perempuan berperawakan besar, dan tubuhnya terbungkus tunik beludru berkilauan, dihiasi oleh kancing-kancing emas, perak, dan mutiara. Sebuah turban sutra berwarna Jingga membungkus kepalanya, dan anting-anting lingkaran besar dari emas tergantung-gantung di telinganya.
"Aku hanya datang untuk menonton pertunjukan," Ozzie berkata dengan nada pelan.
"Pertunjukan tidak akan dimulai hingga berjam-jam kemudian," tukas Pilar.
"Aku tidak mengetahui itu, aku di sini hanya melihat-lihat binatang."
"Tidak ada binatang di tenda utama, hanya ada polisi," Pilar membantah.
Madam Estrella mengangkat alisnya. "Di mana orangtuamu, Anak Muda""
Ozzie tidak menyangka akan diinterogasi seperti itu, dan pertanyaan terakhir ini, meskipun paling mudah untuk dijawab, membuatnya goyah. "Mereka tidak ada di sini," dia berkata dengan gugup.
Madam Estrella memerhatikan Ozzie dengan saksama. "Apakah kau mau diramal"" dia bertanya.
Of Wiggins sedang membantu Holmes menyelidiki, ketika Alfie, yang melanggar instruksi Holmes sebelumnya, berlari ke arahnya dan membuka telapak tangannya. "Jika Anda tidak keberatan, Sir, aku ingin guinea-ku."
Holmes memerhatikan anak lelaki ini dengan penuh pertanyaan.
Alfie membungkuk sehingga orang lain tidak ada yang bisa mendengarnya. "Aku sudah menemukan para pembunuhnya," dia berbisik.
"Benarkah"" Holmes bertanya dengan nada sedikit meremehkan. "Kalau begitu, satu guinea menunggumu setelah kau menolongku menemukan senjata pembunuh itu, dan membuktikan teoriku."
"Ya, tapi Anda bilang ..."
"Sekarang juga, Nak!"
Alfie menatap Wiggins dengan penuh tanda tanya, tetapi Wiggins membalasnya dengan tatapan marah. Alfie lantas menjatuhkan diri dan bergabung dengannya di atas serbuk gergaji.
Sambil meneruskan penggaliannya, Holmes mengingatkan anak-anak itu agar sangat berhati-hati, karena objek misterius itu kecil, tetapi mematikan. Dia memeriksa serbuk gergaji itu dengan teliti, matanya memicing, bagai-kan seekor burung mengintai mangsanya.
Alfie merangkak dengan cepat, menendang-nendang serbuk gergaji bagaikan seekor hamster.
Watson, Barboza, dan Lestrade berdiri mengamati mereka seakan-akan tiga orang di hadapan mereka sudah gila.
Wiggins menepuk-nepuk serbuk gergaji dengan lembut sambil bertanya-tanya dengan sedikit penasaran, apa yang sebenarnya mereka cari. Dia mengamati gerakan Holmes yang cermat dan berusaha menirunya, meskipun tangannya terasa tebal dan kaku. Tetapi, Wiggins merasa bangga bisa bekerja sedekat itu dengan Holmes dan bersemangat karena mengingat hidangan pesta yang akan dia masak untuk anak-anak dengan uang bayaran mereka.
Lamunan Wiggins tiba-tiba buyar saat dia merasakan sengatan tajam di tangan kirinya. Rasa sakit itu menyengat bagaikan kilat menyambar lengannya. Wiggins berteriak ketika dia membalikkan telapak tangannya, menunjukkan sebuah objek panjang mirip peniti yang berdiri tegak di bagian tengah telapaknya.
Sebelum Wiggins bisa merespons, Holmes menyambar pergelangan tangan kirinya dengan cepat, mengeluarkan kaca pembesarnya, dan memeriksa peniti itu. Panjangnya kira-kira sama dengan jari telunjuk Holmes, dan tampak seperti peniti tebal, dengan rongga yang dibuat di pusatnya. Sebuah silet kecil menempel di dalamnya. Holmes bergumam kepada dirinya sendiri dengan keras, "Keterampilan seorang genius." Kemudian, dengan suatu tarikan cepat, dia mencabut peni
ti itu dari tangan Wiggins.
Wiggins mengerenyit dan menggigit bibirnya
untuk menahan tangis. "Pekerjaan yang bagus, Nak," Holmes menepuk bahu Wiggins pelan. "Watson, coba lihat, apakah kau bisa melakukan sesuatu terhadap teman kita ini." Holmes menunjuk ke luka di telapak tangan Wiggins, memberinya sehelai saputangan bersih untuk menyeka darah, dan kembali memerhatikan peniti.
Dengan kedua tangan, Holmes menekan benda itu kuat-kuat untuk menutupnya, dan meletakkannya di dalam sebuah amplop kecil yang dia ambil dari saku rompinya.
"Lestrade, Anda sudah mendapatkan pembunuh tiga orang itu di tangan Anda," Holmes berkata dengan tegas.
"Pembunuh! Lebih banyak teori, Mr. Holmes"" Lestrade melipat lengannya di depan dada.
Alfie tidak bisa menahan diri untuk memerhatikan bahwa wajah masam sang Inspektur tampak sedikit mirip wajah Shirley.
"Aku telah memeriksa ujung-ujung tali ini sendiri," Lestrade melanjutkan. "Dan ujung-ujungnya sudah jelas koyak, menunjukkan bahwa tali ini putus karena tekanan, bukan karena suatu kejahatan disengaja."
"Aku yakin Anda telah melihat seluruh hal yang perlu dilihat di sini, Lestrade; tetapi Anda kurang teliti melihat suatu tanda. Bisakah Anda memerintahkan anak buah Anda untuk menurunkan tali akrobat itu ke lantai" Sementara itu, Mr. Barboza, Anda mungkin bisa menjawab beberapa pertanyaan."
"Ayo kita mulai dengan tanggal lahirmu," Madam Estrella dan Ozzie duduk berhadap-hadapan di sebuah meja bundar kecil dengan sebuah bola kristal di tengah-tengahnya. Pilar berdiri beberapa meter dari mereka, lengannya bersilang di depan dada, mengamati dengan tidak sabar. "Sepuluh Oktober, 1877."
"Sebentar lagi kau berulang tahun," Pilar berkata dengan dingin.
"Cal/ate, Hija-hus, diamlah, Putriku. Berikan tanganmu padaku, Anak Muda."
Dengan ragu-ragu, Ozzie menurut. Madam Estrella memejamkan matanya, memiringkan kepala, dan bergoyang-goyang di kursinya. Dia mulai menggumam.
Ozzie merasa tidak enak sendiri. Seharusnya dia mengumpulkan informasi untuk Master, bukannya membuang-buang waktu untuk diramal seperti ini.
"Aku ingin kau menjaga agar pikiranmu tetap kosong, Anak Muda, dan berhenti mempertanyakan kekuatanku." Madam Estrella menarik tangan Ozzie lebih dekat. Dia memejamkan mata lagi dan meneruskan bergumam. Ketika berbicara, suaranya dalam dan rendah. "Tahun-tahun mendatang akan penuh
tantangan dan kemenangan besar. Ruh-ruh memberi tahuku jika seseorang menjagamu. Aku melihat sesosok lelaki, tapi wajahnya tidak jelas. Aku melihat gumpalan awan-awan kecil ... tapi tunggu. Sekarang aku melihat bayangan, dan aku mendengar suara biola. Seorang perempuan, cantik, lemah lembut, dengan rambut berwarna cokelat kemerahan, digulung menjadi sanggul, dia tersenyum, dia berusaha memberi tahu sesuatu kepadaku, tapi ... tapi "Apa"" tanya Ozzie.
Pendekar Panji Sakti 6 Ramalan Malapetaka The Prophecy Karya David Seltzer Istana Pulau Es 15
^