Kematian Bintang Sirkus 2
Sherlock Holmes - Misteri Kematian Bintang Sirkus Bagian 2
"Dia terbatuk-batuk. Dia melambai-lambai, seolah mencoba menyuruhmu pergi."
Kening Ozzie mulai terasa panas, dan dia mencoba menarik tangannya dari Madam Estrella, tetapi perempuan itu menahannya dengan cengkeraman kuat. Apakah Madam Estrella benar-benar melihat ibunya" Ozzie ingin pergi, tetapi saat ini dia harus mendengar lebih banyak lagi. Ibu dan musik dari biola" Apakah ayahnya adalah seorang pemain biola"
"Sekarang aku melihat seorang perempuan tua di atas kursi goyang. Dia bergoyang-goyang dan menunjukmu, berkata, 'Aku tahu, aku tahu.' Aku melihat sosok lain. Lelaki. Dia tinggi dan gempal, dan dikelilingi oleh lapisan es. Dia membawa sesuatu di kepitan lengannya, sebuah pintu kecil atau sebuah kotak dengan sedikit tumpahan sesuatu dari tepiannya. Es di sekelilingnya sedang mencair, menyebar. Banjir bandang." Madam Estrella mulai terengah-engah. Ozzie merasakan wanita itu gemetaran hebat. Madam Estrella terkesiap,
kemudian terburu-buru membuang muka dari bola kristal, sambil menjatuhkan tangan Ozzie. Dia menyeka keningnya dengan lengan baju, yang tampaknya menandakan bahwa ramalannya sudah berakhir.
"Ada apa"" tanya Ozzie. "Apa yang Anda lihat""
Madam Estrella menggelengkan kepala, seakan mencoba mengusirpenglihatan dari kepalanya.
"Katakan padaku," Ozzie menuntut, dan masi
h merasakan keterkejutannya.
"Putriku berkata kau mencari informasi tentang Walenda Bersaudara," suara Madam Estrella terdengar berbeda saat ini, santai, nada percakapan biasa.
Apakah perempuan tua yang dilihat Madam Estrella adalah Nenek Agatha" Mengapa Madam Estrella tidak mau mengungkapkan lebih banyak hal kepadanya" Apakah yang telah dia lihat terlalu mengerikan untuk dikatakan"
"Jika kematian Walenda Bersaudara bukan sekadar kecelakaan, kau harus mempertimbangkan siapa yang diuntungkan ..." Madam Estrella mulai berbicara.
"Jones Bersaudara!" Pilar berseru menyela.
"... dan orang-orang yang membenci mereka." Madam Estrella mengerutkan kening ke arah Pilar. "Sang pelempar pisau, Zoloft, membenci Walenda Bersaudara."
"Itu gara-gara Penelope!" Pilar berkata.
"Mungkin kau ingin jadi juru bicaraku, Hija," Madam Estrella berkata, tampak sedikit kesal.
"Baiklah, Mama, bagian ini hanya gosip. Semua orang tahu bahwa asisten Zoloft, Penelope, kabur dengan adik bungsu mereka, Cesar Walenda, dan Zoloft mencintai Penelope, hingga sekarang dia membenci Walenda Bersaudara."
"Omong kosong," kata Ozzie. "Mereka sudah tewas, jika kau mengingatnya." Ozzie menyadari bahwa dia tidak akan mendapatkan lebih banyak informasi. Dia tidak sepenuhnya yakin bahwa dia bisa memercayai informasi yang meragukan ini. Lagi pula, informasi ini membuatnya gugup. "Madam Estrella, aku menghargai ... menghargai ..."
"Ramalannya," Pilar berkata.
"Ramalannya," Ozzie menyelesaikan ucapannya. "Tapi, aku benar-benar harus bertemu teman-temanku."
"Satu hal lagi, Anak Muda, dan ini bukan gosip." Madam Estrella berdiri, meletakkan tangannya di pundak Ozzie, dan menatap ke matanya. "Kau harus berhati-hati terhadap orang asing."
mes Menguak Kejahatan Wajah Barboza memerah, entah karena frustrasi atau amarah, tidak ada yang bisa menentukan. Dia bukan seseorang yang bisa menjawab pertanyaan dengan tenang. Semakin dia merasa gugup, aksennya semakin berubah dari aksen Eropa Timur menjadi aksen khas daerah lokal. "Mr. Holmes, Walenda Bersaudara adalah orang-orang baik, teman-teman ramah yang rukun dengan para pekerja sirkus lain. Hanya saja akhir-akhir ini mereka mengasingkan diri saat mulai akrab dengan seorang teman mereka yang mengaku sebagai penjual tali. Aku sendiri membeli beberapa tali darinya."
"Apakah dia menjual tali ini pada Anda"" Holmes bertanya, menunjuk tali terputus yang terletak di hadapan mereka.
"Tidak, Sir, aku tahu suatu fakta bahwa mereka membeli tali ini dari sumber yang berbeda. Aku melihat mereka merentangkannya kemarin. Yang bisa kukatakan kepada Anda adalah bahwa si penjual tali menghabiskan waktu cukup banyak bersama Walenda Bersaudara pada malam sebelum
kejadian. Tampaknya dia, yah, ini mungkin terdengar ganjil, tidak puas dengan hasil penjualannya."
"Apakah Walenda Bersaudara memiliki musuh"" tanya Watson, yang hingga saat itu masih membisu.
"Musuh!" Barboza berteriak, kemudian terdiam dengan gugup. "Aku memastikan bahwa Walenda Bersaudara tidak mempunyai musuh. Kami adalah satu keluarga besar Sir, mungkin sebuah keluarga yang tidak lazim, tetapi masih tetap bisa dikatakan sebagai keluarga."
"Keluarga Jones membenci Walenda Bersaudara," Alfie menyembur. "Mereka ingin Walenda Bersaudara mati."
"Siapa bocah ini"" Barboza bertanya.
Wiggins menatap Alfie untuk memperingatkan dan membekapkan tangannya di mulut temannya itu.
"Jangan dengarkan anak ini. Dia memiliki imajinasi yang terlalu aktif. Saat ini, aku mengetahui bahwa ada kematian tiga orang yang terjadi di sini, tapi ternyata ada empat orang Walenda Bersaudara. Di mana yang keempat"" Holmes mengamati Barboza dengan saksama.
"Aku harus mengatakan, Mr. Holmes, Anda memang telah menyelidiki sedikit tentang keluarga kecil kami. Ya, memang ada empat orang Walenda. Yang paling muda adalah Cesar, seorang pemuda tampan dan lemah. Dia menghilang bersama seorang gadis, asisten salah satu penampil sirkus kami, kira-kira tiga hari yang lalu. Tidak ada orang, termasuk Walenda Bersaudara sendiri, mengetahui
ke mana mereka pergi. Sepertinya, masalah itu berkaitan dengan urusan hati."
Lestrade menyela. "S
emua tidak bermasalah, Mr. Holmes. Sebaiknya Anda menunjukkan bukti-bukti bahwa ada suatu kesalahan di sini."
"Aku rasa lebih baik begitu, Holmes; kau membuat kami merasa tegang," Watson menambahkan.
"Tuan-Tuan, Anda semua memang benar. Ayo kita mulai dengan tali yang telah disabotase." Holmes mengangkat salah satu ujung tali.
Wiggins dan Alfie bergerak mendekati mereka untuk memerhatikan.
"Sudah jelas tali ini koyak, Holmes, yang menunjukkan bahwa tali ini putus karena tekanan," Lestrade berkata.
"Ya, memang koyak, Lestrade, tapi bukan terputus karena tekanan seperti biasanya. Aku pernah belajar secara formal tentang tanaman rami beserta kegunaannya. Sebenarnya, aku berencana untuk menulis suatu stensilan tentang masalah itu. Ini adalah cara pemotongan tali paling cerdas yang pernah kulihat, atau kubaca, dari semua kasus, termasuk kasus si algojo Cardiff yang mendapatkan bayaran tinggi untuk melakukan tugasnya, di mana dengan keterampilannya mengiris simpul di ujung tali dengan cara tertentu, sehingga akan memutus tali tepat sesaat sebelum klien-kliennya tercekik." Holmes mengusapkan tangannya ke serpihan koyak tali itu.
"Silakan, coba perhatikan bagaimana keadaan tali ini. Sebagaimana yang diterangkan oleh Lestrade secara apik, tali ini koyak, tapi lihat apa yang terjadi jika aku menyelipkan ujung serpihan tali ini ke dalam. Lihat bagian tengah tali."
"Benar-benar mulus," Watson mengamati. "Bagaikan baru saja dipotong," kata Wiggins.
"Tepat sekali. Seorang penjahat genius melakukan sabotase terhadap tali ini dengan memotong bagian tengahnya, sehingga akan terlihat oleh Walenda Bersaudara, atau orang lain, tetap kukuh, padahal sebenarnya serat-serat di bagian tengah tali sudah diiris, menampakkan tali itu utuh, padahal serat-serat bagian dalamnya sudah putus. Hanya setelah dibebani oleh ketiga Walenda itu selama beberapa waktu, tali itu terurai dan putus, menciptakan serat-serat yang terkoyak. Jika kalian melihat ujung di tali yang lain, keadaan akan tampak sama."
Mata Lestrade melebar. "Tapi, alat apa yang bisa mengiris seperti itu" Alat itu harus bisa mengiris tali dari bagian dalam ke arah luar."
"Cemerlang, Lestrade, pengamatan Anda membuatku kagum," Holmes mengeluarkan amplop dari saku rompinya dan menarik keluar benda yang mirip sebatang jarum besar dengan salah satu ujungnya yang datar.
Wiggins dan Alfie mengulurkan leher mereka untuk melihat.
"Sebatang jarum, Holmes"" Watson bertanya seolah tidak percaya.
"Tidak seperti itu, tepatnya," Holmes memutar jarum itu dan perlahan-lahan menarik ujungnya
hingga lepas, menampakkan bagian tengahnya yang berupa silet. Sebuah putaran lagi, dan jarum itu terkunci dalam posisi terbuka dengan silet yang terekspos. Panjang seluruh alat ini hanya sekitar delapan sentimeter sama dengan diameter tali yang besar-tali akrobat.
"Pikirkan keahlian yang dimiliki orang itu saat menciptakan alat kecil ini, Tuan-Tuan. Kecerdasan dan keterampilan. Dengan memegang ujung datar instrumen ini, si pembunuh menusukkan ujung runcingnya ke dalam tali; kemudian dengan putaran kecil dan tarikan, dia mampu membuka silet dan mengunci alat ini sehingga siletnya akan tetap terbuka. Dengan beberapa gerakan kecil maju mundur, dia mengiris serat-serat di bagian dalam tali tanpa kerusakan di bagian luar."
"Tapi, mengapa si pembunuh meninggalkannya di dalam"" tanya Wiggins dan Watson serempak.
"Ah, itu triknya. Bahkan alat yang paling sempurna pun memiliki kelemahan. Setelah dibuka dan dikunci, alat ini tidak bisa ditutup tanpa bantuan sebatang tuas. Tidak diragukan lagi, setelah penjahat kita menyelesaikan pekerjaannya, dia tidak bisa menutup instrumen ini dan menyembunyikannya dengan mendorong alat ini hingga benar-benar masuk ke dalam tali. Ujung datarnya yang kecil akan tetap terlihat, tapi seperti yang Anda semua lihat, ukurannya tidak lebih besar daripada ujung sebatang pensil. Dia mengetahui bahwa benda ini pasti sulit ditemukan."
Barboza menatap Holmes, seluruh prasangkanya sudah menghilang. "Tapi, kenapa ada orang yang begitu ingin membuat masalah dengan tiga orang ini ...""
"Mr. Barboza, aku mendapa
tkan informasi bahwa, sebelum bergabung dengan bisnis pertunjukan ini, Anda dikenal sebagai Mr. Able Price. Dan pertanyaan tadi adalah hal yang harus kuselidiki. Lestrade, aku akan mengontak Anda di Yard malam ini, dengan laporan semua yang telah kuketahui. Omong-omong, Mr. Price, apakah Anda sudah menemukan atraksi pengganti Walenda Bersaudara""
Barboza, atau Price, dengan terkejut menjawab sambil tergagap, "Ya ... ada artis-artis trapeze, Keluarga Terbang Jones, yang sekarang akan berjalan di tali."
"Sangat bagus," kata Holmes. "Ayo, Watson, kita harus segera pergi." Holmes menoleh ke arah Wiggins dan Alfie, lalu berjalan keluar tenda, memberi mereka sebuah anggukan agar menuju keretanya. Sementara, Wiggins dan Alfie mengikutinya dengan patuh.
"Coba lihat, aku benar, kan, tentang keluarga Jones. Apakah sekarang aku akan mendapatkan guineaku"" tanya Alfie dengan bersemangat. "Tidak akan pernah," sahut Watson. "Aku tidak bertanya kepada Anda, Sir," kata
Alfie. Wiggins meletakkan tangannya di pundak Alfie dan menatap Holmes. "Anda ingin kami melakukan apa selanjutnya, Mr. Holmes""
Holmes tersenyum. "Ah, Wiggins. Selalu siap
untuk komando berikutnya. Anak baik. Aku yakin tanganmu akan cepat sembuh."
Wiggins mengangguk, meskipun sebenarnya telapak tangannya masih berdenyut-denyut.
"Baiklah. Fokuskan penyelidikan kalian kepada Zoloft si pelempar pisau dan Keluarga Terbang Jones," Holmes melanjutkan. "Teman kecil kita yang berambut pirang mungkin belum bisa mendapatkan guineanya. Aku berencana melakukan penyelidikan lain. Aku ingin membeli beberapa tali."
Jff^ikar Jalanan Ber t em u dengan Pilar PADA SAAT LASKAR JALANAN berkumpul di dekat komidi putar dan mendiskusikan langkah mereka selanjutnya, Pilar datang mendekat. Dia melambai ke arah Ozzie sambil tersenyum, seolah mereka telah merencanakan akan bertemu di tempat itu.
Ozzie mengerut karena malu.
Alfie mendongak dan menyeringai, "Siapa dia"" Dia sedang menggambar sebuah diagram arena sirkus di lumpur dengan jarinya. "Kita tidak mengizinkan ada gadis kecil yang bergabung dengan geng ini, kan""
"Gadis-gadis adalah sebuah benda konyol," Elliot terbatuk-batuk dan meludahkan segumpal dahak. Tetapi, matanya memerhatikan rompi Pilar dengan penuh rasa kagum. Namun, dia merasa bisa menjahit sebuah celana panjang yang lebih bagus untuk dirinya sendiri dengan kain semewah itu.
Ozzie menceritakan tentang Pilar kepada teman-temannya.
"Jadi, ini teman-temanmu," Pilar mengamati mereka, mendekat, dan memosisikan dirinya di
antara Ozzie dan Wiggins. Dia sama tinggi dengan Wiggins.
Ozzie tersenyum lemah. Wiggins membungkuk di hadapan Pilar ke arah Ozzie dan berbisik mencemooh, "Tidak ada waktu untuk beromong kosong, Oz. Kita sedang bekerja di sini."
Anak-anak lain meledak tertawa.
Pilar mengabaikan anak-anak lelaki itu dan memanjat dengan penuh keyakinan ke sebuah kuda komidi putar berwarna merah muda berhias emas yang sedang setengah mendompak. Dia mengelus-elus surainya yang terbang. "Aku tinggal di sini, dan aku lebih tahu tentang sirkus ini daripada siapa pun. Jika kalian ingin mengungkapkan apa yang terjadi dengan Walenda Bersaudara, berarti kalian membutuhkan aku."
Di kejauhan, terdengar lengkingan suara seekor gajah.
"Kami tidak membutuhkan bantuan seseorang, terima kasih," Ozzie berkata kepadanya dengan sopan.
"Dari apa yang kulihat saat ini, kalian membutuhkannya." Pilar menyunggingkan senyuman lebar yang puas. Ketika bibirnya melengkung ke atas, tulang pipinya naik ke kerut di sudut matanya, membuatnya tampak lembut sekaligus keras pada saat yang bersamaan.
"Apakah kau tahu siapa kami, Gadis Kecil" Kami adalah Laskar Jalanan Baker Street." Wiggins terdiam, menunggu PilaR mengenali sesuatu.
Pilar menatapnya dengan nanar.
Wiggins menepuk dadanya. "Kami ada di sini karena dipilih oleh detektif terbaik di London, Mr. Sherlock Holmes, untuk bekerja dalam kasusnya yang paling rumit. Ini adalah pekerjaan yang berbahaya." Dia mengangkat tangannya yang terbalut perban.
Pilar tidak tampak terkesan. "Apakah dia adalah lelaki yang bersama polisi" Lelaki yang tinggi dan kurus""
Ozzie tiba-tib a tersadar. "Kami tidak akan menjawab pertanyaan lain lagi. Rekan-rekanku dan aku harus mendiskusikan suatu hal. Jadi, jika kau tidak berkeberatan
"Kalian masih ada di sini, jadi itu artinya dia ingin kalian menyelidiki lebih jauh. Kalian harus menyelidiki Zoloft dan Keluarga Jones." Pilar memeluk tiang komidi putar dengan sebelah tangannya dan mengetukkan jari telunjuk tangannya yang lain ke bibirnya. Tatapannya melayang ke tenda-tenda yang lebih kecil, yang tersebar di sekitar tenda utama. Dan dia berkata, terdengar lebih seperti berbicara sendiri, bukan kepada anak-anak lelaki itu, "Aku bisa menolong kalian."
Anak-anak lelaki itu mulai mengerang dan terkekeh. Tetapi, Ozzie melunak, berpikir bahwa Pilar mungkin berguna.
Wiggins menyadari perubahan hati temannya. "Aku tahu, bagaimana jika kalian; Oz, Alfie dan gadis kecil ini, pergi menemui si pelempar pisau, dan sisanya akan menemui Keluarga Jones""
"Yah, aku ..." Ozzie tergagap.
"Ini adalah ide bagus," Pilar berkata, melompat dari kuda komidi putar. "Keluarga Jones akan berada di karavan mereka, di seberang jalan atau berlatih di tenda utama. Zoloft ada di tendanya." Pilar menunjuk ke masing-masing arah.
"Aku tak mau pergi dengan seorang anak perempuan." Alfie menyilangkan lengannya dengan nada memprotes.
Pilar mengetuk-ngetukkan jari ke sikunya dan mengeluarkan desahan tidak sabar.
Wiggins berpikir sesaat. Dia tahu Rohan bisa dipercaya untuk menjaga yang lain, dan mengendalikan agar mereka tetap berkonsentrasi pada penyelidikan. "Aku yang akan pergi bersamamu, kalau begitu, Oz," Wiggins menawarkan. "Rohan, kau dan yang lain pergi menemui Keluarga Jones."
Rohan mengangguk setuju. Sebelum Wiggins memberikan instruksi lebih lanjut, Pilar mengamatinya dan berkata, "Baiklah. Ikuti aku. Tenda Zoloft ada di sana."
Kct i ka Pi la r jjjJJ^bnemm Zoloft ng Pelempar Pisau
Ozzie dan Wiggins berusaha mengimbangi langkah cepat Pilar menyeberangi arena sirkus, sementara anak-anak lain terburu-buru pergi bersama Rohan.
"Ceritakan pada kami tentang sang pelempar pisau," kata Ozzie.
"Zoloft adalah seorang lelaki aneh dengan temperamen yang buruk. Aku tidak menyukainya. Asistennya, Penelope, adalah seorang gadis cantik. Dia adalah temanku. Saat aku masih kecil, Penelope biasa membantuku melatih bahasa Inggrisku. Sebagai balasan, aku mengajarinya bahasa Spanyol dan Romani, bahasa kaum Gypsi. Tahun lalu, saat ulang tahunku yang kesepuluh, dia membuatkan rompi ini." Pilar mengangkat ujung-ujung rompinya, memerhatikannya dengan pedih, kemudian melepaskannya. "Zoloft ingin menikahinya, tapi Penelope masih terlalu muda baginya. Entah bagaimana, dia berhasil menolak keinginan Zoloft, namun masih tetap bekerja untuk sang pelempar pisau. Aku merindukannya." Suara Pilar bergetar ketika mengucapkan kalimat terakhir ini.
Ozzie bertanya dengan canggung, "Jadi, apa yang terjadi dengannya""
"Penelope dan Cesar Walenda sering menghabiskan waktu bersama-sama. Penelope hanya mau bercerita sedikit kepadaku, tapi aku bisa merasakan perbedaannya akhir-akhir ini, lebih gembira. Zoloft menjadi curiga dan cemburu. Aku pernah melihat Zoloft berteriak kepada Penelope suatu malam, lalu mencoba memukul gadis itu. Dia dan Cesar menghilang tiga hari yang lalu, dan sejak saat itu tidak ada orang yang pernah mendengar kabar dari mereka. Zoloft sekarang menghabiskan seluruh waktunya di tenda."
"Apakah dia seharusnya tampil"" Wiggins bertanya.
"Ya, tapi tidak ada yang mau menjadi asistennya. Jadi, aksinya terbatas dan tidak menarik kegairahan para penonton."
Ozzie bergumam sambil berpikir. "Mungkin kita bisa menggunakannya."
"Apa maksudmu, Ozzie""
"Fakta bahwa Zoloft membutuhkan seorang asisten, untuk bisa berbicara dengannya. Aku bisa berkata kalau aku mencari pekerjaan dan bersedia membantunya."
Wiggins mengangguk penuh kekaguman. "Kau selalu memiliki rencana, Oz."
Pilar tertawa. "Siapa yang pernah mendengar atraksi lempar pisau yang memiliki asisten seorang anak lelaki""
Ozzie dan Wiggins terdiam. Sebenarnya,
keduanya belum pernah melihat atraksi lempar pisau dan tidak yakin apa yang biasanya dilakukan oleh seorang a
sisten. Ketika ketiganya mencapai sebuah tenda berukuran sedang dengan sehelai tirai satin merah di pintu, Pilar berhenti. "Aku yang harus melakukannya. Aku bisa menawarkan diri untuk menjadi asistennya. Dia mengenal siapa aku, dan dia tahu, kadang-kadang aku membantu ibuku dalam pertunjukannya. Kalian berdua diam di sini dan dengarkan. Aku akan mencoba membuatnya terus berbicara, mungkin dia akan mengungkapkan sesuatu."
"Kau bukan seorang penyelidik berpengalaman," bantah Ozzie. "Kau akan membuatnya curiga."
"Jika kalian bergerak ke sisi tenda, mengangkat lembaran penutupnya sedikit, dan mengintip, kalian bisa melihat apa yang terjadi. Aku akan memastikan dia menghadap ke arah lain sehingga dia tidak akan menyadarinya."
Kedua anak lelaki itu berusaha mencegah Pilar, tetapi dia sudah menarik tirai ke samping dan melangkah masuk.
"r Anak-anak lain telah menemukan Keluarga Jones di tenda utama.
"Mereka sedang berada di tali akrobat yang tinggi. Bagaimana kita melakukan tugas kita dengan posisi mereka di atas sana"" Elliot merasa frustrasi, kondisi yang menyebabkan pipinya merona merah
dan ujung-ujung telinganya terasa panas.
"Kita harus menunggu," Rohan berkata kepadanya.
Alfie duduk di lantai, di balik deretan tempat duduk bersama yang lain, dan membiarkan Shirley merangkak keluar masuk lengan bajunya. Wiggins telah menitipkan musang itu kepadanya sekarang. Sementara berjalan-jalan di arena tadi, Alfie telah melihat seorang anak lelaki yang melatih burung kenari untuk mengendarai sebuah kereta kecil dan berjalan di tali akrobat, serta tikus-tikus yang dapat memanjat tiang dan menurunkan bendera. Sudah tentu, aksi itu akan menghasilkan banyak uang koin di jalanan, pikir Alfie, saat Shirley merayap di lengan kirinya, menyeberangi bahunya, kemudian turun ke sebelah kanan. Dia berencana untuk menyuruh Wiggins melatih Shirley untuk beraksi dalam sirkusnya sendiri. Sementara itu, dia dan anak-anak lain menunggu di bawah stan-stan dalam tenda utama sambil memerhatikan Keluarga Jones melatih atraksi mereka.
"Ingatlah sekarang, saat kita membuktikan bahwa mereka adalah orang yang bersalah, aku akan mendapatkan guineaku," Alfie mengingatkan semua orang.
"Jika kau tidak menghabiskan uang shillingmu untuk menonton film murahan tempo hari, kau pasti tidak akan begitu mengharapkan guinea itu," Elliot berkata. "Sirkus ini bahkan belum buka, jadi kau telah dirampok, membayarkan shilling itu untuk menonton mereka berlatih."
Alfie mengabaikan logika pernyataan Elliot dan menepuk-nepuk Shirley. "Kau hanya iri karena ketinggalan acaranya. Film itu tentang pembunuhan seorang perempuan. Dia benar-benar cantik. Mereka memperlihatkan wajahnya sebelum dia tewas, tampak begitu molek di atas ayunan di taman. Kemudian, setelah dia tewas, hantunya menemui ibunya selama tiga malam berturut-turut. Hantu perempuan itu yang menuntun mereka menemukan pembunuhnya!"
Rohan meletakkan tangannya di atas kepala Alfie. "Hus, diamlah Sobat, atau kau akan membongkar penyamaran kita."
Anggota Laskar Jalanan yang lain duduk diam-diam, menonton keluarga Jones berjalan di atas tali. Kegairahan dalam pengintaian di sirkus itu telah memudar, dan saat ini mereka kelelahan, juga kelaparan.
Dengan bingung, Ozzie dan Wiggins saling berpandangan dan berlari ke tempat yang disarankan Pilar. Mereka menjatuhkan diri ke dalam jerami dan dengan hati-hati mengangkat lembaran tenda. Wiggins berusaha membersihkan permukaan tanah di sekeliling mereka. Jerami nyaris selalu menyebabkan serangan alergi atau asma pada Ozzie.
Bagian dalam tenda itu sangat gelap dengan hanya sebuah cahaya biru yang berasal dari lentera. Di atas lantai bertebaran botol-botol kosong
minuman keras, piring-piring dan mangkuk-mangkuk yang rusak, cerutu dan kotak-kotak biskuit, serta pakaian-pakaian yang berbau masam. Peti-peti terbuka dipenuhi oleh benda-benda ganjil yang menakutkan: rantai; bilah gergaji dengan gigi-gigi tajam; kail-kail panjang yang mirip tombak; sebuah gada; dan segulung tali.
Mata Pilar masih beradaptasi dengan kegelapan ketika dia melihat lingkaran putar yang digunakan Zoloft dalam atraksi
nya. Lingkaran itu berukuran setinggi orang dewasa. Tali-tali kulit yang tebal dengan gesper-gesper mengerikan tergantung di lingkaran tersebut. Meskipun Pilar sering masuk ke tenda-tenda sirkus lain, sesuatu tentang Zoloft membuatnya gemetaran.
Suara berkeresak terdengar dari arah dipan. Pilar menoleh ke sudut tenda dan, dalam kerema-ngan cahaya lampu, dia melihat Zoloft mengayunkan kakinya ke samping dan duduk sambil mengerang. Zoloft menggosok-gosok matanya dan menatap Pilar.
Zoloft membesarkan cahaya di I entera, dan Pilar merasakan kakinya terpaku ke tempat dia berpijak.
"Apakah kau benar-benar nyata"" tanya Zoloft. "Atau, kau makhluk gaib""
Saat itu juga Pilar menyadari, lewat sudut matanya, Ozzie dan Wiggins sudah melongokkan kepalanya di bawah tepian tenda.
"Ini aku, Pilar," dia menjawab, mengumpulkan keberanian.
Ekspresi Zoloft tampak tidak berubah. Dia melambai. "Mendekatlah."
Pilar melangkah dengan ragu-ragu ke arah Zoloft.
"Putri sang Peramal, apa yang kau inginkan" Orang-orang Gypsi membawa kesialan bagiku."
Zoloft berusaha bangkit. Titik-titik janggut hitam di wajahnya yang belum dicukur, mata merah yang berair, serta rambut hitam kotor yang berdiri dalam gumpalan-gumpalan kaku menandakan bahwa dia baru saja bangun tidur. Sehelai kemeja besar berwarna putih yang sudah kotor membalut perutnya yang buncit. Dia melangkah ke meja di dekatnya dan meraba-raba tumpukan benda di atasnya. Botol-botol kosong berdenting.
"Aku ikut prihatin mendengar kabar Penelope. Aku juga kehilangan dia. Dia adalah teman baikku."
Zoloft terdiam. "Apa, apa"" Dia terhuyung-huyung berjalan mendekati Pilar, mengangkat kepalan tangannya, dan menyambar leher mantel gadis kecil itu. "Jangan pernah lagi menyebut-nyebut namanya!" Zoloft berseru dan meludah, matanya membara.
Paru-paru Pilar bagaikan akan meledak, dan dia terengah-engah menghirup napas.
Ozzie merasakan bagian belakang kerongkongannya mulai terasa gatal. Dia menelan ludah dan menarik napas pelan-pelan, ketika dia dan Wiggins bermaksud menarik tubuh mereka dari bawah tenda untuk menolong Pilar.
Kemudian, dalam waktu sekejap, suasana hati
Zoloft berubah. Dia berputar membelakangi Pilar, kem-bali ke arah meja, dan meraba-raba lagi. "Ahh," dia mendesah, mengangkat sebuah botol pipih kecil ke mulutnya. "Cairan kehidupan."
Pilar menggosok-gosok lehernya, di tempat jahitan mantelnya yang telah menggores kulitnya.
"Mengapa kau datang dan menggangguku, Nak"" Zoloft menggerutu pelan.
"Kupikir aku bisa menolong Anda. Kupikir Anda membutuhkan seorang asisten," Pilar menawarkan dengan sedikit bergidik.
"Seorang asisten!" teriak Zoloft. "Dia ingin menggantikan asistenku yang keparat!"
Pilar melangkah mundur. Zoloft mengangkat botol lagi ke bibirnya dan menenggak isinya.
Pilar tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Dia ingin segera pergi karena melanjutkan pembicaraan dengan Zoloft akan tampak sia-sia.
Saat itu, Wiggins berhasil mengangkat bagian bawah tenda sehingga ada celah yang bisa dilewati anak-anak untuk merangkak jika mereka harus melakukannya, tetapi mereka tetap berada di posisi semula. Ozzie merasakan tenggorokannya gatal lagi, lalu mulai menegang, dan setelah berusaha untuk menahan napas, akhirnya dia terbatuk-batuk.
"Apa itu"" tatapan Zoloft terpaku ke bagian belakang tenda.
Wiggins menjatuhkan lembaran tenda yang dia pegang, kemudian menepuk punggung Ozzie.
Ozzie terbatuk lagi. "Iblis iblis terkutuk!" Zoloft mengangkat lentera dan berdiri untuk memeriksa, saat Pilar terbatuk-batuk hebat.
"Maafkan aku, Sir," dia berkata di antara aksi pura-puranya.
Zoloft berbalik ke arah Pilar dan meletakkan lentera. "Ternyata kau. Gyppo keparat selalu menyebarkan wabah, kalian seharusnya dikarantina!"
"Sekarang aku merasa lebih baik. Mama berkata aku mungkin tertular sesuatu dari para badut."
Ozzie menelan ludah perlahan, kemudian menggosok lehernya dengan tangan. Tindakan itu cukup untuk menahan batuknya.
"Maafkan aku, Sayang," Zoloft melanjutkan. "Sebagaimana yang kau lihat, akhir-akhir ini aku merasa aneh dengan badanku, dan juga temperamenku sedang labil. Aku akan senang memberi kesempatan
audisi kepadamu sekarang." Zoloft menyunggingkan senyum terpaksa dan melangkah mundur. Dengan menggandeng Pilar, Zoloft melangkah ke arah lingkaran.
Zoloft menarik sebuah bangku kecil dan menyuruh Pilar naik ke atasnya. Dia mengangkat lengan kanan Pilar, kemudian mengikatnya dengan gesper tali kulit di sekeliling pergelangan tangannya.
"Tenanglah, Sayangku. Itu kuncinya." Zoloft mengangkat lengan kiri Pilar dan mengikatkan tali kulit lain di pergelangan tangannya. "Jika kau tetap tenang, orang-orang tidak akan menduga akan ada sesuatu yang mengerikan bakal terjadi padamu.
Sekarang, letakkan kakimu di pijakan." Pilar memindahkan kakinya dari bangku ke dua pijakan yang menempel di bagian bawah lingkaran.
Zoloft membungkuk dan mengencangkan tali kulit di sekeliling mata kaki Pilar. "Penelope selalu tenang dan santai. Itulah mengapa aku tidak pernah tahu apa yang sebetulnya dia pikirkan." Zoloft mengencangkan ikatan terakhir di mata kaki kiri Pilar. Sekarang Pilar sudah terikat, dengan lengan, kaki, dan kepala yang terentang bagaikan bintang bersudut lima.
"Kita lihat seberapa tenang kau dapat bersikap." Zoloft memindahkan bangku dan menarik sebuah tuas di dekat lingkaran.
Pilar mengetahui atraksi itu. Dia sudah melihat kejadian seperti ini sebelumnya. Tetapi, Zoloft tampaknya merasa terhibur saat lingkaran itu perlahan-lahan berputar, tanpa menyadari bahwa Pilar berada dalam keadaan bahaya yang mungkin mengancam jiwanya.
Di atas tempat persembunyian Laskar Jalanan, sesosok manusia memanjat deretan tempat duduk. Anak-anak lelaki mengintip di antara celah untuk melihat seorang badut berkostum lengkap, mengenakan setelan gombrang dengan kerah lebar. Dia berdiri dengan lengan terentang bagaikan memegang sebuah piring yang akan diisi makanan. "Biarkan aku melihat. 'Sialan, Yorick yang malang! Aku mengenalnya, Horatio, seorang teman yang sangat lucu, luar biasa menarik; dia memanggulku di punggungnya ribuan kali ..."'
"Dengan siapa dia berbicara"" Alfie berbisik keras.
Anak-anak lain memberi isyarat agar dia diam.
Kemudian, badut kedua dengan sebuah topi yang tergantung di kepalanya melangkah ke stan. Dia membawa dua cangkir beruap di tangannya, serta sekaleng biskuit yang terkepit di bawah lengannya. "Waktu minum teh di tenda utama, Sir. Ini cangkir tehmu. Siapa kau hari ini" Romeo""
"Bukan, Tolol," sahut badut berkerah lebar, mengambil cangkirnya. "Aku adalah Pangeran Denmark."
Si Topi Tergantung menawarkan kaleng biskuit ke rekannya. "Makanan""
"Apakah kau tidak menginginkan sesuatu yang lebih serius atau penting daripada bertingkah konyol seperti yang kita lakukan setiap hari""
"Oh, aku tak tahu. Kerumunan penonton selalu senang melihatku. Anak-anak lelaki dan perempuan juga tertawa."
"Tapi, cobalah sekali-kali kau bayangkan sebuah kehidupan teater yang sesungguhnya: tragedi, draMa, dan penonton yang dewasa!" si Kerah Lebar meng-ambil sebuah biskuit, kemudian menyesap tehnya, tersedak, dan meludah. "Rasanya seperti sabun!"
"Ini teh herbal. Kau akan membutuhkannya supaya bisa tidur, itu saja."
"Tak masuk akal! Kau menggunakan air sabun untuk membuat teh."
"Tidak. Aku mengambilnya dari ember air bersih."
"Dan di mana ember itu""
"Di luar tenda gajah," si Topi Tergantung menjawab dengan malu-malu.
"Tenda gajah! Sudah berapa lama kau mengambil air dari sana"" si Kerah Lebar menumpahkan tehnya ke tanah dan meludah sekali lagi.
Si Kerah Lebar menggigit biskuitnya.
Si Topi Tergantung mengangkat bahu dan menyesap. "Rasanya biasa saja bagiku."
"Itu karena kau memiliki indra perasa bagaikan kutu, dasar idiot."
Senyum yang dilukis di wajah si Topi Tergantung menghilang.
"Oh, tolonglah, Watty, jangan cengeng seperti
itu." Tetapi, sudah terlambat. Air mata besar-besar sudah mengalir di pipi si Topi Tergantung, meninggalkan jejak di pipinya yang sudah digambar rapi.
"Oh, baiklah. Maafkan aku. Sekarang, hentikan ocehanmu," kata si Kerah Lebar.
Si Topi Tergantung berhenti menangis dan menonton Keluarga Jones yang sedang beratraksi di atas tali, tidak mengetahui sekelompok anak yang menguping di bawah mereka.
Sementara itu, Zoloft berjalan ke
mbali ke arah meja, membuka simpul sebuah bundel besar berbahan dasar kulit, kemudian membuka gulungannya.
Tampak dua puluh pisau lempar panjang berbaris dan terikat ke wadah kulit itu dengan simetri yang sempurna. Pilar sekarang berputar di lingkaran pada waktu yang bersamaan.
Zoloft meraih botolnya dan menenggak lagi. Kemudian, dia menarik sebilah pisau dari sarungnya dan melemparkannya. Pisau itu dengan segera menancap di bawah lengan kiri Pilar. Pilar melolong pelan ketika Zoloft mengayunkan pisau lain. "Kau harus tetap tenang. Bagus," dia berkata, dan menyarangkan sebilah pisau lain tepat di bawah bahu kiri Pilar.
Wiggins, yang telah mengangkat bagian bawah tenda lagi, menyaksikan dengan penuh kengerian ketika Zoloft terus menenggak whisky sambil melempar pisau. "Dia mabuk. Aku akan menjemputnya, Oz," dia berbisik.
"Tunggu." Wiggins memandang Ozzie. Tampaknya, Ozzie sedang memerhatikan seluruh isi tenda. Bagaimana mungkin dia bisa memusatkan perhatiannya terhadap sesuatu selain nyawa Pilar, terutama saat melihat ekspresi ketakutan di mata gadis itu"
Tanpa berkata-kata, Ozzie merangkak diam-diam ke dalam tenda, memberi isyarat agar Wiggins mengikutinya.
Setelah melemparkan pisau ketiga dan keempat, Zoloft berjalan kembali ke lingkaran. "Kau melakukannya dengan bagus. Coba kita lihat sejauh mana kau bisa mengikuti," dan seolah-olah gila, Zoloft menarik tuasnya lebih jauh ke arah depan,
menyebabkan lingkaran itu berputar lebih cepat dan semakin cepat.
"Indigo tampak bagaikan terlahir di tali akrobat. Dia benar-benar melakukan pengamatan yang cepat terhadap atraksi itu," si Topi Tergantung memerhatikan.
"Kukatakan padamu, Indigo memiliki suatu tanda kegelapan dalam dirinya, memang begitu, kepala botak dan janggutnya yang runcing, layaknya Mephistopheles. Tampaknya dia sedikit terlalu siap untuk pekerjaan ini, menurutku, seperti selama ini telah mengetahui bahwa pekerjaan itu akan menjadi miliknya." Si Kerah Lebar meraih biskuit lagi. "Aku mendengar bahwa Indigo menghabiskan beberapa waktu di dalam Penjara Reading, dipekerjakan secara paksa, tidak ada yang tahu alasannya. Tapi, kau tidak akan menemukan dirimu sendiri terkurung di sana hanya karena mencuri kue crumpet." Crumpet adalah semacam kue datar dengan lubang kecil di bagian atas, biasa dimakan panas-panas dengan mentega. Sedangkan Mephistopheles yang dia maksud adalah nama sesosok iblis dalam legenda Faust.
"Kalian dengar," Alfie menyembur. "Pasti Keluarga Jones!"
Rohan membekapkan tangannya ke mulut anak kecil itu.
"Menurutmu, apa yang terjadi dengan Walenda
Bersaudara"" si Topi Tergantung bertanya.
"Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Mungkin Indigo begitu berambisi sehingga dia melakukan sabotase terhadap tali. Tampaknya dia mampu melakukan itu." Si Kerah Lebar mengembuskan napas panjang sambil berbicara. "'Biarkan aku mencari seorang lelaki sepantaran aku yang gemuk ...' Seperti yang kita lihat, Indigo 'memiliki tatapan kejam dan lapar; dia berpikir terlalu banyak; orang-orang yang berbahaya.'"
"Kau pikir begitu"" tanya si Topi Tergantung.
"Oh, aku tak tahu. Ada juga Zoloft, orang gila yang terbakar api cemburu. Aku yakin dia tahu lebih banyak daripada sekadar cara memotong tali."
"Tidak. Dia membenci Cesar Walenda, bukan yang lain."
"Yang kau katakan memang masuk akal, tapi Zoloft tidak. Tidak ada metode yang cocok dengan kegilaannya. Dia adalah monster 'bermata hijau yang sedang mengintai daging umpannya.'" Bermata hijau adalah ungkapan bagi seseorang yang iri.
"Aku ikut prihatin dengan nasib Walenda Bersaudara, tapi pada hari-hari terakhir, mereka bertingkah cukup aneh, betul, kan"" tanya si Topi Tergantung. "Terus memisahkan diri dan menolak untuk bersosialisasi dengan yang lain. Dan yang paling ganjil, saat Cesar menghilang, mereka tidak membicarakannya dengan orang lain. Mereka tidak merasa cemas atau terkejut."
"Memang benar. Mereka juga menghabiskan waktu dengan si penjual tali, Lelaki yang sangat
jelek dan pendek! Dia me-miliki tanda kegelapan juga, menurutku. Orang-orang asing selalu menjadi pertanda buruk, dan orang itu, meskipun berpakaian
seperti lelaki terhormat, memiliki aura gelap. Beberapa hari yang lalu, aku melihat Walenda Bersaudara kembali bersamanya pada tengah malam. Apa yang mereka lakukan""
Si Topi Tergantung mengangkat bahu.
Si Kerah Lebar menunjuk ke tali. "Sekarang, lihatlah seluruh Keluarga Jones di atas sana, seolah mereka beranggapan bahwa Walenda Bersaudara tidak pernah ada di sini. Kupikir peristiwa-peristiwa buruk bisa membawa keuntungan dan kebaikan bagi beberapa orang."
"Omong-omong tentang kebaikan," kata si Topi Tergantung, "mengapa kita tidak mengunjungi Angelina dan Balina" Aku akan menghibur Angelina, dan kau bisa menghabiskan waktu dengan Balina."
Si Kerah Lebar mendengus. "Balina itu perempuan kasar, tapi aku bisa menghadapinya."
Si Topi Tergantung menyapu remah-remah biskuit dari pangkuannya. "Aku harus memperbaiki dandanan pipiku. Lalu, ayo kita petik bunga-bunga liar."
"Ah, ya, untuk menghiasi rambut mereka." Si Kerah Lebar terkekeh saat dua badut itu berjalan pergi.
"Kita bisa berhenti sekarang. Kurasa sudah cukup." Suara Pilar terdengar bernada tinggi.
"Kita akan berhenti jika aku yang mengatakannya, hanya aku yang berhak menghentikannya! Kau masih terlalu tenang, seperti yang lain." Zoloft melakukan dansa waltz kacau, berjalan kembali ke botol dan pisau-pisaunya.
Zoloft melemparkan pisau kelima, yang menancap di lingkaran dekat telinga kanan Pilar, dia tidak bersuara. Dia hanya tampak buram dalam perputaran lingkaran itu.
"Ini terlalu mudah," Zoloft berkata, mengangkat sebuah cermin bertangkai dari atas meja. Dia membelakangi lingkaran dan meraih sebilah pisau lagi. Kemudian, sambil menatap dari cermin, yang dia genggam di tangan kirinya, dia melemparkan pisau melewati bahu kirinya. Kali ini, pisaunya bergesekan dengan rambut Pilar ketika menancap di lingkaran. Pilar menjerit.
Tiba-tiba, Ozzie dan Wiggins muncul dari belakang sebuah peti, membawa seutas tali. Mereka melemparkan laso ke tubuh Zoloft dan menariknya, mengunci lengan Zoloft di kedua sisi tubuhnya. Si lelaki gemuk itu meronta-ronta dan mulai menyumpah.
"Coba kita lihat sejauh mana kau bisa beraksi," Wiggins mencemoohnya, memutar salah satu ujung tali mengelilingi Zoloft sementara Ozzie sibuk dengan ujung yang satu, kemudian mengaitkannya ke sebuah mesin di belakang lingkaran yang berputar.
Mesin itu menggulung tali bagaikan tali pancing, menarik Zoloft hingga terjatuh dan menyeretnya di lantai. Beban tubuhnya menyebabkan lingkaran itu melambat.
Zoloft tergantung terbalik di mesin itu, dan sekarang lingkarannya berhenti berputar. Dia membentak, "Lepaskan ikatanku, Anjing-Anjing Kampung!"
Kedua anak itu berlari untuk membebaskan Pilar. Bersama-sama, mereka membuka ikatannya dan menolong Pilar turun dari lingkaran. Pilar hanya membutuhkan waktu sedetik untuk mengatur napas dan menyeimbangkan tubuhnya di permukaan tanah yang keras, kemudian dia terhuyung-huyung di antara kedua anak lelaki itu karena masih merasa pusing, yang menyangga kedua bahunya.
"Ayo menjauhi ubur-ubur!" Wiggins berseru, menyadari bahwa teriakan Zoloft bisa menarik orang yang lewat.
"Jangan, tunggu." Ozzie berbalik.
Zoloft sedang meronta-ronta di tali yang mengikatnya dengan kencang, wajahnya merah padam. "Setan, keparat, pasti kukejar kau," dia menceracau tidak jelas, kemudian meludah.
"Kami akan melepaskan ikatan Anda jika Anda memberi tahu kami semua yang Anda ketahui tentang Walenda Bersaudara," Ozzie berkata kepadanya.
"Kalian akan ditelan Dewa Hades!" Ozzie menarik sebilah pisau dari lingkaran dan menghunuskannya ke arah Zoloft.
Wiggins dan Pilar mengamati dengan gugup. "Anda telah mabuk, dan jika terus tergantung terbalik, Anda pasti akan pingsan. Pasti akan makan waktu berjam-jam sebelum ada orang yang bisa menemukan Anda. Dan jika Anda tergantung terbalik terlalu lama, kupikir hal ini akan mengakibatkan kerusakan pada otak Anda. Tapi, sila-kan menikmatinya." Ozzie berbalik ke arah Wiggins dan Pilar. "Ayolah."
Zoloft mengerang dan berhenti menyumpah. "Tunggu!" dia berteriak. "Mengapa kau peduli dengan apa yang terjadi terhadap berandal-berandal itu""
"Kami hanya ingin mengetahui apa
yang Anda ketahui," Ozzie berkata.
"Lepaskan aku dan aku akan ..."
"Tidak, hingga Anda menceritakannya." "Mengapa aku harus memedulikan orang-orang itu" Mereka mengambil Penny mungilku." Zoloft mulai terisak.
Ozzie masih diam dan menunggu.
"Aku tidak tahu apa-apa tentang kematian makhluk-makhluk itu, tapi aku yakin bahwa itu bukan sebuah kecelakaan. Aku melihat mereka malam itu. Keempatnya pergi bersama Pennyku, dan mereka yang menghabiskan waktu bersama. Mereka semua berangkat dalam kereta yang sama."
"Aku tidak bisa percaya mengapa dia sampai tega meninggalkanku setelah empat tahun bersamaku. Empat tahun! Aku begitu terkejut hingga tidak bisa melakukan apa-apa. Aku tidak melakukan
Sherlock Holmes - Misteri Kematian Bintang Sirkus di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
apa-apa! Berjam-jam kemudian mereka kembali, tapi hanya tiga orang tanpa si bungsu dan Pennyku." Zoloft melolong saat ini, dan tangisannya memecah keheningan. "Aku menanyai mereka, tapi ketiganya tidak mau berbicara, dan orang asing itu pergi. Oh, Pennyku, mengapa kau meninggalkanku"" Ozzie mengangguk.
Wiggins menyuruh Zoloft bersiap-siap menyeimbangkan diri, kemudian memotong talinya.
Ten gh ad api Indigo Jones
Rohan dan anak-anak lain bertemu dengan Oz-zie, Wiggins, dan Pilar di luar tenda Madam Estrella. Setelah bertukar informasi yang mereka dapatkan dari Zoloft dan para badut, mereka setuju mengeliminasi Zoloft sebagai tersangka. Tetapi, si Kerah Lebar telah membuat suatu tuduhan serius terhadap keterlibatan Indigo Jones dalam kasus kematian Walenda Bersaudara. Jadi, Ozzie menyarankan agar mereka medatanginya. Oleh karena dia memimpin Keluarga Jones dan memiliki latar belakang kriminal, dia adalah orang yang paling dicurigai. Anak-anak memutuskan bahwa Ozzie yang harus berbicara kepadanya. Lagi-pula, Ozzie adalah seorang penyelidik terbaik di antara mereka, dan Indigo tampaknya seseorang yang sulit dihadapi. Mereka semua pergi ke tenda utama, tetapi tidak ada yang mengira bahwa Indigo mungkin masih ada di atas tali akrobat.
"Permisi, Sir, bolehkah aku berbicara dengan Anda""
Indigo Jones menunduk dari bangku pijakannya, melihat seorang bocah kurus dengan topi bowler. Saat ini adalah waktu yang ganjil untuk kedatangan para pengunjung, dia menyadari. Sirkus ini bahkan belum buka. Indigo memerhatikan lantai kalau-kalau ada orang lain. Tetapi, hanya dia dan anak lelaki ini yang ada di dalam tenda.
"Aku tidak memiliki waktu untuk memberi tanda tangan, kau tahu sendiri aku sibuk, kan"" Indigo mengangkat tiang penyeimbang dan memosisikan dirinya untuk melangkah di atas tali.
"Dengan segala hormat, Sir, aku datang kemari bukan untuk meminta tanda tangan."
"Bukan" Jadi apa urusanmu"" Indigo berdiri tegak, menatap lurus ke depan. Dari atas, celana ketatnya yang berwarna hitam, saputangan merah yang diikat di sekeliling kepala botaknya, dan janggut hitamnya yang berbentuk segitiga runcing membuatnya tampak bagaikan joker jahat di kartu remi.
"Lebih seperti suatu wawancara, tentang keahlian Anda dalam akrobat tali. Ayahku adalah seorang wartawan di surat kabar Dispatch. Aku asistennya. Kami ingin menulis artikel tentang Anda dan atraksi Anda."
Indigo tidak bisa menyangkal bahwa dia merasa tersanjung. Dia dan klannya bahkan belum melakukan atraksi tali, tetapi reputasi mereka sudah tersebar ke mana-mana.
Ozzie menarik sehelai kecil kertas dan sebatang pensil dari saku mantelnya, kemudian melambai-kannya di udara bagaikan sebongkah daging yang
diumpankan kepada seekor anjing.
Anehnya, Indigo tidak menyambar umpannya. "Seperti yang kau lihat, aku terlalu sibuk untuk hal-hal sepele semacam itu. Jika kau ingin berbicara denganku, naiklah ke atas." Indigo tertawa sinis dan melangkah di atas tali.
Sementara itu, Pilar dan anggota Laskar Jalanan yang lain mengamati dari sebuah titik tersembunyi di balik kursi, ketika Indigo melangkah dengan penuh kepercayaan diri ke arah tiang di pusat tenda.
Ozzie berhenti bergerak, kemudian berjalan ke arah dasar tiang pusat dan mendongak. Tiba-tiba, Indigo tampak bagaikan berada ribuan meter di udara. Ozzie merasa pusing hanya karena melihatnya. Tetapi, Master mengandalkan mereka, dia mengingatkan dirinya sendiri.
"Dia s udah gila," Rohan berbisik kepada yang
lain. Pilar tidak mengatakan apa-apa, tetapi mata kirinya berkedut, mengganggu perhatiannya.
"Oz seharusnya tidak meninggalkan tanah," Wiggins berkata dengan khawatir.
Terus bicara dan pusatkan perhatian, Ozzie berkata pada dirinya sendiri saat menyambar pijakan demi pijakan menapaki tangga di tiang pusat tenda. "Mr. Jones, apakah sulit untuk berjalan di atas tali setelah kejadian semalam""
Indigo terus berjalan, tatapannya terpaku lurus ke depan. "Kupikir wawancara ini tentang aku dan Keluarga Terbang Jones, Keluarga Bangsawan
Penguasa Ketinggian."
Ozzie memanjat dengan mantap dan memilih kalimatnya dengan hati-hati. "Benar. Hanya saja, baiklah, kalian benar-benar berani. Beberapa orang pasti akan takut untuk tampil terlalu cepat, kecuali Keluarga Terbang Jones."
"Nak, apakah kau mencoba membuatku merasa tidak nyaman"" Saat ini, Indigo telah berjalan menapaki sekitar setengah panjang tali.
"Oh, tidak, Sir, sebenarnya aku hanya bertanya-tanya, apakah Anda, sebagai spesialis akrobat tali, memiliki pendapat tentang apa yang terjadi pada Walenda Bersaudara. Karena mereka adalah kolega Anda, Anda pasti cukup berduka mendengar akhir hidup mereka yang sial."
Indigo berdeham. "Apakah kau benar-benar berpikir bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk membicarakan hal-hal seperti itu" Sebaiknya aku menceritakan padamu bagaimana Keluarga Jones akan menaklukkan sirkuit pertunjukan ini dengan keterampilan mereka yang menakjubkan1."
Ozzie menyadari bahwa Indigo memberi penekanan pada kata menakjubkan. Apakah dia akan mengambil alih gelar Walenda Bersaudara, sebagai tambahan atraksi mereka" Apakah dia yang menghabisi nyawa mereka"
Ozzie berkonsentrasi begitu kuat sambil mencengkeram pijakan demi pijakan. Akhirnya, dia baru menyadari bahwa dia berada hanya sekitar sepuluh jengkal di bawah tali, kira-kira lima belas meter di udara. Dia menunduk, memandang serbuk gergaji
yang berada jauh di bawahnya, dan merasakan isi perutnya bergolak menuju mulutnya. Setengah panik, dia berhenti dan memeluk tiang.
"Mual," Wiggins berbicara sambil mengembuskan napas. "Ketakutan menguasainya. Usaha kerasnya menaiki tiang pasti menyebabkan masalah baginya."
"Bertahanlah, Oz," Alfie berbisik, dan dengan segera anak-anak lelaki lain serta Pilar menghiburnya diam-diam.
Lengan dan kaki Ozzie memeluk tiang bagaikan mi yang melingkari sebuah garpu, dan kaki Ozzie bertumpu dengan lemah di atas pijakan. Seharusnya dia tidak berhenti, Ozzie terlambat menyadari. Seharusnya dia tidak boleh melihat ke bawah. Penglihat-annya mengabur, dan dia mulai sesak napas.
"Wajahmu tampak sedikit hijau, Nak. Bagaimana perasaanmu berada di atas sini setelah peristiwa semalam"" Indigo terkekeh sinis. "Seharusnya aku senang jika bisa menolongmu, tapi seperti yang kau lihat, tanganku penuh." Dia menunjuk ke arah tiang penyeimbang. Dengan sombong, dia mengangkatnya tinggi-tinggi di atas kepalanya bagaikan seorang pengangkat beban, kemudian mengembalikannya ke posisi semula, di pinggangnya.
Ozzie memejamkan mata, menelan rasa seolah ada logam di mulutnya, kemudian bertanya, "Apakah Anda pernah bertemu dengan sang penjual tali""
Masih merasa geli, Indigo berkata lagi, "Nak, kau sudah cukup terlibat dalam masalah saat ini,
tanpa mencemaskan bagaimana penampilan Orlando Vile."
Pijakan, tangan, pijakan, tangan, Ozzie bernyanyi di dalam hati bagaikan melantunkan mantra. Jika dia bisa berpura-pura sedang berada hanya enam puluh sentimeter dari permukaan tanah, dia bisa meneruskan memanjat dengan mudah. Dengan penuh tekad, Ozzie melepaskan pelukannya dari tiang, kemudian memanjat pijakan berikutnya. Sementara itu, dia menyimpan baik-baik nama Orlando Vile di dalam benaknya.
"Apakah kau yakin bahwa ada masalah dengan tali, atau sesuatu yang lain"" Ozzie bertanya, kembali menguasai dirinya.
"Mengapa kau mengajukan pertanyaan-pertanyaan semacam itu" Siapa kau"" Indigo berjalan dengan sikap tidak terlalu resmi sekarang, bergerak dengan langkah yang berat. Dia telah menyusuri tiga perempat panjang tali, dan Ozzie bisa melihat wajahnya merah padam.
Akhirnya, Ozz ie mencapai landasan, sebuah papan kayu yang bundar, berdiameter sekitar seratus dua puluh sentimeter, yang menempel ke tiang tenda. Dia menghela napas dalam-dalam dan menatap langsung ke arah Indigo, yang saat ini hanya beberapa meter darinya. "Mr. Jones, aku yakin Anda mengetahui sesuatu tentang kematian Walenda Bersaudara. Anda tidak perlu berbicara kepadaku, tapi Anda akan merasa bahwa bicara padaku lebih mudah daripada berbicara kepada pihak berwajib."
Indigo melangkah dengan marah ke arah Ozzie.
Ozzie tidak dapat menahan diri untuk tidak mengerutkan tubuh.
"Apa yang harus kita lakukan"" tanya Pilar kepada Wiggins.
"Tunggu saja," Wiggins menjawab.
Saat Indigo mencapai landasan, bukannya mencekik leher Ozzie seperti yang dia duga sebelumnya, dengan tenang Indigo meletakkan tiang penyeimbang di sebuah rak di atas mereka. Dia melingkarkan sebelah kakinya sesaat, meregangkan jari-jari kakinya, kemudian mengulangi gerakan itu dengan jari-jari tangannya. Dia menatap sambil menyipitkan mata penuh ancaman ke mata Ozzie. "Katakan untuk siapa kau bekerja sebelum aku menendang bokongmu." Dia menunjuk ke lantai tenda. "Tidak ada Orang di sana yang menyaksikan." Ozzie bisa merasakan jantungnya berdegup tak keruan, dan dia khawatir akan terserang asma secara tiba-tiba. "Dua kematian berturut-turut di sini pasti akan berakibat sangat buruk bagi bisnis pertunjukan," dia akhirnya berkata.
Indigo menyambar bagian depan kerah mantel Ozzie, menjatuhkan topi bowler-nya, yang berputar-putar bagaikan piring terbang saat terjatuh ke tanah.
Tiba-tiba, ada suatu keributan di bawahnya.
"Kau akan ditemani di atas sana, Oz!" Wiggins berteriak, berlari dari balik deretan bangku ke tengah lingkaran.
Anak-anak lain beserta Pilar mengikuti, semua
membuat keributan besar. Indigo menatap ke bawah. "Apa ini"!" dia bertanya.
"Sejauh yang bisa kulihat, mereka adalah saksi yang cukup banyak," Ozzie berkata kepadanya dengan datar. "Sekarang, jika Anda bersedia melepas-kanku, Sir, aku akan sangat senang."
Indigo melepaskan cengkeramannya.
"Walenda Bersaudara dibunuh, Mr. Jones, dan kami bisa membuktikannya. Jika Anda tidak terlibat, Anda tidak memiliki alasan untuk menyembunyikan informasi. Tetap diam bisa membuat Anda tampak bersalah."
Indigo mulai gemetaran, bukan karena kemarahan, tetapi sesuatu yang lain. Apakah karena ketakutan" Ozzie bertanya-tanya.
"Aku tidak tahu apa-apa. Bahkan jika aku tahu pun, aku tidak melihat ada keuntungan untuk berbagi hal itu dengan orang sepertimu." Indigo berbalik, meraih kembali tiang penyeimbang, kemudian berjalan kembali di atas tali. "Aku memperi-ngatkanmu, Nak," dia berkata dengan serius. "Kau berada di luar batas kemampuanmu, dan kau tahu akan segera menempuh bahaya. Percayalah padaku ketika aku mengatakan bahwa kau sudah ikut campur terlalu jauh, dan nyawamu akan terancam jika menceritakan kisahmu."
r TVfem buka Rahasia Keku at ainiva
Setelah Ozzie pulih dari ketegangannya setelah menghadapi Indigo, dia, Wiggins, Pilar, dan anak-anak lelaki lain berjalan kembali ke tenda Madam Estrella. Karena ibu PilaR tidak ada di sana, mereka memutuskan menuju ke tempat privat untuk bertukar ide tentang pembunuhan ini. Dan memang benar, tenda kering ini adalah tempat perlindungan yang nyaman agar terhindar dari udara lembap di luar. Selain itu, Madam Estrella selalu menyimpan satu stoples biskuit jahe di tempat itu, Pilar lalu berkeliling menawarkannya, sehingga anak-anak itu akhirnya makan dengan gembira sambil berdiskusi.
"Nah, tampaknya kita sudah melakukan sebanyak yang kita mampu," Ozzie berkata setelah beberapa menit. "Kupikir sudah waktunya untuk melapor kembali ke Master. Dia pasti akan senang mendengar bahwa kita mendapatkan informasi tentang nama si penjual tali." Wiggins mengangguk menyetujui.
Ketika anak-anak lelaki berdiri untuk bergegas ke rumah Master, "Tunggu!" Pilar berteriak sambil
ikut berdiri, membuat anak-anak bertanya-tanya. "Maksudku, itu hanya ... yah ... kita belum benar-benar menemukan sesuatu. Kalian masih harus tetap tinggal di sirkus ini. Kita akan menemui Barboza dan menanyainya." Dapatkah mereka m
endengar kekecewaan dalam suaranya" Pilar bertanya-tanya. Apakah mereka tahu dia bosan dengan kehidupan sirkus dan ingin sekali memiliki teman sebaya"
Ozzie menyadari kebaikan hati Pilar. "Itu bukan ide yang buruk, tapi Master sudah berbicara pada Barboza. Tidak ada lagi yang akan Barboza ceritakan kepada kita."
"Kalau begitu, keluarga Jones yang lain. Mungkin salah seorang dari mereka akan mengungkapkan informasi lebih," Pilar menyarankan.
Wiggins menggelengkan kepala. "Setelah pertemuan Ozzie dengan Indigo, sudah pasti dia menyuruh saudara-saudaranya untuk menutup mulut dari kita."
Tanpa suara, anak-anak menyetujui bahwa mereka sudah melakukan usaha semampu mereka dan harus kembali ke Baker Street.
Pilar mencoba menyembunyikan kekesalannya. Dengan sikap dingin, dia duduk di depan bola kristal ibunya. "Kalau begitu, sebelum kalian pergi, aku akan meramal kalian terlebih dahulu, semuanya. Aku mungkin bisa menemukan sesuatu yang bisa membantu kalian."
Ozzie dan Wiggins saling berpandangan. Wiggins mengangkat bahu. Dia penasaran dengan
bola kristal yang terletak di atas meja bagaikan sebutir kelereng raksasa yang indah.
"Kau tidak bilang kalau kau bisa meramal," Ozzie menukas.
"Bukankah sudah jelas" Aku adalah seorang Gypsi dan putri seorang peramal. Kekuatannya mengalir di darahku. Sekarang, tolong, redupkan cahaya lenteranya."
"Oke, tapi kau harus melakukannya dengan cepat. Master menunggu kami." Ozzie kembali duduk di bangku yang tadi dia duduki, menyadari seumur hidupnya, baru kali ini dia diramal dua kali dalam sehari. Sungguh aneh baginya yang sebelumnya belum pernah melakukan ramal-meramal.
Rohan meredupkan lentera, kemudian bergabung dengan anak-anak lain, yang berkumpul setengah lingkaran di bangku-bangku mengelilingi Pilar. "
Pilar memejamkan mata dan mengusap-usap bola kristal. Dalam kegelapan tenda, bola itu mulai berkilauan. Pilar bersenandung lembut dengan bahasa tak jelas, mungkin bahasa Spanyol atau bisa jadi Romani; anak-anak tidak dapat mengenalinya. Saat dia membuka mata, hanya bagian putih dari matanya yang terlihat, dan membuat beberapa anak terkesiap.
"Lelaki yang kau cari mati lebih dari sekali. Seperti air, kau bisa menangkupnya, tapi lelaki itu akan bocor di sela-sela jarimu." Suara yang terdengar dari mulut Pilar lebih mirip suara perempuan yang jauh lebih tua, dan bergema. "Kau tidak
berarti apa-apa baginya, hanya sekadar secarik kain usang yang sudah pasti dibuang."
Mata Wiggins melebar karena tidak percaya.
Ozzie mengamati Pilar dengan saksama.
"Kau sedang menghadapi masa yang suram," dia meneruskan. "Keamananmu tidak dapat dijamin. Tetaplah bersama kelompokmu, maka kau akan bertahan hidup. Jika beraksi sendirian, kau pasti akan mati."
Pilar kemudian menunjuk Ozzie. "Lelaki yang benar-benar ingin kau temui bukan seperti yang kau percayai selama ini." Suaranya mulai berubah, kembali melembut dan manis.
Ozzie merasakan ketidaknyamanan menggelitik di sepanjang tulang punggungnya. Suara itu begitu menyeramkan dan terasa akrab. Di mana dia pernah mendengar suara itu sebelumnya"
Pilar melanjutkan, "Jalanilah hidupmu, Nak, seolah saat ini adalah segalanya bagimu."
Suara ibunya! Tetapi, kedengarannya berbeda, seakan dia tersiksa oleh sesuatu, dan muncul dari mulut seorang gadis Gypsi. Apakah ini adalah suatu muslihat" Dan apakah benar ruh ibunya yang berbicara melalui Pilar, dan ibunya mencoba memberi tahu tentang apa" Bahwa dia tidak ingin Ozzie mencari ayahnya" Mengapa"
Ozzie menggeser bangkunya dan mulai merayap ke belakang, menjauhi yang lain.
Ketika dia merayap ke arah pintu tenda bagaikan seekor kepiting, suara itu kembali terdengar. "Kau memiliki lebih dari satu ayah. Yang seorang
akan menuntunmu, yang lain akan menyakitimu. Lupakan mereka berdua Pilar mulai mengerang dan menggeram, bagaikan seekor binatang yang sedang sakit parah. Buih mengalir dari mulutnya, kemudian dengan bunyi gebrakan yang mengejutkan, dia roboh ke meja, tubuhnya berdenyut-denyut dan bergetar.
Tepat pada saat itu, bola kristal bergulir dari alasnya, menggelinding di meja, dan jatuh ke lantai. Anak-anak lelaki itu memekik,
dan Ozzie mencapai pintu tenda tepat pada waktunya hingga menabrak seseorang yang masuk.
"Pilar! Que pas a aqui" Dime ahora, hija! Katakan padaku sekarang juga apa yang sedang terjadi di sini!"
Wiggins terburu-buru membesarkan lagi cahaya lentera.
Pilar mengangkat kepalanya dengan lemah. "Tidak ada apa-apa, Mama," dia berkata dengan suaranya sendiri, meskipun dia tampak kebingungan dan kata-katanya terdengar pelan. "Anak-anak lelaki ini memintaku meramal, jadi aku meramal mereka. Tidak berbahaya."
Mata Madam Estrella menatap tajam. "Hija, kau tidak tahu kekuatan kemampuanmu. Menggunakan bakatmu untuk main-main adalah tindakan tak bertanggung jawab dan berbahaya."
Pilar memandangi kedua tangannya, yang gemetar bagaikan sayap kupu-kupu. Dia membungkuk untuk mengambil bola kristal itu dan meletakkannya kembali di alasnya. "Ya, Mama."
"Aku memperingatkan kalian, Anak-Anak," Madam Estrella berbicara dengan anak-anak itu. "Sebaiknya kalian bersikap bijaksana dengan mengabaikan apa yang baru dikatakan oleh gadis kecil ini. Dia memiliki kecenderungan kuat untuk membesar-besarkan, bukan begitu, Hija""
"Kalau menurutmu begitu, Mama," Pilar menyahut, pelan-pelan kembali mengendalikan perilakunya.
"Sekarang, aku minta kalian meninggalkan kami berdua," Madam Estrella berkata, memalingkan muka dari Pilar ke arah anak-anak. "Putriku dan aku harus mendiskusikan sesuatu."
Anak-anak lelaki itu terburu-buru keluar dari tenda. Tetapi, ketika Wiggins melewati Pilar, gadis kecil itu berbisik. "Semua nyata. Aku tak akan berbohong kepada kalian."
Beberapa saat kemudian, di kereta yang menuju Baker Street, Rohan berkata, "Aku belum pernah melihat yang seperti itu. Apakah itu hanya akting, Ozzie""
Ozzie mengangkat dagu dari lututnya yang terlipat. "Aku hanya memercayai apa yang bisa kulihat dan bisa diterangkan secara logis. Tidak ada penjelasan tentang apa yang terjadi dengan Pilar. Tapi, aku tidak berpikir jika itu akting belaka, meskipun Madam Estrella memperingatkan kita."
"Yeah, aku memercayainya saat dia berkata tidak akan berbohong kepada kita," Wiggins
menambahkan, "meskipun kita belum terlalu mengenalnya. Itu hanya sesuatu yang kurasakan oleh tulang-tulangku."
Ozzie mengangguk, kemudian menyandarkan lagi dagunya di lutut. "Pertanyaannya adalah, apa artinya ramalan itu bagi kita""
H^H-tar Jalanan y^5^ Kembali ke Baker Street
Ketika anak-anak tiba di Baker Street, Billy, sang pembawa berita, menemui mereka di pintu flat nomor 221 B. Matanya lebar karena bersemangat ingin menceritakan sesuatu. "Master baru saja menerima kabar yang dia tunggu-tunggu dari Swiss." Billy mengacungkan jari telunjuknya di depan bibir, memperingatkan anak-anak untuk tidak meributkan hal itu, kemudian naik untuk memberi tahu kedatangan mereka.
Saat Ozzie dan Wiggins memasuki ruang duduk, Watson menurunkan korannya dan mengangguk kepada mereka, sementara Holmes melipat suratnya dengan suara gaduh dan melangkah mondar-mandir di ruangan. Dia tidak mendongak atau mengatakan apa pun.
Ketika Ozzie berdiri untuk menunggu kesempatan berbicara dengan Holmes, dia bisa merasakan jantungnya berdebar kencang. Dia berada di sini, di dalam flat sang Master, berhadapan langsung dengannya! Dia mencoba menenangkan diri dengan meng-amati lelaki itu. Master cukup tinggi dan
bertubuh ramping, dengan hidung agak bengkok. Matanya tajam, dan anehnya, tangannya tampak kuat bagi seorang lelaki terhormat. Ketika membaca surat itu, dia tampak lebih mirip aktor yang berdiri di depan penonton. Dan dia bergerak dengan lentur, bagaikan seorang penari, atau mungkin seorang petinju. Lebih tepat seperti seorang petinju, Ozzie memutuskan.
Ozzie membiarkan pandangannya menjelajah di ruangan itu. Sebuah birai perapian membingkai bagian dinding utara yang rendah. Sebuah rak penuh pipa berdiri di atas birai itu, dan di atasnya tergantung sebuah sandal Persia. Kaleng-kaleng tembakau dan kotak-kotak cerutu memenuhi wadah batubara di sebelah kiri perapian, dan peralatan laboratorium yang lengkap berjajar di sebuah meja yang memenuhi dinding timur. Dinding selatan berlubang-lubang oleh bekas peluru yang memb
entuk huruf V dan R, masing-masing setinggi kira-kira empat puluh sentimeter. Sebuah biola tersimpan di atas tumpukan buku di sudut.
Sebuah biola! Ozzie langsung teringat ramalan Madam Estrella. Perempuan Gypsi itu telah melihat seorang lelaki yang menjaganya dan mendengar suara musik biola. Apa lagi yang telah Madam Estrella kata-kan" Ozzie berusaha keras mengingat-ingat saat Wiggins menyikutnya dari samping. Dia mendongak untuk melihat Holmes, Watson, dan Wiggins menatapnya.
"Apakah ada sesuatu yang salah dengan pendengarannya"" tanya Watson.
"Tidak, Sir," Wiggins menjawab sambil menatap Ozzie dengan bingung.
Holmes melangkah maju dan memeriksa Ozzie dari kepala hingga ujung kaki. "Wiggins, sudah berapa lama dia bersama kelompokmu"" dia bertanya, masih menatap Ozzie.
"Dua atau tiga bulan, Sir."
"Siapa namamu, Nak""
"Osgood Manning."
"Dan usiamu, biar kutebak, dua belas tahun." "Beberapa minggu lagi, Sir." "Hmm ... dan bukan berasal dari London. Oxfordshire, kemungkinan besar." "Ya, Sir, Banburry."
Holmes memerhatikan Ozzie sambil berpikir. "Apakah bosmu, si juru duplikat dokumen, mengetahui kalau kau menjelajahi jalanan bersama anggota Laskar Jalanan lainnya""
Suatu deduksi, atau kesimpulan, Ozzie menyadari, yang didapatkan lebih lengkap dari pikirannya. Master telah memerhatikannya, dan, bagaikan sihir, mampu memberi tahu siapa dirinya yang sebenarnya. Berpikirlah, berpikirlah, dia memaksa diri.
Holmes membuka mulut untuk berbicara, tetapi sebelum bisa mengatakan sesuatu, Ozzie berkata cepat, "Saya merasa deduksi itu sangat menarik, Sir. Kalau saya boleh
Holmes mengangguk tanda setuju, sudut-sudut mulutnya melengkung karena merasa senang.
"Aksen saya memberi tahu tempat saya tumbuh, dan tangan saya, terutama jari tengah tangan
kanan saya," Ozzie berkata, mengulurkan jari tengahnya yang kapalan agar Holmes bisa memerhatikannya lebih jelas, "menunjukkan jika saya banyak menulis. Karena saya bisa menulis, tentu saja saya bisa membaca. Saya berbicara lebih baik daripada kesan yang ditampilkan oleh penampilan saya. Tapi, dari baju yang saya kenakan dan bergabungnya saya dengan Laskar Jalanan, sudah jelas bahwa saya bukan anak orang kaya. Kalau begitu, dalam situasi seperti apa seorang anak muda yang sederhana bisa terdidik dalam bidang literasi" Ia pasti seorang pemagang di juru duplikat dokumen. Jika Anda bersedia menjawab, Sir, apakah saya benar""
Mulut Watson ternganga. Wiggins mengatupkan tangan di mulutnya untuk menyembunyikan senyuman.
Holmes memiringkan kepalanya ke samping, mengamati Ozzie bagaikan seekor burung elang yang berkonsentrasi untuk menerkam seekor anak burung. "Aku mengerti, Wiggins, mengapa kau memilih mengajak teman barumu ini ke sini. Dalam beberapa kasus yang kita pecahkan bersama, aku telah mengendus kehadiran seseorang dengan kemampuan istimewa di antara teman-temanmu, Osgood, di mana kau mendapatkan pendidikanmu""
"Saya hanya sedikit mendapatkan pelatihan formal, Sir. Tapi, saya pernah diajar oleh kakek saya, seorang pensiunan kepala sekolah. Terima kasih atas pujian Anda. Merupakan kehormatan bagi saya untuk bekerja pada Anda."
"Jangan lupa, Anak-Anak," Holmes meneruskan. "Orang berkemampuan rata-rata tidak tahu apa-apa yang lebih tinggi daripada dirinya. Tapi, orang berbakat selalu bisa menyadari suatu kegeniusan. Kau, teman kecilku, memiliki bakat. Sekarang, jika kau bersedia, silakan ceritakan apa yang kalian dapatkan di sirkus."
Wiggins mulai menceritakan pengalaman mereka dan mempersilakan Ozzie bercerita sendiri saat ada informasi yang langsung dialami oleh Ozzie.
Saat Ozzie menceritakan bahwa Zoloft melihat Cesar dan Penelope pergi dengan seluruh keluarga Walenda dan tidak kembali, Holmes mengangguk. Kemudian, Wiggins menceritakan dengan terperinci, dengan sedikit dramatis, ketika Ozzie menanyai Indigo Jones di tali akrobat. "Dan tepat saat Jones hendak mencekik leher Ozzie, kami semua terburu-buru ..."
"Kita bukan penantang bahaya, Anak-Anak," Holmes menyela. "Mungkin akan ada saat-saat aku harus ber-hadapan dengan bahaya, tapi aku tidak mengharapkan kalian yang mengalaminya." Dia menole
h ke arah Ozzie. "Mendekati Jones seperti itu benar-benar gegabah."
Ozzie dan Wiggins menunduk, menatap kaki mereka, kegairahan mereka tiba-tiba menghilang karena teguran Holmes.
"Saya mengetahui nama si penjual tali," Ozzie berkata.
Holmes sedang menyalakan pipanya, tetapi dia terpaku dengan korek api menyala di udara.
Watson tertawa. "Ya ampun, Holmes. Kau sudah berusaha sebaik mungkin pagi tadi untuk mencari informasi itu."
Holmes tersenyum sekilas, mematikan api, kemudian menunjuk dengan pipanya. "Anak Muda, semoga kau tidak keberatan untuk memberi tahu nama yang telah kucari-cari selama berjam-jam terakhir."
"Orlando Vile."
"Vile!" Holmes berteriak. Kemudian, secara refleks dia berusaha menguasai diri, lalu melanjutkan pertanyaan, "Apakah kau yakin, Osgood"" "Ya, Sir."
Holmes bertepuk tangan keras dan, tanpa mengatakan apa-apa lagi, melangkah menyeberangi ruangan ke rak arsip dan membukanya dengan bergairah. Kemudian, dia mengambil sebuah buku biografi dari tempatnya.
"Coba lihat, Bagian V, tepat sebelum teman kita Villard. Vile, Orlando." Holmes menelusuri halaman dengan jari telunjuknya, kemudian membaca. "Sebelumnya adalah kelasi pertama di Kapal Kerajaan Martin; memimpin pemberontakan yang gagal di lautan Tristan da Cunha pada tahun '82; membunuh dua prajurit saat dia desersi; ditahan, tetapi saat kembali ke Portsmouth untuk proses pengadilan, berhasil kabur dari tahanan menuju pantai Afrika. Beberapa saat setelah itu, kadang-kadang terlihat sebagai saudagar di Fez. Kabur dari Maroko setelah melakukan beberapa pencurian besar. Kembali ke London lima tahun lalu dengan
kekayaan yang lumayan; bekerja dengan iden-titas lain yang berbeda-beda. Perencana pencurian tingkat tinggi. Orang keempat paling berbahaya di London."
Holmes menyimpan kembali buku itu, memasukkan pipa ke dalam mulutnya, kemudian mengembuskan asap.
"Sir, jika Anda tak berkeberatan, saya ingin bertanya, mengapa orang seperti dia memiliki urusan dengan Walenda Bersaudara"" tanya Wiggins.
Pertanyaan Wiggins mengingatkan Ozzie tentang sesuatu yang juga menjadi tanda tanya baginya. "Dan mengapa Anda menyelidiki kematian Walenda Bersaudara ketika Anda sedang diberi tugas oleh Pangeran Wales"" dia menambahkan.
Holmes tersenyum. "Aha. Kalian tampaknya mengetahui klienku yang paling terkenal. Saat ini, aku hanya akan mengatakan bahwa peristiwa di sirkus dan istana berhubungan. Dan aku yakin, penghubung kedua peristiwa itu adalah Vile."
Holmes berdiri dan berjalan ke mejanya. Dia menulis suatu catatan dengan cepat, kemudian membunyikan bel untuk memanggil Billy. Saat Billy muncul, Holmes berkata, "Billy, tolong bawa ini ke kantor telegraf. Mereka akan tahu ke mana harus mengirimnya."
Billy mengangguk, mengambil catatan itu dan sedikit uang, kemudian keluar.
"Kalau begitu, sekarang," Holmes berkata, perhatiannya kembali ke Ozzie dan Wiggins, "sebelum
aku menerangkan pencurian besar yang terjadi di istana, aku akan memberikan sebuah pelajaran singkat tentang sejarah. Silakan duduk." Holmes menunjuk ke arah sofa. "Sebelum bisa mengerti semua hal tentang kasus Walenda Bersaudara, kalian harus mempelajari The Stuart Chronicle, Kronik Keluarga Stuart."
^ Holmes pi cer it akan Kis ah he Stuart Chronicle Anak-anak itu duduk di sofa beludru dengan dua cangkir teh panas yang diantarkan Mrs. Hudson dengan baki perak. Wiggins berpikir bahwa dia belum pernah merasakan pelayanan semewah ini. Tetapi, apa yang harus dilakukan dengan sebuah cangkir dan sebuah cawan" Dia mencuri pandang ke arah Ozzie, yang memegang cawan itu dengan telapak tangan kirinya, dan melingkarkan ibu jari serta telunjuk tangan kanannya di telinga cangkir teh yang ramping. Dia menyesap teh perlahan-lahan, meletakkan kembali cangkirnya di atas cawan setelah setiap tegukan. Wiggins melakukan hal yang sama, meskipun terdengar lebih gaduh. Sulit sekali menyeimbangkan cawan di atas tangannya yang diperban. Ketika mereka minum, anak-anak itu menunggu Holmes menceritakan kisahnya.
"Kalian mungkin tidak tahu tentang suatu masalah dalam keluarga monarki pada pertengahan tahun 1600-an, ketika seorang lelaki ber
nama Cromwell memenggal kepala raja kita, Charles I. Charles I adalah seorang anggota keluarga besar
Stuart. Periode sebelas tahun setelah pembunuhannya dikenal sebagai Commonwealth dan Protektorat. Selama itu, anggota keluarga kerajaan harus bersembunyi. Dalam salah satu kasusku yang terdahulu, Ritual Musgrave, aku menikmati penggalian harta karun milik Raja Charles I yang disembunyikan untuk Charles II.
"Setelah monarki kembali pulih dari kekacauan, keluarga Stuart kembali memegang takhta kerajaan. Pada saat itu, Raja Charles II mengambil beberapa tindakan untuk memperkuat posisinya dan merayakan pemerintahan yang diperbarui di negara ini. Hampir semua langkah itu diketahui oleh masyarakat luas, tetapi ada beberapa yang benar-benar rahasia.
"Dalam suatu perintah rahasia, Charles II menyusun suatu penulisan kronik besar, kronik adalah suatu catatan peristiwa yang tersusun berdasarkan urutan waktunya. Halaman-halaman buku yang menakjubkan itu terbuat dari perkamen yang paling indah, dan tepinya dibingkai oleh emas. Sampulnya dilapisi oleh emas padat dan ditaburi oleh serbuk batu-batu mulia yang paling langka, yang dimiliki oleh kerajaan sejak Perang Salib."
Holmes duduk di sebuah kursi berlengan yang berlapis busA, kakinya menyilang. Dia menyulut pipanya dan melanjutkan. "Charles II menciptakan kronik ini sebagai buku harian pribadi untuk merekam pikiran-pikiran serta pandangan-pandangan dari setiap monarki. Buku ini diwariskan dari generasi ke generasi sebagai penuntun
pemerintahan. Selama lebih dari dua ratus tahun, tak peduli peperangan dan perselisihan di dalam monarki sendiri, The Chronicle ini berfungsi sebagai suatu penghubung, memberikan kesinambungan terhadap pemegang takhta.
"Tidak diragukan lagi, The Stuart Chronicle, begitu kronik itu dinamakan, adalah salah satu buku paling berharga di seluruh dunia, baik karena rahasianya, maupun batu-batu mulia penghiasnya. Hanya sedikit anggota keluarga kerajaan yang mengetahui keberadaannya. Buku ini hanya bisa dilihat oleh raja atau ratu yang sedang berkuasa.
"Hingga kemarin, aku hanya mendengar spekulasi tentang buku ini. Saat aku dipanggil oleh Yang Mulia Ratu Victoria, melalui putranya, Pangeran Edward, aku baru mengetahui bahwa kronik tersebut benar-benar ada. Seperti yang kalian ketahui, aku dijemput ke istana untuk menyelidiki suatu pencurian. Dan seperti yang sekarang bisa kalian tebak, The Chronicle yang kubicarakan ini telah dicuri, dalam suatu peristiwa pencurian yang paling ganjil yang pernah terjadi."
Wiggins meletakkan cangkirnya di atas cawan dengan dentingan keras. Dia dan Ozzie saling berpandangan dengan takjub.
"Ternyata, The Chronicle disimpan di sebuah ruang kerja kecil di lantai tiga, yang hanya bisa dimasuki oleh Yang Mulia Ratu dan kerabat-kerabatnya yang terdekat. Pintu ke ruangan itu selalu dikunci setiap saat, meskipun jendelanya tidak seaman pintu. Terakhir kali The Chronicle
terlihat adalah pada beberapa hari yang lalu.
"Wiggins, kau telah menyaksikan metodeku. Saat aku tiba di istana, aku memeriksa permukaan tanah di ruangan dekat pintu masuk untuk aku selidiki, dan memeriksa juga dinding istana itu sendiri. Aku tidak melihat adanya keganjilan.
"Pangeran kemudian mengajakku masuk ke istana dan naik ke ruang kerja, dan untuk menuju ke sana, kami harus berjalan melalui suatu ruangan tertutup yang terdiri dari kamar-kamar di lantai ketiga. Daerah itu cukup aman, dengan seorang penjaga yang ditugaskan untuk terus berdiri dan mengawasi pintu ruang kerja.
"Ruangan itu sendiri kecil, tetapi mewah, dengan lemari-lemari dari kayu oak yang menutupi dinding, sebuah karpet besar berdesain khas Persia di lantai, sofa bersarung sutra di sudut, dan sebuah meja besar menempel ke dinding, tempat The Chronicle terakhir terlihat. Di atas meja ada dua jendela.
"Aku memeriksa karpet dan meja, tetapi tidak melihat ada keanehan di situ. Ketika mendekati jendela, aku memeriksa kusen dan kacanya. Lagi-lagi, aku tidak menemukan sebuah tanda apa pun. Kemudian, aku membuka jendela dan melihat sesuatu yang mungkin adalah sebuah petunjuk, sebuah noda yang berbentuk hampir
oval, sebuah jejak kaki. Tapi, bukan jejak kaki telanjang atau jejak sol sepatu. Jejak itu adalah noda dari sebuah sepatu slipper." Slipper adalah sejenis sepatu tanpa tali yang berbahan lembut, seperti sepatu silat atau
sepatu balet Kening Ozzie berkerut. Sebuah slipper, sebuah slipper, pikirnya, dan suatu gambaran mulai terbentuk di benaknya. Indigo Jones tadi mengenakan sepatu slipper saat Ozzie menanyainya. Perasaan Ozzie menjadi bergairah. Tiba-tiba, dia mengetahui ke mana semua ini akan mengarah, sirkus, istana, dua-duanya sama saja. "Para pemain akrobat tali mengenakan slipper," dia bergumam. Kata-kata itu keluar dari mulutnya sebelum dia menyadari jika dia mengucapkannya keras-keras.
Holmes mengangkat sebelah alisnya. "Kau memang bisa berpikir dengan cepat, Osgood. Dari situ, hal-hal bergulir dengan cukup cepat. Di luar jendela, aku mengamati pagar yang mengelilingi halaman. Aku turun ke ruangan di lantai dua, yang tepat berada di bawah ruang kerja tersebut dan melihat bahwa ruangan itu adalah sebuah ruangan musik yang jarang digunakan. Ketika memeriksa kusen jendela, bukan hanya jejak slipper yang terlihat, seukuran kaki seorang lelaki, tapi tanda-tanda tekanan di kusen jendela, menandakan bahwa jendela itu telah didorong oleh sebilah papan dengan keras. Yang paling penting, di bingkai kusen itu, ada goresan yang disebabkan oleh serat-serat seutas tali. Ketika memandang ke seberang, aku melihat bahwa puncak pagar yang melingkari istana kira-kira tiga meter lebih rendah daripada jendela.
"Dari sini, aku menyimpulkan bahwa seorang pencuri telah memanjat pagar dan berlari menyeberangi halaman dengan menyeret tali di belakangnya. Seorang kaki tangan yang berada di dalam istana menurunkan seutas tali dari jendela lantai kedua, dan si pencuri memanjatnya, masih menyeret tali di belakangnya. Melalui suatu mekanisme, tali itu kemudian ditarik dengan sangat keras hingga benar-benar kencang, terentang dari puncak pagar hingga jendela di lantai kedua. Pada saat itu, si pencuri bergabung dengan kaki tangannya, berjalan menaiki tali yang menanjak menuju samping bangunan. Sambil berdiri di atas tali dan menyeimbangkan diri dengan berpegangan ke dinding, para pencuri itu membuat menara
manusia. Orang terakhir mendaki orang-orang di bawahnya, memasuki jendela ruang kerja dengan mudah, dan mengambil The Chronicle. Kemudian, dengan melakukan langkah-langkah kebalikannya, mereka kabur, nyaris tanpa meninggalkan petunjuk apa pun."
"Keluarga Jones"" Wiggins bertanya, mencoba menyimpulkan sendiri.
Ozzie menyiku tulang iga Wiggins perlahan dan menggelengkan kepala.
Master terlalu tenggelam dalam keterangannya sendiri dan tidak mendengar celotehan Wiggins.
"Penyelidikanku berlanjut ke jeruji-jeruji pagar, yang kupercaya telah dipanjat oleh para pencuri. Tapi, aku terkejut, karena melihat sebuah noda darah kering berukuran besar di sisi lain. Aku memiliki kecurigaan tentang bagaimana noda darah itu bisa sampai ada di situ, tapi itu akan kuceritakan lain kali saja.
"Ketika meninggalkan istana, aku melakukan beberapa pencarian informasi juga, karena aku mengira bahwa para pemain atraksi akrobat terlibat dalam kejahatan ini. Kalian bisa membayangkan betapa kagetnya aku begitu membaca tentang kematian Walenda Bersaudara tadi pagi. Aku yakin bahwa mereka adalah para pencurinya. Sekarang, mengetahui Vile juga terlibat, aku semakin yakin dengan apa yang sudah kuperkirakan sebelumnya."
Ekspresi wajah Wiggins berubah, menandakan dia mengerti. "Tapi, siapa yang membunuh Walenda Bersaudara"" dia bertanya.
"Vile merencanakan pencurian dengan melibatkan Walenda Bersaudara. Setelah mereka mendapatkan The Chronicle, Walenda Bersaudara tidak lagi berguna dan pada masa yang akan datang, bisa menjadi suatu ancaman, karena merekalah yang mengetahui siapa yang memiliki The Chronicle."
"Holmes, jika aku boleh bertanya, apa yang kemudian terjadi dengan anak bungsu Walenda, Cesar"" Watson bertanya.
"Dia sudah tewas," sahut Ozzie. "Bukankah ada darah di sana"" Dia menatap Holmes.
"Betul, Nak, aku yakin begitu. Entah bagaimana, pemain akrobat muda itu jatuh da
ri tali. Memang sangat ganjil."
"Bagaimana dengan Penelope""
"Kita akan mengetahuinya, karena kita belum selesai saat ini," Holmes menjawab, mengorek pipanya dan mengambil tembakau lagi. "Sebetulnya, Anak-Anak, kita baru memulai penyelidikan kita."
O/zie^^in bali ke Kantor Jurifflii>likat Dokumen
Ozzie dan Wiggins berpisah di luar flat Holmes. Meskipun Ozzie merasa sangat bergairah karena akhirnya dia bisa bertemu dengan Master, perasaan menyenangkan hari itu langsung menghilang dalam setiap langkah yang dia jalani ketika kembali ke kantor juru duplikat dokumen. Saat itu sudah sore, dan langit sudah menggelap, berwarna abu-abu kelam. Ozzie tidak pernah berani bepergian jauh dari kantor dalam waktu yang begitu lama, dan ketakutan akan reaksi Crumbly membebaninya.
Tetapi, hari ini istimewa, dia mengingatkan dirinya sendiri, dengan penyelidikan diam-diam suatu kasus baru yang melibatkan sirkus, sang Pangeran, istana, dan The Stuart Chronicle. Yang paling menyenangkan, dia telah berhasil mengesankan Holmes dengan kesimpulannya sendiri. Ozzie mengguncang koin-koin yang dia terima, termasuk guinea yang dia terima karena telah menemukan nama Vile. Dia mengeluarkan uang dari saku dan menghitungnya, kemudian memasukkannya kembali. Dia membayangkan kaleng biskuitnya penuh dengan
koin yang akan membantu dirinya untuk menemukan sang ayah. Tetapi, ketika dia sampai di kantor, baik pikiran menyenangkan maupun alunan koin yang bergemerincing tidak bisa memulihkan kegugupannya.
Kadang-kadang Ozzie berharap bahwa dia tidak pernah menemukan keahliannya menduplikat sesuatu. Mungkin Crumbly akan berpikir bahwa dia tidak berguna dan langsung membuangnya ke jalanan.
Dia mengingat siang itu, saat sedang menyapu ruangan tempat para penduplikat dokumen duduk. Sendirian dan merasa bosan, tetapi senang karena bisa membaca segala sesuatu, Ozzie memandang ke salah satu meja dan melihat dua dokumen yang sama bersebelahan. Di sana duduklah Frankie, penduplikat utama, bukan saja menduplikat sebuah dokumen, tetapi dia membuat suatu duplikat yang identik, tepat hingga tanda tangan yang terletak di bagian bawah halaman. Ozzie begitu terpana.
Frankie kembali dari urusannya tepat pada saat Ozzie sedang memerhatikan apa yang dia kerjakan. "Apa yang kau lakukan, Nak" Bisakah kau membaca""
Ozzie mematung, tidak mengetahui apa yang harus dikatakan. "Ya," dia menjawab dan kembali menyapu.
Frankie adalah pekerja yang sangat rajin, dan meskipun Crumbly biasanya mempekerjakan beberapa orang lain sebagai penduplikat, hanya Frankie yang ada di kantor setiap hari. Frankie mengambil
sehelai kertas kosong dari tumpukannya. "Kemarilah dan cobalah menulis."
Dengan ragu-ragu, Ozzie duduk di sebuah bangku. Frankie memberinya sebatang pena. "Cobalah menuliskan baris pertama. Lihat tulisan itu, kemudian bayangkan bagaimana perasaan si penulis, bukan kata demi kata, tetapi seluruh bentuk dan susunan surat. Pelajari baris-baris dan sudut-sudut, kemudian pikirkan tentang siapa yang menulisnya. Aku bisa memba-yangkan seorang lelaki yang menulis catatan ini, begitu jelas, seolah aku mengetahuinya di jalanan."
Ozzie mempelajari baris teks pertama. Huruf-hurufnya dibuat dengan lingkaran-lingkaran yang sempit, ukuran spasinya sama, tetapi benar-benar rapat. Huruf-hurufnya tipis tapi rapi, dan miring ke kanan, bagaikan mengalir di sepanjang garis.
Ozzie mulai menulis perlahan-lahan dan, ketika dia merasa sedikit lebih nyaman, dia menulis seluruh sisa baris itu. Dia berhenti dan memerhatikan tulisannya.
Frankie mengambil kertas itu dan mendekatkannya dengan surat asli. Dia menyeringai. "Cobalah baris berikutnya," dia berkata, meletakkan kertas itu di depan Ozzie lagi.
Ozzie memerhatikan dan menulis lagi. Dia mengenali, surat ini ditulis oleh seseorang yang mungkin berjiwa perfeksionis, yang sedang tegang dan terburu-buru. Ozzie memejamkan mata dan mencoba membayangkan lelaki itu. Saat dia membuka mata, dia langsung menuliskan baris itu.
Frankie mengambil kertas itu dan membandingkannya dengan yang asli. "Sobat, kau memiliki bakat."
Sejak saat itu, Ozzie mengamati apa yang terjadi di ka
ntor dengan lebih saksama. Seperti biasanya, para penjaga kantor dan orang-orang yang akan menduplikat dokumen masuk lewat pintu depan untuk pekerjaan-pekerjaan kecil, catatan penjualan atau kontrak-kontrak, untuk diduplikat. Tetapi, pekerjaan-pekerjaan terbesar hampir selalu datang melalui pintu belakang, dibawa oleh orang-orang berpenampilan kasar yang anehnya berpakaian bagus. Mereka sering kali bersikeras untuk menunggu di kantor hingga proses pembuatan duplikat itu selesai, bahkan jika menghabiskan waktu sepanjang hari. Hanya juru duplikat dokumen paling berpengalaman, seperti Frankie, yang ditugasi melakukan pekerjaan ini.
Dengan segera, Ozzie menyadari bahwa Crumbly dan para anak buahnya melakukan pemalsuan. Surat-surat wasiat, catatan-catatan perjanjian, dokumen-dokumen bank, tagihan-tagihan penjualan, apa pun yang perlu dipalsukan, seluruh Juru Duplikat Dokumen Oxford bisa melakukannya. Meskipun mereka mengerjakan beberapa pekerjaan yang legal melalui pintu depan, kebanyakan yang mereka palsukan masuk melalui pintu belakang.
Ketika sudah berminggu-minggu berlalu, Frankie mulai memberi Ozzie tip-tip dalam menduplikat, dan keahlian Ozzie semakin meningkat. Frankie memberi tahu Crumbly bahwa Ozzie memiliki bakat
yang istimewa, dan dengan segera Ozzie diberi pekerjaan yang kecil-kecil.
"Kupikir hanya aku yang memiliki seoRang pemagang yang sesungguhnya," Crumbly berkata dengan sangat puas.
Akhirnya, Crumbly membiarkan para penduplikat paruh waktu pergi karena Ozzie bisa menduplikat dengan lebih baik daripada mereka semua, dan Crumbly tidak perlu mengeluarkan satu sen pun.
Ozzie menikmati membayangkan para penulis dokumen yang dia duplikat. Dia merasa bisa menceritakan seperti apa mereka dan bagaimana perasaan mereka hanya dengan membaca tulisan tangan para penulis tersebut. Tetapi, setelah dia menguasai keahlian itu, menduplikat dokumen menjadi pekerjaan yang membosankan. Karena, pekerjaan itu tidak membutuhkan banyak berpikir.
Sekarang, merasa gemetaran bahkan hanya karena aroma tinta kantor itu, Ozzie membuka pintu depan. Dia melewati sebuah ruang tunggu, menuju ke ruangan kerja. Tetapi, dia merasa lega, karena suasana hening. Frankie telah pergi, yang merupakan pertanda bagus, tidak banyak pekerjaan dan Crumbly mungkin sedang berada di pub atau tertidur di flatnya, di atas kantor.
Tetapi, ketika Ozzie mengendap-endap menuju gudang tempat dia tidur, sebuah cangkir logam membentur dinding di atas kepalanya. Dia berputar
tepat pada waktu-nya, untuk melihat sebuah piring logam yang terbang ke arahnya. Dia merunduk dan meringkuk di balik sebuah meja tulis ketika piring itu membentur dinding.
"Dasar Berandal Cilik, kau membohongiku!" Crumbly berderap keluar dari kantornya, ludah beterbangan dari mulutnya. Dia mengambil sebuah buku besar dan melemparkannya, menjatuhkan sebuah botol tinta dari atas meja, tidak mengenai Ozzie.
"Ke mana saja kau, Pengemis Cilik" Aku sudah bersikap lunak kepadamu, dan sekarang kau bersiasat terhadap diriku, kabur sepanjang hari." Crumbly memiliki rambut merah membara dan jambang seukuran irisan daging sapi besar. Meskipun bertubuh agak pendek, dia bertubuh gempal dan kekar. Hidung dan wajahnya tampak membengkak karena minuman keras. Rompi wolnya yang bergaris-garis membungkus perutnya dengan ketat, kancing-kancingnya terlepas. Lengan bajunya tergulung, kerah bajunya berkerut-kerut. Dia memukul sebuah meja ketika dia melompat maju menyeberangi ruangan itu.
Ozzie mengitari kantor itu, berusaha menjaga
jarak. Tetapi, kabur hanya membuat Crumbly semakin murka. "Kemarilah, dasar Belatung!" Crumbly melangkah dengan kakinya yang besar dan gempal, mencoba menyudutkan Ozzie.
"Besok kita mendapatkan pekerjaan yang paling besar sepanjang karierku yang keparat. Jack
Crumbly akhirnya mendapatkan hal yang layak dia dapatkan. Rantainya ada di belakang sekarang, dan kau akan menggunakannya ma-lam ini!"
Ozzie merasa panik. Dirantai kedengarannya mengerikan, tetapi malam ini pasti akan menjadi bencana yang benar-benar parah, karena dia dan Wiggins telah berencana untuk menemui Master.
Ozzie bergerak untuk me nghindari Crumbly, tetapi si lelaki kecil yang marah itu memukulnya tepat di perut dengan kepalannya. Udara terdesak keluar dari paru-paru Ozzie ketika dia membungkuk kesakitan.
Crumbly mengunci lengannya di sekeliling leher Ozzie dan menyeretnya menyusuri kantor, menuju gudang di belakang.
"Kita akan segera mencapai kedudukan yang lebih tinggi, dan aku tak akan membiarkanmu mengacau. Sang Tuan Besar sudah memilihku!" Sambil berbicara, dia memberi sentakan penekanan di leher Ozzie.
"Pekerjaan besok akan membuat Jack Crumbly terkenal di lingkaran pergaulan yang tepat. Bayaran yang besar, yang menggiurkan!" Crumbly tertawa, kemudian meludah.
Ketika mereka memasuki gudang penyimpanan, Ozzie bisa melihat sekilas borgol yang terantai ke dinding di atas kantong jeraminya.
"Sejak saat ini, aku akan merantaimu pada malam hari. Tidak ada lagi jalan-jalan malam."
Dia mendorong Ozzie ke arah karung jerami, kemudian menyambar dan memuntir lengan Ozzie
sambil meraih rantai. "Tunggu, Sir," Ozzie berkata parau, mengerang kesakitan. "Jika Anda merantai pergelangan tanganku, aku mungkin tidak akan bisa menulis besok. Kedua tanganku pasti akan mati rasa." Dia menunggu kata-katanya dicerna oleh otak Crumbly, dan ketika melihat ekspresi tuannya berubah, dia menambahkan dengan berpura-pura berpendapat. "Tapi, aku yakin Frankie bisa melakukan pekerjaan itu."
Crumbly terdiam dan menatap rantai, kemudian menatap Ozzie. Mereka berdua tahu bahwa bakat terbesar Ozzie dalam menduplikat terletak pada kecepatannya. Selain itu, dia bekerja tanpa bayaran. Masih mematung, Crumbly melolong dan menjatuhkan lengan Ozzie. "Aku tahu, seharusnya aku menyuruh mereka memasang borgol kaki!" dia berteriak, kemudian menendang karung jerami. "Baiklah kalau begitu, tapi kau tidak akan pergi ke mana-mana." Crumbly mendorong Ozzie ke karung jerami itu dan berjalan keluar dari gudang, membanting pintu, kemudian menguncinya.
Saat Ozzie merasa yakin bahwa Crumbly telah meninggalkan kantor, dia merogoh-rogoh ke belakang ka-rung jerami dan mengeluarkan sebuah lampu minyak kecil. Dia mengatur sumbunya dan menyulut sebatang korek api untuk menyalakan lampu. Dia memindahkan sebongkah batu bata yang lepas dari dinding dan mengeluarkan sebuah kotak kaleng biskuit kecil. Di dalamnya ada uang-uang koin yang dia tabung dan beberapa peninggalan
berharga. Ozzie memasukkan bayaran dari Holmes ke dalam kotak. Kemudian, dia mengangkat sebuah foto ibunya yang berukuran kecil. Dalam foto berbingkai piringan logam yang tipis itu, ibunya mengenakan baju terbaiknya dan tersenyum malu-malu, tetapi tampak bahagia. Foto itu diambil sekitar tiga tahun yang lalu, sebelum dia sakit, saat mereka masih tinggal bersama Kakek di daerah pedesaan.
Jika ibu Ozzie mengetahui seperti apa bisnis Crumbly, dia pasti tidak akan pernah meninggalkan Ozzie di sini. Jika saja dia bisa tinggal bersama kelompoknya di pabrik kereta, Ozzie pasti akan lebih baik. Tetapi, Ozzie tahu, jika dia kabur sekarang, Crumbly pasti akan memberi tahu pihak berwenang atau menyewa seorang tukang pukul untuk mencarinya.
Ozzie menatap ke jendela, yang menempel di langit-langit, di sudut gudang penyimpanan itu. Cahaya awal malam yang kelabu menyelinap masuk ke dalam gudang, dan membuat Ozzie sedih.
Ozzie telah memerhatikan jendela itu dalam beberapa kesempatan saat dia dikurung. Jendela itu kecil, berbentuk segiempat, dan bahkan saat siang hari sekalipun, hanya melewatkan sedikit cahaya. Ozzie melihat tumpukan peti di seberangnya, kemudian memandang jendela kembali. Dia tahu bahwa jarak dari jendela itu ke permukaan tanah cukup jauh, tetapi dia tidak peduli. Kepalanya pasti bisa melewati jendela itu, dan tubuhnya pasti akan mengikuti, pikirnya. Dia menyimpan kembali foto
ibunya ke dalam kaleng biskuit dan menyembunyikannya di dinding. Sebuah luka, pukulan, bahkan ancaman polisi, tidak ada yang dia pedulikan saat ini. Wiggins dan Holmes sudah menunggunya.
iot Melakukan Pembedahan Kembali ke Kastel, anak-anak baru saja selesai makan hidangan kacang dan sosis gulung. Wiggins selalu menyimpan sebagian uang pembayaran mereka dari Holmes un
tuk ditabung, dan mengaturnya agar mereka bisa bertahan hidup jika sedang tidak dipekerjakan oleh Holmes. Dan, malam ini mereka berpesta.
Ozzie menyelinap diam-diam melalui pintu tingkat, memegang sisi tubuhnya, dan tangan kanannya bertolak pinggang. Dia terhuyung-huyung di atas lingkaran api dan roboh ke lantai sambil mengerang.
"Kau baik-baik saja, Sobat" Kau berjalan bagaikan seorang lelaki tua." Wiggins memotong sebagian sosis dan kacang gulungnya, kemudian mengulurkannya kepada Ozzie.
Ozzie melambaikan tangan menolaknya. Dia mendesah dan membuka mantelnya. Bagian kanan kemejanya merah karena darah.
Sherlock Holmes - Misteri Kematian Bintang Sirkus di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ya ampun, tinta merah! Apa yang terjadi padamu"" Wiggins berseru.
"Kau berkelahi, Ozzie" Siapa yang menantangmu" Aku akan menaklukkannya!" Alfie berkata, memukulkan tinju ke telapak tangannya.
Ozzie menggelengkan kepala. "Malam ini aku kabur dari Crumbly, dan harus melalui jendela tinggi hingga aku terjatuh. Aku mendarat di serpihan logam yang tajam."
Dengan hati-hati, Ozzie membuka kemejanya. Sebuah luka dalam namun pendek terlihat di balik darah.
"Oz, ini luka yang parah." Wiggins menarik saputangan dari sakunya dan menyeka sisi tubuh Ozzie. "Darahnya keluar dengan deras. Kupikir kau tidak akan bisa bertemu dengan Master malam ini."
"Ini tidak terlalu parah. Master bilang kita akan bertemu di dermaga jam sepuluh. Kita masih memiliki waktu dua jam."
"Kalau begitu, kau harus berbaring sebentar. Kami harus mengobatimu terlebih dahulu." Saat ini, darah Ozzie sudah merembes ke saputangan Wiggins. "Stitch, ambil jarummu. Rohan, isi ember dengan air dari penampung air hujan di luar. Dan Alfie, bawakan botol minuman keras yang kau temukan di lemari belakang."
Elliot mengambil kotak cerutunya, tempat dia menyimpan peralatan menjahit. Dia membuka mantel dan menggulung lengan bajunya. Dia menalikan secarik kain di sekeliling dahinya, lalu membenamkan salah satu jarumnya yang besar ke dalam ember berisi air mendidih di atas perapian. Di dalam ember berisi air hujan yang ditampung, dia mencuci tangan
dengan sebongkah kecil sabun. Gerakannya begitu serius dan dia tidak berbicara kepada siapa pun.
Wiggins menemukan kain yang paling bersih di sana, secarik kain linen putih, dan menyobeknya menjadi dua bagian. Dia menyisihkan salah satunya dan mencelupkan satu lagi ke dalam air panas. Ketika Elliot mengeringkan jarumnya, Wiggins membersihkan luka Ozzie.
Ozzie mengerang kesakitan. Alfie muncul dengan sebotol kecil whiskey. Dia membukanya, mengendus aromanya, dan mengere-nyit. "Kau tidak akan meminum racun ini, kan, Oz""
Ozzie tersenyum lemah kepadanya. Melihat jarum Elliot, dia merasakan perutnya melilit.
"Kita lihat bagaimana jadinya," Wiggins berkata. Dia mengambil botol dari Alfie dan mengguyur luka Ozzie dengan whiskey. Anak-anak telah belajar dari Watson bagaimana caranya mengobati luka, dan apa pun yang menyentuh luka harus bersih. Watson senang sekali menceritakan kisah peperangan lama yang dia alami ketika masih bergabung dengan angkatan bersenjata, terutama saat harus melakukan operasi dalam kondisi yang paling buruk.
Ozzie mengerenyit. Wiggins menepuk bahunya. "Bertahanlah, Sobat. Rasa sakitnya akan terasa lebih hebat sebentar lagi."
Dengan gerakan tangan yang tangkas dan terlatih, Elliot menyimpulkan sehelai benang baru yang tebal, kemudian memasukkan ujungnya ke lubang jarum. Salah seorang anak memegangi
lentera, dan Elliot menyuruhnya maju. "Kau siap, Oz"" Wiggins bertanya. Ozzie mengangguk.
"Pegangi lengannya," Elliot menyuruh Rohan. "Kau pegang kakinya," dia berkata lagi, menunjuk ke arah Alfie. "Dan aku membutuhkanmu untuk menyeka darah yang keluar dengan kain itu," dia berkata kepada Wiggins. "Sekarang, mendekatlah pada cahaya itu. Ada pembedahan di sini!"
Elliot mencubit kulit Ozzie agar menyatu di sekeliling luka dan menusukkan jarum.
Ozzie menggigit bibir bawahnya kuat-kuat.
"Kau harus bernapas," Wiggins berkata kepadanya, menuangkan lebih banyak whiskey ke lukanya.
Elliot menusukkan jarum kembali ke kulit Ozzie, dan ketika sudah menembus kedua sisi luka, dia menyimpulkannya dan mengulangi lagi, dengan pola jahitan y
ang rapi dan rapat. Dia bekerja dengan mulus dan lancar, dengan kecepatan yang mengagumkan.
"Whiskey, seka, whiskey, seka," Elliot menyuruh Wiggins. Keringat membasahi keningnya. "Dekatkan lagi lampunya! Kalian tidak ingin aku menjahitnya ke celananya sendiri, iya, kan""
Rahang Ozzie terkatup rapat, dan dia mencoba untuk menahan erangannya. Seluruh tubuhnya terasa panas, kemudian dingin, bergantian. Dia memaksa matanya agar terpejam. Tetapi, ketika jarum kembali menusuk dagingnya, dia menjerit dan meronta dengan kuat.
"Sialan!" Elliot mengumpat. "Pegangi dia, Wiggins!"
"Tenanglah, Sobat. Berbaringlah. Kita hampir selesai."
Ozzie membiarkan Wiggins membaringkannya kembali, tetapi saat ujung jarum menusuk kulitnya lagi, dia melolong.
Wiggins menyeka kening Ozzie. "Elliot hampir selesai. Jangan lihat ke bawah."
Ozzie tetap terdiam, tetapi kakinya bergerak refleks, berkelojotan, menyebabkannya menendang-nendang. Alfie nyaris tidak dapat menahannya.
"Baiklah. Sudah selesai. Lebih mudah daripada membuat sepasang stocking," Elliot berkelakar saat dia melakukan jahitan terakhir dengan jarumnya, kemudian memotong benangnya dengan silet.
Wiggins membersihkan luka itu dengan secarik kain lembap, dan memerhatikan sembilan jahitan itu. Rohan dan Alfie mundur, seperti yang diperintahkan oleh Wiggins, agar memberikan ruang bagi Ozzie untuk bernapas.
Pedang Darah Bunga Iblis 1 Wiro Sableng 092 Asmara Darah Tua Gila Pedang Bayangan Panji Sakti 8
"Dia terbatuk-batuk. Dia melambai-lambai, seolah mencoba menyuruhmu pergi."
Kening Ozzie mulai terasa panas, dan dia mencoba menarik tangannya dari Madam Estrella, tetapi perempuan itu menahannya dengan cengkeraman kuat. Apakah Madam Estrella benar-benar melihat ibunya" Ozzie ingin pergi, tetapi saat ini dia harus mendengar lebih banyak lagi. Ibu dan musik dari biola" Apakah ayahnya adalah seorang pemain biola"
"Sekarang aku melihat seorang perempuan tua di atas kursi goyang. Dia bergoyang-goyang dan menunjukmu, berkata, 'Aku tahu, aku tahu.' Aku melihat sosok lain. Lelaki. Dia tinggi dan gempal, dan dikelilingi oleh lapisan es. Dia membawa sesuatu di kepitan lengannya, sebuah pintu kecil atau sebuah kotak dengan sedikit tumpahan sesuatu dari tepiannya. Es di sekelilingnya sedang mencair, menyebar. Banjir bandang." Madam Estrella mulai terengah-engah. Ozzie merasakan wanita itu gemetaran hebat. Madam Estrella terkesiap,
kemudian terburu-buru membuang muka dari bola kristal, sambil menjatuhkan tangan Ozzie. Dia menyeka keningnya dengan lengan baju, yang tampaknya menandakan bahwa ramalannya sudah berakhir.
"Ada apa"" tanya Ozzie. "Apa yang Anda lihat""
Madam Estrella menggelengkan kepala, seakan mencoba mengusirpenglihatan dari kepalanya.
"Katakan padaku," Ozzie menuntut, dan masi
h merasakan keterkejutannya.
"Putriku berkata kau mencari informasi tentang Walenda Bersaudara," suara Madam Estrella terdengar berbeda saat ini, santai, nada percakapan biasa.
Apakah perempuan tua yang dilihat Madam Estrella adalah Nenek Agatha" Mengapa Madam Estrella tidak mau mengungkapkan lebih banyak hal kepadanya" Apakah yang telah dia lihat terlalu mengerikan untuk dikatakan"
"Jika kematian Walenda Bersaudara bukan sekadar kecelakaan, kau harus mempertimbangkan siapa yang diuntungkan ..." Madam Estrella mulai berbicara.
"Jones Bersaudara!" Pilar berseru menyela.
"... dan orang-orang yang membenci mereka." Madam Estrella mengerutkan kening ke arah Pilar. "Sang pelempar pisau, Zoloft, membenci Walenda Bersaudara."
"Itu gara-gara Penelope!" Pilar berkata.
"Mungkin kau ingin jadi juru bicaraku, Hija," Madam Estrella berkata, tampak sedikit kesal.
"Baiklah, Mama, bagian ini hanya gosip. Semua orang tahu bahwa asisten Zoloft, Penelope, kabur dengan adik bungsu mereka, Cesar Walenda, dan Zoloft mencintai Penelope, hingga sekarang dia membenci Walenda Bersaudara."
"Omong kosong," kata Ozzie. "Mereka sudah tewas, jika kau mengingatnya." Ozzie menyadari bahwa dia tidak akan mendapatkan lebih banyak informasi. Dia tidak sepenuhnya yakin bahwa dia bisa memercayai informasi yang meragukan ini. Lagi pula, informasi ini membuatnya gugup. "Madam Estrella, aku menghargai ... menghargai ..."
"Ramalannya," Pilar berkata.
"Ramalannya," Ozzie menyelesaikan ucapannya. "Tapi, aku benar-benar harus bertemu teman-temanku."
"Satu hal lagi, Anak Muda, dan ini bukan gosip." Madam Estrella berdiri, meletakkan tangannya di pundak Ozzie, dan menatap ke matanya. "Kau harus berhati-hati terhadap orang asing."
mes Menguak Kejahatan Wajah Barboza memerah, entah karena frustrasi atau amarah, tidak ada yang bisa menentukan. Dia bukan seseorang yang bisa menjawab pertanyaan dengan tenang. Semakin dia merasa gugup, aksennya semakin berubah dari aksen Eropa Timur menjadi aksen khas daerah lokal. "Mr. Holmes, Walenda Bersaudara adalah orang-orang baik, teman-teman ramah yang rukun dengan para pekerja sirkus lain. Hanya saja akhir-akhir ini mereka mengasingkan diri saat mulai akrab dengan seorang teman mereka yang mengaku sebagai penjual tali. Aku sendiri membeli beberapa tali darinya."
"Apakah dia menjual tali ini pada Anda"" Holmes bertanya, menunjuk tali terputus yang terletak di hadapan mereka.
"Tidak, Sir, aku tahu suatu fakta bahwa mereka membeli tali ini dari sumber yang berbeda. Aku melihat mereka merentangkannya kemarin. Yang bisa kukatakan kepada Anda adalah bahwa si penjual tali menghabiskan waktu cukup banyak bersama Walenda Bersaudara pada malam sebelum
kejadian. Tampaknya dia, yah, ini mungkin terdengar ganjil, tidak puas dengan hasil penjualannya."
"Apakah Walenda Bersaudara memiliki musuh"" tanya Watson, yang hingga saat itu masih membisu.
"Musuh!" Barboza berteriak, kemudian terdiam dengan gugup. "Aku memastikan bahwa Walenda Bersaudara tidak mempunyai musuh. Kami adalah satu keluarga besar Sir, mungkin sebuah keluarga yang tidak lazim, tetapi masih tetap bisa dikatakan sebagai keluarga."
"Keluarga Jones membenci Walenda Bersaudara," Alfie menyembur. "Mereka ingin Walenda Bersaudara mati."
"Siapa bocah ini"" Barboza bertanya.
Wiggins menatap Alfie untuk memperingatkan dan membekapkan tangannya di mulut temannya itu.
"Jangan dengarkan anak ini. Dia memiliki imajinasi yang terlalu aktif. Saat ini, aku mengetahui bahwa ada kematian tiga orang yang terjadi di sini, tapi ternyata ada empat orang Walenda Bersaudara. Di mana yang keempat"" Holmes mengamati Barboza dengan saksama.
"Aku harus mengatakan, Mr. Holmes, Anda memang telah menyelidiki sedikit tentang keluarga kecil kami. Ya, memang ada empat orang Walenda. Yang paling muda adalah Cesar, seorang pemuda tampan dan lemah. Dia menghilang bersama seorang gadis, asisten salah satu penampil sirkus kami, kira-kira tiga hari yang lalu. Tidak ada orang, termasuk Walenda Bersaudara sendiri, mengetahui
ke mana mereka pergi. Sepertinya, masalah itu berkaitan dengan urusan hati."
Lestrade menyela. "S
emua tidak bermasalah, Mr. Holmes. Sebaiknya Anda menunjukkan bukti-bukti bahwa ada suatu kesalahan di sini."
"Aku rasa lebih baik begitu, Holmes; kau membuat kami merasa tegang," Watson menambahkan.
"Tuan-Tuan, Anda semua memang benar. Ayo kita mulai dengan tali yang telah disabotase." Holmes mengangkat salah satu ujung tali.
Wiggins dan Alfie bergerak mendekati mereka untuk memerhatikan.
"Sudah jelas tali ini koyak, Holmes, yang menunjukkan bahwa tali ini putus karena tekanan," Lestrade berkata.
"Ya, memang koyak, Lestrade, tapi bukan terputus karena tekanan seperti biasanya. Aku pernah belajar secara formal tentang tanaman rami beserta kegunaannya. Sebenarnya, aku berencana untuk menulis suatu stensilan tentang masalah itu. Ini adalah cara pemotongan tali paling cerdas yang pernah kulihat, atau kubaca, dari semua kasus, termasuk kasus si algojo Cardiff yang mendapatkan bayaran tinggi untuk melakukan tugasnya, di mana dengan keterampilannya mengiris simpul di ujung tali dengan cara tertentu, sehingga akan memutus tali tepat sesaat sebelum klien-kliennya tercekik." Holmes mengusapkan tangannya ke serpihan koyak tali itu.
"Silakan, coba perhatikan bagaimana keadaan tali ini. Sebagaimana yang diterangkan oleh Lestrade secara apik, tali ini koyak, tapi lihat apa yang terjadi jika aku menyelipkan ujung serpihan tali ini ke dalam. Lihat bagian tengah tali."
"Benar-benar mulus," Watson mengamati. "Bagaikan baru saja dipotong," kata Wiggins.
"Tepat sekali. Seorang penjahat genius melakukan sabotase terhadap tali ini dengan memotong bagian tengahnya, sehingga akan terlihat oleh Walenda Bersaudara, atau orang lain, tetap kukuh, padahal sebenarnya serat-serat di bagian tengah tali sudah diiris, menampakkan tali itu utuh, padahal serat-serat bagian dalamnya sudah putus. Hanya setelah dibebani oleh ketiga Walenda itu selama beberapa waktu, tali itu terurai dan putus, menciptakan serat-serat yang terkoyak. Jika kalian melihat ujung di tali yang lain, keadaan akan tampak sama."
Mata Lestrade melebar. "Tapi, alat apa yang bisa mengiris seperti itu" Alat itu harus bisa mengiris tali dari bagian dalam ke arah luar."
"Cemerlang, Lestrade, pengamatan Anda membuatku kagum," Holmes mengeluarkan amplop dari saku rompinya dan menarik keluar benda yang mirip sebatang jarum besar dengan salah satu ujungnya yang datar.
Wiggins dan Alfie mengulurkan leher mereka untuk melihat.
"Sebatang jarum, Holmes"" Watson bertanya seolah tidak percaya.
"Tidak seperti itu, tepatnya," Holmes memutar jarum itu dan perlahan-lahan menarik ujungnya
hingga lepas, menampakkan bagian tengahnya yang berupa silet. Sebuah putaran lagi, dan jarum itu terkunci dalam posisi terbuka dengan silet yang terekspos. Panjang seluruh alat ini hanya sekitar delapan sentimeter sama dengan diameter tali yang besar-tali akrobat.
"Pikirkan keahlian yang dimiliki orang itu saat menciptakan alat kecil ini, Tuan-Tuan. Kecerdasan dan keterampilan. Dengan memegang ujung datar instrumen ini, si pembunuh menusukkan ujung runcingnya ke dalam tali; kemudian dengan putaran kecil dan tarikan, dia mampu membuka silet dan mengunci alat ini sehingga siletnya akan tetap terbuka. Dengan beberapa gerakan kecil maju mundur, dia mengiris serat-serat di bagian dalam tali tanpa kerusakan di bagian luar."
"Tapi, mengapa si pembunuh meninggalkannya di dalam"" tanya Wiggins dan Watson serempak.
"Ah, itu triknya. Bahkan alat yang paling sempurna pun memiliki kelemahan. Setelah dibuka dan dikunci, alat ini tidak bisa ditutup tanpa bantuan sebatang tuas. Tidak diragukan lagi, setelah penjahat kita menyelesaikan pekerjaannya, dia tidak bisa menutup instrumen ini dan menyembunyikannya dengan mendorong alat ini hingga benar-benar masuk ke dalam tali. Ujung datarnya yang kecil akan tetap terlihat, tapi seperti yang Anda semua lihat, ukurannya tidak lebih besar daripada ujung sebatang pensil. Dia mengetahui bahwa benda ini pasti sulit ditemukan."
Barboza menatap Holmes, seluruh prasangkanya sudah menghilang. "Tapi, kenapa ada orang yang begitu ingin membuat masalah dengan tiga orang ini ...""
"Mr. Barboza, aku mendapa
tkan informasi bahwa, sebelum bergabung dengan bisnis pertunjukan ini, Anda dikenal sebagai Mr. Able Price. Dan pertanyaan tadi adalah hal yang harus kuselidiki. Lestrade, aku akan mengontak Anda di Yard malam ini, dengan laporan semua yang telah kuketahui. Omong-omong, Mr. Price, apakah Anda sudah menemukan atraksi pengganti Walenda Bersaudara""
Barboza, atau Price, dengan terkejut menjawab sambil tergagap, "Ya ... ada artis-artis trapeze, Keluarga Terbang Jones, yang sekarang akan berjalan di tali."
"Sangat bagus," kata Holmes. "Ayo, Watson, kita harus segera pergi." Holmes menoleh ke arah Wiggins dan Alfie, lalu berjalan keluar tenda, memberi mereka sebuah anggukan agar menuju keretanya. Sementara, Wiggins dan Alfie mengikutinya dengan patuh.
"Coba lihat, aku benar, kan, tentang keluarga Jones. Apakah sekarang aku akan mendapatkan guineaku"" tanya Alfie dengan bersemangat. "Tidak akan pernah," sahut Watson. "Aku tidak bertanya kepada Anda, Sir," kata
Alfie. Wiggins meletakkan tangannya di pundak Alfie dan menatap Holmes. "Anda ingin kami melakukan apa selanjutnya, Mr. Holmes""
Holmes tersenyum. "Ah, Wiggins. Selalu siap
untuk komando berikutnya. Anak baik. Aku yakin tanganmu akan cepat sembuh."
Wiggins mengangguk, meskipun sebenarnya telapak tangannya masih berdenyut-denyut.
"Baiklah. Fokuskan penyelidikan kalian kepada Zoloft si pelempar pisau dan Keluarga Terbang Jones," Holmes melanjutkan. "Teman kecil kita yang berambut pirang mungkin belum bisa mendapatkan guineanya. Aku berencana melakukan penyelidikan lain. Aku ingin membeli beberapa tali."
Jff^ikar Jalanan Ber t em u dengan Pilar PADA SAAT LASKAR JALANAN berkumpul di dekat komidi putar dan mendiskusikan langkah mereka selanjutnya, Pilar datang mendekat. Dia melambai ke arah Ozzie sambil tersenyum, seolah mereka telah merencanakan akan bertemu di tempat itu.
Ozzie mengerut karena malu.
Alfie mendongak dan menyeringai, "Siapa dia"" Dia sedang menggambar sebuah diagram arena sirkus di lumpur dengan jarinya. "Kita tidak mengizinkan ada gadis kecil yang bergabung dengan geng ini, kan""
"Gadis-gadis adalah sebuah benda konyol," Elliot terbatuk-batuk dan meludahkan segumpal dahak. Tetapi, matanya memerhatikan rompi Pilar dengan penuh rasa kagum. Namun, dia merasa bisa menjahit sebuah celana panjang yang lebih bagus untuk dirinya sendiri dengan kain semewah itu.
Ozzie menceritakan tentang Pilar kepada teman-temannya.
"Jadi, ini teman-temanmu," Pilar mengamati mereka, mendekat, dan memosisikan dirinya di
antara Ozzie dan Wiggins. Dia sama tinggi dengan Wiggins.
Ozzie tersenyum lemah. Wiggins membungkuk di hadapan Pilar ke arah Ozzie dan berbisik mencemooh, "Tidak ada waktu untuk beromong kosong, Oz. Kita sedang bekerja di sini."
Anak-anak lain meledak tertawa.
Pilar mengabaikan anak-anak lelaki itu dan memanjat dengan penuh keyakinan ke sebuah kuda komidi putar berwarna merah muda berhias emas yang sedang setengah mendompak. Dia mengelus-elus surainya yang terbang. "Aku tinggal di sini, dan aku lebih tahu tentang sirkus ini daripada siapa pun. Jika kalian ingin mengungkapkan apa yang terjadi dengan Walenda Bersaudara, berarti kalian membutuhkan aku."
Di kejauhan, terdengar lengkingan suara seekor gajah.
"Kami tidak membutuhkan bantuan seseorang, terima kasih," Ozzie berkata kepadanya dengan sopan.
"Dari apa yang kulihat saat ini, kalian membutuhkannya." Pilar menyunggingkan senyuman lebar yang puas. Ketika bibirnya melengkung ke atas, tulang pipinya naik ke kerut di sudut matanya, membuatnya tampak lembut sekaligus keras pada saat yang bersamaan.
"Apakah kau tahu siapa kami, Gadis Kecil" Kami adalah Laskar Jalanan Baker Street." Wiggins terdiam, menunggu PilaR mengenali sesuatu.
Pilar menatapnya dengan nanar.
Wiggins menepuk dadanya. "Kami ada di sini karena dipilih oleh detektif terbaik di London, Mr. Sherlock Holmes, untuk bekerja dalam kasusnya yang paling rumit. Ini adalah pekerjaan yang berbahaya." Dia mengangkat tangannya yang terbalut perban.
Pilar tidak tampak terkesan. "Apakah dia adalah lelaki yang bersama polisi" Lelaki yang tinggi dan kurus""
Ozzie tiba-tib a tersadar. "Kami tidak akan menjawab pertanyaan lain lagi. Rekan-rekanku dan aku harus mendiskusikan suatu hal. Jadi, jika kau tidak berkeberatan
"Kalian masih ada di sini, jadi itu artinya dia ingin kalian menyelidiki lebih jauh. Kalian harus menyelidiki Zoloft dan Keluarga Jones." Pilar memeluk tiang komidi putar dengan sebelah tangannya dan mengetukkan jari telunjuk tangannya yang lain ke bibirnya. Tatapannya melayang ke tenda-tenda yang lebih kecil, yang tersebar di sekitar tenda utama. Dan dia berkata, terdengar lebih seperti berbicara sendiri, bukan kepada anak-anak lelaki itu, "Aku bisa menolong kalian."
Anak-anak lelaki itu mulai mengerang dan terkekeh. Tetapi, Ozzie melunak, berpikir bahwa Pilar mungkin berguna.
Wiggins menyadari perubahan hati temannya. "Aku tahu, bagaimana jika kalian; Oz, Alfie dan gadis kecil ini, pergi menemui si pelempar pisau, dan sisanya akan menemui Keluarga Jones""
"Yah, aku ..." Ozzie tergagap.
"Ini adalah ide bagus," Pilar berkata, melompat dari kuda komidi putar. "Keluarga Jones akan berada di karavan mereka, di seberang jalan atau berlatih di tenda utama. Zoloft ada di tendanya." Pilar menunjuk ke masing-masing arah.
"Aku tak mau pergi dengan seorang anak perempuan." Alfie menyilangkan lengannya dengan nada memprotes.
Pilar mengetuk-ngetukkan jari ke sikunya dan mengeluarkan desahan tidak sabar.
Wiggins berpikir sesaat. Dia tahu Rohan bisa dipercaya untuk menjaga yang lain, dan mengendalikan agar mereka tetap berkonsentrasi pada penyelidikan. "Aku yang akan pergi bersamamu, kalau begitu, Oz," Wiggins menawarkan. "Rohan, kau dan yang lain pergi menemui Keluarga Jones."
Rohan mengangguk setuju. Sebelum Wiggins memberikan instruksi lebih lanjut, Pilar mengamatinya dan berkata, "Baiklah. Ikuti aku. Tenda Zoloft ada di sana."
Kct i ka Pi la r jjjJJ^bnemm Zoloft ng Pelempar Pisau
Ozzie dan Wiggins berusaha mengimbangi langkah cepat Pilar menyeberangi arena sirkus, sementara anak-anak lain terburu-buru pergi bersama Rohan.
"Ceritakan pada kami tentang sang pelempar pisau," kata Ozzie.
"Zoloft adalah seorang lelaki aneh dengan temperamen yang buruk. Aku tidak menyukainya. Asistennya, Penelope, adalah seorang gadis cantik. Dia adalah temanku. Saat aku masih kecil, Penelope biasa membantuku melatih bahasa Inggrisku. Sebagai balasan, aku mengajarinya bahasa Spanyol dan Romani, bahasa kaum Gypsi. Tahun lalu, saat ulang tahunku yang kesepuluh, dia membuatkan rompi ini." Pilar mengangkat ujung-ujung rompinya, memerhatikannya dengan pedih, kemudian melepaskannya. "Zoloft ingin menikahinya, tapi Penelope masih terlalu muda baginya. Entah bagaimana, dia berhasil menolak keinginan Zoloft, namun masih tetap bekerja untuk sang pelempar pisau. Aku merindukannya." Suara Pilar bergetar ketika mengucapkan kalimat terakhir ini.
Ozzie bertanya dengan canggung, "Jadi, apa yang terjadi dengannya""
"Penelope dan Cesar Walenda sering menghabiskan waktu bersama-sama. Penelope hanya mau bercerita sedikit kepadaku, tapi aku bisa merasakan perbedaannya akhir-akhir ini, lebih gembira. Zoloft menjadi curiga dan cemburu. Aku pernah melihat Zoloft berteriak kepada Penelope suatu malam, lalu mencoba memukul gadis itu. Dia dan Cesar menghilang tiga hari yang lalu, dan sejak saat itu tidak ada orang yang pernah mendengar kabar dari mereka. Zoloft sekarang menghabiskan seluruh waktunya di tenda."
"Apakah dia seharusnya tampil"" Wiggins bertanya.
"Ya, tapi tidak ada yang mau menjadi asistennya. Jadi, aksinya terbatas dan tidak menarik kegairahan para penonton."
Ozzie bergumam sambil berpikir. "Mungkin kita bisa menggunakannya."
"Apa maksudmu, Ozzie""
"Fakta bahwa Zoloft membutuhkan seorang asisten, untuk bisa berbicara dengannya. Aku bisa berkata kalau aku mencari pekerjaan dan bersedia membantunya."
Wiggins mengangguk penuh kekaguman. "Kau selalu memiliki rencana, Oz."
Pilar tertawa. "Siapa yang pernah mendengar atraksi lempar pisau yang memiliki asisten seorang anak lelaki""
Ozzie dan Wiggins terdiam. Sebenarnya,
keduanya belum pernah melihat atraksi lempar pisau dan tidak yakin apa yang biasanya dilakukan oleh seorang a
sisten. Ketika ketiganya mencapai sebuah tenda berukuran sedang dengan sehelai tirai satin merah di pintu, Pilar berhenti. "Aku yang harus melakukannya. Aku bisa menawarkan diri untuk menjadi asistennya. Dia mengenal siapa aku, dan dia tahu, kadang-kadang aku membantu ibuku dalam pertunjukannya. Kalian berdua diam di sini dan dengarkan. Aku akan mencoba membuatnya terus berbicara, mungkin dia akan mengungkapkan sesuatu."
"Kau bukan seorang penyelidik berpengalaman," bantah Ozzie. "Kau akan membuatnya curiga."
"Jika kalian bergerak ke sisi tenda, mengangkat lembaran penutupnya sedikit, dan mengintip, kalian bisa melihat apa yang terjadi. Aku akan memastikan dia menghadap ke arah lain sehingga dia tidak akan menyadarinya."
Kedua anak lelaki itu berusaha mencegah Pilar, tetapi dia sudah menarik tirai ke samping dan melangkah masuk.
"r Anak-anak lain telah menemukan Keluarga Jones di tenda utama.
"Mereka sedang berada di tali akrobat yang tinggi. Bagaimana kita melakukan tugas kita dengan posisi mereka di atas sana"" Elliot merasa frustrasi, kondisi yang menyebabkan pipinya merona merah
dan ujung-ujung telinganya terasa panas.
"Kita harus menunggu," Rohan berkata kepadanya.
Alfie duduk di lantai, di balik deretan tempat duduk bersama yang lain, dan membiarkan Shirley merangkak keluar masuk lengan bajunya. Wiggins telah menitipkan musang itu kepadanya sekarang. Sementara berjalan-jalan di arena tadi, Alfie telah melihat seorang anak lelaki yang melatih burung kenari untuk mengendarai sebuah kereta kecil dan berjalan di tali akrobat, serta tikus-tikus yang dapat memanjat tiang dan menurunkan bendera. Sudah tentu, aksi itu akan menghasilkan banyak uang koin di jalanan, pikir Alfie, saat Shirley merayap di lengan kirinya, menyeberangi bahunya, kemudian turun ke sebelah kanan. Dia berencana untuk menyuruh Wiggins melatih Shirley untuk beraksi dalam sirkusnya sendiri. Sementara itu, dia dan anak-anak lain menunggu di bawah stan-stan dalam tenda utama sambil memerhatikan Keluarga Jones melatih atraksi mereka.
"Ingatlah sekarang, saat kita membuktikan bahwa mereka adalah orang yang bersalah, aku akan mendapatkan guineaku," Alfie mengingatkan semua orang.
"Jika kau tidak menghabiskan uang shillingmu untuk menonton film murahan tempo hari, kau pasti tidak akan begitu mengharapkan guinea itu," Elliot berkata. "Sirkus ini bahkan belum buka, jadi kau telah dirampok, membayarkan shilling itu untuk menonton mereka berlatih."
Alfie mengabaikan logika pernyataan Elliot dan menepuk-nepuk Shirley. "Kau hanya iri karena ketinggalan acaranya. Film itu tentang pembunuhan seorang perempuan. Dia benar-benar cantik. Mereka memperlihatkan wajahnya sebelum dia tewas, tampak begitu molek di atas ayunan di taman. Kemudian, setelah dia tewas, hantunya menemui ibunya selama tiga malam berturut-turut. Hantu perempuan itu yang menuntun mereka menemukan pembunuhnya!"
Rohan meletakkan tangannya di atas kepala Alfie. "Hus, diamlah Sobat, atau kau akan membongkar penyamaran kita."
Anggota Laskar Jalanan yang lain duduk diam-diam, menonton keluarga Jones berjalan di atas tali. Kegairahan dalam pengintaian di sirkus itu telah memudar, dan saat ini mereka kelelahan, juga kelaparan.
Dengan bingung, Ozzie dan Wiggins saling berpandangan dan berlari ke tempat yang disarankan Pilar. Mereka menjatuhkan diri ke dalam jerami dan dengan hati-hati mengangkat lembaran tenda. Wiggins berusaha membersihkan permukaan tanah di sekeliling mereka. Jerami nyaris selalu menyebabkan serangan alergi atau asma pada Ozzie.
Bagian dalam tenda itu sangat gelap dengan hanya sebuah cahaya biru yang berasal dari lentera. Di atas lantai bertebaran botol-botol kosong
minuman keras, piring-piring dan mangkuk-mangkuk yang rusak, cerutu dan kotak-kotak biskuit, serta pakaian-pakaian yang berbau masam. Peti-peti terbuka dipenuhi oleh benda-benda ganjil yang menakutkan: rantai; bilah gergaji dengan gigi-gigi tajam; kail-kail panjang yang mirip tombak; sebuah gada; dan segulung tali.
Mata Pilar masih beradaptasi dengan kegelapan ketika dia melihat lingkaran putar yang digunakan Zoloft dalam atraksi
nya. Lingkaran itu berukuran setinggi orang dewasa. Tali-tali kulit yang tebal dengan gesper-gesper mengerikan tergantung di lingkaran tersebut. Meskipun Pilar sering masuk ke tenda-tenda sirkus lain, sesuatu tentang Zoloft membuatnya gemetaran.
Suara berkeresak terdengar dari arah dipan. Pilar menoleh ke sudut tenda dan, dalam kerema-ngan cahaya lampu, dia melihat Zoloft mengayunkan kakinya ke samping dan duduk sambil mengerang. Zoloft menggosok-gosok matanya dan menatap Pilar.
Zoloft membesarkan cahaya di I entera, dan Pilar merasakan kakinya terpaku ke tempat dia berpijak.
"Apakah kau benar-benar nyata"" tanya Zoloft. "Atau, kau makhluk gaib""
Saat itu juga Pilar menyadari, lewat sudut matanya, Ozzie dan Wiggins sudah melongokkan kepalanya di bawah tepian tenda.
"Ini aku, Pilar," dia menjawab, mengumpulkan keberanian.
Ekspresi Zoloft tampak tidak berubah. Dia melambai. "Mendekatlah."
Pilar melangkah dengan ragu-ragu ke arah Zoloft.
"Putri sang Peramal, apa yang kau inginkan" Orang-orang Gypsi membawa kesialan bagiku."
Zoloft berusaha bangkit. Titik-titik janggut hitam di wajahnya yang belum dicukur, mata merah yang berair, serta rambut hitam kotor yang berdiri dalam gumpalan-gumpalan kaku menandakan bahwa dia baru saja bangun tidur. Sehelai kemeja besar berwarna putih yang sudah kotor membalut perutnya yang buncit. Dia melangkah ke meja di dekatnya dan meraba-raba tumpukan benda di atasnya. Botol-botol kosong berdenting.
"Aku ikut prihatin mendengar kabar Penelope. Aku juga kehilangan dia. Dia adalah teman baikku."
Zoloft terdiam. "Apa, apa"" Dia terhuyung-huyung berjalan mendekati Pilar, mengangkat kepalan tangannya, dan menyambar leher mantel gadis kecil itu. "Jangan pernah lagi menyebut-nyebut namanya!" Zoloft berseru dan meludah, matanya membara.
Paru-paru Pilar bagaikan akan meledak, dan dia terengah-engah menghirup napas.
Ozzie merasakan bagian belakang kerongkongannya mulai terasa gatal. Dia menelan ludah dan menarik napas pelan-pelan, ketika dia dan Wiggins bermaksud menarik tubuh mereka dari bawah tenda untuk menolong Pilar.
Kemudian, dalam waktu sekejap, suasana hati
Zoloft berubah. Dia berputar membelakangi Pilar, kem-bali ke arah meja, dan meraba-raba lagi. "Ahh," dia mendesah, mengangkat sebuah botol pipih kecil ke mulutnya. "Cairan kehidupan."
Pilar menggosok-gosok lehernya, di tempat jahitan mantelnya yang telah menggores kulitnya.
"Mengapa kau datang dan menggangguku, Nak"" Zoloft menggerutu pelan.
"Kupikir aku bisa menolong Anda. Kupikir Anda membutuhkan seorang asisten," Pilar menawarkan dengan sedikit bergidik.
"Seorang asisten!" teriak Zoloft. "Dia ingin menggantikan asistenku yang keparat!"
Pilar melangkah mundur. Zoloft mengangkat botol lagi ke bibirnya dan menenggak isinya.
Pilar tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Dia ingin segera pergi karena melanjutkan pembicaraan dengan Zoloft akan tampak sia-sia.
Saat itu, Wiggins berhasil mengangkat bagian bawah tenda sehingga ada celah yang bisa dilewati anak-anak untuk merangkak jika mereka harus melakukannya, tetapi mereka tetap berada di posisi semula. Ozzie merasakan tenggorokannya gatal lagi, lalu mulai menegang, dan setelah berusaha untuk menahan napas, akhirnya dia terbatuk-batuk.
"Apa itu"" tatapan Zoloft terpaku ke bagian belakang tenda.
Wiggins menjatuhkan lembaran tenda yang dia pegang, kemudian menepuk punggung Ozzie.
Ozzie terbatuk lagi. "Iblis iblis terkutuk!" Zoloft mengangkat lentera dan berdiri untuk memeriksa, saat Pilar terbatuk-batuk hebat.
"Maafkan aku, Sir," dia berkata di antara aksi pura-puranya.
Zoloft berbalik ke arah Pilar dan meletakkan lentera. "Ternyata kau. Gyppo keparat selalu menyebarkan wabah, kalian seharusnya dikarantina!"
"Sekarang aku merasa lebih baik. Mama berkata aku mungkin tertular sesuatu dari para badut."
Ozzie menelan ludah perlahan, kemudian menggosok lehernya dengan tangan. Tindakan itu cukup untuk menahan batuknya.
"Maafkan aku, Sayang," Zoloft melanjutkan. "Sebagaimana yang kau lihat, akhir-akhir ini aku merasa aneh dengan badanku, dan juga temperamenku sedang labil. Aku akan senang memberi kesempatan
audisi kepadamu sekarang." Zoloft menyunggingkan senyum terpaksa dan melangkah mundur. Dengan menggandeng Pilar, Zoloft melangkah ke arah lingkaran.
Zoloft menarik sebuah bangku kecil dan menyuruh Pilar naik ke atasnya. Dia mengangkat lengan kanan Pilar, kemudian mengikatnya dengan gesper tali kulit di sekeliling pergelangan tangannya.
"Tenanglah, Sayangku. Itu kuncinya." Zoloft mengangkat lengan kiri Pilar dan mengikatkan tali kulit lain di pergelangan tangannya. "Jika kau tetap tenang, orang-orang tidak akan menduga akan ada sesuatu yang mengerikan bakal terjadi padamu.
Sekarang, letakkan kakimu di pijakan." Pilar memindahkan kakinya dari bangku ke dua pijakan yang menempel di bagian bawah lingkaran.
Zoloft membungkuk dan mengencangkan tali kulit di sekeliling mata kaki Pilar. "Penelope selalu tenang dan santai. Itulah mengapa aku tidak pernah tahu apa yang sebetulnya dia pikirkan." Zoloft mengencangkan ikatan terakhir di mata kaki kiri Pilar. Sekarang Pilar sudah terikat, dengan lengan, kaki, dan kepala yang terentang bagaikan bintang bersudut lima.
"Kita lihat seberapa tenang kau dapat bersikap." Zoloft memindahkan bangku dan menarik sebuah tuas di dekat lingkaran.
Pilar mengetahui atraksi itu. Dia sudah melihat kejadian seperti ini sebelumnya. Tetapi, Zoloft tampaknya merasa terhibur saat lingkaran itu perlahan-lahan berputar, tanpa menyadari bahwa Pilar berada dalam keadaan bahaya yang mungkin mengancam jiwanya.
Di atas tempat persembunyian Laskar Jalanan, sesosok manusia memanjat deretan tempat duduk. Anak-anak lelaki mengintip di antara celah untuk melihat seorang badut berkostum lengkap, mengenakan setelan gombrang dengan kerah lebar. Dia berdiri dengan lengan terentang bagaikan memegang sebuah piring yang akan diisi makanan. "Biarkan aku melihat. 'Sialan, Yorick yang malang! Aku mengenalnya, Horatio, seorang teman yang sangat lucu, luar biasa menarik; dia memanggulku di punggungnya ribuan kali ..."'
"Dengan siapa dia berbicara"" Alfie berbisik keras.
Anak-anak lain memberi isyarat agar dia diam.
Kemudian, badut kedua dengan sebuah topi yang tergantung di kepalanya melangkah ke stan. Dia membawa dua cangkir beruap di tangannya, serta sekaleng biskuit yang terkepit di bawah lengannya. "Waktu minum teh di tenda utama, Sir. Ini cangkir tehmu. Siapa kau hari ini" Romeo""
"Bukan, Tolol," sahut badut berkerah lebar, mengambil cangkirnya. "Aku adalah Pangeran Denmark."
Si Topi Tergantung menawarkan kaleng biskuit ke rekannya. "Makanan""
"Apakah kau tidak menginginkan sesuatu yang lebih serius atau penting daripada bertingkah konyol seperti yang kita lakukan setiap hari""
"Oh, aku tak tahu. Kerumunan penonton selalu senang melihatku. Anak-anak lelaki dan perempuan juga tertawa."
"Tapi, cobalah sekali-kali kau bayangkan sebuah kehidupan teater yang sesungguhnya: tragedi, draMa, dan penonton yang dewasa!" si Kerah Lebar meng-ambil sebuah biskuit, kemudian menyesap tehnya, tersedak, dan meludah. "Rasanya seperti sabun!"
"Ini teh herbal. Kau akan membutuhkannya supaya bisa tidur, itu saja."
"Tak masuk akal! Kau menggunakan air sabun untuk membuat teh."
"Tidak. Aku mengambilnya dari ember air bersih."
"Dan di mana ember itu""
"Di luar tenda gajah," si Topi Tergantung menjawab dengan malu-malu.
"Tenda gajah! Sudah berapa lama kau mengambil air dari sana"" si Kerah Lebar menumpahkan tehnya ke tanah dan meludah sekali lagi.
Si Kerah Lebar menggigit biskuitnya.
Si Topi Tergantung mengangkat bahu dan menyesap. "Rasanya biasa saja bagiku."
"Itu karena kau memiliki indra perasa bagaikan kutu, dasar idiot."
Senyum yang dilukis di wajah si Topi Tergantung menghilang.
"Oh, tolonglah, Watty, jangan cengeng seperti
itu." Tetapi, sudah terlambat. Air mata besar-besar sudah mengalir di pipi si Topi Tergantung, meninggalkan jejak di pipinya yang sudah digambar rapi.
"Oh, baiklah. Maafkan aku. Sekarang, hentikan ocehanmu," kata si Kerah Lebar.
Si Topi Tergantung berhenti menangis dan menonton Keluarga Jones yang sedang beratraksi di atas tali, tidak mengetahui sekelompok anak yang menguping di bawah mereka.
Sementara itu, Zoloft berjalan ke
mbali ke arah meja, membuka simpul sebuah bundel besar berbahan dasar kulit, kemudian membuka gulungannya.
Tampak dua puluh pisau lempar panjang berbaris dan terikat ke wadah kulit itu dengan simetri yang sempurna. Pilar sekarang berputar di lingkaran pada waktu yang bersamaan.
Zoloft meraih botolnya dan menenggak lagi. Kemudian, dia menarik sebilah pisau dari sarungnya dan melemparkannya. Pisau itu dengan segera menancap di bawah lengan kiri Pilar. Pilar melolong pelan ketika Zoloft mengayunkan pisau lain. "Kau harus tetap tenang. Bagus," dia berkata, dan menyarangkan sebilah pisau lain tepat di bawah bahu kiri Pilar.
Wiggins, yang telah mengangkat bagian bawah tenda lagi, menyaksikan dengan penuh kengerian ketika Zoloft terus menenggak whisky sambil melempar pisau. "Dia mabuk. Aku akan menjemputnya, Oz," dia berbisik.
"Tunggu." Wiggins memandang Ozzie. Tampaknya, Ozzie sedang memerhatikan seluruh isi tenda. Bagaimana mungkin dia bisa memusatkan perhatiannya terhadap sesuatu selain nyawa Pilar, terutama saat melihat ekspresi ketakutan di mata gadis itu"
Tanpa berkata-kata, Ozzie merangkak diam-diam ke dalam tenda, memberi isyarat agar Wiggins mengikutinya.
Setelah melemparkan pisau ketiga dan keempat, Zoloft berjalan kembali ke lingkaran. "Kau melakukannya dengan bagus. Coba kita lihat sejauh mana kau bisa mengikuti," dan seolah-olah gila, Zoloft menarik tuasnya lebih jauh ke arah depan,
menyebabkan lingkaran itu berputar lebih cepat dan semakin cepat.
"Indigo tampak bagaikan terlahir di tali akrobat. Dia benar-benar melakukan pengamatan yang cepat terhadap atraksi itu," si Topi Tergantung memerhatikan.
"Kukatakan padamu, Indigo memiliki suatu tanda kegelapan dalam dirinya, memang begitu, kepala botak dan janggutnya yang runcing, layaknya Mephistopheles. Tampaknya dia sedikit terlalu siap untuk pekerjaan ini, menurutku, seperti selama ini telah mengetahui bahwa pekerjaan itu akan menjadi miliknya." Si Kerah Lebar meraih biskuit lagi. "Aku mendengar bahwa Indigo menghabiskan beberapa waktu di dalam Penjara Reading, dipekerjakan secara paksa, tidak ada yang tahu alasannya. Tapi, kau tidak akan menemukan dirimu sendiri terkurung di sana hanya karena mencuri kue crumpet." Crumpet adalah semacam kue datar dengan lubang kecil di bagian atas, biasa dimakan panas-panas dengan mentega. Sedangkan Mephistopheles yang dia maksud adalah nama sesosok iblis dalam legenda Faust.
"Kalian dengar," Alfie menyembur. "Pasti Keluarga Jones!"
Rohan membekapkan tangannya ke mulut anak kecil itu.
"Menurutmu, apa yang terjadi dengan Walenda
Bersaudara"" si Topi Tergantung bertanya.
"Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Mungkin Indigo begitu berambisi sehingga dia melakukan sabotase terhadap tali. Tampaknya dia mampu melakukan itu." Si Kerah Lebar mengembuskan napas panjang sambil berbicara. "'Biarkan aku mencari seorang lelaki sepantaran aku yang gemuk ...' Seperti yang kita lihat, Indigo 'memiliki tatapan kejam dan lapar; dia berpikir terlalu banyak; orang-orang yang berbahaya.'"
"Kau pikir begitu"" tanya si Topi Tergantung.
"Oh, aku tak tahu. Ada juga Zoloft, orang gila yang terbakar api cemburu. Aku yakin dia tahu lebih banyak daripada sekadar cara memotong tali."
"Tidak. Dia membenci Cesar Walenda, bukan yang lain."
"Yang kau katakan memang masuk akal, tapi Zoloft tidak. Tidak ada metode yang cocok dengan kegilaannya. Dia adalah monster 'bermata hijau yang sedang mengintai daging umpannya.'" Bermata hijau adalah ungkapan bagi seseorang yang iri.
"Aku ikut prihatin dengan nasib Walenda Bersaudara, tapi pada hari-hari terakhir, mereka bertingkah cukup aneh, betul, kan"" tanya si Topi Tergantung. "Terus memisahkan diri dan menolak untuk bersosialisasi dengan yang lain. Dan yang paling ganjil, saat Cesar menghilang, mereka tidak membicarakannya dengan orang lain. Mereka tidak merasa cemas atau terkejut."
"Memang benar. Mereka juga menghabiskan waktu dengan si penjual tali, Lelaki yang sangat
jelek dan pendek! Dia me-miliki tanda kegelapan juga, menurutku. Orang-orang asing selalu menjadi pertanda buruk, dan orang itu, meskipun berpakaian
seperti lelaki terhormat, memiliki aura gelap. Beberapa hari yang lalu, aku melihat Walenda Bersaudara kembali bersamanya pada tengah malam. Apa yang mereka lakukan""
Si Topi Tergantung mengangkat bahu.
Si Kerah Lebar menunjuk ke tali. "Sekarang, lihatlah seluruh Keluarga Jones di atas sana, seolah mereka beranggapan bahwa Walenda Bersaudara tidak pernah ada di sini. Kupikir peristiwa-peristiwa buruk bisa membawa keuntungan dan kebaikan bagi beberapa orang."
"Omong-omong tentang kebaikan," kata si Topi Tergantung, "mengapa kita tidak mengunjungi Angelina dan Balina" Aku akan menghibur Angelina, dan kau bisa menghabiskan waktu dengan Balina."
Si Kerah Lebar mendengus. "Balina itu perempuan kasar, tapi aku bisa menghadapinya."
Si Topi Tergantung menyapu remah-remah biskuit dari pangkuannya. "Aku harus memperbaiki dandanan pipiku. Lalu, ayo kita petik bunga-bunga liar."
"Ah, ya, untuk menghiasi rambut mereka." Si Kerah Lebar terkekeh saat dua badut itu berjalan pergi.
"Kita bisa berhenti sekarang. Kurasa sudah cukup." Suara Pilar terdengar bernada tinggi.
"Kita akan berhenti jika aku yang mengatakannya, hanya aku yang berhak menghentikannya! Kau masih terlalu tenang, seperti yang lain." Zoloft melakukan dansa waltz kacau, berjalan kembali ke botol dan pisau-pisaunya.
Zoloft melemparkan pisau kelima, yang menancap di lingkaran dekat telinga kanan Pilar, dia tidak bersuara. Dia hanya tampak buram dalam perputaran lingkaran itu.
"Ini terlalu mudah," Zoloft berkata, mengangkat sebuah cermin bertangkai dari atas meja. Dia membelakangi lingkaran dan meraih sebilah pisau lagi. Kemudian, sambil menatap dari cermin, yang dia genggam di tangan kirinya, dia melemparkan pisau melewati bahu kirinya. Kali ini, pisaunya bergesekan dengan rambut Pilar ketika menancap di lingkaran. Pilar menjerit.
Tiba-tiba, Ozzie dan Wiggins muncul dari belakang sebuah peti, membawa seutas tali. Mereka melemparkan laso ke tubuh Zoloft dan menariknya, mengunci lengan Zoloft di kedua sisi tubuhnya. Si lelaki gemuk itu meronta-ronta dan mulai menyumpah.
"Coba kita lihat sejauh mana kau bisa beraksi," Wiggins mencemoohnya, memutar salah satu ujung tali mengelilingi Zoloft sementara Ozzie sibuk dengan ujung yang satu, kemudian mengaitkannya ke sebuah mesin di belakang lingkaran yang berputar.
Mesin itu menggulung tali bagaikan tali pancing, menarik Zoloft hingga terjatuh dan menyeretnya di lantai. Beban tubuhnya menyebabkan lingkaran itu melambat.
Zoloft tergantung terbalik di mesin itu, dan sekarang lingkarannya berhenti berputar. Dia membentak, "Lepaskan ikatanku, Anjing-Anjing Kampung!"
Kedua anak itu berlari untuk membebaskan Pilar. Bersama-sama, mereka membuka ikatannya dan menolong Pilar turun dari lingkaran. Pilar hanya membutuhkan waktu sedetik untuk mengatur napas dan menyeimbangkan tubuhnya di permukaan tanah yang keras, kemudian dia terhuyung-huyung di antara kedua anak lelaki itu karena masih merasa pusing, yang menyangga kedua bahunya.
"Ayo menjauhi ubur-ubur!" Wiggins berseru, menyadari bahwa teriakan Zoloft bisa menarik orang yang lewat.
"Jangan, tunggu." Ozzie berbalik.
Zoloft sedang meronta-ronta di tali yang mengikatnya dengan kencang, wajahnya merah padam. "Setan, keparat, pasti kukejar kau," dia menceracau tidak jelas, kemudian meludah.
"Kami akan melepaskan ikatan Anda jika Anda memberi tahu kami semua yang Anda ketahui tentang Walenda Bersaudara," Ozzie berkata kepadanya.
"Kalian akan ditelan Dewa Hades!" Ozzie menarik sebilah pisau dari lingkaran dan menghunuskannya ke arah Zoloft.
Wiggins dan Pilar mengamati dengan gugup. "Anda telah mabuk, dan jika terus tergantung terbalik, Anda pasti akan pingsan. Pasti akan makan waktu berjam-jam sebelum ada orang yang bisa menemukan Anda. Dan jika Anda tergantung terbalik terlalu lama, kupikir hal ini akan mengakibatkan kerusakan pada otak Anda. Tapi, sila-kan menikmatinya." Ozzie berbalik ke arah Wiggins dan Pilar. "Ayolah."
Zoloft mengerang dan berhenti menyumpah. "Tunggu!" dia berteriak. "Mengapa kau peduli dengan apa yang terjadi terhadap berandal-berandal itu""
"Kami hanya ingin mengetahui apa
yang Anda ketahui," Ozzie berkata.
"Lepaskan aku dan aku akan ..."
"Tidak, hingga Anda menceritakannya." "Mengapa aku harus memedulikan orang-orang itu" Mereka mengambil Penny mungilku." Zoloft mulai terisak.
Ozzie masih diam dan menunggu.
"Aku tidak tahu apa-apa tentang kematian makhluk-makhluk itu, tapi aku yakin bahwa itu bukan sebuah kecelakaan. Aku melihat mereka malam itu. Keempatnya pergi bersama Pennyku, dan mereka yang menghabiskan waktu bersama. Mereka semua berangkat dalam kereta yang sama."
"Aku tidak bisa percaya mengapa dia sampai tega meninggalkanku setelah empat tahun bersamaku. Empat tahun! Aku begitu terkejut hingga tidak bisa melakukan apa-apa. Aku tidak melakukan
Sherlock Holmes - Misteri Kematian Bintang Sirkus di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
apa-apa! Berjam-jam kemudian mereka kembali, tapi hanya tiga orang tanpa si bungsu dan Pennyku." Zoloft melolong saat ini, dan tangisannya memecah keheningan. "Aku menanyai mereka, tapi ketiganya tidak mau berbicara, dan orang asing itu pergi. Oh, Pennyku, mengapa kau meninggalkanku"" Ozzie mengangguk.
Wiggins menyuruh Zoloft bersiap-siap menyeimbangkan diri, kemudian memotong talinya.
Ten gh ad api Indigo Jones
Rohan dan anak-anak lain bertemu dengan Oz-zie, Wiggins, dan Pilar di luar tenda Madam Estrella. Setelah bertukar informasi yang mereka dapatkan dari Zoloft dan para badut, mereka setuju mengeliminasi Zoloft sebagai tersangka. Tetapi, si Kerah Lebar telah membuat suatu tuduhan serius terhadap keterlibatan Indigo Jones dalam kasus kematian Walenda Bersaudara. Jadi, Ozzie menyarankan agar mereka medatanginya. Oleh karena dia memimpin Keluarga Jones dan memiliki latar belakang kriminal, dia adalah orang yang paling dicurigai. Anak-anak memutuskan bahwa Ozzie yang harus berbicara kepadanya. Lagi-pula, Ozzie adalah seorang penyelidik terbaik di antara mereka, dan Indigo tampaknya seseorang yang sulit dihadapi. Mereka semua pergi ke tenda utama, tetapi tidak ada yang mengira bahwa Indigo mungkin masih ada di atas tali akrobat.
"Permisi, Sir, bolehkah aku berbicara dengan Anda""
Indigo Jones menunduk dari bangku pijakannya, melihat seorang bocah kurus dengan topi bowler. Saat ini adalah waktu yang ganjil untuk kedatangan para pengunjung, dia menyadari. Sirkus ini bahkan belum buka. Indigo memerhatikan lantai kalau-kalau ada orang lain. Tetapi, hanya dia dan anak lelaki ini yang ada di dalam tenda.
"Aku tidak memiliki waktu untuk memberi tanda tangan, kau tahu sendiri aku sibuk, kan"" Indigo mengangkat tiang penyeimbang dan memosisikan dirinya untuk melangkah di atas tali.
"Dengan segala hormat, Sir, aku datang kemari bukan untuk meminta tanda tangan."
"Bukan" Jadi apa urusanmu"" Indigo berdiri tegak, menatap lurus ke depan. Dari atas, celana ketatnya yang berwarna hitam, saputangan merah yang diikat di sekeliling kepala botaknya, dan janggut hitamnya yang berbentuk segitiga runcing membuatnya tampak bagaikan joker jahat di kartu remi.
"Lebih seperti suatu wawancara, tentang keahlian Anda dalam akrobat tali. Ayahku adalah seorang wartawan di surat kabar Dispatch. Aku asistennya. Kami ingin menulis artikel tentang Anda dan atraksi Anda."
Indigo tidak bisa menyangkal bahwa dia merasa tersanjung. Dia dan klannya bahkan belum melakukan atraksi tali, tetapi reputasi mereka sudah tersebar ke mana-mana.
Ozzie menarik sehelai kecil kertas dan sebatang pensil dari saku mantelnya, kemudian melambai-kannya di udara bagaikan sebongkah daging yang
diumpankan kepada seekor anjing.
Anehnya, Indigo tidak menyambar umpannya. "Seperti yang kau lihat, aku terlalu sibuk untuk hal-hal sepele semacam itu. Jika kau ingin berbicara denganku, naiklah ke atas." Indigo tertawa sinis dan melangkah di atas tali.
Sementara itu, Pilar dan anggota Laskar Jalanan yang lain mengamati dari sebuah titik tersembunyi di balik kursi, ketika Indigo melangkah dengan penuh kepercayaan diri ke arah tiang di pusat tenda.
Ozzie berhenti bergerak, kemudian berjalan ke arah dasar tiang pusat dan mendongak. Tiba-tiba, Indigo tampak bagaikan berada ribuan meter di udara. Ozzie merasa pusing hanya karena melihatnya. Tetapi, Master mengandalkan mereka, dia mengingatkan dirinya sendiri.
"Dia s udah gila," Rohan berbisik kepada yang
lain. Pilar tidak mengatakan apa-apa, tetapi mata kirinya berkedut, mengganggu perhatiannya.
"Oz seharusnya tidak meninggalkan tanah," Wiggins berkata dengan khawatir.
Terus bicara dan pusatkan perhatian, Ozzie berkata pada dirinya sendiri saat menyambar pijakan demi pijakan menapaki tangga di tiang pusat tenda. "Mr. Jones, apakah sulit untuk berjalan di atas tali setelah kejadian semalam""
Indigo terus berjalan, tatapannya terpaku lurus ke depan. "Kupikir wawancara ini tentang aku dan Keluarga Terbang Jones, Keluarga Bangsawan
Penguasa Ketinggian."
Ozzie memanjat dengan mantap dan memilih kalimatnya dengan hati-hati. "Benar. Hanya saja, baiklah, kalian benar-benar berani. Beberapa orang pasti akan takut untuk tampil terlalu cepat, kecuali Keluarga Terbang Jones."
"Nak, apakah kau mencoba membuatku merasa tidak nyaman"" Saat ini, Indigo telah berjalan menapaki sekitar setengah panjang tali.
"Oh, tidak, Sir, sebenarnya aku hanya bertanya-tanya, apakah Anda, sebagai spesialis akrobat tali, memiliki pendapat tentang apa yang terjadi pada Walenda Bersaudara. Karena mereka adalah kolega Anda, Anda pasti cukup berduka mendengar akhir hidup mereka yang sial."
Indigo berdeham. "Apakah kau benar-benar berpikir bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk membicarakan hal-hal seperti itu" Sebaiknya aku menceritakan padamu bagaimana Keluarga Jones akan menaklukkan sirkuit pertunjukan ini dengan keterampilan mereka yang menakjubkan1."
Ozzie menyadari bahwa Indigo memberi penekanan pada kata menakjubkan. Apakah dia akan mengambil alih gelar Walenda Bersaudara, sebagai tambahan atraksi mereka" Apakah dia yang menghabisi nyawa mereka"
Ozzie berkonsentrasi begitu kuat sambil mencengkeram pijakan demi pijakan. Akhirnya, dia baru menyadari bahwa dia berada hanya sekitar sepuluh jengkal di bawah tali, kira-kira lima belas meter di udara. Dia menunduk, memandang serbuk gergaji
yang berada jauh di bawahnya, dan merasakan isi perutnya bergolak menuju mulutnya. Setengah panik, dia berhenti dan memeluk tiang.
"Mual," Wiggins berbicara sambil mengembuskan napas. "Ketakutan menguasainya. Usaha kerasnya menaiki tiang pasti menyebabkan masalah baginya."
"Bertahanlah, Oz," Alfie berbisik, dan dengan segera anak-anak lelaki lain serta Pilar menghiburnya diam-diam.
Lengan dan kaki Ozzie memeluk tiang bagaikan mi yang melingkari sebuah garpu, dan kaki Ozzie bertumpu dengan lemah di atas pijakan. Seharusnya dia tidak berhenti, Ozzie terlambat menyadari. Seharusnya dia tidak boleh melihat ke bawah. Penglihat-annya mengabur, dan dia mulai sesak napas.
"Wajahmu tampak sedikit hijau, Nak. Bagaimana perasaanmu berada di atas sini setelah peristiwa semalam"" Indigo terkekeh sinis. "Seharusnya aku senang jika bisa menolongmu, tapi seperti yang kau lihat, tanganku penuh." Dia menunjuk ke arah tiang penyeimbang. Dengan sombong, dia mengangkatnya tinggi-tinggi di atas kepalanya bagaikan seorang pengangkat beban, kemudian mengembalikannya ke posisi semula, di pinggangnya.
Ozzie memejamkan mata, menelan rasa seolah ada logam di mulutnya, kemudian bertanya, "Apakah Anda pernah bertemu dengan sang penjual tali""
Masih merasa geli, Indigo berkata lagi, "Nak, kau sudah cukup terlibat dalam masalah saat ini,
tanpa mencemaskan bagaimana penampilan Orlando Vile."
Pijakan, tangan, pijakan, tangan, Ozzie bernyanyi di dalam hati bagaikan melantunkan mantra. Jika dia bisa berpura-pura sedang berada hanya enam puluh sentimeter dari permukaan tanah, dia bisa meneruskan memanjat dengan mudah. Dengan penuh tekad, Ozzie melepaskan pelukannya dari tiang, kemudian memanjat pijakan berikutnya. Sementara itu, dia menyimpan baik-baik nama Orlando Vile di dalam benaknya.
"Apakah kau yakin bahwa ada masalah dengan tali, atau sesuatu yang lain"" Ozzie bertanya, kembali menguasai dirinya.
"Mengapa kau mengajukan pertanyaan-pertanyaan semacam itu" Siapa kau"" Indigo berjalan dengan sikap tidak terlalu resmi sekarang, bergerak dengan langkah yang berat. Dia telah menyusuri tiga perempat panjang tali, dan Ozzie bisa melihat wajahnya merah padam.
Akhirnya, Ozz ie mencapai landasan, sebuah papan kayu yang bundar, berdiameter sekitar seratus dua puluh sentimeter, yang menempel ke tiang tenda. Dia menghela napas dalam-dalam dan menatap langsung ke arah Indigo, yang saat ini hanya beberapa meter darinya. "Mr. Jones, aku yakin Anda mengetahui sesuatu tentang kematian Walenda Bersaudara. Anda tidak perlu berbicara kepadaku, tapi Anda akan merasa bahwa bicara padaku lebih mudah daripada berbicara kepada pihak berwajib."
Indigo melangkah dengan marah ke arah Ozzie.
Ozzie tidak dapat menahan diri untuk tidak mengerutkan tubuh.
"Apa yang harus kita lakukan"" tanya Pilar kepada Wiggins.
"Tunggu saja," Wiggins menjawab.
Saat Indigo mencapai landasan, bukannya mencekik leher Ozzie seperti yang dia duga sebelumnya, dengan tenang Indigo meletakkan tiang penyeimbang di sebuah rak di atas mereka. Dia melingkarkan sebelah kakinya sesaat, meregangkan jari-jari kakinya, kemudian mengulangi gerakan itu dengan jari-jari tangannya. Dia menatap sambil menyipitkan mata penuh ancaman ke mata Ozzie. "Katakan untuk siapa kau bekerja sebelum aku menendang bokongmu." Dia menunjuk ke lantai tenda. "Tidak ada Orang di sana yang menyaksikan." Ozzie bisa merasakan jantungnya berdegup tak keruan, dan dia khawatir akan terserang asma secara tiba-tiba. "Dua kematian berturut-turut di sini pasti akan berakibat sangat buruk bagi bisnis pertunjukan," dia akhirnya berkata.
Indigo menyambar bagian depan kerah mantel Ozzie, menjatuhkan topi bowler-nya, yang berputar-putar bagaikan piring terbang saat terjatuh ke tanah.
Tiba-tiba, ada suatu keributan di bawahnya.
"Kau akan ditemani di atas sana, Oz!" Wiggins berteriak, berlari dari balik deretan bangku ke tengah lingkaran.
Anak-anak lain beserta Pilar mengikuti, semua
membuat keributan besar. Indigo menatap ke bawah. "Apa ini"!" dia bertanya.
"Sejauh yang bisa kulihat, mereka adalah saksi yang cukup banyak," Ozzie berkata kepadanya dengan datar. "Sekarang, jika Anda bersedia melepas-kanku, Sir, aku akan sangat senang."
Indigo melepaskan cengkeramannya.
"Walenda Bersaudara dibunuh, Mr. Jones, dan kami bisa membuktikannya. Jika Anda tidak terlibat, Anda tidak memiliki alasan untuk menyembunyikan informasi. Tetap diam bisa membuat Anda tampak bersalah."
Indigo mulai gemetaran, bukan karena kemarahan, tetapi sesuatu yang lain. Apakah karena ketakutan" Ozzie bertanya-tanya.
"Aku tidak tahu apa-apa. Bahkan jika aku tahu pun, aku tidak melihat ada keuntungan untuk berbagi hal itu dengan orang sepertimu." Indigo berbalik, meraih kembali tiang penyeimbang, kemudian berjalan kembali di atas tali. "Aku memperi-ngatkanmu, Nak," dia berkata dengan serius. "Kau berada di luar batas kemampuanmu, dan kau tahu akan segera menempuh bahaya. Percayalah padaku ketika aku mengatakan bahwa kau sudah ikut campur terlalu jauh, dan nyawamu akan terancam jika menceritakan kisahmu."
r TVfem buka Rahasia Keku at ainiva
Setelah Ozzie pulih dari ketegangannya setelah menghadapi Indigo, dia, Wiggins, Pilar, dan anak-anak lelaki lain berjalan kembali ke tenda Madam Estrella. Karena ibu PilaR tidak ada di sana, mereka memutuskan menuju ke tempat privat untuk bertukar ide tentang pembunuhan ini. Dan memang benar, tenda kering ini adalah tempat perlindungan yang nyaman agar terhindar dari udara lembap di luar. Selain itu, Madam Estrella selalu menyimpan satu stoples biskuit jahe di tempat itu, Pilar lalu berkeliling menawarkannya, sehingga anak-anak itu akhirnya makan dengan gembira sambil berdiskusi.
"Nah, tampaknya kita sudah melakukan sebanyak yang kita mampu," Ozzie berkata setelah beberapa menit. "Kupikir sudah waktunya untuk melapor kembali ke Master. Dia pasti akan senang mendengar bahwa kita mendapatkan informasi tentang nama si penjual tali." Wiggins mengangguk menyetujui.
Ketika anak-anak lelaki berdiri untuk bergegas ke rumah Master, "Tunggu!" Pilar berteriak sambil
ikut berdiri, membuat anak-anak bertanya-tanya. "Maksudku, itu hanya ... yah ... kita belum benar-benar menemukan sesuatu. Kalian masih harus tetap tinggal di sirkus ini. Kita akan menemui Barboza dan menanyainya." Dapatkah mereka m
endengar kekecewaan dalam suaranya" Pilar bertanya-tanya. Apakah mereka tahu dia bosan dengan kehidupan sirkus dan ingin sekali memiliki teman sebaya"
Ozzie menyadari kebaikan hati Pilar. "Itu bukan ide yang buruk, tapi Master sudah berbicara pada Barboza. Tidak ada lagi yang akan Barboza ceritakan kepada kita."
"Kalau begitu, keluarga Jones yang lain. Mungkin salah seorang dari mereka akan mengungkapkan informasi lebih," Pilar menyarankan.
Wiggins menggelengkan kepala. "Setelah pertemuan Ozzie dengan Indigo, sudah pasti dia menyuruh saudara-saudaranya untuk menutup mulut dari kita."
Tanpa suara, anak-anak menyetujui bahwa mereka sudah melakukan usaha semampu mereka dan harus kembali ke Baker Street.
Pilar mencoba menyembunyikan kekesalannya. Dengan sikap dingin, dia duduk di depan bola kristal ibunya. "Kalau begitu, sebelum kalian pergi, aku akan meramal kalian terlebih dahulu, semuanya. Aku mungkin bisa menemukan sesuatu yang bisa membantu kalian."
Ozzie dan Wiggins saling berpandangan. Wiggins mengangkat bahu. Dia penasaran dengan
bola kristal yang terletak di atas meja bagaikan sebutir kelereng raksasa yang indah.
"Kau tidak bilang kalau kau bisa meramal," Ozzie menukas.
"Bukankah sudah jelas" Aku adalah seorang Gypsi dan putri seorang peramal. Kekuatannya mengalir di darahku. Sekarang, tolong, redupkan cahaya lenteranya."
"Oke, tapi kau harus melakukannya dengan cepat. Master menunggu kami." Ozzie kembali duduk di bangku yang tadi dia duduki, menyadari seumur hidupnya, baru kali ini dia diramal dua kali dalam sehari. Sungguh aneh baginya yang sebelumnya belum pernah melakukan ramal-meramal.
Rohan meredupkan lentera, kemudian bergabung dengan anak-anak lain, yang berkumpul setengah lingkaran di bangku-bangku mengelilingi Pilar. "
Pilar memejamkan mata dan mengusap-usap bola kristal. Dalam kegelapan tenda, bola itu mulai berkilauan. Pilar bersenandung lembut dengan bahasa tak jelas, mungkin bahasa Spanyol atau bisa jadi Romani; anak-anak tidak dapat mengenalinya. Saat dia membuka mata, hanya bagian putih dari matanya yang terlihat, dan membuat beberapa anak terkesiap.
"Lelaki yang kau cari mati lebih dari sekali. Seperti air, kau bisa menangkupnya, tapi lelaki itu akan bocor di sela-sela jarimu." Suara yang terdengar dari mulut Pilar lebih mirip suara perempuan yang jauh lebih tua, dan bergema. "Kau tidak
berarti apa-apa baginya, hanya sekadar secarik kain usang yang sudah pasti dibuang."
Mata Wiggins melebar karena tidak percaya.
Ozzie mengamati Pilar dengan saksama.
"Kau sedang menghadapi masa yang suram," dia meneruskan. "Keamananmu tidak dapat dijamin. Tetaplah bersama kelompokmu, maka kau akan bertahan hidup. Jika beraksi sendirian, kau pasti akan mati."
Pilar kemudian menunjuk Ozzie. "Lelaki yang benar-benar ingin kau temui bukan seperti yang kau percayai selama ini." Suaranya mulai berubah, kembali melembut dan manis.
Ozzie merasakan ketidaknyamanan menggelitik di sepanjang tulang punggungnya. Suara itu begitu menyeramkan dan terasa akrab. Di mana dia pernah mendengar suara itu sebelumnya"
Pilar melanjutkan, "Jalanilah hidupmu, Nak, seolah saat ini adalah segalanya bagimu."
Suara ibunya! Tetapi, kedengarannya berbeda, seakan dia tersiksa oleh sesuatu, dan muncul dari mulut seorang gadis Gypsi. Apakah ini adalah suatu muslihat" Dan apakah benar ruh ibunya yang berbicara melalui Pilar, dan ibunya mencoba memberi tahu tentang apa" Bahwa dia tidak ingin Ozzie mencari ayahnya" Mengapa"
Ozzie menggeser bangkunya dan mulai merayap ke belakang, menjauhi yang lain.
Ketika dia merayap ke arah pintu tenda bagaikan seekor kepiting, suara itu kembali terdengar. "Kau memiliki lebih dari satu ayah. Yang seorang
akan menuntunmu, yang lain akan menyakitimu. Lupakan mereka berdua Pilar mulai mengerang dan menggeram, bagaikan seekor binatang yang sedang sakit parah. Buih mengalir dari mulutnya, kemudian dengan bunyi gebrakan yang mengejutkan, dia roboh ke meja, tubuhnya berdenyut-denyut dan bergetar.
Tepat pada saat itu, bola kristal bergulir dari alasnya, menggelinding di meja, dan jatuh ke lantai. Anak-anak lelaki itu memekik,
dan Ozzie mencapai pintu tenda tepat pada waktunya hingga menabrak seseorang yang masuk.
"Pilar! Que pas a aqui" Dime ahora, hija! Katakan padaku sekarang juga apa yang sedang terjadi di sini!"
Wiggins terburu-buru membesarkan lagi cahaya lentera.
Pilar mengangkat kepalanya dengan lemah. "Tidak ada apa-apa, Mama," dia berkata dengan suaranya sendiri, meskipun dia tampak kebingungan dan kata-katanya terdengar pelan. "Anak-anak lelaki ini memintaku meramal, jadi aku meramal mereka. Tidak berbahaya."
Mata Madam Estrella menatap tajam. "Hija, kau tidak tahu kekuatan kemampuanmu. Menggunakan bakatmu untuk main-main adalah tindakan tak bertanggung jawab dan berbahaya."
Pilar memandangi kedua tangannya, yang gemetar bagaikan sayap kupu-kupu. Dia membungkuk untuk mengambil bola kristal itu dan meletakkannya kembali di alasnya. "Ya, Mama."
"Aku memperingatkan kalian, Anak-Anak," Madam Estrella berbicara dengan anak-anak itu. "Sebaiknya kalian bersikap bijaksana dengan mengabaikan apa yang baru dikatakan oleh gadis kecil ini. Dia memiliki kecenderungan kuat untuk membesar-besarkan, bukan begitu, Hija""
"Kalau menurutmu begitu, Mama," Pilar menyahut, pelan-pelan kembali mengendalikan perilakunya.
"Sekarang, aku minta kalian meninggalkan kami berdua," Madam Estrella berkata, memalingkan muka dari Pilar ke arah anak-anak. "Putriku dan aku harus mendiskusikan sesuatu."
Anak-anak lelaki itu terburu-buru keluar dari tenda. Tetapi, ketika Wiggins melewati Pilar, gadis kecil itu berbisik. "Semua nyata. Aku tak akan berbohong kepada kalian."
Beberapa saat kemudian, di kereta yang menuju Baker Street, Rohan berkata, "Aku belum pernah melihat yang seperti itu. Apakah itu hanya akting, Ozzie""
Ozzie mengangkat dagu dari lututnya yang terlipat. "Aku hanya memercayai apa yang bisa kulihat dan bisa diterangkan secara logis. Tidak ada penjelasan tentang apa yang terjadi dengan Pilar. Tapi, aku tidak berpikir jika itu akting belaka, meskipun Madam Estrella memperingatkan kita."
"Yeah, aku memercayainya saat dia berkata tidak akan berbohong kepada kita," Wiggins
menambahkan, "meskipun kita belum terlalu mengenalnya. Itu hanya sesuatu yang kurasakan oleh tulang-tulangku."
Ozzie mengangguk, kemudian menyandarkan lagi dagunya di lutut. "Pertanyaannya adalah, apa artinya ramalan itu bagi kita""
H^H-tar Jalanan y^5^ Kembali ke Baker Street
Ketika anak-anak tiba di Baker Street, Billy, sang pembawa berita, menemui mereka di pintu flat nomor 221 B. Matanya lebar karena bersemangat ingin menceritakan sesuatu. "Master baru saja menerima kabar yang dia tunggu-tunggu dari Swiss." Billy mengacungkan jari telunjuknya di depan bibir, memperingatkan anak-anak untuk tidak meributkan hal itu, kemudian naik untuk memberi tahu kedatangan mereka.
Saat Ozzie dan Wiggins memasuki ruang duduk, Watson menurunkan korannya dan mengangguk kepada mereka, sementara Holmes melipat suratnya dengan suara gaduh dan melangkah mondar-mandir di ruangan. Dia tidak mendongak atau mengatakan apa pun.
Ketika Ozzie berdiri untuk menunggu kesempatan berbicara dengan Holmes, dia bisa merasakan jantungnya berdebar kencang. Dia berada di sini, di dalam flat sang Master, berhadapan langsung dengannya! Dia mencoba menenangkan diri dengan meng-amati lelaki itu. Master cukup tinggi dan
bertubuh ramping, dengan hidung agak bengkok. Matanya tajam, dan anehnya, tangannya tampak kuat bagi seorang lelaki terhormat. Ketika membaca surat itu, dia tampak lebih mirip aktor yang berdiri di depan penonton. Dan dia bergerak dengan lentur, bagaikan seorang penari, atau mungkin seorang petinju. Lebih tepat seperti seorang petinju, Ozzie memutuskan.
Ozzie membiarkan pandangannya menjelajah di ruangan itu. Sebuah birai perapian membingkai bagian dinding utara yang rendah. Sebuah rak penuh pipa berdiri di atas birai itu, dan di atasnya tergantung sebuah sandal Persia. Kaleng-kaleng tembakau dan kotak-kotak cerutu memenuhi wadah batubara di sebelah kiri perapian, dan peralatan laboratorium yang lengkap berjajar di sebuah meja yang memenuhi dinding timur. Dinding selatan berlubang-lubang oleh bekas peluru yang memb
entuk huruf V dan R, masing-masing setinggi kira-kira empat puluh sentimeter. Sebuah biola tersimpan di atas tumpukan buku di sudut.
Sebuah biola! Ozzie langsung teringat ramalan Madam Estrella. Perempuan Gypsi itu telah melihat seorang lelaki yang menjaganya dan mendengar suara musik biola. Apa lagi yang telah Madam Estrella kata-kan" Ozzie berusaha keras mengingat-ingat saat Wiggins menyikutnya dari samping. Dia mendongak untuk melihat Holmes, Watson, dan Wiggins menatapnya.
"Apakah ada sesuatu yang salah dengan pendengarannya"" tanya Watson.
"Tidak, Sir," Wiggins menjawab sambil menatap Ozzie dengan bingung.
Holmes melangkah maju dan memeriksa Ozzie dari kepala hingga ujung kaki. "Wiggins, sudah berapa lama dia bersama kelompokmu"" dia bertanya, masih menatap Ozzie.
"Dua atau tiga bulan, Sir."
"Siapa namamu, Nak""
"Osgood Manning."
"Dan usiamu, biar kutebak, dua belas tahun." "Beberapa minggu lagi, Sir." "Hmm ... dan bukan berasal dari London. Oxfordshire, kemungkinan besar." "Ya, Sir, Banburry."
Holmes memerhatikan Ozzie sambil berpikir. "Apakah bosmu, si juru duplikat dokumen, mengetahui kalau kau menjelajahi jalanan bersama anggota Laskar Jalanan lainnya""
Suatu deduksi, atau kesimpulan, Ozzie menyadari, yang didapatkan lebih lengkap dari pikirannya. Master telah memerhatikannya, dan, bagaikan sihir, mampu memberi tahu siapa dirinya yang sebenarnya. Berpikirlah, berpikirlah, dia memaksa diri.
Holmes membuka mulut untuk berbicara, tetapi sebelum bisa mengatakan sesuatu, Ozzie berkata cepat, "Saya merasa deduksi itu sangat menarik, Sir. Kalau saya boleh
Holmes mengangguk tanda setuju, sudut-sudut mulutnya melengkung karena merasa senang.
"Aksen saya memberi tahu tempat saya tumbuh, dan tangan saya, terutama jari tengah tangan
kanan saya," Ozzie berkata, mengulurkan jari tengahnya yang kapalan agar Holmes bisa memerhatikannya lebih jelas, "menunjukkan jika saya banyak menulis. Karena saya bisa menulis, tentu saja saya bisa membaca. Saya berbicara lebih baik daripada kesan yang ditampilkan oleh penampilan saya. Tapi, dari baju yang saya kenakan dan bergabungnya saya dengan Laskar Jalanan, sudah jelas bahwa saya bukan anak orang kaya. Kalau begitu, dalam situasi seperti apa seorang anak muda yang sederhana bisa terdidik dalam bidang literasi" Ia pasti seorang pemagang di juru duplikat dokumen. Jika Anda bersedia menjawab, Sir, apakah saya benar""
Mulut Watson ternganga. Wiggins mengatupkan tangan di mulutnya untuk menyembunyikan senyuman.
Holmes memiringkan kepalanya ke samping, mengamati Ozzie bagaikan seekor burung elang yang berkonsentrasi untuk menerkam seekor anak burung. "Aku mengerti, Wiggins, mengapa kau memilih mengajak teman barumu ini ke sini. Dalam beberapa kasus yang kita pecahkan bersama, aku telah mengendus kehadiran seseorang dengan kemampuan istimewa di antara teman-temanmu, Osgood, di mana kau mendapatkan pendidikanmu""
"Saya hanya sedikit mendapatkan pelatihan formal, Sir. Tapi, saya pernah diajar oleh kakek saya, seorang pensiunan kepala sekolah. Terima kasih atas pujian Anda. Merupakan kehormatan bagi saya untuk bekerja pada Anda."
"Jangan lupa, Anak-Anak," Holmes meneruskan. "Orang berkemampuan rata-rata tidak tahu apa-apa yang lebih tinggi daripada dirinya. Tapi, orang berbakat selalu bisa menyadari suatu kegeniusan. Kau, teman kecilku, memiliki bakat. Sekarang, jika kau bersedia, silakan ceritakan apa yang kalian dapatkan di sirkus."
Wiggins mulai menceritakan pengalaman mereka dan mempersilakan Ozzie bercerita sendiri saat ada informasi yang langsung dialami oleh Ozzie.
Saat Ozzie menceritakan bahwa Zoloft melihat Cesar dan Penelope pergi dengan seluruh keluarga Walenda dan tidak kembali, Holmes mengangguk. Kemudian, Wiggins menceritakan dengan terperinci, dengan sedikit dramatis, ketika Ozzie menanyai Indigo Jones di tali akrobat. "Dan tepat saat Jones hendak mencekik leher Ozzie, kami semua terburu-buru ..."
"Kita bukan penantang bahaya, Anak-Anak," Holmes menyela. "Mungkin akan ada saat-saat aku harus ber-hadapan dengan bahaya, tapi aku tidak mengharapkan kalian yang mengalaminya." Dia menole
h ke arah Ozzie. "Mendekati Jones seperti itu benar-benar gegabah."
Ozzie dan Wiggins menunduk, menatap kaki mereka, kegairahan mereka tiba-tiba menghilang karena teguran Holmes.
"Saya mengetahui nama si penjual tali," Ozzie berkata.
Holmes sedang menyalakan pipanya, tetapi dia terpaku dengan korek api menyala di udara.
Watson tertawa. "Ya ampun, Holmes. Kau sudah berusaha sebaik mungkin pagi tadi untuk mencari informasi itu."
Holmes tersenyum sekilas, mematikan api, kemudian menunjuk dengan pipanya. "Anak Muda, semoga kau tidak keberatan untuk memberi tahu nama yang telah kucari-cari selama berjam-jam terakhir."
"Orlando Vile."
"Vile!" Holmes berteriak. Kemudian, secara refleks dia berusaha menguasai diri, lalu melanjutkan pertanyaan, "Apakah kau yakin, Osgood"" "Ya, Sir."
Holmes bertepuk tangan keras dan, tanpa mengatakan apa-apa lagi, melangkah menyeberangi ruangan ke rak arsip dan membukanya dengan bergairah. Kemudian, dia mengambil sebuah buku biografi dari tempatnya.
"Coba lihat, Bagian V, tepat sebelum teman kita Villard. Vile, Orlando." Holmes menelusuri halaman dengan jari telunjuknya, kemudian membaca. "Sebelumnya adalah kelasi pertama di Kapal Kerajaan Martin; memimpin pemberontakan yang gagal di lautan Tristan da Cunha pada tahun '82; membunuh dua prajurit saat dia desersi; ditahan, tetapi saat kembali ke Portsmouth untuk proses pengadilan, berhasil kabur dari tahanan menuju pantai Afrika. Beberapa saat setelah itu, kadang-kadang terlihat sebagai saudagar di Fez. Kabur dari Maroko setelah melakukan beberapa pencurian besar. Kembali ke London lima tahun lalu dengan
kekayaan yang lumayan; bekerja dengan iden-titas lain yang berbeda-beda. Perencana pencurian tingkat tinggi. Orang keempat paling berbahaya di London."
Holmes menyimpan kembali buku itu, memasukkan pipa ke dalam mulutnya, kemudian mengembuskan asap.
"Sir, jika Anda tak berkeberatan, saya ingin bertanya, mengapa orang seperti dia memiliki urusan dengan Walenda Bersaudara"" tanya Wiggins.
Pertanyaan Wiggins mengingatkan Ozzie tentang sesuatu yang juga menjadi tanda tanya baginya. "Dan mengapa Anda menyelidiki kematian Walenda Bersaudara ketika Anda sedang diberi tugas oleh Pangeran Wales"" dia menambahkan.
Holmes tersenyum. "Aha. Kalian tampaknya mengetahui klienku yang paling terkenal. Saat ini, aku hanya akan mengatakan bahwa peristiwa di sirkus dan istana berhubungan. Dan aku yakin, penghubung kedua peristiwa itu adalah Vile."
Holmes berdiri dan berjalan ke mejanya. Dia menulis suatu catatan dengan cepat, kemudian membunyikan bel untuk memanggil Billy. Saat Billy muncul, Holmes berkata, "Billy, tolong bawa ini ke kantor telegraf. Mereka akan tahu ke mana harus mengirimnya."
Billy mengangguk, mengambil catatan itu dan sedikit uang, kemudian keluar.
"Kalau begitu, sekarang," Holmes berkata, perhatiannya kembali ke Ozzie dan Wiggins, "sebelum
aku menerangkan pencurian besar yang terjadi di istana, aku akan memberikan sebuah pelajaran singkat tentang sejarah. Silakan duduk." Holmes menunjuk ke arah sofa. "Sebelum bisa mengerti semua hal tentang kasus Walenda Bersaudara, kalian harus mempelajari The Stuart Chronicle, Kronik Keluarga Stuart."
^ Holmes pi cer it akan Kis ah he Stuart Chronicle Anak-anak itu duduk di sofa beludru dengan dua cangkir teh panas yang diantarkan Mrs. Hudson dengan baki perak. Wiggins berpikir bahwa dia belum pernah merasakan pelayanan semewah ini. Tetapi, apa yang harus dilakukan dengan sebuah cangkir dan sebuah cawan" Dia mencuri pandang ke arah Ozzie, yang memegang cawan itu dengan telapak tangan kirinya, dan melingkarkan ibu jari serta telunjuk tangan kanannya di telinga cangkir teh yang ramping. Dia menyesap teh perlahan-lahan, meletakkan kembali cangkirnya di atas cawan setelah setiap tegukan. Wiggins melakukan hal yang sama, meskipun terdengar lebih gaduh. Sulit sekali menyeimbangkan cawan di atas tangannya yang diperban. Ketika mereka minum, anak-anak itu menunggu Holmes menceritakan kisahnya.
"Kalian mungkin tidak tahu tentang suatu masalah dalam keluarga monarki pada pertengahan tahun 1600-an, ketika seorang lelaki ber
nama Cromwell memenggal kepala raja kita, Charles I. Charles I adalah seorang anggota keluarga besar
Stuart. Periode sebelas tahun setelah pembunuhannya dikenal sebagai Commonwealth dan Protektorat. Selama itu, anggota keluarga kerajaan harus bersembunyi. Dalam salah satu kasusku yang terdahulu, Ritual Musgrave, aku menikmati penggalian harta karun milik Raja Charles I yang disembunyikan untuk Charles II.
"Setelah monarki kembali pulih dari kekacauan, keluarga Stuart kembali memegang takhta kerajaan. Pada saat itu, Raja Charles II mengambil beberapa tindakan untuk memperkuat posisinya dan merayakan pemerintahan yang diperbarui di negara ini. Hampir semua langkah itu diketahui oleh masyarakat luas, tetapi ada beberapa yang benar-benar rahasia.
"Dalam suatu perintah rahasia, Charles II menyusun suatu penulisan kronik besar, kronik adalah suatu catatan peristiwa yang tersusun berdasarkan urutan waktunya. Halaman-halaman buku yang menakjubkan itu terbuat dari perkamen yang paling indah, dan tepinya dibingkai oleh emas. Sampulnya dilapisi oleh emas padat dan ditaburi oleh serbuk batu-batu mulia yang paling langka, yang dimiliki oleh kerajaan sejak Perang Salib."
Holmes duduk di sebuah kursi berlengan yang berlapis busA, kakinya menyilang. Dia menyulut pipanya dan melanjutkan. "Charles II menciptakan kronik ini sebagai buku harian pribadi untuk merekam pikiran-pikiran serta pandangan-pandangan dari setiap monarki. Buku ini diwariskan dari generasi ke generasi sebagai penuntun
pemerintahan. Selama lebih dari dua ratus tahun, tak peduli peperangan dan perselisihan di dalam monarki sendiri, The Chronicle ini berfungsi sebagai suatu penghubung, memberikan kesinambungan terhadap pemegang takhta.
"Tidak diragukan lagi, The Stuart Chronicle, begitu kronik itu dinamakan, adalah salah satu buku paling berharga di seluruh dunia, baik karena rahasianya, maupun batu-batu mulia penghiasnya. Hanya sedikit anggota keluarga kerajaan yang mengetahui keberadaannya. Buku ini hanya bisa dilihat oleh raja atau ratu yang sedang berkuasa.
"Hingga kemarin, aku hanya mendengar spekulasi tentang buku ini. Saat aku dipanggil oleh Yang Mulia Ratu Victoria, melalui putranya, Pangeran Edward, aku baru mengetahui bahwa kronik tersebut benar-benar ada. Seperti yang kalian ketahui, aku dijemput ke istana untuk menyelidiki suatu pencurian. Dan seperti yang sekarang bisa kalian tebak, The Chronicle yang kubicarakan ini telah dicuri, dalam suatu peristiwa pencurian yang paling ganjil yang pernah terjadi."
Wiggins meletakkan cangkirnya di atas cawan dengan dentingan keras. Dia dan Ozzie saling berpandangan dengan takjub.
"Ternyata, The Chronicle disimpan di sebuah ruang kerja kecil di lantai tiga, yang hanya bisa dimasuki oleh Yang Mulia Ratu dan kerabat-kerabatnya yang terdekat. Pintu ke ruangan itu selalu dikunci setiap saat, meskipun jendelanya tidak seaman pintu. Terakhir kali The Chronicle
terlihat adalah pada beberapa hari yang lalu.
"Wiggins, kau telah menyaksikan metodeku. Saat aku tiba di istana, aku memeriksa permukaan tanah di ruangan dekat pintu masuk untuk aku selidiki, dan memeriksa juga dinding istana itu sendiri. Aku tidak melihat adanya keganjilan.
"Pangeran kemudian mengajakku masuk ke istana dan naik ke ruang kerja, dan untuk menuju ke sana, kami harus berjalan melalui suatu ruangan tertutup yang terdiri dari kamar-kamar di lantai ketiga. Daerah itu cukup aman, dengan seorang penjaga yang ditugaskan untuk terus berdiri dan mengawasi pintu ruang kerja.
"Ruangan itu sendiri kecil, tetapi mewah, dengan lemari-lemari dari kayu oak yang menutupi dinding, sebuah karpet besar berdesain khas Persia di lantai, sofa bersarung sutra di sudut, dan sebuah meja besar menempel ke dinding, tempat The Chronicle terakhir terlihat. Di atas meja ada dua jendela.
"Aku memeriksa karpet dan meja, tetapi tidak melihat ada keanehan di situ. Ketika mendekati jendela, aku memeriksa kusen dan kacanya. Lagi-lagi, aku tidak menemukan sebuah tanda apa pun. Kemudian, aku membuka jendela dan melihat sesuatu yang mungkin adalah sebuah petunjuk, sebuah noda yang berbentuk hampir
oval, sebuah jejak kaki. Tapi, bukan jejak kaki telanjang atau jejak sol sepatu. Jejak itu adalah noda dari sebuah sepatu slipper." Slipper adalah sejenis sepatu tanpa tali yang berbahan lembut, seperti sepatu silat atau
sepatu balet Kening Ozzie berkerut. Sebuah slipper, sebuah slipper, pikirnya, dan suatu gambaran mulai terbentuk di benaknya. Indigo Jones tadi mengenakan sepatu slipper saat Ozzie menanyainya. Perasaan Ozzie menjadi bergairah. Tiba-tiba, dia mengetahui ke mana semua ini akan mengarah, sirkus, istana, dua-duanya sama saja. "Para pemain akrobat tali mengenakan slipper," dia bergumam. Kata-kata itu keluar dari mulutnya sebelum dia menyadari jika dia mengucapkannya keras-keras.
Holmes mengangkat sebelah alisnya. "Kau memang bisa berpikir dengan cepat, Osgood. Dari situ, hal-hal bergulir dengan cukup cepat. Di luar jendela, aku mengamati pagar yang mengelilingi halaman. Aku turun ke ruangan di lantai dua, yang tepat berada di bawah ruang kerja tersebut dan melihat bahwa ruangan itu adalah sebuah ruangan musik yang jarang digunakan. Ketika memeriksa kusen jendela, bukan hanya jejak slipper yang terlihat, seukuran kaki seorang lelaki, tapi tanda-tanda tekanan di kusen jendela, menandakan bahwa jendela itu telah didorong oleh sebilah papan dengan keras. Yang paling penting, di bingkai kusen itu, ada goresan yang disebabkan oleh serat-serat seutas tali. Ketika memandang ke seberang, aku melihat bahwa puncak pagar yang melingkari istana kira-kira tiga meter lebih rendah daripada jendela.
"Dari sini, aku menyimpulkan bahwa seorang pencuri telah memanjat pagar dan berlari menyeberangi halaman dengan menyeret tali di belakangnya. Seorang kaki tangan yang berada di dalam istana menurunkan seutas tali dari jendela lantai kedua, dan si pencuri memanjatnya, masih menyeret tali di belakangnya. Melalui suatu mekanisme, tali itu kemudian ditarik dengan sangat keras hingga benar-benar kencang, terentang dari puncak pagar hingga jendela di lantai kedua. Pada saat itu, si pencuri bergabung dengan kaki tangannya, berjalan menaiki tali yang menanjak menuju samping bangunan. Sambil berdiri di atas tali dan menyeimbangkan diri dengan berpegangan ke dinding, para pencuri itu membuat menara
manusia. Orang terakhir mendaki orang-orang di bawahnya, memasuki jendela ruang kerja dengan mudah, dan mengambil The Chronicle. Kemudian, dengan melakukan langkah-langkah kebalikannya, mereka kabur, nyaris tanpa meninggalkan petunjuk apa pun."
"Keluarga Jones"" Wiggins bertanya, mencoba menyimpulkan sendiri.
Ozzie menyiku tulang iga Wiggins perlahan dan menggelengkan kepala.
Master terlalu tenggelam dalam keterangannya sendiri dan tidak mendengar celotehan Wiggins.
"Penyelidikanku berlanjut ke jeruji-jeruji pagar, yang kupercaya telah dipanjat oleh para pencuri. Tapi, aku terkejut, karena melihat sebuah noda darah kering berukuran besar di sisi lain. Aku memiliki kecurigaan tentang bagaimana noda darah itu bisa sampai ada di situ, tapi itu akan kuceritakan lain kali saja.
"Ketika meninggalkan istana, aku melakukan beberapa pencarian informasi juga, karena aku mengira bahwa para pemain atraksi akrobat terlibat dalam kejahatan ini. Kalian bisa membayangkan betapa kagetnya aku begitu membaca tentang kematian Walenda Bersaudara tadi pagi. Aku yakin bahwa mereka adalah para pencurinya. Sekarang, mengetahui Vile juga terlibat, aku semakin yakin dengan apa yang sudah kuperkirakan sebelumnya."
Ekspresi wajah Wiggins berubah, menandakan dia mengerti. "Tapi, siapa yang membunuh Walenda Bersaudara"" dia bertanya.
"Vile merencanakan pencurian dengan melibatkan Walenda Bersaudara. Setelah mereka mendapatkan The Chronicle, Walenda Bersaudara tidak lagi berguna dan pada masa yang akan datang, bisa menjadi suatu ancaman, karena merekalah yang mengetahui siapa yang memiliki The Chronicle."
"Holmes, jika aku boleh bertanya, apa yang kemudian terjadi dengan anak bungsu Walenda, Cesar"" Watson bertanya.
"Dia sudah tewas," sahut Ozzie. "Bukankah ada darah di sana"" Dia menatap Holmes.
"Betul, Nak, aku yakin begitu. Entah bagaimana, pemain akrobat muda itu jatuh da
ri tali. Memang sangat ganjil."
"Bagaimana dengan Penelope""
"Kita akan mengetahuinya, karena kita belum selesai saat ini," Holmes menjawab, mengorek pipanya dan mengambil tembakau lagi. "Sebetulnya, Anak-Anak, kita baru memulai penyelidikan kita."
O/zie^^in bali ke Kantor Jurifflii>likat Dokumen
Ozzie dan Wiggins berpisah di luar flat Holmes. Meskipun Ozzie merasa sangat bergairah karena akhirnya dia bisa bertemu dengan Master, perasaan menyenangkan hari itu langsung menghilang dalam setiap langkah yang dia jalani ketika kembali ke kantor juru duplikat dokumen. Saat itu sudah sore, dan langit sudah menggelap, berwarna abu-abu kelam. Ozzie tidak pernah berani bepergian jauh dari kantor dalam waktu yang begitu lama, dan ketakutan akan reaksi Crumbly membebaninya.
Tetapi, hari ini istimewa, dia mengingatkan dirinya sendiri, dengan penyelidikan diam-diam suatu kasus baru yang melibatkan sirkus, sang Pangeran, istana, dan The Stuart Chronicle. Yang paling menyenangkan, dia telah berhasil mengesankan Holmes dengan kesimpulannya sendiri. Ozzie mengguncang koin-koin yang dia terima, termasuk guinea yang dia terima karena telah menemukan nama Vile. Dia mengeluarkan uang dari saku dan menghitungnya, kemudian memasukkannya kembali. Dia membayangkan kaleng biskuitnya penuh dengan
koin yang akan membantu dirinya untuk menemukan sang ayah. Tetapi, ketika dia sampai di kantor, baik pikiran menyenangkan maupun alunan koin yang bergemerincing tidak bisa memulihkan kegugupannya.
Kadang-kadang Ozzie berharap bahwa dia tidak pernah menemukan keahliannya menduplikat sesuatu. Mungkin Crumbly akan berpikir bahwa dia tidak berguna dan langsung membuangnya ke jalanan.
Dia mengingat siang itu, saat sedang menyapu ruangan tempat para penduplikat dokumen duduk. Sendirian dan merasa bosan, tetapi senang karena bisa membaca segala sesuatu, Ozzie memandang ke salah satu meja dan melihat dua dokumen yang sama bersebelahan. Di sana duduklah Frankie, penduplikat utama, bukan saja menduplikat sebuah dokumen, tetapi dia membuat suatu duplikat yang identik, tepat hingga tanda tangan yang terletak di bagian bawah halaman. Ozzie begitu terpana.
Frankie kembali dari urusannya tepat pada saat Ozzie sedang memerhatikan apa yang dia kerjakan. "Apa yang kau lakukan, Nak" Bisakah kau membaca""
Ozzie mematung, tidak mengetahui apa yang harus dikatakan. "Ya," dia menjawab dan kembali menyapu.
Frankie adalah pekerja yang sangat rajin, dan meskipun Crumbly biasanya mempekerjakan beberapa orang lain sebagai penduplikat, hanya Frankie yang ada di kantor setiap hari. Frankie mengambil
sehelai kertas kosong dari tumpukannya. "Kemarilah dan cobalah menulis."
Dengan ragu-ragu, Ozzie duduk di sebuah bangku. Frankie memberinya sebatang pena. "Cobalah menuliskan baris pertama. Lihat tulisan itu, kemudian bayangkan bagaimana perasaan si penulis, bukan kata demi kata, tetapi seluruh bentuk dan susunan surat. Pelajari baris-baris dan sudut-sudut, kemudian pikirkan tentang siapa yang menulisnya. Aku bisa memba-yangkan seorang lelaki yang menulis catatan ini, begitu jelas, seolah aku mengetahuinya di jalanan."
Ozzie mempelajari baris teks pertama. Huruf-hurufnya dibuat dengan lingkaran-lingkaran yang sempit, ukuran spasinya sama, tetapi benar-benar rapat. Huruf-hurufnya tipis tapi rapi, dan miring ke kanan, bagaikan mengalir di sepanjang garis.
Ozzie mulai menulis perlahan-lahan dan, ketika dia merasa sedikit lebih nyaman, dia menulis seluruh sisa baris itu. Dia berhenti dan memerhatikan tulisannya.
Frankie mengambil kertas itu dan mendekatkannya dengan surat asli. Dia menyeringai. "Cobalah baris berikutnya," dia berkata, meletakkan kertas itu di depan Ozzie lagi.
Ozzie memerhatikan dan menulis lagi. Dia mengenali, surat ini ditulis oleh seseorang yang mungkin berjiwa perfeksionis, yang sedang tegang dan terburu-buru. Ozzie memejamkan mata dan mencoba membayangkan lelaki itu. Saat dia membuka mata, dia langsung menuliskan baris itu.
Frankie mengambil kertas itu dan membandingkannya dengan yang asli. "Sobat, kau memiliki bakat."
Sejak saat itu, Ozzie mengamati apa yang terjadi di ka
ntor dengan lebih saksama. Seperti biasanya, para penjaga kantor dan orang-orang yang akan menduplikat dokumen masuk lewat pintu depan untuk pekerjaan-pekerjaan kecil, catatan penjualan atau kontrak-kontrak, untuk diduplikat. Tetapi, pekerjaan-pekerjaan terbesar hampir selalu datang melalui pintu belakang, dibawa oleh orang-orang berpenampilan kasar yang anehnya berpakaian bagus. Mereka sering kali bersikeras untuk menunggu di kantor hingga proses pembuatan duplikat itu selesai, bahkan jika menghabiskan waktu sepanjang hari. Hanya juru duplikat dokumen paling berpengalaman, seperti Frankie, yang ditugasi melakukan pekerjaan ini.
Dengan segera, Ozzie menyadari bahwa Crumbly dan para anak buahnya melakukan pemalsuan. Surat-surat wasiat, catatan-catatan perjanjian, dokumen-dokumen bank, tagihan-tagihan penjualan, apa pun yang perlu dipalsukan, seluruh Juru Duplikat Dokumen Oxford bisa melakukannya. Meskipun mereka mengerjakan beberapa pekerjaan yang legal melalui pintu depan, kebanyakan yang mereka palsukan masuk melalui pintu belakang.
Ketika sudah berminggu-minggu berlalu, Frankie mulai memberi Ozzie tip-tip dalam menduplikat, dan keahlian Ozzie semakin meningkat. Frankie memberi tahu Crumbly bahwa Ozzie memiliki bakat
yang istimewa, dan dengan segera Ozzie diberi pekerjaan yang kecil-kecil.
"Kupikir hanya aku yang memiliki seoRang pemagang yang sesungguhnya," Crumbly berkata dengan sangat puas.
Akhirnya, Crumbly membiarkan para penduplikat paruh waktu pergi karena Ozzie bisa menduplikat dengan lebih baik daripada mereka semua, dan Crumbly tidak perlu mengeluarkan satu sen pun.
Ozzie menikmati membayangkan para penulis dokumen yang dia duplikat. Dia merasa bisa menceritakan seperti apa mereka dan bagaimana perasaan mereka hanya dengan membaca tulisan tangan para penulis tersebut. Tetapi, setelah dia menguasai keahlian itu, menduplikat dokumen menjadi pekerjaan yang membosankan. Karena, pekerjaan itu tidak membutuhkan banyak berpikir.
Sekarang, merasa gemetaran bahkan hanya karena aroma tinta kantor itu, Ozzie membuka pintu depan. Dia melewati sebuah ruang tunggu, menuju ke ruangan kerja. Tetapi, dia merasa lega, karena suasana hening. Frankie telah pergi, yang merupakan pertanda bagus, tidak banyak pekerjaan dan Crumbly mungkin sedang berada di pub atau tertidur di flatnya, di atas kantor.
Tetapi, ketika Ozzie mengendap-endap menuju gudang tempat dia tidur, sebuah cangkir logam membentur dinding di atas kepalanya. Dia berputar
tepat pada waktu-nya, untuk melihat sebuah piring logam yang terbang ke arahnya. Dia merunduk dan meringkuk di balik sebuah meja tulis ketika piring itu membentur dinding.
"Dasar Berandal Cilik, kau membohongiku!" Crumbly berderap keluar dari kantornya, ludah beterbangan dari mulutnya. Dia mengambil sebuah buku besar dan melemparkannya, menjatuhkan sebuah botol tinta dari atas meja, tidak mengenai Ozzie.
"Ke mana saja kau, Pengemis Cilik" Aku sudah bersikap lunak kepadamu, dan sekarang kau bersiasat terhadap diriku, kabur sepanjang hari." Crumbly memiliki rambut merah membara dan jambang seukuran irisan daging sapi besar. Meskipun bertubuh agak pendek, dia bertubuh gempal dan kekar. Hidung dan wajahnya tampak membengkak karena minuman keras. Rompi wolnya yang bergaris-garis membungkus perutnya dengan ketat, kancing-kancingnya terlepas. Lengan bajunya tergulung, kerah bajunya berkerut-kerut. Dia memukul sebuah meja ketika dia melompat maju menyeberangi ruangan itu.
Ozzie mengitari kantor itu, berusaha menjaga
jarak. Tetapi, kabur hanya membuat Crumbly semakin murka. "Kemarilah, dasar Belatung!" Crumbly melangkah dengan kakinya yang besar dan gempal, mencoba menyudutkan Ozzie.
"Besok kita mendapatkan pekerjaan yang paling besar sepanjang karierku yang keparat. Jack
Crumbly akhirnya mendapatkan hal yang layak dia dapatkan. Rantainya ada di belakang sekarang, dan kau akan menggunakannya ma-lam ini!"
Ozzie merasa panik. Dirantai kedengarannya mengerikan, tetapi malam ini pasti akan menjadi bencana yang benar-benar parah, karena dia dan Wiggins telah berencana untuk menemui Master.
Ozzie bergerak untuk me nghindari Crumbly, tetapi si lelaki kecil yang marah itu memukulnya tepat di perut dengan kepalannya. Udara terdesak keluar dari paru-paru Ozzie ketika dia membungkuk kesakitan.
Crumbly mengunci lengannya di sekeliling leher Ozzie dan menyeretnya menyusuri kantor, menuju gudang di belakang.
"Kita akan segera mencapai kedudukan yang lebih tinggi, dan aku tak akan membiarkanmu mengacau. Sang Tuan Besar sudah memilihku!" Sambil berbicara, dia memberi sentakan penekanan di leher Ozzie.
"Pekerjaan besok akan membuat Jack Crumbly terkenal di lingkaran pergaulan yang tepat. Bayaran yang besar, yang menggiurkan!" Crumbly tertawa, kemudian meludah.
Ketika mereka memasuki gudang penyimpanan, Ozzie bisa melihat sekilas borgol yang terantai ke dinding di atas kantong jeraminya.
"Sejak saat ini, aku akan merantaimu pada malam hari. Tidak ada lagi jalan-jalan malam."
Dia mendorong Ozzie ke arah karung jerami, kemudian menyambar dan memuntir lengan Ozzie
sambil meraih rantai. "Tunggu, Sir," Ozzie berkata parau, mengerang kesakitan. "Jika Anda merantai pergelangan tanganku, aku mungkin tidak akan bisa menulis besok. Kedua tanganku pasti akan mati rasa." Dia menunggu kata-katanya dicerna oleh otak Crumbly, dan ketika melihat ekspresi tuannya berubah, dia menambahkan dengan berpura-pura berpendapat. "Tapi, aku yakin Frankie bisa melakukan pekerjaan itu."
Crumbly terdiam dan menatap rantai, kemudian menatap Ozzie. Mereka berdua tahu bahwa bakat terbesar Ozzie dalam menduplikat terletak pada kecepatannya. Selain itu, dia bekerja tanpa bayaran. Masih mematung, Crumbly melolong dan menjatuhkan lengan Ozzie. "Aku tahu, seharusnya aku menyuruh mereka memasang borgol kaki!" dia berteriak, kemudian menendang karung jerami. "Baiklah kalau begitu, tapi kau tidak akan pergi ke mana-mana." Crumbly mendorong Ozzie ke karung jerami itu dan berjalan keluar dari gudang, membanting pintu, kemudian menguncinya.
Saat Ozzie merasa yakin bahwa Crumbly telah meninggalkan kantor, dia merogoh-rogoh ke belakang ka-rung jerami dan mengeluarkan sebuah lampu minyak kecil. Dia mengatur sumbunya dan menyulut sebatang korek api untuk menyalakan lampu. Dia memindahkan sebongkah batu bata yang lepas dari dinding dan mengeluarkan sebuah kotak kaleng biskuit kecil. Di dalamnya ada uang-uang koin yang dia tabung dan beberapa peninggalan
berharga. Ozzie memasukkan bayaran dari Holmes ke dalam kotak. Kemudian, dia mengangkat sebuah foto ibunya yang berukuran kecil. Dalam foto berbingkai piringan logam yang tipis itu, ibunya mengenakan baju terbaiknya dan tersenyum malu-malu, tetapi tampak bahagia. Foto itu diambil sekitar tiga tahun yang lalu, sebelum dia sakit, saat mereka masih tinggal bersama Kakek di daerah pedesaan.
Jika ibu Ozzie mengetahui seperti apa bisnis Crumbly, dia pasti tidak akan pernah meninggalkan Ozzie di sini. Jika saja dia bisa tinggal bersama kelompoknya di pabrik kereta, Ozzie pasti akan lebih baik. Tetapi, Ozzie tahu, jika dia kabur sekarang, Crumbly pasti akan memberi tahu pihak berwenang atau menyewa seorang tukang pukul untuk mencarinya.
Ozzie menatap ke jendela, yang menempel di langit-langit, di sudut gudang penyimpanan itu. Cahaya awal malam yang kelabu menyelinap masuk ke dalam gudang, dan membuat Ozzie sedih.
Ozzie telah memerhatikan jendela itu dalam beberapa kesempatan saat dia dikurung. Jendela itu kecil, berbentuk segiempat, dan bahkan saat siang hari sekalipun, hanya melewatkan sedikit cahaya. Ozzie melihat tumpukan peti di seberangnya, kemudian memandang jendela kembali. Dia tahu bahwa jarak dari jendela itu ke permukaan tanah cukup jauh, tetapi dia tidak peduli. Kepalanya pasti bisa melewati jendela itu, dan tubuhnya pasti akan mengikuti, pikirnya. Dia menyimpan kembali foto
ibunya ke dalam kaleng biskuit dan menyembunyikannya di dinding. Sebuah luka, pukulan, bahkan ancaman polisi, tidak ada yang dia pedulikan saat ini. Wiggins dan Holmes sudah menunggunya.
iot Melakukan Pembedahan Kembali ke Kastel, anak-anak baru saja selesai makan hidangan kacang dan sosis gulung. Wiggins selalu menyimpan sebagian uang pembayaran mereka dari Holmes un
tuk ditabung, dan mengaturnya agar mereka bisa bertahan hidup jika sedang tidak dipekerjakan oleh Holmes. Dan, malam ini mereka berpesta.
Ozzie menyelinap diam-diam melalui pintu tingkat, memegang sisi tubuhnya, dan tangan kanannya bertolak pinggang. Dia terhuyung-huyung di atas lingkaran api dan roboh ke lantai sambil mengerang.
"Kau baik-baik saja, Sobat" Kau berjalan bagaikan seorang lelaki tua." Wiggins memotong sebagian sosis dan kacang gulungnya, kemudian mengulurkannya kepada Ozzie.
Ozzie melambaikan tangan menolaknya. Dia mendesah dan membuka mantelnya. Bagian kanan kemejanya merah karena darah.
Sherlock Holmes - Misteri Kematian Bintang Sirkus di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ya ampun, tinta merah! Apa yang terjadi padamu"" Wiggins berseru.
"Kau berkelahi, Ozzie" Siapa yang menantangmu" Aku akan menaklukkannya!" Alfie berkata, memukulkan tinju ke telapak tangannya.
Ozzie menggelengkan kepala. "Malam ini aku kabur dari Crumbly, dan harus melalui jendela tinggi hingga aku terjatuh. Aku mendarat di serpihan logam yang tajam."
Dengan hati-hati, Ozzie membuka kemejanya. Sebuah luka dalam namun pendek terlihat di balik darah.
"Oz, ini luka yang parah." Wiggins menarik saputangan dari sakunya dan menyeka sisi tubuh Ozzie. "Darahnya keluar dengan deras. Kupikir kau tidak akan bisa bertemu dengan Master malam ini."
"Ini tidak terlalu parah. Master bilang kita akan bertemu di dermaga jam sepuluh. Kita masih memiliki waktu dua jam."
"Kalau begitu, kau harus berbaring sebentar. Kami harus mengobatimu terlebih dahulu." Saat ini, darah Ozzie sudah merembes ke saputangan Wiggins. "Stitch, ambil jarummu. Rohan, isi ember dengan air dari penampung air hujan di luar. Dan Alfie, bawakan botol minuman keras yang kau temukan di lemari belakang."
Elliot mengambil kotak cerutunya, tempat dia menyimpan peralatan menjahit. Dia membuka mantel dan menggulung lengan bajunya. Dia menalikan secarik kain di sekeliling dahinya, lalu membenamkan salah satu jarumnya yang besar ke dalam ember berisi air mendidih di atas perapian. Di dalam ember berisi air hujan yang ditampung, dia mencuci tangan
dengan sebongkah kecil sabun. Gerakannya begitu serius dan dia tidak berbicara kepada siapa pun.
Wiggins menemukan kain yang paling bersih di sana, secarik kain linen putih, dan menyobeknya menjadi dua bagian. Dia menyisihkan salah satunya dan mencelupkan satu lagi ke dalam air panas. Ketika Elliot mengeringkan jarumnya, Wiggins membersihkan luka Ozzie.
Ozzie mengerang kesakitan. Alfie muncul dengan sebotol kecil whiskey. Dia membukanya, mengendus aromanya, dan mengere-nyit. "Kau tidak akan meminum racun ini, kan, Oz""
Ozzie tersenyum lemah kepadanya. Melihat jarum Elliot, dia merasakan perutnya melilit.
"Kita lihat bagaimana jadinya," Wiggins berkata. Dia mengambil botol dari Alfie dan mengguyur luka Ozzie dengan whiskey. Anak-anak telah belajar dari Watson bagaimana caranya mengobati luka, dan apa pun yang menyentuh luka harus bersih. Watson senang sekali menceritakan kisah peperangan lama yang dia alami ketika masih bergabung dengan angkatan bersenjata, terutama saat harus melakukan operasi dalam kondisi yang paling buruk.
Ozzie mengerenyit. Wiggins menepuk bahunya. "Bertahanlah, Sobat. Rasa sakitnya akan terasa lebih hebat sebentar lagi."
Dengan gerakan tangan yang tangkas dan terlatih, Elliot menyimpulkan sehelai benang baru yang tebal, kemudian memasukkan ujungnya ke lubang jarum. Salah seorang anak memegangi
lentera, dan Elliot menyuruhnya maju. "Kau siap, Oz"" Wiggins bertanya. Ozzie mengangguk.
"Pegangi lengannya," Elliot menyuruh Rohan. "Kau pegang kakinya," dia berkata lagi, menunjuk ke arah Alfie. "Dan aku membutuhkanmu untuk menyeka darah yang keluar dengan kain itu," dia berkata kepada Wiggins. "Sekarang, mendekatlah pada cahaya itu. Ada pembedahan di sini!"
Elliot mencubit kulit Ozzie agar menyatu di sekeliling luka dan menusukkan jarum.
Ozzie menggigit bibir bawahnya kuat-kuat.
"Kau harus bernapas," Wiggins berkata kepadanya, menuangkan lebih banyak whiskey ke lukanya.
Elliot menusukkan jarum kembali ke kulit Ozzie, dan ketika sudah menembus kedua sisi luka, dia menyimpulkannya dan mengulangi lagi, dengan pola jahitan y
ang rapi dan rapat. Dia bekerja dengan mulus dan lancar, dengan kecepatan yang mengagumkan.
"Whiskey, seka, whiskey, seka," Elliot menyuruh Wiggins. Keringat membasahi keningnya. "Dekatkan lagi lampunya! Kalian tidak ingin aku menjahitnya ke celananya sendiri, iya, kan""
Rahang Ozzie terkatup rapat, dan dia mencoba untuk menahan erangannya. Seluruh tubuhnya terasa panas, kemudian dingin, bergantian. Dia memaksa matanya agar terpejam. Tetapi, ketika jarum kembali menusuk dagingnya, dia menjerit dan meronta dengan kuat.
"Sialan!" Elliot mengumpat. "Pegangi dia, Wiggins!"
"Tenanglah, Sobat. Berbaringlah. Kita hampir selesai."
Ozzie membiarkan Wiggins membaringkannya kembali, tetapi saat ujung jarum menusuk kulitnya lagi, dia melolong.
Wiggins menyeka kening Ozzie. "Elliot hampir selesai. Jangan lihat ke bawah."
Ozzie tetap terdiam, tetapi kakinya bergerak refleks, berkelojotan, menyebabkannya menendang-nendang. Alfie nyaris tidak dapat menahannya.
"Baiklah. Sudah selesai. Lebih mudah daripada membuat sepasang stocking," Elliot berkelakar saat dia melakukan jahitan terakhir dengan jarumnya, kemudian memotong benangnya dengan silet.
Wiggins membersihkan luka itu dengan secarik kain lembap, dan memerhatikan sembilan jahitan itu. Rohan dan Alfie mundur, seperti yang diperintahkan oleh Wiggins, agar memberikan ruang bagi Ozzie untuk bernapas.
Pedang Darah Bunga Iblis 1 Wiro Sableng 092 Asmara Darah Tua Gila Pedang Bayangan Panji Sakti 8