Pencarian

Misteri Kutukan Addleton 1

Sherlock Holmes - Misteri Kutukan Addleton Bagian 1


Sherlock holmes Kumpulan Kasus Seru Jilid 2
Misteri Kutukan Addleton Sherlocked.org - 2012 - Misteri Kutukan Addleton Barrie Roberts Tulisan ini merupakan pujian yang sangat besar bagi temanku Mr. Sherlock Holmes karena keinginannya untuk terjun dalam suatu penyelidikan tak pernah dimotivasi oleh pertimbangan finansial. Bahkan, aku sering melihatnya menolak kemungkinan imbalan besar dalam kasus-kasus yang tidak membangkitkan minatnya dan paling tidak sama seringnya, menyaksikan keterlibatannya tanpa menerima imbalan dalam urusan yang menstimulasi keingintahuannya dan yang menawarkan kesempatan untuk menghadapkan proses logikanya pada pola kejadian yang rumit. Di cerita lain aku sudah menyebutkan bahwa tahun 1894 merupakan tahun yang sibuk untus Holmes, catatan kasusku memenuhi tiga buku besar namun bahkan di tahun itu ia menerima penyelidikan yang tak mungkin memberikan pemasukan.
Kami duduk menikmati sarapan pada suatu pagi musim gugur itu, perlahan-lahan membaca sekian banyak surat kabar harian langganan Holmes.
"Bukankah kau berkata," tanyanya tiba-tiba, "bahwa temanmu Stamford sedang merawat Sir Andrew Lewis""
"Ya," kataku, "Stamford memberitahuku bahwa ia harus memanggil Sir William Greedon dan bahkan orang terkenal itu kebingungan karena gejalanya."
"Betulkah!" kata Holmes. "Ingatkah kau apa gejalanya""
Aku mengembalikan ingatanku ke percakapan yang kulakukan dengan Stamford dalam suatu permainan billiard dua minggu sebelumnya.
"Jelas Sir Andrew adalah korban kekurangan tenaga secara menyeluruh dengan luka pada kulit, sakit kepala, pingsan, kerontokan rambut, dan muntah-muntah. Sebagai tambahan, otak pria malang itu tampaknya sudah terpengaruh-ia yakin bahwa ia korban kutukan."
"Dan menurut Stamford penyakit apakah itu""
"Ia mengaku padaku bahwa ia sama sekali tak punya gagasan. Greedon yakin itu adalah suatu penyakit tropis tak dikenal yang menjangkiti Sir Adrew sewaktu bekerja di luar negeri. Tampaknya putra Lewis meninggal pada usia dua puluhan karena penyakit yang sama, walau penyakit itu membuhnya lebih cepat. Greedon berpikir mungkin mereka berdua terinfeksi di luar negeri, dan
putranya, karena tertular penyakit itu waktu masih anak-anak, lebih rentan. Mengapa kau bertanya""
"Karena," jawab Holmes, "kombinasi Stamford dan Sir William Greedon telah gagal menolong Lewis. Berita kematiannya muncul pagi ini," dan ia memberikan korannya padaku.
Artikel itu menyebutkan gelar dan kehormatan akademis orang yang meninggal itu, menggambarkan beberapa eksplorasi arkeologi terkenalnya dan mendaftar banyak museum yang memamerkan barang-barang yang telah ditemukannya. Artikel itu menyebutkan kontroversi yang berada di seputar karirnya yang menyebabkan ia mundur dari kehidupan umum tahun-tahun terakhir ini.
"Demi Tuhan!" aku berseru saat mendekati akhir artikel, "Mungkin ia korban suatu kutukan." "Kenapa kau berkata demikian"" tanya Holmes mengangkat satu alis.
"Karena itu tersirat di sini," kataku. "Dengar," dan aku membacakan untuknya paragraf yang relevan.
Tuduhan itu berkaitan dengan tindakannya selama penggalian sebuah kuburan prasejarah yang diduga keras terkutuk di Addleton, dan pasti terasa lebih menyakitkan karena dilontarkan pada saat kematian putranya. Sir Andrew tak melakukan pembelaan terhadap penyerangnya, kecuali menyatakan bahwa ia berlaku terhormat di Addleton. Rekan sesama arkeolognya satu kata menentang serangan itu, tetapi Sir Andrew jelas merasa sangat terluka, karena ia tak mengambil bagian lagi dalam penggalian mana pun, mengurung diri sambil menulis serangkaian karya tulis definitif dan kadang-kadang memberikan kuliah. Bayang-bayang yang, paling tidak ia anggap menutupi karirnya, sekarang diikuti oleh kematiannya yang disebabkan oleh suatu kondisi yang membingungkan otak medis terbaik di Inggris, mungkin mendorong penduduk desa Addleton untuk percaya bahwa kuburan prasejarah mereka benar-benar terkutuk. Sir Andrew meninggalkan seorang putri yang belum menikah.
"Apa pendapatmu tentang hal itu"" tanyaku. "Apa yang dituduhkan padanya""
"Itu," kata Holmes, penuh empati, "
adalah jenis jurnalisme yang tidak diharapkan orang ada di sebuah koran yang bertanggung jawab. Tentang tuduhan terhadap Lewis, tuduhan itu diajukan oleh asistennya pada penggalian Addleton, yang bernama Edgar. Ia menulis sepucuk surat yang membahas apa yang diklaimnya sebagai perbedaan misterius antara dekorasi aneh di permukaan sebuah wadah bersegel yang ditemukan di kuburan prasejarah dengan isinya, yang walaupun berharga, sama sekali tidak luar biasa. Ia berusaha menyiratkan, tanpa mengatakannya, bahwa sebuah barang berharga telah diambil dari wadah itu di malam hari, setelah benda itu ditemukan dan sebelum diambil dari penggalian."
"Seperti yang telah kaubaca," ia melanjutkan. "dunia akademis menjadi marah dan mendukung Lewis. Karir Edgar sendiri jelas terpengaruh. Ia cukup dihargai hingga sebelum urusan Addleton tetapi sekarang, aku yakin, ia menjadi dosen di sebuah institut di pinggiran kota." Kami kembali membaca koran kami. Holmes sekarang membaca koran yang lebih populer, yang laporan kejahatan dan kisah kemajuan Pengadilan Polisinya ia baca dengan teliti. Saat ia selesai membaca satu koran ia menyerahkannya padaku dan aku sedang membuka halaman balap kuda ketika sebuah tajuk berita menarik perhatianku:
KUTUKAN ADDLETON KEMATIAN ARKEOLOG TERKENAL
Aku mulai membaca artikel itu karena asal ingin tahu, tetapi saat aku membaca terus aku menjadi semakin keasyikan.
"Stamford harus membaca ini," kataku, ketika aku selesai membaca. "Benarkah," kata Holmes, dengan nada yang sama sekali tak menunjukkan minat. "Ya," aku berkeras. "Tahukah kau apa yang dikatakan di sini""
Temanku mendesah dan menurunkan Police Gazette. "Aku yakin kau akan memberitahu aku,
eh Watson"" "Artikel ini," kataku, "menyatakan bahwa kuburan prasejarah Addleton merupakan subyek legenda-legenda jahat sepanjang yang bisa diingat siapa pun. Tempat itu terletak di Addleton Moor, dikelilingi oleh banyak gundukan kuburan yang lebih kecil. Tampaknya hujan salju ringan tak pernah menutupinya dan bahkan di musim dingin paling kejam sekalipun, salju selalu lebih dulu meleleh di kuburan prasejarah itu. Orang-orang lokal menyebutnya 'Kuburan Hitam' karena rumput tak mau tumbuh di atasnya."
"Watson," sela Holmes, "kuburan tempat salju paling cepat leleh dan rumput tak mau tumbuh adalah legenda daerah terpencil yang biasa. Setengah halaman gereja desa di Inggris mengklaim adanya kuburan semacam itu."
"Aku tahu," kataku, "tapi bukan itu bagian yang menarik. Mereka di sini mengatakan bahwa setelah Sir Andrew Lewis membuka kuburan prasejarah itu, desa Addleton terserang penyakit aneh.
Gejalanya serupa dengan gejala Sir Andrew tetapi tidak selalu fatal. Sejak saat itu area itu mengalami banyak kelahiran bayi mati dan sejumlah kecacatan. Orang-orang desa berkeras hal itu adalah akibat Lewis merusak 'Kuburan Hitam'. Apa pendapatmu Holmes""
Selama sesaat ia berpikir serius. "Sayangnya, itu bukan koran umum kita yang paling dapat dipercaya, tetapi bila laporannya benar maka urusan itu istimewa. Apa pendapat medismu, Watson""
"Mungkin Greedon benar. Mungkin Sir Andrew tertular sesuatu yang aneh selama tahun-tahun pekerjaannya di Mesir dan menularkannya pada orang-orang di Addleton. Mungkin itu penyakit menurun. Putra Lewis meninggal karena penyakit itu. Mungkin ayahnya mendapat infeksi itu sebelum kelahiran putranya. Mungkin itu adalah salah satu penyakit tak menyenangkan yang bisa tidur selama bertahun-tahun dan kemudian menjadi aktif."
"Mungkin begitu," kata Holmes. "Watson, berbaikhatilah dan berikan kotak tulisku padaku, maukah kau""
Ia menyibukkan diri menulis sepucuk surat dan aku yakin urusan Addleton sudah berlalu dari pikirannya hingga ia membicarakan masalah itu kembali waktu makan pagi dua hari kemudian. "Apakah kau ingat percakapan kita tentang kematian Sir Andrew Lewis"" ia bertanya. "Tentu," aku menjawab.
Holmes mengangkat sepucuk surat dari sebelah piringnya. "Kisah pers tentang urusan itu membangkitkan rasa ingin tahuku," katanya, "sedemikian besar sehingga aku mengirim surat pada Petugas Kesehatan Daerah."
"Betulkah" Dan apa yang ia kat
akan"" Holmes membaca surat itu. "Walaupun menyesalkan segala usaha yang mengatakan bahwa ada kutukan yang sedang bekerja, ia mengkonfirmasi bahwa, pada tahun yang mengikuti penggalian Sir Andrew di Kuburan prasejarah Hitam, desa Addleton mengalami sejumlah kematian karena penyakit yang tampaknya seperti anemia yang tak jelas dan sejumlah kelahiran bayi mati dan kelahiran cacat. Ia mengatakan tak ada hubungan antara kemalangan ini dengan ekspedisi arkeologi itu dan sumber masalahnya mungkin adalah akibat dan persediaan air lokal."
"Dan apa yang kauyakini"" tanyaku.
"Ketidakpercayaanku pada kutukan hanya diimbangi oleh ketidakpercayaanku pada hal-hal kebetulan. Mereka yang punya alasan untuk merasa khawatir-orang-orang Addleton- menghubungkan tragedi mereka dengan penggalian Sir Andrew. Mereka mungkin salah mempercayai yang satu adalah penyebab yang lain, tetapi bukan berarti tak ada hubungan antara kedua fenomena itu. Sedangkan tentang persediaan air, Addleton terletak di lembah yang dikelilingi bukit kapur. Di tempat semacam itu air terkenal jernih. Orang ingat bahwa desa-desa di selatan Derbyshire mengadakan upacara setiap musim panas untuk merayakan kejernihan sungai batu kapur mereka, yang mereka percayai, menyelamatkan mereka dari Wabah Besar."
"Dan apakah kau punya penjelasan alternatif"" aku bertanya.
"Sekarang jauh terlalu awal untuk itu," jawabnya. "Adalah suatu kesalahan serius bila mencoba memberi penjelasan ketika data yang kita miliki begitu sedikit. Selanjutnya, kita harus berusaha mendapatkan informasi lebih jauh sehingga pola utuh kejadian-kejadian aneh itu tampak."
Pada siang keesokan harinya ia bertanya, "Apakah kau punya janji sore ini, Watson""
Ketika aku menjawab tak ada, ia berkata, "kurasa sore ini kita bisa menghadiri kuliah di Institute Aldridge. Mr. Edgar, orang terkenal Addleton, sedang memberikan kuliah tentang "Batu dan Bintang", jelas sebuah disertasi atas teori Sir Norman Lockyer bahwa pembangunan monumen religius kuno berkaitan dengan pergerakan benda-benda angkasa."
Institute itu ternyata berada di bagian terpencil selatan London dan kuliah Mr. Edgar tak banyak dihadiri orang. Bagaimanapun sore itu menyenangkan. Edgar adalah seorang pria berusia sekitar empat puluhan, dengan rambut panjang seorang sarjana, dan kacamata model burung hantu yang memberi aspek serius di wajahnya walaupun kuliahnya mengungkapkan kecerdasan yang cepat tanggap. Slide lenteranya, dari foto yang diambilnya sendiri, bukan hanya informatif, tetapi dalam beberapa segi amat menarik. Aku terutama ingat sebuah gambar trilithon besar di Stonehenge yang diterangi dari belakang oleh matahari pertengahan musim dingin yang sedang terbit. Argumennya sepaham dengan teori Lockyer, yang meskipun kompleks, dijelaskan dengan sederhana bagi penonton awam dan meyakinkan.
Saat penonton yang sedikit jumlahnya itu perlahan-lahan keluar di akhir kuliah, Holmes bangkit dan mendekati Edgar yang sedang memberi instruksi pada operator lentera. "Kami menikmati ceramah Anda," kata Holmes.
"Terima kasih, tuan-tuan,"kata dosen itu, "tapi saya harap Anda bukan jurnalis." "Kenapa Anda berpikir demikian"" tanya Holmes.
"Karena saya menerima banyak perhatian dari profesi itu sejak kematian Sir Andrew Lewis, dan tak ada yang bisa saya katakan pada pers."
"Anda boleh yakin bahwa kami bukan jurnalis," kata temanku. "Saya Sherlock Holmes, dan ini kolega saya, Dr. Watson."
Mata dosen itu melebar di balik kacamata bundarnya. "Sang detektif konsultan!" serunya, "Apa, kalau saya boleh bertanya, minat Anda dalam arkeologi""
"Anda mungkin sudah membaca," kata Holmes, "karya tulis saya tentang 'Deduksi Logis dari Strata' dan 'Piagam-piagam Awal Inggris Sebagai Panduan Kerajaan Kelt', walaupun semua itu tidak diterbitkan atas nama saya, tetapi bukan itu yang membawa kami kemari. Saya akan menyambut baik bantuan Anda dalam penyelidikan saya tentang kematian Sir Andrew Lewis."
"Kematian Sir Andrew!" ulang Edgar. "Tentunya ini tidak dianggap sebagai . . ."
Holmes mengangkat sebelah tangan. "Tidak, Mr. Edgar. Ini bukan urusan pembunuhan. Sir Andrew
, sejauh yang bisa dikatakan orang, meninggal secara wajar, tetapi cara kematiannya mempunyai kemiripan aneh dengan kematian dan penyakit yang menyerang Addleton setelah pembukaan 'Kuburan Hitam'."
"Kalau begitu Anda percaya dengan yang disebut Kutukan Addleton"" tanya Edgar.
"Tentu tidak," kata Holmes, "tapi saya punya informasi terpercaya bahwa desa itu menderita penyakit aneh sejak penggalian itu dan demi kepentingan orang-orang Addleton penyebabnya harus ditentukan."
"Saya tak tahu apa-apa tentang pengobatan, Mr. Holmes. Bagaimana saya bisa membantu
Anda"" "Hanya dengan memberi tahu saya apa yang Anda ingat dari penggalian di Addleton Moor," kata Holmes.
Arkeolog itu mulai memasukkan slide lenteranya dalam kotak-kotak kayu panjang, sementara ia berbicara.
"Itu adalah proyek favorit Sir Andrew," ia mulai. "Sebagai seorang murid ia pernah berada di Addleton Moor dan melihat salju tidak melapisi Kuburan Hitam dan rumput tidak tumbuh di atasnya. Ia, tentu saja tidak mempercayai kutukan, tetapi ia percaya ada sesuatu yang unik tentang kuburan prasejarah itu."
"Jadi kami pergi ke sana, musim panas itu sepuluh tahun yang lalu, untuk melihat apa yang dapat kami temukan. Cuaca saat itu bagus dan Addleton adalah desa yang cantik, tetapi saya beri tahu Anda Mr. Holmes, sebelum kami berada lama di sana saya sudah bisa mempercayai kutukan itu."
"Mengapa demikian"" tanya Holmes.
Edgar menunjuk slide-nya. "Salah satu peran saya," katanya, "adalah mengambil foto untuk Sir Andrew. Saya tak mendapat kesulitan mengambil gambar Moor, gundukan tanah kuburan lain di atasnya atau apa pun selain kuburan prasejarah hitam. Pada hari pertama saya mengambil gambar seluruh anggota kelompok itu berdiri di sebelah kuburan prasejarah. Gambar itu tidak jadi. Saya pikir itu hanya plat cacat, karena semua gambar saya yang lain hari itu sukses, tetapi, saat penggalian berjalan, saya mendapati bahwa setiap plat tentang kuburan prasejarah itu rusak."
"Rusak bagaimana"" tanya Holmes.
"Semuanya berkabut, Mr. Holmes. Semuanya. Saya bisa mendapat hari yang terang dan cerah, pencahayaan yang dihitung hingga detiknya, dan setelah jadi seakan-akan gambar itu diambil dalam kabut sup kacang polong London."
"Apakah Anda punya ide apa penyebabnya"" tanya Holmes.
"Sama sekali tidak. Hal itu terus berlanjut selama berhari-hari dan kemudian berhenti semisterius saat mulainya."
"Hal itu berhenti!" seru Holmes.
"Oh, ya," kata Edgar. "Saya memotret kuburan prasejarah itu. Tiba-tiba kabut itu hilang dan segalanya beres. Saya tak pernah tahu apa yang menyebabkannya,"
"Anda mengisyaratkan," kata Holmes, "bahwa ada kesulitan lain."
"Memang ada," kata Edgar. "Pada tahap-tahap awal Sir Andrew dan beberapa anggota kelompok menjadi sakit."
"Karena apa"" tanyaku.
"Dokter desa tidak mengenalnya. Ada penyakit dan gatal-gatal. Awalnya kami cenderung menyalahkan ranjang-ranjang atau makanan di penginapan, tetapi tempat-tempat itu adalah dua hal yang berbeda di masing-masing ujung Addleton. Kemudian orang-orang mulai berkata bahwa itu penyakit sapi atau domba lokal, tetapi itu gila, hanya sifat lekas marah orang-orang yang tidak sehat. Kemudian itu hilang, tepat seperti masalah fotografi saya."
"Dan apakah ada yang lain"" kata Holmes.
"Ada masalah pribadi Sir Andrew. Putranya tiba dari London. Ia masuk tentara, Anda tahu, dan idiot muda itu terlibat hutang. Ayahnya marah karena tindakan memalukan itu dan di sana putranya mengganggunya demi uang. Ia pengganggu sialan, berkeliaran di sekitar penginapan tempat ayahnya tinggal, dan, ketika Sir Andrew tak mau menyempatkan waktu untuknya, ia akan muncul di penggalian dan berkeliaran merundung ayahnya. Semua itu sangat nengganggu bagi Sir Andrew."
Ia berhenti. "Kemudian anak itu jatuh sakit," katanya, "Tidak seperti kami yang lain, sesuatu yang benar-benar serius. Penggalian kami baru selesai dan Sir Andrew harus kembali ke London, meninggalkan putranya yang sakit di Addleton. Ia mengirim dokter-dokter terbaik dari London, tetapi mereka tak bermanfaat. Anak itu meninggal dalam hitungan minggu. Apakah Anda heran bila sa
ya katakan orang gampang mempercayai adanya kutukan itu""
"Tidak," Holmes menyetujui, "dan ketika Anda kembali ada keributan di koran."
"Saya harap Anda tidak menyalahkan saya sir," kata Edgar tajam, "walaupun saya menyalahkan diri saya sendiri tentang pengaturan waktunya. Tetapi saya sudah memikirkannya selama berminggu-minggu sebelum saya menulis surat. Saya tak bisa mempercayai otak saya sendiri, tetapi pada akhirnya, dengan kesadaran penuh, saya harus mengatakan apa yang saya pikir, dan hal itu muncul tepat saat putra Sir Andrew meninggal. Saya merasa sangat sedih, menyerang orang yang saya kagumi dan yang saya jadikan panutan pada saat seperti itu. Bagaimanapun, hal itu tak berguna. Ada gelombang simpati untuknya, rekan-rekannya menutup barisan dan tak ada orang yang memberi perhatian serius pada apa yang saya katakan. Mereka berkata saya menghancurkan profesinya." Ia tertawa tanpa kegembiraan dan melambaikan tangan ke sekitarnya. "Hal itu tidak benar-benar berakibat baik bagi saya."
"Apa permasalahannya"" tanyaku, karena aku belum benar-benar mengerti komentar Holmes tentang aspek ini dalam masalah itu.
"Sudahkah Anda melihat peti mati Addleton"" tanya Edgar. "Peti mati itu diletakkan di Museum Barnard, walaupun mereka menariknya dari pajangan saat keributan itu mulai, untuk menghindari memikat orang-orang pencari sensasi vulgar."
Aku menggelengkan kepala dan ia melanjutkan.
"Peti itu terletak di tengah-tengah kuburan prasejarah, di bagian dasar tanah. Nah, biasanya Anda menemukan sebuah ruang batu kecil dengan abu, atau berpot-pot abu, potongan tulang yang terbakar, beberapa artifak penguburan, dan hal-hal semacam itu. Ketika kami mencapai dasar dan membuka tutup peti mati kami merasa senang. Kami tahu kami menemukan sesuatu yang benar-benar unik. Kami menemukan kotak batu tulis seperti biasa dan, ketika kami membuka lembaran batu bagian atas, di dalamnya terdapat peti mati luar biasa ini. Peti ini berbentuk oval, terbuat dari perunggu, dengan perak dan dekorasi enamel di seluruh permukaannya, karya terbaik dari jenisnya yang pernah kuketahui."
Ia berhenti dan matanya berpaling melewati sami. "Sore itu hanya ada Sir Andrew dan saya. Wabah itu sedang memuncak dan orang-orang lain turun dari Moor pada waktu minum teh, tetapi sakit atau tidak, Anda tak bisa menjauhkan Sir Andrew dari pekerjaannya. Saya terus tinggal bersamanya karena saya tak menyukai pemikiran bahwa ia berada di Moor sendirian. Tempat itu adalah jenis tempat yang menyeramkan, Anda tahu."
"Yah, saat itu sudah larut, hampir gelap ketika kami menemukan peti mati itu. Kami berusaha mengangkatnya, tetapi peti itu amat sangat berat dan pada akhirnya Sir Andrew menyuruh menutupnya dan meninggalkannya, membiarkan orang lain melihatnya in situ besok pagi. Sebelum kami meletakkan lembaran batu penutup kembali aku ingat meringkuk di dalam lubang dengan sebuah lentera karena di sana gelap gulita, mengintip dekorasi benda mengagumkan itu dan mencoba mengartikannya, dan ketika akhirnya aku bisa, aku menggeletar."
Ia gemetar sedikit karena kenangan itu.
"Mengapa demikian"" tanya Holmes,
"Kematian," kata arkeolog itu. "Peti mati yang sangat bagus itu ditutupi simbol kematian. Saya tak pernah melihat benda seperti itu, Mr. Holmes. Orang-orang kuno itu sama seperti kita, mereka percaya pada kelahiran kembali. Bila ada dekorasi, yang berhubungan dengan penguburan maka itu selalu berupa tanda-tanda kehidupan, roda matahari, spiral, tumbuhan, binatang, tetapi yang ini sama sekali berbeda. Peti itu ditutupi tengkorak dan tulang."
"Dan apa artinya hal itu bagi Anda"" tanya Holmes.
"Saya merasa bergairah. Saya yakin peti mati itu berisi sesuatu yang luar biasa, sesuatu yang oleh pembuatnya dianggap sangat penting. Karena kami tak bisa mengangkatnya, Sir Andrew dan saya menutupinya dan turun dari Moor. Kami tahu orang desa takkan berani ke Moor Addleton setelah gelap. Hari sudah gelap ketika kami kembali ke penginapan kami, dan orang-orang lain sudah tidur, tetapi aku hampir tak bisa tidur bertanya-tanya apa yang ada di dalam kotak perunggu itu."
"Keesokan pag inya kami kembali ke penggalian dan dengan hati-hati kami mengangkat kotak itu dan membukanya. Segera setelah penutupnya dibuka kami tahu mengapa peti itu berat dan aku tahu bahwa benda itu sudah diutak-atik. Selain dibuat dari perunggu yang sangat tebal, peti mati itu dilapisi oleh selapis timah. Sekarang timah, seperti yang Anda ketahui, dapat membusuk menjadi bubuk, seperti abu, dan sebagian pelapis itu sudah berubah demikian. Serpihan-serpihan berjatuhan saat kami mengangkatnya dan jatuh ke dalam kotak, dan, sementara sisa pekerja menatap isinya, saya menyadari bahwa fragmen timah berdebu itu sudah diganggu oleh jari-jari manusia. Tanda-tandanya jelas."
"Saya tak bisa memahami ini. Kamilah yang pertama, atau tampaknya demikian, yang telah melihat ke dalam peti mati itu karena peti itu terletak di bawah kuburan prasejarah, tetapi kemudian saya melihat isinya."
"Apa isinya"" tanyaku.
"Anda bisa melihat benda-benda ini pula, di Museum Barnard," katanya. "Sepasang kaca perunggu yang bagus, bros, manik-manik, pisau, gelas, sebutir kelereng kwarsa aneh dalam sebuah wadah perunggu, pisau, dan fragmen tulang yang biasa dan abu yang disimpan dalam dua pasu tanah liat yang cantik. Suatu penemuan yang memuaskan, atau begitu yang dianggap para kolegaku, tetapi mereka salah."
"Mengapa demikian"" tanya Holmes.
"Karena di sana tak ada benda yang belum pernah dilihat di penggalian lain, sama sekali tak ada yang bisa mendukung dekorasi menyeramkan pada bagian luar peti, dan karena itu saya tahu bahwa sesuatu telah diambil."
Ia menghela nafas dalam. "Hanya Sir Andrew dan saya yang mengetahui keberadaan peti mati itu semalam, tetapi seseorang telah membukanya dan mengganggu lapisan timah dan mengambil sesuatu dan seseorang itu pastilah Sir Andrew."
Ia menutup sebuah kotak slide dengan suara keras, "Seperti yang saya katakan, kami berpisah jalan, perhatian Sir Andrew terpecah oleh sakit yang diderita putranya dan perlunya meninggalkan anak itu di Addleton dan saya terkejut karena perampasan hasil penggalian kami oleh seorang pria yang merupakan teman dan mentor saya. Sisanya Anda sudah tahu:"
"Hanya tinggal satu pertanyaan," kata temanku. "Penginapan Addleton mana yang ditempati Sir
Andrew"" Edgar menatap kosong pada kami selama beberapa saat. "Zhe Goat and Boots" katanya pendek dan berbalik pergi.
Keesokan paginya Holmes dan aku berada di depan pintu rumah Sir Andrew yang telah meninggal. Seperti Edgar, kepala pelayannya cenderung mengira kami adalah wartawan dan mengusir kami pergi, tetapi kartu nama temanku membuat kami bisa bertemu dengan putri Sir Andrew.
Ia menerima kami di ruang pagi. Lady Cynthia adalah seorang wanita muda yang tinggi dan cantik, yang cocok mengenakan warna hitam sedih.
"Mr. Holmes, Dokter," katanya. "Ayah saya pasti menyambut baik kesempatan bertemu Anda. Ia sangat senang membaca kisah Anda, Dokter, tentang kasus-kasus Holmes, dan menyetujui aplikasi logika Anda."
"Anda baik sekali berkata demikian," kata Holmes, "dan saya harap kita bisa bertemu dalam keadaan yang lebih menyenangkan, tetapi karena ayah Andalah kami berkunjung."
"Karena ayah saya"" tanyanya. "Tentunya Anda tidak mempercayai bahwa ada yang mencurigakan sehubungan dengan kematiannya" Sir William Greedon yakin penyebabnya adalah infeksi lain dari penggalian ayah di Mesir, sama dengan yang diderita kakak saya yang malang."
"Anda seharusnya tidak mengasumsikan bahwa keterlibatan saya mengindikasikan kejahatan, Lady Cynthia. Pers menghubungkan kematian Sir Andrew dengan yang disebut Kutukan Addleton. . ."
"Itu hanya sensasionalisme vulgar," sela gadis itu. "Kami mendengar omong kosong yang sama pada waktu kematian Anthony."
Holmes mengangguk, dengan simpatik. "Bagaimana pun," katanya, "saya punya informasi terpercaya bahwa desa Addleton menderita suatu infeksi aneh sejak Sir Andrew membuka 'Kuburan
Hitam.'" "Tentunya Anda tidak mempercayai kutukan itu, Mr. Holmes""
"Tidak madam, sedetik pun tidak, tetapi saya sudah sering mengamati bahwa apa yang dianggap sebagai kejadian supranatural atau kebetulan oleh pikiran yang malas atau p
ercaya takhayul sebenarnya adalah, terjadinya dua kejadian mengejutkan yang punya penyebab sama atau berhubungan. Saya yakin itulah yang terjadi di sini."
"Bila itu bisa menghalangi kematian lain seperti kematian saudara dan ayah saya," kata Lady Chynthia, "maka tentu saja saya akan membantu penyelidikan Anda. Bagaimana saya bisa membantu
Anda"" "Anda sebaiknya memberitahu saya apa yang ada dalam pikiran Sir Andrew pada hari-hari terakhirnya, Lady Cynthia."
Suatu ekspresi terluka terlihat di wajahnya. "Ketika ia pertama kali jatuh sakit," gadis itu mulai, "ia jadi gelisah ingin menuliskan karangannya tentang Addleton. Ia tak pernah menerbitkannya, Anda tahu, karena keributan dengan Edgar. Tetapi ia tak pernah menyelesaikannya, karena ia kemudian mengalami ketegangan aneh dan obsesi tiba-tiba."
"Dan terjadi dalam bentuk apa"" tanya Holmes.
"Ia mulai menyalahkan dirinya sendiri atas kematian kakak saya. Ketika kesehatannya sendiri sudah menurun, ia berkeras melakukan perjalanan seorang diri ke Addleton, berkata bahwa ia harus minta maaf pada Tony. Saya memohon untuk pergi bersamanya, tetapi ia berkata ia harus pergi sendiri."
Gadis itu menatap potret bagus ayahnya yang tergantung di atas perapian. "Setelah itu kesehatannya menurun dengan cepat. Sewaktu ia belum terikat pada ranjangnya ia duduk di bengkelnya, mencorat-coret tak henti-hentinya." "Apakah Anda punya coretannya"" tanya Holmes.
"Tidak, Mr. Holmes. Saya membaca semua itu setelah kematian ayah dan semuanya merupakan omong kosong tak berhubungan. Saya memusnahkannya."
"Bolehkan kami melihat bengkel beliau"" tanya temanku.
"Tentu saja," jawab gadis itu dan ia bangkit dan kursinya. Kami mengkutinya ke bagian belakang rumah, tempat ia membimbing kami masuk ke sebuah ruangan panjang, diterangi oleh tiga jendela tinggi yang menghadap ke sebuah taman menarik. Dindingnya dipenuhi oleh rak buku dan di tengah-tengah ruangan terdapat sebuah meja kokoh panjang, di atasnya terserak peralatan dan sisa-sisa berbagai bahan. Di satu sudut berdiri sebuah meja tulis.
"Ini sudah selalu menjadi tempat ayah bekerja," kata Lady Cynthia. "Silahkan melakukan pengamatan apa pun yang Anda inginkan sesuka Anda. Bila Anda berkenan bergabung dengan saya di ruang ragi setelah Anda selesai, saya akan menyiapkan teh," dan ia mengundurkan diri.
Sherlock Holmes melihat ke sekelilingnya. "Kurasa kau sebaiknya menangani buku-buku," katanya.
"Apa maksudmu"" tanyaku.
"Periksa rak-rak buku, Watson, cari apa pun yang bagimu kelihatan tidak biasa."
"Tapi aku tak yakin aku tahu apa yang biasa dibaca seorang arkeolog terkenal," protesku.
Ia mengabaikanku dan mulai berjalan mengelilingi meja tengah besar itu. Aku pergi ke rak buku dan mencoba melakukan tugas yang dibebankan Holmes padaku. Ada banyak rak-rak jurnal arkeologi, beberapa dalam bahasa asing, ada karya tulis tentang sejarah, legenda dan cerita rakyat, tetapi tak ada yang bagiku terasa ganjil. Akhirnya aku kembali ke Holmes yang sedang memperhatikan beberapa benda di satu sudut bangku.
"Ia tampaknya tak membaca apa pun selain bacaan profesional," aku menilai.
"Baiklah," kata Holmes. "Kalau begitu kita harus mencari sebisa mungkin dari bangku kerjanya," dan ia memberikan sebuah bantalan kecil gelap padaku.
"Moleskin-kain katun tebal," kataku, segera setelah jari-jariku menyentuhnya. "Sepotong moleskin yang ditekuk dan dijahit menjadi sebuah-sebuah bantalan jarum, mungkin""
"Moleskin," temanku menyetujui, "tapi bukan sebuah bantalan jarum, kurasa. Ciumlah, Watson.'' Aku mengangkat bantalan kecil itu dan lubang hidungku mengerut. "Bah!" aku berseru, "benda ini menyebarkan bau lemak tengik."
"Tepat," kata Holmes, "dan bagaimana dengan ini""
Dari bangku ia mengangkat sebuah benda kayu aneh dan aku mengambilnya dari Holmes. Panjang benda itu sekitar delapan belas inci dan dibuat bulat di satu ujung untuk membentuk pegangan seperti yang ditemukan orang pada banyak alat, tetapi di atas pegangan benda itu melebar lagi, satu sisi datar dan sisi lain melengkung. Ujung lain pegangan itu dipotong cukup datar. Jelas benda itu buatan tangan
dan sudah dikotori, walaupun pada permukaan yang melengkung dan datar terdapat bekas-bekas benturan.
"Aku tak pernah melihat benda seperti ini," kataku. "Apakah kau yakin benda ini sudah selesai
dibuat"" "Oh, benda ini cukup sempurna," kata Holmes, "dan tepat seperti yang kuharap dapat kulihat. Sekarang, kurasa kita hanya tinggal memeriksa meja tulis."
Informasi yang didapat dari meja itu sedikit. Kotak dalamnya sudah dibersihkan dan ada dua bloknot di meja yang lembar-lembar bagian atasnya sudah diambil.
"Tak ada apa-apa di sini, Holmes," kataku.
"Aku tak yakin," jawabnya, dan mengambil kaca pembesarnya dari saku mulai memeriksa bloknot kosong itu. "Apa kau punya rokok, Watson"" tanyanya tiba-tiba.
Aku mengeluarkan kotakku dan membukanya. "Kulihat," kata Holmes, "kuda-kuda tidak memberikan hasil sesuai harapanmu. Standarmu turun ke rokok Virginia murahan. Namun, ini sudah cukup," dan ia mengambil satu dan menyalakannya.
Setelah beberapa hembusan keras ia membungkuk ke atas meja dan mengetukkan abunya ke salah satu bloknot, menggosoknya pada kertas dengan jari telunjuknya. Sesaat kemudian ia tersenyum.
"Lihat," katanya, mengangkat bloknot itu, "abu menghitamkan kertas, kecuali di tempat kertas tertekan oleh berat pensil yang menulis di lembar atasnya. Sekarang, apa yang kita peroleh di sini""
Ia mengangkat kertas itu ke cahaya. "Ada beberapa kata-kata yang bisa dibaca, Watson, dan tampaknya berbunyi "kematian Tony yang malang". Sekarang, apa yang akan diungkapkan bloknot
kedua"" Segera ia telah menerapkan prosesnya itu pada bloknot kedua dan menelitinya. "Timah" Timah" Timah"" ia membaca kertas itu, "Setiap kali dengan sebuah tanda tanya. Tampaknya itu saja dari yang satu ini."
Ia menggumpalkan kedua lembar kertas bernoda abu ke dalam saku mantelnya dan merapikan baju. "Kurasa," katanya, "kita harus pamit pada Lady Cynthia."
Sementara kami minum teh dengan Lady Cynthia, Holmes meyakinkan wanita itu bahwa ia berharap bisa membongkar misteri kematian ayahnya dan akan menghubunginya bila penelitiannya sudah lengkap. Aku, bagaimanapun juga, menjadi semakin bingung dengan setiap tindakan temanku dan, dalam perjalanan kembali ke Baker Street dengan kereta kuda, aku mengatakannya.
"Watson, Watson," katanya, menggelengkan kepala. "Kaulah yang menarik perhatianku pada teka-teki kecil yang indah ini. Sejak itu aku hanya mengejar penyelidikan misteri yang sepenuhnya logis ini dan telah berhasil mendapatkan data tertentu yang akan, aku benar-benar yakin, mengarahkanku pada kesimpulan yang sukses. Kau seharusnya mengenal metodeku dengan baik sekarang. Tentunya kau punya dugaan, bukan""
Aku menggelengkan kepala.
"Kalau begitu pertimbangkan fakta-fakta penting ini," katanya, sambil menghitung dengan jari saat ia menyebutkannya. "Pertama-tama, orang-orang Addleton percaya 'Kuburan Hitam' itu terkutuk karena rumput tidak tumbuh di atasnya dan salju tidak turun di atasnya; yang kedua, Petugas Kesehatan Daerah mengkonfirmasi bahwa suatu penyakit aneh menyerang desa setelah pembukaan kuburan prasejarah itu; ketiga, Mr. Edgar yakin, dengan alasan bagus, bahwa sesuatu diambil dari kuburan prasejarah itu diam-diam. Dari semua itu tak adakah yang membantumu""
Harus kuakui memang tak ada, dan ia menggelengkan kepala lagi terheran-heran, tetapi tak memberikan penjelasan lebih jauh.
"Apa langkahmu selanjutnya"" tanyaku, mencari suatu indikasi yang bisa membantuku.
"Aku seharusnya sudah mengira," katanya, "bahwa itu juga jelas bagimu. Kita harus pergi ke Addleton dan melihat locus in quo itu, bahkan tempat kejadian perkara."
"Tapi kupikir kau yakin tak ada kejahatan di sana!" aku berseru.
"Aku mulai," kata Holmes, "untuk menyelesaikan suatu misteri medis, tetapi kita bertemu dengan kejahatan di jalur kita. Ada kejahatan, Watson. Satu kejahatan dengan konsekuensi yang berakibat panjang."
Tepat keesokan siangnya kami berada di Addleton, sebuah desa berbangunan batu yang sebagian besar terdiri dari sebuah jalan panjang dengan sebuah penginapan di kedua ujung jalan, berdempet-dempet di bawah sosok bujur sangkar besar Moor Addleto
n. Begitu kami selesai meletakkan kopor kami di Goat and Boots, Holmes mencari satu-satunya dokter desa. Dokter Leary adalah seorang pria Irlandia ramah berumur empat puluhan, yang menyambut kami dalam ruang prakteknya.
"Dan apa," tanyanya, ketika kami telah memperkenalkan diri kami, "yang membawa seorang detektif konsultan terkenal jauh-jauh dari London ke Addleton. Tak ada pembunuhan di sini, Mr. Holmes, dan selain sedikit pukulan kepala di antara para penambang pada malam bayaran kami tak punya jenis kejahatan lain."
"Tapi Anda punya sebuah misteri," kata Holmes.
"Sebuah misteri" Ah, tentunya orang dengan akal sehat dan logika seperti Anda tak menyelidiki Kutukan Kuburan Hitam, bukan""
"Tentu tidak," kata Holmes. "Namun saya menyelidiki kejadian-kejadian yang membuat pers populer menduga kutukan itu nyata, misalnya kematian Anthony Lewis, kematian-kematian lain, penyakit, kelahiran bayi mati, kelahiran cacat yang terjadi di sini, dan kematian Sir Andrew Lewis yang baru terjadi di London. Apakah Anda menyangkal bahwa semua ini membentuk pola aneh""
"Memang tampaknya berhubungan, meskipun seperti Anda, saya menolak penjelasan supranatural," kata Dr. Leary. Ia merogoh saku untuk mengambil pipa dan menyalakannya. Setelah pipa itu menyala dengan baik ia melanjutkan.
"Saya datang kemari, Anda tahu, langsung dari Fakultas Kedokteran. Saya pikir saya sudah menemukan suatu tempat bekerja yang bagus," katanya. "Sebuah desa yang indah, iklim yang menyegarkan air bersih, orang-orang yang menyenangkan, dan tak banyak yang menyusahkan saya atau mereka kecuali usia tua dan kecelakaan di pertambangan. Dan itulah yang terjadi selama beberapa tahun pertama, kemudian mereka membuka Kuburan Hitam, dan bila tempat itu tidak terkutuk, maka jelas tempat itu layak mendapat kutukan."
"Apa yang Anda ketahui tentang penyakit yang berjangkit pada para penggali"" tanya Holmes.
"Sangat sedikit, saya akui. Penyakit itu tidak serius dan mungkin punya sejumlah penyebab. Mereka berkeringat di atas sana di Moor dalam matahari musim panas, beberapa dari mereka adalah orang-orang muda yang lebih terbiasa dengan pena daripada beliung. Saya rasa penyakit itu mungkin akibat sengatan matahari dan saya merawatnya sesuai perkiraan saya."
"Dan Lewis muda"" tanya teman saya.
"Itu, tentu saja, berbeda. Pada waktu itu saya tidak menghubungkannya dengan para arkeolog. Ia datang pada saya pertama-tama dengan tanda luka bakar di tangannya. Saya duga ia mengangkat sesuatu yang terlalu panas dengan dua tangan. Ia berkata tidak, ada noda-noda merah yang muncul di tangannya tanpa alasan dan kemudian terbuka seperti luka bakar. Saya merawatnya dengan salep dan bertanya-tanya apakah itu penyakit kulit asing, karena ia memberi tahu saya bahwa ia pernah berada di luar negeri sewaktu masih kecil."
Dokter itu menghembus pipanya, sambil merenung. "Lalu penyakitnya semakin parah. Ia mengalami serangan pingsan, sakit kepala, mual-mual-segera saja ia menjadi terlalu lemah untuk meninggalkan tempat tidurnya. Ayahnya mengirim dokter terbaik Harley Street untuk membantu saya, tetapi mereka tak berdaya. Kami hanya bisa mengawasinya mati perlahan-lahan."
"Dan bagaimana penyebaran penyakit ini"" tanya Holmes.
"Sangat cepat," kata Leary. "Walaupun tak pernah sekeras seperti pada Lewis muda. Yang selanjutnya adalah bocah pengurus sepatu di Goat. Ia meninggal beberapa minggu setelah pria muda itu. Tampaknya ia punya kebiasaan menyelinap masuk ke kamar Lewis di waktu senggangnya dan mendengarkan kisah-kisah ketentaraan dan bocah bodoh itu pasti tertular kematiannya dari Lewis. Kemudian McSwiney tua. Ia seorang pensiunan polisi yang menghabiskan seluruh waktunya di Goat. Ia sudah cukup tua untuk meninggal kapan saja bila ia belum mengawetkan dirinya sendiri dalam alkohol, tetapi ia tak pernah betul-betul sakit hingga saat ia meninggal. Ia muntah-muntah dan sebagainya, tetapi tidak ada tanda luka bakar, tetapi itu jelas penyakit yang sama."
"Saat itulah saya memanggil Petugas Kesehatan Daerah. Kami memeriksa segalanya, makanan dan minuman di The Goat, airnya, tempat tidurnya, se
muanya. Sama sekali tak ada yang bisa ditemukan tempat itu sangat bersih."
"Petugas Kesehatan Anda tampaknya berpikir penyakit ini timbul karena air," kata Holmes.
"Omong kosong!" kata Leary. "Ia berkata demikian karena ia tak bisa memikirkan yang lain.
Kami punya sumur batu kapur yang dalam di sini. Saya memeriksa airnya di bawah mikroskop, Mr Holmes. Tak ada apa pun di dalamnya kecuali sedikit kelebihan garam yang dibayar mahal orang-orang di spa."
"Dan apa pendapat Anda tentang hal itu, Dr. Leary""
"Saya memeras otak selama sepuluh tahun," matanya. "Saya tak lebih tahu tentang penyakit itu sekarang dibanding dulu, kecuali satu hal. Selain kematian, kami punya beberapa kasus yang lebih ringan. Ketika kematian dan penyakit berhenti, kami pikir wabah itu sudah lewat, tetapi kemudian ada kelahiran yang Anda dengar. Saya tak melihat bagaimana itu bisa disebabkan oleh hal yang sama, tetapi sekarang saya yakin itulah yang terjadi."
"Dan apa yang membuat Anda begitu yakin"" tanya Holmes.
"Geografi," kata Leary. "Lewis meninggal di 'The Goat', bocah pengurus sepatu itu meninggal di 'The Goat', McSwiney minum di 'The Goat', mereka yang kena penyakit minum di 'The Goat', walaupun tak sesering McSwiney, Tuhan berkati dia. Ketika kelahiran mati dan kelahiran cacat terjadi saya melihat pola yang sama. Mereka semua tinggal di ujung desa sana, dekat dengan 'The Goat'. Dan saya beri tahu Anda satu hal. Semua wanita itu sudah mengandung ketika Lewis meninggal."
Ia mengetuk isi pipanya keluar di atas pelindung perapian. Holmes menyatukan jari-jarinya di depan wajahnya sesaat, kemudian mengangkat kepala memandang orang Irlandia itu. "Apakah semuanya, sudah berakhir"" tanyanya.
"Oh ya. Sudah selesai-untuk saat ini. Tetapi kami tak tahu wabah apa itu atau bagaimana wabah itu datang kemari. Saya tak bisa berkata pada penduduk desa saya bahwa hal ini takkan terjadi
lagi." "Saya harap," kata Holmes, "saya bisa memberikan kepastian itu pada Anda dalam waktu sangat dekat. Apakah ada hal lain yang menurut Anda bisa membantu kami""
Leary tertawa. "Orang berkata ada sisi baik dalam segala hal. Anda takkan membacanya di koran-koran, karena mereka hanya berurusan dengan kabar buruk, tetapi kami memang mendapatkan dua penyembuhan ajaib pada waktu yang sama."
"Apa itu"" kata Holmes.
"Salah satu adalah Mary Cummins, putri pemilik 'The Goat'. Waktu itu ia berusia tujuh belas tahun, seorang gadis yang manis dan cantik, tetapi ia mulai mengalami sakit kepala yang sangat berat, pening, dan pingsan. Ini sebelum kuburan prasejarah itu terbuka, ketika orang tak mengira akan ada wabah baru. Semua yang saya lakukan untuknya tidak membawa perbedaan. Segera ia mendapatkan serangan yang membuat pikirannya melayang. Saya mulai bertanya-tanya tentang tumor otak, tetapi tahukah Anda bahwa sementara orang lain menjadi sakit ia tiba-tiba sembuh" Seluruh gejalanya hilang dan ia sehat-sehat saja hingga hari ini.
"Yang satunya adalah Mrs. Henty tua, yang tinggal di sebelah rumah minum itu. Menantu perempuannya adalah ibu dari salah satu bayi yang cacat, tetapi Mrs. Henty menderita eksema bandel di kedua lengan bawahnya. Ia menderita penyakit itu seumur hidupnya, katanya pada saya, tetapi kemudian hilang dalam beberapa hari."
"Mengherankan," kata Holmes. "Nah, Dokter, kami telah menghabiskan waktu Anda. Saya yakinkan Anda lagi, saya yakin saya berada pada jalur yang benar tentang hal ini dan akan memberitahukan kesimpulan saya pada Anda."
Malam itu kami makan malam di penginapan dan beruntung dilayani oleh Mary Cummins yang sama dengan yang disebutkan Dr. Leary pada kami. Apa pun kemalangannya sepuluh tahun lalu, sekarang ia adalah seorang wanita desa montok berambut hitam di usia pertengahan dua puluhan, penuh semangat dan menyenangkan.
Setelah makan malam kami menempatkan diri ke sebelah perapian ruang tamu belakang, tempat Mary membawakan kami minuman.
"Miss Cummins," kata Holmes, "bolehkah saya bertanya apakah Anda tahu mengapa Dr. Watson dan saya berada di Addleton""
Ia tersenyum. "Ini bukan urusan saya," katanya, "tapi saya mendengar kabar bahwa A
nda datang sehubungan dengan Kuburan Hitam."
"Mungkin Anda mau duduk bersama kami sebentar," ia mengusulkan. "Anda benar bahwa kami sedang menyelidiki suatu wabah tertentu yang menyerang desa ketika kuburan prasejarah itu dibuka."
Wanita itu mengambil kursi dan Holmes melanjutkan. "Saya yakin bahwa, bukannya termasuk orang yang sakit, Anda malah disembuhkan dari penyakit waktu itu. Apakah menceritakan hal itu pada kami akan membuat Anda malu""
"Sama sekali tidak, sir," jawabnya. "Saya sudah sakit selama hampir dua tahun dan semakin lama semakin parah. Pertama-tama timbul serangan limbung, kemudian pingsan, kemudian sakit kepala yang parah dan kadang-kadang saya sama sekali kehilangan akal sehat saya. Dr. Leary mencobakan segala hal tetapi penyakit ini tetap semakin memburuk. Ia berkata saya seharusnya menjalani operasi di kepala dan saya sangat ketakutan, tetapi kemudian, secepat datangnya, penyakit itu hilang dan sama benarnya seperti kenyataan bahwa saya sekarang duduk di sini, saya tak pernah sakit satu hari pun sejak saat itu."
"Luar biasa," kata Holmes. "Dan apa yang menyebabkan kesembuhan Anda""
"Yah, mereka berkata semua penyakit datang dari kuburan prasejarah tua itu, dan bila memang demikian, saya berkata penyembuhan saya datang dari sana juga."
Holmes mengamatinya, sambil berpikir serius. "Anda ingat Mr. Lewis muda"" tanyanya.
"Ya," katanya. "Orang muda yang malang. Ia bermasalah dengan ayahnya dan kemudian meninggal seperti itu."
"Apakah Anda mengenalnya dengan baik""
Ia merona dengan cantik. "Yah, sir, waktu sehat ia mendekati saya. Walaupun tak lebih dari yang sepantasnya. Dan saya berani berkata bahwa waktu itu saya lebih muda dan karena itu saya merawatnya dengan sedikit lebih khusus."
"Apakah ia pernah menunjukkan pada Anda, atau memberi tahu Anda, apa yang ia miliki"" tanya Holmes.
"Bagaimana Anda bisa tahu"" tanyanya. "Ia berkata tak ada orang yang tahu ia memilikinya dan saya harus menjaga rahasianya."
"Anda tak perlu takut karena saya tahu, Mary," kata Holmes. "Bolehkah saya bertanya apa itu""
"Yah, suatu hari saya pergi ke kamarnya untuk berberes, Anda tahu, dan ia masuk. Nah, ayah selalu sangat keras dalam hal saya tidak boleh berlama-lama di kamar tamu ketika mereka ada di sana, jadi saya hendak keluar, tetapi Mr. Lewis berkata, 'Mari saya tunjukkan sesuatu.' Ia menarik kopornya dari bawah ranjang dan ia mengeluarkan sebuah pasu tua besar, sebuah pasu tanah liat bulat besar yang mempunyai tutup. 'Apa itu"' kata saya, dan ia tersenyum dan berkata, 'Benda paling aneh di dunia. Ini akan menjadi kunci kesuksesanku', kemudian ia meraih tanganku dan meletakkannya di atas pasu itu dan wadah itu terasa hangat di bagian luar, seperti sebuah bata yang baru keluar dari oven."
"Saya menarik tangan saya, tetapi ia meredupkan lampu dan berkata 'Lihat ini, Mary'. Ia melepaskan tutupnya dari wadah itu dan ada cahaya biru cantik keluar dari dalamnya, berkilauan seperti air. Cahaya itu membuatku menahan nafas, saya beri tahu Anda. 'Apa yang ada di dalam"' kataku, dan ia tersenyum lagi dan berkata 'Kekayaanku, Mary. Tak peduli apa yang akan dilakukan ayahku', dan ia menutup tutupnya lagi."
"Dan menurut Anda benda apa itu"" tanya temanku.
"Sebenarnya, saya pikir itu sihir. Saya tak pernah melihat benda seperti itu sebelumnya atau sejak itu." Ia bangkit dari kursinya. "Saya beri tahukan satu hal lagi, Mr. Holmes, yang tak pernah saya beri tahukan pada siapa pun-kadang-kadang saya pikir yang ada di dalam pasu tua lucunya itulah yang menyembuhkan otak saya. Nah, itu gila, bukan""
"Anda mungkin sangat benar, Mary," kata Holmes. "Bila kami boleh minta tolong satu lagi- apakah kamar lama Mr. Lewis sekarang ditempati""
"Tidak, sir," katanya. "Apakah Anda ingin tukar""
"Sama sekali tidak," kata Holmes, "tapi saya ingin melihat sekilas ruangan itu."
Ia menawarkan mengantarkan kami ke atas saat itu juga, dan memimpin kami ke sebuah kamar di ujung lantai di atas tangga utama. Holmes berdiri di tengah kamar tidur kecil berlangit-langit rendah itu kemudian melangkah ke jendela tingkap. "Anda bisa melihat Moor d
ari sini," katanya, "dan pondok siapa di sebelah itu""
"Milik Mrs. Henty tua," kata Mary. "Ia memperoleh penyembuhan juga. Seluruh masalah kulitnya hilang. Kasihan Mr. Lewis, dan Georgie kecil si bocah pengurus sepatu dan McSwiney tua, mereka semua meninggal dan semua orang lain sakit, tetapi Mrs. Henty dan saya, kami tampaknya mendapat manfaat baik. Lucu, bukan""
"Itu jelas aneh," kata Holmes, dan memimpin keluar ruangan.
Holmes sudah turun pagi-pagi keesokan harinya, berada di meja sarapan sebelum aku bergabung dengannya. Suasana hatinya sangat baik, walaupun udara dingin di malam hari membawa siraman salju ke Addleton.
"Apa tindakan kita selanjutnya"" aku bertanya padanya, setelah benar-benar mengabaikan segala macam usaha untuk memahami penyelidikannya.
"Aku sudah memberitahumu, Watson. Kita datang ke sini untuk melihat locus in quo, dan begitu fotografer desa tiba, kita akan mengunjungi kuburan prasejarah yang mempunyai nama buruk
itu." Kami sudah menyelesaikan sarapan kami ketika Mary memberi tahu bahwa Mr. Swain, fotografer desa, menunggu kami di ruang tamu. Ia menyambut kami dengan ceria dan menawarkan pendapat bahwa pemandangan Moor akan indah dalam salju.
Kami naik kereta poni beroda dua milik penginapan, dan setelah menaikkan peralatan Mr. Swain, berangkat ke Moor. Walaupun puncak Moor Addleton terletak sekitar 1.100 kaki di atas permukaan laut, sebuah jalur yang layak berkelok-kelok naik dari desa di satu sudut dan, walaupun sedikit tertutup salju, kami tak mendapat kesulitan mencapai puncak.
Di atas puncak yang terbuka salju jatuh lebih tebal, selembar selimut putih yang berkilauan di bawah matahari pagi. Di sekeliling kami gundukan-gundukan salju mengungkapkan keberadaan gundukan pekuburan, masing-masing menjatuhkan bayangan ungu pucat di atas warna putih. Holmes berdiri di dalam kereta kuda dan menatap sekelilingnya.
"Ah! Itu dia!" ia berseru, dan menunjuk. ^^^^^^^^l
Di depan kiri kami sebuah tanda gelap memecah warna putih dan, saat kami bergerak mendekatinya kami bisa melihat bahwa itu adalah sebuah kuburan lain, bersih dari salju dan tanaman, menampakkan tanah segar.
"Pernahkah Anda mengambil foto Kuburan Hitam sebelumnya"" Holmes bertanya pada fotografer itu.
"Tidak, sir. Plat itu akan sia-sia. Tak ada orang di sekitar sini yang mau membeli gambar benda itu," jawabnya dengan berapi-api.
Kami berhenti di dekat Kuburan Hitam dan Mr. Swain menyiapkan kameranya di bawah petunjuk Holmes. Aku berjalan mengelilingi gundukan itu mendapati bahwa kuburan itu tak lebih dari setumpuk tanah yang dipadatkan, tanpa disegarkan oleh selembar rumput pun. Ujung bagian bawahnya dikelilingi oleh batu datar dan, bila permukaannya dilihat dari dekat, orang bisa melihat tempat orang-orang Sir Andrew menggali parit menuju pusatnya. Selain ketelanjangan itu, tak ada lagi yang membedakannya dengan empat puluh atau lima puluh gundukan di sekelilingnya. Orang tak perlu percaya takhayul untuk merasa ada yang mengganggu pada sebidang kecil tanah mati yang gelap itu.
Aku melangkah ke samping sementara Mr. Swain menghabiskan setengah lusin plat dan kemudian kami kembali ke kereta kuda dan kembali ke desa.
Semangat Holmes masih tinggi selama makan siang, sehingga aku menanyakan suasana hatinya. "Aku sangat berhak merasa gembira, Watson. Perjalanan pagi ini memberikan potongan bukti yang terakhir padaku. Alam telah membantu penyelidikanku, walaupun aku telah melipat gandakan kepastiannya dan meminta fotonya dari Mr. Swain."
Mr. Swain bergabung dengan kami untuk minum sopi, agak gugup dan minta maaf. "Saya tak tahu apa yang terjadi, Mr. Holmes," katanya. "Pemandangan umum Moor amat jelas, seperti seharusnya dalam cahaya pagi ini, tetapi keempat plat tentang kuburan itu rusak. Lihat," ia berkata dan meletakkan kotak plat di atas meja.
Holmes mengambil setiap plat bergantian dan memegangnya di depan jendela, mengangsurkan setiap plat yang sudah selesai ia lihat padaku. Dua plat menggambarkan panorama indah Moor yang tertutup salju tetapi plat-plat lain hanya menggambarkan sehembus kabut.
"Tapi ini tepat seperti yang dik
atakan Edgar terjadi pada platnya!" aku berseru.
"Tepat," kata Holmes, "dan dengan demikian kasus kita selesai. Saya sangat berterima kasih pada Anda, Mr, Swain." ^^^^^^^^l
Fotografer yang bingung itu mengambil uang yang diberikan Holmes, berterima kasih padanya dan pergi dengan cepat, seakan-akan ia takut temanku akan berubah pikiran.
Ketika kopi habis, Holmes mengeluarkan jamnya. "Kita bisa," katanya, "mengejar kereta ekspres siang ke London. Maukah kau berbaik hati meminta bocah itu mengambilkan tas kita dan perhitungan tagihan""
Pada perjalanan kembali ke London, Holmes berbicara dengan jenaka tentang anarkis dan peracun, tentang dialek dunia bawah tanah dan selusin topik yang berbeda, tetapi aku hanya mendengarkannya dengan separuh hati karena aku sedang memutar otak berusaha mengerti apa yang oleh Sherlock Holmes jelas dianggap sebagai penyelidikan yang sukses. Akhirnya aku tak tahan lagi.


Sherlock Holmes - Misteri Kutukan Addleton di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Holmes!" aku berseru, "tak pernah sebelumnya aku begitu tak memahami penyelidikanmu. Demi Tuhan apa yang terjadi""
Ia tertawa. "Apakah kau ingat," katanya, "ketika kita belum lama mengenal satu sama lain kau berbantah denganku tentang dalilku bahwa, dengan kesimpulan logis, orang akan bisa menduga keberadaan laut dari sebutir pasir saja""
"Yah, ya," kataku, "tapi waktu itu aku belum begitu mengenal baik metodemu yang luar biasa."
"Aku khawatir," katanya, "kau masih belum mengenal baik metodeku. Aku sudah terlibat dalam salah satu penyelidikan paling menyenangkan yang bisa kuingat, menyenangkan karena aku harus menduga keberadaan sesuatu yang tak pernah kulihat dan membangun pola gerakan dan mengira-ngira pengaruhnya hanya murni berdasarkan nalar."
"Kau meninggalkanku jauh sekali di belakang," aku menggerutu.
"Pertimbangkan polanya, Watson," katanya.
"Pola di peti mati"" tanyaku. "Ada apa dengan pola-pola itu""
"Bukan, Watson," ia mendesah. "Pola bukti-bukti saat mereka muncul." Ia memajukan badannya.
"Mari kita mulai dari awal. Koran memberi tahu kita bahwa salju tak mau tinggal dan rumput tak mau tumbuh di atas Kuburan Hitam. Kuakui aku menganggap itu sebagai cerita rakyat atau hanya dibesar-besarkan, tetapi kau dengar Edgar berkata itulah yang terjadi. Apa artinya itu bagimu""
Kuakui aku tak punya ide sama sekali.
"Watson!" ia berseru. "Kau pernah tinggal di distrik penambangan, kau sudah melihat tumpukan sampah batu bara tempat rumput tak mau tumbuh dan salju tak mau tinggal di atasnya."
"Tapi itu disebabkan oleh api yang menyala di dalam tumpukan itu," kataku. "Tanah biasa tak menyala, Holmes."
"Memang tidak, Watson, tetapi analogi itu membuatku percaya bahwa sesuatu di dalam kuburan itu yang memancarkan suatu pengaruh atau limpahan yang menghangatkan permukaannya namun menghalangi pertumbuhan."
"Seperti apa""
"Kuakui, awalnya, aku tak bisa melihat pemecahan masalah itu, tetapi kemudian aku ingat biji uranium."
"Biji uranium"" tiruku. "Benda macam apa itu""
"Benda itu adalah bijih tambang, dari bahan uranium, ditemukan di beberapa tempat. Selama berabad-abad penambang Jerman menyadari keberadaan benda itu dan takut padanya, karena mereka tahu benda itu dapat menyebabkan luka bakar dan penyakit. Sekarang, kau ingat aku pernah menceritakan eksperimenku tentang turunan tar batu bara di laboratorium Montpelier di Prancis, awal tahun ini""
"Tentu." "Di antara kolegaku terdapat seorang ilmuwan Perancis, Jacques Curie, seorang spesialis elektromagnetisme. Ia memperkenalkanku pada sekelompok orang luar biasa yang punya teori tentang bahan itu. Salah satunya adalah Monsieur Becquerel, yang lain adalah saudara Curie sendiri, Pierre, dan yang satunya lagi adalah asisten dan tunangan Pierre, seorang wanita muda Polandia yang bertekad kuat dan cerdas bernama Marie Sklodovska. Mereka semua percaya biji uranium memancarkan suatu pengaruh yang bisa merusak sekitarnya."
"Demi Tuhan!" kataku. "Ini lebih terdengar seperti ilmu sihir daripada ilmu pasti."
"Kuyakinkan kau mereka semua ilmuwan pandai, Watson, dan terpikir olehku untuk meneruskan penyelidikan dengan dasar bahwa mereka benar dan biji uranium, atau sesuatu s
eperti itu, sudah tersembunyi di dalam gundukan itu ketika kuburan itu pertama kali didirikan."
Ia berhenti. "Itu akan menjelaskan dengan rapi beberapa fakta pertama kita, tetapi bagaimana dengan penyakit itu" Yah, Mr. Edgar memberikan jawaban hal itu pada kita, dengan bukti jelas yang disajikannya bahwa peti mati perunggu itu telah dirampok pada malam harinya. Foto Edgar yang rusak juga merupakan bukti bahwa sesuatu dalam kuburan itu merusak platnya. Ia tidak menyadarinya, tetapi keberhasilannya membuat foto setelah itu juga merupakan bukti bahwa sesuatu telah diambil dari gundukan itu. Secara menyedihkan ia keliru tentang kesalahan Sir Andrew. Tentu saja yang mengambil adalah Lewis muda. Tak ragu lagi seperti yang digambarkan Edgar, ia menunggu ayahnya kembali ke penginapan, dan Sir Andrew, yang baru melakukan penemuan, jelas akan menyebutkan hal itu pada putranya. Jadi Anthony Lewis merampok Kuburan Hitam malam itu sebagai balas dendam pada ayahnya karena menolak melunasi hutang-hutangnya, dan dengan melakukan hal itu ia mengundang kematiannya sendiri."
"Demi Tuhan!" kataku. "Aku mulai mengerti. Semua orang yang mendekat terpengaruh dalam tingkat tertentu, tetapi ia tidur dengan benda itu di bawah ranjangnya," dan aku gemetar memikirkan pemuda malang itu tidur sementara pancaran jahat yang dideskripsikan Holmes meresap masuk dalam dirinya jam demi jam.
"Tepat, Watson. Kau kuberi tahu, kita menemukan suatu kejahatan dalam penyelidikan kita, tetapi kejahatan itu membawa serta hukumannya sendiri yang mengerikan. Sedihnya, kehadiran pasu yang mematikan itu di 'Goat and Boots' juga bertanggung jawab atas kematian dan akibat-akibat lain di desa, walaupun kurasa kita harus berbahagia atas nasib baik Mrs. Henty dan Mary muda. Jelas pengaruh bahan itu tidak sepenuhnya jahat dan, bila teman-temanku di Benua Eropa, dapat menyuling dan mengontrolnya, bahan itu mungkin menjadi berkah."
"Bila bahan itu bisa menghancurkan tumor jahat, maka bahan itu akan menjadi berkah yang besar sekali," kataku. "Tapi bagaimana Sir Andrew bisa meninggal karena pengaruhnya dan mengapa salju masih tak mengendap di atas Kuburan Hitam" Apakah masih ada lebih banyak lagi bahan itu di dalam sana""
Holmes menggelengkan kepalanya. "Sir Andrew pasti menyadari tindakan kriminal putranya ketika ia melihat benda yang terdapat dalam kopor putranya yang meninggal itu, dan agar putranya yang sudah mati tidak dipermalukan lebih banyak lagi, ia menyembunyikan pasu itu. Di suatu tempat yang aman, jelas, karena butuh waktu sepuluh tahun bagi pengaruhnya untuk merusaknya. Ketika itu terjadi ia pasti menyadari arti penting dekorasi unik di peti mati luar. Hiasan itu adalah peringatan yang tak digubris siapa pun. Ia tak bisa meninggalkan pasu mematikan itu menghancurkan orang lain. Catatan-catatannya membuktikan bahwa ia menghubungkannya dengan kematian putranya dan juga mengisyaratkan padaku pemunah yang dibuatnya. Bantal panjang itu mengkonfirmasikannya." "Bantal panjang"" kataku. "Di mana ada bantal panjang""
"Sebuah alat kayu, Watson, dikenal sebagai bantal panjang atau pembentuk timah, digunakan oleh tukang ledeng untuk memukul lembaran timah menjadi suatu bentuk, seperti sebuah bantalan kulit tikus tanah yang diisi gemuk digunakan untuk mengelap sambungan pipa dan wadah timah. Sir Andrew jelas ingat pada lapisan timah dalam peti mati perunggu dan bernalar, mungkin, timah punya kekuatan untuk menghalangi pancaran biji uranium itu. Kunjungan pagi ini dan foto Mr. Swain mengkonfirmasi kesimpulanku. Kunjungan terakhir Sir Andrew ke Addleton mungkin untuk mengunjungi kuburan putranya, tetapi juga untuk mengembalikan pasu yang dicuri ke Kuburan Hitam. Ia benar. Tak ada orang yang akan membuka kembali gundukan itu, orang-orang lokal menjauh dan takkan pernah ada sebuah jalan atau jalur kereta api atau rumah yang dibangun di atas Moor. Pengaruhnya yang beracun tak berbahaya di sana seperti bila berada di dasar laut."
"Kuakui itu semua masuk akal," kataku, "tapi segalanya tampaknya sangat teoritis bagiku."
"Teoritis!" dengusnya. "Potongan-potongan teka-tekiku adala
h kata-kata saksi mata yang tak punya alasan untuk berbohong. Yang harus kutambahkan memang belum terbukti, tetapi sepenuhnya masuk akal, teori sejumlah ilmuwan terkenal. Dalam kondisi tak ada data, Watson, kita diijinkan membuat teori selama arahnya tidak berlawanan dengan data yang ada. Tampaknya aplikasiku atas teori mereka menyediakan lebih banyak data bagi Curie dan teman-temannya. Sehubungan dengan itu, Watson, aku harus minta padamu untuk tidak menambahkan kasus ini pada cerita-ceritamu yang diterbitkan hanya karena penerbitannya mungkin membeberkan pemikiran teman-teman Perancisku terlalu dini dan merampok kemenangan mereka yang sepantasnya pada waktunya nanti. Tetapi aku benar-benar harus menulis dan memberitahukan cerita khusus ini pada Curie."
Kuakui aku tak bermaksud menerbitkan cerita tentang urusan Addleton. Aku tak bisa menyalahkan penalaran Holmes, tetapi aku tak bisa memadamkan kecurigaan bahwa itu semua agak terlalu logis dan tak bisa dibuktikan.
Holmes menulis pada Lady Cynthia dan Dr Leary, meyakinkan mereka bahwa penyakit Addleton takkan pernah muncul lagi dan juga pada Edgar menjelaskan kekeliruannya yang bisa dimengerti. Pria berhati adil itu langsung menulis pada surat kabar mengatakan bahwa, dengan adanya titik terang yang diberikan informasi baru, dengan sepenuh hati dan secara total ia menarik tuduhan yang dibuatnya terhadap Sir Andrew Lewis.
Dua puluh lima tahun sudah berlalu sejak tragedi Addleton dan ilmu pasti sudah maju. Aku berhutang permintaan maaf pada temanku dan itu kubayar di sini. Kurang dari dua tahun setelah Holmes menjelaskan pemikirannya padaku, Becquerel menetapkan adanya emisi dari biji uranium yang mempengaruhi plat fotografi. Miss Sklodovska, atau yang dikenal luas sebagai Madame Curie, menyadari bahwa biji uranium berisi sesuatu yang memancarkan "sinar Becquerel" lebih kuat daripada uranium dan, dengan demikian, menemukan radium, yang manfaat medisnya telah menyelamatkan nyawa tak terhitung banyaknya. Pasangan Curie dan Becquerel sangat layak menerima hadiah Nobel mereka untuk usaha mereka mengubah keanehan alam menjadi berguna bagi umat manusia, dan bagiku, sahabatku Sherlock Holmes layak mendapat penghargaan karena melakukan apa yang pasti merupakan aplikasi praktis pertama teori mereka.
Sedangkan aspek mematikan "sinar Becquerel", aspek itu sekarang dikenal baik oleh ilmuwan. Sekarang kita mengetahui bahaya bahan itu dan, tidak seperti nenek moyang kita yang primitif, kita tak perlu khawatir bahwa bahan-bahan ini akan dengan ceroboh dilepaskan di dunia.
******* Darah Dan Cinta Di Kota Medang 10 Pendekar Slebor 48 Bayangan Kematian Suramnya Bayang Bayang 9
^