Pensiunan Pengusaha Cat 1
Sherlock Holmes - Pensiunan Pengusaha Cat Bagian 1
Buku Kasus Sherlock Holmes
PENSIUNAN PENGUSAHA CAT Download Ebook Jar Lainnya Di
http://inzomnia.wapka.mobi
http://mobiku.tk Pensiunan Pengusaha Cat SUASANA hati Sherlock Holmes pagi itu agak melankolis dan filosofis. Rupanya
pembawaannya yang selalu praktis dan waspada pun tak lepas dari reaksi-reaksi seperti itu.
"Kaulihat dia"" tanyanya.
"Maksudmu pria tua yang baru saja keluar""
"Tepat." "Ya, aku berpapasan dengannya di pintu."
"Apa pendapatmu tentang dia""
"Dia lelaki yang sudah putus harapan, tak berarti, dan menyedihkan."
"Betul, Watson. Tak berarti dan menyedihkan. Tapi bukankah kehidupan ini memang tak berarti
dan menyedihkan" Bukankah kisah tentang dirinya merupakan contoh sejarah manusia pada
umumnya" Kita menggapai-gapai. Kita meraih. Dan apa yang kita dapat akhirnya" Bayang-bayang.
Atau lebih buruk lagi... penderitaan."
"Apakah dia klienmu""
"Mungkin bisa disebut begitu. Dia dikirim oleh Yard. Seperti dokter yang kadang-kadang
mengirim pengidap penyakit fatal ke tukang obat jalanan. Mereka berdalih toh si pasien tak dapat lagi
disembuhkan, dan apa pun yang terjadi, keadaan si pasien takkan bisa lebih buruk."
"Apa masalahnya""
Holmes mengambil kartu nama yang agak kotor dari meja. "Josiah Amberley. Menurut
pengakuannya, ia pernah punya saham di Brickfall dan Amberley, produsen barang-barang artistik. Kau
bisa melihat nama mereka di kaleng cat. Ia berhasil mengumpulkan uang, pensiun pada usia 61,
membeli rumah di Lewisham, dan berniat hidup santai setelah seumur hidup membanting tulang.
Orang pasti mengira masa depannya telah terjamin."
"Ya, jelas." Holmes melirik catatan-catatan yang ditulisnya di belakang amplop bekas.
"Pensiun pada tahun 1896, Watson. Awal 1897, ia menikahi wanita yang dua puluh tahun lebih
muda cantik lagi, kalau fotonya tidak berdusta. Tabungan yang cukup, istri, hidup santai tampaknya
jalan di depannya lancar-lancar saja. Namun kenyataannya, dua tahun kemudian, ia sudah menjadi
makhluk malang seperti kausaksikan sendiri.
2 "Tapi apa yang telah terjadi""
"Kisah lama, Watson. Teman yang tidak setia dan istri yang berkhianat. Rupanya satu-satunya
hobi Amberley adalah bermain catur dan tak jauh dari rumahnya tinggal seorang dokter muda yang
gemar bermain catur. Namanya kucatat di sini Dr. Ray Ernest. Si dokter sering berkunjung ke rumah
mereka, dan keintiman di antara dirinya dan Mrs. Amberley merupakan sesuatu yang wajar, karena
harus kita akui penampilan suaminya sama sekali tidak menarik. Pasangan itu melarikan diri bersama-sama minggu lalu tempat tujuannya tak diketahui. Yang lebih menyedihkan, istri yang tidak setia itu
membawa kabur kotak tabungan berisi sebagian besar milik Mr. Amberley. Dapatkah kita melacak si
istri" Dapatkah kita mendapatkan kembali uangnya" Masalah yang biasa-biasa saja, namun sangat
penting bagi Josiah Amberley."
"Jadi apa rencanamu""
"Well, pertanyaannya, Watson, mestinya, 'Apa rencanamu"' kalau kau mau berbaik hati
mewakiliku. Kau tahu aku saat ini masih sibuk menangani kasus Coptic Patriach. Aku betul-betul tak
sempat pergi ke Lewisham, padahal penting sekali bagi kita untuk mencari bukti di tempat kejadian. Si
tua itu menuntut kehadiranku, tapi setelah kujelaskan situasinya, dia bersedia menerima pengganti."
"Tentu saja aku bersedia," jawabku. "Terus terang aku tak yakin dapat melakukan banyak, tapi
aku akan berusaha semampuku."
Maka siang itu aku pun berangkat ke Lewisham. Sama sekali tak terpikir olehku bahwa
seminggu kemudian urusan yang sedang kuselidiki itu menjadi bahan perdebatan di seluruh Inggris.
Larut malam baru aku kembali ke Baker Street dan melaporkan hasil perjalananku. Holmes
menenggelamkan diri di kursi malas, asap mengepul dari pipa yang diisapnya, sementara matanya
terpejam. Kukira dia tidur, tapi ketika kisahku sampai pada bagian-bagian yang kurang jelas baginya,
dia setengah membuka matanya dan menyorotkan pandangannya yang tajam kepadaku.
"Haven adalah nama rumah Mr. Josiah Amberley," jelasku. "Kupikir rumah itu akan menarik
perhatianmu, Holmes. Tempat itu bak bangsawan kikir yang telah merendahkan derajatnya sendiri dan
mengikuti gay a hidup kaum jelata. Lokasinya pasti tak asing bagimu, jalan-jalan batu yang monoton,
jalan-jalan besar yang membosankan. Tepat di tengahnya, di pulau kecil yang menyisakan budaya dan
kejayaan masa lalu, dikelilingi dinding-dinding berlumut yang sudah kusam didera matahari..."
"Tak perlu berpuisi, Watson," tegur Holmes keras. "Katakan saja dindingnya tinggi dan terbuat
dari batu." 3 "Tepat. Aku takkan tahu yang mana
Haven kalau aku tidak menanyakannya pada
pejalan kaki yang sedang merokok. Orang
itu kusebut-sebut karena alasan tertentu. Dia
tinggi, berkulit gelap, dan berkumis lebat.
Penampilannya mirip tentara. Ia
mengangguk ketika kutanya, dan
memandangku dengan sorot mata aneh yang
baru kemudian kuingat kembali.
"Aku baru mau memasuki gerbang
ketika kulihat Mr. Amberley berjalan ke arahku. Tadi pagi aku hanya sempat melihatnya sekilas, namun
kesannya jelas aneh. Tapi ketika kulihat dia di bawah sinar matahari yang terang benderang,
penampilannya tampak makin abnormal."
"Aku memang telah memperhatikannya, tapi aku ingin mendengar pendapatmu," ujar Holmes.
"Dia seperti orang yang keberatan menanggung beban. Punggungnya melengkung seakan-akan
dia sungguh-sungguh memikul beban. Tapi ternyata dia tidak selemah yang kukira, karena pundak dan
dadanya cukup kekar, meski tubuhnya ditopang sepasang kaki kurus."
"Sepatu kirinya berkerut-kerut, yang kanan mulus."
"Itu tak kuperhatikan."
"Aku yakin tidak. Aku sempat mengamati tungkai palsunya, tapi teruskan ceritamu."
"Yang menurutku perlu dicatat adalah rambut keriting yang mencuat dari topi jeraminya, dan
wajahnya yang berkerut-kerut penuh ekspresi."
"Bagus, Watson. Apa katanya""
"Dia mulai melantunkan kisah sedihnya. Kami menyusuri jalan kereta bersama-sama, dan tentu
saja segala sesuatu yang ada di sana tak luput dari pengamatanku. Tempat itu tak terawat. Kebunnya
berantakan, seolah tanaman-tanamannya dibiarkan tumbuh sendiri. Aku sungguh tak mengerti
bagaimana wanita baik-baik bisa tahan menghadapi keadaan seperti itu. Rumahnya juga jorok, tapi
laki-laki malang itu tampaknya sadar dan berusaha memperbaikinya. Di ruang depan kulihat sekaleng
besar cat hijau, dan Mr. Amberley sendiri membawa-bawa kuas tebal di tangan kirinya. Ia sedang
mengecat dinding-dinding kayu.
4 "Dia mengajakku ke dalam, dan kami berbincang-bincang lama. Dia kecewa sekali karena kau
tak bisa datang. 'Tentu saja saya tak berani berharap detektif kondang seperti Mr. Sherlock Holmes sudi
memperhatikan lelaki hina seperti saya, lebih-lebih setelah saya kehilangan hampir seluruh harta saya.'
"Kuyakinkan dia bahwa uang bukan masalah bagimu. 'Ya, saya pernah mendengar bahwa bagi
Mr. Sherlock Holmes seni kejahatannyalah yang penting. Barangkali dalam hal ini ada sesuatu yang
dapat dipelajarinya. Juga tentang manusia, Dr. Watson, khususnya mereka yang tak tahu terima kasih.
Bayangkan, saya selalu mengabulkan keinginan istri saya. Adakah wanita lain yang begitu dimanja"
Dan lelaki muda itu saya memperlakukannya seperti anak sendiri. Dia bebas keluar-masuk rumah
saya. Dan begitulah mereka membalas budi baik saya. Oh, Dr. Watson, mengerikan sekali dunia kita
ini!' "Selama satu jam lebih dia terus berkeluh kesah. Tampaknya dia sama sekali tak mencurigai
hubungan si istri dengan sahabatnya. Mereka tinggal berdua saja, hanya ada pembantu yang bekerja
paro waktu. Malam itu, si tua Amberley bermaksud menyenangkan istrinya. Ia membeli dua tiket kelas
satu pertunjukan di Haymarket Theatre. Pada saat terakhir si istri mengeluh sakit kepala dan
membatalkan kepergiannya. Mr. Amberley akhirnya pergi sendiri. Rasanya fakta ini tak perlu
dipertanyakan, karena karcis istrinya yang tak jadi digunakan ditunjukkannya padaku."
"Luar biasa... bagus sekali," komentar Holmes, minatnya semakin besar. "Lanjutkan, Watson,
ceritamu sangat memukau. Apakah kau sempat memeriksa tiket itu" Kau catat nomornya""
"Kebetulan nomornya kuingat, karena persis sama dengan nomor sekolahku dulu. Tiga puluh
satu," sahutku bangga.
"Hebat, Watson! Kalau begitu tempat duduk Amberley mestinya nomor 30 atau 32."
"Betul," jawabku sedikit misterius. "Baris B."
"Ini betul-betul memuaskan. Apa lagi yang dikatakannya kepadamu""
"Dia menunjukkan ruangan tempat dia menyimpan harta bendanya. Benar-benar seperti di bank,
Holmes, lengkap dengan pintu besi dan terali. Antimaling, katanya. Tapi istrinya rupanya punya kunci
duplikat, dan berhasil membawa lari uang tunai dan obligasi senilai tujuh ribu pound."
"Obligasi! Bagaimana mereka bisa menjualnya""
"Mr. Amberley mengatakan daftarnya telah diserahkannya ke polisi, dan ia berharap obligasi-obligasi itu tak dapat dijual. Ia kembali dari teater sekitar tengah malam, dan ternyata hartanya telah
lenyap, pintu dan jendela terbuka sementara istrinya tak tampak batang hidungnya. Tak ada surat atau
5 pesan, dan sejauh ini ia belum mendengar kabar sama sekali. Ia langsung melapor ke polisi."
Selama beberapa menit Holmes tepekur.
"Katamu dia sedang mengecat. Apa yang dicatnya""
"Lorong. Tapi dia telah mengecat pintu dan kusen-kusen ruangan yang tadi kusebutkan."
"Apakah menurutmu tindakannya tidak aneh mengingat dia baru tertimpa musibah""
"'Orang harus melakukan sesuatu untuk menghibur diri,' itu penjelasan yang diberikannya.
Memang eksentrik, tapi orangnya kan juga begitu. Dia merobek-robek foto istrinya di depanku
merobek-robeknya dengan ganas dan bernafsu. 'Aku tak ingin melihat wajah sialannya lagi!' pekiknya."
"Ada informasi lain, Watson""
"Ya, hal yang meninggalkan kesan mendalam di
benakku. Ketika aku sampai di Stasiun Blackheath
dan sudah naik ke kereta, seorang laki-laki tiba-tiba
melompat ke gerbong sebelahku. Kau tahu aku
mudah mengingat wajah, Holmes. Tak pelak lagi
orang itu adalah lelaki tinggi berkulit gelap yang
kusapa di jalanan. Aku melihatnya sekali lagi di
London Bridge, setelah itu ia membaur di antara
orang banyak. Tapi aku yakin ia membuntutiku."
"Jelas! Tak diragukan lagi!" seru Holmes. "Katamu
perawakannya tinggi, kumisnya lebat, dan kulitnya
gelap" Pasti ia memakai kacamata hitam."
"Holmes! Bagaimana kau bisa tahu" Dia memang
memakai kacamata hitam."
"Dan jepit dasi Masonic""
"Holmes!" "Tidak sulit menarik kesimpulan seperti itu, Watson. Tapi sudahlah, mari kita kembali ke kasus
ini. Harus kuakui kasus sederhana yang nyaris tak menarik perhatianku ini ternyata menjanjikan aspek-aspek lain. Hal-hal penting memang luput dari pengamatanmu, tapi laporanmu memberiku bahan
pemikiran yang serius."
"Apa yang luput dari perhatianku""
6 "Jangan tersinggung, kawan. Aku tak bermaksud mengkritikmu. Orang lain mungkin malah
lebih parah. Tapi jelas kau belum mengecek poin-poin penting. Bagaimana pandangan para tetangga
tentang Amberley dan istrinya" Bagaimana pandangan mereka tentang Dr. Ernest" Apakah si dokter
tipe perayu" Kau sebetulnya punya banyak kelebihan, Watson, dan kau bisa mengorek informasi dari
lawan jenismu. Gadis yang bekerja di kantor pos, misalnya, atau istri tukang sayur. Bisa kubayangkan
kau bergunjing dengan wanita muda di Blue Anchor, dan memperoleh masukan yang berharga.
Sayangnya semua ini tak kaulakukan."
"Aku masih bisa melakukannya."
"Tak perlu, semua telah kulakukan sendiri. Berkat telepon dan bantuan Yard, aku dapat
memperoleh semua yang kubutuhkan tanpa beranjak dari sini. Informasi yang kuterima ternyata
menegaskan cerita Amberley. Di lingkungannya ia dikenal sebagai pecundang dan suami yang galak.
Benar bahwa ia menyimpan banyak uang di ruang khususnya itu. Begitu pula ceritanya tentang lawan
bermain caturnya, Dr. Ernest, lelaki lajang yang kemungkinan besar menjalin hubungan dengan
istrinya. Semua jelas, seakan tak perlu dipertanyakan lagi, tapi... tapi!"
"Di mana letak kesulitannya""
"Dalam imajinasiku, mungkin. Cukup sampai di sini, Watson. Sudah waktunya kita mencari
selingan dan mendengarkan musik. Bagaimana kalau kita makan malam lalu menikmati nyanyian
Carina di Albert Hall""
Keesokan harinya aku bangun pagi-pagi, namun Holmes rupanya bangun lebih awal lagi. Di
meja kulihat remah-remah roti dan kulit telur, serta surat pendek yang ditujukan padaku.
Watson yang baik, Ada satu-dua hal yang perlu kutanyakan pada Mr. Josiah Amberley. Setelah itu kita
dapat memutuskan akan melanjutkan penyelidika
n atau tidak. Aku mungkin membutuhkan
bantuanmu, jadi bersiap-siaplah sekitar pukul 15.00.
S.H. Sepanjang hari itu aku tak melihat Holmes, tapi pada jam yang telah disebutkannya ia kembali.
Wajahnya murung dan serius, sikapnya dingin. Dari pengalaman aku tahu, lebih baik ia dibiarkan
sendiri bila suasana hatinya begitu.
"Amberley sudah datang""
"Belum." 7 "Ah! Aku mengharapkan kedatangannya."
Holmes tak perlu kecewa, karena tak lama kemudian lelaki tua itu muncul, dengan tampang
cemas dan bingung. "Saya baru saja menerima telegram, Mr. Holmes. Saya sungguh tak mengerti." Diserahkannya
telegram itu dan Holmes membacanya keras-keras.
Datanglah segera, penting! Bisa memberimu informasi tentang hartamu yang hilang.
Elman Pastori "Dikirim dari Little Purlington pukul 14.10," kata Holmes. "Kurasa Little Partington terletak di
Essex, tak jauh dari Frinton. Sebaiknya Anda langsung berangkat, Mr. Amberley. Telegram ini jelas
dikirim oleh orang yang dapat dipercaya, pendeta. Mana buku alamatku" Ya, ini dia, 'J.C. Elman, M.A.'
Beralamat di Moosmoor, Little Purlington. Lihat jadwal kereta api, Watson."
"Ada kereta yang akan berangkat dari Liverpool Street, pukul 17.20."
"Bagus. Ada baiknya kau menemani klien kita, Watson, barangkali saja dia perlu bantuan atau
nasehat. Jelas urusan ini telah mencapai tahap kritis."
Tapi Mr. Amberley tampaknya segan pergi.
"Semua ini tak masuk akal, Mr. Holmes," katanya. "Apa gerangan yang diketahui orang itu
tentang musibah yang telah menimpa saya" Ini pemborosan waktu dan uang."
"Dia takkan mengirim telegram kalau dia tak punya informasi. Balaslah telegramnya dan
katakan Anda akan datang."
"Saya tak mau pergi."
Holmes memasang tampang seram.
"Sikap Anda akan meninggalkan kesan negatif pada polisi dan pada saya sendiri, Mr. Amberley.
Ada petunjuk yang begitu jelas dan Anda tak mau mengikutinya. Jangan-jangan Anda tidak sungguh-sungguh berniat menuntaskan kasus ini""
Klien kami tampak ketakutan.
"Tentu saja saya bersedia pergi kalau Anda melihatnya dari sudut itu. Tampaknya tak masuk
akal bahwa pendeta ini punya informasi, tapi kalau menurut Anda..."
"Menurut saya itu perlu," tegas Holmes, dan perintahnya segera dijalankan.
Sebelum pergi, Holmes sempat memberiku petunjuk, yang menunjukkan bahwa masalah ini
8 dianggapnya penting. "Ingat, kau harus mengatur agar dia benar-benar pergi. Seandainya ia melarikan
diri atau pulang ke rumahnya, pergilah ke telepon umum terdekat dan hubungi tempat ini. Kau hanya
perlu mengucapkan satu kata 'Kabur'. Akan kuatur agar berita itu kuterima di mana pun aku berada."
Little Purlington bukan tempat yang mudah dicapai, karena letaknya di persimpangan, dan
perjalanan kami benar-benar tidak menyenangkan.
Cuacanya panas, keretanya lambat, dan orang yang kutemani terus menutup mulut dengan
wajah cemberut. Hanya kadang-kadang ia melontarkan komentar-komentar sinis tentang kepergian
kami yang katanya pasti sia-sia. Ketika akhirnya kami sampai di stasiun kecil yang kami tuju, kami
masih harus naik kereta kira-kira sejauh dua mil untuk mencapai pastori. Seorang pendeta
berperawakan besar dan berwajah serius yang sikapnya agak angkuh menerima kami di ruang bacanya.
Telegram kami tergelar di hadapannya.
"Nah, Tuan-tuan," ujarnya, "apa yang dapat saya bantu""
"Kami datang," aku menjelaskan, "sebagai tanggapan atas telegram Anda."
"Telegram saya! Saya tidak mengirim telegram."
"Maksud saya telegram yang Anda tujukan
kepada Mr. Josiah Amberley tentang istri dan
uangnya yang hilang."
"Ini lelucon yang tidak lucu," kata pendeta
itu marah. "Saya tak pernah mendengar nama yang
Anda sebutkan, dan saya tidak mengirim telegram
kepada siapa pun." Aku dan klien kami berpandangan dengan
heran. "Barangkali telah terjadi kekeliruan,"
kataku, "barangkali di sini ada dua pastori" Ini
telegramnya, yang ditandatangani oleh Elman dan
beralamat di pastori."
"Di sini hanya ada satu pastori, Sir, dan
cuma satu pendeta. Telegram ini jelas palsu, saya
akan minta polisi mengusutnya. Dan saya rasa tak
Sherlock Holmes - Pensiunan Pengusaha Cat di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
9 ada perlunya kita memperpanjang pembicaraan ini."
Maka aku dan Mr. Amberley tercampak di jalan, di de
sa yang rasanya paling terbelakang di
Inggris. Kami pergi ke kantor telegram, namun kantornya sudah tutup. Namun di Railway Arms
penginapan kecil dekat stasiun, terdapat pesawat telepon. Aku langsung menghubungi Holmes, yang
kedengarannya juga ikut bingung.
"Aneh sekali!" katanya dari jauh. "Sungguh luar biasa. Aku kuatir, sobatku Watson, tak ada
kereta yang menuju London malam ini. Kalian terpaksa bermalam di penginapan desa yang kumuh.
Tapi kau justru mendapat kesempatan untuk dekat dengan alam, Watson, belum lagi ditambah dengan
Josiah Amberley. Kau dapat menjalin keakraban dengan mereka." Sempat kudengar gelaknya saat ia
memutuskan hubungan. Segera jelas bagiku bahwa julukan si kikir memang pantas disandang teman seperjalananku.
Sebelumnya ia telah menggerutu karena biaya perjalanan yang dianggapnya terlalu tinggi, padahal
kami naik kereta kelas tiga, dan kini ia mencak-mencak karena harus membayar biaya penginapan.
Keesokan harinya ketika akhirnya kami tiba di Baker Street, emosi kami sama sama hampir
meledak. "Lebih baik Anda mampir di Baker Street," saranku. "Barangkali ada petunjuk yang mau
disampaikan Mr. Holmes."
"Tak ada gunanya, kalau petunjuknya ternyata tak lebih baik dari yang lalu," sahut Amberley
kesal. Tapi ia mau juga menuruti saranku. Aku sudah mengirim telegram kepada Holmes mengabarkan
jam kedatangan kami, tapi ketika kami tiba di tempat tinggalnya, kami diberitahu bahwa ia sudah pergi
ke Lewisham dan menunggu kami di sana. Kejutan yang lebih besar menanti kami karena ternyata ia
tidak sendirian. Di ruang duduk Mr. Amberley ada orang lain, yaitu lelaki berkulit gelap yang memakai
kacamata hitam dan jepit dasi Masonic.
"Ini teman saya, Mr. Barker," Holmes memperkenalkan. "Dia juga menaruh minat pada kasus
Anda, Mr. Josiah Amberley, meski kami bekerja sendiri-sendiri. Dan kami berdua ingin mengajukan
pertanyaan yang sama pada Anda!"
Mr. Amberley menjatuhkan diri di tempat duduk. Ia mulai merasa terancam. Aku dapat
membaca reaksinya dari matanya yang menyipit dan urat-uratnya yang berkedut-kedut.
"Apa pertanyaannya, Mr. Holmes""
"Hanya ini: Anda apakan mayat mereka""
10 Lelaki tua itu terlonjak sambil memekik serak.
Tangannya yang kurus mencakar-cakar udara,
mulutnya membuka, mirip burung pemakan bangkai.
Dalam sekejap kedoknya terbuka dan kami dapat
melihat dirinya yang sebenarnya lelaki iblis yang
jiwanya sama rusaknya seperti tubuhnya. Ia
terperenyak kembali di kursi, lalu membekap
mulutnya seolah-olah menahan batuk. Seperti singa
Holmes langsung mencengkeram tenggorokan
buruannya dan membalikkan mukanya. Sebutir pil
putih jatuh dari sela-sela bibir Amberley.
"Tak ada jalan pintas, Josiah Amberley. Kau harus
mempertanggungjawabkan perbuatanmu. Bagaimana,
Barker"" "Kereta saya menunggu di depan," ujar rekan kami
yang tak banyak bicara itu.
"Kantor polisi hanya beberapa ratus meter dari sini. Kita akan pergi bersama-sama. Kau tak
usah, Watson, aku akan kembali setengah jam lagi."
Pensiunan pengusaha cat tua bertubuh cacat itu ternyata sangat kuat, namun ia tak berdaya
melawan kedua detektif yang sudah berpengalaman meringkus penjahat. Masih sambil meronta-ronta
dan menggeliat-geliut, ia diseret ke kereta yang sudah menunggu, sementara aku tinggal seorang diri di
rumah yang mengerikan itu. Namun belum sampai setengah jam kemudian Holmes sudah kembali,
bersama inspektur muda yang tampaknya cerdas.
"Barker yang mengurus segala macam formalitas di kantor polisi," jelas Holmes. "Kau belum
tahu siapa dia, bukan" Dia sainganku di pantai Surrey. Waktu kau menyebut-nyebut lelaki tinggi
berkulit gelap, tak sulit bagiku untuk menyempurnakan gambarannya. Dia telah berhasil menangani
beberapa kasus pelik, bukan begitu, Inspektur""
"Jelas dia telah beberapa kali ikut campur dalam urusan polisi," sahut inspektur itu mencoba
mengelak. "Harus diakui bahwa cara kerjanya tak sesuai prosedur, seperti saya juga. Tapi kalau mau
11 berhasil justru harus begitu. Anda misalnya, mana mungkin mengorek pengakuan dari Amberley kalau
ia tahu semua yang dikatakannya bisa dibawa ke meja hijau!"
"Barangkali tidak. Tapi kesimpulan
akhirnya kan sama. Jangan kira kami belum punya pendapat
tentang kasus ini. Terns terang kami agak sakit hati karena Anda dengan seenaknya ikut campur dan
menggunakan metode-metode yang tabu bagi kami, lalu mencari pujian."
"Saya tidak mencari pujian, MacKinnon. Nama saya sama sekali tak perlu dimunculkan. Sedang
mengenai Barker, ia belum melakukan apa-apa kecuali yang saya perintahkan."
Inspektur itu tampak sangat lega.
"Anda sangat murah hati, Mr. Holmes. Pujian atau cacian tak ada bedanya bagi Anda, tapi bagi
kami sangat penting, terutama ketika surat-surat kabar mulai bercuap-cuap."
"Benar. Supaya Anda siap kalau mereka melempar pertanyaan, bagaimana kalau saya berikan
contoh. Apa jawab Anda, misalnya, kalau seorang wartawan yang cerdik bertanya bagian mana yang
menimbulkan kecurigaan Anda, dan akhirnya meyakinkan Anda akan fakta-faktanya""
Inspektur itu kelihatan bingung
"Kita kan belum menemukan fakta-faktanya, Mr. Holmes. Anda cuma bilang bahwa tersangka,
di depan tiga saksi, mencoba bunuh diri dan secara tidak langsung mengakui dialah pembunuh istri dan
kekasih istrinya. Fakta apa lagi yang Anda miliki""
"Anda sudah mengatur penggeledahan""
"Tiga anak buah saya dalam perjalanan kemari."
"Kalau begitu Anda akan segera memperoleh fakta yang tak dapat diragukan lagi. Mayat-mayat
itu tak mungkin disembunyikannya jauh-jauh. Periksalah gudang bawah tanah dan kebun. Pasti tidak
sulit menggali tempat-tempat yang kira-kira memungkinkan. Rumah ini lebih tua dari pipa-pipa airnya.
Di suatu tempat pasti terdapat sumur yang tak terpakai lagi. Periksalah juga itu."
"Tapi bagaimana Anda bisa tahu itu, dan bagaimana dia melakukannya""
"Pertama-tama akan saya tunjukkan cara pembunuhannya, baru setelah itu saya akan
memberikan penjelasan kepada Anda, dan terutama kepada kawan saya yang sangat sabar ini, yang
jasanya sangat besar dalam membongkar kejahatan ini. Namun sebelumnya saya mungkin perlu
memberikan gambaran tentang keadaan jiwa Amberley. Jiwanya betul-betul terganggu, sehingga saya
kira ia lebih cocok dikurung di rumah sakit jiwa daripada di penjara. Pikirannya lebih mirip pikiran
orang Italia abad pertengahan dibandingkan dengan orang Inggris modern. Lelaki ini begitu kikir dan
12 kejam, sehingga tak heran kalau istrinya tergoda untuk berselingkuh. Dan kebetulan teman
selingkuhnya adalah lawan main Amberley. Orang tua ini mahir bermain catur, berarti otaknya terbiasa
mengatur strategi, Watson. Seperti umumnya orang yang tercampak ia cemburu, dan cemburunya
sudah melampaui akal sehat. Entah dia benar atau tidak, dia curiga istrinya mengatur intrik. Ia bertekad
menuntut balas, dan itu direncanakannya dengan sangat cerdik. Ayo!"
Holmes mendahului kami berjalan di lorong. Langkah-langkahnya mantap seakan itu rumahnya
sendiri. Ia berhenti di depan ruang harta yang terbuka.
"Aduh! Bau catnya menusuk!" seru Inspektur.
"Inilah petunjuk yang pertama," kata Holmes. "Kita harus berterima kasih kepada Dr. Watson
yang telah menyebut-nyebut masalah ini, meski apa yang terdapat di baliknya tak tertangkap olehnya.
Soal cat ini yang menimbulkan kecurigaan saya. Mengapa setelah istrinya minggat si tua itu justru
memenuhi rumahnya dengan bau cat yang menyengat" Jelas untuk menutupi bau-bauan lain bau-bauan yang akan menimbulkan kecurigaan. Lalu dalam bayangan saya muncul gambaran tentang
ruangan ini ruangan yang tertutup rapat. Kalau dua fakta itu kita gabungkan, apa yang kita peroleh"
Saya hanya bisa mendapat jawaban yang pasti jika saya sudah memeriksa sendiri rumah ini. Saya
sudah yakin kasus ini serius, karena saya sudah mengecek alibi Amberley. Ia mengatakan kepada Dr.
Watson bahwa malam itu ia menonton pertunjukan di Haymarket Theatre, tapi ternyata kursi nomor B
30 maupun 32 tempat-tempat duduk di samping kursi istrinya kosong. Berarti malam itu ia tidak
pergi ke teater dan alibinya runtuh. Si cerdik ini memang agak lalai, ia menunjukkan karcis istrinya
kepada teman saya yang bermata jeli. Pertanyaannya sekarang, bagaimana saya bisa mendapat
kesempatan untuk mengecek keadaan rumahnya" Amberley saya kirim jauh-jauh ke desa terpencil
dan waktunya saya atur sedemikian rupa sehingga ia tak bisa pulang. Agar semuanya lancar, Dr.
Watson saya utus untuk menemaninya. Nama si pendeta, tentu saja, saya ambil dari buku alamat.
Apakah semuanya jelas sampai di sini""
"Luar biasa" komentar Inspektur terkagum-kagum.
"Setelah memastikan kegiatan saya takkan terganggu, saya mulai bersiap-siap menyusup ke
rumahnya. Menyusup memang keahlian saya, dan kalau suatu saat saya beralih profesi menjadi maling,
saya rasa saya akan jadi yang nomor satu. Perhatikan apa yang saya temukan. Anda lihat pipa gas di
sepanjang lantai, yang naik sedikit di sudut dinding, dan putarannya di pojok. Seperti Anda lihat, pipa
ini diteruskan sampai ke 'ruang harta', dan berakhir di tengah langit-langit. Plesterannya tersembunyi di
13 balik hiasan itu. Ujung pipa gas terbuka lebar-lebar. Jadi, ruangan itu bisa penuh gas kalau keran yang
di luar diputar. Bila pintu dan semua jendela terkunci, dalam dua menit saja orang yang terkurung di
ruang sempit itu akan menemui ajalnya Saya tak tahu dengan cara apa ia memancing mereka ke
ruangan itu, tapi begitu berada di dalam, nasib mereka ada di tangannya."
Inspektur memeriksa pipa itu dengan penuh minat. "Salah satu anak buah saya memang
mencium bau gas," katanya, "tapi tentu saja waktu itu jendela sudah dibuka dan bau cat sudah mulai
menyebar. Menurut pengakuannya, sehari sebelumnya ia telah mulai mengecat. Tapi bagaimana
selanjutnya, Mr. Holmes""
"Tiba-tiba terjadi sesuatu yang agak tak
terduga. Ketika saya sedang menyelinap keluar dari
jendela dapur, kerah baju saya ditarik dan terdengar
suara, 'Apa yang kaubuat di sini, bajingan"' Saya
memutar kepala dan ternyata berhadapan dengan Mr.
Barker, saingan saya. Pertemuan tak terduga itu
membuat kami sama-sama tersenyum. Rupanya ia
disewa keluarga Dr. Ray Ernest, dan mulai mencium
sesuatu yang tidak beres. Telah beberapa hari ia
mengamati rumah itu, dan salah satu orang yang
dicurigainya adalah Dr. Watson. Tentu saja tak ada
alasan baginya untuk menangkap Watson, tapi ketika
melihat seorang laki-laki memanjat keluar dari jendela
dapur, ia langsung bertindak. Saya jelaskan padanya
duduk perkaranya dan kami menuntaskan kasus ini
bersama-sama." "Kenapa Anda bekerja sama dengan dia, bukan dengan kami""
"Karena saya berniat mengadakan tes kecil yang hasilnya ternyata sangat meyakinkan. Saya
kuatir polisi tak mau bertindak sejauh itu."
Inspektur tersenyum. "Well, mungkin tidak. Jadi Anda berjanji, Mr. Holmes, untuk mengundurkan diri dari kasus ini
sekarang, dan menyerahkan hasil penyelidikan Anda kepada kami""
14 "Tentu saja, itulah kebiasaan saya."
"Yah, atas nama dinas kepolisian, saya menghaturkan terima kasih. Seperti telah Anda
paparkan, kasusnya sudah jelas, dan takkan sulit menemukan mayat-mayat itu."
"Akan saya tunjukkan bukti lain yang cukup memberatkan. Saya yakin Amberley sendiri tak
pernah memperhatikannya. Kita akan mendapat hasil, Inspektur, kalau kita selalu menempatkan diri
dalam posisi orang yang kita selidiki, dan berpikir apa yang akan kita lakukan dalam situasi yang sama.
Memang kita perlu menggunakan imajinasi, tapi hasilnya tak bisa dianggap remeh. Nah, andaikan
Anda yang terjebak dalam kamar maut ini, hidup Anda tinggal dua menit, tapi Anda ingin membuat
perhitungan dengan bajingan yang kemungkinan besar sedang mencemooh Anda dari balik pintu. Apa
yang akan Anda lakukan""
"Menulis pesan terakhir."
"Tepat. Anda ingin menyampaikan kepada semua orang cara kematian Anda. Tak ada gunanya
menulis di kertas; itu akan langsung terlihat. Kalau Anda menulis di dinding mungkin ada orang yang
akan menghapusnya. Nah, lihat ini. Persis di atas garis lantai terdapat tulisan pensil ungu yang tak
dapat dihapus. 'Kami di...' Hanya itu."
"Apa kesimpulan Anda""
"Well, jaraknya hanya tiga puluh senti dari lantai. Lelaki malang itu berbaring di lantai dalam
keadaan sekarat ketika menulisnya. Ia telah menemui ajalnya sebelum sempat menyelesaikan
pesannya." "Dia sebenarnya mau menulis, 'Kami dibunuh.'"
"Begitulah. Kalau Anda menemukan pensil yang tak dapat dihapus pada mayatnya..."
"Anda boleh yakin kami ak
an mencari benda itu. Tapi bagaimana dengan obligasi" Jelas tak ada
pencurian, namun surat-surat berharga itu lenyap padahal sebelumnya dia memilikinya. Kami sudah
mengeceknya." "Saya yakin semua itu disimpannya di tempat yang aman. Setelah kasus minggat pasangan itu
tak diributkan lagi, ia akan pura-pura menemukannya dan mengumumkan bahwa pasangan yang
berdosa itu menyesali perbuatannya lalu mengirimkan semuanya kembali."
"Anda tampaknya mempunyai jawaban untuk semua pertanyaan," kata Inspektur. "Wajar kalau
dia harus melaporkan lenyapnya istrinya ke polisi, tapi mengapa dia mau berkonsultasi dengan Anda,
saya sungguh tak mengerti."
15 "Kesombonganlah yang membuatnya tersandung," sahut Holmes. "Dia merasa begitu cerdas
dan yakin akan dirinya sehingga dipikirnya kejahatannya takkan terbongkar. Ia bisa menyombong pada
tetangga-tetangga yang mungkin curiga, 'Lihat langkah-langkah yang telah kutempuh. Bukan hanya
polisi, Sherlock Holmes pun sudah angkat tangan.'"
Inspektur tertawa. "Nada bicara Anda tak kalah sombongnya, Mr. Holmes," ujarnya, "tapi saya bisa
memakluminya. Hasil kerja Anda patut mendapat acungan jempol."
Dua hari kemudian sahabatku melemparkan majalah dua mingguan North Surrey Observer ke
arahku. Di bawah judul-judul berita yang panas, yang dimulai dengan "Horor di Haven" dan diakhiri
dengan "Penyidikan Polisi yang Brilian" tertulis laporan lengkap tentang seluruh peristiwa itu. Alinea
penutupnya sama menggebu-gebunya. Aku mengutipnya di sini.
Ketajaman Inspektur MacKinnon yang berhasil mendeduksi bau gas di balik bau cat yang
menusuk, kesimpulannya yang berani bahwa ruang penyimpanan harta itu juga telah berfungsi
sebagai kamar maut dan pemeriksaan berikutnya yang akhirnya membawa Inspektur ke sumur
tua tempat tersangka menyembunyikan mayat, akan selamanya di ingat dalam sejarah
kejahatan sebagai contoh yang luar biasa tentang kecerdikan hamba-hamba hukum kita.
"Well, well, MacKinnon orang yang baik," komentar Holmes sambil tersenyum maklum. "Kau
boleh menyimpan semua catatannya, Watson. Suatu hari kelak, kisah yang sebenarnya boleh kita
suguhkan." tamat Tersembunyi The Hidden 2 Pukulan Si Kuda Binal Karya Gu Long Pedang Langit Dan Golok Naga 5
Buku Kasus Sherlock Holmes
PENSIUNAN PENGUSAHA CAT Download Ebook Jar Lainnya Di
http://inzomnia.wapka.mobi
http://mobiku.tk Pensiunan Pengusaha Cat SUASANA hati Sherlock Holmes pagi itu agak melankolis dan filosofis. Rupanya
pembawaannya yang selalu praktis dan waspada pun tak lepas dari reaksi-reaksi seperti itu.
"Kaulihat dia"" tanyanya.
"Maksudmu pria tua yang baru saja keluar""
"Tepat." "Ya, aku berpapasan dengannya di pintu."
"Apa pendapatmu tentang dia""
"Dia lelaki yang sudah putus harapan, tak berarti, dan menyedihkan."
"Betul, Watson. Tak berarti dan menyedihkan. Tapi bukankah kehidupan ini memang tak berarti
dan menyedihkan" Bukankah kisah tentang dirinya merupakan contoh sejarah manusia pada
umumnya" Kita menggapai-gapai. Kita meraih. Dan apa yang kita dapat akhirnya" Bayang-bayang.
Atau lebih buruk lagi... penderitaan."
"Apakah dia klienmu""
"Mungkin bisa disebut begitu. Dia dikirim oleh Yard. Seperti dokter yang kadang-kadang
mengirim pengidap penyakit fatal ke tukang obat jalanan. Mereka berdalih toh si pasien tak dapat lagi
disembuhkan, dan apa pun yang terjadi, keadaan si pasien takkan bisa lebih buruk."
"Apa masalahnya""
Holmes mengambil kartu nama yang agak kotor dari meja. "Josiah Amberley. Menurut
pengakuannya, ia pernah punya saham di Brickfall dan Amberley, produsen barang-barang artistik. Kau
bisa melihat nama mereka di kaleng cat. Ia berhasil mengumpulkan uang, pensiun pada usia 61,
membeli rumah di Lewisham, dan berniat hidup santai setelah seumur hidup membanting tulang.
Orang pasti mengira masa depannya telah terjamin."
"Ya, jelas." Holmes melirik catatan-catatan yang ditulisnya di belakang amplop bekas.
"Pensiun pada tahun 1896, Watson. Awal 1897, ia menikahi wanita yang dua puluh tahun lebih
muda cantik lagi, kalau fotonya tidak berdusta. Tabungan yang cukup, istri, hidup santai tampaknya
jalan di depannya lancar-lancar saja. Namun kenyataannya, dua tahun kemudian, ia sudah menjadi
makhluk malang seperti kausaksikan sendiri.
2 "Tapi apa yang telah terjadi""
"Kisah lama, Watson. Teman yang tidak setia dan istri yang berkhianat. Rupanya satu-satunya
hobi Amberley adalah bermain catur dan tak jauh dari rumahnya tinggal seorang dokter muda yang
gemar bermain catur. Namanya kucatat di sini Dr. Ray Ernest. Si dokter sering berkunjung ke rumah
mereka, dan keintiman di antara dirinya dan Mrs. Amberley merupakan sesuatu yang wajar, karena
harus kita akui penampilan suaminya sama sekali tidak menarik. Pasangan itu melarikan diri bersama-sama minggu lalu tempat tujuannya tak diketahui. Yang lebih menyedihkan, istri yang tidak setia itu
membawa kabur kotak tabungan berisi sebagian besar milik Mr. Amberley. Dapatkah kita melacak si
istri" Dapatkah kita mendapatkan kembali uangnya" Masalah yang biasa-biasa saja, namun sangat
penting bagi Josiah Amberley."
"Jadi apa rencanamu""
"Well, pertanyaannya, Watson, mestinya, 'Apa rencanamu"' kalau kau mau berbaik hati
mewakiliku. Kau tahu aku saat ini masih sibuk menangani kasus Coptic Patriach. Aku betul-betul tak
sempat pergi ke Lewisham, padahal penting sekali bagi kita untuk mencari bukti di tempat kejadian. Si
tua itu menuntut kehadiranku, tapi setelah kujelaskan situasinya, dia bersedia menerima pengganti."
"Tentu saja aku bersedia," jawabku. "Terus terang aku tak yakin dapat melakukan banyak, tapi
aku akan berusaha semampuku."
Maka siang itu aku pun berangkat ke Lewisham. Sama sekali tak terpikir olehku bahwa
seminggu kemudian urusan yang sedang kuselidiki itu menjadi bahan perdebatan di seluruh Inggris.
Larut malam baru aku kembali ke Baker Street dan melaporkan hasil perjalananku. Holmes
menenggelamkan diri di kursi malas, asap mengepul dari pipa yang diisapnya, sementara matanya
terpejam. Kukira dia tidur, tapi ketika kisahku sampai pada bagian-bagian yang kurang jelas baginya,
dia setengah membuka matanya dan menyorotkan pandangannya yang tajam kepadaku.
"Haven adalah nama rumah Mr. Josiah Amberley," jelasku. "Kupikir rumah itu akan menarik
perhatianmu, Holmes. Tempat itu bak bangsawan kikir yang telah merendahkan derajatnya sendiri dan
mengikuti gay a hidup kaum jelata. Lokasinya pasti tak asing bagimu, jalan-jalan batu yang monoton,
jalan-jalan besar yang membosankan. Tepat di tengahnya, di pulau kecil yang menyisakan budaya dan
kejayaan masa lalu, dikelilingi dinding-dinding berlumut yang sudah kusam didera matahari..."
"Tak perlu berpuisi, Watson," tegur Holmes keras. "Katakan saja dindingnya tinggi dan terbuat
dari batu." 3 "Tepat. Aku takkan tahu yang mana
Haven kalau aku tidak menanyakannya pada
pejalan kaki yang sedang merokok. Orang
itu kusebut-sebut karena alasan tertentu. Dia
tinggi, berkulit gelap, dan berkumis lebat.
Penampilannya mirip tentara. Ia
mengangguk ketika kutanya, dan
memandangku dengan sorot mata aneh yang
baru kemudian kuingat kembali.
"Aku baru mau memasuki gerbang
ketika kulihat Mr. Amberley berjalan ke arahku. Tadi pagi aku hanya sempat melihatnya sekilas, namun
kesannya jelas aneh. Tapi ketika kulihat dia di bawah sinar matahari yang terang benderang,
penampilannya tampak makin abnormal."
"Aku memang telah memperhatikannya, tapi aku ingin mendengar pendapatmu," ujar Holmes.
"Dia seperti orang yang keberatan menanggung beban. Punggungnya melengkung seakan-akan
dia sungguh-sungguh memikul beban. Tapi ternyata dia tidak selemah yang kukira, karena pundak dan
dadanya cukup kekar, meski tubuhnya ditopang sepasang kaki kurus."
"Sepatu kirinya berkerut-kerut, yang kanan mulus."
"Itu tak kuperhatikan."
"Aku yakin tidak. Aku sempat mengamati tungkai palsunya, tapi teruskan ceritamu."
"Yang menurutku perlu dicatat adalah rambut keriting yang mencuat dari topi jeraminya, dan
wajahnya yang berkerut-kerut penuh ekspresi."
"Bagus, Watson. Apa katanya""
"Dia mulai melantunkan kisah sedihnya. Kami menyusuri jalan kereta bersama-sama, dan tentu
saja segala sesuatu yang ada di sana tak luput dari pengamatanku. Tempat itu tak terawat. Kebunnya
berantakan, seolah tanaman-tanamannya dibiarkan tumbuh sendiri. Aku sungguh tak mengerti
bagaimana wanita baik-baik bisa tahan menghadapi keadaan seperti itu. Rumahnya juga jorok, tapi
laki-laki malang itu tampaknya sadar dan berusaha memperbaikinya. Di ruang depan kulihat sekaleng
besar cat hijau, dan Mr. Amberley sendiri membawa-bawa kuas tebal di tangan kirinya. Ia sedang
mengecat dinding-dinding kayu.
4 "Dia mengajakku ke dalam, dan kami berbincang-bincang lama. Dia kecewa sekali karena kau
tak bisa datang. 'Tentu saja saya tak berani berharap detektif kondang seperti Mr. Sherlock Holmes sudi
memperhatikan lelaki hina seperti saya, lebih-lebih setelah saya kehilangan hampir seluruh harta saya.'
"Kuyakinkan dia bahwa uang bukan masalah bagimu. 'Ya, saya pernah mendengar bahwa bagi
Mr. Sherlock Holmes seni kejahatannyalah yang penting. Barangkali dalam hal ini ada sesuatu yang
dapat dipelajarinya. Juga tentang manusia, Dr. Watson, khususnya mereka yang tak tahu terima kasih.
Bayangkan, saya selalu mengabulkan keinginan istri saya. Adakah wanita lain yang begitu dimanja"
Dan lelaki muda itu saya memperlakukannya seperti anak sendiri. Dia bebas keluar-masuk rumah
saya. Dan begitulah mereka membalas budi baik saya. Oh, Dr. Watson, mengerikan sekali dunia kita
ini!' "Selama satu jam lebih dia terus berkeluh kesah. Tampaknya dia sama sekali tak mencurigai
hubungan si istri dengan sahabatnya. Mereka tinggal berdua saja, hanya ada pembantu yang bekerja
paro waktu. Malam itu, si tua Amberley bermaksud menyenangkan istrinya. Ia membeli dua tiket kelas
satu pertunjukan di Haymarket Theatre. Pada saat terakhir si istri mengeluh sakit kepala dan
membatalkan kepergiannya. Mr. Amberley akhirnya pergi sendiri. Rasanya fakta ini tak perlu
dipertanyakan, karena karcis istrinya yang tak jadi digunakan ditunjukkannya padaku."
"Luar biasa... bagus sekali," komentar Holmes, minatnya semakin besar. "Lanjutkan, Watson,
ceritamu sangat memukau. Apakah kau sempat memeriksa tiket itu" Kau catat nomornya""
"Kebetulan nomornya kuingat, karena persis sama dengan nomor sekolahku dulu. Tiga puluh
satu," sahutku bangga.
"Hebat, Watson! Kalau begitu tempat duduk Amberley mestinya nomor 30 atau 32."
"Betul," jawabku sedikit misterius. "Baris B."
"Ini betul-betul memuaskan. Apa lagi yang dikatakannya kepadamu""
"Dia menunjukkan ruangan tempat dia menyimpan harta bendanya. Benar-benar seperti di bank,
Holmes, lengkap dengan pintu besi dan terali. Antimaling, katanya. Tapi istrinya rupanya punya kunci
duplikat, dan berhasil membawa lari uang tunai dan obligasi senilai tujuh ribu pound."
"Obligasi! Bagaimana mereka bisa menjualnya""
"Mr. Amberley mengatakan daftarnya telah diserahkannya ke polisi, dan ia berharap obligasi-obligasi itu tak dapat dijual. Ia kembali dari teater sekitar tengah malam, dan ternyata hartanya telah
lenyap, pintu dan jendela terbuka sementara istrinya tak tampak batang hidungnya. Tak ada surat atau
5 pesan, dan sejauh ini ia belum mendengar kabar sama sekali. Ia langsung melapor ke polisi."
Selama beberapa menit Holmes tepekur.
"Katamu dia sedang mengecat. Apa yang dicatnya""
"Lorong. Tapi dia telah mengecat pintu dan kusen-kusen ruangan yang tadi kusebutkan."
"Apakah menurutmu tindakannya tidak aneh mengingat dia baru tertimpa musibah""
"'Orang harus melakukan sesuatu untuk menghibur diri,' itu penjelasan yang diberikannya.
Memang eksentrik, tapi orangnya kan juga begitu. Dia merobek-robek foto istrinya di depanku
merobek-robeknya dengan ganas dan bernafsu. 'Aku tak ingin melihat wajah sialannya lagi!' pekiknya."
"Ada informasi lain, Watson""
"Ya, hal yang meninggalkan kesan mendalam di
benakku. Ketika aku sampai di Stasiun Blackheath
dan sudah naik ke kereta, seorang laki-laki tiba-tiba
melompat ke gerbong sebelahku. Kau tahu aku
mudah mengingat wajah, Holmes. Tak pelak lagi
orang itu adalah lelaki tinggi berkulit gelap yang
kusapa di jalanan. Aku melihatnya sekali lagi di
London Bridge, setelah itu ia membaur di antara
orang banyak. Tapi aku yakin ia membuntutiku."
"Jelas! Tak diragukan lagi!" seru Holmes. "Katamu
perawakannya tinggi, kumisnya lebat, dan kulitnya
gelap" Pasti ia memakai kacamata hitam."
"Holmes! Bagaimana kau bisa tahu" Dia memang
memakai kacamata hitam."
"Dan jepit dasi Masonic""
"Holmes!" "Tidak sulit menarik kesimpulan seperti itu, Watson. Tapi sudahlah, mari kita kembali ke kasus
ini. Harus kuakui kasus sederhana yang nyaris tak menarik perhatianku ini ternyata menjanjikan aspek-aspek lain. Hal-hal penting memang luput dari pengamatanmu, tapi laporanmu memberiku bahan
pemikiran yang serius."
"Apa yang luput dari perhatianku""
6 "Jangan tersinggung, kawan. Aku tak bermaksud mengkritikmu. Orang lain mungkin malah
lebih parah. Tapi jelas kau belum mengecek poin-poin penting. Bagaimana pandangan para tetangga
tentang Amberley dan istrinya" Bagaimana pandangan mereka tentang Dr. Ernest" Apakah si dokter
tipe perayu" Kau sebetulnya punya banyak kelebihan, Watson, dan kau bisa mengorek informasi dari
lawan jenismu. Gadis yang bekerja di kantor pos, misalnya, atau istri tukang sayur. Bisa kubayangkan
kau bergunjing dengan wanita muda di Blue Anchor, dan memperoleh masukan yang berharga.
Sayangnya semua ini tak kaulakukan."
"Aku masih bisa melakukannya."
"Tak perlu, semua telah kulakukan sendiri. Berkat telepon dan bantuan Yard, aku dapat
memperoleh semua yang kubutuhkan tanpa beranjak dari sini. Informasi yang kuterima ternyata
menegaskan cerita Amberley. Di lingkungannya ia dikenal sebagai pecundang dan suami yang galak.
Benar bahwa ia menyimpan banyak uang di ruang khususnya itu. Begitu pula ceritanya tentang lawan
bermain caturnya, Dr. Ernest, lelaki lajang yang kemungkinan besar menjalin hubungan dengan
istrinya. Semua jelas, seakan tak perlu dipertanyakan lagi, tapi... tapi!"
"Di mana letak kesulitannya""
"Dalam imajinasiku, mungkin. Cukup sampai di sini, Watson. Sudah waktunya kita mencari
selingan dan mendengarkan musik. Bagaimana kalau kita makan malam lalu menikmati nyanyian
Carina di Albert Hall""
Keesokan harinya aku bangun pagi-pagi, namun Holmes rupanya bangun lebih awal lagi. Di
meja kulihat remah-remah roti dan kulit telur, serta surat pendek yang ditujukan padaku.
Watson yang baik, Ada satu-dua hal yang perlu kutanyakan pada Mr. Josiah Amberley. Setelah itu kita
dapat memutuskan akan melanjutkan penyelidika
n atau tidak. Aku mungkin membutuhkan
bantuanmu, jadi bersiap-siaplah sekitar pukul 15.00.
S.H. Sepanjang hari itu aku tak melihat Holmes, tapi pada jam yang telah disebutkannya ia kembali.
Wajahnya murung dan serius, sikapnya dingin. Dari pengalaman aku tahu, lebih baik ia dibiarkan
sendiri bila suasana hatinya begitu.
"Amberley sudah datang""
"Belum." 7 "Ah! Aku mengharapkan kedatangannya."
Holmes tak perlu kecewa, karena tak lama kemudian lelaki tua itu muncul, dengan tampang
cemas dan bingung. "Saya baru saja menerima telegram, Mr. Holmes. Saya sungguh tak mengerti." Diserahkannya
telegram itu dan Holmes membacanya keras-keras.
Datanglah segera, penting! Bisa memberimu informasi tentang hartamu yang hilang.
Elman Pastori "Dikirim dari Little Purlington pukul 14.10," kata Holmes. "Kurasa Little Partington terletak di
Essex, tak jauh dari Frinton. Sebaiknya Anda langsung berangkat, Mr. Amberley. Telegram ini jelas
dikirim oleh orang yang dapat dipercaya, pendeta. Mana buku alamatku" Ya, ini dia, 'J.C. Elman, M.A.'
Beralamat di Moosmoor, Little Purlington. Lihat jadwal kereta api, Watson."
"Ada kereta yang akan berangkat dari Liverpool Street, pukul 17.20."
"Bagus. Ada baiknya kau menemani klien kita, Watson, barangkali saja dia perlu bantuan atau
nasehat. Jelas urusan ini telah mencapai tahap kritis."
Tapi Mr. Amberley tampaknya segan pergi.
"Semua ini tak masuk akal, Mr. Holmes," katanya. "Apa gerangan yang diketahui orang itu
tentang musibah yang telah menimpa saya" Ini pemborosan waktu dan uang."
"Dia takkan mengirim telegram kalau dia tak punya informasi. Balaslah telegramnya dan
katakan Anda akan datang."
"Saya tak mau pergi."
Holmes memasang tampang seram.
"Sikap Anda akan meninggalkan kesan negatif pada polisi dan pada saya sendiri, Mr. Amberley.
Ada petunjuk yang begitu jelas dan Anda tak mau mengikutinya. Jangan-jangan Anda tidak sungguh-sungguh berniat menuntaskan kasus ini""
Klien kami tampak ketakutan.
"Tentu saja saya bersedia pergi kalau Anda melihatnya dari sudut itu. Tampaknya tak masuk
akal bahwa pendeta ini punya informasi, tapi kalau menurut Anda..."
"Menurut saya itu perlu," tegas Holmes, dan perintahnya segera dijalankan.
Sebelum pergi, Holmes sempat memberiku petunjuk, yang menunjukkan bahwa masalah ini
8 dianggapnya penting. "Ingat, kau harus mengatur agar dia benar-benar pergi. Seandainya ia melarikan
diri atau pulang ke rumahnya, pergilah ke telepon umum terdekat dan hubungi tempat ini. Kau hanya
perlu mengucapkan satu kata 'Kabur'. Akan kuatur agar berita itu kuterima di mana pun aku berada."
Little Purlington bukan tempat yang mudah dicapai, karena letaknya di persimpangan, dan
perjalanan kami benar-benar tidak menyenangkan.
Cuacanya panas, keretanya lambat, dan orang yang kutemani terus menutup mulut dengan
wajah cemberut. Hanya kadang-kadang ia melontarkan komentar-komentar sinis tentang kepergian
kami yang katanya pasti sia-sia. Ketika akhirnya kami sampai di stasiun kecil yang kami tuju, kami
masih harus naik kereta kira-kira sejauh dua mil untuk mencapai pastori. Seorang pendeta
berperawakan besar dan berwajah serius yang sikapnya agak angkuh menerima kami di ruang bacanya.
Telegram kami tergelar di hadapannya.
"Nah, Tuan-tuan," ujarnya, "apa yang dapat saya bantu""
"Kami datang," aku menjelaskan, "sebagai tanggapan atas telegram Anda."
"Telegram saya! Saya tidak mengirim telegram."
"Maksud saya telegram yang Anda tujukan
kepada Mr. Josiah Amberley tentang istri dan
uangnya yang hilang."
"Ini lelucon yang tidak lucu," kata pendeta
itu marah. "Saya tak pernah mendengar nama yang
Anda sebutkan, dan saya tidak mengirim telegram
kepada siapa pun." Aku dan klien kami berpandangan dengan
heran. "Barangkali telah terjadi kekeliruan,"
kataku, "barangkali di sini ada dua pastori" Ini
telegramnya, yang ditandatangani oleh Elman dan
beralamat di pastori."
"Di sini hanya ada satu pastori, Sir, dan
cuma satu pendeta. Telegram ini jelas palsu, saya
akan minta polisi mengusutnya. Dan saya rasa tak
Sherlock Holmes - Pensiunan Pengusaha Cat di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
9 ada perlunya kita memperpanjang pembicaraan ini."
Maka aku dan Mr. Amberley tercampak di jalan, di de
sa yang rasanya paling terbelakang di
Inggris. Kami pergi ke kantor telegram, namun kantornya sudah tutup. Namun di Railway Arms
penginapan kecil dekat stasiun, terdapat pesawat telepon. Aku langsung menghubungi Holmes, yang
kedengarannya juga ikut bingung.
"Aneh sekali!" katanya dari jauh. "Sungguh luar biasa. Aku kuatir, sobatku Watson, tak ada
kereta yang menuju London malam ini. Kalian terpaksa bermalam di penginapan desa yang kumuh.
Tapi kau justru mendapat kesempatan untuk dekat dengan alam, Watson, belum lagi ditambah dengan
Josiah Amberley. Kau dapat menjalin keakraban dengan mereka." Sempat kudengar gelaknya saat ia
memutuskan hubungan. Segera jelas bagiku bahwa julukan si kikir memang pantas disandang teman seperjalananku.
Sebelumnya ia telah menggerutu karena biaya perjalanan yang dianggapnya terlalu tinggi, padahal
kami naik kereta kelas tiga, dan kini ia mencak-mencak karena harus membayar biaya penginapan.
Keesokan harinya ketika akhirnya kami tiba di Baker Street, emosi kami sama sama hampir
meledak. "Lebih baik Anda mampir di Baker Street," saranku. "Barangkali ada petunjuk yang mau
disampaikan Mr. Holmes."
"Tak ada gunanya, kalau petunjuknya ternyata tak lebih baik dari yang lalu," sahut Amberley
kesal. Tapi ia mau juga menuruti saranku. Aku sudah mengirim telegram kepada Holmes mengabarkan
jam kedatangan kami, tapi ketika kami tiba di tempat tinggalnya, kami diberitahu bahwa ia sudah pergi
ke Lewisham dan menunggu kami di sana. Kejutan yang lebih besar menanti kami karena ternyata ia
tidak sendirian. Di ruang duduk Mr. Amberley ada orang lain, yaitu lelaki berkulit gelap yang memakai
kacamata hitam dan jepit dasi Masonic.
"Ini teman saya, Mr. Barker," Holmes memperkenalkan. "Dia juga menaruh minat pada kasus
Anda, Mr. Josiah Amberley, meski kami bekerja sendiri-sendiri. Dan kami berdua ingin mengajukan
pertanyaan yang sama pada Anda!"
Mr. Amberley menjatuhkan diri di tempat duduk. Ia mulai merasa terancam. Aku dapat
membaca reaksinya dari matanya yang menyipit dan urat-uratnya yang berkedut-kedut.
"Apa pertanyaannya, Mr. Holmes""
"Hanya ini: Anda apakan mayat mereka""
10 Lelaki tua itu terlonjak sambil memekik serak.
Tangannya yang kurus mencakar-cakar udara,
mulutnya membuka, mirip burung pemakan bangkai.
Dalam sekejap kedoknya terbuka dan kami dapat
melihat dirinya yang sebenarnya lelaki iblis yang
jiwanya sama rusaknya seperti tubuhnya. Ia
terperenyak kembali di kursi, lalu membekap
mulutnya seolah-olah menahan batuk. Seperti singa
Holmes langsung mencengkeram tenggorokan
buruannya dan membalikkan mukanya. Sebutir pil
putih jatuh dari sela-sela bibir Amberley.
"Tak ada jalan pintas, Josiah Amberley. Kau harus
mempertanggungjawabkan perbuatanmu. Bagaimana,
Barker"" "Kereta saya menunggu di depan," ujar rekan kami
yang tak banyak bicara itu.
"Kantor polisi hanya beberapa ratus meter dari sini. Kita akan pergi bersama-sama. Kau tak
usah, Watson, aku akan kembali setengah jam lagi."
Pensiunan pengusaha cat tua bertubuh cacat itu ternyata sangat kuat, namun ia tak berdaya
melawan kedua detektif yang sudah berpengalaman meringkus penjahat. Masih sambil meronta-ronta
dan menggeliat-geliut, ia diseret ke kereta yang sudah menunggu, sementara aku tinggal seorang diri di
rumah yang mengerikan itu. Namun belum sampai setengah jam kemudian Holmes sudah kembali,
bersama inspektur muda yang tampaknya cerdas.
"Barker yang mengurus segala macam formalitas di kantor polisi," jelas Holmes. "Kau belum
tahu siapa dia, bukan" Dia sainganku di pantai Surrey. Waktu kau menyebut-nyebut lelaki tinggi
berkulit gelap, tak sulit bagiku untuk menyempurnakan gambarannya. Dia telah berhasil menangani
beberapa kasus pelik, bukan begitu, Inspektur""
"Jelas dia telah beberapa kali ikut campur dalam urusan polisi," sahut inspektur itu mencoba
mengelak. "Harus diakui bahwa cara kerjanya tak sesuai prosedur, seperti saya juga. Tapi kalau mau
11 berhasil justru harus begitu. Anda misalnya, mana mungkin mengorek pengakuan dari Amberley kalau
ia tahu semua yang dikatakannya bisa dibawa ke meja hijau!"
"Barangkali tidak. Tapi kesimpulan
akhirnya kan sama. Jangan kira kami belum punya pendapat
tentang kasus ini. Terns terang kami agak sakit hati karena Anda dengan seenaknya ikut campur dan
menggunakan metode-metode yang tabu bagi kami, lalu mencari pujian."
"Saya tidak mencari pujian, MacKinnon. Nama saya sama sekali tak perlu dimunculkan. Sedang
mengenai Barker, ia belum melakukan apa-apa kecuali yang saya perintahkan."
Inspektur itu tampak sangat lega.
"Anda sangat murah hati, Mr. Holmes. Pujian atau cacian tak ada bedanya bagi Anda, tapi bagi
kami sangat penting, terutama ketika surat-surat kabar mulai bercuap-cuap."
"Benar. Supaya Anda siap kalau mereka melempar pertanyaan, bagaimana kalau saya berikan
contoh. Apa jawab Anda, misalnya, kalau seorang wartawan yang cerdik bertanya bagian mana yang
menimbulkan kecurigaan Anda, dan akhirnya meyakinkan Anda akan fakta-faktanya""
Inspektur itu kelihatan bingung
"Kita kan belum menemukan fakta-faktanya, Mr. Holmes. Anda cuma bilang bahwa tersangka,
di depan tiga saksi, mencoba bunuh diri dan secara tidak langsung mengakui dialah pembunuh istri dan
kekasih istrinya. Fakta apa lagi yang Anda miliki""
"Anda sudah mengatur penggeledahan""
"Tiga anak buah saya dalam perjalanan kemari."
"Kalau begitu Anda akan segera memperoleh fakta yang tak dapat diragukan lagi. Mayat-mayat
itu tak mungkin disembunyikannya jauh-jauh. Periksalah gudang bawah tanah dan kebun. Pasti tidak
sulit menggali tempat-tempat yang kira-kira memungkinkan. Rumah ini lebih tua dari pipa-pipa airnya.
Di suatu tempat pasti terdapat sumur yang tak terpakai lagi. Periksalah juga itu."
"Tapi bagaimana Anda bisa tahu itu, dan bagaimana dia melakukannya""
"Pertama-tama akan saya tunjukkan cara pembunuhannya, baru setelah itu saya akan
memberikan penjelasan kepada Anda, dan terutama kepada kawan saya yang sangat sabar ini, yang
jasanya sangat besar dalam membongkar kejahatan ini. Namun sebelumnya saya mungkin perlu
memberikan gambaran tentang keadaan jiwa Amberley. Jiwanya betul-betul terganggu, sehingga saya
kira ia lebih cocok dikurung di rumah sakit jiwa daripada di penjara. Pikirannya lebih mirip pikiran
orang Italia abad pertengahan dibandingkan dengan orang Inggris modern. Lelaki ini begitu kikir dan
12 kejam, sehingga tak heran kalau istrinya tergoda untuk berselingkuh. Dan kebetulan teman
selingkuhnya adalah lawan main Amberley. Orang tua ini mahir bermain catur, berarti otaknya terbiasa
mengatur strategi, Watson. Seperti umumnya orang yang tercampak ia cemburu, dan cemburunya
sudah melampaui akal sehat. Entah dia benar atau tidak, dia curiga istrinya mengatur intrik. Ia bertekad
menuntut balas, dan itu direncanakannya dengan sangat cerdik. Ayo!"
Holmes mendahului kami berjalan di lorong. Langkah-langkahnya mantap seakan itu rumahnya
sendiri. Ia berhenti di depan ruang harta yang terbuka.
"Aduh! Bau catnya menusuk!" seru Inspektur.
"Inilah petunjuk yang pertama," kata Holmes. "Kita harus berterima kasih kepada Dr. Watson
yang telah menyebut-nyebut masalah ini, meski apa yang terdapat di baliknya tak tertangkap olehnya.
Soal cat ini yang menimbulkan kecurigaan saya. Mengapa setelah istrinya minggat si tua itu justru
memenuhi rumahnya dengan bau cat yang menyengat" Jelas untuk menutupi bau-bauan lain bau-bauan yang akan menimbulkan kecurigaan. Lalu dalam bayangan saya muncul gambaran tentang
ruangan ini ruangan yang tertutup rapat. Kalau dua fakta itu kita gabungkan, apa yang kita peroleh"
Saya hanya bisa mendapat jawaban yang pasti jika saya sudah memeriksa sendiri rumah ini. Saya
sudah yakin kasus ini serius, karena saya sudah mengecek alibi Amberley. Ia mengatakan kepada Dr.
Watson bahwa malam itu ia menonton pertunjukan di Haymarket Theatre, tapi ternyata kursi nomor B
30 maupun 32 tempat-tempat duduk di samping kursi istrinya kosong. Berarti malam itu ia tidak
pergi ke teater dan alibinya runtuh. Si cerdik ini memang agak lalai, ia menunjukkan karcis istrinya
kepada teman saya yang bermata jeli. Pertanyaannya sekarang, bagaimana saya bisa mendapat
kesempatan untuk mengecek keadaan rumahnya" Amberley saya kirim jauh-jauh ke desa terpencil
dan waktunya saya atur sedemikian rupa sehingga ia tak bisa pulang. Agar semuanya lancar, Dr.
Watson saya utus untuk menemaninya. Nama si pendeta, tentu saja, saya ambil dari buku alamat.
Apakah semuanya jelas sampai di sini""
"Luar biasa" komentar Inspektur terkagum-kagum.
"Setelah memastikan kegiatan saya takkan terganggu, saya mulai bersiap-siap menyusup ke
rumahnya. Menyusup memang keahlian saya, dan kalau suatu saat saya beralih profesi menjadi maling,
saya rasa saya akan jadi yang nomor satu. Perhatikan apa yang saya temukan. Anda lihat pipa gas di
sepanjang lantai, yang naik sedikit di sudut dinding, dan putarannya di pojok. Seperti Anda lihat, pipa
ini diteruskan sampai ke 'ruang harta', dan berakhir di tengah langit-langit. Plesterannya tersembunyi di
13 balik hiasan itu. Ujung pipa gas terbuka lebar-lebar. Jadi, ruangan itu bisa penuh gas kalau keran yang
di luar diputar. Bila pintu dan semua jendela terkunci, dalam dua menit saja orang yang terkurung di
ruang sempit itu akan menemui ajalnya Saya tak tahu dengan cara apa ia memancing mereka ke
ruangan itu, tapi begitu berada di dalam, nasib mereka ada di tangannya."
Inspektur memeriksa pipa itu dengan penuh minat. "Salah satu anak buah saya memang
mencium bau gas," katanya, "tapi tentu saja waktu itu jendela sudah dibuka dan bau cat sudah mulai
menyebar. Menurut pengakuannya, sehari sebelumnya ia telah mulai mengecat. Tapi bagaimana
selanjutnya, Mr. Holmes""
"Tiba-tiba terjadi sesuatu yang agak tak
terduga. Ketika saya sedang menyelinap keluar dari
jendela dapur, kerah baju saya ditarik dan terdengar
suara, 'Apa yang kaubuat di sini, bajingan"' Saya
memutar kepala dan ternyata berhadapan dengan Mr.
Barker, saingan saya. Pertemuan tak terduga itu
membuat kami sama-sama tersenyum. Rupanya ia
disewa keluarga Dr. Ray Ernest, dan mulai mencium
sesuatu yang tidak beres. Telah beberapa hari ia
mengamati rumah itu, dan salah satu orang yang
dicurigainya adalah Dr. Watson. Tentu saja tak ada
alasan baginya untuk menangkap Watson, tapi ketika
melihat seorang laki-laki memanjat keluar dari jendela
dapur, ia langsung bertindak. Saya jelaskan padanya
duduk perkaranya dan kami menuntaskan kasus ini
bersama-sama." "Kenapa Anda bekerja sama dengan dia, bukan dengan kami""
"Karena saya berniat mengadakan tes kecil yang hasilnya ternyata sangat meyakinkan. Saya
kuatir polisi tak mau bertindak sejauh itu."
Inspektur tersenyum. "Well, mungkin tidak. Jadi Anda berjanji, Mr. Holmes, untuk mengundurkan diri dari kasus ini
sekarang, dan menyerahkan hasil penyelidikan Anda kepada kami""
14 "Tentu saja, itulah kebiasaan saya."
"Yah, atas nama dinas kepolisian, saya menghaturkan terima kasih. Seperti telah Anda
paparkan, kasusnya sudah jelas, dan takkan sulit menemukan mayat-mayat itu."
"Akan saya tunjukkan bukti lain yang cukup memberatkan. Saya yakin Amberley sendiri tak
pernah memperhatikannya. Kita akan mendapat hasil, Inspektur, kalau kita selalu menempatkan diri
dalam posisi orang yang kita selidiki, dan berpikir apa yang akan kita lakukan dalam situasi yang sama.
Memang kita perlu menggunakan imajinasi, tapi hasilnya tak bisa dianggap remeh. Nah, andaikan
Anda yang terjebak dalam kamar maut ini, hidup Anda tinggal dua menit, tapi Anda ingin membuat
perhitungan dengan bajingan yang kemungkinan besar sedang mencemooh Anda dari balik pintu. Apa
yang akan Anda lakukan""
"Menulis pesan terakhir."
"Tepat. Anda ingin menyampaikan kepada semua orang cara kematian Anda. Tak ada gunanya
menulis di kertas; itu akan langsung terlihat. Kalau Anda menulis di dinding mungkin ada orang yang
akan menghapusnya. Nah, lihat ini. Persis di atas garis lantai terdapat tulisan pensil ungu yang tak
dapat dihapus. 'Kami di...' Hanya itu."
"Apa kesimpulan Anda""
"Well, jaraknya hanya tiga puluh senti dari lantai. Lelaki malang itu berbaring di lantai dalam
keadaan sekarat ketika menulisnya. Ia telah menemui ajalnya sebelum sempat menyelesaikan
pesannya." "Dia sebenarnya mau menulis, 'Kami dibunuh.'"
"Begitulah. Kalau Anda menemukan pensil yang tak dapat dihapus pada mayatnya..."
"Anda boleh yakin kami ak
an mencari benda itu. Tapi bagaimana dengan obligasi" Jelas tak ada
pencurian, namun surat-surat berharga itu lenyap padahal sebelumnya dia memilikinya. Kami sudah
mengeceknya." "Saya yakin semua itu disimpannya di tempat yang aman. Setelah kasus minggat pasangan itu
tak diributkan lagi, ia akan pura-pura menemukannya dan mengumumkan bahwa pasangan yang
berdosa itu menyesali perbuatannya lalu mengirimkan semuanya kembali."
"Anda tampaknya mempunyai jawaban untuk semua pertanyaan," kata Inspektur. "Wajar kalau
dia harus melaporkan lenyapnya istrinya ke polisi, tapi mengapa dia mau berkonsultasi dengan Anda,
saya sungguh tak mengerti."
15 "Kesombonganlah yang membuatnya tersandung," sahut Holmes. "Dia merasa begitu cerdas
dan yakin akan dirinya sehingga dipikirnya kejahatannya takkan terbongkar. Ia bisa menyombong pada
tetangga-tetangga yang mungkin curiga, 'Lihat langkah-langkah yang telah kutempuh. Bukan hanya
polisi, Sherlock Holmes pun sudah angkat tangan.'"
Inspektur tertawa. "Nada bicara Anda tak kalah sombongnya, Mr. Holmes," ujarnya, "tapi saya bisa
memakluminya. Hasil kerja Anda patut mendapat acungan jempol."
Dua hari kemudian sahabatku melemparkan majalah dua mingguan North Surrey Observer ke
arahku. Di bawah judul-judul berita yang panas, yang dimulai dengan "Horor di Haven" dan diakhiri
dengan "Penyidikan Polisi yang Brilian" tertulis laporan lengkap tentang seluruh peristiwa itu. Alinea
penutupnya sama menggebu-gebunya. Aku mengutipnya di sini.
Ketajaman Inspektur MacKinnon yang berhasil mendeduksi bau gas di balik bau cat yang
menusuk, kesimpulannya yang berani bahwa ruang penyimpanan harta itu juga telah berfungsi
sebagai kamar maut dan pemeriksaan berikutnya yang akhirnya membawa Inspektur ke sumur
tua tempat tersangka menyembunyikan mayat, akan selamanya di ingat dalam sejarah
kejahatan sebagai contoh yang luar biasa tentang kecerdikan hamba-hamba hukum kita.
"Well, well, MacKinnon orang yang baik," komentar Holmes sambil tersenyum maklum. "Kau
boleh menyimpan semua catatannya, Watson. Suatu hari kelak, kisah yang sebenarnya boleh kita
suguhkan." tamat Tersembunyi The Hidden 2 Pukulan Si Kuda Binal Karya Gu Long Pedang Langit Dan Golok Naga 5