Pencarian

Petualangan Sherlock Holmes 6

Sherlock Holmes - Petualangan Sherlock Holmes Bagian 6


merupakan milik umum. Saya tetap ingin agar masalah ini diselesaikan secara hukum.
"'Paling tidak,' katanya, jangan biarkan saya ditangkap sekarang juga. Akan lebih baik bagi kita
berdua kalau saya diizinkan keluar rumah sejenak lima menit saja.'
"'Supaya kau bisa kabur, atau menyembunyikan barang curian itu"' kata saya. Lalu say
a sadar, bahwa saya dihadapkan pada situasi yang sulit. Saya lalu mengatakan pada putra saya bahwa bukan
hanya nama baik saya saja yang sedang dipertaruhkan, tapi juga nama baik seseorang yang sangat
dihormati di masyarakat. Negara akan guncang kalau skandal ini sampai diketahui umum. Dia bisa
mencegah terjadinya hal ini kalau dia mau, hanya dengan mengatakan secara terus terang, apa yang
telah diperbuatnya dengan tiga permata yang hilang itu. "'Silakan pilih! Mau menghadapi tuduhanku,'
kata saya, 'karena kau memang tertangkap basah, dan tak ada gunanya membela diri. Atau kalau kau
mau mengatakan di mana kautaruh ketiga permata itu, maka kau akan kuampuni dan segala tuduhan
akan gugur.' "'Saya tak butuh pengampunan Ayah,' jawabnya sambil membuang muka dan menyeringai.
Saya menyadari dia tak mungkin bisa saya pengaruhi. Hanya tinggal satu jalan. Saya panggil inspektur,
dan menyerahkan anak saya untuk diadili. Pencarian segera dilakukan Arthur di geledah. Kamarnya
juga. Lalu setiap sudut rumah diperiksa, tapi ketiga permata itu tak ditemukan. Anak saya yang
brengsek itu tak mau memberi penjelasan sedikit pun, walau sudah dibujuk dan diancam. Pagi tadi dia
dimasukkan ke tahanan. Dan sesudah menyelesaikan semua formalitas di kepolisian, saya langsung
menuju kemari dengan harapan Anda akan mampu menyelesaikan masalah saya ini. Polisi telah
mengakui bahwa sampai saat ini mereka menghadapi jalan buntu. Biaya tak jadi masalah buat saya.
Berapa pun yang diperlukan akan saya bayar. Saya bahkan telah menawarkan imbalan seribu pound.
Ya, Tuhan! Apa yang harus saya lakukan! Saya kehilangan reputasi saya, permata-permata itu, dan
12 anak laki-laki saya hanya dalam waktu satu malam. Oh, apa yang harus saya lakukan""
Ditaruhnya kedua tangannya di kepalanya, lalu digoyang-goyangkannya sambil berceloteh
sendiri bagaikan seorang anak yang sedang mengalami kesedihan yang luar biasa.
Sherlock Holmes duduk terdiam selama beberapa saat, keningnya berkerut dan matanya
menatap ke perapian. "Apakah Anda sering menerima tamu"" tanya temanku.
"Tidak, kecuali pasangan bisnis saya dan keluarganya, dan kadang-kadang teman Arthur. Akhir-akhir ini Sir George Burnwell sering datang berkunjung. Hanya itu, saya rasa."
"Apakah Anda sering bepergian""
"Arthur yang sering. Mary dan saya lebih banyak tinggal di rumah. Kami berdua tak suka keluar
rumah." "Tak biasanya gadis muda tak suka keluar rumah."
"Dia sangat pendiam. Di samping itu, dia memang sudah tak begitu muda lagi. Umurnya dua
puluh empat tahun." "Dari penuturan Anda, nampaknya kejadian ini telah mengejutkannya pula""
"Amat sangat! Dia malah lebih terpukul dibanding saya sendiri."
"Anda berdua tak meragukan lagi bahwa yang bersalah adalah putra Anda""
"Tentu saja, karena saya melihatnya dengan mata kepala sendiri tiara itu berada di tangannya."
"Itu belum tentu membuktikan bahwa dialah pencurinya. Apakah tiara itu rusak""
"Ya, melengkung."
"Apakah tak ada kemungkinan justru waktu itu dia sedang berusaha untuk meluruskannya""
"Semoga Tuhan memberkati Anda! Saya tahu Anda bertindak demi kebaikan saya dan putra
saya. Tapi itu tak mudah. Apa yang sebenarnya dilakukannya saat itu" Kalau dia tak bersalah, kenapa
dia tak mengatakannya""
"Ya. Dan kalau dia bersalah, kenapa dia tak mencoba berbohong" Tutup mulutnya nampaknya
13 membuatnya berada di persimpangan jalan. Ada beberapa hal yang aneh dalam kasus ini. Menurut
polisi, suara apakah yang telah membangunkan Anda""
"Menurut mereka mungkin suara pintu kamar Arthur ketika dikatupkan."
"Ada-ada saja! Mana mungkin seseorang yang sedang melakukan tindak kejahatan, begitu
cerobohnya membanting pintu sehingga membangunkan penghuni rumah" Lalu bagaimana pendapat
mereka tentang hilangnya permata itu""
"Mereka masih terus berusaha untuk mencarinya di seluruh penjuru rumah."
"Apakah mereka berpikir untuk mencarinya di halaman juga""
"Ya, mereka benar-benar bersemangat. Seluruh taman sudah diperiksa dengan teliti."
"Nah, sir," kata Holmes, "ternyata masalah ini jauh lebih rumit dari yang diduga semula, bukan"
Bagi Anda mungkin jawabnya sederhana saja, tapi bagi s
aya tidaklah demikian. Coba kita
pertimbangkan teori Anda. Menurut Anda, putra Anda turun dari tempat tidurnya, lalu dengan risiko
tertangkap dia masuk ke kamar pakaian Anda. Dia membuka lemari, mengambil tiara, mencopot
sebagian permata dari tiara itu, lalu pergi ke suatu tempat lain untuk menyembunyikan tiga saja dari
tiga puluh sembilan permata yang ada. Begitu lihainya dia menyembunyikan permata-permata itu
sehingga sampai sekarang tak ada yang dapat menemukannya Sesudah itu dia kembali lagi untuk
menaruh tiara itu dengan risiko akan dipergoki seseorang. Saya ingin bertanya, apakah teori itu bisa
diterima"" "Tapi kalau tidak begitu, lalu bagaimana lagi"" teriak pemilik bank itu dengan putus asa. "Kalau
dia tak bersalah, mengapa dia tak membela diri""
"Tugas kitalah untuk mencari tahu jawabnya," sahut Holmes. "Jadi sekarang, kalau Anda tak
keberatan, Mr. Holder, mari kita berangkat ke Streatham bersama-sama dan memeriksa rincian kasus
ini dengan lebih saksama."
Holmes bersikeras agar aku ikut serta dalam penyelidikan ini, dan dengan senang hati aku
menyerujuinya. Aku dipenuhi rasa ingin tahu dan sangat tertarik pada kisah yang baru saja kudengar.
Aku mengakui bahwa aku sependapat dengan pemilik bank itu bahwa putranyalah yang jelas bersalah,
tapi aku pun yakin akan pemikiran Holmes. Aku merasa masih ada harapan, karena ternyata Holmes
14 agak meragukan pendapat pemilik bank itu. Holmes tak mengatakan apa-apa sepanjang perjalanan ke
bagian selatan kota London itu. Dia duduk tepekur dengan kepala tunduk dan sebagian wajah tertutup
topi. Klien kami agak terhibur dengan kemungkinan adanya secercah harapan yang disampaikan oleh
Holmes, dan dia banyak bicara kepadaku tentang urusan bisnisnya. Perjalanan kereta api itu tak
memakan waktu terlalu lama, lalu kami berjalan sebentar ke Fairbank, rumah pemilik bank itu.
Fairbank rumah yang cukup luas, terbuat dari batu putih, agak masuk dari jalan raya. Ada jalan
untuk kereta lewat, dan halaman yang tertutup salju di depannya. Pintu gerbangnya besar sekali, terbuat
dari besi. Di samping kanan rumah itu terdapat semak-semak kayu sampai ke jalanan sempit di antara
pagar pepohonan yang berjajar rapi dari jalan raya ke pintu dapur. Dari pintu inilah para pedagang
masuk. Di samping kiri rumah ada jalur jalan lagi yang menuju ke kandang kuda. Jalan itu jalan umum,
tapi tak banyak dilewati orang.
Ketika kami sedang berdiri di pintu depan, Holmes meninggalkan kami dan berjalan mengitari
rumah, mulai dari depan, lalu ke samping kanan, ke halaman belakang, dan akhirnya ke kandang kuda.
Lama sekali dia tak muncul-muncul, sehingga Mr. Holder mengajakku masuk ke ruang makan. Kami
menunggu Holmes sambil duduk terdiam di
depan perapian. Kemudian, pintu ruangan itu
terbuka, dan seorang wanita muda masuk.
Dia agak jangkung, ramping, mata dan
rambutnya berwarna hitam, kontras sekali
dengan warna kulitnya yang amat pucat. Tak
pernah sebelumnya aku melihat wajah seorang
wanita sepucat itu. Bibirnya juga pucat, tapi
matanya merah karena habis menangis. Kuamati
dia ketika dia berjalan memasuki ruangan, dan
wanita itu memberi kesan bahwa dia sangat
terpukul, bahkan lebih parah dari klien kami
pagi tadi. Dan yang lebih mengherankan ialah
karena sebetulnya wanita itu seorang yang
berkepribadian kuat, yang seharusnya bisa
15 menahan diri. Tanpa mengindahkan kehadiranku, dia langsung mendekati pamannya dan
merangkulnya. "Ayah akan menyuruh agar Arthur dibebaskan saja, kan"" tanyanya.
"Tidak, tidak, anakku. Masalah ini harus diselesaikan dengan baik,"
"Tapi saya yakin dia tak bersalah. Ayah percaya naluri wanita, kan" Saya tahu dia tak bersalah
apa-apa, dan Ayah pasti akan menyesal karena telah bertindak gegabah."
"Kalau dia tak bersalah, mengapa dia diam saja""
"Entahlah! Mungkin karena dia menjadi terlalu geram karena Ayah telah menuduhnya."
"Bagaimana aku tak menuduhnya! Dengan mata kepala sendiri aku melihat tiara itu berada di
tangannya!" "Oh, dia hanya mau melihat saja. Oh, percayalah kepada saya. Dia tak bersalah. Hentikan saja
tuntutan atas masalah ini, dan lupakan saja. Mengerikan sekali memikirka
n Arthur kita di penjara!"
"Aku tak akan berhenti mengurus masalah ini sebelum permata-permata yang hilang itu
ditemukan tak akan, Mary! Rasa sayangmu kepada Arthur telah membutakanmu. Kau lupa betapa
besar akibat peristiwa ini pada diriku. Aku tak mau menutup-nutupi masalah ini. Aku malah sudah
meminta seseorang dari London untuk menyelidikinya."
"Orang ini"" tanyanya sambil menoleh kepadaku.
"Tidak, temannya. Dia minta kami meninggalkannya. Sekarang dia sedang menyelidiki jalanan
dekat kandang." "Jalanan dekat kandang"" Alis wanita itu terangkat. "Apa yang ingin didapatnya di sana" Ah,
tentunya ini orangnya. Saya percaya, sir, Anda akan bisa membuktikan apa yang saya yakini bahwa
Arthur, saudara saya, tak bersalah."
"Saya setuju dengan Anda, dan saya yakin saya akan bisa membuktikannya." Holmes berjalan
menuju keset untuk mengibas-ngibaskan salju yang menempel di sepatunya. "Saya kira saya sedang
berhadapan dengan Miss Mary Holder" Bolehkah saya mengajukan satu atau dua pertanyaan""
"Silakan, sir, kalau memang diperlukan untuk menyelesaikan kasus ini."
16 "Anda sendiri tak mendengar apa-apa semalam""
"Tidak. Saya baru terbangun ketika mendengar Paman berteriak-teriak. Saya lalu turun."
"Andalah yang menutup jendela dan pintu tadi malam. Apakah semua jendela telah terkunci""
"Ya." "Apakah semua tetap dalam keadaan terkunci tadi pagi""
"Ya." "Ada pelayan wanita yang sedang pacaran, kan" Menurut laporan Anda kepada paman Anda,
tadi malam dia keluar untuk menemui pacarnya""
"Ya, dan waktu paman saya menceritakan tentang tiara itu pada kami, dialah pelayan yang
bertugas melayani kami di ruangan itu. Jadi dia mungkin mendengar pembicaraan kami."
"Saya tahu. Menurut Anda, tadi malam dia mungkin keluar untuk memberitahu pacarnya
tentang tiara itu, lalu mereka berdua merencanakan perampokan""
"Untuk apa semua teori yang samar-samar begini"" teriak klien kami dengan tak sabar.
"Bukankah sudah saya jelaskan bahwa saya
melihat tiara itu di tangan Arthur""
"Tunggu sebentar, Mr. Holder. Nanti kita akan
sampai ke hal itu juga. Tentang pelayan ini, Miss
Holder. Anda melihatnya kembali melalui pintu dapur,
betulkah"" "Ya, ketika saya hendak memeriksa pintu itu,
saya melihatnya bergegas masuk ke dalam. Samar-samar saya juga melihat pacarnya."
"Anda kenal dengan pacarnya itu""
"Oh, ya, dia tukang sayur langganan kami.
Namanya Francis Prosper."
"Waktu itu dia berdiri," kata Holmes, "di
17 sebelah kiri pintu agak sedikit jauh dari pintu"'
"Ya." "Dan salah satu kakinya palsu""
Mata hitam gadis itu memancarkan ketakutan. "Wah, Anda kok seperti tukang sulap," katanya.
"Bagaimana Anda bisa tahu tentang hal itu"" Gadis itu tersenyum, tapi Holmes tak membalas
senyumnya. Wajahnya yang kurus justru nampak penasaran.
"Sekarang saya ingin memeriksa lantai atas," katanya. "Saya mungkin akan memeriksa halaman
rumah sekali lagi nanti. Tapi sebaiknya saya periksa jendela jendela di lantai bawah ini dulu sebelum
naik ke atas." Dia bergegas memeriksa jendela-jendela yang dimaksudkannya satu per satu. Dia berhenti
sejenak di depan jendela besar yang kalau dibuka akan menampakkan jalur jalan yang menuju ke
kandang kuda. Dibukanya jendela besar itu, dan diperiksanya pinggirannya dengan teliti dengan
menggunakan kaca pembesarnya. "Sekarang, mari kita naik ke atas," katanya kemudian.
Kamar pakaian pemilik bank itu sederhana sekali, dan tak begitu besar. Karpetnya berwarna
abu-abu. Ada sebuah lemari besar dan cermin panjang. Holmes langsung mendekati lemari itu dan
mengamati kuncinya. "Kunci apa yang tadi malam dipakai untuk membuka lemari ini"" tanyanya.
"Seperti yang dikatakan putra saya kunci lemari gudang."
"Apakah kunci itu ada di sini""
"Itu, di meja."
Sherlock Holmes mengambil kunci itu, dan dibukanya lemari.
"Kunci ini tak berbunyi," katanya. "Itulah sebabnya Anda tak sampai terbangun. Kotak inikah
yang berisi tiara itu" Kita perlu memeriksanya." Dibukanya kotak tersebut lalu dikeluarkannya tiara itu
dan diletakkannya di meja. Sungguh hasil karya seni perhiasan yang luar biasa! Dan permata yang
jumlahnya tiga puluh enam itu sungguh-sunguh indah. Salah
satu sisi tiara itu melengkung, dan tiga
permata di bagian ujungnya hilang.
18 "Nah, Mr. Holder," kata Holmes, "ujung yang melengkung inilah yang hilang permatanya. Coba
Anda patahkan tiara ini."
Pemilik bank itu terlompat mundur dengan ketakutan. "Saya tak mungkin berani melakukan hal
itu," katanya. "Kalau begitu, biar saya saja yang mencobanya." Holmes mencoba mematahkan tiara itu
dengan segenap kekuatannya, tapi tak berhasil. "Sia-sia," katanya, "kalaupun tangan saya jauh lebih
kuat, tak mudah untuk mematahkannya. Orang biasa tak mungkin bisa melakukan hal itu. Sekarang,
apa yang akan terjadi seandainya saya bisa mematahkannya, Mr. Holder" Tentu akan menimbulkan
suara seperti ledakan pistol. Mungkinkah ini terjadi hanya dalam jarak beberapa meter dari tempat tidur
Anda, tanpa Anda mendengarnya""
"Saya tak bisa berpikir. Semuanya gelap bagi saya."
"Tapi sebentar lagi mungkin akan menjadi semakin terang. Bagaimana pendapat Anda, Miss
Holder"" "Saya akui, saya pun masih bingung seperti paman saya."
"Putra Anda tak memakai sepatu atau sandal ketika Anda memergokinya, bukan""
"Dia hanya memakai celana panjang dan kaus oblong."
"Terima kasih. Kami sangat beruntung selama penyelidikan ini, dan keterlaluan sekali kalau
kami sampai tak berhasil menyelesaikan masalah ini. Kalau Anda tak keberatan, Mr. Holder, sekarang
saya harus melanjutkan pemeriksaan di halaman."
Dia minta agar hanya dia saja yang pergi, karena kalau terlalu banyak jejak kaki akan
menyusahkan penyelidikannya. Dia pergi selama satu jam lebih, dan akhirnya kembali dengan wajah
misterius dan kaki penuh salju.
"Saya kira penyelidikan saya sudah cukup, Mr. Holder," katanya, "sebaiknya saya pulang saja."
"Tapi, di manakah permata-permata itu, Mr. Holmes""
"Saya tidak tahu."
Pemilik bank itu meremas-remas tangannya. "Berarti permata-permata itu tak mungkin
19 kembali!" teriaknya. "Dan, putra saya" Adakah harapan""
"Pendapat saya tak berubah sedikit pun."
"Kalau demikian, demi Tuhan, apa yang telah terjadi di rumah saya semalam""
"Silakan datang ke tempat saya besok antara jam sembilan-sepuluh pagi, untuk penjelasan lebih
lanjut. Kalau tak salah, Anda memberi saya kuasa untuk bertindak atas nama Anda, dan saya boleh
memakai dana berapa saja asalkan permata itu kembali kepada Anda""
"Seluruh kekayaan saya pun akan saya relakan untuk itu."
"Baiklah. Masalah ini akan saya selidiki lagi. Selamat dnggal, mungkin saja saya akan kemari
lagi sebelum nanti malam."
Jelas bahwa temanku sudah mendapatkan kepastian tentang kasus ini, walaupun aku masih
belum bisa membayangkan kesimpulan apa yang didapatkannya. Sepanjang perjalanan pulang, aku
mencoba memancingnya untuk membicarakan kasus ini, tapi dia
selalu mengelak dan membelokkan pembicaraan ke topik lain.
Akhirnya, aku pun mengalah. Ketika kami sampai di tempat kami,
waktu menunjukkan jam tiga kurang sedikit. Dia bergegas menuju
kamar tidurnya, dan dalam beberapa menit sudah menuruni tangga
dengan berpakaian seperti seorang pengangguran. Kerah bajunya
dinaikkan ke atas, mantelnya lusuh, syalnya merah, sepatu botnya
sudah butut, benar-benar seperti seorang pengangguran yang biasa
luntang-lantung di pinggir-pinggir jalan.
"Kurasa sudah pantas begini, ya," katanya sambil menoleh ke
cermin di atas perapian. "Sebenarnya aku ingin mengajakmu, Watson,
tapi tak bisa. Yang kuikuti ini mungkin jejak yang benar, mungkin
pula sebaliknya, tapi aku toh akan segera tahu. Aku harap aku akan
kembali dalam beberapa jam." Dia mengambil sepotong daging dari
bufet, ditaruhnya di antara dua roti bulat, dan makanan seadanya ini
lalu dimasukkannya ke saku mantelnya. Kemudian dia pun berangkat.
Aku baru saja selesai minum teh, ketika dia kembali dengan penuh
20 kegembiraan, sambil mengayun-ayunkan sepatu bot bututnya. Dia melemparkan sepatunya itu ke sudut
ruangan, lalu menuang secangkir teh.
"Aku cuma mampir sebentar, kok, karena kebetulan lewat sini," katanya. "Aku mau pergi lagi."


Sherlock Holmes - Petualangan Sherlock Holmes di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ke mana""
"Oh, ke suatu tempat di West End. Mungkin akan lama. Tak usah menungguku, karena aku
mungkin sampai larut malam."
"Bagaimana penyelidikanmu""
"Oh, yah, be ginilah. Tak terlalu jelek. Tadi aku pergi ke Streatham lagi, tapi aku tak masuk ke
dalam rumah. Masalah kecil ini menarik sekali, dan aku tak ingin melewatkannya begitu saja. Wah, aku
tak bisa duduk ngobrol di sini saja, tapi biar kulepas pakaian jembel ini dulu, dan kembali menjadi
orang terhormat lagi."
Walaupun tak diucapkannya, dan gerak-geriknya aku tahu, bahwa dia pasti telah berhasil
menemukan sesuatu. Matanya bersinar, dan pipinya yang kurus memerah. Dia bergegas naik ke atas,
dan beberapa menit kemudian aku mendengar pintu depan diempaskan. Pasti temanku sudah berangkat
menuju perburuan yang memang disukainya itu.
Aku menunggu sampai tengah malam, tapi dia belum juga kembali, maka aku pun menuju
kamarku untuk tidur. Sudah biasa baginya untuk bepergian selama beberapa hari, kalau dia, sedang
memburu jejak. Maka keterlambatannya kali ini pun tak mengherankanku. Aku tak tahu jam berapa dia
pulang, tapi ketika aku turun untuk makan pagi, dia sudah berada di ruang makan sedang menghirup
kopi sambil membaca koran dalam keadaan segar bugar.
"Maaf, aku mendahuluimu, Watson," katanya, "tapi kau kan tahu bahwa pagi ini klien kita
berjanji akan datang kemari agak awal."
"Wah, sekarang sudah jam sembilan lebih," jawabku. "Pasti tak lama lagi dia datang. Kurasa,
aku mendengar bunyi bel pintu."
Benarlah, yang datang adalah klien kami, pemilik bank itu. Aku terkejut sekali melihat
perubahan wajahnya. Yang biasanya lebar dan tegar, kini menjadi sangat sengsara dan murung.
Rambutnya nampak semakin putih. Dia masuk dengan langkah lesu dan gontai. Keadaannya lebih
21 mengenaskan dari kemarin, ketika dia datang dengan menggebu-gebu. Dia langsung menjatuhkan
dirinya ke kursi yang kusorongkan ke dekatnya.
"Saya tak tahu apa dosa saya, sehingga kemalangan datang dengan begini hebatnya," katanya.
"Dua hari yang lalu, saya masih seorang pria yang kaya dan bahagia, tanpa kekuatiran sedikit pun.
Kini, saya hanyalah seorang pria tua yang kesepian dan tercela. Kesusahan datang bertubi-tubi.
Keponakan saya Mary telah meninggalkan saya."
"Meninggalkan Anda""
"Ya. Pagi tadi saya lihat tempat tidurnya tetap rapi, kamarnya kosong, dan dia meninggalkan
sepucuk surat di meja ruang depan. Memang semalam saya mengatakan kepadanya bahwa kalau saja
sebelum ini dia bersedia menikah dengan putra saya, pastilah putra saya menjadi orang baik-baik. Saya
mengatakan ini cuma untuk mengungkapkan kesedihan hati saya, bukan karena saya marah padanya.
Betapa salahnya saya, telah mengucapkan kata-kata seperti itu. Akibatnya, dia menulis surat yang
berbunyi demikian: Paman tercinta, Saya merasa sayalah yang menjadi penyebab semua kesulitan ini, dan kalau saja saya
bertindak lain maka kemalangan ini pasti tak akan terjadi. Karena itu, saya merasa tak tenang
lagi untuk tinggal bersama Paman, maka saya memutuskan untuk pergi selamanya. Tak usah
kuatir tentang diri saya, karena sudah ada yang menjamin kehidupan saya, dan terlebih lagi,
Paman tak perlu mencari saya, karena akan sia-sia saja. Saya tetap sayang kepada Paman
untuk selamanya. Mary "Apa maksud suratnya itu, Mr. Holmes" Apakah dia akan bunuh diri""
"Tidak, tidak, bukan begitu. Mungkin ini jalan keluar v
terbaik. Saya yakin, Mr. Holder,
kemalangan Anda akan segera berakhir."
"Ha! Anda kok berkata begitu! Pasti Anda telah mendengar sesuatu, Mr. Holmes, Anda bahkan
sudah menemukan sesuatu! Di mana permata-permata itu""
"Menurut Anda, kalau satu permata harus dibeli dengan harga seribu pound, mahal tidak"'
22 "Sepuluh ribu pun akan saya bayar!"
"Tak perlu sebanyak itu. Tiga ribu cukup, ditambah sedikit uang jasa, begitu, kan" Anda bawa
buku cek" Nih, pulpen. Mungkin sebaiknya Anda tulis empat ribu pound."
Dengan terheran-heran pemilik bank itu melakukan apa yang diminta oleh Holmes. Holmes
berjalan menuju laci mejanya, dan mengeluarkan sepotong perhiasan emas berbentuk segitiga yang tak
begitu besar, yang bertatahkan tiga permata hijau, lalu ditaruhnya di meja.
Sambil berteriak kegirangan, klien kami memungut perhiasan itu dan menggenggamnya erat-erat.
"Anda mendapatkannya kembali!" katanya tercekat. "Selamat
lah saya! Selamatlah saya!"
Reaksi kegembiraannya meluap seperti juga luapan kesedihannya sebelum ini, dan dia
menempelkan perhiasan itu ke dadanya.
"Anda masih punya satu utang, Mr. Holder," 'kata Sherlock Holmes dengan wajah agak tegang.
"Utang!" Disambarnya sebuah pulpen. "Sebut saja jumlahnya, akan langsung saya bayar."
"Tidak, Anda tak berutang lagi pada saya. Anda berutang maaf kepada putra Anda yang
budiman yang telah sangat berjasa dalam hal ini. Saya pun akan bangga kalau punya anak laki-laki
seperti dia." "Jadi bukan Arthur pencurinya""
"Kemarin sudah saya katakan, dan saya tegaskan lagi hari ini, bahwa bukan dia pencurinya."
"Anda yakin akan hal itu" Kalau begitu, mari kita segera menemuinya untuk menjelaskan
semuanya." "Dia sudah tahu semuanya. Ketika masalah ini sudah saya bereskan, saya langsung
menemuinya untuk menanyakan beberapa hal kepadanya. Dan karena dia tetap tak mau menjawab apa-apa, maka sayalah yang lalu menjelaskan kepadanya. Dia membenarkan semua penjelasan saya, dan
setelah itu barulah dia bersedia menambahkan beberapa rincian yang belum saya ketahui. Tapi setelah
Anda nanti mengabarkan kepadanya soal minggatnya Mary, dia pasti akan bersedia buka mulut."
"Demi Tuhan, tolong beritahu. Saya tentang misteri yang luar biasa ini!"
23 "Tentu, dan saya pun akan menjelaskan langkah-langkah yang telah saya tempuh sehingga
sampai pada penyelesaian kasus ini. Pertama, saya ingin menyampaikan sesuatu yang sebenarnya
sangat berat, baik bagi saya maupun bagi Anda. Sir George Burnwell dan Mary, keponakan Anda itu,
sebenarnya telah lama berpacaran. Sekarang ini, mereka sedang melarikan diri bersama-sama."
"Mary keponakanku" Tak mungkin!"
"Sayang, tapi memang begitulah adanya. Anda dan putra Anda tak tahu bagaimana sifat pria itu
sebenarnya ketika Anda berdua menjalin hubungan dengannya. Dia itu salah seorang yang paling
berbahaya di Inggris penjudi yang sudah rusak akhlaknya, benar-benar penjahat kelas berat yang tak
berperasaan lagi. Keponakan Anda tak tahu-menahu tentang pria macam begitu. Ketika pria itu
merayunya, seperti juga yang telah beratus-ratus kali dilakukannya kepada gadis-gadis lain, maka
keponakan Anda pun langsung terbuai. Entah apa saja yang telah diucapkan oleh pria itu, pokoknya
gadis itu secara tak sadar telah diperalat olehnya, dan mereka bertemu hampir tiap malam."
"Saya rasanya tak bisa dan tak akan percaya akan hal itu!" teriak pemilik bank itu dengan wajah
pucat. "Kalau begitu, coba dengarkan apa yang terjadi di rumah Anda malam itu. Ketika mengira Anda
sudah masuk ke kamar untuk tidur, keponakan Anda turun ke lantai bawah, menemui kekasihnya lewat
jendela di dekat kandang kuda. Jejak-jejak kaki pria itu jelas terlihat di salju, dan dia berdiri di sana
lama sekali. Gadis itu bercerita tentang tiara itu. Niat jahat sang pria langsung timbul dan dia merayu
keponakan Anda untuk bersekongkol dengannya. Saya yakin gadis itu menyayangi Anda, tapi cinta
butanya pada kekasihnya telah membuatnya Iupa diri. Memang ada beberapa wanita yang bersikap
demikian. Dan keponakan Anda ini adalah salah satu contohnya.
"Dia sedang mendengarkan instruksi-instruksi dari pria itu ketika dia mendengar langkah-langkah kaki Anda menuruni tangga. Dia lalu cepat-cepat menutup jendela, dan mengatakan bahwa
salah satu pelayan wanita telah keluar untuk menemui kekasihnya yang berkaki palsu secara diam-diam. Dan itu memang benar terjadi.
"Arthur, putra Anda, langsung pergi tidur setelah bertengkar dengan Anda, tapi tidurnya tak
nyenyak karena dia sedang gelisah memikirkan utangnya kepada klub itu. Pada tengah malam, dia
mendengar langkah orang melewati pintu kamarnya. Dia pun terbangun dan melongok keluar. Dia
24 terkejut ketika melihat Mary sedang berjalan mengendap-endap di lorong depan kamarnya, lalu masuk
ke kamar pakaian Anda. Karena keheranannya, dia lalu cepat-cepat mengenakan pakaian sebisanya,
kemudian menunggu dalam kegelapan untuk melihat perbuatan aneh apa yang sedang dilakukan oleh
Mary. "Tak lama kemudian gadis itu keluar sambil membawa tiara yang tak ternilai harganya itu. Dia
menuruni tangga, sedang kan putra Anda lalu berlari ketakutan dan bersembunyi di balik gorden dekat
kamar Anda. Dari situ, dia bisa melihat apa yang terjadi di ruang depan di bawah. Dengan sangat
berhati-hati Mary membuka jendela, menyerahkan tiara itu kepada seseorang yang sedang menunggu
dalam kegelapan di balik jendela itu, kemudian menutupnya lagi dan bergegas kembali ke kamarnya
dengan melewati tempat persembunyian putra Anda.
"Selama masih ada Mary, maka putra Anda
tak sampai hati memergokinya, karena itu akan
sangat memalukan bagi gadis yang disayanginya
itu. Tapi, begitu Mary masuk ke kamarnya, dia
menyadari betapa pencurian ini akan
menghancurkan hidup ayahnya, maka dia pun
bertekad untuk merebut kembali perhiasan yang
dicuri itu. Dia lari ke bawah, tanpa mengenakan
sepatu ataupun sandal, membuka jendela ruang
depan tadi, dan melompat ke luar, ke halaman yang
tertutup salju. Dia lalu berlari sepanjang jalanan di
halaman itu, dan dia melihat bayangan seseorang di
bawah sinar rembulan. Sir George Burnwell
mencoba melarikan diri, tapi Arthur berhasil
menyergapnya, sehingga mereka pun bergumul.
Putra Anda berusaha menarik tiara itu, sedangkan lawannya berusaha menahannya. Dalam tarik-menarik itu, putra Anda berhasil memukul Sir George Burnwell, dan melukai kepalanya.
"Lalu tiba-tiba terdengar bunyi seperti ada sesuatu yang patah, dan tiara itu pun berpindah
tangan ke putra Anda. Ketika menyadari bahwa tiara itu sudah berada di tangannya, putra Anda
25 langsung berlari masuk ke dalam rumah, menutup jendela, lalu menuju ke kamar pakaian Anda. Di situ
barulah dia menyadari bahwa tiara itu telah menjadi bengkok karena perkelahian mereka tadi. Maka dia
pun berusaha membetulkannya. Pada saat itulah Anda masuk dan memergokinya."
"Apakah betul demikian"" tanya pemilik bank itu dengan terharu.
"Anda lalu membuatnya geram dengan mengata-ngatainya macam-macam, padahal sebetulnya
Andalah yang harusnya berterima kasih kepadanya. Dia tidak bisa menjelaskan kejadian itu tanpa
mengkhianati orang yang sangat dicintainya. Dia kemudian berniat untuk bertindak ksatria, dengan
menyembunyikan rahasia gadis itu."
"Dan itulah sebabnya Mary sangat terkejut lalu pingsan ketika dia melihat tiara itu," teriak Mr.
Holder. "Oh, Tuhan! Betapa bodoh dan butanya saya selama ini. Dan putra saya minta izin untuk keluar
selama lima menit! Tentunya dia ingin mencari bagian tiara yang hilang dalam perkelahian itu. Betapa
kejamnya saya, telah mendakwanya macam-macam!"
"Ketika saya tiba di rumah Anda," lanjut Holmes, "saya langsung mengitari rumah Anda dengan
saksama untuk mengamati jejak-jejak di halaman yang tertutup salju yang mungkin bisa menolong
saya. Saya tahu malam itu salju tak turun lagi, dan saljunya sangat keras, sehingga kalau ada jejak kaki
pasti akan terlihat dengan jelas. Saya lewat ke jalan yang biasa dilalui para pedagang, tapi sudah
diinjak-injak banyak orang sehingga tak menunjukkan apa-apa. Tapi lebih jauh lagi, di ujung pintu
dapur, terlihat bekas kaki seorang wanita yang telah berdiri di sana sambil mengobrol dengan seorang
pria. Ada bekas bulat di satu sisi, yang menunjukkan bahwa pria itu berkaki palsu. Saya bahkan tahu
bahwa pertemuan mereka sempat terganggu oleh sesuatu, karena wanita itu lalu berlari dengan tergesa-gesa ke arah pintu. Itu terlihat dari bekas jari kakinya yang menghunjam ke tanah dengan tajam,
sedangkan bekas tumit kakinya tak begitu tajam. Setelah menunggu sejenak, si Kaki Palsu lalu pergi.
Waktu itu saya langsung berpikir bahwa jejak itu mungkin milik pelayan wanita dan kekasihnya,
seperti yang Anda katakan kepada saya, dan setelah saya tanyakan kepada yang bersangkutan, dia
membenarkan hal itu. Saya lalu mengitari taman tanpa menemukan sesuatu pun yang berharga. Hanya
ada jejak-jejak yang tak jelas, mungkin jejak polisi. Tapi ketika saya melewati jalan yang menuju ke
kandang kuda, saya mendapatkan banyak sekali petunjuk.
"Ada jejak kaki pria memakai sepatu bot, dan jejak kaki telanjang. Saya langsung merasa yakin
26 bahwa jejak kaki yang saya sebut belakangan itu adalah milik putra Anda. Jejak yang pertama ada dua
arah. Yang kedua menunjukkan orang yang sedang berlari dengan cepat, dan beberapa langkahnya
menumpuk pada jejak sepatu bot jadi tentunya pemilik jejak kedua itu berhasil mengejar pemilik jejak
pertama. Saya lalu menelusuri jejak itu, dan tibalah saya di jendela ruang depan. Salju di situ rusak
karena terlalu lama diinjak si Sepatu Bot sementara dia menunggu.
"Saya kemudian berjalan ke ujung lain yang berjarak sekitar seratus meter dari situ. Terlihat
jejak si Sepatu Bot membalikkan badan, lalu salju di sekitar situ terpotong-potong, seperti telah terjadi
perkelahian. Dan akhirnya, saya temukan juga beberapa tetes darah. Berarti dugaan saya benar. Si
Sepatu Bot lalu melarikan diri melewati jalan itu, dan di sepanjang jejak itu terdapat beberapa ceceran
darah lagi. Ini menunjukkan bahwa dialah yang telah terluka. Jejak tersebut saya telusuri sampai ke
pinggir jalan raya, tapi karena trotoarnya sudah dibersihkan, berakhir sampai di situlah petunjuk yang
saya dapatkan. "Ketika masuk ke dalam rumah, saya mengamati pinggiran jendela ruang depan dengan kaca
pembesar. Saya langsung tahu bahwa seseorang telah melompat ke luar dari situ. Dapat saya lihat bekas
kura-kura kaki orang itu waktu dia masuk kembali. Saya mulai bisa menduga apa yang sebenarnya
telah terjadi waktu itu. "Seorang pria telah menunggu di luar jendela, lalu ada orang lain yang menyerahkan perhiasan
itu kepadanya. Rupanya putra Anda melihat kejadian itu. Dia mengejar sang pencuri dan berkelahi
dengannya, masing-masing berusaha merebut tiara. Paduan kekuatan mereka membuat tiara itu patah.
Tenaga seorang saja takkan cukup untuk itu. Putra Anda akhirnya berhasil memperoleh perhiasan
tersebut, tapi patahannya terbawa sang pencuri. Sejauh ini, begitulah penjelasannya. Yang masih
menjadi pertanyaan ialah, siapa pria itu, dan siapa yang menyerahkan tiara kepadanya"
"Sejak dulu saya berpendapat, bahwa kalau salah satu dari dua hal ternyata tak mungkin terjadi,
maka yang satunya lagi itulah yang benar, walaupun nampaknya mustahil. Nah, saya tahu bukan Anda
yang membawa tiara itu ke bawah, jadi tinggal keponakan Anda atau para pelayan. Kalau pelayan,
untuk apa anak Anda sampai rela membela mereka, sehingga dia sendiri yang dituduh" Ini tak
mungkin. Tapi, bukankah dia sangat mencintai gadis saudara sepupunya itu" Maka jelaslah mengapa
dia berusaha menutupi rahasianya apalagi itu rahasia yang sangat memalukan. Ketika saya teringat
bahwa Anda juga melihat Mary berdiri di jendela malam itu, dan bahwa dia pingsan ketika melihat
27 tiara itu, dugaan saya langsung berubah menjadi keyakinan.
"Dan siapa yang bersekongkol dengannya" Jelas kekasihnya, karena siapa lagi yang bisa
mengalahkan kasih dan kebaikan Anda terhadap dirinya selama ini" Saya tahu bahwa Anda tak banyak
bergaul dengan orang lain, dan teman Anda sangatlah terbatas. Tapi salah satunya ialah Sir George
Burnwell. Saya banyak mendengar tentang reputasinya yang jelek di antara wanita-wanita. Pasti dialah
si pemakai sepatu bot itu, dan dia pulalah yang membawa lari permata yang hilang itu. Walaupun dia
kepergok oleh Arthur, dia tetap tak merasa takut karena Arthur tak mungkin membuka mulut tanpa
mencemarkan keluarganya sendiri.
"Well, Anda pasti bisa menduga apa yang saya lakukan berikutnya. Saya pura-pura jadi
pengangguran dan pergi ke rumah Sir George. Saya berkenalan dengan pelayan prianya, dan mendapat
berita bahwa majikannya mengalami kecelakaan semalam sehingga kepalanya terluka. Saya juga
berhasil membeli sepatu bekas tuannya seharga enam shilling. Saya bawa sepatu itu ke Streatham dan
ternyata cocok dengan jejak yang saya temukan."
"Saya memang melihat seseorang berpakaian jelek di jalanan samping rumah kemarin malam,"
kata Mr. Holder. "Tepat sekali. Sayalah orangnya. Saya merasa
sudah menemukan buruan saya, lalu saya pulang dan
mengganti pakaian. Berikutnya, saya harus
melakukan sesuatu yang cukup sulit, karena saya tahu
masalah ini tak dapat kita bawa ke pengadilan demi
menghindari kehebohan di masyarakat. Seorang
penjahat ulung seperti dia juga pasti menyadari hal
itu. "Saya kemudian menemuinya. Pada awalnya, tentu
saja dia tak mengaku. Tapi setelah saya ceritakan
semuanya padanya, dia malah mencoba menggertak
saya, dan menyambar senjatanya yang tergantung di
dinding. Tapi saya sudah siap dengan pistol yang
28 langsung saya bidikkan ke kepalanya, sebelum dia sempat melukai saya. Dia lalu bersedia diajak
berunding. Saya katakan, saya akan membeli permata-permata itu seribu pound sebutirnya. Baru saat
itu dia kelihatan menyesal.
"'Sialan!' katanya. 'Ketiganya telah saya jual seharga enam ratus pound!'
"Saya berhasil mendapatkan alamat pembeli permata itu, setelah berjanji bahwa saya tak akan
menuntutnya. Saya lalu berangkat lagi, dan setelah tawar-menawar yang cukup seru, saya berhasil
membeli permata itu dengan harga seribu pound sebutirnya. Saya lalu mengunjungi putra Anda di
tahanan, mengabarinya bahwa semuanya sudah beres, lalu barulah saya pulang kira-kira pukul dua
malam. Wah, saya betul-betul kerja keras seharian!"
"Seharian yang telah menyelamatkan Inggris dari kehebohan besar," kata pemilik bank itu
sambil berdiri. "Sir, tak ada kata-kata yang bisa mengungkapkan rasa terima kasih saya kepada Anda,
tapi saya tak akan pernah melupakan jasa Anda. Percayalah! Anda benar-benar luar biasa. Kemampuan
Anda jauh melebihi apa yang pernah saya dengar. Dan sekarang saya harus bergegas menemui putra
saya tersayang untuk minta maaf atas kesalahan saya. Saya amat prihatin memikirkan nasib Mary.
Bahkan Anda pun tak akan tahu di mana dia berada kini."
"Saya rasa kita bisa mengatakan," jawab Holmes, "bahwa dia kini tinggal bersama Sir George
Burnwell. Apa pun dosa-dosanya, pasti akan ada hukuman yang pantas untuknya."
Petualangan Sherlock Holmes
PETUALANGAN DI COPPER BEECHES "Bagi seseorang yang benar-benar mencintai seni," komentar Sherlock Holmes sambil
melempar halaman iklan Daily Telegraph ke samping, "manifestasi-manifestasi yang sepele dan remeh
justru yang sering dianggap memantulkan keindahan. Aku mengamati, Watson, bahwa kau pun berbuat


Sherlock Holmes - Petualangan Sherlock Holmes di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

serupa. Tulisan-tulisanmu tentang kasus-kasus yang pernah kita tangani cukup bagus, walaupun aku
perlu mengatakan hal ini kadang-kadang kautambah-tambahi di sana-sini. Kasus-kasus terkenal dan
sidang-sidang sensasional tak banyak kau kemukakan, tapi kau lebih menonjolkan insiden-insiden
sepele yang telah menunjukkan keahlian khususku dalam hal menarik kesimpulan dan memadukan
logika." "Dan toh," kataku sambil tersenyum, "tulisan-tulisanku masih saja dituduh terlalu sensasional."
"Kau mungkin keliru," katanya sambil menyambar bara api dengan penjepit untuk menyalakan
pipa kayunya yang panjang, yang menggantikan pipa tanah liatnya kalau suasana harinya sedang ingin
berdebat dan bukannya sedang ingin bermeditasi. "Mungkin kau keliru kalau tiap kalimatmu ingin kau
buat semenarik dan sehidup mungkin. Seharusnya kau kemukakan saja apa adanya penalaranku dalam
memecahkan suatu kasus. Kan itu yang penting."
"Aku memang sudah berbuat begitu, kok," komentarku dengan dingin, karena aku tak suka
dengan sifat mau menang sendiri yang sering ditunjukkannya.
"Tidak, aku tak bermaksud mau menang sendiri atau sombong," jawabnya, seolah tahu jalan
pikiranku. "Kalau aku menuntut karya seniku ditampilkan seutuhnya, itu bukan karena aku ingin dipuji.
Tindak kejahatan banyak terjadi, tapi logika jarang digunakan. Itulah sebabnya, seharusnya kau lebih
banyak mengungkapkan logika daripada tindak kejahatannya sendiri. Sesuatu yang seharusnya
merupakan serangkaian bahan kuliah telah kauturunkan derajatnya menjadi serial cerita dongeng."
Saat itu cuaca pagi hari sangat dingin di awal musim semi, dan kami sedang duduk
bersebelahan di depan perapian di kamar tua kami di Baker Street setelah sarapan. Kabut tebal
bergulung-gulung di antara deretan rumah-rumah yang berwarna suram, dan jendela-jendela di
seberang kamar kami nampak bagaikan bayang-bayang gelap tanpa bentuk di tengah-tengah lingkaran
kuning yang pekat. Lampu gas kami masih menyala, bersinar di atas taplak meja yang putih dan piring- 2
mangkuk, karena meja makan itu belum dibereskan. Sepanjang pagi Sherlock Holmes lebih banyak
berdiam diri, asyik mengamati kolom-kolom ikl
an dari beberapa koran, hingga akhirnya, setelah selesai
dengan pengamatannya, dia langsung menguliahiku tentang kekurangan-kekurangan karya tulisku
dengan cara yang sangat tak menyenangkan itu.
"Walaupun demikian," komentarnya
setelah diam sejenak dan mengisap
pipanya yang panjang sambil menatap ke
arah perapian, "kau tak mungkin dituduh
terlalu sensasional, karena kasus-kasus
yang kau minati sebagian besar tak
membahas tindak kejahatan dari segi
hukum sama sekali. Masalah kecil di mana
aku berusaha membantu Raja Bohemia,
pengalaman unik Miss Mary Sutherland,
kasus yang berhubungan dengan pria
berbibir miring, dan peristiwa bangsawan muda, semuanya ini tak berhubungan dengan hukum yang
berlaku. Tapi supaya kisahnya tak menjadi terlalu sensasional, kau malah hanya mengungkapkan hal-hal yang sepele saja."
"Bagian akhirnya mungkin begitu," kataku, "tapi caraku mengisahkannya cukup lihai dan
menarik." "Huh, sobatku, apa peduli para pembaca tentang segala macam analisis dan kesimpulan yang
rumit-rumit" Mereka tak mau pusing-pusing soal itu. Mana mereka tahu bahwa tukang tenun bisa
dikenali dari giginya, atau ahli grafis nampak dari jempol kirinya" Tapi, sungguh, aku tak
menyalahkanmu kalau hasil tulisanmu agak ringan, karena zaman kasus yang berat-berat memang
sudah berlalu. Orang-orang, khususnya para penjahat, telah kehilangan keberanian, dan tindakan
mereka ya cuma begitu-begitu saja. Dan usahaku yang tak seberapa ini kini malah merosot mutunya
menjadi semacam biro pencarian barang-barang kecil dan biro konsultasi untuk wanita-wanita muda
yang kebingungan. Kupikir, usahaku akhirnya sudah sampai pada titik jenuhnya. Pesan yang kuterima
tadi pagi, misalnya, menunjukkan betapa remehnya kasus yang dikonsultasikan padaku. Coba,
3 bacalah!" Dia menyodorkan sepucuk surat kumal padaku.
Surat itu bertanggalkan kemarin malam dan dikirim dari Montague Place. Bunyinya demikian:
Mr. Holmes yang terhormat,
Saya ingin berkonsultasi dengan Anda tentang apakah saya sebaiknya menerima tawaran
pekerjaan sebagai guru les privat di suatu tempat tertentu atau tidak. Saya akan datang besok
jam setengah sebelas, kalau Anda tak keberatan.
Hormat saya, VIOLET HUNTER "Kaukenal wanita itu"" tanyaku.
"Tidak." "Sekarang sudah jam setengah sebelas."
"Ya, pasti dia yang membunyikan bel pintu."
"Bisa jadi kasusnya lebih menarik dari apa yang kaupikirkan. Masih ingat kasus batu delima
biru" Pada awalnya nampaknya cuma sepele saja, tapi ternyata membutuhkan penyelidikan yang serius.
Mungkin saja kasus ini pun demikian."
"Yah, moga-moga saja! Tapi kita tak perlu
merasa ragu-ragu lagi, karena, kalau tak salah, orang
yang bersangkutan telah tiba."
Begitu kata katanya selesai, pintu ruangan
kami terbuka. Seorang wanita muda masuk.
Pakaiannya sederhana tapi rapi. Wajahnya cerah,
penuh emosi, dan berbintik-binrik coklat bagaikan
telur burung. Gerak-geriknya cekatan sebagaimana
layaknya seorang wanita yang terbiasa hidup
mandiri. "Maaf, saya mengganggu Anda," katanya
4 ketika temanku berdiri untuk menyambutnya, "tapi saya telah mengalami peristiwa yang aneh, dan
karena saya tak punya orangtua atau famili lain yang bisa diajak berunding, saya lalu memutuskan
untuk meminta nasihat Anda."
"Silakan duduk, Miss Hunter. Dengan senang hati saya akan berusaha membantu Anda."
Aku bisa merasakan bahwa Holmes sangat terkesan oleh sikap dan perkataan klien kami yang
baru ini. Dia mengamati gadis itu dengan saksama, seperti biasanya kalau dia bertemu klien barunya
untuk pertama kali. Lalu dia kembali duduk, mengatupkan kedua matanya dan jari-jari kedua
tangannya, serta bersiap-siap untuk mendengarkan kisah gadis itu.
"Saya telah bekerja sebagai guru les privat selama lima tahun," katanya, "pada keluarga Kolonel
Spence Munro. Tapi dua bulan yang lalu Kolonel bersama seluruh keluarganya pindah ke Halifax, di
Nova Scotia, Amerika. Maka, saya pun kehilangan pekerjaan saya. Saya lalu memasang iklan dan
melamar ke sana kemari, tapi sia-sia. Akhirnya, uang tabungan saya mulai menipis dan saya benar-benar tidak tahu apa yang harus saya lakukan.
"Ada sebuah biro penyalur guru-guru l
es privat vang terkenal di West End bernama PT
Westaway. Ke sanalah saya pergi seminggu sekali untuk mengecek apakah ada lowongan pekerjaan
yang cocok untuk saya. PT Westaway diambil dari nama pendirinya, tapi yang menjalankan usaha itu
sekarang adalah seorang wanita bernama Miss Stoper. Dia mempunyai ruangan kecil sendiri, dan
wanita-wanita yang mencari pekerjaan melalui biro ini banyak sekali. Mereka menunggu giliran di
ruang tunggu khusus, karena mereka harus menghadap Miss Stoper satu per satu. Dia lalu akan
membuka buku besarnya, dan mengecek apakah ada lowongan yang cocok untuk masing-masing
pencari kerja itu. "Nah, ketika saya ke sana minggu lalu, saya pun diantar masuk ke kantor yang sempit itu,
seperti biasanya. Ternyata waktu itu Miss Stoper tidak sendirian. Dia ditemani seorang pria
berkacamata yang sangat gemuk dan ramah. Dagu pria itu amat lebar dan menyatu dengan lehernya
yang berlipat-lipat. Dia mengamati semua pencari kerja yang masuk ke situ dengan saksama. Ketika
saya masuk, dia agak terlompat dari kursinya, dan langsung berbicara kepada Miss Stoper. 'Yang ini
saja,' katanya, 'dia amat cocok. Hebat! Hebat!' Dia sangat antusias dan digosok-gosokkannya kedua
tangannya sebagai tanda kegembiraannya. Pria itu sangat ramah, sehingga orang pasti akan langsung
5 menyukai kehadirannya. "'Anda sedang mencari pekerjaan, miss"' tanyanya
pada saya. "'Ya, sir." "'Sebagai guru les privat"'
"'Ya, sir." "'Berapa besar gaji yang Anda minta"'
"'Terakhir kali, saya digaji empat pound seminggu di
rumah keluarga Kolonel Spence Munro.'
"'Oh, wah, wah! Itu kerja rodi namanya...
keterlaluan!' teriaknya sambil melambai ke udara,
seakan-akan jengkel. 'Bagaimana mungkin orang
menggaji sedemikian rendahnya pada seorang gadis yang menarik dan berprestasi seperti Anda"'
"'Prestasi saya, sir, mungkin tak setinggi yang Anda bayangkan," kata saya. 'Saya hanya bisa
sedikit bahasa Prancis, Jerman, musik, dan menggambar...'
"'Wah, wah!' teriaknya. 'Bukan itu maksud saya. Maksud saya ialah apakah Anda memiliki
penampilan seorang wanita terhormat atau tidak. Begitulah singkatnya. Kalau tidak, berarti Anda tak
cocok untuk pekerjaan ini, karena Anda akan mengajar seorang anak yang suatu saat nanti akan jadi
orang penting di negeri ini. Tapi kalau Anda memenuhi syarat itu, pasti siapa pun akan mau membayar
Anda tak kurang dari tiga digit. Gaji Anda di tempat saya, madam, akan mulai dengan seratus pound
setahunnya.' "Anda bisa bayangkan, Mr. Holmes, betapa tawaran itu kedengarannya tak masuk akal bagi
saya yang sedang kesulitan uang ini. Melihat kekagetan saya, pria itu lalu membuka sebuah
buku kecil dan menuliskan sesuatu.
"'Adalah kebiasaan saya pula,' katanya sambil tersenyum dengan amat ramah, sehingga mata
nya yang sipit hanya tinggal dua garis yang bersinar-sinar di antara garis-garis wajahnya yang putih,
'untuk membayar separo gaji di muka, supaya bisa dipakai untuk membayar transpor dan membeli
6 pakaian.' "Rasanya belum pernah saya bertemu dengan pria seramah dan sebaik dia. Karena ada beberapa
tagihan yang belum saya bayar, maka sistern pembayaran di muka seperti ini akan sangat menolong
saya. Tapi saya merasa ada sesuatu yang ganjil dari transaksi ini, sehingga saya lalu mengajukan
beberapa pertanyaan sebelum menyatakan persetujuan saya.
"'Boleh saya tahu di mana Anda tinggal, sir"' kata saya.
"'Di daerah pedesaan Hampshire yang indah. Nama tempat kami Copper Beeches, kira-kira
delapan kilometer dari Winchester. Daerah itu betul-betul indah, Nona manis, dan rumah kami adalah
rumah kuno yang sangat menyenangkan.'
"'Dan, apa tugas saya, sir"'
"'Ada seorang anak anak kecil berumur enam tahun. Oh, coba kalau Anda melihat bagaimana
dia membunuh kacoak dengan sandal. Plak! Plak! Plak! Tiga kecoak langsung terkapar dalam sekejap
mata!' Dia menyandar di kursinya sambil tertawa, hingga matanya kembali menghilang, berubah
menjadi dua garis tipis. "Saya kaget juga mendengar tingkah anak itu, tapi tawa sang ayah membuat saya berpikir
bahwa dia cuma bergurau. "'Jadi tugas utama saya,' tanya saya, 'adalah mengajar seorang anak"'
"'Bukan, bukan. B ukan itu yang utama, bukan itu yang utama, Nona manis,' teriaknya. 'Tugas
Anda, mestinya sudah Anda duga sebelumnya, adalah menuruti perintah-perintah kecil yang diberikan
oleh istri saya. Maksud saya tentunya tugas-tugas yang pantas dilakukan oleh seorang gadis terhormat.
Tak sulit, kan"' "Tentu saja saya senang kalau bisa membantu istri Anda.'
"'Baik. Dalam hal berpakaian, misalnya. Kami ini agak aneh dalam selera berpakaian tapi
kami baik hati, lho. Kalau Anda diminta untuk mengenakan pakaian tertentu, tentunya Anda tak
keberatan, bukan"' "'Tidak,' jawab saya, walaupun saya terkejut mendengar perkataannya.
7 "'Juga kalau kami minta Anda duduk-duduk di tempat tertentu"'
"'Oh, tidak.' "'Atau kalau kami minta agar Anda memotong pendek rambut Anda sebelum mulai bekerja di
tempat kami"' "Saya hampir-hampir tak percaya pada apa yang baru saja saya dengar. Mungkin Anda pun
telah memperhatikan, Mr. Holmes, bahwa rambut saya agak istimewa, karena warnanya yang coklat
kemerah-merahan. Banyak yang mengagumi rambut saya. Tak bisa saya bayangkan saya akan rela
mengorbankannya dengan begitu saja.
"'Maaf, itu tak mungkin,' kata saya. Pria itu sedang mengamati saya dengan amat penasaran.
Matanya menyipit, lalu saya melihat ada kabut melintas di wajahnya setelah mendengar kata-kata saya.
"'Wah, padahal itu amat penting,' katanya. 'Masalahnya, istri saya suka berkhayal yang tidak-tidak, biasakan wanita begitu, dan bukankah khayalan wanita tidak boleh diabaikan begitu saja" Jadi,
Anda keberatan memotong rambut Anda"'
"'Ya, sir. Saya benar-benar tak bisa melakukan itu,' jawab saya dengan tegas.
"'Ah, ya, sudahlah. Sayang, karena Anda sebenarnya sangat cocok untuk pekerjaan ini. Kalau
begitu, Miss Stoper, lebih baik kita lanjutkan dengan yang lainnya saja.'
"Selama pembicaraan kami, wanita pimpinan biro ini sibuk sendiri dengan kertas-kertasnya dan
tak sepatah kata pun diucapkannya kepada kami. Kini, dia menatap saya dengan amat jengkel, sehingga
saya jadi curiga jangan-jangan penolakan saya telah menjadikannya kehilangan komisi yang cukup
besar. "'Apakah nama Anda masih perlu didaftarkan lagi"' tanyanya.
"'Ya, Miss Stoper.' "'Yah, apakah tidak percuma saja. Ada tawaran pekerjaan yang begitu baiknya saja, Anda tolak!'
katanya dengan ketus. 'Jangan harap kami akan bisa menawarkan pekerjaan dengan kondisi sebaik itu
lagi. Selamat siang, Miss Hunter.' Dia lalu memukul gong yang terletak di mejanya, dan saya pun
diantarkan keluar oleh penjaga pintu.
8 "Yah, Mr. Holmes, ketika saya pulang ke tempat kos dan menyadari bahwa saya tak punya uang
lagi, sedangkan masih ada dua atau tiga tagihan yang tergeletak di meja saya, saya mulai bertanya-tanya pada diri sendiri, tidakkah keputusan saya itu bodoh sekali" Mereka memang orang aneh dan
meminta orang lain untuk mematuhi perintah-perintah mereka yang aneh, tapi mereka kan bersedia
membayar mahal untuk keeksentrikan mereka itu" Tak banyak orang berani membayar seratus pound
setahun untuk seorang guru les privat. Lagi pula, apa gunanya rambut saya ini" Bukankah banyak
wanita malah tampil lebih cantik dengan rambut pendek" Siapa tahu saya pun demikian" Keesokan
harinya, saya mulai menjadi ragu-ragu, dan besoknya lagi saya malah sudah merasa yakin bahwa saya
telah berbuat kesalahan. Saya hampir saja memberanikan diri untuk kembali ke biro penyalur untuk
menanyakan apakah lowongan itu masih terbuka, tapi saya lalu menerima sepucuk surat dari pria itu.
Ini suratnya, biar saya bacakan untuk Anda:
Copper Beeches, Winchester
Miss Hunter yang terhormat,
Miss Stoper memberitahukan alamat Anda kepada saya, dan saya menulis surat ini untuk
menanyakan apakah Anda bersedia mempertimbangkan kembali tawaran pekerjaan dari kami.
Istri saya sangat ingin bertemu dengan Anda, karena dia tertarik pada penjelasan saya. Kami
akan menaikkan pembayaran kami menjadi tiga puluh pound per tiga bulan, atau 120 pound
per tahun, karena mungkin ada hal-hal yang kurang berkenan di hati Anda yang kami minta
Anda untuk melakukannya. Tak terlalu macam-macam, sebenarnya. Istri saya suka warna biru
terang yang khas, dan Anda diminta un
tuk mengenakan baju berwarna itu selama pagi hari di
rumah kami. Tapi Anda tak perlu susah-susah membeli baju seperti itu, karena kami masih
punya satu, milik Alice, anak perempuan kami yang kini berada di Philadelphia, dan rasanya
pas untuk Anda. Lalu mengenai tugas untuk duduk di tempat-tempat tertentu, atau melakukan
sesuatu yang kami perintahkan, pastilah Anda tak keberatan. Mengenai rambut Anda, sayang
sekali, karena saya pun mengakui betapa indahnya rambut Anda itu, tapi hal ini mutlak, dan
saya hanya bisa berharap semoga kenaikan gaji yang kami tawarkan akan cukup
menggantikan kerugian Anda dalam hal ini. Tugas Anda, sehubungan dengan anak kami yang
kecil, sangatlah ringan. Nah, silakan datang ke tempat kami, dan saya akan menjemput Anda di
Winchester. Harap memberi kabar, Anda mau naik kereta api yang jam berapa"
9 Hormat saya, JEPHRO RUCASTLE "Demikianlah surat yang baru saya
terima, Mr. Holmes, dan saya sudah
berkeputusan untuk menerima tawaran itu.
Tapi saya merasa perlu untuk meminta
pertimbangan Anda sebelum saya
mengambil langkah terakhir."
"Yah, Miss Hunter, kalau sudah
demikian keputusan Anda, tak ada masalah
lagi, kan"" kata Holmes sambil tersenyum.
"Apakah Anda takkan menyarankan
agar saya menolak tawaran itu""
"Terus terang, seandainya saya punya adik perempuan, saya takkan mengizinkannya bekerja di
tempat seperti itu."
"Apa maksud Anda, Mr. Holmes""
"Ah, tapi saya tak punya data. Saya tak bisa mengatakan apa-apa. Bagaimana pendapat Anda
sendiri"" "Yah, kesan saya Mr. Rucastle ini nampaknya orang yang sangat baik dan sopan. Apakah tidak
mungkin bahwa istrinyalah yang tidak waras, tapi dia ingin menyembunyikan hal itu karena tak ingin
istrinya dirawat di rumah sakit jiwa" Lalu dia menuruti semua khayalan istrinya agar dia tidak kumat""
"Bisa jadi begitu. Sejauh ini, itulah penjelasan yang paling masuk akal. Tapi bagaimanapun
juga, rupanya rumah itu bukan tempat yang aman bagi seorang gadis untuk bekerja dan tinggal."
"Tapi bayarannya, Mr. Holmes, bayarannya!"
"Yah. memang benar, bayarannya tinggi amat tinggi, malah. Justru inilah yang mengganggu
pikiran saya. Mengapa dia bersedia membayar Anda 120 pound setahun, padahal sebenarnya Anda mau
dibayar sepertiganya saja" Pasti ada maksud lain di balik kesediaannya itu."
10 "Saya rasa, nanti kalau saya sudah bekerja di sana, saya akan mengirim kabar kepada Anda


Sherlock Holmes - Petualangan Sherlock Holmes di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tentang keadaan saya. Dan saya akan merasa lega kalau saya tahu bahwa Anda bersedia menolong saya
sewaktu-waktu ada masalah."
"Oh, saya jamin itu. Saya yakin masalah Anda ini lebih menarik dibanding kasus-kasus lain
yang saya tangani selama beberapa bulan terakhir ini. Ada hal-hal yang terselubung. Kalau Anda
merasa ragu-ragu atau menghadapi bahaya..."
"Bahaya! Bahaya apa yang Anda bayangkan""
Holmes menggeleng dengan serius. "Kalau saya tahu, sudah bukan bahaya lagi namanya."
katanya. "Tapi, silakan mengirim telegram, dan saya akan siap membantu Anda kapan saja, tak peduli
siang atau malam" "Baiklah, kalau begitu." Dengan sigap gadis itu bangkit dari kursinya, wajahnya sudah tak
cemas lagi. "Saya akan berangkat ke Hampshire dengan perasaan lega sekarang. Saya akan segera
mengirim kabar pada Mr. Rucastle, memotong rambut saya nanti malam, dan berangkat ke Winchester
besok pagi." Dia mengucapkan terima kasih pada Holmes, lalu permisi pulang.
"Setidak-tidaknya," kataku ketika langkah-langkah kaki gadis itu yang mantap dan cekatan
terdengar menjauh menuruni tangga, "nampaknya gadis itu bisa menjaga diri."
"Dia memang harus menjaga diri dengan baik," kata Holmes dengan serius. "Aku yakin kita
akan menerima surat darinya tak lama lagi."
Dugaan temanku ternyata benar. Dua minggu berlalu, dan pikiranku selalu melayang pada nasib
gadis itu. Aku terus bertanya tanya pada diriku sendiri, pengalaman aneh apa yang sedang dialaminya"
Bayaran yang amat tinggi, syarat-syarat yang aneh, pekerjaan yang ringan, semua ini tidak wajar
adanya. Cuma sekadar ketidakwajaran ataukah ada rencana jahat di balik semua itu" Pria itu, apakah
dia seorang dermawan ataukah seorang bajingan" Aku benar-benar tak mampu menjelaskannya.
Sedangkan Holmes, dia sering duduk termenung selama setengah jam dengan alisnya dikerutkan dan
terbuai dalam lamunannya. Tapi dia selalu menghindar sambil melambaikan tangannya ke udara kalau
aku menyebut-nyebut tentang gadis itu kepadanya. "Mana datanya" Data! Data!" teriaknya dengan
sengit. "Aku tak mungkin membuat bata tanpa tanah liat." Tapi toh, dia lalu akan menggumam bahwa
kalau saja dia punya adik perempuan, takkan pernah diizinkannya sang adik bekerja di tempat seperti
11 itu. Akhirnya, kami menerima sepucuk telegram pada suatu malam yang telah larut. Saat itu aku
baru saja mau pergi tidur, dan Holmes sedang asyik dengan riset kimianya. Kalau dia sedang asyik
membungkuk di depan tabung percobaannya seperti itu, dia biasanya akan tahan se-malam suntuk.
Dibukanya amplop kuning itu, dan dibacanya isi pesan di dalamya. Lalu di serahkannya telegram itu
padaku. "Coba cek jadwal kereta api di Bradshaw," katanya. Lalu dia kembali menekuni penyelidikan
kimianya. Berita telegram itu cukup singkat dan amat mendesak kedengarannya.
Tolong datang ke Hotel Black Swan di Winchester besok pada tengah hari. Jangan sampai
tidak datang! Saya sedang kebingungan.
HUNTER "Kau mau ikut"" tanya Holmes sambil mengangkat muka dari tabung percobaannya.
"Tentu." "Kalau begitu coba periksa jadwalnya."
"Ada kereta jam setengah sepuluh," kataku sambil meneliti Bradshaw-ku. "Tiba di Winchester
jam 11.30." "Bagus. Nah, lebih baik kutunda saja analisis aseton ini, karena kita perlu menjaga kondisi
untuk besok." Pada jam sebelas keesokan harinya, kami sudah dalam perjalanan menuju bekas ibu kota
Kerajaan Inggris itu. Sejak kereta api berangkat, Holmes asyik membaca koran-koran pagi, tapi setelah
melewati perbatasan Hampshire, dia menaruh koran-koran itu ke samping dan mulai menikmati
pemandangan. Saat itu sedang musim semi, langit berwarna biru terang dengan beberapa awan putih
yang berarak dari barat menuju ke timur. Matahari bersinar cerah, tapi angin yang bertiup masih terasa
cukup menggetarkan karena dinginnya. Sepanjang daerah pedesaan itu, sampai ke barisan bukit-bukit
di Aldershot, atap-atap rumah pertanian berwarna kemerahan dan keabu-abuan menyembul di tengah-tengah pepohonan yang menghijau.
12 "Segar dan indah sekali, ya"" teriakku dengan antusias karena aku terbiasa dengan
pemandangan yang membosankan di daerah Baker Street yang penuh kabut.
Tapi Holmes menggeleng dengan serius.
"Tahu tidak, Watson," katanya, "payah juga punya otak seperti otakku ini. Soalnya, segala
sesuatu kupandang dari sudut keahlian khususku. Ketika melihat rumah-rumah itu, kau terkesan oleh
keindahannya. Kalau aku sebaliknya. Melihat rumah-rumah itu, pikiranku langsung mengatakan betapa
terisolirnya mereka, dan betapa bebasnya tindak kejahatan bisa dilakukan di sini."
"Astaga!" seruku. "Mana ada tindak kejahatan di
tempat permukiman kuno yang indah ini""
"Pemandangan semacam ini selalu menimbulkan
rasa ngeri padaku. Aku yakin, Watson, berdasarkan
pengalaman, bahwa di tempat-tempat yang paling
kumuh di London pun, tindak kejahatannya tak
semengerikan yang terjadi di daerah pedesaan yang
indah." "Kau menakut-nakuti aku saja."
"Tapi alasannya jelas. Di kota besar, ada publik
yang ikut menghakimi kalaupun hukum tak
menjangkau suatu tempat. Tetangga akan segera tahu,
misalnya, kalau ada seorang anak yang menjerit-jerit
karena dianiaya, atau kalau ada pemabuk yang sedang
mengamuk dan memukuli seseorang. Kalau ada yang berani melapor, hukum segera bertindak. Tapi,
coba lihat rumah-rumah yang sunyi ini, yang masing-masing mempunyai halaman sendiri yang luas,
dan penghuninya tak begitu tahu tentang hukum. Coba pikirkan kemungkinan terjadinya tindak-tindak
kekejaman dan kejahatan yang tersembunyi di situ, yang mungkin terus berlanjut selama ini tanpa
diketahui orang luar. Kalau saja gadis klien kita ini bekerja di Winchester, aku takkan menguatirkan
keadaannya. Tapi, tempat kerjanya delapan kilometer dari situ, dan di daerah pedesaan lagi, wah,
bahaya! Walaupun demikian, nampaknya bukan dirinya yang terancam."
13 "Ya, karena dia diperbolehkan pergi ke Winchester, sehingg
a bisa menemui kita."
"Begitulah, dia cukup mendapatkan kebebasan."
"Lalu, apa kira-kira masalahnya, ya" Tak bisakah kau menjelaskannya"'
"Aku punya tujuh penjelasan yang saling berlainan, masing-masing berdasarkan hal-hal yang
kita ketahui sejauh ini. Tapi mana yang benar akan ditentukan oleh informasi baru yang pasti sudah
menunggu kita. Yah, itu menara Katedral. Tak lama lagi kita akan mendengarkan kisah Miss Hunter."
Hotel Black Swan adalah sebuah hotel yang cukup besar yang terletak di High Street, tak jauh
dari stasiun. Ketika kami sampai di sana, wanita muda itu sudah menunggu. Dia juga sudah memesan
ruangan khusus untuk pertemuan ini, dan hidangan makan siang pun sudah siap di meja.
"Saya senang sekali Anda bisa datang,"
katanya dengan sungguh-sungguh. "Anda baik
sekali, sungguh, saya sedang amat kebingungan tak
tahu harus berbuat apa. Nasihat Anda akan sangat
berarti bagi saya." "Silakan ceritakan apa yang telah terjadi
pada Anda." "Segera akan saya lakukan, karena waktu
saya tak banyak. Saya berjanji pada Mr. Rucastle
untuk kembali sebelum jam tiga. Saya berhasil
minta izin darinya tadi pagi, tapi dia tak tahu untuk
apa kepergian saya ini."
"Mari kita dengarkan urutan kejadiannya."
Holmes menyelonjorkan kakinya yang kurus dan panjang ke arah perapian, dan siap untuk
mendengarkan. "Pertama-tama, saya harus mengakui bahwa secara keseluruhan, perlakuan Mr. dan Mrs.
Rucastle kepada saya cukup baik. Tapi saya masih tetap tak dapat mengerti mereka, dan pikiran saya
terus terganggu karenanya."
14 "Apa yang tak dapat Anda mengerti""
"Alasan kelakuan mereka. Coba dengarkan apa yang telah terjadi. Ketika saya tiba, Mr.
Rucastle menjemput saya di sini, dan kami berangkat ke Copper Beeches bersama-sama naik kereta
kuda. Seperti yang pernah dikatakannya, rumahnya terletak di daerah pedesaan yang indah. Tapi rumah
itu sendiri sebenarnya tak menyenangkan, karena berupa bangunan segi empat berwarna putih yang
sudah agak kotor dan pengap karena dimakan usia dan cuaca. Sekelilingnya ada halaman, lalu hutan di
ketiga sisinya. Halaman depannya menurun dan membelok tajam ke arah jalan raya yang menuju
Southampton, berjarak kira-kira seratus meter dari pintu masuk. Seluruh bagian tanah di depan rumah
itu milik Mr. Rucastle, tapi hutan di kiri-kanan dan di belakang rumah itu milik Lord Southerton.
Sederetan pohon berwarna tembaga berjejer tepat di depan ruang tamu. Itulah sebabnya rumah itu
diberi nama Copper Beeches, sesuai dengan nama pohon itu.
"Saya dibawa ke situ oleh majikan saya yang ramah itu, dan malam harinya saya diperkenalkan
kepada istri dan anak lelakinya. Apa yang pernah kita bayangkan sewaktu kita omong-omong di Baker
Street tentang istri Mr. Rucastle ternyata keliru sama sekali. Mrs. Rucastle tidak gila. Malah orangnya
pendiam, wajahnya pucat, dan jauh lebih muda dari suaminya. Saya rasa, umurnya belum sampai tiga
puluh tahun. Sedangkan suaminya sudah lebih dan empat puluh lima tahun. Dari percakapan mereka,
saya tahu bahwa mereka telah menikah selama tujuh tahun, dan pada waktu itu Mr. Rucastle adalah
seorang duda dengan satu anak perempuan dari istrinya terdahulu. Gadis itu sekarang berada di
Philadelphia. Waktu istrinya sudah pergi, Mr. Rucastle menjelaskan pada saya secara pribadi bahwa
anak gadisnya tak begitu menyukai ibu tirinya itu. Putri Mr. Rucastle umurnya sekitar dua puluhan, jadi
saya bisa memaklumi keengganannya mempunyai ibu tiri yang masih muda itu.
"Mrs. Rucastle nampaknya tak begitu hebat, baik penampilannya maupun kecerdasannya. Saya
tak bisa menyimpulkan apakah saya menyukai dia atau tidak. Biasa-biasa saja, begitulah. Jelas sekali
bahwa dia amat mencintai suami dan anak tunggalnya. Matanya yang keabu-abuan itu terus-menerus
memperhatikan keduanya, siap melayani apa pun yang mereka butuhkan. Suaminya juga bersikap baik
kepadanya dengan caranya yang agak berlebihan. Secara umum, mereka nampaknya pasangan yang
berbahagia. Tapi, wanita ini menyimpan derita yang tersembunyi. Dia sering melamun dengan wajah
sedih. Lebih dari sekali, saya terkejut karena mendapatinya sedang menangis. Kadang-kadang saya
berpikir, mungkin kelakuan anak lelakinya itulah yang membuatnya sedih, karena belum pernah saya
15 melihat anak yang sedemikian manja dan nakalnya. Tubuhnya kecil untuk anak seusianya, tapi
kepalanya besar sekali, sehingga rasanya tak seimbang. Sepanjang hari dia menghabiskan waktu
dengan berkelakuan liar atau merengek-rengek. Dia senang sekali menyakiti binatang-binatang kecil
yang lemah, dan dia cekatan sekali kalau menangkap tikus, burung, dan serangga. Tapi sebaiknya saya
tak usah menceritakan hal ini, Mr. Holmes, karena tak ada hubungannya dengan masalah saya."
"Saya senang mendengar detail-detail macam apa pun," komentar temanku, "walaupun menurut
Anda nampaknya tak ada hubungannya dengan masalah Anda."
"Saya akan berusaha untuk memaparkan semua hal yang penting. Hal yang tak menyenangkan
di rumah itu yang langsung mengejutkan saya ialah tingkah laku para pelayannya. Hanya ada dua
pelayan, seorang pria dan istrinya. Pria berambut dan berkumis putih itu bernama Toller. Orangnya
kasar, tak tahu adat, dan peminum. Dua kali sejak saya tinggal di sana, saya memergokinya dalam
keadaan teler karena kebanyakan menenggak minuman keras.
Tapi Mr. Rucastle nampaknya tak memperhatikan hal itu. Istri pelayan itu amat jangkung dan
kuat. Wajahnya selalu masam, pendiam seperti nyonya rumahnya, dan tak begitu ramah. Pasangan itu
keduanya tak menyenangkan. Untunglah saya lebih banyak menghabiskan waktu di kamar anak dan
kamar saya sendiri, yang saling bersebelahan di salah satu sudut rumah itu.
"Selama dua hari sejak kedatangan saya ke Copper Beeches, saya hidup dengan tenang. Pada
hari ketiga, Mrs. Rucastle turun dari kamarnya di lantai atas dan membisikkan sesuatu kepada
suaminya. "'Oh, ya,' kata Mr. Rucastle sambil menoleh ke arah saya, 'kami sangat berterima kasih karena
Anda bersedia memotong rambut Anda, Miss Hunter. Dan ternyata itu tak mengganggu penampilan
Anda. Kami sekarang ingin agar Anda mengenakan gaun berwarna biru terang itu. Sudah kami siapkan
di tempat tidur Anda, dan kami akan sangat berterima kasih kalau Anda bersedia mengenakannya.'
"Gaun yang saya temukan warnanya biru aneh. Bahannya bagus, tapi sudah bekas, dan ternyata
pas sekali di tubuh saya seolah-olah memang sudah diukur untuk saya. Mr. dan Mrs. Rucasde sangat
puas melihat penampilan saya dengan gaun itu. Mereka menunggu saya di ruang tamu yang amat luas,
karena terbentang dari ujung yang satu sampai ke ujung lainnya pada bagian depan rumah itu. Ada tiga
jendela besar yang sampai ke lantai panjangnya. Sebuah kursi ditaruh di dekat jendela yang tengah,
16 membelakangi jendela itu. Di situlah saya diminta untuk duduk, lalu Mr. Rucastle mulai menceritakan
kisah yang lucu-lucu sambil berjalan mondar-mandir di bagian lain ruang tamu itu. Dia lucu sekali, dan
saya pun tertawa-tawa sampai kelelahan. Tapi Mrs. Rucastle nampaknya tak punya rasa humor, karena
tak sedikit pun dia tersenyum, melainkan hanya duduk saja dengan tenang sambil menaruh tangannya
di pangkuannya. Wajahnya bahkan memancarkan kesedihan dan kecemasan. Setelah kira-kira satu jam
lamanya, tiba-tiba Mr. Rucastle berkata bahwa sudah waktunya bagi saya untuk melanjutkan pekerjaan
saya, dan saya diperbolehkan untuk berganti pakaian sebelum bergabung dengan si kecil Edward di
kamar anak. "Dua hari kemudian, adegan ini berulang lagi,
persis seperti sebelumnya. Saya harus berganti pakaian,
duduk di dekat jendela, dan terbahak-bahak
mendengarkan kisah-kisah lucu yang diceritakan oleh
majikan saya dengan begitu andalnya. Lalu dia
menyerahkan sebuah novel bersampul kuning, dan
dipindahkannya kursi tempat duduk saya agak ke
pinggir supaya bayangan saya tak menutupi buku itu.
Lalu dimintanya saya membacakan novel itu dengan
keras kepadanya. Saya membaca selama kira-kira
sepuluh menit, mulai di bagian tengah, dan tiba-tiba
ketika kalimat yang saya baca belum selesai, dia
menyuruh saya untuk berhenti dan menukar pakaian
saya. "Anda pun pasti bisa membayangkan, Mr. Holmes,
betapa penasarannya diri saya. Untuk apa adegan yang aneh ini" Saya perhatikan bahwa mereka benar-benar menjaga supaya saya tak menoleh k
e belakang. Rasa ingin tahu saya semakin terbakar... ada apa
sebenarnya di belakang saya itu" Mulanya rasanya saya tak mungkin bisa tahu, tapi saya lalu mendapat
akal. Kaca tangan saya jatuh dan pecah berkeping-keping. Saya lalu mengambil satu keping pecahan
kaca itu dan menyembunyikannya di dalam saputangan saya. Pada kesempatan lain ketika acara aneh
itu dilakukan lagi, dan ketika saya sedang tertawa terbahak-bahak, saya menaikkan saputangan saya,
17 dan dengan sedikit akal saya berhasil melihat ke belakang saya. Saya kecewa, karena tak ada apa-apa
di sana. "Paling tidak, begitulah kesan saya untuk pertama kalinya. Tapi, ketika saya menengok ke kaca
itu untuk kedua kalinya, saya melihat ada seorang pemuda berdiri di jalan raya, seorang pemuda kecil
berjanggut yang mengenakan jas abu-abu. Dia nampaknya sedang melihat ke arah saya. Jalan raya itu
cukup ramai, dan biasanya banyak orang lalu-lalang. Tapi pemuda ini bersandar pada jeruji besi yang
memagari halaman rumah dan sedang memperhatikan dengan saksama. Saya lalu menurunkan
saputangan saya, dan ketika saya menengok ke arah Mrs. Rucastle, dia sedang menatap saya dengan
pandangan yang sangat menyelidik. Dia tak berkata apa-apa, tapi saya yakin dia tahu bahwa saya
menyembunyikan kaca di dalam saputangan saya untuk melihat ke belakang. Seketika itu juga dia
langsung berdiri. "'Jephro,' katanya, 'ada pemuda kurang ajar di jalanan yang memperhatikan Miss Hunter.'
"'Teman Anda, Miss Hunter"' tanya majikan saya.
"'Tidak, saya tak punya kenalan di sekitar sini.' .
"'Wah! Kurang ajar sekali! Silakan membalikkan badan, dan beri tanda supaya dia pergi.'
"'Apakah tak lebih baik dibiarkan saja"'
"'Jangan, jangan, nanti dia akan berlama-lama bersandar di situ. Silakan membalikkan badan,
dan lambaikan tangan Anda untuk mengusirnya, nih, seperti ini.'
'Saya ikuti perintah mereka, dan pada saat bersamaan nyonya rumah saya menurunkan kerai
jendela. Ini terjadi minggu yang lalu, dan sejak itu acara duduk di dekat jendela tak pernah dilakukan
lagi. Saya juga tak pernah lagi diminta untuk memakai gaun biru itu, atau melihat pemuda di jalan raya
itu." "Silakan dilanjutkan," kata Holmes. "Kisah Anda sangat menarik."
"Anda mungkin akan merasa bahwa kisah berikut ini tak ada hubungannya dengan yang sudah
saya ceritakan pada hari pertama saya berada di Copper Beeches, Mr. Rucastle mengajak saya ke
bangunan kecil yang terletak dekat pintu dapur. Ketika kami mendekati tempat itu, saya mendengar
gemerencing rantai, dan suara seekor binatang besar yang sedang mondar-mandir.
18 "'Lihatlah ke dalam sini!' kata Mr. Rucastle sambil menunjuk ke sebuah celah di antara dua
batang kayu. 'Bagus, ya"'
"Saya mengintip, dan terlihatlah dua mata yang menyala-nyala milik seekor binatang, apa itu
saya tak begitu jelas, yang sedang meringkuk dalam kegelapan.
"'Jangan takut,' kata tuan rumah saya sambil tertawa melihat keterkejutan saya. Itu si Carlo,
anjing-penjaga rumah ini. Dia milik saya, tapi hanya si tua Toller, pelayan yang juga merawat kuda-kuda saya itu, yang berani mendekatinya. Kami memberinya makan sehari sekali tak terlalu banyak
memang, supaya dia tetap gesit. Toller melepaskannya kalau malam hari, dan tak seorang pun berani
mendekati halaman kami kalau melihatnya. Jadi saya peringatkan Anda, jangan pernah coba-coba
untuk keluar rumah pada malam hari, karena nyawa Anda taruhannya.'
"Peringatan itu tak main-main. Dua malam berikutnya saya kebetulan sempat melongok dari
jendela saya pada jam dua fajar. Malam itu bulan bersinar di angkasa, dan halaman di depan rumah
bermandikan cahaya keperakan dan terang benderang bagaikan siang hari. Ketika saya sedang berdiri
sambil mengagumi keindahan pemandangan itu, saya lalu menyadari bahwa ada sesuatu yang bergerak-gerak di bawah bayangan pepohonan di depan ruang tamu. Kemudian sesuatu itu terlihat jelas karena
dia bergerak ke tempat yang diterangi sinar bulan. Ternyata makhluk itu adalah seekor anjing raksasa,
sebesar anak sapi, bulunya berwarna coklat kekuningan, rahangnya menggelantung, moncongnya
hitam, serta tulangnya besar dan menonjol. Binatang itu berj
alan pelan-pelan menyeberangi halaman
dan menghilang di bagian lain halaman yang luas itu. Binatang yang mengerikan itu membuat jantung
saya amat berdebar-debar. Bahkan kalau saya waktu itu memergoki pencuri, tak akan saya merasa
sengeri itu.

Sherlock Holmes - Petualangan Sherlock Holmes di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dan sekarang, saya akan menceritakan pengalaman saya yang sangat aneh. Sebagaimana Anda
ketahui, saya telah memotong rambut saya di London, dan potongan rambut itu saya simpan di bagian
paling bawah koper saya. Pada suatu malam, ketika anak asuhan saya sudah tidur, saya mulai tertarik
untuk memperhatikan semua perabotan di dalam kamar saya, serta bermaksud membenahi beberapa
barang bawaan saya. Ada sebuah lemari berlaci yang sudah kuno. Dua laci paling atas kosong dan bisa
dibuka, tapi yang bawah dikunci. Saya menaruh barang-barang saya pada kedua laci yang terbuka itu,
tapi ternyata tak cukup untuk semuanya. Saya pun jadi penasaran ingin membuka laci yang ketiga.
Mungkin saja tuan dan nyonya rumah saya lupa membuka laci yang seharusnya diperuntukkan bagi
19 barang-barang saya ini. Saya lalu mencoba membukanya dengan kunci-kunci yang saya miliki. Dan
langsung berhasil pada upaya pertama. Laci itu cuma berisi satu macam barang, tapi saya yakin Anda
takkan menduga barang apa itu. Yang ada di situ adalah potongan rambut saya.
"Saya ambil potongan rambut itu dan saya
amati baik warna mau pun ketebalannya persis
sama. Tapi rasanya tak mungkin. Bagaimana bisa
potongan rambut saya berada di dalam laci yang
terkunci itu" Dengan tangan gemetar saya bongkar
koper saya, semua isinya saya keluarkan, dan saya
cari-cari potongan rambut yang saya taruh di bagian
paling bawah. Ternyata masih ada di situ. Lalu saya
bandingkan dengan yang saya dapatkan dari laci
tadi. Ternyata keduanya persis sama. Aneh, bukan"
Saya betul-betul bingung... saya tak bisa mengerti
apakah artinya semua ini. Saya kembalikan rambut
aneh itu ke dalam laci seperti semula, dan saya tak
mengatakan apa-apa kepada tuan dan nyonya rumah, karena saya merasa bersalah telah membuka laci
yang terkunci itu. "Saya ini kalau mengamati apa-apa selalu cermat dan teliti, Mr. Holmes. Dalam sekejap, seluruh
bagian rumah itu telah saya hafal. Ada satu bagian rumah di lantai atas yang nampaknya tak dihuni
sama sekali. Pintunya berhadapan dengan pintu kamar Mr. dan Mrs. Toller, dan selalu dalam keadaan
terkunci. Tapi suatu hari ketika saya sedang menaiki tangga, saya lihat Mr. Rucastle keluar dari pintu
itu dengan membawa beberapa kunci di tangannya. Air mukanya sangat berbeda dengan pria peramah
yang saya kenal sebelumnya. Pipinya merah, alisnya mengerut karena menahan amarah dan urat-urat di
dahinya menonjol dengan jelas. Dia mengunci pintu itu, dan berjalan melewati saya tanpa memandang
saya atau berkata sepatah pun.
"Saya jadi penasaran, maka ketika keesokan harinya saya berjalan-jalan di halaman dengan
anak didik saya, saya memakai kesempatan ini untuk mengajaknya menuju ke bagian rumah yang tak
dihuni itu. Saya lihat ada empat jendela berderetan di bagian itu. Tiga di antaranya agak kotor, dan
20 satunya terpalang. Benar-benar tak terawat. Ketika saya mondar-mandir di sekitar situ, sambil sesekali
menoleh ke jendela-jendela itu, tiba-tiba Mr. Rucastle keluar dari rumah dan menuju ke arah saya.
Wajahnya sudah kembali ramah dan menyenangkan.
"'Ah!' katanya. 'Maaf, kemarin saya telah berbuat kasar dengan berjalan melewati Anda tanpa
menegur, Nona manis. Waktu itu saya sedang pusing dengan urusan bisnis saya.'
"Saya meyakinkannya bahwa saya sama sekali tak tersinggung atas sikapnya itu. 'Omong-omong,' kata saya, 'nampaknya ada kamar-kamar yang tak dihuni di atas sana, dan salah satu
jendelanya terpalang.' "'Salah satu hobi saya adalah memotret,' katanya. 'Kamar itu saya pakai sebagai ruang gelap.
Tapi, wah! Anda ini benar-benar gadis yang serba ingin tahu. Siapa yang menduga" Siapa pernah
menduga"' Nada bicaranya bergurau, tapi matanya yang menatap saya dengan tajam tak sedang
bergurau. Lebih tepat kalau dikatakan bahwa mata itu memancarkan kecurigaan dan rasa tak suka,
bukan gurauan. "Yah, Mr. Holmes, sejak saat itulah saya menyadari bahw
a ada sesuatu di bagian rumah di
atas itu yang tak boleh saya ketahui. Saya malah bertekad untuk menyelidikinya. Saya bukan
sekadar ingin tahu saja, tapi saya merasa ada dorongan kewajiban rasanya akan ada manfaatnya kalau
saya bisa masuk ke tempat itu. Saya pernah dengar tentang naluri seorang wanita; ya, mungkin itulah
yang saya rasakan. Pokoknya dorongan itu ada, dan saya mencari kesempatan agar bisa masuk melalui
pintu terlarang itu. % "Kesempatan itu tiba kemarin. Ternyata yang keluar-masuk ruangan itu bukan cuma Mr.
Rucastle, tapi Mr. dan Mrs. Toller juga. Suatu kali, saya melihat Mr. Toller membawa tas kain hitam
yang besar masuk ke ruangan itu. Akhir-akhir ini dia sering minum-minum sampai mabuk, begitu pula
kemarin malam. Ketika saya naik ke atas, ternyata kunci pintu itu tergantung di sana. Rupanya Toller
lupa mencabutnya. Mr. dan Mrs. Rucastle sedang berada di lantai bawah, dan anak asuhan saya juga
sedang bersama mereka, sehingga kesempatan itu benar-benar tak boleh saya lewatkan. Pelan-pelan
saya putar kunci itu, lalu pintunya saya buka, dan saya pun menyelinap masuk.
21 "Ada lorong sempit di depan saya, dindingnya tak berlapis, dan lantainya tak berkarpet. Lorong
ini membelok ke kanan di ujungnya. Setelah membelok, saya melihat ada tiga pintu yang berjejer. Pintu
pertama dan ketiga bisa dibuka, dan ruangan-ruangannya pun kosong dan penuh debu. Pada ruangan-
pertama terdapat dua jendela, sedang pada ruangan ketiga hanya terdapat satu jendela. Dalam
keremangan cahaya malam hari, nampak dengan jelas debu di ruangan itu amat tebal. Pintu yang kedua
dipalang dengan batang besi yang salah satu ujungnya diikatkan ke sebuah lingkaran di tembok, sedang
ujung satunya lagi diikat erat dengan tali yang tebal. Pintunya terkunci, dan kuncinya tak ada di situ.
Pintu yang terpalang erat ini jelas menuju ke kamar yang jendelanya terpalang yang saya lihat dari luar
kemarin, tapi sekilas saya bisa melihat adanya seberkas cahaya dari lantai di bawah pintu itu, jadi
kamar ini tidak dalam kegelapan sama sekali. Pasti cahaya itu masuk dari atap kaca. Ketika saya
sedang berdiri di lorong sambil menatap pintu yang aneh itu dan bertanya-tanya pada diri sendiri
rahasia apa yang terselubung di dalamnya, tiba-tiba saya mendengar suara langkah orang di dalam
ruangan yang terkunci itu, dan dari celah di bawah pintu, nampaklah bayangarmya mondar-mandir di
dalam sana. Saya langsung menjadi sangat ketakutan
melihat bayangan itu, Mr. Holmes. Tiba-tiba saya tak
dapat mengontrol diri saya lagi, dan saya lalu berbalik
dan berlari berlari secepat mungkin, seolah-olah ada
tangan mengerikan yang sedang mengejar di belakang
saya dan sedang berusaha menarik bagian bawah gaun
saya. Saya berlari sepanjang lorong itu, dan menubruk
Mr. Rucastle yang sedang berdiri di luar pintu masuk
ke bagian rumah itu. "'Jadi,' katanya sambil tersenyum, 'ternyata Andalah
yang ada di dalam situ. Sudah saya duga, begitu saya
lihat pintu ini terbuka.'
"'Oh, saya takut sekali!' teriak saya, terengah-engah.
"'Nona manis! Nona manis!' Sikapnya sangat
lembut dan menenangkan. 'Apa yang telah
22 menakutkan Anda, Nona manis"'
"Tapi suaranya terdengar agak aneh. Dia terlalu melebih-lebihkan sikapnya. Saya sadar bahwa
saya perlu waspada terhadap kemungkinan-kemungkinan yang tak menguntungkan diri saya.
"'Bodoh sekali saya telah masuk ke kamar kosong itu,' jawab saya. 'Tapi kamar itu begitu sunyi
dan menakutkan dalam cahaya yang cuma remang-remang, sehingga saya ketakutan dan lari keluar.
Oh, benar-benar mengerikan di dalam sana!'
"Cuma begitu"' katanya sambil menatap saya dengan penuh rasa ingin tahu.
"'Kenapa, memangnya. Apa yang Anda bayangkan"' tanya saya.
"'Menurut Anda, kenapa saya kunci pintu ini"'
"'Saya tak tahu.' "'Agar orang yang tak berkepentingan tak perlu masuk ke sana. Mengerti"' Dia masih tersenyum
ramah. "'Ya. Kalau saja saya tahu...'
"'Nah, sekarang Anda tahu. Dan kalau Anda berani melangkahkan kaki ke sana lagi '
senyumnya menghilang ketika dia mengucapkan itu, berubah menjadi seringai kemarahan, dan dia
menatap saya dengan wajah seperti setan 'akan saya lemp
arkan Anda ke kandang si Carlo.'
"Saya menjadi begitu ketakutan, sehingga saya tak ingat lagi apa yang saya lakukan kemudian.
Mungkin saya langsung berlari meninggalkannya dan segera masuk ke kamar saya. Saya tak ingat apa-apa lagi sampai ketika tersadar, saya sedang berbaring dengan seluruh badan saya gemetaran di tempat
tidur saya. Lalu saya teringat pada Anda, Mr. Holmes. Saya benar-benar membutuhkan nasihat Anda. Saya
sekarang selalu dihantui rasa takut, takut pada rumah itu, takut pada tuan dan nyonya rumahnya, takut
pada para pelayan, dan bahkan takut pada anak asuhan saya. Mereka semua tampak mengerikan bagi
saya. Kalau saja Anda bisa menemani saya, saya akan merasa aman. Memang saya bisa saja segera
minggat dari rumah itu, tapi rasanya kok masih penasaran. Malam itu juga, saya lalu menyelinap keluar
rumah untuk mengirim kabar kepada Anda. Saya pergi ke kantor telegrap yang jaraknya sekitar satu
kilometer dari rumah itu. Ketika kembali dari sana, saya merasa agak tenang. Tapi saya lalu merasa
23 ragu-ragu ketika mendekati pintu masuk rumah itu, jangan-jangan anjing raksasa itu sudah dilepas di
halaman. Namun saya kemudian ingat bahwa Toller sedang dalam keadaan mabuk, sehingga dia
mungkin lupa melepaskan anjing itu. Hanya dia yang berani dekat-dekat pada anjing yang mengerikan
itu. Begitulah, saya berhasil masuk lagi dengan selamat, dan tak bisa langsung tidur karena sangat ingin
bertemu dengan Anda. Pagi tadi, saya tak mengalami kesulitan ketika minta izin untuk pergi ke
Winchester, tapi saya harus kembali sebelum jam tiga, karena Mr. dan Mrs. Rucastle hendak pergi
mengunjungi seseorang malam nanti. Jadi, saya harus menjaga anaknya. Nah, begitulah petualangan
saya, Mr. Holmes, dan saya harap Anda bisa menjelaskan apa artinya semua itu, dan yang lebih penting
lagi, menyarankan apa yang harus saya lakukan."
Kami berdua terpana mendengar kisah yang luar biasa ini. Temanku lalu berdiri, dan berjalan
mondar-mandir di ruangan itu. Kedua tangannya dimasukkannya ke saku celananya, wajahnya sangat
serius. "Apakah Toller masih dalam keadaan mabuk"" tanyanya.
"Ya. Saya tadi mendengar istrinya melapor kepada Mrs. Rucastle bahwa dia angkat tangan
terhadap suaminya itu."
"Bagus. Dan tuan serta nyonya rumah bepergian malam ini""
"Ya." "Apakah ada gudang bawah tanah yang bisa dikunci dengan kuat""
"Ada, gudang tempat penyimpanan anggur."
"Wah, Anda benar-benar gadis yang berani dan penuh akal, Miss Hunter. Bisakah Anda
melakukan sesuatu yang nekat lagi" Saya minta Anda berbuat ini karena saya tahu Anda gadis yang
luar biasa." "Akan saya coba. Apa yang harus saya lakukan""
"Kami, saya dan teman saya, akan berada di Copper Beeches pada jam tujuh malam. Pada saat
itu tuan dan nyonya rumah Anda pasti sudah berangkat, dan kami harap Toller sedang teler. Hanya
tinggal Mrs. Toller yang mungkin akan menjadi masalah bagi kita. Kalau Anda bisa mengajaknya ke
gudang itu, misalnya untuk mengambil sesuatu, lalu Anda menguncinya di dalam sana, itu akan sangat
24 menolong kami." "Akan saya lakukan."
"Bagus! Kita nanti akan menyelidiki masalah ini dengan saksama. Tentu saja hanya ada satu
penjelasan yang bisa diterima. Anda dibawa ke situ untuk berperan sebagai orang lain, dan orang itu
disekap di kamar atas. Ini jelas sekali. Dan siapa gerangan orang itu" Saya tak ragu lagi, dia pasti putri
tuan rumah Anda, Miss Alice Rucastle, yang kalau saya tak salah ingat, dikatakan sedang berada di
Amerika. Anda dipilih karena Anda sangat mirip dengannya. Ya tinggi badannya, ya bentuk tubuhnya,
ya warna rambutnya. Rambut gadis malang itu mungkin telah dipotong karena suatu penyakit yang
diidapnya, dan tentu saja rambut Anda pun perlu dipotong karenanya. Secara tak sengaja Anda
menemukan potongan rambutnya di laci. Pemuda di jalan raya itu pasti temannya mungkin
tunangannya dan karena Anda memakai gaun si gadis dan begitu mirip dengannya, dan ketika si
pemuda melihat Anda, Anda sedang terbahak bahak, maka dia lalu berkesimpulan bahwa Miss Rucastle
memang dalam keadaan bahagia dan tak lagi membutuhkan perhatiannya. Anjing itu dilepas pada
malam hari agar dia tak bisa berhubungan dengan gadisnya. Sejauh ini, begitulah penjelasannya. Hal
yang paling serius adalah tingkah laku anak kecil itu."
"Apa gerangan hubungannya dengan kasus ini"" aku tersentak.
"Sobatku Watson, kau seorang dokter, tentu kau tahu bahwa kecenderungan seorang anak dapat
terlihat dengan mengamati kedua orang tuanya. Nah, sebaliknya juga bisa. Aku sudah sering
mendapatkan pengetahuan tentang watak orangtua dari tingkah laku anaknya. Kelakuan anak ini benar-benar tak wajar, kejam, betul-betul kejam. Apakah dia mewarisinya dari ayahnya yang suka tersenyum,
sebagaimana kecurigaanku, ataukah dari ibunya, hal itu menunjukkan bahwa gadis yang mereka sekap
itu sering diperlakukan dengan kejam."
"Saya yakin Anda benar, Mr. Holmes," seru klien kami.
"Ada ribuan peristiwa yang dapat saya ingat, dan semuanya mendukung pendapat Anda. Oh,
cepat kita tolong gadis yang malang itu."
"Kita harus amat berhati-hati, karena kita berhadapan dengan orang yang sangat cerdik. Kita tak
bisa berbuat apa-apa sampai jam tujuh nanti. Pada saat itulah kami akan berada di rumah itu bersama
Anda, untuk kemudian memecahkan misteri ini."
25 Seperti yang direncanakan, kami tiba di Copper Beeches pada jam tujuh malam tepat. Kereta
yang kami sewa kami tinggalkan di sebuah kedai minuman di dekat situ. Deretan pepohonan dengan
daun berwarna gelap yang bersinar bagaikan logam yang menyala dalam cahaya matahari yang hampir
terbenam, cukup meyakinkan kami akan lokasi rumah itu, bahkan kalau Miss Hunter tak sedang berdiri
sambil tersenyum di depan pintu masuknya.
"Semua beres"" tanya Holmes.
Terdengar suara seseorang menggedor-gedor pintu dari suatu tempat di lantai bawah tanah.
"Itu suara Mrs. Toller di gudang bawah tanah," kata gadis itu. "Suaminya tergeletak
mendengkur di karpet dapur. Nih, kuncinya yang merupakan duplikat dari yang dipegang oleh Mr.
Rucastle." "Anda hebat sekali!" seru Holmes dengan penuh semangat. "Sekarang tunjukkanlah tempatnya,
dan akan segera kita akhiri urusan yang mengerikan ini."
Kami naik ke lantai atas, membuka kunci pintu ke bagian rumah yang tak dihuni itu, melewati
lorongnya, dan tibalah kami di pintu yang dipalang seperti yang digambarkan oleh Miss Hunter.
Holmes memotong tali pengikat pintu itu dan mengangkat palang besinya. Lalu dia mencoba membuka
pintu itu dengan kunci-kunci yang dibawanya, tapi tak ada yang cocok. Tak terdengar suara sedikit pun
dari dalam, dan karenanya wajah Holmes menjadi agak prihatin.
"Semoga kita tak terlambat," katanya. "Saya rasa, Miss Hunter, sebaiknya Anda tak usah ikut
masuk ke kamar itu. Sekarang, Watson, doronglah pintu ini dengan bahumu sampai terbuka."
Pintu itu sudah tua dan lapuk, dan tak memerlukan banyak tenaga untuk membukanya dengan
paksa. Kami lalu berlari masuk ke kamar itu. Ternyata kamar itu kosong. Tak ada satu perabot pun di
dalam situ, kecuali tempat tidur yang dilengkapi dengan kasur jerami, meja kecil, dan sekeranjang
pakaian. Atap kaca di atas terbuka, dan orang yang disekap di situ sudah tak ada lagi.
"Telah terjadi tindak kejahatan di sini," kata Holmes. "Bajingan itu telah mencium rencana Miss
Hunter, lalu segera memindahkan tawanannya."
"Tapi bagaimana caranya""
"Lewat atap kaca itu. Kita akan segera tahu bagaimana dia melakukannya." Dia meloncat ke
26 atap kamar itu. "Ah, ya," serunya. "Ini tangga yang dipakainya tadi. Jadi dari sinilah dia mengambil
tawanannya." "Tapi, tak mungkin," kata Miss Hunter. "Tangga itu tak ada di situ waktu Mr. dan Mrs. Rucastle
berangkat." "Dia kembali lagi untuk melaksanakan rencananya. Dengar, dia orang yang cerdik dan
berbahaya. Saya tak heran kalau langkah-langkah kakinyalah yang sekarang sedang menaiki tangga.
Kurasa, Watson, sebaiknya kau siapkan pistolmu."
Kata-kata Holmes baru saja berakhir,
ketika seorang pria yang sangat gemuk
muncul di pintu kamar itu. Dia membawa
tongkat pemukul di tangannya. Miss Hunter
menjerit dan merapatkan tubuhnya ke
dinding kamar ketika melihatnya, tapi
Sherlock Holmes langsung menyerbu ke
depan dan berdiri di hadapan pria itu.
"Kau, bajingan," hardik temanku, "di
mana putrimu"" Pria gemuk itu menyebarkan pandangannya ke seluruh kamar, lalu ke atap kaca di atas yang
terbuka. "Akulah yang seharusnya menanyakan hal itu!" teriaknya. "Pencuri! Mata-mata dan pencuri!
Kalian tertangkap basah sekarang! Akan kuhajar kalian. Dia berbalik dan berlari menuruni tangga
secepat mungkin. "Dia akan melepaskan anjingnya!" teriak Miss Hunter.
"Pistol saya sudah siap," kataku.
"Lebih baik pintu depan itu kau tutup," teriak Holmes, dan kami pun berlari bersama menuruni
tangga. Kami belum sampai ke ruang tamu, ketika kami mendengar raungan anjing, lalu jeritan
mengerikan yang amat menyayat hati. Seorang pria tua yang wajahnya merah padam dan tangannya
27 gemetaran berjalan terhuyung-huyung dari pintu samping.
"Ya, Tuhan!" teriaknya. "Seseorang telah melepaskan anjing itu. Sudah dua hari dia tak diberi
makan. Cepat, cepat, atau kita terlambat!"
Aku dan Holmes berlari keluar,
dan membelok ke samping rumah itu.
Toller mengikuti kami di belakang. Di
situlah kami melihat makhluk buas
yang kelaparan itu, moncongnya yang
hitam menghunjam ke leher Rucastle,
sementara pria itu menjerit-jerit dan
tubuhnya menggeliat-geliat kesakitan.
Sambil berlari kutembak kepala
binatang itu, dan tubuhnya lalu jatuh ke samping. Taring-taringnya yang putih masih menancap di leher


Sherlock Holmes - Petualangan Sherlock Holmes di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Rucastle. Dengan susah payah kami memisahkan mereka, lalu menggotong pria itu ke dalam rumah.
Dia masih hidup, tapi terluka parah. Kami membaringkannya di sofa ruang tamu, dan setelah menyuruh
Toller, yang kini sudah tak mabuk lagi, untuk mengabarkan kejadian ini pada Mrs. Rucastle, aku pun
berusaha mengobatinya semampu mungkin. Kami berdiri di sekeliling orang yang sedang sekarat itu.
Tiba-tiba, seorang wanita tinggi besar memasuki ruangan.
"Mrs. Toller!" seru Miss Hunter.
"Ya, miss. Mr. Rucastle telah melepaskan saya ketika dia pulang tadi sebelum dia naik ke atas
menemui kalian. Ah, miss, sayang sekali Anda tak memberitahu saya tentang rencana ini, karena saya
pasti akan memberitahukan bahwa semua upaya Anda ini akan sia-sia belaka."
"Ha!" kata Holmes sambil menatap wanita itu dengan tajam. "Jelas, bahwa Mrs. Toller lebih
banyak tahu tentang semua ini dibanding orang lain."
"Ya, sir, dan saya bersedia menceritakan kepada Anda semua yang saya ketahui."
"Kalau begitu, silakan duduk, supaya kami bisa mendengar penuturan Anda. Saya akui masih
ada beberapa hal yang tidak saya ketahui."
"Segalanya akan segera menjadi jelas," katanya. "Pasti sudah sejak tadi saya ceritakan, kalau
28 saja saya tak disekap di gudang bawah tanah itu. Kalau masalah ini sampai dibawa ke pengadilan,
ingatlah bahwa saya berpihak pada Anda, dan juga bahwa saya adalah teman Miss Alice.
"Dia tak pernah merasa bahagia, Miss Alice itu, sejak ayahnya menikah lagi. Dia tersisihkan
begitu saja, tapi dia tak pernah berkata apa-apa. Dan sejak dia berkenalan dengan Mr. Fowler di rumah
temannya, timbullah masalah. Setahu saya, Miss Alice punya hak waris, tapi dia gadis yang amat
pendiam dan penyabar sehingga dia tak pernah menanyakan tentang hal warisan itu dan
mempercayakan semuanya ke tangan Mr. Rucastle. Sikapnya ini sangat melegakan ayahnya. Tapi
ketika dilihatnya kemungkinan bahwa putrinya akan segera menikah, dia tahu sang calon suami
pastilah akan menuntutkan warisan yang menjadi hak calon istrinya. Maka dia pun mencoba untuk
menggagalkan rencana pernikahan itu. Dia meminta putrinya menandatangani surat perjanjian yang
menyatakan bahwa baik dia masih single ataupun sudah menikah, ayahnya berhak memakai uang
warisannya. Ketika putrinya menolak melakukan hal itu, dia terus menakut-nakutinya, sampai gadis itu
menderita radang otak. Selama enam minggu dia terbaring sekarat. Lalu keadaannya membaik, tapi dia
masih sangat lemah dan tak bersemangat hidup lagi, serta rambutnya telah dipotong oleh ayahnya.
Namun semua itu tak membuat kekasihnya meninggalkannya. Mr. Fowler tetap berusaha
menjumpainya. Pemuda hebat, dia itu."
"Ah," kata Holmes, "masalahnya sudah jelas sekarang. Selanjutnya bisa saya simpulkan sendiri.
Mr. Rucastle lalu menyekap gadis itu, kan""
"Ya, sir." "Kemudian mempekerjakan Miss Hunter dari Lond
on ini untuk mengelabui Mr. Fowler."
"Begitulah, sir."
"Tapi Mr. Fowler yang memiliki ketabahan hati bak pelaut itu mengawasi rumah ini terus-menerus, lalu berhasil menemui Anda. Dia meyakinkan Anda bahwa Anda pun mempunyai niat yang
sama dengannya, begitukah""
"Mr. Fowler pemuda yang amat baik dan murah hati," kata Mrs. Toller dengan tenang.
"Lalu dia minta agar Anda membuat mabuk suami Anda, dan memasang tangga begitu majikan
Anda pergi." 29 "Anda sudah tahu apa yang terjadi, sir."
"Kami perlu minta maaf kepada Anda, Mrs. Toller," kata Holmes. "Terima kasih Anda telah
menjelaskan hal-hal yang selama ini menjadi teka-teki bagi kami. Nah, dokter setempat dan Mrs.
Rucastle telah tiba. Kurasa, Watson, sebaiknya kita menemani Miss Hunter pulang ke Winchester,
karena kehadiran kita di sini mungkin tak ada gunanya lagi."
Begitulah akhir dari misteri rumah seram yang berhiaskan pohon-pohon copper beeches di
depan pintu masuknya. Mr. Rucastle berhasil sembuh dari luka-lukanya, tapi sejak itu semangat
hidupnya sangat lemah, dan berada dalam perawatan penuh istrinya yang setia. Mereka tetap tinggal
bersama kedua pelayannya itu, yang mungkin sudah tahu banyak tentang riwayatnya, sehingga dia
merasa berat untuk mengusir mereka. Mr. Fowler dan Miss Rucastle menikah dengan surat nikah
khusus di Southampton, sehari setelah mereka melarikan diri. Mr. Fowler kini bertugas di Kepulauan
Mauritius sebagai pejabat pemerintah. Yang membuatku kecewa ialah sikap temanku Holmes terhadap
Miss Violet Hunter. Dia tak berminat melanjutkan hubungannya dengan gadis itu setelah kasus ini
berakhir. Miss Hunter kini menjabat sebagai pimpinan sebuah sekolah swasta di Walsall. Kurasa
hidupnya cukup sukses. SEKIAN tamat Harimau Mendekam Naga Sembunyi 10 Pendekar Naga Putih 28 Laba Laba Hitam Hati Yang Terberkahi 18
^