Ritual Keluarga Musgrave 1
Sherlock Holmes - Ritual Keluarga Musgrave Bagian 1
Memoar Sherlock Holmes RITUAL KELUARGA MUSGRAVE Download Ebook Jar Lainnya Di
http://mobiku.tk http://inzomnia.wapka.mobi
SALAH satu keunikan sifat temanku Sherlock Holmes yang sering mencengangkan diriku
adalah kenyataan bahwa walaupun cara berpikir dan berpakaiannya sangat rapi dan serba teratur, dia
mempunyai kebiasaan kebiasaan yang kacau balau yang sangat mengganggu orang yang tinggal
serumah dengannya. Itu tak berarti bahwa aku sangat kaku dalam hal-hal seperti itu. Kesukaanku akan
gaya hidup Bohemia yang serba seenaknya, ditambah dengan pengalamanku di Afganistan dulu,
membuatku jadi tak begitu ketat berdisiplin sebagaimana layaknya seorang dokter. Tapi itu pun ada
batasnya. Aku benar-benar merasa jauh lebih baik kalau dibandingkan dengan seseorang yang
menyimpan cerutunya di ember arang, tembakaunya di ujung sandal Persia-nya yang melengkung, dan
yang sampai tak sempat membalas surat-surat karena surat-surat itu diselipkannya di lipatan gantungan
di atas perapian. Aku juga pernah latihan menembak, dan biasanya dilakukan di tempat terbuka, tapi
Holmes aneh sekali dalam hal ini. Kalau lagi "kumat" dia duduk di kursi malas sambil tangannya
mengacungkan pistol mininya ke dinding di depannya. Lalu dia mulai memuntahkan peluru, dan
terbentuklah tulisan V.R. di tembok itu. Menurutku, itu bukan hal yang baik untuk dilakukan.
Kamar-kamar kami selalu penuh zat-zat kimia dan guntingan-guntingan berita kejahatan yang
berhamburan di semua tempat. Bisa saja ditemukan di atas kaleng mentega, atau bahkan di tempat-tempat yang tidak lazim lainnya. Tapi yang paling membuatku jengkel ialah berkas-berkas laporannya.
Dia tak berani menghancurkan dokumen-dokumennya, khususnya yang berhubungan dengan kasus-kasus yang ditanganinya di masa lalu. Namun dia tak suka mengurus dokumen dokumennya itu. Hanya
setahun atau dua tahun sekali dia mengemasi kertas-kertas catatannya itu. Seperti pernah kukatakan dia
itu menggebu-gebu kalau sedang menangani suatu kasus, tapi setelah itu dia berubah jadi manusia
pemalas yang kerjanya cuma berbaring santai ditemani biola dan buku, hampir-hampir tak pernah
bergerak kecuali berjalan dengan malas dari sofa ke meja. Begitulah, dari bulan ke bulan dokumennya
menumpuk hingga memenuhi setiap sudut ruangan. Tak ada yang boleh membakar atau membuangnya
kecuali si pemilik sendiri.
Pada suatu malam di mnsim dingin ketika kami berdua sedang duduk di depan perapian dan
kulihat dia telah selesai menempelkan kliping, aku menyarankan bagaimana kalau dia membenahi
2 berkas-berkasnya agar ruangan kami nampak lebih rapi. Dia tak bisa mengingkari apa yang telah
mengganggu diriku, dan dengan wajah yang agak jengkel dia lalu masuk ke kamar tidurnya. Sekejap
kemudian dia keluar lagi dengan menarik sebuah kotak besar. Ditaruhnya kotak ini di tengah ruangan,
dan setelah membuka gerendelnya, ditariknya penutup kotak itu. Di dalamnya terdapat bundelan berkas
yang masing-masing dipisahkan dengan pengikat berwarna merah dan memenuhi sepertiga dari kotak
itu sendiri. "Di dalam sini ada cukup banyak kasus, Watson,"
katanya sambil menatapku dengan nakal. "Kurasa
kalau kau sempat mempelajari berkas-berkas ini,
kau tak akan memintaku untuk menimbunkan
berkas-berkas lain ke atasnya. Sebaliknya, kau pasti
malah akan memintaku untuk mengeluarkannya."
"Apakah ini berkas berkas dari kasus-kasus
awalmu"" tanyaku. "Aku memang sering berharap
dapat mencatat kasus-kasus itu."
"Betul, sobat, semua kasus yang tercatat dalam
bundel di kotak itu kutangani sebelum aku bertemu
dengan penulis yang dengan setia membuat namaku
terkenal." Diangkatnya berkas itu bundel demi
bundel dengan amat hati-hati. "Tak semuanya berhasil, Watson," katanya, "tapi di antaranya ada yang
sangat menarik perhatian. Nih, berkas-berkas kasus pembunuhan di Tarleton, kasus Vamberry, si
pedagang anggur, kasus petualangan seorang wanita tua Rusia, kasus tongkat penyangga yang terbuat
dari aluminium, lalu kasus Ricoletti yang berkaki bengkok dan istrinya yang mengerikan. Dan yang
ini... ah, ini kasus yang benar-benar unik."
Diselipkan tangannya ke dasar kotak itu, dan dikeluarkannya sebuah kotak kayu kecil yang
mirip tempat menyimpan mainan anak-anak. Dari dalam kotak itu dikeluarkannya secarik kertas yang
lusuh, sebuah kunci kuningan yang model kuno, sepotong kayu dengan segelondong benang yang
menempel, dan tiga baja yang sudah karatan.
3 "Well, sobatku, apa pendapatmu tentang barang-barang ini"" tanyanya sambil tersenyum
melihat kebingungan yang terpancar dari wajahku.
"Koleksi yang aneh."
"Sangat aneh, bahkan. Dan kisah sehubungan dengan barang-barang itu malah lebih aneh lagi."
"Jadi barang-barang ini ada sejarahnya""
"Mereka justru adalah sejarah."
"Apa maksudmu""
Sherlock Holmes mengangkat barang-barang itu satu per satu dan menaruhnya di pinggir meja.
Dia lalu kembali duduk di kursinya dan dipandangnya barang-barang itu dengan tatapan yang meman
carkan kepuasan. "Barang-barang ini," katanya, "merupakan kenang-kenangan yang kudapatkan dari kasus Ritual
Keluarga Musgrave." Dia memang sudah pernah menyebutkan kasus itu beberapa kali, tapi aku belum berhasil
mendapatkan keterangan yang rinci darinya.
"Aku akan merasa gembira," kataku, "kalau kau bersedia menceritakan kisah itu kepadaku."
"Kalau begitu aku tak perlu membereskan berkas-berkas ini dulu"" teriaknya dengan licik.
"Sedikit kurang rapi tak terlalu mengganggumukan, Watson" Aku senang kalau kau mau memasukkan
kisah ini dalam tulisanmu, karena ada beberapa hal unik di dalamnya yang membuat kasus ini lebih
menonjol dibandingkan kasus kejahatan lain di negeri mana pun. Koleksi prestasiku tak akan lengkap
tanpa menyebutkan kasus yang satu ini.
"Kau mungkin masih ingat kasus Gloria Scott, dan bagaimana percakapan yang terjadi antara
diriku dengan lelaki tua bernasib malang, sebagaimana telah kukisahkan kepadamu, itulah yang
mendorongku untuk mulai menekuni profesi kedetektifan yang kini menjadi mata pencaharianku. Kau
melihat diriku kini sebagai orang yang telah terkenal. Masyarakat maupun pihak kepolisian mengakui
kemampuanku dan tanpa ragu-ragu meminta bantuanku bila mereka menghadapi jalan buntu. Bahkan
pada awal perkenalanmu dengan diriku, yaitu ketika aku sedang menangani kasus yang lalu kau
publikasikan dengan judul A Study in Scarlet, aku sudah mempunyai jaringan kerja yang cukup luas
4 walaupun belum begitu banyak menghasilkan uang. Kau pasti tak begitu menyadari betapa sulit dan
lamanya bagiku untuk meraih keberhasilan dalam profesiku.
"Ketika aku hijrah ke London, aku menyewa kamar di Montague Street, tak jauh dari British
Museum. Di sanalah aku menunggu kesempatan untuk membuktikan kemampuanku, mengisi waktu
luangku yang berlebihan dengan mempelajari macam-macam cabang ilmu pengetahuan yang
menurutku akan bermanfaat bagi profesiku. Sekali-sekali aku mendapat klien, sebagian besar atas
rekomendasi mantan teman-teman kuliahku, sebab pada tahun-tahun terakhirku di universitas memang
kemampuanku banyak dibicarakan orang. Kasus ketiga yang kutangani adalah Ritual Keluarga
Musgrave ini. Kasus unik ini akhirnya menjadi buah bibir, terutama karena nilai sejarahnya tinggi.
Sejak itulah karierku semakin menanjak.
"Reginald Musgrave adalah teman sekuliahku, dan aku sempat berkenalan dengannya. Dia tak
begitu populer karena orang-orang menganggapnya angkuh. Tapi menurutku, keangkuhannya itu justru
untuk menutupi sifatnya yang sangat pemalu. Dari luar, penampilannya sangat mengesankan, benar-benar seorang bangsawan tulen. Badannya kurus, hidungnya mancung matanya lebar, dan gayanya
sopan dan lembut. Dia memang keturunan salah satu keluarga kerajaan yang sudah sangat tua,
walaupun nenek moyangnya bukanlah putra pertama keluarga itu. Pada abad keenam belas, keluarga
moyangnya itu memisahkan diri dari keluarga Musgrave lainnya yang tinggal di daerah utara Inggris,
lalu menetap di bagian barat Sussex. Tempat tinggal mereka yang bernama Istana Hurlstone mungkin
merupakan satu-satunya bangunan kuno yang masih dihuni di daerah itu. Ciri-ciri daerah kelahirannya
masih menempel pada dirinya, dan setiap kali aku memandang wajahnya yang pucat dan tegar atau
sikap kepalanya, aku jadi teringat pada lor
ong-lorong kusam, jendela-jendela berukir, dan segala
macam peninggalan agung dari bangunan kuno bekas bangsawan masa lalu. Pernah sekali dua kali
kami bercakap-cakap, dan aku teringat bahwa dia sangat tertarik pada metode penyelidikan dan
pengambilan kesimpulanku.
"Selama empat tahun aku tak mendengar kabar tentang dirinya, sampai pada suatu pagi dia
mengunjungiku di kamar kontrakanku di Montague Street. Dia hampir tak berubah, pakaiannya modis
dia memang agak pesolek dan sikapnya masih tetap halus dan sopan seperti dulu.
'"Bagaimana kabarmu selama ini, Musgrave"' tanyaku setelah kami berjabat tangan dengan
hangat. 5 "'Kau mungkin telah mendengar tentang
kematian ayahku yang malang,' katanya. 'Dia mati
terhanyut kira-kira dua tahun yang lalu. Setelah
itu, tentu saja akulah yang bertanggung jawab
mengelola Hurlstone, dan karena aku juga aparat
pemerintah di daerah itu, maka aku jadi sangat
sibuk. Nah, Holmes, kudengar kau telah
mempraktekkan kemampuanmu yang dulu sempat
mengherankan kami.' "'Ya,' kataku, 'aku hidup dengan akalku
sekarang.' '"Bagus, karena saat ini aku sangat
memerlukan nasihatmu. Akhir-akhir ini telah
terjadi beberapa hal yang aneh di Hurlstone, dan polisi tak berhasil memecahkannya. Benar-benar
sangat aneh dan tak bisa dijelaskan.'
"Kau bisa membayangkan betapa penasarannya diriku mendengar hal ini, Watson, karena sudah
berbulan-bulan aku tak mendapat kesempatan untuk menangani sebuah kasus dan aku merasa sudah tak
tahan lagi. Jauh di lubuk hatiku aku percaya bahwa aku akan bisa berhasil walaupun orang lain tidak,
dan saat itu aku mendapat kesempatan untuk membuktikan kemampuanku.
"'Mengapa tak langsung dilanjutkan dengan rincian kisahnya"' teriakku dengan tak sabar.
"Reginald Musgrave duduk di hadapanku dan menyulut rokok yang kutawarkan kepadanya.
"'Kau harus tahu,' katanya, 'bahwa walaupun aku masih bujangan, jumlah pelayanku di
Hurlstone cukup banyak, karena tempat kuno itu semrawut sekali keadaannya dan perlu banyak tenaga
untuk merawatnya. Aku juga punya hutan pribadi, dan pada musim burung teman-temanku biasa
berkumpul untuk berburu. Begitulah seluruhnya ada delapan pelayan wanita, tukang masak, kepala
pelayan, dua penjaga pintu, dan seorang bocah pesuruh. Masih ditambah dengan staf yang merawat
kebun dan kandang kuda. "'Dari semua pelayanku ini yang paling lama bekerja di tempatku adalah Brunton, si kepala
6 pelayan. Sebelum diterima bekerja oleh ayahku dia pernah menjabat sebagai kepala sekolah, tapi oleh
sesuatu sebab dia dikeluarkan. Dia orang yang rajin dan menyenangkan, serta amat berguna di rumah
kami. Tubuhnya bagus dan wajahnya tampan, dengan dahi lebar, dan walaupun dia sudah bekerja di
tempat kami selama dua puluh tahun, saat ini usianya baru kira-kira empat puluh. Dengan kelebihan-kelebihannya dia juga bisa berbicara dalam beberapa bahasa dan bisa memainkan hampir semua alat
musik maka agak mengherankan juga mengapa dia merasa puas dengan jabatannya di rumah kami itu
untuk sekian lamanya. Menurutku, dia mungkin sudah merasa nyaman dan tak ingin buang-buang
tenaga untuk berpindah pekerjaan. Siapa pun yang pernah bertamu ke rumah kami, pasti akan terkesan
oleh kehebatan si kepala pelayan itu
"'Tapi orang yang serba hebat ini punya satu kelemahan. Dia suka main wanita. Tentu kau bisa
mengerti bahwa pria semacam dia pasti tak sulit untuk main-main asmara begitu di daerah kami yang
sepi. "'Ketika dia menikah, semua petualangannya berakhir. Tapi dia lalu menjadi duda, dan mulailah
dia berulah lagi sampai membuat pusing semua orang di rumah. Beberapa bulan yang lalu kami melihat
gelagat bahwa dia nampaknya akan menikah lagi. Hal ini membuat kami lega. Dia bertunangan dengan
Rachel Howells, salah satu pelayan wanita kami. Tapi ternyata dia meninggalkan gadis itu begitu saja,
lalu ganti pacaran dengan Janet Tregellis, putri pengawas hutan. Rachel gadis yang baik, tapi
temperamennya sangat mudah terganggu sebagaimana umumnya orang yang berasal dari daerah Wales.
Sejak ditinggalkan oleh Brunton, dia terserang radang otak dan sampai sekarang tepatnya sampai
kemarin kerjanya seharian hanya mondar-mandir di sekitar rumah kami, tanpa ingat lagi siapa
dirinya. Itulah musibah pertama di Hurlstone. Tapi tak lama kemudian kami telah melupakan kejadian
itu karena perhatian kami tercurah kepada kejadian berikutnya, yaitu dipecatnya Brunton gara-gara
perbuatannya yang amat memalukan.
"'Begini kisahnya. Tadi sudah kukatakan bahwa Brunton ini orangnya cerdas, tapi justru
kecerdasannya inilah yang telah menghancurkannya, karena dia nampaknya menjadi serba ingin tahu
akan hal-hal yang tak bersangkutan dengan dirinya. Aku tak pernah menyadari hal ini sampai mataku
ter buka karena memergoki suatu peristiwa.
"'Tadi sudah kukatakan bahwa rumah kami itu agak semrawut. Suatu hari pada minggu yang
lalu tepatnya hari Kamis malam aku tak bisa tidur semalaman karena tanpa pikir telah minum kopi
7 kental sesudah makan malam. Aku membolak balik badan di tempat tidur sampai jam dua pagi.
Akhirnya karena merasa tak akan bisa memejamkan mata, aku lalu bangun dari tempat tidur dan
menyalakan lilin untuk melanjutkan membaca sebuah novel. Tapi buku itu tertinggal di ruang biliar.
Aku lalu mengenakan pakaian dengan maksud mau mengambil buku itu.
"'Untuk sampai ke ruangan biliar, aku harus menuruni tangga lalu menyeberangi koridor yang
menuju perpustakaan dan ruang senjata. Bisa kau bayangkan betapa terkejutnya aku, ketika melihat
cahaya dari ruang perpustakaan yang pintunya dalam keadaan terbuka. Seingatku, aku tadi sudah
memadamkan semua lampu dan menutup pintu perpustakaan itu sebelum masuk tidur. Tentu saja aku
langsung berpikir jangan-jangan ada pencuri yang masuk ke situ. Dinding-dinding koridor di Hurlstone
didekorasi dengan senjata-senjata kuno sebagai kenang-kenangan. Aku lalu menyambar sebuah kapak
yang tergantung di dekatku, menaruh lilin di lantai, lalu berjalan sambil berjinjit dan mengintip ke
dalam perpustakaan itu. '"Yang berada di dalam ternyata Brunton, si kepala
pelayan. Dia berpakaian lengkap dan sedang duduk di
kursi malas. Di lututnya terdapat sehelai kertas yang
nampaknya seperti peta, kepalanya terjulur ke depan
seolah sedang berpikir keras. Aku berdiri termangu-mangu
sambil menatapnya dari kegelapan. Tiba-tiba dia berdiri
dari tempat duduknya lalu berjalan menuju lemari di
sampingnya. Dibukanya kunci lemari itu, lalu ditariknya
salah satu lacinya. Dari laci itu diambilnya sehelai kertas,
kemudian dia kembali ke tempat duduknya. Ditaruhnya
kertas itu bersama peta yang tadi di ujung meja, lalu
dipelajarinya dengan amat saksama. Aku langsung naik
darah menyaksikan ada seseorang yang berani-beraninya
mempelajari dokumen keluarga kami dengan begitu
santainya. Aku lalu masuk dan ketika Brunton
mendongakkan kepalanya, dia melihatku sedang berdiri di
pintu. Dia langsung bangkit wajahnya memancarkan
8 ketakutan, dan dimasukkannya peta yang tadi dlpelajarinya ke dalam sakunya.
"'"Begitu, ya!" kataku. "Begini caramu
membalas kepercayaan yang kami berikan. Mulai besok
pagi, kau boleh angkat kaki dari rumah ini."
"'Dia membungkukkan badan dengan sikap
seseorang yang hancur luluh hidupnya, lalu menyelinap
melewatiku tanpa berkata sepatah pun. Lilin yang
dibawanya masih ada di meja, dan dari cahayanya aku
bisa melihat kertas apa yang telah diambil oleh Brunton
dari lemari. Yang membuatku terkejut ialah bahwa yang
diambilnya itu ternyata sama sekali bukan dokumen
penting, tapi cuma salinan serangkaian tanya jawab
sehubungan dengan Ritual Keluarga Musgrave yang
memang unik. Upacara yang menandai kedewasaan
seseorang ini harus dan telah dilakukan oleh setiap
keturunan Musgrave selama berabad-abad. Upacara ini
sifatnya sangat pribadi dan mungkin berarti bagi
seorang arkeolog, seperti warna-warni pada perabotan
atau larangan-larangan tertentu, tapi bagi orang awam
sebetulnya tak bermakna apa-apa.'
"'Kita akan kembali ke masalah kertas itu nanti,' kataku.
"'Baik, kalau menurutmu hal itu memang penting,' jawabnya dengan agak ragu. 'Tapi biarlah
aku menyelesaikan keteranganku dulu. Aku membuka lemari itu dengan kunci yang telah ditinggalkan
Brunt on dengan begitu saja, dan aku baru saja membalikkan badan untuk meninggalkan ruangan itu,
ketika aku dikejutkan dengan kehadiran kepala pelayan tadi yang kini sedang berdiri di hadapanku.
"'"Mr. Musgrave yang terhormat," teriaknya dengan penuh emosi, "saya tak akan mampu
menahan rasa malu, Tuan. Selama ini saya sangat bangga dengan reputasi saya, dan lebih baik saya
mati daripada harus menanggung malu. Anda akan sangat menyesal, Tuan sungguh kalau saya
9 sampai bunuh diri. Kalau Anda tak berkenan dengan apa yang telah saya lakukan, maka demi Tuhan,
berilah kesempatan kepada saya untuk mengajukan surat pengunduran diri dan saya akan
meninggalkan tempat ini dalam sebulan, seolah-olah memang atas permintaan saya. Mr. Musgrave,
saya tak mampu menanggung kalau saya harus dipermalukan di depan banyak orang yang selama ini
saya kenal dengan baik."
'""Kau tak layak mcndapatkan pertimbangan lebih lanjut, Brunton," jawabku, "Perbuatanmu
benar-benar menjijikkan. Tapi, mengingat kau sudah lama bekerja di sini, aku tak berniat untuk
mempermalukanmu di hadapan orang lain. Namun aku tak mau menunggu sampai sebulan; terlalu
lama. Kuberi waktu seminggu saja, dan silakan mempersiapkan alasan pengunduran dirimu "
"'"Hanya seminggu, Tuan"" teriaknya dengan putus asa. "Bagaimana kalau dua minggu
setujuilah paling sedikit dua minggu!"
Sherlock Holmes - Ritual Keluarga Musgrave di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"'"Seminggu," ulangku, "itu pun karena hatiku telah agak menjadi lunak terhadapmu."
"'Dia mengundurkan diri dengan menunduk benar-benar bagaikan seseorang yang hidupnya
hancur luluh. Aku lalu mematikan lilin dan kembali ke kamar tidurku.
"'Selama dua hari berikulnya, Brunton sangat rajin menjalankan tugasnya. Aku tak mengungkit-ungkit apa yang telah diperbuatnya dan menunggu dengan penasaran, alasan apa yang akan
dikemukakannya untuk menutupi rasa malunya. Tapi pada hari ketiga setelah itu, dia tak kelihatan.
Biasanya dia menerima perintah-perintah dariku untuk sehari itu setelah acara makan pagi. Ketika aku
keluar dari ruang makan aku bertemu dengan Rachel Howells, pelayan wanita mantan tunangan
Brunton. Tadi sudah kukatakan bahwa dia baru saja sembuh dari sakitnya, wajahnya sangat pucat
sehingga aku menegumya "'"Kau masih perlu istirahat," kataku. "Nanti kalau sudah agak kuat saja, barulah mulai bekerja
lagi." "'Dia menatapku dengan ekspresi yang sangat aneh sehingga aku merasa bahwa pikirannya pun
jadi terganggu karena sakit radang otaknya itu.
"'"Saya sudah cukup kuat, Mr. Musgrave," katanya.
"'"Biarlah dokter yang memutuskan," jawabku.
10 "'"Sekarang juga berhentilah bekerja, dan kalau kau pergi ke lantai bawah, tolong panggilkan
Brunton. "'"Kepala pelayan itu telah pergi," katanya.
"'"Pergi" Ke mana""
"'"Tak ada yang tahu ke mana dia pergi. Kamarnya kosong. Oh, ya, dia telah pergi... dia telah
pergi!" Gadis pelayan itu terjatuh ke belakang sambil tertawa terbahak-bahak. Aku ketakutan melihat
sikapnya yang tiba-tiba menjadi histeris. Aku berlari menekan bel untuk meminta pertolongan. Gadis
itu lalu dibawa ke kamarnya, masih dalam keadaan berteriak-teriak bercampur baur dengan tangisan,
sementara aku menanyakan tentang Brunton kepada seisi rumah. Tak diragukan lagi bahwa Brunton
telah kabur. Tempat tidurnya masih rapi, dan tak seorang pun melihatnya setelah dia masuk ke
kamarnya pada malam sebelumnya. Yang aneh adalah bagaimana caranya keluar dari rumah, sementara
semua pintu dan jendela terkunci dari dalam" Pakaian, jam tangan, dan bahkan uangnya masih ada di
kamarnya, tapi jas hitam yang biasa dikenakannya tak ada. Sandalnya juga lenyap, cuma sepatunya
yang tertinggal. Ke mana gerangan perginya si kepala pelayan Brunton semalam, dan apa yang terjadi
atas dirinya" "'Tentu saja kami lalu mencarinya ke setiap sudut rumah, tapi tak terlihat jejaknya. Seperti yang
sudah kukatakan, susunan ruangan di rumah kuno kami ini agak semrawut, khususnya bangunan utama
yang sekarang tak dihuni. Kami membongkar semua ruangan dan gudang, tapi sia-sia saja. Tak terlihat
sedikit pun jejak orang yang hilang itu. Aku jadi senewen memikirkan bagaimana mungkin dia
menghilang begitu saja tanpa membawa har
ta miliknya, dan di mana gerangan dia sekarang" Aku
menghubungi kepolisian setempat, tapi mereka pun tak berhasil melacaknya. Pada malam
menghilangnya itu hujan turun dan kami telah memeriksa jejak di halaman dan jalanan di luar rumah,
namun hasilnya nihil. Begitulah keadaannya, sampai kemudian menyusul sebuah perkembangan baru
yang menarik perhatian kami sehingga misteri hilangnya Brunton agak terkesampingkan.
"'Selama dua hari berturut-turut setelah itu, Rachel Howells kambuh lagi sakitnya, kadang-kadang suhu badannya menjadi tinggi sekali sampai dia menjeril-jerit histeris. Kami mempekerjakan
seorang suster untuk menungguinya pada malam hari. Pada malam ketiga setelah menghilangnya
Brunton, ketika suster melihat pasiennya tertidur pulas, dia pun lalu menjatuhkan diri di kursi malas,
11 dan tak lama kemudian tertidur pula. Ketika dia terjaga pada fajar buta keesokan harinya, didapatinya
tempat tidur pasiennya kosong, jendela kamar terbuka, dan pasiennya menghilang. Aku segera
dibangunkan, dan bersama kedua penjaga pintu, mulai mencari gadis yang hilang itu. Kami tak
mengalami kesulitan, karena kami menemukan jejaknya sejak dari bawah jendela kamarnya, lalu
menuju ke ujung danau di halaman, dekat jalanan berbatu yang menuju jalan raya. Danau itu dalamnya
dua setengah meter, dan dapat kaubayangkan betapa ngerinya perasaan kami melihat jejak gadis gila
yang malang itu berakhir di situ.
"'Tentu saja kami lalu langsung mengeruk danau itu, tapi mayat si gadis tak kami temukan.
Yang kami peroleh justru benda yang tak kami sangka-sangka, yaitu sebuah tas kain berisi sepotong
logam yang sudah karatan dan beberapa butir batu-batuan yang berwarna kusam. Hanya penemuan
aneh ini yang kami dapatkan dari dasar danau itu, dan walaupun kami sudah berusaha keras untuk
mencari gadis itu kemarin, sampai sekarang kami masih tak tahu bagaimana nasib Rachel Howells dan
Richard Brunton. Polisi wilayah juga sudah angkat tangan, maka aku lalu menemuimu untuk
mendapatkan pertolongan terakhir.'
"Coba bayangkan, Watson, betapa aku dipenuhi dengan rasa ingin tahu sementara aku
mendengarkan rentetan kisah yang luar biasa ini, sambil berusaha memilah-milah rinciannya untuk
dihubung-hubungkan satu sama lain.
"Kepala pelayan menghilang. Gadis pelayan itu juga menghilang. Gadis itu pernah mencintai
kepala pelayan, tapi lalu berubah membencinya. Dia berdarah Wales, bertemperamen panas, dan penuh
semangat. Dia merasa sangat gelisah ketika dia tahu kepala pelayan telah menghilang. Dia
melemparkan sebuah tas berisikan barang-barang aneh ke danau. Hal-hal ini perlu dipertimbangkan,
tapi tak ada satu pun yang mengarah ke inti permasalahannya. Dimulai dari manakah semua rentetan
perisitiwa ini" Itulah kunci pemecahan masalah yang rumit ini.
"'Aku perlu melihat dokumen itu, Musgrave,' kataku, 'dokumen yang begitu pentingnya bagi
kepala pelayanmu itu sampai sampai dia berani mengambil risiko kehilangan pekerjaannya '
"'Ritual keluarga kami ini sebenarnya agak tak masuk akal,' sahutnya. 'Tapi, karena sudah turun-temurun, apa boleh buat. Aku bawa salinan tanya-jawab itu kalau kau mau membacanya.'
"Dia menyerahkan kertas yang kini berada di hadapanmu Watson, dan beginilah ritual yang
12 harus dijalani oleh setiap keturunan Musgrave ketika dia sudah cukup umur untuk mewarisi harta
keluarga itu. Baiklah kubacakan untukmu:
"'Milik siapakah itu"
"'Milik dia yang telah tiada.
'"Siapa yang akan mewarisinya"
"'Dia yang berikutnya.
"'Pada bulan apa"
'"Bulan keenam. '"Di mana matahari"
"'Di atas pohon ek. '"Di mana bayangannya"
"'Di bawah pohon elm.
"'Bagaimana bayangan itu bisa dilangkahi"
'"Di utara sepuluh dan sepuluh, di timur lima dan lima, di selatan dua dan dua, di barat satu
dan satu, dan begitulah di bagian bawahnya.
'"Dengan apa kita akan membelanya"
"'Dengan semua yang ada pada kita.
"'Mengapa demikian"
'"Demi apa yang kita percayai.
"'Naskah aslinya tak bertanggal, tapi melihat gaya kata katanya, nampaknya ditulis pada
pertengahan abad ketujuh belas,' komentar Musgrave. 'Tapi aku khawatir dokumen ini tak dapat mem
ba ntumu memecahkan misteri ini.'
"'Paling tidak,' kataku, 'malah menambah sebuah misteri lagi yang lebih menarik dari misteri
sebelumnya. Bisa jadi kalau misteri ritual ini terpecahkan, misteri yang lainnya juga akan terbongkar.
Maaf bila aku mengatakan, Musgrave, bahwa kepala pelayanmu ini menurutku sangat cerdas, dan dia
13 memiliki pemahaman yang lebih mendalam daripada sepuluh generasi tuannya turun-temurun.'
"'Aku tak mengerti maksudmu,' kata Musgrave. 'Bagiku, dokumen itu tak begitu bermakna.
"'Menurutku, malah sebaliknya, dan aku menduga bahwa Brunton sependapat denganku. Dia
mungkin secara tak sengaja tahu tentang adanya dokumen itu ketika suatu saat kau sedang
mengeluarkannya.' "'Mungkin sekali. Dokumen itu memang cuma kami simpan begitu saja.'
"'Menurutku, pada waktu kaupergoki itu, dia cuma mau mengulang apa yang sudah dia hafal.
Bukankah dia juga memegang semacam peta yang dicocokkannya dengan dokumen itu, yang lalu di
masukkannya ke sakunya ketika kau muncul di hadapannya"'
"'Benar. Tapi apa urusan Brunton dengan upacara tradisi kami yang sudah kuno itu, dan apa arti
tanya-jawabnya"' "'Kukira tak sukar untuk memecahkan hal itu,' kataku, 'dan kalau kau setuju, mari kita berangkat
dengan kereta api ke Sussex dan kita akan membahas masalah ini dengan lebih mendalam di tempat
kejadian.' "Kami berdua tiba di Hurlstone siang itu juga. Kau mungkin pernah melihat foto atau membaca
keterangan tentang gedung tua yang terkenal itu, jadi aku hanya ingin mengatakan bahwa bangunan itu
berbentuk huruf L, bagian gedung yang lebih panjang lebih modern, dan yang pendek merupakan bekas
bangunan utama yang sudah sangat kuno. Di atas pintu depannya yang rendah dan tebal terpahat
sebuah penunjuk tahun, 1607, tapi para ahli mengatakan bahwa balok-balok kayu dan batu batuan
gedung itu lebih tua lagi usianya. Dinding-dinding bangunan utamanya sangat tebal, padahal jendela-jendelanya amat kecil, sehingga keluarga ini membangun sayap baru untuk mereka tempati, sedangkan
bagian ini lalu dipergunakan sebagai gudang, kalau diperlukan. Rumah ini dikelilingi oleh taman indah
yang dipenuhi pepohonan tua, dan danau yang diceritakan oleh klienku itu terletak dekat jalan raya,
dari rumah jaraknya sekitar dua ratus meter.
"Sejak semula aku sudah merasa yakin, Watson, bahwa ketiga misteri yang terjadi di rumah itu
saling berkaitan, dan begitu aku bisa mengartikan kata-kata yang terkandung dalam Ritual Keluarga
Musgrave itu, aku akan mendapatkan petunjuk yang mengarah kepada apa yang sebenarnya terjadi baik
pada Brunton si kepala pelayan maupun Howells si pelayan wanita. Maka aku lalu mengerahkan segala
14 kekuatanku untuk hal itu. Mengapa Brunton begitu ingin menguasai formula kuno ini" Jelas, karena dia
mendapatkan sesuatu yang tak terlihat oleh anggota keluarga ini sendiri selama berabad-abad, dan yang
diharapkannya akan membawa keberuntungan baginya. Apakah gerangan itu" Dan bagaimana nasibnya
sekarang" "Setelah membaca ritual terscbut, aku jadi yakin bahwa semua ukuran itu mengacu ke suatu
tempat, dan kalau kita bisa menemukan tempat itu, kita juga akan menemukan rahasia nenek moyang
keluarga Musgrave yang telah disamarkan sedemikian rupa. Ada dua petunjuk yang bisa dipakai
sebagai awal penyelidikan, yaitu pohon ek dan pohon elm. Tak ada masalah dengan pohon ek. Tepat di
depan rumah, di sebelah kiri jalanan masuk, ada sebuah pohon ek tua yang amat indah, jauh lebih
menonjol dibanding pohon-pohon ek lain di sekelilingnya.
"'Apakah pohon itu sudah ada di situ waktu ritual ini ditulis"' tanyaku ketika kami melewati
pohon ek tua itu. "'Rasanya sejak zaman Penaklukan Normandia pohon itu sudah ada,' jawabnya. 'Lingkar batang
pohon itu 6,9 meter.' "Nah, salah satu petunjuk telah kudapatkan."
"'Apakah ada pohon elm tua di sekitar rumah ini"' tanyaku.
"'Dulu memang pernah ada di sebelah sana, tapi kira-kira sepuluh tahun yang lalu tersambar
petir dan roboh. Kami lalu menebangnya.'
"'Kau masih ingat letaknya secara persis"'
"'Oh, ya.' "'Di samping pohon elm yang kautebang itu, apakah ada yang lain"'
"'Tidak ada yang berusia tua, kalau pohon-pohon lain
ada banyak.' "'Aku ingin melihat lokasi bekas pohon elm itu.'
"Saat itu kami masih berada di dalam kereta, dan klienku langsung membelokkan kereta menuju
tempat yang kuinginkan tanpa mampir ke rumah terlebih dahulu. Lokasinya ternyata di tengah-tengah
antara pohon ek tadi dan rumah. Penyelidikanku nampaknya menunjukkan titik terang.
15 "'Kurasa tak mungkin kita mencari tahu
berapa kira-kira tinggi pohon elm yang
kautebang itu"' tanyaku.
"'Aku tahu dengan tepat. Tingginya 19,2
meter.' "'Bagaimana kau bisa tahu"' tanyaku dengan
heran. "'Guru les trigonometri yang mengajarku
dulu sering menyuruhku membuat banyak
latihan, yaitu mengukur-ukur ketinggian benda-benda. Aku masih ingat, waktu itu aku sempat
mengukur tinggi setiap pohon dan gedung di
daerah ini.' "Kebetulan sekali. Data yang kuperlukan
jadi terkumpul lebih cepat dari yang kuduga semula.
"'Ngomong-ngomong, pernahkah kepala pelayanmu mengajukan pertanyaan seperti itu
kepadamu ' tanyaku. "Reginald Musgrave menatapku dengan sangat terkejut. 'Astaga, aku jadi ingat! Brunton
memang menanyakan tinggi pohon itu beberapa bulan yang lalu. Katanya, dia bertengkar dengan
tukang kuda soal tinggi pohon itu.'
"Berita ini sungguh bagus, Watson, karena itu berarti arah penyelidikanku ternyata benar. Aku
lalu menatap matahari yang tergantung rendah di angkasa. Kuperkirakan dalam waktu kurang dari satu
jam, matahari akan terletak tepat di atas dahan pohon ek yang paling tinggi. Salah satu persyaratan
yang disebut dalam ritual itu akan terpenuhi. Dan bayangan pohon elm tentunya berarti tempat
bayangan matahari itu berakhir. Kalau tidak, pastilah batang pohon yang dijadikan ukurannya. Langkah
selanjutnya ialah mencari tempat jatuhnya ujung bayangan matahari itu setelah melewati puncak pohon
ek." "'Tentunya susah menentukannya, Holmes, karena pohon elm itu sudah tak berada di tempatnya
16 lagi.' "Well, paling tidak aku merasa yakin bahwa kalau Brunton mampu melakukannya, mengapa aku
tidak" Lagi pula, ternyata tak terlalu susah, kok. Aku dan Musgrave masuk ke rumah dan menuju ruang
belajarnya, lalu menyiapkan sepotong kayu yang kini ada di tanganku ini. Kuikatkan benang yang
panjang, dan benang itu kubundel pada tiap jarak 0,9 meter. Kuambil dua helai tali pancing yang
panjangnya 1,8 meter, kemudian kami kembali ke lokasi bekas pohon elm tadi. Matahari berada tepat
di atas puncak pohon ek. Aku mengikatkan tali pancing pada salah satu sisi untuk menandai arah
bayangan matahari, lalu mengukur panjangnya. Ternyata 2,7 meter.
"Tentu saja penghitungan selanjutnya mudah. Kalau tali pancing sepanjang 1,8 meter
memancarkan bayangan sepanjang 2,7 meter, maka pohon yang tingginya 19,2 meter tentunya akan
memancarkan bayangan sepanjang 28,8 meter menurut arah bayangan itu. Aku lalu mengukur jarak
sejauh itu, dan sampailah di dekat tembok rumah. Di tempat itu kupancangkan potongan kayu ini.
Bayangkan betapa gembiranya hatiku, Watson, melihat sedikit lekukan di tanah lima sentimeter
jauhnya dari patok kayuku itu. Tahulah aku bahwa tanda itu dibuat oleh Brunton pada waktu dia
mengukur-ukur seperti yang sedang kulakukan saat
itu. Aku juga merasa yakin bahwa aku akan segera
menemukan jejaknya. "Dari situlah aku mulai bertindak. Pertama, aku
menentukan empat arah mata angin dengan bantuan
kompas kecilku. Aku maju sepuluh langkah sejajar
dengan dinding rumah, lalu tempat itu aku beri tanda
dengan menancapkan sepotong kayu lagi. Lalu lima
langkah ke timur, dan dua langkah ke selatan.
Sampailah aku ke ambang pintu gedung utama. Maka
dua langkah ke barat berarti aku harus melangkah
memasuki lorong yang terbuat dari batu, dan tempat
inilah yang ditunjukkan oleh ritual itu.
"Tapi aku langsung menjadi teramat kecewa,
Watson. Kelihatannya perhitunganku salah total.
17 Waktu itu sinar matahari yang hampir tenggelam menerangi lorong itu, dan kulihat bebatuan di kedua
sisi lorong itu masih utuh terbalut semen, dan jelas sekali sudah puluhan tahun tak pernah disentuh
orang. Jadi, Brunton tak melacak sampai di sini. Aku menjejak-jejakkan k
aki di sepanjang lantai lorong
itu, dan suara yang dihasilkan sama semuanya. Tak terlihat tanda adanya retakan atau celah di
bawahnya. Tapi, untunglah, Musgrave, yang mulai memahami makna upayaku dan yang kini jadi
penasaran sebagaimana halnya diriku, lalu mengeluarkan catatannya lagi untuk mengecek
perhitunganku. "'Dan begitulah di bagian bawahnya,' teriaknya. 'Petunjuk itu telah kaulewatkan.'
"Tadinya kukira itu berarti kami harus menggali, namun tentu saja saat itu langsung kusadari
bahwa tidak demikian halnya. 'Kalau begitu ada gudang di bawah tanah, ya"' teriakku.
"'Ya, gudang itu dibangun bersamaan dengan rumah utama. Letaknya di bawah sini, melalui
pintu ini.' "Kami berdua menuruni tangga putar, dan teman seperjalananku ini mengeluarkan korek lalu
menyalakan lentera besar yang ada di atas drum di ujung ruangan. Dalam sekejap kami merasa yakin
bahwa kami telah tiba di tempat yang dimaksud, dan bahwa sudah ada orang lain yang mendahului
kami menemukan tempat itu.
"Tempat itu dulunya dipakai untuk menyimpan kayu bakar, dan potongan-potongan kayu yang
dulunya bertebaran di lantai, sekarang telah ditumpuk di beberapa tempat, sehingga ada bagian kosong
di tengah gudang itu. Di situ tergeletak sebuah batu besar dan bulatan besi karatan yang bagian
tengahnya diikat dengan sebuah selendang tebal terbuat dari bulu domba.
"'Demi Tuhan!' teriak klienku. 'Selendang itu milik Brunton. Aku pernah melihatnya memakai
selendang itu, aku berani bersumpah. Apa gerangan yang telah dilakukan oleh si keparat itu di sini"'
"Aku menyarankan agar dia memanggil polisi, dan aku lalu mencoba mengangkat batu besar itu
dengan menarik selendangnya. Batu itu hanya bergeser sedikit. Setelah dibantu oleh seorang polisi,
barulah aku berhasil memindahkannya ke samping. Di bawah lokasi batu semula ternyata ada sebuah
lubang. Kami semua mengintip ke dalamnya, sementara Musgrave berjongkok di tepi lainnya sambil
memasukkan lentera ke dalam lubang itu.
"Di dalam sana terdapat sebuah ruangan kecil yang daiamnya kira-kira 2,1 meter dan luasnya
18 1,4 meter persegi. Pada salah satu sisinya terdapat kotak kayu berlapis kuningan, tutupnya memakai
engsel, dan kuncinya berbentuk aneh sekali. Kotak itu tertutup debu, dan kayunya sudah lapuk dimakan
ulat dan kelembapan tempat itu. Bagian dalamnya juga sudah ditumbuhi jamur. Isi kotak itu cuma
beberapa keping logam yang rupanya merupakan uang-uang kuno.
"Tapi pada waktu itu kami tak sempat memikirkan
soal kotak tua itu, karena sesuatu yang meringkuk di
Sherlock Holmes - Ritual Keluarga Musgrave di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sampingnya langsung menarik perhatian kami. Ternyata
sosok seorang lelaki berjas hitam dalam posisi bertelut,
dahinya menempel pada pinggiran kotak itu sedangkan
kedua lengannya terkapar ke samping. Posisi ini
mcngakibatkan semua darah beku dalam tubuhnya
tertarik ke wajah, sehingga wajah itu tak dapat lagi
dikenali. Tapi dari tinggi badannya, pakaiannya dan
rambutnya, klienku langsung yakin bahwa itu memang
mayat kepala pelayannya yang menghilang. Dia sudah
menjadi mayat sejak beberapa hari yang lalu, tapi tak ada
luka atau bekas goresan di tubuhnya yang menandai
sebab-sebab kematiannya. Ketika mayat itu sudah
diangkat dari gudang bawah tanah, kami masih
menghadapi masalah yang tak kalah peliknya
dibandingkan dengan sebelumnya.
"Kuakui, Watson, sampai sejauh itu aku masih tetap tak puas dengan penyelidikanku.
Sebelumnya aku memperhitungkan bahwa kalau aku menemukan lokasi yang dimaksud, masalahnya
pun akan selesai. Tapi saat itu aku sudah menemukan lokasinya, dan masih tetap tak mendapat jawaban
tentang apa sebenarnya yang disembunyikan nenek moyang keluarga ini dengan begitu telitinya.
Memang benar aku telah menemukan Brunton, tapi kini aku harus mencari tahu apa yang
menyebabkan kematiannya, dan apa peranan pelayan wanita yang juga menghilang itu. Aku duduk di
atas sebuah tong di salah satu sudut ruangan itu dan memikirkan masalah itu secara keseluruhan.
"Kau kan tahu caraku bertindak dalam kasus-kasus semacam itu, Watson" Aku membayangkan
19 diriku menjadi Brunton, dan setelah menaksir seberapa hebat kira-kira kecerdasannya, aku mencoba
membayangkan apa yang akan kulakukan pada situasi yang sedang dihadapinya. Dalam hal ini,
masalahnya menjadi lebih sederhana karena Brunton betul-betul cerdas, sehingga tak sulit bagiku untuk
menempatkan diri pada posisinya. Nah, dia tahu bahwa ada sesuatu yang amat berharga yang
dirahasiakan tempat penyimpanannya. Dia sudah berhasil menemukan lokasinya, namun dia tak
mampu menarik batu penutup di atas lubang persembunyian itu seorang diri. Apa yang akan
dilakukannya" Kalau dia minta bantuan dari luar, misalnya seseorang yang dipercayainya, dia harus
melewati pintu-pintu di dalam rumah dan besar kemungkinan dia akan ketahuan. Jadi lebih baik kalau
dia minta tolong seorang rekan pelayan di dalam rumah itu. Tapi siapa yang kira-kira diminta untuk
membantunya" Pelayan wanita itu pernah sangat mencintainya. Seorang pria biasanya beranggapan
bahwa bila seorang gadis pernah mencintainya, maka cinta itu tak akan pernah hilang, walaupun dia
pernah mengecewakan gadis itu. Dia berusaha menarik simpati gadis Howells itu lagi, lalu
mengajaknya berkomplot. Mereka pergi ke gudang bawah tanah pada malam hari, dan mereka berdua
bersama-sama menarik batu besar itu. Sampai di situlah aku mengikuti skenario mereka yang nampak
begitu jelas dalam anganku bagaikan aku telah melihat tindakan mereka dengan mata kepalaku sendiri.
"Tapi karena mereka cuma berdua, dan salah satunya seorang wanita, tentu tak mudah bagi
mereka untuk menggeser batu itu. Aku bersama seorang polisi bertubuh kekar saja harus dengan susah
payah melakukannya. Apa yang mereka lakukan untuk membantu upaya mereka" Mungkin sesuatu
yang akan kulakukan juga apabila aku berada dalam posisi mereka. Aku bangkit dan mengamati
potongan-potongan kayu yang berserakan di lantai dengan saksama. Aku langsung menemukan apa
yang kucari. Salah satu potongan kayu yang panjangnya kira-kira 90 sentimeter, ujungnya bengkok,
sedangkan beberapa lainnya menjadi gepeng akibat tergencet sesuatu yang amat berat. Jelas sekali
bahwa mereka telah berusaha mengungkit batu itu dengan bantuan potongan-potongan kayu, sampai
batu itu tergeser ke samping dan lubang yang menganga di hadapan mereka cukup bagi mereka untuk
menyusup ke bawah. Mereka mengganjal batu itu dengan sepotong kayu yang panjang agar selama
mereka berada di bawah, lubang itu tetap dalam keadaan terbuka. Itulah sebabnya potongan kayu itu
sampai menjadi bengkok ujungnya. Sejauh ini, kurasa aku benar.
"Dan sekarang, bagaimana kelanjutan drama malam hari itu" Jelas bahwa lubang di bawah itu
hanya cukup untuk satu orang, dan pasti Brunton lah yang masuk ke situ. Si pelayan wanita menunggu
20 di atas. Brunton lalu membuka kotak itu, menyerahkan isinya mungkin karena waktu kami temukan
isi kotak itu sudah tak ada di tempat nya lalu... lalu, apa yang terjadi selanjutnya"
"Mungkin saja tiba-tiba terlintas dalam benak
wanita Wales yang pemberang ini untuk membalas
dendam terhadap pria yang telah mengecewakan
hatinya itu mumpung dia mempunyai kesempatan.
Dia dengan sengaja menyenggol kayu penahan itu
sehingga batu tersebut meluncur dan menutup lubang
kembali. Atau apakah potongan kayu itu kebetulan saja
terlepas dan kesalahan si wanita hanyalah karena dia
merahasiakan nasib bekas kekasihnya" Apa pun yang
terjadi, aku mempunyai bayangan bagaimana wanita itu
lalu mendekap harta temuannya erat-erat dan langsung
berlari menaiki tangga, tanpa mempedulikan teriakan
ataupun gedoran bekas kekasihnya yang tak setia itu.
"Inilah yang menjadi rahasia mengapa wajahnya
pucat pasi, badannya gemetaran, lalu ledakan tawa
histerisnya pada keesokan paginya. Tapi apa isi kotak
itu" Dan apa yang telah dilakukannya" Tentu saja harta
karun yang kami cari-cari itu adalah potongan logam kuno dan bebatuan berwarna kusam yang dikeruk
temanku dari dasar danau. Wanita itu melemparkannya ke danau begitu ada kesempatan untuk
menutupi tindakan jahatnya.
"Selama dua puluh menit aku duduk tak bergerak sambil memikirkan masalah itu. Musgrave
cuma berdiri bengong dengan wajah yang
masih pucat sambil mengayun-ayunkan lentera dan sesekali
mengintip lagi ke dalam lubang itu.
"'Ini koin zaman Raja Charles I,' katanya sambil mengamati kepingan-kepingan logam yang
didapatnya dari dalam kotak kayu itu. 'Perkiraan kami tentang kapan dimulainya ritual keluarga kami
itu ternyata tak meleset.'
21 "'Mungkin malah ada lagi peninggalan Raja Charles I yang akan kita temukan,' teriakku ketika
aku tiba-tiba mendapatkan arti dari kedua pertanyaan pertama dalam ritual itu. 'Coba kulihat barang-barang yang kaudapatkan dari danau.'
"Kami menaiki tangga dan menuju ruang belajarnya, lalu ditunjukkannya barang-barang yang
kumaksudkan itu. Melihat jenis barangnya yang cuma berupa logam hitam dan batu-batuan kusam
yang tak menarik, aku bisa mengerti mengapa dia menganggapnya tak penting. Kuambil salah satu
batu, lalu kugosokkan ke lengan kemejaku. Ternyata, batu itu menjadi berkilauan. Potongan logam itu
sebenarnya berbentuk lingkaran ganda, tapi telah bengkok dan berubah dari bentuk aslinya.
"'Kau harus ingat,' kataku, 'bahwa keluarga kerajaan masih berkuasa di Inggris bahkan setelah
kematian sang Raja, dan bahwa ketika akhirnya mereka meninggalkan Inggris mereka mungkin
meninggalkan banyak barang berharga yang dipendam di suatu tempat, dengan harapan mereka akan
bisa mengambilnya kembali setelah keadaan menjadi aman.'
"'Nenek moyangku, Sir Ralph Musgrave, adalah anggota pasukan berkuda kerajaan yang hebat,
dan menjadi tangan kanan Raja Charles II kalau beliau mengadakan perjalanan,' kata temanku.
"'Ah, begitu, ya!' jawabku. 'Mata rantai terakhir telah kita temukan kalau begitu. Nah,
kuucapkan selamat kepadamu, karena kaulah pewaris suatu barang peninggalan yang amat tinggi nilai
sejarahnya, walaupun untuk itu kau harus mengalami hal-hal yang agak tragis .'
"'Benda apa gerangan itu"' tanyanya tercekat
"'Tak lain tak bukan adalah mahkota kuno Raja-raja Inggris.'
"'Mahkota! Yang itu!'
"Benar. Perhatikan apa yang dikatakan dalam ritual itu. Bagaimana bunyinya" "Milik siapakah
itu"" "Milik dia yang telah tiada." Itu menunjukkan bahwa Charles I telah dihukum mati. Lalu, "Siapa
yang akan mewarisinya"" "Dia yang berikutnya." Maksudnya Raja Charles II yang kedatangannya
sudah diramalkan. Kurasa, tak diragukan lagi bahwa mahkota yang sudah rusak bentuknya ini dulu
menghiasi kepala Dinasti Stuart.'
"'Bagaimana sampai benda ini berada di dasar danau"'
'"Ah, jawaban atas pertanyaan itu membutuhkan waktu.'
22 "Aku lalu mulai membeberkan kepadanya semua rentetan dugaanku dan bukti-bukti yang
kudapatkan. Ketika penuturanku selesai, senja telah lewat dan bulan mulai bersinar dengan terangnya
di langit. "'Lalu mengapa Raja Charles II tak berhasil menemukan mahkotanya ketika dia bertakhta"'
tanya Musgrave sambil mengembalikan barang warisan itu ke dalam tas kainnya.
"'Ah, itu satu hal yang mungkin tak akan pernah bisa dijelaskan. Mungkin saja nenek
moyangmu yang tahu akan rahasia itu telah meninggal sebelum sang Raja tiba, dan karena
kekhilafannya dia mewariskan ritual itu tanpa memberitahukan arti sebenarnya. Sejak itu, ritual
tersebut lalu diturunkan dari generasi ke generasi, sampai akhirnya jatuh ke tangan seseorang yang
berhasil membongkar rahasianya tapi yang telah kehilangan nyawanya dalam upaya itu.'
"Begitulah kisah Ritual Keluarga Musgrave, Watson. Mereka lalu menyimpan mahkota itu di
Hurlstone walaupun pada mulanya pemerintah melarang hal itu. Mereka akhirnya harus membayar
sejumlah uang tertentu sebelum diizinkan untuk memiliki benda-benda peninggalan itu. Aku yakin,
kalau kau menyebutkan namaku, kau pasti akan diizinkan untuk melihat benda-benda itu. Tentang
wanita itu, tak ada kabar beritanya lagi. Dia mungkin melarikan diri dari Inggris sambil membawa serta
kenangan pahit masa lalunya, bahwa dia pernah membunuh seseorang di suatu negeri di seberang
lautan." TAMAT tamat Perjalanan Ke Akhirat 1 Pendekar Mabuk 083 Bocah Titisan Iblis Laron Pengisap Darah 3
Memoar Sherlock Holmes RITUAL KELUARGA MUSGRAVE Download Ebook Jar Lainnya Di
http://mobiku.tk http://inzomnia.wapka.mobi
SALAH satu keunikan sifat temanku Sherlock Holmes yang sering mencengangkan diriku
adalah kenyataan bahwa walaupun cara berpikir dan berpakaiannya sangat rapi dan serba teratur, dia
mempunyai kebiasaan kebiasaan yang kacau balau yang sangat mengganggu orang yang tinggal
serumah dengannya. Itu tak berarti bahwa aku sangat kaku dalam hal-hal seperti itu. Kesukaanku akan
gaya hidup Bohemia yang serba seenaknya, ditambah dengan pengalamanku di Afganistan dulu,
membuatku jadi tak begitu ketat berdisiplin sebagaimana layaknya seorang dokter. Tapi itu pun ada
batasnya. Aku benar-benar merasa jauh lebih baik kalau dibandingkan dengan seseorang yang
menyimpan cerutunya di ember arang, tembakaunya di ujung sandal Persia-nya yang melengkung, dan
yang sampai tak sempat membalas surat-surat karena surat-surat itu diselipkannya di lipatan gantungan
di atas perapian. Aku juga pernah latihan menembak, dan biasanya dilakukan di tempat terbuka, tapi
Holmes aneh sekali dalam hal ini. Kalau lagi "kumat" dia duduk di kursi malas sambil tangannya
mengacungkan pistol mininya ke dinding di depannya. Lalu dia mulai memuntahkan peluru, dan
terbentuklah tulisan V.R. di tembok itu. Menurutku, itu bukan hal yang baik untuk dilakukan.
Kamar-kamar kami selalu penuh zat-zat kimia dan guntingan-guntingan berita kejahatan yang
berhamburan di semua tempat. Bisa saja ditemukan di atas kaleng mentega, atau bahkan di tempat-tempat yang tidak lazim lainnya. Tapi yang paling membuatku jengkel ialah berkas-berkas laporannya.
Dia tak berani menghancurkan dokumen-dokumennya, khususnya yang berhubungan dengan kasus-kasus yang ditanganinya di masa lalu. Namun dia tak suka mengurus dokumen dokumennya itu. Hanya
setahun atau dua tahun sekali dia mengemasi kertas-kertas catatannya itu. Seperti pernah kukatakan dia
itu menggebu-gebu kalau sedang menangani suatu kasus, tapi setelah itu dia berubah jadi manusia
pemalas yang kerjanya cuma berbaring santai ditemani biola dan buku, hampir-hampir tak pernah
bergerak kecuali berjalan dengan malas dari sofa ke meja. Begitulah, dari bulan ke bulan dokumennya
menumpuk hingga memenuhi setiap sudut ruangan. Tak ada yang boleh membakar atau membuangnya
kecuali si pemilik sendiri.
Pada suatu malam di mnsim dingin ketika kami berdua sedang duduk di depan perapian dan
kulihat dia telah selesai menempelkan kliping, aku menyarankan bagaimana kalau dia membenahi
2 berkas-berkasnya agar ruangan kami nampak lebih rapi. Dia tak bisa mengingkari apa yang telah
mengganggu diriku, dan dengan wajah yang agak jengkel dia lalu masuk ke kamar tidurnya. Sekejap
kemudian dia keluar lagi dengan menarik sebuah kotak besar. Ditaruhnya kotak ini di tengah ruangan,
dan setelah membuka gerendelnya, ditariknya penutup kotak itu. Di dalamnya terdapat bundelan berkas
yang masing-masing dipisahkan dengan pengikat berwarna merah dan memenuhi sepertiga dari kotak
itu sendiri. "Di dalam sini ada cukup banyak kasus, Watson,"
katanya sambil menatapku dengan nakal. "Kurasa
kalau kau sempat mempelajari berkas-berkas ini,
kau tak akan memintaku untuk menimbunkan
berkas-berkas lain ke atasnya. Sebaliknya, kau pasti
malah akan memintaku untuk mengeluarkannya."
"Apakah ini berkas berkas dari kasus-kasus
awalmu"" tanyaku. "Aku memang sering berharap
dapat mencatat kasus-kasus itu."
"Betul, sobat, semua kasus yang tercatat dalam
bundel di kotak itu kutangani sebelum aku bertemu
dengan penulis yang dengan setia membuat namaku
terkenal." Diangkatnya berkas itu bundel demi
bundel dengan amat hati-hati. "Tak semuanya berhasil, Watson," katanya, "tapi di antaranya ada yang
sangat menarik perhatian. Nih, berkas-berkas kasus pembunuhan di Tarleton, kasus Vamberry, si
pedagang anggur, kasus petualangan seorang wanita tua Rusia, kasus tongkat penyangga yang terbuat
dari aluminium, lalu kasus Ricoletti yang berkaki bengkok dan istrinya yang mengerikan. Dan yang
ini... ah, ini kasus yang benar-benar unik."
Diselipkan tangannya ke dasar kotak itu, dan dikeluarkannya sebuah kotak kayu kecil yang
mirip tempat menyimpan mainan anak-anak. Dari dalam kotak itu dikeluarkannya secarik kertas yang
lusuh, sebuah kunci kuningan yang model kuno, sepotong kayu dengan segelondong benang yang
menempel, dan tiga baja yang sudah karatan.
3 "Well, sobatku, apa pendapatmu tentang barang-barang ini"" tanyanya sambil tersenyum
melihat kebingungan yang terpancar dari wajahku.
"Koleksi yang aneh."
"Sangat aneh, bahkan. Dan kisah sehubungan dengan barang-barang itu malah lebih aneh lagi."
"Jadi barang-barang ini ada sejarahnya""
"Mereka justru adalah sejarah."
"Apa maksudmu""
Sherlock Holmes mengangkat barang-barang itu satu per satu dan menaruhnya di pinggir meja.
Dia lalu kembali duduk di kursinya dan dipandangnya barang-barang itu dengan tatapan yang meman
carkan kepuasan. "Barang-barang ini," katanya, "merupakan kenang-kenangan yang kudapatkan dari kasus Ritual
Keluarga Musgrave." Dia memang sudah pernah menyebutkan kasus itu beberapa kali, tapi aku belum berhasil
mendapatkan keterangan yang rinci darinya.
"Aku akan merasa gembira," kataku, "kalau kau bersedia menceritakan kisah itu kepadaku."
"Kalau begitu aku tak perlu membereskan berkas-berkas ini dulu"" teriaknya dengan licik.
"Sedikit kurang rapi tak terlalu mengganggumukan, Watson" Aku senang kalau kau mau memasukkan
kisah ini dalam tulisanmu, karena ada beberapa hal unik di dalamnya yang membuat kasus ini lebih
menonjol dibandingkan kasus kejahatan lain di negeri mana pun. Koleksi prestasiku tak akan lengkap
tanpa menyebutkan kasus yang satu ini.
"Kau mungkin masih ingat kasus Gloria Scott, dan bagaimana percakapan yang terjadi antara
diriku dengan lelaki tua bernasib malang, sebagaimana telah kukisahkan kepadamu, itulah yang
mendorongku untuk mulai menekuni profesi kedetektifan yang kini menjadi mata pencaharianku. Kau
melihat diriku kini sebagai orang yang telah terkenal. Masyarakat maupun pihak kepolisian mengakui
kemampuanku dan tanpa ragu-ragu meminta bantuanku bila mereka menghadapi jalan buntu. Bahkan
pada awal perkenalanmu dengan diriku, yaitu ketika aku sedang menangani kasus yang lalu kau
publikasikan dengan judul A Study in Scarlet, aku sudah mempunyai jaringan kerja yang cukup luas
4 walaupun belum begitu banyak menghasilkan uang. Kau pasti tak begitu menyadari betapa sulit dan
lamanya bagiku untuk meraih keberhasilan dalam profesiku.
"Ketika aku hijrah ke London, aku menyewa kamar di Montague Street, tak jauh dari British
Museum. Di sanalah aku menunggu kesempatan untuk membuktikan kemampuanku, mengisi waktu
luangku yang berlebihan dengan mempelajari macam-macam cabang ilmu pengetahuan yang
menurutku akan bermanfaat bagi profesiku. Sekali-sekali aku mendapat klien, sebagian besar atas
rekomendasi mantan teman-teman kuliahku, sebab pada tahun-tahun terakhirku di universitas memang
kemampuanku banyak dibicarakan orang. Kasus ketiga yang kutangani adalah Ritual Keluarga
Musgrave ini. Kasus unik ini akhirnya menjadi buah bibir, terutama karena nilai sejarahnya tinggi.
Sejak itulah karierku semakin menanjak.
"Reginald Musgrave adalah teman sekuliahku, dan aku sempat berkenalan dengannya. Dia tak
begitu populer karena orang-orang menganggapnya angkuh. Tapi menurutku, keangkuhannya itu justru
untuk menutupi sifatnya yang sangat pemalu. Dari luar, penampilannya sangat mengesankan, benar-benar seorang bangsawan tulen. Badannya kurus, hidungnya mancung matanya lebar, dan gayanya
sopan dan lembut. Dia memang keturunan salah satu keluarga kerajaan yang sudah sangat tua,
walaupun nenek moyangnya bukanlah putra pertama keluarga itu. Pada abad keenam belas, keluarga
moyangnya itu memisahkan diri dari keluarga Musgrave lainnya yang tinggal di daerah utara Inggris,
lalu menetap di bagian barat Sussex. Tempat tinggal mereka yang bernama Istana Hurlstone mungkin
merupakan satu-satunya bangunan kuno yang masih dihuni di daerah itu. Ciri-ciri daerah kelahirannya
masih menempel pada dirinya, dan setiap kali aku memandang wajahnya yang pucat dan tegar atau
sikap kepalanya, aku jadi teringat pada lor
ong-lorong kusam, jendela-jendela berukir, dan segala
macam peninggalan agung dari bangunan kuno bekas bangsawan masa lalu. Pernah sekali dua kali
kami bercakap-cakap, dan aku teringat bahwa dia sangat tertarik pada metode penyelidikan dan
pengambilan kesimpulanku.
"Selama empat tahun aku tak mendengar kabar tentang dirinya, sampai pada suatu pagi dia
mengunjungiku di kamar kontrakanku di Montague Street. Dia hampir tak berubah, pakaiannya modis
dia memang agak pesolek dan sikapnya masih tetap halus dan sopan seperti dulu.
'"Bagaimana kabarmu selama ini, Musgrave"' tanyaku setelah kami berjabat tangan dengan
hangat. 5 "'Kau mungkin telah mendengar tentang
kematian ayahku yang malang,' katanya. 'Dia mati
terhanyut kira-kira dua tahun yang lalu. Setelah
itu, tentu saja akulah yang bertanggung jawab
mengelola Hurlstone, dan karena aku juga aparat
pemerintah di daerah itu, maka aku jadi sangat
sibuk. Nah, Holmes, kudengar kau telah
mempraktekkan kemampuanmu yang dulu sempat
mengherankan kami.' "'Ya,' kataku, 'aku hidup dengan akalku
sekarang.' '"Bagus, karena saat ini aku sangat
memerlukan nasihatmu. Akhir-akhir ini telah
terjadi beberapa hal yang aneh di Hurlstone, dan polisi tak berhasil memecahkannya. Benar-benar
sangat aneh dan tak bisa dijelaskan.'
"Kau bisa membayangkan betapa penasarannya diriku mendengar hal ini, Watson, karena sudah
berbulan-bulan aku tak mendapat kesempatan untuk menangani sebuah kasus dan aku merasa sudah tak
tahan lagi. Jauh di lubuk hatiku aku percaya bahwa aku akan bisa berhasil walaupun orang lain tidak,
dan saat itu aku mendapat kesempatan untuk membuktikan kemampuanku.
"'Mengapa tak langsung dilanjutkan dengan rincian kisahnya"' teriakku dengan tak sabar.
"Reginald Musgrave duduk di hadapanku dan menyulut rokok yang kutawarkan kepadanya.
"'Kau harus tahu,' katanya, 'bahwa walaupun aku masih bujangan, jumlah pelayanku di
Hurlstone cukup banyak, karena tempat kuno itu semrawut sekali keadaannya dan perlu banyak tenaga
untuk merawatnya. Aku juga punya hutan pribadi, dan pada musim burung teman-temanku biasa
berkumpul untuk berburu. Begitulah seluruhnya ada delapan pelayan wanita, tukang masak, kepala
pelayan, dua penjaga pintu, dan seorang bocah pesuruh. Masih ditambah dengan staf yang merawat
kebun dan kandang kuda. "'Dari semua pelayanku ini yang paling lama bekerja di tempatku adalah Brunton, si kepala
6 pelayan. Sebelum diterima bekerja oleh ayahku dia pernah menjabat sebagai kepala sekolah, tapi oleh
sesuatu sebab dia dikeluarkan. Dia orang yang rajin dan menyenangkan, serta amat berguna di rumah
kami. Tubuhnya bagus dan wajahnya tampan, dengan dahi lebar, dan walaupun dia sudah bekerja di
tempat kami selama dua puluh tahun, saat ini usianya baru kira-kira empat puluh. Dengan kelebihan-kelebihannya dia juga bisa berbicara dalam beberapa bahasa dan bisa memainkan hampir semua alat
musik maka agak mengherankan juga mengapa dia merasa puas dengan jabatannya di rumah kami itu
untuk sekian lamanya. Menurutku, dia mungkin sudah merasa nyaman dan tak ingin buang-buang
tenaga untuk berpindah pekerjaan. Siapa pun yang pernah bertamu ke rumah kami, pasti akan terkesan
oleh kehebatan si kepala pelayan itu
"'Tapi orang yang serba hebat ini punya satu kelemahan. Dia suka main wanita. Tentu kau bisa
mengerti bahwa pria semacam dia pasti tak sulit untuk main-main asmara begitu di daerah kami yang
sepi. "'Ketika dia menikah, semua petualangannya berakhir. Tapi dia lalu menjadi duda, dan mulailah
dia berulah lagi sampai membuat pusing semua orang di rumah. Beberapa bulan yang lalu kami melihat
gelagat bahwa dia nampaknya akan menikah lagi. Hal ini membuat kami lega. Dia bertunangan dengan
Rachel Howells, salah satu pelayan wanita kami. Tapi ternyata dia meninggalkan gadis itu begitu saja,
lalu ganti pacaran dengan Janet Tregellis, putri pengawas hutan. Rachel gadis yang baik, tapi
temperamennya sangat mudah terganggu sebagaimana umumnya orang yang berasal dari daerah Wales.
Sejak ditinggalkan oleh Brunton, dia terserang radang otak dan sampai sekarang tepatnya sampai
kemarin kerjanya seharian hanya mondar-mandir di sekitar rumah kami, tanpa ingat lagi siapa
dirinya. Itulah musibah pertama di Hurlstone. Tapi tak lama kemudian kami telah melupakan kejadian
itu karena perhatian kami tercurah kepada kejadian berikutnya, yaitu dipecatnya Brunton gara-gara
perbuatannya yang amat memalukan.
"'Begini kisahnya. Tadi sudah kukatakan bahwa Brunton ini orangnya cerdas, tapi justru
kecerdasannya inilah yang telah menghancurkannya, karena dia nampaknya menjadi serba ingin tahu
akan hal-hal yang tak bersangkutan dengan dirinya. Aku tak pernah menyadari hal ini sampai mataku
ter buka karena memergoki suatu peristiwa.
"'Tadi sudah kukatakan bahwa rumah kami itu agak semrawut. Suatu hari pada minggu yang
lalu tepatnya hari Kamis malam aku tak bisa tidur semalaman karena tanpa pikir telah minum kopi
7 kental sesudah makan malam. Aku membolak balik badan di tempat tidur sampai jam dua pagi.
Akhirnya karena merasa tak akan bisa memejamkan mata, aku lalu bangun dari tempat tidur dan
menyalakan lilin untuk melanjutkan membaca sebuah novel. Tapi buku itu tertinggal di ruang biliar.
Aku lalu mengenakan pakaian dengan maksud mau mengambil buku itu.
"'Untuk sampai ke ruangan biliar, aku harus menuruni tangga lalu menyeberangi koridor yang
menuju perpustakaan dan ruang senjata. Bisa kau bayangkan betapa terkejutnya aku, ketika melihat
cahaya dari ruang perpustakaan yang pintunya dalam keadaan terbuka. Seingatku, aku tadi sudah
memadamkan semua lampu dan menutup pintu perpustakaan itu sebelum masuk tidur. Tentu saja aku
langsung berpikir jangan-jangan ada pencuri yang masuk ke situ. Dinding-dinding koridor di Hurlstone
didekorasi dengan senjata-senjata kuno sebagai kenang-kenangan. Aku lalu menyambar sebuah kapak
yang tergantung di dekatku, menaruh lilin di lantai, lalu berjalan sambil berjinjit dan mengintip ke
dalam perpustakaan itu. '"Yang berada di dalam ternyata Brunton, si kepala
pelayan. Dia berpakaian lengkap dan sedang duduk di
kursi malas. Di lututnya terdapat sehelai kertas yang
nampaknya seperti peta, kepalanya terjulur ke depan
seolah sedang berpikir keras. Aku berdiri termangu-mangu
sambil menatapnya dari kegelapan. Tiba-tiba dia berdiri
dari tempat duduknya lalu berjalan menuju lemari di
sampingnya. Dibukanya kunci lemari itu, lalu ditariknya
salah satu lacinya. Dari laci itu diambilnya sehelai kertas,
kemudian dia kembali ke tempat duduknya. Ditaruhnya
kertas itu bersama peta yang tadi di ujung meja, lalu
dipelajarinya dengan amat saksama. Aku langsung naik
darah menyaksikan ada seseorang yang berani-beraninya
mempelajari dokumen keluarga kami dengan begitu
santainya. Aku lalu masuk dan ketika Brunton
mendongakkan kepalanya, dia melihatku sedang berdiri di
pintu. Dia langsung bangkit wajahnya memancarkan
8 ketakutan, dan dimasukkannya peta yang tadi dlpelajarinya ke dalam sakunya.
"'"Begitu, ya!" kataku. "Begini caramu
membalas kepercayaan yang kami berikan. Mulai besok
pagi, kau boleh angkat kaki dari rumah ini."
"'Dia membungkukkan badan dengan sikap
seseorang yang hancur luluh hidupnya, lalu menyelinap
melewatiku tanpa berkata sepatah pun. Lilin yang
dibawanya masih ada di meja, dan dari cahayanya aku
bisa melihat kertas apa yang telah diambil oleh Brunton
dari lemari. Yang membuatku terkejut ialah bahwa yang
diambilnya itu ternyata sama sekali bukan dokumen
penting, tapi cuma salinan serangkaian tanya jawab
sehubungan dengan Ritual Keluarga Musgrave yang
memang unik. Upacara yang menandai kedewasaan
seseorang ini harus dan telah dilakukan oleh setiap
keturunan Musgrave selama berabad-abad. Upacara ini
sifatnya sangat pribadi dan mungkin berarti bagi
seorang arkeolog, seperti warna-warni pada perabotan
atau larangan-larangan tertentu, tapi bagi orang awam
sebetulnya tak bermakna apa-apa.'
"'Kita akan kembali ke masalah kertas itu nanti,' kataku.
"'Baik, kalau menurutmu hal itu memang penting,' jawabnya dengan agak ragu. 'Tapi biarlah
aku menyelesaikan keteranganku dulu. Aku membuka lemari itu dengan kunci yang telah ditinggalkan
Brunt on dengan begitu saja, dan aku baru saja membalikkan badan untuk meninggalkan ruangan itu,
ketika aku dikejutkan dengan kehadiran kepala pelayan tadi yang kini sedang berdiri di hadapanku.
"'"Mr. Musgrave yang terhormat," teriaknya dengan penuh emosi, "saya tak akan mampu
menahan rasa malu, Tuan. Selama ini saya sangat bangga dengan reputasi saya, dan lebih baik saya
mati daripada harus menanggung malu. Anda akan sangat menyesal, Tuan sungguh kalau saya
9 sampai bunuh diri. Kalau Anda tak berkenan dengan apa yang telah saya lakukan, maka demi Tuhan,
berilah kesempatan kepada saya untuk mengajukan surat pengunduran diri dan saya akan
meninggalkan tempat ini dalam sebulan, seolah-olah memang atas permintaan saya. Mr. Musgrave,
saya tak mampu menanggung kalau saya harus dipermalukan di depan banyak orang yang selama ini
saya kenal dengan baik."
'""Kau tak layak mcndapatkan pertimbangan lebih lanjut, Brunton," jawabku, "Perbuatanmu
benar-benar menjijikkan. Tapi, mengingat kau sudah lama bekerja di sini, aku tak berniat untuk
mempermalukanmu di hadapan orang lain. Namun aku tak mau menunggu sampai sebulan; terlalu
lama. Kuberi waktu seminggu saja, dan silakan mempersiapkan alasan pengunduran dirimu "
"'"Hanya seminggu, Tuan"" teriaknya dengan putus asa. "Bagaimana kalau dua minggu
setujuilah paling sedikit dua minggu!"
Sherlock Holmes - Ritual Keluarga Musgrave di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"'"Seminggu," ulangku, "itu pun karena hatiku telah agak menjadi lunak terhadapmu."
"'Dia mengundurkan diri dengan menunduk benar-benar bagaikan seseorang yang hidupnya
hancur luluh. Aku lalu mematikan lilin dan kembali ke kamar tidurku.
"'Selama dua hari berikulnya, Brunton sangat rajin menjalankan tugasnya. Aku tak mengungkit-ungkit apa yang telah diperbuatnya dan menunggu dengan penasaran, alasan apa yang akan
dikemukakannya untuk menutupi rasa malunya. Tapi pada hari ketiga setelah itu, dia tak kelihatan.
Biasanya dia menerima perintah-perintah dariku untuk sehari itu setelah acara makan pagi. Ketika aku
keluar dari ruang makan aku bertemu dengan Rachel Howells, pelayan wanita mantan tunangan
Brunton. Tadi sudah kukatakan bahwa dia baru saja sembuh dari sakitnya, wajahnya sangat pucat
sehingga aku menegumya "'"Kau masih perlu istirahat," kataku. "Nanti kalau sudah agak kuat saja, barulah mulai bekerja
lagi." "'Dia menatapku dengan ekspresi yang sangat aneh sehingga aku merasa bahwa pikirannya pun
jadi terganggu karena sakit radang otaknya itu.
"'"Saya sudah cukup kuat, Mr. Musgrave," katanya.
"'"Biarlah dokter yang memutuskan," jawabku.
10 "'"Sekarang juga berhentilah bekerja, dan kalau kau pergi ke lantai bawah, tolong panggilkan
Brunton. "'"Kepala pelayan itu telah pergi," katanya.
"'"Pergi" Ke mana""
"'"Tak ada yang tahu ke mana dia pergi. Kamarnya kosong. Oh, ya, dia telah pergi... dia telah
pergi!" Gadis pelayan itu terjatuh ke belakang sambil tertawa terbahak-bahak. Aku ketakutan melihat
sikapnya yang tiba-tiba menjadi histeris. Aku berlari menekan bel untuk meminta pertolongan. Gadis
itu lalu dibawa ke kamarnya, masih dalam keadaan berteriak-teriak bercampur baur dengan tangisan,
sementara aku menanyakan tentang Brunton kepada seisi rumah. Tak diragukan lagi bahwa Brunton
telah kabur. Tempat tidurnya masih rapi, dan tak seorang pun melihatnya setelah dia masuk ke
kamarnya pada malam sebelumnya. Yang aneh adalah bagaimana caranya keluar dari rumah, sementara
semua pintu dan jendela terkunci dari dalam" Pakaian, jam tangan, dan bahkan uangnya masih ada di
kamarnya, tapi jas hitam yang biasa dikenakannya tak ada. Sandalnya juga lenyap, cuma sepatunya
yang tertinggal. Ke mana gerangan perginya si kepala pelayan Brunton semalam, dan apa yang terjadi
atas dirinya" "'Tentu saja kami lalu mencarinya ke setiap sudut rumah, tapi tak terlihat jejaknya. Seperti yang
sudah kukatakan, susunan ruangan di rumah kuno kami ini agak semrawut, khususnya bangunan utama
yang sekarang tak dihuni. Kami membongkar semua ruangan dan gudang, tapi sia-sia saja. Tak terlihat
sedikit pun jejak orang yang hilang itu. Aku jadi senewen memikirkan bagaimana mungkin dia
menghilang begitu saja tanpa membawa har
ta miliknya, dan di mana gerangan dia sekarang" Aku
menghubungi kepolisian setempat, tapi mereka pun tak berhasil melacaknya. Pada malam
menghilangnya itu hujan turun dan kami telah memeriksa jejak di halaman dan jalanan di luar rumah,
namun hasilnya nihil. Begitulah keadaannya, sampai kemudian menyusul sebuah perkembangan baru
yang menarik perhatian kami sehingga misteri hilangnya Brunton agak terkesampingkan.
"'Selama dua hari berturut-turut setelah itu, Rachel Howells kambuh lagi sakitnya, kadang-kadang suhu badannya menjadi tinggi sekali sampai dia menjeril-jerit histeris. Kami mempekerjakan
seorang suster untuk menungguinya pada malam hari. Pada malam ketiga setelah menghilangnya
Brunton, ketika suster melihat pasiennya tertidur pulas, dia pun lalu menjatuhkan diri di kursi malas,
11 dan tak lama kemudian tertidur pula. Ketika dia terjaga pada fajar buta keesokan harinya, didapatinya
tempat tidur pasiennya kosong, jendela kamar terbuka, dan pasiennya menghilang. Aku segera
dibangunkan, dan bersama kedua penjaga pintu, mulai mencari gadis yang hilang itu. Kami tak
mengalami kesulitan, karena kami menemukan jejaknya sejak dari bawah jendela kamarnya, lalu
menuju ke ujung danau di halaman, dekat jalanan berbatu yang menuju jalan raya. Danau itu dalamnya
dua setengah meter, dan dapat kaubayangkan betapa ngerinya perasaan kami melihat jejak gadis gila
yang malang itu berakhir di situ.
"'Tentu saja kami lalu langsung mengeruk danau itu, tapi mayat si gadis tak kami temukan.
Yang kami peroleh justru benda yang tak kami sangka-sangka, yaitu sebuah tas kain berisi sepotong
logam yang sudah karatan dan beberapa butir batu-batuan yang berwarna kusam. Hanya penemuan
aneh ini yang kami dapatkan dari dasar danau itu, dan walaupun kami sudah berusaha keras untuk
mencari gadis itu kemarin, sampai sekarang kami masih tak tahu bagaimana nasib Rachel Howells dan
Richard Brunton. Polisi wilayah juga sudah angkat tangan, maka aku lalu menemuimu untuk
mendapatkan pertolongan terakhir.'
"Coba bayangkan, Watson, betapa aku dipenuhi dengan rasa ingin tahu sementara aku
mendengarkan rentetan kisah yang luar biasa ini, sambil berusaha memilah-milah rinciannya untuk
dihubung-hubungkan satu sama lain.
"Kepala pelayan menghilang. Gadis pelayan itu juga menghilang. Gadis itu pernah mencintai
kepala pelayan, tapi lalu berubah membencinya. Dia berdarah Wales, bertemperamen panas, dan penuh
semangat. Dia merasa sangat gelisah ketika dia tahu kepala pelayan telah menghilang. Dia
melemparkan sebuah tas berisikan barang-barang aneh ke danau. Hal-hal ini perlu dipertimbangkan,
tapi tak ada satu pun yang mengarah ke inti permasalahannya. Dimulai dari manakah semua rentetan
perisitiwa ini" Itulah kunci pemecahan masalah yang rumit ini.
"'Aku perlu melihat dokumen itu, Musgrave,' kataku, 'dokumen yang begitu pentingnya bagi
kepala pelayanmu itu sampai sampai dia berani mengambil risiko kehilangan pekerjaannya '
"'Ritual keluarga kami ini sebenarnya agak tak masuk akal,' sahutnya. 'Tapi, karena sudah turun-temurun, apa boleh buat. Aku bawa salinan tanya-jawab itu kalau kau mau membacanya.'
"Dia menyerahkan kertas yang kini berada di hadapanmu Watson, dan beginilah ritual yang
12 harus dijalani oleh setiap keturunan Musgrave ketika dia sudah cukup umur untuk mewarisi harta
keluarga itu. Baiklah kubacakan untukmu:
"'Milik siapakah itu"
"'Milik dia yang telah tiada.
'"Siapa yang akan mewarisinya"
"'Dia yang berikutnya.
"'Pada bulan apa"
'"Bulan keenam. '"Di mana matahari"
"'Di atas pohon ek. '"Di mana bayangannya"
"'Di bawah pohon elm.
"'Bagaimana bayangan itu bisa dilangkahi"
'"Di utara sepuluh dan sepuluh, di timur lima dan lima, di selatan dua dan dua, di barat satu
dan satu, dan begitulah di bagian bawahnya.
'"Dengan apa kita akan membelanya"
"'Dengan semua yang ada pada kita.
"'Mengapa demikian"
'"Demi apa yang kita percayai.
"'Naskah aslinya tak bertanggal, tapi melihat gaya kata katanya, nampaknya ditulis pada
pertengahan abad ketujuh belas,' komentar Musgrave. 'Tapi aku khawatir dokumen ini tak dapat mem
ba ntumu memecahkan misteri ini.'
"'Paling tidak,' kataku, 'malah menambah sebuah misteri lagi yang lebih menarik dari misteri
sebelumnya. Bisa jadi kalau misteri ritual ini terpecahkan, misteri yang lainnya juga akan terbongkar.
Maaf bila aku mengatakan, Musgrave, bahwa kepala pelayanmu ini menurutku sangat cerdas, dan dia
13 memiliki pemahaman yang lebih mendalam daripada sepuluh generasi tuannya turun-temurun.'
"'Aku tak mengerti maksudmu,' kata Musgrave. 'Bagiku, dokumen itu tak begitu bermakna.
"'Menurutku, malah sebaliknya, dan aku menduga bahwa Brunton sependapat denganku. Dia
mungkin secara tak sengaja tahu tentang adanya dokumen itu ketika suatu saat kau sedang
mengeluarkannya.' "'Mungkin sekali. Dokumen itu memang cuma kami simpan begitu saja.'
"'Menurutku, pada waktu kaupergoki itu, dia cuma mau mengulang apa yang sudah dia hafal.
Bukankah dia juga memegang semacam peta yang dicocokkannya dengan dokumen itu, yang lalu di
masukkannya ke sakunya ketika kau muncul di hadapannya"'
"'Benar. Tapi apa urusan Brunton dengan upacara tradisi kami yang sudah kuno itu, dan apa arti
tanya-jawabnya"' "'Kukira tak sukar untuk memecahkan hal itu,' kataku, 'dan kalau kau setuju, mari kita berangkat
dengan kereta api ke Sussex dan kita akan membahas masalah ini dengan lebih mendalam di tempat
kejadian.' "Kami berdua tiba di Hurlstone siang itu juga. Kau mungkin pernah melihat foto atau membaca
keterangan tentang gedung tua yang terkenal itu, jadi aku hanya ingin mengatakan bahwa bangunan itu
berbentuk huruf L, bagian gedung yang lebih panjang lebih modern, dan yang pendek merupakan bekas
bangunan utama yang sudah sangat kuno. Di atas pintu depannya yang rendah dan tebal terpahat
sebuah penunjuk tahun, 1607, tapi para ahli mengatakan bahwa balok-balok kayu dan batu batuan
gedung itu lebih tua lagi usianya. Dinding-dinding bangunan utamanya sangat tebal, padahal jendela-jendelanya amat kecil, sehingga keluarga ini membangun sayap baru untuk mereka tempati, sedangkan
bagian ini lalu dipergunakan sebagai gudang, kalau diperlukan. Rumah ini dikelilingi oleh taman indah
yang dipenuhi pepohonan tua, dan danau yang diceritakan oleh klienku itu terletak dekat jalan raya,
dari rumah jaraknya sekitar dua ratus meter.
"Sejak semula aku sudah merasa yakin, Watson, bahwa ketiga misteri yang terjadi di rumah itu
saling berkaitan, dan begitu aku bisa mengartikan kata-kata yang terkandung dalam Ritual Keluarga
Musgrave itu, aku akan mendapatkan petunjuk yang mengarah kepada apa yang sebenarnya terjadi baik
pada Brunton si kepala pelayan maupun Howells si pelayan wanita. Maka aku lalu mengerahkan segala
14 kekuatanku untuk hal itu. Mengapa Brunton begitu ingin menguasai formula kuno ini" Jelas, karena dia
mendapatkan sesuatu yang tak terlihat oleh anggota keluarga ini sendiri selama berabad-abad, dan yang
diharapkannya akan membawa keberuntungan baginya. Apakah gerangan itu" Dan bagaimana nasibnya
sekarang" "Setelah membaca ritual terscbut, aku jadi yakin bahwa semua ukuran itu mengacu ke suatu
tempat, dan kalau kita bisa menemukan tempat itu, kita juga akan menemukan rahasia nenek moyang
keluarga Musgrave yang telah disamarkan sedemikian rupa. Ada dua petunjuk yang bisa dipakai
sebagai awal penyelidikan, yaitu pohon ek dan pohon elm. Tak ada masalah dengan pohon ek. Tepat di
depan rumah, di sebelah kiri jalanan masuk, ada sebuah pohon ek tua yang amat indah, jauh lebih
menonjol dibanding pohon-pohon ek lain di sekelilingnya.
"'Apakah pohon itu sudah ada di situ waktu ritual ini ditulis"' tanyaku ketika kami melewati
pohon ek tua itu. "'Rasanya sejak zaman Penaklukan Normandia pohon itu sudah ada,' jawabnya. 'Lingkar batang
pohon itu 6,9 meter.' "Nah, salah satu petunjuk telah kudapatkan."
"'Apakah ada pohon elm tua di sekitar rumah ini"' tanyaku.
"'Dulu memang pernah ada di sebelah sana, tapi kira-kira sepuluh tahun yang lalu tersambar
petir dan roboh. Kami lalu menebangnya.'
"'Kau masih ingat letaknya secara persis"'
"'Oh, ya.' "'Di samping pohon elm yang kautebang itu, apakah ada yang lain"'
"'Tidak ada yang berusia tua, kalau pohon-pohon lain
ada banyak.' "'Aku ingin melihat lokasi bekas pohon elm itu.'
"Saat itu kami masih berada di dalam kereta, dan klienku langsung membelokkan kereta menuju
tempat yang kuinginkan tanpa mampir ke rumah terlebih dahulu. Lokasinya ternyata di tengah-tengah
antara pohon ek tadi dan rumah. Penyelidikanku nampaknya menunjukkan titik terang.
15 "'Kurasa tak mungkin kita mencari tahu
berapa kira-kira tinggi pohon elm yang
kautebang itu"' tanyaku.
"'Aku tahu dengan tepat. Tingginya 19,2
meter.' "'Bagaimana kau bisa tahu"' tanyaku dengan
heran. "'Guru les trigonometri yang mengajarku
dulu sering menyuruhku membuat banyak
latihan, yaitu mengukur-ukur ketinggian benda-benda. Aku masih ingat, waktu itu aku sempat
mengukur tinggi setiap pohon dan gedung di
daerah ini.' "Kebetulan sekali. Data yang kuperlukan
jadi terkumpul lebih cepat dari yang kuduga semula.
"'Ngomong-ngomong, pernahkah kepala pelayanmu mengajukan pertanyaan seperti itu
kepadamu ' tanyaku. "Reginald Musgrave menatapku dengan sangat terkejut. 'Astaga, aku jadi ingat! Brunton
memang menanyakan tinggi pohon itu beberapa bulan yang lalu. Katanya, dia bertengkar dengan
tukang kuda soal tinggi pohon itu.'
"Berita ini sungguh bagus, Watson, karena itu berarti arah penyelidikanku ternyata benar. Aku
lalu menatap matahari yang tergantung rendah di angkasa. Kuperkirakan dalam waktu kurang dari satu
jam, matahari akan terletak tepat di atas dahan pohon ek yang paling tinggi. Salah satu persyaratan
yang disebut dalam ritual itu akan terpenuhi. Dan bayangan pohon elm tentunya berarti tempat
bayangan matahari itu berakhir. Kalau tidak, pastilah batang pohon yang dijadikan ukurannya. Langkah
selanjutnya ialah mencari tempat jatuhnya ujung bayangan matahari itu setelah melewati puncak pohon
ek." "'Tentunya susah menentukannya, Holmes, karena pohon elm itu sudah tak berada di tempatnya
16 lagi.' "Well, paling tidak aku merasa yakin bahwa kalau Brunton mampu melakukannya, mengapa aku
tidak" Lagi pula, ternyata tak terlalu susah, kok. Aku dan Musgrave masuk ke rumah dan menuju ruang
belajarnya, lalu menyiapkan sepotong kayu yang kini ada di tanganku ini. Kuikatkan benang yang
panjang, dan benang itu kubundel pada tiap jarak 0,9 meter. Kuambil dua helai tali pancing yang
panjangnya 1,8 meter, kemudian kami kembali ke lokasi bekas pohon elm tadi. Matahari berada tepat
di atas puncak pohon ek. Aku mengikatkan tali pancing pada salah satu sisi untuk menandai arah
bayangan matahari, lalu mengukur panjangnya. Ternyata 2,7 meter.
"Tentu saja penghitungan selanjutnya mudah. Kalau tali pancing sepanjang 1,8 meter
memancarkan bayangan sepanjang 2,7 meter, maka pohon yang tingginya 19,2 meter tentunya akan
memancarkan bayangan sepanjang 28,8 meter menurut arah bayangan itu. Aku lalu mengukur jarak
sejauh itu, dan sampailah di dekat tembok rumah. Di tempat itu kupancangkan potongan kayu ini.
Bayangkan betapa gembiranya hatiku, Watson, melihat sedikit lekukan di tanah lima sentimeter
jauhnya dari patok kayuku itu. Tahulah aku bahwa tanda itu dibuat oleh Brunton pada waktu dia
mengukur-ukur seperti yang sedang kulakukan saat
itu. Aku juga merasa yakin bahwa aku akan segera
menemukan jejaknya. "Dari situlah aku mulai bertindak. Pertama, aku
menentukan empat arah mata angin dengan bantuan
kompas kecilku. Aku maju sepuluh langkah sejajar
dengan dinding rumah, lalu tempat itu aku beri tanda
dengan menancapkan sepotong kayu lagi. Lalu lima
langkah ke timur, dan dua langkah ke selatan.
Sampailah aku ke ambang pintu gedung utama. Maka
dua langkah ke barat berarti aku harus melangkah
memasuki lorong yang terbuat dari batu, dan tempat
inilah yang ditunjukkan oleh ritual itu.
"Tapi aku langsung menjadi teramat kecewa,
Watson. Kelihatannya perhitunganku salah total.
17 Waktu itu sinar matahari yang hampir tenggelam menerangi lorong itu, dan kulihat bebatuan di kedua
sisi lorong itu masih utuh terbalut semen, dan jelas sekali sudah puluhan tahun tak pernah disentuh
orang. Jadi, Brunton tak melacak sampai di sini. Aku menjejak-jejakkan k
aki di sepanjang lantai lorong
itu, dan suara yang dihasilkan sama semuanya. Tak terlihat tanda adanya retakan atau celah di
bawahnya. Tapi, untunglah, Musgrave, yang mulai memahami makna upayaku dan yang kini jadi
penasaran sebagaimana halnya diriku, lalu mengeluarkan catatannya lagi untuk mengecek
perhitunganku. "'Dan begitulah di bagian bawahnya,' teriaknya. 'Petunjuk itu telah kaulewatkan.'
"Tadinya kukira itu berarti kami harus menggali, namun tentu saja saat itu langsung kusadari
bahwa tidak demikian halnya. 'Kalau begitu ada gudang di bawah tanah, ya"' teriakku.
"'Ya, gudang itu dibangun bersamaan dengan rumah utama. Letaknya di bawah sini, melalui
pintu ini.' "Kami berdua menuruni tangga putar, dan teman seperjalananku ini mengeluarkan korek lalu
menyalakan lentera besar yang ada di atas drum di ujung ruangan. Dalam sekejap kami merasa yakin
bahwa kami telah tiba di tempat yang dimaksud, dan bahwa sudah ada orang lain yang mendahului
kami menemukan tempat itu.
"Tempat itu dulunya dipakai untuk menyimpan kayu bakar, dan potongan-potongan kayu yang
dulunya bertebaran di lantai, sekarang telah ditumpuk di beberapa tempat, sehingga ada bagian kosong
di tengah gudang itu. Di situ tergeletak sebuah batu besar dan bulatan besi karatan yang bagian
tengahnya diikat dengan sebuah selendang tebal terbuat dari bulu domba.
"'Demi Tuhan!' teriak klienku. 'Selendang itu milik Brunton. Aku pernah melihatnya memakai
selendang itu, aku berani bersumpah. Apa gerangan yang telah dilakukan oleh si keparat itu di sini"'
"Aku menyarankan agar dia memanggil polisi, dan aku lalu mencoba mengangkat batu besar itu
dengan menarik selendangnya. Batu itu hanya bergeser sedikit. Setelah dibantu oleh seorang polisi,
barulah aku berhasil memindahkannya ke samping. Di bawah lokasi batu semula ternyata ada sebuah
lubang. Kami semua mengintip ke dalamnya, sementara Musgrave berjongkok di tepi lainnya sambil
memasukkan lentera ke dalam lubang itu.
"Di dalam sana terdapat sebuah ruangan kecil yang daiamnya kira-kira 2,1 meter dan luasnya
18 1,4 meter persegi. Pada salah satu sisinya terdapat kotak kayu berlapis kuningan, tutupnya memakai
engsel, dan kuncinya berbentuk aneh sekali. Kotak itu tertutup debu, dan kayunya sudah lapuk dimakan
ulat dan kelembapan tempat itu. Bagian dalamnya juga sudah ditumbuhi jamur. Isi kotak itu cuma
beberapa keping logam yang rupanya merupakan uang-uang kuno.
"Tapi pada waktu itu kami tak sempat memikirkan
soal kotak tua itu, karena sesuatu yang meringkuk di
Sherlock Holmes - Ritual Keluarga Musgrave di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sampingnya langsung menarik perhatian kami. Ternyata
sosok seorang lelaki berjas hitam dalam posisi bertelut,
dahinya menempel pada pinggiran kotak itu sedangkan
kedua lengannya terkapar ke samping. Posisi ini
mcngakibatkan semua darah beku dalam tubuhnya
tertarik ke wajah, sehingga wajah itu tak dapat lagi
dikenali. Tapi dari tinggi badannya, pakaiannya dan
rambutnya, klienku langsung yakin bahwa itu memang
mayat kepala pelayannya yang menghilang. Dia sudah
menjadi mayat sejak beberapa hari yang lalu, tapi tak ada
luka atau bekas goresan di tubuhnya yang menandai
sebab-sebab kematiannya. Ketika mayat itu sudah
diangkat dari gudang bawah tanah, kami masih
menghadapi masalah yang tak kalah peliknya
dibandingkan dengan sebelumnya.
"Kuakui, Watson, sampai sejauh itu aku masih tetap tak puas dengan penyelidikanku.
Sebelumnya aku memperhitungkan bahwa kalau aku menemukan lokasi yang dimaksud, masalahnya
pun akan selesai. Tapi saat itu aku sudah menemukan lokasinya, dan masih tetap tak mendapat jawaban
tentang apa sebenarnya yang disembunyikan nenek moyang keluarga ini dengan begitu telitinya.
Memang benar aku telah menemukan Brunton, tapi kini aku harus mencari tahu apa yang
menyebabkan kematiannya, dan apa peranan pelayan wanita yang juga menghilang itu. Aku duduk di
atas sebuah tong di salah satu sudut ruangan itu dan memikirkan masalah itu secara keseluruhan.
"Kau kan tahu caraku bertindak dalam kasus-kasus semacam itu, Watson" Aku membayangkan
19 diriku menjadi Brunton, dan setelah menaksir seberapa hebat kira-kira kecerdasannya, aku mencoba
membayangkan apa yang akan kulakukan pada situasi yang sedang dihadapinya. Dalam hal ini,
masalahnya menjadi lebih sederhana karena Brunton betul-betul cerdas, sehingga tak sulit bagiku untuk
menempatkan diri pada posisinya. Nah, dia tahu bahwa ada sesuatu yang amat berharga yang
dirahasiakan tempat penyimpanannya. Dia sudah berhasil menemukan lokasinya, namun dia tak
mampu menarik batu penutup di atas lubang persembunyian itu seorang diri. Apa yang akan
dilakukannya" Kalau dia minta bantuan dari luar, misalnya seseorang yang dipercayainya, dia harus
melewati pintu-pintu di dalam rumah dan besar kemungkinan dia akan ketahuan. Jadi lebih baik kalau
dia minta tolong seorang rekan pelayan di dalam rumah itu. Tapi siapa yang kira-kira diminta untuk
membantunya" Pelayan wanita itu pernah sangat mencintainya. Seorang pria biasanya beranggapan
bahwa bila seorang gadis pernah mencintainya, maka cinta itu tak akan pernah hilang, walaupun dia
pernah mengecewakan gadis itu. Dia berusaha menarik simpati gadis Howells itu lagi, lalu
mengajaknya berkomplot. Mereka pergi ke gudang bawah tanah pada malam hari, dan mereka berdua
bersama-sama menarik batu besar itu. Sampai di situlah aku mengikuti skenario mereka yang nampak
begitu jelas dalam anganku bagaikan aku telah melihat tindakan mereka dengan mata kepalaku sendiri.
"Tapi karena mereka cuma berdua, dan salah satunya seorang wanita, tentu tak mudah bagi
mereka untuk menggeser batu itu. Aku bersama seorang polisi bertubuh kekar saja harus dengan susah
payah melakukannya. Apa yang mereka lakukan untuk membantu upaya mereka" Mungkin sesuatu
yang akan kulakukan juga apabila aku berada dalam posisi mereka. Aku bangkit dan mengamati
potongan-potongan kayu yang berserakan di lantai dengan saksama. Aku langsung menemukan apa
yang kucari. Salah satu potongan kayu yang panjangnya kira-kira 90 sentimeter, ujungnya bengkok,
sedangkan beberapa lainnya menjadi gepeng akibat tergencet sesuatu yang amat berat. Jelas sekali
bahwa mereka telah berusaha mengungkit batu itu dengan bantuan potongan-potongan kayu, sampai
batu itu tergeser ke samping dan lubang yang menganga di hadapan mereka cukup bagi mereka untuk
menyusup ke bawah. Mereka mengganjal batu itu dengan sepotong kayu yang panjang agar selama
mereka berada di bawah, lubang itu tetap dalam keadaan terbuka. Itulah sebabnya potongan kayu itu
sampai menjadi bengkok ujungnya. Sejauh ini, kurasa aku benar.
"Dan sekarang, bagaimana kelanjutan drama malam hari itu" Jelas bahwa lubang di bawah itu
hanya cukup untuk satu orang, dan pasti Brunton lah yang masuk ke situ. Si pelayan wanita menunggu
20 di atas. Brunton lalu membuka kotak itu, menyerahkan isinya mungkin karena waktu kami temukan
isi kotak itu sudah tak ada di tempat nya lalu... lalu, apa yang terjadi selanjutnya"
"Mungkin saja tiba-tiba terlintas dalam benak
wanita Wales yang pemberang ini untuk membalas
dendam terhadap pria yang telah mengecewakan
hatinya itu mumpung dia mempunyai kesempatan.
Dia dengan sengaja menyenggol kayu penahan itu
sehingga batu tersebut meluncur dan menutup lubang
kembali. Atau apakah potongan kayu itu kebetulan saja
terlepas dan kesalahan si wanita hanyalah karena dia
merahasiakan nasib bekas kekasihnya" Apa pun yang
terjadi, aku mempunyai bayangan bagaimana wanita itu
lalu mendekap harta temuannya erat-erat dan langsung
berlari menaiki tangga, tanpa mempedulikan teriakan
ataupun gedoran bekas kekasihnya yang tak setia itu.
"Inilah yang menjadi rahasia mengapa wajahnya
pucat pasi, badannya gemetaran, lalu ledakan tawa
histerisnya pada keesokan paginya. Tapi apa isi kotak
itu" Dan apa yang telah dilakukannya" Tentu saja harta
karun yang kami cari-cari itu adalah potongan logam kuno dan bebatuan berwarna kusam yang dikeruk
temanku dari dasar danau. Wanita itu melemparkannya ke danau begitu ada kesempatan untuk
menutupi tindakan jahatnya.
"Selama dua puluh menit aku duduk tak bergerak sambil memikirkan masalah itu. Musgrave
cuma berdiri bengong dengan wajah yang
masih pucat sambil mengayun-ayunkan lentera dan sesekali
mengintip lagi ke dalam lubang itu.
"'Ini koin zaman Raja Charles I,' katanya sambil mengamati kepingan-kepingan logam yang
didapatnya dari dalam kotak kayu itu. 'Perkiraan kami tentang kapan dimulainya ritual keluarga kami
itu ternyata tak meleset.'
21 "'Mungkin malah ada lagi peninggalan Raja Charles I yang akan kita temukan,' teriakku ketika
aku tiba-tiba mendapatkan arti dari kedua pertanyaan pertama dalam ritual itu. 'Coba kulihat barang-barang yang kaudapatkan dari danau.'
"Kami menaiki tangga dan menuju ruang belajarnya, lalu ditunjukkannya barang-barang yang
kumaksudkan itu. Melihat jenis barangnya yang cuma berupa logam hitam dan batu-batuan kusam
yang tak menarik, aku bisa mengerti mengapa dia menganggapnya tak penting. Kuambil salah satu
batu, lalu kugosokkan ke lengan kemejaku. Ternyata, batu itu menjadi berkilauan. Potongan logam itu
sebenarnya berbentuk lingkaran ganda, tapi telah bengkok dan berubah dari bentuk aslinya.
"'Kau harus ingat,' kataku, 'bahwa keluarga kerajaan masih berkuasa di Inggris bahkan setelah
kematian sang Raja, dan bahwa ketika akhirnya mereka meninggalkan Inggris mereka mungkin
meninggalkan banyak barang berharga yang dipendam di suatu tempat, dengan harapan mereka akan
bisa mengambilnya kembali setelah keadaan menjadi aman.'
"'Nenek moyangku, Sir Ralph Musgrave, adalah anggota pasukan berkuda kerajaan yang hebat,
dan menjadi tangan kanan Raja Charles II kalau beliau mengadakan perjalanan,' kata temanku.
"'Ah, begitu, ya!' jawabku. 'Mata rantai terakhir telah kita temukan kalau begitu. Nah,
kuucapkan selamat kepadamu, karena kaulah pewaris suatu barang peninggalan yang amat tinggi nilai
sejarahnya, walaupun untuk itu kau harus mengalami hal-hal yang agak tragis .'
"'Benda apa gerangan itu"' tanyanya tercekat
"'Tak lain tak bukan adalah mahkota kuno Raja-raja Inggris.'
"'Mahkota! Yang itu!'
"Benar. Perhatikan apa yang dikatakan dalam ritual itu. Bagaimana bunyinya" "Milik siapakah
itu"" "Milik dia yang telah tiada." Itu menunjukkan bahwa Charles I telah dihukum mati. Lalu, "Siapa
yang akan mewarisinya"" "Dia yang berikutnya." Maksudnya Raja Charles II yang kedatangannya
sudah diramalkan. Kurasa, tak diragukan lagi bahwa mahkota yang sudah rusak bentuknya ini dulu
menghiasi kepala Dinasti Stuart.'
"'Bagaimana sampai benda ini berada di dasar danau"'
'"Ah, jawaban atas pertanyaan itu membutuhkan waktu.'
22 "Aku lalu mulai membeberkan kepadanya semua rentetan dugaanku dan bukti-bukti yang
kudapatkan. Ketika penuturanku selesai, senja telah lewat dan bulan mulai bersinar dengan terangnya
di langit. "'Lalu mengapa Raja Charles II tak berhasil menemukan mahkotanya ketika dia bertakhta"'
tanya Musgrave sambil mengembalikan barang warisan itu ke dalam tas kainnya.
"'Ah, itu satu hal yang mungkin tak akan pernah bisa dijelaskan. Mungkin saja nenek
moyangmu yang tahu akan rahasia itu telah meninggal sebelum sang Raja tiba, dan karena
kekhilafannya dia mewariskan ritual itu tanpa memberitahukan arti sebenarnya. Sejak itu, ritual
tersebut lalu diturunkan dari generasi ke generasi, sampai akhirnya jatuh ke tangan seseorang yang
berhasil membongkar rahasianya tapi yang telah kehilangan nyawanya dalam upaya itu.'
"Begitulah kisah Ritual Keluarga Musgrave, Watson. Mereka lalu menyimpan mahkota itu di
Hurlstone walaupun pada mulanya pemerintah melarang hal itu. Mereka akhirnya harus membayar
sejumlah uang tertentu sebelum diizinkan untuk memiliki benda-benda peninggalan itu. Aku yakin,
kalau kau menyebutkan namaku, kau pasti akan diizinkan untuk melihat benda-benda itu. Tentang
wanita itu, tak ada kabar beritanya lagi. Dia mungkin melarikan diri dari Inggris sambil membawa serta
kenangan pahit masa lalunya, bahwa dia pernah membunuh seseorang di suatu negeri di seberang
lautan." TAMAT tamat Perjalanan Ke Akhirat 1 Pendekar Mabuk 083 Bocah Titisan Iblis Laron Pengisap Darah 3