Pencarian

Misteri Di Teater Kecil 2

Pasukan Mau Tahu - Misteri Di Teater Kecil Bagian 2


Pippin mendengarkan dengan penuh minat "Sangat menarik," katanya. "Kelihatannya ketika terjadi perampokan di Teater Kecil, di situ tidak ada siapa-siapa - kecuali kucing gadungan itu! Pak Goon berniat menahannya sebagai tersangka ia merasa yakin, orang itulah yang membius manager lalu merampok isi lemari besi. Bayangkan - Aktor Kucing sebagai perampok!"
Bab 8 Laporan Pippin Otak Fatty sibuk bekerja.
"Ceritakanlah apa saja yang Anda ketahui," katanya pada Pippin. "Pukul berapa Anda datang ke sana - apa saja yang Anda lihat di situ. Bagaimana Anda sampai mengetahui bahwa di situ terjadi perampokan - pokoknya, segala-galanya! Wah - untung Anda saat itu ada di sana!"
"Aku sebetulnya sedang menyelidiki dua penjahat, yang beberapa malam yang lalu kulihat mengendap-endap dalam semak di sebuah pekarangan," kata Pippin. Muka Fatty memerah mendengarnya. Untung saja Pippin tidak melihat. "Aku menduga mereka akan mengadakan pertemuan di belakang Teater Kecil. Karena itulah aku bersembunyi di tempat itu. Aku datang sekitar setengah sembilan. Ketika aku menjenguk ke dalam kamar di belakang beranda, di mana kau melihat kucing gadungan itu - aku juga melihatnya di sana. ia sedang tidur dekat pediangan. Aneh! Untuk apa ia begitu lama memakai pakaian kucing itu""
"Ya, rupanya orang itu agak aneh," kata Fatty.
"ia memang aneh - otaknya tidak normal," kata Pippin. "Aku melihatnya tadi pagi, tanpa
pakaian kucingnya Orangnya agak kerdil, kecuali kepalanya yang besar Umurnya sekitar dua puluh empat kata orang. Tapi pertumbuhannya tidak normal. Tingkah lakunya masih seperti anak kecil Panggilannya Boysie."
"Kurasa ia pernah terjatuh ketika masih bayi." kata Fatty. Ia pernah mendengar cerita orang mengenai aktor kucing itu. "Dan orang yang pernah mengalami cedera semasa bayi, pertumbuhannya kan sering tidak normal, kata orang! Tapi teruskanlah, Pak. Ini menarik sekali!" "Yah - seperti kataku tadi. aku melihat kucing gadungan itu tidur dekat pediangan." sambung Pippin. "Kemudian, ketika lonceng gereja berdentang sembilan kali, aku memutuskan untuk bersembunyi. Aku lantas memanjat ke atas lewat lubang yang ada di atap beranda, lalu duduk di ambang jendela kamar sebelah atas. Aku menung-gu di situ. Kemudian aku mendengar suara orang
mengerang." "Lalu-setelah itu"" desakFatty. karena Pippin berhenti sebentar untuk mengingat-ingat. "Wah. Anda untung sekali ada di tempat itu!"
"Aku menyorotkan senterku ke dalam kamar," sambung Pippin. "Kulihat manager Teater Kecil tertelungkup di mejanya. Lemari besi di dinding sebelah belakangnya kosong! Dengan segera aku masuk, dengan jalan memecahkan kaca jendela.
sementara itu manager mulai siuman kembali, rupanya ia dibius orang Kurasa obat biusnya dimasukkan ke dalam minuman teh. Lemari besi
yang kosong langsung diperiksa oleh petugas ahli yang segera kuminta datang, untuk menemukan bekas-bekas sidik jari di situ. Cangkir teh juga diperiksa. Kurasa obat bius yang menyebabkan manager itu pingsan, obat tidur yang keras sekali!"
"Apakah ia menyebutkan, siapa yang membawakan teh itu untuknya"" tanya Fatty dengan penuh minat.
"Ya. Boysie - aktor kucing!" kata Pippin. "Mencurigakan, ya" Tapi apabila Boysie diajak bicara mengenainya, langsung timbul perasaan bahwa ia tidak ada sangkut-pautnya dengan kejadian ini. Orangnya terlalu dungu! Rasanya ia tidak cukup punya akal untuk memasukkan obat tidur ke dalam secangkir teh. Dan ia pasti tak tahu di mana letak lemari besi - atau di mana kuncinya disimpan. Apalagi mengetahui angka-angka kombinasi yang harus dipilih untuk membuka pintu lemari, apabila anak kunci sudah dimasukkan ke lubangnya"
"Hmm - ini sangat menarik," kata Fatty. "Kecuali Boysie, siapa lagi yang ada di Teater Kecil saat itu""
"Cuma ia sendiri yang ada di situ," jawab Pippin. "Para aktor yang lain, semua sudah pergi setelah mengadakan pertunjukan hiburan untuk anak-anak Panti Asuhan Farleigh. Kita bisa saja meneliti alibi mereka. Kita telusuri dengan cermat, di mana para aktor itu berada sejak meninggalkan gedung teater, sampai deng
an pukul delapan malam. Soalnya, perampokan itu terjadi pada suatu saat
84 antara pukul setengah enam sampai pukul delapan. Yaitu antara saat pertunjukan bubar, sampai manager kutemukan pingsan karena dibius!"
"O, begitu. Dan Anda karenanya perlu mengecek di mana saja orang-orang yang mungkin datang kembali lalu melakukan perampokan itu," kata Fatty. "Ya, betul! Tapi apakah tidak mungkin perampokan itu dilakukan orang lain" Maksudku, kenapa harus salah seorang aktor itu yang dicurigai""
"Karena pelakunya tahu, kapan saat yang paling baik untuk melakukannya," kata Pippin menjelaskan, "ia tahu di mana letak lemari besi. ia tahu, manager sudah menyimpan uang masuk hari itu ke
dalamnya, dan belum dibawa ke bank seperti biasa dilakukan olehnya. Perampok itu tahu di mana anak kunci disimpan, yaitu dalam dompet manager - dan bukan pada gelang kunci. Ia pun tahu kebiasaan manager untuk minum secangkir teh pada petang hari - lalu memasukkan obat tidur ke dalamnya!"
"Ya, Anda benar! Seorang asing takkan mengetahui segala hal itu," kata Fatty sambil merenung. "Jadi pelakunya mestinya salah satu dari para aktor itu! Tapi aneh - kenapa Boysie yang mengantarkan teh pada manager" Menurut
Anda, mungkinkah ia terlibat dalam perampokan tu""
"Entahlah, aku belum tahu! Menurut keterangannya, ia tidak ingat apa-apa, kecuali merasa
85 sangat mengantuk kemarin malam, lalu tidur di depan pediangan," kata Pippin. "Memang di situlah aku melihatnya, ketika aku memandang ke dalam kamar itu. ia bahkan mengaku bahwa bukan dia yang mengantarkan teh untuk manager. Tapi itu tentu saja omong kosong, karena managernya sendiri mengatakan bahwa Boysie yang datang mengantarkan teh. Mana mungkin manager itu sampai keliru! Menurut dugaanku, Boysie berkata begitu karena takut, ia mengatakan bukan dia yang mengantarkan supaya jangan dituduh, ia lupa bahwa dirinya gampang dikenali, dengan pakaian panggung sebagai kucing!"
"Ya - kelihatannya Boysie sendiri yang melakukan perampokan itu, atau ia membantu orang lain," kata Fatty. "Yah, terima kasih, Pak Pippin! Anda akan kukabari. apabila kami menemukan sesuatu yang menarik Dan ingat - Anda jangan mengatakan apa-apa pada Pak Goon. ia takkan berterima kasih karenanya!"
"Aku takkan mau membuka mulut." kata Pippin. "Astaga-itu dia. datang kembali! Padahal aku sama sekali belum membuat laporan yang disuruhnya buat tadi. Kau sebaiknya menyingkir saja lewat belakang, Frederick!"
Pak Goon nampak di pintu pagar depan, dengan sikap sok penting, ia sedang bercakap-cakap dengan Pak Pendeta. Gaya bicaranya serius dan lambat
Fatty berjingkat-jingkat ke serambi dalam, sambil! menggendong Buster ia menuju ke dapur.
86 Maksudnya hendak keluar lewat halaman belakang, melompati pagar di situ lalu pergi ke rumah Pip. Banyak sekali yang perlu diceritakannya pada teman-teman!
ia mendengar suara Pak Goon yang lantang di dalam rumah.
"Kau tahu apa kata Pak Pendeta tadi padaku. Pippin" Katanya, kau kemarin bersikap kasar terhadap saudaranya! Katanya, kau menyambar topinya, atau begitu! Sungguh, kurasa..."
Fatty tidak menunggu lebih lama lagi. Pippin yang malang! Kini ia pasti menghadapi kesulitan, sebagai akibat kecurigaannya terhadap orang orang berambut merah! Fatty menyesal sekali atas kejadian itu.
"Coba dari semula kita tahu bahwa Pippin baik hati, pasti kita tidak begitu iseng terhadapnya," kata Fatty pada dirinya sendiri, sementara ia berjalan menuju ke rumah Pip. "Tapi - mungkin aku bisa memperbaiki kesalahan itu, dengan jalan memecahkan misteri aneh ini untuknya."
Sementara itu anak-anak yang lain sudah tidak sabar menunggu kedatangan Fatty. Sudah satu setengah jam ia pergi! Apa saja yang dilakukannya selama itu"
"Nah - akhirnya ia datang juga." seru Bets, ang berjaga di depan jendela," ia bergegas-gegas memasuki pekarangan, bersama Buster. Kelihatannya seperti membawa kabar penting!"
Kenyataannya memang demikian. Begitu masuk, Fatty langsung menceritakan segala-
87 galanya dari awal mula. Ketika ia sampai pada bagian di mana Pak Goon memukul Buster dengan alat pengorek api. Bets menjerit lalu merebahkan diri di samping Buster Anj
ing kecil itu kaget, ketika dengan tiba-tiba saja dirangkul oleh Bets.
"Aduh. Buster- kau luka" Keterlaluan, kenapa ada yang sampai hati memukulmu! Aku benci sekali pada Pak Goon! Aku tahu, tidak baik membenci orang, tapi lebih tidak baik lagi jika orang jahat kayak Pak Goon tidak dibenci. Mariamu yang sakit. Buster""
Laporan Fatty terputus selama sepuluh menit Para anggota Pasukan Mau Tahu sibuk meneliti keadaan Buster. Pada mulanya Fatty merasa yakin bahwa Buster tidak apa-apa. Bulu anjing kecil itu sangat tebal. Tapi melihat betapa prihatin teman-temannya, ia mulai ragu, jangan-jangan Buster memang cedera berat. Dengan hati hati sekali kelima anak itu menyibakkan bulu yang tebal di punggung Buster dan memeriksa setiap jengkal kulit sebelah dalamnya. Buster keasyikan, ia berbaring, sedang ekornya mengibas-ngibas kesenangan Lidahnya yang merah terjulur ke luar.
Tapi anak-anak sama sekali tidak menemukan bekas apa pun juga. kecuali di satu tempat. Itu pun hampir-hampir tidak kelihatan.
"Di tempat itulah ia kena pukulan," kata Bets. "Huh-kepingin rasanya aku memukul Pak Goon dengan alat pengorek api! Dan keras sekali!"
"Aduh, galaknya, Bets!" kata Daisy tercengang. "Padahal kau tahu sendiri, baru dibentak saja oleh
Pak Goon, kau pasti sudah lari pontang-panting!"
"Aku takkan heran apabila Bets menyerang Pak Goon dengan alat itu, jika ia beranggapan Pak Goon hendak memukul Buster" kata Fatty. "Bisa saja ia sendiri takut pada polisi jahat itu. Tapi jika merasa Pak Goon hendak menyakiti orang lain. Bets pasti akan lupa pada rasa takutnya! Aku tahu sifat Bets!"
Bets senang mendengar perkataan Fatty itu. Mukanya merah, lalu cepat-cepat disembunyikan nya dengan jalan membenamkannya ke leher Buster. Fatty menepuk-nepuk punggung anak itu.
"Aku sendiri rasanya kepingin sekali tadi memukul kepala Pak Goon, ketika kurampas alat pemukul itu dari tangannya," kata Fatty "Wah - kalian mesti melihat tampangnya tadi ketika menyadari bahwa alat itu tahu-tahu sudah kurampas!"
"Sekarang teruskan ceritamu," kata Pip. "Semakin asyik saja kedengarannya! Coba aku tadi ikut hadir di sana!"
Fatty meneruskan ceritanya. Anak-anak tertawa terpingkal pingkal ketika mendengar betapa Pak Goon meminta segala petunjuk palsu dari Pippin, yang langsung menyerahkan.
"Pasti hari Minggu ini ia akan ada di stasiun, untuk menyongsong kereta api itu, Fatty!" kata Pip sambil terkekeh. Tidak bisakah kita ikut ada di sana""
I "O ya - yuk. yuk!" kata Bets. "Pak Goon pasti jengkel, jika melihat kita semua juga ada di stasiun.
89 Pasti ia akan mengira bahwa kita juga tahu tentang petunjuk itu!"
"Dan kenyataannya memang begitu," kata Larry, "karena kita yang memasangnya!"
"He! Ide itu bagus sekali," kata Fatty. "Aku bisa menyamar lagi dan datang dengan kereta itu, biar Pak Goon curiga lalu membuntuti diriku."
"Sedang kami pun bisa ikut membuntuti." kata Bets sambil cekikikan. "Ya, ya - itu harus kita lakukan! Besok kan sudah Minggu! Wah - pasti ini bisa asyik sekali. Fatty!"
"Tapi teruskan dulu ceritamu," kata Daisy. "Kita dengarkan dulu sampai selesai, sebelum kita mengatur rencana selanjutnya. Kalau dipotong-potong terus. tahu-tahu sudah saat makan siang sebelum Fatty selesai dengan ceritanya."
Fatty menceritakan pengalamannya sampai selesai. Anak anak yang lain ikut bergembira, mendengar betapa Pippin membela Fatty dan Buster. Semua sependapat bahwa Pippin baik hati. Sedang Bets dan Daisy agak menyesal, kenapa kemarin malam tidak berani mengintip ke dalam kamar di belakang beranda, sehingga tidak ikut melihat Boysie yang berpakaian kucing tidur di situ.
"Menurutmu, diakah pelakunya"" tanya Bets. "Jika ia yang mengantar teh, mestinya dialah yang melakukan perampokan itu. Mungkin saja ia lebih cerdik daripada sangkaan kita."
"Kemungkinan itu memang bisa saja, Bets," kata Fatty. "Aku perlu menanyainya. Kita bisa beramai-ramai datang, untuk mengajaknya meng-
90 obrol. Kita berbuat seolah-olah kita anak-anak yang tertarik pada peranannya. Kalau diajak bicara orang dewasa, pasti ia berjaga-jaga. Tapi dengan anak-anak, tidak!"
"Ya - ide itu bagus," kata Larry. "Wah, kejadia
n ini mengasyikkan! Bayangkan, secara tidak sengaja kita meletakkan petunjuk-petunjuk palsu, tepat di tempat di mana kemudian terjadi perampokan! Dan kita pula yang memancing seorang polisi untuk datang ke situ. sehingga ia mengetahui kejadian itu. Benar benar luar biasa!"
"Yah - sekarang kita harus mulai memutar otak," kata Fatty. "Waktu kita tinggal dua minggu untuk menyelidiki misteri itu! Dan Pak Goon pun sudah sibuk dengannya - meski agak direpotkan karena adanya petunjuk-petunjuk palsu. Sedang kita akan dibantu oleh Pippin. Mungkin saja ia akan mengetahui beberapa hal, yang tidak mungkin bisa kita selidiki!"
"Bagaimana kita memulai penyelidikan ini"" tanya Larry.
"Kita harus menyusun rencana," kata Fatty. Rencana yang rapi! Seperti biasanya kita lakukan. Dengan daftar tersangka, daftar petunjuk dan seterusnya."
"Ya, ya!" kata Bets bersemangat. "Yuk, kita mulai sekarang ini juga. Fatty! Kau membawa buku catatan""
"Tentu saja," kata Fatty, sambil mengeluarkan buku catatan tebal serta pulpen dari kantongnya.
91 Dibukanya buku catatan, lalu dibuatnya beberapa garis dengan rapi pada salah satu halaman "Nah! Sekarang - orang-orang yang perlu dicurigai."
Saat itu dari bawah terdengar bunyi lonceng. Bets mengeluh
"Aduh! Sudah saat makan siang! Maukah kau datang lagi nanti siang untuk meneruskan rencana kita. Fatty""
"Baiklah," jawab Fatty. "Kita berkumpul lagi pukul setengah tiga. Kalian hendak bersiap-siap untuk berpikir. Misteri kita kali ini hebat sekali!"
92 Bab 9 Pippin Membantu Sambil makan siang Fatty sibuk berpikir Ibunya melihat anak itu hampir-hampir tidak bicara, langsung menyangka ia sakit gigi lagi. Diperhati kannya Fatty dengan teliti. Pipinya nampak sudah mengempis. Tidak begitu tembam lagi. Sebdak-daknya. bdak lebih dari biasanya!
"Bagaimana gigimu sekarang Frederick"" tanya Ibu dengan tiba-tiba. Fatty menoleh dengan bingung. Giginya" Apa maksud ibunya" "Gigiku"" katanya. "Gigi yang mana. Bu""
"Jangan konyol. Frederick," tukas Ibu "Kau kan tahu. mukamu tadi pagi bengkak sekali. Aku sudah bermaksud menelepon dokter gigi.Tapi kemudian lupa! Aku menanyakan gigimu, karena pasti sakit - kalau melihat mukamu yang begitu bengkak. Kurasa lebih baik kutelepon saja dokter gigi, walau pipimu sudah agak kempis kembali." "Bu. yang tadi pagi itu bukan sakit gigi, tapi bantalan pipi," kata Fatty ketakutan. Sekarang ibunya yang memandang dengan bingung. "Bantalan pipi" Apa maksudmu, Frederick"" "Itu. bantalan yang diselipkan di belakang pipi, supaya tampang kita kelihatan berubah," kata Fatty. ia menyesal sekarang, kenapa tadi iseng
93 memakainya sewaktu sarapan. "Itu-itu semacam samaran. Bu!"
"Huh. menjijikkan!" kata Ibu. "Kenapa sih, kau suka melakukan hal-hal seperti itu, Frederick" Pantas tampangmu berubah sekali!"
"Maaf. Bu." kata Fatty Untung ibunya tidak melanjutkan pembicaraan tentang soal itu. Ibu mulai berbicara tentang tingkah laku Pak Pippin yang aneh. ia mendengar kabar, polisi muda itu menyambar rambut Pak Twit Atau mungkin juga topinya. Entahlah! Ibu juga bercerita pada Fatty, Pak Pendeta sudah mengadukan kejadian itu pada Pak Goon. yang kini sudah kembali untuk mengusut kasus perampokan di Teater Kecil.
"Dan kuharapkan sekali agar kau tidak ikut-ikut campur lagi dalam kejadian itu." kata Ibu. "Pak Goon nampaknya sudah lumayan hasil penyelidikannya. Di tangannya terdapat sejumlah petunjuk yang sangat menarik. Aku tidak suka pada orang Itu, tapi kali ini ia kelihatannya cepat sekali bertindak Langsung kembali dari bercuti lalu menemukan segala petunjuk itu, dan dengan segera sudah berhasil melacak jejak perampok!"
"Masak mau saja percaya." gumam Fatty dengan pelan.
"Apa katamu, Frederick" Kalau bicara yang jelas, jangan menggumam." kata ibunya. "Yah - kurasa kau tidak tahu apa-apa tentang kasus ini. Jadi jangan ikut-ikut campur, karena nanti Pak Goon jengkel!"
94 Fatty diam saja. Padahal cukup banyak yang diketahuinya tentang kejadian itu. ia pun bermaksud hendak melibatkan diri dalam penyelidikannya. Dan kalau ia bisa menjengkelkan Pak Goon, sudah pasti ia akan melakukannya! Tapi kesemuanya itu tentu saja
tidak bisa diceritakan pada ibunya. Karena itu ia tetap membisu, sambil berpikir-pikir siapa saja yang bisa dicurigai sebagai perampok!
ia harus menyelidiki nama-nama mereka, dan di mana mereka tinggal. Sudah jelas, hanya salah satu dari orang-orang teater saja yang mungkin melakukan perbuatan itu. Seorang dari mereka kemarin malam secara diam-diam datang kembali, menyelinap masuk tanpa ketahuan, lalu merampok peti besi. Tapi siapakah orang itu"
Akhirnya Fatty mengambil keputusan Mula-mula ia perlu mendatangi Pippin dulu, untuk meminta daftar nama dan alamat orang-orang teater. Jadi pukul dua kurang seperempat, ketika ia sudah selesai makan siang, Fatty bergegas mencari Pippin. Ia takkan bisa mendatangi polisi muda itu. jika Pak Goon ada di rumah, ia tidak bisa menanyakan apa pun juga di depan Pak Goon!
Fatty lewat di depan jendela kamar duduk rumah polisi desa itu. Dilihatnya Pippin ada di dalam, sedang duduk menghadap jendela. Tapi Pak Goon juga ada. ia sedang menulis di meja kerjanya, dengan punggung membelakangi jendela. Fatty berjingkat-jingkat ke jendela, lalu berusaha mena-rik perhatian Pippin. Polisi itu heran ketika melihat
95 Fatty menggamit-gamit. memanggilnya ke luar. Pippin menoleh dengan hati-hati, untuk melihat apa yang sedang dikerjakan oleh Pak Goon.
Ketika ia berpaling lagi ke jendela, dilihatnya secarik kertas diacungkan di situ oleh Fatty Di atas kertas itu tertulis pesan.
"Jumpai aku di Jalan Besar, sepuluh menit lagi".
Pippin nyengir, lalu menganggukkan kepala ke arah Fatty. Anak itu pergi lagi Pak Goon berpaling ketika terdengar bunyi pintu pagar ditutup.
"Siapa yang datang itu"" katanya.
"Tidak ada yang datang. Pak," jawab Pippin. ia tidak berbohong. Fatty saat itu pergi, bukan datang!
"Kalau begitu siapa yang keluar"" tanya Pak Goon lagi.
"Aku tidak melihat siapa-siapa," kata Pippin.
"Hah! Mengaku polisi, tapi tidak melihat orang yang membuka pintu pagar di depan hidungnya," kata Pak Goon. Siang itu ia terlalu banyak makan. Karenanya ia cepat marah. Pippin diam saja. ia sudah biasa dikata-katai oleh Pak Goon. Diselesaikannya pekerjaannya, lalu berdiri.
"Mau ke mana"" tanya Pak Goon.
"Ke kantor pos," kata Pippin. "Saat ini aku kan tidak dinas, Pak Goon! Jadi kalau ada pekerjaan yang harus kulakukan, nanti akan kuselesaikan sepulangku dari kantor pos."
Tanpa mempedulikan dengusan Pak Goon, Pippin pergi ke luar lalu menuju ke kantor pos. Di sana ia mengeposkan surat yang ditulisnya tadi. Setelah itu ia mencari-cari Fatty. Ah, itu dia -
96 duduk di bangku. Pippin menghampirinya. Kedua nya saling berpandangan sambil nyengir
"Yuk, kita minum limun sebentar di toko itu," ajak Fatty. "Jangan sampai Pak Goon melihat kita berdua mengobrol di sini."
Mereka masuk ke toko yang dimaksudkan oleh Fatty, lalu duduk di situ. Fatty memesan limun dua gelas. Setelah itu dengan suara pelan ia mengajukan pertanyaan pada Pippin.
"Anda tahu nama dan alamat para aktor Teater Kecil"" katanya.
"Ya, aku tahu," jawab Pippin dengan segera. Semua sudah kucatai kemarin malam. Tunggu Hulu - kalau tidak salah ada dalam buku catatanku Aku tidak menyerahkannya pada Pak Goon ia pun sudah menanyai mereka semua. Kurasa ia mendapat nama-nama mereka dan manager, seperti aku."
Wah - jadi ia sudah menanyai mereka"" kata Fatty. "Kalau begitu, ia sudah bisa mulai dengan
nyelidikannya, ya""
"Betul." kata Pippin. ia sudah tahu bahwa seorang dari aktor itu, seorang wanita, nama depannya dimulai dengan huruf Z. Salah satu petunjuk yang kutemukan di beranda adalah selembar sapu tangan tua, yang di salah satu pojoknya tersulam huruf Z. Nah. lihatlah," kata Pippin sambil menuding salah satu nama yang tertera pada daftarnya. "Nama asli pemain yang memerankan Dick Whittington, adalah Zoe Mar kham. Kau tahu kan, tokoh utama itu diperankan
97 deh seorang gadis. Rupanya tadi malam Zoe keluar sebentar ke beranda, dengan salah satu alasan. Mungkin untuk menemui para penjahat!"
Fatty kaget sekali mendengar keterangan itu. ia sama sekali tidak menyangka ada orang yang namanya diawali dengan huruf Z! Sesaat ia bingung. Ia harus berusaha membebaskan diri gadi
s bernama Zoe itu dari kecurigaan. Untuk kesekian kalinya Fatty menyesali keisengannya bersama kawan-kawannya, mempermainkan Pippin dengan petunjuk-petunjuk palsu!
"Tidakkah Zoe itu memiliki alibi yang kuat" Tidakkah ada saksi yang bisa mengatakan bahwa gadis itu berada di tempat lain, antara pukul setengah enam dan pukul delapan malam kemarin"" tanya Fatty dengan gelisah.
"D ya! Mereka semuanya punya alibi," kata Pippin. "Aku sendiri sudah memeriksa mereka kemarin malam, disusul oleh Pak Goon sekali lagi tadi pagi. Alibi mereka tidak ada yang palsu!"
"Aneh," kata Fatty, setelah terdiam sesaat "Maksudku - perampok itu mestinya kan salah seorang di antara orang teater itu! Tidak ada orang lain yang begitu banyak tahu, sehingga mengantarkan teh untuk manager, memindahkan cermin dinding dari tempatnya, mengambil anak kunci, mengenal kombinasi angka yang tepat dan dengan begitu bisa membuka lemari."
"Tapi jangan lupa, yang mengantarkan teh untuk manager kan Boysie, aktor kucing," kata Pippin.
98 "Ya, betul! Itu malah lebih aneh lagi," kata Fatty. "Dari kenyataan itu, semua pasti akan beranggapan bahwa dialah perampoknya!"
"Pendapat Pak Goon memang begitu." kata Pippin. "Menurut anggapannya, pengakuan Boysie yang mengatakan ia tidak mengerti dan juga tidak ingat apa-apa, begitu pula menangisnya itu. cuma pura-pura saja!"
"Pendapat Anda sendiri bagaimana"" tanya Fatty. Pippin berpikir sebentar.
"Aku sudah mengatakannya." katanya kemudian "Menurut pendapatku. Boysie itu tidak normal orangnya Pikirannya tidak ikut menjadi dewasa! Aku juga punya saudara sepupu seperti dia. Saudara sepupuku itu sama sekali tidak bisa menyakiti orang lain. ia tidak bisa berbuat jahat. Sayang Pak Goon beranggapan bahwa Boysie-lah yang melakukan perampokan itu. Pasti Boysie setengah mati ketakutan karena dituduh begitu."
"Tapi kan mungkin saja seseorang bersembunyi dalam dapur ketika Boysie sedang membuatkan teh untuk manager, lalu ketika ia sedang lengah cepat-cepat memasukkan obat tidur ke situ." kata Fatty.
"Ya - kemungkinan itu memang bisa saja," kata Pippin. "Tapi kita kembali lagi pada kenyataan bahwa pelakunya hanya mungkin salah satu dari orang-orang teater itu. Sedang mereka semuanya mempunyai alibi yang kuat. Nah!"
"Bolehkah kucatat nama serta alamat mereka"" tanya Fatty. Pippin menyerahkan buku catatannya
99 untuk disalin isinya. Fatty membaca tulisan yang tertera di situ dengan penuh minat. "He ini catatan Anda tentang alibi mereka itu. di mana masing-masing berada antara setengah enam dan pukul delapan malam""
"Betul." jawab Pippin. "Ambil saja catatan itu kalau mau. jadi tak usah repot-repot menyalinnya. Mereka semuanya sudah dua kali diperiksa. Jadi kau boleh yakin bahwa mereka takkan memberi keterangan yang lain apabila ditanyai untuk ketiga kalinya - itu jika kau berniat hendak melakukannya. Frederick!"
"Kami sedang menyusun rencana." kata Fatty, sambil mengantongi kertas-kertas catatan itu. "Saat ini aku belum tahu pasti bagaimana rencana kami nanti. Nanti kuberi tahu, kalau perinciannya sudah jelas. Terima kasih. Pak!"
"Kalau kau melihat seorang gelandangan bertampang jahat dan berambut merah, tolong beritahu padaku, ya"" kata Pippin. "Maksudku - kau kan biasa keluyuran ke mana-mana dengan sepedamu! Nah, siapa tahu kapan-kapan kau bertemu dengan orang itu. beserta kawannya Maksudku, kedua laki-laki yang kulihat di bawahi semak kebun di Jalan Willow."
"Eh - ya - aku tahu yang Anda maksudkan," kata Fatty. ia merasa bersalah ketika penjahat berambut merah itu disebut-sebut. "Jika aku berjumpa dengan orang itu. Anda pasti akan kuberitahukan. Tapi kurasa ia tak ada hubungannya dengan kasus perampokan itu!"
100 "Siapa tahu"" kata Pippin. ia menghabiskan limunnya, lalu berdiri. "Dari tampangnya saja aku sudah bisa menilai, orang itu pasti jahat! Aku tidak mau bergaul dengan orang seperti dia! Kutemani kau sebentar - mumpung udara sedang cerah. Bagaimana anjingmu sekarang" ia tidak apa-apa""
"Buster baik-baik saja," kata Fatty. "Anjing yang bulunya setebal dia, tidak gampang dicederai!"
"Aku marah sekali pada Pak Goon saat itu," kata Pippi
n lagi, sementara mereka berdua berjalan dengan santai menyusur Jalan Besar. Di suatu tikungan, tahu-tahu mereka bertubrukan dengan Pak Goon. Polisi desa itu menatap mereka dengan mata melotot Sedang Buster langsung menandak-nandak mengelilinginya dengan gembira.
"Sini, Buster!" panggil Fatty dengan nada keras, sehingga Buster menurut dengan segera. Dengan ekor terkulai anjing itu menyelinap ke belakang Fatty. Tapi di situ ia menggeram-geram terus.
"Kau kalau bergaul jangan sembarangan, Pippin!" tukas Pak Goon. "Kan sudah kuperingat-kan, hati-hati terhadap anak itu! Ia kerjanya selalu
mau tahu dan ikut campur urusan orang! Tapi
pokoknya, ia takkan bisa mencampuri kasus yang sekarang ini! Semua sudah kuusut, tinggal menangkap pihak yang bersalah saja lagi!"
Setelah itu Pak Goon meneruskan langkah, sementara Fatty dan Pippin saling berpandangan
dengan alis terangkat. 101 "ia hendak menangkap Boysie." kata Pippin. Aku mengetahuinya dari kilatan matanya! Pasti ia akan berhasil menyuruh _ orang itu mengakui kesalahan yang bukan perbuatannya! Itu pasti!"
"Kalau begitu aku harus mencegahnya," kata Fatty "Aku harus bertindak sekarang juga!"
Bab 10 Para Tersangka dan Alibi Mereka
Beberapa menit setelah pukul setengah tiga. untuk kedua kalinya Fatty hari itu memasuki pekarangan rumah Pip ia disapa oleh Bets yang berdiri di jendela
"Ayo cepat, Fatty! kami ingin cepat-cepat menyusun rencana kita!"
Fatty bergegas masuk ke rumah, ia merasa geli melihat Bets sudah tidak sabar lagi. Anak-anak yang lain dijumpainya duduk mengelilingi sebuah meja bundar. Semua menunggu kedatangannya
"Wah - seperti rapat!" kata Fatty. "Nah - aku kini sudah memperoleh sejumlah keterangan, yang akan kita pelajari bersama-sama. Setelah itu kita bisa bertindak."
Dengan cepat dikisahkannya cerita Pippin padanya, lalu dikeluarkannya catatan polisi muda itu. yang bensi nama-nama serta berbagai alamat, serta penncian alibi masing-masing tersangka. Bets belum mengenal kata 'alibi', sehingga perlu dijelaskan dulu artinya.
"Apakah ada hubungannya dengan lullaby"" tanyanya polos. Anak-anak yang lain tertawa geli.
"Tidak. Bets," kata Fatty. "Lullaby itu kan lagu! nina bobok, lagu untuk menidurkan anak kecil
104 Akan kuterangkan secara singkat arti alibi. Misalkan saja kaca jendela kamar ini pecah. Lalu ibu kalian menyangka Pip yang memecahkan. Kemudian Pip mengatakan, ketika kaca" pecah, ia sedang bersamaku. Dan aku mengatakan bahwa keterangannya itu benar. Nah-dengan begitu aku menjadi saksi alibi Pip. ia mempunyai alibi, karena aku bisa menegaskan bahwa ia memang betul-betul ada bersamaku ketika kaca ini pecah "
"Ah. begitu." kata Bets. "Jadi apabila ada orang mengatakan kau saat ini memukul kepala Pak Goon. lalu kami semua mengatakan itu tidak mungkin, karena saat ini kau ada bersama kami, maka kami menjadi saksi alibimu!"
Betul, Bets." kata Fatty sambil nyengir. "Nah ini daftar alibi semua orang yang tersangka. Mungkin gunanya besar sekali! Dengarkan baik-baik! Terlebih dulu kubacakan nama-nama para tersangka, setelah itu akan kukatakan apa-apa saja alibi mereka, serta apa yang kita ketahui tentang mereka."
Fatty mulai membacakan catatan Pippin.
DAFTAR TERSANGKA No. 1 Aktor kucing, nama aslinya Boysie Summers. Pada saat yang dipersoalkan, ada dalam teater. Mengantarkan teh secangkir untuk manager. Tidak mengaku melakukannya, tapi mengatakan bahwa ia sendiri minum teh secangkir Katanya pula, setelah itu ia tertidur sepanjang petang.
105 No. 2. Zoe Markham. gadis yang memainkan peranan sebagai Dick Whittington. Katanya, ia meninggalkan teater bersama teman-teman aktor lainnya, lalu pergi ke rumah kakaknya di mana ia bermain dengan para kemenakannya dan kemudian menidurkan mereka. Kakaknya bernama Bu Thomas, bertempat tinggal di Wisma Hijau, Jalan Hemal.
"Bu Thomas itu kukenal," kata Daisy. "Orangnya baik sekali. Anaknya dua orang. Aku kebetulan tahu. seorang di antaranya sebentar lagi akan merayakan hari ulang tahunnya."
"He!" seru Larry dengan riba-riba. "Zoe Markham, nama depannya dimulai dengan huruf Z. Aduh - mudah-mudahan saja Pak Goon tidak menghubungkan n
amanya dengan huruf yang tersulam pada sapu tangan Daisy-yang kita pakai sebagai petunjuk palsu!"
"Kurasa ia telah melakukannya," kata Fatty "Kalau itu ternyata betul, kita harus berbuat sesuatu mengenainya. Nah - kita lanjutkan saja dulu..."
No. 3. Lucu White, yang memainkan peranan Margot, kekasih Dick Whittington. Katanya ia saat itu mengunjungi Bu Adams, seorang wanita jompo yang sedang sakit. Alamat Bu Adams Jalan Mark nomor 11. Lucy menemaninya sampai pukul sembilan, dan membantunya merajut.
106 "Bu Adams itu teman juru masak kami," kata Larry. "Dulu ia kadang-kadang datang untuk membantu menjahit ia sudah tua, dan baik hati!"
No. 4. Peter Watting, yang menjadi majikan Dick. Orangnya sudah setengah umur dan agak rewel sikapnya. Tidak mau memberikan jawaban dengan segera. Katanya pada saat yang dipersoalkan, ia sedang berjalan-jalan dengan Tersangka nomor 5.
No. 5. William Orr, memainkan peranan sebagai nakhoda kapal yang ditumpangi Dick. Orangnya masih muda, ramah dan terbuka. Katanya, saat itu ia sedang berjalan-jalan dengan Peter Watting.
"Kalau begitu tersangka nomor 4 dan 5 masing-masing menjadi saksi alibi temannya," kata Larry dengan nada tertarik. "Padahal mungkin saja bagi keduanya untuk bersama-sama kembali ke teater dan melakukan perampokan, lalu setelah itu saling menjadi saksi alibi!". Kesimpulanmu itu bagus sekali, Larry," kata Fatty. "Bagus sekali! Pippin kelihatannya tidak sampai ke situ pikirannya. Tapi tunggu dulu. Ini ada catatan lebih lanjut mengenai mereka. Tersangka nomor 4 dan 5 (Peter Watting dan William Orr) mengatakan bahwa mereka berjalan-jalan ke tepi sungai. lalu mampir di kedai teh yang bernama 'menara' dan minum kopi serta makan sandwich di situ. Saatnya yang tepat tidak mereka ketahui."
107 "Agak mencurigakan." kata Pip "Perlu diselidiki lebih lanjut!"
Tersangka no. 6. Alec Grant. yang memainkan peranan ibu Dick. Biasa memainkan peranan wanita dengan sangat baik Katanya malam itu ia mengadakan pertunjukan di Gedung Hetton, di desa Sheepridge dari pukul enam sampai pukul sepuluh - di mana ia tampil memainkan berbagai peran wanita, dengan disaksikan penonton yang jumlahnya sekitar seratus orang.
"Wah! Kalau begitu, tidak mungkin dia!" kata Larry "Saksi alibinya tidak cuma satu, tapi seratus orang."
"Ya - dengan begitu jelas ia tidak bisa dicurigai lebih lanjut," kata Fatty. "Nah - sekarang Tersangka terakhir."
Tersangka no. 7. John James, yang dalam pertunjukan memainkan peranan Raja Hitam Katanya malam itu ia menonton film, yang judulnya, 'Anda Kan Tahu Bagaimana'.
"Alibi itu juga tidak kuat," kata Pip "Bisa saja ia masuk sebentar, lalu keluar lagi. Ia bahkan bisa masuk kembali dan melanjutkan menonton, setelah melakukan perampokan. Alibi yang rapuh, menurut pendapatku!"
"Kurasa Pak Goon tentu akan memeriksa segala alibi ini, jika ia belum melakukannya," kata Fatty
108 Tapi dia kan lamban, jadi bisa saja ia tidak melihat sesuatu hal penting, yang mungkin kita melihatnya Jadi usulku, kita semua mengecek sendiri segala alibi ini!"
Sesaat semuanya membisu. Tidak ada yang merasa sanggup melakukan tugas itu. Menanyai orang saja sudah sukar - apalagi mengecek alibi!
"Aku tak sanggup." kata Bets. "Aku tahu, aku anggota Pasukan Mau Tahu dan harus melakukan tugas yang kausuruh, Fatty. Tapi aku takkan bisa mengecek ali - alibi! Maksudku - itu kan sudah terlalu mirip pekerjaan detektif."
"Yah - kita ini memang masih anak anak," kata Fatty. "tapi walau begitu, kita detektif yang cukup hebat. Ingat saja misteri-misteri yang sudah berhasil kita singkapkan selama ini. Tapi memang, kasus yang kita hadapi sekarang ini agak lebih sulit!"
"Jauh lebih sulit," keluh Larry. "Perasaanku sama seperti Bets - sama sekali tidak mampu."
"Jangan menyerah sebelum mulai," kata Fatty. "Nah, sekarang kukatakan saja apa yang harus kita lakukan."
"Apa itu"" tanya teman-temannya Buster memukulkan ekornya ke lantai, seolah-olah juga sangat ingin mengetahui pertanyaan itu.
"Tiga hal yang perlu kita lakukan," kata Fatty. Kita harus menanyai Boysie, lalu menarik kesimpulan tentang pendapat kita tentang dia. Kita menanya
inya beramai-ramai, seperti usulku sebelum ini."
109 "Baiklah." kata Larry. "Lalu""
"Para tersangka lainnya juga kita datangi satu per satu," kata Fatty. Teman-temannya mengeluh serempak.
"Aduh, Fatty - enam orang! Dan semuanya sudah dewasa! Mana mungkin kita melakukannya," kata Daisy. "Lalu alasan apa yang kita pakai untuk mendatangi mereka""
"Alasan yang bagus sekali," kata Fatty. "Kita membawa buku kumpulan tanda tangan kita lalu meminta tanda tangan para aktor itu! Nah - pada saat itu kita kan bisa saja membuka percakapan""
"Itu ide yang hebat sekali," kata Pip. "Benar-benar hebat. Fatty. Sungguh, kau selalu saja bisa menemukan ide-ide yang bagus!"
"Ah - kalian kan tahu, aku ini punya otak," kata Fatty dengan nada merendah. "Kalau kalian mau tahu, aku..."
"Sudah, janganlah bercerita lagi tentang segala kehebatan yang kaulakukan di sekolah selama semester yang lalu." kata Pip. "Teruskan saja dengan rencana kita!"
"Baiklah." kata Fatty Dari sikapnya nampak bahwa ia agak tersinggung. "Hal ketiga yang perlu kita lakukan, adalah mengecek alibi para tersangka, seperti sudah kukatakan tadi. Tugas itu tidak begitu sulit, jika kita mau berpikir sedikit. Misalnya saja. Daisy kan mengatakan kenal pada kakak Zoe Markham yang tempat tinggalnya dekat dengan rumahnya, ia juga mengatakan, salah seorang anak wanita itu sebentar lagi akan merayakan hari ulang
110 tahun. Nah, Daisy - kau kan bisa saja datang ke sana bersama Bets untuk menyampaikan hadiah ulang tahun, lalu mengobrol dengan ibu anak itu, untuk menyelidiki apakah memang benar kemarin malam Zoe ada di situ sejak petang! Kakak Zoe takkan merasa curiga, jika menghadapi dua orang anak yang datang membawakan hadiah untuk anaknya"
"Ya - baiklah, Fatty, itu bisa kulakukan," kata Daisy. "Kau kan mau ikut, Bets""
"Mau," kata Bets. "Tapi kau yang mengajukan pertanyaan, ya""
"Kau juga harus membantu," tukas Daisy. "Aku tidak mau kalau semuanya harus sendiri!"
"Sekarang, tersangka berikut. Lucy White. yang pergi menemani Bu Adams, wanita jompo yang sedang sakit," sambung Fatty. "Larry. katamu tadi Bu Adams itu teman juru masak kalian, dan dulu kadang-kadang datang untuk membantu menjahit. Tidak bisakah kau dan Daisy mencari sesuatu yang perlu dijahit lalu membawanya ke wanita itu - lalu di sana mengajukan beberapa pertanyaan mengenai Lucy White""
"Ya, bisa saja," kata Daisy. "Aku pura-pura ingin menghadiahkan sesuatu pada ibuku pada perayaan Paskah nanti. Bisa saja kubawa ke sana sarung bantal untuk disulamkan. Pokoknya, sesuatu kayak begitu. Aku sudah pernah datang ke rumah Bu Mary Adams!"
"Bagus!" kata Fatty. "Itu dua alibi yang bisa kita periksa dengan mudah. Sekarang alibi berikut.
111 Sebetulnya dua alibi sekaligus, karena keduanya saling bertalian-antara Peter Watting dan William Orr. Yah - rupanya mereka berdua pergi ke restoran kecil yang bernama 'Menara', di mana mereka minum kopi dan makan sandwich. Pip, kita berdua besok pagi ke sana dan juga memesan kopi dan sandwich."
"Tapi besok kan hari Minggu." bantah Pip. "Aku harus ke gereja!"
"O ya, betul juga! Aku lupa. bahwa besok Minggu," kata Fatty "Yah, kalau begitu Senin atau Selasa pagi saja kita ke sana. Kini. Tersangka nomor enam. Alec Grant, yang mengaku waktu itu mengadakan pertunjukan di Gedung Hetton dengan disaksikan sekitar seratus penonton. Alibi itu begitu kuat, rasanya tidak perlu diteliti lagi."
"Kalau begitu tidak usah." kata Larry.
"Tapi soalnya - detektif yang baik selalu mengecek segala-galanya," kata Fatty. "juga apabila ia menganggap sebetulnya tidak perlu lagi Jadi lebih baik kita mengeceknya pula. Bets, kau ikut dengan aku untuk mengeceknya. Kita cari seseorang yang menghadiri pertunjukan itu, lalu menanyainya apakah Alec Grant benar-benar ada di sana."
"Baik. kata Bets. ia tidak pernah merasa berkeberatan melakukan tugas apa pun juga, asal bersama Fatty ia merasa aman dengan anak itu seaman ditemani orang dewasa.
"Dengan begitu tinggal satu tersangka." kata Fatty, sambil memperhatikan daftar di tangannya
112 "Orang itu John James, yang mengaku waktu itu menonton film."
"Ya - dan kita tadi menganggap ali
bi itu tidak kuat," kata Rp. "Siapa yang harus mengecek keterangan itu""
"Ah - kurasa itu bisa kulakukan bersama Larry, atau kau bersama Larry," kata Fatty
Tapi bagaimana caranya"" tanya Larry. "Kita harus mencari akal," kata Fatty. "Nah. begitulah! Banyak yang perlu kita selidiki! Kita harus mendatangi Boysie, meminta tanda tangan para aktor supaya ada kesempatan memperhatikan mereka - lalu mengecek segala alibi. Berat juga tugas kita!"
Tapi kita kan harus ke stasiun besok. Fatty. untuk memperdayai Pak Goon," kata Bets mengingatkan. "Itu jangan sampai dilupakan!"
Aku tidak lupa," kata Fatty sambil nyengir. "Itu memang juga harus kita lakukan. Untuk itu aku akan memakai bantalan pipiku."
"Apakah itu"" tanya Bets heran ia tertawa terpingkal-pingkal, ketika dijelaskan oleh Fatty. "O ya, harus memakainya. Mudah mudahan saja aku tidak terkikik kalau melihatmu nanti!"
"Awas kalau kau tertawa, Bets," kata Fatty, sambil mencubit hidung anak itu. "Keretaapi pukul Berapa yang kita beri garis di bawahnya""
"Kereta pukul setengah empat siang," kata Pip kami semua akan hadir di sana, Fatty. Lalu kau sendiri, apa yang akan kau kenakan" Apakah akan
113 pergi ke stasiun desa berikut, naik kereta di situ supaya tiba di sini pukul setengah empat""
"Betul," kata Fatty. "Jadi berjaga-jagalah untuk mencariku Aku harus pulang sekarang. Aku baru ingat bahwa aku disuruh ibuku pulang satu jam yang lalu, untuk bertemu dengan bibinya. Aduh, aku ini pelupa sekali!"
Bab 11 Pak Goon Dipermainkan Malam itu Fatty mengatur jadwal waktu pelaksanaan rencana Pasukan Mau Tahu. Satu hal sudah jelas. Besok hari Minggu, jadi tidak banyak yang bisa mereka lakukan saat itu. Daisy pada hari Senin harus membeli hadiah ulang tahun untuk anak kakak Zoe. lalu mengantarkannya bersama Bets. Lalu keesokan harinya mungkin ia bisa pergi bersama Larry untuk mengunjungi Bu Adams. dan meminta keterangan pada wanita jompo itu mengenai Lucy White.
Fatty sendiri, bersama Larry akan ke restoran 'Menara' pada hari Senin. Di sana mereka akan memesan kopi dan sandwich. sambil berusaha mencari keterangan mengenai Peter Watting dan William Orr Sedang tentang Alec Grant. itu akan ditangani paling akhir. Soalnya, alibinya nampak kokoh sekali, dengan saksi sekitar seratus orang, ia takkan berani mengajukan alibi seperti itu, apabila
lak sesuai dengan kebenaran!
"Tapi aku tidak tahu. bagaimana caranya menyelidiki alibi tersangka paling akhir," kata Fatty pada dirinya sendiri. "Siapa lagi namanya" O ya - John James. Kan tidak bisa aku mendatangi


Pasukan Mau Tahu - Misteri Di Teater Kecil di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gedung bioskop dan mengajukan pertanyaan! Ah. nanti aku pasti bisa menemukan salah satu jalan!"
Dipandangnya bayangan dirinya dalam cermin Ia memikirkan penyamaran yang akan dipakainya besok. Sesuatu yang pantas, tapi aneh. Dan rambut merah, supaya perhatian Pak Goon tertarik padanya, ia akan memakai kaca mata hitam, dan berpura-pura cadok. Pasti anak-anak tertawa jika melihatnya.
"Boysie kita datangi Senin pagi," pikir Fatty sambil membuat garis-garis menurun dari kedua sisi cuping hidungnya ke sisi bibir. "Huh - seramnya tampangku! Grrr! Hahh!"
Dihapusnya lagi garis-garis itu, lalu melakukan percobaan dengan berbagai bentuk alis. Sementara itu ia terus sibuk memikirkan rencananya.
"Kita semua pada hari Senin nanti akan meminta tanda tangan, setelah pertunjukan sore di Teater Kecil," pikirnya. "Ah - kenapa kita tidak menonton saja sekaligus, supaya bisa melihat mereka beraksi. Mungkin tak ada kesimpulan yang bisa diambil daripadanya, tapi siapa tahu"! Ya, itu ide yang baik. Nah - hari Senin nanti kita akan cukup sibuk. Sekarang bagaimana dengan besok Apakah sebaiknya kusapa Pak Goon, apabila aku bertemu dengan dia setelah turun dari kereta api" Aku bisa saja menanyakan jalan padanya!"
Fatty mencoba-coba berbagai suara yang berlain-lainan. Mula-mula suara yang berat menirukan suara seorang pendeta yang pernah datang untuk berkhotbah di sekolahnya pada suatu
116 hari Minggu Teman-teman sekolahnya semua mengagumi suaranya yang berat.
Setelah itu ia mencoba suara yang tinggi. Tidak! Kurang cocok. Kemudian dicobanya logat orang asing. Ya - itu coc
ok sekali! "Maaf, Pak - tolong tunjukkan jalan ke Jalan Hofel-Fofel." kata Fatty dengan logat Perancis.
Bagaimana. Pak" Saya kurang mengerti! Saya katakan tadi. saya ingin tahu di mana Jalan Hofel Fofel Ya - HOFEL FOFEL!"
Tiba-tiba pintu kamarnya diketuk dari luar
"Frederick." terdengar suara ibunya, "apakah Pip serta kawan-kawanmu yang lain ada di dalam" Kau kan tahu, aku tidak mau jika mereka sampai terlalu malam bermain di sini."
Fatty kaget lalu membukakan pintu.
"Tidak. Bu - tentu saja mereka tidak ada di sini. Aku seorang diri!"
Begitu melihat tampangnya. Ibu langsung mendengus dengan jengkel.
"Huh - Frederick! Kauapakan lagi alismu" Kelihatannya mencong-mencong! Dan apa itu, yang kelihatan hitam sekeliling matamu""
"Ah - cuma kerutan saja yang kugambar dengan pinsil, untuk coba-coba," kata Fatty. lalu menghapus kerutan palsu itu dengan tergesa-gesa.
Ibu tidak perlu khawatir tentang alisku, Bu. Alisku tidak mencong-mencong. Lihatlah!"
Dilepaskannya alis palsu yang menempel di keningnya, untuk menunjukkan alisnya yang asli
117 pada ibunya. Dan alis itu memang sama sekali tidak miring letaknya!
"Kau ini macam-macam saja, Frederick," tukas ibunya. "Aku ke sini sebetulnya 'karena ayahmu ingin agar kau ikut mendengarkan siaran radio bersama dia. Ada laporan mengenai suatu bagian dari negeri Cina yang sangat dikenal olehnya. Tapi kau tahu pasti, di sini tidak ada orang lain kecuali kau sendiri" Ketika aku sedang di tangga tadi, aku mendengar suara berbagai orang."
"Silakan memeriksa di bawah tempat tidur, Bu - atau di balik tirai dan dalam lemari," kata Fatty. Tentu saja ibunya tidak mau repot-repot memeriksa, melainkan turun lagi ke bawah. Tapi sesampai di tangga, ia tertegun. Didengarnya suara seseorang bernada tinggi menanyakan, "Sudah pergikah dia" Bisakah aku keluar sekarang""
Dengan segera Ibu kembali lagi ke kamar Fatty. Ia jengkel, karena ternyata ada orang lain di kamar anaknya. Tapi begitu melihat tampang Fatty yang nyengir, Ibu ikut tertawa.
"Ah - rupanya kau lagi yang sedang menyamarkan suaramu," katanya. "Mestinya sudah harus kusangka dari tadi. Aku benar-benar tidak mengerti, bagaimana mungkin angka rapor-mu selalu bagus, Frederick. Tingkah-lakumu di sekolah pasti tidak bisa dijadikan teladan!"
"Yah, Bu - yang penting kan otak," kata Fatty dengan nada merendah. "Kan bukan salahku jika aku ini pintar" Maksudku..."
118 "Ssst!" desis Ayah, karena sambil bercakap-cakap, ibu dan anak itu memasuki ruang keluarga Sedang saat itu siaran radio yang hendak didengar Ayah sudah dimulai.
Laporan itu ternyata tentang suatu daerah Cina yang tidak banyak dikenal orang. Uraiannya membosankan sekali. Setengah jam lamanya ia terpaksa duduk di situ. Sambil berpura-pura mendengarkan, otaknya sibuk menyusun rencana selanjutnya Ayahnya merasa puas, melihat tampang Fatty begitu tekun. Seolah-olah mendengarkan dengan penuh perhatian!
Para anggota Pasukan Mau Tahu merasa seolah-olah waktu berjalan lambat sekali Perasaan mereka selalu begitu, jika akan terjadi sesuatu yang menarik Bets sudah tidak sabar lagi menunggu besok sore. Seperti apakah Fatty menyamar nanti" Apakah yang akan dikatakan olehnya" Apakah ia akan mengedipkan mata pada teman-temannya"
Keesokan harinya pukul tiga lewat dua puluh lima menit, Larry, Daisy, Pip dan Bets berjalan dengan tenang menuju peron. Semenit kemudian Pak Goon tiba. ia agak kehabisan napas, karena sebelumnya ia habis bertengkar dengan P.C. Pippin, dan oleh sebab itu harus bergegas-gegas pergi ke stasiun. Setiba di situ, dengan segera dilihatnya anak-anak yang berdiri menunggu. Dipandangnya mereka dengan mata melotot.
"Mau apa kalian di sini"" tanya Pak Goon.
"Rasanya sama seperti Anda." jawab Pip. Menjemput seseorang."
119 "Kami menjemput Fatty," sela Bets. Larry cepat-cepat menyikutnya.
"Tidak apa," bisik Bets menenangkan, "aku kan tidak membocorkan rahasia! ia pasti takkan bisa mengenali Fatty jika melihatnya nanti!"
Sesaat kemudian kereta api masuk ke stasiun, lalu berhenti. Banyak juga penumpang turun. Pak Goon memperhatikan mereka semua dengan cermat, ia berdiri dekat pintu keluar. Anak-anak
berdiri tidak jauh dari situ. sambil mencari-cari Fatty.
Bets menyikut Pip. Seorang wanita tua yang nampak gemuk sekali berjalan di peron. Mukanya diselubungi dengan selendang tipis, yang berkibar-kibar dipermainkan angin. Pip menggeleng. Tidak - betapa hebatnya pun kemampuan Fatty menyamar, tapi tidak mungkin ia bisa kelihatan seperti wanita tua berpotongan galak itu.
Seorang laki-laki lewat. Jalannya pincang, bertopang tongkat Topinya terbenam menutupi muka, sedang mantel yang sudah tidak keruan bentuknya tersampir di pundak, ia berkumis jarang, sedang jenggotnya kecil dan janggal kelihatannya. Rambutnya agak kemerah-merahan. Pak Goon menatap orang itu dengan tajam.
Tapi Bets tahu, orang itu bukan Fatty Fatty takkan bisa menirukan bentuk hidung yang bengkok seperti paruh kakaktua itu.
Pak Goon kelihatannya sudah cenderung untuk membuntuti laki-laki itu. Tapi saat itu juga ia
120 melihat seorang laki-laki lain Orang itu rambutnya lebih merah lagi. Jadi jauh lebih mencungakan!
Laki-laki itu nampaknya orang asing. Sebuah topi aneh bertengger di atas rambutnya yang tersisir rapi. Ia memakai semacam jubah yang kelihatannya model luar negeri. Jubah itu menyelubungi pundaknya. Sepatunya lancip ujung depannya,
dan disemir mengkilat. Entah untuk apa, ujung bawah celana panjangnya dijepit seperti pengendara sepeda yang takut kalau ujung celananya robek tersangkut rantai. Hal itu menyebabkan tampangnya nampak semakin asing, menurut perasaan Bets Orang itu memakai kaca mata hitam. Kumisnya tipis berwarna merah,
sedang pipinya menggembung. Mukanya penuh dengan bintik bintik Bets kagum melihatnya, ia heran, bagaimana Fatty bisa membuat bintik-bintik seperti itu.
Tentu saja Bets langsung menduga bahwa laki-laki itu pasti Fatty. Begitu pula halnya dengan anak-anak yang lain. Tapi jika mereka tidak tahu bahwa Fatty akan turun dari kereta, besar kemungkinannya mereka pun akan sangat sangsi Hanya gayanya berjalan dan memandang berkeli-ling, membuat mereka benar-benar yakin.
Laki-laki bertampang asing itu menyenggol Bets, ketika ia menuju ke pintu keluar, ia menyikut rusuk Bets, sehingga nyaris saja anak itu terkikik karena geli.
"Karcisnya, Pak." kata penjaga pintu, ketika ia melihat bahwa Fatty tidak menyodorkan karcis
121 Fatty meraba-raba seluruh kantongnya, satu demi satu. Sambil mencari, ia mengomel.
"Huh, kart-yis itu - ke mana lagi sekarang! Tadi masih ada! Aku tahu pasti. Warnanya Hid-yau!"
Pak Goon memperhatikan dengan waspada. Polisi desa itu sudah siap untuk menahan orang asing itu, apabila ia tidak menyerahkan kart-yis - eh, karcisnya. Tahu-tahu orang asing itu membungkuk, lalu mendorong kaki Pak Goon ke samping. Pak Goon langsung melotot.
"He! Apa-apaan ini"" tukasnya.
"Maaf banyak sekali," kata orang asing itu sambil melambai lambaikan sepotong karcis di depan hidung Pak Goon yang besar. "Ini dia kart-yisnya, d-yatuh ke tanah lalu kaki Anda yang besar mengind-yakn-ya! Aha!" Fatty menyodorkan karcis itu pada penjaga pintu yang tercengang, lalu menerobos ke luar melewati Pak Goon. Tapi kemudian ia berhenti dengan tiba-tiba, sehingga mengagetkan polisi desa itu.
"Ahh - Anda kan plisi, ya"" tanya Fatty yang menyamar menjadi orang asing. Ia mendekatkan mukanya ke wajah Pak Goon. berpura-pura cadok matanya. "Mula-mula kusangka Anda masinis kereta - tapi sekarank kulihat Anda ini plisi!"
"Ya - aku polisi desa ini," kata Pak Goon menggerutu, ia semakin curiga terhadap orang asing yang aneh itu. "Anda mau ke mana" Tentunya masih baru di sini."
"Ya - memank! Aku orang asink," kata Fatty. "Aku ing-gin tahu d-yalan ke suatu tempat. Anda
122 bisa bilank tempat itu""
"Ya, tentu saja," jawab Pak Goon senang.
"Eh - anu - aku ment-yari Rumah Hofel-Fofel, letakn-ya di D-yalan Willow,'' kata Fatty Pak Goon melongo.
"Di sini tidak ada tempat yang namanya begitu,'' "owabnya.
"Kukatakan Hofel Fofel, tapi Anda bilank tidak tahu! Mana mungkin"" seru Fatty, lalu pergi
dengan langkah bergegas. Pak Goon langsung mengikutinya. Tahu-tahu Fatty berhenti lagi
dengan cepat sehingga tertubruk Pak Goon. sementara itu Bets sudah terpingkal-pingkal tertawa, s
ehingga agak ketinggalan berjalan. "Di sini tidak ada rumah yang namanya seperti
itu." kata Pak Goon dengan bingung. "Anda mencari siapa""
"Itu urusanku sendiri-urusan rahasia, sang-gat rahasia," kata Fatty "Di mana itu - D-yalan Willow" Akan kut-yari sendiri itu Rumah Hofel
fotel." Pak Goon menunjukkan arah Jalan Willow pada orang asing' itu. Dengan segera Fatty melangkah lagi dengan cepat, dibuntuti oleh Pak Goon Napas polisi desa itu terengah-engah. Anak-anak mengikuti dari jauh, sambil menahan tertawa. Hasil pencarian Fatty, sudah bisa diduga sebelumnya, ia tidak menemukan Rumah Hofel-Fofel yang dicari.
"Aku akan ment-yari di seluruh desa, sampai kulihat tempat itu," kata Fatty dengan nada serius
123 pada Pak Goon. "D-yang-gan ikuti aku terus. Pak Plisi - aku sudah bosan melihatmu!"
Setelah itu Fatty cepat-cepat berjalan lagi. sehingga Pak Goon tertinggal. Polisi desa itu melihat keempat anak yang mengikuti dari belakang. Keningnya langsung berkerut. Anak-anak yang menyebalkan, pikirnya. Tidak bisakah ia membuntuti orang tanpa mereka ikut pula"
"Ayo pergi!" bentaknya, ketika keempat anak itu sudah mendekat. "Kalian dengar atau tidak" Ayo pergi!"
"Masak kami tidak boleh jalan-jalan, Pak Goon"" kata Daisy dengan suara memelas. Pak Goon mendengus, lalu bergegas menyusul orang asing sialan' itu, yang sudah hampir lenyap dari pandangan
Fatty sebenarnya memang sedang berusaha meninggalkan Pak Goon. ia sudah bosan keluyur-an lama-lama. ia ingin pulang, supaya bisa asyik tertawa bersama teman-temannya. Tapi Pak Goon ternyata tidak gampang menyerah. Dengan tabah (walau napasnya tersengal-sengal) dibuntutinya terus 'orang asing' itu. Karenanya Fatty lantas berpura-pura membaca nama berbagai rumah sepanjang jalan, sambil memicingkan mata di balik kaca mata hitamnya Sementara itu ia sudah semakin dekat ke rumahnya sendiri
Dengan cepat ia menyelinap masuk ke peka rangan lewat pintu pagar depan, lalu bergegas menuju ke belakang kebun, ia masuk ke dalam gudang tempat anak-anak biasa berkumpul!
124 mengunci pintu lalu cepat-cepat melepaskan segala samarannya. Dibersihkannya muka dari cat perias, dilepaskannya alis dan rambut palsu, dikeluarkannya bantalan yang menyumpal pipi Setelah meluruskan letak dasi. ia keluar lagi.
Dilihatnya keempat temannya memandang dengan cemas dari balik pagar
"Pak Goon masuk, untuk memberi tahu ibumu," bisik Larry. "Pasti ia merasa ada orang asing yang mencurigakan dalam kebun kalian, dan karenanya meminta ijin untuk mencarinya."
"Biar saja." kata Fatty sambil nyengir. "Aduh. sakit rasanya perutku karena menahan tertawa. Ssst! Itu dia Pak Goon - bersama Ibu."
Fatty berjalan dengan santai, menghampiri mereka.
"Eh, Pak Goon." sapanya. "Ada di sini ya!" "Kusangka kawan-kawanmu tadi menjemputmu di stasiun." kata Pak Goon dengan nada curiga.
"Betul," jawab Fatty dengan sopan. "Mereka tadi menjemputku. Itu mereka!"
Keempat temannya sementara itu sudah masuk lewat pintu pagar di belakang kebun, lalu berdiri di belakang Fatty dengan sikap tak bersalah. Pak Goon memandang mereka dengan heran.
"Lho!" katanya. "Mereka tadi kan terus-terusan membuntuti diriku" Dan aku sama sekali tidak melihatmu di stasiun!"
"Mana bisa. Pak Goon - Fatty ada tadi," kata Larry dengan serius. "Mungkin Anda saja yang
125 tidak mengenalinya. Tampangnya kadang-kadang memang lain."
"Pak Goon," sela Bu Trotteville dengan tidak sabaran, "kata Anda tadi. Anda hendak mencari seseorang yang mencurigakan, yang tanpa ijin masuk ke kebunku ini. Ini hari Minggu siang. Pak- aku masih ada pekerjaan di dalam. Anda jangan membuang-buang waktu lagi dengan anak-anak ini."
"Ya - tapi - tapi..." Pak Goon merasa tidak mampu lagi berpikir. Bagaimana mungkin anak-anak itu bisa menjemput Fatty, jika anak bengal itu tadi tidak ada di stasiun" Bagaimana mereka bisa berani mengatakan bahwa mereka datang bersama Fatty dari sana, jika ia tahu pasti bahwa sesiang itu mereka membuntuti dirinya terus" Ada sesuatu yang sangat aneh dalam persoalan ini!
"Yah - kalau begitu kutinggal saja Anda di sini. Pak Goon," kata Bu Trotteville lagi. "Anak-anak pasti mau membantu And
a mencari gelandangan yang mencurigakan itu."
Setelah ibu Fatty masuk, kelima anak itu langsung sibuk sekali membantu Pak Goon mencari, sehingga polisi desa itu merasa kewalahan. Ia mulai sangsi, apakah bisa menemukan laki-laki asing berambut merah tadi. Atau mungkinkah itu Fatty yang menyamar" Ah, mustahil! Takkan ada yang berani mempermainkan dirinya seperti begitu. Pak Goon merasa kesal, karena kini ia gagal menyelidiki siapa yang datang dengan kereta pukul setengah empat itu. ia
126 mendengus, lalu keluar lewat pintu pagar depan.
Anak-anak merebahkan diri ke tanah, sambil tertawa terpingkal-pingkal. Begitu sibuk mereka tertawa, sehingga tidak melihat bahwa Pak Goon memandang mereka dari luar pagar dengan sikap bingung. Nah - apa lagi yang lucu sekarang, pikir polisi desa itu. Dasar anak-anak sialan! Mereka itu licin sekali - sama sekali tidak bisa dipercaya!
Pak Goon pulang dengan perasaan capek dan jengkel.
"Kurang ajar. mencampuri urusan hukum," omelnya, menyebabkan P.C. Pippin melongo "Selalu saja mencampuri urusan hukum! Pada suatu ketika nanti aku pasti akan berhasil menjebak mereka - biar sisi lain dari muka mereka yang tertawa Hahh!"
Entah apa lagi yang dimaksudkan oleh Pak Goon dengan sisi lain dari muka anak-anak Tengkuk kan tidak bisa tertawa.
127 Bab 12 Zoe - Tersangka Pertama Senin keesokan harinya para anggota Pasukan Mau Tahu mulai beraksi Seperti biasa, mereka berkumpul di rumah Pip. Cukup pagi mereka datang, sekitar setengah sepuluh. Soalnya, seperti dikatakan oleh Fatty. banyak tugas yang harus dikerjakan hari itu
"Daisy, kau dan Bets harus membelikan kado ulang tahun untuk anak itu - kemenakan Zoe Markham." kata Fatty "Punya uang tidak""
"Aku sama sekali tidak punya." kata Bets. "Sudah habis untuk membayar utang pada Pip."
"Kurasa aku punya satu shilling," kata Daisy
Fatty merogoh kantong, lalu mengeluarkan segenggam uang perak. Anak itu kelihatannya selalu punya uang. Saudara-saudara orang tuanya sering menghadiahinya uang, sehingga ia tidak pernah kehabisan.
Fatty mengambil dua keping uang, satu keping dua shilling dan satu lagi bernilai enam penny.
"Ini, Daisy! Belilah sesuatu seharga setengah crown. Kapan hari ulang tahun anak itu""
"Besok," jawab Daisy. "Kebetulan aku berjumpa dengan adiknya kemarin, lalu kutanyakan."
128 "Bagus," kata Fatty, "jadi cocok sekali! Nah - sekarang kau dan Bets membeli kado itu, lalu-bungkus dengan rapi. Tulis pesan selamat ulang tahun, lalu antarkan kado itu ke tempat Bu Thomas, kakak Zoe Markham. Usahakan agar kalian bisa mengobrol sebentar dengan dia, untuk mengetahui dengan tepat kapan Zoe datang ke situ Jumat malam yang lewat, lalu kapan ia pergi lagi."
"Tapi bagaimana caranya memancing pembicaraan itu"" tanya Daisy. ia mulai merasa gugup. Fatty menatapnya dengan sikap galak.
"Masak aku harus merencanakan setiap pembicaraan kalian!" Caranya terserah padamu, Daisy. Pakai akal sehatmu. Tanyakan apa kado Bu Thomas untuk anaknya - pokoknya begitulah - pasti kalian kemudian diajaknya masuk ke rumah, untuk melihat hadiah itu."
"Ya - itu ide yang baik," kata Daisy. "Yuk, Bets ita harus berbelanja dulu."
"Kalau bisa, aku ingin bertemu dengan Pippin sebenta.," kata Fatty "Ada beberapa hal yang perlu kuketahui, sebelum kususun rencana selan
jutnya." "Apa yang ingin kauketahui"" tanya Larry ingin
hu. "Yah - aku ingin menanyakan apakah polisi menemukan bekas-bekas jari tangan di cermin. Kan cermin itu harus dipindahkan dulu oleh
perampok, sebelum ia bisa membuka lemari besi yang tersembunyi di belakangnya," kata Fatty.
129 "Dan di pintu lemari itu pun mungkin ada pula bekas-bekas jari. Kalau ternyata memang ada, dan perampoknya salah satu aktor teater itu, maka itu berarti kita tidak usah repot-repot mengadakan penyelidikan lagi. Soalnya, Pak Goon tinggal mengambil sidik jari para aktor, lalu mencocokkannya dengan bekas jari-jari yang terdapat di cermin atau peti besi - dan habis perkara Ia langsung menemukan perampok yang dicari!"
"Aduh, mudah-mudahan saja ia tidak berhasil!" kata Bets dengan nada kecut. "Aku kepingin bisa meneruskan misteri ini. Aku ingin kita yang ber
hasil mengusutnya, dan bukan Pak Goon. Aku suka pada bagian usut-mengusut ini!"
"Jangan khawatir," kata Fatty sambil nyengir. "Aku merasa yakin, pencuri itu takkan meninggalkan bekas-bekas jarinya. Siapa pun orangnya, ia sangat cerdik!"
"Apakah menurut pendapatmu, dia itu Boysie, aktor kucing"" tanya Daisy.
"Tidak - setidak-tidaknya untuk sementara," kata Fatty. "Tunggu saja bagaimana pendapat kita nanti mengenainya, apabila sudah berjumpa dengan dia. O ya, Larry - bagaimana jika kau bersama Pip pergi ke teater pagi ini, untuk membeli karcis pertunjukan sore nanti" Ini uangnya!"
Dan lagi-lagi keluar segenggam uang perak dari kantong Fatty.
"Untung saja kau kaya, Fatty," kata Bets. "Kalau tidak, pasti pekerjaan usut-mengusut ini tidak begitu gampang rasanya."
130 "Nah - kita semua kan sudah kebagian tugas pagi ini, ya"" kata Fatty. "Kanan semua nanti melapor ke sini pukul dua belas, atau kurang lebih pada saat itu. Ayo, Buster - bangun! Masuk ke keranjang sepeda!"
Buster membuka matanya sambil bangun dari tempatnya berbaring di depan api pediangan ia menguap, serta mengibas-ngibaskan ekor. Diikutinya Fatty dengan langkah gontai. Bets mengambil topi dan mantelnya, siap untuk pergi berbelanja bersama Daisy. Pip dan Larry pergi mengambil sepeda masing-masing. Mereka akan berangkat ke Teater Kecil, untuk membeli karcis masuk.
Saat itu Fatty sedang mendorong sepedanya, keluar dari gudang, ia berseru memanggil kedua anak itu.
"Pip! Larry! Nanti jangan cuma membeli karcis saja - usahakan agar kalian bisa sebanyak mungkin berbicara dengan orang-orang di situ! Coba kalau bisa menyelidiki sesuatu!"
"Baik, Boss!" kata Larry sambil nyengir "Kami akan berusaha sebaik mungkin."
Kelima anggota Pasukan Mau Tahu berpencar, untuk melakukan penyelidikan. Bets dan Daisy
berrjalan kaki, karena ban sepeda Bets bocor. Tidak lama kemudian mereka sudah sampai di tengah desa, lalu langsung menuju ke toko mainan yang ada di situ.
"Jane baru empat tahun umurnya," kata Daisy. Jadi belum ada gunanya membeli permainan
131 yang rumit. Kita carikan saja permainan yang empuk."
Tapi permainan jenis itu tidak ada yang setengah crown harganya. Semuanya terlalu mahal. Kemudian Bets melihat seperangkat perabot rumah boneka.
"Aduh, lucunya!" katanya. "Kita beli yang ini saja, Daisy. Sepasang kursi kecil, sebuah meja dan sebuah dipan. Pasti Jane menyukainya!"
"Berapa harganya"" kata Daisy, sambil memandang label harga yang terpasang. "Dua shilling, sembilan setengah penny. Uang yang diberikan Fatty tadi setengah crown, jadi masih kurang tiga setengah penny. Sisanya aku yang membayar. Aku kan punya satu shilling!"
"Nanti kalau aku punya uang lagi, akan kuberikan satu penny padamu. Wah, aku senang sekali melihat kursi yang kecil-kecil ini!"
Daisy membeli perabot rumah boneka itu, lalu dibungkus dengan rapi deh pelayan toko.
"Sekarang kita pulang dulu untuk menuliskan ucapan selamat hari ulang tahun pada label, lalu mengantarkan kado kita ke rumah Bu Thomas," kata Daisy. Sesampai di rumah, mereka menuliskan pesan, 'Selamat hari ulang tahun untuk Jane, dari Daisy dan Bets'.
Setelah itu mereka berangkat lagi, kali ini ke rumah Bu Thomas, kakak Zoe Markham. Mereka sampai di rumah itu, yang kecil tapi menarik. Letaknya agak jauh dari tepi jalan. Di depan pintu pagar, mereka berhenti.
132 "Apa yang kita lakukan, jika Bu Thomas tidak ada"" kata Daisy. Ia agak gugup
"Bilang saja, nanti kita kembali lagi," kata Bets dengan segera. "Tapi ia ada. Kudengar suara Jane dan Dora bermain main dalam kebun."
"Lalu apa kata kita, jika pintu sudah dibukakan"" tanya Daisy yang masih tetap gugup.
"Katakan kita membawa kado untuk Jane. Lalu kita tunggu, apa kata Bu Thomas," kata Bets. ia heran, melihat Daisy gugup. "Biar aku saja yang mengurus tugas ini, jika kau tidak mampu, Daisy!"
Ucapan Bets itu sudah cukup untuk membuat Daisy lenyap rasa gugupnya!
"Siapa bilang aku tidak mampu!" katanya agak tersinggung. "Ayo!"
Keduanya pergi ke pintu depan, lalu membunyikan bel. Bu Thomas membukakan pintu.
"Halo, Daisy," katanya. "Dan siapa ini - ah, kau kan Elisabeth Hilton""
"Betul, Bu," kata Be
ts, karena namanya yang sebenarnya memang Elisabeth.
"Eh - anu, Bu - besok Jane kan merayakan hari ulang tahunnya, ya," kata Daisy. "Kami membawakan kado sedikit untuknya."
"Wah! Kalian anak yang baik hati," kata Bu Thomas. "Apa kado kalian""
Daisy menyerahkan bungkusan yang dibawa.
"Cuma perabot rumah boneka," katanya. "Ia punya rumah boneka atau tidak""
"Wah, kebetulan sekali - aku dan ayahnya hendak memberinya hadiah rumah boneka
133 besok!" kata Bu Thomas "Jadi perabot ini benar-benar hadiah yang sesuai!"
"Bolehkah kami melihat rumah itu, Bu"" tanya Bets dengan segera, karena ia melihat kesempatan untuk masuk ke rumah lalu mengajak Bu Thomas mengobrol.
"Tentu saja," jawab Bu Thomas. "Yuk - masuk!"
Mereka masuk ke rumah. Bu Thomas mengajak mereka ke tingkat atas, untuk menunjukkan sebuah rumah boneka yang indah, yang disimpan dalam sebuah kamar di situ. Daisy mengarahkan pembicaraan pada Teater Kecil.
"Adik Anda, Zoe Markham, kalau tidak salah kan ikut bermain dalam pertunjukan di Teater Kecil, ya Bu"" tanyanya sambil lalu.
"Ya. betul," jawab Bu Thomas. "Kalian sudah pernah menonton pertunjukan di sana""
"Kami bermaksud hendak menonton sore ini," kata Bets. "Aku kepingin melihat aktor kucing!"
"Boysie yang malang!" kata Bu Thomas. "Ia menderita sekali saat ini, karena dirongrong terus oleh polisi yang galak itu. Polisi itu beranggapan bahwa Boysie-lah yang melakukan perampokan Kalian tentunya sudah mendengar berita menge-nainya."
Saat itu seorang wanita muda yang cantik dan tinggi langsing masuk ke dalam kamar.
"Halo," kata wanita muda itu. "Betul juga pendengaranku tadi. Aku rasanya seperti mende-
134 ngar orang bercakap-cakap di sini. Sapa teman-temanmu ini, Helen""
"Ini Daisy, dan yang ini Elisabeth - atau Bets Itu kan nama panggilanmu. Nak"" kata Bu Thomas sambil berpaling pada Bets "Ini Zoe, adikku Ialah yang bermain dalam pertunjukan di Teater Kecil."
Wah - kebetulan sekali. Daisy dan Bets memandang Zoe dengan penuh perhatian. Alangkah cantiknya dia. dengan wajah yang selalu dihiasi senyum manis. Kedua anak itu langsung menyukai Zoe.
"Kalau tidak salah dengar, kalian sedang berbicara tentang Boysie yang malang itu, ya," kata Zoe. ia duduk di samping rumah boneka, lalu mulai mengatur perabot di dalamnya. "Keterlaluan! Seakan-akan ia bisa melakukan kejahatan Jumat malam itu! ia kan tidak cukup cerdik. Mana mungkin ia mendapat akal begitu, walau hanya untuk membalas dendam pada manager atas sikapnya terhadap Boysie."
"Kenapa begitu" Apakah manager itu jahat terhadapnya"" tanya Bets.
"Ya - ia selalu bersikap tidak sabar," kata Zoe. "Soalnya, Boysie tidak cepat mengerti, dan ia selalu mendapat peran yang konyol-konyol, seperti menjadi kucing Dick Whittington, atau menjadi angsa Bu Angsa dan peran-peran lain seperti itu. Sudah begitu, manager masih sering membentak-bentak terhadapnya, sehingga Boysie menjadi semakin payah. Aku tidak tahan lagi pada hari Jumat pagi, ketika kami sedang berlatih Aku
marah-marah, dan kukatakan terus terang penda-patku pada manager mengenai sikapnya yang tidak enak itu."
"O ya"" kata Daisy. "Lalu apa kata manager" Marahkah dia""
"Bukan marah lagi - mengamuk!" kata Zoe. "Kami saling bentak-membentak. Akhirnya aku diberhentikannya, mulai akhir minggu ini."
"Aduh - kalau begitu Anda kehilangan pekerjaan sekarang," kata Daisy prihatin.
"Ya-tapi tidak apa-apa. Aku sudah capek, dan memang kepingin beristirahat," kata Zoe. "Untuk sementara waktu aku akan tinggal di sini. di tempat kakakku. Kami berdua senang karena bisa berkumpul lagi."
"Anda tentunya dalam hati merasa puas bahwa manager Teater Kecil dibius dan dirampok," kata Daisy. "Pada saat peristiwa itu terjadi, Anda ada di mana""
"Aku meninggalkan tempat itu pukul setengah enam, bersama teman-teman yang lain," kata Zoe. "Aku langsung ke sini. Kurasa Pak Goon beranggapan bahwa akulah yang melakukan perampokan itu, dengan bantuan Boysie!"
"Tapi mana mungkin, jika semalaman Anda berada di sini"" kata Bets dengan segera. "Apakah kakak Anda tidak mengatakan pada Pak Goon bahwa Anda ada di sini""
"Ya - tapi sulitnya, sekitar pukul tujuh kurang se
perempat aku ke luar untuk pergi ke kantor polisi sebentar, setelah anak-anak sudah tidur," kata
136 Zoe "Dan kakakku tidak mendengar aku datang kembali sepuluh menit setelah itu! Aku langsung naik ke kamar tidur dan berada di situ sampai pukul delapan kurang seperempat. Setelah itu aku turun kembali ke kamar duduk. Nah - karena itu menurut Pak Goon, aku bisa saja menyelinap pergi ke Teater Kecil, memasukkan obat tidur ke dalam teh yang akan diminum manager. Setelah ia pingsan, kupindahkan cermin dinding dari tempatnya, lalu membuka lemari besi dan mencuri isinya - dan semuanya dengan bantuan Boysie! Dan yang lebih parah lagi, Pak Goon ternyata menemukan selembar sapu tangan - yang bukan milikku - tapi di sudutnya tersulam huruf Z. Ia menemukannya di beranda belakang Teater Kecil. Pak Goon mengatakan, aku menjatuhkan sapu tangan itu secara tidak sengaja, ketika aku masuk dengan bantuan Boysie malam itu. Bagaimana pendapat kalian atas tuduhan begitu""
137 Bab 13 Penyelidikan Larry dan Pip
Bets dan Daisy sangat kaget-apalagi mengenai sapu tangan yang mencelakakan itu. Muka Daisy merah, mengingat betapa ia menyulamkan huruf Z pada salah satu sudutnya, tanpa menduga sama sekali bahwa ada orang bernama Zoe.
Keduanya memandang wanita muda yang sedang dirongrong kesulitan itu. Bets mau menangis saja rasanya. Daisy sudah hampir membeberkan persoalan sapu tangan itu - tapi tidak jadi. Ia harus minta ijin dulu pada Fatty.
"Pak Goon tidak enak sikapnya," kata Bu Thomas. "Aku ditanyai terus tentang Zoe, sampai capek! ia juga ingin melihat semua jas dan mantel berwarna biru tua yang ada di rumah ini - entah untuk apa!"
Daisy dan Bets tahu apa maksudnya! Pak Goon menyimpan sobekan kain biru tua, yang sengaja ditancapkan oleh Fatty ke paku untuk dijadikan petunjuk palsu. Dan kini polisi desa itu mencari-cari mantel atau jas yang robek, untuk dicocokkan dengan sobekan kain yang ada padanya! Aduh - persoalan menjadi semakin gawat.
"Ia juga menanyakan merek rokok yang biasa kami isap," kata Zoe. "Ia kelihatannya senang
138 sekali, ketika kami menunjukkan kotak rokok Player's!"
Hati Daisy dan juga Bets semakin kecut ketika mendengar keterangan itu. Soalnya, puntung-puntung rokok yang diserakkan oleh Fatty di beranda belakang teater, juga Player's mereknya. Siapa yang akan mengira, segala petunjuk palsu itu ternyata sesuai dengan indikasi yang ada dalam kasus perampokan - dan memberatkan tuduhan terhadap Zoe!
Bets mengejap-ngejapkan mata. berusaha menahan air mata yang hendak menetes, ia ketakutan, dan merasa sedih. Ia melirik Daisy. Daisy melihat lirikan Bets. Dengan segera ia mengerti, bahwa Bets ingin cepat-cepat pergi dari situ. Daisy pun ingin lekas pergi. Ia merasa takut dan gelisah. Fatty perlu diberi tahu mengenai perkembangan ini. Betul-betul perlu! Ia pasti tahu apa yang harus dilakukan.
Kedua anak perempuan itu bergegas minta diri.
"Kami akan melihat Anda nanti sore, karena kami akan menonton pertunjukan di Teater Kecil," kata Daisy pada Zoe. "Bolehkah kami nanti meminta tanda tangan Anda - kami semua, maksudku""
"Tentu saja boleh," jawab Zoe. "Kalian ada berapa orang" Lima" Baiklah! Kalau kalian mau, aku bisa memberi tahu teman-temanku, supaya mereka semua memberikan tanda tangan untuk kumpulan kalian. Tapi nanti bertepuk tangan untukku, ya""
139 "O ya, tentu saja," kata Bets bersungguh-sungguh. "Anda jangan sampai ditahan polisi, ya!" Zoe tertawa.
"Tentu saja tidak," katanya. "Aku kan tidak merampok, dan Boysie yang malang juga tidak terlibat di dalamnya. Itu aku tahu pasti! Aku sebetulnya tidak takut pada Pak Goon yang jahat itu. Kalian tidak perlu khawatir!"
Tapi Bets dan Daisy masih saja merasa gelisah, ketika meninggalkan rumah Bu Thomas. Mereka sudah tidak sabar lagi menunggu pukul dua belas siang, supaya bisa cepat-cepat menceritakan penemuan mereka pada Fatty, Pip dan Larry.
"Penyelidikan kita tadi berhasil baik," kata Daisy, ketika mereka sudah sampai di kamar main Pip dan Bets, lalu duduk untuk berunding. "Cuma yang kita temukan, ternyata hal-hal yang sama sekali tidak enak bagi kita. Aduh - aku merasa bersalah menge
nai sapu tangan itu, Bets! Seumur hidup, aku tak mau berbuat seperti itu lagi!"
Larry dan Pip datang sekitar pukul dua belas kurang sepuluh menit Keduanya kelihatan puas
"Hai - bagaimana hasil penyelidikan kalian"" tanya Pip. "Kami berhasil!" ia menceritakan pengalamannya bersama Larry. Keduanya tadi bersepeda ke Teater Kecil, lalu pergi ke loket karcis untuk memesan tempat untuk pertunjukan sore Tapi sial - loket tutup! Pip lantas mengajak Larry mengadakan penyelidikan di sekitar situ.
"Nanti kalau ada orang melihat kita, kita bisa saja mengatakan bahwa kita hendak membeli karcis.
140 dan sedang mencari-cari seseorang yang bisa dimintai keterangan," kata Pip.
Keduanya lantas pergi ke bagian belakang teater itu. Di situ ada seorang laki-laki Ia sedang membersihkan sebuah sepeda motor. Pip dan Larry tidak tahu, siapa orang itu.
"Sepeda motor itu bagus," kata Pip pada Larry. Laki-laki yang ada di situ mendengar suaranya, lalu mendongak. Orang itu kelihatannya sudah setengah umur Tubuhnya agak gemuk. Bibirnya tipis sedang keningnya berkerut. Tampangnya memberikan kesan pemarah.
"Apa yang kalian cari di sini"" tanya orang itu
"Kami sebenarnya datang untuk memesap karcis pertunjukan nanti sore," kata Larry. "Tapi loket tutup."
"Tentu saja! Kalian bisa membeli karcis, jika datang nanti sore," kata laki-laki itu. Ia meneruskan kesibukannya, menggosok-gosok spatbor sepeda motornya yang sudah berkilat-kilat. "Loket hanya dibuka pada hari Sabtu pagi, pada saat diperkira kan penonton akan banyak. Pokoknya, sekarang pergi dari sini! Aku tidak suka melihat ada orang lontang-lantung di sini. Setelah peristiwa peram pokan hari Jumat, aku tidak senang jika ada orang berkeliaran di sekitar teaterku!"
"Ah - apakah Anda manager teater ini"" kata Larry dengan segera.
"Ya, betul! Akulah yang banyak diberitakan ini. Akulah yang dibius dan dirampok hari jumat
142 yanglalu," kata manager itu. "Huh-jika aku bisa membekuk leher pelakunya, akan tahu rasa cha
"Adakah kecurigaan Anda tentang siapa yang mungkin pelakunya"" tanya Pip.
"Sama sekali tidak," kata manager itu. "Menurut pendapatku, tak mungkin Boysie goblok itu yang merampok. Takkan mungkin ia mampu melakukan perbuatan seperti itu. Lagipula, ia terlalu takut padaku. Kurasa pelakunya seseorang yang dimasukkan oleh Boysie malam itu, pada saat teater sedang kosong!"
Pip dan Larry asyik mendengar keterangan dari seseorang yang terlibat langsung dalam kejadian itu.
"Dalam surat kabar diberitakan bahwa Boysie - aktor kucing - mengantarkan teh untuk Anda - yang sebelumnya sudah diberi obat tidur," kata Larry. "Betulkah itu, Pak""
"Memang dia yang membawa masuk teh secangkir untukku," kata manager itu. "Saat itu aku sedang sibuk sekali. Jadi aku hanya menoleh sebentar untuk menerimanya. Tapi yang datang saat itu jelas Boysie. Aku takkan mungkin keliru, karena masih memakai pakaian kucingnya, ia terlalu malas untuk melepaskannya. Memang begitulah sifat Boysie! Aku bahkan pernah mengalami, ia langsung tidur dalam keadaan begitu, tanpa mengganti pakaian dulu. Tapi orangnya memang kurang normal. Masih kayak anak kecil saja! Perampokan itu tidak mungkin
143 dilakukan oleh dia sendiri, walau mungkin saja ia ikut terlibat. Boysie gampang sekali dibujuk!"
"Jadi kemungkinannya ada seseorang yang kembali malam itu, lalu masuk dengan bantuan Boysie. Minuman teh Anda dicampuri obat tidur, dan kemudian diantarkan pada Anda oleh Boysie - seperti biasanya, supaya Anda jangan merasa curiga," kata Larry. "Lalu, begitu Anda sudah tertidur, orang yang dimasukkan oleh Boysie itu menyelinap masuk ke dalam kamar Anda, menurunkan cermin dinding, mengambil anak kunci dari tempat Anda menyimpannya, lalui membuka lemari besi. Kemudian orang itu pergi lagi, sebelum Anda siuman."
"Ya, begitulah kira-kira," kata manager itu. Ia berdiri, untuk mengelap setang sepeda motornya. "Lagipula pelakunya pasti salah seorang anggota teater, karena orang lain tidak ada yang begitu banyak tahu tentang hal-hal di sini seperti mereka Siapa pun perampoknya, orang itu bahkan tahu. bahwa anak kunci lemari tidak kuselipkan di gelang kunci - ta
pi kusimpan dalam suatu bagian tersembunyi dari dompetku. Dan hanya orang-orang teater saja yang tahu bahwa aku tidak menyetorkan uang hasil penjualan karcis hari Kamis ke bank. Sebab mereka melihat aku kembali sambil marah-marah, karena ternyata bank tutup!"
Anak-anak mengikuti penjelasan itu dengan penuh perhatian. Beberapa di antaranya sudah mereka ketahui. Tapi bagaimanapun juga. lebih asyik dan asli rasanya jika mendengar penuturan
144 manager sendiri. Mereka tidak suka pada orang itu -karena kelihatannya jahat dan pemarah. Mereka bisa membayangkan, orang seperti manager itu pasti banyak musuhnya, yang ingin membalas dendam atas perbuatannya yang menyakiti hati.


Pasukan Mau Tahu - Misteri Di Teater Kecil di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kurasa polisi pasti langsung beraksi setelah itu," kata Pip. Ia mengambil lap, lalu ikut membersihkan jari-jari roda sepeda motor.
"O ya! Polisi desa - siapa lagi namanya" O ya, Goon-nah! Selama ini ia boleh dibilang tinggal di sini, sibuk menanyai setiap orang. Boysie sampai setengah mati ketakutan dibuatnya, sehingga kurasa kini ia sudah tidak tahu lagi apa yang dikatakannya Goon membentak-bentak, sampai Boysie menangis."
"Dasar jahat!" gumam Pip. Manager itu memandangnya dengan heran.
"Ah - belum tentu! Jika memang Boysie pelakunya, Goon harus berusaha mengorek keterangan sampai berhasil. Lagipula, tidak ada jeleknya jika Boysie dibentak-bentak - karena kadang-kadang hanya dengan cara begitu ia bisa dibikin mengerti!"
Sementara itu sepeda motor sudah selesai dibersihkan. Kelihatannya sudah berkilauan. Manager teater mendorongnya masuk ke dalam sebuah gudang.
"Nah, sekarang selesai," katanya. "Sayang, aku tidak bisa menjual karcis pada kalian sekarang. Tapi nanti sore, kalian akan bisa memperolehnya
145 dengan gampang. Hari Senin jarang banyak penonton."
Pip dan Lany pergi dari situ. Mereka senang sekali. Asyiknya, keterangan mereka peroleh langsung dari manager sendiri. Kini pengetahuan mereka tentang kasus itu sama banyaknya seperti Pak Goon!
Kejadian itu memang sangat misterius. Boysie ternyata memang mengantarkan teh yang sudah diberi obat tidur pada manager teater. Dan jika bukan ia sendiri yang menaruhkan obat tidur itu, tentunya ia tahu siapa yang melakukannya, ia pula yang memasukkan orang yang belum ketahuan itu. Mungkin juga Boysie ikut menyaksikan, sementara pencuri itu memindahkan cermin dinding dan merampok isi lemari besi. Semua dugaan yang ada, sangat memberatkan kedudukan Boysie. Lany dan Pip bisa membayangkan dengan jelas, betapa Pak Goon berteriak dan membentak-bentak Boysie. untuk memaksanya agar mau mengatakan siapa pelaku perampokan.
"Yuk, kita kembali saja - sekarang sudah pukul dua belas kurang seperempat," kata Larry. Ia sudah tidak sabar lagi, ingin cepat-cepat menyampaikan laporan pada anak-anak yang lain. "Aku ingin tahu, bagaimana hasil penyelidikan Bets dan Daisy. Mereka mendapat tugas gampang. Begitu pula halnya dengan Fatty - ia cuma harus menanyai Pippin saja."
"Aku suka pekerjaan detektif begini," katanya lagi. sementara mereka bersepeda pulang. "Kau
146 bagaimana" Tentu saja bagi kita lebih sulit kalau dibandingkan dengan Pak Goon atau Pippin. Kalau mereka enak saja, bisa mendatangi siapa saja untuk menanyai macam-macam, karena mereka tahu orang-orang harus memberi jawaban jika ditanyai polisi Mereka bisa memasuki rumah orang untuk melakukan pemeriksaan - sedang kita tidak bisa!"
"Betul - tapi di pihak lain, kita mungkin bisa mendapat keterangan yang tidak akan disampai kan pada Pak Goon," kata Pip. "Nah - itu Pak
Goon!" Betullah - Pak Goon nampak sedang bersepeda, dengan kening berkerut dan sikap sok penting Ia memanggil kedua anak itu ketika mereka sudah dekat.
"Mana anak gendut teman kalian' Katakan padanya, jika aku melihatnya lagi pagi ini, ia akan kuadukan pada orang tuanya. Mencampuri urusan orang lain tanpa diminta! Mana dia""
"Tidak tahu," kata Pip dan Larry serempak, sambil nyengir. Mereka juga bertanya tanya dalam hati, apakah yang sedang diperbuat Fatty saat itu.
"Kalian tidak tahu" Hahh! Pasti kalian tahu di mana ia bersembunyi saat ini, siap untuk mengorek-ngorek keterangan lagi dari Pippin. Apakah ia mengi
ra bisa turut dalam kasus ini" Mana bisa! Aku yang menanganinya. Bilang itu padanya!"
Pak Goon meneruskan perjalanannya, meninggalkan Pip dan Larry yang sibuk bertanya dalam
147 hati - apakah yang sedang dilakukan Fatty itu.
148 Bab 14 Penyelidikan Fatty Pagi itu Fatty sibuk sekali. Mula-mula ia bersepeda ke rumah Pak Goon. Di sana ia menjenguk ke dalam kamar depan, lewat jendela. Hanya Pippin yang kelihatan di dalam. Bagus! Fatty menyandarkan sepedanya ke tembok rendah di depan rumah. Buster ditinggalkannya di situ. sebagai penjaga. Setelah itu ia memasuki pekarangan depan. Diketuknya jendela kamar di mana Pippin sedang sibuk bekerja menyusun
laporan dan macam-macam lagi. Pippin menoleh ketika mendengar ketukannya, lalu meringis. Dibukakannya pintu depan, lalu diajaknya Fatty masuk ke kamar depan. "Ada kabar baru"" tanya Fatty. "Yah," kata Pippin. "ada laporan mengenai lemari besi serta cermin dinding, tentang sidik jari. polisi sama sekali tidak menemukan bekas apa-apa pada kedua benda itu!' "Kalau begitu perampoknya ternyata sangat licin," kata Fatty. "Jadi tidak mungkin Boysie!" Pippin hendak mengatakan sesuatu, tapi Hdak jadi - karena saat itu terdengar gonggongan Buster. Fatty dan polisi muda itu memandang ke luar. Mereka melihat Pak Goon turun dari
149 sepedanya, dengan tampang cemberut. Buster berdiri di tengah jalan masuk sambil menggong-gong-gonggong. Seolah-olah ia hendak mengata-kan, "Hii - kau tidak bisa masuk. Rasakan! Guk. guk! Tidak bisa masuk! Hee!"
"Sebaiknya kau cepat-cepat pergi," kata Pippin gelisah. "Aku sebenarnya masih punya beberapa kabar baru, tapi kau harus pergi sekarang."
Karena melihat gelagatnya, Buster sudah hendak menyerang Pak Goon, Fatty bergegas keluar lalu lari ke gerbang depan. Diangkatnya Buster dan ditaruhnya dalam keranjang sepeda
"Apa yang kaulakukan di sini"" bentak Pak Goon. "Aku sudah memperingatkan Pippin mengenai dirimu, Tuan Mau Tahu! Kau takkan bisa mengetahui apa-apa dari dia. Ia tidak ikut dalam kasus ini. Ia tidak tahu apa-apa - dan kalau tahu pun. takkan dikatakannya padamu. Ayo pergi! Aku sudah bosan melihat tampangmu yang tembam itu!"
"Harap jangan kasar kalau berbicara. Pak Goon," kata Fatty dengan sikap anggun. Ia tidak suka, jika mukanya dikatakan tembam.
"Siapa yang kasar" Aku tidak kasar - cuma terus terang saja," kata Pak Goon, sambil mendorong sepedanya memasuki pekarangan "Sungguh, aku tidak mau melihat tampang gemukmu itu lagi hari ini. Aku ini orang sibuk - banyak sekali urusan penting yang harus kulakukan. Aku tidak senang jika kau berkeliaran di sini. mau tahu urusan orang."
150 Setelah itu ia masuk. Ia merasa senang | membayangkan bahwa Pippin tadi pasti mendengar dia memperlakukan anak gendut itu dengan cara yang seharusnya dilakukan. Aha! Ia, Pak Goon, sudah jauh perkembangannya ke arah penyelesaian kasus yang sangat sulit. Semua sudah beres - dan sekali ini Frederick Algemon Trotteville boleh menggigit jari.
Diiringi perasaan puas itu Pak Goon masuk, untuk menyemprot Pippin. Fatty yang masih ingin bicara dengan Pippin, pergi menjauh sedikit dengan sepedanya. Kemudian disandarkannya sepedanya itu pada sebatang pohon, ia sendiri bersembunyi di balik pohon itu, untuk mengintip, ia menunggu Pak Goon pergi lagi. Polisi desa itu menyandarkan sepedanya ke tembok rumahnya, seakan-akan hendak pergi lagi.
Sambil mengintai, Fatty memikirkan cercaan Pak Goon mengenai mukanya yang dikatakan gemuk. Jadi menurut Pak Goon, mukanya gemuk" Baiklah - akan diperlihatkannya tampang yang benar-benar gemuk! Fatty merogoh kantong, mengambil sepasang bantalan pipi lalu menyelipkannya ke balik pipi. Seketika itu juga mukanya nampak bengkak!
Beberapa menit kemudian Pak Goon keluar, lalu menaiki sepedanya. Ia menyusur jalan dengan lambat-lambat. Fatty muncul dari balik pohon, menampakkan diri pada polisi desa itu.
151 "Kau ada di sini lagi"!" tukas Pak Goon Sikapnya goyah di atas sepeda, karena marah-"Kau ini..."
Saat itu barulah ia benar-benar melihat tampang Fatty yang menggembung pipinya. Pak Goon mengejapkan mata, lalu memandang lagi. Fatty tertawa nyengir. Pipinya semaki
n membulat seperti balon!
Pak Goon turun dari sepeda, ingin mengamati lebih jelas. Tapi Fatty cepat-cepat meloncat ke sepedanya, lalu mengayuhnya pergi, ia memasuki sebuah jalan samping, lalu bersepeda mondar-mandir di situ sambil menunggu. Akhirnya ia merasa bahwa Pak Goon pasti sudah pergi. Fatty kembali ke rumah polisi desa itu.
"Kau tidak usah khawatir," kata Pippin dan jendela, "ia pergi untuk mengirim kawat. Setelah itu pergi ke tempat parkir Teater Kecil, untuk memeriksa di tempat itu. Kemudian ia masih harus datang ke Pertanian Loo, untuk urusan seekor anjing Ia takkan cepat kembali."
Fatty sudah lebih dulu mengambil bantalan dari balik pipinya, sehingga tampangnya nampak biasa lagi.
"Aku hanya perlu beberapa menit saja," katanya pada Pippin. "Aku tahu Anda sedang sibuk. Tapi Anda punya kabar apa lagi""
"Yah - dalam minuman teh itu ternyata memang ada obat tidur." kata Pippin. "Tidak berbahaya, tapi keras. Sisa-sisanya ditemukan di dasar cangkir Jadi itu sudah terbukti!"
152 "Masih ada lagi kecuali itu"" tanya Fatty. Apakah sudah ditemukan jejak uang yang hilang""
"Belum! Dan kurasa takkan bisa ditemukan, karena semuanya uang kecil," kata Pippin. "Ada gambaran mengenai pelakunya"" tanya
Fatty. "Yah - aku sudah melihat catatan Pak Goon. Jika kau ingin mengetahui alasan perampokan itu
- yaitu seseorang yang menaruh dendam terhadap manager - seluruh anggota teater itu bisa dicurigai sebagai pelakunya!" kata Pippin.
Kau kan tahu juga bahwa Pak Goon tidak mau mengatakan apa-apa padaku - tapi ia begitu "hingga pada dirinya karena telah begitu banyak berhasil menyelidiki, sehingga ia menyuruhku membaca catatan-catatannya Katanya, besar sekali gunanya bagiku untuk melihat cara seorang ahli menangani kasus seperti ini!"
Fatty meringis. "Ya-bisa kubayangkan ia berkata begitu. Tapi apa maksud Anda tadi, anggota teater semuanya menaruh dendam terhadap manager""
"Pak Goon menanyai manager, dan banyak keterangan yang diperolehnya," kata Pippin. "Nah
- misalnya saja Zoe Markham. Pagi hari itu ia bertengkar dengan manager, sehingga dipecat. Sedang Lucy White - ia ingin meminjam uang karena ibunya sakit, tapi permintaan itu ditolak. Lalu Peter Watting dan William Orr-kedua orang itu kepingin berperan dalam pertunjukan teater
153 yang serius, dan tidak hanya cerita-cerita jenaka saja. Tapi mereka malah ditertawakan manager. ia mengatakan, mereka hanya cocok untuk pertunjukan-pertunjukan lucu kelas murahan saja. Katanya. aktor yang mutunya murahan harus puas dengan pertunjukan-pertunjukan murahan pula."
"Pasti keduanya marah," kata Fatty.
"Ya - rupanya mereka marah sekali," kata Pippin. "Nyaris saja terjadi pukul-pukulan. Mereka mengancam akan memukul manager, jika ia berani sekali lagi mengatai mereka aktor kelas murahan Pada hakekatnya mereka aktor bermutu-apalagi William Orr."
"Wah, mi menarik sekali," kata Fatty. "Terus - siapa lagi yang menaruh dendam""
"John James meminta kenaikan gaji," sambung Pippin. "Rupanya manager sudah menjanjikan apabila pertunjukan sudah berlangsung enam bulan. Karenanya ia lantas menuntut, tapi ditolak Manager mengatakan, ia tidak pernah menjanjikan apa-apa."
"Wah, baik sekaK dia - manager itu," kata Fatty sambil nyengir. "Selalu bersedia untuk membantu Bukan main caranya mengelola rombongan teater! Pasti semuanya benci padanya."
"Memang begitu," kata Pippin. "Bahkan Boysie, aktor kucing juga benci padanya. Nanti dulu - apakah semuanya sudah kusebutkan" Belum, masih ada Alec Grant. ia minta ijin untuk tampil dalam suatu pertunjukan lain pada hari-hari ia tidak main di sini - tapi manager tidak
154 mengijinkannya. Rupanya kemudian mereka bertengkar hebat mengenainya! Jadi kaulihat sendiri, banyak orang yang ingin membalas dendam pada manager atas perlakuannya terhadap mereka!"
"Lalu bagaimana dengan alibi mereka masing-masing"" tanya Fatty, setelah memikirkan segala keterangan itu sebentar.
"Semua sudah dicek," kata Pippin. "Dan semua cocok, kecuali ada suatu pertanyaan susulan mengenai Zoe Markham. Soalnya, malam itu ia meninggalkan rumah kakaknya, dan tidak ada yang melihat ia datang kembali. Kata
Zoe sendiri, ia langsung pergi ke kamarnya. Tanpa ada yang melihat Jadi kenyataan itu, ditambah dengan huruf Z yang tersulam di sudut sapu tangan yang ditemukan di beranda teater, Pak Goon kini menganggap dia serta Boysie sebagai orang-orang yang paling dicurigai!"
Itu sama sekali tidak menyenangkan, pikir Fatty. Sementara itu Pippin sudah sibuk lagi dengan kertas-kertas laporannya.
"Yah-hanya itu saja yang bisa kuceritakan saat ini," katanya, "dan jangan bilang siapa-siapa bahwa aku yang bercerita, ya! Lebih baik kau pergi sekarang - dan jangan lupa memberi tahu padaku, jika kalian mengetahui sesuatu yang
menarik!" "Saat ini belum ada," kata Fatty. "Hanya mudah-mudahan saja Pak Goon sekarang capek, setelah kuajak berjalan-jalan lama sekali kemarin
sore!" 155 Pippin menoleh dengan cepat.
"Apa" ia kan membuntuti seorang asing berambut merah" Maksudmu - orang itu kau""
"Yah - aku berpendapat, tidak ada salahnya jika Pak Goon benar-benar bertemu dengan seseorang yang turun dari kereta pukul setengah empat," kata Fatty. "Padahal ia seharusnya kini merasa curiga terhadap orang-orang berambut merah!"
Setelah berkata begitu, Fatty keluar sambil bersiul-siul. Ketika sudah bersepeda kembali tiba-tiba ia mendapat ilham. Diambilnya bantalan pipinya, lalu diselipkannya ke balik pipi. Kini ia menuju ke kantor pos. Mungkin saja Pak Goon masih ada di situ.
Dugaannya ternyata tepat. Fatty cepat-cepat masuk ke sebuah tempat telepon umum, ketika Pak Goon keluar dari kantor pos Polisi itu berhenti ketika melihat seseorang meringis ke arahnya dari balik kaca tempat telepon umum. ia kaget sekali Pipi Fatty membengkak seperti yang dilihatnya beberapa saat yang lalu
Fatty mengangguk sambi! nyengir dengan ramah. Pak Goon meneruskan langkah sambil menggeleng-geleng karena heran. Anak itu, mukanya semakin sembab saja kelihatannya, pikirnya. Tak mungkin pipinya begitu karena menahan napas, ia tadi kan meringis! Jangan-jangan anak itu menderita suatu penyakit.
Fatty melesat pergi dengan sepedanya. Ia mengambil jalan pintas, menuju tempat parkir
156 belakang teater. Di situ ia membawa sepedanya ke dalam gudang, lalu pura-pura sibuk memeriksanya. Sesaat kemudian Pak Goon tiba dengan sepedanya, ia turun, lalu menuntun kendaraannya itu ke dalam gudang, ia melihat ada seorang anak di situ, tapi tidak begitu diperhatikan olehnya - sampai Fatty berpaling dan memamerkan mukanya yang melembung.
Pak Goon kaget sekali. Diperhatikannya Fatty dekat-dekat.
"Kau sakit gigi"" tanyanya. "Mukamu sangat bundar!"
Pak Goon masuk ke dalam teater, sementara Fatty berangkat ke Pertanian Loo. Di situ ia menunggu selama sepuluh menit sambil duduk di sadel sepedanya di balik tembok. Ketika nampak Pak Goon datang, dengan tiba-tiba Fatty melesat keluar dari tempatnya bersembunyi. Sekali lagi Pak Goon memandang muka bulat seperti bulan purnama.
"Sekarang pergi!" teriak Pak Goon. "Kau dengan mukamu yang sembab itu, selalu saja mengikuti aku terus! Sana, pergi ke dokter gigi. Hahh! Kausangka kau lucu ya - mengikuti aku dengan mukamu yang kayak begitu!"
"Tapi, Pak Goon - kelihatannya malah Anda yang terus-terusan mengikuti aku," bantah Fatty. Aku pergi menelepon, Anda juga ada di situ! Aku ke tempat parkir- eh, Anda juga ke situ. Sekarang aku mampir kemari, tahu-tahu Anda ke sini juga! untuk apa Anda membuntuti aku terus" Atau
157 mungkin Anda menyangka aku yang merampok di Teater Kecil""
Pak Goon menatap wajah Fatty dengan perasaan heran bercampur sebal ia tidak mengerti, bagaimana mungkin muka seseorang dengan tiba-tiba saja bisa menggelembung seperti itu!
Pak Goon memutuskan untuk tidak mampir di pertanian itu, selama di situ masih berkeliaran anak bertampang sembab itu. Pak Goon pergi lagi.
"Menyebalkan!" gumamnya pada diri sendin _ "Anak itu benar-benar menyebalkan! Tapi tidak bisa diapa-apakan. Yah - pokoknya, ia tidak tahu bahwa aku sudah banyak mencapai kemajuan dengan kasus ini. Pasti ia akan kaget nanti jika mendengar bahwa misteri sudah terbongkar pelaku-pelakunya sudah ditangkap - dan melihat aku ditepuk-tepuk oleh Pak Inspektur sebagai tanda puas. Biar tahu rasa anak
itu, dengan tampangnya yang sembab!"
Sementara itu Fatty memandang arlojinya Sudah hampir pukul dua belas. Lebih baik ia lekas-lekas kembali, menggabungkan diri dengan teman-teman. Kabar apa saja yang berhasil mereka peroleh"
Fatty pergi ke rumah Pip. Anak-anak sudah ada semua di situ. Bets melambai dari jendela, ketika Fatty datang.
"Cepat sedikit, Fatty! Banyak kabar yang berhasil kami kumpulkan! Kami sudah khawatir jangan-jangan kau tidak bisa datang!"
158 Bab 15 Pertunjukan Teater - dan Sesudah Itu
Anak-anak duduk di kamar main yang lapang. Mereka menghadapi coklat sekantong, sumbangan Larry
"Yah - kelihatannya kita semua membawa laporan," kata Fatty. "Anak-anak perempuan dulu! Bagaimana hasil penyelidikan kalian Daisy dan Bets""
Bets dan Daisy menyampaikan laporan mereka, keduanya silih berganti melaporkan.
"Untung sekali kami tadi, bisa berjumpa sendiri dengan Zoe," kata Daisy. "Orangnya manis sekali. Tak mungkin ia yang merampok teater, Fatty!"
"Tapi yang tidak enak, urusan sapu tangan dengan huruf Z itu," kata Bets. "Dan Fatty - ia mengisap rokok yang sama mereknya dengan puntung-puntung yang kita sebarkan sebagai perunjuk palsu!"
"Ah - Pak Goon mungkin akan menyadari kemudian bahwa banyak sekali orang yang mengisap merek itu," kata Fatty. "Jadi soal itu tidak perlu terlalu kita khawatirkan. Tapi yang kusesali, soal sapu tangan itu. Kenapa kita sulamkan huruf Z pada sapu tangan konyol itu"!"
159 "Apakah kita tidak perlu menceritakan hal itu pada Pak Goon" Maksudku, bahwa kita yang menaruh sapu tangan itu, sebagai petunjuk palsu"" tanya Daisy. "Tak enak rasanya mengingat bahwa Pak Goon merongrong Zoe dengan petunjuk palsu demikian. Kan kasihan Zoe!"
"Sapu tangan itu tidak bisa dipakai untuk membuktikan apa pun juga," kata Fatty sambi berpikir. "Andaikan sapu tangan itu miliknya, kan bisa saja tercecer di situ pada saat lain-dan bukan justru pada malam itu. Aku tidak melihat kemungkinan Pak Goon bisa memakainya sebagai barang bukti!"
"Pendapatku juga begitu," kata Larry. "Nanti saja kita mengaku apabila kasus ini sudah selesai Sedang saat ini, aku tidak melihat manfaatnya Paling-paling hilang peluang kita untuk memecah-kan misteri!"
"Baiklah kalau begitu," kata Daisy. "Tapi aku tetap merasa tidak enak!"
"Harus kuakui, kalian berdua bekerja dengan baik sekali," kata Fatty pada Daisy dan Bets "Banyak informasi berguna yang kalian peroleh Bagaimana dengan kalian, Pip dan Lany""
Kedua anak itu mengisahkan pertemuan mereka dengan manager teater. Fatty mendengarkan dengan penuh minat.
"Wah - hebat!" katanya, ketika mereka selesai melaporkan. "Aku tidak ragu lagi sekarang bahwa memang Boysie yang mengantarkan teh berisi obat tidur itu. Yah - apakah ia sendiri yang menjadi
160 pelakunya, atau mungkin juga hanya membantu orang lain - yang jelas, ia ikut terlibat, karena mengantarkan teh pada manager! Kurasa ia tidak menyadari bahwa pada sisa teh itu bisa ditemukan bekas-bekas obat tidur. Hal seperti itulah yang dilupakan orang tolol kayak Boysie!"
"Yah - sore ini kita akan bertemu dengan dia," kata Daisy. "Aku tadi lupa mengatakan, Fatty - tapi Zoe sudah berjanji bahwa kita nanti sore bisa berjumpa dengan para aktor, untuk meminta tanda tangan mereka. Jadi kita juga akan bertemu dengan Boysie."
"Bagus!" kata Fatty senang. "Kalian semua sudah bekerja dengan baik sekali. Ternyata ada juga gunanya aku mendidik kalian!"
Teman-temannya langsung melabraknya dari segala pihak. Habis aksinya! Setelah keadaan tenang kembali, Larry bertanya bagaimana hasil penyelidikannya. Fatty memaparkan cerita Pippin padanya.
"Aneh - bagaimana semua anggota teater menaruh dendam terhadap manager," katanya kemudian. "Ia pasti orang yang jahat sifatnya. Melakukan hal-hal yang menyebabkan orang membalas dendam! Semuanya memiliki motif!" "Apa itu - motif"" tanya Bets. "Alasan kuat untuk melakukan sesuatu," kata Fatty menjelaskan. "Para aktor mempunyai alasan kuat untuk membalas dendam pada manager. Mereka mempunyai motif, untuk membalas sikapnya yang tidak enak."
161 "Misteri ini sangat menarik," kata Larry. "Ada tujuh orang yang mungkin melakukan
perampok- an itu - dan semuanya memiliki motif untuk membalas dendam pada manager. Tapi semua memiliki alibi yang teguh - kecuali Boysie, dan mungkin juga Zoe. Sedang kita merasa, tak mungkin keduanya perampok! Zoe terlalu ramah orangnya!"
Pedang Sakti Tongkat Mustika 21 Raja Petir 04 Asmara Sang Pengemis Sumpah Palapa 30
^