Pencarian

Misteri Kamar Tersembunyi 3

Pasukan Mau Tahu - Misteri Kamar Tersembunyi Bagian 3


"Wah! Jadi menurut perasaanmu, mungkin ada orang yang harus ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara"" tanya Bets. Matanya membundar. karena heran.
"Ya - siapa tahu. kan," kata Fatty dengan gagah. "Yah - sebaiknya kita pergi saja sekarang. Nanti akan kuatur rencanaku untuk malam ini."
15 KAMAR TERSEMBUNYI Senang sekali rasanya merundingkan rencana Fatty untuk malam itu, Kelima anggota Pasukan Mau Tahu mengobrol sambil duduk-duduk di depan api pediangan dalam kamar main Pip dan Bets.
"Orang tuaku bepergian selama dua hari," kata Fatty. "Untung saja - karena dengan begitu mereka takkan tahu, apakah malam ini aku ada di rumah atau tidak. Aku nanti akan pergi ke pondok peranginan yang terdapat di pekarangan belakang Milton House. Aku akan berbekal beberapa lembar selimut supaya jangan kedinginan. Lalu apabila sampai te
ngah malam tak terdengar apa-apa, aku akan masuk ke rumah lewat lubang batu bara."
"Tapi - bagaimana jika kau ketahuan lalu ditahan di sana, Fatty"" kata Pip.
"Ya - itu pun sudah kupikirkan," kata Fatty "Jika aku sampai tertangkap, kalian dengan sendirinya perlu tahu. Begini sajalah! Jika aku tertangkap, aku akan melemparkan surat ke luar lewat jendela kamar di mana aku dikurung. Kurasa jika aku tertangkap pasti aku akan dikurung dalam salah satu kamar di situ Nah, besok pagi seorang di antara kalian harus datang dan melihat-lihat dalam pekarangan, mencari surat itu. Tentu saja aku akan menulisnya dengan tinta rahasia'"
Wah! Rencana itu kedengarannya asyik sekali.
"Kau jangan sampai tertangkap, Fatty," kata Bets dengan cemas. "Aku tidak mau, jika kau sampai tertangkap."
"Kau tidak usah khawatir, aku cukup cerdik," kata Fatty. "Orang yang hendak menangkapku, harus sangat cerdik!"
"Yah - kalau begitu urusan ini beres." kata Larry. "Malam ini kau akan menyamarkan diri lalu pergi ke Milton House. Di sana kau menunggu sampai tengah malam, barangkali ada orang datang. Jika ternyata tidak ada, kau akan masuk lewat lubang batu bara, lalu memeriksa keadaan dalam kamar tersembunyi yang terdapat di tingkat paling atas. Kau akan melakukan penyelidikan di situ, untuk mengetahui siapa orang yang bernama John Henry Smith. O ya - aku masih tetap belum mengerti apabila benar di rumah itu belum pernah ada anak kecil, kenapa jendeia itu diberi berterali""
"Aku juga tidak tahu." kata Fatty. "tapi nanti akan kuselidiki."
"Kalau kau ternyata selamat, temui kami la besok pagi untuk menceritakan pengalamanmu sana," kata Larry "Tapi jika kau tidak muncul salah seorang di antara kami akan pergi ke sana untuk mencari surat yang ditulis dengan tinta yang tidak kelihatan. Jangan lupa membawa jeruk, Fatty - supaya ada yang bisa dipakai untuk menulis nanti."
"Tentu saja aku takkan lupa." kata Fatty. "Tapi karena aku takkan bisa tertangkap, kalian tidak perlu khawatir. Takkan ada surat yang perlu dilempar ke luar jendela."
"Kecuali itu, kau kan juga tahu caranya keluar dari kamar terkunci, Fatty," kata Bets.
"Tentu saja'" kata Fatty "Percayalah, aku takkan apa-apa nanti."
Karena orang tua Fatty sedang bepergian, anak-anak datang ke rumahnya setelah makan sore, untuk melihat teman mereka itu menyamarkan diri. Semua ikut bersemangat, walau Bets agak cemas karena kini sadar bahwa misteri kali ini kelihatannya berbahaya.
"Ah, jangan konyol," kata Fatty. "Apa bahayanya! Sungguh, aku takkan apa-apa nanti! Ini petualangan dan orang kayak aku takkan pernah mundur dalam menghadapi petualangan."
"Kau memang pemberani, Fatty," kata Bets.
"Ini kan belum apa-apa," kata Fatty. "Bisa saja kuceritakan, ketika aku benar-benar berani. Tapi kurasa kalian nanti akan bosan mendengarnya," sambungnya sambil memandang berkeliling.
"Memang, kami pasti akan bosan," kata Pip. "Kau nanti akan memakai gigi palsumu yang menyeramkan itu lagi, Fatty""
"Terang dong!" kata Fatty, lalu memasang gigi palsu itu ke dalam mulutnya. Seketika itu juga tampangnya berubah. Ia memandang berkeliling sambil nyengir. memamerkan gigi palsunya yang besar-besar seperti mata kapak
Akhirnya teman-temannya pergi lagi. Buster mereka bawa. Fatty tidak mau meninggalkan anjing kecilnya itu sendiri dalam rumah. Ia khawatir nanti Buster menggonggong terus semalaman. Karenanya ia diajak pulang oleh Larry dan Daisy. Sebetulnya Bets ingin membawanya pulang Tapi Pip langsung mengatakan, Ibu mereka pasti akan mengajukan berbagai pertanyaan kenapa Buster tiba-tiba saja diajak, menginap di rumah. Pertanyaan yang bertubi-tubi itu, jangan-jangan nanti akan merepotkan.
Jadi Larry yang mengajaknya pulang. Buster agak heran tapi ia ikut saja. Sekali-sekali jalannya pincang, kalau kebetulan ingat bahwa kakinya pernah luka. Menurut perkiraannya Fatty pasti akan datang kemudian untuk menjemputnya kembali.
Fatty malam itu membaca-baca sampai larut malam. Saat itu ia sudah menyamarkan diri menjadi anak Prancis lagi. Kalau pembantu di rumah itu menjenguk sebentar ke dalam kamarnya, pasti ia akan kaget. Tapi
tak ada yang muncul malam itu di kamarnya.
Sekitar pukul sepuluh Fatty keluar secara diam-diam. Bulan yang sudah hampir penuh menyinarkan cahayanya di atas salju yang putih. Langkah Fatty berjalan sama sekali tidak kedengaran.
Ia berjalan memotong bukit. Akhirnya ia sudah menyusur Chestnut Lane. Ia menyelinap sambil merapatkan diri ke pagar semak, berjalan di tempat gelap. Tak ada orang dilihatnya saat itu. Malam itu Pak Goon tidak keluar, karena secara tiba-tiba ia terserang pilek yang parah. Padahal semula ia sudah bermaksud hendak mengamat-amati Milton House malam itu.
Jadi tidak ada yang mengamat-amati Fatty saat itu. Sesampai di depan Milton House, ia langsung menyelinap ke dalam. Ia menyusup-nyusup di balik bayangan Akhirnya ia sampai di pondok yang sudah tua, lalu masuk ke dalam Selimut yang dibawanya dihamparkan ke bangku yang ada di situ.
Ia pergi sebentar untuk memandang ke arah kamar tersembunyi di tingkat paling atas, yang jendelanya berterali. Ada orangkah di sana sekarang" Akan adakah yang datang malam itu"
Hawa saat itu sangat dingin Fatty kembali ke pondok, lalu meringkuk di situ berkerudung selimut, sampai tubuhnya terasa hangat kembali.
Beberapa kali ia harus mengejap-ngejapkan mata. mengusir kantuk yang datang menyerang. Didengarnya lonceng gereja di desa berdentang sebelas kali. Kemudian ia rupanya tertidur, karena tahu-tahu lonceng gereja sudah berdentang dua belas kali.
"Astaga! Tengah malam - rupanya aku tertidur tadi," pikir Fatty. "Yah - karena sampai sekarang tidak terjadi apa-apa, dan juga tidak ada orang datang, sebaiknya sekarang saja aku masuk lewat lubang batu bara. Kurasa takkan ada lagi orang datang malam-malam begini'"
Ketika berangkat dari rumah tadi. Fatty sengaja memakai pakaiannya yang paling usang. Ibunya tidak seteliti ibu Pip. Tapi walau begitu, ia pun pasti akan mengatakan sesuatu apabila melihat pakaian Fatty kotor kena debu batu bara.
Tampang Fatty saat itu persis anak gelandangan. Ia memakai rambut palsu yang keriting, mukanya dipoles sehingga nampak pucat sekali, di bawah keningnya menempel alis palsu yang tebal dan hitam. Dan gigi palsu yang besar-besar tersembul keluar dari mulutnya. Kalau ada orang yang berpapasan dengannya saat itu, pasti orang itu akan terkejut melihat tampangnya.
Sambil merapatkan diri ke semak pagar kebun ia menuju ke pintu dapur Milton House. Ia sampai dekat lubang batu bara. Lubang itu sudah tertimbun salju kembali. Tapi Fatty masih ingat letaknya. Dikikisnya salju yang menimbuni, lalu membungkuk untuk mengangkai tutup besi yang menutupi lubang.
Fatty menarik sekuat tenaga. Akhirnya tutup itu terbuka dengan tiba-tiba, sehingga Fatty jatuh terduduk. Tutup besi terjatuh, menimbulkan bunyi berdentang nyaring.
Fatty menahan napas. Tapi tak ada yang terjadi setelah itu. Karenanya ia bangkit dengan hati-hati. Tutup besi didorongnya ke samping. Setelah itu disorotkannya senter yang dibawanya ke dalam lubang yang gelap. Ia ingin melihat, seberapa jauh lantai kolong dari tempatnya berdiri.
Untung baginya, tepat di bawah lubang nampak batu bara menumpuk. Ia akan bisa dengan mudah menurunkan diri ke situ. Dan Fatty dengan segera melakukan niatnya itu. Begitu kakinya menyentuh batu bara, dengan segera tumpukan itu menggeser, sehingga ia merosot ke bawah.
Fatty berdiri lagi lalu menyalakan senternya kembali. Dilihatnya ada tangga batu mengarah atas, menuju sebuah pintu yang tertutup. Pasti i pintu dapur atau sepen, pikirnya. Tangga itu dinaikinya dengan hati-hati. Sesampai di atas dipegangnya gagang pintu lalu ditariknya pelan-pelan.
Pintu terbuka. Di depannya terdapat sebuah sepen yang luas. Cahaya bulan menyinar terang dalamnya Sepen itu kosong sama sekali.
Fatty pergi ke ruang sebelahnya, yang ternyata dapur. Dapur juga kosong. Lantainya berdebu. Di situ Fatty melihat jejak sepatu yang besar. Menurut perasaannya. itulah jejak sepatu yang dilihatnya dalam salju sehari sebelumnya.
Fatty merasa pasti, saat itu tidak ada siapa-siapa kecuali dia sendiri dalam rumah itu. Tapi walau begitu ia selalu kaget setiap kali melihat bayangan bergerak-gerak.
Nyaris saja ia terpekik ketika lantai kayu berderak keras karena diinjak olehnya.
Fatty memeriksa kamar demi kamar. Semuanya kosong! Mula-mula diperiksanya tingkat dasar. Setelah itu tingkat satu, disusul ke tingkat dua. Kamar yang tersembunyi terletak di tingkat tiga, tingkat paling atas di rumah itu. Fatty menuju ke angga rumah lagi. Ia berjalan sepelan mungkin, walau di pihak lain ia merasa yakin cuma ia sendiri yang ada di situ.
Akhirnya ia sampai di tingkat paling atas. Dijengukkannya kepala ke dalam kamar yang paling dekat. Kosong! Lalu diperiksanya kamar berikut. Juga kosong. Nah - kalau begitu kamar yang ketigalah kamar rahasia itu!
Dengan hati-hati Fatty mendorong pintu kamar itu, lalu mengintip ke dalam. Kamar itu sunyi senyap, diterangi cahaya bulan. Ruangannya itu nampak sangat nyaman. Lapang dan berlangit-langit tinggi, seperti kamar-kamar yang lain. Tapi kamar itu satu-satunya yang berperabotan lengkap.
Fatty berjalan sekeliling kamar. Nampak jelas tempat itu sudah dibersihkan sebersih-bersihnya belum lama berselang. Di atas sebuah rak nampak tumpuk kaleng makanan dan buah-buahan.
Dalam ceret yang ditaruh di atas tungku listrik ada air. Di atas meja terletak sebuah kaleng berisi kue. Buku-buku berjejer di ambang jendela. Fatty membalik-balik halaman beberapa di antaranya. Ternyata buku-buku itu dalam bahasa asing yang tak dikenal Fatty.
Bangku sudah diatur menjadi tempat tidur karena di situ sisinya bertumpuk bantal-bantal serta selimut yang empuk. Keadaan di situ sangat aneh bagi Fatty
"Sebaiknya aku kembali saja sekarang pondok." pikirnya. "Sayang kelihatannya di sini tidak ada surat atau salah satu dokumen, yang bisa memberikan penjelasan tentang kamar aneh ini."
Fatty duduk di bangku yang sudah dijadikan tempat tidur itu. Ia menguap. Saat itu pandangannya tertumbuk pada sebuah lemari kecil yang terdapat di dinding. Ia ingin tahu apa isinya. Dihampirinya lemari itu. lalu dicobanya membuka. Tapi tidak bisa. Lemari itu terkunci. Fatty merogoh kantongnya. mengambil seberkas anak kunci. Sejak beberapa waktu yang lalu dengan diam-diam ia rajin mengumpulkan anak kunci - karena mengetahui bahwa detektif kebanyakan selalu bisa membuka pintu atau lemari yang mana pun juga. Ternyata mereka memiliki suatu anak kunci yang biasa disebut kunci maling. Dengannya hampir semua pintu yang terkunci bisa dibuka dengan gampang.
Tapi ternyata anak kunci yang begitu tidak bisa dibeli. Ketika ia menanyakannya di toko-toko sebagai akibatnya ia malah harus menjawab berbagai pertanyaan yang tidak enak. Akhirnya Fatty terpaksa mengumpulkan anak kunci. Dan kini udah banyak yang berhasil dikumpulkan olehnya. Dengan sabar dicobanya segala anak kunci itu, satu demi satu. Alangkah gembira hatinya ketika kemudian ternyata ada satu yang cocok Dalam lemari kecil itu ada sebuah buku kecil.
Semacam buku catatan, dalam mana tertera sederetan nomor dan nama-nama. Kecuali itu, tidak ada apa-apa lagi yang tertulis di situ. Bagi Fatty, segalanya itu tidak ada artinya sama sekali.
"Tapi mungkin Inspektur Jenks menaruh minat." Pikirnya, lalu dikantonginya buku kecil itu. Sedang pintu lemari kecil dikuncinya kembali. "Sebentar lagi kita pasti akan perlu menyampaikan laporan padanya - dan ada kemungkinan nanti dia menginginkan segala tanda bukti yang bisa kita temukan."
Fatty kembali ke bangku, lalu duduk di situ. Ia udah tidak bergairah lagi sekarang Yang rasakannya cuma kantuk yang luar biasa. Dipandangnya arlojinya. Sudah pukul satu lewat seperempat! Astaga - sudah lama sekali ia berada di Milton House.
"Aku istirahat saja sebentar di pembaringan ini," kata Fatty, lalu meringkuk di atas bangku. Tak lama kemudian ia sudah tidur pulas. Ternyata itu suatu kekeliruan besar!
16 SAAT-SAAT GAWAT Fatty tidur nyenyak sekali. Petualangannya sangat melelahkan baginya. Bangku tempatnya berbaring nyaman sekali. Walau kamar itu dingin tapi selimut yang menyelubungi tubuhnya menyebabkan ia merasa hangat. Fatty bermimpi telah menjadi detektif yang bahkan lebih termasyhur daripada Sherlock Holmes.
Tak terdengar olehnya ada sebuah mobil datang, seki
tar setengah lima pagi. Kendaraan itu meluncur tanpa kedengaran di atas hampar salju tebal, lalu berhenti di depan Milton House. Fatty juga tidak mendengar langkah-langkah orang yang berjalan masuk ke pekarangan. Tidak didengarnya bunyi anak kunci diputar di pintu depan. Ia tidak mendengar suara orang bercakap-cakap sambil berjalan. Padahal bunyinya menggema dalam rumah tua yang kosong itu
Fatty tidur terus dengan tenang. Ia merasa nyaman dan hangat. Ia bahkan tidak terbangun ketika pintu kamar itu dibuka dari luar, dan orang-orang yang datang itu masuk ke dalam.
Pada mulanya tak ada yang melihat Fatty ya meringkuk di atas bangku. Seorang laki-laki pergi ke jendela, lalu menutup tirai tebal sebelum lampu dinyalakan. Nyalanya tidak bisa kelihatan dari luar lagi, karena terhalang tirai.
Kemudian masuk seorang laki-laki lain. Dan orang itu tiba-tiba berseru kaget.
"He! Lihat itu!" serunya.
Ia menuding ke arah bangku, di mana Fatty masih tidur pulas. Kedua laki-laki itu memandangnya dengan heran. Rambut palsu Fatty yang keriting, alis palsunya yang tebal serta gigi palsunya yang besar-besar menyebabkan tampangnya nampak aneh sekali.
"Siapa dia" Dan apa yang dilakukannya di sini"" tanya satu dari kedua laki-laki itu. Ia kaget, tapi sekaligus juga marah. Dijamahnya bahu Fatty, lalu digoncang-goncangnya dengan kasar.
Fatty terbangun. Nampak matanya terkejap-kejap di bawah alis tebal. Seketika itu juga ia ingat lagi di mana ia saat itu berada. Disadarinya bahwa ia tadi tertidur Dan kini ia tertangkap! Ia merinding sejenak, karena takut. Kedua laki-laki itu kelihatan tidak ramah.
Fatty terduduk. Ditatapnya kedua laki-laki itu ambil membisu. Ia benar-benar tidak tahu, apa yang harus dikatakannya saat itu.
"Kau bisu, ya"" kata laki-laki yang satu, yang bermuka merah. "Apa yang kaulakukan di tempat kami ini""
Sementara itu Fatty sudah tahu apa yang akan dilakukan olehnya. Ia akan pura-pura menjadi anak Prancis lagi.
"Jene comprends pas."katanya. Maksudnya, ia tidak mengerti.
Tapi malang baginya, satu dari kedua laki-laki itu ternyata bisa berbahasa Prancis. Orang itu melontarkan sederetan kalimat panjang dalam bahasa itu. Fatty sama sekali tak mengerti apa maksudnya.
Ia buru-buru mengganti siasat. Ia akan bicara dalam bahasa omong kosong yang kadang-kadang dipakainya bersama teman-temannya apabila hendak membuat orang lain bingung.
"Tibeltuki-fikel-farmeri-topi swik," katanya dengan lagak bersungguh-sungguh.
Kedua laki-laki itu melongo.
"Bahasa apa itu"" kata laki-laki yang bermuka merah pada kawannya Kawan itu menggeleng
"Bicaralah dalam bahasa Prancis," katanya pada Fatty.
"Spiki tarli yondel-fiti tumar," jawab Fatty dengan segera.
"Aku belum pernah mendengar bahasa kayak begitu," kata laki-laki bermuka merah. "Anak ini tampangnya memang kayak orang asing. Aku ingin tahu, dari mana asalnya! Kita harus menyelidiki, bagaimana ia sampai bisa ada sini." Ia memandang Fatty lagi. lalu bicara padanya. Mula-mula dalam bahasa Inggris setelah itu Prancis, lalu menyusul bahasa Jerman. Akhirnya suatu bahasa lain, yang belum pernah didengar oleh Fatty sebelum itu.
"Spiki tarli yondel," kata Fatty. Ia menggeleng-gelengkan tangannya, menirukan cara guru bahasa Prancisnya di sekolah.
Kemudian laki-laki yang bermuka pucat berbicara dengan suara pelan pada kawannya sehingga tak bisa didengar Fatty.
"Kurasa anak ini cuma berpura-pura saja," kata orang itu. "Tapi lihat sajalah - aku pasti akan berhasil memaksanya bicara secara wajar!"
Dengan tiba-tiba dicengkeramnya lengan kiri Fatty, lalu dipilinnya ke belakang. Fatty terpekik kesakitan.
"Aduh! Lepaskan lenganku, setan! Kau menyakiti aku!"
"Nah!" kata laki-laki yang bermuka pucat. "Ternyata kau bisa berbahasa Inggris! Nah - bagaimana jika kau bicara terus terang sekarang" Katakan siapa kau. dan bagaimana kau bisa ada di sini""
Fatty mengusap-usap lengannya yang sakit karena dipilin tadi. Ia agak takut. Ia juga jengkel terhadap dirinya, kenapa tadi tertidur sehingga bisa begitu gampang tertangkap. Ia menatap laki-laki itu dengan tampang masam. Tapi tidak mengatakan apa-apa
. "Ah - rupanya ia minta dibujuk lagi," kata laki-laki bertampang pucat sambil meringis kejam menampakkan deretan giginya yang panjang-panjang, berwarna kuning. "Apakah kami perlu memutar lenganmu yang satu lagi, hah""
Sambil berkata begitu, dipegangnya lengan Fatty yang sebelah kanan. Fatty cepat-cepat memilih, lebih baik ia bicara saja. Tapi ia bertekad takkan membuka rahasia
"Jangan pegang aku," katanya. "Aku ini anak sebatang kara. Aku cuma menumpang tidur saja di sini. Aku tidak berniat jahat."
"Bagaimana kau bisa masuk"" kata laki-laki yang bermuka merah.
"Aku masuk lewat lubang batu bara," jawab Fatty.
"Ah'" kata laki-laki itu. Sedang temannya yang bermuka pucat mengerucutkan bibir.
"Ada yang tahu bahwa kau di sini. kecuali kami"" tanya yang bermuka merah.
"Mana aku tahu"" kata Fatty. "Jika ada ya melihat aku memasuki lubang batu bara, pasti orang itu tahu bahwa aku di sini. Tapi kalau tidak ada yang melihat, bagaimana orang lain bisa tahu""
"Ia mengelak," kata laki-laki yang berbibir tipis "Rupanya ia perlu disakiti dulu. sebelum mau bicara dengan benar, Baiklah - kurasa sebelumnya kita pukuli dulu dia."
Fatty ketakutan. Ia merasa yakin, orang takkan segan berbuat apa saja, supaya berhasil mendapat keterangan dari dia. Fatty memandang orang itu dengan masam.
Tahu-tahu laki-laki itu menempeleng Fatty keras sekali, mengenai sisi mukanya sebelah kanan. Dan sebelum anak itu sempat pulih dari rasa kaget dan sakit, Ia sudah ditempeleng lagi sekali itu pada sisi kiri mukanya. Napas Fatty tersentak. Matanya berkunang-kunang
Ketika keadaannya sudah agak pulih, ia menatap laki-laki berbibir tipis itu dengan ketakutan. Dilihatnya orang itu tersenyum jahat.
"Kurasa kau sekarang pasti mau membuka mulut," kata orang itu pada Fatty. "Tapi kalau mau, aku masih bisa berbuat macam-macam lagi."
Fatty sudah ketakutan sekali sekarang. Menurut perasaannya, lebih baik dikatakannya saja segala- galanya yang diketahui. daripada dipukul kembali. Kalau ia membuka mulut, ia toh takkan membahayakan anggota Pasukan Mau Tahu. Ia juga tahu, teman-temannya itu pasti lebih senang jika ia menyelamatkan diri dari mara bahaya. Saat itu ia memang sedang sial sekali!
"Baiklah." kata Fatty sambil meneguk ludah, "aku akan bicara Tapi tidak banyak yang bisa diceritakan."
"Bagaimana kau sampai bisa tahu tentang kamar ini"" tanya laki-laki bertampang merah.
"Cuma karena kebetulan saja," kata Fatty. "Seorang kawanku memanjat pohon yang di luar itu. Ketika memandang ke dalam jendela, dilihatnya kamar ini."
"Semuanya berapa orang yang tahu"" kata laki-laki berbibir tipis dengan nada ketus.
"Cuma aku sendiri, serta para anggota Pasukan Mau Tahu." kata Fatty.
"Pasukan apa"" kata yang menanyainya dengan heran.
Fatty menjelaskan, sementara kedua laki-laki itu itu mendengarkan
"Ah - jadi rupanya ada lima orang anak terlibat dalam urusan ini." kata laki-laki bermuka merah kemudian. "Orang dewasa, tidak ada yang tahu""
"Tidak," jawab Fatty. "Kami - kami selalu usaha menyelidiki dan membongkar misteri. Dan kami tidak suka menceritakannya pada orang dewasa, karena nanti mereka campur tangan. Cuma aku serta keempat kawanku saja yang tahu tentang hal ini. Nah karena sekarang aku sudah menceritakan, aku kan boleh pergi."
"Apa" Kau kami bebaskan, supaya setelah itu menceritakan urusan ini ke mana-mana"" kata laki-laki berbibir tipis mencemooh "Kau campur tangan dan mengganggu rencana kami saja sudah cukup buruk pengaruhnya bagi kami. Kami tidak mau menanggung resikonya apabila kau kami bebaskan sekarang."
"Jika aku tidak kalian bebaskan, kawan-kawan pasti akan datang untuk melihat apa yang terjadi dengan diriku." kata Fatty. "Sudah kuatur supaya mereka datang menyelidik kemari, apabila pagi ini aku ternyata tidak pulang."
"Begitu," kata laki-laki berbibir tipis. Kemudi ia berbicara sebentar dengan kawannya dalam bahasa yang tidak dipahami oleh Fatty. Kawannya mengangguk. Setelah itu laki-laki berbibir tipis berpaling lagi, memandang Fatty.
"Kau harus menulis surat pada kawan-kawanmu itu." katanya. "Tuliskan bahwa kau menemukan sesuatu yang menar
ik di sini, menjaganya sekarang dan kawan-kawan harus secepat mungkin datang ke kebun sini."
"Ah, kurasa kau mengira akan bisa menyergap apabila mereka sudah datang nanti - lalu mengurung mereka sampai urusan rahasia kalian sudah selesai," kata Fatty.
"Tepat," kata laki-laki itu. "Menurut pendapat kami lebih baik kalian semua dikurung dulu di sini sampai urusan kami sudah beres Setelah kalian boleh berbuat semau kalian."
"Kau keliru, apabila mengira aku mau menulis surat yang akan menjebak kawan-kawanku," Fatty sengit. "Aku bukan pengecut seperti sangkaan kalian."
"Begitu ya," kata laki-laki berbibir tipis. Ditatapnya Fatty. Pandangannya begitu tajam menyebabkan anak itu gemetar. Apakah yang akan dilakukan laki-laki jahat itu. apabila ia tetap menolak menulis surat seperti yang disuruh, ia tidak berani membayangkannya.
Dicobanya membalas tatapan laki-laki itu. Tapi rasa takutnya membuat dia berulang kali membuang muka. Kini Fatty menyesal, kenapa menjalani petualangan tengah malam itu dengan sikap sembrono. Ia rindu pada Buster. Tapi di pihak lain, mungkin lebih baik bahwa Buster tidak ada bersamanya. Kedua laki-laki itu mungkin akan menyiksa anjingnya itu.
"Sekarang kau akan kami kurung." kata laki-laki berbibir tipis. "Kami harus pergi sebentar. Sementara itu sebaiknya kautulis surat yang kukatakan tadi. Jika ternyata belum juga apabila kami datang lagi nanti, kau akan mengalami sesuatu yang tidak enak - suatu pengalaman yang takkan bisa kaulupakan seumur hidupmu."
Semangat Fatty mulai bangkit lagi. Ketika mendengar bahwa ia akan dikurung. Kalau itu terjadi, ada kemungkinan ia akan bisa melarikan diri! Dalam kantongnya ada surat kabar yang terlipat. Ia merasa yakin, pasti akan bisa memakai siasat itu untuk keluar dari kamar terkunci. Tapi semangatnya itu buyar kembali, ketika mendengar perkataan laki-laki itu selanjutnya.
"Kau akan kami kurung dalam kamar yang aman ini," kata laki-laki bermuka merah. Bagimu juga akan kami sediakan kertas, pena dan tinta. Kau harus menulis surat yang menarik, supaya teman-temanmu bergegas-gegas datang ke sini. Lalu surat itu kaulempar ke luar lewat jendela."
Fatty tahu, ia takkan bisa minggat dari kamar itu. Soalnya, di lantai terhampar permadani tebal yang terbentang sampai ke pintu. Jadi tak ada celah di bawah daun pintu, lewat mana bisa diselipkan lembaran surat kabar untuk menarik anak kunci dalam. Jadi ia akan tetap terkurung di situ. Lari lewat jendela juga tidak bisa, karena di situ ada terali besi yang kokoh.
Laki-laki berbibir tipis meletakkan kertas surat di atas meja. Di sampingnya ditaruh pena dan tinta.
"Nah - sekarang kau boleh menulis surat itu dengan caramu sendiri, dan setelah itu menandatanganinya," katanya. "Siapa namamu""
"Frederick Trotteville," kata Fatty dengan suram.
"Jadi tentunya, sebutanmu sehari-hari Freddie," tebak laki-laki berbibir tipis. "Tandatangani suratmu dengan 'Freddie'. Lalu nanti apabila teman-temanmu mencarimu dalam kebun, kaulemparkan suratmu itu lewat jendela. Tapi jangan bicara pada mereka."
Laki-laki berwajah merah memandang arlojinya. "Kita harus pergi sekarang," katanya. "Segala-galanya sudah beres di sini. Nanti kalau ternyata teman anak ini datang, semua kita kurung sampai urusan kita di sini selesai. Tak apa-apa jika mereka kelaparan sehari dua dalam kamar kosong!"
Setelah itu kedua laki-laki itu keluar dari kamar. Terdengar bunyi pintu dikunci dari luar. Kini Fatty terkurung dalam kamar itu. Ia menatap pintu yang tertutup dengan perasaan suram. Salahnya sendiri, sehingga kini mengalami kesulitan itu. Tapi ia tidak mau kawan-kawannya ikut terjebak. Tidak, ia tidak mau - biar tubuhnya sampai biru dipukuli kedua laki-laki tadi!
17 PESAN RAHASIA Terdengar langkah kedua laki-laki itu menurun angga rumah, disusul bunyi pintu depan ditutup pelan-pelan. Setelah itu terdengar bunyi mesin mobil dihidupkan. Jadi kedua laki-laki itu kini sudah pergi.
Fatty menggoncang-goncang daun pintu berusaha membukanya. Tapi ternyata memang terkunci. Kemudian ia pergi ke jendela, Di luar masih gelap gulita. Daun jendela dibuka oleh Fatty, l
alu dicobanya menyusup tubuh di sela terali. Tapi batang-batang besi itu dipasang sangat rapat. Mustahil ia bisa menyusup di sela-selanya.
Fatty pergi ke bangku, lalu duduk di situ. Ia menggigil kedinginan ditambah pula karena rasa takut. Kemudian dilihatnya tungku listrik, yang segera dinyalakan olehnya supaya ruangan itu menjadi agak hangat.
Setelah itu ia duduk kembali. Ditatapnya kertas surat yang terletak di atas meja dengan perasaan suram. Ah, ternyata ia detektif konyol - bisa begitu mudah tertangkap. Sikapnya memang ceroboh sekali. Teman-temannya pasti takkan mengaguminya lagi.
"Pokoknya, aku takkan menulis surat itu," pikir Fatty. Tapi ia gemetar ketakutan, membayangkan apa yang akan dialami jika ia tidak melakukannya.
Kemudian ia mendapat akal yang baik sekali. Beberapa saat ia duduk sambil memikirkannya. Ya - akal itu ada gunanya, apabila teman-teman cukup cerdas dan mengerti.
"Aku akan menulis surat yang tidak kelihatan di atas kertas surat ini, di samping surat yang disuruh laki-laki tadi." pikir Fatty. "Kurasa Pip dan anak-anak yang lain akan segera menguji kertas ini, untuk melihat apakah ada tulisan rahasia di sini. Wah - ini benar-benar gagasan yang bagus sekali! Menulis dua pesan sekaligus pada selembar kertas surat. Yang satu bisa langsung dibaca sedang yang satu lagi tidak kelihatan. Pasti kedua laki-laki tadi takkan mengetahui siasatku!'
Diperhatikannya kertas surat yang terletak d atas meja. Kertas itu bergaris-garis halus, Fatty langsung mendapat akal. Ia akan menulis pesan yang tidak kelihatan di antara garis. sedang pesan yang disuruh oleh laki-laki berbibir tipis tadi akan ditulisnya persis pada garis. Apabila teman temannya nanti menguji kertas itu untuk melihat apakah ada pesan rahasia di situ, mereka akan bis membacanya dengan gampang!
Tangan Fatty agak gemetar karena bergairah. Ia perlu memikirkan dulu baik-baik apa yang hendak ditulis. Kedua laki-laki tadi sudah pasti orang jahat dan mereka memakai kamar tersembunyi ini sebagai tempat untuk merundingkan rencana jahat. Perbuatan mereka harus dicegah!
Fatty mengambil jeruk yang dibawanya dalam kantong, lalu memandang berkeliling mencari gelas. Dilihatnya di rak ada sebuah gelas, lalu diambilnya. Sari jeruk diperaskannya ke dalam gelas itu. Kemudian diambilnya pena yang diletakkan laki-laki tadi di atas meja, Matanya bersih. Kelihatannya masih baru.
Fatty bimbang sesaat. Mana yang sebaiknya ditulis terlebih dulu, surat yang kelihatan atau surat rahasia. Akhirnya ia memutuskan untuk menulis surat yang kelihatan dulu. Karena dengan begitu akan lebih mudah baginya menulis pesan yang tidak kelihatan.
Fatty mulai menulis. "Pasukan Mau Tahu. Aku menemukan sesuatu yang sangat menarik di sini. Sekarang aku tidak bisa pergi karena harus menjaga sesuatu. Tapi aku ingin memperlihatkannya pada kalian. Harap datang selekas mungkin. Kalau sudah sampai di sini, kalian arus mengetuk pintu, nanti kubukakan dari dalam.
Freddie". Nah - itulah isi surat yang oleh laki-laki tadi disuruh buat olehnya Tapi teman-teman pasti akan langsung tahu ada sesuatu yang tidak beres, begitu melihat ia menandatangani surat itu dengan Freddie' Karena biasanya ia selalu menulis surat pada mereka dengan tanda tangan Fatty! Setelah itu ditulisnya pesan rahasia di sela tulisan surat pertama. Ia memakai sari jeruk sebagai tinta.
'Pasukan Mau Tahu. Jangan acuhkan surat yang pertama. Aku tertawan di sini. Ada sesuatu yang tidak beres di sini, hanya aku tidak tahu persis apa itu. Hubungi Inspektur Jenks dengan segera, dan ceritakan segala-galanya padanya. Ia akan tahu tindak apa yang harus diambil. Kalian sendiri jangan mendekati tempat ini.
Fatty" Setelah selesai menulis dengan sari jeruk, Fatty memperhatikan surat itu. Ia puas, karena tulisan rahasianya sama sekali tak nampak, Ya kelihatan cuma surat berisi pesan palsu. Nah kini. apabila teman-temannya ternyata cerdas d langsung menduga bahwa pada kertas itu a pesan rahasia, maka segala-galanya akan ber
"Inspektur Jenks akan membereskan urusan ini," pikir Fatty. la merasa agak terhibur membayangkan bahwa petugas poli
si yang teman baik mereka itu sebentar lagi akan mengetahui kejadian yang menimpanya. Fatty membayangkan Inspektur Jenks yang berwajah selalu gembira, Pak Inspektur yang sopan, jangkung dan cerdas.
Saat itu sudah sekitar pukul enam pagi. Fa menguap. Ia tidak banyak tidur semalam. Ia capek. Perutnya terasa lapar. Tapi ia tidak kedinginan la karena kamar sudah hangat. Direbahkannya dirinya di atas pembaringan. lalu tertidur.
Ia terbangun ketika kedua laki-laki yang tadi datang kembali. Fatty duduk sambil mengejap-ngejapkan mata. Sinar matahari pagi masuk dalam kamar lewat celah tirai.
Laki-laki yang berbibir tipis melihat kertas yang terletak di atas meja, lalu membaca tulisan ya ada di situ, Kemudian surat itu disodorkannya pada kawannya.
"Ini sudah baik," katanya mengomentari. "Dengan ini semua anak-anak konyol itu akan bisa kita sergap, lalu kita hajar supaya kapok. Apakah mereka semua akan datang untuk mencarimu""
"Aku tidak tahu." jawab Fatty, "Tapi kurasa tidak! Mungkin cuma satu atau dua saja yang datang nanti."
"Kalau begitu, mereka pasti akan menunjukkan suratmu ini pada yang lain-lain, lalu kembali ke sini beramai-ramai," kata laki-laki berbibir tipis. "Kami akan bersembunyi dalam kebun, lalu begitu mereka muncul akan langsung kami sergap. Sekarang Jarvis juga sudah ada di bawah. Ia bisa membantu."
Kedua laki-laki itu kemudian sarapan pagi, dengan membuka beberapa kaleng makanan. Fatty yang sudah lapar diberi roti dengan daging sedikit, yang langsung dimakannya dengan lahap.
Tiba-tiba kedua orang yang mengurungnya melihat gelas yang berisi cairan kuning. Itulah sari jeruk yang dipakai Fatty untuk menulis pesan rahasianya. Salah seorang dari kedua laki-laki itu mengambil gelas tadi.
"Apa ini"" tanyanya. sambil mencium cairan itu dengan perasaan curiga. "Dari mana datangnya""
"Itu air jeruk," kata Fatty, lalu meneguk cairan itu sampai habis. "Aku punya jeruk sebuah lalu kuperas airnya. Kan bisa saja aku tiba-tiba haus""
Sambil berkata begitu diletakkannya gelas itu kembali ke atas meja. Sementara itu kedua laki-laki yang menawannya, rupanya sudah tidak memikirkan soal itu lagi Mereka berbincang-bincang dengan suara lirih. Mereka berbahasa asing, yang tidak bisa dipahami oleh Fatty. Anak itu merasa bosan sekali. Dalam hatinya ia bertanya-tanya apakah sebentar lagi ada salah seorang dari teman-temannya yang akan datang ke Milton House. Pasti segera akan ada yang datang, begitu diketahui bahwa ia tidak pulang malam itu.
Apakah yang dilakukan Pasukan Mau Tahu sementara itu" Mereka bertanya-tanya sesama mereka, bagaimana hasil penyelidikan Fatty malam itu. Bets merasa gelisah -walau ia sendi tidak mengetahui sebabnya.
"Mudah-mudahan saja Fatty tidak apa-apa," katanya berulang kali pada Pip.
"Sudah dua puluh tiga kali kau mengatakan hal itu," kata Pip jengkel. 'Tentu saja ia tidak apa-apa. Mungkin saat ini sedang asyik sarapan pagi."
Sehabis saat sarapan. Larry dan Daisy muncul. Mereka kelihatannya kesal
"Kami harus pergi naik bis, mengantarkan sesuatu pada salah seorang bibi kami." kata Daisy "Menjengkelkan sekali - padahal kami ingin sekali tahu, apakah Fatty berhasil menemukan sesuatu atau tidak! Kau dan Bets sajalah yang pergi melihat apakah ia ada di rumah sekarang, Pip."
"Kalau ia ada di rumah, ada kemungkinan sebentar lagi ia kemari," kata Pip. "Ah, Buster kalian bawa juga rupanya. Yah, kalau begitu kuantarkan saja dia kembali ke rumah Fatty!"
Tapi ibunya baru mengizinkan Pip ke luar rumah setelah pukul dua belas siang, karena sebelumnya ia serta Bets masih harus membereskan isi lemari kamar mereka. Pekerjaan itu paling tidak disenangi oleh Pip, karena selalu memakan waktu berjam-jam. Sambil menggerutu dicampakkannya isi lemari ke lantai kamarnya.
"Cepatlah. Pip- kita selesaikan pekerjaan ini," kata Bets gelisah. "Aku tak sabar lagi ingin melihat Fatty sudah selamat sampai di rumah atau tidak."
Akhirnya tugas itu selesai. Pip dan Bets diizinkan ibu mereka pergi bermain-main di salju. Keduanya bergegas mengenakan mantel dan topi hangat. Pip berhasil memanggil Buster. Lalu mereka berangkat menuju
ke rumah Fatty. Sesampai di sana mereka menyiulkan lagu yang dipakai sebagai isyarat pengenal sesama mereka. Tetapi dari dalam rumah tak terdengar jawaban. Saat itu nampak pembantu di rumah itu menjengukkan kepala.
"Ah." katanya, "kukira yang bersiul-siul tadi Frederick. Anak nakal itu tadi malam tidak tidur di rumah. Kusangka menginap di rumah kalian, atau tempat Larry. Tapi kenapa tidak bilang dulu padaku" Kapan dia pulang""
Pip dan Bets sangat kaget mendengarnya. Jadi Fatty belum kembali dari Milton House" Kejadian apakah yang menimpanya"
"Ah - kurasa hari ini juga ia pulang," kata Pip ada pembantu rumah tangga yang nampak sedih itu. Kemudian ditariknya tangan Bets, diajaknya cepat-cepat pergi dari situ. Bets menangis
"Untuk apa kau menangis, apabila belum tahu apa yang sebetulnya terjadi terhadap diri Fatty," kata Pip kesal.
"Aku tahu pasti ada sesuatu yang terjadi. Sudah kukira ia akan mengalami bahaya." kata Bets sambil menangis terus. "Aku ingin ke Milton House sekarang juga. untuk melihat ada apa sana."
"Tidak bisa - karena mungkin berbahaya," larang Pip. "Tolong jagakan Buster saja dulu sementara aku sendiri ke sana."
"Aku ikut," kata Bets dengan tabah, sambil mengusap air matanya.
"Jangan!" kata Pip tegas. "Aku tidak mau jika kau mengalami bahaya nanti. Kau kan tidak menyukai bahaya! Jadi lebih baik kau pulang saja sekarang. Ajak Buster! Aku akan kembali selekas mungkin. Dan barangkali saat itu Fatty akan ikut bersama aku. Jadi jangan khawatir!"
Sambil menangis terus, Bets pulang bersama Buster. Anjing kecil itu bingung. Ia tidak mengerti apa sebetulnya yang terjadi dengan Fatty. Kenapa tahu-tahu anak itu lenyap"
Pip sebenarnya juga gelisah, cuma tidak ditunjukkannya saja pada Bets. Menurut perasaannya, pasti terjadi sesuatu yang gawat. Tapi kejadian apa" Fatty takkan mau membiarkan dirinya tertangkap. Anak itu tidak begitu tolol.
Pip melintasi bukit. menuju ke Chestnut Lane. Akhirnya ia tiba di depan Milton House, memandang ke arah rumah dengan hati-hati. Dilihatnya berbagai jejak di situ, serta bekas ban mobil yang masih baru kelihatannya.
Pip menyelinap masuk ke kebun. Kedatangannya dilihat oleh satu dari kedua laki-laki yang menawan Fatty. Laki-laki itu mengintip dan balik jendela rumah. Ia memegang lembaran ke yang ditulisi pesan Fatty.
Laki-laki itu membungkuk supaya jangan kelihatan dari luar. Jendela dibukanya sedikit lalu bersiul nyaring untuk menarik perhatian Pip. Setelah itu dilepaskannya surat yang dipegangnya.
Pip mendengar siulannya. Ia mendongak. Kagetnya bukan main, ketika nampak selembar kertas melayang ke bawah dari salah satu jendela di tingkat dua. Mungkin itu pesan dari Fatty.
Dihampirinya kertas itu, lalu dipungutnya. Dengan segera dikenalinya tulisan tangan Fatty yang rapi. Dengan jantung berdebar keras, dibacanya isi surat itu. "Fatty menemukan sesuatu," pikir Pip. "Mungkin ia menemukan perhiasan hasil curian. Dan kini menjaganya. Ia ingin agar kita semua ikut dalam urusan ini! Aku kembali saja sekarang untuk memberi tahu yang lain-lain, lalu kembali bersama mereka ke sini. Bukan main hebatnya petualangan ini! Fatty memang jago!"
Pip pergi bergegas-gegas. Wajahnya berseri-seri. Sedang laki-laki yang mengintip dari balik jendela, memperhatikannya pergi dengan perasaan puas. Anak goblok itu pasti sebentar lagi kan datang lagi beserta kawan-kawannya, dan - kemudian mereka akan bisa dikurung semua - sebelum rahasia sampai terbongkar!
Fatty melihat Pip pergi. Saat itu kesangsiannya timbul. Akan cukup cerdikkah Pasukan Mau Tahu, sehingga menduga bahwa di sela kalimat-kalimat itu pesan yang ditulisnya atas suruhan kedua penjahat, masih ada lagi pesan yang ditulis dengan tinta yang tak nampak" Bagaimana kalau mereka tidak menyadarinya" Mereka pasti akan terjebak nanti - dan ia yang menyebabkannya!
18 BAU JERUK Pip berlari-lari pulang ke rumah. Ia sangat bergairah Apakah yang ditemukan Fatty di Milton House" Mestinya sesuatu yang sangat menarik sehingga harus dijaganya terus.
Sementara itu Bets sudah gelisah saat menunggu Fatty muncul. Anak perempuan itu berdiri di balik jen
dela kamar main. Buster ada sisinya. Anjing kecil itu menempelkan hidungnya ke kaca jendela, memandang ke luar dengan cemas.
Ketika ia sudah sampai di depan rumah, ia mendongak lalu nyengir, ketika melihat Bets memperhatikan dari balik jendela. Surat Fatty yang ada di tangannya, dilambai-lambaikan. Seketika itu juga Bets menduga ada kabar baik. Kecemasannya langsung lenyap. Ia bergegas menuruni tangga menyongsong abangnya. Buster sudah tentu tidak mau ketinggalan.
"Bagaimana kabar Fatty" Baik-baik saja" Apakah yang terjadi" Apakah itu surat dari dia," tanya Bets.
Pip mendorong Bets, menyuruhnya naik tingkat atas lagi.
"Jangan keras-keras'" tukasnya. "Nanti segala rahasia kita ketahuan!"
Saat itu terdengar bunyi gong, memanggil keduanya makan siang. Ibu mereka menjengukkan kepala di ambang pintu.
"Ayo makan," katanya. "Cepatlah sedikit, karena setelah ini aku harus segera pergi."
Jadi tak ada waktu untuk menunjukkan surat dari Fatty pada Bets. Anak itu gelisah terus selama makan. sehingga menjengkelkan ibunya.
Begitu makan siang selesai, Pip dan Bets bergegas naik ke tingkat atas. Di kamar main, Pip meletakkan surat tadi ke atas meja.
"Lihatlah!"katanya."Fatty menemukan sesuatu yang menarik - dan sekarang ia di sana untuk menjaganya. Ia menyuruh kita semua datang menggabungkan diri. Jadi sebaiknya kita ke Larry secepat mungkin, untuk menjemput dia beserta Daisy."
Bets membaca surat itu. Matanya bersinar-sinar.
"Rupanya Fatty berhasil menyelidiki misteri yang kita hadapi," katanya kemudian. "Dia pintar sekali, ya""
"Yuk, kita cepat-cepat menjemput Larry dan Daisy sekarang," kata Pip "Fatty menghendaki kita datang selekas mungkin. Kita langsung menuju ke pintu depan Milton House, lalu mengetuknya keras-keras supaya dibuka oleh Fatty dari dalam."
Pip dan Bets bergegas mengenakan pakaian hangat, lalu lari ke rumah Larry dan Daisy. Sesampai di sana keduanya bersiul-siul memanggil kedua teman mereka itu.
"Kami ada di sini - di atas," seru Daisy sambil menjengukkan kepala dari salah satu kamar tingkat atas. "Ada kabar apa""
"Banyak," jawab Pip. Ia cepat-cepat naik tingkat atas. "Tadi pagi kami pergi ke rumah Fatty. Tapi menurut pembantu di sana, ia sama seka tidak pulang tadi malam!"
"Astaga!" kata Daisy kaget. "Karenanya aku lantas pergi ke Milton Hous tanpa Bets dan Buster," sambung Pip. "Tahu-tahu surat ini dilemparkan dari salah satu jendela. Ternyata dari Fatty"
Ditunjukkannya surat itu pada Larry dan Daisy yang segera membacanya. Keduanya langsung bersemangat.
"He - rupanya Fatty menemukan sesuatu sana," kata Larry. "Rupanya ia masuk ke lubang batu bara, lalu naik ke kamar tersembunyi. Kurasa sebaiknya kita semua berangkat ke sana sekarang juga!"
"Bets konyol sekali tadi malam - dan juga pagi ini," kata Pip. "Ia gelisah terus karena merasa Fatty sedang dalam bahaya. Ia bahkan menangis ketika ternyata Fatty belum pulang. Anak itu memang masih bayi."
'Tidak benar!" tukas Bets Mukanya merah padam. "Aku memang cemas sekali tadi, entah kenapa. Aku punya perasaan bahwa Fatty dalam bahaya! Dan terus terang saja, sekarang pun masih berperasaan begitu. Maksudku - entah kenapa, tapi aku merasa tidak enak."
"O ya"" kata Daisy. "Aneh! Tapi sekarang sudah jelas, Fatty tidak apa-apa Kau kan sudah membaca suratnya."
"Ya - aku tahu," jawab Bets, lalu membaca surat itu sekali lagi. "Cuma aku heran, apa sebabnya ia menandatangani dengan Freddie," katanya tiba-tiba. "Padahal biasanya ia selalu menyebut dirinya Fatty sekarang. Kurasa tak disengaja olehnya."
Bets masih memperhatikan surat itu. Ia mengendus-endus, sambil memalingkan kepala ke sana dan kemari.
"Ada apa"" kata Larry. "Kau ini kayak Buster saja, apabila mencium bau enak yang tak diketahui olehnya dari mana asalnya!"
"Aku mencium sesuatu - tapi entah apa." kata Bets. "Bau apa ya" Ah - aku tahu sekarang - bau jeruk! Tapi di sini kan tidak ada jeruk!'
"Ah, itu kan cuma perasaanmu saja." kata Pip. "Kau ini, selalu ada-ada saja." Diambilnya surat dari tangan Bets, hendak dilipat olehnya. Tapi tiba-tiba ia ikut mencium-cium.
"Aneh - sekarang aku juga mencium
bau jeruk," katanya.
Bets menyentakkan surat dari tangan abangnya. Matanya bersinar-sinar, sementara kertas itu didekatkannya ke hidung.
"Ini yang berbau jeruk," katanya bersemangat. "Cium sajalah, kalau tidak percaya!"
Anak-anak mencium kertas surat itu. Ya, memang - tercium bau jeruk! Dan kesimpulan yang bisa diambil cuma ada satu, yaitu Fatty menulis pesan lain pada kertas surat itu - tapi dengan sari jeruk sebagai tinta yang tidak kelihatan! Bets terpaksa duduk. Lututnya terasa lemas.
"Perasaan itu timbul lagi." katanya serius. "Asa sesuatu yang terjadi dengan Fatty. Kita periksa saja kertas ini, barangkali ada pesan rahasia."
Daisy bergegas mengambil setrika. Rasanya lama sekali menunggu sampai alat itu panas. Kemudian setelah panas, dengan cekatan Pip menggosokkannya ke atas kertas surat.
Seketika itu juga pesan rahasia dan Fatty nampak samar berwarna coklat. Anak-anak membaca dengan hati berdebar-debar.
"Pasukan Mau Tahu, Jangan acuhkan surat yang pertama. Aku tertawan di sini. Ada sesuatu yang tidak beres sini, hanya aku tidak tahu persis apa itu. Hubungi Inspektur Jenks dengan segera dan ceritakan segala-galanya padanya. Ia akan tahu tindakan apa yang harus diambil. Kalian sendiri jangan mendekati tempat ini.
Fatty" Anak-anak terdiam selama beberapa saat. Mereka berpandang-pandangan Tahu-tahu misteri mereka ternyata begitu serius dan berbahaya. Kini Fatty tertawan! Apa sebabnya surat yang pertama ditulisnya"
"Rupanya dipaksa orang-orang ya menawannya." kata Larry, setelah berpikir-pikir "Mereka hendak meringkus kita semua, karena mengetahui rahasia kamar tersembunyi itu. Tapi untung Fatty lebih cerdik. Ia berhasil menulis pesan rahasia bagi kita pada kertas surat yang sama!"
"Tapi nyaris saja kita tidak mengetahuinya," kata Daisy. "Wah, bayangkan - nyaris kita berangkat beramai-ramai ke Milton House dan mengetuk pintu depan di situ. Pintu akan terbuka dan begitu kita masuk pasti akan langsung disergap'"
"Kita memang tolol tadi, tidak teringat untuk menguji apakah pada surat itu ada pesan rahasia atau tidak." kata Pip. "Hal-hal kayak begitu seharusnya secara otomatis kita lakukan."
"Untung Bets tajam penciumannya," kata Larry. "Jika ia tadi tidak mencium bau sari jeruk, pasti karang kita semua sudah tertangkap penjahat. Untung ada Bets! Dia memang anggota Pasukan Mau Tahu yang baik. Dialah yang berhasil mengetahui adanya pesan rahasia itu."
Wajah Bets berseri-seri mendengar pujian itu. "Ternyata perasaanku yang tidak enak tentang Fatty benar, kan"" katanya. "Aduh, mudah-mudahan saja ia tidak terlalu sedih sekarang" Bagaimana Pip - apakah tidak sebaiknya kita segera saja menelepon Pak Inspektur" Aku ingin cepat-cepat melaporkan segala-galanya kepadanya."
"Aku akan meneleponnya sekarang." kata Larry.
Anak-anak lantas beramai-ramai turun ke tingkat bawah Larry yang menelepon Inspektur Jenks yang tinggal di kota besar terdekat. Tapi sial, ternyata Pak Inspektur sedang pergi.
"Baru sejam lagi ia kembali. Kini bagaimana" Tak ada gunanya jika kita ke Milton House," kata Larry. "Jika orang-orang itu berhasil meringkus Fatty, kita pun pasti akan tertangkap oleh mereka dengan salah satu cara. Jika itu terjadi, kita tidak bisa lagi menolong Fatty. Jadi kita harus bersabar, menunggu Pak Inspektur kembali."
"Ba-bagaimana jke kita menghubungi si Ayo Pergi"" kata Bets. Ia tidak menyukai Pak Goon. Tapi di pihak lain, ia ingin sekali mencari bantuan untuk menyelamatkan Fatty.
"Apa" Rahasia kita, kita ceritakan pada si Ayo Pergi"" tukas Pip. "Kau sudah sinting rupanya Bets. Lagipula, sekarang ia kan sedang sakit pilek. Aku mendengarnya dari pembantu kita, yang juga bekerja untuknya. Untuk sementara waktu, Ayo Pergi takkan bisa pergi ke Milton House!"
Tapi Pip keliru sangka. Memang, Pak Goon pernah terpaksa berbaring di tempat tidur karena pilek. Tapi cuma satu hari saja. Keesokan harinya ia sudah bangun lagi, walau masih selalu pilek, ia bertekat hendak selekas mungkin melakukan penyelidik ke Milton House.
Bahkan pada saat itu juga polisi desa itu sedang dalam perjalanan ke sana! Ia berjalan kaki, karena
salju masih tebal di jalan-jalan.


Pasukan Mau Tahu - Misteri Kamar Tersembunyi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sesampai di Chestnut Lane, dilihatnya bekas ban mobil di situ. Dalam hati ia bertanya-tanya, apakah kendaraan itu menuju ke Milton House. Ia merasa senang, ketika ternyata kendaraan itu berhenti di depan rumah itu.
"Ha! Rupanya ada orang datang dengan mobil besar ke rumah kosong ini." kata Pak Goon pada dirinya sendiri. "Aneh! Ya - ada sesuatu y terjadi di sini - dan anak-anak iseng itu rupa mencium hal itu. Yah, mereka keliru sangka apabila mengira bisa sendiri saja menyelidiki misteri ini!"
Sikap Pak Goon dengan segera berubah. Biarpun sedang pilek, ia menyadari tugasnya sebagai polisi desa. Ia menarik ikat pinggangnya ke atas, supaya celana dinasnya jangan kedodoran. Topi helmnya dihenyakkan lebih dalam menutupi kepala. Kemudian ia menyelinap masuk ke pekarangan Milton House. sambil berjaga-jaga jangan sampai kelihatan dari jendela rumah. Dilihatnya jejak sepatu menuju ke pintu depan dan kembali lagi. Jejak itu banyak. Pak Goon menggaruk-garuk kepalanya, sambil berpikir-pikir. Kelihatannya di rumah itu ada orang. Mungkinkah pemiliknya yang sah" Apa yang mereka lakukan di itu" Dan apa sebabnya anak-anak selalu berkeliaran di situ" Jangan-jangan pencuri perhiasan Sparling ada di rumah itu, menyembunyikan hasil perampokan mereka!
Pak Goon kepingin memasuki rumah kosong itu. Ia ingin mengadakan pemeriksaan di dalamnya. Tapi ia ingin melakukannya, tanpa ketahuan orang. Ia merasa pasti, anak-anak sudah melakukannya.
Sementara itu hari sudah mulai gelap.
Kelihatannya salju akan turun lagi. Pak Goon mengelilingi rumah sambil menyelinap. Tiba-tiba kaget karena melihat lubang di tanah. Dekat Pintu dapur.
Dengan segera dikenalinya bahwa itu lubang tempat memasukkan batu bara yang tutupnya di buka. Ditatapnya lubang itu dengan heran. Mungkinkah ada orang masuk lewat situ" Ya - mungkin anak-anak iseng itu lagi, dan kini mereka yang mencari-cari perhiasan curian yang mungkin disembunyikan di situ.
Muka Pak Goon sudah merah, menjadi bertambah merah. Ia kesal, membayangkan kemungkinan anak-anak itu akan kembali dipuji-puji oleh Inspektur Jenks, karena berhasil menemukan perhiasan curian itu di daerah dinas Pak Goon. Polisi desa itu semakin bertekat masuk ke dalam rumah. Kalau anak-anak ternyata ada di dalam, ia hendak mengejutkan mereka. Ia akan berteriak-teriak. memarahi mereka!
Dengan hati-hati sekali Pak Goon masuk ke dalam lubang. Nyaris saja ia tersangkut di situ karena badannya gendut. Tapi ia berhasil meloloskan diri. lalu terjatuh di atas tumpukan batu bara.
"Nah! Sekarang aku naik ke atas lalu memeriksa rumah ini," katanya puas. "Kalau anak-anak itu ada di sini, aku akan menyergap mereka. Biar mereka setengah mati ketakutan nanti! Biar tahu rasa mereka - berani mencampur urusan polisi. Akan kuhajar mereka sampai kapok!"
19 PAK GOON KAGET Sementara itu, apakah yang terjadi dengan Fatty"
Kedua laki-laki yang menangkapnya mengambil surat yang sudah ditulisnya. Kemudian mereka ke uar, sedang Fatty dikurung lagi dalam kamar tersembunyi itu. Menurut dugaan Fatty. pasti mereka hendak menunggu kedatangan salah seorang anggota Pasukan Mau tahu. Fatty menghampiri jendela untuk mengamat-amati.
Tapi pagi itu tidak ada yang datang. Pip baru muncul setelah saat makan siang. Fatty melihat temannya itu mengambil kertas surat yang dijatuhkan dari jendela atas.
Fatty melihat Pip, tapi ia tidak berani bersiul untuk memanggilnya. Harapan satu-satunya adalah bahwa Pip akan kembali, lalu berhasil membaca pesan rahasianya. Mudah-mudahan saja anak-anak bisa menduga bahwa ada pesan rahasia untuk mereka di sela surat yang ditulisnya dengan tinta biasa!
Tak lama kemudian kedua laki-laki itu muncul lagi.
"Nah, kurasa sebentar lagi kawan-kawanmu akan muncul di sini," kata yang berbibir tipis, "dan kau tentu akan senang, apabila tidak usah sendiri lagi! Kau akan makan siang dalam kamar yang tidak senyaman kamar ini. Lalu nanti jika kawan-kawanmu sudah datang, semua akan kami masukkan sekamar denganmu."
Fatty digiring keluar dari kamar tersembunyi lalu dibawa ke kamar lain yang letaknya satu tingkat le
bih rendah Kamar itu kosong dan dingin.
"Ini - beberapa potong roti sandwich untukmu," kata laki-laki yang bermuka merah sambil menyodorkan beberapa potong roti pada Fatty. "Dan ini air minum segelas, Kau akan kami kunci di sini. Nanti kawan-kawanmu akan kami masukkan ke sini pula, jika sudah kami tangkap semua. Dan setelah itu kalian akan terpaksa mendekam beberapa hari di sini, sampai urusan penting kami beres. Setelah itu kami akan menelepon polisi, atau orang tua kalian, untuk mengatakan di mana kalian berada. Setelah pengalaman ini mungkin kalian akan kapok dan tidak akan mencampuri urusan orang lain lagi."
Setelah berkata begitu. Fatty ditempeleng olehnya. Kemudian kedua laki-laki itu pergi. Fatty mendengar bunyi anak kunci diputar.
"Dalam kamar ini memang dingin dan tidak enak," pikir Fatty. "Tapi di pihak lain, kurasa aku bisa keluar dari kamar terkunci ini! Di sini tidak permadani dan di bawah daun pintu ada celah yang cukup lebar Akan kutunggu dulu sampai semua sudah sepi - setelah itu akan kugunakan siasatku."
Ia pergi ke jendela. Minggat lewat situ sekali tidak mungkin, karena jarak ke tanah cukup tinggi. Dan di dekat situ tidak ada pohon yang bisa dituruni.
Fatty memakan rotinya dengan lahap, sambil berjongkok di sudut kamar yang berdebu itu. Ia merasa sakit hati. Menurut pendapatnya, kedua laki-laki itu jahat. Persediaan makanan mereka banyak dalam kamar tersembunyi. Tapi ia hanya diberi beberapa potong roti sandwich saja sehari itu. Padahal Fatty biasa paling sedikit makan empat kali dalam sehari!
Sehabis makan dan minum, ia pergi ke pintu lalu memasang telinga di situ. Tapi ia tidak mendengar apa-apa di luar.
Mula-mula ia agak sangsi, untuk segera berusaha minggat saat itu juga. Jangan-jangan kedua penawannya sedang tidur-tiduran dalam kamar tersembunyi di tingkat paling atas. Ia tahu bahwa orang-orang itu sebenarnya bertiga, walau ia belum melihat yang bernama Jarvis. Kemungkinannya orang itu pembantu atau pelayan. Mungkin Jarvis ditugaskan untuk menunggu kedatangan anak-anak.
Akhirnya Fatty merasa sudah waktunya untuk menyorongkan kertas korannya ke luar lewat celah di bawah daun pintu. Dengan koran itu hendak tadahnya anak kunci yang akan didorongnya dari dalam. Tapi saat itu pula ia mendengar langkah orang berjalan di luar. Fatty bergegas kembali ke sudut kamar, lalu duduk di situ. Tapi ternyata tidak ada orang masuk.
Fatty memandang arlojinya. Hari sudah semakin sore. Mungkin lebih baik menunggu sampai gelap dulu, pikirnya. Karena kalau sudah gelap, tentu takkan nampak kertas koran yang terselip ke luar di bawah daun pintu. Sedang saat itu orang yang lewat pasti akan langsung melihat dan merasa curiga.
Fatty memutuskan untuk bersabar dulu. Ia merasa capek, lapar dan kedinginan. Saat itu sama sekali tidak merasa senang mengalami petualangan itu. Tapi petualangan kadang-kadang memang mengandung saat-saat yang tidak enak. Sedang pengalaman pahitnya saat itu terjadi karena salahnya sendiri!
Ketika hari sudah mulai gelap, Fatty memandang ke luar dari jendela. Ia merasa seperti melihat seseorang yang sedang merunduk dalam semak pagar Siapakah itu" Dalam hati Fatty berharap, mudah-mudahan saja bukan salah seorang anggota Pasukan Mau Tahu! Ia tidak bisa mengenali pakaian seragam biru yang dipakai orang itu. Jadi ia tidak tahu bahwa yang bersembunyi di situ Pak Goon, yang baru saja masuk.
Fatty memutuskan untuk segera saja berusaha minggat, karena siapa tahu - jangan-jangan yang di luar itu salah seorang temannya! Kalau benar, harus bergegas memperingatkan. Lalu mereka akan lari bersama-sama, dan memberi tahu Inspektur Jenks.
Sesaat didekatkannya telinga ke daun pintu. Tapi di luar tidak terdengar apa-apa. Dengan cepat diselipkannya koran lewat celah di sebelah bawah sehingga tinggal satu sudutnya saja yang masih nampak di dalam. Kemudian ia mulai menyodok-nyodok anak kunci yang terselip dalam lubangnya. Tiba-tiba anak kunci itu terjatuh, tepat di atas koran yang terhampar di bawahnya.
Jantung Fatty berdebar keras. Sebentar lagi ia akan berhasil minggat! Ia pun mulai menarik kertas koran dengan
pelan-pelan Saat itu sangat mendebarkan baginya. Akan bisakah anak kunci itu lewat di bawah daun pintu"
Ternyata bisa. Begitu anak kunci mulai terlihat dengan segera Fatty memungutnya lalu memasukkannya ke dalam lubang kunci.
Anak kunci diputarnya dengan hati-hati lalu dibukanya pintu. Fatty mengintip ke luar. ke arah tangga rumah. Tidak ada orang di situ. Pintu dikuncinya kembali dari luar. sedang anak kunci dibiarkannya terselip di lubangnya Jadi kalau penawannya nanti lewat, mereka akan menyangka ia masih ada di dalam.
Fatty berpikir, mencari cara terbaik untuk keluar dari rumah itu. Ia tidak berani lewat pintu depan, soalnya jika pintu itu nanti ditutup kembali bunyinya akan terdengar orang-orang yang di atas. Sedang kalau dibiarkan terbuka, nanti akan segera terlihat.
Akhirnya ia memutuskan, sebaiknya kembali saja ke gudang di bawah tanah lalu keluar lewat lubang batu bara. Hari sudah gelap sekali, sehingga takkan ada yang melihatnya keluar nanti.
Fatty menyelinap menuruni tangga, lalu merayap melintasi dapur menuruni pintu gudang. Tangannya meraba-raba anak kunci pintu itu. Ia berpendapat sebaiknya pintu dikunci saja apabila ia sudah berada dalam gudang. Karena dengan begitu takkan ada yang bisa mengejarnya ke situ, apabila nanti ternyata ia tidak bisa keluar lewat lubang batu bara.
Anak kunci sudah diambilnya. Ambang pintu dilewati, dan ia berdiri di anak tangga paling atas. Pintu ditutupnya kembali lalu dikunci. Fatty menarik napas panjang. Untuk sementara ia selamat!
Ketika ia mulai menuruni tangga menuju ke gudang. tiba-tiba ia tertegun. Jantungnya seakan berhenti berdenyut sesaat, karena kaget. Ada orang masuk ke dalam gudang - lewat lubang batu bara! Ia mendengar bunyi napas mendengus-dengus. Siapakah itu" Yang pasti, bukan anggota Pasukan Mau Tahu!
Jantung Fatty berdebar keras. Didengarnya orang yang baru masuk itu melompat ke atas tumpukan batu bara. Menurut perasaannya, pasti itu salah seorang dari penawannya. Tapi ia tidak mengerti apa sebabnya orang itu masuk ke rumah lewat jalan itu.
Dengan cepat Fatty mengambil keputusan. Ketika orang yang baru masuk itu masih terpeleset-peleset di atas tumpukan batu bara, ia sudah ditubruk Fatty sehingga terpelanting ke sudut gudang.
Dan sebelum ia bisa bangkit lagi. Fatty sudah cepat-cepat naik ke atas tumpukan batu bara. Ia menggapai-gapai tepi lubang yang terdapat di atas kepalanya. Lalu menjunjung dirinya ke atas. Dengan napas tersengal-sengal ia berhasil keluar, sementara di bawah terdengar dengusan napas disertai erangan.
Fatty sama sekali tidak tahu bahwa yang tubruknya tadi sebenarnya Pak Goon. Ketika ia udah berhasil keluar lubang, ia langsung mencari-cari tutupnya. Baru saja tutup itu hendak diletakkan di atas lubang ketika Pak Goon bangkit, mengambil senter yang terselip di pinggang lalu menyorotkannya ke arah lubang.
Pak Goon kaget sekali ketika melihat anak Prancis itu menatap dan atas. Ya - tidak keliru lagi! Ia mengenali rambut yang ikal berwarna hitam wajah yang pucat serta gigi tersembul yang besar-besar seperti kapak.
Pak Goon marah sekali sehingga tidak mampu bicara dengan benar. Sedang Fatty yang silau kena sinar senter, cepat-cepat memasang tutup lubang batu bara itu ke tempatnya kembali.
Tapi ia masih khawatir. jangan-jangan orang yang di bawah itu berhasil keluar lagi. Karenanya ia menyeret sebuah tong yang ada di dekat situ lalu meletakkannya di atas tutup lubang, Tong itu seperempatnya berisi air. Kini pasti orang itu takkan bisa lagi keluar, baik lewat lubang maupun melalui pintu.
Fatty merasa lebih tenang sekarang. Sedang orang yang tertawan dalam gudang itu berteriak-teriak. Tapi suaranya nyaris tak terdengar di luar. Menurut Fatty, orang-orang yang di atas pasti takkan mendengar dia.
Setelah itu Fatty menyelinap mendekati semak-semak pagar, mencari kalau-kalau ada orang lain di situ. Tapi tak ada orang dijumpainya.
Kemudian ia mendengar bunyi aneh. Bunyi apakah itu" Bunyinya pelan dan mendengung.
"Kedengarannya kayak pesawat terbang," kata Fatty dalam hati lalu mendongak. Ia tercengang ketika tiba-tiba nampak jalur sinar
menyorot dari arah atap Milton House. "Ada cahaya memancar dari atas atap," pikir Fatty. "Mungkinkah bunyi itu suara pesawat terbang - dan cahaya yang nampak itu membimbing pesawat ke lapangan terdekat supaya bisa mendarat di situ" Tempatnya memang cukup lapang untuk dijadikan jalur pendaratan."
Ia menunggu sebentar dalam semak. Bunyi mendengung itu semakin mendekat. Kedengarannya seperti berputar-putar. Lalu setelah beberapa saat. bunyi itu lenyap. Fatty merasa yakin, ada pesawat terbang mendarat di lapangan yang terdapat di belakang Milton House. Sedang sinar terang yang tadi menyorot dari atap Milton House sudah padam kembali.
Fatty pergi ke pondok peranginan. Ia menunggu di situ, sambil berkerudung selimut Tidak lama kemudian terdengar langkah orang masuk lewat pintu pagar yang terdapat di sisi belakang kebun. Nampak pula cahaya lentera terayun-ayun. Rupanya orang yang datang dengan pesawat terbang tadi mendatangi mereka yang ada di Hilton House!
Tiba-tiba Fatty merasa takut sekali. Ia tidak mengerti, apa sebetulnya yang sedang terjadi. Yang diketahuinya cuma bahwa urusan itu sangat misterius serta berbahaya. Jadi sebaiknya ia lari saja secepat mungkin dari situ.
Sementara itu ia teringat pada kawan-kawannya. Apakah mereka membaca pesannya yang ditulis dengan tinta rahasia" Lalu apakah mereka sudah menelepon Inspektur Jenks"
Sepanjang pengetahuan Fatty, setelah Pip datang dan memungut suratnya yang dilemparkan dan jendela atas, tak ada lagi yang datang ke Milton House untuk mencarinya. Menurut pendapat Fatty, lebih baik ia cepat-cepat pergi ke rumah Pip atau Larry untuk meyakinkan diri, apakah sudah ada tindakan yang diambil atau tidak. Apabila tidak ada tindakan yang diambil dengan segera, orang-orang itu akan bisa menyelesaikan urusan mereka yang entah apa lalu melarikan diri!
"Jika aku tidak bisa mencari bantuan saat ini juga, orang-orang itu nanti akan bisa minggat," pikir Fatty. "Karena setiap saat mereka akan bisa tahu bahwa aku berhasil lari dari kamar itu, dan karenanya akan menyadari bahaya yang mengancam. Mereka tinggal naik ke pesawat terbang lalu kalau mau bisa berangkat ke negeri asing."
Fatty menyelinap lewat semak pagar menuju Chestnut Lane, lalu menyusuri tepi jalan itu. Tapi tahu-tahu ia terbentur pada seseorang yang juga sedang berjalan menyelinap di situ, dari arah berlawanan! Orang itu mencengkeram Fatty sehingga ia tidak bisa membebaskan diri.
Cahaya senter memancar menerangi mukanya dan terdengar suara galak bertanya, "Kau siapa dan apa yang kaulakukan di sini""
Fatty mengenal baik suara itu.
"Inspektur Jenks! Aduh, lega rasanya mendengar suara anda."
Muka Fatty diterangi sorotan senter lagi. "Kau kenal aku"" tanya suara galak itu. "Kau siapa""
Inspektur Jenks tidak mengenali Fatty yang sedang menyamar itu. Tambahan lagi tampang Fatty kotor sekali saat itu, kena debu batu bara.
"Aku Frederick Trotteville." kata Fatty. "Cuma aku sedang menyamar. Pak Inspektur."
"Jangan ribut-ribut," kata Inspektur Jenks, lalu menarik Fatty ke lapangan di belakang pagar. "Berbisik kalau bicara! Apa yang kaulakukan di sini" Teman-temanmu tadi menelepon aku. Aku bingung mendengar laporan mereka. Tapi walau begitu aku kemari juga, untuk memeriksa apa sebetulnya yang sedang terjadi."
"Syukurlah," kata Fatty lega. "Jadi ternyata teman-teman menduga bahwa aku menuliskan pesan rahasia, lalu membacanya."
"Betul." kata Inspektur Jenks. "Lalu seperti kukatakan tadi, aku lantas bergegas datang dengan mobil. Setelah kudengar keterangan teman-temanmu, aku pergi ke tempat Pak Goon. Aku ingin tahu, apakah ia tahu-menahu tentang hal ini. Sebab ada kemungkinannya bahwa ia tahu, cuma tidak mengatakannya pada kalian."
"Aduh," keluh Fatty, "padahal kami tidak ingin Ayo Pergi mengetahuinya."
"Memang tidak," kata Inspektur Jenks. "Ia tidak ada di rumah dan tidak ada yang tahu di mana ia sekarang Kau barangkali tahu""
"Tidak," kata Fatty. Ia sama sekali tidak mengira bahwa saat itu Pak Goon terkurung olehnya dalam gudang batu bara di Milton House.
"Kemudian kuputuskan untuk pergi saja ke Milton House," sambung Inspek
tur Jenks. "tapi tahu-tahu terbentur engkau di sini. Apa sebetulnya yang terjadi, Frederck" Sungguh-sungguh seriuskah urusan ini - atau cuma pencurian kecil-kecilan saja""
"Justru itulah yang tidak kuketahui Pak," kata Fatty. "Sungguh aku tidak tahu. Aku benar-benar bingung saat ini. Tapi baiklah kuceritakan saja segala-galanya yang kuketahui."
Fatty mulai bercerita, tentang kamar tersembunyi, lalu kedua laki-laki yang menawannya di situ serta laki-laki satu lagi. bernama Jarvis yang tidak dilihatnya. Disambung dengan kedatangan pesawat terbang yang membawa orang-orang lagi yang kemudian pergi ke rumah itu. Fatty juga tidak lupa bercerita, bahwa ia berhasil mengurung seseorang dalam gudang di bawah tanah.
"Jadi yang jelas, seorang di antara mereka pasti bisa Anda tangkap, Pak." katanya, "jika yang lain-lainnya berhasil melarikan diri. O ya - hampir saja aku lupa. Aku berhasil mengambil buku untuk Anda. Menurut perkiraanku, tentu penting isinya. Barangkali saja Anda tahu maksudnya. Aku sendiri tidak mengerti sedikit pun."
Diterangi cahaya senternya, Pak Inspektur meneliti isi buku catatan yang diambil Fatty dari lemari kecil dalam kamar tersembunyi. Sesaat kemudian Pak Inspektur bersiul kaget.
"Ya - aku mengerti isi buku ini!" katanya. Fatty merasakan kegairahan petugas polisi itu. "Ini buku sandi, berisikan nama-nama asli dan palsu dari para anggota suatu gerombolan penjahat yang terkenal, lengkap dengan alamat mereka! Bagus, Frederick! Sekarang cepatlah pergi ke telepon terdekat. Kau menelepon nomor ini dan bilang bahwa aku meminta agar semua pasukan polisi datang ke sini dengan segera. Jangan buang-buang waktu lagi. Segera, kataku. Mengerti""
Semangat Fatty berkobar. Misteri yang pernah dialaminya bersama Pasukan Mau Tahu sudah menarik. Tapi ini jauh lebih menarik dan menegangkan! Ia bergegas pergi, meninggalkan Inspektur Jenks yang terus mengamat-amati Milton House.
Dengan segera Fatty berhasil mendapat sambungan. Rupanya nomor yang diberikan Pak Inspektur tadi nomor pesawat telepon khusus. Fatty menyampaikan pesan Inspektur Jenks.
"Baiklah! Dalam waktu sepuluh menit kami akan sudah ada di sana" jawab seseorang dengan nada tegas.
Fatty meletakkan gagang pesawat telepon ke tempatnya kembali. Perasaannya gelisah. Kini ia harus kembali ke tempat tadi, untuk melihat peristiwa yang akan terjadi selanjutnya. Pasti menegangkan sekali!
Tapi - ia merasa tidak adil, apabila teman-temannya tidak diberi tahu. Mereka pasti ingin pula menjadi saksi kejadian itu. Menurut perasaannya pasti takkan berbahaya apabila mereka melihat dari jalan besar saja.
Fatty bergegas ke rumah Pip. Untung saat itu seluruh anggota Pasukan Mau Tahu sedang berkumpul di situ. Mereka sangat cemas. Tapi juga sangat senang, karena kini Inspektur Jenks sudah datang untuk mengambil alih pengusutan.
Tiba-tiba Buster menggonggong dengan ribut. Dengan segera Bets tahu. yang terdengar berjalan naik tangga rumah pasti Fatty. Bets lari ke pintu menyongsongnya. Begitu Fatty sampai di atas, ia langsung dirangkul oleh Bets. yang setelah itu menariknya masuk ke dalam kamar.
"Kau tidak apa-apa. Fatty" Bagaimana kau sampai berhasil keluar dari sana" Aduh, Fatty - kami cemas sekali memikirkan nasibmu!"
"Tolong ambilkan makanan apa saja untukku," kata Fatty. "Perutku lapar sekali rasanya! Kalian sebetulnya tidak perlu khawatir tentang aku. Aku tidak apa-apa!"
"Tapi tampangmu, kocar-kacir," kata Pip. "Dekil dan kumal!"
"Biar!" kata Fatty, sambil melahap biskuit yang diambilkan Bets. "Pokoknya aku asyik. Sambil pergi, akan kuceritakan segala-galanya nanti."
"Pergi"" kata Daisy heran. "Pergi ke mana""
"Ke Milton House, untuk menonton keramaian yang terjadi," kata Fatty. "Baru saja aku menelepon, memanggil pasukan polisi bersenjata. Atas perintah Inspektur Jenks!"
Anak-anak berseru kaget Fatty ditatap teman temannya dengan pandangan heran bercampur kagum.
"Tapi - apakah tidak berbahaya"" tanya Bets ragu.
"Berbahaya sekali - tapi tidak bagi kita!" kata Fatty. "Bagaimana - kalian mau ikut atau tidak" Nanti sambil berjalan akan kuceritakan segala-galanya! Tapi
kita harus berangkat sekarang juga, supaya jangan terlambat."
Tentu saja anak-anak berangkat dengan segera. Ketika mereka baru saja melewati puncak bukit. sebuah mobil polisi yang besar lewat dengan laju!
"Itu dia - Pasukan Bersenjata!" kata Fatty "Kalian lihat mereka tadi" Wah - cepat sekali datangnya!"
Mobil besar itu melaju menaiki bukit. Anak-anak mempercepat langkah, menyusul rombongan mobil itu. Jantung mereka berdebar-debar. Bets memegang lengan Fatty erat-erat. Buster tidak mau ketinggalan. Ia juga ikut bergegas-gegas, sampai lupa berjalan pincang.
Akhirnya mereka sampai di pintu gerbang pekarangan Milton House. Mobil polisi berhenti di dekat situ. Nampak sosok tubuh gelap bergerak menyelinap. Itulah para anggota Pasukan Bersenjata, yang bergerak menempati pos masing-masing menurut instruksi Inspektur Jenks!
"Ia mengatur orang-orangnya mengepung Milton House," bisik Fatty pada teman-temannya. Napasnya terasa sesak karena gelisah dan bersemangat. "Lihatlah - seorang pergi ke arah sana - dan yang itu, dia pergi ke balik rumah. Aku ingin tahu, bagaimana cara mereka masuk nanti."
Inspektur Jenks mengambil cara yang paling gampang. Ia membaca surat yang ditulis Fatty pada Pasukan Mau Tahu. Di situ dilihatnya bahwa Fatty menyuruh teman-temannya mengetuk pintu apabila datang.
Jadi apabila ia atau orang-orangnya pergi ke pintu depan lalu mengetuk keras-keras. orang-orang yang ada di dalam mungkin akan menyangka yang datang itu pasti anak-anak. Mereka akan mengira anak-anak itu datang karena menuruti panggilan Fatty.
Ketika anak buahnya sudah menempati kedudukan masing-masing di sekeliling rumah, Inspektur Jenks pergi ke pintu depan lalu mengetuknya keras-keras. Anak-anak yang berada di jalan kaget ketika mendengar bunyi yang tiba-tiba itu.
Dengan segera pintu depan terpentang lebar. Mungkin Jarvis yang membuka. Tentunya ia menduga yang datang itu anak-anak.
Tapi kagetnya bukan main. ketika tahu-tahu muncul sesosok tubuh kekar. Apalagi ketika ada moncong pistol yang disodorkan ke depan dadanya.
"Jangan ribut!" kata laki-laki bertubuh kekar yang muncul dengan tiba-tiba itu.
Pak Inspektur segera disusul oleh tiga orang anak buahnya. Pintu ditutup lagi pelan-pelan Jarvis yang ketakutan, langsung diborgol.
Inspektur Jenks menyelinap menaiki tangga rumah, diikuti oleh dua anak buahnya. Ketiga-tiganya memakai sepatu bersol karet, sehingga langkah mereka tidak kedengaran. Mereka naik terus sampai ke tingkat paling atas. Mereka menuju ke kamar, dari mana nampak cahaya terang lewat lubang kunci. Itulah kamar tersembunyi, di mana penjahat sedang berkumpul.
Tiba-tiba saja Inspektur Jenks membuka pintu kamar itu. Tangannya menggenggam pistol. Ia tidak mengatakan apa-apa. Dilihatnya ada lima orang laki-laki dalam kamar. Semuanya meloncat bangkit ketika Inspektur Jenks menerjang masuk. Dan begitu melihat wajahnya yang keras para penjahat itu langsung mengangkat tangan.
Baru saat itu Inspektur membuka mulut. Ia berbicara dengan suara tenang.
"Ah - nyaman juga kelihatannya tempat ini," katanya. "Apa kabar Finnigan - atau namamu sekarang sudah ditukar menjadi John Henry Smith" Dan kulihat kau juga ada di sini, Lammerton. Wah - ini benar-benar suatu peristiwa menyenangkan yang sama sekali tak kusangka-sangka sebelumnya!"
Kedua laki-laki yang disapa cemberut. Yang satu laki-laki yang berbibir tipis, sedang temannya yang bermuka merah. Pak Inspektur menatap penjahat yang lain-lainnya. Salah satu di antara mereka buru-buru bicara.
"Saya tidak ikut dalam urusan ini, Inspektur! Baru tadi, ketika saya dibawa ke sini dengan pesawat terbang. saya mengetahui bahwa mereka berniat jahat!"
"O Ya"" kata Inspektur Jenks dengan sikap tidak percaya. "Kau bukannya biasa menjual barang antik yang luar biasa" Ah, tentu saja tidak! Kau tidak tahu apa-apa tentang pencurian jambangan bunga berharga milik pangeran Belgia itu ya" Kau sama sekali tak bersalah."
"Dan kau!" katanya lagi, sambil menatap seorang penjahat lainnya. "Kau tidak tahu apa-apa tentang pencurian lukisan mahal dan galeri seni di Paris itu. bukan" Yah - aku cuma bisa mengata
kan sial bahwa bandit-bandit hebat yang sudah terkenal tertangkap basah di sini. berkumpul dengan sejumlah penadah barang antik yang juga tidak kalah terkenalnya. yang diketahui bersekongkol dengan teman-teman sejenis di seberang Atlantik!"
"Percuma mungkir lagi," kata laki-laki yang kelima. dengan suara masam "Aku sudah selalu mengatakan tempat berkumpul di sini terlalu berbahaya."
"Tapi selama ini kan aman"" kata Inspektur Jenks. "Aman dan tenang! Tempat baik untuk berkumpul merencanakan perbuatan jahat berikutnya. Dan juga tempat penyembunyian yang baik, untuk menyimpan barang curian dan perampokan sampai keadaan sudah tenang kembali. Dan setelah itu kalian bisa menjual semuanya ke Amerika. Bukan main - jendela berterali supaya barang kalian aman di sini. Polisi di seluruh dunia sibuk mencari-cari gerombolan kalian ini sejak bertahun-tahun. Aku senang karena tahu bahwa kalian akan lama sekali mendekam di penjara!"
Anak buah Inspektur Jenks sementara itu masuk ke dalam kamar, lalu memborgol kelima penjahat itu.
"Kalian cuma sebegini saja"" tanya Inspektur Jenks. "Di bawah masih terkurung seorang lagi."
"Selidiki saja sendiri." tukas orang yang bernama Lammerton dengan sengit.
"Ah, memang akan kami lakukan." jawab Inspektur. "Tentunya kalian juga tahu bahwa rumah ini sudah dikepung polisi. Untuk berjaga-jaga menghadapi setiap kemungkinan!"
Para penjahat tidak mengatakan apa-apa lagi. Semuanya kelihatan masam. Inspektur Jenks memberi instruksi dengan nada tegas, dan kesemuanya digiring ke luar. Sementara itu Inspektur memeriksa kamar itu sebentar Kemudian ia juga turun ke tingkat bawah.
Kelima penjahat itu disuruh berdiri berjejer dalam gang, bersama Jarvis. Tempat itu diterangi sebuah senter yang diletakkan seorang polisi di atas sebuah rak. Pasukan Mau Tahu sementara itu menyelinap ke pintu depan, lalu memandang ke dalam. Menurut perasaan mereka, keadaan pasti sudah aman sekarang.
"Astaga'" kata Larry. "Coba lihat mereka itu - tampang mereka jahat-jahat semuanya! Apakah mereka sebenarnya, Fatty" Pencuri, mata-mata, atau apa""
"Apa saja mungkin!" kata Fatty sambil mengintip ke dalam, "Pokoknya mereka bertampang penjahat'"
Tiba-tiba Fatty terpeleset lalu jatuh. Seketika itu juga pintu depan terpentang lebar dan seorang polisi menjengukkan kepalanya ke luar. "Siapa itu"" tanyanya.
"Cuma kami saja," kata Fatty sambil nyengir. Mukanya diterangi cahaya senter. "Halo, Pak Inspektur - kami datang karena ingin menonton keramaian ini."
"Kalian sebetulnya tidak boleh kemari, karena mungkin saja tadi terjadi tembak-menembak," kata Inspektur Jenks. "Frederick! Dan mereka ini, yang mana yang paling sering kaulihat selama ini""
Fatty menuding laki-laki yang berbibir tipis serta yang bermuka merah.
"Semua sudah diringkus"" tanyanya. "Lalu bagaimana dengan yang kukurung dalam gudang batu bara d bawah""
Para penjahat kelihatannya tercengang. Laki-laki yang berbibir tipis menyapa Fatty.
"Bagaimana kau sampai bisa keluar dari kamar terkunci"" tukasnya
"Masa kau mau tahu rahasiaku! Tidak bisa dong." jawab Fatty. "Mereka ini bertujuh. Pak Inspektur - dengan yang ada di gudang. Apakah dia tidak perlu diambil""
"Kami cuma berenam," kata laki-laki berbibir tipis. "Selain itu tidak ada lagi."
Saat itu muncul seorang polisi dari tempat gelap
"Pak, di bawah tanah ada orang," katanya pada Inspektur Jenks, "Tadi saya sedang berjaga-jaga di belakang ketika tahu-tahu terdengar suara teriakan samar-samar Tapi saya tidak tahu, dari arah mana datangnya!"
"Itu dia orang yang kukurung dalam gudang batu bara kata Fatty. "Dia harus kita ambil juga!"
20 MISTERI BERAKHIR "Ayo. kalau begitu kita jemput dia," kata Inspektur Jenks. Dikeluarkannya lagi pistolnya. "Kalian yang lain tinggal di sini. Hanya Frederick saja yang perlu ikut, untuk menunjukkan jalan. Nanti kalau aku membuka pintu gudang itu, kau harus berlindung, Frederick!"
Dengan bangga Fatty mendului berjalan ke pintu gudang, lalu mengeluarkan anak kunci yang dikantongi selama itu. Dari arah bawah terdengar suara orang berteriak-teriak. Sekali-sekali terdengar bunyi barang jat
uh. Rupanya si Ayo Pergi tergelincir dari tumpukan batu bara. setiap kali ia berusaha memanjat ke luar.
Sementara Fatty menyerahkan anak kunci pada Inspektur Jenks, Fatty memasang telinga. Rasanya ia pernah mendengar suara yang berteriak-teriak itu. Pak Inspektur memasukkan anak kunci ke dalam lubangnya di pintu, lalu memutarnya.
"Ayo keluar!" teriaknya ke dalam ruangan yang gelap. "Cepat naik, sambil mengangkat tangan tinggi-tinggi!"
Terdengar langkah orang menaiki tangga. Ternyata yang datang Pak Goon. Ia tidak memakai topi helmnya, karena tadi terlepas ketika ia terjatuh untuk kesekian kalinya Mukanya hitam legam, kena debu batu bara. Ia berjalan terhuyung-huyung. Matanya terkejap-kejap silau kena sorotan senter yang diarahkan Inspektur Jenks padanya. Baik Fatty maupun Pak Inspektur tidak mengenalinya dengan segera.
Pak Goon macam-macam perasaannya saat itu. Marah, takut dan juga bingung. Ia berjalan melalui dapur, didorong-dorong dari belakang dengan pistol yang dipegang Inspektur. Polisi desa itu melongo, ketika melihat begitu banyak orang berkerumun dalam gang. Keheranannya semakin bertambah, ketika melihat anak-anak juga ada di situ. Anak-anak itu juga tidak langsung mengetahui bahwa yang muncul itu Pak Goon, karena mukanya kotor sekali dan pakaian seragamnya dekil kena batu bara.
Hanya Buster saja yang mengenali musuh lamanya itu. Sambil menggonggong nyaring. anjing kecil itu menyambar-nyambar pergelangan kaki Ayo Pergi.
"Ayo pergi!" bentak polisi desa itu dengan marah, sambil menendang Buster "Ada apa sebetulnya di sini""
"He - itu kan Ayo Pergi!" seru anak-anak dengan heran.
"Goon!" seru Pak Inspektur tercengang "Bagaimana sampai kau - kenapa - apa....," Inspektur tidak mengakhiri kalimatnya, karena sudah terburu tertawa terpingkal-pingkal. Bawahannya sampai ikut nyengir, mendengar bunyi tertawanya.
"Ini benar-benar perjumpaan yang luar biasa Goon," kata Inspektur Jenks kemudian. Diperhatikannya polisi desa yang kumal dan marah-marah itu dengan perasaan geli. "Aku tadi mampir di rumahmu, tapi kau ternyata tidak ada. Aku hendak bertanya apakah kau tahu-menahu tentang hal-hal yang terjadi di sini."
"Saya dikurung dalam gudang batu bara yang kotor itu!" kata Pak Goon. Ditatapnya Fatty dengan marah. "Dan dia ini yang mengurungku! Anak ini perlu diawasi dengan ketat. Anak Prancis, yang mestinya bersekongkol dengan para pencuri itu. Awas, aku pasti akan menghajarnya!"
"Anda tidak mengenal aku, Pak Goon"" kata Fatty dengan suaranya yang biasa. Pak Goon kaget sekali mendengarnya. Diperhatikannya rambut palsu ikal yang berwarna hitam, alis yang lebat serta gigi palsu yang mencuat ke depan. Tak keliru lagi, itu tampang anak Prancis yang pernah dilihatnya. Tapi aneh - suaranya. suara Fatty!
"Aku tidak mau jika kau menyakiti pembantuku ini." kata Inspektur dengan tenang. "Aku heran, polisi yang begini cerdas ternyata tidak bisa menebak samaran Frederick, Goon!"
Fatty melepaskan rambut dan alis palsunya Dengan agak sulit. dibukanya gigi palsu yang mencuat ke depan. Pak Goon hanya bisa melongo saja melihatnya. Ia meneguk ludah beberapa kali karena kaget dan takjub. Mukanya nampak berubah, menjadi ungu. Sedang keenam penjahat yang tertangkap, ikut melongo melihat Fatty berubah wujud. Anak-anak tertawa cekikikan.
"Keterangan lebih lanjut, biar nanti saja." kata Inspektur Jenks. "Sekarang, bawa pergi penjahat-penjahat ini. Di mobil ada tempat untuk mereka serta tiga polisi. Kalian yang lain, pergi menjaga pesawat terbang sampai datang pengganti."
Setelah itu semuanya bubar. Tapi Pak Goon masih berdiri di situ dengan tampang masam.
"Kau pulang saja sekarang, Goon," kata Pak Inspektur "Kau kelihatannya tidak enak."
"Saya memang merasa tidak enak," kata Pak Goon dengan nada tersinggung "Sudah kusangka anak-anak ini mulai mencampur urusan polisi lagi. Lalu ketika saya sedang sibuk menyelidiki, tahu-tahu anak itu mengurung saya di bawah - supaya ia sendiri yang mendapat pujian!"
"Aku tidak tahu bahwa itu Anda Pak Goon," kata Fatty terus terang.
"Ah, biarpun kau tadi tahu - kau toh pasti akan melakukannya juga," ka
ta Pak Goon mendamprat. "Kalian memang anak-anak yang menjengkelkan. Bisanya cuma mengganggu urusan hukum."
"Tidak, Goon! Bukan mengganggu, tapi membantu," kata Inspektur Jenks membetulkan "Baik sekali hasil pekerjaan kita malam ini! Hampir seluruh gerombolan pencuri Internasional berhasil kita ringkus, beserta kaki tangan mereka. Kau tentunya juga sudah pernah mendengar tentang bandit yang bernama Finnigan serta rekannya yang bernama Lammerton. Mereka ini kerjanya mencuri lukisan, permata, keramik dan benda-benda lain yang berharga - lalu dijual ke negara-negara lain!"
"Tentu saja, Pak," kata Pak Goon. sementara matanya semakin melotot. "Jadi kita tadi berhasil menangkap mereka Pak" Buka main! Bayangkan, mereka berkumpul di sini, di daerah pengawasanku!"
"Ya betul! Jadi lain kali, kau harus lebih teliti mengawasi, Goon," kata Inspektur Jenks
Saat itu Pak Goon bersin "Baik Pa-a-a..., " Pak Goon bersin lagi.
"Kau pulang dan cepat tidur saja sekarang " kata Pak Inspektur padanya "Kau terserang pilek "
"Betul, Pak," kata Pak Goon. Ia mengusap hidungnya dengan saputangan. "Saya sebetulnya tidak bisa keluar, Pak - tapi saya merasa ini kewajiban saya. Menurut perasaannya saya, lebih baik terserang demam daripada mengabaikan tugas. Pak."
"Kau memang tahu kewajiban Goon," kata Inspektur Jenks dengan serius. "Sekarang pulang sajalah dulu. Besok kita bicara lagi."
Pak Goon pergi sambil bersin-bersin terus. Ia masih sempat melayangkan pandangan benci ke arah Fatty Tapi Fatty tidak peduli.
"Nah sekarang kita sudah tinggal sendiri di sini," kata Pak Inspektur kemudian, "Pip, maukah ibumu jika aku ikut makan malam di tempatmu" Kurasa orang tuamu pasti juga ingin mendengar petualangan ini kan""
"Tentu saja!" kata Pip girang Ia sebenarnya sudah bingung bagaimana caranya menjelaskan kepergiannya malam-malam bersama Bets pada ayah ibunya. Tapi ia tahu, ibunya mengagumi Inspektur Jenks. Kalau Pak Inspektur ikut ke rumah pasti ia tidak akan diomeli karena keluyuran malam-malam pada musim dingin.
Ketika ibu Pip mendengar bahwa anak-anak baru saja mengalami kejadian yang luar biasa dan bahwa Inspektur Jenks kembali merasa puas terhadap Pasukan Mau Tahu, dengan segera ia menelepon orang tua Fatty yang sementara itu sudah kembali dari bepergian. Mereka diundangnya makan malam bersama-sama.
Anak-anak diperbolehkan ikut hadir. Asyik sekali percakapan malam itu. Orang tua mereka mendengarkan kisah petualangan mereka dengan asyik dan heran. Ibu Pip sebenarnya tidak suka apabila Pip dan Bets terlibat dalam kejadian-kejadian yang begitu. Tapi ia diam saja.
Tentu saja Fatty yang menjadi tokoh pahlawan malam itu. Kisahnya tentang tulisan rahasia, kemudian usahanya keluar dari kamar terkunci dan juga penyamarannya didengarkan dengan penuh perhatian.
"Astaga, Frederick," kata ibunya kemudian. "Aku sama sekali tak mengira bahwa kau melakukan hal-hal semacam itu. Sungguh, sama sekali tak kusangkal"
"Begini, Bu'" kata Fatty menjelaskan. "Belakangan ini aku rajin mempelajari cara-cara detektif bekerja. Rupanya aku ini berbakat menjadi detektif. Mudah-mudahan saja ibu tidak terus mendesak aku menjadi tentara karena kurasa bakatku akan tersia-sia saja nanti di sana. Aku ini memang sudah sepantasnya menjadi detektif Bayangkan, aku pernah.."
"Tutup mulut!" kata Pip. Ia sudah tidak tahan lagi mendengar ocehan Fatty. "Kuakui, kadang-kadang kau memang cerdik. Tapi jangan lupa karena aku memanjat pohon itu akhirnya kini terbongkar Misteri Kamar Tersembunyi. Betul, kan""
"Kalian semua, sepantasnya mendapat pujian," kata Pak Inspektur Jenks dengan wajah berseri-seri. "Ya - bahkan juga Bets yang cilik ini, karena ialah yang mencium bau jeruk pada surat Fatty. dan dengan begitu berhasil mencegah Pasukan Mau Tahu terjebak ke dalam perangkap penjahat!" Bets merah mukanya karena senang mendengar pujian itu. Kadang-kadang ia merasa jengkel, karena ia yang paling muda dalam Pasukan Mau Tahu. Tapi hatinya selalu senang, apabila ia dipuji.
Suasana malam itu menyenangkan sekali. Anak-anak tidak ada yang mau pulang. Apalagi tidur! Akhirnya Pak Inspektur yang p
aling dulu pulang. ketika mobilnya datang menjemput.
"Sampai ketemu lagi," katanya. "dan terima kasih atas bantuan kalian. Mudah-mudahan masih banyak lagi kejadian misterius yang akan kalian alami sesudah ini. Aku selalu senang, apabila kalian bisa membantu!"
"Selamat jalan!" seru anak-anak, sambil melambaikan tangan. Mereka senang. karena bisa bertemu kembali dengan sahabat mereka yang ramah itu.
"Kurasa si Ayo Pergi sekarang pasti benar-benar tidak enak rasanya" kata Fatty sambil memakai mantelnya. Ia hendak pulang, bersama orang tuanya.
"Aku agak kasihan padanya," kata Bets, yang lembut hati. "Bayangkan, sekali lagi ia gagal. Belum lagi terserang pilek, lalu terkurung dalam gudang yang kotor."
"Ya, memang - pasti itu tidak enak baginya." kata Daisy. "Kurasa sekali ini kita bisa bermurah hati. Bagaimana jika kita membawakan bunga untuknya, apabila ia ternyata benar-benar sakit" Aku tidak suka padanya - tapi walau begitu. aku juga agak kasihan terhadapnya, seperti Bets."
"Bunga" Untuk si Ayo Pergi" Kau sudah edan rupanya." tukas Fatty mencemoohkan. "Aku mau saja menghadiahinya sabun, supaya ia bisa mandi sampai bersih - tapi bunga" Bunga kan tidak cocok untuk si Ayo Pergi!"
"Baiklah! Kalau begitu, kita membawakan sabun untuknya, sebagai hadiah dari kita," kata Daisy.
"Ya. setuju." kata Fatty "Ya, Bu - aku datang. Sebentar! Tapi jangan belikan sabun yang wangi baunya, Daisy. Beri saja sabun karbol!"
Anak-anak tertawa lalu pulang ke rumah masing-masing. Dalam hati mereka sudah membayangkan, apa lagi peristiwa tegang yang akan mereka alami sesudah ini"
tamat Budi Kesatria 12 Domba Domba Telah Membisu The Silence Of The Lambs Karya Thomas Haris Pendekar Wanita Baju Merah 2
^