Budi Kesatria 12
Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen Bagian 12
Sementara itu Siau Ling sudah maju kedepan, dengan
tangan kanannya ia membantu Tan Hiong Ciang naik keats
kuda. Dua ekor kuda satu didepan yang lain dibelakang bersamasama
berangkat tinggalkan tempat itu.
Sesudah melewati dua buah jalan raya, dari kejauhan
tampaklah Pek li Peng sedang berdiri dibawah wuwunga
rumah dan menengok kesana kemari dengan wajah gelisah.
Ketika itu Siau Ling telah mengganti pakaian dandanan,
tentu saja Pek li Peng tak dapat mengenali dirinya kembali.
Siau Ling melirik sekejap sekeliling tempat itu, kemudian ia
memberi kode dengan tangan menyapa Pek li Peng.
Ketika melihat kode tersebut Pek li Peng kelihatan agak
tertegun, kemudian ia berjalan hendak menyusul kedepan.
Siau Ling segera memberi tanda lagi kearahnya untuk
mencegah Pek li Peng menyusul kedepan. Sedang kudanya
dilarikan dengan lebih cepat lagi.
Dua ekor kuda itu dengan cepatnya berlarian menuju
kearah barat. Pek li Peng yang melihat kode rahasia tadi merasa amat
bergirang hati dan segera menyusul kedepan, tetapi setelah
dicegah oleh Siau Ling, terpaksa ia berhenti dan memandang
Siau Ling berdua menjauh dari situ.
Seorang pria memikul sayur berjalan lewat disamping tubuh
gadis tersebut, ketika mereka berpapasan pria itu segera
berbisik, "Nona Pek li Peng, kita berbicara disana!"
Dengan perasaan apa boleh buat Pek li Peng menghela
napas panjang, dengan mengikuti dibelakang pria itu
berangkatlah gadis tersebut tinggalkan tempat semula.
---ooo0dw0ooo--- Setiba disuatu rumah makan kecil, mereka cari tempat dan
duduk disitu. Dengan perasaan mendongkol Pek li Peng segera menegur,
"Ada urusan apa engkau suruh aku datang kemari?"
Pria itu tersenyum. "Masa engkaupun berani bersikap begitu galak terhadap
toakoku?" Pek li Peng nampak tertegun, kemudian sahutnya,
"Selamanya aku tak pernah bersikap galak terhadap
dirinya" "Engkau kenal siapakah orang yang menunggang kuda dan
berjalan dipaling depan tadi?" tanya pria itu sambil tertawa
ewa. "Siapakah dia?"
"Tan Hiong Ciang, murid kepala dari Shen Bok Hong !"
"Aduh celaka toako melakukan perjalanan bersama-sama
dia bukankah itu berarti keadaannya sangat berbahaya" Kita
harus segera melakukan pengejaran"
Tapi pria itu segera gelengkan kepalanya.
"Kalau toako membutuhkan bantuan kita dia sudah pasti
akan memberi tanda, kalau memang tidak memperkenankan
kita ikut serta itu berarti bahwa dia tidak membutuhkan
bantuan kita" "Aku lihat engkau Tu Kiu masih belum bisa memahami
kecerdikan Sang Pat...", seru Pek li Peng dengan gusar.
Tu Kiu segera tersenyum, selanya.
"Sedari kapan sih aku yang jadi adik bisa menangkan sang
kakak" Tentu saja aku bukan apa-apa kalau dibandingkan
dengan Sang Pat." "Hmm! Engkau tak kenal budi tidak setia kawan engkau
tidak punya perasaan !"
Beberapa patah kata makian itu kedengaran sangat berat
membuat Tu Kiu jadi tertegun, sesaat kemudian dia baru
dapat berkata, "Semua orang mengatakan aku Leng bin tiat pit pit baja
bermuka dingin tak punya perasaan, itu memang benar aku
tak berperasaan, tapi kalau mengatakan aku tak setia kawan,
aku protes sekeras-kerasnya tuduhan tersebut!"
"Kalau engkau setia kawan dan berperasaan, mengapa
menyaksikan toako sendiri menempuh bahaya dan terancam
oleh maut, engkau malah berpeluk tangan belaka dan tidak
berani untuk memberi pertolongan?"
"Ooooh...! Rupanya engkau maksudkan demikian..." seru
Tu Kiu sambil tersenyum. Setelah berhenti sebentar, sambungnya,
"Ilmu silat yang dimiliki Siau toako sangat lihay, dia telah
melarang kita untuk pergi kesana, kalau kita bersikeras untuk
membuntutinya, bukan saja tak dapat memberi bantuan
kepadanya malahan kemungkinan besar akan merepotkan
toako sendiri" Tiba-tiba Pek li Peng bangkit berdiri dan berkata,
"Hmm..! berbicara dengan dirimu tiada pemecahan yang
berhasil diperoleh, kalau engkau tak mau pergi, biarlah aku
pergi seorang diri" "Tunggu sebentar!", seru Tu Kiu dengan gelisah, cepat2 ia
menghadang jalan pergi gadis itu.
"Ada apa?" teriak Pek li Peng dengan gusar, "ingin
berkelahi dengan aku?"
"Berkelahi sih tidak berani, cuma ada beberapa kata ingin
kusampaikan kepadamu, bagaimana kalau engkau dengarkan
dahulu sampai selesai kemudian baru pergi?"
"Baiklah! Kalau begitu cepatlah katakan keluar, sebab aku
tidak ada banyak waktu untuk mendengarkan ocehanmu itu!"
"Baik! Singkatnya saja kukatakan, pertama ia tidak
memperkenankan nona pergi, kalau nona bersikeras mengikuti
dirinya maka itu berarti engkau tak bersedia mendengarkan
perkataannya, apakah tindakanmu ini tidak akan
menggusarkan hatinya..."
"Tentang soal ini....." Pek li Peng tampak tertegun.
"Kedua" sambung Tu Kiu lebih jauh, "andaikata dia
mempunyai rencana bagus, dan oleh karena kedatangan nona
hingga mengalam kegagalan, bagaimanakah pertanggung
jawaban nona?" Perlahan-lahan Pek li Peng duduk kembali diatas kursi,
katanya, "Jadi menurut perkataanmu, aku tak boleh mengikuti
dirinya?" "Tentu saja tidak boleh"
"Sekalipun kita tak boleh ikut, tapi bagaimanapun juga
harus mencari akal untuk segera diam-diam memberi
sambutan kepadanya, hingga bila terjadi sesuatu yang tidak
diinginkan kita sudah bersiap sedia."
Melihat sikap gadis tersebut, diam-diam Tu Kiu berpikir
dalam hati kecilnya, "Dalam hatinya ia terlalu memikirkan tentang keselamatan
toako, bahkan memandang jiwa toako jauh lebih penting
daripada dirinya , aku rasa susah menasehati orang semacam
ini, aku harus berusaha untuk menenteramkan dahulu
kegugupan dan kecemasan hatinya"
Berpikir sampai disitu perlahan-lahan ia berkata,
"Bu Wi tootiang mempunyai banyak akal dan cerdas mari
kita cari dia untuk merundingkan persoalan ini siapa tahu
kalau dia dapat mencarikan akal buat kita?"
"Kalau memang begitu, ayoh kita berangkat sekarang juga
!" kata Pek li Peng sambil bangkit berdiri dan berlalu lebih
dahulu dari ruangan tersebut, ..........................
Sementara itu Siau Ling dan Tan Hiong Ciang telah
meninggalkan kota Tiang sah.
Ditengah jalan tiba-tiba Tan Hiong Ciang menahan tali les
kudanya untuk melambatkan lari kuda tunggangannya
kemudian berkata, "Bagaimana kalau kita berkunjung lebih dahulu kekuil Pek
in koan?" "Tentang soal itu terserah pada sau cungcu sendiri cuma
aku berharap bisa dengan cepat mengunjungi basis utama
kekuatan perkampungan Pek hoa sancung dikota Tiang sah ini
agar sau cungcu pun bisa secepatnya memperoleh
kemerdekaan kembali"
"Baiklah ! kalau begitu kita berangkat secepatnya"
Sambil memutar arah kudanya berangkatlah mereka
menuju kekuil Pek in koan.
Komplek kuil Pek in koan luas sekali banyak sekali para
peziarah yang bersembahyang ditempat itu sepintas
memandang siapapun tak akan menyangka kalau tempat ini
merupakan pusat kegiatan orang-orang dari perkumpulan Pek
hoa sancung. Diluar kuil Siau Ling dan Tan Hiong Ciang turun dari kuda
dan berjalan masuk kedalam kuil tersebut.
Setelah menembus empat buah halaman rangkap,
sampailah mereka didepan sebuah halaman yang amat sunyi,
sebuah pintu kayu tertutup rapat dan kecuali itu tak nampak
bangunan lain. Dalam seluruh komplek kuil Pek in koan, halaman itu
letaknya tersendiri dan sama sekali tidak berhubungan
dengan bagian bangunan lainnya.
Setiba didepan pintu, Tan Hiong Ciang mengetuk gelang
tersebut sebanyak sembilan kali.
Siau Ling yang menyaksikan hal itu, diam-diam berpikir,
"Oooh..! rupanya, dalam hal mengetuk pintu pun mereka
mempunyai kode rahasia tertentu."
Lewat beberapa saat kemudian, dari dalam pintu
berkumandang suara teguran seseorang dengan suara lirih,
"Siapa diluar" Pintu dibuka dan muncullah seorang pria baju hijau
menghadang didepan pintu.
Ketika orang itu mengetahui bahwa orang yang berada
dihadapannya adalah Tan Hiong Ciang mukanya yang dingin
ketus segera berubah jadi ramah dan penuh senyum dikulum,
"Hamba menjumapi sau cungcu!"
"Tak usah banyak adat, apakah Seng lo enghiong berada
disini!" "Barusan saja komandan Seng mendapat surat lewat
burung merpati dan sudah berlalu dari sini."
Tan Hiong Ciang segera melangkah masuk kedalam
halaman, kembali ia bertanya,
"Siapa yang berada disini?"
Buru-buru pria baju hijau itu menutup kembali pintunya
dan membuntuti disamping Tan Hiong Ciang, mendapat
pertanyaan itu dia segera menjawab,
"Wakil komandan Khong Siang!"
"Bagus laporkan kedalam dan katakan kalau aku ada
urusan hendak menghadap dirinya"
Pria baju hijau itu mengiakan buru-buru ia berlalu dari situ.
Tan Hiong Ciang segera memperlambat kakinya dengan
suara rendah bisiknya, "Terpaksa aku harus mengurangi ruang gerakmu, engkau
hanya boleh memeriksa, melihat dan mendengar, janganlah
berusaha menimbrung atau menyela pembicaraan kami"
"Sau cungcu tak usah kuatir, aku bisa tutup mulut dan
mengurangi pembicaraan yang tak berguna".
Sementara pembicaraan masih berlangsung, tiba2
tampaklah pria baju hijau itu dengan membawa seorang pria
setengah baya berusia empat puluh tahunan muncul dari
ujung halaman. Dalam hati Siau Ling segera berpikir
"Rupanya kedudukan Tan Hiong Ciang dalam
perkampungan Pek hoa Sancung pada saat ini tidak
rendah...." Sementara ia masih termenung, orang tadi sudah
menghampiri mereka berdua.
Pria itu segera memberi hormat dan berkata
"Khong Siang menjumpai sau-cungcu!"
"Tak usah banyak adat, apakah Seng heng tidak berada
disini?" "Komandan Seng sudah pergi karena mendapat panggilan
lewat burung merpati, untuk sementara waktu tempat ini
diurus oleh siau te!"
"Ada berapa orang pembantu yang berada disini?"
"Kecuali Komandan Seng, masih ada dua belas orang
banyaknya" "Apakah mereka berada disini semua?"
"Kecuali Tiau Coan dan Keng Gak yang sedang mendapat
tugas diluar, yang lain semuanya masih berada didalam kuil"
Diam2 Siau Ling mengawasi keadaan disekeliling tempat
itu, dia lihat ditengah halaman yang kecil penuh ditumbuhi
pepohonan yang rindang sehingga membuat pemandangan
indah menawan, kecuali ruang tengah di kedua belah sisinya
terdapat pula serangkaian bilik.
Tampak Khong Siang memberi homrmat dan berkata,
"Sau cungcu, silahkan masuk kedalam ruangan untuk
minum teh!" Tan Hiong Ciang mengangguk, sambil melangkah masuk
kedalam ruangan tanyanya "Beberapa waktu belakangan ini apakah dalam kuil Pek-inkoan
terdapat perubahan?"
"Komandan Seng melarang semua anak buahnya untuk
bergerak ditempat luaran, apabila bukan sedang melepaskan
tugas siapa pun dilarang meninggalkan halaman ini barang
selangkahpun, karena itu beradanya kami ditempat ini boleh
dibilang sangat rahasia..."
"Kiranya begitu...." sela Tan Hiong Ciang, setelah berhenti
sebentar sambungnya lagi "Sudah lamakah komandan Seng pergi memenuhi
undangan?" "Kurang lebih setengah jam berselang"
Tan Hiong Ciang berpaling memandang sekejap kearah
Siau Ling, kemudian sambil alihkan sorot matanya kearah
Khong Siang dia berkata, "Secara kebetulan saja aku lewat disini maka sengaja aku
berkunjung untuk menengok keadaan kalian semua, apabila
tak ada urusan lain aku akan mohon diri lebih dahulu"
Khong Siang termenng sebentar, kemudian menjawab
"Persoalan sih ada, cuma mungkin sau cungcu telah
mengetahuinya" "Persoalan apa?"
"Persoalan mengenai Su-hay Kuncu !"
Tan Hiong Ciang alihkan sorot matanya ketika melihat
sepasang mata Siau Ling sedang menatap kearahnya terpaksa
Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ia bertanya "Kenapa dengan Su-hay Kun cu ?"
"Su-hay Kun cu telah mengutus Siau yau cu datang kemari
!" "Apa yang mereka bicarakan ?"
"Banyak sekali yang mereka bicarakan dengan komandan
Seng dan aku hanya sempat mendengar sedikit saja agaknya
mereka berkata bahwa Siau Ling telah berhasil ditangkap
dalam keadaan hidup"
Mendengar perkataan itu, diam-diam Tan Hiong Ciang
memaki dalam hati kecilnya,
"Ngaco belo tidak karuan Siau Ling berada disisiku
sekarang juga siapa bilang ?a sudah kena ditangkap dalam
keadaan hidup-hidup ?""
Dalam hati berpikir demikian diluaran dia bertanya dengan
dingin "Bisa dipercayakah kabar berita itu ?"
"Bisa dipercaya atau tidak aku tidak berani memastikan "
"Apakah masih ada persoalan lain?""
"Tidak ada!" jawab Khong Siang sambil gelengkan
kepalanya. "Kalau memang begitu, aku akan pergi dahulu !" ujar Tan
Hiong Ciang sambil bangkit berdiri.
Khong Siang bangkit untuk menghantar, setibanya didepan
pintu halaman Tan Hiong Ciang segera berpaling sambil
berkata, "Khong heng tak usah menghantar lebih jauh:'
"Sepantasnya aku menghntar sau cungcu lebih jauh, tetapi
Komandan Seng telah memberi peraturan yang ketat, karena
itu terpaksa aku turut perintah"
"Engkau tak usah menghantar lagi....." sambil putar badan,
dengan langkah lebar orang she Tan itu berlalu dari situ.
Siau Ling mengikuti dibelakangnya, dalam beberapa waktu
kemudian kedua orang itu sudah keluar dari kuil Pek in koan.
Para jemaah yang bersembahyang dalam kuil itu banyak
sekali, manusia berlalu lalang tiada lentinya dengan suara
gaduh siapapun tak akan menduga kalau kuil Pek in koan
dengan jemaah yang begitu banyak, sebenarnya adalah
tempat basis kekuatan dan orang2 perkampungan Pek hoa
san cung. Setelah keluar dari kuil Pek in koan, Tan Hiong Ciang dan
Siau Ling mendapatkan kuda mereka masih tertambat
ditempat semula. Siau Ling pun menolong Tan Hiong Ciang naik keatas
pelana kuda, sambil memayang tubuhnya ?a berbisik
"Ehmm! kerja samamu benar2 sangat bagus"
"Setelah aku menyanggupi dirimu, tentu saja aku akan
berusaha dengan sepenuh tenaga, cuma akupun
mengharapkan agar engkau juga pegang jauji"
"Tentang soal itu engkau tak perlu kuatir, asal engkau tidak
mempertunjukkan permainan setan, akupun akan tetap
memegang janji Setelah berhenti sebentar, sambungnya lebih jauh
"Sekarang kita akan pergi kemana?"
"Aku akan membawa engkau untuk berkunjung ketempat
tinggal guruku..." Sambil berkata, ia larikan kudanya menuju kedepan.
Siau Ling segera membuntuti dibelakang pria tadi dan
meneruskan perjalanannya lebih jauh.
Beberapa waktu kemudian mereka sudah menempuh jarak
sejauh dua puluh li lebih, sampailah kedua orang itu didepan
sebuah perkampungan kaum tani.
Dengan seksama Siau Ling mengamati sekeliling tempat
itu, ?a lihat perkampungan itu merupakan gabungan dari
rumah2 gubuk yang disekelilingnya dipagari bambu.
Tan Hiong Ciang segera larikan kudanya menuju kepintu
pagar tersebut... Ketika kuda mereka sudah hampir mendekati
perkampungan itu, tiba2 pintu pagar membuka dengan
sendirinya. Dalam hati Siau Ling segera berpikir
"Sepintas lalu perkampungan ini nampaknya sama sekali
tidak memperoleh penjagaan, tapi dalam kenyataan
dimanapun ada penjaga yang mengawasi gerak gerik orang..."
Berpikir sampal disitu, ia segera mengempit perut kuda dan
larikan binatang itu masuk kedalam pagar mengikuti
dibelakang Tan Hiong Ciang.
Dua orang pria berpakaian ringkas meloncat diluar dan kiri
kanan dimana masing masing orang segera menahan tali les
kuda tersebut, Diam-diam Tan Hiong Ciang menggigit bibir sambil turun
dari atas punggung kudanya ?a bertanya
"Dimanakah Toa cungcu ?"
Pria baju hijau yang ada disebelah kiri segera memberi
hormat dan menjawab "Toa cungcu telah tinggalkan tempat ini...."
Sorot matanya yang tajam mengawasi Siau Ling tanpa
berkedip sikapnya penuh rasa curiga.
Tan Hiong Cing segera mendehem ringan dan berkata,
"Saudara Pak ini ada urusan hendak menghadap toa
cungcu !" Dua orang pria berpikaian ringkas itu segera mengangguk
dengan menunggang kedua ekor kuda itu mereka masuk
kedalam sebuah rumah gubuk.
"Pak heng" bisik Tan Hiong Ciang kemudian dengan suara
lirih " harap engkau suka mengikuti dibelakang, tempat ini
mempunyai penjagaan yang ketat sekali, salah satu langkah
saja kemungkinan besar jiwamu akan terancam maya bahaya"
"Terima kasih atas perhatian dari Tan heng!"
Diam-diam awasi sekeliling tempat itu, tampaklah suasana
ditempat penjuru sunyi senyap tak kedengaran sedikit
suarapun, juga tak nampak sesosok bayangan manusiapun,
hanya hembusan angin yang menyibakkan daun dan ranting
saja yang memperdengarkan desiran lirih:
Dengan langkah lebar Tan Hiong Ciang berjalan menuju
kerumah gubuk yang berada ditengah.
Siau Ling mengikuti dibelakang Tan Hiong Ciang dan
mengejar masuk kedalam ruangan.
Bayangan manusia berkelebat lewat, empat orang pria
berpakaian ringkas munculkan diri dari balik ruangan dan
menghadang jalan pergi kedua orang itu, sambil memberi
hormat mereka menyapa, "Sau cungcu...!"
"Sudah berapa lama toa cungcu pergi dari sini?"
"Sudah pergi kurang lebih satu jam lamanya" jawab pria
yang ada diujung kiri. Meskipun keempat orang itu bersikap sangat menghormat
terhadap Tan Hiong Ciang tetapi tak seorangpun diantara
mereka yang menyingkir untuk memberi jalan.
"Sekarang siapa yang bertanggung jawab ditempat ini ?"
"Ji cungcu!" "Aku mau masuk kedalam apakah kedatanganku juga perlu
dilaporkan lebih dahulu?"
"Sau cungcu sendiri tentu saja tak usah, tapi saudara ini
...." "Pak heng ini adalah sahabat karibku", tukas Tan Hiong
Ciang dengan cepat. "Ia datang bersama-sama sau cungcu sebenarnya tidak
pantas kalau kuhalangi jalan perginya tapi apa boleh buat "
peraturan yang ditetapkan cungcu ketat sekali dan harus
dipegang teguh harap sau cungcu berserdia memberi maaf"
Tan Hiong Ciang tertawa dingin.
"Baik cepatlah kalian masuk kedalam untuk memberi
laporan" Pria yang ada disebelah kiri itu segera memberi hormat dan
berlalu dari situ. Sedangkan tiga orang pria lainya masih tetap menghalangi
jalan pergi kedua orang itu
Siau Ling yang menyaksikan kejadian itu, segera berpikir
dalam hati kecilnya, "Peraturan yang ditelapkan Shen Bok Hong benar2 ketat
sekali, sampai2 anak murid sendiripun harus menuruti
peraturan!" Beberapa saat kemudian, pria tadi telah muncul kembali
sambil berkata "Ji cungcu mempersilahkan kalian berdua untuk masuk
kedalam" Sambil berkata, keempat orang itu bersama2 menyingkir
kesamping dan menyelinap kebelakang pintu.
Siau Ling segera mengikuti dibelakang Tan Hiong Ciang
berjalan masuk kedalam ruangan.
---oo0dw0oo--- Jilid: 21 SESUDAH melewati gubuk tadi, dibelakang adalah sebuah
jalan kecil yang beralaskan pasir putih.
Dengan pandangan mata yang tajam Siau Ling mengawasi
keadaan disekitar tempat itu, terlihat olehnya dikedua belah
sisi jalan beralas pasir putih itu merupakan sebuah pagar
bambu yang tingginya mencapai satu tombak, setiap satu
tombak berdirilah seorang pria berpakaian ringkas menjaga
keamanan. Panjang jalan kecil itu delapan tombak, pada ujung jalan
merupakan sebuah rumah gubuk yang besar sekali.
Empat orang pria bersenjata lengkap berdiri didepan pintu.
Rupanya keempat orang pria bersenjata itu mengenal diri
Tan Hiong Ciang, mereka segera memberi hormat sambil
berkata "Menemui saucungcu"
Meskipun mereka berempat bersikap amat menghormat
terhadap saucungcu nya ini, tetapi seperti halnya dengan
empat orang pria pertama tadi, tak seorangpun diantara
mereka yang menyingkir dari tengah jalan.
"Harap kalian suka memberi laporan kepada Ji-cungcu,
katakanlah aku datang berkunjung " ujar Tan Hiong Ciang
kembali. Sebelum pria itu sempat menjawab, Ciu Cau Liong sudah
munculkan diri sambil menyapa :
"Hian tit..." Tiba tiba sorot matanya dialihkan keatas wajah Siau Ling
sambil bertanya : "Siapa orang itu?""
"Dia she Pek, seorang sahabat karib siau-tit!"
"Silahkan duduk diluar saja! tempat ini tidak sesuai untuk
menerima tamu" jawab Ciu Cau Liong kemudian dengan wajah
serius. "Ia datang bersama Sau-tit, karena ada urusan hendak
menjumpai toa cungcu"
"Tapi suhumu telah berangkat tinggalkan tempat ini!"
Tan Hiong Ciang melirik sekejap kearah Siau Ling,
kemudian dengan suara rendah bisiknya kepada Ciu Cau
Liong: "Paman Ciu, kedatangannya kemari adalah untuk
mengunjungi guruku, rasanya kita tak enak untuk menyia
nyiakan harapan hatinya . . "
Ciu Cau Liong termenung dan berpikir sebentar, kemudian
jawabnya: "Baiklah ! suruh dia masuk kedalam tetapi dilarang
menengok kekiri ataupun kekanan juga dilarang banyak
bertanya !" Tan Hong Ciang segera berpaling kearah Siau Ling dan
berkata : "Inilah peraturan dari perkampungan kami terpaksa Pek
heng harus turut peraturan itu "
Siau Ling kuatir Ciu Cau Liong mengenali suaranya ia tak
berani menjawab dan terpaksa hanya mengangguk belaka.
Ciu Cau Liong segera membentak lirih :"Kalian boleh
menyingkir!" Keempat orang pria bersenjata itu mengiakan dan
bersama-sama menyingkir kesamping.
"Siau-te akan membawakan jalan bagi Pek heng !" ujar
Tan Hiong Ciang sambil berpaling dan memandang
sekejap kearah Siau Ling, kemudian ia berjalan lebih dahulu
kedalam. Siau Ling tetap tidak membuka suara, dengan mulut
membungkam pemuda itu membuntuti dibelakang pria
tersebut. Ciu Cau Liong berdiri disamping pintu, setelah melihat
kedua orang itu masuk kedalam ruangan, ia segera menutup
pintu rapat2, kemudian secara tiba2 tangannya berkelebat
mencengkeram urat nadi pada tangan kiri Pemuda she-Siau.
Kendatipun Siau Ling secara diam2 sudah bikin persiapan,
namun dia membiarkan tangannya dicengkeram orang.
Ketika mendengar suara berisik, Tan Hiong Ciang berhenti
dan segera berpaling kebelakang, memasang matanya dengan
tajam mengawasi perubanan wajah Siau Ling.
Tampak olehnya air muka sianak muda itu masih tetap
tenang dan sedikitpun tidak nampak kaget atau gugup,
rupanya ia sudah mempunyai keyakinan dalam hatinya.
Setelah melihat hal itu, ia baru berpaling kearah Ciu Cau
Liong sambil menegur : "Paman Ciu sebenarnya apa maksudmu?"
"Heehhh.....heehhh.....heehhh hian-tit sahabatmu ini
sangat mencurigakan hatiku" kata Ciu Cau Liong sambil
tertawa dingin. Tan Hiong Ciang tertawa ewa.
"Selamanya dia memang tidak suka bicara tetapi itu bukan
berarti mulutnya bisu "
"Bagaimanapun juga sudah sepantasnya kalau dia
mengucapkan beberapa patah kata agar aku bisa mendengar
suaranya " Dengan suara yang parau dan kasar Siau Ling segera
berseru : "Ji cungcu, beginikah caramu untuk menyambut
kedatangan seorang tetamu ?"
Perlahan-lahan Ciu Cau Liong melepaskan cengkeramannya
pada nadi Siau Ling sambil tersenyum ujarnya :
"Maafkanlah daku !"
Dengan melewati didepan Tan Hiong Ciang ia berjalan lebih
dahulu masuk kedalam ruangan.
"Syukur lolos..." bisik Siau Ling dalam hati, ia segera
menyusul dipaling belakang.
Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ciu Cau Liong membawa kedua orang itu menuju kedalam
sebuah ruangan besar. Ruangan itu sangat gelap dan tertutup rapat, sebagai
penerangan hanya disulut dua batang lilin.
Kursi diatur disekeliling ruangan, ketika itu sudah ada enam
orang yang hadir disitu, Ciu Cau Long segera ambil tempat duduk dikursi utama,
kepada Tan Hiong Ciang bisiknya :
"Duduklah disini, kami sedang merundingkan suatu
masalah yang amat penting sekali"
Tan Hiong Ciang segera duduk disebuah kursi kosong
didekatnya, dan Siau Ling menempati disamping orang itu.
Setelah duduk, sorot matanya yang tajam secara diam2
baru mengawasi sekejap wajah orang yang hadir dalam
ruangan itu. Terlihatlah diantara keenam orang itu terdapat seorang
kakek gemuk pendek yang memakai baju biru, wajahnya mirip
dengan Seng sam-koay. Disampinnya adalah seorang nenek tua, dia bukan lain
adalah Tong Lo-thay thay dari propinsi Suchuan.
Empat orang yang lainnya adalah pria2 berbaju merah.
Pakaian yang dikenakan keempat orang itu sama semua,
paras muka mereka pun sama, pucat pias bagaikan mayat dan
sama sekali tidak ada perasaan sedikitpun.
Sesudah mengamati keempat orang pria baju merah itu
beberapa saat lamanya, mendadak satu ingatan berkelebat
dalam benak Siau Ling, secara tiba2saja ia teringat akan
kedelapan orang bayangan darah dari Shen Bok Hong, segera
pikirnya : "Kalau ditinjau tampang dari keempat orang ini, rupanya
mereka adalah orang2 dari delapan bayangan darah ciptaan
gembong iblis tersebut, masa Ciu Cau Liong punya
kemampuan untuk memberi petunjuk dan perintah kepada
empat orang ini..." Sementara dia masih berpikir, terdengar Ciu Cau Liong
telah berkata : "Apa yang diucapkan Seng-heng tadi, apakah tak bakal
salah lagi?" "Tak bakal salah" jawab Seng sam koay, "aku telah menulis
surat kepada Shen toa-cungcu dan menuturkan pula semua
kejadian dengan se-jelas2nya"
"Berhubung ada sesuatu urusan penting Toa cungcu harus
segera tinggalkan tempat ini, sebelum berangkat ia telah
berpesan kepadaku agar membicarakan persoalan ini secara
seksama dengan diri Seng-heng..."
"Setelah aku mengadakan pembicaraan dengan Siau-yau
cu, seketika itu juga kutulis sepucuk surat rahasia dengan
memerintahkan Tiau Coan Kong Gak untuk menyampaikan
kepada sau-cungcu agar diserahkan kepada Shen Toa
cungcu,siapa tahu baru saja kedua orang itu kuutus, surat
panggilan dari Shen toa-cungcu telah kuterima, terpaksa aku
berangkat kemari dengan ter buru2..."
"Setelah toa-cungcu melepaskan merpati untuk
mengundang kedatangan Seng heng, tiba2 ia mendapat
panggilan dari seorang sahabat karibnya yang sudah puluhan
tahun lamanya tak pernah bertemu, karena itu buru2 ia
berangkat, toa cungcu telah berpesan kepadaku agar
merundingkan persoalan ini dengan Seng-heng secara baik2"
"Ketika Siau yau cu membicarakan persoalan itu dengan
diriku, sikapnya amat jujur dan bersungguh sungguh,
keadaannya yang terdesak memaksa dia mau tak mau harus
bekerja sama dengan pihak kita..."
"Baik kecerdasan maupun ilmu silat yang dimiliki toa
cungcu benar benar luar biasa dan sukar ditemui dikolong
langit dalam seratus tahun terakhir ini, ada dia disini maka
urusan yang bagaimana besarpun dalam waktu singkat bisa
diputuskan, lain halnya dengan diriku, aku harus peras otak
setengah mati lebih dahulu untuk memikirkan persoalan itu,
kemudian setelah yakin tak akan gagal baru berani
diputuskan" "Sebelum toa cungcu berlalu, apa yang dipesankan" "tanya
Seng Sam koay lagi. "Karena peristiwa itu terjadi sangat mendadak dan lagi
sangat terburu maka dia hanya berpesan sepatah kata saja."
"Apa pesan toa cungcu?"
"Dia bilang, persoalan mengenai masalah yang dibicarakan
mengenai Seng heng dengan Siau yau cu hendaknya
dirundingkan kembali antara aku dengan Seng heng sebelum
dilaksanakan. "Itu berarti dia telah memberikan hak penuh kepada Jicungcu
untuk menyelesaikan persoalan ini ?"
"Berarti juga dibalik persoalan ini masih ada bagian yang
perlu dirundingkan lebih jauh atau dengan perkataan lain kita
tak boleh bertindak secara gegabah... .,"
"Lalu Ji cungcu bersiap sedia hendak menyelesiakan
persoalan ini secara bagaimana?"
Ciu Cau Liong tersenyum. "Kesempatan untuk menjadi nelayan yang beruntung masih
belum tiba menurut pendapatku lebih baik semua rencana
dilaksanakan menurut maksud hati Seng heng hanya ada satu
hal harus kita rubah lebih dahulu "
"Bagian yang mana ?"
"Persoalan tentang tindakan kita menghantam mereka
secara diam diam lebih baik untuk sementara waktu ditunda
lebih dahulu daripada rahasia ini sampai diketahui mereka
hingga mengakibatkan perpecahan yang tidak diinginkan
selama Toacungcu ada disini tentu saja kita tak usah takuti
mereka, tapi dalam keadaan demikian mungkin kita masih
belum mampu untuk menghadapi mereka"
"Aku setuju sekali dengan pendapat dari Ji- cungcu!"
"Bagus sekali, persoalan lain kita laksanakan menurut
rencana semula..." "Biarkan saja mereka bertempur sengit lebih dahulu dengan
pihak partai Bu-tong sesuai dengan rencana yang diatur Toa
cungcu, cuma setelah ji-cungcu merubah rencana, entah
bagian rencana ini perlu diperbaiki lagi atau tidak?"
Ciu Cau Liong termenung dan berpikir beberapa saat
lamanya, setelah itu dia menjawab :
"Untuk mendapat kepercayaan dari Siau-yau cu, menurut
pendapatku lebih baik Seng-heng memimpin sebagian jago
kita untuk memberikan bantuan kepadanya, cuma kalian baru
boleh turun tangan andaikata pertarungan mereka sudah
mencapai puncak kritis, selama toa cungcu tidak berada disini,
aku tidak mengharapkan ada kekuatan dari pihak kita yang
menderita luka ataupun cedera"
"Susunan rencana dari Ji cungcu sempurna sekali, aku
merasa amat kagum..." puji Seng Sam-koay.
Sorot matanya dialihkan kearah Tan-Hiong Ciang dan
menambahkan : "Mengenai persoalan ini apakah sau cung cu ada pendapat
lain?" Tan Hiong Ciang segera bangkit berdiri dan menjawab:
"Kalau memang suhu ada pesan dan paman Ciu telah
menyusun rencana sebaik baiknya aku bersedia untuk maju
kegaris depan" Mendengar perkataan itu Seng Sam koay segera tertawa,
"Dalam persoalan semacam ini, aku tak berani merepotkan
diri sau-cungcu ...... " serunya.
Tiba tiba terdengar suara yang berat dan dalam
berkumandang datang : "Lapor Ji cungcu !"
"Ada urusan apa?"
"Kim Hoa Hujin mohon bertemu !" Air muka Tan Hiong
Ciang berubah hebat segera serunya :
"Ji-cungcu sedang repot dan banyak urusan sekarang tak
ada waktu untuk bertemu besok saja suruh dia datang lagi "
"Hamba telah menolak kedatangannya tapi ia berkata
bahwa kedatangannya membawa berita rahasia yang amat
besar katanya bagaimanapun juga dia harus bertemu dengan
ji-cungcu !" Tan Hiong Ciang yang ketakutan jadi gusar, bentaknya:
..Kurang ajar, Kim Hoa hujin berani main paksa"
dianggapnya peraturan dari perkampungan Pek hoa san cung
sama sekali tidak berlaku baginya..."
" Dia adalah tamu terhormat dalam perkampungan kita
"sela Ciu Cau Liong dari samping, keadaannya tentu seja jauh
berbeda untung masalah besar yang kita bicarakan telah
selesai, suruh saja dia masuk kedalam."
Melihat Ciu Cau Liong sudah menyetujui walaupun dalam
hati Tan Hiong Ciang merasa tidak tenteram tapi diapun tidak
berani banyak bicara lagi.
"Persilahkan dia masuk kedalam", seru Ciu Cau Liong
kemudian dengan suara lantang.
Orang itu mengiakan dan segera berlalu.
Beberapa saat kemudian Kim Hoa Hujin dengan wajah
penuh senyuman berjalan masuk kedalam ruangan.
Dengan biji mata yang jeli dia menyapu sekejap seluruh
ruangan tersebut kemudian sambil tertawa serunya:
"Ciu Ji-cungcu aku lihat lagakmu jauh lebih besar dari pada
Shen toa cungcu sendiri."
Rupanya Ciu Cau Liong Segan untuk menghadapi
perempuan yang penuh dengan mahkluk beracun serta
berkepandaian tinggi itu dia tertawa ewa dan menjawab:
"Hujin suka amat bergurau!"
"Apa yang kukatakan adalah kata2 yang sesungguhnya''
kata Kim Hoa hujin dengan nada dingin, "jika Shen toa cungcu
berada disim, kalau aku hendak menjumpai dirinya maka hal
itu bisa kulakukan deagan gampang sekali, tetapi sekarang
untuk menjumpai engkau Ciu Ji cungcu saja harus memakai
tunggu diluar pintu dan memberi laporan lebih dahulu..Hmm!"
Sorot matanya segera dialihkan keatas wajah Tan Hiong
Ciang, sambil ulapkan tangannya ia menyapa:
"Sau cungcu, baik baikkah engkau" sudah lama kita tak
pernah berjumpa muka."
Tan Hiong Ciang kuatir sekali kalau dia mengungkap
tentang persoalannya dengan Siau Ling namun dalam
kenyataan ternyata Kim Hoa Hujin sama sekali tidak menyinggung
barang sepatah katapun hal itu membuat hatinya jadi
lega sambil tersenyum sahutnya :
"Hujin baik2kan engkau!"
"Hujin, ada laporan rahasia apa yang hendak kau
sampaikan" sekarang juga engkau boleh katakan "ujar Ciu
Cau Liong kemudian. Kim Hoa Hujin mendehem ringan, lalu menjawab:
"Hmm! kalau aku tidak mengatakan ada urusan penting
yang hendak disampaikan mungkin Ji cungcu tidak akan
menemui diriku" "Hujin terlalu serius memandang persoalan ini "seru Ciu
Cau Liong sambil tersenyum.
Tiba2 Seng Sam Koay bangkit berdiri dan memberi hormat
kepada Ciu Cau Liong, katanya:
"Hamba akan berangkat selangkah lebih duluan"
"Seng heng silahkan berangkat lebih dahulu!
"Maaf! ", dengan langkah lebar Seng Sam Koay segera
berjalan menuju keluar. Kim Hoa Hujin tepat berdiri didapan pintu dan menghadang
jalan pergi Seng Sam Koay ketika melihat orang itu berjalan
mendekat ternyata perempuan yang berasal dari wilayah Biau
ini sama sekali tidak berkutik dari tempat semula.
Seng Sam koay dibuat apa boleh buat, terpaksa dia
menjura sambil memohon. "Hujin, bersediakah engkau menyingkir ke samping dan
memberi jalan kepadaku"''
Kim Hoa hujin tidak menyingkir, sebaliknya berkata dengan
suara berbisik. "Aku melihat sekawanan hweesio sudah tiba dikota Tiang
sah!'' "Hweesio apa" "
"Hweesio yaa hweesio, darimana aku bisa tahu hweesio
apaan mereka itu...?"
"Berapa banyak rombongan padri itu?" tanya Ciu Cau
Liong. "Lima orang, dua orang sudah tua dan tiga orang masih
muda." perempuan itu tersenyum sambungnya kembali:
"Cuma yaag mudapun sudah berumur antara empat sampai
lima puluh tahunan!"
"Berapa usia yang tua?"
"Dua orang hwesio itu paling sedikitpun telah berusia tujuh
delapan puluh tahunan."
"Apakah mereka adalah para padri dari gereja Siau lim si?"
diatas wajah mereka toh tak ada tulisan dan akupun tidak
bertanya kepada mereka darimana aku bisa tahu kalau dia
berasal dari gereja Siau-lim-si atau bukan?"
Ciu Cau Liong tertawa getir, "Hujin suka amat bergurau..."
Dia mendehem ringan, lalu menyambung lebih jauh :
"Apakah mereka pandai bersilat atau tidak, aku rasa hujin
pasti dapat mengetahui bukan?"
"Menurut pengamatanku, mereka semua adalah jago2
kelas satu didalam dunia persilatan"
"Waah...! kalau begitu mereka pastilah jago2 lihay dari
gereja Siau-lim si" bisik Seng Sam Koay.
"Ji cungcu, aku rasa kabar berita ini pasti sudah engkau
ketahui bukan..." "Tidak tahu, setelah mendengar perkataan dari hujin, aku
baru mengetahui akan berita ini"
"Sungguh aneh!" seru Kim Hoa Hujin dengan cepat, "
bukankah pihak Perkampungan Pek-hoa san cung kita telah
menyebar begitu banyak mata2 dalam kota Tiang-sah, kenapa
persoalan besar ini tidak mereka laporkan kemari"''
"Mungkin saja pemberitaan mereka datangnya terlambat
dan tak bisa memadahi kecepatan gerak hujin!"
Siau Ling yang mengikuti kejadian itu, dalam hati diam2
berpikir: "Kim Hoa hujin amat gemar menggoda dan
mempermainkan orang, apalagi saat ini Shen Bok Hong tidak
berada disini, Ciu Cau Liong semakin pusing menghadapi
dirinya, entah pemberitaannya itu benar atau tidak?"
Sementara itu terdengar Kim Hoa Hujin berkata kembali
setelah hening sejenak : "Setelah kutemui jejak hweesio gundul itu, aku berkeliling
pula mengitari kota Tiang-sah lebih dahulu sebelum datang
Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kemari, kalau mereka akan memberi laporan semestinya
sudah datang kemari, aku pikir mereka pasti tidak
melihatnya!" "Aaah! tidak mungkin?"
Kim Hoa Hujin tertawa ewa.
"Baiklah! kalau begitu silahkan Ji cungcu menunggu
datangnya laporan dari mereka saja, aku tak akan bicara lagi!"
Habis berkata, tiba2 dia putar badan dan berjalan keluar.
Ciu Cau Liong jadi amat terperanjat, buru buru serunya:
Kim Hoa Hujin berhenti, sambil berpaling ia tertawa dan
berkata : "Ada urusan apasih Ji cungcu?"
Perempuan itu menganggap suatu masalah yang besar dan
penting bagaikan gurauan yang diucapkan dalam suasana
santai, hal ini membuat Ciu Cau Liong jadi mendongkol dan
tak tahu bagaimana harus menghadapinya.
Meskipun dalam hati merasa gusar dan marah, tetapi
diluaran Ji cungcu dari perkampungan Pek-hoa san cung itu
pura2 tertawa tanyanya dengan halus:
"Apakah hujin melihat kearah mana beberapa orang
hweesio itu pergi...?"
"Aku cuma melihat mereka masuk kedalam kota Tiang sah,
kemudian kearah mana mereka pergi aku sama sekali tidak
tahu." Seng Sam Koay mendengus dingin :
"Hmm! kalau memang hujin sudah mengetahui bahwa
rombongan mereka merupakan jagoan kelas Satu dalam dunia
persilatan kenapa tidak kau lakukan pengintaian lebih jauh"
"serunya dengan nada kurang senang hati.
"Aku disuruh mengintai hweesio2 gundul itu" Hmm!
pertama, mata2 perkampungan Pek hoa san cung yang
disebar diseluruh kota Tiang sah untuk menyadap berita sudah
amat banyak sekali, dan kedua aku adalah seorang wanita,
masa kalian suruh aku mengintili terus beberapa orang padri
gundul itu?" Seng Sam Koay segera miringkan tubuhnya dan berkata
lagi: "Jikalau apa yang diucapkan Kim Hoa Hu jin tidak salah,
maka delapan bagian orang2 itu pastilah para hweesio diri
gereja siau-lim si, aku tak bisa berdiam terlalu lama lagi disini,
semoga Ji cungcu dapat tegera mengirim orang untuk
menyelidiki persoalan ini "
"Seng heng tak usah menguatirkan persoalan ini, silahkan
saja menyelesaikan tugasmu sendiri."
Dengan cepat Seng Sam Koay berkelebat lewat dari sisi
badan Kim Hoa Hujin dan berlalu dari situ.
Sepeninggalnya jago yang gemuk dan pendek itu, Ciu Cau
Liong segera alihkan sinar matanya keatas wajah Tan Hiong
Ciang dan berkata : "Didalam masalah ini. terpaksa aku harus merepotkan hiantit
untuk melakukan penyelidikan"
"Siau tit terima perintah!''
Ia bangkit berdiri dan menyapa Siau Ling:
"Pek heng, ayo ikut aku!"
Siau Ling segera bangkit berdiri, dan mengikuti dibelakang
Tan Hiong Ciang berlalu dari situ.
Diluar dugaan semua orang, ternyata kali ini secara
otomatis Kim Hoa Hujin menyingkir sendiri kesamping.
Setelah mengajak Siau Ling tinggalkan gubuk tadi,
sepanjang jalan Tan Hiong Ciang melakukan perjalanan
cepat,setelah berada didalam sebuah hutan lebat kurang lebih
lima li dari tempat semula, dia baru berkata :
"Siau-heng aku telah pegang janji secara baik2!"
"Karena itu akupun akan pegang janji pula terhadap dirimu
" sambung pemuda Siau Ling dengan cepat.
Tangannya bergerak kesana kemari, dan didalam waktu
singkat beberapa buah jalan darah Tan Hiong Ciang sudah
dibebaskan, Tan Hiong Ciang lalu berkata :
"Selama hidup baru kali ini aku mendapat tekanan diri
orang sehingga gerak gerikku sama sekali tidak bebas"
"Setelah ada yaag pertama maka yang kedua pasti akan
menyusul, aku harap gerak gerik sau-cungcu dikota Tiang-sah
bisa jauh lebih ber-hati2 lagi, sehingga jangan sampai
dikemudian hari kita saling berjumpa muka kembali"
"Terima kasih atas perhatianmu, lain kali aku pasti akan
bertindak jauh lebih berhati2"
Habis berkata ia putar badan lari keluar dari hutan itu,
dalam waktu singkat badannya sudah lenyap dari pandangan.
Siau Ling tahu dalam keadaan mendongkol dan dendam
akibat mendapat perlakuan secara demikian darinya,
kepergian Tan Hiong Ciang kali ini pasti akan mengundang
jago Jagonya untuk membalas dendam, maka buru2 sianak
muda itu berlalu dari hutan kayu tadi dan kembali kekota
Tiang -sah. Setelah masuk kedalam kota, pemuda itu langsung lari
kembali kekebun teh Jit-ci-teh wan, sementara waktu
menginjak senja hari. Ditempat itu ia temukan Pek-li Peng masih berada disekitar
sana sambil mengawasi setiap orang yang berlalu lalang.
Rupanya Pek-li Peng setelah berjumpa dengan Bu Wi
Tootiang, iapun dicegah oleh imam tua dari Bu tong Pay itu
agar jangan bertindak gegabah.
Dalam keadaan apa boleh buat terpaksa seorang diri Pek li
Peng kembali lagi kedepan kebun teh Jit ci teh wan untuk
menantikan kedatangan Siau Ling.
Kali ini Bu Wi Tootiang maupun Tu Kiu tak dapat
menghalangi niatnya lagi, terpaksa secara diam2 mereka
melindungi keselamatan gadis tersebut.
Dan Siau Ling sendiri rupanya sudah menduga sampai
kesitu, masa sekembalinya dikota Tiang sah dia langsung
menuju kekebun teh Jit ci teh wan, ternyata dugaannya tidak
meleset dan Pek li Peng benar2 berada disitu.
Dihampirinya gadis itu, kemudian sapanya dengan suara
lirih : "Peng ji!!"
Mendengar suara panggilan dari Siau Ling, gadis Pek-li
Peng sangat kegirangan, ia putar badan menubruk kedalam
pelukan pemuda itu. Dengan sebat Siau Ling menghindar kesamping, kemudian
sambil mencekal pergelangan tangannya ia melanjutkan :
"Tenangkan sedikit hatimu, cepatlah bawa aku menghadapi
Bu Wi tootiang....!.."
Pek-li Peng mengangguk, sambil menggandeng tangan
pemuda itu berangkatlah mereka berlalu dari sana.
Sambil berjalan, dengan halus gadis itu berkata :
"Ketika melihat kedatangan toako tadi, aku agak kurang
bisa menguasahi diri, toako tidak marah bukan dengan
sikapku barusan?" Siau Ling tersenyum. "Kita tak boleh bertindak ceroboh, sebab disekitar kota ini
penuh tersebar mata2 dari pihak perkampungan Pek-hoa-sancung!"
Pek-li Peng mengangguk, sesudah memandang sekejap
sekeliling tempat itu katanya :
"Aku akan berjalan didepan sambil mengawasi kedua belah
samping, sedang toako perhatikan belakang, jangan sampai
jejak kita diikuti oring"
"Bagus sekali! secara tiba2 engkau telah berubah jadi
begitu seksama dan ber-hati2.."
"Tadikan aku terlalu gembira..,"
Tiba2 pipinya jadi merah dan panas, kata selanjutnya tak
bisa dilanjutkan dan cepat2 dia meneruskan perjalanannya.
Ditengah lapat2nya cuaca karena malam telah menjelang
datang, kedua orang itu menembusi beberapa buah jalan pasir
dan masuk kedalam sebuah lorong kecil yang sunyi dan
terpencil letaknya. Ketika tiba didepan sebuah pintu berwarna putih, Pek-li
Peng berhenti dan per-lahan2 mengetuk pintu.
Siau Ling segera angkat kepalanya memandang kearah
dalam, ia lihat dibalik pintu penuh dengan tiang2 kayu yang
tingginya mencapai tiga tombak, kain berkoli panjang
tergantung disana sini, rupanya tempat itu adalah tempat
pencuci pakaian. Dari balik pintu tidak kedengaran suara orang menegur,
tapi pintu tadi perlahan lahan terbuka.
Seorang pemuda berusia dua puluh tahunan muncul
didepan pintu. Rupanya dia sudah kenal dengan Pek-li Peng, setelah
mengamati sebentar kedua orang itu, ia menyingkir
kesamping dan memberi jalan.
Pek li Peng dengan mengajak Siau Ling segera masuk
keruang tengah dan kemudian berputar menuju keruang
samping dibagian dalam. Cahaya lampu menerangi seluruh ruangan seorang kakek
tua berjubah hijau bertopi bulu dan seorang pria berpakaian
compang camping segera bangkit berdiri menyambut
kedatangan mereka. Kakek berjubah hijau itu memberi hormat dan menegur:
"Yang datang apakah Siau tayhiap?"
"Benar, aku adalah Siau Ling, dan siapakah engkau" '
Kakek berjubah hijau itu tertawa!
"Pinto adalah Bu wi, dan dia adalah adik mu Tu Kiu!"
Siau Ling segera mengamati kedua orang itu beberapa saat
lamanya, kemudian baru berseru :
"Ilmu penyaru yang kalian berdua memiliki sungguh hebat,
sampai2 aku tak dapat mengenali dirimu kembali"
"Orang2 dari perkumpulan Pek-hoa-San-cung rata2 lihay
dan ahli dalam ilmu menyaru sehingga membuat orang sama
sekali tidak menduga, untuk menghadapi musuh yang
demikian tangguh, terpaksa kita harus menggunakan pula
cara begini" Sementara itu Tu Kiu sudah memberi hormat sambil
berkata : "Menjumpai toa ko!"
Siau Ling balas memberi hormat dan berkata Sambil
tertawa : "Tak usah banyak adat, mari kita berbicara sambil duduk,
aku masih ada urusan penting yang hendak dilaporkan kepada
tootiang!" Ketiga orang itu segera mengambil tempat duduknya
masing2, sedang Pek li Peng duduk disampiug Siau Ling
dengan wajah penuh senyuman, ia nampak begitu penurut,
halus dan lembut. Bu Wi Tootiang yang menyaksikan sikapnya itu, dalam hati
kecilnya segera berpikir:
"Tadi ia selalu ribut dan tak bisa tenang sehingga susah
dihadapi, sungguh tak nyana setelah berjumpa dengan Siau
Ling, ternyata berubah jadi lembut dan penurut!"
Siau Ling mendehem ringan, kemudian katanya:
"Baru saja aku berkunjung kemarkas besar dari
perkampungin Pek hoa san cung dikota Tiang sah,, dewasa ini
Shen Bok Hong telah meninggalkan kota Tiang sah dan Ciu
Cau Liong yang mewakili dirinya dalam mengatasi masalah
ditempat ini, Siau yau cu telah mengirim jago lihaynya.!."
Bagaikan air bah yang menjebolkan tanggul, perkataan
demi perkataan terlontar keluar dengan lancarnya sehingga
membuat Bu wi Tootiang serta Tu Kiu yang mendengar jadi
terbelalak matanya dan mulut melongo.
Mungkin Siau Ling merasakan juga bahwa perkataan yang
diucapkan keluar terlalu cepat, buru2 serunya kemudian.
"Mungkin perkataanku barusan telah membingungkan
kalian berdua" baiklah, akan kututurkan secara perlahan
lahan" Maka diapun segera menceritakan semua pengalaman yang
baru saja dialaminya beberapa saat berselang.
Mendengar peraturan itu, Bu Wi Tootiang mengerutkan
dahinya rapat2 dan berkata :
"Siau yau cu bisa bekerja sama dengan Shen Bok Hong,
peristiwa ini memang merupakan suatu persoalan yang
merepotkan sekali" "Kekuatan yang dimiliki kedua belah pihak sama2 besar dan
kuat, masing2 pihakpun mempunyai ambisi untuk merajai
kolong langit, selamanya dua ekor harimau yang bergaul jadi
satu tak akan berlangsung terlalu lama, entah apa sebabnya
kali ini mereka bisa bekerja sama untuk menghadapi kita,
kalau dilihat sepintas lalu kerja sama kedua belah pihak ini seakan2
didasarkan pada tujuan yang sama, tapi didalam
kenyataan secara diam2 pihak perkampungan Pek-hoa-san
cung lah yang terpaksa harus berbuat demikian"
Dengan wajah serius dan ber-Sungguh2 Bu Wi Tootiang
berkata : "Andaikata mereka benar2 bekerja sama maka tindakan
mereka itu akan sangat mempengaruhi dunia persilatan, kita
tak boleh membiarkan mereka bekerja sama, kita harus
mencari akal untuk merusak hubungan kerja sama diantara
mereka itu" "Kerja sama antara Shen Bok Hong dengan Su-hay Kun cu
pada dasarnya adalah hubungan yang didasarkan oleh siasat
busuk, asal kita dapat membongkar rencana busuk itu, maka
mudah sekali bagi kita untuk memancing suatu pertarungan
besar diantara mereka sendiri"
"Persoalan ini kalau dibicarakan saja gampang, namun
kalau dilaksanakan rasanya sulit sekali"
"Ketika Shen Bok Hong masih berada di kota Tiang sah,
mereka sudah punya rencana untuk menghadapi Siau-yau-cu
sekalian dengan jalan meracuni orang2 itu, asalkan kita bisa
menyampaikan berita itu kepada Siau-yau cu maka berita itu
sudah cukup beralasan mereka untuk saling bertempur
sendiri.Tapi sekarang Ciu Cau Liong yang memegang pucak
pimpinan, orang ini nyalinya terlalu kecil ternyata ia sudah
membatalkan rencana untuk meracuni mereka!"
"Seng Sam koay mengatakan hendak mengadu domba
pihak kita dengan Siau yau cu sehingga saling bertempur lebih
dahulu, sebenarnya apa yang telah terjadi?"
"Kalau kudengar dari nada suara Seng Sam koay, agaknya
Siau yau cu sudah mengetahui amat jelas tentang keadaan
dari partai Bu tong, Shen Bok Hong menghendaki Siau yau cu
sekalian bertempur lebih dahulu melawan partai Bu tong,
menanti kedua belah pihak sudah jatuh korban yang sangat
banyak, mereka baru mengirim jago2nya untuk bertempur
serta menguasahi keadaan, aku rasa keadaan yang
sebenarnya begitulah"
Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sesudah berhenti sebentar katanya lagi.
"Aku merasa tidak habis mengerti tentang satu hal"
dapatkah Tootiang memberi penjelasan?""
"Persoalan apa?""
"Dikota Tiang sah, Shen Bok Hong telah menyebarkan
banyak sekali mata2nya untuk mencari berita, tetapi mereka
tak dapat menemukan tempat persembunyian dari Tootiang
sekalian, dalam pertarungan rahasia melawan rahasia ini
agaknya kita masih sedikit diatas angin, sebaliknya Siau yau
cu yang tidak banyak mata2nya dikota ini, mengapa malahan
bisa mengetahui akan tempat persembunyian dari Tootiang?""
Bu Wi Tootiang termenung dan berpikir beberapa saat
lamanya, kemudian berkata:
"Aku rasa keadaan ini tak mungkin bisa terjadi,
kemungkinan besar hal ini merupakan salah satu dari siasat
setan Shen Bok Hong"
Siau Ling segera bertepuk tangan sesudah mendengar
perkataan itu, serunya: "Sedikitpun tidak salah, tootiang benar2 memiliki
kecerdasan yang melebihi orang, selama ini aku selalu merasa
keheranan dan tak dapat menebak apa alasannya" tapi setelah
tootiang berkata demikian, akupun jadi paham dengan
duduknya persoalan" "Kalau memang mereka ada rencana untuk menyergap
kita, bagaimanapun juga kita harus mengadakan sedikit
persiapan lebih dahulu, aku akan memerintahkan mereka
untuk bersedia "kata Bu wi tootiang sambil bangkit berdiri.
"Silahkan Tootiang!"
Bu wi Tootiang tertawa dan mengangguk, kemudian
bangkit berdiri dan berlalu.
Memandang hingga bayangan punggung Bu wi tootiang
lenyap dari pandangan, Tu Kiu berpaling kearah Siau Ling dan
berkata dengan suara lirih:
"Bu wi Tootiang telah memindahkan puluhan orang jago
inti dari partai Bu tong kedalam rumah penduduk disekitar
kota Tiang sah, kecuali beberapa orang jago lihay yang cerdik
dan cekatan serta mendapat petunjuk khusus, boleh dibilang
semuanya telah menghentikan seluruh kegiatan mereka,
Rumah gedung Sam siang ini adalah markas besar mereka,
semua penghidupan dilalui bagaikan orang biasa, meskipun
mata2 dari Shen Bok Hong tersebar luas diseluruh kota Tiang
sah, rasanya merekapun tak bisa berbuat apa2"
"Bu wi Tootiang sebenarnya adalah seorang ketua
terhormat dan suatu partai besar tetapi untuk menghadapi
Shen Bok Hong yang licik dan kejam, terpaksa diapun harus
menggunakan akal muslihat"
Sementara pembicaraan masih berlangsung Bu wi Tootiang
telah kembali kedalam ruangan.
Setelah mengetahui bahwa Bu wi Tootiang telah melakukan
persiapan, Siau Ling merasa hatinya agak lega, setelah
menghela napas panjang ia bertanya:
"Belum ada kabar beritanya "jawab Bu-wi Tootiang sambil
menggeleng. Sun locianpwee dari Kay pang dengan membawa dua orang
jago lihaynya telah berangkat untuk mencari berita dan
jejaknya, Dewasa ini kekuatan kita kurang kuat dan susah
untuk bertempur melawan pihak lawan namun setelah
kedatangan Siau tayhiap disini, tentu saja keadaannya jauh
berbeda" "Kalau dihitung dari saat berpisah, semestinya Teng ji-hiap
dan Chan heng sudah tiba dikota Tiang sah, kenapa kedua
orang itu sama sekali tak ada kabar beritanya" aai. ...! semoga
saja tidak terjadi hal2 yang tidak diinginkan atas diri mereka
berdua" Sementara pembicaraan berlangsung tiba tiba sesosok
bayangan manusia berkelebat masuk, seorang bocah
berdandan pekerja kasar menerjang masuk kedalam ruangan
sambil berbisik kepada Bu Wi Tootiang :
"Ada orang yang berjalan malam mendekati kemari!"
"Sampaikan perintahku, suruh mereka bersabar sedapat
mungkin, apabila keadaan tidak terlalu mendesak jangan
sampai bertempur melawan pendatang itu!"
Siau Ling mengamati orang itu dergan cermat, ia segera
kenali bocah berpakaian pekerja kasar itu bukan lain adalah
bocah pengiring dari Bu Wi tootiang.
Bocah tadi segera mengiakan dan berlalu dari situ, Bu Wi
Tootiang segera berkata :" Mari kitapun keluar untuk melihat
siapa yang telah datang!" sambil berkata ia padamkan lampu
dimeja. Siau Ling mengikuti dibelakang Bu Wi too tiang berjalan
keluar, Pek li Peng dan Tu Kiu mengikuti dari belakang,
mereka langsung menuju keruangan tengah.
"Apakah kita harus menunggu dalam ruang tengah?" tanya
pemuda Siau Ling. "Pinto telah menginstruksikan semua anak buahku untuk
menyembunyikan diri, apabila keadaan tidak terlalu memaksa
mereka dilarang turun tangan, karena itu menurut dugaan
pinto, andaikata mereka berhasil menemukan tempat ini,
maka orang itu pasti akan langsung menuju keruang tengah,
kita dengan bersembunyi disini bisa mengamati gerak geriknya
sekalian mencari tahu siapakah gerangan orang itu"
"Walaupun ruangan ini tidak kecil, tapi aku rasa tempat
untuk menyembunyikan diri rasanya tidak terlalu banyak"
"Tentang soal itu aku sudah punya persiapan, tak usah Siau
thayhiap kuatirkan.....' Setelah berhenti sebentar, sambungnya :
"Diarah Timur dan barat aku telah mempersiapkan sebuah
pintu rahasia, cuma tempat itu kecil sekali dan hanya cukup
ditempati satu orang, nona Pek li dan Tu Kiu silahkan
bersembunyi dibalik pintu rahasia tersebut, diatas tiang
gantung pakaian terdapat sebuah lubang kecil untuk
mengintip keluar"! Walaupun Pek li Peng ingin sekali berada bersama2 Siau
Ling, tetapi dalam keadaan begini tidak leluasa baginya untuk
buka suara, terpaksa dengan uring2an dia berlalu
"Bagaimana dengan kita berdua ?" tanya Siau Ling.
Bu Wi Tootiang tertawa. "Disamping kiri kanan tiang penglari terdapat satu tempat
yang bisa memuat badan kita secara berbareng " katanya.
"Bagus sekali, kalau begitu tunggu saja sampai mereka
datang, kita baru menyembunyikan diri.
Tidak lama setelah Pek li Peng dan Tu Kiu
menyembunyikan diri, tiba tiba....
"Plook!" sebutir batu disambit kearah halaman luar.
Inilah cara melempar batu bertanya jalan yang seringkali
dipergunakan orang persilatan untuk mencari tahu keadaan
musuh. Siau Ling dan Bu Wi Tootiang berilmu tinggi dan bernyali
besar, mereka masih tetap berdiri tak berkutik ditengah
ruangan. Dari atas wuwungan rumah melayang turun dua sosok
bayangan manusia dan berdiri ditengah halaman.
Bintang bertaburan diluar ruangan, secara lapat lapat dapat
melihat raut wajah pendatang yang tak diundang itu.
Bu Wi totiang dan Siau Ling segera mengerahkan
pandangan matanya mengamati kedua orang itu, yang satu
memakai baju hijau dengan membawa senjata hudtim
ditangan, potongan badannya mirip dengan Siau yau cu,
sedang yang lain adalah seorang pria berbaju ketat warna
hitam dengan sebelah golok tersoren diatas punggungnya.
Siau Ling dan Bu Wi Tootiang saling berputar pandangan
sekejap kemudian masing2 loncat naik keatas tiang penglari.
Terdengar orang berjubah hijau itu bertanya dengan suara
lirih : "Engkau tidak salah lihat"''
Dari nada orang itu, Siau Ling segera mengenali sebagai
suara dari Siau-yau-cu. "Tak bakal salah lagi!" jawab pria berpakaian ringkas itu
dengan cepat. "Kalau Bu Wi tootiang dan Sun Pat Shia benar2 tinggal
disini, tak mungkin disekitar tempat ini sama sekali tak ada
penjagaan, apa lagi Sun Put Shia adalah seorang yang
sombong dan tinggi hati, tak mungkin mendekam terus
macam cucu kura2!" "Mungkin pada malam ini kedua orang tersebut tidak
berada disini, bagaimana kalau kita masuk kedalam ruangan
untuk memeriksa lebih dahulu?"
"Engkau masuklah kedalam lebih dahulu coba lihat ada
orangnya atau tidak" kalau dalam ruangan itu tak ada
orangnya, pasang lah lampu penerangan! "
Siau Ling yang mendengar perkataan itu diam2 segera
berpikir didalam hatinya:
"Siau yau cu benar2 seorang manusia yang amat licik... dari
perbuatannya itu bisa diketahui betapa jahatnya hati orang
ini" Sementara itu pria baju hitam tadi sudah mengiakan, dan
perlahan lahan berjalan masuk kedalam ruangan.
Dengan penuh kesiap siagaan orang itu mengamati
sekeliling tempat itu beberapa saat lamanya, kemudan
merogoh kedalam sakunya ambil keluar sebatang lilin.
Dibawah sorot cahaya api, terlihatlah ruang besar itu
kosong melompong tidak nampak sesosok bayangan
manusiapun. Terdengar Siau-yau cu dengan suara lantang berseru:
"Bu Wi Tootiang adalah seorang manusia yang sangat licin,
hati-hati kalau dia sudah memasang jebakan didalam ruangan
tersebut engkau harus menggeledahnya secara teliti"
Pria baju hitam itu mengiakan, ia segera meloloskan
goloknya dari atas punggung dan mulai menggeledah seluruh
ruangan itu. Bu Wi Tootiang yang sudah mempersiapkan tempat
persembunyian lebih dahulu, tentu saja sukar ditemukan
jejaknya oleh pihak lawan, setelah berputar mengitari seluruh
ruangan tersebut, tidak nampak sesosok bayangan
manusiapun yang ditemukan ia segera berseru;
"Mungkin Bu Wi Tootiang sudah mendapat kabar dan kabur
lebih dahulu dari sini..... "
Bayangan manusia berkelebat lewat, siau-ya cu tahu sudah
menerjang masuk kedalam ruangan, setelah mengamati
sekejap sekeliling tempat itu tegurnya ketus:
"Sudah kau periksa dengan seksama seluruh ruangan ini " "
"Sudah. " Siau-Yau cu segera tertawa dingin.
"Heehh.. .heehhh ..kalau begitu lepaskan api, kita bakar
dulu mulai ruang tengah ini " serunya.
"Orang baju hitam itu mengiakan, tetapi sebelum dia
sempat melepaskan api, Siau-Ling sudah tak dapat menahan
diri lagi, dia melayang turun dari atas tiang Penglari dan
berseru dengan dingin; "Tootiang, apakah engkau tidak merasa bahwa tindakanmu
itu terlalu keji..?"
"Siapa engkau ?"tegur Siau Yau cu dengan dahi berkerut.
Siau Ling tertawa dingin.
"Kita tak perlu bercakap cakap dan aku rasa kitapun tak
perlu saling menyebut nama !" sahutnya
Tiba tiba manusia baju hitam itu maju dua langkah
kedepan, setelah berada dihadapan Siau Ling hardiknya.
"Manusia tekebur yang tak tau diri, engkau berani kurang
ajar terhadap tootiang " Hmm ! rupanya sudah bosan
hidup..... " "Hmm, kalau engkau ingin hidup lebih lama, cepatlah
mengundurkan diri dari sini", sambung Siau Ling dengan
cepat. "Bangsat, pingin mampus rasanya kamu ini " bentak orang
baju hitam itu sangat gusar, goloknya segera diayun dan
melancarkan sebuah babatan maut kedepan.
Sejak permulaan Siau Ling telah mengenakan sarung
tangan kulit naganya, melihat datangnya ancaman, tangan
kanannya segera berkelebat mencengkeram ujung senjata
tersebut. Melihat senjata goloknya dicengkeram lawan, pria baju
hitam itu merasa amat terperanjat, pergelangan kananya
segera dikerahkan tenaga sambil memutar kebelakang,
maksudnya hendak memapas jari tangan lawan yarg sedang
menggenggam senjatanya. Tetapi Siau Ling sudah melakukan persiapan, hawa
murninya diam diam disalurkan kedalam tangan, lima jarinya
menggenggam golok lawan semakin kencang, ketika pria baju
hitam itu memutar goloknya dengan sepenuh tenaga, ternyata
senjata itu sama sekali tidak bergeming sedikitpun jua.
Sekarang ia baru sadar bahwa musuh yang sedang
dihadapinya saat ini adalah musuh yang amat tangguh.
Baru saja dia hendak loncat mundur kebelakang, keadaan
sudah terlambat, tangan kiri Siau Ling laksana kilat sudah
melancarkan sebuah pukulan kearah depan.
Meskipun pria baju hijau itu menyadari bahwa musuh yang
sedang dihadapinya adalah seorang musuh tangguh, namun ia
tidak rela melepaskan goloknya dengan begitu saja,
sementara dia masih sangsi, angin pukulan dari Siau Ling
telah meluncur datang dan tepat menghantam dada bagian
depannya. Pukulan itu mantap dan sangat berat, membuat tubuh pria
baju hitam itu terlempar hingga mencelat keluar pintu.
Darah segar bagaikan pancuran air memancar keluar dari
mulutnya. Siau yau cu segera putar senjata Hud-tim nya menyerang
lengan kanan Siau Ling, dia berharap serangan tersebut dapat
membebaskan anak buahnya dari ancaman bahaya.
Tetapi sayang sekali gerak badan Siau Ling terlalu cepat,
baru saja senjata Hud-tim dari Siau yau cu meluncur keluar,
Siau Ling telah berhasil menghajar pria baju hitam itu dan
loncat mundur sejauh tiga depa dari tempat semula.
"Ilmu pukulan yang amat cepat!" puji Siau yau cu dengan
dahi berkerut kencang. Hud tim nya yang meluncur keluar berhasil menggaet
tangan pria baju hitam itu, ketika disentak kebelakang tubuh
anak buahnya itu tertarik balik kebelakang.
Ketika denyut nadinya diperiksa, ternyata pria baju hitam
sudah putus nyawa, jelas isi perutnya sudah hancur terhantam
pukulan Siau Ling yang sangat berat itu.
Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Setelah serangannya mengenai sasaran kosong,
perasaan pandang rendah musuhnya seketika lenyap dari
ingatan Siau-yau cu, ia tarik kembali senjata Hud timnya dan
berseru : "Ilmu sjlat yang engkau miliki lihay sekali...."
Sementara ia berbicara, tiba2 terdengara ujung baju
tersampok angin berkumandang datang.
Dengan cepat dia menengok kebelakang seorang manusia
baju hijau sedang melayang turun dari tiang penglari dan
menghadang didepan pintu, ia segera membentak keras :
''Siapakah engkau?" Orang yang baru saja munculkan diri itu bukan lain adalah
Bu Wi Tootiang, ketika dia menyaksikan Siau Ling sudah
bertempur melawan orang itu, dia segera melayang turun dari
tiang penglari dan tepat menghadang jalan mundur Siau-yaucu.
Mendapat pertanyaan tersebut, Bu Wi too tiang segera
tertawa dingin dan menjawab:
"Aku adalah Bu wi totiang yang sedang dicari oleh
tootiang.. ! " "Dan siapakah dia?" tanya Siau yau-cu sambil berpaling
kearah Siau Ling. "Heeehh-heeehh ...heeehh... apakah engkau tak bisa
bertanya sendiri:..?" jengek Bu wi tootiang sambil tertawa
dingin. "Kalau dilihat dari ilmu silat yang dimilikinya, jelas tidak
berada dibawah kepandaian ilmu silat yang dimiliki engkau
sebagai ketua partai Bu tong, aku duga orang itu pastilah
seorang manusia yang punya nama besar dalam kolong langit"
"Too heng tak usah menggunakan siasat untuk mencari
keterangan dari mulut pinto, sebab berbuat demikian jauh
lebih sulit dari pada mendaki keatas langit"
Siau yau cu segera alihkan sorot matanya keatas wajah
Sian Ling, sambil menatap wajahnya ia menegur dengan suara
dingin: "Tindakanmu dengan menyembunyikan nama dan tak
berani berterus terang bukanlah tindakan dari seorang lelaki
sejati!" Siau Ling tertawa ewa,
"Siau yau-cu, engkau tidak kenal siapakah aku sebaliknya
aku sangat mengetahui tentang dirimu!,.."
Sesudah berhenti sebentar, lanjutnya :
"Engkau Siau-yau-cu boleh dibilang terhitung seorang
manusia berotak cerdik yang punya akal banyak, tapi sayang
kalau dibandingkan dengan Shen Bok Hong engkau masih
selisih jauh..." "Kenapa.. ?" tanya Siau-yau-cu dengan perasaan sangat
tidak puas. "Sebab Shen Bok Hong jauh lebih licin daripadamu, dan dia
jauh lebih keji dan pintar daripada dirimu sendiri, meskipun
kedua belah pihak sama2 menaruh perasaan waspada yang
mendalam, tetapi didalam hal menyergap atau melukai orang
secara diam2 engkau masih kalah satu tingkat jika
dibandingkan dengan dirinya"
"Sebenarnya siapakah engkau " rupanya banyak persoalan
yang engkau ketahui..'."
"Sedikitpun tidak salah, aku masih mengetahui pula bahwa
engkau sama sekali tidak pernah berjumpa dengan Shen Bok
Hong, kerja sama diantara kalian semuanya diatur oleh Seng
Sam koay sebagai perantara, bukankah begitu?"
Siau yau cu mengerutkan dahinya, dibibirnya bergerak
seperti mau mengucapkan sesuatu, tetapi akhirnya niat
tersebut dibatalkan. Dengan suara dingin, Siau Ling berkata lebih jauh:
"Engkau ingin mencari muka dan membaiki Shen Bok Hong
maka kalian lantas bersedia membunuhi orang2 dari partai Bu
tong sebagai hadiah tanda mata, sayang sekali Shen Bok
Hong sama sekali tidak pandang sebelah matapun terhadap
dirimu, dengan menggunakan kesempatan ini mereka siap
meracuni kalian semua dan kemudian meringkus semua jago
lihay dari golonganmu, agar kalian selama hidup jadi
budaknya perkampungan Pek hoa-san cung.:."
"Mereka siap sedia akan turun tangan di mana" dan
bagaimana caranya mereka akan turun tangan" "
Sian Ling tertawa dingin, jawabnya:
"Jangan dibilang aku tidak tahu, sekalipun tahu juga tak
akan memberitahukan kepada kalian"
Setelah berhenti sebentar sambungnya lebih jauh :
"Cuma sekarang... kaliau masih dapat hidup aman
tenteram untuk beberapa saat lamanya! "
"Apa maksud dari perkataanmu itu?"
"Berhubung Shen Bok Hong mendapat kunjungan dari
seorang sahabat lamanya maka ia segera berangkat untuk
melakukan pertemuan, rencana ini jadinya ditangani oleh Ji
cungcu Ciu Cau Liong, orang she Ciu ini bernyali kecil dan tak
berani menanggung resiko, untuk sementara waktu ia tak
berani turun tangan lebih dahulu kepada kalian, oleh sebab itu
untuk sementara waktu kalian masih bisa hidup aman
tenteram untuk beberapa saat lamanya, ."
Tiba2 Siau yau cu tertawa tergelak, sambil menukas
pembicaraan Siau Ling yang belum selesai katanya:
"Shen Bok Hong mengadakan pertemuan dengan
sahabatnya dimana" "
Siau Ling segera tertawa dingin:
"Heeehh heeehh heeehh... dengan pertanyaanmu yang
begitu enteng dan sederhana, apakah dianggapnya semua
kecurigaanmu dapat diketahui" " serunya.
"Lalu apa yang harus kulakukan sehingga apa yang ingin
kuketahui dapat didengar?"
"Tentang soal itu harus dinilai dahulu dari harga yang
diajukan olehmu kalau balas jasanya cukup sesuai dengan
kehendak kami, sudah tentu akan kami beri tahukan kalau
tidak cocok kedua belah pihakpun sama2 tidak mengalami
kerugian" Siau yau cu jadi amat mendongkol, ia tertawa dingin dan
berseru: "Heehh...heeehb..hheeehh... sebenarnya siapa engkau"
dapatkah engkau memberitahukan kepadaku?"
"Perduli siapakah aku, bukankah apa yang diinginkan
hanyalah perkataan yang hendak kuucapkan keluar?"
Siau-yau cu menengadah keatap rumah, dengan suara
dingin ia menjawab : "Cukup ditinjau dari ketidak sediaanmu untuk menyebut
nama dan mengatakan asal usulmu, sudah lebih dari cukup
begiku untuk tidak mempercayai perkataanmu!"
"Kalau engkau tidak percaya yaa sudah, pokoknya
persoalan itu menyangkut tentang mati hidup kalian sendiri,
sedikitpun tidak sangkut pautnya dengan diriku!"
Meskipun Siau yau-cu tak dapat menduga asal usul dari
Siau Ling, tetapi dengan akalnya yang cerdik dan
pengalamannya yang luas, ia dapat menduga bahwa Siau Ling
adalah seorang jago persilatan yang memiliki ilmu silat amat
tinggi, sebab sikap maupun cara berbicara orang itu mantap
dan berpengalaman. Oleh sebab itulah, Imam tersebut tak berani turun tangan
terhadap Siau Ling secara gegabah, sambil berpaling kearah
Bu Wi tootiang katanya : "Tootiang, rumah gendung ini sudah dikepung rapat2 oleh
dua puluh orang jago lihay yang pinto pimpin, apabila pinto
membutuhkan bantuan mereka maka asal kode rahasia
dilepaskan semua jago dari perkampungan Pek-hoa-san cung
akan bersama2 datang kemari untuk memberi bantuan..."
Bu Wi Tootiang tertawa. "Sayang sekali orang2 dari perkampungan Pek hoa-san
cung telah membocorkan rencana busukmu itu, dan kami
semua telah mengadakan persiapan, sebagian besar jago lihay
dari partai Bu tong telah berlalu dari gedung ini dan masing2
menempati posisi yang strategis untuk mengawasi gerak
gerikmu dan untuk menghadapi kekejaman dari Shen Bok
Hong serta para jago Perkampungan Pek hoa san cung
lainnya, aku telah melepaskan caraku bertindak menurut
peraturan Bu lim, akan kuhadapi semua serangan dengan
racun lawan racun. Pada saat ini para jago yang masih
tertinggal dalam gedung ini kecuali jago-jago lihay dari
perguruan Bu tong pay, masih ada pula beberapa orang jago
persilatan lainnya, kalau engkau tidak percaya silahkan saja
mencoba coba untuk turun tangan"
Setelah berhenti sebentar, lanjutnya:
"Cuma... pinto tidak bersedia untuk melakukan pertarungan
mati2an dengan dirimu."
"Kalau toh engkau sudah melakukan persiapan yang
demikian sempurnanya, mengapa kalian tidak bersedia untuk
melakukan pertarungan melawan pinto...'
"Shen Bok Hong mengharapkan agar kita sama2 jatuh
korban dan menderita, tapi pinto justru tidak menginginkan
apa yang diharapkan itu terpenuhi"
Siau yau cu termenung sebentar, lalu menjawab:
"Hingga saat ini pinto masih belum berani mempercayai
perkataan dari tootiang"
"Hmm! kalau engkau tidak percaya, tiada halangan bagimu
untuk turun tangan mencoba "seru Siau Ling dengan cepat,
bersamaan dengan selesainya perkataan itu tiba tiba
terdengar suara gemericit dan tahu2 Pek li Peng serta Tu Kiu
telah munculkan diri diri balik pintu rahasia.
Siau Ling berpaling dan memandang sekejap kearah Pek li
Peng serta Tu Kiu kemudian ujarnya :
"Kalian berjaga2lah dimulut pintu ruangan, hadang setiap
serbuan musuh tangguh yang berusaha masuk kemari, sedang
aku akan berlempar melawan Sau yau Cu yang punya nama
amat tersohor ini, akan kulihat apakah ilmu silat yang
dimilikinya di hari2 belakangan ini memperoleh kemajuan yang
pesat atau tidak" Pek -li Feng tersenyum. "Jumlah musuh lebih banyak diripada jumlah kita, bolehkah
aku aku turun tangan untuk melukai orang pada malam
ini?"" "Terserah keputusanmu sendiri!"
Pek-li Peng tersenyum. "Sreset....! ia segera cabut pedang dari dalam sarungnya
dan per-lahan2 berjalan menuju kedepan pintu.
Rupanya ketika bersembunyi dibalik ruang rahasia tadi ia
melihat sebilah pedang tergantung disitu, maka diambilnya
senjata itu untuk mempersiapkan diri.
Tu Kiu sendiripun tidak banyak bicara, dia menyingkir
kepintu dan berdiri saling bertolak belakang dengan Pek-li
Peng, satu menghadap keluar sedang satu yang lain
menghadap kedalam. Ketika Siau yau cu mendengar suara seorang perempuan,
pikirannya segera tergerak pikirnya:
"Orang itu jelas adalah perempuan yang nenyaru sebagai
seorang pria, hal ini membuktikan kalau ditempat ini kecuali
terdapat para jago dari partai Bu tong masih ada pula jago2
persilatan lainnya.."
Berpikir sampai disitu ia lantas berkata dengan suara
dingin: "Sungguh tak nyana partai Bu tong yang tersohor ternyata
menerima pula kaum wanita sebagai murid..."
"Toako, "seru Pek li Peng dengan gusar orang ini bicara
sembarangan dan ngaco belo tamparkan mukannya sebagai
hukuman!" Siau Ling tidak memperdulikan dari ocehan Pek li Peng itu,
sebaliknya sambil berpaling kearah Bu Wi Tootiang ujarnya.
"Tootiang, kalau memang Siau-yau Cu susah disadarkan
dari jalan yang sesat dan membiarkan dia hidup hanya akan
mendatangkan bencana belaka, lebih baik kita lenyapkan saja
dirinya dari muka bumi"
"Keadaan amat mendesak... yaaa, terpaksa kita harus
berbuat demikian.,."
Siau yau cu segera tertawa ter-bahak:
"Haaahh haaahh haaahh,. sungguh besar amat bacot
kalian, ketahuilah dikolong langit sekarang ini hanya beberapa
orang saja yang mampu membinasakan pinto! "
Mendengar perkataan itu, Siau Ling menengadah dan
tertawa pula dengan kerasnya.
"Haaah-haaahh haaahh.. menghadapi pentolan musuh
tangguh, rasanya kita tak usah memikirkan soal belas kasihan
atau rasa welas lagi... siaplah sedia untuk menerima
kematianmu! " Beberapa patah kata itu amat gagah dan bersemangat
penuh rasa percaya pada diri sendiri dan seakan akan
membunuh Siau yau cu bukanlah suatu pekerjaan yang amat
berat. Tertegun hati Siau yiu cu mendengar perkataan itu.
"Siapakah sebenarnya engkau ini" "ia menegur.
Siau Ling tertawa dingin, bukan menjawab dia malah
berseru : "Sekarang engkau boleh mempersiapkan diri untuk turun
tangan " Dari kemampuan Siau Ling dalam membinasakan pria baju
hitam tersebut dalam satu gebrakan belaka Siau yau cu
mengetahui bahwa dia adalah seorang jago lihay yang
memiliki ilmu silat sangat tinggi tetapi orang itu ternyata tak
sudi memperkenalkan namanya hal ini sama sekali berada
diluar dugaannya. Dalam pada itu Siau Ling sudah tertawa dingin dan berseru
kembali : "Kalau memang engkau tidak bersedia untuk turun tangan
terpaksa aku harus memulainya lebih dahulu "
"Sreet.... ! sebuah pukulan gencar segera dilepaskan.
Sebelum pukulan itu tiba angin pukulan yang santar dan
tajam telah menerjang ke tubuh imam tersebut.
Siau yaucu merasa amat terperanjat telapak kiri disabet
keluar mengirim satu pukulan untuk membendung datangnya
ancaman dari Siau Ling sementara senjata Hud-tim ditangan
kanannya dengan jurus " Lan kang cay to"atau Membendung
sungai yang deras membacok pergelangan kanan Sianak
muda itu. Sambil balas melancarkan serangan, dia berseru:
"Engkau begitu sombong dan tekebur, terpaksa pinto harus
minta pelajaran dari mu!"
Siau Ling tarik pergelangan kanannya untuk melepaskan
diri dari ancaman senjata lawan, bukannya mundur dia malah
Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
maju kedepan, sepasang terlapaknya laksana kilatmenyambar,
ajaran dari Lam it kong. Siau-Yau-cu amat terperanjat, jeritnya:
"Engkau adalah Siau Ling ! "
"Tidak salah, memang aku orang she-siau!"
Sementara pembicaraan berlangsung, secara beruntun dia
lancarkan pula delapan buah pukulan yang memaksa Sianyau-
cu mundur beberapa langkah kebelakang.
Meskipun ia menggenggam senjata Hud-tim namun senjata
tersebut sama sekali tak ada gunanya, sebab dibawah
serangkaian pukulan telapak yang cepat laksana sambaran
kilat dari Siau Ling, ia sudah terdesak mundur kebelakang
berulang kali. Bagaimanapun juga imam tersebut merupakan seorang
jago kawakan yang sudah amat berpengalaman dalam
melakukan pertarungan sengit dia segera mengempos tenaga
dan melancarkan tiga jurus serangan dahsyat untuk menolong
posisinya yang terdesak. Pek-li Peng ,yang menyaksikan kejadian itu, segera
berteriak keras: "Toako, kalau engkau tidak menggunakan senjata untuk
bertempur melawan dirinya, bukankah engkau sangat rugi?""
Walaupun Siau Ling telah memperoleh inti sari dari
pelajaran ilmu telapak kilat menyambar dari Lam it Kong,
tetapi apa bila dia menginginkan pukulannya dahsyat bagaikan
membelah bukit maka hal itu harus menunggu sampat tenaga
dalamnya benar2 sempurna, apa bila dia hendak mencari
kemenangan dalam pertarungannya hari ini, senjata memang
merupakan andalannya yang penting,
---ooo0dw0ooo--- KARENA pikirannya bercabang, permainan telapaknya
tanpa sadar jadi agak mengendor.
Menggunakan kesempatan yang sangat baik itu, Siau-yau
cu melancarkan serangan balasan, dalam waktu singkat Siau
Ling berbalik kena didesak hingga berada diposisi bawah
angin. Pek-li Peng segera ayun tangannya melemparkan pedang
itu kedepan. Ia berseru :
"Toako, sambutlah pedang ini"
Pedang laksana sambaran kilat meluncur kearah Siau Ling.
Dengan tangan kirinya Siau yau cu mengirim satu pukulan
menggunakan jurus" Siat san tiau hay" atau menjepit bukit
meluruk samudra, angin pukulan yang menderu2 langsung
menghantam dada Siau Ling, sementara senjata hud tim di
tangan kanannya menggulung pedang yang dilontarkan oleh
Pek li Peng itu. Siau Ling mendengus dingin, tangan kanannya didorong
kedepan menyambut datang nya serangan itu dengan keras
lawan keras, sedang tangan kanannya melancarkan sentilan
jari kearah depan... Inilah ilmu sentilan Sian ci singkang, salah satu kepandaian
maha ampuh diantara tujuh puluh dua macam kepandaian
sakti dari gereja siau lim si...
Mimpipun Siau yau cu tidak menyangka kalau dalam
beberapa tahun yang singkat Siau Ling sudah berhasil
mempelajari ilmu jari untuk menghindar sudah tak sempat lagi
segulung desiran angin tajam dengan telak menghajar iganya
membuat tangan kanan jadi kendor dan senjata hud tim itu
terjatuh ketanah. Pada saat yang bersamaan, ayunan Hud-tim dari Siau yau
cu telab berhasil menggulung Pedang panjang yang
dilontarkan Pek li Peng kearah sianak muda itu, tetapi
berhubung iga kanannya kena dihajar oleh sentilan jari Sian ci
sinkang dari Siau Ling, maka baik senjata Hud tim maupun
pedang itu sama2 terjatuh keatas tanah.
Kaki tangan Siau ling segera mencukil ke atas pedang yang
terjatuh diatas tanah itu, dan dalam sekali sentakan senjata
tersebut sudah berhasil ditangkap dalam genggamanya
Sementara itu Siau yau cu sendiri setelah iga kanannya
kena hantaman, seluruh lengan kanannya jadi kaku, linu dan
sakitnya luar biasa, ia tahu bahwa dalam keadaan demikian ia
tak ada kekuatan untuk melakukan pertempuran lagi, maka
diambilnya keputusan untuk cepat dapat berlalu dari situ dari
pada terluka ditangan Siau Ling.
Ia segera mengepos tenaga dan melayang naik keatas
tiang penglari, kemudian tangan kirinya diayun mengirim satu
pukulan dengan sekuat tenaga......
"Blaaaam. .. ! "pasir dan atap berguguran keatas tanah,
muncullah sebuah lubang besar dilangit langit ruangan itu
terhajar oleh pukulan Siau-yau cu yang amat dahsyat itu.
Setelah berhasil membuat lubang, dengan sebat pula imam
itu menerobos keluar dan melarikan diri.
Menanti Bu Wi Tootiang menyusul naik keatas wuwungan
rumah, tampaklah bayangan Siau-yau cu telah menjauh dan
didalam beberapa kali kelebatan saja bayangan tubuhnya
sudah lenyap dari pandangan.
Siau Ling segera menyusul naik keatas dan bertanya :
"Totiang, apakah kau melihat kearah mana dia melarikan
diri " " Bu Wi tootiang menggeleng.
"Tak mungkin disusul lagi " katanya," Dia adalah seorang
manusia yang memiliki ilmu silat sangat tinggi, didalam
beberapa gebrakan saja ia sudah menderita kekalahan
ditanganmu sehingga melarikan diri terbirit birit dari sini, bila
berita ini tersiar diluaran kejadian tersebut sudah cukup
menyusah kan hatinya"
Siau Ling menghela napas panjang.
''Aaai.. ! kemenangan yang berhasil boan-pwee dapati
boleh dibilang diperoleh secara untung untungan belaka ! "
jawabnya. Dengan suara lirih Bu Wi Tootiang berkata:
"Ada satu persoalan, sebenarnya pinto merasa tidak
leluasa untuk diajukan, tetapi aku tak menemukan
jawabannya karena itu terpaksa hendak kutanyakan
kepadamu, apakah engkau bersedia untuk menjawabnya?"
"Persoalan apa?"
"Mengenai sentilan jarimu yang berhasil menangkan diri
Siau-yau cu tadi, apakah ilmu tersebut adalah Siu-lo sin ci?"
"Bukan!" sang pemuda sambil menggeleng, "ilmu jari siu lo
sin ci hanya dapat menjangkau sejauh dua depa belaka,
lagipula totokannya harus disertai dengan ayunan tangan..."
"Jadi kalau begitu, totokan jarimu tadi bukanlah ilmu totok
Siu lo sin ci?" ---ooo0dw0ooo--- Jilid: 22 BUKAN, ilmu jari yang barusan kupergunakan adalah ilmu
sentilan Sian ci sin kang!"
"Sian-ci sinkang kepandaian ampuh dari gereja siau lim-si?"
seru Bu Wi tootiang dengan wajah tertegun.
"Benar, ilmu sentilan Sian ci-sin-kang dari partai Siau-lim"!'
Bu Wi tootiang segera anggukkan kepalanya berulang kali,
pujinya : "Selama beberapa ratus tahun belakangan ini, Siau tayhiap
boleh dibilang merupakan manusia paling aneh dikolong
langit, satu orang menguasai ilmu silat dua aliran sudah luar
biasa sekali, tetapi engkau sekaligus menguasai ilmu silat dari
beberapa perguruan, peristiwa ini jarang sekali terjadi dalam
dunia persilatan..."
Dia menengadah memandang bintang yang bertaburan
diangkasa, kemudian sambungnya lebih jauh :
"Kecuali seorang manusia sakti seperti Siau tayhiap siapa
lagi yang mampu melawan Shen Bok Hong ?""
"Tootiang terlalu memuji " ujar Siau Ling sambil menghela
napas ringan. "Keberhasilan boanpwee tidak lebih hanya terjadi karena
kebetulan saja sedangkan keberhasilan Shen Bok Hong benar
benar merupakan suatu kejadian yang langka dalam persilatan
apalagi berpengalaman luas dan berotak cerdas hingga orang
lain sukar untuk menandingi dirinya meskipun beberapa
perguruan besar dalam dunia persilatan mempunyai kekuatan
yang tak kalah besarnya sayang sekali mereka semua
mempunyai perasaan segan mencampuri urusan orang lain
dan tidak bersedia bekerja sama untuk menghadapi musuh
tangguh. Dewasa ini hanya partai Bu tong yang mengerahkan
segenap kekuatannya untuk bertempur melawan
perkampungan Pek hoa san cung setelah penyelidikanku
kebasis kekuatan pihak perkampungan Pek hoa san cung
dikota Tiang sah ini terasa olehku bahwa Shen Bok Hong
benar benar merupakan seorang musuh yang sukar dihadapi
masa depan kita betul betul masih terhalang oleh semak
berduri yang lebat...."
Setelah berhenti sebentar, sambungnya lebih jauh:
"Kali ini Shen Bok Hong bersedia melepaskan rencana
besarnya untuk pergi menjumpai seorang sahabat karibnya,
ditinjau dari sikapnya yang terburu buru dapat diketahui
bahwa orang itu pastilah bukan seorang manusia sembarang,
mungkin kita bakal bertambah dengan seorang musuh
tangguh lagi." "Dewasa ini orang yang paling disegani dan ditakuti oleh
Shen Bok Hong hanya engkau Siau tayhiap seorang dan
sekarang ia mengerahkan segenap kekuatannya untuk
melakukan penyerbuan tujuannya tidak lain adalah untuk
menghadapi diri Siau tayhiap seorang, karena itu aku serta
Sun Put Shia locianpwee telah berjanji untuk selanjutnya
mengerahkan segenap kemampuan yang kita miliki untuk
melindungi keselamatanmu ....."
Siau Ling segera tersenyum dan menukas :"Aku merasa
terharu dan berterima kasih sekali atas jerih payah serta
kesediaan dari locianpwee berdua, cuma mengenai kata
melindungi.... aku benar-benar tak berani untuk menerimanya,
kalau aku orang she Siau tidak bersedia menempuh bahaya,
kenapa orang lain harus menempuh bahaya bagi diriku?" dan
Shen Bok Hong sendiri walaupun ia punya hasrat yang besar
untuk melenyapkan diriku, tetapi asal aku bisa berhati2 dalam
menghadapi setiap persoalan, rasanya untuk menyelamatkan
diri bukanlah suatu pekerjaan yang terlalu menyulitkan.."
Bu Wi Tootiang menghela napas panjang, selanya :
"Apa yang pinto serta Sun locianpwee harapkan adalah
semoga Siau tayhiap suka menjaga diri baik2 demi keamanan
umat persilatan dikolong langit, Shen Bok Hong paling benci
kepadamu dan dia paling takut pula menghadapi dirimu, dia
pasti akan mengerahkan segenap kemampuan yang
dimilikinya untuk menghadapi dirimu, bahkan cara yang
digunakan pasti amat keji dan menggunakan segala cara
rendah apapun, oleh sebab itu engkau harus berhati2 sekali
menghadapi mereka, kami bukannya takut ilmu silat yang
dimiliki Shen Bok Hong dapat menangkan dirimu dan
mencabut jiwamu, yang kami kuatirkan adalah dia mencelakai
dirimu dengan cara licik dan terkutuk, sebab serangan macam
itulah paling susah dihindari..."
"Tentang soal ini aku akan mengingatnya selalu didalam
hati...." ujar Siau Ling sambil tertawa ewa.
Sesudah memandang cuaca ujarnya kembali;
"Tootiang untuk menghadapi oraug orang dari
perkampungan Pek-hoa san cung rasanya kita tak usah
membicarakan tentang peraturan bu-lim lagi bukan ?""
"Kalau kita tak bisa menggunakan siasat racun lawan racun
maka pihak kitalah yang bakal menderita kerugian besar "
"Kalau memang tootiang merasa bahwa cara ini pantas
malam ini juga kita dapat mulai turun tangan...."
Setelah berhenti sebentar tanyanya :
"Berapa orang murid tootiang yang sekarang, masih
tertinggal didalam gedung ini?"
Bu Wi tootiang termenung dan berpikir sebentar kemudian
jawabnya : "Kurang lebih ada dua belas orang !"
"Dan berapa orang diantara mereka yang memiliki ilmu silat
sangat lihay serta pengalaman paling luas?""
"Boleh dibilang ada lima orang."
"Kalau begitu bersama Tootiang, aku, Tu Kiu serta Pek-li
Peng semuanya berjumlah sembilan orang, rasanya jumlah itu
sudah cukup!?" "Apa maksud Siau tayhiap?""
"Aku ingin turun tangan untuk melenyapkan kekuatan yang
ditinggalkan Shen Bok Hong dikota Tiang sah ini serta
melenyapkan markas besar mata2nya, dahulu kita selalu
dikuasahi orang lain dan semua gerak gerik kita diawasi
orang, maka sekarang kita harus merebut posisi yang baik dan
berbalik menghadapi mereka lebih dahulu"
Bu Wi Tootiang termenung dan berpikir sebentar,
kemudaan tanyanya : "Kita akan berangkat sekarang juga?""
"Aku rasa makin cepat semakin baik!"
"Baik, pinto akan segera memilih orang2!" imam tua itu
segera loncat turun dari atas bubungan rumah.
Siau Ling mengikuti loncat turun pula ke atas tanah, baru
saja berdiri tegak, Pek li Peng telah memburu kedepan sambil
berseru" "Toako, apakah Siau yau cu berhasil melarikan diri?"
"Ehmm! dia berbasil kabur" setelah berhenti sebentar,
lanjutnya lebih jauh : "Peng ji, siapkan senjata tajam dan senjata rahasiamu,
malam ini aku akan mengajak engkau berkunjung kesuatu
tempat dan disitu engkau dapat membuka pantangan
membunuhmu sampai puas"
"Kita akan pergi kemana..." " tanya Pek-li Peng dengan hati
kegirangan. "Ketempat yang telah kukunjungi pagi tadi !"
"Apakah siaute juga boleh ikut..." " tanya Tu Kiu sambil
maju menghampiri. "Kalian semua boleh ikut!"
Sementara pembicaraan masih berlangsung, Bu Wi
Tootiang dengan membawa lima orang pria berpakaian
ringkas telah munculkan diri disana.
Rupanya untuk menghindarkan diri dari pengawasan mata2
musuh, semua anak murid partai Bu tong telah berubah
dandanan dan menyaru jadi pria2 kekar.
Kelima orang itu mengenakan pakaian ringkas warna hitam
dan menyoren sebilah pedang diatas punggungnya.
Siau Ling melirik sekejap kearah lima o-rang itu kemudian
Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
perlahan lahan berkata : "Setiap anggota perkampungan Pek hoa san cung rata rata
berhari kejam dan bertangan telengas bilamana kalian semua
bertempur dengan mereka aku harap tak usah sungkan
sungkan atau memberi belas kasihan lagi basmi seadanya dari
muka bumi" "Kami semua terima perintah" jawab lima orang pria
berpakaian ringkas itu berbareng.
"Kalianpun tak usah saling menyebut nama dengan mereka
Nah ! sekarang ikutilah diriku " ujar Siau Ling lagi selesai
berkata ia berangkat lebih dahulu kedepan.
Pek-li Peng dan Tu Kiu menyusut dibelakangnya,
sedangkan Bu Wi Tootiang dan ke lima orang murid partai Bu
tong lainnya menyusul dipaling belakang.....
Siau Ling sudah hapal dengan jalan yang harus dilaluinya,
sepanjang perjalanan ia bergerak cepat sekali dan langsung
meluncur kearah gubuk tanah pertanian yang dihuni oleh Ciu
Cau Liong sekalian. Tidak selang setengah jam kemudian tanah pertanian
tersebut sudah nampak didepan mata..
Siau Ling menghentikan langkah kakinya, sambil menuding
kearah tanah pertanian di tengah kegelapan ujarnya:
"Menurut apa yang berhasil kuketahui, beberapa orang
jagoan yang paling sukar dilayani yang saat ini berada didalam
rumah rumah gubuk itu kecuali beberapa orang bayangan
darah ciptaan Shen Bok Hong, boleh dibilang Tong Lo thay
ciangbunjin keluarga Tong dan propinsi Suchuan lah yang
boleh dipandang ampuh, dia membawa puluhan jenis senjata
rahasia beracun yang sukar dihadapi dengan sembarangan,
oleh karena itu kita tak usah serentak menerjang masuk ke
dalam rumah rumah gubuk itu"
Bu wi Tootiang menyadari bahwa sianak muda itu takut
dengan ilmu silat yang di miliki beberapa orang anak muridnya
itu tak mampu menahan serangan senjata rahasia dan Tong
Lo-thay thay, oleh sebab itu segera ujarnya:
"Silahkan Siau tayhiap memegang pucuk pimpinan dalam
operasi kali ini, perintahkan saja kami untuk bertindak
sesuatu!" Menurut pendapatku, lebih baik kelima orang anggota
partai Bu tong itu tetap berjaga jaga diiuar perkampungan,
sedang Tootiang dan aku bergerak paling depan."
"Baik!" sahut Bu Wi Tootiang sambil mengangguk, "apa
yang harus mereka kerjakan" harap Siau tayhiap memberi
perintah!" Siau Ling berpaling dan memandang sekejap kearah kelima
orang itu, kemudian jawabnya :
"Sudah lama aku dengar akan keampuhan barisan pedang
dari partai Bu tong pay, aku rasa Too heng berlima pasti
sudah hapal bukan dengan gerakan barisan pedang tersebut?"
"Kami sekalian sudah hapal!" jawab kelima orang itu sambil
memberi hormat. "Bagus sekali, kalian berlima bersembunyilah didalam hutan
tersebut, apabila kalian melihat ada orang yang berusaha
melarikan diri dari tanah pertanian tersebut, lebih baik
tangkaplah orang2 itu secara tiba2 tak berduga, perduli mau
gunakan senjata rahasia atau pun menyergap secara diam2
terserah pada kehendak kalian sendiri, untuk menghadapi
orang2 dari perkumpulan Pek-hoa-san cung, kalianpun tak
usah membicarakan lagi soal peraturan persilatan dengan diri
mereka..." Kelima orang itu mengiakan dan segera menyingkir
kedalam hutan ditepi jalan.
Baru-baru Siau Ling menambahkan kembali :
"Perduli dalam gubuk gubuk itu terjadi perubahan apapun,
kalian berlima tak usah maju menyongsong andaikata kalian
berjumpa dengan musuh musuh yang memiliki ilmu silat
sangat lihay, hadapilah orang itu dengan barisan pedang
kalian " "Kami mengerti !" jawab kelima orang suara berbareng.
Siau Ling segera berpaling dan memandang sekejap kearah
Tu Kiu dan Pek li Peng kemudian ujarnya lagi :
"Kekuatan musuh amat tangguh kalian tak boleh bertindak
terlalu gegabah dan utamakanlah lebih dahulu keselamatan
sendiri daripada melukai lawan aku dan Bu Wi Too tiang akan
berjalan dipaling depan untuk membuka jalan, sedang kalian
berdua ikut melangkah di belakang tapi jaraknya jangan
terlalu dekat dan jangan pula terlalu jauh jaga selisih jarak
antara delapan depa sampai satu tombak lima depa, agar
diantara kita bisa saling membantu......"
Sorot matanya dialihkan kembali keatas wajah Pek li Peng
dan menambahkan: "Peng-ji engkau tak boleh terlalu gagabah dalam bertempur
kalau bertemu dengan musuh yang telalu tangguh berilah
bisikan kepadaku, mengerti?"
"Siau moay akan ingat selalu !" jawab Pek-li Peng sambil
tersenyum. "Kalau begitu, mari kita berangkat!" pemuda itu segera
bergerak lebih dahulu menerjang kearah gubuk.
Bu Wi tootiang segera mengempos tenaga dan berjalan
berdampingan dengan Siau Ling.
"Tootiang, loloslan senjatamu!" bisik Siau Ling.
Bu Wi Tootiang mengiakan dan cabut ke luar pedang poo
kiamnya, Ialu dia balik bertanya :
"Apakah Siau-heng tidak menggunakan senjata?"
"Aku membawa pisau mustika didalam saku, bilamana
bertemu dengan musuh tangguh nanti senjata itu baru akan
kupergunakan!" Ilmu meringankan tubuh yang dimiliki keempat orang itu
sangat lihay, ditengah kegelapan tubuh mereka bagaikan
bintang yang meluncur berkelebat kearah depan, dalam
beberapa patah kata belaka tubuh mereka sudah berada
didepan rumah gubuk tersebut.
Dari balik pintu terdengar suara bentakan keras
berkumandang memecahkan kesunyian :
"Siapa diluar?""
Siau Ling tidak menjawab, sambil menyingkir kesamping ia
langsung menerjang masuk kedalam rumah gubuk itu.
Cahaya berkilauan memenuhi angkasa, sebilah golok tiba2
meluncur datang dan membacok kearah tubuhnya.
Siau Ling segera putar tangan kanannya mencengkeram
ujung golok lawan setelah itu sekuat tenaga disentak kearah
luar, seorang pria baju hitam seketika tertarik keluar dari
tempat persembunyiannya. Bu Wi tootiang yang menyaksikan kejadian itu, diam2
menghela napas panjang, pikirnya :
"Sekalipun Sun Put Shia sendiri, belum tentu ia berani
bertempur melawan orang dengan cara begini"
Setelah tangan kanan Siau Ling berhasil menyeret keluar
tubuh orang itu, tangan kirinya segera diayun kemuka
melancarkan satu pukulan dahsyat keatas dada lawan.
Pria kekar itu mendengus berat dan seketika itu juga
menemui ajalnya ditangan orang.
Siau Ling sendiri, bersamaan waktunya dengan kematian
pria kekar tersebut, ia telah menerjang masuk kedalam rumah
gubuk tadi. Dua kali dengusan berat bergema memecahkan
kesunyian, disusul dua sosok mayat terlempar keluar dan
dalam gubuk. Pek-li Peng yang menyaksikan kejadian itu, diam diam
segera berpikir didalam hatinya:
"Toako selalu ramah dan welas kasih, tetapi malam ini ia
telah melakukan pembunuhan secara keji dan telengas, itu
membuktikan bahwa orang orang yang sedang dihadapinya
adalah manusia manusia laknat yang sudah banyak melakukan
kejahatan kalau toh toako sudah bertindak secara keji rasanya
akupun tak usah bertindak sungkan sungkan lagi"
Berpikir sampai di situ tangan kirinya segera merogoh
kedalam saku dan menggenggam sebatang jarum Han peng
ciam. Bu wi Tootiang seadiripun tak pernah menyangka kalau
Siau Ling secara tiba tiba bisa melancarkan serangan dengan
begitu keji dan telengasnya ia jadi tertegun beberapa saat
lamanya sebelah mengikuti dibelakang Siau Ling untuk
menerjang masuk kedalam gubuk.
Tu Kiu dan Pek-li Peng menyusul dari belakang menyerbu
kedalam rumah gubuk tadi.
Jarak antara pintu gerbang rumah gubuk dengan ruang
tengah masih selisih agak jauh empat orang penjaga pintu
dalam waktu singkat telah dibunuh mati semua oleh Siau Ling
dengan gerakan yang cepat bagaikan sambaran kilat, dalam
anggapan pemuda itu orang orang dalam ruang dalam pasti
tidak akan tahu, siapa tahu dengusan penjaga pintu ternyata
kedengaran juga sampai kedalam.
Tatkala Siau Ling memimpin rekan rekan lainnya mencapai
satu tombak dari ruang tengah, tiba tiba terdengar desingan
tajam bergema memecahkan kesunyian, serentetan hujan
anak panah memenuhi seluruh angkasa.
Siau Ling segera mendorong sepasang telapaknya untuk
menghalau hujan panah tersebut.
Ia tidak membawa senjata, terhadap hujan anak panah
yang meluncur datang tiada hentinya itu lama kelamaan
dibuat kewalahan juga. Bu Wi tootiang segera mengepos tenaga dan menerjang
maju kedepan, pedangnya berputar kencang memancarkan
cahaya putih yang berkilauan, anak panah yang mendekati
tubuhnya sama sama rontok keatas tanah terkena sambaran
pedangnya itu. Ciangbunjin dari perguruan besar ini rupanya sudah
dibangkitkan semangatnya oleh permainan telapak Siau Ling
yang begitu cepatnya itu, pedang bagaikan pelangi berkelebat
mengitari seluruh badan melindungi Siau Ling dan diri sendiri
dari serangan panah, ketika berhasil mendekati pintu ruangan,
pedangnya segera membacok pintu hingga terbuka.
Gerakan tubuh Siau Ling cepat sekali, menggunakan
kesempatan dikala Bu wi Too-tiang membacok pintu ia sudah
menerobos masuk kedalam ruang tengah.
Sepasang telapaknya bekerja cepat, kembali dua orang
musuh berhasil dibacok sampai mati.
Bu Wi Tootiang segera menyusul kedalam pedangnya
berputar kekiri dan kekanan, dua orang pria dilukai pula pada
ujung pedangnya. Sementara itu, Pek li Peng dan Tu Kiu telah ikut menerjang
masuk kedalam ruangan. Pek li Peng segera putar pedangnya bagaikan titiran angin
kencang, mengikuti gerakan dari Bu wi tootiang, gadis inipus
berhasil melukai dua orang musuh.
Dalam ruang tengah rumah gubuk itu sebenarnya dijaga
oleh sepuluh orang jago pemanah jitu, ilmu silat yang
mereka miliki kendatipun sangat lihay, tetapi untuk
menghadapi serbuan dari empat orang jago lihay yang sudah
diliputi oleh napsu membunuh itu tentu saja masih bukan
tandingannya, dalam waktu singkat kesepuluh orang itu sudah
terkapar semua diatas tanah, dua orang yang belum matipun
sudah menderita luka dalam yang sangat parah.
Siau Ling masih tetap berjalan paling depan, tangan
kanannya diayun menghantam dinding tembok... Blaaam!
debu dan pasir berguguran keatas tanah, muncullah sebuah
lubang besar diatas dinding tadi.
Dalam hati kecilnya dia masih ingat dengan jelas letak
ruang rahasia yang dipergunakan Ciu Cau Liong untuk
melakukan perundingan dengan para jago2nya, dia berharap
dalam sekali gebrakan berhasil menerjang masuk kedalam
ruang rahasia tersebut dan menawan Ciu Cau Liong, atau
paling sedikit ia harus berhasil membinasakan beberapa orang
bayangan darah ciptaan dari Shen Bok Hong,
Oleh karena itu pemuda tersebut ingin membongkar
dinding untuk menerjang masuk kedalam.
Baru saja Siau Ling berhasil membobolkan dinding tembok
tersebut, tiba-tiba ... terdengar suara bentakan gusar
berkumandang datang : "Siapa disitu?"
Cahaya api memancar keempat penjuru dan muncullah
sebuah obor menerangi sekeliling tempat itu.
Siau Ling segera alihkan sorot matanya kearah depan,
tampaklah orang orang yang barusan munculkan diri adalah
Ciu Cau Liong dibelakangnya berdiri empat orang pria berbaju
merah membahu disisi kirinya adalah Tong Lothay sedang
disebelah kanannya adalah Tan Hiong Ciang.
Seorang pria lain sambil membawa obor berdiri kurang
lebih tiga depa didepan Ciu Cau Liong.
Pakaian yang dikenakan beberapa orang itu amat rapi,
agaknya belum tertidur semua.
Siau Ling dapat melihat keadaan dari Ciu Cau Liong
sekalian sedangkan Ciu Cau Liong juga dapat melihat Siau
Ling dengan dandanan serta pakaian yang tak ada ubahnya
seperti siang hari tadi hal ini membuat kepala kampung kedua
dari perkampungan Pek hoa san cung jadi tertegun.
"Tan Hian tit, sebenarnya apa yang telah terjadi.. ?"
tegurnya. Tan Hong Ciang sama sekali tak menyangka kalau Siau Ling
berani menyerbu kesitu dengan membawa orang2nya, bahkan
masih memakai baju yang dikenakan pada siang harinya,
kejadian itu membuat hatinya tak tenang.
Apalagi sekarang setelah ditegur oleh Ciu Cau Liong, dia
semakin merasa gelisah dan tidak tenteram.
Siau Ling sendiri, setelah melihat bahwa beberapa orang
penting yang sedang dicari olehnya sudah berkumpul semua
disitu, ia malahan tidak terburu napsu untuk segera turun
tangan, perlahan2 tubuhnya malah mundur dua langkah
kebelakang. Tan Hiong ciang sendiri, setelah berhasil mententeramkan
hatinya, sambil tebalkan muka tegurnya :
"Yang datang apakah Pek heng" '
"Bukan! " jawab Siau Ling sambil tertawa dingin," sekarang
aku sudah tidak bermarga Pek lagi! '
Mendengar suara pemuda itu, tiba-tiba .... Sekujur badan
Ciu Cau Liong gemetar keras, teriaknya :
"Engkau adalah Siau Ling?"
Siau Ling sama sekati tidak memperdulikan pertanyaan dan
Ciu Cau Liong itu, dengan nada dingin ujarnya :
Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kalian tak usah memperdulikan siapakah aku, cabut keluar
senjata kalian dan bersiap2lah untuk bertempur!"
Dengan pandangan dingin Ciu Cau Liong melirik sekejap
kearah Tan Hiong Ciang, berada dihadapan musuh tangguh
tak sempat baginya untuk menegur orang she Tan itu lagi,
sambil tertawa dingin segera ujarnya :
"Bagus sekali, kalau memang sahabat tak mau
menyebutkan namamu, itu membuktikan bahwa sahabat
masih menaruh perasaan segan terhadap perkampungan Pek
hoa san-cung kami. Tempat ini terlalu sempit dan tidak leluasa
untuk digunakan sebagai tempat bertanding, lebih baik kita
pilih ketaman sebelah luar sana!"
"Engkau Ciu ji-cungcu termasuk juga seorang yang
mempunyai kedudukan didalam dunia persilatan, aku rasa
apa yang sudah dikatakan tak akan dipungkiri kembali, pada
hal... sekalipun engkau ingin melarikan diri dari sini, mungkin
tak bisa kau lakukan dengan mudah!"
"Hanya mengandalkan kekuatan kalian berempat" "ejek Ciu
Cau Liong sambil tertawa sinis, "apakah ucapanmu itu tidak
terlalu tekebur....."'
Dengan pandangan tajam Siau Ling mengawasi wajah Ciu
Cau Liong, kemudian perlahan-lahan mundur kebelakang.
Ciu Cau Liong sekalian segera mengejar ke arah depan.
Ketika melewati ruang tengah dan menyaksikan kesepuluh
orang ahli pembidik tepat yang ditugaskan menjaga ruang
tengah telah roboh terkapar semua dalam keadaan tak
bernyawa, diam-diam Cu Cau Liong merasa terkesiap,
pikirnya: "Keempat orarg ini jelas merupakan jago lihay kelas satu
dalam dunia persilatan, hanya dalam waktu amat singkat
sepuluh orang pembidik tepat kami sudah menggeletak semua
dalam keadaan tak bernyawa."
Mendadak sorot matanya membentur diatas senjata pit
baja yang ada ditangan Tu Kiu, sambil tertawa dingin segera
serunya : "Pit baja berwajah dingin Tu Kiu, nyali nya benar2 tidak
kecil!" Setelah namanya disebut orang,Tu Kiu pun tidak
merahasiakan asal usulnya lagi, sambil tertawa dingin
sahutnya : "Sedikitpun tidak salah, memang aku orang she Tu!"
Ciu Cau Liong alihkan sorot matanya keatas wajah Bu Wi
Tootiang, sesudah mengamatinya beberapa waktu ia
menegur: "Siapakah engkau?""
"Aku tak bersedia memberi jawaban!" sahut Bu Wi tootiang
dengan suara dingin. Ciu Cau Liong menengadah dan tertawa ter-bahak2.
"Haahhh...haaahhh....haaahhh... engkau tidak bersedia
mengatakan" ataukah tidak berani mengatakannya keluar"
padahal sekalipun engkau tidak mengatakan juga sama saja,
karena aku sudah tahu bahwa engkau adalah Bu Wi tootiang"
Bu Wi tootiang tertawa dingin, ia tidak memberi tanggapan
tentang perkataannya itu.
Dalam hati Siau Ling segera berpikir :
Kedua belah pihak, membentuk posisi sendiri dan saling
berhadapan dengan keadaan siap bertempur.
Diluar dugaan Siau Ling, ternyata Ciu Cau Liang sama
sekali tidak menunjukkan rasa jeri, seakan2 ia mempunyai
sesuatu andalan. Walaupun kesempurnaan Ciu Cau Liong didalam hal ilmu
silat tidak begitu cemerlang, tetapi kecerdasan otaknya
sungguh luar biasa sekali, sementara ia masih termenung,
mereka sudah tiba dihalaman paling depan.
Sikap Ciu Cau Liong seolah olah ada sesuatu yang
diandalkan olehnya, ia segera ulapkan tangannya sambil
berseru : "Pasang beberapa buah obor lagi!,.
Suara mengiakan bergema dan beberapa saat kemudian
sudah ada tujuh batang obor yang telah dipasang.
Delapan buah obor dipegang oleh delapan orang pria
berpakaian ringkas dengan senjata lengkap berdiri pada
delapan posisi yang berbeda satu sama lainnya.
Dibawah sorot cahaya obor, suasana dalam kalangan jadi
terang benderang bagaikan disiang hari saja......
Diam diam Ciu Cau Liong mengamati Pek-li Peng sekejap
dari potongan badannya yang kecil ia tahu bahwa orang itu
adalah seorang gadis hanya tidak diketahui siapakah dia.
Dengan sikap yang sangat mencurigakan ini, Siau Ling
bertindak semakin ber-hati2, ia berpaling dan bisiknya kepada
Bu Wi tootiang dengan suara lirih :
"Selamanya Ciu Cau Liong tidak berani turun tangan
bertempur dengan orang secara sembarangan, tapi kali ini
sikapnya jauh berbeda dengan keadaan dihari biasa, mungkin
ia telah menyusun suatu rencana busuk, kita harus bertindak
hati2!" Bu Wi Tootiang mengangguk tanda mengerti.
"Biarlah aku yang maju menantang perang lebih dahulu! '
bisiknya. Sorot matanya segera dialihkan keatas wajah Ciu Cau
Liong, dan ujarnya dengan suara lantang:
"Sudah lama aku dengar akan nama besar dari Ji cungcu,
ini malam bisa saling berjumpa, betul betul suatu
keberuntungan bagiku, bersediakah engkau memberi
pelunjuk beberapa jurus kepadaku."
Ciu Cau Liong tertawa dingin jawabnya : "Aku tidak
bersedia untuk turun tangan bergebrak dengan orang secara
sembarangan" Ia berpaling dan memandang sekejap kearah Tong Lo thay
thay, serunya : "Tong hujin harap engkau bersedia untuk bertempur dalam
babak pertama!" Sambil menyambar tongkatnya Tong Lo thay thay maju
ketengah gelanggang katanya :
"Siapakah diantara kalian yang bersedia untuk bertempur
dengan aku siorang tua?""
Dalam hati Siau Ling berpikir : "Ketika dibawah puncak liwan-
hong tem po hari ia bersama Kim Hoa Hujin pergi
mengejar Shen Bok Hong yang terluka entah bagaimana
kemudian ternyata kedua orang itu telah bergabung kembali
dengan pihak Perkampungan Pek hoa san cung keadaan dari
Kim Hoa hujin masih tetap seperti sedia kala, banyak bicara
dan banyak berguraunya, tapi keadaan Tong Lo thay thay
pada saat ini jauh berbeda, rupanya ia telah mendapat
pengawasan yang jauh lebih keras...,."
Berpikir sampai disitu, ia segera menyerobot maju lebih
dahulu ketengah gelanggang.
Pada waktu itu, sebenarnya Bu Wi too-tiang telah bersiap
sedia untuk melakukan pertarungan, tetapi setelah diserobot
oleh Siau Ling, terpaksa ia hentikan langkah kakinya dan cuma
nonton belaka. "Laporkan namamu'!" seru Tong La-thay thay sambil
ayunkan toya ditangannya.
Siau Ling tertawa ewa, jawabnya :
"Aku adalah Siau Ling!"
"Engkau benar2 Siau Ling?" seru Tong Lo-tbay thay setelah
tertegun sejenak. "Sedikitpun tidak salah, akulah orangnya!"
Ciu Cau Liong sendiri, walaupun sejak permulaan tadi lelah
menduga bahwa kemungkinan besar orang yang berada
dihadapannya adalab Siau Ling, akan tetapi setelah
mendengar pengakuan sendiri dari Siau Ling, tak urung
sekujur badannya gemetar keras.
Hanya empat orang pria baju merah yang berada
dibelakang tubuh Ciu Cau Liong saja yang masih tetap
bersikap kaku, se-akan2 mereka sama sekali tidak tahu
siapakah orang yang bernama Siau Ling itu.
Senjata rahasia dimiliki Tong Lo thay thay meskipun sangat
lihay, akan tetapi orang yang paling disegani oleh Siau Ling
masih tetap keempat orang pria baju merah itu karenanya
secara diam diam ia awasi terus gerak gerik keempat orang
tadi. Menyaksikan tingkah laku keempat orang pria itu kaku dan
sama sekali tidak menunjukkan perubahan apapun, satu
ingatan dengan cepat berkelebat dalam benaknya, diam diam
ia berpikir: "Keadaan dari empat orang itu kaku bagaikan patung arca
dari tanah liat.....hal ini menunjukkan bahwa kesadaran otak
mereka sudah jelas dikuasai oleh sejenis obatan yang sangat
beracun ...." Dalam pada itu terdengarlah Tong Lo thay thay berseru
dengan suara lantang : "Hey orang she Siau berhati hatilah.....!"
Wesss... !toyanya diiringi deruan angin tajam langsung
membabat kearah batok kepala lawan.
Siau Ling merasakan sapuan toya itu disertai tenaga dalam
yang sangat hebat sehingga membawa deruan angin yang
sangat memekikkan telinga, diam diam hatinya terperanjat,
pikirnya; "Kalau ditinjau dari keadaan tersebut, rupanya ia telah tulus
ikhlas tunduk dan berpihak kepada perkampungan Pek hoa
san-cung, aku harus memberi sedikit pelajaran kepadanya....!'
Dalam hati berpikir demikian, sementara tubuhnya segera
menyingkir kearah samping.
Tangan kanan secepat kilat meluncur kearah depan dan
menyapu sejajar dada dengan suatu gerakan yang manis tahu
tahu ia berhasil mencengkeram toya diri Tong Lo thay thay
dan membetotnya keras keras kearah depan.
Cara merampas senjata orang dengan kekerasan seperti ini
jarang sekali ditemui dikolong langit, kecuali seseorang sudah
mempunyai keyakinan sembilan puluh persen pasti berhasil,
jarang sekali ada orang yang berani bertindak secara
gegabah. Dalam sekali gerakan tangan Siau Ling berhasil
mencengkeram toya baja dari Tong Lo thay thay, kejadian ini
bukan saja membuat Cau Liongmerasa amat terperanjat
sekalipun Bu Wi Tootiang sendiripun diam diam merasa
terkesiap, pikirnya : "Sungguh berani amat pemuda ini menempuh bahaya dan
mengambil resiko.. . benar-benar hebat!"
Rupanya Tong Lo tbay thay sendiripun sama sekali tak
menyangka kalau didalam sekali gebrakan saja Siau Ling telah
berhasil mencengkeram senjata toyanya, peristiwa tersebut
seketika membuat nenek tua itu jadi tertegun.
Pada saat ia masih berdiri termangu Siau Ling telah
menggerakan tenaga dalamnya untuk membetot toya baja
tadi kearah depan termakan tenaga betotan yang maha hebat
itu tanpa bisa dikuasahi lagi tubuh Tong Lo thay thay ikut
terjengkang kearah depan.
Menggunakan kesempatan itulah laksana sambaran kilat
Siau Ling ayunkan tangan kirinya sebuah pukulan gencar
dilepaskan. Serangan ini dilancarkan dengan kecepatan yang luar biasa
begitu cepatnya sehingga tidak memberi kesempatan bagi
Tong Lo-thay thay untuk menghindarkan diri......
Bluuumm !! pukulan tersebut dengan telak bersarang diatas
bahu kanan Tong Lo- thay thay.
Mengingat hubungan persahabatan yang pernah terjadi
diantara mereka, serangan yang dilancarkan Siau Ling ini tidak
terlalu berat, berbicara sampai tenaga dalam yang dimiliki
Tong Lo thay thay, seharusnya pukulan itu tak akan sampai
melukai dirinya Terdengar Tong Lo thay thay mendengus berat kemudian
badannya roboh terjengkang kebelakang, senjata toya yang
berada dalam genggamanpun segera terlepas dari cekalannya.
Dengan cepat Siau Ling merampas toya tersebut,
disamping itu diapun menyadari bahwa Tong Lo thay thay ada
maksud mengalah kepadanya, tetapi berhubung dalam hati
mempunyai kesulitan yang amat besar maka nenek itu tak
berani berbicara ataupun menyapa dirinya.
Oleh sebab itulah, setelah berhasil merebut senjata toya
tadi, pemuda itu membentak keras, toyanya langsung diputar
menerjang kearah Ciu Cau Liong.
Jejak Darah Masa Lalu 1 Rajawali Emas 10 Mata Malaikat Pedang Bayangan Panji Sakti 7
Sementara itu Siau Ling sudah maju kedepan, dengan
tangan kanannya ia membantu Tan Hiong Ciang naik keats
kuda. Dua ekor kuda satu didepan yang lain dibelakang bersamasama
berangkat tinggalkan tempat itu.
Sesudah melewati dua buah jalan raya, dari kejauhan
tampaklah Pek li Peng sedang berdiri dibawah wuwunga
rumah dan menengok kesana kemari dengan wajah gelisah.
Ketika itu Siau Ling telah mengganti pakaian dandanan,
tentu saja Pek li Peng tak dapat mengenali dirinya kembali.
Siau Ling melirik sekejap sekeliling tempat itu, kemudian ia
memberi kode dengan tangan menyapa Pek li Peng.
Ketika melihat kode tersebut Pek li Peng kelihatan agak
tertegun, kemudian ia berjalan hendak menyusul kedepan.
Siau Ling segera memberi tanda lagi kearahnya untuk
mencegah Pek li Peng menyusul kedepan. Sedang kudanya
dilarikan dengan lebih cepat lagi.
Dua ekor kuda itu dengan cepatnya berlarian menuju
kearah barat. Pek li Peng yang melihat kode rahasia tadi merasa amat
bergirang hati dan segera menyusul kedepan, tetapi setelah
dicegah oleh Siau Ling, terpaksa ia berhenti dan memandang
Siau Ling berdua menjauh dari situ.
Seorang pria memikul sayur berjalan lewat disamping tubuh
gadis tersebut, ketika mereka berpapasan pria itu segera
berbisik, "Nona Pek li Peng, kita berbicara disana!"
Dengan perasaan apa boleh buat Pek li Peng menghela
napas panjang, dengan mengikuti dibelakang pria itu
berangkatlah gadis tersebut tinggalkan tempat semula.
---ooo0dw0ooo--- Setiba disuatu rumah makan kecil, mereka cari tempat dan
duduk disitu. Dengan perasaan mendongkol Pek li Peng segera menegur,
"Ada urusan apa engkau suruh aku datang kemari?"
Pria itu tersenyum. "Masa engkaupun berani bersikap begitu galak terhadap
toakoku?" Pek li Peng nampak tertegun, kemudian sahutnya,
"Selamanya aku tak pernah bersikap galak terhadap
dirinya" "Engkau kenal siapakah orang yang menunggang kuda dan
berjalan dipaling depan tadi?" tanya pria itu sambil tertawa
ewa. "Siapakah dia?"
"Tan Hiong Ciang, murid kepala dari Shen Bok Hong !"
"Aduh celaka toako melakukan perjalanan bersama-sama
dia bukankah itu berarti keadaannya sangat berbahaya" Kita
harus segera melakukan pengejaran"
Tapi pria itu segera gelengkan kepalanya.
"Kalau toako membutuhkan bantuan kita dia sudah pasti
akan memberi tanda, kalau memang tidak memperkenankan
kita ikut serta itu berarti bahwa dia tidak membutuhkan
bantuan kita" "Aku lihat engkau Tu Kiu masih belum bisa memahami
kecerdikan Sang Pat...", seru Pek li Peng dengan gusar.
Tu Kiu segera tersenyum, selanya.
"Sedari kapan sih aku yang jadi adik bisa menangkan sang
kakak" Tentu saja aku bukan apa-apa kalau dibandingkan
dengan Sang Pat." "Hmm! Engkau tak kenal budi tidak setia kawan engkau
tidak punya perasaan !"
Beberapa patah kata makian itu kedengaran sangat berat
membuat Tu Kiu jadi tertegun, sesaat kemudian dia baru
dapat berkata, "Semua orang mengatakan aku Leng bin tiat pit pit baja
bermuka dingin tak punya perasaan, itu memang benar aku
tak berperasaan, tapi kalau mengatakan aku tak setia kawan,
aku protes sekeras-kerasnya tuduhan tersebut!"
"Kalau engkau setia kawan dan berperasaan, mengapa
menyaksikan toako sendiri menempuh bahaya dan terancam
oleh maut, engkau malah berpeluk tangan belaka dan tidak
berani untuk memberi pertolongan?"
"Ooooh...! Rupanya engkau maksudkan demikian..." seru
Tu Kiu sambil tersenyum. Setelah berhenti sebentar, sambungnya,
"Ilmu silat yang dimiliki Siau toako sangat lihay, dia telah
melarang kita untuk pergi kesana, kalau kita bersikeras untuk
membuntutinya, bukan saja tak dapat memberi bantuan
kepadanya malahan kemungkinan besar akan merepotkan
toako sendiri" Tiba-tiba Pek li Peng bangkit berdiri dan berkata,
"Hmm..! berbicara dengan dirimu tiada pemecahan yang
berhasil diperoleh, kalau engkau tak mau pergi, biarlah aku
pergi seorang diri" "Tunggu sebentar!", seru Tu Kiu dengan gelisah, cepat2 ia
menghadang jalan pergi gadis itu.
"Ada apa?" teriak Pek li Peng dengan gusar, "ingin
berkelahi dengan aku?"
"Berkelahi sih tidak berani, cuma ada beberapa kata ingin
kusampaikan kepadamu, bagaimana kalau engkau dengarkan
dahulu sampai selesai kemudian baru pergi?"
"Baiklah! Kalau begitu cepatlah katakan keluar, sebab aku
tidak ada banyak waktu untuk mendengarkan ocehanmu itu!"
"Baik! Singkatnya saja kukatakan, pertama ia tidak
memperkenankan nona pergi, kalau nona bersikeras mengikuti
dirinya maka itu berarti engkau tak bersedia mendengarkan
perkataannya, apakah tindakanmu ini tidak akan
menggusarkan hatinya..."
"Tentang soal ini....." Pek li Peng tampak tertegun.
"Kedua" sambung Tu Kiu lebih jauh, "andaikata dia
mempunyai rencana bagus, dan oleh karena kedatangan nona
hingga mengalam kegagalan, bagaimanakah pertanggung
jawaban nona?" Perlahan-lahan Pek li Peng duduk kembali diatas kursi,
katanya, "Jadi menurut perkataanmu, aku tak boleh mengikuti
dirinya?" "Tentu saja tidak boleh"
"Sekalipun kita tak boleh ikut, tapi bagaimanapun juga
harus mencari akal untuk segera diam-diam memberi
sambutan kepadanya, hingga bila terjadi sesuatu yang tidak
diinginkan kita sudah bersiap sedia."
Melihat sikap gadis tersebut, diam-diam Tu Kiu berpikir
dalam hati kecilnya, "Dalam hatinya ia terlalu memikirkan tentang keselamatan
toako, bahkan memandang jiwa toako jauh lebih penting
daripada dirinya , aku rasa susah menasehati orang semacam
ini, aku harus berusaha untuk menenteramkan dahulu
kegugupan dan kecemasan hatinya"
Berpikir sampai disitu perlahan-lahan ia berkata,
"Bu Wi tootiang mempunyai banyak akal dan cerdas mari
kita cari dia untuk merundingkan persoalan ini siapa tahu
kalau dia dapat mencarikan akal buat kita?"
"Kalau memang begitu, ayoh kita berangkat sekarang juga
!" kata Pek li Peng sambil bangkit berdiri dan berlalu lebih
dahulu dari ruangan tersebut, ..........................
Sementara itu Siau Ling dan Tan Hiong Ciang telah
meninggalkan kota Tiang sah.
Ditengah jalan tiba-tiba Tan Hiong Ciang menahan tali les
kudanya untuk melambatkan lari kuda tunggangannya
kemudian berkata, "Bagaimana kalau kita berkunjung lebih dahulu kekuil Pek
in koan?" "Tentang soal itu terserah pada sau cungcu sendiri cuma
aku berharap bisa dengan cepat mengunjungi basis utama
kekuatan perkampungan Pek hoa sancung dikota Tiang sah ini
agar sau cungcu pun bisa secepatnya memperoleh
kemerdekaan kembali"
"Baiklah ! kalau begitu kita berangkat secepatnya"
Sambil memutar arah kudanya berangkatlah mereka
menuju kekuil Pek in koan.
Komplek kuil Pek in koan luas sekali banyak sekali para
peziarah yang bersembahyang ditempat itu sepintas
memandang siapapun tak akan menyangka kalau tempat ini
merupakan pusat kegiatan orang-orang dari perkumpulan Pek
hoa sancung. Diluar kuil Siau Ling dan Tan Hiong Ciang turun dari kuda
dan berjalan masuk kedalam kuil tersebut.
Setelah menembus empat buah halaman rangkap,
sampailah mereka didepan sebuah halaman yang amat sunyi,
sebuah pintu kayu tertutup rapat dan kecuali itu tak nampak
bangunan lain. Dalam seluruh komplek kuil Pek in koan, halaman itu
letaknya tersendiri dan sama sekali tidak berhubungan
dengan bagian bangunan lainnya.
Setiba didepan pintu, Tan Hiong Ciang mengetuk gelang
tersebut sebanyak sembilan kali.
Siau Ling yang menyaksikan hal itu, diam-diam berpikir,
"Oooh..! rupanya, dalam hal mengetuk pintu pun mereka
mempunyai kode rahasia tertentu."
Lewat beberapa saat kemudian, dari dalam pintu
berkumandang suara teguran seseorang dengan suara lirih,
"Siapa diluar" Pintu dibuka dan muncullah seorang pria baju hijau
menghadang didepan pintu.
Ketika orang itu mengetahui bahwa orang yang berada
dihadapannya adalah Tan Hiong Ciang mukanya yang dingin
ketus segera berubah jadi ramah dan penuh senyum dikulum,
"Hamba menjumapi sau cungcu!"
"Tak usah banyak adat, apakah Seng lo enghiong berada
disini!" "Barusan saja komandan Seng mendapat surat lewat
burung merpati dan sudah berlalu dari sini."
Tan Hiong Ciang segera melangkah masuk kedalam
halaman, kembali ia bertanya,
"Siapa yang berada disini?"
Buru-buru pria baju hijau itu menutup kembali pintunya
dan membuntuti disamping Tan Hiong Ciang, mendapat
pertanyaan itu dia segera menjawab,
"Wakil komandan Khong Siang!"
"Bagus laporkan kedalam dan katakan kalau aku ada
urusan hendak menghadap dirinya"
Pria baju hijau itu mengiakan buru-buru ia berlalu dari situ.
Tan Hiong Ciang segera memperlambat kakinya dengan
suara rendah bisiknya, "Terpaksa aku harus mengurangi ruang gerakmu, engkau
hanya boleh memeriksa, melihat dan mendengar, janganlah
berusaha menimbrung atau menyela pembicaraan kami"
"Sau cungcu tak usah kuatir, aku bisa tutup mulut dan
mengurangi pembicaraan yang tak berguna".
Sementara pembicaraan masih berlangsung, tiba2
tampaklah pria baju hijau itu dengan membawa seorang pria
setengah baya berusia empat puluh tahunan muncul dari
ujung halaman. Dalam hati Siau Ling segera berpikir
"Rupanya kedudukan Tan Hiong Ciang dalam
perkampungan Pek hoa Sancung pada saat ini tidak
rendah...." Sementara ia masih termenung, orang tadi sudah
menghampiri mereka berdua.
Pria itu segera memberi hormat dan berkata
"Khong Siang menjumpai sau-cungcu!"
"Tak usah banyak adat, apakah Seng heng tidak berada
disini?" "Komandan Seng sudah pergi karena mendapat panggilan
lewat burung merpati, untuk sementara waktu tempat ini
diurus oleh siau te!"
"Ada berapa orang pembantu yang berada disini?"
"Kecuali Komandan Seng, masih ada dua belas orang
banyaknya" "Apakah mereka berada disini semua?"
"Kecuali Tiau Coan dan Keng Gak yang sedang mendapat
tugas diluar, yang lain semuanya masih berada didalam kuil"
Diam2 Siau Ling mengawasi keadaan disekeliling tempat
itu, dia lihat ditengah halaman yang kecil penuh ditumbuhi
pepohonan yang rindang sehingga membuat pemandangan
indah menawan, kecuali ruang tengah di kedua belah sisinya
terdapat pula serangkaian bilik.
Tampak Khong Siang memberi homrmat dan berkata,
"Sau cungcu, silahkan masuk kedalam ruangan untuk
minum teh!" Tan Hiong Ciang mengangguk, sambil melangkah masuk
kedalam ruangan tanyanya "Beberapa waktu belakangan ini apakah dalam kuil Pek-inkoan
terdapat perubahan?"
"Komandan Seng melarang semua anak buahnya untuk
bergerak ditempat luaran, apabila bukan sedang melepaskan
tugas siapa pun dilarang meninggalkan halaman ini barang
selangkahpun, karena itu beradanya kami ditempat ini boleh
dibilang sangat rahasia..."
"Kiranya begitu...." sela Tan Hiong Ciang, setelah berhenti
sebentar sambungnya lagi "Sudah lamakah komandan Seng pergi memenuhi
undangan?" "Kurang lebih setengah jam berselang"
Tan Hiong Ciang berpaling memandang sekejap kearah
Siau Ling, kemudian sambil alihkan sorot matanya kearah
Khong Siang dia berkata, "Secara kebetulan saja aku lewat disini maka sengaja aku
berkunjung untuk menengok keadaan kalian semua, apabila
tak ada urusan lain aku akan mohon diri lebih dahulu"
Khong Siang termenng sebentar, kemudian menjawab
"Persoalan sih ada, cuma mungkin sau cungcu telah
mengetahuinya" "Persoalan apa?"
"Persoalan mengenai Su-hay Kuncu !"
Tan Hiong Ciang alihkan sorot matanya ketika melihat
sepasang mata Siau Ling sedang menatap kearahnya terpaksa
Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ia bertanya "Kenapa dengan Su-hay Kun cu ?"
"Su-hay Kun cu telah mengutus Siau yau cu datang kemari
!" "Apa yang mereka bicarakan ?"
"Banyak sekali yang mereka bicarakan dengan komandan
Seng dan aku hanya sempat mendengar sedikit saja agaknya
mereka berkata bahwa Siau Ling telah berhasil ditangkap
dalam keadaan hidup"
Mendengar perkataan itu, diam-diam Tan Hiong Ciang
memaki dalam hati kecilnya,
"Ngaco belo tidak karuan Siau Ling berada disisiku
sekarang juga siapa bilang ?a sudah kena ditangkap dalam
keadaan hidup-hidup ?""
Dalam hati berpikir demikian diluaran dia bertanya dengan
dingin "Bisa dipercayakah kabar berita itu ?"
"Bisa dipercaya atau tidak aku tidak berani memastikan "
"Apakah masih ada persoalan lain?""
"Tidak ada!" jawab Khong Siang sambil gelengkan
kepalanya. "Kalau memang begitu, aku akan pergi dahulu !" ujar Tan
Hiong Ciang sambil bangkit berdiri.
Khong Siang bangkit untuk menghantar, setibanya didepan
pintu halaman Tan Hiong Ciang segera berpaling sambil
berkata, "Khong heng tak usah menghantar lebih jauh:'
"Sepantasnya aku menghntar sau cungcu lebih jauh, tetapi
Komandan Seng telah memberi peraturan yang ketat, karena
itu terpaksa aku turut perintah"
"Engkau tak usah menghantar lagi....." sambil putar badan,
dengan langkah lebar orang she Tan itu berlalu dari situ.
Siau Ling mengikuti dibelakangnya, dalam beberapa waktu
kemudian kedua orang itu sudah keluar dari kuil Pek in koan.
Para jemaah yang bersembahyang dalam kuil itu banyak
sekali, manusia berlalu lalang tiada lentinya dengan suara
gaduh siapapun tak akan menduga kalau kuil Pek in koan
dengan jemaah yang begitu banyak, sebenarnya adalah
tempat basis kekuatan dan orang2 perkampungan Pek hoa
san cung. Setelah keluar dari kuil Pek in koan, Tan Hiong Ciang dan
Siau Ling mendapatkan kuda mereka masih tertambat
ditempat semula. Siau Ling pun menolong Tan Hiong Ciang naik keatas
pelana kuda, sambil memayang tubuhnya ?a berbisik
"Ehmm! kerja samamu benar2 sangat bagus"
"Setelah aku menyanggupi dirimu, tentu saja aku akan
berusaha dengan sepenuh tenaga, cuma akupun
mengharapkan agar engkau juga pegang jauji"
"Tentang soal itu engkau tak perlu kuatir, asal engkau tidak
mempertunjukkan permainan setan, akupun akan tetap
memegang janji Setelah berhenti sebentar, sambungnya lebih jauh
"Sekarang kita akan pergi kemana?"
"Aku akan membawa engkau untuk berkunjung ketempat
tinggal guruku..." Sambil berkata, ia larikan kudanya menuju kedepan.
Siau Ling segera membuntuti dibelakang pria tadi dan
meneruskan perjalanannya lebih jauh.
Beberapa waktu kemudian mereka sudah menempuh jarak
sejauh dua puluh li lebih, sampailah kedua orang itu didepan
sebuah perkampungan kaum tani.
Dengan seksama Siau Ling mengamati sekeliling tempat
itu, ?a lihat perkampungan itu merupakan gabungan dari
rumah2 gubuk yang disekelilingnya dipagari bambu.
Tan Hiong Ciang segera larikan kudanya menuju kepintu
pagar tersebut... Ketika kuda mereka sudah hampir mendekati
perkampungan itu, tiba2 pintu pagar membuka dengan
sendirinya. Dalam hati Siau Ling segera berpikir
"Sepintas lalu perkampungan ini nampaknya sama sekali
tidak memperoleh penjagaan, tapi dalam kenyataan
dimanapun ada penjaga yang mengawasi gerak gerik orang..."
Berpikir sampal disitu, ia segera mengempit perut kuda dan
larikan binatang itu masuk kedalam pagar mengikuti
dibelakang Tan Hiong Ciang.
Dua orang pria berpakaian ringkas meloncat diluar dan kiri
kanan dimana masing masing orang segera menahan tali les
kuda tersebut, Diam-diam Tan Hiong Ciang menggigit bibir sambil turun
dari atas punggung kudanya ?a bertanya
"Dimanakah Toa cungcu ?"
Pria baju hijau yang ada disebelah kiri segera memberi
hormat dan menjawab "Toa cungcu telah tinggalkan tempat ini...."
Sorot matanya yang tajam mengawasi Siau Ling tanpa
berkedip sikapnya penuh rasa curiga.
Tan Hiong Cing segera mendehem ringan dan berkata,
"Saudara Pak ini ada urusan hendak menghadap toa
cungcu !" Dua orang pria berpikaian ringkas itu segera mengangguk
dengan menunggang kedua ekor kuda itu mereka masuk
kedalam sebuah rumah gubuk.
"Pak heng" bisik Tan Hiong Ciang kemudian dengan suara
lirih " harap engkau suka mengikuti dibelakang, tempat ini
mempunyai penjagaan yang ketat sekali, salah satu langkah
saja kemungkinan besar jiwamu akan terancam maya bahaya"
"Terima kasih atas perhatian dari Tan heng!"
Diam-diam awasi sekeliling tempat itu, tampaklah suasana
ditempat penjuru sunyi senyap tak kedengaran sedikit
suarapun, juga tak nampak sesosok bayangan manusiapun,
hanya hembusan angin yang menyibakkan daun dan ranting
saja yang memperdengarkan desiran lirih:
Dengan langkah lebar Tan Hiong Ciang berjalan menuju
kerumah gubuk yang berada ditengah.
Siau Ling mengikuti dibelakang Tan Hiong Ciang dan
mengejar masuk kedalam ruangan.
Bayangan manusia berkelebat lewat, empat orang pria
berpakaian ringkas munculkan diri dari balik ruangan dan
menghadang jalan pergi kedua orang itu, sambil memberi
hormat mereka menyapa, "Sau cungcu...!"
"Sudah berapa lama toa cungcu pergi dari sini?"
"Sudah pergi kurang lebih satu jam lamanya" jawab pria
yang ada diujung kiri. Meskipun keempat orang itu bersikap sangat menghormat
terhadap Tan Hiong Ciang tetapi tak seorangpun diantara
mereka yang menyingkir untuk memberi jalan.
"Sekarang siapa yang bertanggung jawab ditempat ini ?"
"Ji cungcu!" "Aku mau masuk kedalam apakah kedatanganku juga perlu
dilaporkan lebih dahulu?"
"Sau cungcu sendiri tentu saja tak usah, tapi saudara ini
...." "Pak heng ini adalah sahabat karibku", tukas Tan Hiong
Ciang dengan cepat. "Ia datang bersama-sama sau cungcu sebenarnya tidak
pantas kalau kuhalangi jalan perginya tapi apa boleh buat "
peraturan yang ditetapkan cungcu ketat sekali dan harus
dipegang teguh harap sau cungcu berserdia memberi maaf"
Tan Hiong Ciang tertawa dingin.
"Baik cepatlah kalian masuk kedalam untuk memberi
laporan" Pria yang ada disebelah kiri itu segera memberi hormat dan
berlalu dari situ. Sedangkan tiga orang pria lainya masih tetap menghalangi
jalan pergi kedua orang itu
Siau Ling yang menyaksikan kejadian itu, segera berpikir
dalam hati kecilnya, "Peraturan yang ditelapkan Shen Bok Hong benar2 ketat
sekali, sampai2 anak murid sendiripun harus menuruti
peraturan!" Beberapa saat kemudian, pria tadi telah muncul kembali
sambil berkata "Ji cungcu mempersilahkan kalian berdua untuk masuk
kedalam" Sambil berkata, keempat orang itu bersama2 menyingkir
kesamping dan menyelinap kebelakang pintu.
Siau Ling segera mengikuti dibelakang Tan Hiong Ciang
berjalan masuk kedalam ruangan.
---oo0dw0oo--- Jilid: 21 SESUDAH melewati gubuk tadi, dibelakang adalah sebuah
jalan kecil yang beralaskan pasir putih.
Dengan pandangan mata yang tajam Siau Ling mengawasi
keadaan disekitar tempat itu, terlihat olehnya dikedua belah
sisi jalan beralas pasir putih itu merupakan sebuah pagar
bambu yang tingginya mencapai satu tombak, setiap satu
tombak berdirilah seorang pria berpakaian ringkas menjaga
keamanan. Panjang jalan kecil itu delapan tombak, pada ujung jalan
merupakan sebuah rumah gubuk yang besar sekali.
Empat orang pria bersenjata lengkap berdiri didepan pintu.
Rupanya keempat orang pria bersenjata itu mengenal diri
Tan Hiong Ciang, mereka segera memberi hormat sambil
berkata "Menemui saucungcu"
Meskipun mereka berempat bersikap amat menghormat
terhadap saucungcu nya ini, tetapi seperti halnya dengan
empat orang pria pertama tadi, tak seorangpun diantara
mereka yang menyingkir dari tengah jalan.
"Harap kalian suka memberi laporan kepada Ji-cungcu,
katakanlah aku datang berkunjung " ujar Tan Hiong Ciang
kembali. Sebelum pria itu sempat menjawab, Ciu Cau Liong sudah
munculkan diri sambil menyapa :
"Hian tit..." Tiba tiba sorot matanya dialihkan keatas wajah Siau Ling
sambil bertanya : "Siapa orang itu?""
"Dia she Pek, seorang sahabat karib siau-tit!"
"Silahkan duduk diluar saja! tempat ini tidak sesuai untuk
menerima tamu" jawab Ciu Cau Liong kemudian dengan wajah
serius. "Ia datang bersama Sau-tit, karena ada urusan hendak
menjumpai toa cungcu"
"Tapi suhumu telah berangkat tinggalkan tempat ini!"
Tan Hiong Ciang melirik sekejap kearah Siau Ling,
kemudian dengan suara rendah bisiknya kepada Ciu Cau
Liong: "Paman Ciu, kedatangannya kemari adalah untuk
mengunjungi guruku, rasanya kita tak enak untuk menyia
nyiakan harapan hatinya . . "
Ciu Cau Liong termenung dan berpikir sebentar, kemudian
jawabnya: "Baiklah ! suruh dia masuk kedalam tetapi dilarang
menengok kekiri ataupun kekanan juga dilarang banyak
bertanya !" Tan Hong Ciang segera berpaling kearah Siau Ling dan
berkata : "Inilah peraturan dari perkampungan kami terpaksa Pek
heng harus turut peraturan itu "
Siau Ling kuatir Ciu Cau Liong mengenali suaranya ia tak
berani menjawab dan terpaksa hanya mengangguk belaka.
Ciu Cau Liong segera membentak lirih :"Kalian boleh
menyingkir!" Keempat orang pria bersenjata itu mengiakan dan
bersama-sama menyingkir kesamping.
"Siau-te akan membawakan jalan bagi Pek heng !" ujar
Tan Hiong Ciang sambil berpaling dan memandang
sekejap kearah Siau Ling, kemudian ia berjalan lebih dahulu
kedalam. Siau Ling tetap tidak membuka suara, dengan mulut
membungkam pemuda itu membuntuti dibelakang pria
tersebut. Ciu Cau Liong berdiri disamping pintu, setelah melihat
kedua orang itu masuk kedalam ruangan, ia segera menutup
pintu rapat2, kemudian secara tiba2 tangannya berkelebat
mencengkeram urat nadi pada tangan kiri Pemuda she-Siau.
Kendatipun Siau Ling secara diam2 sudah bikin persiapan,
namun dia membiarkan tangannya dicengkeram orang.
Ketika mendengar suara berisik, Tan Hiong Ciang berhenti
dan segera berpaling kebelakang, memasang matanya dengan
tajam mengawasi perubanan wajah Siau Ling.
Tampak olehnya air muka sianak muda itu masih tetap
tenang dan sedikitpun tidak nampak kaget atau gugup,
rupanya ia sudah mempunyai keyakinan dalam hatinya.
Setelah melihat hal itu, ia baru berpaling kearah Ciu Cau
Liong sambil menegur : "Paman Ciu sebenarnya apa maksudmu?"
"Heehhh.....heehhh.....heehhh hian-tit sahabatmu ini
sangat mencurigakan hatiku" kata Ciu Cau Liong sambil
tertawa dingin. Tan Hiong Ciang tertawa ewa.
"Selamanya dia memang tidak suka bicara tetapi itu bukan
berarti mulutnya bisu "
"Bagaimanapun juga sudah sepantasnya kalau dia
mengucapkan beberapa patah kata agar aku bisa mendengar
suaranya " Dengan suara yang parau dan kasar Siau Ling segera
berseru : "Ji cungcu, beginikah caramu untuk menyambut
kedatangan seorang tetamu ?"
Perlahan-lahan Ciu Cau Liong melepaskan cengkeramannya
pada nadi Siau Ling sambil tersenyum ujarnya :
"Maafkanlah daku !"
Dengan melewati didepan Tan Hiong Ciang ia berjalan lebih
dahulu masuk kedalam ruangan.
"Syukur lolos..." bisik Siau Ling dalam hati, ia segera
menyusul dipaling belakang.
Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ciu Cau Liong membawa kedua orang itu menuju kedalam
sebuah ruangan besar. Ruangan itu sangat gelap dan tertutup rapat, sebagai
penerangan hanya disulut dua batang lilin.
Kursi diatur disekeliling ruangan, ketika itu sudah ada enam
orang yang hadir disitu, Ciu Cau Long segera ambil tempat duduk dikursi utama,
kepada Tan Hiong Ciang bisiknya :
"Duduklah disini, kami sedang merundingkan suatu
masalah yang amat penting sekali"
Tan Hiong Ciang segera duduk disebuah kursi kosong
didekatnya, dan Siau Ling menempati disamping orang itu.
Setelah duduk, sorot matanya yang tajam secara diam2
baru mengawasi sekejap wajah orang yang hadir dalam
ruangan itu. Terlihatlah diantara keenam orang itu terdapat seorang
kakek gemuk pendek yang memakai baju biru, wajahnya mirip
dengan Seng sam-koay. Disampinnya adalah seorang nenek tua, dia bukan lain
adalah Tong Lo-thay thay dari propinsi Suchuan.
Empat orang yang lainnya adalah pria2 berbaju merah.
Pakaian yang dikenakan keempat orang itu sama semua,
paras muka mereka pun sama, pucat pias bagaikan mayat dan
sama sekali tidak ada perasaan sedikitpun.
Sesudah mengamati keempat orang pria baju merah itu
beberapa saat lamanya, mendadak satu ingatan berkelebat
dalam benak Siau Ling, secara tiba2saja ia teringat akan
kedelapan orang bayangan darah dari Shen Bok Hong, segera
pikirnya : "Kalau ditinjau tampang dari keempat orang ini, rupanya
mereka adalah orang2 dari delapan bayangan darah ciptaan
gembong iblis tersebut, masa Ciu Cau Liong punya
kemampuan untuk memberi petunjuk dan perintah kepada
empat orang ini..." Sementara dia masih berpikir, terdengar Ciu Cau Liong
telah berkata : "Apa yang diucapkan Seng-heng tadi, apakah tak bakal
salah lagi?" "Tak bakal salah" jawab Seng sam koay, "aku telah menulis
surat kepada Shen toa-cungcu dan menuturkan pula semua
kejadian dengan se-jelas2nya"
"Berhubung ada sesuatu urusan penting Toa cungcu harus
segera tinggalkan tempat ini, sebelum berangkat ia telah
berpesan kepadaku agar membicarakan persoalan ini secara
seksama dengan diri Seng-heng..."
"Setelah aku mengadakan pembicaraan dengan Siau-yau
cu, seketika itu juga kutulis sepucuk surat rahasia dengan
memerintahkan Tiau Coan Kong Gak untuk menyampaikan
kepada sau-cungcu agar diserahkan kepada Shen Toa
cungcu,siapa tahu baru saja kedua orang itu kuutus, surat
panggilan dari Shen toa-cungcu telah kuterima, terpaksa aku
berangkat kemari dengan ter buru2..."
"Setelah toa-cungcu melepaskan merpati untuk
mengundang kedatangan Seng heng, tiba2 ia mendapat
panggilan dari seorang sahabat karibnya yang sudah puluhan
tahun lamanya tak pernah bertemu, karena itu buru2 ia
berangkat, toa cungcu telah berpesan kepadaku agar
merundingkan persoalan ini dengan Seng-heng secara baik2"
"Ketika Siau yau cu membicarakan persoalan itu dengan
diriku, sikapnya amat jujur dan bersungguh sungguh,
keadaannya yang terdesak memaksa dia mau tak mau harus
bekerja sama dengan pihak kita..."
"Baik kecerdasan maupun ilmu silat yang dimiliki toa
cungcu benar benar luar biasa dan sukar ditemui dikolong
langit dalam seratus tahun terakhir ini, ada dia disini maka
urusan yang bagaimana besarpun dalam waktu singkat bisa
diputuskan, lain halnya dengan diriku, aku harus peras otak
setengah mati lebih dahulu untuk memikirkan persoalan itu,
kemudian setelah yakin tak akan gagal baru berani
diputuskan" "Sebelum toa cungcu berlalu, apa yang dipesankan" "tanya
Seng Sam koay lagi. "Karena peristiwa itu terjadi sangat mendadak dan lagi
sangat terburu maka dia hanya berpesan sepatah kata saja."
"Apa pesan toa cungcu?"
"Dia bilang, persoalan mengenai masalah yang dibicarakan
mengenai Seng heng dengan Siau yau cu hendaknya
dirundingkan kembali antara aku dengan Seng heng sebelum
dilaksanakan. "Itu berarti dia telah memberikan hak penuh kepada Jicungcu
untuk menyelesaikan persoalan ini ?"
"Berarti juga dibalik persoalan ini masih ada bagian yang
perlu dirundingkan lebih jauh atau dengan perkataan lain kita
tak boleh bertindak secara gegabah... .,"
"Lalu Ji cungcu bersiap sedia hendak menyelesiakan
persoalan ini secara bagaimana?"
Ciu Cau Liong tersenyum. "Kesempatan untuk menjadi nelayan yang beruntung masih
belum tiba menurut pendapatku lebih baik semua rencana
dilaksanakan menurut maksud hati Seng heng hanya ada satu
hal harus kita rubah lebih dahulu "
"Bagian yang mana ?"
"Persoalan tentang tindakan kita menghantam mereka
secara diam diam lebih baik untuk sementara waktu ditunda
lebih dahulu daripada rahasia ini sampai diketahui mereka
hingga mengakibatkan perpecahan yang tidak diinginkan
selama Toacungcu ada disini tentu saja kita tak usah takuti
mereka, tapi dalam keadaan demikian mungkin kita masih
belum mampu untuk menghadapi mereka"
"Aku setuju sekali dengan pendapat dari Ji- cungcu!"
"Bagus sekali, persoalan lain kita laksanakan menurut
rencana semula..." "Biarkan saja mereka bertempur sengit lebih dahulu dengan
pihak partai Bu-tong sesuai dengan rencana yang diatur Toa
cungcu, cuma setelah ji-cungcu merubah rencana, entah
bagian rencana ini perlu diperbaiki lagi atau tidak?"
Ciu Cau Liong termenung dan berpikir beberapa saat
lamanya, setelah itu dia menjawab :
"Untuk mendapat kepercayaan dari Siau-yau cu, menurut
pendapatku lebih baik Seng-heng memimpin sebagian jago
kita untuk memberikan bantuan kepadanya, cuma kalian baru
boleh turun tangan andaikata pertarungan mereka sudah
mencapai puncak kritis, selama toa cungcu tidak berada disini,
aku tidak mengharapkan ada kekuatan dari pihak kita yang
menderita luka ataupun cedera"
"Susunan rencana dari Ji cungcu sempurna sekali, aku
merasa amat kagum..." puji Seng Sam-koay.
Sorot matanya dialihkan kearah Tan-Hiong Ciang dan
menambahkan : "Mengenai persoalan ini apakah sau cung cu ada pendapat
lain?" Tan Hiong Ciang segera bangkit berdiri dan menjawab:
"Kalau memang suhu ada pesan dan paman Ciu telah
menyusun rencana sebaik baiknya aku bersedia untuk maju
kegaris depan" Mendengar perkataan itu Seng Sam koay segera tertawa,
"Dalam persoalan semacam ini, aku tak berani merepotkan
diri sau-cungcu ...... " serunya.
Tiba tiba terdengar suara yang berat dan dalam
berkumandang datang : "Lapor Ji cungcu !"
"Ada urusan apa?"
"Kim Hoa Hujin mohon bertemu !" Air muka Tan Hiong
Ciang berubah hebat segera serunya :
"Ji-cungcu sedang repot dan banyak urusan sekarang tak
ada waktu untuk bertemu besok saja suruh dia datang lagi "
"Hamba telah menolak kedatangannya tapi ia berkata
bahwa kedatangannya membawa berita rahasia yang amat
besar katanya bagaimanapun juga dia harus bertemu dengan
ji-cungcu !" Tan Hiong Ciang yang ketakutan jadi gusar, bentaknya:
..Kurang ajar, Kim Hoa hujin berani main paksa"
dianggapnya peraturan dari perkampungan Pek hoa san cung
sama sekali tidak berlaku baginya..."
" Dia adalah tamu terhormat dalam perkampungan kita
"sela Ciu Cau Liong dari samping, keadaannya tentu seja jauh
berbeda untung masalah besar yang kita bicarakan telah
selesai, suruh saja dia masuk kedalam."
Melihat Ciu Cau Liong sudah menyetujui walaupun dalam
hati Tan Hiong Ciang merasa tidak tenteram tapi diapun tidak
berani banyak bicara lagi.
"Persilahkan dia masuk kedalam", seru Ciu Cau Liong
kemudian dengan suara lantang.
Orang itu mengiakan dan segera berlalu.
Beberapa saat kemudian Kim Hoa Hujin dengan wajah
penuh senyuman berjalan masuk kedalam ruangan.
Dengan biji mata yang jeli dia menyapu sekejap seluruh
ruangan tersebut kemudian sambil tertawa serunya:
"Ciu Ji-cungcu aku lihat lagakmu jauh lebih besar dari pada
Shen toa cungcu sendiri."
Rupanya Ciu Cau Liong Segan untuk menghadapi
perempuan yang penuh dengan mahkluk beracun serta
berkepandaian tinggi itu dia tertawa ewa dan menjawab:
"Hujin suka amat bergurau!"
"Apa yang kukatakan adalah kata2 yang sesungguhnya''
kata Kim Hoa hujin dengan nada dingin, "jika Shen toa cungcu
berada disim, kalau aku hendak menjumpai dirinya maka hal
itu bisa kulakukan deagan gampang sekali, tetapi sekarang
untuk menjumpai engkau Ciu Ji cungcu saja harus memakai
tunggu diluar pintu dan memberi laporan lebih dahulu..Hmm!"
Sorot matanya segera dialihkan keatas wajah Tan Hiong
Ciang, sambil ulapkan tangannya ia menyapa:
"Sau cungcu, baik baikkah engkau" sudah lama kita tak
pernah berjumpa muka."
Tan Hiong Ciang kuatir sekali kalau dia mengungkap
tentang persoalannya dengan Siau Ling namun dalam
kenyataan ternyata Kim Hoa Hujin sama sekali tidak menyinggung
barang sepatah katapun hal itu membuat hatinya jadi
lega sambil tersenyum sahutnya :
"Hujin baik2kan engkau!"
"Hujin, ada laporan rahasia apa yang hendak kau
sampaikan" sekarang juga engkau boleh katakan "ujar Ciu
Cau Liong kemudian. Kim Hoa Hujin mendehem ringan, lalu menjawab:
"Hmm! kalau aku tidak mengatakan ada urusan penting
yang hendak disampaikan mungkin Ji cungcu tidak akan
menemui diriku" "Hujin terlalu serius memandang persoalan ini "seru Ciu
Cau Liong sambil tersenyum.
Tiba2 Seng Sam Koay bangkit berdiri dan memberi hormat
kepada Ciu Cau Liong, katanya:
"Hamba akan berangkat selangkah lebih duluan"
"Seng heng silahkan berangkat lebih dahulu!
"Maaf! ", dengan langkah lebar Seng Sam Koay segera
berjalan menuju keluar. Kim Hoa Hujin tepat berdiri didapan pintu dan menghadang
jalan pergi Seng Sam Koay ketika melihat orang itu berjalan
mendekat ternyata perempuan yang berasal dari wilayah Biau
ini sama sekali tidak berkutik dari tempat semula.
Seng Sam koay dibuat apa boleh buat, terpaksa dia
menjura sambil memohon. "Hujin, bersediakah engkau menyingkir ke samping dan
memberi jalan kepadaku"''
Kim Hoa hujin tidak menyingkir, sebaliknya berkata dengan
suara berbisik. "Aku melihat sekawanan hweesio sudah tiba dikota Tiang
sah!'' "Hweesio apa" "
"Hweesio yaa hweesio, darimana aku bisa tahu hweesio
apaan mereka itu...?"
"Berapa banyak rombongan padri itu?" tanya Ciu Cau
Liong. "Lima orang, dua orang sudah tua dan tiga orang masih
muda." perempuan itu tersenyum sambungnya kembali:
"Cuma yaag mudapun sudah berumur antara empat sampai
lima puluh tahunan!"
"Berapa usia yang tua?"
"Dua orang hwesio itu paling sedikitpun telah berusia tujuh
delapan puluh tahunan."
"Apakah mereka adalah para padri dari gereja Siau lim si?"
diatas wajah mereka toh tak ada tulisan dan akupun tidak
bertanya kepada mereka darimana aku bisa tahu kalau dia
berasal dari gereja Siau-lim-si atau bukan?"
Ciu Cau Liong tertawa getir, "Hujin suka amat bergurau..."
Dia mendehem ringan, lalu menyambung lebih jauh :
"Apakah mereka pandai bersilat atau tidak, aku rasa hujin
pasti dapat mengetahui bukan?"
"Menurut pengamatanku, mereka semua adalah jago2
kelas satu didalam dunia persilatan"
"Waah...! kalau begitu mereka pastilah jago2 lihay dari
gereja Siau-lim si" bisik Seng Sam Koay.
"Ji cungcu, aku rasa kabar berita ini pasti sudah engkau
ketahui bukan..." "Tidak tahu, setelah mendengar perkataan dari hujin, aku
baru mengetahui akan berita ini"
"Sungguh aneh!" seru Kim Hoa Hujin dengan cepat, "
bukankah pihak Perkampungan Pek-hoa san cung kita telah
menyebar begitu banyak mata2 dalam kota Tiang-sah, kenapa
persoalan besar ini tidak mereka laporkan kemari"''
"Mungkin saja pemberitaan mereka datangnya terlambat
dan tak bisa memadahi kecepatan gerak hujin!"
Siau Ling yang mengikuti kejadian itu, dalam hati diam2
berpikir: "Kim Hoa hujin amat gemar menggoda dan
mempermainkan orang, apalagi saat ini Shen Bok Hong tidak
berada disini, Ciu Cau Liong semakin pusing menghadapi
dirinya, entah pemberitaannya itu benar atau tidak?"
Sementara itu terdengar Kim Hoa Hujin berkata kembali
setelah hening sejenak : "Setelah kutemui jejak hweesio gundul itu, aku berkeliling
pula mengitari kota Tiang-sah lebih dahulu sebelum datang
Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kemari, kalau mereka akan memberi laporan semestinya
sudah datang kemari, aku pikir mereka pasti tidak
melihatnya!" "Aaah! tidak mungkin?"
Kim Hoa Hujin tertawa ewa.
"Baiklah! kalau begitu silahkan Ji cungcu menunggu
datangnya laporan dari mereka saja, aku tak akan bicara lagi!"
Habis berkata, tiba2 dia putar badan dan berjalan keluar.
Ciu Cau Liong jadi amat terperanjat, buru buru serunya:
Kim Hoa Hujin berhenti, sambil berpaling ia tertawa dan
berkata : "Ada urusan apasih Ji cungcu?"
Perempuan itu menganggap suatu masalah yang besar dan
penting bagaikan gurauan yang diucapkan dalam suasana
santai, hal ini membuat Ciu Cau Liong jadi mendongkol dan
tak tahu bagaimana harus menghadapinya.
Meskipun dalam hati merasa gusar dan marah, tetapi
diluaran Ji cungcu dari perkampungan Pek-hoa san cung itu
pura2 tertawa tanyanya dengan halus:
"Apakah hujin melihat kearah mana beberapa orang
hweesio itu pergi...?"
"Aku cuma melihat mereka masuk kedalam kota Tiang sah,
kemudian kearah mana mereka pergi aku sama sekali tidak
tahu." Seng Sam Koay mendengus dingin :
"Hmm! kalau memang hujin sudah mengetahui bahwa
rombongan mereka merupakan jagoan kelas Satu dalam dunia
persilatan kenapa tidak kau lakukan pengintaian lebih jauh"
"serunya dengan nada kurang senang hati.
"Aku disuruh mengintai hweesio2 gundul itu" Hmm!
pertama, mata2 perkampungan Pek hoa san cung yang
disebar diseluruh kota Tiang sah untuk menyadap berita sudah
amat banyak sekali, dan kedua aku adalah seorang wanita,
masa kalian suruh aku mengintili terus beberapa orang padri
gundul itu?" Seng Sam Koay segera miringkan tubuhnya dan berkata
lagi: "Jikalau apa yang diucapkan Kim Hoa Hu jin tidak salah,
maka delapan bagian orang2 itu pastilah para hweesio diri
gereja siau-lim si, aku tak bisa berdiam terlalu lama lagi disini,
semoga Ji cungcu dapat tegera mengirim orang untuk
menyelidiki persoalan ini "
"Seng heng tak usah menguatirkan persoalan ini, silahkan
saja menyelesaikan tugasmu sendiri."
Dengan cepat Seng Sam Koay berkelebat lewat dari sisi
badan Kim Hoa Hujin dan berlalu dari situ.
Sepeninggalnya jago yang gemuk dan pendek itu, Ciu Cau
Liong segera alihkan sinar matanya keatas wajah Tan Hiong
Ciang dan berkata : "Didalam masalah ini. terpaksa aku harus merepotkan hiantit
untuk melakukan penyelidikan"
"Siau tit terima perintah!''
Ia bangkit berdiri dan menyapa Siau Ling:
"Pek heng, ayo ikut aku!"
Siau Ling segera bangkit berdiri, dan mengikuti dibelakang
Tan Hiong Ciang berlalu dari situ.
Diluar dugaan semua orang, ternyata kali ini secara
otomatis Kim Hoa Hujin menyingkir sendiri kesamping.
Setelah mengajak Siau Ling tinggalkan gubuk tadi,
sepanjang jalan Tan Hiong Ciang melakukan perjalanan
cepat,setelah berada didalam sebuah hutan lebat kurang lebih
lima li dari tempat semula, dia baru berkata :
"Siau-heng aku telah pegang janji secara baik2!"
"Karena itu akupun akan pegang janji pula terhadap dirimu
" sambung pemuda Siau Ling dengan cepat.
Tangannya bergerak kesana kemari, dan didalam waktu
singkat beberapa buah jalan darah Tan Hiong Ciang sudah
dibebaskan, Tan Hiong Ciang lalu berkata :
"Selama hidup baru kali ini aku mendapat tekanan diri
orang sehingga gerak gerikku sama sekali tidak bebas"
"Setelah ada yaag pertama maka yang kedua pasti akan
menyusul, aku harap gerak gerik sau-cungcu dikota Tiang-sah
bisa jauh lebih ber-hati2 lagi, sehingga jangan sampai
dikemudian hari kita saling berjumpa muka kembali"
"Terima kasih atas perhatianmu, lain kali aku pasti akan
bertindak jauh lebih berhati2"
Habis berkata ia putar badan lari keluar dari hutan itu,
dalam waktu singkat badannya sudah lenyap dari pandangan.
Siau Ling tahu dalam keadaan mendongkol dan dendam
akibat mendapat perlakuan secara demikian darinya,
kepergian Tan Hiong Ciang kali ini pasti akan mengundang
jago Jagonya untuk membalas dendam, maka buru2 sianak
muda itu berlalu dari hutan kayu tadi dan kembali kekota
Tiang -sah. Setelah masuk kedalam kota, pemuda itu langsung lari
kembali kekebun teh Jit-ci-teh wan, sementara waktu
menginjak senja hari. Ditempat itu ia temukan Pek-li Peng masih berada disekitar
sana sambil mengawasi setiap orang yang berlalu lalang.
Rupanya Pek-li Peng setelah berjumpa dengan Bu Wi
Tootiang, iapun dicegah oleh imam tua dari Bu tong Pay itu
agar jangan bertindak gegabah.
Dalam keadaan apa boleh buat terpaksa seorang diri Pek li
Peng kembali lagi kedepan kebun teh Jit ci teh wan untuk
menantikan kedatangan Siau Ling.
Kali ini Bu Wi Tootiang maupun Tu Kiu tak dapat
menghalangi niatnya lagi, terpaksa secara diam2 mereka
melindungi keselamatan gadis tersebut.
Dan Siau Ling sendiri rupanya sudah menduga sampai
kesitu, masa sekembalinya dikota Tiang sah dia langsung
menuju kekebun teh Jit ci teh wan, ternyata dugaannya tidak
meleset dan Pek li Peng benar2 berada disitu.
Dihampirinya gadis itu, kemudian sapanya dengan suara
lirih : "Peng ji!!"
Mendengar suara panggilan dari Siau Ling, gadis Pek-li
Peng sangat kegirangan, ia putar badan menubruk kedalam
pelukan pemuda itu. Dengan sebat Siau Ling menghindar kesamping, kemudian
sambil mencekal pergelangan tangannya ia melanjutkan :
"Tenangkan sedikit hatimu, cepatlah bawa aku menghadapi
Bu Wi tootiang....!.."
Pek-li Peng mengangguk, sambil menggandeng tangan
pemuda itu berangkatlah mereka berlalu dari sana.
Sambil berjalan, dengan halus gadis itu berkata :
"Ketika melihat kedatangan toako tadi, aku agak kurang
bisa menguasahi diri, toako tidak marah bukan dengan
sikapku barusan?" Siau Ling tersenyum. "Kita tak boleh bertindak ceroboh, sebab disekitar kota ini
penuh tersebar mata2 dari pihak perkampungan Pek-hoa-sancung!"
Pek-li Peng mengangguk, sesudah memandang sekejap
sekeliling tempat itu katanya :
"Aku akan berjalan didepan sambil mengawasi kedua belah
samping, sedang toako perhatikan belakang, jangan sampai
jejak kita diikuti oring"
"Bagus sekali! secara tiba2 engkau telah berubah jadi
begitu seksama dan ber-hati2.."
"Tadikan aku terlalu gembira..,"
Tiba2 pipinya jadi merah dan panas, kata selanjutnya tak
bisa dilanjutkan dan cepat2 dia meneruskan perjalanannya.
Ditengah lapat2nya cuaca karena malam telah menjelang
datang, kedua orang itu menembusi beberapa buah jalan pasir
dan masuk kedalam sebuah lorong kecil yang sunyi dan
terpencil letaknya. Ketika tiba didepan sebuah pintu berwarna putih, Pek-li
Peng berhenti dan per-lahan2 mengetuk pintu.
Siau Ling segera angkat kepalanya memandang kearah
dalam, ia lihat dibalik pintu penuh dengan tiang2 kayu yang
tingginya mencapai tiga tombak, kain berkoli panjang
tergantung disana sini, rupanya tempat itu adalah tempat
pencuci pakaian. Dari balik pintu tidak kedengaran suara orang menegur,
tapi pintu tadi perlahan lahan terbuka.
Seorang pemuda berusia dua puluh tahunan muncul
didepan pintu. Rupanya dia sudah kenal dengan Pek-li Peng, setelah
mengamati sebentar kedua orang itu, ia menyingkir
kesamping dan memberi jalan.
Pek li Peng dengan mengajak Siau Ling segera masuk
keruang tengah dan kemudian berputar menuju keruang
samping dibagian dalam. Cahaya lampu menerangi seluruh ruangan seorang kakek
tua berjubah hijau bertopi bulu dan seorang pria berpakaian
compang camping segera bangkit berdiri menyambut
kedatangan mereka. Kakek berjubah hijau itu memberi hormat dan menegur:
"Yang datang apakah Siau tayhiap?"
"Benar, aku adalah Siau Ling, dan siapakah engkau" '
Kakek berjubah hijau itu tertawa!
"Pinto adalah Bu wi, dan dia adalah adik mu Tu Kiu!"
Siau Ling segera mengamati kedua orang itu beberapa saat
lamanya, kemudian baru berseru :
"Ilmu penyaru yang kalian berdua memiliki sungguh hebat,
sampai2 aku tak dapat mengenali dirimu kembali"
"Orang2 dari perkumpulan Pek-hoa-San-cung rata2 lihay
dan ahli dalam ilmu menyaru sehingga membuat orang sama
sekali tidak menduga, untuk menghadapi musuh yang
demikian tangguh, terpaksa kita harus menggunakan pula
cara begini" Sementara itu Tu Kiu sudah memberi hormat sambil
berkata : "Menjumpai toa ko!"
Siau Ling balas memberi hormat dan berkata Sambil
tertawa : "Tak usah banyak adat, mari kita berbicara sambil duduk,
aku masih ada urusan penting yang hendak dilaporkan kepada
tootiang!" Ketiga orang itu segera mengambil tempat duduknya
masing2, sedang Pek li Peng duduk disampiug Siau Ling
dengan wajah penuh senyuman, ia nampak begitu penurut,
halus dan lembut. Bu Wi Tootiang yang menyaksikan sikapnya itu, dalam hati
kecilnya segera berpikir:
"Tadi ia selalu ribut dan tak bisa tenang sehingga susah
dihadapi, sungguh tak nyana setelah berjumpa dengan Siau
Ling, ternyata berubah jadi lembut dan penurut!"
Siau Ling mendehem ringan, kemudian katanya:
"Baru saja aku berkunjung kemarkas besar dari
perkampungin Pek hoa san cung dikota Tiang sah,, dewasa ini
Shen Bok Hong telah meninggalkan kota Tiang sah dan Ciu
Cau Liong yang mewakili dirinya dalam mengatasi masalah
ditempat ini, Siau yau cu telah mengirim jago lihaynya.!."
Bagaikan air bah yang menjebolkan tanggul, perkataan
demi perkataan terlontar keluar dengan lancarnya sehingga
membuat Bu wi Tootiang serta Tu Kiu yang mendengar jadi
terbelalak matanya dan mulut melongo.
Mungkin Siau Ling merasakan juga bahwa perkataan yang
diucapkan keluar terlalu cepat, buru2 serunya kemudian.
"Mungkin perkataanku barusan telah membingungkan
kalian berdua" baiklah, akan kututurkan secara perlahan
lahan" Maka diapun segera menceritakan semua pengalaman yang
baru saja dialaminya beberapa saat berselang.
Mendengar peraturan itu, Bu Wi Tootiang mengerutkan
dahinya rapat2 dan berkata :
"Siau yau cu bisa bekerja sama dengan Shen Bok Hong,
peristiwa ini memang merupakan suatu persoalan yang
merepotkan sekali" "Kekuatan yang dimiliki kedua belah pihak sama2 besar dan
kuat, masing2 pihakpun mempunyai ambisi untuk merajai
kolong langit, selamanya dua ekor harimau yang bergaul jadi
satu tak akan berlangsung terlalu lama, entah apa sebabnya
kali ini mereka bisa bekerja sama untuk menghadapi kita,
kalau dilihat sepintas lalu kerja sama kedua belah pihak ini seakan2
didasarkan pada tujuan yang sama, tapi didalam
kenyataan secara diam2 pihak perkampungan Pek-hoa-san
cung lah yang terpaksa harus berbuat demikian"
Dengan wajah serius dan ber-Sungguh2 Bu Wi Tootiang
berkata : "Andaikata mereka benar2 bekerja sama maka tindakan
mereka itu akan sangat mempengaruhi dunia persilatan, kita
tak boleh membiarkan mereka bekerja sama, kita harus
mencari akal untuk merusak hubungan kerja sama diantara
mereka itu" "Kerja sama antara Shen Bok Hong dengan Su-hay Kun cu
pada dasarnya adalah hubungan yang didasarkan oleh siasat
busuk, asal kita dapat membongkar rencana busuk itu, maka
mudah sekali bagi kita untuk memancing suatu pertarungan
besar diantara mereka sendiri"
"Persoalan ini kalau dibicarakan saja gampang, namun
kalau dilaksanakan rasanya sulit sekali"
"Ketika Shen Bok Hong masih berada di kota Tiang sah,
mereka sudah punya rencana untuk menghadapi Siau-yau-cu
sekalian dengan jalan meracuni orang2 itu, asalkan kita bisa
menyampaikan berita itu kepada Siau-yau cu maka berita itu
sudah cukup beralasan mereka untuk saling bertempur
sendiri.Tapi sekarang Ciu Cau Liong yang memegang pucak
pimpinan, orang ini nyalinya terlalu kecil ternyata ia sudah
membatalkan rencana untuk meracuni mereka!"
"Seng Sam koay mengatakan hendak mengadu domba
pihak kita dengan Siau yau cu sehingga saling bertempur lebih
dahulu, sebenarnya apa yang telah terjadi?"
"Kalau kudengar dari nada suara Seng Sam koay, agaknya
Siau yau cu sudah mengetahui amat jelas tentang keadaan
dari partai Bu tong, Shen Bok Hong menghendaki Siau yau cu
sekalian bertempur lebih dahulu melawan partai Bu tong,
menanti kedua belah pihak sudah jatuh korban yang sangat
banyak, mereka baru mengirim jago2nya untuk bertempur
serta menguasahi keadaan, aku rasa keadaan yang
sebenarnya begitulah"
Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sesudah berhenti sebentar katanya lagi.
"Aku merasa tidak habis mengerti tentang satu hal"
dapatkah Tootiang memberi penjelasan?""
"Persoalan apa?""
"Dikota Tiang sah, Shen Bok Hong telah menyebarkan
banyak sekali mata2nya untuk mencari berita, tetapi mereka
tak dapat menemukan tempat persembunyian dari Tootiang
sekalian, dalam pertarungan rahasia melawan rahasia ini
agaknya kita masih sedikit diatas angin, sebaliknya Siau yau
cu yang tidak banyak mata2nya dikota ini, mengapa malahan
bisa mengetahui akan tempat persembunyian dari Tootiang?""
Bu Wi Tootiang termenung dan berpikir beberapa saat
lamanya, kemudian berkata:
"Aku rasa keadaan ini tak mungkin bisa terjadi,
kemungkinan besar hal ini merupakan salah satu dari siasat
setan Shen Bok Hong"
Siau Ling segera bertepuk tangan sesudah mendengar
perkataan itu, serunya: "Sedikitpun tidak salah, tootiang benar2 memiliki
kecerdasan yang melebihi orang, selama ini aku selalu merasa
keheranan dan tak dapat menebak apa alasannya" tapi setelah
tootiang berkata demikian, akupun jadi paham dengan
duduknya persoalan" "Kalau memang mereka ada rencana untuk menyergap
kita, bagaimanapun juga kita harus mengadakan sedikit
persiapan lebih dahulu, aku akan memerintahkan mereka
untuk bersedia "kata Bu wi tootiang sambil bangkit berdiri.
"Silahkan Tootiang!"
Bu wi Tootiang tertawa dan mengangguk, kemudian
bangkit berdiri dan berlalu.
Memandang hingga bayangan punggung Bu wi tootiang
lenyap dari pandangan, Tu Kiu berpaling kearah Siau Ling dan
berkata dengan suara lirih:
"Bu wi Tootiang telah memindahkan puluhan orang jago
inti dari partai Bu tong kedalam rumah penduduk disekitar
kota Tiang sah, kecuali beberapa orang jago lihay yang cerdik
dan cekatan serta mendapat petunjuk khusus, boleh dibilang
semuanya telah menghentikan seluruh kegiatan mereka,
Rumah gedung Sam siang ini adalah markas besar mereka,
semua penghidupan dilalui bagaikan orang biasa, meskipun
mata2 dari Shen Bok Hong tersebar luas diseluruh kota Tiang
sah, rasanya merekapun tak bisa berbuat apa2"
"Bu wi Tootiang sebenarnya adalah seorang ketua
terhormat dan suatu partai besar tetapi untuk menghadapi
Shen Bok Hong yang licik dan kejam, terpaksa diapun harus
menggunakan akal muslihat"
Sementara pembicaraan masih berlangsung Bu wi Tootiang
telah kembali kedalam ruangan.
Setelah mengetahui bahwa Bu wi Tootiang telah melakukan
persiapan, Siau Ling merasa hatinya agak lega, setelah
menghela napas panjang ia bertanya:
"Belum ada kabar beritanya "jawab Bu-wi Tootiang sambil
menggeleng. Sun locianpwee dari Kay pang dengan membawa dua orang
jago lihaynya telah berangkat untuk mencari berita dan
jejaknya, Dewasa ini kekuatan kita kurang kuat dan susah
untuk bertempur melawan pihak lawan namun setelah
kedatangan Siau tayhiap disini, tentu saja keadaannya jauh
berbeda" "Kalau dihitung dari saat berpisah, semestinya Teng ji-hiap
dan Chan heng sudah tiba dikota Tiang sah, kenapa kedua
orang itu sama sekali tak ada kabar beritanya" aai. ...! semoga
saja tidak terjadi hal2 yang tidak diinginkan atas diri mereka
berdua" Sementara pembicaraan berlangsung tiba tiba sesosok
bayangan manusia berkelebat masuk, seorang bocah
berdandan pekerja kasar menerjang masuk kedalam ruangan
sambil berbisik kepada Bu Wi Tootiang :
"Ada orang yang berjalan malam mendekati kemari!"
"Sampaikan perintahku, suruh mereka bersabar sedapat
mungkin, apabila keadaan tidak terlalu mendesak jangan
sampai bertempur melawan pendatang itu!"
Siau Ling mengamati orang itu dergan cermat, ia segera
kenali bocah berpakaian pekerja kasar itu bukan lain adalah
bocah pengiring dari Bu Wi tootiang.
Bocah tadi segera mengiakan dan berlalu dari situ, Bu Wi
Tootiang segera berkata :" Mari kitapun keluar untuk melihat
siapa yang telah datang!" sambil berkata ia padamkan lampu
dimeja. Siau Ling mengikuti dibelakang Bu Wi too tiang berjalan
keluar, Pek li Peng dan Tu Kiu mengikuti dari belakang,
mereka langsung menuju keruangan tengah.
"Apakah kita harus menunggu dalam ruang tengah?" tanya
pemuda Siau Ling. "Pinto telah menginstruksikan semua anak buahku untuk
menyembunyikan diri, apabila keadaan tidak terlalu memaksa
mereka dilarang turun tangan, karena itu menurut dugaan
pinto, andaikata mereka berhasil menemukan tempat ini,
maka orang itu pasti akan langsung menuju keruang tengah,
kita dengan bersembunyi disini bisa mengamati gerak geriknya
sekalian mencari tahu siapakah gerangan orang itu"
"Walaupun ruangan ini tidak kecil, tapi aku rasa tempat
untuk menyembunyikan diri rasanya tidak terlalu banyak"
"Tentang soal itu aku sudah punya persiapan, tak usah Siau
thayhiap kuatirkan.....' Setelah berhenti sebentar, sambungnya :
"Diarah Timur dan barat aku telah mempersiapkan sebuah
pintu rahasia, cuma tempat itu kecil sekali dan hanya cukup
ditempati satu orang, nona Pek li dan Tu Kiu silahkan
bersembunyi dibalik pintu rahasia tersebut, diatas tiang
gantung pakaian terdapat sebuah lubang kecil untuk
mengintip keluar"! Walaupun Pek li Peng ingin sekali berada bersama2 Siau
Ling, tetapi dalam keadaan begini tidak leluasa baginya untuk
buka suara, terpaksa dengan uring2an dia berlalu
"Bagaimana dengan kita berdua ?" tanya Siau Ling.
Bu Wi Tootiang tertawa. "Disamping kiri kanan tiang penglari terdapat satu tempat
yang bisa memuat badan kita secara berbareng " katanya.
"Bagus sekali, kalau begitu tunggu saja sampai mereka
datang, kita baru menyembunyikan diri.
Tidak lama setelah Pek li Peng dan Tu Kiu
menyembunyikan diri, tiba tiba....
"Plook!" sebutir batu disambit kearah halaman luar.
Inilah cara melempar batu bertanya jalan yang seringkali
dipergunakan orang persilatan untuk mencari tahu keadaan
musuh. Siau Ling dan Bu Wi Tootiang berilmu tinggi dan bernyali
besar, mereka masih tetap berdiri tak berkutik ditengah
ruangan. Dari atas wuwungan rumah melayang turun dua sosok
bayangan manusia dan berdiri ditengah halaman.
Bintang bertaburan diluar ruangan, secara lapat lapat dapat
melihat raut wajah pendatang yang tak diundang itu.
Bu Wi totiang dan Siau Ling segera mengerahkan
pandangan matanya mengamati kedua orang itu, yang satu
memakai baju hijau dengan membawa senjata hudtim
ditangan, potongan badannya mirip dengan Siau yau cu,
sedang yang lain adalah seorang pria berbaju ketat warna
hitam dengan sebelah golok tersoren diatas punggungnya.
Siau Ling dan Bu Wi Tootiang saling berputar pandangan
sekejap kemudian masing2 loncat naik keatas tiang penglari.
Terdengar orang berjubah hijau itu bertanya dengan suara
lirih : "Engkau tidak salah lihat"''
Dari nada orang itu, Siau Ling segera mengenali sebagai
suara dari Siau-yau-cu. "Tak bakal salah lagi!" jawab pria berpakaian ringkas itu
dengan cepat. "Kalau Bu Wi tootiang dan Sun Pat Shia benar2 tinggal
disini, tak mungkin disekitar tempat ini sama sekali tak ada
penjagaan, apa lagi Sun Put Shia adalah seorang yang
sombong dan tinggi hati, tak mungkin mendekam terus
macam cucu kura2!" "Mungkin pada malam ini kedua orang tersebut tidak
berada disini, bagaimana kalau kita masuk kedalam ruangan
untuk memeriksa lebih dahulu?"
"Engkau masuklah kedalam lebih dahulu coba lihat ada
orangnya atau tidak" kalau dalam ruangan itu tak ada
orangnya, pasang lah lampu penerangan! "
Siau Ling yang mendengar perkataan itu diam2 segera
berpikir didalam hatinya:
"Siau yau cu benar2 seorang manusia yang amat licik... dari
perbuatannya itu bisa diketahui betapa jahatnya hati orang
ini" Sementara itu pria baju hitam tadi sudah mengiakan, dan
perlahan lahan berjalan masuk kedalam ruangan.
Dengan penuh kesiap siagaan orang itu mengamati
sekeliling tempat itu beberapa saat lamanya, kemudan
merogoh kedalam sakunya ambil keluar sebatang lilin.
Dibawah sorot cahaya api, terlihatlah ruang besar itu
kosong melompong tidak nampak sesosok bayangan
manusiapun. Terdengar Siau-yau cu dengan suara lantang berseru:
"Bu Wi Tootiang adalah seorang manusia yang sangat licin,
hati-hati kalau dia sudah memasang jebakan didalam ruangan
tersebut engkau harus menggeledahnya secara teliti"
Pria baju hitam itu mengiakan, ia segera meloloskan
goloknya dari atas punggung dan mulai menggeledah seluruh
ruangan itu. Bu Wi Tootiang yang sudah mempersiapkan tempat
persembunyian lebih dahulu, tentu saja sukar ditemukan
jejaknya oleh pihak lawan, setelah berputar mengitari seluruh
ruangan tersebut, tidak nampak sesosok bayangan
manusiapun yang ditemukan ia segera berseru;
"Mungkin Bu Wi Tootiang sudah mendapat kabar dan kabur
lebih dahulu dari sini..... "
Bayangan manusia berkelebat lewat, siau-ya cu tahu sudah
menerjang masuk kedalam ruangan, setelah mengamati
sekejap sekeliling tempat itu tegurnya ketus:
"Sudah kau periksa dengan seksama seluruh ruangan ini " "
"Sudah. " Siau-Yau cu segera tertawa dingin.
"Heehh.. .heehhh ..kalau begitu lepaskan api, kita bakar
dulu mulai ruang tengah ini " serunya.
"Orang baju hitam itu mengiakan, tetapi sebelum dia
sempat melepaskan api, Siau-Ling sudah tak dapat menahan
diri lagi, dia melayang turun dari atas tiang Penglari dan
berseru dengan dingin; "Tootiang, apakah engkau tidak merasa bahwa tindakanmu
itu terlalu keji..?"
"Siapa engkau ?"tegur Siau Yau cu dengan dahi berkerut.
Siau Ling tertawa dingin.
"Kita tak perlu bercakap cakap dan aku rasa kitapun tak
perlu saling menyebut nama !" sahutnya
Tiba tiba manusia baju hitam itu maju dua langkah
kedepan, setelah berada dihadapan Siau Ling hardiknya.
"Manusia tekebur yang tak tau diri, engkau berani kurang
ajar terhadap tootiang " Hmm ! rupanya sudah bosan
hidup..... " "Hmm, kalau engkau ingin hidup lebih lama, cepatlah
mengundurkan diri dari sini", sambung Siau Ling dengan
cepat. "Bangsat, pingin mampus rasanya kamu ini " bentak orang
baju hitam itu sangat gusar, goloknya segera diayun dan
melancarkan sebuah babatan maut kedepan.
Sejak permulaan Siau Ling telah mengenakan sarung
tangan kulit naganya, melihat datangnya ancaman, tangan
kanannya segera berkelebat mencengkeram ujung senjata
tersebut. Melihat senjata goloknya dicengkeram lawan, pria baju
hitam itu merasa amat terperanjat, pergelangan kananya
segera dikerahkan tenaga sambil memutar kebelakang,
maksudnya hendak memapas jari tangan lawan yarg sedang
menggenggam senjatanya. Tetapi Siau Ling sudah melakukan persiapan, hawa
murninya diam diam disalurkan kedalam tangan, lima jarinya
menggenggam golok lawan semakin kencang, ketika pria baju
hitam itu memutar goloknya dengan sepenuh tenaga, ternyata
senjata itu sama sekali tidak bergeming sedikitpun jua.
Sekarang ia baru sadar bahwa musuh yang sedang
dihadapinya saat ini adalah musuh yang amat tangguh.
Baru saja dia hendak loncat mundur kebelakang, keadaan
sudah terlambat, tangan kiri Siau Ling laksana kilat sudah
melancarkan sebuah pukulan kearah depan.
Meskipun pria baju hijau itu menyadari bahwa musuh yang
sedang dihadapinya adalah seorang musuh tangguh, namun ia
tidak rela melepaskan goloknya dengan begitu saja,
sementara dia masih sangsi, angin pukulan dari Siau Ling
telah meluncur datang dan tepat menghantam dada bagian
depannya. Pukulan itu mantap dan sangat berat, membuat tubuh pria
baju hitam itu terlempar hingga mencelat keluar pintu.
Darah segar bagaikan pancuran air memancar keluar dari
mulutnya. Siau yau cu segera putar senjata Hud-tim nya menyerang
lengan kanan Siau Ling, dia berharap serangan tersebut dapat
membebaskan anak buahnya dari ancaman bahaya.
Tetapi sayang sekali gerak badan Siau Ling terlalu cepat,
baru saja senjata Hud-tim dari Siau yau cu meluncur keluar,
Siau Ling telah berhasil menghajar pria baju hitam itu dan
loncat mundur sejauh tiga depa dari tempat semula.
"Ilmu pukulan yang amat cepat!" puji Siau yau cu dengan
dahi berkerut kencang. Hud tim nya yang meluncur keluar berhasil menggaet
tangan pria baju hitam itu, ketika disentak kebelakang tubuh
anak buahnya itu tertarik balik kebelakang.
Ketika denyut nadinya diperiksa, ternyata pria baju hitam
sudah putus nyawa, jelas isi perutnya sudah hancur terhantam
pukulan Siau Ling yang sangat berat itu.
Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Setelah serangannya mengenai sasaran kosong,
perasaan pandang rendah musuhnya seketika lenyap dari
ingatan Siau-yau cu, ia tarik kembali senjata Hud timnya dan
berseru : "Ilmu sjlat yang engkau miliki lihay sekali...."
Sementara ia berbicara, tiba2 terdengara ujung baju
tersampok angin berkumandang datang.
Dengan cepat dia menengok kebelakang seorang manusia
baju hijau sedang melayang turun dari tiang penglari dan
menghadang didepan pintu, ia segera membentak keras :
''Siapakah engkau?" Orang yang baru saja munculkan diri itu bukan lain adalah
Bu Wi Tootiang, ketika dia menyaksikan Siau Ling sudah
bertempur melawan orang itu, dia segera melayang turun dari
tiang penglari dan tepat menghadang jalan mundur Siau-yaucu.
Mendapat pertanyaan tersebut, Bu Wi too tiang segera
tertawa dingin dan menjawab:
"Aku adalah Bu wi totiang yang sedang dicari oleh
tootiang.. ! " "Dan siapakah dia?" tanya Siau yau-cu sambil berpaling
kearah Siau Ling. "Heeehh-heeehh ...heeehh... apakah engkau tak bisa
bertanya sendiri:..?" jengek Bu wi tootiang sambil tertawa
dingin. "Kalau dilihat dari ilmu silat yang dimilikinya, jelas tidak
berada dibawah kepandaian ilmu silat yang dimiliki engkau
sebagai ketua partai Bu tong, aku duga orang itu pastilah
seorang manusia yang punya nama besar dalam kolong langit"
"Too heng tak usah menggunakan siasat untuk mencari
keterangan dari mulut pinto, sebab berbuat demikian jauh
lebih sulit dari pada mendaki keatas langit"
Siau yau cu segera alihkan sorot matanya keatas wajah
Sian Ling, sambil menatap wajahnya ia menegur dengan suara
dingin: "Tindakanmu dengan menyembunyikan nama dan tak
berani berterus terang bukanlah tindakan dari seorang lelaki
sejati!" Siau Ling tertawa ewa,
"Siau yau-cu, engkau tidak kenal siapakah aku sebaliknya
aku sangat mengetahui tentang dirimu!,.."
Sesudah berhenti sebentar, lanjutnya :
"Engkau Siau-yau-cu boleh dibilang terhitung seorang
manusia berotak cerdik yang punya akal banyak, tapi sayang
kalau dibandingkan dengan Shen Bok Hong engkau masih
selisih jauh..." "Kenapa.. ?" tanya Siau-yau-cu dengan perasaan sangat
tidak puas. "Sebab Shen Bok Hong jauh lebih licin daripadamu, dan dia
jauh lebih keji dan pintar daripada dirimu sendiri, meskipun
kedua belah pihak sama2 menaruh perasaan waspada yang
mendalam, tetapi didalam hal menyergap atau melukai orang
secara diam2 engkau masih kalah satu tingkat jika
dibandingkan dengan dirinya"
"Sebenarnya siapakah engkau " rupanya banyak persoalan
yang engkau ketahui..'."
"Sedikitpun tidak salah, aku masih mengetahui pula bahwa
engkau sama sekali tidak pernah berjumpa dengan Shen Bok
Hong, kerja sama diantara kalian semuanya diatur oleh Seng
Sam koay sebagai perantara, bukankah begitu?"
Siau yau cu mengerutkan dahinya, dibibirnya bergerak
seperti mau mengucapkan sesuatu, tetapi akhirnya niat
tersebut dibatalkan. Dengan suara dingin, Siau Ling berkata lebih jauh:
"Engkau ingin mencari muka dan membaiki Shen Bok Hong
maka kalian lantas bersedia membunuhi orang2 dari partai Bu
tong sebagai hadiah tanda mata, sayang sekali Shen Bok
Hong sama sekali tidak pandang sebelah matapun terhadap
dirimu, dengan menggunakan kesempatan ini mereka siap
meracuni kalian semua dan kemudian meringkus semua jago
lihay dari golonganmu, agar kalian selama hidup jadi
budaknya perkampungan Pek hoa-san cung.:."
"Mereka siap sedia akan turun tangan di mana" dan
bagaimana caranya mereka akan turun tangan" "
Sian Ling tertawa dingin, jawabnya:
"Jangan dibilang aku tidak tahu, sekalipun tahu juga tak
akan memberitahukan kepada kalian"
Setelah berhenti sebentar sambungnya lebih jauh :
"Cuma sekarang... kaliau masih dapat hidup aman
tenteram untuk beberapa saat lamanya! "
"Apa maksud dari perkataanmu itu?"
"Berhubung Shen Bok Hong mendapat kunjungan dari
seorang sahabat lamanya maka ia segera berangkat untuk
melakukan pertemuan, rencana ini jadinya ditangani oleh Ji
cungcu Ciu Cau Liong, orang she Ciu ini bernyali kecil dan tak
berani menanggung resiko, untuk sementara waktu ia tak
berani turun tangan lebih dahulu kepada kalian, oleh sebab itu
untuk sementara waktu kalian masih bisa hidup aman
tenteram untuk beberapa saat lamanya, ."
Tiba2 Siau yau cu tertawa tergelak, sambil menukas
pembicaraan Siau Ling yang belum selesai katanya:
"Shen Bok Hong mengadakan pertemuan dengan
sahabatnya dimana" "
Siau Ling segera tertawa dingin:
"Heeehh heeehh heeehh... dengan pertanyaanmu yang
begitu enteng dan sederhana, apakah dianggapnya semua
kecurigaanmu dapat diketahui" " serunya.
"Lalu apa yang harus kulakukan sehingga apa yang ingin
kuketahui dapat didengar?"
"Tentang soal itu harus dinilai dahulu dari harga yang
diajukan olehmu kalau balas jasanya cukup sesuai dengan
kehendak kami, sudah tentu akan kami beri tahukan kalau
tidak cocok kedua belah pihakpun sama2 tidak mengalami
kerugian" Siau yau cu jadi amat mendongkol, ia tertawa dingin dan
berseru: "Heehh...heeehb..hheeehh... sebenarnya siapa engkau"
dapatkah engkau memberitahukan kepadaku?"
"Perduli siapakah aku, bukankah apa yang diinginkan
hanyalah perkataan yang hendak kuucapkan keluar?"
Siau-yau cu menengadah keatap rumah, dengan suara
dingin ia menjawab : "Cukup ditinjau dari ketidak sediaanmu untuk menyebut
nama dan mengatakan asal usulmu, sudah lebih dari cukup
begiku untuk tidak mempercayai perkataanmu!"
"Kalau engkau tidak percaya yaa sudah, pokoknya
persoalan itu menyangkut tentang mati hidup kalian sendiri,
sedikitpun tidak sangkut pautnya dengan diriku!"
Meskipun Siau yau-cu tak dapat menduga asal usul dari
Siau Ling, tetapi dengan akalnya yang cerdik dan
pengalamannya yang luas, ia dapat menduga bahwa Siau Ling
adalah seorang jago persilatan yang memiliki ilmu silat amat
tinggi, sebab sikap maupun cara berbicara orang itu mantap
dan berpengalaman. Oleh sebab itulah, Imam tersebut tak berani turun tangan
terhadap Siau Ling secara gegabah, sambil berpaling kearah
Bu Wi tootiang katanya : "Tootiang, rumah gendung ini sudah dikepung rapat2 oleh
dua puluh orang jago lihay yang pinto pimpin, apabila pinto
membutuhkan bantuan mereka maka asal kode rahasia
dilepaskan semua jago dari perkampungan Pek-hoa-san cung
akan bersama2 datang kemari untuk memberi bantuan..."
Bu Wi Tootiang tertawa. "Sayang sekali orang2 dari perkampungan Pek hoa-san
cung telah membocorkan rencana busukmu itu, dan kami
semua telah mengadakan persiapan, sebagian besar jago lihay
dari partai Bu tong telah berlalu dari gedung ini dan masing2
menempati posisi yang strategis untuk mengawasi gerak
gerikmu dan untuk menghadapi kekejaman dari Shen Bok
Hong serta para jago Perkampungan Pek hoa san cung
lainnya, aku telah melepaskan caraku bertindak menurut
peraturan Bu lim, akan kuhadapi semua serangan dengan
racun lawan racun. Pada saat ini para jago yang masih
tertinggal dalam gedung ini kecuali jago-jago lihay dari
perguruan Bu tong pay, masih ada pula beberapa orang jago
persilatan lainnya, kalau engkau tidak percaya silahkan saja
mencoba coba untuk turun tangan"
Setelah berhenti sebentar, lanjutnya:
"Cuma... pinto tidak bersedia untuk melakukan pertarungan
mati2an dengan dirimu."
"Kalau toh engkau sudah melakukan persiapan yang
demikian sempurnanya, mengapa kalian tidak bersedia untuk
melakukan pertarungan melawan pinto...'
"Shen Bok Hong mengharapkan agar kita sama2 jatuh
korban dan menderita, tapi pinto justru tidak menginginkan
apa yang diharapkan itu terpenuhi"
Siau yau cu termenung sebentar, lalu menjawab:
"Hingga saat ini pinto masih belum berani mempercayai
perkataan dari tootiang"
"Hmm! kalau engkau tidak percaya, tiada halangan bagimu
untuk turun tangan mencoba "seru Siau Ling dengan cepat,
bersamaan dengan selesainya perkataan itu tiba tiba
terdengar suara gemericit dan tahu2 Pek li Peng serta Tu Kiu
telah munculkan diri diri balik pintu rahasia.
Siau Ling berpaling dan memandang sekejap kearah Pek li
Peng serta Tu Kiu kemudian ujarnya :
"Kalian berjaga2lah dimulut pintu ruangan, hadang setiap
serbuan musuh tangguh yang berusaha masuk kemari, sedang
aku akan berlempar melawan Sau yau Cu yang punya nama
amat tersohor ini, akan kulihat apakah ilmu silat yang
dimilikinya di hari2 belakangan ini memperoleh kemajuan yang
pesat atau tidak" Pek -li Feng tersenyum. "Jumlah musuh lebih banyak diripada jumlah kita, bolehkah
aku aku turun tangan untuk melukai orang pada malam
ini?"" "Terserah keputusanmu sendiri!"
Pek-li Peng tersenyum. "Sreset....! ia segera cabut pedang dari dalam sarungnya
dan per-lahan2 berjalan menuju kedepan pintu.
Rupanya ketika bersembunyi dibalik ruang rahasia tadi ia
melihat sebilah pedang tergantung disitu, maka diambilnya
senjata itu untuk mempersiapkan diri.
Tu Kiu sendiripun tidak banyak bicara, dia menyingkir
kepintu dan berdiri saling bertolak belakang dengan Pek-li
Peng, satu menghadap keluar sedang satu yang lain
menghadap kedalam. Ketika Siau yau cu mendengar suara seorang perempuan,
pikirannya segera tergerak pikirnya:
"Orang itu jelas adalah perempuan yang nenyaru sebagai
seorang pria, hal ini membuktikan kalau ditempat ini kecuali
terdapat para jago dari partai Bu tong masih ada pula jago2
persilatan lainnya.."
Berpikir sampai disitu ia lantas berkata dengan suara
dingin: "Sungguh tak nyana partai Bu tong yang tersohor ternyata
menerima pula kaum wanita sebagai murid..."
"Toako, "seru Pek li Peng dengan gusar orang ini bicara
sembarangan dan ngaco belo tamparkan mukannya sebagai
hukuman!" Siau Ling tidak memperdulikan dari ocehan Pek li Peng itu,
sebaliknya sambil berpaling kearah Bu Wi Tootiang ujarnya.
"Tootiang, kalau memang Siau-yau Cu susah disadarkan
dari jalan yang sesat dan membiarkan dia hidup hanya akan
mendatangkan bencana belaka, lebih baik kita lenyapkan saja
dirinya dari muka bumi"
"Keadaan amat mendesak... yaaa, terpaksa kita harus
berbuat demikian.,."
Siau yau cu segera tertawa ter-bahak:
"Haaahh haaahh haaahh,. sungguh besar amat bacot
kalian, ketahuilah dikolong langit sekarang ini hanya beberapa
orang saja yang mampu membinasakan pinto! "
Mendengar perkataan itu, Siau Ling menengadah dan
tertawa pula dengan kerasnya.
"Haaah-haaahh haaahh.. menghadapi pentolan musuh
tangguh, rasanya kita tak usah memikirkan soal belas kasihan
atau rasa welas lagi... siaplah sedia untuk menerima
kematianmu! " Beberapa patah kata itu amat gagah dan bersemangat
penuh rasa percaya pada diri sendiri dan seakan akan
membunuh Siau yau cu bukanlah suatu pekerjaan yang amat
berat. Tertegun hati Siau yiu cu mendengar perkataan itu.
"Siapakah sebenarnya engkau ini" "ia menegur.
Siau Ling tertawa dingin, bukan menjawab dia malah
berseru : "Sekarang engkau boleh mempersiapkan diri untuk turun
tangan " Dari kemampuan Siau Ling dalam membinasakan pria baju
hitam tersebut dalam satu gebrakan belaka Siau yau cu
mengetahui bahwa dia adalah seorang jago lihay yang
memiliki ilmu silat sangat tinggi tetapi orang itu ternyata tak
sudi memperkenalkan namanya hal ini sama sekali berada
diluar dugaannya. Dalam pada itu Siau Ling sudah tertawa dingin dan berseru
kembali : "Kalau memang engkau tidak bersedia untuk turun tangan
terpaksa aku harus memulainya lebih dahulu "
"Sreet.... ! sebuah pukulan gencar segera dilepaskan.
Sebelum pukulan itu tiba angin pukulan yang santar dan
tajam telah menerjang ke tubuh imam tersebut.
Siau yaucu merasa amat terperanjat telapak kiri disabet
keluar mengirim satu pukulan untuk membendung datangnya
ancaman dari Siau Ling sementara senjata Hud-tim ditangan
kanannya dengan jurus " Lan kang cay to"atau Membendung
sungai yang deras membacok pergelangan kanan Sianak
muda itu. Sambil balas melancarkan serangan, dia berseru:
"Engkau begitu sombong dan tekebur, terpaksa pinto harus
minta pelajaran dari mu!"
Siau Ling tarik pergelangan kanannya untuk melepaskan
diri dari ancaman senjata lawan, bukannya mundur dia malah
Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
maju kedepan, sepasang terlapaknya laksana kilatmenyambar,
ajaran dari Lam it kong. Siau-Yau-cu amat terperanjat, jeritnya:
"Engkau adalah Siau Ling ! "
"Tidak salah, memang aku orang she-siau!"
Sementara pembicaraan berlangsung, secara beruntun dia
lancarkan pula delapan buah pukulan yang memaksa Sianyau-
cu mundur beberapa langkah kebelakang.
Meskipun ia menggenggam senjata Hud-tim namun senjata
tersebut sama sekali tak ada gunanya, sebab dibawah
serangkaian pukulan telapak yang cepat laksana sambaran
kilat dari Siau Ling, ia sudah terdesak mundur kebelakang
berulang kali. Bagaimanapun juga imam tersebut merupakan seorang
jago kawakan yang sudah amat berpengalaman dalam
melakukan pertarungan sengit dia segera mengempos tenaga
dan melancarkan tiga jurus serangan dahsyat untuk menolong
posisinya yang terdesak. Pek-li Peng ,yang menyaksikan kejadian itu, segera
berteriak keras: "Toako, kalau engkau tidak menggunakan senjata untuk
bertempur melawan dirinya, bukankah engkau sangat rugi?""
Walaupun Siau Ling telah memperoleh inti sari dari
pelajaran ilmu telapak kilat menyambar dari Lam it Kong,
tetapi apa bila dia menginginkan pukulannya dahsyat bagaikan
membelah bukit maka hal itu harus menunggu sampat tenaga
dalamnya benar2 sempurna, apa bila dia hendak mencari
kemenangan dalam pertarungannya hari ini, senjata memang
merupakan andalannya yang penting,
---ooo0dw0ooo--- KARENA pikirannya bercabang, permainan telapaknya
tanpa sadar jadi agak mengendor.
Menggunakan kesempatan yang sangat baik itu, Siau-yau
cu melancarkan serangan balasan, dalam waktu singkat Siau
Ling berbalik kena didesak hingga berada diposisi bawah
angin. Pek-li Peng segera ayun tangannya melemparkan pedang
itu kedepan. Ia berseru :
"Toako, sambutlah pedang ini"
Pedang laksana sambaran kilat meluncur kearah Siau Ling.
Dengan tangan kirinya Siau yau cu mengirim satu pukulan
menggunakan jurus" Siat san tiau hay" atau menjepit bukit
meluruk samudra, angin pukulan yang menderu2 langsung
menghantam dada Siau Ling, sementara senjata hud tim di
tangan kanannya menggulung pedang yang dilontarkan oleh
Pek li Peng itu. Siau Ling mendengus dingin, tangan kanannya didorong
kedepan menyambut datang nya serangan itu dengan keras
lawan keras, sedang tangan kanannya melancarkan sentilan
jari kearah depan... Inilah ilmu sentilan Sian ci singkang, salah satu kepandaian
maha ampuh diantara tujuh puluh dua macam kepandaian
sakti dari gereja siau lim si...
Mimpipun Siau yau cu tidak menyangka kalau dalam
beberapa tahun yang singkat Siau Ling sudah berhasil
mempelajari ilmu jari untuk menghindar sudah tak sempat lagi
segulung desiran angin tajam dengan telak menghajar iganya
membuat tangan kanan jadi kendor dan senjata hud tim itu
terjatuh ketanah. Pada saat yang bersamaan, ayunan Hud-tim dari Siau yau
cu telab berhasil menggulung Pedang panjang yang
dilontarkan Pek li Peng kearah sianak muda itu, tetapi
berhubung iga kanannya kena dihajar oleh sentilan jari Sian ci
sinkang dari Siau Ling, maka baik senjata Hud tim maupun
pedang itu sama2 terjatuh keatas tanah.
Kaki tangan Siau ling segera mencukil ke atas pedang yang
terjatuh diatas tanah itu, dan dalam sekali sentakan senjata
tersebut sudah berhasil ditangkap dalam genggamanya
Sementara itu Siau yau cu sendiri setelah iga kanannya
kena hantaman, seluruh lengan kanannya jadi kaku, linu dan
sakitnya luar biasa, ia tahu bahwa dalam keadaan demikian ia
tak ada kekuatan untuk melakukan pertempuran lagi, maka
diambilnya keputusan untuk cepat dapat berlalu dari situ dari
pada terluka ditangan Siau Ling.
Ia segera mengepos tenaga dan melayang naik keatas
tiang penglari, kemudian tangan kirinya diayun mengirim satu
pukulan dengan sekuat tenaga......
"Blaaaam. .. ! "pasir dan atap berguguran keatas tanah,
muncullah sebuah lubang besar dilangit langit ruangan itu
terhajar oleh pukulan Siau-yau cu yang amat dahsyat itu.
Setelah berhasil membuat lubang, dengan sebat pula imam
itu menerobos keluar dan melarikan diri.
Menanti Bu Wi Tootiang menyusul naik keatas wuwungan
rumah, tampaklah bayangan Siau-yau cu telah menjauh dan
didalam beberapa kali kelebatan saja bayangan tubuhnya
sudah lenyap dari pandangan.
Siau Ling segera menyusul naik keatas dan bertanya :
"Totiang, apakah kau melihat kearah mana dia melarikan
diri " " Bu Wi tootiang menggeleng.
"Tak mungkin disusul lagi " katanya," Dia adalah seorang
manusia yang memiliki ilmu silat sangat tinggi, didalam
beberapa gebrakan saja ia sudah menderita kekalahan
ditanganmu sehingga melarikan diri terbirit birit dari sini, bila
berita ini tersiar diluaran kejadian tersebut sudah cukup
menyusah kan hatinya"
Siau Ling menghela napas panjang.
''Aaai.. ! kemenangan yang berhasil boan-pwee dapati
boleh dibilang diperoleh secara untung untungan belaka ! "
jawabnya. Dengan suara lirih Bu Wi Tootiang berkata:
"Ada satu persoalan, sebenarnya pinto merasa tidak
leluasa untuk diajukan, tetapi aku tak menemukan
jawabannya karena itu terpaksa hendak kutanyakan
kepadamu, apakah engkau bersedia untuk menjawabnya?"
"Persoalan apa?"
"Mengenai sentilan jarimu yang berhasil menangkan diri
Siau-yau cu tadi, apakah ilmu tersebut adalah Siu-lo sin ci?"
"Bukan!" sang pemuda sambil menggeleng, "ilmu jari siu lo
sin ci hanya dapat menjangkau sejauh dua depa belaka,
lagipula totokannya harus disertai dengan ayunan tangan..."
"Jadi kalau begitu, totokan jarimu tadi bukanlah ilmu totok
Siu lo sin ci?" ---ooo0dw0ooo--- Jilid: 22 BUKAN, ilmu jari yang barusan kupergunakan adalah ilmu
sentilan Sian ci sin kang!"
"Sian-ci sinkang kepandaian ampuh dari gereja siau lim-si?"
seru Bu Wi tootiang dengan wajah tertegun.
"Benar, ilmu sentilan Sian ci-sin-kang dari partai Siau-lim"!'
Bu Wi tootiang segera anggukkan kepalanya berulang kali,
pujinya : "Selama beberapa ratus tahun belakangan ini, Siau tayhiap
boleh dibilang merupakan manusia paling aneh dikolong
langit, satu orang menguasai ilmu silat dua aliran sudah luar
biasa sekali, tetapi engkau sekaligus menguasai ilmu silat dari
beberapa perguruan, peristiwa ini jarang sekali terjadi dalam
dunia persilatan..."
Dia menengadah memandang bintang yang bertaburan
diangkasa, kemudian sambungnya lebih jauh :
"Kecuali seorang manusia sakti seperti Siau tayhiap siapa
lagi yang mampu melawan Shen Bok Hong ?""
"Tootiang terlalu memuji " ujar Siau Ling sambil menghela
napas ringan. "Keberhasilan boanpwee tidak lebih hanya terjadi karena
kebetulan saja sedangkan keberhasilan Shen Bok Hong benar
benar merupakan suatu kejadian yang langka dalam persilatan
apalagi berpengalaman luas dan berotak cerdas hingga orang
lain sukar untuk menandingi dirinya meskipun beberapa
perguruan besar dalam dunia persilatan mempunyai kekuatan
yang tak kalah besarnya sayang sekali mereka semua
mempunyai perasaan segan mencampuri urusan orang lain
dan tidak bersedia bekerja sama untuk menghadapi musuh
tangguh. Dewasa ini hanya partai Bu tong yang mengerahkan
segenap kekuatannya untuk bertempur melawan
perkampungan Pek hoa san cung setelah penyelidikanku
kebasis kekuatan pihak perkampungan Pek hoa san cung
dikota Tiang sah ini terasa olehku bahwa Shen Bok Hong
benar benar merupakan seorang musuh yang sukar dihadapi
masa depan kita betul betul masih terhalang oleh semak
berduri yang lebat...."
Setelah berhenti sebentar, sambungnya lebih jauh:
"Kali ini Shen Bok Hong bersedia melepaskan rencana
besarnya untuk pergi menjumpai seorang sahabat karibnya,
ditinjau dari sikapnya yang terburu buru dapat diketahui
bahwa orang itu pastilah bukan seorang manusia sembarang,
mungkin kita bakal bertambah dengan seorang musuh
tangguh lagi." "Dewasa ini orang yang paling disegani dan ditakuti oleh
Shen Bok Hong hanya engkau Siau tayhiap seorang dan
sekarang ia mengerahkan segenap kekuatannya untuk
melakukan penyerbuan tujuannya tidak lain adalah untuk
menghadapi diri Siau tayhiap seorang, karena itu aku serta
Sun Put Shia locianpwee telah berjanji untuk selanjutnya
mengerahkan segenap kemampuan yang kita miliki untuk
melindungi keselamatanmu ....."
Siau Ling segera tersenyum dan menukas :"Aku merasa
terharu dan berterima kasih sekali atas jerih payah serta
kesediaan dari locianpwee berdua, cuma mengenai kata
melindungi.... aku benar-benar tak berani untuk menerimanya,
kalau aku orang she Siau tidak bersedia menempuh bahaya,
kenapa orang lain harus menempuh bahaya bagi diriku?" dan
Shen Bok Hong sendiri walaupun ia punya hasrat yang besar
untuk melenyapkan diriku, tetapi asal aku bisa berhati2 dalam
menghadapi setiap persoalan, rasanya untuk menyelamatkan
diri bukanlah suatu pekerjaan yang terlalu menyulitkan.."
Bu Wi Tootiang menghela napas panjang, selanya :
"Apa yang pinto serta Sun locianpwee harapkan adalah
semoga Siau tayhiap suka menjaga diri baik2 demi keamanan
umat persilatan dikolong langit, Shen Bok Hong paling benci
kepadamu dan dia paling takut pula menghadapi dirimu, dia
pasti akan mengerahkan segenap kemampuan yang
dimilikinya untuk menghadapi dirimu, bahkan cara yang
digunakan pasti amat keji dan menggunakan segala cara
rendah apapun, oleh sebab itu engkau harus berhati2 sekali
menghadapi mereka, kami bukannya takut ilmu silat yang
dimiliki Shen Bok Hong dapat menangkan dirimu dan
mencabut jiwamu, yang kami kuatirkan adalah dia mencelakai
dirimu dengan cara licik dan terkutuk, sebab serangan macam
itulah paling susah dihindari..."
"Tentang soal ini aku akan mengingatnya selalu didalam
hati...." ujar Siau Ling sambil tertawa ewa.
Sesudah memandang cuaca ujarnya kembali;
"Tootiang untuk menghadapi oraug orang dari
perkampungan Pek-hoa san cung rasanya kita tak usah
membicarakan tentang peraturan bu-lim lagi bukan ?""
"Kalau kita tak bisa menggunakan siasat racun lawan racun
maka pihak kitalah yang bakal menderita kerugian besar "
"Kalau memang tootiang merasa bahwa cara ini pantas
malam ini juga kita dapat mulai turun tangan...."
Setelah berhenti sebentar tanyanya :
"Berapa orang murid tootiang yang sekarang, masih
tertinggal didalam gedung ini?"
Bu Wi tootiang termenung dan berpikir sebentar kemudian
jawabnya : "Kurang lebih ada dua belas orang !"
"Dan berapa orang diantara mereka yang memiliki ilmu silat
sangat lihay serta pengalaman paling luas?""
"Boleh dibilang ada lima orang."
"Kalau begitu bersama Tootiang, aku, Tu Kiu serta Pek-li
Peng semuanya berjumlah sembilan orang, rasanya jumlah itu
sudah cukup!?" "Apa maksud Siau tayhiap?""
"Aku ingin turun tangan untuk melenyapkan kekuatan yang
ditinggalkan Shen Bok Hong dikota Tiang sah ini serta
melenyapkan markas besar mata2nya, dahulu kita selalu
dikuasahi orang lain dan semua gerak gerik kita diawasi
orang, maka sekarang kita harus merebut posisi yang baik dan
berbalik menghadapi mereka lebih dahulu"
Bu Wi Tootiang termenung dan berpikir sebentar,
kemudaan tanyanya : "Kita akan berangkat sekarang juga?""
"Aku rasa makin cepat semakin baik!"
"Baik, pinto akan segera memilih orang2!" imam tua itu
segera loncat turun dari atas bubungan rumah.
Siau Ling mengikuti loncat turun pula ke atas tanah, baru
saja berdiri tegak, Pek li Peng telah memburu kedepan sambil
berseru" "Toako, apakah Siau yau cu berhasil melarikan diri?"
"Ehmm! dia berbasil kabur" setelah berhenti sebentar,
lanjutnya lebih jauh : "Peng ji, siapkan senjata tajam dan senjata rahasiamu,
malam ini aku akan mengajak engkau berkunjung kesuatu
tempat dan disitu engkau dapat membuka pantangan
membunuhmu sampai puas"
"Kita akan pergi kemana..." " tanya Pek-li Peng dengan hati
kegirangan. "Ketempat yang telah kukunjungi pagi tadi !"
"Apakah siaute juga boleh ikut..." " tanya Tu Kiu sambil
maju menghampiri. "Kalian semua boleh ikut!"
Sementara pembicaraan masih berlangsung, Bu Wi
Tootiang dengan membawa lima orang pria berpakaian
ringkas telah munculkan diri disana.
Rupanya untuk menghindarkan diri dari pengawasan mata2
musuh, semua anak murid partai Bu tong telah berubah
dandanan dan menyaru jadi pria2 kekar.
Kelima orang itu mengenakan pakaian ringkas warna hitam
dan menyoren sebilah pedang diatas punggungnya.
Siau Ling melirik sekejap kearah lima o-rang itu kemudian
Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
perlahan lahan berkata : "Setiap anggota perkampungan Pek hoa san cung rata rata
berhari kejam dan bertangan telengas bilamana kalian semua
bertempur dengan mereka aku harap tak usah sungkan
sungkan atau memberi belas kasihan lagi basmi seadanya dari
muka bumi" "Kami semua terima perintah" jawab lima orang pria
berpakaian ringkas itu berbareng.
"Kalianpun tak usah saling menyebut nama dengan mereka
Nah ! sekarang ikutilah diriku " ujar Siau Ling lagi selesai
berkata ia berangkat lebih dahulu kedepan.
Pek-li Peng dan Tu Kiu menyusut dibelakangnya,
sedangkan Bu Wi Tootiang dan ke lima orang murid partai Bu
tong lainnya menyusul dipaling belakang.....
Siau Ling sudah hapal dengan jalan yang harus dilaluinya,
sepanjang perjalanan ia bergerak cepat sekali dan langsung
meluncur kearah gubuk tanah pertanian yang dihuni oleh Ciu
Cau Liong sekalian. Tidak selang setengah jam kemudian tanah pertanian
tersebut sudah nampak didepan mata..
Siau Ling menghentikan langkah kakinya, sambil menuding
kearah tanah pertanian di tengah kegelapan ujarnya:
"Menurut apa yang berhasil kuketahui, beberapa orang
jagoan yang paling sukar dilayani yang saat ini berada didalam
rumah rumah gubuk itu kecuali beberapa orang bayangan
darah ciptaan Shen Bok Hong, boleh dibilang Tong Lo thay
ciangbunjin keluarga Tong dan propinsi Suchuan lah yang
boleh dipandang ampuh, dia membawa puluhan jenis senjata
rahasia beracun yang sukar dihadapi dengan sembarangan,
oleh karena itu kita tak usah serentak menerjang masuk ke
dalam rumah rumah gubuk itu"
Bu wi Tootiang menyadari bahwa sianak muda itu takut
dengan ilmu silat yang di miliki beberapa orang anak muridnya
itu tak mampu menahan serangan senjata rahasia dan Tong
Lo-thay thay, oleh sebab itu segera ujarnya:
"Silahkan Siau tayhiap memegang pucuk pimpinan dalam
operasi kali ini, perintahkan saja kami untuk bertindak
sesuatu!" Menurut pendapatku, lebih baik kelima orang anggota
partai Bu tong itu tetap berjaga jaga diiuar perkampungan,
sedang Tootiang dan aku bergerak paling depan."
"Baik!" sahut Bu Wi Tootiang sambil mengangguk, "apa
yang harus mereka kerjakan" harap Siau tayhiap memberi
perintah!" Siau Ling berpaling dan memandang sekejap kearah kelima
orang itu, kemudian jawabnya :
"Sudah lama aku dengar akan keampuhan barisan pedang
dari partai Bu tong pay, aku rasa Too heng berlima pasti
sudah hapal bukan dengan gerakan barisan pedang tersebut?"
"Kami sekalian sudah hapal!" jawab kelima orang itu sambil
memberi hormat. "Bagus sekali, kalian berlima bersembunyilah didalam hutan
tersebut, apabila kalian melihat ada orang yang berusaha
melarikan diri dari tanah pertanian tersebut, lebih baik
tangkaplah orang2 itu secara tiba2 tak berduga, perduli mau
gunakan senjata rahasia atau pun menyergap secara diam2
terserah pada kehendak kalian sendiri, untuk menghadapi
orang2 dari perkumpulan Pek-hoa-san cung, kalianpun tak
usah membicarakan lagi soal peraturan persilatan dengan diri
mereka..." Kelima orang itu mengiakan dan segera menyingkir
kedalam hutan ditepi jalan.
Baru-baru Siau Ling menambahkan kembali :
"Perduli dalam gubuk gubuk itu terjadi perubahan apapun,
kalian berlima tak usah maju menyongsong andaikata kalian
berjumpa dengan musuh musuh yang memiliki ilmu silat
sangat lihay, hadapilah orang itu dengan barisan pedang
kalian " "Kami mengerti !" jawab kelima orang suara berbareng.
Siau Ling segera berpaling dan memandang sekejap kearah
Tu Kiu dan Pek li Peng kemudian ujarnya lagi :
"Kekuatan musuh amat tangguh kalian tak boleh bertindak
terlalu gegabah dan utamakanlah lebih dahulu keselamatan
sendiri daripada melukai lawan aku dan Bu Wi Too tiang akan
berjalan dipaling depan untuk membuka jalan, sedang kalian
berdua ikut melangkah di belakang tapi jaraknya jangan
terlalu dekat dan jangan pula terlalu jauh jaga selisih jarak
antara delapan depa sampai satu tombak lima depa, agar
diantara kita bisa saling membantu......"
Sorot matanya dialihkan kembali keatas wajah Pek li Peng
dan menambahkan: "Peng-ji engkau tak boleh terlalu gagabah dalam bertempur
kalau bertemu dengan musuh yang telalu tangguh berilah
bisikan kepadaku, mengerti?"
"Siau moay akan ingat selalu !" jawab Pek-li Peng sambil
tersenyum. "Kalau begitu, mari kita berangkat!" pemuda itu segera
bergerak lebih dahulu menerjang kearah gubuk.
Bu Wi tootiang segera mengempos tenaga dan berjalan
berdampingan dengan Siau Ling.
"Tootiang, loloslan senjatamu!" bisik Siau Ling.
Bu Wi Tootiang mengiakan dan cabut ke luar pedang poo
kiamnya, Ialu dia balik bertanya :
"Apakah Siau-heng tidak menggunakan senjata?"
"Aku membawa pisau mustika didalam saku, bilamana
bertemu dengan musuh tangguh nanti senjata itu baru akan
kupergunakan!" Ilmu meringankan tubuh yang dimiliki keempat orang itu
sangat lihay, ditengah kegelapan tubuh mereka bagaikan
bintang yang meluncur berkelebat kearah depan, dalam
beberapa patah kata belaka tubuh mereka sudah berada
didepan rumah gubuk tersebut.
Dari balik pintu terdengar suara bentakan keras
berkumandang memecahkan kesunyian :
"Siapa diluar?""
Siau Ling tidak menjawab, sambil menyingkir kesamping ia
langsung menerjang masuk kedalam rumah gubuk itu.
Cahaya berkilauan memenuhi angkasa, sebilah golok tiba2
meluncur datang dan membacok kearah tubuhnya.
Siau Ling segera putar tangan kanannya mencengkeram
ujung golok lawan setelah itu sekuat tenaga disentak kearah
luar, seorang pria baju hitam seketika tertarik keluar dari
tempat persembunyiannya. Bu Wi tootiang yang menyaksikan kejadian itu, diam2
menghela napas panjang, pikirnya :
"Sekalipun Sun Put Shia sendiri, belum tentu ia berani
bertempur melawan orang dengan cara begini"
Setelah tangan kanan Siau Ling berhasil menyeret keluar
tubuh orang itu, tangan kirinya segera diayun kemuka
melancarkan satu pukulan dahsyat keatas dada lawan.
Pria kekar itu mendengus berat dan seketika itu juga
menemui ajalnya ditangan orang.
Siau Ling sendiri, bersamaan waktunya dengan kematian
pria kekar tersebut, ia telah menerjang masuk kedalam rumah
gubuk tadi. Dua kali dengusan berat bergema memecahkan
kesunyian, disusul dua sosok mayat terlempar keluar dan
dalam gubuk. Pek-li Peng yang menyaksikan kejadian itu, diam diam
segera berpikir didalam hatinya:
"Toako selalu ramah dan welas kasih, tetapi malam ini ia
telah melakukan pembunuhan secara keji dan telengas, itu
membuktikan bahwa orang orang yang sedang dihadapinya
adalah manusia manusia laknat yang sudah banyak melakukan
kejahatan kalau toh toako sudah bertindak secara keji rasanya
akupun tak usah bertindak sungkan sungkan lagi"
Berpikir sampai di situ tangan kirinya segera merogoh
kedalam saku dan menggenggam sebatang jarum Han peng
ciam. Bu wi Tootiang seadiripun tak pernah menyangka kalau
Siau Ling secara tiba tiba bisa melancarkan serangan dengan
begitu keji dan telengasnya ia jadi tertegun beberapa saat
lamanya sebelah mengikuti dibelakang Siau Ling untuk
menerjang masuk kedalam gubuk.
Tu Kiu dan Pek-li Peng menyusul dari belakang menyerbu
kedalam rumah gubuk tadi.
Jarak antara pintu gerbang rumah gubuk dengan ruang
tengah masih selisih agak jauh empat orang penjaga pintu
dalam waktu singkat telah dibunuh mati semua oleh Siau Ling
dengan gerakan yang cepat bagaikan sambaran kilat, dalam
anggapan pemuda itu orang orang dalam ruang dalam pasti
tidak akan tahu, siapa tahu dengusan penjaga pintu ternyata
kedengaran juga sampai kedalam.
Tatkala Siau Ling memimpin rekan rekan lainnya mencapai
satu tombak dari ruang tengah, tiba tiba terdengar desingan
tajam bergema memecahkan kesunyian, serentetan hujan
anak panah memenuhi seluruh angkasa.
Siau Ling segera mendorong sepasang telapaknya untuk
menghalau hujan panah tersebut.
Ia tidak membawa senjata, terhadap hujan anak panah
yang meluncur datang tiada hentinya itu lama kelamaan
dibuat kewalahan juga. Bu Wi tootiang segera mengepos tenaga dan menerjang
maju kedepan, pedangnya berputar kencang memancarkan
cahaya putih yang berkilauan, anak panah yang mendekati
tubuhnya sama sama rontok keatas tanah terkena sambaran
pedangnya itu. Ciangbunjin dari perguruan besar ini rupanya sudah
dibangkitkan semangatnya oleh permainan telapak Siau Ling
yang begitu cepatnya itu, pedang bagaikan pelangi berkelebat
mengitari seluruh badan melindungi Siau Ling dan diri sendiri
dari serangan panah, ketika berhasil mendekati pintu ruangan,
pedangnya segera membacok pintu hingga terbuka.
Gerakan tubuh Siau Ling cepat sekali, menggunakan
kesempatan dikala Bu wi Too-tiang membacok pintu ia sudah
menerobos masuk kedalam ruang tengah.
Sepasang telapaknya bekerja cepat, kembali dua orang
musuh berhasil dibacok sampai mati.
Bu Wi Tootiang segera menyusul kedalam pedangnya
berputar kekiri dan kekanan, dua orang pria dilukai pula pada
ujung pedangnya. Sementara itu, Pek li Peng dan Tu Kiu telah ikut menerjang
masuk kedalam ruangan. Pek li Peng segera putar pedangnya bagaikan titiran angin
kencang, mengikuti gerakan dari Bu wi tootiang, gadis inipus
berhasil melukai dua orang musuh.
Dalam ruang tengah rumah gubuk itu sebenarnya dijaga
oleh sepuluh orang jago pemanah jitu, ilmu silat yang
mereka miliki kendatipun sangat lihay, tetapi untuk
menghadapi serbuan dari empat orang jago lihay yang sudah
diliputi oleh napsu membunuh itu tentu saja masih bukan
tandingannya, dalam waktu singkat kesepuluh orang itu sudah
terkapar semua diatas tanah, dua orang yang belum matipun
sudah menderita luka dalam yang sangat parah.
Siau Ling masih tetap berjalan paling depan, tangan
kanannya diayun menghantam dinding tembok... Blaaam!
debu dan pasir berguguran keatas tanah, muncullah sebuah
lubang besar diatas dinding tadi.
Dalam hati kecilnya dia masih ingat dengan jelas letak
ruang rahasia yang dipergunakan Ciu Cau Liong untuk
melakukan perundingan dengan para jago2nya, dia berharap
dalam sekali gebrakan berhasil menerjang masuk kedalam
ruang rahasia tersebut dan menawan Ciu Cau Liong, atau
paling sedikit ia harus berhasil membinasakan beberapa orang
bayangan darah ciptaan dari Shen Bok Hong,
Oleh karena itu pemuda tersebut ingin membongkar
dinding untuk menerjang masuk kedalam.
Baru saja Siau Ling berhasil membobolkan dinding tembok
tersebut, tiba-tiba ... terdengar suara bentakan gusar
berkumandang datang : "Siapa disitu?"
Cahaya api memancar keempat penjuru dan muncullah
sebuah obor menerangi sekeliling tempat itu.
Siau Ling segera alihkan sorot matanya kearah depan,
tampaklah orang orang yang barusan munculkan diri adalah
Ciu Cau Liong dibelakangnya berdiri empat orang pria berbaju
merah membahu disisi kirinya adalah Tong Lothay sedang
disebelah kanannya adalah Tan Hiong Ciang.
Seorang pria lain sambil membawa obor berdiri kurang
lebih tiga depa didepan Ciu Cau Liong.
Pakaian yang dikenakan beberapa orang itu amat rapi,
agaknya belum tertidur semua.
Siau Ling dapat melihat keadaan dari Ciu Cau Liong
sekalian sedangkan Ciu Cau Liong juga dapat melihat Siau
Ling dengan dandanan serta pakaian yang tak ada ubahnya
seperti siang hari tadi hal ini membuat kepala kampung kedua
dari perkampungan Pek hoa san cung jadi tertegun.
"Tan Hian tit, sebenarnya apa yang telah terjadi.. ?"
tegurnya. Tan Hong Ciang sama sekali tak menyangka kalau Siau Ling
berani menyerbu kesitu dengan membawa orang2nya, bahkan
masih memakai baju yang dikenakan pada siang harinya,
kejadian itu membuat hatinya tak tenang.
Apalagi sekarang setelah ditegur oleh Ciu Cau Liong, dia
semakin merasa gelisah dan tidak tenteram.
Siau Ling sendiri, setelah melihat bahwa beberapa orang
penting yang sedang dicari olehnya sudah berkumpul semua
disitu, ia malahan tidak terburu napsu untuk segera turun
tangan, perlahan2 tubuhnya malah mundur dua langkah
kebelakang. Tan Hiong ciang sendiri, setelah berhasil mententeramkan
hatinya, sambil tebalkan muka tegurnya :
"Yang datang apakah Pek heng" '
"Bukan! " jawab Siau Ling sambil tertawa dingin," sekarang
aku sudah tidak bermarga Pek lagi! '
Mendengar suara pemuda itu, tiba-tiba .... Sekujur badan
Ciu Cau Liong gemetar keras, teriaknya :
"Engkau adalah Siau Ling?"
Siau Ling sama sekati tidak memperdulikan pertanyaan dan
Ciu Cau Liong itu, dengan nada dingin ujarnya :
Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kalian tak usah memperdulikan siapakah aku, cabut keluar
senjata kalian dan bersiap2lah untuk bertempur!"
Dengan pandangan dingin Ciu Cau Liong melirik sekejap
kearah Tan Hiong Ciang, berada dihadapan musuh tangguh
tak sempat baginya untuk menegur orang she Tan itu lagi,
sambil tertawa dingin segera ujarnya :
"Bagus sekali, kalau memang sahabat tak mau
menyebutkan namamu, itu membuktikan bahwa sahabat
masih menaruh perasaan segan terhadap perkampungan Pek
hoa san-cung kami. Tempat ini terlalu sempit dan tidak leluasa
untuk digunakan sebagai tempat bertanding, lebih baik kita
pilih ketaman sebelah luar sana!"
"Engkau Ciu ji-cungcu termasuk juga seorang yang
mempunyai kedudukan didalam dunia persilatan, aku rasa
apa yang sudah dikatakan tak akan dipungkiri kembali, pada
hal... sekalipun engkau ingin melarikan diri dari sini, mungkin
tak bisa kau lakukan dengan mudah!"
"Hanya mengandalkan kekuatan kalian berempat" "ejek Ciu
Cau Liong sambil tertawa sinis, "apakah ucapanmu itu tidak
terlalu tekebur....."'
Dengan pandangan tajam Siau Ling mengawasi wajah Ciu
Cau Liong, kemudian perlahan-lahan mundur kebelakang.
Ciu Cau Liong sekalian segera mengejar ke arah depan.
Ketika melewati ruang tengah dan menyaksikan kesepuluh
orang ahli pembidik tepat yang ditugaskan menjaga ruang
tengah telah roboh terkapar semua dalam keadaan tak
bernyawa, diam-diam Cu Cau Liong merasa terkesiap,
pikirnya: "Keempat orarg ini jelas merupakan jago lihay kelas satu
dalam dunia persilatan, hanya dalam waktu amat singkat
sepuluh orang pembidik tepat kami sudah menggeletak semua
dalam keadaan tak bernyawa."
Mendadak sorot matanya membentur diatas senjata pit
baja yang ada ditangan Tu Kiu, sambil tertawa dingin segera
serunya : "Pit baja berwajah dingin Tu Kiu, nyali nya benar2 tidak
kecil!" Setelah namanya disebut orang,Tu Kiu pun tidak
merahasiakan asal usulnya lagi, sambil tertawa dingin
sahutnya : "Sedikitpun tidak salah, memang aku orang she Tu!"
Ciu Cau Liong alihkan sorot matanya keatas wajah Bu Wi
Tootiang, sesudah mengamatinya beberapa waktu ia
menegur: "Siapakah engkau?""
"Aku tak bersedia memberi jawaban!" sahut Bu Wi tootiang
dengan suara dingin. Ciu Cau Liong menengadah dan tertawa ter-bahak2.
"Haahhh...haaahhh....haaahhh... engkau tidak bersedia
mengatakan" ataukah tidak berani mengatakannya keluar"
padahal sekalipun engkau tidak mengatakan juga sama saja,
karena aku sudah tahu bahwa engkau adalah Bu Wi tootiang"
Bu Wi tootiang tertawa dingin, ia tidak memberi tanggapan
tentang perkataannya itu.
Dalam hati Siau Ling segera berpikir :
Kedua belah pihak, membentuk posisi sendiri dan saling
berhadapan dengan keadaan siap bertempur.
Diluar dugaan Siau Ling, ternyata Ciu Cau Liang sama
sekali tidak menunjukkan rasa jeri, seakan2 ia mempunyai
sesuatu andalan. Walaupun kesempurnaan Ciu Cau Liong didalam hal ilmu
silat tidak begitu cemerlang, tetapi kecerdasan otaknya
sungguh luar biasa sekali, sementara ia masih termenung,
mereka sudah tiba dihalaman paling depan.
Sikap Ciu Cau Liong seolah olah ada sesuatu yang
diandalkan olehnya, ia segera ulapkan tangannya sambil
berseru : "Pasang beberapa buah obor lagi!,.
Suara mengiakan bergema dan beberapa saat kemudian
sudah ada tujuh batang obor yang telah dipasang.
Delapan buah obor dipegang oleh delapan orang pria
berpakaian ringkas dengan senjata lengkap berdiri pada
delapan posisi yang berbeda satu sama lainnya.
Dibawah sorot cahaya obor, suasana dalam kalangan jadi
terang benderang bagaikan disiang hari saja......
Diam diam Ciu Cau Liong mengamati Pek-li Peng sekejap
dari potongan badannya yang kecil ia tahu bahwa orang itu
adalah seorang gadis hanya tidak diketahui siapakah dia.
Dengan sikap yang sangat mencurigakan ini, Siau Ling
bertindak semakin ber-hati2, ia berpaling dan bisiknya kepada
Bu Wi tootiang dengan suara lirih :
"Selamanya Ciu Cau Liong tidak berani turun tangan
bertempur dengan orang secara sembarangan, tapi kali ini
sikapnya jauh berbeda dengan keadaan dihari biasa, mungkin
ia telah menyusun suatu rencana busuk, kita harus bertindak
hati2!" Bu Wi Tootiang mengangguk tanda mengerti.
"Biarlah aku yang maju menantang perang lebih dahulu! '
bisiknya. Sorot matanya segera dialihkan keatas wajah Ciu Cau
Liong, dan ujarnya dengan suara lantang:
"Sudah lama aku dengar akan nama besar dari Ji cungcu,
ini malam bisa saling berjumpa, betul betul suatu
keberuntungan bagiku, bersediakah engkau memberi
pelunjuk beberapa jurus kepadaku."
Ciu Cau Liong tertawa dingin jawabnya : "Aku tidak
bersedia untuk turun tangan bergebrak dengan orang secara
sembarangan" Ia berpaling dan memandang sekejap kearah Tong Lo thay
thay, serunya : "Tong hujin harap engkau bersedia untuk bertempur dalam
babak pertama!" Sambil menyambar tongkatnya Tong Lo thay thay maju
ketengah gelanggang katanya :
"Siapakah diantara kalian yang bersedia untuk bertempur
dengan aku siorang tua?""
Dalam hati Siau Ling berpikir : "Ketika dibawah puncak liwan-
hong tem po hari ia bersama Kim Hoa Hujin pergi
mengejar Shen Bok Hong yang terluka entah bagaimana
kemudian ternyata kedua orang itu telah bergabung kembali
dengan pihak Perkampungan Pek hoa san cung keadaan dari
Kim Hoa hujin masih tetap seperti sedia kala, banyak bicara
dan banyak berguraunya, tapi keadaan Tong Lo thay thay
pada saat ini jauh berbeda, rupanya ia telah mendapat
pengawasan yang jauh lebih keras...,."
Berpikir sampai disitu, ia segera menyerobot maju lebih
dahulu ketengah gelanggang.
Pada waktu itu, sebenarnya Bu Wi too-tiang telah bersiap
sedia untuk melakukan pertarungan, tetapi setelah diserobot
oleh Siau Ling, terpaksa ia hentikan langkah kakinya dan cuma
nonton belaka. "Laporkan namamu'!" seru Tong La-thay thay sambil
ayunkan toya ditangannya.
Siau Ling tertawa ewa, jawabnya :
"Aku adalah Siau Ling!"
"Engkau benar2 Siau Ling?" seru Tong Lo-tbay thay setelah
tertegun sejenak. "Sedikitpun tidak salah, akulah orangnya!"
Ciu Cau Liong sendiri, walaupun sejak permulaan tadi lelah
menduga bahwa kemungkinan besar orang yang berada
dihadapannya adalab Siau Ling, akan tetapi setelah
mendengar pengakuan sendiri dari Siau Ling, tak urung
sekujur badannya gemetar keras.
Hanya empat orang pria baju merah yang berada
dibelakang tubuh Ciu Cau Liong saja yang masih tetap
bersikap kaku, se-akan2 mereka sama sekali tidak tahu
siapakah orang yang bernama Siau Ling itu.
Senjata rahasia dimiliki Tong Lo thay thay meskipun sangat
lihay, akan tetapi orang yang paling disegani oleh Siau Ling
masih tetap keempat orang pria baju merah itu karenanya
secara diam diam ia awasi terus gerak gerik keempat orang
tadi. Menyaksikan tingkah laku keempat orang pria itu kaku dan
sama sekali tidak menunjukkan perubahan apapun, satu
ingatan dengan cepat berkelebat dalam benaknya, diam diam
ia berpikir: "Keadaan dari empat orang itu kaku bagaikan patung arca
dari tanah liat.....hal ini menunjukkan bahwa kesadaran otak
mereka sudah jelas dikuasai oleh sejenis obatan yang sangat
beracun ...." Dalam pada itu terdengarlah Tong Lo thay thay berseru
dengan suara lantang : "Hey orang she Siau berhati hatilah.....!"
Wesss... !toyanya diiringi deruan angin tajam langsung
membabat kearah batok kepala lawan.
Siau Ling merasakan sapuan toya itu disertai tenaga dalam
yang sangat hebat sehingga membawa deruan angin yang
sangat memekikkan telinga, diam diam hatinya terperanjat,
pikirnya; "Kalau ditinjau dari keadaan tersebut, rupanya ia telah tulus
ikhlas tunduk dan berpihak kepada perkampungan Pek hoa
san-cung, aku harus memberi sedikit pelajaran kepadanya....!'
Dalam hati berpikir demikian, sementara tubuhnya segera
menyingkir kearah samping.
Tangan kanan secepat kilat meluncur kearah depan dan
menyapu sejajar dada dengan suatu gerakan yang manis tahu
tahu ia berhasil mencengkeram toya diri Tong Lo thay thay
dan membetotnya keras keras kearah depan.
Cara merampas senjata orang dengan kekerasan seperti ini
jarang sekali ditemui dikolong langit, kecuali seseorang sudah
mempunyai keyakinan sembilan puluh persen pasti berhasil,
jarang sekali ada orang yang berani bertindak secara
gegabah. Dalam sekali gerakan tangan Siau Ling berhasil
mencengkeram toya baja dari Tong Lo thay thay, kejadian ini
bukan saja membuat Cau Liongmerasa amat terperanjat
sekalipun Bu Wi Tootiang sendiripun diam diam merasa
terkesiap, pikirnya : "Sungguh berani amat pemuda ini menempuh bahaya dan
mengambil resiko.. . benar-benar hebat!"
Rupanya Tong Lo tbay thay sendiripun sama sekali tak
menyangka kalau didalam sekali gebrakan saja Siau Ling telah
berhasil mencengkeram senjata toyanya, peristiwa tersebut
seketika membuat nenek tua itu jadi tertegun.
Pada saat ia masih berdiri termangu Siau Ling telah
menggerakan tenaga dalamnya untuk membetot toya baja
tadi kearah depan termakan tenaga betotan yang maha hebat
itu tanpa bisa dikuasahi lagi tubuh Tong Lo thay thay ikut
terjengkang kearah depan.
Menggunakan kesempatan itulah laksana sambaran kilat
Siau Ling ayunkan tangan kirinya sebuah pukulan gencar
dilepaskan. Serangan ini dilancarkan dengan kecepatan yang luar biasa
begitu cepatnya sehingga tidak memberi kesempatan bagi
Tong Lo-thay thay untuk menghindarkan diri......
Bluuumm !! pukulan tersebut dengan telak bersarang diatas
bahu kanan Tong Lo- thay thay.
Mengingat hubungan persahabatan yang pernah terjadi
diantara mereka, serangan yang dilancarkan Siau Ling ini tidak
terlalu berat, berbicara sampai tenaga dalam yang dimiliki
Tong Lo thay thay, seharusnya pukulan itu tak akan sampai
melukai dirinya Terdengar Tong Lo thay thay mendengus berat kemudian
badannya roboh terjengkang kebelakang, senjata toya yang
berada dalam genggamanpun segera terlepas dari cekalannya.
Dengan cepat Siau Ling merampas toya tersebut,
disamping itu diapun menyadari bahwa Tong Lo thay thay ada
maksud mengalah kepadanya, tetapi berhubung dalam hati
mempunyai kesulitan yang amat besar maka nenek itu tak
berani berbicara ataupun menyapa dirinya.
Oleh sebab itulah, setelah berhasil merebut senjata toya
tadi, pemuda itu membentak keras, toyanya langsung diputar
menerjang kearah Ciu Cau Liong.
Jejak Darah Masa Lalu 1 Rajawali Emas 10 Mata Malaikat Pedang Bayangan Panji Sakti 7