Pencarian

Keributan Sesama Kawan 1

Sapta Siaga 13 Keributan Sesama Kawan Bagian 1


Sapta Siaga - Keributan Sesama Kawan
Download Ebook Jar Lainnya Di
http://mobiku.tk http://inzomnia.wapka.mobi
Bab 1 SS RAPAT LAGI ""KAPAN Sapta Siaga mengadakan rapat lagi"" tanya Ibu pada Peter, yang saat itu sedang asyik membaca buku.
"Belum tahu, Bu," jawab Peter. "Kenapa Ibu bertanya"" '
"Kalau kalian mengadakan rapat lagi, sebaiknya jangan dalam gudang tempat kalian yang biasa," kata Ibu. "Akhir-akhir ini hawa dingin sekali. Lebih baik di sini saja - dalam rumah."
"Wah, tidak bisa Bu," kata Janet menyela pembicaraan itu. "Kalau di sini, namanya bukan rapat rahasia lagi. Tidak, kami harus berapat dalam gudang."
"Yah - kalau begitu kalian memerlukan alat pemanas ruangan," kata Ibu. "Aku tak mau kalian pilek, justru menjelang Natal. Tidak bisakah kalian baru rapat lagi, jika hari-hari raya sudah lewat""
"Rasanya sulit," kata Janet. "Rasanya asyik jika kami semua membawa hadiah-hadiah Natal yang kami buat sendiri ke gudang, dan mengadakan semacam rapat pemberian hadiah. Kami kan bisa memakai mantel tebal!"
"Pasti kedinginan nanti," kata Ibu berkeras. "Lebih baik kupinjamkan kompor pediangan yang kecil. Kompor itu aman - biar terguling, minyaknya tak mungkin tumpah. Jadi aku tak perlu waswas terus, khawatir akan terjadi kebakaran di sana."
"Wah, terima kasih, Bu'" kata Peter dan Janet serempak. Skippy, anjing spanil yang berbulu kuning keemasan, menggonggong dengan nyaring. Seakan-akan hendak menyatakan persetujuannya. Janet nyengir melihat tingkah Skippy.
"Katanya, ia juga senang jika dalam gudang ada tempat berdiang," katanya. "Skippy sejak di luar mulai dingin, paling senang berbaring di depan api - ya Skip""
"Kalian perlu mengajaknya berjalan jauh," kata Ibu. "Pasti Skippy senang. Kalian berdua pemalas sekarang." Setelah itu Ibu keluar dari kamar.
Peter dan Janet berpandang-pandangan.
"Akhir-akhir ini kita selalu sibuk, ulangan di sekolah dan macam-macam lagi," kata Peter, "sehingga tak banyak waktu yang tersisa untuk Sapta Siaga. Dengan kompor, dalam gudang pasti menyenangkan, Kita bisa melanjutkan kesibukan kita membuat hadiah-hadiah Natal di sana. Jadi tidak seperti sekarang - setiap kali kita harus memindah barang-barang kita, karena sudah tiba saat makan dan meja makan harus dibereskan."
"Kita bilang besok pada kawan-kawan," kata Janet gembira. "Tapi kita memerlukan kata semboyan baru, karena sudah lama kita tidak mengadakan rapat. Enaknya apa ya""
"Kue puding," kata Peter, sambil nyengir.
"Semboyan konyol," kata Janet. "Kenapa tidak sekaligus telur mata sapi saja" Atau katak dalam tempurung, atau ..."
""Nah, itu dia - katak dalam tempurung," kata Peter. "Kawan-kawan kita pasti geli Itu semboyan yang bagus! Hebat, Janet. Ingat, Skip, semboyan kita yang baru 'katak dalam tempurung'. Jangan sampai lupa ya!"
"Guk!" gonggong Skippy sambil Mengibas-ngibaskan ekor.
Keesokan harinya, pada saat istirahat di sekolah, Peter memanggil Colin, Jack dan George. Ketiga anak itu diajaknya pergi ke tempat sepi, karena Peter tidak ingin kata katanya didengar orang lain.
"Hari Sabtu rapat Sapta Siaga, pukul sepuluh pagi," kata Peter kemudian. "Tempat seperti biasa - dalam gudang di sebelah belakang kebun. Kata semboyan kita, 'katak dalam tempurung'."
""Aduh, semboyan apa itu"" keluh Jack. "Aku pasti tak mampu mengingat semboyan sekonyol itu. Terpaksa kucatat."
"Jangan, nanti Susi, adikmu yang bandel itu membacanya," larang Peter.
"Baiklah! Aku akan berusaha mengingatnya. Kukarang saja syair singkat, supaya lebih gampang ingat," kata Jack. "Bagaimana kalau begini: orang yang pengetahuannya tak disambung, hidupnya seperti katak dalam tempurung! Ya - kurasa sekarang bisa kuingat."
"Kau tadi mendengar kan, kapan rapat akan dimulai"" tanya Peter meminta penegasan. "Kelihatannya kau agak ling lung pagi ini!"
"Rasaku juga memang begitu," kata Jack. "Sudah kita banyak ulangan, masih lagi ditambah persiapan untuk menyambut kedatangan Boni ..."
"Boni" Binatang apa itu" Kau mendapat hadiah anjing"" tanya Peter dengan penuh minat.
"Konyol, Boni dibilang anjing! Dia seorang anak Prancis! Tahun lalu ketika aku ke Pr
ancis, aku kan tinggal di rumahnya," kata Jack.
"Namanya yang lengkap, Jean Bonaparte. Tapi bukan kerabat kaisar yang kenamaan itu! Anak itu - yah, bagaimana aku menerangkannya - anak itu serius sekali. Selalu bersungguh-sungguh. Terus terang saja, sekarang pun aku sudah lesu, jika teringat bahwa ia akan menjadi tamuku untuk beberapa lama. Mudah-mudahan saja Susi senang padanya, dan mau mewakili aku menemaninya. Susi senang bergaul dengan orang asing!"
""Jangan cerita pada Susi bahwa hari Sabtu pagi kita akan mengadakan rapat," kata Peter. "Suruh saja ia pergi ke salah satu tempat, bersama Bani."
"Bagaimana, bisakah aku mengajak anak itu menghadiri rapat kita"" tanya Jack penuh harap. "Maksudku - ibuku pasti akan melarang aku meninggalkannya pada hari Sabtu nanti. Ia datang hari Jumat, datang kan tidak enak jika keesokan harinya aku sudah ngeluyur pergi sendiri, tanpa mengajaknya!"
"Rupanya kau tidak begitu kepingin menghadiri rapat Sapta Siaga," kata Peter.
"Jangan begitu dong! Tentu "aja aku kepingin datang. Tapi ibuku, dia tidak seperti ibumu. Menurut perasaannya, Sapta Siaga sama sekali tidak penting. Tapi sedapat-dapatnya, aku akan datang," kata Jack. Kasihan dia, kelihatannya semakin linglung.
"Baiklah! Tapi jangan bilang-bilang pada Susi! Dan jangan katakan semboyan kita padanya," kata Peter galak. "Mudah-mudahan kau belum lupa, bagaimana adikmu itu serta Binki, temannya yang selalu cekikikan, suatu kali masuk ke dalam gudang sebelum kita- mulai rapat! Mereka mengunci pintu dari dalam, sehingga kita tidak bisa masuk. Malah kita yang disuruhnya menyebutkan kata semboyan. supaya bisa masuk!"
Jack meringis ketika teringat pada kejadian itu.
"Ya, mereka memang jahil waktu itu - tapi kalau diingat-ingat, sebenarnya lucu juga! Baiklah, aku takkan membeberkan rahasia saat rapat kita. Percayalah! Aku pasti datang, walau untuk itu mungkin aku terpaksa menitipkan Boni untuk sementara waktu di tempat es krim. Biar dia kutraktir, supaya menutup mulut. 0 ya - apa semboyan kita yang kausebut tadi, Peter""
Tapi Peter sudah pergi lagi. Jack mengumpat. Nah, apa semboyan Sapta Siaga yang baru" Ilmu pengetahuan" Cerita bersambung" Jack mengerutkan kening. Ia bingung, Harus menghadapi Susi yang bandel, lalu ulangan yang bertumpuk-tumpuk, Natal semakin dekat. Ditambah lagi si konyol Boni akan datang! Susah!
"Bab 2 KATA SEMBOYAN
HARI Sabtu, sejak pagi Peter dan Janet sudah sibuk. Mereka mengangkut kompor yang dipinjamkan oleh Ibu ke gudang. Setelah itu Pak Kebun datang, untuk menolong mereka menyalakan kompor. Pak Kebun memandang berkeliling.
"Wah, ruangan ini berantakan," katanya. "Perlu dibereskan sampai rapi lagi! Menurut pendapatku, sayang gudang sebaik ini disia-siakan."
"Siapa bilang disia-siakan, Pak," kata Peter. "Kami memakainya sebagai tempat rapat. Pak Kebun kan tahu sendiri!"
"Ah - rapat mana!" kata Pak Kebun menggerutu. "Bulan lalu aku memerlukan ruangan ini untuk menyimpan bawang. Tapi apa yang terjadi" Baru saja bawang kumasukkan ke sini, ternyata harus kukeluarkan lagi, hanya karena kalian ingin rapat di sini!"
"Kami yang mengeluarkannya, Pak - bukan Anda!" kata Janet tersinggung. "Pak Kebun sama sekali tak perlu repot-repot!"
Sambil mengomel, Pak Kebun pergi ke luar.
Skippy memandang laki-laki itu. Ekornya terkulai ke bawah.
"Kau tak perlu kecewa, Skip," kata Janet. "Pak Kebun memang begitu sifatnya. Dikiranya "gudang ini kepunyaannya pribadi! He, Peter- yuk, kita membuatkan hadiah Natal untuk Pak Kebun! Walau selalu menggerutu, sebetulnya dia itu baik hati Kau masih ingat, waktu ia memberi apel untuk kita simpan dalam gudang ini""
"Ya, waktu musim gugur yang lalu. Tapi kemudian habis kita makan semua," kata Peter, sambil memandang ke atas rak. Di situlah apel . pemberian Pak Kebun ditaruh. "Ah, tidak! Masih tersisa sebuah. Sekarang sudah coklat dan kerut-merut kulitnya. Hangat ya ruangan ini, setelah ada kompor pemanas di sini! Ayo, cepat sedikit berbenah, Janet. Kalau selesai, akan kutaruh lagi peti-peti tempat duduk kita. Kau tidak lupa memakai lencanamu" Ah - itu dia terpasang pada baju hangatm
u" Mudah-mudahan kawan-kawan semua memakai lencana!"
"Guk-guk!" gonggong Skippy.
"Ya, ya - aku tahu lencanamu hilang, ketika kau menyusup-nyusup dalam semak mengejar kelinci," kata Peter. "Nanti dibuatkan lagi oleh Janet, kalau dia ada waktu."
"Hampir pukul sepuluh," kata Peter lagi, setelah beberapa saat. "Jangan-jangan mereka datang terlambat!"
Peter dan Janet duduk di atas kotak, menunggu kedatangan para anggota. Kemudian terdengar langkah orang datang, disusul ketukan keras di pintu.
"Peter - apa semboyan kita"" Tiba-tiba Janet berbisik pada abangnya. "Aku cuma ingat, ada hubungannya dengan binatang!"
""Janet ribut," tukas Peter. Kemudian ia berseru, menyapa pengetuk pintu, "Sebutkan semboyan kita!"
"Aku lupa, Peter." Ternyata Jack yang datang "Aku cuma ingat, ada hubungannya dengan pelajaran. Mungkin sejarah. Perang Dunia! Betul""
"Salah." "Atau - atau -"
"Salah! Pulang saja, kalau tidak ingat," kata Peter ketus. Janet menyikutnya, lalu berbisik, "Peter! Aku juga lupa lagi. Biarkanlah Jack masuk."
"Tidak bisa! Melanggar peraturan!" kata Peter berkeras.
"Nanti dulu." terdengar lagi suara Jack di luar. "Aku tahu pasti, ada hubungannya dengan ilmu penge1ahuan! Bagaimana kalau, 'Kaisar Napoleon'""
"Salah, salah - semua salah!" kata Peter. Saat itu terdengar langkah orang datang. Dengan segera Peter berseru, "Kata semboyan""
"Katak dalam tempurung!" Yang membalas, suara anak perempuan. Peter membukakan pintu. dan - ternyata yang masuk Susi, adik Jack. Ia datang bersama seorang anak laki-laki. Anak itu kurus sekali, memakai kaca mata.
"Susi! Ayo cepat keluar! Kau bukan anggota Sapta Siaga! Dari mana kau mengetahui kata semboyan kami"" Peter berteriak-teriak. Ia sangat marah.
"Aku mendengarnya, ketika Jack sedang sibuk menggumamkannya dua hari yang lalu," kata Susi, sambil nyengir. "Dan ..."
""Jack!" sergah Peter. "lagi-lagi kau membuka rahasia perkumpulan kita!"
Saat itu para anggota lainnya datang berbondong-bondong. Mereka tercengang melihat Peter marah-marah di ambang pintu gudang, menghadapi Jack yang pucat pasi. Nampak pula Susi di situ. Anak bandel itu nyengir. Di sampingnya berdiri seorang anak laki-laki kurus, yang tak mereka kenal.
"Ada apa ribut-ribut di sini"" tanya George heran. "Dan ini siapa" Anggota baru"" Dipandangnya anak kurus yang berkaca mata. Anak itu membalas tatapan George.
"Namaku Jean Baptiste Bonaparte," katanya, sambil membungkuk dengan sopan. Rupanya ialah yang bernama Boni, tamu Jack dari Prancis. "Aku menginap di rumah temanku, Jacques. Adiknya baik hati, mengantarkan aku ke sini. Terima kasih."
Anak-anak terdiam. Mereka agak bingung menghadapi anak asing itu. Dan siapakah Jacques" lambat laun baru mereka sadar, bahwa itu nama Jack menurut lafal Prancis.
Kemudian Colin memecah kesunyian itu.
"Aku tak tahu apa yang terjadi di sini - tapi biarlah kami masuk dulu, Peter. Hawa dingin sekali, aku sudah tak tahu lagi! Ujung hidungku sudah tak terasa lagi olehku'"
Tanpa menunggu dipersilakan lagi, anak-anak berebut masuk ke dalam gudang - termasuk Susi dan anak Prancis itu! Wah, ini sudah keterlaluan, pikir Peter.
"He, he - ini kan rapat tertutup!" katanya membentak. "Ayo keluar, Susi - dan si Boni atau Banu, atau entah siapa namanya anak ini- dia juga harus keluar! Ayo cepat, kalian bukan anggota Sapta Siaga!"
"Nah - kurasa ibuku pasti marah kalau mendengarnya," kata Susi puas. "Ketika Jack mengatakan ia tak bisa mengajak Boni bermain-main karena kau menyuruhnya menghadiri rapat, Ibu lantas bilang baiklah - Jack boleh pergi, tetapi Boni harus diajak! Karena Jack tidak mau, lantas aku mengantarkannya ke sini."
"Kalau begitu, antarkan dia pergi lagi!" kata Peter. "Kaudengar kataku" Dia harus pergi dari sini. Dan kau juga, Jack!"
"Tidak bisa," kata Janet dengan segera. "Jangan pergi, Jack! Kau anggota Sapta Siaga!"
" Bab 3 PETER NAIK DARAH "KASIHAN Boni. Anak Prancis itu ketakutan, lalu cepat-cepat mundur ke luar, sambil membungkuk-bungkuk terus. Susi menemaninya, sambilminta maaf dengan suara keras. Maksudnya, supaya terdengar para anggota Sapta Siaga.
"Maaf, Boni - ta pi si Peter itu memang tidak mengenal sopan-santun. Kau harus memaafkannya, karena dia rupanya tidak pernah belajar bersikap tahu adat!"
"Aku pergi saja bersama mereka," kata Jack pelan. Tapi Peter menyentakkannya kembali ke dalam gudang. Pintu ditutupnya dengan suara keras, sehingga Skippy kaget dan menggonggong-gonggong.
"Sekarang kau pula mau cari perkara! Ayo diam!" bentak Peter. Skippy menyelinap pergi. Anjing itu takut melihat Peter marah-marah.
Sementara itu Peter berbalik lagi, menatap Jack dengan mata melotot.
"Kenapa kauberitahukan pada Susi kata semboyan kita"" tukas Peter. "Kenapa kauceritakan pada orang lain, bahwa kita akan rapat hari ini" Dan apa sebabnya kau tidak memakai lencana" Jack - kau tidak pantas menjadi anggota Sapta Siaga! Seenaknya saja, mengajak anak laki-laki konyol tadi ke mari."
""Bukan aku yang mengajaknya, tapi Susi," kata Jack. "Dan bagaimana aku bisa tahu adikku itu mendengarkan dari balik pintu, ketika aku sedang berusaha menghafalkan kata semboyan kita" Dan aku bukannya lupa memakai lencana perkumpulan. Aku sengaja tak memakainya, karena khawatir dilihat Susi. Jika aku memakai lencana, ia selalu bisa menebak bahwa aku akan menghadiri rapat Sapta Siaga. Nih - ini dia lencanaku, kusimpan dalam kantong! Tapi aku tadi terpaksa mengatakan pada ibuku bahwa aku akan ke sini. Ibuku menanyakan, apa sebabnya aku tidak bisa mengajak Boni bermain-main." Saat itu Jack baru menyadari, bahwa Peter menatapnya dengan mendelik.
"Dan kau jangan melotot begitu'"
"Peduli amat, kalau aku mau melotot!" bentak Peter. "Sungguh, kau tak pantas menjadi ..."
"Yah deh, ya deh! Cukup kaukatakan satu kali saja," balas Jack menukas, ia membalas tatapan Peter, sambil mendelik pula, "Jika aku tak pantas menjadi anggota, maka aku pun tak mau. Aku minta berhenti! Aku keluar! Nih,lencanaku! Ambil - kalau tidak, kubuang saja! Aku tak mengingininya lagi. Kan bukan salahku, punya adik kayak Susi" Nah, sekarang berkurang satu anggotamu! Aku keluar!"
Jack membantingkan lencananya ke depan kaki Peter, lalu pergi ke luar. Ia mendongakkan kepalanya tinggi-tinggi, karena tidak mau ketahuan bahwa air matanya mulai mengucur. Bagi Jack, paling tidak enak rasanya keluar dari Serikat Sapta Siaga.
Anak-anak yang ada dalam gudang, tak seorang pun berkutik. Mereka semuanya kaget, ketika Jack dengan tiba-tiba saja mengamuk.
Peter menatap lencana yang tergeletak di lantai. Ia termangu, tak tahu apa yang harus dikatakan. Tapi Skippy tahu apa yang harus diperbuat.
Anjing itu melesat ke luar, sambil menggonggong-gonggong. Seolah-olah memanggil-manggil Jack, supaya kembali. Ia melonjak-lonjak, mengelilingi kaki Jack. Tapi anak itu mendorongnya pergi.
"Tidak! Kalian bukan kawan-kawanku lagi." Dengan ekor terkulai, Skippy kembali ke gudang. Dipandangnya anak-anak satu per satu. Skippy bingung. Janet merangkulnya, lalu berkata pada Peter,
"Kau kan tak akan membiarkan Jack keluar, Peter! Kau tahu, tadi itu bukan kesalahannya!"
Tiba-tiba Barbara, menangis tersedu-sedu. Peter menatapnya dengan marah.
"Jangan cengeng, Barbara," sergahnya. "Tentu saja aku akan meminta pada Jack agar mau kembali! Tapi sebetulnya ia tidak boleh naik darah seperti tadi."
"T-tapi k-kau tadi juga naik darah," kata Barbara terisak-isak. "B-baru sek-sekali ini k-kita b-bertengkar. Aku tidak suka jika kita bertengkar!"
"Sebaiknya kita menulis surat pada Jack," usul Colin. "Kita katakan, tak enak rasanya jika dia tidak ada! Kita bilang bahwa kita menyesal! Ayolah, Peter. Kau tadi memang naik darah - dan sesungguhnya itu kan bukan kesalahan Jack ..." ,
"Aku tahu, bukan salah Jack bahwa Susi selalu mengacau," kata Peter, yang sementara itu serba salah sikapnya. "Baiklah, kita akan menulis surat padanya. Aku yang akan menulis, dan setelah itu kita semua membubuhkan tanda tangan. Bisa kan begitu" Aku kini menyesal bahwa aku tadi marah-marah. Sungguh! Tapi Susi sih - siapa yang tidak naik darah, menghadapi anak semacam dia! Bayangkan, berani-beraninya ia membawa si Boni ceking itu ke sini - malah diajaknya mendatangi rapat rahasia Sapta Siaga."
"Susi memang tida k takut pada siapa-siapa," kata Pam. "Sayang dia bukan anggota kita. Anak itu banyak akalnya, dan .....
"Apa" Susi - anggota Sapta Siaga"" Kemarahan Peter meledak kembali. "Seenaknya saja kau ngomong, Pam! Kalau tidak punya pendapat yang baik, lebih baik tutup mulut!"
"Nah - sekarang kau mulai lagi naik darah'" kata Barbara, membela Pam. "Ayolah, Peter - bagaimana dengan surat pada Jack itu" Sekarang saja kita menyusunnya. Aku tak mungkin bisa tidur malam ini, jika ingat bahwa Jack bukan anggota Sapta Siaga lagi."
Peter menyuruh Janet pergi ke rumah, untuk mengambil kertas surat. Dalam hati, Peter merasa malu. Sebetulnya ia tidak bermaksud mengata-ngatai Jack. Tapi Susi, anak bandel itu - yah, Peter tidak mau mengingatkan lagi. Ia takut marahnya bangkit kembali!
Tak lama kemudian Janet sudah kembali lagi, membawa kertas dan sampul surat. Setelah itu anak-anak berembuk dengan serius, mereka-reka apa yang harus ditulis. Akhirnya Peter menulis surat singkat, yang kemudian ditandatangani oleh semua anggota.
Peter membacakan isi suratnya.
"Jack, Kita jangan terlalu membesar-besarkan soal ini. Aku menyesal, tadi marah-marah padamu. Tanpa keanggotaanmu, Sapta Siaga tidak ada artinya. Karena Sapta kan artinya Tujuh, sementara kami sekarang tinggal berenam. Jadi kembalilah, Jack. Besok sore kita akan mengadakan rapat lagi, pukul enam tepat. Lencanamu kuselipkan dalam surat ini. Kami semua mengharapkan kau kembali.
"Salam dari, Peter, Janet, Pam, Barbara, Colin, George.
"Bagus," kata George. "Tanggung Jack senang menerimanya."
"Skippy harus ikut menandatangani," kata Janet. Diusapkannya telapak kaki anjing itu dengan tinta. Setelah itu ditekankannya keras-keras ke kertas surat, di bawah tanda tangan anak-anak,
"Nah, sekarang Jack bisa mengetahui bahwa Skippy juga sependapat dengan kita," kata Janet. "Sekarang - siapa yang mengantarnya ke rumah Jack, Peter" Sebaiknya sekarang juga diantar ke sana!"
"Biar aku saja," kata George menawarkan diri. "Dalam perjalanan pulang, aku selalu melewati rumahnya. Aku bisa mampir sebentar di sana."
"Hati-hati saja, jangan sampai Susi merongrongmu lagi," kata Peter, sambil menutup sampul surat. "Nih, suratnya! Dan harap ingat, kita berkumpul lagi di sini, besok pukul enam sore. Semboyan kita tetap yang lama, karena kalau diganti nanti Jack tidak tahu. Aku tak berani menuliskan semboyan baru dalam surat ini, karena siapa tahu nanti dibaca oleh Susi. Jadi ingat " 'Katak dalam Tempurung'!"
"Beres," kata George, sambil menerima surat yang disodorkan. "Mudah-mudahan yang menghadiri rapat besok, sudah Sapta Siaga lagi!"
" Bab 4 SS BERKURANG SATU "KEESOKAN harinya, hari Minggu sore, Peter dan Janet pergi lagi ke gudang. Peter agak pendiam saat itu. Dalam hati ia berjanji, akan bersikap tenang seperti Janet. Kedua anak itu membenahi ruangan. Janet menaruh beberapa potong roti coklat di atas piring. Roti itu hadiah ibu mereka.
"Ibu tak tahu bahwa ada pertengkaran sesama kita," kata Janet. "Mudah-mudahan saja tak ada yang bercerita padanya. Tadi Ibu agak kaget, mendengar bahwa kita sudah akan mengadakan rapat lagi. Begitu cepat susul-menyusul, katanya!'"
"Duduk, Skip," kata Peter pada Skippy, yang mondar-mandir terus. "Kau sangat gelisah sore ini."
"Kurasa ia masih ingat, betapa ribut kau dan Jack bertengkar kemarin," kata Janet. "Skippy tidak biasa melihat kita berselisih. Kurasa ia kemarin ketakutan."
"Anjing konyol," kata Peter menyesal, lalu mengelus-elus Skippy. "Tak bisa kubayangkan bagaimana rasanya, jika kau tidak ada."
Tiba-tiba pintu diketuk dari luar. Wah, sudah ada yang datang rupanya. Ya, Pam dan Barbara! Mereka membisikkan kata semboyan,
"Katak dalam tempurung!"
Pintu dibuka, dan keduanya masuk dengan wajah berseri-seri.
"Kami cepat datang ya, sekali ini" Mana Jack - belum muncul"" tanya mereka.
"Belum," jawab Janet. "Mungkin setelah ini."
Tapi yang datang setelah itu, George dan Colin. Mereka mengetuk pintu keras-keras, sambil mengucapkan kata semboyan dengan serempak. Peter bergegas membukakan pintu. Melihat cuma George dan Colin saja yang berdiri di luar, nampakn
ya ia agak kecewa. "Ah, kusangka Jack datang bersama kalian," katanya. "Ia belum muncul. Tapi sekarang memang belum pukul enam. Sebentar lagi pasti datang. Duduklah dulu!"
Anak-anak nampak agak gelisah, menunggu kedatangan Jack. Mereka mengobrol tentang perayaan Natal. sambil mengelus-elus Skippy. Tapi perhatian mereka terarah ke pintu, menunggu terdengarnya langkah Jack datang.
"Ah, itu dia!" kata Peter, ketika akhirnya terdengar langkah seseorang.
"Katak dalam tempurung!" seru anak yang baru datang, Tapi ketika pintu dibuka oleh Peter, ternyata bukan Jack yang dilihatnya berdiri di ambang pintu, tapi - Susi! Suara mereka berdua memang sangat mirip. Susi berdiri dengan wajah galak, sambil menyodorkan sepucuk surat pada Peter.
"Nih - baca surat ini!" tukasnya. "Isinya memang tepat!"
Sehabis mengucapkan kata-kata itu, Susi berpaling lalu menghilang dalam kegelapan malam. Peter menutup pintu, dengan sikap agak bingung. Dibukanya surat yang diserahkan oleh Susi.
"Bacakan keras-keras, kata Colin. Dan Peter mulai membaca. Suaranya agak gemetar.
"Teman-teman, Terima kasih aras surat kalian, serta permintaan maaf dari Peter. Sayang, nasi sudah menjadi bubur. Aku tak mau berurusan lagi dengan kalian. Aku kini akan membentuk perkumpulan sendiri, bersama Susi, Binki, Boni serta tiga orang anak lagi. Kami akan menjadi Sapta Siaga yang baru. Dan kalian - sekarang apa nama kalian 7 Kalau Sapta Siaga tidak mungkin, karena kalian cuma berenam.
"Jack "Setelah Peter selesai membacakan surat dari Jack, anak-anak terdiam semua. Mereka bingung. Mereka hanya bisa berpandang-pandangan saja. Suasana saat itu terasa sekali tidak enak.
Skippy merasakannya, lalu menghampiri Janet dan merapatkan diri padanya. Tiba-tiba Janet terisak.
"Aduh, Skip - kau juga sedih, seperti kami"" "Ah, Jack pasti cuma menggertak saja, Peter!" kata George, setelah bisa mengeluarkan suara lagi. "Tak mungkin ia hendak membentuk perkumpulan Sapta Siaga, dengan Susi, Binki dan Boni dan siapa lagi" lalu apa akal kita sekarang""
"Kita menerima seorang anggota lagi, supaya perkumpulan kita bisa tetap bernama Sapta Siaga!" kata Peter. Diremas-remasnya surat dari Jack. "Ternyata Jack tidak mau peduli lagi terhadap kita! Pasti ia senang bisa meninggalkan kita, lalu membentuk perkumpulan Sapta Siaga baru. Tapi kenapa ia memilih nama Sapta Siaga! la tahu - Jack tahu itu khusus nama perkumpulan kita!"
"Yah - tak bisa ada dua perkumpulan Sapta Siaga sekaligus," kata George. "Tapi nama kita yang resmi kan Serikat Sapta Siaga! lebih baik kita sekarang memakai nama Serikat Siaga saja. Jadi singkatan SS masih tetap sesuai. Kita tak perlu mengganti lencana."
"Kita mengadakan pemungutan suara mengenainya," kata Colin. "Kita perlu mengambil tindakan, untuk mencegah jangan sampai perkumpulan kita berantakan nanti."
"Anak-anak merasa tidak enak, membayangkan kemungkinan Sapta Siaga mereka bubar.
"Kami setuju dengan pemungutan suara," kata anak-anak. Mereka lantas melangsungkan pemungutan suara dengan sikap serius. Hasilnya, semua setuju bahwa nama perkumpulan mereka berubah menjadi Serikat Siaga.
"Sebaiknya kita tidak jadi rapat malam ini," kata Janet. "Rasanya aneh, tanpa Jack! Lain kali saja kita mengadakan rapat lagi."
Lain kali" Kapan! Tak ada yang menyinggung-nyinggung persoalan itu. Berhari-hari berlalu, tanpa rapat Serikat Siaga. Ibu Peter sampai heran.
"Kenapa Sapta Siaga sudah lama tidak mengadakan rapat"" tanya Ibu. "Atau barangkali kalian bertengkar""
"Ah, mungkin sehabis Natal, Bu," kata Peter. Mukanya memerah. "Soalnya - anu, Bu - saat ini kami sedang sibuk sekali!"
Tapi sementara itu, Susi juga sibuk. Ia bercerita pada Binki tentang kejadian yang dialami oleh Jack sampai abangnya itu keluar dari Sapta Siaga.
"Sekarang kita yang menjadi Sapta Siaga," kata Susi. "Kau, aku dan Jack - jadi kita bertiga - ditambah dengan Boni, kawan Jack yang dari Prancis, itu sudah empat. Tiga lagi akan kita pilih dari kawan-kawan kita! Kau tak perlu bersedih hati, Jack! Kami mendukungmu. Kau menjadi pemimpin kami."
Mula-mula Jack setuju saja terhadap segala rencana Susi.
Ia masih sakit hati terhadap bekas kawan-kawannya dalam Sapta Siaga. Tapi ketika mendengar bahwa ketiga anggota yang akan ikut bergabung ternyata anak perempuan semuanya, ia langsung menolak.
"Tidak," katanya. "Pikiranku sudah berubah lagi. Aku tak mau menjadi anggota perkumpulan lagi. Sapta Siaga dulu perkumpulan hebat. Tak ada yang lebih baik daripada kami. Aku tak mau pindah ke perkumpulan lain. Kau tak perlu memikirkan diriku Susi."
Susi marah-marah. "Kami sudah repot-repot mendukungmu, tapi sekarang dengan seenaknya saja kau berkata 'Tidak- pikiranku sudah berubah lagi'. Baiklah, kalau begitu - kami tidak memerlukan dirimu dalam perkumpulan kami. Berkeliaranlah seorang diri!"
"Bab 5 KABAR BURUK "HARI-HARI raya Natal sudah berlalu, dengan segala kemeriahan serta kesibukannya. Pada suatu hari, Peter didatangi ibunya, yang mengajukan usul menarik untuk Tahun Baru.
"Bagaimana pendapatmu, jika aku mengadakan pesta untuk Sapta Siaga"" kata Ibu. "Hanya untuk kalian bertujuh" Sudah banyak pengalaman kalian bersama-sama. Sekarang aku ingin mengadakan pesta yang ramai untuk kalian bertujuh '"
Mula-mula, tentu saja Peter dan Janet sangat gembira. Tapi kemudian mereka menyadari, bahwa perkumpulan mereka tinggal enam orang. Bagaimana mereka harus menjelaskannya pada Ibu" Ibu pasti tidak senang mendengarnya. Mungkin bahkan sangat marah, kalau tahu bahwa Peter yang menyebabkan Jack keluar dari Sapta Siaga.
"Jangan-jangan lantas mendatangi ibu si Jack," kata Peter suram. "Lalu kau tahu sendiri, jika ibu-ibu sudah saling berembuk. Entah apa saja akibatnya nanti!"
"Kita minta saja padanya, untuk menangguhkan pesta itu sampai sesudah liburan ini," usul Janet. "Kan saat ini banyak sekali kesibukan kita, termasuk pesta ke sana dan ke mari."
"Ibu sangat tercengang, ketika Peter dan Janet meminta padanya untuk menangguhkan pesta itu sampai sesudah liburan. Tapi Ibu langsung setuju. Ia mengangguk.
"Terserah," katanya. "Ibu menurut saja, kapan kalian mau mengadakannya."
Pada hari Tahun Baru, salju turun dengan lebat. Peter dan Janet gembira menyambutnya, begitu pula Skippy.
"Indah!" seru Janet dari batik jendela, memandang selimut putih mulus yang menyelubungi ladang. "Indah sekali. Tak lama lagi, kita akan bisa bermain-main dengan kereta luncur. Kau dengar, Skip" Masih ingat tidak - kita pernah naik kereta luncur, lalu kau jatuh terguling-guling di salju, terus sampai ke kaki bukit! Badanmu terbungkus salju yang semakin banyak sementara kau terguling-guling, sampai akhirnya kau berubah menjadi bola salju yang besar sekali!"
"Guk!' kata Skippy, sambil mengibas-ngibaskan ekor. Ia lari ke pintu, dan menggaruk-garuk. Baru saja Janet hendak berpaling, ketika dilihatnya seseorang datang menuju pintu dapur.
"Matt, penggembala biri-biri Ayah datang," katanya. "Tampangnya nampak suram. Ada apa, ya" Mudah-mudahan bukan urusan biri-biri Ayah, yang saat ini ada di atas bukit."
Saat itu Ibu menjengukkan kepala di pintu.
"Matt ingin bicara, dengan ayahmu," kata Ibu. "Tolong carikan Nak!" .
"Ayah di loteng, sedang mencari sesuatu," kata Janet, lalu lari ke atas. "Yah! Ayah dicari Matt! Ia menunggu di pintu dapur."
"Mau apa lagi orang itu," kata Ayah. "Baru kemarin aku bicara dengan dia, di atas bukit. Bilang saja, sebentar lagi aku datang."
Janet lari lagi ke bawah, menuju ke dapur. Matt masih menunggu di ambang pintu ke luar. Tampangnya masih tetap suram. Ia tidak tersenyum ketika Janet muncul. Padahal Matt sayang sekali pada anak itu.
"Ayah sebentar lagi datang, Matt,"kata Janet. "Mana si Hitam, anjing Anda" Sedang disuruh menjaga biri-biri" Aku senang sekali padanya!"
Matt diam saja. Saat itu ayah Janet masuk ke dapur. Matt memberi hormat.
"Ada apa, Matt"" tanya Ayah. "Ada yang tidak beres""
"Ya" Pak! Ada yang tidak beres," jawab Matt.
Janet kaget mendengar suara orang itu bergetar. "Anda kan tahu si Hitam, anjing collie-ku, yang sudah sering memenangkan hadiah! Nah. si Hitam hilang, Pak! Hilang!"
"Hilang." Apa maksudmu"" tanya Ayah kaget. "Kan bukan mati" Umurnya kan belum lebih dari lima tahun"!"
"Bukan, Pak - bukan mati
. Dicuri orang! Aku tahu pasti, Pak. Si Hitam belum pernah pergi jauh dari diriku, kecuali jika sedang bertugas mengumpulkan biri-biri yang berpencaran. Tahu-tahu ia tidak ada lagi. Pak! Lenyap! Aku bersiul-siul memanggilnya, sampai kawanan biri-biri mungkin menyangka aku sudah gila- lalu lari ketakutan. Tapi si Hitam tetap tak kembali. Aku - aku tak tahu akal lagi, Pak! Karena itu aku lantas ke mari. Tanpa si Hitam, aku tak berdaya ,sama sekali. Dia bukan anjing biasa untukku, tapi sudah menjadi sahabat."
"Janet merasa air matanya berlinang-linang. Ia menoleh, mencari Skippy. Ah, itu dia - duduk di ujung gang di belakang dapur. Janet membayangkan, betapa tidak enak perasaannya, jika Skippy tiba-tiba lenyap. Kasihan Matt! Rupanya orang itu sangat bingung, sampai mau berjalan jauh mengarungi salju, untuk melaporkan kehilangan si Hitam.
Saat itu Ibu masuk untuk melihat apa yang sedang terjadi. Tak lama kemudian seluruh keluarga sudah duduk mengelilingi Matt di ruang duduk, membicarakan si Hitam yang hilang. Matt bingung sekal!. Ia merasa yakin, anjingnya itu pasti dicuri orang.
"Anjingku itu sangat berharga," 'katanya. Sudah banyak sekali hadiah yang berhasil dimenangkan olehnya. Kalau mau, aku bisa menjualnya seharga seratus pound, Pak! Tapi biar dibayar seribu, aku takkan mau! Tidak bisa. Malam-malam, kalau aku sedang menjaga biri-biri, ia biasa duduk di sampingku. Sering ia harus lari sampai bermil-mil, mencari biri-biri yang tersesat. Dan ia selalu kembali, sambil tertawa nyengir. Sungguh, Pak! Si Hitam bisa tertawa! Belum pernah aku ditemani anjing sesetia si Hitam."
Matt dibiarkan saja bercerita terus, karena nampaknya itu melegakan perasaannya sedikit. Matt berbicara sambil memutar-mutar topi di tangannya, serta memandang Ibu dengan tatapan mata sayu. Ibu tak tahan melihatnya. Rasanya mau menangis, seperti yang sudah terjadi pada Janet.
""Anda tak usah khawatir, Matt," kata Ayah kemudian. "Aku akan segera melaporkan kejadian ini pada polisi. Tapi Anda yakin, si Hitam tidak tersesat di bukit""
"Siapa" Si Hitam-tersesat" Anjing kelahiran bukit, yang sudah sejak bertahun-tahun ikut menggembalakan biri-biri"" Nada suara Matt terdengar agak tersinggung. "Si Hitam itu anjingku yang paling baik, Pak! Sudah seperti sahabat saja bagiku! Aku harus mendapatnya kembali. Kalau ia tidak ditemukan kembali, aku tidak mau lagi hidup di bukit. Akan sengsara perasaanku di sana."
"Baiklah, Matt! Kembalilah ke atas bukit, aku akan segera menelepon polisi," kata Ayah, majikan Matt. "Anda tak perlu gelisah. Siapa tahu, sekembalinya Anda di sana, tahu-tahu si Hitam sudah menunggu!"
"Jika betul begitu, Pak, dan mudah-mudahan saja benar, aku akan berdiri di atas sebelah sana itu, lalu melambai-lambaikan mantelku yang besar," kata Matt. Setelah itu ia kembali lambat-lambat ke dapur, lalu pergi ke luar.
"Aduh, Bu!" keluh Janet. "Mungkinkah Matt akan bisa memperoleh si Hitam kembali""
"Kita doakan saja," kata Ibu. "Tapi persoalan ini tidak gampang, jika anjing itu benar dicuri orang."
"Bu - amankah Skippy di sini"" tanya Peter. Tiba-tiba ia merasa ngeri. "Dia kan juga mahal
harganya, karena termasuk jenis spanil keturunan ras!"
"Ya, ya - betul," jawab Ibu. "Tapi kurasa kau tak perlu khawatir, Nak! Tidak gampang mencuri anjing yang hidup dalam rumah, karena selalu ada di sekeliling kita. Sedang si Hitam kan biasa berkeliaran ke mana-mana di bukit. Jika ia dipancing datang dengan umpan daging, mungkin ia mau datang lalu ditangkap."
"Aku kasihan terhadap Matt," kata- Peter sedih. "Skippy" Ke mana kau" Kau tak boleh jauh-jauh dari kami ya - dan malam hari harus tidur di kamarku ..."
"Ah - kalian tak perlu mengkhawatirkan Skippy," sela Ibu. "Skippy takkan mau ikut, jika diajak orang yang tak dikenal olehnya."
"He - Pam datang," kata Janet, yang saat itu sedang memandang dari balik jendela ke luar.
"Astaga - tampangnya juga suram, seperti Matt tadi! Ada apa dengan anak itu" Jangan-jangan juga membawa kabar buruk!"
Terdengar suara Pam memanggil-manggil dari luar.
"Janet! Peter! Ada kabar jelek! Buka pintu - cepat!"
" Bab 6 AWAS - MALING ANJING! "PETER bergegas lari, membukakan pintu depan
"Ada apa, Pam"" tanyanya tegang. "Ada kejadian apa""
"Kau kenai nenekku kan, Peter," kata Pam terburu-buru. "Kau kan tahu, Nenek punya seekor anjing pudel yang bagus, bulunya putih seperti salju. Nah, anjing pudel itu dicuri orang! Peter, menurut perasaanku kita perlu mengadakan rapat mengenainya. Siapa tahu Sapta Siaga - eh, maksudku Serikat Siaga bisa membantu! Nenek sangat bingung!"
"Astaga!" kata Peter kaget, lalu cepat-cepat menarik Pam ke dalam. "Baru saja kami menerima kabar, anjing kepunyaan penggembala kami, si Hitam, juga dicuri orang! Anjing itu seekor collie. Si Hitam pun sangat berharga. Mestinya yang mencuri, orang yang itu-itu juga! Cepat, ikut aku! Kita harus memberi tahu Ayah. Ia baru saja hendak menelepon polisi, melaporkan hilangnya si Hitam."
sambil menangis, Pam mengikuti Peter pergi ke kamar duduk. Pam sangat sayang pada anjing neneknya. Sering ia mengajaknya berjalan-jalan. Dan sekarang, anjing itu hilang! Adakah kemungkinan, bisa ditemukan kembali"
""Ayah, nanti dulu - jangan menelepon polisi dulu! Ada lagi anjing hilang, kemungkinannya juga dicuri!" kata Peter, sambil bergegas-gegas mendatangi ayahnya. "Pam, ceritakan pada ayahku tentang si Putih."
Sambil terisak-isak menangis, Pam menceritakan kejadiannya.
"Kemarin malam, sekitar pukul sembilan, Nenek mengeluarkan si Putih, disuruh jalan-jalan sebentar seperti kebiasaannya tiap malam," kata Pam. "Tapi kemudian ketika dipanggil-panggil, anjing itu tidak kembali. Nenek sampai terpaksa ke luar untuk mencarinya. Tapi si Putih tetap tidak muncul. Nenek cu-cuma mem-melihat ..."
"Melihat apa"" tanya Peter tidak sabar, sementara dalam pikirannya sudah terbayang berbagai hal yang seram-seram.
"Nenek melihat jejak orang di salju dalam kebun," kata Pam. "Jejak sepatu yang sangat besar. Di mana-mana nampak jejak itu. Bekas kaki si putih juga ada di situ. Pada satu tempat, salju agak berantakan. Kelihatannya seakan-akan si Putih diseret pergi. Aduh Peter, apakah yang bisa dilakukan oleh Sapta Siaga""
"Serikat Siaga, maksudmu," kata Peter. "Yah, kita memang perlu mengadakan rapat mengenainya - dan juga tentang anjing kepunyaan penggembala kami. Bagaimana juga, sudah cukup banyak kejadian misterius yang berhasil kita pecahkan!"
Ayah Peter mendengarkan penuturan Pam dengan kening berkerut. Rupanya di daerah mereka itu sedang beraksi kawanan pencuri anjing! Sudah dua ekor yang hilang - dan kedua duanya anjing yang tidak murah harganya!
"Aku akan menyampaikan laporan pada polisi tentang si Putih, dan sekaligus juga tentang si Hitam," kata Ayah, sambil mengangkat gagang telepon. Tak lama kemudian ia sudah berbicara dengan seorang pegawai polisi. Ayah menjelaskan ciri-ciri kedua anjing itu, lalu Ayah mengatakan, "Apa" Ada tiga ekor anjing lagi yang juga dicuri" lalu apa tindakan polisi mengenainya"" Ayah mendengarkan keterangan polisi, lalu mengembalikan gagang pesawat telepon ke tempatnya.
"Wah, kecuali si Hitam dan si Putih, ternyata masih ada tiga ekor anjing lain yang juga dicuri! Semuanya anjing berharga," kata Ayah pada anak-anak. "Dan dalam semua kejadian itu, ditemukan jejak sepatu di salju! Sepatu berukuran besar! Menurut polisi, orang yang mencuri itu pasti bertubuh tinggi kekar, dan luas pengetahuannya tentang anjing. Atau kalau tidak, ia bekerja sama dengan orang yang tahu, dan yang memberi petunjuk padanya."
Air mata Janet berlinang-linang. Skippy didekapnya, seakan-akan takut ada orang mencurinya saat itu juga.
"Ayah, sebaiknya Skippy kita kurung saja dalam kamar Ayah! Orang pasti ingin mencurinya, karena dia pun anjing berharga!"
"Memang - Skippy mahal harganya kalau dijual," kata Ayah. "Kurasa kita perlu menjaga dia baik-baik, sampai maling anjing itu sudah ditangkap. Tapi satu hal sudah pasti! Anjing-anjing yang dicuri dirawat baik-baik oleh orang yang mencuri mereka. Sebab harganya akan turun, apabila mereka kurus atau sakit."
"Tapi - tapi Skippy pasti sedih, jika ia diambil orang." kata Peter. "Pasti ia akan kurus kering, tak mau makan! Kalau hal itu terjadi, lantas b
agaimana"" "Janganlah kita sibuk memikirkan hal-hal yang belum tentu terjadi," kata Ayah. "Jaga saja Skippy baik-baik, jangan lepaskan dari pengawasan kalian. Skippy tahu aturan, kecil kemungkinannya ia mau ikut dengan orang yang tak dikenal. Saat ini aku menunggu kedatangan polisi. Aku akan mengantar mereka ke pondok Matt, supaya mereka bisa memastikan apakah jejak sepatu yang ada dalam salju di sekitar pondok itu sama besarnya seperti jejak-jejak di tempat-tempat lain."
"Aku ikut," kata Janet. "Dan Skippy kita bawa. Pasti aman, karena ada tiga orang menjaganya."
"Ya, pergilah," kata Ibu. "Jalan-jalan, Skip!"
"Guk!" gonggong Skippy dengan gembira, lalu lari menuju pintu.
"Tunggu! Tunggu kami, Skip!" seru Peter. Ia sudah takut saja, jangan-jangan Skippy lari ke luar lalu langsung dicuri orang. "Bu, di luar ada orang! Mungkin maling anjing!"
"Ah, itu kan tukang pos," kata Ibu sambil tertawa. "Coba lihat, barangkali ada kiriman barang untukku. Aku saat ini menunggu kiriman."
Pintu diketuk dua kali, lalu dibuka oleh Peter.
"Selamat siang," sapa Peter. "Ah - Anda membawa kiriman barang untuk ibuku. Bolehkah aku yang menandatangani""
""Tentu saja," kata Pak Pos, sambil membungkuk untuk menepuk-nepuk Skippy. Pak Pos bertubuh kecil. Mukanya bulat. Ia selalu tersenyum riang. Peter dan Janet senang pada Pak Pos. Skippy juga suka padanya. Kalau Pak Pos datang, ia selalu menyambut dengan gonggongan gembira.
"Kalian harus berhati-hati dengan anjing kalian yang bagus ini," kata Pak Pos. "Saat ini sering terjadi pencurian Anjing. Anjing Bu Thorn, lalu anjing dakel kepunyaan Pak Cartwright - sayang sekali anjing itu hilang! Bulunya bagus sekali, sehalus sutera. Dan Bu Downey bercerita tadi pagi, bahwa anjing terier-nya juga dicuri minggu lalu. Jadi hati-hati saja dengan anjing spanil kalian ini - jangan izinkan orang lain memberi apa-apa padanya. Dan jangan perbolehkan berkeliaran sendiri."
"Tentu tidak, Pak," kata Peter,lalu memegang kalung leher Skippy. "Maling yang bisa mengambil Skippy, harus pintar sekali. Ya kan, Skip""
"Guk-guk-guk!" gonggong Skippy, seakan-akan ia memahami pembicaraan itu.
" Bab 7 KE BUKIT "PETER dan Janet mengajak Pam duduk dekat pediangan. Teman mereka itu mulai menangis lagi, ketika ia mulai berbicara tentang si Putih, anjing Nenek yang hilang dicuri orang.
"Peter, bagaimana jika kita mengadakan rapat Sapta - maksudku Serikat Siaga"" tanyanya. "Aku ingin sekali memperoleh si Putih kembali. Tapi aku sendiri, tidak sanggup! Aku tak begitu pintar melacak jejak serta hal-hal seperti itu. Kita mengadakan rapat, ya""
"Baiklah," kata Peter. "Akan kukabari teman-teman. Kutulis surat pada mereka. Kita masing-masing menulis satu. Bagaimana jika kita mengadakannya besok pagi. Sekarang kan libur! lebih enak jika mengadakan rapat pagi hari, karena kalau malam gelap."
Ketiga anak itu mulai menulis surat. Satu untuk Barbara, satu untuk George, dan satu lagi untuk Colin. Isinya sama semua.
"PENTING! Harap berkumpul besok pagi dalam gudang SS pukul setengah sebelas tepat."


Sapta Siaga 13 Keributan Sesama Kawan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

""Aneh rasanya, tidak mengirim surat pada Jack," kata Pam, sambil merekat sampul surat yang ditulis olehnya. "Tidak bisakah kita mengundangnya juga""
""Tidak," jawab Peter. "Mungkin sekarang ia sudah membentuk perkumpulan baru, yang juga diberi nama Sapta Siaga."
"Ah, kurasa tidak," kata Pam. "Baru-baru ini aku berjumpa dengannya. Kelihatannya lesu! Ia ditemani anak Prancis yang ceking itu. Siapa namanya - Bonaparte" Boni memang cocok sebagai singkatannya. Anak itu sedang mengoceh seperti senapan mesin, sambil menggerak-gerakkan tangan dengan sibuk. Sedang Jack, ia membungkam terus."
"Sudahlah, tak perlu kita bicara terus tentang Jack," kata Peter. "Nah - siapa yang akan mengantarkan surat-surat ini""
"Biar aku saja, karena aku bisa mampir nanti dalam perjalanan pulang," kata Pam, sambil berdiri meninggalkan meja. "Dan jangan lengah, Peter! Jaga Skippy baik-baik. Kalau Skippy hilang, entah bagaimana Sapta Siaga- eh, maksudku Serikat Siaga nanti!"
"Skippy takkan mau ikut dengan orang yang tak dikenal," kata Peter. "Betul kan, Skippy
"" Skippy menggonggong tiga kali.
"Katanya, 'tentu saja tidak!'," kata Peter. Pam menatap Skippy dengan pandangan kagum.
"Skippy pandai bicara," katanya. "Nah, aku pulang saja sekarang. Aku takkan lupa mengantarkan surat-surat tadi. Sampai besok pagi, pukul setengah sebelas. Dan kata semboyan kita tetap yang lama - eh, apa ya" Sudah lama kita tidak mengadakan rapat, jadi aku agak lupa sekarang."
Baru saja Peter hendak menjawab, tapi didahului oleh Janet. "Ayam goreng," katanya.
""Ah, bukan - udang bakar," kata Pam.
"Bukan, bukan! Aku tahu lagi sekarang! Katak loncat," seru Janet. Padahal ia sudah tahu, bahwa semboyan itu keliru. "Aduh, kita ini sama payahnya seperti Jack."
"Katak dalam tempurung! Masakan begitu saja lupa," kata Peter, yang saat itu sudah ingat lagi. "Yah - "ampai besok, Pam!"
Sehari itu Peter dan Janet waspada sekali, terus-terusan mengawasi Skippy. Anjing itu tak pernah dibiarkan berkeliaran sendiri. Kalau ia pergi ke dapur untuk mengemis makanan pada juru masak, kedua anak itu pasti mengikuti.
Kalau Skippy ingin lari-lari sebentar di luar, langsung lehernya diikat dengan tali. Dan Peter serta Janet ikut berjalan-jalan. Jika Skippy lari ke pintu depan karena terdengar orang datang, kedua anak itu lantas ikut lari pula menyusul. Skippy agak heran melihat tingkah laku kedua anak itu. Tapi ia senang juga, karena ditemani terus.
Peter dan Janet membicarakan urusan rapat mereka besok.
"Kurasa, salah satu pokok yang perlu dibicarakan dalam rapat besok, adalah laporan yang mengatakan bahwa jejak sepatu berukuran sama selalu ditemukan di tempat anjing-anjing dicuri," kata Peter. "Aku, ingin memperoleh foto jejak itu, supaya bisa mengetahui bentuk dan ukurannya. Siapa tahu, mungkin saja secara kebetulan kita berjumpa dengan orang yang memakai sepatu sebesar itu. lalu jika kita ikuti, mungkin akhirnya ternyata orang itulah pencuri yang dicari."
""0 ya!" seru Janet bersemangat. "Tapi apakah hal itu tidak sudah dilakukan sendiri oleh polisi""
"Memang! Tapi kan tidak ada salahnya jika kita membantu mereka melacak jejak itu"" kata Peter. He - rasanya aku seperti mendengar langkah orang di luar!"
"Ada polisi!" kata Janet, setelah menjenguk sebentar. "Kurasa ia datang untuk mengurus anjing kepunyaan Matt. Kata Ayah, ia akan mengantarkan petugas polisi ke pondok penggembala itu. Ya kan""
"Ya - tentu saja !" kata Peter. "Yuk, kita minta pada Ayah, apakah kita boleh ikut. Sebaiknya kita membawa kertas dan pinsil, untuk menyalin gambar jejak sepatu yang mungkin ada di sana."
"Setuju!" kata Janet. "Sekarang saja kuambil - serta alat pengukur. Peter, sementara itu kau minta izin pada Ayah, apakah kita bisa ikut."
Peter meminta izin, dan ternyata Ayah membolehkan.
"Kalian boleh ikut," katanya. "Ada baiknya, jika kalian berjalan-jalan dalam udara segar. tapi pakal sepatu tinggi, karena salju di atas tinggi."
Dua menit kemudian nampak iring-iringan yang terdiri dari Janet, Peter, ayah mereka serta polisi berjalan mendaki lereng bukit yang landai. Mereka menuju ke tempat Matt tinggal dalam pondoknya yang kecil, di tengah-tengah kandang biri-biri yang digembalakan olehnya. Skippy tentu saja diajak. Anjing itu berlari-lari dengan gembira di tengah salju.
"Tapi sesampai di pondok, ternyata Matt tidak ada di situ.
"Sedang keluar rupanya - mencari biri-biri yang memencar," kata ayah Peter dan Janet. "Sekarang tak ada lagi yang membantunya, karena si Hitam dicuri orang. Aku ingin meminjamkan anjing lain untuknya, kalau ada. Tanpa dibantu anjing yang baik, penggembala biri-biri bisa mengalami kerumitan dalam kerjanya. Jangan-jangan banyak biri-biriku hilang, apabila si Hitam tidak kembali."
"Nama anjing itu si Hitam" Nama bagus," kata polisi yang menyertai mereka. "Pak, kata Matt - di manakah anjingnya hilang""
"Itu tidak dikatakan olehnya," kata Peter. "Matt cuma melaporkan, anjingnya dicuri orang! He - itu ada jejak sepatu di salju. Seukuran besar!"
Tapi Ayah dan petugas polisi tidak mendengar seruan Peter, karena keduanya sudah meneruskan langkah, mencari Matt.
"Mana kertas dan pensil yang kaubawa, Janet"" k
ata Peter bersemangat. "Kita salin bentuk telapak sepatu ini, lalu kita tunjukkan pada Ayah, jika -ia datang kembali nanti. Mungkin saja ini petunjuk yang sangat berguna bagi kita!"
" Bab 8 JEJAK DI SALJU "JEJAK itu tampak jelas. Ukurannya sangat besar. Peter menemukan di belakang pondok. Kelihatannya, orang yang meninggalkan jejak itu agak lama juga berdiri di tempat itu.
"Kurasa di sinilah pencuri itu menunggu kesempatan menangkap si Hitam," kata Peter.
"Aduh, sayang kita tidak punya sesuatu yang datar, di mana kertas ini bisa kuletakkan. Aku tidak bisa menggambar dengan baik sambil berdiri!"
Aku akan mengukur panjang dan lebar jejak ini," kata Janet. Dikeluarkannya alat pengukur yang dibawa, lalu mulai sibuk mengukur. Ukuran-ukuran yang diperoleh, disebutnya dengan suara lantang. Sedang Peter sibuk mencatatnya. Setelah itu Peter masuk ke dalam pondok. Ia hendak mencari salah satu benda datar, yang bisa dipakai sebagai alas kertas, supaya ia bisa membuat gambar jejak di salju itu.
Sesaat kemudian ia muncul lagi, membawa sebuah baki. Baki itu dibalikkannya, sehingga alasnya menghadap ke atas. Setelah itu ia berjongkok di samping jejak di salju, lalu mulai menggambar dengan cermat. Peter menyalin jejak sepatu sebelah kanan. Wah - ukurannya memang sangat besar. Pasti ini jejak sepatu manusia yang tinggi besar, pikirnya sambil sibuk menggambar.
"Bagus sekali," kata Janet, mengagumi kecekatan abangnya menggambar. "He - Ayah sudah kembali! Tunjukkan gambarmu padanya."
Ayah kembali bersama polisi serta Matt. Kasihan penggembala itu. Tampangnya kelihatan tua dan lesu. langkahnya gontai. Janet kasihan melihatnya.
"Aku benci pada maling anjing," gumamnya berulang kali. Sementara itu Peter lari menghampiri Ayah.
"lihatlah, Yah." katanya sambil mengacungkan gambarnya. "Kami menemukan jejak sepatu di salju, lalu kami salin. Jejak itu di belakang pondok Matt! Menurut perasaan kami, itu pasti jejak pencuri ketika ia berdiri di situ, menunggu kesempatan menyergap si' Hitam".
Polisi langsung mengambil kertas itu. Diperhatikannya gambar yang dibuat oleh Peter dengan cermat. Setelah itu pandangannya beralih pada Peter.
"Sayang, Nak, kata polisi itu, "tapi ini bukan jejak sepatu pencuri yang dicari."
"lho, bukan" Kalau begitu, jejak kaki siapa"" tanya Peter heran.
"Jejak sepatu Matt," kata polisi sambil tersenyum sekilas. "Gambarmu bagus sekali, Peter. Tapi untuk kita tak berguna, karena ini gambar jejak pemilik anjing yang hilang. lihat saja jejak sepatu Matt yang nampak sekarang! Ia memakai sepatu tinggi berukuran besar, khusus untuk berjalan di atas salju. Ukurannya bahkan lebih besar lagi daripada jejak sepatu yang ada dalam gambarmu mi. Penggembala biasa memakai sepatu begitu, karena cocok untuk segala cuaca."
Ternyata memang benar, jejak yang digambar oleh Peter ternyata merupakan jejak sepatu Matt! Dan penggembala itu sendiri mengiakan, ketika mendengar di mana Peter menemukan jejak'itu.
"Betul," kata Matt. "Aku selalu berdiri di belakang pondok, jika aku sedang menghitung biri-biri yang merumput dalam lembah. Ini memang gambar jejak sepatuku. lihatlah - pada bagian ini nampak tambalan pada solnya. Betul, ini jejakku - bukan jejak pencuri. Hhh, kalau orang itu berhasil kubekuk, tahu rasa nanti." Matt menggertakkan gerahamnya dengan geram.
""Sudahlah, Matt," kata Ayah, melihat Matt menggigil karena marah. "Tenang sajalah sekarang Anda jangan khawatir, si Hitam pasti kembali. Peter, Janet! Kita harus segera kembali, karena nampaknya salju akan turun lagi. Matt, sore nanti mampir ke rumah ya - minum teh! Dan aku punya minuman penghangat tubuh, yang boleh Anda bawa pulang."
"Ya, Pak. Terima kasih," kata Matt. Penggembala itu lalu berpaling. Matanya bergerak, menyusur bukit-bukit bersalju, mencari-cari si Hitam. Kapankah ia bisa melihat anjing yang sangat disayangi itu lagi berlari-lari dengan lincah"
"Yah, bagaimana pencuri itu sampai bisa memancing si Hitam, sehingga mau mendekatinya"" tanya Peter. "Si Hitam kan galak sekali, jika ada orang lain di dekat kawanan biri-biri. Aku pernah melihatnya menyeringai sambil
menggeram-geram ketika ada gelandangan lewat. Tak bisa kubayangkan, anjing sesetia si Hitam sampai bisa dicuri orang."
"Mungkin ia sama sekali tidak dipancing supaya ikut," jawab Ayah. "Gampang saja melemparkan sepotong daging di tanah! Daging yang sudah diberi obat bius."
"Aduh, menyeramkan, kata Janet ngeri. "Maksud Ayah, setelah anjing memakan daging itu lantas tertidur, pencuri datang lagi dan mengangkut pergi - dengan mobil atau kendaraan lain""
"Ya, itulah maksudku," kata Ayah. "Sudah kutanyakan pada Matt, apakah akhir-akhir ini ia pernah melihat orang asing berkeliaran di sekitar sini. Tapi katanya, tidak ada. Yang datang "ke pondoknya, semua kawan-kawannya sendiri.
Misalnya saja Pak Burton, pekerja kita yang membersihkan parit dan pagar. Pak Kebun kadang-kadang juga datang, mengantarkan sayur-sayuran. lalu saudaranya sendiri, serta pesuruh toko serba ada yang mengantarkan barang-barang keperluannya sekali seminggu. Selain itu, Pak Pos kadang-kadang datang pula. Kesemuanya itu termasuk teman-temannya, yang dikenal baik olehnya."
"Tapi bisa saja ada pelancong datang," kata Janet. "Dan orang itu melihat si Hitam. Timbul niat jahat. pada dirinya, lalu melemparkan daging yang telah diberi obat bus, seperti kata Ayah tadi."
"Tak mungkin, Janet," kata Peter. "Kalau saat itu Matt sedang tidak ada di rumah, pasti si Hitam akan langsung menyerang orang itu. Si Hitam pasti takkan membiarkan ada orang tak dikenal datang mendekati kawanan biri-biri yang sedang digembalakan olehnya. lagipula, siapa yang saat ini masih mau berjalan-jalan di daerah bukit, yang diselubungi salju bertumpuk tinggi" Kalau nekat juga, ada kemungkinan tersesat! Bahkan kita saja yang mengenal baik daerah ini, tadi sudah mengalami kesulitan mengikuti jalan yang menuju ke sini."
"Ya deh, ya deh," kata Janet. "Aku cuma ingin mengemukakan semua kemungkinan yang terpikir olehku mengenai soal itu. Sebetulnya cuma satu hal saja yang kita ketahui dengan pasti! Maksudku, saat ini sedang ada maling anjing berkeliaran di daerah kita ini!"
"Ayo, kita berangkat," kata Ayah menyela. Ia sudah tidak sabar lagi. "Aku ingin cepat-cepat
sampai di rumah, karena pagi ini urusanku banyak! Kalian harus waspada. Siapa tahu, mungkin Sapta Siaga bisa dikerahkan untuk melacak pencuri itu. Selama ini selalu ada saja akal kalian. Kenapa kalian tidak mengadakan rapat mengenainya""
"Memang itu maksud kami!" kata Peter, sambil berjalan melompat-lompat di atas salju. "Besok pagi kami rapat, Ayah! Kami akan berembuk, dan berusaha mencari pencuri itu! Biar memakan waktu berminggu-minggu, kami akan berusaha terus. Ya kan, Skip""
Dan seperti biasa, jawaban Skippy selalu singkat.
"Guk!" " Bab 9 SUSI, JANET - DAN BONI!
"KEESOKAN paginya, begitu Janet bangun ia langsung teringat bahwa hari itu akan diadakan rapat Sapta Siaga.
"Ah, bukan Sapta Siaga lagi," katanya pada diri sendiri. "Perkumpulan kita sudah berganti menjadi Serikat Siaga. Aduh, sayang Jack sudah tidak ada lagi. Alangkah baiknya, jika ia mau menggabungkan diri kembali."
Pagi itu Janet disuruh berbelanja oleh Ibu.
"Aku berangkat sekarang saja, Bu," katanya. "Soalnya, pagi ini akan ada rapat lagi di gudang. Rapat penting. Kami hendak berembuk tentang pencurian anjing yang sering terjadi akhir-akhir ini. 0 ya - aku lantas teringat! Mana Skippy" Ada sepuluh menit aku tak melihatnya lagi'"
"Ada di dapur, dengan juru masak," kata Ibu. "Tak tercium olehmu bau tulang sedang direbus" Juru masak sedang merebuskan tulang untuk Skippy. Pada saat-saat begini, Skippy selalu ada di dapur. Nah - ini daftar barang-barang yang perlu dibeli, Nak. Kalau kau cepat-cepat berangkat, masih banyak waktumu nanti sebelum rapat dimulai. Kau akan mengajak Skippy""
"Hanya kalau dirantai," kata Janet. "Aku takut, nanti ia hilang di jalan. Siapa tahu, barangkali pencuri sedang mengintai, menunggu kesempatan mencuri anjing yang kelihatannya sangat berharga."
"Ah, kurasa Skippy tak mungkin dicuri olehnya, di tengah-tengah kesibukan orang berbelanja," kata ibunya. "Skippy kan tidak senang jika dirantai. Lagipula, ia tak pernah mau datang ji
ka dipanggil orang yang asing baginya."
Tapi Janet tetap berkeras. Skippy kaget, ketika tiba-tiba Janet memasangkan rantai ke kalung lehernya. Kemudian mereka berangkat berbelanja. Janet memegang rantai dengan tangannya yang satu, sedang tangan yang lain menjinjing keranjang. Ketika lewat di depan kantor polisi. nampak beberapa orang berdiri di situ. Mereka membaca pengumuman yang terpasang pada papan pengumuman yang ada di luar kantor. Janet mampir sebentar, untuk ikut membaca pengumuman itu. Ternyata isinya daftar anjing-anjing yang hilang selama beberapa hari belakangan! Ada sembilan nama anjing yang tertulis di situ.
"Sembilan ekor," kata Janet. "Dua dari desa tetangga, dan tujuh dari sini. Skip, jangan jauh-jauh !"
Tiba-tiba terdengar suara seseorang memanggil namanya.
"Janet! Skippy belum dicuri orang"" Janet berpaling ke arah suara itu. Ternyata Susi yang memanggil. Adik Jack itu sedang berjalan dengan Binki, serta Bani, anak Prancis tamu Jack. Tapi Jack sendiri tidak bersama mereka.
"Halo," kata Janet dengan suara datar. Ia sedang kesal pada Susi.
""Apa kabar perkumpulan kalian"" tanya Susi. "Apa namanya sekarang" Semua beres""
"Aku tak mau bicara dengan kalian," kata Janet ketus. "Jangan jauh-jauh, Skip!"
Tapi Skippy ingin mengendus-endus anak Prancis yang belum dikenalnya. Bani menepuk-nepuk kepalanya. Skippy girang sekali! Ia melonjak-lonjak, hendak menjilati muka Bani.
"Skippy!" Janet tercengang. "Kau kan baru sekali melihat Bani. Itu pun cuma sekilas. Kenapa kau begitu, seperti sudah kenai lama""
"Anjing-anjing memang selalu senang pada Bani," kata Susi, sementara Binki mengangguk-angguk mengiakan. "Biar belum pernah ketemu sebelumnya, selalu mereka langsung mau diajak bermain olehnya. Ca, c'est vrai, mon petit, c'est ce pas"" sambung Susi dalam, bahasa Prancis, sambil berpaling pada Si ceking yang berkaca mata. Bani mengangguk, karena SUSI mengatakan padanya, "Itu kan betul, Cilik""
"Ah, jangan sak pamer kehebatanmu berbahasa Prancis di depanku," kata Janet. "Sudah, Skip! Jangan konyol!"
"Kanyul" Apa itu - kanyul" tanya Boni. Rupanya ia belum mengenal, kata konyol sambil meremas-remas daun telinga Skippy. Dia ini chien tres beau!"
"Siapa bilang dia bau!" tukas Janet jengkel.
"Bukan, bukan bau! Kata Boni, ia anjing yang bagus sekali, " kata Susi menerjemahkan.
"Aku juga mengerti," kata Janet agak malu. Rupanya ia tadi salah dengar! "Jangan menarik-narik, Skip! Kenapa kau tiba-tiba begini, padahal anak Prancis itu kan tidak kaukenal!"
"Saat itu dua ekor anjing lewat dekat mereka. Ketika sampai dekat Boni, keduanya langsung berhenti dan mengendus-endus serta menjilat-jilat anak itu.
"Nah, itu buktinya!" kata Susi bangga, seolah-olah Boni abangnya yang pintar. "Kaulihat sendiri, anjing-anjing memang senang pada Boni! Anjing mana pun, selalu menyenanginya!"
Sementara itu Boni menepuk-nepuk kedua anjing yang berdiri di dekatnya, sambil berbicara dalam bahasa Prancis. Cepat sekali bicaranya. Susi, pura-pura mengerti apa yang dikatakan anak itu. Ia terangguk-angguk, Binki, tidak mau kalah, ia pun manggut-manggut. Janet jengkel melihat pertunjukan konyal itu.
"Skippy!" serunya membentak. "Ayo ikut! Kau kan tahu, tidak boleh ramah terhadap orang yang tak dikenal. Awas, nanti kau dicuri orang!"
"Dicuri"" Boni mendongak. Kelihatannya kaget. "Ah oui - kudengar saat ini sedang berkeliaran seorang - apa yang namanya - searang pemaling anjing di sini. Jack, mon ami, yang menceritakan."
"Mon ami, artinya kawanku," kata Susi lagi. "Jack kan kawan Boni." ,
"Susi! Kau tak perlu mengajari aku!" kata Janet. Mukanya merah padam karena marah. "Ayo ikut, Skip!"
Skippy menurut. Dengan segera tempatnya digantikan oleh kedua anjing yang datang kemudian. Ketika -Janet pergi bersama Skippy, Boni mengatakan sesuatu dalam bahasa Prancis. Susi berseru menerjemahkannya untuk Janet.
""Janet! Kata Boni, Skippy anjing yang sangat berharga! Kau harus berhati-hati, jika di sini berkeliaran maling anjing!"
"Kayak aku tidak tahu saja!" balas Janet, lalu pergi dengan kepala mendongak. Keranjang belanjaan terayun-ayun, me
ngikuti gerak langkahnya yang bergegas-gegas. Janet sangat geram. Susi memang suka berlagak, pikirnya. Belum lagi kawannya yang satu lagi - si Binki, yang cekikikan terus! Sedang Boni, dia itu anak aneh. Kurus ceking, bermata cadok - tapi rupanya penyayang binatang! Buktinya, anjing-anjing langsung menyukainya, dan mengerubungi begitu ia muncul.
"Kau akan kulaporkan dalam rapat nanti, karena tingkahmu yang konyol tadi," kata Janet memarahi Skippy. "Coba, jika anak itu berniat jahat dan hendak menculikmu, pasti kau menurut saja. Sekali ini kau benar-benar goblok, Skip!"
Skippy sedih kena marah Janet. Ia mengikuti anak itu dengan ekor terkulai. Ke mana saja Janet pergi berbelanja, Skippy selalu ikut dengan patuh. Ia tidak berani menyentakkan rantai, seperti yang kadang-kadang dilakukannya sebelum bertemu, dengan Boni. Skippy merasa bingung. Apakah sebabnya Janet marah padanya" Tidakkah anak itu tahu bahwa Boni sayang pada anjing" Padahal anjing-anjing daerah situ sudah tahu semua!
Selesai berbelanja, Janet bergegas pulang. Sudah terlambatkah dia" Diliriknya jam di dinding. Tidak - masih ada waktu satu menit lagi. Cepat-cepat disematkannya lencana perkumpulan, lalu lari ke belakang kebun. Pintu gudang digedornya keras-keras. Terdengar suara kawan-kawannya di dalam.
"Kata semboyan!" seru Peter dari dalam.
"Katak dalam tempurung," balas Janet. Pintu terbuka. Peter menatapnya dengan jengkel.
"Janet! Sudah beberapa kali kukatakan, kalau menyebut kata semboyan kita jangan keras-keras! Ayo masuk" goblok! Kau yang paling akhir datang. Kami sudah hendak memulai rapat. Duduklah! Skip, kau juga harus duduk. Rapat dibuka!"
" Bab 10 RAPAT PENTING "KEENAM anggota perkumpulan yang masih tersisa sudah siap memulai rapat. Skippy juga siap ia duduk dengan penuh perhatian di sisi Peter, seakan-akan hendak ikut berembuk.
"Rapat ini diadakan atas permintaan Pam," kata Peter. "Kita semua tahu kenapa! Soalnya mengenai maling anjing."
"Guk!" gonggong Skippy, ketika Peter menyebut kata 'anjing'.
"Jangan memotong pembicaraan, Skip," kata Peter serius. Pam terkikik karenanya. "Pam, ceritakanlah tentang anjing nenekmu. Paparkan kejadiannya dengan jelas!"
Pam lantas menceritakan segala-galanya. Air matanya mulai meleleh lagi, karena merasa sedih.
"Jangan menangis, Pam," kata Peter, "karena toh takkan bisa menolong! Kita harus membicarakan persoalan ini sampai tuntas. Kita harus mencari akal untuk menangkap pencuri itu, supaya tidak ada anjing lagi yang hilang. Kita harus memikirkan keselamatan Skippy, serta anjing-anjing lain yang ada di daerah sini."
"Tapi apalah yang bisa kita lakukan"" kata George bingung. "Maksudku, kalau polisi saja tidak mampu - apalagi kita"!"
""Sebelum ini, sudah banyak kejadian misterius yang berhasil kita pecahkan," kata Peter. "Lagipula, anak-anak terkadang mendengar dan melihat hal-hal, yang tidak diperhatikan kaum dewasa. Dan .....
"Tapi, apa yang kita ketahui tentang pencuri itu"" tanya George lagi. "Kita tak tahu apa-apa tentang dia! Bagaimana mungkin mencari pencuri yang sama sekali tidak kita ketahui ciri-cirinya""
"Justru mengenai hal itu kau keliru, George," bantah Peter. "Ada yang kita ketahui tentang dia. Umpamanya saja kita sudah mengetahui, kaki orang itu sangat besar."
"Kan bukan cuma dia saja yang berkaki besar," kata George. "Banyak orang berkaki besar! Misalnya saja, ayahku. Ukuran sepatunya nomor ..."
"Ah, tutup mulutmu, George," tukas Peter. "Sekarang aku yang bicara. Nanti kau boleh menambahkan bumbu!"
George tertawa mengejek. "Kau bertingkah sekarang, Peter!" balasnya menukas. "Menambahkan bumbu! Lalu yang menggoreng selanjutnya, siapa" Dan masih ..."
"Kalau tidak mau mendengarkan, lebih baik kau keluar saja, George!" kata Peter jengkel. Masih belum mengerti juga, ini rapat darurat" Mungkin dengan perembukan ini, kita bisa menyelamatkan Skippy supaya tidak dicuri orang! Dan mungkin akan diperoleh jalan untuk menemukan kembali si hitam! Mungkin pula kta ...
"Ya deh," kata George. "Teruskan saja - aku takkan memotong kalimatmu lagi."
""Aku cuma ingin mengatakan secara singkat,
apa yang sudah kita ketahui dengan pasti tentang diri pencuri," kata Peter. "Maksudku, yang dikatakan polisi pada ayahku. Kata polisi, melihat jejak dalam yang nampak di salju - yang ukurannya besar sekali - orang itu mestinya bertubuh tinggi besar. ia mestinya luas pengetahuannya tentang anjing. Maksudnya, apakah seekor anjing berharga atau tidak! Yang dicuri hanya anjing-anjing keturunan ras. Jadi anjing berharga, yang bisa dijual dengan harga mahal."
"Tapi anjing-anjing yang hilang, apa sebabnya tidak menggonggong pada saat dicuri,"" kata Colin. "Kalau ada orang mencoba menyekap Skippy, pasti dia akan menggonggong terus."
"Besar kemungkinannya, pencuri itu memancing dengan daging yang diberi obat bius," kata Peter. "Anjing yang memakannya, setelah itu akan tertidur dalam kandangnya. Atau mungkin juga di jalan, atau. dalam kebun. Setelah itu dengan gampang pencuri bisa memungutnya, dan membawanya lari."
"Masakan tak ada orang yang curiga, jika melihat seseorang menggendong anjing yang tidur pulas. Apalagi anjing besar, seperti si Hitam misalnya. Bayangkan, ada orang memanggul anjing sebesar si Hitam yang tidur pulas," kata Janet. "Aku tak percaya hal itu mungkin!" .
"Baiklah! Sekarang coba kaupikirkan jalan lain, untuk memancing anjing untuk ikut, tanpa membius," kata Peter.
""Aku tahu jalan lain," jawab Janet. Kawan-kawannya kaget. "Sungguh, aku tahu jalan lain! Percaya atau tidak - tapi tadi ketika aku sedang berbelanja, tahu-tahu Skippy mendatangi seseorang yang sama sekali asing baginya. Orang itu dijilat-jilatnya. Ketika kuajak pergi, Skippy sama sekali tidak mau menurut."
"Mustahil!" seru Peter. Bagaimana maksudmu yang sebenarnya, Janet""
"Seperti yang kubilang;" kata Janet. Dilaporkannya kejadian tadi pagi, ketika berjumpa dengan Susi, yang sedang berjalan-jalan dengan Binki dan Boni.
"Kalian mesti melihat tingkah Skippy tadi!" katanya. "Benar-benar konyol, bagaimana ia minta disayang oleh anak Prancis itu. Seolah-olah kawan lama, yang baru sekarang ketemu lagi. Aku benar-benar malu melihat tingkah Skippy tadi. Bayangkan, ia kelihatan begitu senang pada anak asing itu. Tapi bukan cuma Skippy saja! Anjing-anjing lain juga begitu. Seakan-akan tak peduli, bahwa mereka diajak berbicara dalam bahasa Prancis!"
Anak-anak membisu, setelah Janet selesai dengan laporannya. Semua menatap Skippy dengan heran, Sedang Skippy membalas tatapan mereka. Ekornya bergerak-gerak. Ia tahu, saat itu anak-anak sedang membicarakan dirinya. Tapi ia sangsi, apakah ia akan dimarahi atau tidak.
"Kedengarannya seperti kisah Pemain Suling dari kota Hamelin," kata Colin setelah beberapa saat terdiam. "Kalian ingat, bagaimana anak-anak kota itu semuanya membuntut di belakang pemain suling" Nah, si Boni ini kayak pemain suling itu, tapi yang senang padanya bukan anak-anak - tapi anjing!"
"Aku ingat ada anak perempuan di sekolah yang seperti itu, tapi dengan kucing," kata Pam.
"Begitu ia muncul di jalan, kucing-kucing pasti datang berlari-lari menghampiri. Besar kecil, sampai anak-anak kucing yang masih kecil pun tidak mau ketinggalan! Kucing-kucing sayang padanya, dan anak itu juga memang sayang pada kucing. Aneh rasanya memandang tingkah mereka. Bahkan kucing kami pun, si Tiddles yang selalu tenang, mempunyai kebiasaan menunggu anak perempuan itu lewat. Dan begitu ia lewat, Tiddles berusaha melompat ke bahu anak itu, sambil menderam-deram seperti...
""Sepeda motor"" tebak George. Anak itu kadang-kadang memang keterlaluan konyolnya. Kawan-kawannya tertawa geli.
"Aku mengerti maksudmu, Pam," kata Peter kemudian. "Menurut pendapatmu, anjing-anjing yang hilang dicuri itu tidak perlu harus dibius atau dipancing dengan makanan, tapi mungkin pula diajak pergi oleh seseorang yang sayang pada anjing! Yah, kemungkinan ini memang ada, tapi rasanya agak sulit. Skippy misalnya, mungkin saja dia mau bermain-main dengan Boni - tapi jika diajak pergi, pasti tidak mau!"
"Aku sependapat denganmu," kata George.
"Dan ..." "Saat itu pintu diketuk dari luar. Peter langsung menyangka, yang datang itu pasti Susi dan Binki.
""Pergi!" bentaknya ka
sar. "Ini rapat tertutup!"
"Juga tertutup untuk orang yang mengantar makanan dan minuman"" Peter langsung meloncat bangkit, karena suara yang berbicara itu dikenal baik olehnya.
"Wah, Ibu rupanya! Ibu baik hati! Silakan masuk Bu - nanti saja rapat kami lanjutkan!"
Bab 11 PETER DAN JANET KAGET
"SEHABIS menikmati makanan dan minuman yang diantarkan oleh Ibu, rapat dilanjutkan.
"Sekarang kita melanjutkan rapat yang terputus tadi," kata Peter. "Kurasa kemungkinan anjing-anjing itu ikut dengan seseorang yang menyayangi mereka, bisa kita anggap, mustahil. Maksudku, apabila anjing-anjing itu sama seperti Skippy. Skippy takkan mau ikut orang yang tak dikenal, biarpun ia senang pada orang itu. Dan kalian tentunya tahu pula, kebanyakan anjing-anjing diajar supaya jangan mau ikut orang lain. Apalagi anjing yang berharga.
"Betul," kata Pam dan Colin serempak.
"Jadi kita kembali pada kemungkinan bahwa ada orang yang memberi makanan yang dibubuhi obat bius pada anjing-anjing yang akan dicuri. Itu kan gampang melakukannya," kata Peter. "Misalnya saja Skippy. la sedang menyusur pagar semak sambil mengendus-endus. Tiba-tiba ia menemukan segumpal daging, yang dilemparkan ke situ oleh orang lewat. Padahal orang itu hendak meracunnya. Skippy langsung melahap daging itu, lalu tertidur sebagai akibat pengaruh obat tidur. Maka si pencuri bisa datang lagi dan mengangkutnya dengan mudah. Jika perbuatan itu dilakukan malam-malam, takkan ada orang lain melihat."
Goa Larangan 2 The Bourne Supremacy Karya Robert Ludlum Sang Pembunuh 2
^