Membela Teman 1
Sapta Siaga 14 Membela Teman Bagian 1
SAPTA SIAGA - MEMBELA TEMAN
Download Ebook Jar Lainnya Di
http://mobiku.tk http://inzomnia.wapka.mobi
Bab 1 "Panggilan Rapat
"PETER! Peter! Kau di mana"" seru Janet, sambil bergegas-gegas naik tangga ke tingkat atas.
"Di sini - di kamarku," jawab Peter. Ia muncul di ambang pintu. Mukanya masam. "Aku sedang berbenah! Ayah tadi menjenguk ke dalam. Lalu bertanya, apakah aku suka tinggal di kandang babi" Katanya, babi saja masih lebih bersih - kalau dibandingkan dengan aku."
"Yah - kurasa Ayah tidak terlalu keliru." kata Janet. Ia memandang ke dalam kamar. "Kau ini kalau menjatuhkan barang, tidak pernah memungutnya lagi rupanya! Hih - apa itu, yang lengket d" karpet!"
Ah, ke situ rupanya cokelatku terjatuh." kata Peter. Ia mengeruk-ngeruk gumpalan yang menempel di karpet. "Untung saja Ayah tadi tidak menginjaknya! Coba kalau sampai terinjak, pasti menempel ke sepatunya!"
Janet tertawa geli. "Kau ini benar-benar jorok. Peter," katanya. "Kutolong saja kau membersihkan kamar, sebelum Ayah muncul lagi."
"Kau tadi, kenapa memanggil-manggil"" tanya Peter Sementara itu ia masih terus sibuk, mengeruk-ngeruk. "Aduh, sayang sekali - coklat "nak terbuang-buang begini." .
""Anu, Peter - baru saja tukang pos datang, membawa surat. Dialamatkan pada Peter, Pemimpin Sapta Siaga'. Jadi untukmu. Dari siapa, ya""
"Paling-paling salah - seorang anggota. Mungkin minta supaya diadakan rapat," kata Peter. Dibukanya sampul surat yang disodorkan adiknya. "Ya, betul. Dari Jack! Ia menulis - dengar saja sendiri!
Peter, Bisakah kita mengadakan rapat" Aku menerima permintaan tolong, dari Bob Smith. Kau kan kenal anak itu, teman sekelas kita. Tidak banyak yang dikatakannya, kecuali sangat memerlukan pertolongan kita. Dia bingung sekali! Barangkali Sapta Siaga bisa menolongnya. Bob Smith, anaknya baik.
Lagipula kurasa sudah waktunya kita rapat lagi. Nanti lupa, kita ini punya Serikat Sapta Siaga.
"Jack." "Aduh - aksi sekali si Jack!" kata Janet. "Tapi memang benar, kurasa kita harus lebih sering mengadakan rapat. Aku senang, kalau ada rapat."
"Yah, selama liburan musim panas kan banyak di teman kita yang bepergian. Karena itu kuanggap percuma juga mengadakan rapat," jawab Peter. Mukanya merah. Rupanya merasa tidak enak. "Ada apa ya dengan Bob Smith - sampai memerlukan penolongan kita""
"Waktu tinggal seminggu lagi sebelum sekolah dimulai," kata Janet. "Jadi jika ingin semua anggota hadir, kau perlu cepat-cepat mengurus undangan rapat. "
"Betul," kata Peter. "Aku akan menulis tiga surat panggilan, dan kau dua, Janet."
"Kedua anak itu langsung menuju ke ruang tempat bermain. Tak lama kemudian Ibu masuk ke situ. Ia ingin melihat, sedang apa Peter dan Janet. Kenapa tidak kedengaran suara mereka" Ternyata kedua anak itu sedang sibuk menulis surat. Ibu ikut membaca surat yang sedang ditulis Peter.
Harap datang menghadiri rapat. Pukul setengah tiga siang ini. Tempat seperti biasa, dalam gudang. Tanpa menyebutkan kata semboyan, siapa pun juga tidak diizinkan masuk. Bob Smith akan hadir dalam rapat. Ia akan kuminta datang lima menit lebih lambat, supaya tidak mendengar kita menyebutkan semboyan rahasia. Pakai lencana! Kalau lupa, tidak boleh masuk. Peter
""Wah - Bob Smith mau minta bantuan apa, ya" Kurasa ..., kata Ibu dengan heran.
"Aduh. Bu - sebetulnya Ibu tidak boleh membacanya," kata Janet. Itu sebetulnya rahasia! Wah. Asyik - kami akan mengadakan rapat lagi! Kau masih ingat apa semboyan kita. Peter"n
"Tentu saja!" kata Peter. "Tapi kau pasti sudah lupa."
"Memang," kata Janet. Ia nyengir melihat tampang Peter yang langsung kelihatan galak. "Tapi jangan khawatir, kan kucatat dalam buku catatanku. Jadi tinggal kulihat saja nanti. Hahaha! Kausangka aku tidak punya akal, ya! Tapi coba kausebutkan sekarang - pasti tidak ingat!"
"Mana mungkin lupa!" tukas Peter. "Aku kan ketua Sapta Siaga, masak sampai lupa kata semboyannya sendiri. Skippy! Itu dia kata semboyan kita. Singkat saja - Skippy'"
"Trims!" kata Janet sambil nyengir. "Sekarang aku tidak perlu capek-capek lagi, membuka buku catatan. Skippy! Semboyan bagus!"
"Guk!" Skippy menggonggong dengan heran, sambil mendongak. Anjing itu berbaring di lantai, menunggu diajak berjalan-jalan. Begitu mendengar namanya disebut, ia langsung bangun. Didatanginya Peter, lalu diletakkannya kepalanya yang berbulu keemasan ke atas lutut anak itu. Peter menepuk-nepuknya.
"Kau juga mau ikut rapat, Skip"" katanya. Baiklah. Jangan lupa nanti, tepat setengah tiga jadi jangan keluyuran lagi mencari kelinci sehabis makan siang. Kalau sampai terlambat muncul, kau tidak boleh masuk ke gudang!"
"Skippy mendengking pelan, sambil menjilat tangan Peter. Mana mungkin dia akan terlambat, kalau perginya nanti ikut kedua anak itu"
"Dalam suratmu pada Jack, kau sudah menuliskan bahwa dia bisa mengajak Bob Smith datang ke rapat"" tanya Janet.
"Ya, sudah! Tapi Jack harus menyuruh anak itu datang lima menit sesudah kita. Supaya ia tidak mendengar waktu kita mengucapkan kata semboyan. Dan juga supaya kita bisa bertanya dulu pada Jack, ada apa - sebetulnya dengan Bob." Peter melipat surat yang terakhir ditulisnya. "Yuk - kita mesti mengantar surat-surat ini sekarang juga, supaya teman-teman tidak sampai terdesak waktunya."
Tak lama kemudian Peter dan Janet berkeliling kota kecil itu, memasukkan surat demi surat ke berbagai kotak pos.
"Mudah-mudahan saja semua bisa datang!" kata Janet. "Bagaimana, kita sediakan juga makanan dan minuman" Dengannya rapat pasti lebih asyik!"
Ya - dan kurasa Ibu pasti mau membantu," kata Peter. "Aku juga akan membeli manisan sedikit. Untung masih ada uang saku yang tersisa."
"Tapi jangan beli coklat lagi yang ada isinya kacang," kata Janet tegas. "Sampai Skippy saja akhirnya bosan, menjilati remah-remah yang berjatuhan. Beli saja permen. Enak, awet - dan semuanya suka! Wah, senang rasanya akan bisa beraksi lagi. Yuk, Skip! Tugas belum selesai!"
Dengan segera semua surat sudah diantar ke alamat masing-masing. Dan kabar itu disambut dengan hangat. Jack langsung lari mengambil, begitu dilihatnya ada surat diselipkan lewat celah untuk pas yang ada di pintu depan. Surat dibuka lalu dibaca cepat-cepat. Begitu- selesai, ia lari ke luar. Menyusul Peter dan Janet, yang saat itu sudah hendak pergi lagi.
"He! Tunggu! Kita benar-benar akan mengadakan rapat Sapta Siaga siang ini" Horee! Kusangka perkumpulan kita sudah bubar!"
"Dasar anak konyol," kata Peter. "Begitu suratmu kuterima tadi, aku langsung memutuskan untuk mengadakan rapat. Kita semua sudah kembali dari liburan, jadi tentunya tidak ada yang tidak muncul nanti. Ajak Bob Smith ikut, seperti kutulis dalam suratku. Kita lihat saja nanti, apakah kita bisa menolong."
"Aku sendiri tidak tahu apa persoalannya," kata Jack. "Dia belum cerita! Tapi kulihat dia cuma mondar-mandir terus dengan tampang sedih. Kurasa pasti kita bisa menolong dia!"
"Kalau begitu, sampai nanti dalam rapat," kata Peter. "Kau tentunya sudah tidak tahu lagi di mana lencanamu sekarang, ya" Seperti biasanya!"
"Mana bisa!" kata Jack tersinggung. "Mentang-mentang aku pernah kehilangan sekali, kausangka lalu akan tercecer terus-terusan! Waktu itu pun bukannya tercecer, tapi diambil Susi, adikku. Kau kan tahu sendiri!"
"He! He! Jangan berteriak-teriak," kata Peter sambil nyengir, "nanti terdengar adikmu yang suka iseng itu. Lalu dia mau ikut datang ke rapat nanti, bersama Binki, kawannya yang konyol dan suka cekikikan itu."
"Keduanya akan pergi ke suatu pesta," kata Jack. Suaranya terdengar lega. "Jadi mereka takkan mengganggu nanti. Aku kepingin tahu, apa sebetulnya yang hendak dikatakan Bob pada kita."
"Nanti kan kita dengar juga," kata Peter. "0 ya, jangan lupa - Bob harus menunggu di luar dulu, "sampai kita memanggilnya. Itu sudah kutulis dalam surat. Suruh dia berdiri agak jauh, supaya tidak bisa mendengar kita menyebutkan kata semboyan sebelum masuk. "
"Beres!" kata Jack. "Kata semboyan kita kutuliskan di balik halaman penanggalan di kamarku. Bunyinya.."
"Jangan kauteriakkan, nanti Skippy datang!" kata Peter sambil tertawa geli. "Nah, sampai nanti, Jack!"
Sehabis mengantarkan surat dan berbicara sebentar dengan anak-anak yang dituju, kemudian Peter dan Janet pulang unt
uk makan siang. Mereka kembali tepat pada waktunya. Terdengar gong memanggil makan berbunyi, ketika mereka masuk ke pekarangan rumah.
"Cepat, cuci tangan!" kata Janet. "Kita berbareng saja, supaya menghemat waktu. Taruh botol permen di tempat yang jelas, supaya nanti tidak lupa membawanya ke gudang. Ya, Bu - kami datang!"
Skippy ikut berlari - masuk ke kamar makan. Anjing itu juga sudah lapar sekali. Mana piringnya" Ah, itu dia!
Juru masak memang baik hati - selalu menyediakan daging yang disukai oleh Skippy. Ia pun makan dengan lahap, tidak mau kalah dengan Peter dan Janet. Ibu tertawa melihat mereka bertiga makan.
"Kalau melihat kalian, seakan-akan sudah berminggu-rninggu tidak makan!" katanya. "Aduh" Skip - jangan terlalu rakus, nanti tersedak. Nah - apa kataku!"
Tapi Skippy tak peduli. Anjing itu makan terus dengan cepat. Ia sudah selesai, sebelum anak-anak sempat makan lebih dari tiga suap. Skippy pergi ke pembaringannya yang biasa, lalu berbaring di situ. Ia menguap. Aah - nikmat! Ia takkan menolak, kalau
ditawari satu piring lagi. Tapi sayang, tidak ada yang menawari. Mata Skippy mulai terpejam.
"He - jangan tidur, Skip!" seru Peter. "Sehabis makan,. kau harus menghadiri rapat Sapta Siaga."
"Guk!!' gonggong Skippy. Dipejamkannya mata yang satu, tapi yang satu lagi dibiarkan terbuka.
" Aneh - bisa tidur dengan mata satu terbuka," kata Janet "Apa yang ada dalam bungkusan itu, Bu""
"Ah, cuma beberapa potong roti manis untuk para anggota Sapta Siaga yang selalu lapar," kata Ibu sambil tersenyum. "Tadi kubuat."
"Aduh - Ibu memang baik hati, " kata Janet sambil merangkul ibunya. Entah kenapa, tapi makanan selalu terasa enak sekali kalau kami sedang duduk sambil berunding dalam gudang. Betul, Bul"
"Aku juga sudah membeli permen," kata Peter. "Sedang teman-teman, pasti ada juga yang membawa sesuatu dari rumah. Wah - senang rasanya, kami akan rapat lagi."
Pukul dua lewat seperempat Peter dan Janet pergi ke gudang, bersama Skippy. Mereka membawa bungkusan roti manis, permen dan empat botol limun jahe.
"Mudah-mudahan ada kawan kita yang juga membawa bekal minuman," kata Peter. "Empat botol limun pasti kurang, untuk diminum bertujuh, pada hari sepanas siang ini!"
"Berdelapan, maksudmu," kata Janet mengingatkan, "kan ada Bob! Dan kalau ditambah lagi dengan Skippy, kita bahkan bersembilan nanti."
"Guk!" gonggong Skippy setuju. Ekornya dikibas-kibaskan dengan gembira.
Di gudang belum kelihatan siapa-siapa. Janet membuka pimu, lalu menjenguk ke dalam. Kelihatannya cukup rapi. Hanya perlu dibersihkan sedikit. Janet mengambil sapu bulu ayam dari rak, lalu mengebas-ngebaskannya kian kemari. Setelah itu diaturnya botol-botol minuman di atas meja. Diperiksanya mangkuk-mangkuk yang ada 'di rak, apakah sudah bersih atau belum. Ia merasa gembira. Senang rasanya, sebentar ia akan menyambut kedatangan para anggota Sapta Siaga!
Ketika terdengar bunyi ketukan di pintu, dengan segera Peter menjawab.
"Semboyan kita"" tanyanya.
"Skippy," jawab anak yang ada di luar dengan suara pelan. Setelah itu anak-anak datang susul-menyusul. Semua mengucapkan kata semboyan rahasia Serikat Sapta Siaga.
"Skippy!" "Skippy!" "Skippy!" Wah - Skippy senang,sekali, mendengar namanya begitu sering disebut. Ia menggonggong dengan nyaring, sambil melonjak-lonjak menyambut setiap anak yang masuk.
"Duduk, Skip! Kalau kau tidak mau tenang juga, namamu takkan kupakai lagi sebagai semboyan kita," kata Peter. "Melihat tingkahmu, orang akan mengira kaulah pemimpin perkumpulan ini, dan bukan aku! Ayo duduk!"
Skippy cepat-cepat duduk. Tapi ekornya masih terus bergerak, menyapu lamai. la gembira sekali, bisa bertemu kembali dengan para anggota Serikat Sapta Siaga. Colin, Pam, Barbara, George - lalu Jack. Dan tentu saja Peter dan Janet.
Jack datang sendiri. Temannya, Bob, ditinggal di luar seperti disuruh oleh Peter. Setelah semua masuk dan duduk di tempat masing-masing, Peter mengucapkan kata sambutan singkat.
"Selamat datang," katanya. "Senang rasanya hatiku, karena kalian semua ternyata masih ingat pada kata semboyan kita, dan menyebutkannya denga
n lirih seperti seharusnya. Nah, Jack - sekarang coba kaukatakan, untuk apa sebetulnya kau meminta agar kita mengadakan rapat ini. Tapi sebaiknya kau suruh saja Bob masuk dulu. Pasti banyak yang hendak diceritakannya pada kita!"
" Bab 2 Cerita Bob Smith "TAK LAMA kemudian rapat sudah berlangsung. Jack berdiri, untuk memberitahukan apa sebabnya ia meminta agar dilangsungkan rapat siang itu. Ia berbicara dengan sikap bersungguh-sungguh. Air mukanya nampak gelisah.
"Terima kasih, Peter, atas kesediaanmu untuk lekas-lekas mengadakan rapat. Soalnya menyangkut sesuatu yang disampaikan deh Bob padaku. Kemarin aku melihat dia gugup sekali. Ketika kutanyakan sebabnya, ia lantas bercerita tentang Pak Tolly."
"Pak Tolly" Maksudmu, laki-laki tua yang tinggal di rumah tua di atas bukit itu"" tanya Peter tercengang.
"Ada apa dengan orang itu" Coba kauceritakan, Bob!"
"Yah - Pak Tolly hidup seorang diri di situ, hanya ditemani seekor kuda serta anjingnya," kata Bob. "Kudanya sudah tua. Kalian pasti sudah pernah melihatnya. Berbulu belang putih-coklat, dengan surai yang sangat indah. Rumah tua tempat tinggal Pak Tolly terdiri dari dua ruangan. Ruangan yang satu ditempati olehnya sendiri. Sedang kudanya, Brownie, ditaruh dalam ruangan yang satunya."
"Astaga! Aneh sekali," ucap Pam.
"Sebetulnya tidak, karena Pak Tolly sayang sekali pada Brownie," jawab Bob. "Dulu, ketika Pak Tolly masih bekerja pada petani di bukit sebelah sana, ia selalu ditemani kudanya'itu. Brownie waktu itu masih kuat. Apa saja mampu ditariknya. Tapi pada suatu hari ia menarik sebuah gerobak yang penuh dengan muatan batu yang berat-berat, menuruni lereng bukit. Karena beban yang berat, gerobak itu meluncur terlalu cepat. Kaki Brownie terlindas, sehingga lumpuh. Jadi ia tidak bisa dipakai lagi untuk melakukan pekerjaan yang berat-berat. "
"Apa yang terjadi setelah itu"" tanya Pete.
"Kesalahan atas kecelakaan itu ditimpakan pada Pak Tolly oleh petani," kata Bob, "dan petani itu juga mengatakan , Brownie pantasnya dibunuh saja, karena sudah tidak bisa apa-apa lagi."
"Aduh, kasihan!" kata Pam dan Janet, dengan air mata berlinang-linang. "Kuda yang malang!"
""Pak Tolly sangat sedih," sambung Bob. "Tapi ia merasa yakin, dokter hewan pasti bisa menyembuhkan kaki Brownie yang lumpuh. Karena itu ia memanggil Pak Whistler."
"Bagus," kata Peter. Teman-temannya mengangguk, tanda setuju.
"Ya, mungkin memang bagus bagi dokter hewan itu," kata Bob" "Tapi bagi Pak Tolly, pasti tidak! Soalnya, petani tidak mau membayar dokter hewan. Padahal Brownie, sebenarnya milik petani itu! Ia bahkan mengatakan agar dokter hewan mengirim saja surat tagihan pada Pak Tolly. Jumlahnya tidak kecil- lebih dari sepuluh pound!"
"Astaga!" kata Peter kaget. "Banyak sekali! Tentunya Pak Tolly tidak sanggup membayar tagihan sebesar itu."
"Tentu saja tidak," kata Bob. "Upahnya sangat rendah. Dia kan sudah tua, jadi kerjanya cuma bisa membantu-bantu belaka. Dan sekarang dia benar-benar menderita, karena bingung dan cemas. Kemarin aku ke rumahnya, disuruh ibuku mengantarkan telur segar. Pak Tolly dulu pernah bekerja untuk kami, dan kami suka padanya. Waktu aku ke sana itulah ia menceritakan segala-galanya padaku. Ia juga menunjukkan surat tagihan dari dokter hewan. Aduh! Menurut perasaanku, sebenarnya Pak Whistler tidak perlu mengajukan tagihan setinggi itu." .
"Ayahku tidak mau memanggil dokter hewan yang baru itu," kata Peter. "Kata ayahku, dia masih terlalu muda dan terlalu keras sikapnya. Dia belum tahu bagaimana seharusnya menyayangi binatang. Ia bahkan pernah tidak mau datang, ketika suatu malam salah seekor sapi betina kami terjepit pohon tumbang. Kasihan, sapi itu tertindih sebatang pohon yang roboh karena angin kencang. Tanduknya patah sebelah!"
"Kalau Pak Tolly tidak sanggup membayar tagihan itu, apakah ia akan dipenjarakan"" tanya Pam ketakutan.
Setelah itu semua membisu. Semua membayangkan Pak Tolly terkurung seorang diri dalam penjara. Tanpa ditemani anjing kesayangannya, serta Brownie yang menjadi sahabatnya. Semuanya sedih dan kaget membayangkan kemungkinan itu.
"Sekarang k au mendatangi kami untuk minta saran"" tanya Peter kemudian pada Bob. "Atau adakah sesuatu yang bisa kami lakukan untukmu""
"Yah - aku sendiri tidak tahu apa yang bisa kulakukan untuk menolong, lalu kukira mungkin saja Sapta Siaga tahu akal, " kata Bob. Dipandangnya anak-anak dengan cemas. "Mana mungkin Pak Tolly bisa membayar tagihan setinggi itu" Dan ke mana ia bisa menaruh kuda tua itu, supaya tidak bisa diambil petani" Aku paling tidak bisa kalau disuruh mencari penyelesaian untuk soal-soal begini! Tapi menurut perkiraanku, Sapta Siaga mungkin mampu menemukan jalan."
Anak-anak diam lagi. Kemudian Janet membuka mulut. Matanya bersinar-sinar.
"Sebagai pembuka, aku mau mengosongkan kotak tabunganku, untuk membantu membayar biaya perawatan dokter hewan itu," katanya. "Dengan begitu petani tidak perlu mengkhawatirkan soal itu lagi! Dasar petani jahat!"
Setelah itu semua berebut-rebut bicara.
"Ya, itu yang paling dulu perlu diselesaikan! Utang harus dilunasi!"
"Tidak!" Pam menyela dengan suara tegas. "Menurut pendapatku, paling dulu kita harus menemukan tempat yang aman untuk Brownie. Jangan sampai petani jahat. itu bisa menemukannya!"
"Ya - kata Pam betul," kata Peter. Ia mengetuk-ngetuk daun. meja, menyuruh anak-anak diam.
"Pendapat Pam tepat sekali. Kita perlu mengusahakan agar kuda tua itu tidak sampai jatuh ke tangan petani."
"Itu soal gampang - asal kita mengetahui suatu tempat di mana ia bisa tinggal, " kata George. "Kuda itu besar! Aku mengenalnya. Kuda sebesar Brownie memerlukan kandang yang baik, tidak bisa dimasukkan begitu saja dalam gubuk kecil."
"Peter - mungkinkah Ayah mau meminjamkan tempat pada kita dalam salah satu kandangnya"" kata Janet. "Setidak-tidaknya, untuk semen tara waktu. Ayah pasti tidak akan meminta pembayaran untuk itu."
"Idemu bagus, Janet," kata Peter. "Tapi ingat, jika kuda tua itu kita ambil lalu kita kandangkan di tempat lain, ada kemungkinan petani jahat itu akan mendakwa kita mencuri kudanya!"
"Aduh!" seru Pam ketakutan. "Kalau begitu, apa yang bisa kita kerjakan" Yang pasti, kita harus berbuat sesuatu !"
"Yah - kita bisa saja mencari keterangan, berapa harga yang diminta petani untuk Brownie," kata George. "Kalau sudah tahu, lalu kita berusaha bekerja mengumpulkan uang untuk membelinya. Kita semua kan punya tabungan. Kalau semua dikumpulkan dan ternyata masih belum cukup juga, kita bisa bekerja untuk memperoleh tambahan yang diperlukan. Apa gunanya Serikat Sapta Siaga, jika persoalan begini tidak bisa kita atasi""
Muka Bob memerah karena bersemangat. Ia bangkit, lalu bicara dengan suara serius.
""Dari semua aku sudah yakin, Sapta Siaga pasti akan mau bertindak!" katanya tegas. "Kalian benar-benar hebat, benar-benar - wah, aku tidak mampu menyatakan perasaanku saat ini."
"Sudahlah, Bob," kata Peter ramah. "Kami semua merasa senang bahwa kau datang pada kami mengenai soal ini. Percayalah, kami pasti akan melakukan sesuatu - tentu saja dengan bantuanmu! Kau tidak bisa menjadi anggota Sapta Siaga, tapi yang jelas bisa menjadi pembantu kami dalam menghadapi urusan ini."
Setelah itu Peter bicara pada kawan-kawan seperkumpulan.
"Akan kutanyakan pada ayahku, apakah kita boleh meminjam tempat dalam salah satu kandang yang kebetulan kosong," katanya. "Bob, coba kautanyakan pada Pak Tolly, berapa tepatnya tagihan dokter hewan padanya. Mungkin saja jumlahnya lebih dari satu! Dan kalau bisa, minta sekali surat-surat itu. Lalu akan kita mintakan kemurahan hati dokter hewan, untuk menurunkan jumlah beberapa tagihannya. Supaya jumlah keseluruhannya tidak begitu tinggi."
"Wah - berapa pun jumlahnya, apabila sudah diberi keringanan oleh dokter hewan, Pak Tolly sudah pasti tetap takkan mampu membayarnya," kata Bob. "Uang pensiunnya kecil sekali - dan kerjanya sekarang cuma membantu-bantu saja, di sana-sini."
"Kebun buah kami perlu dibersihkan, ' kata George. "Akan kuminta pada Ayah untuk mempekerjakan Pak Tolly."
Berbagai gagasan datang bertubi-tubi setelah itu. Semua ingin membantu Pak Tolly. Semen tara mereka masih ribut mengajukan berbagai usul, tiba-tiba terdengar pintu diketuk
dari luar. Ibu Peter menjenguk ke dalam.
""Sayang, sebentar lagi rapat kalian terpaksa dibubarkan. Hari sudah sore.
"Baiklah, Bu," jawab Peter. Ditunggunya sampai Ibu sudah pergi lagi. Setelah itu ia berkata, "Sekarang dengar baik-baik. Soal ini perlu dipikirkan baik-baik! Perlu dipertimbangkan dengan matang. Sekarang rapat akan kububarkan. Malam ini hendaknya kalian semua memutar otak, mencari akal untuk mengatasi masalah ini. Besok pagi pukul sepuluh kalian kemari lagi - kau juga, Bob - lalu setelah semua usul diajukan, kita akan memutuskan bantuan mana yang akan diusahakan Sapta Siaga. Kita harus memilih cara yang paling baik untuk membantu Pak Tolly. Malam ini akan kutanyakan pada ayahku, mengenai tempat dalam gudang atau kandang kami untuk Brownie. Itulah urusan yang paling penting saat ini."
"Wah - terima kasih, Peter," kata Bob. Ia kelihatan lega. "Jadi malam ini aku tak perlu gelisah lagi. Aku tahu, besok kalian pasti akan berhasil menemukan salah satu jalan penyelesaian yang hebat. Ingin rasanya punya otak secerdas kalian!"
"Kau memiliki sesuatu yang lebih hebat lagi, Bob," sela Pam dengan tiba-tiba, "kau baik budi!!"
Sehabis rapat, menyusul acara makan-makan. Setelah hidangan habis disikat, mereka pun bubar. Anak-anak kembali ke rumah masing-masing. Semua sibuk berpikir. Mereka harus menemukan jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah yang berat. Dan masalah itu harus diselesaikan dengan segera!
" Bab 3 Berbagai Usul "TEPAT pukul sepuluh keesokan harinya; anak-anak datang lagi ke gudang tua di belakang kebun, rumah Peter dan Janet. Bob datang paling akhir. Napasnya terengah-engah, karena habis berlari-lari.
"Aku tadi harus melakukan sesuatu untuk ayahku, " katanya tersengal-sengal. "Mudah-mudahan saja aku belum terlambat."
"Tanpa kehadiranmu, rapat takkan kubuka," jawab Peter. Sem"anya harus hadir dulu! Nah - sekarang rapat dimulai. Pam! Barbara! Sudah, jangan mengobrol terus.
Kedua anak perempuan yang dikecam itu langsung berhenti mengobrol dan memandang ke arah Peter. Rapat sekali ini menarik dan sangat penting. Jangan sampai ada sesuatu yang luput dari perhatian!
"Rapat sudah dibuka," kata Peter lagi. "Kalian kalau mau bicara, harap ditujukan padaku. Sebab kalau kita bicara simpang-siur, bisa kacau nanti! Pertama-tama ingin kuberitahukan bahwa aku dan Janet sudah meminta pada ayah kami, tentang tempat dalam salah-satu kandang kami untuk kuda Pak Tolly."
"Dan Ayah bilang, boleh!" sela Janet bersemangat. Seketika itu juga Peter menukas.
"Janet!" katanya. "Aku yang sedang bicara sekarang! Tunggu sampai aku selesai."
""Maaf," kata Janet dengan muka merah karena malu.
"Ayah kami merasa kasihan pada Pak Tolly, dan ia beranggapan bahwa petani yang memiliki tanah di bukit itu sangat kejam," sambung Peter. Anak-anak semua mengangguk, tanda sependapat.
"Lalu ayah kami menyatakan, dengan senang hati ia menyediakan tempat dalam kandang kami yang paling besar untuk kuda Pak Tolly - tanpa meminta pembayaran. Tapi " menurut pendapatnya, ada baiknya jika aku dan Janet sendiri yang membersihkan kandang itu, supaya tidak menambah pekerjaan tukang kandang. "
"Aku juga bersedia membantu," kata George. "Kenapa cuma kalian berdua saja yang harus terus-menerus bekerja di situ. Aku mau datang bekerja setiap hari Sabtu."
"Begini sajalah," kata Colin, "kita semua silih-berganti melakukan pekerjaan itu. Ya kan" Kita kan bersama-sama bermaksu3 menyelesaikan persoalan ini. Jadi segala tugas yang timbul, juga harus dipikul bersama-sama pula. Aku datang setiap Senin sore, sehabis makan sore."
"Dan aku datang kapan saja aku bisa," kata Bob. "Aku juga harus ikut membantu. Aku mau - apabila Sapta Siaga tidak keberatan."
"Kurasa sebaiknya kau kami jadikan anggota sementara," kata Peter. Dengan segera para anggota yang lain mengangguk. Dengan sikap serius, Peter mengetuk-ngetuk meja.
"Aku mengusulkan agar Bob Smith diterima menjadi anggota sementara Serikat Sapta Siaga, sampai persoalan yang dikemukakannya pada kita berhasil diselesaikan sampai tuntas," kata Peter dengan gaya orang dewasa. Setujukah rapat dengan usul
ini"" "Para anggota menyatakan persetujuan masing-masing dengan suara lantang.
"Sekarang aku ingin mendengar, apakah Bob sudah berhasil mengetahui jumlah tepat tagihan dokter hewan pada Pak Tolly," kata Peter lagi.
Semua memandang Bob dengan sikap menunggu, sehingga anak itu merasa harus berdiri untuk memberikan jawaban. Ia merasa agak canggung, karena tidak biasa bicara di depan orang banyak. Ia memandang berkeliling.
"Eh - terima kasih atas kesediaan kalian - eh - menerimaku menjadi anggota," katanya terputus-putus. "Menjadi anggota sementara, maksudku. Terima kasih!. Kalian baik hati. Ya, aku berhasil mengetahui jumlah tagihan dokter hewan pada Pak Tolly. Aku pergi ke Pak Whistler, dokter hewan itu - dan langsung kutanyakan berapa utang Pak Tolly padanya. "
"Lalu apa jawabnya"" tanya Peter.
"Yah - mula-mula ia agak kaget, dan bertanya kenapa aku ingin mengetahuinya," sambung Bob.
"Lalu kukatakan, aku merasa kasihan pada Pak Tolly, karena orang tua itu khawatir jangan-jangan kudanya akan dibunuh apabila ia tidak bisa membayar utang. Kukatakan juga bahwa kita sudah bertekat untuk berusaha menebus paling tidak sebagian dari utang itu dalam waktu dekat, asal Pak Whistler mau bersabar sedikit. "
Bob berhenti sebentar untuk menarik napas. Anak-anak memandangnya dengan tidak sabar. Apa jawaban yang diberikan dokter hewan"
"Ternyata dokter hewan itu baik hati," sambung Bob. "Katanya, ia sama sekali tidak menyangka bahwa Pak Tolly yang harus membayar ongkos perawatan Brownie.. Katanya, ia mau memotong jumlah yang harus dibayar sampai setengahnya saja. Aku dimintanya agar menyampaikan pada Pak Tolly, katanya Pak Tolly tidak perlu merasa cemas. Dokter hewan masih akan datang memeriksa keadaan Brownie lebih lanjut dan tanpa meminta pembayaran lagi!"
"Wah, baik sekali dia!" kata Janet sambil tersenyum lebar. "Kauceritakan juga padanya bahwa kita yang akan membayar tagihan itu, apabila dia mau memberi waktu bagi kita untuk bekerja guna mendapat uang""
"Ya, itu juga kukatakan padanya," kata Bob. "Pak Whistler tercengang mendengarnya. Kelihatan bahwa ia tidak percaya. Lalu ia bertanya, menurut pendapat kita apa saja yang bisa dikerjakan untuk memperoleh uang sebanyak itu" Juga apabila tagihan semula dipotong sampai setengah, jumlahnya masih tetap hampir delapan pound. Kata Pak Whistler, kaki Brownie masih memerlukan perhatian setiap hari selama beberapa waktu. Karena itulah ongkos perawatan menjadi begitu tinggi. Tagihan semula, keseluruhannya berjumlah lima belas setengah pound. Jadi, jika dipotong setengah, masih berjumlah tujuh pound tujuh puluh lima pence!"
"Lalu apa jawabmu"" tanya Peter.
"Kukatakan padanya, soal itu akan kami bahas dalam rapat Sapta Siaga yang berikut," jawab Bob, "dan hasilnya akan kuberitahukan padanya. Aku sendiri tidak mau asal janji! Tapi aku masih sempat bertanya padanya, mungkin dia punya tugas yang perlu dikerjakan, dan bisa kita lakukan."
"Lalu, bagaimana"" tanya Colin bersemangat.
"Ya, ada. Katanya, pesuruhnya - kalian kenal kan, Fred, anak yang biasa mengantar obat untuk hewan yang sudah diperiksa oleh dokter hewan - nah, kata Pak Whistler, Fred minta ijin cuti dua minggu karena hendak mengunjungi kakeknya. Jika di antara kita ada yang mau mengambil-alih tugas Fred selama dua minggu setiap sore, Pak Whistler mau memberi pembayaran yang sama dengan yang biasa diterima Fred. "
"Fred biasanya dibayar berapa"" tanya tiga sampai empat anak serempak.
"Lima belas pence setiap sore," kata Bob. "Lalu kukatakan, aku mau menggantikan Fred selama dia pergi. Soalnya, apabila setiap sore aku mendapat penghasilan sebanyak lima belas pence selama empat belas hari - artinya keseluruhannya, nanti dulu - empat belas kali lima belas pence - eh - eh - nanti dulu...."
"Masak menghitung begitu saja belum bisa," tukas Jack. "Kau akan menerima dua pound sepuluh pence. Jumlah yang tidak sedikit! Dengannya sudah seperempat dari tagihan dokter hewan yang bisa dibayar. Wah - benar-benar mujur nasibmu, bisa menggantikan tugas Fred selama dua rninggu! Nanti kalau kau bosan, salah seorang dari kami akan menggan
tikan." "Mana mungkin aku bosan," kata Bob. "Tapi sekali seminggu aku terpaksa tidak bisa, karena harus latihan paduan suara. Nah, saat itu salah seorang dari kalian bisa menggantikan aku."
"Beres! Aku yang akan melakukannya," kata Peter. "Wah .- kita benar-benar beruntung, seperempat dari utang bisa dilunasi dengan cara begini. Hebat, Bob!"
Bob duduk kembali. Mukanya merah, karena bangga. Ia bertekat, akan menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya sebagai pesuruh dokter hewan. Ia juga berniat akan menawarkan jasa membersihkan kandang-kandang tempat penitipan anjing. Mungkin dengan begitu ia bisa menambah penghasilan. Dan apabila "dokter hewan memerlukan bantuan memberi makan pada kucing-kucing setiap pagi - atau ... pikiran Bob melayang terus. Sampai akhirnya ia nyaris merasa sudah menjadi dokter hewan, seperti Pak Whistler!
Ya - memang asyik rasanya menjadi anggota Sapta Siaga! Atau Delapan Siaga" Bob bertekat akan menjadi anggota yang paling baik. Hatinya mekar, karena bangga. Anggota Sapta Siaga - dan pesuruh dokter hewan - wah, Bob sudah sangat maju sekarang!
Bab 4 Di tempat Pak Tolly
"SAMBIL berbaring di tempat tidur malam itu, Peter berpikir-pikir tentang rapat Sapta Siaga yang berhasilan itu. Ia dan Janet akan membersihkan kandang, sebagai imbalan pinjaman tempat bernaung bagi Brownie, kuda Pak Tolly, Kawan-kawan yang lain juga akan turut membantu menangani tugas itu. Sedang Bob akan menjadi pesuruh Pak Whistler, dokter hewan. Anak-anak bersedia menggantikannya, kapan saja dia mau. Dalam tabungan para. anggota Sapta Siaga, pasti banyak uang tersimpan. ltu bisa dimanfaatkan untuk membeli umpan kuda Pak Tolly. Karena di samping rumput, Browme pasti memerlukan umpan lainnya pula.
Pikiran Peter melayang, memasuki alam mimpi. Anak itu merasa bahagia. Kecemasannya memikirkan Pak Tolly serta kudanya mulai memudar. Matanya terpejam. Ia mimpi. Diimpikannya Pak Tolly yang menjelma menjadi kuda kecil, sibuk mengantar botol-botol obat pada sapi-sapi yang ada di lapangan ayahnya!
Keesokan paginya Peter dan Janet pergi mendatangi Pak Tolly" di gubuknya yang sudah reyot, di lereng bukit. Skippy Ikut dengan mereka. Kedua anak itu hendak menyampaikan kabar baik pada orang tua yang malang itu. Mereka hendak mengatakan, Sapta Siaga akan bekerja untuk mencari uang guna membayar biaya perawatan Brownie. Jadi Pak Tolly tidak perlu gelisah lagi memikirkan kudanya yang belang putih-coklat itu.
Di depan mereka nampak rumah kecil yang bersandar ke lereng bukit. Dindingnya dicat dengan kapur putih. Di kaki bukit ada sekawan biri-biri yang sedang merumput. Mereka dijaga seekor anjing kecil keturunan campuran. Itulah Codger, anjing piaraan Pak Tolly.
Anjing itu baik, tapi jelek tampangnya. Codger sangat sayang pada Pak Tolly. Menurut dia, tidak ada orang sebaik majikannya itu!
"Pak Tolly tidak ada di dekat biri-birinya," kata Janet, sambil memandang ke bawah bukit. "Rupanya ia masih di dalam rumah Yuk, kita ke sana saja!"
Ketika anjing kecil melihat kedua anak itu berjalan menghampiri rumah majikannya, dengan segera ia lari mengejar sambil menggonggong-gonggong dengan galak. Siapa anak-anak itu" Berani-beraninya datang dengan seenaknya ke rumah majikannya! Ia mengitari mereka, sambil menggonggong dan menyambar-nyambar kaki keduanya. Janet agak takut. "Jangan acuhkan gonggongannya," kata Peter. "Dia cuma hendak menjadi anjing penjaga yang baik. Yuk, anjing kecil - antarkan kami ke tempat majikanmu!"
Ternyata Pak Tolly juga tidak ada dalam rumah. Berulang kali Peter dan Janet mengetuk pintu, tapi tidak ada yang menjawab. Akhirnya mereka mencoba mendorong, dan ternyata tidak terkunci sama sekali.
Mereka menjengukkan kepala ke dalam. Ruangan gubuk itu rapi dan bersih. Tak mungkin Pak Tolly sendiri yang melakukannya! Kemudian Peter dan Janet mengitari rumah, menuju ke belakang. Di sana ada sebuah kebun yang sempit, ditanami sayur-mayur. Seorang wanita bertubuh kecil kurus sedang mengambil seprai dan tempat menjemur.
"Selamat pagi," sapa Peter. Ia agak heran melihat wanita itu. Dikiranya cuma Pak Tolly saja yang tinggal di situ. "Pa
k Tolly ada di rumah, Bu""
"Tidak, ia sedang pergi berbelanja," jawab wanita itu. "Lihatlah, itu kan dia - yang sedang mendaki bukit" Cepat, tolong jinjingkan tas yang berat itu. Aku baru saja menyelesaikan cuciannya."
Peter dan Janet pergi menyongsong Pak Tolly. Laki-laki tua itu senang, karena ada yang mau membawakan tas belanjaan yang berat untuknya.
Codger, anjingnya, lari menyongsongnya pula, sambil menggonggong dengan gembira. Skippy ikut melonjak-lonjak. Ia kenal baik dengan Pak Tolly. Laki-laki tua itu tertawa, lalu duduk di bangku kayu yang dibuatnya sendiri bertahun-tahun yang lalu.
Aduh, bukit itu rasanya semakin terjal saja bagiku," katanya. "Aku perlu mengatur napas dulu. Rupanya kalian sudah sempat berkawan dengan Codger, ya" Anjingku ini, umurnya sudah empat belas tahun. Tapi lincah, kayak baru berumur lima tahun. Ayo turun, Codger, nanti robek baju anak perempuan itu!"
"Ah, biar sajalah," kata Janet. "Dia anjing baik. Mukanya ramah. Aku suka pada anjing yang tampangnya ramah. Ada yang lebih senang pada anjing galak."
"Ya, Codger memang anjing yang baik dan ramah, " kata Pak Tolly. "Dua tahun yang lalu, ketika aku mengalami cedera patah kaki dan tergeletak di kaki bukit di tengah hujan, Codger menemani aku di situ sepanjang malam. Sampai basah kuyup dan kedinginan! Tapi ia masih berusaha menghangatkan tubuhku. Ketika hari sudah pagi, aku ditinggalnya. Ia pergi ke rumah petani. Ditarik-tariknya ujung jas petani, memaksanya ikut ke tempatku berbaring. Ya - Codger memang anjing yang baik. Kudaku juga baik hati. Aku ini memang mujur - punya dua sahabat karib! Seekor kuda, dan seekor anjing. Yuk, kita melihat kudaku."
Mereka menuju ke pondok reyot. Seekor kuda berbulu belang putih-coklat menyembulkan kepalanya keluar dari sebelah atas lubang pintu yang daunnya terdiri dari dua bagian. Ia mengendus-endus Pak Tolly serta kedua anak-anak yang menemani. Ia juga mencoba hendak mengendus Codger. Tapi tidak bisa, karena terhalang oleh daun pintu sebelah bawah yang tertutup.
Codger melonjak ke atas, untuk menjilat hidung Brownie. Pak Tolly membukakan daun pintu sebelah bawah. Dengan segera kuda bertubuh besar itu melangkah ke luar, menghampiri Pak Tolly.
Laki-laki tua itu mengelus-elus kedua binatang kesayangannya itu, sambil berbicara dengan penuh, "kasih-sayang pada mereka. Kasihan - Pak Tolly kelihatan capek dan sakit. Wanita yang tadi muncul dari dalam rumah. Ia membawakan secangkir teh untuk Pak Tolly.
Duduk saja dulu, Pak - sesudah begitu jauh mendaki bukit," kata wanita itu. "Biar saja kudamu itu, dia tidak kekurangan apa-apa! Kau tak henti-hentinya memanjakan dirinya. Sekarang dia ikut-ikut memanjakan dirimu. Atau setidak-tidaknya, berusaha! Lihatlah, bagaimana dia mengendus-endus! Atau barangkali kau mengantongi biskuit""
Memang betul- dan itu diketahui oleh Brownie, kata Pak Tolly.
"Kau perlu menjaganya baik-baik!" kata wanita itu berkelakar. "Aku mendengar kabar, di daerah sini ada pencuri kuda berkeliaran. Jangan-jangan pada suatu malam mereka kemari, dan mencuri kudamu itu!"
Laki-laki tua itu duduk terhenyak. Tampangnya cemas.
Pencuri kuda" Astaga!" katanya. Mereka pasti ingin mencuri kudaku ini. Brownie kuda keturunan baik! Dulu, sewaktu masih muda, dia sering memenangkan hadiah. Semuanya masih kusimpan, dalam rumah. Kalian harus melihat hadiah-hadiah itu, anak-anak! Pencuri kuda, kata Anda tadi" Aduh, harus ke mana kutaruh Brownie sekarang""
"Jika Anda merasa ada kemungkinan Brownie dicuri orang, bawa saja dia ke kandang kami," kata Peter. Kami sudah memutuskan di situ ia bisa tinggal dengan tenteram. Itu Jika Anda mau. Pokoknya, dia tidak boleh kembali ke tempat petani jahat itu. Dan anjing Anda, Codger, juga bisa ikut ke sana. Lihatlah - dia sekarang sudah bersahabat dengan Skippy! Anda tinggal saja di pertanian kami, dan ajak sekaligus kuda dan anjing Anda. Di sana Anda bisa tinggal di gubuk tua tempat penggembala. Tempat itu sekarang tidak dipakai olehnya, karena musim beranak bagi biri-biri sudah lewat.
"Betul, Pak Tolly, sebaiknya kau ke sana saja, sambung wanita tua yang s
elama itu ikut mendengarkan. "Kauajak saja kudamu ke kandang ayah Peter, bersama Codger sekaligus. Jika kau diperbolehkan memakai gubuk tempat penggembala, pasti kau akan merasa senang di situ. Pergi sajalah ke sana! Aku akan meminta saudaraku, Agnes, untuk mengawasi dirimu serta pondokmu. Dia juga bisa berbelanja untukmu di sana. Pergi saja sekarang juga, bersama-sama dengan anak-anak ini. Aku kenai ibu mereka. Aku pernah membantunya, membersihkan rumah pada musim semi yang lalu. Mungkin ada beberapa pekerjaan enteng, yang bisa kaulakukan untuknya di sana. Dan sementara kau pergi, aku akan membersihkan pondokmu ini!"
Laki-laki tua itu bingung, tidak tahu apa yang harus dikatakan. Peter meraih lengannya.
"Anda ikut saja dengan kami," katanya. Anda tidak boleh membiarkan Brownie dicuri orang. Di kandang kami, ia pasti aman. Ayolah!"
Pak Tolly melihat dirinya tahu-tahu sudah dibimbing menuruni bukit, menuju ke lembah tempat pertanian ayah Peter dan Janet. Brownie dan Codger mengikuti dari belakang. Pak Tolly masih tetap bingung. Ia benar-benar khawatir, setelah mendengar berita tentang pencuri kuda. Ingatannya menjangkau ke masa silam. Ia teringat betapa sedih hatinya, ketika enam ekor kuda penghelanya yang sangat disayanginya hilang dicuri orang.
"Ya," katanya tiba-tiba dengan suara lantang. "Ya! Kurasa Brownie pasti akan aman dalam kandang "ayahmu, Nak - dan aku nanti akan tidur di sisinya. Mungkin ayahmu punya pekerjaan yang bisa kulakukan. Aku tidak mau lagi bekerja untuk Pak Dinneford sekarang - dia tidak berperasaan. Dia tidak mengenai bahwa hewan piaraan bukan cuma perlu diberi makan saja, tapi juga membutuhkan kasih-sayang. Pak Dinneford sama sekali bukan penyayang binatang. Pada anak biri-biri saja ia tidak sayang. Tidak - pada anjingnya juga tidak. Bayangkan, Brownie yang sudah begitu setia bekerja untuknya selama bertahun-tahun, hendak ditembak mati dengan begitu saja olehnya - hanya karena kaki belakangnya cedera ketika sedang bekerja untuknya."
"Anda tidak perlu gelisah lagi sekarang," kata Peter dan Janet. Tapi Laki-laki tua itu masih saja merasa tidak tenang.
"Soalnya begini," katanya. "Brownie ini sebenarnya kan bukan kepunyaanku, melainkan milik Pak Dinneford. Tapi aku yang merawatnya selama bertahun-tahun, sehingga sekarang sudah seperti saudara saja bagiku. Perasaanku benar-benar remuk, ketika gerobak yang sarat dengan muatan menabrak kaki belakangnya!"
Janet terharu melihat air mata Pak Tolly meleleh, membasahi pipinya yang kasar. Digandengnya Laki-laki tua itu.
"Anda benar-benar tidak perlu gelisah lagi, Pak, kata Janet. "Anda akan tinggal dalam gubuk gembala, dan apabila Brownie sudah aman dalam kandang kami, Anda pasti akan berbahagia kembali."
"Dan dokter hewan bisa datang untuk merawat. kakinya yang cedera, sampai sembuh kembali, " kata Peter. Ia berbicara asal saja, untuk menghibur perasaan Laki-laki tua itu. Tapi ternyata ucapannya itu sama sekali tidak menghibur! Begitu Peter mengatakannya, Pak Tolly langsung berhenti melangkah. Disentakkannya lengannya yang digandeng Peter. Pak Tolly berpaling ke samping, menatap Peter dengan ketakutan.
"dokter hewan - Pak Whistler"" katanya. "Jika utangku padanya tidak dilunasi, aku akan dijebloskan ke dalam penjara. Begitulah kata Pak Dinneford padaku! Dipenjarakan. tanpa bisa membawa serta Brownie dan Codger! Pak Dinneford pasti tidak mau repot-repot memberi makan mereka. Keduanya pasti akan sudah mati, apabila aku keluar lagi dari penjara nanti. Tidak! Tidak! Aku tahu, kau bermaksud baik. Nak - tapi aku tidak mau berurusan lagi dengan Pak Whistler. Kata Pak Dinneford, aku yang harus membayar biaya perawatan Brownie, karena ia menganggap akulah yang bersalah sampai Brownie cedera berat. Ia tahu, aku menganggap Brownie sudah kepunyaanku sendiri. Sudah begitu lama aku mengurusnya, dan kami bekerja bersama-sama untuk majikan, dan ...."
Ia berhenti bicara, lalu membungkuk untuk menepuk-nepuk Codger. Anjing itu nampak bingung mendengar tuannya begitu kesal dan sedih. Dijilat-jilatnya tangan Pak Tolly.
"Berapa kira-kiranya harga yang diminta oleh Pak
Dinneford untuk Brownie"" tanya Peter.
"Brownie sekarang takkan mahal lagi harganya kalau dijual, Nak," kata Laki-laki tua itu. "Ia sudah tua, dan kaki belakangnya sekarang lemah - sehingga takkan berguna lagi di pertanian. Tapi biaya makannya masih tetap seperti biasa. Mana tagihan dari dokter hewan lagi! Aku benar-benar khawatir, jangan-jangan Pak Dinneford beranggapan dia sudah tidak ada lagi gunanya dipelihara - lalu menyuruh orang untuk menembaknya. "
"Anda tidak perlu khawatir," kata Peter. Ia benar-benar sedih dan terharu melihat Pak Tolly. "Kami akan berusaha, jangan sampai Brownie ditembak mati. Anu - aku dan Janet bermaksud hendak membelinya - kalau begitu, dia kan pasti aman""
Janet menatap Peter dengan mata terbelalak karena heran. Membeli Brownie" Dang untuk itu dari mana" Dan apa kata ayah mereka" Akan maukah Pak Dinneford menjualnya" Ya, mungkin orang itu mau - tapi pasti ia akan memasang harga tinggi, begitu ia merasa ada yang menaruh minat! Janet menarik-narik lengan Peter. Tapi abangnya mengibaskan lengannya dengan sikap tidak sabar.
"Nah - menurut Anda, berapa harga yang kira-kiranya akan diminta Pak Dinneford untuk Brownie""
Pak Tolly tidak menjawab. Ditatapnya Peter, sementara mulutnya komat-kamit. Ia kaget sekali mendengar Peter tiba-tiba mengatakan bahwa ia dan Janet bermaksud hendak membeli Brownie.
"Nah - berapa kiranya harga yang akan diminta"" tanya Peter sekali lagi. "Mungkin sepuluh pound""
"Wah, lebih daripada itu, Nak," kata Pak Tolly, yang sementara itu sudah pulih dan kagetnya.
"Brownie, harganya lebih mahal dari sepuluh pound. Kalian berdua takkan mungkin mampu membeli kuda. Berapa uang saku yang kalian peroleh - sepuluh pence seminggu ""
""Dan tabungan kami sudah banyak juga," kata, Peter. "Tapi kami berdua saja, takkan mampu membayar lebih daripada sepuluh pound."
"Pak Tolly menggeleng.
"Pak Dinneford pasti akan menaruh harga dua puluh pound, dan barangkali bahkan lebih tinggi lagi," katanya. "Walau menurut pendapatku, harga itu terlalu tinggi untuk kuda yang kaki belakangnya sudah tidak kuat lagi. Setiap waktu ada kemungkinan cedera lagi, dan setelah itu Brownie takkan ada gunanya lagi kecuali makan rumput. "
Peter mendesah. Sayang ia masih anak-anak. Coba sudah dewasa, dia akan bisa berbuat seperti ayahnya. Pergi ke bank, dan mengambil uang sejumlah besar sekaligus. Coba ia bisa begitu - pasti dengan gampang saja ia akan membeli Brownie!
"Eh - aku bersama kawan-kawanku hendak membantu melunasi tagihan dokter hewan," kata Peter. "Kurasa sebaiknya sekarang saja hal itu kukatakan pada Anda, supaya Anda tidak perlu lebih lama lagi gelisah. Dan untuk itu belum ada, tapi kami akan bekerja untuk mengumpulkannya. Satu dari kawan kami bekerja untuk Pak Whistler pada malam hari - mengantarkan obat. Menurut perkiraannya, dalam waktu dua minggu ia akan berhasil mengumpulkan dua pound sepuluh pencet!
"Dan kata Ayah, jika kami membersihkan kandang dan menjaga kerapiannya apabila Brownie sudah ada di situ, maka Ayah akan menyediakan makanan untuknya dengan cuma-cuma," kata Janet. "Dan kurasa teman-teman pasti sudah punya macam-macam gagasan lagi. Jadi Anda tidak perlu khawatir, Pak Tolly. Kami pasti akan berhasil mengumpulkan uang untuk membayar dokter hewan. Dan di kandang kami, Brownie akan aman dari gangguan apa pun juga. Dia akan merasa senang, bersama kuda-kuda yang lain. Kuda-kuda kami semuanya baik-baik. Tidak "ada yang suka menendang-nendang, atau melakukan perbuatan iseng lainnya. Aku yakin, semua pasti akan senang pada Brownie."
"Aduh, Nak - bukan main!" kata Pak Tolly. Dipandangnya kedua anak itu dengan tercengang. "Aku memang pernah mendengar, Ayah kalian orangnya baik hati. Kini ternyata kedua anaknya juga baik budi seperti dia! Baiklah, aku dan Brownie akan pergi dan Pak Dinneford. Brownie akan kutitipkan pada kalian, sementara aku bekerja seminggu lagi untuk Pak Dinneford. Itu batas waktu sekurang-kurangnya, kalau hendak berhenti bekerja. Malam hari aku bisa tidur di kandang. Aku masih harus bekerja selama seminggu di tempatku yang sekarang, karena Pak Dinneford past
i akan menuntut diriku jika aku langsung berhenti saat ini juga. Tapi jangan bilang siapa-siapa bahwa Brownie ada di tempat kalian. Nanti kalau ketahuan majikanku, pasti dia akan datang untuk mengambilnya kembali. Jadi jangan bilang pada siapa-siapa, ya!"
"Tentu saja tidak!" kata Janet. "Nah, kita sudah sampai sekarang. Yuk, kita langsung saja ke kandang. Kami sudah memilihkan tempat untuk Brownie. Di samping seekor kuda yang ramah. Di situ banyak jerami segar untuknya!"
Mereka beramai-ramai masuk ke kandang. Codger berjalan sambil mengibas-ngibaskan ekor dengan bersemangat. Brownie meringkik pelan ketika mencium bau teman-teman sejenis. Ia mengetuk-ngetukkan kukunya ke lantai kandang, seolah-olah hendak mengatakan. Bagus! Bagus sekali!"
Saat itu tak ada seekor kuda pun dalam kandang. Semua sedang bekerja di luar, atau sedang merumput di lapangan. Brownie mulai memakan jerami yang ada dalam kandangnya.
""Libatlah - dia sudah merasa kerasan," kata Peter. "Kau aman di sini, Brownie. Datang saja nanti malam kemari dan tidur bersama dia di sini, Pak Tolly. Kalian berdua akan aman di sini. Senang dan hangat. Jadi Anda datang nanti, ya""
" Bab 5 Dokter Hewan Kepolisian
"HARI itu juga, setelah saat makan sore Pak Tolly datang ke pertanian keluarga Peter dan Janet, untuk menemani Brownie tidur di kandang. Ayah kedua anak itu sudah menunggu kedatangannya.
"Ah, Tolly," sapanya, begitu laki-laki tua itu muncul. "Kulihat kau sudah menaruh kudamu - atau milik Pak Dinneford" - dalam kandang kami. Yah- aku senang melihatnya aman di situ. Karena menurut anak-anak, ada kemungkinan dia harus dibinasakan sebagai akibat cedera yang dideritanya. Tapi - eh - bagaimana pendapat majikanmu, Pak Dinneford mengenai hal ini" Mudah-mudahan kau sudah memberitahu padanya. Aku juga sudah memeriksa kaki belakang kuda itu. Keadaannya masih jauh dari sembuh. Kusangsikan bahwa dia masih ada gunanya untuk melakukan pekerjaan di pertanian. Padahal dia kuda yang bagus dan kuat.
"Ya, Pak," kata Pak Tolly gelisah. "Menurut dokter hewan, kakinya masih bisa sembuh lagi - tapi dengan sangat lambat, Pak. Dan kurasa Anda tentu tahu bagaimana Pak Dinneford. Tidak sabaran, tidak mau memelihara hewan yang tidak bisa bekerja berat tapi terus-menerus makan, menghabiskan uang pembeli umpan, dan ...."
""Ya, ya - aku kenal tabiat majikanmu," kata ayah Peter. "Yah, aku bersedia mengizinkan kau tidur bersama kudamu dalam kandangku setiap malam, supaya Brownie jangan sampai dibunuh. Dan jika kau sudah minta berhenti pada majikanmu, aku mau menerimamu, karena aku sendiri kekurangan tenaga pekerja. Kau harus mengerjakan macam-macam - mengurus kuda-kuda, biri-biri, bekerja di ladang dan sebagainya. Nah - bagaimana""
"Tentu saja aku mau, Pak. Terima kasih! Aku sudah minta berhenti bekerja, Pak. Majikanku, Pak Dinneford marah-marah. Katanya aku harus pergi dengan segera. Dia juga mengatakan, Brownie akan ditembak mati malam ini juga, karena aku tidak ada lagi di sana untuk merawatnya. Kaki belakangnya yang cedera itu setiap malam perlu digosok dengan obat yang diberikan dokter hewan padaku. Menurut majikanku, dokter- itu macam-macam saja. Tapi cairan obat itu mujarab, Pak. 5angat menolong untuk kaki Brownie yang cedera. Itu kuketahui dengan pasti."
"Baiklah. Kalau begitu teruskan saja perawatanmu itu, karena kau yang harus mengurus Brownie, dengan dibantu kedua anakku," kata ayah Peter. "Mengenai kuda itu kau tidak perlu cemas, karena di sini dia aman. Kalau terjadi sesuatu dengannya, aku akan segera menghubungi polisi."
"Ya, Pak," jawab Pak Tolly sambil memberi hormat. Nah, orang yang baik hati seperti ini yang kusenangi sebagai majikan, pikir Laki-laki tua itu. Tegas, baik budi, berkepala dingin dan tulus. Di samping itu, Brownie ada di situ. Tapi bagaimana jika Pak Dinneford datang untuk mengambil kuda itu"
Soal itu pun sudah dipikirkan oleh ayah Peter. Ia menelepon polisi dan melaporkan sangkut-pautnya dengan urusan Pak Tolly. Ia juga melaporkan kenyataan bahwa Laki-laki tua itu membawa Brownie ke tempatnya.
"Dinneford hendak menembak mati kuda itu," kata ayah
Peter pada sersan polisi yang menerima teleponnya. "Setidak-tidaknya, begitulah yang dikatakan olehnya. Untuk menyelamatkan nyawa kuda itu aku bersedia membelinya, dengan harga yang pantas. Saat ini kaki belakang kuda itu keadaannya payah. Jadi dia bisa dibilang tak bisa apa-apa. Tapi ada kemungkinan kaki itu bisa pulih seperti biasa lagi. Bagaimana, apakah sebaiknya kuminta dokter hewan datang untuk menaksir nilainya saat ini - untuk berjaga-jaga apabila Dinneford ribut-ribut dan menaruh harga yang terlalu tinggi untuk kuda itu""
"Jangan, Pak," jawab sersan polisi. "Jangan panggil Pak Whistler. Lebih baik dokter hewan kami saja! Sebentar lagi ia akan kemari, untuk memeriksa kuda-kuda polisi kami. Akan saya minta padanya agar datang ke tempat Anda nanti malam. "
Malam itu juga dokter hewan kepolisian datang ke pertanian keluarga Peter dan Janet. Orangnya lincah dan sangat cekatan. Brownie diperiksa dari ujung kepala sampai ke ekor, dari bahu sampai ke kuku kaki. Bahkan mulut dan telinga sebelah dalam pun tidak lupa diperiksanya! Sementara itu Pak Tolly berdiri di dekatnya dengan gelisah. Ia merasa bingung. Jika dokter itu mengatakan kuda itu keadaannya baik-baik saja, sehat dan mampu bekerja keras, maka itu berarti nilainya pasti tinggi dan aku takkan mampu membelinya, pikir Laki-laki tua itu. Tapi jika ia berpendapat bahwa kuda itu sudah tua dan kondisinya payah sebagai akibat kecelakaan yang dialami, maka aku tak berani menyuruhnya bekerja, karena takut, cederanya akan semakin parah. Aduh, aku tidak tahu apa yang harus kuharapkan. Begitulah pikir Pak Tolly.
Selesai memeriksa, dokter hewan kepolisian mendatangi ayah Peter dan bicara dengan dia.
Sapta Siaga 14 Membela Teman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Yah, Pak," kata dokter hewan itu, "Brownie kuda yang baik, sebaik biasanya. Tapi ia perlu diperlakukan dengan lembut. Saat ini ia sedang penggugup. Mungkin itu disebabkan karena kecelakaan waktu itu. Jika ia bisa dirawat oleh seseorang yang dikenal dan dipercayai olehnya, tak lama ia akan bisa pulih kembali. Tapi jangan sampai dia ditangani oleh seseorang yang tak dikenal olehnya, Pak. Sebagai akibatnya, nanti ia akan bertambah gugup, dan karenanya takkan ada gunanya sama sekali selama beberapa bulan. Kuda itu harus diperlakukan dengan lembut. Kalau aku bisa, aku mau saja merawatnya. Brownie kuda yang bagus sekali!"
"Terima kasih banyak, Pak, kata ayah Peter dengan senang. "Pendapatku bisa dibilang sama dengan Anda. Kalau dijual sekarang, nilainya kira-kira berapa""
"Yah, Pak - tidak begitu tinggi, apabila dijual pada orang yang tidak dikenal atau pada pedagang yang buruk," kata dokter hewan. "Tapi kelihatannya dia senang di sini. Kenapa tidak Anda tahan saja" Anda takkan bisa memperoleh harga lebih dari sepuluh sampai lima belas pound baginya sekarang, dengan keadaan kaki belakangnya itu. Tapi pemilik yang sabar, yang bersedia tidak mempekerjakannya sama sekali selama enam bulan, setelah itu akan mendapat kuda yang hebat. Kuat dan rajin, sehebat dulu-dulunya!"
"Bagus, bagus!" kata ayah Peter. Peter dan Janet yang mendengarkan pembicaraan itu ikut gembira. Sekarang Brownie bisa dibe1i oleh mereka. Dan Pak Tolly akan bekerja di tempat mereka, serta bisa berada di samping kuda yang disayangi olehnya!
"Kedua anak itu berharap, semoga Pak Dinneford benar-benar tidak mau memiliki Brownie lagi! Tapi pokoknya untuk sementara waktu kuda itu aman di tempat mereka!
" Bab 6 Brownie di tempat baru
"KETIKA dokter hewan kepolisian sudah pergi lagi, kedua orang tua Peter dan Janet, Pak Tolly serta kedua anak itu pergi ke pondok peranginan. Mereka hendak berunding di situ.
"Kita harus mengambil keputusan dengan segera, mengenai apa yang bisa kita lakukan dengan Brownie," kata Pak Tolly gelisah. "Yang pasti, dia tidak boleh kembali ke majikanku, Pak Dinneford. Di sana ia akan dipaksa bekerja terus, atau mungkin pula dibunuh, karena kekuatannya sudah tidak seperti dulu lagi. Anda sudah memeriksa kaki belakangnya, Pak" Bagaimana pendapat Anda mengenainya""
"Kemungkinannya separoh-separoh, Tolly," jawab ayah Peter. "Dengan perawatan cermat dan ramah, ada kemungkinan dalam waktu ena
m bulan lagi Brownie akan pulih seperti biasa - tapi sekarang kaki belakangnya sudah jelas belum cukup kuat untuk disuruh bekerja. Tapi siapakah yang mau memelihara seekor kudi selama enam bulan - dan mungkin lebih lama lagi - tanpa mempekerjakannya. Belum lagi kemungkinan bahwa setelah enam bulan berlalu, ternyata Brownie sama sekali tidak bisa dipakai lagi. Dengan begitu, orang yang membelinya hanya akan membuang-buang uang dengan percuma saja."
""Pak - maukah Anda mengatakan begitu pada Pak Dinneford"" tanya Pak Tolly dengan harap cemas. "Jika ia mau menjual Brownie sekarang, sementara nilainya tidak mungkin tinggi, aku mau membelinya. Aku takkan mempekerjakannya sama sekali selama enam bulan, dan dengan senang hati aku akan membelikan umpan untuknya serta merawatnya. Sebentar lagi aku akan pergi dari penanian yang di atas bukit. Aku tidak bisa lagi bekerja untuk Pak Dinneford, dan lagipula aku sudah mengatakan minta berhenti. Aku akan pergi ke salah satu tempat bersama Brownie. Aku akan mencari pekerjaan, serta mengusahakan agar kuda itu bisa hidup tenang dan bahagia sampai kakinya sudah benar-benar pulih." .
"Kau kan tahu bahwa kau boleh tetap di sini, Tolly," kata ayah Peter. "Kau sekarang sudah tua, perlu pekerjaan yang tenang dan tidak terlalu berat. Jika kau mau bekerja padaku dan merawat kuda-kudaku, dengan senang hati aku mau menerimamu. Itu kan sudah kukatakan! Kau bisa tidur di kandang, atau di gubuk gembala, atau di atas bukit - terserah kau mau di mana."
"Terima kasih, Pak! Anda benar-benar budiman," kata Pak Tolly dengan sepenuh hati. Kemudian ia berpaling pada Peter. "Kau benar-benar mujur, punya ayah yang budiman. Usahakan agar kau menjadi seperti dia kalau sudah besar nanti, Nak!"
Peter nyengir. Ia merasa senang mendengar ayahnya dipuji-puji.
"Anda akan membeli Brownie dari ayahku"" tanyanya. "Tentu saja jika Pak Dinneford mau menjualnya. Tapi kurasa pasti mau, apabila ia mengira bahwa Brownie tidak bisa disuruh bekerja untuk waktu yang cukup lama."
""Aduh Nak, uang sebanyak lima pound saja aku tidak punya!" kata Pak Tolly. "Kalau punya, saat ini juga Brownie sudah kubeli. Aku tidak punya uang simpanan sebanyak kalian, karena harus membayar sewa rumah serta segala kebutuhan hidup. Mana aku juga masih harus menunjang kehidupan paman dan bibiku! Tapi akan kuminta pada ayahmu, apakah dia mau memotong upahku setiap minnggu, sehingga apabila sudah tersimpan sebanyak kira-kira sepuluh pound, nanti aku bisa membeli Brownie. Itu jika Pak Dinneford mau menjualnya pada ayahmu."
"Pak Tolly - maukah Anda memiliki Brownie bersama kami, jika kami membayar setengah dan harga yang diminta"" tanya Janet. "Jika Brownie nanti tinggal bersama kami, aku ingin merasa ikut memilikinya."
"Kalian boleh saja merasa ikut memilikinya, jika ia sudah menjadi kepunyaanku," kata Pak Tolly. "Kalian boleh menganggapnya setengah milik kalian. Brownie pasti menyukainya. Ia suka pada anak-anak. Kalian tak perlu membayar padaku."
Tapi itu harus," kata Peter. "Kami tidak bisa merasa dia benar-benar setengahnya milik kami, apabila kami tidak ikut membelinya. Jika Anda mau, biar kami membeli bagian kakinya yang sakit saja, supaya Anda bisa memiliki bagian yang terbaik."
"Ah, kalian ini macam-macam saja!" kata Pak Tolly tercengang. "Sekarang begini saja. Kalian bisa menabung dan membeli setengah dari Brownie, jika kalian benar-benar kepingin melakukannya. Bisa kubayangkan bagaimana perasaan kalian. Perasaanku sendiri juga begitu. Aku belum senang, apabila belum bisa menyerahkan uang yang sepuluh pound pada ayahmu, dan aku bisa memandang Brownie sambil berkata, ""Manis, kau sekarang kepunyaanku. Selama ini aku sudah bekerja dan me"rawatmu, serta membayar untukmu. Sekarang kau menjadi milikku, untuk kurawat selama sisa hidupmu. Ada sesuatu pada kuda-kuda yang menyentuh perasaanku. Sedang Brownie, dia - dia ...
"Dia kuda terbaik di dunia!" sambung Peter sambil tertawa. "Perasaanku juga seperti itu mengenai Skippy, anjing kami. Dia anjing yang paling hebat di dunia! Betul kan, Skip" Kata juru masak, kau cuma pengemis berkaki kotor, ya
ng hidungnya selalu mau tabu segala-galanya. T api menu rut perasaanku, kau anjing yang paling hebat di dunia!" I .
"Guk!" gonggong Skippy, sambil mengibas-ngibaskan ekor dengan bersemangat. "Guk!" Skippy lari menghampiri Peter, lalu menjilat-jilat tangan anak itu. Peter menepuk-nepuknya dengan kasih sayang. Ayah Peter yang berdiri di dekat situ, geli melihat kelakuan mereka.
"Kurasa sebaiknya kita masuk saja ke dalam sekarang, setelah kita sibuk saling memuji," katanya. "Kurasa sekarang sudah hampir waktunya makan malam. He - siapa itu""
Terdengar bunyi derap kuda. Sebuah kereta kuda berhenti di depan gerbang pekarangan.
"Hoo!" seru pengemudi kereta dengan suara lantang.
"ltu Pak Dinneford!" kata Janet ketakutan. "Aduh Yah, jangan biarkan dia mengambil Brownie lagi, Yah!"
"Tentu saja tidak," kata ayahnya. "Kalian berdua, masuk saja ke dalam. Boleh melihat dari jendela kalau mau, tapi jangan ikut mendengarkan pembicaraan kami. Kau tetap di sini, Tolly."
Peter dan Janet bergegas masuk ke rumah, lalu cepa"-cepat menyingkapkan tirai jendela. Dengan "begitu mereka bisa memandang ke luar dan mengikuti segala-galanya yang terjadi. Aduh - gawat apabila Brownie sampai dibawa pergi lagi!
Terdengar suara-suara berbicara dengan nada keras. Tapi kedua anak itu tidak bisa mendengar apa yang dikatakan. Namun nampak bahwa ketiga Laki-laki dewasa itu bersikap marah.
"Tolly! Kenapa kau berani mencuri kudaku! seru Pak Dinneford.
"Anda mengatakan bahwa Anda hendak membunuhnya, jadi dia kan sudah bisa dianggap mati!" balas Pak Tolly sambil berteriak pula. " Aku takkan mau membiarkan kuda sebaik itu ditembak mati dengan tidak semena-mena, juga apabila kaki belakangnya sudah tidak ada gunanya lagi."
"Tak ada gunanya lagi! Tepat!" seru Pak Dinneford. "Untuk apa aku memelihara kuda yang tak berguna lagi, yang biasanya cuma menghabiskan makanan saja" Dia kan kuda milikku" Apakah aku tidak boleh berbuat sesukaku dengan kuda milikku sendiri""
"Boleh saja, Dinneford - tapi dalam batas-batas yang layak," kata ayah Peter. "Tapi Anda memerlukan kuda yang cukup kuat untuk menarik beban berat! Sedang kuda itu takkan bisa lagi dipakai untuk menarik beban. Bagi Anda, sudah tidak ada gunanya lagi. Kenapa tidak Anda jual saja, dengan harga berapa pun juga""
Dari mana Anda tahu kuda itu tak berguna lagi"" teriak Pak Dinneford. Kemarahannya semakin memuncak.
"Yah - belum lama berselang dokter hewan kepolisian mampir kemari," kata Pak Tolly. "Dan setelah memeriksa, ternyata hasilnya tidak begitu baik.
" Lalu apa katanya" tanya Pak Dinneford. Ia agak kaget, mendengar bahwa dokter hewan kepolisian datang. Dalam hati ia bertanya-tanya, mungkin Pak Tolly melaporkan pada polisi bahwa dia - Pak Dinneford bermaksud hendak menembak mati kuda itu.
Katanya kuda itu sekarang sangat gugup, Pak, karena mengalami kecelakaan itu, kata Pak Tolly, "dan untuk sementara waktu sama-sekali tak ada gunanya bagi siapa pun juga. Katanya, Anda takkan bisa memperoleh harga lebih dari lima belas pound, apabila dijual sekarang."
"Lima belas pound! Padahal aku dulu membelinya dengan harga tiga puluh!" teriak Pak Dinneford dengan kesal. Lagipula, siapa yang mau membayarku lima belas pound untuk dia sekarang! Coba katakan!"
"Yah - mungkin dalam beberapa bulan lagi dia akan sembuh," kata Pak Tolly, lalu ...."
Ah, kau jangan banyak mengoceh tentang kuda itu! Kaki belakangnya takkan mungkin bisa sembuh lagi - malah akan benambah parah keadaannya! Aku takkan mungkin bisa memperoleh harga sepuluh pound untuknya. apalagi lima belas!" ,
"Aku mau membelinya dengan harga sepuluh pound," kata Pak Tolly dengan tiba-tiba. "Itu karena aku sayang padanya, tidak ingin dia ditembak mati."
"Yah, kau goblok - jika beranggapan kuda itu harganya bahkan cuma sepuluh pound sekali pun!" sergah Pak Dinneford. "Aku tak percaya, polisi mengatakan harganya ada satu penny. Dia sebaiknya dibunuh saja!"
"Baiklah. Jika Anda tidak mau menjualnya, bawa kuda itu pergi sekarang juga," kata ayah Peter dengan suara galak.
"Pak Dinnefbrd berpaling menatapnya.
Anda mau memberiku sepuluh pound un
tuknya"" tanya orang itu. "Anda juga setolol si Tolly ini""
Mungkin," kata ayah Peter, "tapi bagiku uang sepuluh pound kurelakan, asal Anda pergi dengan segera dari sini. Anda pergi sekarang juga dengan kuda itu - atau tinggalkan dia di sini dan ambil sepuluh pound ini. Sekarang Anda tinggal memutuskan."
Baiklah - kuambil uangnya, kata Pak Dinneford.
Ia merasa agak malu, karena ayah Peter memandangnya dengan sikap muak. "Untung dengan cara begini aku bisa bebas dari kuda yang cmna merepotkan saja. Terima kasih untuk uangnya, Pak. Selamat malam.
Pak Dinneford mengantongi uang yang disodorkan ayah Peter, lalu melangkah pergi. Brownie ditinggalkannya dekat Pak Tolly.
"Tenang-tenang, kata Pak Tolly, sambil mengelus-elus hidung kuda yang ketakutan mendengar suara ribut-ribut itu. "Dia sudah pergi. Kau takkan mendengar suaranya yang berisik itu lagi. Kau bukan kepunyaannya lagi. Lalu dituntunnva Brownie ke ayah Peter.
Nah, Tolly - kuda itu milikmu sekarang, kata ayah Peter. Dan jika Anda mau. Akan kupotong satu pound dari upahmu setiap minggu, sampai pembayarannya lunas. Setuju"
"Tentu saja, Pak! Terima kasih banyak, Pak," kata Pak roily sambil tersenyum lebar. Dirangkulnya leher Brownie. "Nah, Manisku! Sekarang kau sudah menjadi milikku - atau tepatnya beberapa minggu lagi. Katakanlah, lima minggu lagi. Pak, bagaimana jika Anda memotong dua pound dari upahku selama lima minggu" Dengan begitu utang akan cepat lunas. Hah- sepuluh pound untuk seekor kuda yang benar-benar baik! Tunggu saja sampai beberapa bulan sudah berlalu, Manisku - nanti kau pasti akan sehebat dulu lagi! Saat itu nilaimu akan tinggi lagi!"
"Baiklah, Tolly," kata ayah Peter. Ia tersenyum, melihat Laki-laki. tua itu begitu senang. "Upahmu akan kupotong dua pound setiap minggu sampai utangmu lunas - dan setelah itu Brownie akan menjadi milikmu untuk selama-lamanya. Dia memang kuda yang baik, kecuali kaki belakangnya yang lemah. Tapi pasti itu bisa menjadi baik kembali. Tak lama lagi Brownie akan menjadi kuda yang bisa diandalkan kembali - dan kau sudah selayaknya memperolehnya, Tolly. Bawa dia sekarang ke kandang dan baringkan di sana. Pasti dia akan senang apabila kau sibuk mengurusnya!"
" Bab 7 Tolly dan Brownie BEGITU Peter dan Janet melihat Pak Dinneford sudah pergi dan Pak Tolly berjalan menuju kandang sambil menuntun Brownie, dengan segera mereka berlari ke luar menyusulnya.
"Pak Tolly! Pak Tolly! Apa yang terjadi tadi" Kata Anda, uang Anda tidak cukup untuk membelinya. Wah, dia memang manis sekali!"
Brownie mengendus-endus kedua anak-anak itu dengan lembut. Ia senang sekali pada mereka.
"Dia sudah kepunyaanku sekarang," kata Pak Tolly dengan bangga, sementara ia menuntun Brownie mundur memasuki kotak tempat tinggalnya yang baru.
"Nah - sekarang kau menunggu sebentar di sini, Manis, sampai aku memperoleh makanan dan minuman untukmu. Eh - rupanya ada yang sudah menaruh jerami untuk tempatmu berbaring di sini. Kau pasti akan merasa senang di sini, Manis."
"Jadi Anda sungguh-sungguh sudah membelinya, Pak" Pak Dinneford tadi marah sekali ya" Kami mendengar dia berteriak-teriak," kata Janet.
"Ya - aku sudah membelinya - walau baru lima minggu lagi ia akan sepenuhnya menjadi milikku," kata Pak Tolly, sambil mengusap-usap hidung kudanya dengan kasih sayang. "Ayah kalian akan memotong dua pound dari upahku setiap minggu sampai harga Brownie kulunasi. Ayah kalian membayar sepuluh pound untuk dia. Tapi aku takkan mau menjualnya lagi, biar ditawarkan lima ratus pound untuknya!"
"Jangan lupa, Anda sudah berjanji kami boleh memiliki setengah dan Brownie," kata Janet. "Kami akan membayarkan bagian kami pada Anda, begitu kami sudah bisa. Kami punya simpanan sedikit dalam kotak tabungan, dan Nenek akan datang minggu depan - dia selalu menghadiahi kami masing-masing setengah pound. "
"Kau tidak perlu repot memikirkan soal uangnya," kata Pak Tolly. "Untuk ikut memiliki Brownie, kalian tidak usah membayar apa-apa padaku. Dengan senang aku bersedia memilikinya bersama kalian. Tidak sering ada anak-anak yang begitu sayang pada kuda, seperti kalia
n. Kalian sudah sepantasnya ikut memiliki Brownie!"
Brownie merasa senang di kandangnya yang baru. Kuda itu mengangkat kepalanya ke atas, lalu meringkik dengan nyaring. Kedua ekor kuda yang saat itu juga ada di situ terkejut, lalu mendengus-dengus.
"Brownie pasti akan senang apabila nanti dilepaskan di lapangan," kata Peter. "Pasti ia akan berlari-lari di situ, serta berkenalan dengan segala binatang yang juga ada di tempat itu. Kuda, biri-biri maupun anjing!"
"Ayah kalian baik hati terhadap Brownie dan Codger," kata Pak Tolly. "Nah, sekarang aku harus kembali dulu ke tempat Pak Dinneford. untuk mengambil barang-barangku. Kau tenang-tenang saja di sini, Brownie. Nanti malam aku akan kembali, untuk tidur menemanimu. Jangan sampai ada orang datang mencurimu!"
Pak Tolly meminta diri pada anak-anak, lalu naik ke bukit menuju ke pertanian Pak Dinneford. Laki-laki tua itu sudah bertekat, jika petani itu marah-marah lagi padanya tentang Brownie, ia akan membalas dengan berterus terang. Akan dikatakannya, bagaimana pendapatnya tentang Pak Dinneford! Tapi petani itu sama sekali tidak datang mendekatinya. Ia merasa menyesal, kenapa tidak mencegah Pak Tolly pergi! Laki-laki tua itu pekerja yang baik dan bisa dipercaya. Apa yang harus dilakukannya sekarang, kalau Pak Tolly sudah tidak ada lagi"
Have I Told You Lately 1 Dewa Arak 17 Keris Peminum Darah Dendam Sejagad 11
SAPTA SIAGA - MEMBELA TEMAN
Download Ebook Jar Lainnya Di
http://mobiku.tk http://inzomnia.wapka.mobi
Bab 1 "Panggilan Rapat
"PETER! Peter! Kau di mana"" seru Janet, sambil bergegas-gegas naik tangga ke tingkat atas.
"Di sini - di kamarku," jawab Peter. Ia muncul di ambang pintu. Mukanya masam. "Aku sedang berbenah! Ayah tadi menjenguk ke dalam. Lalu bertanya, apakah aku suka tinggal di kandang babi" Katanya, babi saja masih lebih bersih - kalau dibandingkan dengan aku."
"Yah - kurasa Ayah tidak terlalu keliru." kata Janet. Ia memandang ke dalam kamar. "Kau ini kalau menjatuhkan barang, tidak pernah memungutnya lagi rupanya! Hih - apa itu, yang lengket d" karpet!"
Ah, ke situ rupanya cokelatku terjatuh." kata Peter. Ia mengeruk-ngeruk gumpalan yang menempel di karpet. "Untung saja Ayah tadi tidak menginjaknya! Coba kalau sampai terinjak, pasti menempel ke sepatunya!"
Janet tertawa geli. "Kau ini benar-benar jorok. Peter," katanya. "Kutolong saja kau membersihkan kamar, sebelum Ayah muncul lagi."
"Kau tadi, kenapa memanggil-manggil"" tanya Peter Sementara itu ia masih terus sibuk, mengeruk-ngeruk. "Aduh, sayang sekali - coklat "nak terbuang-buang begini." .
""Anu, Peter - baru saja tukang pos datang, membawa surat. Dialamatkan pada Peter, Pemimpin Sapta Siaga'. Jadi untukmu. Dari siapa, ya""
"Paling-paling salah - seorang anggota. Mungkin minta supaya diadakan rapat," kata Peter. Dibukanya sampul surat yang disodorkan adiknya. "Ya, betul. Dari Jack! Ia menulis - dengar saja sendiri!
Peter, Bisakah kita mengadakan rapat" Aku menerima permintaan tolong, dari Bob Smith. Kau kan kenal anak itu, teman sekelas kita. Tidak banyak yang dikatakannya, kecuali sangat memerlukan pertolongan kita. Dia bingung sekali! Barangkali Sapta Siaga bisa menolongnya. Bob Smith, anaknya baik.
Lagipula kurasa sudah waktunya kita rapat lagi. Nanti lupa, kita ini punya Serikat Sapta Siaga.
"Jack." "Aduh - aksi sekali si Jack!" kata Janet. "Tapi memang benar, kurasa kita harus lebih sering mengadakan rapat. Aku senang, kalau ada rapat."
"Yah, selama liburan musim panas kan banyak di teman kita yang bepergian. Karena itu kuanggap percuma juga mengadakan rapat," jawab Peter. Mukanya merah. Rupanya merasa tidak enak. "Ada apa ya dengan Bob Smith - sampai memerlukan penolongan kita""
"Waktu tinggal seminggu lagi sebelum sekolah dimulai," kata Janet. "Jadi jika ingin semua anggota hadir, kau perlu cepat-cepat mengurus undangan rapat. "
"Betul," kata Peter. "Aku akan menulis tiga surat panggilan, dan kau dua, Janet."
"Kedua anak itu langsung menuju ke ruang tempat bermain. Tak lama kemudian Ibu masuk ke situ. Ia ingin melihat, sedang apa Peter dan Janet. Kenapa tidak kedengaran suara mereka" Ternyata kedua anak itu sedang sibuk menulis surat. Ibu ikut membaca surat yang sedang ditulis Peter.
Harap datang menghadiri rapat. Pukul setengah tiga siang ini. Tempat seperti biasa, dalam gudang. Tanpa menyebutkan kata semboyan, siapa pun juga tidak diizinkan masuk. Bob Smith akan hadir dalam rapat. Ia akan kuminta datang lima menit lebih lambat, supaya tidak mendengar kita menyebutkan semboyan rahasia. Pakai lencana! Kalau lupa, tidak boleh masuk. Peter
""Wah - Bob Smith mau minta bantuan apa, ya" Kurasa ..., kata Ibu dengan heran.
"Aduh. Bu - sebetulnya Ibu tidak boleh membacanya," kata Janet. Itu sebetulnya rahasia! Wah. Asyik - kami akan mengadakan rapat lagi! Kau masih ingat apa semboyan kita. Peter"n
"Tentu saja!" kata Peter. "Tapi kau pasti sudah lupa."
"Memang," kata Janet. Ia nyengir melihat tampang Peter yang langsung kelihatan galak. "Tapi jangan khawatir, kan kucatat dalam buku catatanku. Jadi tinggal kulihat saja nanti. Hahaha! Kausangka aku tidak punya akal, ya! Tapi coba kausebutkan sekarang - pasti tidak ingat!"
"Mana mungkin lupa!" tukas Peter. "Aku kan ketua Sapta Siaga, masak sampai lupa kata semboyannya sendiri. Skippy! Itu dia kata semboyan kita. Singkat saja - Skippy'"
"Trims!" kata Janet sambil nyengir. "Sekarang aku tidak perlu capek-capek lagi, membuka buku catatan. Skippy! Semboyan bagus!"
"Guk!" Skippy menggonggong dengan heran, sambil mendongak. Anjing itu berbaring di lantai, menunggu diajak berjalan-jalan. Begitu mendengar namanya disebut, ia langsung bangun. Didatanginya Peter, lalu diletakkannya kepalanya yang berbulu keemasan ke atas lutut anak itu. Peter menepuk-nepuknya.
"Kau juga mau ikut rapat, Skip"" katanya. Baiklah. Jangan lupa nanti, tepat setengah tiga jadi jangan keluyuran lagi mencari kelinci sehabis makan siang. Kalau sampai terlambat muncul, kau tidak boleh masuk ke gudang!"
"Skippy mendengking pelan, sambil menjilat tangan Peter. Mana mungkin dia akan terlambat, kalau perginya nanti ikut kedua anak itu"
"Dalam suratmu pada Jack, kau sudah menuliskan bahwa dia bisa mengajak Bob Smith datang ke rapat"" tanya Janet.
"Ya, sudah! Tapi Jack harus menyuruh anak itu datang lima menit sesudah kita. Supaya ia tidak mendengar waktu kita mengucapkan kata semboyan. Dan juga supaya kita bisa bertanya dulu pada Jack, ada apa - sebetulnya dengan Bob." Peter melipat surat yang terakhir ditulisnya. "Yuk - kita mesti mengantar surat-surat ini sekarang juga, supaya teman-teman tidak sampai terdesak waktunya."
Tak lama kemudian Peter dan Janet berkeliling kota kecil itu, memasukkan surat demi surat ke berbagai kotak pos.
"Mudah-mudahan saja semua bisa datang!" kata Janet. "Bagaimana, kita sediakan juga makanan dan minuman" Dengannya rapat pasti lebih asyik!"
Ya - dan kurasa Ibu pasti mau membantu," kata Peter. "Aku juga akan membeli manisan sedikit. Untung masih ada uang saku yang tersisa."
"Tapi jangan beli coklat lagi yang ada isinya kacang," kata Janet tegas. "Sampai Skippy saja akhirnya bosan, menjilati remah-remah yang berjatuhan. Beli saja permen. Enak, awet - dan semuanya suka! Wah, senang rasanya akan bisa beraksi lagi. Yuk, Skip! Tugas belum selesai!"
Dengan segera semua surat sudah diantar ke alamat masing-masing. Dan kabar itu disambut dengan hangat. Jack langsung lari mengambil, begitu dilihatnya ada surat diselipkan lewat celah untuk pas yang ada di pintu depan. Surat dibuka lalu dibaca cepat-cepat. Begitu- selesai, ia lari ke luar. Menyusul Peter dan Janet, yang saat itu sudah hendak pergi lagi.
"He! Tunggu! Kita benar-benar akan mengadakan rapat Sapta Siaga siang ini" Horee! Kusangka perkumpulan kita sudah bubar!"
"Dasar anak konyol," kata Peter. "Begitu suratmu kuterima tadi, aku langsung memutuskan untuk mengadakan rapat. Kita semua sudah kembali dari liburan, jadi tentunya tidak ada yang tidak muncul nanti. Ajak Bob Smith ikut, seperti kutulis dalam suratku. Kita lihat saja nanti, apakah kita bisa menolong."
"Aku sendiri tidak tahu apa persoalannya," kata Jack. "Dia belum cerita! Tapi kulihat dia cuma mondar-mandir terus dengan tampang sedih. Kurasa pasti kita bisa menolong dia!"
"Kalau begitu, sampai nanti dalam rapat," kata Peter. "Kau tentunya sudah tidak tahu lagi di mana lencanamu sekarang, ya" Seperti biasanya!"
"Mana bisa!" kata Jack tersinggung. "Mentang-mentang aku pernah kehilangan sekali, kausangka lalu akan tercecer terus-terusan! Waktu itu pun bukannya tercecer, tapi diambil Susi, adikku. Kau kan tahu sendiri!"
"He! He! Jangan berteriak-teriak," kata Peter sambil nyengir, "nanti terdengar adikmu yang suka iseng itu. Lalu dia mau ikut datang ke rapat nanti, bersama Binki, kawannya yang konyol dan suka cekikikan itu."
"Keduanya akan pergi ke suatu pesta," kata Jack. Suaranya terdengar lega. "Jadi mereka takkan mengganggu nanti. Aku kepingin tahu, apa sebetulnya yang hendak dikatakan Bob pada kita."
"Nanti kan kita dengar juga," kata Peter. "0 ya, jangan lupa - Bob harus menunggu di luar dulu, "sampai kita memanggilnya. Itu sudah kutulis dalam surat. Suruh dia berdiri agak jauh, supaya tidak bisa mendengar kita menyebutkan kata semboyan sebelum masuk. "
"Beres!" kata Jack. "Kata semboyan kita kutuliskan di balik halaman penanggalan di kamarku. Bunyinya.."
"Jangan kauteriakkan, nanti Skippy datang!" kata Peter sambil tertawa geli. "Nah, sampai nanti, Jack!"
Sehabis mengantarkan surat dan berbicara sebentar dengan anak-anak yang dituju, kemudian Peter dan Janet pulang unt
uk makan siang. Mereka kembali tepat pada waktunya. Terdengar gong memanggil makan berbunyi, ketika mereka masuk ke pekarangan rumah.
"Cepat, cuci tangan!" kata Janet. "Kita berbareng saja, supaya menghemat waktu. Taruh botol permen di tempat yang jelas, supaya nanti tidak lupa membawanya ke gudang. Ya, Bu - kami datang!"
Skippy ikut berlari - masuk ke kamar makan. Anjing itu juga sudah lapar sekali. Mana piringnya" Ah, itu dia!
Juru masak memang baik hati - selalu menyediakan daging yang disukai oleh Skippy. Ia pun makan dengan lahap, tidak mau kalah dengan Peter dan Janet. Ibu tertawa melihat mereka bertiga makan.
"Kalau melihat kalian, seakan-akan sudah berminggu-rninggu tidak makan!" katanya. "Aduh" Skip - jangan terlalu rakus, nanti tersedak. Nah - apa kataku!"
Tapi Skippy tak peduli. Anjing itu makan terus dengan cepat. Ia sudah selesai, sebelum anak-anak sempat makan lebih dari tiga suap. Skippy pergi ke pembaringannya yang biasa, lalu berbaring di situ. Ia menguap. Aah - nikmat! Ia takkan menolak, kalau
ditawari satu piring lagi. Tapi sayang, tidak ada yang menawari. Mata Skippy mulai terpejam.
"He - jangan tidur, Skip!" seru Peter. "Sehabis makan,. kau harus menghadiri rapat Sapta Siaga."
"Guk!!' gonggong Skippy. Dipejamkannya mata yang satu, tapi yang satu lagi dibiarkan terbuka.
" Aneh - bisa tidur dengan mata satu terbuka," kata Janet "Apa yang ada dalam bungkusan itu, Bu""
"Ah, cuma beberapa potong roti manis untuk para anggota Sapta Siaga yang selalu lapar," kata Ibu sambil tersenyum. "Tadi kubuat."
"Aduh - Ibu memang baik hati, " kata Janet sambil merangkul ibunya. Entah kenapa, tapi makanan selalu terasa enak sekali kalau kami sedang duduk sambil berunding dalam gudang. Betul, Bul"
"Aku juga sudah membeli permen," kata Peter. "Sedang teman-teman, pasti ada juga yang membawa sesuatu dari rumah. Wah - senang rasanya, kami akan rapat lagi."
Pukul dua lewat seperempat Peter dan Janet pergi ke gudang, bersama Skippy. Mereka membawa bungkusan roti manis, permen dan empat botol limun jahe.
"Mudah-mudahan ada kawan kita yang juga membawa bekal minuman," kata Peter. "Empat botol limun pasti kurang, untuk diminum bertujuh, pada hari sepanas siang ini!"
"Berdelapan, maksudmu," kata Janet mengingatkan, "kan ada Bob! Dan kalau ditambah lagi dengan Skippy, kita bahkan bersembilan nanti."
"Guk!" gonggong Skippy setuju. Ekornya dikibas-kibaskan dengan gembira.
Di gudang belum kelihatan siapa-siapa. Janet membuka pimu, lalu menjenguk ke dalam. Kelihatannya cukup rapi. Hanya perlu dibersihkan sedikit. Janet mengambil sapu bulu ayam dari rak, lalu mengebas-ngebaskannya kian kemari. Setelah itu diaturnya botol-botol minuman di atas meja. Diperiksanya mangkuk-mangkuk yang ada 'di rak, apakah sudah bersih atau belum. Ia merasa gembira. Senang rasanya, sebentar ia akan menyambut kedatangan para anggota Sapta Siaga!
Ketika terdengar bunyi ketukan di pintu, dengan segera Peter menjawab.
"Semboyan kita"" tanyanya.
"Skippy," jawab anak yang ada di luar dengan suara pelan. Setelah itu anak-anak datang susul-menyusul. Semua mengucapkan kata semboyan rahasia Serikat Sapta Siaga.
"Skippy!" "Skippy!" "Skippy!" Wah - Skippy senang,sekali, mendengar namanya begitu sering disebut. Ia menggonggong dengan nyaring, sambil melonjak-lonjak menyambut setiap anak yang masuk.
"Duduk, Skip! Kalau kau tidak mau tenang juga, namamu takkan kupakai lagi sebagai semboyan kita," kata Peter. "Melihat tingkahmu, orang akan mengira kaulah pemimpin perkumpulan ini, dan bukan aku! Ayo duduk!"
Skippy cepat-cepat duduk. Tapi ekornya masih terus bergerak, menyapu lamai. la gembira sekali, bisa bertemu kembali dengan para anggota Serikat Sapta Siaga. Colin, Pam, Barbara, George - lalu Jack. Dan tentu saja Peter dan Janet.
Jack datang sendiri. Temannya, Bob, ditinggal di luar seperti disuruh oleh Peter. Setelah semua masuk dan duduk di tempat masing-masing, Peter mengucapkan kata sambutan singkat.
"Selamat datang," katanya. "Senang rasanya hatiku, karena kalian semua ternyata masih ingat pada kata semboyan kita, dan menyebutkannya denga
n lirih seperti seharusnya. Nah, Jack - sekarang coba kaukatakan, untuk apa sebetulnya kau meminta agar kita mengadakan rapat ini. Tapi sebaiknya kau suruh saja Bob masuk dulu. Pasti banyak yang hendak diceritakannya pada kita!"
" Bab 2 Cerita Bob Smith "TAK LAMA kemudian rapat sudah berlangsung. Jack berdiri, untuk memberitahukan apa sebabnya ia meminta agar dilangsungkan rapat siang itu. Ia berbicara dengan sikap bersungguh-sungguh. Air mukanya nampak gelisah.
"Terima kasih, Peter, atas kesediaanmu untuk lekas-lekas mengadakan rapat. Soalnya menyangkut sesuatu yang disampaikan deh Bob padaku. Kemarin aku melihat dia gugup sekali. Ketika kutanyakan sebabnya, ia lantas bercerita tentang Pak Tolly."
"Pak Tolly" Maksudmu, laki-laki tua yang tinggal di rumah tua di atas bukit itu"" tanya Peter tercengang.
"Ada apa dengan orang itu" Coba kauceritakan, Bob!"
"Yah - Pak Tolly hidup seorang diri di situ, hanya ditemani seekor kuda serta anjingnya," kata Bob. "Kudanya sudah tua. Kalian pasti sudah pernah melihatnya. Berbulu belang putih-coklat, dengan surai yang sangat indah. Rumah tua tempat tinggal Pak Tolly terdiri dari dua ruangan. Ruangan yang satu ditempati olehnya sendiri. Sedang kudanya, Brownie, ditaruh dalam ruangan yang satunya."
"Astaga! Aneh sekali," ucap Pam.
"Sebetulnya tidak, karena Pak Tolly sayang sekali pada Brownie," jawab Bob. "Dulu, ketika Pak Tolly masih bekerja pada petani di bukit sebelah sana, ia selalu ditemani kudanya'itu. Brownie waktu itu masih kuat. Apa saja mampu ditariknya. Tapi pada suatu hari ia menarik sebuah gerobak yang penuh dengan muatan batu yang berat-berat, menuruni lereng bukit. Karena beban yang berat, gerobak itu meluncur terlalu cepat. Kaki Brownie terlindas, sehingga lumpuh. Jadi ia tidak bisa dipakai lagi untuk melakukan pekerjaan yang berat-berat. "
"Apa yang terjadi setelah itu"" tanya Pete.
"Kesalahan atas kecelakaan itu ditimpakan pada Pak Tolly oleh petani," kata Bob, "dan petani itu juga mengatakan , Brownie pantasnya dibunuh saja, karena sudah tidak bisa apa-apa lagi."
"Aduh, kasihan!" kata Pam dan Janet, dengan air mata berlinang-linang. "Kuda yang malang!"
""Pak Tolly sangat sedih," sambung Bob. "Tapi ia merasa yakin, dokter hewan pasti bisa menyembuhkan kaki Brownie yang lumpuh. Karena itu ia memanggil Pak Whistler."
"Bagus," kata Peter. Teman-temannya mengangguk, tanda setuju.
"Ya, mungkin memang bagus bagi dokter hewan itu," kata Bob" "Tapi bagi Pak Tolly, pasti tidak! Soalnya, petani tidak mau membayar dokter hewan. Padahal Brownie, sebenarnya milik petani itu! Ia bahkan mengatakan agar dokter hewan mengirim saja surat tagihan pada Pak Tolly. Jumlahnya tidak kecil- lebih dari sepuluh pound!"
"Astaga!" kata Peter kaget. "Banyak sekali! Tentunya Pak Tolly tidak sanggup membayar tagihan sebesar itu."
"Tentu saja tidak," kata Bob. "Upahnya sangat rendah. Dia kan sudah tua, jadi kerjanya cuma bisa membantu-bantu belaka. Dan sekarang dia benar-benar menderita, karena bingung dan cemas. Kemarin aku ke rumahnya, disuruh ibuku mengantarkan telur segar. Pak Tolly dulu pernah bekerja untuk kami, dan kami suka padanya. Waktu aku ke sana itulah ia menceritakan segala-galanya padaku. Ia juga menunjukkan surat tagihan dari dokter hewan. Aduh! Menurut perasaanku, sebenarnya Pak Whistler tidak perlu mengajukan tagihan setinggi itu." .
"Ayahku tidak mau memanggil dokter hewan yang baru itu," kata Peter. "Kata ayahku, dia masih terlalu muda dan terlalu keras sikapnya. Dia belum tahu bagaimana seharusnya menyayangi binatang. Ia bahkan pernah tidak mau datang, ketika suatu malam salah seekor sapi betina kami terjepit pohon tumbang. Kasihan, sapi itu tertindih sebatang pohon yang roboh karena angin kencang. Tanduknya patah sebelah!"
"Kalau Pak Tolly tidak sanggup membayar tagihan itu, apakah ia akan dipenjarakan"" tanya Pam ketakutan.
Setelah itu semua membisu. Semua membayangkan Pak Tolly terkurung seorang diri dalam penjara. Tanpa ditemani anjing kesayangannya, serta Brownie yang menjadi sahabatnya. Semuanya sedih dan kaget membayangkan kemungkinan itu.
"Sekarang k au mendatangi kami untuk minta saran"" tanya Peter kemudian pada Bob. "Atau adakah sesuatu yang bisa kami lakukan untukmu""
"Yah - aku sendiri tidak tahu apa yang bisa kulakukan untuk menolong, lalu kukira mungkin saja Sapta Siaga tahu akal, " kata Bob. Dipandangnya anak-anak dengan cemas. "Mana mungkin Pak Tolly bisa membayar tagihan setinggi itu" Dan ke mana ia bisa menaruh kuda tua itu, supaya tidak bisa diambil petani" Aku paling tidak bisa kalau disuruh mencari penyelesaian untuk soal-soal begini! Tapi menurut perkiraanku, Sapta Siaga mungkin mampu menemukan jalan."
Anak-anak diam lagi. Kemudian Janet membuka mulut. Matanya bersinar-sinar.
"Sebagai pembuka, aku mau mengosongkan kotak tabunganku, untuk membantu membayar biaya perawatan dokter hewan itu," katanya. "Dengan begitu petani tidak perlu mengkhawatirkan soal itu lagi! Dasar petani jahat!"
Setelah itu semua berebut-rebut bicara.
"Ya, itu yang paling dulu perlu diselesaikan! Utang harus dilunasi!"
"Tidak!" Pam menyela dengan suara tegas. "Menurut pendapatku, paling dulu kita harus menemukan tempat yang aman untuk Brownie. Jangan sampai petani jahat. itu bisa menemukannya!"
"Ya - kata Pam betul," kata Peter. Ia mengetuk-ngetuk daun. meja, menyuruh anak-anak diam.
"Pendapat Pam tepat sekali. Kita perlu mengusahakan agar kuda tua itu tidak sampai jatuh ke tangan petani."
"Itu soal gampang - asal kita mengetahui suatu tempat di mana ia bisa tinggal, " kata George. "Kuda itu besar! Aku mengenalnya. Kuda sebesar Brownie memerlukan kandang yang baik, tidak bisa dimasukkan begitu saja dalam gubuk kecil."
"Peter - mungkinkah Ayah mau meminjamkan tempat pada kita dalam salah satu kandangnya"" kata Janet. "Setidak-tidaknya, untuk semen tara waktu. Ayah pasti tidak akan meminta pembayaran untuk itu."
"Idemu bagus, Janet," kata Peter. "Tapi ingat, jika kuda tua itu kita ambil lalu kita kandangkan di tempat lain, ada kemungkinan petani jahat itu akan mendakwa kita mencuri kudanya!"
"Aduh!" seru Pam ketakutan. "Kalau begitu, apa yang bisa kita kerjakan" Yang pasti, kita harus berbuat sesuatu !"
"Yah - kita bisa saja mencari keterangan, berapa harga yang diminta petani untuk Brownie," kata George. "Kalau sudah tahu, lalu kita berusaha bekerja mengumpulkan uang untuk membelinya. Kita semua kan punya tabungan. Kalau semua dikumpulkan dan ternyata masih belum cukup juga, kita bisa bekerja untuk memperoleh tambahan yang diperlukan. Apa gunanya Serikat Sapta Siaga, jika persoalan begini tidak bisa kita atasi""
Muka Bob memerah karena bersemangat. Ia bangkit, lalu bicara dengan suara serius.
""Dari semua aku sudah yakin, Sapta Siaga pasti akan mau bertindak!" katanya tegas. "Kalian benar-benar hebat, benar-benar - wah, aku tidak mampu menyatakan perasaanku saat ini."
"Sudahlah, Bob," kata Peter ramah. "Kami semua merasa senang bahwa kau datang pada kami mengenai soal ini. Percayalah, kami pasti akan melakukan sesuatu - tentu saja dengan bantuanmu! Kau tidak bisa menjadi anggota Sapta Siaga, tapi yang jelas bisa menjadi pembantu kami dalam menghadapi urusan ini."
Setelah itu Peter bicara pada kawan-kawan seperkumpulan.
"Akan kutanyakan pada ayahku, apakah kita boleh meminjam tempat dalam salah satu kandang yang kebetulan kosong," katanya. "Bob, coba kautanyakan pada Pak Tolly, berapa tepatnya tagihan dokter hewan padanya. Mungkin saja jumlahnya lebih dari satu! Dan kalau bisa, minta sekali surat-surat itu. Lalu akan kita mintakan kemurahan hati dokter hewan, untuk menurunkan jumlah beberapa tagihannya. Supaya jumlah keseluruhannya tidak begitu tinggi."
"Wah - berapa pun jumlahnya, apabila sudah diberi keringanan oleh dokter hewan, Pak Tolly sudah pasti tetap takkan mampu membayarnya," kata Bob. "Uang pensiunnya kecil sekali - dan kerjanya sekarang cuma membantu-bantu saja, di sana-sini."
"Kebun buah kami perlu dibersihkan, ' kata George. "Akan kuminta pada Ayah untuk mempekerjakan Pak Tolly."
Berbagai gagasan datang bertubi-tubi setelah itu. Semua ingin membantu Pak Tolly. Semen tara mereka masih ribut mengajukan berbagai usul, tiba-tiba terdengar pintu diketuk
dari luar. Ibu Peter menjenguk ke dalam.
""Sayang, sebentar lagi rapat kalian terpaksa dibubarkan. Hari sudah sore.
"Baiklah, Bu," jawab Peter. Ditunggunya sampai Ibu sudah pergi lagi. Setelah itu ia berkata, "Sekarang dengar baik-baik. Soal ini perlu dipikirkan baik-baik! Perlu dipertimbangkan dengan matang. Sekarang rapat akan kububarkan. Malam ini hendaknya kalian semua memutar otak, mencari akal untuk mengatasi masalah ini. Besok pagi pukul sepuluh kalian kemari lagi - kau juga, Bob - lalu setelah semua usul diajukan, kita akan memutuskan bantuan mana yang akan diusahakan Sapta Siaga. Kita harus memilih cara yang paling baik untuk membantu Pak Tolly. Malam ini akan kutanyakan pada ayahku, mengenai tempat dalam gudang atau kandang kami untuk Brownie. Itulah urusan yang paling penting saat ini."
"Wah - terima kasih, Peter," kata Bob. Ia kelihatan lega. "Jadi malam ini aku tak perlu gelisah lagi. Aku tahu, besok kalian pasti akan berhasil menemukan salah satu jalan penyelesaian yang hebat. Ingin rasanya punya otak secerdas kalian!"
"Kau memiliki sesuatu yang lebih hebat lagi, Bob," sela Pam dengan tiba-tiba, "kau baik budi!!"
Sehabis rapat, menyusul acara makan-makan. Setelah hidangan habis disikat, mereka pun bubar. Anak-anak kembali ke rumah masing-masing. Semua sibuk berpikir. Mereka harus menemukan jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah yang berat. Dan masalah itu harus diselesaikan dengan segera!
" Bab 3 Berbagai Usul "TEPAT pukul sepuluh keesokan harinya; anak-anak datang lagi ke gudang tua di belakang kebun, rumah Peter dan Janet. Bob datang paling akhir. Napasnya terengah-engah, karena habis berlari-lari.
"Aku tadi harus melakukan sesuatu untuk ayahku, " katanya tersengal-sengal. "Mudah-mudahan saja aku belum terlambat."
"Tanpa kehadiranmu, rapat takkan kubuka," jawab Peter. Sem"anya harus hadir dulu! Nah - sekarang rapat dimulai. Pam! Barbara! Sudah, jangan mengobrol terus.
Kedua anak perempuan yang dikecam itu langsung berhenti mengobrol dan memandang ke arah Peter. Rapat sekali ini menarik dan sangat penting. Jangan sampai ada sesuatu yang luput dari perhatian!
"Rapat sudah dibuka," kata Peter lagi. "Kalian kalau mau bicara, harap ditujukan padaku. Sebab kalau kita bicara simpang-siur, bisa kacau nanti! Pertama-tama ingin kuberitahukan bahwa aku dan Janet sudah meminta pada ayah kami, tentang tempat dalam salah-satu kandang kami untuk kuda Pak Tolly."
"Dan Ayah bilang, boleh!" sela Janet bersemangat. Seketika itu juga Peter menukas.
"Janet!" katanya. "Aku yang sedang bicara sekarang! Tunggu sampai aku selesai."
""Maaf," kata Janet dengan muka merah karena malu.
"Ayah kami merasa kasihan pada Pak Tolly, dan ia beranggapan bahwa petani yang memiliki tanah di bukit itu sangat kejam," sambung Peter. Anak-anak semua mengangguk, tanda sependapat.
"Lalu ayah kami menyatakan, dengan senang hati ia menyediakan tempat dalam kandang kami yang paling besar untuk kuda Pak Tolly - tanpa meminta pembayaran. Tapi " menurut pendapatnya, ada baiknya jika aku dan Janet sendiri yang membersihkan kandang itu, supaya tidak menambah pekerjaan tukang kandang. "
"Aku juga bersedia membantu," kata George. "Kenapa cuma kalian berdua saja yang harus terus-menerus bekerja di situ. Aku mau datang bekerja setiap hari Sabtu."
"Begini sajalah," kata Colin, "kita semua silih-berganti melakukan pekerjaan itu. Ya kan" Kita kan bersama-sama bermaksu3 menyelesaikan persoalan ini. Jadi segala tugas yang timbul, juga harus dipikul bersama-sama pula. Aku datang setiap Senin sore, sehabis makan sore."
"Dan aku datang kapan saja aku bisa," kata Bob. "Aku juga harus ikut membantu. Aku mau - apabila Sapta Siaga tidak keberatan."
"Kurasa sebaiknya kau kami jadikan anggota sementara," kata Peter. Dengan segera para anggota yang lain mengangguk. Dengan sikap serius, Peter mengetuk-ngetuk meja.
"Aku mengusulkan agar Bob Smith diterima menjadi anggota sementara Serikat Sapta Siaga, sampai persoalan yang dikemukakannya pada kita berhasil diselesaikan sampai tuntas," kata Peter dengan gaya orang dewasa. Setujukah rapat dengan usul
ini"" "Para anggota menyatakan persetujuan masing-masing dengan suara lantang.
"Sekarang aku ingin mendengar, apakah Bob sudah berhasil mengetahui jumlah tepat tagihan dokter hewan pada Pak Tolly," kata Peter lagi.
Semua memandang Bob dengan sikap menunggu, sehingga anak itu merasa harus berdiri untuk memberikan jawaban. Ia merasa agak canggung, karena tidak biasa bicara di depan orang banyak. Ia memandang berkeliling.
"Eh - terima kasih atas kesediaan kalian - eh - menerimaku menjadi anggota," katanya terputus-putus. "Menjadi anggota sementara, maksudku. Terima kasih!. Kalian baik hati. Ya, aku berhasil mengetahui jumlah tagihan dokter hewan pada Pak Tolly. Aku pergi ke Pak Whistler, dokter hewan itu - dan langsung kutanyakan berapa utang Pak Tolly padanya. "
"Lalu apa jawabnya"" tanya Peter.
"Yah - mula-mula ia agak kaget, dan bertanya kenapa aku ingin mengetahuinya," sambung Bob.
"Lalu kukatakan, aku merasa kasihan pada Pak Tolly, karena orang tua itu khawatir jangan-jangan kudanya akan dibunuh apabila ia tidak bisa membayar utang. Kukatakan juga bahwa kita sudah bertekat untuk berusaha menebus paling tidak sebagian dari utang itu dalam waktu dekat, asal Pak Whistler mau bersabar sedikit. "
Bob berhenti sebentar untuk menarik napas. Anak-anak memandangnya dengan tidak sabar. Apa jawaban yang diberikan dokter hewan"
"Ternyata dokter hewan itu baik hati," sambung Bob. "Katanya, ia sama sekali tidak menyangka bahwa Pak Tolly yang harus membayar ongkos perawatan Brownie.. Katanya, ia mau memotong jumlah yang harus dibayar sampai setengahnya saja. Aku dimintanya agar menyampaikan pada Pak Tolly, katanya Pak Tolly tidak perlu merasa cemas. Dokter hewan masih akan datang memeriksa keadaan Brownie lebih lanjut dan tanpa meminta pembayaran lagi!"
"Wah, baik sekali dia!" kata Janet sambil tersenyum lebar. "Kauceritakan juga padanya bahwa kita yang akan membayar tagihan itu, apabila dia mau memberi waktu bagi kita untuk bekerja guna mendapat uang""
"Ya, itu juga kukatakan padanya," kata Bob. "Pak Whistler tercengang mendengarnya. Kelihatan bahwa ia tidak percaya. Lalu ia bertanya, menurut pendapat kita apa saja yang bisa dikerjakan untuk memperoleh uang sebanyak itu" Juga apabila tagihan semula dipotong sampai setengah, jumlahnya masih tetap hampir delapan pound. Kata Pak Whistler, kaki Brownie masih memerlukan perhatian setiap hari selama beberapa waktu. Karena itulah ongkos perawatan menjadi begitu tinggi. Tagihan semula, keseluruhannya berjumlah lima belas setengah pound. Jadi, jika dipotong setengah, masih berjumlah tujuh pound tujuh puluh lima pence!"
"Lalu apa jawabmu"" tanya Peter.
"Kukatakan padanya, soal itu akan kami bahas dalam rapat Sapta Siaga yang berikut," jawab Bob, "dan hasilnya akan kuberitahukan padanya. Aku sendiri tidak mau asal janji! Tapi aku masih sempat bertanya padanya, mungkin dia punya tugas yang perlu dikerjakan, dan bisa kita lakukan."
"Lalu, bagaimana"" tanya Colin bersemangat.
"Ya, ada. Katanya, pesuruhnya - kalian kenal kan, Fred, anak yang biasa mengantar obat untuk hewan yang sudah diperiksa oleh dokter hewan - nah, kata Pak Whistler, Fred minta ijin cuti dua minggu karena hendak mengunjungi kakeknya. Jika di antara kita ada yang mau mengambil-alih tugas Fred selama dua minggu setiap sore, Pak Whistler mau memberi pembayaran yang sama dengan yang biasa diterima Fred. "
"Fred biasanya dibayar berapa"" tanya tiga sampai empat anak serempak.
"Lima belas pence setiap sore," kata Bob. "Lalu kukatakan, aku mau menggantikan Fred selama dia pergi. Soalnya, apabila setiap sore aku mendapat penghasilan sebanyak lima belas pence selama empat belas hari - artinya keseluruhannya, nanti dulu - empat belas kali lima belas pence - eh - eh - nanti dulu...."
"Masak menghitung begitu saja belum bisa," tukas Jack. "Kau akan menerima dua pound sepuluh pence. Jumlah yang tidak sedikit! Dengannya sudah seperempat dari tagihan dokter hewan yang bisa dibayar. Wah - benar-benar mujur nasibmu, bisa menggantikan tugas Fred selama dua rninggu! Nanti kalau kau bosan, salah seorang dari kami akan menggan
tikan." "Mana mungkin aku bosan," kata Bob. "Tapi sekali seminggu aku terpaksa tidak bisa, karena harus latihan paduan suara. Nah, saat itu salah seorang dari kalian bisa menggantikan aku."
"Beres! Aku yang akan melakukannya," kata Peter. "Wah .- kita benar-benar beruntung, seperempat dari utang bisa dilunasi dengan cara begini. Hebat, Bob!"
Bob duduk kembali. Mukanya merah, karena bangga. Ia bertekat, akan menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya sebagai pesuruh dokter hewan. Ia juga berniat akan menawarkan jasa membersihkan kandang-kandang tempat penitipan anjing. Mungkin dengan begitu ia bisa menambah penghasilan. Dan apabila "dokter hewan memerlukan bantuan memberi makan pada kucing-kucing setiap pagi - atau ... pikiran Bob melayang terus. Sampai akhirnya ia nyaris merasa sudah menjadi dokter hewan, seperti Pak Whistler!
Ya - memang asyik rasanya menjadi anggota Sapta Siaga! Atau Delapan Siaga" Bob bertekat akan menjadi anggota yang paling baik. Hatinya mekar, karena bangga. Anggota Sapta Siaga - dan pesuruh dokter hewan - wah, Bob sudah sangat maju sekarang!
Bab 4 Di tempat Pak Tolly
"SAMBIL berbaring di tempat tidur malam itu, Peter berpikir-pikir tentang rapat Sapta Siaga yang berhasilan itu. Ia dan Janet akan membersihkan kandang, sebagai imbalan pinjaman tempat bernaung bagi Brownie, kuda Pak Tolly, Kawan-kawan yang lain juga akan turut membantu menangani tugas itu. Sedang Bob akan menjadi pesuruh Pak Whistler, dokter hewan. Anak-anak bersedia menggantikannya, kapan saja dia mau. Dalam tabungan para. anggota Sapta Siaga, pasti banyak uang tersimpan. ltu bisa dimanfaatkan untuk membeli umpan kuda Pak Tolly. Karena di samping rumput, Browme pasti memerlukan umpan lainnya pula.
Pikiran Peter melayang, memasuki alam mimpi. Anak itu merasa bahagia. Kecemasannya memikirkan Pak Tolly serta kudanya mulai memudar. Matanya terpejam. Ia mimpi. Diimpikannya Pak Tolly yang menjelma menjadi kuda kecil, sibuk mengantar botol-botol obat pada sapi-sapi yang ada di lapangan ayahnya!
Keesokan paginya Peter dan Janet pergi mendatangi Pak Tolly" di gubuknya yang sudah reyot, di lereng bukit. Skippy Ikut dengan mereka. Kedua anak itu hendak menyampaikan kabar baik pada orang tua yang malang itu. Mereka hendak mengatakan, Sapta Siaga akan bekerja untuk mencari uang guna membayar biaya perawatan Brownie. Jadi Pak Tolly tidak perlu gelisah lagi memikirkan kudanya yang belang putih-coklat itu.
Di depan mereka nampak rumah kecil yang bersandar ke lereng bukit. Dindingnya dicat dengan kapur putih. Di kaki bukit ada sekawan biri-biri yang sedang merumput. Mereka dijaga seekor anjing kecil keturunan campuran. Itulah Codger, anjing piaraan Pak Tolly.
Anjing itu baik, tapi jelek tampangnya. Codger sangat sayang pada Pak Tolly. Menurut dia, tidak ada orang sebaik majikannya itu!
"Pak Tolly tidak ada di dekat biri-birinya," kata Janet, sambil memandang ke bawah bukit. "Rupanya ia masih di dalam rumah Yuk, kita ke sana saja!"
Ketika anjing kecil melihat kedua anak itu berjalan menghampiri rumah majikannya, dengan segera ia lari mengejar sambil menggonggong-gonggong dengan galak. Siapa anak-anak itu" Berani-beraninya datang dengan seenaknya ke rumah majikannya! Ia mengitari mereka, sambil menggonggong dan menyambar-nyambar kaki keduanya. Janet agak takut. "Jangan acuhkan gonggongannya," kata Peter. "Dia cuma hendak menjadi anjing penjaga yang baik. Yuk, anjing kecil - antarkan kami ke tempat majikanmu!"
Ternyata Pak Tolly juga tidak ada dalam rumah. Berulang kali Peter dan Janet mengetuk pintu, tapi tidak ada yang menjawab. Akhirnya mereka mencoba mendorong, dan ternyata tidak terkunci sama sekali.
Mereka menjengukkan kepala ke dalam. Ruangan gubuk itu rapi dan bersih. Tak mungkin Pak Tolly sendiri yang melakukannya! Kemudian Peter dan Janet mengitari rumah, menuju ke belakang. Di sana ada sebuah kebun yang sempit, ditanami sayur-mayur. Seorang wanita bertubuh kecil kurus sedang mengambil seprai dan tempat menjemur.
"Selamat pagi," sapa Peter. Ia agak heran melihat wanita itu. Dikiranya cuma Pak Tolly saja yang tinggal di situ. "Pa
k Tolly ada di rumah, Bu""
"Tidak, ia sedang pergi berbelanja," jawab wanita itu. "Lihatlah, itu kan dia - yang sedang mendaki bukit" Cepat, tolong jinjingkan tas yang berat itu. Aku baru saja menyelesaikan cuciannya."
Peter dan Janet pergi menyongsong Pak Tolly. Laki-laki tua itu senang, karena ada yang mau membawakan tas belanjaan yang berat untuknya.
Codger, anjingnya, lari menyongsongnya pula, sambil menggonggong dengan gembira. Skippy ikut melonjak-lonjak. Ia kenal baik dengan Pak Tolly. Laki-laki tua itu tertawa, lalu duduk di bangku kayu yang dibuatnya sendiri bertahun-tahun yang lalu.
Aduh, bukit itu rasanya semakin terjal saja bagiku," katanya. "Aku perlu mengatur napas dulu. Rupanya kalian sudah sempat berkawan dengan Codger, ya" Anjingku ini, umurnya sudah empat belas tahun. Tapi lincah, kayak baru berumur lima tahun. Ayo turun, Codger, nanti robek baju anak perempuan itu!"
"Ah, biar sajalah," kata Janet. "Dia anjing baik. Mukanya ramah. Aku suka pada anjing yang tampangnya ramah. Ada yang lebih senang pada anjing galak."
"Ya, Codger memang anjing yang baik dan ramah, " kata Pak Tolly. "Dua tahun yang lalu, ketika aku mengalami cedera patah kaki dan tergeletak di kaki bukit di tengah hujan, Codger menemani aku di situ sepanjang malam. Sampai basah kuyup dan kedinginan! Tapi ia masih berusaha menghangatkan tubuhku. Ketika hari sudah pagi, aku ditinggalnya. Ia pergi ke rumah petani. Ditarik-tariknya ujung jas petani, memaksanya ikut ke tempatku berbaring. Ya - Codger memang anjing yang baik. Kudaku juga baik hati. Aku ini memang mujur - punya dua sahabat karib! Seekor kuda, dan seekor anjing. Yuk, kita melihat kudaku."
Mereka menuju ke pondok reyot. Seekor kuda berbulu belang putih-coklat menyembulkan kepalanya keluar dari sebelah atas lubang pintu yang daunnya terdiri dari dua bagian. Ia mengendus-endus Pak Tolly serta kedua anak-anak yang menemani. Ia juga mencoba hendak mengendus Codger. Tapi tidak bisa, karena terhalang oleh daun pintu sebelah bawah yang tertutup.
Codger melonjak ke atas, untuk menjilat hidung Brownie. Pak Tolly membukakan daun pintu sebelah bawah. Dengan segera kuda bertubuh besar itu melangkah ke luar, menghampiri Pak Tolly.
Laki-laki tua itu mengelus-elus kedua binatang kesayangannya itu, sambil berbicara dengan penuh, "kasih-sayang pada mereka. Kasihan - Pak Tolly kelihatan capek dan sakit. Wanita yang tadi muncul dari dalam rumah. Ia membawakan secangkir teh untuk Pak Tolly.
Duduk saja dulu, Pak - sesudah begitu jauh mendaki bukit," kata wanita itu. "Biar saja kudamu itu, dia tidak kekurangan apa-apa! Kau tak henti-hentinya memanjakan dirinya. Sekarang dia ikut-ikut memanjakan dirimu. Atau setidak-tidaknya, berusaha! Lihatlah, bagaimana dia mengendus-endus! Atau barangkali kau mengantongi biskuit""
Memang betul- dan itu diketahui oleh Brownie, kata Pak Tolly.
"Kau perlu menjaganya baik-baik!" kata wanita itu berkelakar. "Aku mendengar kabar, di daerah sini ada pencuri kuda berkeliaran. Jangan-jangan pada suatu malam mereka kemari, dan mencuri kudamu itu!"
Laki-laki tua itu duduk terhenyak. Tampangnya cemas.
Pencuri kuda" Astaga!" katanya. Mereka pasti ingin mencuri kudaku ini. Brownie kuda keturunan baik! Dulu, sewaktu masih muda, dia sering memenangkan hadiah. Semuanya masih kusimpan, dalam rumah. Kalian harus melihat hadiah-hadiah itu, anak-anak! Pencuri kuda, kata Anda tadi" Aduh, harus ke mana kutaruh Brownie sekarang""
"Jika Anda merasa ada kemungkinan Brownie dicuri orang, bawa saja dia ke kandang kami," kata Peter. Kami sudah memutuskan di situ ia bisa tinggal dengan tenteram. Itu Jika Anda mau. Pokoknya, dia tidak boleh kembali ke tempat petani jahat itu. Dan anjing Anda, Codger, juga bisa ikut ke sana. Lihatlah - dia sekarang sudah bersahabat dengan Skippy! Anda tinggal saja di pertanian kami, dan ajak sekaligus kuda dan anjing Anda. Di sana Anda bisa tinggal di gubuk tua tempat penggembala. Tempat itu sekarang tidak dipakai olehnya, karena musim beranak bagi biri-biri sudah lewat.
"Betul, Pak Tolly, sebaiknya kau ke sana saja, sambung wanita tua yang s
elama itu ikut mendengarkan. "Kauajak saja kudamu ke kandang ayah Peter, bersama Codger sekaligus. Jika kau diperbolehkan memakai gubuk tempat penggembala, pasti kau akan merasa senang di situ. Pergi sajalah ke sana! Aku akan meminta saudaraku, Agnes, untuk mengawasi dirimu serta pondokmu. Dia juga bisa berbelanja untukmu di sana. Pergi saja sekarang juga, bersama-sama dengan anak-anak ini. Aku kenai ibu mereka. Aku pernah membantunya, membersihkan rumah pada musim semi yang lalu. Mungkin ada beberapa pekerjaan enteng, yang bisa kaulakukan untuknya di sana. Dan sementara kau pergi, aku akan membersihkan pondokmu ini!"
Laki-laki tua itu bingung, tidak tahu apa yang harus dikatakan. Peter meraih lengannya.
"Anda ikut saja dengan kami," katanya. Anda tidak boleh membiarkan Brownie dicuri orang. Di kandang kami, ia pasti aman. Ayolah!"
Pak Tolly melihat dirinya tahu-tahu sudah dibimbing menuruni bukit, menuju ke lembah tempat pertanian ayah Peter dan Janet. Brownie dan Codger mengikuti dari belakang. Pak Tolly masih tetap bingung. Ia benar-benar khawatir, setelah mendengar berita tentang pencuri kuda. Ingatannya menjangkau ke masa silam. Ia teringat betapa sedih hatinya, ketika enam ekor kuda penghelanya yang sangat disayanginya hilang dicuri orang.
"Ya," katanya tiba-tiba dengan suara lantang. "Ya! Kurasa Brownie pasti akan aman dalam kandang "ayahmu, Nak - dan aku nanti akan tidur di sisinya. Mungkin ayahmu punya pekerjaan yang bisa kulakukan. Aku tidak mau lagi bekerja untuk Pak Dinneford sekarang - dia tidak berperasaan. Dia tidak mengenai bahwa hewan piaraan bukan cuma perlu diberi makan saja, tapi juga membutuhkan kasih-sayang. Pak Dinneford sama sekali bukan penyayang binatang. Pada anak biri-biri saja ia tidak sayang. Tidak - pada anjingnya juga tidak. Bayangkan, Brownie yang sudah begitu setia bekerja untuknya selama bertahun-tahun, hendak ditembak mati dengan begitu saja olehnya - hanya karena kaki belakangnya cedera ketika sedang bekerja untuknya."
"Anda tidak perlu gelisah lagi sekarang," kata Peter dan Janet. Tapi Laki-laki tua itu masih saja merasa tidak tenang.
"Soalnya begini," katanya. "Brownie ini sebenarnya kan bukan kepunyaanku, melainkan milik Pak Dinneford. Tapi aku yang merawatnya selama bertahun-tahun, sehingga sekarang sudah seperti saudara saja bagiku. Perasaanku benar-benar remuk, ketika gerobak yang sarat dengan muatan menabrak kaki belakangnya!"
Janet terharu melihat air mata Pak Tolly meleleh, membasahi pipinya yang kasar. Digandengnya Laki-laki tua itu.
"Anda benar-benar tidak perlu gelisah lagi, Pak, kata Janet. "Anda akan tinggal dalam gubuk gembala, dan apabila Brownie sudah aman dalam kandang kami, Anda pasti akan berbahagia kembali."
"Dan dokter hewan bisa datang untuk merawat. kakinya yang cedera, sampai sembuh kembali, " kata Peter. Ia berbicara asal saja, untuk menghibur perasaan Laki-laki tua itu. Tapi ternyata ucapannya itu sama sekali tidak menghibur! Begitu Peter mengatakannya, Pak Tolly langsung berhenti melangkah. Disentakkannya lengannya yang digandeng Peter. Pak Tolly berpaling ke samping, menatap Peter dengan ketakutan.
"dokter hewan - Pak Whistler"" katanya. "Jika utangku padanya tidak dilunasi, aku akan dijebloskan ke dalam penjara. Begitulah kata Pak Dinneford padaku! Dipenjarakan. tanpa bisa membawa serta Brownie dan Codger! Pak Dinneford pasti tidak mau repot-repot memberi makan mereka. Keduanya pasti akan sudah mati, apabila aku keluar lagi dari penjara nanti. Tidak! Tidak! Aku tahu, kau bermaksud baik. Nak - tapi aku tidak mau berurusan lagi dengan Pak Whistler. Kata Pak Dinneford, aku yang harus membayar biaya perawatan Brownie, karena ia menganggap akulah yang bersalah sampai Brownie cedera berat. Ia tahu, aku menganggap Brownie sudah kepunyaanku sendiri. Sudah begitu lama aku mengurusnya, dan kami bekerja bersama-sama untuk majikan, dan ...."
Ia berhenti bicara, lalu membungkuk untuk menepuk-nepuk Codger. Anjing itu nampak bingung mendengar tuannya begitu kesal dan sedih. Dijilat-jilatnya tangan Pak Tolly.
"Berapa kira-kiranya harga yang diminta oleh Pak
Dinneford untuk Brownie"" tanya Peter.
"Brownie sekarang takkan mahal lagi harganya kalau dijual, Nak," kata Laki-laki tua itu. "Ia sudah tua, dan kaki belakangnya sekarang lemah - sehingga takkan berguna lagi di pertanian. Tapi biaya makannya masih tetap seperti biasa. Mana tagihan dari dokter hewan lagi! Aku benar-benar khawatir, jangan-jangan Pak Dinneford beranggapan dia sudah tidak ada lagi gunanya dipelihara - lalu menyuruh orang untuk menembaknya. "
"Anda tidak perlu khawatir," kata Peter. Ia benar-benar sedih dan terharu melihat Pak Tolly. "Kami akan berusaha, jangan sampai Brownie ditembak mati. Anu - aku dan Janet bermaksud hendak membelinya - kalau begitu, dia kan pasti aman""
Janet menatap Peter dengan mata terbelalak karena heran. Membeli Brownie" Dang untuk itu dari mana" Dan apa kata ayah mereka" Akan maukah Pak Dinneford menjualnya" Ya, mungkin orang itu mau - tapi pasti ia akan memasang harga tinggi, begitu ia merasa ada yang menaruh minat! Janet menarik-narik lengan Peter. Tapi abangnya mengibaskan lengannya dengan sikap tidak sabar.
"Nah - menurut Anda, berapa harga yang kira-kiranya akan diminta Pak Dinneford untuk Brownie""
Pak Tolly tidak menjawab. Ditatapnya Peter, sementara mulutnya komat-kamit. Ia kaget sekali mendengar Peter tiba-tiba mengatakan bahwa ia dan Janet bermaksud hendak membeli Brownie.
"Nah - berapa kiranya harga yang akan diminta"" tanya Peter sekali lagi. "Mungkin sepuluh pound""
"Wah, lebih daripada itu, Nak," kata Pak Tolly, yang sementara itu sudah pulih dan kagetnya.
"Brownie, harganya lebih mahal dari sepuluh pound. Kalian berdua takkan mungkin mampu membeli kuda. Berapa uang saku yang kalian peroleh - sepuluh pence seminggu ""
""Dan tabungan kami sudah banyak juga," kata, Peter. "Tapi kami berdua saja, takkan mampu membayar lebih daripada sepuluh pound."
"Pak Tolly menggeleng.
"Pak Dinneford pasti akan menaruh harga dua puluh pound, dan barangkali bahkan lebih tinggi lagi," katanya. "Walau menurut pendapatku, harga itu terlalu tinggi untuk kuda yang kaki belakangnya sudah tidak kuat lagi. Setiap waktu ada kemungkinan cedera lagi, dan setelah itu Brownie takkan ada gunanya lagi kecuali makan rumput. "
Peter mendesah. Sayang ia masih anak-anak. Coba sudah dewasa, dia akan bisa berbuat seperti ayahnya. Pergi ke bank, dan mengambil uang sejumlah besar sekaligus. Coba ia bisa begitu - pasti dengan gampang saja ia akan membeli Brownie!
"Eh - aku bersama kawan-kawanku hendak membantu melunasi tagihan dokter hewan," kata Peter. "Kurasa sebaiknya sekarang saja hal itu kukatakan pada Anda, supaya Anda tidak perlu lebih lama lagi gelisah. Dan untuk itu belum ada, tapi kami akan bekerja untuk mengumpulkannya. Satu dari kawan kami bekerja untuk Pak Whistler pada malam hari - mengantarkan obat. Menurut perkiraannya, dalam waktu dua minggu ia akan berhasil mengumpulkan dua pound sepuluh pencet!
"Dan kata Ayah, jika kami membersihkan kandang dan menjaga kerapiannya apabila Brownie sudah ada di situ, maka Ayah akan menyediakan makanan untuknya dengan cuma-cuma," kata Janet. "Dan kurasa teman-teman pasti sudah punya macam-macam gagasan lagi. Jadi Anda tidak perlu khawatir, Pak Tolly. Kami pasti akan berhasil mengumpulkan uang untuk membayar dokter hewan. Dan di kandang kami, Brownie akan aman dari gangguan apa pun juga. Dia akan merasa senang, bersama kuda-kuda yang lain. Kuda-kuda kami semuanya baik-baik. Tidak "ada yang suka menendang-nendang, atau melakukan perbuatan iseng lainnya. Aku yakin, semua pasti akan senang pada Brownie."
"Aduh, Nak - bukan main!" kata Pak Tolly. Dipandangnya kedua anak itu dengan tercengang. "Aku memang pernah mendengar, Ayah kalian orangnya baik hati. Kini ternyata kedua anaknya juga baik budi seperti dia! Baiklah, aku dan Brownie akan pergi dan Pak Dinneford. Brownie akan kutitipkan pada kalian, sementara aku bekerja seminggu lagi untuk Pak Dinneford. Itu batas waktu sekurang-kurangnya, kalau hendak berhenti bekerja. Malam hari aku bisa tidur di kandang. Aku masih harus bekerja selama seminggu di tempatku yang sekarang, karena Pak Dinneford past
i akan menuntut diriku jika aku langsung berhenti saat ini juga. Tapi jangan bilang siapa-siapa bahwa Brownie ada di tempat kalian. Nanti kalau ketahuan majikanku, pasti dia akan datang untuk mengambilnya kembali. Jadi jangan bilang pada siapa-siapa, ya!"
"Tentu saja tidak!" kata Janet. "Nah, kita sudah sampai sekarang. Yuk, kita langsung saja ke kandang. Kami sudah memilihkan tempat untuk Brownie. Di samping seekor kuda yang ramah. Di situ banyak jerami segar untuknya!"
Mereka beramai-ramai masuk ke kandang. Codger berjalan sambil mengibas-ngibaskan ekor dengan bersemangat. Brownie meringkik pelan ketika mencium bau teman-teman sejenis. Ia mengetuk-ngetukkan kukunya ke lantai kandang, seolah-olah hendak mengatakan. Bagus! Bagus sekali!"
Saat itu tak ada seekor kuda pun dalam kandang. Semua sedang bekerja di luar, atau sedang merumput di lapangan. Brownie mulai memakan jerami yang ada dalam kandangnya.
""Libatlah - dia sudah merasa kerasan," kata Peter. "Kau aman di sini, Brownie. Datang saja nanti malam kemari dan tidur bersama dia di sini, Pak Tolly. Kalian berdua akan aman di sini. Senang dan hangat. Jadi Anda datang nanti, ya""
" Bab 5 Dokter Hewan Kepolisian
"HARI itu juga, setelah saat makan sore Pak Tolly datang ke pertanian keluarga Peter dan Janet, untuk menemani Brownie tidur di kandang. Ayah kedua anak itu sudah menunggu kedatangannya.
"Ah, Tolly," sapanya, begitu laki-laki tua itu muncul. "Kulihat kau sudah menaruh kudamu - atau milik Pak Dinneford" - dalam kandang kami. Yah- aku senang melihatnya aman di situ. Karena menurut anak-anak, ada kemungkinan dia harus dibinasakan sebagai akibat cedera yang dideritanya. Tapi - eh - bagaimana pendapat majikanmu, Pak Dinneford mengenai hal ini" Mudah-mudahan kau sudah memberitahu padanya. Aku juga sudah memeriksa kaki belakang kuda itu. Keadaannya masih jauh dari sembuh. Kusangsikan bahwa dia masih ada gunanya untuk melakukan pekerjaan di pertanian. Padahal dia kuda yang bagus dan kuat.
"Ya, Pak," kata Pak Tolly gelisah. "Menurut dokter hewan, kakinya masih bisa sembuh lagi - tapi dengan sangat lambat, Pak. Dan kurasa Anda tentu tahu bagaimana Pak Dinneford. Tidak sabaran, tidak mau memelihara hewan yang tidak bisa bekerja berat tapi terus-menerus makan, menghabiskan uang pembeli umpan, dan ...."
""Ya, ya - aku kenal tabiat majikanmu," kata ayah Peter. "Yah, aku bersedia mengizinkan kau tidur bersama kudamu dalam kandangku setiap malam, supaya Brownie jangan sampai dibunuh. Dan jika kau sudah minta berhenti pada majikanmu, aku mau menerimamu, karena aku sendiri kekurangan tenaga pekerja. Kau harus mengerjakan macam-macam - mengurus kuda-kuda, biri-biri, bekerja di ladang dan sebagainya. Nah - bagaimana""
"Tentu saja aku mau, Pak. Terima kasih! Aku sudah minta berhenti bekerja, Pak. Majikanku, Pak Dinneford marah-marah. Katanya aku harus pergi dengan segera. Dia juga mengatakan, Brownie akan ditembak mati malam ini juga, karena aku tidak ada lagi di sana untuk merawatnya. Kaki belakangnya yang cedera itu setiap malam perlu digosok dengan obat yang diberikan dokter hewan padaku. Menurut majikanku, dokter- itu macam-macam saja. Tapi cairan obat itu mujarab, Pak. 5angat menolong untuk kaki Brownie yang cedera. Itu kuketahui dengan pasti."
"Baiklah. Kalau begitu teruskan saja perawatanmu itu, karena kau yang harus mengurus Brownie, dengan dibantu kedua anakku," kata ayah Peter. "Mengenai kuda itu kau tidak perlu cemas, karena di sini dia aman. Kalau terjadi sesuatu dengannya, aku akan segera menghubungi polisi."
"Ya, Pak," jawab Pak Tolly sambil memberi hormat. Nah, orang yang baik hati seperti ini yang kusenangi sebagai majikan, pikir Laki-laki tua itu. Tegas, baik budi, berkepala dingin dan tulus. Di samping itu, Brownie ada di situ. Tapi bagaimana jika Pak Dinneford datang untuk mengambil kuda itu"
Soal itu pun sudah dipikirkan oleh ayah Peter. Ia menelepon polisi dan melaporkan sangkut-pautnya dengan urusan Pak Tolly. Ia juga melaporkan kenyataan bahwa Laki-laki tua itu membawa Brownie ke tempatnya.
"Dinneford hendak menembak mati kuda itu," kata ayah
Peter pada sersan polisi yang menerima teleponnya. "Setidak-tidaknya, begitulah yang dikatakan olehnya. Untuk menyelamatkan nyawa kuda itu aku bersedia membelinya, dengan harga yang pantas. Saat ini kaki belakang kuda itu keadaannya payah. Jadi dia bisa dibilang tak bisa apa-apa. Tapi ada kemungkinan kaki itu bisa pulih seperti biasa lagi. Bagaimana, apakah sebaiknya kuminta dokter hewan datang untuk menaksir nilainya saat ini - untuk berjaga-jaga apabila Dinneford ribut-ribut dan menaruh harga yang terlalu tinggi untuk kuda itu""
"Jangan, Pak," jawab sersan polisi. "Jangan panggil Pak Whistler. Lebih baik dokter hewan kami saja! Sebentar lagi ia akan kemari, untuk memeriksa kuda-kuda polisi kami. Akan saya minta padanya agar datang ke tempat Anda nanti malam. "
Malam itu juga dokter hewan kepolisian datang ke pertanian keluarga Peter dan Janet. Orangnya lincah dan sangat cekatan. Brownie diperiksa dari ujung kepala sampai ke ekor, dari bahu sampai ke kuku kaki. Bahkan mulut dan telinga sebelah dalam pun tidak lupa diperiksanya! Sementara itu Pak Tolly berdiri di dekatnya dengan gelisah. Ia merasa bingung. Jika dokter itu mengatakan kuda itu keadaannya baik-baik saja, sehat dan mampu bekerja keras, maka itu berarti nilainya pasti tinggi dan aku takkan mampu membelinya, pikir Laki-laki tua itu. Tapi jika ia berpendapat bahwa kuda itu sudah tua dan kondisinya payah sebagai akibat kecelakaan yang dialami, maka aku tak berani menyuruhnya bekerja, karena takut, cederanya akan semakin parah. Aduh, aku tidak tahu apa yang harus kuharapkan. Begitulah pikir Pak Tolly.
Selesai memeriksa, dokter hewan kepolisian mendatangi ayah Peter dan bicara dengan dia.
Sapta Siaga 14 Membela Teman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Yah, Pak," kata dokter hewan itu, "Brownie kuda yang baik, sebaik biasanya. Tapi ia perlu diperlakukan dengan lembut. Saat ini ia sedang penggugup. Mungkin itu disebabkan karena kecelakaan waktu itu. Jika ia bisa dirawat oleh seseorang yang dikenal dan dipercayai olehnya, tak lama ia akan bisa pulih kembali. Tapi jangan sampai dia ditangani oleh seseorang yang tak dikenal olehnya, Pak. Sebagai akibatnya, nanti ia akan bertambah gugup, dan karenanya takkan ada gunanya sama sekali selama beberapa bulan. Kuda itu harus diperlakukan dengan lembut. Kalau aku bisa, aku mau saja merawatnya. Brownie kuda yang bagus sekali!"
"Terima kasih banyak, Pak, kata ayah Peter dengan senang. "Pendapatku bisa dibilang sama dengan Anda. Kalau dijual sekarang, nilainya kira-kira berapa""
"Yah, Pak - tidak begitu tinggi, apabila dijual pada orang yang tidak dikenal atau pada pedagang yang buruk," kata dokter hewan. "Tapi kelihatannya dia senang di sini. Kenapa tidak Anda tahan saja" Anda takkan bisa memperoleh harga lebih dari sepuluh sampai lima belas pound baginya sekarang, dengan keadaan kaki belakangnya itu. Tapi pemilik yang sabar, yang bersedia tidak mempekerjakannya sama sekali selama enam bulan, setelah itu akan mendapat kuda yang hebat. Kuat dan rajin, sehebat dulu-dulunya!"
"Bagus, bagus!" kata ayah Peter. Peter dan Janet yang mendengarkan pembicaraan itu ikut gembira. Sekarang Brownie bisa dibe1i oleh mereka. Dan Pak Tolly akan bekerja di tempat mereka, serta bisa berada di samping kuda yang disayangi olehnya!
"Kedua anak itu berharap, semoga Pak Dinneford benar-benar tidak mau memiliki Brownie lagi! Tapi pokoknya untuk sementara waktu kuda itu aman di tempat mereka!
" Bab 6 Brownie di tempat baru
"KETIKA dokter hewan kepolisian sudah pergi lagi, kedua orang tua Peter dan Janet, Pak Tolly serta kedua anak itu pergi ke pondok peranginan. Mereka hendak berunding di situ.
"Kita harus mengambil keputusan dengan segera, mengenai apa yang bisa kita lakukan dengan Brownie," kata Pak Tolly gelisah. "Yang pasti, dia tidak boleh kembali ke majikanku, Pak Dinneford. Di sana ia akan dipaksa bekerja terus, atau mungkin pula dibunuh, karena kekuatannya sudah tidak seperti dulu lagi. Anda sudah memeriksa kaki belakangnya, Pak" Bagaimana pendapat Anda mengenainya""
"Kemungkinannya separoh-separoh, Tolly," jawab ayah Peter. "Dengan perawatan cermat dan ramah, ada kemungkinan dalam waktu ena
m bulan lagi Brownie akan pulih seperti biasa - tapi sekarang kaki belakangnya sudah jelas belum cukup kuat untuk disuruh bekerja. Tapi siapakah yang mau memelihara seekor kudi selama enam bulan - dan mungkin lebih lama lagi - tanpa mempekerjakannya. Belum lagi kemungkinan bahwa setelah enam bulan berlalu, ternyata Brownie sama sekali tidak bisa dipakai lagi. Dengan begitu, orang yang membelinya hanya akan membuang-buang uang dengan percuma saja."
""Pak - maukah Anda mengatakan begitu pada Pak Dinneford"" tanya Pak Tolly dengan harap cemas. "Jika ia mau menjual Brownie sekarang, sementara nilainya tidak mungkin tinggi, aku mau membelinya. Aku takkan mempekerjakannya sama sekali selama enam bulan, dan dengan senang hati aku akan membelikan umpan untuknya serta merawatnya. Sebentar lagi aku akan pergi dari penanian yang di atas bukit. Aku tidak bisa lagi bekerja untuk Pak Dinneford, dan lagipula aku sudah mengatakan minta berhenti. Aku akan pergi ke salah satu tempat bersama Brownie. Aku akan mencari pekerjaan, serta mengusahakan agar kuda itu bisa hidup tenang dan bahagia sampai kakinya sudah benar-benar pulih." .
"Kau kan tahu bahwa kau boleh tetap di sini, Tolly," kata ayah Peter. "Kau sekarang sudah tua, perlu pekerjaan yang tenang dan tidak terlalu berat. Jika kau mau bekerja padaku dan merawat kuda-kudaku, dengan senang hati aku mau menerimamu. Itu kan sudah kukatakan! Kau bisa tidur di kandang, atau di gubuk gembala, atau di atas bukit - terserah kau mau di mana."
"Terima kasih, Pak! Anda benar-benar budiman," kata Pak Tolly dengan sepenuh hati. Kemudian ia berpaling pada Peter. "Kau benar-benar mujur, punya ayah yang budiman. Usahakan agar kau menjadi seperti dia kalau sudah besar nanti, Nak!"
Peter nyengir. Ia merasa senang mendengar ayahnya dipuji-puji.
"Anda akan membeli Brownie dari ayahku"" tanyanya. "Tentu saja jika Pak Dinneford mau menjualnya. Tapi kurasa pasti mau, apabila ia mengira bahwa Brownie tidak bisa disuruh bekerja untuk waktu yang cukup lama."
""Aduh Nak, uang sebanyak lima pound saja aku tidak punya!" kata Pak Tolly. "Kalau punya, saat ini juga Brownie sudah kubeli. Aku tidak punya uang simpanan sebanyak kalian, karena harus membayar sewa rumah serta segala kebutuhan hidup. Mana aku juga masih harus menunjang kehidupan paman dan bibiku! Tapi akan kuminta pada ayahmu, apakah dia mau memotong upahku setiap minnggu, sehingga apabila sudah tersimpan sebanyak kira-kira sepuluh pound, nanti aku bisa membeli Brownie. Itu jika Pak Dinneford mau menjualnya pada ayahmu."
"Pak Tolly - maukah Anda memiliki Brownie bersama kami, jika kami membayar setengah dan harga yang diminta"" tanya Janet. "Jika Brownie nanti tinggal bersama kami, aku ingin merasa ikut memilikinya."
"Kalian boleh saja merasa ikut memilikinya, jika ia sudah menjadi kepunyaanku," kata Pak Tolly. "Kalian boleh menganggapnya setengah milik kalian. Brownie pasti menyukainya. Ia suka pada anak-anak. Kalian tak perlu membayar padaku."
Tapi itu harus," kata Peter. "Kami tidak bisa merasa dia benar-benar setengahnya milik kami, apabila kami tidak ikut membelinya. Jika Anda mau, biar kami membeli bagian kakinya yang sakit saja, supaya Anda bisa memiliki bagian yang terbaik."
"Ah, kalian ini macam-macam saja!" kata Pak Tolly tercengang. "Sekarang begini saja. Kalian bisa menabung dan membeli setengah dari Brownie, jika kalian benar-benar kepingin melakukannya. Bisa kubayangkan bagaimana perasaan kalian. Perasaanku sendiri juga begitu. Aku belum senang, apabila belum bisa menyerahkan uang yang sepuluh pound pada ayahmu, dan aku bisa memandang Brownie sambil berkata, ""Manis, kau sekarang kepunyaanku. Selama ini aku sudah bekerja dan me"rawatmu, serta membayar untukmu. Sekarang kau menjadi milikku, untuk kurawat selama sisa hidupmu. Ada sesuatu pada kuda-kuda yang menyentuh perasaanku. Sedang Brownie, dia - dia ...
"Dia kuda terbaik di dunia!" sambung Peter sambil tertawa. "Perasaanku juga seperti itu mengenai Skippy, anjing kami. Dia anjing yang paling hebat di dunia! Betul kan, Skip" Kata juru masak, kau cuma pengemis berkaki kotor, ya
ng hidungnya selalu mau tabu segala-galanya. T api menu rut perasaanku, kau anjing yang paling hebat di dunia!" I .
"Guk!" gonggong Skippy, sambil mengibas-ngibaskan ekor dengan bersemangat. "Guk!" Skippy lari menghampiri Peter, lalu menjilat-jilat tangan anak itu. Peter menepuk-nepuknya dengan kasih sayang. Ayah Peter yang berdiri di dekat situ, geli melihat kelakuan mereka.
"Kurasa sebaiknya kita masuk saja ke dalam sekarang, setelah kita sibuk saling memuji," katanya. "Kurasa sekarang sudah hampir waktunya makan malam. He - siapa itu""
Terdengar bunyi derap kuda. Sebuah kereta kuda berhenti di depan gerbang pekarangan.
"Hoo!" seru pengemudi kereta dengan suara lantang.
"ltu Pak Dinneford!" kata Janet ketakutan. "Aduh Yah, jangan biarkan dia mengambil Brownie lagi, Yah!"
"Tentu saja tidak," kata ayahnya. "Kalian berdua, masuk saja ke dalam. Boleh melihat dari jendela kalau mau, tapi jangan ikut mendengarkan pembicaraan kami. Kau tetap di sini, Tolly."
Peter dan Janet bergegas masuk ke rumah, lalu cepa"-cepat menyingkapkan tirai jendela. Dengan "begitu mereka bisa memandang ke luar dan mengikuti segala-galanya yang terjadi. Aduh - gawat apabila Brownie sampai dibawa pergi lagi!
Terdengar suara-suara berbicara dengan nada keras. Tapi kedua anak itu tidak bisa mendengar apa yang dikatakan. Namun nampak bahwa ketiga Laki-laki dewasa itu bersikap marah.
"Tolly! Kenapa kau berani mencuri kudaku! seru Pak Dinneford.
"Anda mengatakan bahwa Anda hendak membunuhnya, jadi dia kan sudah bisa dianggap mati!" balas Pak Tolly sambil berteriak pula. " Aku takkan mau membiarkan kuda sebaik itu ditembak mati dengan tidak semena-mena, juga apabila kaki belakangnya sudah tidak ada gunanya lagi."
"Tak ada gunanya lagi! Tepat!" seru Pak Dinneford. "Untuk apa aku memelihara kuda yang tak berguna lagi, yang biasanya cuma menghabiskan makanan saja" Dia kan kuda milikku" Apakah aku tidak boleh berbuat sesukaku dengan kuda milikku sendiri""
"Boleh saja, Dinneford - tapi dalam batas-batas yang layak," kata ayah Peter. "Tapi Anda memerlukan kuda yang cukup kuat untuk menarik beban berat! Sedang kuda itu takkan bisa lagi dipakai untuk menarik beban. Bagi Anda, sudah tidak ada gunanya lagi. Kenapa tidak Anda jual saja, dengan harga berapa pun juga""
Dari mana Anda tahu kuda itu tak berguna lagi"" teriak Pak Dinneford. Kemarahannya semakin memuncak.
"Yah - belum lama berselang dokter hewan kepolisian mampir kemari," kata Pak Tolly. "Dan setelah memeriksa, ternyata hasilnya tidak begitu baik.
" Lalu apa katanya" tanya Pak Dinneford. Ia agak kaget, mendengar bahwa dokter hewan kepolisian datang. Dalam hati ia bertanya-tanya, mungkin Pak Tolly melaporkan pada polisi bahwa dia - Pak Dinneford bermaksud hendak menembak mati kuda itu.
Katanya kuda itu sekarang sangat gugup, Pak, karena mengalami kecelakaan itu, kata Pak Tolly, "dan untuk sementara waktu sama-sekali tak ada gunanya bagi siapa pun juga. Katanya, Anda takkan bisa memperoleh harga lebih dari lima belas pound, apabila dijual sekarang."
"Lima belas pound! Padahal aku dulu membelinya dengan harga tiga puluh!" teriak Pak Dinneford dengan kesal. Lagipula, siapa yang mau membayarku lima belas pound untuk dia sekarang! Coba katakan!"
"Yah - mungkin dalam beberapa bulan lagi dia akan sembuh," kata Pak Tolly, lalu ...."
Ah, kau jangan banyak mengoceh tentang kuda itu! Kaki belakangnya takkan mungkin bisa sembuh lagi - malah akan benambah parah keadaannya! Aku takkan mungkin bisa memperoleh harga sepuluh pound untuknya. apalagi lima belas!" ,
"Aku mau membelinya dengan harga sepuluh pound," kata Pak Tolly dengan tiba-tiba. "Itu karena aku sayang padanya, tidak ingin dia ditembak mati."
"Yah, kau goblok - jika beranggapan kuda itu harganya bahkan cuma sepuluh pound sekali pun!" sergah Pak Dinneford. "Aku tak percaya, polisi mengatakan harganya ada satu penny. Dia sebaiknya dibunuh saja!"
"Baiklah. Jika Anda tidak mau menjualnya, bawa kuda itu pergi sekarang juga," kata ayah Peter dengan suara galak.
"Pak Dinnefbrd berpaling menatapnya.
Anda mau memberiku sepuluh pound un
tuknya"" tanya orang itu. "Anda juga setolol si Tolly ini""
Mungkin," kata ayah Peter, "tapi bagiku uang sepuluh pound kurelakan, asal Anda pergi dengan segera dari sini. Anda pergi sekarang juga dengan kuda itu - atau tinggalkan dia di sini dan ambil sepuluh pound ini. Sekarang Anda tinggal memutuskan."
Baiklah - kuambil uangnya, kata Pak Dinneford.
Ia merasa agak malu, karena ayah Peter memandangnya dengan sikap muak. "Untung dengan cara begini aku bisa bebas dari kuda yang cmna merepotkan saja. Terima kasih untuk uangnya, Pak. Selamat malam.
Pak Dinneford mengantongi uang yang disodorkan ayah Peter, lalu melangkah pergi. Brownie ditinggalkannya dekat Pak Tolly.
"Tenang-tenang, kata Pak Tolly, sambil mengelus-elus hidung kuda yang ketakutan mendengar suara ribut-ribut itu. "Dia sudah pergi. Kau takkan mendengar suaranya yang berisik itu lagi. Kau bukan kepunyaannya lagi. Lalu dituntunnva Brownie ke ayah Peter.
Nah, Tolly - kuda itu milikmu sekarang, kata ayah Peter. Dan jika Anda mau. Akan kupotong satu pound dari upahmu setiap minggu, sampai pembayarannya lunas. Setuju"
"Tentu saja, Pak! Terima kasih banyak, Pak," kata Pak roily sambil tersenyum lebar. Dirangkulnya leher Brownie. "Nah, Manisku! Sekarang kau sudah menjadi milikku - atau tepatnya beberapa minggu lagi. Katakanlah, lima minggu lagi. Pak, bagaimana jika Anda memotong dua pound dari upahku selama lima minggu" Dengan begitu utang akan cepat lunas. Hah- sepuluh pound untuk seekor kuda yang benar-benar baik! Tunggu saja sampai beberapa bulan sudah berlalu, Manisku - nanti kau pasti akan sehebat dulu lagi! Saat itu nilaimu akan tinggi lagi!"
"Baiklah, Tolly," kata ayah Peter. Ia tersenyum, melihat Laki-laki. tua itu begitu senang. "Upahmu akan kupotong dua pound setiap minggu sampai utangmu lunas - dan setelah itu Brownie akan menjadi milikmu untuk selama-lamanya. Dia memang kuda yang baik, kecuali kaki belakangnya yang lemah. Tapi pasti itu bisa menjadi baik kembali. Tak lama lagi Brownie akan menjadi kuda yang bisa diandalkan kembali - dan kau sudah selayaknya memperolehnya, Tolly. Bawa dia sekarang ke kandang dan baringkan di sana. Pasti dia akan senang apabila kau sibuk mengurusnya!"
" Bab 7 Tolly dan Brownie BEGITU Peter dan Janet melihat Pak Dinneford sudah pergi dan Pak Tolly berjalan menuju kandang sambil menuntun Brownie, dengan segera mereka berlari ke luar menyusulnya.
"Pak Tolly! Pak Tolly! Apa yang terjadi tadi" Kata Anda, uang Anda tidak cukup untuk membelinya. Wah, dia memang manis sekali!"
Brownie mengendus-endus kedua anak-anak itu dengan lembut. Ia senang sekali pada mereka.
"Dia sudah kepunyaanku sekarang," kata Pak Tolly dengan bangga, sementara ia menuntun Brownie mundur memasuki kotak tempat tinggalnya yang baru.
"Nah - sekarang kau menunggu sebentar di sini, Manis, sampai aku memperoleh makanan dan minuman untukmu. Eh - rupanya ada yang sudah menaruh jerami untuk tempatmu berbaring di sini. Kau pasti akan merasa senang di sini, Manis."
"Jadi Anda sungguh-sungguh sudah membelinya, Pak" Pak Dinneford tadi marah sekali ya" Kami mendengar dia berteriak-teriak," kata Janet.
"Ya - aku sudah membelinya - walau baru lima minggu lagi ia akan sepenuhnya menjadi milikku," kata Pak Tolly, sambil mengusap-usap hidung kudanya dengan kasih sayang. "Ayah kalian akan memotong dua pound dari upahku setiap minggu sampai harga Brownie kulunasi. Ayah kalian membayar sepuluh pound untuk dia. Tapi aku takkan mau menjualnya lagi, biar ditawarkan lima ratus pound untuknya!"
"Jangan lupa, Anda sudah berjanji kami boleh memiliki setengah dan Brownie," kata Janet. "Kami akan membayarkan bagian kami pada Anda, begitu kami sudah bisa. Kami punya simpanan sedikit dalam kotak tabungan, dan Nenek akan datang minggu depan - dia selalu menghadiahi kami masing-masing setengah pound. "
"Kau tidak perlu repot memikirkan soal uangnya," kata Pak Tolly. "Untuk ikut memiliki Brownie, kalian tidak usah membayar apa-apa padaku. Dengan senang aku bersedia memilikinya bersama kalian. Tidak sering ada anak-anak yang begitu sayang pada kuda, seperti kalia
n. Kalian sudah sepantasnya ikut memiliki Brownie!"
Brownie merasa senang di kandangnya yang baru. Kuda itu mengangkat kepalanya ke atas, lalu meringkik dengan nyaring. Kedua ekor kuda yang saat itu juga ada di situ terkejut, lalu mendengus-dengus.
"Brownie pasti akan senang apabila nanti dilepaskan di lapangan," kata Peter. "Pasti ia akan berlari-lari di situ, serta berkenalan dengan segala binatang yang juga ada di tempat itu. Kuda, biri-biri maupun anjing!"
"Ayah kalian baik hati terhadap Brownie dan Codger," kata Pak Tolly. "Nah, sekarang aku harus kembali dulu ke tempat Pak Dinneford. untuk mengambil barang-barangku. Kau tenang-tenang saja di sini, Brownie. Nanti malam aku akan kembali, untuk tidur menemanimu. Jangan sampai ada orang datang mencurimu!"
Pak Tolly meminta diri pada anak-anak, lalu naik ke bukit menuju ke pertanian Pak Dinneford. Laki-laki tua itu sudah bertekat, jika petani itu marah-marah lagi padanya tentang Brownie, ia akan membalas dengan berterus terang. Akan dikatakannya, bagaimana pendapatnya tentang Pak Dinneford! Tapi petani itu sama sekali tidak datang mendekatinya. Ia merasa menyesal, kenapa tidak mencegah Pak Tolly pergi! Laki-laki tua itu pekerja yang baik dan bisa dipercaya. Apa yang harus dilakukannya sekarang, kalau Pak Tolly sudah tidak ada lagi"
Have I Told You Lately 1 Dewa Arak 17 Keris Peminum Darah Dendam Sejagad 11