Mencari Anjing Hilang 1
Sapta Siaga 05 Mencari Anjing Hilang Bagian 1
Sapta Siaga - Mencari Anjing Hilang
Download Ebook Jar Lainnya Di
http://mobiku.tk http://inzomnia.wapka.mobi
I SUSI MENJENGKELKAN P ADA suatu sore, Peter berjalan pulang dari sekolah. Ini tidak mengherankan. karena sekolah di Inggris memang sampai sore. Peter berjalan sambil mengayun-ayunkan tasnya. Tiba-tiba ada seseorang datang berlari dari belakang dan menubruknya.
Sebagai akibatnya, tasnya terpental. Peter pun hampir saja terjungkir karena tubrukan itu. la menoleh dengan jengkel. Dikiranya yang melakukan George, atau Colin. Tapi dugaannya keliru. Susi yang menubruk dari belakang. Susi si Bandel berdiri di tepi trotoar, memandangnya sambil meringis.
"Jangan marah, ya, katanya mengejek. "Salahmu sendiri. menghalangi jalan. He. bagaimana kabarnya dengan Serikat Sapta Siaga kalian"
"Kau sendiri yang harus lihat jalan, Susi, balas Peter sambil memungut tasnya yang terlempar. "Kenapa kautanyakan tentang Sapta Siaga, itu kan bukan urusanmu! Kau ini selalu mau ikut-ikut saja."
"Kata Jack, Sapta Siaga sudah lama tak mengadakan rapat, ujar Susi lagi. seolah-olah tak mendengar perkataan Peter. la berjalan seiring. Peter jengkel sekali. Menurut perasaannya,
Susi anak perempuan yang paling menjengkelkan hati. Susi adik perempuan Jack. Dan Jack anggota Serikat Sapta Siaga. Peter merasa pasti, temannya itu tak mengatakan apa-apa tentang rapat mereka. Tapi Susi memang benar. Sudah lama sekali Sapta Siaga tak mengadakan rapat. Selama ini kesibukan di sekolah menyebabkan Peter tak begitu teringat pada serikat rahasia yang didirikan olehnya. "
"Kalau kamu kepingin tahu juga, sebentar lagi Sapta Siaga akan mengadakan rapat, katanya pada Susi. Padahal gagasan itu baru diambilnya pada saat itu. "Tapi kau tak boleh hadir! Dan kalau kau sampai berani mencoba-coba mengintai kami. tahu sendiri nanti akibatnya. Kau bukan anggota serikat kami, dan takkan mungkin akan kami terima!"
"Aku tahu, apa kata semboyan kalian yang terbaru, ujar Susi sambil lalu. la melompat-lompat melangkahi celah-celah batu trotoar. "Nah, apa katamu sekarang""
"Tak mungkin kau tahu, jawab Peter. la berusaha keras mengingat-ingat. Wah, bagaimana dia bisa sampai melupakan kata semboyan itu!
"Aku benar-benar tahu! Kata semboyannya 'Jack Sprat', bukan"" kata Susi ngotot sambil menyengir. Mata Peter terbeliak, Dari mana Susi mengetahuinya. Jack Sprat memang kata semboyan Sapta Siaga yang terbaru. Kata itu dirahasiakan. Karena itu tidaklah mengherankan, apabila Peter terkejut mendengar Susi meneriakkannya dengan lantang di tengah jalan, Anak perempuan itu melihat muka Peter yang masam. la tertawa geli.
"Betul kan kataku" Wah, payah serikat kalian. Kata semboyan rahasianya kuketahui. Semua anak perempuan di kelasku juga sudah tahu. Aku yang memberi tahu pada mereka. Jadi nanti kalau kalian mengadakan rapat lagi kami akan datang beramai-ramai. Kami akan meneriakkan kata semboyan itu, dan kalian harus mengizinkan kami masuk!" ..
"Siapa yang memberitahukan kata semboyan kami padamu"" tanya Peter dengan geram. "Aku yakin, pasti bukan Jack!"
"Memang bukan. Jack itu abang yang menjengkelkan sekali. la tak pernah mengatakan apa-apa padaku, ujar Susi. "Tapi sewaktu aku membuka lacinya untuk meminjam sapu tangan, di dalamnya kutemukan secarik kertas yang disembunyikan di bawah setumpuk sapu tangan. Dan di kertas itu tertulis kata-kata: 'Jangan lupa kata semboyan - Jack Sprat'."
"Kau ini memang selalu ingin mengetahui rahasia orang lain'" tukas Peter dengan marah. "Persis spion! Belum pernah kujumpai anak perempuan seperti kamu. Kenapa kau selalu ingin turut mencampuri urusan kami! Kamu selalu mencoba mengetahui kata semboyan kami, serta perbuatan kami!"
""Itu kan salahmu sendiri! Kenapa aku tak boleh menjadi anggota" balas Susi. "Sedang Janet kau perbolehkan. Begitu pula Pam dan Barbara."
"Kau ini memang tolol! Nama serikat kami Sapta Siaga. Sapta berarti tujuh. Tak mungkin kami menerima anggota lagi, karena dengannya anggota akan berjumlah delapan, jawab Peter. "Pokoknya, kami tidak mau menerimamu."
"Jahat benar kamu ini, kata Susi. la sebenarnya kesal,
tapi tak diperlihatkannya. "Baiklah! Akan kukatakan pada Jack, kalian sebentar lagi akan mengadakan rapat. Kapan""
""Awas, kalau kau sampai berani mengatakannya pada Jack'" bentak Peter. Sangat kesal hatinya menghadapi adik perempuan Jack itu. "Aku yang mengirimkan kabar tentang rapat kami. Kau sama sekali tak berhak melakukannya. Dan percuma saja jika kauhafalkan kata semboyan yang tadi. Akan kutentukan kata semboyan baru dengan segera. Para anggota Sapta ,Siaga akan kuberi tahu,
"Boleh saja! Jack, pasti akan menuliskannya kembali, agar jangan lupa, kata Susi sambil melompat-lompat pergi. "pasti aku akan berhasil lagi menemukan catatannya. Salam ya, pada Jack Spraaat!" Kata terakhir itu diteriakkannya dengan suara melengking tinggi.
Mata Peter melotot memandang punggung Susi, yang pergi meninggalk"f1nya berdiri di tepi jalan. Rewel benar anak perempuan itu! Peter merasa syukur, karena adik perempuannya, Janet, sama sekali tidak bertabiat seperti Susi. Peter meneruskan perjalanannya pulang ke rumah. Air mukanya menunjukkan bahwa ia sedang berpikir.
Memang, ia harus mengadakan rapat dalam waktu dekat. Sudah lama Sapta Siaga tak mengadakan pertemuan. Perserikatan mereka tak boleh sampai bubar, hanya karena tak pernah berapat lagi. Dan tak pernah pula mengalami kejadian-kejadian luar biasa.
Tapi tak mungkin memecahkan rahasia hal-hal dan kejadian-kejadian. kalau sama sekali tak ada yang terjadi,- pikir Peter. Jadi kita terpaksa mencari sesuatu yang dapat dijadikan kesibukan, sambil menunggu sampai terjadi sesuatu yang harus dipecahkan rahasianya. Memang adakalanya seakan-akan tak terjadi sesuatu apa pun. 0 ya, aku juga harus mengganti kata semboyan kita. Tolol benar Jack itu! Masakan kata semboyan itu dituliskan di kertas, karena takut lupa. Mestinya dia juga harus tahu. pasti Susi akan menemukan kertas itu.
Karena sibuk berpikir, tak terasa olehnya bahwa ia sudah tiba di rumah. Janet sudah sampai lebih dulu. Skippy anjing spanil mereka yang berbulu coklat kekuning-kuningan, datang menyongsong sambil menggonggong dengan riang.
"Hallo Skip" Tidak nakalkah kamu tadi"" tanya Peter meremas-remas telinga anjingnya dengan sayang. "Sudah makan atau belum" Kau juga sudah mencari jejak kelinci, dan menakut-nakuti tukang pos" Nah. kalau sudah - kau memang anjing manis!
Skippy menyalak seolah-olah mengerti. lalu berlari-lari berkeliling ruangan seperti digigit semut. Janet tertawa geli melihatnya.
"Dia sudah lama tahu kau datang. Sebelum kau muncul di pintu, Skippy sudah tahu, ujarnya. "Lucu sekali kelihatannya tadi, duduk dengan kepala dimiringkan. Ada kira-kira tiga menit ia duduk mendengarkan dengan sikap begitu. Mestinya ia sudah mengetahui, ketika kau membelok di pojok jalan.
"Janet, kata Peter sambil meletakkan tasnya yang berisikan buku-buku pelajaran, "kita harus mengadakan rapat Sapta Siaga selekas mungkin."
"Setuju'" seru Janet girang. Detik berikutnya ia tertegun. "Tapi kenapa" Ada sesuatu yang terjadi"" Mukanya bersinar penuh harap. Janet kecewa ketika Peter menggeleng.
"Ah, tidak ada sesuatu hal yang luar biasa yang terjadi, balas abangnya itu. "Cuma aku tadi berjumpa dengan Susi, adik Jack yang bandel. Ternyata ia berhasil mengetahui kata semboyan rahasia kita. Lagipula ia mengejek, karena kita sudah lama tak mengadakan rapat. Karenanya kita perlu mengadakan pertemuan. Dan kita juga harus memilih kata semboyan baru! Ambil kertas suratmu. Kita harus mengundang berapat selekas mungkin."
" II RAPAT SAPTA SIAGA "RAPAT Sapta Siaga diadakan keesokan harinya, sehabis sekolah. Tentu saja Peter dan Janet memberi tahu pada ibu mereka. Ibu menyarankan, agar sebelum berapat, para anggota Sapta Siaga makan dan minum teh dulu.
"Sehabis rapat, akan kucuci semuanya di dapur, kata Janet dengan gembira, ketika mendengar ajakan ibunya itu. "Hore! Sapta Siaga akan mengadakan rapat! Pasti para anggota gembira karenanya."
Surat-surat undangan dikirimkan pada kelima anggota lainnya. Semua gembira menerimanya. Jack mengaduk-aduk isi laci, untuk mencari kertas yang ditulisi olehnya dengan kata semboyan rahasia mereka.
Kertas itu berhasil ditemukannya. Tulisan dibacanya dengan mata yang makin lama makin besar karena heran. Inilah yang tertera pada kertas secarik itu:
"Jangan lupa kata semboyan - Jack Sprat. Bukan. Jack Horner. Salah. Jack pembunuh Raksasa. Ah bukan. Jack dan Jill yang benar!"
Jack menatap carik kertas yang dipegangnya. sambil mengerutkan dahi. Apa saja yang ditulisnya dulu" Memangnya ia sudah menjadi sinting" Yang mana kata semboyan yang benar" Jack merasa yakin, kata semboyan Sapta Siaga adalah Jack Sprat. Jack Sprat berarti kurcaci yang rajin. Cocok untuk serikat mereka. Tapi untuk apa ia menuliskan nama-nama lainnya" Itu kan semuanya nama yang berasal dari dongeng anak kecil!
Diperhatikannya tulisan yang tertera di atas kertas dengan lebih teliti. la mengumpat-umpat.
"Sialan, Susi lagi! Ialah yang menuliskan nama-nama dongeng ini ke kertasku, ujarnya dengan sengit. "Rupanya ia mengaduk-aduk laciku, lalu menemukan kertas ini. la membaca, dan sekarang mengetahui semboyan rahasia Serikat Sapta Siaga! Awas, akan kubalas kelancangannya itu!"
Untung bagi Susi. ia tak ada di rumah pada saat itu. la pergi ke rumah seorang temannya, diundang minum teh. Jack ribut mencari-cari lencana keanggotaannya. Akhirnya ditemukan juga olehnya. la sudah khawatir, jangan-jangan sudah ditemukan pula oleh Susi. Minta ampun, rasanya tak ada adik yang lebih menjengkelkan hati daripada Susi!
Jamuan teh ditentukan jam setengah lima, sepulang mereka dari sekolah. Janet dan Peter membawa segala-gala yang diperlukan ke gudang tempat pertemuan mereka yang biasa. Ruangan itu kelihatan meriah dan menyenangkan. Di satu pojok ada sebuah tungku minyak kecil. Alat itu untuk menghangatkan ruangan. Enam buah lilin diletakkan di berbagai tempat. Sedang untuk meja, dipergunakan sebuah peti. Janet menghamparkan selembar taplak di atasnya.
Sudah itu diletakkan dua teko besar. Isinya susu coklat yang masih panas. Kebiasaan di Inggris memang agak aneh. Orang di sana biasa minum teh di waktu sore, sambi! makan kue - jamuan itu disebut jamuan teh. Tapi walau yang dihidangkan bukan teh, namanya masih tetap sama: jamuan teh. Di sekeliling kedua teko itu diatur tujuh buah mangkuk. Sedang di atas rak yang terdapat di dinding. mereka letakkan tujuh buah piring berisi makanan.
"Ini roti dengan olesan madu, dan itu dengan ikan sardencis. Kau jangan terlalu rakus nanti ya!" kata Janet mengingatkan Peter. "Ini, ada pula roti kismis yang sudah dipotong belah dua, dan sudah diolesi dengan mentega dan selai. Apa lagi yang diberi oleh Ibu" Aduh, kue donat yang masih hangat, serta tarcis coklat yang baru dibuat hari ini olehnya. Dan ini kue lain, sudah dipotong menjadi tujuh bagian! Wah. kelihatan- nya enak sekali - dan masih ada pula biskuit bermacam jenis satu piring penuh!"
Mendengar Janet menyebut ketujuh jenis hidangan yang menerbitkan selera itu. Skippy mengetuk-ngetukkan ekornya ke lantai la meminta bagiannya.
"Bagianmu sudah kuletakkan di lantai, Skip. Tapi kau tak boleh makan mendului kami. Tunggu dulu sampai kami juga makan, kata Janet. Skippy memandang tempat makannya dengan rasa kepingin. Anjing itu melihat dua potong roti dengan ikan sardencis. Ikannya terdiri dari bagian ekor, serta tulang-tulang yang kecil dan tak membahayakan. Kemudian masih ada sebelah roti kismis, dengan sedikit olesan mentega, tapi tanpa selai. Skippy tak menyukai makanan yang manis itu. Sebagai pelengkap, masih tersedia pula sepotong biskuit besar, yang khusus untuk anjing - disemir dengan daging cacah. Hm! Makanan sedap untuk seekor anjing yang, lapar!
"Para anggota datang, ujar, Janet. ketika terdengar bunyi langkah-langkah di jalan kebun yang menuju ke gudang. la mengintip dari jendela. "Pam dan Barbara yang datang!"
Tok-tok-tok, terdengar pintu diketuk dari luar.
"Sebutkan kata semboyan!" seru Peter.
"Jack Sprat!" ujar kedua anak perempuan yang berdiri di depan pintu. Dengan segera Peter membukakan. Baru saja pintu ditutup kembali, terdengar lagi langkah-langkah mendekat, disusul dengan bunyi ketukan.
"Kata semboyan, tanya Peter.
"Wah, maaf sajalah. Kita sudah lama ta
k mengadakan rapat, sehingga aku melupakannya, terdengar suara jawaban dari luar. Bunyinya menunjukkan bahwa yang berkata agak bingung. Janet melirik ke Peter. Apakah abangnya akan marah! Jangan-jangan dia bahkan akan menolak membukakan pintu bagi Colin. Kasihan Colin!
"Tapi untung, Peter sama sekali tak marah. la membuka pintu, agar Colin masuk. Kelihatan sekali bahwa ia lega.
"Waduh!" katanya dengan mata bersinar-sinar, ketika melihat hidangan yang telah tersaji di peti yang dijadikan meja. "Maafkanlah, karena aku tak mengingat lagi apa kata semboyan kita. Begitulah akibatnya, kalau lama tak dipergunakan."
"Sudahlah, tak apa, jawab Peter. "Aku yang salah, karena lama tak mengundang kalian untuk rapat, Tapi sialnya, adik perempuan Jack yang bandel berhasil mengetahui kata semboyan kita itu. Sekarang kita terpaksa memilih yang baru."
Tok-toktok-tok! Pintu digedor dengan berirama.
"Semboyan!" seru Peter.
"Jack Sprat!" Terdengar dua suara menjawab serempak. Pintu dibuka untuk memberi jalan masuk pada George dan Jack. keduanya lengkap dengan lencana di dada. Pintu dikatupkan kembali. Lilin yang sudah dinyalakan menerangi gudang yang agak suram. Cahayanya berkelip-kelip, sehingga menambah kenikmatan duduk di dalam ruangan. Suasana terasa agak misterius. Memang itulah yang paling disukai Sapta Siaga!
"Untuk apa rapat ini"" tanya Jack, yang duduk di atas jambangan bunga yang dibalik. "Ada sesuatu yang istimewa""
""Tidak, jawab Peter, "nasib kita sedang sial. Tak ada apa-apa yang terjadi. Tapi kita tak boleh membiarkan serikat rahasia kita bubar, karena bosan menunggu-nunggu peristiwa yang tak mau terjadi juga. Tapi nanti sajalah hal itu kita bicarakan. Tolong tuangkan susu coklatnya, Janet! Jangan lupa, kita semua senang minum susu coklat yang manis. Jadi yang agak banyak gulanya."
Mendengar kata gula, Skippy ribut. Anjing itu menggonggong, meminta bagian. Diberi sepotong gula batu oleh Janet. Kemudian ia menuangkan susu coklat ke dalam tujuh buah mangkuk, sedang Peter mengedarkan hidangan makanan. Segera semuanya sibuk makan dan minum. Skippy menelan bagiannya dengan lahap.
Sepuluh menit kemudian semua piring hidangan sudah licin tandas. Tak sepotong remah pun yang masih tersisa. Sambil menghembuskan napas puas, Jack duduk memanjangkan kaki.
"Aaah, nikmat sekali hidangannya, katanya sambil mengusap-usap perut. "Masih adakah susu coklat yang tersisa""
"Masih, masing-masing setengah mangkuk, jawab Janet setelah melirik isi teko. "Sodorkan mangkukmu, supaya bisa kuisi lagi."
"Nah - sambil menikmati minuman tambahan, kita buka saja rapat hari ini, kata Peter. "Pertemuan ini sebenarnya tak begitu penting. Tapi banyak juga yang harus kita bicarakan. Kita juga "harus menyusun rencana Apabila Sapta Siaga sedang tak ada pekerjaan tertentu, kita harus mencari kesibukan lain. Bagaimana pendapat para anggota - setuju""
"Setuju, seru keenam anggota Sapta Siaga dengan gembira.
"Baiklah, kata Peter. "Kita mulai saja dengan rapat kita. Skip, jangan memukul-mukul dengan ekor, bikin ribut saja! Kau juga harus mendengarkan! "
" "III SEMBOYAN DAN BEBERAPA GAGASAN BARU
"SEMUA duduk dengan diam. Skippy tidak lagi memukul-mukulkan ekor ke lantai, karena dilarang oleh Peter. Anjing itu ikut duduk, sambil memiringkan kepala. la merasa sangat bangga. karena diperbolehkan menghadiri rapat rahasia kedua tuannya. Padahal Skippy bukan anggota tetap.
"Pertama-tama kita harus memilih kata semboyan baru, kata Peter. "Untuk sebagian, keperluan itu disebabkan karena Susi mengetahui semboyan kita yang sekarang!"
Jack kaget mendengar ucapan Peter. Bagaimana Peter bisa mengetahui bahwa Susi mengenal kata semboyan mereka"
"Ya, betul. Susi mengetahui kata semboyan kita, katanya, sambil mengeluarkan kertas secarik dari kantong celananya. Itulah kertas yang ditulisi dengan catatan olehnya, dan yang kemudian ditambah oleh Susi dengan nama-nama yang berasal dari dongeng anak-anak.
"Ini. lihat, ujar Jack. "Adikku itu menemukan secarik kertas ini, yang ada tulisan kata semboyan kita. Aku yang menulisnya. supaya tidak lupa. Kusembunyikan
dalam laci. Tapi Susi menemukannya, dan ditambah dengan coretan-coretannya sendiri. Tapi bagaimana kau sampai bisa tahu bahwa dia mengetahuinya, Peter""
"Susi sendiri yang mengatakan padaku, jawab Peter, "Ia rupanya mengira bahwa serikat kita hampir tak ada lagi. Pokoknya ejekan-ejekannya begitu menjengkelkan, sehingga kuputuskan untuk mengadakan rapat dengan segera. Jack, lain kali jangan terlalu pelupa dong! Masakan kata semboyan rahasia ditulis pada kertas, sehingga bisa, dibaca Susi!"
"Baiklah! Takkan kulakukan lagi,' ujar Jack dengan agak malu. "Tapi tak bisa kaubayangkan, betapa repotnya jika punya adik seperti Susi. Aku takkan heran, apabila pada saat ini kepalanya muncul di balik jendela, untuk mengintip apa yang sedang kita kerjakan."
Mendengar katanya itu, mereka semua memalingkan kepala ke arah jendela. Skippy juga ikut-ikut memandang. Peter menggelengkan kepala.
"Tidak ada orang di luar! Kalau terdengar bunyi gemerisik saja, pasti Skippy sudah menyalak untuk memberi tahu." la memandang pada teman-temannya. "Nah, bagaimana kalau kita sekarang memilih kata semboyan baru. Ada yang punya usul""
"Aku punya! Pengintip'" ujar Colin, karena masih teringat pada Susi. "Itu kan kata semboyan yang baik,
"Ya, pasti kita takkan melupakan kata itu. karena teringat pada Susi, sambut Janet.
"Tapi kita harus mengingat-ingat bahwa 'Pengintip' merupakan kata semboyan, dan bukannya Susi, ujar Pam dengan tertawa kecil. "Aku khawatir jawabku akan berbunyi 'Susi', jika minggu depan ada yang menanyakan apa kata semboyan kita,
Jack sering jengkel terhadap adik perempuannya. Tapi walau begitu, ia tak menyetujui kata semboyan yang diusulkan oleh Colin, karena kata itu diusulkan sehubungan dengan kelakuan Susi yang gemar mengintip. Bagaimana juga, Susi itu adiknya. Biarpun kadang- kadang anak itu sangat menjengkelkan sikapnya, tapi Jack masih tetap sayang padanya. Karena itu ia menggelengkan kepala.
"Aku tidak setuju. Aku tak suka pada kata semboyan itu. Kalau kalian tak keberatan, aku punya yang lebih baik. Pasti tak ada orang lain yang bisa menebaknya. Bagaimana kalau kita pakai kata 'Awas'" Kedengarannya cocok dengan kita."
"Ya, betul katamu itu," tutur Peter menyetujui. Teman-teman lain mengangguk. Mereka mencoba-coba kata semboyan baru itu. Mereka saling membisikkannya dengan suara rendah dan penuh rahasia. sehingga Skippy agak bingung mendengarnya. la tak tahu, apa yang sedang terjadi
"Awas!" bisik Janet pada Barbara dengan suara serius.
"Awasss'" desis Colin pada Jack.
"AWAS!" perintah Peter ke alamat Skippy. Dengan seketika anjing itu bangkit dari duduknya. lalu mengendus-enduskan hidung ke setiap pojok gudang. Seolah-olah ingin mencari, rahasia apa yang dibisik-bisikkan oleh setiap orang dalam ruangan itu. AWAS! Skippy memang tahu bahwa dia harus awas, tetapi awas terhadap apa"
"Coba lihat si Skippy, kelihatannya bingung, ujar Pam sambil tertawa. "Sudahlah, Skip! Awas itu kan cuma kata semboyan kita yang baru. Aku tanggung, tak ada di antara kita yang akan melupakannya. Kata semboyan itu baik sekali. AWAS! Hih, agak seram juga rasanya mendengar kata itu."
"Sekarang soal berikutnya. Kita harus membicarakan, apa yang hendak dilakukan oleh Sapta Siaga, ujar Peter. "Kurasa. kalian tak ada yang mendengar tentang sesuatu hal yang aneh, misterius atau luar biasa, yang bisa kita selidiki!"
Tak terdengar jawaban atas pertanyaannya itu. Mereka hanya saling berpandang-pandangan dengan penuh harap. Kemudian mereka menggelengkan kepala.
"Nah, karena tak ada barang aneh, kita tak bisa membuat rencana uf1tuk mengadakan penyelidikan. Kita putuskan saja untuk melakukan sesuatu." kata Peter lagi. "Maksudku, sudah lama sekali kita tidak mengadakan rapat. Sedang perkumpulan biasanya kemudian bubar kalau tak ada kegiatan. Jadi kita harus berbuat sesuatu, supaya minat tetap ada. Kalau tidak, nanti jika terjadi sesuatu. kita tidak siaga lagi!"
"Setuju! Tapi apa maksudmu dengan berbuat sesuatu"" tanya Colin. "Kita kan tidak bisa menyebabkan terjadinya sesuatu,
"Memang tidak. Aku pun tahu." kata Peter. "Tapi kita bisa saja b
erlatih. Kita memilih beberapa hal yang harus kita perbuat,
Apa misalnya"" tanya George.
"Kita bisa berlatih mengikuti jejak, ujar Peter. "Kita pun bisa mencoba melakukan penyamaran. Barangkali saja berhasil!"
""Kita menyamar" Mana mungkin"" bantah Pam. "Kita kan masih anak-anak. Kita tak bisa memakai jenggot palsu, atau pura-pura pincang, atau penyamaran lainnya. Pasti akan segera ke- tahuan apabila kita mencobanya juga,
"Memang, mungkin ide itu tak begitu baik, kata Peter mengakui. "Kita tinggalkan saja persoalan itu untuk sementara. Tapi kita bisa saja berlatih mengawasi seseorang. Sudah itu kita harus menuliskan keterangan sejelas-jelasnya mengenai orang itu. Dengannya kita bisa melatih diri, untuk memperhatikan hal-hal serupa itu. Gunanya besar sekali' Misalnya saja untuk melukiskan wujud seorang pencuri,
"Tapi bagaimana kita harus mengetahui, bahwa orang yang kita awasi seorang pencuri1" tanya Jack dengan bingung.
"Tentu saja kita tak tahu, " tukas Peter yang sudah mulai tak sabar. "Kita tak perlu tahu! Kita pergi ke suatu tempat, katakanlah stasiun kereta api. Kita duduk, lalu memperhatikan orang-orang yang sedang menunggu kereta api. Kita pilih salah seorang di antara mereka. Asal pilih saja, tak peduli siapa! Orang itu kita teliti dengan seksama. Kita menghafalkan segala-galanya yang kelihatan padanya. Sudah itu. apabila mereka sudah pergi, kita menuliskan hal-hal yang masih kita ingat pada secarik kertas. Latihan itu sangat baik untuk mengamat-amati orang,
"Kedengarannya tidak begitu asyik, bantah George. "Aku lebih suka mengintai orang, atau tugas-tugas seperti itu. Pokoknya, aku tak begitu bisa kalau disuruh melukiskan sesuatu. Di sekolah, angkaku selalu paling jelek dalam pelajaran mengarang. Aku tak tahu, apa yang harus kutuliskan"
"Ya, sudahlah! Kamu boleh melatih pekerjaan menguntit orang," kata Peter dengan murah hati. "Mungkin anak-anak perempuan lebih ahli mengenali orang, lalu melukiskan bagaimana rupanya."
Tiba-tiba Skippy menggonggong.
"He, ada orang di luar, kata Peter. "Cepat buka pintu! Biar Skippy keluar, Kalau yang datang itu Susi, kita kejutkan dia!"
" IV ASYIK RASANYA MENJADI ANGGOTA SERIKAT RAHASIA!
"TERNYATA bukan Susi yang berdiri di luar, ibu Peter datang untuk mengingatkan, bahwa hari sudah hampir malam. la sangat kaget, ketika Skippy lari ke luar pintu sambil menggonggong-gonggong dengan ribut. Tapi ternyata yang di luar cuma ibu Peter saja! Anjing itu kelihatan kecewa.
"Ah, Ibu! Sekarang kan belum setengah tujuh, keluh Peter. "Kami belum selesai berapat. Ya, aku tahu - kami belum membuat pekerjaan rumah. Tapi tadi tak banyak yang diberikan guru. Bolehkah kami teruskan sepuluh menit lagi""
"Baiklah. Betul-betul hanya sepuluh menit, ya, jawab ibunya sambil pergi. Pintu ditutup kembali. Serikat Sapta Siaga buru-buru melanjutkan rapat mereka.
"George, kamu bisa berlatih mengikuti jejak. Begitu juga Colin, ujar Peter. "Anak-anak perempuan melatih pengamatan. di stasiun atau di halte bis. Sedang Jack, kau dan aku akan berlatih menjadi mata-mata. Kita mencari tempat yang cocok untuk mengintai. Kita duduk di situ, lalu memperhatikan hal-hal yang terjadi sekitar kita. Tapi kita tak boleh dilihat orang. latihan ini besar gunanya nanti, apabila kita benar-benar harus melakukannya!"
"Bagaimana caranya kami mengikuti jejak"" tanya George. "Pasti akan ketahuan, apabila membuntuti orang pada waktu siang."
"lakukan pada waktu gelap, jawab Peter.
"Tapi jangan bersama-sama dengan Colin. Nanti akan cepat ketahuan. Kan tak ada gunanya, kalau begitu. Kalian harus berpisah. Pilih seseorang yang kalian lihat. Ikuti orang itu sampai ke rumahnya. Tapi jangan sampai terlihat oleh dia! Kalau dapat melakukannya, kalian hebat!"
"Aku lebih suka membongkar rahasia yang benar-benar ada, daripada repot-repot berlatih, gerutu George,
"Aku ketua serikat kita, dan kau harus menurut perintahku, balas Peter dengan agak sombong. "Kan aku bertugas mengurus. agar Sapta Siaga tetap hidup! Aku berusaha sebisa-bisaku."
"Lagipula. siapa tahu tiba-tiba terjadi sesuatu pada saat kita sedang be
rlatih, ujar Jack dengan gembira. "Biasanya kejadian-kejadian itu datang dengan sekonyong-konyong."
"Sebaiknya kita melatih pengamatan pada hari Sabtu pagi, kata Janet. "Aku akan pergi ke stasiun. Aku senang ke sana, karena tempatnya selalu sibuk dan berisik."
"Aku akan ke halte bis, sambung Pam. "Barbara, kau ikut dengan aku."
""Beres kalau begitu " kata Peter. la merasa senang karena sarannya diikuti. "Sekarang kita semua sudah mempunyai tugas rahasia. Kita akan sibuk terus dengannya, sampai terjadi sesuatu. Jack, kau akan kuberi tahu, apabila aku sudah berhasil menemukan tempat. Tempat itu harus baik untuk bersembunyi sambil mengawasi hal-hal yang terjadi di sekitarnya."
Semua bangkit dari tempat duduk masing-masing. Mereka agak menyesal. karena rapat selesai. Pam dan Barbara menawarkan diri untuk membantu Janet mencuci, sedang para anggota lelaki membantu membawakan piring dan mangkuk ke dapur.
"Aduh,sekarang tiba giliran pekerjaan rumah, keluh Peter. "Aku menyesal. tak mendengarkan baik-baik dalam kelas tadi pagi. Sekarang aku merasa buta! Tak tahu, bagaimana caranya membuat soal hitungan .yang diberikan." Tapi apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur!
Colin, Jack dan George meminta diri, sesudah mengucapkan terima kasih pada ibu Peter untuk hidangannya yang enak. Anak-anak perempuan sibuk membantu Janet mencuci. Sambil bekerja, mengobrol dengan ribut. Tentu saja mereka sama sekali tak menyinggung-nyinggung persoalan yang dibicarakan dalam rapat. Tak boleh ada seorang anggota pun yang mempercakap- kan persoalan-persoalan di luar rapat.
Tapi pikiran mereka masih tetap penuh dengannya. Asyik menjadi anggota serikat rahasia. Rasanya enak untuk mengingat-ingatnya, sebelum tidur pada waktu malam. Janet memperhatikan lencana Sapta Siaga-nya, pada saat melepaskan tanda keanggotaan itu dari gaunnya.
"S.S., katanya pada diri sendiri. "Sapta Siaga. Serikat rahasia yang paling hebat. Sabtu pagi nanti aku akan pergi ke stasiun, untuk mengamati seseorang yang dapat kulukiskan dengan tepat. Tak satu pun yang akan kulupakan. Warna dasinya pun tidak! Akan kubuktikan pada teman-teman, bahwa aku ahli dalam memperhatikan segala-galanya tentang orang yang baru sekali kulihat'"
"Malam itu Peter juga sibuk memikirkan apa yang akan dapat dilakukannya bersama Jack. Apakah sebaiknya ia mencari tempat persembunyian yang baik untuk mengintip" Di mana ada tempat begitu, yang menarik" 0 ya, ia mengenal suatu tempat yang cocok. Di tengah semak di tepi jalan besar! Mereka berdua bisa membawa buku catatan. Mobil-mobil yang lewat dicatat nomornya. Mereka juga bisa mencatat semua hal yang menurut mereka menarik, atau mencurigakan. Pasti akan asyik pekerjaan itu!
Setiap anggota menyusun rencana dengan seksama, hal-hal apa saja yang akan mereka lakukan. Mungkin George yang paling tekun. la ditugaskan, untuk mengikuti jejak seseorang. Hal itu akan dilakukannya sesempurna mungkin! Mula-mula ia akan bersembunyi di suatu tempat untuk menunggu sampai ada orang lewat. Sudah itu akan menyelinap ke luar, lalu membuntuti orang itu. la akan mengikuti dengan hati-hati, dan dengan diam-diam! George memutuskan untuk memakai sepatu karetnya dalam melakukan tugas pengintaian
Aku akan menyelinap di belakangnya, sambil berjalan terlindung bayangan. Persis seperti seorang polisi, yang sedang membuntuti maling atau mata-mata!" pikirnya dalam hati. "Aku akan bergerak seperti bayangan. Takkan ada yang tahu bahwa aku berada di situ. Aku akan memilih seseorang yang membawa tas. Supaya kelihatan seperti sungguh-sungguh. Aku akan berbuat seakan-akan tas itu berisi barang curian. Peta-peta rahasia, batu permata atau barang lain. Wah, pasti akan mengasyikkan!"
Akhirnya ketujuh anggota Sapta Siaga tertidur juga. Senang rasanya menjadi anggota serikat rahasia!
" V MENGIKUTI JEJAK " PETER, kapan kita akan mengadakan,rapat lagi"" tanya Janet pada abangnya pada hari Sabtu pagi. "Aku sekarang hendak pergi ke stasiun, untuk melakukan tugas latihan untuk Sapta Siaga. Kan aku harus memperhatikan seorang, dan sesudah itu memberikan laporan selengkapnya tentang diri o
rang itu. Aku kepingin tahu, kapan aku dapat menyerahkan hasil pekerjaanku pada Sapta Siaga. Aku akan melakukan tugasku dengan sebaik-baiknya,
"Rapat akan kuadakan pada suatu sore di pekan yang akan datang, jawab Peter. "Jadi masih cukup banyak waktu untukku. Sekarang aku hendak pergi dengan Jack, untuk mencari tempat persembunyian yang cocok untuk mengintai. Coba kuperiksa sebentar - apakah aku sudah membawa buku catatan dan pensil! Ah, ini dia. Nah. selamat bertugas di stasiun. Janet. Dan jangan satu orang saja yang kaupilih. Itu terlalu mudah. Paling sedikit harus tiga orang."
"Aku berniat memilih orang-orang yang kita kenal semua, kata Janet. "Itu kalau mungkin. Jadi kalian akan dapat memeriksa sendiri, apakah dapat mengenali orang-orang itu kalau aku membacakan ciri-cirinya yang kuingat,
""Bagus idemu itu, sambut Peter. "Nah, aku pergi saja sekarang menjemput Jack,
Peter berangkat. Janet juga pergi, tapi menuju arah berlawanan. la pergi ke stasiun. Dalam perjalanan ia melewati Barbara dan Pam. Kedua anak perempuan itu sedang duduk di bangku halte bis, memegang buku catatan. Mereka duduk sambil tertawa-tawa kecil.
"Kalian sudah mulai"" tanya Janet setengah berbisik.
"Belum. Belum ada bis yang berhenti di sini, jawab Pam. "Kami masing-masing akan memilih seorang penumpang yang keluar, sudah itu menunggu sampai bis pergi lagi. Kemudian kami akan mencatat dengan tepat: apa saja yang kami ingat tentang kedua penumpang itu,
Pada saat itu, Colin dan George sama sekali belum memikirkan tugas mereka untuk Sapta Siaga. Mereka memutuskan untuk melakukannya pada malam hari saja. Kalau hari sudah gelap akan lebih mudah mengikuti orang tanpa ketahuan. Tentu saja mereka tak akan pergi bersama-sama. Bukankah sudah dilarang Peter!
Tetapi ketika hari sudah malam, hanya George yang keluar rumah. Colin kebetulan bersin, dan terdengar oleh ibunya. Karena ibunya tahu ia mudah pilek. sesudah minum teh ia tak boleh keluar lagi.
"Tapi aku mesti pergi, Bu, ujar Colin dengan bingung. "Aku melakukan tugas untuk Sapta Siaga. Jadi aku harus pergi!"
""Apakah tak bisa dilakukan lain malam saja"" tanya ibunya. "Tentunya tugas itu tak perlu harus dilakukan malam ini juga,
Colin ragu sebentar. "Ya, memang - bisa saja kulakukan lain malam, katanya dengan jujur. "Baiklah, Bu. Malam ini aku takkan keluar. Tapi lain malam aku boleh ya, Bu""
Alhasil. hanya George saja yang melakukan tugas latihan mengikuti orang pada malam itu. la mengenakan sepatu bersol karet, supaya jangan kedengaran pada saat berjalan atau berlari. Dipakainya pula mantel berwarna gelap, sehingga tak terlihat orang kalau berjalan di tempat gelap. "la pun bahkan menghitamkan mukanya. Kelihatannya aneh sekali!
Ditatapnya bayangan mukanya di cermin. George meringis, menampakkan deretan gigi putih di muka yang hitam. "Lebih baik aku menyelinap saja ke luar, lewat pintu kebun, ujarnya pada diri sendiri. "Kalau Ibu sampai melihat keadaanku seperti begini, pasti akan kaget. Tampangku memang menyeramkan."
Setelah memikir sebentar, diambilnya pentung dari karet yang didapatnya sebagai hadiah Natal yang lalu. Sekarang aku bisa berpura-pura menjadi seorang polisi, pikirnya sambil mengayun-ayunkan pentung karetnya yang digantungkan pada pergelangan tangan. Pentung itu kelihatan persis dengan yang asli, padahal cuma terbuat dari karet tipis.
George mengendap-endap ke bawah, lalu menyelinap ke luar lewat pintu kebun. Karena ia mengenakan sepatu bersol karet, langkahnya sama sekali tak kedengaran. la berjalan cepat-cepat menuju pagar kebun, lalu pergi ke jalan yang gelap. Lampu-lampu penerangan jalan sudah dinyalakan. la terpaksa bergerak mengitari supaya jangan tertimpa sinar lampu jalan.
George berjalan dengan hati-hati, sambil mengayun-ayunkan pentung karet. Awas, para pencuri dan mata-mata. Gentar kalian sekarang, karena Detektif Bersol Karet sudah beraksi membuntuti jejak!
Tetapi siapa yang harus dibuntuti" Tak seorang pun yang lewat. Nanti dulu. itu kan bis "yang datang. Benarlah! Nasib George mujur. Kalau ada beberapa penumpang turun, ia akan bisa membuntuti salah
seorang dari mereka sampai ke rumah. Tak peduli di mana orang itu tinggal!
Bis berhenti agak jauh dari tempatnya. George melihat beberapa bayangan gelap bergerak, ketika sejumlah penumpang turun. Sekarang ada seseorang yang berjalan menuju ke tempatnya. Orang itu juga turun dari bis tadi. Nah. Orang ini bisa diikuti dari belakang. George merapatkan diri ke pagar semak sambil menunggu. la menunggu dengan napas tertahan. -
Orang itu lalu di depannya. Badannya jangkung, agak bungkuk. la memakai topi 'bowler'. yakni topi bertutup bundar yang banyak dipakai orang-orang kantoran di Inggris. Tangannya menjinjing sebuah tas. Bagus! Anggap saja dalam tas itu terdapat permata curian! George berniat membuntuti orang itu sampai ke rumahnya. Dengan begitu ia akan tahu, di mana tempat tinggal orang yang dianggap perampok itu.
Entah kenapa, George merasa peristiwa yang dihadapi olehnya itu sungguh-sungguh, dan bukan pura-pura saja. Malam itu gelap, dan orang yang hendak dibuntuti lewat tanpa mengetahui bahwa ada seorang anak yang merapatkan diri ke dalam semak-semak. Tiba-tiba George menyadari bahwa jantungnya berdebar-debar. Orang itu berlalu.
Sekarang mulai dengan tugas mengikuti dari belakang, tapi tak boleh sampai ketahuan. Jika orang itu melihat George, artinya ia gagal. Tapi George merasa yakin akan berhasil mengikuti sampai di rumah orang itu, tanpa terlihat satu kali pun.
la keluar dari semak-semak. la mulai mengikuti dari belakang. Jalannya menepi, berlindung di bawah bayangan pepohonan yang berjejer di tepi jalan. George bergegas mengikuti. George! Jangan lihat ke depan saja - lihat juga ke belakang! Cepat George. menolehlah ke belakang!!
" VI GEORGE TERKEJUT "TAPI George tak menoleh ke belakang. Pandangnya ditatapkan terus ke depan. la berjalan terus, mengikuti orang itu dari belakang. Pada suatu kari. ketika orang itu berhenti untuk menyalakan rokok, George cepat-cepat melesat ke ambang pintu pagar terdekat. la khawatir, kalau-kalau orang itu berpaling dan melihatnya.
Sesudah menunggu kira-kira setengah menit. George mengintip ke luar. Orang itu sudah berjalan lagi, sambil mengayun-ayunkan tasnya. George memutuskan untuk lebih mendekat lagi. supaya bisa melihat di mana tinggalnya orang itu jika ia masuk ke rumah.
la merayap sampai dekat sekali di belakang orang itu. George merasa sangat tabah dan berhasil. Tapi tiba-tiba terjadi sesuatu yang tak terduga.
George mendengar langkah seseorang di belakangnya. Bahunya ditepuk dengan keras, disertai suara tajam yang menyapanya.
"Apa maksudmu, malam-malam merayap di belakang tuan itu! Apa yang tergantung di pergelanganmu" Eh, eh! Bawa pentung lagi! Kau hendak mempergunakan senjata itu rupanya. Bandit cilik!"
George sangat kaget, sehingga tak dapat mengatakan apa-apa. la cuma mampu memandang orang yang menyeretnya ke bawah lampu jalan.
"Mukamu itu kauhitamkan, atau kau memang berkulit hitam" tanya orang itu lagi.
la masih muda. Badannya kuat, dan berwajah tegas. George digoncang-goncang olehnya.
"Bisukah kamu"" Tangannya mengusap muka George, lalu bersiul karena heran. "Kauhitamkan rupanya! Untuk apa" Apakah kamu ini salah seorang dari bandit-bandit kecil, yang biasa memukul orang tak bersalah dari belakang, merampok dan sesudah itu melarikan diri"" tanya orang muda itu lagi. Sekali lagi George digoncang-goncangnya dengan kasar. Baru saat itu George mampu membuka mulut kembali.
"Lepaskan aku'" serunya dengan marah. "Tentu saja aku bukan bandit! Aku cuma sedang berlatih membuntuti orang dari belakang."
"Aah, bohong! Aku tak percaya, balas orang muda itu. "Kau sudah kuikuti sejak dari halte bis. Bandit! Kuperhatikan, bagaimana kau menyelinap dan bersembunyi di sana sini, mengikuti pak tua tadi dari belakang. Ayo, sekarang ikut, kubawa ke kantor polisi. Di sana bisa kauceritakan dongengmu!"
Sekarang George benar-benar ketakutan la berusaha membebaskan diri. tapi pegangan orang itu terlalu kuat.
""Janganlah aku dibawa ke kantor polisi, kata George. meminta-minta. "Ibuku akan bingung nanti, Bawalah aku ke rumah. Kukatakan pada Tuan, siapa namaku dan di mana aku t
inggal. Tuan bawa aku pulang. Tuan lihat sendiri nanti, aku ini anak baik-baik. Aku bukan bandit. Sama sekali tak ada niatku untuk merampok!"
"Baiklah. Kubawa kamu pulang ke rumahmu, ujar orang muda itu dengan keras. "Aku akan bicara dengan ayahmu. Kau ini perlu dipukul!"
Kasihan George!. la terpaksa berlari-lari dalam perjalanan pulang, karena kerah bajunya digenggam erat-erat oleh orang itu, la nyaris tak dapat bernapas karenanya.
Sesampai di rumah, keadaannya tak bertambah baik. Petualangannya yang sebenarnya hanya main-main saja, dilukiskan oleh orang muda yang menangkapnya seolah-olah merupakan perbuatan yang sangat serius. Ibunya terkejut tidak kepalang. Sedang ayahnya sangat marah.
"Aku sama sekali tak berniat jahat, ujar George yang malang. la agak merajuk. "Aku hanya mengikuti perintah yang kuterima dari Peter. la ketua Sapta Siaga, serikat kami. Kami hanya sedang melatih beberapa hal saja. untuk mempersiapkan diri kalau terjadi salah suatu kejadian misterius. Cuma itu saja yang kulakukan tadi. Aku hanya berlatih. Aku disuruh membuntuti seseorang. Dan itulah yang kulakukan, Itu kan bukan kejahatan'"
"Tapi ayahnya berlainan pendapat.
"Begitu, katanya dengan muka masam. "George. kau tak boleh lagi menjadi anggota Sapta Siaga. Serikat itu jelek pengaruhnya untukmu.- Kau diseret orang pulang ke rumah, dituduh membuntuti seorang tua yang tak bersalah, membawa-bawa pentung dengan muka dihitamkan. Tidak, tak kuizinkan kamu tetap menjadi anggota!"
"Aku juga setuju, sambut ibunya.
George memandang orang tuanya. Kebingungan yang sangat memancar dari matanya.
"Ayah dan Ibu rupanya tak mengerti. Tak mungkin aku tidak menjadi anggota Sapta Siaga. Mereka takkan melepaskan aku. Aku harus tetap menjadi anggota!" .
"Diam," tukas ayahnya dengan singkat. "Kau tahu. aku tak suka dibantah. Kalau kau masih melawan juga, terpaksa kupukul nanti. Ayo, cuci arang itu dari mukamu. Besok kau harus mengatakan pada Sapta Siaga, bahwa kau keluar. Mengerti""
"Ya Ayah, jawab George dengan kaget dan kecewa. la mengucapkan selamat tidur dengan suara pelan. Sambil keluar dari ruangan, ia masih sempat memandang orang muda yang menyeretnya pulang dengan muka marah. Sejenak ia tertegun di ambang pintu Sebenarnya ia ingin membanting pintu keras-keras, tapi tak jadi, Ayahnya paling tidak suka, kalau George menunjukkan sikap melawan.
"Kasihan George! la mencuci muka, berganti pakaian lalu masuk ke tempat tidur. Hatinya sangat sedih, karena dipaksa keluar dari Sapta Siaga! Bagaimana keadaan serikat itu, jika ia bukan anggota lagi. Bagaimana dengan nama serikat itu kalau begitu" George teringat, bahwa sextet berarti enam sekawan. Mungkinkah mereka akan menamakan diri Sextet Siaga" Singkatannya akan tetap S.S., meski kata Sextet Siaga kedengarannya tak sebagus Sapta Siaga.
Tiba-tiba terlintas bayangan yang lebih buruk. Jangan-jangan mereka akan menerima anggota baru, sebagai pengganti dia! George tak sanggup membayangkan hal itu, Dibenamkannya muka ke bantal sedang gerahamnya dikatupkan keras-keras. Jengkel sekali hatinya! la cuma mengikuti petunjuk Peter la bahkan sedang melakukan tugas dengan sangat baik, ketika pemuda yang mengesalkan itu muncul! Orang itu menyangka bahwa ia hendak berbuat jahat, lalu menyeretnya pulang.
Besok ia terpaksa mengatakan pada Peter dan Janet, bahwa ia keluar dari Sapta Siaga. Mereka akan terpaksa mengadakan rapat pada Senin sore, untuk menentukan apa yang hendak dilakukan seterusnya apabila ia sudah tak ada lagi. la akan menghadiri rapat itu untuk terakhir kali. Sudah itu, ia takkan pernah lagi menghadiri rapat-rapat rahasia yang mengasyikkan.
"Kalau aku terus memikirkan soal ini, lama-lama bisa menangis, ujar George memarahi dirinya sendiri. Dikepalkannya tinju, dan dipukulkannya keras-keras ke bantal. Bantal itu dianggapnya pemuda yang menyeretnya tadi. Nah, rasakan balasanku. Nah! Nah! Ini satu kali lagi!
Sudah itu ia merasa agak lega. Tapi lama juga ia belum bisa tertidur. George yang malang!
" "VII GEORGE DIGANTIKAN ANGGOTA BARU
"SENIN SORE sehabis sekolah dilangsungkan rapat Sapta Siaga. Semu
a anggota tahu yang akan dibicarakan persoalan George.
Paginya anak itu mendatangi Peter, lalu menceritakan apa yang telah terjadi, dengan dirinya. Peter sangat kaget mendengarnya.
"Kita harus mengadakan rapat selekas mungkin, katanya. "Kita merundingkan tindakan yang harus diambil. Kasihan. malang benar nasibmu!"
Sore itu mereka mengadakan rapat dalam gudang, yang pintunya dihiasi dengan dua buah huruf: S.S. Suasananya murung dan serius. George datang, lalu menyebutkan kata semboyan dengan suara yang agak gemetar. la masuk, dengan lencana yang tersemat di dada untuk terakhir kalinya.
"Awas'" katanya. Begitu terdengar kata semboyan itu, pintu dibukakan dari dalam. Yang lain sudah hadir semua, termasuk Skippy.
"Hai George, ujar Janet menyapa. Sedih hatinya melihat George yang nampak sangat menderita. "Malang benar nasibmu!
""Tentunya Peter telah menceritakan. apa yang terjadi pada diriku, kata George sambil duduk di atas sebuah peti. "Yah. seperti dikatakan oleh Janet, nasibku memang malang!" .
George melepaskan lencana keanggotaan dan bajunya, lalu diserahkan pada Peter. "Dengan ini aku mengundurkan diri dari Sapta Siaga, ujar George dengan suara gemetar. "Terima kasih, karena aku boleh menjadi anggota selama ini. Aku sebenarnya sangat enggan meninggalkan kalian. Tapi kata Ayah, aku harus berhenti."
"Jahat benar ayahmu!" tukas Pam, karena merasa kasihan pada George.
Tapi George tak menerima ayahnya dikecam, sama seperti ketidaksenangannya dipaksa keluar dari Sapta Siaga.
"Ayahku tidak jahat," ujarnya membela. "Yang salah pemuda itu. Ialah yang menjadi penyebab kemalanganku sekarang, karena terlalu banyak membikin ribut. Padahal tahu. aku sama sekali tak berniat jahat. Dialah yang jahat - bukan ayahku!" -
"Tahukah kamu, siapa orang itu"" tanya Jack.
"Entahlah, jawab George. "Aku belum pernah melihatnya. Ketika Ayah menanyakan alamat, ia mengatakan bahwa tinggalnya di sebuah hotel kecil. Nama hotel itu 'Jalak'. Namanya sendiri tak disebutkan olehnya."
"Kepingin sekali rasanya aku pergi menyelidiki siapa dia. Ingin kukatakan padanya, bagaimana pendapatku tentang sikapnya padamu!" tukas Jack dengan suara marah. Mukanya masam.
"Paling-paling kau juga akan diseretnya ke rumah! Sebagai akibatnya, nanti kamu juga akan mengalami kerepotan dengan orang tuamu!" kata George melarang. la merasa agak terhibur, karena teman-teman besar perhatiannya. "Terus terang, aku tak mengerti kenapa ia ikut-ikut turun tangan. Juga ketika sudah kukatakan siapa aku dan di mana aku tinggal, ia masih tetap saja bersikap jahat."
"'Hotel Jalak, kata Peter setengah menggumam, sambil menulis dalam buku catatannya. "Sebaiknya kita datangi saja pemuda itu, untuk mengatakan bahwa perbuatannya jahat sekali,
"Aku juga ikut." ujar Pam dengan tabah. Tapi Peter melarang. Ketiga anggota lelaki saja sudah cukup.
"Apa yang akan kaulakukan sekarang dengan Sapta Siaga"" tanya George sesudah beberapa saat. "Maksudku, kalian tinggal berenam, karena aku sudah keluar. Apakah kalian akan menjadi Serikat Sextet Siaga""
"Tidak, balas Peter, "Nama apa itu, Sextet Siaga! Kedengarannya aneh! lagipula, kita mulai sebagai Sapta Siaga. Jadi kita akan terus sebagai Sapta Siaga pula. Serikat sepenting kita tak bisa diubah-ubah dengan seenaknya."
"Kalau begitu, kalian akan mencari anggota ketujuh, kata George dengan sedih. "Kurang enak rasanya bagiku. tapi apa boleh buat. Siapa yang akan kalian ambil menjadi anggota baru" Lennie, atau Richard""
"Tidak!" jawab Peter tegas. Semua memandangnya, karena ingin mengetahui pada siapa pilihannya dijatuhkan.
"Tidaklah lebih baik, bila kita semua menuliskan nama seseorang, dan sudah itu kita lakukan pemungutan suara untuk menentukan siapa yang akan kita ambil, usul Colin. "Itu apabila kita memang harus menerima anggota baru. Aku tak begitu suka, apabila ada anak lain menggantikan George."
"Kalian semua pasti akan menyetujui calon anggota yang kuusulkan. Percayalah, ujar Peter. Matanya bersinar-sinar. "Aku tanggung, pasti takkan ada yang menolak!"
"Siapa dia!" tanya George. Kasihan, sangat sedih hatinya membay
angkan anggota hebat yang pasti akan disenangi seluruh anggota.
"Ya, siapa anak itu"" tanya Janet dengan heran. la tak tahu, siapa yang dimaksudkan oleh abangnya.
"Ia ada di sini, kata Peter, "Tapi ia menjadi anggota hanya untuk sementara saja. Jadi bukan anggota untuk selama-lamanya. la menjadi anggota sementara. sampai George diperbolehkan menggabungkan diri kembali. Aku sudah bertekat untuk mencari pemuda itu. Aku hendak meminta padanya. agar ia mau mendatangi orang tua George. Kusuruh ia meminta pada mereka, agar George diperbolehkan lagi menjadi anggota Sapta Siaga. Tanggung orang itu tak tahu, petapa pentingnya bagi George untuk menjadi anggota serikat kita."
"Tapi siapakah anggota sementara yang kau maksudkan"" tanya George. la memandang berkeliling. "Di sini tak ada orang lain, kecuali kita bertujuh. "
"Skippy!" seru Peter. Anjing itu meloncat ketika mendengar namanya dipanggil. Ekornya dikibas-kibaskan dengan kuat. "Skip, maukah kamu menjadi anggota sah Sapta Siaga, sampai George boleh bergabung kembali""
Skippy menyalak-nyalak dengan gembira, seakan-akan mengerti apa yang dikatakan Oleh tuannya. Anak-anak tertawa melihat anjing yang lucu itu. George juga ikut geli. -
"Ya ampun, Skippy yang kaumaksudkan rupanya!" ujar anak itu, "Skippy memang satu-satunya calon anggota, yang dengan senang kuterima sebagai penggantiku untuk sementara! Sesungguhnya. dia memang sudah termasuk dalam Sapta Siaga kita. Tapi walau begitu, kuharapkan dengan sangat semoga aku bisa menjadi anggota lagi. Tapi aku tak terlalu kecil hati lagi karena aku tahu bahwa Skippy-lah yang menjadi anggota ketujuh. Tak bisa kubayangkan betapa sedih hatiku, jika Lennie atau Richard yang mengambil tempatku."
Suasana menjadi agak riang. Skippy berlari-lari mendatangi setiap anak yang duduk dalam ruangan gudang itu, lalu menempelkan kepalanya sebentar.
""Dia seolah-olah hendak mengucapkan terima kasih atas kehormatan yang diberikan padanya," ujar Jack mengomentari. "Skippy yang manis! Peter, sematkan lencana kita ke kalung lehernya. Skip, kau tak boleh lupa kata semboyan ya. Kubisikkan sebentar ke telingamu. AWAS!"
Rapat bubar sesudah itu. George mengucapkan selamat berpisah dengan terharu. Skippy mengantarkan para anggota sampai ke pintu pagar. Sudah itu ia kembali ke rumah. Alangkah bangga anjing itu. Pasti anjing-anjing lain akan mengiri kalau melihat lencananya yang bagus!
" VIII BEBERAPA BUAH LAPORAN
"KEESOKAN SORENYA diadakan rapat Sapta Siaga lagi. untuk mendengar hasil-hasil usaha latihan yang telah dilakukan. ketujuh anggota hadir semua. Tapi kali ini Skippy anggota ketujuh, bukan George. Rasanya agak janggal, rapat tak dihadiri oleh teman mereka itu.
Pertemuan berlangsung tanpa banyak mengobrol terlebih dulu. Janet yang pertama memberi laporan. Anak perempuan itu mengeluarkan buku catatan, lalu mulai membaca.
"Aku melakukan tugas di stasiun kereta api, katanya sambil membaca catatan, "di situ aku memilih tiga orang untuk kuamat-amati. Mereka turun dari kereta api yang datang dari Pilberry pukuI10.13."
"Orang pertama seorang wanita tua bermuka bundar. Hidungnya besar. di sisinya ada jerawat. Wanita itu mengenakan mantel hijau dengan ikat pinggang, memakai topi dengan hiasan berupa buah-buah ceri merah. Kecuali itu - "
"Itu Nyonya Lawson!" seru teman-teman serempak. Janet tertawa girang.
"Betul, katanya. "Aku memilih dia, untuk mengetahui apakah aku akan mampu melukiskan wujudnya dengan cukup baik, sehingga dapat kalian kenali. Orang kedua tak begitu menarik. Seorang wanita muda berpakaian juru rawat, berambut pirang, mukanya manis seperti boneka, kedua kakinya kecil. Jalannya cepat."
"lukisanmu ringkas dan baik," kata Peter memuji adiknya. "Rasanya aku akan bisa mengenal wanita itu, apabila berjumpa dengannya. Menurut pendapatku, kau pandai mengamat-amati, Janet."
Muka Janet menjadi merah. karena senang bercampur malu. Senang rasanya dipuji oleh Peter.
"Dan ini orang terakhir yang kuamat-amati, kata anak perempuan itu. "Aku memilih dia, karena kelihatannya sungguh-sungguh aneh. Dengarlah, la mulai membaca lagi.
"Seorang laki-laki. Punggungnya bungkuk sekali, jalannya agak pincang. la memakai topi usang yang lembek dan dibenamkan dalam-dalam. Memakai jas panjang dengan bagian bahu yang kelihatan sangat persegi. Kakinya terlalu kecil untuk ukuran badannya. Tangannya aneh-"
"Tangannya aneh" Apa maksudmu"" tanya Peter meminta penegasan.
"Entahlah! Aku tak tahu. ada apa dengan tangannya itu, jawab Janet. "Kelihatannya seperti kehilangan dua buah jari. Sedang tangan itu sendiri cacat, nampaknya bengkok. 0 ya, ia mengisap rokok dengan pipa. Itulah hasil catatanku mengenai orang itu."
"Bagaimana dengan warna rambutnya, dasi atau selendangnya. Bagaimana caranya berjalan - cepat, lambat atau biasa saja"" tanya Peter lagi.
"Topi yang dipakainya dibenamkan terlalu dalam. Karena itu aku tak tahu warna rambutnya. Di lehernya tak kelihatan dasi atau selendang, kata Janet. "Sudah kukatakan tadi. jalannya agak pincang. Nah, bagaimana hasil pengamatanku"
Sapta Siaga 05 Mencari Anjing Hilang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Bisakah kalian mengenali orang itu, bila berjumpa dengan dia""
"Rasanya bisa! jawab semua anggota. Tentu saja, kecuali Skippy. Anjing itu hanya mengibaskan ekor saja. "Hebat pengamatanmu itu, Janet!"
"Sekarang giliran kalian berdua, Barbara dan Pam, tutur Peter. Tapi ternyata hasil catatan mereka mengecewakan.
"Catatan itu kedengarannya seakan-akan kalian sewaktu menulisnya sedang terserang penyakit tertawa, kecam Peter. "Sudah, jangan baca lagi. Toh takkan ada gunanya, jika kita memang benar-benar memerlukannya untuk mengetahui sesuatu. Payah deh, kalian ini! Sekarang kamu, Colin. Apakah kamu masih sempat berlatih mengikuti orang dari belakang""
. "Wah, tidak," ujar Colin. "Sabtu malam aku mulai terserang pilek. Jadi Ibu tak mengizinkan aku pergi ke luar. Sebenarnya aku berniat melakukannya malam ini, sehabis rapat. Maaf deh, tapi benar-benar bukan salahku."
"Baiklah, kata Peter. "Sekarang tinggal aku dan Jack saja yang belum memberi laporan, Kami menemukan tempat pengintaian yang baik, dari balik ranting berdaun rimbun yang tumbuh pada sebatang pohon elm yang besar. Kami bisa menyembunyikan diri di situ dengan baik. Kami duduk sambil mengintip dari sela-sela daun. Mula-mula kami tak melihat apa-apa,
"Memang tak banyak orang yang lewat di jalan itu, kata Jack menerangkan. "Kami mengambil Jalan Fairmile. Kalian tahu sendiri. jalan itu panjang sekali. Orang-orang kebanyakan naik bis. Lama sekali kami menunggu, tapi tak ada juga orang lewat."
"Sebenarnya laporan kami singkat saja." kata Peter. "Satu-satunya yang mungkin menarik adalah sebuah mobil yang lewat dan kemudian berhenti dekat tempat kami bersembunyi."
"Kenapa kauanggap hal itu menarik"" tanya Pam.
"Persoalannya tidak terlalu menarik, ujar Peter terus terang. "Kejadian yang kami lihat, hanyalah seorang laki-laki yang turun dari mobil sambil membawa anjing. Anjing itu jenis pudel, berbulu kelabu. Kalian juga tahu bagaimana -rupa pudel - berambut keriting di bagian kepala dan bahu serta kaki, sedang selebihnya dicukur gundul! Menurut perkiraanku, anjing itu ketakutan setengah mati! Tapi kemudian ternyata binatang itu hanya agak pusing karena tak biasa naik mobil. Tak lama kemudian sudah sehat lagi, lalu mengendus-enduskan hidung. Biasa, seperti yang selalu dilakukan oleh anjing,
"Tapi dia tak suka ketika dimasukkan kembali ke dalam mobil, kata Jack melengkapi laporan mereka. "Pudel itu ribut melolong-lolong, dan meronta-ronta hendak membebaskan diri dari orang yang memegangnya. Tapi orang itu kasar sekali sikapnya, sehingga anjingnya terpaksa menurut pada akhirnya."
"Barangkali binatang malang itu tahu, ia pasti akan mabuk kendaraan lagi, ujar Janet. "Masih ingatkah kamu pada anjing tetangga kita, Peter" Setiap kali dia dibawa pergi dengan mobil, pasti melolong-lolong. la tak suka naik mobil karena selalu menjadi pusing sebagai akibatnya,
"Ah, laporanmu tak begitu menarik, kata Barbara. Senang rasanya, karena bisa membalas kecaman Peter terhadap laporan yang dibuat olehnya bersama Pam. "Kalian sempat mencatat nomor mobilnya" Pasti lupa'"
"Sebetulnya tak ada gunanya untuk mencatat nomornya, jawab Peter. "Tapi kami tet
ap melakukannya. Ini dia - PSS 188."
"PSS - Pudel Sangat Sakit!" ujar Colin. "Nomor itu mudah diingat!"
Teman-temannya tertawa mendengar komentar itu. Sudah itu mereka terdiam. Peter menutup buku catatannya.
"Itulah hasil pengintaian kami, katanya. "Menurut pendapatku, tak banyak hasil yang kita capai. Laporan Janet yang paling baik. Dengannya kita sekarang tahu, betapa keahliannya apabila disuruh melukiskan rupa seseorang yang cuma sebentar saja dilihatnya. Polisi selalu menanyakan keterangan pada umum tentang orang-orang yang dilihat. Tapi jarang sekali ada yang mampu mengingat dengan baik rupa seseorang asing yang mereka lihat."
"Kalau Janet lain! Dia akan bisa menuturkan selengkap-lengkapnya, kata Pam dengan agak iri
"Satu-satunya persoalan penting yang diakibatkan oleh latihan kita ini, George terpaksa keluar dari Sapta Siaga, ujar Colin dengan murung. "Bagaimana pendapatmu, Peter" Masih ada gunanyakah, jika aku berlatih membuntuti orang malam ini" Maksudku, hasil latihan kita tak begitu banyak. Dan aku tak kepingin ikut tertangkap, seperti George,
"Seharusnya George jangan memandang ke depan saja! la juga perlu menoleh ke belakang, kata Peter. "Jangan kauperbuat kekeliruan yang sama. Menurut pendapatku, sebaiknya kau berlatih saja, Colin. Dan mestinya Barbara dan Pam juga mengulang latihan mereka!" Tapi detik berikutnya ia membungkam. karena tertumbuk pandangan mata kedua anak perempuan itu yang melotot! Colin bangkit dari duduknya.
"Baiklah. akan kulakukan tugasku, katanya. "Apa yang akan kalian kerjakan sekarang""
"Kita masuk saja ke rumah, dan bermain-main di sana, usul Janet. "Kita masih berlima-" ia cepat-cepat menambahkan, ketika Skippy menggonggong seolah-olah, memprotes, "maksudku berenam! Jangan marah, Skip. Masih ada waktu satu jam lagi, sebelum saat makan. malam. Ayo, kita ke dalam saja."
Mereka berlima, berenam ditambah dengan Skippy, masuk ke dalam rumah. Tak lama kemudian, mereka sudah asyik bermain kartu. Suasana dalam kamar tenang. Tapi hanya sebentar saja. Tiba-tiba jendela diketuk dari luar. Toktok- tok' Toktoktokl Siapa yang mengetok dari luar"
"Cepatlah, buka jendela. Ada sesuatu yang penting!"
"IX LAPORAN COLIN YANG ANEH
" "BUKA jendela!" seru Janet sambil meletakkan kartunya. "Itu Colin" ada apa"" Peter membuka jendela, supaya Colin bisa masuk. Untung saja Ibu tak melihat. Karena tak pantas masuk rumah lewat jendela. Colin melangkahkan kaki melewati ambang jendela, lalu masuk. Napasnya terengah-engah.
"Terima kasih, katanya. "Aku memang sengaja tak mau masuk lewat pintu depan atau pintu belakang. Aku khawatir ibumu akan melihat, lalu menanyakan apa yang terjadi. Karena itu aku mengetok jendela karena nampak kalian ada di dalam sedang main kartu,
"Apa yang terjadi dengan dirimu"" tanya Peter. "Pakaianmu kotor. Dan tanganmu berdarah!"
Ah, ini bukan apa-apa, jawab Colin. "Laporanku lebih penting. Dengarlah! Tadi kan aku kau suruh mencari seseorang untuk kuikuti dari belakang, bukan"
"Betul." jawab teman-temannya.
"Nah, mula-mula aku tak berjumpa orang sama sekali," sambung Colin lagi. "Lagipula, hujan mulai turun. Kesal hatiku karenanya. Oleh sebab itu kuputuskan untuk langsung membuntuti orang pertama yang kulihat."
"Siapa dia"" tanya Jack.
"Seorang pemuda yang menggiring anjing, jawab Colin. "Mula-mula kukira anjing itu sedang diajak berjalan-jalan pada waktu sore. Tapi binatang itu kelihatannya tak begitu suka, karena tak henti-hentinya bersuara seperti menangis sambil mencoba melarikan diri. Aku khawatir dia akan mencium bauku pada saat membuntuti dengan diam-diam dari belakang. Tapi ternyata tidak! Mula-mula aku tak bisa mengenali jenis anjing itu, karena di luar hujan dan kegelapan menghalangi penglihatanku. Tetapi ketika mereka lewat di bawah lampu jalan, kuketahui juga jenisnya."
"Anjing apa yang kaulihat"" tanya Janet.
"Seekor bull-terrier, kata Colin, "bagus sekali. Benar-benar anjing yang bagus. Ada teman ibuku yang memelihara anjing-anjing jenis itu, karenanya aku mengetahui anjing bull-terrier yang bagus. Aku terus membuntuti orang yang barjalan
sambi! menyeret anjing itu. Aku tak mengalami kesukaran, karena orang itu terlalu repot! la sibuk menyeret-nyeret. sehingga tak sempat melihat bahwa aku mengikuti dari belakang! "
"Teruskanlah dengan laporanmu. Apa yang menyebabkan kamu kemudian tergopoh-gopoh datang kemari" tanya Peter dengan perasaan tak sabar.
"Tunggu saja dulu, kata Colin. "Aku terus membuntuti mereka, lewat Jalan Hartley dan melintasi Medan Plain, kemudian memasuki sebuah lorong. Lorong itu sempit dan gelap. Di kiri kanannya berjejer beberapa buah bangunan besar. Aku memasuki lorong itu dengan hati-hati, karena tempatnya sangat gelap. Aku tak berani menyalakan lampu senter,
"Kau lihatkah orang itu dalam lorong"" tanya Jack.
"Kau ini mengganggu saja, tukas Colin dengan agak kesal. Aku mau bercerita dengan caraku sendiri! Kita sampai pada bagian yang aneh, la berhenti sebentar, sehingga temannya menahan napas.
""Aku berjalan terus, hampir sampai ke ujung yang satu lagi, katanya melanjutkan cerita. "Tiba-tiba kudengar langkah orang itu datang kembali. Aku tahu dia yang datang, karena orangnya sering 'batuk-batuk kecil. Persis seperti kakekku, kedengarannya kering dan beruntun-runtun."
"Apa yang kauperbuat"" tanya Janet dengan tak sabar. karena sekali lagi Colin berhenti untuk menarik napas.
Dengan cepat aku menyembunyikan diri ke balik gerbang sebuah pintu, kata Colin. "Orang itu lewat tanpa melihat aku. Tapi anjing yang tadi dibawa olehnya. sudah tak ada lagi. Aku kepingin tahu, dikemanakan anjing itu, dan kenapa La memasuki lorong itu keluar lagi. Sesudah dia lewat, aku terus berjalan sampai ke ujung lorong. Di sana kunyalakan lampu senter."
"Dan kautemukan anjing itu"" tanya Pam.
"Tidak, balas Colin. Ujung lorong itu bermulut pada sebuah pekarangan sempit, yang dikelilingi tembok tinggi. Tempatnya' sangat jorok, penuh dengan sampah. Cahaya senter kusorotkan ke sana ke mari. Kukira anjing itu akan nampak di suatu tempat, barangkali dalam keadaan terikat. Atau bahkan terkurung dalam kandang. Tapi anjing itu sama sekali tak ada di sana!"
"Kalau begitu, di mana dia" tanya Janet dengan bingung.
Itulah hal yang aneh, ujar Colin. "Sudah kucari ke setiap sudut. Kutajamkan telinga, tapi tak kedengaran apa-apa. Kucoba memanggil dengan suara pelan. tapi tak ada jawaban: Tak terdengar suara menggeram, atau melolong. Sedang bunyi sesuatu yang bergerak pun sama sekali tak terdengar. Padahal tak ada jalan keluar dari pekarangan itu, kecuali melalui lorong. Jadi dapat kalian bayangkan, betapa bingungnya aku saat itu. Maksudku, tak mungkin seekor anjing bisa menghilang begitu saja!"
Skippy menggonggong sebagai jawaban. Terdapat kesan bahwa ia membenarkan ucapan Colin.
"Aku menyusup ke sana ke mari dalam pekarangan jorok itu, tutur Colin. "Karena itulah pakaiannya menjadi k6tor. Sedang luka di tanganku, karena tersangkut pada kawat duri. Tapi anjing bull-terrier yang bagus itu tetap lenyap. Dan aku tak berhasil menemukan pintu atau lubang lain, yang memberi jalan padanya untuk keluar. Nah - sekarang kutanyakan pada kalian" Di mana anjing itu" Apakah yang telah dilakukan oleh orang yang kulihat itu padanya, dan untuk apa" Bingung aku dibuatnya. Karena itu aku datang ke mari, untuk menceritakannya pada kalian,
"Ada sesuatu yang aneh tentang kejadian ini, kata Peter. "Kuusulkan agar kita besok bersama-sama pergi ke pekarangan yang diceritakan oleh Colin. Kita memeriksa tempat itu. Kalau ada tempat tersembunyi di sana, di mana anjing bull-terrier dimasukkan, kita pasti akan berhasil menemukannya."
""Sayang George tidak bisa ikut lagi, kata Ja.net menyesali. "Peter, pergilah ke hotel tempat 'penginapan pemuda yang mencelakakannya. Minta pada orang itu, supaya ia mau pergi ke orang tua George. Barangkali dia bisa meminta pada mereka. agar George diizinkan menggabungkan diri kembali dengan Sapta Siaga."
Janet sangar kasihan pada George. "Ia pasti akan sangat kecewa. apabila tahu bahwa kita sekarang menghadapi persoalan misterius, dan ia tak bisa ikut menyelidiki." .
"Baiklah. Kita pergi besok, sehabis sekolah, kata Peter. "Sudah itu kita
memeriksa pekarangan aneh yang ditemukan oleh Colin:"
"Setuju! Tak mungkin ada anjing yang bisa menghilang, komentar Jack. "Aku yakin, di tempat itu ada kandang anjing - atau suatu tempat lain yang bisa dipakai untuk mengurung. Kau saja yang tak melihatnya, karena tempat itu gelap." Kalimat terakhir itu ditujukannya pada Colin.
Ah, aksi kau ini '" ujar Colin dengan agak jengkel. "Kuberi kamu sepuluh penny dari tabunganku, jika kamu berhasil menemukan kandang anjing di sana. Lihat saja besok'"
" X PEMUDA D1 HOTEL JALAK "KEESOKAN HARINYA, sehabis sekolah, Colin, Jack dan Peter berangkat menuju ke Hotel 'Jalak'. Mereka ingin bertemu dengan pemuda yang menyeret George ke rumah orang tuanya, dan yang menyebabkan teman mereka itu terpaksa keluar dari Serikat Sapta Siaga. Mereka berunding sebentar, untuk menentukan apa yang hendak dikatakan padanya.
"Kita ceritakan saja padanya, apa-apa saja yang telah berhasil dilakukan oleh Sapta Siaga, usul Peter. "Pasti ia juga akan menyadari, bahwa anggota-anggota suatu serikat yang mengerjakan tugas-tugas yang telah kita lakukan, pasti terdiri dari anak-anak laki dan perempuan yang tidak nakal. Aku juga bisa meminta padanya supaya pergi ke kantor polisi. Mereka pasti bisa banyak bercerita tentang kita. Polisi pasti mau membantu, karena kita juga sudah sering menolong mereka."
Mereka bertiga sampai di Hotel 'Jalak'. Hotelnya kecil, dan kelihatannya sangat sederhana. Dalam ruang depan duduk seorang wanita. Dengan sopan Peter bertanya padanya, apakah di situ tinggal seorang pemuda. Jika benar, bisakah mereka bicara sebentar dengan orang itu"
"Namanya siapa"" tanya wanita itu.
"Kami tak tahu, jawab Peter.
"Bagaimana rupanya" tanya wanita itu lagi.
Kedengarannya mulai hilang kesabarannya.
"Itu pun tak kami ketahui, jawab Peter. la mulai merasa agak malu. la menyesal. karena lupa menanyakan keterangan tentang diri orang itu pada George. "Satu-satunya keterangan yang kami ketahui, orangnya masih muda."
"Oh, barangkali Tuan Taylor yang kalian cari, ujar wanita itu dengan nada agak kasar. "Dialah satu-satunya pemuda yang tinggal di sini. Tunggulah sebentar dalam kamar itu. Akan kukatakan padanya, bahwa ada orang yang ingin bertemu."
Mereka bertiga masuk ke dalam sebuah kamar yang sempit. Mereka menunggu di situ dengan agak canggung Tak lama kemudian masuklah seorang pemuda. la memandang ketiga anak yang menunggu di dalam dengan heran.
"Mau apa" tanyanya singkat. Peter yang menerangkan.
"Persoalannya mengenai George. Dia teman kami, ujarnya. "Maksudku, anak yang Tuan tangkap kemarin malam. Tuan mengira ia bermaksud jahat. Tapi sebetulnya ia hanya berlatih mengikuti orang saja. Tuan harus tahu, ia itu anggota serikat kami. Dan kami biasa melakukan hal-hal serupa itu. Orang tua George menyuruhnya untuk keluar dari Sapta Siaga. Jadi-"
""Itu bukan urusanku, kata pemuda yang ber- diri di depan mereka. "Tak ada yang dapat kulakukan untuknya. la sendiri yang salah, karena main yang aneh-aneh,
"Ia sedang berlatih, ujar Peter dengan agak kesal. "Serikat kami terkenal di sini. Polisi juga mengenal kami. Karena sudah sering kami tolong."
"Omong kosong'" bentak pemuda itu. -
"Kalau tak mau percaya juga, teleponlah Pak Inspektur Polisi. Tanyakan padanya tentang serikat kami!" tukas Jack dengan jengkel.
Pemuda itu kaget mendengar ucapannya. la memandang Jack agak lama, seolah-olah sedang memikirkan apakah sebaiknya menelepon polisi atau tidak. Tapi akhirnya ia tak jadi menelepon.
"Masa bodoh! Apakah kalian teman polisi atau tidak, tapi aku tak mau tahu lagi dengan persoalan teman kalian, katanya. "Habis perkara! la sendiri yang salah. Apa urusannya membuntuti orang dari belakang, baik untuk main-main atau tidak! Sekarang keluar dari sini. Cepat!"
Selama itu Colin tidak membuka mulut sama sekali. Hanya matanya saja yang terus memperhatikan pemuda itu dengan seksama. Peter melihatnya. la agak heran, kenapa Colin menatap wajah pemuda itu terus-menerus. Mungkinkah ia juga sedang berlatih mengamat-amati orang, seperti yang dilakukan oleh para anggota yang perempuan"
"Pada saat mereka keluar dengan perasaan suram dan jengkel. terdengar suara anjing menggonggong dari suatu tempat. Colin berpaling. lalu bertanya pada pemuda itu.
"Anjing Tuankah yang menggonggong""
"Anjing yang mana" Tidak. Aku tidak punya anjing. Dan tak ada gunanya aku punya anjing, jawab yang ditanya. "Di hotel ini kami tak boleh membawa anjing ke dalam."
Colin tak mengatakan apa-apa lagi. Ketiga anak laki-laki itu berjalan ke luar hotel. Mereka tetap membisu. sampai sudah berada di luar pagar.
"Jahat kelihatannya orang itu'" tukas Peter. melampiaskan kekesalannya sedari tadi. "Matanya bersinar kejam. dan bibirnya sangat tipis! Begitu aku melihat tampangnya, segera kuketahui bahwa memang begitulah rupa orang yang senang mencelakakan orang lain. Di sekolah pernah ada guru serupa dia. Mulutnya juga tipis sekali. Wah, galaknya tak kepalang lagi!"
"Colin, kenapa kamu tak menolong kami tadi"" tanya Jack sambil berjalan. "Tak sepatah pun kaukatakan, kecuali mengenai anjing yang kedengaran menggonggong. Mestinya kamu menyokong kami!"
"Tunggu dulu, jangan cepat-cepat marah. Akan kukatakan, apa sebabnya aku diam saja, balas Colin. Kedua temannya melihat. bahwa ia kepingin mengatakan sesuatu, tapi takut kedengaran orang lain. "Ayolah, kita pergi dulu menjauhi Hotel 'Jalak', supaya tak ada orang di situ yang bisa mendengar dan melihat kita."
Mereka melanjutkan berjalan beberapa ratus meter. Kemudian barulah Colin membuka mulut. la berbicara dengan suara berbisik.
"Dia itulah pemuda yang kulihat kemarin malam. menyeret anjing yang kemudian hilang!"
Jack dan Peter berhenti melangkah. Keduanya kaget mendengar ucapan Colin.
"Apa katamu" Kau yakin benar" Tapi tadi. sewaktu kautanyakan apakah anjingnya yang terdengar menggonggong, ia mengatakan tak punya anjing!" Peter berkata begitu dengan suara nyaring. sehingga Colin khawatir terdengar oleh orang-orang yang lewat. Disenggolnya ketua Sapta Siaga.
Menuntut Balas 8 Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira Wajah Di Jendela 2
Sapta Siaga - Mencari Anjing Hilang
Download Ebook Jar Lainnya Di
http://mobiku.tk http://inzomnia.wapka.mobi
I SUSI MENJENGKELKAN P ADA suatu sore, Peter berjalan pulang dari sekolah. Ini tidak mengherankan. karena sekolah di Inggris memang sampai sore. Peter berjalan sambil mengayun-ayunkan tasnya. Tiba-tiba ada seseorang datang berlari dari belakang dan menubruknya.
Sebagai akibatnya, tasnya terpental. Peter pun hampir saja terjungkir karena tubrukan itu. la menoleh dengan jengkel. Dikiranya yang melakukan George, atau Colin. Tapi dugaannya keliru. Susi yang menubruk dari belakang. Susi si Bandel berdiri di tepi trotoar, memandangnya sambil meringis.
"Jangan marah, ya, katanya mengejek. "Salahmu sendiri. menghalangi jalan. He. bagaimana kabarnya dengan Serikat Sapta Siaga kalian"
"Kau sendiri yang harus lihat jalan, Susi, balas Peter sambil memungut tasnya yang terlempar. "Kenapa kautanyakan tentang Sapta Siaga, itu kan bukan urusanmu! Kau ini selalu mau ikut-ikut saja."
"Kata Jack, Sapta Siaga sudah lama tak mengadakan rapat, ujar Susi lagi. seolah-olah tak mendengar perkataan Peter. la berjalan seiring. Peter jengkel sekali. Menurut perasaannya,
Susi anak perempuan yang paling menjengkelkan hati. Susi adik perempuan Jack. Dan Jack anggota Serikat Sapta Siaga. Peter merasa pasti, temannya itu tak mengatakan apa-apa tentang rapat mereka. Tapi Susi memang benar. Sudah lama sekali Sapta Siaga tak mengadakan rapat. Selama ini kesibukan di sekolah menyebabkan Peter tak begitu teringat pada serikat rahasia yang didirikan olehnya. "
"Kalau kamu kepingin tahu juga, sebentar lagi Sapta Siaga akan mengadakan rapat, katanya pada Susi. Padahal gagasan itu baru diambilnya pada saat itu. "Tapi kau tak boleh hadir! Dan kalau kau sampai berani mencoba-coba mengintai kami. tahu sendiri nanti akibatnya. Kau bukan anggota serikat kami, dan takkan mungkin akan kami terima!"
"Aku tahu, apa kata semboyan kalian yang terbaru, ujar Susi sambil lalu. la melompat-lompat melangkahi celah-celah batu trotoar. "Nah, apa katamu sekarang""
"Tak mungkin kau tahu, jawab Peter. la berusaha keras mengingat-ingat. Wah, bagaimana dia bisa sampai melupakan kata semboyan itu!
"Aku benar-benar tahu! Kata semboyannya 'Jack Sprat', bukan"" kata Susi ngotot sambil menyengir. Mata Peter terbeliak, Dari mana Susi mengetahuinya. Jack Sprat memang kata semboyan Sapta Siaga yang terbaru. Kata itu dirahasiakan. Karena itu tidaklah mengherankan, apabila Peter terkejut mendengar Susi meneriakkannya dengan lantang di tengah jalan, Anak perempuan itu melihat muka Peter yang masam. la tertawa geli.
"Betul kan kataku" Wah, payah serikat kalian. Kata semboyan rahasianya kuketahui. Semua anak perempuan di kelasku juga sudah tahu. Aku yang memberi tahu pada mereka. Jadi nanti kalau kalian mengadakan rapat lagi kami akan datang beramai-ramai. Kami akan meneriakkan kata semboyan itu, dan kalian harus mengizinkan kami masuk!" ..
"Siapa yang memberitahukan kata semboyan kami padamu"" tanya Peter dengan geram. "Aku yakin, pasti bukan Jack!"
"Memang bukan. Jack itu abang yang menjengkelkan sekali. la tak pernah mengatakan apa-apa padaku, ujar Susi. "Tapi sewaktu aku membuka lacinya untuk meminjam sapu tangan, di dalamnya kutemukan secarik kertas yang disembunyikan di bawah setumpuk sapu tangan. Dan di kertas itu tertulis kata-kata: 'Jangan lupa kata semboyan - Jack Sprat'."
"Kau ini memang selalu ingin mengetahui rahasia orang lain'" tukas Peter dengan marah. "Persis spion! Belum pernah kujumpai anak perempuan seperti kamu. Kenapa kau selalu ingin turut mencampuri urusan kami! Kamu selalu mencoba mengetahui kata semboyan kami, serta perbuatan kami!"
""Itu kan salahmu sendiri! Kenapa aku tak boleh menjadi anggota" balas Susi. "Sedang Janet kau perbolehkan. Begitu pula Pam dan Barbara."
"Kau ini memang tolol! Nama serikat kami Sapta Siaga. Sapta berarti tujuh. Tak mungkin kami menerima anggota lagi, karena dengannya anggota akan berjumlah delapan, jawab Peter. "Pokoknya, kami tidak mau menerimamu."
"Jahat benar kamu ini, kata Susi. la sebenarnya kesal,
tapi tak diperlihatkannya. "Baiklah! Akan kukatakan pada Jack, kalian sebentar lagi akan mengadakan rapat. Kapan""
""Awas, kalau kau sampai berani mengatakannya pada Jack'" bentak Peter. Sangat kesal hatinya menghadapi adik perempuan Jack itu. "Aku yang mengirimkan kabar tentang rapat kami. Kau sama sekali tak berhak melakukannya. Dan percuma saja jika kauhafalkan kata semboyan yang tadi. Akan kutentukan kata semboyan baru dengan segera. Para anggota Sapta ,Siaga akan kuberi tahu,
"Boleh saja! Jack, pasti akan menuliskannya kembali, agar jangan lupa, kata Susi sambil melompat-lompat pergi. "pasti aku akan berhasil lagi menemukan catatannya. Salam ya, pada Jack Spraaat!" Kata terakhir itu diteriakkannya dengan suara melengking tinggi.
Mata Peter melotot memandang punggung Susi, yang pergi meninggalk"f1nya berdiri di tepi jalan. Rewel benar anak perempuan itu! Peter merasa syukur, karena adik perempuannya, Janet, sama sekali tidak bertabiat seperti Susi. Peter meneruskan perjalanannya pulang ke rumah. Air mukanya menunjukkan bahwa ia sedang berpikir.
Memang, ia harus mengadakan rapat dalam waktu dekat. Sudah lama Sapta Siaga tak mengadakan pertemuan. Perserikatan mereka tak boleh sampai bubar, hanya karena tak pernah berapat lagi. Dan tak pernah pula mengalami kejadian-kejadian luar biasa.
Tapi tak mungkin memecahkan rahasia hal-hal dan kejadian-kejadian. kalau sama sekali tak ada yang terjadi,- pikir Peter. Jadi kita terpaksa mencari sesuatu yang dapat dijadikan kesibukan, sambil menunggu sampai terjadi sesuatu yang harus dipecahkan rahasianya. Memang adakalanya seakan-akan tak terjadi sesuatu apa pun. 0 ya, aku juga harus mengganti kata semboyan kita. Tolol benar Jack itu! Masakan kata semboyan itu dituliskan di kertas, karena takut lupa. Mestinya dia juga harus tahu. pasti Susi akan menemukan kertas itu.
Karena sibuk berpikir, tak terasa olehnya bahwa ia sudah tiba di rumah. Janet sudah sampai lebih dulu. Skippy anjing spanil mereka yang berbulu coklat kekuning-kuningan, datang menyongsong sambil menggonggong dengan riang.
"Hallo Skip" Tidak nakalkah kamu tadi"" tanya Peter meremas-remas telinga anjingnya dengan sayang. "Sudah makan atau belum" Kau juga sudah mencari jejak kelinci, dan menakut-nakuti tukang pos" Nah. kalau sudah - kau memang anjing manis!
Skippy menyalak seolah-olah mengerti. lalu berlari-lari berkeliling ruangan seperti digigit semut. Janet tertawa geli melihatnya.
"Dia sudah lama tahu kau datang. Sebelum kau muncul di pintu, Skippy sudah tahu, ujarnya. "Lucu sekali kelihatannya tadi, duduk dengan kepala dimiringkan. Ada kira-kira tiga menit ia duduk mendengarkan dengan sikap begitu. Mestinya ia sudah mengetahui, ketika kau membelok di pojok jalan.
"Janet, kata Peter sambil meletakkan tasnya yang berisikan buku-buku pelajaran, "kita harus mengadakan rapat Sapta Siaga selekas mungkin."
"Setuju'" seru Janet girang. Detik berikutnya ia tertegun. "Tapi kenapa" Ada sesuatu yang terjadi"" Mukanya bersinar penuh harap. Janet kecewa ketika Peter menggeleng.
"Ah, tidak ada sesuatu hal yang luar biasa yang terjadi, balas abangnya itu. "Cuma aku tadi berjumpa dengan Susi, adik Jack yang bandel. Ternyata ia berhasil mengetahui kata semboyan rahasia kita. Lagipula ia mengejek, karena kita sudah lama tak mengadakan rapat. Karenanya kita perlu mengadakan pertemuan. Dan kita juga harus memilih kata semboyan baru! Ambil kertas suratmu. Kita harus mengundang berapat selekas mungkin."
" II RAPAT SAPTA SIAGA "RAPAT Sapta Siaga diadakan keesokan harinya, sehabis sekolah. Tentu saja Peter dan Janet memberi tahu pada ibu mereka. Ibu menyarankan, agar sebelum berapat, para anggota Sapta Siaga makan dan minum teh dulu.
"Sehabis rapat, akan kucuci semuanya di dapur, kata Janet dengan gembira, ketika mendengar ajakan ibunya itu. "Hore! Sapta Siaga akan mengadakan rapat! Pasti para anggota gembira karenanya."
Surat-surat undangan dikirimkan pada kelima anggota lainnya. Semua gembira menerimanya. Jack mengaduk-aduk isi laci, untuk mencari kertas yang ditulisi olehnya dengan kata semboyan rahasia mereka.
Kertas itu berhasil ditemukannya. Tulisan dibacanya dengan mata yang makin lama makin besar karena heran. Inilah yang tertera pada kertas secarik itu:
"Jangan lupa kata semboyan - Jack Sprat. Bukan. Jack Horner. Salah. Jack pembunuh Raksasa. Ah bukan. Jack dan Jill yang benar!"
Jack menatap carik kertas yang dipegangnya. sambil mengerutkan dahi. Apa saja yang ditulisnya dulu" Memangnya ia sudah menjadi sinting" Yang mana kata semboyan yang benar" Jack merasa yakin, kata semboyan Sapta Siaga adalah Jack Sprat. Jack Sprat berarti kurcaci yang rajin. Cocok untuk serikat mereka. Tapi untuk apa ia menuliskan nama-nama lainnya" Itu kan semuanya nama yang berasal dari dongeng anak kecil!
Diperhatikannya tulisan yang tertera di atas kertas dengan lebih teliti. la mengumpat-umpat.
"Sialan, Susi lagi! Ialah yang menuliskan nama-nama dongeng ini ke kertasku, ujarnya dengan sengit. "Rupanya ia mengaduk-aduk laciku, lalu menemukan kertas ini. la membaca, dan sekarang mengetahui semboyan rahasia Serikat Sapta Siaga! Awas, akan kubalas kelancangannya itu!"
Untung bagi Susi. ia tak ada di rumah pada saat itu. la pergi ke rumah seorang temannya, diundang minum teh. Jack ribut mencari-cari lencana keanggotaannya. Akhirnya ditemukan juga olehnya. la sudah khawatir, jangan-jangan sudah ditemukan pula oleh Susi. Minta ampun, rasanya tak ada adik yang lebih menjengkelkan hati daripada Susi!
Jamuan teh ditentukan jam setengah lima, sepulang mereka dari sekolah. Janet dan Peter membawa segala-gala yang diperlukan ke gudang tempat pertemuan mereka yang biasa. Ruangan itu kelihatan meriah dan menyenangkan. Di satu pojok ada sebuah tungku minyak kecil. Alat itu untuk menghangatkan ruangan. Enam buah lilin diletakkan di berbagai tempat. Sedang untuk meja, dipergunakan sebuah peti. Janet menghamparkan selembar taplak di atasnya.
Sudah itu diletakkan dua teko besar. Isinya susu coklat yang masih panas. Kebiasaan di Inggris memang agak aneh. Orang di sana biasa minum teh di waktu sore, sambi! makan kue - jamuan itu disebut jamuan teh. Tapi walau yang dihidangkan bukan teh, namanya masih tetap sama: jamuan teh. Di sekeliling kedua teko itu diatur tujuh buah mangkuk. Sedang di atas rak yang terdapat di dinding. mereka letakkan tujuh buah piring berisi makanan.
"Ini roti dengan olesan madu, dan itu dengan ikan sardencis. Kau jangan terlalu rakus nanti ya!" kata Janet mengingatkan Peter. "Ini, ada pula roti kismis yang sudah dipotong belah dua, dan sudah diolesi dengan mentega dan selai. Apa lagi yang diberi oleh Ibu" Aduh, kue donat yang masih hangat, serta tarcis coklat yang baru dibuat hari ini olehnya. Dan ini kue lain, sudah dipotong menjadi tujuh bagian! Wah. kelihatan- nya enak sekali - dan masih ada pula biskuit bermacam jenis satu piring penuh!"
Mendengar Janet menyebut ketujuh jenis hidangan yang menerbitkan selera itu. Skippy mengetuk-ngetukkan ekornya ke lantai la meminta bagiannya.
"Bagianmu sudah kuletakkan di lantai, Skip. Tapi kau tak boleh makan mendului kami. Tunggu dulu sampai kami juga makan, kata Janet. Skippy memandang tempat makannya dengan rasa kepingin. Anjing itu melihat dua potong roti dengan ikan sardencis. Ikannya terdiri dari bagian ekor, serta tulang-tulang yang kecil dan tak membahayakan. Kemudian masih ada sebelah roti kismis, dengan sedikit olesan mentega, tapi tanpa selai. Skippy tak menyukai makanan yang manis itu. Sebagai pelengkap, masih tersedia pula sepotong biskuit besar, yang khusus untuk anjing - disemir dengan daging cacah. Hm! Makanan sedap untuk seekor anjing yang, lapar!
"Para anggota datang, ujar, Janet. ketika terdengar bunyi langkah-langkah di jalan kebun yang menuju ke gudang. la mengintip dari jendela. "Pam dan Barbara yang datang!"
Tok-tok-tok, terdengar pintu diketuk dari luar.
"Sebutkan kata semboyan!" seru Peter.
"Jack Sprat!" ujar kedua anak perempuan yang berdiri di depan pintu. Dengan segera Peter membukakan. Baru saja pintu ditutup kembali, terdengar lagi langkah-langkah mendekat, disusul dengan bunyi ketukan.
"Kata semboyan, tanya Peter.
"Wah, maaf sajalah. Kita sudah lama ta
k mengadakan rapat, sehingga aku melupakannya, terdengar suara jawaban dari luar. Bunyinya menunjukkan bahwa yang berkata agak bingung. Janet melirik ke Peter. Apakah abangnya akan marah! Jangan-jangan dia bahkan akan menolak membukakan pintu bagi Colin. Kasihan Colin!
"Tapi untung, Peter sama sekali tak marah. la membuka pintu, agar Colin masuk. Kelihatan sekali bahwa ia lega.
"Waduh!" katanya dengan mata bersinar-sinar, ketika melihat hidangan yang telah tersaji di peti yang dijadikan meja. "Maafkanlah, karena aku tak mengingat lagi apa kata semboyan kita. Begitulah akibatnya, kalau lama tak dipergunakan."
"Sudahlah, tak apa, jawab Peter. "Aku yang salah, karena lama tak mengundang kalian untuk rapat, Tapi sialnya, adik perempuan Jack yang bandel berhasil mengetahui kata semboyan kita itu. Sekarang kita terpaksa memilih yang baru."
Tok-toktok-tok! Pintu digedor dengan berirama.
"Semboyan!" seru Peter.
"Jack Sprat!" Terdengar dua suara menjawab serempak. Pintu dibuka untuk memberi jalan masuk pada George dan Jack. keduanya lengkap dengan lencana di dada. Pintu dikatupkan kembali. Lilin yang sudah dinyalakan menerangi gudang yang agak suram. Cahayanya berkelip-kelip, sehingga menambah kenikmatan duduk di dalam ruangan. Suasana terasa agak misterius. Memang itulah yang paling disukai Sapta Siaga!
"Untuk apa rapat ini"" tanya Jack, yang duduk di atas jambangan bunga yang dibalik. "Ada sesuatu yang istimewa""
""Tidak, jawab Peter, "nasib kita sedang sial. Tak ada apa-apa yang terjadi. Tapi kita tak boleh membiarkan serikat rahasia kita bubar, karena bosan menunggu-nunggu peristiwa yang tak mau terjadi juga. Tapi nanti sajalah hal itu kita bicarakan. Tolong tuangkan susu coklatnya, Janet! Jangan lupa, kita semua senang minum susu coklat yang manis. Jadi yang agak banyak gulanya."
Mendengar kata gula, Skippy ribut. Anjing itu menggonggong, meminta bagian. Diberi sepotong gula batu oleh Janet. Kemudian ia menuangkan susu coklat ke dalam tujuh buah mangkuk, sedang Peter mengedarkan hidangan makanan. Segera semuanya sibuk makan dan minum. Skippy menelan bagiannya dengan lahap.
Sepuluh menit kemudian semua piring hidangan sudah licin tandas. Tak sepotong remah pun yang masih tersisa. Sambil menghembuskan napas puas, Jack duduk memanjangkan kaki.
"Aaah, nikmat sekali hidangannya, katanya sambil mengusap-usap perut. "Masih adakah susu coklat yang tersisa""
"Masih, masing-masing setengah mangkuk, jawab Janet setelah melirik isi teko. "Sodorkan mangkukmu, supaya bisa kuisi lagi."
"Nah - sambil menikmati minuman tambahan, kita buka saja rapat hari ini, kata Peter. "Pertemuan ini sebenarnya tak begitu penting. Tapi banyak juga yang harus kita bicarakan. Kita juga "harus menyusun rencana Apabila Sapta Siaga sedang tak ada pekerjaan tertentu, kita harus mencari kesibukan lain. Bagaimana pendapat para anggota - setuju""
"Setuju, seru keenam anggota Sapta Siaga dengan gembira.
"Baiklah, kata Peter. "Kita mulai saja dengan rapat kita. Skip, jangan memukul-mukul dengan ekor, bikin ribut saja! Kau juga harus mendengarkan! "
" "III SEMBOYAN DAN BEBERAPA GAGASAN BARU
"SEMUA duduk dengan diam. Skippy tidak lagi memukul-mukulkan ekor ke lantai, karena dilarang oleh Peter. Anjing itu ikut duduk, sambil memiringkan kepala. la merasa sangat bangga. karena diperbolehkan menghadiri rapat rahasia kedua tuannya. Padahal Skippy bukan anggota tetap.
"Pertama-tama kita harus memilih kata semboyan baru, kata Peter. "Untuk sebagian, keperluan itu disebabkan karena Susi mengetahui semboyan kita yang sekarang!"
Jack kaget mendengar ucapan Peter. Bagaimana Peter bisa mengetahui bahwa Susi mengenal kata semboyan mereka"
"Ya, betul. Susi mengetahui kata semboyan kita, katanya, sambil mengeluarkan kertas secarik dari kantong celananya. Itulah kertas yang ditulisi dengan catatan olehnya, dan yang kemudian ditambah oleh Susi dengan nama-nama yang berasal dari dongeng anak-anak.
"Ini. lihat, ujar Jack. "Adikku itu menemukan secarik kertas ini, yang ada tulisan kata semboyan kita. Aku yang menulisnya. supaya tidak lupa. Kusembunyikan
dalam laci. Tapi Susi menemukannya, dan ditambah dengan coretan-coretannya sendiri. Tapi bagaimana kau sampai bisa tahu bahwa dia mengetahuinya, Peter""
"Susi sendiri yang mengatakan padaku, jawab Peter, "Ia rupanya mengira bahwa serikat kita hampir tak ada lagi. Pokoknya ejekan-ejekannya begitu menjengkelkan, sehingga kuputuskan untuk mengadakan rapat dengan segera. Jack, lain kali jangan terlalu pelupa dong! Masakan kata semboyan rahasia ditulis pada kertas, sehingga bisa, dibaca Susi!"
"Baiklah! Takkan kulakukan lagi,' ujar Jack dengan agak malu. "Tapi tak bisa kaubayangkan, betapa repotnya jika punya adik seperti Susi. Aku takkan heran, apabila pada saat ini kepalanya muncul di balik jendela, untuk mengintip apa yang sedang kita kerjakan."
Mendengar katanya itu, mereka semua memalingkan kepala ke arah jendela. Skippy juga ikut-ikut memandang. Peter menggelengkan kepala.
"Tidak ada orang di luar! Kalau terdengar bunyi gemerisik saja, pasti Skippy sudah menyalak untuk memberi tahu." la memandang pada teman-temannya. "Nah, bagaimana kalau kita sekarang memilih kata semboyan baru. Ada yang punya usul""
"Aku punya! Pengintip'" ujar Colin, karena masih teringat pada Susi. "Itu kan kata semboyan yang baik,
"Ya, pasti kita takkan melupakan kata itu. karena teringat pada Susi, sambut Janet.
"Tapi kita harus mengingat-ingat bahwa 'Pengintip' merupakan kata semboyan, dan bukannya Susi, ujar Pam dengan tertawa kecil. "Aku khawatir jawabku akan berbunyi 'Susi', jika minggu depan ada yang menanyakan apa kata semboyan kita,
Jack sering jengkel terhadap adik perempuannya. Tapi walau begitu, ia tak menyetujui kata semboyan yang diusulkan oleh Colin, karena kata itu diusulkan sehubungan dengan kelakuan Susi yang gemar mengintip. Bagaimana juga, Susi itu adiknya. Biarpun kadang- kadang anak itu sangat menjengkelkan sikapnya, tapi Jack masih tetap sayang padanya. Karena itu ia menggelengkan kepala.
"Aku tidak setuju. Aku tak suka pada kata semboyan itu. Kalau kalian tak keberatan, aku punya yang lebih baik. Pasti tak ada orang lain yang bisa menebaknya. Bagaimana kalau kita pakai kata 'Awas'" Kedengarannya cocok dengan kita."
"Ya, betul katamu itu," tutur Peter menyetujui. Teman-teman lain mengangguk. Mereka mencoba-coba kata semboyan baru itu. Mereka saling membisikkannya dengan suara rendah dan penuh rahasia. sehingga Skippy agak bingung mendengarnya. la tak tahu, apa yang sedang terjadi
"Awas!" bisik Janet pada Barbara dengan suara serius.
"Awasss'" desis Colin pada Jack.
"AWAS!" perintah Peter ke alamat Skippy. Dengan seketika anjing itu bangkit dari duduknya. lalu mengendus-enduskan hidung ke setiap pojok gudang. Seolah-olah ingin mencari, rahasia apa yang dibisik-bisikkan oleh setiap orang dalam ruangan itu. AWAS! Skippy memang tahu bahwa dia harus awas, tetapi awas terhadap apa"
"Coba lihat si Skippy, kelihatannya bingung, ujar Pam sambil tertawa. "Sudahlah, Skip! Awas itu kan cuma kata semboyan kita yang baru. Aku tanggung, tak ada di antara kita yang akan melupakannya. Kata semboyan itu baik sekali. AWAS! Hih, agak seram juga rasanya mendengar kata itu."
"Sekarang soal berikutnya. Kita harus membicarakan, apa yang hendak dilakukan oleh Sapta Siaga, ujar Peter. "Kurasa. kalian tak ada yang mendengar tentang sesuatu hal yang aneh, misterius atau luar biasa, yang bisa kita selidiki!"
Tak terdengar jawaban atas pertanyaannya itu. Mereka hanya saling berpandang-pandangan dengan penuh harap. Kemudian mereka menggelengkan kepala.
"Nah, karena tak ada barang aneh, kita tak bisa membuat rencana uf1tuk mengadakan penyelidikan. Kita putuskan saja untuk melakukan sesuatu." kata Peter lagi. "Maksudku, sudah lama sekali kita tidak mengadakan rapat. Sedang perkumpulan biasanya kemudian bubar kalau tak ada kegiatan. Jadi kita harus berbuat sesuatu, supaya minat tetap ada. Kalau tidak, nanti jika terjadi sesuatu. kita tidak siaga lagi!"
"Setuju! Tapi apa maksudmu dengan berbuat sesuatu"" tanya Colin. "Kita kan tidak bisa menyebabkan terjadinya sesuatu,
"Memang tidak. Aku pun tahu." kata Peter. "Tapi kita bisa saja b
erlatih. Kita memilih beberapa hal yang harus kita perbuat,
Apa misalnya"" tanya George.
"Kita bisa berlatih mengikuti jejak, ujar Peter. "Kita pun bisa mencoba melakukan penyamaran. Barangkali saja berhasil!"
""Kita menyamar" Mana mungkin"" bantah Pam. "Kita kan masih anak-anak. Kita tak bisa memakai jenggot palsu, atau pura-pura pincang, atau penyamaran lainnya. Pasti akan segera ke- tahuan apabila kita mencobanya juga,
"Memang, mungkin ide itu tak begitu baik, kata Peter mengakui. "Kita tinggalkan saja persoalan itu untuk sementara. Tapi kita bisa saja berlatih mengawasi seseorang. Sudah itu kita harus menuliskan keterangan sejelas-jelasnya mengenai orang itu. Dengannya kita bisa melatih diri, untuk memperhatikan hal-hal serupa itu. Gunanya besar sekali' Misalnya saja untuk melukiskan wujud seorang pencuri,
"Tapi bagaimana kita harus mengetahui, bahwa orang yang kita awasi seorang pencuri1" tanya Jack dengan bingung.
"Tentu saja kita tak tahu, " tukas Peter yang sudah mulai tak sabar. "Kita tak perlu tahu! Kita pergi ke suatu tempat, katakanlah stasiun kereta api. Kita duduk, lalu memperhatikan orang-orang yang sedang menunggu kereta api. Kita pilih salah seorang di antara mereka. Asal pilih saja, tak peduli siapa! Orang itu kita teliti dengan seksama. Kita menghafalkan segala-galanya yang kelihatan padanya. Sudah itu. apabila mereka sudah pergi, kita menuliskan hal-hal yang masih kita ingat pada secarik kertas. Latihan itu sangat baik untuk mengamat-amati orang,
"Kedengarannya tidak begitu asyik, bantah George. "Aku lebih suka mengintai orang, atau tugas-tugas seperti itu. Pokoknya, aku tak begitu bisa kalau disuruh melukiskan sesuatu. Di sekolah, angkaku selalu paling jelek dalam pelajaran mengarang. Aku tak tahu, apa yang harus kutuliskan"
"Ya, sudahlah! Kamu boleh melatih pekerjaan menguntit orang," kata Peter dengan murah hati. "Mungkin anak-anak perempuan lebih ahli mengenali orang, lalu melukiskan bagaimana rupanya."
Tiba-tiba Skippy menggonggong.
"He, ada orang di luar, kata Peter. "Cepat buka pintu! Biar Skippy keluar, Kalau yang datang itu Susi, kita kejutkan dia!"
" IV ASYIK RASANYA MENJADI ANGGOTA SERIKAT RAHASIA!
"TERNYATA bukan Susi yang berdiri di luar, ibu Peter datang untuk mengingatkan, bahwa hari sudah hampir malam. la sangat kaget, ketika Skippy lari ke luar pintu sambil menggonggong-gonggong dengan ribut. Tapi ternyata yang di luar cuma ibu Peter saja! Anjing itu kelihatan kecewa.
"Ah, Ibu! Sekarang kan belum setengah tujuh, keluh Peter. "Kami belum selesai berapat. Ya, aku tahu - kami belum membuat pekerjaan rumah. Tapi tadi tak banyak yang diberikan guru. Bolehkah kami teruskan sepuluh menit lagi""
"Baiklah. Betul-betul hanya sepuluh menit, ya, jawab ibunya sambil pergi. Pintu ditutup kembali. Serikat Sapta Siaga buru-buru melanjutkan rapat mereka.
"George, kamu bisa berlatih mengikuti jejak. Begitu juga Colin, ujar Peter. "Anak-anak perempuan melatih pengamatan. di stasiun atau di halte bis. Sedang Jack, kau dan aku akan berlatih menjadi mata-mata. Kita mencari tempat yang cocok untuk mengintai. Kita duduk di situ, lalu memperhatikan hal-hal yang terjadi sekitar kita. Tapi kita tak boleh dilihat orang. latihan ini besar gunanya nanti, apabila kita benar-benar harus melakukannya!"
"Bagaimana caranya kami mengikuti jejak"" tanya George. "Pasti akan ketahuan, apabila membuntuti orang pada waktu siang."
"lakukan pada waktu gelap, jawab Peter.
"Tapi jangan bersama-sama dengan Colin. Nanti akan cepat ketahuan. Kan tak ada gunanya, kalau begitu. Kalian harus berpisah. Pilih seseorang yang kalian lihat. Ikuti orang itu sampai ke rumahnya. Tapi jangan sampai terlihat oleh dia! Kalau dapat melakukannya, kalian hebat!"
"Aku lebih suka membongkar rahasia yang benar-benar ada, daripada repot-repot berlatih, gerutu George,
"Aku ketua serikat kita, dan kau harus menurut perintahku, balas Peter dengan agak sombong. "Kan aku bertugas mengurus. agar Sapta Siaga tetap hidup! Aku berusaha sebisa-bisaku."
"Lagipula. siapa tahu tiba-tiba terjadi sesuatu pada saat kita sedang be
rlatih, ujar Jack dengan gembira. "Biasanya kejadian-kejadian itu datang dengan sekonyong-konyong."
"Sebaiknya kita melatih pengamatan pada hari Sabtu pagi, kata Janet. "Aku akan pergi ke stasiun. Aku senang ke sana, karena tempatnya selalu sibuk dan berisik."
"Aku akan ke halte bis, sambung Pam. "Barbara, kau ikut dengan aku."
""Beres kalau begitu " kata Peter. la merasa senang karena sarannya diikuti. "Sekarang kita semua sudah mempunyai tugas rahasia. Kita akan sibuk terus dengannya, sampai terjadi sesuatu. Jack, kau akan kuberi tahu, apabila aku sudah berhasil menemukan tempat. Tempat itu harus baik untuk bersembunyi sambil mengawasi hal-hal yang terjadi di sekitarnya."
Semua bangkit dari tempat duduk masing-masing. Mereka agak menyesal. karena rapat selesai. Pam dan Barbara menawarkan diri untuk membantu Janet mencuci, sedang para anggota lelaki membantu membawakan piring dan mangkuk ke dapur.
"Aduh,sekarang tiba giliran pekerjaan rumah, keluh Peter. "Aku menyesal. tak mendengarkan baik-baik dalam kelas tadi pagi. Sekarang aku merasa buta! Tak tahu, bagaimana caranya membuat soal hitungan .yang diberikan." Tapi apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur!
Colin, Jack dan George meminta diri, sesudah mengucapkan terima kasih pada ibu Peter untuk hidangannya yang enak. Anak-anak perempuan sibuk membantu Janet mencuci. Sambil bekerja, mengobrol dengan ribut. Tentu saja mereka sama sekali tak menyinggung-nyinggung persoalan yang dibicarakan dalam rapat. Tak boleh ada seorang anggota pun yang mempercakap- kan persoalan-persoalan di luar rapat.
Tapi pikiran mereka masih tetap penuh dengannya. Asyik menjadi anggota serikat rahasia. Rasanya enak untuk mengingat-ingatnya, sebelum tidur pada waktu malam. Janet memperhatikan lencana Sapta Siaga-nya, pada saat melepaskan tanda keanggotaan itu dari gaunnya.
"S.S., katanya pada diri sendiri. "Sapta Siaga. Serikat rahasia yang paling hebat. Sabtu pagi nanti aku akan pergi ke stasiun, untuk mengamati seseorang yang dapat kulukiskan dengan tepat. Tak satu pun yang akan kulupakan. Warna dasinya pun tidak! Akan kubuktikan pada teman-teman, bahwa aku ahli dalam memperhatikan segala-galanya tentang orang yang baru sekali kulihat'"
"Malam itu Peter juga sibuk memikirkan apa yang akan dapat dilakukannya bersama Jack. Apakah sebaiknya ia mencari tempat persembunyian yang baik untuk mengintip" Di mana ada tempat begitu, yang menarik" 0 ya, ia mengenal suatu tempat yang cocok. Di tengah semak di tepi jalan besar! Mereka berdua bisa membawa buku catatan. Mobil-mobil yang lewat dicatat nomornya. Mereka juga bisa mencatat semua hal yang menurut mereka menarik, atau mencurigakan. Pasti akan asyik pekerjaan itu!
Setiap anggota menyusun rencana dengan seksama, hal-hal apa saja yang akan mereka lakukan. Mungkin George yang paling tekun. la ditugaskan, untuk mengikuti jejak seseorang. Hal itu akan dilakukannya sesempurna mungkin! Mula-mula ia akan bersembunyi di suatu tempat untuk menunggu sampai ada orang lewat. Sudah itu akan menyelinap ke luar, lalu membuntuti orang itu. la akan mengikuti dengan hati-hati, dan dengan diam-diam! George memutuskan untuk memakai sepatu karetnya dalam melakukan tugas pengintaian
Aku akan menyelinap di belakangnya, sambil berjalan terlindung bayangan. Persis seperti seorang polisi, yang sedang membuntuti maling atau mata-mata!" pikirnya dalam hati. "Aku akan bergerak seperti bayangan. Takkan ada yang tahu bahwa aku berada di situ. Aku akan memilih seseorang yang membawa tas. Supaya kelihatan seperti sungguh-sungguh. Aku akan berbuat seakan-akan tas itu berisi barang curian. Peta-peta rahasia, batu permata atau barang lain. Wah, pasti akan mengasyikkan!"
Akhirnya ketujuh anggota Sapta Siaga tertidur juga. Senang rasanya menjadi anggota serikat rahasia!
" V MENGIKUTI JEJAK " PETER, kapan kita akan mengadakan,rapat lagi"" tanya Janet pada abangnya pada hari Sabtu pagi. "Aku sekarang hendak pergi ke stasiun, untuk melakukan tugas latihan untuk Sapta Siaga. Kan aku harus memperhatikan seorang, dan sesudah itu memberikan laporan selengkapnya tentang diri o
rang itu. Aku kepingin tahu, kapan aku dapat menyerahkan hasil pekerjaanku pada Sapta Siaga. Aku akan melakukan tugasku dengan sebaik-baiknya,
"Rapat akan kuadakan pada suatu sore di pekan yang akan datang, jawab Peter. "Jadi masih cukup banyak waktu untukku. Sekarang aku hendak pergi dengan Jack, untuk mencari tempat persembunyian yang cocok untuk mengintai. Coba kuperiksa sebentar - apakah aku sudah membawa buku catatan dan pensil! Ah, ini dia. Nah. selamat bertugas di stasiun. Janet. Dan jangan satu orang saja yang kaupilih. Itu terlalu mudah. Paling sedikit harus tiga orang."
"Aku berniat memilih orang-orang yang kita kenal semua, kata Janet. "Itu kalau mungkin. Jadi kalian akan dapat memeriksa sendiri, apakah dapat mengenali orang-orang itu kalau aku membacakan ciri-cirinya yang kuingat,
""Bagus idemu itu, sambut Peter. "Nah, aku pergi saja sekarang menjemput Jack,
Peter berangkat. Janet juga pergi, tapi menuju arah berlawanan. la pergi ke stasiun. Dalam perjalanan ia melewati Barbara dan Pam. Kedua anak perempuan itu sedang duduk di bangku halte bis, memegang buku catatan. Mereka duduk sambil tertawa-tawa kecil.
"Kalian sudah mulai"" tanya Janet setengah berbisik.
"Belum. Belum ada bis yang berhenti di sini, jawab Pam. "Kami masing-masing akan memilih seorang penumpang yang keluar, sudah itu menunggu sampai bis pergi lagi. Kemudian kami akan mencatat dengan tepat: apa saja yang kami ingat tentang kedua penumpang itu,
Pada saat itu, Colin dan George sama sekali belum memikirkan tugas mereka untuk Sapta Siaga. Mereka memutuskan untuk melakukannya pada malam hari saja. Kalau hari sudah gelap akan lebih mudah mengikuti orang tanpa ketahuan. Tentu saja mereka tak akan pergi bersama-sama. Bukankah sudah dilarang Peter!
Tetapi ketika hari sudah malam, hanya George yang keluar rumah. Colin kebetulan bersin, dan terdengar oleh ibunya. Karena ibunya tahu ia mudah pilek. sesudah minum teh ia tak boleh keluar lagi.
"Tapi aku mesti pergi, Bu, ujar Colin dengan bingung. "Aku melakukan tugas untuk Sapta Siaga. Jadi aku harus pergi!"
""Apakah tak bisa dilakukan lain malam saja"" tanya ibunya. "Tentunya tugas itu tak perlu harus dilakukan malam ini juga,
Colin ragu sebentar. "Ya, memang - bisa saja kulakukan lain malam, katanya dengan jujur. "Baiklah, Bu. Malam ini aku takkan keluar. Tapi lain malam aku boleh ya, Bu""
Alhasil. hanya George saja yang melakukan tugas latihan mengikuti orang pada malam itu. la mengenakan sepatu bersol karet, supaya jangan kedengaran pada saat berjalan atau berlari. Dipakainya pula mantel berwarna gelap, sehingga tak terlihat orang kalau berjalan di tempat gelap. "la pun bahkan menghitamkan mukanya. Kelihatannya aneh sekali!
Ditatapnya bayangan mukanya di cermin. George meringis, menampakkan deretan gigi putih di muka yang hitam. "Lebih baik aku menyelinap saja ke luar, lewat pintu kebun, ujarnya pada diri sendiri. "Kalau Ibu sampai melihat keadaanku seperti begini, pasti akan kaget. Tampangku memang menyeramkan."
Setelah memikir sebentar, diambilnya pentung dari karet yang didapatnya sebagai hadiah Natal yang lalu. Sekarang aku bisa berpura-pura menjadi seorang polisi, pikirnya sambil mengayun-ayunkan pentung karetnya yang digantungkan pada pergelangan tangan. Pentung itu kelihatan persis dengan yang asli, padahal cuma terbuat dari karet tipis.
George mengendap-endap ke bawah, lalu menyelinap ke luar lewat pintu kebun. Karena ia mengenakan sepatu bersol karet, langkahnya sama sekali tak kedengaran. la berjalan cepat-cepat menuju pagar kebun, lalu pergi ke jalan yang gelap. Lampu-lampu penerangan jalan sudah dinyalakan. la terpaksa bergerak mengitari supaya jangan tertimpa sinar lampu jalan.
George berjalan dengan hati-hati, sambil mengayun-ayunkan pentung karet. Awas, para pencuri dan mata-mata. Gentar kalian sekarang, karena Detektif Bersol Karet sudah beraksi membuntuti jejak!
Tetapi siapa yang harus dibuntuti" Tak seorang pun yang lewat. Nanti dulu. itu kan bis "yang datang. Benarlah! Nasib George mujur. Kalau ada beberapa penumpang turun, ia akan bisa membuntuti salah
seorang dari mereka sampai ke rumah. Tak peduli di mana orang itu tinggal!
Bis berhenti agak jauh dari tempatnya. George melihat beberapa bayangan gelap bergerak, ketika sejumlah penumpang turun. Sekarang ada seseorang yang berjalan menuju ke tempatnya. Orang itu juga turun dari bis tadi. Nah. Orang ini bisa diikuti dari belakang. George merapatkan diri ke pagar semak sambil menunggu. la menunggu dengan napas tertahan. -
Orang itu lalu di depannya. Badannya jangkung, agak bungkuk. la memakai topi 'bowler'. yakni topi bertutup bundar yang banyak dipakai orang-orang kantoran di Inggris. Tangannya menjinjing sebuah tas. Bagus! Anggap saja dalam tas itu terdapat permata curian! George berniat membuntuti orang itu sampai ke rumahnya. Dengan begitu ia akan tahu, di mana tempat tinggal orang yang dianggap perampok itu.
Entah kenapa, George merasa peristiwa yang dihadapi olehnya itu sungguh-sungguh, dan bukan pura-pura saja. Malam itu gelap, dan orang yang hendak dibuntuti lewat tanpa mengetahui bahwa ada seorang anak yang merapatkan diri ke dalam semak-semak. Tiba-tiba George menyadari bahwa jantungnya berdebar-debar. Orang itu berlalu.
Sekarang mulai dengan tugas mengikuti dari belakang, tapi tak boleh sampai ketahuan. Jika orang itu melihat George, artinya ia gagal. Tapi George merasa yakin akan berhasil mengikuti sampai di rumah orang itu, tanpa terlihat satu kali pun.
la keluar dari semak-semak. la mulai mengikuti dari belakang. Jalannya menepi, berlindung di bawah bayangan pepohonan yang berjejer di tepi jalan. George bergegas mengikuti. George! Jangan lihat ke depan saja - lihat juga ke belakang! Cepat George. menolehlah ke belakang!!
" VI GEORGE TERKEJUT "TAPI George tak menoleh ke belakang. Pandangnya ditatapkan terus ke depan. la berjalan terus, mengikuti orang itu dari belakang. Pada suatu kari. ketika orang itu berhenti untuk menyalakan rokok, George cepat-cepat melesat ke ambang pintu pagar terdekat. la khawatir, kalau-kalau orang itu berpaling dan melihatnya.
Sesudah menunggu kira-kira setengah menit. George mengintip ke luar. Orang itu sudah berjalan lagi, sambil mengayun-ayunkan tasnya. George memutuskan untuk lebih mendekat lagi. supaya bisa melihat di mana tinggalnya orang itu jika ia masuk ke rumah.
la merayap sampai dekat sekali di belakang orang itu. George merasa sangat tabah dan berhasil. Tapi tiba-tiba terjadi sesuatu yang tak terduga.
George mendengar langkah seseorang di belakangnya. Bahunya ditepuk dengan keras, disertai suara tajam yang menyapanya.
"Apa maksudmu, malam-malam merayap di belakang tuan itu! Apa yang tergantung di pergelanganmu" Eh, eh! Bawa pentung lagi! Kau hendak mempergunakan senjata itu rupanya. Bandit cilik!"
George sangat kaget, sehingga tak dapat mengatakan apa-apa. la cuma mampu memandang orang yang menyeretnya ke bawah lampu jalan.
"Mukamu itu kauhitamkan, atau kau memang berkulit hitam" tanya orang itu lagi.
la masih muda. Badannya kuat, dan berwajah tegas. George digoncang-goncang olehnya.
"Bisukah kamu"" Tangannya mengusap muka George, lalu bersiul karena heran. "Kauhitamkan rupanya! Untuk apa" Apakah kamu ini salah seorang dari bandit-bandit kecil, yang biasa memukul orang tak bersalah dari belakang, merampok dan sesudah itu melarikan diri"" tanya orang muda itu lagi. Sekali lagi George digoncang-goncangnya dengan kasar. Baru saat itu George mampu membuka mulut kembali.
"Lepaskan aku'" serunya dengan marah. "Tentu saja aku bukan bandit! Aku cuma sedang berlatih membuntuti orang dari belakang."
"Aah, bohong! Aku tak percaya, balas orang muda itu. "Kau sudah kuikuti sejak dari halte bis. Bandit! Kuperhatikan, bagaimana kau menyelinap dan bersembunyi di sana sini, mengikuti pak tua tadi dari belakang. Ayo, sekarang ikut, kubawa ke kantor polisi. Di sana bisa kauceritakan dongengmu!"
Sekarang George benar-benar ketakutan la berusaha membebaskan diri. tapi pegangan orang itu terlalu kuat.
""Janganlah aku dibawa ke kantor polisi, kata George. meminta-minta. "Ibuku akan bingung nanti, Bawalah aku ke rumah. Kukatakan pada Tuan, siapa namaku dan di mana aku t
inggal. Tuan bawa aku pulang. Tuan lihat sendiri nanti, aku ini anak baik-baik. Aku bukan bandit. Sama sekali tak ada niatku untuk merampok!"
"Baiklah. Kubawa kamu pulang ke rumahmu, ujar orang muda itu dengan keras. "Aku akan bicara dengan ayahmu. Kau ini perlu dipukul!"
Kasihan George!. la terpaksa berlari-lari dalam perjalanan pulang, karena kerah bajunya digenggam erat-erat oleh orang itu, la nyaris tak dapat bernapas karenanya.
Sesampai di rumah, keadaannya tak bertambah baik. Petualangannya yang sebenarnya hanya main-main saja, dilukiskan oleh orang muda yang menangkapnya seolah-olah merupakan perbuatan yang sangat serius. Ibunya terkejut tidak kepalang. Sedang ayahnya sangat marah.
"Aku sama sekali tak berniat jahat, ujar George yang malang. la agak merajuk. "Aku hanya mengikuti perintah yang kuterima dari Peter. la ketua Sapta Siaga, serikat kami. Kami hanya sedang melatih beberapa hal saja. untuk mempersiapkan diri kalau terjadi salah suatu kejadian misterius. Cuma itu saja yang kulakukan tadi. Aku hanya berlatih. Aku disuruh membuntuti seseorang. Dan itulah yang kulakukan, Itu kan bukan kejahatan'"
"Tapi ayahnya berlainan pendapat.
"Begitu, katanya dengan muka masam. "George. kau tak boleh lagi menjadi anggota Sapta Siaga. Serikat itu jelek pengaruhnya untukmu.- Kau diseret orang pulang ke rumah, dituduh membuntuti seorang tua yang tak bersalah, membawa-bawa pentung dengan muka dihitamkan. Tidak, tak kuizinkan kamu tetap menjadi anggota!"
"Aku juga setuju, sambut ibunya.
George memandang orang tuanya. Kebingungan yang sangat memancar dari matanya.
"Ayah dan Ibu rupanya tak mengerti. Tak mungkin aku tidak menjadi anggota Sapta Siaga. Mereka takkan melepaskan aku. Aku harus tetap menjadi anggota!" .
"Diam," tukas ayahnya dengan singkat. "Kau tahu. aku tak suka dibantah. Kalau kau masih melawan juga, terpaksa kupukul nanti. Ayo, cuci arang itu dari mukamu. Besok kau harus mengatakan pada Sapta Siaga, bahwa kau keluar. Mengerti""
"Ya Ayah, jawab George dengan kaget dan kecewa. la mengucapkan selamat tidur dengan suara pelan. Sambil keluar dari ruangan, ia masih sempat memandang orang muda yang menyeretnya pulang dengan muka marah. Sejenak ia tertegun di ambang pintu Sebenarnya ia ingin membanting pintu keras-keras, tapi tak jadi, Ayahnya paling tidak suka, kalau George menunjukkan sikap melawan.
"Kasihan George! la mencuci muka, berganti pakaian lalu masuk ke tempat tidur. Hatinya sangat sedih, karena dipaksa keluar dari Sapta Siaga! Bagaimana keadaan serikat itu, jika ia bukan anggota lagi. Bagaimana dengan nama serikat itu kalau begitu" George teringat, bahwa sextet berarti enam sekawan. Mungkinkah mereka akan menamakan diri Sextet Siaga" Singkatannya akan tetap S.S., meski kata Sextet Siaga kedengarannya tak sebagus Sapta Siaga.
Tiba-tiba terlintas bayangan yang lebih buruk. Jangan-jangan mereka akan menerima anggota baru, sebagai pengganti dia! George tak sanggup membayangkan hal itu, Dibenamkannya muka ke bantal sedang gerahamnya dikatupkan keras-keras. Jengkel sekali hatinya! la cuma mengikuti petunjuk Peter la bahkan sedang melakukan tugas dengan sangat baik, ketika pemuda yang mengesalkan itu muncul! Orang itu menyangka bahwa ia hendak berbuat jahat, lalu menyeretnya pulang.
Besok ia terpaksa mengatakan pada Peter dan Janet, bahwa ia keluar dari Sapta Siaga. Mereka akan terpaksa mengadakan rapat pada Senin sore, untuk menentukan apa yang hendak dilakukan seterusnya apabila ia sudah tak ada lagi. la akan menghadiri rapat itu untuk terakhir kali. Sudah itu, ia takkan pernah lagi menghadiri rapat-rapat rahasia yang mengasyikkan.
"Kalau aku terus memikirkan soal ini, lama-lama bisa menangis, ujar George memarahi dirinya sendiri. Dikepalkannya tinju, dan dipukulkannya keras-keras ke bantal. Bantal itu dianggapnya pemuda yang menyeretnya tadi. Nah, rasakan balasanku. Nah! Nah! Ini satu kali lagi!
Sudah itu ia merasa agak lega. Tapi lama juga ia belum bisa tertidur. George yang malang!
" "VII GEORGE DIGANTIKAN ANGGOTA BARU
"SENIN SORE sehabis sekolah dilangsungkan rapat Sapta Siaga. Semu
a anggota tahu yang akan dibicarakan persoalan George.
Paginya anak itu mendatangi Peter, lalu menceritakan apa yang telah terjadi, dengan dirinya. Peter sangat kaget mendengarnya.
"Kita harus mengadakan rapat selekas mungkin, katanya. "Kita merundingkan tindakan yang harus diambil. Kasihan. malang benar nasibmu!"
Sore itu mereka mengadakan rapat dalam gudang, yang pintunya dihiasi dengan dua buah huruf: S.S. Suasananya murung dan serius. George datang, lalu menyebutkan kata semboyan dengan suara yang agak gemetar. la masuk, dengan lencana yang tersemat di dada untuk terakhir kalinya.
"Awas'" katanya. Begitu terdengar kata semboyan itu, pintu dibukakan dari dalam. Yang lain sudah hadir semua, termasuk Skippy.
"Hai George, ujar Janet menyapa. Sedih hatinya melihat George yang nampak sangat menderita. "Malang benar nasibmu!
""Tentunya Peter telah menceritakan. apa yang terjadi pada diriku, kata George sambil duduk di atas sebuah peti. "Yah. seperti dikatakan oleh Janet, nasibku memang malang!" .
George melepaskan lencana keanggotaan dan bajunya, lalu diserahkan pada Peter. "Dengan ini aku mengundurkan diri dari Sapta Siaga, ujar George dengan suara gemetar. "Terima kasih, karena aku boleh menjadi anggota selama ini. Aku sebenarnya sangat enggan meninggalkan kalian. Tapi kata Ayah, aku harus berhenti."
"Jahat benar ayahmu!" tukas Pam, karena merasa kasihan pada George.
Tapi George tak menerima ayahnya dikecam, sama seperti ketidaksenangannya dipaksa keluar dari Sapta Siaga.
"Ayahku tidak jahat," ujarnya membela. "Yang salah pemuda itu. Ialah yang menjadi penyebab kemalanganku sekarang, karena terlalu banyak membikin ribut. Padahal tahu. aku sama sekali tak berniat jahat. Dialah yang jahat - bukan ayahku!" -
"Tahukah kamu, siapa orang itu"" tanya Jack.
"Entahlah, jawab George. "Aku belum pernah melihatnya. Ketika Ayah menanyakan alamat, ia mengatakan bahwa tinggalnya di sebuah hotel kecil. Nama hotel itu 'Jalak'. Namanya sendiri tak disebutkan olehnya."
"Kepingin sekali rasanya aku pergi menyelidiki siapa dia. Ingin kukatakan padanya, bagaimana pendapatku tentang sikapnya padamu!" tukas Jack dengan suara marah. Mukanya masam.
"Paling-paling kau juga akan diseretnya ke rumah! Sebagai akibatnya, nanti kamu juga akan mengalami kerepotan dengan orang tuamu!" kata George melarang. la merasa agak terhibur, karena teman-teman besar perhatiannya. "Terus terang, aku tak mengerti kenapa ia ikut-ikut turun tangan. Juga ketika sudah kukatakan siapa aku dan di mana aku tinggal, ia masih tetap saja bersikap jahat."
"'Hotel Jalak, kata Peter setengah menggumam, sambil menulis dalam buku catatannya. "Sebaiknya kita datangi saja pemuda itu, untuk mengatakan bahwa perbuatannya jahat sekali,
"Aku juga ikut." ujar Pam dengan tabah. Tapi Peter melarang. Ketiga anggota lelaki saja sudah cukup.
"Apa yang akan kaulakukan sekarang dengan Sapta Siaga"" tanya George sesudah beberapa saat. "Maksudku, kalian tinggal berenam, karena aku sudah keluar. Apakah kalian akan menjadi Serikat Sextet Siaga""
"Tidak, balas Peter, "Nama apa itu, Sextet Siaga! Kedengarannya aneh! lagipula, kita mulai sebagai Sapta Siaga. Jadi kita akan terus sebagai Sapta Siaga pula. Serikat sepenting kita tak bisa diubah-ubah dengan seenaknya."
"Kalau begitu, kalian akan mencari anggota ketujuh, kata George dengan sedih. "Kurang enak rasanya bagiku. tapi apa boleh buat. Siapa yang akan kalian ambil menjadi anggota baru" Lennie, atau Richard""
"Tidak!" jawab Peter tegas. Semua memandangnya, karena ingin mengetahui pada siapa pilihannya dijatuhkan.
"Tidaklah lebih baik, bila kita semua menuliskan nama seseorang, dan sudah itu kita lakukan pemungutan suara untuk menentukan siapa yang akan kita ambil, usul Colin. "Itu apabila kita memang harus menerima anggota baru. Aku tak begitu suka, apabila ada anak lain menggantikan George."
"Kalian semua pasti akan menyetujui calon anggota yang kuusulkan. Percayalah, ujar Peter. Matanya bersinar-sinar. "Aku tanggung, pasti takkan ada yang menolak!"
"Siapa dia!" tanya George. Kasihan, sangat sedih hatinya membay
angkan anggota hebat yang pasti akan disenangi seluruh anggota.
"Ya, siapa anak itu"" tanya Janet dengan heran. la tak tahu, siapa yang dimaksudkan oleh abangnya.
"Ia ada di sini, kata Peter, "Tapi ia menjadi anggota hanya untuk sementara saja. Jadi bukan anggota untuk selama-lamanya. la menjadi anggota sementara. sampai George diperbolehkan menggabungkan diri kembali. Aku sudah bertekat untuk mencari pemuda itu. Aku hendak meminta padanya. agar ia mau mendatangi orang tua George. Kusuruh ia meminta pada mereka, agar George diperbolehkan lagi menjadi anggota Sapta Siaga. Tanggung orang itu tak tahu, petapa pentingnya bagi George untuk menjadi anggota serikat kita."
"Tapi siapakah anggota sementara yang kau maksudkan"" tanya George. la memandang berkeliling. "Di sini tak ada orang lain, kecuali kita bertujuh. "
"Skippy!" seru Peter. Anjing itu meloncat ketika mendengar namanya dipanggil. Ekornya dikibas-kibaskan dengan kuat. "Skip, maukah kamu menjadi anggota sah Sapta Siaga, sampai George boleh bergabung kembali""
Skippy menyalak-nyalak dengan gembira, seakan-akan mengerti apa yang dikatakan Oleh tuannya. Anak-anak tertawa melihat anjing yang lucu itu. George juga ikut geli. -
"Ya ampun, Skippy yang kaumaksudkan rupanya!" ujar anak itu, "Skippy memang satu-satunya calon anggota, yang dengan senang kuterima sebagai penggantiku untuk sementara! Sesungguhnya. dia memang sudah termasuk dalam Sapta Siaga kita. Tapi walau begitu, kuharapkan dengan sangat semoga aku bisa menjadi anggota lagi. Tapi aku tak terlalu kecil hati lagi karena aku tahu bahwa Skippy-lah yang menjadi anggota ketujuh. Tak bisa kubayangkan betapa sedih hatiku, jika Lennie atau Richard yang mengambil tempatku."
Suasana menjadi agak riang. Skippy berlari-lari mendatangi setiap anak yang duduk dalam ruangan gudang itu, lalu menempelkan kepalanya sebentar.
""Dia seolah-olah hendak mengucapkan terima kasih atas kehormatan yang diberikan padanya," ujar Jack mengomentari. "Skippy yang manis! Peter, sematkan lencana kita ke kalung lehernya. Skip, kau tak boleh lupa kata semboyan ya. Kubisikkan sebentar ke telingamu. AWAS!"
Rapat bubar sesudah itu. George mengucapkan selamat berpisah dengan terharu. Skippy mengantarkan para anggota sampai ke pintu pagar. Sudah itu ia kembali ke rumah. Alangkah bangga anjing itu. Pasti anjing-anjing lain akan mengiri kalau melihat lencananya yang bagus!
" VIII BEBERAPA BUAH LAPORAN
"KEESOKAN SORENYA diadakan rapat Sapta Siaga lagi. untuk mendengar hasil-hasil usaha latihan yang telah dilakukan. ketujuh anggota hadir semua. Tapi kali ini Skippy anggota ketujuh, bukan George. Rasanya agak janggal, rapat tak dihadiri oleh teman mereka itu.
Pertemuan berlangsung tanpa banyak mengobrol terlebih dulu. Janet yang pertama memberi laporan. Anak perempuan itu mengeluarkan buku catatan, lalu mulai membaca.
"Aku melakukan tugas di stasiun kereta api, katanya sambil membaca catatan, "di situ aku memilih tiga orang untuk kuamat-amati. Mereka turun dari kereta api yang datang dari Pilberry pukuI10.13."
"Orang pertama seorang wanita tua bermuka bundar. Hidungnya besar. di sisinya ada jerawat. Wanita itu mengenakan mantel hijau dengan ikat pinggang, memakai topi dengan hiasan berupa buah-buah ceri merah. Kecuali itu - "
"Itu Nyonya Lawson!" seru teman-teman serempak. Janet tertawa girang.
"Betul, katanya. "Aku memilih dia, untuk mengetahui apakah aku akan mampu melukiskan wujudnya dengan cukup baik, sehingga dapat kalian kenali. Orang kedua tak begitu menarik. Seorang wanita muda berpakaian juru rawat, berambut pirang, mukanya manis seperti boneka, kedua kakinya kecil. Jalannya cepat."
"lukisanmu ringkas dan baik," kata Peter memuji adiknya. "Rasanya aku akan bisa mengenal wanita itu, apabila berjumpa dengannya. Menurut pendapatku, kau pandai mengamat-amati, Janet."
Muka Janet menjadi merah. karena senang bercampur malu. Senang rasanya dipuji oleh Peter.
"Dan ini orang terakhir yang kuamat-amati, kata anak perempuan itu. "Aku memilih dia, karena kelihatannya sungguh-sungguh aneh. Dengarlah, la mulai membaca lagi.
"Seorang laki-laki. Punggungnya bungkuk sekali, jalannya agak pincang. la memakai topi usang yang lembek dan dibenamkan dalam-dalam. Memakai jas panjang dengan bagian bahu yang kelihatan sangat persegi. Kakinya terlalu kecil untuk ukuran badannya. Tangannya aneh-"
"Tangannya aneh" Apa maksudmu"" tanya Peter meminta penegasan.
"Entahlah! Aku tak tahu. ada apa dengan tangannya itu, jawab Janet. "Kelihatannya seperti kehilangan dua buah jari. Sedang tangan itu sendiri cacat, nampaknya bengkok. 0 ya, ia mengisap rokok dengan pipa. Itulah hasil catatanku mengenai orang itu."
"Bagaimana dengan warna rambutnya, dasi atau selendangnya. Bagaimana caranya berjalan - cepat, lambat atau biasa saja"" tanya Peter lagi.
"Topi yang dipakainya dibenamkan terlalu dalam. Karena itu aku tak tahu warna rambutnya. Di lehernya tak kelihatan dasi atau selendang, kata Janet. "Sudah kukatakan tadi. jalannya agak pincang. Nah, bagaimana hasil pengamatanku"
Sapta Siaga 05 Mencari Anjing Hilang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Bisakah kalian mengenali orang itu, bila berjumpa dengan dia""
"Rasanya bisa! jawab semua anggota. Tentu saja, kecuali Skippy. Anjing itu hanya mengibaskan ekor saja. "Hebat pengamatanmu itu, Janet!"
"Sekarang giliran kalian berdua, Barbara dan Pam, tutur Peter. Tapi ternyata hasil catatan mereka mengecewakan.
"Catatan itu kedengarannya seakan-akan kalian sewaktu menulisnya sedang terserang penyakit tertawa, kecam Peter. "Sudah, jangan baca lagi. Toh takkan ada gunanya, jika kita memang benar-benar memerlukannya untuk mengetahui sesuatu. Payah deh, kalian ini! Sekarang kamu, Colin. Apakah kamu masih sempat berlatih mengikuti orang dari belakang""
. "Wah, tidak," ujar Colin. "Sabtu malam aku mulai terserang pilek. Jadi Ibu tak mengizinkan aku pergi ke luar. Sebenarnya aku berniat melakukannya malam ini, sehabis rapat. Maaf deh, tapi benar-benar bukan salahku."
"Baiklah, kata Peter. "Sekarang tinggal aku dan Jack saja yang belum memberi laporan, Kami menemukan tempat pengintaian yang baik, dari balik ranting berdaun rimbun yang tumbuh pada sebatang pohon elm yang besar. Kami bisa menyembunyikan diri di situ dengan baik. Kami duduk sambil mengintip dari sela-sela daun. Mula-mula kami tak melihat apa-apa,
"Memang tak banyak orang yang lewat di jalan itu, kata Jack menerangkan. "Kami mengambil Jalan Fairmile. Kalian tahu sendiri. jalan itu panjang sekali. Orang-orang kebanyakan naik bis. Lama sekali kami menunggu, tapi tak ada juga orang lewat."
"Sebenarnya laporan kami singkat saja." kata Peter. "Satu-satunya yang mungkin menarik adalah sebuah mobil yang lewat dan kemudian berhenti dekat tempat kami bersembunyi."
"Kenapa kauanggap hal itu menarik"" tanya Pam.
"Persoalannya tidak terlalu menarik, ujar Peter terus terang. "Kejadian yang kami lihat, hanyalah seorang laki-laki yang turun dari mobil sambil membawa anjing. Anjing itu jenis pudel, berbulu kelabu. Kalian juga tahu bagaimana -rupa pudel - berambut keriting di bagian kepala dan bahu serta kaki, sedang selebihnya dicukur gundul! Menurut perkiraanku, anjing itu ketakutan setengah mati! Tapi kemudian ternyata binatang itu hanya agak pusing karena tak biasa naik mobil. Tak lama kemudian sudah sehat lagi, lalu mengendus-enduskan hidung. Biasa, seperti yang selalu dilakukan oleh anjing,
"Tapi dia tak suka ketika dimasukkan kembali ke dalam mobil, kata Jack melengkapi laporan mereka. "Pudel itu ribut melolong-lolong, dan meronta-ronta hendak membebaskan diri dari orang yang memegangnya. Tapi orang itu kasar sekali sikapnya, sehingga anjingnya terpaksa menurut pada akhirnya."
"Barangkali binatang malang itu tahu, ia pasti akan mabuk kendaraan lagi, ujar Janet. "Masih ingatkah kamu pada anjing tetangga kita, Peter" Setiap kali dia dibawa pergi dengan mobil, pasti melolong-lolong. la tak suka naik mobil karena selalu menjadi pusing sebagai akibatnya,
"Ah, laporanmu tak begitu menarik, kata Barbara. Senang rasanya, karena bisa membalas kecaman Peter terhadap laporan yang dibuat olehnya bersama Pam. "Kalian sempat mencatat nomor mobilnya" Pasti lupa'"
"Sebetulnya tak ada gunanya untuk mencatat nomornya, jawab Peter. "Tapi kami tet
ap melakukannya. Ini dia - PSS 188."
"PSS - Pudel Sangat Sakit!" ujar Colin. "Nomor itu mudah diingat!"
Teman-temannya tertawa mendengar komentar itu. Sudah itu mereka terdiam. Peter menutup buku catatannya.
"Itulah hasil pengintaian kami, katanya. "Menurut pendapatku, tak banyak hasil yang kita capai. Laporan Janet yang paling baik. Dengannya kita sekarang tahu, betapa keahliannya apabila disuruh melukiskan rupa seseorang yang cuma sebentar saja dilihatnya. Polisi selalu menanyakan keterangan pada umum tentang orang-orang yang dilihat. Tapi jarang sekali ada yang mampu mengingat dengan baik rupa seseorang asing yang mereka lihat."
"Kalau Janet lain! Dia akan bisa menuturkan selengkap-lengkapnya, kata Pam dengan agak iri
"Satu-satunya persoalan penting yang diakibatkan oleh latihan kita ini, George terpaksa keluar dari Sapta Siaga, ujar Colin dengan murung. "Bagaimana pendapatmu, Peter" Masih ada gunanyakah, jika aku berlatih membuntuti orang malam ini" Maksudku, hasil latihan kita tak begitu banyak. Dan aku tak kepingin ikut tertangkap, seperti George,
"Seharusnya George jangan memandang ke depan saja! la juga perlu menoleh ke belakang, kata Peter. "Jangan kauperbuat kekeliruan yang sama. Menurut pendapatku, sebaiknya kau berlatih saja, Colin. Dan mestinya Barbara dan Pam juga mengulang latihan mereka!" Tapi detik berikutnya ia membungkam. karena tertumbuk pandangan mata kedua anak perempuan itu yang melotot! Colin bangkit dari duduknya.
"Baiklah. akan kulakukan tugasku, katanya. "Apa yang akan kalian kerjakan sekarang""
"Kita masuk saja ke rumah, dan bermain-main di sana, usul Janet. "Kita masih berlima-" ia cepat-cepat menambahkan, ketika Skippy menggonggong seolah-olah, memprotes, "maksudku berenam! Jangan marah, Skip. Masih ada waktu satu jam lagi, sebelum saat makan. malam. Ayo, kita ke dalam saja."
Mereka berlima, berenam ditambah dengan Skippy, masuk ke dalam rumah. Tak lama kemudian, mereka sudah asyik bermain kartu. Suasana dalam kamar tenang. Tapi hanya sebentar saja. Tiba-tiba jendela diketuk dari luar. Toktok- tok' Toktoktokl Siapa yang mengetok dari luar"
"Cepatlah, buka jendela. Ada sesuatu yang penting!"
"IX LAPORAN COLIN YANG ANEH
" "BUKA jendela!" seru Janet sambil meletakkan kartunya. "Itu Colin" ada apa"" Peter membuka jendela, supaya Colin bisa masuk. Untung saja Ibu tak melihat. Karena tak pantas masuk rumah lewat jendela. Colin melangkahkan kaki melewati ambang jendela, lalu masuk. Napasnya terengah-engah.
"Terima kasih, katanya. "Aku memang sengaja tak mau masuk lewat pintu depan atau pintu belakang. Aku khawatir ibumu akan melihat, lalu menanyakan apa yang terjadi. Karena itu aku mengetok jendela karena nampak kalian ada di dalam sedang main kartu,
"Apa yang terjadi dengan dirimu"" tanya Peter. "Pakaianmu kotor. Dan tanganmu berdarah!"
Ah, ini bukan apa-apa, jawab Colin. "Laporanku lebih penting. Dengarlah! Tadi kan aku kau suruh mencari seseorang untuk kuikuti dari belakang, bukan"
"Betul." jawab teman-temannya.
"Nah, mula-mula aku tak berjumpa orang sama sekali," sambung Colin lagi. "Lagipula, hujan mulai turun. Kesal hatiku karenanya. Oleh sebab itu kuputuskan untuk langsung membuntuti orang pertama yang kulihat."
"Siapa dia"" tanya Jack.
"Seorang pemuda yang menggiring anjing, jawab Colin. "Mula-mula kukira anjing itu sedang diajak berjalan-jalan pada waktu sore. Tapi binatang itu kelihatannya tak begitu suka, karena tak henti-hentinya bersuara seperti menangis sambil mencoba melarikan diri. Aku khawatir dia akan mencium bauku pada saat membuntuti dengan diam-diam dari belakang. Tapi ternyata tidak! Mula-mula aku tak bisa mengenali jenis anjing itu, karena di luar hujan dan kegelapan menghalangi penglihatanku. Tetapi ketika mereka lewat di bawah lampu jalan, kuketahui juga jenisnya."
"Anjing apa yang kaulihat"" tanya Janet.
"Seekor bull-terrier, kata Colin, "bagus sekali. Benar-benar anjing yang bagus. Ada teman ibuku yang memelihara anjing-anjing jenis itu, karenanya aku mengetahui anjing bull-terrier yang bagus. Aku terus membuntuti orang yang barjalan
sambi! menyeret anjing itu. Aku tak mengalami kesukaran, karena orang itu terlalu repot! la sibuk menyeret-nyeret. sehingga tak sempat melihat bahwa aku mengikuti dari belakang! "
"Teruskanlah dengan laporanmu. Apa yang menyebabkan kamu kemudian tergopoh-gopoh datang kemari" tanya Peter dengan perasaan tak sabar.
"Tunggu saja dulu, kata Colin. "Aku terus membuntuti mereka, lewat Jalan Hartley dan melintasi Medan Plain, kemudian memasuki sebuah lorong. Lorong itu sempit dan gelap. Di kiri kanannya berjejer beberapa buah bangunan besar. Aku memasuki lorong itu dengan hati-hati, karena tempatnya sangat gelap. Aku tak berani menyalakan lampu senter,
"Kau lihatkah orang itu dalam lorong"" tanya Jack.
"Kau ini mengganggu saja, tukas Colin dengan agak kesal. Aku mau bercerita dengan caraku sendiri! Kita sampai pada bagian yang aneh, la berhenti sebentar, sehingga temannya menahan napas.
""Aku berjalan terus, hampir sampai ke ujung yang satu lagi, katanya melanjutkan cerita. "Tiba-tiba kudengar langkah orang itu datang kembali. Aku tahu dia yang datang, karena orangnya sering 'batuk-batuk kecil. Persis seperti kakekku, kedengarannya kering dan beruntun-runtun."
"Apa yang kauperbuat"" tanya Janet dengan tak sabar. karena sekali lagi Colin berhenti untuk menarik napas.
Dengan cepat aku menyembunyikan diri ke balik gerbang sebuah pintu, kata Colin. "Orang itu lewat tanpa melihat aku. Tapi anjing yang tadi dibawa olehnya. sudah tak ada lagi. Aku kepingin tahu, dikemanakan anjing itu, dan kenapa La memasuki lorong itu keluar lagi. Sesudah dia lewat, aku terus berjalan sampai ke ujung lorong. Di sana kunyalakan lampu senter."
"Dan kautemukan anjing itu"" tanya Pam.
"Tidak, balas Colin. Ujung lorong itu bermulut pada sebuah pekarangan sempit, yang dikelilingi tembok tinggi. Tempatnya' sangat jorok, penuh dengan sampah. Cahaya senter kusorotkan ke sana ke mari. Kukira anjing itu akan nampak di suatu tempat, barangkali dalam keadaan terikat. Atau bahkan terkurung dalam kandang. Tapi anjing itu sama sekali tak ada di sana!"
"Kalau begitu, di mana dia" tanya Janet dengan bingung.
Itulah hal yang aneh, ujar Colin. "Sudah kucari ke setiap sudut. Kutajamkan telinga, tapi tak kedengaran apa-apa. Kucoba memanggil dengan suara pelan. tapi tak ada jawaban: Tak terdengar suara menggeram, atau melolong. Sedang bunyi sesuatu yang bergerak pun sama sekali tak terdengar. Padahal tak ada jalan keluar dari pekarangan itu, kecuali melalui lorong. Jadi dapat kalian bayangkan, betapa bingungnya aku saat itu. Maksudku, tak mungkin seekor anjing bisa menghilang begitu saja!"
Skippy menggonggong sebagai jawaban. Terdapat kesan bahwa ia membenarkan ucapan Colin.
"Aku menyusup ke sana ke mari dalam pekarangan jorok itu, tutur Colin. "Karena itulah pakaiannya menjadi k6tor. Sedang luka di tanganku, karena tersangkut pada kawat duri. Tapi anjing bull-terrier yang bagus itu tetap lenyap. Dan aku tak berhasil menemukan pintu atau lubang lain, yang memberi jalan padanya untuk keluar. Nah - sekarang kutanyakan pada kalian" Di mana anjing itu" Apakah yang telah dilakukan oleh orang yang kulihat itu padanya, dan untuk apa" Bingung aku dibuatnya. Karena itu aku datang ke mari, untuk menceritakannya pada kalian,
"Ada sesuatu yang aneh tentang kejadian ini, kata Peter. "Kuusulkan agar kita besok bersama-sama pergi ke pekarangan yang diceritakan oleh Colin. Kita memeriksa tempat itu. Kalau ada tempat tersembunyi di sana, di mana anjing bull-terrier dimasukkan, kita pasti akan berhasil menemukannya."
""Sayang George tidak bisa ikut lagi, kata Ja.net menyesali. "Peter, pergilah ke hotel tempat 'penginapan pemuda yang mencelakakannya. Minta pada orang itu, supaya ia mau pergi ke orang tua George. Barangkali dia bisa meminta pada mereka. agar George diizinkan menggabungkan diri kembali dengan Sapta Siaga."
Janet sangar kasihan pada George. "Ia pasti akan sangat kecewa. apabila tahu bahwa kita sekarang menghadapi persoalan misterius, dan ia tak bisa ikut menyelidiki." .
"Baiklah. Kita pergi besok, sehabis sekolah, kata Peter. "Sudah itu kita
memeriksa pekarangan aneh yang ditemukan oleh Colin:"
"Setuju! Tak mungkin ada anjing yang bisa menghilang, komentar Jack. "Aku yakin, di tempat itu ada kandang anjing - atau suatu tempat lain yang bisa dipakai untuk mengurung. Kau saja yang tak melihatnya, karena tempat itu gelap." Kalimat terakhir itu ditujukannya pada Colin.
Ah, aksi kau ini '" ujar Colin dengan agak jengkel. "Kuberi kamu sepuluh penny dari tabunganku, jika kamu berhasil menemukan kandang anjing di sana. Lihat saja besok'"
" X PEMUDA D1 HOTEL JALAK "KEESOKAN HARINYA, sehabis sekolah, Colin, Jack dan Peter berangkat menuju ke Hotel 'Jalak'. Mereka ingin bertemu dengan pemuda yang menyeret George ke rumah orang tuanya, dan yang menyebabkan teman mereka itu terpaksa keluar dari Serikat Sapta Siaga. Mereka berunding sebentar, untuk menentukan apa yang hendak dikatakan padanya.
"Kita ceritakan saja padanya, apa-apa saja yang telah berhasil dilakukan oleh Sapta Siaga, usul Peter. "Pasti ia juga akan menyadari, bahwa anggota-anggota suatu serikat yang mengerjakan tugas-tugas yang telah kita lakukan, pasti terdiri dari anak-anak laki dan perempuan yang tidak nakal. Aku juga bisa meminta padanya supaya pergi ke kantor polisi. Mereka pasti bisa banyak bercerita tentang kita. Polisi pasti mau membantu, karena kita juga sudah sering menolong mereka."
Mereka bertiga sampai di Hotel 'Jalak'. Hotelnya kecil, dan kelihatannya sangat sederhana. Dalam ruang depan duduk seorang wanita. Dengan sopan Peter bertanya padanya, apakah di situ tinggal seorang pemuda. Jika benar, bisakah mereka bicara sebentar dengan orang itu"
"Namanya siapa"" tanya wanita itu.
"Kami tak tahu, jawab Peter.
"Bagaimana rupanya" tanya wanita itu lagi.
Kedengarannya mulai hilang kesabarannya.
"Itu pun tak kami ketahui, jawab Peter. la mulai merasa agak malu. la menyesal. karena lupa menanyakan keterangan tentang diri orang itu pada George. "Satu-satunya keterangan yang kami ketahui, orangnya masih muda."
"Oh, barangkali Tuan Taylor yang kalian cari, ujar wanita itu dengan nada agak kasar. "Dialah satu-satunya pemuda yang tinggal di sini. Tunggulah sebentar dalam kamar itu. Akan kukatakan padanya, bahwa ada orang yang ingin bertemu."
Mereka bertiga masuk ke dalam sebuah kamar yang sempit. Mereka menunggu di situ dengan agak canggung Tak lama kemudian masuklah seorang pemuda. la memandang ketiga anak yang menunggu di dalam dengan heran.
"Mau apa" tanyanya singkat. Peter yang menerangkan.
"Persoalannya mengenai George. Dia teman kami, ujarnya. "Maksudku, anak yang Tuan tangkap kemarin malam. Tuan mengira ia bermaksud jahat. Tapi sebetulnya ia hanya berlatih mengikuti orang saja. Tuan harus tahu, ia itu anggota serikat kami. Dan kami biasa melakukan hal-hal serupa itu. Orang tua George menyuruhnya untuk keluar dari Sapta Siaga. Jadi-"
""Itu bukan urusanku, kata pemuda yang ber- diri di depan mereka. "Tak ada yang dapat kulakukan untuknya. la sendiri yang salah, karena main yang aneh-aneh,
"Ia sedang berlatih, ujar Peter dengan agak kesal. "Serikat kami terkenal di sini. Polisi juga mengenal kami. Karena sudah sering kami tolong."
"Omong kosong'" bentak pemuda itu. -
"Kalau tak mau percaya juga, teleponlah Pak Inspektur Polisi. Tanyakan padanya tentang serikat kami!" tukas Jack dengan jengkel.
Pemuda itu kaget mendengar ucapannya. la memandang Jack agak lama, seolah-olah sedang memikirkan apakah sebaiknya menelepon polisi atau tidak. Tapi akhirnya ia tak jadi menelepon.
"Masa bodoh! Apakah kalian teman polisi atau tidak, tapi aku tak mau tahu lagi dengan persoalan teman kalian, katanya. "Habis perkara! la sendiri yang salah. Apa urusannya membuntuti orang dari belakang, baik untuk main-main atau tidak! Sekarang keluar dari sini. Cepat!"
Selama itu Colin tidak membuka mulut sama sekali. Hanya matanya saja yang terus memperhatikan pemuda itu dengan seksama. Peter melihatnya. la agak heran, kenapa Colin menatap wajah pemuda itu terus-menerus. Mungkinkah ia juga sedang berlatih mengamat-amati orang, seperti yang dilakukan oleh para anggota yang perempuan"
"Pada saat mereka keluar dengan perasaan suram dan jengkel. terdengar suara anjing menggonggong dari suatu tempat. Colin berpaling. lalu bertanya pada pemuda itu.
"Anjing Tuankah yang menggonggong""
"Anjing yang mana" Tidak. Aku tidak punya anjing. Dan tak ada gunanya aku punya anjing, jawab yang ditanya. "Di hotel ini kami tak boleh membawa anjing ke dalam."
Colin tak mengatakan apa-apa lagi. Ketiga anak laki-laki itu berjalan ke luar hotel. Mereka tetap membisu. sampai sudah berada di luar pagar.
"Jahat kelihatannya orang itu'" tukas Peter. melampiaskan kekesalannya sedari tadi. "Matanya bersinar kejam. dan bibirnya sangat tipis! Begitu aku melihat tampangnya, segera kuketahui bahwa memang begitulah rupa orang yang senang mencelakakan orang lain. Di sekolah pernah ada guru serupa dia. Mulutnya juga tipis sekali. Wah, galaknya tak kepalang lagi!"
"Colin, kenapa kamu tak menolong kami tadi"" tanya Jack sambil berjalan. "Tak sepatah pun kaukatakan, kecuali mengenai anjing yang kedengaran menggonggong. Mestinya kamu menyokong kami!"
"Tunggu dulu, jangan cepat-cepat marah. Akan kukatakan, apa sebabnya aku diam saja, balas Colin. Kedua temannya melihat. bahwa ia kepingin mengatakan sesuatu, tapi takut kedengaran orang lain. "Ayolah, kita pergi dulu menjauhi Hotel 'Jalak', supaya tak ada orang di situ yang bisa mendengar dan melihat kita."
Mereka melanjutkan berjalan beberapa ratus meter. Kemudian barulah Colin membuka mulut. la berbicara dengan suara berbisik.
"Dia itulah pemuda yang kulihat kemarin malam. menyeret anjing yang kemudian hilang!"
Jack dan Peter berhenti melangkah. Keduanya kaget mendengar ucapan Colin.
"Apa katamu" Kau yakin benar" Tapi tadi. sewaktu kautanyakan apakah anjingnya yang terdengar menggonggong, ia mengatakan tak punya anjing!" Peter berkata begitu dengan suara nyaring. sehingga Colin khawatir terdengar oleh orang-orang yang lewat. Disenggolnya ketua Sapta Siaga.
Menuntut Balas 8 Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira Wajah Di Jendela 2