Pencarian

Mencari Jejak 2

Sapta Siaga 04 Mencari Jejak Bagian 2


George masuk ke tempat tidur. tapi masih lama juga ia tetap terjaga. Jack juga berbaring dengan mata terbuka, sambil berpikir-pikir. Hatinya tak bisa tenang. Disesalkannya. kenapa tadi terkurung dalam lemari. Kalau tidak. pasti ia bisa terus mendengarkan pembicaraan ketiga orang itu. Tapi tak apala
h. karena George ternyata masih berhasil menangkap keterangan yang cukup banyak.
Keesokan harinya Serikat Sapta Siaga menjadi gempar, ketika mendapat kabar bahwa sorenya akan diadakan rapat. Mereka ingin sekali mencemoohkan Panca Pendekar. Ingin sekali mereka pamerkan. bahwa Sapta Siaga sekali lagi berhasil mencium jejak suatu rahasia. Tapi dengan tegas Peter melarang mereka. Persoalan itu tak boleh dibicarakan sama sekali di sekolah. agar jangan sampai terdengar oleh Susi. Susi memang cepat menangkap berita-berita hangat !
"Harus kita hindarkan, agar jangan sampai Panca Pendekar terus-menerus membuntuti nantinya." ujar Peter. "Tunggu saja sampai nanti sore. Saat itu, barulah kita akan berunding panjang lebar!"
Pukul lima tepat. semua anggota Sapta Siaga sudah hadir di gudang kecil yang terletak di belakang kebun rumah Peter. Semuanya bergegas ke rumah ketika sekolah usai siang hari. Dengan terburu-buru mereka minum teh dan menelan hidangan yang disediakan ibu mereka masing-masing. Sudah itu. tanpa banyak bicara lagi, mereka lari ke rumah Peter dan Janet; mereka tak ingin ketinggalan !
Kata semboyan dibisikkan susul-menyusul dengan cepat. Semua datang dengan lencana tersemat. "Bonzo Bandel. Bonzo Bandel. Bonzo Bandell" begitulah terdengar berulang-ulang.
Jack dan George tak sabar lagi. Mereka ingin lekas-lekas melaporkan pengalaman aneh mereka kemarin malam!
"Nah. sekarang semua anggota sudah hadir," ujar Peter, la memanggil anjing spanil-nya. "Skip. kau duduk di belakang pintu Kau jaga baik-baik. Menggonggonglah. jika terdengar sesuatu yang aneh. Rapat ini penting sekali !"
Skippy bangkit dari duduknya. dan pergi menuju ke pintu. Anjing itu duduk di situ. sambi! mendengarkan. Kelihatannya serius sekali !
"Ayo, cepat dong!" ujar Pam pada Peter, "Aku tak tahan menunggu lebih lama lagi. Aku ingin tahu. persoalan penting apa yang menyebabkan kita mengadakan rapat istimewa ini!"
"Ya. ya. sudahlah. kita buka saja rapat ini," kata Peter menyabarkan. "Kalian tahu semua. sebetulnya kita tak mengadakan rapat lagi. sampai liburan Natal nanti. Kecuali jika ada sesuatu hal penting. Nah. ternyata sekarang hal itu terjadi. Jack. kau mulai saja dengan laporanmu!"
Peter tak perlu meminta dua kali. Dengan segera Jack menyampaikan laporannya. Diceritakannya, betapa ia bersembunyi dalam semak, untuk mengikuti perundingan yang dilakukan oleh Panca Pendekar dalam rumah kebun. Diulanginya bualan Susi. yang sengaja dilakukan untuk menipu Sapta Siaga. Rupanya Panca Pendekar bermaksud mempermainkan Serikat Rahasia mereka.
Kemudian dipaparkannya. betapa Peter menertawakan laporannya. sambil mengatakan bahwa Susi cuma membual saja. Tapi ia bersama George bertekat untuk pergi ke lumbung Tigger, jika Peter enggan.
"Tapi kataku benar, ujar Peter memotong. "Susi memang hanya membikin-bikin saja. Kebetulan obrolannya itu mengandung kebenaran. yang tak diketahui sama sekali oleh adikmu itu,"
Sesudah itu George menyambung bercerita. Dipaparkannya, bagaimana dia bersama Jack menyelinap pergi ke lumbung Tigger. karena mengira Susi dan Jeff sudah pergi lebih dulu. Kemudian ia sampai pada bagian yang tegang. .
Para anggota mendengarkan dengan penuh minat. Ketiga anak perempuan menahan napas. ketika George menuturkan kedatangan ketiga orang yang tak dikenal.
Jack menyambung dengan pengalamannya. Diceritakan. betapa ia mengendap-endap pergi ke pintu untuk mendengarkan. Sudah itu jatuh ke dalam lemari. karena bersandar pada daun pintunya yang ternganga sedikit. George melanjutkan lagi dengan kisahnya mencari Jack. Ditirukan caranya membisikkan kata semboyan, 'Bonzo Bandel', yang menimbulkan akibat yang sama sekali tak disangka-sangka.
"Jadi ternyata ada orang. yang namanya Bonzo - dan dikenal dengan julukan Bonzo Bandel"" tanya Barbara tercengang. "Padahal kata semboyan itu kan kita ambil dari nama anjing. Aneh, ada yang bernama serupa. Masya Allah!"
"Hee, jangan suka memotong!" tukas Peter. la sendiri merasa berhak menyela pembicaraan, karena bukankah ia ketua Serikat mereka" "lanjutkan laporan kalian!"
Kelima anggota Sapta Siaga mendengarka
n dengan mata terbuka lebar. ketika George menceritakan betapa orang-orang tak dikenal itu mengira dia disuruh datang ke lumbung Tigger oleh Bonzo Bandel. Ketika ia sampai pada adegan. di mana orang yang dipanggil Zeb menyerahkan sepucuk surat padanya. mereka hanya bisa melongo saja! Tak ada yang berbicara.
Surat itu dikeluarkan dari kantongnya, lalu diserahkan pada Peter. Sesudah selesai membaca. ketua Serikat menyerahkan pada anggota yang duduk paling dekat. Surat itu berpindah dari tangan ke tangan. Akhirnya Peter mengetuk peti tempatnya duduk.
""Sekarang. kalian sudah membaca surat itu semuanya, katanya. "Kita juga sudah mengikuti laporan dari Jack dan George. mengenai pengalaman mereka kemarin malam. Sudah nyata. kita sekali lagi terbentur pada sesuatu peristiwa misterius. Bagaimana pendapat anggota-anggota Sapta Siaga: apakah kita akan berusaha memecahkan rahasia baru ini""
Semua yang hadir berseru setuju. sambil mengetuk-ngetukkan jari ke peti. Skippy ikut ribut menyalak.
"Baiklah," ujar Peter. "aku juga setuju. Tapi sekali ini kita harus hati-hati sekali. Kalau tidak, Panca Pendekar mungkin akan campur tangan dan mengganggu, sehingga usaha kita gagal akhirnya. Jadi ingat: tak seorang pun - kuulangi sekali lagi, TAK SEORANG PUN - boleh membicarakan rahasia kita ini dengan orang lain. Setuju""
Semua setuju. Skippy datang. menghampiri. lalu meletakkan kaki depannya ke lutut Peter. Seakan-akan hendak ikut menyatakan persetujuannya.
"Kau kembali ke posmu di belakang pintu, Skip," perintah Peter. "Lakukan tugasmu baik-baik. Jaga. jangan sampai ada anggota gerombolan Panca Pendekar yang membosankan itu datang tanpa kita ketahui. Mereka tak boleh menangkap pembicaraan kita ini Pergilah ke pintu. Skip !"
Skippy kembali ke posnya di pintu. Anjing spanil itu memang penurut. Serikat Sapta Siaga duduk lebih rapat. Sekarang dimulai acara perembukan rahasia mereka.
"Pertama-tama. kita harus menyusun rapi segala keterangan yang berhasil didengarkan oleh Jack dan George, kata Peter. "Sudah itu kita mencoba untuk menafsirkan maknanya. Saat ini aku benar-benar buta. Sama sekali tak dapat kutebak. apa yang sebenarnya direncanakan oleh ketiga orang di Lumbung Tigger. bersama teman mereka yang bernama Bonzo." .
"Baiklah, kata Jack. "Seperti sudah kulaporkan tadi, aku mendengar mereka berbicara. Tapi bisikan mereka terlalu pelan, jadi hanya beberapa patah kata saja yang berhasil kutangkap"
""Kata-kata apa saja itu! " tanya Peter mengusut. "Katakanlah dengan jelas."
"Mereka berulang kali menyebutkan kata-kata 'memuat dan membongkar', demikian kata Jack mengingat-ingat. "Kecuali itu, sering juga terdengar kata 'simpangan',"
"Simpangan apa"" tanya Peter.
Jack hanya bisa menggeleng, karena ia juga tak tahu.
"Entahlah! Tapi mereka juga menyebutkan beberapa angka. Kudengar 'enam lewat dua' berulang kali, sudah itu ada yang menyambung dengan 'tujuh dua puluh'. Dan lagi mereka mengatakan tak boleh ada bulan. Mereka berbicara tentang kegelapan. dan juga tentang kabut. Terus terang saja. aku bingung mendengarnya. Aku cuma tahu bahwa mereka saat itu sedang merundingkan salah satu rencana,
""Apa lagi yang berhasil kaudengar"'" tanya Janet.
"Hanya itu saja, jawab Jack, "karena sehabis itu aku terjatuh ke dalam lemari. Pintunya tertutup, sehingga aku tak bisa mendengar apa-apa lagi."
"Dan satu-satunya yang dapat kutambahkan adalah pertanyaan mereka padaku. Mereka bertanya. apakah Bonzo Bandel sedang berada di tempat Dalling atau Hammond, sambung George. "Tapi aku pun tak mengerti. apa maksud mereka dengan kedua nama itu."
Mungkin Dalling dan Hammond itu nama-nama Bengkel. atau salah satu pabrik," kata Colin mengusulkan pemecahannya. "Kita bisa saja mengusutnya."
"Ya. Kita bisa saja mencari jejak kedua nama itu, kata Peter. "Sekarang. mengenai surat ini. Apa yang dimaksudkan dengan isinya" Di sini pun tertera kata '"simpangan' yang kausebutkan tadi. Jack. Juga tertulis kata-kata gerbong. dan truk. Sudah jelas. mereka sedang merencanakan perampokan. Begitulah perkiraanku. Tapi perampokan apa" Mereka juga lebih senang. kalau
ada kabut. Rasanya. itu mudah dimengerti."
"Apakah sebaiknya surat ini kubawa saja ke polisi"" tanya Barbara, yang tiba-tiba merasa mendapat ilham baik.
"He. Jangan! Jangan dulu, protes George. "Aku yang menerima Surat itu! Ingin kulihat dulu. apakah kita tak bisa berbuat sesuatu, sebelum melaporkan pada orang-orang dewasa. Bagaimana juga. selama ini kita selalu berhasil mengurus persoalan kita sendiri. Kenapa kali ini hal itu tak bisa kita lakukan pula""
"Aku juga lebih setuju, jika kita coba dulu, ujar Peter. "Persoalannya sangat menarik dan tegang. Lagipula. banyak hal-hal yang sudah kita ketahui. Dari mereka berempat. kita sudah mengenal nama tiga orang: Zeb, yang mungkin merupakan singkatan dari Zebedee. Nama yang aneh. Kemudian Larry, yang bisa saja singkatan dan laurence. Yang ketiga. Bonzo - Bonzo Bandel. juga nama yang aneh. Mungkin dia kepala gerombolan mereka. karena itu memakai nama palsu."
"Betul! Dan kita juga tahu. dia ada di tempat Dalling atau di tempat Hammond, sambung Jack. "Apa yang terlebih dulu kita lakukan. Peter""
Tapi tiba-tiba Skippy menggonggong nyaring. Kakinya dikais-kaiskan ke pintu.
"Jangan bicara lagi!" desis Peter. "Ada orang di luar!"
" "XI Sapta Siaga bingung
"PETER membuka pintu. Skippy memburu ke luar sambil menggonggong. Kemudian anjing spanil itu berhenti di depan suatu semak. la mengibas-ngibaskan ekor. Seluruh Sapta Siaga lari menyusul.
Sepasang kaki nampak menjulur dari bawah semak. Jack berteriak marah, lalu menyerbu ke dalam. Dengan segera ia keluar lagi. sambil menyeret seorang anak. Susi !
"lancang benar kamu ini!" teriak Jack. "Berani benar. datang ke mari untuk mendengarkan pembicaraan rahasia kami secara diam-diam!"
"Lepaskan aku!" kata Susi ketus. "Aku lebih berhak mengatakan. kau yang lancang! Aku cuma meniru per- buatanmu hari Sabtu yang lalu. Ayo, siapa yang waktu itu bersembunyi dalam semak di belakang rumah kebun kita. lalu -"
"Bagaimana kau bisa tahu, bahwa kita sedang mengadakan rapat"" potong Jack. Tangannya mengguncang-guncang tubuh adik perempuannya itu.
"Mudah saja caranya. Kuikuti saja kamu dari belakang,''' ujar Susi sambil meringis. "Tapi aku tadi tak sempat mendengar apa-apa. Aku tak berani dekat-dekat ke pintu. karena pasti akan ketahuan oleh Skippy. Tapi sayang, aku tiba-tiba tak dapat menahan bersin. Karena itu dia tahu ada orang. Untuk apa kalian mengadakan rapat kali ini""
"Kaukira, kami akan mengatakannya padamu"" bentak Peter dengan kesal. "Ayo, pulang. Pergilah sekarang juga! Jack. antarkan adikmu ini ke rumah. Rapat kita sudah selesai,
""Sialan!" kata Jack sambil cemberut. "Tapi baiklah. Ayo. ikut! Kalau kau rewel lagi, Susi - nanti kutarik rambutmu. Biar sampai berteriak-teriak kesakitan!"
Jack pergi bersama adik perempuannya. Peter berpaling pada para anggota lainnya. la berbicara dengan suara pelan. .
"Sekarang, kalian pikirkan dalam-dalam mengenal hal-hal yang telah kita bicarakan tadi. Jadi kalau ada yang mendapat ide baik. katakan besok padaku - atau pada Janet. Saat ini tak ada gunanya lagi melanjutkan rapat. Mungkin ada lagi seorang anggota Panca Pendekar. yang datang untuk mendengarkan pembicaraan kita."
"Baik, ujar para anggota Sapta Siaga dengan serempak. Semua pulang ke rumah masing-masing. Mereka bersemangat. tapi juga merasa bingung. Bagaimana mereka bisa memikirkan sesuatu. yang akan bisa 'merupakan bantuan" Apa yang harus ditemukan. untuk memecahkan rahasia pertemuan misterius kemarin malam" Simpangan. enam lewat dua. tujuh dua puluh. Kabut, kegelapan - Dalling. Hammond. Pusing !
Masing-masing berusaha untuk mendapatkan ide baik. Barbara tak mampu menemukan apa-apa. Pam mencoba bertanya pada ayahnya, mengenai persoalan nama-nama Dalling dan Hammond. Tapi ayahnya juga tak tahu apa-apa mengenainya. Pam menjadi agak kikuk. ketika diajukan pertanyaan kembali, kenapa ia mencari keterangan mengenai kedua nama tersebut. Jadi akhirnya ia tak bertanya lebih lanjut.
Colin sampai pada kesimpulan. bahwa akan terjadi perampokan pada suatu malam yang gelap dan berkabut. Barang-barang rampokan akan diambil dari sebuah
kendaraan di salah satu tempat tertentu. Tak dapat dibayangkan olehnya. kenapa barang-barang itu harus dikirim dengan gerbong. Pada hakikatnya semua anggota laki-laki dari Serikat Sapta Siaga sampai pada kesimpulan sama. Tapi seperti telah dikatakan oleh Peter. kesimpulan itu tak banyak artinya. Mereka tak tahu kapan saatnya. di mana akan terjadi. dan gerbong apa yang akan dirampok.
"Kemudian Jack mendapat ide baik. Menurut pikirannya. mungkin ada gunanya jika mereka mencari orang yang bernama Zebedee. Pasti ialah orang yang disebut Zen di Lumbung Tigger. Zebedee nama yang aneh! Tak mungkin banyak orang yang bernama Zebedee. di daerah tempat tinggal mereka !
"Baiklah, Jack. Idemu itu bagus, kata Peter memuji. "Kau saja mencarinya untuk kita. Kalau kau berhasil menemukan orang yang bernama Zeb itu. barangkali saja kita berhasil melakukan langkah pertama."
"Tapi bagaimana caraku menemukan orang itu"" tanya Jack. "Aku kan tak bisa pergi berkeliling. lalu menanyakan pada setiap orang yang kujumpai. apakah dia bernama Zeb""
"Tentu saja tidak! Karena itu tadi kukatakan. kau menemukan ide yang bagus, ujar Peter sambil tertawa lebar. "Tapi cuma ide saja. Sayangnya. mustahil dilaksanakan Usaha mencari Zebedee yang dimaksudkan di daerah ini. sama saja seperti usaha mencari semut dalam pasir!'"
"Wa", aku tak mau kalau disuruh melakukannya," ujar Janet. Rupanya cuma aku dan Peter saja yang berhasil memikirkan ide yang bagus. Jack."
Bagaimana ide kalian"" tanya Jack ingin tahu.
"Begini. Di rumah. kami membalik-balik buku telepon. Kami mencari. barangkali saja ada perusahaan yang bernama Dalling. atau Hammond," kata Janet. "Tapi ternyata tidak ada. Jadi kami berkesimpulan untuk mencarinya di wilayah yang lebih luas. Bukan cuma di daerah kita ini saja. Sedang buku telepon kami cuma memuat nama-nama orang yang tinggal di sini."
"Sekarang kami hendak pergi ke kantor pos. Kami ingin mencari dalam buku telepon besar yang ada di sana, sambung Peter. "Di kantor pos tersedia buku-buku tel"pon yang memuat nama-nama yang terdapat di daerah-daerah lain. Kau mau ikut""
Tentu saja Jack mau! Mereka pergi ke kantor pos dan langsung masuk. Peter mengambil kedua buku telepon. Yang satu khusus untuk nama-nama yang dimulai dengan huruf D. Sedang yang kedua. untuk huruf H.
"Aku mencari nama Dalling," ujarnya sambil membalik- balik halaman buku tebal yang sudah terbuka di depannya. Sedang Janet bersama Jack berdiri berdampingan, ikut memperhatikan Peter yang sudah mulai sibuk.
"Dale. Dale, Dale. Dales. Dalggleish," kata Peter dengan suara setengah berbisik. Jarinya mengurut daftar nama-nama yang tertera. "Daling. Dalish. Dallas, - Nah, ini dia! DALLlNG!" serunya, sambil menunjuk ke nama yang dicari. "eh. ternyata ada tiga nama Dalling. Sialan!"
"Seorang bernama Nyonya A, Dalling, dengan alamat Wisma Mawar, di Hubley," kata Janet membaca. "Kemudian seorang yang namanya E.A. Dalling, dan dia tinggal di Puri Pesanggrahan. Tallington. Dan yang ketiga. E. Dalling. Produsen Timah Hitam. Nah - mungkin Dalling ketiga yang kita cari. Karena Dalling yang ini nama perusahaan!"
""Ya," jawab .Peter dengan bersemangat. "Sekarang kita periksa buku telepon dengan nama-nama yang berawalan huruf H. Coba kita lihat bersama-sama - Hall. Halt, Hall - aduh! Banyaknya orang bernama Hall! Nah. sekarang berganti dengan Hallet. Ham, Hamm, Hammers, Hamming, Hammond. - tak mungkin, karena alamat toko permainan anak-anak - Hammond, Hammond. Hammond. he! Lihatlah ini '"
Kedua anak yang berdiri di samping Peter. memandang ke nama yang ditunjuk. Telunjuk Peter terhenti pada nama Hammond yang keempat. Di situ tertera 'P.T. Hammond. Produsen Timah Hitam. Petlington."
Berhasil juga pengusutan kita rupanya," ujar Peter dengan gembira. "Dua perusahaan yang berdagang timah hitam. Yang satu namanya Hammond. sedang yang lain Dalling. Rupanya Bonzo Bandel ada hubungannya dengan kedua perusahaan itu,"
Timah hitam!" seru Jack. "Bukankah bahan itu sekarang sangat berharga" Aku sering membaca berita tentang pencuri-pencuri. yang membongkar atap-atap gereja untuk mengambil t
imah hitamnya, Aku tak mengerti. kenapa atap gereja banyak yang terbuat dari timah hitam. Tapi rupanya memang begitu kenyataannya."
"Kelihatannya Bonzo Bandel akan mengirim sejumlah timah hitam ke suatu tempat tertentu dengan gerbong. Sedang Zeb bersama komplotannya bertugas menghentikan gerbong itu. lalu mengambil timah hitam yang diangkut di dalamnya, kata Peter. "Dan seperti kaukatakan. Jack - timah hitam memang sangat berharga,"
Bonzo rupanya orang penting. kalau sampai bisa duduk di kedua perusahaan itu, kata Janet memikir-mikir. "Aku ingin tahu, siapa nama sebenarnya. Bonzo Bandel! Kenapa begitu - nama julukannya""
"Mungkin karena dia berani, Sedang Bonzo barangkali nama panggilan semasa kecilnya," ujar Peter mempertimbangkan. "Sayang kedua perusahaan itu jauh tempatnya dari sini. Kalau tidak. kita bisa datang ke sana, dan menyelidiki. Barangkali saja kita mendengar seseorang dipanggil dengan nama Bonzo.... "
"Kedua kota itu terlalu Jauh, ujar Jack sambil memperhatikan kedua a1amat yang tertera dalam buku telepon. "Pengusutan kita kali ini be"rhasi"l. Tapi perkembangannya juga sampai di situ saja. Kita hanya tahu, Dalling dan Hammond ternyata merupakan dua perusahaan yang berdagang timah hitam. yang mahal harganya. Tapi cuma itu saja yang kita ketahui !"
"Ya. betul! Penyelidikan kita belum jauh, jawab Peter. Ditutupnya kedua buku telepon besar lalu dikembalikan k"e tempatnya. "Kita harus berpikir lebih lanjut. Ma"rila"h kita pergi. membeli permen. Aku rasanya bisa memikir lebih baik jika ada yang manis-manis dalam mulut!
" XII Permainan - dan ilham mendadak
"BERLALU lagi waktu sehari. Akhirnya tiba kembali hari Sabtu. Paginya diadakan rapat. Tapi tak seorang pun yang membawa hasil-hasil baru. Dibandingkan dengan yang terakhir kali, rapat Sabtu itu agak membosankan. Para anggota Serikat Sapta Siaga duduk dalam gudang. sambil memakan kue yang disediakan oleh ibu Peter dan Janet. Skippy duduk di belakang pintu. Seperti biasa. anjing spanil itu diserahi tugas menjaga keamanan rapat.
Di luar hujan. Ketujuh anak itu memandang ke luar dengan sebal.
"Ah, tak ada gunanya pergi berjalan-jalan. atau bermain bola. Pasti akan basah kuyup," ujar Peter. "Lebih baik kita tinggal saja di sini. sambil bermain-main,"
"Ambil permainan kereta apimu. Peter," usul Janet. "Sedang aku akan mengambil kumpulan tempat pertanianku. Rel kereta api bisa kita pasangkan di antara pohon-pohon dan bangun-bangunan pertanian permainanku, Kita membikin daerah pedesaan. persis seperti yang sungguh-sungguh. Rumah-rumahanku cukup banyak!"
"0 ya. aku setuju, seru Pam. "Aku suka sekali bermain dengan rumah-rumahanku itu. Janet. Belum pernah kulihat ada anak lain memilikinya selengkap kepunyaanmu, Ambillah. cepat! Kami yang memasang rumah-rumahan dan pohon-pohonnya, Kalian. anak laki-laki yang memasang rel!"
"Asyik juga permainan itu. untuk pagi penghujan seperti sekarang ini, ujar Jack dengan gembira. Aku pernah ingin membantu Jeff memasang rei kereta api permainannya. sewaktu George datang ke rumah untuk minum teh. Tapi dia tamu si Susi. dan tak mau kami ikut bermain. Rupanya sekarang dia curiga. kalau-kalau kita sedang merencanakan sesuatu. la terus-terusan merongrong: ingin agar aku menceritakan padanya. apakah ada sesuatu yang terjadi sewaktu kami berada di Lumbung Tigger.
"Jangan jawab saja." kata Peter menyarankan. Skippy kau tak kau tak perlu lagi menjaga di pintu. Rapat sudah selesai! Ke marilah, duduk bersama kami." .
Skippy senang. karena tidak perlu lagi menajamkan telinga. Anjing itu lari mengelilingi ketujuh anggota Sapta Siaga. sambil mengibas-ngibaskan ekor. Peter pergi mengambil permainan kereta apinya, sedang Janet ditemani oleh Pam untuk mengangkut kotak yang berisikan rum"ah-rumahan dan perlengkapan lainnya ke gudang. Permainan Janet itu benar-benar lengkap. Semuanya ada: hewan-hewanan, orang-orangan yang merupakan pekerja di pertanian. begitu pula pohon-pohon, pagar. tempat makanan hewan serta kandang-kandangnya. Belum lagi segala jenis perumahan yang diperlukan !
Ketujuh anggota Sapta Siaga mulai memasang ked
ua jenis permainan. Yang laki-laki memasang Jaringan rel kereta api. sedang anak-anak perempuan menyusun pemandangan alam pedesaan. yang mirip sekali dengan keadaan sebenarnya. Asyik sekali mereka bermain.
Tiba-tiba Peter memandang ke jendela. la merasa seakan-akan ada sesuatu bergerak di situ. Matanya menatap muka seseorang yang memandang ke dalam. la melompat bangkit dengan teriakan nyaring. sehingga teman-temannya ikut terlompat karena terkejut.
"Jeff ada di luar!" seru Peter. "Barangkah dia mengintip atas perintah Panca Pendekar. Ayo. kejar dia Ski"p!"
Tapi Jeff sudah terlebih dulu lari. Namun apabila Skippy berhasil mengejarnya. pasti takkan terjadi apa-apa. Karena anjing spanil itu mengenal Jeff, dan juga senang padanya.
"Tak menjadi apa. jika Jeff tadi sempat melihat ke dalam." ujar Janet. "Paling-paling hanya kita yang sedang asyik bermain saja yang nampak. Biarlah dia "berdiri di luar kena hujan, apabila ia ingin melakukannya!
"Akhirnya rel kereta api main-mainan siap terpasang Tiga buah lokomotif yang digerakkan dengan per disambungkan ke deretan gerbong masing-masing. Dua iringan merupakan kereta penumpang. sedang yang satu lagi kereta barang.
"Aku menjalankan satu kereta. Colin mengendalikan kereta yang satu lagi; sedang kau. Jack. kau mengatur jalan kereta ketiga," kata Peter menyusun permainan. "Janet. kau menjaga sinyal. Kau pintar melakukannya. Kau George. kau bertugas mengatur wesel pada persimpangan-persimpangan rei. Jangan sampai terjadi kecelakaan. Kalau kaulihat ada dua kereta bergerak pada jalur sama. pindahkan lintasan kereta yang satu ke rel yang lain."
"OK. Aku mengatur keberesan pada berbagai persimpangan," jawab George dengan gembira. "Aku senang melakukan tugas itu. Asyik rasanya, melihat kereta dipindahkan jalannya. dari jalur utama ke jalur langsir,
Ketiga anak yang menjadi masinis. memutar per lokomotif masing-masing. Sesudah per terputar kencang. kereta mulai dijalankan. Ketiga iringan itu melaju sepanjang jaringan rel yang telah dipasang menyusuri kamar.
Dengan rajin. George mengatur jalan kereta-kereta. Begitu ia rnelihat kemungkinan akan terjadi tubrukan. dengan cepat salah satu dari kereta dipindahkan jalannya ke jalur samping. Asyik sekali mereka bermain. Tiba-tiba Janet duduk lurus-lurus. Terdengar suaranya berseru.
"Betul juga!" Anak-anak lainnya memandang ke arahnya.
"Ada apa"" tanya Peter. "apa yang betul juga" Kenapa kau kelihatan seperti baru menyadari sesuatu""
"Simpangan'" seru Janet dengan bersemangat. "Simpangan!" Tangannya menunjuk-nunjuk ke arah George. Anak itu masih sibuk melakukan tugas pada wesel simpangan-simpangan. memindahkan kereta-kereta dari rel yang satu ke rei yang lain. "Ah. Peter! Janganlah setolol itu! Tidak ingat lagikah kamu" Orang-orang di Lumbung Tigger. berbicara tentang simpangan-simpangan Kata Jack. mereka berulang-ulang menyebutkan kata itu. Aku berani taruhan. mereka pasti sedang bicara tentang Simpangan rel kereta api !"
Sejenak lamanya tak terdengar apa-apa., Tapi ses"udah itu. semuanya serentak membuka mulut. Ribut sekali kedengarannya.
"Ya! Mungkin! Kenapa tak lebih dulu terpikir oleh kita! Tentu saja! Simpangan rel kereta api ! Betul !"
Permainan kereta langsung terhenti, Ketujuh anggota Sapta Siaga sibuk berunding.
"Kenapa mereka memerlukan simpangan-simpangan itu" Rupanya karena mereka hendak memindahkan jalan salah satu kereta api ke jalur rel lain."
"Ya. betul! Kereta api yang membawa sesuatu yang hendak mereka curi. Barangkali timah hitam '"
"Kalau begitu pasti kereta barang. Salah satu gerbong kereta itu mestinya mengangkut timah hitam. yang hendak mereka curi !"
"Mereka juga membicarakan perihal kain terpal. Masih ingatkah kalian" Apakah kain itu penutup muatannya" Kan dikatakan. kain terpal harus diberi tanda garis putih pada salah satu sudutnya. supaya lekas kelihatan,"
"Ya, Supaya mereka tak banyak membuang waktu. memeriksa setiap gerbong untuk mengetahui mana yang dicari. Kadang-kadang iringan kereta barang bisa terdiri dari tiga puluh sampai empat puluh gerbong. Kalau kain terpal penutupnya diberi tanda garis
putih, denga"n sekali lihat mereka akan tahu. gerbong mana yang dimaksudkan."
Skippy ikut ribut menggonggong, seolah-olah ingin menyumbangkan pikirannya pula.
Peter berpaling memandangnya. lalu berkata.
"He, Skip! Ayo, jaga pintu lagi. Anjing manis. Rapat sudah dibuka lagi, Lakukan tugasmu!
Skippy lari ke posnya. Sapta Siaga duduk merapat. Terasa kegairahan mereka. Bayangkan. satu perkataan saja ternyata sanggup merangsang otak mereka untuk bekerja. Dan langsung sampai ke jalan yang tepat!
""Kau ini memang sangat cerdas, Janet, ujar Peter "memuji adik perempuannya. Muka Janet bersinar karena girang.
"Ah, siapa pun bisa saja menemukannya, ujar anak itu dengan rendah hati. "Tapi tadi kau berulang kali mengucapkan kata 'simpangan'. Tiba-tiba dalam benakku seakan-akan berdering sebuah lonceng, untuk menyadarkan diriku. Peter, di mana menurut pendapatmu terletak simpangan-simpangan itu ""
Tapi yang diajak bicara sedang sibuk memikirkan persoalan lain.
"Ada satu hal lagi yang tiba-tiba terpikir olehku," ujarnya dengan mata bersinar-sinar. "kata kalian, ketiga orang itu Juga berulang-ulang menyebutkan beberapa rangkaian angka. Enam lewat dua. tujuh dua puluh. Tidak mungkinkan" angka-angka itu merupakan jadwal waktu kereta api ""
O ya! Kita kan biasa mengatakan 'Ayah akan pulang dengan kereta api pukul enam dua puluh, atau tujuh dua belas! " seru Pam bersemangat. Enam lewat dua - nanti dulu - mestinya ada sebuah kereta barang yang berangkat dari salah satu tempat, pada pukul enam lewat dua menit. Tapi mungkin juga itu saat tibanya."
"Mereka juga mengharapkan malam gelap dan berkabut. Tentunya karena dalam keadaan begitu. akan mudah bagi mereka untuk memindahkan jalan kereta api ke jalur samping, kata Jack. "Malam berkabut akan menguntungkan sekali bagi penjahat-penjahat itu. Masinis kereta takkan mungkin bisa melihat. bahwa lokomotifnya dipindahkan jalannya ke jalur yang salah. la pasti akan berjalan t"erus, sampai terpaksa berhenti pada salah satu palang sinyal. Nah, pada saat itulah para penjahat yang sudah menunggu. bisa mengangkut timah hitam dari gerbong yang sudah diberi tanda pengenal."
"Dan barangkali mereka juga akan membereskan masinis kereta yang bingung. begitu pula dengan penjaganya, sambung Colin.
Setelah itu mereka semua terdiam. Sekonyong-konyong Serikat Sapta Siaga menyadari bahwa mereka berhadapan dengan sebuah komplotan yang cukup besar. yang hendak melakukan perampokan.
"Menurut pendapatku, persoalan ini harus kita laporkan," ujar Pam. Tapi Peter menggelengkan kepala.
"Tidak! Kalau bisa, kita selidiki dulu lebih jauh. Aku yakin. kita sekarang mampu melakukannya! Misalnya saja. kita cari selembar jadwal keberangkatan kereta api. Kita periksa. apakah ada kereta yang tiba di salah satu tempat. pada pukul enam lewat dua."
"Wah, tidak bisa!" bantah Janet" dengan segera. "Kereta barang tak tertera pada jadwal umum."
"Betul juga. Aku lupa," ujar Peter mengakui kekeliruannya. "Bagaimana kalau salah satu di antara kita pergi ke stasiun. Di sana mengajukan beberapa pertanyaan mengenai kereta-kereta barang. Kita tanyakan kapan saja kereta itu masuk dan dari mana" Kita sudah tahu. di mana tempat kedudukan kedua perusahaan Dalling dan Hammond. Kalau tidak salah. kotanya bernama Petlington, bukan"" .
"Ya" kata Janet. "Idemu baik. Peter. Hujan sudah berhen"ti. Kenapa tidak kamu saja yang pergi seka"rang""
"Baik, jawab Peter. "Colin. kau ikut. Selam"a ini han"ya" Jack dan George saja yang mengalami peristiwa-peristiwa asyik. Sedang kau belum kebagian. Karenanya. ikutlah ke stasiun!"
Kedua anak itu pergi dengan bersemangat. Akhirnya mereka berhasil menemukan jejak yang tepat !
Peter dan Colin sampai ke stasiun. bertepatan waktunya dengan sebuah kereta yang masuk. Kedua anak i"tu memperhatikan dengan saksama. Dua orang penjaga pintu berdiri di peron, ditemani oleh seorang pekerja yang mengenakan pakaian kerja kotor. Sewaktu kereta masu"k pegawai itu sedang bekerja di atas rel. Cepat-cepat la meloncat ke peron. tak lama sebelum kereta menderu masuk di stasiun.
Peter dan Colin menunggu sampai keret
a lewat. Kemudian mereka menghampiri salah seorang dari kedua penjaga pintu.
"Lewat jugakah kereta barang di sini" tanya Pet"er pada penjaga itu. "Kami senang sekali memandang iring- iringannya yang panjang."
"Sebentar lagi akan lewat sebuah. Tepatnya, lima belas menit lagi, jawab penjaga pintu.
"Panjangkah gerbong-gerbong yang ditarik"" sambung Colin bertanya. "Saya pernah menghitung empat puluh tujuh buah gerbong."
"Iring-iringan yang paling panjang, lewat pada petang hari, kata penjaga pintu itu lagi. "Menurut pendapatmu rata-rata berapa banyaknya gerbong-gerbong barang itu, Zeb""
Pekerja berpakaian kotor yang ditanyai, menggosok- gosokkan tangannya yang hitam berminyak ke mukanya, lalu mendorong topi ke belakang kepalanya.
""Yah. macam-macam. Bisa tiga puluh, tapi kadang-kadang ada juga yang, sampai empat puluh. Pokoknya. tergantung dari banyaknya barang yang diangkut,
Kedua anak yang sibuk bertanya-tanya, tak begitu memperhatikan jawaban itu. Mereka saling berpandangan. Zeb! Penjaga pintu memanggil pekerja berbaju kotor, dengan nama Zeb! Mungkinkah dia itu orang bernama Zeb yang datang ke Lumbung Tigger bersama-sama dengan dua orang lagi" !
Peter dan Colin memperhatikan pekerja itu. Kelihatannya sama sekali tidak mengesankan. Orangnya berbadan kecil dan kurus. Air mukanya membayangkan watak jahat. Pakaiannya kotor kena minyak, begitu pula muka dan tangannya. Rambutnya terlalu gondrong, lagipula tak terurus. lebl Nama ini jarang kedengaran. Karenanya kedua anak yang sedang mengusut. merasa yakin bahwa mereka saat itu sedang berhadapan dengan Zeb. yang dulu datang ke puing-puing bekas kompleks pertanian.
"Eh - pukul berapa kereta barang yang Bapak katakan tadi. lewat di sini petang hari'"" tanya Peter. setelah ia mampu membuka mulut lagi.
"Lewatnya seminggu dua kali. kira-kira pukul enam, ujar orang yang bernama Zeb. "Menurut jadwal waktu, biasanya lewat pukul enam lewat dua. Tapi kadang-kadang terlambat."
"Datangnya dari mana"" tanya Colin.
"Dari berbagai tempat!" jawab Zeb lagi. "Dari Turleigh, Idlesston. Hayley, Garton, Petlington..."
"Petlington!" seru Colin. sebelum sempat mengendalikan rasa terkejutnya. Itu kan nama kota tempat kedudukan kedua perusahaan Dalling dan Hammond. Peter merengut mendengar seruan Colin yang tak dapat menahan perasaan itu. Colin buru-buru memperbaiki kesalahannya. yaitu menunjukkan minat mereka terhadap kota itu.
"Ya - Petlington. dan kota-kota mana lagi"" tanyanya.
Pekerja berbaju kotor menyebutkan serangkaian nama kota lainnya. Peter dan Colin pura-pura mendengarkan dengan penuh minat. Tapi seb"ena"rnya mereka" su"dah cukup mengetahui hal-hal yang ingin mereka selidiki.
Kereta pukul enam lewat dua menit merupakan kereta barang. Datangnya seminggu dua kali, dan d"atan"gnya antara lain dari kota Petlington. Mungkin di situ disambungkan satu atau dua gerbong tambahan, dengan muatan barang-barang dari bahan timah hitam yang b"erasal dari perusahaan Hammond, atau Dalling! Timah hitam dalam bentuk apa" Mungkin pipa, tapi bisa juga be"ru"pa pelat-pelat. Kedua anak itu tak mengetahumya. Tapi itu tidak penting. Pokoknya bahan yang hendak dicuri itu pasti t"imah hitam. Timah hitam yang berharga! Dan timah hitam Itu dikirimkan oleh Bonzo Bandel. untuk perusahaan di mana dia bekerja.
Tiba-tiba Peter mendapat akal, untuk menanyakan persoalan simpangan dan wesel rel, tanpa menimbulkan kecurigaan.
"Kami tadi pagi bermain-main kereta api, katanya. "Alat permainannya bagus sekali. Jaringan relnya diperlengkapi dengan simpangan-simpangan unt"uk memindahkan jalan kereta dari rel satu ke rel yang lain. Benar-benar bagus permainan kereta api saya itu. Simpangan-simpangannya mirip yang asli!"
"Ah. kalau mengenai persoalan simpangan, sebaiknya kalian mengobrol dengan rekanku," ujar Zeb. "Banyak sekali simpangan yang harus diurusnya. untuk menyalurkan kereta-kereta barang. Kereta-kereta itu sering kali harus dipindahkan ke jalur rel samping."
"Apakah dia juga menyalurkan kereta pukul enam lewat dua ke rel langsir serupa itu"" tanya Peter, "Atau barjalan terus. lewat rel utama""
"Ti dak. kereta barang itu jalan terus," jawab Zen. "Larry hanya menyalurkan kereta-kereta barang yang harus membongkar muatan di sini. Sedang kereta enam le"wat dua langsung ke Swindon. Kalau kalian datang nanti petang, akan bisa melihat sendiri '"
Peter cepat-cepat melirik Colin. la ingin tahu. apakah temannya itu juga mendengar nama yang disebutkan oleh Zeb. Larry! Zeb dan Larry! Wah, mujur sekali mereka hari ini. Colin mengejapkan mata. Ya, rupanya dia juga mendengar nama itu disebutkan. Colin mulai kelihatan gelisah.
"Sebetulnya saya kepingin melihat. bagaimana cara Larry bekerja di simpangan-simpangan, ujar Peter seterusnya. "Pasti mengasyikkan. Tentunya wesel yang harus digerakkannya, jauh berlainan dengan yang terdapat pada kereta api permainan saya." Zeb tertawa.
"Tentu saja," katanya. "Wesel pada rel kereta api sungguhan meminta tenaga untuk menggerakkannya. Bagaimana kalau kalian sekarang ikut dengan aku menyusuri rel ini" Nanti akan kutunjukkan beberapa wesel, yang menyalurkan kereta api ke jalur langsir. Tempatnya kira-kira satu mil dari sini."
Peter melirik arlojinya. la akan terlambat pulang untuk makan siang. Tapi persoalan ini benar-benar penting. Mungkin saja ia akan melihat wesel yang akan digerakkan oleh Larry pada suatu malam gelap berkabut !
"Jaga baik-baik! Jangan sampai anak-anak ini ditubruk kereta api," ujar penjaga pintu memperingatkan Zeb agar berhati-hati. Sambil berjalan mengikuti pekerja itu. Colin dan Peter memandang ke belakang dengan sikap kesal. Seakan-akan mereka sendiri tak tahu, kapan ada kereta datang!
Perjalanan mereka menyusuri rel, menuju ke wesel yang dimaksudkan. terasa amat panjang Zeb sedang ada pekerjaan pada bagian rel yang tak jauh tempatnya dari simpangan yang dituju. Ditinggalkannya peralatan di tempat kerjanya itu. lalu diajaknya Peter dan Colin ke tempat di mana beberapa jalur rei saling bersimpangan. Diterangkannya cara kerja simpangan-simpangan itu.
"Untuk menggeser rel yang itu, kau harus menarik tuas ini. Lihatlah, sekarang relnya tergeser. Jadi kereta tak lewat di rel sebelah sana."
Colin dan Peter mencoba-coba. menarik tuas-tuas. Terasa berat sekali.
""Apakah kereta enam lewat dua juga lewat rel sini"" tanya Peter. la bersikap, seakan-akan anak yang ingin tahu segala macam.
"Betul! Tapi jalannya melalui rel lurus. dan tidak digeser ke jalur samping." ujar Zeb. "Kereta api itu tak pernah mengangkut muatan untuk daerah ini. Semuanya langsung menuju Swindon. Nah. begitulah cara kerja simpangan dan wesel. Kalian jangan berani mencoba-coba bermain dengan rel kereta api. karena pasti akan diuber oleh polisi,
"Kami takkan melakukannya, janji kedua anak itu.
"Sekarang aku harus melanjutkan pekerjaan, ujar Zeb. Suaranya kedengaran enggan. "Sampai ketemu lagi! Moga-moga saja telah kuceritakan semua hal yang ingin kalian ketahui."
Tanpa diketahui olehnya. hal itu memang telah dilakukannya dengan lengkap. Peter dan Colin sangat merasa beruntung. Mereka pergi ke pinggir, dan berdiri di situ beberapa saat.
"Sebetulnya sebaiknya kita sekarang mencari jalur langsir yang menjadi tempat pelaksanaan niat jahat mereka, kata Peter. "Tapi hari sudah siang. Ah, sialan! Aku lupa tadi. Kenapa tak kutanyakan. pada hari-hari apa saja kereta barang itu datang dari Petlington!"
"Kita pulang sajalah sekarang. Nanti sore kita datang lagi, ujar Colin. "Aku sudah sangat lapar. Nanti kita juga bisa menyelidiki, pada hari-hari apa saja kereta barang itu lewat. Sekaligus kita cari jalur samping yang mereka maksudkan,
Mereka meninggalkan tanggul rel dan pergi ke jalan raya. Kedua-duanya sangat bergairah, sehingga tak hentinya berbicara.
"Untung sekali kita tadi, kebetulan berjumpa dengan Zeb! Langsung ketemu dengan dia sendiri! Sesudah itu mendengar keterangan. bahwa Larry bertugas mengatur simpangan-simpangan rel! Wah, sekarang persoalannya menjadi jelas. Untung saja Janet tiba-tiba mendapat ilham baik pagi ini! Kita ini benar-benar mujur!"
""Sore ini, kit"a kembali secepat mungkin, kata Peter. Kusarankan. kita berangkat semua. Wah! Sekarang persoalannya menjadi sungguh-sungg
uh asyik !" XIII Petang yang penuh peristiwa
"IBU PETER. dan juga ibu Colin marah sekali ketika ke- dua anak itu kembali ke rumah. Mereka terlambat datang untuk makan siang. Janet tak dapat menahan keinginan tahu. Tak sabar lagi ia menunggu Peter selesai makan. Karenanya Peter memandangnya dengan dahi berkerut. selama ia terburu-buru makan. Peter khawatir. Janet akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. yang bisa membuka rahasia mereka bertujuh.
Adik perempuannya itu disuruhnya memanggil Sapta Siaga berkumpul. Tak lama kemudian mereka suda"h datang semua. Hanya Colin agak terlambat. karena masih harus menghabiskan makannya dulu.
Peter menceritakan pengalamannya tadi bersama Colin. Para anggota Sapta Siaga mendengarkan dengan penuh perhatian. Hati mereka bergelora. Bukan main pengalaman Peter dan Colinl Berjumpa dengan Zeb. dan kemudian meminta keterangan pada orang itu sendiri. mengenai hal-hal yang ingin mereka ketahui !
"Ia sama sekali tak sadar, kenapa kita mengajukan pertanyaan yang begitu banyak, ujar Colin sambil tertawa lebar. "Harus kukatakan, sikapnya ramah terhadap kami, padahal orangnya kelihatan jahat. M"at"anya lici"k!, .
"Sore ini kita semua pergi ke rel, ujar Peter. Kita Juga akan mengusut. pada hari-hari apa saja kereta barang yang akan dirampok lewat di sini."
Sore itu mereka berangkat. Mula-mula mampir ke stasiun. Di sana mereka berjumpa dengan penjaga pintu yang sudah dikenal tadi pagi. Kebetulan pekerjaan saat itu tidak banyak. Karenanya ia gembira melihat anak-anak datang.
"Bermacam-macam kisahnya mengenai kereta api. Kemudian Peter membelokkan pembicaraan ke kereta barang.
"Nah, ini ada yang datang," ujar penjaga pintu sambil menunjuk. "Tapi kereta ini tak berhenti di stasiun, karena tak ada penumpang turun atau naik. Kalian mau menghitung jumlah gerbongnya" Kereta ini tak begitu panjang,
Iringan kereta barang yang lewat di depan mereka. kebanyakan terdiri dari gerbong terbuka. Muatannya macam-macam: batu bara. batu bata. mesin. peti-peti. Kereta lewat dengan pelan. Ketujuh anggota Sapta Siaga menghitung jumlah gerbong ada tiga puluh dua buah.
"Saya ingin melihat kereta barang yang diceritakan oleh Zeb tadi," ujar Peter pada penjaga pintu. "Kalau tak salah. ia menyebut kereta yang lalu di sini pukul enam lewat dua. Maksud saya, yang datang dari arah Petlington. Kadang- kadang iringan gerbongnya panjang sekali. ya ""
"Betul Tapi kalau kamu ingin melihat kereta barang yang itu. harus datang pada hari Selasa. atau hari Jum'at," jawab penjaga pintu. "Tapi saat itu hari sudah gelap. Tak banyak lagi yang akan dapat kalian lihat. Nah. itu! Penjaga yang berdiri di gerbong terakhir melambaikan tangan !"
Mereka membalas lambaiannya. Iringan kereta barang bergerak makin lama makin menjauh. dan akhirnya lenyap dari pandangan.
"Saya heran. kenapa barang-barang yang diangkut dengan gerbong terbuka itu tidak dicuri orang." kata Peter secara sambil lalu.
"Oh. jangan kaukira," balas penjaga pintu. "Akhir-akhir ini sering terjadi pencurian. Bahkan pernah pula sebuah mobil dicuri dari gerbong. Katanya. yang melakukan suatu komplotan penjahat. Entah bagaimana cara melakukannya. Nah. anak-anak - kalian terpaksa kutinggalkan. karena aku masih harus bekerja lagi. Sampai ketemu !"
Ketujuh anggota Sapta Siaga meninggalkan ruang stasiun. Mereka berjalan di sisi rel, sampai ke tempat di mana leb menerangkan cara kerja wesel pada simpangan-simpangan. Peter menunjukkan tempat "itu.
" "Di sinilah mereka akan menggeser jalan kereta barang ke jalur samping, katanya menerangkan. "S"ayang. tak kita ketahui. pada petang hari yang mana. Tap. mestinya tak lama lagi ! Karena dalam surat yang keliru diserahka"n pada George. tertulis bahwa semuanya beres dan berjalan lancar."
Mereka menyusuri jalur rel samping. yang makin lama makin menyimpang dari jaringan utama. Akhirnya mereka sampai ke sebuah tempat pembongkaran kereta barang. Tempat itu tak begitu besar. dan kelihatan lengang pada saat mereka tiba.
Tempat itu dikelilingi pagar. dengan, gerbang-gerbang besar. Mobil-mobil truk masuk lewat gerbang-gerbang itu, a
pabila hendak mengambil muatan yang dibongk"ar dan gerbong kereta api yang dilangsirkan ke situ. Tapi Sapta Siaga hanya melihat beberapa gerbong kereta kosong. Tak seorang pun nampak di situ! Nyata sekal; bahwa tak ditunggu kedatangan kereta barang dalam waktu dekat.
"Sepi benar tempat ini," ujar Colin. "Jika ada kereta barang diselewengkan ke mari. pasti takkan ada orang yang mendengar dan melihatnya. Tentu saja. kecuali orang- yang memang sudah menunggu di sini! Aku berani taruhan. pada suatu petang akan ada sebuah truk menyusup ke mari siap untuk mengangkut timah hitam dari gerbong yang tutup terpalnya sudah diberi tanda garis putih!"
Bagaimana kalau kita datang ke mari Selasa petang! Barangkali saja malam itu mereka merencanakan aksi mereka," ujar Jack tiba-tiba. "Anak-anak perempuan jangan ikut. Kami saja yang berangkat, Kalau kami lihat terjadi sesuatu. dengan segera kami beritahukan melalui telepon pada polisi. Sebelum leb dan Larry beserta kedua teman mereka sempat menyelesaikan pembongkaran muatan. polisi akan sudah tiba di sini. Wah. pasti akan mengasyikkan '"
"Aku tak yakin. Menurut perasaanku. lebih baik kita berhubungan sekarang dengan Pak Inspektur teman kita, kata Peter. "Sudah cukup banyak kita ketahui sekarang. untuk memberikan laporan dengan jelas. Satu-satunya yang belum pasti. adalah kapan perampokan akan dilangsungkan. hari Selasa mendatang ini. atau pada saat kemudian ""
Mereka sibuk berdebat, Karena itu tak melihat petugas polisi berbadan besar. yang berjalan dengan langkah lambat memasuki tempat itu, la tertegun ketika melihat ada tujuh orang anak di situ. lalu berdiri sambil memperhatikan.
"Aku kepingin melihat. bagaimana sebenarnya bentuk simpangan rei, ujar Colin. la sudah bosan berdebat.
"Maukah kau menunjukkannya padaku. Peter. Kita akan menjaga. kalau ada kereta datang,
Peter lupa. bahwa sebenarnya dilarang menyeberangi rel kereta api. la berjalan di antara kedua batang besi rel. menuju ke tempat simpangan. Tapi langkahnya terhenti. ketika mendengar suara lantang berseru.
"He! Anak-anak! Mengapa kalian berjalan di tempat terlarang" Ayo, kembali ke mari. Ada yang hendak kukatakan!"
"Kita lari saja!" kata Pam ketakutan. "jangan sampai terpegang!"
"Jangan! Kita tak boleh lari, bantah Peter. "Aku lupa tadi. Kita memang tak boleh berjalan di tengah-tengah rel. Sebaiknya kita kembali saja dan menerangkan duduk persoalannya. Kalau minta maaf. pasti dia tidak akan marah!"
la mendului keenam anggota Sapta Siaga lainnya. kembali ke tempat kereta langsir. Polisi datang mendekat dengan muka masam.
"Kalian ini benar-benar bandel," katanya garang. "Akhir-akhir ini sudah banyak gangguan pada kereta api, karena tingkah anak-anak. Aku cenderung untuk me"ncatat .nama dan alamat kalian, dan sudah itu menyampaikan peringatan mengenai perbuatanmu pada orang tua kalian."
"Tapi kami kan tak berbuat apa-apa, protes Peter dengan perasaan tersinggung. "Memang. kami sudah masuk ke tempat terlarang. Untuk itu kami minta maaf. Tapi kami tak melakukan sesuatu pun yang merugikan!"
"Apa yang kalian lakukan di tempat langsir ini"" tanya polisi dengan ketus. "Pasti berbuat jahil!"
"Tidak!" balas Peter dengan tabah.
"Kalau begitu, untuk apa kalian ke mari." ulang polis"i. "Ayoh. katakan padaku. Pasti kalian tak datang ke mari karena begitu saja!"
"Katakanlah, ujar Barbara. Anak itu sangat ketakutan, hampir-hampir menangis. Dan begitu mendengar b"ahwa ternyata memang ada sesuatu yang harus dikatakan, ke- curigaan polisi timbul dengan segera. .,
"Nahh! Ternyata memang ada sesuatu yang kalan cari di sini!" bentaknya. "Ayo. ceritakan - kalau tidak. kucatat nama dan alamat kalian!"
Peter sama sekali tak berniat menceritakan apa pun juga pada orang yang pemarah itu. Pertama-tama. ia pasti takkan percaya kalau mendengarnya. Dan kedua, Peter tak bermaksud membeberkan rahasia yang mereka usut sendiri dengan susah payah! Tidak! Jika persoalan mereka akan diceritakan olehnya pada orang lain. maka orang itu hanva ayahnya saja, atau Pak Inspektur ramah teman mereka.
Akhirnya polisi berbadan besar yang memergoki
menjadi sangat marah. la mengambil buku catatan. lalu menuliskan nama dan alamat ketujuh anak itu. satu per satu. Aduh. menjengkelkan sekali! Bayangkan saja: mereka datang ke Situ. untuk membantu usaha menangkap komplotan pencuri yang licin. dan sekarang mereka sendiri yang dicatat karena masuk ke tempat terlarang!
"Jika ayahku mendengar. aku pasti dimarahi olehnya, ujar Colin dengan muram. Ah, Peter - kita laporkan saja rahasia komplotan pencuri pada Pak Inspektur. sebelum polisi galak itu mendatangi orang tua kita masing-masing!" Tapi Peter tetap marah dan keras kepala.
"Tidak'" katanya. "Kita akan membereskan sendiri. Polisi boleh datang pada saat terakhir, apabila semua sudah kita persiapkan. Si Jahat tadi. yang mencatat nama-nama kita. juga boleh datang pada saat itu. Aku kepingin melihat mukanya. apabila pada suatu malam nanti ia harus ikut pergi ke tempat ini. untuk menangkap pencuri yang ketahuan oleh kita! Dan bukan berkat Jasanya. Wah. puas rasanya bila bisa melihat mukanya yang merah karena malu!"
"Aku juga kepingin ikut ke mari pada malam itu," ujar Janet.
"Tidak!" tukas Peter. Saat itu ia benar-benar bersikap sebagai ketua Sapta Siaga. "Anak-anak perempuan jangan ikut. Coba lihat tadi. Barbara sudah menangis. Padahal polisi hanya mencatat nama dan alamatnya saja. Apa gunanya dia ikut malam hari. pada saat akan terjadi hal-hal berbahaya" Tidak! Kami berempat saja yang berangkat. Yang lain-lain tidak boleh! Habis perkara!"
" XIV "Akhirnya: Selasa malam
"KEESOKAN paginya diadakan rapat. Serikat Sapta Siaga membicarakan persoalan yang mereka hadapi. serta mempersiapkan siasat unt"uk hari Selasa Hari itu benar-benar cocok untuk bulan Nopember yang suram di Inggris, Di mana-mana kelihatan embun dingin menghalangi penglihatan.
"Kata ayahku. menjelang besok di daerah ini akan terjadi kabut," kata Peter. "Kalau ramalannya itu benar-benar terjadi. maka para penjahat akan bisa merasa beruntung pada hari Selasa. Menurut perkiraanku. masinis kereta barang sama sekali takkan menduga bahwa lokomotifnya menyimpang ke jalur samping. karena simpangannya digeserkan, Kalau kabut tebal. ia pasti tak bisa melihat apa-apa lagi."
"Aku kepingin hari Selasa lekas tiba." sambung Jack "Susi sudah tahu. kita sedang menghadapi sesuatu. la bersama gerombolan Panca Pendekar pimpinannya. ingin sekali mengetahui persoalan apa itu. Pasti ia akan kesal sekali. jika nanti mengetahui bahwa semuanya berpangkal pada perbuatannya. hendak menipu kita '"
"Panca Pendekar akan tamat riwayatnya," ujar Colin. "He. Peter! Coba Ithat ini. aku membawa peta jaringan rel kereta api, Kupinjam dari ayahku, Di sini tertera jalur-jalur yang datang dari arah Petlington, lengkap dengan segala persimpangannya. Jack, mungkinkah peta seperti ini yang ditelaah oleh Zeb. Larry dan orang yang satu lagi di Lumbung Tigger""
"Ya, mungkin saja," kata Jack sambil memperhatikan peta. "Menurut pendapatku, mereka itu pasti sudah pernah melancarkan aksi serupa ini. Jaringan kereta api mereka kenai dengan baik. Ah, lama sekali rasanya hari Selasa tiba!"
Tapi akhirnya hari Selasa tiba juga. Hari itu, tak seorang pun anggota Sapta Siaga yang mampu memusatkan perhatian pada pelajaran di sekolah. Pikiran mereka selalu melayang, membayangkan hal-hal yang mungkin akan terjadi malam itu, Lebih seratus kali Peter memandang ke luar jendela.
"Benar juga kata Ayah," pikirnya. "Kabut benar-benar turun". Kabu"t musim gugur yang tebal. Malam ini tebalnya pasti semakin bertambah. sehingga di jaringan rel kereta api dikerahkan tanda-tanda isyarat kabut. Kalau alat itu mulai bekerja. pasti akan terdengar."
Keempat anak laki-laki anggota Sapta Siaga berse"pakat akan bertemu sehabis waktu minum teh. Skippy dibawa serta. Menurut Peter. sebaiknya anjing spanil itu Ikut. untuk menjaga kalau-kalau terjadi perkembangan kurang baik.
Mereka semua membawa lampu senter. Peter meraba-raba kantong. untuk memeriksa apakah tak lupa membawa permen untuk dibagi-bagikan nanti. sambi! menunggu perkembangan. Ternyata permen ada dalam kantong. Bagus. Peter agak menggigil karena harap-harap cemas,
Tap i hampir saja ia tak jadi ikut dengan teman-teman. Sewaktu ia sedang mengenakan mantel. ibunya melihatnya dan segera melarangnya.
"Kau nanti tersasar dalam kabut tebal ini," kata ibunya. "Janganlah pergi."
"Aku sudah berjanji dengan teman-teman, Bu." ujar Peter dengan bingung. "Aku harus pergi '"
"Tak dapat kubiarkan saja kau pergi," kata ibunya dengan suara prihatin. "Nah. begini saja! Kau boleh pergi. tapi harus mengajak Skippy. Kalau kau sampai tersasar. dia bisa menunjukkan jalan pulang,
"0, tentu! Tentu saja Bu. Skippy akan kubawa." ujar Peter lega. Seketika itu juga ia menghilang. dibuntuti oleh Skippy. Teman-teman sudah menunggu di pintu pagar pekarangan. Mereka berangkat berempat.
Kabut tebal berputar-putar menghalangi penglihatan. Cahaya lampu senter tak berhasil menembusnya. Kemudian terdengar dari jauh. bunyi isyarat kabut yang dipakai dalam dinas kereta api.
"Tanggung Zeb beserta komplotannya senang sekali. karena ada kabut setebal ini !" ujar Colin. "Lihat! Di sana kelihatan samar-samar pagar yang membatasi tanggul rel. Kita berjalan di sisinya. supaya jangan tersasar."
Kira-kira pukul enam kurang lima. mereka sampai di tempat pembongkaran kereta barang yang didatangi kemarin. Keempat anak itu menyelinap masuk melewati pintu gerbang yang kebetulan terbuka. Keempat-empatnya mengenakan sepatu bersol karet. Mereka memadamkan lampu senter. lalu mengendap-endap ke dalam.
Mereka mendengar mesin sebuah lokomotif menderu. kemudian berhenti. Beberapa suara berbisik pelan. Kemudian kelihatan sinar lampu di tangan seseorang.


Sapta Siaga 04 Mencari Jejak di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ternyata para penjahat sudah ada di sini. Begitu pula truk yang dikirimkan oleh Bonzo Bandel !" bisik Jack. "Itu, di sana! Terlihat samar-samar di balik kabut. Aku berani taruhan, gerbang itu dibubuhi tulisan Hammond. atau Dalling!"
"Jadi benar Selasa malam ini mereka beraksi," ujar Colin sambil menghembuskan napas lega. "Sedari tadi sudah kuharapkan. semoga kita tak sia-sia datang ke mari. di tengah kabut tebal !"
Beberapa kali terdengar bunyi isyarat kabut, Anak-anak mengetahui. kapan ada kereta yang lewat di jalur utama yang terbentang agak jauh dari tempat mereka bersembunyi. Karena setiap kereta lewat. terdengar bunyi isyarat. Tanda itu memperingatkan para masinis. untuk menajamkan mata melihat tanda sinyal yang harus dituruti. Atau kalau tidak. memperingatkan agar memperlambat jalan kereta api.
"Pukul berapa sekarang"" bisik George bertanya.
""Hampir setengah tujuh, balas Peter berbisik. "Kereta pukul enam lewat dua terlambat. karena terhalang kabut. Mungkin sebentar lagi datang. Tapi bisa juga baru larut malam nanti,
Beberapa menit kemudian terdengar kembali bunyi isyarat kabut. Anak-anak rnenebak-nebak, mungkinkah bunyi isyarat itu disebabkan oleh kereta barang yang mereka tunggu-tunggu sekian lama.
Ternyata dugaan mereka tepat. Masinis menjengukka"n kepala ke luar jendela lokomotif. Matanya mencan-cari tanda sinyal. Dilihatnya sinar lampu hijau. la boleh terus. Lokomotif digerakkannya kembali lambat-lambat. Sama sekali tak diduganya, bahwa kereta api yang dijalankannya memasuki jalur rel yang keliru!
Larry berada di persimpangan itu, bersembunyi di balik kabut dan kegelapan. Kereta barang yang hendak dirampok komplotannya, berhasil diselewengkan ke jalur lang"sir. Kereta barang meninggalkan jalur utama. Malam ini stasiun takkan dilewati, karena akan masuk ke tempat pembongkaran di jalur samping, di mana beberapa orang sudah menunggu. Larry menarik tuas ke posisi lama. Dengan begitu kereta berikut akan bisa lewat pada rei utama dengan aman. Tak dikehendakinya beberapa buah kereta mengumpul di jalur langsir. Sesudah menarik tuas. Larry berlari mengejar kereta yang masih bergerak dengan lambat.
"Kereta datang! Kudengar suaranya, bisik Peter dengan tiba-tiba. Tangan Jack dipegangnya. "Kita pergi saja sekarang, ke gudang itu! Dari sana kita bisa melihat semuanya. tanpa kelihatan. Ayolah!"
Bunyi deru semakin nyaring. Kereta barang datang semakin dekat. Sebuah lampu merah menyala di tengah kabut: putih yang semakin menebal. Apakah yang akan terjadi sekarang "
" xv Polisi diberitahu ""SEKALI LAGI terdengar bunyi isyarat kabut. Tepat di tempat yang telah dipilih oleh para penjahat. agar kereta api berhenti.
Masinis cepat-cepat menarik rem. Lokomotif terhenti dengan mengejut. Gerbong-gerbong di belakangnya ikut terhenti. setelah bertumbuk-tumbukan dengan bunyi ribut. Antara Zeb, Larry dan empat orang lain yang berada di atas kereta. berlangsung pembicaraan singkat. Anak-anak berhasil menangkap pembicaraan mereka.
"Kita katakan pada masinis. dia salah jalan. Kita pura-pura terkejut melihat keretanya masuk ke mari. Larry. katakan padanya agar lebih baik menunggu dulu di jalur langsir ini. sampai kabut sudah menipis. Saat itu ia akan bisa meminta petunjuk. lalu mundur kembali ke jalur utama. Ajak saja dia pergi ke gudang itu, dan hidangkan teh atau apa saja. Temani dia di situ, sementara kami membereskan. urusan di sini!."
Yang lain-lain mengangguk.
Peter berbisik pada Jack. "Mereka akan mengatakan pada masinis kereta. bahwa karena sesuatu kekeliruan ia tersasar ke jalur samping, Sudah itu ia akan dibujuk untuk meninggalkan kereta. Kurasa penjaga kereta juga akan diajak pergi. Dengan begitu tak perlu terjadi perkelahian!"
"Ssstl" desis Jack. "Lihatlah. masinis meloncat turun dari lokomotif. Pasti dia tak tahu, di mana dia berada saat ini!
"Hee! Pak Masinis! Anda salah jalan, masuk ke jalur langsir!". terdengar suara Larry berseru, sambil berlari-lari menghampiri lokomotif. Tangannya memegang lentera yang terayun-ayun mengikuti irama lari. "Padahal Anda seharusnya melewati stasiun melalui jalur utama!"
"Betul. memang begitu seharusnya, ujar masinis dengan bingung. "Rupanya ada kesalahan tadi. di persimpangan. Amankah keretaku di sini. Sobat""
"Aman sekali !" seru Larry dengan suara riang. "Jangan khawatir. Anda berada di tempat pembongkaran muatan. jadi jauh dari lalu lintas pada jalur utama. Sebaiknya Anda menunggu saja di sini. sampai datang perintah. Kabut tebal sekali !"
"Untung saja aku menyeleweng masuk jalur langsir, ujar masinis lega. Pada saat itu penjaga kereta datang dari gerbong paling belakang, lalu ikut mencampuri pembicaraan. Menurut pendapatnya, kejadian ini aneh. .
"Ada orang yang main-main dengan wesel pada simpangan tadi, gerutunya. "Sekarang kita tersangkut di sini semalam. Padahal istriku menunggu untuk makan malam bersama-sama,
"Sudahlah. jangan menggerutu lagi. Kalau kabut menipis. Anda bisa sampai di rumah pada saat sarapan pagi, bujuk masinis.
Tapi penjaga kereta tetap muram. karena ia tidak yakin kabut akan lenyap dalam waktu singkat.
"Ayolah. kita masuk saja ke gudang itu, ujar Larry mengajak. "Di dalamnya ada tungku minyak. Kita masak teh. atau minuman lain yang hangat. Jangan ribut-ribut memikirkan urusan menelepon. untuk menanyakan perintah. Kubereskan untuk kalian."
"Anda siapa"" tanya penjaga yang murung.
"Aku" Aku bertugas mengawasi tempat langsir ini, jawab Larry. Padahal ia bohong. "Sudah. jangan cemas. Untung saja kalian tersasar ke jalur samping ini. Aku berani bertaruh, kalian nanti akan mendapat perintah untuk menunggu di sini semalam ini. Nanti kuuruskan tempat tidur bagi kalian berdua,
Mereka bertiga masuk ke gudang. Tak lama kemudian, dari balik jendela kelihatan pancaran sinar hangat. Dengan berani Peter mengintip ke dalam. Dilihatnya ketiga orang itu duduk mengelilingi tungku minyak. Di atas tungku terdapat sebuah teko. Rupanya untuk memasak air teh.
Sesudah itu peristiwa susul-menyusul dengan cepat. Zeb menghilang dalam kabut menyusuri deretan gerbong. la hendak mencari gerbong bertutup kain terpal. yang telah diberi tanda garis putih. Tak lama kemudian ia kembali lagi.
"Gerbong ketujuh, katanya pada teman-teman yang menunggu. "Kita bawa saja truk ke gerbong itu. Untung tempatnya berhenti dekat dengan tempat masuk. Jadi kita tak perlu mengangkat barangnya jauh-jauh. Syukurlah karena barangnya berat!"
Mesin truk dihidupkan. lalu dijalankan dengan hati-hati menuju tempat di mana gerbong yang dicari berada. Anak-anak ikut bergerak. menyelinap maju di tengah kabut. Beberapa saat mereka memperhatikan kesibukan para pencuri.
Dengan diterangi lentera. tali pengikat kain terpal dibuka. Jack dapat melihat cat putih pada salah satu sudutnya. Kemudian menyusul kesibukan menarik dan mendorong, teriring bunyi napas terengah-engah. Para pencuri menyorongkan muatan sampai ke pinggir gerbong. Apakah muatan itu" Anak-anak tak bisa melihatnya.
"Mungkin pelat-pelat timah hitam," bisik Colin. "Peter. kapankah kita akan menelepon polisi" Tidakkah lebih baik sekarang saja""
"Ya," jawab Peter berbisik. "Ayolah! Dalam bangunan kecil yang terbuat dari batu bata itu ada telepon. Tadi sore kulihat. ada kawat-kawat telepon terbentang menuju ke .cerobong asapnya. Dan sebuah jendelanya terbuka sedikit. Jadi kita bisa masuk ke dalam. Mana Skippy" Nah. ini dia! Jangan ribut ya. Skip!"
Skippy menurut. la sama sekali tak menggonggong. Pelan-pelan, juga tidak. Walaupun sebenarnya ia bingung. mengalami kejadian serba aneh malam itu. Skippy ikut berlari di samping keempat anak, yang berjalan mendatangi tempat pesawat telepon.
"Mereka harus lewat dekat truk. Peter tertegun. sambil menajamkan kuping. Tak ada orang dalam truk itu. karena para pencuri semua sedang sibuk membongkar muatan gerbong. .
Teman-temannya heran. ketika Peter meninggalkan mereka sebentar. la meloncat naik ke kabin truk. lalu cepat-cepat turun lagi.
"Apa yang kaukerjakan dalam kabin tadi"" bisik Jack.
"Aku mencabut kunci kontaknya," ujar Peter bersemangat. "Ini dia! Sekarang mereka tak bisa lagi menjalankan truk,
"Wah!" kata teman-temannya. Hampir saja mereka berseru. karena kagum. Untung mereka teringat pada para pencuri. "Kau ini memang pintar. Peter!"
Mereka melanjutkan perjalanan. menuju ke bangunan batu. Pintunya terkunci. Tapi seperti dikatakan oleh Peter, salah satu jendelanya terbuka sedikit. Dengan mudah daun jendela mereka dorong ke atas. Peter masuk dengan cepat. lalu menyalakan senter untuk mencari pesawat telepon. Ah. itu dia I!
Lampu senter dipadamkan kembali. Gagang pesawat diangkatnya. Terdengar suara pegawai kantor telepon.
"Nomor sambungan"" tanya suara itu.
"Kantor polisi - cepat!" ujar Peter.
Dua detik kemudian terdengar suara lain "Di sini kantor polisi."
"Bolehkah saya bicara dengan Pak Inspektur"" tanya Peter terburu-buru. "Tolong katakan padanya. Peter yang ingin bicara. penting sekali '"
Pesan aneh itu diteruskan pada Inspektur yang kebetulan berada dalam ruangan itu juga. Dengan cepat diangkatnya gagang pesawat.
"Ya. hallo" Peter yang mana" Ah - kamu. Peter. Ada apa""
"Pak. saya tak sempat memaparkan semuanya sekarang," kata Peter. "tapi kereta barang pukul enam lewat dua diselewengkan dari jalur utama. Sekarang kereta ini ada di sini. Di jalur langsir dekat Kepley. Betul. di tempat pembongkaran barang muatan. Segerombolan pencuri sedang membongkar muatan timah hitam dari salah satu gerbong. dan dimasukkan ke truk yang menunggu. Saya rasa pemimpin mereka dikenal dengan nama julukan Bonzo Bandel. Pak!"
"Bonzo Bandel! Wahl Bukan main - bagaimana kau sampai mengetahui gerak-gerik orang itu"" seru Inspektur dengan heran. "Baiklah. jangan buang waktu lagi. Aku akan segera mengerahkan bawahanku. Awasi penjahat-penjahat itu. Tapi hati-hati. Mereka berbahaya. Bonzo Bandel! Bukan main!"
" XVI Sapta Slaga berhasil lagi!
"LAMA benar rasanya mereka menunggu kedatangan mobil-mobil polisi. Keempat anak itu gelisah sekali. sehingga tak dapat duduk diam. Peter merasa sudah waktunya lagi berangkat. untuk mengintip kesibukan para pencuri.
la merayap ke luar. lalu mengendap-endap mendekati truk. Tempat itu gelap dan sepi. la merangkak ke depan. Tiba-tiba kepalanya membentur kaki seseorang. yang berdiri diam-diam di sebelahnya.
Orang itu berteriak lalu menangkapnya. sambil berkata.
"He! Siapa ini" Apa yang kaulakukan di sini""
Tiba-tiba dinyalakan lampu senter. Terdengar suara Zeb berseru kaget.
"Eh - ini kan anak yang bertanya-tanya di stasiun waktu itu" Mau apa kau di sini"" Peter diguncang-guncangnya. sehingga hampir terpelanting. Untung datang bantuan dengan segera!
"Grrrr!" Skippy menerpa maju. dan menyambar kaki Zeb. Zeb menjerit kesakitan. Dua orang temannya d
atang berlari-lari. "Ada apa Zeb" Kenapa kau berteriak"I"
"Ada seorang anak. dengan seekor anjing!" gerutu yang ditanya. "Lebih baik kita cepat-cepat saja. Sudah selesaikah pembongkarannya" Jangan-jangan anak itu memberi tahu polisi!"
"Mana anaknya" Kenapa tidak kaukejar"" tanya satu dari kedua orang itu dengan marah.
"Aku digigit anjingnya. jadi anaknya terpaksa kulepaskan." ujar Zeb membela diri. Tangannya menggosok-gosok kaki yang digigit. "Sekarang mereka menghilang dalam kabut. Sudahlah! Kita cepat-cepat saja membereskan urusan '"
Peter bergegas kembali ke tempat teman-temannya menunggu. Hatinya berdebar-debar. karena nyaris terpegang penjahat. la membungkuk. lalu mengelus-elus bulu anjingnya.
"Kau memang anjing manis!" bisiknya. "Hebat. Skip!"
Skippy mengibas-ngibaskan ekor. Senang hatinya dipuji oleh tuannya. la tak mengerti. kenapa diajak ke tempat aneh ini; pada waktu kabut tebal lagi! Tapi Skippy selalu senang. kalau diperbolehkan ikut dengan Peter.
"Kapan datangnya mobil polisi!" bisik Colin. la menggigil. karena kedinginan - dan karena terlalu tegang perasaannya.
"Mestinya sebentar lagi," bisik Peter kembali. "Ah itu dia datang. Dua buah mobil!"
Jelas sekali kedengaran bunyi mesin kedua mobil itu. meluncur di jalan yang menuju ke tempat perampokan. Jalannya pelan. karena kabut terlalu tebal. Kalau cuaca cerah. pasti mereka lebih lekas tiba.
Kedua mobil itu sampai di tempat tujuan. lalu berhenti. Peter berlari menghampiri mobil pertama. Pengemudinya Pak Inspektur sendiri. beserta empat polisi. Mobil kedua berhenti dekat di belakangnya. Beberapa petugas polisi berpakaian preman berhamburan ke luar.
"Wah! Pak Inspektur datang tepat pada waktunya! ujar Peter. "Truk mereka di sana. Muatan sudah ditaruh ke atasnya. Jadi mereka tertangkap basah !"
Para petugas polisi berlari menuju truk besar. yang kelihatan samar dalam kabut. Zen, Larry, Bonzo Bandel dan komplotan pencuri lainnya sudah duduk semua di dalamnya. Tapi mereka tak bisa lari. karena Zeb tidak berhasil menemukan kunci kontak!
"Ayo, cepat! Nyalakan mesin. goblok!" bentak Bonzo. "Polisi sudah datang! Kalau mereka berusaha menghalang-halangi. seruduk saja!"
"Kunci kontaknya tidak ada. Tentu terjatuh tadi," kata Zeb dengan bingung. Dinyalakannya lampu senter. lalu disorotkan ke lantai' kabin di bawah setir Tentu saja tak ada gunanya dia mencari di situ. karena kunci sudah aman di kantong Peter !
Polisi maju. mengepung truk yang masih tetap tidak bergerak.
"Menyerah sajalah. Bonzo!" seru Inspektur dengan suara galak. "Kalau tidak. kami terpaksa menggunakan kekerasan! Kalian tertangkap basah!"
"Pasti kalian tak berhasil. jika truk sialan ini bisa kujalankan!" seru Zeb jengkel. "Siapa yang mengambil kunci kontaknya" Aku ingin tahu. siapa yang mengambil kunci kontak!"
"Aku yang mengambil." ujar Peter. "Ini dia! Tadi sengaja kuambil. supaya kalian tidak bisa minggat."
"Anak pintar! Bagus!" kata salah seorang polisi yang berdiri di dekatnya. Bahu Peter ditepuk-tepuk. Saat itu kabut berserak. ditiup angin. Tempat peristiwa kejahatan menjadi agak jelas kelihatan. karena diterangi lentera dan lampu-lampu senter. Kedua pegawai kereta api. yang selama itu asyik minum teh yang dihidangkan oleh Larry dalam ruangan hangat. hanya bisa terheran-heran saja ketika pergi ke luar. Tak mereka sangka. bahwa semua yang mereka alami. merupakan bagian dari rencana perampokan nekat!
Komplotan penjahat tidak memberikan perlawanan. Takkan ada gunanya. karena mereka dikepung oleh sejumlah petugas polisi yang berbadan kuat. Mereka diringkus. lalu dimasukkan ke mobil-mobil polisi. Kali ini kedua kendaraan itu melaju pergi. karena kabut sudah tak mengganggu penglihatan lagi !
"Aku berjalan kaki saja. bersama kalian," ujar Inspektur dengan suara gembira. "Dalam mobil tak ada tempat lagi. karena penuh dengan bandit yang berdesak-desakan!"
Mereka berjalan pulang. menuju ke rumah Peter. Heran sekali ibunya. ketika membuka pintu: di depannya berdiri Peter beserta tiga temannya. ditambah dengan Pak Inspektur!
"Aduh. ada apa lagi dengan mereka"" tanyanya. "Tadi sore sudah
datang pula seorang polisi. Katanya. ia memergoki Peter dan teman-temannya ketika sedang berada di tempat terlarang di tanggul rel. Jangan-jangan sekarang ia berbuat kesalahan lagi!
"Memang. anak Ibu memang memasuki tempat terlarang dalam kompleks kereta api," jawab Inspektur dengan senyum lebar. Tapi kali ini ia berbuat bagus dan bukan salah. Bolehkah saya masuk sebentar" Nanti saya ceritakan panjang lebar!"
Di dalam. Pak Inspektur mengisahkan pengalaman mereka. Janet mendengarkan dengan asyik.
"Jadi. akhirnya kami berhasil juga membekuk Bonzo yang dikenal dengan julukan Bonzo Bandel. Nama sebenarnya lain. tapi hal itu tak perlu kita persoalkan," kata Inspektur mengakhiri ceritanya. "Dia pemimpin gerombolan penjahat. yang beraksi merampok gerbong-gerbong orang di sekitar sini. la seorang bandit yang cerdik. Tapi kalah dengan Sapta Siaga!"
"Pak Inspektur meminta diri. Kekagumannya pada " ikat rahasia yang dipimpin oleh Peter menjadi semakin besar. Peter berpaling. memandang teman-temannya.
"Besok kita akan mengadakan rapat Sapta Siaga," ujarnya bersungguh-sungguh. Tapi mulutnya tersenyum lebar. "Tapi anggota-anggota Panca Pendekar kita undang untuk ikut menghadiri'"
"Eh! Kenapa begitu"" tanya Janet heran.
"Supaya kita bisa memberi tahu pada mereka. bagaimana cara Sapta Siaga menunaikan tugas!" ujar Peter menerangkan. "Dan untuk menyatakan terima kasih. karena telah diberi jalan untuk mengalami petualangan yang sehebat ini '"
"Hah! Pasti Susi akan sangat jengkel!" kata Jack mengomentari.
"Sudah pasti," sambut Janet. "Apa itu - Panca Pendekarl Tamat riwayat mereka kali ini.
"Tapi Sapta Siaga - Hidup !" seru Jack menyeringai.
"Hidup Sapta Siaga - horeee !!"
Anak-anak berseru dengan riang. sehingga ibu Peter dan Janet terpaksa menenangkan.
TAMAT tamat Makam Asmara 9 Pengaruh Yang Tak Tampak The Invisible Influence Karya Pouw Kioe An Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San 10
^