Pencarian

Mencari Jejak 1

Sapta Siaga 04 Mencari Jejak Bagian 1


Sapta Siaga - Mencari Jejak
Download Ebook Jar Lainnya Di
http://mobiku.tk http://inzomnia.wapka.mobi
I Rapat Sapta Siaga "IBU, kita masih ada minuman"" tanya Janet. "Dan aku juga perlu makanan. kalau ada !"
"Kau kan baru saja sarapan!" Ibunya heran. "Masakan sekarang sudah lapar lagi. Bukankah kau dan Peter tadi masing-masing memakan dua sosis."
"Pagi ini kami akan mengadakan rapat Serikat Sapta Siaga yang paling akhir, ujar Janet menerangkan "Menurut pendapat kami, tidak ada gunanya mengadakan rapat lagi jika sekolah sudah mulai kembali. Toh tak akan terjadi hal-hal yang menarik,
"Rapat baru akan diadakan kembali kalau sudah mulai liburan Natal, kata Peter. "Bukankah begitu. Skippy""
Anjing spanil itu mengibas-ngibaskan ekor sambi! menggonggong pelan.
"Skippy mengatakan, mudah-mudahan ia boleh ikut menghadiri rapat kita yang terakhir," kata Janet. "Tentu saja boleh. Skippy."
"Ah, mana - bukan itu yang digonggongkan olehnya, bantah Peter sambil meringis. "Katanya. jika dalam rapat nanti ada hidangannya. baru ia ingin ikut !"
Skippy menggonggong dengan ribut. seolah-olah setuju. Kakinya diletakkan ke lutut Peter.
"Ini. kuberi ..Jeruk dan gula. Buatlah limun sendiri dengannya," kata ibunya. "Dan cobalah lihat dalam lemari. barangkali masih ada sisa kue sedikit. Barangkali sudah kering. tapi aku tahu kalian takkan peduli!"
Wah, terima kasih Bu," ujar Janet dengan muka berseri-seri. "Marilah. Peter. Kita bikin saja limun. Sebentar lagi para anggota sudah akan datang !"
Mereka berdua mempersiapkan hidangan. Janet membikin limun, sedang Peter mengambil kue di lemari dan menaruhkannya ke atas sebuah piring. Mereka berdua membawa hidangan itu ke gudang di pekarangan belakang. tempat Sapta Siaga berkumpul. Skippy berlari-lari mengikuti.
Pintu gudang mereka buka. Di pintu itu kelihatan dua huruf S besar. tertulis dengan eat hijau. S.S.. singkatan dari Sapta Siaga!
"Sudah lama juga kita mempunyai serikat rahasia, ujar Janet sambil memeras air jeruk ke dalam teko berisi limun. "Aku belum bosan. Bagaimana dengan kamu. Peter""
"Tentu saja aku tak bosan!" ujar Peter. "Coba ingat saja. pengalaman-pengalaman asyik yang terjadi selama ini. Tapi walau begitu. aku rasa sebaiknya kita jangan mengadakan rapat lagi. sampai dengan liburan berikut. Semasa bersekolah menjelang musim dingin ini. hari menjadi semakin cepat gelap. Keadaan udara juga tak enak. Pasti kita akan sering disuruh tinggal dalam rumah!"
"Betul! Lagi pula pada waktu-waktu ini. takkan banyak terjadi peristiwa," kata Janet. Tiba-tiba ia melihat Skippy menggigit sesuatu di mulutnya. "Hee. Skippy! Mau kauapakkan kulit jeruk itu! Kan pahit. anjing goblok! Ayoh, lepaskan!"
Skippy meludahkan kulit jeruk. Uah, benar juga kata Janet - rasanya memang pahit! Anjing itu duduk dengan lidah terjulur panjang ke luar. Sebal kelihatannya. Peter melirik ke arlojinya. "Sudah waktunya teman-teman datang, katanya. "Mudah-mudahan mereka nanti setuju bahwa inilah rapat terakhir sampai liburan Natal nanti. Sebaiknya kita kumpulkan semoa lencana dan kita simpan di tempat yang aman. Kalau tidak, bisa terjadi salah seorang di antara kita akan menghilangkannya. karena tercecer."
"Atau bisa juga, adik perempuan Jack yang nakal itu mengambil dan kemudian memakainya, kata Janet. "Siapa namanya" Aku lupa!0 ya, betul Susi! Untung aku ini tidak seperti dia. sering mengganggu Jack, Bukankah begitu. Peter!"
"Ah, kadang-kadang kau juga bisa menjengkelkan," kata Peter mengganggu. Seketika itu juga matanya kena air jeruk. yang disemprotkan oleh Janet. "Aduh! Stop! Tidak tahukah kamu. air jeruk pedih rasanya jika kena mata" Sudah Janet. stop!"
"Ya deh! Aku tak boleh membuang-buang air jeruk," kata Janet menghentikan semprotannya. Saat itu terdengar bunyi langkah orang berjalan di luar. Skippy menggonggong Terdengar pintu diketuk.
"Nah. nah - itu ada yang datang," kata Janet. lalu membereskan hidangan.
"Kata semboyan!" seru Peter. la tak pernah membuka pintu. jika orang yang di luar tidak menyebutkan kata pengenal rahasia yang tepat.
"Acar bawang!" Terdengar suara menjawab samb
il cekikikan "Memang itulah kata semboyan Sapta Siaga yang paling akhir. Yang mengusulkan Colin. karena pada waktu mereka mengadakan rapat untuk memilih kata semboyan baru. ibunya kebetulan sedang membuat acar bawang.
Semboyan itu kedengaran kocak sekali. sehingga semuanya tertawa. Peter memutuskan memakai semboyan tersebut. Untuk sementara. sampai terpikir kata .ain yang lebih baik.
"Kau memakai lencana"" ujar Peter. sambil membukakan pintu. Ternyata Barbara yang berdiri di luar. la memperlihatkan lencananya dengan bangga.
"Ini lencana baru, katanya. "Lencanaku yang lama sudah kotor sekali. Jadi kubuat yang baru."
"Bagus. Barbara, kata Peter. "Mari masuk. Eh - itu datang tiga anggota lagi.
Pintu ditutupnya cepat-cepat. Barbara mengambil tempat duduk di atas peti. di samping Janet. Diperhatikannya Janet yang sedang sibuk mengaduk-aduk limun. Tok-tok- tok! Pintu diketuk dari luar. Skippy menggonggong.
"Semboyan!" seru Peter. Janet dan Barbara serempak.
"Acar 'bawang'" Terdengar jeritan ramai sebagai jawaban. Peter membuka pintu cepat-cepat dengan merengut.
"Harus berapa ratus kali kukatakan jangan terlalu keras meneriakkan kata semboyan!" katanya. "Sekarang semua orang yang ada di dekat sini ikut mengetahuinya."
Nah, kalian tadi juga meneriakkan 'kata semboyan' keras-keras, ujar Jack membela diri. "Lagipula kita bisa memilih semboyan baru dengan mudah, la melirik pada George. yang datang bersama-sama dengan dia.
George tadi mengira. kata semboyannya acar kubis. atau sawi asin. Susah meyakinkan bahwa dia keliru!"
"Kalian ini - " Peter kelihatan hendak marah. Tapi tepat pada saat itu pintu diketuk lagi. Skippy menggeram.
"Semboyan!" seru Peter.
"Acar bawang!"Suara ibu Peter yang terdengar kali ini. sambil tertawa. "Itu kalau benar merupakan kata semboyan kalian. Ini. kubawakan permen sedikit. supaya rapatnya lebih asyik.
""ah, terima kasih Bu, kata Janet, lalu membuka pintu. Diterimanya permen dari tangan ibunya, dan diberikan pada Peter. Ketika ibunya sudah pergi lagi, Peter memandang berkeliling dengan dahi berkerut.
"Nah. itu dia!" katanya dengan marah. "Kebetulan ibuku yang mendengar kata semboyan tadi. Untung bukan orang lain! Sekarang, siapa lagi yang masih harus datang""
"Coba kita hitung sebentar. Yang sudah ada George, Jack, Barbara, Pam. kamu dan aku sendiri, kata Janet menghitung-hitung. "Tinggal Colin - nah! Itu dia datang,
Tok-tok-tok! Skippy menggonggong, sebagai ucapan selamat datang. Anjing itu mengenal setiap anggota Sapta Siaga dengan baik. Colin menyebutkan kata semboyan. lalu diizinkan masuk. Sekarang ketujuh anggota Sapta Siaga sudah lengkap.
"Nah, bagus!" ujar Peter. "Silakan duduk. Colin. Sekarang Janet akan menghidangkan limun. Sudah itu rapat kita mulai,
II "Tak ada rapat sampai Natal
"JANET menuangkan limun ke dalam cangkir yang sudah tersedia. Peter membagi-bagikan kue.
Kuenya agak kering. karena sudah lama, katanya. "Tapi rasanya masih cukup enak. Masing-masing boleh ambil dua, dan Skippy sebuah. Maaf. Skip - tapi kamu bukan anggota sejati dari Sapta Siaga. Kalau kau anggota, baru boleh mengambil dua." .
"Tidak mungkin, kata Jack. "Kuenya cuma ada lima belas buah. Kalau persoalan anggota, ia selalu kupandang sebagai anggota penuh."
"Tidak bisa! Serikat kita namanya Sapta Siaga. Kalau ditambah dengan Skippy. jumlahnya jadi delapan, bantah Peter. "Tapi ia boleh se1alu ikut hadir. Sekarang perhatian! Ini pertemuan kita yang terakhir, dan... katanya terputus oleh teriakan-teriakan.
"Apa katamu! Pertemuan terakhir"! Apa yang terjadi"" "Rapat terakhir, katamu" Kau kan tidak bermaksud membubarkan Sapta Siaga'"
"Wah. Peter! Kau kan tak berniat -"
"Tunggulah aku bicara dulu," ujar Peter. "Ini rapat terakhir. sampai diadakan lagi kalau liburan sudah dimulai kembali, Mulai besok kita akan sekolah lagi. dan kalian juga tahu bahwa pada waktu sekolah tak pernah terjadi apa-apa. Pokoknya. kita akan selalu sibuk belajar, sehingga tak ada waktu untuk mencari pengalaman. Jadi -"
"Tapi, mungkin saja akan terjadi sesuatu," potong Colin. "Siapa tahu! Menurut pendapatku
bukanlah ide yang baik untuk membekukan kegiatan Sapta Siaga selama masa bersekolah."
""Aku juga berpendapat demikian," sambung Pam. "Aku senang menjadi anggotanya. mengenakan lencana dan mengingat kata semboyan."
"Kau boleh saja memakai lencana. jika menginginkannya, ujar Peter. "meskipun aku tadi berniat mengumpulkannya. Aku bermaksud menyimpannya, sampai diperlukan kembali dalam liburan yang akan datang,
Aku tak mau menyerahkan lencanaku, ujar Jack dengan tegas. "Kau juga tak perlu khawatir. kalau aku nanti membiarkan adikku Susi memakainya. Aku mempunyai tempat simpanan yang hebat sekali,"
"Dan misalnya saja ada sesuatu yang terjadi selama masa bersekolah ini, kata Colin bersungguh-sungguh.
Umpamanya saja salah seorang di antara kita mengalami suatu peristiwa aneh, yang patut diselidiki. apa yang bisa kita kerjakan. jika kegiatan Sapta Siaga dibekukan sampai dengan liburan Natal nanti""
""Selama masa kita sekolah, takkan terjadi apa-apa yang menarik, ujar Peter. la memang selalu ingin menang sen- diri. "Lagi pula selama masa sekolah ini aku harus kerja keras. Ayahku tak bisa dikatakan senang. melihat angka-angka raporku yang terakhir."
"Baiklah. kalau begitu. Kau boleh saja kerja keras. dan jangan mencampuri kegiatan Sapta Siaga sampai saat liburan Natal tiba, kata Jack. "Aku bisa memimpinnya selama itu. bersama-sama dengan Janet. Namanya bisa saja tetap Sapta Siaga. Kita angkat Skippy menjadi anggota sementara."
Hal itu sama sekali tidak menyenangkan hati Peter. Mukanya masam."Tidak! katanya ketus "Aku tetap ketuanya. Tapi. kelihatannya kalian tak sependapat dengan aku. Kita ambil saja jalan tengah. Selama sekolah tidak akan kita adakan rapat teratur seperti selama ini. Rapat hanya akan diadakan. jika terjadi sesuatu. Akan kalian lihat nanti. kataku benar. pasti takkan terjadi apa-apa !"
"Jadi lencana tetap dipakai, dan kita akan mempunyai kata semboyan"" ujar Colin. "Serikat kita tetap siaga, juga apabila tak ada terjadi peristiwa menarik" Dan begitu terjadi sesuatu. dengan segera kita adakan rapat""
"Yaaa'" seru para anggota. sambil memandang Peter. Mereka senang menjadi anggota Sapta Siaga. Sebagai anggota mereka merasa penting juga apabila tak ada hal yang terjadi, yang perlu diselidiki - seperti dikatakan oleh Colin.
"Baiklah, kata Peter mengalah. "Bagaimana dengan kata semboyan baru""
Semua berpikir keras. Jack memandang Skippy. Anjing itu seakan-akan ikut berpikir. "Bagaimana kalau kita pakai nama Skippy"" usulnya. "Menurut pendapatku. Skippy merupakan kata semboyan yang baik:"
"Jangan!" bantah Janet. "Setiap kali kata semboyan itu disebutkan. Skippy akan mengira dia yang dipanggil!"
"Kita pakai saja nama anjingku - namanya Rover, usul Pam.
"Ah. jangan! Pakai saja nama anjing bibiku, kata Jack
"Bonzo Bandel! Itu kan kata semboyan yang baik."
"0 ya! Bonzo Bandel! Itu saja yang kita pakai, kata Peter. "Takkan ada yang mengira itu kata semboyan. Benar - kita memakai Bonzo Bandel menjadi kata semboyan baru,
Piring berisi kue diedarkan untuk kedua kalinya. Skippy mengikuti piring yang beredar, dengan pandangan kepingin. Tapi ia tak mendapat bagian lagi. Pam merasa .kasihan. Kuenya dipotong belah dua. sepotong diberikan pada Skippy. Barbara mengikuti teladannya.
Sudah itu Skippy menatapkan pandangan matanya yang sayu. memperhatikan kue yang ada di tangan Jack. Dengan cepat anak itu memberikan sepotong yang besar.
"Eh!" kata Peter. "Skippy lebih banyak menerima kue daripada anggota Sapta Siaga yang sebenarnya! Jangan- jangan sebentar lagi ia akan mengira. sudah bisa memerintah serikat kita'"
Skippy menjawab dengan gonggongan singkat serta ekor yang dipukul-pukulkan ke lantai. Matanya yang masih tetap kelihatan sedih, kini ditatapkan ke kue yang ada di tangan Peter.
Limun sudah habis diminum. Remah-remah kue sudah habis disikat Skippy. Matahari muncul dari balik awan. dan memancarkan sinarnya lewat lubang jendela gudang.
"Ayolah! Kita keluar dan bermain-main, ujar Peter sambil bangkit. "Besok kita sekolah. Liburan yang lalu sungguh-sungguh mengasyikkan. Nah. Sapta Siaga. kalian s
udah tahu kata semboyan yang baru. bukan" Kemungkinannya. kita takkan sempat mempergunakannya sampai dengan Natal nanti. Jadi jangan sampai lupa!"
" III Panca Pendekar "KEESOKAN harinya mereka mulai bersekolah lagi. Semua anggota Sapta Siaga memakai lencana. yang dihiasi dengan sulaman huruf-huruf S.S. Senang sekali mereka. ketika melihat betapa. anak-anak lain memandangnya dengan iri hati Jelas sekali. mereka kepingin mempunyai lencana serupa itu.
"Tidak, tidak bisa'" jawab Janet. ketika anak-anak perempuan lainnya bertanya padanya. apakah mereka bisa menjadi anggota. "Serikat kami rahasia, Aku sebetulnya bahkan tak boleh berbicara mengenainya,
Mengapa tak bisa diperbesar. dan menerima kami menjadi anggota," kata teman-temannya,
"Serikat kami tak bisa beranggotakan lebih dari tujuh orang," kata Janet menerangkan, "Kami sudah lengkap, Bikin saja serikat rahasia kalian sendiri!"
Janet sebenarnya tak boleh mengatakan hal itu. Karena dengan segera Katy dan Susi, adik Jack yang senang mengganggu itu. ikut mendirikan serikat mereka sendiri Wah, menjengkelkan !
Mereka mengajak tiga orang lagi: Harry, Jeff dan Sam Jadi lima orang! Sapta Siaga jengkel sekali. ketika kelima- limanya muncul di sekolah dengan lencana mereka sendiri.
Pada kenop disulamkan dua huruf, Tentu saja bukan S.S. - tapi P,P, Anak-anak berkerumun untuk menanyakam singkatan apakah huruf-huruf itu.
"Artinya 'Panca Pendekar , kata Susi menerangkan. "Kan lebih hebat kedengarannya daripada 'Sapta Siaga.
Susi mulai mengejek abangnya. Jack yang malang. "Serikat kalian tak sehebat kami punya," kata Susi. "Lencana kami lebih besar. Kami juga punya kata semboyan hebat. yang pasti takkan kukatakan padamu. Kami juga punya sesuatu. yang tak kalian miliki. yaitu isyarat rahasia!"
"Isyarat rahasia apa"" balas Jack dengan jengkel. "Belum pernah kulihat kau membuatnya !"
"Tentu saja tidak. Kan sudah kukatakan. isyarat rahasia!" tukas Susi. "Kami pun mengadakan rapat setiap Sabtu pagi. Saat ini kami sedang mengalami peristiwa yang asyik!"
"Ah. aku tak percaya!" ujar Jack. "Dan kau pandainya cuma meniru saja. Kami yang mula-mula mendapat ide. untuk mengadakan perkumpulan rahasia. Jahat benar kamu ini !"
"Salahmu sendiri. aku tak boleh menjadi anggota Sapta Siaga sialanmu itu!" ejek Susi. "Sekarang aku menjadi anggota Panca Pendekar, dan kami sudah mulai terlibat dalam peristiwa tegang !"
Jack tak tahu. apakah ia harus percaya atau tidak. Menurut perasaannya waktu itu, Susi adalah adik perempuan yang paling menjengkelkan di seluruh dunia. la kepingin mempunyai adik seperti Janet. Dengan kesal didatanginya Peter, dan diceritakannya kata-kata Susi padanya.
"Jangan kau pedulikan adikmu itu, nasihat Peter. "Hah, Panca Pendekar - lebih cocok kalau memilih nama Para Penidur! Sebentar lagi mereka pasti akan bosan rapat dan berkeliaran tanpa tujuan.
Selama masa sekolah, Perkumpulan Para Pendekar sangat menjengkelkan hati para anggota Serikat Sapta Siaga. Anggota-anggota P.P. mengenakan lencana mereka setiap hari. Pada waktu istirahat tiap pagi, Katy dan Susi selalu memisahkan diri ke pojok-pojok sepi Mereka berbisik-bisik dengan ribut. seakan-akan benar sedang terjadi sesuatu.
"Harry, Jeff dan Sam melakukan perbuatan sama. sehingga menjengkelkan Peter. Colin, Jack dan George. Panca Pendekar selalu mengadakan rapat dalam rumah kecil. yang terdapat di kebun rumah Jack dan Susi. Susi bahkan melarang Jack masuk ke kebun. apabila Panca Pendekar sedang mengadakan rapat.
"Seakan-akan aku ini mau saja menuruti perintahnya!" ujar Jack dengan jengkel pada Peter. "Tapi aku rasa. mereka rupanya benar-benar sedang menghadapi suatu peristiwa ramai. Wah, menjengkelkan sekali jika mereka bisa beraksi, sedang kita tidak! Pasti Susi akan semakin menjengkelkan saja !"
Peter memikirkan kemungkinan itu. "Kaulah yang bertugas menyelidikinya," kata Peter akhirnya. Bagaimana 'juga. mereka mencuri ide kita - dan mereka melakukannya dengan maksud untuk mengganggu kita, Jack, sekarang cobalah kauselidiki apa yang sedang mereka lakukan. Kita harus menghalang-halangi !"
Karenanya. Jack pergi bersembunyi dalam semak yang terdapat di belakang rumah kebun. ketika ia mendengar bahwa Susi merencanakan rapat pada hari Sabtu pagi. Tapi malang baginya, saat itu Susi kebetulan sedang memandang ke luar dari jendela kamar tidur. Adik perempuannya itu sempat melihat. betapa Jack menyelinap memasuki semak.
Susi memandang dengan marah, tapi kemudian sekonyong-konyong ia tersenyum. Dengan cepat Susi menyongsong keempat temannya di pintu pagar depan. dan tidak menunggu di rumah seperti biasanya. Sesudah itu mereka berjalan berombongan menuju rumah kebun. sementara Susi berbisik dengan ribut.
"Jack mencoba hendak menyelidiki tindak tanduk kita! Saat ini ia bersembunyi dalam semak di belakang rumah kebun. la hendak mendengarkan percakapan kita !"
"Kuseret dia ke luar," ujar Harry dengan segera.
"Ah. tak perlu, larang Susi. "Aku punya akal yang lebih baik. Kita sekarang pergi saja ke rumah kebun. lalu masuk dengan membisikkan kata semboyan. Membisikkannya harus pelan sekali. supaya jangan sampai terdengar oleh Jack. Sudah itu kita mulai sibuk berbicara. seakan-akan kita benar-benar menemukan suatu kejadian yang tegang!"
"Untuk apa"" kata Katy tak mengerti.
"Tolol benar kau ini! Belum mengerti juga" Jack pasti akan percaya. dan jika kita menyebut nama-nama tempat seperti misalnya rumah tua yang di atas bukit. yaitu Lumbung Tigger. pasti ia akan melaporkannya pada Sapta Siaga. Sudah itu -"
"Sudah itu mereka akan datang ke sana untuk memeriksa. Ternyata tak ada apa-apa!" sambung Katy dengan tertawa geli. "Wah. mereka akan tertipu '"
"Ya. Kita juga bisa menyebutkan beberapa nama, Misalnya saja Bob Buntung serta Tom Timpang! Pasti Jack akan mengira kita sedang terlibat dalam pengalaman hebat," kata Susi menambahkan.
"Kita bisa pergi pula ke Lumbung Tigger dan menunggu kedatangan Sapta Siaga di sana. Kita akan bisa menertawakan mereka!" ujar Jeff sambil meringis, "Ayolah kita masuk ke rumah kebun sekarang Susi ! Nanti Jack akan mulai bingung. mengapa kita datang terlambat."
"Sst. jangan cekikikan," ujar Susi memperingatkan. "dan kalian harus menyokong kalau aku mengatakan sesuatu, Kita semua harus bertindak serius. Aku yang masuk paling dulu. Sudah itu kalian datang satu per satu Jangan lupa membisikkan kata semboyan. Jack tak boleh mengetahui kata semboyan kita!
Susi bergegas melintasi kebun dan masuk ke dalam rumah rapat mereka. Diliriknya semak. di mana Jack sedang mengintip sambi! bersembunyi. Susi tersenyum dalam hati Nah. sekarang baru tahu! Sekarang ia akan membalas dendam. karena tidak diperbolehkan menjadi anggota Sapta Siaga.
Para anggota lainnya datang satu per satu. Kata semboyan disebutkan dengan berbisik. Jack sangat jengkel. Kepingin sekali ia mendengar kata itu. supaya bisa diteruskan pada Sapta Siaga! Tapi tidak sekali pun ia berhasil menangkap kata yang dibisikkan,
Kebalikannya. banyak yang didengar olehnya ketika rapat sudah mulai. Mau tak mau ia harus mendengarnya. karena Panca Pendekar berbicara keras-keras, Dia tidak tahu bahwa kelima anak itu memang sengaja melakukannya. supaya Jack bisa menangkap setiap perkataan yang diucapkan,
Jack tak habis heran mendengar hal-hal yang dibicarakan oleh para anggota Panca Pendekar, Wah. rupanya mereka sungguh-sungguh sedang terlibat dalam Petualangan Maha hebat !
" IV " Susi membual "SUSI yang memimpin pembicaraan. Anak itu memang pandai berbicara. Dan ia bertekat. untuk membuat Jack bingung sebingung-bingungnya.
"Aku berhasil menyelidiki. di mana tempat pertemuan para bandit."katanya, "Berita ini penting. jadi dengarkan baik-baik. Aku berhasil menemukan tempat mereka berkumpul !"
Jack hampir-hampir tak mempercayai pendengarannya, Begitu herannya. Ia memasang kuping lebih tajam lagi.
"Ceritakanlah. Susi," ujar Harry. la memainkan peranannya dengan baik.
"Mereka berkumpul dalam Lumbung Tigger," jawab Susi. Anak itu bermain sandiwara dengan bersemangat. Maksudku rumah tua di atas bukit. yang tidak terpakai lagi. Bangunannya sudah hampir roboh. Cocok sekali menjadi tempat pertemuan bandit-bandit. Letaknya terpencil, .
O ya, Aku juga kenai tempa
t itu!" seru Jeff, "Nah, baik Tom Timpang maupun Bob Buntung kedua- duanya akan hadir," sambung Susi.
Dari dalam rumah kebun terdengar seruan-seruan 'Oh' dan 'Ah' tanda heran. Di luar. di tempat persembunyiannya. Jack juga hampir menyerukan 'Oh'. Herannya bukan kepalang, Tom Timpang dan Bob Buntung! Bukan main!
Petualangan hebat seperti apa yang sedang dihadapi Panca Pendekar "
"Mereka sedang merencanakan sesuatu. Kita harus menyelidiki rencana itu," kata Susi lagi. Suaranya semakin dikeraskan. supaya terdengar jelas oleh Jack. "Kita harus
bertindak. Sebaiknya dua orang dari kita pergi ke Lumbung Tigger pada saat tepat. lalu bersembunyi di situ."
"Aku ikut, Susi," terdengar suara Jeff dengan segera.
Jack merasa heran, Jeff seorang anak yang sangat penakut. Aneh. mengapa dia berani ikut dan bersembunyi di tempat sepi. seperti Lumbung Tigger. Jack mempertajam kuping,
"Baiklah. Kita akan pergi bersama-sama," kata Susi. "Nanti keadaannya bisa menjadi gawat. Tapi kita tak peduli! Bukankah kita ini Panca Pendekar !"
"Hura!" jerit Katy dan Sam.
"Kapan kita pergi"" kata Jeff.
Kurasa mereka akan bertemu di sana Selasa malam," jawab Susi, "Maukah kamu ikut nanti. Jeff""
Sudah tentu," jawab Jeff. Padahal kalau kejadian yang dibualkan oleh Susi benar-benar ada, pasti ia tak berani pergi ke Lumbung Tigger.
Jack yang masih bersembunyi dalam semak makin lama makin heran. la pun kagum terhadap Panca Pendekar. Bukan main! Mereka sama hebatnya seperti Sapta Siaga! Bayangkanlah. mereka mengalami petualangan sehebat ini , Untung ia bisa bersembunyi di sini dan ikut mendengarkan segala-galanya.
la ingin cepat-cepat mendatangi Peter. dan melaporkan hal-hal yang baru saja didengarnya. la heran. bagaimana Susi bisa sampai mengetahui persoalan rahasia itu. Dasar Susi ! Sudah mendirikan serikat rahasia saingan, sekarang berhasil pula menemukan kegiatan yang menarik.
"Bagaimana jika Bob Buntung melihat kamu"" tanya Katy.
"Kupukul dia sampai terpelanting," kata Jeff dengan suara gagah.
Sekarang Jeff sudah keterlaluan. Bahkan para anggota Panca Pendekar pun, tak bisa membayangkan Jeff berani melawan siapa-siapa. Apalagi seorang penjahat! Tiba-tiba Katy terkikik-kikik.
Sam ketularan. ikut tertawa geli. Terdengar suara dengusannya yang tersohor. Susi mengerutkan dahi. la merasa. jika teman-teman mulai terkikik-kikik dan mendengus seperti itu. Jack akan tahu bahwa mereka hanya main-main. Hal itu tidak boleh sampai terjadi.
Karenanya ia merengut. "Tutup mulut!" bisiknya. "Jika kita mulai tertawa-tawa, Jack tak akan percaya lagi."
"A-a-aku t-t-tak tahan," ujar Katy dengan gagap. Kalau dia sudah mulai tertawa. sukar berhenti lagi. "Aduh, Sam! Janganlah mendengus seperti itu' Kau kedengarannya seperti kuda!"
"Sst!" desis Susi dengan marah. "Jangan kau rusak rencana kita." Sudah itu ia berbicara dengan suara keras lagi. supaya terdengar oleh Jack. "Nah. Panca Pendekar. sekianlah untuk hari ini. Kita mengadakan rapat lagi. jika kalian menerima petunjuk-petunjuk baru. Dan ingat, jangan katakan pada siapa-siapa tentang Lumbung Tigger Ini petualangan kita '"
"Aku berani bertaruh. Sapta Siaga pasti ingin mendengar rahasia ini," kata Jeff dengan suara lantang. "Aku geli. jika membayangkan bahwa mereka tak tahu apa-apa."
la tertawa. Tertawanya itu merupakan isyarat bagi keempat anak lainnya. untuk melampiaskan rasa geli yang ditahan-tahan sejak tadi. Katy terkikik. Sam mendengus. Susi tertawa terbahak-bahak diikuti Harry, Mereka semua membayangkan Jack yang sedang bersembunyi dalam semak. memasang kuping untuk menangkap semua perkataan dari bualan mereka. Mereka tertawa semakin menjadi-jadi. Jack mendengarkan dengan kesal. Berani benar mereka menertawakan Sapta Siaga !
"Ayolah," kata Susi pada akhirnya. "Rapat selesai. Marilah kita sekarang pergi bermain bola. Aku ingin tahu. di mana Jack saat ini" Pasti ia ingin ikut bermain '"
Mereka tertawa lagi. karena tahu di mana Jack sebenarnya berada. Mereka keluar. lewat kebun dengan hati gembira. Seorang anggota Sapta Siaga terpedaya oleh mereka! Sudah pasti ia sekarang akan keluar. Apakah ia a
kan bergegas dan meminta agar diadakan rapat" Apakah Sapta Siaga akan berangkat malam-malam. menuju Lumbung Tigger pada hari Selasa nanti"
""Susi. kau kan tak berniat sungguh-sungguh hendak pergi ke Lumbung Tigger Selasa malam nanti"" kata Jeff sementara mereka berjalan.
"Sebetulnya mula-mula aku memang berniat." jawab Susi. "Tapi setelah kupikir lebih lanjut. kubatalkan niat itu. Jalan ke sana jauh sekali. Saat ini malam sangat gelap. Lagi pula. Sapta Siaga mungkin saja tak pergi ke sana. Bodoh, jika ada di antara kita yang berangkat dan bersembunyi di sana kalau begitu. Kan hanya sia-sia saja !"
"Ya. betul," kata Jeff dengan perasaan lega. Tapi kau kan akan tahu. jika Jack berangkat; bukankah begitu Susi" Jika ia benar-benar menyelinap ke luar rumah hari Selasa malam nanti. Wah! - kita bisa tertawa besar !"
"Mudah-mudahan saja ia keluar," jawab Susi. "Kalau dia pulang kembali sesudah itu. akan kukatakan padanya, bahwa ia terjebak oleh tipuan kita. Pasti ia akan marah!"
" v " Laporan Jack "HATI-HATI sekali Jack merayap ke luar dari dalam semak. Sebelumnya ia menunggu dulu. sampai merasa yakin bahwa kelima anak itu sudah jauh. la berdiri membersihkan debu dari badannya. sambil memandang berkeliling. Tak seorang pun kelihatan.
Jack berpikir sebentar. la berdebat dengan dirinya sendiri. Apakah yang didengarnya tadi cukup penting. untuk mengadakan rapat Sapta Siaga" Ah, lebih baik ia pergi dulu mendatangi Peter dan menceritakan padanya. Biar Peter saja yang menentukan. apakah perlu diadakan rapat atau tidak.
Di tengah jalan menuju rumah Peter. Jack berpapasan dengan George. "Hai!" ujar George. serius sekali kau kelihatannya! Ada apa " Kau bertengkar di rumah barangkali ""
"Tidak," kata Jack. Tapi aku baru saja berhasil mendengar. bahwa saat ini Panca Pendekar sedang terlibat dalam suatu peristiwa tegang. Kudengar Susi berbicara mengenainya. dalam rapat mereka di rumah kebun kami. Aku waktu itu bersembunyi di luar. dalam semak di belakang rumah,"
"Pentingkah persoalannya"" tanya George. "Maksudku. adikmu Susi itu agak rewel juga. Kita tak boleh terlalu banyak memberikan perhatian padanya. Sekarang saja ia sudah cukup sombong,"
"Ya. aku tahu," kata Jack, "Tapi anak itu pintar. Lagipula. kita pun sudah sering mengalami petualangan yang ramai, Aku tak melihat alasan. mengapa Panca Pendekar
tak mungkin mengalaminya pula. jika mereka menajamkan mata dan kuping. Sebaiknya kuceritakan saja apa yang kudengar tadi."
la bercerita pada George. George sangat terkesan.
"Lumbung Tigger, katamu !" serunya. "Wah. itu memang pantas dijadikan'tempat pertemuan oleh bandit- bandit, yang ingin bertemu tanpa dilihat orang. Tapi bagaimana caranya Susi bisa mengetahui nama kedua orang itu" Jack, benar-benar akan mengesalkan. jika Panca Pendekar sampai lebih dulu mengetahui suatu kejadian penting daripada kita !"
"Pendapatku juga begitu, balas Jack. "Apalagi karena Susi kepala mereka. la sudah selalu mencoba mengacungi aku. Sifatnya akan lebih rewel lagi jika serikat sialan yang dipimpinnya berhasil membongkar suatu rahasia jahat. Marilah kita cari Peter! Aku memang sedang mencari dia."
"Kalau begitu aku ikut, kata George. "Aku yakin. Peter akan menganggap persoalan ini penting. Marilah kita pergi '"
Kedua anak itu berjalan dengan air muka bersungguh-sungguh, menuju ke rumah Peter. Dengan segera mereka pergi ke pekarangan belakang. Peter ada di sana. la sedang sibuk melakukan tugasnya setiap hari Sabtu pagi, yaitu memotong kayu. la sangat senang ketika melihat Jack dan George datang.
"Hai. halo," katanya sambil meletakkan kapak. "Sekarang ada alasan untuk beristirahat sebentar. Memotong kayu memang mengasyikkan - untuk lima menit. Kalau lebih lama dari itu, rasanya membosankan! Ibu tak suka jika aku memotong kayu, karena ia khawatir jariku akan ikut terpotong. Tapi Ayah tak kenal kasihan. Aku disuruh melakukannya setiap hari Sabtu."
"Peter, kata Jack, "aku 'membawa berita penting,
"0 ya" Berita apa" Ceritakanlah!" jawab Peter.
Jack menceritakan pengalamannya dalam semak tadi pagi. Diceritakannya betapa ia berhasil mendeng
arkan rapat Panca Pendekar.
"''Tentu saja mereka memakai kata semboyan, sambungnya. "tapi aku tak berhasil mengetahui. Mereka berbisik ketika menyebutkannya. Tetapi dalam rapat. mereka lupa berbisik. Jadi aku bisa ikut mendengarkan seluruh pembicaraan,
Diceritakannya pada Peter hal-hal yang didengarnya. Tapi Peter tak kelihatan tertarik. Menjengkelkan sekali ! Ketika Jack selesai bercerita, Peter tertawa gelak-gelak.
"Aduh, Jack! Masakan kau bisa tertipu oleh omong kosong serupa itu" Susi pasti berpura-pura. Menurut pendapatku, itulah yang menyibukkan mereka dalam rapat pura-pura yang mereka adakan: berpura-pura sedang mengalami petualangan seru. menipu diri sendiri, seolah-olah mereka pintar."
"Tapi tadi kedengarannya serius sekali, kata Jack. la mulai merasa kesal. "Mereka tak tahu bahwa aku ikut mendengarkan di luar. Mereka berunding dengan sungguh-sungguh. Jeff bahkan siap berangkat, untuk mengadakan penyelidikan Selasa malam nanti !"
"Apa" Jeff menyelidik" Bisakah kau bayangkan: Jeff si Pengecut itu berani menghadapi tikus" Apalagi menghadapi Bob Buntung beserta temannya yang satu lagi !" ujar Peter sambil tertawa lagi. "Mana berani ia pergi ke Lumbung Tigger pada waktu malam! Jack, adik perempuanmu itu hanya membual saja! Permainan pura-pura, seperti kita dulu bermain menjadi koboi lawan indian.
"Kalau begitu, kau rasa tak ada gunanya untuk mengadakan rapat Sapta Siaga" Kita tak perlu menentukan orang yang harus berangkat Selasa malam ke Lumbung Tigger"" tanya Jack dengan kecewa.
''Tidak! jawab Peter tegas. "Aku ini tidak tolol, jadi tidak mudah percaya pada bualan Susi,"
''Tapi bagaimana jika Panca Pendekar berangkat. dan kemudian berhasil membongkar suatu rahasia, kata George.
"Begini sajalah. Kalau hari Selasa malam itu, Jack melihat Susi bersama-sama dengan Jeff pergi menyelinap, dia
boleh saja membuntuti," ujar Peter. sambil meringis. "Tapi mereka pasti takkan pergi. Percayalah! Mereka hanya pura-pura saja."
"Baiklah!" jawab Jack. la bangkit. "Kalau pendapatmu begitu. tak, ada gunanya kita berbicara lebih lama lagi. Tapi jangan menyesal nanti. kalau ternyata bahwa kita sebenarnya lebih baik mengadakan rapat. Peter! Susi mungkin memang anak rewel. Tapi dia pintar. Aku takkan heran, jika ternyata Panca Pendekar sungguh-sungguh sedang mengalami sesuatu yang hebat !"
Peter mulai memotong kayu lagi. sambil tersenyum meremehkan. Jack pergi dengan sikap kesal. Dagunya diangkat tinggi-tinggi. George ikut mendampingi. Beberapa saat lamanya mereka berjalan dengan membisu. George melihat ke arah temannya itu. dengan pandangan ragu.
""Kelihatannya Peter begitu yakin, katanya membuka percakapan. "Bagaimana pendapatmu" Mungkin dia benar! Bagaimanapun juga. ia ketua Sapta Siaga. Sebenarnya. kita harus patuh padanya."
"Begini. George. Akan kulihat dulu. apa yang dilakukan oleh Susi Selasa malam nanti," ujar Jack. "Jika ia tinggal di rumah. aku akan mengakui bahwa Peter benar. Jadi adikku itu hanya berpura-pura saja. Tapi jika Susi pergi. baik seorang diri atau dijemput oleh Jeff. maka aku akan mengetahui bahwa akan terjadi sesuatu. Aku akan membuntuti mereka !"
"Baik juga gagasanmu itu." balas George. "Kalau kau mau aku bersedia ikut."
"Aku tak dapat mengatakan. kapan mereka akan pergi - jika mereka benar-benar pergi, kata Jack. "Begini sajalah. Kau datang ke rumahku hari Selasa sore. pada saat minum teh. Jadi, jika Susi dan Jeff pergi menyelinap kita langsung bisa mengikuti mereka dari belakang: Tapi jika mereka tak beranjak dari rumah. kita akan segera tahu bahwa semuanya cuma omong kosong saja. Besoknya. aku akan minta maaf pada Peter. atas ketololanku itu !"
"Bagus!" jawab George dengan rasa puas. "Jadi aku datang ke rumahmu hari Selasa sore. Kita akan mengawasi Susi. Untung aku tak punya adik perempuan seperti dia! Susah sekali menebak tindak tanduknya !
Ketika Jack sampai di rumah. ia langsung mendatangi ibunya,
"Ibu." katanya. "bolehkah aku mengundang George. untuk minum teh di sini hari Selasa sore nanti""
Saat itu Susi sedang duduk di pojok kamar, sambil membaca. Ketika didengarnya Jack be
rbicara dengan ibu mereka. dengan segera ia menajamkan telinga. Di balik buku yang sedang dibaca. ia meringis karena senang. Dengan segera Susi sudah tahu. bahwa Jack dan George bermaksud hendak membuntuti - jika ia bersama Jeff pergi ke luar rumah. Baiklah kalau begitu! Baiklah. lelucon ini akan dilanjutkan olehnya.
""0 ya saya hampir lupa, ujar Susi menyela pertanyaan abangnya. "Bolehkah aku juga mengundang Jeff hari Selasa nanti" Persoalannya penting! Aku boleh, Ibu" Wah, terima kasih banyak!"
VI " Tipuan Susi "JACK senang sekali. ketika mendengar Susi meminta izin untuk mengundang Jeff minum teh hari Selasa.
"Nah. itu dia buktinya!" kata Jack dalam hati. "Mereka berniat. hendak menyelinap pergi ke Lumbung Tigger. Ternyata Peter keliru! Coba kulihat dulu: hari Selasa petang, Ibu akan pergi mengunjungi rapat Komite Kaum Ibu. Jadi Susi dan Jeff bisa pergi tanpa ada yang melarang. Dan aku bisa membuntuti mereka. Nah - aku dan George akan menyelinap di belakang mereka !"
Jack memberitahukan pada George. Temannya itu sependapat. Kelihatannya. memang ada benarnya juga hal-hal yang dibicarakan dalam rapat Panca Pendekar.
"Kita akan mengawasi Susi dan Jeff dengan ketat. Begitu mereka bergerak. kita ikuti dari belakang, ujar George. "Mereka pasti akan jengkel sekali. jika tahu bahwa kita ikut hadir di Lumbung Tigger. Sebaiknya kita membawa lampu senter, Jack. Pasti saat itu hari sudah gelap."
"Tapi belum begitu gelap," balas Jack. "Lagipula. bulan akan sudah kelihatan. Tapi kalau langit berawan. kita pasti harus membawa senter."
Susi juga memberitahukan pada Jeff. mengenai perkembangan baru itu. Sambil tertawa cekikikan, diceritakannya bahwa Jack mengundang George untuk datang minum teh pada hari Selasa sore.
"Jadi aku pun mengundang kamu juga. untuk minum teh pada hari itu," katanya. "Dan sesudah itu, kita akan pergi menyelinap ke luar rumah. Pasti Jack dan George akan mengira, kita pergi menuju Lumbung Tigger", Padahal
kita bersembunyi di tempat lain. Begitu kita lihat keduanya berusaha membuntuti kita. dan pergi ke arah Lumbung Tigger. kita kembali lagi ke rumah untuk bermain-main. Wah, asyik! Bayangkan saja - mereka mengendap-endap sepanjang jalan. sampai ke Lumbung Tigger. Dan sesampai di sana, tak lain yang akan mereka temukan - kecuali bangunan tua yang hampir roboh !"
"Biar tahu rasa mereka itu!" ujar Jeff bersemangat. "Pokoknya. aku senang karena tak usah pergi ke tempat sunyi itu. sewaktu malam hari lagi !"
Akhirnya hari Selasa sore yang mereka nanti-nantikan. tiba juga. Sehabis sekolah. Jeff dan George berjalan seiring. Mereka bersama-sama menuju ke rumah orang tua Jack dan Susi. karena diundang minum teh. Jack menghampiri mereka. dan ketiga anak laki-laki itu berjalan sambil mengobrol. Jack pura-pura heran. ketika mendengar bahwa Jeff diundang oleh Susi.
"Kau hendak bermain boneka dengan adikku itu"" tanyanya. "Atau barangkali hendak membantu dia. membersihkan rumah bonekanya""
Muka Jeff merah padam "Janganlah segoblok itu. Jack." balasnya ketus. "Aku membawa permainan kereta apiku yang baru. Kami akan bermain dengannya."
"Tapi memasang relnya kan lama sekali !" kata Jack dengan heran.
"Masa bodoh'" balas Jeff merengut. Tapi kemudian ia teringat kembali. Jack dan George menyangka. ia akan pergi menyelinap bersama Susi ke Lumbung Tigger. Karena itu rupanya merasa heran. mengapa ia membawa permainan yang memakan waktu lama untuk memasangnya. Jeff tersenyum dalam hati. Biar saja Jack bingung !
Hidangan teh mereka nikmati bersama. Sudah itu keempat-empatnya naik ke tingkat atas. untuk bermain-main. Jeff mulai sibuk memasang rel kereta api main-mainannya Sebetulnya Jack dan George ingin membantu Tapi mereka takut. jangan-jangan Susi akan mengatakan bahwa Jeff tamunya. Kalau dia mau. Susi bisa tajam sekali lidahnya !
Karena itu mereka menyibukkan diri sendiri, membangun model pesawat terbang yang agak rumit bentuknya. Sementara itu. mata mereka tak lepas melirik ke arah Jeff dan Susi.
Tak lama kemudian, ibu Jack menjengukkan kepala di pintu.
"Anak-anak. Ibu sekarang akan pergi ke rapat Komite, uj
arnya. "Jeff dan George. kalian berdua harus pulang jam delapan. Dan Jack, jika pada saat makan malam nanti aku belum kembali. buat saja sendiri makanan. Sudah itu jangan lupa mandi."
"Baik, Ibu, jawab Jack.
Begitu ibunya pergi. Susi langsung bersikap penuh rahasia. Dikejapkannya mata ke arah Jeff. yang membalas dengan kejapan mata pula. Tentu saja Jack melihat kejapan mata itu. karena memang disengaja oleh keduanya!
Dengan segera ia waspada. Ah, rupanya Susi dan Jeff berniat untuk menyelinap pergi ke luar !
"Jeff. marilah kita ke bawah sebentar. Kami punya jam dinding baru, ajak Susi pada teman seperkumpulannya. "Barangnya lucu. Setiap seperempat jam. keluar orangan kecil membawa martil. lalu memukulkannya pada sebuah landasan kecil. Sekarang sudah hampir pukul tujuh lewat seperempat. Ayolah. kita melihat orang-orangan itu keluar!" -
"Baiklah, ujar Jeff. Kedua anak itu keluar, tertawa-tawa sambil bersenggol-senggolan.
"Nah. mereka pergi, kata George. "Kita ikuti sekarang juga""
Jack pergi ke pintu dengan langkah berjingkat. lalu mendekapkan telinga ke situ. "Mereka sudah sampai di bawah," katanya. "Pasti sekarang sedang mengambil mantel dari tempat gantungan di ruang depan. Kita beri waktu semenit bagi mereka untuk mengenakannya. sudah itu baru kita turun untuk mengambil mantel kita. Pasti kita akan mendengar pintu mereka tutup kembali. Dalam waktu semenit, mereka pasti akan tersusul !"
"Kira-kira semenit kemudian. terdengar pintu depan dibuka, lalu ditutup kembali dengan agak pelan. Kedengarannya seperti yang melakukannya hendak berhati-hati. Tapi masih terdengar juga.
"Nah. kaudengar itu"" tanya Jack. "Mereka menutupnya dengan hati-hati. Marilah, kita ambil mantel dulu. Sudah itu kita ikuti mereka dari belakang. Tapi jangan terlalu dekat. karena nanti akan kelihatan oleh mereka. Tapi kalau sudah sampai di Lumbung Tigger. baru kita muncul. Pasti keduanya akan jengkel sekali '"
Jack dan George mengenakan mantel. lalu membuka pintu depan. Di luar tidak begitu gelap. karena bulan sudah muncul. Tapi mereka membawa senter, untuk berjaga-jaga apabila langit menjadi mendung.
Jeff dan Susi tak kelihatan lagi.
"Rupanya mereka bergegas pergi, ujar Jack. sambil menutup pintu. "Ayolah. kita berangkat. Aku tahu jalan ke Lumbung Tigger. Jadi kita tak perlu membuntuti Jeff dan Susi !"
Mereka berjalan tergesa-gesa. ke luar pekarangan. Sayang tak mereka dengar suara cekikikan di belakang mereka. Ternyata Jeff dan Susi bersembunyi di balik tirai tebal di ruang depan. sambil memperhatikan Jack dan George ke luar. Mereka tertawa sepuas-puasnya. karena berhasil memperdayai !
" VII Di Lumbung Tigger "JACK dan George sama sekali tak mengetahui, bahwa Jeff dan Susi bukan berjalan di depan mereka. tetapi bersembunyi dalam ruang depan Mereka membayangkan. kedua anak itu sedang tergesa-gesa menuju ke Lumbung Tigger. Jadi mereka ikut berjalan cepat. Sebetulnya agak aneh juga - kedua anak yang dikira sudah pergi itu tak kelihatan di depan mereka. meskipun mata sudah ditajamkan ke arah itu.
Kalau begitu. rupanya mereka pergi bersepeda" kata George pada akhirnya "Tak mungkin mereka bisa berjalan begini cepat. Apakah Susi punya sepeda. Jack""
"Ya! Dan mestinya ia meminjamkan sepedaku pada Jeff, ujar Jack agak kesal, "Mereka akan sudah tiba di Lumbung Tigger. jauh sebelum kita. Jangan-jangan Jeff dan Susi sudah banyak mendengar rahasia yang dirundingkan para penjahat. pada saat kita tiba !"
Jarak Lumbung Tigger dari rumah Jack. kira-kira satu mil. Letaknya di atas bukit sunyi. tersembunyi di balik pepohonan, Dulunya lumbung itu merupakan bagian dari kompleks perusahaan pertanian. yang terbakar pada suatu malam. Sekarang. yang namanya Lumbung Tigger tinggal berupa bangunan yang sudah reot Tempat itu sering dipakai sebagal tempat menginap oleh orang-orang gelandangan. ditemani beberapa ekor burung gagak yang bersarang di sebuah cerobong asap besar yang masih utuh. serta seekor burung hantu besar yang biasa tidur di situ pada siang hari.
Dulu anak-anak sering bermain di situ. Tapi kemudian dilarang. karena dikhawatirkan merek
a akan tertimpa. jika dinding-dindingnya roboh Memang kerangka bangunan itu sudah tua sekali. Jack dan George juga sudah pernah bermain di sana bersama Peter. Tapi mereka kemudian lari pontang-panting. ketika sekonyong-konyong seorang gelandangan tua bangun dari tidurnya di salah satu pojok dan berteriak marah.
Kedua anak itu terus berjalan dengan cepat Mereka sampai di kaki bukit. lalu menyusuri jalan setapak yang mengarah ke Lumbung Tigger. Jeff dan Susi masih tetap tak kelihatan. Tentu saja ! Jika mereka naik sepeda. pasti keduanya sudah lama sampai di Lumbung Tigger !
Akhirnya mereka sampai ke tempat tujuan, Lumbung Tigger nampak di depan mereka. disinari cahaya bulan yang redup. Kelihatannya menyeramkan! Sebagian dari atap sudah tak ada lagi. sedang cerobong asap yang masih utuh menjulang ke atas, Tempat itu sunyi senyap,
"Nah. kita sudah sampai," bisik Jack. "Pelan-pelan jangan sampai Jeff dan Susi tahu kita ada di sini, Apalagi para penjahat - jika mereka sudah datang. kita tak boleh sampai ketahuan. Tapi kelihatannya sepi-sepi saja tempat ini. Kurasa. mereka belum datang!" .
Mereka menyelinap di balik bayangan pagar tanaman rimbun, berjingkat-jingkat menuju ke belakang rumah itu Lumbung Tigger mempunyai pintu depan dan pintu belakang. Kedua-duanya terkunci. Tapi karena jendela-jendelanya sudah tak berkaca lagi. siapa pun bisa dengan mudah masuk ke bangunan yang sudah hampir roboh itu.
Jack masuk. lewat sebuah jendela bawah. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh suatu bunyi berdesir, Tangannya memegang George erat-erat, sehingga temannya itu meloncat.
"Kau ini mengejutkan orang saja, ujar George berbisik. "Kukira ada apa ! Tadi itu cuma tikus saja. Hampir saja aku berteriak. karena tiba-tiba kautangkap,
"Ssst!" desis Jack. "Apa itu ""
Keduanya menajamkan telinga. Ada sesuatu yang bergerak-gerak dalam cerobong asap besar. yang menjulang tinggi di atas tempat perapian. Perapian itu terdapat dalam ruangan bekas kamar. di mana Jack dan George berada.
"Ah. barangkali burung hantu," kata George. sesudah mendengarkan beberapa saat. "Betul. dengarlah suara teriakannya."
Terdengar suara. seperti bunyi tuter mobil kuno. Tapi arahnya tak seperti datang dari lubang cerobong. melainkan dari luar rumah. dari kebun yang sudah menyemak. Kemudian terdengar pula jawaban, kali ini sama sekali tidak mirip dengan suara burung hantu.


Sapta Siaga 04 Mencari Jejak di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jack," bisik George. dekat ke telinga Jack. "yang kita dengar itu sama sekali bukan burung-burung hantu. Pasti itu para penjahat. yang saling memberikan isyarat. Mereka benar-benar mengadakan pertemuan di sana. Tapi. di mana Susi dan Jeff ""
"Aku tak tahu. Pasti mereka sudah bersembunyi di tempat aman," kata Jack. Tiba-tiba dirasakan lututnya gemetar. Bulu romanya merinding. "Sebaiknya kita juga menyembunyikan diri sekarang. Sebentar lagi, orang-orang itu akan sudah berada di sini !"
""Di sana ada tempat persembunyian yang baik. Itu, dalam perapian, bisik George. "Tempatnya gelap. Ayolah. kita cepat ke situ - sudah kudengar langkah-langkah orang di luar."
Kedua anak itu lari menyelinap ke tempat perapian. Dalamnya terdapat tumpukan abu yang cukup tinggi. karena para gelandangan kadang-kadang menyalakan api di situ. Jack dan George berdiri dalam abu sampai ke mata kaki. Mereka hampir tak berani bernapas.
Tiba-tiba sinar lampu senter memancar. dan disorotkan kian ke mari dalam kamar. Jack dan George mengecilkan tubuh. sambil mengharapkan tak akan kelihatan oleh pemegang senter.
Kemudian terdengar bunyi seseorang masuk. lewat jendela sama yang mereka pakai sewaktu masuk tadi. Suara seseorang berbicara pada orang lain. yang masih berada di luar.
"Ayolah. masuk saja. Tak ada orang di sini. Larry belum datang. Bunyikanlah isyarat sekali lagi, Zeb Barangkali dia sedang menunggu-nunggu tanda dari kita !"
Terdengar sekali lagi seseorang menirukan suara burung hantu. "Huuuu-huuu!" Terdengar seram. memecah kesunyian malam.
Dari jauh datang balasan. Tak lama kemudian. seorang lagi masuk lewat jendela, Jadi dalam kamar ada tiga orang. Kedua anak yang bersembunyi dalam perapian, menahan napas. Masya Alla
h, Mereka tepat berada di tengah-tengah kejadian yang luar biasa! Mengapa orang itu berkumpul di tempat yang sesunyi ini" Siapa mereka dan apa yang hendak mereka lakukan "
Di mana Susi dan Jeff bersembunyi" Apakah mereka juga sedang memperhatikan pula "
"Marilah kita ke kamar sebelah," ujar orang yang pertama-tama berbicara. "Di sana ada beberapa kotak untuk tempat kita duduk. Lagi pula sinar bulan tak bersinar seterang di sini. Marilah, Larry, Zen, kau berjalan di depan dengan sentermu,"
"VIII Saat yang tegang
"KETIGA orang itu pergi ke kamar sebelah, Jack dan George kecewa. tapi juga lega. Mereka lega, karena tidak perlu lagi khawatir akan ketahuan. Tapi juga kecewa. karena sekarang mereka tak bisa lagi mendengar dengan jelas. apa pembicaraan ketiga orang yang baru masuk itu.
Mereka hanya mendengar suara-suara menggumam dari kamar sebelah. Jack menyenggol George.
"Aku akan menyelinap ke pintu. Barangkali akan dapat kudengar. apa saja yang mereka bicarakan di kamar sebelah," bisiknya.
"Jangan. Jangan!" ujar George ketakutan "Kita akan ketahuan nanti. Kau pasti akan ribut !"
"Jangan khawatir Aku memakai sepatu bersol karet. Pasti mereka takkan mendengar sama sekali, bisik Jack. "Kau menunggu saja di sini, George. Aku kepingin tahu di mana Susi dan Jeff saat ini. Mudah-mudahan saja aku tak terbentur pada mereka,
Jack bergerak menyelinap. menuju ke tempat pintu yang menuju ke kamar sebelah. Daun pintunya masih ada. tapi sudah retak-retak. Jack mengintip lewat salah satu celah. Dilihatnya tiga orang duduk di atas peti di kamar sebelah, Mereka sibuk memperhatikan suatu peta. sambil bicara berbisik-bisik.
Jack ingin sekali menangkap pembicaraan mereka. la mencoba mengenali wajah ketiga orang itu. tapi tak mungkin. Ruangan itu terlalu gelap. la hanya berhasil mendengar suara mereka saja Salah seorang berbicara dengan suara sopan. Gaya bicaranya jelas dan tegas. Sedang kedua orang lainnya terdengar berlogat kasar. Suara mereka juga kasar.
Jack sama sekali tak tahu. apa yang sedang dibicarakan oleh ketiga orang itu. Membongkar dan memuat. Enam lewat dua. atau barangkali tujuh sepuluh. Simpangan, simpangan. simpangan, Tak boleh ada bulan. Gelap. kabut. Simpangan, Enam lewat dua. tapi bisa juga baru tujuh dua puluh. Sekali lagi Jack mendengar kata-kata: simpangan, simpangan dan simpangan.
Apakah yang sedang dirundingkan oleh ketiga orang itu" Kesal sekali rasanya. menangkap kata-kata yang tak dapat ditebak maknanya: Jack berusaha untuk mendengar lebih jelas, tapi sia-sia. Karena itu ia memutuskan, untuk beringsut lebih dekat lagi.
la bersandar pada suatu benda. Tapi tiba-tiba benda itu bergeser. Ternyata pintu sebuah lemari! Sebelum berhasil mengembalikan keseimbangan tubuh, Jack sudah terjatuh ke dalam lemari, Pintunya menutup kembali. la terkurung di dalam.
"Bunyi apa itu"" tanya salah seorang di kamar sebelah. Ketiga-tiganya menajamkan telinga. untuk mendengarkan. Pada saat itu seekor tikus besar berlari. menyusur di tepi dinding. Orang yang dipanggil dengan nama Zeb. menyorotkan sinar senternya, .
"Ah. tikus rupanya," ujarnya. "Memang di sini banyak sekali tikus,
Aku tak begitu yakin," jawab orang yang bersuara sopan dan tegas. Marikan saja sentermu itu, Zeb. Kita dengarkan sekali lagi."
Lampu senter dipadamkan Mereka bertiga, duduk diam-diam sambil mendengarkan lagi. Seekor tikus lain. lari melintasi kamar.
Dalam lemari. Jack tak berani bergerak sama sekali, la khawatir, orang-orang itu akan datang untuk memeriksa. apa yang berbunyi di dalamnya. Sedang George masih tetap berdiri dalam rongga tempat perapian. Tak diketahuinya apa yang telah terjadi. Kamar sunyi sepi. Awan menutupi bulan. sehingga sekelilingnya menjadi gelap.
"Dalam cerobong asap yang menjulang di atasnya. burung hantu terbangun dari tidur. Hari sudah malam! Sudah tiba saat bagi burung hantu itu untuk berburu. Dengan teriakan lembut. burung itu terbang ke bawah untuk keluar lewat jendela yang tak berkaca lagi.
Bukan main kagetnya. ketika hampir membentur George yang berdiri menyembunyikan diri dalam tempat perapian, Sedang George. ia
pun tak kalah terkejut. ketika merasa sayap burung hantu menggeser pipi. Burung itu terbang ke luar jendela tanpa menimbulkan suara. Kelihatannya seperti bayangan besar yang melayang. dan kemudian menghilang dalam kegelapan malam.
George tak tahan lagi. la ingin cepat-cepat keluar dari rongga perapian. Jangan-jangan ada lagi sesuatu yang jatuh dari atas, dan menyentuh pipinya dengan lembut - seperti tadi ! Mana Jack" Jahat benar temannya itu. pergi meninggalkannya seorang diri untuk menghadapi makhluk-makhluk aneh yang hidup dalam cerobong asap. Sedang senter juga dibawa oleh Jack. Coba senter itu ada di tangannya. pasti disorotkan oleh George untuk menerangi tempatnya.
Mungkin ketiga orang tadi sudah pergi lewat jendela yang lain. pikir George. Kalau begitu. mengapa Jack belum juga kembali. George sudah tak tahan lagi lama-lama berdiri sendirian.
la bergerak, ke arah pintu, sambi! meraba-raba mencari Jack. Tidak. ternyata temannya itu tak ada di situ. Kamar sebelah gelap gulita. la mengintip dari celah-celah pintu. Tapi tak satu pun yang dapat dilihatnya. la pun tak mendengar apa-apa. Sunyi senyap. Ke mana orang-orang semuanya "
George merasa lututnya menjadi lemas. Aduh ! Seram sekali tempat yang sudah bobrok ini! Mengapa ia mau saja mendengarkan ajakan Jack untuk datang ke mari" la sekarang yakin. pasti Susi dan Jeff takkan begitu tolol. untuk datang malam-malam ke sini !
George tak berani memanggil. Barangkali Jack sedang berada di tempat yang dekat. dan barangkali dia juga sedang ketakutan. 0 ya - bagaimana lagi bunyi kata semboyan rahasia Sapta Siaga ! la sudah agak lupa! Nanti dulu. perlu diingat-ingat sebentar. Ah ya - betul: Bonzo Bandel !
Jika kubisikkan kata semboyan 'Bonzo Bandel'. pasti Jack akan tahu bahwa aku yang berada di dekatnya," pikir George. Itu kata semboyan kita. Jadi pasti ia akan menjawab !"
George berdiri di ambang pintu. sambil berbisik. "Bonzo Bandel ! Bonzo Bandel!" .
Tak terdengar jawaban. Karenanya ia mencoba sekal! lagi. kali ini lebih keras. "Bonzo Bandel !" - Sekonyong-konyong sebuah lampu senter menyala. dan tepat diarahkan ke mukanya. Terdengar suara berbicara dengan nada keras.
Apa lagi ini " Apa yang, kauketahui tentang Bon"zo!. Ayo masuk dan jawab pertanyaan-pertanyaanku tadi!
" IX Aneh "GEORGE terkejut sekali. Eh. rupanya orang-orang itu masih ada di dalam rumah! Kalau begitu, Jack di mana" Apakah yang terjadi dengan temannya itu" George berdiri di tengah sorotan senter. la berdiri dengan mulut melompong.
"Ayo masuk!" ujar yang menyapanya. dengan suara tak sabar. "Kami dengar kau tadi menyebutkan 'Bonzo Bandel'! Kau membawa pesan dari dia ""
George semakin melompong. Pesan dari dia" Pesan dari Bonzo Bandel" Bonzo Bandel kan merupakan kata pengenal saja, lagipula itu kan nama seekor anjing" Apa maksud orang itu "
"Mau masuk. atau tidak"!" ujar orang itu sekali lagi.
"Mengapa kau ini" Takut ya! Orang yang disuruh oleh Bonzo, takkan kami apa-apakan!"
Dengan tertegun-tegun, George masuk ke dalam kamar. Otaknya bekerja keras. Ia dikira disuruh oleh Bonzo ke mari. Kalau begitu. rupanya ada orang yang bernama Bonzo. yang julukannya Bonzo Bandel. Dan dia dikira pesuruhnya. oleh orang-orang ini. Aneh sekali.
Tak mungkin ada pesan dari Bonzo," ujar orang yang dipanggil dengan nama Zeb. "Mana mungkin ada pesan dari dia! Kan dia yang menunggu pesan dari kita. He. Nak! Barangkali Bonzo menyuruh kamu ke mari. untuk meminta kabar""
George tak bisa berbuat apa-apa. Ia menganggukkan kepala. sambi. membisu terus. Rupanya orang-orang ini mengira, dia datang karena disuruh oleh Bonzo untuk menanyakan kabar. Barangkali, jika ia membiarkan mereka bertiga memberikan pesan itu. kemudian ia akan dilepaskan tanpa banyak bertanya-tanya lagi.
"Aku tak mengerti. Kenapa Bonzo mengirim anak sebodoh ini," ujar Zeb menggerutu. "Kau ada pinsil. Larry" Kutuliskan sebentar pesan untuknya."
"Anak ini cocok sekali dijadikan pesuruh. karena tidak berani membuka mulut untuk mengatakan apa-apa, kata. orang yang sopan gaya bicaranya. "Tulislah pesan itu. Zen. Sampaikan pada Bonzo. hal-hal yang
sudah kita putuskan tadi. Jangan lupa menuliskan. bahwa dia harus memberi tanda berupa garis-garis putih di salah satu sudut kain terpalnya,
Dengan diterangi sinar lampu senter. Zeb menuliskan beberapa kalimat dalam sebuah buku catatan. Sesudah itu halaman yang ditulisi olehnya dirobek. lalu dilipat.
"Ini," ujarnya pada George. "Bawa surat ini ke Bonzo. Dan jangan sekali lagi kau menyebutnya Bonzo Bandel. mengerti! Anak-anak yang lancang mulut seharusnya ditampar mulutnya, Teman-temannya boleh menyebut Bonzo sesuka hati mereka tapi kau tak boleh !"
"Sudahlah, jangan kautakut-takuti anak ini," kata Larry. "Di mana Bonzo sekarang. Nak" Di tempat Dalling atau Hammond""
George bingung. Tak tahu. jawaban bagaimana yang harus diberikan, Tapi ia memberanikan diri.
"Di tempat Dalling, ujarnya. tanpa mengetahui apa arti kata itu.
Larry melontarkan mata uang sepuluh penny padanya. "ltu untukmu. Sekarang pergilah'" katanya memerintah. "Kau ngeri berada di sini. bukan" Mau kuantarkan sampai ke kaki bukit""
Wah. itu sama sekali tak dikehendaki oleh George. la menggelengkan kepala. Ketiga orang itu bangkit.
"Kalau kau ingin ditemani. kebetulan sekali. Karena kami juga hendak pergi. Tapi jika tidak mau. larilah sekarang juga!"
George lari Ke luar. Tapi. perginya tidak jauh la menyelinap lagi memasuki kamar sebelah la mengucap syukur. karena bulan sudah tidak tertutup awan lagi. Sinarnya yang lembut menerangi jalannya. sewaktu memanjat jendela. Walau begitu George agak mengalami kesukaran juga dalam melampaui rintangan yang agak tinggi itu. karena kakinya gemetar sehingga sukar dikendalikan.
George lari menuju ke sebuah semak yang rapat. lalu bersembunyi di tengah-tengahnya. Jika ketiga orang itu benar-benar hendak pergi, maka ia dapat menunggu di situ. Kalau mereka sudah berangkat. ia bisa kembali lagi untuk mencari Jack. Apakah yang telah terjadi dengan temannya itu" Kenapa ia tiba-tiba menghilang. seperti ditelan bumi "
Ketiga orang yang berunding di Lumbung Tigger. kelihatan keluar bersama-sama. Mereka sangat berhati-hati berbicara dengan suara bisik-bisik. Burung hantu penghuni rumah tua itu terbang melayang di atas kepala mereka. Bunyi teriakannya yang terdengar tiba-tiba. mengejutkan ketiga-tiganya. Tapi hanya sebentar. karena segera sesudah itu George mendengar suara tertawa mereka. Ketiga-tiganya meneruskan perjalanan, menuruni bukit.
George menghembuskan napas lega. Dengan cepat ia keluar dari semak. dan masuk kembali ke dalam rumah. Sejenak ia bingung, tak tahu apa yang harus dilakukan. Apakah sebaiknya mencoba sekali lagi. menyebutkan kata semboyan" Tadi hasilnya mengejutkan sekali. Mungkin kali ini lebih baik dia menyebutkan nama Jack saja.
Tapi sebelum George sempat menyebutkan apa-apa, terdengar suara memanggil dari kamar sebelah.
"Bonzo Bandel!" terdengar bisikan yang agak keras. George terpaku. la tak memberikan jawaban. Mungkinkah itu suara Jack" Atau mungkin orang lain, yang mengenal Bonzo. Bonzo Bandel"
Pada saat ia sedang berpikir-pikir. tiba-tiba menyala sebuah lampu senter. Cahayanya tepat menyinari mukanya.
Tapi untung bagi George - kali ini lampu senter kepunyaan Jack yang kelihatan. Terdengar suara Jack sendiri. menghembuskan napas lega.
"Rupanya memang benar kamu. George! Masya Allah. mengapa tak menjawab sewaktu kusebutkan kata semboyan kita" Mestinya kau langsung tahu. bahwa akulah yang mengucapkannya!"
"Aduh. Jack! Di mana kamu tadi" Aku sudah hampir mati ketakutan!" jawab George. "Kenapa kau pergi. meninggalkan aku sendiri di sini" Ke mana saja kamu""
"Tadi. sewaktu aku sedang mendengarkan pembicaraan orang-orang itu. tiba-tiba aku terjatuh dan masuk ke dalam lemari ini, kata Jack menerangkan. "Pintunya kemudian tertutup lagi. sehingga aku tak dapat menangkap kata-kata mereka. Dan aku tak berani bergerak di dalam. karena khawatir orang-orang itu datang untuk memeriksa. Tapi akhirnya kuberanikan diri membuka pintu lemari. Karena tak ada lagi yang terdengar. aku lantas ingin tahu di mana kamu berada. Jadi kubisikkan kata semboyan kita!"
"0, begitu!" ujar George dengan lega. "Jadi kau
tak tahu, apa yang terjadi dengan diriku tadi" Aku ketahuan oleh ketiga orang itu. sewaktu sedang berdiri dekat pintu ini - lalu -"
"Kau ketahuan oleh mereka" Lantas, apa yang mereka lakukan!" tanya Jack dengan heran.
"Aku juga tak tahu! Kelakuan mereka aneh, kata George sambil menggaruk-garuk kepala yang tak gatal. "Aku tadi juga membisikkan kata semboyan kita, karena ingin tahu di mana kamu berada. Kukira kau akan mendengarnya. Tapi ternyata ketiga orang itu yang menangkap ucapanku yang mengatakan 'Bonzo Bandel' Aku disuruh masuk oleh mereka, sambil menanyakan apakah ada pesan dari Bonzo."
Tentu saja Jack bingung mendengar keterangan itu. Agak lama juga George harus menerangkan persoalan itu. Diceritakannya. bahwa ketiga orang yang mereka intip rupanya mengenal seseorang yang bernama Bonzo. yang dijuluki Bonzo Bandel. Dan mereka mengira. George seorang pesuruh yang dikirim oleh Bonzo!
"Mereka lantas memberikan surat padaku. untuk disampaikan pada Bonzo," ujar George mengakhiri keterangannya.
"Ah, masa! Kau diserahi surat untuknya"" tanya Jack. Tiba-tiba ia menjadi bersemangat. "Wah. hebat! Rupanya kita mulai lagi dengan petualangan baru. Coba perlihatkan surat itu !"
"Jangan di sini. Kita pulang saja dulu ke rumah. Di sana baru kita baca, bantah George. "Aku ingin pergi cepat-cepat dari tempat seram ini. Terus terang saja, aku ngeri. Tadi ada sesuatu yang melayang dari atas cerobong asap. dan nyaris menubruk aku yang sedang bersembunyi dalam rongga tempat perapian. Hampir saja aku menjerit. karena terkejut. Ayolah. Jack - kita pergi saja sekarang."
"Baiklah. Tapi nanti dulu, ujar Jack. Tiba-tiba ia teringat pada sesuatu. "Bagaimana dengan Susi dan Jeff"
Mestinya mereka juga ada di sini. Kita harus mencari mereka dulu."
"Kita harus menanyakan pada mereka. Bagaimana mereka sampai bisa mengetahui bahwa akan ada pertemuan rahasia di sini. pada malam ini, kata George menambahkan. "Kita panggil saja nama-nama mereka. Pasti sekarang tak ada lagi orang lain di sini. Kuteriakkan saja nama-nama mereka, la pun mulai memanggil-manggil.
"JEFF! SUSI!! KELUARLAH DARI TEMPAT PERSEMBUNYIAN KALIAN!!"
Suara teriakannya menggema dalam rumah kosong. Tapi tak terdengar suara menjawab. Sama sekali tak ada sesuatu pun yang bergerak.
"Kuperiksa tempat ini dengan senter, ujar Jack. Kedua anak itu memberanikan diri. lalu memeriksa seluruh ruangan rumah, sambil menyorotkan sinar lampu senter ke sana ke mari.
Tapi tak seorang pun berhasil mereka temukan. Jack mulai merasa cemas. Bagaimana juga. Susi adiknya. Anak laki-laki harus selalu mengawasi dan menjaga keselamatan adik perempuan mereka. Juga apabila adik perempuan itu sebandel Susi. Apakah yang telah terjadi dengan adiknya itu"
"George! Kita harus pulang ke rumah selekas mungkin. Aku harus melaporkan pada Ibu, bahwa Susi hilang," ujarnya dengan suara yang agak gemetar. "Begitu pula dengan Jeff, Ayolah. kita cepat-cepat pergi! Mungkin telah terjadi sesuatu hal dengan kedua anak itu!"
Mereka lari cepat-cepat. pulang ke rumah Jack. Sewaktu sampai di pintu pagar. mereka melihat ibu Jack berjalan. Rupanya juga baru pulang dari rapat Komite. Dengan segera Jack menghampiri ibunya.
"Ibu! Susi hilang! la lenyap, entah ke mana! Aduh Bu. tadi dia pergi menyelinap ke lumbung Tigger. Sewaktu kucari di situ. dia tak ada lagi !"
Ibunya memandang Jack dengan ketakutan. Dengan segera dibukanya pintu depan. lalu masuk ke dalam dengan diikuti oleh Jack dan George.
"Sekarang ceritakan sekali lagi, ujar ibunya. "Apa katamu tadi," Kenapa Susi sampai menyelinap ke luar" Kapan -" Tapi pertanyaan itu tak sempat diselesaikan olehnya.
"Sebuah pintu di tingkat atas terbuka. Terdengar suara riang memanggil. "Hallo Ilbuuu! ibukah itu" Cobalah lihat sebentar. Kami asyik bermain-main dengan kereta api. Jeff masih di sini. Jangan marah. Bu! Memang. kami tahu sekarang sudah larut malam - tapi kami ingin menunggu Jack dan George pulang dulu !"
"Eh - itu Susi'" kata ibunya tercengang. "Tadi kaukatakan. Susi hilang. leluconmu itu tidak lucu. Jack!" Terdengar dari suara ibunya. bahwa ia agak marah.
Ja ck menengadah. memandang ke ujung tangga di tingkat atas Tak kelihatan siapa-siapa. Karena itu ia memburu lari ke atas. langsung masuk ke kamar tempat bermain. Benarlah! Susi sedang duduk di lantai bersama Jeff. Mereka menghadapi permainan kereta api. yang sedang meluncur di atas rel yang terpasang memenuhi ruangan.
Jack memandang Susi dengan pandangan heran bercampur jengkel. Rupanya Susi sama sekali tidak keluar rumah! Adiknya itu membalas pandangnya dengan tertawa mengejek.
"Nah. bagaimana" Puas sekarang"" tanyanya mencemoohkan. "Masih mau lagi mengintip dan mendengar- kan rapat Panca Pendekar dengan sembunyi-sembunyi" Siapa orangnya ya - yang mendengar macam-macam. dan langsung percaya" Siapa yang menyelinap malam-malam ke lumbung Tigger" Siapa orang tolol. yang -"
Jack tak menunggu Susi mengakhiri cemoohannya. la menerjang ke depan dengan marah. Tapi adiknya itu cepat- cepat berlindung di balik ibu mereka sambil tertawa-tawa.
"Ayo. Jack! Sudah. jangan berkelahi lagi !" perintah ibunya, "Sudah. hentikan pertengkaran kalian! Apa saja yang sebenarnya telah terjadi selama aku pergi" Susi. kau masuk ke tempat tidur. Jeff, kaubereskan dulu permainan ini. Sudah waktunya kau pulang ke rumah. Pasti sebentar lagi ibumu akan menelepon. untuk menanyakan kenapa kamu belum pulang. JACK! Kau tak mendengar kataku! Jangan mencari perselisihan lagi !"
Jeff mulai membereskan permainannya. dibantu oleh George. Keduanya agak ketakutan. karena ibu teman mereka kalau marah galak sekali. Susi lari ke kamarnya. lalu masuk sambil membantingkan pintu.
"Susi itu keterlaluan. Bu, kata Jack dengan napas terengah-engah menahan marah. "dia tadi - dia - dia -" sukar sekali Jack mengutarakan perasaan yang sedang panas. Tapi ibunya tak memberi kesempatan lebih lama.
"Ayo! Pergi ke kamar mandi," bentak ibunya "Kalian berdua tak perlu makan malam lagi. Aku tak senang melihat kelakuan kalian.
George dan Jeff cepat-cepat pergi. begitu mereka selesai dengan tugas membereskan. Mereka keluar sambil menjinjing kotak-kotak permainan kereta api. Mereka bergegas pergi. sehingga George sama sekali lupa bahwa ia masih mengantongi sesuatu yang penting. Surat pesan ketiga orang yang di Lumbung Tigger tadi, dan dialamatkan pada seseorang yang bernama Bonzo. Bonzo Bandel.
George sama sekali tak teringat. bahwa ia hendak membaca pesan itu bersama Jack. Begitulah akibatnya. kalau seorang ibu sudah marah !
" x Rapat diselenggarakan "GEORGE bergegas di jalan, bersama-sama dengan Jeff. Jeff tertawa-tawa.
"Hah. tadi kalian berdua benar-benar tertipu rupanya, Ha "a! Susi memang pintar. pandai menyusun jebakan. Kami memang sengaja berunding dengan suara nyaring, supaya pasti terdengar oleh Jack Kami tahu, ia bersembunyi dalam semak di luar rumah kebun mereka."
George diam saja. Sebetulnya ia marah, karena Susi beserta Panca Pendekar telah memperdayakan Sapta Siaga. la juga marah, kenapa Jack sampai begitu mudah tertipu. Tapi tanpa disangka. tipuan itu ternyata membawa akibat di luar dugaan sama sekali !
Susi menyebut-nyebut Lumbung Tigger, dengan maksud supaya Jack " dan juga Sapta Siaga - mengira bahwa Panca Pendekar berhasil mencium adanya suatu peristiwa rahasia. yang sedang terjadi di tempat itu. Susi juga membikin-bikin. menyebutkan nama-nama Bob Buntung dan Tom Timpang! Maksudnya. supaya kedengaran lebih meyakinkan1 Tapi apa yang kemudian ternyata" Di Lumbung Tigger benar-benar berlangsung sesuatu peristiwa rahasia. Dan bukan antara orang-orang yang bernama Bob Buntung dan Tom Timpang. melainkan antara tiga orang tak dikenal. yang masing-masing dipanggil dengan nama- Zeb. Larry - sedang yang satu lagi tak diketahui namanya oleh George. Memang namanya tak disebut-sebut oleh kedua temannya.
"Kenapa kau diam saja, George"" tanya Jeff mengganggu. la tertawa cekikikan lagi. "Bagaimana, asyik kunjungan kalian ke Lumbung Tigger" Aku berani taruhan pasti menyeramkan!"
"Betul, jawab George dengan singkat. la menjawab dengan jujur, tapi hanya itu saja yang dikatakannya. la ingin memikirkan segala yang dialaminya tadi secara masak. la harus mengatur dulu. ha
l-hal yang didengar dan dilihatnya. Sementara ini. semuanya masih campur aduk dalam benaknya !
"Satu hal sudah pasti, pikirnya tiba-tiba. Sapta Siaga harus mengadakan rapat istimewa. Sebenarnya aneh juga Panca Pendekar pura-pura menemukan suatu rahasia besar. dengan maksud hendak menjebak Sapta Siaga. Tapi tanpa disengaja. Susi telah berjasa besar pada Serikat Rahasia S.S.!
Begitu George sampai di rumah, cepat-cepat dirogohkannya tangan ke kantong. untuk mencari surat yang diserahkan oleh Zab padanya. la meraba-raba dengan cemas. Jangan-jangan surat itu hilang. tercecer di jalan sewaktu mereka lari menuruni bukit !
Tapi ternyata tidak. Jari-jarinya menyentuh secarik kertas terlipat Dengan tangan gemetar, kertas Itu dikeluarkannya. lalu dibuka lipatannya. George menyalakan lampu kamar tidurnya. lalu mulai membaca surat.
"Bonzo yang budiman,
Semua beres dan berjalan baik Kelihatannya tak ada rintangan. Tapi seperti bisa kauduga sendiri alangkah baiknya jika ada kabut! Menurut hasil perembukan kami Larry akan mengurus wesel pada simpangan. Jangan lupakan kendaraannya. Bertanda garis putih pada salah satu sudut terpal penutup gerbong. Jadi kami tak perlu lagi lama-lama mencarinya. Bagus sekali akalmu, mengirimkannya dengan gerbong, dan menjemputnya dengan truk
"Salam. Zen "George bingung membacanya. Surat apa ini" .Sudah pasti, ada sesuatu rahasia yang direncanakan. Tapi rahasia apa" Apakah arti kalimat-kalimat yang serba aneh itu"
George mengangkat gagang telepon. Mudah-mudahan saja Peter belum tidur. karena ia mesti bicara sebentar dengan ketua Sapta Siaga itu. Persoalannya sangat penting. jadi harus segera dilaporkan.
Ternyata Peter baru saja masuk ke tempat tidur. Dengan perasaan heran ia mengangkat pesawat telepon, ketika ibunya mengatakan bahwa George ingin bicara sebentar dengan dia.
"Hallo, George! Ada apa""
"Peter. aku tak bisa menerangkan segala-galanya sekarang - pokoknya. tadi kami pergi ke lumbung Tigger. Maksudku, aku dengan Jack. Wah, Peter! Ternyata benar- ada rahasia yang sedang berlangsung di situ. Kami mengalami kegawatan di situ. dan -"
"Maksudmu dongengan Susi ternyata benar"" potong Peter dengan suara kurang percaya.
"Tidak. Maksudku. dia memang membual. Persis seperti katamu. Tapi walau begitu di lumbung Tigger benar-benar terjadi sesuatu hal yang misterius. Tentu saja Susi tak tahu-menahu sama sekali mengenainya, karena tempat itu disebut-sebut olehnya untuk menjebak kita saja. Tapi persoalan yang kami alami tadi. benar-benar serius. Peter, kau harus memanggil para anggota untuk menghadiri rapat. Sebaiknya besok Sore. sehabis minum teh '"
Sesaat lamanya tak terdengar jawaban. Akhirnya terdengar suara Peter.
"Baiklah." katanya menyetujui. "Kita akan mengadakan rapat besok, Aneh juga persoalannya George. Jangan terlalu banyak bicara lagi melalui telepon sekarang. Aku tak mau. kalau-kalau nanti Ibu terlalu banyak bertanya. Janet akan kuminta menyampaikan kabar ini pada Pam dan Barbara. Sedang Colin dan Jack akan kita beri tahu bahwa besok ada rapat Pukul lima sore, di gudang kebun kami. Wah. George! Kedengarannya. kau ini misterius sekali!"
""Tunggu saja sampai kuceritakan seluruh pengalaman kami," ujar George. "Kau pasti akan tercengang keheranan!"
Gagang telepon diletakkan kembali ke tempatnya. George bersiap untuk masuk ke tempat tidur. Karena kesibukannya, anak itu lupa sama sekali bahwa ia belum makan malam. Pikirannya masih terus disibukkan oleh peristiwa yang baru saja dialami. Aneh! Kebetulan kata semboyan Serikat Sapta Siaga kali ini berbunyi 'Bonzo Bandel. dan ternyata ada orang yang benar-benar bernama begitu! Begitu pula sangat kebetulan. bahwa bualan Susi akhirnya menjadi kenyataan. Dan adik Jack yang bandel itu tak tahu-menahu! Ada sesuatu yang misterius di Lumbung Tigger !
Kupu Kupu Iblis 3 Shugyosa Samurai Pengembara 3 Pendekar Setia 2
^