Pencarian

Rahasia Jejak Bundar 1

Sapta Siaga 02 Rahasia Jejak Bundar Bagian 1


Sapta Siaga - Rahasia Jejak Bundar
Download Ebook Jar Lainnya Di
http://mobiku.tk http://inzomnia.wapka.mobi
I Rapat Sapta Siaga ""SERIKAT SAPTA SIAGA akan mengadakan rapat mingguannya. Tempatnya seperti biasa. dalam sebuah gudang tua yang terletak di belakang kebun rumah Peter dan Janet. Di pintu gudang itu nampak huruf-huruf S.S, ditulis dengan cat hijau.
Peter dan Janet sudah menunggu di situ Janet sedang sibuk memeras jeruk dan menuangkannya ke dalam se- buah kendi. la membuat limun untuk dihidangkan dalam rapat nanti. Kecuali jtu ia juga menyediakan kue-kue dan sepotong biskuit
Biskuit disediakan khusus untuk Skippy. anjing spanil mereka yang berbulu kuning keemasan. Mata Skippy tak lepas memandang piring yang berisi kue-kue. Seolah-olah anjing itu khawatir, kalau-kalau biskuitnya terbang dan menghilang!
"Nah. itu teman-teman datang'" ujar Peter yang sedari tadi memandang terus ke luar jendela. "Betul. itu mereka: Colin, George, Barbara, Pam dan Jack. Ditambah dengan kita berdua, lengkaplah Sapta Siaga."
Skippy menggonggong, karena merasa disisihkan.
"Sayang, kau bukan anggota. Skip," ujar Peter. "Kau ini cuma ikut-ikutan saja. Tapi kau anjing yang manis'"
Tok-tok-tok! Pintu diketuk dari luar.
"Sebutkan dulu kata semboyan kita!" seru Peter. la tak pernah mau membukakan pintu. sebelum teman yang berada di luar menyebut kata pengenal perkumpulan mereka.
"Kelinci'" sahut Colin. Sesudah itu barulah pintu dibuka- kan oleh Peter. Kelima anggota yang datang masuk bertu- rut-turut, tentunya sesudah menyebutkan kata semboyan 'Kelinci'. Itulah kata semboyan Sapta Siaga yang paling baru. Mereka selalu menggantinya setiap minggu, untuk berjaga-jaga apabila ada orang lain yang kebetulan mendengarnya.
Ketika para anggota sudah duduk semua, Peter memperhatikan mereka dengan saksama. "Kenapa kau tak memakai lencana, Jack"" tanyanya.
"Aduh, maaf, ujar Jack dengan agak gelisah, "lencanaku hilang. Pasti Susi lagi yang mengambil. Padahal sudah kusembunyikan dalam laci, Tapi sewaktu kucari ta- di pagi. tahu-tahu lencana'itu sudah tidak ada lagi. Kadang-kadang kelakuan si Susi menjengkelkan sekali!"
Susi adalah adik Jack. Anak perempuan itu ingin sekali menjadi anggota Sapta Siaga. tapi tentu saja keinginannya itu tak mungkin terkabulkan. Berulang-ulang Jack menerangkan dengan sabar. bahwa Serikat Sapta Siaga sudah beranggotakan tujuh orang. Mengingat Sapta berarti tujuh. maka tak mungkin mereka menerima anggota baru.
"Memang. adikmu itu sangat bande! ujar Peter. "Kau harus berusaha untuk mendapat lencanamu kembali, Jack. lain kali jangan kausembunyikan lagi dalam laci atau di tempat-tempat lain. melainkan sebaiknya kausematkan saja ke baju tidurmu. Pokoknya lencanamu harus selalu kaupakai agar jangan sampai jatuh lagi ke tangan Susi."
"Baiklah;" jawab Jack. la memandang berkeliling. Ternyata semua anggota lainnya mengenakan lencana masing-masing. sebuah kenop kecil yang dihias dengan dua buah huruf; S.S. Kejengkelan Jack terhadap Susi semakin bertambah.
Nah, bagaimana - ada laporan tentang kejadian yang menarik"" tanya Peter sambil membagi-bagikan kue pada teman-teman Skippy juga tidak dilupakan olehnya, Dengan sigap anjing itu menyambar biskuit yang dilemparkan ke arahnya. Tak lama kemudian semua sudah sibuk mengunyah kue masing-masing.
Tapi tak seorang pun membawa laporan yang menarik. Barbara memandang Peter.
"Sudah empat minggu tak ada laporan yang menarik, ujarnya dengan kesal. "Bosan'rasanya kalau begini terus- menerus. Untuk apa kita mengadakan Serikat Rahasia, apabila kita tidak berbuat apa-apa. Seharusnya kita ini sibuk membongkar rahasia, atau mengalami sesuatu hal yang mengasyikkan! Suatu petualangan!"
"Kaukira gampang saja mengetahui suatu peristiwa rahasia, atau menemukan petualangan, balas Peter dengan serta-merta.
Janet menuangkan limun ke dalam gelas-gelas yang sudah tersedia. "Aku juga ingin mengalami kejadian yang mengasyikkan" ujarnya. "Bagaimana kalau kita sendiri saja yang membuat kejadian yang seru, supaya jangan merasa bosan""
"Apa ma ksudmu"" tanya Colin. Tiba-tiba mukanya mengernyit. "Wah, limun ini asam sekali rasanya!"
"Sini, kutambahi gula sedikit, jawab Janet. "Maksudku tadi. bagaimana kalau kita bermain menjadi orang Indian. dan berlatih membuntuti orang tanpa diketahui. Aku dan Peter mempunyai pakaian Indian. Bagus sekali pakaian itu.
Ketujuh anggota Sapta Siaga sibuk membicarakan gagasan itu. Ternyata mereka semua memiliki pakaian Indian, kecuali Colin.
"Aku tahu akal, ujar George. "Kita .mengenakan pakaian Indian. lalu pergi beramai-ramai ke Hutan Semak. Sesampai di sana kita membentuk dua kelompok. Masing-masing kelompok bersiap di tepi hutan. lalu kita berlomba siapa yang lebih dulu berhasil,mencari jejak Colin dan menangkapnya. Colin kita jadikan musuh. karena hanya dia sendiri yang tak mengenakan pakaian Indian. Wah pasti akan asyik permainan itu!" Mata George bersinar-sinar.
"Ah, tidak mau!" tukas Colin memprotes. "Aku tak mau dikejar-kejar oleh kalian berenam. untuk kemudian disergap."
""Kita kan cuma main-main saja!" balas Janet. "Tolol benar kau ini -"
"Ssst - dengar! Ada orang datang:" ujar Peter memo- tong pertengkaran itu. Betullah, di luar terdengar bunyi langkah orang menghampiri gudang. Kemudian pintu digedor dengan keras, sehingga ketujuh anak yang duduk di dalam gudang melonjak dari tempat duduk mereka karena terkejut.
"Kata semboyan!" seru Peter. Rupanya ia begitu terkejut. sehingga tak ingat bahwa semua anggota Sapta Siaga "sudah hadir. Jadi tak mungkin datang jawaban yang tepat dari luar. Tapi apa yang terjadi"
"Kelinci!" terdengar jawaban dari luar.
"Itu Susi! " seru Jack dengan marah. Seketika itu juga ia lari ke pintu dan membukanya dengan cepat_ Benarlah! Susi berdiri di depan pintu. Adik Jack yang bandel itu mengenakan lencana S.S, di bajunya.
"Aku anggota'" seru anak perempuan itu. "Aku mengetahui kata semboyan kalian, dan aku juga memakai lencana!"
Anak-anak yang di dalam gudang berlompatan bangkit dengan marah. Melihat gelagat yang tidak baik itu Susi lari sambil tertawa cekikikan. Muka Jack merah padam karena marahnya.
"Kukejar dia! tukasnya. "Sekarang kita harus pula memikirkan kata semboyan yang baru. karena yang lama sudah ketahuan oleh Susi!"
"Kita pakai kata semboyan 'Indian !" seru Peter pada Jack yang sudah lari mengejar adiknya. "Kita berkumpul lagi pukul setengah tiga nanti!"
" II Indian-Indianan Pukul setengah tiga siang, semua anggota Sapta Siaga sudah siap berkumpul di gudang. Jack yang paling dulu datang. Di dadanya sudah terpasang lagi lencana perkumpulan yang berhasil direbutnya kembali dari Susi.
"Awas! Nanti aku datang lagi menggedor pintu, dan meneriakkan semboyan kalian keras-keras, ujar adiknya itu menantang. sewaktu Jack berhasil mengejar dan mengambil lencananya kembali.
"Ah, percuma saja, balas Jack tak peduli. "Kami sudah
menggantinya dengan semboyan lain."
Karena itu sewaktu hendak memasuki gudang, anak- menyebutkan semboyan dengan hati-hati. Mereka khawatir; jangan-jangan Susi sudah memasang kuping lagi sambil bersembunyi.
"Indian! "Indian! begitulah bisik mereka berturut-turut, sampai lengkap ketujuh anggota berada dalam gudang. Semua membawa pakaian Indian. lengkap dengan penghias kepala yang terbuat dari bulu ayam. Hanya Colin saja yang datang dengan tangan kosong, karena dia tidak mempunyai pakaian Indian. Tak lama kemudian enam anggota Sapta Siaga sudah menjelma menjadi prajurit-prajurit Indian.
"Sekarang kita berangkat ke Hutan Semak, ujar Peter sambil menandak-nandak seperti seorang Indian yang sedang melakukan tari perang. Diacung-acungkannya kapak perangnya. Seram sekali kelihatannya! Untung saja kapak itu terbuat dari kayu.
""Aku sekelompok dengan Janet dan Jack, kata Peter lagi. "George, kau bertiga dengan Barbara dan Pam. Kita berlomba mencari dan kemudian menawan Colin."
"Tapi aku tak mau kalau diikatkan ke pohon, lalu dijadikan sasaran panah kalian, tuntut Colin dengan tegas. "Mungkin untuk kalian mengasyikkan, tapi aku tak mau! Mengerti""
Kecuali Colin, semua mengecat muka mereka coreng-more
ng dengan cat air. Jack menggenggam sebilah pisau karet. yang berulang kali pura-pura hendak ditusukkannya ke arah Skippy. Wah, mereka benar-benar kelihatan seperti sepasukan Indian yang perkasa!
Mereka berjalan menuju ke Hutan Semak. Tempat itu merupakan sebuah hutan kecil. penuh semak belukar. letaknya kurang lebih setengah mil dari rumah Peter dan Janet. di seberang ladang. Di tepi hutan itu ada sebuah rumah besar yang dikelilingi dengan pagar tembok yang tinggi. Pemiliknya seorang bangsawan. Seperti kebiasaannya dengan rumah-rumah bangsawan, gedung besar itu juga bernama. yaitu Milton Manor.
"Nah, sekarang kita mulai bermain, ujar Peter ketika mereka sudah sampai di Hutan Semak. "Kami bertiga mulai dari tepi sebelah sini. George. kau bersama kelompokmu bergerak dari ujung hutan sebelah sana. Sedang Colin mulai dari tengah-tengah. Kita menghitung dulu sampai seratus. sambil menutup mata. Sementara itu Colin bersembunyi. Kalau hitungan sudah sampai seratus, barulah kita mulai mencari dia,"
"Tapi kalau aku melihat salah seorang di antara kalian lalu kupanggil namanya. maka dia harus menunjukkan diri, balas Colin. "Karena berhasil kulihat. artinya dia mati dan tak boleh ikut mencari lagi"
"Dan kalau ada di antara kami yang berhasil menyelinap dan kemudian menyergap tanpa berhasil kaulihat lebih dulu. maka kau menjadi tawanannya," kata Peter. "Wah, pasti akan asyik permainan kita ini! Hutan Semak memang sangat cocok untuk permainan begini'"
"Memang benar katanya itu. Semak belukar memenuhi tempat di sela-sela pohon besar dan kecil. Di sana sini tumbuh rumput tinggi. Banyak sekali tempat yang baik untuk dijadikan persembunyian.
Kedua kelompok yang bermain sebagai Indian berpisah, dan menuju ke tempat masing-masing di tepi hutan, Tepi yang satu dibatasi dengan pagar. sedang tembok pekarangan Milton Manor menjulang tinggi di tepi yang lain. Hebat sekali Colin. kalau ia sampai berhasil sampai ke salah satu tempat itu tanpa tertangkap terlebih dulu.
Colin berdiri di tengah hutan. Ditunggunya sampai kawan-kawannya mulai menghitung sampai seratus dengan mata tertutup. Begitu ia melihat Peter melambaikan sapu tangan sebagai tanda bahwa para pengejar sudah mulai menghitung, dengan segera Colin lari menuju ke sebatang pohon. Dengan cepat ia memanjat sampai ke tengah daun-daun yang rimbun. lalu duduk di atas sebuah dahan yang besar. Colin tertawa meringis.
"Sekarang mereka boleh menyelinap ke sana ke mari. Pasti aku takkan berhasil mereka temukan di sini! pikirnya dalam hati. "Nanti kalau mereka sudah bosan mencari dan menyerah, barulah aku turun."
Para pengejar sudah selesai menghitung sampai seratus. Enam prajurit Indian memencar dan mulai mencari sambil menyelinap di antara semak dan rumput. Kadang- kadang Colin melihat di mana mereka sedang berada, karena nampak belukar bergerak-gerak. la mengintip dari celah-celah ranting, sambil tertawa dalam hati. Senang rasanya melihat teman-teman repot mencari, sedang ia sendiri enak-enak duduk di atas pohon !
Tapi tiba-tiba Colin terkejut, Sewaktu kebetulan memandang ke arah tembok tinggi yang melingkungi pekarangan Milton Manor. dilihatnya ada orang di atas tembok itu. Tapi hanya sekejap saja. karena detik berikutnya orang itu sudah menghilang. Masih terdengar sebentar bunyi kayu dalam belukar berderak-derak. Sesudah itu sepi kembali.
"Aneh! Siapakah orang itu" Kenapa dia memanjat pagar" Colin bingung. tak tahu apa yang harus diperbuatnya. Permainan belum selesai. jadi ia tak mungkin dapat memanggil teman-teman dari tempatnya bersembunyi. Tiba-tiba dilihatnya salah seorang dari mereka menyelinap di tengah semak, dekat sekali pada tempat orang tadi menghilang. Dilihat dari atas, kelihatannya seperti Peter.
Memang Peter yang sedang merangkak dalam belukar itu. la mendengar bunyi gemerisik di depannya
"Pasti itu Colin, sedang merangkak ke arah sini! katanya dalam hati. sambil terus merangkak menuju ke sebuah semak rimbun yang sedang berbunga. Dengan hati-hati disingkapkannya ranting-ranting yang menghalangi pandangan.
Alangka h terkejutnya Peter, ketika ia menatap wajah seorang yang tak dikenalnya! Ternyata sama sekali bukan Colin yang bersembunyi di situ.
Orang tak dikenal itu pun terkejut setengah mati. karena sekonyong-konyong menatap muka penuh coreng-moreng. Apalagi ketika dilihatnya kapak yang sudah siap untuk diayunkan! Ia sama sekali tak menduga, bahwa senjata itu hanya permainan dari kayu belaka.
Tanpa pikir panjang lagi. orang itu bangkit dari per- sembunyiannya lalu lari pontang-panting Peter pun sangat terkejut, sehingga tak terpikir sama sekali olehnya untuk mengejar.
"III Colin terkejut "SEWAKTU Peter bangkit untuk melihat. orang itu sudah tak kelihatan lagi.
"Sialan!" kata Peter seorang diri. la jengkel sekali. "Indian macam apa aku ini" Orang yang berdiri tepat di depanku pun tak dapat kuikuti jejaknya. Ke mana dia tadi""
Peter mencari kian ke mari. Tak lama kemudian temannya pun mengetahui bahwa telah terjadi sesuatu di luar rencana. karena melihat Peter berkeliaran sambil berjalan tegak.
"Ada apa, Peter" Kenapa kau tidak bersembunyi" Nanti kelihatan oleh Colin!" seru mereka padanya.
"Tadi ada orang bersembunyi di balik semak," jawab Peter "Entah kenapa dia di situ. Tahu-tahu ia berdiri, lalu lari pontang-panting. Ada di antara kalian yang melihat ke mana orang itu lari!" .
Ternyata tak seorang pun melihatnya. Mereka berkumpul mengelilingi Peter, bingung menghadapi kejadian aneh itu.
"Tak seorang pun di antara kita melihat orang itu lari, padahal kita bertujuh merangkak-rangkak dalam hutan ini," ujar Pam. "Dan Colin pun tak berhasil kita temukan."
"Sudahlah! Kita berhenti saja bermain, kata Peter memutuskan. la tak mau, kalau tiba-tiba salah seorang anak perempuan berjumpa dengan orang yang bersembunyi itu. Pasti mereka akan ketakutan nanti. "Kita panggil saja Colin!"
Mereka pun berteriak-teriak memanggil teman mereka itu.
"Colin! Colin, keluarlah! Kau tak perlu bersembunyi lagi. Kita berhenti bermain!"
Mereka menunggu Colin muncul dari persembunyiannya. Tapi seruan mereka tak dijawab, dan Colin juga tidak menampakkan diri. Karena itu mereka memanggil sekali lagi.
"Colin!" seru mereka, "Keluarlah!"
Tapi Colin tetap tak kelihatan. Bahkan menjawab saja pun tidak! Aneh.
"Sudahlah, jangan main-main!" teriak George. "Permainan sudah bubar. Di mana engkau""
Sebetulnya Colin masih tetap berada di persembunyiannya di atas pohon. Kenapa ia tidak berteriak untuk membalas panggilan teman-temannya" Kenapa dia tidak meluncur turun, dan menggabungkan diri kembali dengan teman-temannya" Bukankah sebenarnya Colin harus merasa puas, karena teman-teman tidak berhasil menemukan jejaknya"
Ternyata Colin tak dapat menjawab panggilan teman-temannya. dan juga tak menampakkan diri. karena ia ketakutan.
Sewaktu ia melihat ada orang meloncat dari atas tembok pekarangan Milton Manor, Colin sangat terkejut. Dilihatnya orang itu lari menghilang di tengah semak, la lebih terkejut lagi, ketika orang itu tiba-tiba muncul dari balik semak. lalu berlari ke arah pohon tempatnya bersembunyi.
Kemudian terdengar bunyi. seperti ada orang memanjat cepat-cepat. Masya Allah, ternyata orang itu memanjat pohon yang dijadikan persembunyian oleh Colin. Jantung anak itu berdebar keras. Wah, gawat! Bagaimana jika orang itu tahu-tahu muncul di depannya"
Orang itu memanjat terus: Tetapi ketika sudah hampir mencapai dahan tempat Colin duduk, ia berhenti. Memang, dahan itu terlalu kecil untuk diduduki orang dewasa, meski masih cukup kuat menahan beban seorang anak.
" Orang aneh itu meringkuk di percabangan batang. tak jauh di bawah tempat Colin. Kalau anak itu mau, dan berani. pasti akan dapat disentuhnya kepala orang itu dengan kakinya. Tapi tentu saja Colin tidak berani!
Napas orang itu terengah-engah. karena lelah memanjat, Tapi dijaganya desah napas supaya tidak terlalu nyaring. Peter berada tak jauh dari pohon, jadi kalau tarikan napasnya terlalu keras, ada kemungkinan anak itu akan mendengarnya.
Colin duduk terpaku, seolah-olah disihir menjadi batu. Siapakah orang yang tak dikenal itu" Kenapa dia melonc
ati tembok Milton Manor" Dan kenapa la lantas bersembunyi di Hutan Semak" Pasti hal itu takkan dilakukannya, kalau ia tahu bahwa anak-anak anggota Sapta Siaga sedang bermain-main di situ!
Sekarang ia malahan bersembunyi di pohon persembunyian Colin. Jangan-jangan ia menengadah, dan melihat Colin duduk di dahan di atas kepalanya Karena itulah Colin ketakutan setengah mati !
Anak itu mendengar teman-temannya memanggil-manggil.
""Colin! Keluarlah dari persembunyianmu, kita tidak bermain lagi!"
Colin yang malang! Ia tak berani menampakkan diri, dan ia pun tak berani berteriak menjawab panggilan itu. la bahkan hampir-hampir tak berani bernapas. Mudah-mudahan saja ia tidak tiba-tiba bersin, atau terbatuk. Colin hanya dapat duduk terpaku, sambil menunggu apa yang akan terjadi berikutnya.
Orang yang bersembunyi di bawahnya juga duduk dengan diam. sambil mengintip dari sela daun-daunan untuk memperhatikan gerak-gerik keenam anak yang berkeliaran di tanah. Colin merasa menyesal, kenapa Skippy tidak diajak serta tadi. Kalau anjing itu ada di situ, pasti akan tercium olehnya jejak orang itu dan akan langsung berlari ke bawah pohon!
Tapi Skippy memang sengaja tak diajak. karena selalu ribut kalau anak-anak bermain sembunyi-sembunyian. Karena hidungnya yang tajam. anjing itu selalu berhasil menemukan persembunyian. Dan kalau sudah begitu Skippy lalu ribut menggonggong. sehingga persembunyian itu ketahuan oleh anak-anak yang mencari.
Anak-anak yang mencari Colin sambil memanggil-manggil, akhirnya putus asa. Mereka memutuskan untuk pulang saja ke rumah.
"Pasti Colin berhasil meloloskan diri. dan sudah pulang sekarang, kata Peter. "Sebaiknya kita pulang juga. Orang tadi juga tak berhasil kita cari. Terus terang saja, aku sebenarnya tak begitu kepingin bertemu lagi dengan dia. Siapa tahu. mungkin dia orang jahat."
Colin merasa gelisah, ketika melihat teman-temannya pergi meninggalkan Hutan Semak. Orang yang di bawahnya juga melihat mereka pergi. Sambi! mendengus puas, ia turun dari pohon persembunyiannya.
Sebetulnya Colin tak sempat melihat orang itu dengan jelas. la hanya melihat ubun-ubun dan telinganya saja. Dan sewaktu orang itu menyelinap pergi menyusuri semak Colin masih tetap tak dapat melihatnya. Satu hal sudah "jelas: orang itu lebih pantas menjadi Indian, kalau dibandingkan dengan ketujuh anggota Sapta Siaga! la pandai sekali menyelinap !
Sekarang - apakah keadaan sudah aman" Dapatkah Colin turun dari pohon. tanpa mengalami bahaya! la tak kepingin meringkuk seorang diri di atas pohon sepanjang malam!
"IV Apakah yang sebenarnya terjadi "
"COLIN turun dari pohon. la memandang berkeliling dengan hati-hati. Tapi tak seorang pun yang nampak. Orang itu ternyata benar-benar sudah menghilang. "Sebaiknya aku lari saja cepat-cepat. Mudah-mudahan saja selamat !" pikir Colin. la pun berlari sekuat tenaga Tapi tak ada orang memanggil. dan tak ada pula yang mencoba menahannya la merasa agak malu ketika tiba di jalan yang memotong ladang. karena ternyata ia ketakutan tanpa alasan Seekor sapi yang sedang makan rumput memandangnya dengan heran,
Colin berjalan menuju rumah petani tempat tinggal Peter dan Janet Barangkali saja Sapta Siaga masih berkumpul dalam gudang. untuk berganti pakaian dan membersihkan muka kembali. Orang tua mereka pasti takkan senang apabila mereka pulang dengan muka coreng-moreng!
Colin berlari lagi, kali ini menuju ke gudang, Seperti biasa, pintu gudang tertutup Tapi dan dalam terdengar suara anak-anak berbicara Colin mengetuk pintu.
"Buka pintu," serunya. "Aku yang datang!"
Tapi dari dalam tak terdengar jawaban. Pintu tetap tertutup Dengan tidak sabar. Colin menggedor pintu!
"Ayo. bukakan pintu'" serunya "Kalian kan tahu aku yang datang"
Pintu tetap tak dibuka Baru saat itu Colin teringat bahwa ia harus menyebutkan kata semboyan perkumpulan! Nah, apa lagi kata semboyan yang baru" Untung saja ia ingat kembali, ketika melihat bulu-bulu ayam berwarna merah nyala bergerak di balik jendela gudang.
""Indian!"' pekiknya. Seketika itu juga pintu dibuka dari dalam.
" Sekarang semua orang pasti mengetahui kata semboyan rahasia kita, tukas Peter, "Jadi kita terpaksa lagi mencari yang lain. Ayo, masuklah! Ke mana saja engkau tadi" Sampai serak suara kami memanggil-manggil dalam hutan tadi!"
"Aku tahu. Aku juga mendengar panggilan kalian, jawab Colin sambil masuk ke dalam gudang. "Maaf ya, aku tadi meneriakkan kata semboyan kita keras-keras. Tak terpikir olehku bahwa orang lain tak boleh mendengarnya. Tapi maklumlah, ada persoalan lain yang lebih penting."
"Persoalan apa"" tanya teman-temannya. Mereka berhenti membersihkan muka.
"Bukankah tadi Peter tiba-tiba berdiri, lalu berteriak" Katanya ia menjumpai orang yang sedang bersembunyi, ujar Colin. "Nah. pada saat itu aku tak jauh dari tempatnya. Aku bersembunyi di atas pohon."
"Wah, licik!" seru George. "Itu kan bukan permainan Indian-Indianan. Kau seharusnya menyelinap di antara semak belukar. seperti kami juga!"
"Siapa bilang"" Colin tidak mau mengalah. "Aku berani tanggung. orang Indian juga memanjat pohon, dan bukan merangkak-rangkak saja bisanya. Pokoknya, aku berada di atas pohon dekat tempat Peter berdiri. Eh. tahu-tahu orang yang ditemukan oleh Peter berlari ke pohon persembunyianku, lantas memanjat ke atas!"
""Wah!" seru George dengan kaget. "lalu. apa yang kaulakukan""
"Aku diam saja, jawab Colin. "Untungnya ia tidak naik sampai ke dahan tempatku duduk. Jadi aku diam saja, tak berani berkutik. Sebetulnya aku melihatnya lebih dulu dari Peter. Aku melihatnya di atas tembok pekarangan Milton Manor dan kemudian dia meloncat ke bawah, lantas menghilang di tengah semak-semak."
"lalu, apa yang terjadi kemudian"" tanya Janet. Anak perempuan itu sudah tak sabar lagi ingin diketahuinya siapa orang tak dikenal itu.
"Sesudah kalian pergi, orang itu turun dari pohon lalu menghilang," jawab Colin. "Pokoknya aku tak melihatnya lagi. Aku pun cepat-cepat turun, dan lari ke mari. Terus terang saja, aku tadi agak ketakutan."
"Apa yang dilakukan orang itu di hutan, sehingga harus menyembunyikan diri"" tanya Jack heran. "Orangnya seperti apa rupanya""
"Sayang, aku cuma melihat ubun-ubun dan telinganya saja, balas Colin. "Kau tadi jelas atau tidak melihatnya, Peter ""
"lumayan juga, kata Peter. "Tapi rupanya seperti orang biasa saja - mukanya dicukur bersih, berambut hitam, pokoknya biasa saja. Tak ada yang aneh jadi sukar untuk mengingatnya."
""Pasti kita tak bertemu lagi dengan orang itu:; ujar Bar- bara. "Sayang. sekali lagi kita gagal menemukan pengalaman yang mungkin akan mengasyikkan. Sekarang kita takkan bisa mengetahui lagi. apa yang dilakukan oleh orang itu dalam hutan. dan kenapa dia bersembunyi."
"Satu hal sudah pasti, permainan kita dikacaukan olehnya, ujar Pam. "Tapi sebenarnya kita juga tak mungkin berhasil menemukan Colin tadi, karena dia bersembunyi di atas pohon. lain kali kalau kita bermain Indian lagi, harus ada peraturan yang melarang naik ke atas pohon untuk bersembunyi.
"Sudahlah, jangan diributkan lagi persoalan itu. Sekarang, kapan kita mengadakan rapat lagi"" Dan kita pun harus mencari kata semboyan baru, usul Janet.
"Kita bertemu lagi malam Jumat nanti, kata Peter. "Dan jangan lupa, pasang mata dan telinga baik-baik. barangkali saja ada kejadian yang menarik atau merupakan rahasia. Pokoknya kita harus mengadakan petualangan lagi. Bosan rasanya kalau begini terus," Peter mengeluh. "Sayang, orang tadi tidak berhasil kita tangkap - atau setidak-tidaknya mengetahui lebih banyak tentang tindak-tanduknya dalam hutan. Aku yakin, dia tadi berniat jahat!"
"Bagaimana dengan kata semboyan yang baru"" desak Janet sekali lagi.
"0 ya - kita ambil saja kata 'Petualangan'!" ujar Peter memutuskan- "Kan baru saja kita gagal menemukan petualangan baru."
Sesudah itu anak-anak pulang ke rumah masing-masing. Mereka sudah tidak ingat lagi pada orang aneh yang dijumpai dalam hutan. Hanya Colin saja yang kadang-kadang masih bergidik. kalau diingatnya bahwa ia nyaris berhadapan muka dengan orang itu Pasti ia akan celaka, orang itu benar-benar jahat!
Tetapi warta berita di radio mal
am itu, menyebabkan ke- tujuh anggota Sapta Siaga teringat kembali ! Penyiar membacakan berita tentang pencurian besar.
""Tadi siang, kalung mutiara yang indah dan sangat berharga milik Lady Lucy Thomas dicuri dari kamar tidurnya di Milton Manor, kata penyiar radio. Lady Lucy Thomas adalah nama nyonya bangsawan yang memiliki gedung besar di tepi Hutan Semak. Penyiar melanjutkan pengumumannya, "Sayang tidak ada yang melihat atau mendengar pencuri itu masuk ke dalam rumah sehingga penjahat itu berhasil melarikan diri."
Mendengar berita itu, Peter dan Janet meloncat dengan serempak dari kursi.
"Pasti itu orang yang kulihat tadi siang!" seru Peter.
"Masya Allah! Aku melihat pencuri kalung Lady Lucy. Ayo, Janet! Tulis undangan pada para anggota Sapta Siaga akan mengadakan rapat besok l Janet. kita menghadapi petualangan baru!"
"V Pertemuan penting
"MALAM itu para anggota Sapta Siaga tak dapat tidur nyenyak. sesudah menerima berita dari Peter dan Janet. Mereka berdua memasukkan surat undangan ke kotak pos rumah teman-temannya.
""Pertemuan pukul setengah sepuluh besok. PENTING! S.S.S.... Demikianlah isi surat itu. S.S.S. adalah singkatan dari Serikat Sapta Siaga.
Colin dan George tidak mengetahui, persoalan penting apa yang menyebabkan mereka dipanggil berapat besok pagi. Kebetulan malam itu mereka tidak menyetel radio. Tapi ketiga teman lainnya mendengar berita tentang pencurian kalung mutiara milik lady Thomas. Karena mereka anak-anak yang cerdik, dengan segera mereka mengetahui bahwa rapat itu diadakan untuk merencanakan usaha menangkap pencurinya!
Pukul setengah sepuluh pagi, anggota-anggota Sapta Siaga sudah lengkap semua di gudang. Berulang kali pintu diketuk dari luar. Dan berulang kali pula. Peter berseru dengan suara garang dari dalam gudang,
"Kata semboyan! "Petualangan!" "Petualangan!" "Petualangan!" begitulah terdengar berturut-turut. Semua menyebutkannya dengan suara setengah berbisik. Mereka masih tetap mengkhawatirkan kemungkinan terdengarnya kata itu oleh Susi. yang sangat tajam pendengarannya. Akhirnya mereka berkumpul juga dalam gudang, tanpa mengalami gangguan apa pun juga.
""Mana Susi, adikmu yang bandel itu"" tanya Peter pada Jack. "Mudah-mudahan saja dia tidak muncul untuk mengganggu kita. karena pertemuan kali ini sangat penting. Kau tidak lupa memakai lencana""'
"Tentu saja tidak!" Jack agak tersinggung. "Sehari ini kita aman, karena Susi pergi. Pokoknya. ia tak mengenal kata semboyan kita yang baru."
"Untuk apa sebetulnya kita mengadakan rapat ini""' tanya Colin. la masih belum mendengar perkara pencurian kalung. "Aku tahu, ada sesuatu yang penting. Janet kelihatannya sudah tak sabar lagi, ingin cepat-cepat bicara!"
"Kalau kau tahu, pasti akan bangga, jawab Janet. "karena hanya kau dan Peter saja yang melihat pencuri yang akan kita cari. Jadi perananmu akan sangat penting!"
Colin dan George melongo, karena tak mengerti per- soalannya. Memang, Janet terlalu buru-buru ingin bercerita. sehingga ia mulai dari tengah-tengah. Tapi untung Peter cepat menerangkan.
"Kalian masih ingat atau tidak, orang yang dilihat oleh Colin memanjat tembok pekarangan Milton Manor""' ujar Jack. "Dan aku melihatnya bersembunyi dalam semak. Sudah itu ia menghilang. dan ternyata bersembunyi di atas pohon di mana Colin juga berada. Kita kan tidak tahu. kenapa orang itu bersembunyi dalam Hutan Semak. Nah. tadi malam kami mendengar warta berita di radio. kabarnya ada seorang pencuri masuk ke kamar tidur lady Thomas, dan mencuri seuntai kalung mutiara yang indah dan sangat berharga,
"Wah. Gawat!" pekik Pam. "Pasti dialah orang yang kalian lihat kemarin!"
''Ya, mestinya dialah pencurinya," jawab Peter. "Persoalannya sekarang. apa yang akan kita lakukan" Kalau kita berhasil menemukan orang itu, apalagi jika sekaligus juga berhasil menemukan kalung mutiara yang dicuri - wah - pasti hebat nama Sapta Siaga kita nantinya!"
Sejenak tak ada yang berbicara. Semua sibuk berpikir.
""Tapi bagaimana caranya bagi kita untuk menemukan orang itu""' tanya Pam sesudah itu. "Maksu
dku. yang melihatnya kan cuma kau dan Colin saja, Peter - dan itu pun hanya untuk sekejap -"
"Dan jangan lupa, yang kelihatan olehku cuma ubun-ubun dan telinganya belaka, sambung Colin. "Aku kepingin tahu. bagaimana aku mungkin dapat mengenali orangnya. kalau cuma itu saja yang kulihat. Masakan aku harus melonjak-lonjak, untuk melihat ubun-ubun orang !"
Janet tertawa, membayangkan Colin meloncat-loncat seperti jangkrik.
"Kenapa tidak kaubawa saja tangga ke mana-mana, usul anak perempuan itu. Anak-anak tertawa mendengar usul itu.
"Apakah tidak lebih baik persoalan ini kita laporkan saja pada polisi""tanya George.
"Tentu saja, jawab Peter. "Tapi rasanya keterangan kita belum banyak artinya. Walau begitu, memang itulah yang pertama-tama harus kita lakukan. Barangkali saja sesudah itu kita bisa membantu polisi. Setidak-tidaknya kita akan berusaha. menemukan jejak pencuri itu. atau menemukan tanda-tanda yang penting,"
"Kalau begitu. sekarang saja kita menghadap ke kantor polisi, ajak George. "Wah. asyik! Pasti Pak Inspektur akan terkejut, kalau kita nanti masuk berbondong-bondong-"
Mereka keluar dari gudang, dan berjalan bersama-sama menuju ke tengah kota. Pegawai polisi muda yang berada dalam kantor polisi melongo keheranan, ketika melihat tujuh orang anak masuk ke dalam beramai-ramai.
"Eh, ada apa ini"" tanyanya.
"Bolehkah kami berjumpa sebentar dengan Pak Inspektur"" tanya Peter. "Kami membawa kabar untuknya. mengenai pencuri kalung mutiara Lady Lucy."
Sebelum pegawai polisi itu sempat menjawab, kepala Pak Inspektur sudah tersembul dari balik pintu kamar kerjanya. Rupanya ia tadi mendengar derap langkah ramai di luar dan menjenguk karena ingin tahu siapa yang datang.
"Wah, tamu agung!" serunya dengan gembira. "Ini dia, Sapta Siaga! Apa kata semboyan kalian kali ini""
Tentu saja ketujuh anak itu tidak mengatakannya, karena bukankah kata semboyan rahasia tak boleh diketahui orang lain" Peter tertawa meringis.
"Kami datang untuk memberi laporan, Pak Inspektur. Kemarin kami melihat pencuri kalung Lady Lucy, sewaktu ia memanjat tembok pekarangan Milton Manor," ujar anak itu. "Kemudian ia bersembunyi, mula-mula dalam belukar, dan sesudah itu naik ke atas pohon. Kebetulan Colin juga bersembunyi di situ. Tapi cuma itulah yang kami ketahui."
Mula-mula Pak Inspektur agak bingung mendengar keterangan sesingkat itu. Namun akhirnya ia tersenyum gembira, setelah mendengar laporan yang diberikan oleh Peter. Inspektur menggaruk-garuk kepala.
"Aku tidak mengerti, bagaimana caranya pencuri itu memanjat tembok, katanya. "Bukankah tembok itu sangat tinggi! Pasti ia mahir memanjat seperti kucing, karena ia tak menggunakan tangga. Nah, Sapta Siaga, terima kasih atas laporan kalian! Sayang, kali ini tak banyak yang dapat kalian lakukan. Tapi buka mata kalian lebar-lebar, barangkali saja kalian akan berjumpa lagi dengan orang itu,"
"Sayangnya. Colin hanya melihat ubun-ubunnya saja, dan saya pun hanya sempat memandang mukanya sekejap saja, kata Peter dengan agak ragu. "lagipula, wajahnya kelihatan biasa saja Tapi walau begitu, kami akan tetap berjaga-jaga."
Mereka meminta diri dari Pak Inspektur, lalu pergi ke luar.
"Sekarang kita beramai-ramai pergi ke tempat, di mana Colin melihat orang itu menuruni tembok." ujar Peter sesudah mereka berada di jalan. "Siapa tahu, barangkali saja kita menemukan sesuatu di sana'"
" VI Penemuan aneh "Ketujuh anak itu pergi lagi mendatangi Hutan Semak, di mana mereka bermain-main sehari sebelumnya.
"Nah! Sekarang tunjukkanlah, di mana tepatnya orang itu kaulihat memanjat turun dari tembok:; ujar Peter pada Colin. Colin berpikir sebentar. Kemudian menunjuk ke arah sebatang pohon yang berdaun runcing.
"Kaulihat pohon itu" Nah, orang ,itu menuruni tembok antara pohon itu dan pohon eik kecil di sebelah sana. Aku pasti, itulah tempatnya kemarin,"
"Kalau begitu ayolah kita periksa ke sana, ular Peter Dengan sikap gagah. Sapta Siaga merintis hutan menuju ke tempat yang ditunjukkan oleh Colin. Tentu saja mereka bersikap gagah. karena bukankah me
reka kini sudah mulai bertualang lagi" Sesampai di tempat yang dituju, mereka berhenti lalu tengadah memandang tembok yang tinggi.
Jarak dari at as tembok sampai ke tanah paling sedikit tiga sampai empat meter. Bagaimana mungkin bisa memanjat tembok setinggi itu, kalau tidak mempergunakan tangga"
"lihatlah - di sini tempat ia meloncat ke tanah, kata Pam tiba-tiba. sambil menunjuk ke sebuah jejak yang dalam di tanah_ letaknya tak jauh dari pohon yang berdaun runcing. Keenam anak lainnya berkerumun mendekat, untuk ikut melihat.
""Ya, betul! Mestinya jejak orang itu sewaktu meloncat ke bawah." ujar Peter. "Sayangnya jejak ini tak jelas. Maksudku, kalau yang ada di sini ini benar-benar berupa jejak sepatu. rasanya banyak yang dapat kita lakukan
dengannya. Tapi yang kelihatan cuma sebuah lubang belaka. Barangkali ini bekas tumit sepatunya."
"Aku kepingin melihat sebentar ke balik tembok ini," kata Peter dengan sekonyong-konyong. "Barangkali saja di sana kita bisa menemukan jejak sepatu. Ayo. kita minta izin pada tukang kebun untuk masuk ke pekarangan. Aku kenai padanya. Dia teman pemelihara sapi-sapi kami."
"Baik gagasanmu itu. Peter," ujar George menyetujui Mereka berbondong-bondong menuju ke depan. Tukang kebun yang mereka cari sedang sibuk bekerja di halaman depan. tak jauh dari pintu gerbang besi yang besar. la memandang ke arah anak-anak yang ribut memanggil-manggil.
"Johns!" seru Peter. "Bolehkah kami masuk ke dalam" Kami ingin melihat-lihat sebentar. Kami ingin memeriksa. barangkali menemukan jejak pencuri kalung majikan Anda! Kemarin kami melihatnya, sewaktu ia memanjat ke luar lewat tembok. Kami sudah melaporkannya pada polisi. Kata Pak Inspektur, kami harus menajamkan mata. Karena itu kami ingin melihat-lihat ke dalam, barangkali saja akan berhasil menemukan jejaknya."
Johns tertawa lebar. Orang itu memang ramah. Gerbang besi yang besar dibukanya.
"Yah, masuklah!' Rasanya tak akan terjadi apa-apa, kalau kalian kuantarkan, katanya. "Aku juga heran, bagaimana pencuri itu bisa memanjat tembok setinggi ini. Kemarin siang aku sibuk terus bekerja di pekarangan depan. Jadi kalau sewaktu masuk dia lewat gerbang. pasti aku melihatnya. tapi aku tak melihat seorang pun masuk."
Dengan diantar oleh Johns. ketujuh anak itu mengitari pekarangan sepanjang tembok. Di suatu tempat Colin melihat pucuk pohon berdaun runcing, serta puncak pohon eik menonjol di atas tembok. la berhenti melangkah.
"Di sinilah tempat pencuri itu memanjat tembok," ujarnya. "Sekarang kita mulai saja mencari bekas kaki."
Di tanah sekitar situ terdapat beberapa bekas - tapi tak satu pun di antaranya merupakan bekas kaki atau sepatu.
Para anggota Sapta Siaga membungkukkan badan, untuk memperhatikan bekas-bekas itu.
"Aneh benar bekas-bekas ini, ujar Peter sambil menggeleng-geleng. la heran. "Kelihatannya rata dan bundar. ukurannya sekitar tujuh sampai delapan sentimeter. Seolah-olah ada gagang sapu yang besar dihentak-hentakkan ke tanah. Menurut Anda. apa yang mungkin menyebabkan adanya bekas-bekas ini. Johns""
"Entahlah, gumam Johns. Tukang kebun itu juga heran melihat bekas-bekas yang aneh di tanah itu "Tapi barangkali polisi akan berhasil mengetahuinya, karena bukankah mereka sekarang sudah tahu bahwa kalian melihat pencuri meloncati tembok di tempat ini."
Mereka semua asyik meneliti tanah. memeriksa jejak-jejak yang berbentuk bundar Tak ada yang tahu bekas apa itu. Kelihatannya seperti ada tongkat sapu yang agak besar dipukul-pukulkan ke tanah. Tapi untuk apa sapu dipukul-pukulkan ke tanah" lagipula apa hubungan bekas-bekas tersebut dengan pencuri yang memanjat tembok"
"Satu hal dapat kupastikan. pencuri itu tidak mempergunakan tangga, ujar Johns menyatakan pendapatnya "Semua tanggaku tersimpan dalam gudang, yang pintunya terkunci. Kuncinya ada dalam kantongku, jadi pasti tangga-tangga itu masih'lengkap di dalam. Aku benar-benar bingung. bagaimana cara pencuri itu memanjat tembok securam ini!"
"Rupanya dia itu seorang akrobat." ujar Janet sambil menengadah memandang tembok. Tiba-tiba anak perempuan it
u melihat sesuatu di atas. Dengan segera ditunjukkannya jari ke benda yang dilihatnya itu.
"He - lihatlah - itu. kira-kira di pertengahan tembok! Itu. tersangkut pada ujung batu bata yang menonjol! Apakah itu""
Semua memandang ke arah yang ditunjukkan oleh Janet.
"Kelihatannya seperti segumpal benang wol." ujar Pam sesudah menatap beberapa saat lamanya. "Mungkin ketika pencuri memanjat tembok, pakaiannya tersangkut pada ujung yang menonjol itu Dan benang itu terlepas. ketika pencuri menarik badannya ke atas tembok,"
"George. tolong naikkan aku ke atas, ujar Peter. "Aku ingin mengambil benang itu. Barangkali saja merupakan bukti penting"
George menjunjung Peter di atas pundaknya. Dengan sekali sambar. Peter berhasil mengambil benang wo1 itu lalu turun kembali, Dengan segera anak-anak berkerumun memperhatikan
"Kelihatannya biasa saja - benang wol biru dengan sehelai benang merah halus terjalin dalamnya. Anak-anak memperhatikan penemuan mereka dengan saksama.
"Mungkin saja benang ini tercabut dari waju wol yang dikenakan pencuri, ujar Janet pada akhirnya. "Sekarang kita lihat saja. barangkali berjumpa dengan orang mengenakan baju panas yang terbuat dari wol berwarna biru, dengan benang merah terjalin dalamnya'"
Sesudah itu ada lagi yang ditemukan - sesuatu yang jauh lebih menarik daripada benang wol biasa!
"VII Skippy menemukan sesuatu
"Sebetulnya Skippy yang berhasil menemukan barang bukti yang paling menarik. Karena tentu saja anjing spanil peliharaan Peter dan Janet itu diajak serta. Dengan rajin anjing itu mengendus-endus kian ke mari. seolah-olah sangat tertarik pada bekas-bekas bundar yang aneh di tanah. Tapi tiba-tiba Skippy menggonggong dengan ribut. sehingga perhatian anak-anak beralih padanya.
"Ada apa, Skip" Kenapa kamu menggonggong, tanya Peter. Skippy masih terus menggonggong. Ketiga anak perempuan anggota Sapta Siaga cepat-cepat memandang berkeliling, dengan agak ketakutan. Jangan-jangan ada orang yang bersembunyi di balik semak.
Skippy menggonggong sambil menengadah. Ribut sekali kedengarannya.
"Sudah. diam'" ujar Peter dengan jengkel. "lebih baik kaukatakan, saja, apa yang kaulihat. Skip! Diam. kataku!"
Aneh juga si Peter. Mana mungkin Skippy dapat menceritakan apa yang dilihatnya. Anjing tak pandai bercerita, bisanya hanya menggonggong saja. Karena itu Skippy berhenti menyalak sebentar. Dipandangnya Peter, seolah- olah menyesali. Sudah itu Skippy menengadah kembali, lalu mulai menggonggong lagi.
Semua ikut memandang ke atas, untuk melihat apa yang menyebabkan Skippy begitu ribut. Ah. rupanya anjing itu melihat sebuah peci tersangkut pada ranting sebatang pohon di dalam pekarangan !
"Eh. lihatlah itu!" ujar Peter dengan heran. "Ada peci di atas pohon! Mungkin kepunyaan pencuri,
""Kalau kepunyaannya, untuk apa dilempar ke atas dahan"" tanya Janet. la agak ragu-ragu. "Masakan ada pencuri yang meninggalkan barang seperti itu!"
Letak peci itu terlampau tinggi, sehingga tak dapat dijangkau dengan tangan. Hampir sama tinggi dengan tepi tembok sebelah atas. Tukang kebun pergi mencari sebatang tongkat, untuk mengambil peci itu.
"Bisanya peci itu sampai di sana, pasti karena dilemparkan ke atas, ujar George. "Karena itu aku rasa pemiliknya bukan si pencuri. Masakan dia melemparkan pecinya ke atas, meninggalkan barang bukti yang begitu penting!
""Betul juga katamu," kata Peter mengakui kebenaran kata temannya. "Tak mungkin itu pecinya. Barangkali ada gelandangan yang lewat di sini, lalu mencampakkan pecinya ke atas.
Sementara itu Johns sudah kembali dengan membawa sebatang bambu. Dicongkelnya peci itu dari dahan, sehingga terjatuh ke tanah. Dengan sigap Skippy menerkam.
"Ayo. lepaskan Skip! lepaskan, kataku!" seru Peter memerintah. Skippy menurut meskipun sebenarnya ia ingin bermain-main dengan barang yang ditemukan olehnya itu.
"Ketujuh anggota Sapta Siaga memperhatikan peci tua itu. Barangnya terbuat dari kain tweed berkotak-kotak. Mestinya sewaktu masih baru, warna kotak-kotak itu sangat menyolok. Tapi sekarang sudah hampir-hampir tak keli
hatan lagi, karena sangat kotor.
"Ih. kotor sekali peci ini!" ujar Janet sambil memandang dengan perasaan jijik. "Pasti pemiliknya orang gelandangan. yang karena sudah bosan memakai lantas mencampakkannya ke dalam pekarangan gedung ini. Ternyata tersangkut di dahan. Aku yakin, peci ini bukan merupakan barang bukti!"
"Mungkin benar juga katamu itu, sambut Colin sambil memutar-mutar peci di tangannya, "Kalau begitu kita lemparkan saja ke Hutan Semak. Sayang. Skip! Tentunya kau tadi mengira telah menemukan barang bukti yang maha- penting."
Tangannya sudah siap hendak mencampakkan peci rombengan itu. tapi sempat dicegah oleh Peter.
"He, he - jangan dibuang! Tidak ada salahnya bila peci ini kita simpan dulu. Siapa tahu. kalau ternyata merupakan barang bukti. menyesal kita nantinya. Tapi sebenarnya aku sependapat denganmu. Rasanya ini bukan bukti.
"Terserahlah kalau begitu. Tapi kau saja yang menyimpan barang bau ini, ujar Colin sambil menyerahkan peci itu kepada Peter. "Tak mengherankan. kalau sampai dibuang oleh pemiliknya. Baunya bukan main!"
Peter memasukkan peci ke dalam kantong. Sudah itu diambilnya lembaran benang wol biru yang juga mereka temukan. lalu diselipkannya dengan hati-hati di antara halaman buku catatannya. Peter memandang ke tanah, di mana nampak bekas-bekas jejak yang aneh.
"Sebaiknya kita juga mencatat bentuk dan ukuran jejak- jejak ini," katanya mempertimbangkan- "Kau membawa penggaris. Janet"" .
Tentu saja Janet tidak membawanya. Siapalah yang pergi ke hutan membawa penggaris! Tapi untung George mempunyai seutas tali. Dengan tali itu ia mengukur garis tengah bekas-bekas bundar yang kelihatan di tanah. Sesudah diukur dengan tepat. dipotongnya tali itu.
"Inilah ukuran garis tengah jejak-jejak ini, ujarnya sambil menyerahkan potongan tali kepada Peter, yang dengan hati-hati menyelipkannya ke dalam buku catatan.
"Entah kenapa, tapi menurut perasaanku bekas-bekas aneh ini juga merupakan bukti, ujarnya sambil menyimpan buku catatannya. "Tapi aku tak bisa membayangkan, jejak-jejak apa ini!"
Mereka mengucapkan terima kasih pada Johns. dan kemudian pulang lewat ladang. Anak-anak tidak merasa telah menemukan bukti-bukti penting! Peter berharap, moga-moga saja petualangan mereka tidak berakhir sampai di situ saja!
"Aku masih tetap berpendapat. hanya akrobat saja yang sanggup memanjat tembok setinggi itu, ujar Janet berkeras. "Tak mungkin orang biasa dapat melakukannya!"
Pada saat ia berkata begitu. mereka sampai ke jalan besar. Pada sebuah dinding di dekat situ terpasang sebuah plakat besar Anak-anak memperhatikannya sepintas lalu. Tapi tiba-tiba Peter berteriak, sehingga teman-temannya terkejut mendengarnya.
"Hai - coba lihat itu! Sebuah plakat reklame sirkus. Lihatlah, apa yang tertulis di sana - penjinak singa, penunggang-penunggang kuda yang gagah berani. beruang-beruang yang pandai menari - badut-badut dan rombongan akrobat! Akrobat! Kalian akan lihat tidak" Barangkali saja -"
Anak-anak itu saling berpandangan. Barangkali saja Janet benar! Mereka harus menyelidikinya dengan segera !
" VIII Berkunjung ke sirkus
"PETER memandang ke arlojinya.
"Sialanl" ujarnya menyesal. "Sudah hampir saat makan siang. Kita harus pulang secepat-cepatnya. Nanti pukul setengah tiga kita berkumpul lagi, ya'"


Sapta Siaga 02 Rahasia Jejak Bundar di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Wah, kami tak bisa datang, ujar Pam dan Barbara serempak. "Kami diundang ke pesta ulang tahun.
"Janganlah mengadakan rapat tanpa kami, kata Pam meminta.
"Aku pun tak bisa datang nanti, ujar George. "Bagaimana kalau besok saja kita mengadakan rapat. Apabila pencurinya memang benar salah seorang akrobat dari sirkus, maka tak mungkin dia akan sudah pergi sore ini. Mestinya dia tinggal di sini sampai sirkus pergi lagi ke tempat lain,
''Tapi itu kan hanya kemungkinan saja, sela Janet. "Aku tadi mengatakan, hanya seorang akrobat saja yang mampu memanjat tembok yang begitu tinggi. Aku sendiri juga tak tahu pasti, apakah memang pencuri itu seorang akrobat!"
"Bagaimanapun juga, tak ada salahnya jika kita mengadakan penyelidikan, kata Peter memutuskan. "Begini saj
alah - kita berapat besok, pukul setengah sepuluh pagi. Sementara itu kalian memikirkan rencana yang dapat disarankan dalam rapat itu. Pasti kita akan menemukan jalan yang bagus.
Hari itu semua anggota mengasah otak, memikirkan cara menyelidiki rahasia pencurian mutiara Lady Lucy. Bahkan dalam pesta pun, Pam dan Barbara asyik berbisik-bisik membicarakannya.
"Aku setuju, apabila kita pergi saja ke sirkus, bisik Pam. "Bagaimana, baik atau tidak gagasan itu" Di sana akan dapat kita lihat. apakah Peter dapat mengenali salah seorang akrobat sebagai pencuri yang dilihatnya bersembunyi dalam semak!"
Keesokan harinya Sapta Siaga berkumpul lagi dalam gudang, sambil membisikkan kata semboyan mereka sewaktu hendak masuk. Ternyata semuanya membawa gagasan yang sama seperti rencana Pam dan Barbara.
George yang pertama-tama mengajukan usul. Katanya, "Kita harus pergi ke tempat sirkus!"
"Yaa - aku dan Pam juga hendak mengusulkannya, sambut Barbara.
"Pendapatku juga begitu, kata Colin. "Memang itulah yang sebaiknya kita lakukan. Bagaimana pendapatmu, Peter""
"Aku pun setuju. Aku dan Janet sudah mencari iklannya dalam surat kabar. Ternyata sirkus akan memulai pertunjukan sore ini, jawab Peter. "Bagaimana kalau kita semua pergi menonton" Terus terang saja, aku tak yakin akan dapat mengenali muka pencuri itu lagi. Aku hanya melihatnya sekilas saja. Tapi tak ada salahnya jika kita coba!"
"Katamu. orangnya berambut hitam, sedang mukanya dicukur licin, ujar Colin. "Aku pun melihat bahwa rambutnya berwarna hitam, sedang ubun-ubunnya botak sedikit. Tapi sebagai bukti itu kan belum banyak""
"Kita punya uang atau tidak"" tanya Pam. "Maksudku, untuk membeli karcis masuk. Aku sendiri tak punya sama sekali, karena kemarin sudah habis kupakai untuk membeli hadiah ulang tahun."
Keenam anak yang ditanya memeriksa isi kantong mereka. Uang yang ditemukan. dikumpulkan menjadi satu di atas meja. lalu dihitung.
"Harga karcis untuk anak-anak tiga puluh penny," keluh Peter. "Bayangkan, tiga puluh penny! Apakah mereka itu mengira anak-anak semua kaya raya! Uang yang ada di sini cuma satu pound dan dua puluh penny. Jadi hanya empat orang saja dari kita yang bisa pergi."
"Nanti dulu! Dalam kotak tabunganku ada enam puluh penny, kata Janet.
"Dan aku juga masih punya dua puluh sembilan penny di rumah, sambung Colin. "Masih kurang satu penny lagi! Siapa yang punya satu penny""
"Aku bisa meminjamnya dari Susi, kata Jack.
"Tapi jangan sampai kausebutkan kata semboyan kita sebagai penebusnya!" ujar Colin mengganggu, dan dibalas dengan tendangan oleh Jack yang mendengus marah.
"Baiklah kalau begitu. Kita semua dapat pergi menonton sirkus, kata Peter dengan gembira. "Nanti sore kita berkumpul di lapangan sirkus, sepuluh menit sebelum pertunjukan dimulai. Awas, jangan sampai ada yang terlambat datang! Jangan lupa memperhatikan. barangkali saja ada seseorang di sana yang memakai baju wol biru semu merah.
Semua datang tepat pada waktunya. Dan semua membawa uang. kecuali Pam. Karena itu ia diberi secukupnya oleh Peter, untuk membeli karcis. Mereka lalu menuju ke loket penjualan karcis. Anak-anak itu sudah gelisah sekali. Menonton sirkus selalu menyenangkan, tetapi menonton sambil mencari-cari pencuri jauh lebih mengasyikkan lagi!
Tak lama kemudian mereka sudah duduk di tempat masing-masing. Tujuh pasang mata memandang dengan penuh perhatian ke arah gelanggang bundar yang ditaburi serbuk gergaji di tengah-tengah tenda yang lapang. Orkes memainkan lagu gembira. ditingkahi genderang berdentam-dentam. Anak-anak menegakkan duduk mereka, menatap dengan leher terjulur panjang.
Pertunjukan dimulai. Seiringan kuda masuk dengan langkah anggun. bulu-bulu penghias kepala mereka terangguk-angguk. Kemudian menyusul rombongan badut jungkir balik sambil berteriak-teriak lucu. Sudah itu menyusui barisan beruang, disambung oleh artis-artis selanjutnya. Semua masuk beruntun-runtun, memberi salam kepada para penonton dengan tersenyum.
Ketujuh anggota Sapta Siaga mencari-cari rombongan akrobat, Tetapi mereka bercampur baur dengan para artis lainnya. Peter dan ka
wan-kawannya melihat lima orang badut dan tukang sulap, dua orang artis yang berjalan dengan sangat mahir dengan sepasang jangkungan, serta lima orang naik sepeda yang aneh-aneh bentuknya. Sukar sekali mengetahui. siapa saja di antara mereka itu yang sebenarnya akrobat.
""Pertunjukan akrobat menurut programa akan tampil nomor tiga," ujar Peter.
"Mula-mula pertunjukan kuda, sesudah itu menyusul badut-badut, dan kemudian tampil para akrobat.
Ketujuh detektif cilik itu menunggu, sambil menikmati pertunjukan sir1tus. Mereka bertepuk tangan melihat kepandaian kuda-kuda menari, dan sesudah itu tertawa terbahak-bahak memandang kejenakaan para badut yang aneh-aneh tingkah polahnya.
"Nah. sekarang datang giliran para akrobat, bisik Peter dengan gelisah. "Ayo, Colin - sekarang kita harus memperhatikan dengan seksama!"
". IX Gagasan baik yang mengecewakan
"PARA AKROBAT masuk ke gelanggang pertunjukan sambil Jungkir balik dan meloncat-loncat tinggi ke atas. Satu dari mereka berjalan dengan tubuh dilengkungkan begitu jauh ke belakang, sehingga kepalanya memendang ke depan di antara kedua belah kakinya. Wah, kelihatannya aneh sekali!.
Peter menyenggol Colin. "Colin!" katanya setengah berbisik. Lihatlah! Itu, yang kepalanya terselip di sela kaki! Mukanya tercukur licin, seperti orang yang kulihat dalam semak - dan rambutnya juga hitam!"
Colin mengangguk. "Ya - mungkin dia orangnya yang kita cari. karena yang lain semuanya berkumis melintang. Kita awasi saja dengan saksama. untuk melihat apakah dia benar-benar sanggup meloncat ke atas tembok atau tidak,"
Semua anggota Sapta Siaga menatapkan mata pada akrobat yang satu itu. Mereka telah melihat bahwa akrobat-akrobat lainnya semua berkumis, sehingga tak ada gunanya diawasi lebih lanjut. Tapi yang satu itu cocok! Rambutnya hitam. dan mukanya tercukur licin.
Bagaimanakah kemampuannya meloncat" Apakah dia bisa dengan mudah meloncat sampai ke atas tembok tinggi" Anak-anak mengikuti gerak-geriknya dengan penuh perhatian. .
Ternyata akrobat tak berkumis itu paling jago dari semuanya. Geraknya ringan dan lincah sewaktu meloncat-loncat di tengah gelanggang, kakinya seolah-olah sama sekali tak menyentuh tanah. la pun sangat pandai menari-nari di atas tali. Sebuah tangga yang panjang ditegakkan, lalu diikatkan ke kawat yang tergantung tinggi di bawah atap tenda.
Anak-anak memandang dengan tekun. Akrobat itu meloncat ke tangga dengan gerakan lincah, lalu menaikinya dengan cepat. Begitu cekatan geraknya. sehingga tangan dan kakinya seakan-akan tak menyentuh anak tangga sedikit pun juga. Para anggota Sapta Siaga berpandang-pandangan. Jika tangga dapat dinaiki olehnya semudah itu. maka pasti akrobat itu juga mampu meloncat ke atas tembok yang tingginya empat meter!
"Aku yakin. dialah pencurinya, bisik Janet pada Peter. Peter mengangguk. karena ia juga merasa yakin. Anak itu merasa begitu pasti bahwa akrobat yang sedang beraksi itulah orang yang mereka cari. sehingga ia memutuskan untuk mulai menikmati pertunjukan sirkus. Tak ada perlunya lagi menajamkan mata mencari pencuri. Peter sudah yakin. akrobat itulah yang mengambil kalung mutiara milik Lady Lucy.
Pertunjukan yang mereka tonton memang sangat menarik. Beruang-beruang yang sudah dijinakkan mendapat giliran tampil. Kelihatannya binatang-binatang itu senang mempertunjukkan kepandaian mereka bertinju sesamanya, dan bergulat dengan pelatih mereka. Seekor beruang yang masih kecil nampaknya sangat sayang pada pengasuhnya. sehingga tak mau melepaskan kaki pelatih itu yang didekapnya erat-erat!.
Janet sangat kepingin memiliki beruang kecil seperti itu, untuk diajak bermain-main.
"Kelihatannya seperti beruang main-mainan yang besar ya, katanya kepada Pam. Pam menganggukkan kepala.
Sesudah itu masuk lagi rombongan badut. disusul oleh kedua artis yang berjalan dengan jangkungan beserta tiga orang badut. Artis-artis jangkungan itu kelihatan kocak sekali. Mereka mengenakan gaun panjang menutupi jangkungan, sehingga kelihatannya seperti dua orang yang sangat jangkung. Keduanya bergerak mondar-mandir dengan kaku, mengejar badut-badut be
rtubuh kerdil yang mengganggu dan mengejek-ejek mereka.
Sesudah ,itu di tengah gelanggang pertunjukan dipasang sebuah kandang besi yang kokoh. Sekawan singa yang kelihatan galak digiring masuk ke dalamnya. Binatang-binatang buas itu menggeram-geram dan mengaum. nampak gigi yang runcing-runcing. Janet mengecilkan tubuhnya.
"Aku tak senang melihat pertunjukan ini, katanya ngeri. "Singa itu binatang liar. tak layak dijinakkan. Nah. nah - lihat yang satu itu ! Dia tidak mau beranjak dari tempat duduknya. Ih. aku takut l Pasti singa itu akan menerkam pelatihnya!" Janet menutup muka dengan kedua belah tangannya. .
Tapi tentu saja singa itu tidak menerkam. Dengan sikap angkuh. ia melakukan tugas menurut perintah pelatihnya! Singa-singa itu terlatih baik. Selesai pertunjukan. raja-raja hutan yang sudah dijinakkan itu masuk kembali beriringan, sambil menggeram-geram.
Sesudah itu datang seekor gajah yang besar. yang mempertunjukkan permainan bola bersama pelatihnya. Kelihatannya gajah itu senang bermain bola. Para penonton bertepuk tangan. ketika binatang yang berbadan besar itu berhasil memukul bola enam kali berturut-turut ke arah penonton.
Anak-anak menonton dengan asyik. Mereka agak kecewa ketika pertunjukan selesai. dan mereka berada kembali di lapangan luar.
'Wah. senang rasanya apabila kita selalu mencari pencuri di sirkus, kata Janet. "Nah. bagaimana pendapatmu, Peter"' Apakah akrobat berambut hitam dan yang tercukur licin mukanya itu pencuri yang kita cari" Karena dari para akrobat. hanya dialah yang mungkin melakukannya."
"Memang! Para akrobat yang lain berkumis semuanya, jawab Peter. "Enaknya apa yang kita lakukan sekarang. ya" Mungkin sebaiknya kita datangi saja dia. dan mengajaknya mengobrol. Barangkali saja ia nanti terlanjur mengatakan sesuatu. yang dapat kita jadikan pegangan.
"Tapi bagaimana caranya mendekati akrobat itu" Mestinya kan ada alasan tertentu, ujar George.
"Ah. gampang saja! Kita minta saja tanda tangannya, jawab Peter. "Untuk dia. pasti itu merupakan soal biasa.
Peter ditatap teman-temannya dengan kagum. Cerdas benar pemimpin mereka! Tak seorang pun berpikir ke situ.
"Sst.. Lihatlah!" bisik Barbara. "Bukankah itu akrobat yang hendak kita datangi" Itu. di sana - yang sedang bercakap-cakap dengan pelatih beruang l Betul, memang dia. Bagaimana Peter - sekarang kau dapat memperhatikannya dari dekat - mungkinkah dia orang yang kaulihat dalam semak""
"Peter mengangguk. "Mungkin saja, jawabnya. "Ayolah. Kita beramai-ramai datang kepadanya. dan meminta tanda tangan. Ingat, pasang mata dan telinga baik-baik!"
Mereka berjalan menghampiri akrobat yang dimaksud.
Artis itu terkejut. ketika melihat tujuh anak datang berbondong-bondong.
"Nah - mau apa kalian ke mari"" tanyanya sambi! tertawa lebar. "Barangkali kepingin belajar berjalan di atas tali""
"Tidak. kami ingin meminta tanda tangan Anda, jawab Peter sambil menatap orang itu. Dari dekat. ternyata kelihatan jauh lebih tua daripada sewaktu beraksi di tengah gelanggang pertunjukan. Akrobat itu tertawa. sambil mengusap dahinya dengan selembar sapu tangan besar berwarna merah.
"Panas sekali hawa dalam tenda, katanya. Tentu saja kalian akan kuhadiahi tanda tanganku. Tetapi sebelumnya aku ingin membuka tutup kepalaku ini. Panas sekali rasanya ubun-ubun karenanya!
Dengan mata terbelalak. anak-anak memandang akrobat itu menarik rambutnya yang hitam ke atas. dan langsung mencabutnya! Masya Allah. ternyata akrobat itu memakai rambut palsu! Dan di bawahnya nampak kepalanya yang botak! Aduh - sungguh-sungguh mengecewakan sekali.
"X TRINKOLO "KETUJUH anggota Sapta Siaga terkejut menatap kepala akrobat itu. Kepalanya botak sama sekali. kecuali beberapa lembar rambut beruban di ubun-ubun. Tak mungkin dia pencuri yang dicari-cari. Colin jelas sekali melihat ubun-ubun orang itu, ketika ia duduk di atasnya di pohon persembunyiannya. Dan menurut kata Colin, pencuri itu berambut hitam. Hanya ubun-ubunnya saja yang agak botak.
Colin mengambil rambut palsu itu. lalu diperhatikannya dengan teliti. Barangkali saja pencuri mengenakan rambut palsu.
ketika mencuri kalung mutiara. Tapi ternyata rambut palsu itu lebat sekali. Sama sekali tak ada bagian yang gundul juga tidak di bagian ubun-ubun!
"Rupanya kau tertarik pada rambut palsuku," ujar akrobat itu sambil tertawa. "Akrobat tidak pantas kalau berkepala botak. Kami harus selalu kelihatan muda dan tampan. Nah, sekarang kalian akan kuberi tanda tangan. Tapi sesudah itu kalian harus pergi lagi."
"Terima kasih, kata Peter, sambil menyodorkan kertas beserta pensil.
Beruang kecil yang disenangi oleh Janet, datang sendirian menghampiri sambil mendengus-dengus.
"Eh. lihatlah'" seru Janet gembira. "Apakah dia hendak datang ke tempat kita" Ke marilah, beruang manis."
Beruang itu datang beringsut. lalu menggosok-gosokkan badannya ke kaki Janet. Anak perempuan itu memeluknya, lalu berusaha menjunjungnya ke atas - tapi ternyata beruang itu terlalu berat.
"Seorang pemuda bermuka masam datang mengejar. lalu menangkap bayi beruang pada tengkuknya.
"Beruang bandel!" bentaknya, dan dengan kasar diguncang-guncangkannya tangan yang memegang tengkuk beruang. Binatang yang masih kecil itu mengeluarkan suara pelan, seolah-olah mengerang kesakitan.
Aduh. janganlah dia dihukum, ujar Janet penuh belas kasihan. "Beruang itu manis. Dia tidak apa-apa, hanya ingin melihat kami dari dekat saja!"'
Pemuda yang kasar itu berpakaian aneh. la mengenakan korset yang biasa dipakai wanita. Korset itu penuh dengan perhiasan yang bekerlip-kerlip. Kecuali itu ia juga memakai topi perempuan, dihiasi dengan bunga-bungaan Tapi kakinya terbungkus celana panjang flanel yang kelihatan kotor!
Peter memandangnya dengan heran, sewaktu pemuda itu menggiring beruang pergi ke kandangnya.
"Apakah dia juga turut dalam pertunjukan"" tanya Peter. "Rasanya aku tak melihat dia tadi!"
"Tentu saja kau melihatnya - dia kan salah satu artis yang beraksi di atas jangkungan, jawab akrobat yang masih terus sibuk menuliskan tanda tangannya di atas kertas.
"Namanya Louis. Kecuali itu ia juga ikut membantu mengurus binatang. Kalian mau datang untuk melihat beruang dalam kandang mereka" Beruang itu jinak-jinak semuanya. Dan Jumbo si gajah pasti akan senang sekali, apabila kalian membawakan roti untuknya. Dia juga sangat jinak."
"Tentu saja kami mau datang!" Seru Janet sambil bertepuk tangan. la sudah membayangkan, betapa asyiknya ia nanti bermain-main dengan beruang kecil yang lucu.
"Bolelikah kami datang besok""
"Baiklah, kalian bisa datang besok pagi, jawab akrobat. "Katakan saja kalian mencari Trinkulo - itulah namaku. Aku akan berada di sekitar sini."
Ketujuh anak itu mengucapkan terima kasih, lalu pergi meninggalkan tempat itu. Mereka berdiam diri, sampai pembicaraan mereka tak mungkin lagi terdengar oleh orang-orang sirkus.
"lega rasanya hatiku, karena pencuri yang kita cari ternyata bukan akrobat tadi, ujar Janet. "Dia sangat ramah. Aku juga senang melihat mukanya yang lucu. Wah, aku tadi terkejut sekali. sewaktu rambutnya yang hitam dicabut dan terlepas!"
"Aku juga terkejut, sambung Peter. "Mulanya kukira aku masih dapat mengingat muka si pencuri. Sewaktu kulihat muka Trinkulo, aku sungguh-sungguh yakin bahwa dia mirip dengan si pencuri yang kita cari. Padahal sama sekali tak serupa. Misalnya saja, orang yang kulihat dalam semak jauh lebih muda dari dia."
"Menurut pendapatku, kita jangan lagi memperhatikan muka," usul Colin. "lebih baik kita berusaha menemukan orang yang mengenakan baju wol biru dengan jalinan benang merah.
"Kalau begitu kita kan terpaksa berkeliaran di seluruh daerah sini, mencari orang yang berpakaian begitu, sanggah Pam. "Terus terang, seperti pekerjaan orang sinting saja !"
"Barangkali kau mempunyai usul yang lebih baik"" balas Colin.
Sayang, Pam tak tahu akal. Begitu juga halnya dengan teman-teman yang lain.
"Kalau begitu kita sampai di jalan buntu, ujar Peter murung. "Ah, rasanya tidak asyik rahasia ini. Setiap kali kita mengira menemukan jejak - ternyata salah lagi!"
Bagaimana kalau besok kita datang lagi ke tempat sirkus"" tanya Pam. "Bukan untuk mencari pencuri, karena sekarang kita sudah tahu bahwa orang yang kit
a cari bukan akrobat. Maksudku, kita datang untuk melihat binatang mereka."
"0 ya. aku setuju! Aku senang pada beruang kecil tadi, sambut Janet. "Aku pun kepingin melihat Jumbo dari dekat. Gajah termasuk binatang yang kusenangi."
""Mungkin aku tidak ikut," kata Barbara. Aku agak takut melihat gajah. Badan mereka sebesar raksasa!"
"Aku juga segan datang, kata Jack. Kau bagaimana George" Kita kan sudah berjanji besok akan tukar-menukar prangko."
Heng Thian Siau To 4 Fear Street - Sagas Vi Putri Putri Kesunyian Daughters Of Silence Pengelana Rimba Persilatan 15
^