Serikat Sapta Siaga 2
Sapta Siaga 01 Serikat Sapta Siaga Bagian 2
"Ya, mungkin dia akan marah," kata Peter. "Kita harus pintar bertanya. Lebih baik kita pikirkan dulu masak-masak."
Mereka berpikir. "Ya, aku tak tahu cara lain. Bagaimana kalau kita memancingnya saja" Kita tanyakan padanya apakah dia tidak takut kalau ada pencuri," kata Peter pada akhirnya. "Kita coba saja, barangkali dia mau bicara."
"Baiklah," kata Colin, "Tapi rasanya, cara begitu kurang meyakinkan. Lebih baik kita masuk saja,"
Skippy lari mendahului, lalu menghilang di pojok rumah. Ketiga anak laki-laki mengikuti jejak dengan hati-hati, Mereka melihat jejak sandal bundar tampak di mana-mana, Seakan-akan pembuat jejak itu memberontak, dan meloncat ke sana kemari!
"Jejaknya tidak menuju ke pintu depan," kata Colin. "Sudah kukira sejak tadi! Jejak-jejak ini mengitari rumah lewat samping. Lihatlah, arahnya melewati pintu samping, tempat si penjaga keluar kemarin. Jejak itu melewati jalan ini, dan menuju pintu dapur!"
"Eh, aneh sekali!" ujar Peter heran. "Kenapa ada orang yang berjalan melompat-lompat ke pintu dapur, padahal ada pintu depan dan pintu samping" Ya, di sini ada tiga bentuk jejak. Dua jejak sepatu biasa, dan satu yang seperti memakai sandal bundar. Aku tidak mengerti!"
Mereka mencoba untuk membuka pintu dapur. Tapi tak berhasil karena terkunci. Mereka mengintip
lewat jendela. Di dapur tak kelihatan ada orang, Yang ada cuma kompor gas, bak cuci piring yang penuh dengan perabotan kotor, serta sebuah ember di dekatnya,
"Rupanya Pak Penjaga hanya memakai dapur dan kamar depan," kata Jack.
"Tiba-tiba Peter berseru, "Awas-itu dia datang.
Pak Penjaga berjalan terseok-seok masuk ke dalam dapur. Ia melihat ketiga anak laki-laki yang sedang mengintip. Dengan marah, jendela dibukanya.
"Jika kalian mencari anjing, dia ada di pekarangan depan!" teriaknya. "Sekarang pergi dari sini! Aku tidak senang ada anak-anak yang bermain di sini. Nanti tahu-tahu kalian sudah memecahkan jendela!"
"Tidak, kami bukan hendak bermain-main di sini!" Jack berteriak agar kata-katanya terdengar oleh bapak tua yang tuli itu. "Kami hanya hendak mengambil anjing kami lalu pergi kembali. Maaf, karena dia berani-berani masuk kemari."
"Bapak tidak kesepian sendirian di sini"" teriak Colin. "Tidak takut pencuri""
"Tidak. Aku tidak takut," seru bapak tua itu agak meremehkan. "Aku punya senjata, tongkat besarku ini, Lagi pula, di sini tak ada barang berharga untuk dicuri."
"Tapi kenyataannya, ada orang yang berjalan menuju pintu belakang!" jerit Peter, Ia melihat kesempatan untuk membicarakan persoalan jejak rahasia dengan penjaga tua itu, sambil menyelidiki kalau-kalau ia mengetahui sesuatu. Peter menunjukkan jari ke arah jejak yang menuju ke pintu belakang. Pak Penjaga menjulurkan badan ke luar jendela dan memperhatikan jari telunjuk Peter.
"Itu kan jejak kalian sendiri. Menginjak-injak pekarangan orang tanpa izin!" bentaknya.
"Bukan, itu bukan jejak kami. Aku berani taruhan, pasti ada pencuri atau orang lain datang kemari semalam!" seru Peter. Ketiga anak laki-laki itu memperhatikan wajah Pak Penjaga. Mereka ingin melihat, apakah air mukanya berubah.
"Eh!" teriaknya. "Kalian rupanya ingin menakut-nakuti aku ya!"
"Tidak, aku bukan mau menakut-nakuti!" "balas Peter dengan suara nyaring. "Apakah Bapak mendengar sesuatu tadi malam" Jika ada pencuri mencoba masuk, apakah Bapak mendengarnya""
"Aku ini tuli!" seru Pak Penjaga. "Aku tak bisa mendengar apa-apa eh, nanti dulu. Ya, rasanya aku mendengar sesuatu tadi malam, Tapi aku lupa. Eh, benar juga. Aneh!"
Ketiga anak yang berdiri di depan jendela hampir-hampir tak bernapas karena terlalu berminat.
"Apa yang Bapak dengar"" tanya Jack. Tapi ia lupa berteriak. Karena itu Pak Penjaga tidak memedulikannya. Orang tua itu mengerutkan dahi. Mukanya yang sudah keriput kelihatan semakin keriput.
"Rasanya aku mendengar suara memekik atau bunyi lain seperti itu," katanya perlahan.
"Kukira telingaku yang mendengung, Telingaku memang sering mendengung, Karena itu aku tidak bangun untuk memeriksa, Tetapi tidak ada barang yang dicuri, Juga tidak terjadi kerusakan sama sekali. Jadi untuk apa aku repot-repot", Kalau ada orang mau menjerit, biarlah dia menjerit!"
"Apakah pekikan itu terjadi di dalam rumah"" pekik Peter.
"Kalau pekikannya terjadi di luar, aku tak mungkin mendengarnya," kata orang tua itu.
""Aku ini sudah tuli benar." Tiba-tiba Pak Penjaga mulai curiga. "Ah, kalian ini cuma mau mempermainkan aku. Mau menakut-nakuti orang tua. Kurang ajar!"
"Bolehkah kami masuk dan memeriksa ke dalam"" seru Colin. Kedua temannya memandang penjaga itu dengan penuh harapan. Mereka mengharapkan orang tua itu akan mengizinkan, Tapi tentu saja hal itu tidak terjadi,
"Berani benar kalian ini, meminta masuk!" teriak Pak Penjaga. "Aku tahu anak-anak seperti kalian ini. Kegemarannya mengganggu orang lain, membuang-buang waktuku, Sekarang keluar semuanya! Jangan berani datang kemari dengan dongeng tentang pencuri dan sebagainya. Ayo pergi!"
Tepat pada saat itu Skippy datang berlari-lari. Ia melihat penjaga tua yang sedang marah di jendela, Skippy meloncat ke arahnya, maksudnya hendak memberi salam, Pak Penjaga meloncat mundur ketakutan. Dikiranya Skippy hendak menggigit. Pak tua itu menjulurkan badan ke luar, dan mengayunkan tongkat hendak memukul. Skippy mengelak lalu menggonggong.
"Kuhajar nanti anjing kalian!" seru pak tua itu. "Ya, dan kalian juga sekaligus, Berani-berani men
ggoda orang tua. Tunggu saja! Tahu rasa nanti!"
"Penjaga tua pemarah itu menghilang, keluar dari dapur.
"Dia pasti akan muncul dari pintu samping," kata Peter. "Ayo, kita pergi saja. Kita sudah mengetahui hal-hal yang ingin kita ketahui, Lagi pula, suaraku sudah serak karena berteriak - teriak!"
" 8 Sekali Lagi Rapat "PERTEMUAN sore itu ramai dan menarik, semuanya membawa laporan. Mereka tiba di gudang tua tepat pada waktunya. Kata sandi terdengar disebutkan berturut-turut.
"Pekan!" "Pekan!" "Pekan!" Ketujuh anggota masuk satu per satu dan tak lama kemudian semuanya sudah lengkap duduk di dalam gudang, Semuanya kelihatan seperti orang penting. Skippy duduk di dekat Peter dan Janet. Telinganya yang panjang terkulai ke bawah, memberikan kesan pintar.
"Pam dan George, kalian yang menyampai- kan laporan pertama," kata Peter:
Kedua anak itu menyampaikan laporan, Mereka bercerita bahwa mereka berhasil menyelidiki rumah tua yang kosong itu, dan bahwa rumah itu telah dijual beberapa waktu yang lalu kepada seseorang bernama J. "Holikoff. Tapi pemiliknya tak pernah tinggal di sana,
"Kau mencatat alamatnya"" tanya Peter, "Mungkin penting artinya."
"Oh ya," kata George, Ia mengeluarkan buku catatannya, lalu membaca alamat yang tertulis di dalamnya.
"Bagus! Mungkin kita harus menghubunginya jika nanti ternyata ada hal-hal aneh yang terjadi di rumah kosongnya," kata Peter.
Pam dan George merasa sangat bangga.
Kemudian menyusul laporan Janet dan Barbara. Mereka bercerita bahwa jejak mobil datang dari arah kota Templeton, kemudian mobil itu berhenti di depan pintu pagar rumah tua, seperti yang dilihat Jack semalam. Selanjutnya mereka juga melaporkan bahwa jejak mobil mengarah ke lapangan di pinggir sungai, masuk ke lapangan, berputar di situ, kemudian keluar lagi. Dilaporkan juga bahwa dari jejak roda, tampak jelas kendaraan itu bolak-balik melalui jalan yang sama.
"Pekerjaan kalian memuaskan," kata Peter. Janet mengeluarkan buku catatannya, wajahnya agak memerah. "Aku juga masih mempunyai laporan lain," katanya. Ia menunjukkan gambar jejak roda yang telah dibuatnya,
"Aku tak tahu apakah ada gunanya bagi kita, Tapi ini gambar jejak roda mobil atau gerobak gandengannya, Aku juga mengukur lebarnya,
Semua memperhatikan gambar yang ditunjukkan Janet. Kelihatannya sama sekali tidak mengesankan, tetapi Peter puas.
"Walaupun gambar ini tidak ada gunanya, gagasanmu untuk membuatnya bagus sekali," ujarnya. "Misalkan saja jejak roda ini penting artinya - sedangkan salju sudah mencair- gambarmu ini satu-satunya pegangan yang kita punya untuk mengetahui jenis roda."
"Ya, menurut pendapatku, kau telah bekerja dengan baik, Janet," Colin memuji adik temannya itu.
Janet kelihatan sangat bangga. Buku catatan disimpannya kembali "Sekarang giliran kalian bertiga untuk menyampaikan laporan," kata Janet, meskipun ia sendiri sudah mendengar sebagian dari Peter, sewaktu menunggu teman-teman datang.
Peter yang menyampaikan laporan, mewakili Colin dan Jack. Yang lain-lain mendengarkan dengan serius, Kelihatan semuanya sangat tertarik.
"Jadi, tadi malam memang ada orang yang datang ke rumah tua itu, kemudian masuk lewat pintu dapur, karena jejak kaki di salju mengarah ke situ," kata Peter mengakhiri laporannya. "Dan menurut perkiraanku, di situ ditinggalkan seorang tawanan."
Napas Pam tersentak. "Tawanan" Apa maksudmu""
"Bukankah sudah jelas bahwa ada tawanan dalam mobil gandeng yang tak berjendela itu" Seorang tawanan yang tak boleh dilihat maupun didengar orang lain. Seseorang yang diseret ke dapur dan dipaksa masuk, kemudian disembunyikan di salah satu tempat dalam rumah itu. Seseorang yang disakiti dan memekik, begitu nyaring pekikannya sehingga Pak Penjaga yang tuli juga mendengarnya," ujar Peter.
"Teman-temannya kelihatannya kurang enak dan gelisah.
"Wah, aku tidak suka mendengarnya," kata Colin. Tak ada yang senang mendengarnya. Seram rasanya membayangkan seorang tawanan malang yang menjerit-jerit, terkurung di salah satu tempat dalam rumah tua yang kosong.
"Bagaimana dengan makanannya"" kata Colin pada akhirnya,
"Ya, dan ba gaimana dengan air minumnya," sambung Janet. "Lagi pula, mengapa orang itu terkurung di situ""
"Mungkin dia diculik," kata Jack. "Wah, kalau dugaan kita ini benar persoalannya benar-benar gawat."
Beberapa saat lamanya semua membisu, sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Apakah sebaiknya kita katakan pada orang tua kita"" tanya Pam.
"Atau barangkali ke polisi saja"" sambung Jack.
''Nanti dulu! Kita harus menyelidiki dulu lebih jauh," kata Peter menenangkan. "Mungkin saja persoalan biasa, Misalnya saja mobil salah jalan atau hal semacam itu."
"Eh, aku dapat kesimpulan baru!" kata Jack. "Mobil gandengannya mungkin saja semacam ambulans, bukan" Maksudku, ambulans yang dipakai orang-orang untuk mengangkut pasien ke rumah sakit! Mungkin mobil itu ambulans yang salah jalan, kemudian berhenti ketika tahu telah tersasar. Sedang suara pekikan adalah pasien yang menjerit kesakitan."
"Tapi Pak Penjaga mengatakan dia juga mendengar suara orang memekik di dalam rumah," kata Peter. "Tapi tentu saja mungkin cuma dengungan di kepalanya. Katanya, hal itu kadang-kadang dialaminya. Memang, Jack, mungkin saja yang datang itu sebuah ambulans yang ditarik mobil. Meskipun harus kukatakan, aku belum pernah melihat ambulans seperti itu."
"Pokoknya, kita jangan bilang siapa-siapa dulu sebelum kita sendiri membuktikan bahwa hal yang aneh benar-benar telah terjadi," kata Colin, "Kita nanti akan malu jika sudah melaporkan pada polisi, tapi ternyata semuanya cuma persoalan biasa."
"Betul katamu. Kita jangan terburu-buru menceritakan rahasia ini pada orang lain," ujar Peter, "Tapi tentu saja kita sendiri harus berbuat sesuatu. Kita tidak bisa membiarkannya begitu saja."
"Tentu saja kita harus berbuat sesuatu," kata George. "Tapi apa yang harus kita lakukan""
"Sebaiknya kita pikirkan dulu," kata Peter,
Sekali lagi ketujuh anak itu berpikir. Langkah "manakah yang sebaiknya diambil sekarang" Akhirnya Jack yang membuka mulut.
"Aku mendapat akal!" katanya. "Tapi agak menyeramkan, Sebaiknya para anggota perempuan tak usah ikut."
"Kami tak boleh ikut"" protes ketiga anak perempuan serempak,
"Persoalannya begini. Jika betul ada seorang tawanan terkurung dalam rumah itu, dia pasti harus diberi makan dan minum," kata Jack menerangkan. "Dan orang yang memberi makan-minum harus datang ke situ pada malam hari, Betul, kan" Jadi, bagaimana jika kita bergiliran setiap malam untuk mengawasi rumah tua itu" Kita perhatikan siapa yang masuk, barangkali juga membuntuti untuk melihat ke mana dia pergi, serta melihat siapa yang ditahan di dalam rumah."
"Kelihatannya gagasanmu bagus juga," kata Peter, "Tapi giliran menjaga harus dilakukan berdua. Aku tak mau pergi sendiri dan bersembunyi di sana malam hari!"
"Kurasa, barangkali malam ini akan ada orang datang," kata George. "Mengapa tidak kita berempat saja yang mengintai di sana""
"Wah, susah jika berempat! Di mana harus bersembunyi supaya tidak kelihatan"" kata Colin,
"Aku ada akal! Lebih baik kita membungkus badan kita dengan kain putih, Kita menggabungkan diri dengan boneka salju di lapangan!" Sebetulnya Peter berkata begitu untuk berkelakar saja. Tetapi ketiga anggota yang laki-laki menyambut usulnya dengan gembira.
"Oh ya, Peter! Itu bagus! Jika kita membungkus badan dengan kain putih, pasti takkan ada yang mengira kita bukan boneka salju," ujar Colin,
"Dan tempat itu kita bisa memperhatikan jalan. Kita dapat mendengar dan melihat semua orang yang datang," sambung George.
""Kalau ada yang datang, dua orang dari kita bisa membuntuti masuk ke rumah, Dua orang lagi menjaga di luar dengan menyamar sebagai boneka salju, Kalau yang di dalam mengalami kesulitan, kedua teman yang di luar bisa meminta tolong," kata Jack. "Aku kepingin berdiri di luar, di antara boneka-boneka salju. Tapi kita harus membungkus badan supaya hangat."
"Kami tak boleh ikut"" tanya Pam,
"Aku tak mau ikut!" kata Barbara dengan segera.
"Memang kalian sebaiknya tidak ikut," kata Peter, "Malam ini yang beraksi hanya para anggota laki-laki!"
"Wah, hebat!" seru Jack. Matanya berkilat-kilat karena gembira. "Bagaimana dengan Ski
ppy, apakah dia juga ikut""
"Rasanya lebih baik kita mengajaknya," jawab Peter. "Kalau kusuruh diam, dia bisa diam. "
"Akan kubuatkan jubah kecil putih untuknya," kata Janet. "Dengan begitu dia juga tak bisa terlihat lagi. Dia akan kelihatan seperti sebongkah salju!"
Ketujuh anak itu mulai bersemangat.
"Pukul berapa kita pergi nanti"" tanya Colin,
"Bukankah semalam orang-orang itu datang sekitar pukul setengah sepuluh"" kata Jack.
"Jadi, malam ini kita beraksi pada saat yang sama, Kalian berkumpul di sini sekitar pukul sembilan malam nanti. Wah, bukan main! Rahasia ini mulai asyik!"
" 9 Aksi Malam Hari "SEPANJANG sore Janet sibuk membuat jubah putih untuk Skippy. Peter mengambil sehelai seprai putih, dan menemukan mantel tua berwama putih, Seprai putih itu sangat lebar, Peter berpendapat sebaiknya seprai itu dipotong menjadi empat bagian, untuk dipakai ketiga temannya dan dirinya sendiri.
Janet membantunya memotong seprai, lalu membuatkan lubang-lubang untuk leher dan lengan, Ia tertawa geli ketika Peter mencoba mengenakan salah satunya.
"Kau kelihatan aneh," katanya. "Tapi bagaimana dengan kepalamu" Bagaimana hendak kausembunyikan rambutmu yang cokelat tua itu" Malam ini terang bulan!"
"Kau harus membuatkan topi putih atau barang sejenis itu untuk kami berempat," kata Peter. "Sedangkan wajah kami akan dicat putih!"
"Di gudang ada kapur sedikit," kata Janet. "Ia cekikikan lagi, "Ya ampun, kau pasti akan kelihatan aneh! Boleh kan, aku datang ke gudang pukul sembilan nanti" Aku ingin melihat penampilan kalian sebelum berangkat,"
"Baiklah, jika kau bisa menyelinap keluar tanpa dilihat siapa-siapa," kata Peter, "Kalau tidak salah, Mom akan keluar malam ini, Jadi mestinya bisa! Tetapi kalau Mom tidak jadi keluar, jangan pergi. Karena jika kau membuat ribut, nanti semuanya gagal!"
Ternyata ibu mereka malam itu pergi, Janet bersyukur. Sekarang ia bisa menyelinap ke gudang dengan mudah, Peter mengatakan padanya agar jangan lupa membungkus badan dengan pakaian hangat. Dan kalau sampai tertidur, jangan bangun lagi!
"Aku pasti takkan tertidur!" kata Janet kesal. "Kau tahu hal itu takkan terjadi. Kau sendiri yang seharusnya berjaga-jaga, jangan sampai tertidur! "
"Jangan mengejek," tukas Peter, "Mana mungkin ketua Serikat sampai tertidur dalam menghadapi rencana sepenting ini! Janet, kali ini Sapta Siaga benar-benar menghadapi petualangan hebat!"
Pukul setengah sembilan malam lampu dalam kamar kedua anak itu dipadamkan, Dari luar, kedua kamar kelihatan gelap. Tapi di dalam dinyalakan lampu senter, Janet sibuk "sekali memasangkan jubah putih ke badan Skippy, Tapi anjing itu sama sekali tidak menyukainya. Jubah yang membungkus badannya digigit-gigitnya.
"Oh, Skippy, jangan membandel! Kau tak boleh ikut kalau tidak kelihatan seperti anjing salju," kata Janet hampir putus asa, Entahlah, apakah Skippy memahami kata-katanya atau tidak tapi pokoknya sejak saat itu Skippy membiarkan Janet memasangkan jubah, Setelah selesai terpasang, anjing itu kelihatan aneh dan sangat sedih,
"Ayo, jika kau masih ingin ikut. Sudah hampir pukul sembilan sekarang," terdengar suara berbisik. Ternyata Peter sudah menunggu di luar, Mereka berdua menuruni tangga dengan diam-diam, diikuti oleh Skippy. Badan mereka bertiga terbungkus hangat. Tetapi begitu mereka sampai di luar, ternyata udara tidak sedingin yang diperkirakan,
"Salju mencair! Malam ini suhu rupanya tidak turun," bisik Janet.
"Mudah-mudahan boneka salju kita belum mencair," kata Peter khawatir,
"Ah, pasti belum," ujar Janet. "Cepat, aku bisa melihat salah satu dari teman-teman kita,"
Kata sandi dibisikkan pelan-pelan di pintu gudang, Tak lama kemudian lima dari ketujuh Sapta Siaga telah hadir. Peter menyalakan lilin. "Mereka berpandangan dengan perasaan gembira.
"Kita harus mengecat muka kita dengan kapur, serta mengenakan jubah putih," kata Peter, "Setelah itu kita siap untuk pergi,"
Jack tertawa cekikikan. "Coba lihat si Skippy! Ia juga berpakaian putih! Skip, rupamu aneh."
Skippy menggonggong dengan suara lesu. Ia memang merasa aneh, Skippy yang malang, Sambil tertawa
-tawa, keempat anak laki-laki itu mengecat muka mereka dengan kapur. Sebelumnya mereka memakai jubah putih agar "mantel mereka tidak kotor, Janet memasangkan topi-topi kecil putih yang telah dibuatnya ke kepala setiap anak.
"Aduh! Aku tak mau ketemu kalian di jalan malam ini!" ujar Janet. "Kalian kelihatan menakutkan!"
"Sudah waktunya kita pergi," kata Peter, "Janet, sekarang kau tidur saja. Besok pagi akan kuceritakan pengalaman kami, Nanti aku akan masuk dengan hati-hati, supaya kau tidak terbangun "
"Aku takkan tidur sebelum kau pulang!" kata Janet. Anak itu melihat Peter pergi bersama ketiga temannya, Mereka bergerak di jalan yang diterangi sinar bulan. Empat sosok tubuh berjubah putih, dengan wajah dilaburi kapur, Mereka memang kelihatan seperti boneka salju yang sedang berbaris,
Dengan hati-hati mereka bergerak di jalan yang menuju ke rumah tua. Mata mereka bergerak kian kemari, kalau-kalau ada orang lewat.
Tapi mereka tidak berpapasan dengan siapa pun juga, Hanya ada seorang anak laki-laki yang tiba-tiba muncul di pojok jalan, Karena tempat itu bersalju, keempat anggota Sapta Siaga tak sempat mendengar langkahnya, Mereka tertegun ketika anak itu muncul.
"Anak itu berhenti, Matanya melotot, memandang keempat boneka salju hidup dengan penuh ketakutan,
"Iiiih!" erangnya, "Hii-siapa kalian""
Peter mengeluarkan suara erangan. Suaranya menyeramkan sekali, sehingga anak laki-laki itu gemetar karena ngeri, "Toloong! Ada boneka salju hidup! Tolooong!"
Ia lari kocar-kacir sambil berteriak-teriak. Keempat anggota Sapta Siaga yang sedang menyamar tak mampu menahan rasa geli. Mereka tertawa cekikikan, sambil menyandarkan diri di pagar,
"Aduh, ya ampun!" kata Jack di sela-sela tawanya, "Hampir meledak tawaku tadi, ketika kau mengerang seseram itu, Hahaha, kau hebat, Peter!"
"Ayo! Kita pergi saja dari sini sebelum anak itu datang lagi bersama orang lain," kata Peter, Mereka meneruskan perjalanan sambil tertawa-tawa. Mereka membelok ke jalan yang menuju ke rumah tua. Tak lama kemudian, mereka sudah sampai, Rumah itu kelihatan sepi dan gelap, Hanya atapnya yang putih ditimpa sinar bulan.
"Rupanya belum ada orang," kata Peter. "Di mana-mana belum kelihatan lampu menyala, Juga tak terdengar suara sama sekali."
"Kalau begitu, kita masuk saja dan menggabungkan diri dengan barisan boneka salju," ujar Jack. "Peter! Coba kaularang Skippy, jangan terus-terusan menyelinap di antara kakiku. Aku nanti tersandung!"
Mereka berempat memanjat pintu pagar, lalu masuk ke lapangan, Keempat boneka salju masih tegak di sana, Tapi sayang, keempat-empatnya sudah mulai mencair, dan sudah tak sebesar tadi pagi lagi. Skippy maju dan mengendus boneka-boneka itu, Peter memanggilnya.
"Skip, kemari! Kau harus diam seperti kami! Dan awas, kau tidak boleh menggonggong. Mendengking pelan-pelan juga tidak boleh!"
Skippy mengerti. Anjing itu berdiri seperti patung di sebelah Peter, Keempat anak dan seekor anjing berdiri di lapangan. Kelihatannya seperti boneka-boneka salju di atas lapangan bersalju.
Mereka menunggu di situ. Mereka terus menunggu. Tapi tak seorang pun yang datang. Mereka menunggu selama setengah jam. Lambat laun mereka mulai kedinginan,
"Salju di bawah kakiku mulai mencair," keluh Jack. "Peter, menurutmu, masih berapa lama lagi kita harus berdiri di sini""
Kedua temannya juga sudah mulai bosan, Padahal tadinya mereka sudah bertekad, kalau perlu akan menunggu hingga tengah malam di situ, bersama keempat boneka salju. Tapi ternyata setengah jam saja sudah terasa terlampau lama,
"Tidak bisakah kita berjalan-jalan sebentar"" usul Colin. Rupanya ia sudah tak sabar lagi.
"Pokoknya, asal badan kita menjadi hangat kembali. "
Peter baru saja hendak menjawab usul itu, tapi tak jadi, Tiba-tiba ia memasang telinga, Peter mendengar sesuatu. "Apa itu""
Colin hendak berkata, tapi dilarang oleh Peter, Dengan segera Colin menutup mulut. Mereka berempat menajamkan telinga. Terdengar sesuatu di kejauhan,
"Itu suara orang menjerit," ujar Jack. "Itu dia yang kudengar kemarin, Tapi kali ini hanya samar-samar, dan jauh sekali, Kedengarannya datang
dari arah rumah, Terbukti memang ada seseorang di situ!"
Tengkuk mereka merinding, Mereka memasang telinga lagi, Dan sekali lagi terdengar suara aneh di kejauhan, memecah kesunyian malam.
"Wah, pasti ada yang tidak beres," ujar Peter. "Aku akan pergi ke rumah itu. Aku ingin tahu, apakah di situ juga masih terdengar suara pekikan tadi. Sebenarnya kita harus memberi tahu orang lain,"
"Ayo kita pergi bersama-sama," ujar Colin. Tapi Peter bersikap tegas.
"Tidak! Dua dari kita masuk, Yang dua lagi tinggal di sini untuk berjaga-jaga. Itu kan sudah kita tentukan tadi, Jack, kau ikut aku, Colin dan George, kalian menunggu di sini, Jaga kalau ada orang datang,"
Peter dan Jack menuju ke pintu gerbang lapangan, Dua sosok tubuh putih dengan wajah putih memanjat pintu gerbang, menyeberangi jalan, dan berjalan menuju pintu pagar pekarangan rumah tua, Mereka membuka pintu, dan menutupnya kembali sesudah mereka masuk. Kini tidak terdengar apa-apa lagi,
Mereka berdua berjalan dengan hati-hati menuju ke rumah tua, menjaga agar bayangan mereka tak terlihat, bersiap-siap jika Pak Penjaga kebetulan melihat ke luar, Sesampainya di pintu depan, Peter mengintip ke dalam lewat celah kotak surat. Tapi tak kelihatan apa-apa, Tak ada lampu yang menyala di dalam.
Lalu mereka berjalan menuju pintu samping, mencoba untuk membukanya, Tentu saja pintu itu terkunci, Kemudian mencoba pintu belakang, Juga terkunci! Tapi tiba-tiba mereka mendengar bunyi aneh, Bunyi mengetuk-ngetuk terdengar nyaring dari dalam rumah, Kedua anak itu berpegangan tangan, Ada apa di dalam rumah tua yang kosong ini"
"He! Pak Penjaga lupa menutup jendela tempat dia bicara dengan kita tadi pagi," bisik Jack tiba-tiba. "Itu jendelanya terbuka sedikit!"
"Eh, betul! Selanjutnya bagaimana" Kita masuk saja dan berusaha menemukan orang yang ditawan itu," ujar Peter penuh semangat.
Dalam sekejap mata, kedua anak itu sudah berada di dalam rumah, Mereka berdiri di dapur yang gelap dengan hati berdebar keras, Peter dan Jack menajamkan telinga, Tapi sekarang tak terdengar apa-apa lagi. Di mana tawanan itu dikurung"
"Kita berani atau tidak memeriksa seluruh rumah ini"" tanya Peter, Ia masih ragu, "Aku membawa senter."
"Tentu saja berani, karena kita harus melakukannya," jawab Jack. Mereka pun berjingkat-jingkat, mula-mula ke ruangan kecil tempat menyimpan makanan, Sesudah itu ke
ruangan berikutnya! Tapi tak ada siapa-siapa di situ,
"Sekarang kita masuk ke ruang depan, Dari situ kita mengintip ke kamar-kamar," ujar Peter,
Kamar-kamar depan terang bermandikan sinar bulan. Tapi kamar-kamar sebelah belakang gelap, Kedua anak itu mendorong pintu tiap-tiap kamar, lalu menyorotkan senter ke dalam, Tapi semua kamar itu kosong dan sunyi,
"Akhirnya mereka sampai di depan pintu yang tertutup, Dari baliknya terdengar suara sesuatu. Peter memegang lengan Jack.
"Ada orang di dalam, Pintu ini mungkin terkunci, Tapi kucoba saja, Bersiaplah untuk lari, jika kita dikejar!"
" 10 Terjebak! "TERNYATA pintu itu tidak terkunci. Peter mendorongnya pelan-pelan. Tiba-tiba saja, suara yang terdengar tadi menjadi lebih jelas. Memang betul ada orang di dalamnya, Seseorang yang sedang tidur mendengkur!
Kedua anak itu serempak mendapat pikiran yang sama. Pasti itu Pak Penjaga! Peter menjengukkan kepala lebih jauh ke dalam kamar,
Sinar bulan menerangi kamar, Pak Penjaga tidur di atas sebuah tempat tidur rendah yang berantakan, Pak Penjaga rupanya sangat letih, sehingga tak sempat berganti pakaian! Peter berpaling, Maksudnya hendak keluar lagi, Tapi tiba-tiba lampu senternya terbentur pintu, dan jatuh ke lantai, Nyaring sekali kedengarannya!
Peter tidak berani bergerak karena ketakutan. Tapi Pak Penjaga tetap mendengkur, Barulah Peter ingat kembali, bahwa penjaga tua itu tuli, Bunyi senter jatuh seribut itu pun tidak didengarnya, Dengan hati-hati Peter menutup pintu kembali Mereka berdua berdiri di ruang depan. Peter memeriksa lampu senternya, kalau-kalau rusak karena jatuh, Tidak, lampu- nya masih menyala, Bagus.
"Sekarang kita naik ke lantai atas," bisiknya. "Kau tidak takut kan, Jack""
"Takut j uga, tapi sedikit. Ayo!"
Mereka menuju ke tangga yang mengarah ke atas. Anak tangganya berderik-derik di bawah kaki mereka, Untung pak tua itu tuli!
Mereka sampai di tingkat pertama, Di situ ada enam kamar. Keenam-enamnya diperiksa, Semuanya kosong, Kemudian mereka naik lagi ke lantai teratas.
"Sekarang kita harus hati-hati," bisik Jack. Ia berbisik pelan sekali, sehingga Peter hampir tidak mendengarnya, "Kamar-kamar di atas ini saja yang belum kita periksa, Jadi, tawanan itu pasti dikurung di dalam salah satu kamar di sini,"
Tapi semua pintu kamar terbuka, Kalau begitu, mana mungkin ada tawanan di dalamnya" Kecuali jika ia diikat! Kedua anak itu mengintip ke dalam setiap kamar, Jantung mereka berdebar-debar, Mereka khawatir kalau-kalau melihat sesuatu yang mengerikan,
Tapi semua kamar di lantai teratas itu ternyata juga kosong, Ada kamar yang gelap, tapi kosong, Ada lagi yang terang disinari bulan. Tapi juga kosong,
"Aneh!" bisik Jack. "Terus terang, aku tak mengerti! Mestinya suara yang kita dengar tadi datang dari salah satu tempat dalam rumah ini, Tapi sudah kita periksa semua kamar, ternyata tak ada seorang pun--kecuali si Pak Penjaga!"
Mereka berdiri di situ, sambil berpikir-pikir, Mereka tak tahu apa yang harus mereka lakukan selanjutnya, Tiba-tiba terdengar suara jeritan samar, Kedengarannya seperti meringkik, disusul oleh bunyi mendepak-depak dan gedebak-gedebuk, Aneh!
"Memang benar! Ada yang ditawan di dalam rumah ini, Orang itu mengetuk-ngetuk minta tolong, sambil menjerit-jerit," kata Peter, Ia lupa berbisik. "Orangnya ada di lantai bawah. Tapi tadi kita sudah memeriksa seluruh ruangan"
Jack sudah berjalan menuruni tangga. "Ayo! Pasti kita tadi melupakan sesuatu, Barangkali lemari besar, atau pintu rahasia," serunya.
Mereka turun ke lantai bawah, Kedua anak itu tak peduli lagi, kini berjalan dengan cepat. Mereka sampai di dapur kembali. Bunyi yang tadi terdengar kini berhenti. Kemudian terdengar lagi. Jack memegang lengan Peter erat-erat.
""Aku tahu dari mana datangnya bunyi itu, Dari ruangan di bawah kita, Di situ ada gudang di bawah tanah. Di situlah rupanya tawanan itu dikurung!"
"Kalau begitu, kita harus segera memeriksa ke situ," ujar Peter. Akhirnya mereka menemukan pintu yang menuju ke bawah, Letaknya di pojok gelap, dalam lorong antara dapur dan ruang penyimpanan makanan. Peter mencoba membukanya. Eh, tertanya tak terkunci!
"Pintunya tak terkunci," bisik Jack. "Kalau begitu, kenapa tawanan itu tidak melarikan diri"
Di balik pintu terdapat tangga batu yang menuju ke bawah. Tempat itu gelap gulita, Peter menyorotkan lampu senternya. Tidak kelihatan apa-apa, la berseru dengan suara yang agak gemetar, "Siapa di situ" Ada orang di bawah""
Tapi tak terdengar jawaban, Peter dan Jack mendengarkan dengan teliti, Dengan jelas terdengar suara napas berat.
"Kami dengar napasmu! seru Jack "Ayo, katakan siapa kau. Kami datang untuk menyelamatkanmu!"
Tapi tetap tak ada jawaban. Wah, ini benar-benar menyeramkan! Kedua anak itu sekarang sangat ketakutan, Mereka tak berani turun ke bawah, Kaki mereka tak mau melangkah, meskipun dipaksa, Tapi mereka juga beranggapan, hanya orang penakut yang pada saat itu mundur dan lari keluar. Jadi mereka tetap di situ,
Tiba-tiba mereka mendengar suara-suara lain, Suara-suara yang berbicara dengan pelan di tempat lain. Kemudian menyusul bunyi kunci dimasukkan ke dalam lubang--dan bunyi pintu yang didorong terbuka!
Jack panik. Dipegangnya Peter erat-erat. .
"Itu dia kedua orang yang kudengar kemarin malam, Mereka sudah datang kembali, Cepat! Kita harus bersembunyi sebelum ketahuan!"
Kedua sosok tubuh kecil terbungkus kain putih tertegun sesaat. Mereka tidak tahu h"arus ke mana, Kemudian Peter membuka Jubah dan topi putihnya. "Jack, buka juga jubah dan topimu," ujarnya pada Jack. "Kalau hanya bermantel, kita takkan mudah kelihatan, karena warnanya gelap, Kita bisa bersembunyi di salah satu sudut gelap,"
Bergegas mereka mencampakkan pakaian samaran ke sebuah pojok, lalu menyelinap masuk ke ruang depan, Di situ mereka meringkuk di sebuah sudut. Mudah-mudahan s
aja orang-orang yang datang itu langsung pergi ke gudang bawah tanah! Namun harapan mereka tak terkabulkan,
"Coba lihat sebentar, apakah si penjaga tua "sudah tidur," kata suara yang satu! Dua sosok tubuh masuk ke dalam ruang depan, untuk membuka pintu kamar Pak Penjaga.
Tiba-tiba seorang di antara mereka melihat wajah Peter yang dilabur dengan kapur, kelihatan samar dan aneh dalam gelap, Peter lupa menghapus coretan kapur di wajahnya!
"Astaga lihat itu di pojok! Apa itu"" seru satu dari kedua orang yang masuk, "Lihat- itu, di sana, Apa itu, Mac""
Keduanya memandang ke pojok, tempat Peter dan Jack sedang meringkuk. "Kelihatannya seperti wajah orang! Wajah yang putih!" kata orang yang dipanggil Mac, "Aneh! Coba nyalakan sentermu, Pasti itu cuma pantulan sinar bulan!"
Orang kedua menyalakan senternya, Cahaya terang memancar, dan seketika itu juga kedua anak yang sedang meringkuk ketakutan ketahuan, Dengan beberapa langkah panjang, orang yang bernama Mac datang mendekat.
Peter, dan Jack dipegangnya, diguncang-guncangkan, lalu diberdirikan di depannya.
"Apa lagi ini" Bersembunyi di sini dengan wajah dicat seperti itu! Apa yang kalian lakukan di sini""
"Aduh! Lepaskan lenganku, Kau menyakiti aku!" jerit Jack dengan marah, "Kalian mau apa di sini""
"Apa maksudmu!" bentak orang yang bernama Mac dengan kasar, Bunyi gedebak-gedebuk mulai terdengar lagi, Peter dan Jack memandang kedua orang yang tak dikenal itu,
"Itu yang kumaksudkan," ujar Jack. "Siapa di bawah itu" Siapa yang kalian kurung di situ""
Jawaban yang diterimanya bukan kata-kata. Kepalanya ditempeleng sehingga matanya berkunang-kunang, Kemudian ia dan Peter diseret ke sebuah lemari dan dikurung di dalamnya, Entah mengapa, kedua orang itu kelihatannya marah sekali,
Peter menempelkan telinga pada sebuah celah yang terdapat pada pintu lemari, la berusaha menangkap kata-kata kedua orang yang mengurung mereka. Keduanya sedang berunding,
"Apa yang harus kita lakukan sekarang" Jika anak-anak itu memanggil orang, habis riwayat kita!"
"Benar! Jadi kita terpaksa menahan mereka. Kita kurung saja bersama-sama Kilat Biru! Besok malam kita menjemputnya, Setelah itu kita lari. Takkan ada orang yang mengetahui. Saat itu proyek kita sudah selesai!"
"Bagaimana dengan kedua anak itu""
"Kita tinggalkan saja terkurung di. sini, Kita "kirimkan surat pada Pak Penjaga, supaya turun sebentar ke gudang, Surat itu sebaiknya harus diterimanya lusa, Pasti dia akan kaget jika melihat ada dua orang anak terkurung dalam gudang! Biar tahu rasa mereka! Anak-anak rewel!"
Peter masih mendengarkan terus, Siapa yang disebut "Kilat Biru"" Aneh benar nama itu! Ia gemetar, ketika mendengar kedua orang yang tak dikenal tadi datang mendekati lemari.
Tetapi pintu tidak mereka buka, Salah seorang mungkin Mac berseru lewat celah.
"Kalian boleh mengeram di situ, sampai pekerjaan kami selesai,"
Kemudian bermacam-macam suara aneh menyusul. Ada sesuatu yang kedengarannya sedang diangkut ke ruang penyimpanan makanan.
Peter dan Jack mendengar bunyi merintih, seperti kayu yang sedang dibakar. Setelah itu tercium bau menusuk hidung lewat celah-celah pintu,
"Wahh! Mereka sedang merebus sesuatu, Apa itu ya"" kata Peter, "Baunya minta ampun, Busuk sekali!"
Mereka tak bisa menerka, bau apa yang tercium itu. Kemudian terdengar lagi suara ribut seperti ada yang menjerit, bercampur dengan dengusan. Lalu bunyi gedebak-gedebuk, seakan-akan ada barang berat yang dientak-"entakkan ke lantai batu, Aneh, benar-benar aneh!
Lemari tempat Jack dan Peter dikurung sebenarnya lemari tempat menggantungkan mantel. Tempatnya sempit, dingin, dan pengap, Kedua anak itu gelisah. Senang juga hati mereka ketika datang salah seorang membukakan pintu, Mereka disuruh keluar,
"Sekarang, lepaskan kami," kata Peter. Baru saja ia membuka mulut, bahunya sudah dipukul dengan keras.
"Jangan banyak bicara!" bentak salah satu dari kedua orang yang memandang mereka dengan marah. Jack dan Peter didorong dari belakang, ke arah pintu gudang bawah tanah, Keduanya didorong kuat-kuat, sehingga hampir terjatuh di tangga. Pintu
ditutup, lantas dikunci dari luar. Wah, gawat! Sekarang mereka juga terkurung!
Dari gudang di bawah mereka mendengar suara. Astaga, Kilat Biru-kah yang di bawah itu" Siapa sebenarnya Kilat Biru"
"Nyalakan lampu sentennu," bisik Jack. "Aku ingin tahu, siapa orang yang ditawan di sini. Aku ingin melihat wujudnya!"
" 11 Tawanan "PETER menyalakan lampu senter. Tangannya gemetar, Apa yang akan mereka lihat sebentar lagi"
Pemandangan yang tampak di bawah begitu tak terduga, sehingga napas kedua anak itu tersentak. Mereka memandang seekor kuda yang bagus sekali. Dari telinga yang meruncing ke atas serta mata yang terputar-putar, kelihatan jelas bahwa kuda itu sama takutnya seperti kedua anak yang memandangnya,
"Kuda!" ujar Jack dengan suara lemah, "Ya ampun, kuda!"
"Betul! Suara pekikan yang kita dengar tadi, rupanya suara kuda ini meringkik. Sedang gedebak-gedebuk adalah bunyi kukunya di lantai batu, ketika dia sedang ribut ketakutan," ujar Peter. "Oh, Jack, kasihan kuda ini! Jahat benar kedua orang itu, mengurung seekor kuda dalam kamar ini di bawah tanah! Untuk apa mereka melakukannya""
""Kudanya bagus, Kelihatannya seperti kuda pacuan," ujar Jack. "Mungkinkah mereka yang di atas itu mencurinya" Barangkali mereka menyembunyikannya di sini untuk mengubah warna bulunya, atau untuk melakukan hal-hal lain. Pencuri kuda biasa melakukannya, supaya pemiliknya tidak mengenali kudanya lagi. Setelah itu dijual dengan nama lain,"
"Aku tak tahu, Barangkali dugaanmu benar," kata Peter. "Aku hendak mendekatinya."
"Kau tak takut"" tanya Jack. "Lihat itu matanya berputar-putar!
""Tidak, aku tak takut," jawab Peter. Ia biasa bergaul dengan kuda di tempat pertanian ayahnya. Ia sudah mengenal kuda sejak kecil. "Kasihan! Dia ingin diajak bicara dan ditenangkan. "
Peter menuruni tangga sambil bicara. "Rupanya kau yang bernama Kilat Biru ya" Namamu bagus sekali. Kau juga kuda yang bagus, Jangan takut, Manis, Aku temanmu, Biarkan aku mengusap hidungmu yang lembut. Nanti kau akan tenang!
Kuda itu meringkik sambil berjingkrak menjauh. Tapi Peter tidak takut. Ia terus maju mendekati kuda yang sedang ketakutan itu. Diusap-usapnya hidung lembut binatang itu, Kuda itu berdiri tak bergerak, tapi tiba-tiba ia menempelkan hidungnya ke bahu Peter sambil mendengus-dengus pelan,
"Kemarilah, Jack. Kuda ini sudah tenang sekarang," panggil Peter. "Coba lihat, bukan main bagusnya! Jahat sekali orang-orang itu- mengurung kuda dalam gudang gelap seperti ini. Benar-benar keterlaluan!"
Jack ikut turun ke bawah, Diusap-usapnya punggung kuda itu, lalu berseru, ,"Ih! Punggungnya basah dan lengket!"
Peter mengarahkan cahaya senter ke punggung kuda. Ternyata benar, kelihatan basah dan berkilat. "Jack! Kau benar! Rupanya kedua orang tadi mengecat bulunya!" seru Peter. "punggungnya masih basah karena cat!"
"Rupanya ini bau yang kita cium tadi. Rupanya mereka sedang merebus cat untuk mengubah warna bulunya," ujar Jack. "Kilat Biru yang malang! Kau diapakan oleh mereka""
Untuk tempat berbaring kuda itu, tersedia setumpuk jerami di satu pojok. Sedang di pojok lainnya terdapat palung berisi rumput kering. Dalam sebuah ember besar ada gandum makanan kuda, sedang dalam ember lain tersedia air,
"Nah, kalau kita ingin berbaring, kita terpaksa mengambil jerami itu sedikit," ujar Peter. "Untuk makan, itu ada gandum!"
"Ah, rasanya kita tak perlu khawatir," jawab Jack. "Aku berani bertaruh, sebentar lagi Colin dan George akan datang mencari kita. Begitu kita mendengar mereka datang, kita berteriak-teriak sekuat tenaga!"
Keduanya duduk di atas jerami sambil menunggu. Kilat Biru juga memutuskan untuk ikut berbaring, Jack dan Peter menyandarkan badan ke tubuh kuda yang hangat. Mereka hanya menyayangkan bau cat celup yang terlalu menusuk hidung.
Di luar, di lapangan bersalju yang mulai mencair, Colin dan George menunggu dengan perasaan tak sabar, Rasanya sudah terlalu lama mereka berdua menunggu. Mereka melihat Jack dan Peter menghilang di balik pagar pekarangan rumah tua. Dengan susah payah, mereka berhasil juga menahan Skippy yang berusaha menyusul. Setelah itu m
ereka berdiri diam-diam selama setengah jam, sambil menunggu Peter dan Jack kembali. Tiba-tiba Skippy mulai menggeram.
"Rupanya dia mendengar sesuatu," kata Colin. "Ya, betul -ada mobil datang. Mudah-mudahan saja bukan orang yang kemarin. Kalau mereka yang datang, Peter dan Jack pasti akan terjebak!"
Tapi yang datang memang orang yang kemarin. Kali ini mobil mereka tidak menggandeng apa-apa, Mobil itu berhenti di depan pintu pagar rumah tua, Dua orang keluar dari dalam mobil. Tiba-tiba Skippy menyalak dengan keras. Colin segera memukulnya, "Tolol!" desis anak itu, "Sekarang kau membuka rahasia kita. Kita akan ketahuan!"
Satu dari kedua orang yang turun dari mobil datang ke dekat pagar lapangan. Ia memandang keenam "boneka salju".
"Hei! Kemari sebentar!" katanya memanggil temannya. Yang dipanggil datang menghampiri, Colin dan George gemetar ketakutan, "Apa" Ah, itu. Kemarin kan kita sudah melihat boneka-boneka itu. Kau sudah lupa ya"" katanya, "Rupanya hari ini ada lagi anak- yang bermain di sini, dan membuat beberapa boneka lagi, Ayo, kita pergi saja. Anjing yang menggonggong tadi rupanya tersasar."
Sapta Siaga 01 Serikat Sapta Siaga di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kedua orang itu meninggalkan pagar, lalu berjalan menuju ke rumah tua. Colin dan George menarik napas lega. Wah, nyaris mereka celaka! Untung mereka mengenakan pakaian samaran yang berwarna putih. Dan untung Skippy juga serba putih.
Lama setelah itu keadaan sunyi. Tak terdengar bunyi sama sekali. Colin dan George semakin kedinginan. Keduanya juga semakin tak sabar. Apa yang sedang terjadi dalam rumah tua itu" Mereka ingin sekali mengetahuinya, Apakah Jack dan Peter dijebak oleh kedua orang yang baru datang itu"
Mereka merasa perlu meninggalkan tempat itu, dan pergi menyelidiki sendiri ke rumah itu untuk melihat apa yang terjadi, Tapi tiba-tiba mereka mendengar sesuatu. Ada orang bicara. Ah, rupanya kedua orang yang tadi datang sudah kembali, Terdengar bunyi pintu mobil terbuka, dan kemudian tertutup kembali dengan pelan-pelan. Mesin dihidupkan. Mobil meluncur ke ujung jalan, memutar di pintu pagar lapangan, lalu melaju pergi di atas salju lembut yang mulai mencair,
"Mereka sudah pergi," ujar Colin. "Dan kita ini benar-benar tolol. Kenapa tadi tidak menyelinap ke pagar, dan mencatat nomor polisi mobil itu. Sekarang sudah terlambat!"
"Ya, mestinya itu kita lakukan tadi," kata George membenarkan. "Apa yang harus kita lakukan sekarang" Apakah sebaiknya kita tunggu saja sampai Peter dan Jack keluar lagi""
"Ya, tapi jangan terlalu lama," ujar Colin. "Kakiku sudah beku rasanya."
Mereka menunggu lagi selama lima menit. Tapi baik Jack maupun Peter masih belum muncul juga, Karena itu kedua anak itu pergi ke pintu pagar, Kaki mereka terjeblos-jeblos ke dalam salju yang mulai mencair, Mereka memanjat pagar, dan tak lama kemudian mereka sudah berjalan di pekarangan rumah tua. Keduanya bergegas ke pintu depan, dibuntuti Skippy.
Tapi seperti sudah dapat diduga, Colin dan George tidak bisa masuk lewat pintu itu. Mereka juga tak bisa masuk lewat pintu samping, begitu pula pintu belakang. Kemudian, seperti yang dialami Jack dan Peter, mereka melihat jendela terbuka! Mereka menyelinap ke,dalam, dan sampai di dapur, Keduanya menajamkan telinga. Tapi tak ada yang terdengar, Mereka memanggil-manggil dengan suara pelan.
"Jack! Peter! Di mana kalian""
"Tak ada yang menjawab Rumah itu tetap sunyi, Kemudian Skippy menyalak dengan lantang, lalu lari ke lorong yang terdapat di antara dapur dan ruang penyimpanan makanan, Anjing itu mengorek-ngorek di depan sebuah pintu,
Dengan segera Colin dan George mengikuti ke lorong. Sesampainya di sana, segera terdengar suara Peter,
"Siapa itu" Colin" George" Kalau itu kalian, sebutkanlah kata sandi kita!"
"Pekan!" seru George, "Di mana kalian""
"Di sini! Dalam gudang bawah tanah, Kami akan naik ke atas," terdengar suara Peter berseru dari bawah. "Kami tak apa-apa, Bisakah kalian membuka pintu - atau barangkali kuncinya dibawa orang-orang itu""
"Tidak! Kuncinya ditinggal di sini!" jawab Colin.
Pintu itu dibukanya, lalu didorong sehingga terbuka lebar. Tepat pada saat itu Jack dan Peter sampai
di ujung atas tangga, Mereka disusul oleh Kilat Biru. Rupanya kuda itu tak mau ditinggal sendiri dalam gudang yang gelap, Ia ingin bersama-sama kedua teman kecilnya yang baik hati,
Colin dan George melongo karena heran, Mata mereka melotot memandang Kilat Biru, seakan-akan belum pernah melihat kuda seumur hidup mereka, Seekor kuda - terkurung dalam gudang bawah tanah - bersama Peter dan Jack. Benar-benar luar biasa!
"Orang-orang itu sudah pergi"" tanya Peter, Colin mengangguk.
"Ya, mereka pergi dengan mobil mereka, Karena itulah kami datang kemari untuk mencari kalian, Mereka melihat kami di lapangan, karena tiba-tiba Skippy menggonggong, Tapi mereka menyangka kami boneka salju, Dan kalian - apa yang tadi terjadi di sini""
"Sebaiknya kita keluar saja dari rumah ini," ujar Peter. "Aku tak tahan lagi lama-lama di sini." Kemudian ia pergi menuntun Kilat Biru, Colin heran, mengapa kuda itu tidak menimbulkan bunyi berisik pada saat berjalan di lantai papan. Dipandangnya kuku kuda, lalu berseru, "Lihatlah! Apa yang di kakinya itu""
"Sandal bulu yang dibuat pas untuk kukunya," jawab Peter sambil meringis, "Jejaknyalah yang kelihatan aneh di salju, Rupanya kedua orang itu sengaja memasangkannya, agar tidak terlalu ribut di gudang bawah tanah! Wah, tadi kuda ini ketakutan sekali sewaktu kami menemukannya. Ayo- aku mau pulang saja!"
"12 Rahasia Terbongkar
"ENAM sosok tubuh melangkah di jalan bersalju. Dua orang anak bermantel hitam, dua lagi mengenakan pakaian serba putih yang aneh kelihatannya, Kemudian seekor anjing berjubah putih kedodoran, dan seekor kuda yang bagus, Wajah keempat anak itu dicat putih. Kelihatannya benar-benar aneh. Tapi tak ada yang berpapasan dengan mereka, jadi tak apalah!
Sambil berjalan, Peter asyik bercerita, Colin dan George mendengarkan dengan mulut melongo. Mereka sebenarnya agak iri, karena .tidak ikut mengalami peristiwa gawat itu,
"Kilat Biru akan kumasukkan ke dalam salah satu kandang kuda di tempat pertanian kami," ujar Peter. "Sekarang dia aman! Pasti kedua orang itu akan bingung jika melihat Kilat Biru sudah lenyap. Besok akan kita laporkan semuanya pada polisi. Kita besok bertemu pukul setengah sepuluh pagi di gudang--dan jangan lupa jemput Pam dan Barbara! Wah, bukan main, kita benar-benar mengalami petualangan seru, Dan menurut pendapatku, Sapta Siaga telah berhasil menyelesaikan tugas dengan baik! Aduh, aku mengantuk sekali, Aku pasti nanti langsung tertidur!"
Setengah jam kemudian mereka sudah berbaring dan tidur nyenyak. Janet sama sekali tidak bangun ketika Peter masuk. Kilat Biru sudah dimasukkan ke dalam kandang sebelumnya,
Keesokan harinya, seisi rumah gempar! Peter melaporkan pengalaman mereka kemarin malam pada orangtuanya, Ayahnya mendengarkan dengan heran, lalu pergi ke kandang untuk memeriksa Kilat Biru,
"Wah, ini kuda pacuan hebat," ujarnya sesudah selesai memeriksa, "Dan kelihatan jelas, bulunya diolesi semacam cat sehingga berwarna cokelat. Menurut perasaanku, orang-orang itu berniat menjualnya untuk diikutkan ke perlombaan dengan nama lain, Wah, wah, wah! Kau dan Sapta Siaga berhasil menghalang-halangi niat penjahat itu, Peter!"
"Apakah sebaiknya sekarang kita laporkan saja pada polisi"" ujar ibunya dengan cemas. "Menurutku, polisi harus cepat-cepat menang- kap bandit-bandit itu."
"Serikat Sapta Siaga akan mengadakan rapat di gudang pukul setengah sepuluh pagi ini," kata Peter. "Bagaimana kalau polisi kita undang untuk menghadirinya""
"Tak mungkin - kurasa polisi pasti tak mau duduk di atas pot kembang dan peti-peti kalian," bantah ibunya. "Sebaiknya kalian berkumpul semua di kamar kerja Dad, Tempat itu cocok untuk para polisi,"
Jadi pukul setengah sepuluh, ketujuh anggota Sapta Siaga sudah siap menanti dalam kamar kerja ayah Peter. Mereka gelisah. Apa lagi anggota tak resmi, Skippy. Anjing itu sudah tak tahu apa yang harus diperbuatnya. Lari ke sana kemari, menggigit-gigit ujung permadani,
Tepat pukul setengah sepuluh, bel berbunyi. Pintu dibuka ibu Peter, dan dua orang polisi berbadan tegap masuk. Keduanya memandang dengan heran ketika melihat banyak anak-a
nak duduk membentuk lingkaran.
"Selamat pagi," ujar Pak Inspektur memberi salam. "Eh - ada apa ini sebenarnya" Anda tadi tak mau bicara banyak sewaktu menelepon!
"Memang saya sengaja, Saya ingin Pak Inspektur mendengar sendiri ceritanya dari mulut anak-anak ini," jawab ayah Peter. Ia membentangkan koran pagi, dan meletakkannya ke atas meja. Anak-anak berkerumun.
"Pada halaman depan tertera gambar seekor kuda dalam ukuran besar. Bagus sekali kuda itu. Di bawahnya tertulis dengan huruf-huruf besar:
"KILAT BIRU DICURI ORANG. KUDA PACUAN TERKENAL HILANG LENYAP, POLISI BELUM MENGETAHUI TEMPAT Disembunyikan,
""Tentu Anda melihatnya juga pagi ini," kata ayah Peter lagi, "Peter, katakanlah pada Pak Inspektur, di mana Kilat Biru sekarang!"
"Dalam kandang kami!" seru Peter. Senang sekali anak itu, ketika melihat wajah kedua polisi yang keheranan,
Kedua polisi itu mengeluarkan buku catatan masing-masing. "Ini penting sekali," ujar Pak Inspektur pada ayah Peter. "Benarkah kuda itu ada dalam kandang Anda""
"Saya rasa begitu," jawab ayah Peter. "Anda silakan melihatnya, kalau mau, Peter, ceritakanlah pengalaman kalian." .
"Sebaiknya kami bergiliran saja menceritakannya," kata Peter, Kemudian ia mulai bercerita, Dikisahkannya, mereka bertujuh membuat boneka salju di lapangan, Kemudian giliran Jack memaparkan pengalamannya. Ia memaparkan, di malam itu ia sibuk mencari lencana anggota Sapta Siaganya yang terjatuh di lapangan, Sesudah itu ia melihat mobil datang dengan menggandeng sebuah kotak besar beroda,
"Sekarang saya tahu, kotak itu gerobak pengangkut kuda," ujarnya. "Tapi kemarin saya belum tahu, Saya tak bisa menerka--dan saya kira semacam gerobak pengangkut barang pindahan, Saya juga sama sekali tidak melihat jendela-jendela, "
Ketujuh anak itu bercerita sambung-menyambung. Akhirnya sampai pada bagian yang menegangkan, Peter dan Jack menyelinap masuk ke dalam rumah untuk mencari tempat tawanan dikurung kemudian mereka terjebak.
Selanjutnya Colin dan George, Keduanya berebutan bercerita, bahwa mereka kemudian ikut menyelinap masuk ke rumah tua lewat jendela, untuk mencari Jack dan Peter,
"Anak-anak ini gemar bertualang rupanya!" ujar Pak Inspektur sambil memandang ibu Peter, Matanya memancarkan sinar geli,
"Ya, memang," balas ibu Peter, "Tapi saya tak senang kalau mereka berkeliaran di malam hari, Pak Inspektur. Seharusnya saat itu mereka berada di tempat tidur, dan tidur pulas,"
"Betul," kata Pak Inspektur lagi, "saya setuju dengan pendapat Anda, Seharusnya mereka segera melaporkannya pada polisi. Memecahkan rahasia adalah urusan kami, Berkeliaran tengah malam, menyamar sebagai boneka salju - belum pernah saya dengar kelakuan seperti itu!"
Pak Inspektur berbicara dengan suara galak, sehingga ketiga anak perempuan anggota Sapta Siaga merasa ketakutan. Tapi kemudian mereka melihat Pak Inspektur tersenyum, Barulah ketiganya sadar, bahwa sebenarnya polisi itu senang melihat hasil penyelidikan mereka.
Sekarang saya harus menyelidiki nama pemilik rumah tua itu," katanya melanjutkan, "sesudah itu akan saya tanyakan padanya, barangkali dia mengetahui hal-hal yang terjadi di rumahnya itu."
"Pak Inspektur tak perlu susah-susah lagi. Namanya Mr, Holikoff. Dia tinggal di Covelty, di Jalan Heycom Nomor 64!" seru George dengan segera. "Kami - maksudku, Pam dan saya sendiri yang menyelidikinya."
"Bagus!" ujar Pak Inspektur, Petugas polisi yang satu lagi dengan segera mencatat keterangan itu. "Bagus sekali kerja kalian!"
"Tapi kalian barangkali tidak mencatat nomor polisi mobil mereka," ujar polisi yang kedua. "Kalau kalian lakukan, akan sangat menolong tugas kami."
"Ah, sayang tidak kami lakukan," ujar Colin menyesal. "Tapi kedua teman perempuan kami ini mengetahui sesuatu tentang gerobak kudanya. Mereka sempat mengukur lebar roda, bahkan menggambar jejak-jejak roda itu yang membekas pada salju lembut."
"Janet yang membuatnya," ujar Barbara dengan jujur, la menyesal karena menertawakan temannya itu ketika sedang sibuk menggambar, Janet mengeluarkan lembaran kertas yang bergambar jejak roda gerobak. Pak Inspektur denga
n segera mengambilnya, la kelihatan puas sekali!
"Hebat! Kalian benar-benar bekerja dengan sangat teliti. Sekarang tak ada gunanya lagi memeriksa jejak itu, karena salju sudah meleleh, Ini bukti yang sangat penting, Wah, kalian ini banyak sekali akalnya!"
Muka Janet merah padam karena malu bercampur bangga, Peter memandang adiknya dengan senyum senang. Adik perempuannya itu memang hebat. Seorang anggota Sapta Siaga sejati!
"Rupanya anak-anak ini sudah melakukan hampir semua tugas yang harus kami kerjakan," ujar Pak Inspektur sambil menyimpan buku catatannya kembali. "Mereka sudah mencatat alamat pemilik rumah. Kalau ternyata dia memiliki gerobak pengangkut kuda yang roda-rodanya cocok dengan gambarmu ini...nah, dia terpaksa harus menjawab beberapa pertanyaan yang tak enak baginya!"
Kedua polisi itu pergi ke kandang untuk melihat Kilat Biru, Anak-anak ikut berkerumun. Telinga si Kilat Biru mulai tegak meruncing lagi, pertanda ia mulai takut. Peter cepat-cepat menenangkannya,
Betul! Warna bulunya sudah diubah oleh penjahat-penjahat itu," ujar Pak Inspektur sambil meraba-raba punggung Kilat Biru. "Kalau mereka sempat mengecatnya dengan warna cokelat, pasti takkan ada yang bisa mengenalinya, Menurutku, kedua penjahat yang kalian ceritakan itu berniat untuk melakukannya malam ini, dan sesudah itu memindahkan Kilat Biru ke kandang lain! Tentu saja sementara mereka mengubah warna, kuda ini harus disembunyikan di suatu tempat sepi. Jadi mereka memilih gudang bawah tanah rumah tua kosong - yang dimiliki oleh Mr, J. Holikoff. Aku ingin tahu sekarang - apa yang diketahui Mr, Holikoff itu mengenai persoalan ini!
Anak-anak tak sabar lagi menunggu kabar mengenai akhir pengalaman mereka. Kabar itu mereka dengar pada rapat Sapta Siaga berikutnya. Yang mengadakan bukan mereka sendiri, melainkan orang tua Peter dan Janet.
Rapat dilangsungkan dalam gudang. Ayah dan ibu Peter duduk di atas peti-peti terbesar, Sedangkan Peter dan Janet duduk bersila di lantai.
"Anak-anak," kata ayah Peter membuka laporannya, "Ternyata Mr. Holikoff memang pemilik gerobak pengangkut kuda itu. Mobil itu juga miliknya, Polisi menunggu dua orang yang kalian lihat di rumah tua kemarin malam. Dan mereka ternyata benar-benar datang kembali! Sekarang mereka sudah masuk ke dalam tempat tahanan. Mereka begitu terkejut ketika melihat Kilat Biru sudah tak ada lagi, sehingga tidak memberikan perlawanan ketika ditangkap! "
"Siapakah pemilik Kilat Biru yang sebenamya, Dad"" tanya Peter, "Dalam koran tertulis, namanya Kolonel James Healey, Apakah dia mengirim orang untuk menjemput Kilat Biru""
''Ya,'' jawab ayahnya. "Hari ini Kilat Biru akan dijemput dengan gerobak kuda miliknya, Dia juga mengirimkan sesuatu untuk Sapta Siaga, Maukah kau memeriksa apa kiriman itu, Peter""
Peter menerima sepucuk surat yang disodorkan ayahnya. Dengan cepat sampul surat itu dibukanya. Seberkas karcis jatuh berhamburan ke lantai. Janet meraih selembar.
"Wah! Karcis untuk menonton sirkus, sekaligus untuk menonton pertunjukan pantomim. Ada berapa lembar" Barangkali tujuh""
Betul. Karcisnya berjumlah tujuh lembar. Ketujuh anggota Sapta Siaga menerima hadiah atas kesiagaan mereka. Hanya Skippy yang tidak kebagian.
"Ah, sudahlah, Skip! Nanti kau kami beri tulang yang lemat dan nikzat! Boleh ya, Mom"" seru Janet sambil memeluk anjingnya erat-erat.
" Apa lagi yang kaukatakan itu, Janet" Mengapa kau memakai bahasa asing"" tanya ibunya dengan heran. Teman-teman yang lain tertawa.
Di atas sampul tertulis, "Untuk Serikat Sapta Siaga, dengan ucapan salam dan terima kasih. J.H"
"Pak Kolonel itu baik ya," ujar Peter. "Padahal kami sama sekali tak menginginkan hadiah. Pengalaman kami saja sudah merupakan hadiah yang hebat!"
"Terserah kalian sajalah, untuk bercerita panjang-lebar mengenainya," ujar ibu Peter sambil bangkit. "Kalau kami berdua lama-lama duduk di sini, tahu-tahu kami sudah menjadi anggota pula. Kalau begitu namanya harus diubah menjadi Sembilan Siaga. Bukan Sapta Siaga lagi!"
""Tidak! Perkumpulan kami harus tetap Sapta Siaga," ujar Peter tegas. "Serikat yang paling sigap! Hi
dup Sapta Siaga!" TAMAT tamat Pembunuhan Di Malam Natal 4 Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung Pendekar Super Sakti 15
"Ya, mungkin dia akan marah," kata Peter. "Kita harus pintar bertanya. Lebih baik kita pikirkan dulu masak-masak."
Mereka berpikir. "Ya, aku tak tahu cara lain. Bagaimana kalau kita memancingnya saja" Kita tanyakan padanya apakah dia tidak takut kalau ada pencuri," kata Peter pada akhirnya. "Kita coba saja, barangkali dia mau bicara."
"Baiklah," kata Colin, "Tapi rasanya, cara begitu kurang meyakinkan. Lebih baik kita masuk saja,"
Skippy lari mendahului, lalu menghilang di pojok rumah. Ketiga anak laki-laki mengikuti jejak dengan hati-hati, Mereka melihat jejak sandal bundar tampak di mana-mana, Seakan-akan pembuat jejak itu memberontak, dan meloncat ke sana kemari!
"Jejaknya tidak menuju ke pintu depan," kata Colin. "Sudah kukira sejak tadi! Jejak-jejak ini mengitari rumah lewat samping. Lihatlah, arahnya melewati pintu samping, tempat si penjaga keluar kemarin. Jejak itu melewati jalan ini, dan menuju pintu dapur!"
"Eh, aneh sekali!" ujar Peter heran. "Kenapa ada orang yang berjalan melompat-lompat ke pintu dapur, padahal ada pintu depan dan pintu samping" Ya, di sini ada tiga bentuk jejak. Dua jejak sepatu biasa, dan satu yang seperti memakai sandal bundar. Aku tidak mengerti!"
Mereka mencoba untuk membuka pintu dapur. Tapi tak berhasil karena terkunci. Mereka mengintip
lewat jendela. Di dapur tak kelihatan ada orang, Yang ada cuma kompor gas, bak cuci piring yang penuh dengan perabotan kotor, serta sebuah ember di dekatnya,
"Rupanya Pak Penjaga hanya memakai dapur dan kamar depan," kata Jack.
"Tiba-tiba Peter berseru, "Awas-itu dia datang.
Pak Penjaga berjalan terseok-seok masuk ke dalam dapur. Ia melihat ketiga anak laki-laki yang sedang mengintip. Dengan marah, jendela dibukanya.
"Jika kalian mencari anjing, dia ada di pekarangan depan!" teriaknya. "Sekarang pergi dari sini! Aku tidak senang ada anak-anak yang bermain di sini. Nanti tahu-tahu kalian sudah memecahkan jendela!"
"Tidak, kami bukan hendak bermain-main di sini!" Jack berteriak agar kata-katanya terdengar oleh bapak tua yang tuli itu. "Kami hanya hendak mengambil anjing kami lalu pergi kembali. Maaf, karena dia berani-berani masuk kemari."
"Bapak tidak kesepian sendirian di sini"" teriak Colin. "Tidak takut pencuri""
"Tidak. Aku tidak takut," seru bapak tua itu agak meremehkan. "Aku punya senjata, tongkat besarku ini, Lagi pula, di sini tak ada barang berharga untuk dicuri."
"Tapi kenyataannya, ada orang yang berjalan menuju pintu belakang!" jerit Peter, Ia melihat kesempatan untuk membicarakan persoalan jejak rahasia dengan penjaga tua itu, sambil menyelidiki kalau-kalau ia mengetahui sesuatu. Peter menunjukkan jari ke arah jejak yang menuju ke pintu belakang. Pak Penjaga menjulurkan badan ke luar jendela dan memperhatikan jari telunjuk Peter.
"Itu kan jejak kalian sendiri. Menginjak-injak pekarangan orang tanpa izin!" bentaknya.
"Bukan, itu bukan jejak kami. Aku berani taruhan, pasti ada pencuri atau orang lain datang kemari semalam!" seru Peter. Ketiga anak laki-laki itu memperhatikan wajah Pak Penjaga. Mereka ingin melihat, apakah air mukanya berubah.
"Eh!" teriaknya. "Kalian rupanya ingin menakut-nakuti aku ya!"
"Tidak, aku bukan mau menakut-nakuti!" "balas Peter dengan suara nyaring. "Apakah Bapak mendengar sesuatu tadi malam" Jika ada pencuri mencoba masuk, apakah Bapak mendengarnya""
"Aku ini tuli!" seru Pak Penjaga. "Aku tak bisa mendengar apa-apa eh, nanti dulu. Ya, rasanya aku mendengar sesuatu tadi malam, Tapi aku lupa. Eh, benar juga. Aneh!"
Ketiga anak yang berdiri di depan jendela hampir-hampir tak bernapas karena terlalu berminat.
"Apa yang Bapak dengar"" tanya Jack. Tapi ia lupa berteriak. Karena itu Pak Penjaga tidak memedulikannya. Orang tua itu mengerutkan dahi. Mukanya yang sudah keriput kelihatan semakin keriput.
"Rasanya aku mendengar suara memekik atau bunyi lain seperti itu," katanya perlahan.
"Kukira telingaku yang mendengung, Telingaku memang sering mendengung, Karena itu aku tidak bangun untuk memeriksa, Tetapi tidak ada barang yang dicuri, Juga tidak terjadi kerusakan sama sekali. Jadi untuk apa aku repot-repot", Kalau ada orang mau menjerit, biarlah dia menjerit!"
"Apakah pekikan itu terjadi di dalam rumah"" pekik Peter.
"Kalau pekikannya terjadi di luar, aku tak mungkin mendengarnya," kata orang tua itu.
""Aku ini sudah tuli benar." Tiba-tiba Pak Penjaga mulai curiga. "Ah, kalian ini cuma mau mempermainkan aku. Mau menakut-nakuti orang tua. Kurang ajar!"
"Bolehkah kami masuk dan memeriksa ke dalam"" seru Colin. Kedua temannya memandang penjaga itu dengan penuh harapan. Mereka mengharapkan orang tua itu akan mengizinkan, Tapi tentu saja hal itu tidak terjadi,
"Berani benar kalian ini, meminta masuk!" teriak Pak Penjaga. "Aku tahu anak-anak seperti kalian ini. Kegemarannya mengganggu orang lain, membuang-buang waktuku, Sekarang keluar semuanya! Jangan berani datang kemari dengan dongeng tentang pencuri dan sebagainya. Ayo pergi!"
Tepat pada saat itu Skippy datang berlari-lari. Ia melihat penjaga tua yang sedang marah di jendela, Skippy meloncat ke arahnya, maksudnya hendak memberi salam, Pak Penjaga meloncat mundur ketakutan. Dikiranya Skippy hendak menggigit. Pak tua itu menjulurkan badan ke luar, dan mengayunkan tongkat hendak memukul. Skippy mengelak lalu menggonggong.
"Kuhajar nanti anjing kalian!" seru pak tua itu. "Ya, dan kalian juga sekaligus, Berani-berani men
ggoda orang tua. Tunggu saja! Tahu rasa nanti!"
"Penjaga tua pemarah itu menghilang, keluar dari dapur.
"Dia pasti akan muncul dari pintu samping," kata Peter. "Ayo, kita pergi saja. Kita sudah mengetahui hal-hal yang ingin kita ketahui, Lagi pula, suaraku sudah serak karena berteriak - teriak!"
" 8 Sekali Lagi Rapat "PERTEMUAN sore itu ramai dan menarik, semuanya membawa laporan. Mereka tiba di gudang tua tepat pada waktunya. Kata sandi terdengar disebutkan berturut-turut.
"Pekan!" "Pekan!" "Pekan!" Ketujuh anggota masuk satu per satu dan tak lama kemudian semuanya sudah lengkap duduk di dalam gudang, Semuanya kelihatan seperti orang penting. Skippy duduk di dekat Peter dan Janet. Telinganya yang panjang terkulai ke bawah, memberikan kesan pintar.
"Pam dan George, kalian yang menyampai- kan laporan pertama," kata Peter:
Kedua anak itu menyampaikan laporan, Mereka bercerita bahwa mereka berhasil menyelidiki rumah tua yang kosong itu, dan bahwa rumah itu telah dijual beberapa waktu yang lalu kepada seseorang bernama J. "Holikoff. Tapi pemiliknya tak pernah tinggal di sana,
"Kau mencatat alamatnya"" tanya Peter, "Mungkin penting artinya."
"Oh ya," kata George, Ia mengeluarkan buku catatannya, lalu membaca alamat yang tertulis di dalamnya.
"Bagus! Mungkin kita harus menghubunginya jika nanti ternyata ada hal-hal aneh yang terjadi di rumah kosongnya," kata Peter.
Pam dan George merasa sangat bangga.
Kemudian menyusul laporan Janet dan Barbara. Mereka bercerita bahwa jejak mobil datang dari arah kota Templeton, kemudian mobil itu berhenti di depan pintu pagar rumah tua, seperti yang dilihat Jack semalam. Selanjutnya mereka juga melaporkan bahwa jejak mobil mengarah ke lapangan di pinggir sungai, masuk ke lapangan, berputar di situ, kemudian keluar lagi. Dilaporkan juga bahwa dari jejak roda, tampak jelas kendaraan itu bolak-balik melalui jalan yang sama.
"Pekerjaan kalian memuaskan," kata Peter. Janet mengeluarkan buku catatannya, wajahnya agak memerah. "Aku juga masih mempunyai laporan lain," katanya. Ia menunjukkan gambar jejak roda yang telah dibuatnya,
"Aku tak tahu apakah ada gunanya bagi kita, Tapi ini gambar jejak roda mobil atau gerobak gandengannya, Aku juga mengukur lebarnya,
Semua memperhatikan gambar yang ditunjukkan Janet. Kelihatannya sama sekali tidak mengesankan, tetapi Peter puas.
"Walaupun gambar ini tidak ada gunanya, gagasanmu untuk membuatnya bagus sekali," ujarnya. "Misalkan saja jejak roda ini penting artinya - sedangkan salju sudah mencair- gambarmu ini satu-satunya pegangan yang kita punya untuk mengetahui jenis roda."
"Ya, menurut pendapatku, kau telah bekerja dengan baik, Janet," Colin memuji adik temannya itu.
Janet kelihatan sangat bangga. Buku catatan disimpannya kembali "Sekarang giliran kalian bertiga untuk menyampaikan laporan," kata Janet, meskipun ia sendiri sudah mendengar sebagian dari Peter, sewaktu menunggu teman-teman datang.
Peter yang menyampaikan laporan, mewakili Colin dan Jack. Yang lain-lain mendengarkan dengan serius, Kelihatan semuanya sangat tertarik.
"Jadi, tadi malam memang ada orang yang datang ke rumah tua itu, kemudian masuk lewat pintu dapur, karena jejak kaki di salju mengarah ke situ," kata Peter mengakhiri laporannya. "Dan menurut perkiraanku, di situ ditinggalkan seorang tawanan."
Napas Pam tersentak. "Tawanan" Apa maksudmu""
"Bukankah sudah jelas bahwa ada tawanan dalam mobil gandeng yang tak berjendela itu" Seorang tawanan yang tak boleh dilihat maupun didengar orang lain. Seseorang yang diseret ke dapur dan dipaksa masuk, kemudian disembunyikan di salah satu tempat dalam rumah itu. Seseorang yang disakiti dan memekik, begitu nyaring pekikannya sehingga Pak Penjaga yang tuli juga mendengarnya," ujar Peter.
"Teman-temannya kelihatannya kurang enak dan gelisah.
"Wah, aku tidak suka mendengarnya," kata Colin. Tak ada yang senang mendengarnya. Seram rasanya membayangkan seorang tawanan malang yang menjerit-jerit, terkurung di salah satu tempat dalam rumah tua yang kosong.
"Bagaimana dengan makanannya"" kata Colin pada akhirnya,
"Ya, dan ba gaimana dengan air minumnya," sambung Janet. "Lagi pula, mengapa orang itu terkurung di situ""
"Mungkin dia diculik," kata Jack. "Wah, kalau dugaan kita ini benar persoalannya benar-benar gawat."
Beberapa saat lamanya semua membisu, sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Apakah sebaiknya kita katakan pada orang tua kita"" tanya Pam.
"Atau barangkali ke polisi saja"" sambung Jack.
''Nanti dulu! Kita harus menyelidiki dulu lebih jauh," kata Peter menenangkan. "Mungkin saja persoalan biasa, Misalnya saja mobil salah jalan atau hal semacam itu."
"Eh, aku dapat kesimpulan baru!" kata Jack. "Mobil gandengannya mungkin saja semacam ambulans, bukan" Maksudku, ambulans yang dipakai orang-orang untuk mengangkut pasien ke rumah sakit! Mungkin mobil itu ambulans yang salah jalan, kemudian berhenti ketika tahu telah tersasar. Sedang suara pekikan adalah pasien yang menjerit kesakitan."
"Tapi Pak Penjaga mengatakan dia juga mendengar suara orang memekik di dalam rumah," kata Peter. "Tapi tentu saja mungkin cuma dengungan di kepalanya. Katanya, hal itu kadang-kadang dialaminya. Memang, Jack, mungkin saja yang datang itu sebuah ambulans yang ditarik mobil. Meskipun harus kukatakan, aku belum pernah melihat ambulans seperti itu."
"Pokoknya, kita jangan bilang siapa-siapa dulu sebelum kita sendiri membuktikan bahwa hal yang aneh benar-benar telah terjadi," kata Colin, "Kita nanti akan malu jika sudah melaporkan pada polisi, tapi ternyata semuanya cuma persoalan biasa."
"Betul katamu. Kita jangan terburu-buru menceritakan rahasia ini pada orang lain," ujar Peter, "Tapi tentu saja kita sendiri harus berbuat sesuatu. Kita tidak bisa membiarkannya begitu saja."
"Tentu saja kita harus berbuat sesuatu," kata George. "Tapi apa yang harus kita lakukan""
"Sebaiknya kita pikirkan dulu," kata Peter,
Sekali lagi ketujuh anak itu berpikir. Langkah "manakah yang sebaiknya diambil sekarang" Akhirnya Jack yang membuka mulut.
"Aku mendapat akal!" katanya. "Tapi agak menyeramkan, Sebaiknya para anggota perempuan tak usah ikut."
"Kami tak boleh ikut"" protes ketiga anak perempuan serempak,
"Persoalannya begini. Jika betul ada seorang tawanan terkurung dalam rumah itu, dia pasti harus diberi makan dan minum," kata Jack menerangkan. "Dan orang yang memberi makan-minum harus datang ke situ pada malam hari, Betul, kan" Jadi, bagaimana jika kita bergiliran setiap malam untuk mengawasi rumah tua itu" Kita perhatikan siapa yang masuk, barangkali juga membuntuti untuk melihat ke mana dia pergi, serta melihat siapa yang ditahan di dalam rumah."
"Kelihatannya gagasanmu bagus juga," kata Peter, "Tapi giliran menjaga harus dilakukan berdua. Aku tak mau pergi sendiri dan bersembunyi di sana malam hari!"
"Kurasa, barangkali malam ini akan ada orang datang," kata George. "Mengapa tidak kita berempat saja yang mengintai di sana""
"Wah, susah jika berempat! Di mana harus bersembunyi supaya tidak kelihatan"" kata Colin,
"Aku ada akal! Lebih baik kita membungkus badan kita dengan kain putih, Kita menggabungkan diri dengan boneka salju di lapangan!" Sebetulnya Peter berkata begitu untuk berkelakar saja. Tetapi ketiga anggota yang laki-laki menyambut usulnya dengan gembira.
"Oh ya, Peter! Itu bagus! Jika kita membungkus badan dengan kain putih, pasti takkan ada yang mengira kita bukan boneka salju," ujar Colin,
"Dan tempat itu kita bisa memperhatikan jalan. Kita dapat mendengar dan melihat semua orang yang datang," sambung George.
""Kalau ada yang datang, dua orang dari kita bisa membuntuti masuk ke rumah, Dua orang lagi menjaga di luar dengan menyamar sebagai boneka salju, Kalau yang di dalam mengalami kesulitan, kedua teman yang di luar bisa meminta tolong," kata Jack. "Aku kepingin berdiri di luar, di antara boneka-boneka salju. Tapi kita harus membungkus badan supaya hangat."
"Kami tak boleh ikut"" tanya Pam,
"Aku tak mau ikut!" kata Barbara dengan segera.
"Memang kalian sebaiknya tidak ikut," kata Peter, "Malam ini yang beraksi hanya para anggota laki-laki!"
"Wah, hebat!" seru Jack. Matanya berkilat-kilat karena gembira. "Bagaimana dengan Ski
ppy, apakah dia juga ikut""
"Rasanya lebih baik kita mengajaknya," jawab Peter. "Kalau kusuruh diam, dia bisa diam. "
"Akan kubuatkan jubah kecil putih untuknya," kata Janet. "Dengan begitu dia juga tak bisa terlihat lagi. Dia akan kelihatan seperti sebongkah salju!"
Ketujuh anak itu mulai bersemangat.
"Pukul berapa kita pergi nanti"" tanya Colin,
"Bukankah semalam orang-orang itu datang sekitar pukul setengah sepuluh"" kata Jack.
"Jadi, malam ini kita beraksi pada saat yang sama, Kalian berkumpul di sini sekitar pukul sembilan malam nanti. Wah, bukan main! Rahasia ini mulai asyik!"
" 9 Aksi Malam Hari "SEPANJANG sore Janet sibuk membuat jubah putih untuk Skippy. Peter mengambil sehelai seprai putih, dan menemukan mantel tua berwama putih, Seprai putih itu sangat lebar, Peter berpendapat sebaiknya seprai itu dipotong menjadi empat bagian, untuk dipakai ketiga temannya dan dirinya sendiri.
Janet membantunya memotong seprai, lalu membuatkan lubang-lubang untuk leher dan lengan, Ia tertawa geli ketika Peter mencoba mengenakan salah satunya.
"Kau kelihatan aneh," katanya. "Tapi bagaimana dengan kepalamu" Bagaimana hendak kausembunyikan rambutmu yang cokelat tua itu" Malam ini terang bulan!"
"Kau harus membuatkan topi putih atau barang sejenis itu untuk kami berempat," kata Peter. "Sedangkan wajah kami akan dicat putih!"
"Di gudang ada kapur sedikit," kata Janet. "Ia cekikikan lagi, "Ya ampun, kau pasti akan kelihatan aneh! Boleh kan, aku datang ke gudang pukul sembilan nanti" Aku ingin melihat penampilan kalian sebelum berangkat,"
"Baiklah, jika kau bisa menyelinap keluar tanpa dilihat siapa-siapa," kata Peter, "Kalau tidak salah, Mom akan keluar malam ini, Jadi mestinya bisa! Tetapi kalau Mom tidak jadi keluar, jangan pergi. Karena jika kau membuat ribut, nanti semuanya gagal!"
Ternyata ibu mereka malam itu pergi, Janet bersyukur. Sekarang ia bisa menyelinap ke gudang dengan mudah, Peter mengatakan padanya agar jangan lupa membungkus badan dengan pakaian hangat. Dan kalau sampai tertidur, jangan bangun lagi!
"Aku pasti takkan tertidur!" kata Janet kesal. "Kau tahu hal itu takkan terjadi. Kau sendiri yang seharusnya berjaga-jaga, jangan sampai tertidur! "
"Jangan mengejek," tukas Peter, "Mana mungkin ketua Serikat sampai tertidur dalam menghadapi rencana sepenting ini! Janet, kali ini Sapta Siaga benar-benar menghadapi petualangan hebat!"
Pukul setengah sembilan malam lampu dalam kamar kedua anak itu dipadamkan, Dari luar, kedua kamar kelihatan gelap. Tapi di dalam dinyalakan lampu senter, Janet sibuk "sekali memasangkan jubah putih ke badan Skippy, Tapi anjing itu sama sekali tidak menyukainya. Jubah yang membungkus badannya digigit-gigitnya.
"Oh, Skippy, jangan membandel! Kau tak boleh ikut kalau tidak kelihatan seperti anjing salju," kata Janet hampir putus asa, Entahlah, apakah Skippy memahami kata-katanya atau tidak tapi pokoknya sejak saat itu Skippy membiarkan Janet memasangkan jubah, Setelah selesai terpasang, anjing itu kelihatan aneh dan sangat sedih,
"Ayo, jika kau masih ingin ikut. Sudah hampir pukul sembilan sekarang," terdengar suara berbisik. Ternyata Peter sudah menunggu di luar, Mereka berdua menuruni tangga dengan diam-diam, diikuti oleh Skippy. Badan mereka bertiga terbungkus hangat. Tetapi begitu mereka sampai di luar, ternyata udara tidak sedingin yang diperkirakan,
"Salju mencair! Malam ini suhu rupanya tidak turun," bisik Janet.
"Mudah-mudahan boneka salju kita belum mencair," kata Peter khawatir,
"Ah, pasti belum," ujar Janet. "Cepat, aku bisa melihat salah satu dari teman-teman kita,"
Kata sandi dibisikkan pelan-pelan di pintu gudang, Tak lama kemudian lima dari ketujuh Sapta Siaga telah hadir. Peter menyalakan lilin. "Mereka berpandangan dengan perasaan gembira.
"Kita harus mengecat muka kita dengan kapur, serta mengenakan jubah putih," kata Peter, "Setelah itu kita siap untuk pergi,"
Jack tertawa cekikikan. "Coba lihat si Skippy! Ia juga berpakaian putih! Skip, rupamu aneh."
Skippy menggonggong dengan suara lesu. Ia memang merasa aneh, Skippy yang malang, Sambil tertawa
-tawa, keempat anak laki-laki itu mengecat muka mereka dengan kapur. Sebelumnya mereka memakai jubah putih agar "mantel mereka tidak kotor, Janet memasangkan topi-topi kecil putih yang telah dibuatnya ke kepala setiap anak.
"Aduh! Aku tak mau ketemu kalian di jalan malam ini!" ujar Janet. "Kalian kelihatan menakutkan!"
"Sudah waktunya kita pergi," kata Peter, "Janet, sekarang kau tidur saja. Besok pagi akan kuceritakan pengalaman kami, Nanti aku akan masuk dengan hati-hati, supaya kau tidak terbangun "
"Aku takkan tidur sebelum kau pulang!" kata Janet. Anak itu melihat Peter pergi bersama ketiga temannya, Mereka bergerak di jalan yang diterangi sinar bulan. Empat sosok tubuh berjubah putih, dengan wajah dilaburi kapur, Mereka memang kelihatan seperti boneka salju yang sedang berbaris,
Dengan hati-hati mereka bergerak di jalan yang menuju ke rumah tua. Mata mereka bergerak kian kemari, kalau-kalau ada orang lewat.
Tapi mereka tidak berpapasan dengan siapa pun juga, Hanya ada seorang anak laki-laki yang tiba-tiba muncul di pojok jalan, Karena tempat itu bersalju, keempat anggota Sapta Siaga tak sempat mendengar langkahnya, Mereka tertegun ketika anak itu muncul.
"Anak itu berhenti, Matanya melotot, memandang keempat boneka salju hidup dengan penuh ketakutan,
"Iiiih!" erangnya, "Hii-siapa kalian""
Peter mengeluarkan suara erangan. Suaranya menyeramkan sekali, sehingga anak laki-laki itu gemetar karena ngeri, "Toloong! Ada boneka salju hidup! Tolooong!"
Ia lari kocar-kacir sambil berteriak-teriak. Keempat anggota Sapta Siaga yang sedang menyamar tak mampu menahan rasa geli. Mereka tertawa cekikikan, sambil menyandarkan diri di pagar,
"Aduh, ya ampun!" kata Jack di sela-sela tawanya, "Hampir meledak tawaku tadi, ketika kau mengerang seseram itu, Hahaha, kau hebat, Peter!"
"Ayo! Kita pergi saja dari sini sebelum anak itu datang lagi bersama orang lain," kata Peter, Mereka meneruskan perjalanan sambil tertawa-tawa. Mereka membelok ke jalan yang menuju ke rumah tua. Tak lama kemudian, mereka sudah sampai, Rumah itu kelihatan sepi dan gelap, Hanya atapnya yang putih ditimpa sinar bulan.
"Rupanya belum ada orang," kata Peter. "Di mana-mana belum kelihatan lampu menyala, Juga tak terdengar suara sama sekali."
"Kalau begitu, kita masuk saja dan menggabungkan diri dengan barisan boneka salju," ujar Jack. "Peter! Coba kaularang Skippy, jangan terus-terusan menyelinap di antara kakiku. Aku nanti tersandung!"
Mereka berempat memanjat pintu pagar, lalu masuk ke lapangan, Keempat boneka salju masih tegak di sana, Tapi sayang, keempat-empatnya sudah mulai mencair, dan sudah tak sebesar tadi pagi lagi. Skippy maju dan mengendus boneka-boneka itu, Peter memanggilnya.
"Skip, kemari! Kau harus diam seperti kami! Dan awas, kau tidak boleh menggonggong. Mendengking pelan-pelan juga tidak boleh!"
Skippy mengerti. Anjing itu berdiri seperti patung di sebelah Peter, Keempat anak dan seekor anjing berdiri di lapangan. Kelihatannya seperti boneka-boneka salju di atas lapangan bersalju.
Mereka menunggu di situ. Mereka terus menunggu. Tapi tak seorang pun yang datang. Mereka menunggu selama setengah jam. Lambat laun mereka mulai kedinginan,
"Salju di bawah kakiku mulai mencair," keluh Jack. "Peter, menurutmu, masih berapa lama lagi kita harus berdiri di sini""
Kedua temannya juga sudah mulai bosan, Padahal tadinya mereka sudah bertekad, kalau perlu akan menunggu hingga tengah malam di situ, bersama keempat boneka salju. Tapi ternyata setengah jam saja sudah terasa terlampau lama,
"Tidak bisakah kita berjalan-jalan sebentar"" usul Colin. Rupanya ia sudah tak sabar lagi.
"Pokoknya, asal badan kita menjadi hangat kembali. "
Peter baru saja hendak menjawab usul itu, tapi tak jadi, Tiba-tiba ia memasang telinga, Peter mendengar sesuatu. "Apa itu""
Colin hendak berkata, tapi dilarang oleh Peter, Dengan segera Colin menutup mulut. Mereka berempat menajamkan telinga. Terdengar sesuatu di kejauhan,
"Itu suara orang menjerit," ujar Jack. "Itu dia yang kudengar kemarin, Tapi kali ini hanya samar-samar, dan jauh sekali, Kedengarannya datang
dari arah rumah, Terbukti memang ada seseorang di situ!"
Tengkuk mereka merinding, Mereka memasang telinga lagi, Dan sekali lagi terdengar suara aneh di kejauhan, memecah kesunyian malam.
"Wah, pasti ada yang tidak beres," ujar Peter. "Aku akan pergi ke rumah itu. Aku ingin tahu, apakah di situ juga masih terdengar suara pekikan tadi. Sebenarnya kita harus memberi tahu orang lain,"
"Ayo kita pergi bersama-sama," ujar Colin. Tapi Peter bersikap tegas.
"Tidak! Dua dari kita masuk, Yang dua lagi tinggal di sini untuk berjaga-jaga. Itu kan sudah kita tentukan tadi, Jack, kau ikut aku, Colin dan George, kalian menunggu di sini, Jaga kalau ada orang datang,"
Peter dan Jack menuju ke pintu gerbang lapangan, Dua sosok tubuh putih dengan wajah putih memanjat pintu gerbang, menyeberangi jalan, dan berjalan menuju pintu pagar pekarangan rumah tua, Mereka membuka pintu, dan menutupnya kembali sesudah mereka masuk. Kini tidak terdengar apa-apa lagi,
Mereka berdua berjalan dengan hati-hati menuju ke rumah tua, menjaga agar bayangan mereka tak terlihat, bersiap-siap jika Pak Penjaga kebetulan melihat ke luar, Sesampainya di pintu depan, Peter mengintip ke dalam lewat celah kotak surat. Tapi tak kelihatan apa-apa, Tak ada lampu yang menyala di dalam.
Lalu mereka berjalan menuju pintu samping, mencoba untuk membukanya, Tentu saja pintu itu terkunci, Kemudian mencoba pintu belakang, Juga terkunci! Tapi tiba-tiba mereka mendengar bunyi aneh, Bunyi mengetuk-ngetuk terdengar nyaring dari dalam rumah, Kedua anak itu berpegangan tangan, Ada apa di dalam rumah tua yang kosong ini"
"He! Pak Penjaga lupa menutup jendela tempat dia bicara dengan kita tadi pagi," bisik Jack tiba-tiba. "Itu jendelanya terbuka sedikit!"
"Eh, betul! Selanjutnya bagaimana" Kita masuk saja dan berusaha menemukan orang yang ditawan itu," ujar Peter penuh semangat.
Dalam sekejap mata, kedua anak itu sudah berada di dalam rumah, Mereka berdiri di dapur yang gelap dengan hati berdebar keras, Peter dan Jack menajamkan telinga, Tapi sekarang tak terdengar apa-apa lagi. Di mana tawanan itu dikurung"
"Kita berani atau tidak memeriksa seluruh rumah ini"" tanya Peter, Ia masih ragu, "Aku membawa senter."
"Tentu saja berani, karena kita harus melakukannya," jawab Jack. Mereka pun berjingkat-jingkat, mula-mula ke ruangan kecil tempat menyimpan makanan, Sesudah itu ke
ruangan berikutnya! Tapi tak ada siapa-siapa di situ,
"Sekarang kita masuk ke ruang depan, Dari situ kita mengintip ke kamar-kamar," ujar Peter,
Kamar-kamar depan terang bermandikan sinar bulan. Tapi kamar-kamar sebelah belakang gelap, Kedua anak itu mendorong pintu tiap-tiap kamar, lalu menyorotkan senter ke dalam, Tapi semua kamar itu kosong dan sunyi,
"Akhirnya mereka sampai di depan pintu yang tertutup, Dari baliknya terdengar suara sesuatu. Peter memegang lengan Jack.
"Ada orang di dalam, Pintu ini mungkin terkunci, Tapi kucoba saja, Bersiaplah untuk lari, jika kita dikejar!"
" 10 Terjebak! "TERNYATA pintu itu tidak terkunci. Peter mendorongnya pelan-pelan. Tiba-tiba saja, suara yang terdengar tadi menjadi lebih jelas. Memang betul ada orang di dalamnya, Seseorang yang sedang tidur mendengkur!
Kedua anak itu serempak mendapat pikiran yang sama. Pasti itu Pak Penjaga! Peter menjengukkan kepala lebih jauh ke dalam kamar,
Sinar bulan menerangi kamar, Pak Penjaga tidur di atas sebuah tempat tidur rendah yang berantakan, Pak Penjaga rupanya sangat letih, sehingga tak sempat berganti pakaian! Peter berpaling, Maksudnya hendak keluar lagi, Tapi tiba-tiba lampu senternya terbentur pintu, dan jatuh ke lantai, Nyaring sekali kedengarannya!
Peter tidak berani bergerak karena ketakutan. Tapi Pak Penjaga tetap mendengkur, Barulah Peter ingat kembali, bahwa penjaga tua itu tuli, Bunyi senter jatuh seribut itu pun tidak didengarnya, Dengan hati-hati Peter menutup pintu kembali Mereka berdua berdiri di ruang depan. Peter memeriksa lampu senternya, kalau-kalau rusak karena jatuh, Tidak, lampu- nya masih menyala, Bagus.
"Sekarang kita naik ke lantai atas," bisiknya. "Kau tidak takut kan, Jack""
"Takut j uga, tapi sedikit. Ayo!"
Mereka menuju ke tangga yang mengarah ke atas. Anak tangganya berderik-derik di bawah kaki mereka, Untung pak tua itu tuli!
Mereka sampai di tingkat pertama, Di situ ada enam kamar. Keenam-enamnya diperiksa, Semuanya kosong, Kemudian mereka naik lagi ke lantai teratas.
"Sekarang kita harus hati-hati," bisik Jack. Ia berbisik pelan sekali, sehingga Peter hampir tidak mendengarnya, "Kamar-kamar di atas ini saja yang belum kita periksa, Jadi, tawanan itu pasti dikurung di dalam salah satu kamar di sini,"
Tapi semua pintu kamar terbuka, Kalau begitu, mana mungkin ada tawanan di dalamnya" Kecuali jika ia diikat! Kedua anak itu mengintip ke dalam setiap kamar, Jantung mereka berdebar-debar, Mereka khawatir kalau-kalau melihat sesuatu yang mengerikan,
Tapi semua kamar di lantai teratas itu ternyata juga kosong, Ada kamar yang gelap, tapi kosong, Ada lagi yang terang disinari bulan. Tapi juga kosong,
"Aneh!" bisik Jack. "Terus terang, aku tak mengerti! Mestinya suara yang kita dengar tadi datang dari salah satu tempat dalam rumah ini, Tapi sudah kita periksa semua kamar, ternyata tak ada seorang pun--kecuali si Pak Penjaga!"
Mereka berdiri di situ, sambil berpikir-pikir, Mereka tak tahu apa yang harus mereka lakukan selanjutnya, Tiba-tiba terdengar suara jeritan samar, Kedengarannya seperti meringkik, disusul oleh bunyi mendepak-depak dan gedebak-gedebuk, Aneh!
"Memang benar! Ada yang ditawan di dalam rumah ini, Orang itu mengetuk-ngetuk minta tolong, sambil menjerit-jerit," kata Peter, Ia lupa berbisik. "Orangnya ada di lantai bawah. Tapi tadi kita sudah memeriksa seluruh ruangan"
Jack sudah berjalan menuruni tangga. "Ayo! Pasti kita tadi melupakan sesuatu, Barangkali lemari besar, atau pintu rahasia," serunya.
Mereka turun ke lantai bawah, Kedua anak itu tak peduli lagi, kini berjalan dengan cepat. Mereka sampai di dapur kembali. Bunyi yang tadi terdengar kini berhenti. Kemudian terdengar lagi. Jack memegang lengan Peter erat-erat.
""Aku tahu dari mana datangnya bunyi itu, Dari ruangan di bawah kita, Di situ ada gudang di bawah tanah. Di situlah rupanya tawanan itu dikurung!"
"Kalau begitu, kita harus segera memeriksa ke situ," ujar Peter. Akhirnya mereka menemukan pintu yang menuju ke bawah, Letaknya di pojok gelap, dalam lorong antara dapur dan ruang penyimpanan makanan. Peter mencoba membukanya. Eh, tertanya tak terkunci!
"Pintunya tak terkunci," bisik Jack. "Kalau begitu, kenapa tawanan itu tidak melarikan diri"
Di balik pintu terdapat tangga batu yang menuju ke bawah. Tempat itu gelap gulita, Peter menyorotkan lampu senternya. Tidak kelihatan apa-apa, la berseru dengan suara yang agak gemetar, "Siapa di situ" Ada orang di bawah""
Tapi tak terdengar jawaban, Peter dan Jack mendengarkan dengan teliti, Dengan jelas terdengar suara napas berat.
"Kami dengar napasmu! seru Jack "Ayo, katakan siapa kau. Kami datang untuk menyelamatkanmu!"
Tapi tetap tak ada jawaban. Wah, ini benar-benar menyeramkan! Kedua anak itu sekarang sangat ketakutan, Mereka tak berani turun ke bawah, Kaki mereka tak mau melangkah, meskipun dipaksa, Tapi mereka juga beranggapan, hanya orang penakut yang pada saat itu mundur dan lari keluar. Jadi mereka tetap di situ,
Tiba-tiba mereka mendengar suara-suara lain, Suara-suara yang berbicara dengan pelan di tempat lain. Kemudian menyusul bunyi kunci dimasukkan ke dalam lubang--dan bunyi pintu yang didorong terbuka!
Jack panik. Dipegangnya Peter erat-erat. .
"Itu dia kedua orang yang kudengar kemarin malam, Mereka sudah datang kembali, Cepat! Kita harus bersembunyi sebelum ketahuan!"
Kedua sosok tubuh kecil terbungkus kain putih tertegun sesaat. Mereka tidak tahu h"arus ke mana, Kemudian Peter membuka Jubah dan topi putihnya. "Jack, buka juga jubah dan topimu," ujarnya pada Jack. "Kalau hanya bermantel, kita takkan mudah kelihatan, karena warnanya gelap, Kita bisa bersembunyi di salah satu sudut gelap,"
Bergegas mereka mencampakkan pakaian samaran ke sebuah pojok, lalu menyelinap masuk ke ruang depan, Di situ mereka meringkuk di sebuah sudut. Mudah-mudahan s
aja orang-orang yang datang itu langsung pergi ke gudang bawah tanah! Namun harapan mereka tak terkabulkan,
"Coba lihat sebentar, apakah si penjaga tua "sudah tidur," kata suara yang satu! Dua sosok tubuh masuk ke dalam ruang depan, untuk membuka pintu kamar Pak Penjaga.
Tiba-tiba seorang di antara mereka melihat wajah Peter yang dilabur dengan kapur, kelihatan samar dan aneh dalam gelap, Peter lupa menghapus coretan kapur di wajahnya!
"Astaga lihat itu di pojok! Apa itu"" seru satu dari kedua orang yang masuk, "Lihat- itu, di sana, Apa itu, Mac""
Keduanya memandang ke pojok, tempat Peter dan Jack sedang meringkuk. "Kelihatannya seperti wajah orang! Wajah yang putih!" kata orang yang dipanggil Mac, "Aneh! Coba nyalakan sentermu, Pasti itu cuma pantulan sinar bulan!"
Orang kedua menyalakan senternya, Cahaya terang memancar, dan seketika itu juga kedua anak yang sedang meringkuk ketakutan ketahuan, Dengan beberapa langkah panjang, orang yang bernama Mac datang mendekat.
Peter, dan Jack dipegangnya, diguncang-guncangkan, lalu diberdirikan di depannya.
"Apa lagi ini" Bersembunyi di sini dengan wajah dicat seperti itu! Apa yang kalian lakukan di sini""
"Aduh! Lepaskan lenganku, Kau menyakiti aku!" jerit Jack dengan marah, "Kalian mau apa di sini""
"Apa maksudmu!" bentak orang yang bernama Mac dengan kasar, Bunyi gedebak-gedebuk mulai terdengar lagi, Peter dan Jack memandang kedua orang yang tak dikenal itu,
"Itu yang kumaksudkan," ujar Jack. "Siapa di bawah itu" Siapa yang kalian kurung di situ""
Jawaban yang diterimanya bukan kata-kata. Kepalanya ditempeleng sehingga matanya berkunang-kunang, Kemudian ia dan Peter diseret ke sebuah lemari dan dikurung di dalamnya, Entah mengapa, kedua orang itu kelihatannya marah sekali,
Peter menempelkan telinga pada sebuah celah yang terdapat pada pintu lemari, la berusaha menangkap kata-kata kedua orang yang mengurung mereka. Keduanya sedang berunding,
"Apa yang harus kita lakukan sekarang" Jika anak-anak itu memanggil orang, habis riwayat kita!"
"Benar! Jadi kita terpaksa menahan mereka. Kita kurung saja bersama-sama Kilat Biru! Besok malam kita menjemputnya, Setelah itu kita lari. Takkan ada orang yang mengetahui. Saat itu proyek kita sudah selesai!"
"Bagaimana dengan kedua anak itu""
"Kita tinggalkan saja terkurung di. sini, Kita "kirimkan surat pada Pak Penjaga, supaya turun sebentar ke gudang, Surat itu sebaiknya harus diterimanya lusa, Pasti dia akan kaget jika melihat ada dua orang anak terkurung dalam gudang! Biar tahu rasa mereka! Anak-anak rewel!"
Peter masih mendengarkan terus, Siapa yang disebut "Kilat Biru"" Aneh benar nama itu! Ia gemetar, ketika mendengar kedua orang yang tak dikenal tadi datang mendekati lemari.
Tetapi pintu tidak mereka buka, Salah seorang mungkin Mac berseru lewat celah.
"Kalian boleh mengeram di situ, sampai pekerjaan kami selesai,"
Kemudian bermacam-macam suara aneh menyusul. Ada sesuatu yang kedengarannya sedang diangkut ke ruang penyimpanan makanan.
Peter dan Jack mendengar bunyi merintih, seperti kayu yang sedang dibakar. Setelah itu tercium bau menusuk hidung lewat celah-celah pintu,
"Wahh! Mereka sedang merebus sesuatu, Apa itu ya"" kata Peter, "Baunya minta ampun, Busuk sekali!"
Mereka tak bisa menerka, bau apa yang tercium itu. Kemudian terdengar lagi suara ribut seperti ada yang menjerit, bercampur dengan dengusan. Lalu bunyi gedebak-gedebuk, seakan-akan ada barang berat yang dientak-"entakkan ke lantai batu, Aneh, benar-benar aneh!
Lemari tempat Jack dan Peter dikurung sebenarnya lemari tempat menggantungkan mantel. Tempatnya sempit, dingin, dan pengap, Kedua anak itu gelisah. Senang juga hati mereka ketika datang salah seorang membukakan pintu, Mereka disuruh keluar,
"Sekarang, lepaskan kami," kata Peter. Baru saja ia membuka mulut, bahunya sudah dipukul dengan keras.
"Jangan banyak bicara!" bentak salah satu dari kedua orang yang memandang mereka dengan marah. Jack dan Peter didorong dari belakang, ke arah pintu gudang bawah tanah, Keduanya didorong kuat-kuat, sehingga hampir terjatuh di tangga. Pintu
ditutup, lantas dikunci dari luar. Wah, gawat! Sekarang mereka juga terkurung!
Dari gudang di bawah mereka mendengar suara. Astaga, Kilat Biru-kah yang di bawah itu" Siapa sebenarnya Kilat Biru"
"Nyalakan lampu sentennu," bisik Jack. "Aku ingin tahu, siapa orang yang ditawan di sini. Aku ingin melihat wujudnya!"
" 11 Tawanan "PETER menyalakan lampu senter. Tangannya gemetar, Apa yang akan mereka lihat sebentar lagi"
Pemandangan yang tampak di bawah begitu tak terduga, sehingga napas kedua anak itu tersentak. Mereka memandang seekor kuda yang bagus sekali. Dari telinga yang meruncing ke atas serta mata yang terputar-putar, kelihatan jelas bahwa kuda itu sama takutnya seperti kedua anak yang memandangnya,
"Kuda!" ujar Jack dengan suara lemah, "Ya ampun, kuda!"
"Betul! Suara pekikan yang kita dengar tadi, rupanya suara kuda ini meringkik. Sedang gedebak-gedebuk adalah bunyi kukunya di lantai batu, ketika dia sedang ribut ketakutan," ujar Peter. "Oh, Jack, kasihan kuda ini! Jahat benar kedua orang itu, mengurung seekor kuda dalam kamar ini di bawah tanah! Untuk apa mereka melakukannya""
""Kudanya bagus, Kelihatannya seperti kuda pacuan," ujar Jack. "Mungkinkah mereka yang di atas itu mencurinya" Barangkali mereka menyembunyikannya di sini untuk mengubah warna bulunya, atau untuk melakukan hal-hal lain. Pencuri kuda biasa melakukannya, supaya pemiliknya tidak mengenali kudanya lagi. Setelah itu dijual dengan nama lain,"
"Aku tak tahu, Barangkali dugaanmu benar," kata Peter. "Aku hendak mendekatinya."
"Kau tak takut"" tanya Jack. "Lihat itu matanya berputar-putar!
""Tidak, aku tak takut," jawab Peter. Ia biasa bergaul dengan kuda di tempat pertanian ayahnya. Ia sudah mengenal kuda sejak kecil. "Kasihan! Dia ingin diajak bicara dan ditenangkan. "
Peter menuruni tangga sambil bicara. "Rupanya kau yang bernama Kilat Biru ya" Namamu bagus sekali. Kau juga kuda yang bagus, Jangan takut, Manis, Aku temanmu, Biarkan aku mengusap hidungmu yang lembut. Nanti kau akan tenang!
Kuda itu meringkik sambil berjingkrak menjauh. Tapi Peter tidak takut. Ia terus maju mendekati kuda yang sedang ketakutan itu. Diusap-usapnya hidung lembut binatang itu, Kuda itu berdiri tak bergerak, tapi tiba-tiba ia menempelkan hidungnya ke bahu Peter sambil mendengus-dengus pelan,
"Kemarilah, Jack. Kuda ini sudah tenang sekarang," panggil Peter. "Coba lihat, bukan main bagusnya! Jahat sekali orang-orang itu- mengurung kuda dalam gudang gelap seperti ini. Benar-benar keterlaluan!"
Jack ikut turun ke bawah, Diusap-usapnya punggung kuda itu, lalu berseru, ,"Ih! Punggungnya basah dan lengket!"
Peter mengarahkan cahaya senter ke punggung kuda. Ternyata benar, kelihatan basah dan berkilat. "Jack! Kau benar! Rupanya kedua orang tadi mengecat bulunya!" seru Peter. "punggungnya masih basah karena cat!"
"Rupanya ini bau yang kita cium tadi. Rupanya mereka sedang merebus cat untuk mengubah warna bulunya," ujar Jack. "Kilat Biru yang malang! Kau diapakan oleh mereka""
Untuk tempat berbaring kuda itu, tersedia setumpuk jerami di satu pojok. Sedang di pojok lainnya terdapat palung berisi rumput kering. Dalam sebuah ember besar ada gandum makanan kuda, sedang dalam ember lain tersedia air,
"Nah, kalau kita ingin berbaring, kita terpaksa mengambil jerami itu sedikit," ujar Peter. "Untuk makan, itu ada gandum!"
"Ah, rasanya kita tak perlu khawatir," jawab Jack. "Aku berani bertaruh, sebentar lagi Colin dan George akan datang mencari kita. Begitu kita mendengar mereka datang, kita berteriak-teriak sekuat tenaga!"
Keduanya duduk di atas jerami sambil menunggu. Kilat Biru juga memutuskan untuk ikut berbaring, Jack dan Peter menyandarkan badan ke tubuh kuda yang hangat. Mereka hanya menyayangkan bau cat celup yang terlalu menusuk hidung.
Di luar, di lapangan bersalju yang mulai mencair, Colin dan George menunggu dengan perasaan tak sabar, Rasanya sudah terlalu lama mereka berdua menunggu. Mereka melihat Jack dan Peter menghilang di balik pagar pekarangan rumah tua. Dengan susah payah, mereka berhasil juga menahan Skippy yang berusaha menyusul. Setelah itu m
ereka berdiri diam-diam selama setengah jam, sambil menunggu Peter dan Jack kembali. Tiba-tiba Skippy mulai menggeram.
"Rupanya dia mendengar sesuatu," kata Colin. "Ya, betul -ada mobil datang. Mudah-mudahan saja bukan orang yang kemarin. Kalau mereka yang datang, Peter dan Jack pasti akan terjebak!"
Tapi yang datang memang orang yang kemarin. Kali ini mobil mereka tidak menggandeng apa-apa, Mobil itu berhenti di depan pintu pagar rumah tua, Dua orang keluar dari dalam mobil. Tiba-tiba Skippy menyalak dengan keras. Colin segera memukulnya, "Tolol!" desis anak itu, "Sekarang kau membuka rahasia kita. Kita akan ketahuan!"
Satu dari kedua orang yang turun dari mobil datang ke dekat pagar lapangan. Ia memandang keenam "boneka salju".
"Hei! Kemari sebentar!" katanya memanggil temannya. Yang dipanggil datang menghampiri, Colin dan George gemetar ketakutan, "Apa" Ah, itu. Kemarin kan kita sudah melihat boneka-boneka itu. Kau sudah lupa ya"" katanya, "Rupanya hari ini ada lagi anak- yang bermain di sini, dan membuat beberapa boneka lagi, Ayo, kita pergi saja. Anjing yang menggonggong tadi rupanya tersasar."
Sapta Siaga 01 Serikat Sapta Siaga di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kedua orang itu meninggalkan pagar, lalu berjalan menuju ke rumah tua. Colin dan George menarik napas lega. Wah, nyaris mereka celaka! Untung mereka mengenakan pakaian samaran yang berwarna putih. Dan untung Skippy juga serba putih.
Lama setelah itu keadaan sunyi. Tak terdengar bunyi sama sekali. Colin dan George semakin kedinginan. Keduanya juga semakin tak sabar. Apa yang sedang terjadi dalam rumah tua itu" Mereka ingin sekali mengetahuinya, Apakah Jack dan Peter dijebak oleh kedua orang yang baru datang itu"
Mereka merasa perlu meninggalkan tempat itu, dan pergi menyelidiki sendiri ke rumah itu untuk melihat apa yang terjadi, Tapi tiba-tiba mereka mendengar sesuatu. Ada orang bicara. Ah, rupanya kedua orang yang tadi datang sudah kembali, Terdengar bunyi pintu mobil terbuka, dan kemudian tertutup kembali dengan pelan-pelan. Mesin dihidupkan. Mobil meluncur ke ujung jalan, memutar di pintu pagar lapangan, lalu melaju pergi di atas salju lembut yang mulai mencair,
"Mereka sudah pergi," ujar Colin. "Dan kita ini benar-benar tolol. Kenapa tadi tidak menyelinap ke pagar, dan mencatat nomor polisi mobil itu. Sekarang sudah terlambat!"
"Ya, mestinya itu kita lakukan tadi," kata George membenarkan. "Apa yang harus kita lakukan sekarang" Apakah sebaiknya kita tunggu saja sampai Peter dan Jack keluar lagi""
"Ya, tapi jangan terlalu lama," ujar Colin. "Kakiku sudah beku rasanya."
Mereka menunggu lagi selama lima menit. Tapi baik Jack maupun Peter masih belum muncul juga, Karena itu kedua anak itu pergi ke pintu pagar, Kaki mereka terjeblos-jeblos ke dalam salju yang mulai mencair, Mereka memanjat pagar, dan tak lama kemudian mereka sudah berjalan di pekarangan rumah tua. Keduanya bergegas ke pintu depan, dibuntuti Skippy.
Tapi seperti sudah dapat diduga, Colin dan George tidak bisa masuk lewat pintu itu. Mereka juga tak bisa masuk lewat pintu samping, begitu pula pintu belakang. Kemudian, seperti yang dialami Jack dan Peter, mereka melihat jendela terbuka! Mereka menyelinap ke,dalam, dan sampai di dapur, Keduanya menajamkan telinga. Tapi tak ada yang terdengar, Mereka memanggil-manggil dengan suara pelan.
"Jack! Peter! Di mana kalian""
"Tak ada yang menjawab Rumah itu tetap sunyi, Kemudian Skippy menyalak dengan lantang, lalu lari ke lorong yang terdapat di antara dapur dan ruang penyimpanan makanan, Anjing itu mengorek-ngorek di depan sebuah pintu,
Dengan segera Colin dan George mengikuti ke lorong. Sesampainya di sana, segera terdengar suara Peter,
"Siapa itu" Colin" George" Kalau itu kalian, sebutkanlah kata sandi kita!"
"Pekan!" seru George, "Di mana kalian""
"Di sini! Dalam gudang bawah tanah, Kami akan naik ke atas," terdengar suara Peter berseru dari bawah. "Kami tak apa-apa, Bisakah kalian membuka pintu - atau barangkali kuncinya dibawa orang-orang itu""
"Tidak! Kuncinya ditinggal di sini!" jawab Colin.
Pintu itu dibukanya, lalu didorong sehingga terbuka lebar. Tepat pada saat itu Jack dan Peter sampai
di ujung atas tangga, Mereka disusul oleh Kilat Biru. Rupanya kuda itu tak mau ditinggal sendiri dalam gudang yang gelap, Ia ingin bersama-sama kedua teman kecilnya yang baik hati,
Colin dan George melongo karena heran, Mata mereka melotot memandang Kilat Biru, seakan-akan belum pernah melihat kuda seumur hidup mereka, Seekor kuda - terkurung dalam gudang bawah tanah - bersama Peter dan Jack. Benar-benar luar biasa!
"Orang-orang itu sudah pergi"" tanya Peter, Colin mengangguk.
"Ya, mereka pergi dengan mobil mereka, Karena itulah kami datang kemari untuk mencari kalian, Mereka melihat kami di lapangan, karena tiba-tiba Skippy menggonggong, Tapi mereka menyangka kami boneka salju, Dan kalian - apa yang tadi terjadi di sini""
"Sebaiknya kita keluar saja dari rumah ini," ujar Peter. "Aku tak tahan lagi lama-lama di sini." Kemudian ia pergi menuntun Kilat Biru, Colin heran, mengapa kuda itu tidak menimbulkan bunyi berisik pada saat berjalan di lantai papan. Dipandangnya kuku kuda, lalu berseru, "Lihatlah! Apa yang di kakinya itu""
"Sandal bulu yang dibuat pas untuk kukunya," jawab Peter sambil meringis, "Jejaknyalah yang kelihatan aneh di salju, Rupanya kedua orang itu sengaja memasangkannya, agar tidak terlalu ribut di gudang bawah tanah! Wah, tadi kuda ini ketakutan sekali sewaktu kami menemukannya. Ayo- aku mau pulang saja!"
"12 Rahasia Terbongkar
"ENAM sosok tubuh melangkah di jalan bersalju. Dua orang anak bermantel hitam, dua lagi mengenakan pakaian serba putih yang aneh kelihatannya, Kemudian seekor anjing berjubah putih kedodoran, dan seekor kuda yang bagus, Wajah keempat anak itu dicat putih. Kelihatannya benar-benar aneh. Tapi tak ada yang berpapasan dengan mereka, jadi tak apalah!
Sambil berjalan, Peter asyik bercerita, Colin dan George mendengarkan dengan mulut melongo. Mereka sebenarnya agak iri, karena .tidak ikut mengalami peristiwa gawat itu,
"Kilat Biru akan kumasukkan ke dalam salah satu kandang kuda di tempat pertanian kami," ujar Peter. "Sekarang dia aman! Pasti kedua orang itu akan bingung jika melihat Kilat Biru sudah lenyap. Besok akan kita laporkan semuanya pada polisi. Kita besok bertemu pukul setengah sepuluh pagi di gudang--dan jangan lupa jemput Pam dan Barbara! Wah, bukan main, kita benar-benar mengalami petualangan seru, Dan menurut pendapatku, Sapta Siaga telah berhasil menyelesaikan tugas dengan baik! Aduh, aku mengantuk sekali, Aku pasti nanti langsung tertidur!"
Setengah jam kemudian mereka sudah berbaring dan tidur nyenyak. Janet sama sekali tidak bangun ketika Peter masuk. Kilat Biru sudah dimasukkan ke dalam kandang sebelumnya,
Keesokan harinya, seisi rumah gempar! Peter melaporkan pengalaman mereka kemarin malam pada orangtuanya, Ayahnya mendengarkan dengan heran, lalu pergi ke kandang untuk memeriksa Kilat Biru,
"Wah, ini kuda pacuan hebat," ujarnya sesudah selesai memeriksa, "Dan kelihatan jelas, bulunya diolesi semacam cat sehingga berwarna cokelat. Menurut perasaanku, orang-orang itu berniat menjualnya untuk diikutkan ke perlombaan dengan nama lain, Wah, wah, wah! Kau dan Sapta Siaga berhasil menghalang-halangi niat penjahat itu, Peter!"
"Apakah sebaiknya sekarang kita laporkan saja pada polisi"" ujar ibunya dengan cemas. "Menurutku, polisi harus cepat-cepat menang- kap bandit-bandit itu."
"Serikat Sapta Siaga akan mengadakan rapat di gudang pukul setengah sepuluh pagi ini," kata Peter. "Bagaimana kalau polisi kita undang untuk menghadirinya""
"Tak mungkin - kurasa polisi pasti tak mau duduk di atas pot kembang dan peti-peti kalian," bantah ibunya. "Sebaiknya kalian berkumpul semua di kamar kerja Dad, Tempat itu cocok untuk para polisi,"
Jadi pukul setengah sepuluh, ketujuh anggota Sapta Siaga sudah siap menanti dalam kamar kerja ayah Peter. Mereka gelisah. Apa lagi anggota tak resmi, Skippy. Anjing itu sudah tak tahu apa yang harus diperbuatnya. Lari ke sana kemari, menggigit-gigit ujung permadani,
Tepat pukul setengah sepuluh, bel berbunyi. Pintu dibuka ibu Peter, dan dua orang polisi berbadan tegap masuk. Keduanya memandang dengan heran ketika melihat banyak anak-a
nak duduk membentuk lingkaran.
"Selamat pagi," ujar Pak Inspektur memberi salam. "Eh - ada apa ini sebenarnya" Anda tadi tak mau bicara banyak sewaktu menelepon!
"Memang saya sengaja, Saya ingin Pak Inspektur mendengar sendiri ceritanya dari mulut anak-anak ini," jawab ayah Peter. Ia membentangkan koran pagi, dan meletakkannya ke atas meja. Anak-anak berkerumun.
"Pada halaman depan tertera gambar seekor kuda dalam ukuran besar. Bagus sekali kuda itu. Di bawahnya tertulis dengan huruf-huruf besar:
"KILAT BIRU DICURI ORANG. KUDA PACUAN TERKENAL HILANG LENYAP, POLISI BELUM MENGETAHUI TEMPAT Disembunyikan,
""Tentu Anda melihatnya juga pagi ini," kata ayah Peter lagi, "Peter, katakanlah pada Pak Inspektur, di mana Kilat Biru sekarang!"
"Dalam kandang kami!" seru Peter. Senang sekali anak itu, ketika melihat wajah kedua polisi yang keheranan,
Kedua polisi itu mengeluarkan buku catatan masing-masing. "Ini penting sekali," ujar Pak Inspektur pada ayah Peter. "Benarkah kuda itu ada dalam kandang Anda""
"Saya rasa begitu," jawab ayah Peter. "Anda silakan melihatnya, kalau mau, Peter, ceritakanlah pengalaman kalian." .
"Sebaiknya kami bergiliran saja menceritakannya," kata Peter, Kemudian ia mulai bercerita, Dikisahkannya, mereka bertujuh membuat boneka salju di lapangan, Kemudian giliran Jack memaparkan pengalamannya. Ia memaparkan, di malam itu ia sibuk mencari lencana anggota Sapta Siaganya yang terjatuh di lapangan, Sesudah itu ia melihat mobil datang dengan menggandeng sebuah kotak besar beroda,
"Sekarang saya tahu, kotak itu gerobak pengangkut kuda," ujarnya. "Tapi kemarin saya belum tahu, Saya tak bisa menerka--dan saya kira semacam gerobak pengangkut barang pindahan, Saya juga sama sekali tidak melihat jendela-jendela, "
Ketujuh anak itu bercerita sambung-menyambung. Akhirnya sampai pada bagian yang menegangkan, Peter dan Jack menyelinap masuk ke dalam rumah untuk mencari tempat tawanan dikurung kemudian mereka terjebak.
Selanjutnya Colin dan George, Keduanya berebutan bercerita, bahwa mereka kemudian ikut menyelinap masuk ke rumah tua lewat jendela, untuk mencari Jack dan Peter,
"Anak-anak ini gemar bertualang rupanya!" ujar Pak Inspektur sambil memandang ibu Peter, Matanya memancarkan sinar geli,
"Ya, memang," balas ibu Peter, "Tapi saya tak senang kalau mereka berkeliaran di malam hari, Pak Inspektur. Seharusnya saat itu mereka berada di tempat tidur, dan tidur pulas,"
"Betul," kata Pak Inspektur lagi, "saya setuju dengan pendapat Anda, Seharusnya mereka segera melaporkannya pada polisi. Memecahkan rahasia adalah urusan kami, Berkeliaran tengah malam, menyamar sebagai boneka salju - belum pernah saya dengar kelakuan seperti itu!"
Pak Inspektur berbicara dengan suara galak, sehingga ketiga anak perempuan anggota Sapta Siaga merasa ketakutan. Tapi kemudian mereka melihat Pak Inspektur tersenyum, Barulah ketiganya sadar, bahwa sebenarnya polisi itu senang melihat hasil penyelidikan mereka.
Sekarang saya harus menyelidiki nama pemilik rumah tua itu," katanya melanjutkan, "sesudah itu akan saya tanyakan padanya, barangkali dia mengetahui hal-hal yang terjadi di rumahnya itu."
"Pak Inspektur tak perlu susah-susah lagi. Namanya Mr, Holikoff. Dia tinggal di Covelty, di Jalan Heycom Nomor 64!" seru George dengan segera. "Kami - maksudku, Pam dan saya sendiri yang menyelidikinya."
"Bagus!" ujar Pak Inspektur, Petugas polisi yang satu lagi dengan segera mencatat keterangan itu. "Bagus sekali kerja kalian!"
"Tapi kalian barangkali tidak mencatat nomor polisi mobil mereka," ujar polisi yang kedua. "Kalau kalian lakukan, akan sangat menolong tugas kami."
"Ah, sayang tidak kami lakukan," ujar Colin menyesal. "Tapi kedua teman perempuan kami ini mengetahui sesuatu tentang gerobak kudanya. Mereka sempat mengukur lebar roda, bahkan menggambar jejak-jejak roda itu yang membekas pada salju lembut."
"Janet yang membuatnya," ujar Barbara dengan jujur, la menyesal karena menertawakan temannya itu ketika sedang sibuk menggambar, Janet mengeluarkan lembaran kertas yang bergambar jejak roda gerobak. Pak Inspektur denga
n segera mengambilnya, la kelihatan puas sekali!
"Hebat! Kalian benar-benar bekerja dengan sangat teliti. Sekarang tak ada gunanya lagi memeriksa jejak itu, karena salju sudah meleleh, Ini bukti yang sangat penting, Wah, kalian ini banyak sekali akalnya!"
Muka Janet merah padam karena malu bercampur bangga, Peter memandang adiknya dengan senyum senang. Adik perempuannya itu memang hebat. Seorang anggota Sapta Siaga sejati!
"Rupanya anak-anak ini sudah melakukan hampir semua tugas yang harus kami kerjakan," ujar Pak Inspektur sambil menyimpan buku catatannya kembali. "Mereka sudah mencatat alamat pemilik rumah. Kalau ternyata dia memiliki gerobak pengangkut kuda yang roda-rodanya cocok dengan gambarmu ini...nah, dia terpaksa harus menjawab beberapa pertanyaan yang tak enak baginya!"
Kedua polisi itu pergi ke kandang untuk melihat Kilat Biru, Anak-anak ikut berkerumun. Telinga si Kilat Biru mulai tegak meruncing lagi, pertanda ia mulai takut. Peter cepat-cepat menenangkannya,
Betul! Warna bulunya sudah diubah oleh penjahat-penjahat itu," ujar Pak Inspektur sambil meraba-raba punggung Kilat Biru. "Kalau mereka sempat mengecatnya dengan warna cokelat, pasti takkan ada yang bisa mengenalinya, Menurutku, kedua penjahat yang kalian ceritakan itu berniat untuk melakukannya malam ini, dan sesudah itu memindahkan Kilat Biru ke kandang lain! Tentu saja sementara mereka mengubah warna, kuda ini harus disembunyikan di suatu tempat sepi. Jadi mereka memilih gudang bawah tanah rumah tua kosong - yang dimiliki oleh Mr, J. Holikoff. Aku ingin tahu sekarang - apa yang diketahui Mr, Holikoff itu mengenai persoalan ini!
Anak-anak tak sabar lagi menunggu kabar mengenai akhir pengalaman mereka. Kabar itu mereka dengar pada rapat Sapta Siaga berikutnya. Yang mengadakan bukan mereka sendiri, melainkan orang tua Peter dan Janet.
Rapat dilangsungkan dalam gudang. Ayah dan ibu Peter duduk di atas peti-peti terbesar, Sedangkan Peter dan Janet duduk bersila di lantai.
"Anak-anak," kata ayah Peter membuka laporannya, "Ternyata Mr. Holikoff memang pemilik gerobak pengangkut kuda itu. Mobil itu juga miliknya, Polisi menunggu dua orang yang kalian lihat di rumah tua kemarin malam. Dan mereka ternyata benar-benar datang kembali! Sekarang mereka sudah masuk ke dalam tempat tahanan. Mereka begitu terkejut ketika melihat Kilat Biru sudah tak ada lagi, sehingga tidak memberikan perlawanan ketika ditangkap! "
"Siapakah pemilik Kilat Biru yang sebenamya, Dad"" tanya Peter, "Dalam koran tertulis, namanya Kolonel James Healey, Apakah dia mengirim orang untuk menjemput Kilat Biru""
''Ya,'' jawab ayahnya. "Hari ini Kilat Biru akan dijemput dengan gerobak kuda miliknya, Dia juga mengirimkan sesuatu untuk Sapta Siaga, Maukah kau memeriksa apa kiriman itu, Peter""
Peter menerima sepucuk surat yang disodorkan ayahnya. Dengan cepat sampul surat itu dibukanya. Seberkas karcis jatuh berhamburan ke lantai. Janet meraih selembar.
"Wah! Karcis untuk menonton sirkus, sekaligus untuk menonton pertunjukan pantomim. Ada berapa lembar" Barangkali tujuh""
Betul. Karcisnya berjumlah tujuh lembar. Ketujuh anggota Sapta Siaga menerima hadiah atas kesiagaan mereka. Hanya Skippy yang tidak kebagian.
"Ah, sudahlah, Skip! Nanti kau kami beri tulang yang lemat dan nikzat! Boleh ya, Mom"" seru Janet sambil memeluk anjingnya erat-erat.
" Apa lagi yang kaukatakan itu, Janet" Mengapa kau memakai bahasa asing"" tanya ibunya dengan heran. Teman-teman yang lain tertawa.
Di atas sampul tertulis, "Untuk Serikat Sapta Siaga, dengan ucapan salam dan terima kasih. J.H"
"Pak Kolonel itu baik ya," ujar Peter. "Padahal kami sama sekali tak menginginkan hadiah. Pengalaman kami saja sudah merupakan hadiah yang hebat!"
"Terserah kalian sajalah, untuk bercerita panjang-lebar mengenainya," ujar ibu Peter sambil bangkit. "Kalau kami berdua lama-lama duduk di sini, tahu-tahu kami sudah menjadi anggota pula. Kalau begitu namanya harus diubah menjadi Sembilan Siaga. Bukan Sapta Siaga lagi!"
""Tidak! Perkumpulan kami harus tetap Sapta Siaga," ujar Peter tegas. "Serikat yang paling sigap! Hi
dup Sapta Siaga!" TAMAT tamat Pembunuhan Di Malam Natal 4 Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung Pendekar Super Sakti 15