Pencarian

Pertempuran Terakhir 1

The Chronicles Of Narnia 6 Pertempuran Terakhir The Last Battle Bagian 1


The Chronicles Of Narnia : The Last Battle
(Pertempuran Terakhir) -C.S. Lewis BAB SATU Di Tepi Caldron Pool Dalam hari-hari terakhir Narnia, jauh di sebelah barat
Lantern Waste-Area Lentera dan
dekat di samping air terjun besar,
hiduplah seekor kera. Dia begitu
tua sehingga tidak ada yang bisa
mengingat kapan dia pertama kali
datang untuk tinggal di daerah
tersebut, dan dia kera terpintar,
terjelek, dan terkeriput yang bisa
kaubayangkan. Dia memiliki rumah
kecil, dibangun dari kayu dan
diatapi dedaunan, tinggi di
percabangan pohon besar. Dia
bernama Shift. Sangat sedikit
Hewan yang Bisa Berbicara,
manusia, dwarf, atau penghuni dari
jenis apa pun, di bagian hutan itu,
tapi Shift punya satu teman
sekaligus tetangga, seekor keledai
bernama Puzzle. Setidaknya mereka
berdua berkata mereka teman, tapi
dari situasi yang berlangsung kau
mungkin bakal berpikir Puzzle
lebih seperti pelayan Shift 2
daripada teman. Keledai itu
melakukan semua pekerjaan. Ketika
mereka pergi bersama ke sungai,
Shift mengisi penuh botol-botol
kulit besar tempat air minum dengan
air tapi Puzzle-lah yang membawanya pulang. Ketika mereka
menginginkan apa pun dari kota yang
letaknya lebih jauh menyusuri
sungai, Puzzle-lah yang pergi ke
sana dengan membawa keranjangkeranjang kosong di punggungnya dan
kembali dengan semua keranjang itu penuh dan berat. Dan semua benda
terbaik yang dibawa pulang Puzzle
akan dimakan Shift, karena seperti
yang dikatakan Shift, "Begini,
Puzzle, aku tidak bisa makan
rumput dan tanaman thistle
sepertimu, jadi supaya adil aku
harus menyeimbangkan keadaan dengan
cara lain." Dan Puzzle selalu
berkata, "Tentu saja, Shift,
tentu saja. Aku mengerti."
Puzzle tidak pernah 3 mengeluh, karena dia tahu Shift
jauh lebih pintar daripada dirinya
dan dia berpikir Shift bahkan
sudah begitu baik bersedia berteman
dengannya. Lagi pula jika Puzzle
berusaha mendebat sesuatu, Shift
akan selalu berkata, "Nah,
Puzzle, aku lebih tahu apa yang
perlu dilakukan daripada kau. Kau kan tahu kau tidak pintar,
Puzzle." Dan Puzzle selalu
berkata, "Benar, Shift. Itu
memang benar. Aku tidak pintar."
Kemudian keledai itu akan mengesah
dan melakukan apa pun yang Shift
katakan. Suatu pagi di awal tahun,
keduanya berjalan menyusuri tepian
Caldron Pool. Caldron Pool
merupakan mata air besar tepat di
bawah tebing-tebing ujung barat
Narnia. Air terjun besar menumpahkan airnya ke mata air
tersebut dengan suara seperti
guntur yang tak pernah berakhir,
dan Sungai Narnia mengalir keluar
di sisi lain. Air terjun 4
membuat mata air itu selalu menari,
berbuih, dan teraduk-aduk seolah
airnya dididihkan, dan tentu saja
inilah alasan mengapa dia diberi
nama Caldron Pool-Mata Air
Kuali. Caldron Pool tampak
paling hidup di awal musim semi
ketika air terjun meruah dengan
semua salju yang meleleh dari
pegunungan tinggi jauh melewati
Narnia di Western Wild-Daerah
Barat yang Liar-tempat aliran
sungai berasal. Dan ketika mereka
memandang Caldron Pool, Shift
mendadak menunjuk dengan jari
kurusnya yang berbulu gelap dan
berkata: "Lihat! Apa itu""
"Apa yang apa"" tanya Puzzle.
"Benda kuning yang baru saja
terjatuh dari air terjun. Lihat!
Itu dia lagi, dia mengambang.
Kita harus mencari tahu benda apa
itu." "Haruskah"" tanya Puzzle.
"Tentu saja harus," kata 5
Shift. "Benda itu mungkin
berguna. Pokoknya melompat sajalah
ke mata air seperti teman yang baik
dan ambil benda itu. Setelah itu
kita bisa mengamatinya dengan lebih
jelas." "Melompat ke dalam mata air""
tanya Puzzle, kedua telinga
panjangnya berkedut. "Yah, bagaimana lagi kita bisa
mendapatkannya kalau kau tidak
melakukan itu"" kata si kera.
"Tapi-tapi," kata Puzzle,
"tidakkah lebih baik kau saja yang
masuk" Karena, begini, kaulah yang
ingin tahu benda apa itu, dan aku
tidak terlalu penasaran. Dan kau
punya tangan, benar kan" Kau
selihai manusia atau dwarf dalam
hal menangkap kemudian memegang
erat sesuatu. Aku hanya punya
tapak kaki." "Sungguh, Puzzle," kata Shift,
"aku tidak menyangka kau bisa
mengatakan hal seperti itu. Aku
benar-benar tidak menduga kau
seperti itu, sungguh ." 6 "Kenapa, memangnya aku salah
bicara"" tanya si keledai,
berbicara dengan suara agak rendah
hati, karena dia melihat Shift
teramat tersinggung. "Aku hanya
bermaksud-" "Kau mau aku masuk ke air," kata
si kera. "Seolah kau sama sekali
tidak tahu betapa kera selalu
memiliki paru-paru yang lemah dan
mudah terserang pilek! Baiklah.
Aku akan masuk ke sana. Aku
mungkin akan mati. Setelah itu kau
baru akan menyesal." Dan suara
Shift terdengar seolah sebentar
lagi dia akan mulai menumpahkan air
mata. "Aku mohon jangan, kumohon,
jangan," kata Puzzle, separo
meringkik dan separo berbicara.
"Aku tidak pernah bermaksud
seperti itu, Shift, sungguh. Kau
tahu betapa bodohnya aku dan
bagaimana aku tidak bisa memikirkan
lebih dari satu hal pada saat yang
sama. Aku lupa tentang paru-parumu
yang lemah. Tentu saja aku 7
akan masuk ke mata air. Kau tidak
boleh berniat melakukannya sendiri.
Berjanjilah kau tidak akan
melakukan itu, Shift."
Jadi Shift berjanji, dan Puzzle mulai menapakkan keempat
kakinya di sekitar tepi berbatu
mata air itu untuk mencari tempat
yang bisa dimasuki. Selain masalah
suhu dingin, sama sekali bukan
lelucon berusaha masuk ke air yang
membekukan dan berbuih itu, dan
Puzzle harus berdiri gemetaran
selama semenit sebelum membulatkan
tekad untuk masuk. Tapi kemudian
Shift memanggil dari belakangnya
dan berkata, "Mungkin lebih baik
aku yang melakukannya, Puzzle."
Dan ketika Puzzle mendengar itu
dia berkata, "Tidak, tidak. Kau
sudah berjanji. Aku akan masuk
sekarang," lalu dia pun bergerak.
Sejumlah besar buih menghantam
wajahnya, memenuhi mulutnya dengan
air, dan membutakannya. Kemudian
seluruh tubuhnya benar-benar
tenggelam selama beberapa 8
detik, dan ketika muncul ke
permukaan lagi dia berada cukup
jauh di bagian lain mata air itu.
Lalu pusaran air menangkapnya dan
membawanya berputar dan berputar,
lebih cepat dan semakin cepat,
sampai aliran air benar-benar
membawanya ke bawah air terjun,
lalu kekuatan air menenggelamkannya
ke bawah, jauh ke bawah, sehingga
dia sempat mengira tidak akan mampu
menahan napas sampai bisa muncul di
permukaan lagi. Dan ketika dia
berhasil naik dan akhirnya bisa
mencapai tempat yang dekat dengan
benda yang berusaha ditangkapnya,
benda tersebut bergerak menjauh
darinya hingga ke bawah air terjun
dan terdorong ke dasar mata air.
Ketika benda itu muncul lagi kini
posisinya lebih jauh daripada
sebelumnya. Tapi akhirnya, ketika Puzzle
hampir menderita kelelahan setengah
mati, lebam-lebam di seluruh tubuh
dan mati rasa karena kedinginan,
dia berhasil mencengkeram 9
benda itu dengan giginya. Lalu dia
keluar sambil membawanya di depan
tubuh sehingga kaki depannya nyaris
terbelit benda itu, karena yang
kini dibawanya sebesar karpet
perapian besar, berat, dingin, juga
licin. Dia melemparkannya ke hadapan
Shift lalu berdiri meneteskan air,
menggigil, dan berusaha mengatur
napas. Tapi si kera bahkan tidak
melihatnya atau menanyakan
kabarnya. Si kera terlalu sibuk
memutari benda itu, melebarkannya,
menepuk-nepuknya, dan mengendusnya.
Kemudian sinar jahat berkilau di
matanya dan dia berkata, "Ini
kulit singa." "Hiii-hoo-hoo-oh, begitu ya""
kata Puzzle terperangah. "Nah, kira-kira''' kira-kira'''
kira-kira," kata Shift kepada
dirinya sendiri, karena kini dia
berpikir keras sekali. "Kira-kira siapa yang membunuh
singa malang ini"" kata Puzzle
akhirnya. "Kulit ini harus 10
dikubur. Kita harus mengadakan
pemakaman."

The Chronicles Of Narnia 6 Pertempuran Terakhir The Last Battle di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Oh, ini bukan kulit Singa yang
Bisa Berbicara," kata Shift.
"Kau tidak perlu repot soal itu.
Tidak ada Hewan yang Bisa
Berbicara di daerah yang lebih
jauh dari air terjun, di Western
Wild. Kulit ini dulu pastinya
milik singa liar yang bodoh."
Omong-omong, komentar ini memang
benar. Seorang pemburu, manusia,
telah membunuh dan menguliti singa
ini di suatu tempat di Western
Wild beberapa bulan lalu. Tapi
masalah itu tidak akan muncul dalam
kisah ini. "Tetap saja, Shift," kata
Puzzle, "bahkan jika kulit ini
dulunya hanya milik singa liar yang
bodoh, bukankah seharusnya kita memberinya penguburan yang layak"
Maksudku, bukankah semua singa
agak-yah, agak agung" Karena kautahu-siapa. Tidakkah kau berpikir
begitu"" "Jangan mulai punya ide- 11
ide gila di kepalamu, Puzzle,"
kata Shift. "Karena, kau tahu,
berpikir bukanlah kelebihanmu.
Kita akan menjadikan kulit ini
mantel musim dingin yang hangat dan
bagus untukmu." "Oh, kurasa aku tidak akan
menginginkannya," kata si keledai.
"Itu akan kelihatan-maksudku,
hewan-hewan lain bakal berpikiryang ingin kukatakan, aku tidak
akan merasa-" "Apa sebenarnya yang ingin
kaukatakan"" kata Shift, menggaruk dirinya sendiri ke arah yang salah,
yaitu ke atas seperti yang biasa
dilakukan para kera. "Kurasa tindakan itu akan
melecehkan sang Singa Agung,
Aslan sendiri, kalau keledai
sepertiku mondar-mandir berjalan
dengan mengenakan kulit singa,"
kata Puzzle. "Sudahlah, kumohon jangan
membantah lagi," kata Shift. "Apa
yang diketahui keledai sepertimu
tentang hal-hal seperti ini" 12
Kau kan tahu kau tidak mahir dalam
berpikir, Puzzle, jadi bagaimana
kalau kau membiarkan aku yang
berpikir untukmu" Kenapa kau tidak
memperlakukanku seperti aku
memperlakukanmu" Kurasa aku tidak
bisa melakukan segalanya. Aku tahu
kau lebih pandai dalam beberapa hal
daripada aku. Itulah sebabnya aku
membiarkanmu masuk ke mata air.
Karena aku tahu kau akan melakukannya lebih baik daripada
aku. Tapi kenapa aku tidak bisa
mendapatkan giliranku ketika ada
sesuatu yang bisa kulakukan dan
tidak bisa kaulakukan" Apakah aku
tidak pernah diperbolehkan
melakukan apa pun" Bersikap
adillah. Memberi dan menerima."
"Oh, yah, tentu saja, kalau kau
mengatakannya seperti itu," kata
Puzzle. "Begini saja," kata Shift.
"Sebaiknya kau berlari kecil
sebentar menyusuri sungai hingga
Chippingford dan mencari tahu
apakah mereka punya jeruk 13
atau pisang." "Tapi aku capek sekali, Shift,"
Puzzle memohon. "Ya, aku tahu, tapi kau kini
BAB-AH dan pasti sangat kedinginan," kata si kera. "Kau
ingin melakukan sesuatu yang bisa
menghangatkan tubuhmu. Berlari
kecil sebentar bisa jadi pemecahan
yang tepat. Lagi pula, hari ini
hari pasar di Chippingford."
Kemudian tentu saja Puzzle
berkata dia akan pergi. Segera setelah sendirian, Shift
berjalan pelan dengan menyeret
langkah, terkadang dengan dua
tungkai dan terkadang empat, hingga
dia tiba di pohonnya sendiri.
Kemudian dia mengayunkan tubuhnya
dari cabang ke cabang, berceloteh
dan menampilkan cengiran sepanjang
waktu, lalu masuk ke rumah
kecilnya. Dia mencari jarum,
benang, dan gunting besar di sana,
karena dia kera yang pandai dan
bangsa dwarf pernah mengajarinya
cara menjahit. 14 Dia memasukkan gulungan benang
(terbuat dari bahan yang sangat
tebal, lebih seperti kawat daripada
benang) ke mulutnya sehingga
pipinya menggelembung seolah dia
sedang mengisap sepotong toffee
besar. Dia menjepit jarum dengan
bibir dan memegang gunting dengan
tangan kirinya. Lalu dia menuruni
pohon dan berjalan perlahan lagi
menuju kulit singa tadi. Dia berjongkok dan mulai bekerja.
Dia segera menyadari tubuh kulit
singa itu akan jadi terlalu panjang
untuk Puzzle dan terlalu pendek di
bagian leher. Jadi dia memotong
sebagian besar tubuh dan menggunakannya untuk membuat kerah
panjang untuk leher panjang
Puzzle. Lalu dia memotong
kepalanya dan menjahitkan kerah
tadi dengan bagian kepala dan bahu.
Dia memasang benang pada kedua
sisi kulit supaya bagian bawah dada
dan perut Puzzle bisa diikat.
Sesekali burung akan melintas di
atas kepalanya dan Shift 15
akan menghentikan kegiatannya,
mendongak waspada. Dia tidak mau
siapa pun melihat apa yang sedang
dia kerjakan. Tapi tidak satu pun
burung yang dia lihat merupakan
Burung yang Bisa Berbicara, jadi
tidak masalah. Siang menjelang sore, Puzzle
kembali. Dia tidak berlari kecil
melainkan hanya berjalan perlahan,
santai dan kelihatan malas, seperti
yang biasa keledai lakukan.
"Tidak ada jeruk," katanya,
"juga tidak ada pisang. Dan aku
lelah sekali." Dia berbaring.
"Kemarilah dan coba mantel kulit
singamu yang indah ini," kata
Shift. "Oh, siapa yang peduli dengan
kulit tua itu"" kata Puzzle. "Aku
akan mencobanya besok pagi. Aku
terlalu capek malam ini."
"Ternyata kau memang kej
am, Puzzle," kata Shift. "Kalau kau
lelah, kaupikir bagaimana aku" Sepanjang hari, ketika kau
berjalan-jalan mencari udara 16
segar menuruni lembah, aku bekerja
keras untuk membuatkan mantel ini
untukmu. Tanganku begitu capek
sehingga aku nyaris tidak bisa
mengangkat gunting ini. Dan
sekarang kau tidak bersedia
mengucapkan terima kasih-dan kau
bahkan tidak mau melihat mantel
ini-dan kau tidak perlu-dan-dan-"
"Shift-ku tersayang," kata
Puzzle, langsung bangkit.
"Maafkan aku. Aku telah bertindak
tanpa perasaan. Tentu saja aku
akan senang mencoba mantel
buatanmu. Dan mantel itu kelihatannya bagus sekali. Segera pakaikan kepadaku. Kuharap kau mau
melakukannya." "Yah, kalau begitu jangan
bergerak," kata si kera. Kulit itu
terlalu berat buatnya, tapi
akhirnya, setelah begitu banyak
menarik, mendorong, terengah-engah,
dan meniup, si kera berhasil
memasangkannya ke si keledai. Dia
mengikatnya di bawah tubuh Puzzle
dan mengikat kaki-kaki kulit 17
itu ke kaki-kaki Puzzle, begitu
juga ekornya ke ekor Puzzle.
Sebagian besar hidung dan wajah
kelabu Puzzle terlihat dari mulut
terbuka si singa. Orang yang
pernah melihat singa sungguhan
tidak akan tertipu barang sedetik
pun. Namun bila seseorang yang
belum pernah melihat singa melihat
Puzzle dengan kulit singanya,
orang itu mungkin saja akan mengira
dia singa, itu kalau dia berada
agak jauh, penerangan tidak terlalu
bagus, dan kalau Puzzle tidak
menyuarakan ringkikan juga tidak
mengentakkan kaki. "Kau kelihatan hebat, hebat,"
kata si kera. "Kalau ada yang
melihatmu sekarang, mereka bakal
mengira kaulah Aslan, sang Singa
Agung itu sendiri. "Itu akan buruk sekali," kata
Puzzle. "Tidak, tentu tidak," kata
Shift. "Semua makhluk akan
melakukan apa pun yang kaukatakan
kepada mereka." 18 "Tapi aku tidak mau mengatakan apa-apa kepada mereka."
"Tapi pikirkan semua tindakan
baik yang bisa kita lakukan!" kata
Shift. "Kau tetap akan punya aku
saat membutuhkan nasihat, kau tahu
itu. Aku akan memikirkan perintahperintah masuk akal yang bisa
kauberikan. Dan semua makhluk
bakal harus mematuhi kita, bahkan
sang raja. Kita bisa memperbaiki
segalanya di Narnia."
"Tapi bukankah segalanya baikbaik saja"" tanya Puzzle.
"Apa"" teriak Shift.
"Segalanya baik-baik saja-ketika
tidak ada jeruk ataupun pisang""
"Yah, kau kan tahu," kata
Puzzle, "tidak banyak orang yangbahkan, kurasa tidak ada orang lain
kecuali dirimu-yang menginginkan
benda-benda seperti itu."
"Tentunya ada juga masalah
gula," kata Shift. "Hm, ya," kata si keledai.
"Bakal menyenangkan kalau ada
lebih banyak gula." 19
"Nah, kalau begitu semuanya
sudah diputuskan," kata si kera.
"Kau akan berpura-pura menjadi
Aslan, dan aku akan memberitahumu
apa yang harus dikatakan."
"Tidak, tidak, tidak," kata
Puzzle. "Jangan katakan hal-hal
yang begitu mengerikan. Tindakan
itu salah, Shift. Aku mungkin
tidak pandai, tapi kalau hanya
sejauh itu aku pun tahu. Apa yang
akan terjadi pada kita kalau Aslan


The Chronicles Of Narnia 6 Pertempuran Terakhir The Last Battle di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang asli muncul""
"Kurasa dia akan sangat senang,"
kata Shift. "Mungkin dialah yang
sengaja mengirimkan kulit singa itu
kepada kita, supaya kita bisa memperbaiki berbagai hal. Lagi
pula, dia tidak pernah benar-benar
muncul, kau tahu itu, kan" Tidak
akhir-akhir ini." Pada saat itu terdengar gemuruh
keras guntur di langit dan tanah
bergetar dengan gempa bumi kecil.
Kedua hewan itu kehilangan
keseimbangan dan terlempar hingga
terjatuh mencium tanah. 20
"Nah kan!" kata Puzzle
terengah-engah, segera setelah dia
mengatur napas dan bisa berbicara.
"Itu pertanda, peringatan. Aku
tahu tindakan ini teramat jahat.
Cepat lepaskan kulit sial ini dari
tubuhku." "Tidak, tidak," kata si kera (yang otaknya bekerja sangat
cepat). "Ini pertanda sebaliknya.
Aku baru saja akan berkata kalau
Aslan yang asli, seperti kaukatakan tadi, ingin kita
meneruskan ini, dia akan mengirimkan guntur dan guncangan
bumi kepada kita. Kata-kata itu
sudah di ujung lidah, hanya saja
pertanda itu datang sebelum aku
bisa mengucapkannya. Kau harus
melakukannya sekarang, Puzzle.
Dan sebaiknya kita menghentikan
perdebatan ini. Kau kan tahu kau
ti dak mengerti hal-hal seperti ini.
Apa yang diketahui keledai tentang
pertanda"" BAB DUA Kecerobohan sang Raja Sekitar tiga minggu kemudian
Raja Narnia terakhir duduk di
bawah pohon ek besar yang tumbuh di
samping pintu pondok berburu
kecilnya, tempat dia sering kali
menginap selama sepuluh hari atau
lebih untuk menikmati cuaca musim
semi yang menyenangkan. Bangunan
pondok itu rendah dan beratap
dedaunan tidak jauh dari ujung
timur Lantern Waste dan agak jauh
dari pertemuan dua sungai. Dia
sangat suka tinggal di sana,
sederhana dan tenang, jauh dari
pemerintahan dan tata cara Cair
Paravel, ibu kota kerajaan.
Namanya Raja Tirian, dan usianya
antara dua puluh dan dua puluh lima
tahunan, di usia itu bahunya sudah
lebar dan kuat, tungkai-tungkainya
dipenuhi otot keras, tapi
janggutnya masih tipis. Dia memiliki mata biru dan wajah
pemberani juga jujur. Tidak banyak yang 22 menemaninya di pagi musim semi itu,
hanya teman setianya, Jewel si
unicorn-makhluk ajaib yang
berbentuk seperti kuda bertanduk
satu di dahinya. Mereka saling
menyayangi seperti saudara kandung
dan masing-masing pernah menyelamatkan nyawa yang lain dalam
peperangan. Hewan suci itu berdiri
di dekat kursi sang raja dengan
leher membungkuk, menggosokkan
tanduk birunya ke pahanya yang
putih. "Aku tidak memaksa diriku
melakukan pekerjaan ataupun
olahraga apa pun hari ini, Jewel,"
kata sang raja. "Aku tidak bisa
memikirkan hal lain selain berita
baik itu. Apakah menurutmu kita
akan mendengar lebih banyak soal
itu hari ini"" "Berita itu memang kabar paling
bagus yang pernah didengar pada
zaman kita, zaman ayah kita, atau
zaman kakek kita, Sire," kata
Jewel, "kalau berita itu memang
benar." 23 "Bagaimana mungkin kabar itu
tidak benar"" tanya sang raja.
"Lebih dari seminggu lalu, burungburung pertama beterbangan datang
di atas kita dan berkata, Aslan
ada di sini, Aslan telah datang ke
Narnia lagi. Dan setelah itu para bajing datang. Mereka tidak benarbenar melihatnya tapi mereka merasa
pasti dia ada di hutan. Lalu
datang Rusa jantan. Dia berkata
dia telah melihatnya dengan mata
kepalanya sendiri, sangat jauh, di
bawah sinar rembulan, di Lantern
Waste. Lalu datang pria berkulit
gelap dan berjanggut itu, pedagang
dari Calormen. Bangsa Calormen
sama sekali tidak peduli pada
Aslan, tidak seperti kita, tapi
pria itu berbicara tentang ini
dengan penuh keyakinan. Lalu ada
si luak kemarin malam, dia juga
telah melihat Aslan."
"Memang benar, Sire," Jewel
menjawab, "aku memercayai semua
itu. Kalau aku tampak ragu itu
karena rasa bahagiaku terlalu 24
besar sehingga aku tidak mampu
membiarkan keyakinanku tenang.
Rasanya terlalu indah untuk bisa
dipercaya." "Ya," kata sang raja sambil
mengembuskan napas panjang,
tubuhnya hampir gemetar karena
gembira. "Ini jauh lebih hebat
daripada apa pun yang pernah
kuharapkan dalam hidup."
"Dengar!" kata Jewel, sambil
menelengkan kepala ke satu sisi dan
mengarahkan kedua telinganya ke
depan. "Ada apa"" tanya sang raja.
"Suara tapak kaki, Sire," kata
Jewel. "Langkah kaki kuda yang
berlari cepat. Kuda berbobot
besar. Itu pasti salah satu
centaurus. Dan lihat, ini dia
datang." Centaurus besar berjanggut
keemasan, dengan keringat manusia
pada dahinya dan keringat kuda pada
paha cokelat kemerahannya, bergegas
menghampiri Raja, berhenti, dan
menunduk rendah. "Salam, 25
Raja," teriaknya dengan suara yang
sedalam suara banteng. "Salam, Teman!" balas sang
raja, melihat dari balik bahunya ke
arah pintu pondok berburu itu.
"Semangkuk anggur untuk centaurus
yang agung. Selamat datang,
Roonwit. Kalau napasmu sudah
teratur, mungkin kau bisa
memberitahu kami apa maksud
kedatanganmu." Pelayan keluar dari rumah
membawa mangkuk kayu besar, yang
diukir sangat indah, lalu
mengangsurkannya kepada si
centaurus. Centaurus itu mengangkat mangkuk dan berkata:
"Aku akan minum pertama untuk Aslan dan kebenaran, Sire, dan
yang kedua untuk Yang Mulia."
Dia menghabiskan anggur itu
(porsi yang cukup untuk enam pria
kuat) dalam satu tegukan dan
menyerahkan mangkuk kosong kepada
pelayan tadi. "Sekarang, Roonwit," kat
a 26 sang raja. "Apakah kau membawakan
informasi tambahan tentang Aslan""
Roonwit tampak sangat murung,
dahinya sedikit bekernyit.
"Sire," katanya. "Kau tahu
berapa lama aku telah hidup dan
mempelajari bintang-bintang, karena
kami bangsa centaurus hidup lebih
lama daripada bangsa kalian
manusia, dan bahkan lebih lama
daripada bangsamu, Unicorn. Belum
pernah selama hidupku aku melihat
begitu banyak hal buruk tertulis di
langit seperti yang ada pada malammalam sejak tahun ini dimulai.
Bintang-bintang tidak mengatakan
apa pun tentang kedatangan Aslan,
ataupun tentang perdamaian, ataupun
tentang kebahagiaan. Aku tahu dari
pengetahuanku bahwa belum pernah
ada konjugasi planet-planet yang
begini penuh bencana selama lima
ratus tahun. "Sudah cukup lama aku berniat
datang dan memperingatkan Yang
Mulia bahwa ada kejahatan besar
yang mengancam Narnia. Tapi 27
kemarin malam, desas-desus Aslan
kini ada di Narnia sampai ke telingaku. Sire, janganlah percaya
dongeng ini. Itu tidak mungkin.
Bintang-bintang tidak pernah
berbohong, tapi manusia dan hewan
begitu. Kalau Aslan benarbenar
datang ke Narnia, langit akan
meramalkannya. Kalau dia benarbenar datang, semua bintang yang
paling agung akan berkumpul demi
menghormatinya. Semua itu kisah
bohong." "Bohong"" kata sang raja dengan
nada tinggi. "Makhluk apa di
Narnia atau seluruh dunia yang
berani berbohong tentang soal ini""
Dan tanpa disadari, dia meletakkan
tangan pada gagang pedangnya.
"Aku tidak tahu jawaban
pertanyaan itu, Baginda Raja,"
kata si centaurus. "Tapi aku tahu
ada pembohong di bumi, tapi tak ada
di antara bintang-bintang."
"Apakah mungkin," kata Jewel,
"Aslan tidak akan datang walaupun
bintang-bintang meramalkan 28
sebaliknya" Dia bukanlah pengabdi
bintang-bintang melainkan pencipta
mereka. Bukankah dikisahkan dalam
cerita-cerita kuno bahwa dia
bukanlah singa jinak""
"Pemikiran yang bagus, bagus,
Jewel," teriak sang raja. "Itu
memang kata-kata yang tepat:
bukanlah singa jinak. Soal ini
muncul dalam banyak kisah."
Roonwit baru saja mengangkat
tangannya dan mencondongkan tubuh
ke depan untuk mengatakan sesuatu
yang sangat tulus kepada sang raja,
ketika ketiganya menoleh untuk
mendengarkan suara erangan yang kian mendekat dengan cepat. Hutan
begitu tebal di sebelah barat
sehingga mereka tidak bisa melihat
pendatang baru itu. Tapi mereka
segera bisa mendengar kata-katanya.
"Pilu, pilu, pilu!" teriak suara
itu. "Pilu untuk saudarasaudaraku! Pilu untuk pohonpohon
suci! Hutan dihancurkan. Kapak
merajalela membantai kami. Kami
ditebangi. Pohon-pohon besar 29


The Chronicles Of Narnia 6 Pertempuran Terakhir The Last Battle di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terjatuh, terjatuh, terjatuh."
Bersama kata "terjatuh" terakhir
si pembicara muncul. Dia seperti
perempuan tapi begitu tinggi
sehingga kepalanya setinggi kepala
centaurus, walaupun begitu dia juga
tampak seperti pohon. Sulit
menjelaskannya kalau kau belum
pernah melihat dryad-roh pohon,
tapi kau tidak akan keliru lagi
setelah melihatnya ada sesuatu yang
berbeda pada warna, suara, dan
rambutnya. Raja Tirian dan dua
makhluk ajaib itu langsung tahu dia
roh pohon beech. "Kami mohon keadilan, Baginda
Raja!" teriaknya. "Tolonglah
kami. Lindungi rakyatmu. Mereka
menebangi kami di Lantern Waste.
Empat puluh batang besar saudarasaudaraku sudah terjatuh ke tanah."
"Apa, Lady" Menebangi Lantern
Waste" Membunuhi Pohon-pohon
yang Bisa Berbicara"" teriak sang
raja, bangkit dari kursinya dan
menghunus pedangnya. "Beraninya
mereka" Dan siapa mereka 30 yang lancang ini" Demi surai
Aslan-" "A-a-a-h," si dryad terengah,
tubuhnya gemetaran seolah
kesakitan-bergetar sekali-sekali
seolah dipukul berulang kali.
Kemudian mendadak dia terjatuh ke
samping begitu tiba-tiba seolah
kedua kakinya dipotong. Selama
sedetik mereka melihatnya terbaring
matt di rerumputan kemudian dia
menghilang. Mereka tahu apa yang
telah terjadi. Pohonnya, bermilmil jauh di sana, telah ditebang.
Selama sesaat kesedihan dan
kemarahan sang raja begitu
membuncah sehingga dia tidak mampu
berbicara. Lalu dia berkata,
"Ayo, teman-teman. Kita harus
pergi menyusuri sungai dan
menemukan para penjahat yang telah
melakukan ini, secepat yang kita
mampu. A ku tidak akan membiarkan satu pun dari mereka hidup."
"Sire, dengan itikad baik," kata
Jewel. Tapi Roonwit berkata, 31 "Sire, bersikaplah waspada
walaupun kau memang patut marah.
Kejadian-kejadian ini aneh. Kalau
ada pemberontak bersenjata lebih
jauh di lembah, kita bertiga
terlalu sedikit untuk menghadapi
mereka. Kalau kau bersedia lebih
baik kita menunggu sementara-"
"Aku bahkan tidak akan menunggu
selama sepersepuluh detik," kata
sang raja. "Tapi sementara aku dan
Jewel pergi ke sana, bersediakah
kau berlari secepat yang kau bisa
ke Cair Paravel" Ini cincinku
sebagai tanda kekuasaan. Bawakan aku pasukan dua puluh orang
bersenjata yang kesemuanya berkuda,
dua puluh Anjing yang Bisa
Berbicara, sepuluh dwarf (mereka
yang merupakan pemanah terbaik),
dan seekor atau lebih Leopard,
juga Stonefoot si raksasa. Pimpin
mereka semua menyusul kami secepat
mungkin." "Tentu, dengan itikad baik,
Sire," kata Roonwit. Dan dia
langsung berbalik dan berlari 32
ke arah timur menuruni lembah.
Sang raja berjalan dengan
langkah-langkah lebar, terkadang
bergumam sendiri dan terkadang
mengepalkan tangan. Jewel berjalan
di sampingnya, dalam diam, jadi
tidak ada suara menemani mereka
kecuali gemerencing samar rantai
emas tebal yang menggantung di
leher si unicorn dan entakan dua
kaki juga empat tapak. Mereka segera sampai di sungai
dan berbelok di sana, tempat ada
jalanan berumput: air berada di
sebelah kiri mereka dan hutan di
sebelah kanan. Tak lama setelah
itu mereka sampai di tempat tanah
menjadi lebih sulit dilewati dan
hutan lebat mencapai tepi air.
Jalan itu, atau yang tersisa
darinya, kini terbentang pada tepi
selatan sungai dan mereka harus
mengarungi sungai untuk mencapainya. Tinggi air mencapai
ketiak Tirian, tapi Jewel (yang
berkaki empat sehingga lebih bisa
berdiri seimbang) terus 33
mengambil posisi di kanannya untuk
menahan aliran sungai yang kuat,
dan Tirian meletakkan tangan
kokohnya pada leher kokoh si
unicorn lalu mereka berdua berhasil
menyeberang dengan selamat. Sang
raja masih begitu marah sehingga
nyaris tidak menyadari dinginnya
air. Tapi tentu saja dia mengeringkan pedangnya dengan hatihati pada bahu jubahnya, yang
merupakan satu-satunya bagian
kering pada tubuhnya, segera
setelah mereka tiba di daratan.
Mereka kini berjalan ke arah
barat dengan sungai di sebelah
kanan dan Lantern Waste lurus di
depan mereka. Mereka telah
berjalan lebih daripada satu mil
ketika mereka berdua berhenti dan berbicara bersamaan. Sang raja
berkata "Apa ini"" dan Jewel
berkata "Lihat!"
"Itu rakit," kata Raja Tirian.
Dan memang benar. Setengah lusin
batang pohon berkualitas semuanya
baru dipotong dan dibersihkan 34
cabangnya, telah diikat menjadi
satu dan dijadikan rakit, kini
rakit itu bergerak cepat di sungai.
Di bagian depan rakit berdiri
tikus air yang membawa tongkat
untuk menyetirnya. "Hei! Tikus Air! Kau hendak
ke mana"" teriak si raja.
"Membawa batang-batang kayu ini
untuk dijual ke bangsa Calormen,
Sire," kata si tikus sambil
menyentuh telinganya seperti dia
menyentuh topi untuk menghormat kalau saja dia mengenakannya.
"Bangsa Calormen!" geram
Tirian. "Apa maksudmu" Siapa
yang memberi perintah untuk
menebangi pohon-pohon ini""
Aliran sungai mengalir begitu
deras di awal tahun seperti itu
sehingga tak selang berapa lama
rakit itu telah mengapung melewati
sang raja dan Jewel. Tapi si
tikus air menoleh ke belakang dan
berteriak: "Perintah sang singa, 35
Sire. Aslan sendiri." Dia
mengatakan sesuatu lagi tapi mereka
tidak bisa mendengarnya. Sang raja dan unicorn saling
menatap dan keduanya tampak lebih ketakutan daripada ketika mereka
berada dalam peperangan. "Aslan," kata sang raja
akhirnya, dengan suara yang sangat
rendah. "Aslan. Mungkinkah itu
benar" Mungkinkah dia yang
menebangi pohon-pohon suci dan
membunuh para dryad""
"Kecuali para dryad telah
melakukan sesuatu yang teramat
salah-" gumam Jewel.
"Tapi menjual mereka kepada
Calormen!" seru sang raja.
"Apakah itu mungkin""
"Entahlah," kata Jewel muram.
"Dia memang bukan singa yang
jinak." "Yah," kata sang raja akhirnya,
" kita harus melanjutkan perjalanan
dan menghadapi petualangan yang
mendatangi kita." "Hanya itu yang bisa kita 36
lakukan, Sire," kata si unicorn.
Pada saat itu dia tidak menyadari
betapa bodohnya bagi mereka berdua
untuk pergi tanpa pasukan, begitu
juga sang raja. Mereka terlalu
marah untuk bisa berpikir jernih.
Tapi banyak kejahatan yang muncul
akibat kecerobohan mereka di akhir
cerita. Mendadak sang raja bersandar
lekat pada leher temannya dan
menundukkan kepala. "Jewel," katanya, "apa yang
terhampar di hadapan kita"
Berbagai bayangan mengerikan
muncul di benakku. Kalau kita mati
sebelum hari ini, mungkin kita akan
bahagia." "Benar," kata Jewel. "Kita
telah hidup terlalu lama. Hal
terburuk di dunia telah menghampiri
kita." Mereka berdiri seperti itu selama semenit atau dua menit lalu
melanjutkan perjalanan. Tak lama kemudian, mereka bisa
mendengar bunyi tak-tak-tak kapak
yang menghantam kayu, 37 walaupun mereka belum bisa melihat
apa-apa karena ada dataran yang
meninggi di hadapan mereka. Ketika
mencapai puncaknya, mereka bisa
langsung melihat ke Lantern
Waste. Dan wajah sang raja
memucat ketika dia melihatnya.
Tepat di tengah hutan kuno ituhutan tempat pohon emas dan perak
dulu pernah tumbuh dan tempat anak
dari dunia kita menanam Pohon
Perlindungan-jalan lebar telah
dibuka. Jalan itu menyedihkan seperti luka menganga pada tanah,
penuh bekas jejak berlumpur pohonpohon yang ditebang yang diseret ke
sungai. Tampak kerumunan besar
yang bekerja, dan terdengar
lecutan-lecutan pecut, kuda-kuda
menarik dan menegangkan otot saat
menyeret batang-batang kayu itu.
Hal pertarna yang menghantam sang
raja dan temannya si unicorn adalah
kira-kira separo anggota kerumunan
itu bukanlah Hewan yang Bisa
Berbicara melainkan manusia.
Selain itu pria-pria ini 38
bukanlah para pria berambut pirang
Narnia. Mereka berkulit gelap dan
berjanggut dari Calormen, negeri
besar dan kejam yang terletak lebih
jauh daipada Archenland di
seberang padang pasir ke arah
selatan. Tidak ada alasan, tentu saja, kenapa kita tidak bisa menemui satu
atau dua orang Calormen di
Narnia-pedagang ataupun dutakarena
pada masa-masa itu Narnia dan
Calormen dalam keadaan damai.


The Chronicles Of Narnia 6 Pertempuran Terakhir The Last Battle di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tapi Tirian tidak bisa mengerti
kenapa jumlah mereka banyak sekali,
ataupun kenapa mereka memotong
pepohonan hutan Narnia. Dia
menggenggam pedangnya lebih erat
lagi dan menggulung jubah untuk
membungkus tangan kirinya. Mereka
bergerak cepat menghampiri priapria itu.
Dua orang Calormen sedang
membimbing kuda yang diikat ke
batang kayu. Tepat ketika sang
raja sampai di dekat mereka, batang
kayu itu terjeblos di tempat 39
berlumpur dalam. "Ayo jalan, anak kungkang!
Tarik, pemalas!" teriak kedua pria Calormen itu, mengayunkan pecut
mereka. Kuda tersebut sudah
menarik sekuat yang dia biasa,
matanya merah dan mulutnya penuh
busa. "Ayo kerja, hewan malas," teriak
salah satu pria Calormene, dan
saat mengatakannya, dengan kejam
dia memukuli si kuda dengan
pecutnya. Saat itulah hal yang
sangat buruk terjadi. Hingga kini Tirian menganggap
semua kuda yang digunakan bangsa
Calormen adalah kuda-kuda mereka
sendiri, hewan-hewan bodoh tanpa
kemampuan berpikir tajam seperti
kuda-kuda di dunia kita. Dan
walaupun dia membenci bahkan bila
kuda bodoh dipaksa bekerja terlalu
keras, tentu saja dia lebih
memikirkan pembunuhan pohon-pohon.
Sama sekali tidak pernah terlintas
dalam benaknya ada orang yang
berani memasang tali kekang 40
pada salah satu Kuda yang Bisa
Berbicara Narnia yang bebas,
apalagi mencambuknya. Tapi saat
cambukan pria kejam itu mencapai
sasarannya, kuda itu mengangkat
kedua kaki depannya dan berkata,
setengah menjerit: "Manusia bodoh dan tiran!
Tidakkah kau lihat aku sudah
berusaha sekeras mungkin""
Ketika Tirian tahu kuda itu
salah satu rakyat Narnia-nya,
muncul rasa murka yang begitu
menguasai dirinya dan Jewel
sehingga mereka tidak tahu apa yang
mereka lakukan. Pedang sang raja
terhunus ke atas, tanduk si unicorn
menghunus ke bawah. Mereka
menyerang maju bersama-sama. Detik berikutnya kedua Calormen
terbaring mati, kepala yang satu
dipancung pedang Tirian dan tubuh yang satu ditikam tanduk Jewel
hingga tembus ke jantung.
BAB TIGA Sang Kera dalam Kejayaan "Tuan Kuda, Tuan Kuda," kata
Tirian sambil cepat-cepat
memutuskan tali yang mengikat kuda
itu, "bagaimana orang-orang asing
ini bisa memperbudakmu" Apakah
Narnia telah ditundukkan" Apakah
telah terjadi perang""
"Tidak, Sire," jawab Kuda
dengan terengah-engah, "Aslan ada
di sini. Semua ini berdasarkan
perintahnya. Dia telah bertitah-" "Bahaya datang, Raja," kata
Jewel. Tirian mendongak dan
melihat para pria Calormen
(bercampur bersama beberapa Hewan
yang Bisa Berbicara) mulai
berlari mendekati mereka dari
setiap arah. Dua pria yang
meninggal itu mati tanpa bersuara
sehingga rekan-rekannya tidak
langsung tahu apa yang telah
terjadi. Tapi kini mereka sudah
tahu. Sebagian besar dari mereka
membawa kelewang tanpa sarung di
tangan mereka. 42 "Cepat! Naik ke punggungku!"
kata Jewel. Sang raja melompat ke atas tubuh
teman lamanya yang kemudian
berbalik dan berlari pergi. Jewel
mengganti arah dua kali atau tiga kali segera setelah mereka keluar
dari jarak pandangan musuh,
menyeberangi sungai, dan berteriak
tanpa memperlambat langkahnya,
"Kita ke mana, Sire" Ke Cair
Paravel"" "Berhentilah, teman," kata
Tirian. "Turunkan aku." Dia
merosot turun dari punggung si
unicorn dan menghadapnya.
"Jewel," kata sang raja. "Kita
telah melakukan perbuatan yang
mengerikan." "Tapi kita benar-benar didesak
untuk melakukan itu," kata Jewel.
"Tetap saja, menyerang saat
mereka lengah tanpa menantang
mereka secara terbuka-ketika mereka
tidak bersenjata-bedebah! Kita dua
pembunuh, Jewel. Selamanya aku
akan menanggung malu." 43
Jewel menunduk. Dia juga merasa
malu sekali. "Selain itu," kata sang raja,
"Kuda itu berkata semua dilakukan
berdasarkan perintah Aslan. Tikus
itu juga berkata sama. Mereka
semua berkata Aslan ada di sini.
Bagaimana kalau itu benar""
"Tapi, Sire, bagaimana mungkin
Aslan memerintahkan sesuatu yang
begitu mengerikan""
"Dia bukanlah singa jinak," kata
Tirian. "Bagaimana kita bisa tahu
apa yang akan dilakukannya" Kita,
yang adalah pembunuh. Jewel, aku
akan kembali. Aku akan menyerahkan
pedangku dan menyerahkan diri ke
tangan orang-orang Calormen itu
dan meminta mereka membawaku ke
depan Aslan. Biarlah dia yang menentukan keadilan bagiku."
"Kalau begitu kau akan mati,"
kata Jewel. "Apakah kaukira aku akan peduli
kalaupun Aslan memutuskan kematian
atasku"" kata sang raja. "Itu
tidak berarti apa-apa, sama 44
sekali tidak. Bukankah lebih baik
mati daripada memiliki ketakutan
mengerikan ini bahwa Aslan telah
datang dan dia tidak seperti Aslan
yang telah kita percayai dan
rindukan" Seolah matahari terbit
di suatu hari dan ternyata matahari
hitam yang muncul." "Aku tahu," kata Jewel. "Atau
seolah kau meminum air namun airnya
air kering. Kau memang benar,
Sire. Ini akhir segalanya.
Sebaiknya kita pergi mencari bantuan."
"Tidak perlu dua orang yang
pergi ke sana." "Kalau kita pernah saling
menyayangi, biarkan aku pergi
bersamamu sekarang," kata si
unicorn. "Kalau kau mati dan
Aslan bukanlah Aslan, apa yang
tertinggal dalam hidup ini
untukku"" Mereka berbalik dan berjalan
bersama ke tempat tadi, meneteskan
air mata pahit. Segera setelah mereka tiba 45
di tempat pekerjaan berlangsung,
pria-pria Calormen bersorak dan
menghampiri mereka dengan membawa
senjata. Tapi Raja menjulurkan
pedang dengan gagang menghadap
mereka dan berkata: "Aku yang adalah Raja Narnia
dan kini kesatria celaka menyerahkan diri ke hadapan
keadilan Aslan. Bawa aku menghadapnya." "Aku pun menyerahkan diri," kata
Jewel. Kemudian para pria berkulit
gelap datang mengerumuni mereka
dalam lingkaran tebal, berbau
bawang putih dan bawang bombai,
mata putih mereka berkilau
mengancam pada wajah cokelat
mereka. Mereka mengalungkan tali
ke leher Jewel. Mereka merebut
pedang Raja dan mengikat tangannya
ke belakang. Salah satu pria
Calormen, yang mengenakan topi
besi bukannya turban dan tampaknya
pemimpin mereka, melepaskan tali
emas yang melingkari kepala 46
Tirian dan cepat-cepat menyimpannya di antara lipatanlipatan pa
kaiannya. Mereka membawa kedua tawanan itu menaiki bukit ke
suatu tempat di mana terdapat
lapangan luas. Dan inilah yang
dilihat kedua tawanan itu.
Di tengah lapangan itu, yang
juga merupakan titik tertinggi
bukit, ada pondokan kecil seperti
istal, dengan atap rumbia.
Pintunya tertutup. Pada rumput di
depan pintu duduklah sang kera.
Tirian dan Jewel, yang mengira
akan melihat Aslan dan belum
mendengar kabar apa pun tentang
seekor kera, merasa sangat heran
ketika melihat ini. Kera itu tentu
saja Shift sendiri, tapi dia
tampak sepuluh kali lebih jelek
daripada ketika dia tinggal di
dekat Caldron Pool, karena kini
dia bersolek. Dia mengenakan jaket
merah tua yang tidak sesuai
dengannya karena sebenarnya dibuat
untuk dwarf. Dia mengenakan sandal
berhiaskan batu mulia pada 47
tapak-tapak belakangnya, karena
seperti yang kauketahui tapak
belakang kera benar-benar seperti
tangan. Dia memakai sesuatu yang
seperti mahkota kertas di
kepalanya. Ada gundukan kenari di
sampingnya, rahang kera itu terusmenerus mengunyah kenari dan
meludahkan keluar kulitnya. Dia
juga terus menerus mengangkat jaket
merahnya untuk menggaruk.
Sejumlah besar Hewan yang Bisa
Berbicara berdiri menghadapnya,
dan hampir setiap wajah tampak
penuh kecemasan dan kebingungan.
Ketika melihat siapa kedua tawanan
itu, mereka semua mengerang dan
gemetar. "O Lord Shift, juru bicara
Aslan," kata pemimpin Calormen.
"Kami membawakanmu tawanan.
Berkat keahlian, keberanian, dan
izin dewa besar Tash, kami membawa
dua pembunuh berbahaya ini hiduphidup."
"Berikan kepadaku pedang 48
pria itu," kata sang kera. Jadi


The Chronicles Of Narnia 6 Pertempuran Terakhir The Last Battle di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka mengambil pedang raja dan
menyerahkannya, bersama sabuk
pedang dan perlengkapan lainnya,
kepada monyet itu. Kemudian dia menggantungkannya ke lehernya
sendiri, dan ini membuatnya tampak
lebih konyol daripada sebelumnya.
"Kita akan mengurus dua makhluk
itu nanti," kata sang kera,
meludahkan kulit kenari ke arah
kedua tawanan. "Pertama-tama aku
harus membereskan urusan lain.
Mereka bisa menunggu. Sekarang
dengarkan aku, semuanya. Hal
pertama yang ingin kubicarakan
adalah tentang kenari. Ke mana
perginya si Pemimpin Bajing""
"Aku di sini, Sire," jawab
seekor bajing merah, melangkah maju
dan membungkuk gugup. "Oh, begitu rupanya ya"" kata si
kera dengan wajah menyebalkan.
"Sekarang dengarkan aku. Aku maumaksudku, Aslan menginginkan-lebih
banyak kenari. Yang kaubawa ini
sama sekali tidak mendekati 49
kata cukup. Kau harus membawa
lebih banyak lagi, kau dengar" Dua
kali lebih banyak. Dan semua itu
harus sudah ada di sini saat
matahari terbenam besok, dan tidak
boleh ada yang busuk atau kecil di
antaranya." Gumaman kaget menyebar di antara
bajing-bajing lain, dan Pemimpin
Bajing mengumpulkan keberanian
untuk berkata, "Aku mohon, bisakah
Aslan sendiri yang berbicara
dengan kami tentang ini" Itu kalau
kami diizinkan menemuinya-"
"Yah, kau tidak akan diizinkan,"
kata si kera. "Dia mungkin akan
sangat murah hati (walaupun itu lebih daripada yang layak kalian
dapatkan) dan keluar beberapa menit
malam ini. Saat itulah kalian
semua boleh melihatnya. Tapi dia
tidak akan menerima kalian semua
berkerumun di sekelilingnya dan
mengganggunya dengan pertanyaanpertanyaan. Apa pun yang ingin
kalian katakan kepadanya akan
disampaikan melalui diriku: 50
itu pun kalau kata-kata kalian
memang pantas disampaikan
kepadanya. Sementara itu kalian
para bajing sebaiknya pergi dan
membereskan masalah kenari ini.
Juga pastikan semua kenari itu ada
di sini besok malam atau, yakinlah,
kalian akan menerima akibatnya!" Bajing-bajing malang itu cepatcepat berlari pergi seolah ada
anjing mengejar mereka. Perintah
baru ini berita mengerikan untuk
mereka. Kenari-kenari yang telah
dengan hati-hati disimpan untuk
musim dingin kini nyaris sudah
dimakan semua sekarang, dan
sebagian kecil yang tersisa telah
mereka berikan kepada sang kera
jauh lebih banyak daripada yang
seharusnya mereka bagi. Kemudian suara dalam-yang
berasal dari babi hutan besar
bercula dan berbulu tebal berbicara
dari sisi lain kerumunan.
"Tapi kenapa kami tidak boleh
benar-benar menemui Aslan da
n berbicara dengannya"" 51
tanyanya. "Waktu dia sering muncul
di Narnia di masa-masa dahulu,
semua makhluk bisa berbicara
dengannya sambil bertatap muka."
"Jangan kaupercayai kisah-kisah
lama," kata sang kera. "Dan bahkan
kalaupun cerita itu benar, waktu
telah berubah. Aslan berkata dia
terlalu lembek pada kalian
sebelumnya, kalian mengerti" Nah,
dia tidak akan bersikap lembek
lagi. Dia akan menjilati kalian
sampai sadar sekarang. Dia akan
memberi kalian pelajaran karena
telah menganggap dia singa jinak!"
Erangan dan gumaman ketakutan
terdengar di antara Hewan-hewan,
dan setelah itu, keheningan
mencekam yang lebih mengerikan.
"Dan sekarang ada satu hal lagi
yang harus kalian ketahui," kata si
kera. "Aku mendengar beberapa di
antara kalian berkata aku ini kera.
Nah, aku bukan kera. Aku manusia.
Kalau aku kelihatan seperti kera,
itu karena aku sangat tua: beratus
ratus tahun. Dan karena aku 52
begitu tualah maka aku begitu
bijaksana. Dan karena aku begitu
bijaksana, Aslan hanya akan bicara
padaku. Waktunya tidak boleh
dibuang dengan bicara pada hewanhewan bodoh. Dia akan
memberitahuku apa yang harus kalian
lakukan, dan aku yang akan
menyampaikannya kepada kalian.
Terima saja saranku dan lakukan
dengan waktu yang dua kali lebih
cepat, karena Aslan tidak berniat
mentolerir omong kosong."
Kesunyian merebak kecuali suara
luak yang sangat muda menangis dan
ibunya berusaha membuatnya diam.
"Dan sekarang satu hal lagi," si
kera melanjutkan sambil memasukkan
kenari baru ke mulutnya, "aku
mendengar beberapa kuda berkata,
'Mari kita bergegas dan menyelesaikan pekerjaan menarik
batang pohon ini secepat mungkin,
setelah itu kita akan bebas lagi.'
Yah, kalian bisa segera mengeluarkan pemikiran itu dari
benak kalian. Dan ini tidak 53
hanya berlaku untuk Kuda. Semua
yang bisa bekerja akan diperintahkan bekerja di masa
depan. Aslan telah mengatur semuanya bersama Raja Calormensang Tisroc, seperti yang biasa
digunakan teman-teman berkulit
gelap kita untuk menyebutnya.
Kalian para kuda, sapi jantan, dan
keledai akan dikirim ke Calormen
untuk bekerja mencari nafkahmenarik dan mengangkut barang
seperti yang dilakukan kudakuda dan
sejenisnya di negeri lain. Dan
semua makhluk penggali seperti
tikus tanah, kelinci, dan dwarf
akan berkerja di tambang Tisroc.
Dan-" "Tidak, tidak, tidak," erang
para hewan. "Itu tidak mungkin.
Aslan tidak akan pernah menjual
kami sebagai budak ke Raja
Calormen." "Diam! Jangan membantah!" kata
si keras sambil menggeram. "Siapa
yang menyebut-nyebut perbudakan"
Kalian tidak akan menjadi 54
budak. Kalian akan dibayar-dengan
jumlah upah yang sangat bagus pula.
Tapi bagaimanapun, upah kalian
akan dimasukkan ke simpanan Aslan
dan dia akan menggunakannya untuk
kebaikan semua orang." Kemudian
dia melempar pandangan sekilas, dan
hampir mengedipkan mata, kepada
pimpinan Calormen. Orang Calormen itu membungkuk
dan menjawab, dengan cara Calormen
yang sangat sombong: "Juru bicara Aslan yang paling
bijaksana, sang Tisroc (semoga dia
selamanya kekal) sepenuhnya setuju
dengan penguasa kalian dalam
rencana cemerlang ini."
"Nah! Kalian lihat, kan"" kata
si kera. "Segalanya sudah diatur.
Dan semua demi kebaikan kalian.
Kita akan mampu, dengan uang yang
kalian peroleh, menjadikan Narnia
negeri yang pantas ditinggali.
Akan ada jeruk dan pisang,
berlimpah-juga jalan, kota-kota
besar, sekolah, kantor, cambuk,
berangus, sadel, sangkar, 55
kandang anjing, dan penjara-oh,
segalanya." "Tapi kami tidak menginginkan
semua itu," kata Beruang tua.
"Kami ingin bebas. Dan kami ingin
mendengar Aslan bicara sendiri."
"Jangan coba-coba membantah,"
kata si kera, "karena aku tidak
akan memakluminya. Aku manusia,
kau hanyalah Beruang tua yang
gendut dan bodoh. Apa yang kau
tahu soal kebebasan" Kau pikir
kebebasan berarti melakukan apa pun
yang kauinginkan. Kebebasan sejati
berarti melakukan apa yang
kusuruh." "H-n-n-h," geram Beruang dan
dia menggaruk kepalanya, dia
mendapati hal seperti ini sulit
dimengerti. "Tolonglah, aku mohon," kata
suara bernada tinggi milik domba
bertubuh penuh wol, yang begitu
muda sehingga semua makhluk kaget
karena dia berani bicara.
"Ada apa lagi sekarang"" 56
tanya si kera. "Cepat katakan."
"Aku mohon," kata Domba. "Aku
tidak mengerti. Apa hubungan kita
dengan Calormen" Kita milik
Aslan. Mereka milik Tash.
Mereka memiliki dewa bernama
Tash. Mereka bilang dia memiliki
empat lengan dan kepalanya berupa
kepala burung bangkai. Mereka
membunuh manusia di altarnya. Aku
tidak percaya ada orang yang
seperti Tash. Namun kalaupun ada,
bagaimana mungkin Aslan berteman
dengannya"" Semua hewan memiringkan kepala
ke samping dan semua mata jernih
mereka berbinar ke arah si kera.
Mereka tahu itu pertanyaan terbaik
yang sejauh ini ditanyakan siapa
pun. Si kera melompat berdiri dan
meludah kepada Domba. "Anak ingusan!" dia mendesis. "Pengembik kecil konyol! Pulang
saja ke rumahmu dan minum susu.
Apa yang kau mengerti soal-soal
begini" Tapi untuk yang 57
lain, dengarkan. Tash hanyalah
nama lain Aslan. Segala pemikiran
lama bahwa kita benar sedangkan
Calormen salah adalah konyol.
Kita sudah lebih tahu sekarang.
Bangsa Calormen menggunakan
katakata yang berbeda tapi
sebenarnya kita punya maksud yang
sama. Tash dan Aslan hanyalah dua
nama yang berbeda untuk kau tahu
Siapa. Itulah sebabnya tidak akan
pernah ada pertengkaran di antara mereka. Tanamkan itu ke dalam
kepala kalian, dasar hewan-hewan
bodoh. Tash adalah Aslan, Aslan
adalah Tash."

The Chronicles Of Narnia 6 Pertempuran Terakhir The Last Battle di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kau tahu betapa kadang-kadang
wajah anjingmu bisa tampak sedih
sekali, kan" Bayangkan itu,
kemudian bayangkan semua wajah para
Hewan yang Bisa Berbicara-semua
burung, beruang, luak, kelinci,
tikus tanah, dan tikus yang jujur,
rendah hati, dan kebingungan-tampak
jauh lebih sedih daripada itu.
Setiap ekor turun, setiap kumis
menjuntai lemas ke bawah. 58
Melihat wajah-wajah mereka bisa
membuatmu patah hati karena rasa kasihan. Hanya ada satu yang
tampak tidak terlalu sedih.
Dia kucing berwarna ginger
(kuning kemerahan7-kucing jantan
besar yang berada pada masa
kejayaan hidupnya-yang duduk tegak
dengan ekor melingkari jemari
kakinya, di barisan depan hewanhewan. Sejak awal dia memandangi
si kera dan Kapten Calormen
lekat-lekat sepanjang waktu dan
tidak pernah sekali pun mengedipkan
mata. "Permisi," kata Kucing sangat
sopan, "tapi ada yang menggugah
rasa ingin tahuku. Apakah temanmu
dari Calormen juga berpendapat
sama"" "Tentu saja," jawab si
Calormen. "Kera-manusia,
maksudku-yang penuh pengetahuan ini
memang benar. Aslan tidak berarti
kurang ataupun lebih daripada
Tash. "Terutama, Aslan berarti 59
tidak lebih daripada Tash""
Kucing minta penjelasan. "Tidak lebih sama sekali," jawab
orang Calormen itu, menatap lekat
wajah Kucing. "Apakah itu cukup bagimu,
Ginger"" tanya si kera.
"Oh, tentu saja," kata Ginger
tenang. "Terima kasih banyak. Aku
hanya ingin memastikan. Kurasa aku
sudah mulai mengerti sekarang."
Hingga kini Raja dan Jewel
tidak mengatakan apa-apa. Mereka
menunggu sampai si kera mengizinkan
mereka bicara, karena mereka
berpikir tidak ada gunanya memotong
pembicaraan. Tapi kini, saat
Tirian melihat ke sekelilingnya
pada wajah-wajah muram warga
Narnia, dan melihat bagaimana mereka semua bakal percaya bahwa
Aslan dan Tash adalah satu dan
sama, dia tidak bisa lagi menahan
diri. "Kera," teriaknya dengan suara
keras, "kau berbohong. Kau
berbohong besar. Kau 60 berbohong seperti orang Calormen.
Kau berbohong seperti kera."
Tirian bermaksud meneruskan dan
bertanya bagaimana dewa mengerikan
Tash yang memangsa darah pengikutnya sendiri bisa disamakan
dengan Singa baik yang dengan
darahnyalah Narnia diselamatkan
Kalau dia diizinkan berbicara,
kekuasaan si kera mungkin bisa
berakhir hari itu. Para hewan bisa
melihat kebenaran dan mengusirnya.
Tapi sebelum Tirian bisa mengucapkan kata lain, dua orang
Calormen memukul mulutnya dengan
segenap kekuatan, dan orang ketiga,
dari belakang, menendang kakinya
dari bawah. Dan saat Tirian
terjatuh, si kera menjerit penuh
kemarahan dan teror: "Bawa dia pergi. Singkirkan
dia. Bawa ke tempat dia tidak bisa
mendengar kita, dan kita tidak bisa
mendengar dia. Di sana ikat dia ke
pohon. Ak u akan-maksudku, Aslan akan-memberinya keadilan nanti."
BAB EMPAT Yang Terjadi Malam Itu Raja merasa sangat pusing karena kepalanya dipukul sehingga nyaris
tidak menyadari apa yang terjadi
sampai orang-orang Calormen
membuka ikatan pergelangan
tangannya, memosisikan kedua
tangannya lurus di kedua sisi
tubuh, dan menyuruh sang raja
berdiri dengan punggung menempel
pada pohon asli. Kemudian mereka
mengikat tali di sekeliling mata
kaki, lutut, pinggang, dan dadanya
lalu meninggalkannya di sana. Yang
paling mencemaskannya pada saat
itu-karena sering kali justru halhal kecillah yang paling tidak bisa
dihadapi-adalah bibirnya yang
berdarah di tempat mereka
memukulnya dan dia tidak bisa
mengelap tetesan darah walaupun itu
menggelitiknya. Dari posisinya sekarang dia
masih bisa melihat istal kecil di
puncak bukit dan si kera yang duduk
di depannya. Dia bisa 62 mendengar suara si kera masih
berkoar-koar, dan sesekali jawaban
dari kerumunan, tapi dia tidak bisa
mendengar jelas kata-katanya.
Kira-kira apa yang mereka
lakukan pada Jewel" pikir sang
raja. Akhirnya kerumunan hewan bubar
dan masing-masing mulai bergerak ke
arah yang berbeda. Beberapa lewat
di dekat Tirian. Mereka memandangnya seolah mereka
ketakutan sekaligus mengasihaninya
karena diikat di sana, namun tidak
ada yang bicara. Tak lama kemudian
mereka semua sudah pergi dan
kesunyian menguasai hutan. Lalu
jam demi jam berlalu dan Tirian
pertama menjadi haus kemudian
sangat lapar. Dan sejalan dengan
bergeraknya sore menuju malam hari,
tubuhnya juga merasa kedinginan.
Punggungnya terasa sangat nyeri.
Matahari terbenam dan senja pun
tiba. Ketika hari nyaris gelap, 63
Tirian mendengar suara langkah
kaki cepat dan ringan lalu melihat
beberapa makhluk kecil datang
menghampirinya. Tiga di sebelah
kiri adalah Tikus, dan Kelinci
berada di tengah, di sebelah kanan
terlihat dua Tikus Tanah.
Keduanya membawa kantong kecil di
punggung, ini membuat mereka tampak
aneh dalam kegelapan sehingga
awalnya Tirian bertanya-tanya
hewan jenis apakah mereka. Lalu,
tak lama kemudian, mereka semua
berdiri dengan kaki belakang,
menyentuhkan tapak-tapak kaki depan
pada lutut sang raja dan mencium
lutut itu dengan endusan lembut.
(Mereka bisa mencapai lututnya
karena Hewan yang Bisa Berbicara
Narnia dalam jenis itu lebih besar
daripada hewan-hewan bodoh sejenis
di Inggris.) "Baginda Raja! Baginda Raja
yang Mulia," kata mereka dengan
suara-suara bernada tinggi, "kami
merasa sangat kasihan padamu. Kami
tidak berani membuka ikatanmu 64
karena Aslan mungkin akan marah
pada kami. Tapi kami membawakan makan malam untukmu."
Tanpa penundaan lagi Tikus
pertama memanjat dengan gerakan
cepat dan ringan sampai dia
bertengger di tali yang mengikat
dada Tirian, kini dia menggerakgerakkan hidung berujung bulatnya
tepat di depan wajah Tirian.
Kemudian Tikus kedua memanjat dan
bergantungan tepat di bawah Tikus
pertama. Hewan-hewan lain berdiri
di tanah dan mulai mengangsurkan
benda-benda ke atas. "Minumlah, Sire, kemudian kau
akan mendapati kau mampu makan,"
kata Tikus yang paling atas, dan
Tirian mendapati cangkir kayu
kecil itu kini dipegangi di depan
bibirnya. Cangkir itu hanyalah
seukuran mangkuk telur sehingga dia
nyaris tidak merasakan anggur di
dalamnya sebelum cangkir tersebut
kosong. Tapi kemudian si tikus 65
mengangsurkannya ke bawah, hewanhewan yang lain kembali mengisinya,
mangkuk itu dinaikkan lagi, lalu
Tirian mengosongkannya untuk kali
kedua. Ini terjadi beberapa kali
sampai sang raja cukup minum,
untungnya minuman datang dalam
dosis-dosis kecil yang memang lebih
menghilangkan rasa haus daripada
satu kali minum dalam jumlah yang
banyak. "Ini kejunya, Sire," kata
Tikus pertama, "tapi, jangan
terlalu banyak, karena takutnya kau
akan merasa terlalu haus." Dan
setelah keju, mereka menyuapi sang
raja dengan kue gandum dan mentega
segar, lalu memberinya minum anggur lagi.
"Sekarang naikkan airnya," kata
Tikus pertama, "dan aku akan
membasuh wajah sang raja. Ada
darah di wajahnya." Lalu Tirian merasakan sesuatu
seperti spons kecil membasahi
sekaligus membersihkan wajahn
ya, dan rasanya hampir 66 menyegarkan. "Teman-teman kecilku," kata
Tirian, "bagaimana aku bisa
membalas semua ini""
"Tidak perlu, tidak perlu," kata
suara-suara kecil itu. "Apa lagi
yang bisa kami lakukan" Kami tidak
menginginkan raja lain. Kami
rakyatmu. Kalau hanya si kera dan
orang-orang Calormen yang
menentangmu, kami akan bertarung
hingga tubuh kami menjadi serpihan
sebelum kami membiarkan mereka
mengikatmu. Ya benar, kami akan melakukannya. Tapi kami tidak bisa
melawan Aslan." "Apakah menurut kalian dia
benar-benar Aslan"" tanya sang
raja. "Oh ya, ya," jawab Kelinci.
"Dia keluar istal tadi malam.
Kami semua melihatnya."
"Bagaimana penampilannya"" tanya
sang raja. "Yang pasti seperti singa besar
yang mengerikan," kata salah satu
Tikus. 67 "Dan kalian pikir adalah benar
Aslan yang membunuhi para nymph
hutan dan menjadikan kalian semua


The Chronicles Of Narnia 6 Pertempuran Terakhir The Last Battle di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

budak Raja Calormen""
"Ah, seburuk itu, ya"" kata
Tikus kedua. "Akan lebih baik bila kami mati sebelum semua ini dimulai. Tapi
tidak ada keraguan padanya. Semua
orang bilang itu perintah Aslan.
Dan kami telah melihat sang singa
itu sendiri. Kami tidak menyangka
Aslan akan bertindak begitu.
Bagaimanapun, kami-kami menginginkan dia kembali ke
Narnia." "Sepertinya kali ini dia kembali
dengan keadaan sangat marah," kata
Tikus pertama. "Kita semua pasti
telah melakukan sesuatu yang
teramat keliru tanpa menyadarinya.
Dia pasti sedang menghukum kita
karena sesuatu. Tapi aku memang
berharap kita diberitahu apa
kesalahan itu!" "Kurasa yang kita lakukan 68
sekarang mungkin salah," kata
Kelinci. "Aku tidak peduli kalaupun
memang demikian," kata salah satu
Tikus Tanah. "Aku akan
melakukannya lagi bila waktu
berulang." Tapi yang lain berkata, "Oh
sstt," dan "Kita harus hati-hati,"
kemudian mereka semua berkata,
"Kami menyesal, raja tersayang,
tapi sekarang kami harus pulang.
Tidak akan berakibat baik bagi
kami bila kami ditangkap di sini."
"Segera tinggalkan aku, hewanhewan tersayang," kata Tirian.
"Aku tidak akan ingin menempatkan
satu pun dari kalian dalam bahaya,
demi seluruh Narnia."
"Selamat malam, selamat malam,"
kata para hewan, menggosokkan
hidung mereka pada lutut sang raja.
"Kami akan kembali-kalau kami bisa." Lalu mereka semua pergi
dengan langkah-langkah kaki pelan
dan hutan menjadi tampak lebih
gelap, dingin, dan sepi 69
daripada sebelum mereka datang.
Bintang-bintang muncul dan waktu
berjalan lambat-bayangkan betapa
lambatnya-sementara raja terakhir
Narnia berdiri kaku, kesakitan,
dan tegak terikat pada pohon. Tapi
akhirnya sesuatu terjadi.
Jauh dari sana muncul cahaya
merah. Lalu cahaya itu menghilang
sesaat dan kembali lagi, lebih
besar dan kuat. Kemudian Tirian
bisa melihat sosok-sosok gelap
mondar-mandir di salah satu sisi
cahaya, mereka membawa bundelan dan
melemparkannya. Dia kini tahu apa
yang sedang dilihatnya. Cahaya itu
api unggun, baru dinyalakan, dan
sosok-sosok tadi melemparkan
ikatan-ikatan kayu kering ke
dalamnya. Akhirnya api unggun
menyala hingga lidah-lidah apinya
tinggi dan Tirian bisa melihatnya
berada di puncak bukit. Dia bisa
melihat cukup jelas istal di
belakangnya, seluruhnya diterangi
cahaya merah, dan kerumunan besar
yang terdiri atas para hewan 70
dan manusia di antara api dan
dirinya sendiri. Sosok kecil, yang
membungkuk di samping api, pasti
adalah si kera. Hewan itu sedang
mengatakan sesuatu kepada
kerumunan, tapi Tirian tidak bisa
mendengar apa yang dikatakannya.
Kemudian si kera pergi dan
membungkuk tiga kali ke tanah di
depan pintu istal. Lalu si kera
berdiri dan membuka pintu.
Kemudian sesuatu dengan empat
kaki-sesuatu yang berjalan dengan
agak kaku-keluar dari sana dan
berdiri menghadap kerumunan.
Erangan dan lolongan keras
meledak, begitu keras sehingga
Tirian bisa mendengar sebagian
kata-kata itu. "Aslan! Aslan! Aslan!" teriak
para hewan. "Bicaralah pada kami.
Tenangkan keresahan kami.
Janganlah marah kepada kami
lagi4}Dari tempatnya berada,
Tirian tidak bisa melihat dengan
jelas apa makhluk itu, tapi dia
bisa melihatnya berwarna 71
kuning dan berbulu lebat. Dia
belum pernah me lihat Singa Agung. Dia belum pernah melihat singa
biasa. Dia tidak bisa yakin yang
dilihatnya sekarang bukanlah Aslan
sungguhan. Dia tidak mengira
Aslan akan berpenampilan seperti
makhluk kaku yang berdiri dan tidak
berkata apa-apa itu. Tapi
bagaimana kita bisa yakin" Sesaat
pikiran-pikiran buruk berkelebat
dalam benaknya: kemudian dia ingat
omong kosong tentang Tash dan
Aslan adalah sama dan tahu seluruh
kejadian ini pastinya tipuan.
Si kera mendekatkan kepalanya ke kepala makhluk kuning itu seolah
sedang mendengarkan sesuatu yang
dibisikkan kepadanya. Kemudian si
kera kembali berbalik dan berbicara
pada kerumunan, kerumunan mengerang
keras lagi. Lalu si makhluk kuning
berbalik dengan ceroboh dan
berjalan-kau mungkin bisa
menyebutnya, terhuyung-huyungkembali ke istal dan si kera
menutup pintu di belakangnya. 72
Setelah itu api pasti dipadamkan
karena cahaya menghilang sangat
tiba-tiba, dan Tirian sekali lagi
sendirian dalam udara dingin dan
kegelapan. Dia memikirkan raja-raja lain
yang telah hidup dan meninggal di
Narnia di masa-masa lampau dan
tampak baginya tidak ada di antara mereka yang begitu sial seperti
dirinya. Dia mengingat kakek
buyutnya Raja Rilian yang diculik
penyihir ketika masih muda dan
ditahan selama bertahun-tahun dalam
gua gelap di bawah tanah Raksasa
Utara. Tapi kisah itu berakhir
dengan baik karena dua anak
misterius mendadak muncul dari
tanah yang lebih jauh daripada
Ujung Dunia dan menyelamatkannya
sehingga dia bisa pulang ke Narnia
dan menjalani masa kepemimpinan
yang lama dan makmur. "Keadaan
tidak seperti itu bagiku," kata
Tirian kepada dirinya sendiri.
Kemudian dia berpikir 73 lebih jauh ke belakang dan
mengingat ayah Rilian, Caspian si
Petualang Samudra, yang paman
kejamnya Raja Miraz berusaha
membunuhnya dan bagaimana Caspian
melarikan diri ke hutan dan tinggal
bersama kaum dwarf. Tapi cerita
itu juga berakhir baik: karena
Caspian juga ditolong anak-anakhanya saja kali ini ada empat anakyang datang dari suatu tempat di
luar dunia kita dan bertempur dalam
perang besar lalu membantunya
merebut kembali takhta ayahnya.
Tapi itu sudah lama sekali, kata
Tirian kepada dirinya sendiri.
Hal-hal seperti itu tidak terjadi
sekarang. Kemudian dia ingat (karena dia
mahir dalam sejarah ketika masih
kanak-kanak) bagaimana empat anak
yang sama yang membantu Caspian
telah berada di Narnia lebih dan
seribu tahun sebelumnya, dan pada
saat itulah mereka melakukan
tindakan yang paling luar biasa.
Karena pada saat itu mereka 74
telah mengalahkan Penyihir Putih
yang mengerikan dan mengakhiri
Musim Dingin Ratusan Tahun, dan
setelah itu mereka berkuasa
(keempatnya secara bersamaan) di
Cair Paravel, sampai mereka tidak
lagi kanak-kanak melainkan rajaraja agung dan ratu-ratu anggun,
dan masa berkuasanya mereka menjadi
Masa Keemasan Narnia. Dan
Aslan sering kali muncul dalam
kisah itu. Dia telah datang dalam
kisah-kisah lain juga, Tirian kini
mengingatnya. Aslan dan anak-anak
dari dunia lain, pikir Tirian.
Mereka selalu datang ketika
situasi buruk berada pada
puncaknya. Oh, kalau saja mereka
bisa datang sekarang. Lalu dia berteriak, "Aslan!
Aslan! Aslan! Datang dan tolonglah kami sekarang."
Tapi kegelapan, rasa dingin,
juga kesunyian tetaplah berlanjut.
"Biarlah aku dibunuh," teriak
sang raja. "Aku tidak meminta apa
apa untuk diriku sendiri. 75
Tapi datang dan selamatkan seluruh
Narnia." Dan tetap tidak ada perubahan
pada malam atau hutan, tapi saat itu mulai ada semacam perubahan
dalam diri Tirian. Tanpa tahu apa
alasannya, dia mulai merasakan
harapan tipis. Dan dia merasa
entah bagaimana lebih kuat. "Oh,
Aslan, Aslan," bisiknya. "Kalau
kau tidak bersedia datang sendiri,
setidaknya kirinikan kepadaku para
penolong dari dunia lain. Atau
biarkan aku memanggil mereka.
Izinkan suaraku menembus dunia
lain." Kemudian, nyaris tidak
menyadari apa yang dilakukannya,
tiba-tiba dia berteriak dengan
suara keras: "Anak-anak! Anak-anak! Temanteman Narnia! Cepat. Datanglah
kepadaku. Menembus batas duniadunia aku memanggil kalian, aku,
Tirian, Raja Narnia, Penguasa
Cair Paravel, dan Kaisar L
one Islands!" Dan dia langsung tenggelam 76
dalam minipi (jika itu memang
minipi) yang lebih jelas daripada
minipi mana pun yang pernah dia
alami dalam hidupnya. Dia sepertinya berdiri dalam
ruangan dengan Penerangan, tempat
tujuh orang duduk mengelilingi
meja. Tampaknya mereka baru saja
selesai makan. Dua dari orangorang itu sangat tua, seorang pria
dengan janggut putih dan wanita tua
dengan mata yang bijak, ceria, dan
berbinar. Pemuda yang duduk di
sebelah kanan pria tua belumlah dewasa sepenuhnya, pastinya lebih
muda daripada Tirian sendiri, tapi
wajahnya sudah memiliki ekspresi


The Chronicles Of Narnia 6 Pertempuran Terakhir The Last Battle di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seorang raja dan kesatria. Dan kau
nyaris bisa mengatakan hal yang
sama tentang pemuda yang duduk di
sebelah kanan si wanita tua.
Menghadap Tirian, di seberang
meja, duduk gadis berambut pirang
yang lebih muda daripada kedua
pemuda tadi, di masing-masing sisi
gadis itu duduk seorang anak laki
laki dan anak perempuan yang 77
lebih muda lagi. Mereka semua
mengenakan pakaian yang tampak aneh
sekali bagi Tirian. Tapi dia tidak punya waktu untuk
memikirkan hal-hal mendetail seperti itu, karena tiba-tiba anak
lelaki yang paling muda dan dua
gadis itu melompat berdiri, dan
salah satu dari mereka menjerit.
Si wanita tua terkejut dan menarik
napas dengan tajam. Si pria tua
pastinya telah melakukan gerakan
mendadak karena gelas anggur yang
berdiri di dekat tangan kanannya
terempas dari atas meja: Tirian
bisa mendengar suaranya ketika
gelas itu pecah di lantai.
Kemudian Tirian menyadari bahwa
orang-orang itu bisa melihatnya,
mereka menatapnya seolah mereka
melihat hantu. Tapi dia menyadari
pemuda yang seperti raja, yang
duduk di sebelah kanan si pria tua,
tidak banyak bergerak (walaupun
wajahnya memucat) hanya menggenggam kepalan tangannya erat-erat.
Kemudian pemuda itu berkata: 78
"Bicaralah, kalau kau bukan
hantu atau minipi. Kau memiliki
penampilan orang Narnia dan kami
tujuh teman Narnia."
Tirian ingin sekali berbicara,
dan dia berusaha berteriak sekeras
mungkin bahwa dia Tirian dari
Narnia, sangat membutuhkan
bantuan. Tapi dia mendapati
(seperti yang terkadang juga
kualami dalam minipi) suaranya sama
sekali tidak berbunyi. Pemuda yang telah bicara padanya
berdiri. "Bayangan, roh, atau
siapa pun dirimu," dia berkata,
memaku matanya kepada Tirian
lekatlekat. "Kalau kau dari
Narnia, aku memerintahmu atas nama
Aslan, bicaralah padaku. Aku
Peter sang Raja Agung."
Ruangan itu mulai berputar di depan mata Tirian. Dia mendengar
suara tujuh orang itu berbicara
bersamaan, dan semuanya menjadi
lebih samar dalam setiap detiknya,
dan mereka mengucapkan kata-kata
seperti, "Lihat! Dia makin 79
kabur." "Dia menghilang." "Dia
lenyap." Detik berikutnya, Tirian terjaga, masih terikat di pohon,
tubuhnya terasa lebih dingin dan
kaku daripada sebelumnya. Hutan
penuh cahaya pucat dan suram yang
datang sebelum matahari terbit, dan
tubuhnya basah kuyup karena embun.
Saat itu nyaris pagi. Saat terjaga itu adalah momen
terburuk yang pernah dia alami
seumur hidupnya. BAB LIMA Bagaimana Pertolongan Mendatangi
sang Raja Tapi penderitaannya tidak
bertahan lama. Hampir seketika
terdengar debuman, kemudian debuman
kedua, dan tiba-tiba dua anak
berdiri di depannya. Hutan di
depannya kosong sedetik lalu dan
dia tahu mereka tidaklah datang
dari belakang pohonnya, karena bila
memang begitu dia pasti akan
mendengar mereka. Mereka benarbenar muncul entah dari mana.
Dia melihat sekilas bahwa mereka
mengenakan jenis pakaian yang
serupa dan aneh juga berwarna suram
seperti orang-orang dalam
minipinya. Dan dia melihat, pada
kali kedua pandangan sekilasnya,
bahwa mereka adalah anak laki-laki
dan anak perempuan termuda dari
kelompok yang terdiri atas tujuh
orang itu. "Astaga!" kata si anak lakilaki, "Itu benar-benar membuatku
menahan napas! Aku pikir-" 82
"Ayo cepat kita lepaskan
ikatannya," kata si anak perempuan.
"Kita bisa bicara nanti."
Kemudian dia menambahkan, menoleh
ke Tirian, "Maaf karena begitu
lama baru datang. Kami datang
secepat yang kami bisa."
Sementara si anak perempuan
berbicara, si anak laki-laki
mengeluarkan pisau dari sakunya dan dengan cepat memotong tali yang
mengikat sang raja. Bahkan terlalu
cepat, karena tubuh sang raja
terasa begitu kaku dan mati rasa
sehingga ketika tali terakhir
dipotong, dia terjatuh dan bertumpu
pada kedua tangan dan kedua
kakinya. Dia belum bisa berdiri
sampai dia membangunkan kembali
kakinya dengan menggosok-gosok
keduanya. "Wah," kata si anak perempuan.
"Kau yang muncul di depan kami di
malam kami makan malam bersama,
kan" Hampir seminggu yang lalu."
"Seminggu, gadis kecil"" 83
kata Tirian. "Minipiku membawa
diriku ke dunia kalian kurang dari
sepuluh menit lalu."
"Seperti biasa ini masalah waktu
yang tidak beraturan, Pole," kata
si anak laki-laki. "Aku ingat sekarang," kata
Tirian. "Soal itu juga disebutkan
dalam kisah-kisah lama. Waktu pada
tanah aneh kalian berbeda dengan
waktu kami. Tapi kalau kita
membicarakan waktu, ini waktunya
untuk pergi dari sini. Maukah
kalian pergi bersamaku""
"Tentu saja," kata si anak perempuan. "Kami datang ke sini
untuk membantumu." Tirian berdiri dan memimpin
jalan dengan cepat menuruni bukit,
ke arah selatan dan menjauhi istal.
Dia tahu benar tempat yang ingin
dicapainya, tapi tujuan pertamanya
sekarang adalah mencapai daerah
berbatu supaya mereka tidak
meninggalkan jejak, dan tujuan
keduanya adalah menyeberangi air
supaya mereka tidak 84 meninggalkan bau. Perjalanan ini membutuhkan
sekitar satu jam berjalan dan
merangkak pada permukaan keras juga
air, dan saat melakukan itu tidak
seorang pun punya napas ekstra untuk berbicara. Tapi walaupun
begitu, Tirian terus-menerus
menoleh dan memeriksa teman-teman
seperjalananya. Keajaiban berjalan
bersama makhluk-makhluk dari dunia
lain membuatnya merasa agak pusing:
tapi kejadian ini juga membuat
kisah-kisah tua terasa lebih nyata
daripada sebelumnya''' sekarang apa
pun mungkin saja terjadi.
"Sekarang," kata Tirian ketika
mereka sampai di bibir lembah kecil
yang terhampar di depan mereka di
antara pepohonan birch muda, "kita
sudah cukup jauh dari bahaya
ancaman para penjahat itu dan bisa
berjalan lebih santai." Matahari
telah terbit, embun berkilauan pada
tiap cabang, dan burung-burung
bernyanyi. "Bagaimana kalau 85 mengganjal perut dulu" Maksudku
untukmu, Sir, kami berdua sudah
sarapan," kata si anak lelaki.
Tirian bertanya-tanya apa yang
dia maksud dengan "mengganjal
perut", tapi ketika si anak lelaki
membuka tas punggungnya yang
menggembung dan mengeluarkan
bungkusan yang agak berminyak dan
tergencet, Tirian mengerti. Raja
muda itu teramat lapar, walaupun
dia tidak menyadarinya sampai detik
itu. Bungkusan itu berisi dua sandwich telur rebus matang, dua
sandwich keju, dan dua dengan
sejenis selai di dalamnya. Kalau
tidak sangat lapar, dia mungkin
akan berpikir lama tentang selai
itu, karena makanan sejenis itu belum pernah diniakan siapa pun di
Narnia. Pada saat dia telah
memakan keenam sandwich, mereka
sudah sampai di dasar lembah dan di
sana mereka menemukan tebing
berlumut dengan aliran air terjun
kecil. Ketiganya berhenti 86
dan minum, lalu membasahi wajah
mereka yang panas. "Dan sekarang," kata si anak
perempuan sambil menyibakkan rambut
basahnya ke belakang dari dahi,
"tidakkah kau akan memberitahu kami
siapa dirimu, kenapa kau diikat,
dan kenapa itu terjadi""
"Dengan itikad baik, gadis
kecil," kata Tirian. "Tapi kita harus tetap berjalan." Jadi
sementara mereka meneruskan
perjalanan, Tirian memberitahu
mereka siapa dirinya dan segala hal
yang telah terjadi padanya. "Dan
sekarang," dia berkata di akhir
cerita, "aku akan pergi ke sebuah
menara, satu di antara tiga yang
dibangun pada zaman kakekku untuk
menjaga Lantern Waste dari
serbuan kriniinal berbahaya
tertentu yang bersarang di sana
pada hari-hari kehidupannya.
Berkat berkah Aslan kunci-kunciku
tidak dirampas. Di menara itu kita
akan menemukan persediaan senjata,
baju rantai besi, juga 87
ransum, walaupun tidak lebih mewah
daripada biskuit kering. Tersedia
juga tempat bagi kita untuk bisa
berbaring aman sementara membuat
rencana. Dan sekarang, kumohon,
ceritakan kepadaku siapa kalian dan
semua kisah kalian."
"Aku Eustace Scrubb dan ini
Jill Pole," kata si anak lelaki.
"Dan kami pernah ke sini, di masa
yang sangat lampau, lebih dari
setahun yang lalu menurut waktu
kami, dan saat itu ada pemuda
bernama Pangeran Rilian, dan
mereka menahan pemuda itu di bawah


The Chronicles Of Narnia 6 Pertempuran Terakhir The Last Battle di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tanah, dan Puddieglum memasukkan
kakinya ke-" "Ha!" teriak Tirian. "Kalau
begitu apakah kalian Eustace dan
Jill yang menyelamatkan Raja
Rilian dari penjara sihirnya yang
lama"" "Benar, itulah kami," kata
Jill. "Jadi sekarang Raja
Rilian, ya" Oh, tentu saja dia
seharusnya menjadi raja. Aku
lupa-" 88 "Tidak," kata Tirian, "aku
keturunan ketujuhnya. Dia sudah
meninggal lebih daripada dua ratus
tahun lalu." Jill cemberut. "Ugh!" katanya.
"Itulah bagian menyebalkan tentang
kembali ke Narnia." Tapi Eustace
melanjutkan. "Nah, sekarang kau sudah tahu
siapa kami, Sire," katanya. "Dan
kejadiannya seperti ini. Profesor
dan Bibi Polly mengumpulkan kami
para teman Narnia bersama-sama-"
"Aku tidak mengenal nama-nama
ini, Eustace," kata Tirian.
"Mereka dua orang yang datang ke
Narnia pada awal zaman, di hari
ketika semua hewan belajar bicara."
"Demi surai singa," teriak
Tirian. "Dua orang itu! Lord Digory dan Lady Polly! Dari
saat fajar dunia! Dan masih hidup
di negeriniu" Keajaiban dan
kemuliaan kenyataan ini! Tapi
teruskan ceritamu, teruskan."
"Dia bukan benar-benar 89
bibi kami, kau mengerti, kan"" kata
Eustace. "Dia Miss Plummer,
tapi kami memanggilnya Bibi
Polly. Nah, dua orang itu
mengumpulkan kami, sebagian hanya
untuk bersenang-senang, supaya kami
bisa mengobrol panjang-lebar
tentang Narnia (karena tentu saja
tidak ada orang lain yang bisa kami
ajak bicara tentang hal-hal seperti
itu) tapi sebagian karena Profesor
punya firasat bahwa entah bagaimana kami diinginkan di sini.
"Yah, kemudian kau datang
seperti hantu atau entahlahmakhluk-apa dan nyaris membuat kami
terkena serangan jantung karena
ketakutan, lalu menghilang tanpa
mengatakan apa-apa. Setelah itu,
kami tahu dengan pasti sedang
terjadi sesuatu. Pertanyaan
selanjutnya adalah bagaimana kami
bisa sampai ke sini. Kau tidak
bisa melakukan itu hanya dengan
sekadar menginginkannya. Jadi kami
berbincang-bincang dan akhirnya
Profesor berkata satu- 90
satunya cara kemari adalah dengan
Cincin Ajaib. Cincin-cincin
itulah yang digunakan dirinya dan
Bibi Polly dulu, dulu sekali
ketika mereka masih kanak-kanak,
bertahun-tahun sebelum kami yang
lebih muda dilahirkan. "Tapi cincin-cincin tersebut
telah dikuburkan di taman sebuah
rumah di London (itu kota besar
kami, Sire) dan rumah itu telah
dijual. Jadi masalah berikutnya
adalah bagaimana mengambilnya. Kau
tidak akan bisa menebak apa yang
kami lakukan akhirnya! Peter dan
Edmund-maksudnya Raja Agung
Peter, orang yang mengajakmu
bicara-pergi ke London untuk masuk
ke taman itu dari belakang, pagipagi sekali sebelum orang-orang
bangun. Mereka mengenakan pakaian
tukang supaya bila terlihat siapa
pun mereka bisa berpura-pura datang
untuk memperbaiki pipa-pipa. Kalau
saja aku ikut mereka, pasti seru
sekali. Dan mereka pastinya
berhasil karena hari 91 berikutnya, Peter mengirimi kami
telegram itu sejenis pesan, Sire,
aku akan menjelaskan tentang itu
lain kali-untuk mengabarkan dia
sudah mendapatkan cincin-cincin
itu. Dan sehari setelah itu adalah
hari ketika Jill dan aku harus
kembali ke sekolah-hanya kami
berdua yang masih bersekolah dan
kami belajar di sekolah yang sama.
Jadi rencananya Peter dan Edmund
akan menemui kami di suatu tempat
dalam perjalanan menuju sekolah dan
menyerahkan cincin-cincin itu.
Harus kami berdua yang pergi ke
Narnia, karena begini, yang lebih
tua tidak bisa datang ke Narnia lagi.
"Jadi kami naik kereta api-itu
sejenis alat berjalan-jalan di
dunia kami: beberapa kereta
dirantai satu sama lain-Profesor,
Bibi Polly, juga Lucy pergi
bersama kami ke London. Kami
ingin terus bersama selama yang
kami bisa. Nah, di sanalah kami
berlinia di kereta api. Dan 92
kami baru saja hendak mencapai
stasiun tempat yang lain akan
menemui kami, dan aku sedang
memandang keluar jendela untuk
mencari tahu apakah aku bisa
melihat mereka, ke tika tiba-tiba terjadi entakan menakutkan dan
suara keras terdengar: dan di
sinilah kami di Narnia dan di
sanalah Yang Mulia diikat ke
pohon." "Jadi kalian tidak pernah
menggunakan cincin-cincin itu""
tanya Tirian. "Tidak," jawab Eustace. "Kami
bahkan belum melihat cincin-cincin
itu. Aslan melakukan semua untuk
kami dengan caranya sendiri tanpa
cincin apa pun." "Tapi Raja Agung Peter
memegangnya," kata Tirian.
"Ya," kata Jill. "Tapi kami
pikir dia tidak akan bisa
menggunakannya. Dua Pevensie yang
lain-Raja Edmund dan Ratu Lucyyang terakhir ke sini, Aslan
berkata mereka tidak akan 93
pernah datang ke Narnia lagi. Dan
dia mengatakan sesuatu yang nyaris
sama kepada Raja Agung, hanya
saja lebih lama sebelumnya. Kau
bisa yakin dia akan langsung datang
ke sini secepat mungkin kalau
diizinkan." "Astaga!" kata Eustace. "Udara
semakin panas dengan matahari ini.
Apakah kita nyaris sampai, Sire""
"Lihat," kata Tirian dan
menunjuk. Tidak terlalu jauh dari
sana tampak ceruk pemanah abu-abu
menjulang tinggi di atas pucukpucuk pepohonan, dan setelah
berjalan semenit kemudian mereka
keluar ke padang rumput terbuka.
Sungai kecil mengalir melintasinya
dan di sisi jauh sungai kecil itu
berdiri menara persegi pendek dan
lebar dengan jendela-jendela yang
sangat sedikit dan sempit serta
pintu yang tampak berat di dinding yang menghadap mereka.
Tirian memerhatikan dengan
waspada ke sekeliling tempat itu,
memastikan tidak ada musuh. 94
Kemudian dia berjalan ke arah
menara dan berdiri diam beberapa
saat merogoh-rogoh rencengan
kuncinya yang dikalungkannya di
balik baju berburu dengan rantai
perak kecil. Rencengan kunci yang
dikeluarkannya menarik sekali,
karena dua di antaranya terbuat
dari emas dan banyak di antaranya
yang dihias dengan mewah: kau bakal
langsung bisa menebak kunci-kunci
itu dibuat untuk membuka ruanganruangan agung dan rahasia di istana, atau peti dan kotak kecil
terbuat dari kayu wangi yang
menyinipan harta kerajaan. Tapi
kunci yang kini dia masukkan ke
lubang kunci Pintu tampak besar,
sederhana, dan dibuat secara kasar.
Kuncinya agak macet dan selama
beberapa saat Tirian mulai
khawatir dia tidak akan mampu
memutarnya: tapi akhirnya dia
berhasil dan pintu mengayun terbuka
dengan berat bersama suara deritan.
"Silakan masuk, teman- 95
teman," kata Tirian. "Sayangnya
ini tempat terbaik yang bisa
ditawarkan Raja Narnia saat ini
kepada tamu-tamunya."
Tirian senang mendapati dua
orang asing ini telah dibesarkan dengan baik. Mereka berdua berkata
tidak perlu cemas dan mereka yakin
tempat ini akan terasa sangat
nyaman. Namun kenyataannya menara itu
tidak benar-benar bisa dibilang
nyaman. Tempat tersebut agak gelap
dan berbau lembap. Hanya ada satu
ruangan di dalamnya dan ruangan mi
langsung menuju atap batu: tangga
kayu di satu sisinya akan membawamu
ke pintu tingkap yang bila
melaluinya kau akan sampai di ceruk
pemanah. Terdapat beberapa ranjang
kasar yang bisa ditiduri, dan
banyak loker juga bundel. Ada juga
perapian yang tampak tidak pernah
dinyalakan selama bertahun-tahun.
"Sebaiknya kita pergi keluar dan
mengumpulkan kayu bakar dulu, ya
kan"" tanya Jill. 96 "Belum waktunya, Teman," kata
Tirian. Dia bersikeras mereka
tidak boleh bertemu musuh dalam
keadaan tidak bersenjata, dan mulai
membongkar loker, dengan bersyukur
dia mengingat bahwa dia selalu
berhati-hati memerintahkan
pemeriksaan terhadap menara-menara
pasukan setahun sekali dan
memastikan tempat-tempat itu selalu
dipenuhi segala barang yang
dibutuhkan. Benang-benang busur
berada dalam tempat penyinipanannya
yang terbuat dari sutra yang
dilapisi minyak agar tidak basah,
pedang dan tombak digosok sehingga
terhindar dari karat, baju besi
dipelihara tetap berkilau dalam
bungkusannya. Tapi ada sesuatu
yang lebih menarik. "Lihat ini!"
kata Tirian ketika dia mengeluarkan baju rantai besi
panjang dengan pola unik dan
mengibaskannya di depan mata anakanak.
"Baju rantai besi itu 97
bentuknya aneh sekali, Sire," kata
Eustace. "Benar, Nak," kata Tirian.
"Bukan dwarf Narnia yang
membuatnya. Ini baju rantai besi
Calormen, pakaian yang u

The Chronicles Of Narnia 6 Pertempuran Terakhir The Last Battle di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

nik. Aku telah menyinipan beberapa setel
untuk berjaga-jaga, karena aku
tidak pernah tahu kapan aku atau
temenku mungkin punya alasan untuk
berjalan tanpa terlihat di tanah
Tisroc. Dan lihat botol batu ini.
Di dalamnya ada cairan yang, kalau
kita gosokkan ke tangan dan wajah
kita, akan membuat kita secokelat
orang Calormen." "Oh, hore!" kata Jill. "Penyamaran! Aku suka sekali
menyamar." Tirian menunjukkan kepada mereka
bagaimana caranya menuangkan
sedikit cairan itu ke telapak
tangan kemudian menggosokkannya ke
seluruh wajah dan leher mereka,
terus hingga ke bahu. Dia
melakukan hal yang sama pada
dirinya sendiri. 98 "Setelah cairan ini mengering,"
katanya, "warnanya tidak akan
luntur walaupun kita mencucinya
dengan air. Hanya minyak dan abu
yang bisa membuat kita orang
Narnia yang putih lagi. Dan
sekarang, Jill yang manis, coba
kita lihat apakah baju rantai besi
ini pas untukmu. Mungkin yang ini
terlalu panjang, tapi tidak sepanjang yang kukhawatirkan.
Pastinya baju itu milik anak lakilaki yang sedang dilatih salah satu
Tarkaan mereka." Setelah baju rantai besi, mereka
mengenakan topi besi Calormen yang
bentuknya bulat dan pas lekat di
kepala dengan ujung tombak di
puncaknya. Kemudian Tirian
mengeluarkan gulungan-gulungan
panjang kain putih dari loker dan
melilitkannya di atas topi besi
hingga kain itu menjadi turban:
dengan ujung tombak kecil di puncak
keluar di tengahnya. Dia dan
Eustace mengambil pedang berlengkung Calormen dan 99
perisai kecil bundar. Tidak ada
pedang yang cukup ringan untuk
Jill, tapi Tirian memberinya
pisau berburu yang panjang dan
lurus yang akan berguna seperti
pedang pada saat-saat darurat.
"Kau bisa menggunakan busur,
gadis kecil"" tanya Tirian.
"Tidak terlalu mahir," kata
Jill, pipinya bersemu merah.
"Scrubb lebih lumayan."
"Jangan percaya ucapannya,
Sire," kata Eustace. "Kami
berdua telah berlatih memanah sejak
kunjungan terakhir kami ke Narnia,
dan sekarang kemampuan kami setara.
Bukannya kami berdua bisa dibilang
ahli." Kemudian Tirian memberi Jill
busur dan tabung anak panah.
Persoalan berikutnya bagaimana
cara menyalakan api karena di dalam
menara itu masih terasa seperti gua
daripada di dalam ruangan dan
berada di dalamnya membuat tubuh
menggigil. Tapi tubuh mereka
menghangat saat mengumpulkan 100
kayu bakar-matahari kini berada di
posisi tertinggi-dan begitu jilatan
lidah api menyala hingga ke
cerobong asap, tempat itu mulai
kelihatan ceria. Namun sajian makan malam sangat
membosankan, karena usaha paling
baik yang bisa mereka lakukan
adalah menghaluskan biskuit keras
yang mereka temukan di loker dan
mencampurnya dengan air mendidih,
dengan garam, sehingga menjadi
semacam bubur. Dan tentu saja
tidak ada minuman lagi yang bisa
diteguk kecuali air. "Kalau saja kita membawa sebungkus teh," kata Jill.
"Atau sekaleng cokelat bubuk,"
kata Eustace. "Kurasa tidak akan salah bila
ada sebotol kecil atau lebih anggur
yang baik pada setiap menara
seperti ini," kata Tirian.
BAB ENAM Petualangan Malam yang Sukses
Sekitar empat jam kemudian,
Tirian menjatuhkan tubuhnya ke
salah satu ranjang untuk tidur
sejenak. Dua anak itu sudah
mendengkur: dia menyuruh mereka
tidur lebih dulu karena mereka
mungkin bakal harus terjaga di
malam-malam selanjutnya dan dia
tahu mereka membutuhkan banyak
tidur di usia mereka. Lagi pula
dia telah membuat anak-anak itu
kelelahan. Pertama dia melatih
Jill memanah dan mendapati,
walaupun tidak memenuhi standar
Narnia, kemampuan anak perempuan
itu sama sekali tidak buruk.
Bahkan Jill berhasil memanah
kelinci (bukan Kelinci yang Bisa
Berbicara, tentu saja: ada banyak
kelinci jenis biasa di Narnia
Barat), kini kelinci itu sudah
dikuliti, dibersihkan, dan
digantung. Tirian mendapati kedua
anak itu tahu segalanya tentang
pekerjaan dingin dan bau 102
ini. Mereka telah mempelajari hal
ini dalam perjalanan berbahaya
melalui Negeri Raksasa pada masamasa kehidupan Pangeran Rilian.
Kemudian dia berusaha mengajari
Eustace cara menggunakan pedang
dan perisainya. Eustace telah
belajar cukup banyak tentang
bertarung dengan pedang dalam
petualangan sebelumnya, tapi selalu
dengan pedang Narnia yang lurus.
Dia belum pernah menggunakan
pedang lengkung Calormen dan ini
membuat sulit keadaan, karena
banyak gerakan menyerang yang sama
sekali berbeda dan beberapa
kebiasaan yang telah dipelajarinya
dengan pedang panjang kini harus
sementara dilupakan. Tapi Tirian
mendapati anak itu memiliki
kemampuan pengamatan yang bagus dan
kaki yang gesit. Dia terkejut
melihat kekuatan dua anak tersebut:
bahkan mereka berdua sepertinya
telah menjadi lebih kuat, besar,
dan dewasa daripada ketika Tirian
pertama kali bertemu mereka 103
beberapa jam lalu. Ini salah satu
efek yang diberikan udara Narnia
kepada para pengelana dari dunia
kita. Ketiga manusia itu sependapat
bahwa hal Pertama yang mesti
mereka lakukan adalah kembali ke
Bukit Istal dan berusaha membebaskan Jewel si unicorn.
Setelah itu, kalau mereka
berhasil, mereka akan berusaha
melarikan diri ke arah timur dan
menemui pasukan kecil yang sesuai
rencana dibawa Roonwit si centaurus dari Cair Paravel.
Pejuang dan pemburu berpengalaman seperti Tirian
selalu bisa bangun pada waktu yang
dia inginkan. Jadi dia berniat
tidur hingga pukul sembilan malam
lalu mengeluarkan semua keresahan
dari kepalanya dan langsung
tertidur. Tidurnya baru terasa
sesaat ketika dia terbangun, tapi
dari cahaya dan rasa berbagai hal,
dia tahu waktu tidurnya sesuai
dengan keinginannya. Dia 104
bangkit, mengenakan topi besi dan
turban (dia tidur dengan baju
rantai besi), kemudian mengguncangkan tubuh dua anak itu
sampai terbangun. Kedua anak itu
tampak, kalau mau jujur, sangat
muram dan tak bersemangat ketika
mereka merangkak keluar dari
ranjang, mereka juga bolak-balik
menguap. "Sekarang," kata Tirian, "kita
pergi ke arah utara dari sinidengan keberuntungan, malam ini
akan menjadi malam berbintang-dan
perjalanan ini akan lebih singkat
daripada perjalanan kita tadi pagi,
saat itu kita harus berjalan
memutar namun kali ini kita bisa
berjalan lurus. Kalau kita
ditantang, kalian berdua harus
tetap diam dan aku akan berusaha
sebisa mungkin berbicara seperti
bangsawan Calormen yang menyebalkan, kejam, dan angkuh.
Kalau aku menghunus pedang maka
kau, Eustace, harus melakukan
tindakan yang sama dan 105
membiarkan Jill melompat ke
belakang kita dan berdiri dengan
anak panah pada tali busur. Tapi
kalau berteriak 'Markas', kalian
harus berlari ke menara, kalian
berdua. Dan jangan ada yang
berusaha melawanbahkan tidak dengan
satu pukulan-setelah aku memberikan
perintah mundur: keberanian ceroboh
seperti itu telah menggagalkan
banyak rencana besar dalam
peperangan. Dan sekarang, temantemanku, dengan nama Aslan, mari
lanjutkan perjalanan."
Mereka pun keluar menyambut
malam dingin. Semua bintang Utara
yang agung berkilauan di atas
pucuk-pucuk pepohonan. Bintang
Utara Narnia dinamakan Kepala
Tombak: cahayanya lebih terang
daripada Bintang Kutub kita.
Untuk beberapa lama mereka bisa
berjalan lurus mengikuti Kepala
Tombak tapi akhirnya mereka sampai
di daerah berpohon dan bersemak
rapat sehingga mereka harus
melenceng dari arah 106 perjalanan dan memutarinya. Dan
setelah itu-karena mereka masih
dibayangi cabang-cabang pepohonansulit mengetahui posisi mereka.
Jill-lah yang membawa mereka ke
arah yang benar lagi: dia pemandu
luar biasa di Inggris. Dan tentu
saja dia mengenal bintang-bintang
Narnia-nya dengan baik, karena
begitu sering bepergian di Negeri
Utara yang liar, dan bisa
menunjukkan arah dengan melihat
bintang-bintang lain bahkan ketika
Kepala Tombak bersembunyi.
Segera setelah Tirian menyadari
Jill adalah penunjuk jalan terbaik
di antara mereka bertiga, dia
menyuruhnya berjalan di depan.
Kemudian dia takjub mendapati


The Chronicles Of Narnia 6 Pertempuran Terakhir The Last Battle di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

betapa tanpa suara dan nyaris tidak
terlihatnya cara anak itu bergerak
mulus di depan mereka. "Demi surai agung!" bisiknya
kepada Eustace. "Gadis kecil itu
gadis hutan yang menakjubkan. Dia
takkan bisa melakukannya dengan
lebih baik lagi bahkan bila 107
ada darah dryad dalam tubuhnya."
"Tubuhnya kecil, itu berpengaruh
besar," bisik Eustace. Tapi dari
depan Jill berkata, "Sstt, jangan
berisik. " Hutan di sekeliling mereka
begitu sunyi. Bahkan terlalu
sunyi. Pada malam Narnia yang
biasa seharusnya ada suara-suaraucapan ringan "Selamat malam" yang
ceria dari seekor landak, kukukan
burung hantu di atas pohon, mungkin
suara seruling di kejauhan pertanda
adanya tarian faun, atau suarasuara mengentak dan memalu bangsa
dwarf di bawah tanah. Semua suara
itu dibungkam: kesuraman dan
ketakutan kini menguasai Narnia.
Setelah beberapa lama perjalanan
mereka mulai menanjak ke atas bukit dan pepohonan tumbuh dengan jarak
kian jauh. Samar-samar, Tirian
bisa melihat puncak bukit yang
sangat terkenal itu dan istalnya.
Jill kini berjalan dengan lebih
hati-hati: dia terus-menerus
membuat tanda dengan 108 tangannya kepada dua teman
seperjalanannya untuk melakukan hal
yang sama. Kemudian dia berhenti
total dan Tirian melihatnya lamakelamaan tenggelam ke dalam
rerumputan dan menghilang tanpa
suara. Beberapa saat kemudian dia
bangkit lagi, memosisikan mulutnya
di dekat telinga Tirian, dan
berkata dengan bisikan yang paling
pelan, "Tiarap. Bita lihat lebih
baik." Dia mengucapkan bita untuk
bisa, tidak karena dia salah bicara
tapi karena dia tahu bunyi desisan
huruf S Adalah bagian bisikan yang
paling mungkin didengar orang.
Tirian langsung berbaring,
hampir tanpa suara seperti Jill,
tapi tidak terlalu berhasil karena
tubuhnya lebih berat dan dia lebih
dewasa. Dengan segera mereka pun
tiarap, Tirian menyadari bahwa
dari posisi itu kau bisa melihat
gerigi tajam bukit dengan latar
belakang langit berbintang. Dua
siluet hitam berdiri di depannya:
salah satunya istal, dan 109
yang lainnya, beberapa meter di
depannya, seorang prajurit
Calormen. Dia melakukan tugas jaganya dengan sangat buruk: tidak
berjalan-jalan atau bahkan berdiri,
melainkan duduk dengan tombak
disampirkan di bahu dan dagu
menempel di dada. "Bagus," kata Tirian kepada
Jill. Anak perempuan itu telah
menunjukkan kepadanya situasi yang
perlu dia ketahui. Mereka berdiri dan kini Tirian
berjalan paling depan. Dengan
sangat perlahan, nyaris tanpa
berani bernapas, mereka berjalan
naik menuju serumpun pepohonan yang
jaraknya tidak lebih dari dua betas
meter dari si penjaga. "Tunggu di sini sampai aku
datang lagi", bisiknya ke dua anak
itu. "Kalau aku gagal, larilah."
Kemudian dia berjalan santai,
keluar dari persembunyian dengan
berani, secara jelas terlihat oleh
musuh. Si penjaga terkejut ketika
melihatnya dan baru saja 110
hendak melompat berdiri: dia takut
Tirian mungkin salah satu
perwiranya dan dia bakal mendapat
kesulitan bila tetap duduk. Tapi
sebelum dia bisa bangkit, Tirian
telah berlutut dengan satu kaki di
sampingnya, berkata: "Apakah kau salah satu pejuang
Tisroc, semoga dia selamanya
kekal" Hatiku gembira karena aku
bertemu denganmu di antara semua
hewan dan iblis di Narnia ini.
Ulurkan tanganmu kepadaku,
Teman." Sebelum mengerti apa yang sedang
terjadi, si penjaga Calormen
mendapati tangan kanannya
dicengkeram kuat. Di detik
berikutnya seseorang berlutut di
atas betisnya dan ada pisau belati
ditekan ke lehernya. "Sedikit saja suara dan kau akan
mati," kata Tirian ke telinganya.
"Katakan di mana si unicorn dan
kau akan hidup." "Di-di belakang istal, O 111
Tuanku," kata pria malang itu
terbata-bata. "Bagus. Bangun dan bawa aku ke
sana." Ketika pria itu bangkit, ujung
belati tidak Pernah meninggalkan
lehernya. Belati itu hanya
berputar sedikit (terasa dingin dan
agak menggelitik) ketika Tirian
pindah ke belakang dan meletakkan pisau tersebut ke tempat rentan di
bawah telinganya. Dengan tubuh
gemetar, si penjaga berjalan ke
belakang istal. Walaupun gelap, Tirian langsung
bisa melihat sosok putih jewel.
"Sstt!" katanya. "Tidak, jangan
meringkik. Ya, jewel, ini aku.
Bagaimana mereka mengikatmu""
"Keempat kakiku diikat dan aku
dipasangi tali kekang yang
ditambatkan di cincin besi dinding
istal," terdengar suara jewel.
"Berdiri di sini, prajurit,
dengan punggung di dinding. Betul.
Sekarang, jewel, arahkan tandukmu
ke dada orang Calormen 112
ini." "Dengan itikad baik, Sire,"
kata jewel. "Kalau dia bergerak, tusuk
h ingga ke jantungnya." Kemudian
dalam beberapa detik, Tirian
memotong tali-talinya. Dengan
sisa-sisa tali itu, dia mengikat
tangan dan kaki si penjaga.
Akhirnya dia menyuruh orang
Calormen itu membuka mulut,
menjejalinya dengan rumput dan
mengikatnya dari kepala hingga dagu
supaya dia tidak bisa bersuara,
kemudian dia mendudukkan pria itu
bersandar ke dinding. "Aku telah mempermalukanmu,
prajurit, kata Tirian. "Tapi saat
ini aku perlu melakukan semua itu.
Kalau kita punya kesempatan
bertemu lagi, mungkin aku akan
memperlakukanmu dengan lebih baik.
Sekarang, jewel, mari pergi
perlahan-lahan." Tirian meletakkan lengan kirinya
pada leher hewan itu lalu menunduk
dan mencium hidungnya, 113
keduanya lega bisa bertemu lagi.
Mereka kembali ke tempat Tirian
meninggalkan anak-anak seperlahan
mungkin. Suasana di bawah pohon
lebih gelap sehingga dia nyaris
menabrak Eustace sebelum dia
melihat anak itu. "Semua berjalan lancar," bisik
Tirian. "Petualangan malam yang
sukses. Sekarang kita pulang."
Mereka berbalik dan sudah
berjalan beberapa langkah ketika
Eustace berkata, "Di mana kau,
Pole"" Tidak ada jawaban.
"Apakah Jill ada di sebelahmu,
Sire"" dia bertanya. "Apa"" kata Tirian. "Bukankah
dia ada di sisi lainmu""
Situasi saat itu buruk sekali.
Mereka tidak berani berteriak tapi
mereka membisikkan namanya dengan
bisikan paling keras yang mereka
mampu. Tidak ada jawaban.
"Apakah dia pergi darimu ketika
aku menjemput Jewel"" tanya
Tirian. "Aku tidak melihat 114
ataupun mendengarnya pergi," kata
Eustace. "Tapi mungkin dia pergi
tanpa sepengetahuanku. Dia bisa
bergerak tanpa suara seperti
kucing, kau sudah melihatnya
sendiri." Tepat pada saat itu bunyi
genderang dari kejauhan terdengar. Jewel menggerakkan telinganya ke
depan. "Dwarf," katanya.
"Dan kemungkinan besar dwarf
pengkhianat, musuh," gumam Tirian.
"Dan kini datang sesuatu dengan
tapak kaki kuda, lebih dekat dengan
kita," kata jewel. Dua manusia dan unicorn itu
berdiri bergeming. Saat ini begitu
banyak hal berbeda yang harus
dicemaskan sehingga mereka tidak
tahu apa yang harus dilakukan.
Suara tapak kaki kuda terdengar
kian lama kian dekat dengan
kecepatan tetap. Kemudian, cukup dekat dengan
mereka, terdengar suara berbisik,
"Halo! Apakah kalian semua ada di
sana"" 115 Syukurlah, ternyata Jill.
"Ke mana saja kau"" tanya
Eustace dengan bisikan marah,
karena dia sempat sangat ketakutan.
"Di istal," kata Jill sambil
terengah-engah, tapi engahan ini
sejenis yang biasa kau keluarkan
ketika berjuang menahan tawa.
"Oh," erang Eustace, "kau
merasa ini lucu, ya" Pokoknya, aku
hanya bisa berkata-"
"Apakah kau sudah membebaskan
jewel, Sire"" tanya Jill.
"Ya. Ini dia. Hewan apa yang
datang bersamamu. "Ini dia," kata Jill. "Tapi
sebaiknya kita cepat pulang sebelum
ada yang terbangun." Kemudian
terdengar ledakan tawa lagi.
Teman-teman seperjalanan Jill
langsung mematuhinya karena mereka
sudah menghabiskan waktu cukup lama
di tempat berbahaya itu dan
genderang dwarf tampaknya terdengar
kian dekat. Barulah setelah mereka 116
berjalan ke arah selatan selama
beberapa menit, Eustace bertanya:


The Chronicles Of Narnia 6 Pertempuran Terakhir The Last Battle di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bersama dia" Apa maksudmu""
"Aslan palsu," kata Jill.
"Apa"" kata Tirian.
"Sebenarnya tadi kau ke mana" Apa
yang telah kaulakukan""
"Nah, Sire," kata Jill.
"Segera setelah aku melihatmu
menyingkirkan penjaga, kupikir
lebih baik aku memeriksa bagian
dalam istal dan melihat apa
sebenarnya yang ada di sana" Jadi
aku merangkak ke sana. Mudah
sekali melepaskan gemboknya. Tentu
saja suasana di dalam gelap gulita
dan berbau seperti istal lainnya.
Kemudian aku menyalakan korek api
dan bisakah kau memercayainya"-yang
ada di sana hanyalah keledai tua
dengan buntalan kulit singa
diikatkan ke punggungnya. Jadi aku
menghunus pisau dan memberitahunya
sebaiknya dia ikut denganku.
Bahkan sebenarnya aku tidak perlu
mengancamnya dengan pisau sama
sekali. Dia muak dengan 117
istal itu dan sangat siap pergibukankah begitu, Puzzle sayang""
"Astaga!" kata Eustace. "Wah
aku-aku terkejut sekali. Aku
sangat marah padamu beberapa saat
lalu, dan aku masih berpendapat kau
ceroboh sekali menyelinap sendirian
tanpa kami: tapi aku harus
mengakui-yah, aku bermaksud
mengatakan-yah, tindakanmu hebat sekali. Kalau dia anak laki-laki
dia pasti sudah dilantik menjadi
kesatria, ya kan, Sire""
"Kalau dia anak laki-laki," kata
Tirian, "dia akan dicambuk karena
melanggar perintah." Dan dalam
kegelapan tidak ada yang bisa
melihat apakah dia mengatakan ini
dengan wajah marah atau senyuman.
Di menit berikutnya terdengar
suara logam bergesekan. "Apa yang kau lakukan, Sire""
Tanya Jewel tajam. "Menghunus pedang untuk
memenggal kepala keledai yang
terkutuk ini," kata Tiran dengan
suara menakutkan. 118 "Minggirlah, gadis kecil."
"Oh, kumohon, jangan," kata Jill. "Aku bersungguh-sungguh,
jangan lakukan ini. Ini bukan
kesalahannya. Semua ulah si kera.
Dia telah diperalat. Dan dia
sangat menyesal. Lagi pula dia
keledai yang baik. Namanya
Puzzle. Dan aku tidak akan
melepaskan lenganku dari lehernya."
"Jill," kata Tirian, "dari
seluruh rakyatku kaulah yang paling
Pendekar Bodoh 20 Pendekar Gila 6 Singa Jantan Dari Cina Pendekar Patung Emas 2
^