Pencarian

Son Of Neptune 6

The Heroes Of Olympus 2 Son Of Neptune Bagian 6


Seperti diberi aba-aba, kuda itu menghantamkan kepala ke pintu kandang. Jeruji logam bergetar, dan para penjaga pun mundur dengan gugup.
Hazel ingin membebaskan kuda itu. Dia menginginkan hewan itu melebihi apa pun yang dia inginkan sebelumnya. Namun, Frank, Percy, dan selusin pengawal Amazon memperhatikannya. Jadi, Hazel berusaha menutup-nutupi emosinya. "Cuma bertanya." Dia berhasil berkata. "Ayo, kita temui ratu."
Pertengkaran di bagian depan ruangan makin nyaring. Akhirnya sang ratu menyadari bahwa rombongan Hazel mendekat, dan dia pun membentak, "Cukup!"
Kedua perempuan Amazon yang bertengkar langsung tutup mulut. Sang ratu melambai kepada mereka supaya menepi dan menyuruh Kinzie maju.
Kinzie mendesak Hazel dan teman-temannya ke arah takhta. "Ratuku, para Demigod
Sang ratu sontak berdiri. "Kau!" Dia memelototi Percy Jackson dengan amarah dahsyat yang seolah bisa membunuh.
"Papan alas," kata Percy, "spa. Bajak laut." Kata-kata tersebut tidak masuk akal bagi Hazel, tapi sang ratu mengangguk. Dia turun dari podium buku laris dan mencabut sebilah belati dari sabuknya.
"Kau bodoh sekali, berani-berani datang ke sini," kata sang ratu, "kau menghancurkan rumahku. Kau membuatku dan adikku terasing dan menjadi tawanan."
"Percy," kata Frank resah, "apa maksud si wanita seram berbelati""
"Pulau Circe," ujar Percy, "aku Baru ingat. Darah Gorgon mungkin pikiranku mulai disembuhkan olehnya. Lautan Monster.
Hylla dia menyambut kami di dermaga, mengajak kami menemui bosnya. Hylla bekerja untuk si penyihir."
Hylla menggeram, alhasil menampakkan gigi-giginya yang putih sempurna. "Apa kau mengatakan padaku bahwa kau kena amnesia" Kau tahu, aku mungkin bisa percaya padamu. Kalau tidak, mana mungkin kau setolol itu sehingga berani datang ke sini""
"Kami datang dengan damai." Hazel berkeras. "Apa yang dilakukan Percy""
"Damai"" Sang ratu memandang Hazel sambil mengangkat alis. "Yang dia lakukan" Laki-laki
ini menghancurkan sekolah sihir Circe!" "Circe mengubahku menjadi marmot!" protes Percy. "Tidak ada alasan!" kata Hylla, "Circe majikan yang bijak dan murah hati. Aku mendapat pondokan dan makanan, asuransi kesehatan yang bagus, perawatan gigi, macan tutul piaraan, rarnuan gratis segalanya! Dan Demigod ini beserta temannya, si pirang "
"Annabeth." Percy mengetuk-ngetuk dahi seolah sedang mendesak memorinya agar kembali lebih cepat. "Benar. Aku ke sana bersama Annabeth."
"Kau membebaskan tawanan kami Blackbeard dan bajak lautnya." Hylla menoleh kepada Hazel. "Pernahkah kau diculik bajak laut" Rasanya tidak menyenangkan. Mereka membumihanguskan spa kami. Adikku dan aku menjadi tahanan mereka selama berbulan-bulan. Untungnya kami ini putri Bellona. Kami cepat belajar bertarung. Jika tidak ...." Dia bergidik. "Ya, para bajak laut belajar menghormati kami. Akhirnya kami sampai di California. Di sana kami " Dia ragu-ragu, seakan kenangan tersebut menyakitkan. "Di sana adikku dan aku berpisah."
Dia menghampiri Percy sampai hidung mereka nyaris beradu. Ditelusurkannya belati ke bawah dagu Percy. "Tentu saja, aku selamat dan menapaki tangga kesuksesan. Aku naik takhta sebagai ratu kaum Amazon. Jadi, mungkin aku harus berterima kasih kepadamu."
"Sama-sama," kata Percy. Sang ratu menekan pisaunya agak lebih dalam. "Tidak jadi soal. Kurasa akan kubunuh saja kau."
"Tunggu!" pekik Hazel. "Reyna mengutus kami! Adik Anda! Lihatlah cincin di kalung Percy."
Hylla menurunkan pisaunya ke kalung Percy sampai ujung belati tersebut bertengger di cincin perak. Wajahnya kontan menjadi pucat pasi.
"Jelaskan ini." Sang ratu memelototi Hazel. "Yang cepat." Hazel mencoba. Dia menggambarkan Perkemahan Jupiter. Dia memberi tahu kaum Amazon tentang jabatan Reyna sebagai praetor, dan pasukan monster yang tengah berderap ke selatan. Dia memberi tahu mereka tentang misi mereka untuk membebaskan Thanatos di Alaska.
Selagi Hazel berbicara, sekelompok perempuan Amazon lainnya memasuki ruangan. Salah satu lebih tinggi dan lebih tua daripada sisanya. Perempuan itu memiliki rambut perak yang dikepang dan mengenakan jubah sutra indah layaknya seorang wanita Romawi terhormat. Para perempuan Amazon yang lain memberi jalan baginya, memperlakukannya dengan teramat hormat sehingga Hazel menjadi bertanya-tanya apakah dia ibu Hylla sampai dia memperhatikan betapa Hylla dan wanita sepuh itu beradu pelotot.
"Jadi, kami membutuhkan pertolongan Anda." Hazel menyelesaikan ceritanya. " Reyna butuh pertolongan Anda."
Hylla mencengkeram kalung kulit dan menariknya hingga copot dari leher Percy manik-manik, keping pro batio, semuanya. "Reyna si bodoh itu "
"Wah, wah, wah!" potong sang wanita sepuh. "Bangsa Romawi memerlukan pertolongan kita"" Dia tertawa, diikuti oleh para perempuan Amazon di sekelilingnya.
"Berapa kali kita bertempur melawan bangsa Romawi di masaku"" Tanya wanita itu. "Berapa kali mereka membunuhi saudarisaudari kita dalam pertempuran" Sewaktu aku menjadi ratu "
"Otrera," potong Hylla, "kau di sini sebagai tamu. Kau bukan ratu lagi."
Sang wanita sepuh merentangkan tangan dan membungkukkan badan dengan gaya mengejek. "Terserah katamu setidaknya, sampai malam ini. Tapi aku bicara sejujurnya, Ratu Hylla." Dia mengucapkan kata itu seperti ejekan. "Aku telah dikembalikan ke muka bumi oleh Ibu Pertiwi sendiri! Aku membawakan kabar mengenai sebuah perang baru. Kenapa kaum Amazon harus menuruti Jupiter, raja Olympus yang tolol itu, padahal kita bisa menjadi pengikut seorang ratu" Ketika aku pegang kendali nanti "
" Kalau kau pegang kendali," kata Hylla, "tapi untuk saat ini, akulah ratunya. Titahku adalah hukum."
"Begitu." Otrera melirik para perempuan Amazon yang berkumpul. Mereka semua berdiri mematung, seperti sedang verjebak dalam lubang bersama dua ekor harimau liar. "Apakah kita sudah selemah itu sehingga sudi menyimak perkataan Demigod laki-laki" Bersediakah kau mengampuni nyawa putra Neptunus ini, sekalipun dia pernah menghancurkan rumahmu" Barangkali kau akan membiarkannya menghancurkan rumah barumu juga!"
Hazel menahan napa s. Kaum Amazon silih berganti memandang Hylla dan Otrera, memperhatikan kalau-kalau terdapat tanda-tanda kelemahan.
"Aku akan memberi penilaian," kata Hylla dengan nada bicara sedingin es, "sesudah aku memperoleh semua fakta. Begitulah caraku memerintah didasari nalar, bukan rasa takut. Pertamatama, aku akan bicara dengan yang ini." Dia menjulurkan jari ke arah Hazel. "Aku wajib mendengarkan penjelasan seorang pendekar perempuan sebelum aku menjatuhinya atau sekutunya hukuman mati. Begitulah kaidah Amazon. Ataukah ingatanmu sudah kabur karena kelamaan di Dunia Bawah, Otrera""
Sang wanita sepuh mencemooh, tapi dia tidak berusaha menyanggah.
Hylla menoleh kepada Kinzie. "Bawa kedua laki-laki ini ke sel tahanan. Yang lain, tinggalkan kami."
Otrera menghadap khayalak sambil mengangkat tangan. "Turuti titah ratu kita.Tapi bagi yang ingin mendengar penjelasan lebih lanjut tentang Gaea dan masa depan kita yang cerah bersamanya, ikuti aku!"
Kira-kira setengah kaum Amazon mengikuti Otrera keluar dari ruangan. Kinzie mendengus muak, kemudian dia dan para pengawal menggiring Percy dan Frank menjauh.
Tidak lama kemudian, Hylla dan Hazel tinggal berdua saja, hanya disertai oleh pengawal pribadi ratu. Atas aba-aba Hylla, mereka sekalipun bergerak menjauh, menyingkir dari jangkauan pendengaran.
Sang ratu berpaling kepada Hazel. Amarahnya meluruh, dan Hazel melihat keputusasaan di matanya. Sang ratu tampak bagaikan hewan dalam kurungan yang diangkut lewat ban berjalan.
"Kita harus bicara," kata Hylla, "kita tidak punya banyak waktu. Tengah malam nanti, kemungkinan besar aku sudah
mati." [] BAB TIGA PULUH SATU HAZEL HAZEL MEMPERTIMBANGKAN UNTUK KABUR. Dia tidak memercayai Ratu Hylla, dan dia jelas tidak percaya pada wanita yang satu lagi itu, Otrera. Di ruangan tinggal tersisa tiga pengawal. Semuanya menjaga jarak.
Hylla hanya bersenjatakan belati. Sedalam ini di bawah tanah, Hazel mungkin bisa menyebabkan gempa bumi di ruang singgasana, atau memunculkan sebongkah skist besar atau gundukan emas. Jika Hazel bisa mengalihkan perhatian mereka, dia mungkin bisa melarikan diri dan menemukan teman-temannya.
Sayangnya, Hazel sudah melihat kaum Amazon bertarung. Sekalipun sang ratu hanya membawa belati, Hazel duga dia cukup lihai menggunakannya. Lagi pula, Hazel tidak bersenjata. Mereka memang tidak menggeledahnya untung saja. Jadi, kayu bakar Frank tidak diambil dari saku jaket tapi pedangnya sudah dibawa pergi.
Sang ratu tampaknya sedang membaca pikiran Hazel. "Lupakan saja soal melarikan diri. Tentu saja, kami akan menghargaimu karena sudah mencoba.Tapi kemudian kami harus membunuhmu."
"Terima kasih atas peringatan Anda." Hylla mengangkat bahu. "Itulah minimal yang bisa kulakukan. Aku percaya kalian datang dengan damai. Aku percaya Reyna mengutus kalian."
"Tapi Anda tidak mau menolong"" Sang ratu mengamati kalung yang dia ambil dari Percy. "Masalahnya rumit," katanya, "dari dulu, hubungan kaum Amazon dengan Demigod lain terutama Demigod laki-laki tidak selalu harmonis. Kami bertarung untuk Raja Priam dalam Perang Troya, tapi Achilles membunuh ratu kami, Penthesilea. Bertahun-tahun sebelumnya, Hercules mencuri sabuk Ratu Hippolyta sabuk yang kukenakan ini. Butuh waktu berabadabad hingga kami bisa merebutnya kembali. Jauh sebelumnya, pada awal berdirinya bangsa Amazon, seorang pahlawan bernama Bellerophon membunuh ratu kami yang pertama, Otrera."
"Maksud Anda wanita " " yang baru pergi, benar. Otrera, ratu pertama kami, putri Ares."
"Mars"" Ekspresi Hylla menjadi masam. "Bukan, Ares. Otrera hidup jauh sebelum masa Romawi, pada zaman ketika semua Demigod adalah orang Yunani. Sayangnya, sebagian pendekar kami lebih menyukai tradisi lama, sampai sekarang. Anak-anak Ares ... mereka selalu yang paling parah."
"Tradisi lama ...." Hazel sudah mendengar desas-desus mengenai Demigod Yunani. Octavian yakin bahwa mereka memang ada dan diam-diam sedang bersiasat untuk menjatuhkan Romawi. Namun, Hazel tidak percaya, bahkan ketika Percy datang ke perkemahan. Percy tidak terkesan sebagai orang Yunani jahat berakal bulus.
"Maksud Anda, kaum Amazon adalah perpaduan
bangsa Yunani dan Romawi""
Hylla terus memeriksa kalung manik-manik tanah liat, keping probatio. Dia melepas cincin Reyna dari kalung dan memasang cincin itu ke jarinya sendiri. "Kuperkirakan mereka tidak mengajarkan itu kepada kalian di Perkemahan Jupiter. Dewadewi punya banyak aspek. Mars, Ares. Pluto, Hades. Karena kekal, mereka cenderung menimbun berbagai kepribadian. Mereka memiliki kepribadian Yunani, Romawi, Amerika kombinasi dari semua budaya yang mereka pengaruhi selama beribu-ribu tahun. Apa kau mengerti""
"Aku aku tidak yakin. Apa semua orang Amazon adalah demigod""
Sang ratu merentangkan tangan. "Kami semua berdarah kaum abadi, tapi banyak di antara pendekarku yang adalah keturunan demigod. Sebagian sudah menjadi bagian dari kaum Amazon selama bergenerasi-genreasi. Ada juga anak-anak Dewa minor. Kinzie, yang membawa kalian ke sini, adalah putri peri pohon. Ah ini dia."
Perempuan berambut merah kecokelatan mendekati sang ratu dan membungkuk.
"Para tawanan sudah dikurung." Kinzie melaporkan. "Tapi . .
"Ya"" tanya sang ratu. Kinzie menelan ludah, seakan ada yang terasa aneh di lidahnya. "Otrera memastikan bahwa pengikutnyalah yang menjaga sel. Maaf, Ratuku." Hylla merapatkan bibirnya. "Tidak apa-apa. Tinggallah bersama kami, Kinzie. Kami baru saja membicarakan itu persoalan kita."
"Otrera," tebak Hazel, "Gaea mengembalikannya dari kematian untuk menjerumuskan kaum Amazon dalam perang saudari."
Sang ratu menghela napas. "Jika memang itu rencananya, dia berhasil. Otrera merupakan legenda di antara kaum kami. Dia berencana merebut takhta dan memimpin kami berperang melawan bangsa Romawi. Banyak saudariku yang akan mengikutinya."
"Tidak semua,"-gerutu Kinzie. "Tapi Otrera cuma roh gentayangan!" kata Hazel, "dia bahkan tidak "
"Nyata"" Sang ratu mengamati Hazel baik-baik. "Bertahuntahun aku bekerja dengan Circe sang Penyihir. Aku bisa mengenali roh yang kembali dari kematian ketika aku melihatnya. Kapan kau mati, Hazel-1920" 1930""
"1942," kata Hazel,. "Tapi tapi aku tidak dikirim oleh Gaea. Aku kembali untuk menghentikannya. Ini kesempatan keduaku."
"Kesempatan kedua ...." Hylla menatap deretan forklift tempur yang kini kosong. "Aku paham tentang kesempatan kedua. Pemuda tadi, Percy Jackson dia menghancurkan kehidupan lamaku. Kau takkan mengenaliku dari masa itu. Aku memakai gaun dan rias wajah. Aku adalah sekretaris teladan, boneka Barbie terkutuk."
Kinzie membuat gerakan mencakar di atas jantung dengan tiga jarinya, seperti isyarat voodoo yang digunakan ibu Hazel untuk menghalau guna-guna.
"Pulau Circe adalah tempat yang aman bagi Reyna dan aku," lanjut sang ratu, "kami adalah putri Dewi Perang, Bellona. Aku ingin melindungi Reyna dari segala macam kekerasan. Kemudian Percy Jackson membebaskan para bajak laut. Mereka menculik kami, dan Reyna serta aku belajar bersikap tangguh. Kami mendapati bahwa kami j ago menggunakan senjata. Selama empat tahun terakhir, ingin rasanya aku membunuh Percy Jackson karena sudah menjebloskan kami ke dalam cobaan berat."
"Tapi Reyna menjadi praetor Perkemahan Jupiter," kata Hazel, "Anda menjadi ratu Amazon. Mungkin inilah takdir Anda."
Hylla memain-mainkan kalung dengan jarinya. "Aku mungkin takkan lama lagi menjadi ratu."
"Anda pasti menang!" Kinzie berkeras. "Bila Moirae menghendaki," kata Hylla tanpa semangat, -masalahnya, Hazel, Otrera telah menantangku berduel. Semua perempuan Amazon berhak untuk itu. Hari ini saat tengah malam, kami akan bertarung memperebutkan takhta."
"Tapi Anda cakap, kan"" tanya Hazel. Hylla menyungggingkan senyum masam. "Cakap, ya, tapi Otrera adalah pendiri bangsa Amazon."
"Dia jauh lebih tua. Mungkin dia kurang latihan, karena sudah mati lama sekali."
"Kuharap kau benar, Hazel. Masalahnya, ketentuannya adalah pertarungan sampai mati ...."
Hazel menunggu sampai kata-kata sang ratu terserap. Hazel teringat ucapan Phineas di Portland bahwa dia mendapat jalan pintas untuk kembali dari kematian, berkat Gaea. Hazel teringat para Gorgon yang mencoba mewujud kembali di Sungai
Tiberis. "Sekalipun Anda membunuhnya," kata Hazel, "dia sematamata akan kembali lagi. Selama Thanatos masih dibelenggu, dia takkan mati lama-lama."
"Tepat sekali," kata Hylla, "Otrera sudah memberi tahu kami bahwa dia tidak bisa mati. Jadi, sekalipun aku mampu mengalahkannya malam ini, dia semata-mata akan kembali dan menantangku lagi besok. Tidak ada hukum yang melarang seseorang menantang ratu berkali-kali. Dia bisa saja bersikeras melawanku tiap malam, sampai akhirnya membuatku letih. Aku tidak bisa menang."
Hazel menatap singgasana. Dia membayangkan Otrera duduk di sana, berambut perak, berjubah indah, memerintahkan para pendekarnya untuk menyerang Roma. Dia membayangkan suara Gaea memenuhi gua ini.
"Pasti ada cara," kata Hazel, "bukankah kaum Amazon memiliki kekuatan istimewa atau semacamnya""
"Tak lebih dari Demigod lain," kata Hylla, "kami bisa mati. sama seperti manusia fana lainnya. Memang ada sekelompok pemanah yang mengikuti Artemis. Mereka sering kali salah dikira sebagai kaum Amazon, tapi para Pemburu menampik pria sepenuhnya. Sebagai gantinya, mereka memperoleh kehidupan yang hampir abadi. Kami, kaum Amazon kami lebih memilih untuk menjalani kehidupan seutuhnya. Kami mencinta, kami bertarung, kami mati."
"Kukira kalian benci laki-laki." Hylla dan Kinzie sama-sama tertawa. "Benci laki-laki"" kata sang ratu, "tidak, tidak, kami suka laki-laki. Kami hanya suka menunjukkan siapa yang berkuasa. Tapi kita melantur. Jika bisa, aku bersedia mengerahkan pasukan kami dan bersegera membantu adikku. Sayangnya, kekuasaanku sedang di ujung tanduk. Ketika aku tewas dalam pertarungan dan tinggal perkara waktu hingga itu terjadi Otrera akan menjadi ratu. Dia akan mengerahkan pasukan kami ke Perkemahan Jupiter, tapi bukan untuk menolong adikku. Dia akan bergabung dengan tentara sang Raksasa."
"Kita harus menghentikannya," kata Hazel, "teman-temanku dan aku membunuh Phineas, salah satu abdi Gaea yang lain di Portland. Mungkin kami bisa membantu!"
Sang ratu menggelengkan kepala. "Kau tidak boleh ikut campur. Sebagai ratu, aku harus bertarung sendirian. Lagi pula, teman-temanmu ditawan. Jika aku membiarkan mereka pergi,
aku akan kelihatan lemah. Entah aku yang mengeksekusi kalian karena sudah menerobos masuk tanpa izin, atau Otrera yang akan melakukannya ketika dia menjadi ratu."
Hati Hazel mencelos. "Jadi, sepertinya kita sama-sama celaka. Untuk kedua kalinya bagiku."
Dalam kurungan di pojok, Anion si kuda meringkik marah. Dia mendompak dan menghantamkan kakinya ke jeruji.
"Kuda itu tampaknya merasakan keputusasaanmu," kata sang ratu, "menarik. Dia kekal, kau tahu putra Neptunus dan Ceres."
Hazel berkedip. "Dua Dewa punya anak kuda"" "Ceritanya panjang." "Oh." Wajah Hazel terasa panas karena malu. "Dia adalah kuda tercepat di dunia," kata Hylla, "Pegasus lebih terkenal, karena dia bersayap, tapi Anion bisa berlari bagaikan angin di tanah dan di laut. Tak ada makhluk lain yang lebih gesit. Kami butuh waktu bertahun-tahun untuk menangkapnya salah satu harta kami yang paling berharga. Tapi sia-sia saja kami menangkapnya. Kuda itu tak mengizinkan seorang pun menungganginya. Kurasa dia membenci kaum Amazon. Dan biaya pemeliharaannya mahal. Dia mau makan apa saja, tapi dia paling suka emas."
Bulu kuduk Hazel berdiri. "Dia makan emas"" Hazel teringat ketika kuda itu membuntutinya di Alaska bertahun-tahun lalu. Hazel kira si kuda memakan biji-biji emas yang muncul di jejaknya.
Hazel berlutut dan merapatkan telapak tangan ke lantai. Tanah terbelah seketika. Bongkahan emas sebesar buah prem menyembul keluar dari bumi. Hazel pun bangun sambil mengamat-amati hadiahnya.
Hylla dan Kinzie memandanginya sambil tercengang. "Bagaimana kau ..."" Sang ratu terkesiap. "Hazel, hati-hati!"
Hazel mendekati kandang kuda. Dia mengulurkan tangan lewat jeruji, dan Anion dengan hati-hati memakan bongkahan emas dari telapak tangannya.
"Sulit dipercaya," kata Kinzie, "perempuan terakhir yang mencoba itu "
"Sekarang berlengan logam," pungkas sang ratu. Dia kini mengamati Hazel dengan penuh minat, seakan-akan sedang mem
utuskan hendak berkomentar lebih lanjut atau tidak. "Hazel ... kami menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk memburu kuda ini. Menurut ramalan, suatu hari kelak seorang pendekar perempuan paling pemberani akan menguasai Anion dan menungganginya untuk merebut kemenangan, membawa fajar baru kemakmuran bagi kaum Amazon. Walau begitu, tak satu pun perempuan Amazon bisa menyentuhnya, apalagi mengendalikannya. Bahkan Otrera sudah mencoba dan gagal. Dua orang lagi meninggal saat berupaya menungganginya."
Barangkali Hazel semestinya khawatir, tapi tak bisa dia bayangkan bahwa kuda rupawan ini bakal melukainya. Hazel mengulurkan tangan lewat jeruji lagi dan mengelus hidung Anion. Kuda itu menyundul lengan Hazel sambil mendengkur puas, seolah-olah sedang mengucapkan, Emas lagi done Sedap!
"Aku ingin memberimu makan lagi, Anion." Hazel melirik sang ratu dengan tatapan tajam. "Tapi kurasa aku dijadwalkan untuk dieksekusi."
Ratu Hylla memandang Hazel dan si kuda silih berganti. "Tidak bisa dipercaya."
"Ramalan itu," kata Kinzie, "mungkinkah ..."" Sang ratu tampaknya sedang memutar otak, merumuskan rencana. "Kau punya keberanian, Hazel Levesque. Dan Anion sepertinya telah memilihmu. Kinzie""
"Ya, Ratuku""
"Kau bilang sel dijaga oleh pengikut Otrera"" Kinzie mengangguk. "Aku seharusnya memperkirakan itu. Maafkan aku " "Sudah, tidak apa-apa." Mata sang ratu berkilat-kilat seperti Hannibal tiap kali gajah itu dibebaskan untuk menghancurkan benteng. "Memalukan bagi Otrera jika para pengawalnya gagal dalam tugas misalnya, jika mereka dikalahkan oleh orang luar dan penjara dibobol."
Kinzie mulai tersenyum. "Ya, Ratuku. Sangat memalukan." "Tentu saja," Hylla melanjutkan, "pengawalku tidak tahu apaapa tentang itu. Kinzie tidak mungkin membocorkan informasi yang bisa membantu mereka melarikan diri."
"Jelas tidak." Kinzie sepakat. "Dan kami tidak bisa membantu kalian." Sang ratu memandang Hazel sambil mengangkat alis. "Tapi jika kau entah bagaimana berhasil mengalahkan para penjaga dan membebaskan kawankawanmu misalnya saja, jika kau mengambil kartu Amazon milik salah seorang penjaga "
"Dengan fasilitas sekali gesek," kata Kinzie, "yang mampu membuka pintu penjara hanya dengan satu gesekan."
"Jika moga-moga saja tidak, demi dewa-dewi! sesuatu semacam itu terjadi," lanjut sang ratu, "kau akan menemukan senjata dan perbekalan teman-temanmu di pos jaga di sebelah sel. Dan siapa tahu" Jika kau berhasil kembali ke ruang singgasana ini selagi aku tidak ada karena sedang mempersiapkan diri untuk duel ..., ya, sebagaimana yang kusebutkan tadi, Anion adalah kuda yang sangat gesit. Memalukan sekali jika dia dicuri dan digunakan untuk melarikan diri."
Hazel merasa seperti baru ditancapkan ke colokan di dinding. Listrik menjalari sekujur tubuhnya. Anion ... Anion bisa menjadi miliknya. Yang perlu dia lakukan hanyalah menyelamatkan
teman-temannya dan bertarung melawan kaum pendekar yang amat terlatih. "Ratu Hylla," kata Hazel, "aku aku tidak pandai bertarung."
"Oh, pertarungan ada banyak jenisnya, Hazel. Aku punya firasat bahwa kau cukup panjang akal. Dan jika ramalan itu benar, kau akan membantu bangsa Amazon mencapai kejayaan. Jika kau berhasil menunaikan misi pembebasan Thanatos, misalnya "
" maka Otrera takkan kembali lagi bilamana dia dibunuh," kata Hazel, "Anda hanya perlu mengalahkannya tiap malam sampai kami berhasil."
Sang ratu mengangguk muram. "Sepertinya tugas yang mustahil sama-sama sudah menanti kita."
"Tapi Anda memercayaiku," kata Hazel, "dan aku memercayai Anda. Andapasti menang, meski harus bertarung berkali-kali."
Hylla mengulurkan kalung Percy dan meletakkannya di tangan Hazel.
"Kuharap kau benar," kata sang ratu, "tapi lebih cepat kau berhasil, lebih baik, bukan begitu""
Hazel memasukkan kalung ke sakunya. Dia menjabat tangan sang ratu, bertanya-tanya apakah mungkin menjalin pertemanan secepat ini terutama dengan orang yang hendak menjebloskannya ke penjara.
"Percakapan ini tak pernah terjadi." Hylla memberi tahu Kinzie. "Bawa tawanan kita ke sel dan serahkan dia kepada pengawal Otrera. Dan, Kinzi
e, pastikan agar kau pergi sebelum terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Aku tidak mau pengikut setiaku dituduh bertanggung jawab atas pelarian dari penjara."
Sang ratu tersenyum jail, dan untuk pertama kalinya, Hazel merasa cemburu pada Reyna. Hazel berharap dirinya punya kakak seperti itu.[]
BAB TIGA PULUH DUA HAZEL PENJARA AMAZON TERLETAK DI GUDANG penyimpanan, delapan belas meter di udara.
Kinzie membimbing Hazel menaiki tiga tangga berlainan hingga ke sebuah titian logam, kemudian mengikat kendur tangan Hazel di belakang punggung dan mendorongnya melewati petipeti perhiasan.
Tiga puluh meter di depan, di bawah sorot menyilaukan lampu floresensi, sebaris kandang dari jalinan rantai digantung menggunakan kabel. Percy dan Frank berada di dua kurungan, sedang mengobrol dengan suara pelan. Di sebelah mereka di titian, tiga penjaga Amazon bertampang bosan bertumpu pada tombak mereka dan menatap sabak hitam kecil di tangan mereka seperti sedang membaca.
Menurut Hazel sabak tersebut terlalu tipis untuk sebuah buku. Kemudian terbetik di benaknya bahwa benda itu mungkin semacam apa sebutan orang modern" komputer laptop kecil. Teknologi rahasia Amazon, barangkali. Memikirkan adanya teknologi misterius semacam itu, Hazel menjadi gelisah, hampir seperti saat dia melihat forklift- tempur di bawah sana.
"Cepat, Non," perintah Kinzie, cukup keras sehingga dapat didengar para penjaga. Didesaknya punggung Hazel dengan pedang.
Hazel berjalan selamban mungkin, tapi pikirannya berpacu. Dia harus memikirkan rencana penyelamatan yang brilian. Sejauh ini, dia belum mendapat ide apa-apa. Kinzie sudah memastikan agar Hazel bisa melepaskan ikatannya dengan mudah, tapi dia masih bertangan kosong, sedangkan penjaga di dekat kandang ada tiga orang. Selain itu, dia harus bertindak sebelum mereka memasukkannya ke kurungan.
Hazel melewati tumpukan peti yang diberi tanda berbunyi CINCIN TOPAS BIRU 24-KARAT, kemudian satu lagi yang dilabeli GELANG PERSAHABATAN PERAK. Layar elektronik di samping gelang persahabatan menampilkan tulisan berbunyi: Pelanggan yang membeli barang ini juga membeli LA1VIPU PELATARAN KURCACI KEBUN BERTENAGA MATAHARI dan TOMBAK LASER MAUT. Beli ketiganya, hemat 12%!
Hazel mematung. Demi dewa-dewi Olympus, tololnya dia! Perak. Topas. Hazel menajamkan indranya, mencari logam berharga, dan otaknya serasa mau meledak saat menangkap sinyal. Dia berdiri di sebelah segunung perhiasan setinggi enam tingkat. Namun, di depannya, dari sini sampai ke para penjaga, tidak ada apa-apa selain kurungan.
"Ada apa"" desis Kinzie. "Teruslah bergerak! Bisa-bisa mereka curiga."
"Panting mereka ke sini," gumam Hazel ke balik bahunya. "Kenapa " "Kumohon." Para penjaga memandangi mereka sambil mengernyitkan dahi. "Kenapa kalian lihat-lihat"" bentak Kinzie kepada mereka. tawanan yang ketiga. Sini, bawa dia pergi."
Penjaga yang paling dekat meletakkan sabaknya. "Kenapa bukan kau saja yang jalan tiga puluh langkah lagi, Kinzie""
"Eh, karena " Aduh! Hazel jatuh berlutut dan berusaha memasang mimik muka mabuk lautnya yang terbaik. "Aku mual! Tidak bisa jalan. Kaum Amazon ... terlalu menyeramkan."
"Nah, itu dia," kata Kinzie kepada para penjaga, "apa sekarang kalian mau menyusul tawanan ini, atau haruskah kuberi tahu Ratu Hylla bahwa kalian tidak mengerjakan tugas kalian""
Penjaga terdekat memutar-mutar bola matanya dan menghampiri mereka sambil tersaruk-saruk. Hazel sebenarnya berharap dua penjaga yang lain bakal mengikuti juga, Namun, dia terpaksa harus mengkhawatirkan perkara itu belakangan.
Penjaga pertama mencengkeram lengan Hazel. "Ya sudah. Akan kuawasi tahanan ini.Tapi kalau aku jadi kau, Kinzie, aku takkan ambil pusing soal Hylla. Dia takkan lama-lama jadi ratu."
"Kita lihat saja nanti, Doris." Kinzie beranjak pergi. Hazel menunggu sampai langkah kakinya makin jauh di bawah titian.
Doris si penjaga menarik lengan Hazel. "Tunggu apa lagi" Ayo!"
Hazel berkonsentrasi pada tumpukan peti berisi perhiasan di sebelahnya: empat puluh kotak besar berisi gelang perak. "Aku tidak enak badan."
"Kau tidak boleh muntah padak
u," geram Doris. Dia berusaha menarik Hazel hingga berdiri, tapi Hazel melemaskan badan, seperti anak kecil yang sedang merajuk di toko. Di sebelahnya, kotak-kotak mulai bergetar.
"Lulu!" teriak Doris kepada salah satu rekannya. "Bantu aku menyeret perempuan kecil loyo ini."
Kaum Amazon bernama Doris dan Lulu" pikir Hazel. Oke deh
Penjaga yang kedua berlari-lari kecil menghampiri mereka. Hazel memperkirakan peluang terbaiknya telah tiba. Sebelum mereka sempat menariknya hingga berdiri, dia berteriak, "Ooooh!" dan tiarap ke titian.
Doris mulai berkata, "Ya ampun, jangan macam-ma " Seluruh tumpukan peti perhiasan meledak berkeping-keping disertai bunyi gaduh mirip seribu mesin undian yang menang lotre secara serempak. Gelombang pasang gelang persahabatan perak tumpah ke titian, menyambar Doris dan Lulu hingga terjungkal ke balik pagar.
Mereka mestinya jatuh menyongsong ajal, tapi Hazel tidak sejahat itu. Dia memanggil beberapa ratus gelang, yang melompat ke arah para penjaga dan membelit pergelangan kaki mereka, alhasil menggantung badan mereka terbalik dari bawah titian, sementara mereka menjerit-jerit seperti perempuan kecil loyo.
Hazel membalikkan badan ke arah penjaga ketiga. Dilepaskannya ikatannya, yang sekukuh tisu toilet. Hazel mengambil tombak salah satu penjaga yang jatuh. Kemampuan Hazel menggunakan tombak memang payah, tapi dia harap perempuan Amazon yang ketiga ini tidak mengetahuinya.
"Haruskah kubunuh kau dari sini"" ancam Hazel. "Ataukah kau hendak memaksaku ke sana""
Sang penjaga berputar dan lari. Hazel berteriak ke balik pagar, ke arah Doris dan Lulu. "Kartu Amazon! Serahkan sini, kecuali kalian ingin aku melepaskan gelang persahabatan dan membiarkan kalian jatuh!"
Empat setengah detik kemudian, Hazel sudah mendapatkan dua kartu Amazon. Dia melaju ke kurungan dan menggesekkan kartu. Pintu pun terbuka.
Frank menatap Hazel dengan takjub. "Hazel, yang barusan itu mengagumkan."
Percy mengangguk. "Aku tidak akan memakai perhiasan lagi." "Kecuali ini." Hazel melemparkan kalung kepada Percy. "Senjata dan perbekalan kita ada di ujung titian. Kita harus bergegas. Sebentar lagi "
Alarm mulai meraung-raung di sepenjuru gua. "Iya," kata Hazel, "itu akan terjadi. Ayo!"
Bagian pertama pelarian mereka mudah saja. Mereka mengambil barang-barang mereka tanpa kesulitan, kemudian mulai menuruni tangga. Tiap kali kaum Amazon mengerubungi mereka, menuntut agar mereka menyerah, Hazel meledakkan peti perhiasan, mengubur musuh dalam air terjun emas dan perak. Ketika mereka tiba di kaki tangga, mereka mendapati pemandangan yang menyerupai Kiamat Karnaval para perempuan Amazon terperangkap hingga ke leher dalam segunung kalung manik-manik, sebagian lainnya jungkir balik dalam timbunan anting-anting ametis, sedangkan sebuah forklift- tempur terkubur dalam gelang persahabatan perak.
"Kau, Hazel Levesque," kata Frank, "setengah mati hebatnya." Hazel ingin mencium Frank di sana tepat saat itu juga, tapi mereka tidak punya waktu. Mereka lari kembali ke ruang singgasana.
Mereka berpapasan dengan seorang perempuan Amazon yang pasti setia pada Hylla. Begitu perempuan itu melihat para pelarian, dia langsung berpaling seolah-olah mereka tak kasatmata.
Percy mulai bertanya, "Apa-apaan " "Sebagian dari mereka ingin kita melarikan diri," kata Hazel, "nanti kujelaskan."
Perempuan Amazon kedua yang mereka temui tidak seramah itu. Dia mengenakan baju tempur lengkap, menghalangi pintu masuk ruang singgasana. Dia memutar-mutar tombaknya secepat
kilat, tapi kali ini Percy sudah siap. Dihunusnya Riptide dan ditantangnya perempuan itu. Sementara perempuan Amazon itu mengunjam ke arahnya, Percy menyamping, memotong tombak si penjaga menjadi dua, dan menghantamkan gagang pedangnya ke helm pendekar itu.
Si penjaga pun tersungkur. "Mars Mahaperkasa," kata Frank, "bagaimana kau yang barusan itu bukan teknik Romawi!"
Percy menyeringai. "Graecus ini punya jurus tersendiri, Kawan. Silakan duluan."
Mereka lari ke dalam ruang singgasana. Sebagaimana yang dijanjikan, Hylla dan para pengawalnya telah menyingkir. Hazel me
lesat ke kurungan Anion dan menggesekkan kartu Amazon ke gembok. Kuda jantan itu keluar seketika, mendompak penuh kemenangan.
Percy dan Frank buru-buru mundur. "Eh apa makhluk itu jinak"" ujar Frank. Si kuda meringkik marah. "Kurasa tidak." tebak Percy. "Dia barusan bilang, 'Akan kuinjak-injak kau sampai mampus, Aria China Kanada bertampang bayi.'"
"Kau bisa bahasa kuda"" tanya Hazel. "`Pria bertampang bayi'"" sembur Frank. "Kemampuan bicara pada kuda, itu bawaan dari Poseidon," kata Percy, "eh, maksudku bawaan Neptunus."
"Kalau begitu, kau dan Anion semestinya bisa rukun," kata Hazel, "dia putra Neptunus juga."
Muka Percy menjadi pucat. "Maaf"" Jika saja situasi mereka tidak sedang gawat, ekspresi Percy mungkin saja bakal membuat Hazel tertawa. "Intinya, dia cepat. Dia bisa mengeluarkan kita dari sini."
Frank tidak tampak antusias. "Kita bertiga tidak muat di punggung seekor kuda, kan" Bisa-bisa kita jatuh, atau memperlambatnya, atau "
Anion meringkik. "Walah," kata Percy, "Frank, kuda itu bilang kau ralat, mending tidak kuterjemahkan. Omong-omong, dia bilang ada kereta perang di gudang, dan dia bersedia menghelanya."
"Di sana!" Seseorang berteriak dari belakang ruang singgasana. Selusin pendekar Amazon menyerbu ke dalam, diikuti oleh priapria bercelana terusan jingga. Ketika mereka melihat Anion, mereka cepat-cepat mundur dan menuju forklift tempur.
Hazel melompat ke punggung Anion. Dia menyeringai kepada teman-temannya. "Aku ingat kereta perang itu. Tadi aku melihatnya. Ikuti aku, Teman-Teman!"
Hazel menunggangi kuda ke gua berukuran lebih besar dan membubarkan sekawanan laki-laki. Percy menjatuhkan seorang perempuan Amazon. Frank menjegal dua orang lagi dengan tombaknya. Hazel bisa merasakan bahwa Anion menahan diri. Kuda itu ingin melaju dengan kecepatan penuh, tapi dia membutuhkan ruang lebih luas. Mereka harus keluar dulu.
Hazel menerjang para petugas patroli Amazon, yang sertamerta bubar ketakutan saat melihat kuda itu. Kali ini, panjang spatha Hazel terasa pas sekali. Dia mengayunkan pedang ke semua orang yang bisa dijangkaunya. Tak ada pendekar Amazon yang berani menantangnya.
Percy dan Frank lari mengejar Hazel. Akhirnya mereka sampai di kereta perang. Anion berhenti di samping kuk, sedangkan Percy mulai memasang cancang dan tali kekang.
"Kau pernah melakukan ini sebelumnya"" tanya Frank.
Percy tidak perlu menjawab. Tangannya bergerak dengan lincah. Dalam waktu singkat, kereta perang itu sudah siap. Dia melompat naik dan berteriak, "Frank, ayo naik! Hazel, maju!"
Pekik perang berkumandang dari belakang mereka. Sepasukan pendekar Amazon menerjang masuk ke gudang. Otrera sendiri berdiri di balik kemudi forklift tempur, rambut peraknya berkibarkibar saat dia membidikkan busur silang ke kereta perang. "Hentikan mereka!" teriaknya.
Hazel melajukan Arlon. Mereka melesat menyusuri gua, berbelok-belok di antara tumpukan barang dan deretan forklift. Sebuah anak panah mendesing di samping kepala Hazel. Sesuatu meledak di belakangnya, tapi Hazel tidak menengok.
"Tangga!" teriak Frank. "Tidak mungkin kuda ini bisa menarik kereta perang ke atas begitu banyak anak tang DEMI DEWADEWI!"
Untungnya tangga cukup lebar sehingga bisa dilewati kereta perang, sebab Anion sama sekali tidak memperlambat larinya. Dia melejit naik diiringi kereta perang yang berkelontangan dan berderit di belakangnya. Hazel melirik ke belakang beberapa kali untuk memastikan bahwa Frank dan Percy tidak jatuh. Bukubuku jari mereka putih saking kuatnya mencengkeram sisi kereta, sedangkan gigi mereka bergemeletuk seperti tengkorak Halloween yang sedang nyengir.
Akhirnya mereka tiba di lobi. Anion mendobrak pintu utama, keluar ke alun-alun, dan membubarkan sekumpulan orang bersetelan resmi.
Hazel merasakan ketegangan di balik iga Anion. Udara segar membuatnya setengah mati ingin lari, tapi Hazel menarik tali kekangnya.
"Ella!" teriak Hazel ke langit. "Di mana kau" Kita harus pergi!"
Selama satu detik yang mendebarkan, Hazel takut kalau-kalau si harpy terlalu jauh sehingga tidak bisa mendengar. Dia mungkin tersesat,
atau ditangkap oleh kaum Amazon.
Di belakang mereka sebuah forklift tempur menaiki tangga sambil berkelotakan dan akhirnya masuk ke lobi disertai gemuruh kencang, diikuti oleh segerombolan pendekar Amazon.
"Menyerahlah!" jerit Otrera. Bilah forklift yang setajam silet terangkat. "Ella!" teriak Hazel sekuat tenaga. Muncullah sekelebat bulu-bulu merah. Ella mendarat di kereta perang. "Ella sudah di sini. Pergi sekarang."
"Pegangan!" Hazel memperingatkan. Dia mencondongkan badan ke depan dan berkata, "Anion, lari!
Dunia seolah memanjang. Sinar matahari melengkung di sekeliling mereka. Anion meluncur menjauhi kaum Amazon dan melesat di sepanjang perkotaan Seattle. Hazel melirik ke belakang dan melihat garis berasap di trotoar yang sebelumnya dijejak Arion. Kuda itu melejit kencang ke dermaga, melompati mobil-mobil, menerabas persimpangan.
Hazel menjerit sekencang-kencangnya, tapi jeritan itu berupa jeritan gembira. Untuk pertama kali dalam hidupnya dalam dua kali masa kehidupannya Hazel merasa bahwa tak ada yang sanggup menghentikannya. Anion sampai di muka perairan dan langsung melompat dari dermaga.
Lubang telinga Hazel meletup. Hazel mendengar gemuruh yang belakangan disadarinya merupakan bunyi gelombang kejut di udara. Anion membelah Selat Puget, air laut berubah menjadi uap di tempatnya menjejakkan langkah, sedangkan kaki langit Seattle makin jauh di belakang mereka.[]
BAB TIGA PULUH TIGA FRANK FRANK MERASA LEGA KETIKA RODA kereta perang copot. Dia sudah muntah dua kali dari belakang kereta perang. Mengingat mereka sedang melaju dengan kecepatan suara, pengalaman itu sama sekali tidak menyenangkan. Si kuda seakan membengkokkan waktu dan ruang selagi dia berlari, mengaburkan pemandangan di sekitar dan membuat Frank merasa seperti baru meminum segalon susu murni tanpa disertai obat pencerna laktosa. Ella juga tidak membantu. Dia terus saja berceloteh: "1.200 kilometer per jam. 1.280 kilometer per jam. 1.290 kilometer per jam. Cepat. Cepat sekali."
Kuda tersebut meluncur ke selatan, menyeberangi Selat Puget, mendesing melewati pulau-pulau dan kapal-kapal nelayan serta kawanan paus yang sangat terkejut. Pemandangan di depan mulai tampak tidak asing Pantai Crescent, Teluk Boundary. Frank pernah berlayar ke sana saat karyawisata sekolah. Mereka telah menyeberang ke Kanada.
Si kuda meluncur ke tanah kering. Dia menyusuri Highway 99 ke utara, berlari cepat sekali sehingga mobil-mobil seakan diam saja.
Akhirnya, tepat saat mereka hendak masuk ke Vancouver, roda kereta perang mulai berasap.
"Hazel!" teriak Frank. "Keretanya mau hancur!" Hazel menangkap pesan tersebut dan menarik tali kekang. Si kuda sepertinya tidak senang, tapi dia memelan ke kecepatan subsonik sementara mereka melesat di jalanan kota. Mereka melintasi jembatan Ironworkers untuk mencapai Vancouver Utara, kemudian kereta perang mulai berkelotakan dengan genting. Akhirnya Anion berhenti di puncak bukit berhutan. Dia mendengus puas, seolah-olah hendak mengatakan, Itu baru namanya lari, Bego. Kereta perang yang berasap pun peretel, menumpahkan Percy, Frank, dan Ella ke tanah basah berlumut.
Frank buru-buru berdiri. Dia berkedip untuk menyingkirkan bintik-bintik kuning dari matanya. Percy mengerang dan mulai melepaskan Anion dari kereta perang yang hancur lebur. Ella mengepakkan sayap dalam keadaan pusing, menabrak pohon dan bergumam, "Pohon. Pohon. Pohon."
Hanya Hazel yang tampaknya tak terpengaruh oleh perjalanan barusan. Sambil menyeringai girang, dia meluncur turun dari punggung kuda. "Asyik sekali!"
"Iya." Frank menelan rasa mualnya. "Asyik banget." Anion meringkik. "Dia bilang dia butuh makan." Percy menerjemahkan. "Tidak heran. Dia barangkali habis membakar enam juta kalori."
Hazel mengamat-amati tanah di kakinya dan mengerutkan dahi. "Aku tidak merasakan emas di sekitar sini Jangan khawatir, Arion. Akan kucarikan emas buatmu. Sementara itu, bagaimana kalau kau merumput saja" Nanti kami temui kau "
Si kuda melesat pergi, meninggalkan kepulan uap di belakangnya.
Hazel mengernyitkan alis. "Apa menurut kalian dia akan kembali""
"Entahlah," kata Percy, "dia sepertinya kelewat bersemangat." Frank hampir-hampir berharap semoga kuda itu bakal terus menjauh. Dia tidak mengucapkan itu, tentu saja. Dia bisa tahu bahwa Hazel gundah saat memikirkan bakal kehilangan teman barunya. Namun, Anion membuat dia takut, dan Frank lumayan yakin bahwa kuda itu tahu.
Hazel dan Percy mulai mengumpulkan perbekalan dari antara puing-puing kereta perang. Ada beberapa kotak dagangan Amazon di depan, dan Ella memekik kegirangan ketika dia menemukan paket berisi buku. Disambarnya satu eksemplar Burung-burung Amerika Utara, lalu terbang ke dahan terdekat, dan mulai menggaruki halaman dengan teramat cepat sampai-sampai Frank tidak yakin apakah harpy itu sedang membaca atau merobekrobek.
Frank bersandar ke sebatang pohon, berusaha untuk menenangkan kepalanya yang pusing tujuh keliling. Dia masih belum pulih dari perlakuan di tangan kaum Amazon ditendang ke seberang lobi, dilucuti, dikurung, ,dan dihina sebagai pria bertampang bayi oleh kuda egomaniak. Pengalaman yang sungguh tidak membantu mendongkrak kepercayaan dirinya.
Bahkan sebelum itu, visi yang disaksikan Frank bersama Hazel telah membuatnya jeri. Frank sekarang merasa lebih dekat dengan Hazel. Frank tahu tindakannya yang menyerahkan kayu bakar itu kepada Hazel memang benar. Sebuah beban berat telah terangkat dari pundaknya.
Di sisi lain, dia telah melihat Dunia Bawah dengan mata kepala sendiri. Dia sudah mengalami bagaimana rasanya duduk-duduk selamanya tanpa berbuat apa-apa, hanya menyesali kesalahan kita. Dia melihat topeng emas seram yang dipakai hakim orang mati
dan menyadari bahwa dirinya akan berdiri di hadapan mereka kelak, mungkin tidak lama lagi.
Frank selalu berangan-angan dapat bertemu ibunya lagi ketika dia meninggal. Namun, barangkali hal itu mustahil bagi Demigod. Hazel sudah menghabiskan kira-kira tujuh puluh tahun di Asphodel dan tidak pernah menemukan ibunya. Frank berharap dia dan ibunya sama-sama masuk Elysium. Namun, kalau Hazel saja tidak masuk ke sana setelah mengorbankan nyawa demi menghentikan Gaea, bersedia bertanggung jawab atas perbuatannya supaya ibunya tidak masuk Padang Hukuman bagaimana dengan Frank" Dia tidak pernah berlaku seheroik itu.
Frank menegakkan badan dan menoleh ke sana kemari, berusaha menentukan lokasinya.
Di selatan, di seberang Pelabuhan Vancouver, kaki langit perkotaan berkilau kemerahan diterpa sinar matahari terbenam. Di utara, perbukitan dan hutan hujan di Lynn Canyon Park meliukliuk menembus berbagai kawasan di Vancouver Utara, lalu terus ke alam liar.
Sudah bertahun-tahun Frank tidak menjelajahi taman ini. Dia melihat tikungan di sungai yang kelihatannya tidak asing. Dia mengenali sebatang pohon pinus yang terbelah karena disambar petir di lahan terbuka dekat sana. Frank kenal bukit ini.
"Aku praktis sudah sampai di rumah," kata Frank, "rumah nenekku di sebelah sana."
Hazel memicingkan mata. "Sejauh apa"" "Di seberang sungai, lewat hutan." Percy mengangkat alis. "Serius" Jadi, mau ke rumah nenek nih""
Frank berdeham. "Iya deh." Hazel mengatupkan kedua tangannya, seperti sedang berdoa. "Frank, tolong katakan padaku nenekmu mau mengizinkan kita
bermalam. Aku tahu kita sedang dikejar tenggat waktu, tapi kita harus beristirahat, kan" Lagi pula, Anion sudah menghemat waktu kita. Mungkin kita malah bisa makan masakan sungguhan""
"Dan mandi air panas"" pinta Percy. "Dan tidur di kasur yang ada seprai dan bantalnya""
Frank mencoba membayangkan raut wajah nenek jika dia muncul bersama dua temannya yang bersenjata lengkap dan seekor harpy. Semua telah berubah sejak pemakaman ibunya, sejak pagi itu ketika para serigala membawanya ke selatan. Waktu itu, dia marah sekali karena disuruh pergi. Sekarang, dia tak bisa membayangkan kembali ke sana.
Walau begitu, dia dan teman-temannya kelelahan. Mereka sudah menempuh perjalanan selama lebih dari dua hari, kurang makan dan kurang tidur. Nenek bisa memberi mereka bekal. Mungkin nenek juga bisa menjawab sejumlah pertanyaan yang
menggelegak nalam benak frank Recungaan mengenai anugeran
keluarganya. "Layak dicoba," Frank memutuskan. "Ayo, ke rumah Nenek."
Sating tidak konsentrasinya, Frank hampir saja masuk ke perkemahan Ogre. Untung Percy menariknya ke belakang.
Mereka berjongkok di sebelah Hazel dan Ella, di belakang
stha.tang kayu jatuh, dan memicingkan mata ke lahan terbuka.
"Jelek," gumam Ella, "ini jelek buat harpy." Kini hari sudah gelap gulita. Di sekeliling api unggun yang kobar-kobar, duduklah setengah lusin Humanoid berambut
liang kusut. Jika berdiri tegak, tinggi mereka barangkali hampir
setengah meter mungil apabila dibandingkan dengan
isbotes sang Raksasa atau bahkan para Cyclops yang mereka lihat
California, tapi bukan berarti mereka kurang menyeramkan.
Mereka hanya mengenakan celana peselancar sepanjang lutut. Kulit mereka merah muda pucat penuh dengan tato naga, hati, dan wanita berbikini. Pada kayu yang melintang di atas api unggun, digantung seekor hewan yang sudah dikuliti, mungkin babi hutan, sedangkan para Ogre itu mencuili daging dengan kuku mereka yang mirip cakar, tertawa-tawa dan mengobrol sambil makan, alhasil menampakkan gigi-gigi tajam. Di sebelah para Ogre terdapat beberapa tas faring berisi bola perunggu mirip peluru meriam. Bola-bola itu pasti panas, sebab di tengah udara malam nan sejuk, uap mengepul darinya.
Hampir dua ratus meter di balik lahan terbuka itu, lampulampu dari griya Zhang bersinar lewat pepohonan. Dekat sekali, pikir Frank. Dia bertanya-tanya apakah mereka bisa mengendapendap, mengitari monster-monster itu, tapi ketika dia menengok kiri-kanan, dilihatnya api unggun-api unggun lain di kedua arah. Tampaknya para Ogre telah mengepung properti tersebut. Jemari Frank menekan kulit kayu. Neneknya mungkin saja sendirian dalam rumah, terperangkap.
"Mereka itu apa sih"" bisik Frank. "Orang Kanada," kata Percy. Frank menjauhkan diri darinya. "Apa"" "Eh, jangan tersinggung," kata Percy, "begitulah Annabeth menyebut mereka waktu aku bertarung melawan mereka sebelumnya. Dia bilang mereka tinggal di utara, di Kanada."
"Iya, iya," gerutu Frank, "kita memang di Kanada. Aku orang Kanada. Tapi aku tak pernah melihat makhluk itu sebelumnya."
Ella mencabut selembar bulu dari sayapnya dan memutarmutar bulu itu di jarinya. "Laistrygonian," katanya, "Kanibal. Raksasa utara. Legenda Sasquatch. Iya, iya. Mereka bukan burung. Bukan burung Amerika Utara."
"Itulah nama mereka." Percy sepakat. "Laistry eh, apa pun yang barusan Ella bilang."
Frank memandangi makhluk-makhluk di lahan terbuka itu sambil mengerutkan kening. "Mereka bisa saja salah dikira sebagai. Bigfoot. Mungkin dari situlah legenda tersebut berasal. Ella, kau pintar juga."
"Ella memang pintar." Si harpy sepakat. Dia mengulurkan bulunya dengan malu-malu kepada Frank.
"Oh terima kasih." Frank menyelipkan bulu tersebut ke sakunya, kemudian menyadari bahwa Hazel sedang memelototinya. -Apa"" tanya Frank.
"Bukan apa-apa." Hazel menoleh kepada Percy. "Jadi, memorimu mulai pulih" Apa kau ingat bagaimana caramu mengalahkan makhluk-makhluk ini""
"Kurang-lebih," kata Percy, "masih kabur sih. Sepertinya aku mendapat bantuan. Kami membunuh mereka dengan perunggu langit, tapi itu kan sebelum kalian tahu."
"Sebelum Maut diculik," ujar Hazel, "jadi, sekarang mereka mungkin saja takkan mati."
Percy mengangguk. "Pelor meriam perunggu itu kabar buruk tuh. Kurasa kami menggunakan pelor semacam itu untuk
mengalahkan para Raksasa. Pelor itu kami sulut dengan api, lalu meledak."
Tangan Frank melesat ke saku jaketnya. Lalu dia ingat bahwa kayu bakarnya disimpan oleh Hazel. "Kalau kita menyebabkan ledakan," kata Frank, "Ogre di perkemahan sebelah bakal lari ke sini. Menurutku mereka sudah mengepung rumah. Artinya, bisa saja ada lima puluh atau enam puluh makhluk itu di hutan."
"Jadi, ini jebakan." Hazel memandang Frank dengan prihatin. Bagaimana dengan nenekmu" Kita harus menolongnya."
Frank merasa tenggorokannya tercekat. Tak pernah terbetik di benaknya bahwa neneknya bakal perlu diselamatkan, tapi sekarang Frank mulai mengira-ngira skenario pertempuran dalam benaknya seperti di perkemahan saat perang-


The Heroes Of Olympus 2 Son Of Neptune di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perangan. "Kita harus mengalihkan perhatian mereka." Frank memutuskan. "Kalau kita pancing kelompok yang ini ke dalam hutan, kita mungkin bisa lewat tanpa diketahui kelompokkelompok lainnya."
"Kalau saja Arion ada di sini," kata Hazel, "aku bisa memancing para Ogre itu supaya mengejarku."
Frank mengambil tombak dari punggungnya. "Aku punya ide lain."
Frank tidak mau melakukan ini. Ngeri rasanya, membayangkan harus memanggil Abu. Lebih mengerikan daripada kuda Hazel, malah. Namun, Frank tidak melihat cara lain.
"Frank, kau tidak boleh asal terjang ke luar sana!" Kata Hazel, "itu bunuh diri namanya!"
"Aku tidak asal terjang," kata Frank, "aku punya teman. Hanya saj a ... jangan menjerit, ya""
Frank menghunjamkan tombak ke tanah, dan mata tombak pun patah.
"Ups," kata Ella, "tidak ada matanya. Tidak, tidak." Tanah berguncang. Tangan kerangka Abu membelah permukaan. Percy buru-buru mengambil pedang, sedangkan Hazel mengeluarkan suara mirip kucing tersedak. Ella menghilang dan muncul kembali di puncak pohon terdekat.
"Tidak apa-apa," janji Frank. "Dia bisa dikendalikan!" Abu merangkak keluar dari tanah. Dia tidak menunjukkan tanda-tanda kerusakan dari pertarungan sebelumnya melawan Basilisk. Dia tampak prima dalam balutan celana kamuflase dan sepatu bot tempurnya, kulit kelabu translusen menutupi tulang-
tulangnya seperti agar-agar yang berpendar. Dia memalingkan mata hampanya kepada Frank, menunggu perintah.
"Frank, itu spartus," kata Percy, "pendekar tengkorak. Mereka jahat. Mereka pembunuh. Mereka "
"Aku tahu," kata Frank getir, "tapi dia hadiah dari Mars. Saat ini cuma dia yang kupunyai. Oke, Abu. Perintah untukmu: serang sekelompok Ogre itu. Arahkan mereka ke barat, ciptakan pengalih perhatian supaya kami bisa "
Sayangnya, Abu kehilangan minat setelah kata "Ogre". Mungkin dia hanya memahami kalimat sederhana. Dia pun menyerbu ke arah api unggun Ogre.
"Tunggu!" kata Frank, tapi sudah terlambat. Abu mencabut dua tulang iganya dari balik baju dan lari mengitari api unggun, menikam punggung para Ogre dengan kecepatan mencengangkan sehingga mereka bahkan tidak sempat berteriak. Enam Laistrygonian yang tampak sangat kaget jatuh menyamping bagaikan lingkaran domino dan remuk menjadi debu.
Abu menjejak-jejakkan kaki, menendangi abu mereka ke sanasini saat makhluk-makhluk tersebut berusaha mewujud kembali. Ketika dia tampaknya sudah yakin mereka takkan kembali lagi, Abu berdiri siap siaga, menghormat sopan kepada Frank, dan tenggelam kembali ke tanah.
Percy menatap Frank. "Bagaimana " "Tidak ada Laistrygonian." Ella mengepakkan sayap ke bawah dan mendarat di sebelah mereka. "Enam kurang enam sama dengan nol. Tombak bagus buat pengurangan. Iya."
Hazel memandang Frank seolah-olah dia sendirilah yang baru berubah menjadi zombi tengkorak. Hati Frank serasa remuk redam, tapi dia tak bisa menyalahkan Hazel. Anak-anak Mars memang penuh dengan kekerasan. Mars disimbolkan oleh
tombak berlumur darah bukan tanpa alasan. Bukankah tidak mengherankan jika Hazel merasa jijik"
Frank memelototi ujung tombaknya yang patah. Siapa saja ayahnya, Frank tidak keberatan. Asal bukan Mars. "Aye katanya, "nenekku mungkin sedang dalam kesulitan."[]
BAB TIGA PULUH EMPAT FRANK MEREKA BERHENTI DI BERANDA DEPAN. Sebagaimana yang Frank takutkan, terdapat banyak api unggun di hutan, membentuk lingkaran longgar di sekitar properti. Namun, rumah itu sendiri tampaknya tidak diusik-usik.
Lonceng angin nenek bergoyang-goyang terkena siliran malam. Kursi rotan nenek yang kosong menghadap jalan. Lantai bawah terang benderang, tapi Frank memutuskan untuk tidak membunyikan bel pintu. Dia tidak tahu sudah jam berapa sekarang, apakah nenek sudah tidur atau bahkan ada di rumah. Dia justru mengecek patung gajah batu di pojok duplikat mungil patung gajah di Portland. Kunci serep masih terselip di bawah kakinya.
Frank ragu-ragu di depan pintu. "Ada apa"" tanya Percy. Frank teringat pagi itu, ketika dia membukakan pintu ini untuk opsir militer yang memberitahunya tentang ibunya. Dia ingat menuruni undakan beranda untuk menghadiri pe
makaman sambil membawa kayu bakar dalam jaketnya untuk pertama kali. Dia ingat berdiri di sini dan menyaksikan para serigala keluar dari
hutan anak buah Lupa, yang kemudian mengantarkannya ke Perkemahan Jupiter. Kejadian tersebut serasa sudah lama sekali, padahal baru enam bulan lalu.
Kini dia kembali. Akankah nenek memeluknya" Akankah dia berkata, Frank, puji syukur kepada dewa-dewi! Untung kau kembali: Aku dikepung monster!
Namun, kemungkinan besar nenek bakal mengomelinya, atau mengira mereka adalah penyusup dan mengusir mereka dengan waj an.
"Frank"" tanya Hazel. "Ella gugup," gumam si harpy dari tempatnya bertengger di pagar beranda, "Gajah itu gajah itu memandangi Ella."
"Tidak apa-apa." Tangan Frank gemetar hebat sampai-sampai dia kesulitan memasukkan kunci ke lubangnya. "Jangan keluyuran. Tetaplah bersamaku."
Di dalam rumah tersebut berbau apak. Biasanya udara beraroma dupa melati, Namun, kali ini semua pedupaan kosong melompong.
Mereka mengecek ruang tengah, ruang makan, dapur. Tumpukan piring kotor teronggok di bak cuci. Ini tidak wajar. Pembantu nenek datang tiap hari kecuali dia jadi takut karena melihat Raksasa-Raksasa itu.
Atau disantap untuk makan siang, pikir Frank. Ella bilang Laistrygonian adalah kanibal.
Dienyahkannya pemikiran itu. Monster mengabaikan manusia biasa. Paling tidak, biasanya begitu.
Di ruang tamu, patung Buddha dan dewa-dewi Tao menyeringai kepada mereka bagaikan badut sinting. Frank teringat pada Iris, sang Dewi Pelangi, yang coba-coba mempelajari Buddhisme dan Taoisme. Frank menduga satu kunjungan ke rumah tua angker ini bakal menyembuhkan hobinya itu.
Vas-vas porselen besar milik nenek diselimuti sarang laba-laba. juga tidak wajar. Nenek menuntut agar koleksinya dikebuti secara teratur. Saat melihat porselen itu, Frank jadi merasa bersalah karena telah menghancurkan banyak sekali ornamen pada hari pemakaman. Sekarang perbuatannya menjadi terkesan konyol marah-marah pada nenek, padahal banyak sekali pihak lain yang sepatutnya dipersalahkan: Juno, Gaea, para Raksasa, ayahnya Mars. Terutama Mars. Perapian gelap dan dingin. Hazel mendekap dadanya seakan hendak mencegah kayu bakar melompat masuk ke perapian. "Apa itu "
"Iya," kata Frank, "itu tempatnya." "Tempat apa" tanya Percy. Ekspresi Hazel penuh simpati, tapi itu justru membuat perasaan Frank semakin tidak enak. Dia ingat betapa Hazel tampak ngeri, tampak jijik ketika dia menyaksikan Frank memanggil Abu.
"Perapian," kata Frank kepada Percy. Kedengarannya konyol sekali, karena memang sudah kentara. "Ayo, kita cek lantai atas."
Anak tangga berderit di bawah kaki mereka. Kamar lama Frank masih sama. Barang-barangnya tidak disentuh sama sekali busur dan wadah anak panah cadangannya (dia harus mengambil keduanya nanti), piagam lomba mengeja dari sekolah (iya, dia barangkali satu-satunya demigod di dunia yang menjuarai lomba mengeja dan tidak menderita disleksia, menambah daftar keanehannya), dan foto ibunya mengenakan jaket kamuflase dan helm, duduk dalam Humvee di Provinsi Kandahar; mengenakan seragam pelatih sepakbola, di musim kompetisi saat dia melatih tim Frank; dalam balutan seragam militer berupa setelan jas dan rok, tangannya memegangi bahu Frank, pada saat mengunjungi sekolah Frank di hari karier.
"Ibumu"" tanya Hazel lembut. "Dia cantik."
Frank tidak sanggup menjawab. Dia merasa agak malu anak lelaki enam belas tahun yang memajang banyak sekali foto ibunya. Terdengar payah, kan" Tapi dia lebih merasa sedih. Sudah enam minggu sejak terakhir kali dia di sini. Entah bagaimana, rasanya bagaikan seabad. Namun, ketika Frank melihat wajah ibunya yang tersenyum di foto-foto itu, luka hati karena kehilangan ibunya terasa sepedih sebelumnya.
Mereka mengecek kamar-kamar tidur yang lain. Dua kamar di bagian tengah kosong juga. Lampu redup menyorotkan sinar dari bawah pintu terakhir kamar nenek.
Frank mengetuk pintu dengan lembut. Tidak ada jawaban. Didorongnya pintu tersebut hingga terbuka. Nenek berbaring di tempat tidur, tampak tirus dan kuyu, rambut putihnya terkembang di sekeliling wajahnya seperti m
ahkota Basilisk. Sebatang lilin menyala di meja samping ranjang. Di sebelah tempat tidurnya, duduklah seorang pria yang mengenakan seragam tempur kelabu Tentara Kanada. Walaupun kamar itu remang-remang, pria tersebut mengenakan kacamata hitam yang menyorotkan cahaya semerah darah dari balik lensanya.
"Mars," ujar Frank. Sang Dewa mendongak dengan raut muka cuek. "Hei, Nak. Sini masuk. Suruh teman-temanmu enyah."
"Frank"" Bisik Hazel. "Apa maksudmu, Mars" Apa nenekmu apa dia baik-baik saja"" Frank melirik teman-temannya. "Kalian tidak melihat dia"" "Melihat siapa"" Percy mencengkeram pedangnya makin erat. "Mars" Mana""
Sang Dewa Perang terkekeh. "Mereka tidak bisa melihatku. Kurasa lebih baik begitu kali ini. Biar bisa bercakap-cakap empat mata antara ayah/anak laki-laki, benar kan""
Frank mengepalkan tinjunya. Dia menghitung sampai sepuluh sebelum mengizinkan dirinya bicara.
"Bukan bukan apa-apa kok, Teman-Teman. Dengar, bagaimana kalau kalian pakai saja kamar-kamar tidur di tengah tadi""
"Atap," kata Ella, "atap bagus buat harpy." "Tentu saja," kata Frank linglung, "barangkali ada makanan di dapur. Bisa kalian beri aku waktu sebentar saja bersama nenekku" Kurasa dia "
Suara Frank pecah. Dia tidak yakin apakah ingin menangis atau menjerit atau meninju kacamata Mars mungkin tigatiganya.
Hazel meletakkan tangannya di lengan Frank. "Tentu saja, Frank. Ayo, Ella, Percy."
Frank menunggu sampai langkah kaki teman-temannya kian lamat-lamat di kejauhan. Kemudian dia berjalan masuk ke kamar dan menutup pintu.
"Apa ini benar-benar Ayah"" tanyanya kepada Mars. "Ini bukan trik atau ilusi atau semacamnya""
Sang Dewa menggelengkan kepala. "Kau lebih suka kalau bukan aku""
"Ya," Frank mengakui. Mars mengangkat bahu. "Aku tak bisa menyalahkanmu. Tak ada yang menyambut perang dengan senang hati tidak, kalau mereka pintar.Tapi perang pasti terjadi, cepat atau lambat. Perang memang sudah niscaya."
"Tolol sekali," kata Frank, "perang tidak niscaya. Perang menewaskan orang. Perang "
" merenggut nyawa ibumu," pungkas Mars. Frank ingin menghajar wajahnya yang kalem, tapi mungkin aura Mars-lah yang membuatnya menjadi agresif. Frank
memandangi neneknya yang sedang tidur dengan damai. Frank berharap semoga neneknya terbangun. Kalau ada yang bisa menghadapi Dewa Perang, neneklah orangnya.
"Nenekmu sudah siap mati," kata Mars, "sudah bermingguminggu dia siap, tapi, dia bertahan demi kau."
"Demi aku"" Frank terperanjat sekali sehingga hampir saja melupakan amarahnya. "Kenapa" Bagaimana Nenek tahu aku akan kembali" Aku saja tidak tahu!"
"Laistrygonian di luar sana tahu," kata Mars, "kuduga ada Dewi yang memberi tahu mereka."
Frank berkedip. "Juno"" Sang Dewa Perang tertawa amat nyaring sampai-sampai jendela bergetar, tapi nenek bahkan tidak bergerak barang sedikit pun. "Juno" Demi misai celeng, Nak. Bukan Juno! Kau senjata rahasia Juno. Dia tak mungkin mengorbankanmu. Bukan, maksudku Gaea. Jelas bahwa dia sudah memperhatikanmu baikbaik. Menurutku kaulah yang paling membuat Gaea cemas, lebih daripada Percy atau Jason, atau yang lain di antara ketujuh orang itu.
Frank merasa seakan-akan kamar tersebut menjadi oleng. Dia berharap ada kursi lain yang bisa diduduki. "Ketujuh orang maksud Ayah ramalan kuno itu, yang menyebut-nyebut Pintu Ajal" Aku salah satu dari ketujuh blasteran itu" Begitu juga dengan Jason, dan "
"Ya, ya." Mars melambaikan tangan tak sabaran. "Ayolah, Nak. Katanya kau jago menyusun taktik. Pikirkan dengan saksama! Jelas bahwa teman-temanmu juga dipersiapkan untuk misi itu, jika kalian berhasil pulang dari Alaska dalam keadaan hidup-hidup, tentu saja. Juno ingin mempersatukan bangsa Yunani dan Romawi serta mengutus mereka guna melawan para Raksasa. Dia yakin itulah satu-satunya cara untuk menghentikan Gaea."
Mars mengangkat balhu, kentara sekali merasa skeptis terhadap rencana tersebut. "Intinya, Gaea tidak mau kau menjadi bagian dari tujuh orang itu. Percy Jackson ... Gaea yakin dia bisa mengontrol bocah itu. Yang lain juga memiliki kelemahan yang bisa dieksploitasi oleh Gaea. Tapi kau kau me
mbuatnya khawatir. Dia ingin membunuhmu secepatnya. Itulah sebabnya dia memanggil para Raksasa Laistrygonian. Mereka sudah di sini berhari-hari, menunggu."
Frank menggeleng-gelengkan kepala. Apakah Mars bercanda" Tidak mungkin ada Dewi yang khawatir akan potensi Frank, terutama ketika ada seseorang seperti Percy Jackson yang lebih pantas diwaspadai.
"Tidak ada kelemahan"" tanya Frank. "Aku ini sangat lemah. Nyawaku bergantung pada sepotong kayu!"
Mars menyeringai. "Kau menyepelekan dirimu sendiri. Singkat kata, Gaea meyakinkan para Laistrygonian jika mereka memakan anggota keluargamu yang terakhir yaitu kau mereka akan mewarisi anugerah keluargamu. Entah itu benar atau tidak, aku tidak tahu. Tapi Laistrygonian sudah lapar. Mereka ingin sekali mencob a."
Perut Frank menjadi mulas. Abu telah membunuh enam Ogre, tapi berdasarkan jumlah api unggun di sekeliling properti versebut, masih ada lusinan makhluk lainnya semua tidak sabar ingin memasak Frank untuk sarapan.
"Aku mau muntah," kata Frank. "Tidak, kau tidak mau muntah." Mars menjentikkan jari, dan
rasa mual Frank kontan menghilang. "Demam panggung sebelum
perang. Menimpa semua orang."
"Tapi nenekku " "Iya, dia sudah menunggumu. Dia ingin bicara kepadamu. sampai saat ini, para Ogre tidak mengganggunya sama sekali.
Nenekmulah umpannya, paham" Sekarang setelah kau di sini, kuduga mereka sudah membaui kehadiranmu. Mereka akan menyerang besok pagi."
"Kalau begitu, keluarkan kami dari sini!" Tuntut Frank. "Jentikkan jari Ayah dan ledakkan kanibal-kanibal itu."
"Ha! Menyenangkan sekali andaikan bisa begitu. Tapi aku tidak ikut campur dalam pertarungan anak-anakku. Moirae sudah menetapkan, tugas mana yang diperuntukkan bagi Dewa. dan mana yang harus dikerjakan oleh manusia fana. Ini misimu. Nak. Oh, iya, kalau-kalau kau belum tahu, tombakmu baru bisa digunakan dua puluh empat jam lagi. Jadi, moga-moga kau sudah belajar menggunakan anugerah keluargamu. Kalau tidak, kau bakal menjadi hidangan sarapan untuk kanibal-kanibal itu."
Mars bertepuk tangan tanpa bunyi. "Tidak jelek, Nak. Pernah
dengar tentang Pertempuran Carrhae" Bencana besar bagi bangsa Romawi. Mereka bertarung melawan orang-orang Parthia di perbatasan kekaisaran. Seribu lima ratus orang Romawi meninggal. Sepuluh ribu lainnya dijadikan tawanan."
"Dan salah satu tawanan tersebut adalah leluhurku, Seneca
Gracchus"" "Tepat sekali." Mars mengiakan. "Orang-orang Parthia menangkap legiunari untuk dipekerjakan, sebab mereka adalah petarung yang cukup lihai. Hanya saja, Parthia kemudian diinvasi dari arah lain "
"Oleh orang-orang China." terka Frank. "Dan tawanan Romawi dijadikan tawanan lagi."
"Betul. Memalukan, ya. Pokoknya, begitulah ceritanya sampai legiun Romawi sampai ke China. Orang-orang Romawi akhirnya menetap dan membangun kampung halaman baru bernama "
"Li-Jien," kata Frank, "ibuku bilang itulah kampung halaman leluhur kami. Li-Jien. Legiun."
Mars meneruskan, "Sekarang baru kau paham. Dan si tua Seneca Gracchus, dia memiliki anugerah keluarga kalian."
"Ibuku bilang dia bertarung melawan naga." Frank mengingatingat. "Ibuku bilang dia dia adalah naga terkuat di antara mereka semua."
"Dia lihai." Mars mengakui. "Memang kurang lihai sehingga tidak bisa menghindari nasib buruk yang menimpa legiunnya, tapi lumayan lihai. Dia menetap di China, mewariskan anugerah keluarga kepada anak-anaknya, dan seterusnya. Akhirnya keluarga
"Dan salah satu tawanan tersebut adalah leluhurku, Seneca Gracchus"" "Tepat sekali." Mars mengiakan. "Orang-orang Parthia menangkap legiunari untuk dipekerjakan, sebab mereka adalah petarung yang cukup lihai. Hanya saja, Parthia kemudian diinvasi dari arah lain "
"Oleh orang-orang China." terka Frank. "Dan tawanan Romawi dijadikan tawanan lagi."
"Betul. Memalukan, ya. Pokoknya, begitulah ceritanya sampai legiun Romawi sampai ke China. Orang-orang Romawi akhirnya menetap dan membangun kampung halaman baru bernama "
"Li-Jien," kata Frank, "ibuku bilang itulah kampung halaman leluhur kami. Li-Jien. Legiun."
Mars meneruskan, "Sekarang baru kau paham. Dan
si tua Seneca Gracchus, dia memiliki anugerah keluarga kalian."
"Ibuku bilang dia bertarung melawan naga." Frank mengingatingat. "Ibuku bilang dia dia adalah naga terkuat di antara mereka semua."
"Dia lihai." Mars mengakui. "Memang kurang lihai sehingga tidak bisa menghindari nasib buruk yang menimpa legiunnya, tapi lumayan lihai. Dia menetap di China, mewariskan anugerah keluarga kepada anak-anaknya, dan seterusnya. Akhirnya keluarga
kalian beremigrasi ke Amerika Utara dan sampai ke Perkemahan Jupiter sehingga "
"Menggenapkan pengembaraan," kata Frank, "Juno bilang aku akan menggenapkan pengembaraan keluarga kami."
"Kita lihat saja nanti." Mars mengangguk ke arah nenek Frank. "Dia ingin memberitahukan semuaya sendiri, tapi kurasa sebaiknya kuceritakan saja sebagian, soalnya perempuan tua ini sudah tidak kuat lagi. Jadi, kau paham apa anugerahmu""
Frank ragu-ragu. Dia punya tebakan, tapi dugaan tersebut kelewat janggal bahkan lebih janggal daripada kepindahan keluarga dari Yunani ke Romawi ke China ke Kanada. Dia tidak mau mengucapkannya keras-keras. Kalau dugaannya keliru, bisabisa Mars menertawainya. "Kurasa kurasa begitu.Tapi melawan sepasukan Ogre itu "
"Iya, pasti susah." Mars berdiri dan meregangkan badan. "Ketika nenekmu bangun besok pagi, dia akan menawarkan bantuan. Kemudian kuperkirakan dia akan mati."
"Apa"Tapi aku harus menyelamatkan nenek! Dia tidak boleh meninggalkanku begitu saja."
"Dia sudah menjalani kehidupan yang paripurna," kata Mars, "dia sudah siap melangkah maju. Jangan egois."
"Egois!" "Wanita tua itu bertahan selama ini semata-mata karena merasa masih punya kewajiban. Ibumu juga sama. Itulah sebabnya aku mencintai ibumu. Dia selalu mendahulukan kewajibannya. Baginya, tanggung jawab lebih penting daripada apa pun. Bahkan nyawanya."
"Bahkan aku." Mars melepas kacamata hitamnya. Alih-alih mata, di wajahnya
justru ada bola api miniatur yang mendidih seperti ledakan nulclir.
"Mengasihani diri sendiri tidak ada manfaatnya, Nak. Kau tak
pantas bersikap begitu. Sekalipun misalnya dia tidak mewarisimu anugerah keluarga, dia meninggalimu sifat-sifat yang paling penting keberanian, kesetiaan, kecerdasan. Sekarang kau harus memutuskan, hendak menggunakan sifat-sifat itu seperti apa. Besok pagi, dengarkan nenekmu. Turuti nasihatnya. Kau masih bisa membebaskan Thanatos dan menyelamatkan perkemahan."
"Dan meninggalkan nenekku di sini, membiarkannya mati begitu saja."
"Hidup ini bernilai karena ada akhirnya, Nak. Percayalah. Aku ini Dewa. Jadi, aku tahu. Kalian manusia fana tak tahu betapa beruntungnya kalian."
"Iya," gerutu Frank, "beruntung banget." Mars tertawa suaranya seperti denting logam memekakkan. "Ibumu dulu sering mengucapkan peribahasa China ini. Pahit dahulu "
"Pahit dahulu, manis kemudian," kata Frank, "aku benci peribahasa itu."
"Tapi peribahasa itu benar. Apa istilahnya dewasa ini bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian" Konsepnya sama. Kalau kau hanya melakukan hal-hal yang mudah, yang enteng, yang adem ayem, ujung-ujungnya hanya kekecewaanlah yang kau dapat. Tapi kalau kau mengambil jalan yang berat nah, dengan cara itulah kau bisa mengecap imbalan yang manis. Tanggung jawab. Pengorbanan. Itulah hal-hal yang sungguh bermakna."
Frank muak sekali sampai-sampai tidak sanggup bicara. Masa ayahnya begini"
Memang, Frank paham bahwa ibunya pahlawan. Dia paham bahwa ibunya menyelamatkan banyak nyawa dan telah bersikap amat berani. Namun, ibunya meninggalkan Frank sebatang kara. Itu tidak adil. Tidak boleh begitu.
"Sebentar lagi aku pergi," janji Mars. "Tapi pertama-tama kau bilang kau lemah. Itu tidak benar. Kau ingin tahu apa sebabnya Juno menyelamatkanmu, Frank" Kenapa sebatang kayu itu belum terbakar habis" Sebabnya, kau punya peran untuk dimainkan. Menurutmu kau tidak secakap orang-orang Romawi lainnya. Kau kira Percy Jackson lebih cakap daripada kau."
"Memang Percy lebih cakap," gerutu Frank, "dia pernah bertarung melawan Ayah dan menang."
Mars mengangkat bahu. "Mungkin memang begitu. Tapi semua pahlawan punya kekurangan fatal. Percy Jac
kson" Dia terlalu setia pada teman-temannya. Dia tidak bisa mengorbankan mereka, apa pun taruhannya. Dia sudah diberi tahu tentang itu, bertahun-tahun lalu. Dan suatu hari nanti, tak lama lagi, dia akan dipaksa menghadapi pengorbanan yang tidak sanggup dia buat. Tanpa kau, Frank tanpa rasa tanggung jawabmu Percy pasti gagal. Akan terjadi pergeseran kekuatan dalam perang nanti, dan Gaea akan membinasakan dunia kita."
Frank menggeleng-gelengkan kepala. Dia tidak sanggup mendengar ini.
"Perang merupakan kewajiban," lanjut Mars, "kita hanya bisa memilih hendak menerimanya atau tidak, dan hendak memperjuangkan apa. Warisan Romawi sudah di ujung tanduk hukum, ketertiban, dan peradaban lima ribu tahun. Dewa-dewi, tradisi, dan kebudayaan yang membentuk dunia yang kalian tinggali: semuanya akan hancur berantakan, Frank, kecuali kalian memenangi perang ini. Menurutku hal itu layak diperjuangkan. Pikirkan saja."
"Aku bagaimana"" tanya Frank. Mars mengangkat alis. "Bagaimana apa"" "Kekurangan fatalku. Ayah bilang semua pahlawan punya kekurangan fatal."
Sang Dewa tersenyum masam. "Kau harus menjawabnya sendiri, Frank.Tapi kau akhirnya mengajukan pertanyaan yang tepat. Nah, sekarang tidurlah. Kau butuh istirahat."
Sang Dewa melambaikan tangan. Mata Frank terasa berat. Dia pun ambruk, dan segalanya menjadi gelap.[]
BAB TIGA PULUH LIMA FRANK CUKUP SEKALI TENGOK KE JENDELA, dan tahulah Frank bahwa
dia sedang dalam masalah.
Di tepi pekarangan, para Laistrygonian sedang menumpuk pelor-pelor perunggu. Kulit mereka merah kemilau. Rambut panjang berantakan, tato, dan cakar mereka tidak tampak lebih elok di bawah terpaan sinar matahari pagi.
Sebagian membawa pentungan atau tombak. Segelintir Ogre yang kebingungan membawa papan selancar, seperti tamu di pesta yang salah. Semuanya sedang riang gembira saling menepukkan tangan tinggi-tinggi, mengikatkan cukin plastik ke leher, mematahkan pisau dan garpu. Salah satu Ogre telah menyalakan alat panggang portabel dan sedang menari-nari sambil mengenakan celemek bertuliskan CIUM SANG KOKI.
Pemandangan tersebut bisa saja terkesan lucu. Masalahnya,
Frank tahu bahwa dialah hidangan utamanya.
"Aku sudah menyuruh teman-temanmu ke loteng," kata
nenek, "kau boleh bergabung dengan mereka sesudah pembicaraan
kita usai." "Loteng"" Frank menoleh. "Kata Nenek aku tidak boleh masuk ke sana."
"Sebab kita menyimpan senjata di dalam loteng, Bocah Dungu. Apa kau kira inilah pertama kalinya monster menyerang keluarga kita""
"Senjata," gerutu Frank, "benar. Aku tidak pernah memegang senjata sebelumnya."
Hidung nenek kembang-kempis. "Apa yang barusan itu sarkasme, Fai Zhang""
"Ya, Nenek." "Bagus. Rupanya masih ada harapan buatmu. Nah, duduklah. Kau harus makan."
Nenek melambaikan tangan ke meja di samping tempat tidur. Di sana, sudah tersaji segelas jus jeruk dan sepiring telur rebus serta roti panggang lapis daging sarapan kesukaan Frank.
Walaupun dia sedang dirundung masalah, Frank tibatiba merasa lapar. Dia memandang nenek dengan takjub. "Apa Nenek "
"MeMbuatkanmu sarapan" Demi monyet sang Buddha, tentu saja tidak! Dan bukan pembantu rumah tangga yang membuatnya. Terlalu berbahaya bagi mereka untuk datang ke sini. Bukan, pacarmu Hazel yang membuatkan itu untukmu. Dan membawakanmu selimut serta bantal semalam. Juga menyiapkan pakaian bersih untukmu di kamarmu. Omong-omong, kau harus mandi. Baumu seperti bulu kuda hangus."
Frank membuka-tutup mulutnya seperti ikan. Tidak ada suara yang keluar. Hazel melakukan itu semua untuknya" Padahal Frank yakin dia telah merusak reputasinya di mata Hazel semalam waktu dia memanggil Abu.
"Dia ..., eh ..., dia bukan "
"Bukan pacarmu"" tebak nenek. "Ya, seharusnya begitu, Otak Udang! Jangan biarkan dia kabur. Kalau-kalau kau belum sadar, kau memerlukan perempuan yang kuat dalam hidupmu. Nah, sekarang mari kita beralih ke perkara yang penting."
Frank makan selagi nenek memberinya semacam pengarahan tentang taktik dan strategi. Di tengah cahaya pagi, kulit nenek teramat translusen sampai-sampai pembuluh darahnya seolah berpendar. Suar
a napasnya kedengaran seperti bunyi kantong kertas kusut yang kembang-kempis, tapi nenek berbicara dengan tegas dan jelas.
Nenek menjelaskan bahwa para Ogre sudah mengepung rumah selama berhari-hari, menunggu kedatangan Frank.
"Mereka ingin memasak dan memakanmu," kata nenek jijik, "konyol sekali. Rasamu pasti tidak enak."
"Terima kasih, Nenek." Nenek mengangguk. "Kuakui, aku merasa senang ketika mereka mengatakan kau akan kembali. Aku bersyukur bisa melihatmu untuk terakhir kalinya, sekalipun pakaianmu kotor dan rambutmu perlu dipotong. Begitukah caramu mewakili keluarga kita""
"Aku agak sibuk, Nek." "Bukan alasan untuk bersikap lalai. Yang jelas, temantemanmu sudah tidur dan makan. Mereka sedang memilah-milah senjata di loteng. Kuberi tahu mereka kau akan segera ke sana, tapi para Ogre terlalu banyak. Tidak mungkin menghalau mereka lama-lama. Kita harus membicarakan rencana pelarian diri kalian. Lihat di laci mejaku."
Frank membuka laci dan mengeluarkan sepucuk amplop yang tersegel.
"Kau tahu lapangan udara di ujung taman hutan raya"" tanya nenek. "Bisakah kau menemukannya lagi""
Frank mengangguk tanpa suara. Jaraknya kira-kira lima kilometer di utara, lewat jalan raya, menembus tebing. Nenek kadang-kadang mengajak Frank ke sana ketika dia mencarter p.esawat untuk membawa kiriman khusus dari China.
'Ada pilot yang sudah siap berangkat kapan saj a," kata nenek, -dia teman lama keluarga kita. Aku menyimpan surat untuknya dalam amplop itu, memintanya agar membawamu ke utara."
" Tap i " "Jangan membantah, Nak," gerutu nenek, "Mars menyambangiku beberapa hari terakhir ini, menemaniku. Dia memberitahuku tentang misimu. Temukan Maut di Alaska dan bebaskan dia. Lakukan kewajibanmu."
"Tapi kalau aku berhasil, Nenek pasti meninggal. Aku takkan pernah bertemu Nenek lagi."
"Itu benar." Nenek mengiakan. "Tapi aku toh pasti mati pada akhirnya. Aku sudah tua. Kukira aku sudah menegaskannya. Nah, apa Praetor memberi kalian surat pengantar""
"Iya sih, tapi " "Tagus. Tunjukkan itu juga kepada pilot. Dia veteran legiun. Kalau-kalau dia menjadi bimbang, atau enggan, surat pengantar tersebut akan mengikatnya. Demi kehormatannya, dia wajib membantu kalian sebisa mungkin. Yang perlu kalian lakukan hanyalah mendatangi lapangan udara."
Rumah menggemuruh. Di luar, bola api meledak di udara, menerangi seisi kamar.
"Para Ogre semakin gelisah," kata nenek, "kita harus bergegas. Nah, mengenai kekuatanmu, kuharap kau sudah tahu."
"Hmm ...." Nenek menggumamkan sumpah serapah secepat berondongan peluru dalam bahasa Mandarin. "Demi arwah leluhurmu, Nak! Apa kau belum mempelajari apa pun""
"Sudah!" Dengan terbata-bata, Frank melontarkan hal-hal yang disebut-sebut dalam diskusinya semalam dengan Mars, tapi dia merasa kelu di hadapan nenek. "Anugerah Periclymenus kalau tidak salah, kalau tidak salah dia putra Poseidon, maksudku Neptunus, maksudku ...." Frank merentangkan tangan. "Dewa Laut."
Nenek mengangguk, meskipun wajahnya masih memberengut. "Dia cucu Poseidon, tapi tidak terlalu meleset. Bagaimana ceritanya sampai kecerdasanmu yang brilian mafhum akan fakta ini""
"Seorang Juru Terawang di Portland ... dia menyinggungnyinggung tentang kakek buyutku, Shen Lun. Juru Terawang itu bilang, dia disalahkan atas gempa bumi tahun 1906 yang meluluhlantakkan San Francisco dan lokasi lama Perkemahan Jupiter."
"Teruskan." "Di perkemahan, katanya ada keturunan Neptunus yang menyebabkan bencana. Neptunus adalah Dewa Gempa Bumi. Tapi tapi kurasa bukan kakek buyutku biang keladinya. Anugerah kita bukan berupa kemampuan untuk menyebabkan gempa bumi."
"Memang bukan." Nenek menegaskan. "Tapi, ya, dia disalahkan. Sebagai keturunan Neptunus, dia tidak populer. Dia tidak populer karena anugerahnya yang sesungguhnya jauh lebih ganjil daripada kemampuan menimbulkan gempa. Selain itu, dia tidak populer karena dia orang China. Sebelumnya, tak. pernah ada pemuda China yang mengklaim berdarah Romawi. Kenyataan yang pahit tapi tidak bisa disangkal. Dia dituduh tanpa dasar, diusir keluar sambil menanggung aib."
"Jadi kalau dia tidak berbua
t salah, kenapa Nenek menyuruhku minta maaf atas namanya""
Pipi nenek memerah. "Karena mending minta maaf atas perbuatan yang tidak kita lakukan daripada mad! Aku tidak tahu pasti apakah perkemahan akan menyalahkanmu atau tidak. Aku tidak tahu apakah sampai sekarang bangsa Romawi masih berpraduga atau tidak."
Frank menelan sarapannya. Dia kadang-kadang diejek di sekolah dan di jalanan, tapi tidak sesering itu, sedangkan di Perkemahan Jupiter sama sekali tidak pernah. Tak seorang pun di perkemahan pernah mengejeknya sebagai keturunan Asia, barang satu kali pun. Tak ada yang ambil pusing soal itu. Mereka mengolok-olok Frank semata-mata karena dia kikuk dan lamban. Frank tak bisa membayangkan perasaan kakek buyutnya, dituduh menghancurkan seisi perkemahan, dikeluarkan dari legiun atas perbuatan yang tidak dia lakukan.
"Dan anugerah kita yang sesungguhnya"" tanya nenek. "Apa kau setidaknya sudah punya dugaan""
Dongeng-dongeng lama yang diceritakan ibunya berkelebat dalam kepala Frank. Bertarung bagaikan sekawanan lebah. Dia adalah naga terkuat di antara mereka semua. Frank ingat saat ibunya muncul di sebelahnya di halaman belakang, seolah-olah ibunya terbang dari loteng. Dia ingat saat ibunya keluar dari hutan, mengatakan bahwa dia memberi petunjuk arah bagi ibu beruang.
"Kau bisa menjadi apa saja," kata Frank, "ibuku selalu mengatakan itu padaku."
Nenek mendengus. "Akhirnya, cahaya redup menyala di dalam kepalamu itu. Betul, Fai Zhang. Ibumu bukan sekadar ingin mendongkrak kepercayaan dirimu. Ibumu menyampaikan yang sebenarnya, secara harfiah."
"Tapi ...." Ledakan lagi-lagi mengguncangkan rumah. Plester di langit-langit berjatuhan seperti salju. Karena sedang tercengang sendiri, Frank nyaris tidak memperhatikan. saja""
"Yang masih dalam nalar," kata nenek, "makhluk hidup. Lebih bagus jika kau mengenal baik makhluk tersebut. Lebih bagus juga jika kau sedang dalam situasi hidup-mati, misalnya dalam pertempuran. Kenapa kau terheran-heran begitu, Fai" Kau sendiri sering mengatakan betapa kau tidak nyaman dalam tubuhmu sendiri. Kita semua merasa seperti itu semua yang berdarah Pylos. Anugerah ini hanya pernah diberikan satu kali kepada keluarga manusia fana. Kita ini unik di antara para Demigod. Poseidon pasti sedang sangat bermurah hati ketika dia mengaruniai leluhur kita atau sedang kesal. Anugerah tersebut acap kali menjadi kutukan. Anugerah tersebut tidak menyelamatkan ibumu ...."
Di luar, para Ogre mengumandangkan sorak-sorai. Seseorang berteriak, "Zhang! Zhang!"
"Kau harus pergi, Bocah Bodoh," kata nenek, "kita kehabisan waktu."
"Tapi aku tidak tahu caranya menggunakan kekuatanku. Aku tidak pernah aku tidak bisa "
"Pasti bisa," ujar nenek, "kalau tidak, kau takkan selamat, dan tidak bisa memenuhi takdirmu. Aku tidak senang mendengar Ramalan Tujuh yang diceritakan Mars kepadaku. Tujuh adalah angka sial dalam kebudayaan China angka hantu. Tapi kita tidak bisa berbuat apa-apa untuk mengubahnya. Nah, sana pergi! Besok malam Festival Fortuna. Kau tidak boleh membuang-buang waktu. Jangan khawatirkan aku. Aku akan mati saat sudah waktunya, dengan caraku sendiri. Aku tidak berkeinginan dilahap oleh OgreOgre konyol itu. Sana!"
Frank membalikkan badan di pintu. Kendati hatinya serasa diremas-remas, Frank membungkuk khidmat. "Terima kasih, Nenek," katanya, "akan kubuat Nenek bangga."
Nenek menggumamkan sesuatu. Frank hampir mengira bahwa Nenek mengatakan, Kau sudah membuatku bangga.
Frank menatap nenek, tercengang, Namun, ekspresi neneknya itu segera saja berubah menjadi masam. "Berhenti melongo, Nak! Sana, mandi dan ganti pakaian! Sisir rambutmu! Ini terakhir kalinya aku melihatmu, dan kau menunjukiku rambut yang berantakan""
Frank menelusurkan tangan ke rambutnya dan membungkuk lagi.
Terakhir kali melihat neneknya, Frank menyaksikan nenek melotot ke luar jendela, seolah sedang memikirkan omelan habishabisan yang bakal disemprotkannya kepada para Ogre ketika mereka menyerbu rumahnya. []
BAB TIGA PULUH ENAM FRANK FRANK MANDI SECEPAT-CEPATNYA, MEMAKAI BAJU yang disiapkan Hazel kemeja hijau zaitun
dan celana kargo kuning pucat, yang benar saja! dan menyambar busur serta wadah panah cadangannya, kemudian melaju ke tangga loteng.
Loteng dipenuhi senjata. Keluarganya telah mengumpulkan artileri kuno yang memadai untuk mempersenjatai satu pasukan. Tameng, tombak, dan wadah panah digantung di sepanjang satu dinding hampir sebanyak di gudang senjata Perkemahan Jupiter. Di jendela belakang, busur kalajengking sudah ditopangkan dan dipasangi panah, siap beraksi. Di jendela depan, terdapat benda mirip senapan mesin bermoncong banyak.
"Peluncur roket"" Frank membatin keras-keras. "Bukan, bukan," kata sebuah suara dari pojok, "kentang. Ella tidak suka kentang."
Si harpy telah bersarang di antara dua peti kuno. Dia duduk di gulungan kertas China, membaca tujuh atau delapan gulungan sekaligus.
"Ella," kata Frank, "yang lain mana""
"Atap." Si harpy melirik ke atas, kemudian kembali membaca, silih berganti mencabuti bulunya dan membalikkan lembaran. Atap. Nonton Ogre. Ella tidak suka Ogre. Kentang."
"Kentang"" Frank tidak mengerti sampai dia memutar senapan mesin ke samping. Kedelapan moncongnya diisi umbi kentang. Di kaki senjata, sebuah keranjang memuat amunisi yang dapat dimakan.
Frank menengok ke jendela jendela tempat ibunya melihatnya ketika Frank bertemu beruang. Di halaman, para Ogre mondar-mandir, saling sikut, kadang-kadang berteriak ke rumah, dan melemparkan peluru meriam perunggu yang meledak di udara.
"Mereka punya peluru meriam," kata Frank, "sedangkan kita punya senapan kentang."
"Pati," kata Ella serius, "Pati jelek buat Ogre." Rumah lagi-lagi diguncang ledakan. Frank harus ke atap dan melihat apa yang sedang dilakukan Percy dan Hazel, tapi tidak enak hati rasanya, meninggalkan Ella sendirian.
Frank berlutut di samping si harpy, berhati-hati agar tidak terlalu dekat. "Ella, di sini tidak aman karena ada Ogre. Kami akan segera terbang ke Alaska. Maukah kau ikut dengan kami""
Ella berkedut-kedut gelisah. "Alaska. 1.717.854 kilometer persegi. Mamalia negara bagian: rusa kutub."
Mendadak Ella beralih ke bahasa Latin yang untung saja bisa Frank pahami sedikit-sedikit, berkat pelajaran di Perkemahan Jupiter: "Di selatan, di Negeri Nirdewa, mahkota legiun bersemayam. Terjatuh dari es, putra Neptunus akan tenggelam " Dia berhenti dan menggaruk-garuk rambutnya yang berantakan. "Hmm. Terbakar. Sisanya terbakar."
Frank nyaris tak kuasa bernapas. "Ella, apa apa yang barusan itu ramalan" Di mana kau membacanya""
"Rusa kutub," kata Ella, menikmati kata itu, "Rusa kutub. Rusa kutub. Rusa kutub."
Rumah berguncang lagi. Debu berjatuhan dari kasau. Di luar, seorang Ogre meraung, "Frank Zhang! Tunjukkan dirimu!"
"Tidak," kata Ella, "jangan, Frank. Tidak." "Diam ... diam di sini saja, ya"" kata Frank, "aku harus membantu Hazel dan Percy."
Frank menarik tangga atap ke bawah.
"Pagi," ujar Percy muram, "hari yang indah, ya""
Dia mengenakan pakaian yang sama seperti sehari sebelumnya celana jin, kaus ungu, dan jaket parasut berpenyekat semuanya kentara sekali baru saja dicuci. Percy memegang pedang di satu tangan dan selang di tangan satunya lagi. Kenapa ada selang di atas atap, Frank tidak tahu pasti, tapi tiap kali para Raksasa meluncurkan peluru meriam, Percy memunculkan semburan air bertekanan tinggi dan meledakkan bola perunggu di tengah udara. Lalu Frank ingat keluarganya keturunan Poseidon juga. nenek bilang rumah mereka sudah pernah diserang sebelumnya. Mungkin mereka menyimpan selang di atas sana karena alasan itu.
Hazel berpatroli di titian yang terentang di antara dua bubungan atap segitiga. Dia kelihatan rupawan sekali sampaisampai dada Frank menjadi nyeri. Hazel memakai celana jin, jaket krem, dan kemeja putih yang membuat kulitnya tampak sehangat minuman cokelat. Rambut keritingnya terurai ke bahu. Ketika Hazel mendekat, Frank bisa mencium sampo melati.
Hazel mencengkeram pedangnya. Ketika dia melirik Frank, mata Hazel berkilat-kilat khawatir. "Apa kau baik-baik saja"" Tanya Hazel. "Kenapa kau tersenyum""
"Oh, eh, tidak apa-apa." Frank berhasil berucap. "Terima kasih, sudah memb
uatkan sarapan. Dan menyiapkan baju. Dan
karena tidak membenciku." Hazel kelihatan bingung. "Kenapa juga aku membencimu"" Wajah Frank serasa terbakar. Dia berharap dirinya tutup mulut saja, tapi sekarang sudah terlambat. Jangan biarkan dia kabur, kata neneknya. Kau memerlukan perempuan yang kuat.
"Mmm ... yang semalam." Frank terbata-bata. "Waktu aku memanggil kerangka itu. Kukira kukira kau berpendapat aku ini menjijikkan atau apalah."
Hazel mengangkat alis. Dia menggelengkan kepala putus asa. -Frank, mungkin aku memang kaget. Mungkin aku takut pada makhluk itu.Tapi jijik" Sikapmu saat memerintahnya, teramat percaya diri dan sebagainya seperti hendak mengatakan, Oh iya, Teman-Teman, kebetulan aku punya spartus superkuat yang bisa kita gunakan. Aku terperangah. Aku tidak jijik, Frank. Aku terkesan."
Frank tak yakin dia tidak salah dengar. "Kau ... terkesan padaku""
Percy tertawa. "Yang semalam itu memang luar biasa, Bung." "Jujur"" tanya Frank. "Jujur." janji Hazel. "Tapi saat ini, ada masalah lain yang harus kita khawatirkan. Oke""
Hazel memberi isyarat ke sepasukan Ogre, yang makin lama makin nekat, beringsut kian dekat saja ke rumah.
Percy menyiagakan selang. "Aku masih punya satu trik lagi. Di pekaranganmu ada jejaring semprotan air. Aku bisa meledakkannya dan menyebabkan kericuhan di bawah sana, tapi tekanan air di sini bakal terpengaruh. Kalau tidak ada tekanan, selang ini tidak bisa dimanfaatkan lagi, dan pelor-pelor meriam itu bakal langsung membolDol rumah."
Pujian Hazel masih berdengung di telinga Frank, alhasil membuatnya kesulitan berpikir. Lusinan Ogre berkemah di pekarangannya, tak sabar ingin mencabik-cabiknya, tapi, Frank malah susah mengendalikan hasrat untuk cengar-cengir.
Hazel tidak membencinya. Hazel terkesan. Frank memaksa diri untuk berkonsentrasi. Frank teringat perkataan neneknya tentang hakikat anugerahnya, dan bagaimana Frank harus meninggalkan nenek di sini, membiarkannya meninggal.
Kau punya peran untuk dimainkan, kata Mars. Frank tak percaya bahwa dirinya adalah senjata rahasia Juno, atau bahwa Ramalan Tujuh bergantung padanya. Namun, Hazel dan Percy mengandalkannya. Dia harus melakukan yang terbaik.
Dia memikirkan ramalan ganjil yang tinggal sebagian itu, yang tadi disebutkan Ella di loteng, tentang putra Neptunus yang tenggelam.
Kau tidak paham betapa berharganya dia, kata Phineas kepada mereka di Portland. Sang pria tua beranggapan bahwa mengendalikan Ella bakal menjadikannya raja.
Semua kepingan informasi tersebut berputar-putar dalam benak Frank. Frank punya firasat, ketika semua akhirnya menyatu, akan terbentuk gambaran yang tidak dia sukai.
"Teman-Teman, aku punya rencana pelarian." Dia memberi tahu teman-temannya tentang pesawat terbang yang sudah menunggu di lapangan udara, dan surat neneknya untuk sang pilot. "Dia veteran legiun. Dia akan membantu kita."
"Tapi Anion belum kembali," kata Hazel, "dan bagaimana dengan nenekmu" Kita tidak bisa meninggalkannya begitu saja."
Frank menahan sedu sedan. "Mungkin mungkin Anion akan menemukan kita. Soal nenekku perintahnya cukup jelas. Nenekku bilang dia pasti baik-baik saja."
Bukan begitu yang sebenarnya, tapi hanya itulah yang sanggup Frank utarakan.
"Ada masalah lain," ujar Percy, "perjalanan udara tidak bagus buatku. Bahaya, untuk putra Neptunus."
"Kau harus mengambil risiko itu dan aku juga," kata Frank, "omong-omong, kita masih berkerabat." Percy hampir terjungkal dari atap. "Apa""
Frank menyampaikan versi lima detiknya: "Periclymenus. Leluhur dari pihak ibuku. Argonaut. Cucu Poseidon."
Mulut Hazel menganga. "Kau kau keturunan Neptunus" Frank, alangkah "
"Mencengangkan" Iya. Dan keluargaku konon punya suatu kemampuan. Tapi aku tidak tahu bagaimana cara menggunakannya. Kalau aku masih belum tahu juga "
Para Laistrygonian lagi-lagi mengumandangkan sorak sorai. Frank menyadari bahwa mereka sedang memperhatikannya, menunjuk dan melambai serta tertawa-tawa. Para Ogre telah melihat hidangan sarapan mereka.
"Zhang!" teriak mereka. "Zhang!" Hazel melangkah mendekati Frank. "Mereka terus saja melak
ukan itu. Kenapa mereka meneriakkan namamu""
"Jangan dipikirkan," kata Frank, "dengar, kita harus melindungi Ella, mengajaknya bersama kita."
"Tentu saja," kata Hazel, "makhluk malang itu butuh pertolongan kita."
"Tidak," kata Frank, "maksudku, ya, tapi bukan cuma itu. Di bawah tadi, dia merapalkan sebuah ramalan. Kurasa kurasa ramalan itu tentang misi ini."
Frank tidak mau memberitahukan kabar buruk itu kepada Percy, mengenai putra Neptunus yang tenggelam, tapi dia mengulangi larik-larik tersebut.
Rahang Percy menjadi tegang. "Aku tidak tahu bagaimana putra Neptunus sampai bisa tenggelam. Aku bisa bernapas di bawah air. Tapi mahkota legiun "
"Itu pasti elang kita," kata Hazel. Percy mengangguk. "Dan Ella pernah merapalkan sesuatu seperti ini sebelumnya, di Portland larik dari Ramalan Besar yang lama."
"Ramalan apa"" tanya Frank. "Nanti kuceritakan." Percy memutar selang dan lagi-lagi menembaki satu peluru meriam yang melayang ke langit.
Peluru tersebut meledak, menghasilkan bola api jingga. Para Ogre bertepuk tangan penuh apresiasi dan berteriak, "Indah! Indah!"
"Masalahnya," kata Frank, "Ella ingat semua yang dia baca. Dia menyinggung-nyinggung tentang halaman yang terbakar, seakan yang dibacanya adalah teks berisi ramalan yang sudah rusak sebagian."
Mata Hazel membelalak. "Buku ramalan yang terbakar" Apa mungkin tapi itu mustahil!"


The Heroes Of Olympus 2 Son Of Neptune di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kitab-kitab yang diinginkan Octavian, di perkemahan"" Tebak Percy.
Hazel bersiul. "Kitab-kitab Sibylline yang hilang, yang menjabarkan takdir Romawi secara keseluruhan. Andaikan Ella benar-benar membaca salah satu kopinya, entah bagaimana, dan menghafal isinya "
"Maka dia adalah harpy paling berharga di dunia," kata Frank, "pantas saja Phineas ingin menangkapnya."
"Frank Zhang!" Seorang Ogre berteriak dari bawah. Dia lebih besar daripada yang lain, mengenakan jubah kulit singa seperti pembawa panji-panji Romawi dan cukin plastik bergambar lobster.
Ayo turun, Putra Mars! Kami sudah menantimu. Ayo, jadilah tamu terhormat kami!"
Hazel mencengkeram lengan Frank. "Kenapa aku punya firasat bahwa `tamu terhormat' sama artinya dengan `makan malam'""
Frank berharap Mars masih di sana. Dia bisa memanfaatkan jentikan jari Mars yang menghilangkan rasa gugupnya sebelum pertempuran.
Hazel percaya padaku, pikir Frank. Aku bisa melakukan ini. Frank memandang Percy. "Bisakah kau menyetir"" "Tentu saja. Kenapa"" "Mobil nenek ada di garasi. Cadillac lama. Kendaraan itu seperti tank. Kalau kau bisa menstarternya "
"Kita masih harus menerabas pagar betis Ogre," kata Hazel. "Jejaring semprotan," kata Percy, "gunakan untuk mengalihkan perhatian""
"Betul sekali," ujar Frank, "akan kuulur-ulur waktu sebisa mungkin. Susul Ella, dan masuklah ke mobil. Akan kucoba temui kalian di garasi, tapi jangan tunggu aku."
Percy mengerutkan kening. "Frank " "Beri kami jawabanmu, Frank Zhang!" Si Ogre berteriak. "Kalau kau turun, akan kami ampuni yang lain teman-temanmu, nenekmu yang malang. Kami hanya menginginkanmu!"
"Mereka bohong," gerutu Percy. "Iya, aku tahu." Frank sepakat. "Sana!" Teman-temannya lari ke tangga. Frank berusaha mengontrol debar jantungnya. Dia menyeringai dan berteriak, "Hei, yang di bawah sana! Siapa yang lapar"" Para Ogre bersorak sementara Frank mondar-mandir di titian dan melambai-lambai bagaikan bintang rock.
Frank berusaha mendatangkan kekuatan keluarganya. Dia membayangkan dirinya sebagai naga bernapas api. Dia menegangkan otot-otot serta mengepalkan tinju dan memikirkan naga sekuat tenaga, sampai-sampai butiran keringat bermunculan di dahinya. Dia ingin menerjang miisuh dan membinasakan mereka. Keren sekali, kalau bisa begitu. Namun, tak ada yang terjadi. Dia tidak punya gambaran, bagaimana cara mengubah wujudnya. Dia bahkan tak pernah melihat naga asli. Sekejap merasa panik, Frank bertanya-tanya apakah nenek mengelabuinya dengan lelucon kejam. Mungkin Frank salah memahami anugerah tersebut. Mungkin Frank-lah satu-satunya anggota keluarganya yang tak mewarisi kemampuan itu. Alangkah sialnya, jika memang demikian.
Para Ogre mulai resah. Sorak sorai beru
bah menjadi cemoohan. Segelintir Laistrygonian ambil ancang-ancang untuk melempar peluru meriam.
"Tunggu dulu!" teriak Frank. "Kalian tidak mau menggosongkan aku, kan" Rasaku tidak enak kalau hangus."
"Turun!" teriak mereka. "Lapar!" Waktunya untuk Rencana B. Coba kalau Frank memang punya Rencana B.
"Apa kalian janji takkan mengusik teman-temanku"" Tanya Frank. "Apa kalian bersedia bersumpah demi Sungai Styx""
Para Ogre tertawa. Salah satu melemparkan peluru meriam yang terayun melampaui kepala Frank dan menghancurkan cerobong asap hingga pecah berkeping-keping. Ajaibnya, Frank tidak terkena pecahan cerobong asap.
"Berarti tidak," gumam Frank. Kemudian dia berteriak ke bawah: "Oke, baiklah! Kalian menang! Aku segera turun. Tunggu di sana!" Para Ogre bersorak, tapi pemimpin mereka yang berjubah kulit singa memberengut dengan ekspresi curiga. Frank tidak punya banyak waktu. Dituruninya tangga ke loteng. Ella sudah lenyap. Frank berharap itu adalah pertanda bagus. Mungkin teman-
temannya sudah membawa si harpy ke Cadillac. Frank menyambar wadah panah ekstra yang memuat label tulisan tangan rapi ibunya, berbunyi MACAM-MACAM. Lalu dia lari ke senapan mesin.
Frank memutar moncong senapan, membidik Ogre pemimpin, dan menekan pelatuk. Delapan umbi kentang bertenaga dahsyat menghantam Raksasa itu di bagian dada, mendorongnya ke belakang dengan teramat kuat sampai-sampai dia menabrak tumpukan peluru meriam perunggu, yang serta-merta meledak, menyisakan kawah berasap di halaman.
Rupanya pati memang jelek buat Ogre. Sementara monster-monster yang tersisa lari kebingungan ke sana kemari, Frank menarik tali busurnya dan menghujani mereka dengan anak panah. Sebagian misil meledak saat menumbuk sasarannya. Yang lain menyerpih dan membekaskan tato baru menyakitkan di tubuh para Raksasa. Salah satu mengenai seorang Ogre dan seketika mengubahnya menjadi sekuntum mawar dalam pot.
Sayangnya, para Ogre dengan cepat pulih dari rasa kaget. Mereka mulai melemparkan peluru meriam berlusin-lusin sekali lempar. Seisi rumah berderit saat terkena tumbukan. Frank lari ke tangga. Loteng hancur lebur di belakangnya. Asap dan api menjilati koridor di lantai dua.
"Nenek!" seru Frank, tapi panasnya menyengat sekali sehingga Frank tidak bisa mencapai kamar neneknya. Frank melaju ke lantai dasar sambil berpegangan ke pagar tangga, sementara seisi rumah berguncang dan bongkah-bongkah besar ambruk dari langit-langit.
Ada kawah berasap di kaki tangga. Frank melompatinya dan melewati dapur dengan terburu-buru. Sambil tersedak karena menghirup abu dan jelaga, Frank merangsek masuk ke garasi. Lampu sorot Cadillac sudah menyala. Mesin telah dihidupkan dan pintu garasi tengah terbuka.
"Masuk!" teriak Percy. Frank meluncur ke belakang, ke sebelah Hazel. Ella meringkuk di depan, kepalanya ditekuk ke bawah sayapnya, sambil bergumam, "Ih ih ih."
Percy langsung tancap gas. Mereka melejit keluar dari garasi sebelum pintu terbuka seluruhnya, meninggalkan lubang berbentuk Cadillac di kayu yang menyerpih.
Para Ogre lari menghadang, tapi Percy berteriak sekencangkencangnya, dan sistem pengairan pun meledak. Ratusan gletser menyembur ke udara beserta gumpalan tanah, potongan pipa, dan kepala semprotan yang sangat berat.
Cadillac sedang melaju kira-kira enam puluh kilometer per jam ketika mereka menabrak Ogre pertama, yang kontan hancur terbuyarkan. Pada saat monster-monster lainnya sudah mengatasi kekalutan mereka, Cadillac telah mengarungi jalan raya sejauh hampir satu kilometer. Pelor-pelor meriam yang membara meledak di belakang mereka.
Frank menengok ke belakang dan melihat griya keluarganya terbakar, dinding rumah ambruk ke dalam dan asap membubung ke langit. Dia melihat noktah hitam besar mungkin seekor rajawali melesat naik, menjauhi kebakaran. Mungkin Frank hanya berkhayal, tapi dia kira telah melihat burung itu terbang keluar dari jendela lantai dua.
"Nenek"" gumamnya. Sepertinya memang mustahil, tapi nenek berjanji dia akan meninggal dengan caranya sendiri, bukan di tangan para Ogre. Frank berharap keinginan neneknya terkabul.
Mere ka bermobil menembus hutan dan menuju utara. "Kira-kira lima kilometer lagi!" ujar Frank, "tidak mungkin kelewatan!"
Di belakang mereka, ledakan membelah hutan. Asap bergulung-gulung ke langit.
"Laistrygonian bisa lari seberapa cepat"" tanya Hazel. "Jangan dicari tahu deh," kata Percy. Gerbang lapangan udara tampak di hadapan mereka tinggal beberapa ratus meter lagi. Sebuah jet pribadi sedang parkir di landas pacu. Tangganya sudah diturunkan.
Cadillac melewati lubang jalanan dan terguncang. Kepala Frank terantuk langit-langit. Ketika roda menyentuh tanah, Percy menginjak rem, dan mobil pun menikung hingga berhenti tepat di luar gerbang.
Frank keluar dan menarik busurnya. "Ayo, ke pesawat! Mereka datang!"
Para Laistrygonian menyusul dengan kecepatan mengkhawatirkan. Barisan pertama Ogre keluar dari hutan dan menerjang ke lapangan udara lima ratus meter lagi, tiga ratus meter lagi
Percy dan Hazel berhasil mengeluarkan Ella dari Cadillac, tapi begitu si harpy melihat pesawat, dia mulai menjerit.
"T-t-tidak!" pekik Ella. "Terbang pakai sayap! B-b-bukan pesawat."
"Tidak apa-apa." Hazel berjanji. "Kami akan melindungimu!" Ella mengeluarkan lolongan pedih memilukan, seakan-akan dia sedang dibakar.
Percy mengangkat tangan dengan jengkel. "Apa yang harus kita lakukan" Kita tak bisa memaksanya."
"Memang tidak." Frank sependapat. Para Ogre tinggal dua ratus lima puluh meter lagi.
"Kita tidak boleh meninggalkannya. Dia terlalu berharga," kata Hazel. Lalu dia berjengit saat menyadari kata-katanya sendiri. "Demi dewa-dewi, maafkan aku, Ella. Aku kedengaran seperti Phineas. Kau makhluk hidup, bukan harta karun."
"Jangan naik pesawat. J-j-jangan naik pesawat." Ella megapmegap.
Para Ogre sudah semakin dekat. Sebentar lagi, Frank dan kawan-kawan pasti sudah masuk jangkauan tembak makhlukmakhluk itu.
Mata Percy mendadak berkilat-kilat. "Aku punya ide. Ella, bisakah kau sembunyi di hutan" Akankah kau aman dari para Ogre"" "Sembunyi." Ella setuju. "Aman. Sembunyi bagus buat harpy. Ella gesit. Dan kecil. Dan lincah."
"Oke," kata Percy, "jangan jauh-jauh dari area ini. Aku bisa mengutus seorang teman untuk menemuimu dan mengajakmu ke Perkemahan Jupiter."
Frank melepaskan busur dari pundaknya dan memasang anak panah. "Seorang teman""
Percy melambaikan tangan, seakan hendak mengatakan nanti kuberi tahu. "Ella, apa kau mau" Apa kau ingin temanku mengantarmu ke Perkemahan Jupiter dan menunjukimu rumah kami""
Siluman Hitam 2 Pendekar Naga Putih 85 Setan Pantai Timur Buronan Singo Wulung 1
^