Pencarian

Son Of Neptune 8

The Heroes Of Olympus 2 Son Of Neptune Bagian 8


"Terima kasih," gerutu Frank sambil menyelipkan kayu bakar ke dalam mantelnya, "membantu sekali."
"Terima kasih kembali," kata Thanatos ramah. "Percy!" teriak Frank. "Sekarang mereka bisa mati!" Percy mengangguk tanda mengerti, tapi dia kelihatan sudah kehabisan energi. Angin topannya melambat. Sabetan pedangnya semakin pelan. Sepasukan hantu telah mengepungnya, lambat laun menyudutkan Percy ke tepi gletser.
Frank mengambil busur untuk membantu. Kemudian dijatuhkannya busur itu. Anak panah normal dari toko berburu di Seward takkan ada manfaatnya. Frank harus menggunakan anugerahnya.
Frank akhirnya merasa memahami kekuatannya. Sehabis menyaksikan kayu itu terbakar, mencium bau asap menusuk
sementara kehidupannya dihanguskan, Frank anehnya jadi merasa percaya diri.
Adilkah bahwa kehidupanmu akan menyala terang sekejap saja" Tanya Maut.
"Hidup memang tidak adil," kata Frank kepada dirinya sendiri, "kalau aku terbakar, makin terang makin bagus."
Dia melangkah mendekati Percy. Kemudian, dari seberang perkemahan, Hazel berteriak kesakitan. Arion menjerit terkena pukulan sang Raksasa. Tongkatnya membuat kuda dan penunggangnya terguling ke es, menggelincir hingga menabrak kubu pertahanan.
"Hazel!" Frank melirik Percy, berharap kalau saja tombaknya masih ada. Andaikan dia bisa memanggil Abu ..., tapi Frank tak mungkin berada di dua tempat dalam waktu bersamaan.
"Bantu Hazel saja!" teriak Percy sambil mengangkat elang emas tinggi-tinggi. "Aku sanggup menghadapi mereka!"
Percy tidak sanggup me nghadapi mereka. Frank tahu pasti. Putra Poseidon sudah hampir kewalahan, tapi Frank lari untuk menolong Hazel.
Hazel setengah terkubur dalam reruntuhan bata salju. Arion berdiri menjulang di dekat Hazel, berusaha melindunginya, mendompak dan menangkis sang Raksasa dengan kaki depannya.
Sang Raksasa tertawa. "Halo, Poni Kecil. Kau mau main"" Alcyoneus mengangkat tongkat esnya. Frank masih terlalu jauh sehingga tidak bisa membantu tapi Frank membayangkan dirinya bergegas maju, kakinya meninggalkan tanah.
Menjadi apa saja. Frank teringat elang botak yang mereka lihat dari kereta api. Tubuhnya menjadi kian kecil dan kian ringan. Lengannya mulur menjadi sayap, sedangkan penglihatannya bertambah tajam
seribu kali. Dia membubung ke atas, kemudian menukik ke arah sang Raksasa sambil siap menerkam, cekernya yang setajam silet menggaruk mata Raksasa itu.
Alcyoneus meraung kesakitan. Dia terhuyung-huyung ke belakang sementara Frank mendarat di depan Hazel dan kembali ke wujudnya yang biasa.
"Frank ...." Hazel menatapnya dengan kagum, salju menetesnetes dari kepalanya. "Apa yang baru bagaimana kau ""
"Bodoh!" teriak Alcyoneus. Ada luka robek di wajahnya. Alih-alih darah, minyak hitam menetes ke matanya. Namun, luka-lukanya sudah mulai tertutup. "Aku ini kekal di kampung halamanku, Frank Zhang! Berkat temanmu Hazel, kampung halamanku yang baru adalah Alaska. Kau tak bisa membunuhku di sini!"
"Kita lihat saja nanti," kata Frank. Kekuatan merambati lengan dan tungkainya. "Hazel, naiklah ke kudamu."
Sang Raksasa menyerang, dan Frank menerjang untuk menyongsong makhluk itu. Dia teringat beruang yang dihadapinya semasa kanak-kanak. Selagi dia berlari, tubuh Frank menjadi lebih berat, lebih gempal, lebih berotot. Dia menghantam Raksasa itu sebagai beruang grizzly dewasa, binatang perkasa seberat ratusan kilogram. Memang badannya kecil jika dibandingkan dengan Alcyoneus, tapi momentum benturannya sangat kuat sehingga Alcyoneus terjungkal ke menara pengawas es yang kemudian runtuh menimpanya.
Frank mengincar kepala sang Raksasa. Sabetan cakarnya sedahsyat lecutan gergaji mesin dari seorang petinju kelas berat. Frank menghajar wajah sang Raksasa bolak-balik sampai muka logamnya mulai penyok.
"Uuuh," gumam sang Raksasa teler.
Frank berubah ke wujud aslinya. Dia masih menyandang tas punggung. Diambilnya tambang yang dia beli di Seward. Frank cepat-cepat membuat jerat dan mengencangkannya ke kaki sang Raksasa yang bersisik.
"Hazel, nih!" Frank melemparkan ujung tambang kepada perempuan itu. "Aku punya ide, tapi kita harus "
"Ku uh bunuh uh kau ," rutuk Alcyoneus. Frank lari ke kepala Raksasa itu, mengambil benda paling berat yang bisa dia temukan sebuah tameng legiun dan menghantamkannya ke hidung sang Raksasa.
Sang Raksasa berkata, "Uuuh." Frank memandang Hazel lagi. "Seberapa jauh Arion bisa menarik makhluk ini""
Hazel malah melongo. "Kau kau tadi burung. Kemudian beruang. Lalu "
"Nanti kujelaskan," kata Frank, "kita harus menyeret makhluk ini ke tengah gletser, secepat dan sejauh yang kita bisa."
"Tapi Percy!" kata Hazel. Frank mengumpat. Kok bisa-bisanya dia lupa" Dari antara reruntuhan perkemahan, Frank melihat Percy memunggungi bibir tebing. Angin ributnya sudah lenyap. Dia memegang Riptide di satu tangan dan elang emas legiun di tangan satunya lagi. Sepasukan siluman beringsut maju, senjata mereka terhunus.
"Percy!" teriak Frank. Percy menoleh. Dia melihat Raksasa yang roboh dan sepertinya memahami apa yang terjadi. Dia meneriakkan sesuatu yang hilang ditelan angin, barangkali: Pergilah!
Kemudian dia menghantamkan Riptide ke es di kakinya. Seluruh gletser berguncang. Hantu-hantu jatuh berlutut. Di belakang Percy, gelombang pasang muncul dari teluk dinding
air kelabu yang bahkan lebih tinggi daripada gletser tersebut. Air muncrat dari patahan dan retakan di es. Saat gelombang tersebut menerjang gletser, runtuhlah separuh perkemahan. Tepian gletser remuk, terjun bebas ke perairan kutub nan kelam sambil membawa serta bangunan, hantu, dan Percy Jackson. []
BAB EMPAT PULUH TUJUH FRANK FRANK TERCENG ANG SEKALI SAMPAI-SAMPAI HAZEL harus meneriakkan namanya selusin kali sebelum dia menyadari bahwa Alcyoneus kembali terbangun.
Frank memukulkan tamengnya ke hidung sang Raksasa sampai Alcyoneus mulai mendengkur. Sementara itu, gletser terus remuk berantakan, tepiannya kian lama kian dekat dengan mereka.
Thanatos merentangkan sayap hitamnya, menghampiri mereka dengan ekspresi khidmat.
"Ah, iya," katanya dengan puas, "terperosoklah jiwa-jiwa itu. Tenggelam, tenggelam. Kalian sebaiknya bergegas, Kawan-kawan. jika tidak ingin tenggelam juga."
"Tapi Percy ...." Frank nyaris tak kuasa mengucapkan nama temannya. "Apa
"Masih terlalu dini untuk mengetahui dengan pasti. Kalau yang ini ...." Thanatos memandang Alcyoneus dengan jijik. "Kalian takkan pernah bisa membunuhnya di sini. Kau tahu harus berbuat
apa" Frank mengangguk, perasaannya kebas. "Kurasa begitu."
"Kalau begitu, urusan kita sudah rampung." Frank dan Hazel bertukar pandang gelisah. "Mmm ...." Hazel terbata. "Maksud Anda, Anda takkan Anda takkan "
"Merenggut nyawamu"" tanya Thanatos. "Nah, mari kita lihat
Dia mengambil iPad hitam pekat dari udara kosong. Maut mengetuk layar beberapa kali, dan yang bisa Frank pikirkan hanyalah: Moga-moga tidak ada aplikasi untuk mencabut nyawa.
"Aku tidak melihat namamu dalam daftar," kata Thanatos, "asal kau tahu, Pluto memberiku instruksi spesifik untuk jiwajiwa yang kabur. Entah karena alasan apa, dia tidak mengeluarkan perintah penangkapan jiwamu. Barangkali dia merasa hidupmu belum waktunya berakhir, atau mungkin juga ada kekeliruan. Seandainya kau ingin aku menelepon dan menanyakan "
"Jangan!" pekik Hazel. "Tidak apa-apa." "Apa kau yakin"" tanya Maut murah hati. "Fasilitas telekonferensi sudah diaktifkan. Aku menyimpan alamat Skype Pluto ...."
"Sungguh, tidak usah." Beban kekhawatiran beribu-ribu kilogram seolah baru saja diangkat dari pundak Hazel. "Terima kasih."
"Uuuh," gumam Alcyoneus. Frank menggetok kepalanya lagi. Maut mendongak dari iPad-nya. "Waktumu juga belum lagi tiba, Frank Zhang. Masih ada bahan bakar yang tersisa. Tapi jangan kira aku sedang membantu kalian. Kita akan bertemu lagi dalam situasi yang tidak terlalu mengenakkan."
Tebing masih terus runtuh, tepiannya kini tinggal enam meter lagi. Arion meringkik tak sabaran. Frank tahu mereka harus pergi, tapi ada satu pertanyaan lagi yang mesti dia ajukan.
"Bagaimana dengan Pintu Ajal"" ujar Frank, "di mana letaknya" Bagaimana caranya menutup pintu itu""
"Ah, iya." Ekspresi kesal terlintas di wajah Thanatos. "Pintu Aku. Bagus kiranya jika pintu-pintu itu ditutup, tapi aku khawatir aku tidak punya kuasa untuk itu. Bagaimana caranya supaya kalian bisa menutupnya, aku juga tidak tahu. Aku tidak bisa memberitahumu lokasi tepatnya. Letaknya ya, letaknya bukan di dunia ragawi. Pintu-pintu tersebut hanya bisa ditemukan lewat sebuah misi. Aku bisa memberitahumu agar memulai pencarian di Roma. Roma yang ash. Akan dibutuhkan seorang pemandu khusus. Hanya satu jenis Demigod yang mampu membaca tandatanda yang nantinya akan membimbing kalian ke Pintu Aku."
Retakan muncul pada es di bawah kaki mereka. Hazel menepuk-nepuk leher Anion supaya dia tidak lari.
"Bagaimana dengan adikku"" tanya Hazel. "Apa Nico masih hidup""
Thanatos melemparkan ekspresi janggal ke arah Hazel barangkali kasihan, meskipun rasa kasihan sepertinya bukanlah emosi yang bakal dipahami Maut. "Kau akan menemukan jawabannya di Roma. Sekarang aku harus terbang ke selatan, ke Perkemahan Jupiter. Aku punya firasat bahwa banyak nyawa yang harus dicabut di sana, tidak lama lagi. Selamat tinggal, Demigod. Sampai jumpa lagi."
Thanatos terbuyarkan menjadi asap hitam. Retakan melebar pada es di bawah kaki Frank. "Cepat!" katanya kepada Hazel, "kita harus membawa Alcyoneus kira-kira lima belas kilometer ke utara dari sini!"
Frank naik ke dada sang Raksasa dan Anion pun melesat, melaju di es, menyeret Alcyoneus yang bagaikan kereta luncur paling jelek di dunia.
Perjalanan tersebut tak memakan waktu lama. Arion menyusuri gletser seperti jalan tol, mendesing di es, melompati jurang,
dan meluncur di turunan curam yang bakal membuat mata peselancar salju berbinar-binar kegirangan.
Frank tidak perlu sering-sering menggetok Alcyoneus sampai pingsan, sebab kepala sang Raksasa terus-menerus terantuk dan menabrak es. Selagi mereka melaju, Bocah Emas yang setengah sadar menyenandungkan melodi yang mirip sekali dengan lagu "Jingle Bells".
Frank sendiri masih terbengong-bengong. Dia baru saja berubah menjadi elang dan beruang. Dia masih bisa merasakan energi yang mengaliri tubuhnya, seakan dia tengah berada pada pertengahan wujud padat dan cair.
Bukan hanya itu: dia dan Hazel telah membebaskan Maut, dan mereka berdua telah berhasil bertahan hidup. Namun, Percy ... Frank menelan kekhawatirannya. Percy jatuh dari gletser demi menyelamatkan mereka.
Putra Neptunus kan tenggelam. Tidak. Frank menolak percaya bahwa Percy sudah mati. Mereka tidak menempuh perjalanan hingga sejauh ini hanya untuk kehilangan teman. Frank akan mencari Percy tapi pertama-tama mereka harus membereskan Alcyoneus.
Frank memvisualisasikan peta yang dia telaah di kereta dari Anchorage. Dia punya gambaran kasar tentang arah yang tengah mereka tuju, tapi tidak ada tanda-tanda atau bentang alam khas di gletser tersebut. Frank terpaksa harus menebak-nebak.
Akhirnya Arion melompat ke antara dua gunung, memasuki lembah yang disusun oleh es dan bebatuan, mirip mangkuk berisi susu dan cereal cokelat beku. Kulit keemasan sang Raksasa memucat, seakan berubah menjadi kuningan. Frank merasakan getaran sumir dalam tubuhnya sendiri, seakan ada garpu tala yang
diketukkan ke tulang dadanya. Frank tahu dia telah masuk ke wilayah yang aman wilayah dewa.
"Di sini!" teriak Frank. Anion menikung ke samping. Hazel memotong tambang, dan Alcyoneus pun meluncur lepas. Frank melompat turun tepat sebelum Raksasa itu menghantam batu besar.
Alcyoneus serta-merta melompat berdiri. "Apa" Di mana" Siapa""
Hidungnya membengkok ganjil. Luka-lukanya sudah sembuh, meskipun kulitnya yang keemasan tidak secemerlang sebelumnya. Dia menengok ke sana kemari untuk mencari tongkat besinya, yang ketinggalan di Gletser Hubbard. Kemudian dia menyerah dan meninju batu besar terdekat dengan kepalannya.
"Kalian berani menyeretku seperti kereta luncur"" Dia menegang dan mengendus-endus udara. "Bau itu seperti jiwa yang padam. Thanatos sudah bebas, ya" Bah! Tidak jadi soal. Gaea masih mengontrol Pintu Ajal. Nah, kenapa kau membawaku ke sini, Putra Mars""
"Untuk membunuhmu," ujar Frank, "pertanyaan berikutnya"" Mata sang Raksasa menyipit. "Aku tak pernah tahu ada anak Mars yang bisa berubah wujud, tapi bukan berarti kau bisa mengalahkanku dengan kemampuanmu itu. Apa menurutmu ayahmu si petarung bodoh memberimu kekuatan untuk melawanku dalam perkelahian satu lawan satu""
Hazel menghunus pedangnya. "Bagaimana kalau dua lawan satu""
Sang Raksasa meraung dan menyerang Hazel, tapi Arion menyingkir dengan lincah. Hazel menyabetkan pedangnya ke belakang betis sang Raksasa. Minyak hitam mengucur dari luka tersebut.
Alcyoenus terhuyung-huyung. "Kau tidak bisa membunuhku, tak peduli Thanatos sudah bebas atau tidak!"
Hazel membuat gerakan mencengkeram dengan tangannya yang bebas. Daya tak kasatmata menarik rambut sang Raksasa yang dihiasi batu berharga ke belakang. Hazel buru-buru mendekat, menebas kaki Alcyoneus yang satu lagi sebelum dia sempat memulihkan keseimbangannya.
"Hentikan!" teriak Alcyoneus. "Ini Alaska. Aku kekal di kampung halamanku!"
"Sebenarnya," kata Frank, "aku punya kabar buruk. Begini, yang kudapatkan dari ayahku lebih dari sekadar kekuatan."
Sang Raksasa menggeram. "Apa maksudmu, Bocah Petarung"" "Taktik," kata Frank, "itulah anugerah yang kuperoleh dari Mars. Pertarungan bisa dimenangi dengan cara memilih medan yang tepat." Dia menunjuk ke balik bahunya. "Kita sudah menyeberangi perbatasan beberapa ratus meter di belakang tadi. Kau sudah tak di Alaska lagi. Tak bisakah kau merasakannya, Al" Kalau kau ingin ke Alaska, kau harus melewatiku."
Pemahaman pelan-pelan tampak di mata sang Raksasa. Dia memandangi kakinya yang terluka dengan ekspresi
tak percaya. Minyak masih tumpah ruah dari betisnya, mengubah es menjadi hitam.
"Mustahil!" raung sang Raksasa. 'Akan ku akan ku Gah!" Sang Raksasa menerjang Frank, bertekad untuk menyeberangi batas wilayah internasional. Selama sepersekian detik, Frank meragukan rencananya. Jika dia tidak bisa menggunakan anugerahnya lagi, jika dia mematung, matilah dia. Kemudian dia teringat instruksi neneknya:
Lebih bagus jika kau mengenal baik makhluk tersebut. Sip. Lebih bagus juga jika kau sedang dalam situasi hidup-mati, misalnya dalam pertempuran. Dua kali sip.
Sang Raksasa makin dekat. Dua puluh meter. Sepuluh meter. "Frank"" panggil Hazel gugup. Frank pasang kuda-kuda. "Beres." Tepat sebelum Alcyoneus menabraknya, Frank berubah. Dari dulu dia selalu merasa kelewat besar dan canggung. Kini dia memanfaatkan perasaan itu. Tubuhnya membengkak hingga besar sekali. Kulitnya menebal. Lengannya berubah menjadi kaki depan kukuh. Gading tumbuh dari mulutnya, sedangkan hidungnya memanjang. Dia menjadi hewan yang paling dia kenal baik hewan yang dia rawat, beri makan, mandikan, dan bahkan dibuatnya kena gangguan pencernaan di Perkemahan Jupiter.
Alcyoneus menabrak gajah dewasa seberat sepuluh ton. Sang Raksasa terhuyung-huyung ke samping. Dia menjerit frustrasi dan menabrak Frank lagi, tapi Alcyoneus kalah kuat. Frank menyundulnya keras sekali sampai-sampai Alcyoneus melayang ke belakang dan terjengkang di es.
"Kau tak bisa membunuhku," geram Alcyoneus, "kau tak bisa ',
Frank berubah ke sosok aslinya. Dia menghampiri sang Raksasa, yang luka berminyaknya masih kini berasap. Batu berharga berjatuhan dari rambutnya dan mendesis di salju. Kulitnya yang keemasan mulai berkarat, pecah menjadi bongkah-bongkah besar.
Hazel turun dari kuda dan berdiri di sebelah Frank, pedangnya siap siaga. "Boleh""
Frank mengangguk. Dia memandang mata sang Raksasa yang menyala-nyala gusar. "Sedikit saran untukmu, Alcyoneus. Kalau lain kali kau memilih negara bagian terbesar sebagai rumahmu, jangan mendirikan markas di lokasi yang lebarnya cuma lima belas kilometer. Selamat datang di Kanada, Idiot."
Pedang Hazel menebas leher sang Raksasa. Alcyoneus pun terbuyarkan, menjadi gundukan batu yang sangat mahal.
Selama beberapa waktu, Hazel dan Frank berdiri bersama sambil memperhatikan sisa-sisa jasad sang Raksasa meleleh ke es. Frank memungut tambangnya.
"Gajah"" tanya Hazel. Frank menggaruk-garuk lehernya. "Iya. Sepertinya sih ide bagus."
Dia tak bisa membaca ekspresi Hazel. Frank takut kalau-kalau dia telah melakukan tindakan yang teramat aneh sehingga Hazel tidak sudi berada di dekatnya lagi. Frank Zhang: pemuda gede kikuk, anak Mars, gajah paruh waktu.
Kemudian Hazel mencium Frank ciuman di bibir betulan, jauh lebih baik daripada ciumannya kepada Percy di pesawat.
"Kau hebat," kata Hazel, "dan kau pasti bakal menjadi gajah yang sangat tampan."
Frank malu sekali sampai-sampai sepatu botnya serasa hendak meleleh ke es. Sebelum dia sempat mengucapkan apa pun, sebuah suara bergema di lembah:
Kalian belum menang. Frank menengadah. Bayang-bayang bergerak di gunung terdekat, membentuk wajah seorang wanita yang sedang tidur.
Mustahil kalian bisa pulang tepat waktu, olok suara Gaea. Saat ini, Thanatos sedang menuai kematian Perkemahan Jupiter, kemusnahan paripurna teman-teman Romawi kalian.
Gunung menggemuruh seolah-olah seluruh bumi sedang tertawa. Bayang-bayang menghilang.
Hazel dan Frank saling pandang. Mereka tak mengucapkan sepatah kata pun. Keduanya naik ke punggung Anion dan kembali lagi ke gletser. []
BAB EMPAT PULUH DELAPAN PERCY PERCY SEDANG MENUNGGU MEREKA. DIA kelihatan marah. Dia berdiri di tepi gletser sambil bertopangkan tongkat elang emas, menatap kerusakan yang telah dia sebabkan: beberapa rams hektare perairan terbuka baru dengan bongkahan es serta puingpuing perkemahan yang mengapung di sana-sini.
Satu-satunya yang tersisa di gletser adalah gerbang utama perkemahan yang doyong dan panji-panji biru robek-robek yang terkulai di atas tumpukan bata salju.
Ketika mereka lari menghampirinya, Percy berkata, "Hei," se
olah mereka semata-mata bertemu untuk makan siang bareng atau semacamnya.
"Kau masih hidup!" kata Frank terkagum-kagum. Percy mengerutkan kening. "Maksudmu karena jatuh barusan" Itu sih bukan apa-apa. Aku pernah jatuh dari St. Louis Arch. Tingginya malah dua kali lipat yang tadi."
"Kau kenapa"" tanya Hazel. "Lupakan saja. Yang penting aku tidak tenggelam."
"Jadi, ramalan itu memang tidak lengkap!" ujar Hazel sambil menyeringai, "bunyinya barangkali: Putra Neptunus kan tenggelamkan sekawanan hantu."
Percy mengangkat bahu. Dia memandang Frank dengan mimik muka jengkel. "Zhang, aku marah padamu. Kau bisa berubah menjadi elang" Dan beruang""
"Gajah juga," kata Hazel bangga. "Gajah." Percy menggeleng-gelengkan kepala tak percaya. "Itu anugerah keluargamu" Kau bisa berubah wujud""
Frank memindahkan tumpuannya. "Eh ..., iya. Periclymenus, leluhurku, sang Argonaut dia bisa melakukan itu. Dia mewariskan kemampuan tersebut."
"Dan dia memperoleh bakat itu dari Poseidon," ujar Percy, "tidak adil. Aku tidak bisa berubah menjadi hewan."
Frank menatapnya. "Tidak adil" Kau bisa bernapas di bawah air dan menghancurleburkan gletser, juga mendatangkan angin ribut dan kau bilang tidak adil aku bisa menjadi gajah""
Percy menimbang-nimbang. "Oke. Kurasa kau ada benarnya. Tapi kalau kapan-kapan kubilang kau sehebat macan "
"Diam saja deh," kata Frank, "tolong." Percy nyengir. "Kalau obrolan kalian sudah selesai," kata Hazel, "kita harus pergi. Perkemahan Jupiter sedang diserang. Mereka bisa memanfaatkan elang emas itu."
Percy mengangguk. "Pertama-tama, Hazel, ada sekitar satu ton senjata dan baju tempur dari emas imperial di dasar teluk, plus sebuah kereta perang yang sangat bagus. Taruhan, barang-barang itu pasti bisa berguna ...."
Mereka menghabiskan banyak waktu terlalu lama tapi mereka semua tahu senjata-senjata tersebut dapat menjadi penentu
antara menang-kalah jika mereka bisa membawa seluruhnya ke perkemahan tepat waktu.
Hazel menggunakan kemampuannya untuk mengapungkan sejumlah benda dari dasar laut. Percy berenang ke dasar dan mengambili beberapa barang juga. Frank malah ikut membantu dengan cara berubah menjadi anjing laut. Lumayan keren, meskipun menurut Percy napasnya bau ikan.
Mereka harus menyatukan tenaga untuk mengangkat kereta perang dari dasar laut, tapi akhirnya mereka berhasil membawa semuanya ke pantai pasir hitam dekat kaki gletser. Tidak semuanya muat dalam kereta perang, tapi mereka menggunakan tambang Frank untuk mengikat sebagian besar senjata emas dan baju tempur terbaik.
"Kelihatannya seperti kereta Sinterklas," ujar Frank, "memangnya Arion kuat menarik benda sebanyak itu""
Arion mendengus. "Hazel," kata Percy, "serius nih. Biar kucuci mulut kudamu dengan sabun. Dia bilang, ya, dia bisa menariknya, tapi dia butuh makanan."
Hazel memungut belati Romawi tua, sebilahpugio. Belati itu bengkok dan tumpul. Jadi, tidak terlalu banyak gunanya untuk dipakai bertarung, tapi senjata tersebut kelihatannya terbuat dari emas imperial murni.
"Ini dia, Arion," kata Hazel, "bensin berkinerja tinggi." Si kuda mengambil belati itu dengan giginya dan mengunyah senjata tersebut seperti apel. Frank bersumpah dalam hati, takkan pernah mendekatkan tangannya ke mulut kuda itu.
"Aku bukannya meragukan kekuatan Arion," kata Frank hatihati, "tapi akankah kereta ini kuat" Yang terakhir itu "
"Yang satu ini roda dan porosnya dari emas imperial," kata Percy, "semestinya sih kuat."
"Jika tidak," kata Hazel, "perjalanan kita bakal berlangsung sebentar saja. Tapi kita sudah kehabisan waktu. Ayo!
Frank dan Percy naik ke kereta perang. Hazel menunggangi punggung Anion.
"Maju!" teriak Hazel. Gelegar supersonik kuda itu bergema di teluk. Mereka melaju ke selatan, longsoran salju dan es berjatuhan dari pegunungan selagi mereka melintas. []
BAB EMOAT PULUH SEMBILAN PERCY EMPAT JAM. Itulah waktu yang dibutuhkan kuda tercepat di bumi untuk menempuh jarak antara Alaska hingga Teluk San Francisco, menyusuri kawasan perairan di sepanjang barat laut benua Amerika.
Itu jugalah waktu yang dibutuhkan hingga mem
ori Percy kembali sepenuhnya. Proses tersebut bermula di Portland sesudah dia meminum darah Gorgon, tapi kehidupan masa lalunya masih samar-samar. Kini, selagi mereka kembali ke wilayah kekuasaan dewa-dewi Olympus, Percy mengingat segalanya: perang melawan Kronos, ulang tahunnya yang keenam belas di Perkemahan Blasteran, pelatihnya Chiron sang Centaurus, sahabatnya Grover, adiknya Tyson, dan terutama Annabeth dua bulan masa pacaran yang luar biasa, kemudian BUM Dia diculik oleh alien bernama Hera. Atau Juno ... atau apalah.
Delapan bulan kehidupannya dicuri. Kali berikutnya Percy bertemu Ratu Olympus, dia harus menghadiahi sang Dewi tamparan di belakang kepalanya.
Teman-teman dan keluarganya pasti khawatir setengah mati. Jika Perkemahan Jupiter sedang dirundung masalah pelik, Percy hanya bisa menebak apa kiranya yang tengah dihadapi Perkemahan Blasteran tanpa dirinya.
Yang lebih buruk: Menyelamatkan kedua perkemahan barulah awalnya. Menurut Alcyoneus, perang sesungguhnya akan terjadi di tempat yang jauh, di kampung halaman para Dewa. Para Raksasa berniat menyerang Gunung Olympus yang asli dan membinasakan dewa-dewi selamanya.
Percy tahu para Raksasa tidak bisa mati kecuali Demigod dan Dewa bertarung bersama-sama untuk melawan mereka. Nico sudah memberitahunya. Annabeth juga pernah menyinggung-nyinggung soal itu, bulan Agustus tahun lalu, ketika dia berspekulasi bahwa para Raksasa mungkin saja merupakan bagian dari Ramalan Besar yang baru yang oleh bangsa Romawi disebut Ramalan Tujuh. (Jika kita berpacaran dengan perempuan terpintar di perkemahan, inilah sisi negatifnya: kita menjadi tahu tentang banyak hal.)
Percy memahami rencana Juno: Mempersatukan demigod Romawi dan Yunani untuk menciptakan tim pahlawan elite, kemudian entah bagaimana meyakinkan dewa-dewi agar mau bertarung bersama mereka. Namun, pertama-tama, mereka harus menyelamatkan Perkemahan Jupiter.
Garis pantai mulai tampak tidak asing. Mereka melaju melewati mercusuar Mendocino. Tidak lama kemudian, Gunung Tam dan semenanjung Marin menjulang dari balik kabut. Anion langsung melejit ke bawah Jembatan Golden Gate dan masuk ke Teluk San Francisco.
Mereka melewati Berkeley secepat kilat dan masuk ke Perbukitan Oakland. Ketika mereka tiba di puncak bukit di atas Terowongan Caldecott, Anion terguncang-guncang seperti mobil rusak dan berhenti mendadak, dadanya naik-turun.
Hazel menepuk perut Anion dengan penuh kasih. "Kerjamu hebat, Anion."
Kuda itu terlalu lelah sehingga tidak repot-repot menyumpah: Tentu saja kerjaku hebat. Memangnya apa yang kau harapkan"
Percy dan Frank melompat turun dari kereta perang. Percy berharap kalau saja ada kursi yang empuk atau makanan yang bisa dinikmati di sepanjang perjalanan. Tungkainya lemas. Sendisendinya kaku sekali sehingga susah dipakai berjalan. Andaikan dia maju ke medan tempur seperti ini, musuh bakalan memanggilnya Kakek Jackson.
Frank kelihatannya sama saja. Dia berjalan sempoyongan ke puncak bukit dan memandang perkemahan di bawah. "TemanTeman kalian harus melihat ini."
Ketika Percy dan Hazel bergabung dengannya, hati Percy mencelos. Pertempuran telah dimulai, dan perkembangannya tidak bagus.
Legiun XII disebar di Lapangan Mars, dalam rangka berusaha melindungi kota. Katapel kalajengking menembakkan artileri ke barisan Anak Bumi. Hannibal si gajah menggilas monster di sana-sini, tapi pasukan pertahanan kalah jumlah.
Di atas pegasusnya Scipio, Reyna terbang mengitari Polybotes sang Raksasa, mencoba menyibukkannya. Para Lar telah membentuk barisan ungu berdenyar untuk menghalau gerombolan siluman hitam setipis asap yang mengenakan baju tempur kuno. Demigod veteran dari kota turut serta dalam pertempuran, dan mereka sedang mendorong tameng yang dijajarkan merapat untuk menghadang serangan Centaurus liar. Elang raksasa berputar-putar di medan tempur, beradu di udara dengan dua wanita berambut ular yang memakai rompi Supermarket Supermurah Stheno dan Euryale.
Legiun itu sendiri menahan dampak serangan, tapi formasi mereka sudah pecah. Masing-masing kohort menyempil sendiri-
sendiri, bagaikan pu lau di lautan musuh. Menara panjat Cyclops melemparkan bola meriam hijau membara ke dalam kota, menghasilkan lubang-lubang sebesar kawah di forum, merobohkan rumah hingga tinggal puing-puing. Selagi Percy menonton, sebuah bola meriam mengenai Gedung Senat dan kubahnya pun runtuh sebagian.
"Kita terlambat," kata Hazel. "Tidak," kata Percy, "mereka masih bertarung. Kita pasti bisa." "Di mana Lupa"" tanya Frank, keputusasaan merasuki suaranya. "Dia dan para serigala mereka semestinya ada di sini."
Percy memikirkan waktu yang dilewatkannya bersama sang Dewi Serigala. Percy pada akhirnya bisa menghargai didikan Lupa, tapi dia juga tahu bahwa serigala memiliki keterbatasan. Mereka bukan petarung baris depan. Mereka hanya menyerang ketika unggul jumlah, dan biasanya di bawah perlindungan kegelapan. Lagi pula, aturan pertama Lupa adalah kemandirian. Dia bersedia membantu anak-anaknya sebisa mungkin, melatih mereka bertarung tapi pada akhirnya, terserah anak-anak itu sendiri, hendak menjadi pemangsa atau mangsa. Bangsa Romawi harus bisa bertarung untuk mempertahankan diri sendiri. Mereka harus membuktikan nilai diri mereka atau mati. Begitulah falsafah Lupa.
"Lupa sudah berbuat sebisanya," kata Percy, "dia memperlambat pasukan monster dalam perjalanan ke selatan. Sekarang, tergantung kita sendiri. Kita harus membawa clang emas dan senjata-senjata ini ke legiun."
"Tapi Arion sudah kehabisan energi!" kata Hazel, "kita tidak bisa menggotong benda-benda ini sendirian."
"Mungkin kita tidak perlu melakukan itu." Percy menelaah puncak-puncak bukit. Kalau Tyson memperoleh pesan yang Percy kirimkan lewat mimpi di Vancouver, bantuan mungkin sudah dekat.
Percy bersiul sekeras-kerasnya seperti siulan untuk memanggil taksi di New York, yang pasti bakal kedengaran mulai dari Times Square sampai ke Central Park.
Bayang-bayang beriak di pepohonan. Sosok hitam besar berjingkrak entah dari mana anjing mastiff SUV yang ditunggangi seorang Cyclops dan seekor harpy.
"Anjing neraka!" Frank buru-buru mundur. "Tidak apa-apa!" Percy menyeringai. "Mereka ini temantemanku."
"Kakak!" Tyson turun dari punggung anjing dan lari menghampiri Percy. Percy berusaha meneguhkan pijakannya, tapi sia-sia saja. Tyson menubruk Percy dan mendekapnya erat-erat, membuat Percy sesak napas. Selama beberapa detik, Percy hanya bisa melihat bintik-bintik hitam dan kain flanel. Lalu Tyson melepaskan pelukannya dan tertawa kegirangan sambil memandangi Percy dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan mata besar cokelatnya yang sebening mata bayi.
"Kau belum mati!" kata Tyson, "aku senang kau belum mati!" Ella terbang ke tanah dan mulai bersolek, menata bulubulunya. "Ella menemukan anjing." Dia mengumumkan. "Anjing besar. Dan Cyclops."
Apakah dia merona" Sebelum Percy sempat memutuskan, si mastiff hitam besar menerjangnya, menjatuhkan Percy ke tanah dan menggonggong nyaring sekali sampai-sampai Arion sekalipun mundur.
"Hai, Nyonya O'Leary," kata Percy, "iya, aku sayang kau juga, Non. Anjing baik."
Hazel mengeluarkan suara merengek. "Kau punya anjing neraka bernama Nyonya O'Leary""
"Ceritanya panjang." Percy berhasil bangkit dan mengusap liur anjing dari wajahnya. "Kau bisa tanya adikmu ...."
Suara Percy lenyap ketika dia melihat ekspresi Hazel. Dia hampir saja lupa bahwa Nico di Angelo hilang.
Hazel sudah memberi tahu Percy tentang perkataan Thanatos bahwa mereka harus mencari Pintu Ajal di Roma. Namun, Percy ingin sekali menemukan Nico karena alasan yang lain supaya bisa mencekik leher bocah itu karena pura-pura tidak mengenal Percy waktu dia pertama kali datang ke perkemahan. Walau demikian, Nico adalah adik Hazel, dan pembicaraan tentang upaya pencarian Nico harus disimpan untuk lain waktu.
"Maaf," kata Percy, "tapi, iya, ini anjingku, Nyonya O'Leary. Tyson ini teman-temanku, Frank dan Hazel."
Percy menoleh kepada Ella, yang sedang menghitung jumlah filamen di salah satu bulunya.
"Apa kau baik-baik saja"" tanya Percy. "Kami mencemaskanmu." "Ella tidak kuat," kata si harpy, "Cyclops kuat. Tyson menemukan Ella. Tyson menjaga Ella."
Percy meng angkat alis. Ella memang merona. "Tyson," kata Percy, "dasar genit kau." Tyson merona hingga mukanya menjadi semerah bulu Ella. "Eh .... Tidak." Dia menunduk dan berbisik gugup, cukup keras sehingga masih bisa didengar semuanya: "Dia cantik."
Frank mengetuk kepalanya seakan-akan khawatir kalau-kalau otaknya korslet. "Omong-omong, sedang ada pertempuran nih."
"Benar." Percy mengiakan. "Tyson, di mana Annabeth" Akankah ada bala bantuan""
Tyson memonyongkan bibir. Mata cokelat besarnya menjadi berkaca-kaca. "Kapal besar belum siap. Leo bilang besok, mungkin dua hari lagi. Setelah itu barn mereka datang." "Waktu dua menit saja kita tidak punya," kata Percy, "oke, begini rencananya."
Secepat mungkin, dia menunjukkan mana pihak baik dan pihak jahat di medan tempur. Tyson terperangah saat mengetahui
bahwa ada Cyclops jahat dan Centaurus jahat dalam pasukan sang Raksasa. "Aku harus memukul manusia poni""
"Takut-takuti saja mereka." Percy menegaskan. "Eh, Percy"" Frank memandang Tyson dengan waswas. "Aku cuma tidak mau sampai teman kita ini terluka. Apa Tyson seorang petarung""
Percy tersenyum. "Apa dia petarung" Frank, kau sedang melihat Jenderal Tyson dari pasukan Cyclops. Oh iya, Tyson, omong-omong, Frank ini keturunan Poseidon."
"Kakak!" Tyson meremukkan Frank dalam pelukannya. Percy menahan tawa. "Sebenarnya dia itu keponakan buyut Ah, sudahlah. Iya, dia kakakmu." "Terima kasih." Frank menggumam dari balik kain flanel. "Tapi kalau legiun salah kira, menyangka bahwa Tyson adalah musuh "
"Aku punya akal!" Hazel lari ke kereta perang dan mengambil helm Romawi terbesar yang bisa dia temukan, juga selembar panjipanji Romawi tua yang bersulamkan huruf-huruf SPQR.
Hazel menyerahkan keduanya kepada Tyson. "Pakai ini, Bung. Supaya teman-teman kami tahu kau berada di pihak kami."
"Hore!" kata Tyson, "aku di tim kalian!" Helm itu kelewat kecil, dan Tyson terbalik memasang jubah, seperti cukin bayi SPQR.
"Begitu juga boleh," kata Percy, "Ella, kau di sini saja. Jaga dirimu 1Daik-baik."
"Jaga diri," ulang Ella, "Ella suka menjaga diri. Biar aman. Makin banyak makin aman. Aman dalam brankas bank. Ella mau ikut Tyson."
"Apa"" kata Percy, "oh ya, sudah. Terserah deh. Pokoknya jangan sampai terluka. Nyonya O'Leary "
"GUK!" "Mau menarik kereta perang"''[]
BAB LIMA PULUH PERCY TIDAK DIRAGUKAN LAGI, MEREKA ADALAH bala bantuan teraneh dalam sejarah militer Romawi. Hazel menunggangi Arion, yang staminanya sudah cukup pulih sehingga mampu membawa satu orang dengan kecepatan kuda normal, meskipun sepanjang perjalanan menuruni bukit dia terus menyumpahi kakinya yang pegal.
Frank bertransformasi menjadi elang botak Percy masih berpendapat bahwa kenyataan tersebut tidaklah adil dan membubung di atas mereka. Tyson lari menuruni bukit sambil mengayun-ayunkan pentungan dan berteriak, "Manusia porn jahat! HUU!" sementara Ella mengepakkan sayap mengelilinginya sembari merapalkan fakta-fakta darn Almanak Petani lama.
Percy menunggangi Nyonya O'Leary ke medan tempur sambil mengangkat elang emas lambang Legiun XII tinggi-tinggi. Anjing neraka itu sekaligus menghela kereta perang berisi peralatan darn emas imperial. Bunyi gerombyang perlengkapan tempur emas yang menabrak sisi kereta mengikuti Percy dan Nyonya O'Leary.
Mereka mengitari perimeter perkemahan dan melewati jembatan paling utara untuk menyeberangi Tiberis Kecil, lalu
menerjang ke Lapangan Mars, menceburkan diri ke sisi barat pertempuran. Sekawanan Cyclops sedang menghajar pekemah Kohort V, yang susah payah mempertahankan formasi perisai untuk bertahan hidup.
Melihat mereka kesulitan, Percy merasa gusar. Ingin rasanya dia melindungi mereka. Mereka ini adalah anak-anak yang telah menerimanya dengan tangan terbuka. Mereka ini keluarganya.
Percy berteriak, "Kohort V!" Dan menyerang Cyclops terdekat. Hal terakhir yang dilihat monster malang itu adalah gigi Nyonya O'Leary. Setelah Cyclops itu terbuyarkan dan tidak mewujud lagi, berkat Maut Percy melompat turun dari anjing neraka dan menebas monster-monster yang lain dengan ganas.
Tyson menyerang pemimpin Cyc
lops, Ma Gasket, daster rantainya kecipratan lumpur dan dihiasi patahan mata tombak.
Ma Gasket memandang Tyson sambil melongo dan mulai berkata, "Siapa ""
Tyson menggebuk kepalanya keras sekali sampai-sampai si Cyclops betina berpuntir dan jatuh terjengkang.
"Ibu-ibu Cyclops Jahat!" raung Tyson. "Jenderal Tyson bilang PERGI SANA!"
Tyson memukulnya lagi, dan Ma Gasket pun melebur menjadi debu.
Sementara itu, Hazel melancarkan serangan sambil menunggangi Anion, menyabetkan spatha-nya ke para Cyclops, satu demi satu, sedangkan Frank membutakan musuh dengan cakarnya.
Setelah semua Cyclops dalam radius lima puluh meter hancur menjadi debu, Frank mendarat di depan pasukannya dan bertransformasi menjadi manusia. Pin Centurion dan Mahkota Mural berkilauan di jaket musim dinginnya.
"Kohort V!" raung Frank. "Ambil senjata emas imperial kalian Bari sini!"
Setelah pulih dari rasa terkejut, para pekemah langsung mengeroyok kereta perang. Percy berusaha sebisanya untuk membagikan peralatan cepat-cepat.
"Ayo, ayo!" desak Dakota, menyeringai seperti orang gila sambil menenggak Kool-Aid merah dari botol minumnya. "Rekanrekan kita perlu bantuan!"
Tak lama kemudian, Kohort V sudah diperlengkapi senjata, tameng, dan helm baru. Memang tidak semuanya pas. Malahan, mereka kelihatan seperti baru belanja di acara cuci gudang Raja Midas. Namun, mereka serta-merta menjadi kohort paling kuat di legiun tersebut.
"Ikuti elang!" perintah Frank. "Ke medan tempur!" Para pekemah bersorak. Sementara Percy dan Nyonya O'Leary menerjang ke depan, seluruh kohort mengikuti empat puluh pendekar berbaju tempur emas mengilap yang menjeritkan pekik perang.
Mereka menghajar sekawanan Centaurus liar yang tengah menyerang Kohort III. Ketika para pekemah Kohort III melihat panji-panji elang, mereka berteriak gila-gilaan dan menjadi tambah bersemangat.
Para Centaurus tidak bisa apa-apa. Kedua kohort menjepit mereka seperti tang. Tidak lama kemudian, tak ada yang tersisa selain gundukan debu dan aneka kuku belah serta tanduk. Percy berharap Chiron bersedia memaafkannya, tapi para Centaurus ini sama sekali tidak seperti Kuda Poni Pesta yang pernah dia jumpai. Mereka ini adalah ras Centaurus yang beda. Mereka harus dikalahkan.
"Bentuk barisan!" Para Centurion berteriak. Kedua kohort berhimpun, latihan militer yang sudah mereka hafal langsung
memberi dampak. Dengan perisai disatukan, mereka berderap ke tengah-tengah pertempuran melawan Anak Bumi.
Frank berteriak, "Pita!" Ratusan tombak terjulur. Ketika Frank berteriak, "Tembak!" Tombak-tombak tersebut meluncur di udara gelombang maut mengiris monster-monster bertangan enam. Para pekemah menghunus pedang dan maju ke tengah-tengah pertempuran.
Di kaki akuaduk, Kohort I dan II sedang berusaha mengepung Polybotes, tapi mereka digempur habis-habisan. Anak Bumi yang ma8ih tersisa melempari mereka dengan batu dan lumpur. Roh biji-bijian karpoi Cupid piranha mungil nan seram melesat bolak-balik di rerumputan tinggi sambil menculik pekemah secara acak, mengambili mereka dari barisan. Sang Raksasa sendiri terus menjatuhkan Basilisk dari rambutnya. Tiap kali seekor ular mendarat, para prajurit Romawi menjadi panik dan lari. Dilihat dari perisai yang terkikis dan jambul yang mengepulkan asap di helm mereka, para pendekar Romawi sepertinya sudah tabu tentang racun dan api Basilisk.
Reyna membubung tinggi di atas sang Raksasa, menukik sambil menghunjamkan lembingnya kapan pun Polybotes mengalihkan perhatiannya kepada pasukan darat. Jubah ungu Reyna melecut-lecut ditiup angin. Baju tempurnya yang keemasan berkilau. Polybotes menikamkan trisula dan mengayunkan jaring berpemberat ke sana-sini, tapi Scipio hampir segesit Anion.
Kemudian Reyna menyadari bahwa Kohort V tengah berderap untuk membantu mereka sambil membawa elang. Sang Praetor terperangah sekali sampai-sampai si Raksasa hampir saja menjatuhkan Reyna dari udara dengan tamparannya, tapi Scipio mengelak. Reyna bertemu pandang dengan Percy dan memberinya senyuman lebar.
"Bangsa Romawi!" Suara Reyna menggelar ke sepenjuru lapangan. "Berkumpull
ah ke elang!" Demigod dan monster sama-sama berpaling dan melongo saat anjing neraka yang ditunggangi Percy menerjang ke depan.
"Apa ini"" tuntut Polybotes. "Apa ini"" Percy merasakan kekuatan dahsyat yang menjalari tiang pembawa panji-panji. Dia mengangkat elang tinggi-tinggi dan berteriak, "Legiun XII Fulminate
Guntur mengguncangkan lembah. Elang melepaskan kilatan menyilaukan, dan ribuan sulur petir merambat dari sayap emasnya meliuk di depan Percy bagaikan cabang-cabang pohon besar mematikan, menyambar monster terdekat, melompat dari satu monster ke monster lain, sama sekali tidak menyentuh pasukan Romawi.
Ketika petir berhenti menyambar, Kohort I dan II berhadapan dengan seorang Raksasa yang terkejut dan beberapa ratus gundukan abu yang berasap. Pasukan inti musuh telah hangus tak bersisa.
Ekspresi di wajah Octavian sungguh tak ternilai. Sang Centurion menatap Percy sambil terkaget-kaget, kemudian berang. Lalu, ketika pasukannya sendiri mulai bersorak, dia tidak punya pilihan kecuali ikut meneriakkan: "Roma! Roma!"
Polybotes sang Raksasa mundur dengan bimbang, tapi Percy tahu pertempuran belumlah usai.
Kohort IV masih dikepung Cyclops. Bahkan Hannibal si gajah kesulitan melewati sekian banyak monster. Baju tempur hitam tahan pelurunya robek-robek sehingga labelnya hanya menyisakan AJA.
Para veteran dan Lar di sayap timur disudutkan ke arah kota. Menara panjat monster masih melemparkan bola api hijau yang eksplosif ke jalanan. Gorgon telah mempecundangi elang raksasa
dan kini terbang tanpa halangan ke atas Centaurus dan Anak Bumi yang masih tersisa, berusaha menyemangati mereka.
"Bertahanlah!" teriak Stheno. "Aku punya sampel gratis!" Polybotes meraung. Lusinan Basilisk baru jatuh lagi dari rambutnya, mengubah rumput menjadi kuning karena keracunan. "Menurutmu ini mengubah keadaan, Percy Jackson" Aku tidak bisa dibinasakan! Ayo maju, Putra Neptunus. Akan kupatahkan kau!"
Percy turun dari punggung Nyonya O'Leary. Diserahkannya panji-panji kepada Dakota. "Kau Centurion senior Kohort V. Pegang ini baik-baik." Dakota berkedip, kemudian dia menegakkan diri dengan penuh kebanggaan. Dijatuhkannya wadah Kool-Aid dan diambilnya elang. "Aku merasa terhormat bisa membawanya."
"Frank, Hazel, Tyson," kata Percy, "bantu Kohort IV. Ada Raksasa yang harus kubunuh."
Percy mengangkat Riptide, tapi sebelum dia sempat menyerbu, trompet bertiup di perbukitan utara. Muncullah satu pasukan lagi di bubungan ratusan kesatria yang mengenakan baju kamuflase hitam-kelabu, bersenjatakan tombak dan perisai. Di tengahtengah barisan, terdapat beberapa forklift tempur, bilahnya yang ditajamkan berkilauan diterpa sinar matahari terbenam dan di busur silangnya terpasang anak panah membara.
"Kaum Amazon," kata Frank, "hebat." Polybotes tertawa. "Kalian lihat" Bala bantuan kami telah tiba! Roma akan runtuh hari ini!"
Kaum Amazon menurunkan tombak mereka dan lari menuruni bukit. Forklift tempur menggilas turunan, melaju ke medan tempur. Anak buah sang Raksasa bersorak sampai kaum Amazon mengubah arah dan langsung menuju sayap timur pasukan monster yang masih utuh.
"Kaum Amazon, maju!" Di forklift terbesar, berdirilah seorang perempuan yang mirip Reyna versi lebih tua, mengenakan baju tempur hitam dengan sabuk emas cemerlang di pinggangnya.
"Ratu Hylla!" kata Hazel, "dia selamat!" Ratu kaum Amazon berteriak: "Ayo, kita tolong adikku! Musnahkan monster-monster itu!"
"Musnahkan!" Pekikan prajuritnya bergema ke sepenjuru lembah.
Reyna memutar pegasusnya hingga menghadap Percy. Matanya berbinar-binar. Ekspresinya seolah mengatakan: Ingin rasanya aku memelukmu sekarangjuga. Dia berteriak, "Bangsa Romawi! Maju!"
Pecahlah huru-hara di medan tempur. Kaum Amazon dan bangsa Romawi menyerang tanpa ampun, merenggut nyawa musuh demi musuh bagaikan sang Maut sendiri.
Namun, Percy hanya punya satu tujuan. Ditunjuknya sang Raksasa.
"Kau. Aku. Sampai Mati."
Mereka bertemu di dekat akuaduk, yang sampai sejauh ini, entah bagaimana, selamat dari pertempuran. Tanpa buang-buang waktu, Polybotes mengayunkan trisulanya dan menghantam
pelengkung bata terdekat. Tumpahlah air terjun dari saluran yang bocor.
"Ayo, Putra Neptunus!" pancing Polybotes. "Biar kulihat kekuatanmu! Apakah air bersedia menuruti perintahmu" Apakah air mampu menyembuhkanmu" Tak jadi soal, sebab aku dilahirkan untuk melawan Neptunus."
Sang Raksasa menghunjamkan tangan ke bawah air. Saat aliran air melewati jemari Polybotes, air pun berubah warna menjadi hijau gelap. Dia menyemprotkan air kepada Percy, yang secara instingtif menangkis semburan air dengan tekadnya.
Cairan tersebut terpercik ke tanah di depan Percy. Disertai desis mengerikan, rumput pun layu dan berasap.
"Sentuhanku mengubah air menjadi racun," kata Polybotes, "mari kita lihat bagaimana pengaruhnya pada darahmu!"


The Heroes Of Olympus 2 Son Of Neptune di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Polybotes melemparkan jaring kepada Percy, tapi Percy berguling untuk menghindar. Diubahnya arah aliran air terjun sehingga menghantam wajah sang Raksasa. Selagi Polybotes tidak bisa melihat, Percy menyerang. Dihunjamkannya Riptide ke perut sang Raksasa. Kemudian Percy cepat-cepat menarik pedang itu dan bersalto menjauhi sang Raksasa yang meraung kesakitan.
Tikaman tersebut pasti sudah membuyarkan monster yang kurang tangguh, tapi Polybotes hanya sempoyongan dan menunduk untuk memandang ichor keemasan darah kaum abadi yang mengucur dari lukanya. Luka tersebut sudah mulai tertutup.
"Usaha yang bagus, Demigod," geram Polybotes, "tapi aku tetap akan mematahkanmu."
"Kau harus menangkapku dulu," kata Percy. Percy membalikkan badan dan melesat ke kota. "Apa"" teriak sang Raksasa tak percaya. "Lari, Pengecut" Diam dan matilah!"
Percy tak berniat melakukan itu. Percy tahu dia tak bisa membunuh Polybotes sendirian. Namun, dia punya rencana.
Dia melewati Nyonya O'Leary, yang mendongak dengan raut penasaran sambil menjepit Gorgon yang meronta-ronta di mulutnya.
"Aku baik-baik saja!" teriak Percy sambil lari, diikuti oleh Raksasa yang menjerit-jerit, mengancam akan membunuhnya.
Percy melompati katapel kalajengking yang terbakar dan menunduk saat Hannibal melemparkan seorang Cyclops yang melayang di atasnya. Dari ekor matanya, Percy melihat Tyson
menggebuki Anak Bumi ke tanah seperti sedang memalu. Ella mengepakkan sayap di atas Tyson sambil menghindari misil dan meneriakkan saran, "Selangkangan. Selangkangan Anak Bumi peka."
B RUK! "Bagus. Ya. Tyson menemukan selangkangannya." "Percy. butuh bantuan"" seru Tyson. "Aku bisa sendiri kok!" "Mati kau!" teriak Polybotes, kian lama kian dekat. Percy terus berlari.
Di kejauhan, Percy melihat Hazel dan Anion berderap ke sana-sini di medan tempur, menebas Centaurus dan karpoi. Salah satu roh biji-bijian berteriak, "Gandum! Akan kuberi kau gandum!" Tapi Anion menjejaknya sehingga menjadi gundukan sereal sarapan. Ratu Hylla dan Reyna menggabungkan kekuatan, forklift- dan pegasus melaju bersama-sama, membubarkan siluman pendekar. Frank mengubah dirinya menjadi gajah dan menginjakinjak sejumlah Cyclops, sedangkan Dakota memegangi elang emas tinggi-tinggi, menyambar monster yang berani-berani menantang Kohort V dengan kilat.
Semua itu memang hebat, tapi Percy membutuhkan bantuan jenis lain. Dia membutuhkan Dewa.
Percy melirik ke belakang dan melihat bahwa jangkauan sang Raksasa sudah hampir mengenai dirinya. Untuk mengulur-ulur waktu, Percy menunduk ke bawah salah satu pilar Akuaduk. Sang Raksasa mengayunkan trisulanya. Ketika pilar tersebut ambruk, Percy menggunakan air yang tumpah untuk memandu jatuhnya puing-puing menimpakan beberapa ton bata ke kepala sang Raksasa.
Percy berpacu ke batas kota. "Terminus!" teriaknya.
Percy membutuhkan bantuan
Patung dewa terdekat berjarak kira-kira delapan belas meter di depan. Mata batunya mendadak terbuka saat Percy lari menghampirinya.
"Tidak bisa diterima!" keluh Terminus. "Bangunan terbakar! Penyusup! Keluarkan mereka dari sini, Percy Jackson!"
"Sedang kucoba," kata Percy, "tapi ada Raksasa, Polybotes." "Ya, aku tahu! Tunggu Permisi sebentar." Terminus memejamkan mata sambil berkonsentrasi. Bola meriam hijau yang membara meluncur di atas dan tiba-tiba menguap. "Aku tidak bisa menghentikan semua misil
," keluh Terminus, "kenapa mereka tak bisa bersikap layaknya bangsa beradab dan menyerang lebih lambat" Aku ini cuma seorang Dewa."
"Bantu aku membunuh si Raksasa," kata Percy, "dan semua ini akan berakhir. Kerja sama antara Dewa dan Demigod itulah satu-satunya cara untuk membunuhnya."
Terminus mendengus. "Aku menjaga perbatasan. Aku tidak mau membunuh Raksasa. Itu tidak termasuk tugasku."
"Terminus, ayolah!" Percy melangkah maju lagi, dan sang Dewa pun memekik sebal.
"Berhenti di sana, Anak Muda! Tidak boleh bawa senjata ke dalam Garis Pomerian!"
"Tapi kita sedang diserang!" "Aku tidak peduli! Aturan ya aturan. Ketika orang-orang tidak mematuhi aturan, aku bisa marah besar."
Percy tersenyum. "Pertahankan amarahmu itu." Dia lari kembali ke arah sang Raksasa. "Hei, Jelek!" "Grao!" Polybotes keluar dari reruntuhan Akuaduk. Air masih bercucuran dari sekujur tubuhnya, berubah menjadi racun dan menciptakan rawa berasap di sekeliling kakinya.
"Kau ... kau akan mati pelan-pelan." Sang Raksasa berjanji. Dia memungut trisulanya, yang kini meneteskan bisa hijau.
Di sekeliling mereka, pertempuran sudah mereda. Sementara monster-monster terakhir dibasmi habis, teman-teman Percy mulai berkumpul, membentuk lingkaran di sekitar sang Raksasa.
"Akan kubawa kau sebagai tawanan, Percy Jackson," geram Polybotes, "akan kusiksa kau di bawah laut. Tiap hari air akan menyembuhkanmu, dan tiap hari akan kubawa kau semakin dekat ke kematian."
"Tawaran bagus," ujar Percy, "tapi mending kubunuh saja kau."
Polybotes meraung murka. Dia menggelengkan kepala, dan Basilisk lagi-lagi beterbangan dari rambutnya.
"Mundur!" Frank memperingatkan. Para pendekar menjadi ricuh. Hazel melajukan Anion dan memosisikan dirinya di antara Basilisk dan para pekemah. Frank berubah wujud menciut menjadi hewan yang ramping dan berbulu seekor musang" Percy kira Frank sudah hilang akal, tapi ketika Frank menyerang para Basilisk, mereka kontan panik. Mereka melata menjauh, dikejar oleh Frank.
Polybotes menunjuk trisulanya dan lari ke arah Percy. Saat sang Raksasa mencapai Garis Pomerian, Percy melompat ke samping seperti matador. Polybotes menerjang masuk, melewati batas kota.
"CUKUP SUDAH!" pekik Terminus. "Itu MELANGGAR PERATURAN!"
Polybotes mengerutkan kening, kentara sekali kebingungan karena dibentak-bentak patung. "Kau ini apa"" geramnya. "Tutup mulut!"
Dia menjungkalkan patung dan membalikkan badan untuk menghadap Percy.
"Sekarang aku MARAH!" jerit Terminus. "Biar kucekik kau. Terasa, tidak" Itu tanganku yang mencekik lehermu, dasar tukang gencet. Ayo, sini! Biar kusundul kau keras-keras "
"Cukup!" Sang Raksasa menginjak patung dan mematahkan Teminus menjadi tiga landasan, badan, dan kepala.
"BERANI-BERANINYA KAU!" teriak Terminus. "Percy Jackson, kuterima tawaranmu! Ayo, kita bunuh makhluk kurang ajar ini."
Sang Raksasa tertawa amat nyaring sampai-sampai dia tidak menyadari serbuan Percy hingga sudah terlambat. Percy melompat, bersalto dari lutut sang Raksasa, dan menghunjamkan Riptide ke salah 'satu celah logam di tameng dada Polybotes, menusukkan Riptide ke dada sang Raksasa hingga gagangnya terbenam. Sang Raksasa terhuyung-huyung ke belakang, tersandung landasan Terminus dan jatuh berdebum ke tanah.
Selagi dia berusaha bangun sambil mencakar-cakar pedang di dadanya, Percy mengambil kepala patung.
"Kau takkan bisa menang!" raung sang Raksasa. "Kau tidak bisa mengalahkanku sendirian."
"Aku tidak sendirian." Percy mengangkat kepala patung ke atas wajah sang Raksasa. "Perkenalkan, ini temanku Terminus. Dia Dewa!"
Terlambat sudah. Kesadaran dan rasa takut merekah di wajah sang Raksasa. Percy menghantamkan kepala Dewa sekeras mungkin ke hidung Polybotes, dan sang Raksasa pun terbuyarkan, menyisakan gundukan rumput laut, kulit reptil, dan Lumpur beracun yang mengepulkan asap.
Percy menjauh sambil sempoyongan, kehabisan tenaga. "Ha!" kata kepala Terminus, "rasakan! Biar dia belajar mematuhi aturan Romawi."
Sesaat medan tempur menjadi hening. Hanya terdengar bunyi kobaran api, dan suara segelintir monster yang mundur dala
m keadaan panik. Sejumlah prajurit Romawi dan Amazon berdiri melingkar di sekitar Percy. Tyson, Ella, dan Nyonya O'Leary ada di sana juga. Frank dan Hazel menyeringai penuh kebanggaan kepada Percy. Anion menggigiti tameng emas dengan puas.
Bangsa Romawi mulai bersorak, "Percy! Percy!" Mereka mengeru.muninya. Sekonyong-konyong, Percy pun dinaikkan ke atas perisai. Seruan berubah menjadi, "Praetor! Praetor!"
Reyna ikut bersorak juga sambil mengulurkan tangan dan menyalami Percy untuk memberinya selamat. Kemudian gerombolan pendekar Romawi yang bersorak-sorai membopong Percy keliling Garis Pomerian, menghindari perbatasan Terminus dengan hati-hati, dan mengawalnya pulang ke Perkemahan Jupiter. []
BAB LIMA PULUH SATU PERCY FESTIVAL FORTUNA TIDAK ADA HUBUNGANNYA dengan tuna. Tentu saja, Percy tidak keberatan.
Pekemah, bangsa Amazon, dan kaum Lar menyesaki aula untuk menikmati sajian makan malam mewah. Bahkan para Faun juga diundang, sebab mereka membantu dengan cara memerban korban terluka setelah pertempuran. Peri angin melesat sana-sini di ruangan, mengantarkan pesanan pizza, burger, steak, salad, makanan China, dan burrito, semuanya beterbangan dengan kecepatan maksimal.
Walaupun baru saja menjalani pertempuran melelahkan, semuanya bers'emangat. Tidak ada korban jiwa, hanya ada korban luka-luka. Selain itu, segelintir pekemah yang sebelumnya meninggal dan kembali hidup, seperti Gwen, tidak dibawa ke Dunia Bawah. Mungkin Thanatos sengaja pura-pura tidak tahu. Atau mungkin Pluto memberi izin khusus untuk orang-orang itu, seperti yang telah diberikannya untuk Hazel. Pokoknya, tidak ada yang protes.
Panji-panji Amazon dan Romawi warna-warni digantung bersebelahan dari kasau. Elang emas yang sudah kembali ditegakkan dengan bangga di balik meja Praetor, sedangkan dinding dihiasi kornukopia-trompet ajaib serba ada yang tiada henti-hentinva menumpahkan buah, cokelat, dan kue yang baru dipanggang.
Kohort berbaur bebas dengan pasukan Amazon, pindahpindah sofa sesuka mereka, dan sekali ini para prajurit Kohort V diterima di mana saja. Percy berganti kursi sering sekali sampaisampai dia lupa sudah makan apa saja.
Di mana-mana ada yang main mata dan adu panco yang sepertinya sama saja bagi kaum Amazon. Satu saat Percy bahkan dipojokkan oleh Kinzie, pendekar Amazon yang melucutinya di Seattle. Percy harus menjelaskan bahwa dia sudah punya pacar. Untungnya Kinzie menanggapi informasi tersebut dengan sikap positif. Kinzie menceritakan kepada Percy apa saja yang terjadi setelah mereka meninggalkan Seattle bagaimana Hylla mengalahkan penantangnya Otrera dalam duel sampai mati dua malam berturut-turut, sehingga sekarang kaum Amazon memanggil ratu mereka Hylla Pencabut Dua Nyawa.
"Pada kali kedua, Otrera tetap mati," kata Kinzie sambil mengedip-ngedipkan mata, "kami harus berterima kasih kepada kalian untuk itu. Kalau kapan-kapan kau butuh pacar baru ya, kurasa kau pasti cocok memakai kerah besi dan celana terusan j ingga.
Percy tidak tahu apakah Kinzie bercanda atau serius. Percy berterima kasih dengan sopan dan pindah tempat duduk.
Begitu semua orang sudah makan dan piring tidak terbangterbang lagi, Reyna mengucapkan pidato singkat. Dia menyambut kaum Amazon secara formal, berterima kasih atas bantuan mereka. Kemudian dia memeluk kakaknya dan semua orang pun bertepuk tangan.
Reynamengangkat tangan untuk meminta semuanya tenang. "Kakakku dan aku tidak selalu sepakat "
Hylla tertawa. "Lebih dari sekadar tidak sepakat." "Dia bergabung dengan kaum Amazon," lanjut Reyna, "aku bergabung ke Perkemahan Jupiter. Tapi saat aku melihat ke sepenjuru ruangan ini, sepertinya kami berdua sama-sama membuat pilihan bagus. Anehnya, takdir kami menjadi seperti sekarang berkat pahlawan yang baru saja kalian angkat sebagai Praetor di medan tempur Percy Jackson."
Sorak-sorai lagi. Kakak-beradik itu bersulang untuk Percy dan memanggilnya ke depan.
Semua orang meminta pidato, tapi Percy tidak tahu harus berkata apa. Percy protes, menyatakan bahwa dia sebetulnya bukan orang terbaik untuk dijadikan Praetor, tapi suara Percy tenggelam
di balik tepuk tangan meriah para pekemah. Reyna mencopot kepingprobatio dari kalung Percy. Octavian melemparkan ekspresi dengki kepada Percy, kemudian menoleh kepada khayalak ramai dan tersenyum seolah-olah ini semua adalah gagasannya. Octavian merobek perut boneka beruang dan mengumumkan pertanda baik untuk setahun ke depan Fortuna akan memberkati mereka! Octavian mendekatkan tangan ke atas lengan Percy dan berteriak: "Percy Jackson, Putra Neptunus, tahun pertama masa pengabdian!"
Simbol Romawi membara di lengan Percy: trisula, SPQR, dan satu setrip. Kulitnya serasa ditekan besi panas, tapi Percy berhasil menahan diri sehingga tidak menjerit.
Octavian memeluknya dan berbisik, "Moga-moga sakit." Kemudian Reyna memberi Percy medali elang dan jubah ungu, simbol Praetor. "Kau layak menerima ini, Percy."
Ratu Hylla menepuk punggung Percy. "Sudah kuputuskan untuk tak membunuhmu."
"Oh, terima kasih," kata Percy.
Percy berkeliling aula sekali lagi, sebab semua pekemah ingin dia duduk semeja dengan mereka. Vitellius sang Lar mengikuti, tersandung toga ungunya yang berdenyar dan memperbaiki letak pedangnya berulang-ulang, memberi tahu semua orang betapa dia sudah memprediksi bahwa Percy bakal naik daun.
"Aku yang menuntut supaya dia bergabung ke Kohort V!" Kata si hantu dengan bangga. "Aku sudah melihat bakatnya sedari awal!"
Don, si Faun, muncul sambil mengenakan topi perawat, masing-masing tangannya membawa setumpuk kue. "Selamat, Bung! Kau keren! Omong-omong, punya uang receh, tidak""
Semua perhatian yang tertuju padanya membuat Percy malu, tapi dia senang melihat bahwa Hazel dan Frank diperlakukan dengan baik. Semua orang menyebut mereka penyelamat Romawi, dan mereka layak menerima pujian tersebut. Bahkan ada juga pembicaraan tentang rehabilitasi nama baik kakek buyut Frank, Shen Lun. Rupanya bukan dia yang menyebabkan gempa bumi tahun 1906.
Percy duduk sebentar bersama Tyson dan Ella, yang dijadikan tamu kehormatan di meja Dakota. Tyson terus-terusan minta roti isi selai kacang, menghabiskan makanan tersebut secepat yang sanggup diantarkan para peri angin. Ella bertengger di dekat pundak Tyson di atas sofa dan menggigiti bolu gulung kayu manis dengan penuh semangat.
"Bolu gulung kayu manis bagus buat harpy," kata Ella, "tanggal 24 Juni adalah hari baik. Ulang tahun Roy Disney, juga Festival Fortuna, sekaligus Hari Kemerdekaan Zanzibar. Dan Tyson."
Si harpy melirik Tyson, kemudian merona dan berpaling. Sesudah makan malam, seluruh legiun diberi izin cuti. Percy dan teman-temannya jalan-jalan ke kota, yang belum pulih dari pertempuran, tapi kebakaran sudah padam, sebagian besar puing
sudah disapu, sedangkan para warna bertekad untuk bersenangsenang.
Di Garis Pomerian, patung Terminus mengenakan topi pesta kertas.
"Selamat datang, Praetor!" katanya, "kalau kapan-kapan kau ingin wajah raksasa digebuki selagi kau ada di kota, beri tahu saja a.ku."
"Terima kasih, Terminus," kata Percy, "akan kucamkan itu baik-baik."
"Ya, bagus, bagus. Jubah praetor-mu terlalu pendek satu inci di sebelah kiri. Nah begitu lebih baik. Di mana asistenku" Julia!"
Anak perempuan kecil lari dari balik landasan. Malam ini dia mengenakan rok terusan hijau, sedangkan rambutnya masih diekor dua. Ketika dia tersenyum, Percy melihat bahwa gigi depannya sudah mulai tumbuh. Julia mengulurkan kotak berisi topi pesta.
Percy mencoba menolak, tapi Julia memandangnya dengan mata besar menggemaskan.
"Ya sudah," kata Percy, "kuambil mahkota yang biru saja." Julia menawari Hazel topi bajak laut warna emas. "Aku mau menjadi Percy Jackson kalau sudah besar," katanya kepada Hazel dengan khidmat.
Hazel tersenyum dan mengacak-acak rambutnya. "Citacitamu bagus, Julia."
"Meskipun," kata Frank sembari mengambil topi berbentuk kepala beruang kutub, "menjadi Frank Zhang juga bagus."
"Frank!" kata Hazel. Mereka memakai topi dan melanjutkan perjalanan ke forum, yang diterangi lentera aneka warna. Air mancur berpendar ungu. Kafe-kafe diramaikan pelanggan, sedangkan musisi jalanan menyemarakkan suasana dengan suara gitar, lira, seruling, d
an bunyi ketiak. (Percy tidak mengerti apa maksudnya. Mungkin semacam tradisi musik lama Romawi.)
Dewi Iris pasti sedang ingin berpesta juga. Saat Percy dan teman-temannya melewati Gedung Senat yang rusak, pelangi cemerlang muncul di langit malam. Sayangnya sang Dewi mengirimkan anugerah lainnya juga hujan rintik-rintik kue mangkuk P.M.O.G., yang menurut tebakan Percy bakal membuat pekerjaan bersih-bersih tambah susah, atau memudahkan renovasi. Kue mangkuk itu cocok sekali untuk dijadikan bata.
Selama beberapa waktu, Percy keluyuran di jalanan bersama Hazel dan Frank, yang terus-menerus bersinggungan pundak.
Akhirnya Percy berkata, "Aku agak capek, Teman-Teman. Kalian terus saja."
Hazel dan Frank memprotes, tapi Percy bisa tahu mereka ingin mendapatkan waktu berdua saja.
Dalam perjalanan pulang ke perkemahan, Percy melihat Nyonya O'Leary bermain dengan Hannibal di Lapangan Mars. Anjing neraka itu akhirnya menemukan teman yang bisa dia ajak main tumbuk-tumbukan. Mereka bersenda gurau, saling tabrak, merobohkan kubu pertahanan, dan intinya sedang bersenangsenang.
Di gerbang benteng, Percy berhenti dan menerawang ke seberang lembah. Sepertinya sudah lama sekali dia berdiri di sini bersama Hazel, menyaksikan perkemahan untuk pertama kalinya. Kini dia lebih tertarik memperhatikan cakrawala timur.
Besok, mungkin lusa, teman-temannya dari Perkemahan Blasteran akan tiba. Walaupun dia peduli pada Perkemahan Jupiter, dia tak sabar ingin bertemu Annabeth lagi. Percy mendambakan kehidupannya yang dulu New York dan Perkemahan Blasteran tapi dia punya firasat bahwa masih lama sampai dia bisa pulang
ke rumah. Gaea dan para Raksasa belum selesai berbuat onar. Malahan, ini baru awalnya.
Reyna telah memberinya rumah Praetor kedua dia Via Principalis, tapi begitu Percy melihat ke dalam, dia tabu dirinya tak bisa tinggal di sana. Tempat itu nyaman, tapi rumah tersebut berisi barang-barang milik Jason Grace. Percy sudah merasa tidak enak hati karena telah merebut gelar praetor yang dipegang Jason. Dia tidak mau merebut rumahnya juga. Bisa-bisa tambah canggung saja nanti, ketika Jason kembali dan Percy yakin Jason bakal berada di kapal perang berkepala naga yang dia lihat dalam mimpi.
Percy kembali ke barak Kohort V dan naik ke tempat tidur susun. Dia pun langsung terlelap.
sa tahu mereka ingin Percy bermimpi dia menggendong Juno menyeberangi Tiberis Kecil. Dia menyamar sebagai wanita tua sinting, tersenyum dan menyanyikan lagu ninabobo Yunani Kuno, sedangkan tangannya yang keriput mencengkeram leher Percy.
"Apa kau masih ingin menamparku, Sayang"" tanya Juno. Percy berhenti di tengah sungai. Dia melepaskan pegangan dan melempar sang Dewi ke sungai.
Begitu Juno tercebur ke air, dia menghilang dan muncul kembali di bantaran. "Ya ampun," kekehnya, "tindakanmu sungguh tidak heroik, dalam mimpi sekalipun!"
"Delapan bulan," kata Percy, "Anda mencuri delapan bulan kehidupanku, demi sebuah misi yang hanya makan waktu seminggu. Kenapa""
Juno mendecakkan lidah tak senang. "Dasar manusia fana dan umur pendeknya. Delapan bulan bukanlah apa-apa, Sayang.
Aku pernah kehilangan delapan abad, melewatkan sebagian besar masa Kekaisaran Byzantium."
Percy mendatangkan kekuatan sungai. Air berputar di sekelilingnya, membentuk pusaran buih putih.
"Nah, nah, nah," kata Juno, "jangan tersinggung begitu. Jika kita ingin mengalahkan Gaea, rencana kita harus dijalankan secara saksama, tepat pada waktunya. Pertama-tama, aku membutuhkan Jason dan teman-temannya untuk membebaskanku dari kurungan ''
"Kurungan" Anda dikurung dan mereka malah membebaskan Anda""
"Jangan kaget begitu, Sayang! Aku ini wanita tua yang ramah. Singkat kata, baru sekarang kau dibutuhkan di Perkemahan Jupiter, untuk menyelamatkan bangsa Romawi dari situasi kritis. Periode delapan bulan di antaranya ya, ada rencana lain yang tengah kujalankan, Nak. Menentang Gaea, beraksi tanpa ketahuan Jupiter, melindungi teman-temanmu pekerjaan yang menyita seluruh waktuku! Jika aku harus melindungimu dari monster-monster Gaea sekaligus menyusun siasat, juga menyembunyik
anmu dari teman-temanmu di timur sepanjang waktu tersebut merepotkan sekali! Tidak, lebih baik kutidurkan saja kau. Kau hanya akan mengganggu seperti peluru nyasar."
"Mengganggu." Percy merasakan naiknya air, seiring dengan naiknya amarahnya, berputar-putar kian cepat di sekelilingnya. "Peluru nyasar."
"Tepat sekali. Aku lega kau mengerti." Percy mengirimkan gelombang yang menerpa wanita tua itu, tapi Juno semata-mata menghilang dan mewujud kembali, semakin jauh dari bantaran.
"Waduh," katanya, "rupanya suasana hatimu memang sedang tidak enak. Tapi kau tahu aku benar. Kehadiranmu di sini sudah
diatur sedemikian rupa sehingga waktunya tepat. Sekarang mereka memercayaimu. Kau adalah pahlawan bagi Roma. Selagi kau tidur, Jason Grace harus belajar memercayai bangsa Yunani. Mereka mendapat waktu untuk merakit Argo II. Bersama-sama, kau dan Jason akan mempersatukan kedua perkemahan."
"Kenapa aku"" tuntut Percy. "Anda dan aku tidak pernah rukun. Buat apa Anda menginginkan peluru nyasar dalam tim Anda""
"Karena aku rnengenalmu, Percy Jackson. Dalam banyak aspek, sifatmu impulsif, tapi terkait teman-temanmu, sikapmu senantiasa konsisten, bagaikan j arum kompas. Kesetiaanmu tak tergoyahkan, dan kau mengilhami orang lain sehingga setia terhadapmu. Kau akan menjadi lem yang menyatukan ketujuh pahlawan."
"Hebat," kata Percy, "dari dulu aku ingin menjadi lem." Juno mengaitkan jari-jemarinya yang bengkok. "Para Pahlawan Olympus harus bersatu! Setelah kemenangan kalian atas Kronos di Manhattan ..., ya, aku khawatir peristiwa tersebut melukai harga diri Jupiter."
"Karena aku benar," kata Percy, "dan dia salah." Sang wanita tua mengangkat bahu. "Dia semestinya sudah terbiasa, setelah berjuta-juta tahun menikah denganku, tapi apa mau dikata! Suamiku yang angkuh dan keras kepala menolak minta bantuan lagi dari demigod. Dia yakin para Raksasa bisa dilawan tanpa kalian, sedangkan Gaea bisa dipaksa tidur kembali. Aku tahu itu tak benar. Tapi kalian, para demigod, harus membuktikan ketangguhan kalian. Berlayarlah ke Negeri Kuno dan tutuplah Pintu Ajal! Hanya dengan cara itulah kalian bisa meyakinkan Jupiter bahwa kalian pan tas bertarung berdampingan dengan para Dewa. Misi itu akan menjadi yang terhebat sejak pelayaran Aeneas dari Troya!"
"Dan kalau kami gagal"" ujar Percy, "kalau bangsa Romawi dan Yunani tidak bisa akur""
"Maka Gaea sudah menang. Kuberi tahu ya, Percy Jackson. Orang yang nantinya paling menyusahkanmu adalah orang yang paling dekat denganmu orang yang paling membenciku."
"Annabeth"" Percy merasa amarahnya naik lagi sampai ke ubun-ubun. "Anda tak pernah menyukainya. Sekarang Anda menyebutnya biang onar" Anda sama sekali tidak mengenal Annabeth. Dialah orang yangpalingkuinginkan untuk menjagaku."
Sang Dewi tersenyum kecut. "Kira lihat saja nanti, Pahlawan Muda. Ketika kau tiba di Roma, ada tugas berat yang sudah menanti perempuan itu. Apakah dia sanggup menjalaninya atau tidak aku tak tahu."
Percy memanggil tinju air dan menggebrakkannya kepada sang wanita tua. Ketika gelombang mereda, sang Dewi sudah pergi.
Sungai berputar-putar tak terkendali. Percy pun tenggelam ke dalam pusaran gelap. []
BAB LIMA PULUH DUA PERCY KESOKAN HARINYA, PERCY, HAZEL, DAN Frank makan sarapan pagi-pagi sekali, kemudian menuju kota sebelum sidang senat dimulai. Karena sekarang Percy adalah Praetor, dia bisa pergi ke mana saja, kapan saja.
Dalam perjalanan, mereka melewati istal, tempat Tyson dan Nyonya O'Leary sedang tidur. Tyson mendengkur di alas tidur berupa jerami di samping para unicorn, di wajahnya ada ekspresi damai, seakan-akan dia sedang memimpikan kuda poni. Nyonya O'Leary tidur dengan posisi telentang sambil menutupi kuping dengan kakinya. Di atas istal, Ella bersarang di tumpukan perkamen Romawi lama, kepalanya ditekuk ke balik sayap.
Setibanya di forum, mereka duduk dekat air mancur dan menonton matahari terbit. Warga sudah sibuk menyapu kue mangkuk, confetti, dan topi pesta bekas perayaan semalam. Korps insinyur sedang menggarap pelengkung baru, sebagai monumen untuk memperingati kemenangan atas Polybotes
. Hazel mengatakan dia bahkan sudah mendengar pembicaraan tentang triumphus resmi untuk mereka bertiga parade keliling
kota, disusul oleh pesta olahraga dan perayaan seminggu penuh tapi Percy tahu mereka takkan memperoleh kesempatan itu. Mereka tidak punya waktu.
Percy memberitahukan mimpinya tentang Juno. Hazel mengerutkan kening. "Dewa-dewi rupanya sibuk semalam. Tunjukkan kepadanya, Frank."
Frank merogoh saku jaketnya. Percy kira Frank hendak mengeluarkan kayu bakar, tapi dia justru mengambil buku tipis dan kertas merah yang memuat sebuah pesan.
"Ini ada di bantalku pagi ini." Frank menyerahkan kedua benda tersebut kepada Percy. "Seperti kenang-kenangan dari Peri Gigi." Buku tersebut adalah Seni Perang karya Sun Tzu. Percy tidak pernah dengar buku itu, tapi dia bisa menebak siapa yang mengirimnya. Surat untuk Frank berbunyi sebagai berikut: Kerja bagus, Nak. Senjata prig sejati yangpaling ampuh adalah pikirannya. Ini buku kesukaan ibumu. Coba dibaca. NB: Kuharap temanmu Percy sudah belajar menghormatiku.
"Wow." Percy mengembalikan buku itu. "Mungkin Mars memangbeda dengan Ares. Menurutku Ares tidak bisa membaca."
Frank membolak-balik halaman. "Di sini pengorbanan dan ongkos perang banyak disinggung-singgung. Waktu di Vancouver, Mars memberitahuku aku harus mendahulukan kewajiban alihalih nyawaku sendiri. Jika tidak, akan terjadi pergeseran kekuatan dalam perang nanti. Kukira maksudnya pembebasan Thanatos, tapi sekarang aku tidak tahu. Aku masih hidup. Jadi, mungkin yang terburuk belum lagi tiba."
Dia melirik Percy dengan gugup. Percy punya firasat Frank tidak menceritakan semuanya. Dia bertanya-tanya apakah Mars telah mengatakan sesuatu tentang dirinya, tapi Percy tidak yakin dia ingin tahu.
Lagi pula, Frank sudah cukup banyak berkorban. Dia telah menyaksikan rumah keluarganya terbakar habis. Dia telah kehilangan ibu dan neneknya.
"Kau sudah mempertaruhkan nyawa," kata Percy, "kau bersedia terbakar demi menyelamatkan misi kita. Mars tidak mungkin mengharapkan lebih."
"Mungkin," kata Frank ragu. Hazel meremas tangan Frank. Pagi ini tampaknya Frank dan Hazel lebih nyaman berdekatan, tidak gugup dan canggung seperti sebelumnya. Percy bertanyatanya apakah mereka sudah jadian. Semoga saja, tapi Percy memutuskan sebaiknya dia tak bertanya.
"Hazel, bagaimana denganmu"" tanya Frank. "Ada kabar dari Pluto""
Hazel menunduk. Beberapa butir berlian mencuat dari tanah di kakinya. "Tidak." Hazel mengakui. "Kurasa Pluto sebenarnya telah mengirimkan pesan, lewat Thanatos. Namaku tidak berada dalam daftar jiwa yang kabur. Seharusnya ada."
"Menurutmu, ayahmu memberimu izin tinggal"" tanya Percy. Hazel mengangkat bahu. "Andaikan Pluto mengunjungiku atau bahkan sekadar bicara kepadaku, sama artinya dia mengakui aku ini masih hidup. Jika demikian, dia harus menegakkan hukum kematian dan menyuruh Thanatos membawaku kembali ke Dunia Bawah. Kurasa ayahku pura-pura tidak tahu. Kurasa kurasa dia ingin aku menemukan Nico."
Percy melirik matahari terbit, berharap bisa melihat kapal perang yang turun dari langit. Sejauh ini, tidak ada apa-apa.
"Akan kita temukan adikmu." Percy berjanji. "Begitu kapal itu sampai di sini, kita akan berlayar ke Roma."
Hazel dan Frank bertukar pandang gelisah, seolah mereka sudah membahas topik tersebut.
"Percy ...," ujar Frank, "kalau kau ingin kami ikut, kami bersedia. Tapi apa kau yakin" Maksudku kami tahu kau punya banyak teman di perkemahan yang satu lagi. Dan sekarang kau bisa memilih siapa saja di Perkemahan Jupiter. Kalau kami bukan bagian dari ketujuh pahlawan itu, kami paham "
"Apa kau bercanda"" kata Percy. "Kahan kira aku bakal meninggalkan timku" Setelah selamat dari benih gandum Fleecy, kabur dari kanibal, dan bersembunyi di bawah pantat Raksasa biru di Alaska" Yang benar saja!"
Ketegangan terpatahkan. Mereka bertiga mulai terpingkalpingkal, mungkin agak berlebihan, tapi lega rasanya, masih hidup, dihangatkan sinar mentari, dan tidak perlu khawatir setidaknya untuk sementara tentang wajah-wajah bengis yang muncul di bayang-bayang pada bukit.
Hazel menarik napas dalam-dalam. "Ramalan yang Ella sampaikan kepada kita tentang anak bijak bestari, dan tanda Athena yang membakar Roma ... tahukah kau apa maksudnya""
Percy mengingat-ingat mimpinya. Juno telah memperingatkan bahwa ada tugas berat yang sudah menanti Annabeth, dan bahwa dia akan menjerumuskan mereka dalam kesusahan. Percy tidak percaya, tapi tetap saja dia terus mengkhawatirkannya.
"Entahlah." Percy mengakui. "Kurasa ramalan itu belum lengkap. Mungkin Ella bisa mengingat lanjutannya."
Frank menyelipkan buku ke dalam sakunya. "Kita harus mengajaknya maksudku, demi keselamatan Ella sendiri. Kalau Octavian tahu Ella hafal Kitab-kitab Sibylline ...."
Percy bergidik. Octavian menggunakan ramalan untuk mempertahankan kekuasaannya di perkemahan. Kini setelah Percy merenggut peluangnya untuk menjadi Praetor, Octavian pasti bakal mencari-cari cara lain untuk menyebarkan pengaruhnya. Kalau dia sampai menangkap Ella ....
"Kau benar," kata Percy, "kita harus melindungi Ella. Aku semata-mata berharap, semoga saja kita bisa meyakinkannya "
"Percy!" Tyson berlari-lari menyeberangi forum, diikuti Ella yang terbang sambil membawa gulungan perkamen di cekernya. Ketika mereka tiba di air mancur, Ella menjatuhkan gulungan perkamen di pangkuan Percy.
"Kiriman khusus," kata si harpy, "dari aura. Roh angin. Ya, Ella dapat kiriman khusus."
"Selamat pagi, Saudara-Saudaraku!" Ada jerami di rambut Tyson dan selai kacang di giginya. "Perkamen itu dari Leo. Dia lucu dan icecil."
Gulungan perkamen itu kelihatannya biasa-biasa saja, tapi ketika Percy membentangkannya di pangkuan, sebuah rekaman video langsung menyala di perkamen. Seorang anak yang memakai baju tempur Yunani menyeringai kepada mereka. Dia memiliki wajah jail, rambut hitam keriting, dan mata jelalatan, seperti baru saja minum bercangkir-cangkir kopi. Dia duduk di ruangan gelap berdinding kayu mirip kabin kapal. Lentera minyak berayun-ayun di langit-langit.
Hazel menahan jeritan. "Apa"" tanya Frank. "Ada apa"" Pelan-pelan, Percy menyadari bahwa anak berambut keriting itu tampak tak asing dan bukan cuma karena dia pernah melihatnya dalam mimpi. Dia pernah melihat wajah itu di foto lama.
"Heir kata anak lelaki di video. "Salam dari teman-teman kalian di Perkemahan Blasteran, dan sebagainya. Aku Leo. Aku ini ...." Dia mengalihkan pandangan dari layar dan berteriak: "Apa gelarku" Aku ini laksamana, atau kapten, atau "
Suara seorang perempuan balas berteriak, "tukang reparasi."
"Sangat lucu, Piper," gerutu Leo. Dia menoleh lagi ke layar perkamen, "jadi, iya, aku ini ah panglima tertinggi Argo II. Betul, aku suka itu! Omong-omong, kami akan berlayar ke tempat kalian kira-kira, berapa ya, sejam lagi, naik kapal induk besar ini. Kalau bisa, tolong jangan ledakkan kami hingga jatuh dari langit atau semacamnya. Oke! Tolong sampaikan itu pada orang-orang Romawi. Sampai bertemu sebentar lagi. Salam Demigod. Salam damai."
Perkamen itu menjadi gelap. "Tidak mungkin," ujar Hazel. "Apa"" tanya Frank. "Kau kenal anak lelaki itu"" Muka Hazel pucat, seperti baru melihat hantu. Percy memahami sebabnya. Dia ingat foto di rumah kosong Hazel di Seward. Anak dari kapal perang tadi mirip sekali dengan pacar Hazel yang dulu.
"Itu Sammy Valdez," kata Hazel, "tapi bagaimana mana mungkin "
"Bukan dia," kata Percy, "dia Leo. Lagi pula, sudah tujuh puluh tahun lebih. Ini pasti cuma ...."
Percy ingin mengatakan kebetulan, tapi dia sendiri tak percaya. Selama beberapa tahun terakhir, Percy sudah menyaksikan banyak hal: takdir, ramalan, sihir, monster, suratan nasib. Namun, dia belum pernah menemukan yang namanya kebetulan belaka.
Perhatian mereka teralih berkat tiupan trompet di kejauhan. Para senator berbaris memasuki forum, dipimpin oleh Reyna.
"Waktunya rapat," kata Percy, "Ayo, kita harus memperingatkan mereka tentang kapal perang itu."
"Kenapa kita harus memercayai orang-orang Yunani"" Octavian berkata.
Sudah lima menit dia mondar-mandir di ruang senat, mengoceh tanpa henti, berusaha menyanggah perkataan Percy mengenai rencana Juno dan Ramalan Tujuh.
Senat dipenuhi kegelis ahan, tapi kebanyakan hadirin takut menginterupsi Octavian selagi dia sedang berpidato panjang-lebar. Sementara itu, matahari makin tinggi di langit, bersinar lewat atap senat yang terbelah dan menganugerahkan sorotan alami bagi Octavian. Gedung Senat penuh sesak. Ratu Hylla, Frank, dan Hazel duduk di baris depan bersama para senator. Veteran dan hantu memenuhi deret-deret belakang. Bahkan Tyson dan Hazel diizinkan duduk di bagian belakang. Tyson terus melambai dan nyengir kepada Percy.
Percy dan Reyna menempati kursi Praetor yang serasi di podium. Posisi ini justru membuat Percy radar diri. Tidak mudah berpenampilan penuh martabat selagi dia mengenakan seprai dan jubah ungu.
"Perkemahan ini aman," lanjut Octavian, "kuucapkan selamat kepada para pahlawan karena berhasil membawa pulang elang legiun dan banyak sekali emas imperial! Sungguh kita telah diberkahi nasib baik. Tapi untuk apa berbuat lebih" Apa gunanya mempermainkan takdir""
"Aku senang kau bertanya." Percy berdiri, menyambar peluang yang dibukakan oleh pertanyaan itu.
Octavian terbata, "Aku bukan " " bagian dari misi," kata Percy, "ya, aku tahu. Kau bijak sekali, memperkenankanku menjelaskan, karena aku ikut serta dalam misi tersebut."
Sebagian senator cengar-cengir. Octavian tak punya pilihan selain duduk dan berusaha tidak tampak malu.
"Gaea tengah terbangun," kata Percy, "kita sudah mengalahkan dua raksasanya, tapi itu baru permulaan. Perang sesungguhnya akan berlangsung di negeri dewa-dewi yang lama. Misi ini akan membawa kita ke Roma, dan akhirnya ke Yunani."
Kasak-kusuk resah menyebar di senat. "Aku tahu, aku tahu," kata Percy, "dari dulu kalian beranggapan bahwa bangsa Yunani adalah musuh kalian. Dan bukannya tanpa alasan. Menurutku dewa-dewi sengaja menjauhkan kedua perkemahan karena kapan pun kita bertemu, kita bertarung. Tapi kondisi itu bisa diubah. Harus diubah, kalau kita ingin mengalahkan Gaea. Itulah arti Ramalan Tujuh. Tujuh demigod, Yunani dan Romawi, harus menutup Pintu Ajal bersama-sama."
"Ha!" teriak seorang Lar dari deret belakang. "Kali terakhir Preator mencoba menginterpretasikan Ramalan Tujuh, orangnya adalah Michael Varus, yang menghilangkan elang kita di Alaska! Kenapa sekarang kami harus memercayaimu""
Octavian tersenyum pongah. Sebagian sekutunya di senat mulai menggangguk-angguk dan menggerutu. Bahkan sejumlah veteran tampak tidak yakin.
"Aku menggendong Juno menyeberangi Sungai Tiberis." Percy mengingatkan mereka, berbicara setegas yang dia bisa. "Juno memberitahuku bahwa Ramalan Tujuh akan segera terwujud. Mars juga muncul secara langsung di hadapan kalian. Apa menurut kalian dua Dewa Romawi terpenting bakal datang ke perkemahan kalau situasinya tidak serius""
"Dia benar," kata Gwen dari baris kedua, "kalau aku, aku memercayai perkataan Percy. Yunani atau bukan, dia sudah memulihkan kehormatan legiun kita. Kalian sudah melihatnya di medan tempur semalam. Adakah di sini yang hendak mengatakan bahwa dia bukan pahlawan Romawi sejati""
Tidak ada yang membantah. Segelintir mengangguk-angguk setuju.
Reyna berdiri. Percy memperhatikannya dengan waswas. Opini Reyna bisa mengubah segalanya secara positif atau negatif.
"Kau mengklaim akan diadakan misi gabungan," kata Reyna, "kau mengklaim Juno ingin kita bekerja sama dengan mereka kelompok yang satu lagi, Perkemahan Blasteran. Walau demikian, bangsa Yunani sudah berabad-abad menjadi musuh kita. Mereka dikenal suka mengelabui."
"Mungkin memang begitu," kata Percy, "tapi musuh bisa menjadi teman. Seminggu lalu, akankah kau mengira bangsa Romawi dan kaum Amazon bakal bertarung berdampingan""
Ratu Hylla tertawa. "Dia benar juga." "Demigod dari Perkemahan Blasteran sudah bekerja sama dengan Perkemahan Jupiter," kata Percy, "kita semata-mata tidak menyadarinya. Saat Perang Titan musim panas lalu, selagi kalian menyerang Gunung Othrys, kami mempertahankan Gunung Olympus di Manhattan. Aku sendiri bertarung melawan Kronos."
Reyna mundur, hampir tersandung toganya. "Kau ... apa"' "Aku tahu yang kukatakan memang susah dipercaya," kata Percy, "tapi kurasa aku layak m
endapatkan kepercayaan dari kalian. Aku berdiri di pihak kalian. Hazel dan Frank aku yakin mereka bermaksud ikut serta denganku dalam misi ini. Empat orang lainnya sedang menempuh perjalanan dari Perkemahan Blasteran. Salah satunya adalah Jason Grace, Praetor lama kalian."
"Yang benar saja!" teriak Octavian. "Sekarang dia mengarangngarang.
Reyna mengerutkan kening. "Perkataanmu sulit dipercaya. Jason kembali ke sini beserta gerombolan Demigod Yunani" Kau mengatakan mereka akan muncul dari langit di kapal perang bersenjata lengkap, tapi kita tidak perlu khawatir."
"Ya." Percy memandangi hadirin berwajah gugup dan ragu yang duduk di deretan bangku. "Biarkan saja mereka mendarat. Dengarkan penjelasan mereka. Jason akan membenarkan semua yang kusampaikan pada kalian. Aku bersumpah demi nyawaku."
"Demi nyawamu"" Octavian memandang senat penuh arti. "Kami akan mengingatnya, jika ini ternyata jebakan."
Tepat saat itu, seorang kurir bergegas masuk ke Gedung Senat sambil terengah-engah, seolah dia telah berlari sejak dari perkemahan. "Praetor! Maaf mengganggu, tapi pengintai kita melaporkan "
"Kapal!" kata Tyson gembira sambil menunjuk lubang di langit-langit. "Hore!"
Memang benar, sebuah kapal perang Yunani yang muncul dari balik awan, jaraknya kurang dari satu kilometer, turun ke arah Gedung Senat. Semakin kapal itu mendekat, Percy bisa melihat perisai perunggu yang berkilauan di sisinya, layar yang terkembang, dan hiasan di haluan yang berbentuk kepala naga logam. Pada tiang layar tertinggi, terdapat bendera perdamaian putih yang berkibar-kibar ditiup angin.
Argo II. Kapal paling menakjubkan yang pernah Percy lihat. "Praetor!" seru kurir. "Apa perintah Anda"" Octavian kontan berdiri. "Apa kau masih perlu bertanya"" Wajahnya merah karena gusar. Dia mencekik boneka beruangnya. "Ini pertanda yang buruk sekali! Ini jebakan, tipuan. Berhati-hatilah terhadap orang-orang Yunani yang datang membawa hadiah!"
Dia menunjuk Percy. "Teman-temannya di kapal perang itu hendak menyerang kita. Dialah yang telah membimbing mereka ke sini. Kita harus menyerang!"
"Tidak," kata Percy tegas, "kalian semua sudah mengangkatku sebagai Praetor. Sebagai Praetor, aku akan berjuang demi perkemahan ini sampai titik darah penghabisan.Tapi mereka
pernah Percy lihat. ini bukan musuh. Menurutku kita harus bersiaga, tapi tidak menyerang. Biarkan mereka mendarat. Biarkan mereka bicara. Kalau ini jebakan, maka aku akan berjuang bersama kalian, sama seperti semalam. Tapi ini bukan jebakan."
Semua mata dipalingkan ke arah Reyna. Reyna mengamat-amati kapal perang yang mendekat. Ekspresinya bertambah galak. Jika Reyna memveto perintah Percy ..., ya, dia tidak tahu apa yang bakal terjadi. Huru-hara dan kericuhan, paling tidak.
Kemungkinan besar, bangsa Romawi bakal mengikuti teladan Reyna. Dia sudah menjadi pemimpin mereka lebih lama daripada Percy.
"Tahan tembakan kalian," kata Reyna, "tapi suruh legiun bersiaga. Percy Jackson adalah Praetor yang telah kalian pilih secara sah. Akan kita percayai janjinya kecuali ada alasan jelas untuk tak memercayainya. Sidang ditutup. Senator, mari kita ke forum dan temui teman baru kita."
Para senator berduyun-duyun ke luar auditorium entah karena antusias atau panik, Percy tidak tahu pasti. Tyson lari menyusul mereka sambil berteriak, "Hore! Hore!" diiringi oleh Ella yang terbang mengelilingi kepalanya.
Octavian melemparkan ekspresi jijik kepada Percy, kemudian melempar boneka beruangnya dan mengikuti khayalak ramai.
Reyna berdiri di samping Percy. "Aku mendukungmu, Percy," katanya, "aku memercayai penilaianmu. Tapi demi kita semua, kuharap kau bisa melanggengkan perdamaian antara pekemah kita dan temanteman Yunanimu."
"Pasti bisa." Percy berjanji. "Kau lihat saja nanti."
Reyna mendongak untuk memandang kapal perang itu. Raut wajahnya kini dipenuhi nostalgia. "Kau bilang Jason ada di atas kapal kuharap kata-katamu benar. Aku merindukannya."
Reyna melenggang keluar, meninggalkan Percy bertiga saja dengan Hazel dan Frank.
"Mereka langsung turun ke forum," kata Frank cemas, "Terminus bakala
n kena serangan jantung."
"Percy," ujar Hazel, "kau bersumpah demi nyawamu. Bangsa Romawi menganggap serius sumpah semacam itu. Jika ada yang tidak beres, karena peristiwa yang tak sengaja sekalipun, Octavian akan membunuhmu. Kau mengetahuinya, kan""
Percy tersenyum. Dia tahu taruhannya tinggi. Dia tahu hari ini bisa saja mendatangkan akibat yang tidak enak. Namun, dia juga tahu Annabeth ada di kapal itu. Kalau semuanya berlangsung dengan mu/us, ini akan menjadi hari terbaik dalam hidupnya.
Dia merangkulkan satu lengan ke pundak Hazel dan lengan satunya lagi ke bahu Frank.
"Ayo," kata Percy, "biar kuperkenalkan kalian pada keluargaku yang satu lagi."[]
=======SELESAI======= Baca kelanjutannya di: The Heroes of Olympus 3: The Mark of Athena (Tanda Athena)
==================== Thanks to. Kumpulan novel online bahasa Indonesia on facebook.
Edited by. Echi. Ebook maker by. Echi. Follow and Visit: https://desyrindah.blogspot.com
http://desyrindah.wordpress.com
echi.potterhead@facebook.com
http://twitter.com/driechi
============== Ebook ini tidak untuk diperjual belikan. Saya hanya berniat untuk berbagi. Beli koleksi aslinya yaa ;)))
Kalau ingin copas, harap cantumkan sumber ;))
============= Kitab Lorong Zaman 2 Dewa Arak 42 Empat Dedengkot Pulau Karang Pendekar Pedang Sakti 12
^