Pencarian

Hilangnya Putri Duyung 1

Trio Detektif 36 Misteri Hilangnya Putri Duyung Bagian 1


MISTERI HILANGNYA PUTRI DUYUNG
Alfred Hitchcock Download Ebook Jar Lainnya Di
http://mobiku.tk http://inzomnia.wapka.mobi
KATA PENGANTAR DARI HECTOR SEBASTIAN
SELAMAT bertemu kembali. Para penggemar misteri!
Kalau kalian telah mengenal Trio Detektif. kurasa kalian tidak perlu lagi membaca kata pengantar ini. Langsung saja mulai dengan Bab 1. Petualangan kali ini sangat menarik. Banyak kejadian-kejadian yang aneh dan ajaib. Seorang anak kecil yang bandel menghilang tanpa bekas. Seorang pecinta anjing tergigit anjing-bagaimana bisa" Pada hotel tua yang berhantu sering terlihat cahaya berkelap-kelip. padahal hotel itu tidak dihuni! Dan... putri duyung! Kalian akan menemukan bahwa beberapa waktu berselang seorang aktris muda meninggal karena...
Ah. aku tidak ingin terlalu banyak bercerita di sini. Ini kan cuma kata pengantar. Aku akan perkenalkan - meskipun aku tahu bahwa sebenarnya sebagian besar dari kalian telah mengenalnya- Trio Detektif.
Trio Detektif - seperti yang telah kalian duga dari namanya - adalah tiga orang detektif muda. Mereka tinggal di Rocky Beach. kota kecil di Pacific Coast. Jupiter Jones. Penyelidik Satu dan pimpinan grup ini, adalah anak yang cerdas dan gemar sekali membaca. Ia bertubuh gendut dan mempunyai daya ingat yang luar biasa kuatnya. Pete Crenshaw, Penyelidik Dua, bertubuh atletis. Jangan heran, ia "biangnya" olahraga. Dalam saat-saat kritis ia memang tidak senekat Jupiter, tetapi patut dipuji kesetiaannya pada kelompoknya. Bob Andrews bertubuh paling kecil dari mereka bertiga. Tetapi keberanian dan ketabahannya tidak kalah dari kawan-kawannya. Ia ditempatkan pada bagian Data dan Riset.
Nah, sekarang tidak ada lagi yang belum kenal dengan Trio Detektif. Bersiap-siaplah menghadapi petualangan yang penuh dengan peristiwa yang mendebarkan dan mengejutkan!
"HECTOR SEBASTIAN Bab 1 LENYAPNYA SEORANG ANAK KECIL
""MR. CONINE, Mr. Conine! Todd hilang!"
Seorang wanita muda berlari dari halaman gedung di seberang jalan Wajahnya yang cantik kecoklatan tampak sangat risau.
"Mr. Conine, Todd hilang lagi!" serunya. "Sudah kucari ke mana-mana, tetap saja tidak kutemukan!"
Laki-laki tua yang diajak bicara sedang duduk pada sebuah bangku di pinggir suatu tempat khusus bagi pejalan kaki, mengobrol santai dengan tiga orang anak, Sekarang ia ikut kuatir, tapi juga dongkol.
"Anak bandel!" desisnya. "Musti diikat rupanya dia!"
Ia berdiri menyambut wanita itu. "Tenang saja, Regina," katanya. "Tidak afdol rasanya kalau Todd tidak keluyuran sehari saja. Tenanglah. Kan Tiny mendampinginya. "
"Justru itu yang membuatku kuatir," kata wanita itu. "Tiny ketiduran. Dan sewaktu aku lengah beberapa detik saja, Todd sudah hilang. Todd cuma sendirian!"
Ketiga anak yang tadi duduk mengobrol dengan laki-laki tua itu saling bertukar pandang.
"Todd itu anak Anda, ya"" tanya anak yang gemuk. "Berapa umurnya""
"Lima tahun," sahut wanita itu. "Ia masih terlalu kecil untuk berjalan-jalan sendiri. Aku takut terjadi sesuatu padanya."
Kalau begitu kita harus cepat," ujar Mr. Conine. "Sekarang ia tentu belum jauh. Kita cari bersama-sama. Kalau perlu seluruh Ocean Front ini kita aduk-aduk. Kau sebelah sana, dan aku di bagian dermaga. Tenang saja, kita akan segera menemukannya."
Wanita itu masih kuatir, tidak yakin mendengar perkataan Mr. Conine. Namun ia berbalik dan berjalan juga ke arah yang ditunjuk. Mr. Conine sendiri berjalan ke arah yang berlawanan.
"Busyet, baru lima -tahun sudah suka keluyuran!" seru anak yang kurus berkaca mata. "He, Jupe, tempat ini penuh orang-orang aneh. Benar-benar berbahaya bagi anak kecil itu. Kalau aku punya anak berumur lima tahun, tidak sekali pun kulepaskan genggamanku padanya."
Anak yang gemuk mengangguk-angguk. Sorot matanya memancarkan rasa kuatir. Anak itu ialah Jupiter Jones. Ia dan kedua kawannya, Bob
Andrews dan Pete Crenshaw, baru saja tiba pagi itu di Venice, sebuah kota di pinggir pantai negara bagian California. Atas usul Bob, anak-anak bersepeda menyusuri pantai dari Rocky Beach ke tempat itu. Bob mempunyai .keperluan untuk "menyelesaikan suatu tugas di sana. Setelah m
engunci sepeda mereka di tempat parkir sepeda, mereka berjalan kaki di sepanjang Ocean Front, suatu tempat khusus bagi pejalan kaki di sepanjang pantai itu. Mereka menikmati karnaval rutin di sana yang membuat Venice terkenal-para penari dengan pakaian gemerlapan, pemusik- jalanan, penjaja es krim, badut, tukang sulap, dan tukang ramal.
Venice sebuah kota kecil dengan suasana yang selalu meriah, namun ada pula "si buruknya. Anak-anak melihat sekelompok orang yang bermabuk-mabukan di tepi pantai. Salah seorang dari mereka ditangkap polisi karena membuat kerusuhan di sana. Tukang jambret dan pencuri berkeliaran di mana-mana, siap memangsa orang yang lengah.
Jupiter teringat pada cerita-cerita tentang Venice. Pantai ini dahulu sering dijadikan tempat pelarian. Orang-orang itu membikin kelompok-kelompok yang mengaku sebagai "penguasa" Daerah itu. Mereka tak segan-segan menggunakan kekerasan terhadap penduduk agar penduduk menuruti kehendak mereka. Tempat ini benar-benar berbahaya bagi seorang anak berumur lima tahun.
Jupiter bertukar pandang dengan kawan-kawannya. Kedua kawannya menunggu keputusan Jupiter dengan penuh harap.
"Kelihatannya Trio Detektif bakal menghadapi kasus baru," kata Jupe. Kedua kawannya menyeringai lebar tanda setuju. Tidak ada kasus yang terlalu besar-atau terlalu - kecil-untuk mereka tangani.
Anak-anak mulai menjelajahi Ocean Front. Mereka mencari dengan cara yang sistematis. Tidak ada sudut yang luput dari perhatian mereka. Sesekali mereka bertanya pada orang-orang yang lalu-lalang di sana. Mereka juga mencari di jalan-jalan yang sejajar dengan Ocean Front, yaitu Speedway dan Pacific Avenue.
Usaha mereka membuahkan hasil. Jupe melihat seorang anak kecil sedang berjongkok di dekat tempat sampah, bermain-main dan bercakap-cakap dengan seekor kucing dekil. Anak itu berambut dan bermata hitam, mirip wanita tadi.
"Namamu Todd, ya"" tanya Jupiter.
Anak kecil itu tidak menjawab. Ia berbalik dan bersembunyi di balik tong sampah.
"Kau dicari ibumu," kata Jupiter.
Anak itu menatap Jupe. Lalu ia keluar dari tempat persembunyiannya seraya menjulurkan satu tangannya. "Oke," ujarnya.
Jupe memegang tangan anak kecil itu. Kemudian mereka berempat kembali ke Ocean Front. Di tempat berjalan Mr. Conine telah menunggu. Melihat mereka, ia berlari menyongsong.
"Kau anak nakal!" serunya sambil menjewer Todd. "Ibumu ketakutan setengah mati, tahu!"
Ibunya muncul. Mula-mula didekapnya Todd. Lalu ia mengguncang-guncang Todd sedikit.
"Sekali lagi kau berani keluyuran seorang diri, awas!" ancamnya. .
Todd tenang-tenang saja mendengar ancaman ibunya. Ia cuma diam saja, menunggu dengan sabar Trio Detektif memperkenalkan diri mereka pada ibunya.
Nama lengkap wanita itu Regina Stratten. Kerisauannya lenyap seketika, berubah menjadi sikap yang ramah dan hangat pada anak-anak. Mereka berjalan memasuki halaman gedung tempat Regina Stratten muncul tadi. Gedung itu berbentuk seperti huruf U dengan halaman di tengah-tengahnya. Toko-toko berjajar pada gedung di kanan-kiri halaman. Regina Stratten masuk ke dalam sebuah toko buku di sebelah kiri, Toko Bookworm.
Ayah Regina, Charles Finney, telah menunggu di dalam toko. Ia berumur enam puluhan dan bercambang lebat. Rupanya Mr. Finney dan Regina waktu itu sibuk mengurusi toko sehingga Todd keluar tanpa diketahui. Tiny, anjing mereka, saat itu sedang tidur.
Tiny seekor anjing besar. Ia blasteran dari Great Dane dan Labrador. Ketika melihat Todd, ia mengibas-ngibaskan ekornya dan menaruh moncongnya di bahu Todd.
"Lihat itu!" seru Regina Stratten. "Tiny saja merasa kuatir. Kau tidak boleh keluyuran lagi. Mengerti""
Todd menatap ibunya dengan pandangan tak berdosa. Dengan pol os ia berkata, "Tiny kan tadi tidur. Aku tak mau membangunkannya. Aku pergi saja sendiri."
"Sudah, jangan banyak alasan. Ingat, jangan berani lagi berbuat begitu!" Regina mengulangi peringatannya.
Mr. Conine berdiri saja di pintu, mengawasi mereka. Mendadak di sampingnya muncul seorang pria ramping, tampan, dan sudah setengah umur. Ia memandang Todd dengan pandangan marah.
"Kau rupanya yang melempari ka
ca rumahku dengan odol! serunya.
Todd bersembunyi di balik Tiny.
"Todd!" Regina Stratten benar-benar naik darah. "Apa-apaan ini"!"
Mr. Finney menghela napas. "Pantas, odolku cepat sekali habis."
"Sekali lagi kau begitu, akan kupanggil polisi. Biar kau ditangkap!" ancam laki-laki itu dari pintu.
"Mr. Burton," ujar Regina. "Tidak usah sampai ke polisi segala. Todd kan baru lima tahun. Ia belum mengerti apa-apa. Dan kukira ia juga merasa bersalah atas apa yang diperbuatnya..."
"Aku tidak mau tahu! Pokoknya aku tidak mau diganggu lagi," tukas orang itu. "Anak itu memang harus dihajar!"
Tiny merasa bahwa orang itu menakut-nakuti tuannya. Dengan garang ia menyalak-nyalak.
Orang itu surut ke belakang, lalu pergi sambil mengumpat-umpat.
Todd memandang ibunya. Ibunya balas memandang dengan dingin. Kakeknya lebih dingin lagi tatapannya. Todd membenamkan wajahnya di punggung Tiny yang berbulu tebal.
"Oke," akhirnya. ibunya berkata. "Kau lihat sendiri, kan" Semua orang tidak suka kalau kau berkelakuan seperti itu. Yang tadi itu pemilik gedung ini. Kalau kau membuat masalah lagi, bisa-bisa kita dikeluarkan dari tempat ini. Kau dengar, itu""
Todd diam saja. Ia berjalan ke kolong meja, bermain-main dengan mobil-mobilannya di situ. Tiny menemaninya.
"Nah, sekarang ia anteng, ujar Regina. Paling tidak untuk lima belas menit ini."
Ia berterima kasih pada anak-anak yang telah menemukan Todd. Mr. Finney menawarkan pada anak-anak untuk duduk dan minum dulu. Dengan senang hati anak-anak menerima tawaran itu, karena kebetulan mereka punya suatu pekerjaan Mereka sedang membantu Bob melakukan penelitian tentang peradaban Amerika.
"Aku akan membuat tulisan mengenai daerah urban yang sedang mengalami perubahan," Bob menjelaskan pada Mr. Finney, "dan kupikir Venice tempat yang cocok untuk itu:.
Mr. Finney menggangguk. Mr. Conine yang tua itu tersenyum, senang melihat semangat anak-anak.
"Sejak berdiri sampai sekarang Venice selalu berubah-ubah," katanya. "Dan perubahannya luar biasa.
""Kalian akan nonton parade besok, kan"" tanya Regina.
Parade Empat Juli"" kata Bob, "Aku selalu ingin menyaksikan sesuatu yang istimewa pada hari kemerdekaan Amerika Serikat ini. Tapi, apakah parade itu istimewa""
"Oo, itu wajib ditonton," kata Mr. Finney. "Parade itu lain dari yang lain. Peristiwa yang paling muskil sekalipun dapat terjadi dalam Parade Empat Juli, terutama di Venice ini."
Bob menoleh pada kawan-kawannya, meminta persetujuan mereka. Pete sedang me1ihat ke luar melalui jendela toko ke arah Ocean Front. Seorang wanita bergaun ungu nampak melintas.
Ia seperti bercakap-cakap dengan dirinya sendiri.
"Itu Miss Moonbeam," kata Mr. Conine. "Ia pengunjung tetap pantai ini."
"Hmm," gumam Pete. "Kelihatannya parade besok benar-benar menarik perhatian banyak orang. Aku tidak ingin melewatkan tontonan sekali setahun ini!"
Aku juga," sambung Jupe. Aku sudah tak sabar ingin melihatnya!"
"Bab 2 PLAZA PUTRI DUYUNG
SUARA dentuman menggelegar di udara.
Pete terlompat. "Apa itu""
Rileks saja," sahut Jupe. "Sekarang kan tanggal 4 Juli. Masa lupa" Itu cuma petasan."
Muka Pete bersemu merah. "Oh, ya. Aku lupa. Parade di sini memang gila-gilaan."
Dan memang suasana benar-benar gila-gilaan, paling tidak keramaiannya. Jalur pejalan kaki, Ocean Front, yang terbuat dari beton dipadati orang. Puluhan anak kecil ikut berdesak-desakan dalam kerumunan orang banyak. Sementara para orang tua tak mau ketinggalan. Mereka ikut berdiri di tepi sambil membawa payung penahan terik matahari. Bahkan bayi-bayi pun dibawa orang tua mereka dalam kereta-kereta- dorong. Pemusik-pemusik jalanan dengan bersemangat memainkan lagu-lagu meriah, dan orang-orang berpakaian aneh menjajakan pakaian-pakaian nyentrik di belakang karavan-karavan.
Anak-anak bergegas berjalan ke tempat kerumunan. Sebentar-sebentar Bob memotret dengan kamera yang dibawanya. Ia memotret Miss Moonbeam, wanita yang dilihatnya kemarin. Ia sedang berdansa diiringi seorang pemusik akordeon yang membawa dua ekor burung kakaktua berwarnawarni di bahunya.
Di tengah jalan anak-anak melihat seorang p
ria berpakaian compang-camping mendorong keranjang dorong yang penuh botol dan kaleng kosong. Sepasang anjing kampung dengan setia mengikutinya. Ketika orang itu berhenti untuk memungut botol kosong, kedua anjing itu ikut berhenti.
"Itu Fergus," terdengar suara di belakang anak-anak. Mr. Conine sekonyong-konyong telah berdiri di belakang mereka. "Fergus itu orang istimewa. Penampilan luarnya memang kotor, tapi hati dan jiwanya bersih sekali. Tidak pernah ia menyakiti binatang, bahkan lalat sekalipun. Ia selalu membagi makanannya dengan anjing-anjingnya. Pecinta anjing sejati. Anak-anak suka sekali padanya. Lihat saja nanti.
Trio Detektif mengamat-amati Fergus dari kejauhan. Ia duduk di sebuah bangku dekat sebuah kantin yang menghadap ke pantai. Ia mengeluarkan sebuah harmonika. Kedua anjingnya duduk menghadap ke arahnya. Kedua telinga mereka tegak berdiri.
Fergus mulai memainkan harmonikanya. Musiknya lembut, hampir tidak terdengar. Namun dalam sekejap anak-anak kecil berkerumun mengelilinginya.
Trio Detektif mendekat, ikut berkerumun di sana. Musiknya bukan musik yang populer, tapi musik itu menyenangkan. Dengan asyik anak-anak mendengarkan.
Beberapa menit kemudian konser mini itu desai. Fergus menyimpan harmonikanya. Ia melanjutkan perjalanannya, diikuti kedua anjingnya. Kerumunan itu pun bubar.
"Apakah "anak-anak selalu berkerumun kalau ia memainkan harmonikanya"" tanya Jupiter.
"Selalu," jawab Mr. Conine. "Entah mengapa, Fergus selalu digemari anak-anak."
Anak-anak berjalan lagi melihat-lihat keramaian didampingi Mr. Conine. Suara petasan makin keras, menambah gaduh suasana. Sewaktu melewati toko buku Bookworm, mereka melihat Todd keluar ke halaman gedung untuk ikut menonton keramaian. Tiny mendampinginya.
"He," seru Pete. "Anak itu keluar sendirian lagi.
"Tidak apa-apa .kali ini," ujar Mr. Conine. "Kan ada Tiny. Anjing itu menganggap Todd sebagai Tuan besarnya. Tidak akan Tiny membiarkan orang asing menyentuh Todd."
"Tapi Todd kelihatannya sering sekali menimbulkan masalah," kata Bob.
Ya," sahut Mr. Conine. "Khayalannya melambung-lambung, dan energinya tak habis-habis. Ia bosan diam di toko itu terus. Regina telah menjanda, dan ia tidak dapat menyewa seorang suster perawat anak kecil Jadi Todd sehari-harinya bermain-main dalam toko saja. Kadang-kadang ia membayangkan dirinya sebagai Superman, lain waktu ia berkhayal menjadi King Kong. Ibunya ingin agar Todd cepat-cepat sekolah. Tapi itu baru mulai September nanti,"
Anak kecil itu nampaknya cepat bosan. Keramaian di jalan tidak lagi menarik perhatiannya. Sekarang ia melambung-lambungkan bola pada sebuah dinding bangunan tua di ujung halaman gedung. Bangunan itu bertingkat tiga dan nampak tidak terawat. Kondisi bangunan itu sangat berlawanan dengan bangunan di sayap-sayapnya yang modern serta halaman gedung yang apik.
"Bangunan apa itu"" tanya Bob pada Mr. Conine. "Kelihatannya seperti bangunan bersejarah.
"Memang bersejarah. Itu Hotel Putri Duyung. Karena itu seluruh kompleks pertokoan dan hotel itu dinamakan Plaza Putri Duyung. Kau sebaiknya memotret hotel itu, cocok sekali untuk tugas makalahmu." .
Bob memotret hotel itu beberapa kali, sementara Pete dan Jupe mempelajari keadaan halaman gedung. karena kemarin mereka tidak sempat melakukannya. Halaman itu menghadap ke barat, memberikan pandangan yang leluasa dari hotel ke laut lepas. Sepanjang sisi utara berdiri bangunan berlantai dua. Toko Bookworm terletak di ujung luar lantai pertama. disusul dengan toko layang-layang High Old Time, lalu toko kecil Rock Hound. Di jendela toko kecil itu terpajang batu-batu indah dan barang-barang kerajinan perak. Di ujung yang satu lagi. dekat dengan hotel, terdapat sebuah tangga menuju pertokoan di lantai dua. Tepat di atas toko Rock Hound terdapat Galeri Putri Duyung.
Galeri itu dikelola Mr. Burton,". kata Mr. Conine. "Orangnya ganteng. Itu lho, yang marah-marah pada Todd kemarin. Ia pemilik seluruh kompleks Putri Duyung ini, termasuk hotelnya. Tinggalnya di apartemen yang terletak di samping galeri, di atas toko buku itu."
Anak-anak mengalihkan perhatia
n pada bagian lain dari kompleks pertokoan itu. Hotel Putri Duyung berdiri di sepanjang bagian timur gedung itu. Sedangkan di sepanjang sisi selatan berdiri sebuah bangunan mirip bangunan di sisi utara. Bangunan ini juga dipergunakan sebagai tempat pertokoan dan apartemen. Paling dekat dengan hotel terdapat kantin besar. Nut House, dan toko Some Warm Fuzzies berada di ujung luar bangunan itu, menjual perlengkapan jahit-menjahit.
Halaman itu sendiri ditata dengan apik. Dihiasi rumput hijau yang tumbuh dan dipangkas, sebuah air mancur, sekumpulan pot bunga dan sebuah jalan setapak. Di muka Nut House, "buah teras dengan kursi-kursi dan meja-meja melengkapi keindahan halaman itu. Seorang laki-laki kurus berambut coklat tua sedang berdiri di sana mengumpulkan piring-piring dan membuang sisa-sisa makanan ke dalam tempat sampah. Kulitnya sangat pucat. seperti lama tidak tidur. Todd berada di sana juga sekarang. melompat-lompat dari pinggir teras ke rumput di "bawahnya Tiny duduk di dekatnya, mengawasi tuan besarnya dengan waspada.
"He, Anak kecil!" bentak laki-laki muda itu. "Jangan main di sini!"
Todd nampak tersinggung. Ia berlari ke toko buku.
"Wah, orang itu seharusnya tidak membentak Todd," kata Pete. "Todd kan tidak mengganggu siapa-siapa."
"Mooch Henderson memang begitu orangnya, ujar M". Conine. "Tony dan Marge Gould, pengelola Nut House, tidak beruntung mendapat pelayan kantin seperti dia."
"Gedung itu milik Mr. Burton juga" tanya Bob sambil melihat ke arah Nut House.
"Ya. Seperti yang kau lihat, bangunan itu dengan bangunan di seberangnya masih baru. Cuma hotelnya saja yang merupakan bangunan kuno. Didirikannya pada tahun 1920-an, ketika Venice baru mulai ditempati. Waktu itu Venice masih sangat anggun. Banyak terdapat kanal, hampir seperti di kota Venice di Itali. Bintang-bintang film dari Hollywood sering berlibur di sini. Mereka menginap di Hotel Putri Duyung. Namun kemudian orang-orang kaya lebih suka pergi ke Malibu. Daerah ini mulai mengalami kemunduran. Hotel itu bangkrut, lalu ditutup. Waktu Clark Burton membelinya, ia menjanjikan akan merenovasi hotel itu. Tapi nyatanya sampai sekarang hal itu belum dilakukannya."
"Clark Burton!" seru Jupe' tiba-tiba. "Aktor itu! Pantas kemarin aku seperti kenai dengan wajahnya.
"Benar, Burton seorang aktor," kala Conine. Tapi sudah bertahun-tahun ia tidak main film lagi. Bahkan mungkin sejak sebelum kau lahir. Dari mana kau tahu, Jupiter" Televisi""
"Jupe itu pecandu bioskop," ujar Bob. "Sampai-sampai film tua yang diputar di teater kecil di Hollywood pun ditontonnya." Pete nyengir. "Jupe sendiri bintang film," celetuknya usil, "sering main sebagai Baby Fatso!"
Mr. Conine terheran-heran. "Astaga! Kau rupanya yang menjadi Baby Fatso" Tak kukira!"
Muka Jupe bersemu merah. Ia paling benci kalau orang mengingat-ingat perannya sebagai anak gendut yang dungu. Ia berusaha mengalihkan topik pembicaraan.
"Jadi Clark Burton yang mengelola galeri itu"" tanyanya seraya menunjuk pada lantai dua bangunan di sisi utara.
"Ya. Ia menjual barang-barang kerajinan keramik, lukisan, dan benda-benda kerajinan perak." Mr. Conine menunjuk sebuah balkon pada bangunan di sisi selatan, di atas kantin dan toko perlengkapan jahit-menjahit "Ada dua apartemen di sana," katanya. "Aku sendiri tinggal di apartemen yang dekat ke hotel, dan Miss Peabody menempati apartemen yang lebih dekat ke pantai. Itu dia Miss Peabody. Wanita yang anggun, hanya saja pendiriannya kurang teguh."
Wanita yang ditunjuk Mr. Conine berumur paling sedikit tujuh puluh tahun. Ia tampak menuruni tangga perlahan-lahan sambil berpegangan pada sandaran tangga. Pakaiannya agak kepanjangan dan bunga-bunga merah muda menghiasi tepi-tepi topinya.
"Selamat pagi, Miss Peabody," sapa Mr. Conine. "Mari ke sini, akan kuperkenalkan teman-teman mudaku, Jupiter, Pete, dan Bob."
"Jupiter!" ujarnya. "Nama yang bagus sekali. Jarang aku mendengarnya."
"Anak-anak sedang bekerja menyelesaikan tugas sekolah," kata Mr. Conine. "Mereka mempelajari daerah urban yang mengalami perubahan Venice. "
"Venice seluruhnya"" tanya Miss Peabody.
"Atau cuma Plaza Putri Duyung""
Alis mata Bob terangkat. "Banyakkah yang dapat digali tentang Plaza Putri Duyung""
"Lebih banyak dari yang kau duga," jawab Miss Peabody. "Dulu sekali pernah terjadi suatu tragedi hotel tua ini. Francesca Fontaine, yang menginap di hotel ini, tiba-tiba menghilang."
Pete meneguk ludah. "Ooh, cepat sekali waktu berlalu," desah Miss Peabody. "Well, Francesca Fontaine seorang aktris yang sering berkunjung ke sini di masa jayanya Venice. Pada suatu hari Minggu ia keluar dari hotel untuk pergi berenang. Ia berenang ke laut, dan... sejak itu tak pernah terlihat lagi."
Dahi Jupe berkerut. "Rasanya pernah kudengar cerita itu."
""Tidak heran aku. Itu menjadi legenda di Hollywood. Well, karena tubuhnya tidak pernah ditemukan, tragedi itu menjadi bahan pergunjingan. Ada yang mengatakan Fontaine berenang mengarungi laut sampai ke Phoenix, Arizona, lalu tinggal di sana bersama peternak unggas. Ada juga yang bilang bahwa ia diam-diam kembali ke hotel dan mengurung diri di sana. Mereka berpendapat ia punya semacam penyakit yang tidak tersembuhkan. Dan ia malu terhadap penyakit yang diidapnya itu."
"Mereka yang berpendapat begitu mengatakan bahwa hotel ini dihuni hantu. Dan hantunya ialah Francesca Fontaine, tambah Mr.Conine. "Aku sendiri cenderung mempercayainya."
"Omong kosong!" tukas Miss Peabody.
"Ada yang menghuni hotel ini." Mr. Conine berbicara dengan lemah-lembut, tetapi ada ketegasan dalam kata-katanya. "Aku beberapa kali melihat cahaya di balik jendela-jendela hotel itu di malam hari. Karena tidak seorang pun pernah memasukinya lagi, pasti yang menyalakan lampu adalah penghuni hotel itu. Kurasa Clark Burton tahu. Itulah sebabnya ia tidak pernah memperbaiki dan membukanya kembali."
"Ia takut pada hantu"" ujar Bob.
"Tidak," sahut Miss Peabody Matanya memancarkan sinar kebencian. Ia cuma belum memikirkan bagaimana caranya agar hotel itu laku setelah diperbaiki. Tapi kalau kalian mau tahu lebih banyak, tanya saja pada dia sendiri. Ia ada di Galerinya sekarang."
"Bob membayangkan laki-laki yang marah-marah pada Todd kemarin. "Aku... mmm... aku tidak mau mengganggunya," katanya. "Mungkin ia sibuk sekarang."
Ia selalu meluangkan waktu kalau kau menanyakan tentang dirinya sendiri!" seru Miss Peabody. "Ia seorang a ktor dan setiap aktor senang diperhatikan. Bilang saja padanya kau ingin mencantumkan namanya dalam makalahmu. Pasti dia langsung tertarik."
Miss Peabody meninggalkan mereka, pergi ke kantin.
Mr. Conine tersenyum. "Masih cukup waktu sebelum parade dimulai, ujarnya. "Datangi saja dia."
Anak-anak perlahan-lahan menuju tangga bangunan di sisi utara. Bob ragu-ragu sejenak. Diambilnya napas panjang, lalu diberanikannya dirinya menaiki tangga itu.
Bab 3 KALI INI TIDAK MAIN-MAIN!
"DI GALERI PUTRI DUYUNG dibatasi dengan dinding putih dan langit-langit tinggi. Sebuah bel berbunyi ketika anak-anak masuk. Dengan takut-takut mereka memandang berkeliling. Benda-benda seni terpajang dalam galeri itu-ukiran gading dan kayu, permadani gemerlapan, lukisan, dan kotak kaca berisi kerajinan keramik yang indah. Di sana-sini terdapat mangkuk dan vas bunga terbuat dari perak atau gelas berwarna.
Patung keramik putri duyung berdiri pada suatu alas dekat jendela besar dekat pintu. Tinggi patung itu sekitar satu meter. Patung setengah orang setengah ikan itu tampak sedang tertawa lebar sambil bersimpuh pada ekor ikannya dan mengangkat sebuah kerang tinggi-tinggi.
"Siapa itu"" kata Clark Burton sambil menatap tajam pada anak-anak. Ia berdiri di balik sebuah meja tinggi yang membatasi gudang. Ada sebuah tempat cucian, bupet, dan sebuah kamar kecil di ujung situ.
Bob terdiam bagai patung, tenggorokannya seperti tersumbat. Laki-laki itu memang galak seperti yang dikuatirkannya. Ingin rasanya ia keluar dari ruangan itu, balik turun tangga lagi. Pada saat itu Jupe melangkah ke muka. Ia memasang gayanya yang agak sok itu.
"Aku Jupiter Jones, katanya dengan yakin. "Kita pernah berjumpa kemarin dalam sua sana yang jauh dari akrab, tatkala Todd kembali ke rumahnya. Hari ini aku dan kawan-kawanku kemb
ali ke sini karena galeri ini menarik untuk dikunjungi. Dan karena aku merasa pasti bahwa Anda akan tertarik pada kami, Mr. Burton."
Jupe kadang-kadang membuat orang dewasa terheran-heran atau bahkan berhasil memojokkan mereka. Kali ini ia membuat lawan bicaranya sebal. Mr. Burton keluar dari balik meja kasir dengan pandangan geram.
Dasar Jupiter! Ia tidak menghiraukan sikap Mr. Burton. malah terus saja nyerocos. "Kawanku, Bob, sedang menulis tentang daerah urban yang berada dalam keadaan transisi. Kami diberi tahu bahwa Anda turut berperan dalam perubahan yang terjadi di daerah ini, di Venice."
"Oh!" kata Burton. Sekejap kegeramannya berubah menjadi keramahan. "Itu benar sekali. Aku dapat membantu menceritakan peranku di sini. Silakan duduk."
Ia mempersilakan anak-anak duduk di seperangkat kursi dekat dinding. Anak-anak duduk. Burton menyeret sebuah kursi lalu duduk bersandar di seberang mereka. Bicaranya sangat hati-hati dan teratur, seakan-akan ia sedang menghafal naskah.
""Aku sudah lama tertarik pada Plaza Putri Duyung," katanya. "Aku sering berkunjung ke Venice untuk berenang di laut, di kala Venice belum populer lagi seperti sekarang. Waktu itu tidak ada jalan untuk pengendara sepeda, tidak ada toko-toko pakaian. Cuma ada sebuah rumah bobrok di pinggir pantai serta kanal-kanal kotor dipenuhi rumput liar.
"Ketika Hotel Putri Duyung dijual aku meneliti keadaannya. Harganya tidak terlalu mahal jadi kubeli seluruh bangunan dan halamannya sekalian. Aku termasuk penggemar Francesca Fontaine. di masa mudaku. Dengan membeli hotel ini aku merasa bangga karena hotel inilah yang terakhir ditinggali Fontaine.
Ia melihat anak-anak dengan pandangan menyelidik. "Kau pernah dengar tentang Francesca Fontaine"" tanyanya.
"Pernah, Sir," jawab Bob.
Burton melanjutkan. "Sewaktu kubeli gedung ini, hanya ada hotel dan halaman kosong di sekitarnya. Aku yang mendirikan dua bangunan yang mengapit halaman, aku juga yang memugar halaman sehingga menjadi taman yang asri, seperti yang kalian lihat sendiri. Sejak aku tinggal di sini, kuingin segalanya serba atraktif. Hasilnya" Banyak tamu berdatangan. Bukan hanya dari daerah sekitar sini, tapi juga orang-orang penting dari jauh-perencana kota, artis, arsitek Mereka mempelajari perkembangan bangunan ini untuk dijadikan bahan perbandingan."
Burton kelihatan puas dengan ceritanya sendiri.
"Suatu saat Venice akan menjadi kota teladan seperti yang dicita-citakan dulu," ramalnya. "Daerah-daerah yang kumuh akan dibersihkan, dan kota ini akan menjadi kota yang mutakhir. Plaza Putri Duyung akan berharga jutaan dolar!"
Ia berhenti. Jupiter bertanya, "Bagaimana dengan hotelnya" Apakah Anda akan memperbaikinya ""
"Aku belum memutuskan," jawab Burton. "Penampilannya mengerikan. Harus diruntuhkan seluruhnya sebelum dibangun lagi. Kalau tidak, percuma. Tapi hotel ini dulunya hotel yang anggun, aku merasa sayang untuk meruntuhkan nya:'
Burton memandang melalui pintu yang terbuka. "Oh, kelihatannya parade segera dimulai di Ocean Front," ujarnya. "Apakah informasi yang kuberikan cukup untuk makalahmu""
Ia ingin agar anak-anak cepat meninggalkan galeri itu. Anak-anak memahami. Mereka mengucapkan terima kasih, lalu turun tangga.
Halaman gedung kosong. Semua orang berkerumun di pinggir jalan untuk menyaksikan parade. Suara musik mulai mengudara. Meriah sekali. Terdengar suara trompet, trombone, genderang, dan cymballs yang bersahut-sahutan.
Anak-anak ikut berkerumun berdesak-desakan. Suara petasan berdentum keras dari pantai. Parade dimulai. Ternyata Mr. Finney benar. Belum pernah anak-anak melihat parade seperti itu. tidak ada marching band berseragam yang dipimpin majorette-nya. Yang muncul ialah sebuah pasukan pemain musik berpakaian macam-macam - pakaian renang dan pakaian ketat, jeans dan T-shirts, jubah dan serban. Salah seorang pemain xylophone memakai serban hitam mengkilat di kepalanya. Di sebelahnya seorang pemain timtom trio memakai jubah jingga. Pada jubahnya dijahitkan kaca-kaca kecil yang berkilau-kilau.
Bob menjepretkan kameranya berulang kali, mengambil gambar hampir setiap peser
ta parade yang melintas. Beberapa meter darinya Regina Stratten menggendong Todd pada bahunya. Di seberang Ocean Front, Mr. Conine berdiri dekat bangku kesayangannya.
Setelah beberapa saat Todd bosan, dan minta diturunkan dari gendongan ibunya. Ia menyeruak dalam kerumunan orang banyak, berusaha menuju halaman gedung.
"Jangan dekat-dekat tempat Mr. Burton. Dan jangan jauh-jauh dari Tiny!" seru ibunya mengingatkan.
"Oke," janji Todd.
Ia berlari diikuti Tiny, anjingnya yang setia.
Parade terus berlangsung dengan meriah. Khuus pada hari ini, mobil diperbolehkan melalui Ocean Front. Di panggung terbuka yang ditarik mobil-mobil, disajikan pertunjukan yang tak kalah menariknya. Beberapa panggung memasang iklan bagi dagangan atau urusan bisnisnya. Barisan panggung terbuka itu bagai tak ada habisnya.
Sesaat kemudian, Jupe mendengar Regin Stratten berkata, "Di mana Todd sekarang""
Ia keluar dari kerumunan, pergi ke Plaza Putri Duyung. Beberapa menit kemudian ia kembali
"Daddy"" panggilnya. "Daddy, di mana kau"
Charles Finney menyeruak di antara kerumunan
"Aku tidak melihat Todd!" kata Regina.
Finney menenangkannya. Tidak usah terlalu kuatir seperti itu. Kan ia ditemani Tiny. Apa lagi yang perlu dikuatirkan""
Tapi Regina tetap kuatir. Ia dan ayahnya pergi ke plaza lagi. Jupiter mengikuti.
Berulang kali Todd dipanggil. Tidak ada jawaban. Tiny pun tidak muncul.
Charles Finney memeriksa ke dalam tokonya. Clark Burton melangkah keluar ke balkon. Tony Gould, pemilik kantin, sedang berdiri di teras. Tidak seorang pun melihat Todd.
Regina makin kebingungan. "Ia hilang!" katanya. "Ia kabur lagi."
Untuk kedua kalinya Trio Detektif turun tangan membantu mencari Todd. Mereka melakukannya seperti yang mereka lakukan kemarin. Tidak ada sudut yang luput dari perhatian. Kali ini pencarian berlangsung lebih lambat diakibatkan ramainya daerah itu. Orang masih berkerumun menyaksikan parade yang tak kunjung habis itu,
Trio Detektif sudah mencari sampai sejauh enam blok dari Plaza Putri Duyung. Mereka berhenti, dan beristirahat pada sebuah tangga bangunan tua reyot.
"Mungkin sekarang Todd sudah ditemukan di rumahnya di toko buku," ujar Bob. "Sebaiknya kita kembali untuk mengeceknya."
Ya, atau malah si kecil itu bergabung dalam parade - padahal kita mencarinya setengah mati, sampai melewatkan kesempatan nonton parade," gerutu Pete.
Jupe diam saja. Ia memandang ke depan. Wajahnya nampak dongkol.
Semenit kemudian Bob bangkit menuju jalan di samping gedung itu. Ia melewati sebuah tong sampah. Iseng-iseng ditelitinya tong itu.
"Jupe! Pete!" pekiknya.
"Apa"" sahut Pete. "Kau seperti melihat setan."
Bob berpaling dari tong sampah. Wajahnya pucat pasi. "Kali ini masalahnya serius sekali. Ada anjing tergeletak di sana. Kukira itu Tiny... dan... dan Tiny mati!"
"Bab 4 TRIO DETEKTIF TURUN TANGAN
"REGINA STRAITEN hampir pingsan melihat keadaan Tiny. Anak-anak telah kembali ke toko buku. Mereka mengajak wanita itu serta ayahnya melihat ke tempat mereka menemukan seekor anjing tergeletak di balik tong sampah.
Setelah itu polisi turun tangan mencari Todd Stratten. Pada sore harinya tak kurang dari selusin polisi dikerahkan untuk mencari anak kecil itu. Mereka menjelajahi seluruh Ocean Front dengan mobil patroli. Sebagian berjalan kaki menyelidiki setiap jengkal daerah itu. Pintu-pintu rumah diketuk, ditanyakan apakah ada yang. melihat Todd.
Bob, Pete, dan Jupe menunggu di teras kantin Nut House. Mr. Conine mendampingi mereka, ia terlihat prihatin. Menjelang petang, Miss Peabody turun dari apartemennya, bergabung dengan mereka di teras.
"Mengerikan," ujarnya.
"Jangan berkata seperti itu, Miss Peabody," kata Pete. "Memang anjing itu mati, tapi kan itu tidak berarti Todd celaka."
"Justru ia celaka," ujar Miss Peabody. "Todd dan Tiny tidak dapat dipisahkan. Kalau seseorang menyerang Tiny, Todd akan berteriak. Dan kalau Todd yang ditakut-takuti..."
Ia menggeleng-geleng. Ya," sambung Jupiter. "Kalau Todd yang ditakut-takuti, Tiny akan menyerang orang itu. Kemudian orang itu balas menyerang Tiny.
"Menurut polisi Tiny mungkin ditabrak
mobil," kata Bob. "Mungkin itu cuma kecelakaan. Pengemudi mobil itu tidak mau terlibat urusan, jadi dibuangnya anjing itu ke. balik tong sampah."
"Kalau begitu, mengapa Todd tidak pulang"" tanya Jupe.
Charles Finney keluar dari tokonya saat itu, disusul Regina. Wajah mereka pucat dan sayu. Mereka memandang ke Ocean Front tanpa harapan. Hari mulai gelap. Tempat itu sudah tidak seramai tadi. Tampak sebuah mobil membelok di depan, dan berhenti tepat di depan Plaza Putri Duyung. Dua orang keluar, yang satu membawa kamera video.
"Orang dari televisi," kata Mr. Conine. "Mereka akan mewawancarai Regina. Ya, kelihatannya begitu. Orang-orang itu mulai lagi mencampuri urusan pribadi orang lain"
Seorang pria berjas lengkap berbicara dengan Mrs. Stratten sambil memegang mikrofon ke arahnya Mereka yang berada di teras kantin melihat bahwa semakin lama Mrs. Stratten diwawancara, semakin kusut wajahnya Akhirnya ia jadi menangis.
"Clark Burton muncul. Ia turun dari galerinya lalu berdiri di samping Regina. Dengan gayanya yang khas bintang film ia berusaha melindungi Regina dari hujan pertanyaan yang diajukan reporter televisi.
"Mr. Burton menjadi pusat perhatian kamera sekarang, ujar Miss Peabody dengan nada mencemoohkan. "Ia memang ahlinya dalam soal itu."
"Anda tampaknya tidak menyukai dia. Kenapa"" tanya Jupe.
"Benar-benar tidak suka," sahutnya. "Ia sombong, suka membanggakan diri sendiri, egois. Semua yang diperbuatnya cuma akting belaka.
"Miss Peabody," kata Mr. Conine menetralkan, "dia yang menyewakan apartemen pada kita, lho."
"Itu masalah lain lagi," tukas Miss Peabody.
Kini Burton yang mengambil alih wawancara dari Regina. Ia mendominasi pembicaraan, sementara Regina berdiri di sampingnya dengan wajah sayu. Setelah akhirnya wawancara selesai, ia kembali ke tokonya.
"Kasihan," kata Miss Peabody
Anak-anak mulai berjalan pulang sesudah reporter televisi itu pergi. Ketika melewati toko buku, mereka melihat Regina Stratten di dalamnya. Ia menangis lagi.
Didorong rasa ibanya, Jupiter mengambil sebuah kartu dari dompetnya. Ia masuk ke dalam toko.
"Kami ingin membantu kalau kami bisa, katanya. Diberikannya kartu Trio Detektif. "Telepon saja kami, dan kami akan datang. Aku tahu polisi berusaha sangat keras, namun kalau Anda rasa baik tidak ada salahnya kalau..""
Ia sengaja tidak menyelesaikan kalimatnya. Mrs. Stratten melihat kartu itu. Di situ tertulis:
"TRIO DETEKTIF "Kami Menyelidiki Apa Saja"
""" Penyelidik Satu Jupiter Jones
Penyelidik Dua Pete Crenshaw
Data dan Riset Bob Andrews
""Kami telah memecahkan beberapa misteri paling memusingkan petugas profesional," ujar Jupe dengan bangga.
Kadang-kadang kami menemukan apa yang tidak dapat ditemukan polisi, sambung Pete.
Ya, kalian benar," kata Regina. "Aku percaya anak-anak pun dapat mengalahkan orang dewasa dalam beberapa hal. Tapi kali ini biar polisi saja yang mengurusnya. Aku yakin mereka akan menemukan Todd. Mungkin anak itu cuma bersembunyi di suatu tempat lalu tertidur di sana. Paling tidak begitulah harapanku."
Tapi nada suaranya tidak terdengar penuh harapan.
Anak-anak bersepeda kembali ke Rocky Beach. Sepanjang jalan mereka sibuk memikirkan anak yang hilang itu dan anjingnya yang malang.
"Aku benci mengapa ada orang yang tega membunuh anjing itu, ujar Pete dengan geram.
I memang amat sayang pada binatang.
"Mungkin itu cuma kasus tabrak-lari," sahut Bob. "Penabraknya tidak berani bertanggung jawab, lalu ia kabur begitu saja"
"Mungkin," gumam Jupe. Cuma itu yang diucapkannya.
Malamnya Jupiter menonton berita di televisi bersama Bibi Mathilda dan Paman Titus, bibi dan pamannya. TV sedang menyiarkan berita lokal. Berita utama malam itu ialah hilangnya Todd Stratten.
Reporter yang mengunjungi Plaza Putri Duyun memaparkan peristiwa itu. Lalu Regina muncul di layar, diwawancara.
Tiba-tiba gambar di layar berganti dengan wajah Clark Burton. Aktor itu terlihat ganteng luwes, dan prihatin terhadap musibah yang menimpa Regina Stratten.
"Kami semua di Plaza Putri Duyung berdoa agar Todd cepat ditemukan kembali," kata Burto
n dengan alimnya. "Ia seorang anak kecil yang menyenangkan. Kami berharap agar ia cepat kembali dalam keadaan sehat walafiat."
"Aneh," komentar Bibi Mathilda sambil menatap layar televisi. "Clark Burton kelihatan masih muda saja, seperti tidak berubah sejak bertahun tahun yang lalu. Padahal itu sudah lama sekali berselang. Pasti ia merawat dirinya dengan baik.
"Atau ia dioperasi plastik," ejek Paman Titus
Siaran kembali ke. studio. Pembaca berita melanjutkan, "Sampai saat ini Todd Stratten masih belum ditemukan. Siapa saja yang melihatnya diminta untuk melapor pada polisi melalui telepon darurat yang nomornya seperti Anda lihat di layar Anda. Todd berumur lima tahun, tingginya kira-kira delapan puluh sentimeter, berambut hitam, dan pada saat terakhir memakai jeans dan baju kaus bergaris-garis merah dan biru. "
Gambar Todd ditayangkan di televisi. Kemudian pembaca berita melanjutkan dengan berita lain.
"Kasihan ibunya," desah Bibi Mathilda dengan prihatin. "Ia pasti tak tahan menghadapi keadaan ini."
Jupe merenungi kejadian yang dialaminya di Venice seharian tadi. Meskipun kota Venice luar biasa ramainya tadi, bagaimana mungkin Todd lenyap begitu saja" Dan yang lebih aneh lagi, mengapa tidak seorang pun-dari sekian banyak orang di sana-mengaku melihat Todd. Menurut logika Jupe, mesti ada yang melihatnya setelah ia meninggalkan Plaza Putri Duyung!
Todd masih belum ditemukan keesokan paginya. Setelah sarapan Jupe membantu Bibi Mathilda mencuci piring. Kemudian ia menyeberang jalan ke pangkalan barang bekas yang dikelola keluarga Jones.
Di balik tumpukan barang rongsokan yang menggunung tersembunyi sebuah karavan tua yang tidak laku terjual. Anak-anak telah menyulapnya menjadi kantor Trio Detektif. Mereka membuat lorong rahasia untuk masuk ke kantor. Di dalam kantor terdapat sebuah laboratorium mini dan sebuah kamar gelap. Jupe melengkapinya dengan sebuah mikroskop bekas dan kamera bekas yang telah diperbaikinya. Ada sebuah lemari penyimpan berkas-berkas kasus yang telah berhasil mereka selesaikan. Semua catatan itu disusun oleh Bob. Dan ada pula telepon di sana. Anak-anak membayar tagihan telepon dengan uang yang mereka hasilkan dari bekerja di pangkalan itu.
Telepon berdering ketika Jupe masuk ke kantor melalui Lorong Dua, sebuah lorong rahasia berupa pipa berukuran besar yang terjulur bawah karavan. Jupe mengangkat telepon. Ia mendengar suara Regina Stratten yang penuh kesedihan.
"Halo! Bisa bicara dengan Jupiter Jones" desah Regina dengan suara serak.
"Aku sendiri. Mrs. Stratten," sahut Jupe.


Trio Detektif 36 Misteri Hilangnya Putri Duyung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Oh, kebetulan. Dengarkan baik-baik. Saya tidak tidur semalaman, sibuk mencari Todd. Begitu pula polisi. Tapi... tapi mereka belum menemukan Todd. Aku tahu mereka telah berusaha. keras. Kurasa mungkin... mungkin... "
"Mungkin ada baiknya kalau yang mencari ditambah tiga orang lagi"" kata Jupe.
Jupe sendiri tidak yakin apa yang dapat dilakukan Trio Detektif dalam kasus ini. Tapi ia yakin bahwa paling tidak mereka dapat menolong.
""Ya, itu maksudku," ujar Regina. Kalau kau tidak keberatan.
Akan kuhubungi kedua kawanku, kata Jupe. Ini segera berangkat!
Bab 5 LANGKAH PERTAMA "REGINA STRAITEN duduk termenung seorang di di dalam toko bukunya. Matanya sembab karena terlalu sering mengeluarkan air mata dan karena tidak dapat tidur semalaman. Di bawah matanya terdapat bekas hitam. Tangannya gemetar.
"Tidak ada kabar," desahnya. "Tidak ada petunjuk." Ia menghela napas panjang. "Polisi masih meneruskan pencarian di sekeliling sini. Hhh... mereka juga akan mengotopsi Tiny. Buat apa lagi..."
Jupe merasa prihatin. "Otopsi akan memastikan sebab-sebab kematian itu," katanya. "Dengan otopsi dapat diketahui apakah Tiny mati karena perbuatan yang disengaja atau tidak. Kalau ternyata kematian itu tidak disengaja, maka hilangnya Todd kan tidak terlalu mengkhawatirkan.
"Mmm... Tapi apa gunanya bagi pencarian Todd"" keluh Regina.
"Untuk menambah informasi yang kita miliki, sahut Jupe. "Dan sekarang kami akan mulai menyelidik. Kami akan mulai dari lokasi ini - Kompleks Putri Duyung."
" Di sini"" gumamnya. "Buat apa lagi" Po
lisi udah menanyai setiap orang di sini."
Pertama, untuk melengkapi," ujar Jupe. "Kedua, mungkin ada orang yang lupa ketika ditanyai polisi. Dan ketiga, ini yang paling masuk akal. Kami semua melihat Todd berlari ke arah kompleks ini kemarin. Seharusnya ada seseorang yang melihatnya pergi meninggalkan tempat ini, kan""
Regina cuma bisa mengangguk. Trio Detektif segera memulai langkah pertamanya.
Mereka mulai dengan menanyai seorang pria jangkung dan kurus yang mengelola toko layang-layang, namanya Leo Anderson. Ia melihat Todd mendatangi Kompleks Putri Duyung kemarin, namun setelah itu ia tidak melihatnya lagi.
"Aku keluar toko, lalu mendekati kerumunan, dan nonton parade beberapa saat, katanya. Waktu itu Todd keluar dari kerumunan bersama Tiny. Ia selalu didampingi Tiny."
"Apakah pintu toko Anda terbuka waktu itu"" tanya Jupe. "Mungkinkah Todd masuk ke toko anda, lalu keluar lagi lewat pintu belakang""
Anderson menggeleng. "Kau lihat gerendel di pintu belakang itu " Todd harus membukanya untuk dapat keluar dari sini. Dan ia harus naik kursi untuk melakukannya. Aku memperhatikan, kemarin tidak ada susunan kursi yang berubah, kecuali kalau ia mengembalikan kursi pada tempatnya. Tapi itu mustahil. Todd tidak pernah mengembalikan barang pada tempatnya. Percayalah padaku."
"Wanita pengelola toko batu-batu hias, Miss Althea Watkins, menceritakan hal yang serupa. Ia ikut keluar untuk nonton parade. Tapi ia yakin bahwa tidak mungkin Todd masuk ke dalam tokonya. Ia ingat telah menguncinya ketika keluar menonton parade. "Tidak aman membiarkan pintu tanpa terkunci," katanya. "Banyak maling di sini."
"Pentingkah untuk mengetahui bagaimana Todd menghilang"" tanyanya. "Ia sangat gesit. Lihat saja bagaimana ia dapat keluar dari kerumunan orang."
"Bagaimana Todd menghilang akan menunjukkan di mana ia berada sekarang," sahut Jupe. "Kalau saja ada orang yang melihatnya atau melihat anjingnya, itu akan sangat membantu.
Miss Watkins mengangkat bahu. "Yang menbunuh Tiny pasti otaknya miring. Busuk sekali perbuatan itu.
"Kami belum tahu siapa atau apa yang menyebabkan kematian Tiny," kata Jupe. "Kalau Anda mendapatkan sesuatu, tolong beri tahu kami. Ia memberikan sebuah kartu.
Anak-anak meninggalkan Miss Watkins, dan melanjutkan penyelidikan di toko seberang, toko perlengkapan jahit -menjahit.
Mrs. Kerinovna, penjaga toko itu, seorang pendiam. Ia tidak melihat Todd kemarin, meskipun ia tidak meninggalkan tokonya. "Aku menonton parade dari jendela," ia menjelaskan. "Aku tidak melihat Todd. Kasihan ibunya, pasti ia sedih sekali."
Di kantin ada beberapa orang sedang menikmati kopi dan kue-kue. Tony Gould, pemilik kantin, sedang melayani mereka. Ketika anak-anak menanyainya, ia mengajak mereka ke dapur untuk menemui istrinya, Marge.
"Todd tidak ke sini kemarin," kata Tony Gould. kadang-kadang ia sembunyi-sembunyi ke sini untuk mencuri kue dan permen, tetapi terakhir kainya kami berhasil memergoki dia."
Kami bukannya tidak mau memberi, kami cuma kuatir giginya rusak," sambung Marge Gould.
"Jadi Anda tidak melihatnya setelah parade dimulai"" tanya Jupe menegaskan.
Tidak. Aku sedang sibuk waktu itu. Mooch, yang biasa bekerja di sini, kemarin absen tanpa memberi tahu. Ia memang kurang disiplin."
Trio Detektif mengucapkan terima kasih pada suami istri Gould. Mereka menyeberangi halaman dan menaiki tangga menuju Galeri Putri Duyung untuk menemui pemilik galeri.
"Buat apa kalian bertanya-tanya tentang Todd Stratten"" Clark Burton ingin tahu. "Kalian kan sedang mengerjakan tugas sekolah."
"Itu kemarin, Mr. Burton." kata Bob. "Hari ini kami datang untuk menolong Mrs. Stratten."
"Buat apa lagi"" tukas Burton. "Kan sudah ada polisi. Polisi lebih berwenang menangani kasus ini.
"Mrs. Stratten ingin kami membantunya juga," kata Jupe seraya memberikan kartu Trio Detektif pada Burton.
""Bukan main!" seru Burton sewaktu membaca kartu itu. Nada suaranya seperti melecehkan.
"Kami telah berpengalaman dalam menangan kasus-kasus yang unik," kata Jupe dingin.
"Oo, tentu, tentu," kata Burton. "Aku tidak ingin orang menyangka bahwa ak
u tidak mau bekerja sama. Apa yang ingin kalian ketahui""
"Kami mencoba menjejaki ke mana Todd pergi kemarin," kata Jupiter. "Kalau kami mendapatkan petunjuk ke mana mula-mula ia pergi, itu mungkin akan berguna. Anda melihat Todd sewaktu parade berlangsung kemarin""
"Tidak. Kurasa kalian menyalak pada pohon yang salah," jawab Burton setengah bersajak. "Apa pun yang terjadi pada Todd dan anjingnya itu tidak terjadi di sini. Ingat, anjing itu ditabrak mobil. Dan tidak ada mobillalu-lalang di halaman plaza ini, bukan""
"Memang," kata Jupe. "Namun, aneh kalau Todd masuk ke halaman gedung ini sesaat setelah parade dimulai. Dan tidak ada seorang pun yang melihatnya lagi."
"Tidak terlalu aneh bagiku," ujar Burton. "Ia anak yang gesit, dalam sekejap bisa saja ia telah lari jauh."
"Mungkinkah ia naik ke sini"" tanya Jupe. "Anda lihat Anda punya pintu belakang. Mungkinkah ia naik tangga di depan, masuk ke dalam galeri, lalu keluar lewat pintu belakang""
Jupe meneliti pintu belakang. Disentuh sedikit saja pintu itu terbuka.. Di hadapannya terdapat sebuah tangga menuju bagian belakang bangunan. Ia melihat pelataran parkir di samping, dan jugaa sebuah jalan, Speedway namanya-yang sejajar dengan Ocean Front. Pelataran parkir itu penuh dipadati mobil.
Jupe menutup pintu. "Anda tidak mengunci pintu ini"" tanyanya.
"Aku menguncinya di malam hari," sahut Burton. "Merepotkan kalau menguncinya di siang hari. Aku sering bolak-balik ke garasi."
Jupe mengangguk. Ia sekarang meneliti pintu depan. Pintu itu dilengkapi dengan sebuah bel listrik otomatis. Seberkas sinar memancar memalangi pintu. Ketika Jupe menghalangi sinar itu dengan tangannya, bel itu berbunyi. "Ini tingginya hampir sepinggang," kata Jupe. "Todd mungkin saja masuk tanpa terdeteksi sinar ini. Begitu juga Tiny. Jadi bel tidak berbunyi. Mungkin mereka masuk ke sini sewaktu Anda lengah."
Muka Burton bersemu merah sesaat. Kemudian ia tersenyum. "Jadi rupanya begitulah dia masuk ke sini minggu lalu, memegangi benda-benda seni milikku dengan tangannya yang kotor!"
Masa Anda tidak pernah menyadari bahwa anak itu dapat masuk tanpa terdeteksi bel otomatis"" tanya Jupe setengah tidak percaya.
"Aku... aku tidak pernah memikirkan hal itu," Burton.
Sementara itu Pete meneliti keadaan dalam galeri. Ia memandangi alas dekat jendela besar dengan kecewa. Alas itu kosong.
""Mengapa Anda jual putri duyung itu"" kata Pete.
"Tidak. Aku... aku," Burton tergagap. "Kurasa patung itu dicuri ketika aku sedang sibuk melayani seorang pelanggan kemarin. Beberapa kali tempat ini dipenuhi pengunjung. Tetapi aku tidak tahu mengapa ada orang yang mau mencuri patung itu. Padahal harganya tidak seberapa dibandingkan benda-benda lainnya di galeri ini.
"Hmm," gumam Jupe.
"Memang banyak orang yang tidak bertanggung . jawab di pantai ini," Burton melanjutkan "Contohnya saja kasus penabrakan anjing itu. Orang itu seenaknya saja melemparkan bangkai anjing itu ke balik tong sampah-sama sekali tidak bertanggung jawab."
"Belum dapat dipastikan apakah benar anjing itu tertabrak," kata Bob. "Sedang dilakukan otopsi untuk menyelidikinya."
"Oh, ya"" ujar Burton.
Suasana sunyi untuk beberapa saat. Burton menunggu pertanyaan berikutnya dari anak-anak. Karena anak-anak tidak menanyakan apa-apa lagi, ia berkata, "Kalau tidak ada lagi, aku akan...
"Bagaimana tentang hotel itu "" potong Jupe. "Mungkinkah Todd menyelinap ke sana" Adakah pintu atau jendela yang terbuka""
"Mustahil," sahut Burton. "Tempat itu aman. Aku tidak ingin hotel itu dijadikan sarang gelandangan."
"Polisi sudah menyelidiki tempat itu"" desak Jupe
""Tentu saja," kata Burton. "Waktu kubukakan pintunya, mereka melihat bahwa tempat itu tidak dihuni lagi selama bertahun-tahun:'.
"Tapi apakah mereka benar-benar meneliti tempat itu""
Tiba-tiba Burton naik darah. "Kalian bikin susah saja!" serunya. Aku sudah meluangkan waktuku yang berharga untuk memberi keterangan pada kalian. Dan kalian membuang-buangnya dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan dungu itu. Cukup sekian saja pembicaraan kita. Aku harus kembali bekerja sekarang!"
Anak-ana k keluar dari galeri. Namun ketika mereka baru hendak turun tangga, Burton memanggil mereka.
Mereka menoleh. Kemarahan Burton telah lenyap. Ia berdiri di depan pintu. Wajahnya terlihat lebih tua dan cekung.
"Maafkan aku," katanya. "Aku tidak seharusnya bersikap begitu tadi. Hhh... peristiwa kemarin mengingatkanku pada pengalaman buruk di masa mudaku. Suatu hari temanku hilang. Ia tidak muncul-muncul setelah istirahat sekolah. Ini terjadi di Iowa, tempat kelahiranku. Kami mencarinya ke mana-mana. Dan akulah yang menemukannya. Di pinggir kota ada sebuah bekas galian tua. Lubang galian itu terisi penuh air. Dan... dan tubuhnya mengapung di situ. Ia telah tenggelam."
"Menyedihkan sekali, Jupiter ikut merasa prihatin.
"Mereka turun ke halaman. Di bawah, Miss Peabody sudah menunggu sembari menghirup kopinya di kantin. "Untung akhirnya kalian turun juga!" serunya. "Sudah lama kutunggu-tunggu. Ada sesuatu yang ingin kutunjukkan pada kalian.
"Bab 6 SATU PETUNJUK!
MISS PEABODY memanggil Tony Gould dari dalam kantin. "Ini sudah waktunya untuk makan siang, anak-anak pasti sudah keroncongan," katanya. "Mereka akan kutraktir. Hamburger. Aku sebenarnya pantang makan hamburger yang kurang bergizi itu. Tapi sekali-sekali kan boleh."
"Lima hamburger, Tony Gould mengulangi sambil mencatat. Lalu ia bergegas masuk.
"Waktu aku seumur kalian, bahkan lebih muda," kata Miss Peabody pada anak-anak, "aku doyan sekali makan permen. Tidak pernah sedetik pun kulewatkan tanpa permen di mulutku. Ia meluruskan duduknya. "Well, apa pendapat kalian tentang Clark Burton""
Jupe agak kaget mendengar perubahan topik pembicaraan yang mendadak itu.
"Kalian berusaha menolong Regina Stratten, kan"" sambung Miss Peabody. "Ia bilang begitu padaku tadi pagi sebelum ia menelepon kalian. Ia seorang wanita muda yang baik hati. Sayang, tidak banyak pemuda baik-baik di sini. Kebanyakan dari mereka tidak tahu sopan-santun."
Miss Peabody menengok ke belakang. Mooch Henderson muncul dari dalam kantin. Ia mengelap meja dengan kain lusuh. Dalam terang sinar matahari, ia tampak lebih kurus dari sebelumnya. Dagunya berbintik-bintik dan ditumbuhi jenggot pendek di sana-sini. Tangannya bersih sampai sebatas siku, tapi pangkal lengannya dekil. Baju kaus yang dipakai di balik celemeknya tampak kumal dan kotor.
"Aku heran melihat Mooch," kata Miss Peabody. "Dia itu salah satu contohnya."
"Contoh apa"" tanya Pete.
"Contoh dari orang yang tidak tahu tata krama," kata Miss Peabody. Ia memiringkan badannya ke arah Pete. "Mooch tinggal di sebuah tempat yang kumuh di seberang Speedway bersama-sama gelandangan lainnya. Mereka melakukan apa saja tanpa aturan. Ada seorang wanita muda di sana yang... "
Miss Peabody terdiam. Ia mengatupkan mulutnya sampai terlihat seperti sebuah garis lurus.
"Keterlaluan!" desahnya. "Sukar dibayangkan cara hidup mereka. Mereka seperti tidak pernah punya orang tua saja. Dari kecil hidup di daerah kumuh, dan setelah besar mereka merusak suasana Venice ini." .
Tony Gould muncul dari kantin membawa baki berisi hamburger, kentang goreng, dan minuman soda. Ia menata meja, lalu kembali ke dalam lagi. Mooch juga masuk ke dalam di belakangnya.
"Toddd tidak pernah cocok dengan Mooch" kata Miss Peabody.
"Tapi apakah itu penting menurut Anda"" tanya Jupiter. "Bukankah banyak orang lain yang juga tidak cocok dengan Mooch" Dan begitu pula sebaliknya, Todd memang sering menimbulkan masalah bagi orang lain.
Aku kan tidak menuduh siapa-siapa," tukas Miss Peabody. "Dan aku tidak pernah bermaksud begitu. Tidak seorang pun dalam kompleks ini yang terlibat dalam kasus hilangnya Todd. Aku sedang berada di jendela ketika parade dimulai. Dan aku melihat Mr. Anderson serta wanita penggemar batu-batuan itu, Miss Watkins. Mereka pergi ke luar untuk menonton parade. Aku juga melihat Clark Burton. Ia mondar-mandir dari apartemen ke galerinya. Kemudian Todd dan Tiny berlari masuk."
"Aha!" Jupiter tertarik. "Jadi Anda melihat Todd setelah ia meninggalkan Ocean Front. Bagus sekali! Apa yang ia lakukan waktu itu""
"Tidak banyak yang kulihat," ujar Miss Peabody.
"Saat itu alat pengatur waktu berdering. Aku harus mengeluarkan kue yang kumasak dari dalam oven. Pada saat aku kembali ke jendela, Todd dan Tiny tidak nampak lagi. Entah mereka bersembunyi di suatu tempat, atau kembali ke Ocean Front. Yang jelas, tidak ada siapa-siapa lagi di halaman. selain Mooch Henderson."
Saat itu Mooch muncul lagi di teras. Didengarnya Miss Peabody, yang berbicara dengan suara yang cukup keras tanpa mempedulikan sekelilingnya. Mooch menoleh padanya sambil merengut
"Kenapa namaku disebut-sebut"" tanyanya. Ia menatap mereka sambil berkacak pinggang. Anak-anak memperhatikan bahwa salah satu tangannya diperban, tepat di atas pergelangan.
"Ketika aku melihat keluar jendela sewaktu parade berlangsung kemarin," Miss Peabody menjelaskan, "aku melihat kau keluar dari toko Mr. Anderson. Aku merasa aneh. Kau tidak pernah menunjukkan rasa tertarik pada layang-layang atau mainan sebelumnya. Aku cuma heran, itu saja. Nah, anak-anak ini sedang berusaha menolong Regina Stratten mencari anaknya yang hilang. . Kupikir...
"He, hentikan pidato itu!" seru Mooch. "Kaupikir aku punya urusan apa dengan anak kecil bandel itu" Kaupikir aku mencuri mainan di toko itu untuk memikat dan memerangkap dia" Jangan macam-macam, Nenek tua bangka!"
Tony Gould telah muncul dari dalam kantin. Ia memandang tajam pada Mooch.
"Kau berada di toko layang-layang kemarin"" tanyanya.
"Aku cuma ingin tahu berapa harga layang-layang model Cina itu," ujar Mooch, "yang dipajang di jendela itu."
"Cuma itu"" desak Gould.
"Apa maksudmu menanyai aku seperti itu"" seru Mooch.
Miss Peabody terjun dalam percekcokan itu.
"Apa kataku"! Tanganmu terluka!" katanya. "Digigit anjing, kan" Aku dengar kau bicara dengan Marge Gould tadi pagi. Kau bilang padanya kau digigit anjing piaraanmu di rumah. Benarkah anjingmu yang menggigit itu""
"Sudah tua bangka, tukang nguping lagi!" seru Mooch dengan suara parau dan kasar.
"Memang," sahut" Miss Peabody tenang. "Aku memang tertarik. Ia tersenyum puas sekali.
"Sialan. Akan ku..."
"Mooch!" hardik Tony Gould. "Hentikan omongan kasarmu!"
"Masa bodoh, Gould!" teriak Mooch. Ia merenggut celemeknya. Dengan kasar dilemparnya celemek itu. Dan serta-merta ia pergi.
Tony Gould memungut celemek itu. Miss Peabody, kadang-kadang Anda terlalu jauh mencampuri urusannya," katanya. Ia tampak kesal. Aku juga satu dua kali begitu. Tapi aku benar-benar tidak tahu rencana Mooch di toko layang-layang itu. Aku harusnya tidak berprasangka buruk terhadapnya."
"Kita sama-sama merasa tidak enak, kan," kata Miss Peabody. "Yah,. tapi orang-orang di kompleks ini beberapa kali kehilangan barang-barangnya. Dan pendapatanmu sendiri kan kadang-kadang tidak cocok, kurang dari yang seharusnya. Apa pendapatmu" Mooch sulit disebut karyawan teladan. Ia sering membolos kerja. Karena itu aku ikut campur tadi. Kau tidak perlu memecat dia kalau kau tidak mau.
"Aku.., Gould .menghela napas. "Aku bisa bilang apa.., Ia menggeleng-geleng, lalu masuk k"e kantin. "
"Miss Peabody tersenyum penuh dendam. "Dalam keadaan sulit sekalipun, orang tidak boleh melepaskan pedoman hidupnya. Berulang kali Mooch mencuri anjing yang berkeliaran. Begitulah yang diceritakannya.
"Anjing yang berkeliaran"" seru Pete. "Tak heran ia kena gigit."
Ya, kalau benar ia digigit anjing yang berkeliaran," sahut Miss Peabody.
Anak-anak menatapnya tanpa berkata-kata.
"Bagaimana kalau itu bukan anjing yang berkeliaran. Bagaimana kalau itu anjing yang telah dikenalnya-anjing yang menyerang kalau tuannya diusik-usik" Mooch akrab dengan binatang-binatang itu yang membuatku heran. Ia tidak pernah digigit anjing sebelumnya."
"Jadi itu yang hendak Anda perlihatkan pada kami"" kata Jupe. Perban di tangan Mooch."
Miss Peabody mengangguk. "Mungkin... mungkin itu cuma suatu kebetulan," kata Jupe.
"Memang mungkin," ujar Miss Peabody. Ia menghirup kopinya, lalu tersenyum sinis. "Dan bagaimana hasil kunjungan kalian di Galeri Putri Duyung ""
Jupe menduga Miss Peabody akan mengutarakan sesuatu lagi. Ia diam saja, menunggu.
"Aku rasa dia mencoba bersikap manis, agar kesann
ya baik," kata Miss Peabody. "Selalu begitu caranya. Lihat saja gayanya di televisi semalam. Aku yakin kalian berpendapat sama denganku."
" Ya," sahut Jupiter. "Tapi mungkin ia benar-benar ingin menolong, Miss Peabody. Peristiwa ini mengingatkannya kembali pada tragedi yang menimpa temannya. Pada masa kecilnya seorang temannya hilang. Lalu temannya itu ditemukan udah menjadi mayat, mati tenggelam."
"Temannya"" Miss Peabody mengusap bibirnya yang tipis dengan sebuah serbet. "Aku tahu kejadian itu. Tapi aku hampir yakin bahwa itu adik laki-lakinya, bukan temannya. Ah, mungkin saja aku yang silap. Tambah, :Anak-anak""
Anak-anak sudah merasa cukup. Mereka berterima kasih pada Miss Peabody atas traktiran hamburger itu. Miss Peabody meninggalkan mereka, dan naik ke apartemennya di atas toko peralatan jahit-menjahit.
Pete bersiul. "Wah! Dia pandai menteror!"
Seorang laki-laki berpakaian compang-camping dan kedodoran memasuki halaman. Ia membawa kereta dorong. Sepasang anjing kampung mengikutinya. Diperintahnya kedua anjingnya untuk duduk dekat tangga di teras kantin. Ia meninggalkan kereta dorong dan kedua anjingnya, masuk ke dalam kantin.
Beberapa saat kemudian orang itu keluar membawa sebuah bungkusan. Tony Gould muncul di pintu, mengawasinya.
"Si Tua Fergus rupanya dapat menghidupi dirinya dengan mengumpulkan sampah-sampah." kata Gould. "Ia baru saja membeli kue seharga delapan dolar."
"Tony mendongak memandang apartemen Miss Peabody. "Hati-hati terhadap wanita tua itu," ia memperingati anak-anak. "Ia dapat menjadi kawan yang baik kalau ia suka pada kalian. Tapi kalau ia tidak suka, ia dapat juga menjadi musuh yang berbahaya. Ia pasti akan menjebak kalian!
Tony kembali ke kantin. "Ia pasti akan menjebak Mooch, kata Pete menirukan.
Ya,"' sambung Jupiter. "Mooch, yang suka mengambil anjing yang berkeliaran dan akrab dengan binatang, tergigit juga oleh seekor anjing. Lalu Todd hilang. Terakhir kali orang melihatnya ia bersama anjingnya. Belakangan anjingnya ditemukan mati."
"Firasatku mengatakan Mooch sebaiknya diselidiki, kata Pete. "Setuju, kan""
"Rumah bobrok di seberang Speedway," kata Bob. "Mari kita ke sana!"
"Bab 7 MENGGAGALKAN SUATU USAHA PENCULIKAN
"TRIO DETEKTIF tidak mengalami kesulitan dalam menemukan lokasi tempat tinggal Mooch Henderson. Mereka mengitari plaza ke belakang Hotel Putri Duyung, lalu melihat ke seberang Jalan Speedway. Pandangan anak-anak tertumbuk pada Mooch yang sedang duduk termenung di tangga depan sebuah rumah tua di salah satu pojok persimpangan. Mooch begitu tenggelam dengan pikirannya sehingga tidak sadar bahwa ia sedang diamat-amati. Anak-anak lalu berlindung di balik sebuah mobil yang diparkir di sebuah pelataran parkir di samping Plaza Putri Duyung.
Selama beberapa saat Trio Detektif hanya mengamat-amati. Mulanya tidak ada kejadian apa-apa di sana. Namun kemudian seorang laki-laki datang menyusuri Speedway, membawa seekor anjing terikat. Dari balik pagar di belakang rumah Mooch terdengar ribut-ribut salak anjing.
Mooch melompat. "Diam! Jangan berisik!" teriaknya. .
Laki-laki yang membawa seekor anjing itu masuk ke pekarangan rumah Mooch.
""Cari siapa"" seru Mooch.
Tamu itu berkepala botak, berkaca mata tebal dan berumur empat puluhan. Ia terhenyak dan mundur selangkah ketika mendengar sapaan Mooch yang setengah membentak itu.
"Aku... aku dengar kau senang memelihara anjing yang berkeliaran," ujarnya. "Karena itu kubawa anjing ini ke sini. Anjing ini kutemukan pasar, sedang mengorek-ngorek sampah."
Mooch mengamat-amati anjing itu. "Anjing kampung!" katanya.
"Benar," sahut orang itu. "Tapi, bagiku semua anjing sama saja. Apakah itu..."
"Lalu kenapa kau bawa ke sini anjing itu"" sela Mooch. "Kenapa tidak kau saja yang mengurusnya""
Tamu itu benar-benar bingung sekarang. "Tapi, katanya, kau amat menyayangi anjing dan mau mengurus... "
"He, itu dulu! hardik Mooch. "Anjing melulu. Bosan aku. Bisa gila lama-lama hidup dikelilingi anjing-anjing liar. Sudah, bawa saja ke lembaga penyayang binatang. Atau kembalikan ke pasar. Atau buang ke mana saja kau suka. Pokokny
a jangan taruh di sini!"
Orang itu pergi dari situ, kembali menyusuri Speedway. Anjing itu berjalan mengikuti sambil mencium-cium kaki pembawanya yang masih kebingungan.
Tiba-tiba, dari teras rumah tua itu, terdengar suara nyaring memaki-maki Mooch Henderson.
"Bagus sekali kelakuan sang penyayang binatang!" terdengar lagi suara itu mengejek.
Hentikan caci-maki itu!" kata Mooch.
Seorang gadis berambut coklat tua muncul di teras. Kelihatannya ia salah seorang dari peserta parade. Anak-anak tidak ingat padanya. tetapi mereka mengenali pakaiannya yang ketat berwarna ungu, serta celananya yang hitam. Perhiasan berkilau-kilau pada garis kerah pakaiannya dan manik-manik berwarna-warni mengikat rambutnya yang dipilin kecil-kecil.
"Kau penipu!" umpatnya pada Mooch. Ia tidak peduli pada tetangga sekitarnya. Tetap saja ia mencaci-maki Mooch dengan suara nyaring di depan rumah Mooch sendiri. Anak-anak dapat mendengar dengan jelas setiap perkataan yang ia ucapkan.
"Aku telah berbohong demi kau," kata wanita muda itu, "tapi mana balasanmu" Sekarang aku tidak sudi berbuat begitu lagi."
"Jangan keras-keras, dong," ujar Mooch.
"Polisi tadi ke sini untuk menanyakan tentang anak kecil yang hilang itu." Suara si wanita makin kencang, tidak menggubris permintaan Mooch. "Mereka menanyakan anjing-anjing di pekarangan belakang ini. Aku terpaksa berbohong. Lalu kau seenaknya mengusir orang tadi. Bagaimana kalau ia melapor bahwa ia kautolak mentah-mentah" Polisi akan curiga. Dan aku yang akan kena getahnya!"
"Jangan keras-keras kataku!" sengit Mooch. ""Jaga mulutmu baik-baik. Awas kau kalau sampai... "
"Eee, berani-beraninya kau mengancamku!" seru wanita itu. "Aku akan angkat kaki dari sini. Dan aku memang tidak sudi terseret dalam kasus yang memuakkan itu."
Ia masuk sambil membanting pintu. Anak-anak dapat mendengar suara berisik dari dalam rumah, seperti pintu lemari dibuka dengan paksa dan kain disobek-sobek. Tak lama kemudian gadis itu ke luar, membanting pintu lagi. Manik-manik berwarna-warni masih nampak di kepalanya, tetapi pakaian ketatnya tertutup jaketnya yang panjang.
"Mau ke mana kau" Kita bicarakan baik-baik persoalan ini," pinta Mooch.
"Bosan aku mendengar rayuan gombal itu," tukas gadis itu. Ia bergegas berjalan menuju Pacific Avenue sembari menjinjing koper dan barang-barangnya.
Mooch Henderson hanya dapat melongo melihat kepergiannya. Lalu ia berpaling. Saat itu matanya tertumbuk pada anak-anak yang mengawasinya dari pelataran parkir.
"Sedang apa kalian"" serunya lantang. "Mengapa kalian mengintip-intip aku""
Jupiter memberanikan diri. Ia menyeberangi Speedway, lalu mendatangi rumah Mooch. Bob dan Pete menyusul. "Mungkin Anda dapat menolong kami," Jupiter memulai. "Seperti yang telah Anda ketahui..."
Kalian masih bocah sudah berlagak jadi detektif," kata Mooch. "Enyahlah kalian dari sini. Kalau tidak akan kulepas anjing-anjing piaraanku. Aku tidak ingin diganggu lagi oleh siapa pun hari ini. Mengerti""
Ia melompat turun, menyeruak melalui anak-anak, lalu melangkah ke arah yang sama dengan gadis berpakaian ungu tadi.
"Cepat, ikuti dia!" ujar Jupiter.
"Oke," sahut Pete. Gadis itu bilang ia tidak mau ikut terlibat. Itu berarti Mooch telah melakukan sesuatu yang melanggar peraturan."
"Tunggu dulu," kata Bob ketika Pete mulai melangkah menuju Pacific Avenue. "Masih ada orang di dalam rumah."
Anak-anak memasang telinga. Ada suara orang di dalam. Orang itu berbicara sesaat, lalu diam. Kemudian terdengar lagi ia berbicara.
"Agaknya orang itu sedang menelepon," ujar Bob. "Kalian berdua buntuti Mooch. Biar aku tinggal di sini, mengawasi apa yang sedang terjadi."
Jupe dan Pete segera berangkat, mengikuti Mooch dari jarak yang cukup jauh.
Mooch Henderson sudah berada di Pacific Avenue sekarang. Ia mendatangi sebuah gedung apartemen baru dekat sebuah pangkalan perahu. Pete dan Jupe terus membuntutinya sambil menjaga jarak.
Kira-kira setengah mil dari Plaza Putri Duyung, Mooch masuk ke sebuah toko.
"Wah, sial!" ujar Pete. "Kukira tadinya ia mau ke suatu tempat rahasia. Tahunya cuma mau belanja."
"Belum tentu," k
ata Jupe. Anak-anak mengamati dari pelataran parkir pasar itu. Melalui kaca pintu depan mereka dapat melihat Mooch mengambil sesuatu dari tempat menjual daging, lalu pergi ke kasir.
Jupe dan Pete cepat-cepat bersembunyi di balik mobil yang diparkir di situ. Saat itu Mooch keluar dari toko, dan melanjutkan perjalanannya ke arah selatan. Daerah yang ditujunya merupakan daerah yang lebih makmur dibanding daerah-daerah di sekitarnya. Akhirnya Mooch membelok pada sebuah persimpangan, menuju sebuah restoran yang menghadap ke laut.
Restoran itu mewah dan tampak cukup bergengsi. Di pelatarannya diparkir mobil-mobil mewah, seperti Porsche, Cadillac, dan Jaguar. Mooch berjalan di antara mobil-mobil itu, sambil sesekali melongok ke dalam mobil.
"Ia pencuri mobil!" kata Pete. "Lihat, ia sedang mengincar salah satu mobil mewah itu."
"Kurasa tidak, sahut Jupe. "Lihat!"
Mooch berhenti di samping sebuah sedan terbuka. Di dalamnya duduk seekor anjing jenis Saint Bernard-anjing piaraan yang luar biasa besarnya, tetapi mempunyai sifat yang sangat ramah terhadap manusia. Anjing itu terikat pada kemudi sedan. Mooch memandangi anjing itu. Anjing itu balas memandang. Kemudian Mooch mulai bercakap-cakap dengan anjing itu.
"Anjing itu berdiri pada keempat kakinya. Ekornya dikibas-kibaskan. .
Mooch merogoh bungkusan yang dibelinya di toko, lalu memberikan segumpal daging pada anjing itu. Anjing Saint Bernard itu mendengus-dengus. Dijilatnya daging itu. Lalu dimakannya dengan lahap.
"Ia akan mencuri anjing itu!" bisik Pete.
Jupe diam saja. Ia mengamati Mooch yang terus-menerus mengumpani anjing itu.
Sebentar saja Mooch dan anjing itu sudah menjadi akrab. Mooch membuka pintu mobil dan mulai melepaskan tali anjing dari kemudi mobil.
Pete tidak tahan lagi. Ia berlari kencang melintasi tempat parkir, masuk ke dalam restoran.
Jalan masuknya kecil dan remang-remang. Namun di dalam terdapat sebuah ruang makan besar yang gemerlap. Pete berdiri di pintu ruang makan itu. lalu berteriak cukup keras, "Siapa pemilik anjing Saint Bernard di dalam sedan terbuka di tempat parkir" Ada orang yang ingin mencuri anjing itu!"
Seorang berwajah merah terbakar melompat bangkit dari tempat duduknya di pojok ruang makan. Ia bergegas melewati Pete, keluar restoran dengan gesit.
Mooch sudah berhasil melepas tali pengikat anjing itu. Ia menuntunnya sambil tetap mengumpaninya dengan daging. Si anjing menurut aja dengan gembira, dan melahap setiap gumpal daging yang diumpankan.
"Pemilik anjing itu tidak berusaha mengejar pencuri anjingnya. Ia cuma memasukkan dua jarinya ke dalam mulutnya, lalu bersuit.
Anjing besar itu berhenti, dan berpaling
Orang itu bersuit lagi. Anjing itu berlari balik dengan gembira sambil melompat-lompat. Mooch dan daging-daging umpan itu tidak dihiraukannya lagi. Anjing itu berlari ke arah pemiliknya dengan bersemangat.
Mooch berusaha melepas tali pengikat anjing itu, tapi sia-sia. Tali itu membelit pergelangan tangannya. Ia terhentak oleh tarikan anjing besar itu. Sambil berteriak-teriak. ia berlari mengikuti anjing Saint Bernard itu. Kemudian ia jatuh terseret-seret di tanah.
"He!" teriaknya. "Stop! Stop!"
Tali itu lepas juga akhirnya. Mooch terguling-guling. sampai akhirnya membentur sebuah tiang
Dengan tubuh yang kotor berdebu dan penuh luka Mooch bangkit dan mencoba menjauh sambil terpincang-pincang. Tepat pada saat itu sebuah mobil patroli muncul. Seorang polisi keluar dan menghampirinya.
"Ada apa"" tanyanya. "Kau terluka""
Mooch berlari. Dan ia terus berlari melintasi pelataran parkir sampai di tepi laut. Tanpa ragu-ragu ia melompat, berenang sekuat tenaga ke arah laut lepas. Polisi yang mengejarnya cuma melongo memandanginya.
Pete berlari-lari kecil menghampiri Jupiter pelataran parkir. Jupe sedang terpingkal-pingkal di sisi sebuah Mercedes. sambil memegangi perutnya. Air mata sampai keluar membasahi pipinya yang tembam.
"Cukup seru, kan"" kata Pete. "Biar tahu rasa orang itu. Mungkin baru kali ini ia mandi setelah berminggu-minggu tidak mandi!"
Setelah dapat mengatur napasnya. Jupiter berkata. "Ayo, kita kembali ke
rumah bobrok itu. Mungkin Bob menemukan sesuatu." Sepanjang perjalanan melalui Pacific Avenue, Jupe masih tertawa-tawa geli mengingat peristiwa yang baru saja terjadi.
"Bab 8 PASAR BUDAK "BOB menunggu di samping rumah Mooch di seberang Speedway. Percakapan di telepon dalam rumah tua itu berlangsung terus. Ia merasa gema karena tidak dapat mendengarkan percakapan dengan jelas.
Ia memberanikan diri untuk lebih mendekat. Kalau perlu kubuka daun jendela sedikit, pikirnya. Atau pindah ke belakang rumah"
Tapi anjing-anjing itu, Bob ingat. Ia tidak boleh terlalu dekat pekarangan belakang. Anjing-anjing itu akan ribut kalau tahu ada orang dekat-dekat rumah itu. Bahkan sebenarnya di tempatnya sekarang saja sudah berbahaya. Kalau saja angin bertiup dari depan ke belakang rumah, niscaya kehadirannya tercium oleh anjing-anjing itu. Untunglah angin bertiup ke arah sebaliknya, sehingga sampai saat ini ia aman.
Ia mengendap-endap mengitar lewat depan menuju sisi rumah yang satu lagi. Di sana ada sebuah truk! Truk yang kotor penuh debu itu diparkir di sisi rumah. Dan pada sisi rumah itu sebuah jendela terbuka lebar. Dalam hati Bob bersorak kegirangan.
"Ia melihat ke sekelilingnya, lalu naik menyelinap bak belakang truk.
Di bak belakang truk terdapat setumpuk karung bekas. Rupanya pemilik truk memakainya untuk mengalasi barang-barang yang diangkutnya agar tidak tergelincir. Karung-karung itu kotor dan dekil. Tapi Bob tidak ragu-ragu. Ia masuk ke bak belakang dan bertiarap di sisi dekat jendela yang terbuka itu.
Ya, kata seseorang di dalam rumah. Bob kini dapat mendengarnya dengan jelas. Tentu saja, tapi orang itu seperti belut. Maksudku, kita tak dapat memperkirakan apa yang akan dilakukannya nanti. Itu berbahaya bagi kita. Bagaikan tinggal dalam gudang mesiu. Disulut sedikit saja sudah meledak! Polisi mendatangi rumah ini dua kali dalam seminggu ini. Cepat atau lambat mereka akan mencium perbuatan kita.
Sunyi sesaat. Kemudian orang itu berkata lagi dengan gusar, Jangan begitu. Rencana ini tetap akan dijalankan. Kau dengar berita tentang anjing yang ditemukan di balik tong sampah itu"
Bob menahan napas. Mereka membicarakan Tiny!
"Oke, kata orang itu lagi. "Aku tidak marah. Tapi aku tidak ingin rencana ini terkatung-katung. Dengar, aku harus pergi sekarang untuk mencari orang. Apa pun yang kuputuskan, itu memerlukan uang tunai."
Sunyi kembali. Kemudian terdengar lagi suara. Benar Pasar budak itu selalu ada di sana."
"Bob merinding mendengarnya. Pasar budak"
Telepon diletakkan. Terdengar suara pintu dibanting, kemudian suara langkah mendekat. Bob masih bertiarap dalam bak belakang truk.
Ia menahan napas, tidak berani bergerak-gerak. Harapannya, orang itu segera pergi dari situ. Tak tahunya malah pintu depan truk dibuka mengeluarkan suara berkeriat-keriut. Orang itu masuk ke dalam truk. Mesin dihidupkan. Body truk bergoyang-goyang seirama dengan deru mesin. Detik berikutnya truk itu meluncur ke arah jalan.
Dalam keadaan yang membingungkan itu Bob sempat berniat untuk meloncat keluar. Kemudian ia mulai dapat berpikir dengan tenang. Laki-laki yang menyopir truk mestinya kawan Mooch. Ia tadi menyinggung-nyinggung sesuat yang berbahaya, mungkin tentang Mooch Henderson. Ia juga menyinggung-nyinggung soal Tiny, yang ditemukan mati di balik tong sampah. Tahukah ia di mana Todd berada" Atau mungkin Mooch yang tahu" Yang jelas, ia dan Mooch sama-sama mencurigakan.
Bob memutuskan untuk tetap di tempatnya ikut ke mana saja truk itu pergi. Ia menimbun tubuhnya dengan karung-karung yang dekil itu. Melalui kaca belakang, ia dapat mengintip ke mana orang itu mengendarai truknya. Ia ingin tahu tentang pasar budak yang misterius itu. Mungkin ada yang bisa dijadikan petunjuk untuk mencari Todd. Nanti kalau orang itu mengetahui kehadirannya di bak belakang, ia telah tahu apa yang harus dilakukannya. Lari!
Berulang kali Bob mengintip dari batik karung-karung yang menutupi tubuhnya. Ia melihat jalan yangg dilalui dan pertokoan, tapi tidak mengenali daerah itu.
Akhirnya truk berhenti juga. Mesin dimatikan. Lagi-lagi pintu berkeriat-ke
riut ketika dibuka. Bob mengencangkan badannya, siap berlari sewaktu-waktu.
Pengemudi itu tidak mendatangi bak belakang truk. Malah, suara langkahnya terdengar menjauh. Bob mendengar bisingnya suara lalu lintas yang ramai. Ia mengangkat tubuhnya, melongok ke luar. Dilihatnya arus kendaraan yang tak henti-hentinya. Gedung-gedung tak terawat berderet di sepanjang jalan itu. Di sisi jalan terdapat sekumpulan orang yang berbicara perlahan-lahan. Mereka rata-rata berbadan tinggi besar. Dari penampilannya, dapat diduga bahwa mereka berasal dari berbagai daerah.
Sebuah sedan nampak berhenti di pinggir. Beberapa orang berbicara dengan sopirnya. Bob memanfaatkan kesempatan ini. Ia menyibakkan tumpukan karung yang menutupinya, meloncat ke luar, lalu berjalan melenggang menjauh dari truk itu. Ia berusaha sebisa-bisanya untuk tidak menarik perhatian.
Beberapa ratus meter dari situ ia berhenti dan duduk pada sebuah tembok rendah. Diamatinya situasi sekeliling situ dengan penuh kewaspadaan
"Cukup sering mobil-mobil meminggir dan berhenti di daerah itu. Sopirnya lalu berbicara dengan orang-orang yang berkumpul di tepi jalan itu. Kadang-kadang tercapai kesepakatan antara salah seorang dari mereka dengan sopir itu.
Orang itu masuk ke dalam mobil, atau ia mengikuti mobil itu dengan kendaraannya sendiri. Salah seorang dari mereka memisahkan diri. Ia berjalan mendekati Bob, lalu duduk di dekatnya sambil menghela nap as.
"Kau terlalu kecil untuk nongkrong di sini Nak," Katanya pada Bob. "Kau mencari pekerjaan atau apa"" Bob tergagap. "Aku... aku cuma jalan-jalan dan... dan... karena capek aku istirahat saja di sini sebentar. Orang-orang itu mencari pekerjaan"
Orang itu mengangguk. "Ini yang kita lakukan di di sini. Tempat ini dinamakan pasar budak Pernah dengar""
"Belum. Apa itu" Kedengarannya mengerikan.
Orang itu terkekeh. "Tidak sejelek itu. Tempat ini cuma dipakai oleh para pemuda yang mencari pekerjaan. Orang yang mencari pekerja-pekerja datang ke sini. Kau perlu orang untuk membersihkan got, kau dapat mencarinya di pasar budak Kau perlu orang untuk menggali lubang, kau juga bisa memperolehnya di sini. Pekerjaan apa saja.
Seorang pemuda bercelana pendek dan berjaket jeans biru tampak memisahkan diri dari kelompok di tepi jalan itu. Ia mendatangi truk yang tadi ditumpangi Bob secara sembunyi-sembunyi. Dibukanya pintu truk, lalu diambilnya sebungkus rokok dari bangku. Kemudian ia bergabung kembali ke kelompoknya. Bob menduga pasti dialah kawan serumah Mooch Henderson yang bercakap-cakap di telepon tadi.
Sebuah mobil sport biru berhenti di tepi jalan itu. Seseorang keluar mengamat-amati kelompok pemuda yang berkumpul di situ. Tubuhnya tinggi ramping dan kumisnya tebal berwarna abu-abu. Celananya abu-abu muda. dan kemejanya yang rapi berwarna gelap. Dengan topi pesiar menempel di kepalanya serta kaca mata hitam melindungi matanya, ia tampak sangat necis.
Kau lihat orang itu"" ujar orang di samping Bob. "Ia sering datang ke sini. Dan ia sering menyewa orang yang mengemudi truk itu."
Orang itu melambai ke arah pengemudi truk, kawan Mooch Henderson. Kedua orang itu nampak berbincang-bincang. Tak lama kemudian kawan Mooch mengangguk tanda setuju. Dihampirinya truk itu, lalu diikutinya mobil sport biru yang dikendarai orang berkumis tebal tadi.
"Lihat," kata orang di samping Bob. Mereka mencapai persetujuan. ,.
Bob mengangguk acuh tak acuh. Ia merasa sangat kecewa. Jauh-jauh ia menumpang truk itu, bersembunyi di balik karung-karung dekil dan bau, tak tahunya tidak ada hasil berarti yang diperolehnya. Tadinya ia berharap ada suatu petunjuk penting untuk menjawab misteri yang dihadapi. Apakah Mooch yang membunuh Tiny" "Apa yang diketahui kawan Mooch itu tentang Todd" Dan apa yang dilakukan Mooch sehingga membuat kawannya ketakutan" Ternyata pengetahuannya cuma sedikit bertambah dengan pengetahuan tentang pasar budak yang tidak menarik itu.
Dengan sebal ia bangkit dan mulai berjalan. Di sebuah persimpangan terdapat papan nama jalan. Ia sedang berada di La Brea, bermil-mil jauhnya dari pantai. Ia akan terlambat kembali ke panta
i. Apakah Jupe dan Pete masih menunggunya di sana" Berita apa yang mereka peroleh tentang Todd Stratten"
"Bab 9 KESANGSIAN TERHADAP BURTON
"DARI mana saja kau"" seru Pete Crenshaw.


Trio Detektif 36 Misteri Hilangnya Putri Duyung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ia dan Jupe sudah lama menunggu di Plaza Putri Duyung. Bingung, gelisah, dan cemas bergabung menjadi satu. Saking bingungnya, Pete menjadi marah ketika akhirnya Bob muncul.
"Maaf, maaf," kata Bob berulang-ulang. "Aku kan tidak bisa titip pesan pada siapa-siapa. Aku memutuskan untuk mengikuti ke mana kawan Mooch itu pergi-mengumpet dalam bak truknya."
Bob menceritakan percakapan di telepon yang empat didengarnya, serta pengalamannya terbawa ke sebuah tempat yang dijuluki pasar budak.
"Aku pernah dengar tentang pasar budak itu," kata Jupiter. "Tempat itu kelihatannya tidak berhubungan dengan kasus yang sedang kita tangani. Yang kita tahu cuma bahwa kawan Mooch itu tidak punya pekerjaan tetap. Ia juga patut dicurigai. Orang itu menyebut-nyebut tentang anjing di balik tong sampah! Lalu ia ketakutan. Dan gadis yang marah-marah tadi juga sempat ketakutan. Mungkinkah Mooch pernah punya niat untuk mencuri Tiny" Apakah luka di tangannya dapat dijadikan petunjuk yang berarti""
Pete menelan ludah. "He, kau tidak bermaksud mengatakan Todd disekap di rumah tua itu, kan" Kalau Mooch menculik Todd..."
Ia berhenti sendiri, lalu menggeleng-geleng.
"Tidak. Mooch dan kawannya tidak mau mengambil risiko dengan menyekap Todd di sana. Pasti sudah buru-buru dipindahkan ke tempat lain. Dugaanku, Todd tidak di dalam sana. Tapi tentu anjing-anjing itu bukan sembarang anjing. Bukan anjing liar seperti yang dikatakan orang."
"Mungkin ia menculik anjing untuk minta uang tebusan," kata Jupe. Ia menceritakan pada Bob tentang percobaan penculikan anjing Saint Bernard, serta tentang lolosnya Mooch dengan mencebur ke laut.
Pete tertawa geli. "Sayang kau tidak melihatnya tadi. Sudah terseret-seret, terguling-guling, terpentok tiang, lalu harus mencebur ke laut! Hukuman setimpal bagi seorang pencuri anjing.
Jupe tersenyum mengingat kejadian yang sangat lucu baginya itu. "Kupikir baru sejauh ini yang dapat kita lakukan pada hari ini," katanya. "Tapi masih ada yang bisa kita cek di kantor. Mari kita pulang."
Ketika anak-anak melepas kunci sepeda dari rak parkir sepeda di depan toko buku, Clark Burton muncul di halaman dari arah pantai. Sewaktu melihat Trio Detektif, wajahnya berekspresi seperti orang yang amat prihatin.
""Ada perkembangan baru"" tanyanya.
"Tidak, Mr. Burton," jawab Jupe. Belum."
Regina Stratten muncul di pintu
Tabahkan hatimu" Regina," kata Burton. "Kau tahu sendiri kan betapa gemarnya Todd pada petualangan. Mungkin ia sedang bersembunyi di suatu tempat, sambit membayangkan dirinya sebagai Robin Hood yang bersembunyi dalam hutan."
"Aku belum pernah membacakan cerita itu padanya, ujar Regina.
"Belum" Oh, kalau begitu mungkin tokoh lain. Misalnya Pooh, yang melakukan ekspedisi ke kutub Utara. Atau ia berpura-pura menjadi Buck R"ogers, berkelana menjelajahi ruang angkasa. Todd kan punya daya khayal yang luar biasa. Lebih baik ia berkhayal begitu daripada... mmm... mmm...
Burton tidak dapat menyelesaikan kalimatnya. Untuk pertama kalinya ia terlihat gelagapan. Anak-anak tahu bahwa ia ingin mengatakan, "Lebih baik ia berkhayal begitu daripada tergeletak tak berdaya di suatu tempat."
Regina menatapnya tajam. Wajahnya pucat pasi.
"Maaf, kata Burton. "Bodoh sekali aku ini. Aku terlalu melebih-lebihkan keadaan saat ini. Aku punya pengalaman yang serupa di masa kecilku. Adik laki-lakiku suatu saat keluyuran, lalu hilang. Kalau ada keluarga yang kehilangan anaknya, aku lalu teringat peristiwa menyedihkan itu. Kuharap kau mengerti.
"Regina diam saja. Beberapa saat kemudian Burton naik ke galerinya. Ketika anak-anak pergi, Regina masih termangu di pintu tokonya. Ia memandang dengan tatapan kosong. Air mata meleleh di pipinya.
"Setelah makan malam Bob dan Pete menemui Jupe di kantor Trio Detektif. Jupe sedang mencari-cari buku pada rak yang terdapat di kantor mereka. Ia ingin menyegarkan ingatannya tentang sebuah film tua. Sejak perannya sebagai
Baby Fatso, Jupiter memiliki kesenangan khusus terhadap perfilman. Ia spesial membeli beberapa buku sejarah film untuk melengkapi koleksi buku-buku mereka dalam kantor Trio Detektif.
"The Sundowner Theater di Hollywood mempertunjukkan beberapa film tua Barry Bream musim panas yang lalu." kata Jupe. "Kau ingat Bream" Ia yang memainkan seri Detektif Henry Hawkins."
Pete memandang Jupe dengan heran. "Kau ini bagaimana. Jupe. Kita kan belum lahir waktu film itu dibuat!"
"Itu bukan alasan!" tukas Jupe. "Film-film Bream itu film klasik. Dalam festival film sampai sekarang pun film itu masih sering diputar. Salah satu film Barry Bream mengisahkan tentang seorang anak kecil yang akan menerima warisan jutaan dolar. Anak itu tenggelam dalam sebuah lubang galian. Dan satu demi satu orang yang berhak menerima warisan. itu juga meninggal."
""Tenggelam dalam sebuah lubang galian"" seru Pete.
"Mirip dengan adik laki-laki Clark Burton!" sambung Bob dengan bersemangat.
"Atau kawan sepermainannya," ujar Jupe, "bergantung dari versi mana yang diceritakannya. Aku merasa seperti d"aja vu-perasaan ngeri karena dua kali mengalami suatu peristiwa yang sama. Aku ingin mencari beberapa gambar dari film Bream itu untuk menunjukkan kebenaran dugaanku."
"Nah. ini dia, kata Jupe setelah membolak-balik sebuah buku yang diambilnya dari rak di belakang meja. Judulnya Scream in the Dark. Buku itu diangkat menjadi film-film misteri. Pada salah satu bab terdapat foto-foto Barry Bream dalam bermacam adegan yang mengerikan.
Jupe terus membolak-balik halaman buku pada bab itu, sambil sesekali berhenti untuk memperhatikan foto-foto yang terpampang.
Akhirnya ia berseru, "Aha! Ini dia yang kucari! Bagian ini menggambarkan seorang tukang roti menemukan tubuh anak kecil itu, yang sudah terapung di lubang galian yang penuh air."
Pete dan Bob melongok dari belakang Jupe, melihat ilustrasi itu. Terpampang sekerumunan orang, semuanya memandang dengan ngeri pada sebuah galian tempat tubuh itu mengapung. Di situ, tubuh itu nampak seperti boneka. Dalam film, Jupe teringat tubuh yang terapung itu nampak seperti sungguhan. Aktor yang memerankan tukang roti sedang berjongkok, tangannya menjulur meraih tubuh anak kecil itu. Ia ditahan oleh Barry Bream, yang memainkan peran Detektif Henry Hawkins.
Di belakang Bream dalam foto itu berdiri sepasang polisi. Satu di antaranya masih muda belia-mungkin masih remaja-dengan-topi dilepas. Ia terlihat sangat ganteng dan bersungguh-sungguh.
"Astagar. seru Pete. "Itu Clark Burton!"
Tepat sekali!" sahut Jupe. "Aku rasa aku ingat wajahnya dari film ini. Ia pasti baru berumur belasan tahun ketika film ini diproduksi, atau awal dua puluhan paling tua."
"Jadi ia berbohong!" seru Bob. "Tidak pernah ada adik laki-lakinya, atau kawannya yang mati tenggelam. Itu cuma karang-karangannya saja, karena... karena..."
"Bob berhenti. ''Ya,'' sambung Jupiter, "itulah yang menimbulkan teka-teki yang membingungkan. Mengapa Burton menceritakan kisah seperti itu" Peristiwa yang dialaminya sejalan dengan kisah pada film ini. Mungkinkah itu cuma suatu kebetulan" Kalau iya, itu suatu kebetulan yang jarang sekali terjadi.
Ya, kedua kisah itu terlalu mirip," kata Bob sependapat dengan Jupe.
"Mencurigakan," ujar Jupe lagi. "Tapi perhatikan, betapa anehnya cara yang dipilih Burton untuk berdusta. Ia memilih untuk menceritakan suatu peristiwa yang pernah dilayarkan di bioskop-bioskop, meskipun sudah lama sekali. Mengapa ia tidak mengarang kisah yang. baru sama sekali""
"Heran, aku, komentar Pete.
"Bob, ini saat yang baik untuk menyimpulkan apa yang telah kita dapatkan sampai sejauh ini. Apa saja yang telah kita peroleh"" tanya Jupe.
"Tidak banyak." jawab Bob seraya menelusuri catatannya. "Miss Peabody melihat Todd setelah Todd mendatangi Plaza Putri Duyung sewaktu parade berlangsung. Miss Peabody melaporkan bahwa Mr. Anderson dan Miss Watkins sedang keluar. ke Ocean Front, ketika Todd masuk ke halaman. Dan pada saat itu Mr. Burton sedang berada dalam galerinya. Tony dan Marge Gould berada dalam kantin mereka. tapi tidak melihat sesuatu yan
g dapat menolong," "Mooch Henderson..." Bob meneliti catatannya. Ada sifatnya yang menarik."
"Dia dicurigai"" tanya Pete.
"Aku mencurigai dia," jawab Jupe. "Tapi aku tidak merasa pasti sampai seberapa jauh kita patut mencurigainya. Pencurian anjing, itu yang sudah jelas."
Bob melihat catatannya lagi. "Kita juga mendapat data bahwa kawan Mooch ketakutan oleh sesuatu. Dan juga Clark Burton berbohong, entah kenapa."
"Mungkin ia sekadar ingin berakting." kata Pete.
Kedua kawannya melongo melihat Pete
""Kau serius atau melawak"" tanya Bob.
'''Aku serius. Ayahku sering berada di sekitar para aktor, ketika bekerja sebagai ahli pembuat efek khusus. Menurutnya, mereka itu tidak ada apa-apanya kalau mereka tidak sedang berakting. Yah, seperti tong kosong saja. Satu-satunya saat mereka mempunyai kepribadian adalah saat mereka berakting dalam film. Mereka dapat meniru menjadi orang lain, tapi mereka tidak dapat menjadi diri mereka sendiri. Sikap itu terbawa dalam kehidupan sehari-hari. Mereka sukar mengubahnya. Mau tidak mau mereka harus terus-menerus berakting. Kalau tidak, mereka tidak akan diperhatikan orang."
"Boleh jadi," kata Jupe. "Clark Burton masih melakukan kebiasaan para artis. Ia masih muncul dalam acara-acara televisi, dalam pesta-pesta di Hollywood. Tapi mungkin cuma itu saja kerjanya, selain sebagai penjual barang-barang seni. Mungkin hidupnya terasa membosankan sehingga ia menganggap hilangnya Todd sebagai suatu film di mana ia turut berakting.
"Dan ia kuatir terhadap peristiwa ini. Tadi pagi, sewaktu berbicara dengan kita, ia mengatakan tidak mau orang menyangka ia tidak dapat diajak bekerja sama. Ia tidak peduli apakah ia memang menolong atau tidak, yang penting ia terlihat prihatin. "
"Mungkin itu sebabnya ia berbohong," kata Bob. "Tapi bagiku, dengan begitu ia justru tidak terlihat lebih baik."
"Telepon di meja berdering. Jupe menjawabnya.
"Halo" "Jupiter Jones"" terdengar suara orang tua di seberang sana.
"Miss Peabody!" Jupe tersentak. Dengan cepat dihubungkannya teleponnya pada mikrofon dan pengeras suara agar mereka bertiga dapat mendengar.
"Aku memperoleh nomor teleponmu dari Regina Stratten." Suara melengking M"s Peabody terdengar keras dan jelas melalui pengeras suara.
"Aku punya sesuatu yang mungkin menarik bagi kalian. Aku tidak mau memberi tahu polisi, terlalu merepotkan untuk berurusan dengan mereka. Aku ingin agar segera diambil tindakan!"
"Ada apa, Miss Peabody"" kata Jupe dengan sopan.
"Petang tadi," kata wanita tua itu, "aku sedang berjalan-jalan mencari angin di Ocean Front. Aku melihat Clark Burton. Hari sudah mulai gelap. Ia turun dari galerinya membawa sesuatu dalam karung."
Ia berhenti, seakan menunggu reaksi Jupe.
"Lalu"" kata Jupe.
"Gerak-geriknya mencurigakan, lanjut Miss Peabody, "jadi aku pura-pura tidak melihatnya. Aku membuang muka, dan memandang ke laut."
"Tindakan yang .tepat," Jupe mengomentari.
"Ia melintasi plaza menuju Dermaga Venice. Aku membiarkan saja ia lewat, sembari tetap berpura-pura memandang ke arah laut. Itu cara terbaik, bukan""
"Kalau Anda mengamat-amati seseorang, ya," Jupe menyetujui.
"Setelah itu baru aku ikuti dia sampai dermaga," kata Miss Peabody lagi. "Ia pergi sampai ke ujung dermaga, lalu berhenti, seolah-olah ingin melihat matahari terbenam. Sewaktu ia kembali, ia tidak membawa karung itu lagi. Ia telah membuangnya di laut!"
"Ia membuangnya" Miss Peabody, karung macam apa itu" Apakah itu karung goni" Berapa besarnya" Berapa berat isi karung itu" Dapatkah Anda menjelaskannya""
"Isinya bukan Todd, tenanglah," Miss Peabody menjawab berondongan pertanyaan Jupe. "Itu karung kertas, seperti yang dipakai untuk membungkus barang belanjaan di supermarket. Dan ia menjinjingnya dengan mudah saja, seperti menjinjing koper. Dan nampaknya isinya tidak berat. Pasti kurang dari berat Todd."
"Oh, begitu," kata Jupe dengan lega.
"Bagaimana pendapatmu"' tanya Miss Peabody.
"Aku pikir... kita perlu waktu untuk meneliti kejadian ini. Terima kasih banyak, Miss Peabody. Mmm... Anda tidak memberi tahu Mrs. Stratten kan""
Tidak sama sekali," sahut M
iss Peabody. "Aku memang sudah tua, tapi pikiranku masih baik. Aku belum pikun!"
"Ia memutuskan hubungan. Jupiter menaruh gagang telepon.
"Untung aku mahir menyelam," seru Pete. "Dan sekarang ada makanan empuk di dasar laut yang segera akan kuselidiki!"
Bab 10 ANCAMAN DI DASAR LAUT!
"SAHABAT anak-anak, Worthington, muncul di pangkalan barang bekas esoknya pagi-pagi sekali. Ia mengendarai karavan abu-abu.
"Tebersit dalam pikiranku bahwa karavan akan lebih praktis kalau Pete akan menyelam," kata Worthington. "Ia punya tempat di belakang untuk berganti pakaian. Tidak usah repot-repot mencari kamar ganti pakaian lagi."
"Worthington, kau benar-benar sahabat sejati," kata Pete.
Worthington tersenyum senang. "Aku senang membuat kawanku senang."
Trio Detektif pertama kali berjumpa dengan Worthington ketika Jupe memenangkan sayembara yang disponsori suatu perusahaan sewa-menyewa mobil. Jupe dengan tepat menebak soal dalam sayembara itu sehingga mendapat hadiah boleh memakai sebuah Rolls-Royce selama tiga puluh hari. Worthington yang menjadi sopir Rolls-Royce mewah itu bagi anak-anak. Lama-kelamaan ia tertarik pada petualangan anak-anak. Dan sejak itu ia senang menolong mereka memecahkan kasus-kasus yang dihadapi. Sekarang ia sendiri menganggap dirinya sebagai anggota kehormatan Trio Detektif.
Ketika mereka meluncur ke arah selatan di Pacific Coast Highway, Trio Detektif menerangkan kasus hilangnya seorang anak kecil yang sedang mereka hadapi.
"Aku baca di koran tentang hilangnya anak itu," kata Worthington. "Masa tidak ada yang melihat ke mana ia pergi waktu itu""
"Tidak," jawab Jupiter. "Ada beberapa kemungkinan. Mungkin Todd cuma keluyuran agak jauh sehingga tersesat. Ini kecil kemungkinannya, karena pasti akan ada orang yang melihatnya. Atau mungkin ia terperangkap dalam sebuah tempat, misalnya saja dalam sebuah sumur kering yang sudah tidak dipakai lagi. Polisi telah memeriksa setiap jengkal tanah di daerah sekitar itu, meneliti apa saja yang memungkinkan seorang anak memanjat lalu terjatuh. Mudah-mudahan mereka dapat menemukan Todd dengan cara itu.
"Atau mungkin juga Todd dibawa oleh seorang yang kebetulan mengembara di pantai itu, yang menemukan Todd sedang sendirian di sana. Kalau itu yang terjadi, tidak banyak yang bisa kita harapkan. Tinggal masalah untung-untungan saja. Kita cuma bisa berharap ada orang yang melihat penculikan itu, lalu orang itu melapor rada polisi. Atau polisi menelusuri daftar orang-orang yang dicurigai suka menculik anak kecil..."
Ada yang minta tebusan sampai sekarang"" tanya Worthington.
""Tidak. Regina Stratten dan ayahnya tidak sangat kaya. Kalau benar Todd diculik, pasti penculik itu mempunyai dorongan lain, bukan tebusan.
"Mungkin Todd melihat sesuatu yang tidak semestinya," ujar Bob, "dan seseorang menyekapnya agar Todd tidak bercerita pada orang lain tentang apa yang dilihatnya."
Ya, mungkin Todd melihat Mooch mencuri anjing. Lalu Mooch menculiknya!" seru Pete menimpali. "Mungkin itu sebabnya kawan serumah Mooch ketakutan sekali didatangi polisi lagi."
Jupe menerangkan siapa Mooch pada Worthington. Kemudian ia menoleh pada Pete. "Tapi menurutku Todd tidak berada dalam rumahnya. Kawannya itu pasti sudah sangat panik kalau Todd berada di situ.
"Kalau begitu Mooch menyembunyikan Todd di tempat lain, balas Pete.
Jupe mendesah. "Ini semua cuma spekulasi. Kita perlu fakta-fakt"a.
Tidak ada di antara mereka yang mempunyai fakta tambahan. Semua diam membisu sepanjang sisa perjalanan ke Venice.
Hari masih pagi ketika mereka tiba di pantai itu. Pantai Venice masih sunyi, lampu-lampu jalan masih menyala. Cuma satu dua orang saja yang terlihat berjalan-jalan di Ocean Front.
"Tempat ini akan lebih semarak siang nanti," kata Jupe pada Worthington. "Sekarang, makin sepi makin baik bagi kita."
Worthington meluncurkan kendaraannya ke "sebuah tempat parkir dekat Dermaga Venice. Dengan gesit Pete masuk ke bagian. belakang karavan. Ketika muncul kembali, ia sudah berpakaian selam lengkap. Jupe dan Bob membantunya memasang tabung udara di punggungnya. Kemudian Pete memasang masker se
lamnya, memasukkan alat pernapasan ke dalam mulutnya, lalu masuk ke laut.
Air telah sampai sepinggangnya pada saat Bob menyenggol Jupe. .
Laki-laki muda yang serumah dengan Mooch muncul di Ocean Front. Ia bersandar di meja kasir pada sebuah stand pizza di pantai. Tampaknya ia sedang sarapan pizza di stand itu.
"Bukan main, kata Worthington. "Pizza pada waktu sepagi ini""
Beberapa saat kemudian seorang pemungut sampah, berpakaian compang-camping, Fergus, tampak berjalan di Ocean Front. Ia seperti biasanya, membawa kereta dorong dan ditemani kedua anjingnya- yang setia. Ia berhenti di stand pizza, mengangguk pada kasirnya.
Setelah menghabiskan pizzanya, kawan Mooch itu berjalan menuju Speedway.
"He, tidak usah kita semua yang menunggui Pete," kata Bob. "Aku ingin lihat apa yang dilakukan Mooch dan kawannya pagi-pagi begini. Sebentar aku akan kembali."
Jupe menoleh ke laut. Air sudah sampai pada kepala Pete. Sesaat lagi ia sudah berada di bawah permukaan air.
""Oke," sahut Jupe. "Pasang mata baik-baik. Kita belum tahu pasti apa yang bakal terjadi di sini. Hati-hatilah!"
"Baik!" kata Bob.
Ia berlari-lari kecil meninggalkan pantai. Tatkala melewati stand pizza, Fergus keluar membawa sebungkus penuh pizza. Ia meletakkan bungkusan pizza dalam kereta dorongnya, lalu menyorongnya ke Ocean Front, kembali ke arah datangnya tadi.
"Bob perlu bantuan"" tanya Worthington penuh harap. "Mungkin aku perlu menjaganya."
Jupe tersenyum lebar. Rupanya Worthington ingin ikut-ikutan beraksi juga. "Bob tidak perlu dijaga," ujar Jupe. Worthington nampak kecewa.
Bob menghilang di batik Plaza Putri Duyung. Jupe dan Worthington mengalihkan perhatian pada Pete lagi. Satu-satunya tanda yang terlihat adalah gelembung-gelembung udara di permukaan air.
Sementara itu, Pete memandang melalui maskernya ketika ia bergerak perlahan-lahan menyusuri dasar laut. Ia merasa kuatir karena air laut sangat keruh. Bagaimana bisa ia menemukan benda yang dibuang Clark Burton dalam air sekeruh itu, pikirnya. Ia merapatkan badannya ke dasar laut agar dapat melihat lebih jelas. Banyak benda berserakan di dasar laut. Botol dan kaleng kosong bertebaran di mana-mana. Ada sebungkah benda seperti kain kanvas dilipat Pete memungutnya. Dengan hati-hati dibukanya lipatan kain itu. Ternyata cuma sebuah tas pantai berisi pakaian renang usang.
Pete meneruskan pencariannya, menyelam menyapu daerah dasar taut di sekitar dermaga itu. Dijaganya agar dermaga selalu berada di sisi kirinya. Ia melihat sepatu tenis tua, pecahan kaca, dan sisa-sisa makanan terbungkus plastik.
Miss Peabody menggambarkan benda yang dibawa Burton sebagai karung kertas-tas belanjaan mungkin. Pasti ada isinya, pikir Pete. Tapi apa" Pete penasaran.
Tiba-tiba ia berpaling. Ada sesuatu yang bergerak di air di sebelah kanannya. Sesuatu yang meluncur di dasar laut, lalu naik dengan cepat ke permukaan.
Ikan hiu! Giginya yang tajam tampak mengerikan ketika ikan hiu itu membuka rahangnya yang kuat. Matanya menyorot tajam pada Pete.
Pete menahan napas. Dicobanya untuk tidak bergerak walau sesenti pun. Pikirannya mulai kalut. Ada ikan hiu yang menyerang orang. Ada juga yang tidak. Kadang-kadang deburan air atau suara keras dapat mengusir ikan hiu.
Suara keras" Satu-satunya suara keras hanyalah detak jantungnya sendiri. Bagaimana bisa orang menimbulkan suara keras di kedalaman tiga meter di bawah permukaan laut" Di dalam air, tidak seorang pun bisa menjerit. Tidak seorang pun bisa membuat deburan air.
Tangan Pete meraba-raba dasar laut. Batu. Ia perlu batu. Ia dapat memukul-mukulkan batu untuk menimbulkan bunyi. Suara akan menjalar melalui air. Semoga dapat menakut-nakuti ikan hiu!
Tapi benarkah" Jangan-jangan malah membuat ikan hiu itu marah.
Tangannya menyentuh suatu benda di dasar laut Bulat dan keras.
Bulu kuduk Pete berdiri. Kemudian ia panik. Ikan hiu itu menukik ke arah dirinya!
"Bab 11 PENEMUANMENGEJUTKAN
"BOB membayang-bayangi kawan serumah Mooch ke rumah tua di seberang Speedway. Anjing-anjing di pekarangan belakang ribut menyalak ketika orang itu naik tangga depan dan masuk ke dalam ru
mah. Bob bersandar pada sebuah mobil yang diparkir di pelataran dekat Plaza Putri Duyung, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Terdengar suara pintu dibuka di belakangnya. Bob menengok. Clark Burton keluar dari pintu belakang garasinya. Ia memakai celana panjang biru muda dan kemeja sport putih polos yang serasi. Ia mengunci pintu lalu turun melalui tangga belakang.
Tanpa disadari Burton, Bob mengawasinya. Bob mengira ia akan pergi ke garasi di belakang plaza untuk naik salah satu mobil di sana. Ternyata Bob keliru. Aktor itu menyeberangi Speedway dengan berjalan kaki, terus melewati rumah kediaman Mooch, menuju Pacific Avenue.
Rumah Mooch tampak sepi-sepi saja. Karena itu Bob memutuskan untuk membuntuti Burton. Dibiarkannya Burton melangkah sampai jarak tertentu. Jarak itu cukup jauh sehingga Burton tidak sadar bahwa sedang diikuti, tetapi juga tidak terlalu jauh sehingga ia tidak lolos dari pandangan Bob.
Bob tetap menjaga jarak. Ketika Burton menyusuri Pacific Avenue, tiba-tiba ia membelok pada sebuah persimpangan. Bob berjalan agak cepat, berusaha agar tidak kehilangan jejak.
Burton tampak di depan lagi ketika Bob sampai di persimpangan itu. Burton berjalan dengan tergesa-gesa pada sebuah Jalan bernama Evelyn Street.
Pada sisi jalan itu berderet rumah-rumah sederhana yang dijadikan apartemen. Mobil-mobil yang diparkir di sana juga bukan mobil mewah. Anak-anak kecil bermain-main di pekarangan-pekarangan, dan anjing-anjing berkeliaran di jalan.
Pada suatu tempat, Burton menaiki tangga sebuah apartemen yang kotor tak terawat. Lagi-lagi kali ini Burton menghilang dari pandangan Bob. Buat apa Clark Burton ke sini" pikir Bob. Burton seorang aktor tampan yang terbiasa hidup bergelimang kemewahan. Mungkinkah ia punya kawan dari daerah seperti ini"
Bob berjalan mendekati apartemen itu. Sewaktu sampai di depannya, ia berjongkok. Sambil pura-pura membetulkan tali sepatunya, ia melirik dengan sudut matanya ke arah rumah itu.
Seperti kebanyakan rumah di California, apartemen itu dibangun mengelilingi sebuah taman. Bob melirik ke taman itu. Tidak ada sesuatu yang menarik di situ, pikir Bob. Dan jendela-jendela apartemen tertutup gorden putih tebal, menghalangi pandangan ke dalam.
Bob menyeberangi taman. Ia mencari tempat strategis untuk mengawasi apartemen itu. Dua anak kecil sedang bermain-main di serambi muka sebuah apartemen. Bob duduk di tangga depannya, berusaha untuk tidak menarik perhatian.
Ia terus menunggu dan mengawasi. Apartemen di seberang jalan sepi-sepi saja. Pintu dan gordennya tertutup rapat, seolah-olah menyembunyikan rahasia di dalamnya.
Menit demi menit berlalu. Bob telah menunggu kira-kira seperempat jam. Saat itu sebuah mobil keluar dari samping apartemen yang diawasinya. Mobil sport biru. Dahi Bob berkerut. Mobil itu pernah dilihatnya. Begitu pula, sopirnya seakan tidak asing lagi.
Bob terkesiap ketika menyadari bahwa itu mobil yang dilihatnya di pasar budak sehari sebelumnya. Si pengemudi adalah orang yang menyewa tenaga kawan serumah Mooch. Ia mengenakan topi pesiar dan kaca mata hitam yang sama. Dan kumis tebalnya pun sama. Tidak salah lagi, pikir Bob.
Mobil itu meluncur dengan kencang di Evelyn Street ke arah timur. Dalam sekejap mobil sport itu hilang dari pandangan.
Bob mengeluarkan catatannya. Dicatatnya nomor plat mobil dan nomor apartemen itu. Lalu ia duduk tepekur. Berbagai pertanyaan berkecamuk di kepalanya. Apakah Clark Burton datang ke sana untuk menemui orang berkendaraan mobil sport itu" Apa hubungan antara si pengemudi mobil biru dengan Mooch Henderson" Atau dengan kawan serumah Mooch" Apakah pertemuan di pasar budak itu cuma suatu kebetulan" Tidak mungkin cuma kebetulan, Bob memastikan. Pasti ada hubungannya. Tapi bagaimana hubungannya"
Bob memerlukan informasi tambahan. Ia dapat memperolehnya sembari melakukan tugas penelitian sekolahnya. Ia dapat menanyai penduduk sekitar situ tentang daerah urban yang sedang berubah ini-sambil menyisipkan pertanyaan tentang penyewa apartemen itu. Mungkin saja ia akan terlihat oleh Clark Burton. Tapi ia tidak dapat dicurigai. Bob puny
a alasan kuat mengapa ia melakukan hal itu.
Namun tatkala Bob menyeberangi jalan, mendatangi apartemen itu, ia semakin bertanya-tanya. Bangunan itu masih sunyi sepi. Seakan-akan sudah lama ditinggalkan orang. Adakah yang menghuninya"
Bob membunyikan bel. Ia tidak mendengar dering suara bel dari dalam rumah. Dan tidak ada yang membukakan pintu. Dibunyikannya bel itu dua kali lagi. Tetap tidak ada reaksi.
Ia mengintip melalui lubang kunci. Remang-remang terlihat lantai kayu yang berdebu dan beberapa lembar karton. Apartemen itu Kosong. Tidak ada siapa-siapa di dalamnya. Rupanya aliran listrik dimatikan. Itu sebabnya mengapa bel tidak berbunyi.
Tapi ke mana larinya Clark Burton" Jelas-jelas dilihatnya ia masuk ke sini tadi. Lalu...
Bob tersentak ia tahu sekarang! Burton memang masuk ke dalam tadi. Lalu ia keluar dari samping. Dialah yang mengendarai mobil sport biru, memakai kumis tebal dan topi pesiar!
Langkah-langkah berat terdengar di belakang Bob. Bob berpaling. Jantungnya berdegup kencang.
Seorang laki-laki berbadan besar, berkepala botak, mencengkeram lengan Bob. Mengintip apa kau" bentaknya.
Bob tergagap. Aku... aku... sedang mencari data un... untuk tugas sekolah.
Dengan mengintip begitu" bentak orang itu lagi. Dari tadi kuperhatikan kau duduk mengawasi rumah ini. Lalu barusan kau mengintip ke dalamnya. Sudah sering terjadi kebakaran di sini disebabkan perusak-perusak yang berkeliaran!
Kau keliru! seru Bob. Aku bukan perusak! Aku ingin mewawancarai orang-orang di sini! Berkali-kali kubunyikan bel tidak ada yang membukakan pintu!
Cengkeraman orang itu mengendur sedikit. Bob menarik lengannya hingga lepas.
"He! teriak orang itu.
Bob berkelit darinya, lalu lari sekencang-kencangnya!
"Bab 12 SEMAKIN MEMBINGUNGKAN
"IKAN hiu berputar-putar tepat di atas Pete. Kemudian tiba-tiba pergi menjauh, lalu menghilang.
Pete seorang diri lagi. Aman. Ia menarik napas lega. Jantungnya masih berdebar-debar. Ditariknya napas panjang beberapa kali.
Kemudian Pete baru sadar bahwa ada sesuatu di tangannya. Ia ingat tadi tangannya meraba-raba mencari batu keras untuk menakut-nakuti ikan hiu itu. Ia melihat pada apa yang digenggamnya.
Pedang Kiri Pedang Kanan 13 Animorphs - 32 Pemisahan The Separation Panji Sakti 6
^