Misteri Manusia Gua 3
Trio Detektif 34 Misteri Manusia Gua Bagian 3
Mereka melanjutkan pemeriksaan dalam laboratorium itu. Tidak dijumpai setitik pun zat yang dapat digunakan sebagai anestesi. Tidak ada ether, tidak ada Natrium Pentothal. Bahkan tidak ada Novocain.
Ketika Jupe meninggalkan laboratorium, pikirannya dipusatkan pada Eleanor. Diakah yang mengambil catatan-catatan itu" Kalau ya, apa sebabnya" Ia sangat tertutup dan kelihatan lemah, tak mungkin terlibat dalam kasus pencurian.
Tetapi, benarkah ia memang lemah dan tertutup"
Bab 15 PERSOALAN SEMAKIN RUNYAM SAMPAI tengah hari Pete Crenshaw tidak memperoleh hasil apa-apa. Centerdale sedikit lebih besar dari Citrus Groove, tetapi tidak banyak perbedaannya. Ada dua supermarket dan empat pompa bensin di kota itu, sedikit lebih banyak dari yang terdapat di Citrus Groove. Bis yang dinaiki Pete berhenti di depan Hotel Centerdale. Tidak ada hal-hal yang mencurigakan. Dan sesungguhnya, Pete sendiri tak tahu persis apa yang hendak dilakukannya.
"Tahu begini aku lebih baik menemani Jupe ke Yayasan Spicer," pikir Pete sambil menghela napas.
Baru saja berpikir begitu sebuah mobil tua penuh debu melewatinya di jalan. Mobil itu membelok di sebuah tikungan, tak jauh dari lokasi Pete berdiri.
Frank DiStefano yang mengendarainya.
Pete berlari cepat ke tikungan itu. Ia melihat DiStefano meminggirkan mobilnya di depan sebuah rumah yang kotor tak terawat. DiStefano masuk ke rumah itu membawa bungkusan berwarna coklat.
Pete menunggu. Tak lama kemudian DiStefano keluar dan langsung menuju mobilnya. Ia memutar mobilnya, dan mengendarainya ke arah Pete.
Pete cepat -cepat membuang muka ketika DiStefano melewatinya. Setelah mobil DiStefano jauh, Pete berjalan mendekati rumah yang dihampiri DiStefano itu. Di depannya Pete berdiri memandanginya. Ia bingung apa yang harus dilakukannya. Tahu-tahu seorang wanita bertubuh montok berambut pendek muncul di pintu.
"Kau perlu sesuatu"" tanya wanita itu.
"Tidak, Ma 'am, " kata Pete. Ia bengong sebentar. Lalu nyengir. "Saya cuma ingin ikut dengan DiStefano kalau dia ke Citrus Groove. Itu kalau ia kembali lagi ke sini. Barusan saya melihatnya mengendarai mobil."
"Oh, harusnya kaupanggil saja dia tadi," kata wanita itu. "Kelihatannya ia tak kembali lagi hari ini."
Wanita itu melihat dengan rasa kasihan pada Pete. "Kau bisa naik bis ke Citrus Groove. Kau punya uang"" kata wanita itu dengan iba.
"Aku punya uang," sahut Pete. "Tapi kalau ada teman ke sana kan lebih enak."
"Oke, kalau begitu." Wanita itu lalu membuka atap terpal yang menutupi mobilnya, lalu mengangkat sebuah kardus berisi bahan-bahan makanan. Dengan sigap Pete membantu.
"Terima kasih," kata wanita itu sambil menunjukkan jalan ke dalam rumah. "Anda Mrs. DiStefano"" tanya Pete.
"Ibunya Frank" Oh, bukan. Aku ibu kostnya, pemilik rumah ini. Ia menyewa kamar padaku." Pete meletakkan kardus di meja dapur.
"Kau tinggal di Citrus Groove"" tanya wanita itu. Tanpa menunggu jawaban dari Pete ia langsung bertanya lagi, "Kau ikut mengalami kejadian aneh kemarin di sana, ketika seluruh kota terbius" Aku yakin, pasti ada sesuatu yang mencemari sumber air itu. Yang berwajib harus segera menyelidikinya."
"Sudah," sahut Pete. "Mereka menyelidiki air itu di laboratorium kriminal mereka. Tapi tak ada apa-apa dalam air itu."
Wanita itu menggeleng. "Aneh tapi nyata. Tapi si Frank itu keterlaluan. Masa kemarin ia sakit. Seperti tidak ada hari lain saja untuk sakit. Ia jadi tidak ikut mengalami peristiwa langka itu. Sepanjang pagi ia tidur saja di rumah, bersin melulu kerjanya. Kalau ia tidak sakit kan aku bisa dengar cerita tentang kejadian itu darinya. Di sini ia cuma tidur saja tak tergerak sambil menyelimuti tubuhnya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tadinya aku ingin ke Citrus Groove sendiri untuk melihat manusia gua itu, tapi tidak jadi. Habis semua tempat penginapan penuh sih."
"Memang, kami saja menginap di loteng gudang," kata Pete sambil keluar dari dapur.
"Siapa namamu"" tanya wanita itu. "Barangkali saja Frank akan menanyakan siapa tamunya, biasanya sih tidak." "Pete," jawab Pete. "Mungkin ia sudah lupa pada saya." "Tidak apa-apa, akan tetap kukatakan padanya," janji wanita itu.
Setelah permisi, dengan gesit Pete menuju jalan utama. Di depan Hotel Centerdale ia naik bis menuju Citrus Groove.
Pete menjumpai Jupe sedang duduk di ayunan tua di halaman belakang rumah McAfee. Jupe mendengarkan laporan dari Pete tentang Centerdale.
"Jadi Frank DiStefano memang sakit kemarin pagi," kata Jupe sambil menghela napas. "Kalau begitu ia tidak bisa dicurigai sebagai pencuri manusia gua itu. Ia tidak berada di taman kemarin pagi, tetapi ternyata ia mempunyai alibi lain." Jupe mengangkat bahunya. "Lenyaplah satu kemungkinan."
Pete duduk berselonjor di rumput. Jupe berpikir sambil mengerut-ngerutkan keningnya. Alis mata Jupe nampak naik turun kalau ia sedang berkonsentrasi. Jam empat sore Bob baru kembali. "Bagaimana"" kata Jupe ketika Bob mendekat.
"Birkensteen mempunyai janji dengan DR. Henry Childers waktu itu," ujar Bob dengan penuh kebanggaan. "Childers tinggal di Harborview Lane. Ia ahli anestesi dan praktek di Rumah Sakit Brendan di Santa Monica. Waktu aku tanyakan apakah tas DR. Birkensteen tertinggal di sana, ia terkejut setengah mati seperti tersengat tawon. Ia telah menunggu Birkensteen sepanjang hari itu, namun Birkensteen tak kunjung datang. Belakangan baru ia tahu bahwa Birkensteen telah meninggal."
"Ahli anestesi"" tanya Jupe. "Ia temannya Birkensteen""
"Bukan. Ia dan Birkensteen punya seorang teman di Universitas California Los Angeles. Orang itu yang menceritakan pada Birkensteen tentang DR. Childers. DR. Childers dan orang itu sama-sama tidak tahu keinginan Birkensteen yang sebenarnya. Menur
ut DR. Childers, tampaknya Birkensteen sangat menggebu-gebu ketika membuat janji untuk menemuinya di Harborview Lane. Ini super menarik bahwa ia ahli anestesi. Kutanyakan apakah ia tahu suatu zat yang dapat membius seluruh kota seperti yang terjadi di Citrus Groove."
"Ah!" seru Jupe sambil bangkit. "Apa katanya""
"Tidak ada. Ia telah mendengar berita tentang kejadian di Citrus Groove, tapi ia bilang tidak ada zat yang mempunyai efek seperti itu." "Hhh!" Jupe terduduk kembali.
Saat itu Eleanor keluar dari pintu belakang menuju gudang. Ia masih sempat mengangguk pada anak-anak. Pamannya menyusul keluar.
"Ellie, mau ke mana kau"" seru Newt.
"Dorris Clayton mengajak saya makan malam," kata Eleanor. "Well, jangan malam-malam pulangnya," Newt mengingatkan.
Pick-up berderung. Eleanor keluar dari gudang mengendarainya. Newt masih mengawasinya dari teras belakang. Jupe bangkit meninggalkan ayunan itu. Ia berdehem sehingga McAfee menoleh. "Aku ingin tahu," kata Jupe, "apakah si pencuri sudah mengirim berita lagi""
"Belum!" McAfee sewot. "Sekalipun sudah, kau tidak akan kuberi tahu." Ia masuk sambil membanting pintu.
Anak-anak menghabiskan waktu dengan makan di Kantin Lazy Daze dan berjalan-jalan keliling kota. Anestesi menjadi topik pembicaraan yang hangat malam itu.
Eleanor baru pulang lewat tengah malam. Di loteng gudang anak-anak mendengar dengan jelas derungan truk masuk gudang. Ia disambut teriakan McAfee yang menanyakan ke mana saja gadis itu pergi. Setelah Eleanor masuk, terdengar suara pintu dibanting. Sayup-sayup terdengar bentakan McAfee dan tangisan Eleanor.
"Astaga!" kata Pete. "Berapa sih umurnya" Masa masih diperlakukan seperti anak kecil begitu""
"Sebenarnya ia sudah cukup umur untuk hidup mandiri," kata Bob.
Akhirnya suara-suara ribut dari rumah berhenti. Anak-anak baru bisa tidur setelah itu. Senin pagi-pagi sekali mereka sudah bangun dan keluar. Sehabis sarapan mereka menelepon Les Wolf menanyakan kepastian rencana kembali ke Rocky Beach. Untung Les Wolf menunda kepulangannya sehari, masih ada yang harus diselesaikannya di Citrus Groove.
Anak-anak sedang menyusuri jalan utama ketika Eleanor melewatinya dengan naik pick-up. Ia berhenti di pompa bensin.
"Pasti jauh juga ia berkeliling dengan teman wanitanya semalam," kata Bob. "Aku melihat McAfee baru kemarin mengisi bensin mobil itu, dan jika sekarang bensinnya telah kosong lagi berarti..."
Bob terdiam. Bel di pompa bensin telah berbunyi untuk kedua kalinya. Eleanor mematikan selang pompa dan meletakkannya pada mesin pompa. Setelah membayar ongkos, Eleanor bergegas pergi.
"Sepuluh liter lebih," ujar Jupe sambil memperhatikan Eleanor pergi. "Itu cukup untuk empat puluh kilometer dengan mobil seperti itu. Jarak ke Centerdale pulang-pergi."
"Barangkali teman wanitanya tinggal di Centerdale," kata Pete. "Atau ia pergi menemui temannya yang lain. Ia mengisi tangki bensin penuh-penuh supaya tidak ketahuan oleh pamannya."
Jupe meringis. "Tidak ada alasan untuk curiga seperti itu," katanya. "Sama sekali tidak ada alasan untuk mencurigainya. Kita jangan berspekulasi. Mungkin lebih bijaksana, dan lebih efisien, untuk menanyainya langsung secara terbuka dari hati ke hati."
"Percuma," kata Bob, "kita pernah mencobanya, kan" Waktu itu saja ia berbohong. Ia bilang tidak tahu apa-apa tentang perjalanan ke Rocky Beach."
"Mungkin waktu itu ia malu menceritakannya pada kita bertiga. Aku yakin ia tidak dapat menyimpan rahasia itu selamanya. Ia perlu orang yang dapat dijadikan tempat mencurahkan isi hatinya. Tidak ada salahnya untuk mencoba lagi, kan""
"Memang tidak salah," kata Bob, "tapi kali ini kau sendiri sajalah yang menanyainya. Paling-paling ia menangis lagi. Aku tak tahan melihatnya menangis. Dan aku tak ingin kita terlihat seperti berkomplot dengannya." "Sepakat!" kata Jupe singkat.
Eleanor sudah pergi ke yayasan ketika anak-anak sampai di rumah McAfee. Sesuai dengan kesepakatan, Jupe seorang diri yang menyusul ke yayasan untuk menanyai Eleanor. Baru saja hendak memijit bel, ia mendengar Eleanor berteriak.
"Apa" Terlambat"" seru Eleanor. "Tidak mungkin terlambat!" Jendela r
uang tamu itu terbuka. Jupe mendekat dan mengintip.
Tidak ada siapa-siapa. Cuma ada kepala-kepala hewan buruan yang diawetkan saja yang memandang dengan tatapan kosong.
"Aku tak peduli sudah berapa kali ia kauhubungi," seru Eleanor. "Hubungi lagi dia. Katakan padanya ini cuma main-main!"
Jupe ingat bahwa ada telepon di lorong di samping laboratorium. Eleanor tentu menggunakan telepon itu. "Kau pembohong!" teriak Eleanor. "Kau bohong. Kau tidak peduli apa yang terjadi padaku!" Sepi sejenak. Lalu Eleanor berkata lagi, "Baik kalau begitu, tunggu saja balasanku." Telepon itu dibanting.
Jupe menjauh dari jendela. Sedetik kemudian pintu depan terbuka. Eleanor keluar. Tangannya mengepal dan bibirnya dikatupkan rapat-rapat. Tanpa menengok ke kanan-kiri ia melangkah menuju pintu gerbang.
Jupe mengikuti dari belakang dengan jarak yang cukup jauh. Setengah jalan, ia melihat Eleanor membuka pintu gudang McAfee. Pete dan Bob muncul di jendela loteng sewaktu pick-up mundur keluar. Eleanor memutar, lalu mengebut menuju kota.
Pete dan Bob keluar gudang ketika Jupe sampai di sana.
"Ke mana dia"" tanya Pete.
"Aku tak tahu," sahut Jupe. "Ia sedang marah. Nampaknya ia nekat mau melakukan sesuatu."
"Bukan hanya dia yang nekat," kata Bob. "Newt McAfee juga. Sepuluh menit yang lalu ia keluar dengan wajah tegang. Istrinya marah-marah padanya. Ia bilang sudah cukup banyak uang yang dikeluarkan untuk membiayai museum itu. McAfee seolah tak mendengarnya. Ia berjalan terus menuju kota."
"Tebusan," ujar Jupe setelah terdiam sejenak. "Ia akan membayar tebusan itu! Si pencuri menang juga akhirnya!"
Bab 16 KEJUTAN BESAR "CEPAT!" seru Jupe. "Kita lihat bagaimana McAfee menyerahkan uang tebusan itu!" Ia berlari-lari menuju kota. "Bagaimana caranya"" tanya Pete sewaktu berhasil menyusul Jupe. "Ia tak bawa mobil." "Itulah yang ingin kita lihat," jawab Jupe sambil terengah-engah. "Kita harus cepat!"
Anak-anak sedang menyeberangi taman ketika mereka melihat McAfee keluar dari Kantin Lazy Daze. Mr. Carlson, pemilik kantin, menemaninya. Juga dua orang lagi. Jupe mengenali salah satunya sebagai pemilik apotek. Keempat orang itu bergegas menuju bank. Seseorang dari motel tampak datang bergabung dengan tergopoh-gopoh.
"Tepat seperti dugaanku," ujar Jupe. "Seluruh pengusaha di kota ini bergabung untuk membayar tebusan demi manusia gua itu."
Jupe duduk di salah satu tempat duduk di taman. Melalui kaca bank, Jupe masih dapat melihat manajer bank itu berbicara dengan serius kepada kelima orang itu. Manajer itu berjabat tangan dengan Newt, lalu mereka segera masuk ke sebuah ruangan di dalam bank itu.
"Apa yang kita lakukan sekarang"" tanya Bob.
"Menunggu saja," sahut Jupe. "Tidak akan lama kita menunggu."
Lima menit kemudian, saat jam gereja berdentang sepuluh kali, Newt McAfee keluar dari bank. Ia membawa sekantung uang. Pemilik kantin mendampinginya. "Aha!" seru Jupe.
McAfee dan pemilik kantin menuju pojok taman dekat kantin. Mereka masuk ke sebuah mobil VW yang diparkir di situ, lalu pergi.
"Firasatku mengatakan bahwa mereka tak akan lama pergi," kata Jupe. Ia memberi isyarat ke arah bank. Dua orang yang menemani McAfee tadi keluar ditemani manajer bank. Mereka menunggu di trotoar dengan gelisah. Lalu mereka masuk ke Kantin Lazy Daze, dan duduk di dekat kasir.
Jam berdentang lagi. Jam sepuluh lima belas. Lalu jam sepuluh tiga puluh. Saat itu Newt dan pemilik kantin kembali dengan kendaraan yang sama. Mereka langsung masuk ke kantin. McAfee sudah tidak lagi membawa kantung uang.
Jupe ragu-ragu untuk menemui mereka. Ia hanya mondar-mandir di taman sambil sesekali melirik ke kantin. Bob dan Pete hanya memandangi tingkah laku Jupe, menunggu apa yang hendak dilakukannya.
"Percuma kita capek-capek kalau menemui mereka saja tidak berani," seru Jupe sambil melangkah tegap ke arah kantin.
Kedua temannya segera menyusul.
Kecuali McAfee dan rekan-rekannya, hanya ada seorang kasir dan seorang pelayan di kantin, ketika anak-anak masuk. McAfee melihat anak-anak, lalu membuang muka. Jupe, Pete, dan Bob mengambil meja di seberang meja McAfee. Sambil tersenyum Jupe mengangguk ke
arah McAfee. "Anda sedang menunggu telepon dari si pencuri"" tanya Jupe dengan yakin tapi sopan.
McAfee ternganga. "Anda baru membayar tebusan itu, bukan"" Jupe melanjutkan.
McAfee melompat dari kursinya. Dengan kedua tangannya dipegangnya kerah baju Jupe. "Dari mana kau tahu"" serunya dengan nada mengancam. "Kau... kau pasti berkomplot dengan pencuri itu! Kau memata-mataiku selama ini!" Jupe tidak melawan. Dengan tenang ia berkata, "Aku tidak berkomplot dengan siapa pun." "He, Newt, tenanglah," kata pemilik kantin. McAfee menggeram, tetapi Jupe dilepaskannya juga.
"Perkara kriminal itu kegemaranku, dan juga kawan-kawanku," ujar Jupe kalem. "Bahkan lebih dari sekadar kegemaran. Ini pekerjaan kami. Kami tidak pernah menyetujui perbuatan kriminal. Malah kami mencoba memecahkannya. Sering kali kami berhasil."
"Anak ingusan!" umpat McAfee.
"Apakah pencuri itu akan memberi tahu di mana tulang-belulang itu diletakkan"" lanjut Jupe tanpa memperhatikan umpatan McAfee.
McAfee diam saja, tetapi pemilik kantin menjawab. "Kami... kami tidak yakin. Kami cuma bisa berharap."
Jupe mengangguk-angguk. Ia mondar-mandir sambil memandang ke bawah. Sesekali dipegangnya bibirnya. Memang selalu begitu jika ia sedang berkonsentrasi.
"Andaikan seseorang menemukan uang itu," akhirnya manajer bank itu berkata. "Andaikan seseorang yang sedang berpiknik secara kebetulan menemukan uang itu dan..."
"Diam!" teriak McAfee. Ia tegang sekali. Keringat dingin mulai mengucur dari wajahnya.
Sambil bertopang dagu Bob berpikir di mana kira-kira orang menyembunyikan manusia gua. "Dalam bioskop," katanya. "Penjahat selalu menyimpan barang curiannya justru di tempat yang umum, seperti di terminal bis. Tidak akan ada orang yang curiga. Tetapi di sini tidak ada terminal bis, ya."
"Ada stasiun kereta api!" seru Jupiter.
Untuk sesaat mereka tercengang. McAfee dan pemilik kantin bergegas keluar dan melihat ke arah stasiun di salah satu ujung taman. Tidak ada yang istimewa, stasiun begitu-begitu saja penampilannya-kotor dan berdebu. "Astaga!" tiba-tiba pemilik kantin berseru.
Yang di dalam kantin semua menyerbu keluar. Dipimpin McAfee mereka berjalan menuju stasiun. Anak-anak mengikuti dari belakang. Begitu sampai, McAfee melongok melalui jendela yang dilapisi debu tebal. "Jangan!" seru Jupe. "Mungkin ada sidik j ari!"
McAfee surut ke belakang. Ia menuju pintu stasiun yang sudah lama tidak pernah dibuka. Dicobanya membuka pintu kayu itu. Sia-sia. Ditekannya gagang pintu dengan seluruh badannya. Gagang pintu itu malah patah.
Dalam sekejap orang datang berduyun-duyun. Para pelayan supermarket, orang-orang di taman berlarian menuju stasiun. James Brandon dan Philip Terreano yang kebetulan sedang lewat segera memarkir mobilnya, lalu turun untuk melihat apa yang terjadi. Elwood Hoffer hanya berdiri di depan apotek, memperhatikan kerumunan orang di stasiun.
McAfee mendobrak pintu itu. Berulang kali. Akhirnya terdengar suara berderak. Pintu itu terdobrak dan McAfee tersuruk ke dalam.
Orang-orang menyerbu ke dalam stasiun.
"Diam di tempat!" teriak McAfee dengan suara menggelegar. "Jangan sentuh apa-apa!" Semua terdiam.
Hanya ada sebuah kopor lusuh di dalam, tergeletak di lantai di tengah-tengah ruangan. Di sekitarnya ada bekas-bekas yang menunjukkan bahwa pembawa kopor itu masuk melalui jendela.
Pemilik kantin perlahan-lahan mendekati kopor. Dengan cepat dibukanya kopor itu. "Ahh!" serunya tertahan.
James Brandon menyeruak di antara kerumunan. Ia melihat isi kopor itu; tulang-tulang berserakan dan sebuah tengkorak memandang ke atap stasiun.
Brandon terkejut. Mukanya pucat, lalu merah padam. Ia mendorong McAfee. "Apa-apaan ini"" bentaknya.
McAfee mundur terdorong. Wajahnya memancarkan kebingungan.
Philip Terreano menggamit lengan Brandon. "Tenanglah, Jim," katanya, "biar aku yang mengurusnya." Ia menoleh pada McAfee. "Ada suatu... kekeliruan fatal," katanya. "Sepanjang pengetahuanku, tulang-tulang ini adalah hominid Afrika yang dibawa Jim Brandon ke sini, dan..." "Kau mencoba menipuku!" teriak McAfee. "Ini manusia guaku!"
Brandon menahan dirinya. Dengan geram ia berkata, "Ada
buktinya. Aku menempelkan label untuk menunjukkan tanggal dan lokasi penemuannya."
"Mr. Carlson!" teriak seseorang dari luar. "Mr. McAfee!"
Orang-orang memberi jalan pada kasir kantin. "Seseorang telah menelepon," lapornya. "Ia bilang Anda dapat menemukan tulang-belulang itu di kopor yang" -ia tergagap melihat isi kopor itu- "yang Anda temukan itu!"
"Benar, kan"" seru McAfee. "Tulang-belulang ini berasal dari guaku. Tidak salah lagi. Pencurinya saja bilang begitu. Dari mana lagi kalau bukan dari guaku. Kecuali... kecuali kalau semua ini penipuan belaka!"
McAfee melotot dengan marah. "Penipuan!" teriaknya. "Dari semula ini cuma penipuan! Semuanya!"
McAfee menerjang Brandon dan mencoba mencekiknya. "Kau menaruh tulang-tulang itu di guaku!" jeritnya. "Kau cuma berpura-pura menemukannya! Kau cuma ingin dikenal orang. Kau memperalatku!"
Terreano melerai kedua orang itu. "Stop, stop!" serunya sambil memegangi McAfee.
Kepala polisi masuk. Saat itu sekilas Jupe dapat melihat DR. Hoffer di antara kerumunan orang. Hoffer sedang mengamati Brandon. Matanya yang kecil dan hitam tampak bersinar-sinar. Senyum tersungging di bibirnya.
Bab 17 JUPE MEMECAHKAN PERSOALAN
"JAMES BRANDON telah mempunyai reputasi baik," ujar Terreano. "Ia tidak perlu melakukan penipuan untuk membuatnya terkenal. Ia sudah terkenal."
"Masa bodoh dengan tetek-bengek itu," kata McAfee dengan sengit. "Siapa lagi selain pencuri itu yang tahu bahwa tulang-belulang ini ada di sini""
Jupiter melangkah maju. "Si pencuri memang yang meletakkan tulang-tulang ini," katanya dengan tenang.
Brandon membelalak. "Jangan turut campur kau, Anak muda...."
"Dengar!" seru Jupe. "Dengar dulu! Ini jelas sekali! Ada dua set fosil di kota ini. Benar"" "Benar," kata Brandon.
"Pada malam sebelum hari pembukaan museum, Mr. McAfee menyewa seseorang yang biasa disebut John the Gypsy untuk mengawasi museum. John the Gypsy berjaga-jaga di dekat pintu masuk museum. Malam itu ia mengaku melihat manusia gua gentayangan. Ia ketakutan setengah mati sehingga membangunkan kami. Ia bilang manusia gua itu mengenakan rambut yang acak-acakan.
"Apa pun yang dilihat John the Gypsy, itu pasti bukan manusia gua. Aku yakin bahwa John the Gypsy salah lihat. Ia melihat seseorang keluar dari gua, dan itu dikiranya manusia gua. Orang itu pasti mempunyai kunci museum, mungkin dicurinya pula dari dapur McAfee. Orang itu mengambil manusia gua dan menukarnya dengan fosil hominid Afrika milik DR. Brandon yang disimpan di kantor DR. Brandon. Orang itu mengunci pintu kembali, lalu menghilang di hutan kecil di belakang rumah McAfee sambil membawa manusia gua."
"Gila!" seru Newt McAfee. "Buat apa dia capek-capek berbuat begitu""
"Untuk mencemarkan DR. Brandon," sahut Jupe. "Cepat atau lambat tulang-tulang itu akan diselidiki oleh para ahli. Mereka akan segera menemukan bahwa tanda-tanda yang dibuat DR. Brandon-menunjukkan bahwa itu adalah hominid Afrika. Dan itu akan sangat mempermalukan DR. Brandon."
Terreano menggeleng-geleng. "Tapi Brandon telah memotret manusia gua itu. Akan jelas terlihat bahwa memang ada dua set tulang-tulang purbakala. Satu yang disimpan Brandon, dan satu lagi yang dipotretnya di gua McAfee."
"Dapatkah foto-foto itu dijadikan bukti"" ujar Jupe. "Tengkorak manusia gua itu sebagian masih terkubur. Foto yang dihasilkan tidak akan jelas. Orang dapat saja mengatakan DR. Brandon telah menaruh hominid Afrika-nya di sana."
"Dan itulah yang dilakukannya!" seru McAfee. "Ia menaruh hominid-nya agar orang lain menemukannya. Aku dan kawan-kawanku yang akhirnya kena getahnya-sepuluh ribu dolar amblas begitu saja!"
Ia berpaling pada Brandon. "Akan kuseret kau ke pengadilan!" ancamnya. Lalu pergi.
Brandon menatap tajam. Lalu ia berlutut untuk mengambil tulang-tulang itu dari dalam kopor.
"Maaf, DR. Brandon," kata kepala polisi. "Anda tidak dapat membawa tulang-tulang itu. Kami harus menahannya untuk sementara, berikut dengan kopornya untuk dijadikan barang bukti."
Brandon menjadi masam mukanya. Dengan kesal ia berbalik, lalu pergi. Kerumunan orang mulai bubar. Trio Detektif juga keluar dan berkumpul dijalan utam
a. Pete nyengir. "Kau berhasil memecahkan problem ini!" serunya.
"Belum tuntas," kata Jupe. "Aku baru menyajikan satu penjelasan. Masih banyak teka-teki yang harus dipecahkan. Siapa yang menukar fosil itu" Siapa yang membius kota" Siapa yang mengirim surat ancaman" Dan di mana fosil manusia gua itu saat ini berada" Sebelum masalah itu terjawab, tugas kita belum selesai."
Anak-anak berjalan pulang. Baru beberapa meter, mereka dipanggil oleh Frank DiStefano. Ia sedang memarkir kendaraannya di pinggir jalan sambil memandangi orang-orang yang baru keluar dari stasiun.
"He, apa yang terjadi"" tanya DiStefano dari dalam mobil. "Apakah mereka berhasil menangkap pencuri itu" Apakah McAfee dan rekan-rekannya sudah membayar tebusan""
"Tebusan sudah dibayar," kata Jupe, "pagi tadi."
DiStefano mengangguk. "Bagus," ujarnya. "Sekarang semua pihak puas, kan"" "Tidak juga," sahut Jupe. "Ada beberapa permasalahan baru yang timbul." Tiba-tiba Jupe mendapat ilham. "Kau lihat Eleanor Hess"" tanyanya. DiStefano menggeleng. "Tidak. Kenapa""
"Ada yang ingin kutanyakan padanya," kata Jupe. "Mungkin ia pergi ke Centerdale. Kau akan ke sana"" "Ya. Mau ikut""
DiStefano membukakan pintu dari dalam. Pete dan Bob meminggirkan peralatan selam yang terdapat di bangku belakang, lalu duduk di sana. Jupe duduk di samping DiStefano.
DiStefano menghidupkan mesinnya, lalu mulai berjalan perlahan-lahan menghindari penyeberang jalan yang keluar dari stasiun. Setelah stasiun dilewati, ia mempercepat laju kendaraannya. Mereka melewati toko-toko, lalu sebuah kolam renang. Di menara luncur terlihat anak-anak kecil sedang menunggu giliran meluncur dengan tak sabar.
"Senang sekali mereka," kata DiStefano. "Aku iri melihat mereka pandai berenang, aku sendiri tak bisa berenang."
Sampai di batas kota DiStefano makin mempercepat kendaraannya.
Jupe menengok ke belakang. Pete sedang memegang peralatan selam dengan heran. Ketika mengangkat kepala, ia bertemu pandang dengan Jupe. Jupe memberi kode dengan alisnya. Pete meletakkan kembali peralatan selam itu, lalu menyandar di bangkunya.
Jupe menoleh pada DiStefano. Orang itu seperti tersenyum pada dirinya sendiri sembari mengemudi. Kadang-kadang ia bersiul perlahan.
Ada beberapa benda di antara bangku Jupe dan DiStefano-bungkus permen karet, kotak plastik tanpa tutup, kaleng kosong, dan amplop terbuka dengan tulisan hijau menyala di bagian belakang.
Jupe mengambil amplop itu. Isinya daftar pekerjaan yang harus dilakukan DiStefano. "Pompa bensin" tercantum dalam daftar itu. Juga "A & J Suplai, siap hari Selasa" dan "Servis Lab, Wadlee Road". Jupe meletakkan amplop itu kembali. "Kau tidak bisa berenang," katanya pada DiStefano. "Tidak."
"Tapi kau punya peralatan selam, buat apa"" tanya Jupe lebih lanjut. "Oh, itu. Itu bukan punyaku. Temanku menitipkannya padaku."
"Oh, ya"" kata Jupe. Ada sesuatu dalam suaranya yang membuat DiStefano menoleh padanya. Mereka sudah cukup jauh dari kota. Di kiri-kanan jalan pohon-pohon besar berbaris. DiStefano menginjak rem. Dengan perlahan dikuranginya kecepatan. Kepalanya dimiringkan sedikit seperti hendak mendengarkan sesuatu. "Suara apa itu"" katanya. "Apa"" tanya Jupe.
"Suara mesin mobilku aneh," kata DiStefano. "Kau tak mendengarnya""
Ia meminggirkan kendaraannya, lalu berhenti. Setelah menarik rem tangan, ia keluar.
Di belakang, Pete berkerut dahinya. "Aku tidak dengar apa-apa," katanya.
"Mungkin kau tidak memperhatikan tadi," ujar DiStefano. Ia berdiri di samping mobil. Sambil membungkuk melihat ke dalam ia tersenyum sinis.
Jupe menghela napas. "Peralatan selam itu," desahnya. "Aku paham sekarang. Ada zat anestesi di laboratorium DR. Birkensteen-yang bereaksi cepat dan kuat sehingga dapat membius seluruh kota. Zat itu mudah menguap sehingga tidak meninggalkan bekas sama sekali. Orang tidak akan ikut terbius jika ia mengenakan masker dan pakaian selam. Dia tidak menghirup udara luar, dan kulitnya terlindung. John the Gypsy mengira ia melihat monster bermata satu dan berbelalai. Sebenarnya apa yang dilihatnya sekilas itu adalah masker selam dan selang udara."
DiStefano memandang Jupe. Tatap
annya dingin tanpa ekspresi.
"Eleanor mencari Anda tadi pagi," kata Jupe. "Di mana dia sekarang""
Tahu-tahu ada botol semprot plastik di tangan DiStefano. Jupe menyadarinya. Namun terlambat. DiStefano telah menyemprotkannya pada Jupe.
Pete berteriak. Ia segera bergerak meraih pegangan pintu di sisinya.
DiStefano tak memberi ampun. Disemprotkannya isi botol itu ke wajah ketiga anak itu.
DiStefano membanting pintu mobil, lalu melangkah mundur menjauh. Lutut Jupe terasa lemas. Lalu ia roboh ke samping. Kegelapan menyelimuti pandangannya, seperti kabut tebal. Makin lama makin tebal. Makin gelap, dan gelap, dan gelap. Namun ada sesuatu yang menggembirakannya.
Sekarang ia tahu jawabannya!
Bab 18 TERPERANGKAP-LALU MENANGKAP!
JUPE tersadar. Tercium bau lumpur. Di dekatnya ada sesuatu yang bergerak. Bernapas. Namun sekelilingnya tetap gelap!
Tangan Jupe meraba-raba tanah di sekitarnya. Lembab. Tiba-tiba ia menyentuh sesuatu yang bergerak. "Siapa itu"" kata Jupe. Ia mencoba memegangnya. Terdengar suara teriakan. "Eleanor"" panggil Jupe. "Eleanor Hess""
"Jangan!" seru Eleanor dengan ketakutan. "Jangan ganggu saya!" Terdengar erangan Pete dan gumaman Bob.
"Tenanglah, Eleanor," kata Jupe dengan kalem. "Aku temanmu-Jupiter Jones. Pete, di mana kau" Bob"" "Aku... aku di sini," sahut Pete. "Di mana kita"" "Bob"" panggil Jupe. "Oke," sahut Bob.
"Eleanor, kau tahu di mana kita berada"" tanya Jupe.
"Di ruang bawah tanah gereja kuno," jawab Eleanor. "Tempat ini sudah lama tidak didatangi orang. Bangunannya sudah rapuh, bisa rubuh sewaktu-waktu. Dan ruang bawah tanah ini biasa digunakan untuk menyimpan... menyimpan mayat-mayat!"
Ia mulai menangis. Tangisnya menyedihkan dan menyayat. "Kita tak bisa keluar! Tidak ada yang akan menolong kita!"
"Aduh, gawat!" seru Pete.
"Ruang bawah tanah," kata Jupe, "di gereja kuno. Tapi... tapi lewat mana kita masuk sini, Eleanor"" "Ruang ini mempunyai tingkap, di atas jalan tangga itu," kata Eleanor sambil terisak. "Tapi dikunci. Aku melihatnya sebentar sewaktu Frank membukanya. Tapi ia membuatku pingsan lagi." "Dengan botol semprot itu," kata Jupe.
Eleanor berusaha menghentikan tangisnya. Ia menarik napas panjang beberapa kali.
"Aku marah sekali pada Frank," katanya. "Aku mencarinya tadi pagi. Kuancam dia. Kubilang padanya akan kutelepon polisi bila ia tidak mengembalikan manusia gua itu. Ia akan dipenjara. Lalu dia bilang, aku akan ikut dipenjara bila ia dipenjara. Tapi aku tak peduli!"
"Oo, karena itu kau dibiusnya dengan semprotan itu"" tanya Pete.
"Ya. Dan ketika sadar, aku sudah berada di sini. Aku takut sekali. Aku berteriak-teriak. Tapi tidak ada yang datang. Aku ngeri. Bergerak pun aku tak berani. Takut kalau-kalau ada lubang perangkap atau ular. Semuanya gelap. Beberapa lama kemudian Frank datang dan membuka tingkap itu. Saat itu aku baru sadar di mana aku berada. Aku menaiki jalan tangga itu. Tapi Frank membiusku lagi. Kukira saat itu ia hendak menjebloskan kalian kemari."
"Formula yang digunakan Frank ditemukan oleh DR. Birkensteen, kan"" tanya Jupe.
"Ya. Ia menyebutnya 4-23 karena pertama kali ia memakainya pada bulan April tanggal 23. Ia bilang simpanse-simpansenya terlalu pendek umurnya. DR. Birkensteen berharap formula itu dapat memperpanjang umur mereka. Tetapi kenyataannya itu cuma membuat simpanse-simpanse itu pingsan. Ia kecewa. Lalu ia berniat menghubungi seorang ahli di Rocky Beach. Katanya mungkin formula yang ditemukannya dapat berguna bagi suatu operasi bedah, karena efek sampingannya tidak ada."
"Jadi itulah tujuannya menemui ahli anestesi di Rocky Beach," kata Jupe. "Kasihan, dia telah meninggal sebelum keinginannya tercapai. Selebihnya kami sudah dapat menduga. Kau memberi tahu DiStefano tentang formula itu. Dan salah satu di antara kalian punya ide untuk membius seluruh kota dengan formula itu, lalu mencuri manusia gua."
Jupe mengira Eleanor akan menangis lagi, namun ternyata ia keliru.
"Tadinya aku cuma ingin memperoleh uang secukupnya saja," kata Eleanor. "Aku cuma perlu beberapa ratus dolar untuk membiayai hidupku sendiri sampai aku mendapat pekerjaan yang memadai. Tapi Fran
k menipuku. Sejak awal harusnya aku sudah tahu itu. Ia memang curang. Aku mendapat banyak pelajaran dari pengalamanku ini. Aku memang salah. Tapi kalau ada yang berani-berani mempermainkanku lagi, tak akan kuberi ampun!"
"Hebat kau, Eleanor!" kata Pete. "Sekarang yang penting adalah bagaimana kita keluar dari sini."
Ia bangkit. Dengan hati-hati ia melangkah. Baru beberapa langkah ia sudah tersandung. Untung tidak terjatuh.
"Jalan tangga!" katanya.
"Tunggu aku," kata Bob. Ia lalu meraba-raba mencari posisi Pete. "Bob, kau di depan, ya!" pinta Pete.
Bob meletakkan tangan Pete di pundaknya. Kedua anak itu menaiki tangga perlahan-lahan. Tangan kanan Bob memegangi dinding ruang bawah tanah itu, sedang tangan kirinya meraba-raba ke depan. Pete mengikuti dari belakang sambil memegang pundak Bob erat-erat. Tiba-tiba kepala Bob terbentur.
"Aduh!" seru Bob seraya terjongkok. "Ini pasti tingkapnya." Ia lalu mencoba mendorongnya ke atas. Tingkap itu tidak bergeming sedikit pun. "Pete, bantu aku!" katanya.
Pete segera membantu. Mereka berjongkok dengan kedua tangan ke atas mendorong tingkap. "Satu, dua, tiga!" Pete memberi aba-aba. "Uuhh!" erang Pete sambil mengerahkan tenaganya. Beberapa kali mereka melakukan itu, namun sia-sia. Tingkap itu tetap tak bergerak.
"Percuma," kata Bob. "Kita cari jalan lain saja."
"Tidak ada jalan lain," kata Eleanor dengan nada putus asa. Ia tidak menangis, tetapi suaranya bergetar. "Kita akan terkurung terus. Kalau Frank tidak kembali pasti kita akan... akan..."
"Jangan takut," kata Jupe, "ia pasti kembali." Jupe berkata begitu hanya untuk menghibur Eleanor. Ia sendiri tak yakin apakah DiStefano akan kembali.
"Mana mungkin ia kembali!" seru Pete. Rupanya Pete tak menangkap maksud Jupe itu. "Kalau ia kembali untuk membebaskan kita kan seluruh rahasianya akan terbongkar."
"He, Pete!" ujar Bob. "Kau pegang ini. Ada bagian tembok yang sudah rapuh."
Pete tidak menyahuti. Tapi kedua anak itu segera meraba-raba tembok itu. Memang, di suatu bagian ada tembok yang sudah rapuh. Semen pelapisnya telah lepas sehingga mereka bisa merasakan bata di dalamnya. Mereka memukul-mukul tembok itu. Semen di sekitarnya mulai berjatuhan.
Bob makin bersemangat. Ia mencakar-cakar tembok itu dengan kedua tangannya. Pete, yang bertenaga lebih besar dari Bob, menggunakan sisi tangannya untuk mengkarate tembok itu. Kemudian, "Bata ini mulai longgar!" seru Bob sambil mempercepat cakaran-cakarannya. "Ayo, sedikit lagi!"
Bob mencakari semen di pinggir-pinggir batu bata itu sampai didapat pegangan yang cukup kuat. Lalu dengan sekuat tenaga ditariknya bata itu.
"Berhasil!" teriaknya.
Semen di sekeliling bata itu ambrol dan sebagian meluncur ke bawah. Dari bawah Jupe berteriak, "Aduh, hati-hati dong!"
"Maaf," kata Bob. Ia mencengkeram bata berikutnya, mengorek semen di sekitarnya dan menariknya sampai terlepas.
Pete tak mau ketinggalan. Dengan meniru cara Bob, ia berhasil mencopot dua buah bata. Pekerjaan selanjutnya lebih mudah, karena sudah terdapat bagian yang bolong.
Kini Pete mulai menggunakan kakinya. "Ciaaat!" serunya menirukan gaya karateka. Dengan sekali tendang dua bata ambrol.
Eleanor dan anak-anak mulai melihat sinar matahari!
Beberapa bata lagi berhasil dicopot oleh Bob dan Pete. Mereka terus bekerja sampai didapat lubang yang cukup untuk Bob. Bob menyusup keluar melalui lubang itu. Wajahnya tampak kotor dan jari-jarinya berdarah.
Tak lama kemudian terdengar suara di atas tingkap. Bob sedang menggeser batu-batu yang diletakkan DiStefano di atas tingkap. Seraya menunggu Bob membuka tingkap, Jupe memperhatikan keadaan ruang bawah tanah dengan bantuan sinar yang menerobos melalui lubang tadi. Ruang itu panjang sempit dan tidak terlalu besar. Sepanjang dinding bagian dalam, terdapat lekukan-lekukan yang tentunya bekas tempat menyimpan peti mayat. Ia merinding ketika membayangkan bahwa mereka sendiri hampir menjadi mayat di sana.
Akhirnya Bob berhasil membuka tingkap. Ketiga temannya keluar dari ruang bawah tanah.
Wajah Eleanor kotor dan matanya sembab. Celana panjang yang dikenakannya sobek di bagian lututnya. Namun ia tampak ya
kin dan dapat menguasai diri. Baru kali ini anak-anak melihat rasa percaya diri Eleanor begitu besar.
"Oke," kata Eleanor seraya berjalan ke luar gereja kuno. "Kita harus menangkap Frank sebelum ia melarikan diri. Kalau sampai lolos, ia berbahaya. Ia mencuri catatan DR. Birkensteen. Dan ia punya formula 4-23!"
"Maksudmu ia dapat membuat sendiri zat pembius itu"" kata Pete.
"Tentu. Kalau kau tahu caranya tak akan ada masalah. Lebih-lebih lagi Frank pernah mempelajari kimia sebelum ia dikeluarkan dari college. " "Wah, gawat!" seru Pete.
Mereka berlari menembus hutan kecil dan melalui padang rumput. Sesampainya di gudang McAfee, mereka melihat mobil McAfee di dalam dengan kunci tergantung di tempat kontak. Rupanya Thalia McAfee baru kembali dari berbelanja, karena masih terdapat beberapa bungkus bahan makanan di dalam mobil.
Eleanor masuk ke kursi pengemudi, dan menghidupkan mesin.
"He, tunggu!" teriak Pete. Ia membuka pintu belakang lalu melompat masuk. Bob menyusulnya di belakang. Sementara Jupe berlari mengitari mobil dan mengambil tempat di samping Eleanor.
Thalia McAfee muncul di teras belakang. Ia berteriak-teriak ketika melihat Eleanor berada di balik kemudi mobil. Eleanor tidak mengacuhkannya. Ia menekan pedal gas dalam-dalam. Ban berdecit-decit ketika Eleanor menjalankan mobil itu. Ia ngebut menuju kota.
"Ke mana kita"" tanya Jupe.
Kali itu Eleanor tampak bingung. Ia mengurangi kecepatan dan memandang Jupe dengan panik. "Aku... aku pikir sebaiknya ke Centerdale," katanya kemudian.
Jupe ragu-ragu. "Frank mungkin sudah kabur dari sana," katanya. "Ia tentu takut kalau-kalau kita berhasil meloloskan diri."
"Tidak!" tukas Eleanor. "Justru ia tidak akan terburu-buru. Ia tidak menyangka bahwa kita bisa lolos secepat ini. Tapi kita harus cepat. Ia dapat memproduksi zat pembius itu secara besar-besaran."
Eleanor berhenti di tempat parkir dekat kantin. "Aku akan menghubungi polisi," katanya. "Aku harus memperingatkan polisi agar berhati-hati."
"Sebentar," kata Jupe. Ia memejamkan matanya, mencoba mengingat apa yang dilihatnya di amplop dalam mobil DiStefano.
"Apa lagi"" tanya Eleanor tak sabar. "Cepat, jangan membuang-buang waktu!" serunya sambil mengguncang-guncang lengan Jupe.
"Jangan ganggu dia!" Pete memperingati. "Jupe sedang berusaha mengingat sesuatu." "Wadlee Road," kata Jupe. "Di mana Wadlee Road"" "Itu daerah industri kecil di Centerdale."
"Itu dia!" seru Jupe. "Ada tulisan itu di amplopnya Servis Lab. Mungkin itu berarti Servis Laboratorium. Mestinya itu nama sebuah perusahaan yang menjual zat-zat kimia. DiStefano akan membeli zat-zat untuk memproduksi formula itu."
"Oh!" kata Eleanor. Bergegas ia keluar mobil sambil merogoh-rogoh kantungnya mencari uang logam. "Ini!" Bob berdiri di sampingnya seraya menyodorkan beberapa keping uang logam.
Sekeping uang logam dicemplungkan ke dalam telepon umum, lalu Eleanor memutar nomor telepon polisi. Ketika diangkat Eleanor berkata, "Saya Eleanor Hess, keponakan McAfee. Pencuri manusia gua Citrus Groove ialah Frank DiStefano. Sekarang mungkin ia berada di Servis Lab di Wadlee Road Centerdale. Ia akan membeli zat-zat kimia yang dapat dijadikan formula pembius. Hati-hati! Pembius itu sangat ampuh!"
Eleanor menggantung telepon. Ia dan Bob berlari masuk ke mobil. Kembali Eleanor menancap gas menuju Centerdale.
"Mudah-mudahan polisi itu tidak terkecoh oleh Frank," kata Eleanor dengan waswas. "Ya, ya," Jupe mengiyakan.
Mereka berada di luar kota sekarang. Pedal gas diinjak habis oleh Eleanor. Pohon-pohon di kiri-kanan jalan tampak berkelebat ketika mobil melewatinya. Ketika melalui tikungan tajam ban mendecit-decit. Anak-anak menahan napas sambil menyandar erat ke kursi.
Tidak seorang pun berkata-kata sampai di batas kota Centerdale. Eleanor mendadak menginjak rem membuat anak-anak terhenyak ke depan. Kecepatan mobil dikurangi sampai batas yang diizinkan.
"Pasang mata baik-baik," kata Eleanor. "Barangkali saja kita berpapasan dijalan dengan Frank."
Mereka membelok setelah melewati supermarket. Tak lama kemudian mereka melihat suatu kompleks industri. Eleanor membelok lagi.
"Ini Wadl ee Road," kata Eleanor. "Tapi mana mobil polisinya""
"Itu dia!" kata Jupe sambil menunjuk ke suatu gedung. Di depan gedung itu ada sebuah mobil polisi. Mobil DiStefano diparkir tak jauh dari situ. DiStefano sedang berdiri di samping mobil polisi sambil memegang botol semprot.
Ketika melihat mereka, DiStefano terkejut. Ia lari menuju mobilnya.
Eleanor membelok masuk ke jalan yang menuju gedung. Anak-anak sempat melihat bahwa si polisi terkulai lemas pada kemudi mobilnya. Sementara DiStefano sedang berusaha menghidupkan mesin mobilnya. Wajahnya tampak gugup. Berkali-kali dikontakkan kuncinya. Mesin tidak mau hidup.
Akhirnya DiStefano berhasil. Mobilnya melompat mendecit-decit ketika ia menginjak gas dalam-dalam. Asap mengepul dari ban yang bergesekan dengan aspal.
Eleanor nekat mengarahkan kemudinya ke mobil DiStefano dengan kecepatan penuh.
Kedua mobil itu bertabrakan. Logam-logam yang berbenturan dan kaca-kaca yang pecah menimbulkan bunyi yang memekakkan. Eleanor berhasil menubruk sisi kiri mobil DiStefano. DiStefano terlonjak ke samping.
DiStefano menyumpah-nyumpah sambil keluar dari mobilnya. Ia lari menyerbu ke arah Eleanor. Di tangannya tergenggam botol semprot.
Trio Detektif 34 Misteri Manusia Gua di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Secepat kilat Pete keluar dari kursi belakang. Tangannya meraih suatu benda yang keras dan bundar. Ia melemparnya sekuat tenaga. Tepat mengenai kepala DiStefano.
DiStefano terhuyung-huyung. Botol semprot di tangannya terlepas. Ia sendiri menggeloyor jatuh.
Sirene polisi meraung-raung dari kejauhan. Dalam sekejap polisi tiba di tempat kejadian. Mobilnya direm mendadak, beberapa meter saja dari tempat DiStefano tergeletak. Dengan sigap mereka keluar dengan senjata di tangan. Mereka melihat DiStefano, lalu menoleh pada Eleanor dan anak-anak.
"Ada barang-barang belanjaan di kursi belakang mobil," kata Pete sambil nyengir. "Aku timpuk saja ia dengan keju Belanda!"
Bab 19 MUSUH DALAM SELIMUT KEPALA POLISI duduk di teras, di belakang Yayasan Spicer sambil memandang ke arah kolam renang yang berkilau-kilau ditimpa sinar mentari pada Selasa pagi.
"Kami memiliki bukti-bukti yang memberatkan DiStefano," katanya. "Kami menemukan sidik jarinya pada kopor yang kalian temukan di stasiun tua. Dan, kopor itu ternyata milik yang empunya rumah di Centerdale. DiStefano menyewa kamar padanya."
Polisi itu memandangi orang-orang yang duduk mengelilinginya. Newt dan Thalia hadir setelah ditelepon Terreano. Eleanor Hess duduk dekat Mrs. Coolinwood. Semalam ia menginap di rumah Mrs. Coolinwood.
Jupiter, Pete, dan Bob sempat berbicara panjang-lebar dengan polisi di Centerdale tadi malam. Mereka kembali ke Citrus Groove bersama Eleanor.
Phillip Terreano dan James Brandon menyempatkan diri untuk meninggalkan kantornya pagi itu. Dan DR. Hoffer, yang sedang berenang ketika kepala polisi datang, segera naik dan menyelimuti tubuhnya dengan kimono handuk. Ia bergabung dengan tamu-tamu lainnya di teras.
"Mana manusia guaku"" kata McAfee. "Kapan aku bisa memperolehnya kembali""
"Tulang-tulang di kopor itu bukan kau punya!" bentak Brandon. "Itu tulang-tulang hominid Afrika!"
"Memang ada dua fosil hominid, Mr. McAfee," kata Terreano. "Dan yang telah ditemukan bukan manusia gua Citrus Groove."
"Kalau begitu kausembunyikan di mana manusia guaku, Ellie"" tanya McAfee sambil melotot pada Eleanor. "Kau yang bertanggung jawab atas pencurian ini!"
Eleanor mengangkat dagunya. "Tidak!" katanya dengan garang. "Aku tidak tahu apa-apa lagi. Semuanya sudah kukatakan pada kalian."
"Kalau memang bukan kau pencurinya, mengapa kau dipenjara sekarang"" sindir Thalia. Ia berpaling pada kepala polisi. "Kau harus memberi hukuman berat. Ia telah berkomplot dengan bajingan DiStefano itu." "Miss Hess sekarang bebas dengan jaminan," kata kepala polisi.
"Jaminan"" gerutu McAfee. "Siapa yang mau menjamin dia" Aku sendiri amit-amit! Buat apa"" "Aku yang menjamin dia," kata James Brandon dengan suara dingin. McAfee tergagap. "Kau" Kau menjamin dia" Kenapa""
"Karena aku mau," jawab Brandon singkat. "Penderitaan yang dialaminya selama tinggal di rumahmu sudah cukup banyak."
Thalia McAfee bergetar karena marah. "Enak saja kau
bicara!" jeritnya. "Kami tidak melakukan kesalahan apa-apa. Dia yang bersalah! Padahal kami telah susah-payah mengurusnya!"
Eleanor balas memandang Thalia dengan tajam. "Aku cuma ingin mengambil apa yang jadi milikku! Aku akan meninggalkan tempat ini untuk bekerja di San Diego dan melanjutkan sekolah di sana. Selama ini kalian merampas apa-apa yang jadi milikku. Aku tak punya apa-apa, semuanya kalian makan sendiri!"
Thalia McAfee mendengarkan dengan perasaan kecut.
"Tadinya tak banyak yang kuinginkan," kata Eleanor. "Cuma sekitar lima ratus dolar. Well, sekarang aku sudah lebih mengerti. Aku akan meminta pengacara untuk mengurus apa yang sebenarnya kumiliki." "Memangnya kau punya apa"" seru Thalia. "Kau tak punya apa-apa!"
"Mendiang ayahku mendapat asuransi kecelakaan, bukan"" kata Eleanor sambil bangkit mendekati Thalia. Thalia membuang muka, tak berani membalas tatapan tajam Eleanor
"Dan rumah di Hollywood itu sebenarnya warisan dari orang tuaku," lanjut Eleanor. "Itu juga milikku, bukan" Ke mana larinya uang sewanya selama bertahun-tahun" Aku tak pernah menerima sepeser pun!"
Newt McAfee berdehem. "Baik, baik, Ellie," katanya. "Kita selesaikan urusan ini sendiri saja. Kita kan masih bersaudara, mengapa harus pakai pengacara segala" Kalau kau mau bersekolah di San Diego, atau di Oceanside, akan kami carikan apartemen. Kau akan kami beri beberapa ratus dolar. Beres, kan""
"Beberapa ratus"" seru Eleanor. "Kalian pikir aku bodoh mau ditipu begitu saja""
"Iya deh, seribu," kata Thalia. "Dua ribu. Dua ribu."
Eleanor membelalak pada Thalia.
"Lima ribu"" kata Thalia.
"Sepuluh!" kata Eleanor dengan tegas.
"Baik, baik, Ellie," kata Newt. "Sepuluh ribu. Kau akan menerimanya. Nah, sebenarnya kami baik hati, kan"" Eleanor duduk kembali. "Seharusnya sudah lama aku lakukan ini," katanya. "Cuma dulu aku masih takut-takut dan pemalu."
"Bagus, Eleanor," kata Terreano. "Kau harus berani. Tak seorang pun akan berani mempermainkanmu lagi." "Sekarang bagaimana dengan tulang-tulang itu," kata Newt McAfee, "kapan aku bisa membawanya pulang. Aku ingin..."
"Untuk sementara ini tulang-tulang dalam kopor itu akan kami tahan untuk diperiksa," kata kepala polisi. "Baik kau maupun Mr. Brandon tidak bisa membawanya pulang sampai kasus ini dituntaskan."
"Apakah Anda ingin memeriksa fosil yang satu lagi"" tanya Jupiter pada kepala polisi. "Fosil manusia gua Citrus Groove""
Semua orang menoleh pada Jupe.
"Itu ada di ruang bawah tanah di gereja tua, bukankah demikian, DR. Hoffer"" kata Jupe. Hoffer terdiam seribu bahasa.
"Anda ingin mencemarkan nama DR. Brandon," Jupe melanjutkan. "Anda ingin mendapat penghargaan Spicer. Namun Anda bersaing dengan tidak sehat. Anda berusaha menyingkirkan saingan Anda-DR. Brandon-dengan cara mencemarkan namanya. Andalah yang memasuki museum pada malam menjelang hari pembukaannya. Anda merencanakannya dengan baik sekali. Anda tak lupa untuk mengambil kunci pintu museum dari dapur McAfee dan membuat tiruannya. Lalu Anda menukar manusia gua dengan hominid Afrika milik DR. Brandon. Anda dengan teliti menghapus jejak-jejak yang terdapat di gua.
"Sewaktu Anda keluar membawa manusia gua, John the Gypsy terbangun dan melihat Anda. Perhitungan Anda tidak meleset. Dengan cerdik Anda sudah mempersiapkan mantel dari bulu binatang dan wig panjang. John the Gypsy lalu menyangka ia melihat manusia gua gentayangan."
Hoffer menyeringai. "Tak masuk akal!" cemoohnya.
"Mula-mula aku tak mencurigai Anda," Jupe meneruskan. "Namun ketika yang ditemukan di stasiun itu ternyata hominid Afrika, aku sekilas melihat Anda tersenyum penuh kepuasan. Itu sudah cukup buatku untuk mencurigai Anda.
"Aku ingat bahwa terdapat lusinan bulu binatang di yayasan. Begitu pula, pada hari dicurinya manusia gua, wig panjang milik Mrs. Coolinwood hilang dan siangnya ditemukan lagi. Itu menunjukkan pelakunya adalah orang yayasan.
"Sewaktu Pete, Bob, dan aku melintasi padang rumput mengikuti jejak sampai di gereja tua itu, Anda melihat kami. Anda kuatir kalau-kalau rahasia Anda terbongkar. Jadi Anda mengikuti kami, dan pura-pura kaget. Lalu Anda duduk tepat di atas t
ingkap agar kami tak menyangka bahwa ada ruang bawah tanah di situ."
Hoffer tersenyum kecut. "Siapa yang mau percaya dongengan anak-anak ingusan ini"" katanya sambil melihat berkeliling. "Anak muda, kalau kau tak ingin berurusan denganku, berhentilah berkhayal. Aku sama sekali tidak punya urusan dengan manusia gua."
"Sebagian dari cerita itu memanghasil imajinasi kami," tukas Jupe. "Namun kami juga punya barang bukti. Anda bekerja dengan teliti sekali Mr. Hoffer, tetapi justru itu kelemahan Anda. Manusia gua bertelanjang kaki, jadi Anda malam itu juga bertelanjang kaki. Dengan kaki telanjang Anda berjalan melalui padang rumput McAfee. Jejak Anda ada yang tertinggal di sana. Aku sudah membuat cetakannya. Aku jadi tahu bahwa si pencuri memiliki kaki kecil, dan salah satu jarinya terangkat."
Semua mata melihat ke kaki Hoffer yang tak bersepatu. Tanpa disadarinya Hoffer berusaha menyembunyikan kakinya di bawah kursi. Tetapi ia lalu menyadari bahwa percuma ia berbuat begitu. Ia bangkit seraya mengangkat kaki kanannya, memperlihatkan jari-jarinya. "Silakan lihat kakiku ini, indah bukan"" tantangnya. "Aku akan panggil pengacaraku."
"Hoffer, tega benar kau," kata Terreano. Suaranya tegas, tetapi wajahnya sedih.
Hoffer menghindari pandangan Terreano. Ia langsung masuk ke dalam, diikuti kepala polisi.
Brandon menyeringai riang. "Aku juga akan panggil pengacaraku," ujarnya. "Mungkin saja aku akan diberi kesempatan untuk menyelidiki manusia gua itu sebelum kau memamerkannya lagi, McAfee." Brandon bangkit. Ia masuk ke ruang tamu sambil tersenyum puas. "Kau tak mempunyai hak secuil pun!" seru McAfee. "Itu milik-ku!"
"Belum tentu, McAfee," kata Terreano. "Kecuali kalau kau dan manusia gua itu bersaudara!"
Bab 20 MR. SEBASTIAN TERKESAN BEBERAPA hari setelah Trio Detektif kembali ke Rocky Beach, mereka mengunjungi suatu tempat di Cypress Canyon Drive di Malibu. Tempat itu dulunya sebuah restoran bernama Charlie's Place. Kini Hector Sebastian yang memilikinya dan menyulapnya menjadi rumah yang nyaman.
Sebelum menjadi penulis cerita misteri, Mr. Sebastian bekerja sebagai detektif. Sejak kecelakaan yang membuat kakinya luka parah, ia berganti profesi menjadi penulis. Trio Detektif senang berkunjung ke sana untuk mendengar pengalamannya selama menjadi detektif. Tak jarang pula mereka yang bercerita mengenai kasus-kasus yang berhasil mereka pecahkan. Meskipun sibuk, Mr. Sebastian selalu bersedia meluangkan waktunya untuk mereka.
Jupe, Pete, dan Bob memasuki ruangan besar yang dulunya adalah ruang makan utama Charlie's Place. Mereka diantar Hoang Van Don, pelayan berkebangsaan Vietnam. Mr. Sebastian tidak nampak di sana, tetapi anak-anak mendengar suara halus seperti suara mesin tik.
"Hai, Anak-anak! Mari ke sini!" sapa Mr. Sebastian dari balik rak buku pemisah ruangan.
Di meja Mr. Sebastian, mereka melihat sebuah mesin berukuran sebesar tas kantor yang kelihatan seperti setengah mesin tik dan setengah televisi. Ia dengan asyik mengetik. Di layar muncul huruf-huruf yang diketiknya. "Komputer!" seru Jupe. "Kecil sekali ukurannya""
"Hebat ya!" kata Mr. Sebastian. "Ini komputer portable-mudah dibawa-bawa. Sebenarnya sudah lama aku ingin membeli komputer, tetapi aku masih sayang dengan mesin tik tuaku. Akhirnya ketika mesin tik itu bolak-balik rusak, aku beli juga komputer. Aku cukup beruntung, karena model ini baru keluar dan amat cocok dengan kebutuhanku. Keyboard-bagian yang seperti mesin tik itu-dan layarnya dapat dilipat ke dalam sehingga membentuk tas kecil. Beratnya cuma empat kilogram! Mudah dibawa ke mana-mana, padahal kemampuannya sama dengan komputer biasa. Selain itu praktis sekali, dapat menggunakan baterai atau listrik di rumah."
"Wah!" seru Peter kagum.
"Komputer ini amat membantu dalam penyusunan naskah cerita-cerita yang kubuat. Aku dapat mengubah-ubah formatnya sesuai dengan kebutuhan, dapat memperbaiki kesalahan dengan mudah, dapat memindahkan satu kalimat atau paragraf dengan cepat semuanya tanpa harus mengetik ulang secara keseluruhan. Naskahku cukup disimpan dalam disket penyimpan data berbentuk piringan tipis dan kecil. Pr
aktis sekali!" "Lalu bagaimana orang lain dapat membaca naskah itu kalau ia tidak punya komputer"" tanya Jupe.
"Ooo, mudah," sahut Mr. Sebastian dengan tersenyum. "Kalau naskahku sudah beres, aku dapat mencetaknya di kertas biasa. Perhatikan ini."
Ada sebuah mesin lain di samping komputer. Mr. Sebastian mengetikkan sesuatu pada keyboard. Dan... hup! Mesin itu mulai bekerja. Dengan gerakan bolak-balik yang cepat mesin itu mencetak apa yang telah diketik Mr. Sebastian pada komputernya.
"Hiii, lucu!" kata Bob. "Mesin itu juga dapat mencetak dari kanan ke kiri!"
"Itulah bedanya," kata Mr. Sebastian. "Mesin tik biasa umumnya digunakan untuk mencetak dari kiri ke kanan, bukan""
"Ck ck ck!" Pete hanya bisa berdecak kagum.
"Baik, sekarang giliran kalian menceritakan pengalaman kalian," Mr. Sebastian melanjutkan. "Bagaimana kisah kalian dengan manusia gua Citrus Groove itu""
Bob menyerahkan catatan yang sudah dilengkapinya dalam dua hari belakangan ini. Mr. Sebastian membaca dengan penuh perhatian.
"Bukan main!" katanya begitu selesai membaca. "Menyeramkan juga! Hampir saja DiStefano lolos!"
Jupiter mengangguk. "Meskipun ceroboh, hampir saja ia berhasil lolos. Mungkin ia menganggap dirinya cerdik dengan menyobek catatan harian DR. Birkensteen, padahal justru itu yang membuatku curiga. Ketika kutanyakan pada Eleanor, ia menjawab tidak tahu-menahu tentang catatan itu. Tetapi aku yakin ia sebenarnya tahu."
"Kasihan Eleanor," kata Mr. Sebastian. "Menurutmu apakah DiStefano berniat membebaskan kalian dari ruang bawah tanah itu""
"Entah, ya," sahut Jupe sambil mengangkat bahu. "Kelihatannya ia sudah tak peduli lagi dengan nasib kami."
"Cara kerja DiStefano acak-acakan," kata Pete. "Ia amat ceroboh. Masa peralatan selamnya dibawa-bawa terus di mobilnya, padahal ia tidak bisa berenang. Begitu juga penanya yang bertinta hijau menyala."
"Dialah yang mengambil uang tebusan dari suatu tempat di antara Citrus Groove dan Centerdale," kata Bob. "Kantung uang itu digeletakkan begitu saja dalam bagasi mobilnya. Sepatu olahraganya ditemukan polisi di kolong tempat tidurnya di Centerdale. Tapaknya cocok dengan foto jejak yang diambil polisi di gua."
"Sebenarnya apa yang membuat kalian mencurigai dia"" tanya Mr. Sebastian.
"Banyak alasan yang memberatkan dia," Jupe menyahuti. "Siang hari itu ia tiba-tiba muncul di yayasan, padahal katanya paginya ia baru sakit. Tak nampak tanda-tanda ia baru sakit waktu itu. Dan pada saat orang-orang meributkan penemuan tulang-tulang itu di stasiun tua, ia tenang-tenang saja melihatnya dari jauh. Wajarnya kan orang akan tertarik dan ikut berkerumun di stasiun.
"Lalu ia kenal dengan Eleanor sehingga ia bisa tahu banyak tentang zat pembius yang ditemukan DR. Birkensteen. Dan dengan mudah ia dapat mencuri kunci gua dari dapur McAfee karena mendapat informasi dari Eleanor."
"Kalau begitu bagaimana DR. Hoffer bisa masuk ke gua malam sebelumnya"" tanya Mr. Sebastian.
"DR. Hoffer jauh lebih cerdik dari DiStefano," kata Jupe. "Jauh-jauh hari ia sudah mencurinya. Setelah membuat tiruannya ia lalu mengembalikan kunci itu ke tempat semula. Ia begitu cepat kerjanya sehingga tidak ada orang yang sadar bahwa kunci itu pernah dicuri."
"Lalu bagaimana dengan kesaksian ibu kost DiStefano di Centerdale"" tanya Mr. Sebastian lebih lanjut. "Ia kan melihat DiStefano terbaring sakit."
"Aku sempat bingung ketika mendengar berita itu dari Pete," kata Jupe. "Tapi ibu kost itu kan tidak melihat DiStefano secara langsung. Ia mengatakan bahwa DiStefano menyelimuti tubuhnya dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. Itu tipuan yang mudah sekali dibuat. Yang lebih membingungkan ialah suara bersinnya DiStefano. Ternyata itu pun tidak terlalu sulit. DiStefano membuat rekaman suara bersinnya sendiri. Ia menyalakannya pagi itu untuk mengelabui ibu kostnya, lalu menyelinap keluar lewat jendela.
"Ia lalu pergi ke waduk di bagian utara Citrus Groove. Mungkin ia mengambil jalan memutar supaya tak terlihat. Dicampurnya air waduk dengan anestesi itu. Ia menyetel alat penyiram otomatis agar menyala pada pukul sepuluh lewat dua puluh.
"Segera setelah alat peny
iram otomatis itu menyala ia pergi ke museum gua sambil mengenakan perlengkapan selam. Dibiusnya John the Gypsy, diambilnya kunci museum dari dapur, dan dicurinya tulang-tulang yang ada di sana. Ia tak sadar bahwa tulang-tulang itu telah ditukar oleh DR. Hoffer malam sebelumnya. Dimasukkannya tulang-tulang itu ke dalam kopor tua yang dibawanya, lalu ditaruhnya di stasiun. Ia telah keluar lagi dari stasiun melalui jendela, sebelum orang-orang tersadar.
"Ini semua merupakan kesimpulan kami. Walaupun DiStefano sama sekali tidak mau buka mulut, ada beberapa fakta yang mendukung kesimpulan kami ini. Pertama, ada orang yang melihat mobil DiStefano diparkir dekat waduk pada pagi hari itu. Dan kedua, Eleanor melihatnya membawa perlengkapan selam sore-sore, sehari sebelum pencurian itu.
"Eleanor sangat terkejut dan ketakutan ketika mendengar bahwa DiStefano meminta uang tebusan sebanyak itu. Tapi ia juga takut untuk memperingatkan DiStefano."
"Kasihan gadis itu!" kata Mr. Sebastian lagi. "Bagaimana nasibnya""
"Ia akan menjadi saksi utama di pengadilan," sahut Pete. "Ia menjalani masa percobaan sekarang ini, tetapi tidak dipenjara."
"Ia juga sudah berani mengungkapkan seluruh isi hatinya tentang perlakuan McAfee padanya," tambah Jupe. "Sebenarnya ia amat menghormati paman dan bibinya itu, tapi ia benci diperlakukan semena-mena oleh mereka. Ia tak berani melawan selama ini. Dan yang paling menyedihkan ialah, ia tak diperkenankan bersekolah lagi sejak umur delapan tahun!"
Mr. Sebastian menggeleng-geleng. "Orang tua macam apa itu"" gumamnya. "Mereka seharusnya dipenjara juga seperti DiStefano."
"Memang," sahut Bob menimpali, "mereka juga patut mendapat hukuman. Tapi Ibu bilang orang semacam itu tidak tenang hidupnya."
"Siapa yang mempunyai ide mencuri fosil itu"" kata Mr. Sebastian. "Eleanor atau DiStefano" Mungkinkah Eleanor ingin membalas dendam terhadap perlakuan pamannya""
"Eleanor tidak ingat siapa yang mula-mula mengusulkan ide itu," kata Jupiter. "Ketika ia memberi tahu DiStefano tentang penemuan DR. Birkensteen, DiStefano sambil bercanda mengatakan anestesi itu dapat dimanfaatkan untuk mencari uang.
"Eleanor menyangka DiStefano memang bergurau waktu itu. Ia ingat ia sendiri pernah berkata, 'Kita bius Paman Newt, lalu kita curi manusia guanya. Kalau kita jual ke suatu museum, kita bisa dapat uang.' Eleanor benar-benar bercanda sewaktu mengatakan hal itu. DiStefano menimpali dengan berkata, 'Tak usah dijual, cukup kita sandera saja untuk dimintai uang tebusan.'
"Eleanor masih menganggapnya main-main kala itu. Namun lama-kelamaan pembicaraan menjadi serius. Eleanor menjadi takut. Ia tahu bahwa perbuatan itu salah, dan ia sendiri sebenarnya tidak suka dengan DiStefano yang tidak simpatik itu. Tetapi DiStefano nyerocos saja dengan idenya. Malah ia memanas-manasi Eleanor agar memberontak melawan pamannya. 'Kapan lagi kau bisa balas dendam terhadap Paman Newt"' katanya pada Eleanor. Akhirnya Eleanor terpengaruh juga sehingga menyetujui rencana DiStefano. Meskipun demikian ia sama sekali tidak menyangka bahwa DiStefano akan meminta tebusan sebesar itu."
"DiStefano pantas diganjar hukuman berat," kata Bob. "Ia melakukan beberapa kejahatan sekaligus. Pencurian, pemerasan, dan penculikan. Tidak ada kata ampun baginya."
"Ya, dia memang pantas dihukum berat," Mr. Sebastian mengiyakan. "Bagaimana dengan DR. Hoffer" Di mana dia""
"Ia keluar dari Yayasan Spicer-dipecat dengan tidak hormat," ujar Jupe. "Mungkin ia hanya dikenakan denda saja, namun reputasinya telah jatuh. Yang jelas, ia tak bakal meraih penghargaan Spicer. Pengurus yayasan memutuskan tak ada yang memperoleh penghargaan itu tahun ini."
"Ironisnya, kalau saja ia tidak berbuat begitu, ia berpeluang besar untuk meraih penghargaan itu. Penelitiannya sangat berharga."
"Fosil-fosil itu diapakan sekarang"" tanya Mr. Sebastian.
"Dua-duanya ditahan polisi sampai kasus ini dituntaskan," jawab Jupe. "McAfee menjadi berang karena tidak dapat memamerkan manusia guanya. Sementara itu DR. Brandon pergi ke Sacramento menemui gubernur untuk meminta agar diperkenankan meneliti manusia gua itu d
an menyelidiki kalau-kalau ada fosil lain di sekitar bukit itu.
"Eleanor Hess pindah ke rumahnya di Hollywood. Kebetulan sekali rumah itu sudah selesai masa kontraknya. Eleanor menjadikan rumah itu sebagai penginapan bagi wanita yang ingin tinggal di kota itu. Ia akan mendapat uang dan sekaligus teman di sana."
"Hm, tentunya ia akan menjalani hidup yang lebih menyenangkan di sana," ujar Mr. Sebastian. "Lalu siapa sekarang yang menyimpan formula anestesi itu""
"Formula itu berada dalam perut DiStefano sekarang!" kata Bob. "Ketika borgolnya dilepas di sel penjara, ia menelan catatan DR. Birkensteen. Kelihatannya itu catatan tentang formula anestesi DR. Birkensteen. Lenyaplah sudah karya ilmiah yang menakjubkan itu!"
"Ia datang bagai angin, dan hilang bagai asap," kata Mr. Sebastian berdeklamasi.
"Sayang, ya," kata Jupe. "Padahal manfaatnya bagi kemanusiaan belum diketahui."
"Dua pertanyaan lagi, Jupe," kata Mr. Sebastian. "Dari mana kau tahu tempat Hoffer menyembunyikan manusia gua""
"Dari sini," kata Jupe sambil menunjuk kepalanya. "Ia tidak mungkin menyembunyikannya di yayasan, dan tidak mungkin pula menguburkannya di suatu tempat di tengah malam itu. Dengan menggunakan logika aku menyimpulkan bahwa manusia gua itu disembunyikan di ruang bawah tanah gereja kuno itu."
"Kesimpulanku ternyata tepat," lanjutnya. "Polisi menemukan fosil manusia gua itu di salah satu lekukan di ruang bawah tanah gereja kuno. Lekukan itu dulunya tempat menyimpan peti mati. Sewaktu gereja itu ditinggalkan, mayat-mayat dikuburkan di Centerdale."
"Mr. Sebastian," kata Jupe kemudian, "sebelum Anda mengajukan pertanyaan yang terakhir, aku ingin meminta sesuatu. Maukah Anda menuliskan kata pengantar untuk kisah misteri kami kali ini""
Mr. Sebastian tersenyum. "Dengan segala senang hati, Trio Detektif. Apalagi kini aku punya komputer. Ingat! Lain kali tak usah pakai tanya segala, aku bangga bisa menulis kata pengantar itu.
"Dan sekarang giliranku lagi. Pertanyaanku yang terakhir adalah," kata Mr. Sebastian lambat-lambat, "maukah kalian kutraktir Marvin Marvellous Burger""
"Mau! Mau!" seru anak-anak kegirangan.
TAMAT tamat Dendam Asmara 6 Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung Dewi Penyebar Maut 1
Mereka melanjutkan pemeriksaan dalam laboratorium itu. Tidak dijumpai setitik pun zat yang dapat digunakan sebagai anestesi. Tidak ada ether, tidak ada Natrium Pentothal. Bahkan tidak ada Novocain.
Ketika Jupe meninggalkan laboratorium, pikirannya dipusatkan pada Eleanor. Diakah yang mengambil catatan-catatan itu" Kalau ya, apa sebabnya" Ia sangat tertutup dan kelihatan lemah, tak mungkin terlibat dalam kasus pencurian.
Tetapi, benarkah ia memang lemah dan tertutup"
Bab 15 PERSOALAN SEMAKIN RUNYAM SAMPAI tengah hari Pete Crenshaw tidak memperoleh hasil apa-apa. Centerdale sedikit lebih besar dari Citrus Groove, tetapi tidak banyak perbedaannya. Ada dua supermarket dan empat pompa bensin di kota itu, sedikit lebih banyak dari yang terdapat di Citrus Groove. Bis yang dinaiki Pete berhenti di depan Hotel Centerdale. Tidak ada hal-hal yang mencurigakan. Dan sesungguhnya, Pete sendiri tak tahu persis apa yang hendak dilakukannya.
"Tahu begini aku lebih baik menemani Jupe ke Yayasan Spicer," pikir Pete sambil menghela napas.
Baru saja berpikir begitu sebuah mobil tua penuh debu melewatinya di jalan. Mobil itu membelok di sebuah tikungan, tak jauh dari lokasi Pete berdiri.
Frank DiStefano yang mengendarainya.
Pete berlari cepat ke tikungan itu. Ia melihat DiStefano meminggirkan mobilnya di depan sebuah rumah yang kotor tak terawat. DiStefano masuk ke rumah itu membawa bungkusan berwarna coklat.
Pete menunggu. Tak lama kemudian DiStefano keluar dan langsung menuju mobilnya. Ia memutar mobilnya, dan mengendarainya ke arah Pete.
Pete cepat -cepat membuang muka ketika DiStefano melewatinya. Setelah mobil DiStefano jauh, Pete berjalan mendekati rumah yang dihampiri DiStefano itu. Di depannya Pete berdiri memandanginya. Ia bingung apa yang harus dilakukannya. Tahu-tahu seorang wanita bertubuh montok berambut pendek muncul di pintu.
"Kau perlu sesuatu"" tanya wanita itu.
"Tidak, Ma 'am, " kata Pete. Ia bengong sebentar. Lalu nyengir. "Saya cuma ingin ikut dengan DiStefano kalau dia ke Citrus Groove. Itu kalau ia kembali lagi ke sini. Barusan saya melihatnya mengendarai mobil."
"Oh, harusnya kaupanggil saja dia tadi," kata wanita itu. "Kelihatannya ia tak kembali lagi hari ini."
Wanita itu melihat dengan rasa kasihan pada Pete. "Kau bisa naik bis ke Citrus Groove. Kau punya uang"" kata wanita itu dengan iba.
"Aku punya uang," sahut Pete. "Tapi kalau ada teman ke sana kan lebih enak."
"Oke, kalau begitu." Wanita itu lalu membuka atap terpal yang menutupi mobilnya, lalu mengangkat sebuah kardus berisi bahan-bahan makanan. Dengan sigap Pete membantu.
"Terima kasih," kata wanita itu sambil menunjukkan jalan ke dalam rumah. "Anda Mrs. DiStefano"" tanya Pete.
"Ibunya Frank" Oh, bukan. Aku ibu kostnya, pemilik rumah ini. Ia menyewa kamar padaku." Pete meletakkan kardus di meja dapur.
"Kau tinggal di Citrus Groove"" tanya wanita itu. Tanpa menunggu jawaban dari Pete ia langsung bertanya lagi, "Kau ikut mengalami kejadian aneh kemarin di sana, ketika seluruh kota terbius" Aku yakin, pasti ada sesuatu yang mencemari sumber air itu. Yang berwajib harus segera menyelidikinya."
"Sudah," sahut Pete. "Mereka menyelidiki air itu di laboratorium kriminal mereka. Tapi tak ada apa-apa dalam air itu."
Wanita itu menggeleng. "Aneh tapi nyata. Tapi si Frank itu keterlaluan. Masa kemarin ia sakit. Seperti tidak ada hari lain saja untuk sakit. Ia jadi tidak ikut mengalami peristiwa langka itu. Sepanjang pagi ia tidur saja di rumah, bersin melulu kerjanya. Kalau ia tidak sakit kan aku bisa dengar cerita tentang kejadian itu darinya. Di sini ia cuma tidur saja tak tergerak sambil menyelimuti tubuhnya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tadinya aku ingin ke Citrus Groove sendiri untuk melihat manusia gua itu, tapi tidak jadi. Habis semua tempat penginapan penuh sih."
"Memang, kami saja menginap di loteng gudang," kata Pete sambil keluar dari dapur.
"Siapa namamu"" tanya wanita itu. "Barangkali saja Frank akan menanyakan siapa tamunya, biasanya sih tidak." "Pete," jawab Pete. "Mungkin ia sudah lupa pada saya." "Tidak apa-apa, akan tetap kukatakan padanya," janji wanita itu.
Setelah permisi, dengan gesit Pete menuju jalan utama. Di depan Hotel Centerdale ia naik bis menuju Citrus Groove.
Pete menjumpai Jupe sedang duduk di ayunan tua di halaman belakang rumah McAfee. Jupe mendengarkan laporan dari Pete tentang Centerdale.
"Jadi Frank DiStefano memang sakit kemarin pagi," kata Jupe sambil menghela napas. "Kalau begitu ia tidak bisa dicurigai sebagai pencuri manusia gua itu. Ia tidak berada di taman kemarin pagi, tetapi ternyata ia mempunyai alibi lain." Jupe mengangkat bahunya. "Lenyaplah satu kemungkinan."
Pete duduk berselonjor di rumput. Jupe berpikir sambil mengerut-ngerutkan keningnya. Alis mata Jupe nampak naik turun kalau ia sedang berkonsentrasi. Jam empat sore Bob baru kembali. "Bagaimana"" kata Jupe ketika Bob mendekat.
"Birkensteen mempunyai janji dengan DR. Henry Childers waktu itu," ujar Bob dengan penuh kebanggaan. "Childers tinggal di Harborview Lane. Ia ahli anestesi dan praktek di Rumah Sakit Brendan di Santa Monica. Waktu aku tanyakan apakah tas DR. Birkensteen tertinggal di sana, ia terkejut setengah mati seperti tersengat tawon. Ia telah menunggu Birkensteen sepanjang hari itu, namun Birkensteen tak kunjung datang. Belakangan baru ia tahu bahwa Birkensteen telah meninggal."
"Ahli anestesi"" tanya Jupe. "Ia temannya Birkensteen""
"Bukan. Ia dan Birkensteen punya seorang teman di Universitas California Los Angeles. Orang itu yang menceritakan pada Birkensteen tentang DR. Childers. DR. Childers dan orang itu sama-sama tidak tahu keinginan Birkensteen yang sebenarnya. Menur
ut DR. Childers, tampaknya Birkensteen sangat menggebu-gebu ketika membuat janji untuk menemuinya di Harborview Lane. Ini super menarik bahwa ia ahli anestesi. Kutanyakan apakah ia tahu suatu zat yang dapat membius seluruh kota seperti yang terjadi di Citrus Groove."
"Ah!" seru Jupe sambil bangkit. "Apa katanya""
"Tidak ada. Ia telah mendengar berita tentang kejadian di Citrus Groove, tapi ia bilang tidak ada zat yang mempunyai efek seperti itu." "Hhh!" Jupe terduduk kembali.
Saat itu Eleanor keluar dari pintu belakang menuju gudang. Ia masih sempat mengangguk pada anak-anak. Pamannya menyusul keluar.
"Ellie, mau ke mana kau"" seru Newt.
"Dorris Clayton mengajak saya makan malam," kata Eleanor. "Well, jangan malam-malam pulangnya," Newt mengingatkan.
Pick-up berderung. Eleanor keluar dari gudang mengendarainya. Newt masih mengawasinya dari teras belakang. Jupe bangkit meninggalkan ayunan itu. Ia berdehem sehingga McAfee menoleh. "Aku ingin tahu," kata Jupe, "apakah si pencuri sudah mengirim berita lagi""
"Belum!" McAfee sewot. "Sekalipun sudah, kau tidak akan kuberi tahu." Ia masuk sambil membanting pintu.
Anak-anak menghabiskan waktu dengan makan di Kantin Lazy Daze dan berjalan-jalan keliling kota. Anestesi menjadi topik pembicaraan yang hangat malam itu.
Eleanor baru pulang lewat tengah malam. Di loteng gudang anak-anak mendengar dengan jelas derungan truk masuk gudang. Ia disambut teriakan McAfee yang menanyakan ke mana saja gadis itu pergi. Setelah Eleanor masuk, terdengar suara pintu dibanting. Sayup-sayup terdengar bentakan McAfee dan tangisan Eleanor.
"Astaga!" kata Pete. "Berapa sih umurnya" Masa masih diperlakukan seperti anak kecil begitu""
"Sebenarnya ia sudah cukup umur untuk hidup mandiri," kata Bob.
Akhirnya suara-suara ribut dari rumah berhenti. Anak-anak baru bisa tidur setelah itu. Senin pagi-pagi sekali mereka sudah bangun dan keluar. Sehabis sarapan mereka menelepon Les Wolf menanyakan kepastian rencana kembali ke Rocky Beach. Untung Les Wolf menunda kepulangannya sehari, masih ada yang harus diselesaikannya di Citrus Groove.
Anak-anak sedang menyusuri jalan utama ketika Eleanor melewatinya dengan naik pick-up. Ia berhenti di pompa bensin.
"Pasti jauh juga ia berkeliling dengan teman wanitanya semalam," kata Bob. "Aku melihat McAfee baru kemarin mengisi bensin mobil itu, dan jika sekarang bensinnya telah kosong lagi berarti..."
Bob terdiam. Bel di pompa bensin telah berbunyi untuk kedua kalinya. Eleanor mematikan selang pompa dan meletakkannya pada mesin pompa. Setelah membayar ongkos, Eleanor bergegas pergi.
"Sepuluh liter lebih," ujar Jupe sambil memperhatikan Eleanor pergi. "Itu cukup untuk empat puluh kilometer dengan mobil seperti itu. Jarak ke Centerdale pulang-pergi."
"Barangkali teman wanitanya tinggal di Centerdale," kata Pete. "Atau ia pergi menemui temannya yang lain. Ia mengisi tangki bensin penuh-penuh supaya tidak ketahuan oleh pamannya."
Jupe meringis. "Tidak ada alasan untuk curiga seperti itu," katanya. "Sama sekali tidak ada alasan untuk mencurigainya. Kita jangan berspekulasi. Mungkin lebih bijaksana, dan lebih efisien, untuk menanyainya langsung secara terbuka dari hati ke hati."
"Percuma," kata Bob, "kita pernah mencobanya, kan" Waktu itu saja ia berbohong. Ia bilang tidak tahu apa-apa tentang perjalanan ke Rocky Beach."
"Mungkin waktu itu ia malu menceritakannya pada kita bertiga. Aku yakin ia tidak dapat menyimpan rahasia itu selamanya. Ia perlu orang yang dapat dijadikan tempat mencurahkan isi hatinya. Tidak ada salahnya untuk mencoba lagi, kan""
"Memang tidak salah," kata Bob, "tapi kali ini kau sendiri sajalah yang menanyainya. Paling-paling ia menangis lagi. Aku tak tahan melihatnya menangis. Dan aku tak ingin kita terlihat seperti berkomplot dengannya." "Sepakat!" kata Jupe singkat.
Eleanor sudah pergi ke yayasan ketika anak-anak sampai di rumah McAfee. Sesuai dengan kesepakatan, Jupe seorang diri yang menyusul ke yayasan untuk menanyai Eleanor. Baru saja hendak memijit bel, ia mendengar Eleanor berteriak.
"Apa" Terlambat"" seru Eleanor. "Tidak mungkin terlambat!" Jendela r
uang tamu itu terbuka. Jupe mendekat dan mengintip.
Tidak ada siapa-siapa. Cuma ada kepala-kepala hewan buruan yang diawetkan saja yang memandang dengan tatapan kosong.
"Aku tak peduli sudah berapa kali ia kauhubungi," seru Eleanor. "Hubungi lagi dia. Katakan padanya ini cuma main-main!"
Jupe ingat bahwa ada telepon di lorong di samping laboratorium. Eleanor tentu menggunakan telepon itu. "Kau pembohong!" teriak Eleanor. "Kau bohong. Kau tidak peduli apa yang terjadi padaku!" Sepi sejenak. Lalu Eleanor berkata lagi, "Baik kalau begitu, tunggu saja balasanku." Telepon itu dibanting.
Jupe menjauh dari jendela. Sedetik kemudian pintu depan terbuka. Eleanor keluar. Tangannya mengepal dan bibirnya dikatupkan rapat-rapat. Tanpa menengok ke kanan-kiri ia melangkah menuju pintu gerbang.
Jupe mengikuti dari belakang dengan jarak yang cukup jauh. Setengah jalan, ia melihat Eleanor membuka pintu gudang McAfee. Pete dan Bob muncul di jendela loteng sewaktu pick-up mundur keluar. Eleanor memutar, lalu mengebut menuju kota.
Pete dan Bob keluar gudang ketika Jupe sampai di sana.
"Ke mana dia"" tanya Pete.
"Aku tak tahu," sahut Jupe. "Ia sedang marah. Nampaknya ia nekat mau melakukan sesuatu."
"Bukan hanya dia yang nekat," kata Bob. "Newt McAfee juga. Sepuluh menit yang lalu ia keluar dengan wajah tegang. Istrinya marah-marah padanya. Ia bilang sudah cukup banyak uang yang dikeluarkan untuk membiayai museum itu. McAfee seolah tak mendengarnya. Ia berjalan terus menuju kota."
"Tebusan," ujar Jupe setelah terdiam sejenak. "Ia akan membayar tebusan itu! Si pencuri menang juga akhirnya!"
Bab 16 KEJUTAN BESAR "CEPAT!" seru Jupe. "Kita lihat bagaimana McAfee menyerahkan uang tebusan itu!" Ia berlari-lari menuju kota. "Bagaimana caranya"" tanya Pete sewaktu berhasil menyusul Jupe. "Ia tak bawa mobil." "Itulah yang ingin kita lihat," jawab Jupe sambil terengah-engah. "Kita harus cepat!"
Anak-anak sedang menyeberangi taman ketika mereka melihat McAfee keluar dari Kantin Lazy Daze. Mr. Carlson, pemilik kantin, menemaninya. Juga dua orang lagi. Jupe mengenali salah satunya sebagai pemilik apotek. Keempat orang itu bergegas menuju bank. Seseorang dari motel tampak datang bergabung dengan tergopoh-gopoh.
"Tepat seperti dugaanku," ujar Jupe. "Seluruh pengusaha di kota ini bergabung untuk membayar tebusan demi manusia gua itu."
Jupe duduk di salah satu tempat duduk di taman. Melalui kaca bank, Jupe masih dapat melihat manajer bank itu berbicara dengan serius kepada kelima orang itu. Manajer itu berjabat tangan dengan Newt, lalu mereka segera masuk ke sebuah ruangan di dalam bank itu.
"Apa yang kita lakukan sekarang"" tanya Bob.
"Menunggu saja," sahut Jupe. "Tidak akan lama kita menunggu."
Lima menit kemudian, saat jam gereja berdentang sepuluh kali, Newt McAfee keluar dari bank. Ia membawa sekantung uang. Pemilik kantin mendampinginya. "Aha!" seru Jupe.
McAfee dan pemilik kantin menuju pojok taman dekat kantin. Mereka masuk ke sebuah mobil VW yang diparkir di situ, lalu pergi.
"Firasatku mengatakan bahwa mereka tak akan lama pergi," kata Jupe. Ia memberi isyarat ke arah bank. Dua orang yang menemani McAfee tadi keluar ditemani manajer bank. Mereka menunggu di trotoar dengan gelisah. Lalu mereka masuk ke Kantin Lazy Daze, dan duduk di dekat kasir.
Jam berdentang lagi. Jam sepuluh lima belas. Lalu jam sepuluh tiga puluh. Saat itu Newt dan pemilik kantin kembali dengan kendaraan yang sama. Mereka langsung masuk ke kantin. McAfee sudah tidak lagi membawa kantung uang.
Jupe ragu-ragu untuk menemui mereka. Ia hanya mondar-mandir di taman sambil sesekali melirik ke kantin. Bob dan Pete hanya memandangi tingkah laku Jupe, menunggu apa yang hendak dilakukannya.
"Percuma kita capek-capek kalau menemui mereka saja tidak berani," seru Jupe sambil melangkah tegap ke arah kantin.
Kedua temannya segera menyusul.
Kecuali McAfee dan rekan-rekannya, hanya ada seorang kasir dan seorang pelayan di kantin, ketika anak-anak masuk. McAfee melihat anak-anak, lalu membuang muka. Jupe, Pete, dan Bob mengambil meja di seberang meja McAfee. Sambil tersenyum Jupe mengangguk ke
arah McAfee. "Anda sedang menunggu telepon dari si pencuri"" tanya Jupe dengan yakin tapi sopan.
McAfee ternganga. "Anda baru membayar tebusan itu, bukan"" Jupe melanjutkan.
McAfee melompat dari kursinya. Dengan kedua tangannya dipegangnya kerah baju Jupe. "Dari mana kau tahu"" serunya dengan nada mengancam. "Kau... kau pasti berkomplot dengan pencuri itu! Kau memata-mataiku selama ini!" Jupe tidak melawan. Dengan tenang ia berkata, "Aku tidak berkomplot dengan siapa pun." "He, Newt, tenanglah," kata pemilik kantin. McAfee menggeram, tetapi Jupe dilepaskannya juga.
"Perkara kriminal itu kegemaranku, dan juga kawan-kawanku," ujar Jupe kalem. "Bahkan lebih dari sekadar kegemaran. Ini pekerjaan kami. Kami tidak pernah menyetujui perbuatan kriminal. Malah kami mencoba memecahkannya. Sering kali kami berhasil."
"Anak ingusan!" umpat McAfee.
"Apakah pencuri itu akan memberi tahu di mana tulang-belulang itu diletakkan"" lanjut Jupe tanpa memperhatikan umpatan McAfee.
McAfee diam saja, tetapi pemilik kantin menjawab. "Kami... kami tidak yakin. Kami cuma bisa berharap."
Jupe mengangguk-angguk. Ia mondar-mandir sambil memandang ke bawah. Sesekali dipegangnya bibirnya. Memang selalu begitu jika ia sedang berkonsentrasi.
"Andaikan seseorang menemukan uang itu," akhirnya manajer bank itu berkata. "Andaikan seseorang yang sedang berpiknik secara kebetulan menemukan uang itu dan..."
"Diam!" teriak McAfee. Ia tegang sekali. Keringat dingin mulai mengucur dari wajahnya.
Sambil bertopang dagu Bob berpikir di mana kira-kira orang menyembunyikan manusia gua. "Dalam bioskop," katanya. "Penjahat selalu menyimpan barang curiannya justru di tempat yang umum, seperti di terminal bis. Tidak akan ada orang yang curiga. Tetapi di sini tidak ada terminal bis, ya."
"Ada stasiun kereta api!" seru Jupiter.
Untuk sesaat mereka tercengang. McAfee dan pemilik kantin bergegas keluar dan melihat ke arah stasiun di salah satu ujung taman. Tidak ada yang istimewa, stasiun begitu-begitu saja penampilannya-kotor dan berdebu. "Astaga!" tiba-tiba pemilik kantin berseru.
Yang di dalam kantin semua menyerbu keluar. Dipimpin McAfee mereka berjalan menuju stasiun. Anak-anak mengikuti dari belakang. Begitu sampai, McAfee melongok melalui jendela yang dilapisi debu tebal. "Jangan!" seru Jupe. "Mungkin ada sidik j ari!"
McAfee surut ke belakang. Ia menuju pintu stasiun yang sudah lama tidak pernah dibuka. Dicobanya membuka pintu kayu itu. Sia-sia. Ditekannya gagang pintu dengan seluruh badannya. Gagang pintu itu malah patah.
Dalam sekejap orang datang berduyun-duyun. Para pelayan supermarket, orang-orang di taman berlarian menuju stasiun. James Brandon dan Philip Terreano yang kebetulan sedang lewat segera memarkir mobilnya, lalu turun untuk melihat apa yang terjadi. Elwood Hoffer hanya berdiri di depan apotek, memperhatikan kerumunan orang di stasiun.
McAfee mendobrak pintu itu. Berulang kali. Akhirnya terdengar suara berderak. Pintu itu terdobrak dan McAfee tersuruk ke dalam.
Orang-orang menyerbu ke dalam stasiun.
"Diam di tempat!" teriak McAfee dengan suara menggelegar. "Jangan sentuh apa-apa!" Semua terdiam.
Hanya ada sebuah kopor lusuh di dalam, tergeletak di lantai di tengah-tengah ruangan. Di sekitarnya ada bekas-bekas yang menunjukkan bahwa pembawa kopor itu masuk melalui jendela.
Pemilik kantin perlahan-lahan mendekati kopor. Dengan cepat dibukanya kopor itu. "Ahh!" serunya tertahan.
James Brandon menyeruak di antara kerumunan. Ia melihat isi kopor itu; tulang-tulang berserakan dan sebuah tengkorak memandang ke atap stasiun.
Brandon terkejut. Mukanya pucat, lalu merah padam. Ia mendorong McAfee. "Apa-apaan ini"" bentaknya.
McAfee mundur terdorong. Wajahnya memancarkan kebingungan.
Philip Terreano menggamit lengan Brandon. "Tenanglah, Jim," katanya, "biar aku yang mengurusnya." Ia menoleh pada McAfee. "Ada suatu... kekeliruan fatal," katanya. "Sepanjang pengetahuanku, tulang-tulang ini adalah hominid Afrika yang dibawa Jim Brandon ke sini, dan..." "Kau mencoba menipuku!" teriak McAfee. "Ini manusia guaku!"
Brandon menahan dirinya. Dengan geram ia berkata, "Ada
buktinya. Aku menempelkan label untuk menunjukkan tanggal dan lokasi penemuannya."
"Mr. Carlson!" teriak seseorang dari luar. "Mr. McAfee!"
Orang-orang memberi jalan pada kasir kantin. "Seseorang telah menelepon," lapornya. "Ia bilang Anda dapat menemukan tulang-belulang itu di kopor yang" -ia tergagap melihat isi kopor itu- "yang Anda temukan itu!"
"Benar, kan"" seru McAfee. "Tulang-belulang ini berasal dari guaku. Tidak salah lagi. Pencurinya saja bilang begitu. Dari mana lagi kalau bukan dari guaku. Kecuali... kecuali kalau semua ini penipuan belaka!"
McAfee melotot dengan marah. "Penipuan!" teriaknya. "Dari semula ini cuma penipuan! Semuanya!"
McAfee menerjang Brandon dan mencoba mencekiknya. "Kau menaruh tulang-tulang itu di guaku!" jeritnya. "Kau cuma berpura-pura menemukannya! Kau cuma ingin dikenal orang. Kau memperalatku!"
Terreano melerai kedua orang itu. "Stop, stop!" serunya sambil memegangi McAfee.
Kepala polisi masuk. Saat itu sekilas Jupe dapat melihat DR. Hoffer di antara kerumunan orang. Hoffer sedang mengamati Brandon. Matanya yang kecil dan hitam tampak bersinar-sinar. Senyum tersungging di bibirnya.
Bab 17 JUPE MEMECAHKAN PERSOALAN
"JAMES BRANDON telah mempunyai reputasi baik," ujar Terreano. "Ia tidak perlu melakukan penipuan untuk membuatnya terkenal. Ia sudah terkenal."
"Masa bodoh dengan tetek-bengek itu," kata McAfee dengan sengit. "Siapa lagi selain pencuri itu yang tahu bahwa tulang-belulang ini ada di sini""
Jupiter melangkah maju. "Si pencuri memang yang meletakkan tulang-tulang ini," katanya dengan tenang.
Brandon membelalak. "Jangan turut campur kau, Anak muda...."
"Dengar!" seru Jupe. "Dengar dulu! Ini jelas sekali! Ada dua set fosil di kota ini. Benar"" "Benar," kata Brandon.
"Pada malam sebelum hari pembukaan museum, Mr. McAfee menyewa seseorang yang biasa disebut John the Gypsy untuk mengawasi museum. John the Gypsy berjaga-jaga di dekat pintu masuk museum. Malam itu ia mengaku melihat manusia gua gentayangan. Ia ketakutan setengah mati sehingga membangunkan kami. Ia bilang manusia gua itu mengenakan rambut yang acak-acakan.
"Apa pun yang dilihat John the Gypsy, itu pasti bukan manusia gua. Aku yakin bahwa John the Gypsy salah lihat. Ia melihat seseorang keluar dari gua, dan itu dikiranya manusia gua. Orang itu pasti mempunyai kunci museum, mungkin dicurinya pula dari dapur McAfee. Orang itu mengambil manusia gua dan menukarnya dengan fosil hominid Afrika milik DR. Brandon yang disimpan di kantor DR. Brandon. Orang itu mengunci pintu kembali, lalu menghilang di hutan kecil di belakang rumah McAfee sambil membawa manusia gua."
"Gila!" seru Newt McAfee. "Buat apa dia capek-capek berbuat begitu""
"Untuk mencemarkan DR. Brandon," sahut Jupe. "Cepat atau lambat tulang-tulang itu akan diselidiki oleh para ahli. Mereka akan segera menemukan bahwa tanda-tanda yang dibuat DR. Brandon-menunjukkan bahwa itu adalah hominid Afrika. Dan itu akan sangat mempermalukan DR. Brandon."
Terreano menggeleng-geleng. "Tapi Brandon telah memotret manusia gua itu. Akan jelas terlihat bahwa memang ada dua set tulang-tulang purbakala. Satu yang disimpan Brandon, dan satu lagi yang dipotretnya di gua McAfee."
"Dapatkah foto-foto itu dijadikan bukti"" ujar Jupe. "Tengkorak manusia gua itu sebagian masih terkubur. Foto yang dihasilkan tidak akan jelas. Orang dapat saja mengatakan DR. Brandon telah menaruh hominid Afrika-nya di sana."
"Dan itulah yang dilakukannya!" seru McAfee. "Ia menaruh hominid-nya agar orang lain menemukannya. Aku dan kawan-kawanku yang akhirnya kena getahnya-sepuluh ribu dolar amblas begitu saja!"
Ia berpaling pada Brandon. "Akan kuseret kau ke pengadilan!" ancamnya. Lalu pergi.
Brandon menatap tajam. Lalu ia berlutut untuk mengambil tulang-tulang itu dari dalam kopor.
"Maaf, DR. Brandon," kata kepala polisi. "Anda tidak dapat membawa tulang-tulang itu. Kami harus menahannya untuk sementara, berikut dengan kopornya untuk dijadikan barang bukti."
Brandon menjadi masam mukanya. Dengan kesal ia berbalik, lalu pergi. Kerumunan orang mulai bubar. Trio Detektif juga keluar dan berkumpul dijalan utam
a. Pete nyengir. "Kau berhasil memecahkan problem ini!" serunya.
"Belum tuntas," kata Jupe. "Aku baru menyajikan satu penjelasan. Masih banyak teka-teki yang harus dipecahkan. Siapa yang menukar fosil itu" Siapa yang membius kota" Siapa yang mengirim surat ancaman" Dan di mana fosil manusia gua itu saat ini berada" Sebelum masalah itu terjawab, tugas kita belum selesai."
Anak-anak berjalan pulang. Baru beberapa meter, mereka dipanggil oleh Frank DiStefano. Ia sedang memarkir kendaraannya di pinggir jalan sambil memandangi orang-orang yang baru keluar dari stasiun.
"He, apa yang terjadi"" tanya DiStefano dari dalam mobil. "Apakah mereka berhasil menangkap pencuri itu" Apakah McAfee dan rekan-rekannya sudah membayar tebusan""
"Tebusan sudah dibayar," kata Jupe, "pagi tadi."
DiStefano mengangguk. "Bagus," ujarnya. "Sekarang semua pihak puas, kan"" "Tidak juga," sahut Jupe. "Ada beberapa permasalahan baru yang timbul." Tiba-tiba Jupe mendapat ilham. "Kau lihat Eleanor Hess"" tanyanya. DiStefano menggeleng. "Tidak. Kenapa""
"Ada yang ingin kutanyakan padanya," kata Jupe. "Mungkin ia pergi ke Centerdale. Kau akan ke sana"" "Ya. Mau ikut""
DiStefano membukakan pintu dari dalam. Pete dan Bob meminggirkan peralatan selam yang terdapat di bangku belakang, lalu duduk di sana. Jupe duduk di samping DiStefano.
DiStefano menghidupkan mesinnya, lalu mulai berjalan perlahan-lahan menghindari penyeberang jalan yang keluar dari stasiun. Setelah stasiun dilewati, ia mempercepat laju kendaraannya. Mereka melewati toko-toko, lalu sebuah kolam renang. Di menara luncur terlihat anak-anak kecil sedang menunggu giliran meluncur dengan tak sabar.
"Senang sekali mereka," kata DiStefano. "Aku iri melihat mereka pandai berenang, aku sendiri tak bisa berenang."
Sampai di batas kota DiStefano makin mempercepat kendaraannya.
Jupe menengok ke belakang. Pete sedang memegang peralatan selam dengan heran. Ketika mengangkat kepala, ia bertemu pandang dengan Jupe. Jupe memberi kode dengan alisnya. Pete meletakkan kembali peralatan selam itu, lalu menyandar di bangkunya.
Jupe menoleh pada DiStefano. Orang itu seperti tersenyum pada dirinya sendiri sembari mengemudi. Kadang-kadang ia bersiul perlahan.
Ada beberapa benda di antara bangku Jupe dan DiStefano-bungkus permen karet, kotak plastik tanpa tutup, kaleng kosong, dan amplop terbuka dengan tulisan hijau menyala di bagian belakang.
Jupe mengambil amplop itu. Isinya daftar pekerjaan yang harus dilakukan DiStefano. "Pompa bensin" tercantum dalam daftar itu. Juga "A & J Suplai, siap hari Selasa" dan "Servis Lab, Wadlee Road". Jupe meletakkan amplop itu kembali. "Kau tidak bisa berenang," katanya pada DiStefano. "Tidak."
"Tapi kau punya peralatan selam, buat apa"" tanya Jupe lebih lanjut. "Oh, itu. Itu bukan punyaku. Temanku menitipkannya padaku."
"Oh, ya"" kata Jupe. Ada sesuatu dalam suaranya yang membuat DiStefano menoleh padanya. Mereka sudah cukup jauh dari kota. Di kiri-kanan jalan pohon-pohon besar berbaris. DiStefano menginjak rem. Dengan perlahan dikuranginya kecepatan. Kepalanya dimiringkan sedikit seperti hendak mendengarkan sesuatu. "Suara apa itu"" katanya. "Apa"" tanya Jupe.
"Suara mesin mobilku aneh," kata DiStefano. "Kau tak mendengarnya""
Ia meminggirkan kendaraannya, lalu berhenti. Setelah menarik rem tangan, ia keluar.
Di belakang, Pete berkerut dahinya. "Aku tidak dengar apa-apa," katanya.
"Mungkin kau tidak memperhatikan tadi," ujar DiStefano. Ia berdiri di samping mobil. Sambil membungkuk melihat ke dalam ia tersenyum sinis.
Jupe menghela napas. "Peralatan selam itu," desahnya. "Aku paham sekarang. Ada zat anestesi di laboratorium DR. Birkensteen-yang bereaksi cepat dan kuat sehingga dapat membius seluruh kota. Zat itu mudah menguap sehingga tidak meninggalkan bekas sama sekali. Orang tidak akan ikut terbius jika ia mengenakan masker dan pakaian selam. Dia tidak menghirup udara luar, dan kulitnya terlindung. John the Gypsy mengira ia melihat monster bermata satu dan berbelalai. Sebenarnya apa yang dilihatnya sekilas itu adalah masker selam dan selang udara."
DiStefano memandang Jupe. Tatap
annya dingin tanpa ekspresi.
"Eleanor mencari Anda tadi pagi," kata Jupe. "Di mana dia sekarang""
Tahu-tahu ada botol semprot plastik di tangan DiStefano. Jupe menyadarinya. Namun terlambat. DiStefano telah menyemprotkannya pada Jupe.
Pete berteriak. Ia segera bergerak meraih pegangan pintu di sisinya.
DiStefano tak memberi ampun. Disemprotkannya isi botol itu ke wajah ketiga anak itu.
DiStefano membanting pintu mobil, lalu melangkah mundur menjauh. Lutut Jupe terasa lemas. Lalu ia roboh ke samping. Kegelapan menyelimuti pandangannya, seperti kabut tebal. Makin lama makin tebal. Makin gelap, dan gelap, dan gelap. Namun ada sesuatu yang menggembirakannya.
Sekarang ia tahu jawabannya!
Bab 18 TERPERANGKAP-LALU MENANGKAP!
JUPE tersadar. Tercium bau lumpur. Di dekatnya ada sesuatu yang bergerak. Bernapas. Namun sekelilingnya tetap gelap!
Tangan Jupe meraba-raba tanah di sekitarnya. Lembab. Tiba-tiba ia menyentuh sesuatu yang bergerak. "Siapa itu"" kata Jupe. Ia mencoba memegangnya. Terdengar suara teriakan. "Eleanor"" panggil Jupe. "Eleanor Hess""
"Jangan!" seru Eleanor dengan ketakutan. "Jangan ganggu saya!" Terdengar erangan Pete dan gumaman Bob.
"Tenanglah, Eleanor," kata Jupe dengan kalem. "Aku temanmu-Jupiter Jones. Pete, di mana kau" Bob"" "Aku... aku di sini," sahut Pete. "Di mana kita"" "Bob"" panggil Jupe. "Oke," sahut Bob.
"Eleanor, kau tahu di mana kita berada"" tanya Jupe.
"Di ruang bawah tanah gereja kuno," jawab Eleanor. "Tempat ini sudah lama tidak didatangi orang. Bangunannya sudah rapuh, bisa rubuh sewaktu-waktu. Dan ruang bawah tanah ini biasa digunakan untuk menyimpan... menyimpan mayat-mayat!"
Ia mulai menangis. Tangisnya menyedihkan dan menyayat. "Kita tak bisa keluar! Tidak ada yang akan menolong kita!"
"Aduh, gawat!" seru Pete.
"Ruang bawah tanah," kata Jupe, "di gereja kuno. Tapi... tapi lewat mana kita masuk sini, Eleanor"" "Ruang ini mempunyai tingkap, di atas jalan tangga itu," kata Eleanor sambil terisak. "Tapi dikunci. Aku melihatnya sebentar sewaktu Frank membukanya. Tapi ia membuatku pingsan lagi." "Dengan botol semprot itu," kata Jupe.
Eleanor berusaha menghentikan tangisnya. Ia menarik napas panjang beberapa kali.
"Aku marah sekali pada Frank," katanya. "Aku mencarinya tadi pagi. Kuancam dia. Kubilang padanya akan kutelepon polisi bila ia tidak mengembalikan manusia gua itu. Ia akan dipenjara. Lalu dia bilang, aku akan ikut dipenjara bila ia dipenjara. Tapi aku tak peduli!"
"Oo, karena itu kau dibiusnya dengan semprotan itu"" tanya Pete.
"Ya. Dan ketika sadar, aku sudah berada di sini. Aku takut sekali. Aku berteriak-teriak. Tapi tidak ada yang datang. Aku ngeri. Bergerak pun aku tak berani. Takut kalau-kalau ada lubang perangkap atau ular. Semuanya gelap. Beberapa lama kemudian Frank datang dan membuka tingkap itu. Saat itu aku baru sadar di mana aku berada. Aku menaiki jalan tangga itu. Tapi Frank membiusku lagi. Kukira saat itu ia hendak menjebloskan kalian kemari."
"Formula yang digunakan Frank ditemukan oleh DR. Birkensteen, kan"" tanya Jupe.
"Ya. Ia menyebutnya 4-23 karena pertama kali ia memakainya pada bulan April tanggal 23. Ia bilang simpanse-simpansenya terlalu pendek umurnya. DR. Birkensteen berharap formula itu dapat memperpanjang umur mereka. Tetapi kenyataannya itu cuma membuat simpanse-simpanse itu pingsan. Ia kecewa. Lalu ia berniat menghubungi seorang ahli di Rocky Beach. Katanya mungkin formula yang ditemukannya dapat berguna bagi suatu operasi bedah, karena efek sampingannya tidak ada."
"Jadi itulah tujuannya menemui ahli anestesi di Rocky Beach," kata Jupe. "Kasihan, dia telah meninggal sebelum keinginannya tercapai. Selebihnya kami sudah dapat menduga. Kau memberi tahu DiStefano tentang formula itu. Dan salah satu di antara kalian punya ide untuk membius seluruh kota dengan formula itu, lalu mencuri manusia gua."
Jupe mengira Eleanor akan menangis lagi, namun ternyata ia keliru.
"Tadinya aku cuma ingin memperoleh uang secukupnya saja," kata Eleanor. "Aku cuma perlu beberapa ratus dolar untuk membiayai hidupku sendiri sampai aku mendapat pekerjaan yang memadai. Tapi Fran
k menipuku. Sejak awal harusnya aku sudah tahu itu. Ia memang curang. Aku mendapat banyak pelajaran dari pengalamanku ini. Aku memang salah. Tapi kalau ada yang berani-berani mempermainkanku lagi, tak akan kuberi ampun!"
"Hebat kau, Eleanor!" kata Pete. "Sekarang yang penting adalah bagaimana kita keluar dari sini."
Ia bangkit. Dengan hati-hati ia melangkah. Baru beberapa langkah ia sudah tersandung. Untung tidak terjatuh.
"Jalan tangga!" katanya.
"Tunggu aku," kata Bob. Ia lalu meraba-raba mencari posisi Pete. "Bob, kau di depan, ya!" pinta Pete.
Bob meletakkan tangan Pete di pundaknya. Kedua anak itu menaiki tangga perlahan-lahan. Tangan kanan Bob memegangi dinding ruang bawah tanah itu, sedang tangan kirinya meraba-raba ke depan. Pete mengikuti dari belakang sambil memegang pundak Bob erat-erat. Tiba-tiba kepala Bob terbentur.
"Aduh!" seru Bob seraya terjongkok. "Ini pasti tingkapnya." Ia lalu mencoba mendorongnya ke atas. Tingkap itu tidak bergeming sedikit pun. "Pete, bantu aku!" katanya.
Pete segera membantu. Mereka berjongkok dengan kedua tangan ke atas mendorong tingkap. "Satu, dua, tiga!" Pete memberi aba-aba. "Uuhh!" erang Pete sambil mengerahkan tenaganya. Beberapa kali mereka melakukan itu, namun sia-sia. Tingkap itu tetap tak bergerak.
"Percuma," kata Bob. "Kita cari jalan lain saja."
"Tidak ada jalan lain," kata Eleanor dengan nada putus asa. Ia tidak menangis, tetapi suaranya bergetar. "Kita akan terkurung terus. Kalau Frank tidak kembali pasti kita akan... akan..."
"Jangan takut," kata Jupe, "ia pasti kembali." Jupe berkata begitu hanya untuk menghibur Eleanor. Ia sendiri tak yakin apakah DiStefano akan kembali.
"Mana mungkin ia kembali!" seru Pete. Rupanya Pete tak menangkap maksud Jupe itu. "Kalau ia kembali untuk membebaskan kita kan seluruh rahasianya akan terbongkar."
"He, Pete!" ujar Bob. "Kau pegang ini. Ada bagian tembok yang sudah rapuh."
Pete tidak menyahuti. Tapi kedua anak itu segera meraba-raba tembok itu. Memang, di suatu bagian ada tembok yang sudah rapuh. Semen pelapisnya telah lepas sehingga mereka bisa merasakan bata di dalamnya. Mereka memukul-mukul tembok itu. Semen di sekitarnya mulai berjatuhan.
Bob makin bersemangat. Ia mencakar-cakar tembok itu dengan kedua tangannya. Pete, yang bertenaga lebih besar dari Bob, menggunakan sisi tangannya untuk mengkarate tembok itu. Kemudian, "Bata ini mulai longgar!" seru Bob sambil mempercepat cakaran-cakarannya. "Ayo, sedikit lagi!"
Bob mencakari semen di pinggir-pinggir batu bata itu sampai didapat pegangan yang cukup kuat. Lalu dengan sekuat tenaga ditariknya bata itu.
"Berhasil!" teriaknya.
Semen di sekeliling bata itu ambrol dan sebagian meluncur ke bawah. Dari bawah Jupe berteriak, "Aduh, hati-hati dong!"
"Maaf," kata Bob. Ia mencengkeram bata berikutnya, mengorek semen di sekitarnya dan menariknya sampai terlepas.
Pete tak mau ketinggalan. Dengan meniru cara Bob, ia berhasil mencopot dua buah bata. Pekerjaan selanjutnya lebih mudah, karena sudah terdapat bagian yang bolong.
Kini Pete mulai menggunakan kakinya. "Ciaaat!" serunya menirukan gaya karateka. Dengan sekali tendang dua bata ambrol.
Eleanor dan anak-anak mulai melihat sinar matahari!
Beberapa bata lagi berhasil dicopot oleh Bob dan Pete. Mereka terus bekerja sampai didapat lubang yang cukup untuk Bob. Bob menyusup keluar melalui lubang itu. Wajahnya tampak kotor dan jari-jarinya berdarah.
Tak lama kemudian terdengar suara di atas tingkap. Bob sedang menggeser batu-batu yang diletakkan DiStefano di atas tingkap. Seraya menunggu Bob membuka tingkap, Jupe memperhatikan keadaan ruang bawah tanah dengan bantuan sinar yang menerobos melalui lubang tadi. Ruang itu panjang sempit dan tidak terlalu besar. Sepanjang dinding bagian dalam, terdapat lekukan-lekukan yang tentunya bekas tempat menyimpan peti mayat. Ia merinding ketika membayangkan bahwa mereka sendiri hampir menjadi mayat di sana.
Akhirnya Bob berhasil membuka tingkap. Ketiga temannya keluar dari ruang bawah tanah.
Wajah Eleanor kotor dan matanya sembab. Celana panjang yang dikenakannya sobek di bagian lututnya. Namun ia tampak ya
kin dan dapat menguasai diri. Baru kali ini anak-anak melihat rasa percaya diri Eleanor begitu besar.
"Oke," kata Eleanor seraya berjalan ke luar gereja kuno. "Kita harus menangkap Frank sebelum ia melarikan diri. Kalau sampai lolos, ia berbahaya. Ia mencuri catatan DR. Birkensteen. Dan ia punya formula 4-23!"
"Maksudmu ia dapat membuat sendiri zat pembius itu"" kata Pete.
"Tentu. Kalau kau tahu caranya tak akan ada masalah. Lebih-lebih lagi Frank pernah mempelajari kimia sebelum ia dikeluarkan dari college. " "Wah, gawat!" seru Pete.
Mereka berlari menembus hutan kecil dan melalui padang rumput. Sesampainya di gudang McAfee, mereka melihat mobil McAfee di dalam dengan kunci tergantung di tempat kontak. Rupanya Thalia McAfee baru kembali dari berbelanja, karena masih terdapat beberapa bungkus bahan makanan di dalam mobil.
Eleanor masuk ke kursi pengemudi, dan menghidupkan mesin.
"He, tunggu!" teriak Pete. Ia membuka pintu belakang lalu melompat masuk. Bob menyusulnya di belakang. Sementara Jupe berlari mengitari mobil dan mengambil tempat di samping Eleanor.
Thalia McAfee muncul di teras belakang. Ia berteriak-teriak ketika melihat Eleanor berada di balik kemudi mobil. Eleanor tidak mengacuhkannya. Ia menekan pedal gas dalam-dalam. Ban berdecit-decit ketika Eleanor menjalankan mobil itu. Ia ngebut menuju kota.
"Ke mana kita"" tanya Jupe.
Kali itu Eleanor tampak bingung. Ia mengurangi kecepatan dan memandang Jupe dengan panik. "Aku... aku pikir sebaiknya ke Centerdale," katanya kemudian.
Jupe ragu-ragu. "Frank mungkin sudah kabur dari sana," katanya. "Ia tentu takut kalau-kalau kita berhasil meloloskan diri."
"Tidak!" tukas Eleanor. "Justru ia tidak akan terburu-buru. Ia tidak menyangka bahwa kita bisa lolos secepat ini. Tapi kita harus cepat. Ia dapat memproduksi zat pembius itu secara besar-besaran."
Eleanor berhenti di tempat parkir dekat kantin. "Aku akan menghubungi polisi," katanya. "Aku harus memperingatkan polisi agar berhati-hati."
"Sebentar," kata Jupe. Ia memejamkan matanya, mencoba mengingat apa yang dilihatnya di amplop dalam mobil DiStefano.
"Apa lagi"" tanya Eleanor tak sabar. "Cepat, jangan membuang-buang waktu!" serunya sambil mengguncang-guncang lengan Jupe.
"Jangan ganggu dia!" Pete memperingati. "Jupe sedang berusaha mengingat sesuatu." "Wadlee Road," kata Jupe. "Di mana Wadlee Road"" "Itu daerah industri kecil di Centerdale."
"Itu dia!" seru Jupe. "Ada tulisan itu di amplopnya Servis Lab. Mungkin itu berarti Servis Laboratorium. Mestinya itu nama sebuah perusahaan yang menjual zat-zat kimia. DiStefano akan membeli zat-zat untuk memproduksi formula itu."
"Oh!" kata Eleanor. Bergegas ia keluar mobil sambil merogoh-rogoh kantungnya mencari uang logam. "Ini!" Bob berdiri di sampingnya seraya menyodorkan beberapa keping uang logam.
Sekeping uang logam dicemplungkan ke dalam telepon umum, lalu Eleanor memutar nomor telepon polisi. Ketika diangkat Eleanor berkata, "Saya Eleanor Hess, keponakan McAfee. Pencuri manusia gua Citrus Groove ialah Frank DiStefano. Sekarang mungkin ia berada di Servis Lab di Wadlee Road Centerdale. Ia akan membeli zat-zat kimia yang dapat dijadikan formula pembius. Hati-hati! Pembius itu sangat ampuh!"
Eleanor menggantung telepon. Ia dan Bob berlari masuk ke mobil. Kembali Eleanor menancap gas menuju Centerdale.
"Mudah-mudahan polisi itu tidak terkecoh oleh Frank," kata Eleanor dengan waswas. "Ya, ya," Jupe mengiyakan.
Mereka berada di luar kota sekarang. Pedal gas diinjak habis oleh Eleanor. Pohon-pohon di kiri-kanan jalan tampak berkelebat ketika mobil melewatinya. Ketika melalui tikungan tajam ban mendecit-decit. Anak-anak menahan napas sambil menyandar erat ke kursi.
Tidak seorang pun berkata-kata sampai di batas kota Centerdale. Eleanor mendadak menginjak rem membuat anak-anak terhenyak ke depan. Kecepatan mobil dikurangi sampai batas yang diizinkan.
"Pasang mata baik-baik," kata Eleanor. "Barangkali saja kita berpapasan dijalan dengan Frank."
Mereka membelok setelah melewati supermarket. Tak lama kemudian mereka melihat suatu kompleks industri. Eleanor membelok lagi.
"Ini Wadl ee Road," kata Eleanor. "Tapi mana mobil polisinya""
"Itu dia!" kata Jupe sambil menunjuk ke suatu gedung. Di depan gedung itu ada sebuah mobil polisi. Mobil DiStefano diparkir tak jauh dari situ. DiStefano sedang berdiri di samping mobil polisi sambil memegang botol semprot.
Ketika melihat mereka, DiStefano terkejut. Ia lari menuju mobilnya.
Eleanor membelok masuk ke jalan yang menuju gedung. Anak-anak sempat melihat bahwa si polisi terkulai lemas pada kemudi mobilnya. Sementara DiStefano sedang berusaha menghidupkan mesin mobilnya. Wajahnya tampak gugup. Berkali-kali dikontakkan kuncinya. Mesin tidak mau hidup.
Akhirnya DiStefano berhasil. Mobilnya melompat mendecit-decit ketika ia menginjak gas dalam-dalam. Asap mengepul dari ban yang bergesekan dengan aspal.
Eleanor nekat mengarahkan kemudinya ke mobil DiStefano dengan kecepatan penuh.
Kedua mobil itu bertabrakan. Logam-logam yang berbenturan dan kaca-kaca yang pecah menimbulkan bunyi yang memekakkan. Eleanor berhasil menubruk sisi kiri mobil DiStefano. DiStefano terlonjak ke samping.
DiStefano menyumpah-nyumpah sambil keluar dari mobilnya. Ia lari menyerbu ke arah Eleanor. Di tangannya tergenggam botol semprot.
Trio Detektif 34 Misteri Manusia Gua di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Secepat kilat Pete keluar dari kursi belakang. Tangannya meraih suatu benda yang keras dan bundar. Ia melemparnya sekuat tenaga. Tepat mengenai kepala DiStefano.
DiStefano terhuyung-huyung. Botol semprot di tangannya terlepas. Ia sendiri menggeloyor jatuh.
Sirene polisi meraung-raung dari kejauhan. Dalam sekejap polisi tiba di tempat kejadian. Mobilnya direm mendadak, beberapa meter saja dari tempat DiStefano tergeletak. Dengan sigap mereka keluar dengan senjata di tangan. Mereka melihat DiStefano, lalu menoleh pada Eleanor dan anak-anak.
"Ada barang-barang belanjaan di kursi belakang mobil," kata Pete sambil nyengir. "Aku timpuk saja ia dengan keju Belanda!"
Bab 19 MUSUH DALAM SELIMUT KEPALA POLISI duduk di teras, di belakang Yayasan Spicer sambil memandang ke arah kolam renang yang berkilau-kilau ditimpa sinar mentari pada Selasa pagi.
"Kami memiliki bukti-bukti yang memberatkan DiStefano," katanya. "Kami menemukan sidik jarinya pada kopor yang kalian temukan di stasiun tua. Dan, kopor itu ternyata milik yang empunya rumah di Centerdale. DiStefano menyewa kamar padanya."
Polisi itu memandangi orang-orang yang duduk mengelilinginya. Newt dan Thalia hadir setelah ditelepon Terreano. Eleanor Hess duduk dekat Mrs. Coolinwood. Semalam ia menginap di rumah Mrs. Coolinwood.
Jupiter, Pete, dan Bob sempat berbicara panjang-lebar dengan polisi di Centerdale tadi malam. Mereka kembali ke Citrus Groove bersama Eleanor.
Phillip Terreano dan James Brandon menyempatkan diri untuk meninggalkan kantornya pagi itu. Dan DR. Hoffer, yang sedang berenang ketika kepala polisi datang, segera naik dan menyelimuti tubuhnya dengan kimono handuk. Ia bergabung dengan tamu-tamu lainnya di teras.
"Mana manusia guaku"" kata McAfee. "Kapan aku bisa memperolehnya kembali""
"Tulang-tulang di kopor itu bukan kau punya!" bentak Brandon. "Itu tulang-tulang hominid Afrika!"
"Memang ada dua fosil hominid, Mr. McAfee," kata Terreano. "Dan yang telah ditemukan bukan manusia gua Citrus Groove."
"Kalau begitu kausembunyikan di mana manusia guaku, Ellie"" tanya McAfee sambil melotot pada Eleanor. "Kau yang bertanggung jawab atas pencurian ini!"
Eleanor mengangkat dagunya. "Tidak!" katanya dengan garang. "Aku tidak tahu apa-apa lagi. Semuanya sudah kukatakan pada kalian."
"Kalau memang bukan kau pencurinya, mengapa kau dipenjara sekarang"" sindir Thalia. Ia berpaling pada kepala polisi. "Kau harus memberi hukuman berat. Ia telah berkomplot dengan bajingan DiStefano itu." "Miss Hess sekarang bebas dengan jaminan," kata kepala polisi.
"Jaminan"" gerutu McAfee. "Siapa yang mau menjamin dia" Aku sendiri amit-amit! Buat apa"" "Aku yang menjamin dia," kata James Brandon dengan suara dingin. McAfee tergagap. "Kau" Kau menjamin dia" Kenapa""
"Karena aku mau," jawab Brandon singkat. "Penderitaan yang dialaminya selama tinggal di rumahmu sudah cukup banyak."
Thalia McAfee bergetar karena marah. "Enak saja kau
bicara!" jeritnya. "Kami tidak melakukan kesalahan apa-apa. Dia yang bersalah! Padahal kami telah susah-payah mengurusnya!"
Eleanor balas memandang Thalia dengan tajam. "Aku cuma ingin mengambil apa yang jadi milikku! Aku akan meninggalkan tempat ini untuk bekerja di San Diego dan melanjutkan sekolah di sana. Selama ini kalian merampas apa-apa yang jadi milikku. Aku tak punya apa-apa, semuanya kalian makan sendiri!"
Thalia McAfee mendengarkan dengan perasaan kecut.
"Tadinya tak banyak yang kuinginkan," kata Eleanor. "Cuma sekitar lima ratus dolar. Well, sekarang aku sudah lebih mengerti. Aku akan meminta pengacara untuk mengurus apa yang sebenarnya kumiliki." "Memangnya kau punya apa"" seru Thalia. "Kau tak punya apa-apa!"
"Mendiang ayahku mendapat asuransi kecelakaan, bukan"" kata Eleanor sambil bangkit mendekati Thalia. Thalia membuang muka, tak berani membalas tatapan tajam Eleanor
"Dan rumah di Hollywood itu sebenarnya warisan dari orang tuaku," lanjut Eleanor. "Itu juga milikku, bukan" Ke mana larinya uang sewanya selama bertahun-tahun" Aku tak pernah menerima sepeser pun!"
Newt McAfee berdehem. "Baik, baik, Ellie," katanya. "Kita selesaikan urusan ini sendiri saja. Kita kan masih bersaudara, mengapa harus pakai pengacara segala" Kalau kau mau bersekolah di San Diego, atau di Oceanside, akan kami carikan apartemen. Kau akan kami beri beberapa ratus dolar. Beres, kan""
"Beberapa ratus"" seru Eleanor. "Kalian pikir aku bodoh mau ditipu begitu saja""
"Iya deh, seribu," kata Thalia. "Dua ribu. Dua ribu."
Eleanor membelalak pada Thalia.
"Lima ribu"" kata Thalia.
"Sepuluh!" kata Eleanor dengan tegas.
"Baik, baik, Ellie," kata Newt. "Sepuluh ribu. Kau akan menerimanya. Nah, sebenarnya kami baik hati, kan"" Eleanor duduk kembali. "Seharusnya sudah lama aku lakukan ini," katanya. "Cuma dulu aku masih takut-takut dan pemalu."
"Bagus, Eleanor," kata Terreano. "Kau harus berani. Tak seorang pun akan berani mempermainkanmu lagi." "Sekarang bagaimana dengan tulang-tulang itu," kata Newt McAfee, "kapan aku bisa membawanya pulang. Aku ingin..."
"Untuk sementara ini tulang-tulang dalam kopor itu akan kami tahan untuk diperiksa," kata kepala polisi. "Baik kau maupun Mr. Brandon tidak bisa membawanya pulang sampai kasus ini dituntaskan."
"Apakah Anda ingin memeriksa fosil yang satu lagi"" tanya Jupiter pada kepala polisi. "Fosil manusia gua Citrus Groove""
Semua orang menoleh pada Jupe.
"Itu ada di ruang bawah tanah di gereja tua, bukankah demikian, DR. Hoffer"" kata Jupe. Hoffer terdiam seribu bahasa.
"Anda ingin mencemarkan nama DR. Brandon," Jupe melanjutkan. "Anda ingin mendapat penghargaan Spicer. Namun Anda bersaing dengan tidak sehat. Anda berusaha menyingkirkan saingan Anda-DR. Brandon-dengan cara mencemarkan namanya. Andalah yang memasuki museum pada malam menjelang hari pembukaannya. Anda merencanakannya dengan baik sekali. Anda tak lupa untuk mengambil kunci pintu museum dari dapur McAfee dan membuat tiruannya. Lalu Anda menukar manusia gua dengan hominid Afrika milik DR. Brandon. Anda dengan teliti menghapus jejak-jejak yang terdapat di gua.
"Sewaktu Anda keluar membawa manusia gua, John the Gypsy terbangun dan melihat Anda. Perhitungan Anda tidak meleset. Dengan cerdik Anda sudah mempersiapkan mantel dari bulu binatang dan wig panjang. John the Gypsy lalu menyangka ia melihat manusia gua gentayangan."
Hoffer menyeringai. "Tak masuk akal!" cemoohnya.
"Mula-mula aku tak mencurigai Anda," Jupe meneruskan. "Namun ketika yang ditemukan di stasiun itu ternyata hominid Afrika, aku sekilas melihat Anda tersenyum penuh kepuasan. Itu sudah cukup buatku untuk mencurigai Anda.
"Aku ingat bahwa terdapat lusinan bulu binatang di yayasan. Begitu pula, pada hari dicurinya manusia gua, wig panjang milik Mrs. Coolinwood hilang dan siangnya ditemukan lagi. Itu menunjukkan pelakunya adalah orang yayasan.
"Sewaktu Pete, Bob, dan aku melintasi padang rumput mengikuti jejak sampai di gereja tua itu, Anda melihat kami. Anda kuatir kalau-kalau rahasia Anda terbongkar. Jadi Anda mengikuti kami, dan pura-pura kaget. Lalu Anda duduk tepat di atas t
ingkap agar kami tak menyangka bahwa ada ruang bawah tanah di situ."
Hoffer tersenyum kecut. "Siapa yang mau percaya dongengan anak-anak ingusan ini"" katanya sambil melihat berkeliling. "Anak muda, kalau kau tak ingin berurusan denganku, berhentilah berkhayal. Aku sama sekali tidak punya urusan dengan manusia gua."
"Sebagian dari cerita itu memanghasil imajinasi kami," tukas Jupe. "Namun kami juga punya barang bukti. Anda bekerja dengan teliti sekali Mr. Hoffer, tetapi justru itu kelemahan Anda. Manusia gua bertelanjang kaki, jadi Anda malam itu juga bertelanjang kaki. Dengan kaki telanjang Anda berjalan melalui padang rumput McAfee. Jejak Anda ada yang tertinggal di sana. Aku sudah membuat cetakannya. Aku jadi tahu bahwa si pencuri memiliki kaki kecil, dan salah satu jarinya terangkat."
Semua mata melihat ke kaki Hoffer yang tak bersepatu. Tanpa disadarinya Hoffer berusaha menyembunyikan kakinya di bawah kursi. Tetapi ia lalu menyadari bahwa percuma ia berbuat begitu. Ia bangkit seraya mengangkat kaki kanannya, memperlihatkan jari-jarinya. "Silakan lihat kakiku ini, indah bukan"" tantangnya. "Aku akan panggil pengacaraku."
"Hoffer, tega benar kau," kata Terreano. Suaranya tegas, tetapi wajahnya sedih.
Hoffer menghindari pandangan Terreano. Ia langsung masuk ke dalam, diikuti kepala polisi.
Brandon menyeringai riang. "Aku juga akan panggil pengacaraku," ujarnya. "Mungkin saja aku akan diberi kesempatan untuk menyelidiki manusia gua itu sebelum kau memamerkannya lagi, McAfee." Brandon bangkit. Ia masuk ke ruang tamu sambil tersenyum puas. "Kau tak mempunyai hak secuil pun!" seru McAfee. "Itu milik-ku!"
"Belum tentu, McAfee," kata Terreano. "Kecuali kalau kau dan manusia gua itu bersaudara!"
Bab 20 MR. SEBASTIAN TERKESAN BEBERAPA hari setelah Trio Detektif kembali ke Rocky Beach, mereka mengunjungi suatu tempat di Cypress Canyon Drive di Malibu. Tempat itu dulunya sebuah restoran bernama Charlie's Place. Kini Hector Sebastian yang memilikinya dan menyulapnya menjadi rumah yang nyaman.
Sebelum menjadi penulis cerita misteri, Mr. Sebastian bekerja sebagai detektif. Sejak kecelakaan yang membuat kakinya luka parah, ia berganti profesi menjadi penulis. Trio Detektif senang berkunjung ke sana untuk mendengar pengalamannya selama menjadi detektif. Tak jarang pula mereka yang bercerita mengenai kasus-kasus yang berhasil mereka pecahkan. Meskipun sibuk, Mr. Sebastian selalu bersedia meluangkan waktunya untuk mereka.
Jupe, Pete, dan Bob memasuki ruangan besar yang dulunya adalah ruang makan utama Charlie's Place. Mereka diantar Hoang Van Don, pelayan berkebangsaan Vietnam. Mr. Sebastian tidak nampak di sana, tetapi anak-anak mendengar suara halus seperti suara mesin tik.
"Hai, Anak-anak! Mari ke sini!" sapa Mr. Sebastian dari balik rak buku pemisah ruangan.
Di meja Mr. Sebastian, mereka melihat sebuah mesin berukuran sebesar tas kantor yang kelihatan seperti setengah mesin tik dan setengah televisi. Ia dengan asyik mengetik. Di layar muncul huruf-huruf yang diketiknya. "Komputer!" seru Jupe. "Kecil sekali ukurannya""
"Hebat ya!" kata Mr. Sebastian. "Ini komputer portable-mudah dibawa-bawa. Sebenarnya sudah lama aku ingin membeli komputer, tetapi aku masih sayang dengan mesin tik tuaku. Akhirnya ketika mesin tik itu bolak-balik rusak, aku beli juga komputer. Aku cukup beruntung, karena model ini baru keluar dan amat cocok dengan kebutuhanku. Keyboard-bagian yang seperti mesin tik itu-dan layarnya dapat dilipat ke dalam sehingga membentuk tas kecil. Beratnya cuma empat kilogram! Mudah dibawa ke mana-mana, padahal kemampuannya sama dengan komputer biasa. Selain itu praktis sekali, dapat menggunakan baterai atau listrik di rumah."
"Wah!" seru Peter kagum.
"Komputer ini amat membantu dalam penyusunan naskah cerita-cerita yang kubuat. Aku dapat mengubah-ubah formatnya sesuai dengan kebutuhan, dapat memperbaiki kesalahan dengan mudah, dapat memindahkan satu kalimat atau paragraf dengan cepat semuanya tanpa harus mengetik ulang secara keseluruhan. Naskahku cukup disimpan dalam disket penyimpan data berbentuk piringan tipis dan kecil. Pr
aktis sekali!" "Lalu bagaimana orang lain dapat membaca naskah itu kalau ia tidak punya komputer"" tanya Jupe.
"Ooo, mudah," sahut Mr. Sebastian dengan tersenyum. "Kalau naskahku sudah beres, aku dapat mencetaknya di kertas biasa. Perhatikan ini."
Ada sebuah mesin lain di samping komputer. Mr. Sebastian mengetikkan sesuatu pada keyboard. Dan... hup! Mesin itu mulai bekerja. Dengan gerakan bolak-balik yang cepat mesin itu mencetak apa yang telah diketik Mr. Sebastian pada komputernya.
"Hiii, lucu!" kata Bob. "Mesin itu juga dapat mencetak dari kanan ke kiri!"
"Itulah bedanya," kata Mr. Sebastian. "Mesin tik biasa umumnya digunakan untuk mencetak dari kiri ke kanan, bukan""
"Ck ck ck!" Pete hanya bisa berdecak kagum.
"Baik, sekarang giliran kalian menceritakan pengalaman kalian," Mr. Sebastian melanjutkan. "Bagaimana kisah kalian dengan manusia gua Citrus Groove itu""
Bob menyerahkan catatan yang sudah dilengkapinya dalam dua hari belakangan ini. Mr. Sebastian membaca dengan penuh perhatian.
"Bukan main!" katanya begitu selesai membaca. "Menyeramkan juga! Hampir saja DiStefano lolos!"
Jupiter mengangguk. "Meskipun ceroboh, hampir saja ia berhasil lolos. Mungkin ia menganggap dirinya cerdik dengan menyobek catatan harian DR. Birkensteen, padahal justru itu yang membuatku curiga. Ketika kutanyakan pada Eleanor, ia menjawab tidak tahu-menahu tentang catatan itu. Tetapi aku yakin ia sebenarnya tahu."
"Kasihan Eleanor," kata Mr. Sebastian. "Menurutmu apakah DiStefano berniat membebaskan kalian dari ruang bawah tanah itu""
"Entah, ya," sahut Jupe sambil mengangkat bahu. "Kelihatannya ia sudah tak peduli lagi dengan nasib kami."
"Cara kerja DiStefano acak-acakan," kata Pete. "Ia amat ceroboh. Masa peralatan selamnya dibawa-bawa terus di mobilnya, padahal ia tidak bisa berenang. Begitu juga penanya yang bertinta hijau menyala."
"Dialah yang mengambil uang tebusan dari suatu tempat di antara Citrus Groove dan Centerdale," kata Bob. "Kantung uang itu digeletakkan begitu saja dalam bagasi mobilnya. Sepatu olahraganya ditemukan polisi di kolong tempat tidurnya di Centerdale. Tapaknya cocok dengan foto jejak yang diambil polisi di gua."
"Sebenarnya apa yang membuat kalian mencurigai dia"" tanya Mr. Sebastian.
"Banyak alasan yang memberatkan dia," Jupe menyahuti. "Siang hari itu ia tiba-tiba muncul di yayasan, padahal katanya paginya ia baru sakit. Tak nampak tanda-tanda ia baru sakit waktu itu. Dan pada saat orang-orang meributkan penemuan tulang-tulang itu di stasiun tua, ia tenang-tenang saja melihatnya dari jauh. Wajarnya kan orang akan tertarik dan ikut berkerumun di stasiun.
"Lalu ia kenal dengan Eleanor sehingga ia bisa tahu banyak tentang zat pembius yang ditemukan DR. Birkensteen. Dan dengan mudah ia dapat mencuri kunci gua dari dapur McAfee karena mendapat informasi dari Eleanor."
"Kalau begitu bagaimana DR. Hoffer bisa masuk ke gua malam sebelumnya"" tanya Mr. Sebastian.
"DR. Hoffer jauh lebih cerdik dari DiStefano," kata Jupe. "Jauh-jauh hari ia sudah mencurinya. Setelah membuat tiruannya ia lalu mengembalikan kunci itu ke tempat semula. Ia begitu cepat kerjanya sehingga tidak ada orang yang sadar bahwa kunci itu pernah dicuri."
"Lalu bagaimana dengan kesaksian ibu kost DiStefano di Centerdale"" tanya Mr. Sebastian lebih lanjut. "Ia kan melihat DiStefano terbaring sakit."
"Aku sempat bingung ketika mendengar berita itu dari Pete," kata Jupe. "Tapi ibu kost itu kan tidak melihat DiStefano secara langsung. Ia mengatakan bahwa DiStefano menyelimuti tubuhnya dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. Itu tipuan yang mudah sekali dibuat. Yang lebih membingungkan ialah suara bersinnya DiStefano. Ternyata itu pun tidak terlalu sulit. DiStefano membuat rekaman suara bersinnya sendiri. Ia menyalakannya pagi itu untuk mengelabui ibu kostnya, lalu menyelinap keluar lewat jendela.
"Ia lalu pergi ke waduk di bagian utara Citrus Groove. Mungkin ia mengambil jalan memutar supaya tak terlihat. Dicampurnya air waduk dengan anestesi itu. Ia menyetel alat penyiram otomatis agar menyala pada pukul sepuluh lewat dua puluh.
"Segera setelah alat peny
iram otomatis itu menyala ia pergi ke museum gua sambil mengenakan perlengkapan selam. Dibiusnya John the Gypsy, diambilnya kunci museum dari dapur, dan dicurinya tulang-tulang yang ada di sana. Ia tak sadar bahwa tulang-tulang itu telah ditukar oleh DR. Hoffer malam sebelumnya. Dimasukkannya tulang-tulang itu ke dalam kopor tua yang dibawanya, lalu ditaruhnya di stasiun. Ia telah keluar lagi dari stasiun melalui jendela, sebelum orang-orang tersadar.
"Ini semua merupakan kesimpulan kami. Walaupun DiStefano sama sekali tidak mau buka mulut, ada beberapa fakta yang mendukung kesimpulan kami ini. Pertama, ada orang yang melihat mobil DiStefano diparkir dekat waduk pada pagi hari itu. Dan kedua, Eleanor melihatnya membawa perlengkapan selam sore-sore, sehari sebelum pencurian itu.
"Eleanor sangat terkejut dan ketakutan ketika mendengar bahwa DiStefano meminta uang tebusan sebanyak itu. Tapi ia juga takut untuk memperingatkan DiStefano."
"Kasihan gadis itu!" kata Mr. Sebastian lagi. "Bagaimana nasibnya""
"Ia akan menjadi saksi utama di pengadilan," sahut Pete. "Ia menjalani masa percobaan sekarang ini, tetapi tidak dipenjara."
"Ia juga sudah berani mengungkapkan seluruh isi hatinya tentang perlakuan McAfee padanya," tambah Jupe. "Sebenarnya ia amat menghormati paman dan bibinya itu, tapi ia benci diperlakukan semena-mena oleh mereka. Ia tak berani melawan selama ini. Dan yang paling menyedihkan ialah, ia tak diperkenankan bersekolah lagi sejak umur delapan tahun!"
Mr. Sebastian menggeleng-geleng. "Orang tua macam apa itu"" gumamnya. "Mereka seharusnya dipenjara juga seperti DiStefano."
"Memang," sahut Bob menimpali, "mereka juga patut mendapat hukuman. Tapi Ibu bilang orang semacam itu tidak tenang hidupnya."
"Siapa yang mempunyai ide mencuri fosil itu"" kata Mr. Sebastian. "Eleanor atau DiStefano" Mungkinkah Eleanor ingin membalas dendam terhadap perlakuan pamannya""
"Eleanor tidak ingat siapa yang mula-mula mengusulkan ide itu," kata Jupiter. "Ketika ia memberi tahu DiStefano tentang penemuan DR. Birkensteen, DiStefano sambil bercanda mengatakan anestesi itu dapat dimanfaatkan untuk mencari uang.
"Eleanor menyangka DiStefano memang bergurau waktu itu. Ia ingat ia sendiri pernah berkata, 'Kita bius Paman Newt, lalu kita curi manusia guanya. Kalau kita jual ke suatu museum, kita bisa dapat uang.' Eleanor benar-benar bercanda sewaktu mengatakan hal itu. DiStefano menimpali dengan berkata, 'Tak usah dijual, cukup kita sandera saja untuk dimintai uang tebusan.'
"Eleanor masih menganggapnya main-main kala itu. Namun lama-kelamaan pembicaraan menjadi serius. Eleanor menjadi takut. Ia tahu bahwa perbuatan itu salah, dan ia sendiri sebenarnya tidak suka dengan DiStefano yang tidak simpatik itu. Tetapi DiStefano nyerocos saja dengan idenya. Malah ia memanas-manasi Eleanor agar memberontak melawan pamannya. 'Kapan lagi kau bisa balas dendam terhadap Paman Newt"' katanya pada Eleanor. Akhirnya Eleanor terpengaruh juga sehingga menyetujui rencana DiStefano. Meskipun demikian ia sama sekali tidak menyangka bahwa DiStefano akan meminta tebusan sebesar itu."
"DiStefano pantas diganjar hukuman berat," kata Bob. "Ia melakukan beberapa kejahatan sekaligus. Pencurian, pemerasan, dan penculikan. Tidak ada kata ampun baginya."
"Ya, dia memang pantas dihukum berat," Mr. Sebastian mengiyakan. "Bagaimana dengan DR. Hoffer" Di mana dia""
"Ia keluar dari Yayasan Spicer-dipecat dengan tidak hormat," ujar Jupe. "Mungkin ia hanya dikenakan denda saja, namun reputasinya telah jatuh. Yang jelas, ia tak bakal meraih penghargaan Spicer. Pengurus yayasan memutuskan tak ada yang memperoleh penghargaan itu tahun ini."
"Ironisnya, kalau saja ia tidak berbuat begitu, ia berpeluang besar untuk meraih penghargaan itu. Penelitiannya sangat berharga."
"Fosil-fosil itu diapakan sekarang"" tanya Mr. Sebastian.
"Dua-duanya ditahan polisi sampai kasus ini dituntaskan," jawab Jupe. "McAfee menjadi berang karena tidak dapat memamerkan manusia guanya. Sementara itu DR. Brandon pergi ke Sacramento menemui gubernur untuk meminta agar diperkenankan meneliti manusia gua itu d
an menyelidiki kalau-kalau ada fosil lain di sekitar bukit itu.
"Eleanor Hess pindah ke rumahnya di Hollywood. Kebetulan sekali rumah itu sudah selesai masa kontraknya. Eleanor menjadikan rumah itu sebagai penginapan bagi wanita yang ingin tinggal di kota itu. Ia akan mendapat uang dan sekaligus teman di sana."
"Hm, tentunya ia akan menjalani hidup yang lebih menyenangkan di sana," ujar Mr. Sebastian. "Lalu siapa sekarang yang menyimpan formula anestesi itu""
"Formula itu berada dalam perut DiStefano sekarang!" kata Bob. "Ketika borgolnya dilepas di sel penjara, ia menelan catatan DR. Birkensteen. Kelihatannya itu catatan tentang formula anestesi DR. Birkensteen. Lenyaplah sudah karya ilmiah yang menakjubkan itu!"
"Ia datang bagai angin, dan hilang bagai asap," kata Mr. Sebastian berdeklamasi.
"Sayang, ya," kata Jupe. "Padahal manfaatnya bagi kemanusiaan belum diketahui."
"Dua pertanyaan lagi, Jupe," kata Mr. Sebastian. "Dari mana kau tahu tempat Hoffer menyembunyikan manusia gua""
"Dari sini," kata Jupe sambil menunjuk kepalanya. "Ia tidak mungkin menyembunyikannya di yayasan, dan tidak mungkin pula menguburkannya di suatu tempat di tengah malam itu. Dengan menggunakan logika aku menyimpulkan bahwa manusia gua itu disembunyikan di ruang bawah tanah gereja kuno itu."
"Kesimpulanku ternyata tepat," lanjutnya. "Polisi menemukan fosil manusia gua itu di salah satu lekukan di ruang bawah tanah gereja kuno. Lekukan itu dulunya tempat menyimpan peti mati. Sewaktu gereja itu ditinggalkan, mayat-mayat dikuburkan di Centerdale."
"Mr. Sebastian," kata Jupe kemudian, "sebelum Anda mengajukan pertanyaan yang terakhir, aku ingin meminta sesuatu. Maukah Anda menuliskan kata pengantar untuk kisah misteri kami kali ini""
Mr. Sebastian tersenyum. "Dengan segala senang hati, Trio Detektif. Apalagi kini aku punya komputer. Ingat! Lain kali tak usah pakai tanya segala, aku bangga bisa menulis kata pengantar itu.
"Dan sekarang giliranku lagi. Pertanyaanku yang terakhir adalah," kata Mr. Sebastian lambat-lambat, "maukah kalian kutraktir Marvin Marvellous Burger""
"Mau! Mau!" seru anak-anak kegirangan.
TAMAT tamat Dendam Asmara 6 Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung Dewi Penyebar Maut 1