Misteri Cakar Perunggu 3
Trio Detektif Misteri Cakar Perunggu Bagian 3
Pete memandang sekilas ke arah jam yang juga berfungsi sebagai barometer di dinding dan nampak cemas. "Wah, Jupe, sudah pukul enam lewat. Chief Reynolds mungkin telah pulang."
Namun kecemasan Pete tidaklah beralasan ketika kepala polisi itu mengangkat telepon pada deringan ketiga. Ia menjawab dengan tegas, "Reynolds."
"Selamat petang, sir. Ini Jupiter Jones. Bolehkah saya mengganggu Anda sebentar""
Terdengar desahan enggan di ujung saluran. "Aku tidak punya waktu, Jones," tukas kepala polisi itu. "Ada perampokan tadi di pompa bensin Save-U-More -- kini aku harus bekerja lembur untuk menyelesaikan laporan!"
"Perampokan"" secara naluriah Jupiter ingin tahu lebih lanjut. "Save-U-More yang di bagian timur atau barat""
"Sudahlah, Jones," geram kepala polisi itu. "Dengar. Mengapa kau tidak mencari kepala polisi lain untuk kau ganggu -- di Meksiko, misalnya."
Jupiter menutupi gagang telepon dengan telapak tangannya dan berbisik kepada Pete, "Ia sedang kesal. Aku harus cepat-cepat." Remaja gempal itu mengembalikan gagang telepon ke telinganya. "Sir, saya mengerti Anda sangat sibuk namun hal ini hanya perlu waktu sebentar." Ia menahan nafas, menunggu jawaban kepala polisi di ujung saluran. Akhirnya Chief Reynolds menyerah.
"Baiklah, Jones, apa maumu""
"Terima kasih, sir."
"Ya, ya, kembali," tukas kepala polisi itu, "jangan lama-lama. Dan jangan gunakan kata-kata sukar!"
"Ada nomor polisi yang perlu Anda usut, sir. Nomor Oregon DLH 555. Mobilnya sebuah Ford hitam. Menurut saya, sedan model baru dengan empat pintu. Nama pemiliknya mungkin adalah 'H. KANE'," Jupiter juga menyebutkan alamat apartemen kecil itu.
"Sudah" Hanya itu"" sindir kepala polisi itu. "Tidak sukakah kalian akan kegiatan anak-anak normal, seperti bermain bisbol" Atau berselancar" Dan apa yang kalian lakukan di Oregon""
"Ceritanya panjang, sir," Jupiter meyakinkan.
"Pasti. Baiklah. Perlu waktu satu atau dua hari untuk memperoleh data dari Departemen Transportasi Oregon. Bisa diterima, Jones" Apakah setelah ini aku perlu menelepon Presiden Amerika Serikat untukmu""
"Tidak, sir," Jupiter menyeringai. "Itu sudah cukup baik, sir."
Ia memberitahukan nomor telepon pamannya kepada Chief Reynolds dan memutuskan hubungan. "Wah
, nyaris." "Berapa lama"" tanya Pete.
"Katanya satu atau dua hari. Mulai besok kita punya satu minggu lagi, mudah-mudahan cukup untuk memecahkan kasus ini."
Bibi Mathilda memanggil dari dapur. "Jupiter! Pete! Bob! Ayo cuci tangan, waktunya makan!"
Mendengar nama Bob disebut, kedua anak itu teringat bahwa rekan mereka belum kembali juga. Mereka sedang melewati gudang belakang tempat Paman Atticus menyimpan pakaian selam antiknya dan peti Cakar Perunggu ketika Jupiter tiba-tiba berhenti dan meletakkan kedua belah telapak tangan di kepala.
"Benda itu hilang!"
"Maksudmu anak itu hilang," Pete membetulkan. "Di mana menurutmu Bob berada""
Jupiter berdiri dengan kedua tangan di kening dan menggeleng-geleng tanpa daya. "Bukan -- memang maksudku benda itu hilang! Lihatlah!" Ia menunjuk ke arah peti. Peti yang telah dipasangi gembok istimewa oleh Atticus. Peti yang pernah menyimpan Cakar Perunggu, yang kemudian dicuri dan dikembalikan lagi. Peti itu kini kosong, tutupnya pecah seolah-olah dihantam sebuah kapak dengan keras!
"Ada yang mencurinya lagi!" Pete tersentak.
"Aku tidak dapat mengerti," Jupe bergumam sambil memeriksa peti rusak itu. "Mengapa mencurinya, hanya untuk mengembalikannya, dan kemudian mencurinya lagi" Sama sekali tidak rasional." Ia berdiri dan berjalan ke pintu belakang, mendorongnya. Pintu itu terbuka dengan mudahnya.
"Kunci pintu ini telah dirusak juga," katanya muram. "Ada yang bersusah-payah hanya untuk mengambil cakar itu."
"Lagi," kata Pete mengingatkan. "Mungkin ada hubungannya dengan Bob yang tidak muncul untuk makan malam. Pasti ada sesuatu yang sungguh penting jika Data sampai melewatkan lobster dan kue keju!"
Jupiter mengangguk dan mencubiti bibirnya. "Sebaiknya kita lapor Paman Atticus," putusnya. "Lalu mulai mencari Bob, mungkin ia berada dalam bahaya."
Anak-anak dengan murung kembali ke dapur. Mereka benci untuk melewatkan makan malam istimewa itu namun Bob perlu bantuan. Jupiter melaporkan bahwa rumah telah dibobol sekali lagi dan Cakar Perunggu telah dicuri lagi. Suasana ceria di sekitar meja segera berubah.
"Di-dicuri," Paman Atticus tergagap-gagap. "Lagi""
Ia bangkit dari tempat duduknya dan menyerbu ke gudang. Ketika yang lain tiba di sana, Atticus Jones sedang berdiri di depan peti rusak itu sambil menariki kumis besarnya dan mengumpat-umpat ke arah langit-langit.
Bibi Mathilda tidak tahan lagi. Wanita itu masuk ke kamarnya, membuka koper, dan mulai berkemas-kemas, bibirnya terkatup rapat.
"Tempat ini tidak aman lagi!" jeritnya. "Aku mau kalian anak-anak berkemas dan mengambil kantung tidur kalian dari kapal! Aku takkan tinggal di sebuah rumah yang dimasuki pencuri sesuka hati mereka! Rumah ini tidak aman, dengar itu!"
Jupiter dan Paman Titus berusaha menenangkan wanita itu namun tatapan marah Bibi Mathilda membuat mereka menutup mulut sebelum sempat bersuara.
Atticus menunduk dengan muram. "Kurasa bibimu benar," katanya. "Terlalu berbahaya bagi kita untuk tinggal di sini sebelum orang gila ini tertangkap!"
Jupiter menggamit Paman Titus.
"Kurasa Paman sebaiknya membawa Bibi Mathilda ke penginapan terdekat."
"Dan apa rencanamu, Nak"" kata pamannya dengan bijak. "Permainan ini sudah terlalu berbahaya. Menurutku sudah saatnya polisi mengambil alih sekarang."
"Kami cemas akan Bob," Jupiter menjelaskan. "Ia belum kembali dari pengintaiannya di Seruling Belanda. Aku hendak meminta tolong Paman Atticus mengantarkan kami mencari anak itu. Jika kami tidak dapat menemukannya, maka tidak ada pilihan lagi selain menghubungi polisi."
Paman Titus menimbang-nimbang sesaat, kemudian menyetujuinya dan membantu istrinya memasukkan barang-barang mereka ke bak belakang truk. Sekali lagi ia memperingatkan Jupe agar benar-benar berhati-hati. "Sepertinya ada orang tidak waras di luar sana. Aku tidak ingin kalian anak-anak pergi sendirian!"
Jupiter berjanji bahwa ia dan Pete akan berusaha untuk tetap bersama Paman Atticus sepanjang waktu sementara mereka semua naik ke truk.
"Ke pameran Seruling Belanda," Jupiter memberi aba-aba. "Dan buka mata terhadap tanda tanya yang dibuat dengan kapur
hijau!" BAB XIII HANTU SI JANGGUT HITAM
Kaki Bob gemetar sementara ia berusaha mengimbangi mobil putih Oscar Cutter yang melaju menuju kota. Untuk kesepuluh kalinya anak itu berpikir, seandainya ia mengendarai sepeda gunungnya yang bergigi lima, yang diperolehnya sebagai hadiah Natal tahun lalu, membuntuti tersangka jauh lebih mudah dengannya. Paling tidak di Rocky Beach Trio Detektif bisa memanfaatkan layanan Worthington!
Worthington adalah supir berkebangsaan Inggris yang mengemudikan Rolls Royce mewah, yang dimenangkan Jupiter dalam sebuah kontes. Berkat kebaikan hati seorang klien yang sangat berterima kasih, Trio Detektif bisa menggunakan mobil mewah itu tanpa batas dan Worthington telah menjadi seorang sahabat sekaligus 'Penyelidik Keempat tidak resmi.'
Namun hari ini Worthington berada ratusan mil jauhnya dan Bob sendirian, mengayuh sepeda antik Atticus Jones!
Remaja berambut pirang itu menghembuskan nafas lega dan mulai memperlambat kayuhannya ketika melihat mobil kecil Cutter berbelok masuk ke jalan raya. Berhati-hati, Bob menjaga jarak satu blok di belakang peneliti itu. Ia terheran-heran melihat Cutter membelokkan mobil ke dalam sebuah lorong sempit di belakang deretan toko yang pernah dimasukinya dan Pete ketika melarikan diri. Bob memarkir sepeda tuanya di tempat parkir terdekat dan mengintip di sudut jalan.
Cutter sedang berdiri di depan pintu belakang markas Perompak Baru dari Barat -- dan ia menggenggam pistol yang belum lama diambilnya dari dasar laut! Bob mengamati dan kemudian mengendap-endap mendekat untuk dapat melihat lebih jelas. Apa yang dilakukan seorang peneliti kapal karam di tempat orang-orang yang memprotes dan mengancamnya" Bob sempat berpikir bahwa penyelam itu mungkin hendak menjual pistol itu kepada Perompak Baru sebagai tambahan koleksi museum mereka. Namun kemudian ia teringat akan perkataan Jupe bahwa semua yang dipamerkan adalah imitasi belaka -- lagipula, segala sesuatu yang ditemukan Cutter tentu menjadi milik universitas yang membiayai penelitiannya.
Tak lama kemudian pintu terbuka dan Cutter tanpa bersuara disilakan masuk ke dalam pos pemadam kebakaran yang gelap. Bob menggigiti kukunya dengan gelisah. Apa yang harus dilakukannya" Anak yang bertanggung jawab akan Catatan dan Riset tidak ingin terpisah dari teman-temannya jika ia memutuskan untuk membuntuti Cutter ke dalam.
Pete melakukan hal itu dalam kasus sebelumnya di Inggris, Misteri Warisan Hitchcock, dan hasilnya ia terkurung di ruang penyimpan anggur sepanjang hari! Bob tidak ingin mengulangi kesalahan temannya.
Dengan muram Bob memikirkan segala alat yang dirancang Jupiter untuk menangani kasus seperti ini. Sungguh akan berguna alat-alat itu baginya sekarang! Ia sedikit kesal terhadap Jupe yang hanya membawa kapur khusus mereka namun sadar bahwa ia sendiri patut disalahkan. Ia seharusnya tahu bahwa suatu liburan pun dapat berubah menjadi bahaya jika ada Jupiter Jones!
Bob memutuskan bahwa ia harus puas dengan kapur untuk saat ini. Ia membuat sebuah tanda tanya besar berwarna hijau di dinding dan beberapa lagi sementara ia mendekati pintu belakang markas Perompak Baru. Ketika ia telah mencapai pintu yang tadi dimasuki Cutter, ia berlutut dan menggambar satu lagi tanda tanya dan tanda panah di lantai. Sambil menarik nafas panjang dan mengumpulkan segenap keberaniannya, Bob memasuki bagian dalam yang gelap.
Hidungnya segera mencium bau cat basah dan serbuk gergaji. Ruangan lembab itu hanya diterangi oleh cahaya matahari yang masuk melalui jendela kaca berwarna yang menghadap jalan raya. Bob membiarkan matanya terbiasa dengan keremangan ruangan itu selama beberapa saat, lalu berjingkat-jingkat maju.
Brak! Ia menabrak sebuah kuda-kuda gergaji dengan gergaji di atasnya. Bunyi yang ditimbulkan terasa sungguh kencang memecah kesunyian bangunan besar itu. Bob mengumpat tertahan, mengatupkan gigi, dan mendengarkan. Setelah beberapa menit di dalam kesunyian, yakin akan tertangkap basah dengan senter yang disorotkan ke arahnya, Bob melanjutkan langkahnya ke bagian depan ruangan.
Melihat turis-turis di luar jendela besar
itu membuat perasaan Bob sedikit lebih baik. Ia tahu kalau ada bahaya, paling tidak ia akan dapat menggedor kaca jendela dan berteriak minta tolong -- bahkan memecahkannya kalau terpaksa!
Ia mengendap-endap di lantai bawah, mencari petunjuk, dan ketika merasa lebih percaya diri, mulai menaiki tangga menuju ke lantai dua. Cutter pastilah ada di sana!
Setelah tiba di atas kepercayaan diri Bob luntur. Hanya ada beberapa jendela kecil di ruangan besar itu dan secercah cahaya matahari yang masuk hanya menimbulkan bayang-bayang menyeramkan. Ia menggambar satu lagi tanda tanya di anak tangga teratas.
Bob menelan ludah dan kembali maju dengan tangan terentang ke depan bagaikan antena, berjaga-jaga kalau-kalau ada lagi kuda-kuda gergaji di depannya. Tiba-tiba tangannya menyentuh sesuatu yang membuatnya tersentak penuh keringat dingin. Rasanya seperti tangan manusia -- namun dingin, bagaikan tangan mayat!
Bob berteriak tertahan dan menarik tangannya penuh kengerian. Lalu, berkat cahaya lemah yang menerobos masuk, ia melihat benda yang disentuhnya.
Itu hanyalah patung lilin William Evans -- yang lebih dikenal oleh Bob sebagai Perompak Ungu. Dengan matanya yang mulai terbiasa dengan cahaya remang-remang Bob dapat melihat bahwa ada beberapa patung lilin yang tersebar di ruangan besar itu. Hal ini tidak membuatnya merasa lebih baik. Matanya menatap patung-patung itu satu per satu -- begitu ia mengalihkan tatapan ke patung yang lain, patung yang sebelumnya seolah-olah bergerak sedikit. Begitu ia menatap yang lain lagi, patung yang pertama seolah-olah siap menghantamnya.
Sambil menggigiti kuku-kukunya lagi Bob memaksa diri meneruskan pencariannya terhadap Kapten Cutter. Ketika penyelidik bertubuh kecil itu telah tiba di dinding seberang museum itu tanpa menemukan tanda-tanda si penyelam, ia menghembuskan nafas lega. Ia nyaris gembira karena tidak menemukannya. Satu-satunya yang ingin ia lakukan adalah kabur dari ruangan seram ini! Bob memutuskan bahwa cukup sudah penyelidikan yang dilakukannya untuk hari itu dan ia ingin pulang dan berpesta lobster untuk makan malam.
Setelah mengambil keputusan itu, Bob mulai berjalan dengan cepat namun tanpa suara, melintasi ruangan, menuju ke tangga.
"Aaaahhhhhhhhhh!"
Sekonyong-konyong ketakutan terbesarnya menjadi kenyataan. Ketika ia berjalan melewati patung William Teach, lebih terkenal sebagai Si Janggut Hitam, sosok tinggi itu menggeram marah dan melompat turun dari landasan tempatnya berdiri!
Anak bertubuh kecil itu menjerit kencang penuh ketakutan dan terhuyung ke belakang, menimpa sebuah benda pameran, dan menjatuhkannya ke lantai dengan suara keras! Bob berlari melintasi ruangan sambil dilanda kengerian, otaknya berusaha memerintahkan kakinya agar bergerak --dan bergerak dengan cepat! Si Janggut Hitam mendesis sambil mendekati Bob, sepatu larsnya berdencing di lantai sementara ia semakin mendekat. Salah satu matanya tertutup kain dan yang lain menatap dengan tidak waras. Janggut Hitam mencabut sebilah belati panjang dari sabuknya.
"Ini yang kami lakukan terhadap para pencuri!" ia meringis bengis, menggerakkan jari seolah-olah memotong lehernya.
Bob menelan ludah dan menghambur ke tangga. Baru dua anak tangga dilewatinya ketika sebuah jala nelayan yang besar menyelubunginya dan membuatnya terjatuh ke lantai. Ia menendang-nendang jala itu dengan liar namun hal itu hanya membuatnya semakin erat terjerat.
Si Janggut Hitam berdiri di depannya dan mengejek. "Mungkin aku harus membiarkanmu hidup sebagai umpan! Aku ingin tahu apa yang bisa kutangkap dengan anak yang suka ikut campur sebagai umpan di kailku!" Perompak itu mencibir, meraih ujung-ujung jala, dan menyeret Bob di lantai.
"Mudah-mudahan kau telah memberi ciuman selamat tinggal kepada ibu dan ayahmu, Teman," katanya bengis, "karena yang akan kau temui berikutnya adalah Setan Laut! Ha ha ha!"
BAB XIV BOB DALAM BAHAYA! Setelah Jupiter dan Pete memanjat naik ke dalam kabin truk Paman Atticus, Jupe meminta pamannya pergi ke pameran Seruling Belanda. "Di sanalah Data seharusnya berada. Jika ia mendapat kesulitan, mungkin ia
meninggalkan petunjuk bagi kita di sana."
Matahari mulai menghilang di bawah kaki langit dan langit berona campuran biru, jingga, dan ungu. Sementara pamannya mengemudikan kendaraan tua itu sepanjang jalan pantai, Jupiter menyaksikan kabut bergumpal-gumpal di atas ombak yang memecah di pantai. Ia mencubiti bibirnya, cemas akan bahaya yang mungkin mengancam Bob.
*** Ketika Bob Andrews diseret menuruni tangga di bekas pos pemadam kebakaran, ia berhasil mengeluarkan kapur hijau dari saku depan celananya. Dalam kegelapan yang mencekam Si Janggut Hitam tidak dapat melihat garis hijau panjang yang ditinggalkan Bob di lantai sementara ia diseret ke pintu belakang yang beberapa saat lalu dimasuki Cutter.
Bajak laut itu menoleh dan menatap Bob dengan matanya yang tidak tertutup sambil mengikat pergelangan tangan dan kaki anak itu dengan pita perekat barang. "Kau harus tutup mulut kalau kau ingin tetap sehat. Siapa tahu aku akan menjadikanmu budak dan tidak melemparkanmu ke ikan-ikan hiu!"
Bob menelan ludah dan mengangguk ke arah bajak laut itu. Ketika potongan pita perekat yang tebal direkatkan di mulutnya, anak bertubuh kecil itu tiba-tiba menyadari bahwa dalam dua kesempatan Trio Detektif melihat Connie Bly, orang itu selalu mengenakan penutup mata. Dugaan Bob tentang identitas asli perompak itu terbukti benar ketika Si Janggut Hitam mengangkat Bob dalam jalanya dan melemparkannya ke bagian belakang sebuah mobil kecil berwarna putih, menutupkan selimut tebal di atasnya. Jadi Connie Bly ada di balik semua ini!
Tidak sulit bagi Bob untuk membayangkan perompak itu terlibat dalam suatu kejahatan. Ia menduga Bly adalah seorang pencuri profesional yang disewa oleh seseorang yang berminat akan bajak laut atau kapal karam.
Sementara mobil kecil itu berjalan, Bob meraba-raba lantai di sekitarnya dengan jari"jarinya, mencari-cari sesuatu yang dapat digunakan untuk memotong pita perekat di pergelangan tangan dan kakinya. Jemarinya menyentuh sesuatu yang keras dan dingin. Setelah meraba-raba permukaan yang kasar dengan jarinya, Bob tiba-tiba menyadari benda yang disentuhnya --Cakar Perunggu! Hatinya melonjak namun hanya untuk sesaat. Cakar itu tidak berguna untuk membebaskan tangan dan kakinya. Ia melanjutkan mencari-cari. Tangannya meraba beberapa lembar kertas dan secara naluriah memasukkannya ke dalam saku, bisa jadi kertas-kertas itu berisi nama atau alamat orang yang mempekerjakan Bly!
Ketika pencariannya sia-sia, Bob menggambar sebuah tanda tanya kasar di lantai dengan kapurnya, lalu menyibukkan diri dengan berusaha menyingkirkan selimut di atasnya, cukup untuk memungkinkannya melihat keluar melalui kaca belakang.
Baru saja ia berhasil, mobil itu berhenti. Melalui kaca yang gelap Bob dapat melihat tiang layar kapal yang menjulang tinggi dengan matahari terbenam di latar belakangnya. Bly telah membawahnya ke Seruling Belanda! Tapi mengapa"
Kemudian Bob mendengar pintu mobil ditutup dan kesunyian yang cukup lama. Sepuluh menit berlalu. Ia mulai berpikir bahwa Bly telah meninggalkannya ketika bajak laut besar itu kembali dan membuka pintu belakang.
Bajak laut itu mendesis tajam di telinga Bob. "Jangan bergerak sedikit pun --jangan bersuara atau kau akan menjadi umpan ikan hiu! Anggukkan kepalamu jika mengerti."
Bob mengangguk. "Bagus. Ingat, jangan bersuara sedikit pun."
Perompak itu membungkus Bob dengan selimut, mengangkatnya, dan memanggulnya. Kini Bob dapat mencium bau air laut yang asin dan mendengar deburan ombak. Ia terlonjak-lonjak sementara Bly berjalan cepat menuju pintu masuk kapal. Bob berusaha mengingat-ingat tata letak kapal besar itu dan segera menduga bahwa ia sedang dibawa ke bawah geladak.
Bly berhenti mendadak dan Bob mendengar sebuah pintu dibuka. Pencuri itu menjatuhkannya bagaikan sekantung kentang ke atas sebuah ranjang dan menyingkirkan selimut dan jala.
"Jangan macam-macam," geramnya. "Kau tahu apa yang akan terjadi..." ejeknya, menggerakkan jari di depan leher lagi.
Bob mengangguk sekali lagi, lalu, setelah Bly pergi, menggunakan jari-jarinya untuk melepaskan pita perekat di mulutnya, menimbul
kan rasa nyeri. Pada saat itu Bob teringat akan pisaunya. Tentu saja! Ia ingin menendang dirinya sendiri! Ia tidak pernah pergi ke mana pun tanpa pisau lipatnya. Ia begitu panik sehingga melupakan pisau itu!
Bob menggerakkan tangannya yang terikat ke saku depannya. Ia bersyukur Bly tidak repot-repot menggeledahnya. Jari-jarinya menyentuh pisau kecil itu. Pisau itu terlepas dari tangannya yang berkeringat. Dengan berkonsentrasi penuh Bob meraih ke dalam sakunya dan akhirnya berhasil mengeluarkan pisau itu. Dengan ujung-ujung jarinya anak bertubuh kecil itu membuka mata pisau dan dengan hati-hati mulai memotong pita perekat yang mengikat tangannya.
Setelah beberapa menit tangannya bebas. Dengan cepat ia memotong ikatan pergelangan kakinya, lalu mengamati sekeliling. Ia dikurung di sebuah kabin penumpang di lantai bawah kapal. Hanya ada sebuah pintu dan tidak ada jendela kecuali jendela bundar di pintu.
Bob memeriksa pintu itu. Engsel-engselnya terlalu besar untuk dicongkel dengan pisau lipat kecilnya -- namun jendela bundarnya nampak cukup besar bagi seorang anak bertubuh kecil untuk menyusup keluar! Dengan menggunakan mata pisau petugas Catatan dan Riset mulai mencopoti baut-baut jendela.
Pekerjaan itu memakan waktu lama. Keringat menetes dari keningnya sementara ia dengan penuh semangat mulai membuka baut terakhir. Sekonyong-konyong ia mendengar suara! Siapa lawan bicara Bly" Oscar Cutter" Apakah mereka bekerja sama" Ataukah itu Pria Berpakaian Hitam -- atau Gaspar St. Vincent"
Bob menempelkan daun telinganya ke kaca, berusaha mendengar perkataan mereka. Tidak ada gunanya, mereka terlalu jauh. Kemudian ia mendengar langkah-langkah kaki mendekat. Bob melemparkan dirinya ke ranjang, menjatuhkan kapur dan pisaunya ke dalam saku, dan menempelkan potongan pita perekat kembali di mulut, tangan, dan kakinya.
Ia hanya dapat berharap Bly tidak menyadari bahwa baut-baut di jendela telah dicopot dan ikatannya telah dipotong! Perompak berwajah bengis itu masuk ke ruangan dan mengangkat Bob di bahunya. "Layanan kamar," ejeknya. "Saatnya memindahkanmu ke tempat baru. Tidak sebesar ini namun ingat, jika kau berkelakuan baik, kau mungkin bisa hidup cukup lama untuk bercerita tentang semua ini!"
BAB XV JANGAN COBA-COBA! "Lihat! Di atas kapal!" teriak Pete.
Jupiter dan Atticus memandang melalui kaca truk tua sementara Atticus menghentikannya di lapangan parkir kosong di depan Seruling Belanda.
"Aku tidak melihat apa-apa, Dua."
"Apa yang kau lihat, Nak""
"Aku berani bersumpah aku tadi melihat seseorang di atas kapal!" Pete berseru seraya melompat keluar truk. "Ayo! Mungkin itu Bob!"
Atticus dan Jupiter segera mengikutinya. Ketika mereka tiba di kapal besar itu, Pete berkata tertahan, "Aku berani bersumpah..."
Seruling Belanda menjulang dingin dan diam di kegelapan malam. Kabut yang beberapa saat lalu hanya sekitar 30 cm di atas permukaan laut kini mulai merambat naik dan menyelubungi kapal. Jembatan untuk naik ke kapal dinaikkan dan terdapat tanda di haluan kapal: "TUTUP." Dan di bawahnya terdapat tulisan: "Terima kasih, Anchor Bay! Seruling Belanda Akan Berlayar Pukul 8:30 Pagi."
Satu-satunya kegiatan yang terlihat hanyalah toko pancing kecil sekitar lima puluh meter dari mereka yang sedang ditutup. Sebuah mobil kecil berwarna putih terparkir di sampingnya. Seorang gadis mematikan lampu-lampu, mengunci pintu, dan kemudian pergi menaiki sepeda. Mereka kini sendirian.
Ombak memukul-mukul lambung kapal dan bunyi sosok kayu raksasa itu menimbulkan rasa seram tatkala digabungkan dengan kabut yang tebal. Pete memandang berkeliling dengan gelisah. "Mungkin aku hanya berkhayal," bisiknya. Ia tidak tahu mengapa ia berbisik, seolah-olah sudah sepantasnya dalam suasana menegangkan itu.
"Lihat ini," desis Jupiter. Pete dan Paman Atticus bergegas mendatangi tempat anak gempal itu berdiri. Ia menuding ke trotoar.
Terdapat sebuah tanda tanya besar yang digambar dengan kapur hijau di trotoar.
"Jadi Bob tadi ada di sini," Atticus mendesah. "Kita harus memeriksa kapal itu. Besok akan sudah terlambat seandainya ia disekap di dalamnya!"
Jupiter mengangguk dengan muram dan menatap Pete. "Kau tahu apa yang harus dilakukan, Dua."
Pete menelan ludah dan memandang ke atas ke arah kapal besar itu. Tambang setebal 10 cm menghubungkan sisi kapal dengan suatu gelang besi di dermaga. Pete meminta Jupe menjaga tali itu agar tidak bergoyang-goyang, lalu meludah ke kedua telapak tangannya.
Bagaikan seorang pemain akrobat sirkus, remaja atletis itu meraih tali dan mengaitkan kedua kakinya di belakang. Tanpa suara Pete bergantung di tali raksasa itu dan beringsut maju hingga mencapai sisi geladak terbawah. Sambil bergantung dengan kedua tangannya Pete memeriksa geladak, berjaga-jaga akan gerakan yang mencurigakan. Merasa aman, ia mengayunkan kakinya ke atas dan memanjat.
Matahari benar-benar menghilang ke bawah kaki langit ketika Pete menurunkan jembatan kapal. Jupiter dan Atticus bergegas menaiki kapal. Lampu-lampu jalan di sepanjang dermaga mendengung dan satu per satu menyala, memberikan cahaya yang cukup bagi para pencari itu.
Ketika mereka telah memeriksa geladak, Atticus menyuruh Pete mengambil senter di truknya.
"Aku tidak mau turun tanpa lampu," bisiknya gelisah.
Setelah Pete kembali dengan senter, mereka menuruni anak tangga menuju ke lantai bawah. "Seandainya aku juga membawa pemukul bisbolku!" kata Atticus. "Sepertinya ini adalah..."
"Sebuah perangkap"" suatu suara kasar memotongnya. Mereka bertiga menudungi mata dengan tangan ketika cahaya kuat sebuah senter besar menerpa.
"Aku punya pistol," kata suara itu, "jadi jangan coba-coba lari. Angkat tangan dan teruslah turun. Jangan coba-coba!"
"Lakukan perintahnya, Anak-anak," kata Atticus. Mereka berbaris dalam kegelapan lantai bawah. "Kami tidak ingin masalah, kami hanya mencari seorang teman," kata Atticus.
"Diam!" bentak suara di belakang senter. "Masuk!" Ketiganya didorong masuk ke dalam sebuah ruangan besar dengan langit-langit sangat rendah. Beberapa jendela bundar terdapat di dinding. Lampu-lampu jalan di luar memberikan cukup penerangan untuk saling melihat. Jupiter mengingat-ingat tur yang dipimpin Cutter dan menduga bahwa mereka sekarang berada di dalam ruangan kapten.
"Jupe! Lihat!" seru Pete.
Di sudut ruangan duduklah Oscar Cutter --pergelangan tangan dan kakinya terikat oleh tali! Peneliti itu duduk dengan mata terbelalak dan penuh ketakutan. Mereka bertiga didorong ke tempat Cutter dan diperintahkan untuk duduk.
"Aku-aku hendak menelepon dan mem-memperingatkanmu," penyelam itu tergagap, "namun penjahat ini memukulku! Aku sungguh ketakutan!"
"Diam!" suara itu membentak. "Kecuali kalau kau ingin dipukul lagi!"
Dengan cahaya lampu-lampu jalanan yang masuk Jupiter dapat melihat bahwa suara di belakang senter itu adalah Connie Bly. Perompak itu mengambil beberapa utas tali. Ia melemparkan tali-tali itu kepada Jupiter.
"Ikat teman-temanmu. Jangan ada simpul pura-pura, Gendut --aku akan mengikatmu terakhir dan memeriksa pekerjaanmu!"
Jupiter melakukan seperti yang disuruh dan kemudian membiarkan Bly mengikat tangan dan kakinya.
"Apa yang akan kau lakukan terhadap kami"" tanya Atticus. "Apa pun itu," gertaknya, "kau tidak akan dapat kabur. Polisi sedang menuju ke sini!"
Bly menatap Atticus dengan bengis, matanya yang sehat bersinar di dalam cahaya lampu. "Kuberi tahu apa yang akan kulakukan, Pak Tua. Aku akan menyuruh kalian berjalan di atas papan, seperti yang telah kulakukan dengan detektif kecil tadi! Sekarang diam. Ingat, aku punya pistol," ancamnya, kemudian keluar.
Ketika perompak itu telah lenyap, Pete menoleh ke arah Jupiter. "Kau dengar yang dikatakannya tentang Bob"" tanyanya.
"Aku yakin ia hanya menggertak," jawab Jupiter, berusaha terdengar percaya diri sementara ia mempelajari simpul yang mengikat pergelangan tangannya.
"Jupiter benar," Atticus setuju, "ia hanyalah pencuri kelas teri, bukan seorang pembunuh."
"Aku tidak terlalu yakin," erang Oscar Cutter. "Lebih baik kita ikuti kemauannya, sehingga kita tidak perlu tahu!"
Bahkan dengan tangan terikat Jupe masih dapat mencubiti bibir bawahnya dengan penuh konsentrasi. "Aku sedang berpikir..." Ia berhenti dengan tiba-ti
ba, raut wajahnya yang bulat berubah aneh, nampak puas. Di luar terdengar bunyi pintu mobil ditutup.
"Berpikir apa, Pertama"" Pete berteriak. "Tolong katakan bahwa kau punya rencana!"
Namun Jupiter tetap diam sementara suara langkah-langkah kaki terdengar mendekati ruangan kapten. Connie Bly masuk ke kabin dan menyeringai buas, matanya yang sehat berbinar-binar. Ia mendapati Jupiter dan menarik kemeja anak itu dengan kasar.
"Baiklah, Gendut, bagaimana jika kau dan aku berjalan-jalan --di atas papan pendek yang menuju ke laut!" Ia tertawa terbahak-bahak dan mulai menyeret Jupiter di sepanjang lantai.
Sekonyong-konyong semua lampu menyala, selama beberapa saat membutakan semua orang di dalam ruangan.
"Jangan ada yang bergerak!" suatu suara tegas berseru dari ambang pintu. Jupiter berlutut dan tersentak. Ia berpaling dengan cepat ke arah Pete dan Atticus, yang juga menatap ke arah pintu dan ternganga. Pria Berpakaian Hitam! Dan ia menggenggam sepucuk pistol!
BAB XVI KEDOK PRIA BERPAKAIAN HITAM TERUNGKAP
"Jangan bergerak!" ancam Pria Berpakaian Hitam. "Pistolku asli, Bly, tidak seperti milikmu -- jadi dengar baik-baik!"
Penjahat berkostum Si Janggut Hitam itu menjatuhkan pistolnya dan perlahan mengangkat tangan. "Siapa kau"" perompak itu menukas, "dan bagaimana kau tahu namaku""
Dengan lampu-lampu menyala Jupe kini dapat melihat bahwa pistol Connie Bly adalah sebuah blunderbuss --sangat mungkin berasal dari museum Perompak Baru. Kemudian ia memandang Pria Berpakaian Hitam. Pria misterius itu memiliki rahang yang kokoh serta mata yang dingin dan tajam. Sebuah bekas luka yang seram menghiasi pipi kanannya.
Di kejauhan mereka mendengar raungan sirene polisi yang mendekat.
Bly menatap Oscar Cutter dan Pria Berpakaian Hitam dengan putus asa. "Mari kita membuat perjanjian," katanya cepat-cepat. "Bukan aku yang kau inginkan," serunya, menunjuk ke arah Cutter. "Dialah yang kau kejar! Semua ini idenya!"
"Apa"" teriak Cutter, wajahnya penuh kemarahan. "Aku" Orang ini mengigau! Seumur hidupku aku belum pernah bertemu dengannya!"
Jupiter mengikuti percakapan itu dengan penuh minat, kemudian mengangguk ke arah Pria Berpakaian Hitam.
"Aku tahu siapa dia," Penyelidik Pertama berkata riang. Paman Atticus dan Pete menatap Jupiter, terbengong-bengong.
"Kau tahu"" mereka berseru serempak. Jupiter mengangguk dengan puas dan berpaling ke arah lelaki bertopi hitam itu.
"Jika aku tidak salah, dia adalah seorang detektif."
Pria Berpakaian Hitam berdiri diam. Pete menatapnya, kemudian Jupiter, kemudian kembali Pria Berpakaian Hitam. Ia tahu dugaan Jupe biasanya tepat -- namun seringkali Pete tidak dapat mengikuti jalan pikiran rekannya itu.
"Dan bagaimana kau tahu itu, Pertama"" Masih dalam keadaan terikat, Jupiter berhasil duduk di samping Pete.
"Karena polisi ada di luar dan ia tidak berusaha lari. Berarti dia bukan penjahat. Dia punya pistol namun tidak berusaha menangkap Bly. Berarti dia bukan polisi. Karena banyak detektif yang memiliki izin membawa senjata api, kuduga ia adalah detektif swasta."
Pria Berpakaian Hitam menggangguk. "Anak pintar," katanya. "Ia benar, aku seorang detektif swasta. Namaku Seth Cooley dan aku..."
Cooley menurunkan kewaspadaannya sesaat dan Bly beraksi. Sambil menggeram ia berlari melewati detektif itu, membuatnya terhuyung. Pistolnya meletus ke langit-langit. Bly berlari menaiki tangga menuju ke geladak. Mereka mendengar teriakan terkejut dari atas, diikuti oleh suara ceburan.
Cooley bangkit perlahan-lahan dan mengibaskan debu di pakaiannya.
"Ia takkan lari jauh-jauh," tukasnya, nampak agak malu karena lengah. "Tempat ini telah dipenuhi polisi!" Detektif swasta itu menggeleng kesal dan mulai melepaskan ikatan Jupiter.
"Sudah berapa lama Anda membuntuti Mr. Bly"" Pete bertanya kepada detektif swasta itu. Ia mengangguk ke arah Oscar Cutter. "Kapten Cutter menyangka Anda tukang pukul dari Perompak Baru!"
"Yang diselidikinya bukanlah Connie Bly," ujar Jupe tiba-tiba. Sesaat suasana sunyi senyap di dalam ruangan kapten sementara semua orang, termasuk Seth Cooley, menatap Jupiter dengan kaget.
"Bu kan"" Paman Atticus berkedip kebingungan. "Lalu siapa, Nak""
Jupiter mengangguk ke arah detektif itu. "Mungkin tidak etis bagi Mr. Cooley untuk menyebutkan nama kliennya namun saya menduga ia disewa oleh universitas. Begini, Kapten Cutter adalah penjahat yang sebenarnya. Saya yakin jika Anda menggeledah kapal ini atau mungkin apartemennya di Lyndale Lane, Anda akan menemukan Cakar Perunggu -- dan juga Bob!"
Wajah Cutter nampak penuh kemarahan. "Aku tidak percaya telingaku!" ia meledak. "Aku duduk di sini, terikat, tawanan, dan dituduh juga"" Penyelam itu menatap Jupiter dengan marah. "Anak muda, seharusnya kau berpikir dua kali sebelum melemparkan tuduhanmu itu! Aku sudah lama bersahabat dengan pamanmu --kini kuminta kau melepaskan ikatanku dan..."
"Anak ini benar," Cooley memotongnya, nadanya datar saja. "Aku tidak tahu bagaimana ia bisa tahu namun ia benar."
Cooley memasukkan pistolnya ke sarung yang tersembunyi di balik jaketnya, lalu melepaskan ikatan Pete dan Atticus. Ketika semuanya telah bebas, mereka menatap Oscar Cutter.
Cutter memandang paman Jupe. "Atticus, jangan percaya! Konyol sekali! Cepat, lepaskan tali ini sehingga kita dapat menangkap Bly!"
Tepat pada saat itu Paman Titus dan Bibi Mathilda menyerbu masuk ke dalam kabin, diikuti oleh beberapa petugas polisi. Mereka menatap Oscar Cutter yang terikat, lalu Jupiter.
"Tolong! Polisi!" Cutter berteriak. "Orang-orang gila ini... Lepaskan ikatanku cepat! Namun hati-hati terhadap mereka -- mereka gila!"
Polisi yang menjadi pemimpin memandang Seth Cooley dengan ragu-ragu. "Saya Kapten Blake. Andakah yang memanggil kami"" Polisi itu menatap pemandangan di depannya sekilas dan kemudian menanggalkan topinya untuk menggaruk kepala. "Anda mau menjelaskan apa yang terjadi di sini""
"Mengapa Kapten Cutter terikat, Jupiter Jones"" Bibi Mathilda menuntut jawaban.
"Kalian menemukan Bob"" Paman Titus bertanya sebelum Jupiter dapat membuka mulut untuk menjawab pertanyaan yang pertama.
Jupiter berpaling ke arah Cutter. "Maukah Anda memberi tahu kami di mana kami dapat menemukan rekan kami dan Cakar Perunggu" Atau kami terpaksa menggeledah kapal ini""
Keringat membasahi hidung Cutter. "Geledah kapal ini!" ia mengangkat bahu. "Geledah apartemenku. Aku tidak menyembunyikan apa-apa. Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan! Aku diikat oleh Connie Bly sepertimu. Nantinya akan terbukti bahwa tidak ada orang lain di kapal ini dan aku tidak bersalah. Silakan, geledahlah!"
Kapten Blake menyerukan aba-aba kepada anak buahnya. "Periksa kapal ini dari atas hingga bawah." Setelah ketiga petugas polisi itu pergi, ia menoleh kepada Seth Cooley. "Sebaiknya Anda mulai menjelaskan apa yang sedang terjadi di sini!"
Jupiter berdiri tegap dan tersenyum ke arah Oscar Cutter.
"Saya berpikir tentang perkataan Kapten Cutter tadi. Ia mengaku telah diikat oleh Connie Bly." Jupiter menggelengkan kepala dengan dramatis. "Sebenarnya, Kapten, tali di tangan dan kaki Andalah yang membuktikan sebaliknya!"
Semua orang di kabin kapten menatap ikatan Cutter.
"Apa maksudmu, Pertama"" tanya Pete. "Ia sudah terikat ketika kita tiba di sini."
"Tepat sekali," kata Jupiter. "Dan jika kau ingat, Bly menyuruhku mengikatmu dan Paman Atticus, kemudian ia mengikatku. Saat itulah aku memperhatikan simpulnya."
"Simpulnya"" Bibi Mathilda mengulangi. "Hentikan dramatisasimu, Jupiter Jones, dan katakan apa yang kau lihat!"
Jupiter tidak mengacuhkan interupsi itu. "Jika Bly memang mengikat Mr. Cutter, maka simpul di talinya tentulah akan sama dengan yang ada di taliku. Namun tidaklah demikian! Bly mengikatku dengan simpul biasa, simpul sehari-sehari yang bisa dibuat semua orang. Namun ketika mengamati ikatan Mr. Cutter, aku melihat bahwa tangannya diikat sepertiku namun kakinya diikat dengan simpul jangkar. Simpul jangkar, sebagaimana Paman Atticus dapat memastikan, adalah simpul yang sering digunakan oleh pelaut dan penyelam. Aku mulai bertanya-tanya, mengapa Bly harus mengikat tangan dan kakinya berbeda" Jawabannya adalah... bukan dia yang mengikatnya! Cutter mengikat kakinya sendiri, mungkin sekali ketik
a ia melihat Pete dan aku datang bersama Paman Atticus. Kemudian ia menyuruh Bly mengikat tangannya sehingga kita berpikir bahwa Bly telah menyergap dan menawannya di sini!"
"Tapi mengapa, Jupiter"" desak Atticus. "Mengapa segala permainan ini" Sejujurnya, aku masih merasa hal ini sulit dipercaya!"
Oscar Cutter mengangguk-angguk dengan penuh semangat. "Anda lihat, Kapten" Tidak masuk akal. Bly yang harus Anda tangkap! Andalah pemimpin di sini -- lepaskan saya!"
Selama percakapan itu Seth Cooley berdiri diam di dekat pintu. Jupiter memandangnya. "Anda membingungkan kami ketika rekan-rekan saya memergoki Anda di kapal Paman Atticus. Kami beranggapan bahwa Andalah si pencuri. Saya rasa saya bisa menduga apa yang sedang Anda lakukan." Jupiter menarik nafas panjang sebelum melanjutkan.
"Dalam penyelidikan atas Kapten Cutter, Anda membuntutinya atau Bly ke rumah paman saya. Di sana mereka masuk ke rumah atau Pembalasan Ratu Anne atau keduanya. Rumah kosong dan Anda tidak menyangka akan ada yang pulang segera. Namun kedatangan Pete dan Bob mengejutkan Anda. Bukannya menjelaskan bahwa Anda adalah seorang detektif, Anda berusaha bersembunyi di kapal hingga teman-teman saya meninggalkan dermaga. Tapi Anda menjatuhkan sesuatu dan terpergok."
Seth Cooley mengangguk, kagum akan Jupe. "Tepat itulah yang terjadi. Aku mengikuti Bly ke rumah pamanmu. Cutter menyuruh Bly mengerjakan segala pekerjaan kotornya."
Semuanya menatap Oscar Cutter. Peneliti itu nampak keras kepala. "Aku tidak akan berkata apa-apa hingga bertemu dengan pengacaraku --dan setelah itu kalian semua akan mendapat masalah!"
"Aku tidak mengerti," kata Pete. "Mengapa Cutter bekerja sama dengan salah seorang Perompak Baru" Bukankah mereka bermusuhan""
"Kurasa aku bisa menjawab itu juga," Jupiter berkata penuh kemenangan. "Ingat semua terbitan mengenai pacuan di apartemen Lyndale Lane" Kuduga Kapten Cutter adalah seorang penjudi. Ia suka berjudi atas pacuan kuda dan anjing. Bahkan ia begitu sukanya hingga kehilangan semua uangnya. Namun ia tidak berhenti di sana, melainkan mempertaruhkan semua dana riset yang telah diberikan oleh universitas di Portland!"
Seth Cooley mengangguk setuju. "Dan itu belum cukup juga," tambah detektif itu. "Berdasarkan yang kulihat, Cutter sepertinya menderita ketergantungan sehingga ia tidak dapat berhenti berjudi, bahkan setelah ia tidak punya uang lagi untuk dipertaruhkan. Satu-satunya kesimpulan yang logis adalah meminjam dari seorang lintah darat atau bandarnya sebagai usaha terakhir untuk memenangkan kembali semua uang yang telah hilang."
Oscar Cutter duduk di sudut ruangan dengan wajah memelas. "Apa itu bandar"" tanya Pete.
"Bandar," Cooley menjelaskan, "adalah seseorang yang menentukan pasar taruhan dalam suatu pacuan dan kemudian menerima serta membayarkan uang taruhan untuk pacuan itu." Detektif itu memandang Jupiter. "Memang itu yang kutemukan, Nak. Ketika Cutter tidak dapat mengembalikan uang itu, bandarnya mengirim seorang tukang pukul seperti Connie Bly untuk memaksanya mendapatkan uang."
Jupiter mengangguk. "Jadi Cutter membuat suatu rencana. Ia akan menggunakan dana berikut dari universitas untuk membayar sang bandar. Namun ada beberapa penghalang. Pertama, universitas takkan mendanai penelitiannya tanpa bukti nyata bahwa memang ada cukup banyak harta di bawah sana. Dan kedua, ia terpaksa berhenti menyelam ketika pameran Seruling Belanda tiba. Tanpa penyelaman tidak akan ada dana. Ketika Seruling Belanda pergi lagi, Cutter dapat meneruskan penyelaman dan menerima dana lagi. Nantinya setelah dana itu cair, ia akan memberikannya kepada Bly, kemudian meninggalkan kota dengan membawa Cakar Perunggu!"
"Aku mengerti sekarang!" seru Pete. "Sepertinya nasib Kapten Cutter sebagai peneliti tidak lebih baik daripada nasibnya sebagai seorang penjudi! Universitas mungkin mengancam akan menghentikan penelitian kecuali jika ia dapat menunjukkan benda-benda yang memang berharga. Maka ia menyuruh Bly masuk ke rumah pamanmu untuk mencuri peluru meriam dan pistol --dan kemudian meletakkan barang-barang itu di tempat penelitiannya dan be
rpura-pura menemukannya di sana!"
"Satu hal aku tidak mengerti," kata Cooley, "mengapa Bly bergabung dengan Perompak Baru dari Barat" Itu tidak sesuai dengan sifatnya sebagai seorang tukang pukul."
"Saya pun ingin tahu," kata Jupiter mengakui. "Dugaan saya adalah bahwa Cutter mungkin merasa tidak enak mencuri dari paman saya. Maka ketika mendengar sebuah museum akan segera dibuka di bekas pos pemadam kebakaran, ia merasa menemukan jalan keluar. Saya berani bertaruh ia menyuruh Bly bergabung dengan Perompak Baru untuk mencuri beberapa benda dan kemudian meletakkannya di tempat penelitian dengan alasan semakin cepat ia menemukan sesuatu, semakin cepat pula Bly akan mendapat uangnya. Yang tidak diketahui Cutter adalah bahwa semua benda di museum Perompak Baru palsu! Replika dari benda-benda aslinya!"
Jupiter menghela nafas panjang dan mulai berjalan mondar-mandir. "Bly tidak tahu perbedaan pistol tua dan baru. Gagang kayu blunderbuss asli pastilah sudah lapuk bertahun-tahun yang lalu dan bagian logamnya tentu akan menghijau dan tertutup organisme laut. Ketika Cutter menemukan pistol dan pisau yang masih mengkilat dan baru, ia menyadari kesalahannya!"
"Mungkin itu sebabnya ia terpaksa menyembunyikan Data," Pete berseru. "Bob pasti telah melihat sesuatu ketika mengintai tadi. Aku berani bertaruh Cutter menyembunyikan Bob di suatu ruangan lain karena ia tahu yang sebenarnya!"
Bibi Mathilda membungkuk dan memungut pistol tua yang telah dijatuhkan Bly. Ia menatap gagangnya dan membaca keras, "Milik Perompak Baru dari Barat."
Ia memandang Oscar Cutter dengan tajam dan menggoyang-goyangkan jari di depan penyelam itu. "Kau harus malu akan dirimu sendiri!"
BAB XVII TAPI DI MANAKAH BOB"
"Itukah sebabnya Cutter harus mencuri dari Atticus lagi"" tebak Paman Titus.
Jupiter terlihat penuh kemenangan. Ia gemar menerangkan sesuatu sejelas-jelasnya.
"Benar. Namun nasib buruk Oscar Cutter terus berlanjut. Ketika ia menyuruh Bly kembali ke rumah Paman Atticus untuk mencuri lagi, Bly tanpa sengaja mengambil Cakar Perunggu - "tidak tahu bahwa benda itu adalah penemuan abad ini! Cutter pun tidak mengenalinya. Karena itulah ia nampak terkejut ketika pagi itu Paman Atticus menjelaskan nilai benda itu yang sebenarnya!"
"Jadi itulah sebabnya Cakar Perunggu dikembalikan!" seru Pete. Jupiter mengangguk setuju dan mencubiti bibirnya selama beberapa saat. "Kapten Cutter tahu ia tidak akan dapat menyamarkan Cakar Perunggu sebagai salah satu temuannya -" beritanya pasti akan sampai ke telinga Paman Atticus. Dan ia tahu ia tidak dapat menjualnya dengan cepat. Cakar itu tidak ada gunanya. Tidak, Cutter butuh peninggalan bajak laut yang tidak terlalu menarik perhatian, seperti peluru meriam atau pistol antik. Maka ia menyuruh Bly mengembalikan Cakar Perunggu dan mencuri sesuatu yang lain.
"Pada saat itulah aku mulai mencurigai Cutter. Aku bertanya-tanya, siapa yang akan mendapat untung dengan mencuri cakar itu, hanya untuk mengembalikannya kemudian. Aku menduga bahwa begitu Cutter memutuskan untuk membayar hutang judinya dengan dana dari universitas, bagaimanapun juga ia harus pergi dan lagipula ia menginginkan Cakar Perunggu --mungkin untuk dijual di pasar gelap atau kepada seorang kolektor untuk mengongkosi pelariannya. Itu sebabnya ia mencurinya dari rumah Paman Atticus untuk kedua kalinya."
"Ada yang terus menggangguku, Pertama," kata Pete. "Aku ingin tahu, apa hubungan Gaspar St. Vincent dengan semua ini" Dan siapakah orang bernama H. KANE di Lyndale Lane itu""
"Kurasa Gaspar hanyalah seorang Perompak Baru yang penuh dedikasi --dan terkadang radikal. Kemungkinan besar ia mengetahui bahwa Bly telah mencuri dari museum dan ingin memaksanya mengaku. Karena Bly selama ini tinggal bersama Cutter di apartemennya untuk menjaga agar ia tidak kabur tanpa membayar hutangnya, Bly mungkin menuliskan apartemen Lyndale Lane sebagai alamatnya ketika mendaftar ke Perompak Baru. Gaspar pergi ke apartemen itu untuk mencari Bly. Ketika melihat Gaspar mencoba menggunakan interkom dengan kesal, Mr. Cooley mendatanginya untuk menanyakan beberapa hal dengan dug
aan bahwa ia adalah teman Cutter atau Bly."
"Benar lagi," detektif itu mengiyakan. "Aku telah mengintai apartemen itu beberapa lama dan aku tahu bahwa Bly tinggal bersama Cutter untuk menjaga agar ia tidak lari. Tulisan di interkom itu, H. KANE, hanyalah nama orang yang tinggal di sana sebelumnya. Tulisan itu tidak diganti ketika universitas menyewa apartemen itu untuk tempat tinggal Cutter selama penelitian."
Seorang polisi memasuki ruangan dan berbicara dengan suara pelan kepada Kapten Blake. Blake berpaling dan memandang Oscar Cutter. "Sepertinya keadaan tidak terlalu baik bagimu, Kawan," katanya suram. "Di luar ada sebuah mobil putih kecil dengan cakar yang dibicarakan semua orang itu ada di bagasinya. Dan ada pula beberapa tanda tanya yang dibuat dengan kapur hijau."
"Itu Bob!" seru Jupiter. "Terbukti ia dibawa dalam mobil Cutter!"
Pete nampak bingung. "Tapi itu mobil Bly," katanya. "Bob dan aku melihatnya naik mobil putih kecil di pos pemadam kebakaran pada hari pertama kita di sini."
Jupiter menatap rekannya itu dengan tidak percaya dan memukulkan telapak tangan ke kening. "Apa" Mengapa kau tidak bilang dari dulu, Dua" Bly dan Cutter selama ini menggunakan mobil yang sama""
Pete membela diri. "Kami tidak tahu bahwa jenis mobil yang dikendarainya itu penting. Lagipula kau tidak bertanya!"
Jupiter mengalah dengan segan. "Kurasa kau benar. Seorang penyelidik yang baik seharusnya tahu bagian paling sepele biasanya adalah yang paling penting."
Bibi Mathilda masih menatap Oscar Cutter dengan marah. "Yang penting sekarang adalah kita menemukan Bob," katanya tegas. "Kalau Jupiter benar, dia tentu ada di kapal ini atau di apartemen itu."
Atticus sependapat. "Mari kita periksa kapal ini lagi." Ia berpaling kepada Kapten Blake dan menunjuk ke arah Cutter. "Mungkin Anda dapat meminta salah satu anak buah Anda untuk memeriksa apartemen orang ini."
"Tidak tanpa surat perintah pengadilan," Kapten Blake berkata dengan serius. "Dan itu akan makan waktu." Ia menoleh ke arah Cutter. "Kecuali, tentu saja, jika Anda mengizinkan."
Oscar Cutter memandang Blake dengan memelas. "B-B-Bly mencuri mobilku... ia... ia meletakkan cakar itu di sana. Anda harus percaya kepadaku! Geledah kapal ini, geledah apartemenku. Jika anak itu tidak ada, Anda akan tahu bahwa aku tidak bersalah!"
Kapten Blake memerintahkan salah satu anak buahnya untuk memeriksa apartemen Cutter di Lyndale Lane dan melaporkan hasilnya melalui radio.
"Baiklah," ia berseru untuk menarik perhatian semua orang, "mari berpencar dan memeriksa kapal ini sekali lagi dari atas sampai bawah. Saya mau setiap jengkal diperiksa!"
Sejam kemudian seluruh bagian kapal telah disisir tanpa ada tanda-tanda Bob. Para pencari sedang duduk dengan muram di ruangan kapten ketika seorang petugas masuk.
"Anda menemukannya"" tanya Bibi Mathilda, melompat bangkit dari tempat duduknya.
"Adakah Bob di apartemen itu""
Kapten Blake menggelengkan kepala. "Aku khawatir tidak ada tanda-tanda teman kalian itu, Anak-anak. Aku benci mengatakan ini namun jika kita tidak dapat menemukannya, kita harus membiarkan Kapten Cutter pergi." Polisi itu mulai membuka ikatan Cutter. "Tidak cukup bukti untuk menahannya. Connie Bly memiliki catatan kriminal sepanjang lenganku -"nampaknya dia ada di balik semua ini."
Oscar Cutter nampak lega. "Tunggu saja sampai aku bertemu dengan pengacaraku!" penyelam tampan itu menggeram. Ia menatap Atticus dengan marah. "Teman!" cibirnya. "Menikam punggung sahabat sendiri. Sudah kukatakan aku tidak ada sangkut-pautnya dengan semua ini! Sekarang permisi, aku harus memeriksa kerusakan yang ditimbulkan si berandal Cooley itu ketika membahayakan kita semua dengan pistolnya."
Bibi Mathilda nampak cemas dan Paman Titus berusaha menenangkannya sementara mereka naik ke geladak. Suhu udara telah turun tajam dan gigi-gigi anak-anak bergemeletuk. Kabut menebal dan menipis, seolah-olah hidup dan merambati kaki mereka.
Pete memandang Jupiter tanpa daya. "Di mana ia mungkin berada, Pertama""
Jupiter mengerutkan kening dan berusaha agar tidak menggigil. Ia yakin ada sesuatu yang terl
ewatkan olehnya. Suatu petunjuk penting yang tidak disadarinya --seandainya ia dapat mengingat! Pete nyaris dapat mendengar roda gigi berputar di dalam kepala temannya sementara Jupiter berpikir keras.
Atticus merangkul keponakannya. "Mungkin Robert sekarang sudah di rumah, Jupiter. Ya, aku bertaruh di sanalah ia berada. Mungkin saja ia lelah menunggu kita dan dengan cepat terlelap di atas Pembalasan Ratu Anne. Aku berani bertaruh..."
"Itu dia!" teriak Jupiter. Mereka sudah setengah jalan menuruni jembatan penghubung. Semuanya berhenti dan menatap Jupiter.
"Apa itu"" desak Atticus. Wajah Jupiter yang bulat memancarkan kemenangan. Ia tersenyum kepada pamannya.
"Paman baru saja memberikan petunjuk paling penting dalam misteri ini!" Seth Cooley dan yang lainnya menatap Jupiter dengan penuh harap.
"Ada yang terpikirkan, Nak""
"Kau tahu di mana dia!" seru Pete.
"Mungkin," kata Jupe. "Aku punya sebuah teori..."
"Demi petir, Anakku!" suara Bibi Mathilda melengking tinggi, "kau dan dramatisasimu itu sungguh keterlaluan! Cepat katakan!"
Raut muka Oscar Cutter seolah-olah kehilangan rona. Ia mengayun-ayunkan tangannya dengan panik dan mencegah mereka naik kembali.
Trio Detektif Misteri Cakar Perunggu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Polisi... Ini benar-benar keterlaluan! Kapal ini harus berlayar besok pagi --saya sudah punya banyak pekerjaan tanpa berandal-berandal ini bermain petak umpet. Saya rasa saya harus memaksa semuanya pergi." Ia menoleh dan membentak Jupiter.
"Anak muda, semuanya sudah bosan akan permainanmu. Kau telah membuktikan dirimu lebih cerdas dari anak-anak seusiamu namun cukup sudah!"
"Anda hanya mengulur-ulur waktu!" tukas Pete marah. "Jika Bob ikut berlayar bersama kapal ini, Anda akan bebas mengambil dana itu!"
Penyelam itu mendatangi Pete dengan penuh ancaman dan nampak siap memukul. Titus dan Atticus Jones mengambil tempat di samping Pete.
"Biarkan kami memeriksa kapal ini sekali lagi," desak Atticus. "Jika kami tidak menemukan Bob, kami akan pergi tanpa ribut-ribut dan tidak akan ada masalah."
Cooley dan Kapten Blake kembali menaiki jembatan dan berdiri di samping Jupiter.
"Baiklah, Nak," kata Blake, "menurutmu di manakah temanmu itu""
Jupiter tersenyum. "Ketika Paman Atticus menyinggung nama Pembalasan Ratu Anne, saya jadi berpikir tentang William Teach, yang juga dikenal sebagai Si Janggut Hitam! Ingat, Janggut Hitam adalah perompak jahat yang menjarah dan menyelundupkan berbagai macam harta. Saya perkirakan jika Seruling Belanda ini benar-benar seotentik yang dikatakan Kapten Cutter, maka tentulah ada semacam ruang tersembunyi yang terlewatkan oleh kita!"
Cooley memandang Jupiter dengan kagum. "Tentu saja! Aku seharusnya juga berpikir ke sana!"
Kapten Blake kembali mengumpulkan anak buahnya di geladak. "Kita akan menggeledah kapal ini lagi -- carilah sesuatu yang mungkin saja merupakan ruangan rahasia!"
Oscar Cutter menggeram dan memaki-maki. Kapten Blake menatapnya tajam dan memerintahkan salah seorang anak buahnya menjaga penyelam itu.
"Saya tidak mau Anda pergi ke mana-mana. Banyak yang harus Anda jelaskan nanti setelah anak itu ditemukan!"
Mereka turun ke lantai bawah dan berpencar. Setelah lima belas menit Pete berteriak penuh kemenangan. Matanya yang tajam telah melihat sesuatu di lorong yang sempit, yang tidak akan dilihatnya seandainya ia tidak tahu apa yang dicarinya.
"Lihat!" ia menunjuk ke arah lantai. "Aku pasti telah berjalan melewati koridor ini berkali-kali tanpa menyadarinya!"
Para pencari dengan penuh semangat berkerumun di lorong yang kini penuh sesak itu dan menatap lantai.
"Apakah itu, Pete"" seru Jupiter. Remaja gempal itu memeriksa lantai tempat Pete berlutut. Mendadak wajahnya nampak berseri.
"Tentu saja! Papan lantai ini tidak cocok! Lihatlah, papan kayu di bagian ini telah diganti --warnanya sedikit lebih gelap! Aku tidak menyadarinya sebelum ini!"
Pete dan Jupiter bergegas mengeluarkan pisau lipat mereka yang berharga dan menyelipkan mata pisau ke sela-sela papan yang rapat. Mereka menekan dan sebagian dari papan itu tiba-tiba bergerak beberapa senti. Jupiter meraba-raba dengan jemarinya ke dalam celah itu. Dalam satu g
erakan cepat papan lantai sepanjang satu setengah meter itu terbuka sambil berderit dan di sana terbaring Bob Andrews dengan pita perekat di mulutnya.
Anak bertubuh kecil itu duduk dan bergegas melepas perekat itu.
"Sudah saatnya!" teriaknya. "Kusangka kalian tidak akan pernah menemukan aku! Perekat ini kukembalikan ke mulutku untuk menipu Bly saat ia datang untuk membawaku. Aku tidak tahu bahwa ia akan memasukkan aku ke dalam suatu ruangan yang begitu sempit sehingga aku tidak dapat menggerakkan tangan ke wajah untuk melepaskannya!"
Jupiter dan Pete membantu rekan mereka keluar dari ruang rahasia itu.
"Kalian menangkap Cutter"" tanya Bob. "Ia bekerja sama dengan Bly dan mereka berdua mencuri dari rumah pamanmu dan markas Perompak Baru! Merekalah yang memasukkan aku ke situ."
Remaja terkecil di antara Trio Detektif itu merogoh saku depannya dan mengeluarkan robekan-robekan kertas.
"Kutemukan ini di belakang mobil Bly!" katanya, menyerahkan kertas-kertas itu kepada Jupiter. Penyelidik Pertama memeriksa potongan-potongan kertas itu.
"Ini potongan dari karcis untuk menonton pacuan. Dan surat peringatan atas pembayaran kartu kredit yang terlambat. Sepertinya teoriku tentang Oscar Cutter terbukti benar!"
"Bly memberi tahu Kapten Cutter bahwa aku tahu dia terlibat," lanjut Bob. "Cutter menyadari bahwa ia harus mengamankanku hingga semuanya pergi!"
Jupiter menyeringai ke arah rekannya itu sementara mereka naik ke geladak dan ke dalam kabut. "Kami tahu tentang itu, Data. Pria Berpakaian Hitam -- maksudku Seth Cooley - juga tahu."
Mendengar namanya disebut, Cooley menghampiri dan memperkenalkan diri kepada Bob. "Aku gembira kau tidak apa-apa, Nak. Kalian bertiga sungguh merupakan trio yang hebat. Jika suatu saat nanti salah satu penyelidikanku menemui jalan buntu, aku tentu akan menghubungi Trio Detektif!"
Jupiter, begitu bangga mendengarnya, bertukar kartu nama dengan Cooley. Atticus Jones sungguh berbangga hati dan menjabat tangan anak-anak.
"Pekerjaan yang luar biasa, Teman-teman! Benar-benar luar biasa!" serunya. "Titus, Mathilda... Jupiter sungguh mengharumkan nama Keluarga Jones, bukankah demikian""
Titus tersenyum lebar dan merangkul keponakannya. Mathilda menggeleng-geleng, lalu tertawa senang.
"Aku tetap berpendapat ia seharusnya mengurusi urusannya sendiri. Namun kurasa ia memang punya bakat dalam memecahkan teka-teki."
Perut Jupiter berbunyi seolah-olah menyatakan setuju. "Sekarang marilah kita desak Oscar Cutter agar mengaku sehingga kita bisa pulang dan akhirnya menikmati makan malam lobster itu!" ia tertawa.
BAB XVIII JOHN CROWE BERBICARA
Ada beberapa hal menyangkut Misteri Cakar Perunggu yang mungkin membuat kalian bertanya-tanya, maka aku akan berusaha membuat pikiran kalian tenang.
Oscar Cutter akhirnya mengakui segala rencana buruknya. Tepat seperti yang disimpulkan oleh Jupiter, penyelam bernasib malang itu memiliki hutang bertumpuk setelah kehilangan uangnya hingga ke sen terakhir di meja judi. Seandainya saja ia berhasil menyembunyikan Bob selama beberapa jam lagi, ia akan dapat melarikan diri dengan leluasa! Untunglah intuisi Jupiter menyelamatkan sahabatnya dan menyelesaikan misteri itu dengan baik.
Connie Bly menolak mengatakan apa-apa, kecuali bahwa Cutter ada di balik semua itu. Karena bukti-bukti yang memberatkan Bly lebih sedikit dibandingkan Cutter, ia menerima hukuman yang lebih ringan, dan kini sedang menjalani dua tahun di penjara Oregon atas penculikan dan penyerangan.
Chief Reynolds menelepon kembali beberapa hari kemudian dengan informasi tentang nomor polisi DLH 555. Tentu saja nomor itu terdaftar atas nama si detektif, Seth Cooley. Jupiter memberi tahu kepala polisi itu bahwa mereka telah menyelesaikan kasus itu namun menambahkan bahwa ia takkan ragu-ragu menelepon lagi jika mereka membutuhkan informasi lain. Kepala polisi itu memutuskan hubungan.
Atticus Jones memanfaatkan tenaga tambahan di rumahnya dan mengkaryakan mereka untuk memindahkan segala barang bekas dan hartanya ke toko antik kelautan barunya di kawasan kota Anchor Bay. Tanggal pembukaannya dimajukan sehingg
a Trio Detektif dapat secara resmi menggunting pita sebelum kembali ke Rocky Beach. Foto mereka bahkan terpampang di surat kabar setempat, lengkap dengan kisah singkat mengenai bantuan mereka dalam memecahkan kasus itu. Tidak perlu dikatakan, sistem pengamanan paling canggih dipasang di toko itu untuk berjaga-jaga terhadap kemungkinan pencurian.
Dengan gembira kukatakan bahwa anak-anak akhirnya berhasil menikmati lobster sebanyak yang mereka mampu dan Pete sempat menyelam beberapa kali bersama Atticus. Meskipun tidak ada harta karun yang ditemukan, Pete menemukan beberapa peluru meriam dan pistol timah, yang baginya sudah merupakan harta tersendiri.
Mengenai Cakar Perunggu sendiri, hal itu tetap merupakan sebuah misteri hingga sekarang. Atticus Jones tidak dapat menemukan bukti lebih lanjut yang mendukung teorinya bahwa benda itu berasal dari tiang haluan kapal Si Janggut Hitam meskipun universitas di Portland menyatakan sangat berminat dan hendak membelinya dengan harga tinggi dari Jones. Sepertinya hilangnya harta karun rampasan Si Janggut Merah akan tetap merupakan salah satu teka-teki terbesar dalam sejarah.
Seperti yang sebelumnya kukatakan, sahabatku Hector Sebastian mengizinkanku menuliskan kata pengantar untuk petualangan Trio Detektif yang menarik ini dan aku hanya dapat berharap agar dalam waktu tidak terlalu lama aku akan mendapat kehormatan untuk melakukannya lagi. Aku harus mengakui bahwa sikapku jauh lebih lunak terhadap anak-anak itu ketika membahas kasus dibandingkan Mr. Hitchcock ataupun Sebastian. Jupiter sangat kesal akan dirinya sendiri ketika kutunjukkan sebuah petunjuk di awal misteri yang terlewatkan olehnya! Ia akan sudah curiga terhadap Oscar Cutter dari awal seandainya saja ia lebih menaruh perhatian pada mobil kecil putihnya.
Ingat, hanya truk tua berwarna merah milik Atticus yang ada di jalan masuk ketika mereka tiba pertama kalinya --namun Cutter yang terengah-engah pergi dengan mobilnya pagi itu. Bagaimana mungkin Cutter bisa kehabisan nafas mengejar pencuri jika selama ini ia mengendarai mobilnya" Jawabannya: ia sama sekali tidak mengejar pencuri!
Baiklah, satu hal sudah jelas: tidak diragukan lagi, Trio Detektif akan menemukan misteri lain untuk diselesaikan dan ketika itu terjadi, kalian dapat bertaruh bahwa hasilnya akan menakjubkan. Suatu taruhan yang dapat dimenangkan bahkan oleh Oscar Cutter sekalipun!
JOHN CROWE TAMAT tamat Kamar Rahasia 3 Rajawali Sakti Dari Langit Selatan Lanjutan Sin Tiauw Hiap Lu Karya Sin Long Kampung Setan 3
Pete memandang sekilas ke arah jam yang juga berfungsi sebagai barometer di dinding dan nampak cemas. "Wah, Jupe, sudah pukul enam lewat. Chief Reynolds mungkin telah pulang."
Namun kecemasan Pete tidaklah beralasan ketika kepala polisi itu mengangkat telepon pada deringan ketiga. Ia menjawab dengan tegas, "Reynolds."
"Selamat petang, sir. Ini Jupiter Jones. Bolehkah saya mengganggu Anda sebentar""
Terdengar desahan enggan di ujung saluran. "Aku tidak punya waktu, Jones," tukas kepala polisi itu. "Ada perampokan tadi di pompa bensin Save-U-More -- kini aku harus bekerja lembur untuk menyelesaikan laporan!"
"Perampokan"" secara naluriah Jupiter ingin tahu lebih lanjut. "Save-U-More yang di bagian timur atau barat""
"Sudahlah, Jones," geram kepala polisi itu. "Dengar. Mengapa kau tidak mencari kepala polisi lain untuk kau ganggu -- di Meksiko, misalnya."
Jupiter menutupi gagang telepon dengan telapak tangannya dan berbisik kepada Pete, "Ia sedang kesal. Aku harus cepat-cepat." Remaja gempal itu mengembalikan gagang telepon ke telinganya. "Sir, saya mengerti Anda sangat sibuk namun hal ini hanya perlu waktu sebentar." Ia menahan nafas, menunggu jawaban kepala polisi di ujung saluran. Akhirnya Chief Reynolds menyerah.
"Baiklah, Jones, apa maumu""
"Terima kasih, sir."
"Ya, ya, kembali," tukas kepala polisi itu, "jangan lama-lama. Dan jangan gunakan kata-kata sukar!"
"Ada nomor polisi yang perlu Anda usut, sir. Nomor Oregon DLH 555. Mobilnya sebuah Ford hitam. Menurut saya, sedan model baru dengan empat pintu. Nama pemiliknya mungkin adalah 'H. KANE'," Jupiter juga menyebutkan alamat apartemen kecil itu.
"Sudah" Hanya itu"" sindir kepala polisi itu. "Tidak sukakah kalian akan kegiatan anak-anak normal, seperti bermain bisbol" Atau berselancar" Dan apa yang kalian lakukan di Oregon""
"Ceritanya panjang, sir," Jupiter meyakinkan.
"Pasti. Baiklah. Perlu waktu satu atau dua hari untuk memperoleh data dari Departemen Transportasi Oregon. Bisa diterima, Jones" Apakah setelah ini aku perlu menelepon Presiden Amerika Serikat untukmu""
"Tidak, sir," Jupiter menyeringai. "Itu sudah cukup baik, sir."
Ia memberitahukan nomor telepon pamannya kepada Chief Reynolds dan memutuskan hubungan. "Wah
, nyaris." "Berapa lama"" tanya Pete.
"Katanya satu atau dua hari. Mulai besok kita punya satu minggu lagi, mudah-mudahan cukup untuk memecahkan kasus ini."
Bibi Mathilda memanggil dari dapur. "Jupiter! Pete! Bob! Ayo cuci tangan, waktunya makan!"
Mendengar nama Bob disebut, kedua anak itu teringat bahwa rekan mereka belum kembali juga. Mereka sedang melewati gudang belakang tempat Paman Atticus menyimpan pakaian selam antiknya dan peti Cakar Perunggu ketika Jupiter tiba-tiba berhenti dan meletakkan kedua belah telapak tangan di kepala.
"Benda itu hilang!"
"Maksudmu anak itu hilang," Pete membetulkan. "Di mana menurutmu Bob berada""
Jupiter berdiri dengan kedua tangan di kening dan menggeleng-geleng tanpa daya. "Bukan -- memang maksudku benda itu hilang! Lihatlah!" Ia menunjuk ke arah peti. Peti yang telah dipasangi gembok istimewa oleh Atticus. Peti yang pernah menyimpan Cakar Perunggu, yang kemudian dicuri dan dikembalikan lagi. Peti itu kini kosong, tutupnya pecah seolah-olah dihantam sebuah kapak dengan keras!
"Ada yang mencurinya lagi!" Pete tersentak.
"Aku tidak dapat mengerti," Jupe bergumam sambil memeriksa peti rusak itu. "Mengapa mencurinya, hanya untuk mengembalikannya, dan kemudian mencurinya lagi" Sama sekali tidak rasional." Ia berdiri dan berjalan ke pintu belakang, mendorongnya. Pintu itu terbuka dengan mudahnya.
"Kunci pintu ini telah dirusak juga," katanya muram. "Ada yang bersusah-payah hanya untuk mengambil cakar itu."
"Lagi," kata Pete mengingatkan. "Mungkin ada hubungannya dengan Bob yang tidak muncul untuk makan malam. Pasti ada sesuatu yang sungguh penting jika Data sampai melewatkan lobster dan kue keju!"
Jupiter mengangguk dan mencubiti bibirnya. "Sebaiknya kita lapor Paman Atticus," putusnya. "Lalu mulai mencari Bob, mungkin ia berada dalam bahaya."
Anak-anak dengan murung kembali ke dapur. Mereka benci untuk melewatkan makan malam istimewa itu namun Bob perlu bantuan. Jupiter melaporkan bahwa rumah telah dibobol sekali lagi dan Cakar Perunggu telah dicuri lagi. Suasana ceria di sekitar meja segera berubah.
"Di-dicuri," Paman Atticus tergagap-gagap. "Lagi""
Ia bangkit dari tempat duduknya dan menyerbu ke gudang. Ketika yang lain tiba di sana, Atticus Jones sedang berdiri di depan peti rusak itu sambil menariki kumis besarnya dan mengumpat-umpat ke arah langit-langit.
Bibi Mathilda tidak tahan lagi. Wanita itu masuk ke kamarnya, membuka koper, dan mulai berkemas-kemas, bibirnya terkatup rapat.
"Tempat ini tidak aman lagi!" jeritnya. "Aku mau kalian anak-anak berkemas dan mengambil kantung tidur kalian dari kapal! Aku takkan tinggal di sebuah rumah yang dimasuki pencuri sesuka hati mereka! Rumah ini tidak aman, dengar itu!"
Jupiter dan Paman Titus berusaha menenangkan wanita itu namun tatapan marah Bibi Mathilda membuat mereka menutup mulut sebelum sempat bersuara.
Atticus menunduk dengan muram. "Kurasa bibimu benar," katanya. "Terlalu berbahaya bagi kita untuk tinggal di sini sebelum orang gila ini tertangkap!"
Jupiter menggamit Paman Titus.
"Kurasa Paman sebaiknya membawa Bibi Mathilda ke penginapan terdekat."
"Dan apa rencanamu, Nak"" kata pamannya dengan bijak. "Permainan ini sudah terlalu berbahaya. Menurutku sudah saatnya polisi mengambil alih sekarang."
"Kami cemas akan Bob," Jupiter menjelaskan. "Ia belum kembali dari pengintaiannya di Seruling Belanda. Aku hendak meminta tolong Paman Atticus mengantarkan kami mencari anak itu. Jika kami tidak dapat menemukannya, maka tidak ada pilihan lagi selain menghubungi polisi."
Paman Titus menimbang-nimbang sesaat, kemudian menyetujuinya dan membantu istrinya memasukkan barang-barang mereka ke bak belakang truk. Sekali lagi ia memperingatkan Jupe agar benar-benar berhati-hati. "Sepertinya ada orang tidak waras di luar sana. Aku tidak ingin kalian anak-anak pergi sendirian!"
Jupiter berjanji bahwa ia dan Pete akan berusaha untuk tetap bersama Paman Atticus sepanjang waktu sementara mereka semua naik ke truk.
"Ke pameran Seruling Belanda," Jupiter memberi aba-aba. "Dan buka mata terhadap tanda tanya yang dibuat dengan kapur
hijau!" BAB XIII HANTU SI JANGGUT HITAM
Kaki Bob gemetar sementara ia berusaha mengimbangi mobil putih Oscar Cutter yang melaju menuju kota. Untuk kesepuluh kalinya anak itu berpikir, seandainya ia mengendarai sepeda gunungnya yang bergigi lima, yang diperolehnya sebagai hadiah Natal tahun lalu, membuntuti tersangka jauh lebih mudah dengannya. Paling tidak di Rocky Beach Trio Detektif bisa memanfaatkan layanan Worthington!
Worthington adalah supir berkebangsaan Inggris yang mengemudikan Rolls Royce mewah, yang dimenangkan Jupiter dalam sebuah kontes. Berkat kebaikan hati seorang klien yang sangat berterima kasih, Trio Detektif bisa menggunakan mobil mewah itu tanpa batas dan Worthington telah menjadi seorang sahabat sekaligus 'Penyelidik Keempat tidak resmi.'
Namun hari ini Worthington berada ratusan mil jauhnya dan Bob sendirian, mengayuh sepeda antik Atticus Jones!
Remaja berambut pirang itu menghembuskan nafas lega dan mulai memperlambat kayuhannya ketika melihat mobil kecil Cutter berbelok masuk ke jalan raya. Berhati-hati, Bob menjaga jarak satu blok di belakang peneliti itu. Ia terheran-heran melihat Cutter membelokkan mobil ke dalam sebuah lorong sempit di belakang deretan toko yang pernah dimasukinya dan Pete ketika melarikan diri. Bob memarkir sepeda tuanya di tempat parkir terdekat dan mengintip di sudut jalan.
Cutter sedang berdiri di depan pintu belakang markas Perompak Baru dari Barat -- dan ia menggenggam pistol yang belum lama diambilnya dari dasar laut! Bob mengamati dan kemudian mengendap-endap mendekat untuk dapat melihat lebih jelas. Apa yang dilakukan seorang peneliti kapal karam di tempat orang-orang yang memprotes dan mengancamnya" Bob sempat berpikir bahwa penyelam itu mungkin hendak menjual pistol itu kepada Perompak Baru sebagai tambahan koleksi museum mereka. Namun kemudian ia teringat akan perkataan Jupe bahwa semua yang dipamerkan adalah imitasi belaka -- lagipula, segala sesuatu yang ditemukan Cutter tentu menjadi milik universitas yang membiayai penelitiannya.
Tak lama kemudian pintu terbuka dan Cutter tanpa bersuara disilakan masuk ke dalam pos pemadam kebakaran yang gelap. Bob menggigiti kukunya dengan gelisah. Apa yang harus dilakukannya" Anak yang bertanggung jawab akan Catatan dan Riset tidak ingin terpisah dari teman-temannya jika ia memutuskan untuk membuntuti Cutter ke dalam.
Pete melakukan hal itu dalam kasus sebelumnya di Inggris, Misteri Warisan Hitchcock, dan hasilnya ia terkurung di ruang penyimpan anggur sepanjang hari! Bob tidak ingin mengulangi kesalahan temannya.
Dengan muram Bob memikirkan segala alat yang dirancang Jupiter untuk menangani kasus seperti ini. Sungguh akan berguna alat-alat itu baginya sekarang! Ia sedikit kesal terhadap Jupe yang hanya membawa kapur khusus mereka namun sadar bahwa ia sendiri patut disalahkan. Ia seharusnya tahu bahwa suatu liburan pun dapat berubah menjadi bahaya jika ada Jupiter Jones!
Bob memutuskan bahwa ia harus puas dengan kapur untuk saat ini. Ia membuat sebuah tanda tanya besar berwarna hijau di dinding dan beberapa lagi sementara ia mendekati pintu belakang markas Perompak Baru. Ketika ia telah mencapai pintu yang tadi dimasuki Cutter, ia berlutut dan menggambar satu lagi tanda tanya dan tanda panah di lantai. Sambil menarik nafas panjang dan mengumpulkan segenap keberaniannya, Bob memasuki bagian dalam yang gelap.
Hidungnya segera mencium bau cat basah dan serbuk gergaji. Ruangan lembab itu hanya diterangi oleh cahaya matahari yang masuk melalui jendela kaca berwarna yang menghadap jalan raya. Bob membiarkan matanya terbiasa dengan keremangan ruangan itu selama beberapa saat, lalu berjingkat-jingkat maju.
Brak! Ia menabrak sebuah kuda-kuda gergaji dengan gergaji di atasnya. Bunyi yang ditimbulkan terasa sungguh kencang memecah kesunyian bangunan besar itu. Bob mengumpat tertahan, mengatupkan gigi, dan mendengarkan. Setelah beberapa menit di dalam kesunyian, yakin akan tertangkap basah dengan senter yang disorotkan ke arahnya, Bob melanjutkan langkahnya ke bagian depan ruangan.
Melihat turis-turis di luar jendela besar
itu membuat perasaan Bob sedikit lebih baik. Ia tahu kalau ada bahaya, paling tidak ia akan dapat menggedor kaca jendela dan berteriak minta tolong -- bahkan memecahkannya kalau terpaksa!
Ia mengendap-endap di lantai bawah, mencari petunjuk, dan ketika merasa lebih percaya diri, mulai menaiki tangga menuju ke lantai dua. Cutter pastilah ada di sana!
Setelah tiba di atas kepercayaan diri Bob luntur. Hanya ada beberapa jendela kecil di ruangan besar itu dan secercah cahaya matahari yang masuk hanya menimbulkan bayang-bayang menyeramkan. Ia menggambar satu lagi tanda tanya di anak tangga teratas.
Bob menelan ludah dan kembali maju dengan tangan terentang ke depan bagaikan antena, berjaga-jaga kalau-kalau ada lagi kuda-kuda gergaji di depannya. Tiba-tiba tangannya menyentuh sesuatu yang membuatnya tersentak penuh keringat dingin. Rasanya seperti tangan manusia -- namun dingin, bagaikan tangan mayat!
Bob berteriak tertahan dan menarik tangannya penuh kengerian. Lalu, berkat cahaya lemah yang menerobos masuk, ia melihat benda yang disentuhnya.
Itu hanyalah patung lilin William Evans -- yang lebih dikenal oleh Bob sebagai Perompak Ungu. Dengan matanya yang mulai terbiasa dengan cahaya remang-remang Bob dapat melihat bahwa ada beberapa patung lilin yang tersebar di ruangan besar itu. Hal ini tidak membuatnya merasa lebih baik. Matanya menatap patung-patung itu satu per satu -- begitu ia mengalihkan tatapan ke patung yang lain, patung yang sebelumnya seolah-olah bergerak sedikit. Begitu ia menatap yang lain lagi, patung yang pertama seolah-olah siap menghantamnya.
Sambil menggigiti kuku-kukunya lagi Bob memaksa diri meneruskan pencariannya terhadap Kapten Cutter. Ketika penyelidik bertubuh kecil itu telah tiba di dinding seberang museum itu tanpa menemukan tanda-tanda si penyelam, ia menghembuskan nafas lega. Ia nyaris gembira karena tidak menemukannya. Satu-satunya yang ingin ia lakukan adalah kabur dari ruangan seram ini! Bob memutuskan bahwa cukup sudah penyelidikan yang dilakukannya untuk hari itu dan ia ingin pulang dan berpesta lobster untuk makan malam.
Setelah mengambil keputusan itu, Bob mulai berjalan dengan cepat namun tanpa suara, melintasi ruangan, menuju ke tangga.
"Aaaahhhhhhhhhh!"
Sekonyong-konyong ketakutan terbesarnya menjadi kenyataan. Ketika ia berjalan melewati patung William Teach, lebih terkenal sebagai Si Janggut Hitam, sosok tinggi itu menggeram marah dan melompat turun dari landasan tempatnya berdiri!
Anak bertubuh kecil itu menjerit kencang penuh ketakutan dan terhuyung ke belakang, menimpa sebuah benda pameran, dan menjatuhkannya ke lantai dengan suara keras! Bob berlari melintasi ruangan sambil dilanda kengerian, otaknya berusaha memerintahkan kakinya agar bergerak --dan bergerak dengan cepat! Si Janggut Hitam mendesis sambil mendekati Bob, sepatu larsnya berdencing di lantai sementara ia semakin mendekat. Salah satu matanya tertutup kain dan yang lain menatap dengan tidak waras. Janggut Hitam mencabut sebilah belati panjang dari sabuknya.
"Ini yang kami lakukan terhadap para pencuri!" ia meringis bengis, menggerakkan jari seolah-olah memotong lehernya.
Bob menelan ludah dan menghambur ke tangga. Baru dua anak tangga dilewatinya ketika sebuah jala nelayan yang besar menyelubunginya dan membuatnya terjatuh ke lantai. Ia menendang-nendang jala itu dengan liar namun hal itu hanya membuatnya semakin erat terjerat.
Si Janggut Hitam berdiri di depannya dan mengejek. "Mungkin aku harus membiarkanmu hidup sebagai umpan! Aku ingin tahu apa yang bisa kutangkap dengan anak yang suka ikut campur sebagai umpan di kailku!" Perompak itu mencibir, meraih ujung-ujung jala, dan menyeret Bob di lantai.
"Mudah-mudahan kau telah memberi ciuman selamat tinggal kepada ibu dan ayahmu, Teman," katanya bengis, "karena yang akan kau temui berikutnya adalah Setan Laut! Ha ha ha!"
BAB XIV BOB DALAM BAHAYA! Setelah Jupiter dan Pete memanjat naik ke dalam kabin truk Paman Atticus, Jupe meminta pamannya pergi ke pameran Seruling Belanda. "Di sanalah Data seharusnya berada. Jika ia mendapat kesulitan, mungkin ia
meninggalkan petunjuk bagi kita di sana."
Matahari mulai menghilang di bawah kaki langit dan langit berona campuran biru, jingga, dan ungu. Sementara pamannya mengemudikan kendaraan tua itu sepanjang jalan pantai, Jupiter menyaksikan kabut bergumpal-gumpal di atas ombak yang memecah di pantai. Ia mencubiti bibirnya, cemas akan bahaya yang mungkin mengancam Bob.
*** Ketika Bob Andrews diseret menuruni tangga di bekas pos pemadam kebakaran, ia berhasil mengeluarkan kapur hijau dari saku depan celananya. Dalam kegelapan yang mencekam Si Janggut Hitam tidak dapat melihat garis hijau panjang yang ditinggalkan Bob di lantai sementara ia diseret ke pintu belakang yang beberapa saat lalu dimasuki Cutter.
Bajak laut itu menoleh dan menatap Bob dengan matanya yang tidak tertutup sambil mengikat pergelangan tangan dan kaki anak itu dengan pita perekat barang. "Kau harus tutup mulut kalau kau ingin tetap sehat. Siapa tahu aku akan menjadikanmu budak dan tidak melemparkanmu ke ikan-ikan hiu!"
Bob menelan ludah dan mengangguk ke arah bajak laut itu. Ketika potongan pita perekat yang tebal direkatkan di mulutnya, anak bertubuh kecil itu tiba-tiba menyadari bahwa dalam dua kesempatan Trio Detektif melihat Connie Bly, orang itu selalu mengenakan penutup mata. Dugaan Bob tentang identitas asli perompak itu terbukti benar ketika Si Janggut Hitam mengangkat Bob dalam jalanya dan melemparkannya ke bagian belakang sebuah mobil kecil berwarna putih, menutupkan selimut tebal di atasnya. Jadi Connie Bly ada di balik semua ini!
Tidak sulit bagi Bob untuk membayangkan perompak itu terlibat dalam suatu kejahatan. Ia menduga Bly adalah seorang pencuri profesional yang disewa oleh seseorang yang berminat akan bajak laut atau kapal karam.
Sementara mobil kecil itu berjalan, Bob meraba-raba lantai di sekitarnya dengan jari"jarinya, mencari-cari sesuatu yang dapat digunakan untuk memotong pita perekat di pergelangan tangan dan kakinya. Jemarinya menyentuh sesuatu yang keras dan dingin. Setelah meraba-raba permukaan yang kasar dengan jarinya, Bob tiba-tiba menyadari benda yang disentuhnya --Cakar Perunggu! Hatinya melonjak namun hanya untuk sesaat. Cakar itu tidak berguna untuk membebaskan tangan dan kakinya. Ia melanjutkan mencari-cari. Tangannya meraba beberapa lembar kertas dan secara naluriah memasukkannya ke dalam saku, bisa jadi kertas-kertas itu berisi nama atau alamat orang yang mempekerjakan Bly!
Ketika pencariannya sia-sia, Bob menggambar sebuah tanda tanya kasar di lantai dengan kapurnya, lalu menyibukkan diri dengan berusaha menyingkirkan selimut di atasnya, cukup untuk memungkinkannya melihat keluar melalui kaca belakang.
Baru saja ia berhasil, mobil itu berhenti. Melalui kaca yang gelap Bob dapat melihat tiang layar kapal yang menjulang tinggi dengan matahari terbenam di latar belakangnya. Bly telah membawahnya ke Seruling Belanda! Tapi mengapa"
Kemudian Bob mendengar pintu mobil ditutup dan kesunyian yang cukup lama. Sepuluh menit berlalu. Ia mulai berpikir bahwa Bly telah meninggalkannya ketika bajak laut besar itu kembali dan membuka pintu belakang.
Bajak laut itu mendesis tajam di telinga Bob. "Jangan bergerak sedikit pun --jangan bersuara atau kau akan menjadi umpan ikan hiu! Anggukkan kepalamu jika mengerti."
Bob mengangguk. "Bagus. Ingat, jangan bersuara sedikit pun."
Perompak itu membungkus Bob dengan selimut, mengangkatnya, dan memanggulnya. Kini Bob dapat mencium bau air laut yang asin dan mendengar deburan ombak. Ia terlonjak-lonjak sementara Bly berjalan cepat menuju pintu masuk kapal. Bob berusaha mengingat-ingat tata letak kapal besar itu dan segera menduga bahwa ia sedang dibawa ke bawah geladak.
Bly berhenti mendadak dan Bob mendengar sebuah pintu dibuka. Pencuri itu menjatuhkannya bagaikan sekantung kentang ke atas sebuah ranjang dan menyingkirkan selimut dan jala.
"Jangan macam-macam," geramnya. "Kau tahu apa yang akan terjadi..." ejeknya, menggerakkan jari di depan leher lagi.
Bob mengangguk sekali lagi, lalu, setelah Bly pergi, menggunakan jari-jarinya untuk melepaskan pita perekat di mulutnya, menimbul
kan rasa nyeri. Pada saat itu Bob teringat akan pisaunya. Tentu saja! Ia ingin menendang dirinya sendiri! Ia tidak pernah pergi ke mana pun tanpa pisau lipatnya. Ia begitu panik sehingga melupakan pisau itu!
Bob menggerakkan tangannya yang terikat ke saku depannya. Ia bersyukur Bly tidak repot-repot menggeledahnya. Jari-jarinya menyentuh pisau kecil itu. Pisau itu terlepas dari tangannya yang berkeringat. Dengan berkonsentrasi penuh Bob meraih ke dalam sakunya dan akhirnya berhasil mengeluarkan pisau itu. Dengan ujung-ujung jarinya anak bertubuh kecil itu membuka mata pisau dan dengan hati-hati mulai memotong pita perekat yang mengikat tangannya.
Setelah beberapa menit tangannya bebas. Dengan cepat ia memotong ikatan pergelangan kakinya, lalu mengamati sekeliling. Ia dikurung di sebuah kabin penumpang di lantai bawah kapal. Hanya ada sebuah pintu dan tidak ada jendela kecuali jendela bundar di pintu.
Bob memeriksa pintu itu. Engsel-engselnya terlalu besar untuk dicongkel dengan pisau lipat kecilnya -- namun jendela bundarnya nampak cukup besar bagi seorang anak bertubuh kecil untuk menyusup keluar! Dengan menggunakan mata pisau petugas Catatan dan Riset mulai mencopoti baut-baut jendela.
Pekerjaan itu memakan waktu lama. Keringat menetes dari keningnya sementara ia dengan penuh semangat mulai membuka baut terakhir. Sekonyong-konyong ia mendengar suara! Siapa lawan bicara Bly" Oscar Cutter" Apakah mereka bekerja sama" Ataukah itu Pria Berpakaian Hitam -- atau Gaspar St. Vincent"
Bob menempelkan daun telinganya ke kaca, berusaha mendengar perkataan mereka. Tidak ada gunanya, mereka terlalu jauh. Kemudian ia mendengar langkah-langkah kaki mendekat. Bob melemparkan dirinya ke ranjang, menjatuhkan kapur dan pisaunya ke dalam saku, dan menempelkan potongan pita perekat kembali di mulut, tangan, dan kakinya.
Ia hanya dapat berharap Bly tidak menyadari bahwa baut-baut di jendela telah dicopot dan ikatannya telah dipotong! Perompak berwajah bengis itu masuk ke ruangan dan mengangkat Bob di bahunya. "Layanan kamar," ejeknya. "Saatnya memindahkanmu ke tempat baru. Tidak sebesar ini namun ingat, jika kau berkelakuan baik, kau mungkin bisa hidup cukup lama untuk bercerita tentang semua ini!"
BAB XV JANGAN COBA-COBA! "Lihat! Di atas kapal!" teriak Pete.
Jupiter dan Atticus memandang melalui kaca truk tua sementara Atticus menghentikannya di lapangan parkir kosong di depan Seruling Belanda.
"Aku tidak melihat apa-apa, Dua."
"Apa yang kau lihat, Nak""
"Aku berani bersumpah aku tadi melihat seseorang di atas kapal!" Pete berseru seraya melompat keluar truk. "Ayo! Mungkin itu Bob!"
Atticus dan Jupiter segera mengikutinya. Ketika mereka tiba di kapal besar itu, Pete berkata tertahan, "Aku berani bersumpah..."
Seruling Belanda menjulang dingin dan diam di kegelapan malam. Kabut yang beberapa saat lalu hanya sekitar 30 cm di atas permukaan laut kini mulai merambat naik dan menyelubungi kapal. Jembatan untuk naik ke kapal dinaikkan dan terdapat tanda di haluan kapal: "TUTUP." Dan di bawahnya terdapat tulisan: "Terima kasih, Anchor Bay! Seruling Belanda Akan Berlayar Pukul 8:30 Pagi."
Satu-satunya kegiatan yang terlihat hanyalah toko pancing kecil sekitar lima puluh meter dari mereka yang sedang ditutup. Sebuah mobil kecil berwarna putih terparkir di sampingnya. Seorang gadis mematikan lampu-lampu, mengunci pintu, dan kemudian pergi menaiki sepeda. Mereka kini sendirian.
Ombak memukul-mukul lambung kapal dan bunyi sosok kayu raksasa itu menimbulkan rasa seram tatkala digabungkan dengan kabut yang tebal. Pete memandang berkeliling dengan gelisah. "Mungkin aku hanya berkhayal," bisiknya. Ia tidak tahu mengapa ia berbisik, seolah-olah sudah sepantasnya dalam suasana menegangkan itu.
"Lihat ini," desis Jupiter. Pete dan Paman Atticus bergegas mendatangi tempat anak gempal itu berdiri. Ia menuding ke trotoar.
Terdapat sebuah tanda tanya besar yang digambar dengan kapur hijau di trotoar.
"Jadi Bob tadi ada di sini," Atticus mendesah. "Kita harus memeriksa kapal itu. Besok akan sudah terlambat seandainya ia disekap di dalamnya!"
Jupiter mengangguk dengan muram dan menatap Pete. "Kau tahu apa yang harus dilakukan, Dua."
Pete menelan ludah dan memandang ke atas ke arah kapal besar itu. Tambang setebal 10 cm menghubungkan sisi kapal dengan suatu gelang besi di dermaga. Pete meminta Jupe menjaga tali itu agar tidak bergoyang-goyang, lalu meludah ke kedua telapak tangannya.
Bagaikan seorang pemain akrobat sirkus, remaja atletis itu meraih tali dan mengaitkan kedua kakinya di belakang. Tanpa suara Pete bergantung di tali raksasa itu dan beringsut maju hingga mencapai sisi geladak terbawah. Sambil bergantung dengan kedua tangannya Pete memeriksa geladak, berjaga-jaga akan gerakan yang mencurigakan. Merasa aman, ia mengayunkan kakinya ke atas dan memanjat.
Matahari benar-benar menghilang ke bawah kaki langit ketika Pete menurunkan jembatan kapal. Jupiter dan Atticus bergegas menaiki kapal. Lampu-lampu jalan di sepanjang dermaga mendengung dan satu per satu menyala, memberikan cahaya yang cukup bagi para pencari itu.
Ketika mereka telah memeriksa geladak, Atticus menyuruh Pete mengambil senter di truknya.
"Aku tidak mau turun tanpa lampu," bisiknya gelisah.
Setelah Pete kembali dengan senter, mereka menuruni anak tangga menuju ke lantai bawah. "Seandainya aku juga membawa pemukul bisbolku!" kata Atticus. "Sepertinya ini adalah..."
"Sebuah perangkap"" suatu suara kasar memotongnya. Mereka bertiga menudungi mata dengan tangan ketika cahaya kuat sebuah senter besar menerpa.
"Aku punya pistol," kata suara itu, "jadi jangan coba-coba lari. Angkat tangan dan teruslah turun. Jangan coba-coba!"
"Lakukan perintahnya, Anak-anak," kata Atticus. Mereka berbaris dalam kegelapan lantai bawah. "Kami tidak ingin masalah, kami hanya mencari seorang teman," kata Atticus.
"Diam!" bentak suara di belakang senter. "Masuk!" Ketiganya didorong masuk ke dalam sebuah ruangan besar dengan langit-langit sangat rendah. Beberapa jendela bundar terdapat di dinding. Lampu-lampu jalan di luar memberikan cukup penerangan untuk saling melihat. Jupiter mengingat-ingat tur yang dipimpin Cutter dan menduga bahwa mereka sekarang berada di dalam ruangan kapten.
"Jupe! Lihat!" seru Pete.
Di sudut ruangan duduklah Oscar Cutter --pergelangan tangan dan kakinya terikat oleh tali! Peneliti itu duduk dengan mata terbelalak dan penuh ketakutan. Mereka bertiga didorong ke tempat Cutter dan diperintahkan untuk duduk.
"Aku-aku hendak menelepon dan mem-memperingatkanmu," penyelam itu tergagap, "namun penjahat ini memukulku! Aku sungguh ketakutan!"
"Diam!" suara itu membentak. "Kecuali kalau kau ingin dipukul lagi!"
Dengan cahaya lampu-lampu jalanan yang masuk Jupiter dapat melihat bahwa suara di belakang senter itu adalah Connie Bly. Perompak itu mengambil beberapa utas tali. Ia melemparkan tali-tali itu kepada Jupiter.
"Ikat teman-temanmu. Jangan ada simpul pura-pura, Gendut --aku akan mengikatmu terakhir dan memeriksa pekerjaanmu!"
Jupiter melakukan seperti yang disuruh dan kemudian membiarkan Bly mengikat tangan dan kakinya.
"Apa yang akan kau lakukan terhadap kami"" tanya Atticus. "Apa pun itu," gertaknya, "kau tidak akan dapat kabur. Polisi sedang menuju ke sini!"
Bly menatap Atticus dengan bengis, matanya yang sehat bersinar di dalam cahaya lampu. "Kuberi tahu apa yang akan kulakukan, Pak Tua. Aku akan menyuruh kalian berjalan di atas papan, seperti yang telah kulakukan dengan detektif kecil tadi! Sekarang diam. Ingat, aku punya pistol," ancamnya, kemudian keluar.
Ketika perompak itu telah lenyap, Pete menoleh ke arah Jupiter. "Kau dengar yang dikatakannya tentang Bob"" tanyanya.
"Aku yakin ia hanya menggertak," jawab Jupiter, berusaha terdengar percaya diri sementara ia mempelajari simpul yang mengikat pergelangan tangannya.
"Jupiter benar," Atticus setuju, "ia hanyalah pencuri kelas teri, bukan seorang pembunuh."
"Aku tidak terlalu yakin," erang Oscar Cutter. "Lebih baik kita ikuti kemauannya, sehingga kita tidak perlu tahu!"
Bahkan dengan tangan terikat Jupe masih dapat mencubiti bibir bawahnya dengan penuh konsentrasi. "Aku sedang berpikir..." Ia berhenti dengan tiba-ti
ba, raut wajahnya yang bulat berubah aneh, nampak puas. Di luar terdengar bunyi pintu mobil ditutup.
"Berpikir apa, Pertama"" Pete berteriak. "Tolong katakan bahwa kau punya rencana!"
Namun Jupiter tetap diam sementara suara langkah-langkah kaki terdengar mendekati ruangan kapten. Connie Bly masuk ke kabin dan menyeringai buas, matanya yang sehat berbinar-binar. Ia mendapati Jupiter dan menarik kemeja anak itu dengan kasar.
"Baiklah, Gendut, bagaimana jika kau dan aku berjalan-jalan --di atas papan pendek yang menuju ke laut!" Ia tertawa terbahak-bahak dan mulai menyeret Jupiter di sepanjang lantai.
Sekonyong-konyong semua lampu menyala, selama beberapa saat membutakan semua orang di dalam ruangan.
"Jangan ada yang bergerak!" suatu suara tegas berseru dari ambang pintu. Jupiter berlutut dan tersentak. Ia berpaling dengan cepat ke arah Pete dan Atticus, yang juga menatap ke arah pintu dan ternganga. Pria Berpakaian Hitam! Dan ia menggenggam sepucuk pistol!
BAB XVI KEDOK PRIA BERPAKAIAN HITAM TERUNGKAP
"Jangan bergerak!" ancam Pria Berpakaian Hitam. "Pistolku asli, Bly, tidak seperti milikmu -- jadi dengar baik-baik!"
Penjahat berkostum Si Janggut Hitam itu menjatuhkan pistolnya dan perlahan mengangkat tangan. "Siapa kau"" perompak itu menukas, "dan bagaimana kau tahu namaku""
Dengan lampu-lampu menyala Jupe kini dapat melihat bahwa pistol Connie Bly adalah sebuah blunderbuss --sangat mungkin berasal dari museum Perompak Baru. Kemudian ia memandang Pria Berpakaian Hitam. Pria misterius itu memiliki rahang yang kokoh serta mata yang dingin dan tajam. Sebuah bekas luka yang seram menghiasi pipi kanannya.
Di kejauhan mereka mendengar raungan sirene polisi yang mendekat.
Bly menatap Oscar Cutter dan Pria Berpakaian Hitam dengan putus asa. "Mari kita membuat perjanjian," katanya cepat-cepat. "Bukan aku yang kau inginkan," serunya, menunjuk ke arah Cutter. "Dialah yang kau kejar! Semua ini idenya!"
"Apa"" teriak Cutter, wajahnya penuh kemarahan. "Aku" Orang ini mengigau! Seumur hidupku aku belum pernah bertemu dengannya!"
Jupiter mengikuti percakapan itu dengan penuh minat, kemudian mengangguk ke arah Pria Berpakaian Hitam.
"Aku tahu siapa dia," Penyelidik Pertama berkata riang. Paman Atticus dan Pete menatap Jupiter, terbengong-bengong.
"Kau tahu"" mereka berseru serempak. Jupiter mengangguk dengan puas dan berpaling ke arah lelaki bertopi hitam itu.
"Jika aku tidak salah, dia adalah seorang detektif."
Pria Berpakaian Hitam berdiri diam. Pete menatapnya, kemudian Jupiter, kemudian kembali Pria Berpakaian Hitam. Ia tahu dugaan Jupe biasanya tepat -- namun seringkali Pete tidak dapat mengikuti jalan pikiran rekannya itu.
"Dan bagaimana kau tahu itu, Pertama"" Masih dalam keadaan terikat, Jupiter berhasil duduk di samping Pete.
"Karena polisi ada di luar dan ia tidak berusaha lari. Berarti dia bukan penjahat. Dia punya pistol namun tidak berusaha menangkap Bly. Berarti dia bukan polisi. Karena banyak detektif yang memiliki izin membawa senjata api, kuduga ia adalah detektif swasta."
Pria Berpakaian Hitam menggangguk. "Anak pintar," katanya. "Ia benar, aku seorang detektif swasta. Namaku Seth Cooley dan aku..."
Cooley menurunkan kewaspadaannya sesaat dan Bly beraksi. Sambil menggeram ia berlari melewati detektif itu, membuatnya terhuyung. Pistolnya meletus ke langit-langit. Bly berlari menaiki tangga menuju ke geladak. Mereka mendengar teriakan terkejut dari atas, diikuti oleh suara ceburan.
Cooley bangkit perlahan-lahan dan mengibaskan debu di pakaiannya.
"Ia takkan lari jauh-jauh," tukasnya, nampak agak malu karena lengah. "Tempat ini telah dipenuhi polisi!" Detektif swasta itu menggeleng kesal dan mulai melepaskan ikatan Jupiter.
"Sudah berapa lama Anda membuntuti Mr. Bly"" Pete bertanya kepada detektif swasta itu. Ia mengangguk ke arah Oscar Cutter. "Kapten Cutter menyangka Anda tukang pukul dari Perompak Baru!"
"Yang diselidikinya bukanlah Connie Bly," ujar Jupe tiba-tiba. Sesaat suasana sunyi senyap di dalam ruangan kapten sementara semua orang, termasuk Seth Cooley, menatap Jupiter dengan kaget.
"Bu kan"" Paman Atticus berkedip kebingungan. "Lalu siapa, Nak""
Jupiter mengangguk ke arah detektif itu. "Mungkin tidak etis bagi Mr. Cooley untuk menyebutkan nama kliennya namun saya menduga ia disewa oleh universitas. Begini, Kapten Cutter adalah penjahat yang sebenarnya. Saya yakin jika Anda menggeledah kapal ini atau mungkin apartemennya di Lyndale Lane, Anda akan menemukan Cakar Perunggu -- dan juga Bob!"
Wajah Cutter nampak penuh kemarahan. "Aku tidak percaya telingaku!" ia meledak. "Aku duduk di sini, terikat, tawanan, dan dituduh juga"" Penyelam itu menatap Jupiter dengan marah. "Anak muda, seharusnya kau berpikir dua kali sebelum melemparkan tuduhanmu itu! Aku sudah lama bersahabat dengan pamanmu --kini kuminta kau melepaskan ikatanku dan..."
"Anak ini benar," Cooley memotongnya, nadanya datar saja. "Aku tidak tahu bagaimana ia bisa tahu namun ia benar."
Cooley memasukkan pistolnya ke sarung yang tersembunyi di balik jaketnya, lalu melepaskan ikatan Pete dan Atticus. Ketika semuanya telah bebas, mereka menatap Oscar Cutter.
Cutter memandang paman Jupe. "Atticus, jangan percaya! Konyol sekali! Cepat, lepaskan tali ini sehingga kita dapat menangkap Bly!"
Tepat pada saat itu Paman Titus dan Bibi Mathilda menyerbu masuk ke dalam kabin, diikuti oleh beberapa petugas polisi. Mereka menatap Oscar Cutter yang terikat, lalu Jupiter.
"Tolong! Polisi!" Cutter berteriak. "Orang-orang gila ini... Lepaskan ikatanku cepat! Namun hati-hati terhadap mereka -- mereka gila!"
Polisi yang menjadi pemimpin memandang Seth Cooley dengan ragu-ragu. "Saya Kapten Blake. Andakah yang memanggil kami"" Polisi itu menatap pemandangan di depannya sekilas dan kemudian menanggalkan topinya untuk menggaruk kepala. "Anda mau menjelaskan apa yang terjadi di sini""
"Mengapa Kapten Cutter terikat, Jupiter Jones"" Bibi Mathilda menuntut jawaban.
"Kalian menemukan Bob"" Paman Titus bertanya sebelum Jupiter dapat membuka mulut untuk menjawab pertanyaan yang pertama.
Jupiter berpaling ke arah Cutter. "Maukah Anda memberi tahu kami di mana kami dapat menemukan rekan kami dan Cakar Perunggu" Atau kami terpaksa menggeledah kapal ini""
Keringat membasahi hidung Cutter. "Geledah kapal ini!" ia mengangkat bahu. "Geledah apartemenku. Aku tidak menyembunyikan apa-apa. Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan! Aku diikat oleh Connie Bly sepertimu. Nantinya akan terbukti bahwa tidak ada orang lain di kapal ini dan aku tidak bersalah. Silakan, geledahlah!"
Kapten Blake menyerukan aba-aba kepada anak buahnya. "Periksa kapal ini dari atas hingga bawah." Setelah ketiga petugas polisi itu pergi, ia menoleh kepada Seth Cooley. "Sebaiknya Anda mulai menjelaskan apa yang sedang terjadi di sini!"
Jupiter berdiri tegap dan tersenyum ke arah Oscar Cutter.
"Saya berpikir tentang perkataan Kapten Cutter tadi. Ia mengaku telah diikat oleh Connie Bly." Jupiter menggelengkan kepala dengan dramatis. "Sebenarnya, Kapten, tali di tangan dan kaki Andalah yang membuktikan sebaliknya!"
Semua orang di kabin kapten menatap ikatan Cutter.
"Apa maksudmu, Pertama"" tanya Pete. "Ia sudah terikat ketika kita tiba di sini."
"Tepat sekali," kata Jupiter. "Dan jika kau ingat, Bly menyuruhku mengikatmu dan Paman Atticus, kemudian ia mengikatku. Saat itulah aku memperhatikan simpulnya."
"Simpulnya"" Bibi Mathilda mengulangi. "Hentikan dramatisasimu, Jupiter Jones, dan katakan apa yang kau lihat!"
Jupiter tidak mengacuhkan interupsi itu. "Jika Bly memang mengikat Mr. Cutter, maka simpul di talinya tentulah akan sama dengan yang ada di taliku. Namun tidaklah demikian! Bly mengikatku dengan simpul biasa, simpul sehari-sehari yang bisa dibuat semua orang. Namun ketika mengamati ikatan Mr. Cutter, aku melihat bahwa tangannya diikat sepertiku namun kakinya diikat dengan simpul jangkar. Simpul jangkar, sebagaimana Paman Atticus dapat memastikan, adalah simpul yang sering digunakan oleh pelaut dan penyelam. Aku mulai bertanya-tanya, mengapa Bly harus mengikat tangan dan kakinya berbeda" Jawabannya adalah... bukan dia yang mengikatnya! Cutter mengikat kakinya sendiri, mungkin sekali ketik
a ia melihat Pete dan aku datang bersama Paman Atticus. Kemudian ia menyuruh Bly mengikat tangannya sehingga kita berpikir bahwa Bly telah menyergap dan menawannya di sini!"
"Tapi mengapa, Jupiter"" desak Atticus. "Mengapa segala permainan ini" Sejujurnya, aku masih merasa hal ini sulit dipercaya!"
Oscar Cutter mengangguk-angguk dengan penuh semangat. "Anda lihat, Kapten" Tidak masuk akal. Bly yang harus Anda tangkap! Andalah pemimpin di sini -- lepaskan saya!"
Selama percakapan itu Seth Cooley berdiri diam di dekat pintu. Jupiter memandangnya. "Anda membingungkan kami ketika rekan-rekan saya memergoki Anda di kapal Paman Atticus. Kami beranggapan bahwa Andalah si pencuri. Saya rasa saya bisa menduga apa yang sedang Anda lakukan." Jupiter menarik nafas panjang sebelum melanjutkan.
"Dalam penyelidikan atas Kapten Cutter, Anda membuntutinya atau Bly ke rumah paman saya. Di sana mereka masuk ke rumah atau Pembalasan Ratu Anne atau keduanya. Rumah kosong dan Anda tidak menyangka akan ada yang pulang segera. Namun kedatangan Pete dan Bob mengejutkan Anda. Bukannya menjelaskan bahwa Anda adalah seorang detektif, Anda berusaha bersembunyi di kapal hingga teman-teman saya meninggalkan dermaga. Tapi Anda menjatuhkan sesuatu dan terpergok."
Seth Cooley mengangguk, kagum akan Jupe. "Tepat itulah yang terjadi. Aku mengikuti Bly ke rumah pamanmu. Cutter menyuruh Bly mengerjakan segala pekerjaan kotornya."
Semuanya menatap Oscar Cutter. Peneliti itu nampak keras kepala. "Aku tidak akan berkata apa-apa hingga bertemu dengan pengacaraku --dan setelah itu kalian semua akan mendapat masalah!"
"Aku tidak mengerti," kata Pete. "Mengapa Cutter bekerja sama dengan salah seorang Perompak Baru" Bukankah mereka bermusuhan""
"Kurasa aku bisa menjawab itu juga," Jupiter berkata penuh kemenangan. "Ingat semua terbitan mengenai pacuan di apartemen Lyndale Lane" Kuduga Kapten Cutter adalah seorang penjudi. Ia suka berjudi atas pacuan kuda dan anjing. Bahkan ia begitu sukanya hingga kehilangan semua uangnya. Namun ia tidak berhenti di sana, melainkan mempertaruhkan semua dana riset yang telah diberikan oleh universitas di Portland!"
Seth Cooley mengangguk setuju. "Dan itu belum cukup juga," tambah detektif itu. "Berdasarkan yang kulihat, Cutter sepertinya menderita ketergantungan sehingga ia tidak dapat berhenti berjudi, bahkan setelah ia tidak punya uang lagi untuk dipertaruhkan. Satu-satunya kesimpulan yang logis adalah meminjam dari seorang lintah darat atau bandarnya sebagai usaha terakhir untuk memenangkan kembali semua uang yang telah hilang."
Oscar Cutter duduk di sudut ruangan dengan wajah memelas. "Apa itu bandar"" tanya Pete.
"Bandar," Cooley menjelaskan, "adalah seseorang yang menentukan pasar taruhan dalam suatu pacuan dan kemudian menerima serta membayarkan uang taruhan untuk pacuan itu." Detektif itu memandang Jupiter. "Memang itu yang kutemukan, Nak. Ketika Cutter tidak dapat mengembalikan uang itu, bandarnya mengirim seorang tukang pukul seperti Connie Bly untuk memaksanya mendapatkan uang."
Jupiter mengangguk. "Jadi Cutter membuat suatu rencana. Ia akan menggunakan dana berikut dari universitas untuk membayar sang bandar. Namun ada beberapa penghalang. Pertama, universitas takkan mendanai penelitiannya tanpa bukti nyata bahwa memang ada cukup banyak harta di bawah sana. Dan kedua, ia terpaksa berhenti menyelam ketika pameran Seruling Belanda tiba. Tanpa penyelaman tidak akan ada dana. Ketika Seruling Belanda pergi lagi, Cutter dapat meneruskan penyelaman dan menerima dana lagi. Nantinya setelah dana itu cair, ia akan memberikannya kepada Bly, kemudian meninggalkan kota dengan membawa Cakar Perunggu!"
"Aku mengerti sekarang!" seru Pete. "Sepertinya nasib Kapten Cutter sebagai peneliti tidak lebih baik daripada nasibnya sebagai seorang penjudi! Universitas mungkin mengancam akan menghentikan penelitian kecuali jika ia dapat menunjukkan benda-benda yang memang berharga. Maka ia menyuruh Bly masuk ke rumah pamanmu untuk mencuri peluru meriam dan pistol --dan kemudian meletakkan barang-barang itu di tempat penelitiannya dan be
rpura-pura menemukannya di sana!"
"Satu hal aku tidak mengerti," kata Cooley, "mengapa Bly bergabung dengan Perompak Baru dari Barat" Itu tidak sesuai dengan sifatnya sebagai seorang tukang pukul."
"Saya pun ingin tahu," kata Jupiter mengakui. "Dugaan saya adalah bahwa Cutter mungkin merasa tidak enak mencuri dari paman saya. Maka ketika mendengar sebuah museum akan segera dibuka di bekas pos pemadam kebakaran, ia merasa menemukan jalan keluar. Saya berani bertaruh ia menyuruh Bly bergabung dengan Perompak Baru untuk mencuri beberapa benda dan kemudian meletakkannya di tempat penelitian dengan alasan semakin cepat ia menemukan sesuatu, semakin cepat pula Bly akan mendapat uangnya. Yang tidak diketahui Cutter adalah bahwa semua benda di museum Perompak Baru palsu! Replika dari benda-benda aslinya!"
Jupiter menghela nafas panjang dan mulai berjalan mondar-mandir. "Bly tidak tahu perbedaan pistol tua dan baru. Gagang kayu blunderbuss asli pastilah sudah lapuk bertahun-tahun yang lalu dan bagian logamnya tentu akan menghijau dan tertutup organisme laut. Ketika Cutter menemukan pistol dan pisau yang masih mengkilat dan baru, ia menyadari kesalahannya!"
"Mungkin itu sebabnya ia terpaksa menyembunyikan Data," Pete berseru. "Bob pasti telah melihat sesuatu ketika mengintai tadi. Aku berani bertaruh Cutter menyembunyikan Bob di suatu ruangan lain karena ia tahu yang sebenarnya!"
Bibi Mathilda membungkuk dan memungut pistol tua yang telah dijatuhkan Bly. Ia menatap gagangnya dan membaca keras, "Milik Perompak Baru dari Barat."
Ia memandang Oscar Cutter dengan tajam dan menggoyang-goyangkan jari di depan penyelam itu. "Kau harus malu akan dirimu sendiri!"
BAB XVII TAPI DI MANAKAH BOB"
"Itukah sebabnya Cutter harus mencuri dari Atticus lagi"" tebak Paman Titus.
Jupiter terlihat penuh kemenangan. Ia gemar menerangkan sesuatu sejelas-jelasnya.
"Benar. Namun nasib buruk Oscar Cutter terus berlanjut. Ketika ia menyuruh Bly kembali ke rumah Paman Atticus untuk mencuri lagi, Bly tanpa sengaja mengambil Cakar Perunggu - "tidak tahu bahwa benda itu adalah penemuan abad ini! Cutter pun tidak mengenalinya. Karena itulah ia nampak terkejut ketika pagi itu Paman Atticus menjelaskan nilai benda itu yang sebenarnya!"
"Jadi itulah sebabnya Cakar Perunggu dikembalikan!" seru Pete. Jupiter mengangguk setuju dan mencubiti bibirnya selama beberapa saat. "Kapten Cutter tahu ia tidak akan dapat menyamarkan Cakar Perunggu sebagai salah satu temuannya -" beritanya pasti akan sampai ke telinga Paman Atticus. Dan ia tahu ia tidak dapat menjualnya dengan cepat. Cakar itu tidak ada gunanya. Tidak, Cutter butuh peninggalan bajak laut yang tidak terlalu menarik perhatian, seperti peluru meriam atau pistol antik. Maka ia menyuruh Bly mengembalikan Cakar Perunggu dan mencuri sesuatu yang lain.
"Pada saat itulah aku mulai mencurigai Cutter. Aku bertanya-tanya, siapa yang akan mendapat untung dengan mencuri cakar itu, hanya untuk mengembalikannya kemudian. Aku menduga bahwa begitu Cutter memutuskan untuk membayar hutang judinya dengan dana dari universitas, bagaimanapun juga ia harus pergi dan lagipula ia menginginkan Cakar Perunggu --mungkin untuk dijual di pasar gelap atau kepada seorang kolektor untuk mengongkosi pelariannya. Itu sebabnya ia mencurinya dari rumah Paman Atticus untuk kedua kalinya."
"Ada yang terus menggangguku, Pertama," kata Pete. "Aku ingin tahu, apa hubungan Gaspar St. Vincent dengan semua ini" Dan siapakah orang bernama H. KANE di Lyndale Lane itu""
"Kurasa Gaspar hanyalah seorang Perompak Baru yang penuh dedikasi --dan terkadang radikal. Kemungkinan besar ia mengetahui bahwa Bly telah mencuri dari museum dan ingin memaksanya mengaku. Karena Bly selama ini tinggal bersama Cutter di apartemennya untuk menjaga agar ia tidak kabur tanpa membayar hutangnya, Bly mungkin menuliskan apartemen Lyndale Lane sebagai alamatnya ketika mendaftar ke Perompak Baru. Gaspar pergi ke apartemen itu untuk mencari Bly. Ketika melihat Gaspar mencoba menggunakan interkom dengan kesal, Mr. Cooley mendatanginya untuk menanyakan beberapa hal dengan dug
aan bahwa ia adalah teman Cutter atau Bly."
"Benar lagi," detektif itu mengiyakan. "Aku telah mengintai apartemen itu beberapa lama dan aku tahu bahwa Bly tinggal bersama Cutter untuk menjaga agar ia tidak lari. Tulisan di interkom itu, H. KANE, hanyalah nama orang yang tinggal di sana sebelumnya. Tulisan itu tidak diganti ketika universitas menyewa apartemen itu untuk tempat tinggal Cutter selama penelitian."
Seorang polisi memasuki ruangan dan berbicara dengan suara pelan kepada Kapten Blake. Blake berpaling dan memandang Oscar Cutter. "Sepertinya keadaan tidak terlalu baik bagimu, Kawan," katanya suram. "Di luar ada sebuah mobil putih kecil dengan cakar yang dibicarakan semua orang itu ada di bagasinya. Dan ada pula beberapa tanda tanya yang dibuat dengan kapur hijau."
"Itu Bob!" seru Jupiter. "Terbukti ia dibawa dalam mobil Cutter!"
Pete nampak bingung. "Tapi itu mobil Bly," katanya. "Bob dan aku melihatnya naik mobil putih kecil di pos pemadam kebakaran pada hari pertama kita di sini."
Jupiter menatap rekannya itu dengan tidak percaya dan memukulkan telapak tangan ke kening. "Apa" Mengapa kau tidak bilang dari dulu, Dua" Bly dan Cutter selama ini menggunakan mobil yang sama""
Pete membela diri. "Kami tidak tahu bahwa jenis mobil yang dikendarainya itu penting. Lagipula kau tidak bertanya!"
Jupiter mengalah dengan segan. "Kurasa kau benar. Seorang penyelidik yang baik seharusnya tahu bagian paling sepele biasanya adalah yang paling penting."
Bibi Mathilda masih menatap Oscar Cutter dengan marah. "Yang penting sekarang adalah kita menemukan Bob," katanya tegas. "Kalau Jupiter benar, dia tentu ada di kapal ini atau di apartemen itu."
Atticus sependapat. "Mari kita periksa kapal ini lagi." Ia berpaling kepada Kapten Blake dan menunjuk ke arah Cutter. "Mungkin Anda dapat meminta salah satu anak buah Anda untuk memeriksa apartemen orang ini."
"Tidak tanpa surat perintah pengadilan," Kapten Blake berkata dengan serius. "Dan itu akan makan waktu." Ia menoleh ke arah Cutter. "Kecuali, tentu saja, jika Anda mengizinkan."
Oscar Cutter memandang Blake dengan memelas. "B-B-Bly mencuri mobilku... ia... ia meletakkan cakar itu di sana. Anda harus percaya kepadaku! Geledah kapal ini, geledah apartemenku. Jika anak itu tidak ada, Anda akan tahu bahwa aku tidak bersalah!"
Kapten Blake memerintahkan salah satu anak buahnya untuk memeriksa apartemen Cutter di Lyndale Lane dan melaporkan hasilnya melalui radio.
"Baiklah," ia berseru untuk menarik perhatian semua orang, "mari berpencar dan memeriksa kapal ini sekali lagi dari atas sampai bawah. Saya mau setiap jengkal diperiksa!"
Sejam kemudian seluruh bagian kapal telah disisir tanpa ada tanda-tanda Bob. Para pencari sedang duduk dengan muram di ruangan kapten ketika seorang petugas masuk.
"Anda menemukannya"" tanya Bibi Mathilda, melompat bangkit dari tempat duduknya.
"Adakah Bob di apartemen itu""
Kapten Blake menggelengkan kepala. "Aku khawatir tidak ada tanda-tanda teman kalian itu, Anak-anak. Aku benci mengatakan ini namun jika kita tidak dapat menemukannya, kita harus membiarkan Kapten Cutter pergi." Polisi itu mulai membuka ikatan Cutter. "Tidak cukup bukti untuk menahannya. Connie Bly memiliki catatan kriminal sepanjang lenganku -"nampaknya dia ada di balik semua ini."
Oscar Cutter nampak lega. "Tunggu saja sampai aku bertemu dengan pengacaraku!" penyelam tampan itu menggeram. Ia menatap Atticus dengan marah. "Teman!" cibirnya. "Menikam punggung sahabat sendiri. Sudah kukatakan aku tidak ada sangkut-pautnya dengan semua ini! Sekarang permisi, aku harus memeriksa kerusakan yang ditimbulkan si berandal Cooley itu ketika membahayakan kita semua dengan pistolnya."
Bibi Mathilda nampak cemas dan Paman Titus berusaha menenangkannya sementara mereka naik ke geladak. Suhu udara telah turun tajam dan gigi-gigi anak-anak bergemeletuk. Kabut menebal dan menipis, seolah-olah hidup dan merambati kaki mereka.
Pete memandang Jupiter tanpa daya. "Di mana ia mungkin berada, Pertama""
Jupiter mengerutkan kening dan berusaha agar tidak menggigil. Ia yakin ada sesuatu yang terl
ewatkan olehnya. Suatu petunjuk penting yang tidak disadarinya --seandainya ia dapat mengingat! Pete nyaris dapat mendengar roda gigi berputar di dalam kepala temannya sementara Jupiter berpikir keras.
Atticus merangkul keponakannya. "Mungkin Robert sekarang sudah di rumah, Jupiter. Ya, aku bertaruh di sanalah ia berada. Mungkin saja ia lelah menunggu kita dan dengan cepat terlelap di atas Pembalasan Ratu Anne. Aku berani bertaruh..."
"Itu dia!" teriak Jupiter. Mereka sudah setengah jalan menuruni jembatan penghubung. Semuanya berhenti dan menatap Jupiter.
"Apa itu"" desak Atticus. Wajah Jupiter yang bulat memancarkan kemenangan. Ia tersenyum kepada pamannya.
"Paman baru saja memberikan petunjuk paling penting dalam misteri ini!" Seth Cooley dan yang lainnya menatap Jupiter dengan penuh harap.
"Ada yang terpikirkan, Nak""
"Kau tahu di mana dia!" seru Pete.
"Mungkin," kata Jupe. "Aku punya sebuah teori..."
"Demi petir, Anakku!" suara Bibi Mathilda melengking tinggi, "kau dan dramatisasimu itu sungguh keterlaluan! Cepat katakan!"
Raut muka Oscar Cutter seolah-olah kehilangan rona. Ia mengayun-ayunkan tangannya dengan panik dan mencegah mereka naik kembali.
Trio Detektif Misteri Cakar Perunggu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Polisi... Ini benar-benar keterlaluan! Kapal ini harus berlayar besok pagi --saya sudah punya banyak pekerjaan tanpa berandal-berandal ini bermain petak umpet. Saya rasa saya harus memaksa semuanya pergi." Ia menoleh dan membentak Jupiter.
"Anak muda, semuanya sudah bosan akan permainanmu. Kau telah membuktikan dirimu lebih cerdas dari anak-anak seusiamu namun cukup sudah!"
"Anda hanya mengulur-ulur waktu!" tukas Pete marah. "Jika Bob ikut berlayar bersama kapal ini, Anda akan bebas mengambil dana itu!"
Penyelam itu mendatangi Pete dengan penuh ancaman dan nampak siap memukul. Titus dan Atticus Jones mengambil tempat di samping Pete.
"Biarkan kami memeriksa kapal ini sekali lagi," desak Atticus. "Jika kami tidak menemukan Bob, kami akan pergi tanpa ribut-ribut dan tidak akan ada masalah."
Cooley dan Kapten Blake kembali menaiki jembatan dan berdiri di samping Jupiter.
"Baiklah, Nak," kata Blake, "menurutmu di manakah temanmu itu""
Jupiter tersenyum. "Ketika Paman Atticus menyinggung nama Pembalasan Ratu Anne, saya jadi berpikir tentang William Teach, yang juga dikenal sebagai Si Janggut Hitam! Ingat, Janggut Hitam adalah perompak jahat yang menjarah dan menyelundupkan berbagai macam harta. Saya perkirakan jika Seruling Belanda ini benar-benar seotentik yang dikatakan Kapten Cutter, maka tentulah ada semacam ruang tersembunyi yang terlewatkan oleh kita!"
Cooley memandang Jupiter dengan kagum. "Tentu saja! Aku seharusnya juga berpikir ke sana!"
Kapten Blake kembali mengumpulkan anak buahnya di geladak. "Kita akan menggeledah kapal ini lagi -- carilah sesuatu yang mungkin saja merupakan ruangan rahasia!"
Oscar Cutter menggeram dan memaki-maki. Kapten Blake menatapnya tajam dan memerintahkan salah seorang anak buahnya menjaga penyelam itu.
"Saya tidak mau Anda pergi ke mana-mana. Banyak yang harus Anda jelaskan nanti setelah anak itu ditemukan!"
Mereka turun ke lantai bawah dan berpencar. Setelah lima belas menit Pete berteriak penuh kemenangan. Matanya yang tajam telah melihat sesuatu di lorong yang sempit, yang tidak akan dilihatnya seandainya ia tidak tahu apa yang dicarinya.
"Lihat!" ia menunjuk ke arah lantai. "Aku pasti telah berjalan melewati koridor ini berkali-kali tanpa menyadarinya!"
Para pencari dengan penuh semangat berkerumun di lorong yang kini penuh sesak itu dan menatap lantai.
"Apakah itu, Pete"" seru Jupiter. Remaja gempal itu memeriksa lantai tempat Pete berlutut. Mendadak wajahnya nampak berseri.
"Tentu saja! Papan lantai ini tidak cocok! Lihatlah, papan kayu di bagian ini telah diganti --warnanya sedikit lebih gelap! Aku tidak menyadarinya sebelum ini!"
Pete dan Jupiter bergegas mengeluarkan pisau lipat mereka yang berharga dan menyelipkan mata pisau ke sela-sela papan yang rapat. Mereka menekan dan sebagian dari papan itu tiba-tiba bergerak beberapa senti. Jupiter meraba-raba dengan jemarinya ke dalam celah itu. Dalam satu g
erakan cepat papan lantai sepanjang satu setengah meter itu terbuka sambil berderit dan di sana terbaring Bob Andrews dengan pita perekat di mulutnya.
Anak bertubuh kecil itu duduk dan bergegas melepas perekat itu.
"Sudah saatnya!" teriaknya. "Kusangka kalian tidak akan pernah menemukan aku! Perekat ini kukembalikan ke mulutku untuk menipu Bly saat ia datang untuk membawaku. Aku tidak tahu bahwa ia akan memasukkan aku ke dalam suatu ruangan yang begitu sempit sehingga aku tidak dapat menggerakkan tangan ke wajah untuk melepaskannya!"
Jupiter dan Pete membantu rekan mereka keluar dari ruang rahasia itu.
"Kalian menangkap Cutter"" tanya Bob. "Ia bekerja sama dengan Bly dan mereka berdua mencuri dari rumah pamanmu dan markas Perompak Baru! Merekalah yang memasukkan aku ke situ."
Remaja terkecil di antara Trio Detektif itu merogoh saku depannya dan mengeluarkan robekan-robekan kertas.
"Kutemukan ini di belakang mobil Bly!" katanya, menyerahkan kertas-kertas itu kepada Jupiter. Penyelidik Pertama memeriksa potongan-potongan kertas itu.
"Ini potongan dari karcis untuk menonton pacuan. Dan surat peringatan atas pembayaran kartu kredit yang terlambat. Sepertinya teoriku tentang Oscar Cutter terbukti benar!"
"Bly memberi tahu Kapten Cutter bahwa aku tahu dia terlibat," lanjut Bob. "Cutter menyadari bahwa ia harus mengamankanku hingga semuanya pergi!"
Jupiter menyeringai ke arah rekannya itu sementara mereka naik ke geladak dan ke dalam kabut. "Kami tahu tentang itu, Data. Pria Berpakaian Hitam -- maksudku Seth Cooley - juga tahu."
Mendengar namanya disebut, Cooley menghampiri dan memperkenalkan diri kepada Bob. "Aku gembira kau tidak apa-apa, Nak. Kalian bertiga sungguh merupakan trio yang hebat. Jika suatu saat nanti salah satu penyelidikanku menemui jalan buntu, aku tentu akan menghubungi Trio Detektif!"
Jupiter, begitu bangga mendengarnya, bertukar kartu nama dengan Cooley. Atticus Jones sungguh berbangga hati dan menjabat tangan anak-anak.
"Pekerjaan yang luar biasa, Teman-teman! Benar-benar luar biasa!" serunya. "Titus, Mathilda... Jupiter sungguh mengharumkan nama Keluarga Jones, bukankah demikian""
Titus tersenyum lebar dan merangkul keponakannya. Mathilda menggeleng-geleng, lalu tertawa senang.
"Aku tetap berpendapat ia seharusnya mengurusi urusannya sendiri. Namun kurasa ia memang punya bakat dalam memecahkan teka-teki."
Perut Jupiter berbunyi seolah-olah menyatakan setuju. "Sekarang marilah kita desak Oscar Cutter agar mengaku sehingga kita bisa pulang dan akhirnya menikmati makan malam lobster itu!" ia tertawa.
BAB XVIII JOHN CROWE BERBICARA
Ada beberapa hal menyangkut Misteri Cakar Perunggu yang mungkin membuat kalian bertanya-tanya, maka aku akan berusaha membuat pikiran kalian tenang.
Oscar Cutter akhirnya mengakui segala rencana buruknya. Tepat seperti yang disimpulkan oleh Jupiter, penyelam bernasib malang itu memiliki hutang bertumpuk setelah kehilangan uangnya hingga ke sen terakhir di meja judi. Seandainya saja ia berhasil menyembunyikan Bob selama beberapa jam lagi, ia akan dapat melarikan diri dengan leluasa! Untunglah intuisi Jupiter menyelamatkan sahabatnya dan menyelesaikan misteri itu dengan baik.
Connie Bly menolak mengatakan apa-apa, kecuali bahwa Cutter ada di balik semua itu. Karena bukti-bukti yang memberatkan Bly lebih sedikit dibandingkan Cutter, ia menerima hukuman yang lebih ringan, dan kini sedang menjalani dua tahun di penjara Oregon atas penculikan dan penyerangan.
Chief Reynolds menelepon kembali beberapa hari kemudian dengan informasi tentang nomor polisi DLH 555. Tentu saja nomor itu terdaftar atas nama si detektif, Seth Cooley. Jupiter memberi tahu kepala polisi itu bahwa mereka telah menyelesaikan kasus itu namun menambahkan bahwa ia takkan ragu-ragu menelepon lagi jika mereka membutuhkan informasi lain. Kepala polisi itu memutuskan hubungan.
Atticus Jones memanfaatkan tenaga tambahan di rumahnya dan mengkaryakan mereka untuk memindahkan segala barang bekas dan hartanya ke toko antik kelautan barunya di kawasan kota Anchor Bay. Tanggal pembukaannya dimajukan sehingg
a Trio Detektif dapat secara resmi menggunting pita sebelum kembali ke Rocky Beach. Foto mereka bahkan terpampang di surat kabar setempat, lengkap dengan kisah singkat mengenai bantuan mereka dalam memecahkan kasus itu. Tidak perlu dikatakan, sistem pengamanan paling canggih dipasang di toko itu untuk berjaga-jaga terhadap kemungkinan pencurian.
Dengan gembira kukatakan bahwa anak-anak akhirnya berhasil menikmati lobster sebanyak yang mereka mampu dan Pete sempat menyelam beberapa kali bersama Atticus. Meskipun tidak ada harta karun yang ditemukan, Pete menemukan beberapa peluru meriam dan pistol timah, yang baginya sudah merupakan harta tersendiri.
Mengenai Cakar Perunggu sendiri, hal itu tetap merupakan sebuah misteri hingga sekarang. Atticus Jones tidak dapat menemukan bukti lebih lanjut yang mendukung teorinya bahwa benda itu berasal dari tiang haluan kapal Si Janggut Hitam meskipun universitas di Portland menyatakan sangat berminat dan hendak membelinya dengan harga tinggi dari Jones. Sepertinya hilangnya harta karun rampasan Si Janggut Merah akan tetap merupakan salah satu teka-teki terbesar dalam sejarah.
Seperti yang sebelumnya kukatakan, sahabatku Hector Sebastian mengizinkanku menuliskan kata pengantar untuk petualangan Trio Detektif yang menarik ini dan aku hanya dapat berharap agar dalam waktu tidak terlalu lama aku akan mendapat kehormatan untuk melakukannya lagi. Aku harus mengakui bahwa sikapku jauh lebih lunak terhadap anak-anak itu ketika membahas kasus dibandingkan Mr. Hitchcock ataupun Sebastian. Jupiter sangat kesal akan dirinya sendiri ketika kutunjukkan sebuah petunjuk di awal misteri yang terlewatkan olehnya! Ia akan sudah curiga terhadap Oscar Cutter dari awal seandainya saja ia lebih menaruh perhatian pada mobil kecil putihnya.
Ingat, hanya truk tua berwarna merah milik Atticus yang ada di jalan masuk ketika mereka tiba pertama kalinya --namun Cutter yang terengah-engah pergi dengan mobilnya pagi itu. Bagaimana mungkin Cutter bisa kehabisan nafas mengejar pencuri jika selama ini ia mengendarai mobilnya" Jawabannya: ia sama sekali tidak mengejar pencuri!
Baiklah, satu hal sudah jelas: tidak diragukan lagi, Trio Detektif akan menemukan misteri lain untuk diselesaikan dan ketika itu terjadi, kalian dapat bertaruh bahwa hasilnya akan menakjubkan. Suatu taruhan yang dapat dimenangkan bahkan oleh Oscar Cutter sekalipun!
JOHN CROWE TAMAT tamat Kamar Rahasia 3 Rajawali Sakti Dari Langit Selatan Lanjutan Sin Tiauw Hiap Lu Karya Sin Long Kampung Setan 3