Pencarian

Misteri Kaca Kaca Remuk 3

Trio Detektif 38 Misteri Kaca Kaca Remuk Bagian 3


Ayahnya mengangguk-angguk ketika mendengarkan. Keraguan di mukanya berubah menjadi penghargaan.
"Komentarku, Paul, itu ben
ar-benar ide cemerlang. Hantu ke Hantu, hmm" Nama yang cocok," kata Mr. Jacobs sambil tertawa. "Jadi, apa yang dijelaskan orang itu ketika ditangkap polisi""
"Kami... kami belum memberi tahu polisi."
"Belum memberi tahu polisi"" Dahi Mr. Jacobs berkerut. "Mengapa belum" Apa kalian ingin menangkap orang itu sendiri""
"Tidak, Dad," sahut Paul.
"Kalau begitu, kenapa""
"Kami... kami belum tahu siapa dia," kata Paul dengan sedih. "Maksudku, kami belum tahu siapa namanya, atau di mana tinggalnya, atau seperti apa rupanya tanpa helm dan kacamata balap."
"Kau belum tahu siapa dia"" Mr. Jacobs melotot mendengar kata-kata anaknya.
"Ia telah kabur sebelum kita berhasil menangkapnya, Dad! Tapi kami akan segera mengetahui siapa dia! Maksudku... mudah-mudahan." .
"O, begitu," kata Mr. Jacobs. Ia kembali menyantap sarapannya. "Jadi Paul, kauingin diizinkan mengemudi truk lagi. Kau sudah melakukan tugas menjaga toko dengan baik sewaktu aku pergi. Tapi truk itu tetap tidak boleh kaukendarai sebelum kau menceritakan apa sebenarnya yang membuat kaca jendelanya pecah."
Dengan putus harapan Paul menghabiskan sarapannya. Kemudian ia memutuskan untuk mengendarai sepeda tuanya ke pangkalan barang bekas. Barangkali Jupiter, Bob, dan Pete sudah punya cara untuk memperoleh keterangan tentang si pengendara sepeda balap. Dia sendiri belum punya ide tentang itu. Ia sudah jungkir balik memikirkan hal itu semalaman. Tapi paginya belum juga menemukan cara yang tepat.
Ketika Paul tiba di pangkalan, ia menjumpai Bob dan Pete di bengkel kerja Jupe.
"Di mana Jupiter""
"Pertanyaan yang baik," sahut Pete.
"Ia tidak di sini, Paul," Bob menjelaskan. "Kita menunggu di dalam kantor hampir sejam, tapi dia tidak muncul."
"Kita pergi ke kantor Paman Titus, tapi hanya Konrad yang ada di sana. Dan Konrad tidak tahu ke mana Jupe pergi," kata Pete.
"Katanya mungkin Jupe pergi bersama Paman Titus," tambah Bob.
"Jadi kita menunggu saja di luar sini." Pete mengangkat bahunya. Menunggu di dalam membuat kita merasa makin tidak enak."
"Apa di antara kalian ada yang sudah menemukan cara untuk mendapat keterangan tentang laki-laki bersepeda balap itu""
Kedua detektif muda itu menggeleng dengan sedih. Lalu ketiga anak itu duduk sambil berdiam diri. Setengah jam berlalu. Jupiter masih belum muncul. Kemudian truk Paman Titus masuk ke pangkalan. Mereka semua berdiri dengan penuh harap. Tapi hanya Paman Titus dan Hans yang keluar. Anak-anak bergegas lari mendatangi Paman Titus.
"Di mana Jupe, Mr. Jones"" tanya Bob.
"Aku tidak melihatnya sejak semalam, Anak-anak," jawab Paman Titus. "Ia lemas sekali tadi malam, bahkan ia langsung tidur tanpa makan malam dulu! Dan pagi ini ia sudah menghilang sebelum aku bangun. Kurasa ia juga tidak sarapan pagi ini."
"Tidak makan sejak tadi malam"" ujar Bob keheranan.
"Tidak sarapan"" Pete setengah tidak percaya.
"Ke mana perginya dia" tanya Paul.
"Aku juga tidak tahu," sahut Paman Titus. "Tapi kalau kalian melihatnya, tolong kasih tahu aku. Bibinya kuatir sekali melihat keadaannya."
Anak-anak mengiakan. Dengan lunglai mereka kembali ke bengkel kerja Jupe.
"Sedang apa dia"" kata Paul pada kedua detektif muda.
"Mungkin dia sedang enggan berada di sekitar kantor kita," kata Bob.
Pete mendesah. Paul melihat pintu gerbang dengan sedih. Hans dan Konrad sedang menurunkan barang-barang yang baru dibeli Paman Titus. Bob bertopang dagu pada meja kerja.
Tahu-tahu, entah dari mana, terdengar seruan, "He, mengapa kalian lesu begitu" Kita kan punya misteri yang harus dipecahkan! Apa kalian sudah lupa tugas kalian""
"Jupe!" seru Pete.
"Di mana dia"" Paul melihat ke sekeliling bengkel kerja.
"Di sana!" Bob menunjuk pada sebuah interkom yang baru dipasang Jupe. "Ia ada di dalam karavan! Ayo!"
"Bob dan Pete segera menyelusup ke dalam Lorong Dua. Mereka baru ingat bahwa Paul terlalu besar untuk lorong itu. Dengan tergopoh-gopoh mereka keluar lagi. Dan mereka masuk ke dalam karavan melalui pintu Gampang Tiga. Pete telah memakai kunci besi berkarat untuk membuka pintu.
Dalam sekejap mereka sudah berada di dalam kantor Trio Detektif Jup
iter duduk di belakang mejanya sambil tersenyum jail. Di hadapannya tergelar peta yang penuh dengan paku-paku payung berwarna-warni.
"Dari mana saja kau, Jupe"" tanya Bob. Dari tadi kau kutunggu-tunggu!"
"Oh, aku cuma jalan-jalan," kata Jupe seadanya.
"Paman Titus bilang kau kelihatan lesu tadi malam," kata Pete. "Tapi sekarang kau nampak gembira sekali."
"Lesu"" tukas Jupe. "Buat apa aku lesu kalau di depan mataku ada sebuah kasus yang sangat menantang yang harus kuselesaikan""
"Jadi"" ketiga anak itu bertanya serempak.
Mata Jupe bersinar-sinar. "Sebenarnya, aku mendapat solusinya dari kalian semua tadi malam, tapi aku terlalu suntuk sehingga sulit berkonsentrasi. Tengah malam aku bangun karena perutku keroncongan, dan baru saat itu aku sadar apa yang sebelumnya Bob katakan dan kalian setujui."
"Apa itu"" tiga anak itu bertanya berbarengan lagi.
""Bahwa kita harus menemukan mengapa orang itu memecahkan jendela-jendela"" Penyelidik Satu menjelaskan dengan bersemangat. Kalian benar. Yang harus kita lakukan sekarang ialah menemukan alasan yang menyebabkan ia memecahkan kaca-kaca itu. Dan segera kita akan tahu jawabnya."
Tiga pendengarnya duduk tanpa berkata-kata Mereka saling berpandangan. Kemudian mereka menoleh pada Jupe lagi.
"Aku tidak mengerti, Satu," kata Bob terus terang.
Paul mendesah. "Sekalipun aku tahu sebabnya pasti akan ada banyak orang yang dicurigai.
Tidak," tegas Jupe. "Tidak begitu, Paul. Sekali kita berhasil menemukan alasannya, kita akan dapat menentukan lokasi yang paling mungkin untuk mencari si perusak kaca itu."
Aku masih belum yakin," komentar Pete. "Tapi Jupe biasanya benar. Mari kita coba saja. Mengapa pengendara sepeda itu memecahkan jendela-jendela mobil" Barangkali karena dia benci kaca-kaca jendela!"
"Atau dia tidak suka melihat mobil," kata Bob Mobil yang dilihatnya akan dirusaknya."
Tidak. Jupiter menggeleng. "Dalam hal itu mengapa ia hanya merusak satu jendela mobil dalam satu blok, padahal ada beberapa mobil yang diparkir dalam blok itu. Dan buat apa ia mengatur mobil-mobil di daerah mana yang akan dirusaknya. Kupikir ia berusaha agar tidak menarik perhatian, untuk memberi kesan bahwa pecahnya kaca itu hanya kecelakaan kecil."
"Kalau begitu, bagaimana dengan pemuda berandal yang hati-hati," usul Paul. "Maksudku, ia suka merusak kaca jendela, tapi tidak mau tertangkap. "
"Pemuda berandal tidak akan bertindak secermat itu, Paul," sanggah Jupiter. "Mereka biasanya bertindak spontan, kasar dan kurang perhitungan. Karena itu mereka mudah dilacak gerak-geriknya."
"Benar juga, ya, kata Paul. Yang ini kan rumit dan teratur rapi."
"Tepat, Paul," sahut Jupe. "Si pemecah kaca merencanakan dengan teliti untuk menyembunyikan apa yang terjadi dan untuk melindungi dirinya. Pemuda berandal biasanya malah ingin supaya dirinya diketahui orang lain. Memang mereka juga tidak ingin ditangkap, tapi mereka ingin agar orang lain tahu siapa mereka."
"Oke," ujar Bob, "bagaimana kalau balas dendam, Satu""
"Pada siapa, Bob""
"Pabrik mobil. Siapa tahu dia benci pada mobil Ford atau Toyota atau pabrik mobil lainnya."
"Kalau begitu mestinya kan mobil yang dirusaknya semua mereknya sama. Nyatanya berbagai merek mobil dirusak. Di samping itu, kenapa cuma Jendelanya yang dipecahkan" Kenapa tidak sekalian saja kerusakan yang lebih serius""
""Lagi pula," tambah Pete, "yang ingin dirusaknya bukan mobil yang sudah dijual,tetapi mestinya mobil yang masih dimiliki pabrik itu,"
"Oke," lanjut Bob, "mungkin balas dendam pada beberapa pemilik mobil."
"Terlalu banyak mobil yang terlibat, Bob Tidak mungkin si pengendara sepeda punya urusan dengan sekaligus ratusan orang."
Bagaimana kalau orang iseng saja," coba Pete.
He, orang ini tidak bertingkah laku seperti orang iseng," tukas Paul.
Pete menghela napas. "Iya, ya. Bodoh benar aku ini."
"Jupe"" kata Bob. "Mungkin ada kaitannya dengan rajawali ganda" Barangkali semua ini dimaksudkan untuk menutupi pencurian itu. Bisa saja kan, dia memecahkan semua kaca jendela itu untuk menutupi maksud yang sebenarnya, yaitu untuk mencuri satu rajawali ganda yan
g mahal itu. " " Jupiter mengangguk sambil berpikir. "Aku juga sudah mempertimbangkan hal itu, tapi kenyataan bahwa tidak ada benda lain yang dicuri menghapus kemungkinan ini. Kalau orang itu memang mau menutupi pencurian rajawali ganda, dia akan mencuri beberapa benda lain dari beberapa mobil yang lain pula. Dengan demikian maksudnya untuk mencuri rajawali itu akan tersembunyi. Padahal sekarang kita menjumpai hanya ada satu pencurian dalam sekian banyak Kasus pemecahan kaca mobil."
""Kalau begitu..." Pete berpikir keras.
"Mungkin..." kata Paul. . .
"He, aku pikir," sela Bob. Kemudian la berhenti. Kepalanya digeleng-gelengkan. "Aku tidak tahu lagi Satu."
"Ah, aku yakin kita semua akan menemukan sebabnya kalau kita benar-benar memikirkannya. Ada banyak kemungkinan, tapi hanya ada satu yang paling mungkin - seperti yang telah dikatakan Pete semalam."
"Aku"" Pete tercengang. "Kapan aku bilang itu"" .
"Sewaktu kau mengatakan bahwa akan ada sesuatu yang diperoleh si pemecah kaca dengan merusak jendela-jendela mobil. Kawan-kawan, siapa yang akan mendapat untung dari pecahnya kaca-kaca itu""
Ketiga kawannya melongo. "Untung"" kata Paul. "Mana ada orang yang untung dengan pecahnya kaca itu."
Pete hampir berteriak. "Ada! Orang yang membuat kaca jendela mobil!"
"Tidak," seru Bob, "bukan yang membuat kaca, tapi yang memperbaiki kaca jendela! Orang yang mengganti kaca itu dengan kaca jendela yang baru." .
"Tepat, Bob." Mata Jupiter bersinar-sinar lagi. "Orang yang mengganti kaca itu adalah satu satunya pihak yang akan meraup keuntungan dan kejadian ini."
Paul menyela, "Tapi Jupe, hampir semua bengkel mobil dapat memperbaiki kaca jendela mobil. Ada banyak bengkel mobil di sini. Kurasa keuntungan yang masing-masing mereka peroleh tidaklah besar."
"Itu telah mengganjal pikiranku juga, Paul," Jupiter menyetujui. "Karena itu aku bangun pagi-pagi dan mendatangi beberapa bengkel mobil. Aku tanyakan di mana mereka memperoleh kaca jendela untuk memperbaiki mobil yang kacanya pecah. Beberapa memesan. dari Los Angeles atau langsung dari pabriknya. Tapi sebagian besar memperolehnya dari dalam kota. Dan, Kawan-kawan, hanya ada satu perusahaan di Rocky Beach yang menjual kaca-kaca jendela mobil - Margon Glass Company!"
"Bab 15 SIAPA DIA"
"MARGON GLASS COMPANY mempunyai sebuah gedung bercat. tembok kuning dan tiga buah bangunan gudang di belakangnya, seluruhnya dikelilingi pagar kawat yang tinggi. Tempat itu terletak di pinggir kota Rocky Beach, kira-kira satu mil dari Pangkalan Jones. Ada sebuah gerbang di samping untuk truk pengantar barang dan karyawan. Gerbang depan khusus diperuntukkan bagi para tamu dan langganan. Dua tempat pengangkat mobil terdapat di belakang bangunan kuning. Tempat parkir karyawan hanya setengah terisi, tetapi pelataran parkir untuk langganan penuh sesak.
"Kau pikir si pemecah kaca adalah pemilik perusahaan ini"" tanya Bob.
"Belum tentu, Bob," sahut Jupiter.
Tersembunyi di balik sebuah pohon tua, keempat anak itu bertiarap pada sebuah bukit kecil dekat jalan dan daerah Margon Glass Company. Sepeda mereka dikunci di kaki bukit, di sisi yang berlawanan dengan bukit itu..
"Boleh jadi itu perbuatan seorang penjual yang ingin mendapatkan komisi yang lebih besar," sambung Jupe sambil mengamat-amati kegiatan di bawah, "atau manajer penjualan yang ingin meraih prestasi yang baik. Atau beberapa pekerja yang takut kehilangan pekerjaannya kalau perusahaan ini bangkrut."
"Jadi bagaimana kita dapat menemukan dia," kata Paul, "kalau kita tidak tahu seperti apa orangnya. "
"Kita tahu dia berbadan tinggi, kurus, dan mungkin masih muda - tidak banyak orang tua yang mengendarai sepeda balap bergigi sepuluh dengan pakaian seperti itu. Tidak akan banyak pekerja Margon Glass Company yang memenuhi kriteria itu."
Dari atas bukit, anak-anak mengawasi kegiatan di perusahaan itu selama lebih dari satu jam. Gedung utama tidak menghadap ke jalan, tetapi ke pelataran parkir untuk langganan. Kesibukan masih terlihat di sana.
"Mengapa banyak benar langganan yang datang ke sini"" tanya Pete.
"Hampir tidak ada perusahaan gelas b
esar seperti ini lagi," Paul menjelaskan. "Segala macam peralatan rumah tangga yang terbuat dari gelas bisa diperoleh di sini-cermin, kaca, lampu, perhiasan, dan sebagainya."
Pada tembok depan bangunan kuning itu terdapat jendela-jendela besar. Melalui jendela itu anak-anak dapat melihat kesibukan di dalamnya. Di pelataran belakang dua orang pria menurunkan barang-barang dari truk dan memasukkannya ke dalam gudang. Beberapa kali seorang laki-laki pendek mondar-mandir dari belakang bangunan utama ke gudang. Setiap kali keluar dari gudang, ia membawa sebuah bungkusan coklat tipis dan lebar berisi selembar kaca.
"He," kata Paul, "tidak ada seorang pun yang mirip dengan si pengendara sepeda balap."
"Ya, bukan mereka pasti," Jupe mengakui.
"Mungkin ia berada di dalam kantor atau di gudang belakang. Atau ia seorang salesman yang sering keluar tempat ini.
Beberapa saat kemudian, sebuah truk besar keluar dari garasi ke pelataran belakang melalui gerbang samping. Isinya dua orang. Satu mengemudi, dan yang satunya turun lalu mulai menaikkan barang-barang ke truk itu - sebuah truk khusus yang dirancang untuk mengangkut lempengan-lempengan gelas yang lebar. Orang itu menggunakan forklift untuk mengangkut kotak-kotak pipih lebar yang berisi kaca-kaca ke truk itu. Beberapa bungkusan yang kecil dan tipis ditenteng saja oleh laki-laki pendek tadi.
"Sekarang apa yang kita perbuat, Jupe"" tanya Bob. "Hanya melihat dan menunggu""
"Tidak, aku ingin mendapat gambaran dulu tentang pola kegiatan di sana," sahut Penyelidik Satu: "Truk besar itu sudah jelas mengantar kaca-kaca dari pabriknya. Truk-truk lain yang lebih kecil akan mengantar barang-barang itu ke bengkel-bengkel. Kurasa mereka akan segera berangkat. Kadang-kadang orang yang pendek itu membawa selembar gelas dari gudang ke dalam gedung utama, tapi ini tentu tidak cukup untuk melayani langganan yang berjubel seperti itu. Jadi kuanggap sebagian barang yang kecil disimpan di bangunan utama. Tidak ada orang lagi keluar dari udang untuk menolong, jadi mungkin memang tidak ada orang di gudang. Kalian setuju dengan pengamatanku""
"Kedengarannya pas bagiku, Satu," sahut Pete.
Bob dan Paul mengangguk tanda setuju.
Bagus, kata Jupiter. "Aku sarankan kita menunggu sampai truk-truk kecil pergi mengantar barang-barang itu. Dengan begitu gudang-gudang akan kosong, dan sedikit kemungkinan orang akan masuk ke dalam gudang. Paul dan aku akan masuk ke bangunan utama sambil mengamati siapa yang bekerja di sana. Pete dan Bob akan. menyelidiki di belakang dan mencari bukti-bukti tentang si pengendara sepeda di sekitar gudang itu. Di dalam bangunan kuning aku dan Paul akan mencoba menyibukkan orang-orang untuk memberi kesempatan pada Pete dan Bob."
"Kok, aku dan Bob yang selalu mendapat bagian yang sulit"" protes Pete.
"Karena yang paling baik adalah orang yang sudah punya Surat Izin Mengemudi untuk berada di dalam bangunan utama," jawab Jupe. "Dan aku, sejauh ini aktor yang terbaik di antara kita. Dan akal sehat saja akulah yang paling ahli untuk mengajak bicara dan membuat sibuk orang-orang di dalam kantor."
Bob meringis. "Dia benar, Pete.
Yah, seperti biasanya, desah Pete.
Orang di atas forklift masih melanjutkan memuati dua buah truk kecil selama setengah jam berikutnya. Kemudian ia naik ke truk kecil dan mengendarainya ke luar pelataran. Gerbang samping dibiarkannya terbuka. Beberapa saat kemudian pria bertubuh pendek naik ke truk yang satu lagi. Ia meluncurkan truk itu ke luar, mengikuti truk kecil. yang pertama."
"Sekarang, Bob dan Pete," kata Jupiter. Ingat, kita mungkin berurusan dengan penjahat yang berbahaya. Kalau ada di antara kalian yang memperoleh bukti bahwa si pengendara sepeda ada di sini, beri kode tanda tanya dengan kapur di depan gudang yang paling kecil. Paul dan aku akan segera kembali ke kantor Trio Detektif untuk memanggil Chief Reynolds sementara kau berdua berjaga-jaga di sini."
Bob dan Pete berlari-lari menuruni bukit menuju gerbang samping yang masih terbuka. Paul dan Jupiter menuruni bukit dan mengambil jalan memutar! Mereka berjalan dengan santai le
wat gerbang depan, dan masuk ke dalam toko Margon Glass Company. .
Empat orang langganan berdiri di depan meja toko yang dilayani oleh tiga orang pelayan toko. Di balik meja, rak-rak dipenuhi oleh hiasan gelas dan perabotan-perabotan gelas lainnya. Di sebelah kanan terlihat pemandangan ke arah gudang-gudang. Ke sebelah kiri sebuah dinding kaca memisahkan toko dengan kantor. Tiga wanita dan empat pria nampak sedang berada di kantor.
Jupiter dan Paul berdiri di belakang salah seorang langganan. Mereka mempelajari ketiga pelayan toko itu. Yang pertama agak tua dan gemuk, yang kedua berbadan tinggi tapi tidak muda lagi, dan yang satu lagi masih muda, kurus, tinggi, dan atletis. Paul menyenggol Jupiter dan memberi tanda ke arah penjual yang muda. Jupiter mempelajarinya sambil mengira-ngira.
Melalui kaca pemisah Jupiter dapat melihat bahwa ketiga wanita di kantor itu semuanya masih muda, tapi hanya satu yang ramping namun tidak begitu tinggi. Dari empat pria yang dilihatnya, satu bertubuh tinggi, setengah umur dan duduk sendiri dalam ruangan terpisah dengan tulisan, J. Margon, Presiden Direktur, di pintunya. Dua lainnya tidak ada yang tinggi. Dan yang keempat, meskipun tinggi dan kurus, sudah tua. Ia duduk di balik meja besar. Matanya mengawasi setiap orang.
Jupiter! Itu suara Paul memberi peringatan. Salah seorang dari pelayan toko sudah selesai melayani seorang langganan. Tapi dia tidak menunggu Paul dan Jupe. Ia berjalan ke pintu samping yang menuju pelataran belakang!
"Bab 16 NYARIS! KETIKA melihat Paul dan Jupiter menyeberangi jalan, Bob dan Pete menunggu beberapa menit di gerbang samping. Kemudian mereka berlari cepat ke arah deretan gudang. Tidak ada orang di sekitar situ. Hanya ada satu jendela di dinding belakang bangunan utama, pada bagian toko. Dan semua pintu dari bangunan utama tertutup. Kedua anak itu menyelinap ke dalam gudang pertama.
Kerangka besi menjadi penopang utama atap gudang yang berupa seng bergelombang. Di dalamnya terjajar deretan rak yang menyimpan kotak-kotak kayu berisi piring-gelas serta lembaran-lembaran kaca terbungkus kertas coklat yang tebal. Bob dan Pete memasang telinga untuk meyakinkan bahwa tidak ada orang lain di sana. Hanya keheningan yang ada. .
Kedua anak itu bergerak cepat menyusun deretan rak itu. Mereka mencari tanda-tanda yang menunjukkan adanya si pengendara sepeda balap di sana. Ada beberapa tempat tersembunyi di gudang itu. Di beberapa tempat dindingnya bolong. Rak-rak panjang diisikan ke dalam tempat kosong itu hingga penuh.
Bob melongok ke bawah setiap rak. Pete mengecek di belakang semua rak. Mereka tidak menemukan apa-apa. Di bagian belakang gudang terdapat sebuah. kamar yang kecil. Tempat itu sekarang digunakan untuk menyimpan kotak-kotak berisi gelas-gelas yang tebal. Sebuah lemari di kamar itu kosong.
Kembali ke bagian depan gudang itu, dua penyelidik itu mengintip ke pelataran parkir di depan gudang. Mereka mendengar suara mobil datang dan pergi dari arah pelataran parkir tamu. Tapi tidak ada truk atau mobil memasuki pelataran parkir belakang.
"Aman," kata Pete.
Mereka berlari melintasi pelataran yang terbuka menuju gudang kedua.
"Pete!" Bob tergagap
Pintu belakang bangunan utama membuka!
Jupiter melangkah cepat ke ujung meja tempat pelayan toko itu hendak pergi ke pelataran parkir belakang.
"Maaf, mengapa Anda meninggalkan kami" Urusan kami sangat mendesak. Kami sudah dari tadi menunggu. Cepatlah, waktu adalah uang."
Pelayan itu mendorong pintu hingga terbuka. Aku akan segera kembali, Nak."
"He, sopanlah sedikit," sengit Jupiter. "Aku lebih suka dipanggil dengan Sir. Dan aku ingin segera memperoleh sebuah kaca jendela baru untuk mobil Rolls-Royce-ku sehingga Paul ini dapat memasangnya dan mengantarkan aku ke Los Angeles dengan segera. Kalau Anda terlalu sibuk untuk melayani aku, aku tak segan-segan melaporkan hal ini pada pemilik perusahaan ini.
Dengan tangannya masih memegang gagang pintu yang setengah terbuka, pelayan itu bimbang.
"Ayo, jangan buang-buang waktuku," desak Jupiter dengan gaya pongah, "aku tidak main-main. Haruskah aku bicara l
angsung dengan pemilik perusahaan ini" Mr. Margon, kan" Aku kira Ayah punya urusan bisnis dengan Mr. Margon, bukan begitu, Paul""
Mukanya yang bundar terlihat sangat sombong. Penyelidik Satu menoleh pada Paul, yang sedang berusaha menahan tawanya. Dengan berusaha keras Paul menyembunyikan senyumnya. Ia mengikuti sandiwara yang dimainkan Jupe.
'"Ya, Anda benar, Tuan Jones, katanya meniru-niru gaya seorang sopir pada majikannya.
Pelayan itu tidak dapat mengelak lagi. Ditutupnya pintu. Dan ia kembali ke meja untuk melayani Jupiter.
"Ngng," gumam pelayan itu, "aku tak yakin apa kita punya kaca jendela Rolls-Royce.
"Kau harus punya, Muka bundar Jupiter memancarkan kekesalan yang amat sangat.
Pelayan itu pucat "M-mungkin kami punya. Akan kuperiksa dulu di belakang."
""Nah, begitu kau seharusnya." Jupiter berlagak baik hati. "Modelnya 1937 Silver Cloud"
Pelayan toko itu tergagap. Ia mengangguk, lalu pergi ke deretan rak di belakangnya sambil menggumamkan nama model itu.
"Di tengah-tengah pelataran parkir yang diterangi Sinar matahari, Bob dan Pete berdiri kaku ketika pintu belakang bangunan utama terbuka.
Kemudian perlahan-lahan pintu itu tertutup lagi.
Pete menghela napas. "Cepat," kata Bob. "Kita ke gudang berikutnya sebelum ada orang keluar.
Mereka berlari sekencang-kencangnya. Dalam sekejap gudang kedua sudah dimasuki. Gudang yang ini memiliki susunan yang sama dengan gudang sebelumnya. Rak-rak berjejer dari depan sampai belakang. Tapi di sini rak-rak itu berisi jendela, cermin, pintu kaca, dan benda-benda spesial lainnya.
Kedua anak itu mengulangi pencarian mereka di antara deretan rak. Lagi-lagi mereka tidak menemukan apa-apa. Kembali ke pintu depan, mereka mengintip ke luar. Masih aman. Dengan kencang mereka berlari lagi menuju gudang ketiga yang paling kecil di antara ketiga gudang itu. Di sini dalam cahaya yang remang-remang rak-rak diisi dengan perhiasan untuk jendela dan pintu kaca, serta panel-panel gelas. Di tengah-tengahnya terdapat peralatan untuk memotong kaca.
Bob segera menyelidiki barisan rak sebelah kiri, Pete sebelah kanan. Mereka tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan. Sebuah kamar yang dibentuk dengan sekat-sekat t di bagian belakang gudang t berisi barang-barang kebutuhan rumah tangga - sabun cair, tisu, lap, cangkir, gelas plastik t dan handuk.
"Bob!" Pete menemukan sebuah kain kanvas di atas beberapa kotak di bagian belakang kamar itu.. Ia mengangkatnya. Di bawahnya tersandar ke dinding, nampak sebuah sepeda balap bergigi sepuluh.
"Apa ini miliknya"" Penyelidik Dua bertanya-tanya.
"Aku tidak dapat memastikan," kata Bob dengan ragu. "Malam itu sangat gelap aku tidak dapat mengenali warna sepedanya."
"Sadel ini cocok untuk ukuran orang berbadan tinggi," kata Pete.
Penyelidik Dua melangkah mundur. Ia menyandar pada sebuah kotak besar bertuliskan merek tisu. Hampir saja ia terjatuh ketika kotak itu tergelincir dari tempatnya. Bob memandangi kotak itu menggelinding.
"He, kotak itu ringan sekali," katanya. "Tapi sepertinya ada isinya. Mari kita cek."
Mereka membuka kotak itu. Di dalamnya mereka temukan sebuah helm, kacamata balap, sebuah ransel berisi radio, headphone, baju balap kuning, celana balap hitam, dan sepasang- sepatu khusus untuk bersepeda balap.
"Jupiter mempertahankan sikap angkuhnya ketika pelayan toko itu kembali. .
"Tidak ada kaca untuk Rolls-Royce," kata pelayan itu. "Kami bisa mencarikannya untuk Anda, tapi kami perlu waktu dua minggu."
Itu keterlaluan!" seru Jupiter. "Masa perusahaan sebesar ini tidak punya kaca jendela Rolls-Royce! Dua minggu terlalu lama. Harusnya kalian punya kaca yang siap dipasang t itu sebabnya aku datang sendiri ke sini."
"Maaf," kata pelayan itu lagi. Ia tersenyum. Kepercayaan dirinya pulih karena bisa menolak seorang pelanggan. "Dua minggu untuk mendatangkannya."
Di dekat jendela Paul terperanjat.
"Ju.. ngng, Tuan Jones!"
Jupiter melenggang dengan santai ke tempat Paul menatap ke pelataran belakang. Dari situ ia melihat ke arah gudang yang paling kecil. Sebuah tanda tanya tergambar di sana!
"Well," ujarnya keras-keras, "kita
harus pergi ke Los Angeles meskipun dengan jendela bolong. Yah, AC tidak perlu dipasang. Percuma! Ayo, Paul!"
Tanpa melirik ke kanan-kiri Jupiter melangkah dengan congkaknya. Pelayan toko hanya bisa bengong saja melihatnya.
Begitu sampai di luar, air muka Jupe berubah menjadi serius. Ia dan Paul berlari menyeberangi jalan. Mereka berlari terus mengitari kaki bukit untuk mengambil sepeda mereka. Dengan sekuat tenaga mereka mengayuh sepeda menuju pangkalan untuk menelepon Chief Reynolds.
"Bob dan Pete membungkuk di dekat jendela depan gudang kecil itu. Sudah lebih dari sepuluh menit berlalu sejak mereka menggambar tanda tanya itu pada dinding luar gudang.
"Seharusnya tidak lebih dari setengah jam, hitung Bob. "Sepuluh menit ke pangkalan, sepuluh menit untuk melaporkan semua ini pada Chief Reynolds, dan sepuluh menit lagi untuk mencapai tempat ini."
"Aduh, ingin benar rasanya kutangkap sendiri orang itu," kata Pete.
"Sudahlah. kan kita berhasil mengungkap kasus ini, kata Bob. "Sekarang giliran polisi. Orang ini mungkin berbahaya. Dan jangan lupa, pistolnya tidak berada di tempat ini."
"Tapi. aku tetap ingin..:. kata Pete.
Tepat pada saat itu sebuah sedan bercat perak masuk melalui gerbang samping yang terbuka. Bannya berdecit-decit ketika membelok masuk ke dalam pelataran. Sedan itu mengerem dengan tiba-tiba di salah satu tempat parkir. Seorang pria muda melompat keluar dan berjalan melintasi pelataran itu.
"Lihat. Dua!" bisik Bob.
Lakl-laki itu tinggi dan kurus. Wajahnya pucat. Rambut coklatnya yang panjang tergerai sampai ke kerah kaus sportnya. Ia memiliki -hidung mancung dan bibir yang tipis. Matanya memancarkan keangkuhan. Dengan sepatu bot hitamnya.
Ia berjalan menuju bangunan utama. seolah-olah dialah pemiliknya.
"Dia cocok benar dengan gambaran Jupe tentang si pengendara sepeda." kata Bob perlahan.
Mereka mengawasi pemuda itu melangkah masuk ke dalam bangunan utama. Pete melihat jam tangannya.
Catat nomor mobilnya, kata Pete. "Mungkin dia sudah pergi sebelum polisi datang."
Ketika Bob mencatat nomor plat sedan itu pintu belakang toko terbanting. Pria kurus itu keluar dari toko. Ia tergopoh-gopoh melintasi pelataran, menuju gudang tempat Pete dan Bob berada.
"Dia datang ke sini!"
Kedua anak itu mencari tempat berlindung.
"Ke bawah rak! Di bagian bawah rak dekat pintu ada tempat kosong di balik selembar karton besar. Kedua anak itu merangkak masuk.
Pintu gudang terbuka. Laki-laki muda itu berlari ke bagian belakang gudang. Pete dan Bob mendengar suara napas orang itu terengah-engah. Ketika kembali. dia sudah memakai helm dan pakaian balapnya. Ransel terkait di setang sepedanya. Dan kacamata balapnya tergantung di lehernya. .
Ia membawa semua barang bukti itu!" desis Pete. "Kalau dia memusnahkannya. hilanglah kesempatan kita! Sia-sia pekerjaan kita selama ini.
"Kita tidak dapat menyetopnya, Dua. Terlalu berbahaya. "
Tapi Pete sudah merangkak keluar dari persembunyiannya. Bob mengikuti jejak Pete ke arah jendela depan.
"Ia mengangkut barang-barang itu di mobilnya."
Di luar, laki-laki muda itu mengangkat sepeda balapnya. Dengan susah payah ia mencoba memasukkan sepeda itu ke dalam sedannya.
"Tampaknya ia tidak berbahaya, kata Pete. Sebelum Bob dapat menahannya, Pete sudah bangkit dan berlari ke luar gudang. Ia langsung menyerbu ke sedan perak itu. Namun pemuda itu melihat Pete. Ia melempar sepedanya. Separuh badannya masuk ke dalam mobil. Pete terus berlari. .
Orang itu membalik menyongsong Pete. Tangannya menggenggam sebuah pistol. Senjata itu diarahkan pada Pete.
"Bab 17 MENJERAT SI PELAKU
"JUPITER dan Paul berlari-lari di pangkalan barang bekas. Setelah melihat gambar tanda tanya tadi, mereka cepat-cepat kembali ke pangkalan untuk menghubungi Chief Reynolds. Dengan ringkas mereka laporkan apa yang mereka temukan hari itu.
"Margon"Glass Company"" kata Chief Reynolds di telepon itu sukar dipercaya, Jupiter. Aku kenal Jim Margon secara pribadi"
"Kelihatannya memang begitu, Sir. Kami punya bukti-buktinya. Bob dan. Pete sedang menunggu di salah satu gudang Margon dengan bukti-bukti i
tu. "Baik, kalian akan kujemput di pangkalan dan kita berangkat bersama ke sana."
Dengan tidak sabar Jupiter dan Paul menunggu di depan gerbang. Sebentar-sebentar ia melihat Jam tangannya.
"Bagaimana keadaan Bob dan Pete, ya"" kata Paul dengan perasaan tidak enak
Keadaan seperti itu selalu mengandung risiko, kata Jupe. Melindungi barang-barang bukti akan selalu mengundang bahaya. Apalagi kalau melibatkan uang senilai seperempat juta dolar."
Saat itu tiga mobil polisi membelok di sudut jalan. Di mobil yang paling depan, Chief Reynolds membuka pintu. Anak-anak segera melompat masuk. Mereka langsung melaju ke Margon Glass Company.
"Kau yakin tentang ini, Jupiter"' tanya Chief Reynolds, suaranya serius. "Seseorang di Margon Glass Company adalah pelaku pemecahan kaca-kaca jendela itu""
"Kalau Anda menganalisa hal itu dengan cermat Chieft hanya itu jawaban yang masuk aka," kata Jupe menjelaskan. "Mereka adalah satu-satunya perusahaan di Rocky Beach yang menjual kaca jendela mobil, satu-satunya pihak yang akan beruntung dengan terjadinya peristiwa ini."
"Aku tidak percaya Jim Margon melakukan semua ini."
"Ada kemungkinan bahwa ini dilakukan tanpa sepengetahuan Mr. Margon, Sir. Aku sendiri berpendapat bahwa Mr. Margo tidak tahu apa-apa tentang hal ini. Cara seperti ini terlalu riskan baginya.
"Mudah-mudahan kau benar, Jupiter, kata Chief Reynolds. "Kita hampir sampai." .
Chief itu berbicara melalui radio. Seluruh mobil polisi memperlambat kecepatannya ketika mendekati kompleks Margon Glass Company. .
"Gerbang samping terbuka, Chief, ujar Jupiter.
"Chief Reynolds mengangguk. Ia menginstruksikan anak buahnya untuk membelok ke jalan samping. Tiba-tiba sebuah sedan berwarna perak melaju dengan kencang ke arah mereka. Sedan itu mengerem mendadak. Pengemudinya membanting setir. Detik berikutnya sedan itu sudah melaju ke arah yang berlawanan.
Pada saat yang sama Bob datang berlari-lari keluar dari gerbang samping. Ia melambai-lambai sambil berteriak, "Dia membawa Pete! Di dalam mobil!"
Chief Reynolds memberi petunjuk lewat radionya. "Kejar sedan itu!"
Polisi memburu sedan bercat perak itu yang menuju ke jalan buntu. Ban sedan menderit ketika sedan itu direm tiba-tiba di depan penghalang jalan. Seorang pemuda berkaus sport keluar dari sedan itu. Ia kabur melompati pagar penghalang.
"Tangkap dia!" perintah Chief Reynolds.
Pemuda itu berlari di tempat terbuka yang menuju sebuah parit alam yang berkelok-kelok.
"Kalau dia sampai di parit itu, kita takkan dapat menangkapnya!" teriak Jupe.
Tapi polisi masih terlalu jauh dari ujung jalan.
"Cepat! Jangan sampai lolos!" teriak Paul.
Tahu-tahu ada bayangan berkelebat dari dalam sedan, mengejar pemuda kurus yang kabur ke arah parit alam. Itu Pete! Dua orang itu berlari di tempat terbuka. Pete mempercepat ayunan langkahnya. Ketika polisi baru sampai di penghalang jalan, Pete sudah menerjang orang itu. Mereka berdua berguling-guling di tanah. .
Dalam sekejap, pemuda tinggi itu bangkit kembali. Tapi Pete meraih kakinya. Pemuda Itu menendang-nendang untuk melepaskan pegangan Pete. Kaki yang satu berhasil lepas, kaki yang sebelah lagi ditangkap Pete. Mereka bergumul seru. Beberapa detik itu sudah cukup bagi polisi.
Mereka mengurung orang itu. Pete melepas kakinya. Ia berbaring telentang di rumput, sambil nyengir.
"Itu dia si pemecah kaca," katanya.
Pemuda itu meronta-ronta dalam pegangan polisi.
"Aku tidak tahu apa-apa! Aku tidak bersalah. Siapa anak-anak bengal ini" Kalian polisi - tangkap mereka!"
"Periksa mobilnya, Chief," kata Pete sambil berdiri.
Pemuda itu makin kuat meronta-ronta. Polisi menyeretnya ke sedannya. Di sana Bob menunggu di samping sedan itu.
Buka pintunya, Bob," kata Pete.
Mereka melihat sepeda balap bergigi sepuluh itu di bagian belakang; helm, kacamata balap, ransel berisi radio dan headphone; dan pakaian balap sepeda terjulur dari dalam ransel.
"Mereka menaruhnya dalam mobilku!" jerit pemuda itu. "Aku dijebak!"
"Kami punya banyak saksi, kata Jupiter pada Chief Reynolds, "dan Anda dapat mengecek milik siapa barang-barang itu sesungguhnya. S
epeda balap ini tercantum dalam daftar polisi - aku yakin - atas nama dia."
"Dan juga," tambah Pete, "di bawah kursi depan dia menyembunyikan pistolnya. Anda bisa periksa sendiri. Pasti sidik jarinya masih terdapat pada pistol itu."
Chief Reynolds memeriksa dengan hati-hati bagian bawah kursi depan. Ia menemukan. sebuah pistol. Diambilnya pistol itu dengan sarung tangannya untuk menjaga agar sidik jari di situ tidak terusik. Dimasukkannya pistol itu ke dalam sebuah kantung plastik dengan warna biru tua, pistol itu mirip dengan senjata otomatis. Beratnya sekitar satu setengah kilo, dan pada gagangnya terukir, "THE WEMBLEY PREMIER-Made in England".
"Pistol angin kaliber dua puluh dua," ujar Chief Reynolds. "Cukup kuat untuk memecahkan kaca mobil dari jarak dekat. " Ia mengangguk pada anak buahnya. "Bawa orang itu. Kita akan temui Jim Margon untuk membicarakan hal ini. Kalian, Anak-anak, ceritakan bagaimana bisa terjadi semua ini."
Sambil berjalan ke kompleks Margon Glass Company, Bob menjelaskan bagaimana dia dan Pete menemukan peralatan dan sepeda balap itu di gudang. Bagaimana pemuda itu mencoba melenyapkan bukti-bukti itu dan melarikan diri juga diceritakan oleh Bob.
"Aku tadi nekat saja," Pete mengakui. Tadinya aku gemetar juga. Tapi karena kulihat dia juga gugup dan ketakutan, aku jadi berani. Aku kejar dia sebelum dia berhasil kabur dengan mobilnya. Tapi aku lupa bahwa dia punya senjata. Aku dipaksanya menaikkan sepeda itu dan ikut dengan mobilnya. Sambil menyetir ia masih menodongkan pistolnya padaku. Tapi ketika Anda datang, ia panik. Ia lupa bahwa jalan yang diambilnya adalah jalan buntu."
"Kau beruntung," kata Chief Reynolds sambil bermuka masam. "Pistol angin bukan barang mainan, kalau ditembakkan dalam jarak dekat bisa mematikan."
Beberapa orang dari Margon Glass Company sudah berkumpul di gerbang samping. Ketika polisi masuk ke dalam pelataran, salah seorang dari mereka berlari ke dalam bangunan utama. Tidak berapa lama kemudian. seorang pria yang sudah setengah umur yang tadi dilihat Jupe dan Paul muncul.
"William!" teriaknya. "Ada apa ini""
Chief menyahut. "Kau kenai pemuda ini, Jim""
"Oh, Chieft kau ada di sini"" kata Mr. Margon. "Dia" Tentu saja aku kenal. Dia anakku. Dia baru lulus dari college dan bekerja di perusahaanku setahun yang lalu. Selama ini kelakuannya baik-baik saja. Kenapa ia ditahan. Chief" Dan siapa anak-anak ini""
Chief Reynolds menunjuk pada sepeda yang dituntun oleh seorang anak buahnya. "Apa ini sepeda anakmu, Jim" Dan juga helm serta kacamata balap ini""
" Dad!" jerit William Margon. "Jangan...!"
Sepeda, Alis Mr. Margon terangkat melihat sepeda balap bergigi sepuluh itu " Ya, dia tiap Senin dan Rabu bersepeda bersama klub sepeda di sebuah velodrom. Tapi dia menyimpan peralatannya di rumah, tidak di sini. Kenapa peralatanmu ada di sini, William""
William Margon hanya dapat menatap wajah ayahnya dengan sayu.
"Ini kabar buruk untukmu, Jim," kata Chief Reynolds. Ia menceritakan seluruh kisah tentang pistol angin dan kaca-kaca jendela mobil yang pecah.
"Merusak jendela mobil"" Mr. Margon setengah tidak percaya. "Kenapa aku... Baru tiga bulan yang lalu aku angkat dia menjadi manajer penjualan Jendela mobil. Dan prestasinya bagus sekali. Bisnis kami berjalan lancar sekali, jauh lebih baik dari sebelumnya. Ia... Mr. Margon berhenti ketika ia memandang anaknya. "Kau sendiri yang memecahkan kaca-kaca itu""


Trio Detektif 38 Misteri Kaca Kaca Remuk di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mereka bohong, Dad! Aku tidak tahu semua ini. Ini cuma kebetulan saja! Ada orang yang mencuri peralatanku dan menaruhnya di sini. Mungkin anak-anak itu pelakunya! Tidak ada yang bisa membuktikan bahwa aku yang memecahkan jendela-jendela itu. Tidak seorang pun pernah melihat wajahku!"
"Akan kami buktikan setelah kami mengetahui apa yang kau perbuat dengan rajawali curian itu " ujar Bob dingin.
"Mr. Margon terbelalak. Ia mencuri seekor rajawali"" .
"Bukan burung, Sir," Bob menjelaskan, tapi uang logam yang langka sekali. Uang logam itu dicuri anak Anda setelah dia memecahkan sebuah jendela mobil. Harga uang logam itu bisa mencapai dua ratus lima puluh ribu dolar, dan dia
..." "Dua ratus lima puluh ribu dolar"" kata Mr. Margon. Suaranya bergetar.
William Margon pucat-pasi. "Kau sembarangan menuduhku!. Aku tidak pernah dengar tentang rajawali itu. Oke, aku akui bahwa aku memecahkan jendela-jendela itu. Tapi aku melakukannya agar bisnisku berkembang. Aku tidak pernah mencuri apa-apa!"
Jupiter, yang dari tadi memperhatikan perdebatan itu tiba-tiba menyela.
"Dia benar, katanya. "Bukan dia pencurinya.
"Bab 18 PIHAK KETIGA
"BOB, Pete, dan Paul tercengang mendengar perkataan Jupiter.
"Bukan dia bagaimana, Jupe""
"Jupiter" kata Chief Reynolds dengan alis mata terangkat. "Kau tahu sesuatu yang kami tidak tahu""
Kukira begitu, Sir," kata Jupe lambat-lambat, "tapi aku tidak sepenuhnya yakin."
"Dalam hal yang serius seperti ini," kata Chief Reynolds, "kau tidak boleh sembarangan Kau harus yakin betul, Jupiter."
"Aku yakin betul bahwa William bukanlah pencuri rajawali itu, Sir. Yang aku belum yakin adalah siapa pencurinya sebenarnya. Tapi kalau Anda memberiku kesempatan. Chief, akan kutemukan orangnya."
Chief Reynolds menggeleng-geleng. "Aku ingin tahu bagaimana kau sampai pada kesimpulan yang luar biasa ini. Tadi di jalan kau baru saja bilang bahwa si pencuri dan si pemecah kaca adalah orang yang sama."
"Tidak, Sir. Aku tidak pernah mengatakan seperti itu. Kami cuma menganggap bahwa kasus ini sama. Ini karena ulah Jarvis Temple juga. Sekarang kukira aku punya penjelasan lain.
Apa itu, Satu"" tanya Pete dengan segera.
"Kita menghadapi orang yang menarik keuntungan dari kejadian ini," kata Jupiter.
"Keuntungan bagaimana"" kata Paul dengan dahi berkerut.
Chief Reynolds menjelaskan, "Kalau terjadi serangkaian perbuatan kriminal serupa yang dianggap dilakukan oleh satu orang, kadang-kadang ada orang lain yang memanfaatkan keadaan ini. Ia melakukan perbuatan kriminal yang sejenis sehingga orang tidak akan curiga padanya.
Jupiter mengangguk. "Kupikir ada orang yang tahu tentang tindakan perusakan jendela-jendela ini. Lalu ia memancing di air keruh. Dipakainya kesempatan ini untuk merusak jendela mobil Sarah Temple dan mencuri rajawali ganda. Ia berharap orang akan menyalahkan si pemecah kaca. "
"Itu baru suatu perkiraan, Jupe," kata Chief Reynolds.
"Mungkin, Sir," Jupiter mengakui. "Tapi aku menjadi yakin waktu Pete bercerita tentang William Margon. William keluar dari gedung dan berlari, tergopoh-gopoh ke gudang tempat sepedanya disimpan. Ia mencoba memindahkan barang-barang bukti itu."
Jupiter melanjutkan, "Hampir sejak awal ada orang yang terlibat dalam kasus ini, orang yang cemas melihat sepak terjang Pete, Bob, dan aku sendiri. Dia mencoba mempelajari apa yang Trio Detektif lakukan dengan menyelundup masuk ke dalam pangkalan dan mencoba memasang mikrofon untuk mendengarkan. Mikrofon itu gagal dipasang. Tapi dia berhasil memasang alat penyadap di kabel telepon kami. Dari situlah dia bisa memperingatkan William Margon bahwa Hantu ke Hantu mengawasinya. Dan ia mengirim berita palsu pada kami sehingga William dapat lolos.
"Tapi mereka kan belum tentu berkawan Jupe"" sanggah Pete.
Jupiter menggeleng. "Mereka tidak berkawan. Kita sudah menangkap si pemecah kaca, dan sekarang sudah jelas bahwa dia bekerja seorang diri. Tujuannya adalah untuk meningkatkan keuntungan Margon Glass Company. Nah, orang yang satu lagi berusaha melindungi William agar dirinya terlindungi juga! Orang ini memang memancing di air keruh. Ia tidak ingin si pemecah kaca tertangkap, karena polisi akan segera tahu bahwa si pemecah kaca bukanlah si pencuri rajawali. "
"Kau yakinkan hal ini, Jupe"" ujar Chief Reynolds dengan penuh keraguan.
''Ya, Chief. Nyatanya, orang itu kembali menelepon William Morgan untuk melindungi dirinya sendiri. Jupiter berpaling pada William Margon. Benar begitu, kan""
"Pemuda itu melongo. "Dari mana kautahu""
"Lalu kau diberi tahu bahwa peralatan itu sudah ditemukan dan polisi akan datang."
William Margon mengangguk lemas. "Suara itu juga yang memperingatkan. melalui radioku sewaktu aku bersepeda di Olive Street.
"Seperti menggumam"" kata Jupe. "Agak serak dan seperti suara oran
g dari Timur"" William Margon hanya bisa ternganga. "Kau tahu siapa orangnya""
"Tidak. " Chief ReYnolds mengangguk perlahan. "Semalam juga ada laporan aneh di radio polisi. Laporan tentang seseorang di Olive Street. Kau benar, Jupiter, ada orang lain yang terlibat. Apa usulmu sekarang"" .
Jupiter termenung. "Siapa pun orangnya, dia pasti ahli elektronika dan punya radio pemancar. Kita bisa mencari siapa orang yang memenuhi persyaratan ini, tapi aku punya usul yang lebih sederhana. Kurasa aku akan serahkan pencuri itu pada Anda malam ini juga, kalau Anda memberiku kesempatan untuk melaksanakan rencanaku."
"Tentu saja," Chief Reynolds menyetujui. Ia berpaling pada Mr. Margon dan anaknya, serta berkata, "Aku harus membawa anakmu ke kantor polisi, Jim.
Mr. Margon mengangguk dengan sedih. Ia memandang anaknya. "Kau mungkin bukan pencurinya, William, tapi kau telah melakukan perbuatan yang tercela. Kenapa anakku tega merusak seperti itu" Apa sebenarnya yang ada di kepalamu""
"Aku cuma ingin meningkatkan bisnis kita, Dad, dan meraih untung sebesar-besarnya."
"Ada banyak hal yang lebih penting dari uang, William.
"Aku ingin jadi manajer penjualan yang terbaik. Aku ingin sukses! Kan tidak ada salahnya berkeinginan begitu""
"Memang tidak, Nak," .sahut Mr. Margon dengan gundah. "Tapi caramu itu yang membuatku tidak mengerti. Bagaimana usahamu, itu sebenarnya yang jauh lebih penting dari apa yang kauhasilkan. Mendapat banyak uang hanya sebagian dari tujuan perusahaan ini."
"Aku... aku cuma ingin Daddy bangga padaku."
"Tidak. Kau hanya ingin menjadi orang penting. Kau ingin sukses karena sebab-sebab yang salah, Nak. Kau ingin menjadi orang penting, tanpa ingin mengerjakan hal-hal yang penting. Sekarang kau harus berani menanggung akibatnya."
Chief Reynolds mengangguk. Polisi membawa William Margon masuk ke dalam mobil patroli. . Ayahnya hanya bisa memandang dengan wajah sayu.
"Apa dia akan dihukum, Chief" tanyanya.
"Harus lewat pengadilan dulu, sahut Chief Reynolds. "Tapi kalau hukuman dijatuhkan, akan kita usahakan baginya untuk mendapat masa percobaan.
Trio Detektif dan Paul meninggalkan kedua
orang itu. Mereka menyeberangi jalan dan mengitari bukit untuk mengambil sepeda Bob dan Pete. Dengan bersepeda mereka kembali ke pangkalan.
"Setelah makan malam Jupiter duduk seorang diri dalam kantor Trio Detektif. Ia sedang berbicara di telepon.
"Dua" Panggil Bob dan Paul. Temui aku di sini, di kantor kita! Penting! Aku sudah tahu siapa pencuri rajawali ganda!"
"Pencuri rajawali"" sahut Pete di telepon. "Bukannya pencuri itu adalah si pengendara sepeda balap" Dia kan sudah ditangkap polisi""
"Tidak, Dua, bukan dia. Aku yakin ada orang yang memancing di air keruh. Dan aku tahu siapa orang itu."
"Siapa, Jupe"" Pete ingin tahu segera.
"Akan kutunjukkan dulu buktinya," kata Jupiter. "Akan kubeberkan bukti ini di hadapan kalian bertiga. Bukti itu ada di bengkel kerjaku di luar. Dan setelah itu akan kita serahkan bukti itu pada Chief Reynolds."
"Ayo dong, Jupe, beri tahu aku sekarang saja," pinta Pete.
Jupiter tertawa kecil. "Cuma sedikit petunjuk yang bisa kuberikan saat ini, yaitu kesalahan kecil tapi fatal yang diperbuat pencuri itu.
Sesudah itu, Penyelidik Satu menutup telepon. Tapi ia tidak meninggalkan karavan yang tersembunyi itu. Jupe hanya duduk dan sebentar-sebentar melirik jam tangannya. Matanya bersinar-sinar. Setelah untuk kesekian kalinya melihat jam. tangannya, ia bangkit.
Dibukanya tingkap menuju Lorong Dua. Tanpa suara, ia merayap perlahan-lahan. Makin lama makin dekat dengan ujung pipa yang menuju bengkel kerjanya.
Di ujung sana, ia bertiarap tanpa bergerak-gerak.
"Bab 19 MENYINGKAP KEDOK PENCURI
BUNYI gemerincing terdengar di bagian belakang pangkalan, dekat Kelana Gerbang Merah. Jupiter bertiarap di mulut Lorong Dua. Ia memasang telinganya.
Bisa jadi itu suara pengait yang dilemparkan ke atas pagar. Samar-samar Jupe mendengar suara langkah-langkah ringan memanjat pagar. Suara itu diakhiri dengan bunyi orang melompat ke dalam pangkalan.
Jupe menunggu dengan sabar.
Kini terdengar suara kale
ng berdentang. Orang itu menendang sebuah kaleng. Perlahan-lahan ia bergerak mendekati tumpukan barang bekas. Makin lama makin dekat dengan tempat Jupe menunggu. .
Lalu ada suara lagi. Suara jeritan tertahan. Kali ini datangnya dari arah yang berbeda sama sekali-dari suatu tempat dekat pintu bengkel kerja .Jupe yang terbuka itu. Di sana balok-balok kayu tertumpuk di antara bengkel kerja dengan gerbang pangkalan.
Jupe menahan napas. Siapa yang menjerit tadi" Ia menunggu suara berikutnya. Dicobanya untuk menangkap suara yang selembut apa pun di sana.
Namun hanya ada keheningan yang mencekam. Hanya suara laju lintas dari Coast Highway yang terdengar bagaikan orang menggumam.
Penyelidik Satu menggigit bibir bawahnya. Tahu-tahu sebuah derakan terdengar tepat dari samping jalan masuk ke bengkel kerja itu!
Seseorang mencoba memanjat tumpukan pintu tua di sana. Memanjat untuk mengintip keadaan bengkel kerja dari atas.
Jupiter tetap menunggu di dalam pipa yang gelap.
Akhirnya suara itu berpindah. Langkah-langkah halus terdengar tepat di atas Jupe!
Lambat-laun ia dapat merasakan ada sesosok hitam berdiri di bengkel kerjanya. Sosok itu tidak lebih dari dua meter dari mulut Lorong Dua. Jupe menahan napas lagi.
Sosok itu bergerak. Dan tiba-tiba seberkas sinar muncul. Sinar itu mengarah ke sekeliling bengkel kerja Jupe.
Sosok hitam tadi bergerak menjauhi mulut Lorong Dua. Kini Jupe dapat melihatnya lebih jelas. Ternyata dia orang yang berpakaian serba hitam: jeans hitam ketat, kaus hitam berlengan panjang, topi ski hitam yang menutupi muka sampai ke leher, sarung tangan hitam, dan sepatu olahraga hitam
Penyelidik Satu mengawasi orang itu mengendap-endap di dalam bengkel kerja. Ia mencari-cari sesuatu dengan senter kecilnya. Caranya bergerak mengingatkan Jupe pada sesuatu. Sesuatu...
Tiba-tiba Jupe tahu jawabnya.
"Selamat malam, Sarah Temple!"
Sosok itu tersentak. Hampir saja senternya terlepas dari tangannya. Dari dua lubang mata topi ski itu, sepasang mata tampak melotot.
Penyelidik Satu keluar dari tempat persembunyiannya. Jupiter berkata dengan sopan dan tenang, "Harusnya aku sudah tahu sejak awal, sejak pamanmu mengatakan ia sangat terganggu dengan radio CB-mu. Mobilmu pasti mobil Datsun merah yang kami lihat di depan rumahmu. Dan mobil itu pula yang kaupakai ketika kau pertama kali datang ke sini. Antena parabola juga milikmu. Kau penggemar radio dan TV, selain juga ahli elektronika. Dan kau pulalah yang masuk ke pangkalan ini secara sembunyi-sembunyi waktu itu, seperti sekarang ini." .
"Aku... aku tidak sembunyi-sembunyi." Sarah Temple membuka topinya. Rambutnya yang hitam tergerai. "Aku datang ke sini untuk membicarakan keinginan pamanku. Kebetulan saja aku suka memakai topi ini. Pamanku sudah mengubah pikirannya. Ia ingin menyewa kalian. Ia..."
"Oh, ya"" sela Jupe dengan acuh tak acuh. "Pasti. kau juga yang menyuruh sepupumu, Willard untuk menelepon kami dan mengundang kami datang ke sana. Kau waktu itu sedang berada di tiang telepon, berpura-pura sebagai petugas kantor telepon. Jadi kau dapat mengetahui kabel mana yang harus kausadap."
"Kau pasti sudah gila! Menyadap apa""
"Menyadap telepon," kata Jupiter dengan tenang. "Dan itulah sebabnya mengapa kau kemari malam-malam begini. Kau ingin mencuri bukti yang kami peroleh tentang si pencuri rajawali ganda." Ia menatap gadis itu. "Dan kau tahu tentang bukti itu karena kau menyadap pembicaraanku dengan Pete di telepon!"
Sarah Temple balas menatap Jupe dengan tajam. Mukanya memucat. Untuk beberapa saat ia berdiam diri. "Ya, aku memang menangkap pembicaraanmu. Sekarang di mana bukti itu" Serahkan bukti itu padaku!"
"Seharusnya waktu itu aku sudah tahu," lanjut Jupe tanpa mengindahkan perkataan Sarah Temple. "Kaulah yang mengantar pamanmu malam itu. Dan hanya kau yang tahu bahwa rajawali itu tertinggal di dalam mobil. Orang yang melihatnya dari luar hanya akan melihat sebuah kotak kecil. Kau tahu mengenai pemecahan kaca-kaca, karena kau menangkap pembicaraan polisi di radiomu. Pasti itu salah satu hobimu. Lalu kau mendapat ide untuk mencuri rajawali itu dengan m
emecahkan jendela mobil. Dengan demikian orang akan mencurigai si pemecah kaca sebagai pencurinya. Kau benar-benar memancing di air keruh."
"Itu milikku!" seru gadis itu. Aku butuh uang! Ia tidak pernah memberiku cukup uang. Aku akan bagi itu denganmu, Jones! Lima puluh ribu dolar untukmu! Tapi berikan bukti itu padaku. Dan kau akan jadi kaya!
Jupe menghela napas dalam kegelapan. "Kau melihat kami malam itu di dekat Rolls-Royce. Kelakuan kami membuatmu curiga. Apa yang kami lakukan waktu itu" Karena itu kau mencari data-data tentang kami. Kau menelepon perusahaan penyewaan mobil, lalu mencoba memasang mikrofon untuk menyadap pembicaraan kami. Tapi kau gagal. Dua hari kemudian kau menjumpai kami. Kau punya kesempatan untuk mempelajari siapa kami dan apa yang kami kerjakan. Kau tambah khawatir, sehingga kau menyadap telepon kami. Satu-satunya hal yang harus kaulakukan adalah membantu si pemecah kaca agar tidak tertangkap polisi-supaya kau juga aman."
"Oke," kata Sarah Temple. "Kita bagi dua! Setelah aku jual rajawali itu, kau mendapat seratus dua puluh lima ribu dolar! Kau akan segera kaya, Jones! Kau bisa berleha-leha, bersantai-santai dengan uang sebanyak itu!"
Jupiter tidak peduli. "Kalau saja kau tidak berbuat kesalahan kecil pada awalnya, kau mungkin bisa lolos."
"Kau akan kaya! Apa pun yang kauinginkan akan bisa kau beli!"
"Tidak, Miss Temple," sahut Jupiter dingin. "Tidak semuanya dapat dibeli."
"Serahkan bukti itu padaku!"
Gadis jangkung itu maju selangkah mendekati Penyelidik Satu. Jupiter tetap berdiri tegak. Ia menatapnya tajam-tajam.
"Bukti itu tidak ada," tegasnya.
"Pembohong"" Suara Sarah Temple bergetar. Apa maksudmu""
"Ini semua cuma perangkap. Sudah jelas bahwa pencurinya adalah kau atau Willard sepupumu. Suara kalian tidak jauh berbeda. Cara yang paling cepat adalah dengan menjebak si pencuri melalui telepon. Tadi pagi aku baru menyadari bahwa ada orang yang mendengarkan pembicaraanku dengan Chief Reynolds. Si penyadap ini lalu memperingatkan William Margon supaya menghilangkan barang-barang bukti itu."
Tidak ada bukti"" kata Sarah Temple.
"Tidak, sampai saat ini," Jupiter mengakui.
Kau, kau...! Gadis itu menyambar sebuah palu besar dari meja kerja. Ia menyerbu Jupiter
"Akan ku...!" Secara serentak beberapa orang muncul di sekeliling bengkel kerja. Mereka adalah Chief Reynolds beserta anak buahnya, Bob, Pete, dan Paul. Muka Pete agak merah. Dialah tadi yang menjerit karena kakinya tersangkut sehingga hampir menggagalkan perangkap ini. Ada seorang lagi muncul di antara polisi dan anak-anak.
Dia berjalan terpincang-pincang dengan tongkatnya ke arah Sarah Temple. Sarah masih mengangkat palu itu, siap untuk menghantam Jupiter.
Jangan tambah dosamu, Sarah," kata Jarvis Temple. Ia tidak lagi marah, tetapi sedih. "Keponakanku sendiri ternyata pencuri. Aku merasa bersalah. Aku terlalu memanjakanmu, memberimu segala yang kau minta-mobil. peralatan radio dan elektronika, peralatan ski... segalanya. Tanpa banyak tanya lagi aku memberikan sesuatu yang kau minta. Seharusnya aku memberikan lebih banyak perhatian padamu. Mungkin sekarang sudah terlambat." Orang tua itu mendesah.
Chief Reynolds memberi tanda untuk menangkap Sarah Temple. Gadis berambut hitam itu memandang dengan lesu pada polisi yang memegangnya. Mendadak ia menjerit sambil memberontak. Tangannya merogoh ke dalam sakunya.
"Kalau aku tidak boleh memilikinya, tidak seorang pun boleh!" Sambil berteriak begitu ia melempar sesuatu. Polisi dengan sigap menahan sikunya. Benda yang dilemparnya melambung tidak tinggi ke dekat Pete. Dengan gesit Pete menangkapnya.
Pete membuka tangannya. Uang logam emas itu berkilau-kilauan, sekalipun dalam kegelapan malam. Setiap orang memandangnya tanpa bersuara.
Chief Reynolds mengangguk sekali lagi pada polisi yang. memegang Sarah Temple. Polisi itu membawa si gadis ke dalam mobil. Sarah Temple menurut saja dengan kepala terkulai.
"Bab 20 TANTANGAN MR. SEBASTIAN
"BEBERAPA hari kemudian, Jupiter, Pete, dan Bob duduk di dalam truk kecil abu-abu di depan toko Jacobs. Paul duduk di belakang kemudi de
ngan riang. Ia memanggil ayahnya.
"Jadi aku boleh mengantar kawan-kawanku"
"Ke mana pun boleh, Paul. Aku merasa bersalah karena telah mencurigaimu selama ini.
"Ah, lupakan saja, Dad. Yang penting semuanya sekarang sudah beres.
"Tapi aku masih ingat," kata Mr. Jacobs, "ketika kau dengan sia-sia mencoba menerangkan tentang pengendara sepeda itu padaku. Aku sukar untuk mempercayaimu waktu itu! Mana ada orang yang tega merusak dengan sengaja jendela-jendela mobil di kota ini. Tapi kalian telah membuktikannya. Dan aku bangga Paul ikut membantu memecahkan kasus ini."
"Bukan sekadar kasus tapi misteri, koreksi Jupiter. Kejadian mi membuat banyak orang bertanya-tanya, dan hampir saja kita terkecoh oleh Sarah Temple.
""Kasihan gadis itu," kata Mr. Jacobs. "Oke, Anak-anak, terima kasih atas kerja keras kalian.
Beberapa saat kemudian Paul sudah meluncurkan truknya menuju Coast Highway. Dekat Malibu. Pete memintanya untuk membelok ke Cypress Canyon Drive. Mereka berhenti di depan sebuah rumah besar bercat putih dengan lampu-lampu neon di bagian atapnya, satu-satunya tanda yang menunjukkan bahwa rumah itu dulunya restoran. Anak-anak turun dari truk dan membunyikan bel.
Tak lama kemudian mereka mendengar suara orang berjalan memakai tongkat. Pintu dibuka oleh seorang pria kurus berambut abu-abu. Dia adalah Hector Sebastian, kawan dan sekaligus penasihat Trio Detektif. Mr. Sebastian mengubah pekerjaannya dari detektif swasta menjadi penulis novel misteri sejak kakinya terluka parah pada suatu kecelakaan.
"Halo, Anak-anak," sapa Mr. Sebastian. Mari masuk.
Ia berjalan di muka, memasuki ruang tamu. Sambil bertelekan tongkatnya, ia mempersilakan anak-anak duduk di sekitar meja besar dekat perapian.
"Mana Don"" tanya Jupe. Hoang Van Don, yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan juru masak Mr. Sebastian. biasanya yang membukakan pintu.
"Ia sedang sibuk," kata Mr. Sebastian. Ia sudah siap untuk memasak.
Penulis novel itu menunjuk ke arah teras yang terpisahkan kaca besar dari ruang tamu. Di balik kaca yang memanjang itu nampak pemandangan indah Coast Highway dan Samudera Pasifik. Di salah satu sudut -teras duduk bersila seorang pria ramping dalam baju putih dan celana hitam. Kepalanya tak bergeming menatap lautan yang terbentang. Wajahnya serius.
"Siap memasak"" kata Bob. "Kelihatannya ia sedang bersamadi."
"Memang," sahut Mr. Sebastian. Don sedang menenangkan diri dan menyegarkan pikirannya dengan bersila di udara. terbuka. Udara di luar memang segar dan bersih. Aku sendiri suka duduk-duduk di sana. Sering ilham untuk novel-novelku datang selagi aku duduk bermenung di sana."
"Hmm, masuk akal," komentar Jupe. "Memang ilham akan datang kalau pikiran. kita jernih. "
"Sekarang," lanjut Mr. Sebastian, "ceritakan kasus kalian yang terbaru. Yang kauceritakan di telepon membuatku penasaran, ingin tahu selengkapnya.
"Ini semua berawal dari Paul Jacobs, kata Jupiter, memperkenalkan kawan baru mereka.
"Aku yang mula-mula menemukan kasus ini," ujar Pete dengan bangga.
Bob menyerahkan catatannya pada Mr. Sebastian
Penulis kisah misteri itu menyandar di kursi, lalu mulai membaca. Sementara menunggu, anak-anak melihat Don bangkit dan menghilang di samping rumah. Tak lama kemudian terdengar suara orang memasak dari dapur.
Akhirnya Mr. Sebastian meletakkan catatan Bob di meja.
"Luar biasa. Aku sendiri tidak akan percaya bahwa William Margon pelakunya, kalau kalian tidak membuktikannya. Apa ia sudah dijatuhi hukuman""
Ya," sahut Pete. "Ayahnya mengembalikan uang setiap orang yang pernah menservis jendela mobilnya di. sana. Hakim menjatuhkan hukuman luar penjara padanya. Ia dijatuhi hukuman kerja sampai ia bisa melunasi segala ongkos ganti rugi itu pada ayahnya. Jabatannya di perusahaan diturunkan sampai ke tingkat yang paling rendah. Ia hanya akan bisa naik pangkat kalau benar-benar bekerja keras. Mobilnya dan segala kemewahan lainnya tidak bisa dipakainya untuk sementara ini."
"Itu hukuman yang mendidik," kata Mr. Sebastian. "Dan bagaimana dengan Sarah Temple""
"Ia dihukum pula oleh pamannya," sahut Bob. "Untun
gnya, dia belum menjual rajawali ganda itu sehingga Jarvis Temple tidak menuntutnya. Tapi Sarah tidak diperbolehkan mengendarai mobilnya lagi. Demikian pula peralatan elektronika, radio, dan barang-barang yang pernah dibelikan pamannya diambil kembali-dan dia diusir dari rumah itu."
"Keras juga orang tua itu, kata Mr. Sebastian.
"Ya," kata Jupiter, "tapi hatinya sebenarnya baik. Ia masih mau membantu mencarikan pekerjaan untuk Sarah, di sebuah pemancar radio - tempat yang cocok baginya. Dan ia masih mau membayarkan uang kuliah Sarah di jurusan elektronika. Tapi selain itu, Sarah harus membiayai hidupnya sendiri."
"Iia dan William Margon memang harus belajar bekerja keras," kata Mr. Sebastian. "Tidak ada Jalan pintas untuk bisa sukses."
Jupiter tiba-tiba mencium aroma yang sedap memenuhi ruang tamu. Air liurnya mulai menitik. Tak sabar ia menanti hasil masakan Don
"Jupe," kata Mr. Sebastian lagi, Setelah kau berhasil menjebak Sarah Temple, kau mengatakan bahwa ia melakukan suatu kesalahan kecil sejak awal. Kesalahan apa itu""
"Ia memecahkan jendela yang salah," kata Jupiter. Begitu aku sadar hal itu, aku tahu bahwa ada orang yang memancing di air keruh. Uang logam Itu ditinggal di bangku depan, di samping bangku pengemudi. Jendela yang pecah adalah jendela yang dekat bangku penumpang, bukan jendela dekat pengemudi. Dan jendela yang pecah itu menghadap ke rumah, bukan ke jalan. Jadi tidak mungkin si pengendara sepeda balap memecahkan Jendela itu. Ia hanya bisa memecahkan kaca yang menghadap ke arah jalan."
Tajam sekali pengamatanmu, Jupe," kata Mr. Sebastian. Satu hal lagi. Ketika kau dan Paul memanggil polisi dari pangkalan, kau belum tahu bahwa si pengendara sepeda itu ialah William Margon. Kau hanya tahu dia bekerja di Margon Glass Company. Jadi bagaimana Sarah Temple, yang menyadap pembicaraanmu dengan polisi, tahu kepada siapa ia harus memberi peringatan""
Jupiter menghirup udara di ruang tamu yang sudah penuh dengan aroma yang sedap.
"Sarah tidak tahu siapa yang harus diperingatkan," jawab Jupe. "Ia hanya tahu ciri-ciri pengendara sepeda balap itu dan ia menggambarkan ciri-ciri itu kepada orang yang menjawab teleponnya. Semua orang di Margon Glass Company tahu tentang William Margon dan hobinya bersepeda balap. Ciri-ciri itu hanya cocok bagi William Margon. "
"Jadi Sarah beruntung," kata Mr. Sebastian, dan begitu pula kalian. Kalau Sarah tidak menelepon, kalian akan mengalami kesulitan dalam menemukan William dan menangkap Sarah.
"Tapi cepat atau lambat akan kami temukan juga," tukas Bob dingin.
"Mungkin," sahut Mr. Sebastian. "Tapi akan kuceritakan apa yang kudapat dari pekerjaanku sebagai detektif dulu. Sedikit keberuntungan dan banyak kerja keras yang akan mengungkap segala kasus."
Saat itu pintu dapur terbuka. Don masuk sambil membawa sebuah nampan. Ia meletakkan lima piring kecil bundar di meja serta beberapa peralatan yang aneh. Terdapat enam buah cekungan pada tiap piring. Dan dalam tiap lubang terdapat sebuah bekicot
"Bekicot!" seru Don sambil membuka kedua tangannya. "Dimasak dengan cara Prancis yang sudah terkenal. Favorit setiap ahli pencicip makanan di dunia!" .
Dengan perasaan jijik keempat anak itu melihat apa yang terhidang di hadapan mereka. Untung Don tidak menyadari perubahan air muka mereka. Hector Sebastian sibuk menyiapkan piringnya.
Don kembali ke dapur sambil tersenyum puas.
Mr. Sebastian menoleh pada anak-anak. Ia tergelak. "Orang tidak akan jadi hebat kalau dia tidak suka makan bekicot, " katanya bergurau.
"Terima k"sih, tapi aku lebih suka tidak jadi orang hebat, daripada harus makan bekicot ini " kata Jupe.
"Aku juga," kata anak-anak lainnya serempak.
"Cobalah dulu," bujuk Mr. Sebastian. "Orang yang berani berhadapan dengan penjahat harus berani mencicipi bekicot. Cobalah satu dulu, kalian pasti suka."
Dengan tangan kirinya, Mr. Sebastian menjepit sebuah rumah bekicot, memakai alat aneh yang berbentuk seperti penjepit. Tangan kanannya mengorek isi rumah bekicot itu dengan sebuah garpu. Ia mengeluarkan segumpal daging berwarna keabu-abuan, yang tampak seperti kar
et, lalu dicelupkan ke dalam mentega cair campur daun seledri. Akhirnya dimasukkannya daging itu ke dalam mulutnya.
""Sedap!" katanya. "Sekarang giliran kalian."
Tidak seorang pun bergerak. Pete yang akhirnya memulai. Dikoreknya isi bekicot. Teman-temannya menutup hidung ketika ia mengunyah daging bekicot itu.
"He," katanya. "enak juga! Empuk. Yang terasa cuma menteganya. Sedap juga rasanya!"
Satu per satu anak-anak itu mencobanya. Tapi hanya Pete yang benar-benar suka. Ia dan Hector Sebastian menghabiskan semua bekicot yang tersisa di piring yang lain. Kemudian anak-anak mengucapkan terima kasih dan pamit.
Jupiter menarik napas panjang ketika mereka sudah di luar. "Masih mendingan disuruh berhadapan dengan penjahat tiap hari!"
Selesai tamat Setan Pedang Perak 1 Sherlock Holmes - Batu Mazarin Pedang Sinar Emas 24
^