Pencarian

Misteri Kaca Kaca Remuk 2

Trio Detektif 38 Misteri Kaca Kaca Remuk Bagian 2


lau kau ingin mengetahui keadaan sebenarnya, kalian kupersilakan menelepon agenku, Rent-n-Ride Auto Rental Company.
Trio Detektif"" ulang sersan itu dengan tidak percaya.
"Itu, kata Jupiter dengan bangga, "adalah nama grup kami. Seperti yang tadi telah kujelaskan pada Anda, kami sedang menyelidiki kasus pecahnya kaca-kaca jendela mobil. Itulah sebabnya...
"Jangan dengar apa kata maling gendut itu!" si orang tua berteriak sembari mencoba melepaskan diri dari kedua orang muda yang memeganginya.
"Aku dapat membuktikan pernyataan Jupiter Jones ini, Sersan, kata Worthington. Aku bersedia menjadi saksi atas kebenaran ucapan kawan mudaku ini.
"Tapi, mereka kan bukan detektif sungguhan," ujar si pemuda. Mana mungkin sekecil itu sudah bisa jadi detektif. Mereka kan masih anak-anak."
"Dan kami melihat dia melempar kaleng ke kaca jendela Rolls-Royce ini, si gadis menimpai.
Letnan dan sersan itu memandangi anak-anak satu per satu. Kemudian mereka saling bertukar pandang. Si letnan menghela napas. Ia kebingungan.
"Aku jadi tidak tahu harus mempercayai siapa sekarang."
Sebuah suara datang dari jalan di belakang mereka. "Aku dapat membantumu, Letnan!"
Bab 8 RAJAWALI YANG TERCURI
"CHIEF REYNOLDS dari kepolisian Rocky Beach menerobos kerumunan orang mendatangi letnan dan sersan itu. Ia mengangguk pada Trio Detektif dan Worthington. Kemudian ia berbicara pada letnan yang sedang kebingungan itu.
"Aku dapat menjamin, Samuels, bahwa semua yang anak-anak dan Worthington katakan adalah benar. Mereka memang Trio Detektif; mereka sering menyewa Rolls-Royce ini; mereka tidak akan memecahkan kaca mobil ini atau mencuri apa pun; dan kalau mereka bilang mereka sedang menyelidiki kasus ini, maka itu berarti mereka benar-benar sedang melakukannya."
"Yes,' Sir," kata Letnan Samuels.
"Karena kau belum pernah bertemu dengan anak-anak ini, wajar kalau kau tidak tahu semua ini," kata Chief Reynolds. "Tapi kalau kau melihat barang bukti mereka, kau akan menemukan kartu dariku yang mendukung mereka."
"Kami tadi melihat anak yang lebih tinggi ini melempar kaleng pada Rolls-Royce, Chief." Sersan itu mencoba mempertahankan diri. "Sudah dua bulan sejak kami mulai pencarian ini. Dan tadi kami merasa telah menangkap basah pelaku perbuatan ini."
"Aku akui kasus kali ini membuat kita frustrasi," kata Chief Reynolds dengan penuh pengertian. Ia berpaling pada Trio Detektif. "Bagaimana bisa terjadi seperti ini, Anak-anak"" tanyanya.
Jupiter menceritakan kisah yang dialami Paul Jacobs dengan truk kecilnya, dan juga kecurigaan Mr. Jacobs bahwa anaknya tidak memberikan keterangan selengkapnya tentang sebab-sebab pecahnya kaca truk itu beberapa kali.
"Aku khawatir orang dewasa cenderung menyalahkan anak muda dalam hal-hal seperti ini," ujar Chief- Reynolds. Ia menoleh pada Letnan Samuels. "Bahkan juga polisi."
"Berapa lama polisi telah menyelidiki kasus ini, Sir"" tanya Jupiter. "Mengapa anak buah Anda berkumpul di dalam satu blok ini""
"Kami sudah berurusan dengan kasus ini untuk hampir enam minggu, Jupiter," Chief Reynolds menjelaskan. "Sejak itu jelas bahwa kaca-kaca pecah bukanlah suatu kebetulan. Ada sesuatu di balik ini semua yang menyebabkan kaca-kaca berpecahan di mana-mana di kota ini. Anak buahku sudah mengawasi beberapa lokasi. Blok ini sudah dijaga selama tiga malam."
"Apakah sudah ditemukan sesuatu, Chief"" tanya Bob.
"Tidak sesuatu pun, Bob, Tidak ada secuil pun kejadian yang mencurigakan - sampai malam ini." Chief Reynolds menyeringai. "Jendela-jendela pecah di berbagai tempat, tapi tidak. pernah di tempat yang kami awasi"
"'Hmm," gumam Jupiter. "Ini juga terjadi pada kita, sekalipun ini baru pengawasan kita yang kedua. "
"Chief," kata Bob, "ada apa sebenarnya dengan burung rajawali itu""
Chief Reynolds melihat pada orang tua berpakaian hitam, yang berdiri menatap tajam pada anak-anak dan polisi. Rambutnya yang berminyak masih acak-acakan. Tapi seseorang telah mengambilkan tongkatnya. Ia mengancam-ancam lagi dengan tongkatnya, sambil mengumpat-umpat.
"Minggu lalu," Chief Reynolds menjelaskan, "Mr. Jarvis Temple melaporkan b
ahwa rajawalinya telah dicuri dari mobilnya yang terkunci di depan rumahnya - rumahnya di sebelah situ, di balik pepohonan. Ia tidak sengaja meninggalkan rajawali itu dalam mobilnya. Malamnya ia baru ingat, dan ia keluar malam itu juga untuk mengambil rajawali dari mobilnya. Tapi ia menemukan kaca jendela kiri depan telah pecah. Dan rajawalinya hilang. "
"Kalau kacanya pecah," kata Bob, "mungkin rajawali itu terbang sendiri."
"Tidak, Bob," ujar Pete. "Mestinya rajawali itu dikurung dalam sebuah sangkar. Rajawali itu burung berbahaya: Tapi aku masih belum percaya bagaimana mungkin orang bisa lupa pada rajawalinya."
"Si tua Jarvis Temple masih mengamati anak-anak dengan curiga. Kini ia melepaskan diri dan kedua orang muda yang menemaninya. Sekali lagi ia mendatangi anak-anak dengan terpincang-pincang.
"Dasar anak tak tahu diri! Sudah mencuri, berbohong lagi! Mereka sekarang berpura-pura tidak tahu persoalan. Mereka bicara tentang burung lagi! Mereka tahu..."
Mata Jupiter tiba-tiba bersinar-sinar. "Tentu saja! Yang kau maksud pasti bukan burung sungguhan - itu pasti uang logam! Uang logam antik! "
"Uang logam yang langka sekali," Chief Reynolds mengiaakan.
"Dart Amerika, Jupiter mengingat-ingat. "Uang logam emas sepuluh dolar dan dicetak pada awal tahun 1800-an. Pada uang logam itu tergambar seekor rajawali, karena itu dinamakan rajawali. Dan uang logam lima dolar, setengah rajawali, yang dibuat pada tahun 1822 termasuk yang paling langka di dunia."
"Kalian dengar itu!" sergah Jarvis Temple. "Anak berandal ini tahu segala-galanya tentang uang logam!"
"Jupiter tahu segala-galanya," kata Pete sambil nyengir.
Ya, hampir segalanya." Chief Reynolds tersenyum. "Tapi aku jamin, Mr. Temple, anak ini bukan maling."
Jarvis Temple mendengus. Matanya menatap tajam pada Jupiter. Si pemuda yang bersamanya menepuk pundaknya seakan mau menenangkannya. Ia tersenyum pada Trio Detektif dan Chief Reynolds.
"Pamanku kesal sekali, Chief. Tentu saja kami percaya pada Anda. Dan aku senang bisa bertemu dengan anak-anak yang cemerlang ini. Aku Willard Temple dan ini sepupuku Sarah."
Gadis di sampingnya mengangguk.
"Berapa nilai uang logam Anda itu"" tanya Jupiter.
"Sebenarnya," sahut Willard Temple, "milik kami adalah rajawali ganda."
"O, dua puluh dolar," sambung Jupiter. "Yang paling jarang adalah yang dibuat tahun 1849. Cuma ada satu, dan itu disimpan pemerintah. Mereka bahkan menolak ditawari sejuta dolar untuk sekeping uang logam dua puluh dolar itu."
"Ya," kata Willard Temple, "dan kini hanya ada tiga dari uang logam yang dibuat tahun 1853 di atas 2, masing-masing berharga setengah juta."
"Apa di atas apa"" tanya Pete.
"Tahun uang logam itu 1852, dengan 3 dicetak di atas 2 sehingga tahun itu menjadi 1853," Jupe menjelaskan.
"Betul," kata Willard. "Milik kami adalah rajawali ganda tahun 1907. Hanya ada sedikit orang yang memiliki uang logam seperti itu. Tidak ada goresan sedikit pun pada uang itu. Harganya bisa mencapai sekitar dua ratus lima puluh ribu dolar."
""Kenapa benda semahal itu dibawa-bawa dalam mobil"" tanya Bob.
"Kami baru membawanya kembali dari sebuah pameran," kata Sarah Temple. "Paman kelupaan membawanya ketika turun dari mobil."
Sarah berpostur tinggi dan ramping. Umurnya delapan belas atau sembilan belas tahun. Kemejanya bergaya militer dan celananya jeans. Iamemakai kacamata hijau gelap, sekalipun di malam hari seperti ini. Ia tersenyum pada anak-anak, khususnya pada Paul. Pamannya membelalak pada Sarah, seperti ketika ia marah pada anak-anak dan polisi. Rupanya mudah tersinggung sudah menjadi sifatnya.
Keponakanku mengendarai mobil terlalu cepat sambil menghidupkan radio CB sepanjang jalan. Aku merasa sangat terganggu. Kurasa setiap orang waras akan merasa terganggu dalam keadaan seperti itu! Aku harus cepat-cepat keluar dan beristirahat di rumah. Karena itu aku lupa kotak itu. Kutinggal kotak itu pada bangku di samping sopir. Sewaktu aku kembali untuk mengambilnya, aku melihat kaca mobilku pecah. Dan rajawaliku hilang!"
Jarvis Temple terduduk di trotoar. Kedua tangannya menekan kepalanya. Seakan-
akan tragedi itu terulang lagi padanya saat itu. Willard berlutut untuk menenangkannya. Willard berumur sekitar dua puluhan. Badannya relatif pendek, dan rambutnya lebih tipis dari rambut merah Sarah.
"Kolektor uang selalu mempunyai semacam ikatan emosi dengan koleksinya," kata Jupiter lengan simpatik
"He," seru Pete. "Apa mungkin kaca-kaca itu pecah karena pelakunya ingin mencuri sesuatu dari dalam mobil""
Jupiter menggeleng. "Tidak banyak barang-barang berharga yang ditinggal di mobil, Dua."
"Dan selain itu." ujar Paul Jacobs. "tidak ada yang hilang dari truk kecilku."
"Atau mobil ayahku," tambah Bob.
Willard Temple bangkit kembali. "Kalau begitu, apa alasan lain yang menyebabkan kaca-kaca itu dipecahkan ""
"Pasti itu perbuatan suatu kelompok pencuri," ujar Sarah Temple.
Chief Reynolds menggeleng. "Tidak, anak-anak benar. Tidak ada laporan tentang barang-barang yang hilang dari mobil-mobil yang kacanya pecah. Bahkan kebanyakan mobil itu tidak terkunci. Lebih mungkin kalau penyebabnya adalah keberandalan. "
"Aku tidak setuju, Chief," Bob keberatan. Kalau cuma sekadar berandal, mestinya Anda sudah berhasil menangkap mereka. Atau paling tidak menakut-nakuti supaya mereka jera."
"Keberandalan biasa saja tidak mempunyai M.O., bukankah begitu, Chief Reynolds"" tanya Jupiter sembari berpikir. Ia menceritakan apa yang dapat disimpulkannya dari peta di kantor Trio Detektif.
"Selalu Senin dan Rabu, dan selalu dalam garis lurus"" kata Chief Reynolds dengan dahi berkerut.
"Itu memang seperti M.O. yang rapi. Tapi mengapa" Tidak mungkin hanya karena ada orang yang sekedar ingin memecahkan kaca-kaca mobil. Mesti ada sesuatu di batik itu."
"Itulah yang membingungkan, Chief," Jupiter mengakui. "Namun aku masih yakin, pasti ada sebab-sebab yang masuk akal di balik ini semua. Bolehkah kami melanjutkan penyelidikan kasus ini, Chief""
"Kukira aku tidak bisa menghalangi kalian," kata Chief Reynolds seraya tersenyum, "tapi hati-hati, Anak-anak. Ingat, ada maling yang mencuri uang logam antik senilai seperempat juta dolar. Kalau kau menemukan petunjuk yang berhubungan dengan uang logam itu, hubungi aku secepatnya. Kalian jangan bertindak lebih dari itu. Mengerti, Anak-anak""
Chief Reynolds menatap anak-anak satu per satu, kemudian menoleh pada Worthin"ton. Mereka semua mengangguk dengan bersungguh-sungguh.
"Tentu saja, Chief," ujar Jupiter. "Tapi bolehkah kami melihat hasil laporan dari pengamatan yang telah Anda lakukan""
"Maaf, Jupiter. Itu dokumen rahasia kami, hanya boleh dilihat oleh pihak kepolisian."
Jupiter menggigit bibir bawahnya, kecewa.
"Chief," kata Bob, "bolehkah seorang wartawan dari perusahaan koran ayahku mewawancarai berapa polisi yang ikut terlibat dalam kasus ini""
"Mata Chief Reynolds mengedip. "Well, mengapa tidak boleh, Bob" Pers punya kebebasan, kan" Tentu saja, wartawan itu harus memperlihatkan tanda pengenal yang sah."
"Oh, baik.., Bob berhenti. Ia nyengir. "Maksudku, mereka akan segera mempunyai tanda pengenal yang sah, Sir."
Chief Reynolds tergelak. "Jadi kalian sendiri yang akan menjadi wartawan itu, Anak-anak. Cerdik sekali!" Kemudian mukanya menjadi serius lagi. "Sebenarnya aku dan anak buahku sudah beberapa kali diwawancarai. Tapi hasilnya nol besar. Aku khawatir kalian hanya akan membuang-buang waktu saja."
"Mungkin memang begitu, Chief," sahut Jupiter. "Tapi kami ingin mencoba. Barangkali saja mata-mata baru akan memberikan hasil pengamatan yang baru pula."
Dengan sungguh-sungguh Chief Reynolds mengangguk. Tapi di balik pet seragamnya, matanya mengedip lagi.
"Bab 9 WARTAWAN SEHARI
"KEEMPAT anak itu berkumpul di rumah Bob pukul delapan keesokan paginya. Bob telah memberi tahu ayahnya apa yang mereka perlukan. Dan Mr. Andrews telah mempersiapkan tanda-tanda pengenal wartawan bagi keempat anak itu.
Aku dengan resmi mempekerjakan kalian sebagai wartawan freelance, satu dolar per hari dan menugaskan kalian untuk mewawancarai beberapa polisi yang menyelidiki kasus pemecahan kaca-kaca mobil.
Mr. Andrews memberi masing-masing anak cek senilai satu dolar dan sebuah kartu resmi pers.
"S ekarang kalian bekerja untuk harianku, hanya untuk hari ini."
"Terima kasih. Dad," kata Bob. "Terima kasih banyak.
Kawan-kawan Bob berulang kali mengucapkan terima kasih sebelum mereka pergi dengan sepeda. Paul Jacobs mengendarai sepeda tua yang disimpan di garasinya. Mereka langsung menuju kantor polisi.
"Kita akan berpisah dan masing-masing mewawancarai satu polisi yang ikut menangani kasus ini. Perlihatkan tanda pengenal kalian, dan kalau ada yang berkeberatan, katakan bahwa Chief Reynolds telah memberi izin. Dengan begitu kita akan mendapat keterangan dari empat polisi yang berbeda," Jupiter memberi petunjuk sambil mengayuh sepedanya.
Apa yang harus kita tanyakan. Jupe"" tanya Pete.
"Kita ingin tahu berita- tentang segala sesuatu yang aneh yang mungkin mereka lihat, apa saja yang menarik perhatian." kata Jupe. "Tapi yang paling penting, kita ingin tahu setiap orang yang pernah mereka lihat pada malam-malam terjadinya perusakan, sejauh ingatan mereka."
Jupiter yang mula-mula masuk ke kantor polisi. Bob menyusul bersama Paul. Pete masuk paling akhir. Jupe melapor pada polisi yang sedang bertugas. Ia harus berdebat panjang lebar dengan polisi itu sebelum akhirnya Jupe menyebutkan nama Chief Reynolds. Setelah mendengar nama itu barulah anak-anak diizinkan mewawancarai beberapa polisi.
Pete menemui seorang polisi di mobilnya, tepat ketika polisi itu hendak berangkat bertugas.
"Pengawasan pada kasus pemecahan kaca-kaca" Tidak ada hasilnya, Nak Tidak seorang pun patut dicurigai. Buang-buang waktu saja. Polisi seharusnya tidak dibebani tugas semacam itu. Paling-paling pelakunya hanya anak-anak bandel saja."
""Anda yakin bahwa cuma anak-anak yang mungkin melakukan hal itu"" tanya Pete.
"Siapa lagi yang mungkin"" sahut polisi muda itu. "Dan aku tidak mau menjadi polisi patroli untuk selama-lamanya. Jadi menurutku pekerjaan mencari beberapa gelintir anak bandel yang suka memecahkan kaca di malam hari bukanlah pekerjaan yang menarik."
"Oke. lalu bagaimana dengan orang yang lewat" Anda melihat banyak orang yang lewat""
"Oh. tentu saja banyak sekali orang yang lewat," kata polisi itu. "Namun cuma itu saja yang kami dapatkan - orang yang sekadar lewat saja. Tidak ada yang berhenti. Tidak ada orang yang melempar kaca jendela atau memecahkannya dengan palu atau apa misalnya."
"Lalu siapa saja yang pernah Anda lihat"" tanya Pete lagi. "Dapatkan Anda mengingat-ingat""
"Tentu saja aku ingat. Aku ingat semuanya. Aku kan bercita-cita menjadi detektif suatu saat nanti. Tidak seorang pun aku lupa, semuanya penting."
"Akan kucatat," ujar Pete seraya membuka buku catatannya.
Polisi muda itu melihat pada catatan Pete. Dengan gugup ia mendehem. "Oke, akan kucoba. Malam pertama aku melihat... ngngng... seorang tua berkendaraan Cadillac. Dia menjemput seorang wanita, lalu pergi. Kemudian... mmm, ya, dua wanita tua menuntun dua ekor anjing dan dua pemuda bersepeda. Salah satu dari dua pemuda itu memakai helm. kacamata balap dan headphone. Memakai headphone itu berbahaya sekali. Banyak negara bagian melarang pemakaian headphone ketika mengendarai mobil, motor atau sepeda."
"Siapa lagi yang Anda lihat"" desak Pete.
"Ha" Oh..., aku tidak tahu lagi. Banyak orang yang tidak melakukan apa-apa. Maksudku, mereka cuma anak-anak kecil. jadi buat apa diawasi benar" Oke""
"Sersan yang ditemui Bob di ruang interogasi menawarkan sebotol Coke. Ia pernah bertemu dengan Bob sebelumnya.
"Jadi sekarang kau wartawan, Bob"" katanya sambit tersenyum. "Kukira dulu kau detektif."
"Kami masih detektif, Sersan Trevino. Tapi kami harus menemukan apa yang telah polisi peroleh dalam penyelidikan kasus ini. Chief Reynolds mengatakan. kami tidak diperbolehkan melihat laporan-laporan yang ada."
"Memang tidak, kau harus dapat izin dulu dari pihak kehakiman." Sersan Trevino menyetujui.
"Apa Chief Reynolds tahu bahwa kau sekarang menjadi wartawan""
"Ini bisa dibilang idenya. Kebebasan pers dan sebangsanya. "
Polisi itu terbahak-bahak. "Oke, sekarang apa yang ingin kau tanyakan""
"Kami tahu polisi belum melihat sebuah kaca pun pecah dalam pengamatan yang
dilakukan. Tapi apakah Anda melihat sesuatu yang mencurigakan""
""Tidak, tidak pernah," jawab sersan itu. "Setiap orang yang mampir pada malam-malam itu adalah mereka yang tinggalnya memang di situ. Mereka cuma memarkir mobil, lalu masuk ke rumah masing-masing, lain tidak."
"Jadi, bagaimana dengan orang yang sekadar lewat di sana" Anda ingat beberapa dari mereka""
"Tentu aku ingat. Aku mencatat itu semua." Sersan Trevino mengeluarkan sebuah notes kecil dari saku bajunya. "Ada dua laki-laki berkendaraan Cadillac; seorang berjenggot dengan mobil VW; seorang anak bersepeda mengantar koran; dua orang wanita tua dengan seorang anak; empat orang menuntun anjing-anjing mereka; seorang... "
"Apakah salah seorang membawa tongkat berbonggol perak dan anjing Great Dane"" sela Bob cepat. Yang menuntun anjing, maksudku."
Sersan Trevino mempelajari catatannya. "Tidak, mereka membawa dua anjing pudel, satu Herder, dan satu Doberman."
"Oh," desah Bob kecewa.
Sersan itu melanjutkan membaca catatannya.
"Dua anak berseragam baseball bermain-main lempar tangkap; seorang pemuda berambut gondrong berkendaraan Porsche; seorang pria memakai helm, kacamata balap, headphone, ransel, dan mengendarai sepeda balap; tiga pengendara motor Harley-Davidson; dua mobil Chevrolet yang saling berkejaran; empat pelari; -tiga laki-laki yang seperti baru pulang kantor; seorang tukang pos kilat khusus; tiga anak berseragam pramuka; dua orang...
"Paul mewawancarai seorang polisi yang baru saja berganti pakaian dengan pakaian sipil. Tugas patrolinya baru selesai. Tampaknya ia terburu-buru. Bolak-balik ia melihat jam tangannya.
"Aku sudah mau pulang, Nak. Tidak ada apa-apa dalam penyelidikan itu."
"Aku akan berusaha secepat mungkin, Sir, kata Paul.
Polisi itu mengernyit. "Oke, apa yang ingin kauketahui"
"Kami tahu Anda belum melihat sebuah kaca pun pecah, tapi apakah Anda melihat sesuatu yang mencurigakan atau tidak biasa terjadi""
"Tidak, tidak" sesuatu pun."Ia melihat jam tangannya lagi. Dikenakannya sepatu botnya. Lalu ia berdiri, siap untuk pergi.
Paul cepat-cepat melanjutkan. "Dapatkah Anda menceritakan siapa saja yang Anda lihat pada malam-malam itu"n tanyanya. "Maksudku, siapa saja yang lewat pada daerah yang Anda awasi""
Semuanya" polisi itu menatap Paul.
Ngng... Yes Sir, kalau Anda ingat"
Jangan main-main, Nak! Buat apa mengingat mereka yang tidak berbuat apa-apa"" bentaknya. "Dengar, aku sudah buat laporanku. Tidak ada apa-apa. Dan sekarang aku harus pergi," katanya sambil melangkah ke arah pintu.
""Maaf. Kurasa memang sulit untuk mengingat-ingat kejadian yang telah berlalu itu."
Polisi patroli itu berhenti. Ia membalikkan badan. "Apa maksudmu" Kaupikir aku sudah pikun" Aku tentu saja ingat beberapa kejadian yang memang perlu diingat!"
"Perlu diingat" Apa itu"" tanya Paul dengan cepat.
Polisi itu melihat jam tangannya sekali lagi. Ia menghela napas. "Oke. Ada truk tua dengan bak terbuka. Isinya anak-anak muda yang bernyanyi dan berteriak-teriak tak keruan. Di jalan itu mereka sempat berhenti. Kupikir tadinya merekalah pelaku pengrusakan kaca-kaca jendela mobil itu. Tapi tak tahunya mereka cuma bermain-main permainan yang tidak jelas bagiku. Kemudian mereka naik truk kembali dan pergi."
Paul mencatat semua itu. Polisi patroli itu menguap sebelum melanjutkan.
"Kemudian ada beberapa pemuda berkendaraan Harley-Davidson. Mereka mengendarai motornya dekat sekali dengan mobil-mobil yang diparkir. Sesekali mereka mengintip ke dalam mobil itu. Tapi .mereka tidak pernah menghentikan motornya.
Paul terus mencatat dengan cepat sambil mengangguk. Polisi itu mendesah lagi.
"Akhirnya, aku ingat ada seorang pemuda jangkung memakai perlengkapan seperti makhluk dari planet lain: headphone dan helm. Ia mengendarai sepeda balap. Untuk sesaat kukira dia mau mengeluarkan sesuatu dari baju balapnya ketika dia memperlambat laju sepedanya, tetapi ternyata tidak. Ia kemudian mempercepat kayuhannya, dan menghilang di balik tikungan."
Paul masih terus mencatat segala sesuatu yang didengarnya. Sesekali ia mengangguk. Dan ketika ia mengangkat kepala
nya, ia sudah sendirian. Polisi itu sudah pulang.
"Letnan Samuels yang berpakaian api menatap Jupiter lekat-lekat
"Aku tidak percaya pada anak-anak yang menganggap dirinya pintar untuk memecahkan kasus-kasus kriminal, Jones. Harusnya mereka tidak usah ikut campur dalam urusan polisi. Itu hanya akan menambah runyam persoalan, tidak memperbaikinya."
"Aku mengerti perasaan Anda, Letnan," kata Jupiter dengan sopan. "Namun, Chief Reynolds tidak sepenuhnya setuju dengan pendapat Anda. Beberapa kali telah terbukti bahwa kami sanggup membantu polisi dalam memecahkan kasus-kasus seperti ini."
Muka Letnan Samuels memerah. "Kaupikir kalian sama baiknya dengan polisi-polisi yang sudah terlatih ini""
"Mungkin tidak, Sir. Tapi kadang-kadang kami dapat melakukan apa yang tidak dapat dilakukan polisi - karena kami anak-anak."
Samuels membelalak. Kemudian ia duduk dalam kantornya yang sempit itu. Ia tidak mempersilakan Jupiter untuk duduk.
"Apa yang kauinginkan dariku""
"Cuma keterangan tentang setiap orang yang lewat pada setiap pengawasan."
"Cuma itu"" tanya letnan itu dengan kasar.
"Kau tahu, tidak seorang pun dapat mengingat hal itu. Dan yang sudah dilaporkan menjadi dokumen rahasia kepolisian. Chief Reynolds pasti sudah mengatakan bahwa itu tidak boleh diperlihatkan pada umum, sekalipun pada wartawan."
"Ya, Chief Reynolds mengatakan yang sudah tertulis adalah rahasia," ujar Jupiter. "Tetapi dia juga mengatakan bahwa kami boleh bertanya apa saja tentang apa yang Anda laporkan. Aku yakin Anda masih ingat, Letnan.
Merasa terpojok, letnan itu bersandar pada kursinya. Kedua tangannya dilipat di atas kepalanya. Kemudian matanya berbinar-binar. "Oke. Tapi aku punya pekerjaan mendesak sekarang ini. Kau boleh kembali delapan jam lagi; atau aku akan perintahkan salah satu pegawai di sini untuk mengetikkan catatan kalau ia punya waktu. Sementara itu kau boleh menunggu di luar."
Jupiter tidak punya pilihan lain. Ia menunggu di koridor. Dalam situasi seperti ini, Chief Reynolds pun tidak dapat membantu. Pekerjaan utama polisi harus didahulukan. Jupe menunggu selama lebih dari tiga jam Selama itu Samuel bolak-balik lewat di hadapannya sambil tersenyum mengejek.
"Kawan-kawannya sudah selesai dan pulang ketika akhirnya Jupiter memperoleh ketikan dari Letnan Samuels. Dengan cepat dibacanya ketikan itu. Lalu bergegas ia pulang dengan sepedanya.
Bab 10 PERUSAK GAIB "LAKI-LAKI bersepeda balap!" seru Pete.
"Memakai helm, kacamata balap, ransel, dan headphone!" Paul menambahkan.
"Dari tiga polisi yang kita wawancarai; semuanya mengaku melihatnya," kata Bob. "Dan kita pun melihatnya dua kali melewati Valerio Street."
Mereka bertiga menyambut Jupiter ketika ia mendorong tingkap dan muncul dari Lorong Dua ke dalam kantor Trio Detektif. Pemimpin yang gempal itu duduk. Ia mengamati peta besar yang ditancapi paku-paku payung berwarna.
"Ia juga terlihat oleh Letnan Samuels," ujar Jupe, "namun baik dia maupun kita sama-sama tidak melihat dia melakukan sesuatu. Apa ada salah seorang dari yang kalian wawancarai pernah melihatnya memecahkan jendela" Atau melakukan sesuatu yang mencurigakan""
"Aku tadi bertemu polisi patroli," sahut Pete. "Dia waktu itu menyangka si pengendara sepeda balap seperti mau mengambil sesuatu dari celana balapnya. Tapi tidak jadi.".
"Dan dia berhenti lalu berputar-putar sambil mengamati Rolls-Royce waktu kita pertama kali mencoba memancing perusak itu, Bob menambahkan.
"Tapi pada kenyataannya dia tidak pernah melakukan apa-apa," Jupe mengulangi. "Dapat saja ia cuma pulang ke - rumah berkendaraan sepeda setiap malam, dan mengambil jalan yang berbeda-beda supaya tidak bosan."
"Maksudmu, itu cuma kebetulan"" tanya Pete.
Suaranya mengandung kekecewaan "Justru sebaliknya," tukas Jupiter. Matanya bersinar-sinar. Ia satu-satunya orang yang terlihat dalam setiap pengawasan, baik yang dilakukan polisi, maupun yang kita kerjakan sendiri.
Dan, karena tidak pernah ada kaca yang pecah dalam pengawasan ini, kenyataan bahwa dia tidak pernah memecahkan kaca bukan berarti dia tidak dapat dicurigai."
Gimana, gimana"" tanya Pete
sambil menggaruk-garuk kepalanya. "Aku tidak mengerti, Jupe.
"Maksud Jupe," Bob menyahuti, "masih ada kemungkinan bahwa si pengendara sepeda balap adalah pelakunya. Karena mungkin saja si pelaku itu tahu persis kapan polisi mengawasinya. Begitu, kan Jupe""
"Ya, kurang lebih begitu, Bob." Jupiter mengangguk.
"Tapi kan tidak da kejadian apa-apa ketika kita mengawasi rumah temannya Paul," kata Pete. "Kita kan bukan polisi."
""Tapi ingat. polisi berada di sekitar situ pula waktu itu, Pete." kata Jupe.
"Jadi yang kaumaksud. dia tidak tahu tentang kita, tapi tahu di mana polisi berada""
"Tepat," sahut Jupiter. "Laki-laki bersepeda balap adalah orang yang paling kita curigai untuk saat ini. Yang sekarang harus kita lakukan adalah membuktikan bahwa dia memang bersalah."
"Bagus," seru Pete. "Bagaimana caranya""
"Kau punya ide, Jupe"" tanya Bob.
Sebelum Jupiter menjawab, Paul - yang makin lama makin kebingungan menyela.
Tapi," kata Paul, "kalau pengendara sepeda itu memecahkan kaca. bagaimana dia melakukannya" Mengapa aku tidak melihatnya sewaktu kaca trukku pecah" Maksudku, kalau dia tidak berhenti untuk memecahkan kaca, bagaimana mungkin kaca itu bisa pecah" Dan kalau dia berhenti, kenapa aku tidak melihatnya malam itu ketika aku mendengar suara kaca pecah."
Bob menoleh pada Jupiter. "Bagaimana kalau kau jadi pengendara sepeda itu, Jupe" Bagaimana caranya kau memecahkan kaca dari sepeda yang berjalan""
"Atau berhenti tapi tidak terlihat orang lain"" tanya Pete. "Kecuali kau dapat membuat dirimu menjadi gaib." Pete meneguk ludah mendengar perkataannya sendiri.
"Kurasa kita buang saja kemungkinan yang berbau takhyul itu, Pete, kata Jupiter. Ia berpaling pada Paul. Ketika kau mendengar suara kaca trukmu pecah, kau tidak melihat siapa pun di dekat trukmu, Tapi mungkin kau melihat sesuatu melintas di jalan. Sesuatu yang mungkin sudah lewat ketika kau mendengar suara itu. Sesuatu yang tidak benar-benar kaulihat. tapi masih dapat kau tangkap dengan sudut matamu."
Dahi Paul berkerut kerut. Matanya setengah tertutup. Ia mencoba keras untuk mengingat-ingat kejadian di malam itu. "Aku tidak melihat seorang pun di dekat truk, seperti, yang telah kukatakan. Dan aku yakin tidak ada apa-apa di jalan. Maksudku. aku tidak melihat benar..."
Suara Paul makin perlahan. Kerut di dahinya makin dalam. "Tunggu! Ada sesuatu... seperti sekelebatan bayangan. Di jalan. Di depan truk. Bergerak.. cepat. Bukan mobil atau motor. Tapi... seperti bayangan." .
"Seperti suatu gambaran yang tidak dapat kauingat betul"" Jupe membantu memberi ide.
"Aku melihat sesuatu." Paul mengangguk-angguk perlahan. "Tetapi... aku langsung lupa setelah sosok itu menghilang.
Jupiter menarik-narik bibir bawahnya. "Kita semua punya kecenderungan untuk melupakan segala sesuatu yang biasa dijumpai sehari-hari. Kejadian yang umum itu begitu sering kita jumpai sehingga kita tidak menaruh perhatian lagi. Akibatnya kita lupa setelah kejadian itu berlangsung. Tukang pos, tukang sampah, penjaja makanan, pengendara sepeda di malam hari. Apalagi kalau ada kejadian yang lebih menarik. Dalam hal ini adalah suara pecahnya kaca truk Paul.
"Bayangkan kejadian malam itu. Kita melihat si pengendara sepeda tanpa menaruh perhatian sama sekali. Dan tiba-tiba kaca pecah. Kita tidak menghubungkan dua kejadian itu sebagai satu kesatuan; kaca pecah menyita perhatian kita; dan kita lupakan segera pengendara sepeda tadi. Itu adalah normal dalam psikologi."
"Tapi itu berarti ia tidak berhenti untuk memecahkan jendela, Satu," tukas Bob. "Jadi bagaimana dia bisa memecahkan jendela dari atas sepeda yang melaju""
"Dan dari mana dia tahu tempat-tempat polisi bersembunyi"" tanya Pete.
"Kita memang belum tahu jawaban pertanyaan-pertanyaan itu," sahut Jupe, "tapi aku punya ide. Aku ingin bicara dengan Chief Reynolds lagi, dan aku ingin menyelidiki truk kecil Paul."
"Boleh saja," ujar Paul. "Setiap saat kalian bisa datang ke rumahku. Trukku ada di toko sekarang - ayahku sedang ke luar kota."
"Tapi, Jupe," sanggah Bob, "kau masih belum menerangkan bagaimana kita akan membuktikan bahwa lak
i-laki bersepeda itu adalah si perusak kaca jendela - kalau memang benar dia orangnya.
"Kita akan menangkap basah dia, Bob," jawab Jupiter, "sekali lagi dengan memakai Hubungan Hantu ke Hantu."
"Maksudmu menghubungi anak-anak untuk minta bantuan mengawasi apa yang dilakukannya"" tanya Pete
"Itulah yang kumaksud," Jupiter mengiakan. "Kali ini kita tahu persis siapa yang akan diawasi anak-anak itu. Kalau laki-laki itu memang si perusak kaca jendela, Hubungan Hantu ke Hantu dengan mudah akan membuktikannya."
"Kecuali kalau dia tahu bahwa kita mengawasinya," ujar Pete. "Jangan lupa, dia bisa tahu tempat polisi mengawasinya. Maksudku, mungkin dia punya mata bionik. Atau mata sinar -X! Atau mata infra merah yang bisa melihat dalam kegelapan! Atau dia punya indra keenam, sehingga bisa merasa kalau ada yang mengawasinya!"
"Menurutku, Dua, dia punya suatu cara yang sederhana untuk mengetahui lokasi polisi yang bersembunyi," kata Jupiter. "Dalam keadaan bagaimanapun, kita harus menunda rencana kita sampai Senin depan. Tidak akan ada hasilnya kalau kita paksakan sekarang juga. Si perusak kaca tidak akan bereaksi sampai Senin malam nanti."
"Wah, itu kebetulan," kata Pete. "Aku punya acara malam Minggu nanti dengan orang tuaku."
"Dan aku harus menjaga toko selama ayahku pergi ke luar kota," ujar Paul. "Jadi aku akan sibuk sampai hari Minggu."
"Kalau begitu kita selidiki truk Paul sekarang saja," usul Jupiter.
Gampang Tiga baru mereka buka tahu-tahu telepon berdering. Dengan terheran-heran anak-anak saling berpandangan. Kecuali ketika Hantu ke Hantu beroperasi, jarang sekali ada yang menelepon kantor Trio Detektif. Jupiter menghubungkan telepon dengan pengeras suara.
"Trio Detektif," katanya dengan penuh percaya diri.
"Ngng," terdengar sahutan yang pernah mereka dengar, "bolehkah aku bicara dengan Mr. Jupiter Jones""
"Aku sendiri," sahut Penyelidik Satu.
"Ah, Jupiter. Aku Willard Temple. Kita pernah bertemu di depan rumah Paman Jarvis. Masih ingat""
"Aku ingat, Mr. Temple. Ada yang bisa kubantu""
"Well, pamanku telah berpikir-pikir lagi mengenai apa yang dikatakan Chief Reynolds tentang kalian. Dan kini ia malah ingin menyewa kalian untuk mencarikan rajawalinya. Paman Jarvis minta aku menghubungi kalian dan membicarakan ongkos sewanya."
"Kami tidak menarik ongkos sewa, Mr. Temple. Kami hanya ingin menolong orang lain dalam memecahkan masalah mereka. Kalau mereka ingin memberi sesuatu sebagai hadiah, itu oke-oke saja. Tapi kami tidak memintanya."
"Oo, baik kalau begitu. Tapi... pamanku kelihatannya belum yakin benar. Dapatkah kalian datang ke sini untuk membicarakannya lebih jauh lagi""
"Sekarang"". kata Jupit". Baik, kami bisa datang. "
""Kau tahu rumah kami, kan" Valerio Street 140""
"Kami akan segera berangkat, Mr. Temple" Jupiter menegaskan.
Tiga anak lainnya mengangguk dengan bersemangat.
"Bab 11 PERJUMPAAN ANEH
"VALERIO Street nomor 140 terletak di sebelah rumah teman Paul. Rumah itu tersembunyi di balik pepohonan dan semak-semak, yang dijadikan persembunyian para polisi malam sebelumnya. Anak-anak meninggalkan sepeda mereka di samping sebuah mobil sedan Buick yang sedang diparkir di luar. Dalam garasi mereka melihat sebuah Cadillac kuno. Cadillac itu tampaknya sudah lama tidak dijalankan. Kaca-kacanya ditutupi kain kanvas.
Sebuah jalan setapak bertaburkan kerikil terhampar di antara pepohonan dan semak-semak. Pandangan dari pintu depan rumah hampir seluruhnya terhalang oleh tumbuhan yang memenuhi halaman. Jupiter membunyikan bel. Keempat anak itu menunggu dengan tidak sabar. Tidak terdengar suara apa-apa dari dalam.
"Kau yakin ia mengundang kita ke sini"" tanya Pete.
"Ya, malam ini juga" jawab Jupiter.
Tahu-tahu dari dalam rumah mereka mendengar suara-suara orang marah. Jupiter membunyikan bel lagi beberapa kali. Masih belum ada jawaban. Tapi sekarang suara marah-marah itu berhenti.
"Mungkin bel ini rusak," kata Bob.
Coba saja pintu lain, mungkin ada pintu samping," usul Pete.
Anak-anak berjalan ke samping rumah. Mereka tidak menemukan pintu samping di dekat garasi.
Apa itu"" ujar Pete tiba-tib
a sambil memandangi sesuatu.
Di halaman belakang yang terbuka sebuah parabola besar terbuat dari logam tersangga pada tiga buah kaki. Parabola itu mengarah ke angkasa.
"Antena parabola," kata Jupiter. Antena itu menerima sinyal dari satelit di luar angkasa," Bob menerangkan. "Sinyal TV dan radio yang dikirim melalui satelit memungkinkan kita menonton siaran langsung dari New York, Eropa, atau bahkan Cina."
He, itu seperti suara Jarvis Temple," kata Pete.
"Anak -anak" Panggilan itu datang dari depan rumah. Anak-anak bergegas kembali ke depan rumah. Willard Temple berdiri di jalan setapak. Wajahnya terlihat bingung.
"Oh, ternyata kalian di sana."
"Tadi sudah kubunyikan bel, kata Jupiter, tapi
tidak ada yang membukakan pintu Jadi kami mencari pintu lain di samping.
"Aku tadi di belakang sedang mendengarkan instruksi dari pamanku. Ayo, silakan masuk."
"Keponakan Jarvis Temple itu mengajak anak-anak memasuki ruangan bergaya Victoria yang luas dan berlantai mengkilat. Mereka melewatinya dan masuk melalui pintu geser ke dalam sebuah ruang tamu yang besar dan dihiasi perabot kuno. Willard Temple saat itu berpakaian hitam gaya lama. Ia tersenyum kaku pada anak-anak.
"Pamanku sedang tidak enak badan hari ini. Jadi ia mau istirahat. Tadi ia memberiku petunjuk untuk mendiskusikan bagaimana urusan dengan kalian agar kalian dapat membantu mencarikan rajawali itu."
"Dari kami tidak ada masalah," kata Bob. "Kami sudah memulai menyelidiki kasus ini. Kami bekerja membantu Paul untuk mencari si pemecah kaca. Kurasa itu kasus yang sama."
Tentu saja," ujar Willard Temple. "Aku lupa bahwa kalian sedang menyelidiki hal itu."
"Tapi," sela Jupiter cepat, "aku rasa tidak ada salahnya kalau kami mencoba mencari rajawali itu sekalian. Mungkin pencarian rajawali akan membantu kami menemukan si pemecah kaca. Kami bisa memulainya dengan mencari tempat-tempat uang logam biasa dijual dan siapa pembelinya."
"Lho," kata Pete "siapa yang mau membeli barang semahal itu" Apalagi semua orang tahu bahwa itu barang curian. Pasti tidak akan ada yang mau membelinya."
"Kolektor-kolektor sering kali tidak peduli hal itu, Dua," kata Jupiter. "Sebagian besar memang tidak mau memperoleh barang yang tidak halal. Tapi ada beberapa kolektor yang tidak mau tahu. Pokoknya mereka memperoleh benda yang mereka idam-idamkan. .Mereka akan menyimpannya dan tidak akan memberi tahu siapa-siapa-cuma disimpan saja uang logam itu."
Willard Temple mengangguk. "Jupiter benar. Cuma ada sedikit kolektor yang seperti itu. Tapi di antara yang sedikit itu ada yang luar biasa kayanya dan sanggup membayar berapa saja. Dan memang ada beberapa tempat yang bersedia menjual barang-barang curian seperti itu."
"Namun, tambah Jupiter, "tetap saja tidak mudah menjual barang gelap seperti itu. Si pencuri harus bisa menghubungi kolektor atau pedagang yang tidak bermoral itu."
"Sangat sulit," Willard Temple menegaskan. "Si pencuri harus sudah paham benar tentang seluk-beluk dunia koleksi uang logam kuno."
"Mungkin kau bisa menceritakan beberapa tempat penjualan gelap ini, kata Jupiter. "Jadi kami bisa menyelidiki tempat itu."
"Aku"" Willard Temple menggeleng-geleng. Tangannya menggaruk-garuk kepalanya dengan gugup. "Tidak. Aku tidak tahu banyak tentang uang logam kuno. Dan aku sebenarnya tidak pernah tertarik pada hobi pamanku ini."
"Kalau begitu kami harus tanya langsung padanya," kata Ju"iter.
Willard Temple agak kaget. "Pamanku" Oh, tentu saja. Begitu dia merasa perlu untuk itu, dia akan memutuskan untuk menyewa kalian." Ia melihat jam tangannya. "Well..."
Jupiter memandang ke sekeliling ruang tamu bergaya kuno itu. "Mungkin kami bisa mempelajari beberapa uang logam lainnya milik pamanmu" Dengan demikian kami akan mendapat gambaran yang lebih jelas. Tapi aku tidak melihat adanya uang-uang logam kuno lain di ruang ini. "
"Tentu saja di sini tidak ada. Kami menyimpannya di ruang khusus," kata Willard Temple. Ia melihat jam tangannya lagi.


Trio Detektif 38 Misteri Kaca Kaca Remuk di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bolehkah kami melihat uang-uang logam itu"" desak Jupiter.
"Melihat" Oh, boleh-boleh. Kenapa tidak" Mari, ikut aku."
Ia menganta r mereka keluar dari ruang tamu lalu menyusuri ruang tengah menuju sebuah pintu di bagian belakang. Ia membukanya. Ruangan khusus itu dipenuhi dengan kayu-kayu bercat gelap, buku-buku, barisan rak kaca yang tersusun rapi serta permadani yang menutupi lantai. Dalam rak-rak kaca terdapat uang-uang logam dari berbagai jenis. Semuanya terpajang rapi di atas kain beludru biru. Willard Temple menunjuk ke salah satu rak.
"Itu tempat uang logam Amerika. Yang di ujung kiri atas adalah rajawali ganda, milik Paman Jarvis satu:satunya. Tapi yang ini tidak semahal uang logam yang hilang itu."
Anak-anak berkerumun di sekitar rak -itu untuk memperhatikan uang logam besar yang terbuat dari emas itu. Uang logam itu berkilau-kilau tertimpa sinar lampu dari dalam rak. Pada uang logam itu tergambar seekor rajawali terbang mengangkasa. Kedua sayapnya terbentang lebar. Matahari terbit menjadi latar belakangnya.
"Berapa umurnya"" tanya Bob.
"Yang ini dibuat tahun 1909," kata Willard Temple. "Tanggalnya tercantum pada sisi baliknya, bersama gambar patung Liberty. Uang ini indah sekali, tapi harganya cuma delapan belas ribu dolar."
Pete bersiul. "Cuma" Aku tidak bisa membayangkan uang sebanyak itu. Padahal umurnya belum tua benar, ya""
"Bukan tanggalnya yang penting, tapi kondisi dan jumlahnya. Uang logam ini langka sekali. Dan tidak banyak uang logam emas dicetak sekarang ini. karena pencetakan uang kertas jauh lebih mudah dan praktis."
"Tapi kenapa rajawali yang hilang itu berharga lebih mahal lagi"" tanya Paul. "Seperempat juta dolar. Itu luar biasa!
"Ah, itu kan karena dibuatnya dengan gambar timbul yang sangat menonjol. Itu artinya gambar rajawali dan patung Liberty sangat menonjol dibanding dengan latar belakangnya. Desainnya sama saja - sama-sama dibuat oleh Augustus Saint-Gaudens - tapi gambar timbul seperti itu hanya dibuat dalam satu tahun saja, 1907. Indahnya luar biasa: Dan amat sangat langka."
"Kotak penyimpan rajawali yang dicuri itu seperti apa"" tanya Jupiter.
""Kotak hitam terbuat dari kulit. Ukurannya kira-kira sebesar bungkus rokok. Ada dua kaitan dan sebuah tombol untuk membukanya," Willard Temple menjelaskan. "Di dalamnya terdapat beludru biru seperti pada rak ini. Tapi uang logam itu tersimpan dalam amplop plastik untuk menghindarkannya dari benturan atau gesekan."
Bob, Pete, dan Paul memandang dengan takjub pada uang logam emas di rak sambil mendengarkan penjelasan Willard Temple. Jupiter melihat berkeliling.
"He," kata Penyelidik Satu, "aku tidak melihat ada pesawat TV di rumahmu."
"Pamanku benci televisi." Willard Temple tertawa. "Ia tidak akan mau menyediakan tempat untuk sebuah televisi."
"Kalau begitu buat apa ada antena parabola di halaman belakang""
"Parabola"" Willard berkedip-kedip lagi. "Oh, Sarah dan aku punya TV di ruang bermain. Sayang, pamanku sedang beristirahat di sana. Kalau tidak akan kuperlihatkan apa yang bisa dilakukan dengan antena parabola itu."
"O, begitu," ujar Jupiter. "Jadi kami harus kembali lagi nanti, atau kau dapat memutuskan apakah pamanmu jadi meminta bantuan Trio Detektit""
Kupikir..." kata Willard Temple.
Tiba-tiba pintu ruang khusus itu terbuka lebar. Si Tua Jarvis Temple muncul. Ia bertelekan pada tongkatnya.. Matanya menyorot tajam pada anak-anak.
""Apa yang kalian lakukan di ruang khususku"!" bentak orang tua itu sambil berjalan terpincang-pincang. "Kalian mau mencuri uang logamku lagi, hah""
"Kami ke sini atas izin keponakanmu, Sir," kata Jupiter. "Kalau kami diminta untuk mencarikan uang logam Anda yang hilang, kami harus tahu dulu seperti apa kira-kira uang logam itu. Sekarang, kalau Anda mau menceritakan..."
"Mencarikan rajawaliku yang hilang!" Orang tua berambut abu-abu itu membelalak. "Aku tidak akan membiarkan kalian berempat berada dekat-dekat dengan uang logam koleksiku! Keluar dari rumah ini!"
"Tapi keponakan Anda..." kata Jupiter.
Pete menyela dengan sengit "Ia memanggil kami dan mengatakan Anda minta kami datang untuk membicarakan hal ini! Kami tidak akan..."
Muka si tua Jarvis bersemu merah. "Keponakanku adalah pendusta! Meminta kalian" Tak sud
i aku! Keluar sekarang juga!"
Ia mengacung-acungkan tongkatnya. Dengan terpincang-pincang dihampirinya keempat anak itu. Tapi sebelum tongkat itu terayun, Sarah Temple berlari masuk dan merebut tongkat itu dari tangan pamannya.
"Paman! Kenapa bisa begini""
Sarah yang berbadan tinggi itu menatap pamannya. Jarvis Temple balas menatap dengan tajam.
"Aku tidak mau kau berdua ikut campur dalam urusanku. Dan aku ingin agar empat anak bengal itu segera angkat kaki dari rumah ini. Sekarang juga!"
Setelah berkata begitu, Jarvis Temple merenggut kembali tongkatnya dari tangan Sarah. Ia pergi meninggalkan mereka dengan terpincang-pincang. Willard dan Sarah nampak muram. Sarah, yang berambut hitam dan lebih tinggi dari Willard, masih memakai kacamata gelapnya. Namun kali ini ia berpakaian ketat seperti pakaian senam.
"Maafkan kami. Pamanku sedang kumat hari ini. Mungkin karena masih pusing memikirkan rajawalinya yang hilang. Aku tadi mendengar bahwa ia meminta Willard untuk memanggil kalian. Tapi rupanya ia lupa. Menurutku, sebaiknya kami tidak menyewa kalian dulu sampai keadaan pamanku lebih baik. Biar dia yang memutuskan dengan pertimbangan yang masak."
Willard Temple mengangguk. "Aku akan hubungi kalian lagi kalau dia telah berubah pikiran."
Di luar rumah besar bergaya Victoria itu, anak-anak berjalan menuju sepeda mereka.
"Hhh," desah Paul, "si tua Jarvis mungkin sudah pikun. Masa lupa bahwa dialah tadi yang meminta kita ke sini."
"Aku heran," gumam Pete. "Orang tua itu kelihatannya sebal sekali padaku."
"Ya," kata Jupe menyetujui sambil melirik mobil Datsun kecil bercat merah yang sekarang diparkir di dekat situ. "Oke, sekarang kita sebaiknya melihat truk kecil Paul, sebelum terlalu malam."
"Bab 12 HANTU KE HANTU BERAKSI LAGI
"TRUK kecil abu-abu diparkir di gang di belakang toko perabot bekas milik Jacobs. Keempat anak itu menyelidiki bagian bangku, lantai bagian depan, dan seluruh bagian dalam truk.
"Kurasa sebuah penjepit kertas tidak akan sampai memecahkan kaca," kata Pete seraya memungut sebuah penjepit kertas dari lantai mobil.
"Mustahil, Dua," sahut Jupe tanpa semangat.
"Kaleng kosong juga tidak mungkin," Bob menambahkan ketika ia menemukan beberapa kaleng minuman.
"Aku sering haus kalau bekerja." Paul mengakui perbuatannya. "Tapi kaleng bekasnya lupa kubuang. Ayahku berulang kali marah padaku karena kealpaanku itu."
"Apa ini"" tanya Pete. Ia memungut sebuah logam abu-abu gepeng berukuran hampir sebesar paku payung. Bob mengambilnya. "Seperti logam pemberat yang biasa dipasang pada pancing."
"Tapi bentuknya penyok seperti tertindih," kata Paul sambil mengamat-amati.
""Pemberat pancing," ujar Jupiter sambil mempelajari logam tak berbentuk itu. "Tapi logam ini tidak padat. Kelihatannya sebelum penyok logam ini berongga. Paling tidak ada bagian yang berongga."
"Mungkin ini satu bagian dari tutup kaleng," tebak Pete. "Kalian tahu kan, pada tutup kaleng kadang-kadang ada bagian yang tidak padat."
Bob meletakkan logam gepeng itu dengan telunjuk dan ibu jarinya. "Lihat gerigi di pinggirnya Bentuknya mengingatkanku pada sesuatu. Tapi aku tidak tahu apa."
"Hm," kata Pete, "logam sekecil ini tidak akan cukup kuat untuk memecahkan kaca. Tapi aku tidak yakin benar. Mungkin saja logam kecil ini merupakan bagian dari benda lain."
Pete mengambil logam gepeng tadi dan mengantunginya. Anak-anak melanjutkan menyelidiki truk itu. Mereka menemukan beberapa benda lainnya. Pita perekat, sobekan kertas, kartu-kartu langganan bensin, dan beberapa benda lainnya. Tapi dari semua itu tidak ada satu pun yang cukup besar dan cukup kuat untuk memecahkan kaca jendela truk. Anak-anak berupaya sekali lagi mencari benda yang mungkin dapat memecahkan kaca. Kemudian mereka menyerah.
Trio Detektif berpisah dengan Paul. Mereka bersepeda pulang ke pangkalan barang bekas. Bibi Mathilda sedang berdiri di depan kantor Paman Jones.
"Seorang pria bernama Willard Temple menelepon, Jupiter. Ia meninggalkan pesan. Katanya pamannya telah berubah pikiran dan meminta maaf karena telah menyusahkan kalian. Aku tidak tahu apa artinya, hanya itu yan
g dipesankannya." Hm, gumam Pete. "Mudah-mudahan sekali ini ia tidak berubah pikiran lagi"
Ya," tambah Bob, "aku ingin membuktikan bahwa kita ini detektif sejati yang dapat menolongnya mencarikan rajawalinya yang hilang."
Bibi Mathilda, kata Jupiter lambat-lambat. "Apa bibi hari ini melihat orang yang mencurigakan di sekitar pangkalan" Mungkin seseorang yang memanjat tiang telepon""
Mencurigakan" Tidak," jawab Bibi Mathilda.
Well, mungkin memang tidak mencurigakan, ujar Jupiter. Tapi apa Bibi melihat ada orang yang memanjat tiang telepon di belakang sana""
Ia menunjuk ke arah tiang telepon penyangga kabel-kabel di pangkalan.
"Tidak." Bibi Mathilda menggeleng. "Cuma pekerja telepon, tentu saja."
"Kapan itu terjadinya, Bibi"" tanya Jupiter cepat.
"Sekitar sore tadi. Rasanya sebelum kalian pergi,. tapi aku tidak yakin betul. Apa perlunya mengingat kejadian semacam itu""
Ketika Trio Detektif sudah berada jauh dari Bibi Mathilda, Pete menoleh pada Jupiter.
Kenapa kau tadi menanyakan pekerja telepon itu, Satu""
""Apa kauduga pekerja telepon itu sebenarnya bukan pegawai perusahaan telepon"" kata Bob.
"Mungkinkah dia orang yang mencoba menyelundup ke dalam pangkalan""
"Mungkin, Bob," sahut Jupiter. "Namun, kita masih harus menunggu. Dan karena tidak ada yang bisa kita lakukan sampai Senin malam, aku usul kau berdua memikirkan masalah-masalah utama ini: Apakah laki-laki pengendara sepeda balap itu adalah si pemecah kaca" Dan kalau memang dia, apa alasannya" Juga, bagaimana dia seperti. bisa tahu tempat persembunyian polisi".
"Apa hanya itu yang akan kaulakukan, Jupe"" tanya Bob.
"Ya, plus kunjungan ke Chief Reynolds. Karena Pete akan keluar kota, dan Paul sibuk, tidak banyak yang bisa kita lakukan."
"Ketika hari Senin tiba, Trio Detektif dan Paul sudah gatal ingin beraksi. Mereka berkumpul pagi-pagi sekali di kantor Trio Detektif. Sepanjang hari mereka mengatur siasat dan menjalankan Hantu ke Hantu. Kawan-kawan mereka diberi penjelasan yang terinci tentang si laki-laki bersepeda balap. Semua diminta menyebarkan tugas ini, dan mengawasi pengendara sepeda itu. Semua diminta untuk tetap berada di dalam rumah masing-masing kalau mungkin. Jangan sampai terlihat ketika mengawasi orang itu. Jupe kemudian menghidupkan mesin penjawab otomatis dan pengeras suara. Segala sesuatunya telah disiapkan untuk kegiatan malam itu.
Hari sudah mulai gelap sewaktu anak-anak berkumpul kembali di kantor setelah makan malam. Mereka duduk mengitari mesin penjawab otomatis. Jam delapan berlalu. Anak-anak menunggu dengan gelisah. Mereka berbicara dengan berbisik. Seakan-akan mereka khawatir ada orang yang menyadap pembicaraan mereka seakan-akan mereka ikut mengawasi sendiri dan terlibat aksi dalam Hantu ke Hantu yang tersebar luas di Rocky Beach. Delapan lima belas. Delapan tiga puluh...
Telepon berdering. Terdengar laporan pertama di pengeras suara.
"Laki-laki memakai helm, kacamata balap, headphone, dan ransel lewat di Olive Street blok 1400! Sebuah kaca mobil pecah! Aku tidak melihat orang itu melakukan apa-apa!"
Pete kecewa. "Ia tidak melakukan apa-apa!"
"Belum tentu," tukas Jupiter. Ia menggigit bibirnya. "Dia lewat di sana."
Telepon berdering lagi. "Di Olive Street blok 1300, orang bersepeda itu lewat Kaca mobil Ford abu-abu remuk! Pengendara sepeda itu tidak berhenti sama sekali!"
"Dia tidak berhenti!" seru Pete
"Tapi kaca-kaca jendela mobil pecah ketika dia lewat!" kata Bob.
"Jendela Mercedes biru remuk di Olive Street blok 1200! Pengendara sepeda itu lewat. Ia seperti mengambil sesuatu dari balik bajunya. Paul berkata, "Polisi patroli yang kuwawancarai bilang bahwa orang bersepeda itu seperti akan mengambil sesuatu ari bajunya."
"Mengambil apa"" seru Pete.
"Tunggu, dengarkan dulu!" sela Bob.
Jupiter buka suara, "Tidak akan terjadi apa-apa pada dua atau tiga blok berikutnya, Bob. Lihat saja!"
"Laki-laki memakai kacamata balap, headphone dan. mengendarai sepeda balap baru saja lewat di Olive Street blok 1100. Tidak terjadi apa-apa sama sekali." .
Yang lain dengan melongo memandang Jupiter.
"Orang yang kauka takan melaju dengan sepedanya di Olive Street blok 1000, tapi tidak terjadi apa-apa, Sobat!"
"Bagaimana kau tahu, Jupe"" kata Pete.
"Waktu aku datang ke kantor polisi hari Jumat yang lalu, aku tanya Chief Reynolds di mana malam ini polisi akan berjaga. Ia memberi tahu aku, di Olive Street blok 1000," Jupe menjelaskan. "Lagi-Iagi si pemecah kaca tahu di mana polisi berada!"
"Laporan dari Olive Street blok 900. Pria bersepeda itu baru saja lewat. Kurasa dia mengambil sesuatu dari balik bajunya. Dan sebuah kaca jendela pecah! Aku tidak dapat melihat lainnya!"
""Apa yang disembunyikan di balik bajunya"" tanya Bob. Maksudku, benda apa yang dipakainya sehingga bisa dipakai memecahkan kaca""
"Kalau ia melempar- sesuatu, mengapa mereka tidak melihatnya"" kata Paul dengan heran. Mereka pasti akan melihat kalau dia melempar sesuatu, sekalipun dalam gelap."
"Pemuda bersepeda terlihat seperti makhluk ruang angkasa di Olive Street blok 800. Kaca mobil Cadillac remuk! Ia tadi seperti mengarahkan sesuatu pada Cadillac itu! Aku tidak tahu pasti. Dia mengayuh sepedanya cepat sekali. Tapi aku yakin dia tadi mengarahkan sesuatu!"
Bob menoleh pada Pete. "Dua, mana logam gepeng yang kautemukan di truk kecil Paul""
"Ini." Pete mengambil potongan logam dari kantungnya. Diberikannya logam itu pada Bbb.
"Pantas saja!" Bob kegirangan. "Lihat gerigi-gerigi halus ini" Dan dulunya mungkin berongga" Kurasa aku tahu apa benda ini."
"Apa" Apa"" desak Pete.
"Peluru pistol angin!' seru Bob. Ia memandang kawan-kawannya. "Ia menggunakan pistol angin untuk memecahkan kaca-kaca jendela mobil. Pistol berkekuatan besar!"
"Dari Olive Street blok 700. Pemuda bersepeda balap, berhelm, dan berkacamata balap lewat di samping Mercury hijau. Kaca jendela Mercury itu pecah. Tapi aku tidak melihat dia melakukan apa-apa!"
"Kurasa kau benar, Bob!" ujar Jupe dengan gembira. "Mudah sekali dia memecahkan kaca dengan pistol itu. Ambil dari balik baju, arahkan ke mobil, lalu tembak. Dan itu bisa dilakukannya dari atas sepeda yang berkecepatan tinggi sekalipun. Cuma beberapa detik, dan tidak bersuara. . Di malam hari perbuatannya akan sukar terlihat. Dan yang tertinggal hanyalah sepotong logam kecil yang tidak akan ditemukan kecuali kalau benar-benar dicari!"
"Kita sebaiknya menghubungi polisi!" seru Paul. "Sekarang ayahku tentu percaya padaku!"
"Ya," Jupe menyetujui. "Kita akan... Tidak, tunggu dulu! Kita tidak dapat memanggil polisi! Kita harus menangkap basah dia dulu!"
"Kenapa, Jupe"" tanya Pete. "Chief Reynolds kan bilang..."
"Akan kujelaskan belakangan. Sekarang kita harus... "
"Jupiter, Bob, Pete! Polisi sudah berhasil menangkap laki-laki bersepeda yang memecahkan kaca-kaca mobil selama ini! Polisi menangkapnya di persimpangan antara Olive Street dan Chapala Street! Aku akan ke sana!"
"Ayo berangkat!" seru Bob.
"Sepeda terlalu lambat," kata Jupe. "Kita akan minta bantuan Hans atau Konrad untuk mengantar kita!"
"Maaf, Anak-anak" kata Paman Titus. "Hans dan Konrad pergi menganta Bibi Mathilda. Aku sendiri sedang menunggu telepon.
""Aku dapat mengemudi," ujar Paul. "Aku bawa SIM-ku."
"Boleh ya, Paman Titus," pinta Jupiter.
"Boleh saja, kenapa tidak"" sahut Paman Titus.
Paul mengemudi dengan hati-hati menuju persimpangan Olive Street dan Chapala Street. Dengan bergairah, anak-anak melihat ke sekeliling tempat polisi menangkap si pengendara sepeda.
Tidak ada siapa-siapa di sana. ..
"D"i mana omg-orang itu"" Pete tergagap.
Persimpangan itu sangat lengang. Tidak ada yang terlihat. Bahkan tidak ada suara terdengar.
Tidak ada siapa-siapa di sini," kata Bob dengan kecewa.
Paul berkata, "Jupe" Apa yang..."
"Tipuan!" tiba-tiba Jupe berseru. "Kita telah tertipu, Kawan-kawan. Sia-sia kita ke sini! Suara di telepon tadi bukan berasal dari kawan kita yang ikut dalam Hantu ke Hantu!"
"Bab 13 GAGAL! ""TAPI kenapa, Jupe"" kata Pete.
Penyelidik Dua menyelidiki tempat sekitar itu. Ia masih mencari-cari barangkali ada bekas-bekas yang menunjukkan telah terjadi penangkapan di situ.
"Supaya kita tidak memanggil Polisi, tebak Jupiter, "atau supaya kita kelu
ar dan kantor Trio Detektif sehingga tidak bisa mendengarkan laporan dari Hantu ke Hantu! Cepat, Paul, kita susuri Olive Street. Barangkali saja si pengendara sepeda belum sampai sini. Mungkin dia masih bersepeda di sepanjang Olive Street.
Paul membelokkan truk ke Ohve Street. Perlahan-lahan mobil dikendarainya di sepanjang daerah tempat tinggal yang sepi itu. Trio Detektif dengan perasaan waswas menatap ke sekeliling, mencari si pengendara sepeda balap itu.
"Cari kaca-kaca jendela yang pecah, Jupe menginstruksikan. "Aku sudah mencari, Satu, sahut Bob. "Sampai sekarang belum kutemui satu pun."
Paul terus menjalankan mobil perlahan-lahan.
"Mereka semua memasang mata, mencari kalau-kalau ada kaca jendela pecah atau pengendara sepeda balap.
"Itu di sana!" seru. Bob. "Jendela pecah!"
Mereka sudah sampai di Olive Street blok 600.
"Stop di sini, Paul," kata Jupiter.
Paul menghentikan kendaraan di samping mobil Buick besar. Jendela dekat setir Buick itu remuk. Jupiter memandang ke ujung Olive Street yang gelap.
"Ini satu blok sesudah kita mendengar laporan jendela pecah terakhir tadi," kata Penyelidik Satu.
"Tampaknya dia memecahkan satu jendela lagi sesudah kita keluar dari kantor, kemudian ia berhenti beraksi dan menghilang di persimpangn Chapala."
"Tapi, Jupe, apa yang membuat dia menghentikan perbuatannya"" tanya Pete.
"Mari kita kembali ke kantor," putus Jupiter.
"Mungkin Hantu ke Hantu memberi berita lebih banyak lagi."
Paul mengendarai truk secepat-cepatnya, kembali ke pangkalan di pinggir kota. Segera setelah berada dalam kantor, Jupiter menghidupkan mesin penjawab otomatis. Ia mengulang pesan yang tadi telah menipu mereka.
"Jupiter, Bob, Pete! Polisi sudah berhasil menangkap laki-laki bersepeda yang memecahkan kaca-kaca mobil selama ini! Polisi menangkapnya di persimpangan antara Olive Street dan Chapala Street! Aku akan ke sana!"
"Suara si penipu berhenti. Anak-anak menunggu pesan berikutnya yang tadi tidak sempat didengarkan.
"Dari Olive Street blok 600. Pengendara sepeda itu lewat di samping mobil Buick. Kaca mobil itu pecah berantakan! Tapi orang itu, tidak melakukan apa-apa. Dia cuma seperti menunjuk pada Buick itu."
"Pasti sulit melihat pistol angin itu dalam kegelapan," kata Paul.
Jupiter mengangguk. "Orang itu bersepeda dengan kencang di malam hari: Siapa bakal mengira kalau dia menembak jendela mobil dengan pistol angin" Orang yang mendengar, atau bahkan melihat, jendela pecah akan melihat pada jendela itu lebih dulu. Dan pada saat itu si pengendara sepeda sudah lenyap dan pandangan. Pistol air itu tersembunyi di balik tubuhnya, dan mungkin pistol itu hanya berada beberapa detik di tangannya. Detik berikutnya pistol tadi sudah tersimpan lagi di balik bajunya. Biarpun demikian, kawan-kawan kita telah melakukan tugas pengamatan mereka dengan baik."
"Dari Olive Street blok 500, Sobat-sobat. Orang bersepeda balap itu lewat di sini. Ciri-cirinya mirip. sekali dengan apa yang kalian jelaskan. Tapi tidak terjadi apa-apa! Tidak ada kaca jendela pecah."
"Ia masih di Olive Street saat itu," seru Paul, tapi tidak menembak jendela lagi!"
Mereka menunggu pesan berikutnya. Mesin penjawab itu tidak mengeluarkan suara. Tidak ada pesan lagi yang terekam dalam mesin itu.
"Sampai di sinilah," kata Bob. Ia lewat di blok 500. Dan setelah itu tidak seorang pun melihatnya lagi. Ia menghilang entah ke mana!"
"Apa yang terjadi, Jupe"" tanya Pete. "Kita sudah meminta anak-anak di seluruh kota untuk beraksi lewat Hantu ke Hantu. Mestinya kan, ada nak yang masih melihatnya berlalu, sekalipun dia tidak lagi memecahkan kaca."
"Ya, sekalipun dia membelok dari Olive Street," tambah Paul.
Jupiter menggigit bibir bawahnya. "Hanya ada dua kemungkinan. Yang pertama, dia melepas semua perlengkapan yang dikenakannya sehingga orang-orang kita tidak lagi mengenalinya. Dan yang kedua, seseorang mengangkutnya naik ke sebuah mobil atau truk, lalu mereka pergi."
"Tapi kenapa, Jupe"" tanya Pete lagi. "Apa kaukira dia mengetahui bahwa Hantu ke Hantu mengawasinya""
"Itulah," kata Jupe, "yang kelihatannya benar-benar terjadi."
. "Kok, bisa"" ujar Paul keheranan.
"Ia diberi tahu bahwa ia sedang diawasi, Paul! Ia diperingatkan. Jadi dia berhenti menembaki jendela, lalu menghilang."
"Diperingatkan"" Paul merasa ragu.
"Mungkin salah seorang kawan kita di Hantu ke Hantu kenal dia, lalu keluar untuk memperingatkannya," tebak Bob.
"Jupiter menggeleng. "Tidak seperti itu, Bob. Sekarang segala sesuatunya mulai menjadi terang. Ia tahu tentang kita sebagaimana ia tahu tentang di mana polisi berjaga-jaga untuk menangkapnya. Ada yang memperingatkannya. Dan itu adalah... headphone-nya!"
"Headphone""
"Bukannya itu disambung dengan radio di ranselnya""
"Itu pasti CB! "Atau radio dengan frekuensi khusus!"
"Paling tidak radio itu dapat menangkap pembicaraan polisi," ujar Jupiter. "Ketika aku bicara dengan Chief Reynolds Jumat yang lalu, aku tanya apakah dalam pengawasan itu polisi menggunakan komunikasi dengan radio antara mereka dengan markas pusat. Chief Reynolds mengiakan. Saat itulah untuk pertama kalinya aku sadar mengapa si pengendara sepeda selalu tahu di mana polisi berada - dia mendengarnya melalui radionya yang bisa menangkap gelombang yang dipergunakan polisi. Dan itu pula yang terjadi malam ini, tidak salah lagi! Ada orang yang menggunakan gelombang yang sama, yang memperingatkan bahwa dia diawasi oleh Hantu ke Hantu."
"Tapi, Jupe, protes Bob, suaranya terdengar gelisah, "hanya kita berempat yang tahu tentang Hantu ke Hantu malam ini."
"Betul," tambah Pete. "Mana mungkin si penipu yang mengibuli kita tadi tahu tentang Hubungan Hantu ke Hantu" Dan bagaimana dia bisa tahu nomor telepon kita""
"Sini ikut aku, akan kutunjukkan jawabnya," kata Jupiter. "Bawa senter besar, dan kita perlu tangga panjang yang ada di bengkel kerjaku."
Beberapa menit kemudian Penyelidik Satu memimpin kawan-kawannya, yang menggotong tangga yang berat, menuju Kelana Gerbang Merah di pagar belakang. Jupe membuka selot di balik lubang, lalu membuka papan-papan itu. Ia berjalan ke arah tiang telepon penyangga kabel telepon yang masuk ke dalam pangkalan.
"Kau bisa kan, naik tangga ini sampai ke kotak telepon di tiang ini, Pete," Jupiter menginstruksikan.
"Naik tangga apa susahnya"" balas Pete. "Tapi, apa yang harus kulakukan di atas sana""
"Kau buka saja kotak itu, lalu katakan apa yang kaulihat."
Dengan membawa senter besar, Penyelidik Dua yang atletis itu menaiki tangga dengan gesit. Dibukanya kotak telepon dan disenterinya isi kotak itu.
"Ada banyak kabel. Cuma kabel-kabel saja... Tidak! Sebentar! Ada sesuatu yang aneh di sini."
"Apa itu, Dua"" seru Jupe dari bawah.
Pete mendekatkan mukanya ke kotak telepon. Diamatinya dengan teliti isi kotak telepon "Aku tidak tahu apa namanya. Ada semacam logam terkait pada beberapa terminal. Maksudku, itu seperti dikaitkan pada kabel telepon kita. Harus kuapakan ini" Kucopot saja""
""Jangan!" seru Jupe. "Jangan sentuh. Kau turun saja, Dua."
Di tanah Pete mendongak melihat kotak telepon. Itu penyadap telepon, kan" Pantas ada orang yang tahu tentang Hubungan Hantu ke Hantu, dan memberi kita keterangan palsu itu. Jupiter mengangguk. "Hanya itu jawaban satu-satunya setelah aku berpikir lagi.
Bob melihat ke atas pada kotak telepon. "Tapi dari mana dia mendengarkan pembicaraan kita" Tidak ada kabel lain selain kabel-kabel telepon biasa. "
"Orang itu pasti memakai alat penyadap jarak jauh yang bisa mengirim sinyal melalui gelombang radio," kata Jupiter. "Kita berurusan dengan orang yang ahli elektronika."
'''Ya, orang yang mengawasi kita semua dengan matanya yang tajam," ujar Bob. .
"Maksudmu, dengan kupingnya yang tajam, kan Bob"" kata Pete sambil nyengir.
Kawan-kawannya memandang dengan kesal pada Pete. Mereka kembali ke Kelana Gerbang Merah, meninggalkan Pete sendirian dengan tangga itu.
"He, tunggu! Tangganya! Masa begitu saja kesal aku kan cuma bercanda!"
Kawan-kawannya berhenti. Mereka berpaling.
"Kau bisa serius sekarang"" kata Bob.
"Oke, oke," janji Pete.
Sambil tertawa-tawa, ketiga anak itu kembali untuk membantu Pete mengangkat tangga. Pete dan Bob mengembalikannya ke bengkel kerja Jupe. Mereka lalu m
enyusup melalui lorong Dua ke dalam karavan yang tersembunyi itu. Jupiter dan Paul sedang mendengarkan mesin penjawab otomatis.
"Jupiter, Bob, Pete! Polisi sudah berhasil menangkap laki-laki bersepeda yang memecahkan kaca-kaca mobil selama ini! Polisi menangkapnya di persimpangan antara Olive Street dan Chapala Street! Aku akan ke sana!"
"Ada yang kenal suaranya"" tanya Jupiter.
"Aku tak yakin," kata Bob. "Seperti ada... "
"Suara itu seperti dibuat-buat untuk mengelabui kita," ujar Paul.
"Seperti logat orang Asia," tebak Pete.
"Ya," Jupe menyetujui, "seperti yang dijelaskan kawan Worthington di agen penyewaan mobil. Orang yang menelepon kawan Worthington itu menanyakan alamat kita. Mungkin dia orang yang menjadi si pengacau minggu lalu. Dan aku berani bertaruh bahwa dia juga orang yang dilihat Bibi Mathilda di tiang telepon Kamis lalu. Itu saat yang paling mungkin baginya untuk menyadap telepon kita."
"Siapa dia"" tanya Pete. "Maksudku, apa maunya dia" Kenapa dia mengawasi kita""
"Wajarnya dia kawan dari si pemecah jendela itu," Paul mengira-ngira.
Jupiter menarik bibir bawahnya. "Mereka tampaknya memang bekerja sama."
"Tapi apa arti semua itu"" kata Bob. "Mengapa mereka memecahkan kaca-kaca jendela mobil" Pistol air, elektronika, radio penangkap gelombang polisi, penyadap telepon" Mengapa harus susah-susah begitu hanya untuk memecahkan jendela saja""
"Mesti ada alasan tersendiri untuk itu," kata Pete. "Ada sesuatu yang sangat penting yang dapat diperoleh dengan pecahnya kaca-kaca itu.
"Barangkali sebenarnya ia cuma mau mencuri uang logam kuno milik Jarvis Temple," kata Paul. "Uang logam yang berharga seperempat juta dolar adalah alasan yang sangat masuk akal."
"Jupe"" kata Bob. "Bagaimana menurutmu""
Pemimpin Trio Detektif itu sedang duduk di batik mejanya. Ia mempelajari kembali paku-paku payung di peta. Ia menghela napas.
"Mungkin ada alasan yang belum dapat kita temukan," katanya, "tapi itu tidak jadi masalah lagi sekarang. Kasus ini telah selesai."
Ketiga kawannya menatap Penyelidik Satu. Mereka terdiam. Jupiter balas menatap mereka.
"Ia telah hilang, katanya dengan perasaan gundah. "Kita telah kehilangan yang kita buru itu."
Dalam karavan yang tersembunyi itu, keempat anak itu duduk dengan lesu.
"Kita tahu bahwa orang bersepeda balap itu adalah pelaku perbuatan ini," Jupiter melanjutkan, "tapi kita tidak tahu siapa dia! Kita tidak tahu siapa namanya, atau apa pun tentang dia, atau bagaimana wajahnya di balik helm dan kacamata balapnya. Kita sama sekali belum pernah melihat wajahnya! Dan sekarang dia hilang. Ia tahu bahwa gerak-geriknya telah terdeteksi. Jadi dia tidak akan muncul untuk memecahkan kaca lagi."
Pete menggumam. . Jupe benar. Kita tahu dia adalah pelakunya, tapi kita tidak dapat menangkapnya.
Jupiter mengangguk dengan Ie mas. "Kita sudah menyelesaikan kasus ini, tapi kita tidak dapat membuktikannya pada siapa-siapa."
Anak-anak duduk dengan membisu selama beberapa saat. Kemudian Pete melihat jam di dinding.
"Hari sudah larut," katanya. "Sebaiknya kita pulang saja sekarang."
Bob mendesah. Ya, pulang saja. Dia pasti tidak akan memecahkan jendela lagi. Benar, kasus ini selesai sudah.
"Sekarang ayahku tidak akan percaya lagi padaku," desah Paul.
"Bab 14 BALASAN JUPITER
"KETIKA sarapan esok paginya, ayah Paul menatap anaknya dengan pandangan tidak percaya.
"Laki-laki bersepeda balap memakai helm, kacamata balap, headphone, dan ransel" Menembak jendela-jendela mobil dengan pistol angin""
"Benar, Daddy! Jupiter dan kawan-kawannya telah membuktikannya tadi malam."
Paul menceritakan tentang si pengendara sepeda dan Hubungan Hantu ke Hantu.
"Hubungan Hantu ke Hantu"" mata Mr. Jacobs melebar.
Paul menjelaskan bagaimana Hantu ke Hantu mula-mula menunjukkan pada anak-anak bahwa jendela-jendela berpecahan di seluruh Rocky Beach, bukan hanya truk kecil mereka. Dan Juga diceritakan -bagaimana Hantu ke Hantu menunjukkan siapa pelaku perbuatan itu sesungguhnya.
Memanah Burung Rajawali 11 Dewa Arak 23 Setan Mabok Pertarungan Para Pendekar 2
^