Pencarian

Misteri Penyamun Horor 1

Trio Detektif 41 Misteri Penyamun Horor Bagian 1


MISTERI PENYAMUN HOROR Alfred Hitchcock Download Ebook Jar Lainnya Di
http://mobiku.tk http://inzomnia.wapka.mobi
PESAN HECTOR SEBASTIAN "PERHATIAN, Penggemar misteri!
Trio Detektif meminta akui untuk memberi kata pengantar bagi kisah petualangan misteri mereka yang terbaru. Ini sesuatu yang unik - karena melibatkan karakter-karakter yang hanya ada di Hollywood. Di studio-studio horor Hollywood, tepatnya. Serigala jadi-jadian dan monster mengerikan terlibat dalam kisah kejahatan. Trio Detektif harus berhadapan muka dengan makhluk-makhluk tersebut Mereka harus menyelamatkan seorang gadis yang akan dijadikan Ratu Drakula. Pengalaman ini membuat Pete kapok
Siapa Pete" Kalian yang sudah akrab dengan Trio Detektif tentu tidak akan bertanya lagi. Tiga anak pemberani dan cerdas yang beroperasi di kota kecil Rocky Beach di kawasan California. Mereka sudah membuktikan kemampuan mereka dengan memecahkan kasus-kasus yang rumit. Sering kali keberhasilan mereka merupakan hasil dari kesediaan mereka menerima ide-ide baru, betapapun konyolnya. Mereka juga tidak pernah menyerah dalam menghadapi suatu tantangan. Kalau hari ini kasus tidak terpecahkan, besok pasti "akan mereka coba lagi. Inilah kunci sukses mereka. Mereka bersemboyan "Kami Menyelidiki Apa Saja."
Jupiter Jones, Penyelidik Satu, adalah pimpinan kelompok ini. Ia memang bertubuh gempal - bahkan beberapa orang menyebutnya si gendut. Tetapi di balik wajahnya yang tembam terdapat otak yang brilian. Jupiter memiliki kemampuan yang luar bias a dalam menyusun fakta untuk sampai pada suatu kesimpulan. Teka-teki dapat disulapnya menjadi jawaban yang jelas.
Pete Crenshawadalah Penyelidik Dua. Ia bertubuh tinggi dan atletis. Dalam soal-soal yang mengandung bahaya ia tidak senekat Jupiter, namun dalam keadaan mendesak ia dapat bertindak secepat kilat. Kemampuannya dalam hal seperti ini tidak perlu diragukan lagi.
Bob Andrews bertugas dalam bidang data dan riset. Ia tidak sekuat dan secepat Pete, dan hanya sedikit di bawah Jupe dalam soal kepandaian, tetapi ia sangat teliti dan hati-hati. Tanpa dia, Trio Detektif tidak akan bisa beroperasi.
Itu saja yang perlu kuucapkan sekarang ini. Trio Detektif akan segera memperkenalkan diri mereka sendiri .kalau kalian langsung mulai membaca Misteri Penyamun Horor!
"HECTOR SEBASTIAN "Bab 1 MISTERI MENGUNDANG TRIO DETEKTIF
"BOB ANDREWS yang pertama kali melihat tas jinjing plastik itu. Tas itu setengah terkubur dalam pasir, sedikit di atas garis pasang di pantai Rocky Beach. Bob memungut tas itu. Diperhatikannya benda itu sambil nyengir. Tas yang dipegangnya sangat menarik bagi anak kecil, terutama anak perempuan. Kucing-kucing kecil berwarna merah muda tergambar pada plastik tembus pandang, dan masing-masing kucing memakai dasi kupu-kupu biru. Di antara benda-benda yang tersimpan di dalam tas itu terdapat sebuah boneka beruang lucu terbuat dari bulu asli. Beruang itu menatap Bob dengan matanya yang bulat besar dan hitam berkilauan.
"He, lihat ini," kata Bob. "Ada anak perempuan
yang kehilangan tasnya."
Kawannya, Pete Crenshaw, memandang sepanjang pantai itu. Ia tidak melihat seorang anak perempuan pun. Hari sudah mulai gelap. Pantai sudah sepi. Satu-satunya pemain papan seluncur baru saja mencapai pantai dan lalu mengangkat papan seluncurnya. Penyelamat pantai sudah turun dari menara pengawas.
""Mungkin kalau kita biarkan saja tas ini di sini, anak itu akan ingat dan kembali ke sini," kata Pete.
"Kalau ia masih sangat kecil, kemungkinan besar ia akan lupa," kata anak yang seorang lagi, Jupiter Jones. "Di samping itu, mungkin saja orang lain akan mencurinya."
Jupe-panggilan akrab Jupiter Jones-berbadan gempal dan berwajah serius. Ia mempunyai bakat yang luar biasa dalam menganalisa suatu keadaan "Mungkin ada kartu identitas di dalam tas itu," katanya sambil mengulurkan tangan untuk meraih tas itu. "Dari situ kita akan dapat mengetahui siapa gadis kecil itu dan di mana tinggalnya. "
Bob menyerahkan tas jinjing itu padanya. Jupe menumpahkan isi tas itu ke pangkuannya. Kemudian ia bergumam, "Hmmm!" Dahinya berkerut-kerut.
Tidak ada dompet. Tidak ada tanda pengenal. Yang ada hanyalah sebuah boneka beruang kecil berbulu halus, sebuah buku berjudul Sukses Melalui Imajinasi, sebuah majalah People, dan seperangkat peralatan kosmetik. Jupe mendapati empat macam lipstik, bermacam-macam alat perias muka dan mata, dan sepasang anting-anting plastik berwarna ungu.
"Bukan anak kecil yang memakai peralatan selengkap ini," kata Jupiter. "Ia pasti seorang gadis yang suka merias wajahnya."
"Dan sekaligus suka beruang teddy," tambah Pete.
Jupe membolak-balik buku yang terdapat di dalam tas jinjing itu. Buku itu milik perpustakaan. Sebuah kartu kecil yang terselip di belakang buku itu bercap Perpustakaan Umum Fresno.
"Nah, ini dia petunjuk yang kita cari!" seru Jupe dengan riang. Ia gemar sekali memecahkan persoalan yang dijumpainya. "Perpustakaan Fresno pasti memiliki data tentang peminjam buku ini. Akan kita temukan gadis itu, lalu kita kembalikan tas ini padanya. Beres, Kan"" .
"Menghubungi Fresno"" ujar Bob. Lalu ia mengangkat bahu. "Yah, tentu saja. Kita bisa saja melakukannya melalui telepon interlokal."
Pete tergelak. "Aku berani bertaruh bahwa gadis itu akan sangat berterima kasih sampai-sampai ia mau membayar biaya telepon."
"Atau mungkin ia akan mengundang kita ke Fresno untuk melihat panen anggur," kata Jupiter menyambung lelucon Pete. "Kalau kita serius ingin menghubungi Fresno sebelum perpustakaan itu tutup, sebaiknya kita bergegas. Sekarang sudah lewat jam delapan"
Anak-anak itu melintasi pantai berpasir menuju jalan raya yang sejajar dengan pantai. Mereka menaiki sepeda masing-masing, menunggu lalu lintas agak sepi, lalu bergegas mengayuh sepeda menyusuri jalan raya itu. Tanpa membicarakan arah tujuan mereka, anak-anak itu mempunyai satu pikiran yang sama: bahwa mereka harus secepatnya sampai di Pangkalan Jones.
Pangkalan itu merupakan sebidang tanah di Rocky Beach. Pemiliknya ialah paman dan bibi Jupiter, Paman Titus dan Bibi Mathilda Jones. Bersama merekalah Jupiter tinggal. Di pangkalan itu terdapat koleksi benda beraneka-ragam-dari pipa tua, mesin cuci sampai gagang pintu tua serta pelana kuda. Jupe merasa bahwa nama "barang loak" tidaklah menguntungkan bagi tempat itu. Karena itu ia mengusulkan pada paman dan bibinya untuk mengubah kesan tempat itu dengan menyebutnya Pangkalan Jones saja, bukan Pangkalan Barang Loak Jones.
Ketika anak-anak sampai di pangkalan malam itu, hari sudah gelap. Gerbang depan yang terbuat dari besi sudah tertutup dan terkunci. Di seberang jalan, lampu-lampu rumah keluarga Jones tampak sudah menyala. Anak-anak tidak mempedulikan rumah itu. Mereka terus bersepeda ke salah satu pojok pangkalan.
Pagar kayu yang melingkupi pangkalan penuh terhias dengan lukisan-lukisan dari bermacam aliran. Para artis yang tinggal di Rocky Beach sering mendapat peralatan lukis dari Paman Titus dengan harga murah, karena Paman Titus sangat suka pada orang yang ingin mengembangkan bakatnya. Sebagai tanda terima kasih, mereka bergabung bersama untuk melukis pagar kayu ini. Tak kurang dari seminggu waktu yang mereka butuhkan untuk menyelesaikan lukisan. di pagar itu. Di depan tergambar. danau hijau tempat "angsa-angsa berenang, dan juga lautan hijau dengan sebuah kapal yang hancur dihantam badai. Di tengah-tengah gelombang menggelora, seekor ikan tampak mengamati kapal yang sedang tenggelam itu. Mata ikan itu merupakan mata kayu dari papan pagar. Jupe menekan mata kayu ini. Dua buah papan terangkat. Ini adalah Gerbang Hijau Satu, salah satu jalan rahasia untuk masuk ke pangkalan. Jalan-jalan rahasia itu dirancang oleh Jupe dan kawan-kawannya supaya mereka bisa masuk ke pangkalan tanpa dilihat oleh Paman Titus dan Bibi Mathilda. Selain itu mereka juga memakainya dalam keadaan darurat. Dan terbukti sampai sekarang jalan rahasia itu sangat bermanfaat.
Anak-anak masuk melalui celah itu. Dalam kejap mereka sudah berada di bengkel Jupiter. Bengkel ini merupakan suatu area yang agak terpisah dari tempat-tempat lainnya di dalam pangkalan. Jupe menggeser sebuah kisi besi yang sekilas hanya tersandar tidak sengaja di dekat meja kerjanya. Kemu
dian ia bertiarap dan merayap ke dalam lorong pipa besi yang tersembunyi di balik kisi besi tadi.
Ini adalah Lorong Dua, satu lagi jalan rahasia yang dirancang anak-anak dengan amat seksama. Pete dan Bob mengikuti Jupe menyuruk ke dalam pipa, yang berujung di bawah sebuah tingkap. Tingkap inilah yang menjadi pintu masuk ke dalam karavan yang merupakan markas Trio Detektif.
"Karavan itu berada dalam keadaan rusak parah akibat kecelakaan ketika Paman Titus membelinya sebagai barang bekas. Berbulan-bulan waktu berlalu, dan tidak seorang pun tertarik untuk membelinya, dengan harga sangat murah sekalipun. Tanpa disadari, karavan itu mulai tertimbun barang-barang rongsokan. Jupiter dan kawan-kawannya melengkapi timbunan itu sehingga karavan itu tidak tampak lagi dari luar. Mereka lalu memanfaatkannya sebagai tempat berkumpul. Sekarang Paman Titus mungkin sudah lupa bahwa karavan itu sebenarnya masih ada di dalam pangkalannya.
Jupe, Pete, dan Bob menyulap karavan itu menjadi sebuah kantor yang nyaman. Di dalamnya kini terdapat lemari, laci penyimpan berkas, laboratorium mini, dan sebuah kamar gelap. Mereka juga telah memasang telepon di sana. Biaya telepon mereka bayar dari uang yang mereka hasilkan dari bekerja di Pangkalan Jones.
Setelah karavan itu siap. anak-anak mulai beraksi. Mereka menamakan diri Trio Detektif, dan menyebut karavan itu markas atau kadang-kadang kantor saja. Mereka siap untuk menyelidiki berbagai misteri-kecil-kecilan maupun besar-besaran. Kali ini tas jinjing itu menggelitik rasa ingin tahu Jupiter. Ia selalu bersemangat kalau menemukan sesuatu yang berbau misteri.
Di dalam markasnya, Jupe menelepon operator informasi di Fresno. Dari situ ia mendapat nomor "telepon perpustakaan umum itu, lalu memutarnya. .
"Delapan lewat dua puluh," kata Pete, melihat jam dinding di atas laci penyimpan berkas. "Kau tidak punya banyak waktu untuk memperoleh informasi."
Jupe sadar akan hal itu. Dengan sigap ia menjawab ketika telepon di sana diangkat.
"Jupiter Jones di sini." Ia menceritakan dengan ringkas persoalan yang. mereka hadapi. Nada suaranya dibuat sedemikian rupa sehingga orang yang mendengarnya yakin bahwa itu persoalan penting.
"Kami punya data peminjam yang tersimpan di komputer," sahut petugas perpustakaan itu. "Akan kulihat dulu sebentar."
Ia meninggalkan telepon untuk beberapa saat. Ketika kembali, ia berbicara dengan tegang.
"Di mana kau bisa kuhubungi"" tanyanya. "Apa kau punya telepon yang bisa kuhubungi""
"Ya, tetapi..."
"Cepat!" pinta wanita itu.
Jupe memberikan nomor teleponnya.
"Oke." sahut wanita penjaga perpustakaan. "Sekarang tunggu di sana. Jangan pergi dari tempat teleponmu."
Wanita itu menutup telepon.
Jupe meletakkan gagang telepon. "Ada apa lagi sekarang"" ujarnya keheranan. "Wanita itu sangat gelisah. Ia bilang ia akan menelepon lagi."
" Wah, wah," seru Pete. Tak kusangka persoalannya akan menjadi begini."
Telepon berdering semenit kemudian. Suara histeris terdengar di ujung sana.
"Apa kau sudah melihatnya"" tanya penelepon itu. Suara itu suara wanita, tetapi bukan wanita penjaga perpustakaan tadi. "Aku segera datang! Di mana pun kau berada! Aku akan datang. Aku harus menemukan anak gadisku!"
"Bab 2 MELARIKAN DIRI
"SEPASANG pengeras suara terpasang di dalam karavan itu. Jupiter meletakkannya di sana, menyambungnya ke telepon dengan peralatan yang diambilnya dari pangkalan. Jupe menekan sebuah tombol, sehingga ketiga anak itu dapat mendengarkan pembicaraan di telepon.
Yang kini mereka dengar adalah tangisan wanita. Kemudian terdengar suara seorang laki-laki, "Judy, demi Tuhan, jangan lakukan itu!"
Seseorang bergumam di telepon. Laki-laki itu berbicara di telepon. "Jupiter Jones"" katanya.
Ya"" sahut Jupiter.
"Kau menemukan buku perpustakaan di pantai""
"Betul." "Anak gadisku meminjam buku itu dari Perpustakaan Umum Fresno tepat sebelum ia menghilang. "
"Oh," seru Jupe tertahan.
"Ia lari ke HollyWood supaya bisa ikut main film."
Samar-samar terdengar wanita tadi berkata, "Katakan padanya bahwa kita akan segera datang"
"Oke, Judy. Oke."
Laki-laki itu menarik napas panjang. "Namaku Charles Anderson. Aku sangat lega menerima telepon darimu. Ini untuk pertama kalinya kami menerima tanda-tanda tentang Lucille. Mudah-mudahan saja dia berada dalam keadaan baik-baik. Kami harus menemuimu. Mungkin dari situ kita bisa menemukan sesuatu. Apa ada alamat dalam tas jinjingnya""
"Tidak, Mr. Anderson," ujar Jupe memberi tahu. "Tidak terdapat alamat apa pun, bahkan alamat Anda pun tidak ada."
"Polisi tidak bisa berbuat apa-apa sampai saat ini," lanjut Mr. Anderson. "Mereka terus saja menangkis dengan mengatakan banyak anak-anak kabur dari rumahnya di Los Angeles ini. Jadi di mana alamatmu" Kami akan datang besok pagi ke sana."
"Yes, sir," Jupe menyetujui. Ia lalu memberikan alamat Pangkalan Jones.
Anderson berterima kasih, lalu menutup telepone
"Gadis hilang!" seru Pete. "Itu dapat menjadi kasus besar bagi Trio Detektif."
Jupe membolak-balik buku dari Perpustakaan Umum Fresno. "Mudah-mudahan saja kita dapat menolong keluarga Anderson dari kemalangan ini. Semoga saja gadis itu muncul secepatnya. Kalau aku tidak keliru, pembatas buku yang digunakannya adalah resi dari pegadaian. Yang ini dari Perusahaan Pinjaman dan Permata Hi-Lo. Dan yang ini dari Cash-in-a-Flash, Inc. Tampaknya gadis itu butuh uang."
Jupe menutup buku itu. Ia memperhatikan judulnya. "Sukses Melalui Imajinasi," bacanya. "Aku pernah dengar tentang buku ini. Menurut pengarangnya- kau bisa sukses hanya dengan membayangkan dirimu sendiri mendapat pekerjaan penting atau memiliki rumah mewah atau....
"Atau membayangkan menjadi bintang film"" Bob menyelesaikan.
"Kurasa begitu," ujar Jupe. Ia membuka sebarang halaman buku itu, lalu mulai membaca: Lupakan keinginan Anda. Keinginan hanya menyulitkan saja, dan tidak akan pernah menyelesaikan persoalan Anda. Anda akan menjadi bingung karena keinginan. Anda sendiri. Bayangkan diri anda berada dalam kemewahan dan kesuksesan. Inilah kunci rahasianya. Rasakan sukses itu, bukan sebagai sesuatu yang akan terjadi besok, tetapi sebagai sesuatu yang sedang terjadi, saat ini juga."
"Jupe langsung menutup buku itu.
"Itu keterlaluan!" seru Pete. Ia tidak dapat menahan tawanya. "Orang waras mana yang mau percaya bualan itu""
Sambil nyengir, Trio Detektif meninggalkan karavan, pulang menuju rumah masing-masing.
Esok paginya, ketiga anak itu sedang menunggu di gerbang depan pangkalan ketika sebuah mobil Toyota menepi. Pengemudinya keluar dan menanyakan Jupiter Jones. Laki-laki itu bertubuh tinggi ramping dengan rambut coklat dan wajah yang memancarkan kecerdasan. Seorang wanita berambut gelap dengan wajah menyiratkan kecemasan keluar dari mobil itu. Wajahnya yang keibuan ditunjang tata rambut yang disasak rapi.
"Mr. Anderson"" kata Jupe.
Ya, aku Anderson. Kau yang menemukan tas jinjing Lucille""
Yes, sir. Saya Jupiter Jones." Jupe lalu memperkenalkan Bob dan Pete. Bibi Mathilda, yang sudah mendengar tentang hilangnya gadis itu, keluar dari kantornya. Ia mengajak Mr. dan Mrs. Anderson masuk.
Tas jinjing itu diletakkan di meja dalam kantor. Ketika Mr. Anderson melihatnya, ia mengangguk
"Ini barang kesukaan Lucille yang selalu ia bawa ke mana-mana," katanya. Ia menuangkan isinya ke meja. Diperhatikannya peralatan rias muka dan beruang teddy. Namun wajahnya kosong tanpa ekspresi. "Tidak ada sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk."
Mrs. Anderson mengambil buku perpustakaan itu. Ia menemukan resi pegadaian.
"Charles, ia kelaparan!" seru Mrs. Anderson.
"Mungkin ia berkeliaran bersama para berandal dan gelandangan! Oh, apa yang terjadi padanya"
Ia memberikan resi itu kepada suaminya. Mr. Anderson mengamat-amati resi itu untuk sesaat, rasa geram terpancar dari wajahnya. Kemudian perlahan-lahan ia menurunkan resi itu dan berkata dengan tegas, "Orang yang menggadaikan barangnya belum tentu berurusan dengan gelandang dan ataupun berandal. Banyak orang yang menggadaikan barangnya karena sebab-sebab lain. Jangan berpikiran yang tidak-tidak!"
Ia membawa sebuah amplop tebal. Ia menjungkirkan amplop itu. Beberapa lembar foto berserakan di meja.
"Ini Lucille," kata Mr. Anderson. Ia memberikan
foto-foto itu pada anak-anak. Ia sudah enam belas tahun. Kalau kalian sering ke pantai, mungkin kalian sudah pernah melihatnya di sana."
Jupiter dan kawan-kawannya memperhatikan foto-foto itu satu demi satu. Lucille berambut gelap dan bermata coklat. Pada satu foto ia memakai seragam drum-majorette dengan lipstik tebal. Pada foto yang lain ia memakai pakaian balet Ada juga fotonya yang sedang mengenakan pakaian peziarah suci. Ada foto-foto yang menggambarkan Lucille ketika berumur sepuluh tahun, dan juga pada usia tiga belas tahun ketika ia memenangkan juara kedua kontes Miss Teen Fresno.
Setelah melihat semua foto itu, anak-.anak makin kebingungan.
"Ia... ia tampak lain sekali dalam pakaian yang berbeda-beda," kata Pete. "Susah untuk menggambarkan seperti apa dia sesungguhnya."
Itu karena ia selalu mengubah gaya dan tatanan rambut serta rias wajahnya," ujar Mr. Anderson. "Rambut panjang, rambut pendek. lipstik putih, oranye, merah tua. Yang belum pernah kulihat adalah lipstik hijau. Atau biru. Ia tidak pernah memakai lipstik biru."
Mrs. Anderson mulai terisak-isak.
"Kami terus berhubungan dengan polisi," lanjut Mr. Anderson. "Tetapi mereka selalu memberikan jawaban yang itu-itu juga. Tidak ada kemajuan. Mungkin ini bukan kesalahan pihak polisi, tapi kami tidak dapat menunggu dan berdiam diri begitu saja. Aku tidak bisa hanya berharap Lucille akan muncul dengan sendirinya. Mungkin ia berada dalam bahaya. Kami harus bertindak. Aku ingin melihat tempat kalian menemukan tas jinjing ini di pantai, dan aku ingin bicara dengan pengawas pantai."
Jupe mengangguk. Ia dan kawan-kawannya masuk ke dalam mobil Anderson. Mereka menghabiskan pagi itu dengan berjalan memeriksa pantai, berbicara dengan pengawas pantai, serta menanyai orang-orang yang sedang berkunjung ke pantai itu. Pada jam satu siang, Mr. dan Mrs. Anderson kelelahan.
"Tidak seorang pun mengenali foto ini," gumam Mr. Anderson.
"Lucille lebih cantik dari fotonya," keluh Mrs Anderson. "Inilah susahnya."
Mr. Anderson melotot. "Sudah berapa kali kaukatakan hal itu. Inilah yang menyebabkan Lucille kabur. Kalau saja kau tidak mengatakan hal itu, mungkin semua ini tidak akan terjadi.
"Mrs. Anderson mulai menangis lagi.
"Maaf," kata suaminya. "Aku tidak bermaksud apa-apa. Kita akan segera temukan dia."
Ia berpaling pada anak-anak. "Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengecek di seluruh kota ini" Kita bisa saja mengetuk setiap pintu dan memasang pengumuman di supermarket. Kita bisa kirim surat pada setiap orang di kota ini. Atau pasang iklan di surat kabar!"
"Mungkin sebaliknya Anda bicara dulu dengan Chief Reynolds," usul Bob. Ia kepala polisi Rocky Beach. Ia polisi yang baik dan cekatan."
Mr. Anderson mengendarai mobilnya ke pusat kota tempat kantor polisi berada. Chief Reynolds mendengarkan kisah hilangnya Lucille, yang telah menabung uangnya dari hasil bekerja sebagai pengasuh bayi. Dengan uang tabungannya itulah Lucille kabur ke Hollywood.
Chief Reynolds menghela napas ketika Mr. Anderson menyelesaikan ceritanya. "Banyak sekali kasus seperti ini sekarang," katanya. Ia memperhatikan foto demi foto yang dibawa Mr. Anderson. "Hm, ia manis sekali. Boleh aku simpan satu fotonya""
Tentu saja," ujar Mrs. Anderson.
"Kapan terakhir kali Anda dengar berita darinya"" tanya Chief Reynolds.
"Dua bulan yang lalu," jawab Judy Anderson. "Dua hari sesudah. ia meninggalkan rumah. Ia menelepon dan mengatakan supaya kami tidak usah kuatir. Tetapi ia sudah memutuskan hubungan telepon sebelum kami sempat bicara banyak."
Chief Reynolds mengangguk. Ia mencatat alamat keluarga Anderson dan nomor teleponnya. "Akan kuperintahkan anak buahku untuk mengawasi daerah ini," janjinya. "Sementara itu, anak-anak mungkin akan dapat membantu - malah kurasa merekalah yang paling berjasa sampai saat ini."
Mr. Anderson terperanjat. "Anak-anak" Anak-anak ini"" serunya setengah tak percaya. "Mereka sangat bertanggung jawab, itu kuakui, tetapi apa....
"Mereka detektif amatir," Chief Reynolds menerangkan dengan bersungguh-sungguh. "Mereka punya izin untuk itu, dan mereka telah banyak
memecahkan berbagai macam kasus. Sering kali mereka bekerja sama denganku. Kadang-kadang mereka menyulitkanku, tetapi yang lebih sering justru menolong. Mereka punya cara dan gaya yang tepat dalam memecahkan persoalan yang rumit. Dan mereka akan terus bekerja sampai soal itu terpecahkan. Anak-anak ini juga sering main di pantai, kalau anak Anda suka bermain di pantai.....
"Chief Reynolds tidak menyelesaikan kalimatnya. Ia hanya melihat saja ketika Jupe memberikan sebuah kartu kepada Mr Anderson. Kartu itu merupakan kartu bisnis Trio Detektif. Pada kartu itu tertulis: .
"TRIO DETEKTIF "Kami Menyelidiki Apa Saja"
" " " Penyelidik Satu Jupiter Jones
Penyelidik Dua Pete Crenshaw
Data dan Riset Bob Andrews
Mr. AndersC1n mempelajari kartu itu sesaat, kemudian berkata, "Mengapa tidak" Sampai sekarang belum ada yang berhasil menemukan sesuatu. Kalian mau cek atau uang tunai""
"Itu tidak perlu," sahut Jupe. "Kalau kami berhasil menemukan Lucille, kami akan menyerahkan bon dari ongkos yang kami keluarkan. Itu saja yang kami perlukan saat ini ialah foto putri anda.
"Baiklah kalau itu yang kausukai," ujar Mr. Anderson seraya memberikan amplop berisi foto-foto itu. "Kalau kau perlu apa-apa, telepon saja aku. Aku siap dua puluh empat jam sehari."
"Apa yang kita lakukan sekarang"" tanya Mrs. Anderson pada Chief Reynolds.
Kembali ke Fresno," jawab Chief Reynolds. Siap untuk menerima telepon setiap saat. Anak Anda mungkin akan menelepon lagi. Anda akan kami beri tahu kalau kami memperoleh sesuatu."
"Anakku malang," kata Mrs. Anderson dengan suara tertahan. "Bagaimana kalau kami tidak melihatnya lagi untuk selamanya""
"Bab 3 SERIGALA HOLLYWOOD
""KAU dengar apa yang dikatakan Chief Reynolds tadi"" seru Pete dengan penuh semangat. "Praktis dia tadi memberi rekomendasi pada kita. Hampir hampir tidak dapat dipercaya!"
Bob dengan saksama mengamati foto-foto yang terserak di meja di markas Trio Detektif. Ia mendapat cuti sehari dari pekerjaan sampingannya di perpustakaan Rocky Beach. "Ya, itu jarang terjadi," ujarnya. "Sekarang dari mana kita harus mulai" Mungkin ada ratusan anak sebaya dia yang lari dari rumah ke Hollywood."
Jupiter tersenyum simpul. "Mengapa kita tidak mulai dari rumah gadai saja"" katanya.
Bob terlompat dari duduknya. "Oh ya, tentu saja!
"Paman Titus berkelana ikut rombongan sirkus ketika ia masih muda," kata Jupe, "dan ia sering kali kekurangan uang. Ia tahu banyak tentang rumah gadai. Ia bilang kalau kau pinjam uang dari tukang gadai kau memberikan barang jaminan padanya serta kau harus memberikan nama dan alamatmu."
""Ohl Wah!" seru Pete dengan gembira. "Mudah kali pemecahan kasus ini kalau begitu."
Ya, kalau resi pegadaian itu memang milik Lucille," Jupe mengingatkan. "Dan kalau Lucille memberikan nama dan alamat yang sebenarnya pada rumah gadai itu. Kalau tidak, resi ini tidak akan banyak menolong.
"Semua resi ini berasal dari toko-toko di daerah Hollywood. Konrad akan pergi ke Hollywood hari ini, kurasa kita bisa ikut ke sana. Jadi dalam hari ini juga kita akan mengetahui seberapa penting resi-resi ini bagi kita."
Konrad adalah salah satu dari dua bersaudara Jerman yang bekerja di Pangkalan Jones. Anak-anak bergegas masuk ke dalam truk ketika mereka melihat Konrad sudah menunggu di samping kantor Paman Titus. Konrad sudah mendengar cerita. tentang gadis yang melarikan diri itu. Dalam hatinya ia merasa iba, baik terhadap orang tua si gadis maupun terhadap gadis itu sendiri. Karena itu Konrad bersedia mengantar anak-anak ke rumah-rumah pegadaian di daerah Hollywood, sekalipun sebenarnya tugasnya ialah mengambil setumpuk balok kayu. Dengan senang hati diantarnya anak-anak ke rumah pegadaian yang pertama.
Jupiter, Pete, dan Bob keluar dari truk. Mereka langsung masuk ke dalam toko. Tempat itu agak gelap dan pengap. Penjaga rumah pegadaian itu memeriksa resi yang diberikan Jupe padanya. Kemudian ia berbalik untuk membuka sebuah kotak terkunci. Dari dalam kotak itu dikeluarkannya sebuah medali kecil terbuat dari perak yang tergantung pada seutas tali biru.
"Kau mau meneb usnya"" tanyanya sambil memperlihatkannya pada Jupiter.
Pada bagian depan medali itu terdapat sebuah desain yang mirip dengan Patung Liberty. Di baliknya tergrafir tulisan yang mengatakan bahwa Lucille Anderson berhasil memenangkan hadiah ketiga dalam salah satu perlombaan yang diselenggarakan di Perpustakaan Fresno.
"Gadis yang menggadaikan ini," kata Jupiter. "Apa alamat yang diberikannya pada Anda" Kami ini kawan-kawan orang tuanya."
"Dia melarikan diri dari rumahnya"" tebak pemilik toko itu.
'''Ya. Sudah dua bulan tidak pulang dan..."
Laki-laki itu mengangkat tangannya untuk menyetop Jupe. "Tidak perlu kauceritakan itu, nak, ujarnya. Itu cerita lama. Mereka datang ke sini supaya bisa jadi orang ternama. Tetapi nyatanya mereka malah kesusahan di sini."
Ia membolak-balik buku catatannya. "Siap nama gadis itu katamu""
"Lucille Anderson," sahut Jupiter.
Laki-laki itu menggeleng. "Tidak ada. Yang memberiku medali itu bernama Valerie Cargill. "
''Valerie Cargill"" seru Bob tak percaya. "Mana mungkin""
"Aku serius, kata laki-laki itu. "Aku tidak pernah bergurau dalam masalah seperti ini."
""Apa dia memberi alamat"" tanya Jupe.
Ia melihat lagi catatannya. West Los Angeles," ujarnya. "Riverside Drive no 1648."
"Setahuku tidak ada jalan yang bernama Riverside Drive di Los Angeles," kata Bob.
"Foto siapa itu," kata pemilik rumah gadai. Ia mengambil foto yang diberikan Jupe padanya. Ketika ia mengamatinya, ekspresinya melembut. Anak yang manis. Ia tidak seperti gadis yang menggadaikan medali ini: Aku ingat betul rupanya. Dia berambut pirang, dengan sebuah tahi lalat di pipinya. Ia mirip sekali dengan wanita pemain opera Kemenangan! Istriku gemar sekali menonton opera itu setiap Senin malam."
"Dialah Valerie Cargill yang sesungguhnya," kata Jupiter.
Pemilik rumah gadai itu mengangguk "Aku tidak heran. Itu kejadian lumrah di sini. Dan memang tidak dibutuhkan keahlian khusus untuk meniru wajah bintang-bintang ternama di sini. He... kau mau menebusnya, apa tidak" Harganya delapan dolar tujuh puluh sen."
Jupe membayar orang itu dan mengambil medalinya. Anak-anak kembali ke truk.
"Wah, tadinya kupikir kasus ini mudah, keluh Pete.
"Kita harus terus mencoba, tukas Jupe. Yang kita lakukan belum seberapa. Masih ada beberapa tempat lagi. Mungkin tempat lain akan memberikan petunjuk yang lebih berharga."
Di rumah gadai berikutnya si pemilik sangat
mudah diajak bekerja sama, namun ia tidak dapat memberikan informasi yang cukup berarti bagi anak-anak. Seorang gadis pernah datang untuk menggadaikan sebuah cincin emas. Gadis itu mengenakan tunik, sepatu bot yang tingginya selutut serta sangat mirip dengan tokoh dalam film ruang angkasa Search for Planet Erehwon.
"Nama " yang" digunakannya"" tanya Jupe.
"Allida Cantrell" jawab orang itu.
Itu memang nama tokoh utama dalam petualangan ruang angkasa itu," ujar Jupiter.
Anak-anak meninggalkan saja cincin emas tadi karena mereka tidak punya cukup uang untuk menebusnya. Ketika sampai di truk, mereka melihat Konrad sedang melahap sebutir apel. Ia kuatir waktu mereka tidak cukup.
"Aku benar-benar ingin membantu, Jupe, ujarnya, "tetapi bibimu berpesan supaya aku secepatnya kembali."
"Kami tidak akan memakan waktumu terlalu banyak, Konrad. Kami janji," kata Jupiter. "Hanya ada satu rumah gadai lagi. Di Hollywood Boulevard."
Konrad mengernyit Namun ia teruskan mengendarai truknya ke Hollywood Boulevard.
"Aku tidak suka jalan ini," katanya.
Trio Detektif segera mengerti mengapa Konrad tidak suka jalan ini. Lingkungan sekitarnya sangat kumuh. Seorang wanita tampak sedang mengaduk-aduk sampah, mencari sesuatu yang masih dapat dimanfaatkan: Orang-orang berpakaian lusuh lalu-lalang di sana. Sama sekali tidak nampak kemewahan Hollywood di daerah itu.
Ada tempat parkir di tepi jalan, satu blok di belakang rumah gadai. Konrad meminggirkan truk. Anak-anak cepat-cepat keluar. Mereka melewati sebuah toko cenderamata khas Hollywood dan peta rumah para bintang film. Rumah gadai terletak dua rumah di sebelah toko ini. Pete sedang berjalan di depan ketika mereka mendekati toko cend
eramata itu. "Cuma buang-buang waktu saja, desahnya.
Tahu-tahu terdengar teriakan dari dalam rumah dai. Sesosok manusia keluar. Ia menyikut Pete samping.
"He'" teriak Pete. "Hati-hati, dong!"
Orang yang menabrak Pete berbalik. Ia melangkah ke arah Pete dengan gaya menantang. Pete balas menatap tajam orang itu. Ia melihat wajah yang gelap dan berminyak. Ia melihat gigi-gigi yang tajam - seperti taring. Ia melihat hidung yang besar dengan lubang hidung lebar. Tapi ia tidak melihat mata orang itu. Kedua mata orang itu seperti tertanam di dalam kepalanya - seperti setan!
Pete membuka mulutnya untuk berteriak lagi. Tetapi kali ini suaranya tidak keluar. Tenggorokannya serasa tersumbat. Ia hanya terpaku ketika dua tangan orang itu mencengkeramnya. Tangan-tangan itu kasar, hitam, dan berkuku tajam.
Seseorang berteriak dari dalam rumah gadai. Sosok hitam itu melepas Pete. Ia kabur melarikan diri.
"Untuk beberapa saat tidak seorang pun bergerak. Kemudian orang dari dalam rumah gadai berteriak, "Stop penyamun itu!"
Di sisi jalan seorang wanita menjerit
Horor itu berlanjut di dalam toko cenderamata Kini suara menjerit-jerit terdengar dari sana.
Pete memaksakan dirinya untuk bertindak. Ia berlari mengejar makhluk itu. Namun terlambat , sosok itu sudah keluar dari belakang toko, dan lenyap di balik lorong-lorong yang kumuh.
Anak-anak kembali ke rumah gadai untuk menanyai pemiliknya yang masih terguncang.
"He, orang itu mencoba merampokku!" seru pemilik rumah gadai. Waktu melihat kalian datang, ia menjadi ragu-ragu, lalu lari ke luar.
Tak berapa lama kemudian terdengar suara sirene meraung-raung. Sebuah mobil patroli berhenti di depan rumah gadai. Lalu menyusul mobil yang kedua. Anak-anak keluar dari rumah gadai diikuti pemiliknya.
Salah satu polisi memerintahkan orang-orang yang berkerumun untuk mundur. Polisi yang satu lagi berbicara dengan pemilik rumah gadai, yang menunjuk pada Pete. Polisi yang ketiga menoleh pada Pete.
"Kau yang mencoba menghentikan orang itu, tanya polisi itu.
Pete mengangguk "Lalu apa yang terjadi"" kata polisi.
Pete bimbang. "Anda tidak akan percaya pada apa yang kukatakan."
""Katakan saja, aku akan percaya."
Ia seperti... seperti monster!"
Polisi itu mengangguk dengan sabar. "Apa ia seperti gorila"" tanyanya dengan tenang. "Atau memang seperti salah satu jenis monster""
"Ngng... ya. Maksudku, tidak. Tidak seperti gorila. Lebih mirip se- serigala!"
"Hmm," gumam polisi tadi. Ia membuat catatan di bukunya. "Berapa tinggi serigala itu"" lanjutnya.
"Setinggi aku kira-kira," kata Pete. "'Cuma lebih bear.
Polisi itu berpaling pada Jupiter. "Dan bagaimana me"rutmu" Apa yang kaulihat""
Sebelumnya aku ingin bertanya dulu," kata Jup"e. Anda sepertinya tidak terkejut mendengar cerita kami."
Polisi . itu tersenyum. "Itu karena ada orang berpakaian gorila merampok di sebuah pompa bensin minggu lalu," katanya menjelaskan.
Ya, sekarang aku ingat Aku pernah baca di koran tentang hal ini," ujar pemilik rumah gadai. Ada satu lagi, berandal bermuka hijau berpakaian aneh" Dia juga merampok, di toko minuman keras di Santa Monica."
Salah seorang polisi tersenyum. "Tidak ada yang tidak aneh di kota ini."
Setelah para polisi pergi, pemilik rumah gadai berkata pada anak-anak, "Kalian datang untuk menemuiku""
Jupe menceritakan tentang Lucille. Pemilik "rumah gadai itu mempersilakan anak-anak masuk. Ia memeriksa catatannya, kemudian menarik sebuah laci dan mengeluarkan peniti emas yang berbentuk seperti busur.
Aku benci melihat orang yang menggadaikan benda seindah ini," katanya. Ini kan benda yang biasa dihadiahkan pada seorang gadis yang baru lulus sekolah."
"Anda ingat gadis yang menggadaikan peniti ini"" kata Jupiter. Apa dia gadis ini""
Jupe memperlihatkan foto Lucille Anderson Pemilik rumah gadai mempelajarinya sesaat.
"Boleh jadi. Ia memakai perias muka yang tebal sekali waktu itu. Rambutnya lebih halus. Tapi mungkin saja."
Ia kembali mencari-cari dalam buku catatannya. Akhirnya ia memberi tahu bahwa peniti itu digadaikan oleh seseorang bernama Juliette" Ravenna.
Itu juga nama seorang aktris," seru Jupe dengan geram. "Kini kita menghadapi jalan buntu!"
"Bab 4 GADIS DENGAN SERIBU WAJAH
"ANAK-ANAK berkumpul di markas sore itu. Pete duduk berselonjor di lantai. Dahinya berkerut-kerut "Bagaimana kita bisa menemukan seorang gadis yang wajahnya selalu berubah setiap hari""
Untuk beberapa saat tidak seorang pun menjawab. Kemudian Jupiter mengajukan sebuah rencana.
"Kalau Lucille Anderson sungguh-sungguh ingin terjun dalam dunia perfilman, ia mestinya sudah menghubungi agen-agen teater. Dari sanalah kita mulai lagi langkah kita."
'''Ya, itu tempat yang paling mungkin," sahut Pete. Tidak ada salahnya kita coba menanyakan ke sana."
Esok paginya anak-anak naik bis ke Hollywood. Mereka berhenti pada tempat yang pertama dalam daftar yang sudah disusun Jupiter. Wanita resepsionisnya sangat kurus dan tidak memperdulikan anak-anak sama sekali.
"Kami tidak pernah membicarakan klien kami degan siapa pun,, katanya ketus.
Tapi... tapi mungkin dia bukan klien Anda," tukas Pete tak kalah ketusnya.
""Aku sudah bosan berurusan dengan anak-anak seperti kalian," semprot resepsionis itu. Ia berpaling dan mulai mengetik.
Di kantor agen yang kedua, resepsionisnya memandang anak-anak dengan heran ketika mereka bertanya tentang Lucille.
"Kalaupun aku tahu tentang dia, aku tidak akan ceritakan pada kalian," ujarnya. "Malu, dong! Kalian ini, kecil-kecil sudah mengejar-ngejar aktris!"
Jupiter merasakan darah naik ke mukanya.
"Kami tidak mengejar-ngejar aktris," tukasnya tegas. "Orang tua gadis ini meminta kami untuk menemukan dia dan..."
"Anak nakal hilang"" potong wanita itu. "Kalau begitu orang tuanya harus menghubungi polisi. Kami tidak menerima anak-anak yang kabur dari rumahnya. Mereka hanya merepotkan, pasti ada saja yang jadi masalah."
Di agen ketiga, resepsionisnya lebih ramah karena dia mengenali nama Jupiter.
"Kau Baby Fatso!" serunya.
Nama ini adalah nama seorang tokoh dalam film seri yang dimainkan Jupiter ketika ia masih kanak-kanak. Jupe benci sekali mengingat bahwa dia dulu pernah memainkan peran itu. Mendengar orang menyebut nama itu membuatnya mual dan sebal. Dengan wajah merengut ia mengeluarkan selembar foto Lucille Anderson.
Resepsionis melihat foto itu. "Banyak sekali anak yang mirip wajahnya dengan dia," katanya "Dia itu siapa" Saudaramu" Atau temanmu""
"Jupe memberi wanita itu kartu Trio Detektif. Namanya Lucille Anderson," kata.Jupe menjelaskan. Orang tuanya meminta kami untuk menemukannya. Ia pergi meninggalkan rumah dua bulan yang lalu, dan sampai sekarang tidak pernah kembali lagi."
"Percuma kau teruskan usaha ini," komentar resepsionis itu. "Ia cuma salah satu dari sekian ribu anak yang mempunyai kasus seperti itu. Namun kalau ia benar-benar berusaha, ada satu kesempatan. Ia mungkin akan ikut dalam testing untuk program televisi Reach for a Star. Mereka memberi kesempatan pada pemain-pemain baru untuk tampil di TV."
Wanita itu memberikan alamat studio tempat diadakannya testing ini. Anak-anak berterima kasih sekali, dan bergegas pergi. Setibanya di studio itu mereka melihat antrian panjang anak-anak muda yang sedang menunggu.
Dengan nekat Jupe mencoba melangkah langsung menuju pintu masuk studio. Anak-anak muda yang sedang mengantri memprotes keras menimbulkan suara gaduh.
Pete menangkap lengan Jupe. "Jangan Jupe. Nanti bisa mengamuk mereka. Lebih baik kita cari jalan lain saja. Pasti ada jalan yang lebih baik."
"Huh," gerutu Jupe kesal. "Bisa sampai tua kita kalau harus ikut mengantri. Aku bukannya tidak mau antri, tapi aku kan tidak ingin melamar menjadi bintang film!"
"Dengan gemas ia bersandar di sebuah tiang. "Kita harus bisa menghubungi mereka, apa pun caranya."
Tiba-tiba matanya bersinar-sinar. "Aha! Aku punya cara," serunya. "Kita akan kirim surat! Itulah yang dicetuskan oleh Mr. Anderson ketika ia berada di Rocky Beach. Tetapi yang kita kini hanyalah agen-agen teater. Kita buat selebaran yang berisi ciri-ciri Lucille dan satu atau dua fotonya. Kita kirimkan selebaran itu ke setiap agen dan studio di kota ini, dan kita minta agar mereka yang pernah melihat Lucil
le bersedia menghubungi Trio Detektif."
Ia memandang Bob dan Pete dengan bersemangat "Sederhana," katanya, "tetapi praktis dan efektif. Dengan begini tidak akan ada orang yang terganggu."
"Aku suka ide ini," kata Bob.
"Ya, ini jauh lebih baik daripada berkeliling Hollywood, berbicara dengan orang-orang yang enggan bicara dengan kita," tambah Pete.
Anak-anak merasa lebih gembira ketika mereka mengendarai bis kembali ke Rocky Beach. Di pangkalan barang bekas mereka menjumpa Hans, saudara laki-laki Konrad, sedang bekerja.
Paman Titus dan Bibi Mathilda sedang pergi ke Ventura untuk melihat sebuah gedung tua direnovasi. "Bibimu bilang dia belum sempat pergi ke supermarket hari ini, jadi tidak ada makanan di lemari es," Hans memberi tahu Jupe. Ia pesan kalau kau lapar, ambil saja uang di teko Cina, untuk membeli apa yang kausuka, seperti pizza misalnya. "
"Apa" Pizza"" Air liur Pete mengalih. "Aku ikut, dong!"


Trio Detektif 41 Misteri Penyamun Horor di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bob memasukkan tangannya ke kantong celananya. ''Yah, sebenarnya orang tuaku mengizinkan aku untuk pulang agak terlambat hari ini," ujarnya. "Aku ikut, ya.
"Oke," kata Jupe. "Kita bisa mulai membuat selebaran sambil makan pizza. Atau paling tidak mendiskusikannya. Bagaimana kalau kita ke Pizza Shack" Oke""
Semua setuju. Mereka bertiga segera bersepeda ke tempat itu.
Pizza Shack termasuk tempat yang terkenal di Coast Highway, Rocky Beach. Banyak anak muda mengunjungi tempat itu untuk menikmati pizza bermain video games, mendengarkan musik atau untuk bertemu dengan teman-teman.
Sewaktu anak-anak sampai di sana, paling tidak ada selusin anak muda sedang berkerumun di "depan video games. Mereka sedang mengamati seorang gadis yang sedang bermain video games. Rambut hitam gadis itu bergoyang-goyang ketika memainkan joystick-nya dengan semangat.
Bob, Pete, dan Jupe memesan sebuah pizza besar, kemudian duduk menunggu. Suara riuh rendah terdengar dari kerumunan anak muda itu.
"Gadis itu pasti jago," tebak Bob.
Tetapi game itu berakhir. Anak-anak muda tertawa berderai-derai dan gadis itu pergi menjauh dari mesin video games. Ia tertawa juga. Yang lain memberi jalan baginya. Ia melangkah ke pintu. Dan sewaktu ia berjalan melintasi ruangan, ketiga anak itu melihat bahwa rok gadis itu sangat panjang sehingga menyapu lantai. Ia mengenakan pakaian model kuno dengan renda-renda di bagian depannya. Anting-antingnya menjuntai-juntai. Dan ada sebuah jam kecil tersemat di baju depannya. Dengan ekspresi yang lembut dan nampak anggun, serta pakaian dan dandanan rambut model kuno, ia tampak seperti gadis dari abad yang silam. Ia tersenyum sekilas pada ketiga anak itu, kemudian pergi ke luar.
"Buat apa ia berdandan seperti itu"" Bob keheranan. Ia tampak seperti gadis yang mendapat peran dalam film atau sandiwara."
Seorang wanita gemuk datang dari dapur membawa sebuah nampan berisi pizza. Ia meletakkan pizza besar itu di meja anak-anak, kemudian pergi lagi untuk mengambil minuman.
Jupe mulai mengiris pizza di depannya. Mendadak ia berhenti. Irisan pizza itu jatuh kembali tercampur dengan taburan kejunya. Itu dia!" serunya.
"Apa"" tanya Pete.
"Itu dia! Lucille Anderson! Pasti dia!"
Jupe melompat dan berlari ke pintu. Didorongnya pintu hingga terbuka. Dengan cepat ia berlari ke pelataran parkir di muka Pizza Shack. Kemudian ia menyeberangi jalan. Ia melihat mobil mobil melintas dengan kencang. Beberapa orang pejalan kaki tampak di sepanjang jalan. Tapi gadis berpakaian kuno tadi telah menghilang!
"Bab 5 PETUNJUK BARU
TUNGGU dulu! seru Jupiter. Ini penting sekali! Penyelidik pertama Trio Detektif kembali ke Pizza Shack. Ia mencoba menarik perhatian para muda-mudi yang sedang bermain video games. Dengan badan ditegakkan, Jupe mencoba untuk bersikap seserius mungkin. Pemain-pemain video games itu berhenti. Mereka memandangi Jupiter dengan heran. Penjaga restoran mengamati sambil berjalan perlahan ke dapur dengan perasaan waswas.
Kami mencoba mencari gadis yang baru saja keluar dari sini, kata Jupe.
Mereka bertukar pandang satu sama lain dengan perasaan tidak enak. Kenapa" tanya salah seorang dari mereka.
Jupe meng eluarkan foto-foto Lucille Anderson serta mengedarkannya. Orangtua Lucille Anderson memberikan foto-foto ini pada kami, katanya. Mereka meminta kami untuk mencarinya. Dia berasal dari Fresno, dan sudah dua bulan dia tidak pulang ke rumahnya.
Anak tadi bukan Anderson namanya, kata salah seorang pemuda. Bukan juga Lucille rasanya.
"Kan mungkin saja ia memakai nama lain," ujar Bob.
"Ah, kalian terlalu banyak berkhayal," sahut alah seorang pemudi. "Mungkin akibat terlalu sering nonton film spionase."
Tidak, .kami tidak berkhayal," tukas Pete sengit. Dengar, Ibunya sudah hampir putus asa mencarinya. Coba, bagaimana kalau ibu kalian merasa bahwa kalian... hilang"
Para remaja itu merasa tidak enak. Salah seorang gadis berkata, Tapi gadis itu tidak kabur dari rumahnya. Tinggalnya di sekitar sini,kok.
Kau yakin" tanya Bob. Apa sudah lama kau mengenalnya"
Yah, lumayan juga. Lebih dari dua bulan" desak Jupe. Trio Detektif berhasil memojokkan mereka sekarang. Tidak seorang pun menjawab. Ia suka memakai pakaian yang berbeda-beda, ya kan" Dan ia juga sering mengubah tata rambut dan bahkan warna rambutnya.
Suasana di Pizza Shack menjadi sunyi. Para pemain video games hanya bisa saling memandang. Mereka enggan untuk berkata-kata. Mungkin dalam hati mereka heran siapa tiga anak ini, dan apa urusannya dengan mereka.
Tak lama kemudian sebuah mobil Fiat merah tua berhenti di luar. Seorang laki-laki beruban turun dari mobilnya dan masuk ke dalam restoran.
"Kenapa sepi benar di sini"" tanya laki-laki itu. "Ada masalah apa""
"Tidak ada apa-apa, Mr. Sears," sahut si penjaga. "Anak-anak ini cuma mencari tema mereka."
Mr. Sears menggerutu. Ia berjalan ke belakang meja kasir. Rupanya dia manajer restoran itu, sebab dia langsung membuka mesin kasir dan mulai menghitung uang di dalamnya.
Akhirnya salah seorang gadis berkata pada Jupe. "Gadis yang baru saja pergi itu tinggal di sebuah tempat yang dirancang seperti tempat yang sudah tua sekali-Che"hire Square, di sebuah bukit Nama gadis itu Arriane"
"Arriane siapa"" tanya Bob.
"Ardis. Arriane Ardis."
"Kau yakin itu nama sebenarnya"" desak Jupe
"Aku tidak pernah curiga dia memakai nama palsu," jawab salah seorang pemuda. "Siapa yang akan curiga" Dan kalaupun dia kabur dari rumahnya, perlu dilihat sebabnya. Mengapa dia kabur. Barangkali saja orangtuanya bersikap terlalu keras padanya atau....
Ia ingin menjadi bintang film," potong Pete Itu sebabnya dia lari dari rumahnya. Tidak ada yang bersikap terlalu keras padanya. Kami yakin akan hal ini."
"Oke," kata pemuda itu. "Kalau begitu, kami akan beri tahu kalian kalau kami melihatnya lagi. Bagaimana""
Jupe bimbang sejenak. Lalu dikeluarkannya kartu Trio Detektif. "Tolong minta dia untuk menelepon nomor ini," katanya seraya menyodorkan kartu itu pada si pemuda.
Pemuda itu melihat sekilas pada kartu itu, lalu tersenyum mengejek. "Ooo, detektif yunior," katanya sembari manggut-manggut. Ia menyimpan kartu itu di saku bajunya. "Baik, Nak, akan kukatakan padanya."
Jupiter mengucapkan terima kasih. Kemudian ia kembali menyantap pizzanya.
Penjaga restoran kembali ke dapur, diikuti manajer beruban itu. Para muda-mudi meneruskan permainan video gamesnya kembali.
Bob menyorongkan badannya ke Jupiter. Apa kau yakin gadis itu akan mau menelepon kita""
Tidak," sahut Jupe dengan mulut penuh pizza. Tapi kita tidak perlu menunggu sampai dia menelepon kita, kan" Kalau dia tinggal di Cheshire Square, kita tahu di mana harus mencarinya. Cepat habiskan pizzamu. Masih banyak yang harus kita kerjakan."
Cheshire Square terlihat sudah tua, tetapi sebenarnya tidak. Pembangunan rumah-rumah itu baru selesai kurang dari setahun yang lalu. Menghadap ke lautan Pasifik, kompleks itu berkilau dengan cat yang mengkilap, taman yang baru penuh dengan bunga-bunga yang bermekaran.
Pemborong yang membangun Cheshire Square adalah seorang pengkhayal yang penuh rasa humor. Dalam satu wawancara dengan sebuah harian terkemuka, ia mengatakan bahwa ia ingin membuat bingung ahli-ahli arkeologi di masa mendatang. Suatu saat mereka akan menggali si
sa-sisa rumah yang mereka kira berasal dari tahun 1890-an, katanya . Mereka akan dikejutkan oleh penemuan peralatan elektronik modern yang baru ada seratus tahun kemudian. Ini akan benar-benar membuat pusing kepala mereka.
Dan begitulah perumahan itu dibangun. Ia menerapkan gaya yang khas Victoria di sana, lengkap dengan gable yang berbentuk segi tiga dan terletak di antara ujung-ujung atap, menara-menara kecil, beranda, loteng, serta gudangnya bawah tanah. Perumahan itu dikelilingi taman yang formal dan pagar besi. Di tengah-tengah perumahan itu terdapat sebuah taman kecil dilengkapi dengan sebuah panggung bergaya kuno.
Anak-anak dapat melihat panggung itu dari gerbang yang dijaga seseorang berpakaian seragam.
Tidak ada Lucille Anderson di sini, kata penjaga itu.
Kalau Arriane Ardis ada" tanya Jupiter.
Penjaga itu mengencangkan mukanya. Dia kenal kalian"
Tentu saja kenal, sahut Jupiter dengan yakin.
Nama kalian" sahut Jupiter dengan yakin.
Nama kalian" Jupiter Jones, kata Jupe. Ini Bob Andrew dan itu Pete Crenshaw. Kami kawan Mr. dan Mrs. Anderson dari Fresno. Kami punya pesan penting untuk Arriane.
Penjaga itu ragu-ragu sesaat. Kemudian ia mengangkat telepon.
Kalau kau menelepon dan menyebut nama kami, kata Jupiter, dia pasti akan senang mendengarnya. Kawan Mr. dan Mrs. Anderson. Jangan lupa katakan itu padanya.
Tetapi penjaga itu sudah tidak mendengarkan lagi. Suara sirene meraung-raung di jalan. Mobil polisi. Mendekat dengan kencang.
Anak-anak menoleh untuk melihat ke arah jalan yang menghubungkan Cheshire Square dengan Coast Highway. Mereka melihat mobil Kepolisian Rocky Beach melaju sangat kencang, hingga bannya mendecit-decit ketika menikung.
Mobil itu terus melaju menuju pintu gerbang.
Seseorang dari dalam kompleks menjerit. Suaranya melengking tinggi. Suara orang yang takut bercampur marah.
Awas! teriak Bob. Penjaga gerbang keluar dari posnya. Ia langsung menghadang laki-laki yang keluar dari perumahan bergaya Victoria. Laki-laki itu berlari dengan tertunduk. Trio Detektif hanya dapat melihat rambut yang gelap dan berpakaian yang serba hitam. Kemudian orang itu mengangkat kepalanya ketika penjaga menghadangnya. Anak-anak tetap belum dapat melihat muka orang itu. Ia menyarungkan kaus di kepalanya. Wajahnya rata dan tidak jelas.
Penjaga mencoba menerjang kaki orang itu. Tetapi laki-laki itu mengelak. Ia bahkan menendangnya, dan membuat si penjaga gerbang jatuh terguling-guling. Jupe dan Bob bergegas menghampiri untuk menolong. .
Pete segera beraksi. Ia kini meneruskan usaha si penjaga gerbang untuk menghentikan orang bertopeng itu. Dengan gesit ia menerjangnya. Namun orang itu lebih gesit lagi. Dengan cepat ia menghindar dari terjangan Pete. Pete hanya dapat menangkap angin dan terempas ke tanah.
Dengan susah-payah Pete mencoba untuk bangkit. Tapi orang berpakaian serba gelap itu sudah menyelinap di balik tumbuhan semak menuruni bukit. Dalam sekejap ia sudah lenyap dari pandangan!
Bab 6 KEJUTAN! "MOBIL polisi berhenti. Dua polisi melompat keluar. Mereka berlari ke arah tumbuhan semak di lereng bukit untuk mengejar orang berpakaian serba hitam tadi. Tiba-tiba sebuah mobil polisi lain muncul. Dua orang polisi turun dari mobilnya. Yang satu menolong si penjaga gerbang bangkit. Yang satu lagi berlutut di samping Pete, yang masih terduduk di tanah. Sambil menyeringai kesakitan Pete mengusap-usap dagunya.
"Kau baik-baik saja"" tanya polisi itu. "Kau bisa bangun" Perlu kami bawa kau. ke bagian gawat darurat""
"Aku baik-baik saja," sahut Pete. "Semoga saja gigiku tidak ada yang rontok."
Pete perlahan-lahan berdiri. T angannya masih mengusap-usap dagunya.
Lalu ia melihat gadis itu - gadis yang memakai pakaian model kuno yang dilihatnya di restoran Pizza Shack. Gadis itu sedang berbicara berapi-api dengan polisi yang menolong Pete.
"Dia membongkar rumahku!" seru gadis itu. "Itu pasti! Mana mungkin dia masuk kalau tidak membongkar dulu" Aku baru saja masuk. Aku "mau langsung ke atas. Lalu aku merasa bahwa ada seseorang di atas."
Wajah gadis itu pucat pasi. Tubuhnya bergetar
. Si penjaga gerbang berjalan dengan terpincang-pincang ke dalam pos jaganya. Ia mengambilkan sebuah kursi untuk gadis itu.
"Rumah yang mana"" tanya si polisi "Di mana tempat tinggalmu""
Gadis itu menunjuk ke suatu tempat di balik taman kecil. Tiba-tiba ia tertunduk. Ia mulai menangis.
Itu tempat Fowler," kata penjaga gerbang. Ia menunjuk ke seberang taman. "Di sana," katanya Nomor empat belas. T epat di seberang taman.
Polisi itu mengangguk. Ia dan partnernya masuk ke mobil, lalu menjalankan mobil ke sana. Gadis berpakaian kuno itu tetap diam di tempatnya. Jupiter dan kawan-kawannya mengamatinya. Wajah gadis ini lebih kurus dari gadis pada foto yang diberikan Anderson. Tetapi matanya memang terlihat coklat kehijauan. Diakah Lucille Anderson" Atau dia hanya salah seorang yang mempunyai hobi yang sama dengan Lucille Anderson, memakai pakaian yang aneh-aneh dengan mengubah-ubah tata rambut"
Tidak lama kemudian mobil polisi itu kembali. Dua polisi yang tadi mengejar orang berpakaian hitam juga baru kembali dengan wajah murung dan penuh keringat. Polisi yang "di berbicara dengan gadis itu, menghampiri si gadis.
""Kau mau menolong kami sekarang"" tanya polisi itu. "Dapatkah kau kembali bersama kami ke rumahmu untuk mengecek apa ada barang-barangmu yang hilang""
Ia mengangguk seraya berdiri. Namun tiba-tiba ia duduk kembali.
"Tidak apa-apa," kata polisi itu. "Istirahat saja dulu."
Waktu aku dengar dia," gadis itu memulai, "aku berada di ruang tengah. Dia ada di suatu tempat - bukan di ruang tengah. Dia ada di salah satu ruang tidur. Aku harus melewatinya untuk sampai ke tangga. Aku... aku tidak dapat..."
Ia terhenti. Suaranya bergetar. Anak-anak dapat membayangkan kengerian pada saat itu. Menghadapi seorang pencuri yang nekat memang membutuhkan keberanian besar.
Gadis itu berdehem. Lalu ia melanjutkan. "Aku terus saja ke kamar Mrs. Fowler dan langsung menutup pintu. Aku berusaha menahan diri supaya tidak takut Sebuah kursi kuletakkan di bawah gagang pintu, lalu radio kuhidupkan. Baru kutelepon polisi dari telepon di samping tempat tidur."
"Tindakan yang tepat," puji polisi itu. "Kau gadis pemberani dan berkepala dingin. Lalu bagaimana""
Tidak ada apa-apa. Maksudku, aku menunggu saja sampai polisi datang. Tapi waktu aku dengar suara sirene di lereng bukit, aku mendengar pencuri itu turun tangga. Mendadak aku merasa sangat marah! Aku tidak ingin dia lolos, jadi kukejar saja dia!"
Polisi itu mengangguk. "Kali ini tindakanmu tidak bijaksana. Untung saja orang itu terus berlari tidak berbalik menyerangmu."
Gadis itu berdiri "Aku sudah lebih tenang sekarang," katanya. "Kita bisa kembali ke rumah itu."
Tetapi si penjaga gerbang tidak puas dengan keadaan ini. "Harus ada orang yang menemani kau," katanya. "Mengapa kau tidak menghubungi teman-temanmu""
Gadis itu menggeleng. "Teman-temanku ada... di luar kota.
Jupe melangkah maju. "Kami dapat menghubungi ibumu, Lucille," katanya pelan.
Gadis itu terperanjat Kemudian ia memandang Jupiter dengan dingin. "Lucille" Namaku bukan Lucille," katanya ketus. "Namaku Arriane"
"Jangan buat dia kesal!" bentak penjaga gerbang. "Apa kau tidak lihat dia sedang kesusahan""
Gadis itu masuk ke dalam mobil polisi, yang membawanya masuk ke dalam Cheshire Square, sementara salah seorang polisi. yang lain mencatat nama, alamat, dan kesaksian anak-anak. Kesaksian itu mungkin tidak terlalu menolong. Orang yang dikejar tadi bertubuh sedang, berambut hitam, dan memakai pakaian serba hitam. Hanya itu keterangan yang dapat mereka berikan.
Akhirnya mobil polisi yang. belakangan muncul pergi. Penjaga gerbang melihat luka di dagu Pete sambil menggeleng-geleng. "Banyak maling berkeliaran akhir-akhir ini," katanya. Tidak baik bagi seorang anak untuk tinggal sendirian di rumah besar itu - apalagi setelah ada kasus pencurian seperti ini."
"Bagaimana dengan orang yang memiliki tempat ini"" tanya Bob. "Di mana mereka""
"Mrs. Jamison Fowler sedang di Eropa," kata penjaga itu. Ia baru saja berangkat beberapa hari yang lalu. Arriane sudah tinggal bersamanya selama beberapa minggu. Mrs. Fowler wan
ita yang baik. Kadang-kadang ia memungut anak-anak yang hidupnya susah. Ia memberi mereka kamar yang indah, makan yang cukup, serta seseorang untuk mengawasi mereka. Arriane punya pekerjaan sementara di suatu tempat. Di Cheshire Square sini ia membantu Mrs. Fowler, bahkan menolong pembantu rumah tangganya. Tetapi pembantu rumah tangga ini baru pulang ke rumahnya karena suatu urusan keluarga yang mendesak."
Ia berhenti. Dipandangnya anak-anak sambil berusaha mengira-ngira. "Kau tadi bilang kau kenal dengannya."
Jupe menunjukkan foto Lucille Anderson pada penjaga gerbang itu. "Orang tua Lucille Anderson memberikan foto-foto ini pada kami," kata Jupe. Bagaimana menurutmu""
Penjaga gerbang itu memperhatikan foto-foto itu satu demi satu. Ekspresi wajahnya tidak berubah. Tapi sewaktu selesai ia berkata, "Aku sendiri punya anak gadis yang seumur dengannya.
"Kalau dia anak gadis Anda," lanjut Jupe, "apa Anda akan ingin tahu keadaannya""
Laki-laki itu mengangguk. "Aku akan bicara dengannya. Mudah-mudahan ia mau bicara dengan kalian. Mungkin ia anak yang hilang. Cuma saja sekarang bukan saat yang tepat. Rumahnya baru saja kemasukan pencuri. Ia tentu masih belum pulih benar kondisinya."
"Bagaimana kalau besok pagi kami ke sini lagi"" usul Jupiter.
"Baik. Sementara itu aku akan sampaikan hal ini pada Arriane. Mungkin aku berhasil meyakinkan dia untuk tinggal di rumah besok - paling tidak untuk menunggu sampai kalian sampai di sini. "
Jupiter datang seorang diri ke Cheshire Square keesokan harinya. Ia, Pete, dan Bob telah sepakat bahwa hanya satu orang yang akan menemui gadis itu di rumah Fowler.
"Aku tidak ingin kita terlihat seperti mendesak dia," kata Bob. "Kalau kita bertiga datang, sedangkan dia sendirian, dia akan merasa dipojokkan."
Maka hanya Jupiter-lah yang berangkat ke sana. Jupe menemui penjaga gerbang yang sudah menunggunya.
"Aku tidak mengatakan apa-apa tentang orangtuanya," kata '"penjaga itu. "Ia mungkin akan tahu sendiri. Aku cuma katakan "bahwa kau dan teman-temanmu ingin tahu keadaanmu sekarang. Dan ia mengatakan ingin bertemu dengan kau.
Penjaga gerbang itu menunjuk ke rumah Fowler . "Yang besar itu, tepat di seberang taman "
Jupe mengucapkan terima kasih. Ia langsung menuju rumah nomor 14, rumah bertingkat dua dengan menara kecil serta hiasan kayu. Ketika ia menghampiri pintu depan, gadis yang menamakan dirinya Arriane membuka pintu. Ia keluar ke beranda.
"Hai!" sapanya. "Aku tadi mengawasi kau berjalan dari gerbang."
"Hai! Aku Jupiter Jones," balas Jupe sambil mengulurkan tangannya. Sambil tersenyum, gadis itu menjabat tangan Jupe, lalu masuk. Jupe mengikutinya. Tiba-tiba ia merasa bahwa ia melangkah ke zaman yang silam. Ruangan di dalam berlangit-langit sangat tinggi. Menuju balkon terdapat tangga yang lebar. Banyak sekali panel-panel kayu di dinding. Karpet tebal berwarna merah tergelar, membuat langkah-langkah mereka tidak terdengar, lukisan-lukisan dihiasi bingkai yang berkilau-kilau.
"Seram, ya"" kata gadis itu pada Jupe. "Mari masuk ke dapur. Di sana lebih enak."'
Jupe mengikutinya melewati tangga. Mereka masuk melewati pantry ke dalam dapur yang terang-benderang. Sebuah ceret di atas tungku tampak seperti benda antik, padahal sebenarnya ceret itu alat elektronik.
"Gadis itu mempersilakan Jupe duduk di sebuah meja bundar di antara dua jendela. Sembari menunggu ia menyiapkan minuman, Jupe duduk diam. Gadis itu mengenakan pakaian yang menyapu lantai. Sebuah pita mengikat rambutnya yang panjang, membebaskan mukanya yang berbentuk seperti hati serta dagunya yang mungil Ia benar-benar berpenampilan kuno. Jupe tahu kini bahwa gadis itu mencoba menyesuaikan penampilannya dengan keadaan rumahnya.
"Senang ya, tinggal bersama Mrs. Fowler di sini," Jupe membuka pembicaraan.
"Tentu saja," kata gadis itu. "Mrs. Fowler bukan main baiknya terhadapku."
"Bagaimana kau bisa kenai dengannya"" tanya Jupe.
"Mulanya dari bekerja di Salon Kecantikan Tender Touch."
Jupiter mengangguk. Ia mengenali nama sebuah salon di Rocky Beach.
"Sebenarnya itu pekerjaan yang tidak menarik, lanjut gadis itu. "Aku me
nyapu setelah mereka selesai memotong rambut Tetapi aktris-aktris lainnya lebih jelek dari itu keadaannya sebelum mereka mendapat kesempatan yang lebih baik. Lalu Mrs. Fowler sering berkunjung ke salon itu. Kami jadi sering mengobrol. Beberapa minggu yang lalu ia mengatakan akan pergi ke Eropa sementara pembantu rumah tangganya tidak mau tinggal sendiri. Mrs. Fowler lalu menawarkan kepadaku untuk tinggal di sini. Wah, kurasa ini cocok sekali bagiku."
Tepat sekali," kata Jupe menyetujui. "Dengan begitu kau bisa mengurangi pekerjaanmu di salon, punya lebih banyak waktu untuk mengejar cita-citamu sebagai bintang film, dan punya tempat yang aman untuk tinggal."
Gadis itu melemparkan senyum gembira. Jupiter rupanya sudah dapat membaca pikiran gadis itu.
"Larry Evans bilang kau sedang kuatir," kata gadis itu.
"Larry Evans" Petugas keamanan""
Ya." Gadis itu bicara dengan hati-hati. Seolah-olah ia tidak ingin memberi tahu apa-apa sebelum ia tahu siapa Jupe dan apa maksud kedatangannya.
Jupe telah memperlengkapi dirinya dengan foto-foto Lucille yang diambil sewaktu ia memenangkan juara kedua dalam kontes kecantikan gadis remaja di Fresno. Jupe mengeluarkannya dan meletakkannya di meja di depan gadis itu.
Untuk beberapa saat gadis ini tidak berkata-kata. Kemudian ia berpaling. Sambil tetap membisu ia memandang ke luar jendela.
""Lucille," kata Jupiter, "aku memperolehnya ini...
"Mengapa kau terus memanggilku dengan nama itu"" ujar gadis itu dengan marah. "Aku Arriane Arriane Ardis!"
""Itu terdengar seperti nama panggung di telingaku, kata Jupe.
"Apa urusanmu'"" tukas gadis itu. "Siapa kau sebenarnya dan apa maumu di sini""
"Ayah dan ibumu datang menemui aku dan teman-temanku," kata Jupe dengan sabar. Ia menceritakan tentang tas jinjing yang ditemukan di pantai, sampai mereka menghubungi perpustakaan di Fresno. "Orangtuamu mengendarai mobil sepanjang malam untuk menemui kami. Ibu menangis waktu itu."
"Aku sudah bilang bahwa aku baik-baik saja, kata gadis itu dengan kesal.
Dalam hati Jupe merasa lega. Gadis ini mengaku! Untuk pertama kalinya ia mengakui bahwa adalah Lucille Anderson.
"Mungkin kalau kau tetap menjaga hubungan dengan orang tuamu, mereka akan percaya bahwa kau baik-baik saja," ujar Jupiter.
"Mereka cuma mau memaksa aku supaya pulang ke rumah!" keluh Lucille.
"Mungkin, tetapi sekarang mereka mencemaskan keadaanmu. Mereka membayangkan kau luntang-lantung di jalan, tanpa tempat tinggal, kelaparan, dan sebagainya. Kalau kau menelepon mereka..."
"Oh, baik!" Ia bangkit dengan cepatnya sehingga tehnya tumpah. Ada telepon di dekat tempat cuci piring. Ia mengangkat gagang telepon dan mulai memutar nomor dengan kasar.
Jupe duduk saja. Tugasnya sudah selesai.
"Halo!" kata Lucille setelah beberapa saat. Halo, Mom..." Ya, Mom, aku tidak apa-apa. Ya. Dan anak itu ada di sini. Anak yang gendut itu. Dan... "
Sunyi sejenak. Kemudian, "Oh, Mom, aku tidak Mau! Aku baik-baik saja! Anak ini bilang Mommy hanya ingin..." .
Sunyi kembali, kali ini lebih lama. Mendadak Lucille menjadi marah, "Apa Mommy tidak dengar" Aku tidak mau!" serunya. "Aku betah di sini. Aku punya pekerjaan dan tempat yang menyenangkan. Aku akan ambil kursus untuk..."
Lucille diam, mendengarkan. Kemudian ia berkata dengan sinis, "Belajar di sekolah" Buat apa" Aku tidak mau jadi profesor, aku ingin jadi bintang film!"
Suara-suara ribut terdengar dari telepon.
"Apa maksud Mommy" Jangan mencoba memasang perangkap bagiku," tukas Lucille. "Seharusnya aku tidak menelepon. Percuma. Selalu bertengkar kalau bicara di telepon."
Ia membanting telepon. "Aku seharusnya sudah tahu!" teriaknya. "Buat apa aku mendengarkan petuah-petuah yang tidak berguna itu" Kau tahu apa maksudku, hah"" katanya pada Jupiter. "Aku disuruh melakukan hal-hal yang tidak kusukai, hanya karena menurut orangtuaku itu baik! Mereka tidak pernah mencoba memahami kemauanku!"
Jupiter Jones hanya memandanginya. Ia tidak tahu apa yang harus dikatakannya.
"Bab 7 DRAKULA BANGKIT KEMBALI
"ORANGTUA Lucille Anderson sampai di Rocky Beach ssore itu sebelum gelap. Jupiter, Pete, dan Bob
sedang di pangkalan mengerjakan sesuatu untuk Bibi Mathilda sewaktu sebuah mobil dari Fresno muncul di gerbang. Sebelumnya Jupiter sudah menghubungi Fresno, segera setelah ia sampai di markas. Ia mengatakan bahwa ia sudah menemui Lucille. Ia juga sudah melaporkan nama baru Lucille, alamatnya, serta segala hal yang dibicarakannya tadi pagi di Cheshire Square. Jadi mengapa Mr. dan Mrs. Anderson datang ke sini sekarang.
"Lho, kok'"" gerutu Pete. "Aku kira urusan kita sudah selesai"
Mobil itu berhenti di dekat kantor. Mrs. Anderson keluar. "Kalian telah menemukan dia!" serunya. Ia tersenyum, sekalipun matanya merah.
"Yes, Ma'am," kata Jupe. "Seperti yang telah saya katakan di telepon, kami telah menemukan mereka."
Mrs. Anderson memandang Pete. Di dagu Pete terdapat memar biru. "Kuharap memar itu bukan gara-gara anak gadisku," kata Mrs. Anderson. Ia bukan orang yang kasar, kan""
""Bukan, Ma'am," ujar Pete.
Mr. Anderson keluar dari mobil. "Aku gembira sekali sewaktu mendengar dia baik-baik saja di rumah itu." Ia terlihat lelah sekali.
"Saya heran mengapa Anda berdua tidak langsung saja ke Cheshire Square," kata Jupiter. "Apa ada yang salah'""
"Ah, tidak," '6ahut Mrs. Anderson sambil tersenyum lebar, "kami cuma ingin tahu apa kalian juga mau ikut Lucille mungkin akan gusar. Kalian anak-anak yang baik. Kalau kalian ikut mungkin ia tidak akan mengatakan hal-hal yang..."
Jupiter tiba-tiba sadar bahwa Mr. dan Mrs. Anderson takut pada anaknya. Dalam hatinya Jupe menyesal telah bertemu dengan kedua orang ini.
Pete mencoba menjauhi mereka. Bob berpura-pura sibuk bekerja dengan sebuah alat. Segan benar mereka mengurusi masalah yang berlarut-larut ini. Kalau persoalan sudah selesai mereka akan dengan senang hati membantu. Tetapi sekarang" Lucille sudah ditemukan. Apa lagi" Namun akhirnya mereka mengalah. Ketiga anak itu ikut dengan mobil Mr. Anderson. Mereka semua pergi ke Cheshire Squdre.
Larry Evans tidak berada di gerbang ketika mereka tiba. Penjaga yang lain sedang bertugas saat itu. Ia senang mendengar bahwa orang tua gadis di rumah Fowler datang untuk mengunjungi enaknya.
"Silakan terus saja," kata penjaga itu sambil melambai pada mobil yang dikemudikan Mr. Anderson.
"Aduh megahnya," kata Mrs. Anderson dengan penuh kekaguman ketika melihat kompleks bangunan itu.
"Apa arti nama tempat ini..." kata Mr. Anderson. Ia memandang ke seberang taman kecil, ke sebuah rumah. Di rumah itu paling sedikit diparkir selusin mobil. Sebagian besar dari mobil-mobil itu adalah mobil tua. Beberapa di antaranya bergaris-garis, dan beberapa memiliki pipa knalpot bersepuh khrom serta cat yang berkilat.
Di samping mobil-mobil, yang tampak sangat aneh di tempat bergaya Victoria seperti Cheshire Square ini, terdapat beberapa orang remaja. Lampu-lampu sorot menyinari suatu pemandangan yang terlihat seperti Animal House. Anak kecil di mana-mana. Seorang anak memanjat atap rumah Fowler. Ia duduk di samping menara melemparkan popcorn pada burung-burung merpati. Ada beberapa anak lelaki di atas pohon-pohon. Mereka menonton anak-anak yang sedang melakukan break dance di jalan.
Suara musik yang hingar-bingar terdengar memenuhi kompleks itu. Demikian kerasnya musik itu dipasang hingga seakan-akan bumi bergetar karenanya.
"Ia pasti sedang berpesta," duga Mrs. Anderson
"Itu bukan pesta," kata Mr. Anderson. "Itu lebih cocok disebut huru-hara!"
Ia harus memarkir kendaraannya empat rumah dari rumah Fowler. Sewaktu ia dan Mrs. Anderson berjalan, mereka melihat bahwa taman itu penuh dengan anak-anak muda. Begitu pula teras di samping rumah. Trio Detektif mengenali beberapa dari mereka sebagai muda-mudi yang mereka temui di Pizza Shack.
Sebagian besar dari mereka ikut menari sambil bernyanyi, berteriak dan sekaligus makan pizza yang dibawa dengan piring-piring dari kertas perak. Ada yang memakai perhiasan yang terbuat dari tabung neon. Seorang anak laki-laki mengalungkan seekor ular hidup di lehernya. Ada seorang anak yang tidak ikut menari sama sekali. Namun ia sibuk menumpahkan isi sebuah akuarium ke dalam kolam renang di samping rumah.
Mrs. Anderso n menaiki tangga depan. Ia membunyikan bel. Tetapi hingar-bingar suara musik menelan bunyi bel itu.
Seorang anak datang dari samping rumah. Ia membawa satu kotak deterjen. Ketika melihat tamu itu, ia berteriak, "He! Ada kawanmu datangl"
Kemudian ia menuangkan seluruh deterjen itu ke dalam air mancur di depan rumah.
Musik makin menjadi-jadi.
Air mancur itu menjadi penuh busa. Busa itu tumpah ke taman rumput di sekitarnya. Angin meniup busa yang berlimpah dan menerbangkannya ke udara. Sebentar saja daerah sekitar itu sudah penuh dengan busa. Busa di mana-mana.
"Salju!" teriak anak itu sekencang-kencangnya.
Mr. Anderson mengepalkan tangannya. Ia menggedor pintu keras-keras - terus dan berulang-ulang.
Akhirnya pintu dibuka. Seseorang dengan dandanan aneh muncul. Mukanya putih karena make up yang tebal. Bibirnya hampir-hampir hitam.
"Lucillel" jerit Mrs. Anderson.
"Jadi apa kau sekarang"" teriak Mr. Anderson
"Morticia Addams""
Lucille mencoba membanting pintu, tetapi ayahnya menahan dengan kakinya.
"Anakku, kami orang tuamu!" kata Mrs. Anderson. Ia membuka kedua tangannya.
Lucille menampik untuk sesaat Tetapi akhirnya ia tidak tahan lagi. Air matanya mengalir. Dipeluknya ibunya erat-erat Baju putih Mrs. Anderson ternoda oleh lipstick hitam yang dikenakan Lucille, tapi Mrs. Anderson tidak peduli.
Mr. Anderson hanya bisa memandang dengan terharu. Ia bertelekan pada gagang pintu. Semenit lamanya ia menunggu istri dan anaknya salin bertangisan. Kemudian ia masuk ke dalam untuk mematikan musik.
Suasana mendadak menjadi hening.
Pesta itu bubar. Para penari menyadari bahwa ada orang tua di antara mereka. Diam-diam mereka menyelinap pergi, meninggalkan sampah yang masih berserakan. Tinggal Lucille, ibu, dan ayahnya di sana. Trio Detektif, yang mengamati dari jauh saja, merasa tidak enak.
Ketika Lucille menyadari bahwa pestanya telah "bubar, ia berhenti menangis. Tangisan itu berubah menjadi kemarahan.
"Kalian merusaknya - seperti kalian merusak seluruh hidupku!" 'bentaknya. "Kalian merusak pestaku yang dihadiahkan oleh Craig untuk merayakan kontrak dan..."
"Kontrak"" potong Mr. Anderson. "Kontrak apa""
"Untuk Dracula, Mon Amour," kata Lucille dengan gusar. "Oh, Mom! Dad! Itu akan menjadi film yang terbesar! Dan' aku tahu kalian selalu menguatirkan segalanya tentang diri saya. Tapi kan sekarang buktinya aku baik-baik saja. Aku malah bisa belajar banyak dari pengalaman, dan bahkan mencari uang sendiri. Tapi kesempatan yang paling besar adalah sekarang ini. Aku akan menjadi ratu drakula pengisap darah!"
Air matanya sudah kering sama sekali sekarang. Mata Lucille- bersinar-sinar ketika menceritakan perannya ini. "Jadi aku punya kesempatan untuk maju. Bukannya aku tidak suka tinggal bersama ibu dan ayahku, tetapi aku ingin membuktikan bahwa aku bisa mandiri, seperti sekarang ini. Oh, itu Mr. Mclain! Craigl Craig Mclain! Sini! Kenalkan orangtuaku!" serunya sambil melambai. "Pertama kali ia melihatku la langsung tahu bahwa akulah orang yang cocok untuk menjadi ratu drakula." .
Mr. Mclain datang melalui tangga depan. "Selamat sore!" katanya sambil tersenyum sekilas.
Mrs. Anderson memandangnya. Mr. Anderson berdehem.
"Mr. McLain berumur sekitar tiga puluhan. Wajahnya halus, begitu pula rambutnya yang lurus. Kedua telinganya sampai tertutup oleh rambut panjangnya yang tersisir rapi. Celana panjangnya licin tersetrika. Pada jaket yang dikenakannya tidak ada sedikit pun bagian yang kusut
"Ibunya Arriane!" katanya. Suaranya pun sampai-sampai terdengar selicin penampilannya. "Aku seharusnya sudah kenai dengan Anda dari dulu-dulu."
Kalimat ini tidak biasa diucapkan orang yang baru berjumpa, tetapi itu rupanya membuat Mrs. Anderson senang. Mrs. Anderson makin senang lagi ketika McLain meraih tangannya dengan hormatnya, bagai orang memegang tangan seorang ratu.
"Aku senang Anda datang," kata Mclain. "Aku merasa bahwa aku harus menemui Anda, sekalipun akan menyita banyak waktu untuk menyelesaikan kontrak Arriane."
Mrs. Anderson menggumam. Mr. Anderson mengernyitkan dahinya. Ia terlihat seperti orang yang mencium bau busuk
dari dalam lemari esnya. "Drakula"" katanya. "Dracula, Mon. Amour""
"Kelanjutan dari film klasik Drakula," Mr. McLain menjelaskan. "Kami menginginkan seorang aktris - yang tidak dikenal - untuk memainkan peran sebagai Mina. Aku selalu merasa bahwa Mina Harker tidak akan pernah bisa hidup normal dan menikah dengan seorang pria yang membosankan - tidak, karena dia pernah merasakan bagaimana rasanya dipeluk Drakuta. Dia akan merindukan kehidupan bersama kekasihnya yang tidak bisa mati itu. Dan dalam film ini Mina menemukan jalan untuk bisa selalu bersama Drakula. "
"Hiii, cerita apa itu"" kata Mrs. Anderson.
"Pintar kalian mengubahnya!" celetuk Mr. Anderson. "Seingatku, pada akhir cerita pertama Drakula berubah menjadi debu."
"Drakula tidak seperti manusia," tangkis McLain. "Dalam film kami Mina menemukan cara rahasia supaya Drakula bisa hidup kembali. Mereka hidup berdampingan untuk selamanya."
Mr. Anderson hanya berdehem. Tepat pada saat itu seseorang terjatuh di tangga bawah.
"Ah, kebetulan" ujar Mclain. "Kenalkan, ini teman sejawatku, "Henry Morrel. Ia memang suka membuat kejutan pada perjumpaan pertama. Henry, mari ke sini. Kenalkan, ini orangtua Arriane. "
Muka Henry Morrel bisa dibilang bundar. Usianya sebaya dengan McLain, namun perbedaan penampilannya jauh sekali. Kalau Mclain rapi dan licin, Henry kusut dan berantakan. Rambutnya yang pendek acak-acakan. Matanya bulat besar, tetapi hidungnya kecil. Ia nyengir sewaktu mencoba berdiri di tangga.
"Ha... hai!" sapaan Henry lebih mirip gumaman. "Apa kabar""
"Henry sudah lama bekerja di Twentieth Centu"ry-F ox," Craig Mclain menjelaskan. "Baru-baru ini saja, cuma beberapa minggu yang lalu, ia bergabung dengan Mclain Productions. Ia punya pengalaman yang luar biasa dalam film-film horor. Film-film kami akan merangsang Imajinasi penonton, bukan sekadar menyajikan special effect dan action. Teror akan muncul dengan sendirinya."
"Hebat betul!" Mr. Anderson setengah mengejek.
"Lucille, bagaimana kalau kita duduk dulu untuk membicarakan hal ini," usul Mrs. Anderson.
"Membicarakan apa lagi"" Lucille tampak mulai gusar kembali. "Tidak ada yang perlu dibicarakan kalau itu menyangkut keinginanku untuk berperan dalam film ini."
Mr. Mclain sedikit terkejut "Lucille" Kenapa" Kukira namamu Arriane." Tetapi ketika ia melihat Lucille membelalak padanya, Mclain buru-buru mengoreksi. "Ah, bodohnya aku ini! "Arriane kan nama panggungmu, pantas saja. Sekarang, aku tahu kau sudah lama tidak berjumpa dengan orangtuamu. Semua ini mungkin agak membingungkan pada awalnya. Aku akan. hubungi kau lagi dalam dua hari ini. Sementara itu, kalau kau punya pertanyaan, jangan ragu untuk menelepon nomor ini."
Mr. Mclain mengeluarkan sebuah kartu dari dompetnya, lalu memberikannya pada ayah Lucille.
"Saat ini aku dan Henry tinggal seperti orang suci. Kami tinggal di daerah atas bukit ini. Dulunya tempat itu milik Cecil B. DeMille. Anda mungkin tidak akan percaya kalau kukatakan bahwa kami biasa dibangunkan oleh suara domba-domba mengembik di belakang rumah. Itu memang keterlaluan. Kami tidak punya telepon, namun sekretarisku selalu dapat menghubungiku."
Mr. Anderson menyimpan kartu itu di dalam dompetnya tanpa melihat lagi. "Kalau kau berani-berani berbuat licik dalam bisnis ini, aku tidak kan ragu-ragu menyeretmu ke penjara!" ancamnya.
"Daddy!" jerit Lucille.
"Aku cukup mengerti," sahut Mr. Mclain. Setiap ayah akan merasa demikian."
Mclain kemudian membungkuk dan mundur keluar, sambil menggamit lengan teman sejawatnya.
"Dan sekarang," kata Mr. Anderson dengan te"gas, "ada beberapa hal yang harus segera diselesaikan!"
"Bab 8 TANDA BAHAYA ""LUCILLE, anakku," kata Mrs. Anderson, "kau tahu kan bahwa kami sayang dan percaya padamu.
"Apa maksudmu"" Mr. Anderson tidak sabar lagi. "Katakan terus terang saja."
"Kalau ini memang kesempatan besar bagi mu," lanjut Mrs. Anderson, "kami menyokongmu, tetapi..."
"Judy, mau apa kamu"" seru Mr. Anderson.
Mrs. Anderson menoleh pada suaminya. "Kita harus percaya pada anak kita sendiri - cepat atau lambat," katanya. "Ia... ia sudah hampir dewasa T
etapi supaya kau merasa lebih tenang, aku dapat menemaninya di sini."
"Mom, aku bukan bayi!" protes Lucille dengan nada keras. "Bagaimanapun juga, Mommy tidak dapat tinggal di sini. Ini bukan rumah Mommy bukan juga rumahku. Ini rumah Mrs. Fowler, dan aku yang mengurusnya. Inilah pekerjaanku! Itu samping itu, sekadar memberi tahu saja, aku juga bekerja di salon kecantikan..."
"Kau tidak usah banyak ribut!" potong ayahnya. "Turuti kata orangtuamu. Kalau aku bilang pu"lang, kau harus pulang. Di sanalah rumahmu yang sesungguhnya."
"Charles, jangan!" pinta Mrs. Anderson. Ia akan membencimu untuk selamanya."
"Biar saja," tegas Mr. Anderson. "Dia tidak harus senang padaku, tapi dia harus hormat padaku, pada. apa yang kukatakan. Aku kan ayahnya!"
Namun Mr. Anderson sadar bahwa sikap kerasnya tidak mempan diterapkan pada anaknya yang satu ini. Ia kenal betul sifat Lucille. Selain itu ia juga tidak mau anaknya sampai membencinya. Ia menghela napas. Sikapnya makin lama makin melunak. Dan akhirnya ia membiarkan Mrs. Anderson menuntunnya ke pintu. Di pintu ia berhenti. Ia mengeluarkan dompetnya.
"Hati-hati kau, Nak," katanya. "Jaga dirimu baik-baik, dan sering-sering hubungi kami. Ibumu selalu kuatir akan nasibmu." Seraya berkata begitu ia meletakkan sejumlah uang ke dalam tangan Lucille, lalu keluar menuju mobilnya.
Tidak seorang pun ingat untuk memperkenalkan Pete dan Bob kepada Lucille. Kedua anak itu dan Jupe merasa canggung berada di tengah-tengah keluarga yang sedang bertengkar. Mereka ingin sekali kembali ke markas mereka di Pangkalan Jones karena sekarang Lucille telah ditemukan. Tugas mereka telah selesai. Tetapi kenyataan berbicara lain.
Mereka mengikuti Mr. dan Mrs. Anderson masuk ke mobil. Mr. Anderson tiba-tiba mengum"pat, "Produser apaan itu" Silakan potong kupingku kalau memang dia benar produser film!"
Mobil itu melaju keluar Cheshire Square, lalu menuruni bukit menuju jalan raya.
"Kau mungkin benar," Mrs. Anderson mengomentari dengan suara tertahan.
"Mungkin"" sahut Mr. Anderson dengan nada tinggi. "Bukan mungkin lagi, tapi pasti!"
''Ya, Mr. McLain penampilannya memang menarik, tetapi tetap saja kita harus tahu lebih banyak tentang dirinya."


Trio Detektif 41 Misteri Penyamun Horor di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mrs. Anderson menoleh pada anak-anak. "Kalau kalian pegang kartu ini, dapatkah kalian mengecek dirinya"" ia meminta pada mereka.
"Kalian pasti punya cara supaya bisa mencari informasi lebih banyak tentang mereka. Kalian sangat cerdik dalam menemukan Lucille, tentu kalian juga dapat menemukan siapa Mr. Mclain sebenarnya, apa dia memang seorang produser film."
Pete menghela napas. "Kurasa kami dapat menemukan apakah dia dikenal di kalangan usahawan film," kata Jupe
"Aku pikir tidak perlu seseorang masuk dalam suatu organisasi atau perkumpulan untuk menjadi produser. Bisa saja ia jadi produser yang berdiri sendiri. Yang ia perlukan hanyalah ide dan modal."
"Orang itu penipu!" gerutu Mr. Anderson. "Ratu Drakula! Apa-apaan itu" Kedengarannya seperti khayalannya saja. Apalagi kalau melihat temannya yang jatuh di tangga tadi - sama sekali tidak meyakinkan. "
Ia membelok dari jalan raya. Lalu meneruskan ke arah pangkalan barang bekas. "Judy, kita dapat melakukan kompromi," usulnya. "Aku akan pulang ke rumah, dan kau tinggal di sini untuk mengawasi apa yang terjadi."
Istrinya menggeleng. "Lucille sudah bulat tekadnya. Kita harus memberi dia kebebasan bergerak supaya dia dapat mengembangkan dirinya."
Mr. Anderson makin menggerutu. Ia menggumamkan kata-kata yang tidak jelas. Tetapi ketika berhenti di gerbang pangkalan, ia mendesah sambil memberikan kartu Mr. McLain kepada Jupiter.
"Hubungi aku di Fresno kalau kau mendapatkan sesuatu," katanya. "Kalau kau perlu uang, bilang saja. Aku ingin tuntaskan masalah ini sampai ke akarnya. Aku tidak percaya ada orang yang dengan mudah menawari Lucille peran utama dari sebuah film yang mungkin memakan biaya ribuan dolar."
"Oh, bahkan mungkin jutaan!" tambah Mrs. Anderson. Wajahnya mencerminkan ketakutan.
Esok paginya, Trio Detektif sudah berkumpul kembali di markas.
Tugas kita selanjutnya adalah memastikan apakah Craig McLai
p benar seorang produser Film," Jupe memulai.
"Lucille tampaknya memang orang yang selalu mengundang masalah," kata Bob. "Apa menurutmu pencurian di rumah Fowler itu ada hubungannya dengan Lucille""
Tidak," sahut Pete. "Maling tidak akan pandang bulu dalam soal itu. Masih ingat monster perampok di Hollywood""
"Aku cenderung untuk setuju dengan Pete kata Jupiter. "Sekarang aku usul supaya kita menghubungi Hector Sebastian."
Yang Jupe maksud ialah kawan mereka yang dulu bekerja sebagai detektif swasta. Ia pun banyak kenalan di Hollywood," lanjut Jupe lagi. Ia mungkin pernah dengar tentang Craig Mclain.
Don, pembantu rumah tangga Mr. Sebastian menjawab telepon. Ia melaporkan bahwa Sebastian sedang pergi. ke Idaho dengan temannya untuk mengambil gambar-gambar "Mungkin beberapa hari ia pergi, mungkin juga beberapa minggu, aku tidak yakin," ujar Don. "Nanti kalau dia kembali akan kusampaikan bahwa kau pernah menelepon."
Jupe mengucapkan terima kasih pada Don. Ia lalu menutup telepon. Setelah berdiskusi, anak-anak mengambil keputusan untuk mencari informasi itu langsung dari sumbernya. "Kita " punya kartu Craig Mclain," kata Jupe. "Kita pergi saja ke kantornya."
"Untuk bertanya pada sekretarisnya"" kata Pete. "Jangan-jangan sekretarisnya dibayar untuk tidak memberikan keterangan apa-apa kepada orang asing. "
"Aku punya cara untuk membuat dia bicara, kata Jupe dengan yakin. "Yang penting sekarang kita pergi dulu ke sana untuk bertemu dengan siapa saja yang ada di sana."
Jupe kemudian menelepon sebuah perusahaan penyewaan mobil. Berkat kebaikan seorang klien Trio Detektif, mereka dapat memakai sebuah Rolls-Royce antik milik perusahaan itu. Sebagai servis, mereka juga mendapat pengemudinya sekalian, Worthington, yang berkebangsaan Inggris. Worthington selalu mengenakan seragam yang serasi dengan Rolls-Royce antik itu. Mulanya ia memperlakukan anak-anak dengan resmi, seperti halnya ia memperlakukan pejabat-pejabat tinggi. Namun karena sering terlibat dalam petualangan Trio Detektif, Worthington kini mengangap dirinya sebagai anggota tidak resmi dari Trio Detektif. Ia selalu menanti-nanti kesempatan untuk menjadi pengemudi bagi mereka, terutama untuk terlibat dalam kisah-kisah petualangan Trio Detektif.
Pagi ini, baik Worthington maupun Rolls-Royce memang sedang tidak dipakai. Mobil hitam mengkilat itu segera meluncur dari garasinya menuju Pangkalan Jones.
Sewaktu Bib. Mathilda melihat mobil itu, ia mendengus. "Buat apa mobil mewah itu datang ke sini lagi" Kalian kan punya banyak kesibukan hari ini. Bagaimana hasil pekerjaan yang telah direncanakan untukmu, Jupiter""
Besok Aku janji," kata Jupe. "Kami harus menolong keluarga Anderson hari ini."
""Kau selalu punya alasan untuk menghindar dari pekerjaan yang kuberikan," gerutu Bibi Mathilda. "Baik, kali ini aku mengalah. Tapi besok kau tidak boleh ke mana-mana."
Anak-anak segera berangkat, langsung menuju Sunset Strip, alamat yang tertera di kartu bisnis Mclain. Perjalanan memakan waktu hampir satu jam. Saat mereka sampai di Sunset Strip, Worthington melambatkan laju kendaraan sampai ia dapat menemukan lokasi yang diberikan Jupe padanya.
"Ada tempat parkir di pinggir situ," katanya. "Boleh aku parkir di sana" Rolls-Royce ini selalu menarik perhatian orang. Apa kalian lebih suka supaya kita tidak diketahui orang""
"Aku lebih suka kalau kita tidak terlihat orang," ujar Bob. "Kalau Lucille Anderson sampai tahu bahwa kita mengecek keaslian produser favoritnya, mungkin ia akan marah besar."
"Aku tidak ingin terkena semprotannya," kata Worthington yang sudah mendengar kisah petualangan kali ini dari anak-anak. Sambil tersenyum ia mencari tempat parkir lain yang agak tersembunyi di sebuah jalan kecil, lalu memarkir Rolls-Royce itu di sana.
"Apa kita semua ke sana'"" tanya Pete.
"Sebaiknya begitu," Worthington yang menyahuti. "Aku juga ingin ikut soalnya."
Jupe berpikir sejenak. "Tidak ada manfaatnya kalau kita semua ke sana." Akhirnya ia memutuskan, "Aku akan pergi menemuinya sendiri."
"Ia keluar dari mobil itu, lalu berjalan ke Sunset Strip.
Kantor Mclain adalah sebuah bangunan berlantai dua, dengan sebuah restoran di lantai pertama. Bangunan itu biasa-biasa saja. Jupe menaiki tangga. Mclain Productions, Ltd., dan sebuah perusahaan akuntansi menempati lantai dua bersama-sama.
Ketika Jupe meletakkan tangannya di kenop pintu, ia mendengar seseorang berkata. "Bodoh benar!"
Seorang wanita berkata, "Mereka menunda produksi itu sampai kita mendapat stuntman di sana. Hickock tidak mau melakukan lompatan itu sendiri."
"Oke, oke," kata si orang pertama. Ia bukan Craig Mclain. Ia orang lain yang sama sekali berbeda dari Mclain yang pernah ditemui Jupe. Seandainya shooting itu dilakukan di sini, kita tidak akan mendapat masalah ini. Berapa banyak bedanya Mexican Hill dibanding dengan bukit di Griffith Park""
Jupiter memutar kenop dan mendorong pintu.
Ia melihat seorang wanita berambut abu-abu keriting memakai kacamata. Wanita itu sedang duduk di balik meja. Gagang telepon dipegangnya dengan tangan kanannya.
Seorang laki-laki botak dengan mata biru yang menyorot tajam memandang Jupe sekilas. Ia masuk ke dalam kamarnya sambil membanting pintu.
""Apa aku bisa membantu"" kata wanita itu tanpa meletakkan telepon itu.
"Apa Mr. Mclain ada di sini"" tanya Jupe.
Ini bukan saat yang baik," kata wanita itu. "Mengapa kau ingin bertemu dengan Mr. McLain Ada perlu apa""
"Aku... aku bertemu dengannya kemarin sore, Jupe mendapat ilham di kepalanya, "di rumah seorang kawan. Terlintas di kepalaku bahwa mungkin ia bisa memakai aku dalam produksinya."
"Memakai kau""
"Aku punya pengalaman," kata Jupe. "Kalau ada peran untuk seorang berandal dalam film Drakula..."
"Mr. McLain!" setengah berteriak wanita itu memanggil.
Laki-laki botak itu membuka pintu kamar. Ia cuma melongokkan kepalanya.
"Mr. Mclain, anak ini mengatakan bahwa ia bertemu dengan Anda kemarin di rumah seseorang. Ia minta peran dalam suatu film Drakula."
Laki-laki itu keluar dari kamarnya. "Drakula! Apa belum cukup masalahku dengan shooting di Ensenada" Sekarang apa lagi ini" Film Drakula apa""
Jupe mempelajari orang itu beberapa saat. Tanpa berkata-kata ia mengeluarkan kartu nama yang diberikan ayah Lucille. Diberikannya kartu itu pada si laki-laki botak.
"Orang itu memandangi kartu itu. Ia mendengus.
"Orang yang memberikan kartu. nama ini mengatakan bahwa aku dapat menemuinya di sini," kata Jupe. Ia bilang namanya Craig McLain. Sepertinya ia tidak berkata yang sebenarnya."
"Aku jamin dia berbohong," kata laki-laki botak itu. "Apa dia menjanjikan akan memberikan suatu peran dalam film yang akan dibuatnya""
"Sebenarnya, ada seorang gadis yang akan memperoleh pekerjaan itu;" Jupe menjelaskan. Kemudian dengan ringkas, ia menceritakan kisah tentang Lucille Anderson.
"Dan orang yang kurang ajar itu memberikan kartu namaku," kata Mr. McLain. "Maaf, Nak, aku tak akan membuat film tentang drakula. Itu bukan bidangku. Aku membuat film-film dokumenter dan beberapa iklan. Aku tidak punya tempat untuk peran orang berandal, dan aku sarankan pada gadis yang itu supaya berpikir lagi. Katakan padanya lupakan saja, cari saja pekerjaan lain. Apa dia punya uang""
Jupiter menggeleng. "Tidak."
"Ia kawanmu""
Aku kenal dia baru sebentar."
"Pesankan padanya supaya berhati-hati terhadap orang yang menawarkannya main dalam suatu film - apalagi kalau ia memakai nama orang lain."
"Baik, akan kusampaikan pesan Anda," ujar Jupe "Apa Anda punya ide siapa orang itu" Apa kejadian ini pernah Anda alami sebelumnya""
"Orang itu mengangkat bahu. "Tidak terhadap ku. Tetapi aku memang sering memberikan kartu namaku kepada orang-orang lain. Yah, itu kan memang kegunaan kartu nama. Aku pakai itu kalau-kalau aku perlu orang untuk ikut dalam filmku. Kadang-kadang orang itu menghubungi aku kembali, namun kadang-kadang tidak. Seperti apa orang itu""
"Sekitar tiga puluhan umurnya," kata Jupe. "Rambutnya coklat dan tipis. Orangnya sangat rapi. Ia bilang tempat tinggalnya di atas bukit bekas rumah Cecil B. DeMille."
"Cerdik benar dia," kata McLain. "DeMillie, sudah meninggal!"
Kemudian ia termenung. "Kalau kau teman gadis itu, katakan padanya untuk cepat-cep
at mengundurkan diri. Sering kali orang-orang seperti itu berlagak seperti bos, padahal mereka sebenarnya mengejar-ngejar uang. Itu masih belum apa-apa sebenarnya. Tapi kalau mereka memang orang nyentrik, mereka bisa sangat berbahaya!"
"Bab 9 LENYAP SECARA MISTERIUS
"LARRY EVANS sedang bertugas di Cheshire Square pada saat mobil Rolls-Royce datang di bukit itu. Ia melangkah keluar posnya dengan terheran-heran.
"He, tak kusangka!" serunya. "Bukan main, aku benar-benar tidak mengira! Apa Arriane tahu tentang ini"' Atau kau berniat membuat kejutan untuknya""
"Memang ada kejutan untuknya," kata Pete. "Nanti kalau ia dengar apa yang kami katakan, ia kan benar-benar. terkejut,
"Apa ia ada di rumah"" tanya Jupe.
Yap!" sahut penjaga itu. "Orang berambut panjang dan sombong itu datang ke sini dengan temannya, tapi sekarang mereka sudah pergi. Akan kuhubungi Arriane."
Ia masuk kembali ke posnya. Melalui kaca anak-anak dapat melihat ia menekan beberapa tombol di teleponnya. Ia menunggu dan menunggu. Akhirnya ia menyerah. Dahinya berkerut-kerut meletakkannya gagang telepon.
Tidak ada yang menyahut di rumah Fowler," katanya.
""Mungkin ia sedang keluar ke suatu tempat"" tanya Bob.
Larry Evans menggeleng. "Aku pasti melihatnya kalau begitu."
Tiba-tiba Jupe bergidik. Ia tidak bersama McLain ketika Mclain pergi, kan""
Tidak," sahut penjaga itu. Teman McLain yang berambut keriting dan gendut itu bersamanya. Tetapi Arriane tidak tampak bersama mereka."
Kini penjaga itu menjadi kuatir. Ini adalah tugasnya, menjaga penghuni Cheshire Square serta tidak membiarkan orang asing masuk tanpa izin penghuni yang akan dikunjungi. "Akan kucoba sekali lagi," katanya. Ia kembali menelepon.
Lalu ia menunggu lagi. Masih tidak ada jawaban. Dengan tergesa-gesa ia keluar. Ia melambaikan tangan pada mobil Rolls-Royce untuk berjalan terus.
"Ketuk pintunya keras-keras," instruksinya. "Cek kolam renang. Kalau kalian tidak juga menemukan dia, cepat kembali ke sini."
Worthington langsung masuk. Ia mengitari taman kecil dan berhenti tepat di rumah Fowler Rumah itu tampak sepi. Masih ada sisa-sisa sampah. dari pesta kemarin. Kaleng-kaleng kosong, kertas-kertas, dan serpihan-serpihan makanan tampak sudah ditumpuk di dekat tong sampah yang sudah penuh.
Jupe membunyikan bel. Suara bel itu terdengar dari luar. Tetapi tidak ada orang yang datang untuk membukakan pintu.
" Ia tidak di sini," kata Bob.
"Ada sesuatu yang tidak beres," -kata Jupe. Aku yakin ada sesuatu masalah."
"Aku akan kembali ke gerbang," kata Pete. Larry Evans pasti punya kunci master."
Ia berlari, melintasi Rolls-Royce dan taman kecil. Sementara itu, Jupiter dan Bob mengitari rumah. Tetap saja tidak ditemukan tanda-tanda adanya Lucille di sana.
Penjaga itu sudah menunggu bersama Pete ketika Jupe dan Bob kembali ke teras depan. Worthington juga ikut menunggu. Penjaga gerbang membuka pintu depan dengan kunci master yang dimiliknya. Mereka semua masuk. Di dalam sisa-sisa pesta kemarin masih berserakan di lantai.
"Lucille!" panggil Jupiter.
Tidak ada jawaban. Anak-anak mulai mencari di setiap sudut. Sebentar saja mereka sudah selesai memeriksa lantai bawah. Mereka ditemani Larry Evans naik ke lantai dua. Worthington tetap di lantai bawah untuk menjaga.
Pintu-pintu tertutup di lantai atas. Evans membukanya satu demi satu. Anak-anak memeriksa isi kamar-kamar itu. Sebagian besar kamar itu tidak pernah dipakai. Tempat-tempat tidur tertutup rapi dengan kain tebal. Namun di ujung ruangan itu terdapat sebuah ruang yang nyata sekali sering dipakai. Sebuah tempat tidur dengan seprei merah muda tersibak. Sepasang kaus kaki bergambar kelinci terlempar di bawah kursi. Sebuah jubah sutra terjuntai di ujung tempat tidur.
Larry Evans membuka gorden. Sinar matahari menerobos masuk menerangi ruangan.
"Ini pasti ruang tidur Lucille," kata Jupe.
"Kupikir ini kamar Mrs. Fowler, kalau ia ada di rumah," kata Evans. Ia memperhatikan meja ria tempat botol-botol kristal berada. "Arriane anak yang baik, tetapi seharusnya ia tidak menggunakan ruangan ini serta barang-barang milik Mr. Fowler."
Pe te mulai menjelajahi ruang itu dengan teliti. Ia membuka pintu sebuah ceruk. Ternyata di baliknya terdapat ruang penyimpan pakaian yang cukup luas. Pakaian-pakaian memenuhi ruangan ini.
"Bukankah Mrs. Fowler pergi ke Eropa"" tanya Pete. "Apa yang ia bawa kalau semua pakaiannya ditinggal di sini""
Tidak ada yang berusaha menjawab pertanyaan itu. Jupe menarik-narik bibir bawahnya. Ini suatu tanda bahwa ia sedang berpikir keras. Dengan serius ia mengamati karpet "Apa ada gerbang lain"" tanyanya pada Evans. "Dapatkah ia keluar dari daerah ini tanpa terlihat olehmu""
"Ada jalan belakang, memang," kata Evans. "Itu dipakai oleh truk sampah dan tukang-tukang. Tapi gerbang itu selalu terkunci."
"Siapa yang memegang kuncinya"" tanya Jupe.
"Tidak ada kuncinya. Kalau ada orang yang ingin memakainya, ia memberi tahu aku. Aku membuka gerbang belakang itu dengan saklar lari posku di depan."
"Mungkin Lucille cuma mengunjungi tetangganya," kata Bob.
Tidak mungkin," balas Larry Evans. "Arriane tidak sering bergaul dengan penghuni lainnya."
Pete membuka pintu lain. Ia berharap dapat menemukan ruang lain. Ternyata pintu itu mengantarkannya ke kamar mandi. Gelembung sabun memenuhi bak mandi yang terbuat dari marmer. Harumnya sabun memenuhi udara. Wastafel yang juga terbuat dari marmer penuh dengan botol-botol. Salah satu botol terletak dalam posisi terbalik. Isinya mengotori marmer sekitarnya, lalu mengalir ke lantai.
"Sembrono sekali Lucille ini," kata Bob.
"Mungkin tidak terlalu sembrono," kata Jupiter yang baru masuk ke kamar mandi. "Misalkan saja sedang mandi ketika telepon berdering. Ia mendapat berita bahwa Mclain sedang menunggu di gerbang. " Lalu ia beri izin untuk masuk. Kemudian ia mengenakan pakaian, dan pergi ke bawah untuk membukakan pintu. Kemudian terjadi sesuatu. Kekerasan. Atau sesuatu yang sangat penting, sehingga ia tidak sempat kembali ke kamar mandi untuk mengosongkan bak mandi."
"Menurutku terjadi tindakan kekerasan di sini," kata Bob. "Seseorang mengejarnya ke sini. Lalu parfum itu terjatuh sewaktu Lucille mengadakan perlawanan. "
""Kalian terlalu jauh berkhayal," ujar Evan. Penjaga itu terlihat sangat gugup. "Dengar, memang anak yang tidak terbiasa hidup teratur. Ia pasti lupa mengosongkan bak mandi kalau tidak diingatkan. Biasanya kan ada ibunya yang selalu mengingatkan. Ia cuma memakai parfum, lalu lupa membereskannya lagi. Kemudian ia turun ke bawah untuk membukakan pintu bagi Mclain dan... dan..."
"Dan apa"" kata Jupe. "Di mana dia" Kalau tidak pergi bersama Mclain dan ia tidak mengunjungi tetangganya, apa yang terjadi dengannya"
Bob yang menemukan handuk kecil untuk tamu. Ia sedang berada dekat kaca rias. Keranjang tempat pakaian bekas berada dekat kakinya ketika ia melihat ke bawah.
"He, lihat ini!" Ia membungkuk. Diambilnya handuk kecil itu. Warnanya putih bersih. Kupu-kupu tersulam di salah satu ujungnya. Namun ada bercak merah di handuk itu.
Inilah yang kutakutkan," kata Bob.
Larry Evans melihat bercak merah itu. Wajahnya pucat pasi. "Darah," katanya. Ia meraba handuk itu. "Masih basah. Kau benar. Suatu kekerasan terjadi di sini tadi pagi. Aku akan hubungi polisi!"
"Bab 10 PENYAMUN DI PANGKALAN JONES
"CHIEF REYNOLDS datang sendiri ke sana. Ia memeriksa keadaan di kamar mandi. Wajahnya mengeras.
Ia memandang sambil mengernyit pada Larry Evans. "Kau bilang ia menerima tamu pagi tadi" Apa kau catat nomor mobilnya""
''Yes. Chief," sahut Evans. "Ada dalam buku catatan di pos. Tapi aku yakin gadis itu tidak ada bersama mereka di mobil itu,
"Bagaimanapun ia telah pergi," kata Chief Reynolds. Ia lalu turun ke lantai bawah.
"Aku akan bicara dengan tetangga-tetangga," tambah Chief Reynolds. "Mungkin ada orang yang pernah melihat sesuatu. Kalian Anak-anak, pulang saja ke rumah. Aku tidak ingin melihat kalian berkeliaran di sini. Mengerti""
"Chief Reynolds..." protes Jupe.
"Pulang!" tegas Chief Reynolds. Ini sekarang jadi urusan polisi!"
Worthington mengantar anak-anak kembali ke pangkalan. Pada mulanya keheningan melanda mobil itu.
Akhirnya Pete mulai bicara. "Kasus ini merusak segala-ga
lanya." "Apa maksudmu"" tanya Bob.
"Kita menemukan tas jinjing di pantai," lanjut Pete. "Kita coba mencari pemiliknya. Tampaknya sederhana- cuma menelepon perpustakaan Fresno. Tapi ternyata pemiliknya juga hilang. Jadi kita cari pemiliknya. Berhasil. Kelihatannya persoalan sudah selesai sampai di sini. Tapi orangtuanya meminta kita untuk mengusut lebih jauh. Kali ini kita diminta untuk mengorek keterangan tentang orang yang menawarkan pekerjaan pada Lucille. Tidak tahunya orang itu palsu... dia juga menghilang, entah ke mana. Yang terakhir, waktu kita berusaha memperingatkan Lucille, dia juga menghilang. "
"Dan persis ketika kasus ini mulai menjadi menarik," tambah Jupe, "polisi melarang kita untuk ikut campur. Ini tidak adil. Seharusnya mereka berpikir siapa yang merintis awal kasus ini""
"Sudah kuduga dari awal," ujar Pete lagi. "Percuma saja kita tangani kasus ini."
Setelah menurunkan anak-anak, Worthington kembali ke perusahaan penyewaan mobilnya.
Jupiter menatap gerbang pangkalan. Gerbang itu tertutup. Ini jarang terjadi di siang hari bolong seperti sekarang ini.
"Ke mana Paman Titus dan Bibi Mathilda" Jupe merasa sangat heran.
"Menurut dugaanku," kata Bob, "mereka mendengar ada pembongkaran bangunan tua di Nome, Alaska. Mungkin mereka pergi ke sana untuk membeli barang-barang bekas yang masih bisa digunakan."
Bob sebenarnya cuma asal menebak saja, tapi ternyata tebakan itu tidak jauh dari keadaan benarnya. Konrad muncul dari samping pangkalan. Ia memberi tahu Jupiter bahwa pamannya sedang ke Los Angeles untuk mengumpulkan orang bekas dari sebuah gedung yang dirobohkan di sana.
Bibimu, ia pergi ke rumah untuk memasak suatu," lanjut Konrad. "Aku sengaja mengunci gerbang karena aku sibuk. Kalau tidak ditutup, dengan mudah orang akan mengambil barang-barang tanpa terlihat dari tempatku bekerja."
Konrad mengeluarkan kunci dari kantongnya. Sembari membuka gerbang ia berkata, "Kau jaga di sini, ya, kalau-kalau ada orang datang. Jadi aku tidak perlu lagi mengunci gerbang."
Jupe setuju untuk menjaga di dekat gerbang. Pete dan Bob pulang ke rumah masing-masing. Untuk sesaat Jupe hanya duduk di tangga kantor Paman Titus. Kepalanya masih disibukkan dengan persoalan tentang Lucille Anderson. Dalam bayangannya ia melihat keadaan kamar mandi yang berantakan. Apa yang telah terjadi" Penjaga tidak melihat Lucille keluar dari area Cheshire Square. Apa Lucille diselundupkan dalam mobil McLain palsu" Atau ia lari sendiri" Tetapi apa arti darah pada handuk kecil itu"
Setelah beberapa saat memikirkan hal itu, Jupiter merasakan adanya kejanggalan. Di mana Bibi Mathilda" Mengapa ia pergi begitu lama" Ia memang sesekali meninggalkan pangkalan untuk mengerjakan sesuatu di dapur, tetapi tidak pernah selama seperti sekarang ini
"Konrad!" teriak Jupe.
Konrad datang. Sekujur tubuhnya penuh keringat
"Aku akan ke rumah sebentar," kata Jupe. "mau mengecek sesuatu."
"Oke!" ujar Konrad. "Aku akan mengawasi gerbang."
Jupe menyeberang jalan menuju rumah keluarga Jones. Di dalam ia menemukan pintu dapur terbuka.
Tidak ada siapa-siapa di dapur. Tidak sesuatu pun yang sedang dimasak, baik di atas kompor maupun di dalam oven. Teko teh kosong tergeletak di lantai. Tutupnya menggelinding sampai ke sudut ruangan. Ada orang yang menjatuhkannya.
Tiba-tiba Jupe merasa tegang.
Ia memasang telinga. Rumah itu sunyi sekali. Apa ia harus memanggil" Apa Bibi Mathilda ada di sini" Atau malah ada orang lain di dalam rumah ini - orang yang telah mengejutkan Bibi Mathilda hingga ia menjatuhkan teko teh" Lalu... lalu apa" Di mana Bibi Mathilda kini"
Jupe pergi ke ruang makan. Ia terkejut melihat piring-piring berantakan dan taplak meja tertarik ke lantai. Laci-laci bufet terbuka. Isinya berserakan di mana-mana.
"Mulut Jupe menjadi kering. Ia ingin memanggil, tapi akhirnya memutuskan untuk diam. Penyamun itu mungkin masih di sini - dan mungkin Bibi Mathilda masih berada dalam tangannya!
Perlahan-lahan Jupe keluar dari kamar makan. Di dalam ruang tengah buku-buku berserakan. Demikian pula laci-laci ditarik dan isinya ditumpahkan ke lantai. Di depan
ruang tengah adalah ruang depan. Lemari untuk menyimpan jaket terbuka. Jaket dan jas serta sepatu terserak di lantai.
Masih belum ada tanda di mana Bibi Mathilda!
Peralatan Paman Titus juga telah digerayangi. Satu set sound system hilang. Hanya pengeras suara saja yang masih di tempatnya. Mungkin si pencuri merasa bahwa pengeras suara yang besar ukurannya itu hanya akan merepotkan saja. Atau ada orang datang ketika ia mau mengambilnya.
Orang datang! Itu dia! Bibi Mathilda datang dari pangkalan. Ia meletakkan kotak uang yang dibawanya dari pangkalan. Si pencuri mendengarnya.
Saat itu Jupe baru teringat pada kotak uang. Ia melihatnya ketika masuk tadi. Sewaktu masuk dari dapur, kotak itu berada di dekat televisi.
Jupe cepat-cepat kembali ke dapur. Kotak itu mas"ih di sana. Ia membukanya. Di dalamnya masih terdapat uang. Uang dalam jumlah besar. Bibi Mathilda membawa uang lebih dari seratus dolar ketika masuk ke dapur tadi. Namun si pencuri tidak menyentuh uang itu.
Mengapa" Di mana Bibi Mathilda sekarang"
""Bibi Mathilda"" panggil Jupiter ragu-ragu.
Kemudian ia mendengar suara gemerisik. Lalu suara seperti orang menggumam. Gumaman diikuti dengan suara tendangan dan ketukan Jupiter berlari ke gudang kecil di samping dapur. Di situ biasa disimpan alat-alat pembersih ruangan. Ember dan sapu tersandar pada dinding luarnya.
Pintu gudang itu tertutup. Mesin cuci menahan pintu itu. Dan beberapa buah batu diletakkan di atas mesin cuci untuk mengganjal gagang pintu. Dengan begitu pintu tidak bisa dibuka dari dalam
"Bibi Mathilda!" seru Jupiter. "Bibi baik-baik saja" Ini aku, Jupiter!"
Suara ribut datang dari dalam gudang. Jupiter menyingkirkan batu-batu dan mesin cuci. Dalam sekejap pintu gudang terbuka.
Bibi Mathilda menyerbu keluar. Kain lap serta kaleng-kaleng berisi bahan pembersih tertendang keluar olehnya.
"Jupiter! Hhh, akhirnya!"
Wajahnya merah padam. Ia bersandar ke dinding dengan mata memerah. Rambutnya tergerai acak-acakan di bahunya. Napasnya tersengal.
""Sekali lagi maling kurang ajar itu berani-berani datang ke sini," seru Bibi Mathilda dengan suara bergetar "tidak akan kuberi ampun dia!"
"Bab 11 KEMUNGKINAN MAKIN TIPIS
"POLISI datang beberapa menit kemudian. Saat itu Bibi Mathilda sedang duduk di meja dapur sambil memandang secangkir kopi yang dibuatkan Jupiter untuknya.
"Dapatkah Anda menceritakan apa yang telah jadi, Ma'am"" tanya salah seorang polisi.
Bibi Mathilda tanpa kesukaran menceritakan apa yang dialaminya - dengan penuh emosi. Ia masuk ke rumah untuk memasak sup. Ia baru mengangkat teko teh dari lemari ketika ia mendengar "suara dari ruang makan. Karena mengira itu Jupiter, ia berseru memanggilnya.
Sesaat kemudian tahu-tahu seseorang menyergapnya dari belakang. Orang itu menekankan sesuatu yang lembut ke hidung Bibi Mathilda. Teko teh itu terjatuh ke lantai ketika ia mencoba melawan. Perlawanan Bibi Mathilda ternyata tidak berarti banyak. Sebentar saja ia sudah berhasil dilumpuhkan dan dikunci di dalam gudang. Ia bahkan tidak sempat melihat wajah ataupun sosok orang yang menyerangnya Orang itu selalu berada di belakangnya. Namun Bibi Mathilda punya kesan bahwa cuma satu orang yang menyerangnya.
"Polisi yang membuat catatan menemukan sebuah bantal kecil terlempar di dalam gudang. Ini mungkin yang dipakai orang itu untuk menyergap Anda," katanya. "Apa Anda pikir tetap berada di rumah ini setelah mengurung Anda di dalam gudang" Atau menurut Anda di langsung pergi setelah itu" Ia tidak menyentuh kotak uang yang Anda bawa dan juga tidak mengambil barang-barang perak. Kelihatannya panik. "
"Panik! Aku senang kalau bisa membuat di, panik!" seru Bibi Mathilda. "Aku tidak yakin, tetapi kupikir dia tidak berani lama-lama di sini. Cukup lama aku tidak mendengar apa-apa sampai Jupiter masuk. Waktu Jupiter masuk, aku kira itu masih si pencuri sedang menggerayangi dapurku. Jadi aku diam saja."
Polisi ini bersama temannya menyelidiki rumah itu. Mereka menemukan sebuah jendela terbongkar. "Besar kemungkinannya ia masuk lewat jendela ini," kata salah seorang polisi pada Jupiter "Bibimu mestinya ma
suk sebelum ia berhasil membawa barang curiannya keluar dari sini. Dan sekalipun ia sudah mengurung bibimu di gudang, ia harus bergegas untuk menyelesaikan pekerjaannya. Mencuri memang pekerjaan yang menegangkan urat saraf, kukira. Orang yang melakukannya selalu merasa diburu-buru."
Akhirnya polisi itu selesai memeriksa seluruh rumah Mereka mengatakan kepada Bibi Mathilda bahwa kemungkinannya kecil untuk mendapatkan kembali sound system yang dicuri itu. Mereka pergi tak lama sebelum Paman Titus datang. Saat Jupe sudah membereskan sebagian besar benda-benda yang berserakan. Konrad sedang membetulkan jendela yang dibongkar pencuri itu. Kemudian Jupe pergi ke bengkelnya di pangkalan.
Pete sudah menunggu di sana saat Jupe masuk. Ia sedang duduk di meja kerja Jupe memperbaiki sepedanya.
"Aku tadi melihat polisi dijalan," kata Pete. "Apa mereka dari rumahmu""
"Ya," sahut Jupe. Ia menceritakan kejadian yang dialami Bibi Mathilda. "Di Rocky Beach mulai banyak kasus pencurian seperti ini. Rumah Lucille kemasukan pencuri dua hari yang lalu, dan sekarang giliran Bibi Mathilda."
Apa kita akan memburu pencuri itu"" tanya Pete dengan bersemangat "Atau kita biarkan saja Polisi yang mengurusnya""
"Biarkan saja polisi yang mengurusnya," ujar Jupiter. "Ini tampaknya seperti kejadian rutin saja, tidak terlalu istimewa."
"Jadi kita sekarang jadi pengangguran, kasus Lucille sudah diambil polisi," desah Pete, "kasus pencurian pun begitu."
Jupe menjadi ragu-ragu. "Ya, kalau Chief Raynolds tetap tidak mengizinkan kita. Ia melarang kita campur tangan sejak saat itu." Namun matanya kemudian bersinar-sinar. "Tapi kita masih punya kewajiban menghubungi Mr. dan Mrs. Anderson untuk melaporkan apa yang telah " peroleh sejauh ini."
"Kita" Apa maksudmu"" tukas Pete. "Aku serahkan saja pekerjaan itu padamu. Bukan karena aku tidak suka pada keluarga Anderson cuma saja mereka mengingatkanku pada opera-opera yang tidak ada isinya."
Jupe merengut. Namun ia tetap menyingkirkan kisi besi yang menyembunyikan Lorong Dua. Pete mengikutinya merayap ke dalam mobil karavan. Setelah berada di dalam, Jupe memutar nomor telepon Mr. Anderson di Fresno. Ia mendengar nada-nada panjang di teleponnya, berulang-ulang. Setelah sepuluh kali nada itu berbunyi, menutup telepon.
Tidak diangkat," katanya.
"Mungkin mereka sudah diberi tahu oleh Chief Reynolds," kata Pete. "Mungkin mereka sedang dalam perjalanan ke sini."
"Mungkin sekali," ujar Jupe. "Sekarang, apa yang bisa kita lakukan" Kartu nama McLain tidak bisa menolong. Dan partnernya yang... yang.
Jupe tiba-tiba terdiam. Tangannya masih memegang gagang telepon.
''Yang apa"" tanya Pete. "Kau dapat ide apa Jupe""
"Henry Morell," kata Jupe. "Orang yang menyebut dirinya Mclain mengatakan bahwa Morell baru saja berhenti bekerja dari Twentieth Century Fox. Mungkin saja kali ini ia berkata benar, kau dapat mengeceknya ke Twentieth Century-Fox.
Pete langsung meraih buku telepon dari rak buku yang paling bawah. Ia mencari nomor telepon perusahaan itu, lalu membacakannya untuk Jupe.
Jupe mulai dengan menanyakan Henry Morell. Si operator mendadak berubah sikapnya. Ia mengaku tidak pernah kenai dengan orang yang mama Henry Morell. Jupe kemudian minta disambungkan ke bagian personalia. Ketika disambungkan, Jupe mengaku sebagai saudara Henry Morell yang datang berkunjung ke Los Angeles, dan mencoba menghubungi Morell.
"Kau selalu pandai bersandiwara dalam segala saat," kata Pete sambil bersungut-sungut.
Jupe meletakkan telapak tangannya pada cong telepon. "Apa lagi kalau bukan begitu" Aku harus bilang aku mencari pekerjaan" Mereka tidak akan peduli."
Tetapi kemudian wanita di bagian personalia kembali ke telepon dan melaporkan bahwa mereka tidak punya data-data tentang Henry Morell.
Jupe mengucapkan terima kasih sebelum menutup telepon.
"Habislah sudah," desahnya. "Tidak ada jejak tidak ada bekas. Tidak ada tempat untuk memulai. Buntu. Orang-orang yang terlibat dengan cIlle Anderson sempat muncul. Tapi sekarang mereka semua sudah lenyap bersama Lucille itu sendiri."
"Bagaimana dengan Pizza Shack"" usul Pete. Mu
ngkin anak-anak di sana tahu sesuatu. Mereka "kan ada yang datang ke pesta Lucille. Barang saja mereka dengar sesuatu tentang Mclain temannya itu. Bahkan mungkin ada yang kenal dengan Mclain dan Henry Morell palsu itu.
Kemungkinan itu kecil sekali, tapi masih lebih baik daripada tidak ada sama sekali. Jupe dan Pete memutuskan untuk memanfaatkan segera kemungkinan, betapapun kecilnya. Mereka keluar melewati Lorong Dua. Jupe mengambil sepedanya. Mereka tidak mengajak Bob turut serta karena saat ini Bob sedang bekerja di perpustakaan. Jupe dan Pete meluncur di jalan menuju Pizza Shack.
Musiknya masih hingar-bingar seperti biasa. Kelap-kelip video games dan suaranya turut meramaikan suasana itu. Anak-anak muda berkelompok-kelompok pada meja-meja kecil, mengobrol sambil makan.
Salah seorang dari pemuda yang datang ke rumah Fowler mengenali Pete dan Jupiter ketika mereka masuk.
"He!" teriaknya. Ia tersenyum dan melambai mengajak mereka untuk bergabung. "Apa " kabar""
''Tidak begitu baik," sahut Jupe. "Kami mencari Arianne Ardis alias Lucille Anderson - nama yang sebenarnya adalah Lucille Anderson."
Pemuda itu bergeser untuk memberi tempat bagi Jupe. Pete duduk di seberang meja.
"Lucille Anderson hilang dari Cheshire Square, lanjut Jupe. "Kami kuatir kalau-kalau dia diculik.
Seorang pemuda yang lebih tua tergagap. "Kau menuduhku sebagai penculiknya"" katanya.
Jupe menggeleng. Ia masih ada di rumah Fowler tadi pagi. Ia sempat berbicara dengan penjaga gerbang. Dan sejak seorang laki-laki yang menyebut dirinya Mclain datang untuk menemuinya, bersama Henry Morell, tidak seorang pun melihatnya lagi."
Pemuda yang satu lagi tidak berkata-kata untuk saat, kemudian ia berteriak, "He, Teman-teman, ke sini sebentar. Ada cerita menarik!"
Para pemain video games berhenti. Orang-orang berkumpul untuk mendengarkan cerita Jupe. Wanita gemuk di belakang meja kasir turut mencondongkan badannya untuk mendengarkan.
Jupe menceritakan kasus hilangnya Lucille, tanpa melupakan satu bagian kecil pun. Ia menyebutkan bak mandi yang masih penuh dengan busa, botol parfum yang terbalik, dan bercak darah pada handuk putih di dalam ranjang tempat pakaian kotor. "Mungkin ada perkelahian," katanya, "dan Mclain serta Morell penculiknya. Apa ada di antara kalian yang kenal MacLain" Itu bukan nama sebenarnya. Kami tidak tahu siapa namanya sesungguhnya. Tanpa keterangan dari kalian, akan mustahil bagi kami untuk menemukannya."
Lagi-lagi Pizza Shack menjadi sunyi.
Pintu terbuka. Laki-laki beruban pemilik restoran itu masuk. Ia melihat kerumunan orang di sekeliling Pete dan Jupiter.
""Ada apa lagi"" katanya sambil memandang penjaga restoran.
"Anak-anak ini mencari kawan mereka, Sears," kata wanita itu. "Seorang gadis cantik sering datang ke sini untuk bermain video games Sekarang ia hilang, mungkin diculik. Mereka berharap dapat memperoleh keterangan orang-orang di sini,
"Diculik"" kata laki-laki itu dengan alis mata terangkat
"Ya, sepertinya begitu," sahut wanita itu.
Jupe berpaling pada wanita di belakang meja kasir itu. "Apa Anda ingat sesuatu tentang laki-laki yang menyelenggarakan pesta kemarin" Ia menyajikan pizza banyak sekali. Apa dia membeli di sini""
Ia mengangguk. "Orang yang rapi itu"" katanya. "Ya, aku ingat. Waktu melihatnya aku pun perasaan bahwa ia orang yang licik. Buat apa berkumpul bersama anak-anak muda" Ia terlalu tua bagi anak-anak itu."
Ia seorang produser film Hollywood," kata salah seorang anak di samping Jupe, "mengakunya sih, begitu. Aku tidak tahu persisnya. Memang ia pandai bicara, pandai pula memikat orang. Tapi waktu mereka datang ke sini kemarin berbicara dengan Arianne.....
"Mereka bertemu di sini"" sela Jupe.
''Ya. Arianne sedang bermain video games. Ketika dia masuk bersama temannya yang itu, aku punya perasaan. bahwa mereka ingin mengajak Arianne. Mereka hanya memandangi Arianne, lalu berbicara satu sama lain. Kemudian McLain bangkit dan memperkenalkan dirinya. Ia berlagak seperti baru mendapat mutiara besar. Ia bilang Arianne adalah orang yang dicari-carinya sejak lama."
Manusia Srigala 10 Lima Sekawan 01 Mencari Warisan Ratu Istana Pulau Es 19
^