Pencarian

Reuni Berandal Cilik 3

Trio Detektif 40 Misteri Reuni Berandal Cilik Bagian 3


Mobil kuning itu melaju melintasi persimpangan. "Kejar mobil itu!" seru Jupe.
Gordon Harker segera tancap gas. Tetapi saat itu lampu lalu lintas menyala merah. Harker harus menunggu sebelum dapat melanjutkan pengejaran. Jupe menangkap sosok dua orang yang dikenalnya duduk di belakang ketika mobil kuning itu lewat di depannya.
Bonehead dan Peggy. Gordon Harker melepas topinya. Ia duduk dengan santai di belakang kemudi, menunggu lampu hijau menyala. "Maaf," katanya. "Kita kehilangan buruan kita."
"Ini bukan kesalahanmu," ujar Jupe. Ia tahu persis apa yang baru terjadi. Bonehead dan Peggy telah sepakat untuk bertemu dengan mobil kuning di persimpangan Las Palmas dan Hollywood
Boulevard. Begitulah cara mereka menghilang tadi. Mereka melompat masuk pada saat lampu lalu-lintas berganti menyala.
"Tidak apa-apa," kata Jupiter. "Paling tidak kita telah mendapat suatu petunjuk yang berharga."
"Maksudmu tentang Peggy"" tanya Bob. "Yaitu, bahwa dialah yang bersekongkol dengan Bonehead""
Jupiter mengangguk. "Ada lagi yang lebih penting dari itu," tambahnya. "Kita semua pernah melihat mobil kuning itu sebelumnya. Kita tahu milik siapa mobil itu."
"Kita"" ujar Pete keheranan. "Tahu""
"Siapa"" tanya Bob.
"Kepala Biro Publikasi studio film," sahut Penyelidik Satu. "Milton Glass."
Bab 11 ANCAMAN MISTERIUS PENYELIDIK SATU bangun pagi-pagi sekali keesokan harinya. Ia mengisi perutnya dengan roti dan segelas susu, sebelum pergi ke bengkelnya di pangkalan.
Hari itu angin bertiup kencang. Ia harus memasang kain terpal di sekeliling mejanya sebelum dapat mulai bekerja.
Meskipun ia tidak tergesa-gesa untuk menggunakan penemuan barunya, kamera istimewa untuk perlengkapan detektif, ia menyempurnakan alat itu dengan penuh semangat. Ia punya pendapat bahwa dengan bekerja maka otaknya akan terasah.
Dan memang pada saat itu otaknya bekerja secara paralel. Sembari menyusun komponen-komponen kameranya, Jupe juga menjalin fakta-fakta tentang pencurian piala-piala perak itu.
Ada beberapa bagian yang tidak cocok, pikir Jupe. Ia masih terus memikirkan kemungkinan Footsie berjumpa dengan Bonehead untuk mengambil benda-benda curian itu di panggung suara.
Tetapi apa yang dilakukan Footsie ketika ia masuk ke gedung stasiun televisi" Footsie datang ke sana dua jam sebelum quiz dimulai. Ia naik dengan lift, namun tidak ke lantai tujuh belas tempat quiz itu diselenggarakan. Lima menit kemudian ia turun lagi ke lobi.
Apa yang dilakukannya selama lima menit itu" Mengunjungi seseorang di kantor itu"
Siapa" Dan Milton Glass. Mengapa ia menjemput Peggy dan Bonehead di Hollywood Boulevard kemarin malam"
Mana mungkin ia menjemput mereka untuk mengajak makan malam" Bonehead dan Glass tidak pernah cocok satu sama lain. Mengapa Glass tidak langsung menjemput mereka di Magnolia Arms saja"
Pertemuan misterius di Hollywood Boulevard mengingatkan Jupe pada film mata-mata. Semuanya berlangsung sangat cepat dan rahasia. "Operasi bawah tanah", begitulah biasanya disebut dalam film-film.
Tiga jam kemudian Jupe berhasil menyempurnakan kameranya. Keseluruhan kamera itu hanya sebesar sisir saku. Tipis dan tidak panjang. Jupe menyembunyikannya di balik kerah jaketnya. Kerahnya tidak menyembul, sehingga tidak mencurigakan orang lain. Diselipkannya lensa kamera ke dalam lubang kancing kerahnya.
Tiba-tiba lampu di mejanya berkedip-kedip.
Secara otomotis Jupe merayap masuk ke dalam Lorong Dua, mendorong tingkap, masuk ke dalam kantornya, lalu mengangkat telepon.
"Di sini Jupiter Jones," katanya.
"Halo. Untung kau ada di rumah." Terdengar suara hangat dan bersahabat di seberang telepon. "Mr. Glass"" tanya Jupe.
"Anggap saja aku seorang kawan," suara ramah itu berkata. "Kawannya Pretty Peggy. Aku tidak ingin dia mendapat kecelakaan. Kau juga demikian, bukan""
"Tentu saja," sahut Jupe. "Mengapa Anda berkata begitu" Apa Peggy mendapat kecelakaan" Di mana dia sekarang""
"Tidak usah repot-repot memikirkan di mana dia, Baby Fatso." Suara itu masih hangat dan ramah. "Ia berada di tempat yang aman untuk saat ini. Aku cuma ingin memperingatkan kau. Ia tidak akan selamanya aman!" Hening sejenak. "Kalau kau memenangkan quiz hari ini, Baby Fatso-kalau kau menang, Pretty Peggy akan masuk rumah sakit. Ia akan meringkuk di rumah sakit untuk waktu yang lama!"
"Tunggu du..." kata Jupe. Tetapi tidak ada kesempatan untuk berkata apa-apa lagi. Telepon sudah ditutup di seberang sana.
Jupe menaruh gagang telepon. Ia duduk di samping mejanya.
Ia masih menyimpan daftar alamat yang diberikan Gordon Harker. Ia mengangkat gagang telepon lagi dan memutar nomor telepon Peggy di hotel di Santa Monica.
Operator telepon hotel menjawab, lalu menyambungkannya ke kamar Peggy. "Ia tidak ada di kamarnya," lapornya setelah menunggu beberapa saat. "Apa ia sudah tidak tinggal di sana lagi"" tany
a Jupiter. Ternyata Peggy masih tinggal di hotel itu. Tetapi setelah dicek, operator mengatakan bahwa Peggy tidak kelihatan sejak pagi ini, sekalipun kunci kamarnya ada di kotaknya.
Jupe mengucapkan terima kasih dan meletakkan telepon. Ia duduk sambil termenung. Dengan dahi berkerut, ia menarik-narik bibir bawahnya. Akhirnya ia menggeleng beberapa kali.
"Pasti bukan Milton Glass yang meneleponku barusan," katanya perlahan pada dirinya sendiri.
Satu hal yang membuatnya yakin akan kesimpulannya itu. Milton Glass tidak pernah memanggilnya Baby Fatso. Ia tidak pernah menggunakan nama yang sangat dibenci Jupe. Biasanya ia memanggilnya Jupiter atau Jupe. Jadi, bukan Milton Glass yang mengancam keselamatan Peggy di telepon tadi. Itu hanya orang yang menirukan suara Milton Glass dengan baik sekali.
Siapa" Bonehead" Mustahil. Bonehead adalah aktor yang paling buruk di antara para Berandal Cilik. Berulang kali ia lupa dialog yang harus diucapkannya. Kalaupun ingat, ia tidak bisa menyuarakannya dengan baik. Bakat satu-satunya hanyalah menggoyang-goyangkan telinganya yang lebar.
Angin berembus di sekitar karavan tua yang tersembunyi di balik tumpukan barang bekas.
Dan Bonehead punya mobil sport. Ini memberi Jupe sebuah ide. Ia mengangkat telepon sekali lagi dan menelepon Gordon Harker. Ia meminta sopir Limousine itu menjemput Pete dan Bob serta membawa mereka ke pangkalan secepat mungkin.
Setelah pembicaraan selesai, Jupe duduk termenung lagi selama beberapa menit berikutnya. Dengan rencana tersusun di kepalanya, ia berniat memanfaatkan kamera istimewa yang baru saja selesai dirakitnya.
Ada sebuah kamar gelap kecil di dalam kantornya. Jupe masuk untuk mengisi kamera dengan film. Tidak mungkin mengisi kameranya dengan satu rol film. Jupe hanya dapat mengisinya dengan sepotong film. Jadi hanya sekali saja kamera itu dapat digunakan, setelah itu isinya harus diganti dengan sepotong film lagi.
Tetapi satu jepretan sudah cukup. Cukup kalau dugaan Jupiter benar. Cukup kalau waktu pengambilannya tepat.
Ia menyelipkan kembali kameranya ke balik kerah jaketnya serta memasukkan lensa kamera ke dalam lubang kancingnya. Sekilas kamera itu tidak nampak. Orang akan menyangka itu hanyalah kancing jaket.
Tidak lama setelah itu Pete dan Bob muncul di pintu gerbang.
"Anginnya kencang, ya"" kata Bob sewaktu Jupe masuk ke jok belakang Limousine.
"Ya," sahut Jupiter. "Tapi ini justru menguntungkan kita. Setidak-tidaknya demikian harapanku."
Ia tidak menjelaskan apa yang ia maksudkan. Ia berdiam diri sampai Gordon Harker memarkir mobil itu di seberang Magnolia Arms.
"Tugasmu, Pete," katanya pada Pete.
"Oh, apa lagi ini, Jupe"" protes Penyelidik Dua. "Kejadian kemarin sudah cukup bagiku."
Jupe tersenyum. "Kali ini mudah. Kau cuma kuminta untuk melihat pelataran parkir itu," katanya memberi petunjuk. "Lihat apakah mobil Bonehead ada di sana atau tidak." Kurang dari tiga menit kemudian Pete sudah kembali. "Yap," katanya. "Mobilnya ada di sana. Mobil sport merah." Jupe bertanya lagi, "Apa kap atas mobilnya dibuka"" "Yap. Kap kanvas itu terbuka."
Jupe tersenyum puas. "Mari kita berharap supaya kap itu tetap terbuka," katanya. "Angin kencang ini bisa menjadi angin keberuntungan."
Ia melirik jam tangannya. Hampir jam setengah satu. Masih lama sebelum quiz kedua dimulai. Tidak jelas berapa lama mereka harus menunggu sampai Bonehead keluar untuk berangkat ke studio televisi. Jupe tidak ingin kehadiran mereka di sana diketahui. Bonehead akan curiga kalau mobil Limousine hitam itu diparkir terus di sana.
Sepuluh meter dari sana terdapat satu jalan masuk yang sempit menuju Las Palmas.
"Kau bisa memarkir di sana"" tanya Jupe pada Gordon Harker. "Menghadap ke Las Palmas" Jadi kalau dia berjalan ke arah mana saja, kita tidak perlu susah-susah memutar kendaraan." "Tentu," jawab Gordon Harker. "Ide yang bagus sekali."
Ia memarkir Limousine-nya sesuai dengan permintaan Jupiter. Di tempat ini mobilnya tidak akan terlihat dari apartemen Bonehead.
Jupe memeriksa kameranya. Ia menunggu sambil bersandar.
Setengah jam kemudian Trio Detektif melihat Bonehead berjalan keluar menu
ju pelataran parkir. Gordon Harker menghidupkan mesin mobil. Ketika mobil sport merah Bonehead meluncur di Las Palmas dan membelok ke Hollywood Boulevard, Limousine itu melaju mengikutinya.
Harker membayang-bayangi Bonehead.
Bonehead membelok lagi. Tampaknya ia akan langsung pergi ke studio televisi.
"Jaga jarak dulu," kata Jupe memberi instruksi. "Kalau aku bilang 'Sekarang,' tambah kecepatan dan sejajarkan dengan mobilnya. Usahakan agar kita berada serapat mungkin dengan mobilnya."
Penyelidik Satu duduk di pinggir belakang. Melalui kaca jendela samping ia dapat melihat Bonehead dengan jelas di belakang kemudi mobil sportnya. Rambutnya yang panjang tersibak ke belakang tertiup angin. Jupe menjulurkan badannya ke depan. Dengan satu-satunya film di kameranya, ia hanya punya satu kesempatan.
Kedua mobil itu melewati lampu hijau. Jalan besar di depan masih panjang dan kosong. Bonehead menambah kecepatan. Angin menerpa mukanya dengan kencang. Dengan kap atasnya yang terbuka, rambut Bonehead makin tersibak ke belakang.
Sambil mengawasinya, Penyelidik Satu melakukan perhitungan dengan cermat.
"Sekarang!" serunya.
Limousine itu melesat ke depan, dan dalam sekejap sudah berada di samping mobil sport merah. Jupe beringsut. Ia menghadap ke jendela di sampingnya. Ditempelkannya kerah jaketnya ke jendela.
Kalau saat itu Bonehead menengok dan melihat ke Limousine itu, lenyaplah kesempatan emas Jupiter. Rencananya akan buyar berantakan.
Namun Bonehead masih memandang lurus ke depan. Jupiter meraih kerah jaketnya. Ia menjepretkan kameranya yang tersembunyi. Bonehead menoleh. Tetapi sekarang sudah tidak ada pengaruhnya. Penemuan Jupiter telah melakukan tugas rahasianya dengan baik. Bonehead tidak tahu bahwa ia baru saja dipotret.
"Oke, sekarang kurangi kecepatan," katanya pada Gordon Harker.
Limousine itu melambat. Sebentar saja mobil sport Bonehead sudah melejit meninggalkan mereka. Jupiter melepas kamera dari kerah bajunya. Diberikannya kamera itu pada Bob.
"Setelah kau menurunkan aku di stasiun televisi, kalian kembali ke kantor untuk mencuci dan mencetak film ini. Jangan lupa untuk memperbesar foto ini," katanya. "Kalian rela kan, kalau kalian tidak sempat menonton quiz itu secara langsung. Aku butuh benar foto ini setelah quiz itu selesai. Bawa ke dalam studio televisi. Secepatnya, Bob."
"Beres." Bob mengambil kamera itu dan memasukkannya ke dalam kantongnya. "Tetapi kenapa kau tidak menceritakan misteri di balik ini" Buat apa kau tadi mengambil potret Bonehead""
Sebagai Penyelidik Satu, Jupiter sering kali berada satu langkah di depan kedua kawannya. Kadang-kadang ia suka membiarkan kedua kawannya bertanya-tanya. Namun saat ini ia merasa harus menjelaskan tindakannya.
"Ini bukan sekadar potret Bonehead," katanya. "Ini adalah gambar close-up wajahnya yang diterpa angin kencang. Kau pasti bisa menebak mengapa itu penting sekali, kan""
"Tidak," kata Pete berterus-terang. "Katakan saja, aku tidak bisa menebak."
"Aku juga tidak," kata Bob.
"Rambutnya yang panjang," ujar Jupe memberi petunjuk "Seperti yang telah kalian ketahui, ia selalu menyisir rambutnya ke bawah setiap saat. Terima kasih kepada angin kencang, aku dapat mengambil potret dari bagian wajahnya yang biasanya tertutup. Kalian mengerti sekarang""
"Belum," kata Bob dan Pete serempak.
"Bagian mana yang kaumaksud"" tanya Pete.
"Telinganya," sahut penyelidik pertama Trio Detektif. "Telinga lebar Bonehead yang terkenal itu."
Bab 12 QUIZ KEDUA SATU menit menjelang pukul dua, Jupe melihat Milton Glass melirik jam dinding lagi. Sudah ketiga kalinya ia berbuat begitu sepanjang pengamatan Jupe.
Dalam semenit lagi "Quiz Berandal Cilik" akan dimulai. Namun sejauh ini baru tiga kontestan yang muncul di panggung. Bonehead, Bloodhound, dan Jupe sendiri. Tidak ada tanda-tanda kehadiran Footsie dan Peggy.
Jupe melihat ke arah penonton di studio. Pete sedang duduk di baris belakang. Ia tampak sama bersemangatnya dengan Milton Glass. Ketika ia menyadari bahwa Jupe melihatnya, ia mengangkat bahu. Jupe balas mengangkat bahu. Ia tidak mengerti mengapa Footsie tidak hadir, tetapi ia sangat menc
emaskan keselamatan Peggy.
Matanya menyapu seluruh penonton. Luther Lomax masih di tempatnya yang biasa di dalam ruang kontrol. Masih seperti biasanya, ia memakai jas abu-abu yang kusam. Rambutnya yang putih acak-acakan dan terdapat cekungan yang dalam di bawah matanya. Ia tampak seperti orang tua yang kelelahan.
Perhatian Penyelidik Satu terusik ketika ada orang masuk. Footsie! Setengah berlari ia datang ke panggung. Ia berhenti untuk memberikan sebuah amplop pada Milton Glass. Kemudian ia mengambil tempatnya di antara para kontestan.
Sekarang sudah tepat jam dua. Peggy masih belum muncul.
Jupe berdiri, memberi tempat bagi Footsie untuk duduk di sebelahnya.
"Nyaris terlambat," bisik Jupe.
"Ya," kata Footsie sambil tersenyum. "Aku mendapat surat yang harus kuambil di kantor Glass di studio film dan motorku rusak." Ia membenarkan letak mikrofon pada dasinya. "Tapi peduli apa" Harapanku untuk menang sudah tipis. Lagi pula aku bisa menghasilkan uang cukup dari pekerjaanku sebagai pengantar surat-surat di studio televisi dan studio film ini."
Jupe melirik Milton Glass. Ia sedang membuka amplop yang diberikan Footsie padanya. Senyumnya meredup ketika ia membaca isi surat itu. Kemudian giginya yang putih bersinar lagi. Ia memberi kode ke arah ruang kontrol, lalu menghadap ke penonton.
"Aku punya berita yang agak mengecewakan bagi Anda sekalian," katanya. "Aku baru saja menerima sebuah surat dari salah satu kontestan kita, Peggy. Baiknya kubacakan saja isinya." Ia berdehem seraya melihat kertas di tangannya.
"Mr. Glass, " ia membaca keras-keras. "Maafkan aku karena aku membuatmu kecewa. Tetapi karena fotoku muncul lagi di koran-koran, orang-orang mulai menggoda dan mengejekku kembali. Lagi pula aku tidak punya kesempatan untuk memenangkan quiz ini, sehingga aku putuskan untuk mundur dan pulang ke San Fransisco. Paling tidak aku akan bebas di sana. Teriring salam untukmu dan seluruh Berandal Cilik...."
Glass berhenti sebentar. "Tertandatangani 'PrettyPeggy'. "
Penonton bergumam. Itu gumam bersimpati, pikir Jupiter.
"Well, kalau Anda melihat kami, Peggy," lanjut Milton Glass, "aku hanya bisa menyampaikan rasa simpatiku atas keputusan yang telah kauambil. Kami semua senang kalau Anda berada di sini. Kami semua merasa kehilangan Anda."
Penonton bertepuk tanda setuju dengan Milton Glass.
Glass mengangkat kedua tangannya untuk menenangkan penonton. "Dan sekarang, tibalah kita pada acara yang dinanti-nanti. Final 'Quiz Berandal Cilik'!"
Lampu dimatikan. Jupe memperhatikan layar. Kembali cuplikan-cuplikan adegan film dipertunjukkan.
Ia berusaha keras memusatkan perhatiannya pada film itu, namun pikirannya tetap tidak dapat berkonsentrasi pada film itu. Sekalipun demikian, ingatannya yang cemerlang menjadi segar kembali ketika melihat potongan-potongan kejadian di film. Seolah-olah peristiwa itu baru dialaminya kemarin sore.
...Flapjack mencuri anjing untuk Mr. Trouble. Peggy minum strawberry milk shake dengan dua buah sedotan. Bonehead dan Bloodhound menyalakan api unggun untuk membakar jagung. Footsie melompat ke dalam danau yang dalamnya cuma satu meter. Baby Fatso terperangkap di antara kayu-kayu yang terbakar. Bloodhound membalut luka di kepala Footsie dengan taplak meja. Peggy menyelamatkan Baby Fatso dari kurungan api...
Di samping itu Jupiter sibuk memikirkan Peggy. Ia tidak percaya bahwa Peggy yang menulis surat itu. Peggy tidak pernah menulis namanya Pretty Peggy. Ia benci nama itu, seperti Jupe benci nama Baby Fatso.
Lagi pula Peggy belum pulang ke hotel. Ia belum check-out dari hotelnya. Dan ia belum kelihatan sepanjang pagi
ini. Jupiter mencium gejala bahwa Peggy berada dalam bahaya. Ada orang yang menyandera Peggy di suatu tempat. Orang itulah yang menulis surat tadi. Dan orang itu pulalah yang menelepon Jupiter di pangkalan tadi pagi.
Masih terngiang di telinganya bagaimana orang itu mengancam keselamatan Peggy kalau Jupe memenangkan quiz
ini. Dua menit kemudian film itu berakhir. Lampu dinyalakan kembali.
Jupe melirik papan skor elektronik. Skornya sudah sembilan ratus, Bonehead delapan ratus. Peggy tujuh ratus. Bloodhou
nd dan Footsie tertinggal jauh. Jupe melakukan perhitungan dengan cepat. Ia harus meraih tiga kesempatan. Milton Glass memutar kursinya untuk menghadap ke arah para kontestan. Karena Peggy tidak hadir, Bonehead mendapat giliran pertama. "Apa yang aneh pada sedotan yang digunakan Pretty Peggy"" "Bergaris-garis," jawab Bonehead. "Merah, putih, dan biru." Tepuk tangan. Seratus untuk Bonehead. Kini ia seimbang dengan Jupe. Giliran Bloodhound.
"Milk-shake apa yang diminumnya""
Bloodhound ragu-ragu. Jupe mengangkat tangannya. Ia lebih cepat sepersekian detik dari Bonehead. "Coklat"" terka Bloodhound sambil nyengir. Penonton menggumam.
"Sayang sekali," kata Glass. "Sekarang kita lemparkan pertanyaan ini pada yang lebih dulu mengangkat tangan. Silakan Jupiter." Milton Glass menoleh pada Jupe.
Penyelidik Satu pura-pura bimbang. Tentu saja sebenarnya ia tahu jawabnya, yaitu strawberry. "Ngngng... kurasa itu coklat juga," kata Jupe.
Penonton terkejut. Jupe kehilangan angka seratus. Dan itu terjadi terus-menerus. Ketika kemudian pada gilirannya ia ditanya apa yang digunakan Bloodhound untuk membalut kepala Footsie, ia berpura-pura tidak tahu lagi. "Perban"" katanya Penonton kembali bergumam keheranan.
Pada babak final, Bonehead sudah meraih angka seribu tiga ratus. Ia menambah seratus lagi pada gilirannya berikutnya. Bloodhound dan Footsie masih jauh tertinggal. Kini kembali giliran Jupe.
"Well, ini pertanyaan yang mudah untukmu," kata Glass padanya dengan ramah. "Apa yang Flapjack curi untuk Mr. Trouble""
Jupe melirik lagi pada papan skor sebelum menjawab. Ia sudah tiga kali dikurangi dan tidak sekali pun menambah angkanya. Sekarang skornya seratus di bawah Peggy. "Kucing," jawabnya. Para penonton mendesah kesal. "Salah. Yang dicuri adalah seekor anjing." Quiz itu selesai.
Milton Glass berpaling untuk membaca papan skor elektronik. Kamera diarahkan pada papan itu pula. Penonton bertepuk tangan meriah.
Bonehead memperoleh skor seribu empat ratus. Sedangkan Jupe memperoleh enam ratus, karena tiga kali skornya dikurangi serta tidak sekalipun ia menjawab benar. Jadi, meskipun Peggy tidak hadir, Peggy berada di urutan kedua dengan skor tujuh ratus.
Ketiga kamera itu menyorot ke arah Bonehead yang tersenyum puas, ia berhasil meraih hadiah uang sebesar dua puluh ribu dollar. Penyelidik Satu acuh tak acuh saja pada acara pemberian hadiah ini. Ia memandang ke arah penonton, menunggu kedatangan Bob.
Akhirnya ada seseorang menyeruak masuk. Bob masuk dan langsung berlari ke panggung. Ia membawa sebuah amplop besar. "Gambarnya bersih dan jelas sekali," bisiknya seraya menyerahkan amplop itu pada Jupe. "Lebih indah dari warna aslinya."
Ketika Bob kembali ke tempat duduk, Jupe membuka amplop itu. Ia mengambil foto besar dari dalamnya. Hasilnya lebih baik dari dugaannya semula. Sebuah foto besar Bonehead dengan rambut tersibak ke belakang. Telinganya terfokus dengan tajam.
"Para hadirin sekalian," kata Milton Glass. "Dengan bangga aku mempersembahkan-" terdengar suara genderang dari balik panggung- "hadiah bagi seluruh kontestan acara ini."
Penonton berdesis dengan penuh antisipasi. Jupe memasukkan kembali potret itu ke dalam amplop.
"Terimalah ini sebagai tanda terima kasih kami pada Berandal Cilik yang turut membantu hingga terselenggaranya acara ini," lanjut Glass. "Trixie, silakan."
Wanita-yang muncul di panggung suara dalam acara tatap muka-kini tampil kembali. Ia membawa sebuah kotak terbungkus kertas emas. Alis mata Jupe terangkat. Kini Trixie dikawal deh seorang penjaga berpakaian seragam.
Glass membuka bungkus itu sambil terus nyerocos. Akhirnya ia berkata, "...sebuah piala perak untuk setiap kontestan." Penonton bertepuk dan bersorak ketika Berandal Cilik menerima hadiah itu satu per satu.
"Piala untuk Peggy," lanjut Glass, "akan dikirimkan langsung ke rumahnya. Terima kasih sekali lagi, Peggy, kalau Anda menyaksikan acara ini. Sekarang tibalah saatnya kita berpisah. Sampai jumpa, Berandal Cilik; sampai jumpa, Para hadirin; dan sampai jumpa, Para pemirsa sekalian!"
Milton Glass melambai pada kamera, senyumnya makin lebar, memperlihatkan
giginya yang bersinar-sinar. Terdengar tepuk tangan panjang, kemudian acara itu usailah sudah.
Kamera berhenti mengambil gambar. Kontestan hendak berangkat pulang. Bonehead berdiri di ujung panggung. Milton Glass, Footsie, Bloodhound, kru kamera serta beberapa orang penonton menyalami Bonehead atas kemenangannya.
Dengan Bob dan Pete di dekatnya, Jupiter menyeruak di antara kerumunan orang sampai ia tepat berhadapan dengan pemuda berjaket kulit itu. Jupe mengeluarkan foto itu. "Apa ini fotomu"" tanya Jupe.
"Kenapa"" Bonehead melihat foto itu dengan gelisah. Tetapi tidak mungkin baginya untuk menyangkal. Setiap orang yang berdiri di dekatnya dapat melihat jelas wajahnya yang terpampang di foto itu. "Ya. Itu aku," katanya mengakui. "Kenapa""
"Karena di sini rambutmu tidak menutupi telingamu," kata Jupiter. Ia menoleh pada Milton Glass, yang berdiri di sebelahnya. "Wajah orang berubah ketika ia beranjak dewasa," katanya menjelaskan. "Bloodhound, Footsie, dan aku sendiri berubah banyak, sampai-sampai Anda tidak menyangka bahwa kami adalah anak-anak yang dulu memainkan tokoh-tokoh Berandal Cilik. Benar, kan""
"Benar," kata Bloodhound menyetujui. Milton Glass mengangguk.
"Tetapi ada satu yang tidak akan berubah," lanjut Jupiter. "Itu adalah bentuk telinga seseorang. Bonehead memiliki kuping yang agak luar biasa besarnya. Tetapi orang pada foto ini-yang baru saja memenangkan hadiah dua puluh ribu dollar-punya telinga yang lain sama sekali. Telinganya relatif kecil dibandingkan telinga Bonehead."
Pemuda berjaket kulit itu melangkah maju. Ia mencoba merebut foto itu dari tangan Jupe. Bloodhound menangkap tangannya. Didorongnya Bonehead.
"Apa maumu"" seru Bonehead dengan suara parau.
"Aku cuma ingin mengatakan," ujar Penyelidik Satu dengan tenang, "bahwa kau bukanlah anggota Berandal Cilik. Kau sebenarnya tidak punya hak untuk ikut dalam quiz ini. Kurasa Mr. Glass akan setuju dengan pendapatku bahwa kau secara otomatis didiskualifikasi sebagai pemenang hadiah uang ini. Karena..."
Jupiter melambai-lambaikan foto yang dipegangnya.
"Karena potret ini membuktikan tanpa dapat dibantah lagi bahwa siapa pun kau, kau pasti bukan Bonehead!"
Bab 13 DICULIK! MEREKA semua berkumpul di kantor besar stasiun televisi itu: orang yang mengaku sebagai Bonehead, Milton Glass, Luther Lomax, Trio Detektif, Bloodhound, Footsie, dan petugas keamanan perusahaan televisi.
Milton Glass duduk di balik meja. Di depannya terpampang foto yang dibuat Jupiter. Bonehead palsu terduduk di sebuah kursi, menghadap pada Glass. Yang lain-lainnya berkumpul di bangku-bangku sekelilingnya.
"Oke," kata orang berjaket kulit itu, "aku mengaku. Aku kecolongan oleh Baby Fatso." Ia menatap Jupe. "Aku sudah curiga bahwa kau tidaklah dungu. Tetapi ternyata kau lebih cerdik dari yang kuperkirakan semula."
"Ya, sudah." Ia mengangkat bahunya yang bidang. "Aku cuma mencoba-coba saja. Dua puluh ribu dollar. Itu banyak sekali. Dan hampir saja aku memperolehnya. Aku tidak bisa lari ke bank untuk menguangkan cek ini-kalian akan membekukan cek ini sebelum aku sampai ke sana."
Ia meraih kantongnya dan mengeluarkan cek yang baru saja diterimanya sebagai hadiah "Quiz Berandal Cilik". Dipandangnya cek itu dengan sedih. Lalu diremasnya dan dilemparnya cek itu ke atas meja Milton Glass.
"Kembalikan pialanya juga," kata Luther Lomax dengan suara tegas.
Bonehead palsu dengan enggan mengeluarkan piala itu dari dalam jaket kulitnya. Lagi-lagi dilemparnya piala ke atas meja Milton Glass.
"Siapa kau"" tanya petugas keamanan dengan suara datar. "Siapa namamu sebenarnya""
"Apa gunanya buatmu"" Bonehead palsu itu mengangkat bahu. "Siapa yang peduli pada namaku yang sebenarnya" Apa bedanya aku dengan seribu orang lain di kota ini" Aku cuma aktor yang kehilangan pekerjaanku. Aktor yang cukup baik."
Penyelidik Satu diam-diam setuju dengan pernyataan itu. Orang itu benar-benar aktor yang mahir. Ia jauh lebih baik dari Bonehead asli.
Milton Glass merapikan cek yang tadi diremas-remas oleh Bonehead palsu. "Siapa yang memberi ide ini padamu"" tanyanya.
"Tidak ada." Suara penipu itu dingin dan tegas. "Tidak a
da yang memberikan ide ini padaku. Aku sudah menonton Berandal Cilik di televisi, membaca tentang mereka di koran-koran. Aku pernah satu sekolah dengan anak yang memerankan Bonehead, dan aku tahu ia menghilang beberapa tahun yang lalu. Kurasa ia bahkan telah meninggal karena suatu kecelakaan."
"Penampilanku sangat mirip dengannya, kecuali telingaku," lanjutnya. "Dan itu memberiku sebuah ide. Mulanya aku hanya mencoba mencari pekerjaan. Pekerjaan sebagai aktor. Kemudian perusahaan siaran televisi ini muncul dengan rencana quiz itu. Aku putuskan saja untuk ikut. Kenapa tidak" Dua puluh ribu dollar itu bukan main-main."
Sunyi sesaat. Milton Glass masih saja tersenyum, tetapi senyum penuh keraguan.
"Jadi apa yang ingin kaulakukan sekarang"" tantang Bonehead palsu.
"Kami akan menyerahkanmu pada polisi," ujar petugas keamanan. "Kau akan kami tuntut karena kau telah menipu dan..."
Ia berhenti. Milton Glass mengangkat tangannya.
"Tidak secepat itu," kata Glass. "Studio televisi dan studio film tidak ingin pemberitaan semacam itu. Dapatkah kaubayangkan koran-koran memuat berita seperti ini"" Ia memperlihatkan sebaris giginya pada petugas keamanan itu. "Lagi pula kerugian apa yang telah ia timbulkan" Kami akan mengirim cek itu pada Peggy di San Fransisco. Aku yakin ia tidak akan bertanya-tanya soal ini. Sedangkan untuk orang muda ini..."
Ia menoleh pada Bonehead palsu.
"Well, " katanya meneruskan, "bagaimana kalau semua ini kita anggap olok-olok belaka"" Ia berpaling pada Luther Lomax. "Bagaimana menurutmu, Luther""
Sutradara tua itu melihat dengan mata sayu. Ia menyisir rambutnya dengan jari-jarinya. "Tidak apa-apa," katanya. "Bagiku itu boleh-boleh saja."
Jupiter bangkit. Atas aba-aba yang diberikannya, kedua penyelidik lainnya juga berdiri.
"Kami akan tutup mulut di hadapan para wartawan," kata Jupe. "Kalian dapat memegang pernyataan kami ini." Bagi Jupe pertemuan ini sudah berakhir. Ia ingin segera keluar dari ruangan itu untuk menemui Gordon Harker di pelataran parkir. "Kalau Anda tidak keberatan, Mr. Glass, kami permisi dulu."
"Silakan." Glass bangkit pula. "Aku berterima kasih sekali padamu, Jupiter." Senyumnya yang hangat masih melekat seperti biasa. Namun nada suaranya tidak seperti orang yang benar-benar berterima kasih. "Kau mengerjakan tugas dengan baik sekali sebagai seorang detektif. Tanpa bantuanmu kami akan dihadapkan pada kesulitan besar. Peggy akan kehilangan uang yang sangat ia butuhkan."
Jupe membalas ucapan terima kasih itu. Ia lalu berjalan ke pintu, diikuti Bob dan Pete. Ketika menutup pintu dari luar, ia melihat lagi ke dalam kantor. Milton Glass sudah bersandar lagi di kursinya, tersenyum dengan perasaan lega pada Bonehead palsu. Bonehead membalas dengan senyuman pula. Luther Lomax, dengan mata yang masih sayu, membersihkan debu dari jasnya yang lusuh. Petugas keamanan menatap ke jendela dengan kening berkerut.
Lift penuh dengan orang. Trio Detektif masuk ke dalam lift yang berjejal itu. Mereka tidak saling berbicara ketika turun dengan lift, bahkan juga ketika mereka keluar dari lift. Baru ketika keluar dari gedung itu, Bob dan Pete punya kesempatan untuk menyampaikan perasaannya.
"Kau membebaskan mereka begitu saja"" kata Pete dengan sengit. Ia tidak dapat mempercayai tindakan temannya itu. Dalam sepak-terjangnya sebagai detektif, belum pernah ia melihat Jupiter Jones meninggalkan kasus begitu saja dan membiarkan orang yang bersalah bebas. Tapi sekarang" Jupiter seolah-olah membiarkan saja orang itu lepas tanpa proses lebih lanjut. Demikian anggapan Pete terhadapnya. Pete merasa yakin bahwa Milton Glass turut terlibat dalam
kasus penipuan ini sejak awal. Glass sendiri sebenarnya tahu bahwa orang itu bukanlah Bonehead yang sebenarnya. Itulah sebabnya ia tadi memberi kesempatan pada Bonehead palsu untuk bebas.
"Ya." Bob menimpali. Ia kesal dan gemas melihat kelakuan Jupe. "Dan bagaimana dengan Peggy" Kau sendiri bilang kau yakin bahwa ia tidak pulang ke rumahnya di San Fransisco. Kau bilang ia berada dalam bahaya."
"Ya," tambah Pete. Ia lebih cocok dibilang bingung ketimbang marah. "Apa yang sedang kaupiki
rkan, Jupe"" Penyelidik Satu menarik-narik bibir bawahnya. "Aku sedang memikirkan Peggy," ujarnya. "Sudah sejak saat aku menerima telepon ancaman itu aku memutar otak mengenai Peggy." Ia sudah menceritakan kejadian itu kepada kedua kawannya.
"Itulah sebabnya aku sengaja memberi jawaban salah, agar aku kehilangan angka," lanjutnya, "sehingga Peggy akan menjadi pemenangnya. Sekarang pun aku masih memikirkan hal ini." Ia melihat pada Bob. "Karena kau benar. Ia berada dalam bahaya. Kita harus menyelamatkannya. Ayo!"
Tanpa berkata apa-apa lagi ia bergegas berjalan menuju pelataran parkir. Bob dan Pete mengikutinya.
Gordon Harker sedang duduk di Limousine-nya sambil membaca koran. Ia melipat korannya ketika Jupe masuk ke kursi belakang.
"Ke mana"" tanya Harker dengan wajah ceria.
"Tidak ke mana-mana. Belum." Pete dan Bob juga masuk ke dalam mobil. Penyelidik Satu memandang ke tempat sebuah mobil kuning diparkir. Mobil Milton Glass. "Kau dapat memundurkan sedikit mobil ini, sehingga kita dapat mengawasi mobil kuning itu tanpa terlihat"" tanya Jupe. "Tetapi usahakan agar kita tetap berada dalam posisi siap untuk membuntuti kalau mobil itu pergi sewaktu-waktu."
"Beres." Harker menghidupkan mesin mobil. Dengan cekatan digesernya letak mobil ke bagian belakang yang agak tertutup. Dari sana Harker masih dapat melihat ujung depan mobil kuning Glass itu. "Apa kita sekarang akan membuntuti Milton Glass"" tanya sopir itu.
Jupe mengangguk. Ia berpikir keras sambil duduk bersandar di kursi belakang. Bob tahu kebiasaan kawannya ini. Ia tidak ingin mengganggunya, jadi ia juga ikut-ikutan diam.
Tetapi Pete sudah tidak sabar lagi. Ia penasaran melihat tingkah laku Jupe yang misterius seperti itu.
"Ayo dong, Jupe," bujuk Penyelidik Dua. "Tega benar kau membiarkan aku kebingungan begini. Aku tahu kau sedang menikmati kasus ini. Aku juga mau ikut menikmatinya. Tapi bagaimana bisa kalau aku mengerti saja tidak""
"Oke," desah Jupe. Dalam hati ia merasa senang karena dengan berbicara ia dapat menyusun rencananya dengan lebih sempurna lagi. Ia mengangkat satu jarinya.
"Nomor satu," katanya menjelaskan dengan suara cukup keras agar Gordon Harker dapat ikut mendengarkan. Ia ingin agar kawan lamanya ini, Flapjack, merasa dipercaya. "Kapan terakhir kali kita melihat Peggy""
"Di Hollywood Boulevard kemarin malam," sahut Bob cepat. "Waktu Milton Glass menjemputnya dengan mobil kuning itu."
"Dengan Bonehead," Jupe menambahkan. "Kemudian pagi tadi Bonehead meneleponku. Ia meniru-niru suara Glass, dan ia memperingatkanku supaya tidak menang dalam quiz itu. Kalau tidak, Peggy akan celaka. Apa yang dapat kautangkap dari situ""
"Itu berarti Peggy disanderanya di suatu tempat," kata Bob mengira-ngira. "Maksudku, ia menyekap Peggy. Tapi itu pasti bukan di apartemennya di Magnolia Arms, kan" Ada banyak orang lain tinggal di sana. Peggy akan menarik perhatian banyak orang kalau ia ditahan di sana."
"Benar," kata Jupe.
"Tapi kan Peggy sekarang menjadi pemenang quiz ini, bukan kau, Jupe," tukas Pete. "Sedangkan Bonehead palsu ini sudah dibongkar kedoknya. Kenapa Peggy masih berada dalam bahaya""
"Jelas masih," tangkis Jupiter. "Karena apa pun yang dikatakannya di kantor tadi, Bonehead tidak bekerja sendirian. Ada orang yang membantunya untuk menjadi Bonehead palsu. Orang itu harus mengajarkan setiap tingkah laku Bonehead sebagai salah satu anak pemain Berandal Cilik. Misalnya saja, Bonehead palsu tidak mungkin tahu bahwa ia biasa diberi honor setiap hari Jumat, terbungkus dalam amplop coklat. Bonehead palsu tidak akan tahu bahwa mobil Mr. Trouble adalah Pierce-Arrow 29. Mesti ada seseorang yang mengajarinya hal-hal itu."
"Jadi ada orang yang bersekongkol," sela Bob.
"Ya," kata Penyelidik Satu. "Dan orang itu membantunya menculik Peggy. Sekarang mereka tidak bisa membebaskan Peggy begitu saja. Karena Peggy tahu siapa orang yang berkomplot itu. Apalagi penculikan lebih berat hukumannya daripada penipuan. Kau bisa dihukum penjara seumur hidup kalau menculik seseorang."
"Milton Glass," ujar Bob. "Sejak ia menolak untuk menyiarkan berita tentang Bonehead palsu ini di kora
n-koran, aku yakin Milton Glass berada di balik semua ini."
"Betul, Jupe"" tanya Pete. "Apa Peggy dikurung di suatu tempat di rumah Milton Glass""
Penyelidik Satu tidak menyahut. Perhatiannya tersita pada seorang laki-laki yang berjalan ke arah mobil kuning itu. Jupe melihatnya menghidupkan mobil dan menjalankannya.
"Tidak," katanya. "Milton Glass adalah ketua Biro Publikasi. Ia hanya mencoba mengamankan studio ini. Ia tidak menyadari bahwa Bonehead ini palsu. Ada orang lain yang membantu Bonehead palsu mempelajari sifat dan tingkah laku Bonehead sesungguhnya. Dialah orang yang membantunya menculik Peggy."
"Siapa"" Bob dan Pete ikut-ikutan mencondongkan badan mereka ke depan. Mereka mencoba melihat siapa orang yang mengemudikan mobil kuning. Gordon Harker meluncurkan Limousine itu perlahan-lahan, mengikuti mobil itu.
"Luther Lomax!" sahut penyelidik pertama Trio Detektif.
Bab 14 ISTANA KUMUH MOBIL kuning itu membelok dan mengarah ke bukit-bukit di atas Beverly Hills.
Luther Lomax mengendarai mobilnya dengan perlahan dan hati-hati. Ini memudahkan Gordon Harker untuk membayang-bayanginya dalam jarak yang cukup jauh. Dengan begitu sutradara tua itu tidak akan menyadari bahwa ia sedang dibuntuti.
Jalan menanjak menaiki bukit-bukit. Rumah-rumah makin jarang dijumpai. Hanya rumah-rumah besar dikelilingi tembok tinggi yang sesekali terlihat. Rumah-rumah besar itu dulunya dibangun oleh orang-orang film pada masa jayanya dunia perfilman. Tempat itu sering dijadikan objek wisata bagi turis asing maupun turis domestik yang ingin mengetahui zaman kejayaan dunia perfilman Hollywood.
Gordon Harker memperlambat laju kendaraan. Mobil kuning itu sudah membelok masuk lewat sebuah pintu gerbang yang terbuka. Gordon Harker menepi, lalu berhenti.
"Well" Apa yang ingin kalian lakukan sekarang"" tanyanya. "Apa kita ikut masuk ke dalam""
"Jangan. Lebih baik di sini." Penyelidik Satu membuka pintu, lalu melangkah ke luar. "Mungkin ia punya penjaga, tukang kebun, atau pembantu rumah tangga. Kalau kita sampai terlihat, ia akan bersiap-siap menghadapi kita. Jadi kami akan berjalan memutar sedikit. Mungkin kami akan mendapat petunjuk di mana Peggy disembunyikan."
"Oke." Harker membuka lagi korannya. "Selamat beraksi. Kalau kau perlu bantuan, teriak saja keras-keras."
Jupiter mengerdipkan sebelah matanya. Sambil merapat pada dinding, Trio Detektif berjalan sambil membungkuk ke arah gerbang.
Gerbang masih terbuka. Tidak ada orang yang menutupnya setelah Lomax masuk. Tidak ada penjaga. Bahkan tidak tampak ada orang lain di sana. Mobil kuning Milton Glass diparkir di depan pintu masuk utama yang besar dan megah.
Tempat itu tampak aneh. Mencurigakan. Ini membuat Jupiter seperti berada di dunia lain. Rumah yang besar bagai istana, namun sekelilingnya sunyi-senyap. Jupe teringat pada sebuah film tua, Gone With the Wind.
Rumah itu masih tampak bagai istana. Di sepanjang bagian depannya terdapat serambi, dihiasi pilar-pilar besar. Sebuah beranda menjulur ke luar di bawah jendela-jendela pada tingkat dua. Kedua sisi bangunan itu melebar ke samping.
Tetapi cat pilar-pilar penyangga bangunan itu sudah mengelupas. Bingkai-bingkai jendelanya sudah melapuk. Tangga yang menuju ke serambi muka sangat tidak terawat-batu-batu pecah, daun-daun dan sampah berserakan di sana.
Di sebelah kanan rumah itu berdiri sebuah pohon besar yang condong ke arah rumah. Jupe memberi isyarat pada kedua kawannya. Mereka berlari menghampiri pohon itu. Rerumputan tumbuh sangat tinggi di bawah pohon itu. Trio Detektif terlindung dengan aman hanya dengan berjongkok saja. Mereka bergerak maju perlahan-lahan.
"Buset," desis Pete. "Apa masih ada orang yang mau tinggal di tempat seperti ini""
Jupe mengangguk perlahan. Ia mencoba membayangkan bagaimana kalau tempat itu terpelihara dengan baik. Mungkin dulu, ketika Lomax masih menjadi sutradara komedi Berandal Cilik, tempat ini indah bagai istana. Catnya putih menyilaukan mata, taman-tamannya hijau menyegarkan, kursi-kursinya mengkilap dan sedap dipandang.
Satu hal yang pasti, pikir Jupe. Sekarang sudah tidak ada lagi penjaga, pembantu rumah ta
ngga, atau tukang kebun. Hanya Lomax sendiri yang tinggal di sini. Dan Peggy, yang dikurung di suatu tempat entah di mana.
Penyelidik Satu memberi isyarat untuk maju. "Sudah cukup kita mengintai tempat ini. Sekarang sudah saatnya bertindak. Kita jalan saja lewat pintu depan untuk menghadapi Lomax."
Kedua penyelidik lainnya setuju. Tidak ada yang perlu ditakutkan dalam menghadapi sutradara tua itu.
Tidak ada bel. Jupe memungut sebuah batu dan mengetukkannya pada pintu depan yang tebal dan besar itu. Pintu terbuka, Luther Lomax berdiri di sana. Matanya menyipit ketika melihat Trio Detektif.
"Jupiter Jones," katanya. "Dan kedua kawan mudamu. Aku sudah lama menunggu kedatanganmu. Kau datang untuk menagih janjiku, kan" Janjiku bahwa aku akan memberimu hadiah kalau kau berhasil menemukan siapa yang berniat mencuri piala-piala perak itu" Mari masuk."
Trio Detektif melangkah masuk. Sutradara tua itu menutup pintu. Mereka berada dalam ruangan yang luas namun suram. Ruangan itu tampak lebih besar lagi karena hampir tidak ada barang-barang di dalamnya-hanya ada beberapa buah kursi dan sebuah meja rusak.
Jupiter memandang ke sekelilingnya. Dinding-dinding dipenuhi foto-foto besar berbingkai, foto-foto bintang-bintang film ternama pria dan wanita. Jupe mengenali beberapa di antara mereka dari film-film tua yang pernah ditontonnya. Mereka adalah bintang-bintang top sekitar sepuluh sampai tiga puluh tahun yang lalu.
Lomax menegakkan punggungnya. Untuk sesaat ia tampak kuat dan gembira, seperti wajah-wajah dalam foto-foto
itu. "Ini kawan-kawan lamaku," katanya. "Sebelum studio menjegalku dengan memberiku tugas pada komedi Berandal Cilik yang konyol itu, akulah sutradara film-film besar itu. Aku tidak berlebihan kalau mengatakan bahwa bintang-bintang itu lahir karena tempaanku." Suaranya bergema di sekitar dinding itu. Ia mengatupkan kedua belah tangannya. "Aku ajarkan mereka segalanya. Aku tempa dan didik mereka. Aku ciptakan mereka."
Bob bergidik. Meskipun kaca-kaca jendela banyak yang pecah, di dalam tidaklah dingin. Ruangan itu terasa gersang baginya. Seperti dihuni hantu-hantu masa lalu.
"Tentang hadiah itu," kata Lomax melanjutkan. Suaranya telah normal kembali. "Aku tidak punya banyak uang saat ini, tetapi aku yakin Biro Publikasi..."
"Kami ke sini bukan karena hadiah itu," potong Jupiter. "Kami datang untuk menjemput Peggy."
"Peggy" Maksudmu Pretty Peggy"" Sutradara itu melepas kedua tangannya, lalu memasukkannya ke dalam kantong jaketnya. "Ide gila apa yang membuatmu berpikir Peggy ada di sini""
"Kami melihat Anda tadi malam menjemputnya di Hollywood Boulevard," kata Pete. "Peggy dan Bonehead masuk ke dalam mobil Anda dan..."
"Tapi itu konyol." Lomax mencoba tersenyum. "Aku sekarang ini bahkan tidak punya mobil. Mobil Rolls-Royce-ku sedang diperbaiki, dan..."
"Mobil di luar itu," sela Jupe. "Mobil di luar itu milik Milton Glass atau milik studio. Tetapi pasti mereka memberi izin pada Anda untuk menggunakannya selama Anda mengurusi quiz itu. Anda sendiri yang mengendarainya ke sini. Dan tentu semalam Anda juga yang mengemudikannya untuk menjemput Bonehead dan Peggy."
Senyum Lomax menghilang dari wajahnya. Ia berjalan menghampiri sebuah kursi lalu duduk.


Trio Detektif 40 Misteri Reuni Berandal Cilik di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau saja diberi kemewahan dengan Limousine itu," desahnya dengan sedih. "Tetapi aku" Jangankan sebuah Limousine, untuk dapat meminjam mobil Milton Glass ini aku harus mengemis-ngemis dulu. Bahkan terakhir aku mengancam mereka kalau sampai mereka tidak meminjamiku sebuah mobil. Bagaimana orang akan memandangku kalau seorang sutradara harus numpang kendaraan orang lain, sementara para kontestan quiz diberi kemewahan dengan disewakan sebuah Limousine. Dan... gajiku kecil sekali sebagai seorang sutradara."
Suaranya menghilang. Kepalanya terkulai lesu. Ia menggumam. "Tetapi aku tidak menculik Peggy," katanya. "Kalian semua salah tentang itu."
"Tolonglah, Mr. Lomax," pinta Jupe dengan berhati-hati. "Kami tidak ingin menyusahkan Anda. Tetapi kami tahu bahwa Peggy tidak menulis surat itu kepada Milton Glass. Kami juga tahu bahwa ia mengundurkan diri dari quiz itu tidak dengan kemauannya
sendiri. Kalau Anda tidak mengizinkan kami menjemput Peggy pulang, terpaksa kami laporkan hal ini pada polisi agar mereka dapat memeriksa...."
"Tentu saja dia ada di sini." Sutradara itu mengangkat kepalanya. Semangat muncul lagi dalam dirinya. "Peggy tinggal di rumahku sebagai seorang tamu. Aku akan menjadikannya seorang bintang film besar. Akan kubuat dia kaya dan ternama." Ia berdiri. Ditunjuknya foto-foto yang terpampang di dinding. "Seperti mereka itu, yang berutang segala-galanya padaku. Aku akan menyutradarai Peggy dalam film-film besar..."
"Hentikan itu, hai tua bangka!"
Suara yang tajam dan kasar itu datang dari arah pintu.
Trio Detektif berpaling cepat. Mereka melihat orang yang menghardik itu. Si pemuda berambut pirang dan berjaket kulit melangkah masuk dengan wajah dingin. Langkahnya terdengar mengancam di ruangan yang suram dan gersang itu.
Bab 15 BABY FATSO MEMBALIK KEADAAN
"HENTIKAN ITU!" seru Bonehead mengulangi. Ia menatap tajam pada Luther Lomax. "Sudah dari tadi aku dengar kau mengoceh seperti itu. Kau menyeretku ke dalam perbuatan busuk ini, memperalatku untuk mencuri piala-piala itu untukmu, dan menjanjikan setengah harganya untukku. Kau mengajariku segalanya tentang Bonehead agar aku bisa menjawab dengan tepat, lalu memberiku setengah dari hadiah uang itu. Tapi sekarang" Sekarang apa yang kudapat" Nol besar!"
Bonehead berpaling pada Jupe. "Ini idenya sejak permulaan," lanjutnya. "Ia melihatku dalam sebuah sandiwara yang kumainkan dalam sebuah teater kecil di Hollywood. Ia menemuiku di balik panggung setelah itu, dan ia memujiku sebagai seorang aktor yang sangat berbakat."
Lomax berdiri diam terpaku. Tangannya masih berada dalam kantong jaketnya. Ia menggeleng perlahan.
"Aku cuma menyanjungmu waktu itu," kata Lomax. "Kau punya sedikit bakat, tapi hanya itu. Kau tidak akan pernah menjadi bintang, sekalipun dengan bantuanku."
Bonehead tidak mempedulikannya. Ia masih memandang Jupiter.
"Aku tadi tidak membeberkan semua ini di kantor Milton Glass," katanya. "Aku tahu Lomax mengurung Peggy di sebuah kamar di sini. Dan itu adalah suatu penculikan yang menuntut tebusan. Aku tahu bahwa polisi akan menganggapku sama berdosanya dengan dia, meskipun ini semua ide dia. Dia berjanji untuk tidak berbuat kekerasan. Tapi memang aku membantunya. Aku mengajak Peggy berkunjung ke apartemenku kemarin malam. Aku katakan padanya bahwa Milton Glass ingin berbincang-bincang dengan kita berdua. Tetapi kubilang bahwa Milton Glass tidak ingin orang lain tahu. Jadi kukatakan saja Milton Glass akan menjemput kita di Hollywood Boulevard."
Penyelidik Satu mengangguk. Apa yang diutarakan Bonehead palsu itu cocok dengan perkiraannya. Tetapi Jupe masih belum dapat menerka apa sebenarnya yang diinginkan pemuda itu setelah ia membuat pengakuan ini.
"Kami harus membuat Peggy tidak hadir supaya dia tidak menang," kata Bonehead lagi, "dan kami mengancam kau supaya kau tidak berusaha untuk menang."
"Apa yang kauinginkan sebenarnya"" tanya Jupe langsung pada pokok persoalan.
"Perjanjian," sahut Bonehead. "Aku mau membuat suatu perjanjian denganmu. Akan kubawa kau ke Peggy. Kita akan..." Ia tersenyum sekilas. "Kita akan menyelamatkan dia bersama-sama. Dan sebagai gantinya, kau menyokongku. Kaukatakan pada Peggy bahwa berkat akulah dia terselamatkan. Tanpa kekerasan. Peggy akan mau mendengar kalau kau yang menceritakan hal ini. Juga katakan bahwa kau berusaha agar Peggy yang mendapat hadiah quiz itu. Kauusahakan agar dia tidak menuntut ganti rugi padaku."
Jupe melihat pada Bob, kemudian pada Pete. Penyelidik Satu tahu bahwa ia tidak punya hak untuk membuat perjanjian. Kalau Peggy ingin menuntut ganti rugi dari Lomax dan Bonehead palsu ini, ia berhak penuh secara hukum. Kalau itu terjadi, Jupe harus menceritakan segalanya sejujur-jujurnya, sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Namun di lain pihak, yang paling penting adalah mengeluarkan Peggy dari tempat ini. Setelah itu terserah pada Peggy sendiri apakah ia ingin mengurusnya dengan polisi atau tidak. Jupe masih menatap kedua kawannya dengan pandangan bertanya-tanya.
Pete mengangguk. Bob bi mbang untuk beberapa saat. Akhirnya ia mengangguk juga.
"Oke," kata Jupe. "Akan kuusahakan sebisaku supaya Peggy percaya bahwa kau tidak bermaksud buruk padanya. Akan kukatakan padanya bahwa kau datang ke sini untuk membebaskannya. Tetapi hanya itu yang dapat kujanjikan. Sesudahnya, itu terserah Peggy. Di mana dia sekarang""
"Di atas. Jalan sini. Aku lihat Lomax menguncinya di salah satu kamar tidur." Bonehead melangkah ke arah tangga.
Tiba-tiba ia terhenti. Luther Lomax mengeluarkan tangannya dari kantong jaketnya. Di tangannya tergenggam sebuah pistol otomatis.
"Tidak," kata sutradara itu. "Kau tidak akan dapat membawanya. Peggy akan tinggal di sini bersamaku."
Ia berdiri tegak dengan kedua kaki diregangkan. Kepalanya terangkat. Ia memandang dengan angkuh. Jupe mengenali sikapnya ini-tinggi, tegar, figur yang penuh kekuasaan.
"Dulu aku membuatnya menjadi seorang bintang," katanya dengan suara dalam. "Sekarang aku dapat melakukannya lagi. Ia punya bakat besar. Aku tahu benar itu. Dan aku dapat menggalinya. Akan kubuat dia menjadi seorang aktris yang tersohor. Bersama-sama akan kami ciptakan film yang luar biasa. Pemenang piala Oscar. Kami akan membuat kejutan besar. Kami akan menjadi kaya dan ternama lagi."
Pete melihat pada Lomax. Ia mengukur jarak antara mereka berdua. Salah satu keahlian Penyelidik Dua adalah menaklukkan lawan dengan menjegalnya. Keahliannya ini sudah beberapa kali menyelamatkan Trio Detektif dari situasi berbahaya.
Tetapi ada hal lain yang harus diperhitungkannya kali ini. Sutradara itu terlalu jauh darinya. Lomax punya cukup banyak waktu untuk menarik pelatuk pistolnya, bahkan sebelum Pete bergerak ke arahnya.
Jupe menangkap apa yang sedang dipikirkan Pete. Ia mengangkat tangannya untuk menarik perhatian.
"Mr. Lomax," Jupe mencoba meyakinkan sutradara itu, "Anda adalah seorang sutradara. Anda bukan pembunuh. Aku yakin Anda tidak akan menembak siapa-siapa. Anda..."
"Percuma saja," potong Bonehead tajam. "Ia cukup gila untuk melakukan apa saja. Aku lebih tahu tentang dia daripada kau. Kau tahu apa yang direncanakannya dengan uang hadiah quiz bagiannya" Pesta besar yang mewah! Ia mau mengundang semua orang yang fotonya terpampang pada dinding ini, yang masih hidup tentu. Ia akan menyewa grup orkes terkenal, mengundang wartawan dan..."
"Diam!" Sutradara itu mengangkat tangan kirinya dengan gaya memerintah. "Diam kalian di panggung itu!" teriaknya. "Sekarang, kalian berempat! Berdiri berjajar! Tangan di kepala!"
Bonehead yang pertama kali mematuhi perintah itu. Yang lain-lainnya berdiri di sampingnya membentuk barisan.
"Dengarkan!" teriak Lomax lagi. "Hadap kanan! Kalau aku bilang 'Maju jalan', kalian berjalan berbaris sampai tempat itu. Sampai di tangga. Siap""
Lagi-lagi Bonehead yang pertama kali bereaksi. Trio Detektif mengangguk juga.
"Lampu!" sutradara itu memberi aba-aba dengan suara nyaring. "Kamera, action. Majuuuu... jalan!"
Mereka berbaris menuju sebuah tempat terbuka. Jupe melihat tangga batu di tempat itu. Tangga itu panjang sekali, dan ujungnya tidak terlihat karena cahaya tidak sampai ke sana. Mungkin ada ruang bawah tanah, pikir Jupe. Kalau Lomax mengunci mereka di sana, mungkin saja ia akan sengaja menghilangkan kunci ruangan bawah tanah itu. Atau ia bisa saja lupa untuk memberi mereka makan. Mereka tidak akan tertolong lagi. Tidak ada orang di sekitar situ yang akan mendengar teriakan mereka. Satu-satunya kesempatan adalah saat ini. Jupiter dapat merasakan Pete di belakangnya.
Penyelidik Satu memperlambat jalannya.
"Terus berjalan," kata Bonehead dengan suara memelas dari bagian belakang barisan. "Lakukan apa yang diperintahkannya. Kalau tidak, ia akan menembakku!" Jupe sampai ke pinggir tangga. Ia melihat ke bawah. "Jalan!" teriak Lomax. "Jalan! Jalan! Jalan..."
Suaranya menghilang. Jupe mendengar jerit ketakutan. Terdengar bunyi berdebam keras.
Sejak dulu Trio Detektif sudah terlatih untuk bereaksi cepat seperti pemain bola basket. Detik berikutnya mereka berpencar dari barisannya, lalu membentuk lingkaran di belakang ruang terbuka itu.
Yang pertama kali dilihat Jupe adalah pistol oto
matis yang tergeletak di lantai beberapa meter dari pintu depan yang terbuka. Kemudian ia melihat Lomax. Sutradara itu seperti melayang di udara. Kakinya menendang-nendang. Ia tidak menjejak lantai. Sepasang tangan yang kekar mengangkatnya dari belakang. Kedua tangan itu mengunci erat pinggang Lomax.
Gordon Harker memperlakukan sutradara tua itu dengan sopan. Meskipun ia melumpuhkan Lomax, ia tetap berusaha agar orang tua itu tidak terluka. Sambil tetap mengangkatnya, ia membawa Lomax ke sebuah kursi dan meletakkannya di sana.
"Sekarang Anda duduk diam di sini, Mr. Lomax," kata Harker seraya menahan bahu Lomax. "Pungut pistol itu, Jupe. Kunci pelatuknya dan simpan baik-baik."
Jupe melakukan apa yang dikatakannya. Ia memandang Bonehead. Aktor muda itu tersandar di dinding. Wajahnya pucat. Badannya gemetar.
"Terima kasih, Harker," kata Penyelidik Satu.
Harker tersenyum. "Ketika aku melihat orang muda itu masuk ke sini, aku ingat apa yang kalian katakan tentang dia. Kupikir lebih baik aku mengecek kalau-kalau ada apa-apa."
"Aku lega kau mengambil tindakan ini," kata Jupiter. Ia memandang Bonehead lagi. "Di mana Peggy""
Aktor muda itu, dengan lutut gemetar, menunjukkan jalan. Setelah keluar-masuk beberapa ruangan, mereka sampai pada suatu pintu besar dan berdebu. Kuncinya tergantung pada pintu itu. Jupe membukanya lalu melangkah masuk.
Peggy sedang duduk di sebuah bangku di samping jendela. Sebuah saputangan kumal disumpalkan pada mulutnya. Sebuah lagi mengikat ke sekeliling kepalanya. Tangannya terikat ke belakang pada bangku itu. Sedangkan kedua kakinya terikat kuat pada kaki-kaki bangku.
Bonehead tersentak kaget ketika melihatnya. "Aku tidak tahu," katanya lirih. "Aku tidak menyangka ia tega mengikatnya seperti ini. Kalau saja aku tahu... tidak akan kubantu ia membawanya ke sini."
Jupiter percaya pada ucapan itu. Dari penampilan Bonehead beberapa waktu terakhir ini, Jupe dapat menyimpulkan bahwa ketegaran Bonehead cuma di luarnya saja. Di dalamnya, Bonehead ternyata bernyali kecil.
Trio Detektif bergegas membebaskan Peggy. Bonehead hanya termangu memandangi mereka. Pete dan Bob melepas saputangan dari kepala dan mulut Peggy. Sementara Jupiter mengeluarkan pisau lipatnya dan memutuskan tali pengikat itu.
Peggy menggoyang-goyangkan kepala untuk menyibakkan rambutnya. Ia memijit-mijit pergelangan tangan dan kakinya. Dengan susah-payah ia berdiri. Ia tersenyum.
"Well," ujarnya. "Ini lucu sekali. Seperti salah satu kisah Berandal Cilik saja rasanya. Dulu, dalam film-film, aku yang selalu menolongmu. Tetapi kali ini kaulah yang menyelamatkanku, Jupe."
Bab 16 HARGA SEBUAH HAMBURGER "PEGGY gembira sekali bisa memenangkan hadiah uang itu," kata Jupe. "Saking gembiranya ia tidak menuntut Luther Lomax atau Bonehead ke pengadilan."
"Ia bisa melanjutkan dan membiayai sekolahnya lagi sekarang, suatu hal yang diidam-idamkannya sejak dulu," sela Bob.
"Ia merencanakan akan bersekolah di Berkeley bulan September ini," tambah Pete.
Trio Detektif sedang duduk di sekeliling meja besar di ruang tamu Hector Sebastian. Di salah satu sisi ruang itu sebaris jendela menghadap ke Lautan Pasifik. Sambil menunjukkan catatan yang dibuat Bob, mereka memberikan laporan tentang kasus mereka yang terbaru ini.
Hector Sebastian duduk setengah berbaring di kursi panjang di samping meja. Sebelum ia beralih profesi menjadi penulis beberapa tahun yang lalu, ia mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kakinya terluka parah. Waktu itu ia masih bekerja sebagai detektif swasta di New York. Sampai sekarang kakinya kadang-kadang masih terasa nyeri.
"Jadi Bonehead kembali ke dunia akting dengan nama aslinya sekarang"" tanya Mr. Sebastian.
"Aku senang melihat dia mau berusaha," kata Jupiter. "Meskipun kupikir bakatnya tidak sangat besar, aku yakin ia dapat menjadi aktor yang baik kalau ia mau berlatih keras."
Jupe berhenti sejenak. "Lucu, ya," katanya. "Perasaan sebalku terhadap Bonehead-lah yang menggelitikku untuk ikut dalam quiz itu. Bukan main bencinya aku pada Bonehead, sampai-sampai bertemu dengannya pun aku tidak mau. Tetapi kini aku malah senang pada orang yang
menyamar sebagai Bonehead. Ia tidak mau menyakiti orang lain. Hanya saja ia kekurangan uang dan merasa frustrasi karena kehilangan pekerjaannya sebagai aktor. Dalam keputusasaannya itu ia menerima saja apa yang ditawarkan Luther Lomax."
"Ya, keadaan memaksanya berbuat begitu," Mr. Sebastian menyetujui. "Kalau saja orangnya kuat, tentu ia tidak akan terbujuk oleh iming-iming Lomax. Eh, bagaimana keadaan Luther Lomax sendiri" Apa yang terjadi dengannya" Apa ia masih mengoceh tidak keruan di istananya yang kumuh itu, sambil bermimpi tentang masa lalunya""
"Tidak," sahut Pete. "Ia terpukul sekali ketika melihat Peggy muncul bersama kami. Ia berteriak-teriak, 'Lampu, kamera, action!' Gordon Harker akhirnya berhasil menenangkannya, dan membawanya ke rumah sakit."
Penulis kisah misteri itu menggeleng dengan penuh simpati. "Dulu ia sutradara yang hebat," katanya. "Aku masih ingat karya-karyanya yang bermutu. Apa ia masih di rumah sakit""
"Tidak," ujar Jupe. "Badan Asosiasi Film mencarikan tempat yang sesuai baginya. Mereka menitipkan Lomax pada sebuah rumah perawatan orang-orang jompo. Lomax menemukan beberapa kawan lamanya di sana."
Mr. Sebastian tersenyum hambar. "Dia memang lebih cocok di sana. Ada satu pepatah di Hollywood: 'Anda tidak perlu menjadi gila supaya bisa membuat film. Tetapi kalau Anda gila, mungkin itu membantu.'
"Dan apa Glass benar-benar tidak terlibat dalam siasat yang dijalankan Bonehead dan Lomax"" Mr. Sebastian mengajukan pertanyaan tajam.
"Tidak," jawab Jupiter. "Tidak sama sekali. Dia sama sekali tidak tahu bahwa Bonehead itu palsu, bahwa Lomax pencuri piala-piala hadiah itu, atau bahwa mereka berdua telah menculik Peggy. Glass berusaha mendapat kenaikan pangkat dengan menyiarkan acara quiz itu. Ia tidak ingin mencemarkan kedudukannya dengan menyiarkan bahwa Bonehead itu ternyata palsu."
"Bagaimana dengan Footsie dan Bloodhound"" tanya Mr. Sebastian lagi. "Apa kabarnya mereka""
"Acara quiz itu memberi kesempatan pada Footsie," Jupe menerangkan. "Ia sudah lama mencari-cari pekerjaan. Sebuah toko sepatu olahraga melihat acara quiz itu di televisi. Mereka lalu mempekerjakan Footsie untuk mengiklankan sepatu mereka. Footsie gembira sekali mendapat pekerjaan itu. Dia tidak harus memakai sepatu besar atau berakting, ia hanya diminta untuk memberi komentar tentang sepatu itu.
"Bloodhound akan menyelesaikan sekolahnya, lalu meneruskan ke sekolah hukum. Ia ingin menolong aktor dan aktris muda memperjuangkan hak-hak mereka terhadap studio dan jaringan televisi yang mencoba memeras mereka."
"Usaha yang baik," komentar Mr. Sebastian.
Ia melirik ke dapur. Trio Detektif dapat mendengar pembantu rumah tangga Mr. Sebastian, Hoang Van Don, memasak dengan penggorengannya.
"Dan Gordon Harker"" tanya Mr. Sebastian lagi. "Apa kalian masih menjaga kerahasiaan dirinya""
"Tentu, dong," sahut Pete dengan bangga. "Kami tidak pernah melanggar ucapan kami sendiri. Kami tidak pernah membuka rahasia masa lalu Harker, kecuali kepada Anda. Ia seratus persen aman kalau ia kembali mengajar bulan September nanti."
"Omong-omong soal sekolah," -Mr. Sebastian melirik lagi ke dapur- "Don akhir-akhir ini pergi ke sekolah." "Oh, ya"" kata Bob. "Belajar apa""
"Memasak masakan Prancis," kata Mr. Sebastian. "Ia tidak puas hanya dengan belajar dari majalah atau televisi saja." Ia menghela napas. "Sekarang caranya membumbui bukan main rumitnya. Dan agak terlalu pedas rasanya untukku."
Ia menyandar pada kursi panjangnya. "Kuharap kalian tetap tinggal di sini untuk makan siang," katanya. "Khususnya kau, Jupe."
Bob dan Jupe bertukar pandang tanpa harapan. Masih jelas dalam ingatan mereka masakan Prancis apa yang pernah dihidangkan Don, yang menurut Don sangat lezat-bekicot. Tetapi Trio Detektif dengan sopan mengatakan akan tetap di sana untuk mencicipi masakan Prancis Don.
"Kenapa aku"" tanya Jupe.
"Karena Don ingin sesuatu darimu," sahut Mr. Sebastian. "Dan sebagai gantinya ia setuju untuk membuat masakan apa saja untuk makan siang kali ini. Apa saja, " ulangnya.
Penyelidik Satu segera menangkap maksud penulis kisah misteri itu.
"Kenapa tidak Anda sa
ja yang memutuskan, Mr. Sebastian"" usulnya. "Mengapa kita tidak pilih masakan yang Anda inginkan""
"Aku sudah dari tadi mengharap kau berkata begitu," bisik Mr. Sebastian sambil bangkit dengan tongkatnya. "Terima kasih, Jupe. Aku sedang ingin sekali makan hamburger biasa. Mungkin hanya dicampur dengan bawang bombay sedikit. Tanpa saus tomat. Hanya hamburger saja."
Anak-anak setuju dengan usul Mr. Sebastian itu.
"Tetapi apa yang Don harapkan dariku"" tanya Jupe.
"Itu masih rahasia," ujar Mr. Sebastian. "Tetapi jangan kuatir." Ia berbalik dengan bertelekan pada tongkatnya. "Akan kukatakan pada Don. Hamburger biasa. Dan sebagai gantinya kau berjanji untuk memberi sesuatu, Jupe. Apa pun bentuknya. Setuju, Jupe""
Jupe mengangguk. Wajahnya bertanya-tanya.
Trio Detektif mengamati Mr. Sebastian melintasi ruangan besar itu. Dengan terpincang-pincang ia berjalan ke dapur.
Rumah Mr. Sebastian di Malibu dulunya adalah sebuah restoran bernama Charlie's Place. Sedikit demi sedikit ia mengubah dan menatanya menjadi rumah yang nyaman. Kali ini ada lagi satu perubahan, Jupe melihat, selain kursi panjang itu, Mr. Sebastian juga telah menambah sebuah dipan yang sedap dipandang.
Ketika Mr. Sebastian kembali, ia tersenyum puas. "Hamburger biasa," katanya seraya duduk kembali di kursi panjangnya. "Don ingin menambahkan sejenis saus Prancis, tetapi kubilang padanya bahwa kau tidak ingin macam-macam campuran."
Ia mengistirahatkan kakinya. "Aku sedang berpikir-pikir soal kasus kalian yang terbaru ini," katanya setelah beberapa saat. "Ada satu hal yang mengganjal." "Apa"" tanya Jupe.
"Apa yang membuatmu curiga terhadap Luther Lomax"" Lagi-lagi Mr. Sebastian memberikan pertanyaan tajam pada Jupiter. "Bagaimana kau bisa menduga bahwa sutradara itu-bukan Milton Glass atau salah satu dari Berandal Cilik-yang mengajari dan melatih Bonehead palsu""
"Itu ada hubungannya dengan Footsie," Jupiter menjelaskan. "Aku selalu curiga pada peran apa yang dimainkan Footsie. Aku sudah mengetahui sejak awal bahwa Bonehead yang mengunciku dalam panggung suara. Dialah satu-satunya orang yang terkejut melihat kehadiranku di studio televisi pada detik-detik terakhir sebelum quiz kedua dimulai. Tetapi apa yang dilakukan Footsie pada hari dan waktu yang bersamaan" Mengapa ia pergi ke sana dengan motornya ketika aku mengikutinya dengan sebuah taksi" Kebetulan itu membuatku penasaran."
Mr. Sebastian mengangguk. "Kalau aku jadi kau, aku akan penasaran juga," katanya mengakui. "Sebagai detektif aku selalu curiga pada hal-hal yang berbau kebetulan. Teruskan, Jupe. Kapan akhirnya kau berhasil merangkai fakta-fakta itu""
"Setelah aku memperoleh petunjuk terakhir," kata Jupiter. "Beberapa detik sebelum quiz kedua, Footsie mengatakan padaku bahwa ia bekerja sebagai pengantar surat-surat bagi studio film dan televisi." "Jadi kau menduga seseorang mengirimkannya ke studio" Benar""
"Benar," kata Jupe. "Ada orang yang sengaja mengirimnya sebagai umpan. Jadi aku akan mengikutinya. Dan hanya ada satu orang selain aku sendiri yang tahu bahwa Trio Detektif sedang mengawasi si pencuri-Luther Lomax."
"Aku mengerti sekarang." Hector Sebastian mengangguk lagi. "Lomax mengundangmu ke gedung studio itu. Ia berpura-pura ingin bicara denganmu mengenai pencurian piala-piala perak itu. Kemudian setelah kau keluar dari kantornya, ia mengirim Footsie untuk mengantar beberapa surat ke studio film. Ia tahu bahwa kau pasti akan melihatnya di lobi. Dengan demikian kau akan mengikutinya ke sana."
"Perhitungannya tepat," kata Jupe mengakui. "Lomax telah mengatakan dua kali padaku untuk mengawasi Footsie. Jadi dia yakin aku pasti mengikutinya ke sana. Dan Lomax telah memperhitungkan segala-galanya. Ia sudah menginstruksikan Bonehead untuk menunggu di sana, lalu mengurungku dalam panggung suara."
"Ya. Semuanya jelas sekarang." Sebastian menegakkan posisi duduknya ketika mendengar langkah-langkah dari dapur. "Hmm, sedap baunya," bisiknya seraya bangkit. Ia lalu duduk di meja besar.
Memang sedap aromanya, pikir Jupe. Pikirannya melayang pada bermacam-macam jenis makanan yang pernah disantapnya di meja ini. B
iasanya makanan itu aneh-aneh. Don memang gemar mencoba resep baru yang diperolehnya dari majalah-majalah. Apa saja resep yang ditemuinya, mesti dicobanya. Nasi jagung, ikan mentah, bekicot. Tidak bernafsu rasanya kalau ingat makanan-makanan itu lagi. Namun ia merasa lega karena kali ini makanan yang akan dihidangkan adalah makanan yang sudah tidak asing lagi baginya.
Jupe mengawasi Don ketika ia meletakkan sebuah piring besar berisi empat hamburger besar. Penampilannya menggiurkan, pikir Jupe.
"Oke"" tanya Don pada Jupe.
"Luar biasa," balas Jupe. "Makanan kelas satu."
"Oke. Sekarang aku boleh minta sesuatu""
"Boleh," kata Penyelidik Satu dengan mulut penuh makanan. "Sebutkan saja permintaanmu." "Kau sangat terkenal. Aku sering menonton kau di TV. Jadi aku ingin punya sesuatu yang asli darimu." Don merogoh saku jaket putihnya. Ia mengeluarkan sebuah buku bersampul kulit. Diletakkannya buku itu di samping piring Jupe.
"Lalu"" tanya Jupe lagi.
"Aku minta tanda tanganmu, Jupe," kata Don.
Jupe menelan sepotong bawang Bombay, lalu mengeluarkan penanya. Mudah sekali memenuhi permintaan Don, pikir Jupe, hamburger dibayar dengan tanda tangan. Itu soal kecil baginya. "Mana yang kausuka" Penyelidik Satu" Atau Jupiter Jones""
"Tidak. Tidak." Don menggeleng kuat-kuat. "Kautulis namamu yang terkenal itu. Oke"" Jupe memejamkan matanya dengan berat. Ia mendesah. Lalu diambilnya buku itu.
Teriring salam selalu untuk sahabatku, Hoang Van Don, tulisnya. Ia menarik napas panjang. Dengan berat ia menulis namanya yang terkenal, seperti yang diminta. Dari Baby Fatso, tulis penyelidik pertama Trio Detektif.
Scan & DJVU: tagdgn http://tag-dgn.blogspot.com
Edit & Convert: inzomnia
http://inzomnia.wapka.mobi
tamat Pendekar Muka Buruk 12 Pedang Naga Hitam Lanjutan Dari Sepasang Naga Lembah Iblis Karya Kho Ping Hoo Love Latte 2
^