Pencarian

Pelangi Dilangit Singosari 19

02 Pelangi Di Langit Singasari Karya S H. Mintarja Bagian 19


Ki Buyut Panawijen kadang-kadang ber-tanya2 pula didalam hatinya, apakah yang dikehendaki oleh Kebo Ijo itu sebenarnya" Tetapi orang tua itu mencoba untuk mengambil kesimpulan, bahwa sebenarnya Kebo Ijo hanya didorong oleh sifat2nya yang kurang menyenangkan.
Kuda-Sempana yang ditinggalkan dipadang Karautan itu, masih belum dapat segera menyesuaikan dirinya. Setiap ia melihat dua tiga orang berkumpul dan ber-cakap2, ia selalu merasa bahwa orang itu sedang mernpercakapkannya. Karena itu, maka setiap kali ia merasa cemas dan kadang-kadang menjadi bingung, meskipun setiap kali Ken Arok mencoba meletakkannya kedalam keadaan yang sewajarnya.
Setiap kali Ken Arok melihat Kuda-Sempana duduk menyendiri. Bahkan kadang-kadang ia membenamkan diri didalam gubugnya Sekali-sekali ia mencoba juga bcrkumpul dengan orang-orang Panawijen atau dengan prajurit-prajurit Tumapel atas anjuran Ken Arok, tetapi setiap kali ia merasa terasing.
Oleh Ken Arok Kuda-Sempana dibawa pula kebendungan untuk ikut serta bekcrja ber-sama-sama. Tetapi ia selalu diam dan seolah-olah merasa kesepian didalam hiruk-pikuk yang ribut itu. Semakin riuh orang-orang bekerja disekitarnya, maka ia pun merasa semakin sepi dan sendiri.
" Saharusnya kau mencoba menyesuaikan dirimu, berkata Ken Arok " kau tidak perlu menyimpan prasangka apapun. Aku dan Ki Buyut sudah memberi penjelasan tentang dirimu, dan agaknya orang-orang Panawijen dan para prajurit Tumapel dapat menerima kau kembali diantara mereka.
Kuda-Sempana selalu tidak menjawab. Tetapi wajahnya yang ngelangut, se-akan2 masih memancarkan keputus-asaannya menghadapi hari depan yang baik.
" Lambat laun, berkata Ken Arok didalam hatinya. " Mudah2an ia tidak terbentur sikap Kebo Ijo.
Dan ternyata sampai di-hari2 berikutnya, Kebo Ijo masih bersikap acuh tak acuh saja terhadap Kuda-Sempana. Sikap itu adalah sikap yang se-baik2nya dilakukan. Sebab setiap perhatian yang diberikan oleh Kebo Ijo terhadap sesuatu, sudah pasti ahak muda itu akan melihat per-tama2 dari segi yang kurang baik. Setelah ia terbentur pada beberapa kenyataan, barulah ia dapat berpikir.
Di hari2 berikutnya orang-orang Panawijen dan para prajurit Tumapel telah tenggelam kembali kedalam kerja yang sibuk. Mereka telah cukup beristirahat dan mereka telah mulai lagi dengan kerja mereka siang dan malam, meskipun tidak semalam penuh. Sebab pekerjaan merekapun kini berangsur berkurang. Bendungan mereka telah mendekati penyelesaian terakhir, sehingga para prajurit sebagian terbesar telah ditarik untuk dipekerjakan disendang buatan dan susukan induk. Beruntunglah mereka, bahwa hujan yang terlampau lebat tidak datang lagi dengan membawa banjir. Kadang-kadang air memang naik, tetapi tidak memhahayakan.
Beberapa hari telah lampau. Tetapi Mahisa Agni masih belum kembali kepadang Karautan. Namun Ken Arok sama sekali tidak terlampau mengharapkannya. Ia dapat mengerti, betapa kcrinduan mencengkam hati Ken Dedes atasnya. Sa-tu2nya keluarga yang masih dapat diharapkannya. Yang selama ini telah disangkanya hilang, ternyata datang kembali.
Namun, meskipun Ken Dedes menyambut kehadiran Mahisa Agni dengan tetesan air mata, tetapi tanpa diketahuinya, seorang emban tua menangis hampir pingsan didalam biliknya karena kegembiraan yang tidak tertahankan. Emban tua yang hampir dicekik oleh keputus-asaan itu, telah menemukan satuznya anaknya kembali. Mahisa Agni ternyata masih hidup, dan kini dapat ditemuinya, meskipun ia harus menyembunyi kan scmua persoalan. Tetapi itu tidak penting baginya. Yang diharapkannya siang dan malam, yang selalu diucapkannya di dalam doanya kepada Yang Maha Agung, kini telah mengembalikan Mahisa Agni itu kembali dengan selamat.
Kegembiraan yang meluap itulah yang telah menahan Mahisa Agni untuk beberapa hari. K egembiraan Permaisuri ternyata melimpah kepada Akuwu Tunggul Ametung pula. Ia telah melupakan kejengkelan hatinya, bahwa bukan dirinyalah yang berhasil menolong Mahisa Agni. Tetapi ia bergembira ketika dilihatnya wajah Permasurinya telah menjadi cerah. Secerah matahari dilangit.
Dengan demikian, terasalah kini, betapa ia dapat hidup dengan senang, dan merasa dirinya dalam hubungan yang wajar dengan Permaisurinya.
Tetapi Mahisa Agni pada saatnya harus minta diri kepada Ken Dedes, kepada emban tua pemcmong Ken Dedes dan kepada Akuwu Tunggul Ametung. Ia ingin segera kembali kepadang Karautan, setelah beberapa hari menikmati tata kehidupan yang belum pernah dialami Hidup didalam istana dalam limpahan kesenangan yang belum pernah diimpikan. Tetapi bendungan dipadang Karautan ternyata memberinya kebahagiaan tersendiri.
Bahkan Mahisa Agni merasa lebih terikat kepada bendungan itu dari pada istana Tumapelyang ditaburi oleh berbagai macam kemewahan. Meskipun dipadang Karautan ia tidur didalam gubug yang sempit, diatas setumpuk rumput2 kering dan beralaskan tikar yang kasar, serta dikerumuni oleh semut dan nyamuk, namun padang Karautan adalah dunia yang paling menyenangkan baginya, diantara kesibukan kerya dan menghiyaunya tanaman yang sedang bersemi.
Meskipun Ken Dedes, emban tua pemomong Ken Dedes dan Akuwu Tunggul Ametung mencoba menahannya, namun Mahisa Agni harus segera kembali. Ia tidak betah tinggal didalam kemewahan selagi orang-orang Panwijen dan prajurit-prajurit Tumapel bekerya keras memeras keringat mereka.
Demikianlah, Mahisa Agni itupun akhirnya meninggalkan istana Tumapel. Tetapi kepergiannya kali ini tidak terlampau banyak menumbuhkan kecemasan dan kebingungan. Mahisa Agni pergi dengan tujuan tertentu dan untuk suatu tugas tertentu pula.
Tetapi Mahisa Agni ternyata tidak langsung pergi ke padang Karautan. Mumpung ia berada dalam perjalanan. Diperlukannya singgah kerumah pamannya Empu Gandring.
Mahisa Agni mencoba untuk mengejutkan pamannya. Ia tidak masuk lewat pintu depan, tetapi ia menyusup ke regol belakang, sehingga beberapa orang cantrik yang melihatnya menyadi ter-heran2.
- Siapakah kau" - bertanya seorang cantrik.
- Aku ingin menghadap Empu Gandring. - jawab Mahisa Agni.
- Apa keperluanmu" - Aku ingin memesan sebilah keris yang paling bergarga dan paling bertuah dari antara segala macam keris.
- Ah - cantrik itu mengerutkan keningnya - apakah kau berkata ber-sungguh2"
- Tentu. Katakanlah kepada Empu Gandring, bahwa aku tamu dari Kemundungan.
Cantrik itu masih saja ragu-ragu.
" Cepatlah. Aku segera ingin bertemu dengan Empu Gandring.
" Tetapi kenapa kau masuk lewat jalan yang tidak seharusnya kau lalui" S-harusnya kau masuk lewat pintu depan.
" Oh - Mahisa Agni mengerutkan keningnya - aku tidak mengerti. Tetapi itu tidak penting. Yang tenting bagiku adalah, segera bertemu dengan mP Gandring. Aku segera ingin memesannya.
Cantrik itu masih ragu-ragu. Dan Maihisa Agnipun menjadi semakin mendesaknya " Cepat. Sampaikanlah kepada Empu Gandring. Empu sudah mengerti siapakah tamunya yang datang dari Kemundungan.
Cantrik itu meng-angguk2kan kepalanya. Dalam kebimbangan ia melangkah menuju keserambi belakang untuk mencari Empu Gandring.
Tetapi langkahnya tertegun ketika ia mendengar suara dari batik regol halarnan, justru diluar " Aku memang sudah tahu benar, siapakah tamuku dari Kemundungan.
Ternyata bukan Mahisa Agnilah yang mengejutkan paman nya, tetapi justru ia sendirilah yang terkejut Ketika ia berpaling ternyata dilihatnya pamannya berdiri diregol halaman memandanginya dengan tajamnya.
" Paman - desis Mahisa Agni.
Pamannya tersenyum, katanya - Aku berbangga bahwa aku mendapat tamu dari Kemundungan.
Sejenak Mahisa Agni tertegun ditempatnya. Namun sejenak kemudian segera ia melangkah dan berlutut didepan pamannya. Tetapi Empu Gandring segera memegang lengannya dan menariknya berdiri. Katanya - Marilah kita masuk Agni.
Dibimbingnya Mahisa Agni masuk keruang dalam. Kemudian mereka duduk diatas tikar pandan yang putih.
" Aku tidak terkejut melihat kedatanganmu Agni. Agaknya kau terlampau ber-angan2 akan mengejutkan aku, sehingga kau tidak melihat aku berdiri diujung halaman. Aku melihat kau menyusup jalan sempit ini dan menuju keregol belakang. Aku tahu, bahwa kau ingin mengejutkan aku.
" Ya paman - sahut Mahisa Agni sambil tersenyum.
" Aku memang sudah pasti bahwa kau akan terlepas dari tangan Kebo Sindet, Agni.
" Dari siapakah paman tahu"
" Apakah gururuu tidak pernah berkata bahwa aku menyusulmu ke Kemundungan dan bertcmu dengan gurumu yang menunggui rawa2 yang berisi segala macam binatang air itu"
Mahisa Agni meng-angguk2kan kepalanya. Gurunya me mang pernah me-nyinggung2nya.
" Apakah gurumu sendiri yang menangani Kebo Sindet itu" - bertanya Empu Gandring.
Mahisa Agni tidak segera menjawab. Ia menyadi ragu-ragu. Tetapi bukankah Empu Gandring itu adalah pamannya"
Maka akhirnya diceriterakannya apa saja yang pernah terjadi atasnya dan apa saja yang pernah diiakukannya. Gurunya dan Empu Sada ber-sama-sama telah mempergunakan dirinya untuk melawan Kebo Sindet dan mengalahkannya. Sehingga Kebo Sindet itupun akhirnya terbunuh.
" Hem - Empu Gandring meng-angguk2kan kepalanya, kemudian menarik nafas dalam2 - ternyata kau memiliki kemampuan yang luar biasa Agni. Aku mcnjadi iri hati terhadap kedua orang itu. Kenapa aku tidak menitipkan beberapa macam ilmu yang tidak berarti kepadamu juga"
Mahisa Agni tidak segera menjawab. Tetapi dengan demikian hatinya menjadi ber-debar2.
" Apakah kau tergesa-gesa mclakukan perjalanan pula Agni, atau kau mempunyai kesempatan untuk tinggal disini beberapa hari"
" Aku harus segera sampai kepadang Karautan, paman. Aku telah merindukan kerja itu.
" Aku mengharap kau tinggal disini sepekan saja. Mungkin aku masih belum dapat melepaskan rinduku. Begitu"
Mahisa Agni tidak segera menjawab. Tetapi keningnya menjadi berkerut-merut. Ia ingin memenuhi permintaan pamannya yang pada saat2 ia berada dalam keadaan yang sulit, telah berusaha pula untuk melindunginya, meskipun ternyata betapa tinggi ilmunya, namun ilmu itupun terbatas pula, Kemampuan manusia tidak akan dapat mencapai suatu tingkatan dimana ia tidak dapat dibatasi lagi, sehingga pamannya itupun ternyata tidak berhasil menyelamatkannya. Seperti Kebo Sindetpun akhirnya terkalahkan oleh orang yang sama sekali tidak di-sangka2nya.
Tetapi iapun ingin segera berada dipadang Karautan pula. Diantara orang-orang Panawijen yang bekerja keras ber-sama-sama prajurit-prajurit Tumapel. Namun disamping itu, ia masih mempunyai tanggungan Kuda-Sempana. Mudah2an Kuda-Sempana tidak menjadi liar dan pergi meninggalkan padang Karautan itu. Yang dicemaskannya pula adalah Kebo Ijo. Apalagi hubungan yang mungkin sangat buruk antara Kebo Ijo dan Kuda-Sempana.
Dalam keragu-raguan itu terdengar suara pamannya " Apa kah kau masih ingin mcnunggui bendunganmu"
Per2lahan2 Mahisa Agni mengangguk. Katanya " Ya paman. Aku ingin melihat bendungan itu diselesaikan.
Empu Gandring meng-angguk2kan kepalanya. Ia tahu betapa keinginan itu pasti memenuhi dada Mahisa Agni. Sekian lama ia terpisah dari pekerjaan itu. Dan kini ia tinggal melihat pekerjaan itu yang sudah hampir selesai.
" Ya, aku mengerti Agni " desis pamannya " kau pasti ingin berada disana. Baiklah. Aku tidak akan menahanmu. Tetapi tersimpan didalam diriku, keinginan untuk menyerahkan beberapa segi dari ilmuku kepadamu. Namun aku tidak tahu, apakah hal ini mungkin aku lakukan.
" Kenapa paman" " bertanya Mahisa Agni " aku akan sangat berterima kasih. Dengan demikian aku akan dapat melengkapi ilmu yang ada padaku.
Tiba-tiba mata Empu Gandring menjadi suram. Katanya " Ah, ilmumu sudah cukup baik Agni.
" Tetapi aku akan dapat mengambil manfaat dari ilmu yang akan paman berikan.
Empu Gandring meng-angguk2kan kepalanya. Katanya " Ya, apabila aku masih dapat melihat kau datang kemari Agni. Apabila kau kelak berkesampatan, aku akan memberikan itu kepadamu.
" Tentu paman. Aku akan memerlukan datang kemari.
Tiba-tiba Empu Gandring menggeleng " Mungkin kau akan datang lagi kemari, tetapi getaran didalam dadaku, se-akan2 menolak kemungkinan, bahwa kau akan dapat menerima ilmuku.
" Kenapa paman"
**** Jilid 40 SEKALl lagi Empu Gandring menggeleng " Aku tidak tahu. Tetapi sckarang aku sudah tua, meskipun belum terlalu tua. " Empu Gandring terdiam irjenak. Lalu " tetapi baiklah kita tidak berbicara tentaag segala macam kemungkinan Yang tidak kita ketahui dengan pasti. Sekarang kau telah berada disini. Kau akan bermalam bukan" Aku akan mempergunakan waktu yang singkat ini. Meskipun aku tidak dapat memberikan ilmu kanuragan kepadamu, karena kini sudah memiliki kemampuan melampui aku, tetapi aku mempunyai pengetahuan yang belum kau miliki, yang aku kira dapat kau pelajari dalam waktu yang singkat. Aku adalah seorang pembuat keris, Nah, kau akan dapat mempelajari, bagaimana aku membuat ramuan2 bisa untuk warangan dan untuk menolaknya. Kau akan dapat mempelajari kemungkinan pengobatan dan kau dapat memperkembangkannya sendiri. Apakah kau bersedia"
" Tentu, tentu paman. Aku sangat berterima kasih. Semua ilmu dan pengetahuan akan sangat berarti bagiku"
" Baiklah. Tetapi kini kau perlu beristirahat. Nanti malam aku akan memberimu pengetahuan itu. Sekarang kau dapat menemui orang-orang yang pernah kau kenal disini dimasa kecilmu. Tetapi aku kira mereka tidak akan dapat mengenal kau lagi setelah sekian tahun kau tidak menginjak halaman rumah ini.
Demikianlah maka Mahisa Agni semalam berada dirumah pamannya. Dengan ber-sungguh2 ia mempelajari dengan cepat, mengenai ramuan2 obat2an, bisa dan penawarnya. Meskipun ilmu itu lama sekali belum cukup tetapi Mahisa Agni akan dapat memperkembangkan sendiri. Ia akan dapat menemukan banyak bahan2 dipadang Karautan. Ular, binatang2 berbisa lainnya, lebah, dan kadal hijau. Tetapi juga ber-jenis2 tumbul-umbulan dan pepohonan, bunga-bungaan dan buah2an.
Ketika kemudian fajar pecah diujung timur, maka barulah Empu Gandring selesai. Dengan wajah yang lelah, orang tua itu berkata " Apakah kau benar-benar akan pergi pagi ini"
" Ya paman. " Semalam suntuk kau tidak beristirahat.
" Perjalananku tidak terlampau berat. Aku dapat tidur diatas punggung kuda.
Empu Gandring tersenyum. Tetapi tiba-tiba ia berdesis --Mudah2an aku masih sempat melihat kau datang kemari Agni.
" Tentu paman. Aku akan datang kemari secepatnya.
" Aku percaya. Tetapi mudah2an kau masih dapat melihat aku berada didalam rumah ini.
" Kenapa" Empu Gandring menggelengkan kepalanya. Katanya Aku tidak tahu Agni. Tetapi aku merasa bahwa sebaiknya aku segera menurunkan ilmu yang ada padaku kepada orang lain sebelum terlambat Aku percaya kepadamu lebih dari orang-orang Iain, bahkan keluargaku sendiri.
" Aku akan segera datang paman. Sebelum terjadi sesuatu atas paman. Apabila bendungan itu sudah selesai,, aku akan tinggal disini beberapa lama. Aku akan menerima segala petunjuk dan ilmu kanuragan dan ilmu2 yang lain. Olah kajiwan dan segala bentuk pengengahuan.
Tetapi wsayah pamannya itu masih saja suram. Pe-lahan-lahan ia berdesah. Katanya " Aku tidak tahu, kenapa aku selalu diganggu oleh kegelisahan di-saat2 terachir. Kedatanganmu memberikan kebahagiaan yang luar biasa kepadaku Agni. Sepeninggalmu aku akan menjadi gelisah lagi, meskipun sudah tidak seperti kemarin, sebelum kau datang.
Mahisa Agni tidak segera menyahut. Terasa sentuhan2 halus pada pusat jantungnya. ia tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang sebenarnya dirasakan oleh pamannya, Tetapi ia melihat, betapa orang tua itu dibayangi oleh kegelisahan yang sangat.
Agni terdengar suara orang tua itu dengan nada yang dalam " kalau kelak kau tidak dapat melihatku lagi, maka usihakatildh untuk mengembangkan setitik ilmu yang aku berikan kepadamu, sekedar sebagai bekal untuk memulainya. Sehma ini aku akan menyusun aksara2 diatas rontal, tentang ilmu pengobatan, bisa2 dan sedikit uraian tentang ilmu kanuragan. Pada suatu saat datanglah kau kepadaku Agni. Aku akan memberikannya kepadamu. Tetapi seandainya kau sudah tidak menemui aku lagi, dan aku tidak dapat menitipkan ilmu kanuragan itu langsung kepadamu. maka kau akan dapat menemukan rontal itu.
" Paman potong Mnhisa Agni " apakah yang sebenarnya terjadi dengan paman" Apakah paman sedang menunggu lawan yang menurut perhitungan paman, melampaui kemampuan paman untuk melawannya" Apabila demikian paman, maka aku akan tinggal disini. Aku akan tinggal disini Aku akan mencoba membantu paman, meskipun aku harus minta diri kepada Ken Arok lebih dakulu.
Empu Gandring mengerutkm keningnya. Namun tiba-tiba saja ia tersenyum. Katanya Ah, aku memang sedang di-buru2 oleh mimpi yang menegangkan urat syarafku. Tidak Agni. Aku tidak apa2. Aku tidak sedang menunggu seorang musuhpun, sebab aku sampai saat ini tidak merasa punya persoalan apapun, dengan siapapun.
" Tetapi kenapa paman merasa gelisah"
" Itulah Agni. " jawab pamannya " baru sesaat ini aku sadar. Inilah keringkikan jiwaku. Inilah kelemahanku Seharusnya aku tidak menjadi gelisah. " Empu Gandring berhenti sesaat. Lalu " Sudahlah, kita tidak usah berbicara tentang diriku, kegelisahanku dan kelemahan jiwaku. Aku akan mencoba untuk menyadari setiap keadaan dengan akal. Tidak sekedar dengan perasaan saja. Meskipun demikian aku akan tetap berpesan kepadamu Agni, seandainya kau belum datang, dan aku sudah selesai dengan rontalku, maka rontal itu akan berada diatap rumah ini, dibawah ijuk di sudut Barat bagian depan. Kau mengerti"
Mahisa Agnipun menjadi ber-debar2 pula karenanya Meskipun demikian ia tidak mendesak pamannya, kenapa ia menjadi gelisah sekali. Seolah-olah ia sedang berada didalam bahaya yang dahsyat. Tetapi pamannya itu tidak mengatakan apapun juga.
Seandainya, padang Karautan tidak mempunyai daya hisapan yang luar biasa atasnya, maka ia pasti akan mengurungkan niatnya. Ia ingin berada bersama pamannya, untuk mengurangi kegelisaban orang tua itu. Menurut pengertiaannya, Empu Gandring adalah seorang yang hampir mumpuni. Seorang yang memiliki ilmu yang cukup. Ia dapat berdiri berjajar dengan Kebo Sindet, Empu Purwa, Empu Sada, Panji Bojong Santi dan yang lain2. Tetapi kenapa orang tua itu tiba-tiba telah dibayangi oleh kegelisaban yang lsdemikian tajamnya"
Sekali lagi Mahisa Agni dicengkam oleh kebimbangan. Tidak sskedar karena ia ingin menerima ilmu yang akan diberikan oleh pamannya untuk melengkapi iimunya, tetapi ia melihat sesuatu yang tidak dimengertinya membayang dihati pamannya.
Namun padang Karautan ternyata tidak dapat dikesam pingkannya. Ia merasa, bahwa ia harus segera berada diantara orang-orang Panawijen dan prajurit-prajurit Tumapel yang berada dipadang Karautan. Ia merasa wajib untuk berada di-tengah2 kerja itu. Karena itu, alangkah berat hatinya, apabila ia harus menunda lagi keberangkatannya.
" Aku harus mengesampingban semua pcrsoalar. untuk sementara " desisnya didalam hati " aku harus di-tengah2 kerja itu.
Dengan demikian maka betapa berat hatinya, namun achirnya Mahisa Agnipun harus minta diri kepada pamannya. Dengan berat hati pula pamannya melepaskannya.
" ingat Agni. Kalau kau mendapat kesempatan, segeralah datang. Tetapi kalau tidak, maka ingat pulalah, bahwa aku akan menyimpannya diatas atap, dibawab susunan ijuk. Disudut Barat bagian depan dari rumah ini.
" Aku akan segera datang paman. Tentu.
" Ya, ya. Mudah2an kau segera datang. Meskipun demikian aku akan beipesan kepada setiap orang dipadepokanku ini, bahwa kau akan mendapat keleluasaan untuk berbuat apa saja dirumah ini.
Dada Mahisa Agni menjadi semakin ber-debar2. Ia merasa dihadapkan pada su&tu teka-teki ynng tidak dapat ditebakinya, sedang agaknya Empu Gandring sendiri masih belum dapat mengetahui tebakan dari teka-tekinya itu.
Ketika kemudian matahari naik diatas pebukitsn, maka Mahisa Agni itupun segera meninggalkan padepokan pamannya. Meskipun hatinya masih selalu dibayangi oleh beribu pertanyaan, namun ia tidak dapat berbuat lain dari pada pergi kepadang Karautan.
Empu Gandring masih berdiri diregoi halamann rumahnya ketika Mahisa Agni hilang ditikungan. Terasa dadanya dipenuhi oleh pergolakan perasaannya. Ia sendiri tidak mengerti kenapa ia menjadi gelisah. la merasa bahwa ada kerjanya yang seolah-olah masih belum selesai Kerja yang besar, yang justru tidak dimengertinya sendiri.
Tetapi ternyata kedatangan Mahisa Agni telah memberikan ketenteraman yang besar kcpadanya. Ia merasakan seolah-olah ia telah mendapatkan saluran yang dipercaya.
" Aku harus segera mengerjakannya " desis Empu Gan dring itu " mudah2an aku akan mendapat ketentraman hati.
Empu Gandring menarik nafas dalam2. Terasa pe-lahan-lahan hatinya yang bergolak itu dapat mengendap. Bahkan kemudian ia bertanya kepada diri sendiri " Kenapa aku menjadi gelisah" Inilah kelemahanku. Seharusnya aku selalu berpaling kepada Yang Maha Agung. Dengan demikian aku akan mendapat kedamaian hati.
Orang tua itu pun kemudian meng-angguk2kan kepalanya. Ketika sekali lagi ia memandangi tikungan dikejauhan, maka yang dilihatnya hanyalah dinding batu yang ke-hitam2an.
Namun kehadiran Mahisa Agni ternyata meninggalken pengaruh yang cukup besar pada diri orang tua itu. Ia merasa menemukan sebagian dari yang di-cari2nya di-saat2 terachir, meskipun perasaan itu kurang dikenalnya sendiri. tetapi reacananya yang tiba-tiba saiya tumbuh untuk menggoreskan aksara2 diatas rontal dan kemudian menyimpannya untuk Mahisa Agni, benar-benar telah membuatnya seolah-olah terlepas dari sebagian beban yang berat yang selama ini ditanggungkannya.
Orang tua itu menarik nafas dalam2. Kemudian per-lahan ia mclangkah melintasi halaman rumah nya.
" Aku harus mendapat pemenangan " desisnya " aku harus mencoba untuk melepaskan diri dari perasan ini. - Terasa jantung Empu Gandring menjadi ber-debar2 - Mudah-mudahan aku dapat mengenal getaran yang bergolak didalam hati. Aku yakin, bahwa teka-teki ini pasti mengandung arti.
Empu Gandring itu meng-angguk2 kecii. Langkahnya yang pe-lahan-lahan itu langsung membawanya kesanggar pribadinya. Ia ingin menyepi sejenak, mencoba melihat kedalam diri.
" Kalau waktu itu akan segera datang, apa boleh buat " gumamnya " Manusia tidak akan mampu menghindar dari padanya apabila Yang Maha Agung memang menghendakinya.
Tetapi yang sebenarnya menggelisahkan Empu Gandring bukanlah perasaan yang kadang-kadang tumbuh didalam hatinya tentang dirinya, tentang hari achirnya. Tetapi ia harus mendapat saluran yang dapat melanjutkan kerjanya selama ini. Bukan sekedar kerja tanpa arah. Kerja yang sudah dilakukannya adalah kerja yang akan dapat berkembang terus. Untuk itu diperlukan seseorang yang dipercaya. Yang tidak akan terjerumus kedalam kesesatan justru setelah memiliki bekal ilmu yang sudah disusunnya.
" Aku percaya kepada Mahisa Agni " katanya kepada diri sendiri " seandainya perasaanku ini benar, bahwa saat itu hampir datang, maka aku harus segera menyusun ilmu itu dan menggoreskannya keatas rontal. Mudah2an pada saat nya Mahisa Agni akan datang dan menemukan rontal itu. Mudah2an pula ia tertarik akan isinya dan dipelajarinya.
Pe-lahan-lahan Empu Gandring itu menutup pintu sanggarnya-Kemudian duduk tepekur, memusatkan segala macam rasa dan nalarnya dalam usahanya mendekatkan dirinya kepada Yang Maha Agung. Orang tua itu ingin mendapatkan kebeningan pikiran untuk memulai dengan kerjanya, menyusun aksara2 diatas rontal.
Sementara itu Mahisa Agni berpacu dengan lajunya, langsung menuju kepadang Karautan. Perjalanan itu ini sama sekali tidak memberikan persoalan apapun kepadanya. Tidak ada apapun yang terjadi, yang dapat mengganggunya.
Dipadang Karautan, kerja yang dilakukan oleh orang-orang Panawijen dan para prajurit Tumapel menjadi semakin tipis. Bendungan itu telah hampir sampai pada penyelesaian terachir, sedang taman yang dipesan oleh Akuwu Tunggul Ametungpun kini telah berbentuk Pepohonan yang hijau tumbuh dengan suburnya. Sedang sendang butan itupun telah menampung air yang naik lewat susukan induk. Meskipun masih belum selesai seluruhnya, tetapi taman itu sudah dapat dilihat dan dinilai, bahwa kerja yang telah dilakukan adalah kerja yang berat dan besar.
Mahisa Agni yang telah berada di-tengah.2 kerja itupun merasa menemukan dirinya kembali, setelah ia terpisah untuk
beberapa lama dari bendungan yang direncanakannya. Bahwa ia harus mengalami masa yang pahit didalam hidupnya, berada didalam lingkungan iblis di Kemundungan, Namun ternyata ia dapat memetik manfaat dari keadaan itu. Justru didalam maka yang paling pahit iiu ia mendapatkan tingkat yang lebih tinggi lagi dari ilmunya. Meskipun pada saat itu ia terpaksa merendahkan diri, seolah-olah ia sudah kehilangan segala macam gairah buat masa dcpannya, tetapi pada saatnya ia bangkit dan menemukan kebebasannya.
Beberapa kali Mahisa Agni memang merasa tersinggung oleh sikap Kebo Ijo, yang kadang-kadang benar-benar tidak terkendali. Tetapi justru lambat laun ia menjadi kebal seperti juga Ken Arok. Kata2 Kebo Ijo, dan bahkan sikapnya, sama sekali tidak dihiraukannya, meskipun kadang-kadang ia harus masih berdesis menahan perasaannya.
Sedang Kuda Sempanapun lambat laun dapat menemukan jalan untuk menempatkan dirinya kembali ke-tengah2 pergaulan atas tuntunan Ken Arok dan Mahisa Agni. Meskipun kadang-kadang usaha itu terbentur pada sikap Kebo Ijo, tetapi dengan penuh minat, Ken Arok dan Mahisa Agni berusaha menghindarkan segala macam benturan2 yang dapat terjadi.
Demikianlab, maka pada saatnya, bendungan dan taman itupun telah siap. Dengan penuh haru, orang-orang Panawijen dan para prajurit Tumapel yang sedang bertugas dipadang itu menyaksikan air yang naik kesusukan indnk, menyusur di sepanjang saluran itu, ber-cabang2 menyobek padang Karautan dan merambat sampai ke-kotak2 sawah yang sudah mulai menghijau ditaburi bibit yang telah tumbuh subur. Agak jauh diujung susukan induk itu terdapat sebuah taman yang indah. Pepohonan yang hijau subur, tumbuh2an perdu dan bunga yang sudah mulai berkembang dengan warna yang beraneka. Sebuah sendang buatan dengan getek bambu yang terapung, bergerak-gerak dipermukaan air. Di-terngah2nya sebuah puntuk kecil bertengger diatas tebing batu yang disusun dengan baiknya.
Kemudian sebuah parit yang melepaskan air yang ber-lebihan, mengalir keluar dari taman itu, sekali lagi membelah padang Karautan mengaliri pategalan yang sudah menghijau pula. Disitulah nanti akan dibangun padesan yang baru, apabila pohon2an sudah cukup besar. Pohon buah2an dan pohon2 pelindung yang diperlukan, telah tumbuh pula dengan suburnya. Dikelilingi oleh rumpun2 bambu yang mulai berdaun.
Sebagian dari padang Karautan itu kini telah benar-benar berubah bentuknya. Satu lingkungan kehidupan yang bakal hadir di-tengah2 padang itu akan memberikan kemungkinan yang besar dihari mcndatang tidak saja bagi padang Karautan, tetapi bagi Tumapel dalam keseluruban.
Ternyata harapan yang tersimpan didalam setiap orang Panawijen kini terpenuhi. Mereka akan dapat meninggalkan pedukuhan mereka yang telah menjadi semakin kering. Titik-titik air hujan hanya akan dapat menolong sementara, dimusim basah. Apa bila kelak musim menjadi kering, Panawijen akan menjadi semakin kuning dan gersang, Orang-orang Panawijen itu tidak akan dapat mengharap bantuan terus-menerus dari orang lain. Sekalipun dari istana Turnapel. Mereka tidak dapat hidup dengan menunggu uluran tangan belas kasihan, atau bahkan lebih dari pada itu. uluran tangan dengan pamrih2 tertentu yang akan dapat menjerat kehidupan mereka sendiri dihari yang akan datang. Karcna itu, setiap kesempatan harus dipergunakan untuk menemiskan kemungkinan hidup diatas kekuaun dan nafas sendiri.
Karena itulah maka kini lahir kehidupan yang hijau di-tengah2 padang Karautan. Orang-orang Panawijen tidak pernah melupakan uluran tangan Akuwu Tunggul Ametung. Tetapi uluran tangan itu telah dipergunakan dan dimanfaatkan untuk kepentingan yang tepat. Tidak sekedar untuk makan mereka sehari-hari, sedang untuk hari esok raenunggu lagi uluran tangan berikutnya. Tetapi selama itu, mereka telah memanfaatkannya untuk membangun bendungan dipadang Karautan ber-sama-sama dengan prajurit-prajurit Tumapel pula. Dan bendungan ini telah siap. Dengan demikian maka pada saatnya orang-orang
Panawijen itu akan dapat menelan makan dan minum mereka dari hasil keringat sendiri. Apa bila tanaman itu menghijau, berbunga, kemudian berbuah, maka akan segera datang musim menunai untuk yang pertama kalinya Apa bila demikian, maka orang-orang Panawijen itu akan berdiri dengan dada tengadah dan berkata " Kami telah berhasil bernafas dengan dada kami sendiri.
Ki Buyut Panawijen yang tua itu tidak dapat menahan keharuan yang melonjak didalam dadanya. Setitik air mata membasahi pipinya yang telah berkeriput karena umurnya. Namun meskipun demikian ia masih sempat melihat, bendungin Karautan itu dapat mengaliri sawah yang telah mereka buat, masih sempat melihat tanaman yang mulai menghijau. Namun ia masih berdoa didalam hatinya, mudah2an ia masih sempat pula melihat, orang-orang Panawijen memindahkan dirinya dari daerah lama yang gersang itu kedaerah yang baru, yang hijau dan subur.
" Kita harus merayakan kemenangan ini " desis Ki Buyut.
Ken Arok meng-angguk2kan kepalanya. Jawabnya " Baiklah Ki Buyut. Kita rayakan kemenangan ini. Kita sudah menaklukkan tanah yang liar dan kemudian menjinakkannya.
" Bagus teriak Kebo Ijo " kita potong lembu dan kerbau yang sudah tidak kita pergunakan lagi.
" Ah " terdengar Mahisa Agni berdesah. Ketika ditatapnya mata Ken Arok, maka dillhatnya mata itu menyipit Pe-lahan-lahan Ken Arok berkata " Jangan Kebo Ijo. Sejak semula kita bekerja ber-sama-sama dengan mereka, meskipun mereka hanya binatang. Tetapi apakah kita akan sampai hati berbuat demikian.
" Itu adalah sifat kecengenganmu Ken Arok. Buat apa lagi binatang2 itu bagi kita kini" Mereka hanya akan menjadi beban peliharaan saja.
Ken Arok menggelengkan kepalanya. Katanya " Apa kau sangka bahwa sawah itu akan dapat tumbuh tanamannya tanpa digarap" Nah, tugas lembu dan kerbau2 itu masih panjang. Setiap musim mereka akan membantu orang-orang Panawijen mengerjakan sawahnya.
" Apakah lembu, kerbau, pedati2 dan semua peralatan ini akan kita serahkan kepada orang-orang Panawijen"
" Apakah harus kita bawa kembali ke Tumapel"
Kebo Ijo mengerutkan keningnya. Tetapi ia tidak segera menjawab. Yang menyahut kemudian adalah Mahisa Agni " Kami akan berterima kasih atas bantuan yang sudah dan yang2 masih akan. kami terima. Lebih2 lagi, apabila yang kami terima itu adalah keperluan bagi kerja kami. Alat2 untuk menggarap sawah dan membangun pedukuhan kami. Kami akan jauh lebih berterima kasih dari pada bantuan yang kami terima itu berupa kebutuhan sehari-hari saja. Kebutuhan yang akan habis kami telan dan akan habis kami pakai betapa ber-limpah2nya. Tetapi peralatan itu akan memberi kami nafas untuk bekerja seterusnya. Kami akan terlepas dari ketergantungan yang akan mematikan nafsu kerja kami dan anak cucu kami.
Ken Arok meng-angguk2kan kepalanya. Katanya " Itu adalah pikiran yang hidup dan wajar Agni. Karena itu, kita akan bergeoibira karcna kita telah menyelesaikan pekerjaan dasar kita. Yang Maha Agung telah memperkenalkan kita melihat bendungan, susukan induk, parit2, sawah, taman dan sebagainya itu selesai. Tetapi ini bukan berarti bahwa kerja kita untuk selanjutuya selesai. Maka, marilah kita bersukur, tanpa melepankan ingatan kita kepada masa mendatang. Karena itu, biarlah binatang2 hidup untuk seterusnya. Kita dapat merayakan kemenangan ini tanpa apapun. Sebab kegembiraan itu ada didalam dada kita. Kita nyatakan dengan bentuk2 yang memungkinkan dipadang Karautan ini.
Kebo Ijo mengerutkan keningnya. Katanya " Ya, kita dapat merayakan dengan seribu macam bentuk untuk menyatakan bahwa kerja yang besar ini sudah selesai. Diantaranya, kita akan dapat tidur sepekan terus-menerus. Bangun untuk makan, kemudian tidur lagi. Begitu"
Ken Arok, Mahisa Agni dan Ki Buyut Panawijen menarik nafas. Tetapi mereka tidak menanggapinya. Namun dengan tiba-tiba saja Ken Arok berkata " Kita akan segera mendapat kesempatan itu. Bersukaria, untuk menyambut kemenangan ini. Setelah taman itu selesai, Akuwu akan hadir beserta permaisurinya. Taman itu akan merupakan hadiah yang menyenangkan bagi Tuan Puteri Ken Dedes yang berasal dari tengah2 padukuhan Panawijen. Itulah sebabnya maka taman itu harus dibangun didekat padukuhan yang dibangun oleh orang-orang Panawijen. Kehadirannya pasti akan memberikan kegembiraan bagi kita. Kita tidak perlu menyelenggarakannya sendiri. Kita ikut saja didalam kegembiraan itu,
Kebo Ijo mendengar keterangan itu dengan dahi yang berkerut-merut. Kemudian ia berdesis perlahan " Kapan Akuwu akan datang kepadang Karautan untuk menyerahkan tamannya kepada perempuan Panawijen itu"
Yang mendengar kata2 Kebo Ijo itu merasakan desir yang tajam didalam dada mereka. Mahisa Angni, Ken Arok, Ki Buyut Panawijen dan satu dua orang lagi. Sejenak mereka terdiam sambil mengawasi anak muda itu dengan mata yang tidak berkedip.
Kebo Ijo merasa sorot beberapa pasang mata yang menyentuh wajahnya. Sejenak ia merasa canggung, Namun kemudian ia bertanya " Kenapa kalian memandangi aku seperti baru pertama kali melihat" Apakah yang aneh padaku"
Tiba-tiba terdengar jawab Ken Arok pendek " Mulutmu.
Kebo Ijo mengerutkan keningnya " Kenapa mulutku" " tanpa sesadarnya tangannya meraba mulutnya.
Mulutmu terlampau sulit untuk dikendalikan " sahut Ken Arok " Kenapa kau tidak dapat memilih kata2 yang lebih baik meskipun untuk menyatakan maksud yang sama"
" O " Kebo Ijo justru tersenyum " kalimatkulah yang salah lagi. Baikiah, aku akan memperbaikinya. Maksudku, aku ingin tahu, kapankah Akuwu Tunggul Ametung akan menyerahkan hadiah buat Permaisurinya Ken Dedes.
Ken Arok sama sekali sudah tidak bernafsu lagi untuk menjawab. Meskipun demikian ia menggeram juga - Pada saatnya kau akan melihat dan mengetahuinya. Apabila kelak Tuanku Akuwu datang bersama Tuan Puteri, bertanyalah hari dan pekan.
Kebo Ijo mengerinyitkan alisnya, Namun iapun kemudian tertawa. Sambil melangkah pergi ia bergumam " Kau marah Ken Arok. Jangan lekas menjadi marah. Kau akan cepat menjadi tua. Lebih baik kau tertawa.
Ken Arok tidak menghiraukan lagi, sedang orang-orang Iain pun menjadi acuh tidak acuh pula kepada Kebo Ijo yang kemudian hilang didalam gubugnya.
Sspeninggal Kebo Ijo, barulah Ken Arok berkata kepada Ki Buyut Panawijen " Sebentar lagi Akuwu datang dengan kebesaran seorang Akuwu Ki Buyut Tidak seperti kedatangannya disaat lampau. Akuwu akan datang bersama Permasuri dan akan menghadiahkan taman itu. Pada saat itulah kita numpang bergembira. Supaya persiapan tidak mengecewakan, maka biarlah aku mengirimkan utusan menghadapi Akuwu untuk menyampaikan maksud itu. Apabila Akuwu tidak berkeberatan, nah, kita akan mendapatkan kesempatan tanpa bersusah payah membuat sendiri. Sebelum Akuwu sendiri datang, pasti akan dikirim beperapa orang petugas, Juru masak, juru taman dan orang-orang yang diperlukannya. Kita tinggal menyebut saja jucnlah orang-orang Panawijen dan prajurit-prajurit Tumapel yang berada dipadang Karautan ini.
Ki Buyut meng-angguk2an kepalanya. Gumamnya - Berapa orang juru masak yang diperlukan untuk kepentingan itu
" Di Tumapel ada ratusan juru masak yang dapat dikerahkan. Sedang disinipun kita telah mempunyai juru masak yang cukup, meskipun bukan juru masak yang baik. Meskipun mtreka hanya sekedar juru masak prajurit. Tetapi se-tidak2nya mereka akan dapat membantu menjerang air.
Ki Buyut Panawijen meng-angguk2kan kepalanya. Ia merasa mendapat kehormatan, bahwa perhatian Akuwu Tunggul Ametung terhadap Panawijen ternyata melampaui perhatiannya tcrhadap pedukuhan2 yang lain. Dan Ki Buyutpun menyadari, bahwa hadirnya Ken Dedes diistana Tumapel ternyata berpengaruh atas persoalan itu, meskipun Ki Buyut yang sudah cukup tua itu juga menyadari, bahwa keluarga Ken Dedes sendiri ternyata tidak sempat ikut merasa berbahagia. Bahkan bilangnya Ken Dedes telah membuat ayalnya seolah-olah menyisihkan diri dari pergaulan, dan hilang untuk sslanjutnya tanpa menyatakan diri lagi didalam lingkungan padukuhan Panawijen.
Ternyata Ken Arok kemudian benar-benar mengirimkan utusannya menghadap Akuwu Tunggul Ametung untuk menyatakan maksudnya. Untuk ikut serta menikmati kegembiraan ber-sama-sama dengan kehadiran Akuwu Tunggul Ametung di padang Karautan.
" Beri mereka apa yang dibutuhkan " perintah Akuwu kepada scorang yang dipercaya untuk menyelenggarakan perjamuan yang cukup baik dipadang Karautan selama kunjungannya bersama Permaisurinya. Dan kepada utusan Ken Arok Akuwu berkata " Aku akan datang kepadang Kara utan bersama Permaisuri dan beberapa orang prajurit dan para pemimpin pemerintahan Tumapel sepekan sebelum purnama, dan akan tinggal dipadang Karautan sampai sepekan setelah purnama.
Berita itu diterima dengan senang hati oleh seluruh penghuni padang Karautan yang selama ini tidak pernah melepaskan diri dari kerja. Kerja dan selalu dihadapkan kepada kerja. Tetapi usaha mereka ternyata tidak sia2. Kini bendungan itu benar-benar tslah terwujud, telah berhasil mengangkat air dan menyalurkannya sampai ke-kotak2 sawah jauh ketengah padang. Beberapa saluran diseberang memberi kemungkinan yang serupa meskipun agak lebih kecil. Bahkan saluran yang melepaskan air dari sendang buatan itupun dapat dimanfaatkan pula dengan baik.
Dengan demikian, maka setiap orang dipadang Karautan itupun menunggu sampai saat purnama semakin mendekat. Hampir sedikit malam mereka memandangi bulan yang seolah-olah tumbuh sedikit demi sedikit. Terlampau lamban. Apabila mendung menyaput langit, dan mereka tidak dapat melihat bulan yang semakin berkembang disetiap malam, terasa hari menjadi semakin panjang, Sudah terlampau lama mereka menunggu, namun bulan masih belum separo bulatan.
Meskipun demikian, orang-orang Panawijen dan prajurit-prajurit Tumapel itu kini mendapat kesibukan baru. Bukan sekedar tidur, bangun dan makan. Mereka harus membuat pesanggrahan2 yang walaupnn ssderhana, tetapi cukup memenuhi kebutuhan bagi seorang Akuwu dan Permaisurinya, dekat disebelah taman yang sudah menjadi semakin semarak karena bunga2 telah mulai berkembang. Bunga2 dengan beraneka bentuk dan wamanya. Bunga2 yang membuat taman itu semakin segar, yang seolah-olah dengan sadar menunggu kehadiran Permaisurinya yang segera akan datang. Dan kedatanganitu telah menumbuhkan bcrbagai macam tanggapan. Namun betapapun juga, seluruh padang Karautan telah menanti kehadirannya.
Maka pada saatnya, sampailah suatu ketika, padang Karautan se-o!ah2 telah terbakar oleh kegembiraan yang tiada taranya. Mereka tidak saja menyambut kedatangan Akuwu Tunggul Ametung dengan penuh kemegahan bersama Permaisurinya, Ken Dedes, tetapi mereka juga merayakan hari kemenangan. Mereka telah berhasil menaklukkan padang Karautan dengan segala macam keganasan dan keliarannya. Membendung sungai dan menaikkan airnya, sehingga dijantung padang yang luas itu, telah dibangunkan sebuah padukuhan baru yang segar. Pedukuhan yang mempunyai kemungkinan yang sangat baik di-hari2 mendatang, karena luas tanah disekitarnya yang masih memungkinkan padukuhan ituberkembang.
Beberapa orang telah pergi ke Panawijen untuk mencari janur yang cukup baik, yang masih belum terlampau tua. Dengan pedati2 mereka msngangkut beberapa batang bambu utuh dengan daun2nya untuk dipancangkan sebagai umbul-umbul disekitar taman dan pasanggrahan Se-baik2 mungkin yang dapat mereka kerjakan. Anyaman2 janur dan bambu telah terpancang di-dinding2 dan di-pagar2 batu.
Maka pada hari yang ditentukan Akuwu Tunggul Ametung akan datang dipadang Karautan, setiap orang diperkemahan itu mengenakan pakaian yang se-baik2nya yang mereka miliki. Para prajurit mengenakan pakaian keprajuritan mereka. Siap untuk menyambut kedatangan Akuwu Tunggul Ametung.
Ki Buyut Panawijen, Mahisa Agni, Ken Arok dan para pemimpin yang lain. Dengan wajah ber-seri2 mereka siap menunggu kehadiran Akuwu bersama rombongannya.
Namun diantara sekian banyaknya wajah yang cerah. maka Kuda-Sempana duduk termenung didalam gubugnya. Kehadiran Akuwu Tunggul Ametung bersama Ken Dedes diperkemahan itu, menjadi suatu perscalan baru didalam dadanya. Selama ini ia telah berusaha untuk dapat hidup diantara orang-orang Panawijen, betapapun sulitnya untuk melakukannya. Apalagi pada permulaannya. Tetapi lambat laun ia berhasil menyesuaikan diri, ketika ia mendapat keyakinan bahwa orang-orang Panawijen dan prajurit-prajurit Tumapel itu benar-benar tidak mendendamnya tanpa ampun. Orang-orang Panawijen dan prajurit-prajurit Tumapel dapat menerima kehadirannya meskipun dengan syarat. Dan ia berusaha se-kuat2 hatinya untuk menerima syarat itu.
Ia telah melakukan se-baik2nya semua nasehat Mahisa Agni dan nasehat Ken Arok. Setiap kali didengarnya pula petunjuk2 dari Ki Buyut yang tua tentang hidup dihari kemudian. Dan setiap kali dihindarinya Kebo Ijo yang terlampau ringan membuka mulutnya tanpaterkendali, supaya tidak tumbuh hal2 yang tidak dikehendaki.
Namun kini tiba-tiba ia dihadapkan pada suatu keadaan baru. Kehadiran Akuwu Tunggul Ametung sama sekali bulan porsoalan lagi baginya, karena ia pernah bertemu sebelum Akuwu kembali ke Tumapel dari padang Karautan ini. Tetapi bagaimana dengan Ken Dedes" Ia pernah menerima penghinaan tiada taranya dari padanya. Meskipun nalar Kuda-Sempana dapat mengerti, bahwa penghinaan itu diberikan karena sakit hati gadis itu yang tidak tertahankan lagi, tetapi bagaimanapun juga luka itu masih terasa pedih dihatinya.
Sekali-sekali terdengar Kuda-Sempana berdesis. Didalam dadanya terjadi pergolak&n yang riuh. Apakah ia harus melupakan saja penghinaan itu, ataukah ia akan berbuat sesuatu atau menghiudarkan diri saja dari setiap kemungkinan untuk bertemu dengan Ken Dedes.
" Aku harus menyingkir, meskipun hanya untuk sementara. Mereka berada dipadang ini tidak terlampau lama. Hanya sepekan sebelum. dan sesudah purnama. Dalam sepuluhhari itu aku akan tinggal saja dipedukul an Panawijen lama. Aku dapat bersembunyi disana sampai saatnya Akuwu Tunggul Ametung kembali ke Tumapel. Mudah2an Ken Arok dan Mahisa Agni dapat mengerti. dan aku diijinkannya pergi sebelum mereka datang.
Kuda-Sempana meng-angguk2kan kepalanya. Pada hematnya hal itu adalah yang se-baik2nya. Sebab ia sendiri masih belum dapat meyakini dirinya sendiri, apakah ia akan dapat bertahan apabila ia mengalami hal2 yang pahit lagi.
Kuda Sempana itu berpaling ketika ia mendengar langkah mendekat kepintu gubugnya. Sejenak kemudian diiihatnya seseorang berdiri didepan pintu itu Kebo Ijo.
Kuda-Sempana mengerutkan keningnya. Selama ini ia selalu menghindarkan diri. Sepatah-sepatah kata saja apabila terpaksa ia harus berbicara, kemudian mencari alasan untuk pergi. Tetapi kini ia berada digubugnya, dan Kebo Ijo itu berhenti dimuka pintu.
" Aku harus segera bertemu dengan Ken Arok dan Mahisa Agni " berkata Kuda-Sempana didalam hatinya " supaya aku segera dapat pergi sebelum Akuwu datang.
Tetapi yang lebih dahulu berkata adalah Kebo Ijo " He, kau tidak tampak bergembira seperti orang-orang lain, kenapa"
Kuda-Sempana tidak segera menjawab. Ditihatnya sebuah senyum yang lucu menghias bibir Kebo Ijo.
Marilah, keluarlah dari liangmu. Orang-orang dungu itu sudah seluruhnya berada diujung perkemahan ini. Mereka
akan menyambut Akuwu, dan kemudian mengiringkannya keketaman buatan itu. Apakah kau tidak ikut serta"
" Ya, jawab Kuda-Ssmpana perlahan - nanti sebentar aku akan pergi kesana pula.
" Kenapa tidak sckarang.
" Aku belum selesai berkemas.
Kebo Ijo tertawa. Katanya " Kau masih juga akan behias he, supiya Ken Dedes jatuh cinta kepadamu" Bukankah kau mencintainya setengah mati"
Pertanyaan itu scrasa ujung pedang yang mengorek luka yang lama yang meskipun tidak mungkin sembuh, tetapi sudah ditahankannya terpendam. Dan seolah-olah kini luka itu terungkit kembali. Meskipun demikian Kuda-Sempana tidak segera menyahut. Dicobanya untuk menguasai perasaannya. Sudah biasa ia mendengar perkataan2 yang menyakitkan hati, yang diucapkan oleh Kebo Sindet dan Wong Sarimpat. Tetapi tidak tentang persoalan ini. Namun demikian ia masih dapat menahan dirinya.
Kuda-Sempana masih duduk ditempatnya. Sekali-sekali ia melihat Kebo Ijo yang berdiri didepan gubugnya dengan sudut matanya. Tetapi sesaat kemudian kepalanya ditundukkannya lagi. Ia mengbarap agar Kebo Ijo itu segera pergi, supaya ia dapat segera pula menemui Mahisa Agni dan Ken Arok untuk menyatakan maksudnya.
Tetapi Kebo Ijo itu masih berdiri saja disitu. Dan sejenak kemudian ia berkata " Marilah Kuda-Sempana, kita pergi keujung perkemahan ini. Kita ikut menyambut kedatangan Akuwu Tumapel, kemudian menjilat kakinya dan kaki Permaisurinya, supaya kita segera mendapat kenaikan pangkat.
Kuda-Sempana berdesis. Tetapi ia belum menjawab.
" Apa lagi yang kau tunggu" Kau sudah menjadi cukup tampan. Aku akan ikut beidoa supaya Ken Dedes ja tuh cinta kepadamu.
Kuda-Sempana menarik nafas dalam2. Dicobanya untuk menahan gemeretak jantungnya yang serasa akan retak
Dengan napas yang ter-engah2 karena menahan diri ia berkata " Kebo Ijo, marilah kita bergurau. Tetapi jangan kau sebutkan persoalan itu. Satu soal saja. Katakanlah apa saja yang ingin kau katakan. Aku sudah mencoba untuk menempatkan diri diantara kalian, diantara orang-orang yang seolah-olah tidak mau menerima aku lagi. Betapa sakit dan pahitnya, aku telah mencoba untuk menahankannya. Tetapi akuminta janganlah persoalan itu kau sebut , meskipun kau tidak ber-sungguh2.
Kebo Ijo mengerinyitkan alisnya. Sejenak ia berdiri diam sambil memandang Kuda-Sempana dengan tajamya. Namun sejenak kemudian terdengar suara tertawanya - Oh, kau sakit hati Kuda-Sempana" Kau mencoba untuk menutup mulutku dengan sepenuh belas kasihan kepadamu" Dengar, aku justru ingin menasehatimu. Kalau nanti Akuwu berada di padang ini bersama Permaisurinya, kau harus berbuat sesuatu. Berbuat jantan seperti laki2 yang sebenarnya.
Kuda-Sempana masih tetap berdiam diri meskipun dadanya semakin bergelora.
" Kuda-Sempana " berkata Kebo Ijo " kalau aku menjadi kau, maka apabila Akuwu dan Ken Dedes berada dipadang ini, aku tantang ia melakukan perang tanding. Tidak sebagai seorang Akuwu dengan seorang Pelayan Dalam, sebab dengan demikian kau pasti akan dianggap memberontak dan akan ditangkap oleh pengawal2n2a, tetapi sebagai laki2 dengan laki2. Kau tantang ia melakukan perang tanding untuk memperebutkan Ken Dedes. Nah, kalau kau berhasil membunuhnya dan mengambil Ken Dedes sebagai isterimu, kautidak saja akan memiliki seorang isteri yang cantik, tetapi kau akan memiliki seluruh Tumapel, sebab Tumapel dengan segala isinya, termasuk aku dan kau, sudah diserahkan kepada Ken Dedes.
Gelora didada Kuda-Sempana menjadi semakin dahsyat memukul jantungnya. Darahnya serasa menralir semekin cepat dan ubun2nya terasa menjadi panas. Sedang Kebo Ijo itu masih berbicara terus " Aku kira kau akan mendapat kesempatan itu, bertarung dengan jantan. Taruhannyapun cukup bernilai untuk beradu maut.
Seorang permpuan cantik. Bukan hanya sekedar perempuan cantik, tetapi seorang perempuan cantik yang memiliki kekuasaan atas tanah tumapel. Nab, apakah kau tidak tertarik"
Betapa darah Kuda-Sempana terasa mendidih, ia masih tetap sadar akan dirinya, sadar akan keadaan dan kedudukannya. Karena itu, betapa dahsyat dadanya bergolak, ia masih tetap duduk ditempatnya. Bahkan ia masih dapat menahan dirinya meskipun dadanya akan meledak, dan menggeleng perlahan2 " Tidak Kebo Ijo. Aku tidak dapat melakukannya.
Kebo Ijo mengerutkan dahinya. Lalu desisnya " Kau sudah berubah Kuda-Sempana. Berubah sama sekali. Kau pernah bersikap sebagai seorang jantan pada saat kau melarikan Ken Dedes. Kemudian perang tanding yang tidak jujur. Akuwu mempergunakan kakang Witantra untuk merebut Ken Dedes dari tanganmu. Memang kakang Witantra terlampau tunduk dibawah kaki Akuwu Tunggul Ametung. Seperti seekor kerbau yang telah dicocok hidung. Kemana kendali ditarik, kesana ia melangkah. - Kebo Ijo berhenti sejenak. Ditatapnya wajah Kuda-Sempana yang masih tunduk.
Namun dengan demikian, terasa sesuatu didada Kuda-Sempana yang seolah-olah mendinginkan darahnya, Didalam hatinya ia berkata " Kebo Ijo benar-benar tidak dapat menjaga mulutnya. Jangankan aku yang mempunyai kedudukan yang sangat sulit disini, sedang ia merasa dirinya orang kedua dalam lingkungannya. selagi terhadap kakak seperguruannya saja, ia bersikap dan berkata demikian. Kuda Sempana menarik nafas dalam2. Dicobanya untuk mengcndapkan panas di dadanya. Sekali lagi diperbandingkannya dirinya dengan Witantra dalam penilaian Kebo Ijo yang gila itu.
" Bagaimana" desis Kebo Ija " apakah kau berani melakukannya.
Tiba-tiba Kuda-Sempana itu menggeleng " Tidak. Aku tidak berani melakukannya.
" He" mata Kebo Ijo menjadi terbelalak " apakah kau sudah menjadi banci he" Kenapa kau tidak berani menantang laki2 justru kau juga seorang laki2 jantan" Ada
lah kuwajibanmu untuk mencoba merebutnya. Kau lebih dahulu menyentuh gadis itu daripada Akuwu Tunggul Ametung Dan Akuwu tidak melakukan sendiri perang tanding melawanmu. Naa, menurut penilaianku gadis itu masih hakmu.
Sekali lagi Kebo Ijo terkejut ketlka ia melihat Kuda-Sempana menggeleng dan berkata " Tidak Kebo Ijo. Aku kini sudah melupakan persoalan itu. Aku harap kau jangan mempersoalkannya lagi supaya dadaku tidak menjadi bengkah karenanya.
Yang terdengar adalah suara tertawa Kebo Ijo sangat menyakitkan hati. Katanya " Aku tahu Kuda-Sempana. Kau sudah diampuni oleh Akuwu. Kalau kakang Witantra dihadapan Akuwu seperti seekor kerbau yang bodoh, maka kau tidak akan lebih dari seekor kuda tunggangan yang terlebih bodoh lagi. Tetapi mungkin juga karena kau sudah menjadi seorang pengecut.
Darah yang sudah mendingin itu tiba-tiba mendidih kembali. Dengan tajamnya kini ditatapnya mata Kebo Idio yangmasih saja berdiri digubugnya.
Tetapi Kebo Ijo seolah-olah tidak melihat kemarahannya yang memancar pada sorot mata Kuda-Sempana. Ia masih saja tertawa sambil memandangi Kuda-Sempana yang sedang berjuang untuk menahan diri. Namun terasa betapa sakit didadanya hampir tidak tertahankan lagi.
Dan ternyata bahwa Kebo Ijo masih juga membakar hati yang membara itu, katanya " Apakah kau marah" Kau sama sekali tidak akan dapat marah lagi. Kau benar-benar telah dijinakkan. Mula2 oleh Kebo Sindet, kemudian oleh Mahisa Agni dan Ken Arok.
" Cukup " tiba-tiba suaru Kuda-Sempana mcnggelegar. Dadanya sudah terlampau penuh schingga tidak dapat lagi memuat hinaan itu.
Kebo Ijo mengerutkan keningnya. Sejenak ia berdiri mematung. Namun sejenak kemudian ia tersenyum " Kau masih cukup garang Kuda-Sempana. Tetapi apakah yang dapat kau lakukan.
" Aku minta kau diam Kebo Ijo. Kau pergi dari termpat ini atau aku yang pergi. Kalau kita masih berbicara lagi, mungkin kita akan keyhiiangan kesempatan untuk menahan diri masing2.
" Uh, kesadaranmu tentang dirimu begitu tinggi. - jawab Kebo Ijo " Tetapi kaupun harus sadar, bahwa kau tidak akan dapat berbuat apa2 lagi disini. Kau adalah seorang tawanan Karena itu jangan mencoba menyombongkan dirimu lagi. Semua perintah harus kau jalankan. Perintah siapa saja. Apalagi perintahku, orang kedua yang mendapat kepercayaan Akuwu Tunggul Ametung disini.
" Tidak " Kuda-Sempana hampir berteriak " aku sama sekali bukan seorang tawanan,
" Lalu apa sangkamu" " bertanya Kebo Ijo " apa kau sangka kau masih seorang perwira disini, atau seorang tamu atau apa" Tidak. Kau adalah seorang tawanan. Resmi atau tidak resmi. Kau tidak dapat berbuat sekehendakmu. Seorang tawanan yang memberontak, hukumannya kau pasti sudah tahu, karena kau pernah menjadi seorang Pelayan Dalam, yang justru mendapat kepercayan dari Akuwu. Hukuman itu adalah hukuman mati.
Darah didada Kuda-Sempana sudah mendidih Dengan suara bergetar ia menjawab " Aku bukan seorang tawanan. Aku dapat membuktikannya tentang hal itu.
" Buktikanlah hahwa kau bukan seorang tawanan,
Tiba-tiba Kuda-Sempana yang sudah dibakar oleh kemarahan itu meloacat meraih pedangnya yang tergantung didinding gubugnya. Sambil mengangkat pedangnya yang masih berada disarungnya itu ia berkata lantang " Inilah buktinya bahwa aku bukan seorang tawanan. Seorang tawanan tidak akan dibiarkan bersenjata. Tetapi aku masih menggengam pedang. Pedangku sendiri.
Dahi Kebo Ijo menjadi ber-kerut-merut. Ditatapnya wajah Kuda-Sempana yang kian menegang. Sedang wajah Kebo Ijopun menjadi tegang pula. Ternyata Kuda-Sempana itu tidak seperti yang diduganya. Disangkanya arak muda
itu telah menjadi terlampau jinak dan tidak berani berbuat apapun. Namun ternyata kini Kuda-Sempana telah memegang pedangnya. Karena itu maka sejenak Kebo Ijo menjadi ber-debar2. Namun sejenak kemudian ia tersenyum. Ia merasa mendapat kawan untuk ber-main2 setelah sekian lama ia harus bekerja menyelesaikan bendungan itu. Sehingga sejenak kemudian ia berkata - Kuda-Sempana. Jangan berbuat bodoh. Kalau kau mempunyai sedikit pengertian tentang susunan pimpinan prajurit Tumapel dipadang Karautan ini, kau pasti akan minta maaf kepadaku. Karena aku berhak menentukan hukuman apa saja selain Ken Arok kepada orang-orang yang bersalah. Termasuk kau. Bahkan terhadap Mahisa Agnipun aku wenang untuk bertindak apabila ia membuat kesalahan. Jangan kau aangka bahwa orang yang melindungimu itu mempunyai kekuasaan tak terbatas disini.
" Tidak " jawab Kuda-Sempana " aku tidak menggantuugkan perlindungan kepada orang lain selain kepada diriku sendiri. Selama aku masih memegang pedang, tidak ada hukuman yang dapat diberikan kepadaku. " Namun tiba-tiba terbayang diwajah Kuda-Sempana itu berbagai macam hukuman yang dapat diterimanya. Ia adalah orang yang sedang berusaha mendapat tcmpat diantara orang-orang sekelahiran dan diantara para prajurit Tumapel. Lalu apakah kesan mereka apabila ia berkelahi melawan Kebo Ijo, yang justru merupakan salah seorang pimpinan dipadang ini.
" Tetapi ia terlampau menghina " desisnya didalam hati. Namun sejenak kemudian terbaysrg segala macam kesalahan yang pernah dilakukannya. Karena itu, maka sesaat kemudian turnhuhlah benturan yang dahsyat didalam dadanya.
" Kuda-Sempana " terdengar suara Kebo Ijo pe-lahan-lahan " aku masih memberi kau kesempatan. Berlutut dan minta maaf, atau aku akan menentukan jenis hukuman bagimu." Tetapi jangan takut aku akan memanggil prajurit-prajurit untuk menangkapmu. Sebelum kau mendapat hukumanmu, kau mendapat dua macam kesempatan. Minta maaf atau bertempur. Aku juga membawa pedang seperti kau sedang
menggengam pedang,. Tetapi kalau kau kalah, jangan mengharap belas kasian lagi.
Dada Kuda-Sempana berdebaran. Tetapi ia tidak segera menyambut. Didalam hatinya, pe-lahan-lahan terungkat kembali sikap putus asanya dapat menyesuaikan dirinya dengan menekan perasaannya kuat2. Tetapi kini ia dihadapkan pada suatu kebarusan untuk berbuat sesuatu meskipun bertentangan dengan usahanya selama ini.
" Cepat " bentak Kebo Ijo " pilihlah. Minta ampun atau cabut pedangmu, dengan akibat kau dapat dihukum picis.
Dada anak muda itu berdesir. Tetapi tiba-tiba ia berkata Aku sudah seharusnya mati. Tetapi aku tidak akan menyerahkan diriku untuk mendapat hukuman apapun. Aku memilih mencabut pedangku. Aku akan berkelahi sampai mati sebab kalah atau menang, aku pasti akan dihukum.
Dahi Kebo Ijo berkcrut. Tetapi kemarahannyapun kini terungkat sepenuhnya. Dengan serta-merta ia mencabut pedangnya dan berteriak " Ayo, keluarlah. Ternyata kau masih mempunyai sisa2 kejantananmu didalam keputus-asaan itu. Sejak kau datang aku memang ingin membunuhmu. Sekarang ternyata aku mendapat kesempatan karena kesalahan mu.
Kemarahan Kuda-Sempana telah sampai kepuncaknya pula. Karena itu, ketika ia mendengar tantangan Kebo Ijo, maka tidak diingatnya apapun lagi. Kesadarannya tentang dirinya lenyap bersama lenyapnya setiap pertimbangan.
Dengan kaki gemetar Kuda-Sempana melangkah pe-lahan-lahan keluar dari gubugnya. Dengan per-Iahan2 tangannya yang gemetar pula mencabut pedangnya. Pandangan matanya menjadi semakin tajam dan giginya terdengar gemeretak. Ke tika ia sudah berdiri diluar gubugnya, ia menggeram " Ayo Kebo Ijo. Aku sudah siap untuk mati. Aku akan bersikap jantan untuk yang terachir kalinya, supaya aku mati dengan dada tengadah dan pedang digenggaman.
" Persetan, Kebo Ijo memotong " sepantasnya kau dihukum picis. Kau adalah seorang tawanan yang memberontak.
" Aku tidak pernah merasa diriku sebagai seorang tawanan. Aku masih menggenggam pedang. Ayo, mulailah. Aku tahu, bahwa aku pasti akan mati, menang atau kalah. Kalau aku kalah, maka kaulah yang membunuhku. Tetapi kalau aku menang, maka aku pasti akan dihukum mati. Tetapi seandainya aku dihukum mati setelah aku merobek dadamu yang dipenuhi oleh kcsombongan tiada taranya itu, aku tidak akan menyesal.
Kebo Ijo sudah tidak dapat menahan dirinya lagi. Tanpa menjawab lagi ia meloncat menyerang dengan garangnya. Tetapi Kuda-Sempana telah bersiap pula untuk menerima serangan itu. Dengan sigapnya ia meloncat menghindar, dan bahkan segera ia membalas serangan Kebo Ijo dengan se rangan pula.
Sejenak kemudian perkelaian itupun menjadi semakin sengit. Mereka telah dibakar oleh kemarahan dan kejemuan menghadapi persoalan mereka masing2. Kebo Ijo yang telah menjadi jemu dengan segala macam kerja yang berat, jemu terhadap sikap orang-orang Panawijen dan prajurit-prajurit Tumapel yang dengan sepenuh hati menyambut kedatangan Akuwu Tunggul Ametung yang menurut penilaiannya terlampau ber-lebih2an, dilandasi oleh sifat2nya yang dengki dan tinggi hati, telah terbettur dengan sikap putus-asa Kuda-Sempana yang sebenarnya pe-lahan-lahan berangsur hilang. Tetapi goncangan perasaannya kali ini telah meledakkan dadanya yang selama ini diusahakannya untuk diendapkan.
Karena itulah, maka sejak pedang mereka berbenturan untuk pertama kali, mereka masing2 merasakan, betapa kekuatan yang tersimpan, telah hampir seluruhnya tersalur lewat senjata2 itu. Dan benturan yang pertama itupun ternyata telah raengejutkan kedua belah pihak,
Kuda-Sempana yang pernah bertempur melawan Witantra, kakak seperguruan Kebo Ijo meskipun tidak dapat memenangkannya, merasakan bahwa Kebo Ijo kini memiliki kemampuan yang lebih besar dari kakaknya pada saat yang lampau itu. Tetapi Kuda-Sempana yang sekarang inipun telah maju pula dibandingkan dengan masa itu. Bersama Kebo-Sindet ia telah menambah pengalaman mempergunakan senjata meskipun dengan hati yang kosong. Namun pengalaman itu ternyata berpengaruh pula atasnya. Naluri untuk memperttahankan hidupnya, telah membuatnya justru menjadi semakin banyak memiliki ilmu meskipun bukan bersumber dari perguruarn yang sama. Beberapa unsur yang diterimanya dari Kebo Sindet telah membuatnya menjadi bertambah kasar, ganas dan berbahaya.
Demikianlah maka keduanya bertempur dengan sengitnya. Kebo Ijo, yang dialiri oleh ilmu dari seorang yang cukup matang, namun dibumbui oleh sifat2 Kebo Ijo sendiri, membuat ilmu itu menjadi sangat berbahaya. Cepat, penuh kepercayaan kepada diri dan kadang-kadang tampak betapa kesombongannya memancar dari sikap dan geraknya. Tetapi Kebo Ijo itu ternyata harus memperbaiki sikapnya. Kuda-Sempana bukan anak2 yang dapat dipaksanya untuk berlutut. Apa lagi anak muda itu telah didororig oleh rasa putus-asa. Menang atau kalah, baginya tidak akan jauh berbeda. Karena itu maka tandangnyapun menjadi terlampau garang. Segarang harimau yang kelaparan dan seekor buaya2 kerdil di-rawa2 Kcmundungan. Bahkan semakin lama Kuda-Sempana menjadi semakin liar. Pengaruh Kebo Sindet semakin banyak tampak didalam tata geraknya yang semakin tidak terkendali.
Kebo Ijo kini dihadapkan pada suatu kenyataan, bahwa tidak terlampau mudah untuk memaksa Kuda-Sempana tunduk dibawah kakinya. Bahkan semakin lama ia merasakan keringatnya semakin banyak mengaliri tubuhnya.
" Anak setan " ia menggeram didalam hati " ternyata ia mampu melakukan perlawanan meskipun dengan caranya sendiri. Buas dan kasar.
Kebo Ijopun kemudian mengerahkan segenap kemampuan yang ada padanya. Kemarahannya sudah sampai kepuncak ubun2. Kuda-Sempana yang tidak mempuryai wewenang apapun itu ternyata masih berani melawannya.
" Kau benar-benar akan dihukum picis " tanpa sesadarnya Kebo Ijo menggeram.
" Aku tidak peduli " sahut Kuda-Sempana sambil menyerang dengan kasarnya. Bahkan sekali-sekali sering terdengar ia menghentak dan berteriak.
Perkelahian itu berlangsung dengan serunya Seperti pertarungan dua ekor harimau yang paling garang dihutan yang paling liar. Tidak ada lagi nilai2 yang mereka hormati Cara apapun dapat mereka lakukan untuk segera mengalahkan la wannya. Kebo Ijopun agaknya terpengaruh juga oleh lawannya. Meskipun pada dasarnya, ilmu yang dimilikinya bukanlah ilmu yang kasar, namun sifat Kebo Ijo sendiri, serta tata gerak lawannya, telah membuatnya kadang-kadang telah menjadi kasar pula dan kadang-kadang menjadi licik.
Ternyata perkelahian itu merupakan perkelahian yang seimbang dalam bentuknya masing2. Desak mendesak, silih ungkih, sehingga mereka telah melupakan apapun juga selain memenangkan perkelahian itu Mereka telah melupakan pula bahwa pada hari itu Akuwu Tunggul Ametung akan hadir dipadang Karautan yang kini telah menjadi hijau.
Sementara itu Ken Arok, Mahisa Agni, Ki Buyut Panawijen dan hampir semua orang yang berada dipadang Karautan telah ber-siap2 menyambut kedatangan Akuwu Tunggul Ametung. Mereka duduk bertebaran diatas rerumputan yang sudah mulai hijau karena titik-titik ait hujan.
Hanya mereka yang bertugas sajalah yang tidak berada ditempat itu. Para juru masak dan pekerja2 yang mempersiapkan pesanggrahan disamping taman buatan. Beberapa pengawal yang bersiap dengan senjata masing2 Selebihnya berkumpul menunggu kehadiran Akuwu.
Ken Arok, Mahisa Agni dan Ki Buyut Panawijen terkejut ketika seseorang dengan tergesa-gesa menghampirinya.
Sambil mengerutkan keningnya Ken Arok bertanya " Kenapa kau tampak gelisah"
Orang itu ragu-ragu sejenak. Kemudian ia berkata pe-lahan-lahan " Kuda-Sempana dan Kebo Ijo sedang berkelahi.
" He - hampir bersamaan Ken Arok, Mahisa Agni dan Ki Buyut menyahut - dimana"
" Digubug Kuda-Sempana.
" Kenapa mereka berkelahi"
Orang itu menggelengkan kepalanya - Aku tidak tahu. Ketika aku mengambil air, aku melihat dari kejauhan. Mereka berkelahi dengan pedang.
Sejenak mereka saling berpandangan. Namun sejenak kemudian Mahisa Agni berkata - Aku akan melihatnya.
" Aku akan pergi juga - sahut Ken Arok.
" Aku juga - berkata Ki Buyut Panawijen.
" Jangan - potong Mahisa Agni - Ki Buyut tetap berada disini. Apabila Akuwu Tunggul Ametung tampak dikejauhan, Ki Buyut kami harap memberitahukan kepada kami. Sementara kami menyelesaikan persoalan Kuda-Sempana dan Kebo Ijo.
" Ya " Ken Arok menyambung. Kemudian kepada orang yang memberitahukan kepadanya ia berkata - Jangan kau beritahukan kepada orang lain supaya tidak terjadi kegaduhan. Aku juga tidak akan memberitahukan kepada siapapun. Kami berdua sajalah yang akan menyelesaikannya.


02 Pelangi Di Langit Singasari Karya S H. Mintarja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Orang itu menganggukkan kepalanya. Dan kepada Ki Buyut, Ken Arokpun berpesan " Ki Buyut, tidak perlu ada orang lain yang mengetahuinya. Kita tidak boleh merusak suasana menjelang kedatangan Akuwu Tunggul Ametung.
Ki Buyut diam sejenak. Namun kemudian ia mengangguk sambii menjawab " Ya. Baiklah aku tinggal disini. Hati2lah dengan kedua anak2 muda itu.
Ken Arok dan Mahisa Agnipun segera pergi ketempat yang ditujukan oleh orang yang telah melihat Kuda-Sempana dan Kebo Ijo berkelahi. Untuk tidak memberikan kesan yang dapat menumbuhkan pertanyaan2, maka Ken Arok dan Mahisa Agni berjalan lebih dahulu. Baru kemudian orang yang memberitahukannya itu menusul dibelakang. Meskipun demikian Ken Arok dan Mahisa Agni itu masih harus menahan diri, dan berjalan pe-lahan-lahan supaya tidak menimbulkan kesan apapun. Tetapi demikian mereka menyelinap diantara gubug2 diperkemahan itu, maka segera mereka berjalan dengan tergesa-gesa supaya mereka tidak terlambat.
Dalam pada itu, Kuda-Sempana dan Kebo Ijo masih berkelahi dengan sengitnya. Pedang Kebo Ijo me-nyambar2 seperti uyung kuku seekor burung garuda yang sedang marah. Tetapi Kuda-Sempanapun mampu pula berbuat demikian. Bahkan dengan kekasarannya, senjatanya berputar dan melanda lawannya seperti angin ribut.
Ken Arok dan Mahisa Agni yang menjadi semakin de kat, segera mendengar, sekali-sekali Kuda-Sempana meng-hentak sambii memekik. Mendengar suara itu, segera Mahisa Agni teringat kepada Kebo Sindet, yang berkelahi dengan cara yang serupa. Ber-teriak2, bahkan me-maki2.
" Pengaruh itu telah merasuk kedalam dada Kuda-Sempana " berkata Mahisa Agni didalam hati " Empu Sada sudah memiliki ciri2 yang cukup kcras dan kasar. Kebo Sindetadalah seorang yang paling buas dan bengis. Kini agaknya Kuda-Sempana memiliki ke-dua2nya.
Kebo Ijo yang telah berjuang sekuat tenaganya, ternyata masih belum mampu menguasai lawannya. Ia tak menduga sama sekali bahwa Kuda-Sempanapun telah berhasil meningkatkan ilmunya, meskipun dengan unsur2 gerak yang agak liar. Sedang Kuda-Sempana sendiri sama sekali tidak menghiraukannya, apakah yang sudah dilakukan. Ta merasa bahwa ia harus mati. Mati dalam perkelahian itu, atau mati ditiang gantungan karena ia berani melawan salah seorang pimpinan prajurit Tumapel dipadang Karautan. Tetapi seandainya ia mati, maka lebih baik mati dengan pedang ditangan. Atau kalau ia harus mati ditiang gantungan, atau hukuman picis sekalipun, ia harus membawa Kebo Ijo serta, karena Kebo Ijolah yang menyebabkan semua itu terjadi.
Namun tiba-tiba kedua orang yang sedang bertempur itu terperanjat ketika mereka mendengar suara dekat disamping mereka " Berhenti, berhenti.
Keduanya sempat berpaling sesaat. Mereka melihat Ken Arok dan Mahisa Agni muncul dari balik gubug2 disekitar mereka. Namun Kebo Ijo yang sudah dibakar oleh kemarahannya tiba-tiba menjawab lantang " Jangan kau campuri urusanku.
" Berhenti " tcrdengar suara Ken Arok semakin- kcras.
Tetapi Kebo Ijo sama sekali tidak menghiraukannya. Kuda-Sempanapun kemudian tidak melakukan perintah itu pula, Bukan saja karena Kebo Ijo masih menyerangnya terus. Tetapi ia merasa bahwa tidak ada gunanya ia berhenti. Ia harus membunuh atau dibunuh. Kemudian apabila ia masih hidup, tiang gantungan sudah akan dipersiapkan. Mungkin sebagai hidangan yang paling menyenangkan pada saat Akuwu Tunggul Ametung dan Ken Dedes nanti datang dipadang Karautan ini. Karena itu, maka sudah bulatlah tekadnya. Perkelahian ini harus menentukan. Mati dengan pedang ditangan, atau kemudian menjalani hukuman, setelah membunuh Kebo Ijo yang telah membuat hatinya terluka kembali dan bahkan menjadi putus-asa.
Tetapi untuk membunuh Kebo Ijo, ternyata bukan pekerjaan yang mudah dan bahkan yang mungkin dapat dilakukan oleh Kuda-Sempana. Sehingga dengan demikian, maka perkelahian yang terjadi itu benar telah memeras segenap tenaga dan kekuatan yang ada.
Ken Arok dan Mahisa Angi yang berdiri tegak mema tung didekat perkelahian yang terjadi itu, menjadi kian ber-debar2 dan cemas, justru pada saat Akuwu Tunggul Ametung akan mengunjungi padang Karautan ini. Apakah Akuwu Tunggul Ametung akan melihat perselisihan yang ter jadi ini, atau Akuwu akan melihat salah seorang daripadanya telah menjadi mayat"
Apabila demikian maka peristiwa ini pasti akan merusak segala macam kegembiraan yang sudah di-tunggu2 oleh semua orang dipadang Karautan ini dan bahkan kegembiraan para pengawal Akuwu termasuk Permasurinya. Akuwu pasti akan selalu marah2 dan ber-teriak2 membentak semua orang, dan bahkan mungkin akan menjatuhkan hukuman2 yang berat.
Dan semua tanggung jawab terletak dipundaknya. Dipundak Ken Arok. Ia telah mendapat kekuasaan dari Akuwu untuk memimpin prajurit-prajurit Tumapel yang ada dipadang Karautan ini dan iapun mendapat kekuasaan untuk mengawasi tindakan seorang demi seorang.
Selain Ken Arok, Mahisa Agnipun mencemaskan perkembangan keadaan itu. Dialah yang membawa Kuda-Sempana masuk kedalam perkemahan ini, sehingga ia tidak akan dapat melepaskan tanggung-jawab atasnya, atas Kuda-Sempana. Sehingga dalam persoalan inipun ia pasti dilibatkannya, apabila terjadi sesuatu yang tidak dikehendaki atas salah seorang dari mereka berdua, yang sedang mempertaruhkan nyawa masing2 itu.
Sejenak Ken Arok dan Mahisa Agni tidak dapat menemukan cara yang se-baik2nya untuk menghentikan perkelahian itu. Meskipun mereka ber-teriak2 untuk menghentikannya, namun agaknya kedua orang itu sama sekali tidak akan menghiraukannya.
Dalam keccmasannya Mahisa Agni tiba-tiba berbisik - Kita harus melerai mereka.
Ken Arok mengerutkan keningnya. Jawabnya - Ya, tetapi bagaimana caranya."
" Kita masuk kedalam lingkaran perkelahian. Cobalah menahan Kebo Ijo, aku akan menahan Kuda-Sempana. Apa bila perkelahian itu berhenti, barulah kita berbicara.
Ken Arok tertegun sejenak. Namun kemudian ia meng-angguk2ikan kepalanya sambii bergumam - Marilah kita coba. Aku akan menyerang Kebo Ijo untuk memancing perhatiannya, dan kau harus menghentikan Kuda-Sempana. Begitu"
Mahisa Agni mengangguk. - Ya, cepatlah kita lakukan sebelum perkelahian itu membawa akibat bagi salah seorang dari mereka. Apalagi setiap saat kita akan mendengar berita, bahwa Akuwu telah datang.
" Marilah - desis Ken Arok. Dipandanginya arena perkelahian itu dengan tajamnya, kemudian hampir bersamaan mereka melangkah mendekat. Namun sebelum mereka bertindak, sekali lagi Ken Arok berteriak - Hentikan perkelahian itu, sebelum kami berbuat sesuatu atas kalian berdua.
Ternyata suara itupun seolah-olah hilang dihembus angin pagi. Baik Kuda-Sempana maupun Kebo Ijo sama sekali tidak menghiraukannya. Bahkan mendengar Kebo Ijo menjawab - Jangan campuri urusan kami.
Kini Ken Arok dan Kebo Ijo sudah pasti, bahwa tidak ada jalan lain yang dapat ditempuh kecuali melerai perkelahian itu dengan tindakan, tidak sekedar dengan kata2.
Sejenak Mahisa Agni dan Ken Arok saling memandang, kemudian hampir bersamaan keduanya meng-angguk2kan kepala mereka sebagai suatu lsyarat untuk segera bertindak. Maka sejenak kemudian terdengar Ken Arok berkata " Kalau kalian tilak man berhenti, maka kami terpaksa bertindak.
Kebo Ijo tidak sempat menyahut. Sesaat kemudian mereka yang sedang berkelahi itu melihat Ken Arok dan Mahisa Agni maju ber-sama-sama.
Kuda-Sempana tidak fempat berbuat apapun juga. Ternyata ilmunya terpaut terlampau banyak, sehingga yang terjadi kemudian sama sekali berada diluar kemampuannya untuk menghindari. Sekejap saja pedang Kuda-Sempana telah berpindah ketangan Mahisa Agni. Kemudian terasa sebuah dorongan yang kuat sekali, sehingga Kuda-Sempana terlempar beberapa langkah surut, bahkan anak muda itu telah kehilangan kescimbangan sehingga ia jatuh terbanting ditanah.
Dalam pada itu Ken Arokpun telah bertindak pula. Tangannya secepat tatit memukul pergelangan Kebo Ijo yang sama sakali tidak menduganya, sehingga terdengar ia memekik kecil dan pedangnyapun terlempar ditanah beberapa langkah daripadanya.
" Anak setan " Kebo Ijo mengumpat keras " kenapa kau mencampuri urusanku he"
Ken Arok berdiri tegak dengan wajah yang gosong. Dipandanginya Kebo Ijo yang kesakitan memegangi pergelang
an tangan kirinya. Namun matanya memancarkan kemarahan yang me-luap2. Sedang sejenak kemudian ditatapnya Kuda-Sempana yang segera melocat bangkit dan berdiri tegak dengan garangnya. Tetapi kedsanya sudah tidak memegang senjata masing2.
" Kalian telah menjadi gila " terdengar Ken Arok menggeram - apakah dengan perbuatan kalian ini, kami, dan orang-orang yang berada dipadang Karautan ini akan berbangga" Apakah kalian menyangka bahwa dengan tindakan kalian ini, kalian akan digelari pahlawan yang penuh kejantanan sedang mempertahankan kehormatan diri"
Kebo Ijo yang sedang dibakar oleh kemarahan itu menjawab lantang - Coba katakan kepadaku Ken Arok, apakah yang sebaiknya aku lakukan apabila aku sedang berhadapan dengan seorang pemberontak" Apakah yang akan aku lakukan apabila seorang tawanan seperti Kuda-Sempana ini ingin mempergunakan kesempatan untuk melepaskan dirinya" Apakah aku harus berpangku tangan, dan membiarkannya pergi atau membiarkannya memenggal leherku sebagai orang kedua dipadang Karautan ini"
Kuda-Sempana terkejut sekali mendengar jawaban Kebo Ijo itu. la sama sekali tidak menyangka bahwa Kebo Ijo begitu licik dan dengan tanpa malu2 telah memutar balik kenyataan. Dengan demikian maka Kuda-Sempana dapat mengambil kesimpulan sekilas tentang anak muda yang bernama Kebo Ijo itu. Kelicikannya ternyata jauh melampaui apa yang diduganya. Ia banyak mendengar nasehat dan petunjuk dari Ken Arok dan Mahisa Agni tentang padang Karautan dan orang-orangnya. Ia mendengar pula tentang Kebo Ijo yang tidak dapat menahan mulutnya dan tanpa berperasaan sering menyakiti hati orang lain dan bahkan dengan penuh keiombonga2. Tetapi Kuda-Sempana tidak menyangka bahwa Kebo Ijo itupun dengan sangat ringan, telah mengucapkan sebuah fitnah terhadapnya. Seolah-olah sama sekali tidak membebani perasaannya.
Ia melihat Ken Arok mengerutkan keningnya dan sekilas berpaling kepada Mahisa Agni. Sebersit gugatan melonjak
didalam hati Kuda-Sempana. Seandainya Ken Arrok dan Mahisa Agni mempercayainya, maka ia akan dihadapknn pada keadaan yang tangat tidak menyenangkannya. la lebih baik mati didalam perkelahian itu, atau membunuh lawannya kemudian mati digantung, dari pada mati sebagai seoiang pengecut. Sebagai seorang tawanan yang sedang berusaha melarikan diri.
Dalam keheningan yang sejenak itu terdengar Kebo Ijo berkata seterusnya " Kenapa kau diam saja Ken Arok" Kenapa kau tidak segera mengambil sikap" Kalau kau tidak bisa, katakanlah, apa yang harus aku lakukan.
Wajah Ken Arok menjadi semakin tegang. Sebelum ia menjawab terdengar suara Kuda-Sempana gemetar " Aku tidak menyangka bahwa kau begitu licik Kebo Ijo. Sudah aku katakan, aku sama sekali bukan seorang tawanan. Dan aku sama sekali tidak akan meninggalkan padang ini. Aku adalah anak Panawijen yang pada saat itu telah dianggap hilang. Dan kini aku telah berusaha untuk kembali berada diantara mereka, kawan bermain dimasa kanak-kanak, meskipun aku harus memulainyu dengan penuh kcsulitan perasaan. Kenapa aku harus lari meninggalkannya lagi tanpa alasan"
" Huh " Kebo Ijo menarik bibirnya " kau sangka bahwa kami, terutama prajurit-prajurit Tumapel dapat menerima kehadiranmu disini sebagai seorang yang faebas" Tidak. Dalam tanggapan kami, para prajurit Tumpel, kau adalah seorang dari anak buah Kebo Sindet. " Kemudian kepada Ken Arok Kebo Ijo berkata " Ken Arok, kalau kau tidak sanggup berbuat sesuatu, akulah yang akan menjatuhkan hukuman atasnya. Sebagai seorang tawanan yang sedang dalam perkembangan untuk mendapat pengampunan, tetapi mencoba malarikan diri dan melawan pimpinan prajurit Tumapel dipadang Karautan, ia harus dihukum mati. Tetapi aku bukan pengecut. Aku memberinya kesempatan untuk membela diri atas nam a seorang Iaki2. Aku beri kesempatan ia melawan aku seorang dengan seorang.
" Gila " tiba-tiba Ken Arok menggeram " sebentar lagi Akuwu Tunggul Ametung dan Permaisurinya akan datang.
" Hukuman mati itu akan menjadi suguhan yang menyenangkan baginya dan bagi Ken Dedes. Aku kira Ken Dedes akan berterima kasih kalau ia melihat aku dapat memenggal kepala orang yang paling dibencinya.
Terasa sebuah gejolak yang dahsyat melanda dada Kuda-Sempana. Yang dengan serta-merta menyahut " Aku bersedia. Aku akan mempertanggung jawabkaa semua perbuatanku. Aku tidak akan ingkar, bahwa aku telah memulainya sejak aku ingin mengambil Ken Dedes dengan kekerasan. Ayo, Kebo Ijo, cara apapun y2ng akan kau lakukan untuk memaksaku berkelahi. Katakanlah. semua kcsalahan yangtelah aku lakukan. Jangan kau sangka bahwa aku telah mengurungkan segala niatku. Kalau aku tidak dihukum mati sekarang, oleh siapapun, sebab kau pasti akan mati lebih dahulu, maka pada saatnya aku masih akan mengambil gadisyang sekarang telah menjadi Permai Suri itu, apalagi setelah kau mulai mengobarkan api yang telah padam didalamdadaku.
" Kuda-Sempana - Mahisa Agni memotong - jangan terseret oleh perasaanmu. Kau akan terjerumus lagi dalam duniamu yang kelam itu. Atau kau benar-benar akan mati dipadang Karautan justru setelah kau hampir berhasil menempatkan dirimu diantara mereka yang berada dilingkunganmu sejak kanak-kanak.
" Bukan aku yang memulainya Agni.
" Karena itu kau harus hertahan dan berusaha menempatkan setiap persoalan sewajarnya.
" Aku sudah didorong untuk keluar dari dunia baru yang aku inginkan.
" Tidak " yang terdengar adalah suara Ken Arok " kau akan mendapat kesempatan.
" Persetan " Kebo Ijo berteriak " aku sudah menjatuhkan hukuman atasnya atas kesalahannya. Tetapi aku bukan pengecut seperti sudah aku katakan. Dan aku tidak akan mencabut keputusan itu meskipun ada sctan iblis datang kepadang karautan ini. Apalagi hanya seorang Akuwu.
" Kebo Ijo " Ken Arok memotong " kau benar-benar telah menjadi gila.
" Terserah menurut penilaianmu. Tetapi aku berhak menjatuhkan hukuman itu karena perbuatannya.
" Bohong " potong Kuda-Sempana " tetapi aku tidak akan mencegah maksudmu. Bukankah kau hanya sekedar ingin berkelahi, membunuh atau dibunuh" Kau tidak perlu mempergunakan alasan2 yang kau reka2 itu. Berkatalah berterus terang. Kau ingin berkelahi dan menjerumuskan aku kedalarn hukuman mati. Cukup. Marilah kita penuhi keinginanrnu yang gila itu. Kau akan puai, meskipun kau tidak akan dapat menikmati kepuasan itu.
Kebo Ijo tidak dapat menahan hatinya. Tiba-tiba, secepat kilat ia meloncat meraih pedangnya yang terletak beberapa langkah dari padanya.
Tetapi Kebo Ijo itu sekali lagi menyeringai menahan sakit. Meskipun tangannya telah menggenggam hulu pedang nya, namun ternyata ia tidak mampu melampaui kecepatan gerak Ken Arok. Tepat pada saat ia menggenggam hulu pedangnya, maka tangan itu telah terinjak oleh kaki Ken Arok.
Serasa jantung Kebo Ijo berhenti berdetak. Sambil menggeram ditatapnya mata Ken Arok. Sepasang mata Kebo Ijo yang kini berjongkok itu seolah-olah memancarkan api yang sedang membakar dadanya.
Tetapi Ken Arokpun menatap mata itu tajam2. Dan tatapan mata Ken Arok itu serasa ujung senjata yang paling tajam yang langsung menusuk kepusat jantungnya, sehingga sejenak kemudian Kebo Ijo terpaksa melemparkan pandangan matanya kesamping. Namun ia tidak ingin merasa dirinya kecil, sehingga tiba-tiba ditatapnya wajah Kuda-Sempana yang tegang sambii berteriak " Aku sudah menjatuhkan hukuman atasmu. Aku tidak akan mencabut lagi, apapun yang akan terjadi.
Ken Arok masih belum melepaskan tangan Kebo Ijo. Dengan lantangnya ia berkata " Tidak. Hukuman itu sama sekali belum dapat dilihat dengan jelas.
" Sudah aku katakan " teriak Kebo Ijo yang masih menycringai menahan sakit pada pergelangen tangannya.
Pe-lahan-lahan Ken Arok mengangkat kakinya. Demikian tangannya lepas maka dengan serta-merrta Kebo Ijo berdiri sambil bertolak pinggang. Dengan tangan kirinya ia menuding wajah Ken Arok - Kau tidak melihat apa yang telah terjadi, Aku menyaksikannya sendiri dan aku telah menjatuhkan hukuman.
" Wewenang ditarganmu akan dapat mem akar padang Karautan ini Kebo Ijo. Apalagi kalau kau mempunyai kekuasaan yang lebih besar lagi. Maka Tumapel akan menjadi reruntuhan dari sisa2 api yang kau nyalakan.
" Siapakah yang kau percayai, Ken Arok. Aku atau Kuda-Sempana. Aku adalah orang kedua dipadang Karautan. Dan aku telah rnenjatuhkan hukuman berdasarkan wewenangku.
" Aku berhak membatalkan setiap keputusan yang diambil oleh bawahanku " Ken Arokpun menggeram pula. Kesabaranpun hampir sampai kepuncaknya pula " Kebo Ijo. Seandainya bukan bau yang berkata kepadaku, bahwa Kuda-Sempana akan lari, aku kira aku dapat mempercayai nya. Tetapi karena aku mendengarnya dari mulutmu, maka aku terpaksa mempertimbangkannya lebih d hulu.
Kebo Ijo berdiri dengan sorot mata yang semakin menyala. Bctapa kemarahan telah mernbakar dadanya, sehingga terdengar giginya gemeretak. Tetapi justru karena itu, maka mulutnya serasa menjadi terbungkam. Meskipun tampak bibirnya gemetar, tetapi tidak sepatah katapun yang diucapkannya.
Sejenak mereka berdiri seperti sedang kena pesona. Diam mematung. Sedang angin padang yang lembut berhembus lambat mengusap kening mereka yang basah oleh keringat.
Ken Aroklah yang mula2 memecah kesepian " Kebo Ijo, tinggalkanlah Kuda-Sempana bersama aku dan Mahisa Agni. Aku akan mengurus dan menyelesaikannya.
" Tidak. Aku tidak mau kau mendengar dari Kuda-Sempana sepihak Aku harus ada disini. Mendengar ia berbohong dan aku akan menjelaskan persoalan yang sebenarnya.
Wajah Ken Arok yang tegang menjadi semakin tegang. Dan terdengar jawabnya parau - Aku sudah memperingatkan kau sejak kau datang untuk pertama kalinya dipadang Karautan ini, Kebo Ijo. Jagalsh mulutmu, supaya orang lain dapat mempercayaimu. Sckarang sudah terlambat. Dalam persoalan yang sesungguhnya, aku akan lebih percaya kepada orang lain dari pada kepadamu. Nah, sekarang tinggal kan tempat ini.
" Tidak. Aku tetap disini. Aku sudah mengucapkan keputusan dan aku tidak akan mencabutnya kembali.
" Dengar Kebo Ijo. Aku adalah pimpinan tertinggi. Aku berhak menjatuhkan keputusan yang nilainya lebih dari keputusanmu. Keputusanku adalah, melihat keadaan sewajarnya dan mempertimbangkan sebaik2nya untuk saat ini sebelum aku menjatuhkan keputusan yang memastikan. Sekarang dengar perintahku. Tinggalkan tempat ini. Taati perintah ini supaya kau tidak dianggap memberontak terhadap kekuasaan ditanganku. Sebentar lagi Akuwu akan datang kepadang Karautan ini. Selama aku mengurus Kuda-Sempana bersama Mahisa Agni, kau harus berada ber-sama-sama dengan prajurit-prajurit Tumapel untuk mempersiapkan penyambutan. Ingat, kau orang kedua dalam susunan pimpinan dipadang ini. Dan kau berhak memimpin penyambutan itu apa bila aku sedang berhalangan.
Terasa dada Kebo Ijo bergelora. Tetapi cara Ken Arok mengusirnya sedikit memberinya ketenangan. Dan didengarnya Ken Arok berkata seterusnya - Nah, lakukanlah. Tidak ada orang lain yang berhak sclain kau kecuali aku sendiri. Pergilah, persiapkan para prajurit. Aku kira kedatangan Akuwu sudah tidak akan terlampau lama lagi. Saat ini Akuwu pasti berada dipinggir padang ini, dan bahkan mungkin sudah mulai menyeberanginya.
Wajah Kebo Ijo masih tcgang. Tetapi perintah itu tidak dapat dibantahnya. Betapa perasaannya me-lonjak2 tetapi ia masih sadar, bahwa ia tidak dapat membantah perintah Ken Arok selaina ia menyatakan jabatannya,
Karena itu maka ia berkata " Seandainya tidak ada Akuwu Tunggul Ametung yang akan datang, dan seandainya aku tidak harus memimpin pernyambutan itu, aku akan tetap disini sampai anak gila itu digantung sampai lehernya putus.
Hampir saja Kuda-Sempana menyahut. Tetapi ia tertegun karena Mahisa Agni menggamitnya dan memberinya isyarat dengan kedipan matanya supaya ia tidak berkata sepatah katapun.
Kuda-Sempana menarik nafas dalam2. Dalam sekali. Namun terasa bahwa dugaannya selama ini keliru. Ia tidak melihat orang-orang yang dengan buas menangkapnya karena ia telah melawan Kebo Ijo, bahkan sebaliknya, Ken Arok, pimpinan tertinggi dipadang Karautan ini, tidak dapat mempercayai fitnah Kebo Ijo atasnya.
Sejenak kemudian, dengan langkah yang penuh keseganan, Kebo Ijo meninggaikan tempat itu, setelah memungut pedangnya. Sekali ia berpaling kepada Kuda-Sempana dengan wajah mcmbara. Dendam itu pasti akan berakar dihatinya. Dendam seorang Kebo Ijo yang peraaaamiya selalu me-ledak2 tanpa kendali.
Ken Arok, Mahisa dan Kuda-Sempana sendiri dapat melihat, betapa wajah itu menjadi ke-merah2, se-akan2 memancarkan api dari dalam dadanya. Dan wajah yang ke-merah2an itu membuat Kuda-Sempana menjadi ber-debar2. Sekilas dilihatnya hari2 mendatang yang akan menjadi kian sulit baginya setelah perkelahian itu terjadi.
- Sejenak kemudian, kctika Kebo Ijo telah hilang dibalik gubug yang ber-jajar2, terdengar Ken Arok bertanya " Kenapa kau berkelahi Kuda Sempuna"
Kuda-Sempana mengerutkan keningnya. Ia merasa seolah-olah sedang diadili. Tetapi ia sama sekali tidak ingin ber bohong. Terserah kepada mereka yang akan meinilainya. Dikatakannya selurulnya apa yang telah terjadi atasnya. Tidak ada yang dikurangi dan tidak ada yang ditambahnya..
Ken Arok dan Mahisa Agni mendengarkannya dengan penuh perhatian. Tanpa disengaja, maka merekapun meng-angguk2kan kepala mereka, seolah-olah mereka melihat peristiwa itu sedang terjadi. Menilik tekanan kata2 Kuda-Sempana maka mereka melihat suatu keyakinan bahwa yang dikatakannya itu beran.
Tetapi Ken Arok dan Mahisa Agni itu kemudian mendengar - Kuda Sempana berkata " Ternyata aku sudah tidak dapat lagi diterima didalam pergaulan yang sewajarnya. Aku ternyata tidak mampu lagi menyesuaikan diriku
"- Tidak " dengan sertamerta Mahisa Agni menyahut " selama ini kau telah mendapat kentajuan yang banyak sekali.
" Tetapi achirnya aku telah melakukan kesalahan. Betapa aku mencoba mengbindarkan diri dari kemungkinan ini, ternyata aku tidak mampu. Aku masih meiibatkan diriku pada suatu perbuatan yang pasti tidak kalian anggap benar.
Kuda Sempana mengerutkan keningnya melihat Ken Arok menggelengkan kepalanya " Tidak, Kuda-Sempana. Aku dapat menerima keteranganmu. Aku mempercayaimu bahwa kau tidak dapat berbuat Iain kecuali membela dirimu. Kau dihadapkau pada suatu keadaan, dimana kau tidak dapat memilih. Sehingga dengan demikian, maka kau tidak dengan sengaja melakukan kesalahan ini.
Kuda-Sempana tidak menjawab. Pe-lahan-lahan kepalanya ditundukkannya. Setelah sekian lama ia terpisah dari pergaulan, dikuungkung dalam dunia yang asing, didalam sarang seorang Kebo Sindet, maka ternyata ia telah beberapa kali membuat kesalahan dalam menilai orang seorang. Kini ia melihat, bahwa sebenarnya Ken Arok jauh berbeda dari Kebo Ijo. Demikian pula agaknya orang-orang lain, mempunyai sifat dan wataknya sendiri.
Dalam pada itu Ken Arok berkata selanjutnya " Kuda Sempana. Sebelum terjadi sesuatu atasmu, bukankah aku sudah memperingatkan kau tentang Kebo Ijo. Sehingga dengan demikian, maka kau seharusnya dapat menilainya, bahwa sikapnya sama sekaii bukan sikap kami, baik orang-orang Panawijen maspun para prajurit Tumapel. Kau dapat merasakannya, bagaimana sikap Mahisa Agni dan Ki Buyut Panawijen, bagaimana sikap prajurit-prajurit Tumapel yang lain selain Kebo Ijo.
Kuda-Sempana masih belum menjawab. Tetapi terasa getaran didadanya menjadi semakin cepat Ia tidak mengerti kenapa Mahisa Agni dan Ken Arok menaruh perhatian sedemikian besarnya kepadanya sehingga didalam persoalan inipun mereka mengambil kesimpulan, bahwa Kebo Ijolah yang bersalah, meskipun keterangannya dan keterangan Kebo Ijo berbeda.
Tetapi Kuda-Sempana tidak mendapat kesempatan untuk berpikir terlampau lama karena sejenak kemudian Ken Arok berkata - Sudahlah. Jangan kau hiraukan apa yang telah terjadi, meskipun kau harus ber-hati2 untuk selanjutnya. Kau harus sslalu mencoba menghindari anak bengal itu, seperti yang dikatakan oleh kakak seperguruannya sendiri. Sebentar lagi Akuwu Tunggul Ametung akan datang, kita harus menyambutnya dengan baik.
Terasa dentang did.ida Kuda-Sempana nienggoncangkan jantungnya. Pe-lahan-lahan ia menyrangkat v.ajahnya. Ia ingin rnengucapkannya, tetapi ia ray;u".
" Lupakan sermua persoalan yang telah lampau " berkata Mahisa Agni kemudian " mungkin Kebo Ijo sengaja mengungkit persoalan itu, tetapi jangan kau hiraukan. Semuanya sudah berlalu. Bahkan kita berdua telah terjerumus kedalam keadaan yang tidak kita kehendaki tanpa dapat, menghindarkan diri.
Kuda-Sempana menarik nafas dalam2 Ditenangkannya hatinya dan kemudian dicobanya untuk berkata " Aku memang sudah berusaha Agni. Tetapi peristiwa itu terlampau dalam membekas didalam hati. Mungkin aku dapat menekan kerasaanku, karena pengalaman yang selama ini telah menderaku tanpa ampun. Tetapi bagaimann dengan Ken Dedes yang agaknya menyimpan dendam tiada taranya didalam hatinya" Mungkin ia menganggap semua kepahitan yang dialaminya justru disebabkan karena kesalabanku.
" Maksudmu Permaisuri Akuwu Tunggul Ametumg" " bertanya Ken Arok.
" O, ya. Maksudmu Tuan Puteri Ken Dedes.
Ken Arok rnensrik nafas dalam2. Kemudian katanya " Tetapi semua itu seharusnya sudah dilupakan. Kita tidak dapat berpegangan pada sebab dari peristiwa yang berkembang itu terus menerus. Apa bila demikian, ia justru akan berterima kasih kepadamu, karena kau telah mendorongnya masuk kedalam istaaa Tumapel.
" Tetapi bukan itu m&ksudku. Aku tidak sengaja berbuat demikian. Yang ada didalam benakku waktu itu adalah maksud yang tidak baik atasnya dan kemudian atas Mahisa Agni.
" Semuanya aku harap sudah dilupakannya " desis Mahisa Agni.
" Mudah2an " sahut Kuda-Sempana " tetapi sebenarnya, sebelum aku bertemu dengan Kebo Ijo disini, aku ingin minta ijin kepada kalian berdua. Aku ingin menyingkir sehari dua hari, selama Akuwu berada dipadang Karautan.
Akuwu berada dipadang ini kira2 sepuluh hari.
" Ya. Di-hari2 itu aku ingin berada dipedukuhan Panawijen lama. Aku ingin menghindarkan diri dari setiap kemungkinan yang tidak dapat aku perhitungkan. Baik dari pihak Permaisuri maupun dari pihakku sendiri.
Ken Arok mengerutkan keningnya. Kecemasan itu memang bcralasan. Seseorang yang pernah mengalami goncangan perasaan seperti Kuda-Sempana terhadap seorang gadis, kemudian disusul dengan keadaan yang berkembang memnuruk, maka kesan itu tidak akan dapat dengan mudah dilupakan oleh kedua-belah pihak. Tetapi sejenak ia berdiam diri. Dicobanya untuk merenungkannya, apakah yang sebapnya dilakukan.
Dalam pada itu terdengar Mahisa Agni bertanya " Kuda-Sempana, apakah kau masih meragukan dirimu sendiri" Apabila demikian, maka kau masih belum ichlas menerima keadaanmu kini. Kalau kau dengan sepenuh hati melupakan apa yang pernah terjadi, dan apa yang pernah menyentuh perasaan dan hatimu, maka aku kira tidak akan timbul persoalan apapun lagi.
" Aku sudah mencoba, Agni. Tetapi aku adalah se eorang yang lemah hati. Perasaanku mudah terombang-ambing oleh keadaan. Sedang disini aku masih mungkin dilemparkan kedalam suatu keadaan diluar kekendakku. Yang lebih pahit lagi apabila aku dihadapkan pada persoalan yang tidak memberi kesempatan aku memilih diantara beberapa cara penyelesaian, seperti yang baiu saja terjadi, sehingga aku tidak akan dapat berbuat Iain dari pada itu.
Mahisa Agnipun sejenak terdiam. Iapun dapat mengerti setelah ia dihadapkan pada suatu contoh yang baru saja terjadi. Apabila hal itu terjadi setelah Akuwa Tunggul Ametung berada dipadang ini maka persoalannya pasti akan berkembang terus. Semua rencana akan rusak dan bahkan mungkin ia akan terlibat dalam kemarahsn, Akuwu Tunggul Ametung tanpa sebab.
Sejenak mereka bertiga saling berdiam diri, merenung keadaan yang se-baik2nya mereka pilih, supaya mereka tidak terlibat kedalam suatu keadaan yang lebih sulit.
Sebelum mereka mencmukan suatu keputusan, tiba-tiba seseorang datang kepada mereka dengan tergesa-gesa, me-loncat2 seperti sedang berjalan diatas bara.
Ken Arok mengerutkan keningnya. Dipandanginya sejenak wajah Mahisa Agni yang menegang. Mereka telah menduga bahwa orang itu akan mengabarkan kepada mereka, bahwa Akuwu Tunggul Ametung telah datang.
Sebelum orang itu berkata sesuatu. Ken Arok telah mendahuluinya " Apakah Akuwu sudah datang"
Tetapi orang itu menggelengkan kepalanya " Belum.
Ken Arok menarik nafas. Namun ia terpaksa bertanya dengan herannya " Kenapa kau berlari-lari"
" Empat orang prajurit yang mendahului perjalanan Akuwulah yang sudah datang.
" O " sekali lagi Ken Arok mengerutkan keningnya " baru perambas-jalanrya yang datang"
" Ya. " Baik. Aku segera datang. Bukankah Kebo Ijo ada disana"
" Ya. Sekarang keempat orang itu sedang diterimenya.
" Baiklah. Kembalilah dan katakanlah, sebentar lagi aku datang.
Orang itupun segera pergi meninggalkan Km Arok yang masih termangu-mangu. Sejenak kemudian ia berkata " Aku harus menemui keempat prajurit itu. Lalu bagaimana dengan kau Kuda-Sempana"
" Seperti yang sudah aku katakan. Kalau kalian mengijinkan, lebih baik aku menyingkir untuk beberapa hari.
Tanpa seiadarnya Ken Arok berpaling memandangi wajah Mahisa Agni yang ragu-ragu pula.
" Bagaimanakah sebaiknya Agni" " bertanya Ken Arok kemudian.
Mahiaa Agni tidak segera dapat menjavvab. Seperti Ken Arok, iapun menjadi ragu-ragu. Mereka berdua harus mempertanggung jawabkan kehadiran Koda-Sempana ditempat itu. Dan Mahisa Agnilah yang merasa telah membawanya.
Keduanya mengerti alasan Kuda-Sempana untuk meninggalkan padang Karautan. Tetapi bagaimanakah jawab mereka, apabila justru Akuwu bertanya tentang anak muda itu"
Dalam keragu-raguan itu Kuda-Sempana berkata " Apakah kalian mencemaskan aku, bahwa aku akan lari dari Panawijen.
Pertanyaan itu telah mcndebarkan dada Mahisa Agni dan Ken Arok. Hampir berbareng mereka menjawab " Tidak " Dan Mahisa Agnipun melanjutkannya " Aku sama sekali tidak dapat mengerti seandainya ada pikirsn untuk melarikan diri Apakah yang akan didapatkannya dipelarian itu. Kegelisahan, kecemasan, ketakutan dan segala macam perasaan yang pahit. Itulah sebabnya aku yakin bahwa kau tidak akan melarikan diri.
" Lalu pikiran apakah yang memberatimu" Mungkin Akuwu atau Ken Dedes mencari aku untuk menghinakan aku.
" Kemungkinan itupun terlampau kccil.
" Tuan Puteri maksudmu" " bertanya Ken Arok.
" O, ya. Maksudku Permaisuri.
" Tidak - Ken Arokpun menggeleng - aku kira mereka tidak akan berbuat demikian. Apalagi setelah Mahisa Agni berada lagi diantara kita.
" Lalu apa" Mahisa Agni menarik nafas. Kemudian katanya - Kuda-Sempana. Orang-orang yang kini masih tinggal di Panawijen, menunggu kemungkinan untuk berpirdah tempat bcr-sama-sama, masih belum tahu perkembangan yang terjadi atas dirimu. Jasmaniah apalagi rochaniah. Karena itu kedatanganmu akan membuat geseran2 yang sebenarnya tidak kita kehendaki atas orang-orang itu. Perempuan2, kanak" dan orang-orang tua.
Kuda-Sempana mengerutkan keningnya. Lalu dihembuskannya nafas pinjang2. Pe-lahan-lahan ia menganggukkan kepalanya sambil berdesah " Kau benar Agni. Tetapi lalu apakah sebaliknya yang aku lakukan" Apakah aku akan bersembunyi saja di-tengah2 padang Karautan, diantara gerumbul-umbul perdu.
Mahisa Agni menggelengkan kepalanya " Tidak mungkin. Kalau seseorang dengan tidak sengaja menjumpai kau berada disana, maka angan2nya segera akan terbarg kedalam suatu keadaan yang dapat merugikan namamu yang selama ini sedang kau usahakan menjadi bersih kembali;
Sejenak Kuda-Sempana terdiam, Pendapat Mahisa Agni itu dapat dimengertinya. Bahkan mungkin seseorang akan menyangkanya, scpeninggal Kebo Sindet, maka ia telah mewarisi pekerjaannya meskipun tidak sedahsyat iblis dari Kemundungan itu.
Namun untuk tetap tinggal diperkemahan ini, dan kemudian bertemu dengan Ken Dedes dan Akuwu Tuigirul Ametung, hatinya masih terasa terlampau pedih.
Sementara itu Ken Arok telah menjadi gelisah. Ia harus segera menemui empat orang prayurit yang mendalului perjalanan Akuwu, karena orang-orang itu mungkin membawa pesan2 yang harus dilakukannya.
Dalam pada itu, tiba-tiba Mahisa Agni berkata kepada Ken Arok. " Aku kira kita tidak akan berkeheratan seandainya Kuda-Sempana pergi ke Panawijen. Kita akan mencari alasan apapun seandainya akuwu bertanya tentang dirinya. Tetapi biarlah seseorang mengawaninya.
Ken Arok tidak segera menyawab. Ditatapnya wajah Mahisa Agni dan Kuda-Sempana ber-ganti2. Namun dalam pada itu terdengar Kuda-Sempana menyahut " Apakah kau cemaskan bahwa aku benar-benar akan melarikan diri"
Mahisa Agni menggeleng " Sudah aku katakan. Hanya orang yang gila yang akan melarikan diri dari keadaan yang kau hayati sekarang. Aku mempunyai pikiran untuk menyuruh satu atau dua orang mengawanimu, supaya kau tidak terasing dipadukuan itu. Supaya ada orang yang menjelaskan tentang keadaanmu sekarang.
Kuda-Semaana menundukkan kepalanya " Maafkan aku. Kalau begitu aku akan sangat berterima kasih.
" Hal itu memang lebih baik bagimu daripada kau berkeliaran selama sepuluh hari dipadang Karautrn tanpa arah dan tujuan. Banyak sekali goryaan yang akan berusaha menyeretmu kedalam keadaan yang tidak kau inginkan sendiri.
" Aku mengerti. " Nah, bagaimana pertimbanganmu Ken Arok"
" Aku sependapat. Biarlah satu dua orang mengawaninya. Tetapi siapakah orang yang akan mengawaninya" Setiap orang berkeinginan untuk menyambut Akuwu Tunggul Ametung dan ingin ikut bergembira bersamanya setelah mereka bekerja keras sekian lama.
" Aku dapat menunjuk orangnya atas persetujuan Ki Buyut Panawijen. Orang itu hanya mengantar Kuda-Sempana. Kemudian pada bari yang kedua atau ketga, setelah Kuda Sempana dimengerti keadaannnya oleh orang-orang Panawijen, maka pengantar itu akan segera kembali kepadang ini, untuk ber-sama-sama bergembira. Ia masih mcmpunyai waktu cukup untuk itu.
Ken Arok meng-angguk2kan kepalanya. Katanya " Terserahlah kepadamu Agni. Aku menyetujui semua yang kau anggap baik. Sckarang aku minta diri untuk menemui empat orang prajurit yang menjadi perambas-jalan Akuwu Tunggul Ametung.
Ken Arokpun segera meninggalkan Mahisa Agni dan Kuda-Sempana. Ia harus segera menemui keempat orang prajurit itu. Mungkin ada sesuatu yang harus segera dikerjakan.
Sepeninggal Ken Arok, maka Kuda-Sempanapun segera mempersiapkan dirinya pula. Segera ia menerima pedangya kembali. Tetapi selama perjalanannya ke Panawijen, Mahisa Agni telah menasehatkan untuk tidak mengenakan pedang dilambungnya. Sebaiknya pedang itu digantungkannya saja pada kudanya, supaya tidak menimbulkan kesan yang mengejutkan pada saat ia memasuki Panawijen. Pedang dilambung akan segera dapat dilihat, sebagai suatu kesiaga an untuk berkelahi. Tetapi pedang yang tergantung dikudanya, tidak segera akan dilihat orang. Mungkin kesannya akan jauh berbeda. Kuda-Sempana dengan pedang dilambung dan Kuda-Sempana yang tidak bersenjata, meskipun senjata itu sebenarnya dapat dipergucakan apabila perlu.
Sementara Kuda-Sempana memmpersiapkan dirinya, maka Mahisa Agni telah mendapatkan dua orang atas persetujuan Ki Buyut Panawijen untuk menemani Kuda-Sempana pergi.
Dengan demikian, kedatangan Kuda Sempana kepadukuhan Panawijen tidak akan terlampau mengejutkan orarg2 yang masih tinggal disana.
" Hati2lah Kuda-Sempana peian Mahisa Agni " kau harus menuju kearah yang berlawanan dari arah Akuwu Tunggul Ametung yang akan segera datang. Perambas jalannya telah datang, dan pasti sebentar lagi Akuwu akan menyusul.
" Ya Agni. Aku akan pergi ke Barat, kemudian berbelok menyusur sungai. Aku kira Akuwu tidak akan menempuh jalan itu Aku kira Akuwu akan datang dari Timur.
Mahisa Agni mcng-angguk2kan kepalanya. Kemungkinan yang terbesar adalah demikian. Karena itu maka jawabnya " Baiklah. Tetapi kau harus selalu mencoba memandang kekejauhan. Kau harus segera menghindar apabila kau kemudian ternyata melihat iringsan apapun. Dari kejauhan kau pasti akan sukar membedakan, apakah iring-iringan itu iring-iringan Akuwu Tunggul Ametung.
" Aku kira aku dapat membedakannya Agni. Akuwu akan datang dengan kebesaran. Panji2, tunggul dan rontek2 yang dibawanya pasti akan segera dapat aku kenal.
" Mudah2an upacara kebesaran itu dibawanya lengkap. Nah, sekarang mumpung masih sempat berangkatlah.
Kuda-Sempana dan dua orang yang mengawaninya segera meloncat naik keatas punggung kuda masing-2. Tetapi wajah Kuda-Sempana segera menjadi tegang ketika tiba-tiba saja Kebo Ijo telah muncul pula dari antara gubug2 diperkemahan itu.
" Kemana kau akan lari Kuda-Sempana" Agaknya kau telah bersepakat dengan Mahisa Agni, menghindarkan diri dari hukumanku. Apakah orang semacam kau masih pantas diampuni" " Kemudian kepada Mahisa Agni ia berkata " Akan kau sembunyikan dimana anak itu Agni"
Wajah Kuda Sempana menjadi tegang. Hampir saja ia meloncat turun dari kudanya. Tetapi dengan herannya ia melihat Mahisa Agni yang seolah-olah acuh tidak acuh saja atas kehadiran Kebo Ijo itu. Bahkan ia berkata -- Hati2lah Kuda-Sempana. Sampaikan salamku kepada mereka.
Sejenak Kuda-Sempana tidak dapat berkata sepatah katapun. Perhatiannya terbelah antara pesan Mahisa Agni dan sikap Kebo Ijo. Karena itu, maka dipandanginya kedua orang itu ber-ganti2.
" He, Mahisa Agni " terdengar Kebo Ijo berteriak " apakah kau tuli he" Akan kau sembunyikan dimana anak itu" Jangan ikut campur dalam persoalan ini. Meskipun kau yang membawanya kemari, tetapi kau tidak akan aku ikut sertakan menanggung kesalahannya apabila kau tidak campur tangan. Sekarang pergilah. Biatlah aku urus sendiri anak yang sombong dan keras kepala ini. Ken Arok kini sedang berbicara dengan prajurit-prajurit perambas jalan. Setelah aku mendesaknya, ia achirnya menyerahkan persoalan Kuda-Sempana kepadaku disaksikan oleh prajurii2 perambas jalan. Mereka adalah prajurit-prajurit Pengawal istana, bawahan kakang Witantra.
Mahisa Agni menarik nafas dalam2. Tetapi ia sama sekali tidak berpaling. Bahkan katanya " Kuda-Sempana. Mumpung masih sempat, pergilah. Ingat jangan kau turuti saja perasaanmu Kau harus berusaha mengendalikan dirimu. Sudah banyak kau korbankan perasaanmu untuk menemukan dunia baru. Karena itu, maka jagalah dirimu. Kau memang masih harus banyak berkorban perasaan. Tetapi kau akan berkasil.
" Agni. " Kebo Ijo berteriak " apakah kau memang telah bersepakat untuk menentang kekuasaan prajurit Tumapel dipadang Karautan.
Tongkat Rantai Kumala 5 Roro Centil 17 Pedang Asmara Gila Bentrok Rimba Persilatan 23
^