Pelangi Dilangit Singosari 7
02 Pelangi Di Langit Singasari Karya S H. Mintarja Bagian 7
Kedatangan orang-orang Panawidjen jang membawa makanan sedemikian banjaknja diatas punggung2 kuda dan pedati-pedati jang ditarik oleh lembu beserta beberapa orang pradjurit, ternjata telah mengedjutkan perempuan dan anak-anak. Tetapi ketika mereka tahu apa jang telah dibawa oleh orang-orang itu, maka meledaklah kegembiraan tiada taranja. Sehingga serta-merta Panawidjen jang kering itu telah ikut pula merajakan perkawinan Ken Dedes dalam upatjara agung diistana Tumapel.
Sedjenak orang-orang Panawidjen melupakan pepohonan jang meratapi diri dalam kekeringan. Pepohonan jang daun-daunnja berguguran semakin lama semakin banjak.
Anak-anak jang sedjak lama tidak berlari-larian dan bermain-main disudut desa, sedjenak dapat menikmati kegembiraan. Setelah sekian lamanja Panawidjen mendjadi desa jang se-akan-akan mati. maka untuk sesaat dapat menikmati hidupnja kembali.
Para endang dan para tjantrikpun ikut pula bergembira Mereka saling bertjeritera tentang masa lampau mereka, selagi Ken Dedes masih berada dipadepokan.
"Ken Dedes tidak pernah melupakan aku "berkata salah seorang endang "kemanapun ia pergi, aku pasti di bawanja.
"Aku masih menjimpan sehelai kain pandjang "sahut jang lain "kain pandjang pemberian Ken Dedes jang dahulu dipakainja. Kain pandjang itu kini mendjadi kenang2an jang sangat berharga bagiku.
"O "berkata jang lain lagi "kenang2an jang ada padaku bukan sekedar sehelai kain. Tetapi rambut Ken Dedes jang kini telah aku sisir halus. Tjemara itu pandjangnja hampir sedepa. Setiap kali aku menjisir rambutnja jang hitam lebat itu, dahulu aku selalu menjimpan rambutnja jang rontok. Sekarang rambut itu mendjadi sehelai tjemara "rambut jang pandjang.
Seorang endang jang lain dengan sedih bergumam "Aku tidak mempunjai kenang2an sama sekali dari padanja. Sehelai selendangpun tidak. Tetapi aku mempunjai bekas luka dilenganku.
"Apa hubungannja antara bekas luka itu dengan Ken Dedes"
"Aku pernah berkelahi dengannja ketika kami masih agak ketjil. Aku digigitnja sampai luka berdarah. Bekas luka itu masih ada sampai kini.
"Oh "desah beberapa emban hampir bersamaan "kenang2an jang paling mengesankan.
"Kalau tahu ia akan mendjadi seorang permaisuri, maka aku akan membalasnja, menggigit lengannja supaja ia tidak akan pernah melupakan aku.
"Djadi kau tidak membalasnja saat kau digigitnja"
"Aku tidak berani, aku hanja menangis me-lolong2.
Para endang itupun kemudian terdiam. Tetapi mulut mereka masih mengunjah berbagai matjam makanan jang diperuntukkan bagi mereka. Diruang lain para tjantrikpun sedang menikmati makanan jang serupa. Tetapi agaknja para tjantrik itu lebih tjepat hampir dua kali lipat menghabiskan makanan mereka.
"Besok kita akan mendapat lagi "gumam salah seorang tjantrik "dua hari dua malam kita akan menikmati makanan seperti ini.
Bahkan mungkin lebih lama lagi.
Tak ada jang sempat mendjawab karena mulut mereka sedang dipenuhi oleh berbagai matjam makanan jang belum pernah mereka nikmati sepandjang umur mereka. Makanan jang disesuaikan dengan selera djuru madaran dari istana Tumapel.
Dipadang Karautan, kegembiraan jang serupa agaknja tidak kalah meriahnja. Para pradjurit me-nari2 sesuka hati. Ada beberapa diantara mereka memang seorang penari. Tetapi karena tidak ada gamelan, maka mereka menari tanpa irama diiringi oleh kawan-kawannja jang mentjoba menirukan suara gamelan dengan mulutnja.
Namun demikian hal itu sangat menggembirakan. Mereka tertawa sambil mengunjah makanan dan minum minuman jang selama ini tidak pernah mereka nikmati. Mereka selama berada dipadang Karautan hanja minum air sungai, atau air panas jang direndami daun sere dan gula kelapa.
Pradjurit2 jang masih segar, jang baru datang dipadang itupun mentjoba untuk bergembira. Meskipun sebenarnja mereka lebih senang merajakan hari perkawinan Akuwu itu di Tumapel. Namun mereka tidak dapat menjanggah perintah atasannja, bahwa mereka harus berangkat kepadang Karautan, sambil membawa bekal dan makanan khusus selama hari2 peralatan.
Pada hari jang ketiga maka padang Karautan mendjadi lebih meriah lagi. Mereka melihat pemimpin rombongan telah datang bersama beberapa orang pengawal. Pemimpin rombongan pradjurit" jang diperbantukan kepada Ken Arok, jang menurut perintah Akuwu maka pemimpin rombongan itu akan mendjadi pembantu Ken Arok pula. Sebab menurut Akuwu Tunggul Ametung, maka Ken Arok tidak akan dapat terus menerus mengawasi pekerdjaan jang akan dilakukan sehari semalam bergantian.
"He "teriak salah seorang pradjurit "lihat, pemimpin kita itu telah datang. Rombongan ketjil itu pasti membawa makanan lebih banjak lagi.
Hampir berbareng kawan-kawannjapun tertawa. Berkata salah seorang "Apakah perutmu masih belum penuh djuga"
"Perutku dapat menggelembung. Karena itu maka perut ini tidak pernah penuh berapapun makanan aku masukkan.
Kawan-kawannja sekali lagi tertawa. Bahkan Ki Buyut Panawidjen jang duduk2 diantara mereka bersama orang-orang Panawidjenpun ikut tertawa djuga.
"Djangan malu Ki Buyut "teriak pradjurit itu pula "kalau Ki Buyut dan orang-orang Panawidjen malu, maka bukan salah kami apabila kalian tidak mendapat bagian. Kalau besuk djuru madaran itu kembali ke Tumapel, maka kita akan mengalami masa patjeklik lagi Makan nasi kurang matang, sambal widjen dan djangan keluwib. Nah, lihat, itu orang-orang baru telah berdatangan lagi. Mereka pasti membawa makanan lebih banjak dan lebih enak.
Meledaklah suara tertawa se-olah-olah membelah padang Karautan. Kegembiraan jang tidak tertahankan setelah mereka bekerdja keras tanpa mengenal istirahat.
Ken Arok sendiri duduk diatas sebuah batu beberapa langkah dari Ki Buyut Panawidjen. Tampaklah ia ter-senjum2 melihat tingkah laku pradjurit2nja dan orang-orang Panawidjen jang sedang bergembira. Selama ini ia tidak dapat memaksa mereka bekerdja. Tiga hari bendungan itu se-olah tidak di sentuhnja. Sendang dan susukan induk itupun dibiarkannja tidak digarap selama ini untuk memberi kesempatan kepada orang-orangnja menikmati kegembiraan.
Ken Arok mengharap, mudah-mudahan kegembiraan ini akan dapat mendjadi pendorong kerdja jang akan datang. Kerdjajang lebih keras. Apalagi dengan orang-orang baru jang masih segar.
Dengan wadjah jang masih dihiasi dengan sebuah senjuman Ken Arok menatap padang Karautan jang berwarna kekuning-kuningan. Semakin lama rombongan ketjil pradjurit2 Tumapel itu mendjadi semakin dekat. Debu jang tipis mengepul dibelakang kaki-kaki kuda jang berlari tidak terlampau tjepat melintas padang rumput jang luas.
"Siapakah jang akan dikirim oleh Akuwu untuk membantu aku disini" "bertanja Ken Arok kepada salah seorang pradjurit jang baru datang tiga hari jang lampau.
Tetapi pradjurit itu menggeleng sambil mendjawab "Kami tidak tahu, siapakah jang akan datang itu. Tetapi pemimpin pasukan jang membawa kami kemarin berkata, bahwa tiga hari lagi akan datang perwira jang akan diperbantukan dalam pembuatan bendungan ini.
Ken Arok meng-angguk-anggukkan kepalanja. Tetapi ia masih tetap ber-tanja2 didalam hati "Siapakah orang jang akan datang itu" "
Ken Arok mengharap bahwa orang itu akan dapat diadjaknja bekerdja bersama Seorang jang mengerti arti dari kerdjanja.
Ketika rombongan itu mendjadi semakin dekat, maka tampaklah wadjah Ken Arok mendjadi semakin berkerut. Diantara mereka jang datang itu tampaklah seorang perwira remadja jang belum lama mendapat wisuda kenaikan tingkat.
"Hem "Ken Arok menarik napas dalam-dalam "kenapa anak itu jang dikirim kemari"
Tetapi Ken Arok tidak dapat berbuat apa-apa. Ia harus menerima tenaga jang dikirimkan oleh Akuwu Tunggul Ametung kepadanja.
"Bukankah ia hanja membantu aku mengawasi para pradjurit jang sedang bekerdja" Mudah-mudahan sikapnja tidak mengendorkan hasrat dari setiap orang disini. Mulutnja agak terlampau lantjang.
Dan sikapnja jang ke-kanak-anakan kurang mejakinkan sikap seorang pemimpin. "desisnja didalam hati.
Ketika rombongan itu sudah mendjadi dekat benar, maka Ken Arokpun berdiri menjambutnja bersama dengan Ki Buyut Panawidjen dan beberapa orang pradjurit. Tampaklah wadjah anak muda itu ber-seri2 meskipun dibasahi oleh keringat jang meleleh dari kening. Dengan lantangnja ia berkata hampir berteriak "Ah, padang ini telah membakar kulitku kakang.
Ken Arok mentjoba tersenjum. Djawabnja "Besok kau akan dapat merendam dirimu didalam air.
Perwira jang masih muda dalam usia maupun dalam djabatan itu tertawa. Katanja "Ja, aku akan merendam diri. Apakah sendang jang kau buat itu sudah berair"
Ken Arok menggeleng "Belum "djawabnja "tetapi kau dapat merendam diri dibendungan.
"Bendungan jang dibuat oleh Mahisa Agni"
"Ja "sahut Ken Arok "sekarang adalah tugas kita untuk menjelesaikan bendungan itu sepeninggal Mahisa Agni.
Perwira muda itu mengerutkan keningnja. Kemudian ia bertanja "Apakah kau ikut membuat bendungan itu pula bersama para pradjurit"
"Tentu- " sahut Ken Arok.
Ken Arok terkedjut ketika perwira itu kemudian berkata "Aku hanja mendapat tugas membantumu membuat sendang buatan itu. Bendungan itu adalah pekerdjaan orang-orang Panawidjen. Pradjurit2 jang aku bawa dan jang mendahului aku adalah tenaga2 jang diperbantukan kepadamu untuk sendang buatan itu.
"Ah " Ken Arok berdesah. Dengan serta merta ia memandangi wadjah Ki Buyut Panawidjen jang berkerut. Tetapi Ken Arok itu segera menjahut "Ja, begitulah. Aku memang meminta kepada Akuwu tenaga jang akan membantuku menjelesaikan sendang itu. Sedang bendungan dan parit-paritnja, akan dilakukan oleh orang-orangku jang lama. Jang telah berada dipadang ini sebelum kalian datang.
Perwira itu ingin membantah kata-kata Ken Arok, tetapi segera Ken Arok menjambung kata-katanja. "Turunlah. Inilah Ki Buyut Panawidjen.
"O "anak muda itu mengangguk ketjil. Per-lahan-lahan ia turun dari kudanja. Tampaklah betapa malasnja ia berdjalan mendekati Ken Arok.
"Djadi orang tua inilah Ki Buyut Panawidjen" " ia bertanja kepada Ken Arok.
"Ja, ngger. Akulah Buyut Panawidjen " orang tua itu mengangguk dengan hormat.
Sekali lagi anak muda itu mengangguk ketjil, katanja "Namaku Kebo Idjo Ki Buyut.
"O, djadi angger bernama Kebo Idjo.
"Ja " sahut Kebo Idjo pendek, kemudian kepada Ken Arok ia berkata "dimanakah sendang buatan itu"
"Itu " Ken Arok menundjuk agak ketengah " agaknja pepohonan jang aku tanam telah tumbuh baik meskipun masih harus disiram setiap hari.
Kebo Idjo meng-angguk-anggukkan kepalanja. "Apakah hari ini kalian tidak bekerdja" " ia bertanja
"Kami disini sedang beristirahat merajakan perkawinan Akuwu.
Kebo Idjo meng-angguk-anggukkan kepalanja; "Kenapa kau tidak pergi ke Tumapel menjaksikan perkawinan itu.
"Aku lebih senang berada disini. Diantara batu-batu dan brundjung-brundjung bambu. Diantara tanaman2 jang telah mulai tumbuh ngrembaka. Diantara para pradjurit jang menari-nari menurut irama jang khusus.
"Sajang kau tidak melihatnja " desis Kebo Idjo.
"Kenapa" "Gadis Panawidjen itu memang tjantik. Tjantik sekali.
Sepantasnyalah bahwa kakang Mahendra pernah ter-gila2 kepadanja, dan Kuda-Sempana benar-benar mendjadi gjla. Apakah kau belum pernah melihat wadjah gadis itu"
"Sudah, tetapi hanja sekilas " djawab Ken Arok. "Aku sama sekali tidak melihat kelebihanja dari gadis2 tjantik jang lain. Tetapi entahlah dalam pakaian kebesarannja.
Mendengar djawaban Ken Arok itu Kebo Idjo tertawa ter-bahak2, sehingga tubuhnja ber-guntjang2. Beberapa orang pradjurit berpaling memandanginja. Dan Ki Buyut Panawidjenpun mengerutkan keningnja. Orang tua itu dalam sekilas dapat melihat perbedaan antara kedua pemimpin jang mendapat tugas untuk menjelesaikan pekerdjaan jang berat itu. Meskipun keduanja masih muda, tetapi Ken Arok tampak djauh lebih matang dari pemimpin jang bernama Kebo Idjo itu.
Di-sela-sela suara tertawanja terdengar ia berkata "Sudah sepantasnyalah kau ditempatkan dipadang Karautan ini. Setiap hari kau hanja bergaul dengan batu-batu, brundjung-brundjung bambu, pedati, waluku dan lembu.
"Kenapa" " Ken Arok mengerutkan keningnja.
Seandainja kau berada di Tumapel pun kau tidak akan dapat menilai seorang gadis. Ternjata kau tidak melihat kelebihan jang tidak ternilai pada permaisuri Akuwu Tunggul Ametung itu.
"Sesudah aku katakan. Aku hanja melihatnja sekilas. Per-tama-tama aku melihatnja pada saat Akuwu mengambilnja dipadukuhan Panawidjen. Kemudian hampir tidak pernah lagi aku melihatnja tjukup lama.
Sekali lagi Kebo Idjo tertawa. "Mungkin "katanja "pada saat kau mengambilnja di Panawidjen maka gadis itu adalah gadis padepokan. Pakaiannja adalah pakaian padesan se-hari-hari. Tetapi setelah ia mengenakan pakaian seorang puteri keraton, maka wadjahnja memantjar seperti matahari.
"Kemudian sambil berpaling kepada Ki Buyut Panawidjen ia berkata "Kau dapat djuga berbangga Ki Buyut, bahwa dari padukuhanmu jang kering itu telah lahir seorang gadis jang tjantik seperti matahari. Tetapi sinarnja jang panas telah mengeringkan padukuhanmu sehingga kau harus bersusah pajah membuat bendungan baru disini.
"Ah "Ken Arok memotong "kau masih djuga senang bergurau. Beristirahatlah. Mungkin kau haus atau lapar. Silahkan. Orang-orangmu sudah tahu, kemana kau harus pergi sekarang. Telah disediakan sebuah gubug untukmu.
"Apa aku dapat beristirahat ditempat serupa kandang kambing ini"
"Sekian lamanja aku disini aku selalu dapat tidur njenjak. "sahut Ken Arok.
Sedjenak Kebo Idjo menebarkan pandangan matanja ber keliling. Tampaklah keningnja berkerut-merut dan mulutnja bergerak-gerak. Tetapi ia masih berdiam diri.
"Apakah jang membuatmu heran" "bertanja Ken Arok.
"Hem "anak muda itu ber-sungut2 "ternjata aku telah dilemparkan kedalam neraka. Kenapa aku jang mendapat tugas dipadang panas ini, kenapa bukan orang lain.
Disini tidak ada sesuatu jang dapat menjegarkan hati. Tidak ada gadis2 tjantik, tidak ada penari jang lintjah, tidak ada selingan apapun ketjuali batu melulu.
"Aku disini djauh lebih lama dari padamu "sahut Ken Arok "tetapi aku tidak mengeluh.
"Mungkin kau sudah biasa hidup dipadang Karautan sedjak sebelum kau mendjadi Pelajan-dalam di Tumapel.
Terasa dada Ken Arok berdesir mendengar kata-kata Kebo Idjo itu Tetapi ketika ia melihat wadjah Kebo Idjo, maka segera ia menjadari bahwa Kebo Idjo sama sekali tidak bersungguh-sungguh. Ia berkata apa sadja sekehendak hatinja tanpa menghiraukan perasaan orang lain. Karena itu maka Ken Arok itu bahkan tersenjum sambil mendjawab "Ja, mungkin aku memang dilahirkan dipadang Karautan. Tetapi kau pun harus berusaha menyesuaikan dirimu. Seorang pradjurit pada suatu saat akan berada disuatu tempat jang sama sekali tidak menjenangkan. Dalam peperangan mungkin kau harus berada ditanah jang berlumpur, atau mungkin dipadang jang. lebih panas dari Karautan, atau mungkin di-lereng-lereng bukit:
"Dalam peperangan hal itu wadjar sekali terdjadi. Tetapi di-masa-masa orang lain bergembira ria di-djalan-jalan kota Tumapel, aku harus berada didalam tungku jang panasnja bukan main.
"Ah " desah Ken Arok " djangan mengeluh sadja. Kau harus memberi tjontoh kepada pradjurit2mu, bahwa mereka harus tahah menghadapi keadaan.
Kebo Idjo mengerutkan keningnja. Kemudian ia berpaling memandangi pradjurit2 jang duduk bergerombol2 diantara gubug2 jang bertebaran. Beberapa orang pengawal jang datang bersamanya masih sadja berdiri dibelakangnja.
"Merekapun sebenarnja tidak senang terdampar dipadang kering ini.
"Mungkin "sahut Ken Arok "tetapi kau dan aku harus menumbuhkan kegairahan kerdja. Djangan mengendorkan nafsu bekerdja mereka. Beberapa hari lagi kau dan pra"djuritmu akan dapat menjesuaikan dirinja dengan udara padang jang kering ini. Dan kau seharusnja tidak mengeluh lagi.
Kebo Idjo menarik nafas dalam-dalam. "Dimana aku harus beristirahat.
Ken Arok mengerutkan keningnja. Sikap Kebo Idjo tidak begitu menjenangkannja. Tetapi ia memanggil djuga seorang pradjurit dan berkata kepadanja "Bawalah tamu2mu ini ketempat jang sudah disediakan.
"He "potong Kebo Idjo "kau sangka aku disini sekedar mendjadi tamumu" Tidak, aku disini mendjadi tawananmu jang mulai besok atau lusa harus bekerdja berat diatas api neraka.
Ken Arok tersenjum, tetapi ia tidak menjahut. Pradjurit jang dipanggilnja segera membawa Kebo Idjo dan para pengawalnja ketempat jang memang sudah disediakan. Beberapa buah gubug ketjil dengan sehelai tikar pandan jang masih baru.
"Ah "sekali lagi Kebo Idjo berdesah "matjam inikah tempat jang diperuntukkan bagi kami"
"Semuanja hanja seperti ini "sahut pradjurit itu.
"Bagaimana dengan Ken Arok"
"Tak ada bedanja, bahan tikar jang dipakainja adalah tikar jang sudah usang.
Kebo Idjo mengerutkan keningnja. Dipandanginja pradjurit itu dengan pandangan jang aneh, sehingga pradjurit itu menundukkan kepalanja.
"Apa kau bilang "desis Kebo Idjo .".. Ken Arok djustru memakai tikar jang usang"
"Ja "sahut pradjurit itu.
"Bodoh, bodoh sekali "gumam Kebo Idjo "sebagai pimpinan ia berhak memilih. Bukan hanja sekedar soal tikar, tetapi soal apapun djuga.
Mata Kebo Idjo terbelalak ketika ia mendengar pradjurit itu mendjawab "Ja, memang ia berhak untuk memilih dalam hal apapun. Tetapi itu tidak pernah dilakukannya. Ia tidak pernah memilih. Jang selalu dipakainja adalah jang tersisa setelah para pradjuritnja memilih lebih dahulu.
"Huh "geram Kebo Idjo "ia telah menghilangkan kewibawaannja sebagai seorang pemimpin. Salahnjalah kalau bawahannja kelak tidak lagi menghormatinya dan tidak mematuhinja.
Pradjurit itu mengerutkan keningnja. Tetapi ia tidak berani mendjawab. Namun dengan demikian maka ia mendapat kesan bahwa pemimpinnja jang baru ini agak berbeda sifat dan tabiatnya dengan pemimpinnja jang lama, Ken Arok.
Bagi pradjurit itu, sikap Ken Arok sama sekali tidak merendahkan dirinja atau menghilangkan kewibawaannja. Tetapi djustru para pradjurit mendjadi segan dan hormat ke padanja, tanpa membuat garis pemisah antara pemimpin dan jang dipimpin. Keakraban diantara mereka telah mendorong mereka untuk berbuat banyak dengan penuh kerelaan. Bukan sekedar memenuhi kuwadjiban sebagai bawahan jang harus patuh terhadap atasan. Tetapi ada dorongan dari dalam diri sendiri untuk bekerdja keras ber-sama-sama dengan penuh keikhlasan.
"Agaknja tidak demikian dengan pemimpin jang baru ini "desah pradjurit itu didalam hatinja, kemudian "tetapi ia hanja sekedar membantu Ken Arok. Segalanya masih tetap ada didalam tanggung djawab pemimpin jang lama itu.
Kebo Idjo itupun kemudian masuk kedalam gubug ketjiljang diperuntukkannya sendiri. Disampingnja adalah gubug jang agak besar jang diperuntukkan bagi para pradjurit jang mengawalnja pada saat ia datang kepadang Karautan. Namun agaknja Kebo Idjo sama sekali kurang puas terhadap keadaan ini. Gubug ini terlampau djelek. Tak ada apa-apa didalamnja selain sebuah gendi air, sebuah tikar dan sebuah banntjik lampu jang dipergunakan dimalam hari.
"Dimana aku harus meletakkan ganti pakaianku" "tiba-tibaKebo Idjo itu berteriak.
Pradjurit jang mengantarnja masih berdiri diluar gubug itu. Ketika ia mendengar Kebo Idjo berteriak, maka segera ia mendekatinja.
"Dimana aku harus menjimpan pakaianku" Apakah disini tidak ada glodok, atau paga atau apapun"
Pradjurit itu menggeleng "Tidak.
"Apa jang diperbuat Ken Arok dengan pakaiannja"
"Dibungkus, dan diletakkan disamping pembaringannja.
"Ah "Kebo Idjo berdesah "malas sekali. Disini ada bambu, ada tenaga, ada tali. Kenapa tidak disuruhnja membuat paga atau apapun"
Pradjurit itu tidak mendjawab.
"Jang per-tama-tama dilakukan oleh pradjurit2ku adalah membuat paga.
Kebo Idjo itupun kemudian ter-gesa-gesa keluar dari gubugnja dan pergi mendapatkan sekelompok pradjurit jang sedang makan sambil berbitjara seenaknja. Mereka tertawa se-puas2nja. Seorang dari mereka jang tjukup djenaka, ternjata baru bertjeritera tentang pengalaman mereka jang lutju.
Suara tertawa itu terputus ketika mereka mendengar Kebo Idjo jang tiba-tiba sadja berada disamping mereka, berteriak "Berhenti. Apa jang kalian lakukan selama tiga hari disini mendahului aku" Kalian tidak dapat, mempersiapkan tempat untukku dengan baik. Sekarang buatlah sebuah paga untukku. Lihat disana ada setuMpuk bambu. Tjepat. Hari ini paga itu harus sudah siap untuk tempat pakaianku.
Para pradjurit itu terkedjut. Sedjenak mereka saling berpandangan. Namun terdengar suara Kebo Idjo "Tjepat. Lakukan perintahku.
Tetapi para pradjurit itu masih sadja duduk keheranan. Dipandanginja wadjah Kebo Idjo jang tegang. Dan sekali lagi mereka mendengar Kebo Idjo berteriak "Tjepat.
Ajo lakukan perintahku. Membuat sebuah paga untukku. Djumlah kalian telah tjukup banjak untuk melakukannja. Kalian tidak perlu mentjari orang lain lagi. Tjoba berapa orang jang bergerombolan disini. Sebelas, ah, malahan dua belas orang.
Tiba-tiba salah seorang dari mereka bertanja "Apakah kami harus membuatnja sekarang"
"Oh, ternjata kau tuli. Aku sudah bilang, selesaikan paga itu hari ini djuga.
"Tetapi kami bukan pradjurit2 jang baru datang tiga hari jang lalu. Kami telah lama berada dipadang Karautan ini.
"Aku tidak peduli. Lakukan perintahku. Aku adalah orang kedua sesudah Ken Arok disini. Semua harus tunduk pada perintahku. Baik ia baru datang tiga hari jang lalu, maupun sudah lama berada disini.
Sekali lagi pradjurit2 itu saling berpandangan. Tetapi satu dua dari mereka telah berdiri, meskipun sambil ber-sungut2 didalam hati. Hari ini mereka sebenarnja masihdiidjinkan untuk beristirahat. Tetapi ketika mereka mulai melangkah, maka langkah itu pun terhenti. Mereka melihat Ken Arok berdjalan mendatanginja. Dengan nada datar ia bertanja "Ada apa dengan kalian"
"Aku memerintahkan kepada mereka untuk membuat sebuah paga " sahut Kebo Idjo;
"O "Ken Arok meng-angguk-anggukkan kepalanja "kau perlu sekali dengan paga itu.
"Ja, aku harus meletakkan pakaianku. Didalam gubugku sama sekali tidak ada tempat jang pantas.
Ken Arok mendjadi ragu-ragu sedjenak. Para pradjurit itu sebenarnja masih harus menikmati masa istirahatnja untuk menjambut hari-hari gembira. Tetapi ia tidak dapat menolak perintah Kebo Idjo meskipun ia berwenang. Dengan demikian maka ia akan membuat anak muda itu malu dan seterusnja mengurangi kepatuhan para pradjurit terhadapnja. Dalam keadaan jang demikian, maka Kebo Idjo pasti akan berusaha untuk menebus kewibawaannja dengan perbuatan jang aneh2 jang barang kali terlampau keras.
Sedjenak Ken Arok berdiri sadja dengan penuh kebimbangan. Apakah sebaiknja jang pantas dilakukan. Ia harus tjukup bidjaksana sehingga persoalan itu dapat dipetjahkannja tanpa membuat pihak2 jang bersangkutan mendjadi ketjewa.
Tetapi belum lagi Ken Arok mendapatkan tjara jang dianggapnja baik, maka sekali lagi ia mendengar Kebo Idjo membentak "Ajo, tjepat. Apalagi jang kau tunggu" Aku memerlukan paga itu segera.
Seperti digerakkan oleh sebuah tenaga, maka para pradjurit itupun ber-sama-sama berpaling memandangi Ken Arok seakan minta pertimbangan kepadanja, apakah saat-saat jang terasa sangat menggembirakan itu harus segera diputuskanhanja karena sebuah paga.
Ken Arok merasakan betapa tatapan mata para pradjuritnja itu bertanja kepadanja, dan lebih dari pada itu menunggu keputusannja. Namun sekali lagi hatinja tersentuh pula oleh kewadjibannja untuk mempertahankan kewibawaan Kebo Idjo.
Kalau ia membatalkan perintah itu berdasarkan wewenangnja, maka hal jang serupa akan mendjadi kebiasaan para pradjurit itu.
Karena itu maka Ken Arok kemudian menganggukkan kepalanja sambil berkata "Ja, baiklah. Lakukanlah perintah itu.
Alangkah ketjevvanja hati para pradjurit itu. Tanpa mereka sengadja mereka menebarkan pandangan mereka kearah kelompok jang lain jang masih dengan gembira menikmati masa-masa istirahat mereka. Perasaan jang selama ini tidak pernah tumbuh didalam dada mereka, terasa kini mulai mendjamah hati mereka. Iri. Mereka merasa iri bahwa kawan-kawan mereka itu masih dapat duduk sambil bergurau dan menikmati makanan jang melimpah-limpah. Tetapi mereka sekelompok jang hanja kebetulan sadja duduk didekat gubug Kebo Idjo, tiba-tibasadja telah mendapat pekerdjaan jang mendjemukan.
Membuat paga. Seandainja hari itu djuga mereka harus melandjutkan kerdja mereka ber-sama-sama, maka mereka tidak akan merasa malas seperti itu.
Tetapi Ken Arok telah membenarkan perintah Kebo Idjo, sehingga karena itu maka mereka terpaksa djuga melangkahkan kaki-kaki mereka jang serasa mendjadi terlampau berat, kearah setuMpuk bambu disebelah perkemahan itu.
Tetapi sekali lagi mereka tertegun ketika mereka mendengar Ken Arok berkata "He, apakah tidak ada jang kalian lupakan"
Salah seorang dari mereka bertanja "- Apakah jang tertinggal"
"Tidak ada seorangpun diantara kalian jang membawa alat untuk memotong, memetjah dan meraut bambu.
"Oh "para pradjurit itupun kemudian berdesah.
"Ambillah "berkata salah seorang diantara mereka kepada pradjurit jang paling muda.
Dengan malasnja pradjurit muda itu berdjalan kedalam gubug tempat menjimpan segala matjam alat-alat. Langkahnja satu-satu seperti anak itu sedang kelaparan.
"He, inikah tjara kalian bekerdja "bentak Kebo Idjo "langkahmu seperti tjatjing kelaparan. Kau sama sekali tidak mentjerminkan sikap seorang pradjurit Tumapel jang perkasa.
Pradjurit itu tcrkedjut. Kemudian dengan tergesa-gesa ia melangkah mengambil segala matjam alat jang mereka perlukan. Ketika ia ber-lari2 kembali, maka didukungnja berbagai matjam pisau dan kelewang.
"Tjepat, lakukan perintahku "teriak Kebo Idjo sambil bertolak pinggang.
Sikapnja telah menumbuhkan kesan jang kurang menjenangkan bagi para pradjurit Tumapel jang berada dipadang Karautan itu.
Namun ketika mereka sedang melangkah beberapa langkah lagi, mereka mendengar Ken Arok berkata pula "He, kalian masih djuga kelupaan sesuatu.
"Apa lagi" "bertanja salah seorang dari mereka. Ken Arok tcrsenjum ketika ia mendengar Kebo Idjo menggeram. Agaknja Kebo Idjo mendjadi djengkel djuga terhadap Ken Arok jang se-olah-olah sengadja menghambat para pradjurit itu.
"Itu "Ken Arok mendjawab sambil menundjuk makanan jang masih berserakan "kalian boleh membawa makanan itu, supaja kalian dapat bekerdja dengan tenang. Hal ini adalah hal jang sangat khusus. Di-hari-hari dimana kalian bekerdja, maka aku akan mengambil tindakan apabila aku melihat salah seorang dari kalian ternjata membawa makanan. Tetapi dihari istirahat ini pekerdjaan kalian adalah makan, sedang pekerdjaan jang lain itu adalah pekerdjaan sambilan. Tetapi ingat. Hari ini paga itu harus sudah siap. Tetapi itu bukan berarti bahwa kalian harus bekerdja dengan wadjah berduka. Tidak ada larangan buat tertawa. Asal tertawa itu tidak memperlambat pekerdjaan kalian.
Para pradjurit itu sedjenak tertegun diam. Namun tiba-tibamereka itu tersenjum. Bahkan pradjurit jang paling muda, jang dengan malasnja telah mengambil alat-alat mereka, kini dengan sigapnja melontjat dan memungut beberapa matjam makanan jang disukainja.
"Bawa semuanja.2 Serahkan alat-alat itu kepada orang lain.
Perintah inipun dilakukannja dengan tjepatnja. Djauh lebih tjepat dari pada saat ia ber-lari2 ketempat simpanan alat-alat.
"Nah, tjepat, Sekarang pergi ketimbunan bambu, setjepat kalian mengambil makan itu.
Para pradjurit itu tidak dapat menahan tawa mereka. Tetapi sikap merekapun kini segera berubah. Dengan lintjahnja mereka melangkah kearah setuMpuk bambu. Dan kemudian dengan tjepat pula mereka mengerdjakannja. Membuat sebuah paga. Namun tangan mereka tidak henti2nja menjuapi mulut mereka. Ada satu dua diantara mereka jang memetjah bambu sambil berdendang.
Ada jang meraut belahan bambu sambil berkelakar.
Sesaat Kebo Idjo dan Ken Arok masih memandangi mereka dari kedjauhan. Mereka melihat para pradjurit itu bekerdja dengan tjekatan. Meskipun pekerdjaan itu bukan pekerdjaan mereka, tetapi ada diantara mereka jang memang tjukup tjakap untuk mengerdjakan pekerdjaan2 dari bambu.
Beberapa orang pradjurit jang lain, jang djuga duduk didalam kelompok-kelompok, akhirnja melihat djuga kawan-kawannja jang sibuk membuat paga. Beberapa dari antara mereka mendatangi para pradjurit jang sedang bekerdja itu sambil ber tanja "Apakah jang kalian lakukan"
Salah seorang dari mereka mendjawab "Membuat paga.
"Buat apa" "Tempat pakaian. "He " pradjurit jang bertanja itu membelalakkan matanja. Baru sekarang kau berpikir untuk membuat tempat pakaian" Agaknja kau menunggu pakaianmu mendjadi kumal, baru kau buat rak-rakan untuk menjimpannja.
"Hus " desis pradjurit jang sedang bekerdja itu " bukan untuk kami sendiri. Tetapi kami membuat untuk pemimpin kami jang seorang itu, jang akan membantu Ken Arok memimpin kami. Kebo Idjo.
"O " pradjurit itu tiba-tiba menutup mulutnja. Ketika ia berpaling ia masih melihat Kebo Idjo berdiri bertolak pinggang ditempat jang agak djauh.
"Ia pasti tidak mendengar "desis pradjurit itu pula.
"Tetapi sikapmu pasti membuatnja marah. Orang itu. agaknja pemarah dan keras.
"Oh " tiba-tiba pradjurit itupun berdjongkok pula diantara mereka jang sedang bekerdja " aku akan ikut membantu kalian. Apakah kalian tidak menghabiskan hari istirahat ini, dan membuat paga ini besok.
"Paga ini harus djadi hari ini djuga.
"Bukan main. Beberapa orang pradjurit jang semula hanja berdiri sadja melihat-lihat satu demi satu ikut pula berdjongkok dan membantu membuat paga itu. Ada jang membantu meraut bambu2 jang telah dibelah, ada jang mengerat dan membuat lubang-lubang purus. Ada jang membuat tali dan ada jang mulai nglandji potongan2 bambu itu.
Dikedjauhan Ken Arok jang masih berdiri disamping Kebo Idjo berkata "Lihat, pekerdjaan itu akan tjepat selesai. Jang turut bekerdja mendjadi semakin banjak. Kini telah lebih dari duapuluh lima orang berdjongkok disana meskipun sebagian dari mereka hanja duduk2 sambil berbitjara. Tetapi suasananja mendjadi lebih djernih.
"Kau terlalu memandjakan pradjurit2mu. " sahut Kebo Ijo "sebenarnja kau tidak perlu terlampau ber-manis2. Sedjak aku datang aku sudah melihat kelemahanmu. Apalagi ketika pradjurit jang mengantarkan aku berkata serba sedikit tentang kau. Katanja, kau selalu mengalah terhadap pradjurit2mu. Untuk segala hal kau lebih senang mempergunakan sisa dari pradjurit2mu. Seharusnja kau tidak berbuat demikian. Dan aku tidak akan berbuat demikian. Aku akan bersikap seperti sikap seorang perwira, sebenarnja perwira. Aku tidak akan terlampau lunak dan memandjakan pradjurit2ku. Supaja mereka tahu bagaimana mereka harus bersikap terhadap atasannja.
Ken Arok mengerutkan keningnja. Tetapi ia mendjawab "Bagiku sikap jang ber-lebih2an itu tidak perlu. Aku ingin mengendalikan mereka sebaik-baiknja. Tidak dengan kekerasan seperti jang kau bajangkan. Lihat, bukankah pekerdjaan itu selesai djuga dengan tjaraku. Dan para pradjurit itu tidak merasa tersinggung dan terganggu.
"Tetapi setiap kali kita harus ber-manis2. Setiap kali kita harus berpura-pura meskipun sebenarnja dada kita bengkah karena kemarahan atas sikap mereka jang memuakkan, kita harus ter-senjum2 dan ter-tawa-tawa. Tjoba lihat pradjurit2 jang telah lama berada dipadang Karautan ini. Mereka terlampau malas seperti tjatjing kelaparan. Tetapi kalau mereka mendapat makanan, maka mereka berebutan seperti serigala.
"Ah " Ken Arok semakin tidak senang mendengar kata-kata Kebo Idjo. Ia tahu sifat dan watak anak muda itu. Meskipun perkenalannja dengan adik seperguruan Witantra ini belum terlampau akrab, tetapi ia sudah membajangkan, alangkah djauh sifat dan wataknja dari kakak seperguruannja itu.
"Lihat "berkata Kebo Idjo "kau akan melihat perbedaan sikap mereka setelah aku berada disini.
"Aku tidak menghendaki " sahut Ken Arok " aku menghendaki suasana dipadang rumput Karautan ini tetap seperti semula.
Kebo Idjo terkedjut mendengar djawaban Ken Arok se hingga ia berpaling. Tetapi dilihatnja Ken Arok masih tetap berdiri dengan tenangnja memandangi orang-orang jang sedang bekerdja membuat paga untuk Kebo Idjo itu.
"Kau akan tejap memelihara pradjurit"mu mendjadi pemalas. " bertanja Kebo Idjo.
"Kau belum pernah melihat mereka bekerdja dibendungan.
"Dibendungan" "Ja, dibendungan dan sendang buatan itu.
"O, djadi pradjurit2mu djuga kau pekerdjakan diben dungan itu.
-Ja. "Itupun tidak akan aku lakukan. Pradjurit2 dari Tumapel hanja boleh bekerdja disendang buatan. Bendungan itu adalah tugas orang-orang Panawidjen. Kalau semua kau kerdjakan, lalu apakah kerdja orang-orang Panawidjen" Tidur dan menghabiskan bekal makanan kita"
"Seharusnja kau tidak mengutjapkan kata-kata itu " sahut Ken Arok " kau harus melihat dulu. Baru kau menilai apa jang kau lihat
"Aku sudah melihat tjara mereka bekerdja. Dan aku sudah dapat menilai. Djuga tentang orang-orang Panawidjen ini.
"Kalau bendungan itu tidak siap, dari mana sendang itu akan mendapat air"
Kebo Idjo terdiam sedjenak. Tampaklah wadjahnja berkerut merut. Lalu katanja "Ja, barangkali begitu, tetapi baik terhadap orang-orang Panawidjen dan kepada para pradjurit, kita harus bersikap keras. Kita djangan membuat kebiasaan djelek antara bawahan dan atasannja.
"Apakah aku djuga harus bersikap demikian terhadapmu" " pertanjaan itu benar-benar mengedjutkan Kebo Idjo sehingga dadanja serasa berdentang.
Sedjenak Pradjurit muda itu djustru terbungkam. Tetapi matanja se-olah-olah hendak menjala. Wadjahnja jang tegang mendjadi ke-merah-merahan seperti bara.
Dengan napas jang se-akan-akan menjumbat kerongkongan ia bertanja " Apakah maksudmu"
Tetapi Ken Arok masih tetap tenang. Ia masih sadja memandangi orang jang bekerdja membuat paga bagi Kebo Idjo. Dengan nada datar ia berkata " Kau ingin aku bersikap keras tehadap bawahanku. Kalau kau tidak sependapat dengan aku, maka apakah kau djuga bermaksud supaja aku memaksamu.
Dada Kebo Idjo kini benar kerdentangan. Ia tidak menjangka bahwa Ken Arok akan bersikap demikian terhadapnja. Selama ini ia menganggap bahwa Ken Arok adalah seorang Pelajan dalam jang tidak begitu penting. Adalah kebetulan sadja bahwa ia mendapat tugas dipadang Karautan. Seperti biasanja Akuwu kadang-kadang tidak terlampau pandjang berpikir tentang sesuatu masalah jang tidak dianggapnja penting. Misalnja tentang pembuatan sendang dan taman dipadang Karautan, sehingga ia menundjuk sadja orang jang terdekat pada saat ke inginannja itu tumbuh. Agaknja saat itu Ken Aroklah jang lagi menghadapnya, sihingga anak itulah jang diserahi untuk melakukan tugas itu. Kebo Idjo tidak pernah berpikir bahwa Akuwu Tunggul Ametung pernah menjaksi kan sendiri, bagaimana Ken Arok berkelahi melawan Mahisa Agni ketika mereka sedang melarikan Ken Dedes, dan bagai mana anak muda itu dengan sebuah gerakan jang sama sekali tak terduga2 telah membunuh seorang pradjurit. Apa jang dilihat itu ternjata tetap teringat oleh Akuwu Tunggul Ametung jang senang sekali melihat keperkasaan para Pradjurit dan Pelajan dalamnja. Dan karena keperkasaanja pulalah maka Witantra barada didekat Akuwu itu, dan dahulu djuga Kuda Sempana. Karena hal jang serupa pula maka Kebo Idjo tepat mendapat wisuda dan bahkan kemudian diserahi untuk memimpin sedjumlah pradjurit menjusul Ken Arok dipadang Karautan ini.
Tetapi kini tiba-tibaKebo Idjo menghadapi sikap pelajan dalam jang dianggapnja tidak penting itu, betapa menjakitkan hatinja. Sehingga untuk sedjenak djustru mulutnja terbungkam dan tubuhnja mendjadi gemetar seperti kedinginan.
Selama itu Ken Arok hanja berdiam diri sadja. Ia masih sadja memandangi orang-orangnja jang sedang bekerdja. Seolah-olah ia atjuh tak atjuh sadja atas sikap Kebo Idjo jang mendjadi sangat marah kepadanja.
Sedjenak kemudian maka terdengar Kebo Idjo mengge ram " Kau tidak akan dapat me-nakut2i aku.
"Aku tidak me-nakut2i mu. Aku hanja ingin mendengar pendapatmu tentang dirimu sendiri. Aku kira kau pasti tidak senang mendapat perlakuan jang tidak semestinja. Terlampau keras dan kasar, tanpa mendapat kesempatan untuk menjatakan pendapatnja. Tanpa kesempatan untuk beristirahat dan tertawa.
"Ternjata kau pengetjut " sahut Kebo Idjo jang hampir tidak dapat mengendalikan kemarahannja " kau tidak berani mempertanggung djawabkan kata-katamu sendiri.
"Kenapa" " bertanja Ken Arok masih dalam sikapnja.
"Aku kira kau djuga hanja dapat me-nakut2i para pradjurit itu sehingga kau tidak berani bertindak keras terhadap mereka. Sedang apabila para pradjurit itu berani menentangmu, maka kau surut tidak hanja satu dua langkah. Tetapi kau surut sampai kebatas jang paling aman bagimu.
Kini Ken Arok memalingkan kepalanja. Masih dalam nada jang datar ia bertanja "Apakah maksudmu"
"Kau pengetjut " Kebo Idjo mengulangi. "Kau tidak berani memberikan perintah sebagai seorang pemimpin. Kau hanja berani membudjuk mereka dengan kemandjaan jang ber-lebih2an supaja mereka tidak marah kepadamu.
"Kau jakin begitu" " bertanja Ken Arok.
"Aku jakin. " djawab Kebo Idjo " sekarang kau mentjoba me-nakut2i aku. Tetapi kau tidak berani mempertanggung djawabkan. Dengan litjik kau memutar balikkan arti kata-katamu.
Ken Arok mengerutkan keningnja. Sedang Kebo Idjo berbitjara terus " Apalagi kau sama sekali tidak berhak berbuat apapun djuga atasku. Aku mendapat perintah langsung dari Tuanku Akuwu.
"Bagaimana bunji perintah itu"
Kebo Idjo terdiam sedjenak. Tetapi kamudian ia mendjawab " Aku mendapat perintah untuk membantumu. Hanja membantu Dan itu tidak berarti bahwa aku berada dibawah perintahku.
Kau berada dibawah perintahku. " sahut Ken Arok tegas.
Sekali lagi Kebo Idjo terdiam. Sekali lagi darahnja serasa mendidih dan wadjahnja merah membara.
Namun selama itu ternjata Ken Arok telah mengambil keputusan untuk berbuat sesuatu atas anak jang agaknja keras kepala ini. Ia harus menundjukkan kewibawaannja atasnja menurut tjara jang diingini oleh Kebo Idjo sendiri. Selama ia belum berbuat sesuatu, maka Kebo Idjo pasti masih akan merupakan penghalang bagi setiap rentjana dan pelaksanaannja sesuai dengan tjara jang selama ini telah ditempuhnja dengan hasil jang tjukup baik. Ia tidak senang sama sekali apabila Kebo Idjo tiba-tiba sadja telah merubah suasana jang baik didalam kerdja jang berat ini. Karena itu, maka ia akan berbuat sesuai dengan keinginan Kebo Idjo sendiri.
Sedjenak kemudian terdengar Kebo Idjo itu menggeram
-Kau akan membuktikan bahwa kau bukan seorang pengetjut"
"Bukan itu soalnja. Tetapi sesuai dengan pendapatmu sendiri aku akan berbuat sesuatu atasmu apabila kau tidak tunduk akan perintahku.
-Apa jang akan kau lakukan" = suara Ilebo Idjo gemetar.
" Memaksamu. - Oh "tiba-tiba Kebo Idjo menjingsingkan kain pandjangnja dan menjangkutkannja pada ikat pinggangnja jang lebar dan terbuat dari kulit ular "itukah keinginanmu"
Tetapi Ken Arok masih tetap berdiam diri. Bahkan kini ia telah memandangi para Pradjurit jang bekerdja itu lagi, seolah-olah ia tidak tanggap apa jang dilakukan oleh Kebo Idjo.
"He " berkata Kebo Idjo itu lantang " ajo, -apakah jang kau kehendaki".
Ken Arok berpaling. Bahkan ia bertanja " Apa jang sedang kau lakukan".
Mata Kebo Idjo terbelalak karenanja. Djawabnja " Bukankah kau akan mentjoba memaksakan pendirianmu kepada Kebo Idjo jang kau sangka akan bertekuk lutut dan menjembah kepadamu. Ajo, lakukan kalau kau ingin memaksa aku.
"Ja, aku memang ingin memaksamu. Djadi kau harus tunduk kepada perintahku. Itu sadja.
"Aku tidak mau. Bagaimana kalau pradjuritmu berbuat seperti kau. Tidak mau tunduk kepadamu.
Kemarahan Kebo Idjo ternjata telah membakar kepalanja sehingga hampir-hampir tidak terkendali. Bahkan tiba-tibasadja timbul keinginannja untuk menundjukkan kepada Ken Arok, bahwa ia memang tidak dapat di takut2i atau diantjam dengan tjara apapun Ia akan tetap pada pendiriannja.
"Kalau pradjuritku tidak tunduk kepadaku, aku pukul ia sampai pingsan.
"Bagaimana kalau ia melawan.
"Aku ikat dan aku seret dibelakang punggung kuda. Nah, bukankah kau akan melakukannja atasku jang kau anggap bawahanmu"
"Bagiku tidak perlu. Aku dapat melaporkan hal itu kepada atasanku. Bukankah kau sekarang pradjurit pengawal istana"
Bukankah menurut susunan kepradjuritan kau termasuk dalam lingkungan kekuasaan kakak seperguruanmu, Witantra"
"Itulah sebabnja kau tidak berhak memerintah aku.
"Tetapi pimpinan disini adalah aku. Aku dapat melaporkan apa jang terdjadi atasmu. Kepada kakang Witantra dan bahkan mungkin langsung kepada Akuwu Tunggul Ametung.
"Setan alas "Kebo Idjo menggeram "kau memang pengetjut. Kau tidak berani bertindak dengan kekuatanmu sendiri. Kau akan menjalan gunakan kekuasaan jang ada padamu.
"Itulah jang sebaik-baiknja. Aku tidak ingin bertindak sendiri. Aku tidak ingin memutuskan hukuman jang memang bukan wewenangku. Dan aku tidak ingin berbuat se-wenang2.
"Aku sangka bahwa kau adalah seorang laki-laki. Ternjata kau lebih dari betina pengetjut jang sama sekali tidak berarti.
Ken Arok kini mengerutkan keningnja. Wadjahnja menegang, tetapi ia masih tetap berusaha untuk tidak bertindak ter-gesa-gesa.
"Kau baru sadja datang dipadang Karautan. Djangan membuat persoalan. Kau seorang pradjurit jang tahu kewadjiban seorang pradjurit. Kalau kau melakukan perintahku, maka itu sudah tjukup. Kau tidak perlu berbuat aneh2 disini. Sekarang beristirahatlah. Besok kau akan mulai melakukan kuwadjibanmu. Tetapi ingat, akulah pemimpin disini.
"Aku tidak peduli "djawab Kebo Idjo jang benar-benar sudah tenggelam dalam kemarahannja "aku tidak mau tunduk kepadamu. Bahkan aku ingin membuktikan bahwa aku benar-benar seorang pengetjut.
"Bagaimana kau akan membuktikan"
"Aku mengharap kau berani bertindak atas wewenang jang menurut perasaanmu telah kau terima. Ajo, kau harus memaksa aku. Kalau perlu dengan kekerasan. Sesudah itu terserah kepadamu, apakah kau akan melaporkannya kepada kakang Witantra atau kepada Akuwu Tunggul Ametung. Aku tidak berkeberatan untuk digantung seandainja aku dianggap bersalah menentang sikapmu jang tjengeng terhadap anak buahmu.
"Maksudmu kau ingin berkelahi"
Dada Kebo Idjo tergetar. Meskipun maksudnja memang demikian tetapi keterus- terangan itu telah menghentak djantungnja. Namun akhirnja ia mendjawab "Ja, aku ingin berkelahi.
Ken Arok meng-angguk-anggukkan kepalanja. Iapun ingin berbuat demikian. Tetapi ia tidak mau dihanyutkan oleh kemarahannja sadja. Ia harus tetap menyadari apa jang akan dilakukannja, supaja ia tidak terlepas dari pengendalian diri. Maka katanja kemudian "Apakah kau sudah berpikir masak2.
"Seribu kali kuulangi. Aku tetap dalam pendirianku. Aku ingin melihat apakah orang jang ditempatkan dipadang Karautan ini sudah tepat.
Ken Arok meng-angguk-anggukkan kepalanja "Baiklah kalau kau memang ingin berbuat demikian.
"Bagus "hampir berteriak Kebo Idjo menyahut. Tetapi ia masih melihat Ken Arok berdiri sadja dengan tenangnja, meskipun wadjahnja mendjadi semakin tegang.
"Ajo bersiaplah.
02 Pelangi Di Langit Singasari Karya S H. Mintarja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku bukan seorang jang terlampau bodoh untuk melakukannja sekarang. Para pradjurit itu akan melihat kita berkelahi. Mereka akan kehilangan kepertjajaannja kepada pemimpinnja.
Sekali lagi mata Kebo Idjo terbelalak. Dengan gagap ia bertanja "Lalu, apakah maksudmu sebenarnja"
"Aku memang tidak berkeberatan kita mentjoba untuk sekali-sekali berkelahi. Tetapi tidak dihadapan para pradjurit. Sungguh memalukan. Menang atau kalah, kita sudah kehilangan kewibawaan atasnja. Selandjutnja akan memberikan tjontoh jang sama sekali tidak baik atas mereka, dan merekapun akan saling berkelahi satu sama lain sebagai tjara untuk menjelesaikan setiap persoalan.
"Djadi, bagaimana"
"Aku masih ingin memisahkan masalahnja. Aku kira aku dapat menganggap bahwa persoalan ini adalah persoalan kita. Katakanlah kita jang masih terlampau muda. Aku akan menarik garis pemisah antara persoalan ini dengan kedudukan kita masing-masing. Aku mengharap kau tidak akan dianggap bersalah. Tetapi kita harus bersikap djantan. Siapa jang kalah harus mengakui kekalahannja.
"Itu sama sekali tidak menarik. Kita harus mempertaruh kan sesuatu untuk setiap kemenangan dan kekalahan. Mungkin djabatan, mungkin kehormatan dihadapan saksi2.
Ken Arok menarik nafas dalam-dalam. Ternjata Kebo Idjo adalah seorang jang terlampau jakin akan dirinja dan djustra kejakinannja itulah jang telah mendorongnja untuk bersombong diri. Ia menjadari benar-benar kelebihan2 jang ada didalam dirinja, dan ia ingin melihat orang lain mengagumi kelebihannja itu.
Tetapi Ken Arok tidak ingin menanggapi sikap jang demikian. Ia masih mementingkan kewadjibannja sebagai seorang pemimpin. Ia harus mempertahankan kepertjajaan orang orang-orangnja dan memelihara ketertiban sedjauh mungkin tanpa menundjukkan kekuasaan dan apalagi kekerasan terhadap bawahannja.
"Apa katamu sekarang" "bentak Kebo Idjo ketika Ken Arok tidak segera mendjawab "Kita djadikan para pradjurit itu saksi. Siapakah diantara kita jang berbak untuk mendapat taruhan.
"Sudah aku katakan "sahut Ken Arok "perbuatan jang demikian adalah perbuatan jang terlampau bodoh2 Kita tidak perlu saksi2. Kita pertjaja kepada kedjudjuran dan kedjantanan diri. Ajo, apakah jang ingin kita pertaruhkan"
"Terserah kepadamu "sahut Kebo Idjo.
"Kau jang menentukan.
"Bagus. Kita pertaruhkan djabatan kita. Kalau kau kalah, maka akulah jang memimpin pradjurit2 Tumapel disini. Kau harus tunduk kepada semua perintahku. Kau mendjadi pembantuku disini meskipun Akuwu Tumapel tidak mengingininja.
Ken Arok meng-angguk-anggukkan kepalanja. Taruhannja tjukup bernilai. Tetapi Ken Arok harus tjukup sadar, bahwa ia akan menghadapi perkembangan keadaan jang mungkin sadja tidak dikehendaki. Kebo Idjo jang terlampau membiarkan perasaannja berbitjara itu akan tjepat kehilangan kesadaran dan perkelahian jang demikian akan berkembang tak terkendali. Tetapi ia tidak dapat mentjari seorang saksipun dalam perkelaihan itu. Satu orang sudah tjukup banjak untuk menjebarkan hal itu kepada seluruh pradjurit dipadang Karautan dan orang-orang Panawidjen, dan bahkan seluruh pradjurit Tumapel. Lalu apa kata mereka tentang para pemimpin mereka. Para perwira jang bertengkar satu sama lain Bahkan berkelahi.
"He "Kebo Idjo membentak sekali lagi "kenapa kau diam sadja" Apakah kau mendjadi tjemas, bahwa suatu ketika kau akan mendapat perintah jang berlebih2an diri padaku" Aku tidak sekedjam itu terhadap bawahanku jang tunduk kepadaku. Kaupun tidak akan aku perlakukan terlampan keras seandainja kau tidak selalu menentang keputusan2 jang aku buat.
" Hem "Ken Arok menggelengkan kepalanja "Witantrapun tidak akan berbuat serupa kau ini meskipun ia kakak seperguruanmu. Kau terlampau mejakini kelebihanmu. Mungkin akhir-akhir ini kau mendapat banjak kemadjuan. Tetapi djangan terlampau berbangga.
"Djangan banjak berbitjara "potong Kebo Idjo "kita buktikan sadja. Aku telah menemukan kekuatan didalam diriku. Kekuatan jang hampir tidak pernah dapat diungkapkan. Aku akan segera melampaui kakang Witantra. Mungkin kakang Mahendra kini sudah tidak dapat mengalahkan aku.
Terasa sebuah gedjolak melanda dinding-dinding djantung Ken Arok. Iapun masih tjukup muda. Untunglah bahwa ia menjadari dirinja. Dirinja jang baru sadja bangkit dari reruntuhan jang mengerikan dari watak dan sifat orang-orang tua jang mengasuhnja. Untunglah bahwa ia menjadari bahwa kadang-kadang ia masih djuga dapat lupa diri dan berbuat kasar, sekasar pada saat-saat ia berkeliaran dipadang Karautan. Tetapi kali ini ia tjukup sadar. Tjukup berusaha untuk tidak kehilangan kesadaran itu.
(Bersambung, "ke Jilid 31)
Pelangi di Langit Singasari
SH. Mintardja Jilid : 31 " 35 ________________________________________
Jilid 31 " AJO, kita tentukan. Dimana kita akan berkelahi apa bila kau menghindari saksi2. Mungkin kau tidak ingin mendapat malu atau mungkin kau akan berbuat tjurang, mengingkari perdjandjian ini.
" Nanti kita tentukan, dimana kita akan mengudji diri.
" Tidak nanti, sekarang.
Ken Arok menggeleng " Tidak. Aku tidak mau. Aku harus menunggui orang2 jang sedang bekerdja itu sampai selesai supaja mereka tidak kehilangan gairah. Supaja mereka tidak merasa bahwa mereka kehilangan kesempatan mereka beristirahat karena kau.
" Persetan dengan tjetjurut2 itu. Itu adalah kuwadjibannja. Melakukan perintah atasannja.
" Sedjak semula kita berbeda pendirian. Kita masih belum menentukan siapa jang kalah dan menang diantara kita. Karena itu sampai saat ini aku masih tetap pimpinan tertinggi dari setiap orang jang berada dipadang Karautan ini. Kau djuga masih tetap di bawah perintahku. Tetapi aku beri kau keleluasaan. Kalau kau mau beristirahat, beristirahatlah. Djangan ganggu aku dengan tjara2 jang selalu aku lakukan selama ini. Paga itu pasti siap sebelum malam.
Darah Kebo Idjo serasa mendidih dikepalanja. Sikap Ken Arok benar2 menjakitkan hatinja. Meskipun Ken Arok itu se-olah2 bersikap atjuh tak atjuh sadja, namun djustru sikap jang demikian itu terasa sangat mengganggu. Ternjata
Ken Arok sama sekali tidak terpengaruh oleh kata2nja. Ken Arok ternjata sama sekali tidak niendjadi tjemas, apalagi takut.
Tetapi Kebo Idjopun tjukup pertjaja kepada diri sendiri. Kemadjuan9 jang ditjapainja achir2 ini membuatnja semakin rongeh. Meskipun dihadapan gurunja ia tampak, baik dan tenang, tetapi di-saat2 lain, disaat ia tidak bersama gurunja, maka kadang2 ia mendjadi seperti kuda lepas kendali. Kini Kebo Idjo se-oIah2 sudah tidak menghiraukan lagi peringatan2 jang diberikan oleh Mahendra, seandainja ia dianggap bersalah. Tetapi ia masih segan terhadap kakak seperguruannja jang tertua, Witantra jang kebetulan mendjadi Senapatinja pula didalam susunan kepradjuritan.
" Djadi apa maumu " " bertanja Kebo Idjo sambil menggeram.
" Nanti malam kita pergi kesendang buatan. Kita akan mendapat banjak waktu untuk berkelahi. Semalam suntuk. Kalau masih djuga belum selesai, kita teruskan malam beri kutnja.
" Bagus " sahut Kebo Idjo lantang " aku akan melajanimu empat puluh malam. Tetapi aku kira tidak sampai tengah malam aku sudah dapat menjelesaikannja.
Sekali lagi terasa sebuah gedjolak jang tadjam melanda dinding2 djantung Ken Arok. Bahkan sedjenak ia terdiam. Namun pandangan matanja mendjadi semakin tadjam. Meskipun demikian, Ken Arok selalu berusaha untuk tidak kehilangan keseimbangan perasaan.
Dan ia mendengar Kebo Idjo berkata terus - Bagaimana" Apakah kau tidak senang mendengar kata2ku"
" Ja, kata2mu memang memuakkan -- djawab Ken Arok.
" Persetan. Adalah hakku untuk berkata apa sadja sesuka hatiku. Kalau kau mau marah, marahlah. Djangan menunda kemarahanmu itu, supaja kau tidak akan kehilangan.
" Aku memang marah, dan aku memang tidak ingin menjembunjikan kemarahan. Tetapi aku tidak pernah berbuat sesuatu dalam kemarahanku.
" Bohong - Kebo Idjo itu berteriak lagi - kau memang pembohong dan pengetjut.
" Djangan ber-teriak2 - potong Ken Arok - djangan membuat kesan jang djelek terhadap para pradjurit. Sebaiknja kau tersenjum dan kalau tidak mampu, pergilah beristirahat.
Terdengar Kebo Idjo itu menggeram. Tetapi ia tidak berhasil memantjing kemarahan Ken Arok sehingga kehilangan keseimbangan diri. Karena itu, maka Kebo Idjo itu sendirilah jang harus menahan diri dan menunda pelepasan kemarahannja sampai malam nanti.
Dengan wadjah jang gelap ia berkata " Baik, aku akan tidur. Sebelum malam paga itu harus sudah siap. Aku akan mengatur pakaianku sebelum gelap. Sesudah itu, aku akan pergi kesendang buatan menunggumu.
" Baik. Pergilah. Aku sudah muak mendengar suaramu dan melihat tampangmu. " sahut Ken Arok.
Kebo Idjo jang sudah mulai melangkahkan kakinja, bah kan tertegun. Ketika ia berpaling ia melihat Ken Arok ber djalan menmggalkannja.
" Kemana kau" - bertanja Kebo Idjo.
" Aku akan membantu orang2 jang sedang bekerdja itu.
Sedjenak Kebo Idjo terpaku ditempatnja. Perwira muda itu tidak mengerti sikap Ken Arok. Ia menerima tantangannja, namun sementara itu keperluannja ditjukupinja. Ia tidak menolak permintaannja untuk membuat sebuah paga. Ia tidak membuat perintah lain kepada para pradjurit itu, ia sama sekali tidak melarang, dan bahkan akan membantunja.
" Ah, betapa litjiknja - geram Kebo Idjo itu tiba2 " ia ingin mempengaruhi perasaanku supaja aku kehilangan kemarahanku. Ia sengadja menunda perkelahian itu untuk meredakan hatiku. Ternjata ia kini dengan tanpa malu2 telah membantu para pradjurit menjiapkan keperluanku. Hem, kenapa ia tidak sadja berterus terang dan minta maaf kepadaku " Tetapi biarlah ia menjadari, bahwa aku tidak senang terhadap sikapnja jang tjengeng. Aku tidak ingin memandjakan para pradjurit disini. Dan aku ingin mengurungkan perkelahian nanti malam meskipun barangkali aku tidak akan terlampau menjakitinja. Aku pernah mendengar beberapa kelebihan anak muda itu. Tetapi ia tidak pernah mendapat tuntunan setjara teratur, sehingga mungkin ia hanja mampu berbuat beberapa kelebihan jang liar. Namun ia tidak dapat berbuat sesuka hatinja.
Dengan wadjah jang berkerut-kerut Kebo Idjo melangkah kembali kedalam gubugnja. Gubug jang sangat mendjemukan bagi Kebo Idjo jang baru sadja menempatinja. Pakaiannja masih berada dalam sebuah kerandjang jang diletakkannja disamping tikar pembaringannja.
" Ken Arok memang pemalas. Ia dapat memerintahkan beberapa pradjurit menjiapkan sebuah amben, sebuah paga dan kalau mungkin sebuah geledeg kaju. Tetapi disini tidak ada apa2 selain rumput kering dan tikar pandan jang kasar ini.
Sementara itu Ken Arok telah berada diantara para pradjurit jang sedang bekerdja membuat paga. Beberapa orang melihat sikap Kebo Idjo jang aneh dari kedjauhan. Bahkan ada jang melihat anak muda itu menjingsingkan kain pandjangnja. Tetapi mereka tidak melihat suatu perubahan sikap Ken Arok, sehingga mereka mengambil kesimpulan bahwa Kebo Idjo sedang bertjeritera. Begitu asjik dan mantapnja ia mengutjapkan tjeriteranja, sehingga ia membuat beberapa gerakan jang aneh2.
Para pradjurit itu sama sekali tidak menjadari, bahwa Ken Arok dan Kebo Idjo telah membuat perdjandjian untuk berkelahi disendang buatan nanti malam.
Apalagi sikap Ken Arok terhadap mereka sama sekali tidak berubah. Pemimpin mereka itu masih tetap tersenjum dan bahkan kemudian membawa para pradjurit itu dalam suatu pertjakapan jang lutju.
Dengan demikian maka pekerdjaan mereka telah mereka lakukan dengan tanpa merasa kehilangan atas sisa hari istirahat mereka. Mereka bekerdja sambil bergurau, tertawa dan jang tidak mereka lupakan adalah makan.
" Djangan takut kehabisan " teriak salah seorang pra djurit jang menjuapi mulutnja ber-lebih2an " djuru masak istana masih berada disini.
" Tetapi sampai kapan " Hari ini adalah hari terachir kita dapat ber-malas2. Tetapi apakah hari terachir pula bagi mulut2 kita untuk bekerdja keras "
" Tidak " Ken Aroklah jang menjahut " madaran istana akan berada disini tudjuh hari tudjuh malam. Besok kalian sudah bekerdja kembali, tetapi persediaan makan kalianlah jang berbeda dengan hari2 biasa.
Hampir bersamaan para pradjurit itu bersorak.
" Tetapi djangan kalian lepaskan bambu ditangan kalian " Ken Arok memperingatkan.
" Sudah hampir selesai. Sebentar lagi paga ini sudah berdiri.
" Bagus " desis Ken Arok " lebih tjepat selesai lebih baik.
Para pradjurit itupun kemudian mempertjepat kerdja mereka. Meskipun mereka masih tetap melakukannja sambil bergurau, namun tangan mereka mendjadi semakin lintjah menggerakkan alat2 mereka.
Sebentar kemudian maka paga jang dimaksudkan itu sudah dapat didirikan. Dengan tali2 idjuk maka setiap bagiannja diikat baik2. Tiang2nja, belandar dan pengeretnja. Palang2 dan kemudian galar.
" Bagus " desis Ken Arok " paga itu tjukup baik. Tiga rak2an sudah tjukup. Tetapi agak terlalu pandjang.
" O " sahut salah seorang pradjurit " mungkin pakaiannja terlampau banjak. Kalau tidak maka sebagian akan dapat dipakai untuk meletakkan barang2 jang lain.
Ken Arok meng-angguk2an kepalanja. Kemudian katanja " Bawa paga ini kegubuk Kebo Idjo. Ia masih terlampau lelah. Djangan membantah apapun jang dikatakannja. Besok ia akan berubah apabila ia sudah tidak lelah lagi. Ia seorang pemimpin jang baik. Mungkin ia lebih keras daripada aku dalam beberapa hal, tetapi maksudnja harus dapat kalian mengerti selaku pradjurit2 jang taat pada tugas2nja sebagai seorang pradjurit.
Para pradjurit itu mengerutkan keningnja. Peringatan itu ternjata memberikan kesan jang2 aneh didalam hati para pradjurit itu. Se-akan2 Ken Arok ingin mengatakan kepada mereka, bahwa mereka harus berusaha menjesuaikan diri mereka dengan pemimpin mereka jang baru.
Sementara itu Ken Arok berkata selandjutnja " Kalau kau mendjumpai sikapnja jang keras bahkan se-akan2 tampak kasar, kalian djangan terkedjut. Itu adalah wataknja. Tetapi ia bermaksud baik " Ken Arok berhenti sedjenak, lalu diteruskannja " Seperti pada saat ia memerintahkan kepada kalian membuat paga. Mungkin kalian terkedjut dan kurang senang. Tetapi pemimpinmu jang baru itu tahu, bahwa mem buat paga dan dilakukan ber-sama2 oleh sepuluh orang bah kan lebih, sama sekali tidak akan memberati kalian meskipun kalian sedang beristirahat. Bukankah pekerdjaan itu tjepat selesai dan kalian masih sempat menikmati kegembiraan bersama kawan2 kalian jang lain.
Para pradjurit itu meng-angguk2kan kepala mereka. Tetapi ketika mereka menengadahkan wadjah2 mereka kelangit, maka mereka melihat langit se-olah2 terbakar oleh sinar2 sendja jang tersisa.
Ken Arok melihat wadjah2 mereka jang ketjewa, karena hari2 jang menjenangkan ini sudah hampir habis.
" Kalian masih mempunjai semalam lagi. Malam nanti kalian dapat menghabiskan semua jang masih tersisa dihatimu dalam kegembiraan ini. Obor2 akan dipasang. Makan jang jang paling enak akan disiapkan. Djangan menjesali sepotong hari jang hilang karena paga itu.
Pradjurit2 itu pun kemudian tersenjum. Salah seorang diri jang berkata " Marilah kita mandi. Kita habiskan malam ini dengan se-baik2nja. Besok dan seterusnja kita sudah akan terbenam lagi dibendungan atau disendang itu.
Jang lainpun kemudian tertawa pula.
" Nah, sekarang bawa paga itu kepada adi Kebo Idjo -berkata Ken Arok kemudian.
Beberapa orangpun kemudian mengangkat paga itu dan membawanja kepada Kebo Idjo.
Didalam gubugnja Kebo Idjo sedang berbaring untuk melepaskan penatnja. Meskipun ia tahu bahwa dilangit warna2 merah telah menjala, tetapi ia masih sadja berbaring diam. Angan2nja membubung tinggi se-olah2 ingin menggapai awan. Dinikmatinja kembali saat wisudanja. Kemudian disesalinja perintah Akuwu jang mengirimkannja kepadang jang kering dan sepi ini.
" Gila - gerutunja. Kebo Idjo merasa dirinja terlampau malang. Ia membajangkan isterinja jang belum lama dikawininja, pasti merasa sepi djuga dirumah.
" Disini aku berkumpul dengan orang2 gila seperti Ken Arok. Kenapa Ken Arok itu mendapat kedudukan jang baik didalam lingkungan Pelajan-dalam. Tetapi agaknja Akuwu ketjewa djuga atasnja ternjata ia dikirim kepadang Karautan ini. " Tiba2 ia terkedjut sendiri. Desisnja " Djadi, apakah demikian djuga terhadapku. " " Lalu didjawabnja sendiri " Ah, pasti tidak. Aku mempunjai kedudukan jang berbeda dengan Ken Arok. Ken Arok adalah seorang jang sepantasnja dilemparkan dipadang ini. Sedang aku dikirim Akuwu untuk mengawasinja. Asal kamipun berbeda. Aku kira Ken Arok adalah anak padesan, atau anak padang2 rumput. Aku dilahirkan di Tumapel. Didalam lingkungan orang2 besar.
Tiba2 Kebo Idjo itu terkedjut ketika ia mendengar langkah2 kaki mendatanginja. Sambil berbaring sadja ia berteriak " He, siapa itu "
" Kami " terdengar seseorang menjahut -- kami mengantarkan paga jang telah selesai kami buat.
Dengan malasnja Kebo Idjopun bangkit Bawa masuk.
Para pradjuritpun kemudian membawa paga itu masuk kedalam gubug Kebo Idjo.
" Ah " Kebo Idjo berdesah " matjam itulah ketjekapan kalian membuat perkakas " .
Para pradjurit itu saling berpandangan. Mereka kemudi an berdiri dengan gelisah ketika mereka melihat Kebo Idjo me-raba2 paga itu dan meng-gojang2kannja.
" Tidak sampai sebulan paga ini sudah roboh " katanja " pada hal aku berada dipadang ini sampai taman itu dibuka. Kalian benar2 bodoh.
Tak seorangpun jang mendjawab.
" Apa lagi jang kalian tunggu he " Kenapa kalian masih berdiri sadja disitu " Apakah kalian menunggu aku me-mudji2 kalian atas pekerdjaan kalian jang djelek ini "
Para pradjurit itu terkedjut. Kemudian satu demi satu mereka melangkah keluar meninggalkan gubug Kebo Idjo itu. Dengan dahi jang berkerut mereka melihat, bajangan hitam dari langit se-olah2 hendak menerkam mereka dan seluruh padang Karautan.
Satu2 bintang mulai bermuntjulan. Warna2 sendja jang menjangkut pinggiran awan jang hanjut diudara, semakin lama mendjadi semakin pudar.
Para pradjurit itupun kemudian melangkah dengan ter2gesa2 kegubug masing2. Salah seorang dari mereka " Semua orang telah siap mengitari makan mereka. Aku masih belum mandi.
" Kau kira aku djuga sudah mandi " Bukankah kita sekelompok jang sedang sial ini masih belum mandi seluruhnja.
" Ajo, tjepat kita mandi. Kalau kita terlambat, maka kita tidak akan mendapat bagian. Kita hanja akan menemukan sisa2 makan mereka.
" Kita pasti terlambat. Lihat - berkata salah seorang dari mereka sambil menundjuk ketempat terbuka disamping perkemahan mereka " Obor2 telah dipasang. Mereka telah duduk berkeliling.
" Uuah " pradjurit jang termuda diantara mereka menjahut - aku akan menjesal sepandjang umurku kalau aku tidak dapat ikut makan bersama kali ini.
Tiba2 mereka terkedjut ketika mereka mendengar suara lirih dibelakangnja " Djangan takut. Aku akan menunggu kalian.
Tersentak mereka berpaling. Ternjata dibelakang mereka berdiri Ken Arok sambil tersenjum - Itulah agaknja jang selalu kalian pikirkan. Sekarang, tjepat, pergi mandi. Kami akan menunggu kalian supaja kalian tidak menjesal sepandjang umur kalian.
Para pradjurit itupun tersenjum pula; Salah seorang dari mereka mendjawab " Mumpung. Mumpung kami mendapat kesempatan. Belum tentu kesempatan jang serupa akan datang disaat jang lain nanti.
Kawan2njapun tertawa pula.
" Ajo, tjepat mandi. Kalau kalian terlampau lama, maka kami tidak akan menunggu kalian. Makan bersama itu akan segera aku buka.
Para pradjurit itupun tertawa. Tetapi langkah mereka benar2 mendjadi semakin pandjang. Dengan ter-gesa2 mereka pergi kebendungan untuk mandi.
Ditempat jang terbuka, para pradjurit dan orang2 Pana widjen telah duduk dalam satu lingkaran jang luas, ber-sap2. Hari ini mereka akan menikmati atjara jang meriah. Makan bersama. Obor2 telah dipasang hampir setiap sepuluh langkah. Beberapa orang jang bertugas telah sibuk menjiapkan makan mereka.
Ken Arok berdiri sambil menjilangkan kedua tangannja didadanja. Diawasinja orang2 jang duduk sambil berkela kar itu. Mereka tampak gembira. Satu dua diantara mereka memper tjakapkan perkawinan Akuwu Tunggul Ametung dengan Ken Dedes. Terutama orang2 Panawidjen. Mereka pada umumnja merasa bangga, bahwa gadis dari padepokan Panawidjen akan mendjadi seorang permaisuri Tumapel. Tetapi sebagian para pradjurit itu sama sekali tidak memperdulikannja. Mereka hanja mendjadi gelisah ketika makanan masih djuga belum di-bagi2kan.
Ternjata Ken Arok menepati djandjinja. Ia menunggu beberapa orang jang sedang mandi setelah mereka membuat paga bagi Kebo Idjo. Baru setelah semua orang berkumpul, maka Ken Arok menjuruh seorang pradjurit jang paling djenaka diantara mereka, untuk membuka atjara makan bersama itu. Dengan gajanja jang chusus pradjurit itu berdiri didalam lingkaran, dan dengan lutjunja ia mengutjapkan beberapa patah kata. Setiap kali terdengar kawan2nja tertawa meledak. Orang2 Panawidjenpun tertawa pula ter-kekeh2 sehingga ada diantara mereka jang terpaksa memegangi perut mereka jang belum terisi.
Ken Arok berdiri sadja sambil ter-senjum2. Namun tiba2 wadjahnja berkerut ketika tiba2 sadja Kebo Idjo telah berdiri disampingnja " Aku menunggumu disendang buatan itu " desisnja.
Ken Arok menarik nafas dalam2. Djawabnja " Baik. Aku akan menjelesaikan atjara ini. Dan aku akan segera pergi ke Sendang itu.
" Kau menunggu marahku lilih "
Dada Ken Arok berdesir. Tetapi ia tidak ingin mengganggu kegembiraan orang2nja bersama orang2 Panawidjen. Djawabnja per-lahan2 " Tidak, djustru aku menunggu kau mendjadi semakin marah. Aku ingin kita berkelahi dengan sungguh2.
" Setan alas " Kebo Idjo berdesis.
" Djangan keras2 " potong Ken Arok. Ia masih tetap menjadari keadaan sepenuhnja " djangan merusak suasana.
" Persetan dengan atjara gilasan ini. " djawab Kebo Idjo " Atau kita manfaatkan pertemuan ini sama sekali"
" Buat apa " " Kita buat atjara jang pasti paling meriah. Kita berkelahi di-tengah2 arena ini.
" Kau gila. Sudah aku katakan bahwa aku tidak mau memberi mereka tjontoh jang djelek.
" Kalau begitu, tjepat, pergi kesendang itu.
" Aku akan menjelesaikan atjara ini. Sebaiknja kau ikut pula bergembira bersama para pradjurit dan orang2 Panawidjen itu.
" Huh, aku bukan termasuk orang2 jang dapat digem birakan oleh sebungkus nasi gebuli.
" Oh, kau salah. Jang membuat mereka bergembira bukan sebungkus nasi gebuli. Tetapi mereka merasakan kemesraan hubungan antara mereka. Itulah jang menggembirakan.
" Omong kasong. Kegembiraan jang demikian hanjalah untuk pradjurit2 rendahan dan orang2 padesan seperti orang2 Panawidjen. Tjepat, selesaikan atjaramu jang gila ini. Aku hampir tidak sabar. Aku akan pergi dahulu. Kalau lewat tengah malam kau tidak datang aku anggap kau kalah dalam pertaruhan ini, dan kekuasaan disini berada ditanganku. Akulah jang berhak mengatur semuanja. Aku ingin menghilang kan setiap kebiasaan jang djelek disini. Tjengeng, ber-mandja2 dan malas. Sama sekali bukan sikap dan sifat seorang pradjurit Tumapel jang perkasa.
Ken Arok tidak segera menjahut. Ia menganggap bahwa lebih baik ia berdiam diri supaja Kebo Idjo tidak ber-teriak2. Apabila anak itu kehilangan pengendalian diri, maka ia pasti akan ber-teriak2 dan berbuat diluar sadarnja. Dengan demikian maka akan dapat timbul hal2 jang tidak dikehendakinja.
Tetapi Kebo Idjo itu mendesaknja " Bagaimana"
Ken Arok mengangguk "-ja, aku sanggupi " djawabnja
" Bagus. " sahut Kebo Idjo " aku akan pergi sadja dari tempat jang memuakkan ini. Biarlah mereka makan makanan jang belum pernah mereka makan. Tetapi bagiku
makanan2 itu sama sekali tidak menimbulkan selera lagi Aku akan berbaring sadja dibilikku, lalu pergi ke Sendang itu. Seleraku hari ini adalah berkelahi.
" Baik " djawab Ken Arok " kita berdjandji sadja.. Tepat tengah malam.
" Bagus Kebo Idjopun kemudian meninggalkan tempat jang riuh oleh suara gelak tertawa itu. Suara gelak tertawa jang baginja sangat mengganggu perasaannja. Ia ingin melihat para pradjurit itu hormat padanja disegala tempat dan waktu. Dalam pertemuan jang demikian, maka ia harus mendapat tempat jang terhormat dan chusus. Tidak berada ber-sama2 dalam lingkungan para pradjurit dan orang2 Panawidjen seperti Ken Arok dan Ki Buyut.
" Betapa bodohnja mereka itu. Mereka merendahkan dirinja " gumamnja disepandjang langkahnja menudju kebiliknja. Wadjahnja mendjadi sedemikian gelap. Se-olah2 tengah malam datangnja terlampau lama.
Ken Arok dapat mengerti djuga pendirian Kebo Idjo. Tetapi ia berpendirian lain. Kewibawaan tidak perlu di bangunkan dengan membuat garis pemisah antara pemimpin dan jang dipimpin. Setiap kali para pemimpin harus menundjukkan kelebihannja dalam keadaan jang wadjar. Memberi petundjuk2 dan tjontoh2 jang baik. Memang sekali2 perlu ber buat keras, tetapi dalam batas2 kewadjaran. Tidak ber-lebih2an. Apalagi sengadja dipamerkan berlandaskan kekuasaan.
Sementara itu kegembiraan orang2 Panawidjen dan para pradjurit Tumapel berdjalan dengan riuhnja. Setiap kali terdengar suara tertawa. Meskipun mereka telah mendapatkan makan masing2, tetapi suara kelakar mereka masih sadja terdengar. Orang2 itu mulai mengelompokkan diri dalam lingkaran2 jang lebih ketjil. Dan diantara mereka mulai timbul permainan2 jang lutju. Setiap kelompok mempunjai tjara masing2 untuk bergembira dan tertawa.
" Kalau mereka telah lelah, maka mereka akan berhent dengan sendirinja " guman Ken Arok.
Maka dengan diam2 ditinggalkannja tempat jang riuh itu. Ia ingin memenuhi djandjinja terhadap Kebo Idjo. Karena itu maka dibenahinja pakaiannja. Mungkin ia harus berkelahi dengan sepenuh tenaganja. Ia belum tahu pasti kekuatan Kebo Idjo. Tetapi ia dapat menduganja, bahwa anak itu pasti sudah mendjadi semakin madju.
Sedjenak ia singgah kedalam gubugnja. Disuapinja mulutnja dengan beberapa potong makanan dan beberapa teguk minuman. Ia tahu dan menjadari bahwa ia sedang melaku kan suatu permainan jang berbabaja. Tetapi ia tidak mempunjai tjara lain untuk menundukkan Kebo Idjo.
" Tetapi kalau aku tidak dapat memenangkan perkelahian ini, maka semua djabatanku pasti akan lenjap bersama kekalahanku. Apabila Akuwu mendengarnja, mungkin aku akan ditarik kembali ke Tumapel, untuk menerima kemarahannja. Bahkan mungkin aku akan dapat disingkirkan. Akuwu pasti tidak akan senang mendengar hal ini terdjadi.
Ken Arok mengerutkan keningnja. Kemudian desahnja -Itu akan lebih baik dari pada Kebo Idjo selalu mengganggu semua rentjana dan tjara jang aku lakukan. Kalau ia menang, biarlah ia mengambil alih pimpinan dengan akibat jang paling pahit jang dapat terdjadi atasku. Tetapi kalau aku berhasil, aku tidak akan diganggunja lagi.
Sedjenak kemudian Ken Arok itu berdiri. Sekilas dipandanginja pedangnja jang tersangkut didinding. Tetapi kemudian ia menggeleng " Tidak perlu. Sendjata akan sangat berbahaja bagi orang2 jang kadang2 dapat lupa diri. Kebo Idjo adalah seorang jang mudah kehilangan pengendalian diri, dan aku agaknja bukan seorang jang terlalu kuat bertahan dalam kesadaran jang penuh. Biarlah aku tidak usah membawa sendjata apapun.
Sedjenak kemudian Ken Arok itupun melangkah keluar. Ketika ia menengadahkan wadjahnja, dilihatnja bintang2 sudah djauh berkisar. Tetapi lamat2 ia masih mendengar gelak tertawa dipinggir perkemahan, dan ia masih melihat tjahaja api obor jang se-olah2 memantjar kelangit.
Per-lahan2 ia berdjalan meninggalkan perkemahannja. Langkahnja berdesir diantara gubug2 jang sepi. Tetapi Ken Arok sengadja tidak melalui gubug Kebo Idjo. Ia ingin berdjalan sendiri. Biarlah Kebo Idjo itu mendahuluinja atau menjusulnja kemudian.
" Aku masih mempunjai waktu " desis Ken Arok " masih belum tengah malam.
Dalam kesepian padang rumput Karautan Kru Arok melangkah setapak demi setapak. Dipandangnya parit indukjang membudjur disamping kakinja. Parit itu sudah tjukup dalam dan lebar. Apabila air sudah naik dari bendungan, maka parit induk itu sudah tjukup dapat menampung airnja, dan mengalirkannja sampai kesendang buatan. Disepandjang susukan itu beberapa kali Ken Arok harus melontjati parit2 jang ber-tjabangs. Seperti akar pepohonan jang menghundjam langsung kedalam bumi, demikianlah parit2 itu mendjalar keseluruh bagian padang Karautan jang akan didjadikan tanah persawahan.
Alangkah djauh perbedaan perasaan jang dialaminja. Dahulu ia djuga selalu berkeliaran dipadang ini. Tetapi kini terasa bahwa kehadirannja dipadang Karautan itu bermanfaat. Tidak sadja bagi dirinja sendiri, tetapi bagi banjak orang jang memerlukan tempat tinggalnja.
Malampun mendjadi semakin malam. Ken Arok masih melangkah perlahan-lahan. Dilepaskannja pandangan matanja sedjauh2 dapat ditjapainja. Dipandanginja bintang2 dilangit dan mega jang keputih-putihan memulas wadjah jang kehitam-hitaman jang terbentang dari udjung bumi keudjung jang lain.
Sekali2 terasa desir jang halus terasa didalam dada anak muda itu. Anak muda jang tidak pernah menikmati masa2 mudanja dengan wadjar. Namun djustru karena itulah, maka ia mendjadi tjukup dewasa menghadapi berbagai masalah. Ia tampak djauh lebih matang daripada anak-anak muda sebaja nja.
Dan kini ia akan berhadapan dengan anak muda jang masih kekanak-kanakan, Kebo Idjo.
" Kemampuan anak itu terlampau tinggi dibanding kan dengan sifat kekanak-kanakannja " katanja didalam hati " apabila tidak ada keseimbangan, maka hal itu akan berbahaja baginja sendiri dan bagi lingkungannja.
Ken Arok menarik nafas dalam. Bahkan kemudian ia berdesis " Kini akulah jang pertama-tama akan memper taruhkan diri. Kalau aku kalah, maka akulah korban diantaranja. Dan korban2 sematjam itu akan terus menerus berdjatuhan.
Ken Arok menengadahkan wadjabnja ketika terasa angin kentjang menusap tubuh nja. Dingin malam mulai merajapi kulitnja jang berwarna merah tembaga karena terik mata hari jang setiap hari menjengatnja.
Langkahnja terhenti ketika ia mulai mengindjallan kakinja diatas tanah jang mulai dipagarinja. Bagian dari taman jang sedang dibuatnja. Ditengah-tengah taman itulah ia membuat sebuah sendang.
Ternjata djustru Kebo Idjolah jang belum sampai ketempat itu. Karena itu maka ia masih harus menunggu. Diletakkannja tubuhnja diatas sebongkak batu jang masih belum dipasang.
Tetapi ternjata ia tidak menunggu terlalu lama. Didalam gelapnja malam ia melihat sesosok bajangan mendekati sendang itu. Belum lagi ia sempat menegurnja, didengarnja bajangan itu telah memanggil namanja keras2 " He, Ken Arok. Dimana sendang itu" Apakah kau sudah berada disana "
Sengadja Ken Arok tidak segera mendjawab. Ia menja dari bahwa dirinja berada di bawah lindungan pepohonan jang masih belum terlampau tinggi, sehingga tempatnja duduk pasti lebih gelap dibandingkan dengan tempat-tempat jang terbuka.
" Ken Arok, he Ken Arok. Apakah kau belum datang"
" Gila " desis Ken Arok didalam hatinja " seandainja aku belum datang, siapakah jang harus mendjawab"
Kemudian didengarnja Kebo Idjo itu menggerutu " Setan alas. Aku masih harus menunggu. Kalau ia tidak datang tengah malam, maka aku akan mengambil alih semua pimpinan. Disetudjui atau tidak disetudjui oleh Akuwu. - Kebo Idjo terdiam sedjenak. Dan bajangan jang lamat-lamat didalam gelapnja malam itu mendjadi semakin dekat. Dan sekali lagi terdengar Kebo Idjo itu bergumam " Inilah agaknja taman dan sendang buatan itu.
Anak muda itu kini berhenti melangkah. Sambil bertolak pinggang ia memandang berkeliling. Tetapi ternjata gelap malam telah mengganggunja.
" Hem " ia berdesis " sampai kapan aku harus menunggu.
Tetapi tiba2 ia terlondjak. Selangkah ia mundur namun djelas bagi Ken Arok, bahwa anak itu benar2 lintjah dan tangguh. Begitu ia tegak berdiri, maka iapun telah siap untuk melawan setiap serangan jang datang.
" Siapa kau he " " Kebo Idjo berteriak " ajo, mendekatlah. Kita berhadapan setjara djantan.
Ternjata Kebo Idjo telah dikedjutkan oleh desir kaki Ken Arok jang sedang berdiri. Ia sengadja memperdengarkan geraknja supaja Kebo Idjo mengetahui bahwa seseorang telah menunggunja. Karena itu maka sambil tertawa pendek Ken Arok berkata " Djangan terkedjut adi Kebo Idjo. Aku sudah lama menunggumu.
" Demit, tetekan. " Kebo Idjo mengumpat " kenapa kau diam sadja ketika aku memanggil namamu " Ken Arok, apakah kau ingin menjerang aku dengan diam2 he "
" Tidak Kebo Idjo " djawab Ken Arok " aku mentjoba mendengar pendapatmu tentang taman ini. Tetapi kau tidak mengutjapkan pendapat itu. Bahkan kau selalu menggerutu dan meng-umpat2 sadja.
" Djelek " desis Kebo Idjo " taman ini djelek sekali Akuwu Tunggul Ametung pasti tidak akan puas melihatnja
Ken Arok melangkah madju. Sekali lagi ia tertawa pendek ambil berkata " Mudah2an Akuwu tidak sependapat dengan kau. Aku mengharap bahwa taman ini akan menggembirakan hatinja dan hati permaisurinja.
" Mungkin kau dapat menggembirakan hati permaisurinja. Permaisuri jang meskipun tjantiknja melampaui bintang pagi, tetapi ia berasal dari Panawidjen. Tamanmu ini pasti akan lebih baik dari taman dipadepokan gadis itu. Tetapi berbeda dengan Akuwu Tumapel. Akuwu itu sedjak ketjilnja hidup didalam lingkungan jang baik. Itulah sebabnja maka Akuwu pasti mampu menilai tamanmu itu.
" Aku tidak berkeberatan " sahut Ken Arok " seandainja Akuwu tidak tidak puas dengan taman itu, maka itu akan mendjadi peladjaran bagiku, bahwa aku masih belum mampu memenuhi tugasku.
" Dan kau akan mendapat hukuman dari padanja. Kau akan dipetjat dari djabatanmu.
" Biarlah. " Mungkin kau akan dihukum gantung.
" Biarlah. Kalau memang seharusnja demikian.
" Gila. Kau mudah berputus asa. " geram Kebo Idjo - ajo, sekarang kita selesaikan persoalan kita. Apakah kau tetap pada pendirianmu " Atau barangkali kau sudah merubah keputusanmu untuk mengurungkan niatmu berkelahi dan tidak lagi berkeras kepala tentang sikap dan pendirianmu jang salah itu.
Ken Arok memandangi Kebo Idjo dengan tadjamnja. Tetapi dalam kegelapan, Kebo Idjo tidak dapat melihat sorot mata Ken Arok jang se-alah2 menjalakan api.
Tetapi jang didengar oleh Kebo Idjo, Ken Arok itu menarik nafas dalam2. Anak muda itu masih mentjoba untuk menahan gelora didadanja. Meskipun penghinaan itu hampir tak tertahankan, namun ia masih tetap mengingat diri, bahwa setiap perbuatannja pasti akan dilihat oleh segenap pradjurit Tumapel di padang Karautan, orang2 Panawidjen dan bahkan seluruh pradjurit Tumapel dan Akuwu Tunggul Ametung.
Kebo Idjo jang merasa kata2nja tidak terdjawab, dan bahkan Ken Arok masih diam sadja mematung, mengulanginja " He, Ken Arok. Bagaimanakah sikapmu sekarang. Apa kah kau masih tetap ingin memaksakan tjaramu itu terhadapku" Kalau kau merasa bahwa perkelahian tidak akan menguntungkan kedudukanmu, maka kau masih mempunjai kesempatan untuk merubah pendirianmu. Aku tidak bernafsu menggantikan kedudukanmu, tetapi dengan tjara2 jang pernah kau pergunakan itu harus kau tinggalkan. Kau harus memberi kesempatan kepadaku untuk berbuat menurut tjaraku atas pradjurit2 Tumapel disini.
" Kebo Idjo " sahut Ken Arok per-lahanz " sebenarnja persoalan jang kau katakan itu sudah tidak penting lagi bagimu. Aku tahu tanpa soal atau ada soal, kau hartja ingin berkelahi. Kau hanja ingin menundjukkan kelebihanmu.
" Bohong " sahut Kebo Idjo hampir berteriak " kau jang akan mempergunakan kekerasan dan memaksaku.
" Itu hakku sebagai pimpinan disini.
" Omong kosong. " Baiklah. Tidak ada djalan lain daripada berkelahi " berkata Ken Arok achirnja " marilah. Apakah kau sudah siap"
" O " desis Kebo Idjo - djadi kau tidak dapat menilai sikapku. Apakah sikapmu ini sama sekali tidak mejakinkanmu bahwa aku sudah siap memukul tengkukmu. Mudah2an tengkukmu tidak akan patah karenanja.
Terdengar Ken Arok menggeram. Kebo Idjo itu ternjata terlampau sombong melampaui dugaannja.
" Ajo, berbuatlah sesuatu - bentak Kebo Idjo itu ke mudian.
Sekali lagi Ken Arok menggeram. Kini ia melangkah madju beberapa langkah sehingga djarak mereka mendjadi lebih dekat.
" Ternjata kau memang bodoh - gumam Kebo Idjo " kalau kau mulai benar2 dengan perkelahian ini karenakesombonganmu, maka kau akan menjesal, sebab kau akan kehilangan semuanja.
Ken Arok tidak mendjawab. Tetapi iapun kemudian bersiap menghadapi setiap kemungkinan.
" Ajo mulailah - teriak Kebo Idjo.
Ken Arok tidak bergerak. Ia berdiri sadja di tempatnja. Kaki2nja jang kuat merenggang, se-olah2 terhundjam kedalam tanah.
" He, apakah kau gila " " Kebo Idjo semakin berteriak " Ajo, mulailah. Aku ingin melihat apa jang dapat kau lakukan. "
Ken Arok masih tetap berdiam diri. Namun kediamannja itu ternjata telah membuat Kebo Idjo gelisah, sehingga sekali lagi ia ber-teriak2 " He, Ken Arok. Ajo, mulailah Apakah kau takut " Kalau kau memang tidak berani berbuat se suatu, katakanlah. Aku akan memaafkan kau.
Tetapi Ken Arok masih tetap tidak berkata sepatah katapun. Dengan demikian maka kegelisahan Kebo Idjo itupun memuntjak. Ia tidak dapat mengendalikan dirinja lagi, sehingga kakinja beringsut setapak madju.
Tiba2 Ken Arokpun memiringkan tubuhnja. Lambat tetapi penuh kejakinan lututnja merendah.
" Gila " geram Kebo Idjo. Kini ia benar2 tidak akan menunggu lagi. Sikap Ken Arok telah mejakinkannja. Meski pun sedjenak ia mendjadi heran melihat sikap itu. Sikap itu benar2 mejakinkan. Bukan sikap seekor serigala liar tanpa pegangan.
Sesaat kemudian terdengar gigi Kebo Idjo beradu. Ketika dikedjauhan terdengar burung hantu memekik dengan nada suaranja jang berat, maka terdengar suara Kebo Idjo melengking " Baiklah Ken Arok, kalau kau takut memulai, akulah jang akan memulainja.
Sebelum gema suara itu lenjap, maka Kebo Idjo telah melontjat dengan tangkasnja, seperti lidah api jang melenting diudara.
Tetapi ternjata Ken Arokpun telah tjukup siap menung gu serangan itu. Itulah sebabnja, maka serangan jang pertama itu sama sekali tidak berbabaja bagi Ken Arok. Dengan lintjabnja ia menarik tubuhnja kesisi, merendah dan tangannja menjambar lambung.
Namun Kebo Idjo sama sekali tidak terkedjut melihat gerakan itu. Gerakan jang sederhana, jang hampir selalu didjumpainja pada permulaan serangan. Dengan tjepatnja ia menggeliat, berputar diudara dan kemudian demikian ia mengindjak tanah, maka segera ia melenting dan menjambar lawannja dengan tumitnja.
Demikianlah maka perkelahian itu mendjadi semakin lama semakin tjepat. Kebo Idjo jang marah itu mendjadi semakin marah. Ia tidak menjangka bahwa gerakan2 Ken Arok tjukup tjermat dan teratur. Tidak seperti jang disangkanja. Anak itu menurut pendengarannja tidak begitu memperhatikan ikatan2 dan unsur2 gerak jang tersusun.
" Mungkin ia menemukan bentuk dari seorang guru " desis Kebo Idjo didalam hatinja " sepengetahuanku, Lohgawe, orang jang terdekat dengan Ken Arok, bukan seorang jang menekuni olah kanuragan seperti guruku.
Tetapi ia harus menghadapi kenjataan. Ternjata Ken Arok tidak dapat dikalahkan semudah dugaannja. Meskipun anak muda itu seorang Pelajan-dalam, namun ia mempunjai tjukup kemampuan untuk mengimbanginja.
Tata gerak keduanja semakin lama mendjadi semakin tjepat. Kebo Idjo, murid Pandji Bodjong Santi, ternjata memiliki ketjepatan gerak jang mengagumkan. Seperti seekor burung srigunting ia melontjat dan me-njambar2. Lintjah, tjepat namun betapa tangannja se-akan2 mendjadi seberattimah.
Dada Ken Arok mendjadi berdebaran. Ia melihat ketjepatan gerak lawannja. Ternjata Kebo Idjo telah benar2 mendapat banjak pengetahuan tentang tata gerak dalam olah kanuragan.
Ken Arok sendiri tidak terlampau banjak mempeladjari ilmu tata bela diri dengan teratur. Bahkan setjara terperintji ia sendiri tidak dapat mengerti dari mana ia menemukan ke kuatan jang dikagumi oleh orang lain. Kekuatan jang tidak ada pada kebanjakan orang.
Dalam perkelaaian dengan Kebo Idjo, Ken Arok harus ber-bati2. Ia tidak boleh kehilangan pengamatan diri. Ia harus tetap sadar dan mendjaga - djangan sampai terdjadi bentjana atas dirinja sendiri dan atas lawannja.
Jang membuat Ken Arok tjemas adalah kesadarannja, bahwa ia tidak mampu untuk mengukur kekuatan sendiri setjara teliti Ia tidak dapat mengerti, ukuran kekuatan2 jang dilontarkannja. Dengan demikian setiap kali ia harus mendjadjagi sampai dimana daja tahan lawannja. Namun kadang-kadang dirinja sendirilah jang mengalami gontjangan2.
Terhadap Kebo Idjo, Ken Arok djuga berusaha untuk men-tjari2 keseimbangan. Ketika perkelahian itu berlangsung beberapa lama, maka ia segera mejakini, bahwa ia memiliki beberapa kelebihan dari lawannja. Tetapi sampai dimana kekuatannja harus dilontarkan dalam perlawanan ini, masih harus didjadjaginja.
Karena itu, setiap kali Ken Arok berusaha untuk membentur serangan Kebo Idjo. Dengan sebagian dari tenaganja ia berusaha untuk menemukan keseimbangan kekuatan. Teta pi kadang2 ia terlampau sedikit memberikan tenaganja, sehingga Ken Arok itu sendiri terlontar beberapa langkah surut dan berusaha untuk menemukan keseimbangannja kembali.
Dalam keadaan jang demikian, Kebo Idjo merasa bahwa lawannja tidak kuasa mengimbangi kekuatannja. Anak muda itu sama sekali tidak berusaha mengekang diri. Setiap kali ia melepaskan seluruh kekuatannja. Apalagi apabila ia merasakan perlawanan lawannja terlampau mendjengkelkannja.
Semakin lama Kebo Idjo mendjadi semakin berdebar hati. Ia merasa bahwa lawannja tidak tjukup kuat untuk mela wan tenaganja. Ia merasa bahwa ia masih mempunjai beberapa kelebihan jang lain selain kekuatan tenaga, la mampu bergerak terlampau tjepat dan memiliki unsur2 gerak jang dapat membingungkan lawannja.
Dengan demikian maka Kebo Idjo mendjadi semakin bernafsu untuk segera mendjatuhkan lawannja. Geraknja mendjadi semakin tjepat dan tangkas. Tangahnja jang sepasang itu ber-gerak2 dengan tjepat dan membingungkan, se-olab2 mendjadi ber-pasang2 tangan jang mematuk dari segenap arah. Setiap kali terasa desir angin me-njambar2 tubuh lawannja jang beberapa kali terpaksa melontjat surut membuat djarak dari padanja.
" Ajolah " teriak Kebo Idjo " djangan ber-lari2 sadja. Kita sedang berkelahi, bukan sedang bermain kedjar2an.
Ken Arok tidak segera mendjawab. Tetapi kini ia sudah menemukan antjar2. Sampai disini Kebo Idjo masih merasa dirinja melampaui kekuatan lawannja. Dan Ken Arokpun mendjadi semakin mantap bahwa dengan ukuran kekuatan itu, ia tidak akan mentjelakakan lawannja dan djuga dirinja sendiri.
Dengan demikian maka Ken Arok kini tinggal melajanj lawannja. Ia tidak ingin mengalahkan dengan mendjatuhkan Kebo Idjo atau membuatnja pingsan atau hal2 jang djelas menundjukkan kemenangannja. Ia ingin membiarkan Kebo Idjo bertempur dengan sepenuh tenaganja, kemudian mendjadi kelelahan.
Karena itu maka perkelahian itu masih tetap seimbang. Setiap kali Kebo Idjo meningkatkan daja kemampuannja, se tiap kali ia tidak dapat melampaui lawannja. Lawannja itu se-akan2 selalu sadja berada dalam keadaannja.
Maka perkelahian itu semakin lama mendjadi semakin sengit. Mereka bergerak semakin tjepat dan tjepat. Lontjatan2 jang hampir tidak dapat diikuti oleh mata jang wadjar. Gerak2 jang aneh dan membingungkan. Namun keduanja mampu mengamati setiap unsur perlawanan masing2.
Jang kemudian mendjadi ber-debar2 adalah Kebo Idjo Setiap ia mendesak lawannja dengan ketjepatan gerak jang dianggapnja telah dapat melampaui ketjepatan gerak lawannja, namun setiap kali lawannja bergerak semakin tjepat pula. Sehingga achirnja Kebo Idjo itu sudah sampai pada puntjak kemampuannja. Puntjak kekuatannja dan puntjak ketangkasannja. Dikerahkan segala matjam ilmu jang ada pada nja. Namun Ken Arok itu masih sadja tetap dapat mengimbanginja, meskipun setiap kali anak muda itu masih djuga melontjat mendjauhinja, mengambil djarak daripadanja dan kemudian meneruskan perlawanannja.
" Apakah orang ini kerasukan setan " pikir Kebo Idjo
" setiap kali ia tidak dapat menjamai ketjepatan gerakku. Tetapi setiap aku meningkatkan tata gerakku, djarak itu masih sadja tetap sama. Aku tidak dapat menguasainja. Dan ia masih sadja mampu menghindar dan kadang2.,2 malahan menj erang.
Tetapi Kebo Idjo tidak dapat menemukan djawabannja. Meskipun kadang2 serangannja datang mengedjut seperti hen takan angin ribut, namun ia tidak mampu mendjatuhkan lawannja, bahkan tidak pula dapat mengedjutkan. Sehingga Kebo Idjo itu semakin lama mendjadi semakin ber-debar2.
" Apakah aku berkelahi melawan setan padang Karautan dan bukan melawan Ken Arok " katanja didalam hatinja
" apakah ada setan jang mewudjudkan dirinja seperti Ken Arok"
Ternjata betapapun ia berusaha, namun ia tidak mampu menguasai lawannja jang disangkanja terlampau mudah untuk dikalahkannja Bahkan ternjata bukan lawannja itu jang mendjadi bingung karena gerakan2nja jang tjepat, tetapi lambat-laun maka Kebo Idjo sendirilah jang kebingungan. Bagaimana ia harus melawan dan mengalahkan orang jang di anggapnja tidak tjukup ilmu untuk mengimbanginja. Betapa dadanja ditjengkam oleh kebingungannja, sehingga tiba2 sadja terkilas didalam otaknja untuk mempergunakan apa sadja jang dimilikinja. Ilmu jang paling dahsjat sekalipun.
Ken Arok kemudian melihat bahwa Kebo Idjo telah benar2 mengerahkan segenap tenaga dan kemampuannja. Anak muda itu me-lontjat2 seperti tatit jang menjambar2 dilangit. Tangannja bergerak semakin tjepat dan nafasnja berdesakan dilubang hidungnja. Tetapi ia tidak berhasil mendjatuhkan lawannja. Kebo Idjo masih merasakan benturan2 jang berat dan seimbang. Meskipun ia sudah sampai kepuntjak kekuatannja, namun lawannja masih djuga mampu mengimbanginja. Bahkan sekali2 ia merasakan sentuhan2 tangan lawannja, jang menjerang dengan gerak jang tidak dimengertinja.
Namun , djustru karena itu maka dada Kebo Idjo mendjadi semakin bergelora. Darahnja serasa mendidik sampai dikepala. Ternjata ia berhadapan dengan seorang jang sama sekali berbeda dari dugaannja. Seorang jang tjukup tangguh dan tjekatan. Meskipun tampaknja Ken Arok tidak melampauinja, namun ia tidak berhasil untuk mengalahkannja.
Tata gerak Ken Arok jang disangkanja tidak teratur dan liar karena anak muda itu tidak pernah mendapat tuntunan dari seorang jang berilmu, ternjata djustru mengedjutkannja. Tata gerak itu memang aneh. Kadang2 sama sekali tidak dimengertinja. Tetapi jang melontarkan tubuh Ken Arok dengan lontjatan2 jang membingungkan itu bukan sekedar gerakan2 jang liar tidak terkendali. Gerakan2 itu ternjata mempunjai hubungan jang teratur dan tersusun. Meskipun susunannja sama sekali tidak ladjim dan bahkan sebagian besar belum pernah dikenalnja. Tetapi itu tidak berarti bahwa Ken Arok tidak mengenal tata gerak jang wadjar seperti jang dipergunakannja. Anak muda itu se-olah2 mempunjai pengamatan jang sangat tadjam. Unsur2 gerak jang chusus dari perguruannja tidak mampu untuk membuat Ken Arok itu mendjadi bingung. Bahkan benturan2 jang direntjanakannja, sama sekali tidak mampu untuk mengedjutkannja.
Dalam pada itu, Ken Arok sendiri mendjadi semakin lama semakin tenang. Kini ia telah mendapatkan ukuran jang semakin mantap. Kebo Idjo telah sampai pada puntjak kemampuan dan kekuatannja. Kalau ia tetap bertahan dalam tingkatan itu, maka ia hanja tinggal menunggu sadja, kapan
Kebo Idjo mendjadi lelah dan berhenti dengan sendirinja. Pekerdjaannja tinggallah merangsang supaja Kebo Idjo mengerahkan segala kekuatannja, memeras tenaganja, sehingga dengan demikian, maka ia akan mendjadi lebih tjepat lelah.
Tetapi semakin susut tenaga Kebo Idjo, maka hatinja mendjadi semakin menjala. Kemarahannja sudah tidak tertahankan lagi, sehingga ia sudah bertempur benar pada puntjak kemampuannja. Ia sama sekali sudah tidak mengekang diri, apapun akibatnja. Bahkan semakin memuntjak kemarahannja, bajangan tentang adji pamungkasnja mendjadi semakin djelas pula. Adji Badjra Pati.
Sesaat ia masih mentjoba untuk mempergunakan kekuatannja setjara wadjar. Ia masih berusaha untuk menemukan titik2 kelemahan lawannja. Tetapi ia sama sekali tidak berhasil. Kekuatan lawannja se-olah2 meningkat dan kelintjahannjapun mendjadi semakin membingungkannja sedjadjar dengan meningkatnja serangan2nja.
Achirnja Kebo Idjo kehilangan segenap pertimbangannja. Perkelahian itu baginja bukan sekedar mempertaruhkan djabatannja, tetapi ia sudah tidak mempedulikan lagi apa jang akan terdjadi.
Sehingga ia jakin bahwa ia sudah tidak akan mampu lagi mengalahkan lawannja, meskipun ia menjerangnja seperti burung radjawali dilangit, dan membenturnja seperti seekor gadjah jang sedang mengamuk. Lawannja benar2 seperti sebongkah gunung jang tegak dengan garangnja. Jang tidak tergerakkan oleh angin dan badai jang betapapun dahsjatnja.
Itulah sebabnja maka Kebo Idjo sampai pada puntjak kemarahannja marah dan malu. Seandainja ia tidak mampu mengalahkan lawannja, lalu apakah kata Ken Arok itu kemudian " Apakah ia harus tunduk dan menjembahnja. Melakukan perintahnja tanpa dapat berbuat apapun.
" Tidak " Kebo Idjo menggeram didalam hatinja " aku tidak mau. Biar sadjalah aku dihukum gantung karena aku telah membunuhnja. Tetapi itu lebih baik daripada aku harus bersimpuh dihadapannja.
Ketika kemudian angin padang bertiup semakin kentjang, maka darah Kebo ldjopun mengalir semakin tjepat. Terasa kepalanja mendjadi panas dan pening. Ia sudah tidak mampu lagi untuk berpikir terlampau banjak.
Dengan demikian maka segera ia melontjat surut beberapa langkah untuk mengambil djarak dari lawannja. Ia memerlukan kesempatan betapapun pendeknja, untuk membangunkan kekuatan Adji Badjra Pati.
Semula Ken Arok tidak menaruh prasangka apapun. Ia menjangka bahwa Kebo Idjo sudah mulai lelah dan ingin mendapatkan kesempatan untuk bernafas. Tetapi tiba-tiba jang dilihatnja sangat mengedjutkannja.
Ken Arok kemudian melihat Kebo. Idjo bersikap dalam pemusatan pikiran dan tenaga. Membangun segenap kekuatan jang ada didalam dirinja, jang dalam keadaan jang wadjar se-olah2 tersimpan dibelakang urat2 nadinja. Namun dalam mateg Adji Badjra Pati maka kekuatan2 itupun seolah-olah terbangunkan, merajap disepandjang urat nadinja mendjalar kepermukaan tubuhnja.
Kekuatan itu seolah-olah mengalir menurut kehendak, berpusar ditangan Kebo Idjo. Tangan jang kemudian mendjadi gemetar oleh tekanan kekuatannja jang memerlukan saluran.
Sikap itu telah benar-benar mengedjutkan Ken Arok. Ia segera menjadari apa jang akan terdjadi. Ia tahu benar bahwa sikap pemusatan pikiran dan kekuatan itu adalah suatu sikap jang akan sangat membahajakan baginja. Sebab ia tahu benar bahwa Kebo Idjo sedang membangunkan suatu kekuatan jang betapa dahsjatnja.
Tetapi Ken Arok tidak mendapat banjak waktu untuk berpikir. Ia sudah tidak mendapat kesempatan lagi untuk mentjegah dengan kata kata dan iapun jakin bahwa Kebo Idjo pasti tidak akan mendengarkannja. Apalagi Badjra Pati itu kini sudah tersalur ketangannja.
Dengan demikian maka Ken Arok telah kehilangan sekesempatan untuk mentjegah Kebo Idjo menggunakan ilmu pamungkasnja. Betapa hati Ken Arok itu mendjadi bingung. Apakah jang akan dilakukannja. Ia tidak menjangka sama sekali bahwa kegelapan hati Kebo Idjo akan sampai sedemikian djauh sehingga dalam taruhan jang serupa itu, ia sudah berusaha melepaskan Adji jang seharusnja disimpannja untuk suatu keharusan jang tidak dapat dihindarinja dalam pertaruhan hidup dan mati. Tetapi dalam perselisihan diantara kawan sendiri, maka ia sudah demikian bernafsu untuk mempergunakan adji pamungkasnja itu.
Ternjata hati Kebo Idjo telah benar2 mendjadi gelap. Ketika ia melihat Ken Arok terpaku seperti patung, maka hatinja bahkan berdesis " Mampuslah kau anak jang gila. Jang tidak tahu diri Jang ingin melawan kekuatan Kebo Idjo, murid Pandji Bodjong Santi.
Bersamaan dengan itu, maka terdengar suara Kebo Idjo menggeram. Semakin keras, dan tanpa menahan diri lagi maka segera ia melontjat melontarkan seluruh kekuatan jang tersimpan didalam tubuhnja jang dibangunkannja berlandaskan ilmu jang oleh gurunja disebut Adji Badjra Pati.
Jang terdjadi kemudian adalah sebuah benturan jang dahsjat. Ternjata Ken Arok tidak dapat lagi menghindari benturan itu, sehingga tidak ada pilihan lain baginja dari pada membentur kekuatan Adji Badjra Pati.
Benturan itu ternjata telah menimbulkan akibat jang dahsjat pula. Kebo Idjo sendiri terlempar surut beberapa langkah, sedang Ken Arok terdorong kebelakang setapak, ke mudian ter-hujung2 sedjenak. Dengan susah pajah ia men tjoba untuk menahan keseimbangan dirinja. Tetapi anak muda itupun djatuh terduduk, bersandar pada kedua tangan nja. Ketika ia mengangkat wadjahnja jang putjat maka dilihatnja Kebo Idjo terguling beberapa kali.
Sedjenak suasana diterkam oleh kesenjapan. Jang terdengar hanjalah gemerisik angin menjentuh dedaunan gerumbul2 taman jang masih belum begitu rimbun, diantara desah nafas kedua anak2 muda jang se-olah2 membeku ditempatnja.
Tetapi sedjenak kemudian Ken Arok mentjoba mendju lurkan kakinja. Kemudian menggeliat perlahan Dengan susah pajah ia mentjoba untuk berdiri. Menggerakkan kaki2nja dan tangannja. Ketika ia menarik nafas dalam2, maka dadanja terasa sedikit njeri. Tetapi sekali dua kali, maka perasaan njeri itupun berangsur hilang.
" Hem " ia berdesah. Dadanja pernah pula dihantam oleh sebuah ilmu jang tidak kalah dahsjatnja, jang dilontarkan oleh seorang jang lebih djauh memiliki pengalaman dan kematangan dalam ilmunja. Kebo Sindet. Saat itu matanja mendjadi gelap dan iapun djatuh pingsan. Tetapi kali ini ia berhasil membebaskan dirinja dari tjidera jang dapat ditimbulkan oleh Adji Badjra Pati, karena jang melepaskan Adji itu masih belum tjukup masak.
Sementara itu Kebo Idjo sendiri untuk beberapa lama tidak dapat menggerakkan tubuhnja. Terasa dadanja sendiri seperti telah meledak ketika kekuatan Adji Badjra Pati se"olah2 telah membentur sebuah dinding badja setebal depa tangannja. Kekuatannja sendiri telah melemparkannja dan membantingnja ditanah begitu kerasnja, sehingga tulang2nja terasa se-akan2 remuk ter-patah2.
Sedjenak ia memedjamkan matanja. Memusatkan segala sisa2 tenaganja. Per-lahan2 ia mentjoba menarik napas. Berulang kali meskipun terasa betapa pedihnja. Namun lambat laun perasaan sakit disekudjur badannja itupun terasa berkurang.
02 Pelangi Di Langit Singasari Karya S H. Mintarja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ketika ia membuka matanja, maka alangkah terkedjut nja. Dilihatnja sesosok bajangan tegak berdiri dihadapnja. Sepasang kakinja jang merenggang serta sikapnja jang mejakinkan itu menambah dadanja mendjadi sesak. Per-lahan2 ia mentjoba bangkit, tetapi kekuatannja belum mengidjinkannja. Karena itu maka ia hanja mampu mengumpat dengan suara gemetar " Anak setan. Kau tidak mampus djuga.
Jang berdiri dihadapannja itu adalah Ken Arok.
" Ajo - desis Kebo Idjo - kalau kau mampu bunuhlah aku. Aku tidak sadja mempertaruhkan djabatan, tetapi aku mempertaruhkan kehormatan. Dan kehormatanku bernilai sama dengan djiwaku.
Ken Arok tidak mendjawab. Tetapi ia melangkah madju.
" Apa jang kau tunggu lagi - terdengar suara Kebo Idjo diantara desah nafasnja jang sesak.
" Tjepat, lakukanlah.
Tiba2 dalam keremangan malam Kebo Idjo itu melihat Ken Arok menggelengkan kepalanja. Per-lahan2 ia mendjawab " Tidak Kebo Idjo. Aku tetap pada perdjadjian kita. Jang kita pertaruhkan adalah kekuasaan dipadang Karautan ini atas para pradjurit Tumapel.
" Tidak. Hanja ada dua pilihan. Membunuh atau dibunuh. Ajo bunuhlah aku.
" Djangan kau turuti perasaanmu.
" Tjepat sebelum aku dapat bangkit dan akulah jang akan membunuhmu.
" Djangan terlambau keras hati.
" Aku adalah seorang laki2. Aku adalah seorang perwira Tumapel jang perkasa. Seorang pradjurit hanja akan mengachiri perlawanannja apabila njawanja telah terpisahkan dari tubuhnja. Hanja seorang pengetjutlah jang mundur se tengah djalan hanja sekedar untuk menjelamatkan hidupnja.
" Aapakah kau berpendirian demikian "
" Ja. " Dalam segala keadaan"
Kebo Idjo terdiam sedjenak. Ia tidak tahu maksud per anjaan Ken Arok, sehingga dengan suaranja jang parau ia bertanja " Apakah maksudmu dalam segala keadaan.
Maksudku, bahwa bagimu tidak ada djalan surut, betapapun keadaanmu.
" Ja, meskipun aku terluka didalam, tetapi aku tetap dalam pendirianku. Hidup atau mati. Membunuh atau dibunuh.
Ken Arok menarik keningnja. Sedjenak ia berdiam diri sambil memandangi Kebo Idjo jang masih berbaring ditanah. Kini ia mentjoba bangkit sambil bertelekan padu tangan-tangannja.
Terdengar ia mengaduh pendek. Dadanja tiba2 terasa njeri oleh tekanan tangannja jang menahan tubuhnja. Tetapi ia berusaha terus. Bahkan ia berkata " Ken Arok, aku hampir mampu berdiri dan berkelahi lagi. Aku akan segera membunuhmu. Kalau kau ingin mempergunakan kesempatan, tjepatlah. Pergunakan sekarang. Kau mampu bertahan atas kekuatan Adji Badjra Pati. Dengan demikian kaupun pasti mempunjai ilmu pamungkas jang akan dapat kau pergunakan membunuhku dengan tanganmu. Tanpa sehelai sendjata apapun.
Ken Arok tidak segera mendjawab. Tetapi ia merasa aneh mendengar kata2 Kebo Idjo jang menganggapnja mempunjai sebuah ilmu jang dahsjat Badjra Pati.
Sedjenak Ken Arok itu berpikir tentang dirinja sendiri. Ia tidak pernah beladjar pada seorang gurupun sebelum ia bertemu dengan Lohgawe. Orang tua itupun sama sekali tidak mengadjarnja berkelahi. Tidak menuntunnja dalam olah kanuragan. Orang tua itu hanja memberinja beberapa nasehat supaja ia mendjauhi tjara hidupnja jang lama, dan menuntunnja untuk menemukan hidupnja jang baru. Selain itu, Lohgawe hanja memberitahukan kepadanja beberapa hal mengenai tubuh manusia, tubuhnja sendiri itu djuga. Dan jang terachir orang tua itu menuntunnja untuk mempeladjari tjara2 memusatkan pikiran, kehendak dan semua getar didalam dirinja. Lambat laun dan dengan perlahan-lahan sekali.
" Hanja itu " desisnja didalam hati " sama sekali bukan ilmu kanugrahan. Bukan unsur2 gerak dalam tata bela diri. Bukan pula kemampuan untuk membangunkan sebuah ilmu jang dahsjat sedahsjat Adji Badjra Pati dan Adji Badjang. Tetapi aku telah mampu melepaskan diri dari kehanjuran.
Wadjah Ken Arok tiba2 menegang karena persoalan didalam dirinja sendiri. Ia se-olah2 sudah lupa bahwa diha dapannja Kebo Idjo sedang merangkak-rangkak untuk mentjoba bangun.
" Aku berkelahi asal sadja aku berkelahi. " berkata Ken Arok itu seterusnja didalam hatinja " Aku hanja mentjoba menirukan unsur2 gerak jang pernah aku libat dilaku kan oleh Mahisa Agni, Witantra, Kuda-Sempana dan para pradjurit jang lain. Tetapi, apakah pemusatan pikiran, kehendak, dan segala matjam getar didalam diri ini termasuk djuga membangunkan kekuatan2 jang ada didalam tubuh kita untuk segala kepentingan" Termasuk dalam olah kanuragan, tidak sadja dalam hasrat, kemauan dan keinginan lahir dan batin, tetapi djuga dalam membangunkan kekuatan dan kekuatan2 simpanan didalam tubuh ini "
Djustru pertanjaan itulah jang tumbuh didalam diri Ken Arok. Dan ia mentjoba untuk menilai apakah jang sedang dilakukannja. Pada saat ia melihat lawannja mempersiapkan diri, memusatkan pikiran dan perasaan membangun Adji Badjar Pati, maka iapun dengan segenap tekad, hasjrat dan kehendak, telah mempersiapkan dirinja untuk melawannja, seperti pada waktu ia menghadapi Adji jang akan dilepaskan oleh Kebo Sindet. Ternjata apa jang dilakukannja itu adalah pengerahan segenap kekuatan jang tersimpan didalam tubuh nja jang didasarinja pada pemusatan pikiran, kehendak dan segala matjam getar didalam dirinja.
Tetapi Ken Arok tetap tidak tahu, lalu kekuatan apakah dan dorongan oleh ilmu apakah, maka ia mampu membangunkan kekuatan itu. Jang diketahuinja kini adalah, apabila ia menghendaki, maka ia dapat mengimbangi kekuatan Badjra Pati dalam tataran jang belum terlampau sempurna, dan dapat menjelamatkannja dari kekuatan Adji jang dilepaskan oleh seorang Kebo Sindet.
Memanah Burung Rajawali 38 Siluman Ular Putih 13 Penguasa Alam Pedang Tanduk Naga 1
Kedatangan orang-orang Panawidjen jang membawa makanan sedemikian banjaknja diatas punggung2 kuda dan pedati-pedati jang ditarik oleh lembu beserta beberapa orang pradjurit, ternjata telah mengedjutkan perempuan dan anak-anak. Tetapi ketika mereka tahu apa jang telah dibawa oleh orang-orang itu, maka meledaklah kegembiraan tiada taranja. Sehingga serta-merta Panawidjen jang kering itu telah ikut pula merajakan perkawinan Ken Dedes dalam upatjara agung diistana Tumapel.
Sedjenak orang-orang Panawidjen melupakan pepohonan jang meratapi diri dalam kekeringan. Pepohonan jang daun-daunnja berguguran semakin lama semakin banjak.
Anak-anak jang sedjak lama tidak berlari-larian dan bermain-main disudut desa, sedjenak dapat menikmati kegembiraan. Setelah sekian lamanja Panawidjen mendjadi desa jang se-akan-akan mati. maka untuk sesaat dapat menikmati hidupnja kembali.
Para endang dan para tjantrikpun ikut pula bergembira Mereka saling bertjeritera tentang masa lampau mereka, selagi Ken Dedes masih berada dipadepokan.
"Ken Dedes tidak pernah melupakan aku "berkata salah seorang endang "kemanapun ia pergi, aku pasti di bawanja.
"Aku masih menjimpan sehelai kain pandjang "sahut jang lain "kain pandjang pemberian Ken Dedes jang dahulu dipakainja. Kain pandjang itu kini mendjadi kenang2an jang sangat berharga bagiku.
"O "berkata jang lain lagi "kenang2an jang ada padaku bukan sekedar sehelai kain. Tetapi rambut Ken Dedes jang kini telah aku sisir halus. Tjemara itu pandjangnja hampir sedepa. Setiap kali aku menjisir rambutnja jang hitam lebat itu, dahulu aku selalu menjimpan rambutnja jang rontok. Sekarang rambut itu mendjadi sehelai tjemara "rambut jang pandjang.
Seorang endang jang lain dengan sedih bergumam "Aku tidak mempunjai kenang2an sama sekali dari padanja. Sehelai selendangpun tidak. Tetapi aku mempunjai bekas luka dilenganku.
"Apa hubungannja antara bekas luka itu dengan Ken Dedes"
"Aku pernah berkelahi dengannja ketika kami masih agak ketjil. Aku digigitnja sampai luka berdarah. Bekas luka itu masih ada sampai kini.
"Oh "desah beberapa emban hampir bersamaan "kenang2an jang paling mengesankan.
"Kalau tahu ia akan mendjadi seorang permaisuri, maka aku akan membalasnja, menggigit lengannja supaja ia tidak akan pernah melupakan aku.
"Djadi kau tidak membalasnja saat kau digigitnja"
"Aku tidak berani, aku hanja menangis me-lolong2.
Para endang itupun kemudian terdiam. Tetapi mulut mereka masih mengunjah berbagai matjam makanan jang diperuntukkan bagi mereka. Diruang lain para tjantrikpun sedang menikmati makanan jang serupa. Tetapi agaknja para tjantrik itu lebih tjepat hampir dua kali lipat menghabiskan makanan mereka.
"Besok kita akan mendapat lagi "gumam salah seorang tjantrik "dua hari dua malam kita akan menikmati makanan seperti ini.
Bahkan mungkin lebih lama lagi.
Tak ada jang sempat mendjawab karena mulut mereka sedang dipenuhi oleh berbagai matjam makanan jang belum pernah mereka nikmati sepandjang umur mereka. Makanan jang disesuaikan dengan selera djuru madaran dari istana Tumapel.
Dipadang Karautan, kegembiraan jang serupa agaknja tidak kalah meriahnja. Para pradjurit me-nari2 sesuka hati. Ada beberapa diantara mereka memang seorang penari. Tetapi karena tidak ada gamelan, maka mereka menari tanpa irama diiringi oleh kawan-kawannja jang mentjoba menirukan suara gamelan dengan mulutnja.
Namun demikian hal itu sangat menggembirakan. Mereka tertawa sambil mengunjah makanan dan minum minuman jang selama ini tidak pernah mereka nikmati. Mereka selama berada dipadang Karautan hanja minum air sungai, atau air panas jang direndami daun sere dan gula kelapa.
Pradjurit2 jang masih segar, jang baru datang dipadang itupun mentjoba untuk bergembira. Meskipun sebenarnja mereka lebih senang merajakan hari perkawinan Akuwu itu di Tumapel. Namun mereka tidak dapat menjanggah perintah atasannja, bahwa mereka harus berangkat kepadang Karautan, sambil membawa bekal dan makanan khusus selama hari2 peralatan.
Pada hari jang ketiga maka padang Karautan mendjadi lebih meriah lagi. Mereka melihat pemimpin rombongan telah datang bersama beberapa orang pengawal. Pemimpin rombongan pradjurit" jang diperbantukan kepada Ken Arok, jang menurut perintah Akuwu maka pemimpin rombongan itu akan mendjadi pembantu Ken Arok pula. Sebab menurut Akuwu Tunggul Ametung, maka Ken Arok tidak akan dapat terus menerus mengawasi pekerdjaan jang akan dilakukan sehari semalam bergantian.
"He "teriak salah seorang pradjurit "lihat, pemimpin kita itu telah datang. Rombongan ketjil itu pasti membawa makanan lebih banjak lagi.
Hampir berbareng kawan-kawannjapun tertawa. Berkata salah seorang "Apakah perutmu masih belum penuh djuga"
"Perutku dapat menggelembung. Karena itu maka perut ini tidak pernah penuh berapapun makanan aku masukkan.
Kawan-kawannja sekali lagi tertawa. Bahkan Ki Buyut Panawidjen jang duduk2 diantara mereka bersama orang-orang Panawidjenpun ikut tertawa djuga.
"Djangan malu Ki Buyut "teriak pradjurit itu pula "kalau Ki Buyut dan orang-orang Panawidjen malu, maka bukan salah kami apabila kalian tidak mendapat bagian. Kalau besuk djuru madaran itu kembali ke Tumapel, maka kita akan mengalami masa patjeklik lagi Makan nasi kurang matang, sambal widjen dan djangan keluwib. Nah, lihat, itu orang-orang baru telah berdatangan lagi. Mereka pasti membawa makanan lebih banjak dan lebih enak.
Meledaklah suara tertawa se-olah-olah membelah padang Karautan. Kegembiraan jang tidak tertahankan setelah mereka bekerdja keras tanpa mengenal istirahat.
Ken Arok sendiri duduk diatas sebuah batu beberapa langkah dari Ki Buyut Panawidjen. Tampaklah ia ter-senjum2 melihat tingkah laku pradjurit2nja dan orang-orang Panawidjen jang sedang bergembira. Selama ini ia tidak dapat memaksa mereka bekerdja. Tiga hari bendungan itu se-olah tidak di sentuhnja. Sendang dan susukan induk itupun dibiarkannja tidak digarap selama ini untuk memberi kesempatan kepada orang-orangnja menikmati kegembiraan.
Ken Arok mengharap, mudah-mudahan kegembiraan ini akan dapat mendjadi pendorong kerdja jang akan datang. Kerdjajang lebih keras. Apalagi dengan orang-orang baru jang masih segar.
Dengan wadjah jang masih dihiasi dengan sebuah senjuman Ken Arok menatap padang Karautan jang berwarna kekuning-kuningan. Semakin lama rombongan ketjil pradjurit2 Tumapel itu mendjadi semakin dekat. Debu jang tipis mengepul dibelakang kaki-kaki kuda jang berlari tidak terlampau tjepat melintas padang rumput jang luas.
"Siapakah jang akan dikirim oleh Akuwu untuk membantu aku disini" "bertanja Ken Arok kepada salah seorang pradjurit jang baru datang tiga hari jang lampau.
Tetapi pradjurit itu menggeleng sambil mendjawab "Kami tidak tahu, siapakah jang akan datang itu. Tetapi pemimpin pasukan jang membawa kami kemarin berkata, bahwa tiga hari lagi akan datang perwira jang akan diperbantukan dalam pembuatan bendungan ini.
Ken Arok meng-angguk-anggukkan kepalanja. Tetapi ia masih tetap ber-tanja2 didalam hati "Siapakah orang jang akan datang itu" "
Ken Arok mengharap bahwa orang itu akan dapat diadjaknja bekerdja bersama Seorang jang mengerti arti dari kerdjanja.
Ketika rombongan itu mendjadi semakin dekat, maka tampaklah wadjah Ken Arok mendjadi semakin berkerut. Diantara mereka jang datang itu tampaklah seorang perwira remadja jang belum lama mendapat wisuda kenaikan tingkat.
"Hem "Ken Arok menarik napas dalam-dalam "kenapa anak itu jang dikirim kemari"
Tetapi Ken Arok tidak dapat berbuat apa-apa. Ia harus menerima tenaga jang dikirimkan oleh Akuwu Tunggul Ametung kepadanja.
"Bukankah ia hanja membantu aku mengawasi para pradjurit jang sedang bekerdja" Mudah-mudahan sikapnja tidak mengendorkan hasrat dari setiap orang disini. Mulutnja agak terlampau lantjang.
Dan sikapnja jang ke-kanak-anakan kurang mejakinkan sikap seorang pemimpin. "desisnja didalam hati.
Ketika rombongan itu sudah mendjadi dekat benar, maka Ken Arokpun berdiri menjambutnja bersama dengan Ki Buyut Panawidjen dan beberapa orang pradjurit. Tampaklah wadjah anak muda itu ber-seri2 meskipun dibasahi oleh keringat jang meleleh dari kening. Dengan lantangnja ia berkata hampir berteriak "Ah, padang ini telah membakar kulitku kakang.
Ken Arok mentjoba tersenjum. Djawabnja "Besok kau akan dapat merendam dirimu didalam air.
Perwira jang masih muda dalam usia maupun dalam djabatan itu tertawa. Katanja "Ja, aku akan merendam diri. Apakah sendang jang kau buat itu sudah berair"
Ken Arok menggeleng "Belum "djawabnja "tetapi kau dapat merendam diri dibendungan.
"Bendungan jang dibuat oleh Mahisa Agni"
"Ja "sahut Ken Arok "sekarang adalah tugas kita untuk menjelesaikan bendungan itu sepeninggal Mahisa Agni.
Perwira muda itu mengerutkan keningnja. Kemudian ia bertanja "Apakah kau ikut membuat bendungan itu pula bersama para pradjurit"
"Tentu- " sahut Ken Arok.
Ken Arok terkedjut ketika perwira itu kemudian berkata "Aku hanja mendapat tugas membantumu membuat sendang buatan itu. Bendungan itu adalah pekerdjaan orang-orang Panawidjen. Pradjurit2 jang aku bawa dan jang mendahului aku adalah tenaga2 jang diperbantukan kepadamu untuk sendang buatan itu.
"Ah " Ken Arok berdesah. Dengan serta merta ia memandangi wadjah Ki Buyut Panawidjen jang berkerut. Tetapi Ken Arok itu segera menjahut "Ja, begitulah. Aku memang meminta kepada Akuwu tenaga jang akan membantuku menjelesaikan sendang itu. Sedang bendungan dan parit-paritnja, akan dilakukan oleh orang-orangku jang lama. Jang telah berada dipadang ini sebelum kalian datang.
Perwira itu ingin membantah kata-kata Ken Arok, tetapi segera Ken Arok menjambung kata-katanja. "Turunlah. Inilah Ki Buyut Panawidjen.
"O "anak muda itu mengangguk ketjil. Per-lahan-lahan ia turun dari kudanja. Tampaklah betapa malasnja ia berdjalan mendekati Ken Arok.
"Djadi orang tua inilah Ki Buyut Panawidjen" " ia bertanja kepada Ken Arok.
"Ja, ngger. Akulah Buyut Panawidjen " orang tua itu mengangguk dengan hormat.
Sekali lagi anak muda itu mengangguk ketjil, katanja "Namaku Kebo Idjo Ki Buyut.
"O, djadi angger bernama Kebo Idjo.
"Ja " sahut Kebo Idjo pendek, kemudian kepada Ken Arok ia berkata "dimanakah sendang buatan itu"
"Itu " Ken Arok menundjuk agak ketengah " agaknja pepohonan jang aku tanam telah tumbuh baik meskipun masih harus disiram setiap hari.
Kebo Idjo meng-angguk-anggukkan kepalanja. "Apakah hari ini kalian tidak bekerdja" " ia bertanja
"Kami disini sedang beristirahat merajakan perkawinan Akuwu.
Kebo Idjo meng-angguk-anggukkan kepalanja; "Kenapa kau tidak pergi ke Tumapel menjaksikan perkawinan itu.
"Aku lebih senang berada disini. Diantara batu-batu dan brundjung-brundjung bambu. Diantara tanaman2 jang telah mulai tumbuh ngrembaka. Diantara para pradjurit jang menari-nari menurut irama jang khusus.
"Sajang kau tidak melihatnja " desis Kebo Idjo.
"Kenapa" "Gadis Panawidjen itu memang tjantik. Tjantik sekali.
Sepantasnyalah bahwa kakang Mahendra pernah ter-gila2 kepadanja, dan Kuda-Sempana benar-benar mendjadi gjla. Apakah kau belum pernah melihat wadjah gadis itu"
"Sudah, tetapi hanja sekilas " djawab Ken Arok. "Aku sama sekali tidak melihat kelebihanja dari gadis2 tjantik jang lain. Tetapi entahlah dalam pakaian kebesarannja.
Mendengar djawaban Ken Arok itu Kebo Idjo tertawa ter-bahak2, sehingga tubuhnja ber-guntjang2. Beberapa orang pradjurit berpaling memandanginja. Dan Ki Buyut Panawidjenpun mengerutkan keningnja. Orang tua itu dalam sekilas dapat melihat perbedaan antara kedua pemimpin jang mendapat tugas untuk menjelesaikan pekerdjaan jang berat itu. Meskipun keduanja masih muda, tetapi Ken Arok tampak djauh lebih matang dari pemimpin jang bernama Kebo Idjo itu.
Di-sela-sela suara tertawanja terdengar ia berkata "Sudah sepantasnyalah kau ditempatkan dipadang Karautan ini. Setiap hari kau hanja bergaul dengan batu-batu, brundjung-brundjung bambu, pedati, waluku dan lembu.
"Kenapa" " Ken Arok mengerutkan keningnja.
Seandainja kau berada di Tumapel pun kau tidak akan dapat menilai seorang gadis. Ternjata kau tidak melihat kelebihan jang tidak ternilai pada permaisuri Akuwu Tunggul Ametung itu.
"Sesudah aku katakan. Aku hanja melihatnja sekilas. Per-tama-tama aku melihatnja pada saat Akuwu mengambilnja dipadukuhan Panawidjen. Kemudian hampir tidak pernah lagi aku melihatnja tjukup lama.
Sekali lagi Kebo Idjo tertawa. "Mungkin "katanja "pada saat kau mengambilnja di Panawidjen maka gadis itu adalah gadis padepokan. Pakaiannja adalah pakaian padesan se-hari-hari. Tetapi setelah ia mengenakan pakaian seorang puteri keraton, maka wadjahnja memantjar seperti matahari.
"Kemudian sambil berpaling kepada Ki Buyut Panawidjen ia berkata "Kau dapat djuga berbangga Ki Buyut, bahwa dari padukuhanmu jang kering itu telah lahir seorang gadis jang tjantik seperti matahari. Tetapi sinarnja jang panas telah mengeringkan padukuhanmu sehingga kau harus bersusah pajah membuat bendungan baru disini.
"Ah "Ken Arok memotong "kau masih djuga senang bergurau. Beristirahatlah. Mungkin kau haus atau lapar. Silahkan. Orang-orangmu sudah tahu, kemana kau harus pergi sekarang. Telah disediakan sebuah gubug untukmu.
"Apa aku dapat beristirahat ditempat serupa kandang kambing ini"
"Sekian lamanja aku disini aku selalu dapat tidur njenjak. "sahut Ken Arok.
Sedjenak Kebo Idjo menebarkan pandangan matanja ber keliling. Tampaklah keningnja berkerut-merut dan mulutnja bergerak-gerak. Tetapi ia masih berdiam diri.
"Apakah jang membuatmu heran" "bertanja Ken Arok.
"Hem "anak muda itu ber-sungut2 "ternjata aku telah dilemparkan kedalam neraka. Kenapa aku jang mendapat tugas dipadang panas ini, kenapa bukan orang lain.
Disini tidak ada sesuatu jang dapat menjegarkan hati. Tidak ada gadis2 tjantik, tidak ada penari jang lintjah, tidak ada selingan apapun ketjuali batu melulu.
"Aku disini djauh lebih lama dari padamu "sahut Ken Arok "tetapi aku tidak mengeluh.
"Mungkin kau sudah biasa hidup dipadang Karautan sedjak sebelum kau mendjadi Pelajan-dalam di Tumapel.
Terasa dada Ken Arok berdesir mendengar kata-kata Kebo Idjo itu Tetapi ketika ia melihat wadjah Kebo Idjo, maka segera ia menjadari bahwa Kebo Idjo sama sekali tidak bersungguh-sungguh. Ia berkata apa sadja sekehendak hatinja tanpa menghiraukan perasaan orang lain. Karena itu maka Ken Arok itu bahkan tersenjum sambil mendjawab "Ja, mungkin aku memang dilahirkan dipadang Karautan. Tetapi kau pun harus berusaha menyesuaikan dirimu. Seorang pradjurit pada suatu saat akan berada disuatu tempat jang sama sekali tidak menjenangkan. Dalam peperangan mungkin kau harus berada ditanah jang berlumpur, atau mungkin dipadang jang. lebih panas dari Karautan, atau mungkin di-lereng-lereng bukit:
"Dalam peperangan hal itu wadjar sekali terdjadi. Tetapi di-masa-masa orang lain bergembira ria di-djalan-jalan kota Tumapel, aku harus berada didalam tungku jang panasnja bukan main.
"Ah " desah Ken Arok " djangan mengeluh sadja. Kau harus memberi tjontoh kepada pradjurit2mu, bahwa mereka harus tahah menghadapi keadaan.
Kebo Idjo mengerutkan keningnja. Kemudian ia berpaling memandangi pradjurit2 jang duduk bergerombol2 diantara gubug2 jang bertebaran. Beberapa orang pengawal jang datang bersamanya masih sadja berdiri dibelakangnja.
"Merekapun sebenarnja tidak senang terdampar dipadang kering ini.
"Mungkin "sahut Ken Arok "tetapi kau dan aku harus menumbuhkan kegairahan kerdja. Djangan mengendorkan nafsu bekerdja mereka. Beberapa hari lagi kau dan pra"djuritmu akan dapat menjesuaikan dirinja dengan udara padang jang kering ini. Dan kau seharusnja tidak mengeluh lagi.
Kebo Idjo menarik nafas dalam-dalam. "Dimana aku harus beristirahat.
Ken Arok mengerutkan keningnja. Sikap Kebo Idjo tidak begitu menjenangkannja. Tetapi ia memanggil djuga seorang pradjurit dan berkata kepadanja "Bawalah tamu2mu ini ketempat jang sudah disediakan.
"He "potong Kebo Idjo "kau sangka aku disini sekedar mendjadi tamumu" Tidak, aku disini mendjadi tawananmu jang mulai besok atau lusa harus bekerdja berat diatas api neraka.
Ken Arok tersenjum, tetapi ia tidak menjahut. Pradjurit jang dipanggilnja segera membawa Kebo Idjo dan para pengawalnja ketempat jang memang sudah disediakan. Beberapa buah gubug ketjil dengan sehelai tikar pandan jang masih baru.
"Ah "sekali lagi Kebo Idjo berdesah "matjam inikah tempat jang diperuntukkan bagi kami"
"Semuanja hanja seperti ini "sahut pradjurit itu.
"Bagaimana dengan Ken Arok"
"Tak ada bedanja, bahan tikar jang dipakainja adalah tikar jang sudah usang.
Kebo Idjo mengerutkan keningnja. Dipandanginja pradjurit itu dengan pandangan jang aneh, sehingga pradjurit itu menundukkan kepalanja.
"Apa kau bilang "desis Kebo Idjo .".. Ken Arok djustru memakai tikar jang usang"
"Ja "sahut pradjurit itu.
"Bodoh, bodoh sekali "gumam Kebo Idjo "sebagai pimpinan ia berhak memilih. Bukan hanja sekedar soal tikar, tetapi soal apapun djuga.
Mata Kebo Idjo terbelalak ketika ia mendengar pradjurit itu mendjawab "Ja, memang ia berhak untuk memilih dalam hal apapun. Tetapi itu tidak pernah dilakukannya. Ia tidak pernah memilih. Jang selalu dipakainja adalah jang tersisa setelah para pradjuritnja memilih lebih dahulu.
"Huh "geram Kebo Idjo "ia telah menghilangkan kewibawaannja sebagai seorang pemimpin. Salahnjalah kalau bawahannja kelak tidak lagi menghormatinya dan tidak mematuhinja.
Pradjurit itu mengerutkan keningnja. Tetapi ia tidak berani mendjawab. Namun dengan demikian maka ia mendapat kesan bahwa pemimpinnja jang baru ini agak berbeda sifat dan tabiatnya dengan pemimpinnja jang lama, Ken Arok.
Bagi pradjurit itu, sikap Ken Arok sama sekali tidak merendahkan dirinja atau menghilangkan kewibawaannja. Tetapi djustru para pradjurit mendjadi segan dan hormat ke padanja, tanpa membuat garis pemisah antara pemimpin dan jang dipimpin. Keakraban diantara mereka telah mendorong mereka untuk berbuat banyak dengan penuh kerelaan. Bukan sekedar memenuhi kuwadjiban sebagai bawahan jang harus patuh terhadap atasan. Tetapi ada dorongan dari dalam diri sendiri untuk bekerdja keras ber-sama-sama dengan penuh keikhlasan.
"Agaknja tidak demikian dengan pemimpin jang baru ini "desah pradjurit itu didalam hatinja, kemudian "tetapi ia hanja sekedar membantu Ken Arok. Segalanya masih tetap ada didalam tanggung djawab pemimpin jang lama itu.
Kebo Idjo itupun kemudian masuk kedalam gubug ketjiljang diperuntukkannya sendiri. Disampingnja adalah gubug jang agak besar jang diperuntukkan bagi para pradjurit jang mengawalnja pada saat ia datang kepadang Karautan. Namun agaknja Kebo Idjo sama sekali kurang puas terhadap keadaan ini. Gubug ini terlampau djelek. Tak ada apa-apa didalamnja selain sebuah gendi air, sebuah tikar dan sebuah banntjik lampu jang dipergunakan dimalam hari.
"Dimana aku harus meletakkan ganti pakaianku" "tiba-tibaKebo Idjo itu berteriak.
Pradjurit jang mengantarnja masih berdiri diluar gubug itu. Ketika ia mendengar Kebo Idjo berteriak, maka segera ia mendekatinja.
"Dimana aku harus menjimpan pakaianku" Apakah disini tidak ada glodok, atau paga atau apapun"
Pradjurit itu menggeleng "Tidak.
"Apa jang diperbuat Ken Arok dengan pakaiannja"
"Dibungkus, dan diletakkan disamping pembaringannja.
"Ah "Kebo Idjo berdesah "malas sekali. Disini ada bambu, ada tenaga, ada tali. Kenapa tidak disuruhnja membuat paga atau apapun"
Pradjurit itu tidak mendjawab.
"Jang per-tama-tama dilakukan oleh pradjurit2ku adalah membuat paga.
Kebo Idjo itupun kemudian ter-gesa-gesa keluar dari gubugnja dan pergi mendapatkan sekelompok pradjurit jang sedang makan sambil berbitjara seenaknja. Mereka tertawa se-puas2nja. Seorang dari mereka jang tjukup djenaka, ternjata baru bertjeritera tentang pengalaman mereka jang lutju.
Suara tertawa itu terputus ketika mereka mendengar Kebo Idjo jang tiba-tiba sadja berada disamping mereka, berteriak "Berhenti. Apa jang kalian lakukan selama tiga hari disini mendahului aku" Kalian tidak dapat, mempersiapkan tempat untukku dengan baik. Sekarang buatlah sebuah paga untukku. Lihat disana ada setuMpuk bambu. Tjepat. Hari ini paga itu harus sudah siap untuk tempat pakaianku.
Para pradjurit itu terkedjut. Sedjenak mereka saling berpandangan. Namun terdengar suara Kebo Idjo "Tjepat. Lakukan perintahku.
Tetapi para pradjurit itu masih sadja duduk keheranan. Dipandanginja wadjah Kebo Idjo jang tegang. Dan sekali lagi mereka mendengar Kebo Idjo berteriak "Tjepat.
Ajo lakukan perintahku. Membuat sebuah paga untukku. Djumlah kalian telah tjukup banjak untuk melakukannja. Kalian tidak perlu mentjari orang lain lagi. Tjoba berapa orang jang bergerombolan disini. Sebelas, ah, malahan dua belas orang.
Tiba-tiba salah seorang dari mereka bertanja "Apakah kami harus membuatnja sekarang"
"Oh, ternjata kau tuli. Aku sudah bilang, selesaikan paga itu hari ini djuga.
"Tetapi kami bukan pradjurit2 jang baru datang tiga hari jang lalu. Kami telah lama berada dipadang Karautan ini.
"Aku tidak peduli. Lakukan perintahku. Aku adalah orang kedua sesudah Ken Arok disini. Semua harus tunduk pada perintahku. Baik ia baru datang tiga hari jang lalu, maupun sudah lama berada disini.
Sekali lagi pradjurit2 itu saling berpandangan. Tetapi satu dua dari mereka telah berdiri, meskipun sambil ber-sungut2 didalam hati. Hari ini mereka sebenarnja masihdiidjinkan untuk beristirahat. Tetapi ketika mereka mulai melangkah, maka langkah itu pun terhenti. Mereka melihat Ken Arok berdjalan mendatanginja. Dengan nada datar ia bertanja "Ada apa dengan kalian"
"Aku memerintahkan kepada mereka untuk membuat sebuah paga " sahut Kebo Idjo;
"O "Ken Arok meng-angguk-anggukkan kepalanja "kau perlu sekali dengan paga itu.
"Ja, aku harus meletakkan pakaianku. Didalam gubugku sama sekali tidak ada tempat jang pantas.
Ken Arok mendjadi ragu-ragu sedjenak. Para pradjurit itu sebenarnja masih harus menikmati masa istirahatnja untuk menjambut hari-hari gembira. Tetapi ia tidak dapat menolak perintah Kebo Idjo meskipun ia berwenang. Dengan demikian maka ia akan membuat anak muda itu malu dan seterusnja mengurangi kepatuhan para pradjurit terhadapnja. Dalam keadaan jang demikian, maka Kebo Idjo pasti akan berusaha untuk menebus kewibawaannja dengan perbuatan jang aneh2 jang barang kali terlampau keras.
Sedjenak Ken Arok berdiri sadja dengan penuh kebimbangan. Apakah sebaiknja jang pantas dilakukan. Ia harus tjukup bidjaksana sehingga persoalan itu dapat dipetjahkannja tanpa membuat pihak2 jang bersangkutan mendjadi ketjewa.
Tetapi belum lagi Ken Arok mendapatkan tjara jang dianggapnja baik, maka sekali lagi ia mendengar Kebo Idjo membentak "Ajo, tjepat. Apalagi jang kau tunggu" Aku memerlukan paga itu segera.
Seperti digerakkan oleh sebuah tenaga, maka para pradjurit itupun ber-sama-sama berpaling memandangi Ken Arok seakan minta pertimbangan kepadanja, apakah saat-saat jang terasa sangat menggembirakan itu harus segera diputuskanhanja karena sebuah paga.
Ken Arok merasakan betapa tatapan mata para pradjuritnja itu bertanja kepadanja, dan lebih dari pada itu menunggu keputusannja. Namun sekali lagi hatinja tersentuh pula oleh kewadjibannja untuk mempertahankan kewibawaan Kebo Idjo.
Kalau ia membatalkan perintah itu berdasarkan wewenangnja, maka hal jang serupa akan mendjadi kebiasaan para pradjurit itu.
Karena itu maka Ken Arok kemudian menganggukkan kepalanja sambil berkata "Ja, baiklah. Lakukanlah perintah itu.
Alangkah ketjevvanja hati para pradjurit itu. Tanpa mereka sengadja mereka menebarkan pandangan mereka kearah kelompok jang lain jang masih dengan gembira menikmati masa-masa istirahat mereka. Perasaan jang selama ini tidak pernah tumbuh didalam dada mereka, terasa kini mulai mendjamah hati mereka. Iri. Mereka merasa iri bahwa kawan-kawan mereka itu masih dapat duduk sambil bergurau dan menikmati makanan jang melimpah-limpah. Tetapi mereka sekelompok jang hanja kebetulan sadja duduk didekat gubug Kebo Idjo, tiba-tibasadja telah mendapat pekerdjaan jang mendjemukan.
Membuat paga. Seandainja hari itu djuga mereka harus melandjutkan kerdja mereka ber-sama-sama, maka mereka tidak akan merasa malas seperti itu.
Tetapi Ken Arok telah membenarkan perintah Kebo Idjo, sehingga karena itu maka mereka terpaksa djuga melangkahkan kaki-kaki mereka jang serasa mendjadi terlampau berat, kearah setuMpuk bambu disebelah perkemahan itu.
Tetapi sekali lagi mereka tertegun ketika mereka mendengar Ken Arok berkata "He, apakah tidak ada jang kalian lupakan"
Salah seorang dari mereka bertanja "- Apakah jang tertinggal"
"Tidak ada seorangpun diantara kalian jang membawa alat untuk memotong, memetjah dan meraut bambu.
"Oh "para pradjurit itupun kemudian berdesah.
"Ambillah "berkata salah seorang diantara mereka kepada pradjurit jang paling muda.
Dengan malasnja pradjurit muda itu berdjalan kedalam gubug tempat menjimpan segala matjam alat-alat. Langkahnja satu-satu seperti anak itu sedang kelaparan.
"He, inikah tjara kalian bekerdja "bentak Kebo Idjo "langkahmu seperti tjatjing kelaparan. Kau sama sekali tidak mentjerminkan sikap seorang pradjurit Tumapel jang perkasa.
Pradjurit itu tcrkedjut. Kemudian dengan tergesa-gesa ia melangkah mengambil segala matjam alat jang mereka perlukan. Ketika ia ber-lari2 kembali, maka didukungnja berbagai matjam pisau dan kelewang.
"Tjepat, lakukan perintahku "teriak Kebo Idjo sambil bertolak pinggang.
Sikapnja telah menumbuhkan kesan jang kurang menjenangkan bagi para pradjurit Tumapel jang berada dipadang Karautan itu.
Namun ketika mereka sedang melangkah beberapa langkah lagi, mereka mendengar Ken Arok berkata pula "He, kalian masih djuga kelupaan sesuatu.
"Apa lagi" "bertanja salah seorang dari mereka. Ken Arok tcrsenjum ketika ia mendengar Kebo Idjo menggeram. Agaknja Kebo Idjo mendjadi djengkel djuga terhadap Ken Arok jang se-olah-olah sengadja menghambat para pradjurit itu.
"Itu "Ken Arok mendjawab sambil menundjuk makanan jang masih berserakan "kalian boleh membawa makanan itu, supaja kalian dapat bekerdja dengan tenang. Hal ini adalah hal jang sangat khusus. Di-hari-hari dimana kalian bekerdja, maka aku akan mengambil tindakan apabila aku melihat salah seorang dari kalian ternjata membawa makanan. Tetapi dihari istirahat ini pekerdjaan kalian adalah makan, sedang pekerdjaan jang lain itu adalah pekerdjaan sambilan. Tetapi ingat. Hari ini paga itu harus sudah siap. Tetapi itu bukan berarti bahwa kalian harus bekerdja dengan wadjah berduka. Tidak ada larangan buat tertawa. Asal tertawa itu tidak memperlambat pekerdjaan kalian.
Para pradjurit itu sedjenak tertegun diam. Namun tiba-tibamereka itu tersenjum. Bahkan pradjurit jang paling muda, jang dengan malasnja telah mengambil alat-alat mereka, kini dengan sigapnja melontjat dan memungut beberapa matjam makanan jang disukainja.
"Bawa semuanja.2 Serahkan alat-alat itu kepada orang lain.
Perintah inipun dilakukannja dengan tjepatnja. Djauh lebih tjepat dari pada saat ia ber-lari2 ketempat simpanan alat-alat.
"Nah, tjepat, Sekarang pergi ketimbunan bambu, setjepat kalian mengambil makan itu.
Para pradjurit itu tidak dapat menahan tawa mereka. Tetapi sikap merekapun kini segera berubah. Dengan lintjahnja mereka melangkah kearah setuMpuk bambu. Dan kemudian dengan tjepat pula mereka mengerdjakannja. Membuat sebuah paga. Namun tangan mereka tidak henti2nja menjuapi mulut mereka. Ada satu dua diantara mereka jang memetjah bambu sambil berdendang.
Ada jang meraut belahan bambu sambil berkelakar.
Sesaat Kebo Idjo dan Ken Arok masih memandangi mereka dari kedjauhan. Mereka melihat para pradjurit itu bekerdja dengan tjekatan. Meskipun pekerdjaan itu bukan pekerdjaan mereka, tetapi ada diantara mereka jang memang tjukup tjakap untuk mengerdjakan pekerdjaan2 dari bambu.
Beberapa orang pradjurit jang lain, jang djuga duduk didalam kelompok-kelompok, akhirnja melihat djuga kawan-kawannja jang sibuk membuat paga. Beberapa dari antara mereka mendatangi para pradjurit jang sedang bekerdja itu sambil ber tanja "Apakah jang kalian lakukan"
Salah seorang dari mereka mendjawab "Membuat paga.
"Buat apa" "Tempat pakaian. "He " pradjurit jang bertanja itu membelalakkan matanja. Baru sekarang kau berpikir untuk membuat tempat pakaian" Agaknja kau menunggu pakaianmu mendjadi kumal, baru kau buat rak-rakan untuk menjimpannja.
"Hus " desis pradjurit jang sedang bekerdja itu " bukan untuk kami sendiri. Tetapi kami membuat untuk pemimpin kami jang seorang itu, jang akan membantu Ken Arok memimpin kami. Kebo Idjo.
"O " pradjurit itu tiba-tiba menutup mulutnja. Ketika ia berpaling ia masih melihat Kebo Idjo berdiri bertolak pinggang ditempat jang agak djauh.
"Ia pasti tidak mendengar "desis pradjurit itu pula.
"Tetapi sikapmu pasti membuatnja marah. Orang itu. agaknja pemarah dan keras.
"Oh " tiba-tiba pradjurit itupun berdjongkok pula diantara mereka jang sedang bekerdja " aku akan ikut membantu kalian. Apakah kalian tidak menghabiskan hari istirahat ini, dan membuat paga ini besok.
"Paga ini harus djadi hari ini djuga.
"Bukan main. Beberapa orang pradjurit jang semula hanja berdiri sadja melihat-lihat satu demi satu ikut pula berdjongkok dan membantu membuat paga itu. Ada jang membantu meraut bambu2 jang telah dibelah, ada jang mengerat dan membuat lubang-lubang purus. Ada jang membuat tali dan ada jang mulai nglandji potongan2 bambu itu.
Dikedjauhan Ken Arok jang masih berdiri disamping Kebo Idjo berkata "Lihat, pekerdjaan itu akan tjepat selesai. Jang turut bekerdja mendjadi semakin banjak. Kini telah lebih dari duapuluh lima orang berdjongkok disana meskipun sebagian dari mereka hanja duduk2 sambil berbitjara. Tetapi suasananja mendjadi lebih djernih.
"Kau terlalu memandjakan pradjurit2mu. " sahut Kebo Ijo "sebenarnja kau tidak perlu terlampau ber-manis2. Sedjak aku datang aku sudah melihat kelemahanmu. Apalagi ketika pradjurit jang mengantarkan aku berkata serba sedikit tentang kau. Katanja, kau selalu mengalah terhadap pradjurit2mu. Untuk segala hal kau lebih senang mempergunakan sisa dari pradjurit2mu. Seharusnja kau tidak berbuat demikian. Dan aku tidak akan berbuat demikian. Aku akan bersikap seperti sikap seorang perwira, sebenarnja perwira. Aku tidak akan terlampau lunak dan memandjakan pradjurit2ku. Supaja mereka tahu bagaimana mereka harus bersikap terhadap atasannja.
Ken Arok mengerutkan keningnja. Tetapi ia mendjawab "Bagiku sikap jang ber-lebih2an itu tidak perlu. Aku ingin mengendalikan mereka sebaik-baiknja. Tidak dengan kekerasan seperti jang kau bajangkan. Lihat, bukankah pekerdjaan itu selesai djuga dengan tjaraku. Dan para pradjurit itu tidak merasa tersinggung dan terganggu.
"Tetapi setiap kali kita harus ber-manis2. Setiap kali kita harus berpura-pura meskipun sebenarnja dada kita bengkah karena kemarahan atas sikap mereka jang memuakkan, kita harus ter-senjum2 dan ter-tawa-tawa. Tjoba lihat pradjurit2 jang telah lama berada dipadang Karautan ini. Mereka terlampau malas seperti tjatjing kelaparan. Tetapi kalau mereka mendapat makanan, maka mereka berebutan seperti serigala.
"Ah " Ken Arok semakin tidak senang mendengar kata-kata Kebo Idjo. Ia tahu sifat dan watak anak muda itu. Meskipun perkenalannja dengan adik seperguruan Witantra ini belum terlampau akrab, tetapi ia sudah membajangkan, alangkah djauh sifat dan wataknja dari kakak seperguruannja itu.
"Lihat "berkata Kebo Idjo "kau akan melihat perbedaan sikap mereka setelah aku berada disini.
"Aku tidak menghendaki " sahut Ken Arok " aku menghendaki suasana dipadang rumput Karautan ini tetap seperti semula.
Kebo Idjo terkedjut mendengar djawaban Ken Arok se hingga ia berpaling. Tetapi dilihatnja Ken Arok masih tetap berdiri dengan tenangnja memandangi orang-orang jang sedang bekerdja membuat paga untuk Kebo Idjo itu.
"Kau akan tejap memelihara pradjurit"mu mendjadi pemalas. " bertanja Kebo Idjo.
"Kau belum pernah melihat mereka bekerdja dibendungan.
"Dibendungan" "Ja, dibendungan dan sendang buatan itu.
"O, djadi pradjurit2mu djuga kau pekerdjakan diben dungan itu.
-Ja. "Itupun tidak akan aku lakukan. Pradjurit2 dari Tumapel hanja boleh bekerdja disendang buatan. Bendungan itu adalah tugas orang-orang Panawidjen. Kalau semua kau kerdjakan, lalu apakah kerdja orang-orang Panawidjen" Tidur dan menghabiskan bekal makanan kita"
"Seharusnja kau tidak mengutjapkan kata-kata itu " sahut Ken Arok " kau harus melihat dulu. Baru kau menilai apa jang kau lihat
"Aku sudah melihat tjara mereka bekerdja. Dan aku sudah dapat menilai. Djuga tentang orang-orang Panawidjen ini.
"Kalau bendungan itu tidak siap, dari mana sendang itu akan mendapat air"
Kebo Idjo terdiam sedjenak. Tampaklah wadjahnja berkerut merut. Lalu katanja "Ja, barangkali begitu, tetapi baik terhadap orang-orang Panawidjen dan kepada para pradjurit, kita harus bersikap keras. Kita djangan membuat kebiasaan djelek antara bawahan dan atasannja.
"Apakah aku djuga harus bersikap demikian terhadapmu" " pertanjaan itu benar-benar mengedjutkan Kebo Idjo sehingga dadanja serasa berdentang.
Sedjenak Pradjurit muda itu djustru terbungkam. Tetapi matanja se-olah-olah hendak menjala. Wadjahnja jang tegang mendjadi ke-merah-merahan seperti bara.
Dengan napas jang se-akan-akan menjumbat kerongkongan ia bertanja " Apakah maksudmu"
Tetapi Ken Arok masih tetap tenang. Ia masih sadja memandangi orang jang bekerdja membuat paga bagi Kebo Idjo. Dengan nada datar ia berkata " Kau ingin aku bersikap keras tehadap bawahanku. Kalau kau tidak sependapat dengan aku, maka apakah kau djuga bermaksud supaja aku memaksamu.
Dada Kebo Idjo kini benar kerdentangan. Ia tidak menjangka bahwa Ken Arok akan bersikap demikian terhadapnja. Selama ini ia menganggap bahwa Ken Arok adalah seorang Pelajan dalam jang tidak begitu penting. Adalah kebetulan sadja bahwa ia mendapat tugas dipadang Karautan. Seperti biasanja Akuwu kadang-kadang tidak terlampau pandjang berpikir tentang sesuatu masalah jang tidak dianggapnja penting. Misalnja tentang pembuatan sendang dan taman dipadang Karautan, sehingga ia menundjuk sadja orang jang terdekat pada saat ke inginannja itu tumbuh. Agaknja saat itu Ken Aroklah jang lagi menghadapnya, sihingga anak itulah jang diserahi untuk melakukan tugas itu. Kebo Idjo tidak pernah berpikir bahwa Akuwu Tunggul Ametung pernah menjaksi kan sendiri, bagaimana Ken Arok berkelahi melawan Mahisa Agni ketika mereka sedang melarikan Ken Dedes, dan bagai mana anak muda itu dengan sebuah gerakan jang sama sekali tak terduga2 telah membunuh seorang pradjurit. Apa jang dilihat itu ternjata tetap teringat oleh Akuwu Tunggul Ametung jang senang sekali melihat keperkasaan para Pradjurit dan Pelajan dalamnja. Dan karena keperkasaanja pulalah maka Witantra barada didekat Akuwu itu, dan dahulu djuga Kuda Sempana. Karena hal jang serupa pula maka Kebo Idjo tepat mendapat wisuda dan bahkan kemudian diserahi untuk memimpin sedjumlah pradjurit menjusul Ken Arok dipadang Karautan ini.
Tetapi kini tiba-tibaKebo Idjo menghadapi sikap pelajan dalam jang dianggapnja tidak penting itu, betapa menjakitkan hatinja. Sehingga untuk sedjenak djustru mulutnja terbungkam dan tubuhnja mendjadi gemetar seperti kedinginan.
Selama itu Ken Arok hanja berdiam diri sadja. Ia masih sadja memandangi orang-orangnja jang sedang bekerdja. Seolah-olah ia atjuh tak atjuh sadja atas sikap Kebo Idjo jang mendjadi sangat marah kepadanja.
Sedjenak kemudian maka terdengar Kebo Idjo mengge ram " Kau tidak akan dapat me-nakut2i aku.
"Aku tidak me-nakut2i mu. Aku hanja ingin mendengar pendapatmu tentang dirimu sendiri. Aku kira kau pasti tidak senang mendapat perlakuan jang tidak semestinja. Terlampau keras dan kasar, tanpa mendapat kesempatan untuk menjatakan pendapatnja. Tanpa kesempatan untuk beristirahat dan tertawa.
"Ternjata kau pengetjut " sahut Kebo Idjo jang hampir tidak dapat mengendalikan kemarahannja " kau tidak berani mempertanggung djawabkan kata-katamu sendiri.
"Kenapa" " bertanja Ken Arok masih dalam sikapnja.
"Aku kira kau djuga hanja dapat me-nakut2i para pradjurit itu sehingga kau tidak berani bertindak keras terhadap mereka. Sedang apabila para pradjurit itu berani menentangmu, maka kau surut tidak hanja satu dua langkah. Tetapi kau surut sampai kebatas jang paling aman bagimu.
Kini Ken Arok memalingkan kepalanja. Masih dalam nada jang datar ia bertanja "Apakah maksudmu"
"Kau pengetjut " Kebo Idjo mengulangi. "Kau tidak berani memberikan perintah sebagai seorang pemimpin. Kau hanja berani membudjuk mereka dengan kemandjaan jang ber-lebih2an supaja mereka tidak marah kepadamu.
"Kau jakin begitu" " bertanja Ken Arok.
"Aku jakin. " djawab Kebo Idjo " sekarang kau mentjoba me-nakut2i aku. Tetapi kau tidak berani mempertanggung djawabkan. Dengan litjik kau memutar balikkan arti kata-katamu.
Ken Arok mengerutkan keningnja. Sedang Kebo Idjo berbitjara terus " Apalagi kau sama sekali tidak berhak berbuat apapun djuga atasku. Aku mendapat perintah langsung dari Tuanku Akuwu.
"Bagaimana bunji perintah itu"
Kebo Idjo terdiam sedjenak. Tetapi kamudian ia mendjawab " Aku mendapat perintah untuk membantumu. Hanja membantu Dan itu tidak berarti bahwa aku berada dibawah perintahku.
Kau berada dibawah perintahku. " sahut Ken Arok tegas.
Sekali lagi Kebo Idjo terdiam. Sekali lagi darahnja serasa mendidih dan wadjahnja merah membara.
Namun selama itu ternjata Ken Arok telah mengambil keputusan untuk berbuat sesuatu atas anak jang agaknja keras kepala ini. Ia harus menundjukkan kewibawaannja atasnja menurut tjara jang diingini oleh Kebo Idjo sendiri. Selama ia belum berbuat sesuatu, maka Kebo Idjo pasti masih akan merupakan penghalang bagi setiap rentjana dan pelaksanaannja sesuai dengan tjara jang selama ini telah ditempuhnja dengan hasil jang tjukup baik. Ia tidak senang sama sekali apabila Kebo Idjo tiba-tiba sadja telah merubah suasana jang baik didalam kerdja jang berat ini. Karena itu, maka ia akan berbuat sesuai dengan keinginan Kebo Idjo sendiri.
Sedjenak kemudian terdengar Kebo Idjo itu menggeram
-Kau akan membuktikan bahwa kau bukan seorang pengetjut"
"Bukan itu soalnja. Tetapi sesuai dengan pendapatmu sendiri aku akan berbuat sesuatu atasmu apabila kau tidak tunduk akan perintahku.
-Apa jang akan kau lakukan" = suara Ilebo Idjo gemetar.
" Memaksamu. - Oh "tiba-tiba Kebo Idjo menjingsingkan kain pandjangnja dan menjangkutkannja pada ikat pinggangnja jang lebar dan terbuat dari kulit ular "itukah keinginanmu"
Tetapi Ken Arok masih tetap berdiam diri. Bahkan kini ia telah memandangi para Pradjurit jang bekerdja itu lagi, seolah-olah ia tidak tanggap apa jang dilakukan oleh Kebo Idjo.
"He " berkata Kebo Idjo itu lantang " ajo, -apakah jang kau kehendaki".
Ken Arok berpaling. Bahkan ia bertanja " Apa jang sedang kau lakukan".
Mata Kebo Idjo terbelalak karenanja. Djawabnja " Bukankah kau akan mentjoba memaksakan pendirianmu kepada Kebo Idjo jang kau sangka akan bertekuk lutut dan menjembah kepadamu. Ajo, lakukan kalau kau ingin memaksa aku.
"Ja, aku memang ingin memaksamu. Djadi kau harus tunduk kepada perintahku. Itu sadja.
"Aku tidak mau. Bagaimana kalau pradjuritmu berbuat seperti kau. Tidak mau tunduk kepadamu.
Kemarahan Kebo Idjo ternjata telah membakar kepalanja sehingga hampir-hampir tidak terkendali. Bahkan tiba-tibasadja timbul keinginannja untuk menundjukkan kepada Ken Arok, bahwa ia memang tidak dapat di takut2i atau diantjam dengan tjara apapun Ia akan tetap pada pendiriannja.
"Kalau pradjuritku tidak tunduk kepadaku, aku pukul ia sampai pingsan.
"Bagaimana kalau ia melawan.
"Aku ikat dan aku seret dibelakang punggung kuda. Nah, bukankah kau akan melakukannja atasku jang kau anggap bawahanmu"
"Bagiku tidak perlu. Aku dapat melaporkan hal itu kepada atasanku. Bukankah kau sekarang pradjurit pengawal istana"
Bukankah menurut susunan kepradjuritan kau termasuk dalam lingkungan kekuasaan kakak seperguruanmu, Witantra"
"Itulah sebabnja kau tidak berhak memerintah aku.
"Tetapi pimpinan disini adalah aku. Aku dapat melaporkan apa jang terdjadi atasmu. Kepada kakang Witantra dan bahkan mungkin langsung kepada Akuwu Tunggul Ametung.
"Setan alas "Kebo Idjo menggeram "kau memang pengetjut. Kau tidak berani bertindak dengan kekuatanmu sendiri. Kau akan menjalan gunakan kekuasaan jang ada padamu.
"Itulah jang sebaik-baiknja. Aku tidak ingin bertindak sendiri. Aku tidak ingin memutuskan hukuman jang memang bukan wewenangku. Dan aku tidak ingin berbuat se-wenang2.
"Aku sangka bahwa kau adalah seorang laki-laki. Ternjata kau lebih dari betina pengetjut jang sama sekali tidak berarti.
Ken Arok kini mengerutkan keningnja. Wadjahnja menegang, tetapi ia masih tetap berusaha untuk tidak bertindak ter-gesa-gesa.
"Kau baru sadja datang dipadang Karautan. Djangan membuat persoalan. Kau seorang pradjurit jang tahu kewadjiban seorang pradjurit. Kalau kau melakukan perintahku, maka itu sudah tjukup. Kau tidak perlu berbuat aneh2 disini. Sekarang beristirahatlah. Besok kau akan mulai melakukan kuwadjibanmu. Tetapi ingat, akulah pemimpin disini.
"Aku tidak peduli "djawab Kebo Idjo jang benar-benar sudah tenggelam dalam kemarahannja "aku tidak mau tunduk kepadamu. Bahkan aku ingin membuktikan bahwa aku benar-benar seorang pengetjut.
"Bagaimana kau akan membuktikan"
"Aku mengharap kau berani bertindak atas wewenang jang menurut perasaanmu telah kau terima. Ajo, kau harus memaksa aku. Kalau perlu dengan kekerasan. Sesudah itu terserah kepadamu, apakah kau akan melaporkannya kepada kakang Witantra atau kepada Akuwu Tunggul Ametung. Aku tidak berkeberatan untuk digantung seandainja aku dianggap bersalah menentang sikapmu jang tjengeng terhadap anak buahmu.
"Maksudmu kau ingin berkelahi"
Dada Kebo Idjo tergetar. Meskipun maksudnja memang demikian tetapi keterus- terangan itu telah menghentak djantungnja. Namun akhirnja ia mendjawab "Ja, aku ingin berkelahi.
Ken Arok meng-angguk-anggukkan kepalanja. Iapun ingin berbuat demikian. Tetapi ia tidak mau dihanyutkan oleh kemarahannja sadja. Ia harus tetap menyadari apa jang akan dilakukannja, supaja ia tidak terlepas dari pengendalian diri. Maka katanja kemudian "Apakah kau sudah berpikir masak2.
"Seribu kali kuulangi. Aku tetap dalam pendirianku. Aku ingin melihat apakah orang jang ditempatkan dipadang Karautan ini sudah tepat.
Ken Arok meng-angguk-anggukkan kepalanja "Baiklah kalau kau memang ingin berbuat demikian.
"Bagus "hampir berteriak Kebo Idjo menyahut. Tetapi ia masih melihat Ken Arok berdiri sadja dengan tenangnja, meskipun wadjahnja mendjadi semakin tegang.
"Ajo bersiaplah.
02 Pelangi Di Langit Singasari Karya S H. Mintarja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku bukan seorang jang terlampau bodoh untuk melakukannja sekarang. Para pradjurit itu akan melihat kita berkelahi. Mereka akan kehilangan kepertjajaannja kepada pemimpinnja.
Sekali lagi mata Kebo Idjo terbelalak. Dengan gagap ia bertanja "Lalu, apakah maksudmu sebenarnja"
"Aku memang tidak berkeberatan kita mentjoba untuk sekali-sekali berkelahi. Tetapi tidak dihadapan para pradjurit. Sungguh memalukan. Menang atau kalah, kita sudah kehilangan kewibawaan atasnja. Selandjutnja akan memberikan tjontoh jang sama sekali tidak baik atas mereka, dan merekapun akan saling berkelahi satu sama lain sebagai tjara untuk menjelesaikan setiap persoalan.
"Djadi, bagaimana"
"Aku masih ingin memisahkan masalahnja. Aku kira aku dapat menganggap bahwa persoalan ini adalah persoalan kita. Katakanlah kita jang masih terlampau muda. Aku akan menarik garis pemisah antara persoalan ini dengan kedudukan kita masing-masing. Aku mengharap kau tidak akan dianggap bersalah. Tetapi kita harus bersikap djantan. Siapa jang kalah harus mengakui kekalahannja.
"Itu sama sekali tidak menarik. Kita harus mempertaruh kan sesuatu untuk setiap kemenangan dan kekalahan. Mungkin djabatan, mungkin kehormatan dihadapan saksi2.
Ken Arok menarik nafas dalam-dalam. Ternjata Kebo Idjo adalah seorang jang terlampau jakin akan dirinja dan djustra kejakinannja itulah jang telah mendorongnja untuk bersombong diri. Ia menjadari benar-benar kelebihan2 jang ada didalam dirinja, dan ia ingin melihat orang lain mengagumi kelebihannja itu.
Tetapi Ken Arok tidak ingin menanggapi sikap jang demikian. Ia masih mementingkan kewadjibannja sebagai seorang pemimpin. Ia harus mempertahankan kepertjajaan orang orang-orangnja dan memelihara ketertiban sedjauh mungkin tanpa menundjukkan kekuasaan dan apalagi kekerasan terhadap bawahannja.
"Apa katamu sekarang" "bentak Kebo Idjo ketika Ken Arok tidak segera mendjawab "Kita djadikan para pradjurit itu saksi. Siapakah diantara kita jang berbak untuk mendapat taruhan.
"Sudah aku katakan "sahut Ken Arok "perbuatan jang demikian adalah perbuatan jang terlampau bodoh2 Kita tidak perlu saksi2. Kita pertjaja kepada kedjudjuran dan kedjantanan diri. Ajo, apakah jang ingin kita pertaruhkan"
"Terserah kepadamu "sahut Kebo Idjo.
"Kau jang menentukan.
"Bagus. Kita pertaruhkan djabatan kita. Kalau kau kalah, maka akulah jang memimpin pradjurit2 Tumapel disini. Kau harus tunduk kepada semua perintahku. Kau mendjadi pembantuku disini meskipun Akuwu Tumapel tidak mengingininja.
Ken Arok meng-angguk-anggukkan kepalanja. Taruhannja tjukup bernilai. Tetapi Ken Arok harus tjukup sadar, bahwa ia akan menghadapi perkembangan keadaan jang mungkin sadja tidak dikehendaki. Kebo Idjo jang terlampau membiarkan perasaannja berbitjara itu akan tjepat kehilangan kesadaran dan perkelahian jang demikian akan berkembang tak terkendali. Tetapi ia tidak dapat mentjari seorang saksipun dalam perkelaihan itu. Satu orang sudah tjukup banjak untuk menjebarkan hal itu kepada seluruh pradjurit dipadang Karautan dan orang-orang Panawidjen, dan bahkan seluruh pradjurit Tumapel. Lalu apa kata mereka tentang para pemimpin mereka. Para perwira jang bertengkar satu sama lain Bahkan berkelahi.
"He "Kebo Idjo membentak sekali lagi "kenapa kau diam sadja" Apakah kau mendjadi tjemas, bahwa suatu ketika kau akan mendapat perintah jang berlebih2an diri padaku" Aku tidak sekedjam itu terhadap bawahanku jang tunduk kepadaku. Kaupun tidak akan aku perlakukan terlampan keras seandainja kau tidak selalu menentang keputusan2 jang aku buat.
" Hem "Ken Arok menggelengkan kepalanja "Witantrapun tidak akan berbuat serupa kau ini meskipun ia kakak seperguruanmu. Kau terlampau mejakini kelebihanmu. Mungkin akhir-akhir ini kau mendapat banjak kemadjuan. Tetapi djangan terlampau berbangga.
"Djangan banjak berbitjara "potong Kebo Idjo "kita buktikan sadja. Aku telah menemukan kekuatan didalam diriku. Kekuatan jang hampir tidak pernah dapat diungkapkan. Aku akan segera melampaui kakang Witantra. Mungkin kakang Mahendra kini sudah tidak dapat mengalahkan aku.
Terasa sebuah gedjolak melanda dinding-dinding djantung Ken Arok. Iapun masih tjukup muda. Untunglah bahwa ia menjadari dirinja. Dirinja jang baru sadja bangkit dari reruntuhan jang mengerikan dari watak dan sifat orang-orang tua jang mengasuhnja. Untunglah bahwa ia menjadari bahwa kadang-kadang ia masih djuga dapat lupa diri dan berbuat kasar, sekasar pada saat-saat ia berkeliaran dipadang Karautan. Tetapi kali ini ia tjukup sadar. Tjukup berusaha untuk tidak kehilangan kesadaran itu.
(Bersambung, "ke Jilid 31)
Pelangi di Langit Singasari
SH. Mintardja Jilid : 31 " 35 ________________________________________
Jilid 31 " AJO, kita tentukan. Dimana kita akan berkelahi apa bila kau menghindari saksi2. Mungkin kau tidak ingin mendapat malu atau mungkin kau akan berbuat tjurang, mengingkari perdjandjian ini.
" Nanti kita tentukan, dimana kita akan mengudji diri.
" Tidak nanti, sekarang.
Ken Arok menggeleng " Tidak. Aku tidak mau. Aku harus menunggui orang2 jang sedang bekerdja itu sampai selesai supaja mereka tidak kehilangan gairah. Supaja mereka tidak merasa bahwa mereka kehilangan kesempatan mereka beristirahat karena kau.
" Persetan dengan tjetjurut2 itu. Itu adalah kuwadjibannja. Melakukan perintah atasannja.
" Sedjak semula kita berbeda pendirian. Kita masih belum menentukan siapa jang kalah dan menang diantara kita. Karena itu sampai saat ini aku masih tetap pimpinan tertinggi dari setiap orang jang berada dipadang Karautan ini. Kau djuga masih tetap di bawah perintahku. Tetapi aku beri kau keleluasaan. Kalau kau mau beristirahat, beristirahatlah. Djangan ganggu aku dengan tjara2 jang selalu aku lakukan selama ini. Paga itu pasti siap sebelum malam.
Darah Kebo Idjo serasa mendidih dikepalanja. Sikap Ken Arok benar2 menjakitkan hatinja. Meskipun Ken Arok itu se-olah2 bersikap atjuh tak atjuh sadja, namun djustru sikap jang demikian itu terasa sangat mengganggu. Ternjata
Ken Arok sama sekali tidak terpengaruh oleh kata2nja. Ken Arok ternjata sama sekali tidak niendjadi tjemas, apalagi takut.
Tetapi Kebo Idjopun tjukup pertjaja kepada diri sendiri. Kemadjuan9 jang ditjapainja achir2 ini membuatnja semakin rongeh. Meskipun dihadapan gurunja ia tampak, baik dan tenang, tetapi di-saat2 lain, disaat ia tidak bersama gurunja, maka kadang2 ia mendjadi seperti kuda lepas kendali. Kini Kebo Idjo se-oIah2 sudah tidak menghiraukan lagi peringatan2 jang diberikan oleh Mahendra, seandainja ia dianggap bersalah. Tetapi ia masih segan terhadap kakak seperguruannja jang tertua, Witantra jang kebetulan mendjadi Senapatinja pula didalam susunan kepradjuritan.
" Djadi apa maumu " " bertanja Kebo Idjo sambil menggeram.
" Nanti malam kita pergi kesendang buatan. Kita akan mendapat banjak waktu untuk berkelahi. Semalam suntuk. Kalau masih djuga belum selesai, kita teruskan malam beri kutnja.
" Bagus " sahut Kebo Idjo lantang " aku akan melajanimu empat puluh malam. Tetapi aku kira tidak sampai tengah malam aku sudah dapat menjelesaikannja.
Sekali lagi terasa sebuah gedjolak jang tadjam melanda dinding2 djantung Ken Arok. Bahkan sedjenak ia terdiam. Namun pandangan matanja mendjadi semakin tadjam. Meskipun demikian, Ken Arok selalu berusaha untuk tidak kehilangan keseimbangan perasaan.
Dan ia mendengar Kebo Idjo berkata terus - Bagaimana" Apakah kau tidak senang mendengar kata2ku"
" Ja, kata2mu memang memuakkan -- djawab Ken Arok.
" Persetan. Adalah hakku untuk berkata apa sadja sesuka hatiku. Kalau kau mau marah, marahlah. Djangan menunda kemarahanmu itu, supaja kau tidak akan kehilangan.
" Aku memang marah, dan aku memang tidak ingin menjembunjikan kemarahan. Tetapi aku tidak pernah berbuat sesuatu dalam kemarahanku.
" Bohong - Kebo Idjo itu berteriak lagi - kau memang pembohong dan pengetjut.
" Djangan ber-teriak2 - potong Ken Arok - djangan membuat kesan jang djelek terhadap para pradjurit. Sebaiknja kau tersenjum dan kalau tidak mampu, pergilah beristirahat.
Terdengar Kebo Idjo itu menggeram. Tetapi ia tidak berhasil memantjing kemarahan Ken Arok sehingga kehilangan keseimbangan diri. Karena itu, maka Kebo Idjo itu sendirilah jang harus menahan diri dan menunda pelepasan kemarahannja sampai malam nanti.
Dengan wadjah jang gelap ia berkata " Baik, aku akan tidur. Sebelum malam paga itu harus sudah siap. Aku akan mengatur pakaianku sebelum gelap. Sesudah itu, aku akan pergi kesendang buatan menunggumu.
" Baik. Pergilah. Aku sudah muak mendengar suaramu dan melihat tampangmu. " sahut Ken Arok.
Kebo Idjo jang sudah mulai melangkahkan kakinja, bah kan tertegun. Ketika ia berpaling ia melihat Ken Arok ber djalan menmggalkannja.
" Kemana kau" - bertanja Kebo Idjo.
" Aku akan membantu orang2 jang sedang bekerdja itu.
Sedjenak Kebo Idjo terpaku ditempatnja. Perwira muda itu tidak mengerti sikap Ken Arok. Ia menerima tantangannja, namun sementara itu keperluannja ditjukupinja. Ia tidak menolak permintaannja untuk membuat sebuah paga. Ia tidak membuat perintah lain kepada para pradjurit itu, ia sama sekali tidak melarang, dan bahkan akan membantunja.
" Ah, betapa litjiknja - geram Kebo Idjo itu tiba2 " ia ingin mempengaruhi perasaanku supaja aku kehilangan kemarahanku. Ia sengadja menunda perkelahian itu untuk meredakan hatiku. Ternjata ia kini dengan tanpa malu2 telah membantu para pradjurit menjiapkan keperluanku. Hem, kenapa ia tidak sadja berterus terang dan minta maaf kepadaku " Tetapi biarlah ia menjadari, bahwa aku tidak senang terhadap sikapnja jang tjengeng. Aku tidak ingin memandjakan para pradjurit disini. Dan aku ingin mengurungkan perkelahian nanti malam meskipun barangkali aku tidak akan terlampau menjakitinja. Aku pernah mendengar beberapa kelebihan anak muda itu. Tetapi ia tidak pernah mendapat tuntunan setjara teratur, sehingga mungkin ia hanja mampu berbuat beberapa kelebihan jang liar. Namun ia tidak dapat berbuat sesuka hatinja.
Dengan wadjah jang berkerut-kerut Kebo Idjo melangkah kembali kedalam gubugnja. Gubug jang sangat mendjemukan bagi Kebo Idjo jang baru sadja menempatinja. Pakaiannja masih berada dalam sebuah kerandjang jang diletakkannja disamping tikar pembaringannja.
" Ken Arok memang pemalas. Ia dapat memerintahkan beberapa pradjurit menjiapkan sebuah amben, sebuah paga dan kalau mungkin sebuah geledeg kaju. Tetapi disini tidak ada apa2 selain rumput kering dan tikar pandan jang kasar ini.
Sementara itu Ken Arok telah berada diantara para pradjurit jang sedang bekerdja membuat paga. Beberapa orang melihat sikap Kebo Idjo jang aneh dari kedjauhan. Bahkan ada jang melihat anak muda itu menjingsingkan kain pandjangnja. Tetapi mereka tidak melihat suatu perubahan sikap Ken Arok, sehingga mereka mengambil kesimpulan bahwa Kebo Idjo sedang bertjeritera. Begitu asjik dan mantapnja ia mengutjapkan tjeriteranja, sehingga ia membuat beberapa gerakan jang aneh2.
Para pradjurit itu sama sekali tidak menjadari, bahwa Ken Arok dan Kebo Idjo telah membuat perdjandjian untuk berkelahi disendang buatan nanti malam.
Apalagi sikap Ken Arok terhadap mereka sama sekali tidak berubah. Pemimpin mereka itu masih tetap tersenjum dan bahkan kemudian membawa para pradjurit itu dalam suatu pertjakapan jang lutju.
Dengan demikian maka pekerdjaan mereka telah mereka lakukan dengan tanpa merasa kehilangan atas sisa hari istirahat mereka. Mereka bekerdja sambil bergurau, tertawa dan jang tidak mereka lupakan adalah makan.
" Djangan takut kehabisan " teriak salah seorang pra djurit jang menjuapi mulutnja ber-lebih2an " djuru masak istana masih berada disini.
" Tetapi sampai kapan " Hari ini adalah hari terachir kita dapat ber-malas2. Tetapi apakah hari terachir pula bagi mulut2 kita untuk bekerdja keras "
" Tidak " Ken Aroklah jang menjahut " madaran istana akan berada disini tudjuh hari tudjuh malam. Besok kalian sudah bekerdja kembali, tetapi persediaan makan kalianlah jang berbeda dengan hari2 biasa.
Hampir bersamaan para pradjurit itu bersorak.
" Tetapi djangan kalian lepaskan bambu ditangan kalian " Ken Arok memperingatkan.
" Sudah hampir selesai. Sebentar lagi paga ini sudah berdiri.
" Bagus " desis Ken Arok " lebih tjepat selesai lebih baik.
Para pradjurit itupun kemudian mempertjepat kerdja mereka. Meskipun mereka masih tetap melakukannja sambil bergurau, namun tangan mereka mendjadi semakin lintjah menggerakkan alat2 mereka.
Sebentar kemudian maka paga jang dimaksudkan itu sudah dapat didirikan. Dengan tali2 idjuk maka setiap bagiannja diikat baik2. Tiang2nja, belandar dan pengeretnja. Palang2 dan kemudian galar.
" Bagus " desis Ken Arok " paga itu tjukup baik. Tiga rak2an sudah tjukup. Tetapi agak terlalu pandjang.
" O " sahut salah seorang pradjurit " mungkin pakaiannja terlampau banjak. Kalau tidak maka sebagian akan dapat dipakai untuk meletakkan barang2 jang lain.
Ken Arok meng-angguk2an kepalanja. Kemudian katanja " Bawa paga ini kegubuk Kebo Idjo. Ia masih terlampau lelah. Djangan membantah apapun jang dikatakannja. Besok ia akan berubah apabila ia sudah tidak lelah lagi. Ia seorang pemimpin jang baik. Mungkin ia lebih keras daripada aku dalam beberapa hal, tetapi maksudnja harus dapat kalian mengerti selaku pradjurit2 jang taat pada tugas2nja sebagai seorang pradjurit.
Para pradjurit itu mengerutkan keningnja. Peringatan itu ternjata memberikan kesan jang2 aneh didalam hati para pradjurit itu. Se-akan2 Ken Arok ingin mengatakan kepada mereka, bahwa mereka harus berusaha menjesuaikan diri mereka dengan pemimpin mereka jang baru.
Sementara itu Ken Arok berkata selandjutnja " Kalau kau mendjumpai sikapnja jang keras bahkan se-akan2 tampak kasar, kalian djangan terkedjut. Itu adalah wataknja. Tetapi ia bermaksud baik " Ken Arok berhenti sedjenak, lalu diteruskannja " Seperti pada saat ia memerintahkan kepada kalian membuat paga. Mungkin kalian terkedjut dan kurang senang. Tetapi pemimpinmu jang baru itu tahu, bahwa mem buat paga dan dilakukan ber-sama2 oleh sepuluh orang bah kan lebih, sama sekali tidak akan memberati kalian meskipun kalian sedang beristirahat. Bukankah pekerdjaan itu tjepat selesai dan kalian masih sempat menikmati kegembiraan bersama kawan2 kalian jang lain.
Para pradjurit itu meng-angguk2kan kepala mereka. Tetapi ketika mereka menengadahkan wadjah2 mereka kelangit, maka mereka melihat langit se-olah2 terbakar oleh sinar2 sendja jang tersisa.
Ken Arok melihat wadjah2 mereka jang ketjewa, karena hari2 jang menjenangkan ini sudah hampir habis.
" Kalian masih mempunjai semalam lagi. Malam nanti kalian dapat menghabiskan semua jang masih tersisa dihatimu dalam kegembiraan ini. Obor2 akan dipasang. Makan jang jang paling enak akan disiapkan. Djangan menjesali sepotong hari jang hilang karena paga itu.
Pradjurit2 itu pun kemudian tersenjum. Salah seorang diri jang berkata " Marilah kita mandi. Kita habiskan malam ini dengan se-baik2nja. Besok dan seterusnja kita sudah akan terbenam lagi dibendungan atau disendang itu.
Jang lainpun kemudian tertawa pula.
" Nah, sekarang bawa paga itu kepada adi Kebo Idjo -berkata Ken Arok kemudian.
Beberapa orangpun kemudian mengangkat paga itu dan membawanja kepada Kebo Idjo.
Didalam gubugnja Kebo Idjo sedang berbaring untuk melepaskan penatnja. Meskipun ia tahu bahwa dilangit warna2 merah telah menjala, tetapi ia masih sadja berbaring diam. Angan2nja membubung tinggi se-olah2 ingin menggapai awan. Dinikmatinja kembali saat wisudanja. Kemudian disesalinja perintah Akuwu jang mengirimkannja kepadang jang kering dan sepi ini.
" Gila - gerutunja. Kebo Idjo merasa dirinja terlampau malang. Ia membajangkan isterinja jang belum lama dikawininja, pasti merasa sepi djuga dirumah.
" Disini aku berkumpul dengan orang2 gila seperti Ken Arok. Kenapa Ken Arok itu mendapat kedudukan jang baik didalam lingkungan Pelajan-dalam. Tetapi agaknja Akuwu ketjewa djuga atasnja ternjata ia dikirim kepadang Karautan ini. " Tiba2 ia terkedjut sendiri. Desisnja " Djadi, apakah demikian djuga terhadapku. " " Lalu didjawabnja sendiri " Ah, pasti tidak. Aku mempunjai kedudukan jang berbeda dengan Ken Arok. Ken Arok adalah seorang jang sepantasnja dilemparkan dipadang ini. Sedang aku dikirim Akuwu untuk mengawasinja. Asal kamipun berbeda. Aku kira Ken Arok adalah anak padesan, atau anak padang2 rumput. Aku dilahirkan di Tumapel. Didalam lingkungan orang2 besar.
Tiba2 Kebo Idjo itu terkedjut ketika ia mendengar langkah2 kaki mendatanginja. Sambil berbaring sadja ia berteriak " He, siapa itu "
" Kami " terdengar seseorang menjahut -- kami mengantarkan paga jang telah selesai kami buat.
Dengan malasnja Kebo Idjopun bangkit Bawa masuk.
Para pradjuritpun kemudian membawa paga itu masuk kedalam gubug Kebo Idjo.
" Ah " Kebo Idjo berdesah " matjam itulah ketjekapan kalian membuat perkakas " .
Para pradjurit itu saling berpandangan. Mereka kemudi an berdiri dengan gelisah ketika mereka melihat Kebo Idjo me-raba2 paga itu dan meng-gojang2kannja.
" Tidak sampai sebulan paga ini sudah roboh " katanja " pada hal aku berada dipadang ini sampai taman itu dibuka. Kalian benar2 bodoh.
Tak seorangpun jang mendjawab.
" Apa lagi jang kalian tunggu he " Kenapa kalian masih berdiri sadja disitu " Apakah kalian menunggu aku me-mudji2 kalian atas pekerdjaan kalian jang djelek ini "
Para pradjurit itu terkedjut. Kemudian satu demi satu mereka melangkah keluar meninggalkan gubug Kebo Idjo itu. Dengan dahi jang berkerut mereka melihat, bajangan hitam dari langit se-olah2 hendak menerkam mereka dan seluruh padang Karautan.
Satu2 bintang mulai bermuntjulan. Warna2 sendja jang menjangkut pinggiran awan jang hanjut diudara, semakin lama mendjadi semakin pudar.
Para pradjurit itupun kemudian melangkah dengan ter2gesa2 kegubug masing2. Salah seorang dari mereka " Semua orang telah siap mengitari makan mereka. Aku masih belum mandi.
" Kau kira aku djuga sudah mandi " Bukankah kita sekelompok jang sedang sial ini masih belum mandi seluruhnja.
" Ajo, tjepat kita mandi. Kalau kita terlambat, maka kita tidak akan mendapat bagian. Kita hanja akan menemukan sisa2 makan mereka.
" Kita pasti terlambat. Lihat - berkata salah seorang dari mereka sambil menundjuk ketempat terbuka disamping perkemahan mereka " Obor2 telah dipasang. Mereka telah duduk berkeliling.
" Uuah " pradjurit jang termuda diantara mereka menjahut - aku akan menjesal sepandjang umurku kalau aku tidak dapat ikut makan bersama kali ini.
Tiba2 mereka terkedjut ketika mereka mendengar suara lirih dibelakangnja " Djangan takut. Aku akan menunggu kalian.
Tersentak mereka berpaling. Ternjata dibelakang mereka berdiri Ken Arok sambil tersenjum - Itulah agaknja jang selalu kalian pikirkan. Sekarang, tjepat, pergi mandi. Kami akan menunggu kalian supaja kalian tidak menjesal sepandjang umur kalian.
Para pradjurit itupun tersenjum pula; Salah seorang dari mereka mendjawab " Mumpung. Mumpung kami mendapat kesempatan. Belum tentu kesempatan jang serupa akan datang disaat jang lain nanti.
Kawan2njapun tertawa pula.
" Ajo, tjepat mandi. Kalau kalian terlampau lama, maka kami tidak akan menunggu kalian. Makan bersama itu akan segera aku buka.
Para pradjurit itupun tertawa. Tetapi langkah mereka benar2 mendjadi semakin pandjang. Dengan ter-gesa2 mereka pergi kebendungan untuk mandi.
Ditempat jang terbuka, para pradjurit dan orang2 Pana widjen telah duduk dalam satu lingkaran jang luas, ber-sap2. Hari ini mereka akan menikmati atjara jang meriah. Makan bersama. Obor2 telah dipasang hampir setiap sepuluh langkah. Beberapa orang jang bertugas telah sibuk menjiapkan makan mereka.
Ken Arok berdiri sambil menjilangkan kedua tangannja didadanja. Diawasinja orang2 jang duduk sambil berkela kar itu. Mereka tampak gembira. Satu dua diantara mereka memper tjakapkan perkawinan Akuwu Tunggul Ametung dengan Ken Dedes. Terutama orang2 Panawidjen. Mereka pada umumnja merasa bangga, bahwa gadis dari padepokan Panawidjen akan mendjadi seorang permaisuri Tumapel. Tetapi sebagian para pradjurit itu sama sekali tidak memperdulikannja. Mereka hanja mendjadi gelisah ketika makanan masih djuga belum di-bagi2kan.
Ternjata Ken Arok menepati djandjinja. Ia menunggu beberapa orang jang sedang mandi setelah mereka membuat paga bagi Kebo Idjo. Baru setelah semua orang berkumpul, maka Ken Arok menjuruh seorang pradjurit jang paling djenaka diantara mereka, untuk membuka atjara makan bersama itu. Dengan gajanja jang chusus pradjurit itu berdiri didalam lingkaran, dan dengan lutjunja ia mengutjapkan beberapa patah kata. Setiap kali terdengar kawan2nja tertawa meledak. Orang2 Panawidjenpun tertawa pula ter-kekeh2 sehingga ada diantara mereka jang terpaksa memegangi perut mereka jang belum terisi.
Ken Arok berdiri sadja sambil ter-senjum2. Namun tiba2 wadjahnja berkerut ketika tiba2 sadja Kebo Idjo telah berdiri disampingnja " Aku menunggumu disendang buatan itu " desisnja.
Ken Arok menarik nafas dalam2. Djawabnja " Baik. Aku akan menjelesaikan atjara ini. Dan aku akan segera pergi ke Sendang itu.
" Kau menunggu marahku lilih "
Dada Ken Arok berdesir. Tetapi ia tidak ingin mengganggu kegembiraan orang2nja bersama orang2 Panawidjen. Djawabnja per-lahan2 " Tidak, djustru aku menunggu kau mendjadi semakin marah. Aku ingin kita berkelahi dengan sungguh2.
" Setan alas " Kebo Idjo berdesis.
" Djangan keras2 " potong Ken Arok. Ia masih tetap menjadari keadaan sepenuhnja " djangan merusak suasana.
" Persetan dengan atjara gilasan ini. " djawab Kebo Idjo " Atau kita manfaatkan pertemuan ini sama sekali"
" Buat apa " " Kita buat atjara jang pasti paling meriah. Kita berkelahi di-tengah2 arena ini.
" Kau gila. Sudah aku katakan bahwa aku tidak mau memberi mereka tjontoh jang djelek.
" Kalau begitu, tjepat, pergi kesendang itu.
" Aku akan menjelesaikan atjara ini. Sebaiknja kau ikut pula bergembira bersama para pradjurit dan orang2 Panawidjen itu.
" Huh, aku bukan termasuk orang2 jang dapat digem birakan oleh sebungkus nasi gebuli.
" Oh, kau salah. Jang membuat mereka bergembira bukan sebungkus nasi gebuli. Tetapi mereka merasakan kemesraan hubungan antara mereka. Itulah jang menggembirakan.
" Omong kasong. Kegembiraan jang demikian hanjalah untuk pradjurit2 rendahan dan orang2 padesan seperti orang2 Panawidjen. Tjepat, selesaikan atjaramu jang gila ini. Aku hampir tidak sabar. Aku akan pergi dahulu. Kalau lewat tengah malam kau tidak datang aku anggap kau kalah dalam pertaruhan ini, dan kekuasaan disini berada ditanganku. Akulah jang berhak mengatur semuanja. Aku ingin menghilang kan setiap kebiasaan jang djelek disini. Tjengeng, ber-mandja2 dan malas. Sama sekali bukan sikap dan sifat seorang pradjurit Tumapel jang perkasa.
Ken Arok tidak segera menjahut. Ia menganggap bahwa lebih baik ia berdiam diri supaja Kebo Idjo tidak ber-teriak2. Apabila anak itu kehilangan pengendalian diri, maka ia pasti akan ber-teriak2 dan berbuat diluar sadarnja. Dengan demikian maka akan dapat timbul hal2 jang tidak dikehendakinja.
Tetapi Kebo Idjo itu mendesaknja " Bagaimana"
Ken Arok mengangguk "-ja, aku sanggupi " djawabnja
" Bagus. " sahut Kebo Idjo " aku akan pergi sadja dari tempat jang memuakkan ini. Biarlah mereka makan makanan jang belum pernah mereka makan. Tetapi bagiku
makanan2 itu sama sekali tidak menimbulkan selera lagi Aku akan berbaring sadja dibilikku, lalu pergi ke Sendang itu. Seleraku hari ini adalah berkelahi.
" Baik " djawab Ken Arok " kita berdjandji sadja.. Tepat tengah malam.
" Bagus Kebo Idjopun kemudian meninggalkan tempat jang riuh oleh suara gelak tertawa itu. Suara gelak tertawa jang baginja sangat mengganggu perasaannja. Ia ingin melihat para pradjurit itu hormat padanja disegala tempat dan waktu. Dalam pertemuan jang demikian, maka ia harus mendapat tempat jang terhormat dan chusus. Tidak berada ber-sama2 dalam lingkungan para pradjurit dan orang2 Panawidjen seperti Ken Arok dan Ki Buyut.
" Betapa bodohnja mereka itu. Mereka merendahkan dirinja " gumamnja disepandjang langkahnja menudju kebiliknja. Wadjahnja mendjadi sedemikian gelap. Se-olah2 tengah malam datangnja terlampau lama.
Ken Arok dapat mengerti djuga pendirian Kebo Idjo. Tetapi ia berpendirian lain. Kewibawaan tidak perlu di bangunkan dengan membuat garis pemisah antara pemimpin dan jang dipimpin. Setiap kali para pemimpin harus menundjukkan kelebihannja dalam keadaan jang wadjar. Memberi petundjuk2 dan tjontoh2 jang baik. Memang sekali2 perlu ber buat keras, tetapi dalam batas2 kewadjaran. Tidak ber-lebih2an. Apalagi sengadja dipamerkan berlandaskan kekuasaan.
Sementara itu kegembiraan orang2 Panawidjen dan para pradjurit Tumapel berdjalan dengan riuhnja. Setiap kali terdengar suara tertawa. Meskipun mereka telah mendapatkan makan masing2, tetapi suara kelakar mereka masih sadja terdengar. Orang2 itu mulai mengelompokkan diri dalam lingkaran2 jang lebih ketjil. Dan diantara mereka mulai timbul permainan2 jang lutju. Setiap kelompok mempunjai tjara masing2 untuk bergembira dan tertawa.
" Kalau mereka telah lelah, maka mereka akan berhent dengan sendirinja " guman Ken Arok.
Maka dengan diam2 ditinggalkannja tempat jang riuh itu. Ia ingin memenuhi djandjinja terhadap Kebo Idjo. Karena itu maka dibenahinja pakaiannja. Mungkin ia harus berkelahi dengan sepenuh tenaganja. Ia belum tahu pasti kekuatan Kebo Idjo. Tetapi ia dapat menduganja, bahwa anak itu pasti sudah mendjadi semakin madju.
Sedjenak ia singgah kedalam gubugnja. Disuapinja mulutnja dengan beberapa potong makanan dan beberapa teguk minuman. Ia tahu dan menjadari bahwa ia sedang melaku kan suatu permainan jang berbabaja. Tetapi ia tidak mempunjai tjara lain untuk menundukkan Kebo Idjo.
" Tetapi kalau aku tidak dapat memenangkan perkelahian ini, maka semua djabatanku pasti akan lenjap bersama kekalahanku. Apabila Akuwu mendengarnja, mungkin aku akan ditarik kembali ke Tumapel, untuk menerima kemarahannja. Bahkan mungkin aku akan dapat disingkirkan. Akuwu pasti tidak akan senang mendengar hal ini terdjadi.
Ken Arok mengerutkan keningnja. Kemudian desahnja -Itu akan lebih baik dari pada Kebo Idjo selalu mengganggu semua rentjana dan tjara jang aku lakukan. Kalau ia menang, biarlah ia mengambil alih pimpinan dengan akibat jang paling pahit jang dapat terdjadi atasku. Tetapi kalau aku berhasil, aku tidak akan diganggunja lagi.
Sedjenak kemudian Ken Arok itu berdiri. Sekilas dipandanginja pedangnja jang tersangkut didinding. Tetapi kemudian ia menggeleng " Tidak perlu. Sendjata akan sangat berbahaja bagi orang2 jang kadang2 dapat lupa diri. Kebo Idjo adalah seorang jang mudah kehilangan pengendalian diri, dan aku agaknja bukan seorang jang terlalu kuat bertahan dalam kesadaran jang penuh. Biarlah aku tidak usah membawa sendjata apapun.
Sedjenak kemudian Ken Arok itupun melangkah keluar. Ketika ia menengadahkan wadjahnja, dilihatnja bintang2 sudah djauh berkisar. Tetapi lamat2 ia masih mendengar gelak tertawa dipinggir perkemahan, dan ia masih melihat tjahaja api obor jang se-olah2 memantjar kelangit.
Per-lahan2 ia berdjalan meninggalkan perkemahannja. Langkahnja berdesir diantara gubug2 jang sepi. Tetapi Ken Arok sengadja tidak melalui gubug Kebo Idjo. Ia ingin berdjalan sendiri. Biarlah Kebo Idjo itu mendahuluinja atau menjusulnja kemudian.
" Aku masih mempunjai waktu " desis Ken Arok " masih belum tengah malam.
Dalam kesepian padang rumput Karautan Kru Arok melangkah setapak demi setapak. Dipandangnya parit indukjang membudjur disamping kakinja. Parit itu sudah tjukup dalam dan lebar. Apabila air sudah naik dari bendungan, maka parit induk itu sudah tjukup dapat menampung airnja, dan mengalirkannja sampai kesendang buatan. Disepandjang susukan itu beberapa kali Ken Arok harus melontjati parit2 jang ber-tjabangs. Seperti akar pepohonan jang menghundjam langsung kedalam bumi, demikianlah parit2 itu mendjalar keseluruh bagian padang Karautan jang akan didjadikan tanah persawahan.
Alangkah djauh perbedaan perasaan jang dialaminja. Dahulu ia djuga selalu berkeliaran dipadang ini. Tetapi kini terasa bahwa kehadirannja dipadang Karautan itu bermanfaat. Tidak sadja bagi dirinja sendiri, tetapi bagi banjak orang jang memerlukan tempat tinggalnja.
Malampun mendjadi semakin malam. Ken Arok masih melangkah perlahan-lahan. Dilepaskannja pandangan matanja sedjauh2 dapat ditjapainja. Dipandanginja bintang2 dilangit dan mega jang keputih-putihan memulas wadjah jang kehitam-hitaman jang terbentang dari udjung bumi keudjung jang lain.
Sekali2 terasa desir jang halus terasa didalam dada anak muda itu. Anak muda jang tidak pernah menikmati masa2 mudanja dengan wadjar. Namun djustru karena itulah, maka ia mendjadi tjukup dewasa menghadapi berbagai masalah. Ia tampak djauh lebih matang daripada anak-anak muda sebaja nja.
Dan kini ia akan berhadapan dengan anak muda jang masih kekanak-kanakan, Kebo Idjo.
" Kemampuan anak itu terlampau tinggi dibanding kan dengan sifat kekanak-kanakannja " katanja didalam hati " apabila tidak ada keseimbangan, maka hal itu akan berbahaja baginja sendiri dan bagi lingkungannja.
Ken Arok menarik nafas dalam. Bahkan kemudian ia berdesis " Kini akulah jang pertama-tama akan memper taruhkan diri. Kalau aku kalah, maka akulah korban diantaranja. Dan korban2 sematjam itu akan terus menerus berdjatuhan.
Ken Arok menengadahkan wadjabnja ketika terasa angin kentjang menusap tubuh nja. Dingin malam mulai merajapi kulitnja jang berwarna merah tembaga karena terik mata hari jang setiap hari menjengatnja.
Langkahnja terhenti ketika ia mulai mengindjallan kakinja diatas tanah jang mulai dipagarinja. Bagian dari taman jang sedang dibuatnja. Ditengah-tengah taman itulah ia membuat sebuah sendang.
Ternjata djustru Kebo Idjolah jang belum sampai ketempat itu. Karena itu maka ia masih harus menunggu. Diletakkannja tubuhnja diatas sebongkak batu jang masih belum dipasang.
Tetapi ternjata ia tidak menunggu terlalu lama. Didalam gelapnja malam ia melihat sesosok bajangan mendekati sendang itu. Belum lagi ia sempat menegurnja, didengarnja bajangan itu telah memanggil namanja keras2 " He, Ken Arok. Dimana sendang itu" Apakah kau sudah berada disana "
Sengadja Ken Arok tidak segera mendjawab. Ia menja dari bahwa dirinja berada di bawah lindungan pepohonan jang masih belum terlampau tinggi, sehingga tempatnja duduk pasti lebih gelap dibandingkan dengan tempat-tempat jang terbuka.
" Ken Arok, he Ken Arok. Apakah kau belum datang"
" Gila " desis Ken Arok didalam hatinja " seandainja aku belum datang, siapakah jang harus mendjawab"
Kemudian didengarnja Kebo Idjo itu menggerutu " Setan alas. Aku masih harus menunggu. Kalau ia tidak datang tengah malam, maka aku akan mengambil alih semua pimpinan. Disetudjui atau tidak disetudjui oleh Akuwu. - Kebo Idjo terdiam sedjenak. Dan bajangan jang lamat-lamat didalam gelapnja malam itu mendjadi semakin dekat. Dan sekali lagi terdengar Kebo Idjo itu bergumam " Inilah agaknja taman dan sendang buatan itu.
Anak muda itu kini berhenti melangkah. Sambil bertolak pinggang ia memandang berkeliling. Tetapi ternjata gelap malam telah mengganggunja.
" Hem " ia berdesis " sampai kapan aku harus menunggu.
Tetapi tiba2 ia terlondjak. Selangkah ia mundur namun djelas bagi Ken Arok, bahwa anak itu benar2 lintjah dan tangguh. Begitu ia tegak berdiri, maka iapun telah siap untuk melawan setiap serangan jang datang.
" Siapa kau he " " Kebo Idjo berteriak " ajo, mendekatlah. Kita berhadapan setjara djantan.
Ternjata Kebo Idjo telah dikedjutkan oleh desir kaki Ken Arok jang sedang berdiri. Ia sengadja memperdengarkan geraknja supaja Kebo Idjo mengetahui bahwa seseorang telah menunggunja. Karena itu maka sambil tertawa pendek Ken Arok berkata " Djangan terkedjut adi Kebo Idjo. Aku sudah lama menunggumu.
" Demit, tetekan. " Kebo Idjo mengumpat " kenapa kau diam sadja ketika aku memanggil namamu " Ken Arok, apakah kau ingin menjerang aku dengan diam2 he "
" Tidak Kebo Idjo " djawab Ken Arok " aku mentjoba mendengar pendapatmu tentang taman ini. Tetapi kau tidak mengutjapkan pendapat itu. Bahkan kau selalu menggerutu dan meng-umpat2 sadja.
" Djelek " desis Kebo Idjo " taman ini djelek sekali Akuwu Tunggul Ametung pasti tidak akan puas melihatnja
Ken Arok melangkah madju. Sekali lagi ia tertawa pendek ambil berkata " Mudah2an Akuwu tidak sependapat dengan kau. Aku mengharap bahwa taman ini akan menggembirakan hatinja dan hati permaisurinja.
" Mungkin kau dapat menggembirakan hati permaisurinja. Permaisuri jang meskipun tjantiknja melampaui bintang pagi, tetapi ia berasal dari Panawidjen. Tamanmu ini pasti akan lebih baik dari taman dipadepokan gadis itu. Tetapi berbeda dengan Akuwu Tumapel. Akuwu itu sedjak ketjilnja hidup didalam lingkungan jang baik. Itulah sebabnja maka Akuwu pasti mampu menilai tamanmu itu.
" Aku tidak berkeberatan " sahut Ken Arok " seandainja Akuwu tidak tidak puas dengan taman itu, maka itu akan mendjadi peladjaran bagiku, bahwa aku masih belum mampu memenuhi tugasku.
" Dan kau akan mendapat hukuman dari padanja. Kau akan dipetjat dari djabatanmu.
" Biarlah. " Mungkin kau akan dihukum gantung.
" Biarlah. Kalau memang seharusnja demikian.
" Gila. Kau mudah berputus asa. " geram Kebo Idjo - ajo, sekarang kita selesaikan persoalan kita. Apakah kau tetap pada pendirianmu " Atau barangkali kau sudah merubah keputusanmu untuk mengurungkan niatmu berkelahi dan tidak lagi berkeras kepala tentang sikap dan pendirianmu jang salah itu.
Ken Arok memandangi Kebo Idjo dengan tadjamnja. Tetapi dalam kegelapan, Kebo Idjo tidak dapat melihat sorot mata Ken Arok jang se-alah2 menjalakan api.
Tetapi jang didengar oleh Kebo Idjo, Ken Arok itu menarik nafas dalam2. Anak muda itu masih mentjoba untuk menahan gelora didadanja. Meskipun penghinaan itu hampir tak tertahankan, namun ia masih tetap mengingat diri, bahwa setiap perbuatannja pasti akan dilihat oleh segenap pradjurit Tumapel di padang Karautan, orang2 Panawidjen dan bahkan seluruh pradjurit Tumapel dan Akuwu Tunggul Ametung.
Kebo Idjo jang merasa kata2nja tidak terdjawab, dan bahkan Ken Arok masih diam sadja mematung, mengulanginja " He, Ken Arok. Bagaimanakah sikapmu sekarang. Apa kah kau masih tetap ingin memaksakan tjaramu itu terhadapku" Kalau kau merasa bahwa perkelahian tidak akan menguntungkan kedudukanmu, maka kau masih mempunjai kesempatan untuk merubah pendirianmu. Aku tidak bernafsu menggantikan kedudukanmu, tetapi dengan tjara2 jang pernah kau pergunakan itu harus kau tinggalkan. Kau harus memberi kesempatan kepadaku untuk berbuat menurut tjaraku atas pradjurit2 Tumapel disini.
" Kebo Idjo " sahut Ken Arok per-lahanz " sebenarnja persoalan jang kau katakan itu sudah tidak penting lagi bagimu. Aku tahu tanpa soal atau ada soal, kau hartja ingin berkelahi. Kau hanja ingin menundjukkan kelebihanmu.
" Bohong " sahut Kebo Idjo hampir berteriak " kau jang akan mempergunakan kekerasan dan memaksaku.
" Itu hakku sebagai pimpinan disini.
" Omong kosong. " Baiklah. Tidak ada djalan lain daripada berkelahi " berkata Ken Arok achirnja " marilah. Apakah kau sudah siap"
" O " desis Kebo Idjo - djadi kau tidak dapat menilai sikapku. Apakah sikapmu ini sama sekali tidak mejakinkanmu bahwa aku sudah siap memukul tengkukmu. Mudah2an tengkukmu tidak akan patah karenanja.
Terdengar Ken Arok menggeram. Kebo Idjo itu ternjata terlampau sombong melampaui dugaannja.
" Ajo, berbuatlah sesuatu - bentak Kebo Idjo itu ke mudian.
Sekali lagi Ken Arok menggeram. Kini ia melangkah madju beberapa langkah sehingga djarak mereka mendjadi lebih dekat.
" Ternjata kau memang bodoh - gumam Kebo Idjo " kalau kau mulai benar2 dengan perkelahian ini karenakesombonganmu, maka kau akan menjesal, sebab kau akan kehilangan semuanja.
Ken Arok tidak mendjawab. Tetapi iapun kemudian bersiap menghadapi setiap kemungkinan.
" Ajo mulailah - teriak Kebo Idjo.
Ken Arok tidak bergerak. Ia berdiri sadja di tempatnja. Kaki2nja jang kuat merenggang, se-olah2 terhundjam kedalam tanah.
" He, apakah kau gila " " Kebo Idjo semakin berteriak " Ajo, mulailah. Aku ingin melihat apa jang dapat kau lakukan. "
Ken Arok masih tetap berdiam diri. Namun kediamannja itu ternjata telah membuat Kebo Idjo gelisah, sehingga sekali lagi ia ber-teriak2 " He, Ken Arok. Ajo, mulailah Apakah kau takut " Kalau kau memang tidak berani berbuat se suatu, katakanlah. Aku akan memaafkan kau.
Tetapi Ken Arok masih tetap tidak berkata sepatah katapun. Dengan demikian maka kegelisahan Kebo Idjo itupun memuntjak. Ia tidak dapat mengendalikan dirinja lagi, sehingga kakinja beringsut setapak madju.
Tiba2 Ken Arokpun memiringkan tubuhnja. Lambat tetapi penuh kejakinan lututnja merendah.
" Gila " geram Kebo Idjo. Kini ia benar2 tidak akan menunggu lagi. Sikap Ken Arok telah mejakinkannja. Meski pun sedjenak ia mendjadi heran melihat sikap itu. Sikap itu benar2 mejakinkan. Bukan sikap seekor serigala liar tanpa pegangan.
Sesaat kemudian terdengar gigi Kebo Idjo beradu. Ketika dikedjauhan terdengar burung hantu memekik dengan nada suaranja jang berat, maka terdengar suara Kebo Idjo melengking " Baiklah Ken Arok, kalau kau takut memulai, akulah jang akan memulainja.
Sebelum gema suara itu lenjap, maka Kebo Idjo telah melontjat dengan tangkasnja, seperti lidah api jang melenting diudara.
Tetapi ternjata Ken Arokpun telah tjukup siap menung gu serangan itu. Itulah sebabnja, maka serangan jang pertama itu sama sekali tidak berbabaja bagi Ken Arok. Dengan lintjabnja ia menarik tubuhnja kesisi, merendah dan tangannja menjambar lambung.
Namun Kebo Idjo sama sekali tidak terkedjut melihat gerakan itu. Gerakan jang sederhana, jang hampir selalu didjumpainja pada permulaan serangan. Dengan tjepatnja ia menggeliat, berputar diudara dan kemudian demikian ia mengindjak tanah, maka segera ia melenting dan menjambar lawannja dengan tumitnja.
Demikianlah maka perkelahian itu mendjadi semakin lama semakin tjepat. Kebo Idjo jang marah itu mendjadi semakin marah. Ia tidak menjangka bahwa gerakan2 Ken Arok tjukup tjermat dan teratur. Tidak seperti jang disangkanja. Anak itu menurut pendengarannja tidak begitu memperhatikan ikatan2 dan unsur2 gerak jang tersusun.
" Mungkin ia menemukan bentuk dari seorang guru " desis Kebo Idjo didalam hatinja " sepengetahuanku, Lohgawe, orang jang terdekat dengan Ken Arok, bukan seorang jang menekuni olah kanuragan seperti guruku.
Tetapi ia harus menghadapi kenjataan. Ternjata Ken Arok tidak dapat dikalahkan semudah dugaannja. Meskipun anak muda itu seorang Pelajan-dalam, namun ia mempunjai tjukup kemampuan untuk mengimbanginja.
Tata gerak keduanja semakin lama mendjadi semakin tjepat. Kebo Idjo, murid Pandji Bodjong Santi, ternjata memiliki ketjepatan gerak jang mengagumkan. Seperti seekor burung srigunting ia melontjat dan me-njambar2. Lintjah, tjepat namun betapa tangannja se-akan2 mendjadi seberattimah.
Dada Ken Arok mendjadi berdebaran. Ia melihat ketjepatan gerak lawannja. Ternjata Kebo Idjo telah benar2 mendapat banjak pengetahuan tentang tata gerak dalam olah kanuragan.
Ken Arok sendiri tidak terlampau banjak mempeladjari ilmu tata bela diri dengan teratur. Bahkan setjara terperintji ia sendiri tidak dapat mengerti dari mana ia menemukan ke kuatan jang dikagumi oleh orang lain. Kekuatan jang tidak ada pada kebanjakan orang.
Dalam perkelaaian dengan Kebo Idjo, Ken Arok harus ber-bati2. Ia tidak boleh kehilangan pengamatan diri. Ia harus tetap sadar dan mendjaga - djangan sampai terdjadi bentjana atas dirinja sendiri dan atas lawannja.
Jang membuat Ken Arok tjemas adalah kesadarannja, bahwa ia tidak mampu untuk mengukur kekuatan sendiri setjara teliti Ia tidak dapat mengerti, ukuran kekuatan2 jang dilontarkannja. Dengan demikian setiap kali ia harus mendjadjagi sampai dimana daja tahan lawannja. Namun kadang-kadang dirinja sendirilah jang mengalami gontjangan2.
Terhadap Kebo Idjo, Ken Arok djuga berusaha untuk men-tjari2 keseimbangan. Ketika perkelahian itu berlangsung beberapa lama, maka ia segera mejakini, bahwa ia memiliki beberapa kelebihan dari lawannja. Tetapi sampai dimana kekuatannja harus dilontarkan dalam perlawanan ini, masih harus didjadjaginja.
Karena itu, setiap kali Ken Arok berusaha untuk membentur serangan Kebo Idjo. Dengan sebagian dari tenaganja ia berusaha untuk menemukan keseimbangan kekuatan. Teta pi kadang2 ia terlampau sedikit memberikan tenaganja, sehingga Ken Arok itu sendiri terlontar beberapa langkah surut dan berusaha untuk menemukan keseimbangannja kembali.
Dalam keadaan jang demikian, Kebo Idjo merasa bahwa lawannja tidak kuasa mengimbangi kekuatannja. Anak muda itu sama sekali tidak berusaha mengekang diri. Setiap kali ia melepaskan seluruh kekuatannja. Apalagi apabila ia merasakan perlawanan lawannja terlampau mendjengkelkannja.
Semakin lama Kebo Idjo mendjadi semakin berdebar hati. Ia merasa bahwa lawannja tidak tjukup kuat untuk mela wan tenaganja. Ia merasa bahwa ia masih mempunjai beberapa kelebihan jang lain selain kekuatan tenaga, la mampu bergerak terlampau tjepat dan memiliki unsur2 gerak jang dapat membingungkan lawannja.
Dengan demikian maka Kebo Idjo mendjadi semakin bernafsu untuk segera mendjatuhkan lawannja. Geraknja mendjadi semakin tjepat dan tangkas. Tangahnja jang sepasang itu ber-gerak2 dengan tjepat dan membingungkan, se-olab2 mendjadi ber-pasang2 tangan jang mematuk dari segenap arah. Setiap kali terasa desir angin me-njambar2 tubuh lawannja jang beberapa kali terpaksa melontjat surut membuat djarak dari padanja.
" Ajolah " teriak Kebo Idjo " djangan ber-lari2 sadja. Kita sedang berkelahi, bukan sedang bermain kedjar2an.
Ken Arok tidak segera mendjawab. Tetapi kini ia sudah menemukan antjar2. Sampai disini Kebo Idjo masih merasa dirinja melampaui kekuatan lawannja. Dan Ken Arokpun mendjadi semakin mantap bahwa dengan ukuran kekuatan itu, ia tidak akan mentjelakakan lawannja dan djuga dirinja sendiri.
Dengan demikian maka Ken Arok kini tinggal melajanj lawannja. Ia tidak ingin mengalahkan dengan mendjatuhkan Kebo Idjo atau membuatnja pingsan atau hal2 jang djelas menundjukkan kemenangannja. Ia ingin membiarkan Kebo Idjo bertempur dengan sepenuh tenaganja, kemudian mendjadi kelelahan.
Karena itu maka perkelahian itu masih tetap seimbang. Setiap kali Kebo Idjo meningkatkan daja kemampuannja, se tiap kali ia tidak dapat melampaui lawannja. Lawannja itu se-akan2 selalu sadja berada dalam keadaannja.
Maka perkelahian itu semakin lama mendjadi semakin sengit. Mereka bergerak semakin tjepat dan tjepat. Lontjatan2 jang hampir tidak dapat diikuti oleh mata jang wadjar. Gerak2 jang aneh dan membingungkan. Namun keduanja mampu mengamati setiap unsur perlawanan masing2.
Jang kemudian mendjadi ber-debar2 adalah Kebo Idjo Setiap ia mendesak lawannja dengan ketjepatan gerak jang dianggapnja telah dapat melampaui ketjepatan gerak lawannja, namun setiap kali lawannja bergerak semakin tjepat pula. Sehingga achirnja Kebo Idjo itu sudah sampai pada puntjak kemampuannja. Puntjak kekuatannja dan puntjak ketangkasannja. Dikerahkan segala matjam ilmu jang ada pada nja. Namun Ken Arok itu masih sadja tetap dapat mengimbanginja, meskipun setiap kali anak muda itu masih djuga melontjat mendjauhinja, mengambil djarak daripadanja dan kemudian meneruskan perlawanannja.
" Apakah orang ini kerasukan setan " pikir Kebo Idjo
" setiap kali ia tidak dapat menjamai ketjepatan gerakku. Tetapi setiap aku meningkatkan tata gerakku, djarak itu masih sadja tetap sama. Aku tidak dapat menguasainja. Dan ia masih sadja mampu menghindar dan kadang2.,2 malahan menj erang.
Tetapi Kebo Idjo tidak dapat menemukan djawabannja. Meskipun kadang2 serangannja datang mengedjut seperti hen takan angin ribut, namun ia tidak mampu mendjatuhkan lawannja, bahkan tidak pula dapat mengedjutkan. Sehingga Kebo Idjo itu semakin lama mendjadi semakin ber-debar2.
" Apakah aku berkelahi melawan setan padang Karautan dan bukan melawan Ken Arok " katanja didalam hatinja
" apakah ada setan jang mewudjudkan dirinja seperti Ken Arok"
Ternjata betapapun ia berusaha, namun ia tidak mampu menguasai lawannja jang disangkanja terlampau mudah untuk dikalahkannja Bahkan ternjata bukan lawannja itu jang mendjadi bingung karena gerakan2nja jang tjepat, tetapi lambat-laun maka Kebo Idjo sendirilah jang kebingungan. Bagaimana ia harus melawan dan mengalahkan orang jang di anggapnja tidak tjukup ilmu untuk mengimbanginja. Betapa dadanja ditjengkam oleh kebingungannja, sehingga tiba2 sadja terkilas didalam otaknja untuk mempergunakan apa sadja jang dimilikinja. Ilmu jang paling dahsjat sekalipun.
Ken Arok kemudian melihat bahwa Kebo Idjo telah benar2 mengerahkan segenap tenaga dan kemampuannja. Anak muda itu me-lontjat2 seperti tatit jang menjambar2 dilangit. Tangannja bergerak semakin tjepat dan nafasnja berdesakan dilubang hidungnja. Tetapi ia tidak berhasil mendjatuhkan lawannja. Kebo Idjo masih merasakan benturan2 jang berat dan seimbang. Meskipun ia sudah sampai kepuntjak kekuatannja, namun lawannja masih djuga mampu mengimbanginja. Bahkan sekali2 ia merasakan sentuhan2 tangan lawannja, jang menjerang dengan gerak jang tidak dimengertinja.
Namun , djustru karena itu maka dada Kebo Idjo mendjadi semakin bergelora. Darahnja serasa mendidik sampai dikepala. Ternjata ia berhadapan dengan seorang jang sama sekali berbeda dari dugaannja. Seorang jang tjukup tangguh dan tjekatan. Meskipun tampaknja Ken Arok tidak melampauinja, namun ia tidak berhasil untuk mengalahkannja.
Tata gerak Ken Arok jang disangkanja tidak teratur dan liar karena anak muda itu tidak pernah mendapat tuntunan dari seorang jang berilmu, ternjata djustru mengedjutkannja. Tata gerak itu memang aneh. Kadang2 sama sekali tidak dimengertinja. Tetapi jang melontarkan tubuh Ken Arok dengan lontjatan2 jang membingungkan itu bukan sekedar gerakan2 jang liar tidak terkendali. Gerakan2 itu ternjata mempunjai hubungan jang teratur dan tersusun. Meskipun susunannja sama sekali tidak ladjim dan bahkan sebagian besar belum pernah dikenalnja. Tetapi itu tidak berarti bahwa Ken Arok tidak mengenal tata gerak jang wadjar seperti jang dipergunakannja. Anak muda itu se-olah2 mempunjai pengamatan jang sangat tadjam. Unsur2 gerak jang chusus dari perguruannja tidak mampu untuk membuat Ken Arok itu mendjadi bingung. Bahkan benturan2 jang direntjanakannja, sama sekali tidak mampu untuk mengedjutkannja.
Dalam pada itu, Ken Arok sendiri mendjadi semakin lama semakin tenang. Kini ia telah mendapatkan ukuran jang semakin mantap. Kebo Idjo telah sampai pada puntjak kemampuan dan kekuatannja. Kalau ia tetap bertahan dalam tingkatan itu, maka ia hanja tinggal menunggu sadja, kapan
Kebo Idjo mendjadi lelah dan berhenti dengan sendirinja. Pekerdjaannja tinggallah merangsang supaja Kebo Idjo mengerahkan segala kekuatannja, memeras tenaganja, sehingga dengan demikian, maka ia akan mendjadi lebih tjepat lelah.
Tetapi semakin susut tenaga Kebo Idjo, maka hatinja mendjadi semakin menjala. Kemarahannja sudah tidak tertahankan lagi, sehingga ia sudah bertempur benar pada puntjak kemampuannja. Ia sama sekali sudah tidak mengekang diri, apapun akibatnja. Bahkan semakin memuntjak kemarahannja, bajangan tentang adji pamungkasnja mendjadi semakin djelas pula. Adji Badjra Pati.
Sesaat ia masih mentjoba untuk mempergunakan kekuatannja setjara wadjar. Ia masih berusaha untuk menemukan titik2 kelemahan lawannja. Tetapi ia sama sekali tidak berhasil. Kekuatan lawannja se-olah2 meningkat dan kelintjahannjapun mendjadi semakin membingungkannja sedjadjar dengan meningkatnja serangan2nja.
Achirnja Kebo Idjo kehilangan segenap pertimbangannja. Perkelahian itu baginja bukan sekedar mempertaruhkan djabatannja, tetapi ia sudah tidak mempedulikan lagi apa jang akan terdjadi.
Sehingga ia jakin bahwa ia sudah tidak akan mampu lagi mengalahkan lawannja, meskipun ia menjerangnja seperti burung radjawali dilangit, dan membenturnja seperti seekor gadjah jang sedang mengamuk. Lawannja benar2 seperti sebongkah gunung jang tegak dengan garangnja. Jang tidak tergerakkan oleh angin dan badai jang betapapun dahsjatnja.
Itulah sebabnja maka Kebo Idjo sampai pada puntjak kemarahannja marah dan malu. Seandainja ia tidak mampu mengalahkan lawannja, lalu apakah kata Ken Arok itu kemudian " Apakah ia harus tunduk dan menjembahnja. Melakukan perintahnja tanpa dapat berbuat apapun.
" Tidak " Kebo Idjo menggeram didalam hatinja " aku tidak mau. Biar sadjalah aku dihukum gantung karena aku telah membunuhnja. Tetapi itu lebih baik daripada aku harus bersimpuh dihadapannja.
Ketika kemudian angin padang bertiup semakin kentjang, maka darah Kebo ldjopun mengalir semakin tjepat. Terasa kepalanja mendjadi panas dan pening. Ia sudah tidak mampu lagi untuk berpikir terlampau banjak.
Dengan demikian maka segera ia melontjat surut beberapa langkah untuk mengambil djarak dari lawannja. Ia memerlukan kesempatan betapapun pendeknja, untuk membangunkan kekuatan Adji Badjra Pati.
Semula Ken Arok tidak menaruh prasangka apapun. Ia menjangka bahwa Kebo Idjo sudah mulai lelah dan ingin mendapatkan kesempatan untuk bernafas. Tetapi tiba-tiba jang dilihatnja sangat mengedjutkannja.
Ken Arok kemudian melihat Kebo. Idjo bersikap dalam pemusatan pikiran dan tenaga. Membangun segenap kekuatan jang ada didalam dirinja, jang dalam keadaan jang wadjar se-olah2 tersimpan dibelakang urat2 nadinja. Namun dalam mateg Adji Badjra Pati maka kekuatan2 itupun seolah-olah terbangunkan, merajap disepandjang urat nadinja mendjalar kepermukaan tubuhnja.
Kekuatan itu seolah-olah mengalir menurut kehendak, berpusar ditangan Kebo Idjo. Tangan jang kemudian mendjadi gemetar oleh tekanan kekuatannja jang memerlukan saluran.
Sikap itu telah benar-benar mengedjutkan Ken Arok. Ia segera menjadari apa jang akan terdjadi. Ia tahu benar bahwa sikap pemusatan pikiran dan kekuatan itu adalah suatu sikap jang akan sangat membahajakan baginja. Sebab ia tahu benar bahwa Kebo Idjo sedang membangunkan suatu kekuatan jang betapa dahsjatnja.
Tetapi Ken Arok tidak mendapat banjak waktu untuk berpikir. Ia sudah tidak mendapat kesempatan lagi untuk mentjegah dengan kata kata dan iapun jakin bahwa Kebo Idjo pasti tidak akan mendengarkannja. Apalagi Badjra Pati itu kini sudah tersalur ketangannja.
Dengan demikian maka Ken Arok telah kehilangan sekesempatan untuk mentjegah Kebo Idjo menggunakan ilmu pamungkasnja. Betapa hati Ken Arok itu mendjadi bingung. Apakah jang akan dilakukannja. Ia tidak menjangka sama sekali bahwa kegelapan hati Kebo Idjo akan sampai sedemikian djauh sehingga dalam taruhan jang serupa itu, ia sudah berusaha melepaskan Adji jang seharusnja disimpannja untuk suatu keharusan jang tidak dapat dihindarinja dalam pertaruhan hidup dan mati. Tetapi dalam perselisihan diantara kawan sendiri, maka ia sudah demikian bernafsu untuk mempergunakan adji pamungkasnja itu.
Ternjata hati Kebo Idjo telah benar2 mendjadi gelap. Ketika ia melihat Ken Arok terpaku seperti patung, maka hatinja bahkan berdesis " Mampuslah kau anak jang gila. Jang tidak tahu diri Jang ingin melawan kekuatan Kebo Idjo, murid Pandji Bodjong Santi.
Bersamaan dengan itu, maka terdengar suara Kebo Idjo menggeram. Semakin keras, dan tanpa menahan diri lagi maka segera ia melontjat melontarkan seluruh kekuatan jang tersimpan didalam tubuhnja jang dibangunkannja berlandaskan ilmu jang oleh gurunja disebut Adji Badjra Pati.
Jang terdjadi kemudian adalah sebuah benturan jang dahsjat. Ternjata Ken Arok tidak dapat lagi menghindari benturan itu, sehingga tidak ada pilihan lain baginja dari pada membentur kekuatan Adji Badjra Pati.
Benturan itu ternjata telah menimbulkan akibat jang dahsjat pula. Kebo Idjo sendiri terlempar surut beberapa langkah, sedang Ken Arok terdorong kebelakang setapak, ke mudian ter-hujung2 sedjenak. Dengan susah pajah ia men tjoba untuk menahan keseimbangan dirinja. Tetapi anak muda itupun djatuh terduduk, bersandar pada kedua tangan nja. Ketika ia mengangkat wadjahnja jang putjat maka dilihatnja Kebo Idjo terguling beberapa kali.
Sedjenak suasana diterkam oleh kesenjapan. Jang terdengar hanjalah gemerisik angin menjentuh dedaunan gerumbul2 taman jang masih belum begitu rimbun, diantara desah nafas kedua anak2 muda jang se-olah2 membeku ditempatnja.
Tetapi sedjenak kemudian Ken Arok mentjoba mendju lurkan kakinja. Kemudian menggeliat perlahan Dengan susah pajah ia mentjoba untuk berdiri. Menggerakkan kaki2nja dan tangannja. Ketika ia menarik nafas dalam2, maka dadanja terasa sedikit njeri. Tetapi sekali dua kali, maka perasaan njeri itupun berangsur hilang.
" Hem " ia berdesah. Dadanja pernah pula dihantam oleh sebuah ilmu jang tidak kalah dahsjatnja, jang dilontarkan oleh seorang jang lebih djauh memiliki pengalaman dan kematangan dalam ilmunja. Kebo Sindet. Saat itu matanja mendjadi gelap dan iapun djatuh pingsan. Tetapi kali ini ia berhasil membebaskan dirinja dari tjidera jang dapat ditimbulkan oleh Adji Badjra Pati, karena jang melepaskan Adji itu masih belum tjukup masak.
Sementara itu Kebo Idjo sendiri untuk beberapa lama tidak dapat menggerakkan tubuhnja. Terasa dadanja sendiri seperti telah meledak ketika kekuatan Adji Badjra Pati se"olah2 telah membentur sebuah dinding badja setebal depa tangannja. Kekuatannja sendiri telah melemparkannja dan membantingnja ditanah begitu kerasnja, sehingga tulang2nja terasa se-akan2 remuk ter-patah2.
Sedjenak ia memedjamkan matanja. Memusatkan segala sisa2 tenaganja. Per-lahan2 ia mentjoba menarik napas. Berulang kali meskipun terasa betapa pedihnja. Namun lambat laun perasaan sakit disekudjur badannja itupun terasa berkurang.
02 Pelangi Di Langit Singasari Karya S H. Mintarja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ketika ia membuka matanja, maka alangkah terkedjut nja. Dilihatnja sesosok bajangan tegak berdiri dihadapnja. Sepasang kakinja jang merenggang serta sikapnja jang mejakinkan itu menambah dadanja mendjadi sesak. Per-lahan2 ia mentjoba bangkit, tetapi kekuatannja belum mengidjinkannja. Karena itu maka ia hanja mampu mengumpat dengan suara gemetar " Anak setan. Kau tidak mampus djuga.
Jang berdiri dihadapannja itu adalah Ken Arok.
" Ajo - desis Kebo Idjo - kalau kau mampu bunuhlah aku. Aku tidak sadja mempertaruhkan djabatan, tetapi aku mempertaruhkan kehormatan. Dan kehormatanku bernilai sama dengan djiwaku.
Ken Arok tidak mendjawab. Tetapi ia melangkah madju.
" Apa jang kau tunggu lagi - terdengar suara Kebo Idjo diantara desah nafasnja jang sesak.
" Tjepat, lakukanlah.
Tiba2 dalam keremangan malam Kebo Idjo itu melihat Ken Arok menggelengkan kepalanja. Per-lahan2 ia mendjawab " Tidak Kebo Idjo. Aku tetap pada perdjadjian kita. Jang kita pertaruhkan adalah kekuasaan dipadang Karautan ini atas para pradjurit Tumapel.
" Tidak. Hanja ada dua pilihan. Membunuh atau dibunuh. Ajo bunuhlah aku.
" Djangan kau turuti perasaanmu.
" Tjepat sebelum aku dapat bangkit dan akulah jang akan membunuhmu.
" Djangan terlambau keras hati.
" Aku adalah seorang laki2. Aku adalah seorang perwira Tumapel jang perkasa. Seorang pradjurit hanja akan mengachiri perlawanannja apabila njawanja telah terpisahkan dari tubuhnja. Hanja seorang pengetjutlah jang mundur se tengah djalan hanja sekedar untuk menjelamatkan hidupnja.
" Aapakah kau berpendirian demikian "
" Ja. " Dalam segala keadaan"
Kebo Idjo terdiam sedjenak. Ia tidak tahu maksud per anjaan Ken Arok, sehingga dengan suaranja jang parau ia bertanja " Apakah maksudmu dalam segala keadaan.
Maksudku, bahwa bagimu tidak ada djalan surut, betapapun keadaanmu.
" Ja, meskipun aku terluka didalam, tetapi aku tetap dalam pendirianku. Hidup atau mati. Membunuh atau dibunuh.
Ken Arok menarik keningnja. Sedjenak ia berdiam diri sambil memandangi Kebo Idjo jang masih berbaring ditanah. Kini ia mentjoba bangkit sambil bertelekan padu tangan-tangannja.
Terdengar ia mengaduh pendek. Dadanja tiba2 terasa njeri oleh tekanan tangannja jang menahan tubuhnja. Tetapi ia berusaha terus. Bahkan ia berkata " Ken Arok, aku hampir mampu berdiri dan berkelahi lagi. Aku akan segera membunuhmu. Kalau kau ingin mempergunakan kesempatan, tjepatlah. Pergunakan sekarang. Kau mampu bertahan atas kekuatan Adji Badjra Pati. Dengan demikian kaupun pasti mempunjai ilmu pamungkas jang akan dapat kau pergunakan membunuhku dengan tanganmu. Tanpa sehelai sendjata apapun.
Ken Arok tidak segera mendjawab. Tetapi ia merasa aneh mendengar kata2 Kebo Idjo jang menganggapnja mempunjai sebuah ilmu jang dahsjat Badjra Pati.
Sedjenak Ken Arok itu berpikir tentang dirinja sendiri. Ia tidak pernah beladjar pada seorang gurupun sebelum ia bertemu dengan Lohgawe. Orang tua itupun sama sekali tidak mengadjarnja berkelahi. Tidak menuntunnja dalam olah kanuragan. Orang tua itu hanja memberinja beberapa nasehat supaja ia mendjauhi tjara hidupnja jang lama, dan menuntunnja untuk menemukan hidupnja jang baru. Selain itu, Lohgawe hanja memberitahukan kepadanja beberapa hal mengenai tubuh manusia, tubuhnja sendiri itu djuga. Dan jang terachir orang tua itu menuntunnja untuk mempeladjari tjara2 memusatkan pikiran, kehendak dan semua getar didalam dirinja. Lambat laun dan dengan perlahan-lahan sekali.
" Hanja itu " desisnja didalam hati " sama sekali bukan ilmu kanugrahan. Bukan unsur2 gerak dalam tata bela diri. Bukan pula kemampuan untuk membangunkan sebuah ilmu jang dahsjat sedahsjat Adji Badjra Pati dan Adji Badjang. Tetapi aku telah mampu melepaskan diri dari kehanjuran.
Wadjah Ken Arok tiba2 menegang karena persoalan didalam dirinja sendiri. Ia se-olah2 sudah lupa bahwa diha dapannja Kebo Idjo sedang merangkak-rangkak untuk mentjoba bangun.
" Aku berkelahi asal sadja aku berkelahi. " berkata Ken Arok itu seterusnja didalam hatinja " Aku hanja mentjoba menirukan unsur2 gerak jang pernah aku libat dilaku kan oleh Mahisa Agni, Witantra, Kuda-Sempana dan para pradjurit jang lain. Tetapi, apakah pemusatan pikiran, kehendak, dan segala matjam getar didalam diri ini termasuk djuga membangunkan kekuatan2 jang ada didalam tubuh kita untuk segala kepentingan" Termasuk dalam olah kanuragan, tidak sadja dalam hasrat, kemauan dan keinginan lahir dan batin, tetapi djuga dalam membangunkan kekuatan dan kekuatan2 simpanan didalam tubuh ini "
Djustru pertanjaan itulah jang tumbuh didalam diri Ken Arok. Dan ia mentjoba untuk menilai apakah jang sedang dilakukannja. Pada saat ia melihat lawannja mempersiapkan diri, memusatkan pikiran dan perasaan membangun Adji Badjar Pati, maka iapun dengan segenap tekad, hasjrat dan kehendak, telah mempersiapkan dirinja untuk melawannja, seperti pada waktu ia menghadapi Adji jang akan dilepaskan oleh Kebo Sindet. Ternjata apa jang dilakukannja itu adalah pengerahan segenap kekuatan jang tersimpan didalam tubuh nja jang didasarinja pada pemusatan pikiran, kehendak dan segala matjam getar didalam dirinja.
Tetapi Ken Arok tetap tidak tahu, lalu kekuatan apakah dan dorongan oleh ilmu apakah, maka ia mampu membangunkan kekuatan itu. Jang diketahuinja kini adalah, apabila ia menghendaki, maka ia dapat mengimbangi kekuatan Badjra Pati dalam tataran jang belum terlampau sempurna, dan dapat menjelamatkannja dari kekuatan Adji jang dilepaskan oleh seorang Kebo Sindet.
Memanah Burung Rajawali 38 Siluman Ular Putih 13 Penguasa Alam Pedang Tanduk Naga 1