Pencarian

Drakuli Kuper 1

Lupus Drakuli Kuper Bagian 1


DRAKULI KUPER (Ih, Syereeem Part 2)
Download Ebook Jar Lainnya Di
http://mobiku.tk http://inzomnia.wapka.mobi
BAB 1 GADIS MISTERIUS Lupus dengan sembunyi-sembunyi ngeluarin sepeda balapnya lewat pintu samping rumahnya. Ya, dia ngeri ketauan Lulu. Soalnya di ruang tengah, ketika Lupus tadi mengintip, Lulu lagi kayak spy mengawasi supaya Lupus gak pergi.
Kenapa sih Lulu ngelarang Lupus pergi"
Ya, sebab sore ini katanya Lulu pengen bicara penting empat mata sama Lupus. Soal gawat, menyangkut Mami. Soal apa" Nah, Lulu gak mau ngomongin dulu sampai sore ini, sampai saat Lulu pulang sekolah. Sedang Lupus sore ini udah janjian sama Gusur dan Boim mo beli undangan lomba nge-rap di radio. Jadi bukan salah Lupus kalo dia berusaha melarikan diri dari Lulu.
"Puuus" Lupuuus"" Lulu curiga denger ada suara jari-jari sepeda yang gemerincing.
Lupus buru-buru merapatkan tubuhnya ke tembok. Sepedanya ia biarkan jalan duluan (hihihi...).
"Puuus" Kamu di mana"" Lulu masih kebingungan nyariin.
Lupus diem. Tapi kemudian dia iseng mencet bel sepedanya yang pake remote control. "Tet tot, tet tot...!"
Lulu nebak ada tukang es podeng lewat samping rumah. Lho, di samping rumah kan gak ada jalan"
"Tukang es podeng, ya"" tanya Lulu ragu-ragu.
"Tet tot, tet tot...!" Lupus memencet kembali.
Tapi Lulu akhirnya kuatir kalo itu Lupus yang mo siap kabur pake sepeda. Lagi mana ada tukang es podeng mangkal di samping rumah orang" Ntar kalo dibolehin, lama-lama bakal banyak tukang-tukang lain yang ikutan mangkal di situ, dong. Bisa-bisa samping rumah Lulu itu jadi pasar kaget. Dan pastinya banyak yang ngeceng juga. Ah, tapi nggak mungkin.
"Berarti itu Lupus," tebak batin Lulu.
"Pus, kamu gak bakalan ngabur, kan" Ini soal penting, lho. Menyangkut masa depan kita berdua. Dan sangat rahasia. Jadi orang lain gak boleh tau," teriak Lulu lagi, ke arah samping rumah.
Lupus makin merapatkan diri ke tembok Dia nggak mau mainan bel lagi, takut ntar ketauan.
"Kita harus bicara empat mata Pus. Jangan sampai Mami tau. Kamu kan tau, belakangan ini Mami sering Jalan-jalan sama oom-oom yang tampangnya nyebelin itu...."
"Hihihi, Lupus ketawa dalam hati. Tu anak ngomong hal rahasia kok teriak-teriak, sih!
Tapi Lupus udah keburu gak peduli. Yang dipikirkan saat ini hanyalah gimana agar ia bisa melarikan diri dari rumah. Bagi Lupus pergi sama Boim dan Gusur itu lebih asyik daripada nggak pergi. Apalagi perginya ke radio, mau beli undangan lomba nge-rap! .
Diliatnya sepedanya kini udah tersandar di pagar. Nah, ini saat yang tepat. Lupus harus buru-buru melompat ke sepeda Itu, dan mengayuhnya cepat-cepat. Satu, dua, ti...
"Hiyaaaa!" Lupus berlari menuju sepedanya. Sayang loncatan Lupus belon seratus persen sukses. Buktinya kini dia nyangsang di jemuran anduk punya Mami. Tapi Lupus buru-buru bangun dan berusaha loncat lagi. . .
"Hiyaaaa lagiii!" teriak Lupus sambil berusaha lo"cat ke sadel sepeda. Gayanya mirip koboi yang mau loncat ke kuda. Tapi kali ini pantatnya mendarat mulus di kotak surat.
Sekelebatan Lulu melihat bayangan Lupus yang lagi loncat-loncatan di pekarangan samping. Lupus emang udah tiga kali gagal loncat ke sadel sepedanya. Lulu terperanjat, lalu berteriak, "Lupuuuuuss!" .'
Lupus yang udah beberapa kali gagal itu buru-buru ambil ancang-ancang lagi. "Tu... wa... ga..., hiyaaaa!"
Kali ini sukses! Lupus selamat duduk di sadel sepedanya, dan dengan sekuat tenaga, ia mengayuh pedal sepedanya kuat-kuat. Cihuuuui, ia pun meluncur mulus di jalanan.
Lulu memburu ke depan. Ia sempet ngeliat jemuran anduk Mami, beberapa pot anggrek, dan kotak surat ancur berantakan seperti abis diterjang banteng.
"Lupuuus, kamu mo ke manaaa" Kita kan belum ngomongin soal Mamiiiii! Yang jalan sama oom-oom ituuuu!" Lulu menjerit-jerit.
Tapi suara Lulu hilang kebawa angin. Lupus sudah jauh di ujung jalan. Lupus emang ngebut, meski pantatnya itu pada benjut-benjut!
*** "Sekitar jam lima sore, Lupus baru nyampe di pelataran Radio Ga Ga, sebuah radio yang saat itu lagi ngetop di kalangan remaja. Suasananya lumayan rame, karena banyak anak-anak yang pengen dapet undang
an atau ikut ngedaptar Lomba Rap. Kayaknya yang dateng ke situ itu rata-rata anak-anak yang punya hobi atau kemampuan tarik suara. Ketauan dari penampilan mereka yang rambutnya pada cepak ala seorang rapper!
Lupus, Gusur, dan Boim juga udah ada di situ, ikut ngantre. Mereka takut keabisan undangan.
Sementara acara lomba nge-rap-nya sendiri denger-denger bakal digelar gila-gilaan. Malah ada demonstrasi sinar laser segala. So pasti peminatnya bejibun.
"Konon kabarnya panitia juga mengundang rapper-rapper tingkat kelurahan yang biasa muncul di pasar-pasar dalam rangka menjajakan dagangan (hihihi). Dan juga ada nama-nama yang aneh-aneh, antara lain Kelapa Muda Ice, Emsi Catut, Dung-dung Pret, dan rapper lainnya yang akan memeriahkan aksi acara ini.
Agaknya radio itu memang cukup pintar memanfaatkan peluang dalam menjaring massa untuk datang ke acara Lomba Rap. Karena selain diumumin tiap hari lewat udara, darat, laut, dan kepolisian eh, maksudnya disebar lewat mana-mana dan dibantu pak polisi gitu, para penjual undangannya terdiri dari cewek-cewek yang berbusana seksi. Penampilan mereka jadinya oke punya. Apalagi selain rok mini dan kaus putih ketat, mereka juga menyebar bonus senyum untuk tiap pembeli undangan lomba nge-rap itu! Akibatnya Gusur dan Boim yang emang sejak kecil jarang-jarang banget ngeliat barang bagus, langsung kumat gokilnya.
"Eh, Mbak ini cakep-cakep kok jualan undangan, sih" Mending jadi cewek saya aja, Mbak, ditanggung sejahtera lahir-batin," komentar Boim pada seorang cewek di situ, sambil coba-coba mencoel bahu si cewek.
"Oh, jangan mau jadi ceweknya dia, Mbak. Lebih baik jadi ceweknya daku. Hidup Mbak akan kuisi dengan puisi-puisi indah serta sajak-sajak yang bermanfaat bagi batin. Sementara lahirnya kuisi dengan yang lain...," timpal Gusur gak mau kalah.
Lupus sendiri saat itu mulai sibuk milih-milih kursi untuk di acara nanti. Ya, pada Lomba Rap kali ini, panitia menjual kursinya seperti menjual karcis di bioskop cineplex. Dan Lupus milih kursi paling belakang.
"Kok, nggak milih yang di depan, sih"" tawar petugas cewek yang melayani Lupus. "Di depan masih banyak yang kosong, lho. Dan biasanya banyak cewek-ceweknya yang duduk di situ."
"Ah, saya nggak perlu cewek, kok. Saya mau nyambitin peserta yang ikut Lomba Rap, mungkin temen-temen saya mau tuh dikasih kursi bagian depan," ujar Lupus sambil menunjuk ke Gusur dan Boim yang masih cekakak-cekikik-cekukuk-cekekek sama cewek-cewek penjual karcis lomba rap.
Sedang Gusur dan Boim yang ditunjuk Lupus cuek bebek aja, karena mereka masih sibuk dan keliatan betah ngegoda-godain. Tapi ketika tiba-tiba muncul seorang cewek manis ke situ yang kayaknya mau beli undangan, Gusur dan Boim gak bisa cuek lagi. Juga Lupus. Tiga pasang mata cowok yang item-itemnya udah lihai bergerak ke sono kemari itu, langsung saja tertumbuk ke arah cewek yang berpenampilan luar biasa itu. Cuek tapi nyentrik, dan sedang mesen tiket undangan. Para penjaga karcis undangan yang tadi begitu menarik minat, tiba-tiba saja jadi terasa gak ada apa-apanya di mata Gusur dan Boim, apalagi Lupus! Cewek nyentrik itu memang manis banget. Tapi meskipun tampangnya manis, sebetulnya rada aneh juga kalo diamati lama-lama. Sepertinya penuh misteri. Senyumnya juga menyeringai sekali. Pun ketika ia melempar satu senyum ke Lupus, Gusur, dan Boim yang dari tadi emang ngarep-ngarep. (Ngarep-ngarep itu masih sodara ama nge-rap-nge-rap).
Tapi meski keliatan penuh misteri, tiga sekawan itu jelas gak peduli. Mereka seperti langsung terpesona sama wajah manisnya. Karena cewek itu juga punya rambut panjang dan betis yang bagus. Sayangnya tu cewek gak banyak lagak, ia langsung mesen tiket, dan cabut!
"Eh, Mbak, dia mesen kursi sebelah mana"" tanya Lupus menggebu, walo si nyentrik baru melangkah beberapa injekan aja. "Karcis saya bisa dituker, kan" Bisa tuker ama yang di sampingnya dia" Bisa" Lho, kok diem, sih""
"Yang udah dibeli nggak bisa dituker lagi!" teriak si penjaga karcis kesel. Kesel karena tadi digoda-godain, tapi kok sekarang nggak lagi. "Tadi aja kamu ngerayu-rayu gue, minta kursi di bela
kang. Sekarang minta dituker. Tak u-uk, ya!"
"Kalo gitu saya beli satu lagi, deh!" sungut Lupus. "Jelas yang sederet dengan dia, ya."
Setelah dapet, Lupus langsung cepat melesat ke luar diikuti Boim dan Gusur yang sebelumnya juga ikut-ikutan beli karcis lagi yang sederet dengan cewek manis penuh misteri itu.
"Di luar si cewek tampak menyetop bajaj. Dan bak Hunter lagi nguber penjahat, Boim dan Gusur juga langsung ikutan mencarter sebuah bajaj yang terparkir gak jauh dari situ, untuk disuruh mengikuti ke mana bajaj tu cewek pergi.
"Cepet, Bang, jangan sampe bajaj di depan itu ilang!" pinta Boim.
"Ilang" Ilang ke mana" Emangnya yang naik tukang sulap, ya"" jawab sopir bajaj lugu.
Sedang Lupus langsung melompat ke sepedanya, dan ikut membuntuti ke mana bajaj itu pergi.
Entah kenapa, Lupus, Gusur, dan Boim rasanya pengen banget kenalan ama tu cewek. Padahal saat itu udah lewat magrib. Dan awan pekat menggelayut di langit. Artinya ketiga cowok kapiran ini kudunya udah ada di rumah, ngerjain pe-er, atau ngopi catetan-catetan. Lagian Boim kan tiap sore punya tugas khusus masukin ayam ama nyuci motor bututnya. Gusur juga punya tugas ngisi bak mandi buat ngerendem engkongnya. Lupus biasanya, kalo sore-sore ngebantuin Mami ngisi-ngisi nasi ke kardus katering. Tapi ketiga cowok itu yakin, senyuman yang diberikan oleh gadis itu seolah undangan kepada mereka bertiga untuk main ke rumah atau kenalan. Ya, kalo gadis itu gak suka, ngapain dong dia tersenyum" Kan kenal juga enggak. Jadinya, cueklah dengan aktivitas sore-sore!
Dan kayaknya bajaj si cewek itu tau kalo diikutin, buktinya sopirnya dengan inisiatif menambah kecepatan.
"Neng, kayaknya kita diikutin, deh," tukas sopir bajaj sambil ngegas bajajnya abis-abisan. "Saya kuatir mereka itu rampok!"
Tapi si cewek nyante-nyante aja. Gak ada rasa takut sedikit pun di mukanya.
"Abang ini manggilnya kok Neng, Neng, sih. Emangnya kita bel SD Inpres! Hihihi...." Si nyentrik ini malah ngajak bercanda sopir bajaj.
Bener-bener misterius ni anak!
"Neng, kok, gak keliatan takut" Apa Neng berani ngadepin perampok-perampok itu"" sergah sopir bajaj lagi.
Si cewek nyentrik itu gak ngejawab. Ia cuma tersenyum dikit aja.
"Neng, gak apa-apa kan kalo saya bawa ngebut, demi keselamatan Neng dan keselamatan saya""
"Terserah Abang aja, deh," ujar si cewek pendek.
Dan sopir bajaj itu bener-bener ngebut. Kayaknya yang merasa takut justru dia. Karena lari tu bajaj jadi gila-gilaan. Orang Lupus yang naik sepeda aja kelewat!
Sementara bajajnya Boim dan Gusur juga gak mo kalah. Sopirnya disuruh ngebut juga. Lupus yang ngos-ngosan setengah mati mengayuh pedal sepedanya, berusaha pegangan ke spion bajaj.
"Emangnya tukang sulap itu siapa, sih" Kok pake diuber-uber segala"" tanya sopir bajaj Boim.
"Tukang sulapnya kece, Bang!" jawab Boim sekenanya.
"Kecenya seape""
"Selangit!" timpal Gusur.
"Ayo, Bang, jangan banyak omong, uber terus, dong!" tukas Boim gak sabar. "Ngetril deh, ntar saya tambahin gocap!"
"Ya... bajaj Abang nggak bisa ngetril tuh, gimana kalo ngesot""
"Terserah deh, yang penting keuber!" ngotot Boim.
Ternyata tu bajaj bener-bener ngesot, walhasil Lupus yang tadi udah pegangan kaca spion jadi ketinggalan.
Dan setelah berputar-putar, semua penumpang bajaj itu terkocok-kocok, akhirnya mereka melihat bajaj yang ditumpangi cewek itu berhenti di sebuah pintu gerbang besi yang dikelilingi tembok tinggi. Bajaj Boim berhenti gak jauh dari situ. Bak detektif, mereka berdua melompat turun. Tapi langsung diteriaki tukang bajaj, karena mereka belon bayar ongkosnya.
"Ssst, jangan kenceng-kenceng, Bang. Emangnya berapa""
"Tiga ribu!" "Ha" Mahal amat""
"Kan pake ngesot segala!"
Mereka berdua pun langsung lempar tanggung jawab, "Lo yang bayar, Sur!"
"Enak aja, dikau, dong!"
"Elo!" "Untungnya mereka sepakat patungan. Dan tak lama kemudian Lupus pun datang ngos-ngosan dengan sepeda balapnya. Mereka pun ngendap-ngendap, supaya gak ketauan ama tu cewek bahwa dia diikutin. Tapi percuma aja, karena si cewek nyentrik itu dari balik pintu gerbang besi tertawa ngikik ke arah Lupus dan kawan-ka
wan. Ketiga cowok ini emang gak sadar kalo barusan dia dikerjain sama gadis nyentrik yang sengaja muter-muter dulu dengan bajajnya tadi, biar pada bingung. Padahal sebetulnya jarak dari kantor radio tadi ke rumah tu cewek gak terlalu jauh.
Dan setelah urusan bajaj beres, mereka mulai celingukan nyari gadis manis itu. Hei, kok tau-tau ngilang, sih" Ke mana dia" Sewaktu Gusur dan Boim sibuk soal urusan bajaj tadi, diam-diam tu cewek langsung menyelinap. Menghilang di balik pintu gerbang besi yang warnanya udah keitem-iteman dan ditumbuhi lumut pada bagian bawahnya. Dan Boim dan Gusur yang ngerasa asing banget ama daerah sekitar situ, makin celingukan.
"Kayaknya gue pernah ke daerah sini, deh!" ujar Lupus sambil mengingat-ingat. "Tapi kapan, ya""
Sementara gelap sudah membungkus daerah itu. Di situ lampu penerang jalannya emang cuma make bohlam yang lima watt. Jadi wajar juga kalo, Lupus cs bingung banget ngebayangin ke mana ngilangnya cewek penuh misteri itu.
"Mungkin masuk ke pintu situ, Pus!" tunjuk Boim.
Ya, memang ada sebuah pintu gerbang besi di balik tembok yang membentang di situ. Tembok itu cukup tinggi untuk sebuah pagar halaman dan terlalu kokoh. Dan lagi terlalu banyak ditumbuhi semak-semak. Apa tu cewek anak orang kaya yang bokap-nyokapnya juga nyentrik, hingga ia tinggal di rumah besar seperti ini"
"Ya, mungkin tembok tinggi ini mengelilingi rumahnya. Gila, besar betul rumahnya""
Kemudian Lupus cs dengan berjingkat-jingkat menuju pintu gerbang yang tertutup rapat itu. Lalu nekat mengetuk, dan berteriak, "Assalamualaikum...!"
Gak ada sautan. Mereka kemudian mendorong sedikit pintu itu. Agak berat, tapi dengan tenaga tiga orang, pintu besar itu berhasil terkuak agak lebar. Dan mereka terkejut setengah mati, ketika ternyata di balik pintu itu terhampar luas pekuburan nan angker yang banyak ditumbuhi pohon kemboja. Ditambah bau kemenyan yang menyengat.
Mereka pun langsung berbalik dan berlari tunggang-langgang.
"Hii... ternyata dia kuntilanak!!!" jerit Lupus sambil melompat ke sepedanya. Kali ini langsung pas ke atas sadel! Sedang Boim dan Gusur ketakutan sambil berusaha mencari-cari baJaJ sendiri-sendiri.
BAB 2 ANAK METAL HEI! Ada seorang bapak celingak-celinguk di depan rumah Lupus. Dia menengok ke kiri, ke kanan, ke samping, bahkan ke atas. Maling" Atau orang yang mau numpang senam di depan rumah Lupus" Mending amati dulu orang itu lekat-lekat. Jangan punya prasangka buruk dulu. Kali aja dia punya niat jelek!
Penampilan bapak itu cukup perlente kalo dibandingin sama engkongnya Gusur. Pake jas item, celana panjang item, dasi kupu-kupu malem, dan menjinjing tas ekolak item! Lho, kenapa orang sekeren itu pake celingak-celinguk segala kalo dia memang mau bertamu" Oo, dia lagi bingung nyari-nyari bel! Kayaknya bapak ini tipe-tipe tamu yang males ngetok pintu atau memberi salam lekum. Karena buktinya dia masih terus aja nyari-nyari bel rumah Lupus. Bel rumah Lupus memang sengaja ditaro tersembunyi. Maksudnya biar nggak dimainin anak-anak iseng. Jadinya meskipun di situ ada tulisan bel dan tanda panah yang menunjuk ke samping pintu, belnya belum tentu ada di situ. Tanda panah itu hanya untuk menunjukkan sebuah kertas bergambar peta yang isinya menunjukkan tempat bel itu berada. Ya, kini bapak itu tak lagi menggeleng-geleng ke kiri atau ke kanan, melainkan tengah sibuk mempelajari peta buta bikinan Lupus yang isinya menunjukkan tempat bel berada. Ternyata peta buta itu bener-bener buta. Nggak ada keterangan lain sedikit pun, kecuali garis-garis yang berbentuk jalan tol kecil memanjang. Untungnya bapak perlente itu gak putus asaan. Dia terus mempelajarinya dengan tekun. Meskipun Lulu udah dua kali bolak-balik lewat situ sambil membuka pintu, mo ngembaliin piring rujak.
"Garis ini berwarna merah, artinya pasti tak usah diikuti...," gumam bapak itu masih serius. "Hmm, ini garis hijau melengkung pasti penunjuk peta itu berada. Kalo ditilik-tilik, yang satu ini pasti gambar pintu. Trus garis hijau ini melewati pintu menuju ke atas. O, berarti bel itu ada di atas genteng! Ya, pasti bel itu ada di atas gente
ng. Baik, harus saya temukan sekarang juga. Kalo nggak, saya bisa kemaleman di sini," gumam orang perlente itu.
"Dan, bapak itu pun segera naik ke atas genteng untuk menemukan bel yang dia cari-cari. Ternyata dugaan bapak itu tepat seratus persen! Bel itu bener-bener ada di atas genteng. Dan dengan rasa yang girang-gemirang, ia langsung memencetnya penuh sukacita.
"Ting tong! Ting tong! Ting tong!"
Hari itu hari Minggu. Lulu yang lagi asyik baca-baca komik sambil tiduran di sofa dan nonton RCTI, jadi ngerasa terganggu. Huh, siapa sih siang-siang begini bertamu" dengus batin Lulu sambil beranjak males-malesan. Dilemparnya komik itu ke dalam keranjang majalah, kemudian Lulu berjalan malas menuju pintu. Tapi ketika dia membuka pintu depan, sama sekali nggak ada siapa-siapa. Sial, pasti ada anak-anak iseng yang mainin bel! Lulu buru-buru hendak menutup pintu lagi.
"Hei, jangan ditutup dulu pintunya...," tiba-tiba terdengar teriakan dari atas genteng. Kepala bapak perlente itu muncul dari balik eternit. "Tamunya ada di sini!"
Lulu ke teras dan mendongak ke atas.
Busyet, seorang bapak perlente lagi nangkring di situ.
"O, Bapak yang tadi" Bapak pasti mau ketemu Mami lagi, ya" Mami nggak ada, dia lagi di dapur!" ujar Lulu judes.
Lulu emang gak suka sama bapak perlente yang suka dateng ke rumah ini. Bapak itu yang sering ngajak jalan Mami. Bapak yang sengaja ngedeketin Mami itu yang mo Lulu ceritain ke Lupus. Udah lebih lima kali dia datang kemari.
"Ee, jangan begitu, dong. Bapak ingin ketemu mami kamu sebentar saja. Ada urusan penting, nih."
"Urusan apaan, sih" Ama saya kan bisa."
"Wah, sama sekali nggak bisa. Ini urusan orang tua, urusan bisnis."
"Aah alasan!" "Sun"guh, saya ada urusan sedikit dengan mami kamu. Ada urusan penting yang mesti dibicarakan secepatnya. Bener. Kalo bo'ong saya berani sumpah nggak lari di atas air. Boleh, ya""
"Tapi jangan lama-lama, ya""
"Iya. Eh, eh, tolong ambilin kursi dulu, dong. Bagaimana Bapak bisa turun k"lo nggak pake kursi""
"Lho, Bapak kok tadi bisa naik meski nggak pake kursi""
"Tadi kan dalam proses pencarian. Jadinya penuh semangat gitu."
"Alaa, kalo naik bisa nggak pake kursi, turun juga bisa dong nggak pake kursi. Udah, saya mau masuk dulu!"
"Yaaa, jangan tinggalin saya, dong!"
Dan Lulu akhirnya berbaik hati ngebawain kursi. Tapi kursi yang mungil banget, yang biasa dipake anak Taman Kanak-kanak, hingga Oom Agus harus berjuang keras gelantungan agar ujung jempol kakinya bisa menyentuh kursi.
"Pas ngobrol sama Mami di ruang tamu juga, Lulu setia nungguin sambil pegang stop-watch. Lulu gak ragu-ragu ngusir kalo Oom Agus kelamaan bertamu.
Ya, sebenarnya Lulu bukan cuma sebel gara-gara keasyikannya baca komik dan nonton RCTI terganggu, tapi juga karena bapak itu makin sering datang berkunjung kemari. Ya, akhir ini Mami jadi sering pergi ke luar, karena dijemput sama bapak-bapak menyebalkan itu. Dan itu yang bikin Lulu sebel. Keliatannya di antara Mami dan bapak perlente yang sering disebut-sebut sebagai Oom Agus oleh Mami, memang ada hubungan bisnis. Tapi bisnis apaan, Lulu nggak pernah tau. Itulah salah satunya yang bikin Lulu empet ama tu bapak. Juga kesel ama Mami.
Mami" Ya, karena pernah di suatu hari Lulu mergoki Mami dan Oom Agus lagi janjian untuk pergi ke suatu tempat. Dan kayaknya tempat yang mau dituju itu bukan tempat bisnis. Lulu jelas protes. Tapi Mami berkelit, katanya tempat itu memang bukan tempat bisnis, tapi di situ bakal terjadi transaksi bisnis. Maksud Mami, Mami di situ bakal ketemu dengan bos perusahaan besar yang bakal mengajak kerja sama di bidang bisnis katering. Lulu tetap nggak percaya.
Kemudian Lulu berusaha minta tanggepan ke Lupus. Ternyata Lupus-nya juga cuek bebek. Malah kemaren sore sempat melarikan diri.
"Dan sekarang pikiran Lupus masih ke cewek misterius yang ia jumpai kemaren. Lupus rasanya pernah datang ke daerah pekuburan situ. Tapi kapan, ya"
"Pus, kamu kok diem aja"" tegur Lulu membuyarkan lamunan Lupus.
Lupus kaget. "A-apa" Kamu nanya apa""
"Itu. Soal Mami."
"Kamu nyante aja, Lu. Nggak apa apa-apa kok, antara Mami dan s
i... siapa" Oom siapa namanya""
"Agus!" "Angus"" "Agus, Oom Agus!"
"Iya, antara Mami dan Oom Angus itu nggak ada apa-apa."
"Oom Agus!" "Ya, ya. Oom Angus itu kan bisa jadi temen bisnis Mami. Masakan kamu nggak tau kalo usaha katering Mami mulai maju. Pesenan banyak datang dari pabrik-pabrik. Ada dari kantor-kantor, dari orang yang ulang tahun, atau ada juga dari Gusur dan Boim yang meskipun cuma mesen tempe sebiji, tapi itu udah membuat Mami repot, Lu. Nah, barangkali aja Mami butuh partner buat mengembangkan usahanya itu," jelas Lupus kalem.
"Partner masa pake janji-janjian segala"" Lulu berkelit.
"Ya jelas pake janji-janjian, dong. Kamu ini gimana, sih" Apa iya antara Mami dan Oom Angus itu tiba-tiba bisa ketemu di pasar, dan langsung ngomongin soal bisnisnya gitu""
"Bisa aja kalo kebetulan," Lulu ngeyel.
"Ya orang bisnis kan gak bisa ngarepin kebetulan doang, Lu."
"Ah, bilang aja kamu gak mau tau urusan ini," ujar Lulu seperti mo nangis. "Kamu emang mau enaknya aja."
Lulu pun berlari dan langsung masuk kamarnya. Dia jadi sebel sama Lupus juga. Uh, udah sebel sama Mami, sama Oom Agus, sekarang sama Lupus juga. Lulu jadi makin sedih aja. Dia nggak tau mesti cerita pada siapa lagi. Lupus biasanya satu-satunya orang yang bisa diajak mengerti. Tapi sekarang Lupus bukanlah Lupus yang dulu lagi. Batin Lulu terus mencaci maki Lupus!
Kesebelan Lulu itu sebenernya ada benernya juga. Karena dia sebagai cewek bisa ngerasa kalo Oom Agus itu seneng sama Mami. Dan Lulu jelas-jelas nggak bisa nerima kalo Mami bener-bener lengket sama Oom Agus itu. Lulu kuatir Mami sampe berpacaran sama bapak-bapak yang keliatan perlente tapi bego itu. Kuatir kalo kasih sayang Mami terbagi.
Akibatnya untuk mengantisipasi keadaan, sejak itu Lulu mulai bertingkah laku aneh-aneh.
Contohnya pulang sekolah, Lulu mulai telat. Telatnya gak tanggung-tanggung, kadang sampe dua hari. Misalnya ditanya Mami atau Lupus, Lulu cuek aja ngejawab, "Jalanan macet total!"
"Lulu juga suka nginep-nginep di rumah temannya. Atau ngajak balik nginep temennya di rumah. Mending yang diajak nginep satu-dua biji, tapi ini sih gak jarang sekelas disuruh nginep. Mana pas pagi harinya semua anak dibagiin kotak katering lagi. Mami jelas sewot berat. Tapi Lulu gak peduli.
Lulu juga mulai akrab dengan cowok, meski gak berani terang-terangan sama Mami. Beberapa kali Mami memergoki Lulu diantar ama seorang cowok yang punya penampilan anen bin bokir, eh, aneh bin ajaib.
Kalo dulu-dulu Lulu gak pernah ikutan nongkrong di plaza, kini ampir tiap hari dia mampir di situ. Temen-temennya cowok, dan mulai aneh-aneh lagi modelnya. Ada yang pake anting di idung, ada yang pake gelang di kuping, malah ada yang pake cincin di leher. Rata-rata rambutnya gondrong metal. Ya, semua anak itu jadi akrab sama Lulu.
Semisal kamu jalan-jalan ke terminal bis, jangan heran kalo ngeliat Lulu lagi ngobrol akrab sama kondektur atau sama anak STM yang lagi ngatur strategi perang. Lulu emang gila-gilaan sekarang ini.
Dan sepulang sekolah Lulu yang biasanya suka bantu-bantuin Mami ngabisin telur katering, eh sori, maksudnya suka bantu-bantuin ngisiin telur-telur ke kardus katering, kini nggak lagi. Kebiasaan baca komik sambil nonton RCTI juga udah diganti dengan kebiasaannya nyetel kaset trash-metal kenceng-kenceng. Koleksinya dari Anthrax, Megadeth, Kreator, dan sejenisnya. Lebih-lebih kalo lagi ada Oom Agus berkunjung, Lulu langsung tereak-tereak ngikutin lirik lagu yang ada di kertas kaset sambil bergaya mengangguk-anggukkan kepala ala Metallica.
"Hiyaa, Darkness imprisoning me all that I see absolute horror
I can not live, I can not die
Trapped in myself, body my holding cell!!!"
Lulu cuek banget teriak-teriak begitu sambil gak lupa ngacung-ngacungin tiga jari ke congor Oom Agus atau ke Mami.
Oom Agus tentu shock berat, dan Mami belingsatan.
"Pernah sih ditegor Mami, tapi alasannya, Mau ikutan festival band, Mi. Kali aja bisa ngetop dan nyaingin Anggun C. Sasmi!"
Selain suka bergaya metal, Lulu belakangan juga hobi banget lari-lari kecil di dalam rumah. Kadang-kadang dengan cueknya n
giter-ngiter di tengah Oom Agus dan Mami yang lagi asyik ng"brol. Tapi sayangnya Mami nggak sadar kalo itu merupakan protes anak bontotnya akibat dia terlalu akrab dengan Oom Agus.
Bahkan Lulu pernah dengan terang-terangan protes ke Mami. Eh, Mami-nya malah balik memarahi Lulu. Memarahinya nggak tanggung-tanggung lagi. Idung Lulu ditunjuk-tunjuk segala. Lulu jadi sakit hati. Sebab waktu belon kenal ama tu bapak-bapak, Mami gak pernah marahin Lulu sampe begitu rupa. Lulu bener-bener keki beraaaat!
BAB 3 LOMBA RAP UDARA cerah Sabtu pagi itu membuat suasana Lomba Rap yang diadakan Radio Ga Ga itu berlangsung meriah. Cewek-cowok berdandan khas remaja, memadati arena terbuka yang terletak di belakang pelataran parkir Radio Ga Ga yang disulap jadi arena ngeceng.
Cewek-cowok model sampul majalah sampe sampul rapot bertebaran di mana-mana. Dan sedan-sedan mungil berdesakan parkir di depan kantor radio. Angin sejuk pelan-pelan menyusup masup bersama si Ucup ke arena yang dikelilingi pepohonan rindang itu. Acara yang harusnya dimulai pukul sembilan, jadi molor beberapa jam dari waktu yang udah ditentukan, dikarenakan em-si-nya konon kabarnya masih terkunci di WC studio.
Lupus yang udah datang sama Boim dan Gusur, sibuk nyari-nyari kursi yang udah dipesan Tapi sekitar seratus pengunjung yang memadati pelataran taman itu udah gak peduli sama nomor kursi lagi. Mereka main serobot. Ya, untuk acara kayak gini, disiplin emang susah banget dipelihara. Malah sebagian anak ada yang lebih rela berdiri di dekat panggung, biar lebih bisa ngeliat jelas.
Ya konon ada artis-artis kondang yang ikut memeriahkan acara seru ini. Sebagian pengunjung yang anak sekolahan itu masih memakai seragam karena acara ini digelar Sabtu pagi, dan anak-anak belum waktunya pulang. Lupus, Boim, dan Gusur juga tadi minggat dari sekolah. Ya, untuk sekarang-sekarang ini sekolah kan baru pada masuk. Jadi mata pelajarannya masih banyak kosong. Untung tadi Lupus udah nyiapin kaus, buat menggantikan baju putihnya yang ada bet SMA Merah-Putih.
"Aduh, tempat gue didudukin orang!" maki Lupus kesel sama Boim dan Gusur.
Ya, ada seorang gadis pake rok jins yang mini duduk di bangkunya Lupus.
"Eh, Mbak, ini tempat saya," ujar Lupus.
"Enak aja. Kan gue duluan yang duduk di sini," cewek itu ngotot.
"Tapi ini kan nomor bangku gue!" Lupus memperlihatkan karcis undangannya.
"Alaaah, undangan itu kan buat door prize aja. Duduknya terserah..."
""Tapi, Mbak, Mbak harus pindah!"
"Gak mau!" . "Kalo gitu kita duduk berdua aja!"
"Sini, deh. Gue pangku!" tantang cewek itu.
Temen-temen tu cewek pada ketawa. Lupus jadi malu. Ia pun dengan bersungut-sungut berlalu dari situ. Nyari duduk di tempat yang lain. Sementara Boim dan Gusur sudah menemukan tempat duduk yang strategis.
Nampak panitia mulai asyik membagikan minuman, snack, dan kaus dari sponsor. Dan Lupus masih kebingungan di dekat sebuah VW Combi yang terparkir di arena, yang berfungsi sebagai alat siar radio. Ya, rencananya acara ini akan disiarkan langsung ke radio-radio tetangga.
"Hei, Lupus!" teriakan riang terdengar bikin kaget Lupus. Lupus menoleh. Seorang cewek manis dikuncir, bersepatu roda, dan masih mengenakan seragam sekolah, tersenyum lebar ke arahnya.
"Eh, Olga, ya"" Lupus surprais banget.
Dua anak gokil itu langsung bersalaman, saling ber-toast ribut banget. Boim yang ngeliatin dari jauh, rada sirik juga. "Eh, Sur. Tu, si Lupus dapet sosotan keren banget!"
"Oya, kenalin, Pus. Ini si Wina, temen gue!" Olga memperkenalkan sobatnya yang dari tadi nguntit di belakang.
Wina dan Lupus bersalaman.
"Lo ikut gue aja, Pus. Duduk di deket panitia situ!" ajak Olga sambil menarik tangan Lupus.
"Di situ kita bisa lebih enak ngegodain peserta! Eh, Win, lo minggat dulu, deh. Cari pasangan lain."
Wina bersungut diusir begitu.
"Atau lo sama temen gue aja, Win. Si Boim. Tu, yang item keriting!" ujar Lupus sambil menunjuk ke arah Boim. Boim udah ge-er aja ditunjuk-tunjuk.
"Enak aja!" Wina mencibir.
Olga menarik Lupus ke samping panggung. Tapi pas ngelewatin VW Combi, ia dipanggil sama Mbak Vera.
"Eh, Olga. Kebetu lan. Kamu aja ya yang bawain acara""
Olga terkejut. "Kok saya, Mbak"" .
"Tolong deh, Ol. Sekali ini aja. Abis em-si-nya gak muncul-muncul. Penonton udah gelisah, tuh. Acara kan udah mo dimulai!" ujar Mbak Vera.
Setelah dipaksa-paksa, akhirnya Olga mau juga. Olga langsung dikasih tau daftar acara yang harus dibawakan.
"Sori ya, Pus," Olga menatap Lupus.
Lupus tersenyum. "Gak apa-apa, kok."
"Tapi kamu temenin saya ya, Pus""
Lupus mengangguk. Akhirnya, dengan masih berseragam ria, Olga memegang kendali acara dari atas kap VW Combi. Lupus nemenin di sampingnya.
""Halo, halo, ya, jumpa lagi bersama Olga, di JaJahan 106,1 FM! Lewat sebuah acara yang maha menarik yang diselenggarakan pas dalam rangka ulang tahun Radio Ga Ga. Inilah... Lomba Rap!!!!"
Olga langsung menjerit-jerit. Dan penonton yang dari tadi udah gelisah nungguin, bersorak menggemuruh.
Lupus yang duduk di samping Olga, ngerasa keberisikan. Ya, abis Olga kalo udah siaran suka lupa daratan. Teriak-teriak, lupa tetangga yang duduk di sebelah.
"Ya, ya, sebelum acara Lomba Rap yang diikuti peserta dari tingkat lokal maupun interlokal, sebagai pembuka sudah bersiap-siap para model beken Jakarta, memperagakan baju-baju karya desainer beken!"
Di atas panggung memang sudah nampak beberapa peserta yang langsung berjalan lenggang-lenggok, memamerkan kepiawaian mereka dalam hal ngeceng. Acaranya dibikin kocak.
Seperti rombongan pertama, cewek-cowok yang berbusana kaus kutang doang, dengan membawa spanduk kecil bertuliskan: Ngeceng dengan Busana Musim Panas!
Ada juga yang menampilkan busana ronda. Pake kain sarung, bawa senter dan kentongan.
Olga makin asyik mengomentari orang-orang yang ada di panggung. Sedang Lupus bengong aja kayak sapi ompong. Tapi lagi bengong-bengong begitu, tiba-tiba matanya tertumbuk pada seorang cewek yang duduk agak jauh. Lupus menajamkan penglihatannya. Ya, Allah! Itu kan gadis cantik yang misterius itu" Yang rumahnya ada di kuburan" Ternyata dia datang juga!
Lupus penasaran. Pasti tu cewek bukan setan. Abis, kok siang-siang begini, lagi rame-rame begini, dia berani muncul. Tanpa setau Olga, Lupus pun melompat turun dari belakang. Mo nyamperin tu cewek.
"Eh, para hadirin," ujar Olga lagi, "gimana kalo pada kesempatan ini saya wawancarain seorang penonton yang rela ngebela-belain bolos sekolah demi acara ini""
Olga menoleh ke sampingnya. "Lho, ke mana tu anak""
Olga mencari-cari Lupus. Tapi gak nampak juga batang hidung tu anak.
"Karena penonton yang mau diwawancara tak ketauan di mana rimbanya, maka acara wawancara, dengan tidak menyesal, saya batalkan!"
Lupus cekikikan sambil diem-diem ngiterin bangku penonton, mau menghampiri si gadis misterius. Tapi Lupus tiba-tiba pengen pipis. Lupus ngeliat ke sekeliling, nyari WC umum. Kebetulan di ujung lapangan, dekat studio, ada tulisan Ladies dan Gents. Lupus pun lari ke situ. Daerahnya rada sepi.
Setelah pipis, ia buru-buru keluar. Takut kehilangan jejak si gadis misterius. Tapi Lupus jadi kaget sendiri begitu melihat cewek yang mau didekati justru udah berdiri di depannya.
Lupus gelagapan. "Cewek itu memberikan senyum manisnya. Lupus membalas kaku.
"Hai!" sapa si cewek.
"Hai!" balas Lupus.
Si cewek kembali tersenyum manis.
"Masih inget saya, kan"" tanya si cewek tertuju pada Lupus.
Lupus nggak langsung menjawab, soalnya masih ngeri, jangan-jangan cewek ini sejenis siluman. Kalo nggak kenapa tau-tau muncul di sini" Ya, setan kan bisa aja keluar siang-siang....
"Kok pertanyaan saya nggak dijawab, sih"" tukas cewek itu lagi.
Lupus tersadar, dan jadi nggak enak ati.
"Eh, m-maaf. Ma-maaf. Tapi situ bukan kuntilanak, kan"" ujar Lupus nekat.
"Hihihi...," cewek itu ngikik.
Lupus jadi bergidik. Ketawanya itu!
"Hihihi... kamu ini lucu deh, mana ada sih setan nongol siang-siang begini" Lagian, mana ada setan demen nonton rap""
"Ja-jadi, kamu siapa"" tanya Lupus masih agak ketakutan.
"Sekalian aja kita kenalan. Nama saya Kunti. Lha, kamu, siapa"" Si cewek yang mengaku bernama Kunti itu menyodorkan tangannya. Lupus balas menyodorkan tangannya. Ragu-ragu.
"K-kunti"" Lupus terke
jut. "Iya, emang kenapa""
"Kok mirip-mirip..."
"Tuh kan, nuduh lagi."
""Iya, deh. Enggak. Sa-saya Lupus."
"Lupus" Hihihi, lucu ya, nama kamu." Kunti ketawa lagi.
"Lha nama kamu sendiri apa ada panjangannya, Kun"" tanya Lupus tiba-tiba, sekaligus membuat Kunti menghentikan tawa cerianya.
"Ada!" jawab Kunti mantap.
"Apa panjangannya"" Lupus penasaran.
"Kun... Kun... ya, Kuntilanak dong panjangannya."
"Apa" Kuntilanak"" Lupus kaget setengah mati!
Kunti ketawa lagi. Hihihi, penakut amat, nih anak!
"Bercanda, kok. Jantung kamu lemah banget, ya""


Lupus Drakuli Kuper di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lupus tersipu. Lalu mengajak Kunti bergabung sama peserta. Selama berjalan dari kamar kecil ke arena perlombaan, Lupus berusaha berjalan di belakang Kunti, dan sibuk mengamati punggung Kunti. Ada bolongnya apa enggak. Tapi rambut Kunti yang panjang menyulitkan penyelidikan Lupus.
Tapi di arena, sebentar aja mereka berdua udah keliatan akrab.
"Ya, penonton dan pendengar sekalian, arena Lomba Rap ini ditata sedemikian rupa, dan kini dipadati oleh tak kurang dari sekitar... wah, gak keitung berapa jumlahnya. Jadi kira-kira sendiri aja, deh. Apalagi untuk cowok item keriting bernama Boim yang lagi bengong kayak sapi ompong itu, pasti dia tau jumlah penonton yang tepat. Nah, tanya aja sama tu cowok!" suara Olga terdengar lagi dari loud speaker. Sementara Boim, yang namanya kesebut-sebut, kini lagi ke-ge-er-an.
"Tak usah heran. Karena tu cowok emang keturunan dukun. Jadi pasti tau!"
Boim kaget. Lupus ketawa. Kunti juga.
"Boim yang keriting item itu kan temen kamu, ya"" tanya Kunti.
Lupus mengangguk. Lalu karena penasaran sama soal kuburan, Lupus lalu nanya-nanya rumah Kunti yang menyeramkan.
"Oo, itu bukan rumah saya. Saya lagi ziarah aja ke kuburan keluarga."
"Ziarah" Malem-malem begitu""
"Kenapa emang" Saya gak takut. Lagi pula saya punya sodara sepupu yang tinggal di dekat-dekat situ. Saya sering main ke sana, kok."
"Main di kuburan""
"Iya." "Kamu kok aneh""
"Ah, biasa aja, tuh." Cewek itu tersenyum.
Lalu kembali memusatkan perhatian ke panggung.
"Kun, tapi rasa-rasanya saya pernah deh, ke daerah pekuburan situ...," ujar Lupus lagi.
Kunti menoleh. "Ya, setiap orang kan pernah ke kuburan. Setiap orang nantinya juga jadi penghuni kuburan. Apa yang aneh""
Lupus terdiam. "Acara utama sudah berlangsung. "Yaaaaa, inilah peserta yang ke... wah, keberapa, ya" Eh, tak usah dipusingin, deh. Yang jelas orangnya kece ba"nget. Bener-bener keren! Tinggi, tegap, berwajah lancip ala Vanilla Ice, dan... oho! Dia melihat ke arah saya!"
Para penonton sudah menunggu dengan harap-harap cemas. Tapi kemudian yang muncul di panggung adalah seorang rapper yang menamai dirinya Kelapa Muda Ice, yang tampangnya gak jauh beda sama Boim.
"Huuuuu, turuuuuun!" seru penonton.
"Kelapa Muda Ice, yang berdandan mati-matian, rambutnya dicukur abis di bagian sisi kanan kiri dan bagian belakang, mengira penonton senang. Ia pun menari-nari dengan cueknya, sambil nge-rap lagu Abang Tukang Bakso.
""Ya, laporan pandangan mata, Sodara-sodara. Cowok ini demikian simpatiknya. Busana yang dipake begitu serasinya. Ah, gayanya santai sekali. Dia seakan tak merasa kalo dirinya kini tengah jadi pusat perhatian. Sungguh!"
Mbak Vera yang memantau siaran Olga lewat radio di dalam VW Combi, agak heran mendengar ulasan Olga yang amat bertolak belakang. Begitu juga Wina. Dia ngerasa ada yang gak beres pada Olga. Wina segera mendatangi Olga.
"Cowok keren ini diduga amat pendiam, karena hanya matanya saja yang berbicara. Ah, dia kembali melirik saya. Sungguh! Dia melirik saya!" Olga makin histeris.
Wina naik ke atas VW, lalu memperhatikan kelakuan sobatnya itu. Wah, ternyata Olga lagi terpesona memandang seorang cowok keren yang duduk di deretan depan penonton.
"Apakah dia akan datang ke sin... oh!"
Wina menepuk pundak Olga. Olga memandang kesal ke arah Wina. "Wina, kamu apaan, sih" Ganggu orang kerja aja!"
"Kerja apa" Kamu kan disuruh ngomentarin acara Lomba Rap, bukannya ngomentarin cowok itu. Kemaruk, luh!" bentak Wina.
Olga menepuk jidatnya. Ia benar-benar khiJaf.
"Ya, masih bersama Olga di jajahan
106,1 FM. Para pendengar sekalian, kini kita kembali ke acara lomba nge-rap yang sebenarnya.... "
Dan acara itu memang makin seru dengan menampilkan jago-jago nge-rap, dan bintang tamu. Ada yang bergrup model NKOTB, ada yang berdua, dan ada yang solo karier.
Lupus dan penonton lain pada ikut bergoyang pinggul mengikuti gaya para rapper, yang membawakan lagu-lagu kondang model Ice Ice
"Baby, Pray, U Can't Touch This, This Beat is Hot, dan yang lainnya.
Dan ketika Lupus sadar, ia tak menemukan Kunti lagi di sisinya. Dicari ke mana-mana, ternyata anak itu menghilang. Ke mana"
Ah, Kunti, kamu memang penuh misteri.
BAB4 ANAK KUBURAN "JANGAN heran kalo ngeliat belakangan ini akhirnya Lulu jadi lengket sama Drakuli. Masih inget DrakuJi" Drakuli itu temen Lulu yang dandanannya suka aneh (baca deh buku Lupus: Ih, Syereeem!). Anak semata wayangnya Pak Gali, yang punya usaha kuburan, yang tinggalnya di daerah pekuburan luas. Aneh, karena dandanan Drakuli suka kayak anak Drakula.
Rambutnya acak-acakan, sorat matanya tajam, bajunya lusuh, dan hobi baca buku pake lilin mungil di atas kuburan. .
Aneh, karena ia berbeda dengan anak remaja kebanyakan. Tampangnya sih sebetulnya keren juga. "Mirip Christian Slater!" ujar Lulu.
Keren tapi penuh misteri.
Drakuli itu temen sekolah Lulu yang pernah dianterin surat, waktu Drakuli dapat teguran dari sekolahnya. Dan kenapa Lulu tiba-tiba deket ama Drakuli (maksudnya kok nggak deket-deketan ama temen-temen lainnya), itu disebabkan karena Lulu emang lagi pengen bikin ulah aneh-aneh dalam rangka protes ama Mami.
Mami aja sampe menjerit kaget, ketika pertama ngeliat Drakuli. Dikira makhluk apa, gitu.
"Astagfirullah, Lulu! Apa yang kamu bawa itu""
Tapi Lulu cuek. Drakuli juga cuek.
Ya, Lulu emang pernah cerita kalo ia paling suka sama cowok yang berpenampilan nyentrik. Dan menurut Lulu penampilan Drakuli spesifik banget. Nggak kayak cowok-cowok lainnya yang umumnya bertingkah laku norak dan "apa adanya". Bagi Lulu Drakuli ini berani tampil beda. Drakuli yang penampilannya aneh bin ajaib itu bisa bikin orang tercengang-cengang.
Untuk fisik Lulu memang tertarik bukan buatan. Hanya kalo ngomongin soal materi, Drakuli termasuk orang nggak masuk itungan. Maklum aja, tadi kan udah dibilangin, bokapnya cuma penunggu kuburan. Berapa sih pendapatan per kapita seorang penunggu kuburan" Paling abis buat beli beras doang! Tapi Lulu nggak peduli. Dia sudah telanjur suka pada Drakuli. Cinta emang bisa bikin buta. Dan gokilnya, Lulu juga rela ngorbanin uang jajannya demi bisa jalan atau nonton bareng Drakuli.
Mami sendiri sempat heran tadinya ngeliat Lulu akrab sama Drakuli yang kumel. Tapi karena dia juga lagi sibuk sama Oom Agus, Mami nggak sempet menyalurkan keheranannya dengan menanyakan langsung ke Lulu. Kalo Lupus sih biasa-biasa aja. Soalnya belakangan ini dia lagi sering sibuk. Jadi gak pernah liat adiknya akrab sama cowok yang kata Mami "ajaib". Ya, Lupus cuma menganggap temen Lulu itu sama seperti anak-anak sekarang yang demen bergaya. Paling-paling dia anak metal! tebak Lupus. Anak metal kan di mata para ibu tampak aneh.
Padahal hampir tiap hari Drakuli dateng nganterin Lulu, atau kadang-kadang Lulu yang nganterin Drakuli pulang. Tapi Lupus gak pernah ketemu.
Pernah emang satu kali Mami nanya perihal kepulangan Lulu yang telat melulu itu.
"Kamu kalo pulang sekolah ke mana dulu, sih" Masa tiap hari macet total."" tanya Mami waktu itu.
"Nganterin Drakuli pulang, Mi."
"Siapa itu Drakuli" Kok serem banget namanya," ujar Mami kaget, sambil memegang jantungnya yang berdegup kencang.
"Itu, cowok yang sering Lulu ajak kemari," ujar Lulu kalem.
"Ondel-ondel itu"" pekik Mami.
"Kok ondel-ondel"" Lulu protes.
"I-iya, yang tampangnya aneh itu"" Mami bergidik.
"Menurut Lulu gak aneh."
"Iya, tapi ngapain anak cewek nganterin anak cowok pulang"" suara Mami meninggi.
""Ya, sekali-sekali kan nggak apa, Mi. Kasihan, masa dia terus yang nganterin Lulu, sih."
Selebihnya Mami nggak pernah nanya-nanya lagi. Padahal pergaulan antara Lulu dan Drakuli udah semakin lengket. Kalo kita ngeliat Lulu, pa
sti ada Drakuli. Dan kalo ngeliat Drakuli, pasti juga ada Lulu.
Mereka jadi sering pergi dua-duaan. Seperti nonton bioskop goyang di Blok M Plaza, nonton komidi puter di Dufan, nonton film Minggu siang, nonton kebanjiran, pokoknya ke mana-mana Lulu dan Drakuli selalu bersama-sama.
Di sekolahnya apalagi. Anak-anak sampe ngiri kalo ngeliat Lulu dan Drakuli dua-duaan. Kayaknya dua anak-beranak ini udah lupa daratan. Bayangin aja, ke perpustakaan berdua, ke kantin berdua, olahraga berdua, sampe upacara bendera juga berdua!
Makanya temen-temen Lulu jadi pada tau, kalo Lulu itu lengket banget sama Drakuli. Bahkan gak cuma lengket, tapi udah kayak wasit ama periwitan aja, gak bisa dipisahkan! Ke mana Drakuli berjalan, di situ Lulu ngintilin. Ke mana Lulu ngintil, di situ Drakuli berjalan. Pokoknya antara Drakuli dan Lulu selalu berdua-duaan di mana dan kapan saja mereka berada. Gak peduli siang atau malem. Sebodo di tempat rame atau di tempat sepi. Peduli orang iri atau amit-amit. Mereka tetap stick together....
So pasti melihat kenyataan ini Mami makin keki. Karena selain Mami kuatir Lulu jadi badung, ia gak setuju banget kalo ngeliat anak bontotnya itu main-main sama anak aneh itu. Karena semenjak bergaul sama Drakuli, Lulu emang jadi ikut-ikutan berlaku aneh. Bayangin aja, yang dulu-dulunya Lulu gak pernah make gelang-gelang akar bahar, sekarang seluruh lengannya diisi penuh dengan gelang-gelang besar yang warnanya gak karu-karuan. Ada item, ada abu-abu busik, ada kelabu, ada yang belang... Lulu juga jarang pake rok lagi kalo mau pergi-pergian. Ia lebih seneng nyolong jins robek-robeknya Lupus buat dipake gaya-gayaan sama Drakuli, kalo mau ngelancong ke pusat pertokoan. Abis mandi, Lulu juga jadi males pake bedak, apalagi lipstik. Padahal dulu-dulunya jangankan bedak, alis mata bengkok aja dia urus mati-matian. Mami kuatir kalo anak cewek satu-satunya ini jadi gak bener. Karena selain suka make yang aneh-aneh gitu, Lulu juga jadi hobi pulang malem. Atau nongkrong di pinggir jalan berduaan sama Drakuli ngitungin bajaj lewat!
Mami jelas-jelas kuatir kalo Lulu kenapa-napa. Makanya ia coba memperingatkan. Mami mengancem Lulu dengan tidak memberi uang jajan. Tapi Lulu-nya malah ngambek.
"Makanya jangan suka pulang malem-malem, dong," tukas Mami pada Lulu ketika ia melihat anaknya pulang malem lagi. "Mami kan gak enak sama tetangga. Masa anak sekolah siang pulangnya malem. Mau ditaro di mana muka Mami""
""Ditaro di mana aja asal pantes," timpal Lulu cuek.
"Lulu!" "Hmm, kalo gak boleh pulang malem, gimana kalo pulang pagi""
"Hei, gila kamu, ya" Kamu ini lagi puber atau lagi apa, sih""
"Puber sih udah dari dulu-dulu, Mi."
"Jadi apa dong eh, atau ini ya, kamu pacaran sama si... siapa nama temanmu yang dandannya gak karu-karuan itu""
"Drakuli." "Ya, ngapain sih, kamu kok lengket banget sama dia" Kan banyak temen kamu yang rada mendingan. Si Boim, misalnya. Kenapa main-main sama dia""
"Dia orangnya asyik, Mi. Nyentrik, gak suka lirak-lirik, simpatik, dan jago ngetik!"
"Kamu ini kalo dibilangin, bercanda mulu. Mami serius, nih."
"Lho, Lulu juga serius, kok. Malah serius banget sama dia," Lulu menjawab sambil membuka kulkas, dan meneguk air es langsung dari botolnya. Maminya terperanjat. Tapi berusaha nahan diri.
"Main sih boleh-boleh aja, tapi jangan terlalu akrab gitu, apalagi sama si Drakula, hiii... eh, maksud Mami Drakuli! Pokoknya Mami gak mau 'ngeliat kamu main-main sama dia lagi. Dan kamu jangan meneguk air es langsung dari botolnya lagi! Kalo masih ngebandel, Mami gak mau ngasih uang jajan kamu selama setahun, tau!"
Seperti udah diduga, Lulu ngambek lagi. Dia langsung aja nyelonong masuk kamar dan nyetel kaset metal terbaru kenceng-kenceng. Lulu kalo lagi kesel emang suka gitu. Suka bertingkah yang nggak-nggak. Kemaren aja dia lari-larian di atas genteng, saking ngambeknya!
Akibatnya Mami yang udah keabisan akal ngadepin Lulu, mohon bala bantuan ke Lupus. Tapi Lupus nanggepinnya cuek-cuekan aja.
"Dibilangin dong adikmu itu, Pus. Masa kamu nggak ngerasa sih kalo dia mulai angot-angotan."
"Ah, tapi itu kan bi
asa, Mi. Namanya aja anak muda. Sekali-sekali pulang malem kan nggak apa-apa."
"Nyetel kaset metal kenceng-kenceng juga nggak apa-apa""
"Ya, apa-apa juga, sih."
"Nah, makanya dibilangin, kamu kan kakaknya. Kali aja jadi nurut kalo kamu yang bilangin," ujar maminya putus asa.
Lupus demi menyenangkan hati maminya, masup ke dalam kamar Lulu dan ngebilangin. Ternyata di dalam Lupus cuma menasihati Lulu dengan petuah-petuah konyol.
"Lu, inget dong peribahasa tong kosong berbunyi nyaring...."
"Lho, apa maksudnya""
"Ya, maksudnya jangan teriak nyaring-nyaring kalo lagi ngambek, ntar lama-lama kamu mirip tong, lho."
"Biarin." "Oke deh, kalo kamu mau mirip tong, yang penting saya mau ngebilangin ke kamu supaya kamu nggak sering-sering pulang telat lagi. Kalo kamu sering pulang telat, saya juga jadi telat makan. Kamu kan tau tradisi di rumah kita, selalu ada acara makan bareng. Nah, kalo selalu pulang telat, berarti acara makan barengnya juga telat. Akibatnya perut saya jadi nggak beres. Bagi saya sih, apakah kamu mau pulang telat atau nggak, terserah. Yang penting kamu jangan ngeganggu acara makan bersama. Titik!"
"Lho, lo juga sering pulang telat."
"Eh, berani elo-eloan ama gue, ya" Sejak kapan lo berani elo-eloan, hah"!" Lupus tiba-tiba jadi sebel.
"Emangnya gak boleh ngomong elo-eloan. Ayo, siapa yang ngelarang orang ngomong elo-eloan, hah""
"Nggak ada yang ngelarang, tapi elo jangan manggil diri gue elo gitu, dong."
"Oke, kalo gak mau dipanggil elo, elo gue panggil gue aja."
"Masa elo manggil diri gue, gue juga, sih. Nggak bisa begitu."
"Alaa, udahlah, yang penting kalo sekarang saya mau ngapa-ngapain, itu urusan saya. Mau pulang telat kek, mau ngomong elo-gue kek, itu urusan saya. Titik!"
""Yaa, nggak bisa gitu dong, Lu. Masalahnya saya dapat amanat dari Mami untuk ngebilangin kamu yang udah mulai bertingkah aneh-aneh. Eh, emangnya kamu selama ini suka aneh-aneh, ya" Kok saya nggak tau. Anehnya kenapa sih, Lu. Kasih tau dong biar saya enak ngebilanginnya."
"Keanehan saya itu, ya ngomong gue-elo itu. Dan saya sekarang mulai akrab sama Drakuli."
"Drakuli""
"Iya, cowok yang suka nganter Lulu pulang."
"O, cowok gembel yang kata Mami aneh itu""
"Iya." "Ya, kalo gitu sih gak gitu aneh. Saya pikir kamu kalo pulang sekolah jalannya loncat-loncatan kayak kanguru, gitu. Itu kan baru aneh namanya. Oke deh, saya mau belajar dulu. Besok ada mid-test. Nanti-nanti kalo ada yang aneh lagi kabarin ke saya, ya""
Sebenernya Lupus tau kalo Lulu mulai bertingkah belakangan-belakangan ini. Tapi kenapa dia pura-pura nggak tau" Ya, karena dia lagi asyik nyelidikin diri cewek unik tapi manis bernama Kunti yang kayaknya hampir terbongkar rahasianya itu. Makanya Lupus jadi gak interes sama problemnya Lulu.
Tapi pas melangkah keluar kamar Lulu, Lupus tiba-tiba terperanjat. Ia ingat sesuatu.
"D-DRAKULI"""" Lupus membalik badan dan berteriak, sambil matanya terbelalak ke arah Lulu.
"Iya. Kamu kan udah kenal, waktu dulu nganterin Lulu ngasih surat kepala sekolah ke rumah dia yang di tengah kuburan itu."
"Y-yang rumahnya angker itu" Yang d-dikelilingi kuburan luas" Y-yang bokapnya kayak hantu itu""
"Iya," kalem jawaban Lulu.
"Astaga! K-kamu pacaran sama dia"" Lupus mengguncang-guncang tubuh adiknya.
Lulu jadi sebel. "Apa-apaan, sih""
"I-itu, kan" Y-yang di rumahnya kain gordennya bekas kain kafan orang mati" Y-yang hobinya ngoleksi gigi orang mati" Y-yang b-bonekanya kuntilanak, yang... oh, my God! Kamu pacaran sama anak setan itu""
"Iya! Emang kenapa""
"L-lu, k-kamu gak takut, kalo ternyata tu anak emang keturunan setan" K-kamu kan tau sendiri rumahnya..."
"Enggak. Lulu gak takut!"
"Hiiii, jadi anak mengerikan itu sering kamu bawa kemari"" Lupus bergidik.
Sementara itu Lulu sendiri udah makin nekat aja. Dia udah mulai berani terang-terangan pacaran sama Drakuli. Lulu mulai berani dua-duaan di bawah lampu neon yang terang banget.
Dulu kan jalan sama Drakuli ngumpet-ngumpet, takut ketauan Mami. Tapi sekarang nggak. Malah pernah kok Lulu ngobrol berduaan di ruang makan di samping Mami yang sedang mengendarai kuda eh, ma
ksudnya di samping Mami yang lagi asyik nonton tipi. Lulu dengan cueknya nyubit-nyubit Drakuli. Senggol-senggolan. Dan kalo ditegor, nggak cuma Lulu yang ngambek tapi Drakuli juga diajak ngambek. Diajak ke beranda belakang dan nangis bareng-bareng. Mami bener-bener nggak berkutik melihat tingkah polah Lulu yang ugal-ugalan itu. Kadang-kadang Lulu mengajak Drakuli nonton sinetron sampe malem. Drakuli disuruh duduk di kursi goyang yang biasa Mami dudukin.
"Nggak' apa-apa, Drak, Mami udah ngizinin kok kamu main-main di sini. Pokoknya kamu tuh, udah dianggap sebagai anak orang lain, deh."
Mami yang sering pulang malem, suka pusing juga kalo pas pulang mendapatkan rumahnya diisi makhluk aneh macam Drakuli.
Lulu berbuat begitu itu karena dia masih empet ngeliat Mami yang tambah akrab sama Oom Agus. Jadinya dia juga mau nunjukin ke Mami kalo anaknya juga bisa berakrab-akrab.
Tapi lama-lama tingkah laku Lulu membuat Lupus terusik juga. Lama-lama Lupus kesel juga ngeliat adiknya dua-duaan mulu. Dan Lupus juga kasihan sama Mami yang makin bingung ngeliat tingkah Lulu. Lupus jelas gak bisa membiarkan perang dingin ini berlanjut. Jangan mentang-mentang keasyikan dengan Kunti, Lupus jadi tak memperhatikan adiknya itu.
Suatu sore, kala Drakuli gak ada, Lupus menegur Lulu.
""Lu, sebentar saya mau ngomong sama kamu," ujar Lupus pada akhirnya.
"Ada apa sih, pake bilang mau ngomong sebentar segala""
"Gini, saya minta supaya kamu jangan terlalu akrab sama Drakuli."
"Lho, namanya temen kan wajar aja akrab. Kali aja di antara saya sama dia bakal terikat bisnis. Apa kamu nggak tau kalo usaha saya jual-beli sendal Jepang udah meningkat. Nah, kali aja saya perlu partner," Lulu berkilah sambil ngelirik ke Mami.
"Tapi bisnis sendal Jepang nggak perlu pake cubit-cubitan, kan""
"Kata siapa nggak perlu" Itu kan salah satu teknik negosiasi."
"Apa iya, negosiasi perlu cubit-cubitan, senggol-senggolan segala""
"Bagi saya perlu."
"Bagi saya tidak."
"Lho, yang bisnis saya apa kamu""
"Oh, iya ya. Eh, tapi kan saya kakak kamu. Jadi berhak dong, ngebilangin ke kamu supaya kalo bisnis jangan terlalu akrab-akrab. Misalnya nanti ada apa-apa, kan yang nggak enak saya juga."
"Saya udah bisa jaga diri."
"Ah, waktu di kamar mandi ada kecoa, kamu kok teriak-teriak minta tolong sama saya. Kalo emang udah bisa menjaga diri nggak teriak-teriak kayak gitu, dong."
""Itu kan kecoa."
"Apa temen kamu itu bukan kecoa" Suatu kali dia bisa aja jadi kecoa, jadi makhluk yang menjijikkan. Orangnya aneh gitu, kok! Kamu perlu ati-ati, dan jangan semau udel aja. Pokoknya sejak saat ini saya nggak mau liat kamu dua-duaan lagi sama si gembel itu. Lagi, bisnis sendal Jepang kok berduaan doang...."
Lupus emang kudu tega ngebilangin adiknya itu. Ya, karena meski gimana, Lulu adalah adiknya semata wayang, cewek lagi. Dan Lupus lama-lama emang nggak suka sama keanehan tingkah Drakuli. Ia takut Lulu yang masih kecil dan mudah terpengaruh itu, jadi ikut-ikutan bertingkah laku aneh. Lupus takut kalo Drakuli itu bener-bener turunan drakula!
"Sebagai kakak, Lupus merasa perlu mengawasi Lulu. Suatu hari, dengan sembunyi-sembunyi, Lupus ngebuntutin Lulu yang mau main ke rumahnya Drakuli.
Dasar Lulu anak bandel, di jalan dia masih aja cubit-cubitan sama Drakuli. Lupus jadi gemes. Tapi dia pengen tau sampe sejauh mana mereka cubit-cubitan. Kalo sampe tonjok-tonjokan baru digetok!
Tapi ternyata Lupus masih aja takut pas harus masuk. ke daerah kuburan itu. Ya, Lupus masih ingat, rumahnya Drakuli itu kan seremnya minta ampun. Interiornya mirip-mirip rumah dukun tenung. Hiasannya pun aneh-aneh. Ada hiasan tengkorak pala ikan, ada rentetan gigi-gigi manusia yang udah nggak kepake, ada peti mati yang dijadiin bufet. Lupus jadi merinding kalo inget itu semua. Semua bulu-bulunya pada bangun. Bulu roma, bulu idung, bulu ketek semuanya pada berdiri. Jadinya selain ketakutan, idung dan ketek Lupus pada kesakitan ketusuk bulu-bulu yang pada bangun.
"Lupus terjebak, karena ketika dia mau balik ke rumah, dia ketakutan melihat jalan yang sepi banget. Lagi, mana ada kuburan yang nggak sep
i. Ya, waktu ngikutin tadi Lupus emang nggak takut, tapi sekarang, ih....
Akhirnya Lupus ngendon aja di balik tembok besar, yang ada pintu gerbangnya buat masuk ke pekuburan. Sejenak di balik tembok tinggi itu Lupus termenung. Eh, eh, ini kan kuburan tempat Kunti dulu turun, waktu diikutin sama Boim dan Gusur" Wah, pantes aja saya ngerasa pernah ke sini, Lupus menepuk jidatnya. Ya, dulu kan ia pernah sekali diajak Lulu ke sini, dan ketakutan setengah mati.
Tapi suasana makin gelap. Lupus ketakutan sambil nahan pipis. Eh, taunya penderitaan Lupus nggak sampe di situ. Karena Drakuli tiba-tiba aja muncul mengagetkan sambil menyeringai dari atas pohon kemboja yang terjulur ke luar tembok berlumut. "Hiyaaaa!" Lupus kaget dan ketakutan setengah mati.
Dan langsung ngacir sambil terus menahan pipisnya.
Sedang Drakuli sama Lulu cekikikan dari atas tembok kuburan, ngeliat Lupus yang lari terkencing-kencing itu. Dan cekikikannya so pasti sambil cubit-cubitan lagi!
BAB 5 RENCANA PENGGUSURAN "LULU udah tau kalo Lupus tu tergolong makhluk penakut. Ngomongnya doang suka gede, suka sesumbar berani ngelawan setan, tapi se betulnya nyalinya seupil. Bayangin, di rumah selagi seisi rumah enak-enakan menikmati acara RCTI, Lupus tiba-tiba menjerit tanpa malu-malu cuma lantaran liat tikus merayap-rayap di karpet. Padahal itu tikus merayap-rayapnya di karpet tetangga, dan Lupus lagi asyik tidur-tiduran di kamarnya.
Jadi Lulu gak heran ngeliat begitu kencangnya Lupus berlari, saat ditakut-takuti Drakuli. Lulu yang semula nggak tahu kalo lagi dibuntuti Lupus, jadi tau dan tertawa terpingkal-pingkal.
Kalo Drakuli udah ngerasa banget dimata-matai. Soalnya indera keenam makhluk itu tajam. Dan dia sengaja mau ngerjain Lupus, setelah Lupus nyampe di dekat kuburan.
Tapi sebagai adik, Lulu jadi kasian juga ngeliat kakaknya lari tunggang-langgang ketakutan setengah mati.
"Kita harus tolong dia, Drak. Biar gitu-gitu, dia orangnya baik banget."
Drakuli cuma mengangkat bahu. Lalu ditemani Drakuli, Lulu berlari ke luar pekarangan dan berteriak-teriak berusaha memanggil Lupus. Tapi Lupus udah jauh pergi, sehingga teriakan Lulu nggak terdengar lagi.
"Mungkin dia udah jauh, Lu"" ujar Drakuli yang kasian ngeliat Lulu masih kerepotan memanggil.
"Mungkin juga!" jawab Lulu setelah menghentikan teriakannya karena tenggorokannya udah terasa pegel.
Lulu kemudian berusaha menghampiri Drakuli yang berdiri di depannya, di dekat segundukan tanah merah. Kaki Lulu tersaruk-saruk di antara rumput-rumput pekuburan yang lebat. Sesekali Lulu terpekik akibat semak-semak berduri yang melukai kakinya. Lulu memang nyaris nggak bisa ngeliat apa-apa. Maklum, suasana begitu gelap. Penerangan yang ada hanyalah bulan yang malam itu kebetulan bersinar amat redup, karena bentuknya yang seperti celurit.
Udah gitu masih ada pula segumpal awan yang menutupi sebagian sinarnya. Otomatis malam itu sua"ana pekuburan tempat Drakuli tinggal terasa begitu gelap, dingin, dan menyeramkan.
Untung Drakuli cepat tanggap. Sadar kalo Lulu lagi kesusahan, Drakuli buru-buru meraih lentera yang tergantung dekat pintu gerbang tua. Dengan setengah berlari, Drakuli lalu menghampiri Lulu. Lari Drakuli begitu lincah seolah nggak peduli dengan semak-semak yang menghadang.
Ini karena Drakuli memang udah terbiasa meski dalam keadaan yang gelap sekali.
"Pakai lentera ini, Lu!" tawar Drakuli.
Lulu segera menjemba lentera yang disodorkan Drakuli dan dengan lentera itu Lulu kemudian meneliti wajah Drakuli sebentar.
Hiii... ! Lulu agak bergidik ngeliat sorot mata Drakuli yang tajam. Penampilan Drakuli malam ini memang lebih seram dari biasanya. Apalagi Drakuli sengaja membiarkan rambutnya meriap-riap. Sehingga penampilan Drakuli betul-betul mirip drakula.
Lulu yang udah lama berteman sama Drakuli, dan sedikit banyak tau watak Drakuli, segera paham kalo roman Drakuli seperti itu, berarti Drakuli pasti lagi dilanda kesusahan. Dugaan Lulu memang nggak salah. Saat itu Drakuli memang tengah menghadapi problem besar yang membuat perasaannya sedih. Dan problem itulah yang mo Drakuli ceritain ke Lulu. Makan
ya dia ngajak Lulu kemari.
Ya, kedatangan Lulu ke rumah Drakuh sebetulnya juga dengan maksud ngomongin problem besarnya Drakuli. Lulu nggak suka ngeliat Drakuli selalu sedih dan murung hari-hari belakangan ini. Lulu juga ingin Drakuli ceria seperti hari-hari kemarin. Drakuli yang penuh dengan canda-ria dan segala kocolannya, hingga bikin Lulu selalu gembira.
Drakuli bilang kalo rencana penggusuran tanah milik dia, seperti yang telah Drakuli cemaskan beberapa bulan yang lalu itu, bakal bener-bener terjadi. Ya, areal tanah pekuburan yang dimiliki keluarga Drakuli secara turun-temurun, bakal digusur oleh pihak tertentu yang hanya ingin mencari keuntungan pribadi. Itulah sepotong cerita yang disampaikan Drakuli pada Lulu di kantin kemarin siang. Dan itulah penyebab yang membuat Drakuli jadi sedih. Ya, gimana nggak sedih kalo harta satu-satunya yang menjadi sumber kehidupan keluarga bakal dirampas orang"
Kesedihan itu tentu aja nggak cuma milik Drakuli. Tapi juga milik bapaknya yang telah bertahun-tahun mengolah tanah warisan kakek moyangnya itu menjadi sesuatu yang menghasilkan, yaitu disewakan sebagai tanah pekuburan. Dan Pak Gali, ayah Drakuli, sering dapat uang tambahan, dengan merawat kuburan, dari orang-orang yang berziarah. Dengan membacakan doa, misalnya. Dan panjang atau pendeknya doa yang dibacakan, tergantung berapa besar bayaran yang diberikan.
"Dengan usaha itu, Drakuli yang tak memiliki ibu lagi itu, bisa tinggal tenang dengan Pak Gali. Itu juga sesuatu yang membuat Pak Gali, yang mantan jawara kampung dengan kumis tebal melintang itu, bisa bertahan hidup dan bisa menyekolahkan Drakuli hingga kini. Itu janji yang pernah ia ucapkan kepada istrinya yang tercinta, yang amat cantik, yang mengembuskan napas terakhirnya setelah melahirkan Drakuli.
Coba siapa sih yang nggak uring-uringan kalo tanah warisannya yang penuh dengan sejarah mengharukan, karena istri Pak Gali dikuburkan tepat di belakang rumah mereka itu, akan diambil oleh orang-orang yang mau cari untung sendiri"
Dan sebagai ternan akrab, Lulu juga ikut-ikutan sedih dengan masalah yang tengah dihadapi Drakuli.
Angin malam berkesiur keras menampar daun-daun pohon beringin besar yang tumbuh menaungi rumah Drakuli. Suaranya menderu-deru menambah seramnya suasana malam di pekuburan itu. Lulu merapatkan jaketnya menahan rasa dingin. Tubuhnya gemetaran.
Sorot mata Drakuli liar menembus kegelapan. Beberapa ekor kelelawar hinggap di pohon beringin dan menggantungkan kakinya di dahan-dahan.
Lulu hati-hati meletakkan lentera di gundukan tanah yang mengeras, lalu duduk di sampingnya, yang segera disusul oleh Drakuli.
Angin malam kembali bertiup menusuk tulang sumsum. Rambut Drakuli yang berantakan bergerak-gerak. Matanya yang tajam menatap sedih ke seantero pekuburan. Ya, dulu ayahnya anak orang kaya yang punya warisan tanah luas. Karena ayahnya bandel, dan tak tau mengelola tanah, tanah warisan ini pun cuma dijadikan kuburan luas.
Drakuli sedih, karena harta satu-satunya itu pun kini akan segera digusur.
""Ah, kalau penggusuran itu terjadi, ke mana kami harus mengungsi. Ke laut" Mana mungkin, di sana kan banyak ikan hiu dan bokap saya suka alergi kalo kesiram air asin," tanya Drakuli sedih seolah pada dirinya sendiri.
Nadanya begitu bingung. Lulu menatap Drakuli masygul. Lulu mau usul gimana kalo Drakuli dan bokapnya tinggal di pos hansip aja, tapi takut nggak etis. Makanya Lulu diam aja.
Sementara nggak jauh dari situ, di antara semak-semak yang rimbun, Lulu nggak sadar kalo ada sepasang mata lagi memperhatikan gerak-geriknya. Sorot matanya terkesan sangat garang seperti mata kucing garong belon makan dua hari. Warnanya merah menyala dan menyimpan kecurigaan.
"Kamu nggak usah sedih, Drak. Sedih nggak akan menyelesaikan persoalan. Ngisi TTS aja kalo kita lagi sedih suka jadi susah," nasihat Lulu tiba-tiba menyelinap di antara suara-suara binatang malam, setelah ia dan Drakuli tenggelam dalam kebisuan.
Drakuli menatap Lulu tajam. Begitu tajamnya sampai-sampai bisa buat motong ayam.
"Maksud kamu apa Lu" Masa saya gak boleh sedih kehilangan harta yang s
aya sayangi. Harta yang menghidupi kami sekeluarga," bantah Drakuli.
Lulu tersenyum lembut, selembut es dong-dong, ke arah Drakuli.
"Mending kamu berpikir bagaimana supaya tanah ini urung digusur. Berusaha berbuat sesuatu agar para penggusur itu mengurungkan niatnya!" saran Lulu.
Drakuli tercekat. Tapi akhirnya tersenyum setelah menangkap maksud Lulu.
"Saya mengerti maksud kamu, Lu. Tapi gimana ya, para penggusur itu udah keburu memasang patok-patok pembatas areal yang bakal digusur" Rencana mereka kayaknya udah mateng banget."
"Lulu menjentikkan ujung jarinya. Tik! Lalu tersenyum lebar sekali.
"Nah, di situ pemecahannya, Drak. Kenapa kamu nggak cabut aja patak-patok pembatas itu, biar mereka, tim penggusur itu, pada bingung. Yah, setidaknya dengan begitu kan kamu udah mengadakan perlawanan. Daripada kalah tanpa syarat"" Lulu berkata keras.
Drakuli langsung terlonjak dari duduknya. L"alu melompat tinggi sekali, hingga palanya kejeduk dahan pohon sawo. Tapi Drakuli nggak kesakitan, walau palanya rada benjol akibat kejeduk itu. Drakuli malah tersenyum senang.
"Lulu, kamu hebat. Saya tau maksud kamu. Ternyata ka"u nggak cuma kece, Lu, tapi juga pinter. Mulai besok malem akan saya jalanin ide kamu itu, Lu!" Drakuli berteriak histeris sambil mengguncang-guncang pundak Lulu. Sampe Lu terba"uk-batuk. Tapi hatinya bahagia dapat pujian dari Drakuli.
Sepasang mata yang sejak tadi mengamati, berbinar-binar ditimpa cahaya bulan, seolah nampak senang dengan ide yang dilontarkan Lulu.
*** "Malam itu bulan bersembunyi di balik awan tebal. Sinarnya yang malu-malu tak mampu menerangi areal pekuburan, hingga suasana sekitar pekuburan terasa begitu mencekam. Apalagi angin dingin bertiup menyusup di antara daun-daun pohon beringin.
"Dan suara orong-orong berdering di balik tanah yang lembap, ditingkahi suara anjing kampung melolong memilukan dari kejauhan.
Drakuli bangkit dari tidurnya. Lalu bergegas ke lemari untuk mengeluarkan jubah hitamnya. Pukul dua belas malam. "Waktu yang tepat untuk beroperasi," desis Drakuli seraya mengenakan jubah hitamnya. Seekor kecoa lompat lari dari jubah Drakuli yang dekil dan apek.
Lalu dari dalam sebuah kotak kecil yang ditaruh di tempat tidurnya, Drakuli menjumput lipstik yang segera dibalurkan ke bibirnya. Seketika bibir Drakuli jadi merah menyala, seperti habis minum darah segar. Kemudian dengan bantuan jeli, rambutnya yang rada panjang disisir rapi seperti umumnya drakula yang rambutnya selalu disisir rapi.
Setelah merasa cukup berkemas-kemas di kamar, Drakuli kemudian melesat menuju dapur.
Sesampai di dapur, Drakuli segera mengambil penggorengan yang masih bertengger di kompor. Penggorengan itu ditebalikin, lalu dengan ujung sendok, sedikit demi sedikit Drakuli mengerok jelaga yang nempel di pantat penggorengan itu, dan ditampung pada sebuah piring kecil. Drakuli masih mencampur jelaga itu dengan minyak kelapa hingga kental, sebelum akhirnya membalur jelaga itu di seputar matanya.
Nggak lama kemudian terdengarlah siulan dari bibir Drakuli. "Nah, beres deh!" tukas Drakuli sambil berkaca dengan pinggang. Mengecek apakah penampilannya malam itu udah betul-betul bikin jantung orang copot.
Sementara itu dari balik pintu, Pak Gali memperhatikan Drakuli dengan sorot mata terharu. Terharu, karena Pak Gali sadar apa yang akan dilakukan anaknya malam ini. Drakuli mencoba mempertahankan tanah miliknya dari jarahan orang yang cuma mau cari untung sendiri. Ya, semalam mata yang mengintai itu milik Pak Gali. Pak Gali memang sempat mencuri dengar ide yang dilontarkan Lulu untuk mencabut patok-patok sialan itu. Dan malam ini Drakuli akan melaksanakan rencananya.
Pak Gali buru-buru cabut dari balik pintu ketika sadar Drakuli akan bergegas ke luar. Kemudian duduk di batu nisan yang ditaro dekat pintu, sambil pura-pura nggak tau apa yang tengah dilakukan Drakuli.
"Eh, Be, ngapain di situ"" sapa Drakuli begitu ngeliat Pak Gali ngejogrok di dekat pintu. "Drak berangkat dulu ye, Be"" pinta Drakuli tanpa menunggu jawaban Pak Gali atas pertanyaan yang tadi.
Dan tanpa menunggu reaksi Pak Gali, Drakuli lang
sung melesat ke luar. Tapi Pak Gali buru-buru menahan.
"Wah, Drak, tunggu Babe, dong!" teriak Pak Gali.
Drakuli mengerem langkahnya. Langsung stop motion.
""Ada apa, Be"" tanya Drakuli curiga.
"Masa lo nggak ngajak-ngajak Babe!"
"Ngajak ke mane, Be"" Drakuli pura-pura bego.
"Alaaah, Babe tahu rencana lo. Babe kan kemarin malam nguping obrolan lo ama temen lo itu. Masa Babe mau lo tinggalin"" jelas Pak Gali. "Eh, tapi ngomong-ngomong temen lo kece juga, ya""
"Ah, Babe." "Babe boleh ikutan rencana lo, kan""
Drakuli manggut-manggut. "Tapi, Be..."
"Nggak ada tapi-tapian, Babe harus ikut," sergah Pak Gali.
"Yuk, deh!" Akhirnya Drakuli menyerah.
"Tapi, tunggu. Babe ambil pacul dulu, ya"" tahan Pak Gali, dan segera ngeloyor ke belakang.
Drakuli baru aja mau menghadang ketika diliatnya Pak Gali udah ngilang dan nongol lagi dengan menenteng sebuah pacul.
"Buat apaan pacul itu, Be"" tanya Drakuli ngilangin rasa penasarannya.
"Buat nyabut singkong."
"Ha, kok singkong, Be"" Drakuli keheranan.
"Yuk deh, cepetan dikit, ntar keburu terang, lagi!" kata Pak Gali sambil menyeret Drakuli melewati jalan yang penuh semak.
Dan di pagi buta itu, sekitar pukul setengah dua, nampak dua bayangan hitam tengah sibuk mencabuti patok-patok yang bertebaran di sekitar perkuburan. Mereka bekerja seolah tak mengenal lelah. Keringat bercucuran membasahi sekujur badan mereka pertanda mereka tengah bekerja keras. Padahal udara sangat dingin. Drakuli akhirnya sadar kalo mencabut patok-patok tersebut nggak gampang, sebab patok tersebut ditanam sangat dalam ke tanah.
"Wah, untung tadi Babe ikut, kalo nggak repot juga nih, Be," tukas Drakuli sadar.
"Mangkanye...," sambut Pak Gali bangga, tapi tangannya tetap sibuk mencangkul tanah di sekitar patok agar lebih gampang mencabutnya.
Dan tenaga Pak Gali memang kuat sekali. Soalnya, zaman muda dulu Pak Gali jawara kampung yang amat ditakuti di situ. Makanya patok-patok itu bisa dicabut oleh Pak Gali dengan sekali entakan, setelah sisi-sisinya dicangkul.
Drakuli juga sibuk mencabut patok-patok yang lain. Sampai napasnya ngos-ngosan. Tapi Drakuli yang biasa hidup di alam lepas, ternyata juga menyimpan tenaga yang kuat.
Menjelang fajar menyingsing, akhirnya pekerjaan mencabut patok-patok itu selesai.
"Alhamdulillah...!" desah Drakuli menarik napas lega. Sedang Pak Gali cuma bisa ngedeprok dekat sebuah kuburan, karena kehabisan tenaga. Tapi wajahnya keliatan puas dan bangga. Puas karena Pak Gali merasa yakin bakal mengecoh para tim penggusur itu.
"Biar dia tau rasa!" dengus Pak Gali.
"Iya, Be, orang-orang itu memang mesti dikasih pelajaran biar kapok. Seenaknya saja ngerampas tanah orang!" timpal Drakuli.
Dan Pak Gali terduduk lemas, ketika fajar telah menyingsing di kejauhan. Embun menetes di ujung daun. Sinar mentari yang kemerahan menyemburat dari balik pohon waru.
Burung hantu pun sudah terlelap dengan mimpinya, digantikan dengan burung prenjak yang berkicau merdu sambil menangkapi belalang yang terbang dari rumput. Pagi yang damai. Setidaknya bagi Drakuli dan Pak Gali, yang menghiasi pagi itu dengan rebutan singkong rebus kiriman seorang gadis manis, sodara sepupu Drakuli yang datang berkunjung.
*** "Siang itu terjadi kegaduhan di areal pekuburan. Seorang lelaki perlente tapi blo'on, uring-uringan di hadapan sekelompok anak buahnya yang melongo ketakutan.
"Masa kalian pada nggak tau siapa yang mencabuti patok-patok itu, he" Jadi pada ngapain aja kalian selama ini"" semprot lelaki itu.
Dan sekelompok anak buahnya makin melongo ketakutan.


Lupus Drakuli Kuper di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jadi kalian betul-betul pada nggak tau siapa yang mencabuti patok itu, he"!" semprot lelaki perlente itu lagi, ngeyel.
"Betul, Tuan, kami nggak tahu. Padahal kemarin patok-patok itu masih ada, lho!" jawab Kodir, salah seorang anak buah yang rada berani, yang palanya rada botak tapi jenggot, kumis, dan cambangnya tumbuh lebat sekali. Mungkin bulu-bulu si Kodir sirik, nggak mau tumbuh di kepala.
"Tapi kenapa kalian sampai nggak tau, heh"" Wah, rupanya lelaki perlente itu memang doyan marah-marah. Buktinya walau si Kodir udah ngejawab nggak tau, dia m
asih marah-marah juga. Dan jawaban si Kodir cukup tepat.
"Soalnya saya nggak ngeliat, Pak!" kata Kodir rada gemeteran.
"0, jadi karena kamu nggak ngeliat jadi nggak tau, tapi kalo kamu ngeliat kamu tau""
"Betul, Pak. Bapak pinter juga kalo gitu," jawab Kodir nekat.
"Kodiiir..., pus-ap seratus kali!"
"Ha..."" "Keberatan""
"Jelas keberatan dong, Pak!"
"Kodiiir..., pus-ap dua ratus kali!"
"Tapi, Pak..." "Nggak pake tapi. Pus-ap atau saya pecat. Silakan pilih!" teriak si lelaki perlente memberi pilihan kurang bermutu. Sebab dua-duanya sama-sama nggak enak.
"Wah, kalo gitu mending pus-ap dong, Pak!" Kodir akhirnya pasrah.
"Bagus," si lelaki perlente manggut-manggut.
Kodir bengong mikirin nasibnya yang apes.
"He, kunyuk, cepet pus-ap. Kok malah bengong, sih""
""Iya, Pak... Iya, Pak...."
Kodir lalu buru-buru nyari tempat yang dirasa enak buat pus-ap. Sementara si lelaki perlente kembali uring-uringan. Mondar-mandir ke
sana-sini. Ngelayap ke situ, ngelayap ke sini. Memeriksa patok-patok yang udah tercabut dari sarangnya. Hati si lelaki perlente itu keki banget jadinya. Menyumpah-nyumpah nggak karuan.
Ya, lelaki perlente itu yang ternyata adalah si pemborong tanah pekuburan buat dijadiin pusat pertokoan memang pantas keki. Sebab waktu memasang patok-patok pembatas, ia sempat mengeluarkan biaya besar untuk mengupah orang. Sekarang biaya besar itu terbuang sia-sia karena patok-patok pembatasnya dicabut orang. Nah, siapa yang nggak keki, coba. Makanya siang itu si lelaki perlente uring-uringan banget. Dan yang kena tulahnya malah si Kodir, yang anaknya tujuh tapi masih kecil-kecil, yang saat itu lagi sibuk pus-ap sampe napasnya ngos-ngosan.
Nggak jauh dari situ Pak Gali dan Drakuli mengintai dari balik semak sambil menahan tawa geli. Terutama waktu si Kodir pingsan dengan sukses karena kecapekan, dan si lelaki perlente nangis sesenggukan di samping kuburan saking keselnya.
"Udah, kalo gitu kita pasang patok yang baru," putus si lelaki perlente akhirnya, masih dalam keadaan terisak-isak.
"Beres, Pak, tapi soal biaya gimana"" sambut anak buahnya semangat, karena merasa bakal dapat objekan lagi.
"Soal biaya gampang, yang penting patok-patok baru itu harus cepat-cepat kamu pasang. Kamu kan tau, tanah ini mau buru-buru digarap."
"Betul, Pak. Tapi biayanya harus duluan, dong!"
"Dasar mata duitan kalian pada. Nih!" rutuk lelaki perlente itu sambil menyerahkan segepok duit.
Seorang anak buahnya segera maju dan merebut duit itu dengan mata berbinar-binar. Anak buah yang lain menarik napas lega. Sedang Kodir yang tadi lagi asyik-asyik pingsan, langsung sadar begitu denger kata duit.
Drakuli ngikik. Pak Gali juga ngikik. Seneng nanti malam bakal ada kerjaan mencabuti patok-patok lagi, setelah anak buah si lelaki perlente memasang patok-patak yang baru.
*** "Patok-patak baru memang akhirnya jadi dipasang siang itu juga oleh para anak buah si lelaki perlente. Dan malamnya Drakuli dengan Pak Gali kembali beraksi mencabuti patak-patok baru. Besok siangnya kegaduhan terjadi lagi. Si lelaki perlente kembali uring-uringan. Malah uring-uringannya lebih hebat dari yang kemarin.
"Keparaaat..., siapa yang berani main-main sama saya"" rutuk lelaki itu seraya menatap sedih patok-patok pembatasnya yang berserakan nggak karuan.
Anak buahnya pada nginyem. Takut nyeletuk, sebab takut disuruh pus-ap kayak si Kodir. Akhirnya lelaki perlente itu terus-terusan nyap-nyap Sumpah sana, sumpah sini.
"Pokoknya siapa aja yang telah mencabut patok-patok pembatas itu saya kutuk jadi ember!" sumpah si lelaki perlente kesel.
Drakuli cuma bisa tertawa geli dari tempat persembunyiannya. Drakuli betul-betul merasa senang bisa mengecoh lelaki perlente itu.
"Rasain sekarang, siapa suruh ngerampas tanah saya!" tukas Drakuli seraya memijit seekor semut merah yang menggigit jempol kakinya. Sampai jempol kakinya senut-senut kesakitan. Tapi senut-senutnya jempol kaki Drakuli tentu nggak sehebat senut-senutnya pala si lelaki perlente. Dia pusing mikirin kerugian yang dideritanya, dan proyek penggusuran yang terpaksa nggak bisa cepat-cepat dilaksanakan
karena tercabutnya patok-patok pembatas.
Si lelaki perlente betul-betul udah kehabisan akal dan kesabaran. Maka yang jadi sasaran tentu para anak buahnya buat numpahin semua kekesalan. Kodir kena semprot lagi, dituduh kerjanya nggak becus.
"Kalian kan saya gaji, masa pada bego gitu, sih!" umpat si lelaki perlente. Kodir dan kawan-kawannya cuma bisa tersenyum pahit.
""Atau jangan-jangan ini ulah kalian sendiri! Mau memeras saya!"
"Ti-tidak, Pak!!" ujar anak buahnya serempak.
"Sungguh, bukan kami. Apa untungnya sih, bagi kami""
"Ya, sudah. Pokoknya saya minta kalian menyelidiki kasus ini sampai tuntas. Pasti yang mencabut patok-patok itu penduduk sekitar sini juga. Coba kalian cari dan tangkap orangnya."
Saking putus asanya akhirnya si lelaki perlente menuduh penduduk sekitar areal yang mencabuti patok-patok itu.
"Tapi patok-patok yang ilang hanya di sekitar kuburan aja. Di tanah penduduk lainnya yang akan kita gusur, gak ada yang ilang. Kami jadi takut, Pak!" ujar salah satu anak buahnya ngasih pendapat.
"Daerah pekuburan sini kalo malam hari memang terkenal angker, Pak. Kita sering liat kalo malem suka ada bayangan hitam menari-nari di atas pohon. Bayangan hitam yang mengenakan jubah. Rasanya sih itu drakula," tukas penduduk yang lain.
"Ah, omong kosong!"
"Sungguh, Pak!"
Besoknya anak buah lelaki perlente itu, didukung Pak RT, mengadakan penyelidikan. Menanyai penduduk setempat. Kira-kira siapa yang berani berulah begitu. Tapi penyelidikan itu tentu aja jadi buntu karena alasan-alasan mistik. Dan diam-diam Kodir dan kawan-kawannya ngeri juga ngedenger cerita tentang kejadian di kuburan itu, yang menurut penduduk setempat, sering muncul makhluk ganjil.
Si lelaki perlente yang dilapori hasil penyelidikan yang buntu itu cuma bisa mengangguk-angguk keki, tapi matanya liar menatap anak buahnya satu per satu.
Kodir merasa dengkulnya gemeteran.
"Jadi para penduduk pun nggak ada yang ngaku mencabuti patok-patok di kuburan dengan alasan ada drakulanya" Ah, yang bener" Kalian jangan mengada-ada cuma untuk menutupi kerja kalian yang nggak becus, ya" Kalo gitu sekarang kalian pasang lagi patok-patok yang baru, dan nanti malam kalian selidiki langsung di kuburan ini untuk menangkap pencabutnya. Mengerti"" putus si lelaki perlente kemudian.
"Ha"" Para anak buahnya pada merinding ketakutan.
Kodir langsung pingsan dengan sukses.
Dari balik persembunyiannya Pak Gali dan Drakuli tersenyum penuh arti.
"O, mereka sudah siap mengacungkan kampak perang, ya"" desis Drakuli.
BAB 6 KEJADIAN ANEH DIKUBURAN SEPERTI biasanya malam itu suasana pekuburan hening dan mencekam. Angin bertiup keras menimbulkan suara yang mengerikan. Nyanyian burung hantu dari dahan pohon waru menambah seramnya suasana. Apalagi bulan masih bersinar malu-malu seperti hari kemarin. Saat ini memang musim penghujan. Dan malam itu pas cuaca lagi mendung. Suara geledek menggelegar bertalu-talu. Dan sinar bulan yang tinggal sedikit akhirnya surut ditelan awan hitam. Kemudian turunlah gerimis. Suasana malam semakin dingin dan menakutkan.
Dari balik semak-semak Kodir dan kawan-kawan menunggu dengan penuh ketakutan. Mata mereka tak lepas memperhatikan patok-patok yang tadi siang baru dipasang. Betul-betul pekerjaan yang menjemukan. Kalo nggak ingat anak-istri yang harus makan, mungkin Kodir dan kawan-kawan udah buru-buru ngacir dari situ. Tapi tugas dari Bos harus dilaksanakan. Ya, itu kalo mereka nggak mau dipecat.
Menit demi menit berlalu membuat Kodir dan kawan-kawan cemas. Tapi orang yang ditunggu-tunggu bakal mencabuti patok-patok belum juga muncul. Kodir dan kawan-kawan makin gelisah.
"Jangan-jangan yang mencabuti patak itu bukan orang, tapi betul-betul drakula seperti para penduduk bilang," tukas Sabri, teman Kodir yang memang terkenal paling penakut. Nadanya penuh kekuatiran.
Bobong, teman Kodir yang lain, menggigil kedinginan. Giginya beradu menimbulkan bunyi yang menambah seram suasana.
"Setan atau bukan, yang jelas kita harus menangkap si pencabut patok-patok itu," tukas Kodir berusaha menenangkan.
"Ya, lagian mana ada setan, sih. Itu kan cuma
perasaan kita aja," seru Dudung, teman Kodir yang lain lagi. Tapi suaranya penuh keraguan. Siapa tau ternyata yang mencabut patok-patok itu betul-betul sejenis makhluk alus. Hiii... kan gawat.
Waktu terus merangkak. Angin bertiup keras meniup pohon-pohon besar menimbulkan bunyi berkesiur yang menyeramkan. Kodir merapatkan sarungnya. Matanya terkantuk-kantuk. Begitu juga rekan-rekan yang lainnya. Mereka mulai jemu. Pukul setengah satu. Tapi orang yang ditunggu, yang bakal mencabuti patok-patok pembatas belum juga muncul.
"Hoaaam...!" terdengar suara Kodir menguap. "Sekiranya sampai jam satu belum juga nongol, mending kita pulang aja, yuk!" usul Dudung.
"Hus, enak aja lo. Bisa aja kan dia dateng jam dua, terus nyabutin patok-patok itu. Jangan cari perkara deh lo. Lo kan tau bos kita galak banget," tukas Bobong menengahi.
Dudung manggut-manggut. Lalu mereka hening kembali. Hanya terdengar suara letikan tembakau dari rokok yang dibakar. Kodir masih setia memaku tatapan matanya ke arah patok-patok.
Pada saat itulah samar-samar Kodir melihat dua sosok bayangan hitam muncul dari semak-semak.
Krosak! Kodir terkesiap. "Sssst... liat, tuh!" tunjuk Kodir pada rekan-rekannya yang langsung terkesiap begitu melihat apa yang dimaksud Kodir.
"Orang apa setan tuh, tapi kayaknya sih..."" tanya Sabri cemas. Tapi belum lagi pertanyaan Sabri terjawab, tiba-tiba dua bayangan hitam itu, yang satu tinggi-besar dan satunya lagi mengenakan jubah, tertawa terkekeh-kekeh.
"HUAHAHAHA...!" Tawanya nyaring sekali menggema ke seantero kuburan.
""Setaaaaaan! Tulung, ada setaaan!" teriak Sabri ketakutan, dan langsung ngacir sambil terkencing-kencing. Teman-teman Kodir yang lain yang dasarnya emang udah ngeri kemudian menyusul Sabri. Ikut-ikutan ngibrit.
*** "Esok paginya lelaki perlente yang dilapori Kodir tentang hal yang dialaminya cuma bisa merengut, manggut-manggut tapi nggak marah seperti biasanya. Barangkali dia udah capek marah-marah. Abis dari pertama nongol adegannya marah-marah terus. Bosen. Makanya si lelaki perlente mau cari adegan yang lain. Yaitu, dia mulai percaya kalo omongan Kodir bisa dipercaya, bahwa di kuburan ini ada drakulanya. Dan drakula itulah yang suka mencabuti patok-patok.
"Eh, tapi yang tinggal di daerah pekuburan itu siapa, sih" Siapa tau ini ulah dia!" ujar si Bos tiba-tiba.
"Wah, kata penduduk setempat, orangnya emang misterius. Jarang bergaul. Jarang ada yang tau. Mungkin dia itu drakulanya!"
"Gak ada yang b'rani nyamperin tu orang""
"Enggaak!!!" jawab anak buahnya serempak.
"Wah, emang kalo lawan kita drakula repot juga, ya!" Si lelaki perlente kepusingan.
Anak buahnya, termasuk Kodir, pada bengong. Mereka tau kalo bosnya lagi kebingungan. Tapi mau ngasih bala bantuan mereka juga bingung.
""Ada, yang punya ide nggak, gimana caranya ngusir drakula itu!"
Tuh kan, si Bos akhirnya minta pendapat. Kodir gelagapan, mengingat otaknya belum bisa berpikir dengan baik.
"Gimana kalo drakula itu dikasih jabatan di perusahaan Bapak, biar dia nggak ngeganggu lagi!" usul Kodir sembarangan.
Plak! Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Kodir. Kodir mengusap-usap pipinya yang merona merah.
"Ayo, apa masih ada yang punya ide sebagus Kodir" Tenang aja, persediaan imbalannya masih banyak, kok," cetus si Bos sambil tersenyum penuh arti.
Kodir masih mengusap-usap pipinya. Sedang yang lain cuma melongo. Nggak berani ngomong apa-apa.
"Kalian belon pada gagu, kan"" tanya si lelaki perlente kedengaran sinis.
Akhirnya Dudung memberanikan diri.
"Gimana kalo kita panggil dukun sakti aja buat ngusir drakula itu, Pak. Kebetulan saya ada kenal seorang dukun yang sakti," usul Dudung semangat.
Si lelaki perlente manggut-manggut tanda setuju.
"Ini baru ide yang bagus," tukasnya seraya menyerahkan selembar lima ribuan buat Dudung. Ternyata si lelaki perlente ini biar galak tapi royal juga kalo hatinya lagi senang.
Dudung dengan wajah berseri menerima lembaran lima ribuan pemberian lelaki perlente itu. Buntut-buntutnya Dudung lalu disuruh memanggil si dukun sakti.
"Malam ini juga dia boleh bekerja mengusir drakula itu. Bilang
honornya memuaskan," kata si lelaki perlente.
"Baik, Bos!" seru Dudung. Dan Dudung segera lari meninggalkan teman-temannya menuju rumah si dukun sakti begitu bosnya pergi.
*** "Orang yang disebut dukun oleh Dudung ternyata penampilannya sungguh menyeramkan. Nggak enak diliat. Mukanya mirip tumpukan serbet. Orangnya lusuh, kotor, dan tua. Rambutnya yang udah memutih dibiarkan panjang nggak keurus, begitu juga kumis, cambang, dan jenggotnya, dibiarkan tumbuh liar memenuhi wajahnya. Sedang wajahnya sendiri penuh dengan kerut-merut ketuaan. Giginya banyak yang ompong.
Menurut Dudung, dukun yang seneng dipanggil Mbah Jagal itu-soalnya sebelum jadi dukun dia pernah kerja sebagai tukang jagal sapi-umurnya udah lebih dari seratus taon.
Tepatnya seratus taon lebih dua hari. Tapi walau umurnya udah setua itu, Mbah Jagal masih keliatan gagah dan energik. Malah pada ulang taonnya yang keseratus kemarin, Mbah Jagal sengaja memperingatinya dengan lari dingkring keliling lapangan. Penduduk kampung yang menyaksikan ulah Mbah Jagal sempat bersorak-sorak bergembira, bergembira semua. Memang begitulah kebiasaan Mbah Jagal dalam memperingati ulang tahunnya. Suka bertingkah laku yang aneh-aneh. Yah, namanya aja dukun. Kalo nggak gitu, mungkin bukan dukun namanya.
Jadi maklum aja. Apalagi Mbah Jagal ini terkenal sakti. Bisa ngilang kalo lagi ngumpet. Dan yang penting, bisa ngusir setan. Begitulah yang sering dipromosikan ke orang-orang oleh Mbah Jagal sebagai dukun.
Mbah Jagal ini suka betul berpakaian seragam item-item dengan ikat kepala. Celananya model pangsi, dan berbaju lengan panjang yang longgar. Tapi seragam Mbah Jagal ini baunya udah nggak karuan. Segala macam bau ada di situ. Makanya kalo deket-deket Mbah Jagal, kita suka pusing karena kebauan. Tapi biar gitu kenyataannya nggak sedikit orang yang rela deket-deket Mbah Jagal. Terutama yang butuh pertolongan Mbah Jagal. Misalnya, supaya naik pangkat atau dagangannya laris. Seperti pagi itu, Dudung terpaksa merayu-rayu Mbah Jagal supaya mau mengusir drakula yang selalu mencabuti patak-patok.
"Pokoknya bayarannya menggiurkan, deh," bujuk Dudung sambil sujud di hadapan Mbah Jagal.
"Mbah Jagal yang kebetulan lagi bokek, dan selalu diomelin sama bini mudanya yang kelima, kerena selama seminggu ini nggak pernah ngasih uang belanja, langsung mengiyakan permintaan Dudung tanpa diminta sampai dua kali.
"Tugas Mbah cuma mengusir drakula itu. Dan ini duit sebagai uang muka. Sisanya saya kasih kalo Mbah udah bisa mengusir drakula itu," kata Dudung.
Mbah Jagal manggut-manggut, lalu secepat kilat nyamber segepok uang ribuan di tangan Dudung.
Dan malam itu Mbah Jagal dengan segala perlengkapannya berupa sapu lidi, kemenyan, anglo, dan jimatnya, yang konon didapat dari berpuasa empat puluh hari empat puluh malam sambil makan nasi goreng, nampak berdiri dengan gagahnya di areal pekuburan yang dianggap angker itu. Angin bertiup sepoi-sepoi menerpa rambut Mbah Jagal yang panjang dan memutih. Pukul setengah satu, beberapa bunga kemboja berguguran di bumi karena diempas embusan angin.
Mbah Jagal menggerak-gerakan kumisnya. Lalu segera menyiapkan anglonya. Mengisinya dengan beberapa potong arang, dan membakarnya. Ketika api padam dan arang menjadi bara, Mbah Jagal lalu menaburi bara itu dengan menyan dan bunga setanggi. Suara berkeletekan terdengar dari menyan yang terbakar. Asapnya menyebar ke mana-mana. Dan bau kemenyan yang menusuk hidung juga menyebar terbawa udara malam. Mbah Jagal lalu berkomat-kamit membaca mantera.
Jimat kesayangannya digenggam di tangan kanan, sementara tangan kirinya menggenggam sapu lidi, dan sapu lidi itu diputar-putar di atas kepala Mbah Jagal.
"Hai, Drakula yang suka mengganggu, pergilah kau dari sini, sebelum saya membuat tindakan yang merugikan Anda," desis Mbah Jagal kemudian. Matanya terpejam, dan tangannya masih sibuk memutar-mutar sapu lidi di atas kepala. Mbah Jagal nampak khusyuk sekali. Tapi khusyuknya Mbah Jagal sebetulnya karena membayangkan upah yang bakal diterima dari si Dudung kalau pekerjaannya bisa diselesaikan dengan baik, mengusir drakula.
B eberapa saat hening. Kini Mbah Jagal kembali komat-kamit membaca mantera. Sejenak terdengar lagi suara Mbah Jagal yang berat dan bergetar.
"Hai, Drakula, saya peringatkan, pergilah dari sini. Jangan mengganggu tempat ini. Jangan suka mencabuti patok-patok. Mulai malam ini kembalilah ke asalmu. Saya, Mbah Jagal, meminta secara baik-baik. Tapi jangan bandel, ya!" teriak Mbah Jagal seraya mengeluarkan sebilah keris berlekuk tujuh dari balik bajunya. Sapu lidinya diletakkan di samping anglo yang masih mengepulkan asap berbau kemenyan.
"Tapi tiba-tiba muncul suara menyeramkan begitu Mbah Jagal selesai berbicara.
"Hihihi... mana ada sih orang yang diusir secara baik-baik dari rumahnya sendiri," tukas suara itu yang selalu diselingi dengan tawa cekikikan.
Mbah Jagal celingukan. Bulu romanya meremang. Mbah Jagal buru-buru menyalakan rokok lisongnya, tanda hatinya lagi tegang. Setelah itu ia berkomat-kamit lagi sambil memutar-mutar keris di atas kepalanya.
"Hihihi... Mbah Jagal, kok situ lucu, deh!" tukas suara misterius itu lagi.
Mbah Jagal kehilangan konsentrasi. Matanya kembali celingukan, mencari-cari dari mana asalnya suara misterius itu. Tapi yang dilihatnya cuma rimbunan semak yang gelap dan membisu.
Mbah Jagal mengisap lisongnya dalam-dalam, lalu berteriak keras, "Yaaa..., wahai jin dari segala jin yang biasa membantuku, yang biasa meminta sesajen berupa sebaskom semur jengkol, bantulah aku. Bantulah aku mengusir roh jahat bernama Drakula ini!"
Dari balik semak-semak tebal, dua pasang mata memperhatikan tingkah Mbah Jagal dengan perasaan geli. Ya, pemilik dua pasang mata itu siapa lagi kalo bukan Drakuli dan Lulu.
Lulu memang sengaja kabur dari rumah untuk membantu Drakuli mengusir Mbah Jagal, setelah tadi sore Drakuli cerita ke Lulu kalo tim penggusur menyewa seorang dukun sakti buat ngusir Drakuli dan keluarganya. Drakuli terpaksa menghubungi Lulu, karena dianggapnya Lulu mempunyai banyak ide dan taktik segar untuk mengusir Mbah Jagal. Lulu sendiri kebetulan lagi sebel sama suasana rumah, dan lagi getol-getolnya melakukan aksi protes sama Mami, makanya Lulu langsung oke begitu Drakuli mengajaknya.
Dan malam itu Drakuli dan Lulu memang keliatan siap perang banget. Selain dandanan mereka yang aneh-aneh, hingga menyerupai setan betulan, Drakuli juga membawa senjata berupa sebuah katepel dengan butir-butir kelereng sebagai pelurunya. Pokoknya kalo kelereng itu sampai mampir di jidat, ditanggung benjol.
Selain itu, sejak beberapa jam lalu sebelum kedatangan Mbah Jagal, Lulu dan Drakuli juga sudah menyiapkan beberapa jebakan di tempat-tempat tertentu.
Lalu Lulu tertawa cekikikan. Hihihi... suaranya yang cempreng membahana ke seluruh areal pekuburan.
Mbah Jagal celingukan. Keringat nampak mengalir dari keningnya yang keriput. Tapi sia-sia Mbah Jagal berusaha menemukan dari mana datangnya arah suara itu. Rasa takut mulai menjalari hati Mbah Jagal.
Drakuli dengan hati-hati sekali menyiapkan katepelnya. Sebutir kelereng diselipkan pada karet pelontar. Kemudian dengan cermat Drakuli membidik kepala Mbah Jagal yang rada panjul.
Hening sejenak. Drakuli menahan napas. Sedang Mbah Jagal keliatan mulai gelisah. Lalu swiing... tak! Yak, tepat sekali bidikan Drakuli.
Lulu cekikikan. Hihihi....
"Aduh, mati aku!" teriak Mbah Jagal sambil mengusap-usap kepalanya yang benjol.
Lulu terus-terusan cekikikan, membuat Mbah Jagal makin panik.
Drakuli kembali membidik pipi Mbah Jagal.
"Hai, Drakula gila, jangan main-main sama saya ya, belum tau siapa saya, kali!" teriak Mbah Jagal sombong.
Swiiing... pletak! Kembali sebuah bersarang di pipi Mbah Jagal.
""Aduh, Drakula, jangan bercanda, dong!" teriakan serak Mbah Jagal mulai putus asa. Pipinya yang keriput segera menggelembung bengkak.
Lulu masih cekikikan, tapi kali ini tangannya dengan sigap menggamit telur mentah yang tadi ia colong dari katering maminya, yang ia siapkan di dekat kakinya. Lalu dengan mantap Lulu menyambitkan telur-telur itu ke Mbah Jagal. Dan...
"Kena!" Lulu berteriak kegirangan.
Sedang Mbah Jagal yang sudah gak tahan lagi disambitin kanan-kiri, langsung
ngibrit ketakutan begitu kena telur mentah. Tapi baru beberapa tindak Mbah Jagal ngabur, kakinya sudah terantuk tambang yang sengaja dibentangkan di antara semak-semak. Tentu saja ini ulah Drakuli dan Lulu. Mbah Jagal sendiri langsung keserimpet, dan jatuh bergulingan. Kepalanya terantuk-antuk batu nisan.
"Ya ampun, Drakula, saya nyerah, deh. Kamu boleh tetap tinggal di sini. Tapi jangan siksa saya, dong!" ratap Mbah Jagal sambil berusaha bangkit dari kuburan.
Tapi jawaban yang terdengar cuma suara cekikikan yang panjang sekali.
Mbah Jagal gemeteran. Rasa sakit menggigiti tubuhnya yang benjol-benjol. Lalu dengan sisa tenaga yang masih dimilikinya, Mbah Jagal berusaha bangkit dan kabur sekencang-kencangnya. Cuma aja begitu ia mau keluar dari pintu gerbang kuburan, kakinya terperosok pada sebuah lubang kecil yang berisi kotoran kebo.
"Aduh, biyuuuuung!" teriak Mbah Jagal keras sekali menggedor-gedor seisi pekuburan.
Lulu dan Drakuli ketawa cekikikan sampai perutnya kaku. Sementara dari kejauhan Pak Gali dan seorang cewek manis memandang dengan sesungging senyuman menghiasi bibirnya.
Seorang cewek" Ya, cewek seusia Lulu itu sodara sepupunya Drakuli, yang tinggal sama ibunya di kampung sebrang. Cewek itu kadang-kadang menginap di rumah Drakuli. Dan Pak Gali amat sayang sama cewek itu. Malah sering dianggap anak sendiri. Ya, karena di rumah Drakuli kan cowok semua. Jadi gadis mungil itu suka datang buat bantuin masak, atau ngeberes-beresin rumah. Ibu cewek mungil itu adiknya almarhum ibu Drakuli. Ayah si cewek udah meninggal.
Dan pagi pun hampir menjelang. Suara kokok ayam bersahut-sahutan.
*** "Yang namanya gosip memang cepat sekali menyebarnya. Kayak api kena bensin. Berita Mbah Jagal mau mengusir penghuni kuburan, tapi akhirnya malah Mbah Jagal yang diusir drakula itu, segera menjalar ke pelosok kampung. Semua orang, gak peduli bapak-bapak atau mpok-mpok asyik membicarakan tentang drakula penghuni kuburan yang kesaktiannya melebihi Mbah Jagal. Dan namanya gosip, tentu saja ceritanya dilebih-lebihkan, jadi jauh lebih syerem dari kenyataan sebetulnya. Sebab setiap orang yang udah terlibat gosip itu, merasa punya hak ngasih bumbu tambahan biar kedengarannya jadi lebih sip.
Seperti Mpok Salamah, yang pagi itu asyik ngegosip dengan tetangganya yang kerja jadi pegawai negeri. Padahal si tetangga udah buru-buru mau masuk kerja. Tapi Mpok Salamah dengan cueknya menyetop si tetangga buat ngajakin ngegosip soal drakula. Mula-mula si tetangga gelisah takut ketelatan masuk kerja, tapi lama-kelamaan malah keasyikan.
"Eh, Mpok, apa udah dengar soal drakula kemarin malam"" tegur Mpok Salamah.
Si tetangga celingukan nyari-nyari Mpok Salamah. Soalnya Mpok Salamah negurnya dari balik pagar sih. Jadi gak keliatan.
"Drakula apaan, Mpok. Drakula cinta yang suka mengganggu istri-istri kesepian" Wah, belum tuh!" jawab si tetangga setelah Mpok Salamah menampakkan diri sambil senyum-senyum.
"Bukan, bukan drakula cinta. Kalau drakula cinta saya juga suka. Malah dia udah punya jadwal tetap datang ke rumah saya tiap malam Jumat. Yang ini drakula syerem. Drakula jahat, yang suka ngegigit tenggorokan orang buat diisap darahnya," kocol Mpok Salamah lalu menggeret si tetangga duduk di teras rumahnya.
"Ah, si Mpok bisa saja. Emangnya di kampung kita ada drakula jahat""
"Ada. Itu lho, yang suka nongol di kuburan."
"Ah, setau saya itu bukan drakula jahat. Emang sih saya pernah dengar ada drakula nongol di kuburan. Tapi kan sekadar nongol.Sebab selama ini dia belon mengganggu kita. Paling-paling ayam kita doang yang suka ilang. Itu juga bukan diambil oleh drakula, tapi sama si Ntong, tetangga kita yang emang punya profesi maling ayam." Mpok Salamah mesem.
"Wah kalo gitu Mpok betul-betul ketinggalan zaman. Kemarin malem katanya ada dukun yang mau ngusir drakula itu malah mati dicekik!"
"Mati dicekik""
"Ya, Mpok. Bayangin aja, apa nggak jahat tuh drakula."
Mpok Salamah lalu pura-pura bergidik, biar ceritanya berkesan tambah serem. Lama-lama si tetangga terpengaruh juga, dan terus menggosip sampai bibirnya item. Sampai telat masuk kerja.
I tu cuma salah satu contoh saja, kalo masalah drakula memang lagi anget di kampung sekitar kuburan tempat Drakuli tinggal. Akibatnya ada sekelompok orang yang memanfaatkan berita itu untuk hal yang lain. Mereka adalah masyarakat penggemar SDSB. Mereka nggak cuma ngegosip, tapi memanfaatkan kehadiran drakula untuk minta kode SDSB.
Mereka percaya kalo drakula penghuni kuburan itu bisa memberikan nomor SDSB yang jitu. Makanya tiap malam Jumat para penggemar SDSB berduyun-duyun dateng ke pekuburan. Mereka yang datang umumnya bawa sesajen lengkap, berupa kembang tujuh rupa, lisong, dan sebutir telur ayam. Mereka ada yang rela tidur seharian di pekuburan cuma untuk mendapatkan kode SDSB yang dimaksud.
Mereka, para pemburu SDSB itu, memang kebanyakan pengangguran. Tapi nggak sedikit yang statusnya karyawan perusahaan swasta atau pegawai negeri. Cuma rata-rata mereka datang dari kalangan ekonomi lemah, yang coba menggantungkan mimpi dengan SDSB. Yang mau kaya, tapi ogah bekerja keras. Makanya mereka lebih rela tidur di pekuburan di malam yang dingin cuma untuk kode. Siapa tau kena. Kan lumayan.
Dan pada malam Jumat setelah peristiwa Mbah Jagal, areal pekuburan tempat Drakuli tinggal udah dipenuhi orang. Mereka umumnya datang sejak sore tadi.
Tepat pukul dua belas malam, Bang Jalil yang jadi ketua rombongan mulai memimpin upacara permohonan. Semua sesajen yang dibawa dikumpulkan di suatu tempat yang dipercayai sebagai tempat tinggal drakula. Dan kebetulan tempat yang dimaksud itu di sebuah pohon besar yang biasa dipanjat Drakuli. Drakuli yang udah mencium gelagat kurang beres itu jadi senyum-senyum sendiri.
"Wahai, Tuan Drakula yang baik hati, saya Bang Jalil, atas nama rekan-rekan malam ini menghadap kepada Tuan Drakula, nggak lain dan nggak bukan kedatangan saya beserta rombongan adalah untuk minta kode SDSB. Untuk itu kami udah menyiapkan imbalan buat Tuan, yaitu berupa kembang tujuh rupa, telur ayam, dan lisong," teriak Bang Jalil yang udah memimpin upacara.
"Drakuli cekikikan. Dan segera timbul isengnya.
"Wahai, Bang Jalil, kedatengan ente dengan temen-temen saya terima. Sya juga udah tau maksud ente dateng kemari. Tapi saya kurang doyan tuh, ama sesajen yang ente persembahkan buat saya," jawab Drakuli yang suaranya diberat-beratin, pura-pura jadi drakula.
Bang Jalil terperangah. Tapi hatinya girang. Dra"kula udah mau menerima kedatengannya.
"Tenma kaslh, Tuan Drakula mau menerima kedatangan saya beserta rombongan. Tapi apa m"ksud Tuan Drakula nggak doyan dengan sesajen yang kami persembahkan ini"" tanya Bang Jalil penuh harap.
"Nggak doyan, ya, nggak doyan. Abis sesajen yang kamu persembahkan nggak enak, sih. Saya udah bosen makan telur ayam melulu. Nah, kamu boleh pergi sekarang," usir Drakuli.
"Wah, jangan gitu dong, Tuan Drakula. Baru aja Tuan Drakula menerima kedatangan kami, kenapa sekarang tiba-tiba ngusir begitu saja."
"Sesajen kamu nggak cocok. Kamu boleh pergi sekarang."
"Soal kode itu gimana, Tuan Drakula"" tanya Bang Jalil masih penasaran.
"Sesajen yang kamu berikan nggak cocok. Jadi ya nggak ada kode dong," jawab Drakuli ketus.
"Wah, apa nggak bisa kompromi""
"Bisa.. Kamu boleh pergi dari sini sekarang. Dan balik lagi dengan sesajen yang cocok, yang sesuai dengan selera saya."
""Wah, apa tuh sesajen yang cocok"" tanya Bang Jalil.
"Banyak!" "Ya, banyak, tapi apa""
"Coklat, ayam panggang, es krim, atau yang sebangsanya, gitu deh. Paham""
"Paham. Tapi...""
"Kalo kamu paham, boleh pergi sekarang. Besok kembali lagi. Saya mau tidur dulu."
"Tapi soal kode itu, gimana""
"Kode baru bisa dikasih nanti kalau kamu udah bawa sesajen seperti yang saya minta. Udah, sekarang saya mau tidur dulu."
Dengan lesu Bang Jalil membubarkan rombongannya, dan memberi kabar pada para pengikutnya untuk membawa sesajen seperti yang diminta drakula. Mereka sebetulnya heran, kok ada drakula yang doyan coklai, es krim, dan ayam panggang" Tapi karena pikiran mereka udah buntu dan yang diingat cuma kode SDSB, mereka ya terima aja kenyataan itu.
Esok malamnya, Drakuli baru aja pulang dari keliling kuburan, ketika didengar
nya teriakan Bang Jalil dari pelataran kuburan.
"Wahai, Tuan Drakula, ini saya Bang Jalil dateng lagi bersama rombongan dengan membawa sesajen seperti yang Tuan Drakula minta. Coklat, es krim, ayam panggang."
Drakuli langsung berlari ke luar rumahnya dan mengintip dari pohon besar, tempat ia biasa mangkal. Betul, di sebuah batu besar Bang Jalil nampak udah siap dengan makanan pesanan Drakuli.
Drakuli tersenyum dan manggut-manggut.
"Wah, pesta besar nih," jerit batinnya.
"Sesajen saya terima, sekarang kalian mau apa"" jerit Drakuli kemudian. Kali ini bukan dalam batinnya.
"Ya mau kode SDSB dong, Tuan Drakula."
"Itu sih gampang."
"Gampang" Wah, asyik dong."
"Memang asyik. Tapi kalian harus pasang kuping lebar-lebar. Dan catat apa yang saya bilang."
"Siap, Tuan Drakula. Lalu kodenya berapa""
"Sabar dulu kek sedikit. Saya mau ambil napas dulu, ya""
Lalu hening sejenak. Bang Jalil juga ikut-ikutan menarik napas panjang. Hatinya berdebar-debar. Begitu juga anggota rombongan lainnya. Mereka harap-harap cemas. Nggak sabar dengan apa yang akan dikatakan Drakuli.
"Nah, sekarang siap, ya" Dengerin nih kata-kata saya dengan cermat!"
"Siap, Tuan Drakula," sambut Bang Jalil dan anggota rombongannya serentak.
"Nomor yang akan keluar adalah 125250375. Jelas"" ujar Drakuli cepat.
"Berapa"" "Wah, kalian pada budek, ya" Dengar ya, nomor yang akan keluar adalah 125250375. Jelas""
"Bang JaIiI menyuruh anak buahnya cepat mencatat.
"Jelas, Tuan Drakula."
"Nah, gitu dong," sambut Drakuli kegirangan.
Tapi, tiba-tiba ada yang nyeletuk.
"Tuan Drakula, nomor yang Tuan Drakula unjukin udah kami catat. Tapi, apa betul ini nomor yang bakal keluar"" tanya suara nekat itu.
"Nah, itulah masalahnya. Kamu tanya aja ke dukun yang jago. Apa betul nomor ang saya berikan itu bakal keluar di SDSB mmggu ini. Kalau dia bilang betul, kamu datang lagi ke sini , ya" Saya mau nitip pasang."
"Ha"" Bang Jalil dan rombongannya melongo.
BAB 7 KEJADIAN KONYOL DIKUBURAN
Lupus dengan tergopoh-gopoh mengayuh sepedanya melewati gang-gang kecil. Dan saking buru-burunya, dia sampe lupa pake sendal. Sementara rem sepedanya itu udah abis sama sekali. Alhasil kalo di depannya banyak anak-anak kecil yang lari atau nyebrang tiba-tiba, Lupus terpaksa ngerem pake kaki. Kakinya diserosotin ke aspal. Alhamdulillah, baru tiga kali ngerem, kakinya udah belah-belah kayak kaki tukang minyak!
Saat itu Lupus emang napsu banget pengen ketemu Gusur dan Boim buat nyeritain perihal kelakuan adiknya yang pacaran ama anak kuburan. Juga soal perkembangan penyelidikannya terhadap gadis manis misterius bernama Kunti. Makanya Lupus kudu buru-buru ketemu Gusur, karena kalo terlambat dikit aja, si seniman sableng itu bakalan lenyap.
Ya, entah kenapa belakangan ini Gusur jadi teramat sok sibuk bikin penelitian ini-itu. Tentang anak-anak yang berjualan di perempatan jalanlah, tentang ibu-ibu yang masih aja masak pake air kali, tentang pengangguran-pengangguran yang kian hari kian membengkak jumlahnya, tentang tanah di Jakarta yang selalu jadi rebutan, atau juga tentang dirinya yang dari dulu belon juga dilirik cewek yang khiJaf! Pernah Gusur ditegor Lupus kalo baru di SMA itu nggak perlu repot-repot bikin penelitian segala macem. Karena kesibukan-kesibukan seperti itu kan patutnya dikerjakan sama anak-anak kuliahan. Tapi Gusur bersikeras, "Karena daku kurang yakin, apakah daku bisa meneruskan sekolah sampe ke bangku kuliah. Dikau tahu sendiri kan, kalo engkongku membiayai sekolah dari sawah yang dijual di kampungnya. Nah, sawah itu kalo tidak salah, sekarang ini, tinggal dua meter persegi saja. Paling-paling kalo dijual hanya cukup untuk mondar-mandir ngurus pendaftaran aja, Pus. Maka dari itu mumpung daku kini masih bersekolah, kulakukanlah berbagai penelitian!"
Dan ketika Lupus sampe di depan rumah Gusur, setelah menabrak tong sampah dan tiga tiang jemuran karena nggak sempet mengerem sepedanya, dia melihat Gusur sibuk memasukkan kertas-kertas kerja ke tasnya. Sepertinya Gusur mau berangkat meneliti lagi.
"Suur...! Tunggu, jangan pergi dulu. Ada ka"bar penting, bahkan lebih
penting dibanding hasil penelitian-penelitian kamu!" jerit Lupus dari gang depan.
Gusur yang udah siap-siap mo berangkat, jadi kaget mendengar namanya disebut.
Iblis Sungai Telaga 15 Wiro Sableng 109 Rahasia Kincir Hantu Penculik Mayat Hutan Roban 2
^