Panasnya Bunga Mekar 30
Panasnya Bunga Mekar Karya S H Mintardja Bagian 30
pun segera duduk bersandar dinding kayu serambi.
Sementara itu, beberapa orang masih tetap mengerumuni
mereka. "Sungguh diluar dugaan" desis Wasi Sambuja "bahwa
aku telah dikalahkan oleh orang-orang yang tidak aku kenal
sebelumnya. Tetapi sudah tentu bahwa yang terjadi ini
bukan akhir dari segala-galanya. Meskipun aku tahu, bahwa
kalian adalah orang-orang jantan yang menghargai
keluhuran budi, sehingga kalian tidak membunuh aku pada
saat aku tidak berdaya"
"Apakah Wasi Sambuja masih mendendam?" bertanya
Pangeran Wirapaksi. "Tidak Pangeran. Persoalannya bukan dendam dan
benci. Tetapi sekedar harga diri sebuah perguruan" jawab
Wasi Sambuia "Jadi paman Wasi Sambuja merasa terhina karena
pimpinan tertinggi perguruan paman, dikalahkan oleh
orang-orang yang sebelumnya tidak pernah dikenal.
Begitu?" bertanya Pangeran Wirapaksi.
"Ya. Begitulah kira-kira" jawab Wasi Sambuja.
"Bagaimana jika yang telah mengalahkan paman Wasi
Sambuja itu orang-orang yang telah punya nama?" bertanya
Pangeran Wirapaksi. "Jika tatarannya cukup tinggi untuk mengalahkan aku,
maka itu adalah wajar sekali. Tetapi kekalahan yang terjadi
ini sebenarnya tidak boleh dipakai sebagai ukuran betapa
rendahnya derajad perguruan Wasi Sambuja"
"Paman menilai diri sendiri terlalu besar" berkata
Pangeran Wirapaksi "Tetapi baiklah. Jika paman ingin
persoalan ini selesai, maka aku ingin memperkenalkan
paman. Mungkin pamanpun telah mengenalnya, tetapi
paman kurang memperhatikan, dan tidak sempat
mengingat, kembali apa yang pernah terjadi di Kediri"
"Apa yang telah terjadi?" bertanya Wasi Sambuja.
"Sampai saat ini masih ada wakil kekuasaan Singasari di
Kediri" berkata Pangeran Wirapaksi.
"Ya" jawab Wasi Sambuja.
"Nah, menurut paman, bagaimana dengan orang yang
mendapat tugas seperti itu" Maksudku, apakah orang-orang
yang demikian itu dapat disebut orang-orang yang telah
mempunyai nama?" bertanya Pangeran Wirapaksi.
"Ah, apa hubungannya persoalan ini dengan wakil
kekuasaan Singasari di Kediri?" bertanya Wasi Sambuja.
"Apakah paman Wasi Sambuja merasa diri seorang yang
pilih tanding sehingga mampu mengalahkan seorang
Senopati Agung Singasari yang berada di Kediri?" bertanya
Pangeran Wirapaksi itu pula.
"Jangan berkata begitu Pangeran. Dengan demikian
maka Pangeran telah menuduh aku memberontak melawan
kekuasaan Singasari. Padahal masalahnya adalah masalah
yang sangat pribadi" jawab Wasi Sambuja.
"Tidak. Aku sama sekali tidak akan mengaitkan hal ini
dengan hubungan antara paman Wasi Sambuja dengan
Singasari. Tetapi aku ingin paman menjawab
pertanyaanku?" desak Pangeran Wirapaksi.
"Aku tidak dapat menjawab Pangeran" berkata Wasi
Sambuja "tetapi sudah barang tentu, bahwa Senopati
Agung itu memiliki kemampuan yang sangat tinggi"
"Apalagi pada saat-saat permulaan kekuasaan Singasari
atas Kediri. Maka orang yang ditugaskan di Kediri tentu
orang-orang yang memiliki bekal yang mapan" berkata
Pangeran Wirapaksi. Wasi Sambuja menjadi semakin heran. Tetapi ia justru
menjadi semakin bingung ketika Pangeran Wirapaksi
berkata "Bagaimanakah sikap paman Wasi Sambuja jika
pada suatu saat paman dapat dikalahkan oleh Senopati
Agung Singasa yang berada di Kediri" Apakah paman
masih juga berbicara tentang harga diri sebuah perguruan?"
Wasi Sambuja menarik nafas dalam-dalam. Namun
setelah berpikir sejenak ia menjawab "Pangeran Wirapaksi,
pertanyaan Pangeran memang terdengar aneh di telingaku.
Tetapi baiklah aku mencoba menjawabnya. Jika yang
mengalahkan aku adalah seorang Senopati Agung, sudah
tentu aku tidak akan berbicara tentang harga diri, karena
wajar sekali bagiku, jika aku dikalahkan oleh seorang
Senopati Agung Singasari. Bukan sekedar Senopati
kebanyakan" "Apalagi Senopati Agung itu adalah wakil kekuasaan
Singasari di Kediri" Pangeran Wirapaksi melanjutkan.
"Ya" jawab Wasi Sambuja.
"Jika demikian, sebenarnyalah bahwa sudah tidak ada
masalah lagi bagi paman Wasi Sambuja" berkata Pangeran
Wirapaksi. Wasi Sambuja termangu-mangu. Katanya kemudian
"Aku tidak mengerti Pangeran"
"Sebenarnyalah, bahwa paman tentu mengenal
seseorang yang pernah bergelar Panji Pati-pati, Senopati
Agung Singasari yang bertugas di Kediri. Tidak jauh setelah
kekuasaan Ken Arok yang bergelar Sri Ranggah Rajasa di
Singasari temurun kepada puteranya Pangeran Tohjaya,
setelah disisipi oleh kekuasaan Pangeran Anusapati"
berkata Pangeran Wirapaksi.
Wasi Sambuja mengangguk-angguk. Katanya "Aku
mengerti" "Bagaimana penilaian paman Wasi Sambuja terhadap
Panji Pati-pati itu?" bertanya Pangeran Wirapaksi.
Wasi Sambuja menjadi semakin bingung. Namun dalam
pada itu Pangeran Wirapaksipun menjelaskan "Paman
Wasi Sambuja. Ketika Ken Arok yang bergelar Sri Ranggah
Rajasa berkuasa atas Singasari setelah mengalahkan Kediri,
maka yang menjadi Senopati Agung dari Singasari di Kediri
adalah paman Mahisa Agni. Setelah itu, pada suatu saat,
paman Panji Pati-pati juga pernah menjalankan tugas
serupa. Dan orang yang bergelar Panji Pati-pati itu adalah
paman Witantra" "O" wajah Wasi Sambuja menjadi tegang.
"Nah, bukankah tidak ada persoalan lagi" Paman
Witantra adalah Senopati Agung sejak Ken Arok berada di
Singasari yang masih berujud Pakuwon. Ia adalah Senopati
Agung Akuwu Tunggul Ametung. Kemudian masa
kekuasaan Ken Arok di Singasari dan Kediri, yang pada
suatu saat telah melemparkan paman Witantra ke Kediri"
berkata Pangeran Wirapaksi.
"jadi orang inikah Senopati Agung itu?" suara Wasi
Sambuja merendah. "Ya. Paman Mahisa Agni dan paman Witantra,
keduanya pernah memegang kedudukan Senopati Agung
itu" Wasi Sambuja menarik nafas dalam-dalam. Tetapi masih
terpercik keragu-raguannya atas keterangan Pangeran
Wirapaksi itu sehingga Pangeran itu berkata "Kau tentu
sudah pernah mendengar namanya, tetapi belum pernah
melihat orangnya. Tetapi jika kau ragu, bertanyalah kepada
siapapun juga yang langsung berada di Kota Raja Kediri
saat itu" Akhirnya Wasi Sambuja mengangguk kecil. Katanya
"Baiklah. Aku memang harus mengaku, bahwa aku telah
dikalahkan. Apalagi setelah aku mendapat keterangan dari
Pangeran Wirapaksi, maka akupun harus menilai kembali
perasaan harga diri tentang sebuah perguruan"
"Sudahlah paman" berkata Pangeran Wirapaksi, lalu
"sebenarnyalah kita dapat menganggap bahwa
persoalannya telah selesai. Biarlah adimas Indrasunu tidak
lagi menyebut-nyebut gadis yang bernama Ken Padmi itu.
Kemanakan paman Mahisa Agni dan paman Witantra"
Wasi Sambuja menarik nafas dalam-dalam.
Dipandanginya Pangeran Indrasunu yang menundukkan
kepalanya. Namun kemudian Wasi Sambuja itupun berkata
"Sebelumnya, Pangeran Indrasunu tidak pernah gagal.
Tetapi kali ini, biarlah kami mengakui, bahwa kami pada
suatu saat telah membentur kekuatan yang tidak terlawan.
Dan apalagi ternyata bahwa kami telah berhadapan dengan
kekuatan yang memang tidak sepantasnya kita lawan"
Pangeran Indrasunu masih tetap menunduk. Tetapi ia
tidak dapat berbuat apa-apa. Jika gurunya telah menyerah
kepada keadaan, maka apa yang akan dapat dilakukannya.
Karena itulah, maka ia harus menerima keadaan itu.
Untuk pertama kali ia gagal mengambil seorang gadis yang
diingininya, iustru di Singasari.
"Memang Singasari mempunyai suasana yang lain"
berkata Pangeran Indrasunu didalaftn hatinya. Di Singasari
ia melihat, bahwa Pangeran Wirapaksi tidak berpihak
kepadanya meskipun Pangeran Wirapaksi itu adalah kakak
iparnya dan juga seorang bangsawan seperti dirinya.
"Jika kakangmas mau mempergunakan kekuasaannya
maka segalanya akan selesai. Tetapi nampaknya ia justru
berpihak kepada orang-orang yang bukan dari tataran
bangsawan" berkata Pangeran Indrasunu didalam hatinya.
Sehingga karena itu, maka Pangeran Wirapaksi sama sekali
tidak mau mempergunakan kekuasaannya untuk memenuhi
keinginannya. Dalam pada itu, maka Pangeran Indrasunu itupun harus
menerima segalanya dengan hati yang geram. Namun
akhirnya iapun telah berusaha untuk melihatnya sebagai
satu kenyataan meskipun ia merasa sangat kecewa terhadap
kakak iparnya. Tetapi kenyataan itu memang tidak dapat ditolaknya.
Yang harus dilakukannya kemudian adalah melupakan
seorang gadis padepokan yang bernama Ken Padmi, yang
kini tinggal di rumah Mahendra.
Tetapi Pangeran Indrasunu ragu-ragu akan dirinya.
Apakah ia benar-benar akan dapat melupakannya. Mung
Jafi ia dapat melupakan gadis yang bernama Ken Padmi itu
dengan mengambil sepuluh orang gadis di Kediri. Gadisgadis
padesan yang lain akan merasa sangat berbahagia
apabila mereka mendapat kesempatan untuk diangkat
menjadi selir seorang bangsawan, karena dengan demikian,
mereka berharap bahwa diantara keturunan yang akan lahir
adalah keturunan bangsawan.
Tetapi kekalahan yang dialaminya dan bahkan dialami
oleh gurunya tentu akan tetap menyiksanya. Meskipun
nempaknya gurunya justru telah menerima kekalahan itu
dengan ikhlas, tetapi Pangeran Indrasunu berpendirian lain.
Meskipun demikian segala getar didadanya itu
disimpannya saja. Ia tidak dapat mengatakannya kepada
siapapun. Tidak kepada kakak iparnya, dan bahkan tidak
kepada gurunya. Dalam pada itu, maka permusuhan itu pada gelar
kelahirannya sudah dihentikan. Wasi Sambuja sama sekali
tidak ingin berusaha untuk berbuat apapun juga. Bahkan
Wasi Sambuja sebenarnyalah telah menerima keadaan itu
dengan ikhlas, setelah ia menyadari dengan siapa ia
berhadapan. Namun agaknya berbeda dengan Pangeran Indrasunu.
Karena itu, maka arena yang dibuat dihalaman Pangeran
Wirapaksi itupun telah di hilangkan. Gawarnyapun telah
digulung, sementara para pengawal teldi meninggalkan
halaman. Baik pengawal istana Pangeran Wirapaksi,
maupun para pengawal Pangeran Indrasunu.
Mereka telah berada di serambi gandok, sementara para
Pengawal istana itu telah berkumpul di regol halaman.
Demikianlah, maka yang ada di halaman itupun
kemudian oleh Pangeran Wirapaksi telah diterima sebagai
tamu-tamu mereka. Namun beberapa orang masih juga
nampak letih. Witantrapun ternyata lebih senang meneguk
minuman daripada mengunyah makanan. Rasa-rasanya
badannya masih lungkrah sehingga yang paling segar
baginya adalah minum sebanyak-banyaknya. Demikian
pula Wasi Sambuja, Mahisa Bungalan dan Pangeran
Indrasunu. Namun sementara itu, ternyata Wasi Sambuja tidak
dapat terlalu lama berada di istana Pangeran Wirapaksi.
Meskipun tubuhnya masih belum pulih, maka ia benarbenar
berhasrat ingin segera kembali ke padepokannya.
"Pangeran Indrasunu akan tetap berada disini sampai
keadaannya menjadi baik dan kekuatannya pulih kembali"
berkata gurunya. Ternyata Wasi Sambuja benar-benar tidak dapat ditahan
lagi. Iapun segera mohon diri setelah dengan ikhlas ia minta
maaf atas segala perbuatannya.
"Aku mohon kelancangan kami dapat dilupakan"
berkata Wasi Sambuja. Kemudian katanya pula
"Sebenarnyalah tidak ada gunanya kami mengingkari
kenyataan ini. Seandainya aku mendendam, dan
merencanakan bertemu dalam waktu satu dua tahun lagi,
maka akhirnya tidak akan berubah. Aku mungkin justru
akan dibinasakan karena aku sudah mengulangi kesalahan
yang serupa" "Kami sudah melupakannya" jawab Witantra "tetapi
aku mohon bahwa yang kau ucapkan benar-benar keluar
dari nuranimu" "Aku berkata dengan jujur. Aku sudah cukup tua untuk
mengerti keadaan diri sendiri" jawab Wasi Sambuja.
Ternyata Wasi Sambuja benar-benar meninggalkan
istana itu dan kembali ke padepokannya. Rasa-rasanya ia
benar-benar ingin beristirahat tanpa segan. Ia ingin tidur
tanpa diganggu dan makan yang dikehendaki untuk
memulihkan tubuhnya. Di padepokan ia akan mendapat
refamuan berbagai jenis akar dan dedaunan bagi
makanannya- sekaligus obat yang akan dapat memulihkan
keadaannya dengan cepat. Sebenarnyalah sepeninggal Wasi Sambuja, maka
Mahendrapun telah mohon diri pula. Demikian juga
Mahisa Agni dan Witantra yang akan membawa Mahisa
Bungalan kembali ke istana. Mereka masih belum
melaporkah bahwa mereka telah siap untuk menghadap.
Terlebih-lebih adalah Mahisa Bungalan, setelah
petualangannya yang sebelum ia berangkat disebutnya yang
terakhir.
Panasnya Bunga Mekar Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pangeran Wirapaksi tidak dapat menahan mereka.
Mahendra kembali ke kampung halamannya, sementara
Mahisa Agni, Witantra dan Mahisa Bungalan masuk ke
dalam istana Maharaja Singasari.
Dalam pada itu, ketika istana Pangeran Wirapaksi sudah
sepi, maka Pangeran Indrasunu duduk termenung di
serambi samping. Betapapun juga, ia masih tetap
merenungi apa yang telah terjadi. Ternyata ia tidak seikhlas
gurunya menerima kenyataan itu. Bukan karena Ken
Padmi, tetapi justru karena kekalahan-kekalahan yang
memalukan. Pangeran Indrasunu terkejut ketika ia mendengar desir
lembut mendekatinya. Ketika ia berpaling, dilihatnya isteri
Pangeran Wirapaksi yang juga kakak perempuan Pangeran
Indrasunu, mendekatinya. "Kakangmbok" desis Pangeran Indrasunu.
Pangeran Indrasunu menarik nafas dalam-dalam.
Namun iapun kemudian bergeser ketika isteri Pangeran
Wirapaksi itu duduk disampingnya.
"Aku sudah mengetahui segalanya yang terjadi" berkata
kakak perempuan Pangeran Indrasunu itu.
"Aku telah dihinakan di sini" desis Pangeran yang masih
muda itu "sementara itu kakangmas Wirapaksi sama sekali
tidak berusaha untuk membantuku"
"Ia sudah dijangkiti penyakit para bangsawan di
Singasari" jawab kakak perempuannya.
"Penyakit apa?" bertanya Pangeran Indrasunu.
"Kehilangan kewibawaan dan tidak percaya lagi akan
kekuasaan yang ada ditangannya. Karena itu, kakang
masmu selalu bertindak ragu-ragu dan tidak tuntas. Bahkan
kadang-kadang merugikan dirinya sendiri" jawab kakak
perempuannya. Pangeran Indrasunu memandang kakak perempuannya
dengan kerut merut di dahinya. Dengan suara bernada
tinggi ia bertanya "Jadi kakangmbok juga berpendapat
demikian?" Kakak perempuannya mengangguk kecil. Jawabnya "Ya.
Aku berpendapat demikian"
"Dan kakangmbok tidak pernah menegurnya?" bertanya
adiknya. "Aku sudah berusaha memperingatkannya" berkata
kakak perempuannya "justru Pangeran Wirapaksi
mempunyai kewajiban untuk menelakkan kewibawaan para
bangsawan. Sejak anak padesan yang pernah menjadi
buruan Akuwu Tunggul Ametung di hutan Karautan itu
memegang pemerintahan di Singasari dan bahkan
kemudian berhasil mengalahkan Kediri, maka telah terjadi
sungsang buwana balik. Seolah-olah para bangsawan sudah
tidak berharga lagi. Dan bangkitlah satu trah rakyat jelata
yang memegang kekuasaan. Bukankah Ken Dedes yang
terkenal sebagai bunga di lereng Gunung Kawi itupun
hanya anak padepokan Palawijen?"
"Ya. Ya. Aku mengerti kakangmbok. Yang berkuasa
sekarang di Singasari adalah keturunan Ken Dedes itu. Baik
dari suaminya Tunggul Ametung, maupun dari anak
brandal yang bernama Ken Arok" jawab Pangeran Indra
sunu. "Ya. Dan sekarang kakangmasmu sudah terpengaruh
jalan kehidupan dan cara berpikir orang-orang Singasari
yang tidak lagi menarik batas antara para bangsawan dan
rakyat jelata meskipun ia memegang jabatan setinggi
apapun juga" berkata isteri Pangeran Wirapaksi itu.
"Dan kakangmas Pangeran dengan rela melihat
kenyataan itu. Bahkan mendukungnya" geram Pangeran
Indrasunu. Tiba-tiba anak muda itu berkata "Kakangmas
harus bangkit. Para bangsawan harus mengerti tentang
dirinya sendiri. Termasuk para bangsawan di Singasari yang
lahir sebagai keturunan para Raja dan Maharaja, meskipun
mereka berasal dari keturunan rakyat jelata"
"Itulah yang akan tetap membaurkan hak para
bangsawan" berkata kakak perempuannya.
"Jadi?" bertanya adiknya.
"Aku seorang perempuan yang tidak banyak mengetahui
seluk beluk pemerintahan. Tetapi ada semacam ketidak
relaan didalam hatiku, seperti apa yang baru saja terjadi,
bahwa kau harus memasuki arena perang tanding melawan
seorang anak muda petualang yang tidak sederajat dengan
kau. Apalagi dengan demikian kau telah gagal mengambil
seorang gadis padesan itu" berkata kakak perempuannya.
"Jadi bagaimana menurut kakangmbok?" bertanya
Pangeran Indrasunu. "Aku tidak mengerti. Tetapi keadaan ini membuat aku
menjadi sangat prihatin dan kadang-kadang sakit hati"
jawab isteri Pangeran Wirapaksi "hampir setiap hari aku
melihat, bagaimana Pangeran Wirapaksi harus melayani
orang-orang berkedudukan rendah seperti ia melayani
Pangeran-pangeran di Kediri"
Pangeran Indrasunu mengangguk-angguk. Katanya
"Ternyata tata kehidupan di Kediri masih lebih baik
meskipun Kediri saat ini dibawah perintah Singasari. Aku
akan berbicara dengan beberapa orang bangsawan di
Kediri, bahwa tata kehidupan di Singasari telah menjadi
kalut dan tidak terdapat lagi tataran-tataran yang jelas"
"Cobalah berbicara dengan orang-orang tua" berkata
kakak perempuannya "bagaimanapun juga Kediri harus
tetap teguh dengan tata kehidupannya"
Pangeran Indrasunu mengangguk kecil. Kemudian
katanya "Jika aku kembali, aku akan melakukannya. Aku
masih tetap merasa terhina oleh kekalahanku. Gurupun
nampaknya telah pasrah dan tidak berupaya apapun juga"
"Jangan kau sangka begitu. Bukankah gurumu dengan
tergesa-gesa meninggalkan tempat ini" Ia tidak dapat terlalu
lama menanggung malu di sini. Namun ia tidak dapat
mengingkari satu kenyataan, bahwa ia tidak dapat
memenangkan perang tanding itu" jawab kakak
perempuannya. "Tetapi tidak nampak pada sikap dan kata-kata guru
bahwa ia akan kembali untuk menuntut kemenangan"
berkata Pangeran Indrasunu.
"Tetapi jangan tergesa-gesa mengambil kesimpulan
tentang gurumu" berkata isteri Pangeran Wirapaksi. Lalu
"Sebaiknya kau melihat dan menilai keadaan yang bakal
berkembang. Aku akan tetap mendampingi Pangeran
Wirapaksi untuk berusaha dapat mengarahkan pandangan
hidupnya yang telah berubah itu"
"Baiklah kakangmbok. Aku akan melakukannya" jawab
Pangeran Indrasunu "aku akan segera kembali ke Kediri
dan bertemu dengan beberapa orang. Tetapi aku curiga
terhadap Pangeran Kuda Padmadata. Ia ternyata telah
menodai dirinya sendiri dengan mengambil seorang gadis
padesan menjadi isterinya. Justru isterinya yang diambilnya
dari tataran para bangsawan telah tidak berada di istananya
sepeninggal adiknya yang terbunuh itu"
"Tinggalkan orang itu" berkata kakak perempuannya
"jika Pangeran Kuda Padmadata memang meragukan, kau
tidak usah berbicara dengannya. Masih banyak orang-yang
akan dapat mengerti tentang sikapmu itu. Dan tentu masih
banyak orang yang ikut prihatin atas peristiwa. yang baru
saja terjadi di halaman istana ini"
Pangeran Indrasunu mengangguk-angguk. Ternyata
bahwa kakak perempuan mempunyai sikap yang berbeda
dengan kakak iparnya. Dengan sikap itu, maka ia masih
berpengharapan, bahwa pada suatu saat, ia akan dapat
menebus kekalahannya yang berarti bukan saja kekecewaan
karena ia tidak dapat membawa gadis cantik itu, tetapi juga
harga dirinya. Menurut pengamatan Pangeran Indrasunu dan kakak
iparnya, Pangeran Wirapaksi sudah tidak berdiri diatas
tatarannya. Bahkan agaknya para pemimpin pemerin tahan
di Singasaripun menganggap bahwa orang-orang dari
tataran yang paling rendahpun akan mendapat perlakuan
yang sama dengan para Pangeran.
Karena itu, maka Pangeran Indrasunupun akan
melakukan sesuatu untuk merubah tataran hidup khususnya
kakak iparnya. Dengan bekal sikap itulah, maka dihari
berikutnya Pangeran Indrasunu mohon diri kepada kakak
iparnya untuk kembali ke Kediri setelah beberapa waktu ia
berada di Singasari. Dalam pada itu, niatnya yang dilambari oleh dendam
dan kekecewaan, pribadi itu, benar-benar akan
dilaksanakannya. Karena itu, demikian ia sampai di Kediri,
iapun mulai mencari kemungkinan untuk melakukan
niatnya. Tetapi pada saat ia menjajagi sikap beberpa orang
Pangeran yang masih terikat hubungan keluarga-dan
diantara mereka adalah saudara sepupunya, maka pangeran
Indrasunu menjadi kecewa. Beberapa orang Pangeran, yang
bukan Pangeran Kuda Padmadata justru telah
menasehatinya, bahwa sebenarnyalah jarak antara orangorang
yang disebut orang kecil dan para bangsawan
memang sudah sepatutnya diperkecil.
"Bukan karena kami takut terhadap tindakan orangorang
Singasari, tetapi ternyata bahwa kami sependapat
dengan sikap itu" berkata seorang Pangeran yang lebih tua
dari Pangeran Indrasunu. Betapa kecewanya Pangeran Indrasunu mendengar
jawaban beberapa orang yang dihubunginya! Seolah-olah ia
telah tersisih pada satu sikap yang berbeda dengan orangorang
disekitarnya. Tetapi Pangeran Indrasunu tidak putus asa. Ia masih
tetap berusaha untuk mendapatkan dukungan atas sikapnya
itu. Karena usahanya yang tidak mengenal lelah, maka
akhirnya, Pangeran Indrasunu bertemu juga pendiriannya
dengan beberapa orang Pangeran muda.
"Kediri sudah benar-benar lumpuh" geram Pangeran
Indrasunu "Jika sikap para bangsawannya masih tetap
seperti budak-budak belian, maka Kediri untuk selamanya
tidak akan pernah bangkit"
"Kitalah yang wajib berbuat sesuatu" jawab seorang
pangeran muda yang lain "aku mempunyai sepasukan
pengawal yang setia. Demikian pula agaknya setiap orang
diantara kita. Karena itu, jika kita benar-benar bertekad,
maka kita akan mampu berbuat sesuatu"
"Tentu tidak cukup" desis seorang Pangeran yang lebih
tua. Bertubuh kecil, tidak terlalu tinggi. Namun natiuya
bergejolak seperti kawah gunung berapi "aku mempunyai
seorang kakak yang mempunyai kesempatan paling baik
melakukannya" "Siapa?" bertanya Pangeran Indrasunu.
"Pangeran Suwelatama. Kakangmas Suwelatama yang
menjadi Akuwu di Kabanaran" jawab Pangeran yang
bertubuh kecil. Wajah pangeran Indrasunu tiba-tiba menjadi cerah.
Sambil mengangguk-angguk berkata "Bagus. Bagus sekali.
Kita akan membangunkan satu tata kehidupan yang paling
baik di daerah Pakuwon itu. Kita akan melakukan yang
bertentangan sepenuhnya dengan apa yang pernah
dilakukan oleh Ken Arok. Anak pidak pedarakan yang
pernah menjadi orang buruan di padang Karautan. Orang
itulah yang mula-mula telah merusak tatanan hidup di
Tumapel, karena ia sendiri orang pidak pedarakan.
Isterinya, bekas isteri Tunggul Ametung seorang gadis
padepokan, sehingga mereka ingin mengangkat derajad
tataran yang paling rendah"
"Kakangmas Suwelatama tentu akan berbuat sebaliknya.
Kabanaran akan menjadi landasan tatanan kehidupan yang
mapan dengan tataran-tataran yang seharusnya" berkata
Pangeran Indrasunu "dengan landasan Akuwu Suwelatama
aku akan memberi peringatan kepada kakangmas
Wirapaksi, bahwa tatanan kehidupan di Singasari dan
Kediri sudah rusak" "Siapa tahu, bahwa kakangmas Suwelatama akan
mendapat dukungan cukup setelah ia berhasil menunjukkan
sesuatu yang berharga. Bukankah Ken Arokpun mulai dari
Pakuwon Tumapel, kemudian mengalahkan Kediri dan
menyebut negerinya Singasari?"
"Kabanaran akan bangkit. Kediri dan Singasari pada
saatnya akan tunduk di bawah kaki Akuwu Suwelatama"
berkata Pangeran Indrasunu pula. Lalu "Tentu Akuwu
Suwelatama tidak akan lebih buruk dari Akuwu Ken Arok
pada waktu itu" Dengan demikian maka beberapa orang Pangeran telah
sepakat untuk menemui Akuwu Kabanaran, yang
sebenarnya juga seorang Pangeran. Tetapi nampaknya ia
merasa lebih bebas dan lebih dapat merasakan kekuasaan
yang ada ditangannya sebagai seorang Akuwu.
Para Pangeran yang merasa memiliki kekuatan masingmasing
akan dapat mendukung kekuatan yang ada di
Kabanaran. Sehingga dengan demikian, maka yang akan
dilakukan oleh Akuwu Suwelatama akan lebih mudah
daripada yang dilakukan oleh Ken Arok.
Demikianlah, maka para Pangeran itu telah bersepakat
untuk pergi ke Kabanaran untuk menemui Pangeran
Suwelatama. Menurut pendapat mereka, semakin cepat
akan semakin haik. "Tetapi aku harus berbicara pula dengan guru" berkata
Pangeran Indrasunu "guru Wasi Sambuja harus
mengetahui rencana ini. Mungkin dengan beberapa orang
seperguruannya, ia akan dapat membantu kami, karena
sebenarnyalah di Singasari terdapat orang-orang yang
memiliki ilmu yang tinggi diantara para prajurit dan
Senopati" "Kau sangka di Kediri tidak ada orang-orang yang
sakti?" bertanya seorang Pangeran.
"Tetapi apakah orang itu bersedia bekerja bersama kita,
itulah soalnya" jawab Pangeran Indrasunu.
Para Pangeran yang lainpun mengangguk-angguk.
Mereka sependapat dengan pikiran Pangeran Indrasunu.
Namun dalam pada itu, maka para Pangeran itu pun
benar-benar telah mengambil satu sikap. Mereka telah
Panasnya Bunga Mekar Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menentukan, dikeesokan harinya, mereka akan pergi
menemui Akuwu Suwelatama.
Empat orang Pangeran yang masih muda, telah pergi
menemui Akuwu Suwelatama. Diantara mereka adalah
Pangeran Indrasunu dan Pangeran yang bertubuh kecil,
adik Akuwu Suwelatama, yang lebih senang tinggal di
Pakuwon daripada didalam istana di Kota Raja Kediri.
Kedatangan mereka telah mengejutkan Akuwu
Suwelatama. Sudah agak lama adiknya tidak berkunjung ke
istananya yang terpisah dari Kota Raja. Tiba-tiba adiknya
yang bertubuh kecil itu telah datang bersama beberapa
orang Pangeran yang lain.
"Nampaknya ada sesuatu yang penting" bertanya
Pangeran Suwelatama yang lebih senang menjadi Akuwu
itu setelah ia menanyakan keselamatan tamu-tamunya.
"Tidak kakangmas" jawab Pangeran yang bertubuh kecil
itu "kami hanya ingin mengunjungi kakangmas. Kami
merasa terlalu pepat dan terkurung di Kota Raja, Di sini
kami menghirup udara yang segar, dan yang seakan-akan
bebas menghisap udara seberapapun kami ingini"
Akuwu Suwelatama tertawa. Katanya "Sukurlah. Jika
kalian kerasan disini, tinggallah disini. Sebenarnyalah
bahwa hidup di Pakuwon jauh lebih senang daripada hidup
berjejal di Kota Raja dengan segenap bentuk kehidupan
yang memuakkan. Disini aku dapat berbuat segalanya yang
sesuai dengan sikap dan pandangan hidupku. Meskipun itu
bukan berarti bahwa Pakuwon ini melepaskan diri dari
kuasa Kediri dan bahkan Singasari, tetapi aku dapat
mengatur tata kehidupan sehari-hari sesuai dengan tata cara
yang paling baik menurut pendapatku"
"Benar kakangmas" jawab Pangeran yang bertubuh kecil
itu "apalagi pada saat-saat Kediri sudah kehilangan
kewibawaannya. Seolah-olah Kediri sudah tidak lagi
mempunyai tatanan kehidupan sesuai dengan adat yang
berlaku dari abad ke abad"
"Apa yang kau maksud adimas?" bertanya Akuwu
Suwelatama. Pangeran bertubuh kecil itu tertawa. Jawabnya "Tidak
apa-apa. Tetapi barangkali kakangmas juga mengetahui,
bahwa ada perubahan di dalam tatanan kehidupan di
Kediri, terlebih-lebih lagi di Singasari. Tataran kehidupan
tidak lagi dihormati, dan bahkan para Pangeran dan para
bangsawan telah lupa akan dirinya"
Akuwu Suwelatama tertawa. Katanya "Jadi baru
sekarang kau sadari hal itu?"
"Ya" jawab adiknya. Lalu "Saudara-saudara kita inipun
terlambat menyadari keadaan"
"Karena itu, aku lebih senang berada di sini" jawab
Akuwu Suwelatam "disini aku bagaikan seorang Maharaja.
Semua orang menghormati aku dan keluargaku
sebagaimana mereka harus hormat kepada junjungannya"
Pangeran-pangeran muda yang datang ke Pakuwon
itupun mengangguk-angguk. Pangeran Indrasunu kemudian
berkata "Tataran yang demikian sudah dihinakan di
Singasari. Mungkin maksudnya bukan saja menghina
tataran itu sendiri, tetapi justru karena aku seorang
bangsawan dari Kediri"
Akuwu Suwelatama mengerutkan keningnya. Dengan
nada dalam ia bertanya "Apa yang sudah terjadi adimas
Indrasunu" Pangeran Indrasunu menarik nafas dalam-dalam. Setelah
memandang Pangeran bertubuh kecil itu sekilas, maka
iapun kemudian menceriterakan apa yang telah terjadi atas
dirinya. Wajah Akuwu Suwelatamapun nampak berkerut.
Demikian Pangeran Indrasunu selesai berceritera dengan
menambah di beberapa bagian dari peristiwa-peristiwa yang
sebenarnya terjadi, Akuwu itupun bertanya "Jadi kau gagal
mengambil gadis itu?"
"Ya, kakangmas" jawab Indrasunu.
"Dan Pangeran Wirapaksi sama sekali tidak berusaha
mempergunakan kekuasaan untuk menolong adimas?"
bertanya Akuwu itu pula. -oo0dw0oo- Jilid 25 PANGERAN Indrasunu menggeleng.
"Terlalu" desis Akuwu Suwelatama "dengan demikian
maka adalah, salah para bangsawan itu sendiri bahwa
mereka tidak lagi dihormati orang"
"Sementara itu, di Kediripun berlaku hal yang sama"
desis Pangeran bertubuh kecil itu "Apakah kakangmas
sudah mendengar persoalan yang timbul di istana Pangeran
Kuda Padmadata?" "Aku sudah tahu. Ia memilih perempuan pidak
pedarakan itu daripada isterinya yang sepadan" jawab
Akuwu Suwelatama "seharusnya Pangeran Kuda Padma
data tidak berbuat demikian. Ia dapat saja mengambil anak
padesan itu sebagai selirnya"
"Nah, ternyata aku justru dihinakan di Singasari"
berkata Pangeran Indrasunu kemudian.
"Hal serupa itu tidak akan terjadi disini" berkata Akuwu
Suwelatama "apa saja yang kalian kehendaki akan terjadi.
Jangan pikirkan lagi apa yang terjadi di Singasari itu. Besok
adimas Indrasunu dapat berjalan-jalan dan melihat-lihat.
Perempuan-perempuan cantik di padesan akan merasa
sangat bangga, belum lagi diambil sebagai selir, bahkan di
pandangpun rasa-rasanya mereka harus mendapat wahyu"
Pangeran Indrasunu mengangguk-angguk. Tetapi
sebenarnya bukan itu yang dikehendakinya. Ia ingin
membalas sakit hatinya dengan menebus kekalahannya.
Bahkan jika mungkin dengari peristiwa yang jauh lebih
besar dari yang pernah terjadi di Singasari itu. Bukan
sekedar menga lahkan Mahisa Agni, Mahisa Bungalan,
Mahendra dan Witantra di arena perang tanding, tetapi
Singasari dalam keseluruhan memang harus dirombak sama
sekali. Seluruh tatanan kehidupannya. Bahkan jika
mungkin hubungan antara Kediri dan Singasari itu sendiri.
Meskipun persoalan itu sudah jauh melampaui persoalan
pokoknya. Tetapi Pangeran Indrasunu cukup cerdik untuk tidak
dengan tergesa-gesa menyampaikan maksudnya. Karena
itu, maka iapun mengangguk-angguk sambil menahan
segala gejolak hatinya untuk pada suatu saat yang paling
baik, menyampaikannya kepada Akuwu Suwelatama.
Bersama tiga orang Pangeran lainnya, Pangeran
Indrasunu tinggal di Pakuwon yang dipimpin oleh
Pangeran Suwelatama. Rasa-rasanya mereka memang
dapat melupa kan gejolak hati mereka dengari melihat-lihat
sawah yang hijau. Sungai yang bening mengalir di tengahtengah
bulak yang panjang. Bendungan yang panjang yang
mengangkat air ke sawah lewat parit yang bercabangcabang.
Namun demikian, Pangeran Indrasunu tidak pernah
inelupakan maksud kedatangannya yang sebenarnya. Di
Pakuwon itu ia memang melihat gadis-gadis yang tersipusipu
jika Pangeran-Pangeran muda itu memandangi
mereka. Bahkan mereka menjadi ketakutan jika salah
seorang dari Pangeran itu mendekatinya. Namun dalam
pada itu, hati mereka pun rasa-rasanya menjadi kembang
sebesar Gunung. Baru setelah Pangeran-Pangeran muda itu berada di
Pakuwon itu beberapa hari, maka mereka mulai
menyinggung masalah-masalah yang mereka kehendaki,
sedikit demi sedikit. "Harus ada perubahan dalam tatanan kehidupan di
Kediri" berkata Pangeran Indrasunu.
Pangeran Suwelatama itupun termangu-mangu. Namun
agaicnya adiknya yang bertubuh kecil itupun
meyakinkannya, bahwa yang dikatakan itu sebenarnyalah
demikian. Akuwu Suwelatama yang semula ragu-ragu menanggapi
sikap anak-anak muda itu, akhirnya telah terbuka pula.
Pangeran yang lebih senang tinggal diluar Kota Raja itupun
mengerti, apa yang sebenarnya dikehendaki oleh Pangeran-
Pangeran muda itu. "Kenapa kalian datang kemari?" tiba-tiba saja Pangeran
Suwelatama itu bertanya kepada adiknya "Apakah kau
melihat kemungkinan yang paling kecil sekalipun, bahwa
aku akan sependapat dengan kalian"
"Aku mengerti sikap kakangmas" jawab adiknya,
Pangeran yang bertubuh kecil "kakangmas lebih senang
tinggal di tempat ini, karena kakangmas tidak sependapat
dengan perkembangan keadaan. Namun agaknya
kakangmas terlalu baik hati, atau kakangmas memang tidak
ingin melihat orang-orang gila itu kehilangan tempatnya"
"Tetapi itu belum berarti bahwa, aku telah menentukan
satu sikap" jawab Akuwu Suwelatama.
"Yang kakangmas lakukan sudah satu sikap. Namun
terserahlah kepada kakangmas untuk mengembangkan
sikap itu. Kami hanya ingin menyampaikan kepada
kakangmas, bahwa kami mulai merintis jalan untuk
mengambil langkah yang panjang. Yang terjadi atas
kakangmas Indrasunu dan ketidak-mampuan kakangmas
Wirapaksi untuk mengambil langkah yang paling baik,
hanyalah satu persoalan diantara banyak persoalan yang
harus kita tanggapi"
Akuwu Suwelatama tertawa. Katanya "Kalian masih
terlalu muda untuk menentukan langkah. Kalian hanya
terburu oleh perasaan tidak puas dan gelisah. Meskipun aku
percaya bahwa kalian mempunyai kekuatan, bahkan juga
kalian mempunyai latar belakang perguruan kalian masingmasing,
tetapi kalian hanyalah debu bagi Kediri dan apalagi
Singasari" "Kami menyadari" sahut Pangeran Indrasunu "karena
itu kami tidak berbuat apa-apa sekarang ini. Yang ada
didalam diri kami barulah angan-angan, keinginan dan
gambaran dari satu masa yang menurut penilaian kami
cukup baik dan berarti. Justru karena kami merasa
kekecilan kami, maka kami telah datang kemari. Karena
sebenarnyalah kami tahu, Pakuwon ini adalah Pakuwon
yang besar dan tidak lebih buruk keadaannya dengan
Tumapel" Akuwu Suwelatama tertawa semakin keras. Katanya
"Seolah-olah kalian pernah melihat Pakuwon Tumapel
pada masa Akuwu Tunggul Ametung yang dibunuh oleh
Ken Arok yang kemudian memperisterikan Ken Dedes
setelah ia berhasil mengelabui para Senopati dengan me
nuduh Kebo Ijo sebagai pembunuhnya"
"Tetapi kami mempunyai kemampuan berangan-angan"
jawab Pangeran Indrasunu.
Akuwu Suwelatama mengangguk-angguk. Katanya
kemudian "Aku memang tidak dapat menyembunyikan
sikapku, sehingga adikku dapat mengetahui. Namun aku
sudah berusaha untuk menyingkir sehingga ketidak puasan
itu tidak akan berkembang. Tetapi ternyata bahwa keadaan
tidak menjadi semakin baik, tetapi justru menjadi semakin
buruk. Tentu saja bagi Kediri dan tatanan kehidupannya.
Mungkin dalam hubungan lahiriah keadaan bertambah
baik. Banyak orang yang sudah mulai merasa betapa
mereka hidup tenang dan sejahtera. Namun ada segi-segi
yang perlahan-lahan akan runtuh di Kediri dan di Singasari
sendiri. Namun sejarah pertumbuhan Kediri berbeda
dengan pertumbuhan Singasari"
"Jadi bagaimana menurut kakangmas?" bertanya
Pangeran bertubuh kecil. "Jangan menyudutkan aku mengambil sikap dengan
tergesa-gesa seperti anak-anak yang masih muda. Aku harus
berpikir dan membuat perhitungan. Meskipun pada
dasarnya kau tahu sikap hatiku, tetapi aku tidak akan dapat
mengorbankan banyak hal yang ada disekitarku, terutama
yang berujud kewadagan" berkata akuwu itu. Lalu "Karena
itu, aku akan mendengarkan keluhanmu, sikap hatimu dan
angan-anganmu bagi masa depan. Aku akan membuat
pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan
keadaanku sekarang" "Kami sudah melihat betapa besar dan kuatnya
Pakuwon ini" jawab adiknya.
Akuwu Suwelatama tersenyum. Ditepuknya bahu
adiknya sambil berkata "Kau puji aku seperti kau memuji
anak-anak. Tetapi aku berterima kasih juga kepadamu"
Adiknya yang bertubuh kecil itupun tersenyum. Namun
dalam pada itu Pangeran Indrasunu berkata "Segalanya
tergantung kepada kebijaksanaan Akuwu Suwelatama.
Kami tidak akan berarti apa-apa. Betapapun kami berusaha,
semuanya itu tidak lebih dari sebuah permainan yang
buruk" "Kalian memang aneh-aneh" sahut Akuwu Suwelatama
"belajarlah pada pengalaman. Pujian-pujian tidak akan
mendorong seseorang yang cukup dewasa untuk
membenarkan sikap yang kalian kehendaki. Kecuali kalian
dapat meyakinkan kebenaran dari jalan pikiran kalian. Itu
saja" Pangeran Indrasunu mengerutkan keningnya. Namun
iapun kemudian menundukkan kepalanya.
"Baiklah" berkata Akuwu Suwelatama "kita masih akan
berbicara lagi. Tetapi ketahuilah, bahwa kemenangan Ken
Arok atas Kediri pada waktu itu, adalah karena ke tidak
mampuan orang-orang Kediri sendiri mengurus
pemerintahan. Perbedaan pendapat antara kaum Brahmana
dan Kesatria adalah sumber dari keruntuhannya. Ken Arok
yang cerdik dan licik itu berhasil mema'nfaatkan keadaan
ini. Jangan kau kira, bahwa karena kebesaran Akuwu
Tumapel itu sajalah unsur kemenangan Tumapel atas
Kediri" Keempat Pangeran yang masih muda itu menarik nafas
dalam-dalam. Ternyata yang di bayangkan tidak semudah
itu untuk dilaksanakannya.
Namun demikian, Pangeran Suwelatama tidak
mengecewakan keempat Pangeran itu. Meskipun tidak,
jelas, Akuwu itu bersedia untuk membantu mereka, agar
tata kehidupan di Kediri dan Singasari dapat berubah
Panasnya Bunga Mekar Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sebagaimana seharusnya. "Disamping itu aku akan membina Pakuwon ini"
berkata Akuwu Suwelatama "tetapi aku tentu tidak akan
dapat berbuat tergesa-gesa seperti kalian. Aku akan
membuat perhitungan yang cermat. Aku akan melangkah
jika kau sudah yakin"
Keempat Pangeran itu mengangguk-angguk. Namun
adiknya yang bertubuh kecil itu masih sempat bertanya
"Kapan kita akan mendapat ketetapan, apa yang akan
kakangmas lakukan" Dan barangkali kapan kakangmas
akan mulai?" "Aku akan memberitahukan semuanya kepada keadilan"
jawab Akuwu Suwelatama "tetapi sementara ini kalian
jangan berbuat apa-apa. Jika kalian salah langkah, maka
kalian akan terjerumus kedaiam kesulitan"
"Baiklah" jawab Pangeran Indrasunu" kami tidak akan
berbuat apa-apa selain bersiap-siap menghadapi masa itu.
Masa yang akan memutar kembali jalannya sejarah Kediri
yang buram ini" "Ah" desah Pangeran Suwelatama "kita tidak tergesagesa.
Kita harus berpikir masak-masak. Dengan demikian
kita akan mampu mencapai cita-cita itu"
Keempat Pangeran yang masih muda itu sama sekali
tidak dapat memaksa Akuwu Suwelatama. Ternyata bahwa
Akuwu Suwelatama tidak secepat mereka mengambil
keputusan. "Orang-orang tua selalu lamban" desis Pangeran yang
bertubuh kecil itu ketika mereka duduk berempat di serambi
istana Akuwu Suwelatama. "Akuwu Suwelatama belum termasuk tua. Ia masih
termasuk muda dalam usia" jawab Pangeran Indrasunu.
"Tetapi kita harus menghargai pikirannya" berkata
Pangeran yang seorang lagi "kita memang tidak boleh
tergesa-gesa" "Tetapi juga tidak tanpa batas" sahut yang lain.
"Kita akan menunggu" berkata Pangeran Indrasunu
"mungkin sampai kita menjadi tua. Tetapi mungkin juga
Akuwu Suwelatama bekerja lebih cepat dari yang kita
duga" Dalam pada itu, keempat Pangeran, itupun merasa tidak
perlu lagi berada di Pakuwon itu lebih lama lagi.
Merekapun segera minta diri, sehingga di Kediri mereka
akan dapat mempersiapkan para pengikut masing-masing.
"Kalian dapat tinggal disini lebih lama lagi" Akuwu
Suwelatama berusaha mencegah mereka.
Tetapi keempat Pangeran itu tidak betah lagi tinggal di
Pakuwon itu oleh gejolak darah mereka. Seolah-olah
mereka terpanggil untuk segera pulang kembali dan dengan
pengorbanan apapun juga, berusaha menyelamatkan Kediri
dari kehancuran yang lebih dalam.
Sepeninggal keempat Pangeran itu, Akuwu Suwelatama
justru menjadi sangat prihatin. Ia menjadi bingung
menanggapi sikap anak-anak muda itu. Rasa-rasanya
mereka sajalah yang mempunyai pandangan dan sikap yang
paling benar dan tepat. Adalah wajar bahwa jiwa anak-anak
muda itu masih saja meledak-ledak. Tetapi tentu harus pada
sasaran yang tepat dan menguntungkan.
Dalam kegelisahan itu, maka Akuwu Suwelatama
berniat untuk mendapatkan keterangan lebih lengkap dari
yang didengarnya dari keempat Pangeran itu. Maka yang
paling baik dilakukan menurut pertimbangannya adalah
menghubungi guru Pangeran Indrasunu sebelum Pangeran
Indrasunu sendiri melakukannya, dan barangkali Indrasunu
akan menyebut-nyebut dirinya dengan sikap yang keliru.
Karena itu, maka Akuwu Suwelatamapun memutuskan
untuk segera berangkat di keesokan harinya. Bersama
beberapa orang pengawalnyaiapun telah pergi ke
padepokan Wasi Sambuja yang menurut Pangeran
Indrasunu telah mengalami cidera pula di Singasari karena
ia harus berhadapan dengan seorang yang bernama
Witantra. Jarak yang harus ditempuh oleh Akuwu Suwelatama
bukan jarak yang dekat. Tetapi karena persoalan yang akan
dibicarakannyapun merupakan persoalan yang penting dan
akan dapat berpengaruh bukan saja bagi Kediri, tetapi juga
ketenangan pemerintahan Singasari, maka Akuwu
Suwelatama menganggap perlu untuk pergi sendiri
menemuinya. Ia merasa segan untuk memerintahkan para
Senopatinya datang memanggil Wasi Sambuja.
Namun sebenarnyalah Akuwu Suwelatama adalah
seorang yang memiliki banyak kelebihan. Perjalanan yang
betapapun beratnya pernah dilakukannya. Apalagi pada
masa mudanya. Ia adalah seorang petualang yang
menjelajahi lembah dan pegunungan.
Kedatangannya di padepokan Wasi Sambuja telah
mengejutkan orang tua itu. Wasi Sambuja masih selalu
berada di sanggarnya untuk memulihkan tubuhnya.
Benturan Ilmu yang terjadi antara dirinya dengan Witantra,
telah melukai bagian dalam tubuhnya, sehingga ia harus
berbuat sebaik-baiknya untuk menyembuhkannya.
Dengan hati yang berdebar-debar, maka Wasi Sambuja
yang mendapat kabar kedatangan Akuwu Suwelatama dari
seorang cantriknya menjadi heran. Adalah satu nal yang
aneh, bahwa Akuwu Suwelatama dan sebuah Pa-kuwon
yang jauh telah datang menemuinya di padepokannya.
"Dalam hubungan apa maka ia datang kemari?"
bertanya Wasi Sambuja di dalam hatinya.
Bahkan iapun kemudian merasa cemas, bahwa
kedatangan Akuwu Suwelatama telah mengemban
perinlah, apakah dari Kediri atau dari Singasari untuk
menangkapnya, karena Pangeran Wirapaksi dapat menarik
kesimpulan, bahwa ia sudah memberontak melawan
kekuasaan Singasari di Kediri.
Namun akhirnya Wasi Sambuja berhasil menenangkan
dirinya. Ia sudah mengenai Akuwu Suwelatama meskipun
belum terlalu akrab. Demikianlah, setelah membenahi diri, maka Wasi
Sambuja yang masih belum pulih itupun keluar dari
sanggarnya. Keadaan tubuhnya ilupun menjadi,
pertimbangannya. Jika ia terpaksa melindungi dirinya,
maka ia tidak sedang berada pada puncak kekuatannya.
Apalagi ia tahu benar, bahwa Akuwu Suwelatama termasuk
seorang Akuwu yang luar biasa yang telah meninggalkan
Kota Raja Kediri untuk tinggal di sebuah Pakuwon.
Dengan berdebar-debar Wasi Sambuja kemudian
menerima Akuwu Suwelatama yang telah menempuh
perjalanan yang sangat jauh itu. Dengan tergesa-gesa para
cantrikpun telah menyiapkan jamuan sekedarnya. Air
hangat dan beberapa potong makanan.
Setelah saling bertanya tentang keselamatan masingmasing,
serta setelah Akuwu Suwelatama minum beberapa
teguk, maka Wasi Sambujapun kemudian bertanya dengan
nada rendah "Kedatangan Pangeran telah mengejutkan
kami yang tinggal di padepokan ini"
Pangeran Suwelatama tersenyum. Kemudian katanya
"Paman Wasi Sambuja, sebenarnyalah kedatanganku ini
membawa masalah yang aku anggap penting"
Wasi Sambuja mengerutkan keningnya. Sambil menarik
nafas dalam-dalam ia bertanya "Pangeran membuat aku
menjadi berdebar-debar"
Pangeran Suwelatamapun mulai menyentuh kepenting
airnya datang ke padepokan itu. Namun demikian ia
berusaha untuk menyampaikannya dengan hati-hati
"Paman. Bukankah adimas Pangeran Indrasunu itu murid
dari -perguruan ini?"
Wasi Sambuja mengangguk-angguk. Jawabnya "Benar
Pangeran. Pangeran Indrasunu adalah salah seorang dari
muridku di padepokan ini"
Pangeran Suwelatama mengangguk-angguk. Katanya
kemudian "Pangeran Indrasunu telah datang ke Pakuwon.
Ia sudah mengatakan segala yang dialaminya di Singasari.
Adimas Indrasunu juga berceritera tentang perang
tanding terbatas di halaman Pangeran Wirapaksi"
Wasi Sambuja mengangguk-angguk. Kemudian dengan
nada dalam ia berkata "Aku memang sudah merasa, bahwa
dengan tindakanku itu aku akan dapat dikenakan tuduhan,
bahwa aku sudah melawan pemerintahan Singasari"
"Tidak" Pangeran Suwelatama menyahut "masalah
bukan itu. Tetapi yang kemudian berkembang benar-benar
mengarah ke sikap itu"
Wasi Sambuja menjadi bingung. Kemudian dengan raguragu
ia bertanya "Apakah maksud Pangeran?"
Pangeran Suwelatamapun kemudian mengatakan
rnaksud kedatangan Pangeran Indrasunu dengan ketika
orang Pangeran yang lain, termasuk adiknya sendiri.
Wasi Sambuja termangu-mangu sejenak. Namun
kemudian katanya "Pangeran Indrasunu memang seorang
yang keras hati. Akupun telah ikut bersalah, bahwa selama
ini aku selalu membesarkan hatinya. Aku telah dicengkam
oleh satu kebanggaan bahwa aku telah diangkat menjadi
seorang guru bagi seorang Pangeran"
"Kedatanganku ini paman" berkata Pangeran
Suwelatama "Aku ingin mendapat penjelasan langsung dari
paman Wasi Sambuja, guru adunas Pangeran Indrasunu,
bagaimanakah pendapat paman tentang niat adunas
Indrasunu dan saudara-saudara sepupunya itu"
"Pangeran" jawab Wasi Sambuja "sebenarnyalah bahwa
Pangeran Wirapaksipun menjadi sangat kecewa atas
tingkah laku adik iparnya. Bahkan aku sendiripun telah
mendapat tanggapan yang kurang baik dari Pangeran
Wirapaksi. Aku menyangka, bahwa kedatangan Pangeran
kali ini adalah karena Pangeran menjalankan tugas untuk
menangkap aku" "Aku ingin pendapatmu paman" berkata Pangeran
Suwelatama "katakan dengan jujur, bagaimana
pertimbanganmu" Wasi Sambuja menarik nafas dalam-dalam. Kemudian
katanya "Sudah aku katakan Pangeran, bahwa aku telah
memanjakannya, justru karena aku menganggap bahwa
kedudukanku memberikan nilai yang tinggi bagi padepokan
ini. Baru pada saat terakhir aku menyadari, bahwa
langkahku telah keliru. Dan aku menyesal karenanya"
"Jadi paman dapat mengerti jalan pikiran Pangeran
Wirapaksi?" bertanya Akuwu Suwelatama.
"Aku mengerti" jawab Wasi Sambuja "Aku justru
menjadi menyesal, bahwa aku telah berbuat aneh-.aneh di
Singasari" Pangeran Suwelatama mengangguk-angguk. Katanya
"Jika demikian, kita sependapat. Aku yakin bahwa pada
suatu saat, adimas Pangeran Indrasunu tentu akan dapat
kemari untuk menyampaikan niatnya dan sudah barang
tentu akan minta kepada gurunya untuk membantunya.
Teatu demikian pula dengan Pangeran-pangeran yang lain.
Tetapi menurut perhitunganku, Pangeran Indrasunulah
yang akan menjadi penggeraknya, karena ialah yang telah
dikecewakan oleh sikap orang-orang Singasari. Karena
itulah, maka aku telah datang kemari"
"Apakah maksud Pangeran yang sebenarnya. Aku ingin
Pangeran mengatakan dengan bahasa yang jelas dan pasti"
bertanya Wasi Sambuja. "Aku menolak pikiran anak-anak muda cupet budinya
itu" jawab Akuwu Suwelatama "menurut pikiranku, jika
ada hal yang tidak memenuhi selera mereka, sebaiknya
dikaji lebih dahulu, apakah yang terjadi itu akan merusak
nilai-nilai kehidupan dalam arti sebenarnya. Sebab
perubahan-perubahan lahiriah belum tentu berarti pula
perubahan-perubahan yang mendalam sampai kepada sikap
jiwani. Sebaliknya, unsur-unsur lahiriah yang nampak
masih tetap pada ujudnya, belum tentu tidak membawa
perubahan yang justru mendasar. Apalagi bahwa yang
sebenarnya dilakukannya adalah sekedar kekecewaan
pribadi semata-mata" Akuwu Suwelatama berhenti sejenak,
lalu "tetapi sebaliknya, aku menghargai sikap anak-anak
muda yang tidak gentar melihat pembaharuan namun yang
masih tetap berakar kepada alas jiwa kita"
Wasi Sambuja mengangguk-angguk. Katanya "Aku
sependapat dengan Pangeran. Aku menyesali, apa yang
selama ini telah aku lakukan. Aku akan mencoba
memberikan nasehat kepada Pangeran Indrasunu apabila ia
datang kepadaku. Tetapi Pangeran itupun tentu menjadi
kecewa, justru karena aku tidak berhasil memenuhi
keinginannya ketika ia berada di Singasari"
"Terima kasih" berkata Pangeran Suwelatama. Namun
kemudian katanya "Tetapi paman, kita tidak akan dapat
dengan serta-merta menolak. Akupun tidak berani
mengatakan kepada anak-anak itu langsung pada saat jiwa
mereka sedang bergejolak. Aku mencoba mencari sandaran
yang kemudian dengan perlahan-lahan dapat, mengarahkan
pikiran mereka. Aku sadar, jika mereka kecewa, maka
mereka akan dapat melakukan sesuatu yang sangat
mengejutkan. Karena itu, aku ingin mencari-jalan yang
paling baik untuk memperingatkan agar mereka tidak
melakukan sesuatu yang tidak akan bermanfaat. Baik bagi
mereka sendiri, apalagi bagi orang banyak"
Wasi Sambuja mengangguk-angguk. Katanya "Aku
merasa semakin bersalah. Baiklah. Aku akan berusaha
Pangeran" "Ketika anak-anak itu menyampaikan maksudnya
kepadaku, maka aku menunjukkan sikap yang nampak
ragu, justru untuk mencegah agar mereka tidak segera
mengambil sikap" berkata Pangeran Suwelatama "dengan
demikian, aku sempat memikirkan apa yang sebaiknya aku
lakukan" "Ya Pangeran" desis Wasi Sambuja.
"Seolah-olah kita sedang menghadapi anak-anak yang
bermain-main dengan pisau. Kita tahu, bahwa hal itu
berbahaya. Tetapi jika kami memaksa untuk mengambil
pisau itu, anak itu tentu akan menangis"
"Jadi?" bertanya Wasi Sambuja.
"Kita akan mengambilnya, namun sementara itu kita
Panasnya Bunga Mekar Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
harus mempersiapkan permainan yang lain, yang dapat
memberinya kepuasan seperti mereka bermain-main dengan
pisau, namun yang dapat memberikan manfaat kepada
mereka" Wasi Sambuja menarik nafas dalam-dalam. Namun
sebelum ia berkata sesuatu, Pangeran Suwelatama telah
mendahuluinya "Mengucapkannya memang jauh lebih
mudah daripada melakukannya"
Wasi Sambuja mengangguk-angguk. Namun katanya
"Tetapi kita harus mencobanya. Dan aku juga akan
mencobanya" "Terima kasih" sahut Pangeran Suwelatama "agaknya
kedatanganku ke padepokan ini tidak sia-sia"
Ternyata keduanya mendapat kesepakatan sikap. Karena
itu, maka mereka berharap, bahwa Pangeran Indrasunu
dengan ketiga orang saudaranya itu tidak akan terperosok
ke dalam sikap yang kurang sewajarnya.
Dalam pada itu, setelah bermalam semalam di
padepokan itu, maka di keesokan harinya Akuwu Suwelatamapun
minta diri. Diiringi oleh para pengawalnya, iapun
kembali ke Pakuwonnya. Namun ia sudah mendapatkan
bekal yang lebih mantap atas sikapnya.
Namun Akuwu Suwelatama masih belum berniat
menyampaikan persoalan itu kepada para pemimpin di
Kediri. Ia masih berusaha untuk mencari jalan keluar. Jika
hal itu didengar oleh para pemimpin di Kediri, apalagi
Singasari, maka mereka akan mengambil sikap yang lebih
keras, yang belum tentu akan dapat menyelesaikan
persoalan dengan baik dan tanpa mengorbankan pihak yang
manapun juga. Yang dapat dilakukan oleh Akuwu Suwelatama justru
menunggu, bahwa pada suatu saat, Pangeran-pangeran
muda itu akan datang kepadanya, dengan pikiran-pikiran
yang tentu sudah berkembang.
Dalam pada itu, ternyata keempat Pangeran itu
menganggap bahwa Akuwu Suwelatama tentu akan
membantu mereka. Jika masih ada persoalan yang terasa
belum mapan, segera akan dapat mereka bicarakan
sehingga segalanya akan berjalan dengan rancak.
"Kita harus bersiap-siap" berkata Pangeran Indrasunu
"kita tidak dapat menunda terlalu lama. Kita harus
bertindak cepat pada saat peradaban Kediri masih belum
runtuh sama sekali" "Ya" jawab Pangeran bertubuh kecil "ternyata bahwa
kakangmas Suwelatama dapat mengerti pikiran kita.
"Ia masih muda seperti kita. Umurnya hanya terpaut
beberapa tahun saja. Tugasnya sebagai Akuwu
membuatnya seperti orang yang sudah jauh lebih tua dari
umurnya yang sebenarnya" berkata Pangeran yang lain.
Anggapan itu telah menjadi alas sikap dan tindakan para
Pangeran yang masih belum sempat melihat dunia dengan
dewasa. Sementara itu, mereka telah mulai dengan latihanlatihan
atas para pengikut mereka masing-masing. Beberapa
orang pengawal yang setia dan janji-janji yang mempesona.
"Aku akan menemui guru" berkata Pangeran Indrasunu
pada suatu saat. "Aku juga" desis Pangeran yang bertubuh kecil.
Demikian pula saudara-saudaranya. Mereka
menganggap bahwa guru mereka masing-masing tentu akan
bersedia membantu mereka dalam keadaan yang menurut
mereka sangat gawat. Dihari berikutnya, Pangeran Indrasunu telah pergi
kepadepokan Wasi Sambuja. Dengan penuh harapan ia
berniat untuk menghimpun kekuatan dipadepokannya
bersama para pengawalnya yang sudah lebih dahulu
disiapkan. Kedatangan Pangeran Indrasunu ke padepokan itu
memang sudah di perhitungkan oleh Wasi Sambuja seperti
yang sebelumnya telah di sebut-sebut oleh Akuwu
Suwelatama.Namun dalam pada itu, Wasi Sambuja
menerimanya seolah-olah ia masih belum mengetahui
alasan kedatangan Pangeran Indrasunu.
"Guru" berkata Pangeran Indrasunu " tidak ada orang
yang akan mendengarkan keluhanku selain guru"
"Apa yang terjadi Pangeran?" bertanya Wasi Sambuja
"Aku akan berusaha untuk membantu segalanya kesulitan
yang terjadi atas Pangeran"
"Terima kasih guru" jawab Pangeran Indrasunu "selama
ini aku memang merasa bahwa guru selalu memenuhi
keinginanku. Sampai pada persoalan yang terakhir yang
terjadi dirumah kakangmas Wirapaksi, guru telah
menunjukan betapa guru benar-benar berusaha untuk
mengangkat martabatku"
"Ya, ya, Pangeran. Pangeran adalah muridku. Adalah
kewajibanku untuk berbuat apa saja bagi kebaikan
Pangeran" jawab Wasi Sambuja.
"Terima kasih guru" desis Pangeran Indrasunu.
Wasi Sambuja mengangguk-angguk. Namun kemudian
katanya "Tetapi Pangeran belum mengatakan, apa yang
Pangeran inginkan" Pangeran Indrasunu menarik nafas dalam-dalam.
Kemudian katanya "Guru. Agaknya memang sudah
saatnya untuk berbuat sesuatu bagi Kediri"
"Apa yang baik kita lakukan?" bertanya Wasi Sambuja.
Pangeran Indrasunupuh kemudian menceriterakan
rencananya bersama ketiga Pangeran yang lain. Mereka
bahkan telah menemui Pangeran Suwelatama yang lebih
senang hidup di luar lingkungan istana dan Kota Raja.
Wasi Sambuja menarik nafas dalam-dalam. Sementara
itu Pangeran Indrasunu berkata lebih lanjut "Kakangmas
Pangeran Suwelatama telah bersedia membantu kami.
Sebagaimana telah terjadi, Tumapel mampu mengalahkan
Kediri. Padahal kakangmas Suwelatama memiliki kelebihan
dalam segala segi dari Ken Arok pada waktu itu"
Wasi Sambuja memandang Pangeran Indrasunu sejenak.
Kemudian katanya "Tetapi yang perlu Pangeran ketahui,
bahwa Singasari sekarangpun memiliki banyak kelebihan
dari Kediri pada waktu itu" Apalagi Kediri pada waktu itu
telah dilanda oleh perselisihan ke dalam yang tidak ada
habisnya dari golongan-golongan yang ada. Masing-masing
menganggap diri mereka, maksudku golong an mereka
adalah golongan yang paling baik. Akhirnya benturanbenturan
sikap yang tidak terkendali, telah membuat Kediri
ringkih" "Sekarang kita menghadapi masalah yang serupa"
berkata Pangeran Indrasunu "beberapa golongan di
Singasari sedang berusaha untuk meruntuhkan peradaban"
"Apa yang baik kita lakukan?" Bertanya Wasi Sambuja
Pangeran Indrasunupun Kemudian menceritakan
rencananya bersama ketiga Pangeran yang lain.
"Bahkan juga di Kediri. Jika kakangmas Suwelatama
bangkit untuk menegakkannya, maka rakyat Kediri dan
Singasari tentu akan mendukungnya"
"Pangeran" berkata Wasi Sambuja "segala tindakan,
apalagi sesuatu yang besar dan mempunyai jangkauan yang
luas dan panjang, harus dipikirkan masak-masak"
"Tetapi aku sudah memikirkannya" jawab Pangeran
Indrasunu "dan bukankah guru sudah berjanji untuk
membantuku" "Benar Pangeran" jawab Wasi Sambuja "Aku tikan
selalu membantu Pangeran. Aku akan berbuat apa saja bagi
kebaikan Pangeran seperti yang sudah aku katakan"
"Jika demikian, kita akan segera dapat mulai guru"
berkata Pangeran Indrasunu "kakangmas Suwelatama pun
sudah siap" "Pangeran" berkata Wasi Sambuja "sebenarnyalah aku
memang harus berbuat apa saja bagi kebaikan Pangeran.
Jika perlu aku harus menunjukkan jalan yang harus
Pangeran tempuh" "Bagus" Pangeran Indrasunu hampir berteriak "Aku
memang memerlukannya"
"Bahkan aku harus berani mengatakan kepada Pangeran
apa yang sebenarnya menurut pikiranku" desis Wasi
Sambuja, lalu "Aku mohon maaf Pangeran, bahwa untuk
kebaikan Pangeran, mungkin aku akan mengatakan yang
lain dari keinginan Pangeran"
Wajah Pangeran Indrasunu menjadi tegang. Namun ia
masih menahan diri dan menunggu apa yang dikatakan
oleh Wasi Sambuja selanjutnya.
"Pangeran" berkata Wasi Sambuja "Aku sudah berusaha
untuk menebus kekalahan Pangeran. Bahkan hampir saja
merenggut nyawaku sendiri. Namun demikian, aku tidak
berhasil. Adalah menjadi kewajiban kita, orang-orang yang
mengembara di dunia olah kanuragan, untuk mengakui
dengan jantan, kenyataan yang dihadapinya. Ternyata aku
dapat dikalahkan oleh seseorang yang bernama Witantra
itu" "Tetapi guru" sahut Fangeran Indrasunu "kita tidak akan
turun lagi ke arena perang tanding. Kita akan turun ke
dalam satu perjuangan untuk menegakkan kewibawaan
Kediri. Dengan demikian kita tidak akan dituntut untuk
maju ke arena perang tanding seperti yang sudah kita
lakukan. Dalam hal yang demikian, maka disamping
kemampuan seorang demi seorang, maka kekuatan
pasukanpun akan ikut menentukan. Aku dan empat orang
saudaraku, bahkan salah seorang diantara kami adalah
Akuwu Suwelatama, telah bersepakat untuk bertempur.
Bukan saja untuk melepaskan belenggu yang telah dipasang
oleh Singasari sejak masa Sri Ranggah Rajasa Sang
Amurwa Bhumi, tetapi kamipun harus membersihkan
Kediri dari orang-orang yang sudah kehilangan dirinya
sendiri" "Tetapi Pangeran" berkata Wasi Sambuja "Apakah cara
yang angger pilih itu sesuai untuk saat seperti sekarang ini?"
"Apakah ada cara yang lain?" bertanya Pangeran
Indrasunu. "Pangeran" berkata Wasi Sambuja "Aku mohon maaf.
Aku sudah berjanji untuk mengatakan yang paling baik bagi
Pangeran. Karena itu, cobalah Pangeran menimbang,
bahwa jika Pangeran melakukannya sekarang, maka orangorang
Singasari dan orang-orang Kediri itu akan
mengatakan, bahwa yang Pangeran lakukan itu tidak lebih
dari kekecewaan pribadi. Dengan demikian, maka yang
akan Pangeran lakukan tidak akan mendapat dukungan
rakyat Kediri apalagi Singasari"
"Omong kosong" jawab Pangeran Indrasunu "yang
terjadi itu hanyalah salah satu sebab. Tetapi sebab yang
utama telah aku katakan"
"Meskipun demikian Pangeran, jika Pangeran sudi
mendengarkan nasehatku, baik sebagai orang yang telah
berumur lanjut, maupun sebagai guru Pangeran sendiri,
sebaiknya Pangeran merenungkan niat Pangeran itu dua
tiga kali lagi" "Sementara itu, peradaban yang ingin aku tegakkan
sudah musnah sama sekali" potong Pangeran Indrasunu
dengan sertamerta. "Tidak Pangeran. Pangeran tidak perlu tergesa-gesa
mengambil keputusan. Sejak aku memasuki arena, aku
sudah menolak untuk disebut memberontak terhadap
kekuasaan Kediri dan apalagi Singasari"
"Sedangkan yang akan kita lakukan sebenarnyalah,
memberontak terhadap orang-orang yang sekarang
berkuasa di Kediri dan Singasari" potong Pangeran
Indrasunu. "Pangeran" suara Wasi Sambuja merendah "itulah yang
aku cemaskan. Masalahnya sebenarnya dapat dibatasi.
Tetapi Raden telah mengembangkannya sehingga
masalahnya telah merambat kemasalah yang sangat besar"
"Guru" suara Pangeran Indrasunu meninggi "kenapa
tiba-tiba guru sudah berubah?"
"Maaf Pangeran. Aku mulai menilai sikapku sendiri
terhadap Pangeran" jawab Wasi Sambuja "nampaknya
selama ini tindakanku keliru. Sekarang, meskipun sudah
agak terlambat, aku merasa perlu untuk memperbaiki"
"Jadi tegasnya guru menolak permintaanku?" bertanya
Pangeran Indrasunu dengan nada keras.
"Permintaan yang sebenarnya telah aku penuhi. Yaitu
mengatakan apa yang sebaiknya bagi Pangeran" jawab
Wasi Sambuja. Wajah Pangeran Indrasunu menjadi semakin tegang.
Dengan keras ia menegaskan "Jadi guru tidak mau
memberontak bersama kami, termasuk kakangmas
Suwelatama?" "Aku mohon maaf Pangeran. Langkah itu adalah
langkah yang keliru untuk saat ini" jawab Wasi Sambuja.
"Baiklah" Pangeran Indrasunu menggeram "kakangmas
Suwelatama tentu akan membuat perhitungan dengan guru.
Guru sudah terlanjur mengetahui rencana kami, sementara
guru tidak sependapat dengan kami"
"Jangan mengancam begitu Pangeran" jawab Wasi
Sambuja "meskipun aku mempunyai pendirian dan sikap
tersendiri, tetapi aku bukan pengkhianat yang akan
menimbulkan kekisruhan justru sebelum persoalan yang
sebenarnya mulai" "Sekarang guru berkata demikian, tetapi siapa tahu, apa
yang akan guru katakan besok" geram Pangeran
Indrasumu. "Pangeran" desis Wasi Sambuja "jika aku ingin
berkhianat, maka alangkah mudahnya untuk melakuannya
sekarang. Menangkap Pangeran dan melemparkan
Pangeran ke hadapan Sri Maha Raja di Singasari. Apakah
Pangeran menyangka bahwa aku tidak dapat menangkap
Pangeran sekarang ini?"
Wajah Pangeran Indrasunu menjadi merah seperti bara.
Tetapi ia tidak berani berbuat sesuatu. Jika gurunya benarbenar
marah, maka ia akan dapat melakukan satu tindakan
yang gawat baginya. Karena itu, maka tiba-tiba saja iapun telah minta diri
untuk meninggalkan padepokan itu. Ternyata gurunya tidak
menahannya dan apalagi menangkapnya. Sejenak
Panasnya Bunga Mekar Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kemudian maka kudanyapun telah berderap. Kaki Pangeran
Indrasunu menghentak-hentak perut kudanya, seakan-akan
ia ingin melepaskan kemarahannya.
Sepeninggal Pangeran Indrasunu, Wasi Sambuja
menarik nafas panjang. Iapun turut merasa bersalah. Ia
telah memanjakan anak muda itu, segala yang
dikehendakinya, seakan-akan selalu dipenuhinya. Tetapi
permintaannya kali ini ternyata terlalu banyak.
Wasi Sambujo tidak dapat tinggal diam. Ia tahu, bahwa
Pangeran Indrasunu tentu akan pergi ke Akuwu
Suwelatama. Meskipun demikian, Wasi Sambujo tidak
perlu mencemaskan lagi. Akuwu Suwelatama sudah
menetukan sikapnya. Dalam pada itu, Pangeran Indrasunu yang kembali ke
Kediri telah menjumpai saudara-saudaranva. Dengan
menyesal ia mengatakan kepada saudara-saudaranya,
bahwa gurunya untuk sementara tidak dapat berbuat apaapa.
Keadaannya iustru mengkhawatirkan.
"Guru luka didalam" berkata Pangeran Indrasunu.
"Tetapi apakah luka itu tidak akan sembuh?" bertanya
Pangeran yang bertubuh kecil.
"Tetapi kapan" Apalagi jika guru menjadi cacat" jawab
Pangeran Indrasunu. Saudara-saudaranya mengangguk-angguk. Mereka
percaya kepada keterangan Pangeran Indrasunu.
Sebenarnyalah bahwa Pangeran Indrasunu tidak dapat
mengatakan bahwa gurunya telah menolak permintaannya.
Dengan demikian maka para Pangeran itu akan menjadi
kendor dan patah, sehingga niatnya tidak akan terpenuhi.
"Tetapi jangan cemas" berkata Pangeran yang bertubuh
kecil "bukankah kakangmas Suwelatama sudah
menyatakan diri untuk melakukannya" Kita akan pergi
kepadanya dan mengatakan segalanya"
"Bagaimana dengan persiapan kita sendiri?" bertanya
Pangeran yang lain. "Pengawal-pengawalku sudah siap" berkata Pangeran
Indrasunu. "Pengawal-pengawalku juga sudah siap meskipun tidak
terlalu banyak" berkata Pangeran yang lain. Namun
katanya kemudian. "Tetapi aku akan bertemu dengan guru.
Jika guru bersedia membantuku, dengan mempersiapkan
para cantrik dari padepokannya maka kekuatan kita akan
berlipat" "Aku juga" berkata Pangeran yang bertubuh kecil
"kecuali kakangmas Suwelatama, aku akan minta bantuan
guru" Ternyata ketiga Pangeran yang lain itupun masih akan
menjumpai guru mereka masing-masing. Mereka akan
merasa kuat untuk mulai dengan satu sikap yang akan
dapat merubah keadaan Kediri untuk selanjutnya.
Sebagaimana Wasi Sambujo, pada umumnya guru-guru
para Pangeran muda itu juga memanjakan murid-muridnya.
Kecuali mereka berbangga bahwa mereka mempunyai
murid seorang Pangeran, bukan saja karena derajad, tetapi
pada umumnya mereka memberikan dana yang cukup
banyak bagi guru-guru mereka. Uang, bahkan kadangkadang
barang-barang berharga, atau seekor kuda yang
tegar. Karena itu, maka ketiga orang guru dari ketiga orang
Pangeran yang bersama Pangeran Indrasunu telah
menetunkan sikapnya itu dengan senang hati berusaha
untuk membantu mereka apapun vang akan mereka
lakukan. "Kita harus bersiap guru" berkata Pangeran yang
bertubuh kecil pada waktu dekat kita akan mulai. Kakang
mas Suwelatama sudah siap untuk bertindak kapan saja kita
kehendaki" Baiklah. Kita akan mempersiapkan diri dalam waktu
dekat. Pada umumnya para cantrik sudah mengusai ilmu
kanuragan. sehingga kita akan dapat bergerak kapan saja.
Berkata gurunya seorang yang telah melampaui umur
pertengahan abad. Namun dalam pada itu, keempat Pangeran itu masih
merasa perlu untuk sekali lagi pergi kepada Pangeran
Suwelatama di Pakuwonnya. Mereka berniat untuk
merencanakan saat yang paling baik untuk mulai dengan
satu tindakan yang nyata untuk merubah keadaan.
"Kita tidak perlu berkumpul di Pakuwon kakangmas,
Suwelatama" berkata Pangeran yang bertubuh kecil "Kita
bergerak dari padepokan kita masing-masing. Sementara
gerakan yang paling besar akan dimulai dari Pakuwon
kakangmas Suwelatama"
"Ya. Dengan demikian maka gerakan itu akan nampak
terjadi di segara arah. Rakyat Kediri pun akan segera
bangkit untuk mendukungnya terutama para bangsawan
yang masih setia kepada leluhurnya. Pengaruh para
bangsawan itu akan segera menjalar di kalangan para
pengikut masingr-masing. Para pengawal mereka dan
orang-orang yang berhungan dengan mereka. Dengan
demikian maka api yang kita nyalakan, akan segera
membakar seluruh Kediri. Jika rakyat Kediri sudah brtekad
bulat, maka kekuatan apapun tidak akan dapat
mencegahnya. "Bukan saja rakyat Kediri. Beberapa orang pemimpin
Singasari yang setia akan peradaban kitapun akan
membantu. Nah, di Singasari juga akan timbul perpecahan.
Dengan demikian maka Singasari akan menjadi ringkih"
Keempat Pangeran itu tertawa. Seolah-olah segalanya
sudah berlangsung. Namun demikian, mereka tidak
kehilangan kewaspadaan. Dalam perjalanan ke Pakuwon Pangeran suwelatama,
mereka sudah merencakan, selain gerakan nyata dengan
kekuatan, merekapun harus meyakinkan beberapa pihak,
bahwa perjuangan mereka adalah benar. Kediri pada
dasarnya bukan bagian dari Singasari . Selebihnya, mereka
harus merombak tata kehidupan yang goyah di Kediri dan
Singasari. Dalam pada itu, merekapun menjadi semakin lama
semakin dekat dengan Pakuwon yang mereka tuju.
Pakuwon Kabanaran vang dipimpin oleh Akuwu
Suwelatama. Demikian keempat Pangeran itu memasuki Pakuwon
Kabanaran, maka jantung mereka menjadi berdebar-debar.
Mereka melihat di beberapa tempat para pengawal sedang
berlatih perang. Bahkan di alun-alun anak-anak bersoraksorak
di seputar gawar yang telah dipasang. Beberapa orang
pengawal sedang mengadakan sodoran. Mereka
menunggang kuda sambil membawa tongkat panjang yang
berujung bulat dan diperlunak dengan kain. Dengan senjata
tongkat itu mereka saling menyerang dan berusaha
menjatuhkan lawannya dari punggung kudanya.
Keempat Pangeran itu berhenti sejenak. Pangeran
Indrasunu yang turun dari kudanya telah mendekati
seorang anak muda yang sedang menonton sodoran itu.
"Apakah mereka melakukannya setiap hari?" bertanya
Pangeran Indrasunu. "Tidak setiap hari. Tetapi setiap tiga hari sekali sejak
beberapa saat yang lampau" jawab anak muda itu.
"Dan pengawal yang berlatih di beberapa tempat itu?"
bertanya Pangeran Indrasunu pula.
"Ya. Sebagaimana dilakukan oleh para pengawal yang
sedang mengadakan sodoran itu" jawab anak muda itu.
"Pangeran Indrasunu mengangguk-angguk. Ketika ia
kembali kepada ketiga Pangeran yang lain, maka ia
berdesis" Ternyata kakangmas Suwelatama sudah
memulainya. Para pengawal sudah digerakkan untuk
berlatih perang" Pangeran yang bertubuh kecil tertawa. Katanya
"Kakangmas memang seorang yang bertindak cepat. Tidak
ragu-ragu dan memperhitungkan waktu sebaik-baiknya"
Keempat orang Pangeran itupun kemudian dengan
tergesa-gesa melanjutkan perjalanan, menuju ke istana
Akuwu Suwelatama. Hati mereka rasa-rasanya menjadi
mekar melihat persiapan di Pakuwon itu.
Demikian mereka memasuki regol istana Akuwu
Suwelatama, merekapun segera disambut oleh pengawal
yang bertugas di halaman. Para pengawai itu menerima
kuda-kuda mereka dan mempersilahkan mereka naik ke
pendapa, sementara yang lain telah memberitahukan
kehadiran keempat Pangeran itu.
Keempat Pangeran itupun kemudian telah dipersilahkan
untuk masuk ke bangsal dalam. Akuwu Suwelatama telah
menerima mereka di bangsal dalam, sebagaimana Akuwu
sering mengadakah pembicaraan dengan orang-orang
terpenting di Pakuwonnya.
Setelah mengucapkan selamat datang, dan bertanya
tentang keselamatan keluarga di Kediri, maka Akuwu
itupun mempersilahkan tamu-tamunya makan dan minum
hidangan yang disuguhkan bagi mereka.
"Aku merasa senang kalian datang lagi ke Pakuwon
yang sepi ini" berkata Akuwu Suwelatama "Aku ingin
mempersilahkan kalian berada disini lagi beberapa hari.
"Kakangmas sudah mengadakan persiapan-persiapan
sebaik-baiknya" berkata adiknya, Pangeran yang bertubuh
kecil. Pangeran Suwelatama mengangguk-angguk. Katanya
"Kami memang sudah mengadakan latihan-latihan
sekedarnya" "Terima kasih kakangmas" sahut Pangeran Indrasunulah
yang menyahut "tetapi apakah kakangmas sudah
mempunyai rencana waktu yang paling baik memulainya?"
"Mulai apa?" bertanya Pangeran Suwelatama. Pangeran
Indrasunu mengerutkan keningnya. Namun disangkanya
Akuwu itu sedang bergurau. Karena itu maka Pangeran
Indrasunu justru bertanya "Jadi apakah vang sedang
kakangmas persiapkan?"
Pangeran Suwelatama tersenyum. Katanya "Aku sedang
mempersiapkan satu pameran kesiagaan para pengawal di
Pakuwon ini. Aku ingin memperingati genap sepuluh tahun
aku berkuasa disini sebagai seorang Akuwu. Aku mulai
pada saat aku masih sangat muda. Pada umur duapuluh
tahun aku sudah menjadi Akuwu"
Pangeran Indrasunu mengerutkan keningnya. Namun
Pangeran Suwelatama meneruskan "Daeran ini semula
adalah daerah yang terkutuk. Tidak ada seorangpun yang
bersedia memerintah daerah ini dengan cara apapun juga,
karena daerah ini dikuasai oleh beberapa kelompok
penjahat yang kuat" Akuwu itu berhenti sejenak. Lalu
katanya kepada adiknya "He, bukankah kau masih ingat
apa yang pernah terjadi sepuluh tahun yang lalu" Aku
membawa sepasukan pengawal dari Kediri. Aku telah
memilih sekelompok pengawal yang menyatakan itu, aku
berhasil membersihkan daerah ini. Aku menangkap tiga
orang gegedugnya dan membunuh dua diantara mereka.
Akhirnya daerah ini menjadi aman, dan aku diberi
wewenang untuk mendirikan Pakuwon disini"
Pangeran Indrasunu dan ketiga orang Pangeran yang lain
termangu-mangu sejenak. Dengan nada rendah Pangeran
Indrasunu bertanya "Apakah maksud kakangmas, latihanlatihan
itu diselenggarakan sekedar menunjukkan
ketrampilan dalam peringatan tahun kesepuluh itu?"
"Ya. Kami, para pemimpin di Pakuwon ini ingin
mengenang kembali hari-hari yang penuh dengan
ketegangan itu. Tetapi dengan kebanggaan di hati, bahwa
kami masih tetap kuat sampai saat ini. Apalagi pada akhirakhir
ini mulai terdengar lagi kelompok-kelompok penjahat
yang mencoba menjamah Pakuwon ini, meskipun asalnya
dari daerah di luar Pakuwon ini" jawab Akuwu
Suwelatama "karena itu, kami wajib memperingatkan agar
mereka menyadari bahwa Pakuwon ini adalah Pakuwon
yang kuat. Keempat Pangeran itu saling berpandangan. Dalam pada
itu Pangeran indrasunupun bertanya dengan ragu-ragu
"Jadi, bukankah kakangmas juga sekaligus mempersiapkan
diri menghadapi rencana yang sudah kita susun?"
"Rencana yang mana?" bertanya Akuwu Suwelatama.
Keempat Pangeran itu menjadi bingung. Apalagi ketika
mereka mendapat kesan bahwa Akuwu itu benar-benar
tidak tahu rencana yang mereka maksudkan. Justru karena
itu, maka keempat Pangeran itu bagaikan kehilangan akal.
Mereka saling berdiam diri dan saling berpandangan.
Sehingga karena itu, maka Akuwu Suwelatama itupun
bertanya pula "Cobalah jelaskan. Barangkali dengan
demikian aku akan dapat menanggapinya"
Pangeran Indrasunu yang berdebar-debar berusaha untuk
menjelaskan maksud mereka. Katanya "Kakangmas
Suwelatama. Beberapa saat yang lampau kami telah pernah
datang kemari untuk memberitahukan keadaan Kediri dan
Singasari yang semakin merosot dipandang dari segi
peradabannya. Kebiasaan-kebiasaan buruk semakin
berkembang. Sementara orang-orang Kediri sudah
melupakan sama sekali kemungkinan untuk tegak sebagai
satu bangsa yang besar seperti masa lampau"
"O" Pangeran SuWelatama mengangguk-angguk.
Katanya kemudian "Itulah yang kalian maksud. Kalian
memang pernah menyatakan kepadaku, bahwa kalian ingin
membuat satu kejutan di Kediri dan Singasari"
"Ya" berkata Pangeran Indrasunu "Kita akan merintis
satu gerakan untuk membangunkan rakyat Kediri dan
sekaligus rakyat Singasari untuk menegakkan peradaban
dan menyingkirkan kebiasaan buruk yang kini sedang
meracuni rakyat" Pangeran Suwelatama itupun kemudian tersenyum.
Katanya "Adimas. Aku sudah pernah mendengar kalian
mengatakannya kepadaku. Tetapi aku tidak pernah
menganggap bahwa hal itu akan sungguh-sungguh kalian
lakukan. Aku mengira bahwa hal itu kalian katakan
kepadaku pada waktu itu, justru kerena hati adimas
Indrasunu sedang dibakar oleh satu kekecewaan. Bukankah
adimas Pangeran Indrasunu gagal mengambil seorang
Panasnya Bunga Mekar Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
perempuan yang bernama Ken Padmi dari rumah
Mahendra" Justru setelah melewati semacam sayembara
tanding, adimaspun telah gagal pula. Bahkan guru adimas
Indrasunu, Wasi Sambujapun telah tidak berhasil
mengalahkan Witantra"
"Tidak" bantah Pangeran Indrasunu dengan serta merta
"Aku sama sekali tidak melakukannya karena sakit hati atas
kegagalan keinginan pribadi. Tetapi justru karena itu aku
melihat kekurangan yang terdapat di Singasari dan Kediri"
"Adimas" berkata Pangeran Suwelatama "agaknya jiwa
adimas sedang terguncang. Kegagalan adimas telah
membuat adimas kehilangan pengamatan diri. Dengan
demikian maka' adimas melihat orang lain selalu bersalah.
Tanpa menyadari keadaan diri sendiri, adimas menganggap
bahwa keadaan menjadi semakin buruk"
"Tidak. Aku yakin akan kebenaran perjuangan ini"
bantah Pangeran Indrasunu "kakangmas juga sudah
membenarkan sikap kami beberapa waktu yang lalu. Tetapi
tiba-tiba sikap kakangmas berubah"
"Bukan berubah" jawab Akuwu Suwelatama "tetapi aku
saat itu menganggap bahwa adimas tidak bersungguhsungguh"
"Aku tidak pernah bermain-main dengan nasib Kediri
dan Singasari" sahut Pangeran Indrasunu.
"Tetapi pada waktu itu adimas benar-benar baru
dicengkam oleh kekecewaan" jawab Pangeran Suwelatama.
"Aku dapat membedakan kepentingan pribadi dengan
kepentingan kita dalam keseluruhan, kepentingan Kediri
dan Singasari" jawab Pangeran Indrasunu.
Pangeran Suwelatama menarik nafas dalam-dalam.
Katanya "Adimas Pangeran seluruhnya. Aku mengerti
bahwa jiwa kalian memang sedang bergejolak. Tetapi kalian
harus dapat memilih sasaran dalam keadaan seperti
jsekarang ini. Aku juga seorang yang menganggap bahwa
keadaan sekarang masih belum seperti yang kita inginkan.
Tetapi memperbaiki Keadaan itu tidak selalu harus
dilakukan dengan kekerasan seperti yang adimas
maksudkan. Bukankah adimas Pangeran berempat ingin
mendorong aku untuk memberontak" Atau tegasnya ingin
mempergunakan Pakuwon ini sebagai landasan perjuangan
kalian. Perjuangan yang dinyalakan sekedar karena
kekecewaan pribadi" "Tidak. Itu tidak benar" bantah Pangeran yang bertubuh
kecil "kakangmas menilai persoalan ini semata-mata karena
keadaan kakangmas Pangeran Indrasunu. Tetapi
kakangmas harus menilai keadaan kami bertiga. Kami sama
sekali tidak dikecewakan oleh apapun juga secara pribadi.
Tetapi kamipun telah bertekad untuk mengadakan
perombakan yang mengakar dari persoalan yang
berkembang sekarang ini"
"Adimas" berkata Pangeran Suwelatama "Aku belum
termasuk golongan orang-orang tua di Kediri. Tetapi aku
mempunyai pengalaman lebih banyak dari kalian. Karena
itu, aku ingin memperingatkan agar kalian melihat keadaan
ini dengan pandangan yang lebih luas. Melihat dasar dari
gejolak perasaan kalian yang mencari sebab dari
kekecewaan itu" "Kami sudah melakukannya kakangmas" jawab
Pangeran Indrasunu "dan hasil yang kami ketemukan
adalah keputusan untuk melakukan usaha yang akan
didukung oleh seluruh rakyat Kediri dan Singasari"
"Tetapi kalian harus mempunyai rencana yang
mendasar. Kalian harus mengerti landasan perjuangan
kalian, tujuan yang hendak dicapai, dan penilaian atas
usaha itu. "Apakah yang akan kalian capai itu lebih atau justru
lebih buruk dari keadaan sekarang" berkata Pangeran
Suwelatama. Pangeran-pangeran yang masih muda itu tidak sabar lagi.
Seorang diantara merekapun kemudian berkata "Kami
tidak akan melangkah surut kakangmas. Tahap pemikiran,
penilaian dan rencana sudah kami lalui. Kam telah sampai
kepada tahap pelaksanaan. Karena itu, kamt mohon
kakangmas dapat mengikuti jalan pikiran kami. Kami
bukan kanak-kanak yang masih dicengkam oleh perasaan
semata-mata. Tetapi kami sudah cukup dewasa untuk
berpikir dan bertindak bagi satu kepentingan besar seperti
sekarang ini" Akuwu Suwelatama menarik nafas dalam-dalam. Anakanak
muda itu benar-benar sudah sulit untuk diajak bicara.
Namun ia masih mencoba untuk meredakan ketegangan di
hati para Pangeran muda itu katanya "Adimas. Jika adimas
sudah melewati beberapa tingkatan dalam usaha kalian,
maka berilah aku kesempatan untuk berpikir. Mungkin aku
memang lamban. Tetapi aku berusaha untuk berhati-hati"
"Waktu untuk berpikir sudah cukup lama kakangmas"
jawab Pangeran Indrasunu "yang kami harapkan sekarang,
kakangmas dapat mulai bergerak. Adalah satu keuntungan
bahwa pada saat ini pasukan pengawal Pakuwon ini sedang
berlatih. Hal ini akan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya"
"Jangan begitu adimas" jawab Pangeran Suwelatama
"latihan untuk merayakan satu kebanggaan di masa lampau
akan berbeda dengan latihan-latihan untuk satu kepentingan
yang jauh lebih gawat"
"Kakangmas. Kami tidak mau terlambat" jawab
Pangeran yang bertubuh kecil.
"Tetapi terus terang, aku belum dapat mengatakan apaapa
sekarang ini" berkata Pangeran Suwelatama.
Wajah para Pangeran itu menjadi merah. Pangeran yang
bertubuh kecil itupun berkata "Kakangmas telah
menyesatkan dugaan kami. Semula kami menyangka
bahwa kakangmas sudah menyatakan kesediaan kakangmas
untuk bersama-sama dengan kami berjuang bagi Kediri dan
Singasari. Tetapi ternyata pada saat kami sudah siap untuk
mulai, kakangmas telah mengingkarinya"
"Kalian salah paham" jawab Akuwu Suwelatama.
"Tidak. Jika terjadi salah paham, tentu tidak kami
berempat seluruhnya" jawab Pangeran Indrasunu.
"Aku tidak dapat menjelaskan lebih banyak lagi adimas"
berkata Pangeran Suwelatama "hanya itulah yang dapat
aku katakan, tetapi dengan sepenuh harapan, bahwa adimas
akan dapat mengerti bahwa untuk satu pekerjaan yang
besar, diperlukan perhitungan yang sangat cermat"
"Sudah aku katakan berulang kali, bahwa kami sudah
membuat perhitungan sebaik-baiknya. Tidak ada yang salah
lagi menurut hitungan kami" jawab salah seorang dari
Pangeran-pangeran muda itu.
"Yang jelas masih ada satu kesalahan" jawab Akuwu
Suwelatama. "Kesalahan apa?" bertanya Pangeran yang bertubuh
kecil. "Bahwa Pakuwon ini kau anggap sudah siap untuk ikut
serta dalam gerakan kalian pada saat ini" jawab Akuwu
Suwelatama. "Bukan kesalahan. Tetapi keingkaran" jawab Pangeran
Indrasunu tegas. Terasa kuping Pangeran Suwelatama menjadi panas.
Tetapi ia masih tetap menahan diri menghadapi Pangeranpangeran
yang masih muda dan masih mudah digerakkan
oleh perasaan semata-mata.
Namun sebenarnyalah bukan kemudaan mereka sematamata
yang telah menyesatkan mereka. Banyak diantara
anak-anak muda yang lain yang berbuat jauh lebih baik dari
yang telah mereka lakukan.
Tetapi ternyata anak-anak muda yang dihadapinya itu
benar-benar telah mengeraskan hatinya untuk satu niat yang
bagi Akuwu Suwelatama kurang menguntungkan bagi
segala pihak. Karena itu, maka Akuwu Suwelatama itupun kemudian
berkata "Adimas Pangeran berempat. Jika demikian,
baiklah aku berkata langsung pada pokok persoalannya agar
tidak lagi terjadi salah paham. Sebenarnyalah aku tidak
akan dapat dilibatkan ke dalam rencana kalian. Justru aku
telah berusaha untuk mencegah agar kalian mengurungkan
niat kalian, karena jika kalian melakukannya, maka yang
akan terjadi adalah goncangan-goncangan yang dahsyat.
Yang akan terjadi adalah bencana yang besar yang akan
melanda seluruh negeri dan yang kemudian akan paling
menderita adalah rakyat kecil yang tidak tahu menahu,
apakah yang sebenarnya telah terjadi, karena perubahanperubahan
yang tidak mendasar, pada hakekatnya tidak
akan memperbaiki keadaan mereka"
Keempat Pangeran muda itu tidak lagi dapat menahan
diri. Jantung mereka bagaikan terbakar. Mereka
menganggap bahwa Pangeran Suwelatama telah
mengingkari janji. Karena itu, maka tiba-tiba saja Pangeran Indrasunu yang
tidak dapal menahan diri lagi ilupun berkata "Aku mengerti
kakangmas, bahwa kakangmas ingin tampil di paling
depan, sehingga kakangmaslah yang kelak akan mendapat
julukan sebagai pembebas tanah ini. Jika demikian natnya,
sebenarnyalah kami tidak berkeberatan sama sekali jika
kakangmaslah yang akan disebut sebagai pemimpin dari
pemberontakan ini. Dan yang kelak pada saatnya Singasari
yang sekarang jatuh, kakangmaslah yang pantas untuk
duduk di atas Singgasana"
"Adirnas" potong Pangeran Suwelatama. Rasanya
jantungnya berdenyut semakin cepal. Namun ia masih tetap
berusaha menahan diri. Katanya "Kalian semakin jauh
tersesal. Aku sama sekali tidak ingin mencampuri persoalan
kalian. Biarlah aku bersama para pengawal Pakuwon ini
berbuat sebaik-baiknya bagi daerah kami yang sempit. Jika
aku sudah berhasil menyusun kedamaian hati rakyat
Pakuwon ini, aku sudah merasa puas dan bahwa hidupku
ini punya arti" "Baiklah kakangmas" sahut Pangeran yang bertubuh
kecil "kami akan menempuh jalan kami masing-masing.
Jika kakangmas cemas akan kekuatan kami, besok
kakangmas dapat pergi ke Kediri atau ke Singasari untuk
melaporkan, bahwa sebentar lagi, akan datang saatnya
kebenaran dan keadilan melanda Kediri dan Singasari.
Merenggut tanah ini dari runtuhnya peradaban yang sudah
kita bangun untuk berabad-abad lamanya"
"Jadi kalian tetap pada pendirian kalian?" bertanya
Akuwu Suwelatama. Ternyata pertanyaan itu cukup mendebarkan.Karena lu
keempat Pangeran itu justru terdiam sesaat.
Namun Pangeran Indrasunulah yang kemudian
menjawab "Ya. Kami tidak akan melangkah surut
kakangmas. Kami akan berjalan terus sampai kepada tujuan
kami" "Bagaimana dengan Wasi Sambuja?" tiba-tiba saja
Akuwu Suwelatama bertanya.
"Guru dalam keadaan yang tidak memungkinkan. Guru
dalam keadaan luka parah ketika ia berperang tanding
melawan Witantra. Tetapi pada saat guru sembuh, maka ia
tentu akan terjun dalam perjuangan ini"
Pangeran Suwelatama menarik nafas dalam-dalam.
Namun katanya kemudian "Jika demikian, siiahkan adimas
Pangeran berempat berjalan sendiri. Ternyata aku tidak
dapat ikut bersama kalian"
"Terserah kepada kakangmas. Aku tidak mempunyai
pilihan lain" jawab Pangeran yang bertubuh kecil.
Pangeran Suwelatama menarik nafas dalam-dalam.
Namun katanya kemudian "Tetapi adimas Pangeran. Aku
berharap bahwa adimas tidak melupakan kedudukanku.
Aku adalah seorang Akuwu. Aku berada dibawah perintah
Kediri dan Singasari"
Wajah keempat Pangeran itu menjadi merah. Mereka
menyadari arti dari kata-kata Pangeran Suwelatama itu.
Bahkan ditelinga mereka mirip suatu tantangan, bahwa
pada suatu saat mungkin sekali mereka akan bertemu di
medan. Namun dalam pada itu. Pangeran Suwelatama ituputi
berkata "Tetapi kalian masih mempunyai waktu untuk
berpikir. Setidak-tidaknya diperjalanan kembali dari
Pakuwon ini. Aku percaya bahwa kalian memang sudah
dewasa. Sudah membedakan mana yang buruk dan mana
yang baik, Serta bersedia mempertanggung jawabkan
tingkah laku kalian"
Sesaat keempat Pangeran itupun masih saja terdiam.
Namun sejenak kemudian Pangeran yang bertubuh kecil
itupun berkata "Kami mohon diri"
Pangeran Suwelatama termangu-mangu sejenak.
Terbersit persaan prihatin yang mendalam didalam dirinya.
Di Kediri beratus ribu anak-anak muda. Tetapi ampat
orang anak muda ini akan dapat membakar ketenangan
yang sudah merambah sampai kepadesaan.
Tetapi Akuwu Suwelatama tidak sempat berbicara
panjang. Keempat anak-anak muda itu segera bangkit dan
minta diri. Namun ketika Akuwu mengantar mereka sampai
diregol, iapun masih berkata "Adimas Pangeran berempat,
bukan maksudku untuk menganggap anak-anak muda tidak
mampu berbuat apapun juga. Anak-anak muda memang
dapat merupakan penggerak yang kuat. Tetapi yang kalian
lakukan itu kurang mapan. Cobalah melihat dirimu sendiri,
sumber dari segala rencanamu itu, apakah karena
pengenalanmu atas keadaan Kediri yang sebenarnya, aiau
karena oleh perasaan kecewa atau tersinggung oleh
kegagalan usaha bagi kepentingan sendiri. Bukan maksudku
menuduh, tetapi aku minta kalian sempat merenunginya"
Keempat Pangeran itu seoiah-olah tidak mau
mendengarkannya lagi. Dalam pada itu Pangeran
Indrasunu berkata "Kita memang mempunyai sikap yang
lain. Baiklah. Kita akan menempuh |alan kita masingmasing"
Demikianlah keempat Pangeran yang masih muda itu
meninggalkan Pakuwon Kabanaran. Mereka masih melihat
para pengawal yang sedang berlatih. Bagaimanapun juga,
mereka harus mengakui, bahwa Pakuwon itu adalah sebuah
Pakuwon yang kuat. jika benar apa yang dikatakan oleh
Panasnya Bunga Mekar Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Akuwu Suwelatama, yang membayangkan kemungkinan
mereka ikan bertemu pada sisi yang berlawanan dari tempat
mereka masing-masing berpijak, maka adalah sangat berat
unluk berhadapan dengan Akuwu Suwelatama.
Namun dalam pada itu. Pangeran Indrasunu berkata
"Apapun yang akan kita hadapi, kita tidak akan melangkah
surut. Aku mempunyai alasan yang kuat untuk bertindak.
Namun karena keingkaran kakangmas Suwelatama maka
kita harus membuat perhitungan baru. Bukan untuk
menggagalkan rencana ini. Tetapi justru sebaliknya, agar
rencana kita daoat berhasil dengan baik"
"Bagus" sahut Pangeran yang bertubuh kecil "pada suatu
saat kita justru akan mulai dari Pakuwon Kabanaran ini
sendiri. Kakangmas Suwelatama harus tahu, dan kemudian
menyesal bahwa ia sudah ingkar janji. Jika Pakuwon ini
kemudian tidak aman lagi, maka Akuwu Suwelatama tentu
akan dinilai lagi kebijaksanaanya. Baik oleh Kediri maupun
oeh Singasari" "Ya" jawab Pangeran Indrasunu "kita akan mulai dari
dua pijakan. Yang pertama kita akan memaksa kakangmas
Suwelatama untuk menyadari kesalahanya, dan kedua, kita
akan mulai dari Singasari. Khususnya sebuah padukuhan di
luar Kota Raja yang dihuni orang oleh seseorang bernama
Mahendra" Pangeran-pangeran itu mengangguk. Sementara
Pangeran Indrasunupun berkata "Sementara itu, kita akan
menyebarkan penjelasan sikap dan pendirian kita kepada
rakyat Kediri dan Singasari, bahwa tujuan kita adalah untuk
kepentingan mereka semua"
"Ya. Jika mereka dapat mengerti maka mereka tentu
akan membantu kita" jawab pangeran yang lain.
Namun tiba-tiba Pangeran yang seorang lagi bertanya
"Tetapi apa yang akan kita katakan kepada mereka agar
mereka mengerti bahwa kita telah berbuat untuk mereka"
Apakah yang akan terasa langsung oleh orang-orang Kediri,
sehingga hal itu akan mendorong mereka untuk membantu
kita" Pangeran yang lainpun terdiam. Mereka menjadi
termangu-mangu. Pertanyaan itu membuat mereka
merenung sejenak. Apa yang mereka lakukan itu" Dan
apakah yang dapat sebut menguntungkan bagi Kediri itu?"
Namun akhirnya Pangeran Indrasunulah yang mencoba
memecahkan teka-teki itu. Katanya "Kita dapat
mempergunakan alasan yang paling baik untuk mengajak
mulai berpikir. Terutama orang-orang Kediri"
"Bagaimana?" bertanya saudara-saudaranya.
"Apapun tujuan akhir yang ingin kita capai, maka untuk
membangunkan orang-orang Kediri kita dapat mengajak
mereka untuk mengenang kembali masa kejayaan yang
pernah dimilikinya. Jika kita dapat membawa mereka
kepada satu kenangan bagaimana Ken Arok merampas
tanah air ini, maka kita sudah mulai melihat hasil dari
usaha ini" berkata Pangeran Indrasunu.
"Aku mengerti" salah seorang dari keempat Pangeran itu
menyahut "kita dapat mempemgaruhi satu dua orang
pemimpin pasukan pengawai disamping kekuatan dari
padepokan yang sudah pasti akan menjadi alas perjuangan
ini. Guru-guru kita sudah sepakat, kecuali Wasi Sambuja
yang keadaanya belum memungkinkan"
Dengan demikian maka keempat Pangeran itupun telah
kembali membulatkan tekad mereka untuk berbuat sesuatu.
Mereka menganggap bahwa sikap orang-orang Singasari
yang banyak dipengaruhi oleh pandangan hidup dari
keturunan orang-orang kebanyakan telah menggoyahkan
peradaban mereka. Karena itulah, maka ketika mereka kemudian berada di
Kediri, maka mereka tidak menunda waktu lagi. Dengan
dukungan dari guru-guru mereka, maka mereka telah
mempersiapkan kekuatan di padepokan-padepokan.
Padepokan yang pada umumnya telah dibeayai oleh
Pangeran-pangeran itu karena mereka berguru pada
padepokan itu. Namun padepokan Pangeran yang bertubuh kecil itu
agak berbeda. Pemimpin padepokan itu adalah seorang
bangsawan pula meskipun bukan tataran pertama.
Pemimpin padepokan itu adalah bekas seorang Senopati
yang mengasingkan diri. Sebenarnyalah sudah ada bibit
didalam hatinya, bahwa ia tidak dapat menerima kenyataan
yang berkepanjangan, bahwa Kediri harus tunduk kepada
Singasari. Karena itu, ketika muridnya menyampaikan hal itu
kepadanya, maka dengan serta merta ia telah menerimanya
sebagai satu sikap yang terpuji.
"Aku akan berbuat apa saja, agar rencana Pangeran itu
akan berhasil. Tetapi sudah barang tentu bahwa kita tidak
boleh mengharap hasil yang sebaik-baiknya dalam waktu
dekat. Besuk atau lusa, atau sepekan atau sebulan lagi"
berkata gurunya. "Maksud guru?" bertanya Pangeran yang bertubuh kecil
itu. "Kita harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Kita
tidak boleh tergesa-gesa dan salah hitung. Kesalahan yang
kita lakukan pada saat-saat persiapan akan menghancurkan
usaha itu di tengah perjalanan"
Pangeran bertubuh kecil itu mengerutkan keningnya.
Tetapi akhirnya mengangguk-angguk. Ia percaya bahwa
gurunya tidak akan berbuat seperti Pangeran Suwelatama.
Yang mula-mula seolah-olah ia sudah menentukan sikap.
Tetapi yang ternyata kemudian menjadi goyah, bahkan
ingkar sama sekali. Demikianlah, maka persiapan-persiapanpun dilakukan
dengan diam-diam. Pangeran Indrasunu sudah
mengatakan, bahwa mereka akan melakukan gerakan
mereka, tidak langsung menusuk kejantung. Tetapi
sebagaimana mereka makan makanan yang panas, mereka
akan memulainya dari pinggir. Semakin lama semakin
ketengah. Sehingga akhirnya, pusat pemerintahanpun akan
ditelannya. Di tiga padepokan persiapan-persiapan itu sudah mulai
nampak dilakukan. Dengan beaya dari para Pangeran itu,
maka mereka dapat menghimpun anak-anak muda yang
bersedia menjadi cantrik yang mempunyai kedudukan agak
lain dengan cantrik kebanyakan.
Bersama para cantrik, Putut dan Jejanggan mereka
menempa diri. Mereka mendapat latihan kanuragan. Baik
secara pribadi maupun dalam kelompok-kelompok pasukan
yang tebih besar. Karena hal itu dilakukan di tempat-tempat yang agak
terpencil, maka hal itu tidak segera diketahui oleh paja
pengawal di Kediri. Sementara itu, di Singasari, sepeninggal Pangeran
Indrasunu, maka Mahisa Bungalanpun merasa, bahwa
sudah saatnya baginya untuk mulai dengan satu kehidupan
baru. Ia sudah merasa mapan untuk mulai dengan tugastugas
keprajuritan yang sebenarnya.
Pada saat-saat sebelumnya, meskipun ia belum dengan
resmi memasuki tugas-tugas keprajuritan, namun ia sudah
menjadi keluarga dari kesatuan prajurit Singasari, sehingga
karena itu, maka kehadirannya di lingkungan keprajuritan
sama sekali bukannya menjadi masalah baru
Namun dengan demikian, maka Mahisa Bungalan telah
mengikat diri dalam tugas-tugas tertentu. Ia tidak dapat
berbuat menuruti keinginannya saja. Jika ia ingin
melakukan sesuatu, maka ia harus mendasarkannya kepada
perintah Senopatinya, Sementara itu, maka Ken Padmi masih tetap berada di
rumah Mahendra. Ia sudah terbiasa hidup bersama kedua
adik Mahisa Bungalan yang nakal, tetapi ternyata mereka
adalah anak-anak muda yang baik.
Namun dalam pada itu, Mahendra sama sekali tidak
mengetahui, bahwa apa yang terjadi di istana Pangeran
Wirapaksi itu masih akan membawa akibat yang panjang.
Bahwa Pangeran hidrasimu telah menjadikan
padukuhannya menjadi salah satu sasaran pertama dari
gerakannya, meskipun padukuhannya itu tidak ada
hubungannya dengan usaha Pangeran Indrasunu untuk
membangunkan orang-orang Kediri dari kealpaannya.
Karena itu, maka Mahendra merasa, kewajibannya telah
menjadi berkurang justru setelah Mahisa Bungalan
menempatkan dirinya di dalam lingkungan keprajuritan.
Sebagai orang tua maka Mahendrapun telah mengayam
angan-angan tentang suatu saat, anaknya hidup dalam
lingkungan sebuah keluarga kecil.
Sebenarnyalah keempat Pangeran itu memang harus
bersabar. Mereka harus memberikan waktu kepada para
peniimpin padepokan, guru-guru mereka untuk
mempersiapkan tenaga terlatih. Bahkan dengan diam-diam
para Pangeran itu telah mengirimkan para pengawal
mereka yang terpilih untuk menerima latihan khusus dalam
olah kanuragan, terutama dalam kemampuan mereka
secara pribadi. Dalam pada itu, guru dari Pangeran yang bertubuh kecil,
yang menyebut dirinya Resi Damar Pamali, telah benarbenar
menyusun kekuatan. Adalah diluar dugaan, bahwa ia
mampu menghimpun tenaga yang tidak kalah
kemampuannya dengan para pengawal di Pakuwon Kabanaran.
Sementara kedua orang guru Pangeran yang lain,
kekuatan Resi Damar Pamali rasa-rasanya mampu untuk
mengimbangi kekuatan Akuwu Suwelatama.
Sementara itu, Pangeran Suwelatama ternyata menjadi
lengah. Pangeran itu menganggap bahwa para Pangeran
yang telah datang kepadanya itupun sempat merenungi diri
mereka sendiri, sehingga mereka tidak lagi mempunyai
angan-angan yang menyesatkan.
Untuk beberapa hari, bahkan beberapa bulan Pangeran
Suwelatama masih tetap bersiaga menghadapi segala
kemungkinan, jika para Pangeran yang kecewa itu datang
untuk mencoba menghukumnya. Namun setelah bulan
pertama lewat, menjelang bulan kedua tanpa ada kabar
beritanya, maka Pangeran Suwelatama justru telah
bersukur, karena menurut dugaannya, saudara-saudaranya
itu telah menyadari kekeliruanya.
Tetapi hal itu memang termasuk diperhitungkan sebaikbaiknya
oleh Resi Damar Pamali. Bahkan Resi Damar
Pamali sempat mengirimkan petugas sandinya untuk
melihat keadaan Pakuwon Kabanaran. Namun menurut
keterangan yang diperolehnya, Akuwu Suwelatama justru
telah mengendorkan kesiagaannya setelah ia menganggap
bahwa Pangeran-pangeran itu telah dengan diam-diam
membatalkan niatnya. "Angger Pangeran" berkata Resi Damar Pamali kepada
muridnya "nampaknya waktu yang kita tunggu itu hampir
tiba. Tetapi kita masih harus tetap bersabar. Kita tidak mau
gagal. Sekali pukul, Pakuwon itu harus dapat kita
hancurkan" "Ya guru" jawab Pangeran bertubuh kecil itu "Aku
memang merasa sakit hati atas sikap kakangmas Akuwu
Suwelatama. Ia menganggap aku dan ketiga saudarasaudaraku
sebagai kanak-kanak yang masih belum nalar.
Karena itulah agaknya ia menjadi lengah pula dan
menganggap kami tidak akan berbuat apa-apa, sebagaimana
tingkah laku kanak-kanak, yang merajuk dan patah"
Gurunya tertawa. Katanya "Kita harus mulai
mempersiapkan pasukan. Kita akan mengumpulkan semua
kekuatan yang lelah tersedia di padepokan ini"
Demikianlah, pada saat-saat yang memungkinkan, ketika
Akuwu Suwelatama telah hampir melupakan keempat
orang Pangeran itu, maka mulailah mereka justru
menghimpun kekuatan. Kekuatan dan tiga padepokan yang
besar yang dibiayai oleh para Pangeran serta para
pengawal, telah berkumpul di padepokan Resi Damar
Pamali. Ternyata kekuatan Resi Damar Pamali ltu benar-benar
diluar dugaan para Pangeran itu sendiri.
"Kita mempunyai perhitungan yang cermat" berkata
Resi Damar Pamali "sudah saatnya kita pergi ke Pakuwon
Kabanaran. Pakuwon itu akan kita pecahi berkepingkeping.
Kita akan mendudukinya dan menghimpun
kekuatan di atasnya. Dengan demikian maka kekuatan kita
akan diperhitungkan oleh siapapun juga, termasuk Kediri
dan Singasari. Sementara itu, kiia tiarus dapat mengambil
hati rakyat di Kabanaran dan kemudian tiarus meluas ke
daerah yang lain. Bahkan kota raja Kediri dan Singasari.
Jika keadaan sudah masak, kita akan dengan mudah
memasuki daerah yang orang-orangnya lelah mengerti apa
yang kita inginkan" Keempat Pangeran itu telah bersepakat untuk
membangun satu perjuangan itu, merasa bahwa mereka
benar-benar telah siap. Sehingga akhirnya, hari-hari yang
mereka yang tunggu-tunggu itupun datang pula atas
persetujuan Resi Damar Pamali.
Dengan didukung oleh Resi Damar Pamali sendiri, dua
orang pemimpin padepokan yang berpengaruh, para cantrik
dan para pengawalpun telah mempersiapkan diri memasuki
Pakuwon Kabanaran. Sementara Pakuwon itu sendiri sama
sekali tidak menduga, bahwa hai itu akan terjadi.
Karena itu, setelah Pakuwon itu memperingati hari-hari
yang mereka banggakan, maka kesiagaan merekapun
mengendur. Apalagi setelah waktu berjalan terus tanpa ada
kesan apapun juga tentang sikap keempat Pangeran itu.
Pada saat yang ditentukan, Pakuwon Kabanaran benarbenar
telah dikejutkan oleh serangan yang tiba-tiba
memasuki daerahnya. Para pengawal yang tidak siaga
sepenuhnya terdesak dengan cepat. Sementara isyarat telah
mengumandang merambat dari satu padukuhan ke
padukuhan yang lain mendahului kemajuan pasukan Resi
Damar Pamali. Isyarat yang sampai ke telinga para pengawai di pusat
pemerintahan Pakuwon Kabanaran telah terkejut. Dengan
apa adanya para pengawal segera mempersiapkan diri.
Panasnya Bunga Mekar Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mereka segera memasang gelar menghadapi penyerang
yang merambat mendekati kota. Sebenarnyalah pasukan itu
seolah-olah tidak terhambat sama sekali. Pasukan pengawal
Pakuwon Kabanaran terdesak dengan cepat. Bahkan dua
orang penghubung telah mendahului pasukan pengawal
yang berada di luar kota untuk menyampaikan laporan
tentang kekuatan pasukan yang menyerbu Pakuwon itu.
"Kekuatan yang sangat besar" berkata penghubung itu.
Berita itu memang sangat mengejutkan. Dari
penghubung itu Akuwu Suwelatama mengetahui bahwa
yang datang itu adalah saudara-saudaranya sendiri yang
mendendamnya, karena ia tidak mau dengan langsung
melibatkan diri pada usaha mereka untuk menumbuhkan
perubahan di Kediri dan Singasari.
Tetapi bahwa kekuatan yang datang itu tidak terduga
besarnya, memang sangat mengherankannya.
Tetapi penghubung yang datang kepadanya itu dapat
menjelaskannya, bahwa sebagian dari mereka adalah
pengawal dari para pangeran itu yang nampaknya memang
sudah dipersiapkan, dengan kekuatan dari beberapa
padepokan. Akuwu Suwelatama mengangguk-angguk. Katanya
kemudian "Pasukan kita memang tersebar karena kita tidak
menduga hal ini akan terjadi"
"Isyarat ini akan memanggil mereka" desis seorang
Senopati. "Tetapi memerlukan waktu yang barangkali tidak akan
dapat mengimbangi kecepatan laju pasukan empat
Pangeran itu" desis Pangeran Suwelatama.
"Kita akan berusaha Sang Akuwu" jawab Senopati itu
"kita akan mempertahankan Pakuwon ini sampai batas
kemampuan terakhir" Akuwu Suwelatama mengangguk-angguk. Tetapi
sebenanrnyalah ia mulai memperhitungkan keadaan dengan
cermat. Belum lagi Akuwu Suwelatama mengambil keputusan,
maka telah datang penghubung berikutnya. Dengan cemas
salah seorang dari mereka berkata "Kekuatan mereka tidak
dapat diimbangi. Kami telah melihat pasukan yang
memasang gelar di luar gerbang kota. Tetapi kekuatan itu
tidak akan seimbang. Yang datang bagaikan banjir
bandang, sementara bendungan yang kita pasang tidak lebih
dari seonggok dedaunan"
"Bagaimana pertimbanganmu?" bertanya Pangeran
Suwelatama. "Pasukan kita akan digulung tanpa arti" jawab
penghubung itu. Pangeran Suwelatama mengangguk-angguk. Sementara
ia tidak akan dapat menunggu para pengawal yang tersebar.
Ya bahkan sebagian dari mereka, sebagaimana biasanya,
secara bergilir diperkenankan kembali ke rumah masingmasing.
Namun dalam pada itu, isyarat yang terdengar di seluruh
kota itu telah memanggil beberapa orang pengawal yang
sedang tidak bertugas. Dengan bergegas mereka kembali ke
pasukan masing-masing. Namun yang jumlahnya memang
kurang memadai. Sedangkan pasukan yang tersebar di
tempat-tempat yang jauh menghadapi kemungkinankemungkinan
meluasnya lagi beberapa kelompok
perampok, sulit untuk di tunggu kehadirannya dalam waktu
dekat. Karena itu, setelah berbicara dengan beberapa orang
Senopati, akhirnya Akuwu Suwelatama telah mengambil
satu sikap yang sangat hati-hati.
"Kita tidak mengambil cara yang kasar untuk langsung
berhadapan" berkata Pangeran Suwelatama "kita harus
dapat memperhitungkan keadaan dengan cermat. Jika kita
berkeras pada harga diri, maka kita akan tenggelam. Tetapi
jika kita memperhitungkan keadaan dengan bijaksana, kita
akan tetap menguasai keadaan, meskipun harus melalui
jalan yang berliku" "Maksud Akuwu?" bertanya penghubung yang
menunggu hasii pembicaraan dan keputusan Akuwu
dengan hampir tidak sabar.
"Kita akan menarik pasukan kita mundur" berkata
Akuwu Suwelatama "kita akan menyusun kekuatan dengan
menghubungi pasukan kita yang tersebar. Pada suatu saat,
kita akan kembali lagi dengan kekuatan kita seutuhnya"
Kebijaksanaan itu memang dapat dimengerti. Sudah
tentu Akuwu Suwelatama tidak akan dapat memerintahkan
para pengawalnya untuk membunuh diri di medan tanpa
perhitungan, hanya semata-mata karena harga diri.
Karena itu, maka perintah yang jatuh, para penghubung
itu agar segera menyampaikan keputusan Akuwu
Suwelatama. Semua pasukan ditarik dan berkumpul di
tempat yang sudah ditentukan oleh Akuwu Suwelatama.
Sementara itu, Akuwupun telah memerintahkan beberapa
penghubung yang lain untuk menyampaikan perintah
penarikan pasukan yang tersebar, justru pada saat para
perampok yang datang dari luar daerah mulai menjamah
Pakuwon yang tenang itu. Ternyata kebanggaan mereka yang belum lama mereka
kenang, sepuluh tahun yang lalu, sejak berdirinya Pakuwon
itu, telah terjadi malapetaka. Sehingga karena itu, maka
orang-orang terpenting di kota Kabanaran harus menyingkir
bersama pasukan pengawal khusus.
Demikianlah, maka pasukan yang telah memasang gelar
di hadapan regol kota telah mendapat perintah untuk
menarik diri. Demikian juga para pengawal yang sedang
bertempur di medan untuk menghambat kemajuan pasukan
lawan. Ada beberapa orang Senopati yang kecewa mendengar
perintah itu. Namun akhirnya merekapun menyadari,
bahwa mereka tidak boleh kehilangan pertimbangan dan
perhitungan. Apalagi setelah mereka mendapat gambaran
kekuatan pasukan lawan yang menyerang.
Demikianlah kota itu lelah dikosongkan. Ketika pasukan
keempal Pangeran itu mendekati kota, maka segera mereka
mengetahui bahwa para pengawal tidak menghambat
kemajuan mereka. Karena itu, maka dengan mudah mereka memasuki
pintu gerbang kota yang terbuka tanpa seorang
pengawalpun. Dengan demikian, maka dengan mudah kota Pakuwon
Kabanaran telah mereka kuasai dalam waktu yang
termasuk singkat. Perlawanan hanya mereka jumpai sedikit
di perbatasan. Kemudian mereka telah mendapatkan
kesempatan yang luas untuk maju tanpa hambatan sama
sekali. Tanpa banyak kesulitan maka pasukan Resi Damar
Pamali bersama keempat Pangeran itu telah menduduki
Pakuwon Kabanaran yang kuat, tetapi tidak bersiaga.
Sementara itu, kedua orang guru Pangeran yang lainpun
telah berada di antara mereka pula.
Hanya Pangeran Indrasunu sajalah yang tidak
didampingi oleh gurunya, justru karena gurunya
mengetahui kelemahan dari alas perjuangan Pangeran
Indrasunu itu. Namun bagi Pangeran Indrasunu, Resi Damar Pamali,
guru dari Pangeran Bujakerta yang bertubuh kecil itu telah
dapat dianggap sebagai ganti gurunya. Justru Resi Damar
Pamali itu mempunyai sikap dan pandangan yang sama
dengan dirinya sendiri dan ketiga saudaranya.
Kedatangan pasukan yang tiba-tiba itu telah
mencemaskan hati orang-orang Kabanaran yang tidak
sempat menyingkir. Mereka seakan-akan berdiri di atas bara
yang menyala. Mereka yang telah menduduki kota itu tentu
dapat berbuat sewenang-wenang atas mereka.
Tetapi dugaan mereka salah. Pangeran Indrasunu
dengan persetujuan Resi Damar Pamali telah
memerintahkan setiap orang dalam pasukannya untuk
berbuat sebaik-baiknya terhadap orang-orang Pakuwon
Kabanaran. Mereka harus mengambil hati agar orang-orang
Kabanaran yakin bahwa Pangeran Indrasunu tengah
berjuang bagi kepentingan mereka.
"Kabar tentang sikap orang-orang kita akan segera
memencar ke segenap sudut Pakuwon ini" berkata Resi
Damar Pamali "hanya kepada para pengawal Pakuwon ini
yang tidak mau menyerah kita akan berbuat kasar"
Demikianlah sejak hari pertama mereka berada di
Pakuwon Kabanaran, Pangeran Indrasunu dan Resi Pamali
telah mulai dengan rencana mereka untuk menyusun
pemerintahan. Bahkan mereka sudah merencanakan untuk
Warisan Berdarah 1 Wasripin Dan Satinah Karya Kuntowijoyo Pusaka Negeri Tayli 13
pun segera duduk bersandar dinding kayu serambi.
Sementara itu, beberapa orang masih tetap mengerumuni
mereka. "Sungguh diluar dugaan" desis Wasi Sambuja "bahwa
aku telah dikalahkan oleh orang-orang yang tidak aku kenal
sebelumnya. Tetapi sudah tentu bahwa yang terjadi ini
bukan akhir dari segala-galanya. Meskipun aku tahu, bahwa
kalian adalah orang-orang jantan yang menghargai
keluhuran budi, sehingga kalian tidak membunuh aku pada
saat aku tidak berdaya"
"Apakah Wasi Sambuja masih mendendam?" bertanya
Pangeran Wirapaksi. "Tidak Pangeran. Persoalannya bukan dendam dan
benci. Tetapi sekedar harga diri sebuah perguruan" jawab
Wasi Sambuia "Jadi paman Wasi Sambuja merasa terhina karena
pimpinan tertinggi perguruan paman, dikalahkan oleh
orang-orang yang sebelumnya tidak pernah dikenal.
Begitu?" bertanya Pangeran Wirapaksi.
"Ya. Begitulah kira-kira" jawab Wasi Sambuja.
"Bagaimana jika yang telah mengalahkan paman Wasi
Sambuja itu orang-orang yang telah punya nama?" bertanya
Pangeran Wirapaksi. "Jika tatarannya cukup tinggi untuk mengalahkan aku,
maka itu adalah wajar sekali. Tetapi kekalahan yang terjadi
ini sebenarnya tidak boleh dipakai sebagai ukuran betapa
rendahnya derajad perguruan Wasi Sambuja"
"Paman menilai diri sendiri terlalu besar" berkata
Pangeran Wirapaksi "Tetapi baiklah. Jika paman ingin
persoalan ini selesai, maka aku ingin memperkenalkan
paman. Mungkin pamanpun telah mengenalnya, tetapi
paman kurang memperhatikan, dan tidak sempat
mengingat, kembali apa yang pernah terjadi di Kediri"
"Apa yang telah terjadi?" bertanya Wasi Sambuja.
"Sampai saat ini masih ada wakil kekuasaan Singasari di
Kediri" berkata Pangeran Wirapaksi.
"Ya" jawab Wasi Sambuja.
"Nah, menurut paman, bagaimana dengan orang yang
mendapat tugas seperti itu" Maksudku, apakah orang-orang
yang demikian itu dapat disebut orang-orang yang telah
mempunyai nama?" bertanya Pangeran Wirapaksi.
"Ah, apa hubungannya persoalan ini dengan wakil
kekuasaan Singasari di Kediri?" bertanya Wasi Sambuja.
"Apakah paman Wasi Sambuja merasa diri seorang yang
pilih tanding sehingga mampu mengalahkan seorang
Senopati Agung Singasari yang berada di Kediri?" bertanya
Pangeran Wirapaksi itu pula.
"Jangan berkata begitu Pangeran. Dengan demikian
maka Pangeran telah menuduh aku memberontak melawan
kekuasaan Singasari. Padahal masalahnya adalah masalah
yang sangat pribadi" jawab Wasi Sambuja.
"Tidak. Aku sama sekali tidak akan mengaitkan hal ini
dengan hubungan antara paman Wasi Sambuja dengan
Singasari. Tetapi aku ingin paman menjawab
pertanyaanku?" desak Pangeran Wirapaksi.
"Aku tidak dapat menjawab Pangeran" berkata Wasi
Sambuja "tetapi sudah barang tentu, bahwa Senopati
Agung itu memiliki kemampuan yang sangat tinggi"
"Apalagi pada saat-saat permulaan kekuasaan Singasari
atas Kediri. Maka orang yang ditugaskan di Kediri tentu
orang-orang yang memiliki bekal yang mapan" berkata
Pangeran Wirapaksi. Wasi Sambuja menjadi semakin heran. Tetapi ia justru
menjadi semakin bingung ketika Pangeran Wirapaksi
berkata "Bagaimanakah sikap paman Wasi Sambuja jika
pada suatu saat paman dapat dikalahkan oleh Senopati
Agung Singasa yang berada di Kediri" Apakah paman
masih juga berbicara tentang harga diri sebuah perguruan?"
Wasi Sambuja menarik nafas dalam-dalam. Namun
setelah berpikir sejenak ia menjawab "Pangeran Wirapaksi,
pertanyaan Pangeran memang terdengar aneh di telingaku.
Tetapi baiklah aku mencoba menjawabnya. Jika yang
mengalahkan aku adalah seorang Senopati Agung, sudah
tentu aku tidak akan berbicara tentang harga diri, karena
wajar sekali bagiku, jika aku dikalahkan oleh seorang
Senopati Agung Singasari. Bukan sekedar Senopati
kebanyakan" "Apalagi Senopati Agung itu adalah wakil kekuasaan
Singasari di Kediri" Pangeran Wirapaksi melanjutkan.
"Ya" jawab Wasi Sambuja.
"Jika demikian, sebenarnyalah bahwa sudah tidak ada
masalah lagi bagi paman Wasi Sambuja" berkata Pangeran
Wirapaksi. Wasi Sambuja termangu-mangu. Katanya kemudian
"Aku tidak mengerti Pangeran"
"Sebenarnyalah, bahwa paman tentu mengenal
seseorang yang pernah bergelar Panji Pati-pati, Senopati
Agung Singasari yang bertugas di Kediri. Tidak jauh setelah
kekuasaan Ken Arok yang bergelar Sri Ranggah Rajasa di
Singasari temurun kepada puteranya Pangeran Tohjaya,
setelah disisipi oleh kekuasaan Pangeran Anusapati"
berkata Pangeran Wirapaksi.
Wasi Sambuja mengangguk-angguk. Katanya "Aku
mengerti" "Bagaimana penilaian paman Wasi Sambuja terhadap
Panji Pati-pati itu?" bertanya Pangeran Wirapaksi.
Wasi Sambuja menjadi semakin bingung. Namun dalam
pada itu Pangeran Wirapaksipun menjelaskan "Paman
Wasi Sambuja. Ketika Ken Arok yang bergelar Sri Ranggah
Rajasa berkuasa atas Singasari setelah mengalahkan Kediri,
maka yang menjadi Senopati Agung dari Singasari di Kediri
adalah paman Mahisa Agni. Setelah itu, pada suatu saat,
paman Panji Pati-pati juga pernah menjalankan tugas
serupa. Dan orang yang bergelar Panji Pati-pati itu adalah
paman Witantra" "O" wajah Wasi Sambuja menjadi tegang.
"Nah, bukankah tidak ada persoalan lagi" Paman
Witantra adalah Senopati Agung sejak Ken Arok berada di
Singasari yang masih berujud Pakuwon. Ia adalah Senopati
Agung Akuwu Tunggul Ametung. Kemudian masa
kekuasaan Ken Arok di Singasari dan Kediri, yang pada
suatu saat telah melemparkan paman Witantra ke Kediri"
berkata Pangeran Wirapaksi.
"jadi orang inikah Senopati Agung itu?" suara Wasi
Sambuja merendah. "Ya. Paman Mahisa Agni dan paman Witantra,
keduanya pernah memegang kedudukan Senopati Agung
itu" Wasi Sambuja menarik nafas dalam-dalam. Tetapi masih
terpercik keragu-raguannya atas keterangan Pangeran
Wirapaksi itu sehingga Pangeran itu berkata "Kau tentu
sudah pernah mendengar namanya, tetapi belum pernah
melihat orangnya. Tetapi jika kau ragu, bertanyalah kepada
siapapun juga yang langsung berada di Kota Raja Kediri
saat itu" Akhirnya Wasi Sambuja mengangguk kecil. Katanya
"Baiklah. Aku memang harus mengaku, bahwa aku telah
dikalahkan. Apalagi setelah aku mendapat keterangan dari
Pangeran Wirapaksi, maka akupun harus menilai kembali
perasaan harga diri tentang sebuah perguruan"
"Sudahlah paman" berkata Pangeran Wirapaksi, lalu
"sebenarnyalah kita dapat menganggap bahwa
persoalannya telah selesai. Biarlah adimas Indrasunu tidak
lagi menyebut-nyebut gadis yang bernama Ken Padmi itu.
Kemanakan paman Mahisa Agni dan paman Witantra"
Wasi Sambuja menarik nafas dalam-dalam.
Dipandanginya Pangeran Indrasunu yang menundukkan
kepalanya. Namun kemudian Wasi Sambuja itupun berkata
"Sebelumnya, Pangeran Indrasunu tidak pernah gagal.
Tetapi kali ini, biarlah kami mengakui, bahwa kami pada
suatu saat telah membentur kekuatan yang tidak terlawan.
Dan apalagi ternyata bahwa kami telah berhadapan dengan
kekuatan yang memang tidak sepantasnya kita lawan"
Pangeran Indrasunu masih tetap menunduk. Tetapi ia
tidak dapat berbuat apa-apa. Jika gurunya telah menyerah
kepada keadaan, maka apa yang akan dapat dilakukannya.
Karena itulah, maka ia harus menerima keadaan itu.
Untuk pertama kali ia gagal mengambil seorang gadis yang
diingininya, iustru di Singasari.
"Memang Singasari mempunyai suasana yang lain"
berkata Pangeran Indrasunu didalaftn hatinya. Di Singasari
ia melihat, bahwa Pangeran Wirapaksi tidak berpihak
kepadanya meskipun Pangeran Wirapaksi itu adalah kakak
iparnya dan juga seorang bangsawan seperti dirinya.
"Jika kakangmas mau mempergunakan kekuasaannya
maka segalanya akan selesai. Tetapi nampaknya ia justru
berpihak kepada orang-orang yang bukan dari tataran
bangsawan" berkata Pangeran Indrasunu didalam hatinya.
Sehingga karena itu, maka Pangeran Wirapaksi sama sekali
tidak mau mempergunakan kekuasaannya untuk memenuhi
keinginannya. Dalam pada itu, maka Pangeran Indrasunu itupun harus
menerima segalanya dengan hati yang geram. Namun
akhirnya iapun telah berusaha untuk melihatnya sebagai
satu kenyataan meskipun ia merasa sangat kecewa terhadap
kakak iparnya. Tetapi kenyataan itu memang tidak dapat ditolaknya.
Yang harus dilakukannya kemudian adalah melupakan
seorang gadis padepokan yang bernama Ken Padmi, yang
kini tinggal di rumah Mahendra.
Tetapi Pangeran Indrasunu ragu-ragu akan dirinya.
Apakah ia benar-benar akan dapat melupakannya. Mung
Jafi ia dapat melupakan gadis yang bernama Ken Padmi itu
dengan mengambil sepuluh orang gadis di Kediri. Gadisgadis
padesan yang lain akan merasa sangat berbahagia
apabila mereka mendapat kesempatan untuk diangkat
menjadi selir seorang bangsawan, karena dengan demikian,
mereka berharap bahwa diantara keturunan yang akan lahir
adalah keturunan bangsawan.
Tetapi kekalahan yang dialaminya dan bahkan dialami
oleh gurunya tentu akan tetap menyiksanya. Meskipun
nempaknya gurunya justru telah menerima kekalahan itu
dengan ikhlas, tetapi Pangeran Indrasunu berpendirian lain.
Meskipun demikian segala getar didadanya itu
disimpannya saja. Ia tidak dapat mengatakannya kepada
siapapun. Tidak kepada kakak iparnya, dan bahkan tidak
kepada gurunya. Dalam pada itu, maka permusuhan itu pada gelar
kelahirannya sudah dihentikan. Wasi Sambuja sama sekali
tidak ingin berusaha untuk berbuat apapun juga. Bahkan
Wasi Sambuja sebenarnyalah telah menerima keadaan itu
dengan ikhlas, setelah ia menyadari dengan siapa ia
berhadapan. Namun agaknya berbeda dengan Pangeran Indrasunu.
Karena itu, maka arena yang dibuat dihalaman Pangeran
Wirapaksi itupun telah di hilangkan. Gawarnyapun telah
digulung, sementara para pengawal teldi meninggalkan
halaman. Baik pengawal istana Pangeran Wirapaksi,
maupun para pengawal Pangeran Indrasunu.
Mereka telah berada di serambi gandok, sementara para
Pengawal istana itu telah berkumpul di regol halaman.
Demikianlah, maka yang ada di halaman itupun
kemudian oleh Pangeran Wirapaksi telah diterima sebagai
tamu-tamu mereka. Namun beberapa orang masih juga
nampak letih. Witantrapun ternyata lebih senang meneguk
minuman daripada mengunyah makanan. Rasa-rasanya
badannya masih lungkrah sehingga yang paling segar
baginya adalah minum sebanyak-banyaknya. Demikian
pula Wasi Sambuja, Mahisa Bungalan dan Pangeran
Indrasunu. Namun sementara itu, ternyata Wasi Sambuja tidak
dapat terlalu lama berada di istana Pangeran Wirapaksi.
Meskipun tubuhnya masih belum pulih, maka ia benarbenar
berhasrat ingin segera kembali ke padepokannya.
"Pangeran Indrasunu akan tetap berada disini sampai
keadaannya menjadi baik dan kekuatannya pulih kembali"
berkata gurunya. Ternyata Wasi Sambuja benar-benar tidak dapat ditahan
lagi. Iapun segera mohon diri setelah dengan ikhlas ia minta
maaf atas segala perbuatannya.
"Aku mohon kelancangan kami dapat dilupakan"
berkata Wasi Sambuja. Kemudian katanya pula
"Sebenarnyalah tidak ada gunanya kami mengingkari
kenyataan ini. Seandainya aku mendendam, dan
merencanakan bertemu dalam waktu satu dua tahun lagi,
maka akhirnya tidak akan berubah. Aku mungkin justru
akan dibinasakan karena aku sudah mengulangi kesalahan
yang serupa" "Kami sudah melupakannya" jawab Witantra "tetapi
aku mohon bahwa yang kau ucapkan benar-benar keluar
dari nuranimu" "Aku berkata dengan jujur. Aku sudah cukup tua untuk
mengerti keadaan diri sendiri" jawab Wasi Sambuja.
Ternyata Wasi Sambuja benar-benar meninggalkan
istana itu dan kembali ke padepokannya. Rasa-rasanya ia
benar-benar ingin beristirahat tanpa segan. Ia ingin tidur
tanpa diganggu dan makan yang dikehendaki untuk
memulihkan tubuhnya. Di padepokan ia akan mendapat
refamuan berbagai jenis akar dan dedaunan bagi
makanannya- sekaligus obat yang akan dapat memulihkan
keadaannya dengan cepat. Sebenarnyalah sepeninggal Wasi Sambuja, maka
Mahendrapun telah mohon diri pula. Demikian juga
Mahisa Agni dan Witantra yang akan membawa Mahisa
Bungalan kembali ke istana. Mereka masih belum
melaporkah bahwa mereka telah siap untuk menghadap.
Terlebih-lebih adalah Mahisa Bungalan, setelah
petualangannya yang sebelum ia berangkat disebutnya yang
terakhir.
Panasnya Bunga Mekar Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pangeran Wirapaksi tidak dapat menahan mereka.
Mahendra kembali ke kampung halamannya, sementara
Mahisa Agni, Witantra dan Mahisa Bungalan masuk ke
dalam istana Maharaja Singasari.
Dalam pada itu, ketika istana Pangeran Wirapaksi sudah
sepi, maka Pangeran Indrasunu duduk termenung di
serambi samping. Betapapun juga, ia masih tetap
merenungi apa yang telah terjadi. Ternyata ia tidak seikhlas
gurunya menerima kenyataan itu. Bukan karena Ken
Padmi, tetapi justru karena kekalahan-kekalahan yang
memalukan. Pangeran Indrasunu terkejut ketika ia mendengar desir
lembut mendekatinya. Ketika ia berpaling, dilihatnya isteri
Pangeran Wirapaksi yang juga kakak perempuan Pangeran
Indrasunu, mendekatinya. "Kakangmbok" desis Pangeran Indrasunu.
Pangeran Indrasunu menarik nafas dalam-dalam.
Namun iapun kemudian bergeser ketika isteri Pangeran
Wirapaksi itu duduk disampingnya.
"Aku sudah mengetahui segalanya yang terjadi" berkata
kakak perempuan Pangeran Indrasunu itu.
"Aku telah dihinakan di sini" desis Pangeran yang masih
muda itu "sementara itu kakangmas Wirapaksi sama sekali
tidak berusaha untuk membantuku"
"Ia sudah dijangkiti penyakit para bangsawan di
Singasari" jawab kakak perempuannya.
"Penyakit apa?" bertanya Pangeran Indrasunu.
"Kehilangan kewibawaan dan tidak percaya lagi akan
kekuasaan yang ada ditangannya. Karena itu, kakang
masmu selalu bertindak ragu-ragu dan tidak tuntas. Bahkan
kadang-kadang merugikan dirinya sendiri" jawab kakak
perempuannya. Pangeran Indrasunu memandang kakak perempuannya
dengan kerut merut di dahinya. Dengan suara bernada
tinggi ia bertanya "Jadi kakangmbok juga berpendapat
demikian?" Kakak perempuannya mengangguk kecil. Jawabnya "Ya.
Aku berpendapat demikian"
"Dan kakangmbok tidak pernah menegurnya?" bertanya
adiknya. "Aku sudah berusaha memperingatkannya" berkata
kakak perempuannya "justru Pangeran Wirapaksi
mempunyai kewajiban untuk menelakkan kewibawaan para
bangsawan. Sejak anak padesan yang pernah menjadi
buruan Akuwu Tunggul Ametung di hutan Karautan itu
memegang pemerintahan di Singasari dan bahkan
kemudian berhasil mengalahkan Kediri, maka telah terjadi
sungsang buwana balik. Seolah-olah para bangsawan sudah
tidak berharga lagi. Dan bangkitlah satu trah rakyat jelata
yang memegang kekuasaan. Bukankah Ken Dedes yang
terkenal sebagai bunga di lereng Gunung Kawi itupun
hanya anak padepokan Palawijen?"
"Ya. Ya. Aku mengerti kakangmbok. Yang berkuasa
sekarang di Singasari adalah keturunan Ken Dedes itu. Baik
dari suaminya Tunggul Ametung, maupun dari anak
brandal yang bernama Ken Arok" jawab Pangeran Indra
sunu. "Ya. Dan sekarang kakangmasmu sudah terpengaruh
jalan kehidupan dan cara berpikir orang-orang Singasari
yang tidak lagi menarik batas antara para bangsawan dan
rakyat jelata meskipun ia memegang jabatan setinggi
apapun juga" berkata isteri Pangeran Wirapaksi itu.
"Dan kakangmas Pangeran dengan rela melihat
kenyataan itu. Bahkan mendukungnya" geram Pangeran
Indrasunu. Tiba-tiba anak muda itu berkata "Kakangmas
harus bangkit. Para bangsawan harus mengerti tentang
dirinya sendiri. Termasuk para bangsawan di Singasari yang
lahir sebagai keturunan para Raja dan Maharaja, meskipun
mereka berasal dari keturunan rakyat jelata"
"Itulah yang akan tetap membaurkan hak para
bangsawan" berkata kakak perempuannya.
"Jadi?" bertanya adiknya.
"Aku seorang perempuan yang tidak banyak mengetahui
seluk beluk pemerintahan. Tetapi ada semacam ketidak
relaan didalam hatiku, seperti apa yang baru saja terjadi,
bahwa kau harus memasuki arena perang tanding melawan
seorang anak muda petualang yang tidak sederajat dengan
kau. Apalagi dengan demikian kau telah gagal mengambil
seorang gadis padesan itu" berkata kakak perempuannya.
"Jadi bagaimana menurut kakangmbok?" bertanya
Pangeran Indrasunu. "Aku tidak mengerti. Tetapi keadaan ini membuat aku
menjadi sangat prihatin dan kadang-kadang sakit hati"
jawab isteri Pangeran Wirapaksi "hampir setiap hari aku
melihat, bagaimana Pangeran Wirapaksi harus melayani
orang-orang berkedudukan rendah seperti ia melayani
Pangeran-pangeran di Kediri"
Pangeran Indrasunu mengangguk-angguk. Katanya
"Ternyata tata kehidupan di Kediri masih lebih baik
meskipun Kediri saat ini dibawah perintah Singasari. Aku
akan berbicara dengan beberapa orang bangsawan di
Kediri, bahwa tata kehidupan di Singasari telah menjadi
kalut dan tidak terdapat lagi tataran-tataran yang jelas"
"Cobalah berbicara dengan orang-orang tua" berkata
kakak perempuannya "bagaimanapun juga Kediri harus
tetap teguh dengan tata kehidupannya"
Pangeran Indrasunu mengangguk kecil. Kemudian
katanya "Jika aku kembali, aku akan melakukannya. Aku
masih tetap merasa terhina oleh kekalahanku. Gurupun
nampaknya telah pasrah dan tidak berupaya apapun juga"
"Jangan kau sangka begitu. Bukankah gurumu dengan
tergesa-gesa meninggalkan tempat ini" Ia tidak dapat terlalu
lama menanggung malu di sini. Namun ia tidak dapat
mengingkari satu kenyataan, bahwa ia tidak dapat
memenangkan perang tanding itu" jawab kakak
perempuannya. "Tetapi tidak nampak pada sikap dan kata-kata guru
bahwa ia akan kembali untuk menuntut kemenangan"
berkata Pangeran Indrasunu.
"Tetapi jangan tergesa-gesa mengambil kesimpulan
tentang gurumu" berkata isteri Pangeran Wirapaksi. Lalu
"Sebaiknya kau melihat dan menilai keadaan yang bakal
berkembang. Aku akan tetap mendampingi Pangeran
Wirapaksi untuk berusaha dapat mengarahkan pandangan
hidupnya yang telah berubah itu"
"Baiklah kakangmbok. Aku akan melakukannya" jawab
Pangeran Indrasunu "aku akan segera kembali ke Kediri
dan bertemu dengan beberapa orang. Tetapi aku curiga
terhadap Pangeran Kuda Padmadata. Ia ternyata telah
menodai dirinya sendiri dengan mengambil seorang gadis
padesan menjadi isterinya. Justru isterinya yang diambilnya
dari tataran para bangsawan telah tidak berada di istananya
sepeninggal adiknya yang terbunuh itu"
"Tinggalkan orang itu" berkata kakak perempuannya
"jika Pangeran Kuda Padmadata memang meragukan, kau
tidak usah berbicara dengannya. Masih banyak orang-yang
akan dapat mengerti tentang sikapmu itu. Dan tentu masih
banyak orang yang ikut prihatin atas peristiwa. yang baru
saja terjadi di halaman istana ini"
Pangeran Indrasunu mengangguk-angguk. Ternyata
bahwa kakak perempuan mempunyai sikap yang berbeda
dengan kakak iparnya. Dengan sikap itu, maka ia masih
berpengharapan, bahwa pada suatu saat, ia akan dapat
menebus kekalahannya yang berarti bukan saja kekecewaan
karena ia tidak dapat membawa gadis cantik itu, tetapi juga
harga dirinya. Menurut pengamatan Pangeran Indrasunu dan kakak
iparnya, Pangeran Wirapaksi sudah tidak berdiri diatas
tatarannya. Bahkan agaknya para pemimpin pemerin tahan
di Singasaripun menganggap bahwa orang-orang dari
tataran yang paling rendahpun akan mendapat perlakuan
yang sama dengan para Pangeran.
Karena itu, maka Pangeran Indrasunupun akan
melakukan sesuatu untuk merubah tataran hidup khususnya
kakak iparnya. Dengan bekal sikap itulah, maka dihari
berikutnya Pangeran Indrasunu mohon diri kepada kakak
iparnya untuk kembali ke Kediri setelah beberapa waktu ia
berada di Singasari. Dalam pada itu, niatnya yang dilambari oleh dendam
dan kekecewaan, pribadi itu, benar-benar akan
dilaksanakannya. Karena itu, demikian ia sampai di Kediri,
iapun mulai mencari kemungkinan untuk melakukan
niatnya. Tetapi pada saat ia menjajagi sikap beberpa orang
Pangeran yang masih terikat hubungan keluarga-dan
diantara mereka adalah saudara sepupunya, maka pangeran
Indrasunu menjadi kecewa. Beberapa orang Pangeran, yang
bukan Pangeran Kuda Padmadata justru telah
menasehatinya, bahwa sebenarnyalah jarak antara orangorang
yang disebut orang kecil dan para bangsawan
memang sudah sepatutnya diperkecil.
"Bukan karena kami takut terhadap tindakan orangorang
Singasari, tetapi ternyata bahwa kami sependapat
dengan sikap itu" berkata seorang Pangeran yang lebih tua
dari Pangeran Indrasunu. Betapa kecewanya Pangeran Indrasunu mendengar
jawaban beberapa orang yang dihubunginya! Seolah-olah ia
telah tersisih pada satu sikap yang berbeda dengan orangorang
disekitarnya. Tetapi Pangeran Indrasunu tidak putus asa. Ia masih
tetap berusaha untuk mendapatkan dukungan atas sikapnya
itu. Karena usahanya yang tidak mengenal lelah, maka
akhirnya, Pangeran Indrasunu bertemu juga pendiriannya
dengan beberapa orang Pangeran muda.
"Kediri sudah benar-benar lumpuh" geram Pangeran
Indrasunu "Jika sikap para bangsawannya masih tetap
seperti budak-budak belian, maka Kediri untuk selamanya
tidak akan pernah bangkit"
"Kitalah yang wajib berbuat sesuatu" jawab seorang
pangeran muda yang lain "aku mempunyai sepasukan
pengawal yang setia. Demikian pula agaknya setiap orang
diantara kita. Karena itu, jika kita benar-benar bertekad,
maka kita akan mampu berbuat sesuatu"
"Tentu tidak cukup" desis seorang Pangeran yang lebih
tua. Bertubuh kecil, tidak terlalu tinggi. Namun natiuya
bergejolak seperti kawah gunung berapi "aku mempunyai
seorang kakak yang mempunyai kesempatan paling baik
melakukannya" "Siapa?" bertanya Pangeran Indrasunu.
"Pangeran Suwelatama. Kakangmas Suwelatama yang
menjadi Akuwu di Kabanaran" jawab Pangeran yang
bertubuh kecil. Wajah pangeran Indrasunu tiba-tiba menjadi cerah.
Sambil mengangguk-angguk berkata "Bagus. Bagus sekali.
Kita akan membangunkan satu tata kehidupan yang paling
baik di daerah Pakuwon itu. Kita akan melakukan yang
bertentangan sepenuhnya dengan apa yang pernah
dilakukan oleh Ken Arok. Anak pidak pedarakan yang
pernah menjadi orang buruan di padang Karautan. Orang
itulah yang mula-mula telah merusak tatanan hidup di
Tumapel, karena ia sendiri orang pidak pedarakan.
Isterinya, bekas isteri Tunggul Ametung seorang gadis
padepokan, sehingga mereka ingin mengangkat derajad
tataran yang paling rendah"
"Kakangmas Suwelatama tentu akan berbuat sebaliknya.
Kabanaran akan menjadi landasan tatanan kehidupan yang
mapan dengan tataran-tataran yang seharusnya" berkata
Pangeran Indrasunu "dengan landasan Akuwu Suwelatama
aku akan memberi peringatan kepada kakangmas
Wirapaksi, bahwa tatanan kehidupan di Singasari dan
Kediri sudah rusak" "Siapa tahu, bahwa kakangmas Suwelatama akan
mendapat dukungan cukup setelah ia berhasil menunjukkan
sesuatu yang berharga. Bukankah Ken Arokpun mulai dari
Pakuwon Tumapel, kemudian mengalahkan Kediri dan
menyebut negerinya Singasari?"
"Kabanaran akan bangkit. Kediri dan Singasari pada
saatnya akan tunduk di bawah kaki Akuwu Suwelatama"
berkata Pangeran Indrasunu pula. Lalu "Tentu Akuwu
Suwelatama tidak akan lebih buruk dari Akuwu Ken Arok
pada waktu itu" Dengan demikian maka beberapa orang Pangeran telah
sepakat untuk menemui Akuwu Kabanaran, yang
sebenarnya juga seorang Pangeran. Tetapi nampaknya ia
merasa lebih bebas dan lebih dapat merasakan kekuasaan
yang ada ditangannya sebagai seorang Akuwu.
Para Pangeran yang merasa memiliki kekuatan masingmasing
akan dapat mendukung kekuatan yang ada di
Kabanaran. Sehingga dengan demikian, maka yang akan
dilakukan oleh Akuwu Suwelatama akan lebih mudah
daripada yang dilakukan oleh Ken Arok.
Demikianlah, maka para Pangeran itu telah bersepakat
untuk pergi ke Kabanaran untuk menemui Pangeran
Suwelatama. Menurut pendapat mereka, semakin cepat
akan semakin haik. "Tetapi aku harus berbicara pula dengan guru" berkata
Pangeran Indrasunu "guru Wasi Sambuja harus
mengetahui rencana ini. Mungkin dengan beberapa orang
seperguruannya, ia akan dapat membantu kami, karena
sebenarnyalah di Singasari terdapat orang-orang yang
memiliki ilmu yang tinggi diantara para prajurit dan
Senopati" "Kau sangka di Kediri tidak ada orang-orang yang
sakti?" bertanya seorang Pangeran.
"Tetapi apakah orang itu bersedia bekerja bersama kita,
itulah soalnya" jawab Pangeran Indrasunu.
Para Pangeran yang lainpun mengangguk-angguk.
Mereka sependapat dengan pikiran Pangeran Indrasunu.
Namun dalam pada itu, maka para Pangeran itu pun
benar-benar telah mengambil satu sikap. Mereka telah
Panasnya Bunga Mekar Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menentukan, dikeesokan harinya, mereka akan pergi
menemui Akuwu Suwelatama.
Empat orang Pangeran yang masih muda, telah pergi
menemui Akuwu Suwelatama. Diantara mereka adalah
Pangeran Indrasunu dan Pangeran yang bertubuh kecil,
adik Akuwu Suwelatama, yang lebih senang tinggal di
Pakuwon daripada didalam istana di Kota Raja Kediri.
Kedatangan mereka telah mengejutkan Akuwu
Suwelatama. Sudah agak lama adiknya tidak berkunjung ke
istananya yang terpisah dari Kota Raja. Tiba-tiba adiknya
yang bertubuh kecil itu telah datang bersama beberapa
orang Pangeran yang lain.
"Nampaknya ada sesuatu yang penting" bertanya
Pangeran Suwelatama yang lebih senang menjadi Akuwu
itu setelah ia menanyakan keselamatan tamu-tamunya.
"Tidak kakangmas" jawab Pangeran yang bertubuh kecil
itu "kami hanya ingin mengunjungi kakangmas. Kami
merasa terlalu pepat dan terkurung di Kota Raja, Di sini
kami menghirup udara yang segar, dan yang seakan-akan
bebas menghisap udara seberapapun kami ingini"
Akuwu Suwelatama tertawa. Katanya "Sukurlah. Jika
kalian kerasan disini, tinggallah disini. Sebenarnyalah
bahwa hidup di Pakuwon jauh lebih senang daripada hidup
berjejal di Kota Raja dengan segenap bentuk kehidupan
yang memuakkan. Disini aku dapat berbuat segalanya yang
sesuai dengan sikap dan pandangan hidupku. Meskipun itu
bukan berarti bahwa Pakuwon ini melepaskan diri dari
kuasa Kediri dan bahkan Singasari, tetapi aku dapat
mengatur tata kehidupan sehari-hari sesuai dengan tata cara
yang paling baik menurut pendapatku"
"Benar kakangmas" jawab Pangeran yang bertubuh kecil
itu "apalagi pada saat-saat Kediri sudah kehilangan
kewibawaannya. Seolah-olah Kediri sudah tidak lagi
mempunyai tatanan kehidupan sesuai dengan adat yang
berlaku dari abad ke abad"
"Apa yang kau maksud adimas?" bertanya Akuwu
Suwelatama. Pangeran bertubuh kecil itu tertawa. Jawabnya "Tidak
apa-apa. Tetapi barangkali kakangmas juga mengetahui,
bahwa ada perubahan di dalam tatanan kehidupan di
Kediri, terlebih-lebih lagi di Singasari. Tataran kehidupan
tidak lagi dihormati, dan bahkan para Pangeran dan para
bangsawan telah lupa akan dirinya"
Akuwu Suwelatama tertawa. Katanya "Jadi baru
sekarang kau sadari hal itu?"
"Ya" jawab adiknya. Lalu "Saudara-saudara kita inipun
terlambat menyadari keadaan"
"Karena itu, aku lebih senang berada di sini" jawab
Akuwu Suwelatam "disini aku bagaikan seorang Maharaja.
Semua orang menghormati aku dan keluargaku
sebagaimana mereka harus hormat kepada junjungannya"
Pangeran-pangeran muda yang datang ke Pakuwon
itupun mengangguk-angguk. Pangeran Indrasunu kemudian
berkata "Tataran yang demikian sudah dihinakan di
Singasari. Mungkin maksudnya bukan saja menghina
tataran itu sendiri, tetapi justru karena aku seorang
bangsawan dari Kediri"
Akuwu Suwelatama mengerutkan keningnya. Dengan
nada dalam ia bertanya "Apa yang sudah terjadi adimas
Indrasunu" Pangeran Indrasunu menarik nafas dalam-dalam. Setelah
memandang Pangeran bertubuh kecil itu sekilas, maka
iapun kemudian menceriterakan apa yang telah terjadi atas
dirinya. Wajah Akuwu Suwelatamapun nampak berkerut.
Demikian Pangeran Indrasunu selesai berceritera dengan
menambah di beberapa bagian dari peristiwa-peristiwa yang
sebenarnya terjadi, Akuwu itupun bertanya "Jadi kau gagal
mengambil gadis itu?"
"Ya, kakangmas" jawab Indrasunu.
"Dan Pangeran Wirapaksi sama sekali tidak berusaha
mempergunakan kekuasaan untuk menolong adimas?"
bertanya Akuwu itu pula. -oo0dw0oo- Jilid 25 PANGERAN Indrasunu menggeleng.
"Terlalu" desis Akuwu Suwelatama "dengan demikian
maka adalah, salah para bangsawan itu sendiri bahwa
mereka tidak lagi dihormati orang"
"Sementara itu, di Kediripun berlaku hal yang sama"
desis Pangeran bertubuh kecil itu "Apakah kakangmas
sudah mendengar persoalan yang timbul di istana Pangeran
Kuda Padmadata?" "Aku sudah tahu. Ia memilih perempuan pidak
pedarakan itu daripada isterinya yang sepadan" jawab
Akuwu Suwelatama "seharusnya Pangeran Kuda Padma
data tidak berbuat demikian. Ia dapat saja mengambil anak
padesan itu sebagai selirnya"
"Nah, ternyata aku justru dihinakan di Singasari"
berkata Pangeran Indrasunu kemudian.
"Hal serupa itu tidak akan terjadi disini" berkata Akuwu
Suwelatama "apa saja yang kalian kehendaki akan terjadi.
Jangan pikirkan lagi apa yang terjadi di Singasari itu. Besok
adimas Indrasunu dapat berjalan-jalan dan melihat-lihat.
Perempuan-perempuan cantik di padesan akan merasa
sangat bangga, belum lagi diambil sebagai selir, bahkan di
pandangpun rasa-rasanya mereka harus mendapat wahyu"
Pangeran Indrasunu mengangguk-angguk. Tetapi
sebenarnya bukan itu yang dikehendakinya. Ia ingin
membalas sakit hatinya dengan menebus kekalahannya.
Bahkan jika mungkin dengari peristiwa yang jauh lebih
besar dari yang pernah terjadi di Singasari itu. Bukan
sekedar menga lahkan Mahisa Agni, Mahisa Bungalan,
Mahendra dan Witantra di arena perang tanding, tetapi
Singasari dalam keseluruhan memang harus dirombak sama
sekali. Seluruh tatanan kehidupannya. Bahkan jika
mungkin hubungan antara Kediri dan Singasari itu sendiri.
Meskipun persoalan itu sudah jauh melampaui persoalan
pokoknya. Tetapi Pangeran Indrasunu cukup cerdik untuk tidak
dengan tergesa-gesa menyampaikan maksudnya. Karena
itu, maka iapun mengangguk-angguk sambil menahan
segala gejolak hatinya untuk pada suatu saat yang paling
baik, menyampaikannya kepada Akuwu Suwelatama.
Bersama tiga orang Pangeran lainnya, Pangeran
Indrasunu tinggal di Pakuwon yang dipimpin oleh
Pangeran Suwelatama. Rasa-rasanya mereka memang
dapat melupa kan gejolak hati mereka dengari melihat-lihat
sawah yang hijau. Sungai yang bening mengalir di tengahtengah
bulak yang panjang. Bendungan yang panjang yang
mengangkat air ke sawah lewat parit yang bercabangcabang.
Namun demikian, Pangeran Indrasunu tidak pernah
inelupakan maksud kedatangannya yang sebenarnya. Di
Pakuwon itu ia memang melihat gadis-gadis yang tersipusipu
jika Pangeran-Pangeran muda itu memandangi
mereka. Bahkan mereka menjadi ketakutan jika salah
seorang dari Pangeran itu mendekatinya. Namun dalam
pada itu, hati mereka pun rasa-rasanya menjadi kembang
sebesar Gunung. Baru setelah Pangeran-Pangeran muda itu berada di
Pakuwon itu beberapa hari, maka mereka mulai
menyinggung masalah-masalah yang mereka kehendaki,
sedikit demi sedikit. "Harus ada perubahan dalam tatanan kehidupan di
Kediri" berkata Pangeran Indrasunu.
Pangeran Suwelatama itupun termangu-mangu. Namun
agaicnya adiknya yang bertubuh kecil itupun
meyakinkannya, bahwa yang dikatakan itu sebenarnyalah
demikian. Akuwu Suwelatama yang semula ragu-ragu menanggapi
sikap anak-anak muda itu, akhirnya telah terbuka pula.
Pangeran yang lebih senang tinggal diluar Kota Raja itupun
mengerti, apa yang sebenarnya dikehendaki oleh Pangeran-
Pangeran muda itu. "Kenapa kalian datang kemari?" tiba-tiba saja Pangeran
Suwelatama itu bertanya kepada adiknya "Apakah kau
melihat kemungkinan yang paling kecil sekalipun, bahwa
aku akan sependapat dengan kalian"
"Aku mengerti sikap kakangmas" jawab adiknya,
Pangeran yang bertubuh kecil "kakangmas lebih senang
tinggal di tempat ini, karena kakangmas tidak sependapat
dengan perkembangan keadaan. Namun agaknya
kakangmas terlalu baik hati, atau kakangmas memang tidak
ingin melihat orang-orang gila itu kehilangan tempatnya"
"Tetapi itu belum berarti bahwa, aku telah menentukan
satu sikap" jawab Akuwu Suwelatama.
"Yang kakangmas lakukan sudah satu sikap. Namun
terserahlah kepada kakangmas untuk mengembangkan
sikap itu. Kami hanya ingin menyampaikan kepada
kakangmas, bahwa kami mulai merintis jalan untuk
mengambil langkah yang panjang. Yang terjadi atas
kakangmas Indrasunu dan ketidak-mampuan kakangmas
Wirapaksi untuk mengambil langkah yang paling baik,
hanyalah satu persoalan diantara banyak persoalan yang
harus kita tanggapi"
Akuwu Suwelatama tertawa. Katanya "Kalian masih
terlalu muda untuk menentukan langkah. Kalian hanya
terburu oleh perasaan tidak puas dan gelisah. Meskipun aku
percaya bahwa kalian mempunyai kekuatan, bahkan juga
kalian mempunyai latar belakang perguruan kalian masingmasing,
tetapi kalian hanyalah debu bagi Kediri dan apalagi
Singasari" "Kami menyadari" sahut Pangeran Indrasunu "karena
itu kami tidak berbuat apa-apa sekarang ini. Yang ada
didalam diri kami barulah angan-angan, keinginan dan
gambaran dari satu masa yang menurut penilaian kami
cukup baik dan berarti. Justru karena kami merasa
kekecilan kami, maka kami telah datang kemari. Karena
sebenarnyalah kami tahu, Pakuwon ini adalah Pakuwon
yang besar dan tidak lebih buruk keadaannya dengan
Tumapel" Akuwu Suwelatama tertawa semakin keras. Katanya
"Seolah-olah kalian pernah melihat Pakuwon Tumapel
pada masa Akuwu Tunggul Ametung yang dibunuh oleh
Ken Arok yang kemudian memperisterikan Ken Dedes
setelah ia berhasil mengelabui para Senopati dengan me
nuduh Kebo Ijo sebagai pembunuhnya"
"Tetapi kami mempunyai kemampuan berangan-angan"
jawab Pangeran Indrasunu.
Akuwu Suwelatama mengangguk-angguk. Katanya
kemudian "Aku memang tidak dapat menyembunyikan
sikapku, sehingga adikku dapat mengetahui. Namun aku
sudah berusaha untuk menyingkir sehingga ketidak puasan
itu tidak akan berkembang. Tetapi ternyata bahwa keadaan
tidak menjadi semakin baik, tetapi justru menjadi semakin
buruk. Tentu saja bagi Kediri dan tatanan kehidupannya.
Mungkin dalam hubungan lahiriah keadaan bertambah
baik. Banyak orang yang sudah mulai merasa betapa
mereka hidup tenang dan sejahtera. Namun ada segi-segi
yang perlahan-lahan akan runtuh di Kediri dan di Singasari
sendiri. Namun sejarah pertumbuhan Kediri berbeda
dengan pertumbuhan Singasari"
"Jadi bagaimana menurut kakangmas?" bertanya
Pangeran bertubuh kecil. "Jangan menyudutkan aku mengambil sikap dengan
tergesa-gesa seperti anak-anak yang masih muda. Aku harus
berpikir dan membuat perhitungan. Meskipun pada
dasarnya kau tahu sikap hatiku, tetapi aku tidak akan dapat
mengorbankan banyak hal yang ada disekitarku, terutama
yang berujud kewadagan" berkata akuwu itu. Lalu "Karena
itu, aku akan mendengarkan keluhanmu, sikap hatimu dan
angan-anganmu bagi masa depan. Aku akan membuat
pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan
keadaanku sekarang" "Kami sudah melihat betapa besar dan kuatnya
Pakuwon ini" jawab adiknya.
Akuwu Suwelatama tersenyum. Ditepuknya bahu
adiknya sambil berkata "Kau puji aku seperti kau memuji
anak-anak. Tetapi aku berterima kasih juga kepadamu"
Adiknya yang bertubuh kecil itupun tersenyum. Namun
dalam pada itu Pangeran Indrasunu berkata "Segalanya
tergantung kepada kebijaksanaan Akuwu Suwelatama.
Kami tidak akan berarti apa-apa. Betapapun kami berusaha,
semuanya itu tidak lebih dari sebuah permainan yang
buruk" "Kalian memang aneh-aneh" sahut Akuwu Suwelatama
"belajarlah pada pengalaman. Pujian-pujian tidak akan
mendorong seseorang yang cukup dewasa untuk
membenarkan sikap yang kalian kehendaki. Kecuali kalian
dapat meyakinkan kebenaran dari jalan pikiran kalian. Itu
saja" Pangeran Indrasunu mengerutkan keningnya. Namun
iapun kemudian menundukkan kepalanya.
"Baiklah" berkata Akuwu Suwelatama "kita masih akan
berbicara lagi. Tetapi ketahuilah, bahwa kemenangan Ken
Arok atas Kediri pada waktu itu, adalah karena ke tidak
mampuan orang-orang Kediri sendiri mengurus
pemerintahan. Perbedaan pendapat antara kaum Brahmana
dan Kesatria adalah sumber dari keruntuhannya. Ken Arok
yang cerdik dan licik itu berhasil mema'nfaatkan keadaan
ini. Jangan kau kira, bahwa karena kebesaran Akuwu
Tumapel itu sajalah unsur kemenangan Tumapel atas
Kediri" Keempat Pangeran yang masih muda itu menarik nafas
dalam-dalam. Ternyata yang di bayangkan tidak semudah
itu untuk dilaksanakannya.
Namun demikian, Pangeran Suwelatama tidak
mengecewakan keempat Pangeran itu. Meskipun tidak,
jelas, Akuwu itu bersedia untuk membantu mereka, agar
tata kehidupan di Kediri dan Singasari dapat berubah
Panasnya Bunga Mekar Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sebagaimana seharusnya. "Disamping itu aku akan membina Pakuwon ini"
berkata Akuwu Suwelatama "tetapi aku tentu tidak akan
dapat berbuat tergesa-gesa seperti kalian. Aku akan
membuat perhitungan yang cermat. Aku akan melangkah
jika kau sudah yakin"
Keempat Pangeran itu mengangguk-angguk. Namun
adiknya yang bertubuh kecil itu masih sempat bertanya
"Kapan kita akan mendapat ketetapan, apa yang akan
kakangmas lakukan" Dan barangkali kapan kakangmas
akan mulai?" "Aku akan memberitahukan semuanya kepada keadilan"
jawab Akuwu Suwelatama "tetapi sementara ini kalian
jangan berbuat apa-apa. Jika kalian salah langkah, maka
kalian akan terjerumus kedaiam kesulitan"
"Baiklah" jawab Pangeran Indrasunu" kami tidak akan
berbuat apa-apa selain bersiap-siap menghadapi masa itu.
Masa yang akan memutar kembali jalannya sejarah Kediri
yang buram ini" "Ah" desah Pangeran Suwelatama "kita tidak tergesagesa.
Kita harus berpikir masak-masak. Dengan demikian
kita akan mampu mencapai cita-cita itu"
Keempat Pangeran yang masih muda itu sama sekali
tidak dapat memaksa Akuwu Suwelatama. Ternyata bahwa
Akuwu Suwelatama tidak secepat mereka mengambil
keputusan. "Orang-orang tua selalu lamban" desis Pangeran yang
bertubuh kecil itu ketika mereka duduk berempat di serambi
istana Akuwu Suwelatama. "Akuwu Suwelatama belum termasuk tua. Ia masih
termasuk muda dalam usia" jawab Pangeran Indrasunu.
"Tetapi kita harus menghargai pikirannya" berkata
Pangeran yang seorang lagi "kita memang tidak boleh
tergesa-gesa" "Tetapi juga tidak tanpa batas" sahut yang lain.
"Kita akan menunggu" berkata Pangeran Indrasunu
"mungkin sampai kita menjadi tua. Tetapi mungkin juga
Akuwu Suwelatama bekerja lebih cepat dari yang kita
duga" Dalam pada itu, keempat Pangeran, itupun merasa tidak
perlu lagi berada di Pakuwon itu lebih lama lagi.
Merekapun segera minta diri, sehingga di Kediri mereka
akan dapat mempersiapkan para pengikut masing-masing.
"Kalian dapat tinggal disini lebih lama lagi" Akuwu
Suwelatama berusaha mencegah mereka.
Tetapi keempat Pangeran itu tidak betah lagi tinggal di
Pakuwon itu oleh gejolak darah mereka. Seolah-olah
mereka terpanggil untuk segera pulang kembali dan dengan
pengorbanan apapun juga, berusaha menyelamatkan Kediri
dari kehancuran yang lebih dalam.
Sepeninggal keempat Pangeran itu, Akuwu Suwelatama
justru menjadi sangat prihatin. Ia menjadi bingung
menanggapi sikap anak-anak muda itu. Rasa-rasanya
mereka sajalah yang mempunyai pandangan dan sikap yang
paling benar dan tepat. Adalah wajar bahwa jiwa anak-anak
muda itu masih saja meledak-ledak. Tetapi tentu harus pada
sasaran yang tepat dan menguntungkan.
Dalam kegelisahan itu, maka Akuwu Suwelatama
berniat untuk mendapatkan keterangan lebih lengkap dari
yang didengarnya dari keempat Pangeran itu. Maka yang
paling baik dilakukan menurut pertimbangannya adalah
menghubungi guru Pangeran Indrasunu sebelum Pangeran
Indrasunu sendiri melakukannya, dan barangkali Indrasunu
akan menyebut-nyebut dirinya dengan sikap yang keliru.
Karena itu, maka Akuwu Suwelatamapun memutuskan
untuk segera berangkat di keesokan harinya. Bersama
beberapa orang pengawalnyaiapun telah pergi ke
padepokan Wasi Sambuja yang menurut Pangeran
Indrasunu telah mengalami cidera pula di Singasari karena
ia harus berhadapan dengan seorang yang bernama
Witantra. Jarak yang harus ditempuh oleh Akuwu Suwelatama
bukan jarak yang dekat. Tetapi karena persoalan yang akan
dibicarakannyapun merupakan persoalan yang penting dan
akan dapat berpengaruh bukan saja bagi Kediri, tetapi juga
ketenangan pemerintahan Singasari, maka Akuwu
Suwelatama menganggap perlu untuk pergi sendiri
menemuinya. Ia merasa segan untuk memerintahkan para
Senopatinya datang memanggil Wasi Sambuja.
Namun sebenarnyalah Akuwu Suwelatama adalah
seorang yang memiliki banyak kelebihan. Perjalanan yang
betapapun beratnya pernah dilakukannya. Apalagi pada
masa mudanya. Ia adalah seorang petualang yang
menjelajahi lembah dan pegunungan.
Kedatangannya di padepokan Wasi Sambuja telah
mengejutkan orang tua itu. Wasi Sambuja masih selalu
berada di sanggarnya untuk memulihkan tubuhnya.
Benturan Ilmu yang terjadi antara dirinya dengan Witantra,
telah melukai bagian dalam tubuhnya, sehingga ia harus
berbuat sebaik-baiknya untuk menyembuhkannya.
Dengan hati yang berdebar-debar, maka Wasi Sambuja
yang mendapat kabar kedatangan Akuwu Suwelatama dari
seorang cantriknya menjadi heran. Adalah satu nal yang
aneh, bahwa Akuwu Suwelatama dan sebuah Pa-kuwon
yang jauh telah datang menemuinya di padepokannya.
"Dalam hubungan apa maka ia datang kemari?"
bertanya Wasi Sambuja di dalam hatinya.
Bahkan iapun kemudian merasa cemas, bahwa
kedatangan Akuwu Suwelatama telah mengemban
perinlah, apakah dari Kediri atau dari Singasari untuk
menangkapnya, karena Pangeran Wirapaksi dapat menarik
kesimpulan, bahwa ia sudah memberontak melawan
kekuasaan Singasari di Kediri.
Namun akhirnya Wasi Sambuja berhasil menenangkan
dirinya. Ia sudah mengenai Akuwu Suwelatama meskipun
belum terlalu akrab. Demikianlah, setelah membenahi diri, maka Wasi
Sambuja yang masih belum pulih itupun keluar dari
sanggarnya. Keadaan tubuhnya ilupun menjadi,
pertimbangannya. Jika ia terpaksa melindungi dirinya,
maka ia tidak sedang berada pada puncak kekuatannya.
Apalagi ia tahu benar, bahwa Akuwu Suwelatama termasuk
seorang Akuwu yang luar biasa yang telah meninggalkan
Kota Raja Kediri untuk tinggal di sebuah Pakuwon.
Dengan berdebar-debar Wasi Sambuja kemudian
menerima Akuwu Suwelatama yang telah menempuh
perjalanan yang sangat jauh itu. Dengan tergesa-gesa para
cantrikpun telah menyiapkan jamuan sekedarnya. Air
hangat dan beberapa potong makanan.
Setelah saling bertanya tentang keselamatan masingmasing,
serta setelah Akuwu Suwelatama minum beberapa
teguk, maka Wasi Sambujapun kemudian bertanya dengan
nada rendah "Kedatangan Pangeran telah mengejutkan
kami yang tinggal di padepokan ini"
Pangeran Suwelatama tersenyum. Kemudian katanya
"Paman Wasi Sambuja, sebenarnyalah kedatanganku ini
membawa masalah yang aku anggap penting"
Wasi Sambuja mengerutkan keningnya. Sambil menarik
nafas dalam-dalam ia bertanya "Pangeran membuat aku
menjadi berdebar-debar"
Pangeran Suwelatamapun mulai menyentuh kepenting
airnya datang ke padepokan itu. Namun demikian ia
berusaha untuk menyampaikannya dengan hati-hati
"Paman. Bukankah adimas Pangeran Indrasunu itu murid
dari -perguruan ini?"
Wasi Sambuja mengangguk-angguk. Jawabnya "Benar
Pangeran. Pangeran Indrasunu adalah salah seorang dari
muridku di padepokan ini"
Pangeran Suwelatama mengangguk-angguk. Katanya
kemudian "Pangeran Indrasunu telah datang ke Pakuwon.
Ia sudah mengatakan segala yang dialaminya di Singasari.
Adimas Indrasunu juga berceritera tentang perang
tanding terbatas di halaman Pangeran Wirapaksi"
Wasi Sambuja mengangguk-angguk. Kemudian dengan
nada dalam ia berkata "Aku memang sudah merasa, bahwa
dengan tindakanku itu aku akan dapat dikenakan tuduhan,
bahwa aku sudah melawan pemerintahan Singasari"
"Tidak" Pangeran Suwelatama menyahut "masalah
bukan itu. Tetapi yang kemudian berkembang benar-benar
mengarah ke sikap itu"
Wasi Sambuja menjadi bingung. Kemudian dengan raguragu
ia bertanya "Apakah maksud Pangeran?"
Pangeran Suwelatamapun kemudian mengatakan
rnaksud kedatangan Pangeran Indrasunu dengan ketika
orang Pangeran yang lain, termasuk adiknya sendiri.
Wasi Sambuja termangu-mangu sejenak. Namun
kemudian katanya "Pangeran Indrasunu memang seorang
yang keras hati. Akupun telah ikut bersalah, bahwa selama
ini aku selalu membesarkan hatinya. Aku telah dicengkam
oleh satu kebanggaan bahwa aku telah diangkat menjadi
seorang guru bagi seorang Pangeran"
"Kedatanganku ini paman" berkata Pangeran
Suwelatama "Aku ingin mendapat penjelasan langsung dari
paman Wasi Sambuja, guru adunas Pangeran Indrasunu,
bagaimanakah pendapat paman tentang niat adunas
Indrasunu dan saudara-saudara sepupunya itu"
"Pangeran" jawab Wasi Sambuja "sebenarnyalah bahwa
Pangeran Wirapaksipun menjadi sangat kecewa atas
tingkah laku adik iparnya. Bahkan aku sendiripun telah
mendapat tanggapan yang kurang baik dari Pangeran
Wirapaksi. Aku menyangka, bahwa kedatangan Pangeran
kali ini adalah karena Pangeran menjalankan tugas untuk
menangkap aku" "Aku ingin pendapatmu paman" berkata Pangeran
Suwelatama "katakan dengan jujur, bagaimana
pertimbanganmu" Wasi Sambuja menarik nafas dalam-dalam. Kemudian
katanya "Sudah aku katakan Pangeran, bahwa aku telah
memanjakannya, justru karena aku menganggap bahwa
kedudukanku memberikan nilai yang tinggi bagi padepokan
ini. Baru pada saat terakhir aku menyadari, bahwa
langkahku telah keliru. Dan aku menyesal karenanya"
"Jadi paman dapat mengerti jalan pikiran Pangeran
Wirapaksi?" bertanya Akuwu Suwelatama.
"Aku mengerti" jawab Wasi Sambuja "Aku justru
menjadi menyesal, bahwa aku telah berbuat aneh-.aneh di
Singasari" Pangeran Suwelatama mengangguk-angguk. Katanya
"Jika demikian, kita sependapat. Aku yakin bahwa pada
suatu saat, adimas Pangeran Indrasunu tentu akan dapat
kemari untuk menyampaikan niatnya dan sudah barang
tentu akan minta kepada gurunya untuk membantunya.
Teatu demikian pula dengan Pangeran-pangeran yang lain.
Tetapi menurut perhitunganku, Pangeran Indrasunulah
yang akan menjadi penggeraknya, karena ialah yang telah
dikecewakan oleh sikap orang-orang Singasari. Karena
itulah, maka aku telah datang kemari"
"Apakah maksud Pangeran yang sebenarnya. Aku ingin
Pangeran mengatakan dengan bahasa yang jelas dan pasti"
bertanya Wasi Sambuja. "Aku menolak pikiran anak-anak muda cupet budinya
itu" jawab Akuwu Suwelatama "menurut pikiranku, jika
ada hal yang tidak memenuhi selera mereka, sebaiknya
dikaji lebih dahulu, apakah yang terjadi itu akan merusak
nilai-nilai kehidupan dalam arti sebenarnya. Sebab
perubahan-perubahan lahiriah belum tentu berarti pula
perubahan-perubahan yang mendalam sampai kepada sikap
jiwani. Sebaliknya, unsur-unsur lahiriah yang nampak
masih tetap pada ujudnya, belum tentu tidak membawa
perubahan yang justru mendasar. Apalagi bahwa yang
sebenarnya dilakukannya adalah sekedar kekecewaan
pribadi semata-mata" Akuwu Suwelatama berhenti sejenak,
lalu "tetapi sebaliknya, aku menghargai sikap anak-anak
muda yang tidak gentar melihat pembaharuan namun yang
masih tetap berakar kepada alas jiwa kita"
Wasi Sambuja mengangguk-angguk. Katanya "Aku
sependapat dengan Pangeran. Aku menyesali, apa yang
selama ini telah aku lakukan. Aku akan mencoba
memberikan nasehat kepada Pangeran Indrasunu apabila ia
datang kepadaku. Tetapi Pangeran itupun tentu menjadi
kecewa, justru karena aku tidak berhasil memenuhi
keinginannya ketika ia berada di Singasari"
"Terima kasih" berkata Pangeran Suwelatama. Namun
kemudian katanya "Tetapi paman, kita tidak akan dapat
dengan serta-merta menolak. Akupun tidak berani
mengatakan kepada anak-anak itu langsung pada saat jiwa
mereka sedang bergejolak. Aku mencoba mencari sandaran
yang kemudian dengan perlahan-lahan dapat, mengarahkan
pikiran mereka. Aku sadar, jika mereka kecewa, maka
mereka akan dapat melakukan sesuatu yang sangat
mengejutkan. Karena itu, aku ingin mencari-jalan yang
paling baik untuk memperingatkan agar mereka tidak
melakukan sesuatu yang tidak akan bermanfaat. Baik bagi
mereka sendiri, apalagi bagi orang banyak"
Wasi Sambuja mengangguk-angguk. Katanya "Aku
merasa semakin bersalah. Baiklah. Aku akan berusaha
Pangeran" "Ketika anak-anak itu menyampaikan maksudnya
kepadaku, maka aku menunjukkan sikap yang nampak
ragu, justru untuk mencegah agar mereka tidak segera
mengambil sikap" berkata Pangeran Suwelatama "dengan
demikian, aku sempat memikirkan apa yang sebaiknya aku
lakukan" "Ya Pangeran" desis Wasi Sambuja.
"Seolah-olah kita sedang menghadapi anak-anak yang
bermain-main dengan pisau. Kita tahu, bahwa hal itu
berbahaya. Tetapi jika kami memaksa untuk mengambil
pisau itu, anak itu tentu akan menangis"
"Jadi?" bertanya Wasi Sambuja.
"Kita akan mengambilnya, namun sementara itu kita
Panasnya Bunga Mekar Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
harus mempersiapkan permainan yang lain, yang dapat
memberinya kepuasan seperti mereka bermain-main dengan
pisau, namun yang dapat memberikan manfaat kepada
mereka" Wasi Sambuja menarik nafas dalam-dalam. Namun
sebelum ia berkata sesuatu, Pangeran Suwelatama telah
mendahuluinya "Mengucapkannya memang jauh lebih
mudah daripada melakukannya"
Wasi Sambuja mengangguk-angguk. Namun katanya
"Tetapi kita harus mencobanya. Dan aku juga akan
mencobanya" "Terima kasih" sahut Pangeran Suwelatama "agaknya
kedatanganku ke padepokan ini tidak sia-sia"
Ternyata keduanya mendapat kesepakatan sikap. Karena
itu, maka mereka berharap, bahwa Pangeran Indrasunu
dengan ketiga orang saudaranya itu tidak akan terperosok
ke dalam sikap yang kurang sewajarnya.
Dalam pada itu, setelah bermalam semalam di
padepokan itu, maka di keesokan harinya Akuwu Suwelatamapun
minta diri. Diiringi oleh para pengawalnya, iapun
kembali ke Pakuwonnya. Namun ia sudah mendapatkan
bekal yang lebih mantap atas sikapnya.
Namun Akuwu Suwelatama masih belum berniat
menyampaikan persoalan itu kepada para pemimpin di
Kediri. Ia masih berusaha untuk mencari jalan keluar. Jika
hal itu didengar oleh para pemimpin di Kediri, apalagi
Singasari, maka mereka akan mengambil sikap yang lebih
keras, yang belum tentu akan dapat menyelesaikan
persoalan dengan baik dan tanpa mengorbankan pihak yang
manapun juga. Yang dapat dilakukan oleh Akuwu Suwelatama justru
menunggu, bahwa pada suatu saat, Pangeran-pangeran
muda itu akan datang kepadanya, dengan pikiran-pikiran
yang tentu sudah berkembang.
Dalam pada itu, ternyata keempat Pangeran itu
menganggap bahwa Akuwu Suwelatama tentu akan
membantu mereka. Jika masih ada persoalan yang terasa
belum mapan, segera akan dapat mereka bicarakan
sehingga segalanya akan berjalan dengan rancak.
"Kita harus bersiap-siap" berkata Pangeran Indrasunu
"kita tidak dapat menunda terlalu lama. Kita harus
bertindak cepat pada saat peradaban Kediri masih belum
runtuh sama sekali" "Ya" jawab Pangeran bertubuh kecil "ternyata bahwa
kakangmas Suwelatama dapat mengerti pikiran kita.
"Ia masih muda seperti kita. Umurnya hanya terpaut
beberapa tahun saja. Tugasnya sebagai Akuwu
membuatnya seperti orang yang sudah jauh lebih tua dari
umurnya yang sebenarnya" berkata Pangeran yang lain.
Anggapan itu telah menjadi alas sikap dan tindakan para
Pangeran yang masih belum sempat melihat dunia dengan
dewasa. Sementara itu, mereka telah mulai dengan latihanlatihan
atas para pengikut mereka masing-masing. Beberapa
orang pengawal yang setia dan janji-janji yang mempesona.
"Aku akan menemui guru" berkata Pangeran Indrasunu
pada suatu saat. "Aku juga" desis Pangeran yang bertubuh kecil.
Demikian pula saudara-saudaranya. Mereka
menganggap bahwa guru mereka masing-masing tentu akan
bersedia membantu mereka dalam keadaan yang menurut
mereka sangat gawat. Dihari berikutnya, Pangeran Indrasunu telah pergi
kepadepokan Wasi Sambuja. Dengan penuh harapan ia
berniat untuk menghimpun kekuatan dipadepokannya
bersama para pengawalnya yang sudah lebih dahulu
disiapkan. Kedatangan Pangeran Indrasunu ke padepokan itu
memang sudah di perhitungkan oleh Wasi Sambuja seperti
yang sebelumnya telah di sebut-sebut oleh Akuwu
Suwelatama.Namun dalam pada itu, Wasi Sambuja
menerimanya seolah-olah ia masih belum mengetahui
alasan kedatangan Pangeran Indrasunu.
"Guru" berkata Pangeran Indrasunu " tidak ada orang
yang akan mendengarkan keluhanku selain guru"
"Apa yang terjadi Pangeran?" bertanya Wasi Sambuja
"Aku akan berusaha untuk membantu segalanya kesulitan
yang terjadi atas Pangeran"
"Terima kasih guru" jawab Pangeran Indrasunu "selama
ini aku memang merasa bahwa guru selalu memenuhi
keinginanku. Sampai pada persoalan yang terakhir yang
terjadi dirumah kakangmas Wirapaksi, guru telah
menunjukan betapa guru benar-benar berusaha untuk
mengangkat martabatku"
"Ya, ya, Pangeran. Pangeran adalah muridku. Adalah
kewajibanku untuk berbuat apa saja bagi kebaikan
Pangeran" jawab Wasi Sambuja.
"Terima kasih guru" desis Pangeran Indrasunu.
Wasi Sambuja mengangguk-angguk. Namun kemudian
katanya "Tetapi Pangeran belum mengatakan, apa yang
Pangeran inginkan" Pangeran Indrasunu menarik nafas dalam-dalam.
Kemudian katanya "Guru. Agaknya memang sudah
saatnya untuk berbuat sesuatu bagi Kediri"
"Apa yang baik kita lakukan?" bertanya Wasi Sambuja.
Pangeran Indrasunupuh kemudian menceriterakan
rencananya bersama ketiga Pangeran yang lain. Mereka
bahkan telah menemui Pangeran Suwelatama yang lebih
senang hidup di luar lingkungan istana dan Kota Raja.
Wasi Sambuja menarik nafas dalam-dalam. Sementara
itu Pangeran Indrasunu berkata lebih lanjut "Kakangmas
Pangeran Suwelatama telah bersedia membantu kami.
Sebagaimana telah terjadi, Tumapel mampu mengalahkan
Kediri. Padahal kakangmas Suwelatama memiliki kelebihan
dalam segala segi dari Ken Arok pada waktu itu"
Wasi Sambuja memandang Pangeran Indrasunu sejenak.
Kemudian katanya "Tetapi yang perlu Pangeran ketahui,
bahwa Singasari sekarangpun memiliki banyak kelebihan
dari Kediri pada waktu itu" Apalagi Kediri pada waktu itu
telah dilanda oleh perselisihan ke dalam yang tidak ada
habisnya dari golongan-golongan yang ada. Masing-masing
menganggap diri mereka, maksudku golong an mereka
adalah golongan yang paling baik. Akhirnya benturanbenturan
sikap yang tidak terkendali, telah membuat Kediri
ringkih" "Sekarang kita menghadapi masalah yang serupa"
berkata Pangeran Indrasunu "beberapa golongan di
Singasari sedang berusaha untuk meruntuhkan peradaban"
"Apa yang baik kita lakukan?" Bertanya Wasi Sambuja
Pangeran Indrasunupun Kemudian menceritakan
rencananya bersama ketiga Pangeran yang lain.
"Bahkan juga di Kediri. Jika kakangmas Suwelatama
bangkit untuk menegakkannya, maka rakyat Kediri dan
Singasari tentu akan mendukungnya"
"Pangeran" berkata Wasi Sambuja "segala tindakan,
apalagi sesuatu yang besar dan mempunyai jangkauan yang
luas dan panjang, harus dipikirkan masak-masak"
"Tetapi aku sudah memikirkannya" jawab Pangeran
Indrasunu "dan bukankah guru sudah berjanji untuk
membantuku" "Benar Pangeran" jawab Wasi Sambuja "Aku tikan
selalu membantu Pangeran. Aku akan berbuat apa saja bagi
kebaikan Pangeran seperti yang sudah aku katakan"
"Jika demikian, kita akan segera dapat mulai guru"
berkata Pangeran Indrasunu "kakangmas Suwelatama pun
sudah siap" "Pangeran" berkata Wasi Sambuja "sebenarnyalah aku
memang harus berbuat apa saja bagi kebaikan Pangeran.
Jika perlu aku harus menunjukkan jalan yang harus
Pangeran tempuh" "Bagus" Pangeran Indrasunu hampir berteriak "Aku
memang memerlukannya"
"Bahkan aku harus berani mengatakan kepada Pangeran
apa yang sebenarnya menurut pikiranku" desis Wasi
Sambuja, lalu "Aku mohon maaf Pangeran, bahwa untuk
kebaikan Pangeran, mungkin aku akan mengatakan yang
lain dari keinginan Pangeran"
Wajah Pangeran Indrasunu menjadi tegang. Namun ia
masih menahan diri dan menunggu apa yang dikatakan
oleh Wasi Sambuja selanjutnya.
"Pangeran" berkata Wasi Sambuja "Aku sudah berusaha
untuk menebus kekalahan Pangeran. Bahkan hampir saja
merenggut nyawaku sendiri. Namun demikian, aku tidak
berhasil. Adalah menjadi kewajiban kita, orang-orang yang
mengembara di dunia olah kanuragan, untuk mengakui
dengan jantan, kenyataan yang dihadapinya. Ternyata aku
dapat dikalahkan oleh seseorang yang bernama Witantra
itu" "Tetapi guru" sahut Fangeran Indrasunu "kita tidak akan
turun lagi ke arena perang tanding. Kita akan turun ke
dalam satu perjuangan untuk menegakkan kewibawaan
Kediri. Dengan demikian kita tidak akan dituntut untuk
maju ke arena perang tanding seperti yang sudah kita
lakukan. Dalam hal yang demikian, maka disamping
kemampuan seorang demi seorang, maka kekuatan
pasukanpun akan ikut menentukan. Aku dan empat orang
saudaraku, bahkan salah seorang diantara kami adalah
Akuwu Suwelatama, telah bersepakat untuk bertempur.
Bukan saja untuk melepaskan belenggu yang telah dipasang
oleh Singasari sejak masa Sri Ranggah Rajasa Sang
Amurwa Bhumi, tetapi kamipun harus membersihkan
Kediri dari orang-orang yang sudah kehilangan dirinya
sendiri" "Tetapi Pangeran" berkata Wasi Sambuja "Apakah cara
yang angger pilih itu sesuai untuk saat seperti sekarang ini?"
"Apakah ada cara yang lain?" bertanya Pangeran
Indrasunu. "Pangeran" berkata Wasi Sambuja "Aku mohon maaf.
Aku sudah berjanji untuk mengatakan yang paling baik bagi
Pangeran. Karena itu, cobalah Pangeran menimbang,
bahwa jika Pangeran melakukannya sekarang, maka orangorang
Singasari dan orang-orang Kediri itu akan
mengatakan, bahwa yang Pangeran lakukan itu tidak lebih
dari kekecewaan pribadi. Dengan demikian, maka yang
akan Pangeran lakukan tidak akan mendapat dukungan
rakyat Kediri apalagi Singasari"
"Omong kosong" jawab Pangeran Indrasunu "yang
terjadi itu hanyalah salah satu sebab. Tetapi sebab yang
utama telah aku katakan"
"Meskipun demikian Pangeran, jika Pangeran sudi
mendengarkan nasehatku, baik sebagai orang yang telah
berumur lanjut, maupun sebagai guru Pangeran sendiri,
sebaiknya Pangeran merenungkan niat Pangeran itu dua
tiga kali lagi" "Sementara itu, peradaban yang ingin aku tegakkan
sudah musnah sama sekali" potong Pangeran Indrasunu
dengan sertamerta. "Tidak Pangeran. Pangeran tidak perlu tergesa-gesa
mengambil keputusan. Sejak aku memasuki arena, aku
sudah menolak untuk disebut memberontak terhadap
kekuasaan Kediri dan apalagi Singasari"
"Sedangkan yang akan kita lakukan sebenarnyalah,
memberontak terhadap orang-orang yang sekarang
berkuasa di Kediri dan Singasari" potong Pangeran
Indrasunu. "Pangeran" suara Wasi Sambuja merendah "itulah yang
aku cemaskan. Masalahnya sebenarnya dapat dibatasi.
Tetapi Raden telah mengembangkannya sehingga
masalahnya telah merambat kemasalah yang sangat besar"
"Guru" suara Pangeran Indrasunu meninggi "kenapa
tiba-tiba guru sudah berubah?"
"Maaf Pangeran. Aku mulai menilai sikapku sendiri
terhadap Pangeran" jawab Wasi Sambuja "nampaknya
selama ini tindakanku keliru. Sekarang, meskipun sudah
agak terlambat, aku merasa perlu untuk memperbaiki"
"Jadi tegasnya guru menolak permintaanku?" bertanya
Pangeran Indrasunu dengan nada keras.
"Permintaan yang sebenarnya telah aku penuhi. Yaitu
mengatakan apa yang sebaiknya bagi Pangeran" jawab
Wasi Sambuja. Wajah Pangeran Indrasunu menjadi semakin tegang.
Dengan keras ia menegaskan "Jadi guru tidak mau
memberontak bersama kami, termasuk kakangmas
Suwelatama?" "Aku mohon maaf Pangeran. Langkah itu adalah
langkah yang keliru untuk saat ini" jawab Wasi Sambuja.
"Baiklah" Pangeran Indrasunu menggeram "kakangmas
Suwelatama tentu akan membuat perhitungan dengan guru.
Guru sudah terlanjur mengetahui rencana kami, sementara
guru tidak sependapat dengan kami"
"Jangan mengancam begitu Pangeran" jawab Wasi
Sambuja "meskipun aku mempunyai pendirian dan sikap
tersendiri, tetapi aku bukan pengkhianat yang akan
menimbulkan kekisruhan justru sebelum persoalan yang
sebenarnya mulai" "Sekarang guru berkata demikian, tetapi siapa tahu, apa
yang akan guru katakan besok" geram Pangeran
Indrasumu. "Pangeran" desis Wasi Sambuja "jika aku ingin
berkhianat, maka alangkah mudahnya untuk melakuannya
sekarang. Menangkap Pangeran dan melemparkan
Pangeran ke hadapan Sri Maha Raja di Singasari. Apakah
Pangeran menyangka bahwa aku tidak dapat menangkap
Pangeran sekarang ini?"
Wajah Pangeran Indrasunu menjadi merah seperti bara.
Tetapi ia tidak berani berbuat sesuatu. Jika gurunya benarbenar
marah, maka ia akan dapat melakukan satu tindakan
yang gawat baginya. Karena itu, maka tiba-tiba saja iapun telah minta diri
untuk meninggalkan padepokan itu. Ternyata gurunya tidak
menahannya dan apalagi menangkapnya. Sejenak
Panasnya Bunga Mekar Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kemudian maka kudanyapun telah berderap. Kaki Pangeran
Indrasunu menghentak-hentak perut kudanya, seakan-akan
ia ingin melepaskan kemarahannya.
Sepeninggal Pangeran Indrasunu, Wasi Sambuja
menarik nafas panjang. Iapun turut merasa bersalah. Ia
telah memanjakan anak muda itu, segala yang
dikehendakinya, seakan-akan selalu dipenuhinya. Tetapi
permintaannya kali ini ternyata terlalu banyak.
Wasi Sambujo tidak dapat tinggal diam. Ia tahu, bahwa
Pangeran Indrasunu tentu akan pergi ke Akuwu
Suwelatama. Meskipun demikian, Wasi Sambujo tidak
perlu mencemaskan lagi. Akuwu Suwelatama sudah
menetukan sikapnya. Dalam pada itu, Pangeran Indrasunu yang kembali ke
Kediri telah menjumpai saudara-saudaranva. Dengan
menyesal ia mengatakan kepada saudara-saudaranya,
bahwa gurunya untuk sementara tidak dapat berbuat apaapa.
Keadaannya iustru mengkhawatirkan.
"Guru luka didalam" berkata Pangeran Indrasunu.
"Tetapi apakah luka itu tidak akan sembuh?" bertanya
Pangeran yang bertubuh kecil.
"Tetapi kapan" Apalagi jika guru menjadi cacat" jawab
Pangeran Indrasunu. Saudara-saudaranya mengangguk-angguk. Mereka
percaya kepada keterangan Pangeran Indrasunu.
Sebenarnyalah bahwa Pangeran Indrasunu tidak dapat
mengatakan bahwa gurunya telah menolak permintaannya.
Dengan demikian maka para Pangeran itu akan menjadi
kendor dan patah, sehingga niatnya tidak akan terpenuhi.
"Tetapi jangan cemas" berkata Pangeran yang bertubuh
kecil "bukankah kakangmas Suwelatama sudah
menyatakan diri untuk melakukannya" Kita akan pergi
kepadanya dan mengatakan segalanya"
"Bagaimana dengan persiapan kita sendiri?" bertanya
Pangeran yang lain. "Pengawal-pengawalku sudah siap" berkata Pangeran
Indrasunu. "Pengawal-pengawalku juga sudah siap meskipun tidak
terlalu banyak" berkata Pangeran yang lain. Namun
katanya kemudian. "Tetapi aku akan bertemu dengan guru.
Jika guru bersedia membantuku, dengan mempersiapkan
para cantrik dari padepokannya maka kekuatan kita akan
berlipat" "Aku juga" berkata Pangeran yang bertubuh kecil
"kecuali kakangmas Suwelatama, aku akan minta bantuan
guru" Ternyata ketiga Pangeran yang lain itupun masih akan
menjumpai guru mereka masing-masing. Mereka akan
merasa kuat untuk mulai dengan satu sikap yang akan
dapat merubah keadaan Kediri untuk selanjutnya.
Sebagaimana Wasi Sambujo, pada umumnya guru-guru
para Pangeran muda itu juga memanjakan murid-muridnya.
Kecuali mereka berbangga bahwa mereka mempunyai
murid seorang Pangeran, bukan saja karena derajad, tetapi
pada umumnya mereka memberikan dana yang cukup
banyak bagi guru-guru mereka. Uang, bahkan kadangkadang
barang-barang berharga, atau seekor kuda yang
tegar. Karena itu, maka ketiga orang guru dari ketiga orang
Pangeran yang bersama Pangeran Indrasunu telah
menetunkan sikapnya itu dengan senang hati berusaha
untuk membantu mereka apapun vang akan mereka
lakukan. "Kita harus bersiap guru" berkata Pangeran yang
bertubuh kecil pada waktu dekat kita akan mulai. Kakang
mas Suwelatama sudah siap untuk bertindak kapan saja kita
kehendaki" Baiklah. Kita akan mempersiapkan diri dalam waktu
dekat. Pada umumnya para cantrik sudah mengusai ilmu
kanuragan. sehingga kita akan dapat bergerak kapan saja.
Berkata gurunya seorang yang telah melampaui umur
pertengahan abad. Namun dalam pada itu, keempat Pangeran itu masih
merasa perlu untuk sekali lagi pergi kepada Pangeran
Suwelatama di Pakuwonnya. Mereka berniat untuk
merencanakan saat yang paling baik untuk mulai dengan
satu tindakan yang nyata untuk merubah keadaan.
"Kita tidak perlu berkumpul di Pakuwon kakangmas,
Suwelatama" berkata Pangeran yang bertubuh kecil "Kita
bergerak dari padepokan kita masing-masing. Sementara
gerakan yang paling besar akan dimulai dari Pakuwon
kakangmas Suwelatama"
"Ya. Dengan demikian maka gerakan itu akan nampak
terjadi di segara arah. Rakyat Kediri pun akan segera
bangkit untuk mendukungnya terutama para bangsawan
yang masih setia kepada leluhurnya. Pengaruh para
bangsawan itu akan segera menjalar di kalangan para
pengikut masingr-masing. Para pengawal mereka dan
orang-orang yang berhungan dengan mereka. Dengan
demikian maka api yang kita nyalakan, akan segera
membakar seluruh Kediri. Jika rakyat Kediri sudah brtekad
bulat, maka kekuatan apapun tidak akan dapat
mencegahnya. "Bukan saja rakyat Kediri. Beberapa orang pemimpin
Singasari yang setia akan peradaban kitapun akan
membantu. Nah, di Singasari juga akan timbul perpecahan.
Dengan demikian maka Singasari akan menjadi ringkih"
Keempat Pangeran itu tertawa. Seolah-olah segalanya
sudah berlangsung. Namun demikian, mereka tidak
kehilangan kewaspadaan. Dalam perjalanan ke Pakuwon Pangeran suwelatama,
mereka sudah merencakan, selain gerakan nyata dengan
kekuatan, merekapun harus meyakinkan beberapa pihak,
bahwa perjuangan mereka adalah benar. Kediri pada
dasarnya bukan bagian dari Singasari . Selebihnya, mereka
harus merombak tata kehidupan yang goyah di Kediri dan
Singasari. Dalam pada itu, merekapun menjadi semakin lama
semakin dekat dengan Pakuwon yang mereka tuju.
Pakuwon Kabanaran vang dipimpin oleh Akuwu
Suwelatama. Demikian keempat Pangeran itu memasuki Pakuwon
Kabanaran, maka jantung mereka menjadi berdebar-debar.
Mereka melihat di beberapa tempat para pengawal sedang
berlatih perang. Bahkan di alun-alun anak-anak bersoraksorak
di seputar gawar yang telah dipasang. Beberapa orang
pengawal sedang mengadakan sodoran. Mereka
menunggang kuda sambil membawa tongkat panjang yang
berujung bulat dan diperlunak dengan kain. Dengan senjata
tongkat itu mereka saling menyerang dan berusaha
menjatuhkan lawannya dari punggung kudanya.
Keempat Pangeran itu berhenti sejenak. Pangeran
Indrasunu yang turun dari kudanya telah mendekati
seorang anak muda yang sedang menonton sodoran itu.
"Apakah mereka melakukannya setiap hari?" bertanya
Pangeran Indrasunu. "Tidak setiap hari. Tetapi setiap tiga hari sekali sejak
beberapa saat yang lampau" jawab anak muda itu.
"Dan pengawal yang berlatih di beberapa tempat itu?"
bertanya Pangeran Indrasunu pula.
"Ya. Sebagaimana dilakukan oleh para pengawal yang
sedang mengadakan sodoran itu" jawab anak muda itu.
"Pangeran Indrasunu mengangguk-angguk. Ketika ia
kembali kepada ketiga Pangeran yang lain, maka ia
berdesis" Ternyata kakangmas Suwelatama sudah
memulainya. Para pengawal sudah digerakkan untuk
berlatih perang" Pangeran yang bertubuh kecil tertawa. Katanya
"Kakangmas memang seorang yang bertindak cepat. Tidak
ragu-ragu dan memperhitungkan waktu sebaik-baiknya"
Keempat orang Pangeran itupun kemudian dengan
tergesa-gesa melanjutkan perjalanan, menuju ke istana
Akuwu Suwelatama. Hati mereka rasa-rasanya menjadi
mekar melihat persiapan di Pakuwon itu.
Demikian mereka memasuki regol istana Akuwu
Suwelatama, merekapun segera disambut oleh pengawal
yang bertugas di halaman. Para pengawai itu menerima
kuda-kuda mereka dan mempersilahkan mereka naik ke
pendapa, sementara yang lain telah memberitahukan
kehadiran keempat Pangeran itu.
Keempat Pangeran itupun kemudian telah dipersilahkan
untuk masuk ke bangsal dalam. Akuwu Suwelatama telah
menerima mereka di bangsal dalam, sebagaimana Akuwu
sering mengadakah pembicaraan dengan orang-orang
terpenting di Pakuwonnya.
Setelah mengucapkan selamat datang, dan bertanya
tentang keselamatan keluarga di Kediri, maka Akuwu
itupun mempersilahkan tamu-tamunya makan dan minum
hidangan yang disuguhkan bagi mereka.
"Aku merasa senang kalian datang lagi ke Pakuwon
yang sepi ini" berkata Akuwu Suwelatama "Aku ingin
mempersilahkan kalian berada disini lagi beberapa hari.
"Kakangmas sudah mengadakan persiapan-persiapan
sebaik-baiknya" berkata adiknya, Pangeran yang bertubuh
kecil. Pangeran Suwelatama mengangguk-angguk. Katanya
"Kami memang sudah mengadakan latihan-latihan
sekedarnya" "Terima kasih kakangmas" sahut Pangeran Indrasunulah
yang menyahut "tetapi apakah kakangmas sudah
mempunyai rencana waktu yang paling baik memulainya?"
"Mulai apa?" bertanya Pangeran Suwelatama. Pangeran
Indrasunu mengerutkan keningnya. Namun disangkanya
Akuwu itu sedang bergurau. Karena itu maka Pangeran
Indrasunu justru bertanya "Jadi apakah vang sedang
kakangmas persiapkan?"
Pangeran Suwelatama tersenyum. Katanya "Aku sedang
mempersiapkan satu pameran kesiagaan para pengawal di
Pakuwon ini. Aku ingin memperingati genap sepuluh tahun
aku berkuasa disini sebagai seorang Akuwu. Aku mulai
pada saat aku masih sangat muda. Pada umur duapuluh
tahun aku sudah menjadi Akuwu"
Pangeran Indrasunu mengerutkan keningnya. Namun
Pangeran Suwelatama meneruskan "Daeran ini semula
adalah daerah yang terkutuk. Tidak ada seorangpun yang
bersedia memerintah daerah ini dengan cara apapun juga,
karena daerah ini dikuasai oleh beberapa kelompok
penjahat yang kuat" Akuwu itu berhenti sejenak. Lalu
katanya kepada adiknya "He, bukankah kau masih ingat
apa yang pernah terjadi sepuluh tahun yang lalu" Aku
membawa sepasukan pengawal dari Kediri. Aku telah
memilih sekelompok pengawal yang menyatakan itu, aku
berhasil membersihkan daerah ini. Aku menangkap tiga
orang gegedugnya dan membunuh dua diantara mereka.
Akhirnya daerah ini menjadi aman, dan aku diberi
wewenang untuk mendirikan Pakuwon disini"
Pangeran Indrasunu dan ketiga orang Pangeran yang lain
termangu-mangu sejenak. Dengan nada rendah Pangeran
Indrasunu bertanya "Apakah maksud kakangmas, latihanlatihan
itu diselenggarakan sekedar menunjukkan
ketrampilan dalam peringatan tahun kesepuluh itu?"
"Ya. Kami, para pemimpin di Pakuwon ini ingin
mengenang kembali hari-hari yang penuh dengan
ketegangan itu. Tetapi dengan kebanggaan di hati, bahwa
kami masih tetap kuat sampai saat ini. Apalagi pada akhirakhir
ini mulai terdengar lagi kelompok-kelompok penjahat
yang mencoba menjamah Pakuwon ini, meskipun asalnya
dari daerah di luar Pakuwon ini" jawab Akuwu
Suwelatama "karena itu, kami wajib memperingatkan agar
mereka menyadari bahwa Pakuwon ini adalah Pakuwon
yang kuat. Keempat Pangeran itu saling berpandangan. Dalam pada
itu Pangeran indrasunupun bertanya dengan ragu-ragu
"Jadi, bukankah kakangmas juga sekaligus mempersiapkan
diri menghadapi rencana yang sudah kita susun?"
"Rencana yang mana?" bertanya Akuwu Suwelatama.
Keempat Pangeran itu menjadi bingung. Apalagi ketika
mereka mendapat kesan bahwa Akuwu itu benar-benar
tidak tahu rencana yang mereka maksudkan. Justru karena
itu, maka keempat Pangeran itu bagaikan kehilangan akal.
Mereka saling berdiam diri dan saling berpandangan.
Sehingga karena itu, maka Akuwu Suwelatama itupun
bertanya pula "Cobalah jelaskan. Barangkali dengan
demikian aku akan dapat menanggapinya"
Pangeran Indrasunu yang berdebar-debar berusaha untuk
menjelaskan maksud mereka. Katanya "Kakangmas
Suwelatama. Beberapa saat yang lampau kami telah pernah
datang kemari untuk memberitahukan keadaan Kediri dan
Singasari yang semakin merosot dipandang dari segi
peradabannya. Kebiasaan-kebiasaan buruk semakin
berkembang. Sementara orang-orang Kediri sudah
melupakan sama sekali kemungkinan untuk tegak sebagai
satu bangsa yang besar seperti masa lampau"
"O" Pangeran SuWelatama mengangguk-angguk.
Katanya kemudian "Itulah yang kalian maksud. Kalian
memang pernah menyatakan kepadaku, bahwa kalian ingin
membuat satu kejutan di Kediri dan Singasari"
"Ya" berkata Pangeran Indrasunu "Kita akan merintis
satu gerakan untuk membangunkan rakyat Kediri dan
sekaligus rakyat Singasari untuk menegakkan peradaban
dan menyingkirkan kebiasaan buruk yang kini sedang
meracuni rakyat" Pangeran Suwelatama itupun kemudian tersenyum.
Katanya "Adimas. Aku sudah pernah mendengar kalian
mengatakannya kepadaku. Tetapi aku tidak pernah
menganggap bahwa hal itu akan sungguh-sungguh kalian
lakukan. Aku mengira bahwa hal itu kalian katakan
kepadaku pada waktu itu, justru kerena hati adimas
Indrasunu sedang dibakar oleh satu kekecewaan. Bukankah
adimas Pangeran Indrasunu gagal mengambil seorang
Panasnya Bunga Mekar Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
perempuan yang bernama Ken Padmi dari rumah
Mahendra" Justru setelah melewati semacam sayembara
tanding, adimaspun telah gagal pula. Bahkan guru adimas
Indrasunu, Wasi Sambujapun telah tidak berhasil
mengalahkan Witantra"
"Tidak" bantah Pangeran Indrasunu dengan serta merta
"Aku sama sekali tidak melakukannya karena sakit hati atas
kegagalan keinginan pribadi. Tetapi justru karena itu aku
melihat kekurangan yang terdapat di Singasari dan Kediri"
"Adimas" berkata Pangeran Suwelatama "agaknya jiwa
adimas sedang terguncang. Kegagalan adimas telah
membuat adimas kehilangan pengamatan diri. Dengan
demikian maka' adimas melihat orang lain selalu bersalah.
Tanpa menyadari keadaan diri sendiri, adimas menganggap
bahwa keadaan menjadi semakin buruk"
"Tidak. Aku yakin akan kebenaran perjuangan ini"
bantah Pangeran Indrasunu "kakangmas juga sudah
membenarkan sikap kami beberapa waktu yang lalu. Tetapi
tiba-tiba sikap kakangmas berubah"
"Bukan berubah" jawab Akuwu Suwelatama "tetapi aku
saat itu menganggap bahwa adimas tidak bersungguhsungguh"
"Aku tidak pernah bermain-main dengan nasib Kediri
dan Singasari" sahut Pangeran Indrasunu.
"Tetapi pada waktu itu adimas benar-benar baru
dicengkam oleh kekecewaan" jawab Pangeran Suwelatama.
"Aku dapat membedakan kepentingan pribadi dengan
kepentingan kita dalam keseluruhan, kepentingan Kediri
dan Singasari" jawab Pangeran Indrasunu.
Pangeran Suwelatama menarik nafas dalam-dalam.
Katanya "Adimas Pangeran seluruhnya. Aku mengerti
bahwa jiwa kalian memang sedang bergejolak. Tetapi kalian
harus dapat memilih sasaran dalam keadaan seperti
jsekarang ini. Aku juga seorang yang menganggap bahwa
keadaan sekarang masih belum seperti yang kita inginkan.
Tetapi memperbaiki Keadaan itu tidak selalu harus
dilakukan dengan kekerasan seperti yang adimas
maksudkan. Bukankah adimas Pangeran berempat ingin
mendorong aku untuk memberontak" Atau tegasnya ingin
mempergunakan Pakuwon ini sebagai landasan perjuangan
kalian. Perjuangan yang dinyalakan sekedar karena
kekecewaan pribadi" "Tidak. Itu tidak benar" bantah Pangeran yang bertubuh
kecil "kakangmas menilai persoalan ini semata-mata karena
keadaan kakangmas Pangeran Indrasunu. Tetapi
kakangmas harus menilai keadaan kami bertiga. Kami sama
sekali tidak dikecewakan oleh apapun juga secara pribadi.
Tetapi kamipun telah bertekad untuk mengadakan
perombakan yang mengakar dari persoalan yang
berkembang sekarang ini"
"Adimas" berkata Pangeran Suwelatama "Aku belum
termasuk golongan orang-orang tua di Kediri. Tetapi aku
mempunyai pengalaman lebih banyak dari kalian. Karena
itu, aku ingin memperingatkan agar kalian melihat keadaan
ini dengan pandangan yang lebih luas. Melihat dasar dari
gejolak perasaan kalian yang mencari sebab dari
kekecewaan itu" "Kami sudah melakukannya kakangmas" jawab
Pangeran Indrasunu "dan hasil yang kami ketemukan
adalah keputusan untuk melakukan usaha yang akan
didukung oleh seluruh rakyat Kediri dan Singasari"
"Tetapi kalian harus mempunyai rencana yang
mendasar. Kalian harus mengerti landasan perjuangan
kalian, tujuan yang hendak dicapai, dan penilaian atas
usaha itu. "Apakah yang akan kalian capai itu lebih atau justru
lebih buruk dari keadaan sekarang" berkata Pangeran
Suwelatama. Pangeran-pangeran yang masih muda itu tidak sabar lagi.
Seorang diantara merekapun kemudian berkata "Kami
tidak akan melangkah surut kakangmas. Tahap pemikiran,
penilaian dan rencana sudah kami lalui. Kam telah sampai
kepada tahap pelaksanaan. Karena itu, kamt mohon
kakangmas dapat mengikuti jalan pikiran kami. Kami
bukan kanak-kanak yang masih dicengkam oleh perasaan
semata-mata. Tetapi kami sudah cukup dewasa untuk
berpikir dan bertindak bagi satu kepentingan besar seperti
sekarang ini" Akuwu Suwelatama menarik nafas dalam-dalam. Anakanak
muda itu benar-benar sudah sulit untuk diajak bicara.
Namun ia masih mencoba untuk meredakan ketegangan di
hati para Pangeran muda itu katanya "Adimas. Jika adimas
sudah melewati beberapa tingkatan dalam usaha kalian,
maka berilah aku kesempatan untuk berpikir. Mungkin aku
memang lamban. Tetapi aku berusaha untuk berhati-hati"
"Waktu untuk berpikir sudah cukup lama kakangmas"
jawab Pangeran Indrasunu "yang kami harapkan sekarang,
kakangmas dapat mulai bergerak. Adalah satu keuntungan
bahwa pada saat ini pasukan pengawal Pakuwon ini sedang
berlatih. Hal ini akan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya"
"Jangan begitu adimas" jawab Pangeran Suwelatama
"latihan untuk merayakan satu kebanggaan di masa lampau
akan berbeda dengan latihan-latihan untuk satu kepentingan
yang jauh lebih gawat"
"Kakangmas. Kami tidak mau terlambat" jawab
Pangeran yang bertubuh kecil.
"Tetapi terus terang, aku belum dapat mengatakan apaapa
sekarang ini" berkata Pangeran Suwelatama.
Wajah para Pangeran itu menjadi merah. Pangeran yang
bertubuh kecil itupun berkata "Kakangmas telah
menyesatkan dugaan kami. Semula kami menyangka
bahwa kakangmas sudah menyatakan kesediaan kakangmas
untuk bersama-sama dengan kami berjuang bagi Kediri dan
Singasari. Tetapi ternyata pada saat kami sudah siap untuk
mulai, kakangmas telah mengingkarinya"
"Kalian salah paham" jawab Akuwu Suwelatama.
"Tidak. Jika terjadi salah paham, tentu tidak kami
berempat seluruhnya" jawab Pangeran Indrasunu.
"Aku tidak dapat menjelaskan lebih banyak lagi adimas"
berkata Pangeran Suwelatama "hanya itulah yang dapat
aku katakan, tetapi dengan sepenuh harapan, bahwa adimas
akan dapat mengerti bahwa untuk satu pekerjaan yang
besar, diperlukan perhitungan yang sangat cermat"
"Sudah aku katakan berulang kali, bahwa kami sudah
membuat perhitungan sebaik-baiknya. Tidak ada yang salah
lagi menurut hitungan kami" jawab salah seorang dari
Pangeran-pangeran muda itu.
"Yang jelas masih ada satu kesalahan" jawab Akuwu
Suwelatama. "Kesalahan apa?" bertanya Pangeran yang bertubuh
kecil. "Bahwa Pakuwon ini kau anggap sudah siap untuk ikut
serta dalam gerakan kalian pada saat ini" jawab Akuwu
Suwelatama. "Bukan kesalahan. Tetapi keingkaran" jawab Pangeran
Indrasunu tegas. Terasa kuping Pangeran Suwelatama menjadi panas.
Tetapi ia masih tetap menahan diri menghadapi Pangeranpangeran
yang masih muda dan masih mudah digerakkan
oleh perasaan semata-mata.
Namun sebenarnyalah bukan kemudaan mereka sematamata
yang telah menyesatkan mereka. Banyak diantara
anak-anak muda yang lain yang berbuat jauh lebih baik dari
yang telah mereka lakukan.
Tetapi ternyata anak-anak muda yang dihadapinya itu
benar-benar telah mengeraskan hatinya untuk satu niat yang
bagi Akuwu Suwelatama kurang menguntungkan bagi
segala pihak. Karena itu, maka Akuwu Suwelatama itupun kemudian
berkata "Adimas Pangeran berempat. Jika demikian,
baiklah aku berkata langsung pada pokok persoalannya agar
tidak lagi terjadi salah paham. Sebenarnyalah aku tidak
akan dapat dilibatkan ke dalam rencana kalian. Justru aku
telah berusaha untuk mencegah agar kalian mengurungkan
niat kalian, karena jika kalian melakukannya, maka yang
akan terjadi adalah goncangan-goncangan yang dahsyat.
Yang akan terjadi adalah bencana yang besar yang akan
melanda seluruh negeri dan yang kemudian akan paling
menderita adalah rakyat kecil yang tidak tahu menahu,
apakah yang sebenarnya telah terjadi, karena perubahanperubahan
yang tidak mendasar, pada hakekatnya tidak
akan memperbaiki keadaan mereka"
Keempat Pangeran muda itu tidak lagi dapat menahan
diri. Jantung mereka bagaikan terbakar. Mereka
menganggap bahwa Pangeran Suwelatama telah
mengingkari janji. Karena itu, maka tiba-tiba saja Pangeran Indrasunu yang
tidak dapal menahan diri lagi ilupun berkata "Aku mengerti
kakangmas, bahwa kakangmas ingin tampil di paling
depan, sehingga kakangmaslah yang kelak akan mendapat
julukan sebagai pembebas tanah ini. Jika demikian natnya,
sebenarnyalah kami tidak berkeberatan sama sekali jika
kakangmaslah yang akan disebut sebagai pemimpin dari
pemberontakan ini. Dan yang kelak pada saatnya Singasari
yang sekarang jatuh, kakangmaslah yang pantas untuk
duduk di atas Singgasana"
"Adirnas" potong Pangeran Suwelatama. Rasanya
jantungnya berdenyut semakin cepal. Namun ia masih tetap
berusaha menahan diri. Katanya "Kalian semakin jauh
tersesal. Aku sama sekali tidak ingin mencampuri persoalan
kalian. Biarlah aku bersama para pengawal Pakuwon ini
berbuat sebaik-baiknya bagi daerah kami yang sempit. Jika
aku sudah berhasil menyusun kedamaian hati rakyat
Pakuwon ini, aku sudah merasa puas dan bahwa hidupku
ini punya arti" "Baiklah kakangmas" sahut Pangeran yang bertubuh
kecil "kami akan menempuh jalan kami masing-masing.
Jika kakangmas cemas akan kekuatan kami, besok
kakangmas dapat pergi ke Kediri atau ke Singasari untuk
melaporkan, bahwa sebentar lagi, akan datang saatnya
kebenaran dan keadilan melanda Kediri dan Singasari.
Merenggut tanah ini dari runtuhnya peradaban yang sudah
kita bangun untuk berabad-abad lamanya"
"Jadi kalian tetap pada pendirian kalian?" bertanya
Akuwu Suwelatama. Ternyata pertanyaan itu cukup mendebarkan.Karena lu
keempat Pangeran itu justru terdiam sesaat.
Namun Pangeran Indrasunulah yang kemudian
menjawab "Ya. Kami tidak akan melangkah surut
kakangmas. Kami akan berjalan terus sampai kepada tujuan
kami" "Bagaimana dengan Wasi Sambuja?" tiba-tiba saja
Akuwu Suwelatama bertanya.
"Guru dalam keadaan yang tidak memungkinkan. Guru
dalam keadaan luka parah ketika ia berperang tanding
melawan Witantra. Tetapi pada saat guru sembuh, maka ia
tentu akan terjun dalam perjuangan ini"
Pangeran Suwelatama menarik nafas dalam-dalam.
Namun katanya kemudian "Jika demikian, siiahkan adimas
Pangeran berempat berjalan sendiri. Ternyata aku tidak
dapat ikut bersama kalian"
"Terserah kepada kakangmas. Aku tidak mempunyai
pilihan lain" jawab Pangeran yang bertubuh kecil.
Pangeran Suwelatama menarik nafas dalam-dalam.
Namun katanya kemudian "Tetapi adimas Pangeran. Aku
berharap bahwa adimas tidak melupakan kedudukanku.
Aku adalah seorang Akuwu. Aku berada dibawah perintah
Kediri dan Singasari"
Wajah keempat Pangeran itu menjadi merah. Mereka
menyadari arti dari kata-kata Pangeran Suwelatama itu.
Bahkan ditelinga mereka mirip suatu tantangan, bahwa
pada suatu saat mungkin sekali mereka akan bertemu di
medan. Namun dalam pada itu. Pangeran Suwelatama ituputi
berkata "Tetapi kalian masih mempunyai waktu untuk
berpikir. Setidak-tidaknya diperjalanan kembali dari
Pakuwon ini. Aku percaya bahwa kalian memang sudah
dewasa. Sudah membedakan mana yang buruk dan mana
yang baik, Serta bersedia mempertanggung jawabkan
tingkah laku kalian"
Sesaat keempat Pangeran itupun masih saja terdiam.
Namun sejenak kemudian Pangeran yang bertubuh kecil
itupun berkata "Kami mohon diri"
Pangeran Suwelatama termangu-mangu sejenak.
Terbersit persaan prihatin yang mendalam didalam dirinya.
Di Kediri beratus ribu anak-anak muda. Tetapi ampat
orang anak muda ini akan dapat membakar ketenangan
yang sudah merambah sampai kepadesaan.
Tetapi Akuwu Suwelatama tidak sempat berbicara
panjang. Keempat anak-anak muda itu segera bangkit dan
minta diri. Namun ketika Akuwu mengantar mereka sampai
diregol, iapun masih berkata "Adimas Pangeran berempat,
bukan maksudku untuk menganggap anak-anak muda tidak
mampu berbuat apapun juga. Anak-anak muda memang
dapat merupakan penggerak yang kuat. Tetapi yang kalian
lakukan itu kurang mapan. Cobalah melihat dirimu sendiri,
sumber dari segala rencanamu itu, apakah karena
pengenalanmu atas keadaan Kediri yang sebenarnya, aiau
karena oleh perasaan kecewa atau tersinggung oleh
kegagalan usaha bagi kepentingan sendiri. Bukan maksudku
menuduh, tetapi aku minta kalian sempat merenunginya"
Keempat Pangeran itu seoiah-olah tidak mau
mendengarkannya lagi. Dalam pada itu Pangeran
Indrasunu berkata "Kita memang mempunyai sikap yang
lain. Baiklah. Kita akan menempuh |alan kita masingmasing"
Demikianlah keempat Pangeran yang masih muda itu
meninggalkan Pakuwon Kabanaran. Mereka masih melihat
para pengawal yang sedang berlatih. Bagaimanapun juga,
mereka harus mengakui, bahwa Pakuwon itu adalah sebuah
Pakuwon yang kuat. jika benar apa yang dikatakan oleh
Panasnya Bunga Mekar Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Akuwu Suwelatama, yang membayangkan kemungkinan
mereka ikan bertemu pada sisi yang berlawanan dari tempat
mereka masing-masing berpijak, maka adalah sangat berat
unluk berhadapan dengan Akuwu Suwelatama.
Namun dalam pada itu. Pangeran Indrasunu berkata
"Apapun yang akan kita hadapi, kita tidak akan melangkah
surut. Aku mempunyai alasan yang kuat untuk bertindak.
Namun karena keingkaran kakangmas Suwelatama maka
kita harus membuat perhitungan baru. Bukan untuk
menggagalkan rencana ini. Tetapi justru sebaliknya, agar
rencana kita daoat berhasil dengan baik"
"Bagus" sahut Pangeran yang bertubuh kecil "pada suatu
saat kita justru akan mulai dari Pakuwon Kabanaran ini
sendiri. Kakangmas Suwelatama harus tahu, dan kemudian
menyesal bahwa ia sudah ingkar janji. Jika Pakuwon ini
kemudian tidak aman lagi, maka Akuwu Suwelatama tentu
akan dinilai lagi kebijaksanaanya. Baik oleh Kediri maupun
oeh Singasari" "Ya" jawab Pangeran Indrasunu "kita akan mulai dari
dua pijakan. Yang pertama kita akan memaksa kakangmas
Suwelatama untuk menyadari kesalahanya, dan kedua, kita
akan mulai dari Singasari. Khususnya sebuah padukuhan di
luar Kota Raja yang dihuni orang oleh seseorang bernama
Mahendra" Pangeran-pangeran itu mengangguk. Sementara
Pangeran Indrasunupun berkata "Sementara itu, kita akan
menyebarkan penjelasan sikap dan pendirian kita kepada
rakyat Kediri dan Singasari, bahwa tujuan kita adalah untuk
kepentingan mereka semua"
"Ya. Jika mereka dapat mengerti maka mereka tentu
akan membantu kita" jawab pangeran yang lain.
Namun tiba-tiba Pangeran yang seorang lagi bertanya
"Tetapi apa yang akan kita katakan kepada mereka agar
mereka mengerti bahwa kita telah berbuat untuk mereka"
Apakah yang akan terasa langsung oleh orang-orang Kediri,
sehingga hal itu akan mendorong mereka untuk membantu
kita" Pangeran yang lainpun terdiam. Mereka menjadi
termangu-mangu. Pertanyaan itu membuat mereka
merenung sejenak. Apa yang mereka lakukan itu" Dan
apakah yang dapat sebut menguntungkan bagi Kediri itu?"
Namun akhirnya Pangeran Indrasunulah yang mencoba
memecahkan teka-teki itu. Katanya "Kita dapat
mempergunakan alasan yang paling baik untuk mengajak
mulai berpikir. Terutama orang-orang Kediri"
"Bagaimana?" bertanya saudara-saudaranya.
"Apapun tujuan akhir yang ingin kita capai, maka untuk
membangunkan orang-orang Kediri kita dapat mengajak
mereka untuk mengenang kembali masa kejayaan yang
pernah dimilikinya. Jika kita dapat membawa mereka
kepada satu kenangan bagaimana Ken Arok merampas
tanah air ini, maka kita sudah mulai melihat hasil dari
usaha ini" berkata Pangeran Indrasunu.
"Aku mengerti" salah seorang dari keempat Pangeran itu
menyahut "kita dapat mempemgaruhi satu dua orang
pemimpin pasukan pengawai disamping kekuatan dari
padepokan yang sudah pasti akan menjadi alas perjuangan
ini. Guru-guru kita sudah sepakat, kecuali Wasi Sambuja
yang keadaanya belum memungkinkan"
Dengan demikian maka keempat Pangeran itupun telah
kembali membulatkan tekad mereka untuk berbuat sesuatu.
Mereka menganggap bahwa sikap orang-orang Singasari
yang banyak dipengaruhi oleh pandangan hidup dari
keturunan orang-orang kebanyakan telah menggoyahkan
peradaban mereka. Karena itulah, maka ketika mereka kemudian berada di
Kediri, maka mereka tidak menunda waktu lagi. Dengan
dukungan dari guru-guru mereka, maka mereka telah
mempersiapkan kekuatan di padepokan-padepokan.
Padepokan yang pada umumnya telah dibeayai oleh
Pangeran-pangeran itu karena mereka berguru pada
padepokan itu. Namun padepokan Pangeran yang bertubuh kecil itu
agak berbeda. Pemimpin padepokan itu adalah seorang
bangsawan pula meskipun bukan tataran pertama.
Pemimpin padepokan itu adalah bekas seorang Senopati
yang mengasingkan diri. Sebenarnyalah sudah ada bibit
didalam hatinya, bahwa ia tidak dapat menerima kenyataan
yang berkepanjangan, bahwa Kediri harus tunduk kepada
Singasari. Karena itu, ketika muridnya menyampaikan hal itu
kepadanya, maka dengan serta merta ia telah menerimanya
sebagai satu sikap yang terpuji.
"Aku akan berbuat apa saja, agar rencana Pangeran itu
akan berhasil. Tetapi sudah barang tentu bahwa kita tidak
boleh mengharap hasil yang sebaik-baiknya dalam waktu
dekat. Besuk atau lusa, atau sepekan atau sebulan lagi"
berkata gurunya. "Maksud guru?" bertanya Pangeran yang bertubuh kecil
itu. "Kita harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Kita
tidak boleh tergesa-gesa dan salah hitung. Kesalahan yang
kita lakukan pada saat-saat persiapan akan menghancurkan
usaha itu di tengah perjalanan"
Pangeran bertubuh kecil itu mengerutkan keningnya.
Tetapi akhirnya mengangguk-angguk. Ia percaya bahwa
gurunya tidak akan berbuat seperti Pangeran Suwelatama.
Yang mula-mula seolah-olah ia sudah menentukan sikap.
Tetapi yang ternyata kemudian menjadi goyah, bahkan
ingkar sama sekali. Demikianlah, maka persiapan-persiapanpun dilakukan
dengan diam-diam. Pangeran Indrasunu sudah
mengatakan, bahwa mereka akan melakukan gerakan
mereka, tidak langsung menusuk kejantung. Tetapi
sebagaimana mereka makan makanan yang panas, mereka
akan memulainya dari pinggir. Semakin lama semakin
ketengah. Sehingga akhirnya, pusat pemerintahanpun akan
ditelannya. Di tiga padepokan persiapan-persiapan itu sudah mulai
nampak dilakukan. Dengan beaya dari para Pangeran itu,
maka mereka dapat menghimpun anak-anak muda yang
bersedia menjadi cantrik yang mempunyai kedudukan agak
lain dengan cantrik kebanyakan.
Bersama para cantrik, Putut dan Jejanggan mereka
menempa diri. Mereka mendapat latihan kanuragan. Baik
secara pribadi maupun dalam kelompok-kelompok pasukan
yang tebih besar. Karena hal itu dilakukan di tempat-tempat yang agak
terpencil, maka hal itu tidak segera diketahui oleh paja
pengawal di Kediri. Sementara itu, di Singasari, sepeninggal Pangeran
Indrasunu, maka Mahisa Bungalanpun merasa, bahwa
sudah saatnya baginya untuk mulai dengan satu kehidupan
baru. Ia sudah merasa mapan untuk mulai dengan tugastugas
keprajuritan yang sebenarnya.
Pada saat-saat sebelumnya, meskipun ia belum dengan
resmi memasuki tugas-tugas keprajuritan, namun ia sudah
menjadi keluarga dari kesatuan prajurit Singasari, sehingga
karena itu, maka kehadirannya di lingkungan keprajuritan
sama sekali bukannya menjadi masalah baru
Namun dengan demikian, maka Mahisa Bungalan telah
mengikat diri dalam tugas-tugas tertentu. Ia tidak dapat
berbuat menuruti keinginannya saja. Jika ia ingin
melakukan sesuatu, maka ia harus mendasarkannya kepada
perintah Senopatinya, Sementara itu, maka Ken Padmi masih tetap berada di
rumah Mahendra. Ia sudah terbiasa hidup bersama kedua
adik Mahisa Bungalan yang nakal, tetapi ternyata mereka
adalah anak-anak muda yang baik.
Namun dalam pada itu, Mahendra sama sekali tidak
mengetahui, bahwa apa yang terjadi di istana Pangeran
Wirapaksi itu masih akan membawa akibat yang panjang.
Bahwa Pangeran hidrasimu telah menjadikan
padukuhannya menjadi salah satu sasaran pertama dari
gerakannya, meskipun padukuhannya itu tidak ada
hubungannya dengan usaha Pangeran Indrasunu untuk
membangunkan orang-orang Kediri dari kealpaannya.
Karena itu, maka Mahendra merasa, kewajibannya telah
menjadi berkurang justru setelah Mahisa Bungalan
menempatkan dirinya di dalam lingkungan keprajuritan.
Sebagai orang tua maka Mahendrapun telah mengayam
angan-angan tentang suatu saat, anaknya hidup dalam
lingkungan sebuah keluarga kecil.
Sebenarnyalah keempat Pangeran itu memang harus
bersabar. Mereka harus memberikan waktu kepada para
peniimpin padepokan, guru-guru mereka untuk
mempersiapkan tenaga terlatih. Bahkan dengan diam-diam
para Pangeran itu telah mengirimkan para pengawal
mereka yang terpilih untuk menerima latihan khusus dalam
olah kanuragan, terutama dalam kemampuan mereka
secara pribadi. Dalam pada itu, guru dari Pangeran yang bertubuh kecil,
yang menyebut dirinya Resi Damar Pamali, telah benarbenar
menyusun kekuatan. Adalah diluar dugaan, bahwa ia
mampu menghimpun tenaga yang tidak kalah
kemampuannya dengan para pengawal di Pakuwon Kabanaran.
Sementara kedua orang guru Pangeran yang lain,
kekuatan Resi Damar Pamali rasa-rasanya mampu untuk
mengimbangi kekuatan Akuwu Suwelatama.
Sementara itu, Pangeran Suwelatama ternyata menjadi
lengah. Pangeran itu menganggap bahwa para Pangeran
yang telah datang kepadanya itupun sempat merenungi diri
mereka sendiri, sehingga mereka tidak lagi mempunyai
angan-angan yang menyesatkan.
Untuk beberapa hari, bahkan beberapa bulan Pangeran
Suwelatama masih tetap bersiaga menghadapi segala
kemungkinan, jika para Pangeran yang kecewa itu datang
untuk mencoba menghukumnya. Namun setelah bulan
pertama lewat, menjelang bulan kedua tanpa ada kabar
beritanya, maka Pangeran Suwelatama justru telah
bersukur, karena menurut dugaannya, saudara-saudaranya
itu telah menyadari kekeliruanya.
Tetapi hal itu memang termasuk diperhitungkan sebaikbaiknya
oleh Resi Damar Pamali. Bahkan Resi Damar
Pamali sempat mengirimkan petugas sandinya untuk
melihat keadaan Pakuwon Kabanaran. Namun menurut
keterangan yang diperolehnya, Akuwu Suwelatama justru
telah mengendorkan kesiagaannya setelah ia menganggap
bahwa Pangeran-pangeran itu telah dengan diam-diam
membatalkan niatnya. "Angger Pangeran" berkata Resi Damar Pamali kepada
muridnya "nampaknya waktu yang kita tunggu itu hampir
tiba. Tetapi kita masih harus tetap bersabar. Kita tidak mau
gagal. Sekali pukul, Pakuwon itu harus dapat kita
hancurkan" "Ya guru" jawab Pangeran bertubuh kecil itu "Aku
memang merasa sakit hati atas sikap kakangmas Akuwu
Suwelatama. Ia menganggap aku dan ketiga saudarasaudaraku
sebagai kanak-kanak yang masih belum nalar.
Karena itulah agaknya ia menjadi lengah pula dan
menganggap kami tidak akan berbuat apa-apa, sebagaimana
tingkah laku kanak-kanak, yang merajuk dan patah"
Gurunya tertawa. Katanya "Kita harus mulai
mempersiapkan pasukan. Kita akan mengumpulkan semua
kekuatan yang lelah tersedia di padepokan ini"
Demikianlah, pada saat-saat yang memungkinkan, ketika
Akuwu Suwelatama telah hampir melupakan keempat
orang Pangeran itu, maka mulailah mereka justru
menghimpun kekuatan. Kekuatan dan tiga padepokan yang
besar yang dibiayai oleh para Pangeran serta para
pengawal, telah berkumpul di padepokan Resi Damar
Pamali. Ternyata kekuatan Resi Damar Pamali ltu benar-benar
diluar dugaan para Pangeran itu sendiri.
"Kita mempunyai perhitungan yang cermat" berkata
Resi Damar Pamali "sudah saatnya kita pergi ke Pakuwon
Kabanaran. Pakuwon itu akan kita pecahi berkepingkeping.
Kita akan mendudukinya dan menghimpun
kekuatan di atasnya. Dengan demikian maka kekuatan kita
akan diperhitungkan oleh siapapun juga, termasuk Kediri
dan Singasari. Sementara itu, kiia tiarus dapat mengambil
hati rakyat di Kabanaran dan kemudian tiarus meluas ke
daerah yang lain. Bahkan kota raja Kediri dan Singasari.
Jika keadaan sudah masak, kita akan dengan mudah
memasuki daerah yang orang-orangnya lelah mengerti apa
yang kita inginkan" Keempat Pangeran itu telah bersepakat untuk
membangun satu perjuangan itu, merasa bahwa mereka
benar-benar telah siap. Sehingga akhirnya, hari-hari yang
mereka yang tunggu-tunggu itupun datang pula atas
persetujuan Resi Damar Pamali.
Dengan didukung oleh Resi Damar Pamali sendiri, dua
orang pemimpin padepokan yang berpengaruh, para cantrik
dan para pengawalpun telah mempersiapkan diri memasuki
Pakuwon Kabanaran. Sementara Pakuwon itu sendiri sama
sekali tidak menduga, bahwa hai itu akan terjadi.
Karena itu, setelah Pakuwon itu memperingati hari-hari
yang mereka banggakan, maka kesiagaan merekapun
mengendur. Apalagi setelah waktu berjalan terus tanpa ada
kesan apapun juga tentang sikap keempat Pangeran itu.
Pada saat yang ditentukan, Pakuwon Kabanaran benarbenar
telah dikejutkan oleh serangan yang tiba-tiba
memasuki daerahnya. Para pengawal yang tidak siaga
sepenuhnya terdesak dengan cepat. Sementara isyarat telah
mengumandang merambat dari satu padukuhan ke
padukuhan yang lain mendahului kemajuan pasukan Resi
Damar Pamali. Isyarat yang sampai ke telinga para pengawai di pusat
pemerintahan Pakuwon Kabanaran telah terkejut. Dengan
apa adanya para pengawal segera mempersiapkan diri.
Panasnya Bunga Mekar Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mereka segera memasang gelar menghadapi penyerang
yang merambat mendekati kota. Sebenarnyalah pasukan itu
seolah-olah tidak terhambat sama sekali. Pasukan pengawal
Pakuwon Kabanaran terdesak dengan cepat. Bahkan dua
orang penghubung telah mendahului pasukan pengawal
yang berada di luar kota untuk menyampaikan laporan
tentang kekuatan pasukan yang menyerbu Pakuwon itu.
"Kekuatan yang sangat besar" berkata penghubung itu.
Berita itu memang sangat mengejutkan. Dari
penghubung itu Akuwu Suwelatama mengetahui bahwa
yang datang itu adalah saudara-saudaranya sendiri yang
mendendamnya, karena ia tidak mau dengan langsung
melibatkan diri pada usaha mereka untuk menumbuhkan
perubahan di Kediri dan Singasari.
Tetapi bahwa kekuatan yang datang itu tidak terduga
besarnya, memang sangat mengherankannya.
Tetapi penghubung yang datang kepadanya itu dapat
menjelaskannya, bahwa sebagian dari mereka adalah
pengawal dari para pangeran itu yang nampaknya memang
sudah dipersiapkan, dengan kekuatan dari beberapa
padepokan. Akuwu Suwelatama mengangguk-angguk. Katanya
kemudian "Pasukan kita memang tersebar karena kita tidak
menduga hal ini akan terjadi"
"Isyarat ini akan memanggil mereka" desis seorang
Senopati. "Tetapi memerlukan waktu yang barangkali tidak akan
dapat mengimbangi kecepatan laju pasukan empat
Pangeran itu" desis Pangeran Suwelatama.
"Kita akan berusaha Sang Akuwu" jawab Senopati itu
"kita akan mempertahankan Pakuwon ini sampai batas
kemampuan terakhir" Akuwu Suwelatama mengangguk-angguk. Tetapi
sebenanrnyalah ia mulai memperhitungkan keadaan dengan
cermat. Belum lagi Akuwu Suwelatama mengambil keputusan,
maka telah datang penghubung berikutnya. Dengan cemas
salah seorang dari mereka berkata "Kekuatan mereka tidak
dapat diimbangi. Kami telah melihat pasukan yang
memasang gelar di luar gerbang kota. Tetapi kekuatan itu
tidak akan seimbang. Yang datang bagaikan banjir
bandang, sementara bendungan yang kita pasang tidak lebih
dari seonggok dedaunan"
"Bagaimana pertimbanganmu?" bertanya Pangeran
Suwelatama. "Pasukan kita akan digulung tanpa arti" jawab
penghubung itu. Pangeran Suwelatama mengangguk-angguk. Sementara
ia tidak akan dapat menunggu para pengawal yang tersebar.
Ya bahkan sebagian dari mereka, sebagaimana biasanya,
secara bergilir diperkenankan kembali ke rumah masingmasing.
Namun dalam pada itu, isyarat yang terdengar di seluruh
kota itu telah memanggil beberapa orang pengawal yang
sedang tidak bertugas. Dengan bergegas mereka kembali ke
pasukan masing-masing. Namun yang jumlahnya memang
kurang memadai. Sedangkan pasukan yang tersebar di
tempat-tempat yang jauh menghadapi kemungkinankemungkinan
meluasnya lagi beberapa kelompok
perampok, sulit untuk di tunggu kehadirannya dalam waktu
dekat. Karena itu, setelah berbicara dengan beberapa orang
Senopati, akhirnya Akuwu Suwelatama telah mengambil
satu sikap yang sangat hati-hati.
"Kita tidak mengambil cara yang kasar untuk langsung
berhadapan" berkata Pangeran Suwelatama "kita harus
dapat memperhitungkan keadaan dengan cermat. Jika kita
berkeras pada harga diri, maka kita akan tenggelam. Tetapi
jika kita memperhitungkan keadaan dengan bijaksana, kita
akan tetap menguasai keadaan, meskipun harus melalui
jalan yang berliku" "Maksud Akuwu?" bertanya penghubung yang
menunggu hasii pembicaraan dan keputusan Akuwu
dengan hampir tidak sabar.
"Kita akan menarik pasukan kita mundur" berkata
Akuwu Suwelatama "kita akan menyusun kekuatan dengan
menghubungi pasukan kita yang tersebar. Pada suatu saat,
kita akan kembali lagi dengan kekuatan kita seutuhnya"
Kebijaksanaan itu memang dapat dimengerti. Sudah
tentu Akuwu Suwelatama tidak akan dapat memerintahkan
para pengawalnya untuk membunuh diri di medan tanpa
perhitungan, hanya semata-mata karena harga diri.
Karena itu, maka perintah yang jatuh, para penghubung
itu agar segera menyampaikan keputusan Akuwu
Suwelatama. Semua pasukan ditarik dan berkumpul di
tempat yang sudah ditentukan oleh Akuwu Suwelatama.
Sementara itu, Akuwupun telah memerintahkan beberapa
penghubung yang lain untuk menyampaikan perintah
penarikan pasukan yang tersebar, justru pada saat para
perampok yang datang dari luar daerah mulai menjamah
Pakuwon yang tenang itu. Ternyata kebanggaan mereka yang belum lama mereka
kenang, sepuluh tahun yang lalu, sejak berdirinya Pakuwon
itu, telah terjadi malapetaka. Sehingga karena itu, maka
orang-orang terpenting di kota Kabanaran harus menyingkir
bersama pasukan pengawal khusus.
Demikianlah, maka pasukan yang telah memasang gelar
di hadapan regol kota telah mendapat perintah untuk
menarik diri. Demikian juga para pengawal yang sedang
bertempur di medan untuk menghambat kemajuan pasukan
lawan. Ada beberapa orang Senopati yang kecewa mendengar
perintah itu. Namun akhirnya merekapun menyadari,
bahwa mereka tidak boleh kehilangan pertimbangan dan
perhitungan. Apalagi setelah mereka mendapat gambaran
kekuatan pasukan lawan yang menyerang.
Demikianlah kota itu lelah dikosongkan. Ketika pasukan
keempal Pangeran itu mendekati kota, maka segera mereka
mengetahui bahwa para pengawal tidak menghambat
kemajuan mereka. Karena itu, maka dengan mudah mereka memasuki
pintu gerbang kota yang terbuka tanpa seorang
pengawalpun. Dengan demikian, maka dengan mudah kota Pakuwon
Kabanaran telah mereka kuasai dalam waktu yang
termasuk singkat. Perlawanan hanya mereka jumpai sedikit
di perbatasan. Kemudian mereka telah mendapatkan
kesempatan yang luas untuk maju tanpa hambatan sama
sekali. Tanpa banyak kesulitan maka pasukan Resi Damar
Pamali bersama keempat Pangeran itu telah menduduki
Pakuwon Kabanaran yang kuat, tetapi tidak bersiaga.
Sementara itu, kedua orang guru Pangeran yang lainpun
telah berada di antara mereka pula.
Hanya Pangeran Indrasunu sajalah yang tidak
didampingi oleh gurunya, justru karena gurunya
mengetahui kelemahan dari alas perjuangan Pangeran
Indrasunu itu. Namun bagi Pangeran Indrasunu, Resi Damar Pamali,
guru dari Pangeran Bujakerta yang bertubuh kecil itu telah
dapat dianggap sebagai ganti gurunya. Justru Resi Damar
Pamali itu mempunyai sikap dan pandangan yang sama
dengan dirinya sendiri dan ketiga saudaranya.
Kedatangan pasukan yang tiba-tiba itu telah
mencemaskan hati orang-orang Kabanaran yang tidak
sempat menyingkir. Mereka seakan-akan berdiri di atas bara
yang menyala. Mereka yang telah menduduki kota itu tentu
dapat berbuat sewenang-wenang atas mereka.
Tetapi dugaan mereka salah. Pangeran Indrasunu
dengan persetujuan Resi Damar Pamali telah
memerintahkan setiap orang dalam pasukannya untuk
berbuat sebaik-baiknya terhadap orang-orang Pakuwon
Kabanaran. Mereka harus mengambil hati agar orang-orang
Kabanaran yakin bahwa Pangeran Indrasunu tengah
berjuang bagi kepentingan mereka.
"Kabar tentang sikap orang-orang kita akan segera
memencar ke segenap sudut Pakuwon ini" berkata Resi
Damar Pamali "hanya kepada para pengawal Pakuwon ini
yang tidak mau menyerah kita akan berbuat kasar"
Demikianlah sejak hari pertama mereka berada di
Pakuwon Kabanaran, Pangeran Indrasunu dan Resi Pamali
telah mulai dengan rencana mereka untuk menyusun
pemerintahan. Bahkan mereka sudah merencanakan untuk
Warisan Berdarah 1 Wasripin Dan Satinah Karya Kuntowijoyo Pusaka Negeri Tayli 13