Pencarian

Cintaku Selalu Padamu 2

Cintaku Selalu Padamu Karya Motinggo Busye Bagian 2


Memang ada perubahan sikap Laila kepada Daud sejak datangnya Joan itu. Ia kagum pada Daud . Ia tak mau kehilangan pria seperti Daud. Padahal, sikap -sikap buas seperti ini hanyalah perkembangan sewajarnya saja dari wanita hamil muda.
Karena wanita hamil muda senantiasa lebih gampang terangsang.
Itu yang membuat Daud sore - sore menjelang magrib tampak terhuyung -huyung keluar dari kamar, didorong - dorong oleh Laila dengan penuh bercanda kekanak-kanakan, dengan jaz-juz-jaz-juz bagai main kereta api menuju kamar mandi, membuat Lestina iri hati saja !
Episode 20 SEORANG isteri itu memang harus seperti Laila, Laila memang isteri idaman, bukan buat Daud saja, tetapi mungkin bagi setiap lelaki yang bernama " suami
Laila telah memberikan kembali bekal semangat kepada Daud, yang hampir saja terombang ambing oleh terro - terror perasaannya sendiri. Dia menemukan Laila dalam keadaan yang utuh sepert keadaan pertama kali ia temukan.
Dia tidak usah lagi main bohong - bohongan kalau bicara. Seperti jam sepuluh dimalam ini. Dia menatap Laila dan berkata :
" Aku mau melihat kau telanjang penuh malam ini ".
" Eh, nakal ", kata Laila.
Tetapi setelah di kitik - kitik oleh Daud, akhirnya permintaan Daud itu dipenuhi sang isteri. Isteri yang sepenuh nya cinta memang harus memberikan seluruh dirinya dalam keadaan bulat, tanpa secadar apapun.
Banyak wanita memang cinta tapi mereka malu - malu kucing. Laila tidak. Laila tidak merasa lelah sekalipun ia lelah gara - gara ia sendiri terangsang sore tadi ketika Daud pulang dari kantor.
Lelah Laila terlupa ketika ia melonjak menggeliat, menggeliat dan melonjak - lonjak, untuk kemudian terhempas satu jam kemudian.
Dan kemudian terjadilah ketenangan.
Ketika angin dari ventilasi mengeringkan keringat suami isteri itu, Laila ingin bicara lagi kepada suaminya bahwa mungkin sekali ia sekarang ini telah hamil muda. Sebab ada sebuah buku sex yang dibacanya mengatakan , bahwa lonjakan - lonjakan nafsu wanita hamil muda memiliki kadar rangsang 200 prosen dari saat - saat normal. Tetapi Laila malu. Dari mulutnya meluncur suara palsu :
" Kasihan si Joana ", kata Laila, " Dia teman akrab yang suka omong terus terang sejak SMP. Kalau liat keningnya yang nonong itu nafsunya emang gede ". " Memang kalau wanita keningnya nonong nafsu nya gede " ", Tanya Daud. " Kalau cerita nenek moyang memang begitu " , kata Laila.
" Kalau lelaki.......tanda nafsunya gede yang bagaiman " ", Tanya Daud.
" Nggak tau ", kata Laila ketawa, " Aku bukan expert mengenai nafsu ".
" Ya tarokhlah kau nggak expert ", kata Daud mulai bercanda, " Tapi ada teman - temanku bilang ada satu goyang yang namanya goyang karawang, aku sendiri nggak tau artinya. Goyangmu itu goyang karawang " "
Laila mencubit paha Daud , satu kali.
Daud mencubit paha Laila, dua kali
Daud dicubit Laila tiga kali
Laila dicubit Daud , empat kali
Tampak sekali , malam itu sangat santai dan bahagia kalau dilihat dari kelakuan suami isteri itu . Banyak suami isteri di dunia ini melalaikan gairah kecil - kecil begini, yang akhirnya melarikan diri mencari gairah menonton film biru atau pink. Seharusnya orang - oaring yang dihinggapi penyakit mencari rangsangan diluar kenormalan gampang saja memberitahu mereka, bahwa yang merangsang itu bukannya berhubungan sexual saja. Cubit - cubit kecil, ganggu -ganggu cuping hidung isteri , adu - adu hidung, gigit - gigit kecil , kadang -kadang adlah lebih baik dari pada nonton film biru atau membaca buku biru.
Film biru dan buku biru hanyalah menyeret penonton dan pembacanya ke lembah onani yang lebih berbahaya dari pelacuran nyata.
Lihatlah Lail a dan Daud . Betapa mesranya mereka.
Rangsangan - rangsangan kecil ibarat starter bagi mobil yang akan berjalan . Belajarlah dari ilmu permobilan. Mobil tidak akan jalan tanpa starter. Kalau sudah hidup mesinnya karena starter tadi sudah ada aturannya tidak boleh jalan dengan langsung ngebut, melainkan porseneling deme porseneling . Dan bila itu dipaksakan gawatnya adalah pada gigi . Pesawat udara pun demikian. Kalau akan landing atau mendarat , dia lambat - lambat dulu, berputar - putar dulu mencari lapangan terbang, dan lewat pada jalur mendarat. Bahkan setelah sampai didarat pun , seperti halnya mobil yang mau berhenti, mesin tidak boleh langsung dimatikan begitu saja .
Direm boleh, tetapi kopling harus diinjak juga, agar mesin tetap hidup.
Daud maupun Laila barang kali bisa bercerita panjang mengenai ini, tetapi malam itu keduanya sama bersyukur bahwa perkawinan mereka tidak di obrak -abrik oleh kejahatan sex diluar yang wajar.
Joana ternyata tidak. Malam ini ia tidur disamping Salomon suaminya. Tapi fikirannya tidak disamping suaminya. Fikirannya tiba - tiba nekat membayangkan Albert yang numpang mandi kalau pagi. Joana iri hati mendengar cerita Laila tadi siang tentang kemampuan suami Laila yang bisa mencapai satu jam itu.
Joana berkata pada Salomon : " Besok kita pergi ke Daud , suami Laila itu ".
" Dari tadi kau ceerita soal itu. Kalau ada julukang binatang ekonomi , kamu ini lebih baik dinamakan binatang sex ", kata Salomon jengkel.
Episode 21 Untuk pertama kali Salomon berontak dengan ucapan pedas. Karena pedasnya, Joana jadi naik pitam dan dpukulnya punggung suaminya. Salomon melompat dari ranjang . Dia langsung memakai pakaian , komplit dengan jacket dan sepatu lars Bally.
" Gagah kamu sal, seperti bintang film ", kata Joana sinis , " Sepatu Bally Manhattan, jacket Raphael Jeans, baju Pierre Cardin.......".
" Tutup mulutmu binatang sex !"
" Kukira aku normal bila butuh kepuasan ", kata Joana , " Bahkan binatang -binatang pun membutuhkannya kecuali binatang - binatang kebiri ".
" Kau carilah lawan jenismu yang sebinatang kau ", kutuk Salomon dan menghempas pintu kamar tidur yang dahulu amat dipuja mereka sebagai lambang dari awal bahagianya sebuah perkawinan.
Karna ketika membanting pintu beranda pun Salomon bersikap kasar, bunyi hempasan keras itupun membuat Albert jadi menoleh dan menarok gitar yang dipetiknya .
" Mau kemana , Om " ", sapa Albert ramah.
Salomon tak mendengar atau malas menjawab. Ia langsung kegarasi , da ditendangnya pintu garasi sebelum ia keluar dari pekarangan itu dengan suara mobil sportnya yang menggemuruh.
Na, itu bukti , iastarter terlalu cepat sebelum mesin panas , mungkin begitu pula ia diranjang.
Sementara itu Joana turun dari tempat tidur karena mau mengunci pintu beranda yang tadi dihempaskan Salomon tanpa dikunci . Joana dengar itu. Ia mau kunci pintu itu sekarang juga. Tapi begitu pintu dikunci ceklek, tampak bayangan dibalik pintu kaca itu, dan terdengar ketukan pintu.
" Siapa ", Tanya Joana.
" Albert , tante ", sahut Albert. Dan Albert berkata : " Gerah nih, tante mau numpang mandi ".
Joana tiba - tiba diliputi nekat lebih cepat dari pada rencanannya semula. Buru - buru dibukanya pintu. Matanya menyorot berbinar menatap Albert. Albert pun tersenyum dengan sorot mata lebih berkata dari seribu kata.
" Katanya mau mandi ", kata Joana gemetar , lebih gemetar dari kapanpun., lebih gemetar ketika dulu di SMP mau dicium pertama kali oleh Salomon.
" Ya " , kata Albert, " Masa Bert nggak boleh numpang mandi " "
" Boleh sih boleh,tetapi kok nggak bawa handuk " " Handuknya kalau boleh pinjam handuk tante saja " , kata Albert menceplos .
Albert langsung duduk tanpa dipersilahkan . Joana juga duduk, berhadapan dengan Albert. Albert menatap mata Joana , tidak ada kata, tapi dua insane ini telah bergelut dengan ribuan kata dan ratusan perbuatan lewat mata mereka yang saling beradu pandang.
" Kok, numpang mandi duduk gituan saja " " Tanya Joana.
Albert melihat Joana menaikkan sedikit kaki kiri. Ketika Albert melihat itu , Joana langsung menutupi ujung jurknya .
" Mau apa sih kesini " " Ta
nya Joana, " Matanya serem bener ".
" Mau apa ya " "
" Ya mau apa " " Tanya Joana tertawa. " Tauk ", sahut Albert.
" Kalau mau mandi , silahkan kekamar mandi ", kata Joana.
" Lantas mau apa " "
" Mau tidur ", kata Albert langsung.
Joana berdebar kecut sekalipun berkobar - kobar mendengarnya. Albert lagi - lagi melangsungkan serangan lewat kata - kata nya. Katanya : " Lho, tadi mau
mandi dipersilahkan kekamar mandi. Sekarang Bert mau tidur koq nggak dipersilahkan kekamar tidur "
" Anak sekarang beraninya bukan main ", kata Joana.
Anak jaman dulu juga berani, tetapi sembunyi - sembunyi , nakalnya ya sama" , kata Albert tertawa.
Joana senang dengan tawa Albert itu . Albert tiba - tiba keluar dari kursinya , dan langsung melangkah kebelakang kursi dimana Joana duduk. Badan Joana dingin seluruhnya. Diapun menjadi lebih dingin ketika dirasakannya hidung Albert menyentuh lehernya. Tak ada suara Joana lagi, hanya nafasnya yang sesak.
Lalu ia melihat pintu, pintu beranda, pintu itu belum terkunci . Tapi ketika ia mau berdiri mengunci pintu beranda, Albert langsung meraihnya dan memeluknya.
Albert tergopoh - gopoh ketika ia mencium dan meremas Joana . Ini memang kesalahan anak muda yang belum begitu banyak pengalaman . Namun demikian , Joana betu - betul menjadi gairah oleh perbuatan Albert itu. Ia sempat mengatakan " Nanti dulu ", Ketika Albert menariknya masuk kekamar. Joana mengunci pintu beranda lebih dahulu. Sedangkan Albert sudah menunggu , berbaring dikamar.
Joana langsung ditariknya, hingga jatuh ketempat tidur begitu Joana selesai mengunci pintu kamar.
Kini ia benar - benar dikulum oleh kecupan - kecupan anak muda itu dengan penuh berapi - api . Dan Joana tidak bisa menahan diri lagi. Kalau dulu ia bisa melihat dari jarak jauh lewat pintu kamar mandi terbuka, kini Joana sudah dekat dan memegangnya
Episode 22 Joana berfikir kini ia telah mendapat jalan keluar. Kagum sekali ia akan kebesaran Albert.
Tapi Joana menemukan sesuatu yang tidak disangka - sangkanya. Dia tiba -tiba heran melihat wajah Albert. Wajah Albert yang dikaguminya tiba - tiba tersenyum malu diri , karena ia mendengar ucapan Joana : " Tante kira kamu hebat. Ya lebih baik tante dengan suami tante saja ".
" Saya belom pengalaman " , kata Albert dengan suara kalah.
Dan karena kekalahannya , Albert pun berlalu begitu saja. Setelah Albert pergi, Joana menyeka jurknya . Sambil memaki : Albert lebih premature dari Salomon.
Dan kecewalah wanita itu.
Ia bukan kecewa sembarang kecewa , dikira Albert sama hebatnya seperti Daud Waitulo suami Laila .
Laila memang isteri yang bahagia dalam soal ini, fikir Joana.
Joana jadi merayapi fikirannya sendiri . Ya, Laila wanita yang bahagia. Tetapi Joana ingat, isteri yang bahagia oleh kemampuan suaminya belumlah tentu suaminya itu setia diluar rumah. Mungkin ia mencicipi kebahagian lain diluar rumah dengan wanita lain. Dan memberi jatah - jatah kepuasan karena kejagoannya itu kepada wanita - wanita lain di luar rumah.
Laila dan Daud . Suami isteri bahagia. Laila bercerita Daud mampu selama itu , apakah benar "
Tiba - tiba Joana bagai meloncat dari tempat tidur , dan melempar sandal yang ketinggalan oleh Albert. Baru kemudian maksud semula mencari kartu nama Daud Waitulo dipenuhinya, karena selalu berada dalam tasnya.
O, ada nomor telponnya dengan lengkap.
Besok paginya , Joana sudah berdandan rapi, dan akhirnya ia memutuskan akan memakai short dengan kemeja pria yang berkancing yang sedang menjadi mode pila bagi tante - tan te tanggung yang tidak begitu tua kayak Joana ini. Ketika itu ia ber nobra , artinya ia tidak memakai bh. Ketika satu kancing kemeja dicopotnya, dan ia menunduk sedikit, Joana melihat lewat kaca , bahwa buah dadanya memang tampak jika ia menunduk sedikit saja.
Pagi itu juga ia menilpon kekantor Daud Waitulo .
" Maaf anda siapa ", Sebab bapak belum masuk, cobalah tilpon lagi jam 10 , sebab belakangan ia kalau ngantor jam 10 ", kata suara penerima tilpon, yang barang kali sekretaresse Daud.
" Begini , Dik beri tahu saja , saya Joana teman Nyonya Daud, akan dating jam 10 pagi ini bersama suami saya yang bern
ama Salomon ", kata Joana.
" Sebentar ya zus . Biar saya catat ", kata suara penerima telpon itu. Dan dia mohon diulangi , dan Joana mengulangi pesannya itu.
Joana menghela nefas dalam - dalam . Fikirnya , memang untuk mendapat kan sesuatu yang luar biasa, memerlukan cobaan. Luar biasa " Ya, ia mempunyai rencana luar biasa. Dia begitu histeris menghadapi Albert semalam, ingin mendapatkan yang satu jam , belum satu menit, belum tiga detik, belum memasuki pintu gerbang pun Albert telah gagal , ibarat peluru kendali angkasa luar yang meledak sebelum diluncurkan !
Ya, tak peduli Laila temannya , maka Joana berusaha mendapatkan suami Laila.
Dia telah berdusta akan mendatangi Daud Waitulo bersama suaminya. Maka ketika sekretaresse mempersilahkan Joana masuk ke kamar kerja Daud, Daud pun bertanya : " Lho, koq sendiri " "
" Ya , sendiri ", kata Joana, sambil matanya melirik apakah kancing kemejanya sudah benar - benar terlepas apa belum . Ternyata sudah . Joana tak tunggu waktu, ketika Daud mempersilahkan duduk, Joana menundukkan kepalanya, dan agak lama membungkuk melihat vaas : " Vaasnya bagus ".
Dia melihat Daud, Daud memang ada melihat kancing baju yang lepas itu , dan warna putih buah dada merah jambu. Tapi Daud tampaknya tak jelas bagi Joana, apakah kerlingan sorot matanya tadi itu mengandung sikap terangsang ataukah belum.
" Saya sudah dengar dari Laila, anda berdua suami anda akan kesini", kata Daud.
" Ya ", kata Joana sambil memegang lagi vaas bunga itu.
Memang Daud melihat lagi untuk yang kedua kali .
" Kira - kira ada soal bisnis yang akan disampaikan " " Tanya Daud.
" Tidak , soal yang sebenarnya merupakan penderitaan wanita. Tetapi saya senang menyampaikannya disini, saya takut nangis, nanti dikira yang bukan -bukan ".
" Sampaikan saja ", kata Daud. " Ah, kalau bisa ditempat lain ", kata Joana. " Tidak apa disini ", kata Daud.
Daud sebagai pria sehat untuk ketiga kalinya memang melihat lagi kesela kancing baju yang terlepas itu. Joana kini ingin menjebak tanpa proses berbelit, ia bertanya ; " Pak Daud, eh , mas Daud kalau urusan bisnis ada keluar kota " "
" Ada, kadang - kadang, dan itu sering.....ke bandung. Kenapa Zuz " ", Tanya
Daud " Kapan " ", Tanya Joana melihat inilah saat terbaik ikut dengan Daud ke Bandung dengan alas an mengurus textil dalam negri. " Dua hari lagi saya ke bendung ", kata Daud.
" Bisa saya ikut dengan mobilnya " lagi pula diBandung saya ingin pertolongan dari mas Daud soal bisniz ", kata Joana yang kemudian cerita panjang lebar.
Pada saat itu : Daud terkecoh. Dan ia berkata : " Kalau memang penting, boleh ikut mobil saya. Nanti di Bandung saya ikut Bantu urusan zuz Joana ".
Joana puas . Tetapi saking puasnya dia mencoba membuat Daud tergiur, seolah - olah dia sebenarnya masih perawan semenjak dengan Salomon, karena Salomon impoten.
Cerita itu merangsang, maksudnya berusaha merangsang Daud . Tetapi Daud sebaliknya ngeri . Bahkan membatalkan rencananya ikut menemani Joana, kecuali kalau Joana mau dibantu pegawainya. Joana tidak tahu , ia gagal menjebak Daud gara - gara buntut ceritanya tadi, karena ia mengira, bahwa semua lelaki itu bisa terangsang dengan peragaan nobra atau kancing dilepas satu, atau cerita - cerita pancingan bahwa ia wanita haus.
Tidak semua lelaki bisa dipikat gaya begitu. Termasuk Daud !
Daud tak cerita cerita cabul Joana di rumah,.
Dia Cuma cerita Joana dating.
Malam itu Daud malah menyalurkan kejantanannya pada isterinya. Pagi - pagi Laila muntah - muntah . Laila berkata padanya: " Jelas aku telah hamil !"
Episode 23 MENDENGAR Laila telah hamil, Daud Waitulo sangat terkejut. Ia bukan saja terkejut, tetapi kegembiraannya tiada tertahan sehingga ia memeluk isterinya itu berkali - kali .
" Kau sungguh - sungguh telah hamil, Laila " "
" Ya, mas Daud ", kata Laila.
Daud menyodorkan air segelas untuk kumur - kumur Laila. Kemudian menghapus keringat Laila yang membasahi kening dan leher. Dan kemudian dibimbingnya isterinya dari kamar mandi menuju kamar tidur.
Dibukanya lemari buru - buru dan di berikannya pakaian tidur untuk Laila. Laila merasa betapa besar cinta mas Daud k
epada nya. Dia mendekapi suaminya. Dan sekali lagi didekapinya suaminya setelah salin pakaian . Lalu di
pegang nya pergelangan tangan kiri suaminya , dimana melilit jam tangan yang menunjukkan hampir jam tujuh pagi.
" Jangan sampai kau terlambat masuk kantor ", kata Laila.
" Tapi sebelum pergi, aku ingin Tanya pada mu , pesan kue apa " "
" Aku belum ngidam ! " , kata Laila seraya tertawa.
" Tapi ini kue maksudku sekedar merayakan hari gembira ini ", kata Daud.
" Aku minta dibelikan kue bugis ", kata Laila.
" Semoga kue ini yang kau sukai sewaktu ngidam ", kata Daud seraya ketawa, " Kau tahu, ada anak buahku dikantor , istrinya ngidam minta dendeng kuping gajah ! Dimana bisa cari gajah di Jakarta ini kecuali dikebun binatang Ragunan " ".
Mereka sama ketawa berderai . Tapi dengan telunjuknya menekan ke jam tangan Daud, Daud sadar apa maksudnya, : " Baiklah , aku pergi. Kue bugis tak akan kulupa ", dan Daud mencium pipi isterinya.
Lila berkata : " Aku tak kuat melangkah , jadi mas tidak sampai kuantar ke pekarangan ".
" Okey, kata Daud dan sekali lagi mencubit pipi isterinya dengan gemas. Kegemasan itu dilapisi oleh kebahagiaan yang tiada berperi. Betapa tidak ! Empat tahun telah menjadi suami isteri, namun tidak dikaruniai bayi !.
Dikantor Daud menceritakan kepada sekertarisnta :
" Aku harus pesta kecil siang ini untuk pegawai - pegawai "
" Ada apa Pak " "
" Isteriku hamil ", kata Daud.
Sekertarisnya memberikan salam selamat . Tapi ia berkata : " Bagusnya bapak bersedekah pada orang miskin dari pada dipestakan untuk kami pegawai - pegawai. Tapi ini Cuma usul lho , Pak !".............................
Daud Waitulo meyadari , bahwa selama ini ia dijakarta, ia tidak pernah memberikan sekeping uang logampun kepada fakir miskin. Kini sekertris nya mengingatkannya untuk berbuat begitu.
" Kenapa kau punya usul begitu " " Tanya Daud.
" Mungkin Bapak belum tahu, kami dari keluarga miskin. Kalau ada pesta anak - anak orang kaya yang berulang tahun, kami hanya ngiler ingin bernyanyi bersama mereka, ingin makan kue - kue enak bersama mereka. Tetapi seya ketika itu berfikir : kenapa mereka menghambur - hamburkan uang dan makanan hanya untuk teman - teman mereka yang sama - sama kaya , yang saban hari sudah cukup puas dengan makanan begitu " kenapa kue - kue itu tidak diberikannya kpd kami " ".
Untuk pertamakalinya Daud Waitulo mendapatkan kembalai suatu arti dari kehidupan ini Ia mengeluarkan selembar uang 10.000 rupiah dan diberikannya kepada sekertarisnya seraya berkata : " Ambil uang ini untuk menebus kue - kue dimasa kecilmu. Ambil, saya tidak bergurau. Saya terma kasih kau ingatkan soal arti dari suatu kemelaratan ".
" Ikhlas nih , pak " " kata sekertarisnya sembari tertawa.
" Anggap saja jumlahnya jutaan rupiah. Itu bukan uang , tapi makna dari kata - kata berharga ", kata Daud.
Dan dari sepuluh orang pegawai - pegawai yang jadi bawahannya, Daud pada waktu makan siang membagi - bagikan tiap amplop selembar uang 10.000 dengan catatan : " Untuk anak saudara dirumah ".
Tiap pegawai dikantor itu terheran - heran , dan mereka membicarakannya setelah jam kerja habis. Mereka semua tidak tau mengapa hari ini Pak Daud Waitulo demikian dermawannya. Mereka malahan jarang disapa, dan kali ini Pak Daud memerlukan makan bersama - sama di kantin kantor.
Dan, ketika pulang dari kantor, Daud khusus pergi ketoko makanan untuk membeli kue bugis. Bila kuweh itu dibawanya pulang, tampak Laila begitu senang dan ia sendiri menghabiskan sepuluh kuweh.
" Maaf, Laila seperti serakah . Soalnya setelah muntah tadi pagi saya tak mau makan lagi . Jadi ini karena kelaparan ", kata Laila.
Episode 24 Mendengar kata 'kelaparan " , Daud ingat bahwa ia lupa pada niatnya untuk bersedekah kepada fakir miskin yang lapar. Daud langsung menggenggam tangan Laila. Dan berkata sungguh - sungguh : " Maukah kau menemaniku " "
" Kemana " mas Daud belum tidur siang ! "
" Bawa diriku ketempat - tempat dimana orang - orang miskin tidak ada rumah dan pakaian ", kata Daud, " Aku ingin merayakan kembiraan kita berdua bersama orang miskin itu ".
Laila menganggap Daud seperti baru
san bermimpi. Daud tidak pernah punya niat ebaik ini . Maka Laila menyambut keinginan Daud itu dengan hati yang ikhlas pula.
Baru menjelang malam mereka pulang bersamadengan wajah cerah dan puas.
" Bila anak ini lahir ", kata Daud, " Kita harus hati - hati menjaganya ".
" Tentu saja ", kata Laila.
" Ia tidak boleh sakit ", kata Daud
" Bahkan tak boleh masuk angin ", kata Laila.
" Ia tak boleh terlambat menyusu, tak boleh terlambat makan ", kata Daud.
" Dan yang terpenting, ia tidak boleh ditinggalkan Papanya", kata Laila, yang membuat Daud heran bertanya : " Apa maksudmu Papanya tak boleh meninggalkannya " "
" Laila menyembunyikan perasaan , dan ia tertawa mengikik : " Aku hanya bergurau ".
" Kau maksudkan aku kawin lagi ya " ya " " Tanya Daud seraya dengan lucu mengepalkan tinju dan akan meninju muka isterinya . Laila membalas lelucon itu dengan sikap " angkat tangan " tanda ia menyerah kalah.
Oh, tak pernah ada suami isteri didunia ini yang sebahagia Laila dan Daud pada detik - detik itu . Terlebih - lebih lagi , ketika diperiksa ke dokter , memang Laila telah hamil.
Kehamilannya makin lama makin ditandai dengan perut Laila yang semakin membesar. Pada saat - saat ini , mereka tampak tambah rukun . Mereka selalu tampak berdua berjalan - jalan dikala pagi. Dan tak lupa bila bertemu orang -orang miskin peminta - minta, mereka memberikan sedikitnya seratus rupiah.
Orang - orang disekitar tempat mereka seakan - akan saling berbisik : Alangkah bahagianya suami isteri itu . Bukan orang - orang saja barang kali . Mungkin juga batu - batu yang mereka pijak , mungkin juga rumputan liar ditepijalan, mungkin juga pohon - pohon dan bunga - bunga, merasa iri hati pada pasangan manusia yang berbahagia itu.
Kadang kala mereka terlalu gembira, sehingga mereka lupa bercanda terlau asik ketika mandi berdu, Laila tiba - tiba terpeleset. Ia pingsan seketika itu juga. Daud jadi panik . Lestina ikut membantu iparnya. Lestina ikut mengangkat bersama kakaknta Daud , sampai Laila sadar kembali diatas tempat tidur. Daud agak prihatin , karena dari selangkangan Laila mengalir darah segar.
Keguguran ! itulah yang dikuatirkan Dau seketika itu juga. Buru - buru ia membawa Laila kerumah sakit . Dokter biasanya selalu bilang " tidak apa - apa " . Tetapi mereka menahan agar Laila diopname dirumah sakit.
" Berapa lama " "
" Kira - kira 2 minggu " , kata dokter.
" Apa penyakit isteri saya yang sebebetulnya , dokter " "
" Tidak apa - apa . Cuma terlalu lelah saja ", kata dokter.
Dua minggu lamanya Daud setiap pagi dan sore menjenguk Laila dirumah sakit. Dua minggu kalau pagi ia mengambil pakaian kotor Laila dan mengantar pakaian bersihnya. Laila terharu sekali ketika mendengar ucapan Daud : " Aku sendiri yang mencuci pakaian - pakaian mu . Lestina memang minta membantu , tapi aku sendiri merasa senang mencucinya, karna aku merasa dekat denganmu kala itu ".
Laila meneguk nafas berbahagia , juru rawat, dokter - dokter, kadang kala suka meninggalkan mereka berdua apabila mereka mulai melihat Laila dan Daud remas - remasan tangan.
Dan Daud tidak melewatkan saat - sat mesra itu untuk mengecup isterinya.
" Kenapa matmu merah, mas " " Tanya Laila, ketika Daud dantang pada hari terkhir Laila dirumah sakit.
" Kurang tidur " kata Daud.
" Tak percaya ", kata Laila.
" Ya, terpaksa aku ngaku. Aku menangis semalaman . Tetapi tangisan itu berupa perasaan syukur dan prihatin atas bayi yang dalam kandunganmu, yang telah selamat dari bencana keguguran".
Laila meremas jari - jari tangan Daud, dan menciumnya sepuas-puasnya.
Bila Laila telah dirumah kembali, dengan kandungannya yang sudah enam bulan itu , suasana rumah tampak cerah. Memang kecerahaan sebuah rumah terletak pada tangan halus wanita bila merika ringan tangan untuk menyusunnya.
Tetapi tanpa diduga, muncullah ayah dan ibu Daud. Mereka tidak dating berdua , tetapi bersama seorang gadis yang kira - kira berusia 18 tahun . Laila menyambut kedatangan mertuanya tanpa mengingat kata - kata yang melukai dulu, apalagi dengan sikap berddendam.
" Oh ya, ", Kata Oom Waitulo , ayah Daud . " ini saya hampir lupa memperkenalk
an nya pada Liala . Ini Meiske, tetangga kami ingin melihat Jakarta".
Laila untuk beberapa detik meneliti Meiske.
Episode 25 Gadis itu memang cantik . Dan bentuk wajahnya serta rambutntnya yang terurai panjang hingga kebetisnya, menambah cantik dan aseli, masih belum tersentuh oleh gunting rambut wanita kota.
Meiske segera saja ngobrol dengan Lestina. Sementara itu ayah dan ibu Daud tempak gelisah, sebab Daud belum pulang dari kantor. Baik ayah maupun ibu Daud, sama - sama senantiasa memakai isyarat khusus untuk mengucapkan sesuatu atau mengambil tindakan . Kini ibu Daud menerima isyarat dari ayah Daud . Ibu Daud berkata lemah lembut kepada Laila : " Itu si Meiske bukan hanya mau lihat - lihat Jakarta saja, tetapi memang akan menetap di kota ini. Ia melanjutkan study ke akademi ".
" Oh, itu baik sekali", kata Laila, " Kota Jakarta memang pusat dari segala ilmu , Cuma yang selalu sulit untuk anak - anak yang melanjutkan sekalah di Jakarta adalah tempat tinggal ".
Ayah Daud memberi isyarat. Ibu Daud segera berkata : " Nah, bagaimana pendapat Laila, sebab ibu dan ayah meiske menitipkan dia sepenuhnya kepada kami "
" Koq, sulit - sulit mama ", kata Laila yang selau senantiasa menyebut "mama " kepada ibu Daud , " Tinggal saja meiske disini " .
"Kami kuatir kau akan repot . Ada Lestina , sekarang ada meiske lagi ". Kata sang mama.
" Ah, malahan baik buat teman saya dikala senggang, buktinya Lestina'kan betah dirumah ini ", kata Laila dengan senyum tulus. " Apalagi untuk anak muda sekarang , perlu ada disiplin keluarga. Dalam hal ini mas Daud memang selalu rapi dalam mengontrol Lestina. Kadang kala saya rasa amat disiplin. Tetapi itu baik , bukannya kejam ".
Kini ayah Daud yang bicara setelah menerima isyarat : " Tapi tentu kami akan rundingkan dulu pada Daud ".
" Saya rasa mas Daud tidak keberatan apalagi bila saya mendorongnya ", kata Laila, pada waktu jam makan siang , Laila mengajak mertuanya untuk makan bersama. Kedua mertuanya menolak, " Ah, kita tunggu saja Daud pulang
" Mas Daud pulang pada jam lima ", kata Laila.
" Ou,...", sang mama hampir terpekik, untunglah menutup mulutnya yang menganga ou tadi !.
Dan mereka makan siang bersama . Pada saat itu Laila kebetulan berhadapan duduk dengan meiske . Oh, untuk kedua kalinya ia mengagumi kecantikan meiske. Tetapi bukan kecantikan gadis itu saja yang memperlihatkan pancaran kebersihan raut wajahnya itu . Tetapi Laila melihat tingkah laku meiske teramat amat manis. Gadis itu memiliki pribadi yang agung.
Tetapi----.hm --- dibalik Laila mengagumi lahir dan bathin, maka ada gangguan perasaan kala itu juga . Bahkan gangguan perasaannya itu mulai menyentak - nyentak kalbunya ketika pertama kali melihat meiske turun dari taxi bersama kedua orang tua mas Daud . Laila teringat surat papadan mama Daud. Rasanya gangguan perasaan itu menyebalkan hatinya. Tapi laila seorang wanita. Ia lebih mempercayai perasaannya dari pada akal fikirannya. Perasaan Laila berkata : " Gadis ini sangat memikat, tapi bisa juga memikat suamiku pula. Namun, bila ia mengatakan bahwa ia gembira un tuk menerima meiske indekost dirumah ini. Itu hanyalah ucapan kebesaran jiwanya belaka. Hati kecilnya berontak untuk tidak menyetujui tinggalnya meiske dirumahnya.
Laila tidak bisa tidur siang , karena harus ramah menemani mertuanya ngobrol - ngobrol diteras samping. Sang mama berkata : " Laila rajin sekali,. Bunga - bunga ini ditata amat manis ".
" Tapi bukan Laila sendiri, kami berdua mas Daud memilih kembangnya, dan dimana ditaroknya. Kadang kala Lestina menemani membantu ".
" Sudah berapa bulan kandunganmu, Laila " " Tanya sang mama.
" Tujuh bulan, mama ", kata laila.
" Tidak disangka Daud akan punya anak juga ", kata sang papa.
" Lihatlah, pa ", kata sang mama kepada suaminya , " Laila pandai sekali memilih komposisi baju , warna dan bentuknya amat sederhana, kamu membelinya dimana , Laila " " .
" Saya tidak membelinya , mama ", kata Laila.
" Semua saya jahit sendiri , juga pakaian bayi sudah saya angsur ".
" Mana " Tanya ibu Daud.
Laila dengan langkah mengenkang - engkang karena beratnya kandungannya , menuju
kekamar tidurnya. Dan diambilnya dari lemari khusus bayi yang dibeli mas Daud : mulai dari popok , sampai pada pakaian - pakaian dingin , serta selimut flanelnya. Iamenunjukkan hasil pekerjaan nya itu pada mertuanya dengan rendah hati : " Ini Cuma belajar - belajar menjahit ".
" Bagus sekali seperti di took ", kata sang ibu Daud dengan polos . " Malahan kompossisinya mat modern , ya Pa " ".
" Memang bagus ", kata ayah Daud.
Laila hanya tersenyum . Lailai dulu pernah sekolah menjahit " , Tanya sang mama pula.
" Tidak pernah , Cuma sewaktu SMA , saya belajar melalui buku, praktek sendiri. Dan sambil menunggu tahun tahun perkawinan dengan Mas Daud , saya lebih intensif lagi belajar sendiri , karena bahan-bahannya dimodali oleh mas Daud ". Dan Laila sambil ketawa berkata pula : " Waktu itu 'kan posisi mas Daud dikantornya belum seberapa. Maka kami menjualnya juga ditoko. Hanya mengisi waktu disaat itu saja".
Episode 26 Om Waitulo menatap isterinya, yang dengan wajah sungguh - sungguh menatap pada Laila. Ya, mama menatap denga kagum yang polos . Dan sepuas ia mengagumi Laia , sepanjang itu pula ia menghela nafas.
' Saya dulu pemalas ", kata Laila sambil ketawa rendah hati. " Tapi mas Daud telah mendidik saya menjadi jadi sedikit rajin dan disiplin " .
" Oh si Daud......memang anak kami paling disiplin . tapi ia baik bukan " "
Tanya sang mama. " Mas Daud sangat baik orangnya ", kata Laila , " Mungkin ia seorang Indonesia yang modern, karna ia benar - benar pria yang siap sebelum memasuki perkawinan ".
Sang mama senang anaknya dipuji oleh menantunya ini. Tapi Laila sam sekali tidak munafik mengatakan hal itu, dan itu keluar dari lubuk hatinya. Laila mengemasi contoh pakaian - pakaian bayi itu kedalam , lantas minta ijin kepada kedua mertuanya untuk menyiapkan makanan kecil dan kopi, " karena sebentar lagi mas Daud pulang. "
" Sang mama melihat jam tangannya. Begitupun suaminya, Oom Waitulo. Tiba -tiba suami isteri ini seperti mendapatkan titik - titik persamaan perasaan . Hal itu dimulai oleh ibu Daud . Kata wanita itu : " Kita bersalah . Kita berdosa . Laila bener - benar tampak baik hati seperti yang diutamakan Daud dahulu menjelang ia mengawini Liala ".
" Kita bicarakan di kamar ", kata sang ayah.
Suami isteri itu bersama melangkah menuju kamar pavilium , yang khusus memang telah dirapikan Laila bagi mertuanya itu . Laila kepergok mertua, " Apa Oom dan mama akan istirahat sebentar dikamar, silahkan Oom, mama.....mas Daud juga masih seperempat jam lagi pulangnya !"
Dengan sikap hormat, mertuanya mengangguk dan segera menuju kamar. Susampai dikamar, yang mulai duluan bicara adalah mama : " Mungkin Daud amat tersinggung untuk memberikan berita apa -apa bahwa Laila sudah mengandung ".
" Tapi ini sudah salah kita ", kata sang suami , " kita terlalu obtimis . Ini yang bikin gara - gara surat - surat Lestina ! Saya tak mengerti mengapa ia kelihatannya tak begitu suka pada Laila . Padahal Laila benar - benar ipar yang baik bagi nya. Ataukah ini adalah proses kejiwaan Lestina " Lestina anak bungsu kita, dan dulu dimanja oleh Daud semenjak bayi hingga Daud pindah ke Jakarta , Les mungkin merasa Laila telah merebut kasih saying abangnya yang dulu kepadanya ".
" Jadi bagaimana dengan meiske " " Tanya sang mama .
Suami wanita itu seperti tanpa berpikir lama - lama menemukan jalan keluar : " Meiske kita bawa saja kembali pulang".
" Ah, gila kau pa. Anak itu sudah pamit kepada semua orang dan tetangga -tetangganya serta teman - teman sekolahnya. Ia pulang dengan perasaan malu ", kata sang ibu Daud.
" Ya , tapi meiske tokh tidak pernah mengetahui, bahwa ia dibawa kejakarta dengan persiapan untuk jadi isteri Daud. Sedangkan ayah meiske saja tak tahu , koq. Inikan sitim detektid-detektipan antara kau dan ibu mieske ".
" Tapi kau menyokong , Pa ", bela sang mama .
" Nantilah kita tanyakan kepada Daud ", kata Oom Waitulo kemudian.
Barusan saja mereka mendiskusikan masih selingkat itu, Daud muncul disambut Laila.
" Papa dan mamamu dating, juga ada si mieske ", kata Laila
" Mieske " " Daud terheran - heran.
" Ya, anak tetanggan orang tuamu ",
kata Laila, " meiske sekarang lagi tidur siang bersama Lestina di kamar Lestina ".
Dan ketika itu juga papa dan mama Daud muncul dari pavilium. Terutama ibu Daud, telah memeluk anaknya yang sulung itu seperti begitu teramat kangen. Dan pada waktu minum sore bersama diruang makan, ibu maupun ayah Daud sama - sama tidak berani untuk mulai menyebutkan soal mieske.
" Itu si mieske di bawa kesini untuk melanjutkan sekolah " ", Tanya Daud.
Ibu maupun ayah Daud gembira karna Daud sendiri yang mulai bertanya.
" Ya, Orang tuanya menitipkannya kepada kami ", kata sang ayah.
" Sudah ada tempat untuk tinggal disini " ", tanya Daud.
" Belum ", jawab sang mama segera, " Bagaimana pendapatmu " "
" Nantilah saya tanyakan pada pegawai - pegawai saya apakah ada diantara mereka yang mau menerima anak indekost ", kata Daud.
Laila yang sejak semula hanya duduk makan kuweh dan minum seteguk -teguk, tiba - tiba berkata mendahului: " Ah, buat apa cari tempat indekost susah - susah . Indekost saja dirumah ini kan ada pavilium " "
" Itu untuk tamu - tamu khusus ", kata Daud
" Berdua sekamar dengan Lestina ", kata Laila lagi.
" Kau kan tahu sendiri, dari segi pendidikan pertumbuhan usia berkembang, gadis - gadis, maupun anak - anak bujang tidak baik disekamarkan ". Kata Daud.
Berbeda ketika rundingan pertama dengan Laila tadi siang, kini papa maupun mama bersikap netral - netralsaja, tanpa memperlihatkan semangat agar meiske tinggal dirumah ini. Karena merka sendiri telah merubah pendirian semula.
Laila mengeluh. Tampak oleh Daud, isterinya kecewa atau bagaimana. Maka Daud kemudian menatap Laila, dan bertanya padanya : " Bagaimana pendapatmu, Laila " "
" Tadi siang juga sudah saya bilang tinggal disini saja. Soalnya anak ini dititipkan pada Oom dan mama ".
Daud menghela nafas dalam - dalam . Ia seorang manager. Ia seorang yang zakelijk. Ia orang yang memikirkan sesuatu dengan inteleknya. Begitu sewaktu ia akan mengambil keputusan terhadap berbagai persoalan, Daud akhirnya lebih mempercayai "feeling"nya, lebih cenderung mendengar hati nuraninya. Seperti bagaimana tadi feelingnya mendengar bahwa ayah ibunya kesini membawa mieske. Seketika itu juga feeling Daud teringat pada surat ayahnya dulu. Rasanya kurang serasi dengan feelingnya apabila mieske tinggal dirumah ini.
Episode 27

Cintaku Selalu Padamu Karya Motinggo Busye di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

RASANYA Daud Waitulo sedang diuji, tetapi perkawinannyapun sedang diuji.
Apakah ini bukan berarti, jika si mieske disetujui tinggal dirumah ini adalah mengundang satu kehancuran perkawinannya dengan Laila "
Daud dalam detik - detik teruji itu berusaha untuk menyembunyikan kecanggungannya. Dia tidak iangin Laila menyaksikan kegugupannya menghadapi cobaan bathin ini. Padahal ketika itu hatinya berontak hebat kepada ayah dan ibunya ! Ia benci sekali dengan ujian ini ! Ia benci ibu dan
ayahnya tidak memikirkan perasannya, perasaan Laila, jika gadis secantik meiske tinggal dirumah ini.
Daud menatap ibunya. Ibunya melirik kepada ayahnya. Ayahnya berkata pada Ibunya : " Saya tidak menyangka, perkembangan Daud akan sehebat ini dalamusaha. Rumah ini begitu bagus...".
Daud segera memotong : " Kebagusan sebuah rumah tergantung dari isteri ".
Laila tersipu - sipu malu, seakan - akan melupakan sejenak, bahwa dirumahnya akan tinggal seorang gadis berwajah agung, gadis sekampung , masih famili Daud, gadis semanis mieske ini. Tetapi dalam tersipu - sipu dipuji suaminya, Laila ingin menyenangkan tamunya dan juga calon penghuni rumah ini. Kata Laila : " Mudah - mudahan rumah kami tambah berseri setelah meiske tinggal disini ".
Daud tambah terperangkap oleh ucapan Laila, yang seolah - olah memberi sokongan halus agar diterima tinggal disini. Mengapa " Apa Laila tak tahu , bahwa dengan ucapan basa - basi nya itu berarti dia ikut mengundang neraka baru yang akan meruntuhkan rumahtangganya sendiri "
" Meiske juga pandai memasak ", kata ibu Daud.
" Wah, kami bisa saling membantu dalam soal masak - memasak ini ", kata Laila pula, yang benar - benar menyebalkan perasaan Daud.
Secara prinsipil, Daud tidak setuju meiske tinggal disini. Malahan ia curiga pada kedua orang tuanya. Ia menduga hal ini
dengan bersengaja dibuat mereka., agar Laila dan Daud jadi retak dengan hadirnya orang ketiga yang cantik jelita. Setelah retak maka pecah dan bubarlah perkawinannya dengan Laila. Kemudia, kemudian sekali setelah bubar ruamh tangganya, maka meiske pun dijodohkan dengan Daud.
Tetapi sulit bagi Daud untuk menerka, apakah sebenarnya yang dirasakan Laila pada detik - detik- singkat tetapi tegang ini. Apakah Laila sungguh -sungguuh ataukah diam-diam menyembunyikan tidak setujunya dan berkaok kaok manis sekedar menguji hati nurani Daud "
" Yang terang ", kata ibu Daud lagi. ' Jika kita semua sependapat mieske tinggal disini , adikmu Lestina ada teman ".
" Memang seharusnya begitu " , kata Laila. Dan ucapan Laila ini menambah kejengkelan hati Daud lagi , tetapi sulitkan bagi Daud untuk memberi isyarat kepada Laila agar ia tutup mulut saja, jangan berbicara lagi.
" Yang pentingkan bukan kita ", kata mieske, " Yang penting adalah mieske diperkenankan numpang dirumah ini ".
Hampir saja Laila yang mendahului bicara, andaikata tidak dipotong oleh ayah Daud terlebih dahulu : " Saya kira tidak akan merugikan betul jika mieske numpang dirumahmu, Daud ".
Daud menundukkan kepala, sementara ibunya berkata : " Ah, Daud tentu setuju, dia tentu menunggu persetujuan ' Nyonya Rumahtangga',dalam hal ini Laila ".
Daud mengangkat kepala, pandangannya bertemu Laila yang memberi anggukan. Namun Daud tampaknya masih belum memberikan putusan. Ditatapnya Laila, Laila mengerdipnya. Daud masih juga secara bathin tak menyetujui.
Namun dua kali isyarat mata Laila membuat Daud mengambil keputusan yang berbeda dengan feelingnya . Sambil menghela nafas dalam - dalam, Daud Waitulo akhirnya berkata: " Yah,meiske boleh tinggal dirumah ini asal ia mau mengikuti disiplin dirumah ini ".
Tapi sesungguhnya tak ada yang gembira mengenai keputusan ini . Terutama yang paling risau adalah ibu Daud sendiri. Perasaannya sudah berubah sama sekali setelah ia berjumpa dengan Laila. Hati kecilnya menaruh hormat kepada isteri anaknya ini !
Bukan saja hati kecilnya ! sikap - sikapnya pun telah berbeda setelah ia mengenal Laila dari dekat dan akrab. Ayah Daud sendiri demikian pula. Tetapi orang tua ini tidak terlalu risau . Dan Laila, ia telah berdusta dengan suara bathinnya.
Menjelang tidur, Daud memegang bahu Laila. Laila tahu Daud akan menyampaikan sesuatu . Ia pura - pura telah tertidur. Namun Daud mengguncang - guncangkan bahunya, dan dengan bersikap seolah - olah kaget dibangunkan, Lial bertanya : " Ada apa, mas " ".
" Kali ini aku merasa heran ", kata Daud.
" Ada apa sih sudah malam - malam begini " kayaknya mau ngomongin yang penting , hm " "
" Aku heran mengapa sekali ini sikap kita berbeda ", kata Daud.
" Soal " "
" Hati kecilku berkata : meiske sebaiknya jangan tinggal disini ".
Episode 28 Daud mencoba menatap mata Laila, tapi Laila hanya senyum - senyum saja dipandangi begitu. Daud melanjutkan; " Kau memberi isyarat agar aku menyetujui. Tapi hati kecilku menolak ".
Laila tersenyum lagi, senyum yang benar - benar lega.
Wajahnya tambah cantik ditatapi suaminya. Dan memang sebenarnya demikianlah . Wanita adalah mahluk yang paling berani menghadapi cobaan dan bahaya, kadanga kala sangat berani menyongsongnya secara sadar. Bahaya itu adalah berdiamnya mieske dirumah ini. Laila tahu itu / Ta seakan akan ingin menguji samoai mana cinta Daud, sampai batas mana iman hati sang suami, dalam lingkungan yang berbahaya ini. Tetapi dia pula yang memetik kepuasan pertama, saat iini juga ! Laila mereguk rasa puas itu dari ucapan - ucapan Daud tadi, yang amat jujur, yang amat setia.
Kini Laila yakin melebihi dari sebelumnya, bahwa Daud sepenu - penuhnya mencintai dirinya. Oh, maka terlepaslah senyum sempurna tadi, yang membuat wajahnya lebih cantik, karena kecantikan yang sempurna adalah kecantikan yang memancar dari bathin seorang wanita.
Dan memanglah, semenjak meiske benar - benar pavilium rumah ini , Daud memperlihatkan sikap bertambah - tambah saying pada Laila . Pada suatu hari Daud pulang membawa kerata bayi, Laila terkejut, tetapi Lestina dan meiske juga sama - sama tertawa
lucu. " Masih lama lagi bayi lahir, kereta bayi sudah dibeli ", kata Laila.
" Aku betul - betul sudah kepingin cepat - cepat jadi ayah " , kata Daud.
Ketika itu meiske memperhatikan dengan berdebar - debar betapa Daud mencium dua kali pipi Laila. Dalam debaran - debaran jantungnya itu, gadis itu membayangkan , betapa bahagianya orang yang menjadi isteri manusia seperti Daud ini. Ia amat polos untuk mengagumi , dan dengan polos berkata : " Meiske ngiri, deh , melihat kak Laila begitu bahagianya punya suami sebaik bang Daud
"Nanti kalau sampai waktunya, kau mesti mencari suami sebaik mas Daud ", kata Laila.
" Bagaimana caranya sih " "
" Kita wanita menerima kebahagian dari suami kita adalah ibarat gema yang kita dengar di sebuah guha.. Gema itu adalah suara kita sendiri ", kata Laila.
Dan ia menjelaskan : " Andaikata meiske nanti menjadi seorang isteri, terlebih dahulu bukannya kau meminta kebahagiaan dari padanya, tetapi kaulah yang memberikan kebahagiaan kepadanya, sampai pada kebahagiaan2 kecil untuknya, misalnya makanan - makanan khusu yang ia sukai semasa kanak - kanak , pakaian - pakaian tertentu yang sangat disayanginya. Diam - diam kau telah me,mberikan satu penjara cinta kepada suamimu tanpa membelenggunya, tanpa mengekangnya dibalik terali besi ".
Daud tersenyum mendengarnya. Dia menambahi : " Bila sang suami telah terperangkap oleh bahagia dari sang isteri , kau ibarat menaburkan abu sepanjang jalan yang dilalui suamimu. Suamimu akan kuatir dari abu yang kau taburkan itu, karna engkau seolah olah melihat jejak kemanapun ia melangkah
" Kebetulan kami berdua menyukai hal - hal yang indah ", kata Laila.
Daud menambah seraya meraba perut Laila yang telah hamil tujuh bulan itu dengan berkata : " Ini adalah salah satu buah dari cinta kami ".
Dan bila pagi hari Laila dan Daud membuka pintu rumah, dari celah - celah lubang angin pavilium meiske mengintip mereka. Sengaja meiske meninggalkan buku - buku kuliahnya untuk melihat dipagi yang masih belum terlalu terang sinar matahari itu. Dilihatnya Laila bergandengan tangan . Tangan Laila menyelusup kesiku Daud. Tangan Daud menyelusup ke pinggang Laila. Mereka melangkah jalan pagi meninggalka pekarangan . Mungkin ada lelucon - lelucon kecil yang dikatakan Daud sampai Laila tertawa cekikikan. Dan meiske iri hati diam - diam oleh kebahagiaan yang kini dilihatnya makin nyata.
Meiske melanjutkan mempelajari kuliah kuliahnya, karna nanti jam delapan akan ada latihan percakapan bahasa inggris. Gadis itu membaca percakapa -percakapan bahasa inggris itu dengan keras karna begitulah dianjurkan dosen.
Tetapi satu jam kemudian ucapan - ucapan meiske tiba - tiba jadi lambat, karna ia mendengar suara Laila cekikikan lagi . Meiske mengintip lagi melalui lubang angin. Laila kelihatan sedang memegang serumpun bunga matahari yang rupanya baru merelka beli. Daud berkata, terdengar oleh meiske : " Sekarang akan kuterangkan bagaimana bunga kawin ".
" Ah ", kata Laila menepik pantat Daud , " Mas Daud in ceritanya ada - ada saja . Tadi cerita kucing kawin, sekarang mau cerita bunga kawin. Tapi gimanasih caranya bunga kawin " "
" Tanpa angin bunga tak akan kawin ", kata Daud .
" Kalau kau mau menyaksikan bagaimana bunga kawin , kau harus mendekati dua rumpun bunga. Kau ciptakan angin. Kau tahu bagaimana menciptakan angin " "
" Ya, dengan pompa sepeda ", kata Laila.
" Kalau bengkel sepeda tidak ada, toko - toko sepeda tutup. Apa akalmu " "
" Kutiup dengan mulut supaya ada angin ", kata Laila.
" Nah, mas Daud kalah ", kata Laila menuding kehidung Daud.
Meiske melihat begitu mesra sekali.
" Belum kalah, mulutmu tak bisa meniup kaera kau sakit gigi ", kata Daud. " Wah gawat, bagaimana sih menciptakan angin , mas " ". "Gampang, tekan nafasmu kuat - kuat alm perut , dan keluarlah angn ", kata Daud
Laila tertawa terbahak bahak . Tapi karna pagi itu masih sepi , ia malu dan menutup mulut. Tetapi sambil ketawa Laila berkata ; " Aku masih bisa membantahnya. Angin itu tak kan keluar kalau kau punya penyakit wasir ".
Episode 29 Laila ketawa. Daud menggerutu : " Sialan , aku kalah akhirnya. Ini bayarannya
dua puluh lima perak ", kata Daud seraya menyerahkan coin 25 rupiah . Dan Laila mengalihkan persoalan : " Ambil cangkul sana ! Mau tanam bunga koq cerita bunga kawin ".
" Okey, Lady ", kata Daud dengan langkah lincah masuk kedalam rumah mengambil cangkul. Dan semua itu disaksikan meiske dengan begitu asyiknya. Ia menyelesaikan intipannya. Tetapi konsentrasi agak terganggu dalam belajar, karena telinganya mendegar suara bunyi cangkulan - cangkulan , dan bunyi suara ketewa cekikikan, suara Daud bercerita. Kemudian yang didengar meiske adalah : " Nah, sekarang mari kita mandi. Kau yang mandikan aku, ataukah aku yang mandikan kau ".
Dan setelah itu meiske tidak mendengar apa - apa lagi.
Sebagai gadis yang bertumbuh untuk jadi dewasa , meiske membayangkan betapa indahnya suatu perkawinan yang tumbuh dengan cinta . Dan karena tidak mau membayangkan bagaimana pula perkawinan tanpa dicintai dan mencintai, meiske berjanji untuk tidak dengan gampang untuk jatuh cinta.
Pada malam harinya, meiske melihat betapa suami isteri ini pergi bersama. Laila berpesan kepada meiske : " Kami mau nonton, belajar yang rajin ".
Lestina bercanda : " Nonton sih nonton , tapi itu tambur dibawa terus ya " ".
Laila menjawab : " Nanti kalau kau dewasa kau pun akan membawa tamburmu ", dan ipar Lestina ini tertawa menjelang meninggalkan pintu rumah.
Kebetulan Lestina belajar dimeja makan bersama - sama meiske malam ini. Mereka berdua tidak bercakap - cakap sepatah katapun. Ada sesuatu yang ingin dikatakan meiske. Tetapi saying itu tidak dapat diucapkannya kepada Lestina. Lestina sendiri sudah sebulan dua bulan ini berubah menjadi anak yang pendiam. Gadis remaja itu tambah tekun belajar. Dan tak pernah keluar rumah lagi dengan alasan mau belajar dirumah teman .
Hanya Lestina yang mengetahui, apa yang telah terjadi atas dirinya maka ia berubah jadi pendiam . Tetapi meiske pun berubah berangsur angsur menjadi gadis yang pendiam . Tapi ia berangsur angsur bersikap rajin. Selama ini ia
memang gadis yang pembersih . Tapi ia hanya membersihkan pavilium dan halaman sekitarnya.
Kini ia rajin mengepel rumah dan bukan mengepel kamarnya saja atau beranda paviliumnya. Perubahan ini dilihat oleh Daud. Daud bertanya : " Sejak kapan kami menyuruh kau jadi tukang pel , meiske " "
Laila yang kebetulan sedang menjemur pakaian menjawab : " Dia yang minta sendiri, mas Daud ".
" Meiskemelihat kak Laila makin besar hamilnya ", kata meiske.
" Sudah berapa hari ini si meis yang menolong cuci pakaian ".
" Mudah - mudahan jadi ibu rumah tangga yang baik kelak ", kata Lestina bercanda dari pojok.
" Eh, tumben kali ini mulut si Les ngomong ", kata Laila , " Selama ini pendiaaamm sekali ".
" Kau juga ikut kerja tokh "", Tanya Daud pada adiknya.
" Jam lima masak. Pokoknya kita yang duluan , deh ", kata Lestina.
Pendeknya hari - hari menjelang Laila melahirkan , rumah itu tampak serasi sekali.
Tetapi beberapa hari menjelang waktunya untuk melahirkan , ada berita mengejutka dari Laila sendiri. Pagi itu Laila disuruh Dokter pribadinya untuk memeriksakan pinggul ke rumah sakit. Ini hanya bisa dilihat di RSUP. Dari sana ada sepucuk surat yang harus diberikan kepada dokternya semula. Dokter itu agak lama terdiam.
" Apa yang terjadi Dokter " "
" Anak nyonya terlalu besar disbanding dengan pinggul nyonya ", kata dokter itu, " harap suami nyonya pagi ini dipertemukan kepada kami, karna nyonya harus melahirkan dengan operasi Caesar ".
" Apa itu dokter " "
" Anak dikeluarkan dari rahim melalui operasi pada perut , tapi itu bukan operasi yang berbahaya ".
Laila begitu pandai melawan rasa takut, sehingga ia seperti bersahaja saja mengatakan pada Daud sepulang dari bekerja.
Kalau Laila tampak tidak tegang , sebaliknya justru Daud lah yang amat gugup kelihatan. Wjahnya langsung jadi murung . Sekembali dari bertemu dengan dokter, Daud bertambah murung lagi. Ia kebetulan mempunyai ensiklopedi . Makin tahu ia apa itu operasi Caesar, makin tambah ngeri ia menghadapi hari - hari mendatang ini.
Ia khawatir bahwa hanya ada empat kemungkinan setelah operasi ini . Jika ibunya tak tahan, ibu akan mati, dan b
ayi hidup . Kemungkinan kedua bayi yang mati, dan ibu hidup. Kemungkinan ke tiga adalah bayi dan ibu sama -sama mati . Dan kemungkinan ke empat adalah bayi dan ibu selamat dua -duanya..
Meiske mendengar kata - kata Daud itu dengan gemetar , Lestina juga , dan yang tidak gemetar ketika mengucapkan itu justru Laila. Ya, Laila pula yang berbicara mengenai empat kemungkinan itu .
Laila berbicara seenaknya saja. Ia malahan bercanda saja ketika berkata: " Kalau aku mati , kalian bertiga harus seringkali berziarah kekuburan Laila ".
Daud mendongak memdengar kata - kata itu. Tapi ia tak berani marah. Ia sendiri dicengkram oleh kemungkinan itu .
Meiske berdiam diri, begitupun Lestina. Daud memegang bahu Laila sambil berkata: "Daripada ngomong ngawur, baiknya kita tidur saja".
Tinggal kini meiske dan Lestina di ruang makan.
Dua gadis itu berdiam diri, tapi kemudian saling tatap menatap lebih dari dua kali.
" ngeri....", kata meiske.
" Daripada musti begitu, aku lebih baik tidak kawin - kawin saja ", kata Lestina
Dan kedua gadis itu bungkam sampai keduaq duanya ngantuk, meiske kembali kepavilium. Kalu tadi diruang makan ia mengantuk, kini dikamarnya meiske tak bisa tidur. Entah mengapa tiba -tiba iaingat kembali percakapan rahasia antara ibunya dengan ibunya bang Daud. Bahkan ayahnya tidak diajak serta dalam pembicaraan rahasia itu . Pembicaraan rahasia itu adalah mengenai perkawinan. Kalau tidak salah , bang Daud akan dikawinkan setelah bercerai dari Laila. Ya, kalau tak salah soal itulah. Tapi ada sedikit - sedikit disebut nama meiske. Sebelum bang Daud pindah ke Jakarta , meiske telah kenal siapa bang Daud.Didaerahnya Daud terkenal sekali. Meiske yang masih muda remaja waktu itu pun menilai bahwa Daud adalah pemuda ganteng disana. Biarpun meiske ketika itu tidak begitu jelas , tetapi persaan halusnya meraba mengapa ia harus sekolah di Jakarta dan akan tinggal dirumah bang Daud.
Episode 30 Meiske tidak merasa heran dalam urusan kawin cerai ini, karena didaerahnya hal itu sudah sering terjadi dengan biasa. Bahkan ayah meiske sebenarnya adalah ayah tiri .
Entahlah. Entah apa yang menyebabkan meiske saat ini teringat kembali pada pembicaraan rahsia itu . Dulu pertama ia dating dan melihat betapa berbahagianya bang daud dan kak Laila, meiske menganggap bahwa percakapan rahasia ibu daud dan ibunya sendiri dulu hanyalah salah dengar saja. Tetapi kini nalurinya bertanya - Tanya sendiri.
Malam itu meiske tidak bisa tidur. Tapi yang paling tidak bisa tidur adalah Daud. Tapi juga Laila.. Ia sebagai orang yang bersangkutan dalam oerasi Caesar ini seakan - akan tidak mempercayai kata - kata dokter kandungan tadi sore : " Dizaman modern ini 99 prosen dari operasi Caesar berhasi. Hanya satu prosen saja yang gagal. Karena hal - hal abnormal saja. Nyonya tidak usah cemas."
Tidak usah cemas " Tidak usah cemas , Oh, Laila sedang memikirkan itu. Ia berkata sendiri dalam hati : " Jika aku termasuk kelompok yang 99 prosen ya tak usah cemas. Tapi jika aku termasuk kelompok yang satu prosen gagal itu....
Dan saat - saat menjelang operasi ini makin hari makin tera makin dekat, bahkan diperkirakan dalam dua tiga hari ini mungkin bayi itu harus lahir. Dokter mendekati Daud , ketika ia dan isterinya memeriksakan.
" Tuan tentu ingin punya anak lebih dari satu ", kata dokter itu.
" Entah . Sya saat ini hanya memikirkan keselamatan ibu dan bayinya '
" Tapi maksud pertanyaan saya penting, . Karena dari segala sudut kelemahan2 khusus pada diri isteri tuan kami perlu meminta ijin ", kata dokter itu.
" Apa itu dokter " "
" Isteri anda hanya satu kali ini saja diperbolehkan mengandung. Bila terjadi kehamilan lagi , ya itu tak apa, tapi menyulitkan dia dan kami. Mamang wanita yang berbadan kuat dan sehat boleh saja dua atau tiga kali menjalani operasi Caesar seperti ini, tetapi khusus untuk isteri tuan kami minta kesediaan tuan ".
" Maksud dokter " ".
" Peranakan isteri tuan akan kami tutup ", kata dokter kandungan itu , ' Ini kerja ringan saja. Biasa dilakukan ahli - ahli bedah kandungan ".
Daud semakin cemas saja akan permintaan yang satu ini.
Tapi ia berusah a menggunakan akalnya dari pada haya dihanyutkan perasaan . Pantaslah bila dokter - dokter meminta ijin menutup peranakan isterinya. Karna mungkin saja ada seorang calon ayah yang ingin punya banyak anak tak bersedia mengabulkan ijin itu .
" Kami tak meminta jawabannya sekarang. Tapi kami mengharapkan jawaban itu sebelum bayi dilahirkan "., kata sang dokter
Daud terpana untuk beberapa lama. Ketika ia berkata " Baiklah ", terbayang olehnya bahwa baginya cukup satu anak apabila anak itu selamat saja lahir kedunia dan selamat pula ibunya.
Karena Laila tidak diperkenankan ikut dalam perundingan itu, Daud memilih saat yang baik sekali untuk mengutarakannya kepada Laila. Sore itu juga kelihatan Laila lincah berlebih-lebihan . Dan kelincahan yang over itu menakutkan Daud. Dia teringat cerita - cerita lama orang yang mati senantiasa meninggalkan "perangai". Apakah lincah dan canda Laila ini sebagai orang yang akan meninggalkan perangai pila " Malam menjelang tidur Daud berkata : m" Aku hanya memohon pada Tuhan , kau dan bayi kita selamat. Misalnya ada yang Tanya: apa kau ingin anak lima atau dua " aku akan menjawab : satu cukup buatku. Akan kugendong satu - satunya anakku itu sampai keujung dunia kalau perlu ".
Laila diam saja. Bayi dikandungannya menolak keras. Daud bertanya ; " Bagaimana dengan kau " "
Laila tak menjawab Tanya Daud. " Satu cukup " Tanya Daud lagi.
" Biarlah satu asal dia hidup. Laila bahkan bersedian mati asalkan bayiku hidup".
Laila membacanya dibuku catatanmu, mas Daud.
Akhirnya Laila tahu , hampir lima tahun lamanya mas Daud merindukan anak
Kau tulis : Hidup bersama isteri, bahagia. Tapi hiduppun ingin bersama anak. Dan kebahagiaan ini sempurna. Bukankah begitu " "
Daud membujuk isterinya. Ia tak mengira catatan hariannya terbaca oleh Laila. Ia seakan - akan ditodong oleh laila akan maksud kata - katanya itu pada saat - saat yang gawat ini.
Laila tiba - tiba berkata : Aku tak ingin mendengar jawaban . Aku tahu kau amat mencintaiku ".
Laila meremas tangan Daud. Kemudian ia berkata lirih : " Mas, remaslah jari - jari ku ". Kemudian dengan menahan sesak nafasnya, Laila berkata lagi: " Mas, aku tidak keberatan jika aku haru mati demi hidupnya bayimu ini kedunia "
" Laila ." " Demi Tuhan .mas ", kata Laila, " Kini aku amat pasrah ".
" Tuhan akan menolong kau, menolong kita berdua. Begitupun bayi kita ", kata Daud dengan suara sendu.
Dan dengan sendu pula Laila melanjutkan Kata - katanya : " Tetapi jika aku harus mati, aku ingin mati dengan perasaan pasrah dan tenang ".
" Laila ", Kata Daud, dengan sepenuh takut mengingatkan isterinya, karena ia tahu benar , bahwa hanya orang - orang yang akan mati saja yang bikin pesan -pesan khusus begini.
" Mas , " kata Laila lagi, kali ini meremas Daud erat - erat , " Demi Allah , aku mengijinkan kau untuk kawin lagi jika aku meninggal dunia. Tetapi kawinilah wanita yang semacam aku. Yang baik budi, yang mencintaimu setulus hati ". Dan Laila mulai terisak isak. Dan sambil terisak isak itu pula ia melanjutkan pesan- pesannya: " Tapi dalam hal diriku bila aku mati nanti, ada satu pesanku yang paling penting : Isterimu itu nanti harus kau didik untuk mencintai bayi kita seperti engkau mencintainya . Ia harus jadi ibu pengganti diriku !".
Daud terperangah . Iapun tak bisa menahan dirinya untuk menangis. Ia melelehkan air mata juga seterharu Laila. Laila meremas jari - jari tangannya, dan Daud pun meremas - remas jari tangan isterinya.
" Kau berjanji " " tanya Laila.
Daud terdiam . Ia tak berani menyahut. Berani menyahut berarti ia siap untuk kematian Laila. Sia tak menginginkan kematian isteri yang sangat dicimntainya.
" Katakanlah ,mas Daud ! Ini permintaanku yang sungguh - sungguh. Katakanlah , kau akan berjanji !"
Kini Daud takut pada ancaman Laila. Tidak berani mengatakan mungkin akan ditafsirkan salah. Yang berati ia tidak akan menepati janji - janjinya kelak . Dalam keadaan seperti begini, wanita - wanita biasanya lebih gampang tersinggung. Cepat Daud berkata, namun suaranya bagai tersendat dikerongkongan.
" Aku berjanji " kata Daud.
" Kau berjanji akan mencintai anak ini
" ", kata Laila. " Aku berjanji akan mencintai anak ini ". " Bila Laila mati...." Kata Laila . " Bila Laila mati ", ucap Daud. " Dan sekiranyapun aku harus kawin lagi ", kata Laila. " Dan sekiranya pun aku.. " hati nurani Daud memberontak . Ia seakan -akan tak sadar harus berkata keras; " Tidak ! Aku berjanji tidak akan kawin
lagi! " " Janganlah kau segampang itu bersumpah , mas Daud ", kata Laila.
Tetapi tiba - tiba Laila berbisik : " Mas 1" dan sekali lagi " Mas! ". Ada sesuatu yang dirasanya keras memelintir diperutnya. Ia tiba - tiba merasa akan melahirkan
" Oh, mas. Saatnya mungkin sudah datangn " , kata Laila.
Laila kuat-kuat meremas tangan Daud. Ia berkata terputus - putus : Mas, bawa aku sekarang ... "
Begitu gugup Daud. Begitu gugup sehingga ia tak berani mennyetir mobil. Ia memanggil taxi. Dan dalam taxi Laila menyandarkan kepala dibahu Daud. Bibirnya gemetat berkata : " " Mas, aku sungguh - sungguh pasrah . Ada satu hal yang harus kupesankan lagi . Yaitu meiske, aku senang padanya, ia benar -benar anak yang baik. Hati kecilku menyukainya. Andaikata anakku harus punya ibu tiri, mas ....lebih baik kukatakan dari sekarang..".
" Laila ! jangan mengigau ! Berdo'alah. Mintalah pada Tuhan seperti yang kulakukan sekarang ". Kata Daud memperingatkan Laila dengan tegas karena pada saat - saat itu ia benar - benar sedang mohon kepada Tuhan agar isterinya dan bayinya sama - sama selamat.
" Mas, " Laila meremas tangan Daud lagi, dan makin terisak - isak
Episode 31 DAUD merasa terlepas kesabarannya ketika terpaksa membentak laila : " Diamlah ".
Laila berhenti merintih, tetapi itu telah membuat Daud trenyuh sehingga dibelainya rambut isterinya yang kusut : " Berdo'a lah sayangku. Ini saat saat yang paling penting dalam hidup kita. Kuminta dengan sangat , kau jangan menyebut orang ke tiga ".
" Maafkan Laila , mas Daud ", kata Laila menangis.
" Aku mencintaimu, Cuma kamu yang kucintai didunia ini. Jika kamu mau menyebutkan nama orang ketiga dalm hidup kita, coba kau sebut siapa nama anak kita nanti ".
" Aku tetap ingin punya anak permpua ", kata Laila.
" Baiklah. Kau sebut siapa namanya ", kata Daud.
" Berilah nama Delila ".
" Nama itu bagus sekali , paduan antara " D", namaku, dan " Lila ", namamu. Nama yang bagus " kata Daud.
" Nama yang terkesan ", kata Laila. " Ya, berkesan".
" Nama yang tidak bisa memisahkan cinta kita, sekiranyapun aku harus mati ", kata Laila lagi.
Laila menangis seraya menahan nyeri. Tetapi kali ini Daud tidak bisa mencegah lagi. Dia kali ini bebar - benar ikut terseret kalau - kalu Laila benar -benar mati. Bukankan begitu banyak ibu yang tidak kuat menahan sang maut, yang terpaksa menyerah mati ketika melahirkan bayi "
" Mas,.. " , rintih Laila lagi.
Kini Daud meremas jari - jari isterinya itu, " Apalagi , saying " "
"Kalau aku mati, mas", kata Laila, " Maukah kau mendatangi kuburanku " setidak-tidaknya sekali sebulan "dan membersihkan nisanku dari debu dan bekas hujan " "
Daud lagi - lagi meneteskan air mata , dan dia tak mampu menjawabnya kecuali meremas jari - jari Laila serta menciumi wajahnya dengan sepenuh rasa.
" Kau menangis, mas" "
" Ya, Laila ". " "Kau menangis ""
" Ya--- " Laila meremas jari2 tangan Daud , seperti Daud meremasinya . Kedua suami isteri itu kini terseret oleh rasa putus asa . Tetapi Daud mencoba berdo'a menyebut nama Tuhan , dan ia ingin mendapatkan kekuatannya kembali. Dan Tuhan benar - benar pengasih lagi penyayang : Daud bangkit dari keruntuhan bathin , dan ia merasa dirinya kuat ketika tampak olehnya pintu gerbang rumah sakit..
" Kita sampai Laila ", ucapnya
Daud meminta bantuan sopir taxi untuk mengangkat Laila. Dua laki - laki itu kini bersama - sama mengangkat wanita yang mau melahirkan itu . Daud melihat kereta dorong. Dia menyuruh sopir itu untu berhenti melangkah, dan dengan isyarat dia tunjung kereta dorong itu.
Lala kemudian didudukkan diatas kerete dorong itu. Ketika sopir itu akan pergi, Daud mencegahnya :
" Jangan pergi dulu , Pak , tolong Bantu pegang isteri saya, biarlah saya yang mendorong ".
Kereta dorong itu didorong Daud melewati lorong - lorong, teta
pi tak ada seorang suster rumah sakitpun yang tampak.
Kemudian tampak muncul satu suster, yang sedang mendorong kereta dorong lainnya, dari arah yang bertentangan.
Namun Daud menegur suster yang sedang bertugas itu: " Suster , apakah benar bahwa lorong ini menuju tempat bersalin " "
" Ya, Tuan", sahut suster itu.
Daud mendorong terus sampai ia melihat suatu tanda dimana tempat bersalin berada.
Disitu seorang suster menyongsongnya. Suster itu membantu mendorong sampai ke pintu, sementara Daud kesal karena pintu itu belum terbuka. " Ketok pintu itu , suster ", ucap Daud
" Tidak bisa , Pak . Nanti kalau ada yang keluar bisa dimasukkan ", kata suster itu.
" Tetapi keadaan isteri saya ini mendesak ", kata Daud pula, dan menambahkan : " Coba suster tengok dulu apa ada tempat ".
Dan Daud menciun kening Laila, menghapus kening yang berkeringat itu, menanyanya dengan mesra : " Kau masih sakit " "
" Masih , mas ", jawab Laila.
" Suster, tolong ketok pintunya ", kata Daud tak sabaran Suster itu menahan kesabarannya, tapi Daud tak bisa menahan kesabarannya sendiri.
Dia langsung menuju pintu, suster mencegahnya : " Jangan, pak . Mengganggu kesibukan didalam ".
Episode 32 Namun Daud tidak menghiraukan larangan itu, dan diketoknya pintu. Pintu itu terbuka. Seorang suster tua melotot : " Jangan ketok - ketok , pak, ini ada pasien yang gawat ".
" Tapi isteriku lebih gawat lagi suster ", kata Daud, dan pintu itu ditutup suster tua itu sebagai jawaban tanpa kata. Daud muak dan jengkel , dan diremas - remasnya tinjunya. Laila memanggilnya : " Mas......"
" YA , SAYANG " " dAn Daud mendekati Laila, " kau masih kuat " "
" Masih, mas. Jangan kasar sama suster - suster itu, mas. Karena merekalah yang akan menyelamatkan saya ", kata Laila
" Ya ", kata Daud sadar , " Aku tadi tidak bisa mengendalikan diri ", dan seraya mengelus bahu Laila , ia berkata lirih : " Itu karena sayangku ppadamu, Laila ".
Suster yang masih memegang handle kereta dorong mau tersenyum mendengarnya, tapi dia tak beda dengan beberapa suster lainnya di Dunia ini : Mereka sudah biasa menghadapi kaum lelaki yang lebih panik dan sinting ketimbang isteri mereka sendiri yang mau menyongsong maut.
Pintu terbuka, satu kereta dorong muncul , dan ketika Daud mau mendorong kereta Laila, suster menahannya : " Biar itu lewat dulu, pak ".
" Oh ya.......", ucap Daud dengan suara maaf.
Begitu lewat , Daud mendorong membantu suster.
Tetapi didepan pintu suster berkata : " Bapak Cuma boleh sampai disini. Bapak tidak boleh masuk ".
" Says harus menunggui Laila ", bantah Daud.
" Ya, tapi nanti kita kehabisan hawa didalam , pak. Bantulah kami , pak. Bapak menunggu diluar saja, sampai nanti bapak kami panggil ", kata susteritu.
" Kalau bayi lahir, bapak kami panggil , dan kami ijinkan masuk kedalam ".
" Jadi saya tidak boleh menyaksikan isteriku melahirkan " ", Tanya Daud yang tidak lagi dijawab oleh suster itu, yang kemudian mendorong kereta itu masuk.
Daud sempat meremas - remas jari tanga Laila dan berkata : " Aku berdo'a diluar , Laila "
Cuma itu. Laila tak sampai menyahut karena menangis terharu. Daud pun merasa gelisah meremas - remas tangannya sendiri kini, tak sempat duduk diruang tunggu.
Seluruh emosi dan fikirannya seolah - olah berada dikamar bersalin dimana kini Laila berada, sekalipun dia berada di ruang tunggu.
Baru Daud merasa berada di ruang tunggu , ketika didengar nya suara: " Nak, nak. Apakah anak menanti isteri anak melahirkan " "
Daud menoleh. Seorang perempuan tua. Setuaibunya. Ia mengangguk pada iabu yang tua itu : " Ya, bu. Saya menunggu isteri melahirkan ".
" Anak bernasib baik ", kata ibu tua itu, " Isteri anak pun bernasib baik. Beda dengan anak permpuanku. Setiap ia melahirkan bayi , suaminya sedang berlayar ".
" Oh.....Jadi mantu ibu seorang pelaut / "
" Ya, seorang Nahkoda ", kata ibu itu, " Dan ini adalah anak yang kesebelas yang akan dilahirkan ank perempuanku, yang tidak juga dilihat oleh bapaknya ketika ia lahir kedunia ".
Daud mengangguk - angguk tanpa bermaksud apa - apa. Ia kaget ketika ibu tua itu bertanya lagi kepadanya : " Ini anak yang keberapa , nak "
" " Saya menantikan kelahiran bayi pertama ", kata Daud.
" O, pantesan anak gelisah sekali sejak tadi ", kata ibu tua itu menahan ketawa.
Tetapi Daud tidak merasa terhina oleh senyum geli perempuan tua itu. Dia tanpa sadar sudah duduk disamping ibu tua itu pula.
Daud heran, ibu tua itu bisa tidur juga, Daud tidak ngantuk secemilpun.
Ketika tiap suster muncul , malahan Daud nenyongsong tiap suster itu dan bertanya : " Anak saya sudah lahir " "
" Belum, pak " " Itu yang tadi mengeak ""
" Oh, itu bayi orang lain, Pak ", kata suster itu.
Seharusnya tiap - tiap suster itu sudah muak melihat tampang Daud yang selalu menyongsong mereka jika mereka muncul dipintu bersalin itu. Tetapi setiap suster suster didunia adalah pewaris tugas kemanusiaan.
Ia bukan saj a mengurus bayi, tapi juga mengurus ibunya. Dan kini mengurus ayah sang bayi. Ayah - ayah menjadi bayi kembali, nyinyir bertanya seperti daud kini.
Karena itu suster - suster itu Cuma bisa tersenyum geli dihati jika melihat ayah segelisah Daud ini . Kali ini seorang suster muncul, tetapi sebelum bertanya , suster itu yang berkata : " Bayi bapak belum lahir, jadi sebaiknya bapak pulang saja dulu ".
" Biar saya tunggu disini ", kata Daud.
" Kalau mau tunggu jangan menunggu didepan pintu . Disana ada ruang tunggu ".
" Baik suster, saya akan tunggu di ruang tunggu "., kata Daud tersinggung.
Wajah tersinggung itu tetap murung ketika Lestina muncul menepuk bahunya, dibelakang Lestina muncul juga meiske. Ia membawa termos dan gelas, dan kuwe - kuwe
Episode 33 BUAT DAUD , tidaklah ia begitu peduli yang muncul itu adalah Lestina ataukah meiske. Ia juga tidak perduli apakah meiske membawa termos dan gelas serta kuwe - kuwe. Bahkan ia tak menyambut mereka, atau mempersilahkan mereka untuk duduk. Fikiran Daud terpusat pada lamanya laila melahirkan .
" Belum lahir juga " ", Tanya Lestina.
" Belum ", Daud menyahut.
" Biasa ", kata meiske sembari menuangkan kopi dari thermos kedalam gelas, " Perempuan satu cepat melahirkan , perempuan lain lambat ".
Meiske meyodorkan gelas yang baru dituang kopi itu kepada Daud : " Minum kopi , bang, supaya tidak mengantuk. Dan menghangatkan badan ".
Daud enggang menerima gelas itu , namun ia terima juga tetapi tidak diminumnya melainkan ditaroknya saja diatas tembok " Minumlah kopinya, ban Daud ", ujar meiske lagi.
" Nanti saja ", jawab Daud.
" Baiknya diminum ketika masih hangat ", kata meiske lagi.
Daud dengan sebal akhirnya mengam bil gelas itu , dan mencicipinya sedikit, lalu ditaroknya lagi.
" Abang pilih kuwe yang mana " " Tanya meiske sembari membuka bungkusan kuwe.
" Nggak usah ", sahut Daud.
Tetapi akhirnya meiske memilih sendiri kuweh donat , dan disodorkannya kepada Daud.
" Ayolah makan satu ", kata meiske. " Nggak uasah ", kata Daud menolak.
" Ayolah satu saja ", desak meiske lagi, " Lebih - lebih diruang terbuka begini , udara dingin, sebaiknya perut diisi supaya tidak masuk angin ".
Daud mengambil kuweh donat itu juga dengan tarikan nafas kesal. Ketika ia mengunyah - ngunyah , meiske mengambil gelas kopi tadi , dan menyodorkannya padda Daud.
Daud mengambilnya. Dan diteguknya kopi seteguk, lantas ditarok nya gelas diatas tembok. " Kamu nggak ngopi , Lestina " ", Tanya meiske.
" Tulung tuangin segelas ", kata Lestina.
Meiske menuangkan segelas bagi Lestina, dan setelah Lestina minum, diapun akhirnya menuangkan lagi satu gelas untuk dirinya sendiri.
" Eh, meis sampai lupa, Lestina. Kita koq bawa gelas 4 biji, Yang sebiji ini untuk kak Lila maksudnya. Hmmmmmmm", dan gadis manis itu ketawa sendirian.
Kemudian sunyi. Yang kedengaran adalah capak - capak lidah Lestiana yang kerjanya mengunyah - ngunyah kuweh..
Daud diam membekukan lidah, dan matanya yang mengantuk itu tetap ditegangkannya melihat kepintu.
Tiba - tiba, dari pintu, muncul suster. Dia bagai berlari menuju kamar bersalin itu. Daud tergopoh bertanya : " Anak saya sudah lahir " "
" Belum . Mungkin sampai besok malampun belum.
Tetapi isteri bapak perlu tinggal disini, untuk istirahatnya. Bapak boleh pulang saja. Besok sorelah dating lagi ".


Cintaku Selalu Padamu Karya Motinggo Busye di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

" Biarlah saya nunggu disini ", bantah Daud.
" Percuma saja , Pak ", kata suster itu, " Isteri bapak perlu istirahat total ".
" Total tidak total bagi saya menunggu disinipun suatu totalitas ", kata Daud dengan nada tegas, " Nona mungkin tidak memahami isi hati saya ".
Suster itu pergi . Lestina mendekati abangnya. Ia membujuk Daud : " Bang Daud, sebaiknya abang pulang ", Daud tidak mempedulikan Lestina.
Meiske rupanya sedang bercakap - cakap dengan seorang suster yang lain. Meiske kemudian pergi kearah kamar bersalin. Daud melihatnya. Dia bertanya dalam hati : Mau apa meiske ke situ dibawa suster " jangan - jangan Laila sudah melahirkan! Lalu Daud melihat suster muncul dipintu, dan memberikan sehelai
surat ataukah amplop kepada meiske. Meiske buru - buru dengan setengah berlari menuju Daud, membuat Daud berdiri cepat - cepat.
" Ini ada surat dokter untuk bagian aadministrasi ",kata meiske memberikan surat itu kepada Daud. Daud menerimanya dengan menggerutu: " Bukan urusan administrasi yang penting kini buatku. Tetapi keselamatan isteri dan calon bayiku ".
" Kita disuruh pulang ", kata meiske. " Mari kita pulang ". " Pulanglah kalian . Saya tunggu disini ", kata Daud bersikeras " Percuma abang tunggu disini ", bujuk meiske, " kata suster, kak Laila perlu istirahat total ".
" Ya, biarlah Laila istirahat total. Tetapi sudah jadi prinsip bagi saya, bahwa saya menunggu disini sebagai suatu keharusan , sebagai suatu totalitas pula. Tahukah Kau " cinta tak kenal lelah, cinta tak kenal istirahat , karena cinta yang sejati adalah totalitas " , ujuar Daud menatap meiske tajam2.
Meiske berpikir, alangkah besar cinta bang Daud pada Kak Laila. Alangkah bahagianya seorang isteri mendapatkan cinta suami setulus sebesar dan setotalitas cinta kak Daud ini !
" Kalau begitu , kamipun menunggu ", kata meiske .
" Kalian boleh pulang ", kata Daud, " Biarlah saya nunggu sendirian disini ".
Meiske melihat , sebenarnya Daud sudah mengantuk. Lestina memberi isyarat kepada meiske agar mereka pulang, membiarkan Daud sendiri. Tetapi meiske tidak mau. Dia menawarkan kopi pada Daud. Daud menolak.
Episode 34 Meiske memberi juga segelas kopi: " Mata bang Daud sudah kuyu karena ngantuk. Minumlah ".
Daud meminum juga kopi itu, biarpun Cuma secicip. Ia meletakkan gelas diatas tembok, tetapi meiske mengambilnya dan meletakkan ditempat yang lebih aman . Dia melihat Daud sebetulnya sudah mengantuk sekali. Dugaanya benar. Daud mulai menyandarkan kepala disisi tembok. Tidurnya tampak nyenyak.
" Siapa diantara bapak - bapak disini yang bernama Daud " ", tiba - tiba muncul seorang suster dibalik tembok. Suster itu berpakaian putih dan baunya bau mayat.
" Tidak ada yang bernama Daud Waitulo disini " " Tanya suster berbau mayat
itu. " Saya !" , teriak Daud kuat-kuat, membuat semua diruang tunggu heran.
" Berita buruk terjadi , pak Daud kata suster itu .
" Apa yang terjadi dengan isteri saya , suster " " Tanya Daud.
" Lihatlah itu ", kata suster berbau mayat tadi .
Begitu daud melihat kearah kamar bersalin, muncullah seorang suster membawa krans bunga dengan pita hitam . Suster itu menangis terisa isak . Lau munculah sebuah kereta yang didorong oleh suster - suster lain yang jiga menangis tersedu - sedu. Daud berdiri, dan mengejar kereta yang didorong itu . Diatas kereta itu terbaring Laila. Laila sudah tak bernyawa lagi. Daud menangis terisak -isak melihat Laila telah meninggal dunia.
Disebuah pekuburan , begitu banyak suster dan dokter pada upacara penguburan Laila. Seorang dokter berkata pada upacara itu : " Atas nama rumah sakit , kami mengucapkan penyesalan tidak dapat menolong perempuan yang baik ini. Ia meninggal bersama bayinya ".
Daud menangis terisak - isak dibawah pohon kamboja . Ketika ia diminta berbicara, dia tak bersedia : " Percuma ", dia menangis terisak terus, " Percuma kalian berpidato, percuma kalian bersekolah dokter kalau kalian tidak mampu menghidupkan Laila ".
" Kami bukan Jesus Kristus yang mampu menghidupkan orang yang sudah mati ", kata dokter yang memimpin upacara itu.
Kini krans bunga bagaikan berganti dengan bunga - bunga yang indah, suatu pertanda telah terjadi suatu upacara
yang berbeda dengan upacara kesedihan.
Bunga - bunga itu kiriman dari berbagai perusahaan koneksi perusahaan Daud. Mereka memberikan bunga 2 itu dengan ucapan selamat berbahagia atas perkawinan Daud Waitulo dengan meiske.
Tetapi, duduk dipuadai pengantin itu tampak sekali wajah Daud yang murung, bahkan ia menangis.
" Mengapa abang menangis ", bisik meiske yang berpakaian pengantin putih sutera .
" Saya tidak bisa melupakan Laila ", kata Daud.
" Semoga aku bisa menggantikan kak Laila, bang ", kata meiske.
" Ku kira tak ada satu wanita pun yang bisa menggantikannya ', kata Daud, " Aku kawin lagi karna dipaksa . Sebenarnya aku tak ingin kawin lagi. Jiwa dan raga ku sebenarnya suda mati, meiske ".
Benarlah. Dikamar pengantin Daud tidak memperlihatkan kebahagiaan . Meiske telah mencopot kaos kaki yang dipakai Daud . Meske sendiri ketika itu Cuma mengenakan bh dan celana mandi saja, menciumi daud mulai dari ujung kaki hingga uung kepala . Meiske telah menciumi bibirnya segala sesuatu yang sepantasnya tidak tidak diciumi oleh bibirnya. Tetapi dimalam pengantin itu meiske telah berusaha , karena dia sendiripun sudah bernafsu sekali. Daud benci sekali karna telah mempermalukan dirinya seperti perempuan -perempuan nakal didalam adega film biru.
Melihat itu Daud jijik sekali. Ia berteriak " Aku tidak mau. Aku benci kau "
Teriakan Daud telah membuat meiske menoleh.
Ia melangkah mendekati Daud. Ditepuk - tepuknya bahu Daud ; " Bang , abang mimpi " "
Daud membukakan mata. Dilihatnya meiske. Masih terbayang meiske melakukan hal yang menjijikan . Meiske bertanya : " Abang mimpi " " " Oh.......", kata Daud, " Ya. Ya
Meiskee membujuknya untuk pulang , dan kali ini berhasil . Lestina duduk didepan . Daud duduk disebelah meiske. Daud diam membeku dalam taxi ketika pulang itu. Meiske mengagumi Daud. Benar - benar mengagumi Daud. Dia mengagumi, cinta Daud pada kak Laila benar -= benar cinta tak mengenal lelah , cinta tak kenal istirahat , cinta yang penuh totalitas.
Besoknya Daud kebagian administrsi . Disitu Daud di beri tahu bahwa Laila akan dikarantina dan diberi istirahat total agar punya tenaga untuk melahirkan..
Episode 35 DIA TELAH dengan setia datang lagi di rumah sakit itu, menunggu I lagi disitu , tanpa lelah! Daud Waitulo mondar mandir dilorong rumah sakit itu, pada hari ketiga isterinya dikarantina dirumah sakit itu . Semula ia mengira pada malam itu membawa Laila itu adalah saat - saatnya Laila harus melahirkan . Padahal dokter sudah memberikan jadwal bila seharusnya masuk karantina bagi wanita 2 hamil yang akan dibedah Caesar . Konsentrasinya ketika itu sama saja dengan Laila : Sama 2 takut pada kematian.
Tak lama setelah Daud mondar mandir , yang tampak muncul adalah Lestina. Kemudian meiske menyusul satu jam kemudian
" Keadaan kakakmu Laila dalam keadaan kritis ", kata Daud pada Lestina.
" Kenapa sampai lama betul Kak Laila baru melahirkan " " , Tanya Lestina.
" Ad hal2 khusus pada dirinya ", kata Daud .
" Tapi dokter2 bilang barusan pada ku, bahwa kekhususan selalu ada pada wanita hamil. Itu bukan berarti kehamilannya tak normal . Apa kau mempercayai ucapan2 dokter itu " " Tanya Daud kemudian. Ketika Lestinan tidak menjawab , tahulah Daud ia sudah salah alamaat menanyakan hal itu.
Memang Daud lebih gugup dari biasanya pada sore ini. Dikantor, pekerjaannya banyak yang terbengkalai . Tetapi asistennya telah membantunya dengan amat baik. Tapi ia masih memilikiharapan pada saat2 begini . Yakni takdiratuhan dan memohon padaNya dengan hati yang bersih dan jujur.
Sementara itu diruang operasi mulai terjadi kesibukan2 luar biasa. Dokter2 berdiskusi. Memang sekaranglah saatnya untuk memulai. Tubuh Laila sudah basah kuyup dengan keringat. Pisau - pisau bedah telah tersusun . Jarum2 untuk menjahit serta benang2 jahitan telah disediakan .
Dan kemudian, pisau bedah yang pertama mulai menyayat perut Laila. Pekerjaan itu sedemikian cepatnya. Tapi diluar, waktu seakan - akan berlalu degan lambat . Saputangan sudah kuyup oleh keringat dihapuskan Daud pada leher dan mukanya. Ia tidak tahu lagi berepa orang ada diruang tunggu itu. Juga ada
Lestina. Ketika Lestina pamit , kepada Daud, bahkan Daud tidak mendengar. Tinggal kini meiske. Meiske mendekatinya. Dan dengan suara keibuan :
" Bang Daud dari tadi mondar mandir. Itu meletihkan , duduklah bang Daud " " Oh, kau meis , biarr, tak apa ", kata Daud .
" Duduklah ", kata meiske. Tak lama kemudian Daud duduk patuh . Tapi ia berdiri lagi. Meiske meninggalkannya. Ia kembali dua menit kemudian membawa dua botol coca cola .
" Bang , Daud ", kata meiske ketika ia sodorkan botol minuman kehadapan Daud tapi Daud seperti mengawang .
" Oh,, minuman ".
" Duduklah, minum tenang - tenang ", kata meiske . " Ya, terima kasih ".
" Bukan bang Daud saja yang gelisah . Saya tahu kak Laila manusia yang sangat baik , yang pantas kita cintai bersama2 ". " Ya...."
" Berdo'a lah ", kata meiske.
" Ya. Bang Daud berdo'a. Kau juga ikut mendo'akan " " Tanya Daud.
" Lho ! Kak Laila itu sudah saya anggap kakak kandung, koq bang Daud !"
" Terima kasih atas doa mu ", kata Daud.
Memang Meiske bebar - benar berdo'a , sejak pada malam dulu kak Laila dibawa ke rumah sakit ini.
Dan didalam, pisau2 bedah sama sibuknya dengan alat pengorek. Begitu banyak darah . Sebegitu banyaknya pengorbanan seorang ibu terhadap kelahiran anak nya. Dan tidak kurang tegang dokter2 itu , maka Daud pun kembali menghapus keringat.
Meiske melihat saputangan itu sudah basah kuyup.
" Sini saputangan itu, bang ", kata meiske, " Lihatlah, sudah basah kuyup begini . Pakai punya Meiske ini ".
Daud tanpa kesadaran mengambil saputangan Meiske . Ia kontan menghapus keringatnya . Mata Daud tiba - tiba berkaca - kaca . Entah mengapa ia sedih mendadak begini . Dan fikirannya sudah amat buruk pada detik matanya mulai berkaca - kaca. Meiske melihat airmata Daud yang berlinang . Meiske melihat bagaimana air mata itu jebol dari tanggul kelopak mata. Ya, Meiske terpaksa membuang muka menghindari perasaan simpatinya melihat kesedihan Daud . Kemudian ia melihat Daud lagi , dan iapun ikut menangis.
" Dengan suara terisak Meiske berkata : " Kita sama2 berdo'a bang Daud ".
Lestina tiba2 muncul , karena hatinya tidak enak menunggu dirumah. Ketika dilihatnya Daud dan Meiske sama2 menangis , Lestina menduga telah terjadi sesuatu yang sedih atau fatal pada diri kak Laila.
" Meis !", seru Lestina dan ia pun ikut menangis, " Bagaimana kak Laila " " Lestina berjongkok, memeluk dengkul Daud . Daud hanya membelai kepala adik kandungnya itu . Ia bahagia mendapat simpati Lestina.
Dan ia jadi kuat kembali . Dan ia pun dengan menahan dukanya berkata :
" Kita berdo'a lah ".
" Kak Laila masih di kamar operasi ", kata meiske ikut membelai bahu Lestina .Apakah itu firasat , apakah itu perasaan halus , tetapi baik meiske, maupun lestina , dan juga Daud seperti sama digerakkan oleh suatu panggilan bathin agar menoleh kearah pintu kamar bedah. Pintu itu terbuka. Seorang dokter muncul.
Episode 36 Daud berdiri . Rasanya tubuhnya seringan kapas yang terbang ketika ia terhuyung melangkah sana diiringi oleh meiske dan lestina yang juga nanar. Daud seakan - akan berkata keras : " Bagaimana Dokter " " " Bayi selamat lahir ", kata dokter itu. " Dan bagaimana isteri saya, dokter " " " Tidak apa2 " .
" Dokter ! " Daud hampir teriak , " Apa itu tidak apa2 ! katakana "
Dokter itu tenang memegang bahu Daud, " Tunggulah sebentar. Sebentar lagi isteri anda akan sadar kembali ".
Dokter itu mengulurkan tangan memberi selamat pada Daud. Tapi Daud ragu - ragu menerimanya, sehingga Meiske mendorong punggung Daud sembari berkata : " Terima ucapan selamat itu bang "
Daun menjabat tangan Dokter itu, kemudian ia duduk terhempas dikursi tunggu . Dan sepuluh menit kemudian , muncul lagi seorang dokter .
" Tuan Daud ", serunya.
Daud seakan mau melompat namanya dipanggil . Dokter itu tersenyum melihat air mata Daud . Dokter itu Cuma berkata singkat : " Operasi sukses , istri anda belum bisa ditemui pada hari ini , karna ia musti banyak istirahat ".
Daud curiga . Hanya Meiske yang sanggup mengatasi kekacauan2 perasaan Daud pada saat itu.
Sebenarnya Daud sudah tidak mau pulang . Tapi meiske berhasil mengurangi ketegangan bathin lelaki
itu. Dan mereka akhir nya pulang bertiga. Meiske langsung membersihkan muka dan tangannya. Kemudian menyiapkan makan malam.
" Makan , bang ", kata Meiske, " Makanan sudah Meis sediakan ". " Saya tidak mau makan ", kata Daud .
" Ah, apalagi yang dirisaukan . Semestinya malam ini abang gembira. Kalau nanti abang sakit , nanti malah tambah repot lagi ", kata Meiske.
Benar juga. Dan Daud pun makan , sekalipun amat sedikit . Ketika Meiske ingin kepavilium, ia melihat diteras depan Daud duduk termenung. Meiske menghampirinya : " Abang belum tidur " "
" Panas didalam kata Daud .
" Tidurlah nanti masuk angin " kata Meiske.
Ucapan meiske memang bernada keibuan. Daud adalah orang yang takluk bila ia dibujuk dengan sikap - sikap keibuan , seperti juga lima tahun ini Laila melakukannya. Daud jadi patuh . Meiske berhasil membuat Daud tunduk pergi tidur.
Memang Meiske seperti yang pernah dikatakan Laila pada Daud secara jujur dulu : Dia anak yang jujur, berhati baik dan berperasaan halus. Selama dua minggu Laila di rumah sakit , Meiske benar2 mengerjakan pekerjaan ibu rumah tangga secara sempurna. Tiap meiske ikut menjenguk Laila , Laila selalu menanyakan ini dan itu dirumah. Meiske telah memuaskan hati Laila.
" Ada si meiske dirumah, rumah tetap rapi ", tambah Lestina ikut melapor. Memang meiske telah menciplak Laila dalam mengurus keperluan2 khusus Daud. Ia bahkan ikut menyemir sepatu Daud. Dan meletakkan kaos2 kaki sesuai dengan komposisi celana yang akan dipakai Daud.
Dari semua yang ia ambil alih dari Laila, ada beberapa pantangan yang tetap ia jaga : Meiske tak pernah menggoda Daud, meiske tak pernah duduk2 berdua dengan Daud kecuali bertiga dengan Lestina. Itupun kalau kebetulan. Meiske tak pernah makan bersama satu meja dengan Daud. Ia selalu makan duluan atau belakangan . Dia punya alas an untuk menolak ajakan Lestina untuk makan bersama dengan menjawab " Sudah makan tadi : atau " belum lapar karna sudah makan bakso ".
Dan pantangan yang paling dipegangnya taguh : Meiske tak pernah nyelonong masuk kekamar Daud. Baik ketika Daud ada. Maupun ketika tak ada Daud . Ia berkata pada Lestina : " Kamar Bang Daud bagian Lu ! "
Rupanya diam2 Lestina memperhatikan seluruh kegiatan Meiske dirumah ini, selama kak Laila tidak dirumah . Lestina memang senag bercanda. Dan kadangkala mulutnya centil sekali. Sekali ketika, Meiske melamun , Lestina dengan bercanda berkata : " Aku tau......Meis diam2 sedang emncintai seseorang
Biarpun Lestina tidak menyebut nama orang itu , tapi meiske gugup seketika dan wajahnya merah padam. Sebab entah bagaimana ia yakin yang dimaksud " seseorang " oleh Meiske adalah Daud.
Meiske memukul bahu Lestina ketika Lestina meloiriknya dengan jeli. Dan ia menghindari diri dengan berjalan pergi ke kamar nya di pavilium.
Dan untunglah hari itu, hari terakhir laila dirumah sakit. Sebab Meiske menolak kerumah sakit dengan alas an pusing. Padahal ia merasa malu diri sejak duga Lestina menuduh dirinya diam - diam mencintai Daud.
Pasti sebenarnya, memanglah demikian . Meiske tidak tahu kapan ia mulai jatuh cinta pada Daud. Untuk mengingatnya dan menganalisanya adalah sama sulitnya seperti memisahkan kapan garam mulai merembes ke air laut.
Episode 37 Tapi sejal Lestina menuduh begitu, perasaan meiske taka tentram saja. Ia takut hal ini akan merusak suasana yang intiem dirumah ini . Tapi terutama ia takut hal ini akan diketahui pula oleh Laila. Meiske sangat hormat kepada Laila seperti Laila hormat pula kepadanya. Karna itu jalan yang terbaik baginya adalah melepaskan angan - angan kosong yang pernah singgah dihatinya.
Ia berubah sikap, ia tak pernah mau makan bersama. Ia hanya dikamar dan menuangkan pikiran sepenuh nya kepada mata kuliah. Tapi semakin bersembunyi dia dibalik kerimbunan perasaan bagai manusia sembunyi di tengah rimba belantara , semakin lesu otak dan perasaannya.
Pada saat2 semua orang dirumah tertawa bercanda - canda dengan Delila si penghuni baru di rumah itu , pada saat2 ibu dan ayah Delila sibuk sama bernyanyi menidurkan sang bayi, pada saat itu pula meiske menitikkan air mata dikamar seorang diri, meny
alahi nasipnya yang malang , yang bodoh dan koyol sampai sebegitu dalam diam - diam mencintai suami orang lain.
Meiske tiba2 jatuh sakit, Lestina yang biasanya keluar masuk kamar Meiske untuk meminjam ini dan itu . Hari itu mendapatkan Meiske tidak pergi kekampus.
Meiske berselimut. Lestina membangunkan meiske. Dirabanya kepala meiske, panas sekali. Dan kaki meiske amat dingin seperti es. Lestina memberitahukan hal ini pada kak Laila : " Si Meis sakit, kak !" kepalanya panas , kakinya dingin semua ".
Untuk pertama kali Laila melihat wajah Meiske secara mutlak . Karena perhatiannya selama ini secara mutlak pada si Delila. Laila benar - benar terkejut.
Ketika Lestina disuruhnya ke Dokter, Lestina menjawab: " Dokter baru buka sore , ini baru jam tanggung, kak. Nanti sore saja".
" Ya, nanti sore kau antar meis. Kasihan dia, rupanya dia menahan sakitnya diam2 selama ini", kata Laial.
"Sore ini kami rombongan belajar dirumah guru ", kata Lestina, " Siapa yang absen , namanya dicoret dari rombongan ".
" Ah, kau tak boleh dicoret . Oh ya, sebentar sore kalau mas Daud pulang , suruh mas daud saja mengantar Meiske ", kata Laila.
Lestina tidak menjawab usul itu, ia Cuma melangkah pergi . Dan memang jam setengan empat sore itu , ia sudah dijemput oleh temen2 sekelasnya. Tak lama kemudian Daud pulang. Begitu sampai dirumah ia berkata : " Apa dinas saya sore ini, ma ""
" Jangan cium si Del delu ", kata Laila," Cuci muka, mandikan si Del dan kita rame - rame main organ ".
Daud memang baru saja membeli organ itu. Lahirnya anaknya telah membuat dia bahagia berlebih - lebihan. Entah apa pula sebabnya ia sempat memeli organ itu. Tapi laila ikut hanyut pada kegembiraan ini. Ia pun belajar organ seperti Daud. Kadangkala ia menidurkan delila sambil menekan tuts organ serta bernyanyi.
" Mas ", tiba2 Laila melihat jam." Aku tadi lupa. Dinasmu dinas luar sore ini "
Mendengar isterinya bercanda begitu , Daud bertanya lucu: " Emangnya dinas luar disuruh ke night club "
" Ini serius . Lihat deh si Meiske sakit. Ayo kesana ", kata Laila.
" Jadi....""
" Liat dulu dia disana !", perintah Laila.
Biarpun ingin menolak, tapi ia mematuhi juga perintah2 isterinya yang berkali-kali .
Ia pergi kepavilium. Ia membuka pintu. Dilihatnya meiske berbaring. Meiske melihat Daud berdiri dipintu. Gadis itu gugup dan takut. " Kamu sakit, meis " "
" Ya....." Tak ada lagi kata2 Daid. Mendekat pula ia tak berani. Ia kembali kerumah , dan melapor pada Laila : " Memang dia sakit ".
" Yang kumaksud dinas luar adalah mengantarkan Meiske sekarang juga ke dokter . Kulihat matanya kuning, jangan2 sakit kuning ", kata Laila.
Daud ingin menolak. Sungguh2 hati nuraninya tidak bersedia melakukan tugas ini. Tetapi ia melakukannya juga demi menyenangkan hati Laila.
Ia menyetir mobil. Ketika mau membawa meiske, Daud memberi sugesti agar ia tidak memapah meiske. Katanya: " Kau bisa jalan sendiri toh " "
Meiske berusaha sekuat tenaga untuk melangkah sendiri, namun sebenarnya ia tidak kuat , bahkan untuk menutup pintu mobil .
Dokter yang memeriksanya berkata pada Daud : " Nona ini sebaiknya tinggal dirumah sakit saja, ia menderita sakit kuning ".
" Bisa menular, dokter " karna kami punya bayi dirumah ", kata Daud.
" Oh, bisa menular memang . Baiknya nona ini tinggal dirumah sakit sampai sembuh ", kata dokter itu memberi surat untuk disampaikan kerumah sakit.
Episode 38 Daud lega oleh hal - hal yang tak sengaja ini . Melihat gelagat meiske belakangan ini , yang hanya bisa diduga oleh perasaan bathin yang halus dan jujur, Daud punya fikiran agar meiske mencari tempat indekost lain . Tapi saran dokter tadi sudah cukup memuaskan hatinya.
Maka dalam perjalanan mengantar meiske ke rumah sakit, Daud coba2 berkata sesuatu pada Meiske. Sebenarnya ia gugup untuk mengatakannya.
" Meis , barangkali kau terlalu capek, karena rumah kita dengan tempat kau kuliah terlalu jauh ".
Meiske dengan perasaan halusnya pula segera mengerti arti ucapan itu. Dan aneh Mieske tiba2 menangis sembari berkata : " Memang maksud Meis juga akan mencari tempat indekost yang dekat dengan kampus ".
Daud mengerti mengapa m eis menangis . Pengertian ini pun hanya ada pada manusia berperasaan seperti Daud.
" Tapi apakah boleh Meis tinggal sementara dirumah abang sampai Meis benar - benar sembuh betul " "
" Oh, boleh saja ", kata Daud, " Tapi kamu jangan mengira tadi itu saya menyuruh Meis pindah ".
" Soal pindah," kata Meis terisak terputus2 , " Memang Meis tadi sudah bilang juga mau pindah ". Dan keduanya membisu sampai rumah sakit.
Begitu dirumah sakit dapat tempat, Daud tidak menyia - nyiakan waktu. Ia membujuk suter rumah sakit agar bisa menerima Meiske saat itu juga.
Sedangkan ia akan pulang mengambil pakaian2 Meiske. Usul itu diterima suster kepala. Dan untuk beberapa hari lamanya Meiske berusaha memulihkan kesehatannya. Ia selalu menindas hatinya sendiri agar melupakan hal-hal yang bernama angan2 konyol itu: Ia musti melenyapkan segala perasaan2 cintanya kepada Daud, karena Daud adalah suami orang lain.. Mengapa harus mencintai suami orang lain . bukan kah itu suatu kejahatan " Dan bukankah itu lebih jahat lagi karna isteri dari pria yang dicintainya justru manusia yang paling baik " Y, hanya dengan serangan pertanyaan2 itu Meiske berusaha semampu mungkin untuk melupakan cintanya pada Daud. Kadang kala hatinya sebal bila timbul lagi satu fikiran aneh: Tetap
i cintaku suci, bukan nafsu untuk memiliki, tapi mencintainya diam2, tanpa noda, tanpa diketahui lelaki itu sendiri, juga tanpa diketahui siapapun. Bukankah jika Lestina tahu, mungkin itu tebakan2 belaka atau bercanda ".
Fikiran bantahan itu pula ditindasnya pula. Tetapi sewaktu ia tidak bisa tidur untuk mengalahkanya, ia melapor pada suster : " Saya tidak bisa tidur , suster ",
Memang obat penenang adalah satu-satunya yang bisa melawan semua fikiran2 yang berkeliaran dikepala Mieske.
Yang paling mengharukan baginya adalah tiap hari ia di jenguk oleh kak Laila. Dan untuk menyenangkan hati Laila, maka meiske sering menanyakan Delila. Menjelang saat2 ia sembuh dan keluar dari rimah sakit, Meiske sempat menanyakan sesuatu yang mengejutkan Laila : " Kak Laila, Meis selalu mau mengucapkan terima kasih sama kakak , juga mau pindah rumah kalau sudah sembuh.
Betapapun suci dan bersihnya hati Laila, tiba2 ia dihinggapi fikiran buruk jua. Jadi mengapa sebenarnya Meiske sakit " mengapa tiba2 mau pindah " apa disuru oleh mas Daud " Apa tak mungkin satu penyakit lain ada dalam diri Meiske " Sedang mengandung " ngidam " Pindah ! Ah , tentu ada sebabnya !
Oh, inilah untuk pertama kali rasa curiga menyerang kalbu Laila.
Ia lantas berkata berbaik - baik pada Meiske : " Sementara ini fikirkan kesembuhanmu . Apa sakit Meiske sebetulnya " "
" Sakit Lever ", kata Meiske.
Untuk pertama kalinya Laila mendeteksi suaminya. Ia langsung bertanya kepada Daud langsung pada persoalannya. Tak pernah Laila selangsung begini. Tapi entah bagaimana , cemburunya luar biasa. Namun cara ia menanyakannya tetap Laila yang aaseli.
" Mas Daud yg nyuruh meiske pindah " ", Tanya Laila
Daud gugup. " Ya...", sahut daut.
" Kok, Meiske disuruh pindah. Apa dia berkelahi dengan.......si Lestina " "
" Tidak ", kata Daud, " Tapi terserah kau deh gimana baiknya".
Daud merasa agak menyesali diri sendiri mengapa ia secara halus mengusir Meiske. Ia heran mengapa maksud2 yang sebaik ini masih berakibat yang berbahaya . Ia benar -benar bermaksud baik. Ia tiba2 dihinggapi persaan tidak enak sewaktu Laila berada dirumah sakit, dimana Meiske benar benar mengabdi dan melayaninya, seolah - olah mengidentifisir dirinya sebagai seorang isteri bayangan. Secara langsungnya Daud punya bayangan Meiske jatuh hati padanya, sekalipun tarokhlah, jatuh cinta dengan murni, diluar keinginan membubarkan rumah tangganya.Namun, diam - diam meiske mencintainya adalah sama saja dengan mencintai terang2. Akhirnya tokh Laila akan tahu juga. Akibatnya sama buruknya. Maka ia secara halusmenyuruh meiske pindah. Dan kini.....ia dibikin gugup oleh Laila.
Tapi melihat gugupnya Daud Laila bertambah yakin ada sesuatu. Dia ingin melihat buktinya selanjutnya. Kalau meiske hamil, ia pingin lihat dengan mata kepalanya sendiri. Karena itu sekeluar meiske dari rumah sakit, La
ila berkata: " Meiske tak boleh pindah. Kau dititipkan orangtuamu tinggal disini. Kami memang sangat disiplin. Tapi lebih dari itu nanti timbul omongan disana seakan - akan kau tak betah tinggal dirumah kami. Tinggal saja disini terus. Ada yang kurang, bilang terus terang kepada kami, tapi janganlah pindah !"
Episode 39 DAUD WAITULO merasa , bahwa putusan Laila gegabah sekali. Sehalus -halus Laila menyembunyikan isi hatinya, Daud dapat menangkap gerak gerik isterinya itu. Daud seakan -akan bisa membaca kecurigaan mata laila terhadap meiske dan terhadap dirinya sendiri...
Sementara meiske pergi kekamar, Daud bertanya pada Laila: " Apakah penyakitnya tidak berbahaya lagi " "
" Penyakit siapa " " , Tanya Laila.
" Penyakit Meiske ", kata Daud.
" Tergantung kita ", kata Laila, " Kalau kita kuat penyakit apapun tidak bisa menulari kita "
" Kau memang benar , Laila ", kata Daud dengan suara rendah , dengan maksud agar pergolakan bathinnya tidak terbaca oleh laila, " Tetapi sudah lama aku menginginkan agar dirumah ini hanya kita yang tinggal ".
" Juga dengan Lestina " " Tanya Laila menguji .
Daud merasa lolos dari ujian ketika ia berhasil menemukan jawaban : " Ya. Dengan Lestina ".
Laila menarik nafas dalam - dalam . Karna dia memang menginginkan yang demikian. Makin bahagia manusia . makin egois ia terhadap setiap tumpak kebahagiaan itu !
" Sebenarnya ", kata Daud lagi, " Semenjak Lestina tinggal disini , kita diam -diam saling merasa tertekan. Untung lah modal kita cinta yang suci "
Daud menatap Laila. Laila terharu oleh kata2 itu , tetapi benarkah itu " Siapapun wanitanya didunia ini , jika ia mau berjujur hati, pasti tidak mau menginginkan suaminya menumpahkan cinta yang terlalu banyak lagi kepada saudara2 kandungnya. Seseorang istri haruslah mempunyai sikap ingin dicintai suaminya.Seperti halnya Laila. Dan Laila memiliki kelebihan daripada kebanyakan isteri : Biarpun bathin hancur tapi ia harus memperlihatkan sikap simpatik kepada Lestina. Keagungan seorang isteri bukan saja karena ia mencintai suaminya secara penuh, tetapi juga mampu mencintai saudara2 suaminya, sekalipun - ya, sekalipun -- dengan terpaksa berpura -pura . Sebab siapakah istri yang bisa tulus menyayangi seorang gadis pengadu domba seperti Lestina " Namun cintapun punya adat dan etiket. Apa boleh buat, karena adat dan etiket cinta ini pula, Laila harus memperlihatkan -- entah tulus apa tidak -sikap sayang juga pada Lestina.
Daud memahami penderitaan cinta Laila yang begini. Justru inilah yang membuat Daud menaruh hormat kepada Laila. Ia tak ambil pusing Laila benar2 sayang pada Lestina, yang penting adalah Laila memperlihatkan sikap sayangnya itu.
" Usulmu bagus, mas Daud " , kata Laila, " Tetapi mungkin mas Daud bisa berdalih pada orang tuamu. Namun aku adalah ipar Lestina. Tak mungkin bagiku menghirup bahagia di Jakarta, hidup bahagia bersamamu aku dijadikan bahan omongan dan gunjingan ! Tidak , mas. Bahkan jika Meiske keluar dari rumah ini aku tidak merelakannya ".
Kini Daud tak gentar lagi untuk bertanya : " Apa dasarnya engkau selalu mempertahankan meiske tinggal disini terus " Sejak pertama meiske dating, ketika aku sudah mau memutuskan menolaknya indekost disini, kau yang memberi isyarat agar aku menerimanya tinggal disini. Dan dia akhirnya tinggal disini. Sebenarnya tepat apabila Meiske pindah dari rumah ini, dengan alasan penyakitnya penyakit menular ".
Laila tidak menjawab kata2 Daud, dia menghindarinya dengan berdalih:
"Aku mengantuk , mas Daud . Aku ingin tidur duluuan ".
Itu suatu siasat. Tentu. Seorang isteri musti mempuyai siasat2 . Tentu !
Dan Laila bersiasat, ingin tidur duluan untuk memberikan kesempatan
kepada Daud ----- suaminya sendiri ------ untuk berbicara empat mata dengan
Meiske. Apa yang dibicarakan terserahlah.
Dan memang beginilah penyakit perempuan dimanapun didunia ini : Bila satu kali sang perempuan menaruh sykwasangka kepada suaminya, kecurigaan itu tidak akan dengan gampang dibasmi oleh obat apapun.
Syakwasangka hanya bisa dibasmi dengan tindakan nyata seorang suami yang memberikan bukti bahwa dirinya tidak berbuat noda c
inta kepada orang lain. Daud masih duduk menghadapi meja makan . Tanpa diharapkan Daud sedikitpun karena ini adalah berbahaya, maka muncullah Meiske dari pavilium. " Kak Laila mana , bang Daud " "
Laila mendengar suara meiske. Ia turun dari tempat tidur pelan - pelan . " Sudah tidur ", kata Daud.
" Meiske sebetulnya mau bicara dengan kak Laila ", kata Meiske. Laila kini sudah mendekatkan telinga kedinding.
" Apa yang akan kamu bicarakan dengan Laila, heh " " suara Daud dingin. " Soal tinggalnya saya disini ", jawab Meiske .
Daud mulai menyelidik apakah isterinya benar2 sudah tidur.. Ia sendiri akan menyampaikan sesuatu kepada meiske.
Episode 40 Dia melangkah lambat2 menuju kamar, tetapi memang seorang wanita adalah pemain yang ulung didalam kehidupanini: Laila melihat Daud sudah berada dalam selimut.
" Kau sudah tidur , Laila " " Tanya Daud.
Tiada sahutan . Karna posisi Laila tidur membelakangi arah Daud bertanya, maka ia tak terbukti tidur atau tida. Hanya air mata Laila jatuh diatas seprei. " He, Laila . Sudah tidur " ".
Pedang Keadilan 3 Lima Sekawan 05 Petualangan Di Gunung Bencana Pecut Sakti Bajrakirana 4
^